Ceritasilat Novel Online

Riwayat Lie Bouw Pek 8

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 8


"Mari, mari ikut aku, lekas menyingkir " ia mengajak.
"Jangan perduhkan aku " Bouw Pek tatap menampik. "Aku
tidak mau kabur! Lekas kunci pula pintu kamarku "
Orang itu tidak kata apa2, cuma terdengar helaan napas.
Setelah kembali mengunci pintu kamar, orang itu melesat naik
keatas genteng, disusul oleh suara pelaban diatas genteng itu.
Mengetahui orang sudah pergi, Bouw Pek kembali menghela
napas dengan mendongkol. Adalah setelah berselang lama
juga, baru ia bisa tidur pulas lagi.
Esoknya Bouw Pek tidak dapat kunjungan seperti kemarinnya
Tek Lok tidak datang pula dan bujangnya " Soe Poan coe tidak
muncul dengan rantang sayur dan bahpaw. Ia juga tidak
dibawa kekantor, sedang ia mengharap dapat putusan.
Kesudahannya ia jadi masgul sendirinnya.
Adalah dihari herikutnya, Tek Siauw Hong muncul dimuka
jendela yang berjeruji.
"Oh, Tek toako ! Kapan kau pulang" Bouw Pek menegor.
"Baru saja kemarin" menyahut. Tek Siauw Hong, dengan air
muka guram bahna berduka, "Karena dengar urusan kau, aku
lantas datang kemari. Kau jangan kuatir, hiantee, buat
perkaramu ini kau tidak akan dihukum. Tiat Siauw pweelek
telah keluarkan bukan sedikit tenaga guna tolong kau,
kabarnya teetok telah berjanji akan periksa kau pula,
andaikata kau lolos dari kecurigaan, kau akan segera
dimerdekakan."
"Ada kecurigaan apakah?" Bouw Pek kata dengan
mendongkol. "Sudah dua hari mereka tidak periksa aku,
hingga aku hidup
tidak matipun tidak! Bukankah dengan begini mereka sedang
menghina aku?"
"Hiantee. Siauw Hong kerutkan alis, "dalam keadaan seperti
ini, baik kau sabarkan diri. Menurut penglihatanku, teetok
tayjin mesti akan lepaskan kau, hanya buat itu ia terpaksa
mesti tahan kau untuk beberapa hari lagi. ia mesti lindungkan
mukanya agar tidak mendapat malu. Kabarnya teetok
berhutang pada Poan Louw Sam juga telah hamburkan
beberapa ribu lagi......"
"Tapi, apakah bisa jadi, seorang kioeboen teetok mesti takuti
Louw Sam?" Bouw Pek berseru
"Kau tidak mengetahui, saudaraku," orang Boan itu menghela
napas. "Louw Sam benar seorang dagang, akan tetapi
pengaruhnya sama besarnya seperti raja muda. Sekalipun
beberapa tiong tong dalam hal menjual pangkat dan
kedudukan, tanpa perantaraannya Louw Sam tidak nanti
mampu lakukan dengan sempurna!--Mendengar itu, mukanya Bouw Pek menjadi merah padam
bahna sengitnya.
"Jikalau aku bisa keluar dari penjara, Louw Sam mesti
dibinasakan, tak boleh tidak" ia berseru dalam hatinya,
"Sekarang ini kerjaan di Lwee boence banyak sekali," Siauw
Hong bertata putar. "Aku baru pulang dari Tongleng, tetapi
kebarnya aku akan dikirim lagi ke Jiat ho, maka itu aku ingin
bekerja lekat, supaya lebih baik lagi kau bisa keluar dalam dua
tiga hari ini."
"Terima kasih, toako. Tapi aku minta jangan karena urusanku
kau terlantarkan-kewajibanmu"
"Itulah tidak akan terjadi, hiantee......."
kendati demikian, sobat ini menghela napas pula. "Kita
bersobat belum lama, tapi kita sudah jadi seperti saudara
kandung Kau berada didalam penjara mana aku bisa legakan
hati" Tapi, saudara, aku tidak bisa omong banyak banyak.
sekarang diuga aku mau pergi ke Pweelek hoe akan ketemui
Jie ya." "Kalau kan ketemu Jie ya, toako, tolong kau haturkan terima
kasihku," Bouw Pek pesan.
"Aku nanti sampaikan " Siauw Hong bilang. "Jie ya paling
hargakan hoohan, dengan ia mau tolong kau, percaya aku,
kau tidak akan lama tersiksa didalam penjara ini. Baik kau
bersabar dan tetapkan hati.
Setelah kata begitu, Siauw Hong berlalu.
Sipir bui telah antar orang Boan ini sampai diuar, ia berlaku
hormat dan manis.
"Tek Ngo Looya mau terus pulang?" ia lanya.
"Aku mau pergi ke Pweelekhoe," Siauw Hong jawab
"Kalau Looya ketemu Jieya, tolong looya kasi tahu bahwa Lie
Bauw Pek disini tidak menampak kesukaran apa2," sipir itu
kata. Cuma disini tidak ada pembaringan yang berarti, dalam hal ini
kami tak berdaya."
"Aku meugerti," Siauw Hong jawab, "asal kau perhatikan
segala kepentingannya..
Dengan naik keretanya, Siauw Hong perintah Hok Coe
tujukan kendaraan ke Anteng moei, dimana terletak Pweelek
hoe, didepan istana sekah kereta berhenti Disitupun sudah
menunggu sebuah kereta lain, yang Siauw Hong kenal, ialah
keretanya Sioe Bie too Oey Ke Pok. Ia jadi berpikir.
"Apa perlunya Oey Soe ya juga datang kemari?" ia kata
dalam hatinya. Masuk terus kedalam, dua pengawal sambut orang Boan ini
dengan hermat. "Tek Ngo ya, sudah lama kau tidak kelihatan," mereka
menegor sambil tertawa.
"Aku berpergian," Siauw Hong jawab. "Apakah Jie ya ada
didalam?" "Oey soe ya datang kemari, ia lagi bicara dengan Jie ya
dikamar tamu." salah satu pengawai menyahut
"Tolong kau beritahukan kedatanganku, Siauw Hong minta,
Soe ya bukannya-orang luar......"
"Silahkan Ngoya ikut akrab kata pegawai tadi yang terus balik
dan bertindak masuk, sitamu ikut.
Sesudah lewat dua ruangan kamar mereka sampai di kamar
tamu. Disana benar kedapatan Oey Kie Pok.
Siauw Hong lebih dulu kasi hormat pada tuan rumah, baru ia
saling unjuk hormat dengan Soe Be to.
Siauw Hong Jiam Tiat Jieya berlaku manis, sembari tertawa ia
undang tamunya duduk, sedang kacung segera datang
menyuguhkan teh,
"Apa kabar ?" tanya Jie ya tentang kepergiannya orang Boan
ini. "Kapan kau pulang?"
"Baru kemarin sore aku pulang" Siauw Hong jawab sambil
bongkokan diri.
"Pekerjaan Tek Ngo ya adalah pekerjaan yang bagus!" Oey
Kie pok campur bicara sambil tertawa.
"Bagus apa!" Siauw Hong baliki. "Sebaliknya, itu pekerjaan
berat...."
"Apakah kau tidak pergi ke teetok gee moei menengoki Lie
Bouw Pek?" tanya Jie ya, yang tidak perhatikan pembicaraan
orang. Oleh karena disitu eda Oey Kie Pok, Siauw Hong tidak berani
menyawab sembarangan.
"Sebentar lagi aku hendak tengok dia." ia kasi tahu Tiat
Pweelek manggut, la lalu tunjuk Kie Pok.
"Bersama sama Kie Pok aku justru bitiarakan urusannya Lie
Bouw Pek itu," ia bilang. "Aku tidak kenal anak muda itu, aku
hanya dengar ia pandai silat, lantaran itu, begitu dengar ia
terlibat perkara dengan Poan Louw Sam dan Cie Sielong, aku
segera perintah orang tengok dia. supaya dipenjara ia tidak
dapat susah Akupun telah undang Mo Tee tok. Ia ini licin, ia
menyangkal bahwa ia telah terpengaruh oleh Poan Louw Sam.
ia kata, bahwa Lie Bouw Pek benar tersangka sebagai
penjahat besar, hanya bukti dan saksi belum ada Ia kasi tahu
padaku, lagi beberapa hari ia akan periksa pula Lie Bouw
Pek, waktu itu, apabila tidak ada orang lain yang mendakwa,
ia mau merdekakan anak muda itu. Aku telah kasi tempo
setengah bulan pada Mo feetok, supaya ia lepas Bouw Pek.
Tapi barusan Oey Kie Pok beritahukan aku, katanya ia
mengetahui, bahwa Lie Bouw Pek benar penjahat besar dari
Titlee selatan tidak bisa taruh kaki Bauw Pek lari buron ke
Pakkhia ini. Apabila keterangannya Kie Pok benar, aku tidak
mau ambil pula urusannya itu !"
Siauw Hong terperanjat, sampai mukanya menjadi pucat.
"Terang itu adalah kabaran berdasarkan ceritera burung
saja," ia cepat berkata. "Aku tahu betul Lie Bouw Pek adalah
sioecay dan Lam Kiong, piaowcoknya adakah liengpouw
Coesoe Kie Thian Sin. la bukannya seorang yang tak keruan
asal usulnya, untuk ia aku suka menanggung dengan diriku"
Bahna sengit, Siauw Hong awasi Kie Pok dengan mata merah.
Tapi Sioe Bie to sabar sekali, ia bisa tertawa.
"8iaw Hong, didepannya Jie ya, omongan kau bukannya
omong main main !" ia bilang. "Bagaimana maka kau jadi
kenal Lie Bouw Pek" Berapa rapatnya perhubungan diantara
kau dan Lie Bouw Pek" Semua itu aku telah ketahui ! Kau
baruku pangkat, kau punya isteri dan anak anak, kalau karena
Lie Bouw Pek kau jadi tersangkut sangkut sehingga rumah
tangga kau jadi celaka, sungguh, itu sangat tidak berharga!
Sebenarnya urusan tidak ada sangkutannya dengan aku,
tetapi karena kita bersobat kekal, aku perlu mengasi ingat
padamu." "Memang aku bersobat dengan Lie Bouw Pek belum lama,
tetapi orang sebagai dia itu aku suka tanggung dengan diriku"
ia kata dengan dingin. "Cacatnya Bouw Pek ada1ah adatnya
yang tinggi dan tidak suka berlaku sabar, hingga telah dapat
salah dari beberapa orang Ia tidak langgar aturan, aku tidak
takut nanti kena kerembet rembet, aku berani tanggung,
bahwa ia benar telah terfitnah "
Mendengar begitu, Oey Kie Pok jadi tenang, hingga Iapun
tertawa dingin.
"Kalau begitu " kata ia dengan tawar, "dimana disini ada Jie
ya selaku saksi, ingat olehmu apabila kau mengalami apa
yang menyadi sesalkan sobat2 sudah tidak tolong nasehati
kau!" Diam Sieuw Hong bergidik.
"Sudah terang dengan samar2 Oey Kie Pok maklumkan
perang padaku," ia pikir. "Sudah ancam aku. ini
berbahaya....."
Siauw Hong tahu diri, sebagai pegawai Pwee boehoe ia tidak
punya pengaruh besar, karena ia tidak punya banyak kenalan
yang berpangkat tinygi, tidak punya banyak uang, kalau ia toh
terkenal, itulah disebabkan Tiat see cia atau ilmu pukulan
tangan pasir besi yang liehay. Dihadapan Oey Kie Pok, ia
benar ngeri. Oleh karena ini, ia tidak mau ladeni Soe Bie to
lagi. Jie ya bisa mengerti kedua tamunya ini, ia nyelak sama
tengah. "Siauw Hong mau bekerja untuk sobatnya begitu dengan Kie
Pok, yang kuatir sisobat tersangkut dalam perkara besar dan
berbahaya. Baiklah kau bikin habis saja......"
"Tetapi Jie-ya mengerti scndiri," Kie Pok
"Siauw Hong sudah keliru sangka, ia seperti menuduh eku
inginkan kematiannya Lie Bouw Pek Sebenarnya, Bouw Pek itu
aku tidak kenal"
Dua2 kau bermaksud baik.
"Kau bermaksud baik, tuan, aku haturkan terimakasih," kata
Siauw Hong, yang lantas robah sikapnya, karena Tiat Pweelek
lebih suka urusan dibikin jadi habis, la tidak mau membikin
tuan rumah kecil hati.
Kie Pok tertawa.
"Sudah sudah," kata ia. "sudah, kita baik jangan sabut2 pula
urusaa itu "
Siauw Hong benar tutup mulut tentang Lie Bouw Pek, ia
bicara dengan Tiat Jie ya tentang hal lain 0ey Kie Pok seperti
tidak diajak omong hanya ia duduk diam saja dengan Masgul.
Maka akhirnya ia berbangkit akan pamitan pulang.
Siauw Hong tunggu sampai Siu Bie to sudah berlalu, lagi
sekali ia minta Tiat Pweelek suka dayakan agar Lie Bouw Pek
lekas keluar dari penjara. Ia unjuk dengan tandas, bahwa
anak muda itu orang baik2, bahwa duduknya perkara adalah
bisanya Poan Louw Sam seorang.
"Kau tidak usah minta lagi, aku sudah tahu!" Tiat Pweelek
kata sambil tertawa. "Umpama kata kau tidak pulang, tak
nanti aku antap saja Lie Bouw Pek binasa secara kecewa
ditangan mereka itu "
Hatinya Siauw Hong lega bukan main apabila ia dengar
ucapan itu, sedang tadinya ia bersangsi, karena ia kuatir
pangeran ini nanti kena dipengaruhi oleh Oey Kie Pok.
Tiat Pweelek sementara itu telah kata pula, dengan air muka
terobati meujadi merah ;
"Urusannya Lie Bouw Pek aku telah ketahui semua! Ia teiah
hajar Oey Kie Pok dan Poan Louw Sam, ia bcrsobat baik
dengan kekasihnya Cie Sielong ini menyebabkan tiga orang itu
telah bcrkongkol dan mengatur tipu daya untuk, menyelakai
anak muda itu. mereka telah keluarkan uang, mereka minta
pertolongan dikantor, maksudnya melulu agar Bouw Pek
terima kebinasaannya tapi aku telah campur urusan ini, dari
itu urusan Oey Kie Pok telah datang. maksudnya adalah buat
memberi pikiran supaya aku tidak usah campur tahu lebih jauh
coba aku tidak berlaku sabar, aku tentu sudah kirim kereta
buat perintah Lie Bouw Pek dimerdekakan dan disambut
pulang diistanaku ini! Jikalau aku ambil tindakan itu, siapa
berani cegah aku"
Siauw Hong celengap mendengar keterangan itu didalam
hatinya ia justeru ingin sekali pangeran itu ambil tindakan
getas demikian,
Tapi ia telah laujutkan omongannya : "Aku tidak ambil
tindaken itu, aku tidak ingin yang orang nanti katakan aku
andalkan pengaruhku dan berbuat sewenang2. Lie 8ouw Pak
masih muda, tidak apa ia mendekam beberapa hari didalam
penjara, malah ini ada baiknya, buat tindih sedikit adat
tlngginya. Lagi beberapa hari aku nanti bikin ia keluar dari
penjara, keluar dengan cara terbuka dan terhormat"
Siauw Hong girang tak kepalang mendengar keterangan itu.
"Terima kasih, Jie ya, terima kasih" ia mengucap berulang2
Tak lama kemudian orang she Tek ini lalu pamitan, ia tidak
terus pulang hanya kembali kepenjara, sampaikan kabar pada
Bouw Pek tentang sikap dan tindakannya Cie ya Pweelek.
"Kau sekarang sabar saja", ia mcngasi nasehat, "Jangan
berduka" Tapi ia tidak beritahukan bahwa Oey Kie Pok diam diam
musuhkan dan hendak bikin celaka sobat ini. Ia anggap


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keterangan itu belum psrlu sobat ketahui, keterangan
semacam itu melulu akan membikin sisobat murka.
Sesudah hiburkan lagi sekali sobatnya, baru Siauw Hong
pulang kerumahnya.
"Looya, barusan datang dua orang mencari kau," kata
pengawal pintu yang sambut majikannya itu. "Aku kasih tahu
looya sedang keluar, mereka lantas berlalu dengan bilang,
bahwa mereka hendak datang pula."
Kelihatannya Siauw Hong sedikit terkejut.
Jilid 12 "APAKAH kau tidak tanya she dan namanya?" ia tanya
"Apakah keperluan mereka?"
"Mereka tidak terangkan apa perlunya mereka cari looya,"
budak itu menyahat. "Mereka perkenalkan diri sebagai orang.
she Phang dari Cun Goan Pouw tam dari Ta-mo-ciang diluar
Cian mui."
Siauw Hong kaget, sampai air mukanya berubah menyadi
pucat, ketika ia masuk kedalam terus kekamarnya ,
jantungnya memukul. Ia lekas2 hirup teh akan coba
tenangkan diri.
Terang sekali orang yang datang cari aku itu Kim-too Phang
Bouw dan Hoa-khio Phang Liong," demikian ia berpikir.
"Mereka sudah dirubuhkan oleh Lie Bouw Pek, karena
kemendongkolan mereka tidak bisa dilampiaskan terhadap
sianak muda, maka justeru Bouw Pek dikeram dipenjara
mereka sengaja datang cari aku. Mereka anggap sekarang
adalah waktu yang baik, sebab tidak ada orang lagi yang
mereka takuti". "Bagaimana aku bisa layani mereka
sepersaudaraan ?"
Karena bingung dan berkuatir, Siauw Hong mandi keringat
dingin, alisnya mengkerut.
"Lie Bouw Pek telah ditahan sejak beberepa hari, kenapa
mereka tidak siang datang cari aku?" pikir ia kemudian.
"Kenapa justeru pilih hari kedua dari pulangku?"
Siauw Hong berpikir sampai akhirnya ia ingat suatu apa.
"Ini mesti terjadi sebagai kesudahan deri permufukatan
diantara Oey Kie Pok dan Poan Louw Sam", kemudian ia pikir.
"Mereka tahu aku pulang dan duga bahwa aku akan menolong
Lie Bouw Pek lantas kunjungi Tiat Pweelek akan bujuk Jie ya
jangan turut menolongi Bouw Pek dan dipahak lain mereka
ajak2 persaudaraan Phang, rupaya mereka ini satroni aku,
guna bikin aku kuncup. Ah, Kie Pok, Louw Sam, kau benar
liehay !...... Seharusnya Bouw Pek tidak bikin mereka itu
gusar, sekarang ada Tiat Pweelek, yang suka membela, jikalau
tidak siapa yang berani maju menentang mereka itu ?"
Siauw Hong lantas ingat pula ucapannya Kie Pok tadi
digedung pweelek.
"Didepan Kie Pok bersikap baik, dibelakang ia bisa lakukan
segala apa" ia pikir de ngan hati kecil. "Aku mesti berhati2 ---" Lantas ia perintah Sioe Jie pesan pengawal pintu bila ada
orang cari ia, kecuali sanak dekat dan sobat kekal, semua
mesti ditolak dengan alasan ia tidak ada dirumah.
Sie Jie turut perintah itu tanpa ketahui apa yang menjadi
sebab dari perintah semacam itu, ia hanya menduga, karena
baru pulang dari Tong leng dan lelah majikannya niat
beristirahat. Ia tidak berani menanyakan, kendati ia lihat air
muka yang luar biasa lainnya dari majikan itu.
Malam itu Sioe Jie layani madiikannya bersantap, ia heran
melihat si majikan pegangi sumpit sambil bingung saja,
barang makanan didahar sedikit, tetapi dalam tempo yang
lama luar biasa.
Justeru itu pengawal pintu datang masuk dengan air muka
merah bahna gusar.
"Looya, dua orang she Phang itu datang pula" ia kasi laporan.
"Aku bilang looya tidak ada dirumah, mereka tidak mau
percaya, mereka terus ngaco belo sekian lama, baru mereka
mau pergi"
Siauw Hong terperanjat sampai nasinya ia tunda;
"Apa mereka bilang mau datang pula?" ia tanya.
"Mereka tidak bilang, tetapi bisa jadi mereka akan datang
lagi" "Apa mereka tidak bekal senjata?"
Ditanya begitu pengawal itu heran sampai ia melongo.
"Tidak, mereka tidak bawa senjata, dua2nya bertangan
kosong" ia jawab kemudian seraya goyang goyang kepala.
"Mereka tenturya tidak datang berdua," Siauw Hong pikir.
"Diluar mestinya menunggu orang-orang yang bawa senjata
mereka." Lantas ia msnggut dan kata pada orargnya Itu
"Sekarang, tidak perduli siapa yang datang, kau bilang saja
bahwa aku tidak ada dirumah, apabila mareka berlaku kasar
kau mesti tahan sabar, jangan kau ladeni. Aku baru pulang,
aku ingin mengaso, aku tidak punya tempo akan layani
sembarang orang........."
Bujang Itu manggut, lantas ia berlalu;
SEHABIS bersantap Siauw Hong masuk kedalam kamarnya.
"Pekerjaanku ini kelihatannya berat sekali" berkata ia pada
isterinya seraya sedot cuihunnya, "aku baru pulang dari Tong
leng, lantas lagi satu dua hari aku mesti pergi pula, sekarang
ke Jiet ho.... "Bukankah kau yang bilang kepergian ke Jiat-ho ini tidak usah
dengan terburu2?" Tek Nay-nay tanya. "Bukankah kau kata
belum tentu kau yang nanti diurus 7"
"Kemarin benar begitu, tetapi hari ini berobah, kelihatannya
aku duga yang dimestikan pergi," sahut sang suami.
Sebenarnya pekerjaan ini bagus orang lain malah
diperebutkan, adalah cuma aku yang kurang gembira. Kau
tahu sendari, dirumah kita tidak ada orang, dengan pergi jauh
hatiku tidak tenteram........"
"Itulah mudah", berkata sang isteri, yang setujui kepergian
suaminya itu. "Kalau nanti kau pergi, aku akan kunci pintu dan
sekap diri dalam rumah, ini lebih baik . rumah kita jadi sunyi
dan tenang. Kalau kau ada dirumah lantai ada saja yang
kunjungi atau cari kau, umpama Lie Bouw Pek. Hauw yit, Oey
Dok dan !ain2, mereka datang tiap hari, tapi kalau kau tidak
ada dirumah, bayangan merekapun tidak tertampak"
Siauw Hong tertawa.
"Benar, bila begitu ada lebih baik aku pergi" kata ia dengan
memain. Kendati begitu, orang oran ini benar lantas pilih hari. Ia
anggap, dengan cepatkan keberangkatnya ia bisa menyingkir
dari gangguannya Oey Kie Pok dan Phang Bouw sekalian.
Tek Naynay tidak ketahui apa yang suaminya pikir, ia justeru
merasa girang, karena ia tahu dengan bikin psrjalanan,
penghasilan suami ini pasti akan bertambah. Samakin
suaminya terpakai, semakin muka suami itu tambah
bercahaya........
Malam itu Tek Siauw Hong tidak dapat tidur dengan nyenyak,
meski juga semua pintu dan jendela ia sudah kunci baik2, ia
kuatir pihak Phang nanti satroni ia, ia baru merata lega setelah
sang pagi muncul tanpa ada gangguan apa juga. Tapi
sekarang ia bersusah hati, karena ia mesti pergi katempat
kerjanya, sedang ia lebih suka diam saja dirumah.
"Tak bisa tidak aku mesti pergi. ia ambil putusan. Lantas ia
dandan dan makan kemudian bersama Hok Cu, dengan naik
keretanya, ia pergi kekantor. Siu Jie ia ajak seperti biasa.
Matahari pagi itu bersinar merah, angin mengandung hawa
musim ketiga. Keretanya Hok Cu telah masuk di Kim-hie Hootong menuju ke
Tong-hoa-mui tetapi baru saja sampai di Tong-hoa-mui Toasay,
tiba-tiba seorang papaki mereka.
"Tek Ngo Looya, kau berhenti sebentar, aku ingin bicara
sedikit" kata orang itu.
Hok Cu kenal orang itu, yang bernama Thong Sam, seorang
hamba dari Gin-kouw,
Gudang Uang. Ia tahan keretanya, sedang Siu Jie segera
lompat turun. "Thong ya. ada apa ?" tanya Slauw Hong sambil singkap
tenda keretanya.
Tong Sam unjuk roman ketakutan, la menghampirkan sampai
dekat. Ngo ya, baik kau jalan mutar, masuk dari Sin-mui, ia kata
dengan pelahan. "Kau sekarang sedang ditunggui di Tong
hoa-muu oleh Hoa yauw eng Lauw Kiu, Tiat put cu Kiang Sam
dan beberapa buaya darat lainnya, mereka itu semua telah
diperintah oleh Oey Kie Pok buat keroyok kau"
Siauw Hong terkejut, air mukanya berobah, tetapi didepannya
Thong Sam, ia tidak mau unjuk nyali kecil.
"Mereka berani cari aku" Bagus !" ia berseru. "Baik aku nanti
ketemukan mereka!"
Hok Cu, majukan kereta kita, lekas "
Tapi Thong S?m lakas msncegah.
"Jangan, Ngo ya, jangan kau samperi mereka" ia mengasi
nasihat. "Jangan Ngo ya turutkan hati saja. Aku tahu Ngo-ya
pandai si1at see-ciang tetapi jumlah mereka besar! Jangan
kita omong lainnya, andai kata kau kena kecakar mukamu dan
menjadi lecet saja lantas kau tidsk akan mampu lakukan
kewajibanmu pergi jauh...
Siauw Hong duduk diam sekian lama, perkataannya orang
she Thong ini memang benar.
"Baiklah," akhirnya ia bilang, "aku nanti jalan mutar ke Sn
ngo moei. Terima kasih buat kebaikanmu ini, Tbong ya !"
Orang she Thong itu lantas berlalu dan keretapun ambil
jurusan lain! Sioe Je telah naik kereta buat terus turunkan
tenda. Dari pintu belakang kereta ini masuk ke Sin ngo moei,
sampai ke Lweeboehoe.
Siauw Hong ketemui tong hoa, sepnya, buat kasi tahu belwa
ia suka diutus ke Jiat ho
(yebol) "Siauw Hong kau baru kembali dari Tong leng, kau banyak
cape, biarlah aku perintah orang lain yang pergi" kata sep itu
"Bukan maksudku akan rebut pekerjaan ini" kata Siauw Hong,
"aku niat pergi ke Jiat ho supaya aku bisa sekalian tengok
sanakku di Yankeng. Sanakku ini telah dapat kesulitan urusan
sawah. Kalau tonghoa perintah aku, besok aku bisa antas
berangkat. Aku nanti lebih dulu pergi ke Jiat ho, baru terus ke
Yan keng. Aku percaya, dalam tempo satu bulan, aku akan
sudah kembali."
Melibat orang punya urusan pribadi, tong-hoa terima baik
permintaannya Siauw Hong.
Benar saja, urusan ini menyebabkan beberapa orang tidak
puas, tapi mereka tidak bisa kata apa2. Siauw Hong lantas
pergi ke Siang soewan, kantor urusan kuda, akan pinjam dua
ekor kuda. Ia sudah pasti mau berangkat besok, urusannya
Bouw Pek ia hendak serahkan pada Tiat Pweelek, untnk ini
maka ia terus pergi ke Pweelek hoe.
Hari itu Tiat Pweelek telah dapat kunjungan dua ongya,
Siauw Hong minta pengawal tolong sampaikan perkataannya
yaitu bahwa besok ia mau pergi ke Jiatho dan ingin aaa b 1
selamat jalan dari Pweelek itu.
Tidak lama pengawal itu keluar dengan berkata:
"Hari ini Jie-ya kedatangan tamu, ia tidak bisa ketemui kau.
Jie-ya bilang bahwa kemarin Koeboen Teektok telah datang
buat mengabarkan, yang lagi empat atau lima hari barulah Lie
Bouw Pek dimerdekakan"
Meski tidak dapat ketemu Tiat Pweelek, Siauw Hong girang
menerima kabar itu. Ia segera menuju kepenjara buat ketemui
Bouw Pek, guna kasi tahu hal keberangkatannya serta kabar
girang dari Tiat Pweelek.
"Aku sudah dapat tahu itu" kata Bouw Pek. "Tadi pagi Tiat
Pweelek telah kirim orangnya kemari menyampaikan kabar itu
padaku dan minta aku jangan kuatir."
"Siauw Hong Jiam Jie-ya sungguh baik sekali" kata Siauw
Hong dengan sangat bersyukur. "Ia perlakukan begini rupa,
dibelakang hari kau tidak boleh lupakan budi kebaikannya ini."
"Jie ya begitu baik, aku pasti ingat dia" Bouw Pek bilang.
"Hiatee, jodoh kita seperti juga tipis" kemudian Siauw Hong
bilang. "Baru saja aku pulang dari Tongleng, atau sekarang
aku diperintah pergi ke Jiatho. Besok aku hendak berangkat
Bouw Pek merasa sayang atas kepergian itu
"Kau lagi lakukan kewajiban, toako, kau tidak harus alpakan
itu," ia bilang. "Oleh karena sudah pasti aku akan keluar dari
sini, toako baik tak usah pikirkan tentang diriku"
Siauw Hong berduka, hingga ia menghela napas. Ia berduka
terutama karena ia tidak berani ceritakan pada pemuda ini,
bahwa ke berangkataanya ke Jiatho itu disebabkan ia ingin
menyingkir dari persaudaraan Phang dan lantaran
gangguannya Oey Kie Pok yang licin dan jaoat. Ia merasa,
kalau Bouw Pek ketahui sebab itu, anak muda ini akan jadi
gusar dan ngamuk
"Saudara" ia kata kemudian, "kalau nanti kau sudah keluar
dari sini, kau mesti cari Tiat Jie-ya untuk haturkan terima
kasih, kemudian baiklah kau jangan berdiam lebih lama pula
dikota raja ini. Dalam perjalan ke Jiatho ini aku niat mampir di
Yan-keng akan tengok Sincio Yan Kegn Tong dari Coan Hin
Piauwtiam. Orang she Yo itu, dimasa ia berada di Pakkhia, jadi
sobat kekalku."
"Aku tahu tentang Sin-khio Yo Kian Tong," sahut Bouw Pek
yang lantas ingat ke jadian beberapa bulan yang lalu di Kieyang
kwan San, tatkala ia sedang bikin perjalanan ke Pakkhia.
Sampai disitu keduanya berpisahan.
Hari itu persaudaraan Phang tidak datang, tetapi Sioe Jie
yang pergi keluar, sepulang bawa kabar, bahwa ia dapat lihat
Lauw Kiu serta beberapa konconya, semua bangsa buaya
darat, mundar mandir dimulut gang.
"Kau tidak usah perdulikan mereka!" kata Siauw Hong yang
tidak takut, sedang dalam hatinya ia pikir: "Oey Kie Pok,
dalam beberap? hari ini Tek Siauw Hong bisa dibilang jerih
terhadap kau, akan tetapi besok aku akan berlalu dari Pakkhia,
mulai besok keadaan akan berubah menjadi lain. Aku akan
pergi ke Yankeng, akan cari Sin tihio Yo Kian Tong, disana aku
tunggui Lie Bouw Pek, yang akan keluar dari pcnjara, maka
waktu itu kau boleh lihat, daya apa aku nanti ambil
terhadapmu"
Malamnya, seperti kemarinnya, Sauw Hong berlaku hati hati
menjaga rumah dan diri. Esoknya pagi ia dandan dengan
cepat selainnya pauwhok ia bawa goloknya. Sioe Jie juga
sudah siap bersama dua ekor kuda pinjaman. Siauw Hong
minta diri dari isteri dan anak2nya, ia pesan isterinya dan
sekalian bujang supaya baik baik jaga rumah.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku akan kembali dalam tempo satu bulan," ia katakan
kepada mereka. Dengan menunggang kuda majikan dua bujang mulai lakukan
perjalanan mereka. Dt sepanjang jalan Siauw Hong bertemu
beberapa sobat dan kenalan, tetapi ia tidak mau banyak
omong, agar perjalanannya tidak terlambat.
Setelah keluar dari Tak sin moei, barulah hatinya orang she
Tek ini menjadi terbuka, hingga ia bisa tertawa waktu ia bicara
dengan bujangnya.
"Kau biasanya tidak pernsh bikin pcrjalanan jauh. sekarang
aku ajak kau, supaya kau peroleh pengalaman," ia kata.
"Penghidupan dirumah dan ditempat pelancongan beda
banyak, kau akan segera ketemui itu. Kau tahu kenapa baru
saja pulang dari Tong leng lantas sekarang aku bikin
perjalanan pula ke Jiatho" Tidak lain, karena Oey Kie Pok
musuhkan aku dan aku tiiak sudi layani dia. Kita sudah keluar
dari kota, ia tidak puuya kemampuan akan susul kita.
umpamanya ia mengejar kita bisa kabur. Kau mesti tabahkan
hati, kau mesti berlaku cerdik dan gesit, tapi jangan takut Kau
lihat, aku bekal golok, terhadap orang biasa, baru delapan
atau sepuluh orang, aku tidak takut!"
Siaw Hong bitara dengan gembira, hingga tampak ia jumawa
Sioe Jie sebaliknya jadi berkecil hati.
"Ada kemungkinan akan terbit onar," pikir ia.
Mereka telah melalui empat atau lima lie. didepan mereka
ada Touwshia atau Kota tanah. Ini adalah sisa sisa kota Yoe
coe shia dijaman Liaw yang sekarang sudah mulai runtuh,
diatasnya telah tumbuh pepohonan dan rumput
Siauw Hong mesti Iewatkan kota sebelah barat buat menuju
kejalan besar keutara, ketika sedang melewati jalan dikaki
tembok, mendadak dari atas ada batu yang ditimpukkan
kebawah, hingga ia kaget. Ia keprak kudanya buat
menyungkir dari bahaya. Siu Jie kena sebuah batu, baiknya ia
pakai kopiah, tapi ia toh menjerit bahna kesakitan seraya terus
lompat turun dari kudanya.
Segera juga dari tembok kota tertampak beberapa orang lari
turun, mereka semua membawa golok atau toya, semua unjuk
roman yang bengis. Melihat sikap itu, terang mereka berniat
menyerang ! Tek Siauw Hong telah menduga jelek, ia lompat turun,
mereka dan kudanya seraya tarik goloknya. Ia telah
menyangka pada rombongan dari Phang Bouw, meski ia
bukan tandingan mereka tetapi dalam keadaan seperti itu, apa
boleh buat, ia mesti mengandal pada kegagahannya sendiri. Ia
siap bela diri.
Orang yang dimuka adalah Hoa yauw eng Lauw Kiu si Wap
Bdang. yalah buaya darat yang menjadi cabaag atas dari kota
bagian timur laut. Maka melihat buaya darat itu orang Boan ini
menjadi lega hatinya.
"Jikalau Oey Kie Pok bisa minta bantuannya Phang Bouw, aku
mengaku jerih terhadap mereka" ia berpikir. "Sekarang yang
datang adalah beberapa sisa manusia ini mustahil aku mesti
rubuh ditangan mereka?"
Bahna berani. Siauw Hong segera maju.
"Lauw Kiu, apakah kau tidak sayang jiwamu?" ia berseru
seraya angkat goloknya.
Lauw Kiu, tidak takut karena ia berkawan banyak. Ia maju
mendekati dan putar sam-ciat kun, toya pendeknya yang
disambung tiga.
"Orang she Tek, coba lihat kesekitarmu! Disini tidak ada
orang lain, andai-kata kami kehendaki jiwamu, tidak nanti, ada
orang yang mengetahuinya !"
"Manusia busuk, apakah kau mau jadi begal?" SiauwHong
membentak. "Kau harus ketahui, aku sekarang sedang
menjalankan tugas dari Lwee boe hoe ! Apakah kau berani
rampas uang negeri" Apakah kau tidak ketahui, hukuman apa
menjadi bagiannya orang yang merampas uang negeri" Siapa
diantara kau yang tidak inginkan batok kepalanya tinggal
nempel, hayo maju. Aku si orang sha Tek tidak takut!"
Disebut2nya uang negeri membikin beberapa buaya darat itu
jadi merandak, mereka saling mengawasi.
Sioe Jie sedari tadi diam saja, menampak orang bersangsi, ia
dapat pulang ketabahannya. Ia maju akan tarik majikannya.
Looya, janganlah kau bergusar meladeni mereka itu " ia kata
dengan aksinya. "Hayo naik atas kudamu, loya! Urusan ini kita
serahkan saja pada pembesar negeri!"
Juga ucapannya kacung ini berpengaruh, beberapa buaya
darat jadi bermuka pucat. Mendengar disebutnya pembesar
negeri, hati mereka jadi ciut. Seorang bernama Thio Liok
malah sudah lantas hampiri Siauw Hong buat unjuk
hormatnya. "Tolong, Tek Ngo ya, tolong kau kasihani kami satu kali
ini...... Sebenarnya kami tidak berani ganggu kau, ini sudah
terjadi karena desakannya Sioe Bie-to 0ey Soeya ter hadap
kami......"
"Kurang ajar" Siauw Hong membentak, sedang hatinya jadi
makin besar. Oey Kie Pok tahu aku sedang menjalankan tugas
dan baru ini aku mesti bikin perjalanan jauh, ia sengaja kirim
kau kemari akan pegat aku! Aptkah benar kau mau menjadi
begal dan merampas uang negeri" Awas, aku nanti panggil
hamba negeri, aku akan bekuk kau buat kutungi kepala kau
sekalian ! Apakah Oey Kie Pok sanggup ganti jiwa kau?"
Thio Liok maju lebih dekat seraya unjuk pula hormatnya.
"Tek Ngo ya, kami berbuat begini sebab terpaksa," buaya
darat ini mengaku. "Biasanya Oey Soe ya suka berbuat baik
terhadap kami, kalau kami tidak punya uang atau nasi, ia suka
berikan itu, apabila kami kematian ayah dan ibu, ia suka
membelikan peti mati, malah kalau kami ingin kawin atau
isteri melahirkan anak, ia suka berikan tunjangan uang. Maka
itu, sekarang ia perintah kami mana kami berani tolak
perintahnya itu?"
Siauw Hong bersenyum dingin mendengar ucapan itu.
"Jadinya Oey Kie Pok berlaku dermawan untuk maksud keji
begini rupanya?" ia kata. "Ia jadi telah beli kau, supaya kau
suka bantu jiwa guna kepentingannya! Oh, kau sungguh harus
dikasihani...... Baik, aku tidak mau bikin susah kau, sekarang
kau boleh pergi! Bila sebentar kau ketemu Oey Kie Pok, bilang
padanya, bahwa berhubung dengan keberangkatanku ini, aku
tidak melulu akan pergi ke Jiat ho, aku harus sekalian akan
mampir di Yan keng, dari itu aidaiki tadi tidak puas, ia boleh
susul aku dikota itu.
Setelah kata bagitu, dengan tidak tunggu jawaban, ia simpan
goloknya dan lompat naik atas kudanya.
"Sekarang hayolah kau psrgi " membentak ia seraya menoleh
pada Thoi Liok sekalian.
Tapi, kendati ia kata demikian ia terus saja ajak Sioe Jie
Keprak kuda mereka, buat dikasi lari congklang, mengikuti
jalan besar menuju keutara.
Belasan buaya darat itu sudah lantas ngeloyor pulang,
mereka semua beroman lesu, kepala mereka ditundukkan,
yang bawa toya, toyanya diseret.....
Thio Liok yang tidak puas sudah sesalkan Lauw Kioe, katanya
: "Tidak seharusnya kau kumpulkan kita dan memegat di Touw
shia Apakah dengan begitu kita telah menjadi begal" Sukur
Tek Siauw Hong tidak mau 1adeni kita. kalau ia mengadu
pada pembesar negeri dan mendakwa kita, apa kita tidak akan
mendapat celaka" Merampas uang negeri, itulah berat
hukumannya. Siapa m?>u digiring ke Cay sie kauw, buat
disana terima dipenggal batang lehernya "......"
Seorang buaya darat lain turut berkata, katanya :
"Sebenarnya Tek Siauw Hong pun orang ternama dikota
timur, ia tidak boleh dibuat permainan, diwaktu Oey Soe ya
perintah kita pegat ia, seharusnya kita yangan terima
perintahnya itu!"
Louw Kioe jadi malu dan masgul. Ia mengerti, kcjadian
barusan berarti turun merek baginya. lapun tidak berani
tantangi kata konconya itu.
"Sudahlah saudara sadara" kata ia seraya banting banting
kaki, "sudah, dalam kejadian ini, aku yang keliru, hingga kita
jadi turun merek. Tapi aku berani sumpah, andaikata aku
ketahu Tek Siauw Hong sedang menjalankan titahnya raja,
tidak nanti aku berani pegat ia, tidak nanti, umpama kata Oey
Soe ya janjikan aku rumah atau hendak nikahkan aku ..."
Si Alap Belang ini nampaknya harus dikasihani dan lucu,
hingga beberapa buaya darat yang lain tertawakan ia.
Tak lama mereka telah masuk di An teng moei. Lauw Kioe
minta kawannya semua menantikan diwarung teh, ia sendiri
pergi kerumahnya Oey Kie Pok di Pak Sio Kio buat
menyampaikan kabar. Oleh pengawal pintu ia tidak lantas
dikasi masuk, ia disuruh nongkrong menunggu disamping
tembok. Tidak lama muncul Goe Tauw Hek Sam si Kepala
Kerbau toakoansoe keluarga Oey. Ia diajak pergi ke moei
pong, yalah kamar pcngawai pintu, disini ia ditanya: apa
kabar" "Sam siok, tolong kau ampaikan pada Soe ya" kata buaya
darat ini dengan sikap-merendah. "Soe ya boleh perintah aku
jadi anak cucunya, segala apa juga aku terima, tetapi buat
perintah aku serang Tek Siauw Hong sungguh aku tak
sanggup .... Daripada diperintah begitu, lebih baik aku yangan
dihadapi! Urusan ini aku tidak berani campur lagi !...... . Tadi
aku pergi ke Touwshia dengan ajak belasan kawan, di sana
kami tunggui Tek Siauw Hong dan pegat ia. Apakah
kesudahannya" Ternyata ia tidak takut ia malah tantang kami
ia unjuk, bahwa ia sedang menjalankan tugas, kalau kami
sarang dia, ia mau tuduh kami menjadi begal, ia hendak
dakwa kami pada pembesar negeri! Inilah hebat! Bukan saja
kami tidak mampu menyerang kami sebaliknya akan dicekuk,
sebelumnya kami dihukum kami tentu dapat rangketan lebih
dulu! Bagaimana kalau nanti kepala kami dipisahkan dari
leher" Apakah jiwa kami memang sudah berharga sekali"
benar benar, kami tidak sudi mati secara begini ..."
Hek Sam gusar apabila ia dengar keterangan itu.
"Dasar kau semua kantong nasi" ia mendamprat.
"Kau boleb maki, tapi urusan ini kami tidak bisa campur lagi!"
kata Louw Kioe yang tidak jadi gusar. "Kami belasan dari pagi
pagi sekali sudah pergi ke Touw shia, dimana kami pada
nongkrong, itulah hebat, dan sekarang mereka sedang
menantikan di warung teh, kami harus diberikan sedikit uang
buat orang tangsal perut....."
"Kau diperintah tapi hasilnya tidak ada, sekarang kau berani
datang minta uang, benar tidak tahu malu." Hek Sam berseru,
la dorong Lauw Kioe. "Hayo pergi Selanjutnya Soe ya tidak
akan pakai pula kau "
Hek Sam melongok kejendela, lihat Oey Kie Pok lagi
mendatangi bersama bujang muda yang bernama Soen Coe,
maka lekas2 ia keluar menyambut.
Hatinya Lauw Kioe menjadi kecil, ia kuatir Hek Sam nanti
gosok ia dan Oey Kie Pok gusar Tapi ia lihal maka Soe Bie too
tidak berobah, maka ia pun lekas menyambut.
"Soe ya....." ia kata, "Sos ya."
"Sudah, aku tahu" Kie Pok potong perkataan orang. "Apakah
Tek Siauw Hong ketahui akulsh yang perintah kau pegat dia?"
"Begaimana ia bisa tidak mendapat tahu?" sahut Louw kioe.
"Malah ia perintah kami beritabukan padamu, katanya
andaikata kau tidak puas, kau boleh susul dan cari ia di
Yankeng !' Mendengar ini, mukanya Kie Pok menjadi merah tanda bahwa
ia gusar. Ia bersenyum tawar, ia manggut manggut tetapi
tidak kata apa apa. Ia rogo sakunya dan keluarkan selembar
gin pio: "Nah, ambil itu untuk kau minum teh ...."
Lauw Kioe ulur tangannya menyambuti, mukanya merah
sekali. "Soe ya, urusan tidak beres, kau telah kasihkan aku uang...."
Ocy Kie Pok tidsk tunggu orang bicara habis, ia berlalu dari
moei pong itu dan pergi keluar dimana keretanya sudah siap.
Bersama sama Soen Coe ia naik atas kereta itu
"Ke Teetok Geemoei !" ia menitah kusirnya.
Koda roda kereta sudah lantas menggelinding, membawa
jagoan ini yang hatinya panas bukan main, mendongkol bukan
buatan. "Tek Siauw Hong, hati2 kau!" ia mrngancam dalam hatinya.
"Terang kau telah menyingkir dan kota raja, dengan gunai
tugas menjadi tameng! Disini kau tidak berani lawan aku, kau
kabur ke Yankeng buat berkawan dengau Sin khio Yo Kian
Tong. Apakah kau sangka aku takut padanya?"
Tapi, kapan ia ingat Lie Bouw Pek, Sio Bie to mengkeret
sendirinya. "Lie Bouw Pek ditolong olah Pweelek ya, ia akan lekas
dimerdekakan, inilah barbahaya," pikir ia lebih jauh,
"Kemerdekaan Bouw Pek berarti tambahan tenaga bukan
main besarnya bagi Tek Siauw Hong.....Bagaimana sekarang
7" Selagi ia berpikir terus, kereta sudah sam pai didepan kantor
koeboen teetok.
"Teeko, aku datang cari kau bukan buat urusan lain dari pada
perkaranya Lie Bouw Pek," berkata sitamu dengan langsung.
"Biar bagaimana juga, aku minta sukalah kau bikin beres dia,
sebab begitu lekas ia dapat pulang kemerdekaannya, aku dan
Poan Louw Sam jangan harap bisa hidup dengan tenteram"
Mo Teetok berdiam dan tampaknya berduka apabila ia dengar
ucapan itu. "Kemarin Poan Louw Sam telah datang kemari, juga buat
urusannya anak muda itu," ia kata kemudian. "Pada Poan
Louw Sam aku telah beritahu, bahwa dalam perkara ini aku
tidak berdaya. Kau ketahui sendiri, pertama tama dalam
perkara ini tiada bukti dan seksi dan kedua Tiat Siauw Pweelek
telah campur tahu, ia telah bela anak muda itu, malah ia ingin
supaya aku merdekakannya sebelum tanggal sepuluh"
"Apakah kau tidak bisa cari alasan, akan dorong keluar Tiat
Pweelek ?" tanya Kie Pok.
"Mana bisa?" retok itu bilang. "Dalam perkaranya Lie Bouw
Pek itu, Tiat Siauw Pweelek malah ketahui urusan jauh lebih
baik daripada kita. Jangan kita omong lainnya, asal saja ia
ketahui Lie Bouw Pek binasa karena sakit dalam kamar
tahanan, pangkatku ini aku tidak nanti sanggup lindungkan
lagi !" Oay Kie Pok jadi masgul bukan main, percuma ia omong lebih
banyak pada teetok yang sudah putus asa ini. Akhirnya ia
manggut.

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jikalau begitu, teetok, terserahlah pada kau!" ia bilang
"Sekarang ijinkan aku undurkan diri"
Teetok itu merasa bersusah hati dan bingung menampak air
muka guram dari Soe Bie to, karena ia hutang beberapa ribu
tail dan Sioe Bie te juga ketahui beberapa cacatnya. Kalau Oey
Kie Pok mau jaili ia, dangan mudah ia bisa dibikin terguling.
"Aku nanti tahan ia beberapa hari lagi. kau coba pergi pada
Poan Louw Sam akan berdamai lebih jauh," ia bilang.
"Tahan ia lagi beberypa hari pun tak ada gunanya," kata Kie
Pok dengan dingin.
Lantas hartawan ini berbangkit akan ajak Soei Iyoe keluar
dari kantor, didapan pintu ia mwrandek sebentar, kemudian ia
bertindak kesamping kantor. Disitu ada pintu samping yang
menuju kepenjara, kesini ia terus masuk.
Sipir menyambut dengan manis dan hormat
"Oey Soe ya, hari ini kau rupanya senggang sekali?" tanya ia
sembari tertawa.
Oey Kie Pok manggut dan tertawa.
"Aku mau tengok Lie Bouw Pek," ia kata.
"Mari aku antarkan, Soe ya," kata sipir itu dengan cepat.
Mereka pergi kamarnya Bouw Pek. Kapan Kie Pok lihat
kesehatan orang tahanan yang sampurna dan rantai
belengguan bukan yang berat berat, ia mendongkol bukan
main tetapi ia seorang yang licin yang pandai bawa tingkah,
maka menghadapi anak muda itu ia unjuk roman masgul.
"Saudara, aku dengar kau kena ditahan, mulanya aku tidak
percaya" berkata ia,karena aku tahu kau seorang baik2, tentu
tidak akan lakukan apa yang melanggar undang undang
negeri. Barulah kemarin setelah ketemu Tek SiauW Hong, aku
dapat kepastian yang kau dapat perkara, malah perkara
fitnahan, begitulah sekarang aku datang. Barusan aku ketemu
teetok, ia bilang bahwa perkaramu tidak berarti, bahwa dua
bari lagi kau akan dimerdekakan"
Bouw Pek bersyukur buat perhatian Kie Pok ini, ia tidak
ketahui kepalsuannya.
"Terima kasih, Oey Soe ko," berkata ia. "Dulu aku tidak
tampak, kesukaran, kecuali pikiranku pepat. Poan Louw sam
telah gunai tipu daya jahat buat bikin celakai aku melulu
karena aku telah berikan hajaran padanya jikalau nanti aku
sudah keluar, aku akan bikin pembalasan terhadap ia"
Diam diam Oey Kie Pok bergidik mendengar perkataan itu,
tetapi ia tetap bawa peranan sebagai seorang yang menaruh
perhatian pada pemuda itu.
"Poan Louw Sam benar benar jahat sekali" ia kata dengan
unjuk roman sengit, "dengan andalkan, pengaruh uang,
segala apa ia berani lakukan. Aku juga punya ganjalan besar
terhadap ia. Nanti saudara, sesudah kau merdeka aku akan
kasi keterangan jelas padamu. Di Pakkhia ini andaikata aku
tidak puiya banyak kenalan dan namaku tidak terkenal juga,
siang siang akupun tentu sudah kena ia bikin celaka. Sampai
sebegitu jauh aku selalu menyingkir dari ia, aku tidak mau
meladeni sebab dengan sesungguhnya ia tidak boleh dibuat
permainan. Maka, saudara, aku suka kasih nasihat padamu,
setelah nanti kau merdeka, lebih baik kau jangan cari2 perkara
dengan dia, kau harus sabar dan tunggu ketika baik guna
balas sakit hatimu ini."
Tapi ucapan ini mslulu membikin Bouw Pek menjadi tambah
mendongkol, sebab dari situ ternyata Oey Ke Pok juga sangat
takut terhadap Poan Louw Sam.
"Sesudah merdeka, aku juga pikir lebih baik aku tidak cari
dia," ia kata sambil manggut, ia bisa berlaku tenang, "Aku niat
berlalu dan Pakkhia ini, disini aku tiada punya muka uutuk
berdiam lebih lama pula
Mendengar ucapan itu, Kie Fok segera kasi otaknya bekerja.
Ia menduga duga ke mana sebenarnya Bouw Pek mau pergi
sekeluarnya dari penjara.
Mungkin ia juga hendak pergi ke Yan keng akan berserikat
dengan Yo Kian tong untuk setrukan aku."demikian ia pikir
Mengingat ini, ia lantas berkata;
"Tek Siauw Hong berangkat dengan terburu, aku anggap
itulah tidak benar. Ta sobat kekal kau, kan berada dalam
penderitaan dan ia baru saja kembali dari Tongleng, adalah
sepantasnya jikalau ia tengok kau, siapa nyana baru pulang
empat lima hari ia sudah berangkat pula Umpama kata
perkaramu ada ekornya, bagaimana Ia berangkat dengan hati
dingin, sungguh budi pekertinya tipis,"
"Kau keliru, sobat?" Bouw Pek berkata dengan cepat. "Tek
Siauw Hong mendapat tugas baru, tak bisa tidak ia mesti
segera berangkat ke Jiatho. Ketika ia mau berangkat, ia kasi
tahu pedaku bahwa Tiat Pwee-lek telah mengatakan lagi
empat lima hari aku akan keluar dari penjara. Lantaran ini, ia
bisa berangkat dengan hati tenteram Aku tidak sesalkan ia"
Kie Pok manggut, harena ia ketahui, ia tidak boleh banyak
omong lagi perihal orang Boan itu. Ia sekarang tanya Bouw
Pek perlu apa, ia janji akan sediakan dan kirimkan.
"Terima kasih, Soe ko," Bouw Pek berkata. "Didalam penjara
aku tak perlu barang apa juga. Bahwa Soe ko telah datang
menyanbangi aku, aku sudah bukan main bersyukur"
"Diantara saudara sendiri kita tidak boleh berlaku seejie" kaia
Kie Pok. Kemudian mereka bicarakan hal lain sampai orang she Oey
itu pamitan dan berangkat pulang.
"Kemana lagi kita pergi, Soe ya ?" tanya Soen Coe.
Kie Pok tidak menyahut. ia justru sedang berpikir. Ia tedinya
mau kunjungi Khoe Kong Ciaw, niatan itu ia batalkan apabila
ia ingat yang orang she Khoe ini Kagumkan Bouw Pek. Dari
Kouwsoe Cin Khin Goan, Khoe Khong Ciauw telah ketahui
kegagahannya si orang she Lie. sebab kauwsoe itu telah
saksikan sendiri bagaimana Kim too Phang Bouw telah dibikin
rubuh. "Percuma jikalau aku pergi pada Kong Ciauw untuk minta
bantuaniya," demikian ia pikir. "apabila ia ketahui maksudku,
bisa dia akan tegor padaku sebaliknya dari pada membantu.
Kcmana aku mesti pergi " "
Ta berdiam terus, sampai mendadak ia ingat suatu apa.
"Ke Ta ro ciang " ia berseru : "Hayo lekas."
5oe Coe tterdik, ia bisa duga pikiran majikannya itu. Ia duga
tentulah majikan ini mau pergi cari pcrsaudaraan Phang di Cen
Goan Piauw tiam.
Sebenarnya pada permulaannya tidak ada hubungan kekal
diantara Siu Bie too Oey Kie Pok dan persauduraan Phang,
adalah setelah kekalahannya persaudaraan itu ia lantas cari
hubungan dan baik itu menjadi kekal, tidak perduli bahwa Kim
too Phang Bouw yang boleh diandalkan telah tinggalkan
Pakkhia, untuk selanjutnya tidak campur lagi urusan
dikalangan Sungai Telaga Beda dari pada lain2 saudaranya,
Phang Bouw adalah laki2 yang hargai dirinya dan pegang
kehormatannya. Sebagai orang cerdik, Kie Pok ketahui baik
Phang Hoay dan Phang Liong semestinya sangat benci Bouw
Pek, bahwa mereka tentu mendendam sakit hati, maka
persobatan dengan mereka itu banyak baiknya baginya.
Adalah karena hubungan ini juga, maka sepulangnya Tek
Siauw Hong dari Tongleng ia saban-saban dicari oleh
persaudaraan Phang; Itulah keinginan dari Kie Pok, yang
hendak ganggu orang Boan itu. Dan sekarang Kie Pok mau
tengok persaudaraan itu, niatnya buat minta Phang Hoay
kumpulkan kawan2 golongan piauwsu untuk hadapi Bouw Pek,
yang akan lekas keluar dari penjara. Tapi kapan ia telah
utarakan maksudnya Phang Liong geleng kepala, Kita tidak
dapat lakukan itu kata Hoa khio.
Air mukanya Kie Pok berobah dengan lantas, apabila ia
dengar jawaban itu, tetapi sebab cerdiknya ia Lekas putar
perkataannya. Ia kata: "Bukan maksudku akan setrukan Tek
Siauw Hong dan Lie Bouw Pek, aku melulu mau minta kau ajar
aku kenal kepada beberapa sobat baru. Aku percaya,
mengingat namaku, mustahil mereka tidak sudi bersobat
dengan aku" ........"
"Pasti sekali tidak ada orang yang tidak kenal nama Sioe bie
too yang besar!" Phang Liong kata sambil tertawa. "Aku hanya
mau bilang, dulu kau tidak bersobat dengan mereka, sekarang
kau mendadak ajukan diri, apa mereka tidak akan curiga" Lain
dari pada itu, sekarang toh sesudah perginya Say Lu Pou Goei
Hong Siang, disini tidak ada piauwsoe yang pandai,
bagaimana mereka bisa jadi lawan Lie bouw Pek?"
Mendengar itu Kie Pok jadi ksrutkan alis.
"Habislah pengharapanku......" pikir ia dengan masgu1.
"Apakah benar benar Lie Bouw Pek dapat keluar dari
penjara?" Phang Hoay tanya.
"Aku pasti tidak mendusta" Kie Pok jawab. "Aku baru saja
ketemu Kioe boen Teetok dan kabar ini aku dapat dari ia
sendiri. Didalam halnya Lie Bouw Pek ini ada campur tangan
Siauw Hong jiam Siauw Pweelek, lantaran itu teetok sendiri
tidak berani tidak merdekakan dia." Ia menghela napas, akan
kemudian menyambung "Tentang halku, aku tidak bisa
rahasiakan pada kau. Bukan maksudku buat aku sendiri
musuhkan Lie Bouw Pek, aku bekerja untuk kepentingan
semua sobat kita di Pakkhia ini. Tek Siauw Hong telah
datangkan Lie Bouw Pek dengan kesudahan orang she Lie ini
adalah hajar aku, kau dua saudara dan Poan Louw Sam juga,
hingga ia telah menjago disini. Mika kalau kejadian Lie Bouw
Pek tetap tinggal disin, mana kita mampu angkat lagi kepala
kita?" Ucapan ini berbisa, mendengar ia Phang Hoiy dan Phang
Liong lantas saja menjadi gusar.
"Oey Soe ko, kaubenar!" mereka berteriak. "Memang selama
Lie Bouw Pek masih ada, kita tidak bisa tinggal lebih lama pula
di Pakkhia ini!"
Kie Pok menghela napas.
"Aku tidak bisa pikir, siapa yang sanggup tandingi Lie Bouw
Pek," ia kata pula kemudian. "Buat Tek siauw Hong, perkara
mudah........"
Bcrtiga mereka duduk bingung, dua saudara Phang juga
tidak bisa berpikir.
Diluaru itu dari jendela kelihatan mendatangi orang, satelah
mendekati para2 senjata lalu terdengar suaranya:
"Lihatlah golok, pedang dan tombak kau, semua sudah pada
karatan! Kenapa semua senjata ini tidak dibikin bersih "
"Apakah begini tacamnya orang yang buka Piauw tiam?"
Phang Hoay lantas juga lihat dan kenali orang itu, yalah Moh
Po Koen, piauwsoe dan Soe Hay Piauw tiam, maka lekas lekas
ia baikata. "Disini ada orang, silahkan duduk dulu dikamar timur......"
Akan tetapi baru ia tutup mulutnya, atau orang itu sudah
bertindak masuk.
Melihat Oey Kie Pok, piauwsoe itu lantas saja angkat kedua
tangaanya. "Oh, Sioe Bie too Oey Soe ya, kiranya kau disini !" berkata ia.
Oey Kie Pok segera berbangkit akan terus awasi orang yang
ia tidak kenal itu. Ia lihat "alit tikus" dan "mata ular" orang itu
dan dibatok kepalanya ada bekas bacokan golok, dua
kupingnya Lebar, sinar mukanya tak mengasih. Ia benar benar
tidak ingat. Akan tetapi, sambil tertawa ia manyahuti
"Maafkan aku, tuan, sungguh aku lupa padamu !"
Moh Po Koen tertawa.
"Digedungny Gin khio Khoe Siauw Houw ya aku sering lihat
kau. Oey Soe ya," ia menjawab "Kita memang belum pernah
bicara satu pada lain. Aku Moh Po Koen, dari Soe Hay Piauw
Tiam disebelah timur"
Sekarang barulah Oey Kie Pok ingat. Duluan Kauwsoe Cin Cin
Goan dari gedungnya Khoe Khong Ciauw pernah kasi tahu
padanya, bahwa di Soe Hay Piauw Tiam ada piauwsoe ini,
yang pandai sekali lompat tinggi"Sudah lama aku dengar namamu, Moh Lauwhia!" ia lekas
menyahut. "Silahkau duduk, silahkan"
Moh Po Koen tidak seeiyie lagi, ia duduk didepannya Sioe Bie
too, tangannya ia ulur pada theekoan, yang airnya ia segera
tuang kedalam cangkir dan kemudian ia minum dengan tidak
tanyakan orang lagi.
Dua saudara Phang melirik pada dua orang itu selama
mereka bicara, terutama pada Oey Kie Pok.
Setelah hirup teh, Moh Po Khoen bicara pula pada Sioe Bie
too. "Oey Soe-ya, Lie Bouw Pek akan lekas keluar dari penjara,
kau tahu atau tidak ?" tiba2 ia menanya
Kie Pok terperanjat, tetapi ia coba bersikap tenang.
"Heran, kenapa ia dapat tahu ini?" pikir ia, yang lantas saja
berlaga pilon dan sambi1 geleng kepala berkata: "Aku tidak
dengar! Aku tidak bersobat dengan orang she Lie itu, maka
mengenai perkaranya, aku tidak campur tahu......"
Moh Po Koen tuang teh pula dan hirup itu.
Phang Liong hendak tanya piauwsoe ini tatkala Po Koen
mendadak tertawa sendirinya.
"Oey Su ya, kita baru kenal satu pada lain, tetapi ijinkanlah
aku omong terus terang," ia berkata. "Su ya, apa yang kau
bilang barusan bukan hal yang sebenarnya ! Orang di Pakkhia
sekarang ini, siapa saja, asal yang ketahui Lie Bouw Pek, ia
tentu ketahui perkara Bouw Pek adalah disebabkan siasatnya
kau bersama Poan Louw Sam"
Oey Kie Pok kaget, sampai tampangnya jadi bersemu kuning
Ia tercengang. Sebenarnya tadi ia pulang dari penjara dengan
merasa hati tenteram, lantaran ia dapat kenyataan Tek Siauw
Hong tidak omong suatu apa pada Bouw Pek porihal
parbuatannya terhadap orang she Lie itu, tetapi diluar dugaan
sekarang dari omongannya piauwsu ini ternyata semua orang
telah ketahui rahasianya itu. ia mengerti, bahwa ia terancam
bahaya begitu lekas Lie Bouw Pek keluar dari penjara si enak
muda bisa bawa pedargnya buat cari ia
Juga dua saudara Phang terperanjat mendengar perkataan
itu. Selagi orang bingung dan heran, Moh Po koen sendiri lantas
saja bersenyum. Ia nampaknya merasa puas, yang ia telah
menduga dengan jitu.
"Oey Soe ya, jangan kau sembunyikan apa juga terhadap ku"
ia lalu berkata pula. "Ketika aku dengar kabar yang Lie Bouw
Pek akan keluar dari penjara, aku justeru berkuatir bagi
dirimu, maka barusan begitu lekas dapat lihat kendaraan kau
berada di depan, aku segera mampir kemari. Menurut aku,
dengan Lie Bouw Pek telah dapat perlindungannya Tiat
Pweelek, bukan saja ia pasti akan lekas kelur dari penjara,
juga tidak nanti ada orang yang berani ganggu ia lagi. la


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beradat tinggi, pikirannya cupat sekeluarnya dari penjara, aku
percaya ia hendak lantas berdaya akan mencari balas Aku
duga pertama tema ia mesti cari Poan Louw Sam dan
kemudian kau, Soeya...
Bukannya aku tidak pandang mata padamu, Oey Soe ya,
andaikata benar Lie Bouw Pek membawa pedangnya datang
kerumahrnu. aku penyaya kau akan tidak berdaya dalam hal
melayani padanya"
Hatinya Oey Kfe Pok berdebar, sebab apa yang Po Koen
bilang, semua adalah hal yang bisa terjadi yang tadinya ia
sendiri juga kuatirkan Maka. itu ia jadi ibuk berbaren masgul
dau malu. Sekarang mukanya berobah menjadi merah
"Sudah lama kita telah sia sia kepandaianku. memang aku
tidak akan sanggup lawan Lie Bouw Pek," ia aku Kentara
sekali ia berkuatir dan berduka.
Moh Po Koen awas dan pandai menduga, dengan
kecerdikannya, ia mengerti kekuatiran itu. Tapi ia masih belum
mau berhenti bicara.
"Tadinya aku juga sangka Lie Bouw Pek adalah orang yang
tidak punya nama" demikian ia kata. "ada1ah kemarin ketika
sobatku balik dari karopungnya di Kie lok, baru aku mendapat
tahu.- Nyata orang she Lie itu muridnya almarhum jago tua
Kie Kong Kiat, maka pantasleh boegeenya demikian likhay Aku
penyaya sekarang ini di kota Pokkhia, sukar akan cari orang
yang sanggup lawan dia! Kau, Oey Soe ya, bersama- Koe
Siauw Houwya telah kepung Say Lu Pou Goei Hong Siang,
dengan cara begitu barulah kau bisa rebut kemenangan,
tetapi di Seeho shia Lie Bouw Pek seorang diri dan dengan
sedikit gerakan saja telah lukai cabaug atas itu. Menurut aku,
buat bisa bikin tunduk Lie Bouw Pek, tidak ada dalan lain
daripada mengundang orang dari tempat lain !"
"Coba kau bilang, siapa yang boleh diundang" berkata Phang
Liong, "Jiekoku sangat terkenal didalam propinsi Titlee ini,
akan tetapi ia pun tidak berdaya Siapa lagi Yang bisa layani
Lie Bouw Pek?"
Moh Po Koen tertawa dengan jebikan bibir.
"Tentu mesti ada oragnya!" berkata ia dengan roman bangga.
"Apakah kau kenal loohan dari Holam yang dipanggil Teng
Jiauw hie Biauw Cin Sai si Ikan Lodan Biauw Cin San ini punya
keponakan lakilaki, yaitu Kim khio Thio Giok Kin, si Tumbuk
Emas, yang lebih ternama pula! Jikalau mereka berdua bisa
diundang dengan datang ke Pakkhia, tidak usah sampai
mereka gerakkan tangan mereka, baru mendengar nama
mereka saja Lie Bouw Pek niscaya sudah kabur bahna kaget
Oey Kie Pok nampaknya sangat tertarik.
"Sudah lama aku dengar namanya Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin itu" berkata ia. "Cuma kita tidak kenal mereka,
bagaimana dari Holam mereka bisa diundang datang kemari?"
"Jikalau mereka mau diundang itu urusan mudah " berkata
pula Moh Po Koen, yang nampaknya bangga bukan main.
"Biauw Cin San itu bersobat kekal deagan aku! Tiga tahun
yang berselang aku telah sambangi ia di Coa matiam, Holam
Jikalau aku yang pergi undang ia. pasti akan bisa kejadian,
dan apabila ia datang, tidak salah lagi tentu akan ajak
keponakannya, Thio Giok Kin "
Tepi Kie Pok geleng geleng kepala.
"Aku sangsi" berkata ia dengan duka. "Aku tidak kenal Biauw
Cin San dan dengan Lie Bouw Pak ia tidak bermusuhan, atau
berselisihan mustahil dari tempat begitu jauh ia sudi datang
guna urusan kita?"
"Ya, aku kuatir ia tidak gumpang2 bisa di undang" Phang
Hoay dan Phang Liong pun kata.
Tetapi Moh Po Koen terus bersenyum ia agaknya merasa
sangat pasti. Ia tuang teh pula.
"Asal 0?y Soe ya suka tulis surat undangan padanya dan
bingkisan sejumlah uang untuk ongkos jalan, aku tanggung
tidak sampai satu bulan ia akan sudah datang ke Pakkhia" ia
kata pula. "Jikalau aku tidak sanggup undang dia itu, sungguh,
aku tidak nanti punya muka lagi akan menjadi piauwsu di Su
Hay Piauw Tiam "
Mendengar omongnya Moh Po Kun, Oey Kie Pok terperanjat
sebab heran. "Si orang shs Moh ini kelihatannya tidak boleh dipandang
enteng......" pikir ia. "Apa benar ia bersobat kekal dengan
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin" Jikalau dua orang itu mau
diundang, mereka memang tentukan bisa kalahkan Lie Bouw
Pek, maka untuk rogoh saku sedikit dalam, bagiku tidak ada
artinya ...."
Memikir dem kian, air muka Siu Bie-too menjadi terang.
"Berapa kiranya jumlah ongkos jalan itu?" ia lalu tanya
"Sebelumnya si piauwsu menjawab, Phang Liong telah
mendului : "Moh Lauw-liok, aku sangsi" kata ia. Jangan kau terlalu
andalkan mulut kau, kau musti bisa kasikan bukti! Coba
bilang, alasan apa kau hendak kemukakan hingga 8iauw Cin
San sudi dengar perkataanmu " Hayo bilang, supaya aku bisa
percaya kau"
Mendengar kata kata itu, nampaknya Moh Po Koen kurang
senang, hingga ia bersenyum dingin.
"Sebenarnya adalah salahku suka usil urusan orang" itu ia
kata. Dengan si orang she Lie aku tidak bermusuh atau
berselisih, apa faedahnya bagiku melakukan suatu perjalanan
begitu jauh ke Holarn, buat undang si orang shy Biauw datang
melulu untuk cari musuh" Tatapi dengan tidak percaya,
bahwa aku sanggup undang Biauw Cin San datang kemari,
kau sebenarnya sangat tidak melihat mata padaku! Baiklah
aku kasi tahu padamu Biauw Cin San adalah seorang yang
beradat keras dan hatinya kejam, ia benci sekali tidak
hargakan sobat, dan oleh karena ia hartawan, ia juga tidak
pandang uang tidak perduli berapa besarnya jumlah uang itu,
berapa dekatnya persobatan, ia biasa tak ambil perduli ia
sukar buat diundang. Tapi sekarang kebetulan ada urusan
yang mengenai dirinya, yang ada hubungan atau
sangkutannya dengan Lie Bouw Pek, maka asal aku bicara
dengan ia satu kali saja, ia pasti mau datang kesini"
Kie Pok dan dua saudara Phang menjai tertarik.
"Apakah itu ?" tanya mereka hampir berbareng"
"Itu adalah suatu ceritera panjang" tertawa Moh Po Koen,
yang menjadi girang dan puas oleh karena hati orang tertarik.
Ia agaknya sangat berdahaga, karena lagi2 ia ulur tangan
pada theekoan. "Biauw Cin San sebenarnya seorarg dengan kepandaian silat
yang tinggi," ia mulai koterangannya. Selama tahun2 yang
belakangan ini. apa juga ia tidak kerjakan, ia hanya keluar
satu tahun satu kali. Ia punya perhubungan dengan raja
gunung parbungan yang bersipat istimewa. Beberapa raja
gunung, apabila mereka habis bekerja selalu pilih beberapa
rupa barang perhiasan yang paling bagus, Tentu saja emas,
yang mereka sediakan untuk dipersembahkan pada orang she
Biauw ini, kedatangan siapa diharap harap. Apabila ada raja
gunung yang tidak membayar upeti semacam itu, jangan
harap ketenteraman hidupnya tidak terganggu, tentara Biauw
Cin San tentu bantu tentara negeri buat serang dan basmi dia
! Maka itu hidupnya orang she Biauw ini bukan sebagai
pembesar bukan sebagai bersndal, hanya ia andalkan.
boegeenya yang tinggi serta kong-piauwnya yang liehay.
Dengan cara penghidupan ini yang luar busa, ia telah dapat
kumpul nama besar hingga ia menjadi hartawan satu Satunya
di Coe ma tiam. la seorang tua, usianya sudah lima puluh
lebih, akan tetapi dirumahnya ia punya belasan gundik. Buat
jadi gundiknya Biaow Cin San bukannya mudah. Seorang
gundik yang menyebabkan kemarahannya, umpama gundik itu
bicara dengan lelaki muda hingga kena dicurigai, bagiannya
adalah hebat, karena ia bisa dipukuli sampai mati. Gundik
yang biasa diujung tombak bukannya baru satu atau dua
orang." Keterangan ini menarit hati, tidak heran apabila Kie Pok dan
dua saudara Phang telah pasang kuping dengan sungguh
sungguh. "Tatkala tiga tahun yang sudah aku kunjungi Biauw Cin San,
kebetulan ia lagi sakit hingga ia tidak bisa turun dari
pembaringan, Moh Po Koen cerita terus. "Ia bersobat baik
padaku buat terima aku ia telah undang aku masuk
Kepedalaman. Kami telah kongkauw banyak perihal kejadian2
dikalangan Sungai Telaga. Untuk melayani aku, Biauw Iyin San
perintahkan guadiknya, yang tidak usah menyingkir dari aku,
kendati aku tamu lelaki. Sebabnya ini aku percaya, lantaran ia
pertaya aku tentu tidak akan pincuk dan ajak lari gundiknya
itu !" Mendengar itu, Oey Kie Fok tertawa.
"Hayolah, cerita lekasan!" mendesak Tiat koen Phang Hoay,
yang tidak sabar. "Sebenarnya, bagaimanakah duduknya hal"
Apakah bisa jadi Lie Bouw Pok sudab bawa kabur salah satu
gundiknya Biauw Cin San?"
Didesak demikian, bukannya ia lekas menjawab atau
meneruskan teritanya, Moh Po Koen justeru lantas merem
melek. Dengan ketekuannya ia, ia coba bayangkan roman
yang cantik dari gundiknya Teng couw houw yang waktu itu
telah melayani ia minum teh. Lagi lagi ia angkat cangkirnya
buat hirup tehnya.
"Diantara gundik gundik Biauw Cin San, ada satu yang paling
cantik," kemudian ia menjawab. "Ya ini lebih elok dan pada
nona didalam gambar. Ia adalah cantik perempuaanya Cia Loo
Cit, seorang tukang sunglap. Loo Cu pandang gadisnya seperti
mustika, beberapa hartawan telah melamar anak ini, ia selalu
menolak, apa mau paling belakang anak itu dapat dilihat oleh
Biauw Cin San dan lantas diambil dengan paksa Oleh Biauw
Cin San nona Cia itu disayang, tetapi kendati demikian, Lo Cit
tidak puas. Pada satu waktu, diluar tahunya Biauw Cin San,
Loo Cit ajak anaknya itu minggat. Apa lacur, perbuatan itu
kepergok, mereka 1antas di susul dan kecandak sebelum
mereka lari jauh. Celaka buat Cia Loo Cit, ia telah dikomplang
sampai binasa, anaknya kena dirampas pulang, begitu juga
isterinya, yang turut ia kabur. Nona Cia pandai jaga diri, biar
Biauw Cin San murka karena ia ikut ayahnya minggat,
sesampainya dirumah ia bikin orang she Biauw Itu tidak gusari
dia. Demikian, satu tahun lamanya, diantara mereka tidak
terjadi kejadian apa juga. Akhirnya, waktu satu kali Biauw Cin
San bepergian, nona Cia bisa ajak ibunya minggat. Kabarnya,
Waktu Biauw Cin San pulang dan ketahui gundik itu lenyap,
duka dan gusarnya bukan kepalang. Ia telah kirim orang
kesegala jurusan untuk mencarinya sampai sebegitu jauh nona
itu tak depat ditemui. Sampai sekarang ini, apabila Biauw Cin
San ingat hal gundiknia itu, ia masih suka memaki kalang
kabut, ia telah sesumbar bahwa ia akan belum merasa puas
kecuali ia dapat cari gundik itu buat dihajar sampai mampus."
"Semua hal ini adalah kejadian yang aku dengar pada tahun
yang sudah. Adalah dalam tahun ini, yalah setengah bulan
yang berselang, kebetulan sekali aku telah dapat cari si nona
Cia, anaknya Loo Cit yang apes itu. Nona itu sudah kabur ke
Pakkhia ini, ia telah tukar nama mejadi Coei Siam. Ia adalah si
nona manis yang berdiam di Po Hoa Pan, rumah pelesiran
nyonya Han. Aku dengar, nona itu telah bersobat dengm Lie
Bouw Pek."
Oey Kie Pok terperanjat sebab heran.
"Jadinya si Coei Siam itu gundik yang minggat dari Biauw Cin
San" katanya separoh berseru. "Sayang ia telah tidak bersobat
lebih jauh dsngan Lie Bouw Pek, hanya ia telah ikut Cie
Sielong, maka kalau nanti Biauw Cin San datang kemari, yelas
sielong tua bangka itu! Oleh karena ini bagaimana Biauw Cin
San bisa t]emburui dan berdengki lagi pada Lie Bouw Pek "... .
" "Semua itu aku ketahui," k?ta moh Po Koen, yang pegat
hartawan itu. "Tetapi aku berani pastikan, kendati Coei Siam
sudah menikah dangan Cie Sielong, tak nanti ia lupakan Bouw
Pek dan Bouw Pek juga tak nanti pedam hatinya terhadap si
coei! Aku percaya, satu kali dia utara mereka itu mesti terjadi
suatu kesulitan. Maka. kalau nanti aku pergi ke Coe-siam-tiam
dan ketemu Biauw Cin San; niscaya aku akan beritahukan
kepadanya, bahwa mula dia Coei Siam minggat karena dibawa
kabur oleh Lie Bouw pek. bahwa kemudian barulah Lie Bouw
Pek diyual Coe Siam pada Jie Sielong. Aku penyaya baru,
begitu lekas dengar kekerapanku. Biauw Cin San akan
datang1 kesini untuk cari Lie Bouw Pek. Apabila Biauw Cin San
berada disini, aku minta kau orang sambut ia dengan baik dan
telaten. Pasti,begitu lekas Biauw Cin San berada disini, ia akan
kebentrok dengan Lie Bouw Pek dan Jie Sielong juga, dan kau
boleh berdiri saja menonton harimau saling bergulat!
Bagaimana sekarang kau pikir?"
Oey Kie Pok tertawa.
"Kalau ifu terjadi, celakalah Cie Sielong, situa-bangka itu"
kata ia. "Apa! Apakah soe-ya tersobat baik dengan sielong itu?" Po
Koen tajam. "Tidak, aku tidak bersobat rapat dengan dia itu" Kie Pok
geleng kepala. Ia berpikir dengan cepat. maka lekas juga ia
tambahkan : "BaiklahI Aku mau pulang akan kutulis surat
undangan itu, yang aku akan berikutkan uangnya sekalian!
Aku harap Moh Lauwtee. sukalah kau pergi ke Holam, akan
undang Biauw Cin San. Cuma aku hendak minta, selama
Biauw Cin San belum datang, biarlah urusan ini dirahasiakan"
"Itulah tentu," sahut Po Koen, begitupun kedua saudara
Phang. Kie Pok merasa girang, ia lantas pamitan dan berangkat
pulang Begitu lekas sampai sampai ia sudah lantas tulis
suratnya. Oleh karena ia tidak kenal Biauw Cin San, ia pakai
saja alasan, bahwa ia telah dengar nama besarnya dan ingin
berkenalan, maka itu ia undang Cin San datang kekota raja. Ia
bilang ia kirim antaran yang tidak berarti dan minta supaya
jago Holam itu suka terima dengan baiK Akhirnya ia mohon
dengan sangat akan mohon orang she Biauw itu lekas datang
ke Pakkhia. la tidak sebut jumlahnya uang, ia tidak unjuk itu
adalah guna ongkos jalan. Yang ia kirim adalah : uang perak
lima ratus tail dan uang kertas sebegitu juga, jumlah seribu
tail. Buat Moh Po Koen sendiri ia bekalkan ongkos jalan
seratus tail. Uang dan surat itu ia perintah kuasanya. Goe
siauw Hek sampai Kepala Kerbau, antarkan pada Po Koen.
Hek Sam si kepala kerbau antarkan kepada Po Koen.
Hek sam pergi. tidak seberapa lama ia telah kembali dengan
kabar, bahwa uang dan surat sudah diserahkan dengan betul


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada Moh Po Koen. siapa katanya hari itu siap dan besok ia
akan segera berangkat, bahwa piauwsoe itu janji akan lekas
pergi dan lekas kembali.
Kie Pok terima jawaban itu dengan girang.
"Aku tidak kenal Moh Po Koen, la terima seribu tail lebih,
jikalau ia pergi dan tidak kembali, apakah orang tidak akan
tertawakan aku?" pikir ia. Tapi lekas juga ia hiburkan diri: "Aku
rasa tidak akan kejadiau demikian mucam, mengingat yang
Moh Po Keen adalah piauwsoe dari Soe Hay Piauw Tiam.
Mustahil ia akan bikin malu dirinya karena uang sejumlah
itu"....Apa yang aku harap adalah asal ia bisa datang dengan
Biauw Cin San......"
Bagaimana juga Sie Bie too berkuatir dan berduka. Umpama
kata Biauw Cin San suka datang datangnya mesti dalam
tempo satu bulan atau dua puluh hari. Maka kalau besok lusa
Lie Bouw Pek keluar dari penjara dan terus cari ia, bagaimana
ia harus ambil sikap"
Maka itu dalam saat" selanjutnya, Kie Pok terus tidak tenang
pikirannya. Esoknya Phang Hoay datang berkunyung, "Tadi pagi Moh Po
Koen sudah berangkat," demikian Tiat-koen kasi tahu.
"Bagus," kata Kie Pok yang coba legakan hati'..
Phang Hoay lantas bicarakan hal2 lain, yang tidak penting,
tetapi terang ia menggerutu, sebab Moh Po Koen dapat
seratus tail dan ia sendiri hanya diberikan lima puluh tail;
Kie Pok megerti yang orang mengiri, lantaran ia tidak mau
bikin persaudaraan, Phang benci ia terpaksa ia keluarkan lagi
lima puluh tail, maka seterimanya itu Phang Hoay lantas
pamitan pulang dengan air muka terang.
Buat urusannya Lie Bouw P?k, Kie Pok mesti mengalami
kemurkaan, kemendongkolan, kekuatiran dan kedukaan juga,
dan uangnya sejumlah bes?r te!ah melayang, tidak heran
karena semua itu kumatlah penyakit batuknya, hingga buat
dua-tiga hari ia tidak pergi kemana2,
Pada sore hari keempat selagi Kie Pok minum obat dengan
dilayani oleh gundiknya yang ia sayaog, Soan Coe masuk
dengan kabar. "Louw Sam-ya datang"
Majikan ini belum buka mulutnya, Poan Louw Sam telah turut
masuk Kapan ia kemasi obat itu, ia heran berbareng
terperanjat. Poan Loaw Sam datang dengan napas tersengal-sengal dan
roman merah-pucat bahwa kesakitan, begitu ia berada
didalam kamar, ia banting2 kakinya.
"Lihat. menyebalkan atau tidak kata ia Seakan dengan
mendadak. "Tiat Pweelek benar2 telah tolongi Lie Bouw Pek
keluar dari penjara"
Kie Pok pun terkeyut, sampai mukanya pucat dengan
sekonyog-konyong, hingga ia batuk2.
"Kapan Lie Bouw Pek keluar dari penjaya?" ia menegaskan.
"Baru saja!"Louw Sam jawab Oey Kie Touw dari kantor teetok
telah kirim orangnya untuk mengasi kabar padaku, dan aku
segera datang kemari......" Lagi2 ia
banting kakinya. ia tambahkan: "Lie Boaw Pek tidak boleh
dibuat permainan! orarg miskin, ia bisa lakuan segala apa.
Umpama ia datang cari kita berdua , apa kita bisa bikin?"
Kie Pok batuk2 pula. "Belum tentu Lie Bouw Pek ketahui,
bahwa aku telah bekerja diam2 untuk bikin ia celaka demikian
ia pikir. "kalau begitu, perkaranya Bouw Pek jadinya sudah beres?"
kata ia kemudian.
"Demikian kiranya!" sahut Louw Sam. "Ia dimestikan kasih
tanggungan dan selama satu bulan tidak boleh meninggalkan
Pakkhia, tiap saat ia dipanggil ia mesti segera datang. Tentu
sekali itu melulu suatu daya upaya untuk menolong muka
terang! Kenyataannya ia sudah merdeka betul ....!"
Jilid 13 BAGAIMANA juga, Kie Pok tetap sibuk.
"Jikalau demikian, lebih baik setelah dimerdekakan ia lantas
diusir pergi dari kota ini!" kata ia. "Apakah artinya tempo satu
bulan........" "
Duduk dikursinya, Louw Sam unjuk roman kucel sekali,
tanda dari kedukaannya yang hebat.
Oey Kie Pok tidak mau pertontonkan tembaganya
didepannya si Terokmok ini, maka kemudian ia bicara lagi,
katanya : "Tapi aku tidak takut pada Bouw Pek! Sekarang aku lagi
menderita sakit, umpama kata ia datang yuga mencari aku,
masih belum dapat dipastikan siapa yang jiwanya akan hilang
lenyap. Melainkan kau . .. baiklah kau juga jangau kuatir .... D
sini aku punya beberapa daya waktu malam, jangan sekali2
kau keluar piatu .. .. Selama dua hari ini kau juga baik jangan
pergi kerumahnya isten mudamu ... Kau tinggal dirumah saja
dan kunci pintu kuat2....... Aku percaya Lie Bouw Pek tidak
bisa paksa cari kau dengan loncati tembok
Louw Sam manggut2, karena ia pikir daya itu untuk
sementara waktu ada baiknya juga. Tapi tatkala itu ia lihat
cuaca sudah berubah, ia tidak berani berdiam lama
dirumahaya sobat ini, ia segera berbangkit.
"Sekarang aku hendak pulang! Kalau ada urutan apa2,
besok kita nanti rundingkan pula." kata ia.
"Baiklah," sahut Kie Pok. "Jangan kesusu, aku nanti kirim
dua oraiagku buat antarkan kau .....!"
Kie Pok benar kirim dua cintengnya mengantar. Mereka
adalah Co-tsehouw Hauw Liang dan Siauwcu-kua Kec Hong.
Dan seperginya mereka itu, ia rebah pula, otaknya kembali
bekerja, sembari beristirahat ia mau cari daya guna hadapi Lie
Bouw Pek. WARTA yang diperoleh Poan Louw Sam si Terokmok adalah
warta yang benar. Sekarang Lie Bouw Pek sudah keluar dari
penjara. Dua orang opas kantor telah antar ia tempat
diwarung arak Su Poan cu si Gemuk, guna atur tanggungan
dengan pemi1ik warung arak itu. Kemudian setelah terima
persen, kedua opas itu lantas pulang kekantor. Maka Bouw
Pek telah lantas dapat pulang kemerdekaannya. Paling dulu ia
hatutkan terima kasihnya pada si Gemuk itu.
. Terima kasihku pada kau tidak ada batasnya, Su Ciang-kui
" kata anak muda kita. "Selama beberapa hari mendekam
dalam penjara. kau saban antarkan barang makanan padaku.
Itu suatu budi besar."
Su Poan-cu tertawa.
"Jangan bilang begitu, Lie Toaya," ia berkata. Setiap hari
kau telah datang beli arak dan makanan padaku, aku telah
terima banyak uangmu, kebetulan kau dapat perkara,
seharusnya saja apabila aku kirim orangku mengantar
makanan pada kau. Akupun baru kirim dua kali saja. Sekarang
kau telah merdeka, aku adalah yang paling bergirang dan
bersyukur! Sekarang marilah, mari kau rasai arak yang masih
panas! Mari kau coba kepiting masak yang aku baru
matangkan"
Sembari kata bagitu, si Gemuk tuangkan araknya.
"Jangan" mencegah Bouw Pek dengau cepat. "Selama
dalam pcnjara, tidak putusnya aku minum arak, sekarang aku
baru keluar, aku pikir mau mengaso barang saiu hari. Besok
saja aku datang lagi!" Ia menoleh kesekitarnya, melihat tamu
sedikit sekali, maka bicara lebih jauh, ia kasi dengar suara
perlahan : Soe Ciang koei, pada malam itu menyesal aku telah
siasiakan maksud hati kau yang baik! Oleh karena dikota raja
ini aku masih punya sanak, benar benar aku tidak sanggup
lakukan percobaaa itu........"
Mendengar demikian, Soe Poan coe tertawa. Ia bawa sikap
seperti juga tidak mengerti maksudnya anak muda itu. Ia
telah menoleh kejurusan lain ketika ia lantas berseru : "Lihat,
Thio Samya lagi mendatangi. Silahkan duduk, silahkan"
Menampak demikian, Lle Bouw Pek tidak dapat ketika buat
bicara terus. "Nah, sampai besok," berkata, ia yang terus pamitan dari
Soe Poan coe dan pegawainya. Ia bertindak masuk kegang
Sinsiang Hu tong, untuk terus .pulang ke Hoat Beng Sie.
Begitu ketok pintu, hampir berbereng seorang hweeshio
muncul didepanuya. Ia ini nampakaya girang sekali apabila
lihat anak muda kita.
"Oh, Lie Toaya, kau pulang!" menegok dia itu. .. Selama
beberapa hari ini kau telah menderita hebat!..."
Bouw Pek merasa heran. Tadinya ia mau sangka, karena ia
dapat perkara, si hweeshio tentu akan tolak ia, tidak tahunya
ia sekarang telah disambut dengan manis. Tentu sekali
sebagai orang baik2 dan mengenal budi, ia sangat bersyukur.
"Perkaraku adalah perkara penasaran" Ia lalu berkata buat
mengasi keterangan yang lebih jelas "tentang duduknya hal,
aku nanti tuturkan patinmu. Aku sangat bcrsyukur yang kau
sangat perhatikan aku."
Sembari kata begitu, ia bertindak kedalam, si hweeshio
ikuti ia setelah kunci pintu pula. Padcri ini lalu mendului akan
bukakan pintu kamarnya dan aacnyalakan lilin.
Lie Bouw Pek bartindak masuk kedalam kamarnya dengan
perasaan girang. Ia dapat kenyataan kamarnya itu terawat
baik, teristimewa pedaugnya masih tetap tergantung
ditempatnya ditembok. Ia awasi scnjatanya itu, hingga orang
dan pedang seperti sobat yang sudah lama berpisahan......
Rambutnya Bouw Pak sudah panjang dan kusut, muka dan
kumisnya tidak karuan.
"Lie Toaya, kau kurus banyak " kata si hweeshio.
Bouw Pek pandang paderi itu, ia menghela napas.
"Tapi perkara telah menjadi terang, aku merdeka sekarang,
jiwaku ketolongan, apa itu bukan berarti suatu
keberuntungan" " ia kata.
"Syukur toaya ketemu Tiat Pweelek." berkata pula paderi
yang baik budi itu, "jikalau tidak, kendatipun kau punya mulut,
kau tentu tidak akan mampu gunai itu. Dasar sinbeng dan
Hoeja lindungi kau" Ia tekapkan kedua tanggannya dan lalu
memuji "Oh mie to hud!"
Bouw Pek menjadi beran. Ia tidak mengerti kenapa
sampaipun hweeshio ini ketahui, bahwa ia telah ditolong oleh
Tiat Pwelek Ketika ia mau minta keterangan, si hweeshio telah
mendahului bicara pula.
"Pada dua hari yang berselang Tiat Pweelek telah utus
hambanya datang kemari, buat menderma empat puluh tail
perak," demikian katanya, berbareng dengan itu, hamba itu
sampaikan pesanannya Tiat Pweelek pada kami.
Katanya Lie toaya akan lekas pulang kau diminta jaga
barang toaya jangan ada yang kusut Sebenarnya pada hari
toaya diambil dari sini, kamar kau aku sudah lantas dikunci
dan dijaga dengan hati2!"
Baru sekarang Bouw Pek mengerti, ia lantas bersenyum
"Sebenarnya aku tidak punya barang banyak" ia kata. "Kau
baik, kau telah capai kembali!"
"Jangan bilang demikian, toaya!"
Lantas paden ini undurkan diri, ia kemudian balik lagi
dengan bawa theekoan tensi teh.
Bouw Pek buka pauwhoknya, akan periksa pakaian dan
uangnya, yang ternyata tidak ada yang kurang. Ia jadi sangat
bcrterima kasih pada Tiat Pweelek. yang bukan saja sudah
tolong dia tetapi pun sudah perlukan sampaikan pesanan pada
si padri. "Coba tidak ada pertolongan Tiat Pweelek, entah
bagaimana tawar orang sambut aku..." Pikir ia.
Kemudian anak muda ini ingat musuhnya.
Poan Louw Sam jahat, entah berapa banyak orang yang
telah menjadi korbannya .... Jikalau orang jahat semacam ia
tidak disingkirkan belum tahu berapa banyak orang lagi akan
rubuh sebagai mangsanya, bagaimana orang baik bisa hidup
dengan hati tenang-tenteram" Apa sekarang aku mesti
lakukan" Aku baru keluar dari penjara dengan perjanjian satu bulan
lamanya, setiap waktu ada panggilan, aku mesti
menghadap..." Sekarang ini. buat pergi ke rankeng saja aku
tidak bisa..... Tak bisa lain aku mesti bersabar...."
Lantas ia ingat Cui Siam.
"Kalau ia ketahui aku ditangkap, ia tentu sangat
berduka...." ia pikir malam itu ia bisa tidur dengan nyenyak,
sedang selama di penjara, dia mesti rebah diatas rumput.
Besoknya sesudah matahari naik tinggi, baru ia mcndusin.
Kemudian ia dandan rapi, malah scpatunya juga ia tukar
sekahan, ia pergi ke pintu An teng moei untuk konjungi Tiat
Pweelek, Tatkala kereta sampai di Cian moei Toa-kay, disana ada
beberapa buaya darat yang kenali anak muda ini, melihat
orang telah merdeka, merdeka itu tampilkan heran dan kaget.
Bouw Pek bisa lihat sikap orang, ia berpura pura pilon.
Tidak antara lama, kereta sudah masuk di An teng moei,
dan setelah jalan pula sekian lama, ia telah sampai didepan
istana Tiat Pweelek, atau pweelekhoe. Ia pernah kereta
berhenti sedikit jauh, ia bayar uang sewanya, lantas bertindak
menuju keistana. Pada pengawal ia unjuk hormat seraya
sodorkan karcis namanya, ia kata :
"Aku orang she Lie, aku ingin ketemu Jie ya."
Pengawal itu sambuti karcis nama itu dan baca suratnya.
"Baik baik, kau tunggu disini, aku akan memberi kabar
kedalam." kata ia kemudian dan berlalu.
Sembari menunggu, Bouw Pek perhatikan istana yang
besar dan indah itu. Ia tidak usah berdiri lama, Tek Lok segera
kelihatan muncul, malah dengan air muka terang.
"Lie Toaya, kau sudah keluar!" berkata sembari tertawa.
"Kionghie, kionghie. Silahkan masuk, Jie ya kita undang kau"
Bouw Pek haturkan terima kasihnya.
"Tadi malam aku baru keluar dari penjara, sekarang aku
sengaja berkunjung kemari untuk haturkan terima kasihku
pada Jie ya yang telah tolong diriku" ia tambahkan.
Ia diajak masuk kedalam sebuah kamar barat, dimana Tek
Lok undang ia duduk.
Belum terlalu lama, diluar terdengar tindakan kaki dibarengi
dengan suara mendehem. Tek Lok segera berbangkit buat
lantas menyingkap tirai. Maka Bouw Pek juga lekas turut
berbangkit. Dengan sikap tenang, Siauw Hong Jiam Tiat Siauw Pweelek
bertindak masuk kedalam kamar dimana Bouw Pek unjuk
hormatuya. "Jangan pakai adat psradatan, tidak usah," berkata Pweelek
itu sambil bersenyum. Ia mencegah dengan tangan kirinya.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Silahkan duduk" ia terus mengundang, dengan ia sendiri
lantas ambil tcmpat duduknya.
Bouw Pek menghaturkan terima kasih, ia duduk menemani
disebelah bawah.
"Kau tentunya baru kemarin keluar" Tiat Pweelek bukata.
"Apa kau baik" "
"Terima kasih, Jie ya" sahut Bouw Pek seraya menjura,
"Benar, baru kemarin sere aku keluar. Setelah mengaso satu
malam sekarang aku datang untuk haturkan terima kasihku
pada Jie ya, yang sudah tolong jiwaku. Budi jie ya besar
sekali" "Jengan ucapkan itu, aku tidak sunggup terima" Tiat
Pweelek menampik. Lantas ia tambahkan : "Perkara kau
adalah perkara fitnahan siapa juga ketahui itu ia pasti berdaya
untuk menolong, apa pula aku yang menjadi orang yang
makan gaji dari pemerintah agung. Aku turunan orang
bangsawan, akan tetapi aku gemar ilmu silat dan telah
yakinkan itu, tetapi aku tidak punya kepandaian yang berarti.
Oleh karena kegemaranku Itu, aku suka bergaul dengan
orang orang yang mengerti boegee. Demikian dengan Khoe
Kong Ciauw, tidak usah diterangkan lagi, aku bersobat baik.
Dengan yang lain lain, seperti Oey Kie Pok dan Tek Siauw
Hong, lantaran mengerti boegee dengan baik, akupun suka
berkanalan. Kau sendiri baru datang di Pakkhia, tetapi setelah
kau rubuhkan Sioe Bie too Oey Kie Pok dan rubuhkan Kim too
Phang Bouw, aku ketahui kau adalah enghiong istimewa
Scbenarnya aku telah pikir buat kunjungi kau, siapa tahu
kau justru mendapat perkara. Tentu sekali aku tidak puas
dengan duduknya perkara itu, maka aku telah ketemukan Mo
Teetok untuk bicarakan urusan kau. Ketika Tek Siauw Hong
pulang, ia telah datang padaku dan nyatakan ia suka
tanggung kau dengan dirinya sendiri, hingga aku jadi berniat
keras akan tolong kau. Perkaramu telah beres, itu adalah hal
yang sudah lewat, selanjutnya hal itu baik tidak usah disebut2
lagi. Kau telah masuk penjara dan menderita, itu adalah
baiknya juga bagimu, seorang anak muda, selaku tambahan
pengalaman. Bersama sama Tek Siauw Hong aku telah tolong
kau, pertolongan itu kau tidak usah buat pikiran. Kau ketahui
siapa yang fitnah kau, tetapi baik kau tidak usah cari dia itu.
Orang banyak yang akan tunjuk siapa yang salah dan siapa
yang benar. Hanya selanjutnya terhadap orang orang licin dan
busuk itu kita baik menyingkir jauhan sedikit ....."
Bouw Pek dengarkan orang bicara, beberapa kali ia
anggukkan kepala.
"Aku tidak akan cari orang buat timbulkan gara gara pula"
ia kata satelah pangeran itu berhenti bicara Diam diam ia
sangat bersyukur pada Siauw Hong, yang berani pertaruhkan
dirinya untuk ia.
Setelah itu Tiat Pweelek tanya keadaan famili Bouw Pek
dan hal pelajsran silatnya, anak muda kita centakan perihal
bagaimana ia ikut ayah dan ibunya di Kang lam, sampai ayah
dan ibunya itu menutup mata, hingga ia ikut Kang Lam Hoo ke
utara dimana ia menumpang pada pamannya dan adalah
waktu itu ia turut ke Kie Kong Kiat belajar silat
Tiat Pweelek menghela napas apabila ia sudah dengar
semua. "Kau jadinya turunan oryng gagah." berkata ia, yang
selanjutnya ajak tamunya rundingkan tentang ilmu silat secara
umum. Ia gemar ilmu silat dan telah yakinkan tu, malah
sampai waktu itu diistananya masih punya dua orang guru
si1at, hanya dua guru ini guru2 yang biasa saja kepandaianya.
Ia girang mendengar penuturannya si orang she Lie ini,
terutama dengar perihal keyakinan ilmu menggunai
pedangnya. "Bouw Pek" kata raja muda ini yang gembira bukan main,
"mendengar uraianmu ini, banyak bagiannya yang aku kurang
mengerti, dari sini menjadi nyata, kendati aku telah belajar
silat, eku hanya katak didalam sumur, sama sekali aku tidak
punya pengalaman atau pemandangan luas. Sekarang,
sobatku, selagi tubuhmu sehat aku hendak minta suatu apa
dan darimu"
Bouw Pek berbangkit, agaknya ia merasa heran Ia tidak
bisa lantas menduga maksud orang.
"Apakah itu, Jie ya" " ia tanya, "Silahkan kau perintah aku"
"Tidak apa apa!" tertawa tuan rumah. "Aku sebenarnya
sudah sama ingin saksikan boegee kau, barusan mendengar
perkataanmu aku menyesal yang aku tidak segera dapat lihat
kau bersilat Maka sekarang, hayolah kau turuti aku pergi
kepekarangan sebelah barat, dapatlah kau mainkan
pedangmu, guna aku lihat. Supaya mataku jadi terbuka!"
Baru sekarang Bouw Pek mengerti, lekas2 ia merendahkan
diri. "Jangan barlaky seejie, sobat" Tiat Pweelek tertawa. Kim
too Phang Bouw, Soe bie too Oey Kie Pok, semua kau telah
pukul roboh. bagaimana kau orang bilang kau tidak punya
kepandaian" Siapa mau penyaya kau" "
Bouw Pek tidak bisa menampik lagi. Ia juga pikir, disampul
tidak membikin jengkel tuan rumah, perlu juga pertunjukan
kepandaiannya didepan pangeran ini agar raja muda ini
ketahui benar ia dari tingkatan mana. Maka ketika Tiat
Pweelek tarik tangannya, ia lantas ikut.
"Mari kau 1ihat!" berkata pula pangeran itu. "Disebelah
barat, aku punya pekarangan untuk belajar silat!" kemudian ia
menoleh pada Tek Lok serasa berikan perintahnya: "Pergi
kekamar tulisku, ambilkan pedangku"
Tiat Pweelek ajak tamunya sampai dsebidang pekarangan
yang luas, disitu ada sebuah istal yang besar, didalamnya ada
beberapa ekor kuda pilihan, dipojok selatan adalah lapangan
untuk belajar silat yang disebutkan, yang tanahnya rata. Disitu
kebetulan ada dua cinteng asik bersilat, ketika mereka lihat
majikan itu buru buru mereka berhenti bersilat dan
menyambut. "Mari aku perkenalkan kau dengan seorang sobat baru!"
berkata Tiat Pweelek sambil tertawa pada dua pegawainya itu.
"Ini tuan Lie Bouw Pek, orang yang dengan tangan kosong
rubuhkan Sioe Bie too Oey Kie Pok dan dengan pedang
kalahkan Kim too Phang Bouw"
Dua cinteng itu mengawasi dengan bingung, tapi lekas juga
Mereka unjuk hormat.
"Sudah lama kita dengar nama besar dari tuan Lie," kata
mereka Bouw pek balas hormat itu sambil bersenyum ia
merendahkan diri
"Panggil semua orang datang kemari " kata pula Pweelek
pada dua cintengnya itu. "Hari ini aku telah undang Tuan Lie
datang untuk kasi pcrtunjukan silat, buat kita luaskan
pemandangan mata kita!"
Mendengar itu, dua cinteng itu segera berlalu.
"Jie ya," berkata Bouw Pek pada tuan rumah ia bicara
sambil bersenyam, "tidak usahlah kau undang banyak orang,
sudah cukup buat aku sendiri pertontonkan kejelekanku pada
kau! Aku malu terhadap mereka itu........"
"Mereka itu ketahui siapa adanya kau, kalau mereka turut
menyaksikan, mereka akan tambah pemandangan mereka"
Tiat Pweelek jawab sambil tertawa. "Kau tahu, dirumahku ini
aku punya lima cinteng dan tiga guru silat, tetapi mereka
semua orang2 dengan kepandaian biasa, mereka belum
pernah lihat orang pandai......"
Justru itu Tek Lok datang dengan dua batang pedang.
"Ah, anak inii!" Tiat Pweelek berseru.
"Aku suruh ia ambil pedang, ia ambil sekali dua! Apakah ia
bermaksud menyuruh kita piebos......"
Mendengar perkataan tuan rumah, Bouw Pek lantas
bersangsi. Ia sekarang bisa duga maksudnya tuan rumah,
yang rupauya mau main main dengan ia. Bagaimana ia bisa
layani pangeran itu, yang justru menjadi tuan penolongnya"
Kalau ia rebut kemenangan, tuan rumah malu, kalau ia
berpura2 kalah, namanya akan jatuh justru kcduanya ini ia tak
inginkan......_
Sementara itu Tiat Pweelek sudah sambut sebatang
pedang, yang terus dihunusnya.
"Bouw Pek, coba lihat pedang ini!" berkata ia. "Berapa kau
taksir harganya pedang ini" Berapa tail perak" "
Melihat pedang itu, Bouw Pek terkejut didalam hati. Pedang
itu membawa sinar hijau muda, benar sinarnya tidak tajam
bercahaya, akan tetapi dari kedua belah ujung tajamnya ia
ketahui itu bukan pedang biasa. Ia menyambuti, ia coba
timbang senjata itu, la merasai berat juga.
"Pedang ini." kata ia akhirnya, "kendati orang punya
beberapa ribu tail perak, ia tidak akan dapat beli"
"Sungguh mata yang tajam " Tiat Pweelek memuji sambil
tertawa. "Pedang ini aku telah dapatkan sebagai hadiah
seorang panglima perang besar, biar ini bukannya barang
kuno. tetapi toh dari akhir ahala Han. Apa yang harus dibuat
sayang, pedang ini orang telah gosok sampai dua kali
Dirumahku masih ada dua tiga pedang yang lebih baik
daripada ini, tetapi semua itu berada ditangan ayahku Nanti
saja aku ambil, buat kasi kau lihat............"
Ketika itu, dua cinteng yang tadi sudah kembali bersama
beberapa kawannya dan juga si guru silat, mereka semua
lantas kasi hormat pada Bouw Pek seraya bcberapa antaranya
segera barkata :
"Tuan Lie, tolong kau jalankan beberapa jurus untuk
luaskan pemandangan mata kami"
"Orang telah kumpul, silahkan kau mulai!" berkata Tiat
Pweelek, yang mendesak selagi tamunya merendahkan diri
terhadap beberapa orang itu.
Oleh karena terpaksa, Bouw Pek tidak bisa menampik lagi,
sambil ringkaskan bajunya ia bertindak ketengah lapangan.
Dengan pedangnya ia kiong khioe pada orang banyak.
"Jie ya, ciongwie harap kau tidak tertawakan aku!" kata ia
sambil bersenyum. Dan ia lantai mulai bersilat, sinar pedang
berkelebatan lakasana kilat. Pedang menyambar gesit, kakiri
dan kanan, kedepan dan kebelakang. mengikuti perakan
tubuh, atau lebih benar tubuh mengimbangi gerakan tangan.
Tiat Pweelek lantas saja menjadi kagum dan memuji
apabila ia saksikan sesuatu gerakan Bouw Pek yang cepat dan
tetap. Bouw Pek lewatkan dua jurus, lantas ia berhenti akan terus
unjuk hormat pula.
"Harap tidak tertawakan aku " berkata ia.
Dimata orang biasa permainannya Bouw Pek tidak berarti
istimewa, tetapi Tiat Pweelek, yang matanya tajam, mengerti
permainan itu mestinya buah latihan diatas sepuluh tahun.
Maka itu, ia menjadi kagum berbareng gatal
"Mari kasihkan aku pedang itu" kata ia pada Tek Lok seraya
ulur tangannya.
Tek Lok mengerti, ia haturkan pedang yang ia pegang pada
orang bangsawan itu.
Dengan hunus pedang itu; Tiat Pweelek hampirkan Bouw
Pek di tengah kalangan.
"Mari kita berdua berlatih sama2!" berkata ia sambil
tertawa. Bouw Pek terperanjat, kendati ia sebenarnya telah dapat
menduga. "Aku tidak berani piebee dengan Jieya," ia menampik.
"Apa" Apakah kau kuatir nanti lukai aku" Tiat Pweelek
tanya. "Jangan takut, itulah tiada bahayanya! Nanti aku
perintah orang bungkus ujungnya pedangmu"
Lie Bouw Pek goyang kepala.
"Aku bukannya kuatir lukai Jieya, sebenarnya aku tidak
sanggup mclayani" ia terangkan. "Barusan aku telah
pertontonkan kejelekanku, kalau nanti aku kalah terhadap
Jieya, mana aku punya muka buat datang pula ketemui Jieyo"
....." Tiat Pweelek tahu orang merendah, ia tampaknya jadi tidak
puas. "Bouw Pek, aku belum pernah ketemu orang seejie seperti
kau!" berkata ia, suaranya sungguh2. "Coba kau tanya
beberapa guruku ini, mereka semua pernah pieboe dengan
aku, adakalanya aku kalah, adakalanya juga aku yang
menang. Siapa menang, siapa kalah, semua tidak ada artinya,
kita melulu lagi main2, kita bukan mau cari nasi dengan
permainan ini."
"Jieya kita seorang yang jujur dan polos," kata beberapa
orang sambil tertawa "kalau Jieya menang, ia tidak jadi
kegirangan, dan kalau kalah, ia tidak jadi gusar. Tuan Lie,
jangan kau seejie"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, ia benar benar gelisah.
Tiat Pweelek insyaf bahwa barusan ia telah omong terlalu
tandas, maka untuk perbaiki itu, ia tertawa. Ia kuatir tamunya
salah mergerti pundaknya tamu itu ia tepok.
"Kepandaianku tidok seperti kepandaiannya" berkata ia,
"aku mau main2 dengan kau melulu untuk cari pengalaman.
sekalipun Kim too phang bouw kau bisa pecundang , mustahil
kau jerih terhadap aku" "
Pweelek ini tartawa pula, ia perintah Tek Lok ambil sutera
buat bungkus kedua ujung pedang.
"Sudah. pedang itu tidak usah dibungkus! Bouw Pek
mencegah, Ia telah ambil putusan akan iringi kehendak orang.
Dengan dibungkus, pedang itu kurang leluasa untuk
digerakkannya. Sudah cukup asal Jieya sudi menarik belas
kasihan padaku."
Jawaban ini bikin Tiat Pweelek girang bukan main, ia
tertawa dengan gembira.
Tek Lok sudah lantas bantu majikannya ringkaskan baju.
Segera juga orang bangsawan ini maju dibarengkan
dengan satu tusukan.
Bouw Pek berlaku sebal. dengan Satu sampokan ia tangkis
tusukan itu. Tapi juga Siauw Hong Jiam unjuk kegesitan,
begitu lekas pedangnya terpental ia teruskan menyerang pula,
memapas kepala orang Dan ketika si anak muda berkelit, lagi2
ia monyerang sekarang menikam iga.
Satu kali ini, Bouw Pek sengaja ketok pedang orang hingga
kedua senjata jadi beradu dan menerbitkan suara keras dan
nyarin g. "Bagus!" berseru Tiat Pweelek, yang lagi menikam pada
pundak kiri. L e Bouw Pek menangkis sambil berbareng majukan
sebelah kakinya dalam satu lompatan, hingga tubuhnya jadi


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dekat pada tubuhnya Tiat Pweelek, hal mana membikin kaget
orang bangsawan ini, siapa dalam gugupuya sudah buru2
menusuk dengan pedangnya, dengao maksud mendului
menyerang Berbareng dengan itu, dari pinggiran terdengar orang
berseru. "Awas buat buat gerakan memutar tubuh!"
Dan benar2, dengan putar badannya, Bouw Pek telah
menyarang. Oleh karena ia telah dengar peringatan, Tiat Pweelek dapat
pulang ketabahannya malah tatkala serangan datang ia bisa
robah gerakan teryunnya akan menangkis
Atas itu Lie Bouw Pek lantai berhenti bersila!, ia tertawa,
lantas lekas ia berpaling kejurusan darimana tadi datang suara
peringatan, akan pandang orang yang ucapkan itu. Orang ini,
dengan baju pendek, terang seorang bujang istana, umurnya
kurang lebih dua puluh tahun, tubuhnya ttdak tinggi dan tidak
kate, mukanya yang kurus bersorot kuning, tetapi sepasang
matanya bersinar tajam.
"Heran, kenapa orang ini bisa ketahui rahasia gerakan
tanganku" " pikir Bouw Pek yang merasa aneh.
Sementara itu beberapa kauwsu dan cin teng sudah lantas
tegor bujang istal itu yang dikatakan tidak seharusnya banyak
mulut, sementara Tek Lok, dengan keangkeran yang dibikin
bikin dengan mata melotot, sudah lantas mengusir
"Bukannya kau pergi roskam kuda, kau datang kemari Apa
kau mau" Kenapa kau berani banyak mulut" Lekas pergi"
Tapi orang itu yang bersenyum, cuma mundur satu tindak.
Tiat Pweelek juga telah saksikan semua.
"Jangan usir dia Biarkan ia menonton!" kata orang
bangsawan ini, yang sabar, yang tapinya sudah lantas tidak
perhatikan lagi bujang istal itu, hanya dengan gerakan
pedangnya kembali menyerang Bouw Pek seraya serukan :
"Awas"
Bouw Pek sedang perhatikan bujang istal itu, ia tidak
gembira akan melanjutkan piboe, maka ia mundur buat
serangan itu, ketika ia dirangsaK, ia mundur terus.
Diluar dugaan, Tiat Pweelek masih tidak mau berhenti,
sesudahnya mendesak, mendadak ia menyerang pula sambil
lompat maju. Menampak serangan itu Bouw Pek lekas lompat berkelit,
dari mana ia loncat lebih yauh kebelakang orang bangsawan
itu pedangnya digerak.
Siauw Hong Jiam terperanjat, buru2 ia balik badan,
pedangnya dipakai membacok untuk mendahului lawannya,
maka waktu Bouw Pek menangkis, kedua senjata kembali
beradu dengan menerbitkan suara nyaring, sampai
mengeluarkan lelatu api
Menggunakan ketika ini, Boaw Pek tahan pedang orang.
"Aku minta Jieya suka berhenti menyerang, aku menyerah"
katanya sambil tertawa
Tiat Pweelek menyekal pedang dengan tangan kanan,
tangannya itu kesemutan dan aku sebagai kesudahan dari
kebentroknya kedua senjata, sedang napasnya memburu,
karena sedari tadi ia terus terusan gunai tenaga luar biasa.
Dari itu, tidak heran jikalau iapun suka berhentikan main2 itu.
"Aku takluk, tidak kecewa kau menjadi seorang gagah," ia
memuji, sambil tertawa juga.
Tetapi bebsrapa kauwsu dan cinteng sudah antas angkat
majikan itu. "Jieya sama tuan Lie ini adalah tandingan setimpal"
demikian kata mereka.
Pweelek itu teitawa.
"Sudah, kau jangan banyak banyak omong lagi, sebenarnya
ia mengalah" katanya.
Bouw Pek lantas sodorkan pedang tua yang ia pegang pada
Tek Lok. "Kau pegang saja pedang itu, aku hadiahkan pada kau"
mencegah Tiat Pweelek. Aku masih punya pedang yang jauh
lebih baik daripada itu!"
Anak muda kita tidak berlaku sungkan, ia ambil pulang
pedang itu dari Tek Lok.
"Terima kasih, Jieya" katanya.
"Mari kita duduk didepan!" kemudan Tiat Pweelek berkata
pula. "Baik, Jeya" sabut Bouw Pek, yang sementara itu gunai
ketika lagi akan meneliti si bujang istal, siapa masih belum
pergi, malah dengan dua matanya yang bercahaya pun
sedang mengawas juga, hingga empat mata jadi seperti
kebentrok. Bouw Pek ingin bicara pada bujang itu, tetapi Tiat
Pweelek sudah bertindak, maka dengan terpaksa ia batalkan
niatnya itu. Mereka pergi keruangan yang tadi akan pasang omong
sembari minum teh.
"Lain kali aku ingin kau sering2 datang kemari" berkata Tiat
Pweelek pada tamunya itu. "Umpama kata kau perlu uang
atau barang lain, bilang saja padaku, tidak usah kau sungkan
atau malu2!"
"Terima kasih, Jieya" sahut anak muda kita, yang hatinya
bsrsyukur. Mereka bicara pula sekian lama, sampai Bouw Pek
nyatakan ingin pulang.
"Baik," kata tuan rumah. "Tek Lok, bawakan pedangnya
Tuan Lie" Bouw Pek memberi hormat seraya lagi-lagi haturkan terima
kasih, lantas ia bertindak pergi, tek Lok antar ia sambil
bawakan pedang pemberian Tiat Pweelek.
Lekas juga mereka telah sampai dipintu depan:
Ketika tadi aku pieboe dengan Jieya, ada orang yang
berseru dipinggiran apa pekerjannya erang itu" " Bouw Pek
tanya pengatarnya.
"Toaya baik jangan perdulikan orang itu" kata Tek Lok
sambil jebikan bibir.
"Ia Siauw Jie, pekerdiaannya adalah meroskam dan
menyediakan rumput! Ia kurang ajar. didepan Tiat Pweelekya
ia berani bicara! syukur Pweelekya sabar, coba ia ketemu
majikan lain, tentu ia akan diberikan hajaran dan diusir!"
"Betapa lama siauw Jie sudah tinggal disana Bouw pek
tanya pula. "Barangkali sudah satu tahun" Tek Lok jawab "Ia dataeg
kemari dengan perantaranya siorang padri lhama yang
menjadi saudagar kulit yang kenal baik pada Jie ya. hingga
Jieya malu hati untuk menolaknya, meskipun diista1 kami
sudah punya belasan bujang, scbenannya tenaganya sudah
tak perlu lagi..."
"Nah. sampai ketemu pula!" kata ia. ia ambi1 pedang dari
tangannya Tek Lok dan bertindak msnuju keselatan didalam
hatinya ia berpikir: "Orang she Je itu mestinya enghiong yang
sedang terlunta lunta atau menderita! Tipu silat yang tadi aku
gunai adalah tipu kilat rahasia pengajaran suhu Ke Kong Kiat,
tetapi sebagai kacung istal ia bisa kenalkan, kecuali ia mergerti
silat, boegeenya tinggi Kenapa ia ikhlas menjadi bujang
budak" "
"Aku mesti perhatikan ia apabila ia benar liehay. aku mesti
bicarakan itu pada Tiat Pweelek. Sayang bagi Pweelek ya ia
pelihara segala Kauwsu tak punya guna, sedang seorang
pandai ia antap terlunta-lunta dan tersia-sia......"
Jalan tidak jauh, Bouw Pek lantas sewa kereta, yang bawa
ia ke Lam shia. Kota selatan, sesampainya dimulut Sin siang
Hotong. ia suruh kereta berhenti, setelah bayar uang sewa, ia
turun dari kereta dan terus menuju kewarungnya Soe Poan-cu
Si Gemuk tertawa kapan ia libat sobat itu dandan rapi dan
tangan menceka1 pedang.
"Lie Toaya, apa kau telah pergi ke Pweelek hoe" ia tanya
"Betul," Bouw Pek manggut. "Baru saja aku ketemu
PweeLek dan ia hadiahkan pedang ini padaku. Coba kau lihat!"
"Aku bisa lihat, tetapi tidak mengerti" kata Soe Poa coe
sambil tertawa. Tapi ia ulur tangannya akan sambuti pedang
itu. Akhirnya ia manggut2 dan memuji : "Pedang ini sungguh
berharga besar"
"Bagaimana kau ketahui itu" " Bouw Pek tanya. "Bagian
apanya yang bagus" "
"Aku tidak lihat bagian mana yang bagus." Sabut Su Poan
cu yang terus tertawa. "Aku hanya pikir kalau pedang ini
hanya hadiah dari pweelek ya, mustahil bisa gagal" "
Dimukanya Bouw Pek tertawa, tetapi didalam Yafinya ia
katai "Su Poan cu, kau cerdik sekali. Jangan kau berlaga tolol
didepanku! Apakah kau sangka aku tidak bisa duga kau orang
macam bagaimana" "
Ia menoleh kesekitarnya, kebetulan waktu itu dak ada tamu
lain. "Aku mesti tanya asal usulnya ia mesti ceritera!" ia pikir. Ia
tertawa. Ketika ia mau menanya, Su Poan cu sudah lantas
sediakan arak seraya berkata Lie Toaya, mari minum lebih
dulu Aku hendak beritahukan apa apa padamu ......"
Sayuran, buat temanuya arak, juga sudah lantas disajikan.
Lie Bouw Pek minum separuh isi cangkirnya.
"Apakah itu, sobatku" " ia tanya sambil tertawa.
Sambil cenderungkan tubuhnya dimejanya, tukang warong
ini borsenyum. "Lie Toaya, kau tahu atau tidak, sobat kau Cui Siam dari Po
Hoa Pan sudah ikut Cie Sielong" " demikian ia tanya.
Bouw Pek terkejut, ssmpai ia rasai kepalanya kena
terpukul, hingga ia taruh cangkirnya.
"Kau dengar dari siapa" " ia tanya. "Kapan ia ikut Cie
sielong" "
"Sabar, Lie Toaya" Su Poan-cu berkata. "Kau dengar, aku
akan menutur dengan pelahan2 ......"
Bouw Pek awasi tukang warung itu dengan bingung saja.
Su Poan cu menutur lebih jauh.
"Sejak kau ditangkap, Lie Toaya, aku sudah bisa duga
duduknya hal, atau sebabnya penangkapan atas dirimu itu,"
berkata ia, dengan sabar. "Dalam halmu ini, bukan saja Louw
Sam bertindak uatuk membalas sakit hati. juga Cie Sielong
mau gunai ketika buat rampas Cui Siam. Hal itu bikin aku tidak
puas dan aku kuatir Cui Siam nanti kena diakali. Susah apabila
si nona ikut siorang tua bangka itu. Maka aku lantas berdaya
buat mencegah ......."
Bouw Pek terus mendengarku, ia tidak memotong
penuturannya si Gemuk.
"D hari kedua sedari aku mendapat tahu hal itu, dangan
dandan rapi aku telah berkunjuna ke Po Hoa Pan. Aku telah ke
temui Cui Siam dan si nyonya tua. Pada mereka aku lantas
kata: "Lie Touya seorang baik, melulu karena urusan kau, ia
sudah difitnah oleh Poan Louw Sam yang berkonco dengan
Cie Sielong. Tapi Lie Toaya punya banyak sobat mewah dikota
Pakkhia ini, perkaranya juga tidak ada buktinya, maka selang
beberapa hari ia pasti akan dibebaskan. Maka itu, dalam
beberapa hari ini andai kata Poam Louw Sam dan Cie Sielong
mendesak kau supaya kau menikah, biar bagaimana juga kau
jangan dengar perkataanaya itu. Kau harus mengerti, jikalau
sobatnya Lie Toaya ketahui kau ikut orang, mereka tentu tidak
akan mau mengerti dan kau tidak akan dapat ampun"
"Apa katanya anak dan ibu itu" " Bouw Pek potong.
"Cui Siam terangkan padaku, bahwa ia tidak akan menikah
Cie Sielong" sahut Su Poan cu, "Meski ia teiah janji demikian
padaku, tapi selang belum tiga hari Cie Sielong teiah kirim joli
buat sambut ia dan sekarang ia tinggal di Kouw-thio Gotiauw
tinggal bersama2 isteri muda dari Poan Louw Sam. Setiap hari,
Cie Sielong dan Poan Louw Sam bersenang2 saja dirumah itu.
Tatkala mengetahui itu. mula mu1a aku gusar sekali, tetapi
belakangan, setelah berpikir lebih jauh, aku bisa sabarkan diri.
Cui Siam bunga raya, dari bunga raya apa yang bisa diharap"
Dimana ada bunga raya yang punya liangsim" Apa ada bunga
raya yang dipikirkan Cie Sielong sudah tua atau tidak" Maka
sekarang, ibu dan anak .itu telah dapatkan penghidupan yang
pasti...."
Kendati sobatnya bilang demikian, mukanya Bouw Pek
menjadi pucat karena ia mendongkol dan masgul dengan
berbareng, sekian lama ia bingung saja.
"Aku tidak percaya yang Coei Siam benar benar suka
menikah Cie Sielong" kemudian ia kata : "Disini mesti ada
sebabnya yang memaksa. Aku percaya Poan Louw Sam dan
Cie Sielong telah gunai perkaraku, buat desak padanya hingga
ia jadi kena digertak dan ketakutan.... Sekarang ini entah
bagaimana ia besar kedukaannya...."
"Biar bagaimana juga. ia sudah terjatuh kedalam tangannya
si tua bangka " berkata Soe Poan coe sambil tertawa.
"Umpama kata ia tidak setuju, apakah ia tidak bisa cari mati"
Lie Toaya, aku bicara dengan maksud baik, sebenarnya
berurusan dengan bunga raya kau tidak seharusnya berlaku
jujur dan sungguh sungguh. Aku omong terus terang, dikala
kau tidak kenal Coei Siam, tidak nanti kau dapat perkara
penasaran seperti ini! Kau masih muda, toaya, kau punya
kepandaian, hari kemudianmu penuh pengharapan, dari itu
janganlah kau kasi hatimu pada orang perempuan sebangsa
Coei Siam itu! Kau mesti mengerti, siapa kasi dirinia dipincuk
perempuan, meski hatinya keras, hati itu bisa dibikin lembek
dan lumer. Sekarang Coei Siam sudah menikah, baik antapkan
dia! Kau, toaya, kau harus bekerja, kalau nanti kau berhasil,
percaya aku, berapa banyak orang parempuan kau ingin,
berupa banyak juga kau akan dapatkan"
Bouw Pek bersenyum dengan msringis, tanda harinya
tarluka. "Soe Ciangkoei, nasehatmu benar," berkata ia. "Bukannya
hatiku lemah, bukannya aku tergila-gila perempuan, akan
tetapi dalam halnya Cui Siam aku tidak percaya, bahwa
dengan sesungguhnya ia mencinta Cie Sielong. Sudah lama
Cie Sielong incar ia. setahu berapa banyak uang Cie Sielong
sudah dikeluarkan, tetapi setiap kali ia minta cui Siam ikut ia,
selalu Cui Siam menampik. Maka aku tidak mengerti, kenapa
justeru aku masuk penjara, baru beberapa hari saja, lantas
pikirannya berobah dan ia telah ikut cie Sielong" Pada ini
pasti ada sebabnya dan sebab ini aku mesti tanya Cui Siam "
Menampak demikian. Su Poan-cu tidak mengasi nasehat
lebih jauh. ia duga mestu ada janyi apa2 diantara Bouw Pek
dan Cui siam, jikalau tidak, tidak nanti pemuda ini demikian
terluka hatinya. ferang Bouw Pek seperti seorang yang
isterinya telah orang curi.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lie Toaya," ia kata sambil tertawa, "umpama kata kau
ketemu Iyui Siam, apa kau akan bilang" "
Bouw Pek yusteru sedang tenggak araknya, ditanya begitu
ia kelihatannya jadi mendongkol.
"Aku tidak mau omong banyak padanya, aku hanya mau
tanya, ia kawin dengan Cie Syelong karena suka ia sendiri
atau bukan!" ia jawab dengan getas.
"Andaikata ia jawab, bahwa ia menikah karena suka sendiri,
apa kau hendak bikin" " Su Puan-cu tanya pula.
"Pasti sekali aku akan tidak kata apa lagi....." sahut Bouw
Pek dengan bersenyum meringis. "Dalam hal itu aku mau
anggap saja aku gelap pikiran dan adalah salahku yang
tadinya aku telah berlaku jujur terhadap segala bunga berjiwa.
Tapi kalau ia ikut Ce Sielong bukan karena suka sendiri,
bahwa ia telah kena dipaksa, terang Poan Louw Sam dan Cie
Sielong telah menghina aku Maka dalam bal begitu, aku tidak
mau diam saja terima hinaan. aku mesti cari mereka akan adu
jiwa" Selagi ucapkan itu Bouw Pek keprak meja sampai mangkok
dan cangkir bergerak menerbitkan suara.
Melihat keakluannya sobat itu, Su Poan-cu fcrsenyum.
"Bagus kalau begitu," ia berkata. "Rumah isteri muda dari
Poan Louw Sam dimana Cie Sielong taruh Cui Siam ada di
Kauw-thio Go Tiauw, deri sini tidak terpisah jauh, rumahnya
baru didirikan, duduknya disebelah barat jalanan, mudah buat
dikenal, karena didepannya eda dua kuda2an batu. Kalau kau
pergi kesana, Lie Toaya, dan menunggui Cui Siam tentu akan
dapat diketemukan Mustahil yang ia tidak keluar dari
Perjodohan Busur Kumala 11 Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Pedang Naga Kemala 12

Cari Blog Ini