Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 4

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 4


"Sekalipun pada masa hidupnya mendiang ayahku pernah meracuni dia agar dapat mengendalikan ulahnya.
namun dengan kelicikan orang tersebut, kalau dia berani meracuni mendiang ayahku sampai mati berarti dia telah berhasil memunahkan racun yang berada dalam tubuhnya."
"Betul aku mempunyai beberapa macam ilmu beracun yang cukup lihay, tapi kalau dibandingkan dengan racun diantara racun yang berhasil dibuat olehnya, jelas keadaan kami ibarat rembulan dengan kunang kunang, untung saja sekembalinya ke gunung luka yang dideritanya kambuh kembali sehingga ia tak sempat lagi turun tangan terhadapku."
Ketika dilihatnya Wi Tiong hong meski mendengarkan kisahnya namun menunjukkan acuh tak acuh, seakan akan sama sekali tidak terpengaruh oleh ceritanya. tanpa terasa nyonya itu mendengus dingin lanjutnya:
"Waktu itu aku segera mengumpulkan beberapa orang dayang kepercayaanku dan merundingkan persoalan ini, akhirnya diputuskan malam itu juga kabur dari Tok seh sia dengan membawa serta ayahmu yg teruka parah. . ."
Ketika bercerita sampai disini, sengaja dia menghentikan katanya secara mendadak.
Benar juga. Wi Tiong hong segera tertarik oleh ceritanya itu buru buru dia bertanya:
"Kapankah kau meninggalkan Tok seh sia?"
"Tentu saja pada lima belas tahun berselang"
Wi Tiong hong menjadi sangat curiga dengan jawaban tersebut, bukankah Liong-Cay thian telah memberitahukan kepadanya kalau ayahnya masih berada di Tok seh sia semenjak lima belas tahun berselang"
Dari hal tersebut, bisa disimpulkan kalau pembicaraan kedua orang ini beium bisa dipercaya semua.
Bila seseorang sudah bercerita bohong kepada orang lain, sekalipun sama sekali tidak menaruh maksud jahat kepadamu, jelas kejadian semacam inipun bukan sesuatu peristiwa yang menguntungkan bagi dirinya
Maka dengan suara dingin Wi Tiong hong segera bertanya:
"Begaimana dengan ayahku" Sekarang dia berada dimana ?"
Merah padam selembar wajah nyonya setengah umur itu, lama kemudian dia baru menjawab dengan suara lirih:
"Dia.....dia berada dalam kamar."
Diam diam Wi Tiong hong mendengus, mulutnya tetap membungkam dan sama sekali tidak memberi komentar apa apa. Nyonya setengah umur itu memandang sekejap ke arahnya, kemudian berkata lagi:
"Itulah sebabnya ketika aku mendengar .Kongcu datang, segera kuutus orang untuk mengundang kedatanganmu, daripada kau percaya begitu saja dengan perkataan orang serta terjebak oleh perangkap mereka"
Wi Tiong hong kembali berpikir:
"Kau menyuruh aku jangan sampai terjebak oleh perangkap orang apakah aku harus terjebak oleh perangkapmu ?"
Segera jawabnya kemudian:
"Oooh... aku memang tak pernah percaya dengan perkataan orang begitu saja"
"Aku tahu, semenjak kongcu masuk ke dalam gedung ini, kau tak pernah percaya dengan setiap perkataan yang ku betitahukan kepadamu, bukankah demikian?"
"Betul hati manusia berbeda, masing masing mempunyai pandangan sendiri, apalagi dunia persilatan memang suatu wadah masyarakat yang sangat berbahaya dengan segala macam tipu muslihat dan kelicikkan kelicikkannya. tentu saja perkataan dari hujin tak bisa kupercayai semua"
Nyonya setengah umur itu segera tertawa:
"Tak nyana kau sangat jujur dan amat blak blakan didalam pembicaraan!"
"Hingga sekarang aku belum dapat membalaskan dendam bagi ayahku bahkan siapakah musuhku juga belum kuketahui secara pasti, apa boleh buat, terpaksa aku harus berbuat demikian."
Sebagai pernyataan rasa simpatiknya, nyonya setengah umur itu manggut manggut:
"Aaai... soal ini memang tak bisa menyalahkan dirimu..."
Berbicara sampai disitu, tiba tiba ia berpaling sambil ujarnya lagi :
"Aku mengundangmu kemari tujuannya adalah mengajak kau bertemu dengan ayahmu. kasihan kau telah
berpisah dengan ayahmu sejak berusia tiga tahun, selama lima belas tahun ini tak sekalipan kau pernah bersua dengan ayahmu..."
Nada suaranva amat lembut dan halus, nada suaranya seperti seorang ibu yang sedang berbicara dengan anaknya.
Wi Tiong hong tidak bisa menahan rasa kecut dalam hatinya, hampir saja air matanya jatuh berlinang, namun dengan cepat ia menyadari akan kesilapannya, diam diam dia berpikir .
"Pui Wi. wahai Pui Wi," kau tidak boleh mempercayai perkataannya dengan begitu saja. seseorang yang pembicaraannya semakin menarik, bohongnya juga sering ka1i semakin besar, bila kata kata bohongnya tak bisa menawan hati orang Jain, siapa pula di dunia ini yang mau tertipu ?"
Tentu saja nyonya setengah umur itu dapat menyaksikan pula perubahan mimik wajahnya yang sebentar sedih, sebentar kembali menjadi dingin dan hambar kembali.
Diam diam ia menghela napas, setelah mengangkat kepalanya dia berkata:
"Sekalipun kongcu tak mau percaya, telah sampai disini terlepas apakah ayahmu benar atau gadungan, kau seharusnya naik untuk berjumpa dulu dengannya"
Wi Tiong hong jadi tertegun, segera pikirnya:
"Benar juga perkataan ini !"
Maka setelah menjura dia berkata:
"Perkataan hujin memang tepat sekal."
Nyonya setengah umur itu segera bangkit berdiri, lalu katanya:
"Dia berdiam di atas loteng, mari ikuti lah aku !"
"Silahkan hujin" kata Wi Tiong hong sambil bangkit pula dari tempat duduknya.
Tiba tiba nyonya setengah umur itu tertawa pedih, sambil berpaling ujarnya:
"Kongcu, harap kau jangan memanggil hujin kepadaku."
Wi Tiong hong jadi tertegun.
Tetesan air mata nampak mengembang dalam kelopak mata nyonya setengah umur itu, pelan pelan dia membalikkan badan dan berkata lagi sambil sambil menundukkan kepalanya:
"Lima belas tahun sudah lewat, masa remajaku juga turut punah dengan begitu saja, tapi sampai sekarang aku belum juga kawin, bila kongcu memanggil hujin kepadaku.
apakah ini pantas?"
Wi Tiong hong kembali merasakan hati bergetar keras, walaupun perempuan itu tidak menjelaskan. namun secara lamat lamat telah diutarakan keluar, andaikata apa yang dia ucapkan merupakan suatu kenyataan....
"Haaah, kalau didengar dari nada pembicaraannya, jangan jangan selama lima belas tahun ini ayah belum sehat kembali."
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, tanpa terasa diapun bertanya:
"Jangan jangan ayahku...."
Sambil berjalan di muka nyonya setengah umur itu mengangguk, sahutnya:
"Yaa, benar, selama lima belas tahun terakhir ini ayahmu memang tidak bisa bergerak ataupun berkutik.
namun keadaannya sekarang sudah jauh membaik!"
Sewaktu mengucapkan kata kata "sudah jauh membaik"
itu nada suaranya kedengaran penuh mengandung rasa girang.
Biarpun Wi Tiong hong tidak melihat perubahan paras mukanya namun ia dapat mendengar hal tersebut dan semestinya paras muka perempuan itu tentu berseri.
Wi Tiong hong segera merasakan hatinya semakin menegang, ia telah membuktikan kalau dugaannya tidak melesat. maka diapun terpaksa mengikuti dibelakangnya dengan mulut membungkam, karena ia merasa kurang leluasa untuk berbicara dan tidak enak banyak bertanya.
Anak tangga yang lebar dilapisi dengan permadani merah ditengahnya, berjalan di atasnya membuat langkah mereka sama sekali tak terdengar. Baru tiba di loteng, dua orang dayang berbaju putib telah munculkan diri menyambut kedatangan mereka, malah bersama sama membungkukkan badan memberi hormat.
"Apakah Pui tayhiap telah mendusin ?"
Nyonya setengah umur itu bertanya lirih. Dayang yang berada disebelah kiri segera menjawab
"Telah mendusin sedari tadi, budak yang membantunya duduk, sekarang dia sedang berlatih pedang!"
Sekilas perasaan gembira menghiasi wajah nyonya setengah umur itu, dia manggut manggut dan semakin memperingan langkahnya menuju ke depan sebuah pintu ruangan.
Dua orang dayang itu segera menyingkapkan tirai, sedang nyonya setengah umur tadi melangkah masuk ke dalam tanpa sungkan sungkan lagi.
Wi Tiong hong mengikuti dibelakangnya, perasaan gundah dan emosi menyelimuti seluruh perasaannya, orang yang berada dalam kamar sekarang mungkin ayah gadungan, tapi mungkin juga ayah kandungannya yang sudah lima belas tahun tak pernah bersua.
Sejak kecil dia didik dan dipelibara oleh paman Pit hingga dewasa, kesannya sewaktu kecil sudan amat buram, biar ayah dan berjumpa pun belum tentu akan saling mengenal, lantas bagaimana caranya sekarang untuk mengenali ayahnya "
-ooo0dw0ooo- Jilid 7 MELANGKAH masuk kedalam ruang Wi Tiong hong merasa betapa bersih dan terawatnya ruang kamar itu, empat jendela berderet didepan berhadapan dengan sebuah serambi yang penuh bunga, aneka warna bunga menyiarkan bau semerbak yang memabukkan orang.
Ditengah ruangan dekat dinding terdapat sebuah pembaringan, seprei dan bantal semuanya teratur sangat rapi. Disudut kiri ruangan terdapat sebuah meja kaca, diatas meja terletak sebuah harpa musik serta sebuah hiolo kecil yang terbuat dari tembaga, bau dupa yang harum memancar keluar dari hiolo itu.
Disisi kanan pembaringan terletak sebuah kursi goyang seosang sastrawan setengah umur berbaju putih sedang duduk disana,
Orang itu berusia empat puluh tahunan wajahnya persegi dan berwarna putih kemerah merahan, ia sangat tampan dengan hidung yang mancung dan mata yang besar hanya
sayang kurang bergerak agaknya diam sehari hari biasa sehingga tubuhnya agak kegemukan.
Waktu itu dia memegang sebilah pedang kayu berwarna perak, mengikuti goyangi kursi goyangnya dia memutar pedang kayu tersebut kian kemari, seperti seorang bocah yang sedang bermain dengan asyik, begitu asyiknya sampai kehadiran dua orang didalam kamarnya pun tidak terlihat sama sekali olehnya.
Jelas sudah manusia berbaju putih ini sang ayah yang dimaksudkan nyonya setengah umur itu.
Sejak kecil Wi Tiong hong sudah kehilangan ayah, bayangan sang ayah baginya sudah buram dan tidak jelas, apalagi dia memang tidak mau percaya dengan begitu saja terhadap perkataan dari nyonya setengah umur itu kendatipun raut muka orang tersebut memang berapa bagian mirip dengan wajahnya.
Diam diam ia mendengus dingin sembari berpikir:
"Entah darimana dia peroleh seorang yang berwajah hampir mirip dengan wajahku untuk menyaru sebagai ayahku" Hmmm, bila aku Wi Tiong hong begini gampang ditipu orang, percuma saja aku berkelana didalam dunia persilatan."
Sementara ia berpikir demikian nyonya setengah umur itu sudah berjalan mendekati lelaki tadi dengan langkah yang lemah gemulai, dengan tangan sebelah berpegangan pada kursi goyang dia menunduk dan berbisik kepada lelaki berbaju putih dengan suara lembut: "Kekasih Pui, mengapa kau tidak beristirahat lebih lama" Mau apa kau bangun" "
Berhubung kursi goyangan dipegangi nyonya itu sehingga tubuhnya tak bisa goyang, tanpa terasa lelaki berbaju putih itu mendongakkan kepalanya dan mengawasi
nyonya setengah umur itu dengan wajah tertegun. namun pedang kayu ditangannya sama sekali tidak berhenti, dia masih melanjutkan gerakannya menyambar kesana kemari.
Jangan dilihat gerakan pedangnya itu ngawur tanpa aturan, namun Wi Tiong hong bisa melihat, diantara ayunan tangannys itu terselip pula lingkaran lingkaran cahaya yang mirip sekali dengan jurus jurus serangan dalam ilmu pedang Ji gi kiam hoat
"Permainan pedangmu sungguh bagus." puji nyonya setengah umur itu sambil tersenyum. "cuma jangan kelewat capai. sekarang kau mesti beristirahat dulu."
Seperti menghadapi anak anak saja, selain memuji muji juga membujuknya agar mau beristirahat,
Paras muka lelaki berbaju putih itu segera berseri, benar juga, dia lantas menghentikan permainannya.
Dengan gerak gerik yang sangat halus dan lembut, nyonya setengah umur nerima pedang kayu tersebut dari tangannya, kemudian bertanya lagi:
"Bukankah kau sangat merindukan sanak keluargamu?"
Tampaknya persoalan itu sangat menyentuh
perasaannya, air muka lelaki berbaju putih itu segera berubah menjadi murung dan sedih, pandangannya ditujukan kelangit langit ruangan dan duduk mendelong tanpa bergerak barang sedikitpun juga. Sepasang mata nyonya setengah umur itu segera berkaca kaca. dia menghampiri kembali lelaki tadi dan berbisik sambil tertawa paksa:
"Sudahlah, jangan kelewat bersedih hati, dia sanak keluargamu telah datang."
Tiba tiba lelaki berbaju putih itu mendongakkan kepalanya lalu mengawasi nyonya setengah umur itu lekat lekat.
Buru buru nyonya setengah umur itu berkata sambil tertawa:
"Kau ingin tahu siapa yang telah datang" yang datang adalah anakmu yang tak pernah kau jumpai selama lima belas tahun gembirakah kau?"
Lelaki berbaju putih itu sudah itu masih saja mengawasi nyonya setengah umur tersebut tanpa berkedip, dia seakan akan tidak percaya.
Dengan suara yang lembut kembali nyonya setengah umur itu berkata:
"Kapan sih aku pernah membohongimu" Sungguh.
anakmu telah datang menengokmu, gembirakah kau" Kalau gembira ayo tertawa."
Manusia berbaju putih itu benar-benar tertawa, dia cuma tertawa kepada nyonya setengah umur itu dan sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap Wi Tiong hong.
Diam diam Wi Tiong Hong berkerut kening setelah menyaksikan kejadian ini pikirnya:
"Orang ini mah seorang bloon. kalau toh kepingin menyamar sebagai ayahku. mestinya jangan berlagak seperti begitu. Aaah jangan jangan ayahku terkena racun yang sangat jahat sehingga dia betul betul jadi bloon?"
Teringat akan hal ini, tiba tiba saja hatinya menjadi kecut dan hampir saja air matanya bercucuran.
Sementara itu sang nyonya setengah umur tadi telah menggapai sembari berseru.
"Pui kongcu. kemarilah"
Wi Tiong hong menurut dan beranjak maju kemuka.
Seraya berpaling kembali nyonya setengah umur itu berkata
"mungkin kau masih belum percaya kalau dia adalah ayah kandungmu, hingga kini akupun masih belum tahu siapa namamu, tak ada salahnya kau sebutkan dua haruf namamu, coba kau lihat apakah dia mengerti apa tidak"
Wi Tiong hong segera berpikir:
"Kau sengaja mengundang kedatanganku kemari, sudah barang tentu kaupun sudah menyelidiki segala hal ikhwal tentang diriku secara jelas, apa anehnya kesemuanya"
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia dongakkan kepalanya sambil bertanya: "Apakah dia tak bisa berbicara?"
Nyonya setengah umur itu manggut manggut.
"Bukankah aku pernah berbicara denganmu, setelah keracunan dia mendapat pengobatan yang kelewat terlambat sehingga racun jahat itu keburu merasuk kedalam tulangnya, ini berakibat urat syarafnya terganggu, mendingan sekarang, kalau tujuh delapan tahun berselang kau datang kesini ia masih berbaring terus diatas pembaringan tak tahu apa apa. Berapa tahun belakangan ini keadaannya sudah agak mendingan, dia dapat memahami apa yang kubicarakan dengannya diapun sudah belajar tertawa dan mengangguk, sewaktu lagi senang, diapun bisa memberi pelajaran ilmu pedang kepada orang lain."
"Sudah sekian lama aku datang kemari. tapi dia seperti tidak melihatnya saja"
"Dia tentu dapat melihat kehadiran cuma enggan berbincang bincang dengan orang asing."
Sementara pembicaraan berlangsung mendadak kursi goyang lelaki berbaju putih itu bergoyang pelan.
Ccpat cepat nyonya setengah umur itu berpaling seraya bisiknya lembut: 'Kekasih Pui, ada urusan apa?"
Lelaki berbaju patih itu mengalihkan sorot matanya kewajah Wi Tiong hong, kemudian menengok kembali nyonya setengah umur itu,
Sambil berpaling nyonya setengah umur itu lantas berkata.
"Dia bertanya siapakah kau" Cepat katakan, siapa namamu?"
"Kau benar-benar tidak mengetahui namaku?"
"Aku hanya tahu nama samaranmu adalah Wi Tiong hong, sedang siapa nama sesungguhnya sama sekali tidak kuketahui."
"Wi Tiong hong adalah nama pemberian pamanku, cukup kau sebut saja namaku secara terbalik"
Dia sengaja enggan menyebutkan namanya guna melihat bagaimanakah reaksi si manusia berbaju putih itu.
Nyonya setengah umur itu mengiakan benar benar berbisik disisi telinga manusia berbaju putih itu:
"Dia adalah Tiong wi, coba lihat bukankah dia sudah menanjak jadi dewasa?"
Manusia berbaju putih itu hanya menengok sekejap kearah Wi Tiong hong lalu berpaling kembali ke arah nyonya setengah umur itu, hal tersebut bisa dilihat oleh Wi
Tiong hong secara jelas, agaknya dibalik sorot mata tersebut terselip suatu kecurigaan yang besar.
Nyonya setengah umur itu segera mendengus dingin, kemudian menegur.
'Kongcu, namamu tidak benar rasanya"
"Aku sama sekali tidak berbohong, cuma kata Tiong merupakan urutan dalam dengan nama keturunan, waktu kecil mungkin ayah cuma memanggil Wi ji kepadaku, dalam hal ini aku sendiripun kurang begitu jelas Perkataan ini sudah dipikirkan jauh sebelumnya. sudah barang tentu sewaktu utarakan kedengarannya sangat lancar leluasanya."
"Ooooh, rupanya begitu" nyonya setengah umur itu manggut manggut. Menyusul kemudian diapun berbisik :
"Dia adalah Wi ji, mengapa kau lupa" Coba lihatlah, bukankah dia memiliki raut wajah yang mirip sekali denganmu?"
Sementara berbicara, dia menarik tangan Wi Tiong hong dan dihantarkan kehadapan lelaki berbaju putih itu sambil bisiknya:
"Sekarang kau sudah dapat mengingatnya kembali bukan, cepat kau genggam tangan anak Wi."
Berada didalam keadaan seperti ini, kendatipun Wi Tiong hong merasa tidak percaya seratus persen namun diapun merasa kurang baik untuk menampik, dia membiarkan tangannya dihantar kehadapan manusia baju putih itu oleh nyonya setengah umur tersebut.
Ia merasakan telapak tangan lelaki berbaju putih yang tebal itu menarik tangannya lalu secara tiba tiba terasa sedikit getaran yang sangat aneh.
Inilah suatu pertanyaan tanpa suara pancaran rasa sedih dan gembira yang tumbuh lubuk hatinya.
Wi Tiong hong sendiri ikut merasakan semacam gejolak perasaan yang sangat aneh walaupun dia belum percaya secara penuh bahwa lelaki berbaju putih yang berada di hadapannya adalah ayahnya.
Dalam pada itu, nyonya setengah umur tadi sudah berbisik lagi disisi telinga lelaki berbaju putih itu dengan lembut:
"Ayah dan anak bisa berkumpul kembali akupun turut bergembira untukmu, mengapa kau tidak tertawa?"
Sekulum senyuman segera menghiasi wajah lelaki berbaju putih itu, naman dibalik senyuman tadi tiba tiba dua baris air mata jatuh berlinang.
000OdewiO000 WI TIONG HONG jadi termangu mangu tiba tiba saja diapun merasakan suatu kesedihan hati yang belum pernah di rasakan sebelumnya.
Dalam perasaan hati kecilnya, tiba2 saja dia seperti menaruh perasaan rapat hangat terhadap lelaki berbaju putih hampir saja ia hendak msnubruk kedalam pelukannya serta memanggil ayah.
Betapa besarnya dia mengharapkan kasih sayang seorang ayah. Betapa rindunya selama ini terhadap ayahnya.
Namun dia harus berusaha keras untuk menahan diri, dia tidak boleh membiarkan perasaan tersebut terpancar keluar, sebab ia belum dapat memastikan bahwa lelaki berbaju putih yang berada dihadapan mukanya sekarang adalah ayah kandungnya atau bukan.
Dia percaya dengan perkataan dari Raja langit bertangan keji Liong Cay thian, diapun tahu bahwa dalam selat Tok seh sia pasti terdapat pula seorang manusia berbaju putih, diantara kedua orang tersebut, satu diantaranya sudah pasti ayah kandungnya. maka dia mengambil keoutusan didalam hati kecilnya, tiga bulan kemudian, bagaimanapun juga dia tetap akan mengunjungi selat Tok seh sia,
Sementara itu nyonya setengah umur tadi berbisik lagi kepada lelaki berbaju putih itu:
"Kekasih Pui, sekarang kalian ayah dan anak telah berjumpa kembali, kejadian tersebut merupakan suatu peristiwa yang patut digembirakan, coba kau mainkan jurus jarus pedangmu untuk diperlihatkan kepada anak Wi....."
Leiaki berbaju putih itu mengangguk pelan pelan diapun melepaskan tangan Wi Tiong hong.
Nyonya setengah umur itu mengangsurkan kembali pedang kayu tadi ketangan laki berbaju putih, kemudian katanya dengan suara lembut:
"Bukankah belakangan ini kau sudah ingat kembali beberapa jurus ilmu pedang Nah, mainkan beberapa jurus serangan itu."
Lelaki berbaju putih itu mengawasi wajah nyonya setengah umur tersebut lekat lekat, wajahnya menunjukkan rasa kebingungan, pedang kayu yang digenggam tetap tidak bergerak barang sedikitpun.
Sambil tertawa nycnya setengah itu segera berkata lagi:
"Apa sudah lupa" Bukankah beberapa hari yang lalu kau mengajarkan ilmu yang kau sebut kepada Pek bwee dan Pek lan."
Tiba tiba air muka lelaki berbaju putih itu berubah, pergelangan tangan kanannya bergetar, pedang kayunya melakukan beberapa gerakan ditengah udara. setelah itu menengok kembali kewajah nyonya setengah umur tersebut.
Nyonya setengah umur itu manggut manggut, katanya lagi sambil tertawa ringan:
"Yaa, betul beberapa jurus serangan inilah yang kumaksudkan, ayo cepat perlihatkan kepada anak Wi?"
Sementara itu paras muka Wi Tiong Hong telah berubah hebat, sekarang ia dapat melihat beberapa gerakan itu dengan jelas,
Ternyata didalam melakuksn gerakan pedangnya tadi, lelaki berbaju patih itu telah menggunakan ilmu Kan sam ceng yang pernah menggemparkan dunia persilatan dimasa lalu, suatu ilmu pedang andalan suhunya Sian soat kiam kek dimasa lampau. biarpun gerakan yang dilakukan oleh lelaki berbaju putih itu dilakukan dengan sederhana, namun dapat terlihat betapa halus dan matangnya gerakan pedang tadi.
Dengan perasaan tersebut bercampur keheranan dia lantas berpikir:
"Ilmu pedang ini merupakan ilmu pedang andalan sucou dimasa lampau, tidak mungkin orang luar bisa mempelajarinya, jangan jangan orang ini memang ayahku?"
Tapi ingatan lain segera melintas didalam benaknya:
"Aaaah, tidak mungkin, bila ayah memang tidak mati dan terjatuh ke tangan mereka apa anehnya bila merekapun ada yang bisa memainkan ketiga jurus serangan tersebut?"
Berpikir sampai disini, tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya sambil menukas:
"Cukup, tak usah berlatih lagi, aku sudah mengganggu kelewat lama, kini harus mohon diri lebih dulu"
"Apakah kougcu menganggap dia bukan ayahmu ?"
tanya nyonya setengah umur tertegun.
Wi Tiong hong menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa getir, kemudian jawabnya:
"Terus terang saja kukatakan. semenjak kecil aku dipelihara dan dibesarkan oleh paman, kesanku terhadap ayahku hampir tak ada sama sekali. bagaimana caraku untuk membedakan antara yang palsu dan sungguhan"
Sekali pun dia benar benar ayahku, sekarang akupun tak dapat mengenalinya?"
"Apakah kau tak ingin duduk sebentar lagi sambil mengawasi gerak geriknya" Siapa tahu hal tersebut akan bermanfaat bagimu?"
Rupanya dia masih belum tahu kalau jurus pedang yang dipergunakan manusia berbaju putih itu adalah ilmu Kan sam ceng, Wi Tiong hong berhasil mengenalinya. Paras muka Wi Tiong hong menjadi amat murung dan sedih, air mata mengembang dalam matanya, dia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak usah. coba bayangkan sendiri bila seorang anak melihat ayahnya dalam keadaan begini. terlepas apakah dia tulen atau palsu, siapa yang bisa tega dan tahan?" melihat pemuda itu berbicara dengan bersungguh hati tanpa terasa nyonya setengah umur itu mengangguk.
"Yaa, perkataanmu memang benar. bila kongcu ingin pergi, akupun merasa kurang leluasa untuk menahanmu lebih lama"
Berbicara sampai disini dia lantas membalikan badan dan berbisik kepada lelaki berbaju putih itu:
"Wi ji baru datang dari jauh dan belum bersantap sekarang aku akan mengajaknya bersantap dulu. kau beristirahatlah sebentar."
Kali ini lelaki berbaju putih itu mengalihkan sorot matanya kewajah Wi Tiong hong serta menatap wajahnya lekat lekat seolah-olah dia berharap Wi Tiong hong bisa memberikan sedikit kesan yang mendalam baginya.
Ketika sorot mata Wi Tiong hong saling bertemu dengan sorot matanya, entah mengapa tiba tiba saja hatinya menjadi kecut sehingga tak tahan lagi air matanya jatuh bercucuran.
Buru-buru nyonya setengah umur itu berkata sambil tertawa ringan:
"Setelah bersantap nanti dia akan datang menengokmu lagi, duduklah yang baik sambil beristirahat."
Wi Tiong hong dapat melihat bagaimana cara
perempuan itu membujuknya seperti sedang membujuk seorang anak kecil saja, seandainya lelaki berbaju putih itu benar benar adalah ayahnya, lima belas tahun belakangan ini kehidupan ayahnya sudah jelas bergantung pada perawatan dan perhatiannya yang seksama
Setelah mengajak Wi Tiong hong turun loteng dengan penuh perhatian nyonya setengah umur itu bertanya lagi:
"Benarkah kongcu tidak lapar" Apakah perlu kusuruh mereka untuk persiapkun hidangan bagimu?"
"Tidak usah aku hendak mobon diri dulu"
Nyonya setengah umur itu menghela nafas panjang:
"Aaai, apa yang hendak kongcu lakukan untuk membuktikan bahwa dia benar benar adalah ayahmu?"
"Aku pun tidak tahu, tapi aku pikir bila ibuku berhasil ditemukan. sudah pasti dia orang tua dapat mengenalinya kembali."
"Sekarang ibumu berada dimana?"
"Aaai, lima belas tahun belakangan ini akupun tak pernah bersua dengan ibuku" sahut Wi Tiong hong sedih
"Jadi kaupun tidak tahu dimanakah dia berada?"
"Menurut keterangan pamanku. ibu baru bersedia menjumpaiku bila aku telah genap berusia dua puluh tahun."
"Sekarang berapa usiamu?"
"Sembilan belas. bulan tiong ciu tahun depan adalah saatku bersua kembali dengan ibu."
"Itu berarti masih ada satu tabun lagi, Ehmm baiklah, bila kongcu dapat menjumpai ibumu, ajaklah ibumu kemari, memang satu masa yang bahagia bila kalian sekeluarga bisa berkumpul kembali....."
Sewaktu berbicara sampai disitu, tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran. Setelah berhenti sejenak, diapun berkata lebih jauh.
"Pui kongcu, kau sudah datang setengah harian, tentunya kau dapat merasakan bukan. bahwa aku tidak menaruh maksud jahat kepadamu."
"Soal ini aku tahu." Wi Tiong hong segera menjura.
Sambil tersenyum nyonya setengah umur itu berkata lagi:
"Selain daripada itu, tahukah kau bahwa maksudku mengundang kedatanganmu masih dikarenakan suatu masalah lain?"
'Entah urusan apakah nyonya."
Wi Tiong bong tertegun dan segera menghentikan kata katanya. karena dia lupa dan sudah menggunakan istilah
'nyonya' lagi, namun buru buru sambungnya lebih jauh.
"Entah urusan apakah kau mencariku?"
Nyonya setengah umur itu tertawa "Sebelum kuundang kehadiranmu disini, sudah kuduga kalau kau tak akan percaya bahwa dia adalah ayahmu, tapi bagaimanapun juga aku telah berbuat sebisaku untuk mempertemukan kalian berdua, tahukah kau semenjak ayahmu memperoleh kembali sedikit perasaannya berapa tahun berselang. dia begitu merindukan keluarganya."
Ketika berbicara sampai disitu, suaranya kedengaran sedikit agak sesenggukan, tapi segera menyambung lebih jauh:
"Tapi yang terpenting adalah berhasilnya aku mendapat kabar bahwa di dunia persilatan dewasa ini muncul seorang, pendekar muda yang bernama Wi Tiong hong dan dia memiliki sebutir mutiara penolak pedang."
"Oleh sebab itu aku lantas menduga besar kemungkinannya kau adalah ahli waris dari pendekar berbaju putih, oleh sebab aku kuatir kau percaya begitu saja dengan ucapan orang sehingga mengalami nasib yang sama seperti ayahmu mau tak mau aku rnesti menerangkan hal yang sesungguhnya kepadamu"
Wi Tiong hong yang mendengar perkataan tersebut, dimana seolah olah perempuan itu sudah tahu kalau pihak
selat Tok sia telah mempersiapkan seseorang yang menyaru sebagai ayahnya, tergerak hatinya dengan segera.
Sementara itu si nyonya setengah umur itu sudah melanjutkan kembali kata katanya "Selain itu, orang orang Tok seh sia sudah mulai munculkan diri dalam dunia persilatan, ini membuktikan kalau kekuatan mereka sudah tumbuh, padahal aku mempunyai ikatan dendam kesumat sedalam lautan dengan bajingan tua she Liong itu dan bertekad hendak mencarinya untuk membalas dendam dengan kepergianku ini, nasibmu menjadi tanda tanya besar, malah bisa jadi aku akan mati bersama dengan bajingan she Liong itu. bila aku tewas, maka ayahmu...."
Tiba tiba ia berhenti berbicara sambil menghela napas sedih, terusnya kemudian.
"Baiklah, sebelum kau dan ibumu datang kemari, terpaksa aku harus menunggu satu tahun lagi, aaai...
berbicara yang sejujurnya ayahmu memang tak mungkin bisa hidup tanpa perawatan seseorang..."
Hingga saat ini meski Wi Tiong hong belum yakin kalau lelaki berbaju putih itu adalah ayahnya, namun setelah mendengar perkataannya yang bersungguh sungguh dan tandas, tanpa terasa hatinya jadi tergerak.
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang itu sudah tiba kembali di ruangan tengah, Wi Tiong hong segera membalikkan seraya menjura, katanya:
"Harap nyonya berhenti menghantar sampai disini saja aku hendak mohon diri lebih dulu"
Nyonya setengah umur itu benar benar menghentikan langkahnya, katanya kemudian:
"Untuk menghindarkan diri diri pengintaian lawan, selama lima belas tahun ini aku selalu hidup ditempat yang
terpencil ini maaf bila aku tidak akan menghantarmu lebih jauh, semoga tahun depan kau bisa datang kemari bersama ibumu, tempat kediamanku ini berada dibukit Tay bun san."
"Akan kuingat selalu"
Habis berkata pemuda itu membalik badan dan beranjak keluar dari ruangan itu, dari belakang tubuhnya berkumandang suara helaan napas panjang dari nyonya setengah umur itu,
Setelah melalu pelataran, seorang manusia berbaju hitam membukakan pintu gerbang baginya dan berkata sambil memberi hormat.
"Didepan pintu telah disiapkan seekor kuda untuk kongcu, silahkan kongcu, mempergunakannya!"
Wi Tiong hong manggut manggut seraya mengucapkan terima kasih, begitu dia melangkah keluar dari pintu, manusia berbaju hitam itu menutup pintu gerbang rapat rapat.
Melihat hal ini, Wi Tiong hong segera berpikir:
"Mereka bersikap begitu rahasia, agaknya benar benar sedang menghindarkan diri dari intaian orang orang Tok seh sia, kalau begitu apa yang dikatakan nyonya setengah umur itu kepadaku ada beberapa bagian yang dapat dipercaya."
Ketika menengok kedepan, betul juga, didekat pintu tertambat seekor kuda jempolan yang jelas dipersiapkan untuk dirinya, maka tanpa sungkan sungkan dia menuntun kuda melompat naik keatas punggungnya dan setelah mengawasi pemandangan disekeliling tempat itu, dia larikan kudanya menyusuri jalan kecil didepan situ, Dengan menelusuri jalan setapak yang itu, Wi Tiong hong harus
menempuh perjalanan sejauh ratusan li sebelum tiba di Lan ki ceng pada senjanya.
Waktu itu Wi Tiong hong sudah seharian penuh tidak bersantap, dia mengisi perut lebih dulu disebuah rumah makan sebelum mencari rumah penginapan untuk beristirahat.
Keesokan harinya selesai membereskan rekening, dia mencari tahu jalan menuju kebukit Thian bok san. Setelah diperoleh keterangan. pemuda itu baru tahu kalau kemarin sudah menempuh perjalanan jauh yang tak ada gunanya, maka setelah keluar dari pintu rumah penginapan, dia larikan kudanya menuju keutara.
Sebelum hari menjadi gelap, dia telah tiba dikota Leng an, tempat ini sudah berjarak hanya beberapa puluh li saja dari bukit Thian bok san sebelah timur,
Rencananya dia akan menginap semalam disitu baru keesokan harinya pergi ke perkumpulan Thi pit pang Maka diapun melompat turun dari kudanya didepan rumah penginapan Tong he dan minta kamar disitu.
Setelah menghidangkan air teh, sambil tertawa mendadak pelayan itu menyapa:
"Tuan. apakah kaupun hendak berpesiar ke bukit Thian bok san sebelah timur?"
Pertanyaan tersebut membuat Wi Tiong Hong tertegun.
markas besar perkumpulan Thi pit pang memang terletak disebelah timur bukit Thian bok san, sudah barang tentu tujuannya sekarang adalah Thian bok san sebelah timur
"Darimana kau bisa tahu?" ia lantas bertanya Pelayan itu segera tertawa.
"Biasanya para pesiar sebagian besar pergi ke Thian bok san sebelah barat dan jarang sekali berkunjung ke Thian bok san sebelah timur, tapi beberapa hari belakangan ini hampir semua tamu yang datang bertujuan untuk pasang hio dikuil Tay ong bio bukit Thian bok san sebelah timur, itulah sebabnya hambapun bertanya kepada Tuan."
Perlu diketahui, wilayah seputar Ci say adalah merupakan wilayah kekuasaan perkumpulan Thi pit pang, bila ada orang yang mencurigakan memasuki daerah seluas puluhan li di seputar Thian bok san. pihak besar Thi pit pang tentu akan mendapatkan laporannya. Mimpipun Wi Thian hong tidak menyangka kalau pelayan tersebut sesungguhnya sedang berbicara dengan kata kata sandi, dia masih menganggap Tay ong bio adalah nama suatu tempat.
Karena perasaan ingin tahunya, tanpa terasa pemuda itu bertanya lagi.
"Bagaimana cara kita menuju Tay ong bio" Aku pun ingin menonton keramaian disitu"
Yang disebut "Tay ong bio" tentu saja bukan nama sebuah kuil, melainkan kata sandi untuk mengartikan markas besar perkumpulan Thi pit pang.
Tiba tiba saja air muka pelayan itu berubah hebat, sambil tertawa paksa katanya kemudian
"Tuan bisa masuk lewat dusun bagian hilir, tidak sampai tiga li akan tiba di kuil Tay ong bio, setibanya disitu tentu ada orang yang akan menyambut kedatanganmu."
Selesai berkata dia lantas mengundurkan diri dari situ Wi Tiong hong juga tidak memperhatikan terlalu serius atas kejadian itu, selesai bersantap malam diapun memadamkan lampu dan tidur.


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keesokan barinya, setelah membayar rekening dia meneruskan perjalanannya menuju kebukit Thian bok san sebelah timur.
Kuda jempolan yang dinaikinya berlari sangat cepat, puluhan li dilewatkan dalam waktu singkat, tak lama kemudian ia sudah tiba diluar kota. Baru saja dia hentikan lari kudanya dan bermaksud untuk mencari tahu letak markas besar perkumpulan Thi pit pang.
Mendadak dari depan sana muncul tiga orang lelaki berbaju biru yang menyoreng golok, dengan langkah tegap mereka datang mendekat lalu berhenti ditengah jalan dan menghalangi jalan perginya. Kemudian terdengar lelaki yang berada disebelah kiri membentak dengan suara nyaring:
"Barang siapa tiba disekitar wilayah ini harap turun dari kudanya sobat, mengerti kau akan peraturan ini?"
Wi Tiong hong yang duduk diatas kuda dapat mengenali ketiga manusia berbaju biru itu sebagai anggota perkumpulan Thi pit pang maka setelah mendengar Kalau ada peraturan harus turun dari kudanya diapun merasa berkewajiban untuk menaatinya.
Dengan cepat pemuda itu melompat turun dari kudanya,. kemudian sambil menjura katanya:
"Aku rasa kalian bsrtiga tentunya saudara saudara dan perkumpulan Thi pit pang. aku...."
Sebelum dia menyelesaikan kata katanya ielaki yang berdiri ditengah sudah menarik mukanya secara tiba tiba sambil membentak "Sobat berasal darimana" Apakah kau tidak pernah mendengar tentang Tay ong bio?"
Mendadak saja Wi Tiong hong jadi ingat kembali dengan pakaian ringkas berwarna biru yang dikenakan olehnya
karang, rupanya mereka telah salah sangka dengan menganggap dia sebagai anggota perkumpulan pula.
Cepat cepat dia berkata kemudian.
"Aku bukan anggota perkumpulan kalian."
"Oooh, kalau begitu sobat memang ada maksud untuk menyelundup kedalam tubuh organisasi kami." tukas lelaki yang berada ditengah sambil tertawa dingin, "Heeeh...
heeeh.... bukankah semalam kau menginap dirumah penginapan Tong heng" Sejak pagi tadi kami sudah menantikan kedatanganmu." Begitu selesai berkata tiba tiba saja dia mengulapkan tangannya berulang kali.
000OdewiO000 DENGAN Diulapkan tangannya itu, dari balik dusun segera bermunculan enam tujuh orang lelaki kekar bersamaan waktunya dari belakang tubuh Wi Tiong hong juga muncul empat lima orang manusia.
Dalam waktu singkat mereka sudah mengepung Wi Tiong hong ditengah arena. Ketika mendengar orang itu menyinggung soal rumah penginapan Tong heng dimana ia menginap semalam, dengan cepat Tiong hong menjadi paham kembali apa gerangan yang telah terjadi, rupanya pelayan itulah si pembawa berita.
Ini menunjukkan pula kalau perkumpulan Thi pit pang benar benar merupakan suatu organisasi yang amat ketat penjagaannya, jangan harap orang luar bisa menyelundup masuk kedalamnya.
Maka sambil tersenyum diapun berkata:
"Saudara sekalian, apa yang terjadi hanya merupakan suatu kesalahan paham belaka."
"Tak usah banyak bicara lagi." tukas laki2 ditengah sembari membentak keras
"Lebih baik kau menyerahkan diri saja atau memang bendak memaksa kami untuk turun tangan?"
Agaknya orang yang berada ditengah merupakan pimpinan dari rombongan tersebut.
Sudah tiga kali Wi Tiong hong berusaha menjelaskan duduknya persoalan, namun tiap kali selalu ditukas oleh orang tersebut lama kelamaan dia menjadi naik pitam sendiri, dengan kening berkerut segera bentaknya keras:
"Aku datang untuk menengok Ting pangcu, bila kalian bersedia masuk dan memberi laporan, segera akan kalian ketahui siapa gerangan diriku."
sLelaki yang berada ditengah itu tertawa dingin:
"Dalam pandangan mata seorang lelaki sejati tak akan kemasukan secuil pasir. kau ingin mencatut nama orang lain untuk berlagak sok dihadapan kami?"
Berbicara sampai disitu dia lantas berpaling seraya membentak:
"Saudara sekalian, mengapa tidak kalian bekuk cecunguk tersebut?"
Belasan orang Ielaki kekar itu serentak menggulung ujung lengan masing masing sambil mendesak maju kemuka menghampiri Wi Tiong hong.
Salah seorang diantara mereka segera berteriak dengan suara yang parau seperti hampir retak
"Bocah keparat, lebih baik menyerah saja untuk kami belenggu!"
Saat ini amarah Wi Tiong hong sudah memuncak.
namun mengingat dia adalah wakil pangcu, apalagi mesti memberi muka kepada Ting toakonya, sudah barang tentu anak muda tersebut tak ingin beribut ribut dengan mereka.
Berpikir akan hal ini, tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya, tiba tiba dia saksikan sederet pohon siong yang tumbuh tiga kaki dihadapannya sana, satu ingatan segera melintas didalam benaknya mendadak ia mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring.
Dengan sorot mata memancarkan cahaya tajam tiba tiba ia membentak nyaring:
"Berhenti semua ! Bila kalian berani maju selangkah lagi kedepan, pohon tersebut adalah contohnya!"
Ditengah bentakan keras, telapak tangan kanannya segera diayunkan kemuka membacok sebatang pohon siong yang tumbuh tiga kaki dihadapannya sana.
Bentakan tersebut keras bagaikan suara guntur yang membelah bumi, sedemikian kerasnya sampai belasan lelaki kekar merasakan telinganya mendengung keras.
Sementara semua orang dibuat terperanjat oleh bentakan itu, mendadak....
"Kraaaakkk!"
Sebatang pohon siong besar yang tumbuh tiga kaki dihadapan mereka telah tersambar hingga patah menjadi dua bagian dan roboh keatas tanah dengan menimbulkan suara keras.
Padahal batang pohon itu besar sekali, tapi sekarang tumbang keatas tanah bagaikan dipapas dengan golok tajam.
Peristiwa tersebut segera membuat beberapa orang lelaki kekar itu mati kutunya. Semua orang saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun, sebab setiap orang sadar bahwa tubuh mereka tidak sekekar dan sekeras batang pohon tersebut. Sementara semua orang diliputi suasana tegang bercampur panik mendadak dari kejauhan sana bergema datang suara derap kaki kuda yang amat ramai berapa saat kemudian terdengar ada orang bersorak gembira.
"Hooree.... Tam huhuat telah datang."
Wi Tiong hong segera berpaling kedepan, mmuncul juga, yang muncul adalah si telapak tangan baja Tam See hoa!
Dari atas kudanya Tam See hoa sudah membawa belasan orang anggota perkumpulannya sedang berkumpul menjadi satu, sementara disisi jalan tergeletak sebatang pohon siong yang tumbang, dia sadar bahwa suatu peristiwa telah terjadi disitu.
Dengan cepat dia menarik tali les kudanya lalu menegur:
"Hei, apa yang tefah terjadi disini?"
Waktu itu Wi Tiong hong mengenakan pakaian ringkas berwarna biru, wajahnya juga telah diubah dengan obat penyaru, tak heran kalau Tam See hoa tak mengenalinya Belasan orang lelaki itu serentak memberi hormat.
kemudian pemimpin mereka menjawab:
"Hamba mendapat laporan semalam bahwa ada seorang manusia yang mencurigakan menginap dirumah
penginapan Tong heng, konon orang itu sedang berusaha mencari alamat markas besar kita, maka tadi hamba lakukan pemeriksaan yang ke dimulut bukit, betul juga, hamba segera menjumpai orang yang dimaksud..."
Sesudah mendengar laporan tersebut Tam See hoa baru berpaling dan mengamati wajah Wi Tiong hong Buru buru Wi Tiong hong memberi hormat sambil menyora:
"Selamat bersua saudara Tam,"
Tam See hoa tertegun lalu menegur
"Siapa anda" Maaf bila aku orang she Tam tidak mengenal dirimu...."
Tatkala mendengar Wi Tiong bong menyebut Tam See hoa sebagai saudara Tam tadi, lelaki pemimpin rombongan tersebut tampak terperanjat, tapi setelah mengetahui kalau Tam See hoa tidak kenal dengan ia keberaniannnya muncul kembali. Tiba tiba saja dia menimbrung:
"Sobat ini berkata hendak datang menjumpai pangcu?"
Wi Tiong hong segera tertawa terbahak bahak:
"Haaah.... haaah... haaah... saudara Tam, akupun sudah tidak kau kenali lagi."
Kali ini Tam See hoa dapat mengenali suara tersebut sebagai suara Wi Tiong hong, tiba2 saja dia melompat turun dari kudanya, kemudian dengan perasaan terkejut bercampur gembira serunya:
"Kau adalah Wi tayhiap!"
Wi Tiong hong tersenyurn "Benar, aku adalah Wi Tiong hong."
Ketika nama "Wi Tiong hong" masuk ke dalam telinga lelaki pemimpin rombongan itu. seketika itu juga ia berdiri bodoh.
Mimpipun dia tak menyangka kalau lelaki bermuka merah yang berada dihadapannya sekarang tak lain adalah
sahabat karib Ting pangcu mereka dimana hingga saat ini merupakan pejabat pangcu mereka.
Seketika paras mukanya berubah menjadi merah padam, dengan gugup dan ketakutan ia membungkukkan diri memberi hormat kemudian serunya dengan suara memelas
"Hamba memang benar benar pantas mati, sungguh mati hamba tak tahu kalau pejabat pangcu Wi tayhiap yang telah berkunjung tiba, bilamana hamba telah melakukan kesalahan tadi mohon Wi tayhiap sudi maafkan."
Saat itu Si telapak tangan baja Tam See hoa lebih banyak gembiranya daripada kejut, sambil berpaling ia membentak:
"Manusia yang tak punya mata, mengapa kalian menyalahi Wi tayhiap" Sekembalinya nanti tunggu hukuman diruang belakang."
Buru buru Wi Tiong hong menggoyangkan tangannya berulang kali, cegahnya:
"Mereka tidak kenal diriku, siapa tidak tahu dia tak bersalah. biar urusan disudahi sampai disini saja, Asal lain kali mereka tahu diri dan bertanyalah sampai jelas jika ada sahabat kangouw yang berkunjung kebukit Thian bok san sebelum bertindak, sehingga kesalahan paham dapat dihindari."
"Kalian sudah mendengar?" Tam See hoa segera membentak "Bila kalian berani bertindak sembrono sebelum duduk persoalan menjadi jelas, hukuman akan menanti kalian semua."
Lelaki pemimpin rombongan itu segera mengiakan berulang kali Tam See hoa tidak menggubris orang itu lagi kepada Wi Tiong hong katanya kemudian seraya menjura:
"Wi Tayhiap, silahkan naik keatas kuda."
Wi Tiong hong melompat naik ke punggung kuda disusul oleh Tam See hoa, dengan jalan bersanding kedua orang itu melanjutkan perjalananrya naik gunung Kurang lebih beberapa puluh kaki kemudian Tam See hoa baru berbicara setelah menengok kesekitar situ dan yakin tiada manusia disekitarnya.
"Kedatangan Wi tayhiap sangat kebetulan sekali, sepuluh hari berselang siaute telah mengutus lima orang kepercayaanku untuk mencari jejak Wi tayhiap dimana mana namun hingga kini tak ada kabarnya, sementara siaute sedang gugup dan panik, untung sekali Wi tayhiap muncul tepat pada saatnya."
Berbicara sampai disini, tanpa terasa ia mendongakkan kepalanya sambil menghembuskan napas lega.
Wi Tiong hong tidak berhasil menangkap kejanggalan didalam nada suara Tam see hoa tersebut, katanya kemudian;
"Berapa hari berselang, secara tidak sengaja aku berhasil mendapat kabar mengatakan Ting toako berhasil pulang dengan selamat, itulah sebabnya aku khusus meluangkan waktu untuk menengoknya."
Selapis Kabut gelap dengan cepat menyelimuti wajah Tam See Hoa katanya sambil menghela napas!
"Aaaai rupanya Wi Tayhiap juga telah mengetahui peristiwa tersebut?"
"Aku mendengar hal ini dari saudara saudara kita yang berada dikantor pusat yang sedang mengadakan pertemuan disebuah rumah makan."
Sekali lagi Tam See Hoa menghela napas panjang.
Wi Tiong hong berkata lebih lanjut:
"Sesungguhnya kedatanganku kali ini kemari karena sudah lama tak pernah bersua dengan Ting Toako, maka mumpung ada kesempatan aku ingin berkumpul
dengannya, kedua akupun hendak mengembalikan lencana pena baja yang sementara kusimpankan itu kepada perkumpulan kalian. Cuma sungguh patut disesalkan gara gara aku bersikap kurang hati hati mengakibatkan lencana Thi Pit Leng itu menderita sedikit cedera."
Dengan wajah yang sedih Tam see hoa manggut manggut.
"Tempo dulu lo pangcu pernah meninggalkan ramalan dia bilang saat lencana Thi Pit leng menderita cedera, disaat itulah hari kiamat perkumpulan kami tiba agaknya ramalan tersebut memang cocok sekali dengan kenyataan yang sesungguhnya."
Ucapan mana segera menimbulkan perasaan menyesal dalam hati Wi Tiong Hong dia berkata kemudian:
"Siaute tak pernah mendengar orang membicarakan soal ini, benda apa sih yang tersimpan didalamnya?"
"Lou Bun Si"
"Lou Bun Si?" Sekujur badan Tam See Hoa bergetar keras, ia berseru keheranan.
"Tata lencana Thi Pit leng hanya dilapisi kulit besi bagian luarnya saja, sedang didalamnya terbungkus sebatang Lou Bun si."
"Lou bun si yang tulen atau yang palsu?" tanya Tam See Hoa sambil membelalakan matanya.
"Tentu saja yang asli." Wi Tiong hong tertawa.
Tam see hoa manggut manggut.
"Tak heran kalau dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan bahwa dua macam benda mustika dunia yaitu lou bun si dan mutiara penolak pedang sudah terjatuh ketangan Wi Tayhiap..."
Mendadak dia berpaling kemudian tanyanya.
"Apakah kedatangan Wi Tayhiap kali ini bertujuan hendak mengembalikan lou bun si tersebut kepada perkumpulan kami?"
"Benda itu merupakan hak perkumpulan kalian tentu saja aku menyerahkannya agar disimpan sendiri oleh Ting toako."
Tam see Hoa menundukkan kepalanya tidak berbicara, lewat beberapa saat kemudian dia baru berkata kembali.
"Siaute mempunyai suatu permintaan yang kurang lazim untuk diutarakan, entah Wi tayhiap bersedia untuk menyetujui atau tidak?"
Wi Tiong Hong menjadi keheranan setelah menyaksikan rekannya berbicara dengan wajah yang sangat ragu cepat dia berkata
"Silahkan saudara Tam utarakan"
Setelah ragu sejenak Tam see hoa baru berkata
"Siaute tahu kalau Wi Tayhiap mempunyai hubungan persahabatan yang sangat akrab dengan Ting pangcu, tapi demi perkumpulan kami siaute minta Wi Tayhiap jangan menyinggung dulu persoalan tersebut untuk sementara waktu disaat kau berjumpa dengan Ting Pangcu nanti."
"Mengapa harus demikian?" tanya Wi Tiong Hong tertegun.
Tam see Hoa tertawa getir.
"Siaute pernah mendengar dari cerita umat persilatan yang mengatakan bahwa Lou bun si dapat dipakai untuk menawarkan berbagai macam racun keji, oleh sebab itu untuk sementara waktu kuharap Wi Tayhiap sudi menyimpannya dulu. Siapa tahu bisa membantu beribu orang saudara dari perkumpulan kami sehingga lolos dari bencana besar kali ini."
"Apa" semua anggota perkumpulan telah keracunan" "
tanya Wi Tiong Hong terkejut.
"Hingga sekarang keadaannya masih belum jelas, siaute hanya berharap agar sementara waktu ini jangan tayhiap serahkan benda tersebut kepada Ting Pangcu."
Berbicara sampai disitu tiba tiba dia tutup mulut dan tidak berbicara lebih jauh,
Wi Tiong Hong sangat terkejut disamping curiga, dia cukup tahu sitapak tangan baja Tam see hoa sebagai pelindung hukum dalam perkumpulan Thi Pit pang yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam
perkumpulannya.
Diapun tahu kalau orang itu setia jujur dan berpribadi luhur selama ini sikapnya terhadap Ting Toako sangat menaruh hormat dan menjunjungnya mati matian.
Tapi hari ini mengapa dia justeru mengucapkan kata kata macam ini kepadanya"
Ketika menengok kembali kedepan tak jauh disana terlihat sepasukan peronda berbaju ketat warna biru sedang berdiri sejajar ditepi jalan agaknya mereka melihat kemunculan kedua orang itu sehingga sama sama memberi jalan sambil menjura:
Tam See hoa segera menuding kedepan sana sambil berhasil berkata lagi:
"Markas besar perkumpulan kami berada didepan sana, mari Wi Tayhiap kita kesana?"
Mereka berdua segera mempercepat lari kudanya dan berangkat menuju kedepan sana.
Menanti kedua orang itu sudah lewat pasukan peronda tadi baru berdiri tegak dan melanjutkan tugasnya.
Kuda berlari amat kencang, tak selang beberapa saat kemudian sampailah kedua orang itu didepan sebuah perkampungan yang berdiri di kaki bukit.
Didepan pintu gerbang yang berwarna hitam berdiri empat orang lelaki berbaju biru tampak dua tiga orang lelaki berbaju biru hilir mudik, dilihat dari gerak mereka nampaknya sedang sibuk sekali sewaktu keempat penjaga dan saudara saudara lain yang sedang hilir mudik itu melihat kemunculan Tam See Hoa, serentak mereka membungkukkan badan memberi hormat.
Menggunakan kesempatan melompat turun dari
kudanya, tiba tiba Tam See Hoa berbisik kepada Wi Tiong Hong dengan ilmu menyampaikan suara.
"Ingat baik baik perkataanku tadi Wi tayhiap, keadaan yang sejelasnya akan aku ceritakan malam nanti."
Selesai berkata dia serahkan tali les kudanya ketangan seorang centeng yang berdiri disisinya sambil berpesan:
"Cepat masuk memberi laporan kepada pangcu, katakan Wi Tayhiap telah datang."
Seorang centeng yang lain mengiakan dan segera lari masuk kedalam gedung untuk memberi laporan Tam See Hoa menunggu sampai Wi Tiong Hong datang turun dari kudanya. Kemudian baru berkata dengan hormat:
"Silahkan masuk Wi Tayhiap!"
Diiringi Tam see hooa akhirnya Wi Tiong Hong melangkah masuk kedalam gedung.
Belum jauh mereka masuk dari kejauhan sana Ting ci kang sudah berlari mendekat dengan langkah terburu buru, sambil berjalan mendekat dia berseru sambil tertawa terbahak bahak.
"Haah... Haaah... Haaah... Saudara Wi angin apa yang telah..."
Tapi setelah mengetahui bahwa orang yang masuk bersama Tam See hoa adalah seorang lelaki berwajah merah yang belum pernah dikenalnya Ting Ci kang tertegun dan tiba tiba membungkam.
Dengan cepat Wi Tiong Hong maju menyambut
kedatanganna seraya berseru:
"Ting toako, siaute adalah Wi Tiong Hong."
Setelah mendengar seruan itu, Ting Ci kang baru menggengam tangan Wi Tiong Hong sambil serunya dengan gembira:
"Saudara Wi penyaruanmu hampir membuat aku tidak mengenalimu lagi. kita masuk keruangan."
Kemudian sambil berpaling ia bertanya pula:
"Saudara Tam kau berhasil menjumpai saudara Wi dimana?"
"Setiap pagi hamba selalu melakukan perondaan disekitar wilayah bukit ini. Didepan dusunlah aku berjumpa dengan Wi Tayhiap, waktu itu hambapun hampir tidak mengenalinya untuk Wi Tayhiap menyapa hamba lebih dahulu."
Ting ci kang tidak menunggu sampai Tam see Hoa menyelesaikan kata katanya sambil tersenyum dia lantas berkata kepada Wi Tiong Hong.
"Sejak kembali ke perkumpulan, aku sudah banyak mendengar kabar berita tentang saudara, haah.. haah..
hanya beberapa bulan kita tak bersua, tak nyana kalau nama besar saudara Wi sudah menggetarkan dunia persilatan sekarang."
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah menelusuri beranda disisi ruangan tamu menuju ke ruang dalam.
Setelah semua orang mengambil tempat duduk, dengan senyuman dikulum Ting Ci Kang baru berkata:
"Dari laporan saudara Tam dapat kuketahui bahwa perkumpulan kita bisa bertahan terus sampai sekembalinya diriku tak lain berkan bimbingan dan perlindunganmu, budi kebaikan ini benar benar sangat mengharukan siauheng.
terimalah hormatku ini sebagai pertanda rasa terima kasih segenap anggota kami kepadamu."
Selesai berkata ia lantas menjura dalam dalam.
Buru buru Wi Tiong Hong balas memberi hormat sambil ujarnya:
"Ting Toako mengapa kau berkata demikian" kita adalah sesama saudara sendiri sudah sewajarnya bila kubantu usahamu selama Ting toako tidak berada dirumah apalagi kebesaran perkumpulan Thi Pit Pang tak lebih berkat perjuangan keras saudara Tam sedang siaute cuma menyandang nama belaka, bicara soal pekerjaan aku tak pernah menyumbangkan sedikit tenagapun."
Berbicara sampai disini dia lantas mendongakkan kepalanya dan berkata kembali:
"Setelah Toako lenyap dari dunia persilatan, siaute mengira kau masih tetap berada ditangan orang orang ban kiam hwee, kemudian berjumpa dengan ban kiam hweecu dan seh tootiang dari tok seh sia siaute pun gagal menemukan suatu berita tentang toako, untung sekali toako berhasil lolos dari marabahaya. dengan begitu siaute pun bisa merasa berlega hati. Ting toako, sebenarnya kau telah diculik oleh siapa?"
Ting ci kang menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Pengalamanku tak akan habis untuk diceritakan.
Ringkasnya saja waktu itu siautee jatuh ketangan congkoan pasukan pedang berpita hitam Chin Tay Seng dari Ban Kiam Hwee, Chin tay seng bersikeras mengatakan bahwa Lou bun si sudah terjatuh ketangan orang orang Thi Pit pang Terhadao siau heng, diapun melakukan penyiksaan berat untuk memaksa aku mengaku, ketika itu siaute mengira jiwaku pasti melayang maka dibalik pakaianku kutinggalkan pesan surat berdarah yang menetapkan saudara Wi sebagai penerus kedudukan ketua perkumpulan Thi Pit Pang....
Mendengar hal mana Wi Tiong Hong segera berseru dengan marah:
"Bajingan tua she Chin ini telah menghianati perkumpulan Ban Kiam Hwee, untung dia berhasil dibekuk oleh Ban kiam Hweecu. Aku yakin dia tentu tak bisa mati secara baik baik?"
"Apa" Chin Tay seng telah menghianati Ban Kiam hwee?" Tanya Ting Ci Kang keheranan.
Perlu diketahui masalah berhianatnya Chin tay senga dari perkumpulan Ban Kiam Hwee tak pernah disebar luaskan oleh pihak Ban Kiam Hwee sedang pihak Tok seh sia yang terlibat sudah barang tentu enggan
mengumumkannya pula, Itulah sebabnya tiada orang persilatan yang mengetahui akan kejadian tersebut.
Sementara itu Ting Ci kang telah berkata lebih jauh.
"Kemudian aku dengar saudara Wi telah
mempergunakan lencana siu lo ci leng minta orang kepada Chin Tay Seng, dimana akhirnya dia perintahkan wakilnya Pak Bun si untuk menyamar sebagai siauheng dan merampas Lou bun su dari tanganmu, waktu itu sebenarnya mereka berniat membunuh siauheng guna menghilangkan jejak bila hal tersebut terjadi tentunya kejadian ini tak bakal diketahui orang.
Pada saat itu siauheng menderita luka parah, keadaanku kritis sekali, mereka sudang mengirimku ke sik jin tian guna menggantung aku telah memperolah pertolongan dari seorang loocianpwee, dimana beliau telah membunuh Pak bun hwi dan menolong siauheng sampai lukaku sembuh kembali, setelah sehat kembali siauheng langsung kembali kesini!"
Cerita tersebut sama sekali tidak terperinci, baru datang sehingga dia hanya menceritakan garis besarnya saja.
Tam See Hoa yang duduk disampingnya tanpa terasa menengok sekejap kearah Wi Tiong Hong.
Sementara itu Wi Tiong Hong mendengarkan dengan seksama, sampai Ting Ci Kang selesai berkisah, dia baru menghembuskan napas panjang seraya bertanya:
"Entah siapakan locianpwee yang telah menyelamatkan toako itu?"
Ting ci kang segera tertawa.
"Atas undangan siauheng kini cianpwee tersebut telah berdiam dibukit thian bok san maka jarang sekali bertemu
dengan orang. Sekarang saudaraku baru datang, berdiamlah beberapa hari dulu. tentunya siauheng akan mengajakmu menjumpainya."
Sekali lagi Tam See Hoa melirik sekejap kearah Wi Tiong Hong, namun sayang Wi Tiong Hong tidak memperhatikan akan hal tersebut.
Sambil bersantap siang, Tam See Hoa bangkit untuk mohon diri sebentar selang beberapa saat kemudian dia muncul kembali dalam ruanga.
Ting ci kang segera bertanya:
"Saudara Tam disini tak ada kejadian apa apa bukan?"
"Saudara saudara kita dari kantor cabang Thian Heng dan Go Heng datang memberi laporan, hamba telah mengaturkan tempat beristirahat bagi mereka."
"Bagus sekali !" Ting ci kang sambil manggut manggut.
Setelah Tam See Hoa duduk kembali dibangkunya sambil tersenyum Ting Ci kang baru berkata lagi kepada Wi Tiong Hong.
"Setelah berpisah beberapa bulan, namamu sudah tak asing lagi bagi dunia persilatan, disamping aku bergirang untuk keberhasilanmu maka akupun cuma mendengar sepotong sepotong, bagaimanakah keadaan yang sebenarnya" harap Saudara Wi suka bercerita."
Wi Tiong Hong bercerita secara garis besarnya.
Selesai mendengar penuturan itu, dengan girang Ting Ci Kang segera berseru:
"Rupanya saudara Wi adalah keturunan dari pek ih Tayhiap tak heran kalau wibawamu luar biasa serta melebihi orang lain haah... haaahh... sekarang asal usulmu sudah menjadi jelas asal empek masih hidup dalam dunia
ini suatu ketika duduknya persoalan tentu akan menjadi jelas dengan sendirinya.
"Soal kepergianmu ke selat Tok seh sia aku rasa kurang baik jika kau pergi seorang diri kebetulan siauheng tak ada urusan apalagi soal perkumpulan bisa diselesaikan saudara tam, bagaiman kalau aku menemani perjalananmu nanti?"
Dengan perasaan berterima kasih sekali buru buru Wi Tiong Hong berseru:
"Maksud baik toako, siaute terima dengan senang hati."
Ia sama sekali tidak menerangkan kepada Ting Ci Kang kalau Ban Kiam Hweecu telah meminjamkan kitab pusakanya setelah berhenti sejenak katanya kembali:
"Sebelum berpisah dengan paman siaute telah mewarisi serangkaian ilmu pedang, paman minta siaute pulang ke bukit Hwee Giok san untuk melatih diri, sedang sekarang siaute belum tahu dimanakah letak tok seh sia yang sesungguhnya.
"Ditambah lagi tiga bulan mendatang siaute masih punya janji dengan Ban Kiam Hweecu siapa tahu mereka mengetahui letak selat pasir beracun itu. Maka siaute pikir hendak memenuhi janji dengan Ban Kiam Hwee cu lebih dulu sebelum berangkat ke selat pasir beracun."
Ting Ci Kang segera termenung tanpa berbicara.
Wi Tiong Hong mengangkat kepalanya lalu berkata lebih jauh:
"kedatangan siaute kali ini, kesatu karena mendengar toako lolos dari bahaya dan berhasil pulang dengan selamat sehingga buru buru ingin bertemu dengan toako..."
Rupanya tanpa disadari hari telah menjadi gelap, pelayan muncul secara tiba tiba untuk memasang lentera serta mempersiapkan kembali hidangan malam.
Menggunakan kesempatan itu, Tam See Hoa segera mengerling sekejap kearah Wi Tiong Hong sambil memberi tanda, kemudian berkata:
"Wi Tayhiap baru saja datang dari tempat yang jauh, santapan siang tadi diselenggarakan terburu buru maka malam ini khusus dipersiapkan hidangan yang lebih baik untuk menyambut kedatangan tayhiap, mari kita bersantap dulu."
Sebagai orang yang berjiwa terbuka Ting Ci kang segera bangkit berdiri seraya tergelak.
"Betul, betul saudara Wi baru datang dari jauh mari kita minum arak sampai puas"
000000dw00000 Sesudah perkataannya ditukas ditengah jalan oleh Tam See Hoa tadi, kecurigaan yang muncul dihati Wi Tiong Hong semakin bertambah, apalagi diapun menyadari sesuatu gejala yang aneh, dia seolah olah merasakan hubungan yang aneh dengan Ting Ci Kang,
Tanpa terasa segera pikirnya:
"Bagaimanapun juga aku toh baru datang baiklah, biar Lou Bun Si kukembalikan kepada Ting toako dalam kesempatan mendatang."
Maka diapun bangkit berdiri seraya berkata:
"Siaute kan bukan orang luar, buat apa toako mesti bersikap sungkan sungkan?"
Kembali Ting Ci Kang tertawa bergelak.
"Haah... Haaah.. Haah... siaute baru saja datang sudah sepantasnya bila aku sebagai toako menjadi tuan rumah yang baik, mari mari jangan biarkan hidangan menjadi dingin."
Dia menarik Wi Tiong Hong untuk mengambil tempat duduk, sedangkan Tam See Hoa mendampingi
disampingnya. Hidangan kali ini memang lezat dan mewah, mereka bertiga bersantap sampai betul2 kenyang sebelum bubar.
Selesai bersantap, hidangan air teh wangi lalu disuguhkan,
Mereka bertiga berbincang lagi beberapa saat, Ting Ci kang baru melihat cuaca sambil berkata:
"Saudara Wi, kau tentu merasa letih sesudah menempuh perjalanan jauh, lebih baik beristirahatlah dahulu, mari tidur dikamarku saja, dengan begini kita dua bersaudara bisa berbincang bincang lagi lebih mendalam."
Tam See Hoa segera menimbrung:
"Hambe telah menyiapkan sebuah kamar tamu yang tenang dan bersih untuk Wi Tayhiap, Hamba rasa Wi Tayhiap menempuh perjalanan jauh, maka entah sedang beristirahat ataukah bersemedi, seorang diri didalam kamar yang tersendiri rasanya jauh lebih leluasa, entah bagaimanakah pendapat pangcu?"
Sambil tertawa Ting Ci Kang segera manggut manggut.
"Benar aku memang lupa memikirkan tentang persoalan ini, kalau begitu harap saudara Tam suka mengantar saudara Wi untuk pergi beristirahat?"
Tam See Hoa segera mengiakan, kemudian sambil tersenyum katanya kepada sianak muda:
"Wi Tayhiap harap ikut siaute?"
Wi Tiong Hong mengikuti Tam See Hoa keluar dari ruang tengah melalui serambi depan dan membelok kekiri menikung ke kanan dan akhirnya tiba di sebuah bangunan mungil yang berdiri menyendiri.
Sekeliling bangunan tersebut penuh tumbuh anekan bungan dan pepohonan sehingga terasa rindang dan nyaman setitik cahaya lentera nampak menyorot keluar dari balik kertas jendela,
Sambil mendorong pintu kamarnya Tam see hoa berkata kemudian sambil tersenyum:
"Kamar tamu ini khusus disediakan untuk Wi Tayhiap maaf kalau aku tidak masuk kedalam berhubung masih ada urusan lain"
"Oh silahkan saudara Tam," buru buru Wi Tiong Hong berseru.
Setelah memberi hormat Tam See Hoa membalikkan badan dan mengundurkan diri tapi sebelum membalikkan badan itulah mendadak bisiknya lagi kepada Wi Tiong Hong dengan ilmu menyampaikan suara:
"Aku akan datang selewatnya kentongan pertama nanti, akan kujelaskan semua masalah kepadamu."
Sementara Wi Tiong Hong masih tertegun oleh bisikan tersebut, Tam See Hoa telah beranjak keluar dari halaman rumah dengan langkah lebar....
Melihat hal tersebut, iapun segera berpikir:
"Agaknya Tam See hoa memang ada maksud untuk mengatur aku tinggal disini, sikapnya luar biasa serta usahanya mencegah aku berbicara soal Lou Bun si dengan Ting Toako sungguh mencurigakan hatiku... entah apa saja
yang hendak ia bicarakan setelah kentongan pertama malam nanti?"
Berpikir sampai disitu, dia lantas melangkah masuk kedalam ruangan, ternyata gedung itu semuanya diatur dengan indahnya, lengkap dengan perabotan dan dekorasi yang mewah.
-oo0dw0ooo- Jilid 8 DEKAT DINDING terdapat sebuah pembaringan kayu dengan seprei dan kelambu yang bersih dan indah, disisi kiri dekat meja terdapat sebuah meja baca, selain alat tulis disitu terdapat pula beberapa jilid kitab dan sepoci air teh.
Sebuah tempat lilin terbuat dari perak dengan sebatang lilin merah, memancarkan sinarnya menerangi seluruh ruangan
Ketika Wi Tiong hong merasa waktu masih pagi, diapun duduk di depan meja sambil menghirup teh, sementara pikirannya melayang membayangkan kembali kejadian demi kejadian yang dialaminya selama ini.
Akhirnya dia menyimpulkan bahwa masalah dalam dunia persilatan memang amat kalut, bila seseorang sudah terjun ke dalam dunia persilatan, maka selamanya dia tak akan bisa hidup tenang.
Setelah duduk berapa saat, ia merasa pikiran dan perasaannya makin bertambah kalut, maka pelan-pelan dia pun bangkit berdiri dan naik ke atas pembaringan untuk merebahkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba didepan pintu muncul sesosok bayangan hitam disusul seseorang mendeham.
Wi Tiong hong segera merasakan akan hal tersebut, baru saja ia hendak menegur.
Mendadak terdengar orang itu berbisik lirih.
"Wi tayhiap, apakah kau sudah tertidur?"
Wi Tiong hong dapat mengenali suara itu sebagai suara dari Tan See hoa dengan cepat ia melompat bangun kemudian serunya.
"Saudara Tam kah diluar" Silahkan masuk..."
Tapi Tam See hoa tetap berdiri didepan. pintu sambil berkata dengan suara rendah:
"Tempat ini bukan tempat yang sesuai untuk berbicara, harap Wi tayhiap sudi mengikuti diriku."
Wi Tiong hong semakin bertambah curiga setelah menyaksikan gerak-geriknya yang begitu berhati-hati serta main sembunyi, tanpa terasa ia bertanya.


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saudara Tam hendak mengajak aku pergi kemana?"
"Ditempat ini banyak terdapat mata-mata, aku ingin mengajak Wi tayhiap berbincang bincang diluar saja."
Wi Tiong hong segera berpikir:
"Biarpun aku baru berbicara empat mata dengannya dua kali dengan pertemuan kali ini, namun rasanya dia tidak mirip orang licik yang berbahaya, namun anehnya mengapa hari ini dia justru memperlihatkan gerak-gerik semacam ini"
Jangan-jangan dia memang benar-benar mempunyai urusan penting?"
Berpikir sampai disitu, dia pun lantas mengangguk.
"Baiklah, harap saudara Tam sudi membawa jalan."
Tam See hoa tidak banyak berbicara lagi, dia segera membalikkan badan dan menuju keluar.
Wi Tiong hong mengikuti dibelakangnya setelah melalui dua lapis gedung, sampailah mereka dibawah sebuah dinding pekarangan tersebut...
Wi Tiong hong segera mengikuti dibelakangnya dan ikut melompat keluar dari dinding pekarangan.
Tanah perbukitan terbentang diluar pagar pekarangan tersebut ternyata mereka sudah tiba di kaki bukit.
Tam See hoa segera mengajak Wi Tiong hong meneluri sebuah jalan setapak yang membentang didepan situ.
Ketika Wi Tiong hong menyaksikan gerak-gerik Tam See hoa semakin mencurigakan, tanpa terasa ia meraba pedangnya lebih dulu, kemudian baru menyusul dibelakangnya.
Selayang mata memandang, batuan karang tersebar dimana-mana, sepanjang jalan setapak itu tumbuhan bambu tumbuh penuh dengan rimbunnya
Kali ini Tam See hoa bergerak maju terus kedepan, tak selang berapa saat kemudian, sampailah mereka diatas sebuah tebing batu yang menonjol keluar.
Tam See hoa berhenti bergerak dan membalikkan badan sambil menjura kepada pemuda itu. katanya:
"Nah, kita sudah sampai ditempat tujuan silahkan Wi Tayhiap duduk dibatu."
"Saudara Tam, bila kau ada persoalan katakan saja."
Tam See hoa tertawa.
"Apakah Wi Tayhiap merasa gerakku ini sangat aneh dan mencurigakan?"
"Benar. aku memang merasa demikian."
Tam See hoa segera menghela napas panjang.
"Aaaai persoalan ini menyangkut masalah hidup matinya perkumpulan Thi pit-pang, karena itu mau tidak mau aku harus bertindak sangat berhati-hati, dengan berada ditempat yang tinggi maka kita tidak usah kuatir ada orang akan menyadap pembicaraan kita, dengan begitu akupun bisa berbicara secara blak-blakan."
Wi Tiong hong merasa semakin keheranan lagi setelah melihat ia berbicara dengan serius, tak tahan lagi segera katanya:
"Saudara Tam, kau berbicara dengan begitu serius, sesungguhnya apa yang telah terjadi ?"
"Aku tahu, Wi tayhiap pasti mempunyai banyak kecurigaan tentang diriku, mungkin saja kau menganggap gerak-gerikku banyak yang melampaui kebiasaan, aaai...
selama sepuluh harian ini. saban hari aku selalu berharap kehadiran Wi tayhiap, boleh dibilang waktu-waktu yang kulewati selama ini selalu kulewati dalam kegugupan dan kepanikan."
"Sungguh beruntung akhirnya Wi tayhiap datang tepat pada waktunya, mungkin hal ini disebabkan perkumpulan Thi pit pang selalu menolong kaum fakir miskin dihari-hari biasa hingga tidak sampai mengalami kehancuran..."
Semakin mendengar, Wi Tiong hong merasa semakin bertambah curiga, ia pun merasa semakin keheranan, akhirnya dengan kening berkerut katanya:
"Saudara Tam, sebenarnya apa yang telah terjadi, harap saudara Tam sudi menerangkan"
"Sesudah pembicaraan yang begitu lama dengan pangcu hari ini, apakah Wi tayhiap tidak menjumpai sesuatu yang aneh atas dirinya?"
"Apa maksud saudara Tam berkata demikian " " tanya Wi Tiong hong dengan perasaan bergetar keras.
"Maksudku, harap Wi tayhiap suka berpikir dengan seksama, apakah didalam pembicaraan panrgcu hari ini, terdapat bagian-bagian yang rasanya kurang berterus terang."
"Soal ini siaute sama sekali tidak merasakan."
"Misalkan saja seperti kisah pangcu sewaktu meloloskan diri, apakah kau tidak merasakan ada bagian-bagian yang patut dicurigakan ?"
"Apakah saudara Tam maksudkan, penjelasan dari Ting toako kurang terperinci ?"
Tam See hoa manggut-manggut.
"Pangcu sudah tiga bulan lamanya lenyap dari dunia persilatan, tapi dia pun hanya menerangkan sampai lukanya sembuh, ia baru pulang untuk menutupi kejadian ini, kepada Wi tayhiap menerangkan begitu, kepadaku pun berkata demikian"
Wi Tiong hong lantas teringat kembali dengan perbuatan Chin Tay seng tempo hari, dimana ia telah memerintahkan wakil congkoannya Pak Bun siu untuk menyamar sebagai Ting Ci kong.
Tiba-tiba saja hatinya terkejut, tanyanya tanpa terasa:
"Apakah saudara Tam menaruh curiga bahwa orang yang kita jumpai tadi bukan Ting toako ?"
Tam See hoa segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Dia adalah pangcu yang asli tak bakal salah lagi."
"Kalau memang benar Ting toako, lantas apa lagi yang patut saudara Tam curigai?" tanya Wi Tiong hong lagi sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Tam See hoa menghela napas sedih.
"Aaaai. justru disinilah letak kesukaran tersebut, sejak kecil Ting pangcu sudah di asuh dan dididik oleh lo pangcu kami, dia jadi orang berjiwa terbuka dan amat setia kawan, sikapnya terhadap saudara-saudara seperkumpulan pun akrab seperti saudara sendiri, justru karena sikap inilah dia selalu disanjung dan dihormati oleh segenap anggota perkumpulannya."
Berbicara sampai disitu, lanbat laun ia semakin dipengaruhi emosi, katanya lagi setelah berhenti sejenak:
"Tapi sejak kembali dari pengasingan kali ini, sifat pangcu justru berubah sama sekali, setiap perbuatannya bahkan bersimpangan ataupun bertolak belakang dengan wataknya dimasa lampau, dia selalu berusaha untuk melenyapkan anggota-anggota perkumpulan secara halus..."
Wi Tiong hong kontan mengerutkan dahinya rapat-rapat, katanya kemudian:
"Dapatkah saudara Tam memberi penjelasan lebih terperinci lagi..?"
Tam See hoa menghela napas panjang.
"Aaaai, panjang sekali untuk menceritakan kejadian ini.
sejak pulang pangcu sudah berada disini selama tiga belas hari, tapi peristiwa itu berlangsung juga sebelum pangcu kembali.
Suatu ketika, mendadak beberapa orang anggota perkumpulan kami terserang penyakit menular, mereka tumpah-tumpah dan berak-berak tidak sampai berapa jam kemudian, berapa orang saudara kami itu tewas dalam keadaan yang mengenaskan.
Sampai keesokan harinya, orang yang kejangkitan penyakit menular itu semakin bertambah banyak, belasan anggota kami tewas secara beruntun, hingga hari ke tiga, keadaan semakin bertambah payah, seratus orang lebih yang berada dalam markas besar hampir semuanya kejangkitan penyakit tersebut..."
"Jangan-jangan ada orang menyebarkan racun jahat ?"
tanya Wi Tiong hong mendadak dengan kening berkerut.
Tam See hoa segera menepuk pahanya seraya berseru.
"Perkataan Wi tayhiap sangat tepat, pada waktu itu akupun berpendapat demikian, air untuk makan minum kami datangnya dari sumber air diatas gunung, seandainya ada orang menyebarkan racun dalam sumber air tersebut, niscaya segenap anggota kami akan keracunan..."
Bercerita sampai disini, ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan lebih jauh.
"Untung saja tengah hari ke tiga pangcu pulang secara tiba-tiba, bersama pangcu mengikuti pula tuan penolong yang telah menyelamatkan pangcu, yakni seorang kakek berjubah tosu beserta dua orang tosu kecil..."
"Pangcu menjadi sangat gelisah setelah mengetahui segenap anggota perkumpulan menderita penyakit menular, tapi kakek itu segera tersenyum, ia bilang penyakit menular semacam itu bukan masalah yang gawat dan tak usah dikuatirkan.
"Saat itu juga dia memerintahkan bocah tosu yang mendampinginya untuk mengeluarkan sebotol obat dan membagikan sebutir pil setiap korban yang menderita sakit.
Ternyata obat itu memang mujarab sekali, hanya dalam waktu singkat setelah menelan pil tadi, semua sakit menjadi hilang dan para penderita menjadi sembuh kembali"
"Apakah saudara Tam ikut menelan obat tersebut?"
tanya Wi Tiong hong kemudian.
"Dua hari sebelumnya kebetulan sekali aku sedang ada urusan keluar markas, baru pagi hari ketiga aku pulang, hari itu aku hanya minum secawan teh sehingga muntah berak tiada hentinya meski sakitnya tidak terlampau parah, tapi akupun ikut menelan pil pemberiannya..."
"Apakah saudara Tam merasakan sesuatu yang aneh"
Tam See hoa mendehem pelan: "Waktu itu aku sendiri tidak terlalu menaruh curiga, tapi setelah kejadian, makin kupikirkan hatiku merasa semakin bertambah curiga, beberapa kali aku telah mencoba mengatur napas untuk memeriksa keadaan tubuhku, namun tak pernah menjumpai sesuatu yang aneh, kejadian ini benar-benar membuat aku merasa tak percaya."
"Kalau toh saudara Tam tidak menemukan sesuatu yang aneh, apalagi yang membuatmu tak percaya?"
Sekali lagi Tam See hoa menghela napas panjang.
"Aaaai, mungkin juga aku yang banyak curiga, tapi aku sudah dua puluhan tahun berkelana dalam dunia persilatan, atas dasar pengalaman yang kurang baik."
"Apa yang saudara Tam maksudkan?"
"Setelah pangcu lolos dari bahaya dan pulang dalam keadaan selamat, kemudian atas pertolongannya semua
penyakit menular dapat diberantas, hal mana membuat segenap anggota perkumpulan menjadi gembira dan sama-sama menganggap dia sebagai dewa penolong."
"Selang sehari kemudian, tiba-tiba orang itu memberitahukan kepada pangcu bahwa tak lama lagi kemudian daerah, sekitar Ci say akan terjangkit penyakit menular pula dia menganjurkan kepada pangcu agar sedia payung sebelum hujan."
Wabah penyakit menular adalah bencana alam yang tak bisa diperhitungkan sebelumnya mana mungkin bisa sedia payung sebelum hujan "
Dia menganjurkan kepada pangcu agar memberi perintah kepada segenap anggota perkumpulan dikantor-kantor cabang agar pada saatnya datang untuk menerima pil pencegah racun buatannya, setiap orang sebutir sehingga wabah penyakit itu bisa dihindari.
Wi Tionghong yang mendengar perkataan tersebut, segera berpikir dalam hatinya:
"Tidak heran kalau orang-orang dari cabang Phu kang tempo hari pada berkumpul dirumah makan, rupanya mereka sedang berunding untuk bersama-sama datang mengambil obat."
Sementara itu terdengar Tam See hoa berkata lebih lanjut:
"Pada saat itu juga aku sudah merasa kalau kejadian ini mengandung hal yang kurang beres, cuma aku merasa sungkan untuk menjelaskan secara langsung kepada pangcu terpaksa perintah itu kuturunkan ke semua kantor cabang agar melaksanakan sesuai dengan apa yang diperintahkan.."
"Selama belasan hari terakhir ini, hampir delapan sembilan puluh persen dari anggota kantor-kantor cabang
telah berdatangan kemari serta menelan obat penolak wabahnya, bahkan dia selalu memerintahkan kedua orang kacung tosunya untuk melaksanakan hal ini langsung kepada yang berkepentingan, siapa pun dilarang untuk diwakili."
"Tatkala Wi tayhiap datang hari ini, bukankah kau melihat ada saudara-saudara perkumpulan kami yang berbondong bondong masuk melalui pintu gerbang" mereka tak lain adalah saudara-saudara kami yang datang untuk mendapat pil penawar racun."
Berbicara sampai disitu, ia mendongakkan kepalanya sambil menghembuskan napas panjang, kemudian terusnya:
"Walaupun kejadian ini sudah mendekati akhir, namun kecurigaan dalam hatiku masih belum juga bisa teratasi, beberapa kali aku pernah mencoba untuk menyelidiki asal-usul orang itu dari pangcu.
Tapi saban kali, pangcu selalu mengatakan bahwa kakek ini tak ingin namanya diketahui orang, karena itu dia tak ingin mengutarakannya kepada siapa pun, malah dia sengaja menghindar bila ditanyakan soal pengalamannya selama terluka serta dimanakah ia merawat lukanya dalam tiga bulan terakhir ini."
"Meskipun persoalan ini memang tamat mencurigakan"
kata Wi Tiorng-hong kemudian. "tapi aku tahu, Ting toako adalah seorang yang sangat memegang janji, siapa tahu dia sudah menyanggupi permintaan kakek tersebut untuk tidak membocorkan asal-usulnya kepada orang lain, sehingga dia merasa kurang leluasa untuk memberi tahukan kepada saudara Tam...."
"Aku pun berpendapat demikian, cuma menurut pengamatanku agaknya kakek tersebut tidak mirip seorang tokoh sakti yang sudah lama mengasingkan diri dari dunia
persilatan, sebaliknya dia justru datang dengan suatu rencana tertentu, bisa jadi masa ambruknya perkumpulan kami sudah berada di depan mata."
Wi Tiong hong menjadi tertegun, "Kalau toh saudara Tam merasa persoalan ini bisa berkembang menjadi begitu serius pernahkah kau bicarakan hal, tersebut dengan Ting toako?"
Sambil tertawa getir Tam See hoa menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Aku lihat bisa jadi kejernihan otak pangcu sudah dipengaruhi oleh semacam obat, sehingga akibatnya dia menjadi tak sanggup untuk mengendalikan diri!"
Wi Tiong hong semakin tertegun lagi, selang berapa saat kemudian ia baru berkata.
"Mengapa aku sendiri tak bisa melihat akan hal tersebut?"
"Aku sepuluh tahun lebih tua daripada usia pangcu, boleh dibilang aku melihat ia tumbuh menjadi dewasa, segala gerak gerik pangcu boleh dibilang tak bisa mengelabuhi diriku, sekalipun aku bisa melihat perubahan dari dirinya, belum tentu Wi tayhiap bisa menemukan hal yang sama."
Wi Tiong hong dapat melihat bahwa Tam See hoa berbicara dengan wajah murung dan sedih, setiap patah katanya diutarakan dengan tegas dan tidak mirip kata-kata khayalan belaka, makin lama ia merasa persoalan ini semakin mencurigakan, akhir nya ia bertanya lagi.
"Darimana pula saudara Tam bisa tahu kalau pihak lawan datang dengan membawa suatu maksud tertentu?"
"Hal ini antara lain disebabkan aku selalu merasa bahwa gerak gerik kakek tersebut amat rahasia dan misterius, dalam curiganya aku pun segera mengutus beberapa orang kepercayaanku untuk melakukan pengintaian secara diam-diam, ternyata tindakanku ini segera memberikan banyak data yang menguntungkan."
"Apa yang berhasil saudara Tam temukan?"
"Berhubung kakek itu suka ketenangan dan tak ingin ketenangannya diganggu orang, maka pangcu sengaja menyerahkan gedung Ling long san koan sebagai tempat tinggal mereka guru dan murid tiga orang."
"Ling long san koan terletak dipunggung bukit Ling long san, dulu tempat tersebut merupakan tempat pertapaan Lo pangcu, kemudian setelah lo pangcu wafat, tempat tersebut pun dirubah menjadi gedung penerima tamu agung.
Pada hari pertama guru dan murid tiga orang itu berdiam disitu, pangcu telah mengirim beberapa orang centeng dan pelayan untuk membersihkan gedung serta melayani keperluan mereka siapa tahu hari kedua mereka telah dikirim kembali oleh si kakek itu, katanya mereka tidak membutuhkan pembantu."
"Kemudian dengan alasan di wilayah Ci say bakal terjangkit penyakit menular, dan demi menolong umat manusia dari mara bahaya mereka butuh membuat obat penawar racun, maka daerah tersebut semakin dilarang untuk dikunjungi siapa pun, akhirnya Ling long san koan pun berubah menjadi suatu wilayah daerah terlarang."
Wi Tiong hong segera berpikir.
"Kalau orang begitu sih masih belum bisa dibilang ada sesuatu yang tak beres."
ooo)0d0w0(ooo SEMENTARA dia masih termenung, terdengar Tam See hoa berkata lagi:
"Seandainya kakek itu hanya bertapa di situ, sehingga tak ingin diganggu orang, keadaan mana sih tidak mengapa, tapi menurut hasil pengamatan-saudara saudara yang kuutus untuk memata-matai tempat itu konon setiap lewat kentongan kedua. Ling long san koan pasti dikunjungi orang.
"Bahkan yang masuk bukan hanya satu dua orang saja, bahkan mereka rata-rata adalah jagoan yang berilmu tinggi, saudara-saudara yang kuutus kesana hanya sempat melihat beberapa sosok bayangan manusia yang berkelebat lewat saja."
"Waah kalau begitu memang ada sesuatu yang tak beres ditempat tersebut" seru Wi Tiong hong kemudian dengan wajah berubah.
Tam See hoa kembali menghela napas panjang:
"Ada satu hal yang lebih lebih sukar di percaya lagi, yakni setiap malam selewatnya kentongan pertama, pangcu harus pergi pula ke Ling long san, paling tidak sekali setiap kali."
"Aaah, masa iya?" Wi Tiong hong semakin tertegun.
Setelah menerima laporan itu, pada mulanya akupun tidak percaya sampai malam empat hari berselang, aku benar-benar menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana pangcu masuk kewilayah Ling long san selewatnya kentongan pertama dan selewatnya kentongan kedua baru pulang ke rumah.
"Tak lama sepeninggalan pangcu, secara beruntun berdatangan pula empat lima sosok bayangan manusia, hingga fajar menyingsing keesokan harinya ternyata mereka belum juga pergi, menurut penilaianku, kelihayan kungfu yang dimiliki beberapa orang itu jauh diatas kemampuanku, dengan sendirinya ilmu silat dari kakek tersebut lebih hebat lagi."
Selama ini Wi Tiong hong selalu beranggapan bahwa Ting toa ko nya adalah seorang enghiong yang mengutamakan kesetiaan kawan, mustahil dia akan bersekongkol dengan orang luar untuk menyabot perkumpulan Thi pit pang.
"Apalagi dia seorang pangcu, setiap patah kata yang diucap itu perintah, siapa membangkang akan perintah itu"
Jadi apa guna dia berbuat begitu terhadap perkumpulan Thi pit pang?"
Masalah tersebut benar-benar membingungkan
pikirannya, untuk sesaat dia menjadi kalut pikirannya dan tak tahu apa yang mesti dilakukan...
Dalam pada itu, Tarn See hoa telah ber kata lagi:
"Selama berapa hari ini, aku benar-benar merasa gugup dan tidak tahu apa yang mesti di perbuat, aku hanya berharap Wi tayhiap mendengar kabar tentang kembalinya pang cu dan secepatnya menyusul kemari..."
"Menurut pendapat saudara Tam, apa maksud dan tujuan dari kakek tersebut?" tanya Wi Tiong-hong setelah termenung sebentar.
"Hal ini sulit untuk dibicarakan, mungkin saja dia menganggap perkumpulan Thi pit pang masih mempunyai sedikit kekuatan di wilayah Kanglam, maka dia berniat untuk mengkup perkumpulan ini, Bisa juga dia mempunyai
maksud dan tujuan Iain, dia hendak memanfaatkan kemampuan dan pengaruh dari perkumpulan kami menjadi dasar dari tujuan ekspansi mereka ke luar. Tapi bisa juga mereka mempunyai musuh tangguh yang berkemampuan hebat, sehingga maksudnya hendak memperalat kemampuan kami untuk menjual nyawa bagi dirinya"
Diam-diam Wi Tiong hong merasa kagum sekali, andaikata manusia misterius itu benar-benar mempunyai suatu maksud tujuan tertentu, maka ke tiga hal yang disebut Tam See hoa telah mencakup keseluruhannya.
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia manggut-manggut.
"Semua perkataan saudara Tam memang masuk diakal, seandainya Ting toako benar-benar sudah diracuni oleh kakek tersebut, sudah pasti aku tak akan berpeluk tangan belaka.."
Baru berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan bertanya.
"Saudara Tam, dimana sih letak Ling long san koan tersebut ?"
"Apakah Wi tayhiap berniat untuk melihat-lihat keadaan?"
"Benar" Wi Tlorg hong mengangguk, "aku berniat untuk melihat-lihat keadaan, sebenarnya manusia macam apakah dia itu ?"
Tam See hoa termenung sejenak, kemudian baru katanya.
"Menurut pendapatku, lebih baik Wi tayhiap berdiam beberapa hari lagi disini, siapa tahu pangcu dengan sendirinya akan mengajak kau untuk berjumpa dengannya?"
Wi Tiong bong berpikir sebentar, lalu sahutnya.
"Sayang sekali aku masih mempunyai tujuan lain sehingga tak dapat berdiam terlalu lama disini, seandainya Ting toako yang memperkenalkan kami, hal ini malah mempersulit usahaku untuk menyelidiki intrik busuk di balik kesemuanya itu."
"Namun bila dilihat dari adanya orang yang hilir mudik setiap malam, sudah jelas mereka mempunyai suatu rencana besar maka dari itu aku bertekad untuk melakukan penyelidikan sendiri"
"Sungguh tak nyana Wi tayhiap begitu bersetia kawan"
seru Tam See hoa kemudian dengan terharu, "baik, biar aku yang menjadi petunjuk jalanmu."
Setelah mendongakkan kepalanya dan memandang cuaca, dia berkata kembali.
"Sekarang kentongan ke dua belum tiba, mungkin pangcu masih berada disana."
Berangkatlah ke dua orang itu menuruni bukit dengan cepat, dengan Tam Se hoa sebagai penunjuk jalan berangkatlah mereka menuju ke arah selatan dengan kecepatan tinggi.
Sepuluh li sudah lewat dengan cepat.
"Belum sampai ?" tanya Wi Tiong hong kemudian keheranan.
Sambil menuding ke depan, sahut Tam See hoa.
"Bukit yang memencil didepan sana adalah Ling long san, pesanggrahan Ling long san koan terletak dibagian selatan, bila kita mendaki lewat bagian utara maka jejak kita akan sulit ketahuan."
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang itu mempercepat langkahnya berlarian mendaki bukit, tak selang berapa saat kemudian sampailah mereka dibukit sebelah utara.
Sambil menghimpun tenaga dalamnya, Tam See hoa bergerak menelusuri sebuah jalan setapak yang terbentang disitu, dalam beberapa kali lompatan yang ringan. Wi Tiong hong membuntuti dibelakangnya.
Tak sampai seperminum teh kemudian, Tam See hoa sudah tiba lebih dulu dipuncak bukit itu, baru saja ia menginjak tanah, mendadak terdengar desisan tajam menyambar lewat, sesosok bayangan manusia sudah melayang turun dihadapannya.
Tam See hoa mengira Wi Tiong hong yang mendahului mencapai atas puncak, tanpa terasa ia berseru sambil tertawa.
"Wah, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Wi tayhiap jauh mengungguli.."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, dibawah sinar rembulan ia dapat melihat dengan jelas bahwa bayangan manusia yang berdiri dihadapannya bukan Wi Tiong hong seperti apa yang diduganya semula, ternyata orang itu adalah seorang lelaki berkerudung.
Dengan sorot mata yang tajau bagaikan sembilu, lelaki berkerudung itu mengawasi dirinya lekat-lekat, kemudian menegur dengan suara sedingin es.
"Sobat, siapakah kau?""
Dengan perasaan terkejut Tam See hoa menggerakkan tangannya siap mencabut ke luar senjatanya.
Lelaki berkerudung itu segera mengancam lagi sambil mendengus dingin:
"Sobat. lebih baik kau jangan menggerakkan senjata"
Tahu-tahu sebilah pedang sudah ditempelkan diatas ulu hatinya.
Tapi pada saat itulah terdengar suara Wi Tiong hong berkumandang pula darl belakang tubuh lelaki berkerudung itu sambil tertawa.
"Sahabat. lebih baik kau jangan main senjata, perlu kau ketahui, apabila tenaga dalam yang kumiliki ini kulontarkan keluar, niscaya isi perutmu akan hancur berantakan, dan tentunya kau pun tahu bukan bahwa hal tersebut merupakan suatu pekerjaan yang teramat mudah bagiku, ."
Pada hakekatnya Tam See hoa tak sempat melihat dengan cara apakah Wi Tiong hong bergerak naik keatas, tahu-tahu si pemuda tersebut sudah menyelinap kebelakang punggung manusia berkerudung tersebut...
Ketika mendengar seruan tadi, dengan perasaan amat gembira ia lantas berseru.
"Wi tayhiap cepat nian gerakan tubuhmu..." Tubuhnya segera bergerak kesamping untuk menghindarkan diri dari ancaman.
Oleh karena ulu hatinya sudah ditempeli telapak tangan lawan, manusia berkerudung itu benar-benar tak berani bergerak lagi, hanya ujarnya dengan suara dingin.
"Sobat, mau apa kau?"
Dengan suatu gerakan yang cepat Wi Tiong hong menotok kedua buah jalan darah penting di tubuh manusia berkerudung itu. kemudian setelah merampas pedang dari tangannya, ia berkata sambil tertawa.
"Tak usah kuatir, aku tidak bakal merenggut nyawamu, aku cuma ingin mengajakmu berbincang-bincang"
"Jangan harap kau bisa memperoleh keterangan apa pun dari mulutku" seru lelaki berkerudung itu ketus.
"Kau tak ingin bicara" Aku lihat sulit sekali.."
Manusia berkerudung itu memandang sekejap kearah Wi Tiong hong, kemudian membungkam diri dalam seribu bahasa.
"Apakah sobat murid orang tua itu?" tanya Tan See hoa kemudian.
Lelaki berkerudung itu tertawa dingin, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
"Sobat, bila kau enggan menjawab pertanyaanku, berarti kau sedang mencari penyakit buat diri sendiri" ancam Tam See hoa kemudian.
Manusia berkerudung itu segera tertawa dingin:
"Heeh... heaeh..heeh.. kematian sudah berada didepan mata, kau masih..."
Sorot matanya seperti sengaja memandang sekejap ke bawah bukit.
Wi Tiong hong tak menunggu sampai ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak ia menotok jalan darah bisunya, lalu membentak dengan suara lirih.
"Saudara Tam, ada orang datang, cepat kau tukar pakaiannya"
Tam See hoa terkejut, ia menurut dan segera melepaskan jubah panjang lelaki berkerudung itu dan mengenakan ditubuhnya, laIu mengerudungi pula kepalanya dengan kain kerudong yang ada.
Sementara lelaki tadi dicengkeram dan disembunyikan secara terburu-buru dibalik sebuah batu cadas.
Sementara itu terdengar Wi Tiong hong telah berkata lagi dengan ilmu menyampaikan suara.
"Saudara Tam, cepat kemari, berdirilah di hadapanku..."
Tam See hoa melompat ke hadapan Wi Tiong hong, dan pemuda itu mengerling sekejap ke arahnya sambil berkata.
"Sobat, semalam kau bertanya siapakah aku, lebih baik terangkan dahulu siapakah dirimu itu ?"
Tam See hoa sudah lama berkelana di dalam dunia persilatan, dengan cepat dia mengerti apa yang diharapkan pemuda itu dari nya
Maka sambil menirukan logat pembicaraan dari manusia berkerudung yang pertama, sambil mendengus dingin katanya.
"Sobat, ditengah malam buta begini kau datang ke Ling long san, tentunya ada suatu tujuan tertentu bukan?"
"Sreeet !" Mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, kembali ada seorang manusia berkerudung melayang turun disisi Wi Tiong hong.
Begitu tiba, manusia berkerudung itu segera menegur.
"Lo ngo, buat apa kan mesti banyak ngebacot dengan orang itu. pokoknya barang siapa berani mendatangi bukit ini, kita bekuk batang lehernya dan diserahkan kepada kaucu."
Rupanya manusia berkerudung yang pertama tadi bernama Lo ngo.
"Justru karena orang ini mengatakan hendak berjumpa dengan kaucu, maka aku perlu menanyainya sampai jelas."
sahut Tam See hoa dengan segera.
Manusia berkerudung itu berpaling dan memperhatikan Wi Tiong hong sekejap, kemudian tanyanya lagi.
"Siapakah kau " Ada urusan apa mencari kaucu ?"
Tanpa terasa Wi Tiong hong berpikir kembali.
"Entah siapakah kaucu mereka dan bagaimanakah macamnya " Lebih baik Iagi jika aku berhasil mendapatkan sedikit informasi dari mulutnya..."
Berpikir demikian, dengan angkuh dia mendongakkan kepalanya lalu menjawab.
"Kau siapa " Aku hendak menjumpai kaucu, tentu saja ada urusan yang hendak dibicarakan!"
Dari keangkuhan si anak muda itu, manusia
berkerudung tersebut malah dibikin tertegun, akhirnya dia menjura sembari ujarnya.
"Aku nomor tiga dari huruf Hian, harap sobat menyebutkan namamu sehingga aku bisa segera kembali keistana untuk memberikan laporan.."
"Aku adalah Wi Tong hong"
"Kau adalah Wi Tiong hong?" Hian nomor tiga terkejut, kemudian sambil berpaling ia berkata lagi. "Lo ngo, harap kau tetap berada disini menemani sahabat Wi. segera akan kulaporkan kunjungannya kepada kaucu."
"Tunggu dulu" Wi Tiong hong segera mencegah sambil tersenyum, "bila kau hendak melaporkan kepada Kaucu, paling baik sekali kau membawa serta kan sesuatu"
Sambil berkata ia benar-benar mengambil secarik kertas dari sakunya dan dilontarkan kedepan.
Hian nomor tiga nampak semakin tertegun, sudah jarang sekali jago persilatan yang membawa kartu nama.
Tapi berhubung nama "Wi Tiong hong" boleh dibilang sedang top-topnya dalam dunia persilatan saat ini, bahkan Ban kiam hweecu yang begitu tersohor pun kalah diujung pedangnya, maka seorang kenamaan yang membawa kartu nama memang merupakan suatu kejadian yang amat lumrah.
Apalagi beberapa kali diapun mendengar kaucunya menyinggung tentang nama Wi Tiong hong, itu berarti orang ini ingin sekali dijumpainya dengan segera.
Karenanya untuk sesaat dta tak berani berayal, tanpi curiga barang sedikitpun jua dia mengulurkan tanrgannya siap menterima kartu namqa tersebut.
Padra saat itulah secepat sambaran kilat Wi Tiong hong mencengkeram urat nadi pada pergelengan tangannya, kemudian sambil tertawa ringan katanya.
"Ternyata kemampuan yang sobat miliki masih kurang matang!"
Tak terlukiskan rasa kaget Hian nomor tiga menjumpai kejadian tersebut, cepat-cepat dla mengerahkan tenaganya siap untuk meronta.
Tapi Tam See hoa sudah menotok jalan darah Kiong hiat nya dengan cepat, bahkan serunya pula.
"Lo sam, jangan berisik!"
Hian nomor tiga semakin terperanjat lagi, "Kau bukan lo ngo?"
"Lo ngo berada disana, dan aku adalah bapakmu!"
Tiba tiba Hian nomor tiga menarik napas panjang sambil mendongakkan kepalanya.
Sambil mendengus dingin Wi Tiong hong segera mengancam
"Kau ingin berpekik untuk memberitahukan konco-konco mu" Hmm Pingin mampus nampaknya."
Dengan kecepatan bagaikan kilat dia segera menotok jalan darah Thian to hiatnya, kemudian sambil tertawa katanya.
"Aku ingin menengok kaucumu dan ini memang benar-benar hendak kulakukan, cuma aku ingin meminjam pakaianmu itu, tentunya sobat tak akan keberatan bukan?"
Sembari berkata, ia segera turun tangan melepaskan pakaian yang dikenakan Hian nomor tiga dan dikenakan ditubuh sendiri, lalu melepaskan juga kain kerudung hitamnya serta dikenakan diwajah sendiri.
Begitu turun tangan, dia segera menemukan kalau disakunya tergantung pula sebuah lencana tembaga yang diatasnya terukir kata-kata yang berbunyi "Hian sam"
Wi Tiong hong segera menyembunyikan pedang Jit siu-kiamnya baik-baiknya, menggantungkan pedang milik orang itu diluar kemudian setelah menggantungkan pula lencana tembaganya, sambil mendongakkan kepala ia berkata.
"Saudara Tam, cepat yang tertera pada lencana tembaga disakumu !"
Tam See hoa mengeluarkan lencana tembaga itu dan diperiksa tulisannya, lalu sahutnya:
"Gi ngo, mungkin huruf Gi nomor lima"
"Apakah saudara Tam telah berhasil mengetahui asal-usul mereka... ?" Tam See hoa menggeleng.
"Biarpun di dalam dunia persilatan terdapat banyak perkumpulan rahasia, namun belum pernah kudengar ada perkumpulan dengan kode rahasia semacam ini."
Sementara pembicaraan berlangsung. Wi Tiong-hong telah menyeret Hian nomor tiga ke belakang batu besar, katanya sambil tertawa:
"Harap kalian berdua beristirahat dulu semalaman disini, maaf bila menyiksa kalian kelewatan.."
Kemudian dengan langkah lebar dia berjalan keluar dari balik batu, katanya pula kepada Tam See hoa sambil tertawa:
"Saudara Tam, sekarang kita sudah boleh turun."
"Bila kita turun cara begini, meski bisa menyelundup masuk kedalam, tetapi mana mungkin bisa mengelabui kaucu mereka?"
Wi Tiong hong tertawa. "Kalau tidak masuk ke sarang harimau,., bagaimana-mungkin bisa mendapatkan anak harimau" Asal kita bisa mengikuti keadaan dengan sebaik-baiknya dan cukup mengetahui maksud dan tujuan mereka, aku rasa hal ini masih bisa teratasi dengan mudah."
"Baik, bila Wi tayhiap hendak berbuat demikian, tentu saja aku akan mengiringi kemauanmu"
"Bilamana keadaan tidak terlalu mendesak, janganlah turun tangan secara sembarangan, lagipula sebelum fajar menyingsing kita harus harus sudah meninggalkan Ling long san koan tersebut dan membawa pulang kedua orang ini kedalam markas kita secara rahasia..."
"Soal ini aku mengerti," kata Tam See hoa berangkatlah mereka menelusuri jalan setapak menuju ke kaki bukit, tak selang berapa saat kemudian mereka sudah turun dari punggung bukit tersebut.
Ketika Wi Tiong hong mencoba untuk memandang kedepan, tampak diantara pepohohan siong yang lebat berdiri sebuah gedung yang amat kokoh dan megah.
Waktu itu sudah mendekati tengah malam cahaya bintang sangat redup, malam pun kelam, angin gunung berhembus kencang menggoyangkan pepohonan serta daunan.
Bukit Ling long san yang gelap gulita terasa penuh diliputi suasana misterius yang gelap mengerikan.
Sebelum kedua orang itu berjalan mendekat, mendadak dari depan bukit situ tampak sesosok bayangan manusia bergerak mendekat, gerakan tubuhnya enteng lagi cepat, dalam sekejap mata ia sudah berhenti di muka pesanggrahan Ling long san koan lalu melompat masuk dengan melompati pagar pekarangan.
Dalam sekejap mata itulah Wi Tiong hong sudah melihat dengan jelas potongan baju serta dandanan orang itu, ternyata tak jauh berbeda seperti mereka berdua, wajahnya pun diliputi kain kerudung hitam.
Tanpa terasa dia menjadi tertegun, segera pikirnya: Orang ini cuma berhenti sejenak di muka pesanggrahan dan segera melompat masuk ke dalam, apakah kami berdua pun harus menggunakan cara yang sama"
Tiba-tiba terdengar Tam See hoa berbisik:
"Bila ditinjau dari arah yang dituju orang itu, semestinya dia pergi ke Cing sim sian dibagian timur gedung, jangan-jangan kaucu mereka berada di ruang Cing sim sian."


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wi Tiong hong segera menyurut ke belakang, kemudian berbisik dengan suara lirih.
"Ada orang yang datang lagi, coba kita lihat apakah dia pun masuk menuju ke arah yang sama ?"
Belum selesai dia berkata, kembali tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang seperti juga orang yang pertama tadi, setelah mendekati pesanggrahan, ia berhenti sejenak kemudian melompat masuk melewati pagar pekarangan.
"Yaa benar." seru Tam See hoa kemudian. "mereka semua menuju ke arah ruangan Cing sim-sian, harap Wi tayhiap mengikuti dibelakangku. mari kita pun masuk ke dalam !"
Dengan cepat dia melompat ke depan dan meluncur ke arah pesanggrahan Ling long san koan.
Wi Tiong hong tak berani berayal, dengan cepat dia mengikuti dibelakangnya, hanya didalam beberapa kali lompatan saja, mereka sudah mendekati pesanggrahan tersebut.
Tam See hoa menarik napas panjang dan menghentikan langkahnya kemudian melambung ke udara dan masuk dengan melalui pagar pekarangan.
Wi Tiong hong hanya selisih setengah langkah dibelakangnya, mereka berdua serentak melayang turun kedalam halaman hampir bersamaan waktunya.
Sudah barang tentu Tam See hoa sangat hapal dengan daerah didalam pesanggerahan Ling long san koan, dia
segera mengajak Wi Tiong hong menuju keruang Cing sim sian.
Sepanjang perjalanan, sorot mata mereka yang tajam tiada hentinya memperhatikan keadaan disekitar situ, meskipun langkahnya tak melamban namun kewaspadaan ditingkatkan, mereka sama tak berani bertindak secara gegabah.
Tak lama kemudian mereka berdua sudah tiba di ruang Cing sim sian, tampak dua orang manusia berkerudung yang dahulu tadi, kini sedang berdiri didepan pesanggrahan dengan tangan lurus kebawah, sikap mereka sangat menaruh hormat.
Ruang pesanggrahan tertutup oleh sebuah tirai, sehingga tak bisa dilihat keadaan dalam ruangan tersebut.
Sebagai seorang yang berpengalaman luas Tam See hoa yang melihat dua lelaki terdahulu masih berdiri hormat di luar ruangan, dia segera menyimpulkan bahwa sebelum mendapat panggilan, siapa pun tak boleh masuk secara sembarangan.
ooo)0dw0(ooo BERPENDAPAT demikian, dia pun segera
memperingat langkah kakinya dan berdiri dibelakang ke dua orang itu.
Wi Tiong hong menyusul berdiri dibelakang Tam See-hoa sambil memasang telinga mengamati keadaan disekitar sana.
Terdengar dari dalam ruangan sana seseorang dengan suara yang tua berkata. "bagus sekali kau boleh pergi"
"Baik." seseorang mengiakan, menyusul suara langkah kaki yang ringan berkumandang.
Setitik cahaya lentera mencorong keluar bersamaan dengan disingkapnya tirai, seorang manusia berbaju hijau muncul dari balik ruangan tersebut.
Sesudah melangkah turun dari undak-undak batu, orang itu segera melejit ketengah udara.
Tampak sesosok bayangan hitam meluncur keluar dari halaman tersebut dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya..
Memandang gerakan tubuh orang itu, boleh dibilang ia termasuk salah seorang jago kelas satu didalam durnia persilatan.
Sementara dia masih termenung, terdengar dari dalam ruangan berkumandang seruan nyaring:
"Kaucu memerintahkan Thian nomor satu masuk."
Manusia berkerudung yang berdiri dibarisan paling muka segera mengiakan dan melangkah masuk kedalam.
Berhubung wi Tiong hong merasa dia sendiripun bakal masuk kedalam, maka dengan kewaspadaan yang tinggi dia mendengarkan pembicaraan tersebut.
Terdengar Thian nomor satu berkata dengan hormat.
"Tecu menjumpai kaucu"
Begitu orang itu buka suara Wi Tiong hong segera merasakan hatinya segera merasakan hatinya bergetar keras dan pikirnya:
"Heran, mengapa suara Thian nomor satu ini seperti sangat kukenal" Siapakah dia?"
Terdengar suara yang tua nyaring itu bertanya.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Tecu telah mendapat persetujuan dari ayahku."
"Bagus sekali, bagaimana dengan tugas ke dua" Pil emas penolak racun penting sekali artinya bagi perkumpulan kita, apakah kau tidak mempunyai kesempatan untuk turun tangan terhadap bocah perempuan itu.. ?"
"Pil emas penolak racun ?" satu ingatan segera melintas di dalam benak Wi Tiong hong.
Tiba-tiba saja dia teringat bagaimana dirinya terkena jarum beracun keluarga Lan yang ditimpukkan Lan Kun pit ke arah nya, untung sekali So Siau hui menghadiahkan sebutir pil emas penolak racun kepadanya sehingga selamatlah selembar jiwanya.
"Ya, suara dari Thian nomor satu ini mirip sekali dengan suara Lan Kun pit, jangan-jangan memang dia."
Terdengar Thian nomor satu berkata lebih jauh:
"Dalam kunjungan piau moay ke daratan Tionggoan kali ini, dia selalu didampingi oleh malaikat berlengan emas Ou Sian, hal ini membuat tecu tak bisa turun tangan untuk sementara waktu, karenanya harap kaucu sudi memberi waktu lebih lama."
Wi Tiong hong terkejut sekali, rupanya Lan Kun pit memang bermaksud untuk mencelakai adik misannya, padahal dia berhutang budi kepada nona So, jadi setelah rahasia tersebut diketahui olehnya ia tak bisa berpeluk tangan belaka.
Terdengar suara tua nyaring tadi bergema lagi:
"So loji hanya mempunyai seorang putri yang dipandang sebagai mutiara kesayangan, bila kita tak berhasil
menyandera putrinya, tak mungkin ia bersedia mempersembahkan pil emas penolak racun kepada kita."
"baiklah sekali lagi kuberi waktu selama satu bulan, nah kau boleh pergi !"
"Tecu masih ada satu masalah lagi yang hendak dilaporkan kepada kaucu."
"Soal apa ?"
"Lou bun si telah diperoleh seorang murid tercatat dari Bu Tong pay yang bernama Wi Tiong hong."
Sebelum ucapan tersebut selesai diutarakan, orang itu sudah menukas sambil tertawa:
"Soal ini sudah kuketahui, malah tengah hari tadi Wi Tiong hong sudah sampai di sini dan sekarang berada dalam markas besar Thi pit pang, aku sudah
memerintahkan kepada Ting Ci kang agar mengajaknya menghadapku besok, bila tiada urusan lain, kau boleh pulang."
Diam-diam Wi Tiong-hong berpikir lagi "Kalau didengar dari nada pembicaraan nya, Ting toako seperti tak ada yang menyaru, hmmm; besok dia suruh Ting toako mengajakku kemari, sudah jelas dia mengandung maksud tak baik, aaai...sebenarnya Ting toako adalah seorang manusia yang cekatan, mengapa dia begitu percaya dengan
omongannya?"
Thian nomor satu melangkah keluar dari ruangan dan segera melesat keluar lewat pagar pekarangan.
Dari dalam segera berkumandang lagi suara panggilan yang amat nyaring.
"Kaucu memerintahkan Ui nomor empat masuk ke dalam"
Manusia berkerudung yang berdiri didepan Tam See hoa segera mengiakan dan masuk ke dalam sambil berkata.
"Tecu menjumpai kaucu."
"Bangun, bagaimana dengan tugasmu ?"
"Tecu mendapat kabar, berapa hari berselang orang-orang dari Tok seh sia kena di kurung oleh Ban kiam hweecu dalam sebuah barisan aneh, kemudian alasan dari kedua belah pihak menarik diri adalah karena Ban kiam hwecu meski berhasil mengurung begitu banyak jago-jago Tok seh sia, namun Ban kiam hweecu pribadi justru kena dikurung oleh Liong Cay thian diatas puncak."
"Dengan cara apa Liong Cay thian berhasil mengurung Ban kiam hwee cu...?"
Pendekar Laknat 10 Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Pedang Naga Kemala 4

Cari Blog Ini