Ceritasilat Novel Online

Riwayat Lie Bouw Pek 11

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 11


halnya Coei Siam. Poan Louw Sam dan Cie Sielong, temannya
tidak ada yang lolos dari mata dan kupingnya si Kala Kecil.
Sekarang ia diperintah pergi pada Tek Siauw Hong.ia
girang bukan main karena ia ingun bertemu yang pertama
ini akan bikin ia jadi kenal orang Boan itu yang terkenal manis
budi dan suka bergaul dengan siapa juga. Buat ia tidak sukar
untuk cari rumahuya orang she Tek itu. Kapan telah sampai
didepan pintu, pada pengawal ia kata:
"Aku orang suruhan Lie Bauw Pek Toaya, ada urusan
penting buat mana aku mesti menghadap Tek Ngoya untuk
bicara sendiri IPengawal lihat ia berhadapan dengan seorang
miskin yang biasanya lantang lantung dijalan besar, kendati
orang bilang ia bawa kabar penting ia toh minta orang tunggu
didepan pintu setelah itu baru ia masuk ke dalam.
ketika itu Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong sedang
pasang omong di kamar tulis, perjamuan telah ditutup dan ia
telah antar Tiat Pweelek dan Khoe kong Ciauw pulang. Mereka
berdua bicara sambil minum teh Ia terkejut kapan dengar
orang suruhannya Bouw Pek.
Lihatlah adat aneh dari Bouw Pek" kata ia pada Yo Kian
tong, sembari tertawa. Baru saja ia pergi atau ia telah kirim
orang datang kemari! Apa ia mau?" Yo Kian Tong juga
tertawa. Sesudah minta tamuaya duduk sebentar, Tek Siauw Hong
berbangkit dan bertindak keluar. Melihat Tek Siauw Hong,
Siauw Gia kang unjuk hormatnya.
"Lie Bouw Pek, Lie Toaya baru saja meninggalkan Pakkhia
kata ia kemudian untuk sampaikan Wartanya. Lia Toaya telah
perintah aku datang pada Ngoya untuk sampaikan
pesanannya, katanya toaya paling lama dalam tempo belasan
hari pasti akan sudah bisa pulang kembali."
Tek Siauw Hong kaget.
"Apakah ia berangkat sendiri?" ia segera tanya. "Kemana ia
pergi" Ada urusan penting bagaimanakah?"
Orang Boan ini menanya nyerocos sampai ia tidak sempat
berpikir lagi. "lie Toaya berangkat seorang diri" jawab Siauw Giakang
yang mendusta untuk turuti pesanannya Bouw Bek. Kemana
toaya pergi aku tidak ketahui, tetapi rupanya ia tidak akan
pergi jauh." la lalu tambahkan, Kabarnya ada satu tuan Beng
Soe Ciauw yang terluka, entah dimana, begitu lie Toaya
mendengar kabar itu ia berangkat dengan segera."
Siauw Hong makin heran hingga ia tcrcengang. Soe Ciauw
terluka" Kenapa" Ia lantas tanya pula Kala kecil, ia menanya
dengan melit tetapi saban ia dapat jawaban "Tidak tahu".
Karena Siauw Gia kang, yang pegang kepercayaan, tidak mau
langgar pesanan. Cuma belakangan ia tambahkan lagi.
"Segala apa aku tidak ketahui. Aku ketemu Lie Toaya
didalam Ciang gie moei , ia sedang tuntun kudanya hitam, ia
bawa pedang, setelah bicara padaku ia naik atas kudanya dan
kabur keluar kota"
Sekian lama Siauw Hong bingung saja.
"Baiklah," kata ia kemudian.
kalau nanti kau dengar apa apa perihal Lie Toaya, kau lekas
datang mengasi kabar padaku.
Lantai orang she Tek balik kedalam, la banting banting
kaki. "Urusan benar sulit" berkata ia pada Yo Kian Tong.
"Bagaimana sekarang kita harus bekerja" Beng Soe Ciauw
katanya ter luka, entah dimana, dan Bouw Pek telah pergi
menyusul dia Katanya sesudah belasan hari, baru Bouw Pek
bisa pulang....."
Yo Kian Tong juga merasa aneh. Urusan terlalu gelap bagi
mereka, "Kau jangan terlalu ibuk, bicaralah dengan pelahan" ia
mengasi ingat. Kalau nona Jie dengar hal ini, ia mesti
berangkat menyusul! Menurut dugaanku, lukanya Beng Soe
Ciauw berbahaya dan tempat kejadiannya tak jauh dari sini
mungkin Bouw Pek akan lekas kembali dengan bawa Soe
Ciauw kesini untuk dirawat......
Siauw Hong tetap berduka dan bingung.
"Lie Bouw pek sudah pergi, kalau nanti Biaw Cin San
datang dan ia tidak dapat cari anak muda itu, apa ia tidak
akan datang cari aku juga?" demikian ia pikir, bahna
berkuatan. "Kalau Biauw Cin San datang padaku, apakah aku
tidak akan mendapat malu"......
Kekuatirannya ini ia lalu utarakan pada Yo Kian Tong. Tapi
piauwsoe itu tertawa dingin.
"Jangan kuatir" ia kata. "Kalau Biauw Cin san dan thio Giok
Kin dan rombongannya sampai datang kemari, aku sendirian
akan hadapi mereka ia kata.
Tetapi Siauw Hong berkuatir. kendati Yo Kian Tong telah
berikan kepastian itu. Maka ketika kemudian orang she Yo ini
pamitan pulang, tidak siakan tempo lagi bergantian ia
kunjungi Tiat Pweelek dan Khoe Kong Ciauw, buat kasi tahu
kabar tentang Bouw Pek itu.
Tiat Pweelek dan Khoe Kong Ciauw juga merasa heran,
malah Gin thio, yang belum kenal Bouw Pek cukup baik, lalu
curigai sianak muda jerih terhadap Biauw Cin San dan sengaja
pergi menyingkirkan diri
Sampai malam Tek Siauw Hong baru pulang, ia terus
berduka dan berkuatir, ia simpan rahasia terhadap Jie Sioe
Lian. Ia telah pesan pengawal pintu akan menjaga pintu
dengan hati hati. iapun selalu siap dengan goloknya, yang ia
tidak pernah taruh jauh dari dirinya.
"Tak bisa lain, tolong diri sendiri adalah yang utama"
demikian ia pikir. "Lie Bouw Pek sudah pergi, percuma saja
kalau aku andalkan Khoe Kong ciauw dan Yo Kian Tong.
Biarlah Oey Kie Pok kirim Biauw Cin San, aku nanti
pertaruhkan jiwaku!....."
Sejak itu Tek Siauw Hong tidak mau ke luar rumah, jikalau
bukannya sangat perlu. Ia lebih banyak berdiam dirumah, ia
selalu siap sedia.
Yo Kian Tong tinggal terus dihotel Tiam Hok Tiam diluar
Cian moei. setiap hari dengan bergiliran ia kirim piauwsoe
pergi kerumahnya Siauw Hong untuk dengar dengar kabar, ia
sendiri pun kadang kadang datang berkunjung buat pasang
omong dengan sobat orang Boan ini.
BERSELANG LIMA HARI dari kejadian diatas, Khu Kong
Ciauw berpikir mengunjungi Oey Kie Pok guna kasi tahu yang
Lie Bouw Pek sudah meninggalkan kota raja, untuk minta
sobat itu jangan musuhkan Tek Siauw Hong lebih jauh.
Ketika Kho sie ketahui niatan suaminya itu, ia nyatakan
ingin ikut. Ia bersobat rapat dengan Shi sie yalah isterinya Oey
Kie Pok, yang kabarnya dapat sakit, maka ia hendak tengok
sobat itu. Khu Kong Ciauw suka ajak isterinya, maka selagi ia
perintah siapkan kereta, si isteri lantas dandan dan sediakan
dua rupa barang antaran, kemudian nyonya ini ketemui
mertuanya untuk kasi tahu tentang ia mau sambangi nyonya
Kie Pok. Khoe Kong Ciauw tinggal di Sanhia Kauw yan, kota Barat,
dan Oey Kie Pok tinggal di Pak Sin Kio. Tang shu kota Timur,
maka perjalanan jauh juga Kereta disiapkan dua buah, satu
untuk Kong Ciauw sendiri, satu lagi untuk nyonya khoe dan
budaknya, Baru saja keretanya dikasi berhenti, Khoe Kong Ciauw
sudah lantas loncat turun dari keretanya itu. Ketika ia
memandang ke gedung, ia lihat didepan ditempat menambat
kuda, ada lima atau enam ekor kuda sedang ditambat disitu,
sedang bediri di depan pintu gedung ada tiga orang yang
romannya bengis dan menyoren golok pendek. Maka melihat
itu, graf ini menjadi heran.
Dipintu kebetulan muncul bujang kapan ia lihat Khoe Kong
Ciauw, ia segera menghampirkan buat unjuk hormatnya.
"Oh, Khoe Toa siauwya datang" kata ia. "Eh, Toa naynay
juga turut datang"
Khoe Koag Ciauw tidak menyahut, ia hanya tunjuk
beberapa ekor kuda itu
"Siapa itu yang datang?" ia tanya.
Itulah beberapa sobatnya Soeya, yang datang dari Holam
sahut si bujang.
Kong Ciauw terperanjat, karena ia segera menduga pada
Biauw Cin San sekalian. Tadinya ia mau suruh isterinya pulang
saja, tetapi waktu itu telah muncul beberapa bujang
perempuan, yang keluar menyambut maka terpaksa ia antap
isterinya masuk. Bujang bujang perempuan itu juga telah kasi
hormat padanya.
Kho sie muda dan elok sekali, dirumah pamili Oey itu
semua orang kagumi ia, maka itu ia selamanya disambut
dengan hormat dan girang. Baru saja ia meliwati pinmoei,
kelihatan She sie menyambut dengan diapit oleh dua orang
perempuan muda, yalan gundik Kie Pok atau ie thay thay.
Keduanya kelihatan girang sekali, mereka saling unjuk
hormat. "Kabarnya kesehatan Shie So coe terganggu, aku sengaja
datang menyambangi," kata Kho sie
Sekarang aku sudah sembuh" sahut nyonya Oey "Benar
dua hari yang lalu kepalaku panas dan sakit" Ia tertawa.
Nyonya rumah menghaturkan terima kasih, lantas ia
undang tamunya masuk kedalam.
Khoe Kong Ciauw ikut masuk, ia telah ucapkan beberapa
perkataan pada nyonya rumah yang terhadap ie tidak usah
menyingkirkan diri. Ketika lewat dikawal tamu, dari
dalam situ ia dengar suara riuh dari orang bicara dan
tertawa, ada yang suaranya keras dan kasar, hingga ia jadi
menaruh perhatian. Baru saja ia hendak melongok, dua
bujang kelihatan keluar
"Soeya kita persilahkan toasiauwya duduk sebentar
dipedalaman" kata mereka.
Memang, dirumahnya Kie Pok, Kong Ciauw merdeka buat
duduk diruangan dalam.
Khoe kong Ciauw manggut. tetapi tidak puas. Ia ajak
isterinya masuk terus dengan she sie dan dua gundiknya Kie
Pok terus pimpin mereka. Sesampainya di thia dalam, ia lantas
duduk sedang isterinya masuk kekamarnya Shi sie. Ia mesti
duduk sendirian, kendati ada budak perempuan yang
suguhkan ia teh. Lama juga Kong Ciauw duduk ia telah irup tehnya baru ia
lihat Kie Pok muncul. ia ini kelihatan gembira, air mukanya
terang, tapi sikapnya terburu buru.
"Saudara kau duduklah dulu! ia berkata dengan manis.
"Sebentar kita nanti pasang omong! kau tahu, Teng couw hie
Biauw cin San dan Kim thio Thio Giok Kin bersama sama Ho
Sam Houw sekalian sudah datang mereka sekarang lagi duduk
dikamar tamu! Kau duduk saja disini, tunggu sebentar aku
mau layani dulu mereka itu!"
Setelah kata begitu, ia putar tubuhnya dan pergi kembali
kekamar tamu. Khoe Kong Ciauw mendongkol hingga ia duduk bingung
saja, sampaikan sepatah kata ia tidak bisa keluarkan terhadap
sobat itu yang sikapnya, ia heran, bisa berobah sampai begitu
rupa. "ia sobatku dari banyak tahun, kalau ia kedatangan sobat,
adalah seharusnya ia ajar kenal aku pada sobat2 itu" ia pikir.
"Tapi sekarang tidak, terang ia telah main gila terhadapku
duluan ia sangkal yang ia kenal Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin, tetapi sekarang, setelah mereka itu datang, ia sambut
mereka begitu rupa! Kenapa ia perlakukan aku begitu dingin?"
Sebab mendongkol, Kong Ciauw tidak bisa kendalikan diri
lagi. Ia berbangkit.
"Pergi kasi tahu toa naynay, sekarang juga aku mau
pulang!" kata ia pada bujang perempuan, yang menantikan
diruangan itu untuk melayani ia.
Kho sie sedang kongkouw dengan She sie, ia heran kapan
dengar suaminya ajak ia pulang dengan mendadak, ketika Shi
sie coba menahan, supaya mereka bisa bersantap sore sama
Kong Ciauw menampik.
Nyonya Kie Pok sekalian heran melihat air muka merah dari
graf itu, hingga mereka tidak berani kata apa2, lantas saja
,mereka mengantarkan sampai diluar pia moei
Kie Pok telah dikasi tahu yang sobatnya mau pergi, ia tidak
keluar untuk menemui atau mengantar, ia tetap layani semua
tamunya yang baru, dari suaranya yang riuh, terang mereka
sedang bergembira sekali.
Dengan mendongkol Khoe Kong Ciauw ajak isterinya dan
bujangnya keluar terus. Sampainya didepan, tiga orang yang
sedari tadi berdiri didepan pintu kembali mengawasi ia,
terutama isterinya. Sekarang ini pada muka mereka yang
bengis tersungging senyum ceriwis.
"Lihat itu. isterimu telah keluar lagi!" berseru orang yang
kate pada kawan disampingnya, yang tampangnya ia betot.
Kong Ciauw gusar hingga ia tidak dapat kendalikan diri. Ia
menghampirkan dan tendang si mulut jahai itu sambil
mendamprat: Telor busuk! Apa kau bilang?"
Tendangan itu mengenai dengan telak, orang itu rubuh
namprah. Tapi dua kawannya menjadi tidak senang, mereka hampiri
Kong Ciauw buat memeganginya.
Dengan cepat orang yang jatuh itu merayap bangun,
sambil hunus goioknya ia menghampirkan dan terus
membacok seraya mulutnya memaki:
"Kurang ajar ! Kau berani tendang thayyamu" demikian
suaranya yang kotor. ,Thay-yamu lain datang dari Holam ke
Pakkhia dengan ikut Biauw Thayya, apa kau kira aku bisa
terima hinaan kau ini?"
Kong Ciauw tidak tunggu sampai orang datang dekat,
kembali ia mendului menendang, hingga orang itu rubuh pula.
Sekarang dua kawan itu juga cabut golok dan menyerang.
Terpaksa Kong Ciauw layani dua orang itu. dengan mudah
ia bisa rampas sebatang golok, dengan apa ia bacok rubuh
salah satu musuh itu.
Melihat onar itu, Khoe Kong Ciauw teriaki isteri dan
bujangnya buat pulang lebih dulu, ia sendiri segera bekuk
orang yang ketiga, yang ia lalu hajar pergi datang Ia sengit,
hingga beberapa bujangnya Kie Pok tidak sanggup mencegah.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesaat kemudian Oey Kie Pok muncul bersama sekalian
tamunya, karena ia telah lantas diberitahu. Tuan ramah kaget
kapan ia lihat Kong Ciauw sedang hajar orang2 tamunya, ia
lari menghampirkan buat mencegah
Sudah, sudah, saudara, jangan!" kata ia berulang2.
"Mereka orangnya Biauw wangwee! kita berada diantara
sahabat sendiri"
sahabat sendiri" Khoe Kong Ciauw tidak kenal Biauw
Wangwee! Mereka ini berani buka mulut kotor didepan isterik
aku mesti hajar mereka
Dan Khoe Kong Ciavw tidak mau lepaskan orang ceriwis itu,
yang ia terus hajar dengan kepalan dan dupakan.
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin jadi gusar, mereka lantas
maju dengan niatan serang orang bangsawan itu.
Oey Kie Pok dan Moh Po Koen lantas maju akan
menghalangi dua sobat itu.
"Biauw Toasiok. Thio Toasiok, jangan gusar Po Koen
berkata. "Tuan ini Gin chio Ciangkoen Khoe Siauw Houwya ia
adalah sobat baik dari Oey Soe ya. Baiklah kita bicara dengan
sabar." Moh Po Koen kenal baik Kauw su Cin Chin Goan. ia juga
ketahui yang Khoe Kong Ciauw kecuali berharta pun pengaruh
nya besar, dan itu ia tidak ingin dua jago dari Holam terbitkan
onar yang bisa merusak usaha mereka.
Thio Giok Kin sejak di Holam sudah dengar yang di Pakkhia
ada seorang graaf turun temurun, yang dipanggil Gin chio
ciangkoen Khoe eng Ciauw, yang katanya masih muda dan
pandai mainkan tumbak, ia memaag ingin coba
kepandaiannya orang bangsawan itu, kapan sekarang ia
dengar pemuda, itu adalah Khoe Kong Ciauw ta bisa tahan
sabar. Membatalkan niiatannya akan menerjang. ia berbalik
mencegah Biauw Cin San dan kawannya, yang juga sudah
siap. "Tuan jadinya Gin chio Khoe Siauw Houwya?" berkata ia,
seraya angkat kedua tangannya. "Harap tuan tidak menjadi
gusar. Kita memang belum kenal satu pada lain. tetapi
mengingat tuan menjadi sobat kekal dari Oey Soeya jikalau
tidak ada hal yang bikin kau tidak senang marilah kita
bicarakan itu didalam !
Khoe Kong Ciauw pandang Giok Kin, ia orang pemuda
bermuka bundar alis gomplok mata besar, romannya jahat,
sedang bajunya, dari sutera biru, ditutup dengan mahkota
hijau. Kau siapa. tuan?" ia tanya.
Ia Kim chio Thio Giok Kin dari Holam" Kie Pok mendului,
memperkenalkan tamunya yang baru itu "Ia Kira Chio dan kau
Gin Chio maka kau berdua haruslah menjadi sobat!.......
Khoe Kong Ciauw masih mengawasi Giok Kin sekian lama,
lantas ia bersenyum.
"Itulah nama yang sudah lama aku dengar" lata ia. "Jikalau
kau tidak punya urusan apa2, siiahkan tunggu disini sebentar,
aku hendak antar pulang isteriku. nanti aku lantas kembali
kesini guna minta pelajaran dan kau!"
Setelah kata begitu, ia menyamperi keretanya
"Jangan kasih ia lari !" berseru Biauw Cin San dan
kawannya, berikut tiga orangnya yang tadi dihajar kalang
kabutan. Mereka mau maju menyerang
Thio Giok Kin lekas maju menghalangi sekalian kawannya
itu. Oey Kie Pok humpirkan Khoe Kong Ciauw.
"Saudara buat apa kau lekas pulang?" ia kata. "Aku punya
urusan yang aku hendak bicarakan padamu!"
Kong Ciauw tidak gubris sobat ini, yang ia jadi pandang
tidak mata. Ia hanya lalu memandang Thio Giok Kin.
"Thio Giok Kin, kau boleh siapkan Tambak emasmu,
sebentar aku akan datang pula untuk minta pengajaran
darimu katanya Lantas ia loncat naik atas keretanya itu.
Thio Giok Kin mengawasi kedua kereta berlalu lantas ia
bersenyum ewah.
"Pergi kau kehotel, ambii tumbakku" kata ia pada satu
orangnya. Kemudian ia menoleh pada Biauw Cia San: "Engku,
sebentar kau jangan usil aku biarkan aku layani Gin chio
Ciangkun Biauw Cin San tidak kata apa-apa, ia hanya ikut Oey Kie
Pok, yang undang mereka buat masuk pula kedalam.
Sioe Bie too menyesal dengan kejadian itu. ia undang
rombongannya Biauw Cin San untuk satrukan Lie Bouw Pek
dan Tek Siauw Hong, tak disangka, sekarang terbit soal
dengan Khoe Kong Ciauw, sedang orang bangsawan itu
adalah sobat baiknya, malah dengan bersobat dengan Khoe
Siauw Ho loya ia telah kecipratan pengaruh. Iapun merasa
sangat tidak enak. umpama kata khoe Kong Ciauw mesti jadi
pecundangnya Thio Giok Kin.
"Aku minta, janganlah kau ladeni khoe Kong Ciauw,
saudara Thio " ia mohon sesudahnya mereka pada duduk
pula. Tapi Thio Giok Kin tidak kenal sungkan, ia menampik,
begitupun Biauw Cin San dan yang lain. Mereka ini tidak
senang yang orangnya telah dihajar, mereka tidak takut
kendati mereka mesti berhadapan dengan seorang ternama.
Maka itu bisa dimengerti kedukaannya Kie Pok, yang
merasakan dirinya tidak dihargai.
Mereka terus pasang omong. sementara menantikan orang
yang menunggui juga kembalinya Kboe Kong Ciauw.
Khoe Kong Ciauw sendiri pulang dengan terus mengutuk
kalang kabutan, ia damprat Oey Kie Pok, yang dikatakan
hatinya busuk, karena sudah undang orang jahat untuk
terbitkan gara2. iapun mendongkol terhadap Thio Giok Kin
sekalian yang sebagai orang baru sudah berlaku garang tak
keruan dtkota raja, malah mereka berani lawan ia.
Jikalau aku tidak bikin la rubuh, mestinya nama Gin Iyhio
Ciangkoen akan musnah," pikir ia. Tapi meski demikian,
ia toh merasa sukur, ia tahu musuh banyak dan semuanya
ternama, berbahaya buat ia pergi sendiri. Maka akhirnya, ia
perintah orang lekas undang Tek Siauw Hong dan Yo Kian
Tong, dipihak lain, ia panggil kausoe Cin Chin Goan
Sementara menantikan mereka itu, ia serba salah pikirnya
ruwet Cin Kauwsoa adalah orang yang datang paling dulu, pada
guru silat ini ia beritahukan kejadian barusan, kata ia tidak
merasa puas, karena orang telah hinakan ia.
Baiklah Houwya jangan ladeni Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin" berkata Cin kauwsoe. "Buat banyak hari Moh Po Koen
telah tinggalkan Pakkhia, maksudnya tidak lain yaitu buat
gunanya Oey Kie Pok pergi mengundang mereka itu dari
Holam. Rupanya hari ini mereka baru saja sampai. Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin datang kekota raja buat satrukan Lie
Bouw Pek, untuk balaskan sakit hatinya 0ey Kie Pok, mereka
itu tidak ada sangkutannya dengan Houwya. Houwya adalah
sobat baik Oey Soeya, sesudah tidak bantui Qey Soeya, tidak
seharusnya Houwya musuhkan dia pahlawannya itu....."
Khoe Kong Ciauw tidak puas dengan perkataannya
kauwsoe itu. "Apakah kau anggap aku kesudian bersobat dengan Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin. kawanan orang jahat?" ia kata. Lie
Bouw Pek sudah pergi. tetapi juga Tek Siuaw Hong tidak boleh
dipandang ringan, maka bersama sama Yo Kian Tong aku
tidak bisa antapkan awasi saja mereka itu malang-melintang
dikota raja ini
Justeru itu datang orang suruhannya Oey Kie Pok, yalah
Goe tauw Hek Sam Ia ini segera sampaikan pesanannya Oey
Kie Pok, katanya :
"Aku datang kemari atas perintahnya Oey Soeya , Soeya
mengasih pikiran supaya Houwya jangan ladeni Thio Giok Kin
dan kawannya. Mereka itu adalah orang undangannya Soeya
maka sukalah Houw ya sedikit memandang kepadanya
Khoe Kong Ciauw bersenyum sendiri.
"Jikalau aku tadinya ketahui mereka itu orang undangannya
soe-ya kau, tidak nanti aku datang berkunjung padanya' ia
kata. "Sekarang pergi kau pulang, kasih tahu pada Soe-ya
supaya ia jangan kuatir Kalah atau menang, aku sendiri yang
tanggung jawab, aku tidak rembet2 Soe ya kemudian ia
tambahkan: "Kau kasih tahu pada Thio Giok Kin semua,
supaya mereka tunggui aku, aku akan segera berangkat
kesana Hek Sam jadi serba salah karena iapun ingin perselisihan
dibikin habis. Tapi ia mesti lekas pulang buat mengasih kabar.
Cin tin Goan masih coba membujuk majikan sampai Siauw
Hong dan Yo Kian Tong muncul, hasilnya tidak ada.
Kong Ciauw sangat gembira apabila ia lihat dua orang itu.
Oey Kie Pok telah berhasil mengundang Biauw Cin San dan
Thio Giok Kin. mereka sudah datang, kau tahu atau tidak?" ia
tanya. Sedari tadi pagi aku telah ketahui itu, sahut Siauw Hong
katanya mereka datang dalam jumlah besar!......"
Orang Boan ini lantas ketihatannya masgul.
Kong Ciauw lantas tuturkan hal ia telah benterok dengan
mereka itu. Mereka sekarang masih ada dirumahnya Oey Kie Pok dan
sedang menunggui aku" ia tambahkan. Jiewie hayo kau ikut
aku, aku nanti tempur mereka itu !
Yo Kian Tong jadi sangat gembira.
"Begus!" ia berseru. "Coba perintah orang ambil tumbakku
Mari kita lantas berangkat"
Tetapi Siauw Hong geleng kepala.
Kalau kita pergi sekarang, kita berlaku terburu napsu," ia
bilang "Umpama kita benar Oey Kie Pek berbuat tidak pantas,
kita jangan turutkan ia dan pergi kerumahnya untuk besarkan
onar Lebih baik kita tetapkan suatu tempat dan tanggal lantas
kita undang sobat untuk menyaksikan......
Yo Kian Tong tidak setujui pikiran itu.
"Biauw Cin San dan Thto Giok Kfn itu orang macam apa
maka kita mesti berlaku demikian manis budi terhadap mereka
" ia kata. "Mereka telah berani menghina Kong Iyiauw mari
kita lantas ketemui mereka ! Dengan tumbak kita harus usir
mereka pergi Mari lekas " ia desak Kong Ciauw.
Kong Ciauw lantas salin pakaian, ia ajak Cin Chin Goan dan
beberapa bujang yang ia perintah bawa dua batang tumbak
panjang serta beberapa golok, kemudian dengan ajak Siauw
Hong ia keluar dari istananya, dengan naik kereta mereka
berangkat ke Pak Sin Kio.
Sementara itu Goow tauw Hek Sam sudah pulang, ia
kelihatannya lelah dan berkuatir. Ia sampaikan warta pada
Oey Kie Pok, bahwa Khoe Kong Ciauw sangat gusar, hingga
nasehat siapa juga tidak digubris, bahwa graf itu akan segera
datang bersama-sama Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong.
Sepasang alisnya 0ey Kie Pek mengkerut naik, ia benar2
bersusah hati......
Dikamar tamu, Biauw Cin San dan kawan-kawannya sedang
minum dengan gembira, sedikit juga mereka tidak takut,
malah mereka mtnantikan musuh dengan bernapsu Kie Pok
mesti layani mereka dengan unjuk roman gembira, meskipun
sebenarnya ia berduka bukan main.
Biauw Cin San sekarang sudah buka thung sha yang
gerombongan, hingga kelihatan tubuhnya dengan pakaian
dalam yang ringkas, sedang dipinggangnya ada tergantung
kantong piauw. Ia punya kumis putih yang kaku, kedua biji
matanya besar dan bersinar tajam. Dibelakangnya berdiri
pemuda yang romannya keren, yaag siap dengan golok
kangtoo. Ia menghadapi mangkok arak yang besar. Ia telah
bicara dengan suaranya yang kaku dan omongannya yang
kasar, yang menyatakan ia benar2 orang desa dan bandit.
Melihat sikap atau kelakuan itu. Oey Kie Pok menyesal
sudah undang jago Holam ini, akan tetapi karena sudah
tcrlanjur ia tidak dapat berbuat lain dari pada terima apa yang
akan terjadi. Orang menantikan belum lama ketika bujang datang
masuk, dengan warta:
Khoe Siauw Houwya sudah datang, bersama Tek Ngoya"
Hawa amarahnia Kie Pok naik. apabila ia dengar Siauw
Hong turut datang juga
Thio Giok Kin adalah orang yang berbangkit paling dulu,
"Khoe Kong Ciauw sudah datang" ia kata pada Biauw Cin
San semua. Ingat, kau semua diangan bergerak, biarkan aku
sendiri yang layani mereka itu"
Lantas ia bertindak keluar dari kamar tamu menuju keluar.
Khoe Kong Ciauw ini kali datang tidak seperti tadi pertama
kali, ia tidak masuk langsung, banya ia menantikan disamping
keretanya. Ia lihat Thio Giok Kin mendatangi, kapan si
Tumbak Emas sudah datang dekat, ia tunjuk Yo Kian Tong
seraya berkata:
"Ini Sin chio Yo Kian Tong dari Coan Hin Piauw Tiam dari
yankeng, ia sengaja datang kemari untuk ketemui kau "
Thio Giok Kin tidak jadi kaget karena disebutnya nama dari
graf Yaukeng itu. sebaliknya ia bersenyum
satu nama yang aku telah dengar sejak lama!" ia kata. Ia
menoleh akan awasi Tek Siauw Hong, yang masih berada
didalam kereta, ia tetap unjuk roman jumawa, nampakaya ia
tidak lihat mata pada semua orang dari pihak musuh.
Biauw Cin San semua maju lebih dekat, begitu juga Oey Kie
Pok. Tolong mundur" kata Kim chio pada sekalian kawannya itu.
Janganlab maju" ia cegah Oey Kie Pok, guna mencegah tuan
rumah bicara kareia agaknya Sioe Bie too masih ingin bikin
batal pertempuran itu.
Dan seorang yang berada disampingnya Thio Giok Kin
ambil tumbaknya Kim chio, Tumbak Emas yang bikin ia
peroleh julukannya yang tersohor dengan balingkan itu ia
pandang Yo Kian Tong dan Khoe Kong Ciauw dengan roman
bengis. "Jikalau kau ingin main. mari maju ia menantang. "Tempat
ini luas, tumbak kita bertiga tentu bisa digerakkan dengan
leluasa disini !
"Jikalau kami berdua mesti layani kau seorang, kami bukan
enghiong!" kata Khoe Kong Ciauw dengan bersenyum sindir.
Ia sambar tumbak dari tangan bujangnya, yang berdiri
dibelakangnya, ia lalu dengan satu gerakan maju ia barengkan
menusuk si jumawa itu !
thio Giok Kin menangkis dengan sebatkan dengan tidak
kurang sebatnya balas menikam leher atau tenggorokan orang


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gin chio Ciangkoen coba unjuk kegesitannnya, ia
menangkis dan balas menyelang pula, malah ia terus
mendesak, hingga Kim chio dan Gin chio jadi bertarung seru,
ujungnya yang tajam saling menusuk, ujung batangnya saling
beradu dengan menerbitkan suara nyaring dan riuh
Tumbak Emas dan Tumbak Perak telah ketemu tandingan,
tiga puluh jurus telah dilewatkan dengan cepat, belum ada
yeng mau menyerah kalah.
Biauw Cin San dan saudara2 Ho yang menyaksikaa menjadi
gatal, hingga mereka berniat maju akan bantu fihaknya
mengepung musuh.
Oey Kie Pok menjadi ibuk bukan kepalang.
"Kong Ciauw, sudahlah!" ia berseru. "Biar bagaimana, kau
pandanglah mukaku"
Dalam keadaan seperti itu, Khoe Kong Ciauw tidak bisa
pandang lagi peda sobat itu, malah gerakan tumbaknya makin
sebat dan hebat akan rubuhkan musuh, hingga Gin chio jadi
bergerak laksana ular yang menyambar nyambar! Coba yang
berdiri melintang didepannya bukan Thio giok Kin, siang siang
pastilah ia sudah rebut kemenangan.
lagi belasan diurus telah lewat, lantas Yo Kian Tong merasa
puas sekali, karena ia dapat kenyataan ilmu tumbak muridnya
itu sudah maju jauh. Dipihak lain iapun mesti kagumi Thio
Giok Kin, pantas dia itu menjadi ahli tumbak Kanglam yang
tersohor, karena tumbaknya betul betul liehay sekali ia terus
mengawasi dengan perhatian, ia terus cekal keras tumbaknya,
tetapi ia tidak mau sembarangan maju.
Tek Siauw Hong tetap berada diatas kereta, hatinya
berdebar debar. Ia memang tidak setuju pertempuran itu.
Sekarang ia lihat musuh begitu gagah tidak heran kalau
hatinya jadi kurang mantap. Iapun ibuk juga, kapan ia lihat
kawan yang banyak dari musuh yang semua beroman bengis,
yang nampaknya sembarang waktu bisa turun tangan akan
meluruk terhadap pihaknya. Ia cuma bertiga......
Lalu lintas didepan gcduugnya Oey Kie Pok telah terputus,
tentu saja tidak ada orang yang berani melintas disitu
Lagi belasan jurus telah dikasi lewat "akhirnya si ikan
Lodan jadi hilang sabar.
Gila ia berseru. "Apakah artinya pieboe ini ?"
Seruan ini ditutup dengan melayangnya tangan kanannya,
yang mencekal piauw maka hampir berbareng dengan itu
lengan kanan Kong Ciauw tidak bisa diangkat lagi, karena
sebatang scnjata rahasia sudah mengenai iga kanannya!
Dengan terpaksa ia mundur satu tindak.
Thio Giok Kin lihat keadaan musuh, ia berlaku kejam,
bukannya ia turut contoh akan mundur atau berhenti
menyerang, sebaliknya ia kirim tusukan pada tonggorokan
lawannya ! Yo Kian Tong kaget bukan main, sukar ia telah pasang
mata dan berada cukup dekat, maka dengan satu lompatan,
yang dibarengkan dengan gerakan tumbaknya, ia bisa
talangkan Khoe Kong Ciauw tangkis tusukan kematian itu,
hingga muridnya jadi terluput dari bahaya maut.
Thio Giok Kin kaget ia mendelik.
"He, kau berani antarkan jiwamu" ia jengeki piauwsoe kita.
Lintas saja ia teruskan serangan pada Sin thio, yang terpaksa
melayaninya Biauw Cin San dan kawannya, dengan tidak bisa ditahan
lagi, sudah lantas majukan bantui Giok Kin, mengepung Yo
Sam ya. Khoe Kong Ciauw yang terluka telah ditolong oleh
bujangnya yang pimpim ia naik keatas kereta.
Ketika itu Oey Kie Pok telah robah sikap, ia sekarang
menunjuk pada orangnya, yang ia hendak perintah pergi
serbu Tek Siauw Hong.
Orang Boan itu menjadi gusar kapan ia lihat kelakuan itu,
dari sangsi, ia jadt nekat Ia tuding Sioe Bie too.
"Orang she Oey, hati2 kau 1" ia menjerit. "Ingat, kejadian
ini didepan rumahmu, jikalau ada jiwa yang melayang, kau
tidak nanti bisa luputkan dirimu"
Ancaman Siauw Hong ternyata berhasil, Kie Pok jadi jerih.
"Ya, ini hebat," berkata Moh po Koen. yang nyalinya juga
jadi ciut Hampir dengan berbareng dua orang ini dengan masing2
bawa goloknya lari ketempet pertempuran.
"Tahan! tahan ! mereka berseru berulang ulang, dengan
mereka segera menghadang didepan Biauw Cin San sekalian,
sedang dengan golok mereka, mereka coba tahan turunnya
senjata dari kawan itu.
Kemudian Oey Kie Pok hadapi Yo Kian Tong.
Yo Sam ya, tahan dulu!" ia berseru. Yo Sam ya, dengar aku
hendak bicara!"
Yo Kian Tong telah berhenti menyerang, akan tetapi ia
demikian murka dan mendongkol sampai ia tidak membuka
mulutnya. Ia jemu karena cara pengebut itu, sudah Kong
Ciauw dibokong, iapun dikeroyok.
Kie Pok kiongtihyoe pada Thio Giok Kin dan Biauw Cin San.
"Jiewe datang ke Pakkhia untuk aku huat cari Lie Bouw
Pek, buat pieboe dengan dia itu" ia berkata dengan suara lagu
yang sangat menghormat, "maka selainnya orang she lie itu,
yang lain2 semuanya adalah sobat sobat maka jikalau diantara
sobat ada ucapan yang tidak menyenangkan hati, dengan
kesabaran kita bisa bereskan itu. Janganlah karena urusan
kecil perkara lalu berobah menjadi hebat, Khoe Kong Ciauw
adalah saudaraku yang baik, Yo Kian Tong sobatku dari
banyak tahun, dari itu aku minta jiewie sukalah bersabar dan
sukalah pandang aku siorang she Oey!"
Mendengar ucapan itu Biauw Cin San berjingkrak, ia
banting kakinya, ia bulang balingkan goloknya akan kemudian
rabah juga kantong piauwnya. Ia lantas ngoceh tidak keruan,
dengan dialek kampungnya sendiri, maksudnya adalah: ia
datang dari tempat jauh, ia tidak takut siapa juga,
menghadapi Khoe Kong ciauw, Yo Kian Tong dan Lie Bouw
Pek, ia mau bertarung, sampai salah satu mampus.
Thio Giok Kin kelihatannya mau juga gunai pikiran maka
sambil bersenyum ewah ia tunjuk Yo Kian tong
Jikalau kau tidak puas, pilihlah satu tempat untuk kita
bertempur pula!" demikian ia menantang. "Janganlah kila bikin
onar didepan gedungnya Oey Soeya!"
Moh Po Kian tidak perdulikan apa lagi, ia coba giring
pihaknya itu. Sudah sudah! Mari mari kata bersulang.
Oey Kie Pok bantu piauwsoe itu, maka akhirnya mereka
bisa ajak Biauw cin San semua masuk pula kekamar tamu.
Kemudian Oey Kie Pok lari lagi keluar akan dapatkan
keretanya Khoe Kong ciauw sudah menggelinding menuju ke
barat. Tapi dengan ajak Hek Sam ia lari mcngejar, apabila ia
sudah menyandak, ia minta kusir berhentikan kereta kereta
itu. "Apakah lukamu hebat ia tanya Kong Ciauw seraya
pegangi kereta.
Kong Ciauw rebah diatas kereta, mukanya pucat bagaikan
mayat. Untuk menahan rasa sakit, ia meringis ringis. Tapi
melihat Kie Pok ia bersenyum ewah
Kie Pok, kita adalah sobat dari banyak tahun, aku tidak
nyana begini saja kelakuanmu " ia kata. "Aku tidak sangka,
bahwa kau telah undang segala berandal untuk musuhkan aku
dan dengan gunai senjata rahasia mereka telah lukai aku !
Sudahlah, persobatan kita telah berakhir sampai disini
Kie Pok banting kakinya.
"Saudara, kau telah tidak dengar perkataanku !" ia kata.
"Saudara, kita diantara orang sendiri, ada urusan apa yang
tidak bisa didamaikan" Kenapa kau......." Kie Pok tidak
lanjutkan perkataannya, karena Siauw Hong mendadak tepok
pundaknya dan tepokan dari Thio ciang ia rasai berat sekali. Ia
lekas menoleh, dengan mata melotot ia awaskan orang Boan
ini. Bagaimana eh, Tak Loo Ngo?" ia menegor suaranya
menyalakan ia mendongkol bukan main. "Apakah kau benar
hendak menjadi satruku "
Tek Siauw Hong bersenyum sindir.
"Sekarang ini mana aku berani main gila padamu, Oey
Soeya......" Ia jawab "Tetapi karena kita tadinya punya
persobatan, aku hendak bicara juga supaya kau dapat ketahui.
Biauw Cin San dan rombangannya itu semua penjahat terkenal
dan kalangan Sungai Telaga, mereka semua telah datang
kemari atas undangan kau, maka itu andaikata mereka disini
lakukan suatu apa yang melanggar undang negeri atau
mereka terbitkan onar, mengertilah, kau Oey Soe ya tidak
akan bisa loloskan dirimu"
"Itulah pasti!" Oey kie Pok tepok2 dadanya, ia agaknya
mcijadi nekat. "Pasti aku tidak bisa sangkal yang mereka itu
bukannya sobatku Sampai waktu itu, Tek Ngo ya, kau boleh
pergi pada Touw caiyin pada Kioe bouw Tee ok, apa juga akan
terjadi aku tidak takuti"
Siauw Hong bersenyum sindir pula, ia manggut.
"Bagus" ia bilang. "Kau telah mangucapkan begini cukup!"
Yo Kian Tong sementara itu tidak kata apa, akan tetapi ia
terus awasi Oey Kie Pok seraya unjuk sonyuman ewah. Ia
tidak mau menunggu lama lagi, ia perintah supaya kereta
terus dikasi jalan pulang.
Oey Kie Pok berdiri bingung sampai sekian lama, karena ia
kebagian yang ia telah diperlakukan demikian macam, tetapi
akhirnya ia kertak gigi, dengan mendongkol ia berjalan
pulang, terus masuk kekamar tamu di mana Biauw Cin San
semua sedang lanjutkan pesta mereka, mereka itu sedang
makan dan minum secara puas, suara mereka suara tertawa
mereka, riuh sekali.
Mencampirkan diri diantara orang2 kasar itu, Oey Kie Pok
lantas kasi selamat pada mereka dengan masing2 dihaturkan
dua cawan arak, dan puji mereka itu yang dikatakannya gagah
dan berani. Tapi, setelah itu, ia minta supaya mereka
selanyutnya tidak lagi musuhkan Khoe Kong Ciauw dan Yo
Kian long. "Sasaran kita adalah Lie Bouw Pek maka kita harus cari dia
akan hadapi anak muda itu demikian ia tambahkan. "Kita
mesti kasi hajaran pada Lie Bouw Pek, supaya ia tahu rasa,
supaya kita merasa senang dan puas
Thio Giok Kin cegluk araknya, ia tertawa bergelak gelak.
"Oey Soeya, kau jangan kuatir!" ia kata dengan tekebur.
"Kita tidak takut pada Khoe Siauw Houwya. Tapi taruh kata
engkau tidak hajar ia dengan piauw, aku bisa bikin ia binasa
diujung tumbakku bersama sama Yo Kian Tong! Begitu juga
Lie Bouw Pek. Kau tidak usah buat pikiran. Ia rupanya telah
dengar, yang kita akan datang dan ia lalu mendahului
menyembunyikan diri! Apa ia kira ia mampu Mengumpat
lama" Lihat siang atau malam, kita akan dapat cari dan bekuk
dia Biauw Cin San gebrak2 meja.
"Jikalau aku ketemu Lie Bouw Pek, aku mesti bikin tamat
jiwanya ia kata dengan nyaring.
"la memang mesti dikasi bagian" kata Ho Sam Houw dan
saudaranya Mereka itu lantas naik darah, apabila dengar
namanya Bouw Pek disebut.
"Dan dia gundikku she Cia dan ibunya pun dibawa minggat
oleh Lie Bouw Pek" kata Biauw Cin San kemudian Dan ia
lantas jadi lebih sengit. Tapi karena Bouw Pek tidak ada
dihadapannya, ia lalu tenggak araknya berulang2, ia segera
mengumpat caci dengan tidak keruan juntrungan.
Oey Kie Pok telah mesti saksikan kelakuan kasar itu
Moh Po Koen juga kuatir Biauw Cin San nanti lakukan hal2
melewati batas.
"Biauw Toasiok, Thio Toasiok, aku rasa sekarang sudah
cukup" ia berkata, "sekarang mari kita pulang dulu untuk
mengaso, kemudian kita mesti cari tahu halnya si nona cia dan
Lie Bouw Pek....."
"Ya, sekarang sudah waktunya buat kita pulang dulu,"
jawab Thio Giok Kin.
"Kalau mau pulang, hayo kita pulang!" kata biauw Cin San,
yang mukanya telah menjadi merah sekali. Air kata telah
pengaruhkan ia secara hebat. Lantas ia pandang Kie pok, akan
bilang : "Oey Suya, kau benar sobat sejati! Tidaklah kecewa
yang satu kali ini Teng couw hie telah datang ke kota raja ini!
Sekarang kami mau pulang dulu kerumah penginapan kami.
Jangan lupa, kau mesti tolong carikan kami nona yang elok
manis, untuk kami bersenang2!
Kie Pok telah mesti berikan janjinya, kendati ia sebenarnya
merasa tidak enak hati. ia telah tertawa dengan terpaksa.
"Terima kasih Oey Suya, kami telah mengeroyok" kata Thio
Giok Kin, seraya unjuk hormat pada tuan rumah. "Aku undang
kau akan besok datang kehotel kami!"
"Tentu, aku tentu datang" Kie Pok menjawab sambil
manggut2. Tapi sebelumnya berangkat, Giok Kin pesan pula:
"Umpama kata Khu Kong Ciauw masih tidak puas, bilanglah
padanya supaya ia cari kami di hotel"
Lagi2 Kie Pok manggut
Sampai disitu, separoh dipepayang, Ho Sam Houw sekalian
ajak Biauw Cin San berlalu.
Kie Pok mengantarkan sampel dipintu depan sesudah
semua tamu itu pergi jauh. ia menghela napas lega, dengan
berduka bukan main dengan lesu, ia bertindak masuk. ia
lantas kirim orang akan tengok Khu Kong Ciauw, buat
sampaikan lagi rasa menyesalnya dan terangkan bahwa
bukanlah maksudnya akan bikin celaka orang bangsawan itu
"Aku tidak sangka, bahwa kesudahannya kejadian begini
rupa" demikian ia pikir dalam hatinya. "Aku gunai banyak uang
mengundang Biauw Cin San sekalian, untuk berikan hajaran
pada Tek Siauw Hong dan Lie Bouw Pek, sekarang, selagi
mereka itu tidak terganggu sedikit juga, aku telah lukai Khu
Kong Ciauw, sobatku sendiri.....
Mereka juga ternyata tidak bisa diajak bicara. Bagaimana
kalau mereka terbitkan onar yang lebih hebat Pasti sekali aku
buat kerembet...."
Selamanya masgul, Kie Pok sekarang pun menjadi
bsrkuatir, hingga hatinya goncang.
"Mereka orang jahat, entah kejahatan macam apa mereka
sudah lakukan diluaran. andaikata datang hamba negeri untuk
bekuk mereka, apa aku bisa tidak tersangkut"
Sekarang tidak bisa lain aku mesti pergi pada mereka, buat
minta mereka lekas bereskan Tek Siauw Hong, kemudian Lie


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bouw Pek, sesudah itu mereka mesti dibikin lekas angkat kaki
dari sini Sioe Bie Too menyesal tetapi penasaran, maka itu
keberaniannya kepalang.
Sementara itu Biauw Cin San dan rombongannya sudah
kembali kehotel mereka, hotel Keng In Can di Kee kee kauw
diluar Cong boen moei , disana mereka telah dapatkan
pelayanan yang baik, oleh karena Moh Po Keen telah lakukan
kewajiban dengan baik untuk menyenangkan mereka Seperti
sudah diketahui, Biauw Cin San adalah penjahat besar, tetapi
saking licinnya ia belum pernah sendirian melakukan
perampokan atau pembegalan, semua kejahatan dilakukan
oleh kawannya, kenalan dan sebawahannya, ia cuma terima
bagian. Sekalipun merampas orang perempuan jarang ia
lakukan sendiri. Kaki tangannya tersebar dibanyak tempat, ia
sendiri sebaliknya hidup sebagai Wangwee di Coei ma tiam.
Maka itu sendirinya ia tidak lakukan pelanggaran hukum. Ia
sekarang bisa datang ke Pakkhia sebab bisanya Moh Po Koen
gunai lidah Ia datang pertama untuk cari Siam nio, gundiknya
yang minggat dan kedua buat cari dan hajar Bouw Pek Ia
bukan hendak bela Sioe Bie too juga bukan buat langsung
balaskan sakit hatinya persaudaraan Ho, topi sebab Po Koen
kasih tahu ia Siam Nio bersahabat kekal dengan Lie Bouw Pek
dan Lie Bouw Pek hendak ambil sinona sebagai isteri, bahwa
katanya Lie Bouw Pek hendak cari ia untuk balaskan sakit
hatinya ayahnya Siam Nio Maka itu, sebab percaya hasutan itu
ia jadi gusar dan mau lantas meninggalkan sarangnya. Bahwa
ia telah berombongan dengan Thio Giok Kin dan persaudaraan
Ho, itulah disebabkan Moh Po Koen telah undang Giok Kin dan
Giok Kin kena diojok ojok oleh piauwsoe yang lidahnya lemas
dan liehay ini, sedang dilain fihak, lebih dulu daripada itu. Giok
Kin pun telah diminta bantuannya oleh iparnya, Ho Cit Houw,
yang telah datang padanya memberitahukan bahwa isterinya.
Ho Kiam Go, telah terluka dan ditahan dalam penjara, sebab
gangguannya Jie Sioe Lian yang dibantu oleh Lie Bouw Pek,
dan ipar ini juga ogok2 ia, hingga ia jadi panas dan gusar,
hingga jadi turut datang ke Pakkhia.
Thio Giok Kin adalah anak dari Ho lie Hoo Gouw Niocoe, si
rase Perempuan.
dan si Rase perempuan ini adalah adik angkat Biauw Cin
San Thio Giok Kin pandai menggunakan tumbak yang
dipanggil Kim chio atau Tumbak emas, ia telah menjagoi di
Holam Utara, dimana ia belum pernah ketemui tandingan,
hingga ia jadi berkepala besar. Karena ia bersanak dengan
Biauw cin San, orang makin takuti ia. Dalam usia muda, Thio
Giok Kin telah menikah dengan Ho kiam Go, anak perempuan
dari Ho Hoat Liong. Kiam Go beradat keras, malah kasar, lantaran
romannya tidak elok lekas juga ia tidak hidup rukun dengan
suaminya. Ketika ayahanya ia dibunuh oleh Jie Hiong Wan. Ho
Kiam Go sudah pergi merantau akan cari kawan guna bikin
pembalasan, dari itu ia jadi dapati banyak kenalan. Mengenai
tindakan isterinya itu Thio Giok Kin tidak ambil tahu
ia hanya berdiam dirumahnya di Kayhong, dimana ia buka
piauwtiam. Untuk kesenangan hidupnya ia punya bebarapa
sahabat karib perempuan, Adalah selama yang belakangan ini
dapat niatan pergi ke Kie Lok, akan uji Ciet cie tiauw, maksud
itu senantiasa tertunda sampai kemudian ia kedatangan Ho Cit
Kouw, iparnya, untuk minta bantuan, Ho Cit Houw cerita
bagaimana ia bersama saudaranya dan soeheng Can Tek Po,
telah dua kali cari Jie Hiong Wan buat bikin pembalasan,
bahwa dua kalinya ia gagal, malah pada yang kedua kali Kiam
go dan Tek po telah terluka, malah yang celaka mereka itu
mesti mendekam dalam penjara di Jiauw yang. Tidak cukup
dengan warta ceritakan itu, yang bisa bikin orang panas hati,
Cit Houw tambahkan bahwa puterinya Jie Hiong Wan sangat
elok dan gagah, bahwa si nonapun dapat bantuan dari bocah
cilik Lie Bouw Pek, yang bersenjata pedang yang liehay,
hingga dia itu jadi makin tidak boleh dibuat permainan.
"Maka, moayhoe, hayolah kau turut aku akan bantu kami
akhirnya ipar ini mendelik.
Bagaimana juga Thio Giok Kin mendongkol. Kiam Go tetap
adalah isterinya, sekarang isteri itu ada yang hina, kalau ia
tidak bela. kalangan Sungai Telaga niscaya tertawai ia. Iapun
tahu Kiam Go gagah, kalau isteri itu jadi pecundang si musuh
mesti liehay sekali. Dan musuh liehay begitu ia ingin coba
Difihak lain ia ingin tengok juga Ji Sioe Lian, yang ketanya
masih muda, tetapi cantik sekali dan gagah.
"Baiklah" akhirnya ia jawab iparnya.
Ho Cit Houw menjadi kegirangan, tetapi ketika ia tunggu
sampai beberapa hari. moayhoe itu tetap belum mau
berangkat Nyata Giok Kin telah dihalang-halangi oleh
beberapa gulanya. Ia jadi tidak sabar, sampai hampir hampir
kebentrok dengan ipar itu. Adalah waktu itu Moh Po Koen
yang telah berhasil mengundang Biauw Cin San, telah datang
bersama Teng Couw hie untuk undang Kim Chio. Tempo Moh
Po Koen telah dengar keterangannya Ho Cit Houw. ia segera
ketemukan Giok Kin, pada siapa ia kata:
"Kalau toako mau berangkat, kenapa toako tidak hendak
berangkat bersama kami" Lie Bouw Pek tidak hanya namanya
saja besar di Pakkhia, malah siapa yang bisa rubuhkan ia,
akan rebut merknya. Disana juga ada Gin Chio CiangKoen
Khoe Kong Ciauw, ilmu tumbaknya ia dapat dari Sin chio Yo
Kian Tong, tetapi kepandaiannya melebihi Yo Kian Tong itu!
Maka kalau toako bisa pergi ke Pakkhia dan pieboe dengan
Khoe Kong Ciauw dan hasilnya toako yang menang, dikolong
langit ini dalam hal ilmu tumbak toakolah yang menjadi jago
ternama, toako menjadi raja tumbak"
Sekali ini Thio giok Kin kena dibujuk, lagi pula Biauw Cin
San telah bantu bicara, maka dengan diajak beberapa
orangnya ia tinggalkan Kayhong menuju ke Pakkhia, Ditengah
jalan mereka tidak kesepian. Moh Po Koen, yang pandai
bicara, ada saja bahan kongkownya yang menarik hati
Separoh kejadian benar, separoh lagi obrolan belaka.
Begitulah ia puji Oey Kie pok setinggi langit dan sebal
terhadap Lie Bouw Pek, yang dikatakan jumawa dan sombong,
hingga Giok Kin dan Cin san jadi makin panas.
Selama diperjalanan Biauw Cin San dan Thio Giok Kin telah
jadi tambah kepala basar. Ditempat dimana ada sobat dan
kenalan, mereka tentu ditahan, untuk hadirkan perjamuan
yang diadakan buat kehormatan mereka, dari disini selamanya
orang puji dan angkat-angkat mereka.
Pada suatu hari mereka sampai di Jiauw yang. Disini Ho
Kiam Go dan Can Tek Po telah mendekam dipenjara lamanya
tiga bulan. Mereka ini mesti dituduh sebagai penjahat besar
dan penyerang, tetapi karena pintarnya Ho Sam Houw
menolongi dan kebetutan tiekoan dan sipir bui doyan sogokan,
mereka jadi dituduh melukai orang lantaran berkelahi, sedang
juga dari pihak pamili Jie tidak ada desakan apa2, maka
tiekoan bisa diam saja. Tempo Thio Giok Kin sampai ia ini juga
telah gunai pengaruh uang, maka dua orang itu sudah lantes
dimerdekakan. Biauw Cin San suruh Can Tek Po pulang ke
Holam, Ho Kiam Go dikasih ikut, karena Thio Giok Kin mau
suruh ia berobat di Pakkhia, sebab luka di punggungnya belum
sembuh betul. Dalam perjalanan ini Biauw Cin San singgah di Poteng
untuk memenuhkan undangannya piauw soe Hek Houw To
Hong si Harimau. Ia ini, serta beberapa kawannya, kagumi
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin dan menyatakan suka
bersobat. Adalah dalam perjalanan ini, selagi lewat di Kho
yang, Biauw Cin San sekalian sudah berpapasan dengan Beng
Soe Ciauw, si anak muda yang nasibnya buruk, yang
pikirannya lagi kusut, hingga keadaannya mirip dengan orang
kalap. Begitu ketemu rombongan dari orang2 yang sengaja
cari, Beng Soe Ciauw sudah maju menyerang dengan tidak
kata apa2 lagi.
Soe Poan coe, sebagai sobat setia, sudah ceburkan diri
dalam pertempuran. Sembari berkelahi ia perhatikan Beng Soe
Ciauw, ia dapat kenyataan pemuda she Beng ini gagah.
Sayang dia sendirian dan musuhnya musuhnya banyak,
tumbaknya Giok Kin liehay goloknya Sat Houw dan Cit Houw
berbahaya. Guna menolong Su Poan cu lari keluar kalangan
akan cari hamba negeri guna hentikan pertempuran itu.
sayang ia kembali sesudah kasip karena Beng Su Ciauw mesti
rubuh sesudah kena dibokong oleh Biauw Cin San yang gunai
piauw Anak muda itu rebah ditanah dengan mandi darah.
Musuh telah kabur semua, dengan ajak Cit Houw yang teriuka.
Mereka itu berlalu dengan puas, karena mereka anggap sudah
dapat kemenangan.
Dua rombongan ini singgah diPoteng, di mana mereka bikin
perkenalan dengan beberapa jago. setelah itu mereka menuju
siang sang ke Pakkhia.
Mereka sampai didalam kota pada tengah malam, mereka
terus mengaso dihari kedua pagi2 baru mereka kunjungi Siu
Bie too Oey Kie Pok. Diluar dugaan, hari itu mereka
bersomplok dengan Khu Kong Ciauw. hingga terbit onar.
Biauw Cin San dengan berani sudah gunai piauw. Mereka puas
dengan kemenangan itu dan merasa bangga sudah bisa
kalahkan seorang ahli silat tumbak dan bangsawan. Karena ini
mereka berani putar kayun didalam kota buat ganggu siapa
mereka niat ganggu. baiknya Oey Kie Pok masih bisa
pengaruhkan Pakkhia punya buaya cabang atas, kalau tidak
mesti ada yang berani gempur mereka.
Thio Giok Kin masih bisa berpikir, ia sering nasehati
kawananya supaya hati2 membawa diri. Adalah Biauw Cin San
yang tidak perdulikan apa juga, setiap hari ia pesiar ia keluar
masuk rumah hina, ia tetap berlaku garang. Maka belum ada
sepuluh hari, di Lamshia, Kota Selatan, hampir tidak ada yang
tidak ketahui adanya Biauw Thayya ini.
Selama orang menjagoi Khoe Kong Ciauw diam didalam
rumah untuk obati lukanya Yo Kian Tong juga keram diri di
dalam piauw tiam, karena ia sungkan layani Biauw Cin San,
yang tidak segan nembokong orang dan main mengeroyok.
Malah Tek Siauw Hong pun turut tidak keluar rumah, kecuali
setiap hari pergi ke kee boe hoe untuk lakukan kewajibannya.
Difihak lain pada Sioe Lian la tutup mulut halnya Lie Bouw Pek
sudah berlalu dari kota raja dan hal kedatangannya
rombongan orang galak itu. Maka itu, waktu itu cuma Oey Kie
Pok seorang yang paling merdeka, dengan tentu ia pergi ke
Lamshia, untuk berkumpul dengan Biauw Cin San sekalian
persaudaraan Phang, Pokok pembicaraaa selalu adalah hal
penyatrukan Lie Bouw Pek, Tek Siauw Hong dan Yo Kian
Tong. Biauw Cin San tidak lupa Coei Siam, ia desak Moh Po Koen
cari tahu halnya gundik itu. Piauwsoe itu bisa selidiki semua
halnya sinona, sampai binasanya Cie Sielong dan Poan Louw
Sam. sampai si nona menderita siksaan dikantor negeri, cuma
kemana keruan dari si nona pergi dan menumpang, ia masih
belum berhasil dapat ketahui. Ketika hal ini ia kasi tahu Biauw
Iyin San, Teng couw hie katakan ia tolol.
"Dasar kau yang dogol" kata Wangwee dari Coe ma tiam
itu. "Kenapa tidak dari tadinya kau tahan ibu dan anak itu dan
kemudian cari aku" Sekarang aku datang dan mereka kabur!
Apa kau bukannya lagi permainkan Biauw Thayya Aku tidak
perduli si orang she Cie dan Lie, sekarang aku kasih tempo
sepuluh hari pada kau untuk cari ibu dan anak itu! Awas, atau
kau sudah tidak sayang jiwamu"
Moh Po Koen jadi ketakutan.
"Baiklah, aku nanti pergi mencari" ia kata. Ia menyesal
sudah usilan dan karena temahai uangnya Oey Kie Pok,
sekarang ia jadi dapat kerjaan sukar. Cie Sielong sudah mati,
Lie Bouw Pek sudah pergi. Siam Nio dan ibunya menghilang
Kemana ia mesti cari mereka itu" "Kalau aku gagal Biauw Cin
San pasti benar2 berani menghajar aku
Lantas Moh Po Koen keluar masuk dirumah ruman pelesiran
akan cari Siam Nio akan dengar ibu nona itu. Dasar Coe Siam
terkenal dan perkaranya pun menarik perhatian orang,
akhirnya Moh Po Koen ketahui juga dia itu berdiam dirumah
sanaknya dari Hoen pong Lioe Ie kay, orangnya lagi sakit
berat mukanya terluka bekas siksaan, buat makan sudah tidak
punya uang......
Buat buktikan sendiri, dengan gunai sedikit uang Moh Po
Koen bisa sogok seorang; dari Po Hoa Pan untuk antar ia
bertemu dengan Coei Sam ia pakai akal, bahwa ia sobatnya
Lie Bouw Pek, bahwa katanya Bouw Pek pesan ia buat sering
tengok si nona Cia Loo mama percaya obrolannya piauwsoe ini, ia tuturkan
kesengsaraannya, baiknya ada Lie Bouw Pek yang berikan ia
beberapa tail perak, hingga Coei Siam bisa beli obat dan
makan. "Barangkah lagi beberapa hari, si Siam akan sembuh betul"
ia kata. Moh Po kun manggut, ia unjuk aksinya.
Lie Toaya sudah pergi. entah kapan ia kembali ia kata "Lie
Toaya sudah pesan aku akan perhatikan kau berdua maka kau
jangan kuatir akan kelaparan atau kedinginan. Besok aku nanti
datang pula buat bawakan uang. Kalau nanti Cui Siam sudah
sembuh, aku nanti dayakan pula bagaimana baiknya"
Ia lihat Cui Siam sedang rebah, orangnya perok, mukanya
kucal, lukanya belam sembuh betul, tapi dipandang semuanya
sisa kecantikannya masih ada Sinona sendiri tidak kata apa, ia
hanya mengawasi dengan air mata mengembeng.
Moh Poh Kun berlalu dengan lekas, ia pergi langsung
kehotel Keng tan Can di Cu-kee-kauw buat cari Biauw Cin San
guna sampaikan hasil penyelidikannya itu.
Sementara itu Cia Mima, seperginya Po Kun, sudah kata
pada anaknya "Sekarang kau jangan berduka lagi. Nyata Lie Toaya tidak
lupakan kau, ia pergi dari sini, tapi ia pesan si Orang she Moh
buat sambangi kau dan ia akan bawakan kau uang.
Kau sudah banyak baik, tanda luka dimuka pun tidak terlalu
kentara, besok kau boleh paksakan diri akan berbangkit dan
berhias. Kalau nanti si orang she Moh datang membawa uang,
kau harus sambut ia dengan manis. Aku harap ia suka sering
datang ke mari, supaya ia berhasil berdaya untuk kita. Kau
boleh ikut orang, atau kau bisa dapati uang untuk pelihara
pula dirimu. Kau ketahui sendiri, kalau kau tidak berdaya, aku
sudah tua. Cia Mama menangis. Ia lantas ingat suaminya, semua
kesengsaraannya, hingga sekarang ia menjadi rudin sampai


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

makanpun susah, hingga sering ia mesti ikat perut.
Siam Nio turut menangis,
"Ibu, apa kau anggap kita bisa hidup lebih lama?" ia kata.
"Ketika Lie Toaya datang kemari, apa kau tidak dengar apa ia
bilang" Si tua bangka she Biauw dari Cui-ma tiam akan lekas
datang kemari. Ia adalah berandal kejam, yang telah bunuh
ayah dan perhina dan siksa kita, kalau kita tidak keburu
minggat, setahu apa jadinya dengan kita. Ia tentu benci
sangat pada kita, ia mau datang kemari, kalau ia ketahui kita
ada disini, apa kau kira ia mau mengerti".
Nona ini menangis, hingga ia tidak mampu bicara terus.
Cia Mama ketakutan, sampai ia berhenti nangis.
"Apa benar Lie Toaya ada omong begitu" ia tegaskan.
"Ya ! Lie Toaya kenal banyak orang dari kalangan Sungai
Telaga, ia tentu tidak mendusta. Pada Lie Toaya aku tidak
pernah kasi tahu hal kita di Cu ma tiam."
"Harimau she Biauw itu datang ke Pakkhia barangkali untuk
urusan lain, barangkali ia tidak ketahui kita berada disini kata
Cia Mama kemudian untuk hiburkan diri.
"Bu mengharap demikian, boleh" kata sang anak. "Tapi
disini ia punya banyak kenalan ia bisa mencari tahu, atau ia
akan dengar cerita orang. Aku sangsikan si orang she Moh
barusan, jangan2 ia matanya si jahat she Biauw itu. Belum
pernah aku dengar Lie Toaya puiya sobat orang sha Moh."
Cia Mama kembali terkejut.
"Kalau begitu, barangkali Lie Toaya belum berangkat. Nanti
aku tengok ia dibio, buat minta ia tolong kita lebih jauh."
Siam Nio menghela napas,
"Tapi ibu Lie Toaya tidak akan perhatikan kita seperti dulu
lagi" kata ia dengan masgul. "Ha Kalau si jahat sha Biauw
datang, aku tidak takut!" mendadak ia teruskan. "Kota Pakkhia
adalah tempatnya raja, disini ada undang2 negeri, apa ia bisa
bikin terhadap kita" Paling banyak kita akan adu jiwa terhadap
ia!" Cia Mama lihat anaknya jadi nekat, ia tidak mau melayani,
sambil tepas air mata, ia berlalu, kemudian ia pergi ke
Siansiang Hotong.
Seperginya ibunya Siam Nio tarik bantal kepalanya akan
keluarkan pisau belati simpanannya, warisan dari ayahnya. Ia
curigai betul siorang she Moh. Sekalipun ibunya tidak ketahui
ia masih simpan senjata itu. Ia sebenarnya telah didaulat
terindil oleh orangnya Cie Sielong, kalau bantalnya masih ada,
itu disebabkan bantal ini ia telah titipkan pada bibinya, ia tidak
bawa ini waktu ia pindah kerumahnya Poan Louw Sam
Beberapa kali ia pernah ingin bunuh diri dengan pisau ini, tapi
saban batal. Sekarang bahna terdesak, ia siapkan senjata ini
guna bela diri, buat habiskan jiwa supaya ia tidak usah jatuh
lagi kedalam tangannya si orang she Biauw.
Rebah pula dipembaringannya, Siam Nio tungkuli
pikirannya yang kusut. Dijendela angin dingin menyambar2.
Hatinya berdabaran. Ia meram mata, ia rebah diam laksana
mayat. Berapa lama ia sudah rebah begitu, ia tidak tahu, ia
baru terperanjat waktu kupingnya dengar tindakan kaki, kapan
ia buka matanya, ia tampak tiga atau empat orang berada
didalam kamarnya. Yang satu ia kenali sebagai si orang she
Moh tadi tetapi yang satunya bikin ia kaget seperti terpagut
ular! Karena ia kenali orang itu adalah Wangwee Biauw Cin
San dari Coe ma tiam Tapi segera juga ia berbangkit, sambil
duduk dengan tubuh gemetar ia awasi Wangwee itu dengan
mata menyala. "Kenapa kau lancang masuk?" akhirnya ia menegor.
Biauw Cin San mengawasi dengan matanya yang besar dan
bersinar galak, mukanya kasi lihat senyuman iblis.
"Kau berdua ibumu sudah minggat dari Holam !" kata ia
dengan suaranya yang seram. Kau telah kabur ke Pakkhia ini
dan disini kau telah dirikan sarang rumah hina ! Disini kau
telah picuk Lie Bouw Pek Kau tentu anggap, bahwa kau sangat
pintar! Tapi hari ini, hari ini kau terjatuh pula kedalam
tangannya Biauw Thayya ! Aku mau lihat, sekarang kau
hendak kabur kemana lagi"
Biauw Cin San ucapkan perkataannya yang terakhir dangan
bentakan, dengan muka beringas. sebelah tangannya coba
pegang nona yang celaka itu.......
Dalam ketakutan dan gugup Siam Nio menjadi nekat.
Sebelum tangan orang sampai, ia telah mendului rebah pisau
belatinya, dengan apa ia timpuk si wangwee jahat
Biauw Cin San menjerit "Aduh!" dan dengan tangan lekas
tutupi mukanya. Serangan itu ia tidak pernah sangka, maka
meski ia pandai silat, ia kena dibokong dihadapan matanya
sekali Pisau laut jatoh dan darah mengucur dari muka sebelah
kiri. Meski begitu, cabang atas ini teruskan cekuk si nona.
"Ambil golokku" ia berseru seraya menoleh. "Aku mesti
bunuh dua manusia jaht Ini!"
Salah satu orang dari sebelah belakang maju dengan
sebatan golok. Siam Nio telah jadi nekat, hingga ia tidak kenal takut.
"Ya, bunuhlah kami" ia menjerit sambil menangis.
Biauw Cin San ulur tangannya akan sambuti golok, tapi
Moh Po Koen, yang berada disampingnya, lantas pegang
tangan kanannya
"Toasiok, jangan marah, jangan terbaru napsu," ia berkata.
"Ia sudah dapat diketemukan, mustahil toasiok kuatir ia bisa
lolos pula Kalau sekarang toasiok bunuh dia dan ibunya lantas
ganduli kau. apa itu tidak bikin kepala pusing?"
"Tapi ia jahat, ia kurang ajar" Biauw Cin San banting kaki.
"Ia telah lihat aku, bukannya ia omong dengan baik2 ia hanya
serang mukaku, sampai hampir mencelakai mataku. Apa aku
mesti kasi ampun padanya" Biar aku bunuh ia, perkara
dibelakang"
Sembari kata begitu, Biauw Cin San coba berontak akan
lepaskan tangannya dari cekalannya si orang she Moh.
Adalah disaat itu Cia Loo mama muncul dengan tiba2.
Nyonya ini telah pergi ke Hoat Beng Sie, dimana ia tidak
dapat ketemukan Lie Bouw Pek, dengan melawan angin dingin
ia berjalan pulang. Ditengah jalan ia berpapasan dengan Ie
Jie, tetangga kamarnya dan Ie Jie dengan gugup kata
padanya. "Enso Cia, lekas pulang dan lihat! Disana ada beberapa
orang lelaki, yang pada bawa golok, yang hendak bunuh
anakmu aku sekarang mau cari polisi!"
Cia Mama kaget bukan kepalang, ia terus saja lari pulang.
Begitu masuk dalam pekarangan, ia lihat dua orang dengan
roman bengis sedang berdiri didalam pekarangan itu. Pengisi
dari berbagai kamar tidak tertampak, mereka pada umpati diri.
Dari dalam kamarnya ia dangar jeritan dan tangisan, dan
dampratan. ia kenali suara anaknya, maka ia bertambah
ketakutan dan kuatir. Ia terus saja lari masuk kedalam
kamarnya. Disini buat sekejapan ia berdiri tercengang Didalam
kamar ia lihat Biauw Cin San, yang ia masih kenali, dengan
muka penuh darah, dan Siam Nio sedang digebuk oleh
wangwee jahat itu, hingga anaknya menjerit.
JILID 18 "Bunuhlah aku lebih dahulu?" fa segera menjerit Dari takut,
ia jadi nekat. Ia tubruk Biauw Cin San, akan pagangi
lengannya. Biauw Cin San berontak dengan tenaganya yang besar.
"Perempuan pengemis" ia berteriak.
Cia Mama terguling dengan lantas. Apa celaka, kepalanya
mengenai tembok hingga ia rubuh pingsan........
Biauw Cin San masih sengit, ia pungut pisau belati yang
tadi dipakai lukai ia. Dengan itu ia hendak tikam bekas
gundiknya. Moh Po Kun mencegah dengan segera, ia dibantu oleh
beberapa kawannya.
"Toasiok, jangan!" ia mencegah dengan suara memohon,
lengan orang ia terus pegangi. "Pakkhia bukan seperti kota
lain, di sini kau tidak boleh sembarangan bunuh orang....."
Nampaknya Biauw Cin San jerih juga. Ia lempar pisau
belatinya, dengan tangan baju yang kiri ia susut mukanya.
"Kau cegah aku !" ia kata. "Tapi karena dongkol aku tidak
bisa dibikin lenyap!"
"Sebenarnya urusan gampang dibikin beres," Po Kun
menyahut. "Ia gundik toasiok, ia minggat dan disini ia jadi
bunga raya, kalau toasiok adukan ia pada pembesar negeri, ia
pasti tak bisa lari lagi. Apalagi kalau toasiok sskalian tuduh ia
hendak bunuh toasiok, sebagaimana buktinya terang, ia tentu
bisa di hukum....."
Ketika itu Cia Mama, yang sadar sendirinya, merayap
bangun. "Biauw Thayya, kalau kau hendak bunuh, bunuhlah aku!" ia
kata "Anakku telah ikuti kau satu tahun lebih, coba bukannya
kami takuti cambuk kau, tidak nanti kami minggat. Selama
dua tahun ini anakku masih ingat toaya, kalau ia ingat, ia suka
menangis, ia juga tahu thayya lepas banyak budi pada kami,
coba thayya bisa barlaku lebih murah hati sedikit dan tidak
lagi suka pukuli ia. kami sudah tentu pulang dengan tidak
usah tunggu sampai tbayya cari kami... Satu tahun kami
tinggal disini sebab tidak berdaya. kami hidup dirumah
pelesiran buat layani orang banyak.... Itu semua kami lakukan
untuk semangkok nasi Kalau thayya berlaku baik pada kami,
mana kami sudi lakoni penghidupan semaccam ini"... "
Biar ia berhati keras. Biauw Cin San toh tergerak juga
mendengar ucapannya Cia Mama, yang pandai bicara dan
beraksi. Ia pandang Siam Nio Si nona lagi nangis diatas
pembaringan, rambutnya kusut mukanya babak belur, tapi
dilihat semuanya nona ini tetap masih menggiurkan hati....
Baiknya aku tidak sampai bunuh ia, kalau tidak aku bisa
menyesal sesudah kasip .. pikir ia.
"Baru sekarang kau omong manis padaku" kata ia. "Kau
tahu sendiri, seumur hidup aku dikalangan Sungai telaga
belum ada orang berani lukai aku ...."
"Siam Nio pun berbuat itu sebab terpaksa ..." Moh Po Kun
menyelak, setelah lihat wangwee itu menjadi sabar. Ia adalah
orang toaisiok, mati atau hidup, ia tatap orangmu. Kamu
toasiok bunuh ia, itu aniaya perkara dan perkara banyak
pusingnya Orang banyak pasti akan ketahui urusan ini, itu
kurang bagus bagi nama toasiok. Sekarang baik toasiok kasi ia
ampun dan suruh ia berias, nanti selang dua hari toasiok
boleh bawa ia pulang ke Holam Kalau toasiok unjuk kebaikan,
ia tentu tidak akan berani lupakan budi kau ini..."
Biauw Cin San tetap beroman bengis.
"Dengan memandang kau, baiklah aku kasi ampun pada
mereka!" akhirnya ia kata. Kemudian ia awasi Iyia Mama dan
tambahkan. "Aku suka kasi ampun pada kau! Sekarang kau
boleh siap, lagi dua hari kau mesti ikut aku pulang ke Holam!
Apa kau mengerti
"Aku mengerti" sahut Cia Mama, yang lekas2 unjuk
hormatnya pada wangwee Itu, "Aku menghaturkan terima
kasih buat kebaikan thayya. Tapi sekarang anakku lagi sakit,
bagaimana" Ia tidak bisa bangun......
"Kalau ia tidak bisa bangun aku nanti gotong dia jawab
Biauw Cin San. Mukanya jadi bengis pula, tangannya ia kepal
"Sudah, toasiok, sudah." Moh Po Kun kembali datang sama
tengah. Kemudian ia berhasil tarik wangwee ini keluar dari
kamar. Justeru itu Ie Jie telah kembali bersama seorang hamba
negeri. "Ada apa, ada apa?" kata hamba ini sembari bertindak
masuk. Ia pakai kopia dengan runce, ia diundang oleh Ie Jie
dari kantor negeri.
Biauw Cin San dan kawannya tidak takut, ia sebenarnya
niat tegor hamba negeri itu. tetapi Moh Po Kun segera
mencegah dan bujuki ia agar ia kembali kehotel. Po Kun
sendiri hadapi si hamba negeri, pada siapa ia unjuk hormat
dan roman manis.
"Tidak apa2, lauwko" kata ia pada hamba negeri itu.
"Orang yang barusan berlalu itu adalah Biauw Toa-wangwee
dari Holam, ia datang kemari atas undangannya Oey Suya.
Tadi ia datang kemari akan tengok! Cia Mama dan gadisnya
yang tinggal dikamar ini. Mereka ini orangnya Biauw
Wangwee, pada setahun yang berselang mereka minggat
dengan bawa uang wangwee. Mereka ini dapat disusul,
barusan terjadi sedikit kerewelan, tetapi mereka menyatakan
menyesal, maka lagi beberapa hari mereka akan diajak
pulang. Harap hal ini lauwko tidak tarik panjang"
"Oh, begitu," kata si hamba negeri, yang robah sikapnya
dengan segara. lapun ketahui halnya Biauw Cin San, yang Oey
Kie Pok undang buat satrukan Lie Bouw Pek. dengan
pangkatnya yang kecil. ia mana mau campur tahu urusannya
wangwee itu Maka sambil putar tubuhnya ia tampar Ie Jie
"urusan begini kecil. kenapa kau pergi kekantor cari aku" ia
mendamprat Kalau benar perkara hebat bukankah perkara
jiwa sudah itu jadi "
Cia Mama muncul selagi hamba negeri itu baru tutup
mulut" "Toalooya aku minta urusan tidak ditarik panjang" kata ia
sambil berlutut. Biauw Thayya sudah kasi ampun pada kami,
lagi beberapa hari kami akan ikut ia pulang ke Holam tadi
memang terjadi perkara darah tapi itu adalah kesalahan
tangan dari anakku........"
Moh Po kun masih belum angkat kaki, ia depak nyonya itu.
"Cukup" ia membentak. Kau bangun, tidak usah kau
berlutut Kalau barusan tidak ada aku apa kau kira toa
wangwee mu mengerti?" Ia menoleh pada orang banyak, yang
sekarang pada berani muncul "Nyonya Cia den gadisnya ini
adalah orang orangnya Biauw Wangwee, mereka akan
berdiam disini beberapa hari untuk rawat diri maka kau mesti
lihat, kalau sampai mereka nekat atau terbit kejadian lain, kau
mesti tanggung jawab!" ia mengawasi orang dengan tajam,
apa pula nona nona lainnya. Setelah itu ia awasi Ie Jie dengan
bengis "kau mengerti sekarang?" ia ancam.
Satelah itu ia tarik tangannya si hamba negeri
"Lauwko mari kita minum arak!" ia bilang sambil tertawa.
Seperginya dua orang itu Cia Mama berbangkit seraya
kebuti celananya dan rapikan pakaiannya.
"Nasib kita" sungguh buruk........"ia kata sombari mewek.
Kim Mama tidak merasa kasihan, kcndati roman orang yang
kucel itu.

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kiranya kau pemburon dari Holam!" kata sanak ini. Selama
satu tahun tinggal disini kau sudah cukup bikin aku pusing
sekarang orang telah dapat cari kau. hayo siap buat ikut orang
itu Banyak nona merata kasihan pada Cia Mama, tetapi
mereka tak berani kata apa. hanya Ie Jie yang penasaran.
Enso Cia aku lihat urusan tidak gampang bisa beres!" kata
ia "Kalau kau ikut ke Holam aku percaya, disana kau tidak
akan bisa hidup dengan senang Mustahil ia bisa perlakukan
kau orang secara baik" Lebih baik kau cari Lie Toaya, ia
tersohor gagah, la banyak kenalannya, ia tentu bisa tolong
kau dan anakmu!"
"Barusan aku justeru cari Lie Toaya,tetapi ia tidak ada di
rumah....." sahut Cia Mama. "Apa aku bisa bikin sekarang?"
"Aku lihat percuma kau harap si orang she Lie itu" Kim
Mama ikut bicara. "Ia seperti tidak punya uang! Kalau Poan
Louw Sam dan cie Sielong masih hidup, urusan kau gampang
dibikin beres! Siapa suruh nasibmu buruk" Balum satu bulan
kau ikuti Iyie sielong, lantas ia ada yang bunuh
Setelah kata begitu. Kim Mama deliki nona nonanya dan
terus masuk kedalam.
Ie Jie masih penasaran karena ia mesti rasai tamparan. tapi
waktu ia mau bicara lebih jaun pada Cia Mama, Siam Nio
teriaki ibunya. Maka dengan susut air matanya ia lari masuk.
Siam Nio tetap kucel dan rambutnya awutan. tetapi pisau
belati, yang Biauw Cin San lemparkan, ia sudah pungut pula
dan simpan "Ibu, kalau kita ikut sijahat she Biauw itu, kita tentu tidak
bisa hidup lebih lama pula......" kata nona ini dengan
lemah "Lebih baik...... lebih baik kita adu jiwa sama
dia......"
"Adu jiwa sama dia!......- dan Cia Mama menangis. "Mana
kita bisa lawan dia" le Jie bertindak masuk selagi ibu dan Bnak
itu bicara. Melihat orang, Siam Nio lantas berkata:
"Ie Jie siok, tolong kau cari Lie Bouw Pek. ia sobat baik
dengan Tek Ngoya, kalau kau cari Tek Ngoya tentu bisa dapat
keterangan dimana adanya Lie Toaya itu ..."
"Ya. akupun ketahui. Lie Toaya bersobat baik dengan Tek
Ngoya" sahut le Jie, Yang segera dapat pikiran, "Enso Cia,
lebih baik kau yang pergi ke Tang shia, disana andai kata kau
tidak dapat cari Lie Toaya, Tek Ngo ya pasti akan bisa tolong
kau." "Itu betul" Siam Nio kata. "Ibu, pergi kau cari Tek
Ngoya........."
"Ya enso, kau pergilah kesana" le Diie menganjuri" Tek
Ngoya berhati mulia, kalau ia ketahui hal kau, ia tentu suka
menolongi......."
Cia Mama memang sedang bingung, ia tidak bisa banyak
pikir "Baiklah" kata ia, yang terus minta Ie Jie antar ia.
Ie Jie berserdia akan jadi pengantar, maka itu ia terus ajak
Cia Mama pergi. Ia cari keterangan dulu dimana alamatnya
Tek Siauw Hong. sesudah itu ia menuju langsung ke Tang Soe
sam tiauw. Mereka jalan diantara angin besar yang dingin sekali, Ie Jie
didepan, sinyonya dibelakang. Nyonya ini masih saban tepas
air matanya. Ketika mereka sampai didepan pintu, mereka
lihat pintu pekarangan ditutup separoh.
"Pergi masuk sendiri," Ie Jie kata. "Kalau ketemu pengawal
pintu, kau minta pertolongannya, akan mengabarkan pada
Tek Ngoya. Kau seorang miskin, ia tentu suka tolong, kalau
aku ikat masuk sama aku kuatir ia menolak......."
Cia Mama menurut, ia terus bertindak masuk. ia
kelihatannya jerih. Ia ketemu dua pengawal dimuka pintu,
minta dltolongi agar ia bisa menghadap Tek Ngoya.
"Tek Ngoya tidak ada dirumah" sahut salah satu pengawal.
"Kau punia urusan apa" Kasi tahu saja pada kami, nanti kami
sampaikan lebih jauh
Kau siapa " Apa kau pernah ketemu Tek Ngoya 7" yang lain
tegasi. "Aku orang she Cia" sahut Cia Mama. kemudian sambil
menangis ia tuturkan urusannya. "Kami kenal Tek Ngoya dan
Lie Toaya, yang sering berkunjung kerumah kami Aku
sekarang perlu minta pertolongannya Tek Ngoya........"
Suasana dirumahnya Tek Sfauw Hong adalah genting.
Jangan kata Siauw Hong tidak ada dirumah, kendati ada.
orang dilarang omong sembarangan pada sesuatu tamu yang
datang berkunjung, bujang2 selamanya mesti melaporkan
dulu kedalam. Pengawal itu segera kedalam, tapi ia tidak berani masuk
terus kekamarnya Tek Toa Naynay. Atas teriakannya, seorang
bujang telah lantas muncul.
Pada bujang itu si Pengawal beritahukan hal
kedatangannya Cia Mama dan maksud kedatangannya.
"Ia sekarang lagi menunggu diluar. Katanya ia kenal Lie
Toaya dan juga looya kita. Coba tanya toa naynay. ia akan
diterima atau disuruh pergi saja"
"Nanti aku kasi tahu toa naynay," sahut si bujang.
Ia baru saja putar tubuhnya, atau seorang nona keluar
memapakinya. "Ada urutan apa " Coba kasi tahu padaku!" kata nona itu.
Nona ini punya kuncir yang besar dan panjang bajunya
cipao hijau, mukanya tidak pakai pupur atau yancie tetapi
elok, benar tubuhnya sedikit kurus tetapi matanya celi, ia elok
dan sikapnya keren.
"Oh oh, nona Jie....." jawab ia.
"Diluar ada nyonia she Cia.......Ia kata anak perempuannya.
oh, oh. bukan......Ia kata Lie 8ouw Pek, ia kata Biauw Cin San
lagi desak ia.....
Nona itu telah dengar disebutnya nama Lie Bouw Pek dan
Biauw Cin San. "Nanti aku lihat!" kata ia, yang jadi tidak sabar, la pun
curigai kesangsian orang itu Ia lantas keluar, hingga bikin
sibujang tua dan pengawal jadi melongo.
Nona Jie sementara itu sudah sampai diluar, ia lantas saja
merasa kasihan apa lihat romannya Cia Mama.
Pengawal pintu kaget, apabila ia lihat yang keluar adalah
nona tamu itu, ia lekas berbangkit, sambil berdiri lempang ia
tundukki kepala.
Cia Mama awasi nona Jie, heran libat pakaiannya indah
tetapi kakinya tidak kecil, gedang dikuncir diikat pita putih. Ia
menduga pada budak perempuan, tetapi sangsi.
"Ini nona Jie" berkata si pengawal. Cia Mama lantas unjuk
hormat. "Nona. aku minta tolong" ia beikata "Aku minta kau
sampaikan pada Tek Ngoya, supaya Lie Toaya diminta keluar,
atau Ngoya sendiri yang dayakan ...... Si orang she Biauw
yang seperti harimau sudah paksa anakku, anakku itu bisa
mati......"
Sebelumnya Sioe Lian menyahut, pengawal yang tadi ada
didalam sudah keluar.
"Nona" ia kata, toa naynay minta kau sudi masuk, katanya
ada omongan.....
Pengawal ini bicara dengan sikap menghormat, tetapi Sioe
Lian tidak perdulikan ia, hanya si nona lalu minta penjelasan
dari Cia Mama, atas mana nyonya itu terangkan pula
kesukarannya. Siu Lian terperanjat. baru sekarang ia ketahui
rombongannya Biauw Cin San sudah datang dikota raja dan
Lie Bouw Pek tidak ada dikota raja Ia heran, kenapa pemuda
itu pergi dan kenapa perginya" Iapun berbareng terharu,
karena Cia Mama bicara sambil menangis sedih. Ia jadi ingin
tengok Siam Nio
"Jangan bersusah hati" akhirnya ia kata. "Aku nanti pergi
kerumah kau akan tengok anakmu. Kalau Biauw Cin San
datang pula, aku nanti usir mereka"
Suaranya nona kita lantas saja jadi berobah keren.
"Pergi carikan aku sebuah kereta" ia kata pada si pengawai
pintu. Pcngawal itu berlalu, tapi dengan alis mengkerut.
Cia Mama berdua bingung, ia heran karena sikap keren itu,
hingga ia mengawasi saja.
Siu Lian duduk menunggu, ia kelihatannya gusar berbareng
duka...... "Kau tentu tidak kenal aku" kata ia kemudian pada nyonya
itu. "Aku Jie Siu Lian. Akupun pernah orang hinakan, tetapi
karena aku mengerti bugee, siapa juga aku tidak takut! Aku
nanti tempur Biauw Cin San, Thio Giok Kin dan kawan
kawannya, sebagian untuk bantu kau, sebagian lagi buat
urusanku sendiri!"
Cia Mama tidak mengerti sepsnuhnya maksud nona itu.
"Ya, nona, aku mengharap bantuan," kata ia. "Kasihanilah
aku.... Ia tidak bisa bilang lebih dari pada itu. Ia tidak perduli si
nona mengerti bugee atau tidak, ia sangka nona itu punya
uang dan ia mengharap dapat tunjangan uang, supaya ia bisa
ajak Siam Nio pergi sembunyi ketempat lain.
Ketika itu, pengawal yang tadi telah balik dengan sebuah
kereta. Siu Lian segera barbangkit dan tarik tangannya Cia Mama
buat diajak naik kereta bersama sama pergi.
Ie Jie masih menunggu Cia Mami. hingga melintas dua
orang itu ia menjadi heran.
"Eh, enso Cia, kau mau pergi kemana?" ia segera menegor.
"Kau ketemu Ngoya?"
"Aku iidak ketenu Ngoya," Cia Mama jawab. "Nona ini
sanaknya Ngoya, ia bisa buat kita. bantu kita pulang!"
Oh karena kereta sudah lantas jalan. Ie Jie mesti mengikuti
naik ia tidak mengerti.
Selagi kereta menuju keluar Lamshia.
Kota selatan. cia Mama lantas tanya nona Jie ia asal mana
dan dengan Tek siauw Hong pernah apa.
Sui Lian sedang berpikir, ia seperti tidak dengar pertanyaan
itu. sesudah si nyonya tanya. ia berulang, baru ia menyahut:
"Dengan Tek Ngoya aku tidak bcrsanak. Lie Bouw Pek
adalah engko angkatku. Kau jangan kuatir, aku mau lihat dulu
anakmu, nanti aku pikir kau perlu bantuan uang atau tenaga
Dalam segala hal aku bisa bantu kau jangan tidak lihat mata
padaku, kendati aku seorang perempuan yang muda aku
percaya aku sanggup usir Biauw Cin San dan kawannya"
Dalam hatinya Cia Mama puji keelokannya Siu Lian. yang ia
percaya, kalau bersungguh sungguh , bisa melebihi eloknya
Siam Nio, iapun tidak bisa duga orang punya kepandaian apa.
Segera juga mereka sampai di Hu pong Liu lie kay. Cia
Mama suruh kereta berhenti didepan rumah.
Didepan rumah ada mondar mandir dua orang, yang
tubuhnya besar dan romannya keren, yang dalam bajunya
mesti menyimpan senjata. Melihat dua orang itu, mukanya Cia
Mama menjadi pucat bahna takut.
"Jangan takut" kata Nona Jie, yang bisa lihat orang. Ia
segera mendahului loncat turun Cia Mama berdiri turun
dengan dibantu oleh tukang kereta, tapi ia masih jerih, kedua
kakinya lemas, ia hampir jatuh mendepelok, hingga nona Jie
mesti pegang ia.
Dua orang itu datang lebih dekat akan mengawasi, tetapi
Siu Lian tidak perdulikan, ia terus pimpin sinyonya masuk
kedalam. Didalam ia lantas lihat dipembaringan butut rebah
seorang nona kurus dan muka penuh airmata.
Cia Mama air matanya mengucur apabila ia lihat anaknya
itu. Aku telah pergi cari Tek Ngoya, tetapi tidak ketemu" ia
lantas kasi tahu. "Nona Jie ini dari rumah Tek Ngoya ia
kasihani kami, ia datang buat menolong"
Cui Siam paksakan diri akan berbangkit, ia sikap
rambutnya. "Kau jangau takut," Siu Lian segera menghibur. "Aku bisa
usir Biauw Cin San semua. Lie Bouw Pek adalah engko
angkatku, karena aku kenal ia, aku lebih mesti tolong kau
Akupun mau balas sakit hatiku......"
Siam Nio tidak mengerti betul ucapan orang tetapi ia
mengucap terima kasih.
"Sebenainya Lie Toaya pergi kemana?" tanya Cia Mama
akhirnya. Ditanya begitu, hatinya Siu Lian tertusuk, tapi ia lekas
goyang kepala. "Aku tidak tahu" ia jawab. "Sesampai ia diPakkhia ini, aku
cuma lihat ia satu kali......" Didalam hatinya ia lalu kata
terus Bouw Pek bukan seorang dengan hati dingin, aku
tidak tahu kenapa ia pergi. Aku juga tidak mengerti, kenapa ia
tidak liat aku buat omong banyak, tentang perjalanannya
sendiri perihal penderitaanku. Sesampainya di Pakkhia, ia
tentu kenal nona yang elok ini. Ia ini pasti bunga raja yang
tersohor. Aku heran, ia begitu beradat tinggi dan gagah
kenapa Bouw Pek tidak sanggup lindungi nona dan ibunya
ini?" Difihak lain, Siam Nio mendadak ingat, nona ini mesti si
nona Jie, tentang siapa Bouw Pek pernah cerita padanya. Ia
anggap sembabat betul Bouw Pek dengan nona ini. Ia jadi
jengah sendirinya. Ingat Bouw Pek, ia jadi bersedih.
"Nona Jie, terima kasih untuk kebaikan kau" ia kata pula.
"Kau hendak bantu aku, tetapi kau tidak ketahui siapa adanya
Biauw Cin San, yang lagi ancam kami. Ia seorang galak
laksana harimau, ia punya banyak kaki tangan, semuanya
jahat seperti ia, mereka berani sembarangan bunuh orang.
Ayahku binasa karena dikeroyok oleh mereka. Jangan karena
urusanku, neaa, kau nanti mendapat susah, kalau terjadi
begitu, kami menyesai sekali, kami malu terhadap Lie Toaya
Siam Nio menangis sesunggukan.
Cia Mama turut menangis disamping anaknya itu.
Ketika itu pintu kamarnya Coei Siam ada yang dorong, dua
kepala orang perempuan nongol dipintu, Sioe Lian lihat tegas
dua nona umur belasan, yang pakaiannya perlente, mukanya
medok, rambutnya dikonde licin dan bagus. Mereka ini
nampaknya genit.
"Mereka tentu bunga bunga raja disini" pikir Sioe Lian
sambil kerutkan alis Ia merasa tidak leluasa. Maka ia terus
kata pada Coei Siam: "Kau jangan takut, aku tidak takuti
Biauw cin San. Orang jahat seperti mereka aku tidak akan kasi
ampun"

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Justeru itu diluar terdengar suara ramai, kedua bunga
berjiwa itu sudah lantas lari keluar.
"Nanti aku lihat" kata Sioe Lian
Diluar, rupanya didepan pintu, lantas terdengar suara orang
lelaki menangis sambil menjerit "Aduh", antaranya tercampur
tantangan: "Lebih baik kau bunuh aku"
Cia Mama kenali suaranya Ie Jie, ia lari keluar akan susul
nona Jie. Ie Jie sebenarnya baru sampai didepan pintu, ketika dua
orang, yang mundar maudir sedari tadi, sampiri ia. Mereka
orangnya Biauw Cin San, yang diperintah pasang mata.
Melihat Ie Jie, mereka lantas menendang dan memukul, yang
satunya desak ia, tanya tadi ia ajak Cia Mama pergi kemana
dan siapa sinona. Mereka menanya sambil memukuli tapi ia
tidak mau mengasi keterangan, sebaliknya ia memaki kalang
kabutan, hingga dua orang itu jadi tambah gusar. Begitulah ia
dirubuhkan ketanah dan terus dipukuli sampai ia menjerit
sekuat kuatnya.
Sioe Lian keluar dengan bawa sebatang palang pintu yang
ia sambar dari belakang pintu, sesampanya diluar, dengan
tidak kata apa lagi, ia kemplang seorang hingga itu ini
menjerit dengan kepala mandi darah.
Orang yang satunya kaget dan lantas lompar jungkir buat
hunus golok pendek.
"Eh, nona, kau herani layani kami kata ia sambil menyengir
Hati2, dengan kepalanku, looya nanti bikin kepala kau sakit
Sioe Lian tidak menyahut ia hanya lekas buka cipaonya
yang panjang, setelah itu ia hadapi orang itu hingga ia ini
rubuh dan golok pendeknya tidak bisa digunai, sementara
katwannya, yang lerluka duluan, kena dikemplang lagi. Mereka
ternyata tidak punya guna dan lantas saja mati kutunya ..
Lantas nona Jie rampas golonya orang itu, palang pintu ia
lemparkan. Ia cekek orang itu, yang tidak keburu lari,
lengannya ia tikam, Orang Itu menjerit, lengannya lantas
mandi darah. Ia berontak, tapi ia tidak bisa lantas lepaskab
diri dari tangannya sinona. kawannya jadi takut, ia lekas
kabur. Ketika baru keluar dari Pakkauw, mulut utara dari jalan
disitu, ia berpapasan dengan tiga orang yang lagi iringi orang
kurus, tapi pakaiannya yang biru indah.
Dia ini adalah Moh Po Koen, si piauw tauw yang doyan
makan tarohan. Ia telah antar Biauw Cin San pulang kehotel
Teng in Tiam. Biauw Cin San kuatir Cia Mama ajak gadisnya
kabur maka Po Koen diminta ajak orang pergi tengok lagi ibu
dan anak itu, buat desak mereka lekas siap, supaya mereka
segera pindah dulu ke Kang In Tiam. Tapi belum Po Koen
masuk ke Lioe lie kay. ia telah ketemu korban pentungan itu.
Moh Lokoay. lekas " kata orang ini. "Setahu darimana. Cia
Mama telah dapat undang nona umur delapan atau sembilan
belas tahun, yang galak sekali, datang2 ia kemplang kami,
lihat, kepalaku pecah! Sekarang ia lagi hajar kawanku!..."
Po Koen kaget berbareng gusar.
"Kurang ajar " ia barteriak. "Sayang kau berdua tak punya
guna, kasi dirimu dihajar oleh budak perempuan!"
Lantas sambil pale kepalanya, yang kecil, ia lari masuk
Hoan pong Lioe lie kay. Ia lihat banyak orang berkerumun
didepan rumah pelesiran Kim Mama. Ketika ia mendekati dari
kumpulan orang banyak jsteru muncul Bang Cit. muridnya
Biauw Cin San, dengan muka bengkak dan matang biru dan
dingan berlumuran darah.
"Apa artinya !" Moh Po Koen tanya. "Apa budak perempuan
itu yang hajar kau?"
"Aku tidak tahu," sahut Bang Cit dengan meringis. "Cia
Mama pergi sebentar, ia balik bersama perempuan muda itu
Ia liehay sekali, kami berdua tidak sanggup lawan dia!"
Moh Po Koen jadi tambah gusar.
"Mari" ia berseru, Dan ia mendahului menuju kepintu.
Dimuka kelihatan Ie Jie dengan roman bangga, ia sedang
bicara dengan orang banyak yang lagi berkumpul yang tadi
sudah saksikan nona Jie hajar dua buaya darat gundalnya
Biauw Cin San. Ketika lihat Moh Po Koen, ia lari masuk
kedalam gabruki pintu dibelakang, lari terus kedalam .....
"Nona Jie, siorang she Moh datang bersama bsberapa
kawannya!" ia kasi tahu.
"Jangan takut!" sahut nona kita. Ia sambar golok pendek
yang tadi dan bawa itu keluar"
Moh Po Koen berdiri didepan pintu, dibelakangnya ada lima
kawannya, semua pada pegang ruyung dan golok pendek, ia
sendiri mengawasi pintu sambil tolak pinggang. Ia tidak
menerjang masuk, karena ia duga sinona akan lekas keluar.
Kapan nona kita sudah muncul, dengan pakaian hijau yang
ringkas, dengan roman yang keren, Moh Po Koen terperanjat,
karena ia seperti kenali nona itu.
Jie Sioe Lian juga sudah lantas kenali Po Kun yalah Moh
Liok dari Kielok. Ia ini kenal ayahnya dan beberapa kali pernah
datang kerumahnya ia sendiri pernah lihat dua kali. Sejak dulu
ia tidak sukai orang she Moh ini. yang tingkah lakunya
menjemukan. Ia tidak sangka, bahwa disini ia akan ketemui
oraug she Moh itu.
"EH, Moh Liok, kau bikin apa datang kemari" Apakah kau
juga ingin dihajar?"
Moh Liok mundur dua tindak ia sekarang kenali betul
puterinya Cia cie tiauw. ia tadinya mau mendekati buat
panggil sinona dengan panggilan adik, tetapi melihat sikapnya
dan dari suaranya, hatinya jadi ciut. Kendati begitu ia lekas2
unjuk hormat sambil menjura, seraya bersenyum.
"kiranya Jie Toa kouwnio!" ia berkata. "Toa kouwnia, apa
kau banyak baik. Kabar nya Jie Toasiok telah meninggal dunia
...." Hatinya Siu Lian mencelos mendengar ayahnya disebut,
tetapi ia kertak gigi.
"Jangan ngaco belo!" ia segera menegor. Aku hendak
tanyakan, kenapa kau ajak Biauw Cin San hinakan nyonya Cia
dan anaknya?"
Moh Liok tetap kasi lihat airmuka yang berseri2.
"Aku harap kau tidak salah mengerti, toa kouwnio" berkata
ia. "Kau ketahui sendiri, dengan saudara Sun Ceng Lee aku
pernah angkat saudara, sedang selama tinggal diKielok, Jie
Toasiok sendiri perhatikan aku. Sekarang ini aku menjadi
piauwtauw di Su Hay Piauw Tiam Bagiku tidak biasanya buat
hinakan orang perempuan. tentang nyonya Cia dan anaknya
aku bisa terangkan, anaknya perempuan itu memang
gundiknya Biauw Wangwee. mereka itu kabur dari Holam
dengan bawa uang dan barang2 berharga, mereka lari ke
Pakkhia ini dimana mereka hidup dirumah pelesiran,
belakangan dengan Lie Bouw Pak ...
Ah sudahlah, sama toakouwnio aku tidak bisa omong
banyak, tapi ringkasnya, boleh di bilang, melihat ibu dan anak
itu orang merasa kasihan, sebenarnya mereka jahat dia
menjemukan. Tadi Biauw Wangwee dapat cari ibu dan anak
itu, nona Cia begitu jahat ia sudah serang Biauw Wangwee
dengan pisau belati sampai wangwee terluka mukanya, kalau
tidak ada aku yang mencegah, ia tentu sudah dikemplang
sampai mati. Sekarang ini aku datang buat sambut mereka ibu
dan anak akan diantar kerumah penginapan dimana Biauw
Wangwee menumpang, ia karena inii beberapa hari mereka
mau dibawa pulang ke Holam. Toa kouwnio, baik lari kau tidak
campur tahu halnya ibu dan anak itu......"
Diam2 Moh Look lirik nona itu, sinar mata siapa bikin ia
jerih Ia lihat golok pendeknya, lagi ia mundur dua tindak.
"Lekas mundur " Siu Lian membentak. "Kau telah ajak
Biauw Cin San buat hinakan ibu dan anak yang miskin dan
tidak berdaya, ini aku tahu baik sekali. apa kau kira aku mau
iyinkan kau putar balik duduknya perkara" Dikalau aku tidak
ingat kau ini orang Satu kampung, aku tentu ambil jiwamu!
Sekarang lekas kasi tahu padaku, dimana berdiamnya Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin, aku hendak cari mereka itu untuk
mencari balas! Melihat orang gusar, Po Kun tolak mundur lima orang
dibelakangnya. Didalam hatinya ia berkaca: "Kami tidak mau
rewel sama kau! Kau hendak cari Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin, itulah baik sekali" Lantas ia angkat pula tangannya
"Jangan marah padaku, toakouwnio" kata ia sambil
tertawa. "Aku melulu bersobat dengan Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin, Dalam perkara ini aku melulu bantu ia karena iseng......"
"Sudah " Siu Lian potong ,Bilang dimansa mereka itu
tinggal!" Moh Liok tidak ingin disentak sorong lebih jauh, maka ia
lekas menyahut:
"Biauw Cin San dan Thio Giok Kin menumpang dihotel Keng
In Tiam diIyu kee kauw" ia kasi tahu "Mereka itu datang
kemari atas undangannya Siu Bie too Oey Kie Pok, istimewa
untuk piebu dengan Lie Bouw Pek, tetapi Lie Bouw Pek adalah
bocah lemah, tidak tunggu sampai mereka datang ia sudah
kabur lebih dulu. Pada dua hari yang berselang berdua mereka
telah adu kepandaian dengan Gin khio Ciangkun Khu Kong
Ciauw dan Sin thio Yo Kian Tong, Dia orang she Khu dan Yo
itu telah kena dipecundangi
Siu Lian tidak percaya obrolan itu, ia menduga Moh Liok
hendak macati maacani ia. Maka ia kasi lihat senyuman
menghina. "Orang lain boleh takut terhadap Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin, aku tidak" ia kata dengan nyaring. Sekarang kau
boleh pulang dan kasi tahu mereka itu, jikalau mereka punya
kepandaian, mereka boleh datang cari aku, jangan mereka
cuma bisa menghina nyonya Cia dan anaknya"
Moh Po Kun bersenyum karena ia merasa girang yang
sinoua kasi ia ketika ia, sedang ia sebenarnya bingung,
tindakan apa ia mesti ambil terhadap nona itu: melawan ia
tidak berani mundur dengan begitu saja ia malu.
"Baiklah, toakoawnio" berkata ia. Dengan keterangan
toakouwnio ini sudah cukup bagiku. Nah, ijinkanlah Kami
pergi" Setelah kata bsgitu piauwsu ini menoleh pada lima
kawannya. "Mari kita pulang " ia kata seraya mendahului angkat
kakinya... Lima orang itu jadi heran berbareng mendongkol.
"Moh Liok ya" kata satu dia diantaranya, "mustahil kita
berenam tidak mampu hayar budak perempuan itu" Kenapa
kau takuti ia?"
Moh Liok tidak menjadi jengah. sebaliknya ia bersenyum la
berkelit muka sangat tebal dan pandai sekali membawa
tingkah. "Pantas kau suka ketemu batunya" ia kata pada mereka itu.
"Kau sama sekali tidak punya pengalaman barang sedikit juga!
tidakkah pepatah biang, satu laki tidak boleh mendapat malu
didepan muka" Kau tidak ketahui siapa adanya nona itu. Ia
adalah nona Jie Siu Lian puterinya Tiat ciauw Jie Hiong Wan
dari Kielok! Ia pandai sekali menggunakan sepasang golok,
boogenya liehay. Sekalipun Thaythay Thio Toaya, Lie Mo Ong,
telah jadi pecundangnya, kalah dengan terluka Kita bisa
berbuat terhadap dia itu" Baiknya aku kenal baik ayahnya, jika
tidak, apa kau kira bisa pulang dengan utuh seperti ini ?"
Setelah dengar keterangan itu, yang mereka percaya
barulah lima orang itu bungkam. Mereka ngeloyor pulang
dengan sangat masgul. Kapan sampai dihotel, didalam kamar
mereka dengar suara bicara dan tertawa yang sangat ramai.
Sebab ternyata Oey Kie Pok telah datang dengan dua meja
barang santapan dan empat nona manis aebagai kawan,
sedang dua saudara Phang juga turut diundang berpesta pora.
Biauw Cin San duduk menghadapi secawan yang besar
dengan dua nona manis terpeluk dikiri dan dikanannya. Ia
tidak malu sedikit juga. sebaliknya. ia telah lupakan lakon
bekas sambitan pisau belati dan Siam Nio!
Thio Giok Kin selalu unjuk sikap jumawa, sambil pegangi
cawan araknya ia telah cerita pengalamannya yang sangat
memuaskan, ya sudah bertemu seorang pemuda yang
berbadan kurus dan muka kuning, yang tunggang kuda hitam
dan bersenjata pedang. yang telah serang mereka dan kena
mereka kepung. Ia kata, pemuda itu punya boegee baik,
tetapi dia toh rubuh oleh piauwnya Biauw Wangwee, bahwa
meski tidak mampus lantas, pemuda itu tidak akan hidup
lama. Ia nyatakan dugaannya, pemuda itu mesti datang dari
Pakkhia atau mungkin sobalnya Lie Bouw Pek.
Oey Kie pok tidak bisa menduga siapa adanya pemuda itu.
sedang sobatnya Lie Bouw Pek melainkan Tiat Pweelek dan
Tek Siauw Hong.
Moh Po Koen tidak lantas masuk, ia hanya melongok dulu,
melihat keadaan orang2 "yang sedang berpesta itu, ia lekas
ngelepot pula. "Sekarang pergi dulu kau kelain kamar" ia kata pada dua
kawannya yaag terluka, "pergi kau bungkus lukamu dan tukar
pakaian biar rapi. Biauw Wan gwee lagi pesta, kalau kita
ketemu ia sekarang, ia tentu tidak akan mau perdulikan kita.
Atau kalau ia gusar, ia tentu akan segera cari si nona she Jie
dan ibu dan anak itu, dan bunuh mereka, apa bila terjadi
demikian, urusan jadi makin hebat. Aku nanti tunggu ketika
akan omong dengan pelahan2 pada Biauw Wangwee"
Dua orang itu merata sakit pada tubuh mereka, tetapi
mereka turut perkataannya Moh Po koen, mereka balik
kekamar mereka buat obati lukanya, cuci tubuh dan ganti
pakaian. Moh Po Koen sendiri masuk keiuangan pesta akan turut
makan minum Matan}a saban2 melirik pada sinona manis,
melihat siapa ia jadi ingat Sioe Lian, roman siapa mengiurkan
hati, tapi sinar matanya bikin ia kuncup. iapub asah otaknya
akan cari alasan caia bagaimana ia bisa sampaikan kejadian
barusan di Hoen pong Lioe liekay
Sementara itu nona Jie dirumahnya Kim Mama, telah dapat
penghargaan besar dari semua orang karena mereka itu
kagum karena keberanian dan kegagahannya.
"Aku rasa mereka itu tidak berani datang pula, Jie Toa
kouwnio" berkata ie Jie yang girang sekali. "Kalau suka, mari
aku antar Toa Kouwnio ke Keng In Tang akau cari mereka,
buat unjuk pada mereka yang kita tidak boleh dibuat
permainan!"
"Kita baik tunggu mereka sebentar lagi" sahut Sioe Lian,
Kemudian ia rogo sakunya akan keluarkan uang, buat suruh Ie
Jie pergi beli barang makanan, buat ia dahar sama Cia Mama.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jikalau mereka tidak datang, baiklah urusan dibikin habis
saja" kemudian Cia Mama minta pada nona kita. "Urusan ini
baik tidak dibikin mcnjadi suatu dendaman yang hebat. Aku
seorang tua yang bensengsara, aku malah mesti rawat anak
yang sedang sakit dan tinggal matinya, uang untuk makan
kami tidak punya, bagaimana kami berani bikin ribut lagi
dengan orang?"
Sioe Lian tidak puas mendengar ucapan itu. selang tadi
perempuan tua ini datang buat minta pertolongan, akan
tetapi, melihat roman dan keadaannya ia bisa mengerti juga
"Kau jangan takut" ia kata dengan tawar. "Andai kata mesti
terjadi bermusuhan besar, aku sendiri yang akan tanggung
jawab, kau ibu dan anak akan bebas sama sekali"
Siam Nio dengar itu, ia menghela napas.
"Keadaan begini rupa, kita memang tidak perlu takut lagi"
ia kata dengan lemah "Ayahku telah mati dianiaya oleh
mereka, dan kami sendiri, selagi berada di Holam, entah
berapa kali pernah digebukin pulang pergi" Sekarang paling
juga kami akan binasa satu kali..... Cuma karena urusan kami,
kam1 bikin nona kerembet........"
Ia lantai menangis. Ia ingat pula. Sekarang baru ia sadar,
bahwa lie Bouw Pek bukannya seperti orang dari kalangan
Sungai Telaga yang kebanyakan, bahwa pemuda itu beradat
tinggi. Coba dulu ia nikah Lie Bouw Pek, niscaya ia tidak akan
mengalami kejadian seperti ini-Mengawasi Sioe Lian. ia tidak
sangsi lag1 nona ini adalah sinona yang Bouw Pek pernah
cintai, tapi kemndian Bouw Pek lepaskan pengharapannya
karena nona Jie sudah punya tunangan.
"Cuma anehnya, kenapa nona ini dandan seperti nona yang
masih merdeka?" demikian fa pikir lebih jauh. Ia lihat orang
itu cantik, potongannya lemah lembut, hingga orang sangsi
sinona sebenarnya gagah perkasa. "Aku telah dapat
pertolongan, aku mesti hidup, aku mesti cari Lie Bouw
Pek........"
Siam Nio merabah pisau belatinya yang ia niat unjukan
pada nona Jie, sekalian ia hendak tuturkan pengalaman dan
cita2nya agar nona ini tidak pandang sebagai bunga raya yang
kebanyakan, bahwa menikah Cia Sielong ia lakukan sebab
terpaksa. Tapi disaat ia hendak bicara, ia lihat Sioe Lian
berbangkit dan terus pakai bajunya.
"Sekarang aku mau pulang, sebentar malam aku nanti
datang pula" kata nona ini.
Mendadak Cia Mama menjadi ketakutan.
"Kalau nona pulang dan mereka datang, bagaimana?" ia
tanya. "Aku akan lekas balik, mereka tentu tidak datang pula" Sioe
Lian menghibur. "Tadipun aku telah kasi tahu Moh Liok.
andaikata mereka tidak puas, mereka boleh cari aku."
Setelah kata begitu, dengan bawa golok rampasannya Sioe
Lian bertindak keluar, ia naik pula kereta yang tadi, yang ia
suruh bawa ia pulang.
Tukang kereta, yang kagumi sinona, lantas kasih kudanya
lari menuju ke Tang shia. Ia menduga nona ini Tek Siauw
Hong punya apa begitu gagah........
Sioe Lian sendiri duduk diatas kereta sambil berpikir, ia
anggap Siam Nio harus dikasihani.
"Ia kenal baik Bouw Pek, kalau nanti Bouw Pek pulang ke
Pakkhia, baik aku anjurkan ia nikah nona ini" demikian
pikirannya melayang, "Ketika pertama kali Bouw Pek datang
ke Kielok, aku anggap ia pemuda hidung belang, adalah
kemudian aku dapat kenyataan ia gagah dan muda, sedang
iapun telah lepas banyak budi pada kami.......?
Ingat Bouw Pek, nona in" diadi Beng Soe Ciauw,
"Menurut Tiat Pweelek, ia pun gagah dan hatinya mulia"
pikir ia lebih jauh.
"Cuma aneh, mendengar aku akan datang, kenapa ia
angkat kaki" Apa banar ia malu. kerena ia anggap dirinya
belum bangun" Kalau benar begitu ia sedikitnya meski pikirkan
juga hal diriku sendiri, yang sebatang kara. Kenapa ia tidak
cari aku. agar kita bisa berdamai".........
Sioe Lian jadi sedih sendiri.
"Aku mesti cari ia, aku mesti tuturkan tentang diriku, aku
perlu ketahui sikapnya....."
Tapi ia tidak bisa ngelamun lebih jauh, kereta sudah sampai
didepan rumahnya Tek siauw Hong dan dua bujang lantas
memburu padanya.
Toa kauwnio sudsh pulang, bagus mereka berseru
"Toakouwnio, lekas masuk. Looya baru pulang, kapan ia
dengar kepergian toa kouwnio, ia ibuk bukan main. kami
lantas diperintah pergi menyusul dan mencari"
Apa yang dikuatirkan?" Sioe lian bersenyum. "Looya kau
terlalu berhati kecil"
Meski ia kata demikian, Sioe Lian toh puji Siauw Hong dan
isterinya yang adalah orang baik hati yang sangat perhatikan
ia, kendati mereka sebenarnya kenalan baru.
"Tek Ngoya kuatirkan si nona siapa tahu sinona gagah
berani luar biasa" pikir situkang kereta.
Sioe Liau loncat turun dari kereta dan terus saja bertindak
kedalam deugan cepat.
Sebelum sampai dipedalaman ia sudah lihat Siauw Hong
sedang jalan mandar mandir pakaiannya belum ditukar
"Ah, Jie Kouwnio" kata ia apabila ia lihat sinona.
Tek Naynay juga sudah lantas keluar apabila ia dengar
suara suaminya, ia malah terus sambar lengannya nona tamu
itu. "Adikku ah. kau bikin kami ibuk bukan main!" kata ia,
separoh menyesal, tetapi sambil tertawa. "Ngoko telah
sesalkan aku..."
Tetapi Sioe Lian pandang Suami isteri itu sambi1 tertawa
"Tidak apa2 !" kata ia dengan tenang "Cara bagaimana aku
berangkat dari Soan hoa sampai disini"
Tek Naynay tarik tangan orang, buat diajak masuk. Siauw
Hong pun turut masuk.
"Tetapi kouwnio ,Pakkhia tidak boleh disamakan dengan
kota lain. disini ada segala macam orang, yang baik, yang
jahat. Disini bisa terjadi segala hal, yang kita tidak pernah
sangka" Sioe Lian hanya bersenyum, ia duduk dibangku, tangannya
keluarkan golok pendek, yang tadi ia umpatkan dalam
bajunya. "Ngoko, lihat ini" la kata pada Siauw Hong. "Tadi depan
rumahnya Cia Mama aku rampas golok ini dan orangnya
Biauw Cin San aku telah hantam mereka dan lukai sebelah"
tangannya salah satu dari mereka itu"
Dan ia tuturkan lebih jauh apa yang telah terjadi saja.
sebab Cia Mama dan gadisnya hendak dibikin susah oleh
Biauw Cin San Tek Siauw Hong terperanjat.
"Siapa sangka Siam Nio adalah gundik yang minggat dari
Biauw Cin San" pikir ia. Ia menyesal, yang duluan ia telah ajak
Bouw Pek pergi karumah pelesiran hingga sekarang telah
timbul ekor seperti ini, sedang perkenalan Bouw Pek dengan
Siam Nio pun mengasih kesudahan hebat bagi si anak muda,
bagi Cie Sielong sendiri dan Poan Louw Sam si terokmok.
"Kelihatannya lelakon masih panjang. Bouw Pek sudah pergi,
sekarang sebagai gantinya datang nona ini. yang hatinya lebih
keras daripada pemuda itu. Rupanya beberapa jiwa mesti
melayang....."
Melihat orang diam saja Sioe Lian jadi berduka.
"Tek Ngo ko." berkata ia. "kau meajadi hamba negeri.
sebenarnya tidak pantas buat aku, yang menumpang padamu,
terbitkan urusan semacam ini. Sedikit banyak kau mesti kena
kerembet rembet. Aku menycsal....... Tapi orang2 yang
menyebabkan kebinasaannya ayahku berada disini Thio Giok
Kin, Ho Siam Houw. Ho Iyit Houw, Lie mo Ong Ho Kiam Go
aku tidak tahan sabar lagi, aku hendak cari mereka dulu.
Jikalau aku menang, urusan lain. tetapi aku akan tanggung
sendiri..."
Tek Siauw Hong goyang kepala.
"Menurut peribahasa, permusuhan harus dilenyapkan dan
bukannya diperbesar" kata ia. "Nona, kenapa kau hendak
ambil tindakan itu?"
"Aku mesti membalas saku hati, Ngoko" ia bilang. .Aku juga
mau singkirkan Biauw Cin San, okpa sangat jahat itu"
Setelah kata begitu Sioe Lian simpan golok pendek itu
dalam badannya.
"Aku minta kouwnio sabar" Siauw Hong berkata pula
"Biauw Cin San, Thio Giok Kin dan kawan2nya semua gagah,
mereka tidak boleh dipandang enteng. Biauw Cin San punya
piauw yang liehay sekali Dalam pertempuran. Khoe Kong
Iyiauw pernah jadi korban piauwnya itu, barusan aku tengoki
ia, lukanya bekas piauw telah bengkak dan sakitnya luar biasa,
sampai ia susah tidur ...."
"Adikku, aku minta kau jangan ladeni mereka itu" ia turut
membujuk. "Mereka orang jahat yang tidak kenal takut Piauw,
panah, semua mereka bisa gunakan! kalau kau sampai
terluka, bagaimana dengan aku"
Sioe Lian bersenyum melihat kekuatirannya nyonya rumah
itu. "Barusan akupun telah sambangi Tiat Pweelek" Siauw Hong
kata pula. "Pweelek nasihatkan aku buat diam saja. akan lihat
apa yang Biauw Cin San sekalian hendak lakukan. Ia bilang,
kalau mereka langgar undang2, mereka baik ditangkap
dengan bantuannya pembesar negeri. Pweelek ingin kita
tunggu sampai Bouw Pek pulang, baru kita pikir lebih jauh
bagaimana harus lawan mereka itu....."
Tapi sioe Lian bersenyum tawar.
Kerapa mesti tunggui Lie Bouw Pek?" kata ia.
Siauw Hong bingung bukan main. Nona ini benar2 beradat
keras, sampai Bouw Pek pun tidak dilihat mata. Tapi ketika
bicara, ia unjuk sikap lain. Ia kata
"Aku bukan maksudkan, bahwa dengan tidak ada Lie Bouw
Pek kita lantas tidak berdaya. Aku hendak tunggu ia, oleh
karena urusan ini urusannya. Biauw Cin San dan Thio Giok Kin
diundang oleh Oey Kia Pok untuk Setrukan ia, dan Iyoei Siam
pun kenalannya Selagi mengucap yang paling belakang ini Siauw Hong
perhatikan si nona.
Tapi Sioe Lian bersenyum dengan tidak kata apa, agaknya
sinona sudah ambil putusan.
Sebentar kemudian nona ini nampaknya ia sabar pula
seperti biasa. "Tentang sakit hatiku, kita jangan bicarakan lagi" ia kata.
"Tadi aku telah lukai dua orangnya Biauw Cin San, jikalau
mereka datang pula, nyonya Cia dan anaknya tentu bisa
celaka. Aku kuatirkan keselamatan mereka...."
"Tentang itu kouwnio jangan kuatir" S auw Hong
menghibur "Dengan gunai pengaruh pangkatku, akan nanti
kirim orang kekantor di Lam shia, minta dikirim orang
kerumahnya Cia Mama untuk kasi lindungi ibu dan anak itu.
Umpama kata Biauw Cin San datang sendiri dan tahu ada
hamba negeri, ia tentu tidak berani gunai paksaan"
Setelah kata begitu Siauw Hong lantas keluar."
Tek Naynay segera gantikan suaminya membujuk nona itu.
Sioe Lian tidak banyak omong lagi tetap unjuk roman
sabar. "Sejak sku datang, aku selalu bikin Tek Ngo ko pusing" ia
kata. "Jangan bilang begitu, adikku " Tek Naynay kata sambil
tertawa. "Ngo ko memang paling suka bersobat dan campur
tahu urusan orang lain. aku sendiri sekarang ketularan
adatnya itu. Marilah kitapun menjadi sahabat kekal" ia tertawa
pula. "Apa yang aku harap sekarang yalah supaya Beng Jie
Siauwya lekas kembali, agar kau berdua bisa bertemu, dengan
begitu hatiku tenteram. Kau seorang perempuan, kendati
gagah dan orang tidak bisa hinakan kau, buat kau hidup terus
sendirian, itulah tidak selayaknya...."
Nyonye ini jadi terharu.
Sioe Lian kemudian balik kekamarnya.
Siauw Hong sementara itu telah kirim orang kekantor
pembesar polisi di Lam shia, buat minta perlindungan untuk
Siam Nio dan ibunya, sedang orangnya sendiri, yang jaga
pintu, ia perintah waspada akan kewajibannya.
Sore ini Yo Kian Tong datang berkunjung, maka Siauw
Hong ojak tamunya bitiarakan urusan Sioe Lian, yang bikin ia
berkuatir "Kalau nona Jie mau tempur Thio Giok Kin, kita tidak bisa
mencegah, kendatipun kita inginkan itu" berkata Sin Khio,
Malaikat tumbak "Bisa jadi ia benar jauh lebih gagah dari pada
musuhuya itu. tentang Bouw Pek aku rasa ia tidak akan balik
lagi. la bukannya menyingkir karena takut Biauw Cin San dan
Thio Giok Kin. ia hanya mau menyingkir dari si nona.
Siauw Hong menghela napas.
"Aku tidak sangka urusan jadi benar sulit." ia kata. "Kasihan
Khoe Kong Ciauw, ia sampai terluka. Bila lagi beberapa hari
Biauw Cin San sekalian masih tidak mau berlalu, aku tidak
tahu, onar apa akan terjadi pula... "
Lantai Yo Kian Tong balik kehotelnya setelah bicara pula
sekian lama. Seorang diri Siauw Hong duduk bingung, ia baca buku tapi
tidak tertarik, sampai isternya datang padanya. Disitu tidak
ada orang lain, mereka berdua lantas pasang omong.
"Baru saja aku temani nona Jie," kata sang isteri dengan
perlahan. "Ia kelihatannya sabar, telapi ia menangis, karena
ingat ibu dan ayahnya. Akn rasa, tidak bisa tidak ia mesti
lakukan pembalasan sakit hati ayahnya
"Jikalau ia tetap pergi, aku tidak sanggup merintangi,"
Siauw Hong bilang seraya geleng kepala. "Apa kita bisa bikin,
kalau ia tidak mau perdulikan nasihat kita" Kita baru kenal ia,
karena kita kenal Lie Bouw Pek...."
"Baiklah kita tidak terlalu sembrono buat bujuki ia menikah
Lie Bouw Pek" akhirnya Tek Naynay kata pula "Ia ternyata suci
murni. Tadi ia perintahkan aku sebuah tusuk konde, ia telah
menangis" Siauw Hong jadi terharu.
"Ia adalah nona yang baik, sayang penderitaannya begini
hebat" kata ia "Terang Beng Soe Ciauw tidak punya hokkie.
Kenapa nona begini elok dan gagah ia sia siakan" Kenapa
dengan Bouw Pek ia main ngalah mengalah".....


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pelahan sedikit!" memperingatkan sang isteri, seraya tolak
tubuh suaminya. Sembari kata begitu, ia menoleh kejendela.
Siauw Hong juga turut menoleh.
Dijendela ada cahaya rembulan, angin barat laut meniup
niup, kecuati suara angin itu, semua sunyi senyap.
Kemudian Tek Naynay panggil bujangnya buat gelar
perabot tidur. "Apa nona Jie sudah tidur?" ia tanya bujang itu"
"Penerangan dalam kamarnya sudah padam, boleh jadi ia
sudah tidur" sahut bujang itu.
Siauw Hong melihat diam, ia pergi keluar akan periksa
pintu depan dan belakang, kemudian ia masuk pula akan terus
tidur. Esok paginya, Siauw Hong mendusin dengan kekuatirannya
belum lenyap. Ia kuatir Sioe Lian pergi dengan tak dapat
dicegah, sedang ia mesti pergi bekerja. Maka ia cuma bisa
pesan istrinya akan berdaya sebisa2. la pergi dengan ajak Siu
Jie. Tek Naynay perhbatikan pesanan suaminya akan tetapi ia
mengurus rumah, meski anaknya yang kecil ada babu yang
jagai Maka selagi ia didalam, Sioe Lian diam-diam telah
dandan dengan rapi" dengan bawa siangtoo ia pergi
kebelakang, akan sediakan kudanya.
"Jie Kouwnio mau pergi kemana"' tanya bujang.
"Aku mau jalan2 dengan menunggang kuda!" sahut Sioe
Lian seraya bersenyum tawar. "Apa kau hendak cegah aku?"
Bujang itu tidak berani mencegah, selain memberitahukan
pada Tek Naynay, bahwa si nona telah pergi jauh......
Sekeluarnya dari Sam tiauw Hotong. Sioe Lian menuju ke
Lami shia. Dikota raja, orang perempuan lebih merdeka daripada
dikota lain, tetapi kalau keluar mereka tentu naik kereta dan
tenda dikasih turun dan kalau toh ada yang tunggang keledai,
itu adalah orang2 perempuan desa. Maka sekarang Sioe Lian
tarik perhatian orang banyak. Ia naik kuda sendiri dengan
pakaian singsat. Begitulah ada juga yang membuntutinya.
Semua orang menduga-duga ia orang apa, dari mana
datangnya dan hendak pergi kemana..... Tapi ia sendiri tidak
perhatikan orang2 yang terheran-heran itu, ia kasih kudanya
lari terus, suara empat kaki kuda berketoprakan dijalan batu.
Dendam Iblis Seribu Wajah 3 Kait Perpisahan Serial 7 Senjata Karya Gu Long Cinta Bernoda Darah 7

Cari Blog Ini