Ceritasilat Novel Online

Perguruan Sejati 7

Perguruan Sejati Karya Khu Lung Bagian 7


234 Ciu Lo pan cepat-cepat bangkit dan meninggalkan sipoanya menyambut kedatangan tamunya sambil berkata ua menyuruh pegawainya mengurus kuda. "Silahkan masuk Kongcu !" sambil tersenyum pada tamunya, dan melihat terus kepada tempayan yang berada dipunggung kuda.
"Tak sangka anak semuda dia adlah seorang pedagang kulit yang ulung. Membeli kulit mentah dan menyimpan ditempayan, bukan saja menjaga agar kulit itu tidak kering dan tidak rusak, tempayan begini besar sedikitnya bisa memuat empat lima ratus lembar kulit macan ", pikirnya dengan girang. Sebagai seorang pedagang yang berpengalaman dengan segera ia menyambut tamu dengan segala makanan dan minuman. "Sukar ditempat semacam ini
bertemu dengan orang sekampung, Kongcu silahkan minum !"
Tiong Giok menyambut cawan dan mengeringkannya, Ciu Lo pan mengisi lagi cawan itu, sambil memperkenalkan diri. "Aku she Ciu bernama Tiang Seng sudah lima belas tahun lebih tinggal disini mengusahakan perdagangan kulit, setiap kulit yang bagus selalu dibawa orang-orang Biau ke tokoku"."
"Oh" kata Tiong Giok sambil mengeringkan lagi araknya. Dan memperkenalkan pula dirinya,
"Aku bernama In Tiong Giok."
"In Kongcu masih muda belia tapi bisa keluar masuk daerah sepi ini untuk berusaha, membuatku benar-benar kagum !"
"Ciu Lo pan salah mengerti, aku bukan seorang pedagang !"
Ciu Tiang Seng melengak dan menggelengkan kepala sambil berkata: "Kongcu jangan
membohongi aku, apa gunanya engkau datang ketempat semacam ini jika tidak berdagang ?"
"Apa gunanya aku berbohong, sejujurnya aku datang kesini bukan berdagang, tapi untuk mencari tahu sesuatu tempat digunung Cu cing san yang bernama Giok hong hong."
"Bagaimana " Apakah Kongcu ingin kesana ?"
"Benar ! Tahukah Ciu Lo pan dimana letaknya tempat itu ?"
"Biar bagaimana tempat itu tidak boleh dikunjungi !"
"Sebabnya ?"
"Jangan bertanya sebabnya, pokoknya sekeliling dari gunung Cu cing san boleh didatangi hanya Giok hong hong jangan dipergi, berbahaya !"
"Apakah disana banyak binatang buasnya ataukah menjadi sarang penyamun ?"
"Binatang buas dan segala perampok mudah dihadapi, tapi bukan itu yang ditakuti ! Disitu sarangnya setan-setan yang tidak bisa dilawan manusia !"
In Tiong Giok tertawa mendengar penuturan Ciu Tiang Seng.
"Kongcu jangan tertawa, hal ini bukan bohong-bohong".sudah banyak orang Biau yang melihat setan itu."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
235 "Mereka itu masih terlalu percaya tahyul," kata In Tiong Giok. "Jika Ciu Lo pan sudah melihat dengan mata kepala sendiri baru boleh percaya."
"Sungguhpun aku belum pernah melihat dengan mata sendiri, tapi seorang Han yang she Ciu juga sepertiku, pernah melihat setan-setan itu ! Ia seorang jago Kang Ouw yang
mengasingkan diri ketempat ini, kepandaiannya sangat tinggi, tapi setelah menghadapi setan-setan itu, pulangnya sakit keras dan hampir-hampir mati !"
"Apakah orang itu masih ada dikampung ini ?"
"Ada ! Ia tinggal dipinggiran kampung, kerjanya memburu binatang. Ia sangat baik denganku, dan sering mengobrol kesini?"
"Bisakah mengantarkanku menemui orang itu ?"
"Bisa saja," jawab Ciu Tiang Seng. "tapi ia bertabiat aneh dan sering tidak dirumah. Hari ini entah ada entah tidak aku tidak tahu. Kongcu boleh nunggu sebentar, kusuruh orang memanggilnya kesini !" Cepat-cepat keluar ruangan dan celingukan, kebetulan dilihatnya anak perempuan tadi masih berada disitu sedang mencuri lihat kedalam. Cepat ia memanggil.
"Alana sini !"
Anak perempuan yang bernama Alana itu meledek sambil menjulurkan lidah dan terus lari.
"Hei kesini aku perlu denganmu, nanti kuberi upah benang sutra !"
Anak perempuan yang sudah pergi itu kembali lagi dan masuk kedalam toko, matanya mengerling pada Tiong Giok, lalu cepat-cepat tunduk lagi. "Ciu Lo pan mau apa
memanggilku ?"
"Coba kau kebelakang dan lihat Empek berjenggot itu ada dirumah atau tidak"."
"Tidak ! Aku tidak mau ! Benang sutrapun aku tak mau," potong Alana dan terus lari keluar.
Tapi dengan cepat jalan larinya itu dihalangi Tiong Giok. "Kenapa engkau tak mau ?"
"Empek jenggot itu galak dan jahat aku takut kesana?"
"Ha ha ha kenapa takut, pernahkah ia membunuh orang atau makan orang ?"
"Kuajari, sebelum masuk kau panggil dulu namanya. Jika ia ada dirumah katakana aku mengundangnya kesini !" kata Ciu Tiang Seng.
"Lekas panggil !" kata Tiong Giok dan ia merogo sakunya mengeluarkan mutiara. "Nih untukmu lekaslah !"
Alana jadi melongo "Mutiara ini untukku ?"
"Ya untukmu ! Sukakah engkau dengan mutiara ini ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
236 "Aku"aku," Alana menganggukkan kepala. "Terima kasih Kongcu !" katanya dan berlari keluar.
"Sudah lamakah orang itu tinggal disini ?"
"Kurang lebih sudah empat puluh tahun lebih ! Dan usianya kini lebih kurang sembilan puluh tahun !"
"Benar usiaku sembilan puluh tahun," tiba-tiba terdengar jawaban dari luar.
Tiong Giok menjadi kaget dan berpaling keluar, disitu sudah ada orang tua berjenggot dan berambut putih. Tubuhnya pendek, matanya tinggal satu, tapi sangat gagah kelihatannya dan galak.
"Toa pek sudah beberapa hari kita tidak bertemu, bagaimana baik-baik sajakah " Mari masuk kukenalkan In Kongcu ini padamu !"
Dengan matanya yang tinggal satu itu, ia memandang In Tiong Giok dengan tajam: lalu masuk kedalam toko. Tiong Giok menyambut kedatangannya dengan merangkap tangan. "Ya kami sedang membicarakan soal loocianpwee, tahu-tahu sudah datang?"
"Lo hu bernama Ciu Kong, dapatkah kutahu namamu ?"
Tiong Giok memperkenalkan diri dan mempersilahkan orang tua itu duduk. Begitu duduk Ciu Kong tidak malu-malu lagi menuang arak sendiri dan meminumnya. "In Kongcu datang darai mana, ada urusan apa denganku ?"
In Tiong Giok tersenyum. "Aku baru sampai disini, dari Ciu Lo pan kudapat tahu bahwa Ciu Lo Cianpwee adalah jago Kang Ouw yang mengundurkan diri ditempat sepi ini, maka itu kumohon petunjuk-petunjukmu untuk sesuatu soal"."
"Soal apa, katakana saja langsung jangan berbelit-belit !"
"Ya baik, yakni aku menerima pesan dari seseorang untuk pergi ke Giok hong hong?"
"Apa yang hendak kau lakukan disana ?"
"Soal ini mengenai urusan pribadi seseorang maka itu maaf saja tidak dapat kujelaskan !"
Mendengar ini Ciu Kong mendengus dingin. Wajahnya ditekuk demikian rupa dan masam sekali. "In kongcu terus terang saja karena engkaupun seorang Han, maka mau kuberi nasehat sebainya urungkanlah niatmu itu !"
Mendengar suaranya yang begitu kasar, Tiong Giok tidak gusar, ia tetap tersenyum. "Ciu Lo pan pun menyuruhku begitu dan mengatakan disana banyak iblis dan setannya, juga menurut dia Ciu Lo Cianpwee pernah melihat setan-setan itu, benarkah ?"
"Sedikitpun tidak salah !"
"Dapatkah Ciu Lo Cianpwee menuturkan pengalaman itu barang sedikit padaku ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
237 "Pokoknya soal setan dan iblis yang terdapat disana adlah benar, soal percaya tidak percaya terserah padamu ! Jika engkau tertarik dan ingin membuktikan sendiri ada tidaknya setan-setan itu, engkau boleh menyaksikannya sendiri ! Tapi ingat, sudah banyak orang-orang yang tidak percaya pergi kesana dan tidak kembali lagi untuk selama-lamanya !"
"Lo Cianpwee sudah pernah kesana dan menemui setan-setan itu kenapa bisa kembali dengan selamat ?"
"Ya Lo hu dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh baru bisa menyelamatkan diri dari setan-setan itu, tapi tak urung menderita luka-luka parah. Dan sakit itu membuatku meringkuk sebulan lebih baru sembuh ! Jika engkau menganggap memiliki kemampuan lebih tinggi dari Lo hu, aku tak berani mengatakan apa-apa !"
"Aku tergolong angkatan muda yang tidak berpengalaman, mana mungkin bisa dibandingi dengan kepandaian Lo Cianpwee !" kata In Tiong Giok, "tapi aku telah menyanggupi permintaan seseorang untuk mengunjungi tempat itu. Andaikata ada setan dan bahaya lainpun aku harus kesana juga, dengan begini aku tidak mengecewakan orang itu."
Melihat tekad Tiong Giok yang mantap, Ciu Kong menjadi kagum, dengan didahului
anggukkan kepalanya ia berkata : "In Kongcu masih muda tapi mempunyai keberanian luar biasa, untuk ini aku bersedia mengantarmu kesana?"
"Terima kasih atas bantuan Lo Cianpwee."
"Tapi aku hanya mengantar sampai ditengah perjalanan, selanjutnya engkau pergi sendiri !"
"Begitupun baik"."
"In Kongcu ini bukan soal main-main, sebaiknya engkau berpikir biar matang," Ciu Lo pan menasehati.
"Mati atau hidup soal nasib, aku takkan menyesal !"
"Memang begitu," kata Ciu Lo pan "tapi engkau harus berpikir bahwa setan-setan itu tidak seperti manusia, ia bisa pergi sesuka hatinya menurut kesiur angin. Dijaga tidak bisa dijaga dan lebih baik engkau membatalkan niat yang berbahaya itu !"
Tiong Giok tidak menjawab, ia melemparkan cawan arak keudara, lalu menunjuk jarinya
"Sreet" terdengar suara, cawan diudara bergoyang-goyang dan turun kebawah, lalu diletakkan diatas meja.Menyaksikan ini Ciu Kong menjadi kaget demikian pula Ciu Lo pan.
"Jika setan-setan itu menampakkan diri, akan kuserang dengan jerijiku ini !" kata Tiong Giok.
"In Kongcu ilmu dalammu luar biasa sekali, tadi aku meremehkan kepandaianmu, kini aku baru membuka mata !"
"Apakah dengan kepandaian ini kiranya cukup kuat aku menghadapi setan-setan disana ?"
Kata Tiong Giok, dan diluar kesadarannya ia membanggakan diri sendiri tanpa terasa.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
238 Ciu Kong menjadi marah, dan sedikit tak senang. "Sejujurnya kepandaianku tidak setinggi Kongcu, tapi ingat setan-setan disana bisa gentayangan sesuka hatinya, bukan sembarangan orang bisa melawannya."
In Tiong Giok sadar bahwa perkataannya tadi telah menyinggung hati Ciu Kong, dan menimbulkan kesalah pahaman, cepat ia berkata: "Untung Lo Cianpwee menyadarkanku, jika tidak setan-setan bisa kuanggap sebagai manusia biasa"."
"Biar dia setan atau manusia, pokoknya In Kongcu berkepandaian lebih tinggi dari Lo hu, dan mudah-mudahan dipuncak itu tidak bertambah satu setan penasaran !"
In Tiong Giok tersenyum meringis mendengar sindiran itu. "Ya jika berumur panjang, aku mau mentraktir Jie wie mabuk-mabukan !"
"Tapi terlalu sulit !" kata Ciu Kong.
In Tiong Giok tidak mau mengadakan perdebatan terlalu lama, ia mengalihkan persoalan ketempat lain, "Loocianpwee kapan bisa mengantarkan kesana ?"
"Sekarangpun bisa saja !"
Dengan girang Tiong Giok bangkit dari tempat duduknya dan memberikan Ciu Lo pan uang emas dan mutiara. "Manusia banyak seperti lautan, bisa bertemu dan berkenalan adalah jodoh.
Kini aku pergi dan menempuh bahaya, entah bisa pulang dengan selamat entah tidak, tidak ada yang tahu. Yang pasti uang ini sudah tak kubutuhkan lagi, kuserahkan pada Ciu Lo pan sebagai tanda terima kasihku atas bantuan tadi !"
Terbelalak mata Ciu Lo pan melihat uang emas dan mutiara-mutiara berharga itu, tapi untuknya tidak ada ketamakan untuk memilikinya, dengan mata merah dan haru ia meminta lagi agar Tiong Giok membatalkan niatnya.
Tiong Giok memberi hormat sebelum pamitan pada Ciu Lo pan yang baik hati itu.
"Semoga In Kongcu pulang dengan selamat, dan barang-barang ini sementara kusimpan !"
Begitu Tiong Giok dan Ciu Kong keluar toko, diluar berkerumun orang-orang Biau, antaranya ada seorang tua yang dituntun Alana menghampiri kepadanya sambil menggelengkan kepala dan kemak kemik entah apa yang diucapkan tidak dimengerti Tiong Giok.
"Nenekku mengatakan kongcu orang baik dan jangan pergi ke Giok hong hong. Yang pergi kesana pasti mati dan tidak bisa kembali lagi." Kata Alana menterjemahkan kata-kata neneknya.
"Katakan pada nenekmu kuhaturkan terima kasih atas nasehatnya itu, tapi kepergianku kesana tidak bisa dibatalkan, karena penting sekali !"
"Setan-setan jahat suka mengganggu manusia, sebaiknya jangan pergi !" kata Alana dengan mata berkaca-kaca.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
239 "Aku sudah menyanggupi seseorang untuk pergi kesana,mana boleh melanggar janji !
Seseorang paling banyak hanya mati"."
Ciu Kong tak sabaran lagi dengan gusar ia membentak orang-orang Biau itu.
"Jangan banyak rewel, minggir semua !" Suaranya yang keras membuat orang-orang yang berkerumun itu menjadi buyar.
Alana mundur beberapa langkah, tapi maju lagi dan memberikan Tiong Giok orang-orangan dari kayu. "Ini jimat penjaga badan, ambillah"." Ia tak sempat menyelesaikan ucapannya karena Ciu Kong mendelik kearahnya.
"Terima kasih Alana, akan kubawa patung ini !" kata Tiong Giok.
Alana menjadi girang pemberiannya diterima dan terus berlari-lari kearah orang banyak dan tidak terlihat lagi.
Ciu Kong memandang kepada tempayan dipunggung kuda itu sambil bertanya : "Apakah tempayan ini akan kau bawa juga ke Giok hong hong ?"
"Benar !" jawab Tiong Giok.
"Jalanan gunung tak bisa dilalui kuda, bagaimana kau bisa membawa benda yang berat itu ?"
"Tempayan ini penting sekali, bagaimanapun harus kubawa !"
"Jika begitu tempayan itu harus ditaruh didalam keranjang dan diikat pada tubuhmu !" kata Ciu Kong.
"Apapun boleh ." jawab Tiong Giok. "Asal dapat dibawa !"
Dengan memakai keranjang, tempayan itu dimasukkan kedalamnya, lalu diikat tambang besar, dijadikan semacam ransel. Tiong Giok menggombloknya dibelakang punggung.
Mereka segera pamitan dengan tuan rumah dan berlalu kearah pegunungan. Begitu keluar kampung, keadaan sudah sunyi dan tidak terlihat lagi para penduduk, mereka segera menbentangkan ilmu meringankan badan secepatnya. Didalam perjalanan ini Ciu Kong jarang membuka mulut, hanya matanya sering melirik kearah tempayan yang dibawa Tiong Giok dengan perasaan heran, sungguhpun begitu ia tak pernah menanyakan apa isinya tempayan itu.
Tak selang lama mereka mulai memasuki daerah pegunungan yang berhutan lebat. Ciu Kong memberi isyarat, berhenti mengaso.
Tiong Giok memandang kepada pengantarnya dengan heran, karena sedikitpun pengantarnya itu tidak menunjukkan rasa letih. "Masih jauhkah letaknya Giok hong hong ?"
"Tidak !" jawab Ciu Kong, "tinggal mengitari lembah itu, kita sampai"." Tambahnya dengan menunjuk-nunjuk.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
240 Tiong Giok memandang tempat yang ditunjuk letaknya tidak seberapa jauh, hanya saja jalan yang harus ditempuh terdiri dari cadas gunung yang tajam-tajam dan menyeramkan.
"Tak kusangka Giok hong hong letaknya tak seberapa jauh," kata Tiong Giok, "sebelum malam aku harus tiba disana, Locianpwee tak usah mengantar lagi, cukup sampai disini saja."
"Hm, jangan kau lihat perjalanan ini semudah yang kau bayangkan," kata Ciu Kong, "kuberi tahu, sekitar lembah itu ada Lumpur yang merapung, asal kena memijak engkau bisa terbenam di dalamnya. Maka itu harus menggunakan ilmu meringankan tubuh melalui jalan itu ! Tapi dengan tempayanmu yang besar itu bagaimana engkau bisa ?"
"Jika begitu baiklah kita mengaso sulu disini !" kata Tiong Giok yang terus menurunkan keranjangnya dari pundak.
"Hati-hati," kata Ciu Kong disini banyak kerikil tajam. Jika kurang hati-hati tempayanmu bisa pecah, dan terus ia bantu menurunkan tempayan itu serta meletakkan ditempat yang agak rata, kini ia baru tahu biarpun tempayan itu besar, tidak seberapa berat, biar begitu ia tetap tidak menanyakan apa isi tempayan itu.
Tiong Giok segera bersila melakukan semadhi untuk memulihkan kembali tenaganya dan perjalanan napasnya. Hanya sebentar, semangatnya yang memang tidak seberapa letih telah segar kembali, ia membuka mata, tampaknya Ciu Kong sedang duduk dibawah pohon yang rindang sedang mengawasi kearah tempayan dengan terbengong.
Tiong Giok segera bangun dan menggerak-gerakkan kaki tangannya sambil berkata. "Ku piker sebelum matahari terbenam kita lanjutkan perjalanan ini bagaimana ?"
"Sabar dulu," kata Ciu Kong. "Sebelum kita melanjutkan perjalanan ini, ingin kutanya dulu beberapa patah padamu."
"Silahkan !"
"Aku sebagai orang tua, sebenarnya tidak tega melihat atau membiarkan seorang muda sepertimu, bilamana harus mengantarkan jiwa dihutan belantara semacam ini ! Soal keganasan setan dan iblis disini bukan main-main. Aku dapat mengatakan demikian karena menyaksikan dengan mata kepala sendiri, untuk inilah kuminta, batalkanlah niatmu itu"."
"Nasehat Locianpwee yang berharga ini kuterima dengan rasa syukur dan terima kasih, tapi untuk membatalkan niatku kesana tak bisa kululusi ?"
"Baiklah jika engkau mau juga kesana," kata Ciu Kong. "Dapatkah kutahu siapakah yang menyuruhmu kesana ?"
"Maafkanlah jika aku tak bisa menyebutkan nama kawanku itu," kata In Tiong Giok. "Ia adalah seorang jago rimba persilatan yang telah meninggal dunia."
"Oh," kata Ciu Kong kecewa. "Jika begitu tempayan yang besar itupun adalah permintaan orang itu untuk dibawa kesini ?"
"Benar !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
241 "Dapatkah kutahu apa isinya tempayan ini ?"
"Oh," Tiong Giok terdiam sebentar, lalu melanjutkan kata-katanya. "Isinya adalah rangka atau tulang belulang dari jago yang telah meninggal dunia itu !"
"Oh, kiranya engkau menempuh perjalanan yang cukup jauh, semata-mata untuk
mengantarkan tulang-tilang orang yang sudah mati ini sampai di Giok hong hong ?"
"Ah karena aku menjalankan permintaan jago tua itu"."
"Giok hong hong adalah tempat sunyi yang penuh iblisnya," kata Ciu Kong. "Apakah orang itu tidak mengatakan harus menaruh dimana tulang-tulang ini " Atau harus menyerahkan pada seseorang misalnya ?"
"Ia hanya mengatakan sebuah goa di Giok hong hong, tapi tidak mengatakan harus
menyerahkan kepada siapapun !"
"Apakah ia tidak menceritakan soal keangkeran di Giok hong hong ?"
"Tidak !"
"Ia menyuruhmu kesini, kenapa tidak mengatakan soal keadaan disini, aku benar-benar heran."
"Mungkin ia sendiri tidak mengetahui soal keangkeran disini !"
Ciu Kong menggelengkan kepala, dan tidak berkata apa-apa lagi. Tiong Giokpun segera bangun dan membopong lagi tempayannya, lalu memberi hormat pada Ciu Kong. "Jika
Locianpwee tidak ada pesan lagi, aku mau berangkat lagi !"
"Aku mempunyai satu permohonan yang mustahil, tapi kuajukan juga ! Yakni, ijinkanlah aku melihat tulang-tulang didalam tempayan itu !"
"Maafkanlah aku, sebesar-besarnya bahwa permintaan Lo Cianpwee itu tidak dapat
dikabulkan !"
"Jika engkau keberatan tidak apa-apa, akupun tidak berani memaksa !" kata Ciu Kong. "Nah disinilah kita berpisah."
Tiong Giok menghaturkan terima kasih atas bantuan orang tua itu yang mau mencapekan diri mengantar sampai disini. Lalu membalik tubuh dan melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa puluh langkah, ia menoleh kebelakang, tampak Ciu Kong masih berdiri dengan tegak ditempatnya tadi sambil mengawasi kearah dirinya dengan sebuah matanya yang tajam.
Tiong Giok tidak memperdulikan lagi orang tua itu, terus melanjutkan perjalanannya.
Sedangkan matahari telah condong kebarat, ia mempercepat langkah kakinya untuk mengejar waktu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
242 Sungguhpun ia tidak percaya soal adanya setan, tapi atas keterangan dari Ciu Kong membuatnya setengah percaya, tapi ia tidak memperdulikan lagi semua ini, tujuannya sudah bulat harus cepat-cepat sampai di Giok hong hong sebelum malam.
Waktu sampai didekat lembah, ia menyaksikan jalanan yang benar-benar sulit, kini iabaru percaya apa yang diucapkan Ciu Kong. Lebih-lebih waktu mau melintasi Lumpur terapung membuatnya menghadapi bukan sedikit kesulitan. Untung Ciu Kong sudah mengatakan
terlebih dahulu, jika tidak tubuhnya bisa terbenam didalamnya dengan jiwa melayang.
Akhirnya ia bisa melewati Lumpur-lumpur itu dengan selamat, tapi waktu yang terbuang banyak sekali.
Ia semakin cemas, karena malam telah datang, sekeliling menjadi gelap gulita. Didalam tempat berbahaya ini, jangankan ada setan atau iblis tidak adapun cukup membuat orang menangis kecil. Biarpun begitu Tiong Giok tidak mau mundur, ia maju terus ! Berkat keuletan dan ketabahannya ia bisa keluar dari lembah yang berbahaya itu dan tiba dikaki bukit. Disini ia mendengar berkecuknya selokan gunung, sepanjang selokan itu tumbuh bunga-bunga hutan yang menebarkan hawa harum, membuat hatinya lapang dan menarik napas dalam-dlam
dengan senangnya.
"Benar-benar diluar dugaan, tempat semacam ini bisa terdapat dunia sendiri yang begitu indah dan menyenangkan, tak ubahnya seperti didalam dongeng saja," pikirnya.
Saat inilah dengan tiba-tiba ia mendengar suara "siuuut "
Dengan kaget Tiong Giok berpaling keempat penjuru, keadaan tetap seperti semula sedikitpun tidak terlihat perubahan, biarpun sudah malam keadaan disini cukup terang, karena bantuan rembulan dicakrawala.
"Ah, mungkinkah suara setan ?" pikirnya dengan dak dik duk. Sedangkan bulu kuduknya berdiri tanpa terasa. "Hei, sahabat darimanakah yang main sembunyi-sembunyian " Untuk apa berlaku seperti setan " Keluarlah !" serunya berulang-ulang kali. Keadaan tetap tenang, tidak ada jawaban yang terdengar, kecuali suara berkerucuknya selokan gunung.
Tiong Giokpun tak mengetahui suara itu manusia atau setan ! Ia berseru semata-mata untuk membesarkan hatinya yang sedang ketakutan. "Aku sudah datang kesini, biar setan-setan itu bermunculan aku takkan mundur, yang perlu aku harus secepatnya membawa tulang-tulang ini kedalam gua. Sehabis berpikir iapun berjalan lagi keatas gunung, menyusuri selokan kecil yang tampak terang, karena memantulkan cahaya bulan. Ditengah perjalanan, ia baru melintasi selokan itu yang tak mungkin diikuti terus, karena dulu selokan itu berada diatas tebing yang tinggi sekali.
Ia mencari-cari jalan untuk naik keatas, dan dilihatnya sekeliling penuh dengan pohon-pohon bamboo. Berbisik-bisik daun-daun itu dan terus berjalan. Saat inilah dengan tiba-tiba ia melihat bayangan hitam berkelebat masuk kedalam pohon bamboo, gerakannya begitu cepat dan luar biasa, dalam sekejap sudah hilang dari penglihatan. Tiong Giok mengucak-ucak mata, dan begitu membukanya kembali ia melihat benda putih dipohon bamboo, bergoyang-goyang. Dengan penuh keberanian ia menghampiri benda itu, setelah dekat, ia melihat tegas itulah Gin coa ( uang orang mati). Cepat-cepat diambilnya, ia jadi kaget lagi, karena kertas itu berlumuran darah merah ! Tanpa terasa lagi bulu romanya berdiri lagi, tapi ia memaksakan diri melanjutkan perjalanan lagi tanpa menghiraukan keadaan yang menyeramkan itu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
243 Sungguhpun begitu ia selalu bersikap waspada, dan menggunakan ranting bamboo sebagai tongkat, untuk menjaga bahaya mengancam dirinya. Sesampainya dilereng puncak, tidak terjadi sesuatu apa-apa, membuatnya merasa lega. Langkahnyapun bertambah cepat. Soal-soal setan dan iblis yang ganas sudah dilupakan otaknya, kaena ia merasa senang menemukan jalan kecil yang menuju kepuncak itu. Disini terdapat banyak gua-gua, tapi tidak satupun yang cocok seperti yang dikatakan Pek King Hong. Ia mencari terus sampai ketempat yang paling tinggi. Keadaan disini membuatnya tercengang sendiri, karena tempat yang paling tinggi itu, terdapat satu daratan yang luasnya dua puluh kaki persegi. Ditempat keliling dataran itu ditanam pohon-pohon yang besar, rumput-rumput dilapangan itu sangat halus tak ubahnya seperti permadani hijau. Dan ditengah-tengahnya terdapat meja dan kursi batu, serta bunga yang teratur rapi, begitu indah dan menyenangkan.
Ditengah dataran itu terdapat jalanan yang terbuat dari batu menuju kesebelah gua yang besar dan gelap. Gua ini tidak mendatangkan keheranan barang sedikitpun, yang membuatnya heran dan kaget ! Didepan ada seorang sedang duduk diatas sebuah kursi batu. Didepan ada seseorang sedang duduk diatas sebuah kursi batu. Orang itu tidak mempunyai kepala. Ia duduk dengan tenang sambil menyisiri kepalanya yang diletakkan diatas pangkuannya.
Dibawah sinar rembulan yang redup, pemandangan ini membuat bulu kuduk meringkak tak keruan rasa ! Tiong Giok sendiri hampir-hampir kebawah gunung melihat pemandangan yang indah ini !
Manusia tidak berkepala itu seperti tak memperhatikan kedatangan Tiong Giok, ia menyisir terus kepala yang ada dipangkuannya.
Ia menyisir begitu lama, tapi rambutnya yang kusut itu tidak rapi-rapi juga. Agaknya ia sangat kesal kepala itu diangkatnya diletakkan silehernya, dan terus berkeluh kesah : "Ah sudah tua tak berguna lagi !"
Suara begit halus dan menusuk perasaan, tapi terdengar tegas dan menyeramkan. Tiong Giok terpaksa diam, tak tahu entah apa yang harus diperbuat, berlari atau diam saja !"
Orang itu tiba-tiba membalik badan dan memandang kearah Tiong Giok sambil
menggapaikan tangan : "Ceng jie jangan main ayun-ayunan lagi, lekaslah sisiri rambutku !"
Tiong Giok menjadi kaget, ia berpaling kebelakang, waduh, hampir ia menjeerit ! Kiranya tak berapa jauh darinya terlihat seorang gadis dengan rambut awut-awutan bergantung dipohon yang tinggi, sedang ayun-ayunan kesana kemari.
Melihat keadaan ini Tiong Giok dari takut timbul nekadnya, dengan menggunakan tongkatnya ia membentak. "Hei, kalian makhluk apa berani mengotori tempat yang suci ini !"
Berbareng dengan bentakannya Tiong Giok melakukan serangan oada gadis yang tergantung itu, tak kira belum pula serangannya sampai gadis itu tiba-tiba jatuh ketanah tak berkutik lagi, karena tambang yang menggantung lehernya putus dengan tiba-tiba.
In Tiong Giok memperhatikan perempuan itu dengan seksama, sesaat berlalu tidak terlihat gerakan apa-apa. Ia berpaling kearah gua, orang tua disitu sudah tidak terlihat mata hidungnya. Cepat-cepat ia menurunkan tempayan dari punggungnya dan memberannikan diri menghampiri perempuan itu sambil mengusik-usik tangannya. Perempuan itu diam saja, maka Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
244 dipegang lengannya itu dan diperiksa jalan darahnya. Ia merasakan tangan itu dingin sekali, dan tahu itulah sesosok mayat. Ia masih penasaran dan ingin melihat dengan tegas wajah dari mayat itu, maka rambut yang menutupi muka perempuan itu disingkap. Kini terlihat tegas perempuan itu berwajah cantik, matanya meram, usianya lebih kurang lima enam belas tahun.
Inikah yang dimaksud sebagai iblis ganas " Inikah yang membuat orang-orang Biau takut "
Inikah yang membuat Ciu Kong terluka parah " Ia jadi bingung dan menggelengkan kepala tanpa terasa dan menarik napas panjang".."
Bertepatan dengan tertarik napsnya, terdengar berkesiur angin, sebuah bayangan hitam menyambar tempayan dan terus dibawa lari kedalam gua.
Tiong Giok terkesiap dan kalah langkah, lengannya segera digerakkan "sreet" terdengar bunyi nyaring, karena ilmu mautnya atau Hiat cie leng dipergunakan menyerang bayangan hitam itu. Akan tetapi dengan mendadak ia merasakan lengannya menjadi kaku, karena pundaknya dicengkeram lengan dingin dari arah belakang. Hiat cie lengnya tidak dapat dilancarkan dengan sempurna, sehingga bayangan hitam masuk dan menghilang kedalam gua dengan aman.
In Tiong Giok menoleh kebelakang, ia merasa lega, karena yang mengcengkeram pundaknya itu adalah si mayat perempuan. Bukan saja mayat itu hidup kembali, bahkan bisa berseru nyaring. "Tia-tia ! Yauw Pepek ! Lekaslah aku berhasil menangkapnya !"
Dengan mendengar suaranya perempuan itu membuat Tiong Giok sadar bahwa dirinya bukan berhadapan dengan iblis tapi manusia biasa yang pura-pura menjadi iblis. Tiba-tiba ia membalik badan dengan mendadak. "Bangsat, jangan pura-pura menjadi setan, lepaskan lenganmu !"
Perempuan itu sedang gembira bisa menangkap Tiong Giok, sedikitpun tidak menduga pemuda itu bisa berontak dan melepaskan diri. Bahkan melakukan serangan mendadak, sehingga dirinya jungkir balik dalam waktu sekejap. Namun ia segera bangun dan terus mengayunkan tangannya melakukan serangan, sedangkan mulutnya berseru-seru minta
bantuan. "Tia-tia lekas, terlepas lagi, cepat Bantu aku !"
Dengan cepat Tiong Giok melakukan serangan, membuat perempuan itu terdesak terus.
"Kalian sebenarnya siapa " Lekas katakana jangan sampai kuturunkan tangan jahat !"
Perempuan itu melawan terus, ilmu pukulannya, sayang kurang matang, sungguhpun begitu ia masih bisa mengimbangi serangan lawannya dengan baik. "Turunkanlah tangan jahatmu aku tak takut !" Tantangannya, dan mengobah-obah serangannya dengan aneh, sekali ini Tiong Giok yang keteter. Untuk mendapat kemenangan hampir-hampir Hiat cie lengnya dilancarkan lagi, tapi ia tak sampai hati melakukan serangan mautnya. Sebab ia masih memiliki ilmu lain yang bisa digunakan. Lengannya seolah-olah dijadikan pedang, dan terus ditebaskan dengan gencar, menurut ilmu pedang Keng thian cit su.
Perempuan itu menyaksikan peerubahan ilmu lawannya menjadi kaget dan cepat-cepat berseru : "Hei ! Darimana engkau mempelajari ilmu ini ?"
"Tidak ada urusannya denganmu, jika engkau tak sanggup melawanku lagi, panggillah bapakmu lekas-lekas !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
245 "Jangan terlalu bangga, kata perempuan itu. "Kau kira aku tak tahu bahwa ilmu yang kau gunakan itu asalnya dari ilmu pedang."
"Ilmu pukulan atau ilmu pedang tidak bedanya, pandanganmu yang cetek itu, membuat geli hatiku saja !"
"Hm ilmu pedang tetap ilmu pedang, ilmu pukulan tetap ilmu pukulan, kenapa kau katakana pandanganku yang cetek " Dengan ilmu pukulan tangan kosong engkau tak bisa menang dariku, maka memakai ilmu ini untuk memperoleh kemenangan bukan ?"
"Ilmu apapun yang kupakai tak ada urusannya denganmu !" jawab Tiong Giok.
"Baiklah, rasakan pukulanku !" kata perempuan itu yang benar-benar melancarkan serangan bertambah gencar.
"Ceng ceng stop !" tiba-tiba terdengar seruan.
In Tiong Giok mencelat mundur dan menoleh kesana, didekat mulut gua ia melihat dua orang sedang berdiri dan memandang kepada dirinya, antaranya adalah Ciu Kong dan yang satu lagipun dia kenal, yakni Tiat pie sin wan Yauw Kian Cee. Orang itu pernah bertemu dengannya dikota Kim leng sewaktu ia mau mencetak buku Keng thian cit su. Ia menjadi kaget, dibalik merasa lega.
Ciu Kong dan Yauw Kian Cee cepat-cepat menghampiri kearahnya dan terus bertekuk lutut sambil berkata : "Kami Yauw Kian Cee dan Ciu Kong menghaturkan hormat pada Ciang bun jin."
Perempuan berbaju hitam menjadi kaget cepat-cepat iapun bertekuk lutut dan berkata : "Aku Ciu Ceng menghaturkan hormat pada Ciang bun jun."
In Tiong Giok membalas hormat mereka sambil berkata : "Aku menerima pesan dari Pek ciang bun jin kembali ke Cong leng tong hu (gua penyimpan roh) ini lebih kurang sudah empat bulan lamanya tak kira perpisahannya di Kim leng untuk selama-lamanya. Dan karena salah paham membuat Ciang bun jin mengalami banyak kesukaran, atas ini kumohon maaf yang sebesar-besarnya."
Ciu Kong pun dengan perasaan menyesal turut berkata : "Kami sebagai penjaga gua suci ini dari banyak tahun, tapi karena tidak kenal wajah Ciang bun jin yang baru, dengan tidak disengaja berlaku kurang ajar, dengan ini aku minta maaf yang sebesar-besarnya."
"Jie wie lo cianpwee janganlah berkata begitu, karena suatu keberuntungan aku bertemu dengan Pek Lo Cianpwee dan menerima Giok hu, serta menjalankan pesanannya untuk
membawakan rangkanya ke Cong leng tong hu ini, Ku mohon diriku ini jangan dianggap sebagai Ciang bun jin."
"Setiap orang yang memegang Giok hu, adalah Ciang bun jin dari Thian liong bun, maka itu kedudukan ini bagaimanapun tak bisa diubah-ubah !" kata Yauw Kian Cee.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
246 Dengan rasa hormat mereka mengiringi In Tiong Giok memasuki gua Cong leng tong hu. Gua ini dari luar tampaknya sangat sempit tapi sangat luas. Dikiri kanan terdapat empat kamar, tiga diantaranya adalah kamar Yauw Kian Cee, Ciu Kong dan Ciu Ceng Ceng, sedangkan yang sebuah lagi dipakai tempat latihan silat. Sedangkan perabotan disitu hanya kursi meja dari batu. Didinding tergantung rupa-rupa kedok seram dan kepala-kepalaan orang. Itulah alat-alat biasa dipergunakan mereka menyamar sebagai setan dan iblis.
Adapun Ciu Kong asalnya sebagai dedengkot golongan hitam yang kejam dan ganas. Didunia Kang Ouw ia terkenal dengan julukan "Tok gan sin mo (Iblis bermata satu). Empat puluh tahun yang lalu disaat namanya sedang tenar ia bertemu dengan Pek King Hong, dan dipecundangi, sejak itulah ia menjadi pengikut Pek King Hong dan bertugas sebagai penjaga gua Cong leng tong hu di puncak Giok hong hong sampai sekarang. Sedangkan Ciu Ceng Ceng asalnya bukan she Ciu, sewaktu masih didalam gendongan ibunya, diajak kedua orang tuanya berdagang kedaerah Biau ini. Entah bagaimana ayahnya berbuat kesalahan pada orang-orang Biau sehingga menerima kematian bersama istrtinya. Sewaktu terjadi peristiwa itu, kebetulan Ciu Kong lewat, dan memberikan pertolongan pada bayi itu, lalu dirawatnya dan dijadikan sebagai cucunya sendiri. Mereka mendiami Giok hong hong dan berlaku sebagai setan-setan untuk menakut-nakuti orang Biau agar tidak datang mengganggu gua yang dianggap suci itu.
In Tiong Giok sewaktu memeriksa Ceng Ceng mendapati gadis itu sudah dingin dan mati tapi belakangan gadis itu kembali, dan sadarlah bahwa Ceng Ceng menggunakan ilmu Hui kie jip hiat (mengembalikan hawa kedalam nadi), sehingga bisa pura-pura mati. Sedangkan Ciu Kong yang bisa mencopot kepalanya dariu leherpun, hanya permainan sulap saja. Dengan cara itu biasanya mereka bisa membuat orang-orang Biau ketakutan setengah mati dan tak berani datang lagi kepuncak ini.
Sejak mengenal urusan Ciu Ceng Ceng belum pernah meninggalkan Giok hong hong maka itu sifatnya sangat polos benar. Kini kedua matanya yang hitam tak henti-hentinya memandang In Tiong Giok, ia tak habis mengerti, kenapa pemuda itu yang masih muda belia bisa menjadi Ciang bun jin dan kakeknya yang berusia hampir sembilan puluh tahun harus bertekuk lutut pada pemuda itu "
Dan sungguhpun begitu ia tak berani mengatakannya dan diam saja terus sambil
mengikutinya dari belakang. Sedangkan Tiong Giok sesudah masuk memperhatikan didalam, ia merasa heran dan bertanya : "Pek Lo Cianpwee memesan kepadaku untuk menaruh
rangkanya didalam gua ini dan memberi petunjuk juga harus menuruti kata-kata yang tertulis didinding melakukannya, kenapa didinding ini tak terlihat barang sehuruf katapun?"
"Tempat untuk meletakkan rangka itu tidak disini," kata Yauw Kian Cee.
"Mungkinkah masih ada gua lain ?" tanya In Tiong Giok.
"Dibelakang kamar berlatih masih ada ruangan lain lagi," kata Yauw Kian Cee, "tempat itu hanya boleh dimasuki seseorang yang berkedudukan sebagai Ciang bun jin, yang lain tidak boleh masuk."
"Jika begitu kuminta ditunjukkan tempatnya untuk meletakkan rangka ini," kata Tiong Giok.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
247 Yauw Kian Cee agak sangsi, terbayang wajahnya sangat bingung, akhirnya ia berkata dengan suara gugup. "Tidaklah sebaiknya Ciang bun jin mengaso dulu " Rangka itu besokpun boleh"."
"Aku melakukan perjalanan ribuan lie jauhnya, supaya bisa menempatkan kerangka ini ditempatnya secepat-cepatnya, jika kejadian ini sudah beres hatiku baru lega, maka itu untuk apa harus menantikan besok, aku mau sekarang juga dibereskan."
Yauw Kian Cee berpikir sejenak, lalu tersenyum, "Saat inipun sebenarnya sudah pagi tak lama lagi akan terang tanah, jika tak bisa bersabar, kami menurut saja apa yang dikehendaki Ciang bun jin" sehabis berkata ia melirik kearah Ciu Kong dan berbisik perlahan, entah apa yang dikatakannya, Ciu Kong segera maju kedepan Tiong Giok dan bertekuk lutut "Aku sebagai penjaga gua ini, mohon diberikan Giok hu untuk membuka pintu."
Tiong Giok mengeluarkan Giok hu, Ciu Kong menerimanya dengan kedua tangan, setelah meneliti sejenak, orang tua itu segera membalik badan dan berjalan duluan memimpin Tiong Giok masuk kedalam kamar latihan.
Ciu Ceng Ceng menyingkap kain di dinding, disitu terlihat sebuah pintu yang tingginya tiga meter, tertutup rapat oleh sebuah kelotok besar yang terbuat dari emas.
Ciu Kong bertekuk lutut didepan pintu dan berdoa. "Hari Ciu Kong sebagai penjaga gua mendapat tugas dari Ciang bun jin baru untuk membuka pintu, semoga arwah dari ciang bun jin yang berada dialam baka, memberi rahmat dan taufiknya bagi ciang bunjin baru dan kesejahteraan pada sekalian murid-murid dari Thian liong bun. Sehabis begitu ia berdiri memberi hormat lagi sebanyak tiga kali sambil merangkap kedua tangannya. Tangannya yang merangkap tiba-tiba dipisahkan, tampak tegas bahwa Giok hu menjadi dua, ditengahnya terdapat sebuah anakj kunci dari emas. Dengan itu dia membuka pintu. Sesudah itu ia menundukkan kepala mempersilahkan Tiong Giok masuk, sikapnya ini diikuti pula Yauw Kian Cee dan Ciu Ceng Ceng. Tiong Giok sendiri menghadapi acara ini menjadi bingung, tapi ia tidak mau banyak pusing, cepat-cepat diambilnya tempayan yang sudah berada disitu dan dibawa masuk kedalam gua.
Keadaan didalam sangat gelap, tapi udara disitu diliputi wewangian yang menyegarkan semangat. Samar-samar ia melihat gua yang dalamnya lima enam puluh meter. Disini terdapat sebarisan ranjang-ranjang batu dan disetiap ranjang itu terdapat kerangka kerangka manusia, ada yang mengenakan pakaian Biku, adapula yang mengenakan pakaian biasa, jumlahnya ada sembilan orang.
In Tiong Giok masuk terus kedasar gua, disini terdapat pula ruangan yang agak besar dan tidak gelap seperti tadi, karena dari atap masuk sinar terang. Ia mengamat-amati keadaan sekeliling dengan telitinya sekali, dan melihat banyak huruf-huruf didinding. Setelahmembaca dan memperhatikan sejenak, barulah ia tahu bagaimana harus meletakkan kerangka Pek King Hong. Maka dilakukan petunjuk itu dengan baik saat itu juga. Disamping itupun ia mendapatkan bahwa huruf-huruf ditembok itupun merupakan pelajaran ilmu silat dari Thian liong bun yang diperuntukkan bagi seorang Ciang bun jin. Karena inilah Tiong Giok, mau tak mau harus membuang waktu didalam gua itu bersama-sma dengan Yauw Kian Cee dan
kawan-kawan untuk mempelajari ilmu itu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
248 Sementara itu Tiong Giok mempelajari ilmu silat di Giok hong hong, kita alihkan dulu cerita ini kebagian yang lain.
Waktu berjalan dengan cepatnya, sekejap mata setahun telah berlalu. Kini tepat hari raya Tiong cu, keadaan telaga See Ouw diterangi rembulan purnama, putih seperti perak, jernih bagai air. Indah dan permai. Perahu-perahu berhias memenuhi telaga itu, para penumpangnya mengenakan pakaian baru, makan minum bergembira sambil menyanyi-nyanyi, melewatkan hari raya dimusim Ciu itu.


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di pinggir telaga banyak restoran terapung diatas air, antaranya yang bernama Hui hong sian, ini adalah yang terbaik, bertingkat tiga, teratur rapi dan bersih. Dilantai pertama penuh perahu sewaan, lantai kedua dan tiga terdapat belasan kamar yang menghadap ketelaga.
Disini para tamu yang berpesta pora sambil mendengari lagu yang dibawakan oleh penyanyi wanita. Para penyanyi itu bertugas merangkap menjadi pelayan juga, memberikan kesenangan pada tamu, dalam keadaan begini hal-hal asusila terjadi dan berlangsung seperti biasa !
Pokoknya para perempuan itu ditepuk maupun disenggol atau dipeluk sekali, hanya
tersenyum. Bukan karena ia senang dan berwatak demikian, apa yang dilakukannya itu, semata-mata untuk memperoleh uang sebanyak-banyaknya!
Tamu-tamu makin malam makin mabuk-mabukan suara penyanyi semakin parau, kelakuan antara wanita dan laki-laki semakin menggila seolah-olah dunia ini hanya untuk begitu saja.
Tapi di dalam keramaian ini, ada seorang tamu yang luar biasa. Ia adalah seorang pemuda berusia antara tujuh delapan belas tahun. Pakaiannya terbuat dari sutera dan ,mentereng sekali. Ia berada ditingkat teratas sekali dari Hui hong sian, berdiam seorang diri dikamar yang termahal. Kamar itu hanya diterangi sinar rembulan, tapi biar begitu wajah pucat pemuda itu terlihat jelas. Sepasang matanya yang tajam memandang ketempat jauh, bagai sedang merenungkan kehidupan yang lampau.
Sejak matahari terbenam, pemuda itu datang seorang diri dan terus diam dikamar itu.
Pelayan-pelayan wanita yang cantik-cantik, melihat seorang muda ini, jadi girang, pikir mereka inilah orang baru yang masih hijau, asal bisa merayu dan jual lagak pasti dapat mengeruk uang. Tak kira laki-laki muda itu, tak tertarik paras cantik, ia duduk dikamar itu tak mau ditemani siapapun. Ia minum-minum seorang diri sambil melamun dan terpekur berjam-jam lamanya, arak yang masuk kekerongkongannya sudah banyak, tapi sepatah kata tak keluar dari mulutnya.
JILID 13________
Pelayan-pelayan berulang kali mencoba mendekatinya menanya ini itu dengan ramah, bukan saja tidak dihiraukan, malahan diusirnya. Hoo kee dari restoran ini melihat tamu yang aneh ini, merasa tidak betah dan ingin menanya apa yang dikehendaki pemuda itu, tapi perkataan mereka yang berada dikerongkongan tak kunjung keluar karena sinar mata pemuda itu yang tajam dan pedang yang tersoren di pinggangnya membuat mereka takut sendiri.
Pada haru raya yang ramai ini banyak tidak kebagian tempat, dan sudah tentu pemuda itu tidak boleh menjublek terus-terusan semalam suntuk disitu, ini merugikan pemilik restoran.
Lebih-lebih tempat yang dipakai pemuda itu adalah yang terbaik dan termahal, biar Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
249 bagaimana kerugian ini harus dicegah, maka itu Hok Kee itu berunding dan mengambil keputusan untuk melaporkan kejadian ini pada Lau pan atau majikan mereka.
Pemilik Hui hong sian ini adalah Pang Tiong seorang buaya kenamaan di telaga See Ouw.
Biar dia mempunyai alis kereng dan tabiat kasar, tapi cukup berpengetahuan luas, jikalau tidak mana mungkin seorang buaya semacam dia bisa mendirikan restoran Hui hong sian yang begitu terkenal.
Mendengar laporan dari Hok keenya, Pang Tiong mengerutkan alis dan bertanya :
"Ei, kalian bisa memastikan ia baru berusia delapan belas tahun ?"
"Ya !"
"Sudah berapa banyak ia minum " Mabukkah dia ?"
"Sudah minum sepuluh teko, mabuk tidaknya kami tidak tahu !"
"Dilihat tampangnya beruang atau tidak ?"
"Pakaiannya mentereng, kelihatannya sih berduit juga !"
"Ha ha ha, kalau ia beruang soal gampang !" kata Pang Tiong dengan tergelak-gelak.
"Sekarang juga kau jemput Siau Yang Ang, dan hadapi pada pemuda itu, kutanggung bocah itu akan manggut-manggut"."
"Sekarang adalah hari raya, mungkin Siau Yang Ang tak bisa datang".."
"Pokoknya, bisa tidak bisa, asal ada uang akan bisa !" kata Pang Tiong.
Hoo kee itu tak berani banyak cerita lagi, segera berlalu untuk menjemput Siau Yan Ang.
Pang Tiong sedangkan tak bisa tenang, cepat-cepat ia mengenakan pakaian barunya dan lalu terus naik ketingkat tiga.
Kini ia percaya apa yang dikatakan Hok keenya bahwa pemuda itu benar-benar aneh. Dengan didahului deheman kecil ia masuk ke kamar pemuda itu. Sebelum berkata ia tersenyum dulu.
"Kongcu?" Ia meneruskan menantikan reaksi pemuda itu.
Pemuda itu tidak bereaksi, ia melanjutkan kata-katanya. "Selamat datang di Hui hong sian ini, restoran ini dibangun tepat ditepi telaga, tak usah repot-repot perahu melalui telaga ini bukan
" Maka itu kupakai nama Hui hong sian. Atau pelangi terbang".
Pemuda itu tersenyum-senyum dan memancarkan sinar gembira pada wajahnya. Pang Tiong melihatnya mejadi girang, dan melanjutkan kata-katanya.
"Aku sebagai orang bodoh yang kurang sekolah, tapi pengunjung-pengunjung restoran ini, banyak yang pintar-pintar dan bersekolah tinggi. Menurut mereka nama ini indahnya terletak pada pemakaian huruf hui atau terbang"."
"Apa indahnya ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
250 Pang Tiong lupa diri, semakin sok aksi dan kiranya dialem. "Pelangi adalah benda mati, ditambah huruf terbang, bukankah menjadi hidup " Hui hong ! Hui hong ! pelangi
terbang".artinya pelangi itu terbang dan tidak mati ! Ia asyik menguraikan nama itu dengan panjang lebar, dan tidak menduga bahwa pemuda itu tiba-tiba saja menjulurkan tangan mencekal pergelangannya.
"Hong atau pelangi menurutmu benda mati ?" bentak pemuda itu dengan mata mendelik dan memancarkan sinar membunuh.
Pang Tiong tak habis mengerti, kemana pemuda ini yang mula-mula sudah tersenyumsenyum tiba-tiba bisa berubah demikian macam, hatinya gugup dan tidak bisa menjawab.
Begitu sipemuda menggunakan tenaga Pang Tiong merasa sakit yang tidak kepalang. "Hm, manusia bodoh, engkau harus mengerti bahwa pelangi begitu indah dan bisa memancarkan berbagai warna yang hidup keempat penjuru, kenapa kau katakana mati ?" Lidahmu harus kupotong !" Sambil berkata itu pemuda menarik separuh itu. Sejenak berlalu pemuda itu diam tak menghiraukan.
"Kongcu?" ia mengeraskan suaranya sambil tersenyum terus.
Sekali ini membuat pemuda itu menoleh, dan menggerakkan tangan belakang, menyuruh Pang Tiong pergi ! Dengan sabar Pang Tiong tersenyum terus, ia tidak keluar, melainkan maju selangkah sambil memberi hormat. "Aku bernama Pang Tiong pemilik restoran ini"."
Lagi pemuda itu menggoyangkan tangan menyuruhnya berlalu, sikapnya begitu dingin dan sombong.
Dengan menelan liur, Pang Tiong kumat kamit masih mau melanjutkan kata-katanya, tapi tak jadi keluar, karena dengan mendadakan pemuda itu membalikkan tubuh, dan membentak:
"pergi !"
"Ya, ya !" jawab Pang Tiong dengan gugup sambil mundur-mundur. "Aku sebagai pemilik restauran ini berkewajiban melayani tamu".tapi Kongcu tak mau, maka"."
"Kemari !" bentak lagi pemuda itu.
"Kongcu mau apa lagi ?" tanya Pang Tiong.
"Engkau mengaku sebagai pemilik restauran ini ?"
"Benar !"
"Baik ! Sekarang ingin kutanya siapa yang memberi nama Hui hong sian pada restoran ini ?"
Pang Tiong menjadi melengak, tapi dengan cepat ia tersenyum lagi. "Kongcu jangan menertawakan, aku yang memberi nama itu dengan sekena-kenanya."
"Hm tentu ada artinya bukan ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
251 "Ya sedikit banyak ada saja," kata Pang Tiong. Aku melihat pemandangan ditelaga ini indah sekali, lebih-lebih sehabis hujan, dilangit terlihat pelangi. Kupikir pelangi itu bentuknya seperti jembatan.
Sambil berkata pemuda itu menarik separuh pedangnya keluar dari serangka.
Sekujur tubuh Pang Tiong menjadi lemas, tapi seumurnya belum pernah menghadapi anak muda yang begitu gagah, lekas-lekas ia meratap "Kongcu".soal apapun mudah dibicarakan tak perlu begini"."
"Trang !" pedang terhunus, Pang Tiong sudah ditarik pemuda itu kepinggir lankan. Melihat keadaan ini cepat-cepat ia menjerit sekuatnya "Tolong ! Tolong !"
Hoo kee hoo kee mendengar teriakan majikannya, memburu keatas. Pemuda itu menyapu mereka dengan sinar matanya yang tajam dan dingin : "Maju lagi selangkah, berarti mencari mati !"
Sinar mata pemuda itu berpengaruh betul si hoo kee manjadi gemetar, dan diam tak bergerak.
Pada saat yang genting inilah tiba-tiba terdengar suara halus yang sangat merdu. "Ai, apa-apaan ini " Malam indah bulan purnama tidak dinikmati, berbalik main pedang dan golok, ah benar-benar menakutkan orang !" Seiring dengan suara itu terlihat seorang perempuan berbaju merah. Usianya lebih kurang dua puluh lima tahun, begitu cantik dan menggiurkan.
Pemuda itu matanya menjadi bersinar, dan..
"Kau?"
"Aku bernama Siau Yan Ang !"
Pemuda itu mengucak-ucak matanya, lalu menatap dalam-dalam. "Ambil lampu !" tiba-tiba ia membuka mulut.
Setengah malam pemuda itu tak mengijinkan menyalakan lampu, tapi begitu berhadapan dengan Siau Yan Ang adat kerbaunya menjadi luntur. Pelayan-pelayan menjadi girang dan berserabutan mau mengambil lampu. Dengan lemah lembut Siau Yan Ang mencegah mereka.
"Kongcu bulan purnama air telaga berkilauan memantulkan cahaya, belum cukup terangkah
?" "Bunga didalam kabut takkan terlihat tegas," kata pemuda itu. Tambahan pula aku sedikit mabuk, kuatir kalau kalau salah mengenali orang."
"Dengan wajah asli, kuatir tertutup awan ! Juga tak pernah aku mendengar orang menikmati rembulan sambil memasang lampu !"
Pemuda itu tertegun rak bisa mendebat lagi.
Siau Yan Ang dengan lengannya yang halus menunjuk kelankan. "Pang lau pan ini boleh dibebaskan dari kesalahannya ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
252 Pemuda itu memasukkan pedangnya kedalam serangka. "Pergilah !" katanya dengan terpaksa.
Pang Tiong seperti juga terlepas dari bahaya maut menghaturkan terima kasih pada Siau Yan Ang dengan berlebih-lebihan.
"Sudahlah !" kata Siau Yan Ang. "Kuminta disediakan perahu berhias?"
"Kounio jangan pergi dulu," salak Pang Tiong.
"Siapa bilang aku mau pergi ?" kata Siau Yan Ang. "Aku mau mengajak Kongcu ini pesiar dan jangan diam saja seorang diri dimalam romantis ini !"
Pang Tiong baru mengerti maksud Siau Yan Ang, ia menganggukkan kepala dan
memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan perahu. Dalam sekejap apa yang diinginkan si nona sudah tersedia. Dengan tersenyum perempuan itu memandang sipemuda.
"Kongcu, mari !" Sungguh mengherankan, anak muda bertabiat aneh itu, begitu jinak dan penurut sekali, tanpa berkata ia turut keluar. Sebelum berlalu ia melemparkan uang emas keatas meja.
Dengan langkah gemulai Siau Yan Ang turun dari loteng diikuti pemuda itu. Sekalian Hoo kee dan pelayan maupun Pang Tiong sendiri merasa lega dengan kepergian pemud yang galak itu.
Diatas perahu terdapat beberapa perempuan muda berbaju kuning, mereka menyambut
kedatangan Siau Yan Ang dan pemuda itu. Sebentar kemudian perahu sudah terkayuh
ketengah telaga, persiapan diperahu begitu lengkap, makanan maupun minuman sudah tersedia, pemuda itu diam terus tanpa membuka mulut, sedangkan Siau Yan Ang duduk menyandar disebuah kursi yang bersulam sambil tersenyum-senyum pada pemua itu.
Perahu dikemudikan ketempat agak gelap dan meninggalkan keramaian ditelaga. Setelah ini Siau Yan Ang menggerakkan tangan sambil berseru : "Tak usah dikayuh lagi, kemarilah kukenalkan kalian pada Siau pangcu !"
Pemuda itu terkesiap, "Kau"kau benar Soat Kouw Kouw?"
Dengan tersenyum dingin Soat Kouw berkata : "Maukah memakai lampu lagi agar dapat melihat bunga dengan tegas ?"
Pemuda itu berkeringat dingin. "Aku tidak bersalah kenapa Kouw kouw mempersulit diriku
?" "Hm engkau bernyali besar dan tak memandang sedikit kepadaku," kata Soat Kouw. "Kau kira aku benar-benar menjadi perempuan berengsek "
"Apa yang kulakukan ini keseluruhannya demi Pok Thian Pang, Dengan susah payah aku kesana kemari mencarimu, tak kira bisa bertemu disini ! Sekarang jelas, dimana dia ?"
"Siapa ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
253 "Jangan pura-pura bodoh, tentu Wan jie yang kutanya !"
"Aku tak tahu !"
"Apa " Tidak tahu " Kata Soat kouw dengan dingin. "Kamu adalah saudara seperguruan yang setimpal, kenapa melarikan diri tatkala mau dinikahkan " Dengan begini engkau sebagai anak yang tidak berbakti pada orang tua, demikian pula dengan Wan jie, tahukah perbuatan kamu ini akan mendatangkan akibat apa ?"
"Tapi Kouw kouw harus mengerti, antara Wan jie dan aku dibesarkan bersama-sama,
perasaanku padanya tak ubahnya sebagai saudara, sedikitpun tidak mempunyai perasaan cinta
! Sudah tentu saja perjodohan ini kami tentang".."
"Ya sekarang kemana perginya Wan jie " Apakah ia mencari In Tiong Giok ?" tanya Soat kouw.
"Apa salahnya ia mencari In Tiong Giok " tanya Pek Kiam Hong.
"Engkau membela In Tiong Giok ?"
"Bukan begitu," kata Pek Kiam Hong, "sejujurnya harus kukatakan bahwa In Tiong Giok adalah seorang muda yang baik. Soal dia tidak mau masuk menjadi anggota kita, tidak bisa dipaksa ! Tambahan ia meninggalkan Pok Thian Pang karena dibawa lari oleh orang lain, dia sendiri mana boleh disalahkan " Seorang muda semacam dia kurasa cocok untuk Wan jie"."
Soat kouw menjadi terkekeh-kekeh mendengar perkataan itu.
"Kouw-kouw menganggap lucu dan tertawa, tapi kata-kata ini keluar dari hato yang sejujurnya," kata Pek Kiam Hong. "Ai ! Didunia yang dapat mengerti perasaan hatiku mungkin hanya In Tiong Giok seorang, sayang pertemuanku dengannya hanya sebentar"."
Mendengar ini Soat kouw menjadi kaget, gusar bingung menjadi satu.
Pek Kiam Hong seorang muda yang polos, tidak mengetahui apa yang sedang dirasakan Kouw kouwnya, ia bicara terus seenaknya; setahun lebih aku meninggalkan rumah, kini bisa bertemu dengan Kouw kouw, tak ada alas an apa-apa lagi yang akan kutemukan, hanya kumohon saja, kesalahan yang kuperbuat ini jangan merembet-rembet pada Wan jie."
Tiba-tiba saja Soat kouw tersenyum. "Engkau sebagai laki-laki yang gagah dan berani bertanggung jawab. Duduklah, aku masih perlu bertanya padamu." Tidakkah engkau
terkenang pada ibumu ?"
Pek Kiam Hong menundukkan kepala, matanya menjadi merah. "Budi orang tua
bagaimanapun tak bisa kulupakan, sudah tentu kurindu kepadanya."
"Jika begitu engkau harus percaya pada Kouw kouw bukan ?"
"Aku tak mengerti apa yang Kouw kouw maksud"."
"Ingin kuberi tahhu suatu soal padamu, apakah engkau percaya ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
254 "Aku percaya !"
"Apakah kepercayaanmu ini berdasarkan aku sebagai bibimu atau secara tulus ikhlas ?"
"Aku percaya bahwa Kouw kouw tidak akan mempersulit diriku !"
"Jika percaya baiklah kukatakan, aku tak berniat membawamu kembali kemarkas pusat !"
"Ah, Kouw kouw"." Pek Kiam Hong kegirangan sampai tak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Jangan terlalu girang, kata-kataku belum selesai," kata Soat kouw. Aku hanya mengatakan sekarang membawamu kesana, tapi tidak mengijinkan juga kau berkeliaran terus diluar untuk selama-lamanya. Engkau sebagai Siau Pangcu bagaimana tak boleh berkhianat pada
perserikatan sendiri"."
"Kehidupan sebagai Siau Pangcu, sudah tentu tak berani berkhianat, apa yang kulakukan semata-mata untuk menghilangkan kekesalan yang telah mengeram padaku selama tujuh belas tahun. Pikir saja disana aku tak mempunyai suatu pekerjaan, setiap hari terpekur dan termenung tak ubahnya seperti bangkai hidup bukan ?"
"Engkau ingin mencari pengalaman didunia Kang Ouw tidak kularang, tapi kaupun harus meluluskan dua permintaanku !"
"Silahkan Kouw kouw katakana !"
"Kesatu engkau harus mencari Wan jie, dan nasehatkan padanya tidak boleh mengkhianati perserikatan kita, andaikata ia tak mau kembali kepusat, ia harus melapor terus kemana ia pergi !"
"Tapi yang diperbuat Wan jie adalah soal seumur hidupnya"."
"Mengenai hal yang menyangkut perkawinanmu tak perlu dipikirkan, kamipun bisa
membicarakan pada Lo Cucong, dan mungkin iapun tak akan memaksa dengan kekerasan, jika kalian tidak setuju satu sama lain," kata Soat kouw. "Yang kedua kuharapkan kau bisa menyerapi dimana In Tiong Giok berada, bagaimanapun ia harus ditangkap"."
"Tidak !" Pek Kiam Hong memprotes dengan spontan.
"Kenapa ?"
"Dalam hal ini bukan saja aku, Wan jiepun pasti tidak mau berbuat semacam itu tadi sudah kukatakan bahwa In Tiong Giok adalah kawanku yang baik, dan merupakan pula gantungan hidup Wan jie dikemudian hari."
"Tapi kau jangan lupa, iapun sebagai pencuri buku ! Perbuatannya itu menyebabkan Keng thian cit su tersebar luas dikalangan Bulim, karena itulah sampai peresmian Pok Thian Pang tertunda setahun lebih. Lo Cucong merasa sakit hati dan memerintahkan semua anggota untuk menangkap dia guna diadili?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
255 "Orang-orang pandai diperserikatan kita bukan sedikit, kenapa Kouw kouw membebankan hal ini kepadaku ?"
"Jadi engkau ingin tahu sebab-sebabnya, kujelaskan kepadamu !"
"Benar !"
"Hm, karena In Tiong Giok adalah musuhmu !" kata Soat kouw. "Ayahmu meninggal karena dia !"
"Benarkah ?" tanya Pek Kiam Hong dengan mata mendelik.
"Aku tak mau membohong !" kata Soat kouw dengan tegas. "Engkau tertipu ! Sedikitpun engkau tak tahu bahwa dia adalah murid Han Bun Siang yang berkepandaian tinggi !
Kepandaiannya itu lebih darimu ! Dengan alassan sebagai penterjemah ia datang ke markas pusat, semata-mata untuk mencuri buku ! Setelah Cian bin sin kay terbuka kedoknya, segera ia kabur !"
"Hal ini sedikitpun tidak ada sangkut pautnya dengan kematian ayahku !"
"Sudah tentu kami mempunyai bukti yang tidak dapat dibantah, dipunggungnya In Tiong Giok tertera tanda luka !"
"Bagaimana Kouw kouw tahu ?"
"Sebelum terjadi peristiwa Cian bin sin kay terbuka kedoknya, Lie Kee Cie telah menaruh kecurigaan besar pada mereka. Lalu ia memohon agar Lo Cucong mengirim surat ke Ngo Liu Cung agar Tan Toa Tiau menyelidiki hal ihwal In Tiong Giok pada keluarganya. Ia berhasil menyelidiki bahwa In Tiong Giok mempunyai tanda luka dipundak kirinya !"
"Waktu ia belum meninggalkan Pok Thian Pang, kenapa tak ditangkap ?"
"Kegagalan ini akibat perbuatan Wan jie !" kata Soat Kouw. "Waktu penyelidikan selesai, Tan Toa Tiau memberikan laporan melalui merpati pos, apa celaka surat itu Wan jie yang terima, untuk kepentingan asmaranya inilah, surat itu dipendam dan tidak dilaporkan !"
Pek Kiam Hong menarik napas panjang, apa yang dikatakan Soat Kouw itu soal sakit hatinya.
Dan orang menjadi musuhnya, boleh kenapa In Tiong Giok adanya. Seorang kawan yang disayanginya. Dibawah sinar rembulan, wajahnya terlihat semakin pucat, dan ia diam tak mengeluarkan kata-kata lagi. Soat kouw melirik sambil tersenyum, dan menuangkan arak secawan. "Minumlah dulu apa kesal-kesal !"
Sekali teguk arak itu mengalir kerongkongan Pek Kiam Hong, cawan yang kosong itu dibanting sampai masuk kedalam meja.
"Kau masih terlalu muda, tidak bisa membedakan antara orang jahat dan orang baik. Hanya dengan kata-katanya yang manis engkau sudah terpengaruh dan menganggap musuh sebagai sahabat karib ! Dengan tanpa pengalaman engkau mengembara di dunia Kang Ouw
sebenarnya membuatku tak tenteram. Maka itu sepak terjangmu dikemudian hari harus lebih hati-hati dan jangan sampai tertipu lagi orang-orang jahat !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
256 Pek Kiam Hong menganggukkan kepala dan berkata : "Aku akan mencari dia biar sampai keujung langitpun, ingin kulihat dengan mata kepala sendiri tanda luka dipunggung kirinya dan ingin kutanyakan asal usulnya dengan mulut sendiri !"
Soat kouw tersenyum mendengar perkataan ini, lalu menyuruh pengikutnya mengayuh perahu menuju pantai. "Agar tak ketahuan jejak kita dari orang luar, kuantarkan engkau sampai disini. Dan ingatlah akan pesanku !"
Pek Kiam Hong menarik napas, lalu memberi hormat, tubuhnya mencelat dengan gesit ketepi pantai.
Waktu ia menoleh ketelaga, perahu sudah pergi jauh. Dengan langkah berat ia menuju kekota, baru beberapa langkah ia berjalan, dengan tiba-tiba dari tempat agak gelap berkelebat sesosok tubuh ramping yang langsung menegurnya. "Hei, engkau she Pek atau bukan ?"
"Engkau siapa ?"
"Aku yang bertanya lebih dulu, engkau she Pek atau bukan ?"
Kini ia melihat tegas lagi, bahwa orang itu adalah gadis muda yang menggobet kepalanya dengan kain hijau.Dipunggungnya terdapat pedang panjang. Wajahnya separuh tertutup kain gubetan tidak terlihat tegas. Pek Kiam Hong mengerutkan alisnya, seolah-olah dia merasa kenal dengan gadis itu, seketika tidak terpikir olehnya dimana pernah bertemu dengannya.
"aku she Pek atau bukan ada urusan apa denganmu ?"
"Hei, apa kau menjadi besar karena makan batu ?" Ditanya baik kenapa marah-marah ?"
Pek Kiam Hong seorang muda bertabiat aneh ditambah hatinya sedang kesal, mendengar perkataan sigadis, hatinya menjadi meluap, segera ia membentak, "Hei , budak apakah mau mampus ?"
Gadis itu sedikitpun tidak menjadi gentar dan membalasnya dengan kata-kata kasar pula :
"Binatang ! Anjing kau, sembarangan memaki orang !"
Pek Kiam Hong tak bisa mengendalikan lagi emosinya, segera maju kedepan dengan pedang terhunus.
"Trang !" terdengar sekali, gadis itu menghunus pula senjata dan maju menyongsong lawan.
Begitu mereka mendekat dan pandangan mata saling bentrok, mereka saling mengeluh dengan menarik napas. "Ih, kiranya Tiat Kounio !"
"Ah, engkau benar Siau Pangcu adanya !" kata gadis itu yang bukan lain dari Tiat Siau Bwee adanya. "Tak kusangka tampang alim sepertimu bisa mencari hiburan dengan perempuan jalang !"
"Kounio jangan salah paham, perempuan itu adalah kouw kouwku !"
"Hm, aku tak percaya, masakan kouw kouwmu itu berdandan semacam itu dan gerak
geriknya begitu misterius ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
257 Pek Kiam Hong tahu, diterangkan bagaimanapun tak bisa membuat gadis itu mengerti, maka itu dengan cepat ia mengalihkan pembicaraan ketempat lain. "Engkau sendiri kenapa bisa berada ditelaga See Ouw ini ?"
Perkataan ini membuat Siau Bwee terpekur, matanya berkaca-kaca, mendadak lalu menjawab dengan sedih. "Aku tak diakui anak lagi oleh ibuku !"
"Kenapa bisa begini ?" tanya Pek Kiam Hong dengan kaget.
"Jika dikatakan soalnya panjang," kata Siau Bwee sambil memonyongkan mulut, "sebaiknya kutanya dulu padamu, bisakah menolongku ?"
"Asal yang kubisa pasti kutolong !"
"Begini," Siau Bwee tertegun sejenak, wajahnya mendadak menjadi merah seperti kepiting direbus, "engkau mengantongkan uang tidak ?"
"Apa maksudmu bertanya soal uang ?"
"Aku"..aku mau pinjam !"
"Untuk apa uang itu ?"
Siau Bwee menjadi mendelik dan bersungut-sungut. "Hm ! Apakah kau tak tahu gunanya uang " Terang-terangan saja, kasih pinjam atau tidak ?"
Tidak banyak bicara lagi Pek Kiam Hong merogoh saku dan menyerahkan seraupan uang emas. "Cukup sebegini ?"
Siau Bwee tersenyum "Waduh banyak betul cukup, cukup! Uang ini tak bisa cepat-cepat kubayar !"
"Ah, segala uang sebegini, pakailah jangan dihitung utang !"
Siau Bwee mengantongi uang itu. "Atas ini aku menghaturkan banyak terima kasih
kepadamu. Sebenarnya akupun membawa uang dari rumah, tapi sudah habis kuhamburkan disepanjang jalan, untung hari ini aku bertemu denganmu, kalau tidak aku bisa jatuh susah !"
"Kenapa engkau meninggalkan rumah dan hidup sampai sesusah ini".." tanya Pek Kiam Hong.
"Tak usah membicarakan soal itu," potong Siau Bwee, kau tahu dalam kebokekanku ini sudah sehari tidak makan nasi, yang perlu harus mencari makanan dulu, mari !"
"Kenapa tidak sedari tadi engkau katakana ?"
"Sudah jangan ngomong melulu, kepalaku terasa pening !" kata Siau Bwee yang terus berjalan lebih dulu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
258 Pek Kiam Hong menggelengkan kepala, dan terus mengikuti dari belakang.
Mereka memilih sebuah restoran yang terbaik didalam kota dan terus makan dengan
lahapnya. Dalam waktu sejenak, Siau Bwee telah memberesi seekor ayam rebus, dua bakpau dan semangkok ikan kuah, tampaknya benar-benar dalam kelaparan.
"Masih mau tambahkah ?" tanya Pek Kiam Hong.
"Engkau jangan mengeledek, nanti ada saatnya engkau merasakan tak makan seharian, saat itulah baru tahu bagaimana rasanya lapar itu !"
"Ya dalam keadaan lapar, makanlah biar banyak, agar tak lapar lapar lagi !"
Siau Bwee mendelik dengan heran. "Kau kira aku tak sanggup makan lagi, berapa piring lagipun masih sanggup, hanya saja kutak mau !"
"Kenapa tak mau ?"
"Ah, benar-benar".terlalu banyak makan bisa gemuk, anak gadis gemuk-gemuk tidak bagus mengerti !"
Pek Kiam Hong menjadi melongo. Dan biasanya ia bertabiat aneh, karena terlalu lama hidup menyendiri tanpa suatu pergaulan, menghadapi gadis semacam Siau Bwee yang bersifat polos dan berlaku blak-blakan, entah bagaimana jadi banyak bicara dan kekesalan hatinya seperti hilang dan berubah menjadi manusia baru yang lain dari dulu-dulu. "Sekarang kau sudah kenyang, boleh bercerita apa sebabnya meninggalkan rumah bukan ?"
"Semuanya ini gara-garamu juga sih !"
"Apa " Aku ?" Pek Kiam Hong terkejut.
"Ya !" jawab Siau Bwee. "Dapatkah kau terangkan dimana tempatnya Pok Thian Pang ?"
"Untuk apa kau tanyakan ini ?"
"Kau tahu sudah tiga bulan kucari tidak ketemu juga !"
"Oh, kiranya kau meninggalkan rumah untuk ke Pok Thian Pang !"
"Ya ! Sebab ingin ke Pok Thian Pang, aku ribut dengan ibu, sehingga hidup terlunta-lunta sampai begini !"
"Untuk apa kau pergi ke Pok Thian Pang ?"
"Idih ! Masih tanya-tanya lagi ! Justru gara-garamu mau kawin dengan Wan jie aku diundang ibumu datang kesana untuk menyaksikan perayaan itu, lupa dah yah ?"
"Oh, begitu ! Untung tak sampai kesana, bila mana tidak kepergianmu tetap sia-sia saja !"
"Eh, memang kenapa ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
259 "Sejujurnya pernikahan ini bukan kemauanku maupun Wan jie, semua ini kerjaan Lo Cucong maka sebelum upacara dimulai, kami minggat berdua meninggalkan Pok Thian Pang dan sampai sekarang belum pulang-pulang !"
"Kalau begitu engkaupun kabur dari rumah seperti aku juga ?"
"Benar !"
"Selamanyakah akan hidup diluaran ?"
"Mungkin selamanya, kalau bisa !"
"Apakah jabatan Siau Pangcu tak kau pegang lagi ?"
"Sedikitpun jabatan Siau Pangcu itu tidak menarik hatiku?"
"Habis dah !" seru Siau Bwee. "apa yang kuharapkan musnah semua, aku harus bagaimana ?"
"Kita bisa berdamai untuk menghadapi sesuatu persoalan, kenapa kau katakana habis ?"
"Engkau kabur dari rumah dan tak pulang lagi, aku tak bisa pergi turut denganmu ke Pok Thian Pang ! Pulang kerumahpun tak bisa, nah harus kemana ?"
"Asal kau mau aku bisa membantumu pergi ke Pok Thian Pang, asal saja terangkan sebabnya kenapa kau bernafsu mau kesana !"
"Benar-benar nih ?"
"Kenapa tidak !" kata Pek Kiam Hong, "kau tahu orang yang seperahu denganku tadi adalah bibiku, jika kau mau ke Pok Thian Pang juga, bisa minta bantuannya ! Tapi harus kujelaskan bahwa tak sembarang orang luar boleh kesana, jika tak terlalu penting sebaiknya, urungkanlah kehendakmu itu !"
"Kini engkau telah melepaskan jabatan Siau Pangcu dan tidak kuanggap sebagai orang Pok Thian Pang lagi," kata Siau Bwee, "apa yang terkandung dalam hatiku bisa kuterangkan padamu, tapi ingat tak boleh diceritakan lagi kepada orang kedua !"
"Ya, aku berjanji !"
Siau Bwee tiba-tiba saja mendekati Pek Kiam Hong dan berbisik ditelinga anak muda itu.
"Keinginanku kesana untuk menyelidiki seorang tua yang berada didalam penjara tanah, menurut kabar orang tua itu adalah ayahku !"
"Sssssssttt !" Siau Bwee memoyongkan mulutnya, memberi isyarat jangan berkata keras-keras.
"Kenapa berkata berbisik " Takut didengar orang lain " Ketahuilah hal ini sangat rumit, biarpun orang tua itu bukan ayahku, pasti punya hubungan erat dengan rahasia keluargaku.
Untuk inilah aku berhasrat pergi kesana !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

260 Pek Kiam Hong menganggukkan kepala, tapi secara itu juga menggelengkan kepala,
keningnya berkerut, agaknya sedang berpikir keras untuk memecahkan soal yang sulit ini.
"Hm," dengus Siau Bwee, "apa yang kau pikirkan " Mungkinkah engkau keberatan jika sampai rahasia Pok Thian Pang kuketahui " Atau kau sudah tahu orang tua itu siapa " Tapi segan memberi tahu kepadaku ?"
"Biarpun aku dibesarkan disana, tapi jarang berkeluyuran, karena itu masih banyak tempat yang berada di Pok Thian Pang tidak kuketahui ! Demikian pula dengan penjara yang dimaksud sedikitpun tidak kuketahui dimana letaknya !"
"Kini kuharapkan engkau bisa membantuku bukan ?"
"Sampai disana dengan lancar dan bisa menyelidiki orang tua itu !"
"Aku heran, kenapa bisa tahu disana ada penjara dan orang tua yang ditahan".?"
"Ah, sudah tentu ada yang memberi tahu kepadaku !"
"Aku percaya orang itu tidak membohong !"
"Siapa sebenarnya dia itu ?"
"In Tiong Giok !"
"Oh dia," kata Pek Kiam Hong dengan kaget, "kapan kau bertemu dengannya " Kini dimana dia berada " Lekas katakana !" Diluar kesadarannya sambil bicara Kiam Hong memegangi pundak Siau Bwee.
Siau Bwee menjadi merah, "Ngomong-ngomong lepaskan dulu tanganmu, berlaku begini tak baik dipandang umum !"
"Oh".maaf"aku berlaku kurang ajar diluar kesadaranku, karena In Tiong Giok sedang kucari-cari, begitu kau sebutkan namanya membuatku terlalu gembira ! Dimana dia, lekaslah beri tahu padaku !"
"Untuk apa mencarinya ?"
"Banyak soalnya ! Aku dan Wan jie meninggalkan Pok Thian Pang gara-gara dia".
Terangkanlah dimana dia berada !"
"Dimana dia " Mana kutahu !" kata-kata itu diucapkan setahun yang lalu," kata Siau Bwee sambil menuturkan soal In Tiong Giok datang kerumahnya dengan panjang lebar.
Pek Kiam Hong jadi melongo. Kiranya sewaktu aku datang kerumahmu ia sudah ada didalam
" Ah, hanya terhalang tembok saja, tak bisa bertemu ! Dasar nasib !"
"hampir kulupa menanyakan soal Wan jie, katamu sama-sama denganmu meninggalkan Pok Thian Pang, kini kemana dia " Kenapa tidak bersamamu ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
261 "Waktu kami tiba ditelaga Tong Teng, bertemu dengan Tong Teng Cit Kiam, dan berkelahi dengan mereka ! Tahu-tahu kami jadi berpisah dan sudah lama tak bertemu ! Yang kutahu iapun sedang mencari In Tiong Giok !"
"Tidakkah ia diciduk musuh dan dianiaya ?"
"Dia memiliki kepandaian tinggi, pasti dapat menyelamatkan diri." Kata Pek Kiam Hong.
"Jika ia tidak kenapa-napa, pasti ia meneruskan usahanya untuk mencari In Tiong Giok," kata Tiat Siau Bwee. "Untuk mencarinya pertama-tama kita harus ke telaga Tong Teng, jika tidak ada disana kita langsung kerumah In Tiong Giok !"
"Tahukah engkau dimana alamatnya In Tiong Giok ?"
"Tidak tahu !"
"Habis bagaimana ?" tanya Pek Kiam Hong.
"Kita tidak tahu alamatnya, tapi orang-orang Pok Thian Pang pasti tahu," kata Tiat Siau Bwee.
"Bukankah mula pertama ia datang kemarkas pusat atas undangan orang-orang Pok Thian Pang ?"
"Ya, benar," kata Pek Kiam Hong, orang-orang Ngo Liu Cung pasti tahu, sebab merekalah yang mendapatkan Tiong Giok sebagai penterjemah. Mari kita kesana saja," sambil berkata ia menarik lengan Siau Bwee.
"Hmm, apa-apaan megang-megang lagi, penyakitmu kumat lagi barangkali !"
Pek Kiam Hong cepat-cepat melepaskan tangannya, dan tergelak-gelak tanpa terasa.
"Kupikir sebaiknya ke telaga Tong Teng saja dulu !"
"Begitupun baik !" kata Pek Kiam Hong.
"Tapi, menghendaki perjalanan ini dilakukan didarat, karena aku tak berapa senang naik perahu," kata Tiat Siau Bwee.
Pek Kiam Hong setuju saja saran si gadis, maka dibelinya dua ekor kuda yang bagus dengan harga mahal. Lalu melakukan perjalanan, mereka tak henti-hentinya mengobrol kebarat ketimur dengan gembira, seolah-olah dunia ini milik mereka berdua saja. Kuda mereka sangat bagus, ditambah yang menunggangi cantik dan ganteng, menarik perhatian orang sepanjang jalan, dan memuji mereka sebagai pasangan yang setimpal.
Mula pertama mereka tiba disebuah kota yang bernama King tek sia. Kota ini sangat ternama karena menghasilkan barang pecah belah yang tiada duanya didaratan Tiongkok. Sepanjang jalan penuh pedagang barang pecah belah yang indah-indah. Melihat ini siau Bwee berpaling Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
262 pada Kiam Hong dan menunjuk barang-barang itu. "Hei, lihat anak-anakan dari poslin itu bagus bukan " Hei, katakanlah barang apa yang pantas kubeli !"
"Yang manapun boleh kau beli, tapi ingat tangan mengendurkan les kudamu. Jika ia terlepas, barang orang bisa berantakan !" baru saja Kiam Hong berkata, entah kenapa tunggangan Siau Bwee benar-benar menyeruduk kedepan dan membuat dagangan orang berantakan dan
banyak yang pecah.
Siau Bwee melompat dari kuda, matanya mendelik kearah Kiam Hong. "Gara-garamu
mengacau tak keruan, kudaku benar terlepas, lihatlah dagangan orang hancur berantakan begini macam, habis bagaimana ?"
"Pakai tanya lagi, keluarkan uang, ganti kerugian pedagang ini, beres !"
"Mau ganti engkau yang harus keluar uang, kesialan ini datang dari mulutmu, aku tak tanggung jawab"." Kata Siau Bwee sambil menuntun kudanya hendak berlalu.
Pedagang perabotan itu adalah seorang kasar, dari tadi ia diam saja, tapi begitu melihat Siau Bwee mauu berlalu, cepat-cepat ia menjambak bulu kuduk kuda Siau Bwee. "Bagaimana, sudah merusak barang orang tak mau ganti ?"
"Ya, engkau mau apa " Siapa suruh daganganmu dipajang dipinggir jalan, coba didalam rumah pasti tak keterjang kudaku ! Siapa yang salah, kau atau aku ?"
"Hm engkau budak tak tahu aturan"pokoknya lekas ganti, jika tidak".." kata laki-laki itu.
"Hm, engkau berani memaki aku," teriak Siau Bwee yang terus mengayunkan cambuk pada laki-laki itu.
"Ah, benar dunia mau kiamat, dimana letak keadilan dan hukum ?" kata laki-laki itu dengan gusar, sedangkan cambuk berulang-ulang menghajar dirinya dan bajunya menjadi sobek-sobek, tapi badannya tidak terluka barang sedikit. Ia mendekat terus pada Siau Bwee sambil menjulurkan tangannya kedada lawannya dengan gemas sekali.
Kelakuan laki-laki itu membuat Siau Bwee jengah sendiri, cepat-cepat ia mengengos kebelakang dan terus melancarkan pukulan keras "beng" terdengar satu kali, lengan Siau Bwee tepat bersarang ditubuh musuhnya. Heran sekali, laki-laki itu hanya mundur beberapa langkah, sedikitpun tidak terluka, ia menggelengkan kepala dan maju lagi dengan
menbentangkan kedua tangannya, tak ubahnya seperti singa lapar menerkam mangsanya.
Menyaksikan kejadian ini Pek Kiam Hong menjadi kaget, ia mencelat turun dari kudanya menghadang laki-laki itu sambil berseru keras. "Stop ! Stop !"
"Engkau mau apa " Dua lawan satupun aku Tiat Lohan (laki-laki besi) tidak akan mundur barang setapakpun !" Seiring dengan perkataannya ia melakukan serangan sambil memasang kuda-kuda. Ilmu pukulannya beda dari permainan silat biasa. Mula pertama pukulannya meluncur, empat jarinya tertekuk kedalam hanya jari tengahnya tidak ditekuk, begitu hampir mengenai sasarannya, jari-jarinya merentang dengan mendadadk, dan timbullah satu pukulan telapak tangan yang luar biasa kerasnya.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
263 Melihat kepandaian silatnya orang itu sudah cukup tinggi, dan begitu aneh Pek Kiam Hong tidak berani memandang enteng. Ia berseru "hait" kedua tangannya melancarkan tangkisan.
Dua pukulan beradu ditengah jalan menimbulkan suara nyaring. Laki-laki itu menggunakan sebelah tangan, hanya tergetar pundaknya, sedangkan Pek Kiam Hong sendiri hampir terjengkang kebelakang. Melihat ini Siau Bwee menjadi kaget senjatanya dengan cepat telah terhunus.
"Siau Bwee jangan turun tangan, aku masih sanggup menghadapinya," seru Pek Kiam Hong.
Saat ini laki-laki itu telah melancarkan serangannya yang sangat luar biasa, ia tak beranni menangkis dengan keras, tubuhnya diengoskan dan menempatkan dirinya disebelah samping.
Lalu membarengi dengan satu pukulan keras. Laki-laki itu nampaknya hanya bisa
menyeruduk kedepan dan tidak bisa berkelit, tak ampun lagi tergebuk telak. Tubuhnya terhuyung beberapa langkah, dan ambruk menimpa barang dagangan orang-orang dipinggir jalan. Suara orang dan preng prong terdengar nyaring, kaena segala barang pecah belah itu benar-benar ,menjadi pecah belah tertimpa tubuh laki-laki yang besar itu.
Dengan cepat laki-laki itu dengan wajah meeringis ketolol-tololan bangun lagi, ia mengebas-ngebas bajunya, sedikitpun tidak terlihat luka terkena pukulan atau tusukan benda-benda yang pecah. Dengan gagah ia maju lagi menghadapi lawannya. Nampak bandel sekali ! Pek Kiam Hong mengandalkan kegesitan tubuhnya berulang-ulang membuat laki-laki itu jungkir balik !
Sebegitu jauh laki-laki itu tetap tak luka barang sedetik, dan benar-benar menjadi Tiat Lo han (laki-laki besi). Akibat perkelahian ini mendatangkan kesialan pada pedagang disitu, setiap kali laki-laki itu jatuh pasti membawa korban dagangan orang-orang disitu.
Pedagang-pedagang perabotan pecah belah lari berserabutan keempat penjuru, ada juga yang berbenah menyelamatkan barang dagangannya, ada juga yang berkerubung menonton
perkelahian ini" Didalam suasana kalut-kalutnya ini, tampak penonton yang meriung itu seperti terkena suatu tenaga gaib, pad minggir kesamping, dan terbukalah suatu jalan kecil, dari sini muncul siorang tua berbaju hitam. Ia memegang tongkat panjang yang aneh, sinar matanya sangat tajam dan biru, setiap ia melangkah orang-orang yang berada didepannya minggir sendiri terkena tenaga dorongannya. "Stop !" teriakan orang tua bermata biru dengan tiba-tiba. Begitu nyaring dan membisingkan pendengaran. Siau Bwee segera menghadang dengan pedangnya, sedangkan Pek Kiam Hong dan laki-laki itu segera berhenti.
"Hei, orang tua apa yang kau kehendaki ?" tanya laki-laki itu dengan kasar sambil mendelik.
Orang tua bermata biru tidak menjawab, sinar matanya memandang pada Pek Kiam Hong agak lama, lalu tersenyum. "Sebenarnya apa yang kalian ributkan sampai berkelahi macam ini
?" "Gara-gara laki-laki tolol ini, mulutnya tidak dikeramasi dan seenaknya memaki orang." Kata Siau Bwee.
"Dia dulu yang memecahkan barang daganganku," sela laki-laki itu dengan kasar. "Sudah salah tidak mau mengganti, malahan memukuli diriku?" "Ha ha ha soal kecil ini saja sampai berkelahi," kata orang tua itu.
"Orang muda berdarah panas, tapi harus dipikir, perkelahian ini untung apa rugi " Lebih sedikit kurang sedikit bisa berdamai tak perlu tonjok-tonkokan bukan ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
264 "Perkelahian ini sangat berharga !" bantah laki-laki itu, "karena harga dari barang-barngku tak kurang dari sepuluh tail perak, mengerti " Kehidupanku dan ibuku mengandalkan daganganku ini, kini dihancurkan?"
"Sudahlah"uang sebegitu bisa kuganti," kata orang tua itu.
Laki-laki itu menjadi kaget, tapi cepat-cepat menggelengkan kepala. "Barangku bukan engkau yang memecahkan, aku tak mau menerima gantinya darimu, aku mau dia yang keluar duit, baru puas !"
"Uang dia maupun uangku terbuat dari perak, sama bukan " Nah terimalah !"
Laki-laki itu terdiam sejenak, lalu menjulurkan tangannya"." Sabar, uang ini tetap milikmu, tapi ingin kutanya dulu, siapa namamu dan siapa gurumu ?" kata orang tua itu.
"Namaku Oey Toa Gu," jawab laki-laki itu, "seumur hidup tak punya guru."
"Tapi ilmu Kin cong co (kebal) yang kau miliki itu darimana kau dapat ?"
"Oh ini yang hendak kau tahu " Waktu kukecil sering dipukul ibu, aku tak pernah mengengos atau lari tetap memasang badan ! Aku tak menangis membuat ibuku bertambah sengit, akibtnya sekujur tubuhku menjadi babak belur ! Sungguhpun begitu aku masih tetap tak berkisar dan terus menerima pukulan itu ! Waktu inilah kebetulan datang seorang Hweesio, ia merasa kasihan padaku dan memberikan ilmu pelajaran tahan digebuk beberapa tahun lamanya. Membuat tubuhku jadi kuat seperti besi ! Ha ha ha lihat buktinya, barusan dipukul dia tetap tak luka, asal lamaan sedikit ia pasti kena kugebuk, dan pasti babak belur ! Untung engkau datang?"
"Aku tak menanyakan soal ini, yang ingin kutahu siapa namanya Hweesio itu ?" tanya si orang tua.
"Oh Hweesio itu setelah mengajari ilmu tahan dipukul, ia menawari pula ilmu untuk menggebuk. Tentu saja aku menjadi girang dan menerima baik tawarannya itu, baru pula aku menerima pelajarannya beberapa hari, sudah dipraktekkan akibatnya orang-orang sekampung kubikin babak belur semuanya aku jadi jagoan dengan mendadak. Melihat keadaanku yang suka berkelahi ini, Hweesio itu tidak mau memberikan pelajaran lebih banyak lagi, dan iapun terus menghilang entah kemana, sampai sekarang belum pernah kulihat lagi".." ia bicara penuh semangat, sampai air liurnya turut muncrat dan berterbangan keempat peenjuru, antaranya memeercik kepada orang tua itu.
Agaknya orang tua itu tidak berasa terkena ludah karena otaknya sedang berpikir keras mengingat-ngat Hweesio itu. Akhirnya ia bicara sendiri dengan perlahan. "Pantasan ilmu pukulannya mirip dengan "kui hut kun" (pukulan patung besi) sikepala botak itu"."
Sungguhpun suaranya diucapkannya.
"Apakah engkau masih mau mempelajari ilmu memukul orang ?" tanya orang tua itu.
"Ingin sih ingin, tapi dengan keadaanku sekarang, kukuatir bisa memukul mati orang," kata Oey Toa gu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
265 "Ilmu itu boleh kau pelajari dulu," kata si orang tua, "soal memukul orang tergantung kepadamu, pokoknya ilmu itu tidak merugikanmu."
"Ya aku mau," kata Oey Toa Gu sambil menganggukkan kepala.
Orang tua bermata biru itu menyerahkan uang pada Toa Gu. "Uang ini kau berikan pada ibumu, dan nantikan aku dirumah, aku bisa mencarimu."
Toa Gu setengah percaya setengah tidak, tapi ia tidak mau memperdulikan lagi keadaan itu.
Cepat ia mengantongi uang dan terus berlalu.
"Lo tioang (membahasakan orang tua dengan hormat) kita baru bertemu, kenapa harus membuang uang dengan percuma ?" tanya Kiam Hong.
"Soal kecil ini jangan dipikirkan," berkata orang tua itu. "aku paling senang pad anak muda yang pandai silat, maukah kalian menemaniku mengobrol sejenak ?"
Dan sebelum Pek Kiam Hong menjawab, Siau Bwee sudah membuka mulut. "Di depan ada restoran, mari kita kesana, kita bisa ngobrol sambil mengisi perut !"
"Ya kesana pun baik," kata orang tua itu, pokoknya kalian boleh makan sepuasnya aku yang membayar !"
"Kalau begitu Lo tiang boleh pesan dululah makan dan minuman itu, kami harus
membereskan dulu barang-barang orang yang pecah ini," kata Siau Bwee.
Orang tua itu mengguman begitu perlahan, Siau Bwee mendengar juga hatinya jadi tergerak dan terus mengawasi kepada orang tua itu dengan waspada.
Orang tua itu mengangguk dan terus melangkah pergi.
Siau Bwee mengeluarkan uang emas, dan menyerahkan pada seorang pedagang yang paling tua untuk dibagi-bagi sebagai penggantian pada barang-barang dagangan mereka yang telah hancur akibat perkelahian antara Kiam Hong dan Toa Gu. Setelah itu ia menuntun kudanya, karena Pek Kiam Hong menuju ke restoran. "Eh, apakah kau kenal dengan orang tua bermata biru itu ?" tanya Siau Bwee pada kawannya.
"Tidak," kata Kiam Hong, "dari parasnya tegas sekali bahwa orang tua itu berkepandaian sangat tinggi !"
"Dari sinar matanya yang biru itu membuatku ingat pada salah seorang Bulim Capsahkie yang bernama Liok Jie Hui dan bergelar Liok sian ong."
"Liok Jie Hui itu berwatak buruk atau baik ?" tanya Kiam Hong.
"Buruk, baiknya sukar ditentukan, menurut ibuku kelakuannya Liok Jie Hui berada antara baik dan buruk, sedang-sedanglah !" kata Siau Bwee. "Tapi kalau kena bicara ia sangat pandai, selalu membicarakan soal kebajikan dan kebaikan, sedangkan dihatinya penuh siasat akal-akal serta licin. Maka berlaku hati-hatilah !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
266 "Jika sudah ketahuan tabiatnya begitu, untuk apa kita berkenalan dengannya ?"
"Ah, jangan bicara lagi, lihat orang tua itu sudah memasang mata memandang kearah kita, berlakulah tenang, jangan sampai dicurigai"."
"Untuk apa berlaku begitu, kembalikan saja uangnya yang sepuluh tail itu dan terus kita pergi, untuk apa kenal dengan orang begitu"."
"Engkau kenapa sih bodoh dan kukuh betul, aku hanya menduga orang tua ini Liok Jie Hui adanya, betul tidaknya akupun tidak berani memastikan. Andaikata benar, kitapun tak boleh berlaku kurang ajar padanya bukan " Dia toh orang tua yang kenamaan."
"Dia ternama dan tua, aku harus bagaimana menghadapinya ?"
"Berlakulah hati-hati dan waspada," kata Tiat Siau Bwee. "Pokoknya jangan banyak bicara, serahkan padaku !"
Pek Kiam Hong menganggukkan kepala.
"Begitu mereka tiba didepan restoran, seorang pelayan menyambutnya dengan tersenyum menerima kuda mereka. "Liok sian seng sudah lama menunggu Jie wie diatas loteng, silahkan naik, dan serahkan kuda ini untuk kukombongi."
Siau Bwee dan Kiam Hong segera naik keloteng, kedatangannya disambut dengan senyuman oleh orang tua bermata biru itu. Mereka tak sungkan-sungkan mengambil tempat duduk.
"Dapatkah kutahu nama kalian ?" tanya siorang tua.
"Seharusnya kami sebagai yang mudaan harus menanyakan dulu nama besar bapak," kata Siau Bwee.
"Nona sangat pintar bicara," kata siorang tua, "tentu kalian pernah mendengar nama Liok sian ong Liok Jie Hui bukan ?"
"Ah, benar-benar kami beruntung bisa menemukan Lo Cianpwee disini," kata Siau Bwee dan Kiam Hong.
"Ha ha ha," Liok Jie Hui tergelak-gelak, "kalian kalau tak salah tentu bersaudara bukan ?"
"Benar," jawab Siau Bwee," Ia adalah kakakku, akuadalah adiknya !"
"Ha ha ha, yang pantas Kounio menjadi kakaknya, dan dia jadi adikmu !"
"Lo Cianpwee tidak tahu sifat kakakku, biar dia lelaki, tapi pendiam betul; sedangkan aku beda betul dengannya, dalam segala urusan aku yang menimbulkan, tapi yang berkelahi adlah dia !"
Liok Jie Hui tertawa lagi.
Pelayan-pelayan membawa arak dan hidangan lain.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
267 "Kounio bicara dan bicara, tapi masih belum memperkenalkan diri," kata Liok Jie Hui.
"Oh".kakakku bernama Cie Goan, aku sendiri bernama Cie Giok," kata Siau Bwee dan terus bangun. "Koko mari kita menghormat pada Liok Lo Cianpwee dengan secawan arak !"
Liok Jie Hui pun mengangkat cawannya dan mengeringkan seperti dua muda-mudi itu, lalu berkata: "kalian memiliki ilmu silat yang baik, apakah ayah kalianpun sebagai orang Bulim "
Dan darimana ilmu itu kalian dapat ?"
"Kami adalah anak yatim yang tidak mempunyai ayah".sedangkan ilmu kudapat dari
seorang guru yang segan kusebut namanya !"
"Biarpun kusebutkan Lo Cianpwee pasti tidak kenal akan guruku itu !"
"Coba saja kau sebutkan, mungkin kutahu juga !"
"Apakah Lo Cianpwee pernah mendengar perguruan Thian liong bun ?"
"Thian liong bun " Ah, benar-benar aku belum pernah mendengarnya, apakah kalian dari perguruan ini ?"
Siau Bwee menganggukkan kepalanya.
"Dapatkah kutahu dimana tempatnya perguruan Thian liong bun itu ?"
"Ini rahasia perguruan, tak bisa kuteangkan !"
Liok Jie Hui tidak berhenti sampai disitu, ia bertanya lagi : "Siapakah Ciang bun jin dari Thian liong bun ?"
"Terangkan saja !" kata Pek Kiam Hong yang diam saja sedari tadi.
"Ciang bun jin kami bernama In Tiong Giok !" kata Siau Bwee.
"Apa " In"Tiong Giok ?"
"Apakah Lo Cianpwee kenal dengannya ?"
"In Tiong Giok adalah seorang pelajar, usianya lebih kurang dua puluh tahun bukan " Dan pernah pergi kemarkas pusat Pok Thian Pang untuk menterjemahkan buku Keng thian cit su, lalu buku itu dicetaknya dan disebar luaskan keempat penjuru dunia"Cie Kounio, apakah In Tiong Giok inikah yang kau maksud ?"
"Benar, dialah orangnya !" kata Siau Bwee.
"Heran".seorang pelajar lemah bisa menjadi Ciang bun jin sebuah perguruan silat " Ini benar-benar membuat orang heran saja"."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
268 Pek Kiam Hong tak mengetahui bahwa In Tiong Giok benar-benar sebagai Ciang bun jin dari Thian liong bun, pikirnya Siau Bwee ini sedang mengibuli orang tua itu, keruan saja hatinya jadi cemas. "Kenapa engkau menyebut In Tiong Giok, sudah pasti orang tua ini kenal dengannya, dan omongan bohongmu akan ketahuan," pikir Pek Kiam Hong. Dan ia melihat pada Siau Bwee agar segera bisa berlalu dari tempat itu.
Biarpun melihat dengan nyata isyarat yang diberikan Kiam Hong, gadis itu pura-pura tak melihat, malahan dengan wajar berkata lagi kepada Liok Jie Hui. "Adapun Ciang bun jin dari Thian liong bun dipilih dari seseorang yang berjiwa baik dan berbakat besar ! Tidak memperdulikan soal usia tua atau muda, bahkan memiliki ilmu silat atau tidakpun bisa sja menjadi Ciang bun jin, bakat adalah kurnianya Tuhan, sedangkan ilmu pelajaran bisa didapat dengan bakat dan kerajinan !"
"Sejak kapan In Tiong Giok menjadi Ciang bun jin Thian liong bun ?" tanya Liok Jie Hui dengan sikap tak percaya.
"Lebih kurang setahun lamanya !"
"Kalau begitu setelah meninggalkan Pok Thian Pang ia baru menjadi Ciang bun jin ?"
"Benar !"
"Jikalau begitu kalian lebih dulu menjadi anggota Thian liong bun dari padanya ?"
"Ya, benar !"
"Banyakkah anggota dari Thian liong bun ?"
"Meliputi seluruh dunia, banyaknya tak terhingga !"
"Pelajaran apa yang kalian utamai ?"
"Yang kami utamakan banyak sekali, semuanya itu adalah ilmu yang luar biasa, misalnya dalam ilmu pedang orang anggap Keng thian cit su sebagai pelajaran nomor satu, untuk Thian liong bun ilmu pedang itu dianggap kuranglah lengkap dan sempurna sebab hanya
sebagian?"
"Perkataanmu sukar dipercaya, karena semua jago silat berpandangan bahwa Keng thian cit cu adalah ilmu pedang yang nomor wahid dikolong langit, buktinya Siang eng dengan ilmu pedang itu, menjuarai dunia persilatan."
"Ha ha ha, Lo Cianpwee mungkin tidak tahu bahwa Sin kiam siang eng itu adalah anggota Thian liong bun !"
"Apa benar ?"
"Kenapa tidak " Mungkin Lo Cianpwee kurang percaya, apa salahnya datang ke Pek liong san dan tanya sendiri pada Siau siang lie hiap, Lim Siok Bwee, disitu tempatnya mendapat jawaban benar tidaknya apa yang kukatakan !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
269 "Setelah mendengar ucapan Lounio, aku baru sadar, pengalaman sangat minim," kata Jie Hui.
"Jika kalian keluaran Thian liong bun tentu memiliki ilmu yang berkepandaian tinggi, bukan "
Sayang aku sudah tua, bilamana tidak, tentu akan meminta beberapa jurus pelajaran dari kalian."
"Lo Cianpwee terlalu merendah," kata Siau Bwee "dunia kangouw tergetar oleh Capsahkie sedangkan Lo Cianpwee adalah salah satu diantara mereka !"
"Itu nama kosong belaka !" jawab Jie Hui.
"Dari omongan Lo Cianpwee seolah-olah kenal dengan Ciang bun jin kami ?" kata Siau Bwee.
"Bukan kenal lagi, hubunganku dengannya tak ubahnya seperti anak dan orang tua ! Kau tahu, siap yang menolongnya keluar dari Pok Thian Pang sewaktu menghadapi bahaya ?" Ia menanti jawaban pada dua pemuda itu, menatap tajam, "bukan orang lain, akulah yang menolongnya !"
"Oh, aku ingat. Tentulah Lo Cianpwee yang menyamar sebagai orang India dan menolong In siau hiap dari Pok Thian Pang ?"
"Benar!" kata Liok Jie Hui. "Kini ia menjadi seorang Ciang bun jin dari Thian liong bun, benar-benar diluar dugaanku !" Ia bicara dengan suara perlahan dan membayangkan
kesedihan didalam hati, ia seorang ulung apa yang dibawakan benar tidak kentara, sehingga kedua anak muda yang masih hijau merasa heran dan dipengaruhi.
"Kenapa Cianpwee mengatakan begitu dan tampaknya sedih mendengar In siau hiap menjadi Ciang bun jin kami ?" tanya Siau Bwee.
"Ya dapat dikatakan memang nasibku yang buruk, jika kutahu ia mau menjadi seorang Ciang bun jin, siang-siang sudah kujadikan, dan tidak sampai keduluan orang lain ! Kini aku luntang lantung kesana kemari dalam kesulitan, seorang muridpun aku tak punya, hingga segala sesuatu harus dikerjakan sendiri, coba jika dia masih bersamaku, tak sampai aku merasa begini macam !"
"Memang Lo Cianpwee mempunyai kesulitan apa ?" tanya Siau Bwee.
"Jika mengenang In Siau hiap antara kalian dan aku masih dapat dikatakan orang sendiri, dan sepatutnya menuturkan kandungan hatiku kepada kalian, tapi dlam saat ini kurasa kurang pantas, sebab bisa menghilangkan kegembiraan makan minum. Maka sebaiknya kita minum sepuas-puasnya dan jangan membicarakan soal itu. Mari "." Ia mengangkat cawan dan menegaknya berulang-ulang.
"Jika Lo Cianpwee menganggap kami sebagai orang sendiri, katakanlah apa yang menjadi kesulitan Lo Cianpwee, jika tidak aku tak mau minum arak ini," kata Tiat Siau Bwee.
"Sebenarnya tidak menjadi soal, sebab aku sendiri masih bisa menghadapinya." Kata Liok Jie Hui sambil menarik napas. "Lebih baik tidak mengungkit soal ini, makin diomongi makin mendongkolkan hati."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
270 "Kenapa berkata begitu " Jika Lo Cianpwee menganggap kami bukan sebagai kawan, kami segera pamitan !" kata Pek Kiam Hong.
Liok Jie Hui menggoyangkan tangan, dan berlagak seperti terpaksa. "Baiklah jika kalian ingin tahu kuterangkan juga, tapi kalian tidak boleh mencampuri urusan ini"."
"Hm, lekaslah katakana," dengus Pek Kiam Hong tidak sabaran.
Diam-diam Liok Jie Hui menjadi senang, didahului elahan napas ia berkata dengan serius.
"Terjadinya hal ini dapat dikatakan akibat dari lolosnya In Siau hiap dari Pok Thian Pang, kalian tentu tahu bahwa Keng thian cit su milik Sin kiam siang eng jatuh ditangan Pok Thian Pang, karena inilah In Siau hiap diundang kesana sebagai penterjemah"."
"Hal ini sudah kuketahui, tak perlu Lo Cianpwee mengatakan lagi, yang kami inginkan dimana letak kesulitanmu ?"
"Jika kututurkan terus, kalian bisa mengetahui sendiri kesulitanku," kata Liok Jie Hui, yang terus melanjutkan ceritanya. "Begitu lolos dari Pok Thian Pang, dengan penuh semangat In Siau hiap menterjemahkan Keng thian cit su, dan meminta bantuanku untuk menyebar luaskan buku itu. Agar sekalian orang baik dari rimba hijau mempelajari ilmu itu dan bisa mengadakan perlawanan pada Pok Thian Pang. Tak kira sebelum usaha ini berjalan, terjadi sesuatu yang diluar dugaan"."
"Terjadi apa ?" selak Siau Bwee.
"Soal In Siau hiap menterjemahkan buku ini, entah bagaimana menjadi bocor dan tersebar luas diluaran, begitu kuperoleh buku yang baru diterjemahkan, Hek pek siang koay tiba-tiba muncul dan mengurung diriku, dalam perkelahian itu buku itu kena dirampasnya ! Tersebab inilah In Siau hiap mencetak buku itu di Kim leng dan menyebar luaskan seorang diri."
"Oh, karena hal inilah ia berbuat begitu ?" kata Pek Kiam Hong.
"Ya," jawab Liok Jie Hui. "Apa yang dilakukan itu karena terpaksa, karena ia mengetahui bahwa Hek pek siang koay adalah orang jahat sepeerti kaum Pok Thian Pang. Andaikata kedua orang itu bekerja sama dengan Pok Thian Pang akan mendatangkan bencana maut pada jago-jago dari golongan putih. Sebab ini In Siau hiap berlaku seperti yang dituturkan tadi.
Tapi caranyapun kurang baik, karena ia tidak memilih bulu, siapapun diberikan buku itu !
Sehingga orang-orang jahatpun banyak memperolehnya, pikirlah, bukankah dengan begitu iapun membantu penjahat-penjahat itu " Mengetahui keadaan ini, aku turut berduka dan merasa berdosa pada In Siau hiap. Untuk menebus dosa ini aku bercapai lelah selama setahun lebih, dan terhitunglah usahaku tidak sia-sia, karena kuperoleh satu peluang baik untuk menutup dosa-dosaku !"
"Peluang apa yang Lo cianpwee dapati ?"
"Satu peluang baik untuk memperoleh sebilahj pedang pusaka !" kata Liok Jie Hui. "biarpun orang-orang jahat itu memiliki ilmu pedang yang bagaimana tinggipun dapat ditundukkan pedang wasiat itu !"
"Dimana pedang itu berada ?" tanya Siau Bwee.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
271 "Disuatu lembah yang curam terdapat sebuah danau, disitu pemandangannya sangat indah, bilamana saatnya tiba akan terlihat suatu cahaya bergemerlapan menerangi kegelapan malam.
Alkisah, itulah sinar pedang wasiat yang akan menjelma didunia."
"Nampaknya yang mengetahui adanya pedang wasiat ini bukan aku sendiri, sehingga
mendatangkan kecemasanku, aku merasa kuatir terulang lagi kejadian hilangnya buku seperti dulu, sebab kekuatanku hanya seorang diri, mengingat ini hatiku merasa cemas dan sedih !"
Siau Bwee dan Pek Kiam Hong adalah pemuda-pemuda yang kurang berpengalaman,
mendengar perkataan Liok Jie Hui yang ingin menebus dosa pada In Tiong Giok, hati mereka tergerak timbul niat mereka untuk membantu Liok Jie Hui memperoleh benda wasiat itu.
Maka Siau Bwee segera berkata : "Lo Cianpwee tak usah pusing dalam soal itu, biarpun kepandaian kami tak seberapa tinggi, untuk menghadapi orang-orang biasa masih boleh diandalkan."
"Kesediaanmu kuterima didalam hati, " kata Liok Jie Hui.
"Sebab yang datang itu adalah jago-jago dari rimba hijau, maka itu aku tak bisa mengajak kalian menempuh bahaya maut. Semata-mata untuk kepentinganku !"
JILID 14________
"Apakah Lo Cianpwee menganggap kepandaian kami terlalu rendah dan bisa merepotkan Lo Cianpwee ?" tanya Pek Kiam Hong.
"Bukan begitu, karena yang datang itu disamping berkepandaian tinggi, jumlahnyapun banyak sekali ! Aku sendiripun bisa menghadapi mereka dengan nekad, hidup atau mati terserah kepada Tuhan ! Sedangkan kalian bagaimanapun tak boleh mencampuri urusanku ini
!" "Bolehkah kutahu musuh-musuh dari golongan mana ?" tanya Siau Bwee.
"Yang sudah kuketahui saja sudah tiga golongan, yakni dari Pok Thian Pang, Hek pek siang koay dan lou san siang cat ( dua manusia cacat dari gunung Lou san). Disamping itu masih banyak lagi yang lain dan belum kuketahui dai golongan apa !"
"Dimana letaknya lembah itu " Dan kapan pedang itu menjelma kedunia ?" tanya Siau Bwee.
"Letaknya tak seberapa jauh , yakni dilembah gunung Huay giok san," kata Liok Jie Hui.
"Sedangkan saatnya pedang itu menjelma sudah dekat juga, lebih kurang lima enam hari lagi, atau selambat-lambatnya sepuluh hari lagi."
"Jika Lo Cianpwee tak mau mengajak juga, kami bisa pergi sendiri," kata Siau Bwee. "Toako mari kita berangkat sekarang juga." Pek Kiam Hong tak ayal lagi segera bangkit dari tempat duduknya.
Melihat keadaan ini hati Liok Jie Hui menjadi geli, karena siasatnya berhasil baik. Tapi wajahnya seperti kaget dan cemas, buru-buru mencegah. "Kalian jangan berlaku gegabah, aku mencegah kalian dengan maksud baik"."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
272 "Hm," Siau Bwee tersenyum dingin. "Kami sebagai anggota dari Thian liong bun
bagaimanapun mempunyai kewajiban untuk mencegah agar pedang wasiat itu tidak jatuh ditangan orang jahat."
Liok Jie Hui yang licin dengan perkataannya yang lemah lembut, berhasil membuat kedua muda mudi itu duduk kembali dikursinya: "Jika kalian memaksa juga, apa boleh buat, ikutlaah denganku, sebab pedang yang bakalan diperoleh itu untuk diserahkan pada In Siau hiap yang menjadi Ciang bun jin kaum Thian liong bun !"
"Bilamana kita berangkat ?" tanya Siau Bwee tak sabaran.
"Sebenarnya lebih cepat lebih baik," kata Liok Jie Hui. Ia terpekur sejenak seperti berpikir keras. "Tapi aku masih mempunyai sesuatu urusan yang perlu diselesaikan dulu. Kalian duduk-duduk dulu disini, aku hanya sebentar."
"Silahkan," kata Siau Bwee, "kami akan menunggu disini !"
"Ah, pikiranmu bagaimana sih " Liok Jie Hui adalah jago kang ouw yang lihay, bilamana rahasianya dipecahkan itu akan gusar dan kita bisa dibunuhnya, mengerti ?"
"Takut apa, lawan saja !"
"Ketakutan kita ditambah selipat lagipun tak bisa menang !"
"Jika begitu mumpung ia belum datang kita pergi buru".."
"Jika kita pergi sama dengan melepaskan begitu saja pedang wasiat itu bukan ?"
"Sebenarnya apa sih yang engkau akan perbuat ?" tanya Pek Kiam Hong.
"Aku mempunyai siasat baik menghapinya, tolol !" bisik Siau Bwee.
"Duduklah yang tenang, tak lama lagi dia akan kembali?"
Benar saja dari arah tangga terdengar derapan langkah-langkah berjalan. Disusul dengan munculnnya Liok Jie Hui dan seorang laki-laki yang membawa bungkusan besar


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipunggungnya. Orang yang membawa bungkusan bukan lain dari sipedagang barang pecah belah yang bernama Oey Toa Gu.
"Wah mungkin kalian kesal menantikan aku bukan ?" kata Liok Jie Hui.
"Lo Cianpwee pergi begitu lama dan kembali membawa orang kasar ini untuk apa ?" tanya Siau Bwee.
"Usiaku sudah begini lanjut tapi belum mempunyai seorang muridpun untuk dijadikan pewaris pelajaranku," kata Liok Jie Hui. "Kulihat anak ini berbakat besar, bila dididik akan menjadi orang berguna dikemudian hari, maka kuterima menjadi murid."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
273 Siau Bwee melirik kepada Toa Gu sambil mengerutkan kening, sedangkan yang disebut belakangan nyengir-nyengir dan berkata "Siau Kounio , apakah engkau akan turut juga keatas gunung, mempelajari ilmu menggebuk orang ?"
"Toa Gu jangan ngaco belo ! Sungguhpun usia mereka masih muda-muda tapi adalah kawan-kawanku, engkau harus menganggap mereka ini sebagai paman atau bibi, mengerti " Nah lekaslah haturkan maaf atas kecerobohanmu tadi !"
Toa Gu menjadi melongo dan segera membantah. "Soal perkelahian dengannya, bukan
salahku dia yang mulai".."
"Aku sebagai suhumu, apa yang kukatakan tak boleh kau bantah, lekas haturkan maaf !"
bentak Liok Jie Hui.
Sebenarnya Toa Gu tak ikhlas melakukan hal yang berlawanan dengan hatinya, tapi dalam tekanan gurunya, apa boleh buat dia maju kehadapan Siau Bwee dan Pek Kiam Hong
"Hitung-hitung aku sedang sial dan terimalah permintaan maafku ini !"
Melihat Toa Gu ini, Siau Bwee merasa geli rasa dongkolnyapun menjadi hilang, dengan tersenyum ia membalas hormat. Sedangkan Pek Kiam Hong masih merasa gondok, ia diam terus tanpa meladeni Toa Gu.
Pedang Tanpa Perasaan 6 Pendekar Kelana Karya Kho Ping Hoo Naga Kemala Putih 5

Cari Blog Ini