Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 5
ia akan naik panggung untuk menebus kekalahan engko nya.
Kong Soe Jin hanya mengandalkan ilmu mengentengi
tubuhnya saja antuk saban-saban meluputkan diri dari
serangannya Hui Seng Kang yang dahsyat.
Semakin lama Hui seng Kang tampak semakin gesit dan
lincah, ilmunya beberapa macam seperti gaya "Kepelan kilat".
semua kuli berbareng membunyikan tambur, Angin puyuh
menyapu dedaunan, dan sebagainya telah diperlihatkan
dengan baik sekali.
Karena mana Kong Soe Jin jadi terdesak terus-terusan,
sampai terdesak keping gir lui-tay. hinggi Kong soe Tek yang
melihatnya semakin tidak enak hatinya.
"Hei sahabat jangan lemas begitu semangatnya. Bangun
sedikit, kenapa sih?" Demikian terdengar Khoe Cong mengejek
pada Kong Soe Jin. Hatinya sudan kegirangan, bahwa
kawannya Hui Keng berada diatas anginKong Soe Jin kuatir melihat darinya sudah kepepet begitu,
tapi lawannya juga merasa gelisah karena sampai sebegitu
jauh masih belum dapat menjatuhkan musuhnya yang sudah
hampir tidak berdaya menangkis serangan-serangannya yang
hebat. Pertandingan masih berjalan terus dengan seru, masih
Kong Soe Jin tidak mau menyerah kalah meski sudah tidak
berdaya kelihatannya.
Tiba-tiba terdengar suara Hui Seng Kang membentak,
disusul oleh serangannya yang dirubah. Kali ini ia
menggunakan gaya pukulan- Piauwsu membalikkan kereta,
suatu serangan hebat, tapi Kong Soe Jin masih dapat
meluputkan diri dengan suatu tangkisan memotong dari
samping. Hui Seng Kang penasaran masih belum dapat memukul
rubuh lawannya, lalu ia keluarkan serangannya yang paling
berat, tipu pukulan yang dinamai. "Tenaga sakti membelah
gunung Hoa san, telapakan tangannya dimiringkan, persis
seperti golok ia menyerang hendak membelah kepala
musuhnya. Melihat hebatnya serangan, Kong Soe Jin terpaksa
kerahkan Seantero kekuatannya dan menangkis serangan
dahsyat itu. Terdengar suara "Praaaakkk" lantas badannya
Kong Soe Jin seloyongan dan hampir jatuh dilantai luitay.
Ia masih bisa pertahankan diri. Hui Seng Kang sudah mau
susulkan serangannya dengan satu tendangan dan telapakan
tangan yang dilakukan berbareng dari bawah mengarah perut
musuh, akan tetapi baru saja lututnya ditekuk. la urungkan
serangan demikian, dikuatirkan lawannya mahir dengan tipu
pukulan itu, nanti kesudahannya seperti senjata makan tuanDengan cepat ia merubah gaya serangan tadi, ia
menendang sambil miringkan badannya. Kong Soe Jin tahu
gaya serangan ini, maka secepat kilat ia balas menyerang dua
kali, hingga lawannya gelagapanSaat itu pertandingan sudah berjalan tiga puluh jurus
dinyatakan serie keduanya lompat mundur untuk mengasoh
sebentaran, untuk dalam babakan selanjutnya pertandingan
dilakukan dengan menggunakan senjata.
-ooo0dw0ooo- XIV. HADIAH UNTUK SI JELITA
KETIKA pertandingan dimulai lagi, Kong Soe Jin telah
menghunus pedangnya yang berkilauan hijau warnanya,
belakang pedang ada lebih tipis dari pedang biasa, inilah
pedang yang dinamai. Im kiam pedang Ying kiam, dipakai oleh
Kong See Tek. Berdasarkan nama pedang itu, maka kedua saudara she
Kong itu mendapat julukan Im-yang Siang kiam atau
Sepasanng pedang Im- yang.
Hui Seng Kang bersenjatakan "Siang hay-tiang atau,
Tongkat "Siang hay-tiang" atau Tongkat sepasang jantung
hati. Senjata orang she Hui itu berat sekali, kira-kira tujuh
puluh delapan puluh kati, hingga dibawanya juga harus
digotong dua orang.
Penonton yang melihat itu diam-diam menguatirkan akan
dirinya Kong Soe Jin. Mereka lihat pertandingan dengan
tangan kosong saja kelihatan Kong Soe Jin sudah tidak tahan,
apa lagi sekarang ia harus melayani Hui Seng Kang punya
senjata berat, mendapat ia pertahankan diri"
Sekali saja pedang kebentur dengan senjata beratnya Hui
Seng pasti pedang nya orang she Kang itu akan terbang
melayang-layang.
Khoe Cong mengawasi pada Kang soe Tek yang tengah
memandang ke atas panggung dengan hati sangat tidak enak,
kuatir engkonya dikalahkan-orang she Khoe itu benar benar
menyebaikan, terdengar ia mengejek lagi.
"Benar benar kita dari "Perserikatan Benteng
Perkampungan tak usah malu keluar dalam pertandingan,
nona Kim. seperti tadi nona Seng dengan mudah saja
menjatuhkan Ho Tiong Jong, maka sebentar lagi Hui Seng
Kang juga tentu akan keluar sebagai pemenang dari
pertandingan yang ia sedang lakukan- Ha ha ha..."
Sambil ketawa matanya melirik kepada Kong soe Tek yang
berdiri menjublek tidak ambil pusing perkataannya itu.
Sebenarnya dua saudara Kong itu, sebagai "im yang Siang
kiam" biasanya sangat sombong tidak memandang mata
kepada siapa juga.
Tapi kini, semua hinaan dari Khoe Cong terpaksa
ditelannya, karena jangan lagi ia menimbulkan urusan baru,
sedang memandang engkonya saja melawan Hui Seng Kang
hatinya sudah kedat kedut takut engkonya dijatuhkan oleh
lawannya. Kim Hong Jie hanya bersenyum mendengar kata-katanya
Khoe Cong, sedang nona Seng sendiri tinggal adem adem
saja. Hui Seng Kang setelah menerima sepasang senjatanya,
lantas mendemenstrasikan permainan tongkat mengaungngaung
dan ujungnya telah mengeluarkan letikan seperti
kembang api. seng Giok Cin yang melihat itu telah kerutkan alisnya dan
berkata sendirian"Hmm orang itu tolol benar. Untuk apa dia membuangbuang
tenaga dengan permainannya yang meminta tenaga
besar, bukankah lebih baik digunakan untuk bertempur"
Celaka, kalau sebentar dia kehabisan tenaga baru dia tahu
rasa... " Khoe Cong tidak senang kawannya di kritik.
Ketika ia hendak membuka mulut, dilihatnya Kim Hong Jie
sedang manggut-manggutkan kepalanya, seperti yang merasa
setuju dengan pendapatnya nona Seng, maka ia tidak jadi
membuka suara karena disalahkan oleh kedua nona jelita itu
Diatas luitay dua lawan sudah mulai bergebrak lagi.
Kong Soe Jin pandai memasukan pedangnya. ia kelihatan
berputar-putar mengeliling luitay seperti yang menari-nari,
hingga Hui Seng Kang terpaksa mengikuti gerakkannya.
Setelah mendapat lowongan segera orang she Hui itu kerjakan
sepasang tongkatnya yang berat menyerang lawannya.
Pertandingan makin lama makin seru. Sepasang tongkatnya
Hui Seng Kang bertubi-tubi menyerang lawan, hingga Kong
soe Jin kelihatan kewalahan menangkisnya. Mengingat akan
beratnya genggaman musuh, maka Kong Soe Jin tidak mau
membenturkan pedangnya.. sepuluh jurus dengan cepat
sudah dilewatkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Hui Seng Kang penasaran belum juga dapat menjatuhkan
musuhnya maka ia mendesak lebih keras Kong Soe Jin sebisabisanya
berikan perlawanan dan menjaga diri jangan sampai
kena dijatuhkanSuatu ketika Hui Seng Kang menyerang dengan gaya
serangan "Seng hong Bo lang. atau Menuruti angin memecah
ombak. tongkatnya yang satu dimalangkan sedang yang
satunya lag menyerang lurus. Untuk menghindari serangan
hebat ini, Kong soe Jin melesat tinggi keudara.
Hui Seng Kang ketawa gelak-gelak. lalu membarengi
dengan serangan dahsyat sebelumnya Kong soe Jin sempat
menancapkan kakinya dilantai luitay.
Para penonton kaget dibuatnya. Mereka menduga Kong
Soe Jin kali ini akan melayang jiwanya. Tapi orang she Kong
itu sudah berlaku nekad kali ini menyambuti serangan
tongkatnya Hui Seng Kang dengan pedangnya dipalangi.
Satu benturan dari dua senjata terdengar trang nyaring
sekali. Tubuh Kong Soe Jin tampak melayang tinggi lagi
dludara kemudian jatuh diatas luitay. ia masih bisa merang
kang dan mengumpulkan, kemudian sudah bisa bangun lagi
untuk menghadapi musuh
Penonton yang menyaksikan kejadian itu telah
perdengarkan tampik soraknya yang riuh, sementara Hui Seng
Kang sendiri merasa sangat heran melihat Kong Soe Jin tidak
apa-apa menyambuti serangan hebatnya tadi.
"Saudara Kong, hayo maju lagi kita bertempur" Hui Seng
Kang menantang.
Kong Soe Jin anggukkan kepalanya, kemudian pedangnya
im-kiam mulai menari-nari lagi diantara samberan sepasang
tongkatnya Hui Seng Kang yang berat. Perlahan-lahan dari
kedesak Kong Soe Jin telah dapat balik mendesak musuhnya.
Diluar dugaan semua penonton, pertandingan telah
mengasih lihat gambaran yang dapat membikin para
penontonnya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dengan tentu Hai Seng Kang yang tadi begitu agresif, kini
sudah mulai terlihat keletihannya, sedang Kong Soe Jin masih
kelihatan segar dan merangsek pada musuhnya, setirnya Hui
Seng Kang tidak berdaya dan menyerah kalah.
Suatu kesudahan yang membuat Khoe Cong melongo dan
merah padam mukanya.
Kini ia tidak berani membuka suara besar lagi kepada Kong
Soe Tek. Dengan hati cemas ia menghampiri pada kawannya
dan menanyakan, kenapa sang kawan sudah jadi kalah,
sedang menurut perhitungannya dapat menang dari Kong Soe
Jin" "Khoe Pocu, kau keliru melihat. Kong Soe Jin sebenarnya
ada achli pedang yang pandai, tidak kecewa namanya
tersohor dikalangan sungai telaga. Kalau semula kelihatannya
ia berikan perlawanan yang lembek itulah ia hanya main main
saja dan dengan sengaja mau kuras aku punya tenaga. Aku si
tolol bermula tidak tahu, terus-terusan menyerang dengan
mengeluarkan tenaga besar, hingga enak saja orang she Kong
itu permainkan aku.
Tanpa merasa aku telah masuk dalam perangkapnya. Kau
lihat, setelah ia melihat aku sudah kehilangan banyak tenaga,
ia telah mencecar aku dengan ilmu pedangnya yang luar
biasa, hingga aku menjadi kewalahan dan kalau aku tidak
siang-siang menyerah kalah terang aku akan menjadi
korbannya pedang, kena di-"sate" diatas punggung, maka aku
dapat melihat gelagat, maka aku sudah menyerah kalah,
meskipun aku tahu perbuatan itu akan memalukan"
Hui Seng Kang berkata-kata dengan paras guram dan
menyesal sekali untuk apa yang ia telah perbuat diatas
panggung. Sama sekali ia tidak nyana orang she Kong itu
pandai memancing tenaga orang, hingga peroleh
kemenangannya dengan mudah.
Cocok dengan kata kata Seng Giok Cin. bahwa Hui Seng
sudah mendemontrasikan tenaganya yang kuat. Siang-siang ia
sudah banyak menghamburkan tenaganya, sehingga dimenitmenit
paling akhir melawan Kong soe Jin yang gesit dan lincah
tidak berdaya karena kehabisan "bensin".
Tempik sorak terdengar riuh ketika Pek Boe Taysu naik
keatas luitay. Kini gilirannya ia yang menjadi Taycu, untuk menggantikan
Hui Seng Kang wakil Tay-cu-nya yang pecundang.
orang menduga-duga akan kekalahannya Kong soe Jin
mengingat Pek Boe Taysu ada satu jago tua yang sudah
banyak pengalaman, lagipula hweshiotua itu ada sangat
telengas. Kong Soe Jin menjura dengan hormat pada Pek Boe Taysu,
ketika mereka sudah berhadapan "Tidak dikira Taysu yang
hari ini menjadi Taycu, mereka sebentar kalau aku sitolol
mengunjukkan kebodohanku, harap Taysu suka memaafkan
dan sukalah memberi banyak petunjuk akan kesalahannya...."
"Ha ha...." Pek Boe Taysu memotong dengan ketawanya
yang bergelak-gelak "Sicu ada jago pedang dari Ngo bie-pay,
mana aku si hweshio bangkotan dapat memberi petunjuk apaapa.
Harap sicu jangan terlalu merendah. Nah, marilah kita
mulai bertanding "
"Baiklah" kata Kong soeJin dengan tak sungkan-sungkan ia
menghunus pedangnya.
Pek Boe Taysu genggamannya aneh, baru pernah orang
melihatnya. Bentuknya seperti sekop. diujungnya ada
sepasang gigi tajam dan lingkaran dari baja kecil kecil, hingga
senjata itu kalau digoyangi akan perdengarkan saara
kerincingan ramai.
Ketika Pek Boe Taysu mempersilahkan menyerang lebih
dulu. K^ong Soe Jin tidak sungkan-sungkan lagi dan mulai
membuka serangan dengan satu tipu serangan yang indah
dari perguruannya. Lawannya menangkis sambil perdengarkan
ketawanya yang aneh
Kemudian Pek Boe Taysu balas menyerang dengan gaya.
Dengan tongkat menaklukkan setan, ia memalangkan dan
melempengkan tongkatnya menyerang musuhnya dengan
hebat sekali yang dapat mengugurkan gunung.
Tapi Kong Soe Jin gesit dan lincah, ilmu pedangnya pun
mahir, maka dengan indah sekali sudah meluputkan diri dari
serangan lawannya yang berat.
Kali ini menghadapi musuh kawakan, Kong Soe Jin tidak
main-main- Ia mencurahkan betul- betul perhatiannya pada
ilmu pedangnya yang dimainkan itu, hingga Pek Boe Taysu
dengan genggaman beratnya tidak bisa berbuat banyak
terhadap jago muda dari Ngo-biepay itu.
Penonton di bikin kagum oleh permainan pedangnya.
Berkali-kali terdengar sorakan penonton. Kalau Kong soe
Kek merasa masih kuatir akan kekalahannya sang engko
adalah Khoe cong diwajahnya yang jelek mengunjukkan
perasaan dengki. Bibirnya saban menjebi yang membikin
wajahnya jadi semakin jelek saja.
Meski Pek Boe Taysu mencoba dengan sungguh untuk
menjatuhkan lawan mudanya, ternyata tidak berhasil.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kesudahannya lima belas jurus telah dilewati dan
pertandingan dinyatakan seri, hal mana telah disambut
dengan suatu tampik sorak yang ramai sekali oleh penonton-I
Hadiah telah diberikan kepada Kong Soe Jie oleh Seng Pocu
sendiri. Seng Giok Cin berseri-seri. sedang Kim Hong Jie juga
tampak merasa puas dengan kesudahan pertandingan itu.
Diam diam nona Kim yang nakal teluh mengutik lengannya
nona seng. "Encie Giok betul-betul kau banyak untung hari ini.
Si orang she Kong sebentar lagi akan menghadiahkan barang
yang diperolehnya itu kepadamu. Kenapa kau tidak cepatcepat
bangun berdiri untuk menyambutnya."
"Adik Hong. kau nakal betul, paling bisa memang kau
menggoda orang." ia berkata sambil mencubit tangannya yang
dicubit tadi. Nona Kim lucu sekali membuang aksinya hingga mau tidak
mau nona Seng ini menekap mulutnya yang mungil untuk
menahan ketawanya. Berdua mereka bersenda gurau dengan
gembira. Tampak Kong Soe Jin jalan menghampiri mereka, lewat
didepannya Hui Seng Kang yang duduk disitu, terhadap
pecundang ini Kong Soe Jin melirik sejenak dan tidak
memandang mata.
Seng Giok Cin menyambut dengan gembira ketika Kong
Soe Jin menghadiahkan barangnya.
"Nona Seng. " katanya. "barang ini kudapatkan bukan
secara mudah, aku harap kau menerimanya dengan segala
senang hati."
"Terima kasih, kau sungguh baik sekali saudara Kong."
jawab Seng Giok Cin sambil bersenyum girang dan melirikan
matanya yang jeli. Kong Soe Jin merasa girang dan bangga
kelihatannya. Seng Giok Cin kemudian berpikir dan berkata kepada
sekalian pemuda yang ada di-sekitarnya.
"Saudara saudara, adik Hong Jie bersedia menerima hadiah
untuk yang ada minat, aku di anjurkan untuk mengunjuk
kepandaiannya agar mendapat hadiah sutera lagi untuk
dihadiahkan kepada adik Hong Jie. Ayo, lekas, aku anjurkan.." Kim Hong Jie pelototkan matanya, mulutnya yang mungil
berkemak kemik seperti yang mau mengatakan apa-apa
kepada Seng Giok Cin, tapi nona Seng hanya ganda ketawa
saja kelakuannya Kim Hong Jie.
Tapi kemudian Kim Hong Jie sudah unjuk senyumannya
yang ramai pula diparasnya sujennya memain memikat hati.
Tidak heran kalau banyak pemuda sudah ketarik hatinya dan
ingin unjuk kepandaiannya diatas panggung untuk merebut
barang hadiah dan diberikan kepada nona Kim yang cantik
jelita. Pertama-tama Kong soe Tek yang berdiri disusul oleh in Kie
Seng. Khoe cong juga kelihatan bangkit berdiri, dengan muka
tidak enak dilihat ia perdengarkan ejekannya kepada Kong Soe
Tek. "Hmm, perkara memberi hadiah kepada perempuan sudah
biasa. Tidak mengherankan, tapi janganlah unjuk kelakuan
sendiri yang tidak tahu diri hingga ditertawai orang." Khoe
cong sangat memandang rendah kepada Kong soe Tek.
In Kie Seng menambahkan- "Kau benar saudara Khoe,
pertandingan diatas luitay ini dilakukan bukan karena napsu
menghadiahkan barang kepada seseorang." Kong soe Tek
melotot matanya terhadap In Kie Seng.
Mereka jadi bertengkar, saling menantang untuk
menyelesaikan pertengkaran itu diatas luitay, Khoe cong yang
menjadi "bibit"-nya pertengkaran itu hanya ketawa gembira
saja. Pikirnya, ia puas sudah dapat mengadu dombakan
mereka berdua. Tiba-tiba terdengar suaranya nona ciauw Yoe
Soe berkata. "Hai, kalian tidak perlu bertengkar tidak keruan- Paling baik
kalau kalian bertiga mau betul-betul bertanding harus saling
berjanji." Nona ciauw berkata " bertiga"
maksudnya supaya Khoe cong, tukang mengadu-ngadu
orang itu, juga turut terlibat dalam pertandinganTerdengar beberapa orang berteriak setuju dengan kata
katanya nona ciauw, mereka kelihatan benci betul kepada
orang she Khoe tukang mengadu dombakan orang itu.
Pemuda bernama co Goen Tiong telah mengusulkan
perlombaan pertandingan lain, katanya.
"Ya, kain sutera yang untuk dihadiahkan kepada adik Hong
Jie hanya barang biasa saja, bukannya merupakan benda yang
aneh. Maka, menurut pendapatku, lebih baik kalian bertanding
dengan lain cara dalam suasana damai."
"Bagus, bagus," menyelak In Kie heng, "kau mau usulkan
kami berlomba dengan cara bagaimana" coba ceritakan kasih
orang-orang dengar."
"Pertandingan itu aku pikir baik diatur begini," kata co Goan
Tiang sambil bersenyum.
"yalah kira kira sepuluh Li jauhnya dari sini ada sebuah
gunung Hui-cui-san, setelah mendaki puncaknya membelok
kearah barat kira-kira juga sepuluh Li ada sebidang ladang
yang tandus. Setelah berjalan dari tempat itu kira-kira lima Li,
disitu terdapat gunung kecil yang lancip dan sebuah lembah
yang sempit, tanahnya semua disitu pasir melulu lembah ini
jalanannya berliku-liku. Kalau orang berjalan lempang
mengikuti sepanjangnya bisa kembali balik ketempat semula,
asalnya darimana mereka masuk. Melalui sepanjang lembah
yang sempit ini, orang akan menemui tebing-tebing gunung
ada terdapat banyak sekali goa." sampai di sini ia bicara,
terhenti sebentar, mengawasi kepadanya anak muda yang
sedang asyik mendengarkannya.
Dilain pihak. orang orang dari perserikatan Perkampungansemuanya
sudah tahu ke-mana juntrungannya pembicaraan
co Goen Tiong ini.
"Saudara co, lembah itu namanya apa ?" tanya Koen Soe
Tek. co Goen Tiong ketawa "Lembah itu dinamai Liu soa- kok"
jawabnya, "puncak gunung ini ada goanya yang dinamai Pek
cong. Nah saudara Kong, apakah sudah mendengarnya namanama
ini?" Kong soe Tek terkejut mendengar disebutnya nama goa
Pek-cong tong, maka ia lalu melirik pada engkonya, kemudian
pada si "Muka Merah" Him Toa Ki dari oey-san-pay. Lirikannya
itu seolah olah memohon petunjuk.
"Ya," kata Him Toa Ki dengan suara dingin "lembah itu
kabarnya ada berbahaya, tidak kusangka adanya tidak jauh
dari sini. Dipuncak Si ban-ieng dalam goa Pek- cong tong ada
berdiam seorang tua yang sudah lama mengasingkan diri dari
dunia kangouw, yalah su-hengnya si "Dewi obat Kong Jat Sin
bernama Souw Kie Han- Setelah lima puluh tahun lamanya ia
berjarah disana, telah melarang orang mengujuk tempatnya
itu." "Menurut katanya orang cerita dalam kamarnya orang tua
itu ada digantung sebuah mutiara ajaib untuk menolak hawa
racun. Maka itu kawannya binatang berbisa tidak ada yang
berani memasuki kamarnya itu. Dalam kamar hawanya panas,
karena sebagian dari dinding goa itu ada dari batu Hwe giok
(batu kumala berapi). Nah. kalau kalian sudah sampai disana,
bawalah sepotong batu Hwe giok kemari sebagai tanda bukti
bahwa kalian sudah sampai ditempat itu Hwe giok itu dilain
tempat tidak ada, kecuali disitu tempatnya. Batu itu.
merupakan benda yaag berharga maka jikalau diantara kau
orang ada yang beruntung mendapatkannya dan dibawa
kemari untuk dihadiahkan kepada nona Kim, memang ada
harganya daripada barang hadiah kain sutera." Terdengar
Kong Soe Tek berkata.
"Aku pun pernah mendegar bahwa goa Pek cong tong di
puncak Si ban leng ada tempat yang berbahaya. Kita
kebetulan sudah sampai disini. maka ada baiknya untuk pergi
kesana, hitung-hitung sebagai menambah pengalamanBagaimana dengan Pocu dan ceng-cu apakah juga akan turut
pergi kesana?"
Pocu dan cengcu dimaksudkan Khoe cong dan ln Kie Seng.
Mendengar kara-katanya Kong soe Tek yang paling
belakang matanya Khoe cong melotot kearahnya seorang In
Kie Seng dengan marah besar. "Biarpun tempat itu berbahaya,
aku berani pergi kesana?"
"Ya, kita pergi berkuda, tentu tidak membawa pembantu."
kata Khoe cong dengan mata melotot mengawasi kepada
Kong soe Tek. Kong soe Tek hanya ganda ketawa saja semua
itu. Seng giok cin dan Kim Hong Jie mendengarkan
perundingan mereka. Tiba-tiba Seng giok cin mendekati Kim
Hong Jie dan berkata bisik2.
"Adik Hong, kau lihat. Mereka hendak menempuh bahaya,
tentu ada salah satu yang akan menjadi korban hilang
jiwanya." Kim Hong Jie anggukkan kepalanya.
"Nah, sekarang kalian bertiga sudah setuju." kata co Goen
Tiong pula, rupanya ia sebagai wasitnya dari pertandingan ini.
"tapi harus diterangkan syaratnya disini, yalah didalam tempo
dua puluh empat jam kalian harus sudah pulang lagi kesini.
Karena tempat itu tidak jauh letaknya dari sini, maka syarat ini
rasanya sangat sederhana." Tiga pemuda itu hampir
berbareng menganggukkan kepalanya.
Mereka tinggal menanti temponya berangkat saja. Tiba tiba
ada Li oh hweshio dari Tibet menghampiri mereka.
co Goen Tiong berseru. "Nah, ini Taysu yang dapat
mengantar kalian kesana. Tapi, tunggu dulu ia menyelesaikan
pertandingannya diatas luitay." Mereka setuju dengan
bicaranya co Goen Tiong.
Li Dho saat itu sudah naik keatas luitay, disusul deh Boen
Kay Teng lawannya.
Boen Kay Teng ini umurnya kira-kira lima puluh tahun,
matanya merah dan berbadan sedang, tindakan kakinya
perlahan, tapi mantap. Ia adalah keponakannya Boen-lt Kong,
salah satu dari Lima Tokoh terkuat pada masa itu dalam rimba
persilatan- Boen it Kong ada satu pendekar ulung dibagian barat daya.
Mendengar keponakannya berkelakuan tidak baik, maka Boen
Kay Teng dipanggilnya. Ia diberikan pelajaran ilmu silat yang
tinggi oleh sang paman, tapi kenyataannya ia tidak bisa
merubah kelakuannya yang jelek. Ia telah berkawan dengan
orang-orang yang jalan hitam (jahat), dan namanya terkenal
dalam kalangan orang jalan jahat itu.
Ia malang melintang dalam kalangan rimbah hijau sudah
sepuluh tahun maka orang sudah tahu benar kelakuannya
yang buruk. tapi kelihatan banyak pendekar kawakan sungkan
berurusan dengannya karena mengingat akan pamannya yang
namanya sangat dimalui dalam kalangan kangouw.
Dua lawan setelah berhadapan saling menyilahkan untuk
mulai menyerang.
Li Dho telah menyerang lebih dahulu. Serangannya dahsyat
sekali, hingga lawannya tidak berani menyambuti keras lawan
keras. Dengan menggunakan tipu serangan "Koan Kong buka
baju" Boen Kay Teng telah menangkis serangan Li Dho.
Jago dari Tibet itu mainkan ilmu pukulan Toa ciu-in (cap
telapakan tangan), dengan telapakan tangannya mencecer
musuhnya hebat sekali, hingga suara angin serangan sampai
terdengar nyaring. Boen Kay Teng kelihatan terputar-putar
mengelilingi panggung untuk meluputkan diri dari serangan
dahsyat lawannya.
Li Dho dan kawannya Phadho Ka datang turut meramaikan
pertandingan adu silat di-Seng Kee Po, belum ketahuan
mereka ditempatnya itu ada masuk partai mana maka Seng
Eng selalu menaruh curiga kepada mereka.
Boen Kay Teng yang terus menerus dicecer musuhnya,
menjadi kewalahan- Dalam hatinya menjadi nekad, ia lalu
menyerang dengan senjata gelapnya kepada sang lawan
hingga semua orang menjadi kaget. Dalam gebrakan pertama
itu hanya dibolehkan menggunakan tangan kosong
bertanding, tidak menggunakan senjata apalagi senjata gelap.
Maka perbuatannya Boen Kay Teng tadi ada melanggar
peraturan. Li Dho tidak takut senjata gelap, karena ia berilmu ThianHong-leng (sisik naga sakti), ilmu ini dapat memunahkan
serangan senjata gelap macam apa juga. Maka ketika melihat
lawannya menyerang dengan senjata gelap. ia mendekam
badannya untuk meluputkan diri, tapi ternyata kejadiannya
tidak seperti yang ia duga.
Hanya terdengar suara tertahan keluar dari mulutnya dua
orang itu kemudian berpisahan Boen Kay Teng mundur
sanapai tujuh- delapan tindak dan malah tubuhnya telah
terpelanting kebawah luitay.
Li Dho hanya mundur dua tindak. berdiri tegak. tapi
mukanya sudah pucat pasi, terang ia sudah terluka dibagian
dalamnya. Phua Do Ka, temannya Li Dho sudah lantas melesat naik
keatas luitay, menanyakan keselamatannya sang kawan- Tiba
tiba Li Dho telah memuntahkan darah segar dari mulutnya
badannya nampak limbung hendak jatuh kalau tidak keburu
dibimbing oleh Phua Dho Ka, ya menjadi marah sekali
kawannya sudah dicurangi musuhnya.
Diatas luitay itu telah diketemukan senjata gelapnya Boen
Kay Teng yang berupa cincin- Dalam bahasa tibet Li Dho
berkata pada kawanannya.
"Suheng, rupanya ajalku sudah sampai disini. Kalau aku
mati, harap suheng bawa mayatku pulang." Belum lampias
bicaranya, ia sudah lantas memuntah lagi darah segar.
Boen Kay Teng setelah terpelanting dan bangun lagi, ia
mencari sebuah kursi untuk ia beristirahat, napasnya kelihatan
sudah empas-empis sangat keras- Ia terluka parah didalam. Ia
merapatkan matanya untuk memulihkan tenaganya kembali.
Seng Eng dan Pek Boe Taysu sudah lompat keatas luitay
untuk memeriksa keadaan Li Dho, sementara Phua Dho Ka
sudah jadi gemas sekali pada Boen Kay Teng yang curang dan
tanpa memperdulikan kawannya ia sudah lompat turun dan
menghampiri Boen Kay Teng yan sudah tidak berdaya hendak
dibunuhnya. Tapi niatnya dihalang halangi Song coe Ki dan dua saudara
oet-ti yang menghibur, supaya Phua Dho Ka jangan menuruti
napsu hatinya saja. Urusan dapat didamaikan, bagaimana
baiknya sebab Li Do tokh belum mati.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seng Eng melihat keadaan Li Dho sudah lantas
mengeluarkan obat pilnya yang mustajab untuk
menyembuhkan luka didalam. kemudian turun dan
memberikan juga obat pil itu kepada Boen Kay Teng yang
keadaannya sudah setengah mati.
Pertandingan telah berakhir sampai disitu saja. Penonton
kasak-kusuk menyalahkan kepada satu diantaranya, ada juga
yang menyalahkan pada dua duanya.
Boen Kay Teng bersalah sudah menyerang dengan senjata
gelapnya, sedang Li Dho dipersalahkan sudah keterlaluan
mendesak pada lawannya yang sudah kewalahan. Sementara
itu tiba-tiba terdengar co Goen Tiong berkata.
"Saudara yang hendak berlomba mengambil batu Hwe
giok, perhatikan padasyarat yang telah dikatakan tadi,
Sekarang tanggal sembilan belas bulan delapan, jam setengah
lima sore, besok pada hari begini siapa saja diantara kalian
yang datang lebih dahulu di-sini dengan membawa batu Hwegiok
dianggap dia yang menang dalam perlombaan ke puncak
si ban-leng goa Pek cong-tong. Tegasnya, dalam tempo sehari
semalam kalian semuanya sudah berada disini, dalam keadaan
masih segar atau terluka, mengerti semua?" Tiga orang yang
hendak berlomba itu telah anggukkan kepala.
"Ya masih ada yang penting untuk peringatkan." kata lagi
co Goen Tiong, "masing-masing tidak boleh membawa
pembantu. Yang mengantarkan boleh, tapi tidak boleh
melewati batas lembah Liu-soa kok." Tiga pemuda itu pada
anggukkan kepala.
Mereka tak tahu seluk beluknya tempat itu, main sanggup
saja. Tapi untuk yang- mengetahui bagaimana seramnya
keadaan ditempat yang hendak dituju itu, merasa bergidik dan
berdiri bulu romanya.
Souw Kie Han, orang tua yang mengasingkan diri dalam
goa Pekcong itu tabiatnya sangat kukway, tidak mau kalah
dengan siapa juga dalam ilmu silat.
Siapa yang bertempur dengannya pasti kalah dan mati. ia
sangat kejam dan telengas, sudah tersohor dalam rimba
persilatan- Lain daripada itu, juga dipuncak Si-ban leng yang hidup
disitu hanya sebangsa kutu-kutu dan binatang-binatang yang
berbisa saja. Sekali orang kena digigit atau di antuk oleh ular
atau binatang kutu pasti akan binasa, maka semua yang tahu
bagaimana berbahayanya ditempat itu, pada menguatirkan
akan keselamatannya tiga pemuda itu.
Seng Giok cin dengan bersenyum menggiurkan telah
berkata pada tiga pemuda itu, "Ya, aku dengan adik Hong
mendoakan kalian selamat. sekarang kami mohon diri dahulu
ada sedikit urusan- Besok sore pada hari begini, kami harap
kalian dapat kembali dengan tidak kurang suatu apa dan
membawa Hwe giok untuk dihadiahkan kepada adik Hong Jie."
Sambil berkata ia menarik tangannya Kim Hong Jie diajak
berlalu dari situ, dengan sedikitpun tidak merasa kuatir akan
keselamatannya tiga pemuda itu.
Tiga pemuda yang tidak akan menempuh bahaya, hanya
tertawa saja melihat dua jelita itu mengundurkan diri dan
lenyap bayangannya dari pandangan mereka. Kemudian
mereka bersiap-siap hendak melakukan perjalanan
sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh co Goen Tiong.
Kong Soe Jin lalu menarik tangannya sang adik dan berbisik
dikupingnya. "Sute sudah terlanjur kau menyanggupi, biar bagaimana
juga harus menghadapi bahaya, kau tak dapat mundur lagi.
Hanya aku memesan kau lebih baik mati di tangan orang tua
penyepi atau oleh binatang berbisa disana dari-pada kau kena
dicelakakan oleh dua pemuda yang menjadi saingan kau
berlomba."
"Toako, kau jangan kuatir." jawab Kong Soe Tek. "aku akan
menjaga diriku sebaik-baiknya. Legakan hatimu. Apa kau takut
aku kalah berusaha?"
"Bukan itu maksudku. Kalau menang tidak menjadi soal,
hanya aku tidak puas kalau dirimu nanti dianiaya oleh dua
orang licik itu."
"Aku paham. Mereka itu ada orang-orangnya "Perserikatan
Benteng Perkampungan- tapi aku sudah siap saja, aku tidak
takut. Legakan hatimu toako, aku juga mendoakan toako tidak
mengalamkan kesulitan apa-apa sementara aku tidak berada
didamping mu." Kong Soe Jin merasa sedih mendengar
perkataannya sang adik.
Ia tidak tahu apakah perpisahan dengan sang adik ini nanti
akan berjumpa pula dengan selamat atau sang adik
mengalamkan bahaya yang tidak diingini" Kong Soe Jin
kelihatan berat sekali melepaskan adiknya.
Sementara itu tampak Sa Kie Sang juga bercakap-cakap
dengan ciauw Hauw, sedang Khoe cong kasak kusuk dengan
Hui Seng Kang. Setelah tiga pemuda yang hendak berlomba itu berunding
sebentaran, Kong Soe Jin ajak adiknya untuk berangkat
terlebih dahulu.
Terdengar Hoan SiangJle dan Kun-lun Pay mengucapkan
doa restunya. "Ya, saudara Kong, aku bantu mendoakan semoga kau
nanti kembali dengan kemenangan dan selamat walaftat..."
"Terima kasih" jawab Kong Soe Tek.
Kemudian dengan diantar oleh engkonya Kong Soe Jin dan
Hoan Siang Jie, berangkatlah Kong soe Tek terlebih dulu.
sekarang mari kita ajak pembaca melihat Ho Tiong Jong.
Ketika dua nona jelita yang mempesonakan hatinya sudah
berlalu, Ho Tiong Jong girang bercampor masgul. Girang
karena totokannya sudah terbuka dan masgul karena dengan
cara bagaimana ia memutuskan rantai yang membikin dirinya
tidak merdeka " Dalam keadaan bingung. tiba-tiba ia
mendengar suaranya co Kang cay berkata.
"Hei, bocah, legakan hatimu, aku lihat dua nona itu tidak
akan membunuhmu. Nah, sekarang coba lihat, barang apa
yang si nona berikan padamu tadi."
Ho Tiong Jong baru jengah. Barusan ketika Kim Hong Jie
membuka totokannya, bergerak menyesapkan suatu benda
ditangannya. ia segera memeriksa, kiranya benda itu ada kikir
kecil yang dapat mengikir putus rantai yang membelenggu
dirinya. Ho Tiong Jong kegirangan.
"Terima kasih, adik Hong." katanya dalam hati. Lalu
berkata pada co Kang cay. "Dia memberi kikir untuk mengikir
rantai." "Bagus, bagus Untungmu sangat bagus bocah ..." co Kang
cay ketawa terkekeh kekeh. Sambil mergerjakan tangannya,
Ho Tiong Jong pasang omong dengan co Kang cay.
Antaranya ia berkata "Lopek, aku ingin lekas-lekas keluar
dari sini. Bagaimana, kalau umpamanya aku sudah merdeka
dan hendak keluar, apakah lopek mau turut aku?"
"Bocah, "jawab co Kang cay "hatimu mulia sekali, cuma
sayang aku sudah tua, tidak ada gunanya lagi hidup beberapa
tahun." "Tapi aku ingin kau ikut aku keluar."
"Tidak. Dengan adanya aku, tapi memberabekan kau
bergerak."
"Apa pun yang akan terjadi, aku harus menolong lopek
keluar bersama-sama dari neraka ini. Aku harap kau suka
menerima bantuanku yang tidak berarti ." Co Kang Cay
menghela napas. Agaknya ia terharu akan kebaikan hati si
anak muda. Ketika Ho Tiong Jong menanyakan tentang jalanan rahasia
untuk keluar dari kamar tahanan itu, tiba-tiba terdengar
seperti ada tindakan kaki yang mendatangi.
Sebentar lagi. tampak ada terbuka sebuah lubang pada
pintu kamar, sepasang mata yang bersinar mencorot kedalam.
Ho Tiong Jong tidak tahu siapa orang itu, tapi ia tidak perduli.
Ia pura-pura tidak tahu ada orang yang mengintai dari lubang
tersebut. Kemudian lubang itu telah tertutup kembali.
Dalam hati Ho Tiong Jong berpikir. "Kenapa orang sangat
perhatikan diriku" Aku biar bagaimana harus membawa keluar
Co lope dari sini. Kalau aku keluar sendiri, mana aku bisa pergi
ke kota Yang cio untuk menikmati keindahan bangunan
istimewa seperti yang dibicarakan oleh Tio lopek?" Lalu
Keduanya tidak berkata-kata, Ho Tiong Jong yang
memecahkan kesunyian.
"Co lopek, kau jangan kuatir. Kalau aku lolos, kau juga
harus lolos"
"Hai, bocah, hatimu memang sangat mulia. Aku sebenarnya
sudah tua dan tidak ada gunanya lagi, cuma saja aku sudah
mempelajari itu bangunannya istimewa di Yang-co dua puluh
tahun lamanya, kalau aku tidak bisa membuktikan
kepandaianku untuk mendapatkan jalan masuk kedalam
bangunan gunung-gunungan itu, memang aku mati juga
rasanya sangat penasaran-"
Hatinya Ho Tiong Jong tergetar mendengar kata-katanya si
orang tua. Sambil terus mengerjakan kikirnya untuk membebaskan diri
dari rantai. Ho Tiong Jong menanyakan jalan keluar dari situ.
Menurut keterangan Co Kang Cay, untuk dapat keluar dari
kamar tahanan itu orang harus melalui s ebuat selokan yang
mempunyai beberapa tikungan- Harus diperhatikan bilukanbilukan
itu jangan sampai salah membiluknya, barulah bisa
keluar dari kamar tahanan yang tidak enak itu.
Selagi mereka asyik pasang omong tiba-tiba terdengar
orang menanya dengan suara keras. "Hei, apakah didalam
betul ada Ho Tiong Jong ?"
"Ya, betul aku Ho Tiong Jong." jawabnya.
Tidak lama, pintu kamar tahanan telah terbuka dan muncul
seorang berjenggot putih, matanya berkilat kilat mengawasi
Ho Tiong Jong. ia berkata perlahan"Hei. Tiong Jong, aku ini Ngo ho San-jin bernama Cia Peng
San, aku datang hendak menolong kau, harap kau jangan
bicara keras-keras"
Ho Tiong Jong melongo. ia tak kenal pada orang itu. Apa
maksudnya ia hendak menolonGi dirinya yang tidak kenal satu
dengan lainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Sahabat." kata Ho Tiong Jong: "aku dengan kau tidak
saling mengenal, untuk apa kau hendak menolonGi diriku?"
"Soal itu, sebentar kalau kau sudah keluar dari sini nanti
aku terangkan dengan jelas apa sebabnya." kata cia Peng sanSetelah berkata demikian cia Peng San sudah hendak
gerakkan badannya meluncur kebawah menghampirinya Ho
Tiong Jong berkata.
"Hei, sahabat, nanti dahulu" Aku tidak mau sembarangan
menerima budi orang, maka aku harap kau suka memberi
keterangan lebih dahulu?"
"Ah, kau ini banyak cerewet. Kalau sebentar diluar aku
menerangkan padamu bukankah sama saja dengan disini"
Sebelum Ho Tiong Jong membuka suara lagi, tiba-tiba
terdengar seorang berkata. "Aaaa saudara cia, kau rupanya
kelebihan tempo jalan-jalan sampai disini" Itulah suara
mengejek dari si Rajawali Botak Ie Yong. Kiranya kedatangan
cia Peng san kesitu sudah kena diintai oleh Ie Yong.
Mendengar perkataannya si Rajawali Botak cia Peng San
tidak jadi takut. Dengan suara tenang ia menjawab. "oo, ie
congkoan juga ada melakukan ronda sampai di sini" Benarbenar
kamar tahanan ini sangat dijaga rapih sekali." Si
Rajawali Botak tertawa dingin
"cia Peng San kau ini ada ke sorga bukan dijalani malah
berjalan masuk ketempat jebakan disini. Ha ha ha..."
"ie Congkoan," kata pula cia Peng San, "aku tidak mengerti
apa artinya kau kata barusan" Apakah kau maksudkan tempat
ini terlarang untuk orang melihat- lihatnya?"
Sambil berkata demikian, cia Peng San matanya celingukan
mencari tahu. kalau- kalau dibelakangnya si botak ini ada lagi
yang akan membantunya. Tapi lantaran keadaan gelap.
maka ia tidak dapat lihat orang lainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Ha ha ha, Cia Peng San, kau jangan berlaga bodoh
dengan maksudmu yang sebenarnya. Aku tahu namamu ada
terkenal juga di kalangan kangouw, aku si orang she le ingin
menjajalnya disini. Mari, mari kita bertempur"
Setelah berkata, tangan kirinya menyerang dengan senjata,
sedang tangan kanannya membuka telapakan tangannya dan
lima jarinya yang runcing mengancam hendak mencengkeram
pada si orang she Cia.
Cia Peng San marah melihat kelakuannya si Rajawali Botak.
Ilmu mencengkeram dari le Yong dianggap tidak ada
artinya bagi Cia Peng San, sebab ia juga ada akhli ilmu
demikian- Ia dapat menggunakan tiga puluh enam jalan
menyerang dari ilmu menceng kramnya. Tidak heran, kalau
dalam tempo pendek saja si botak sudah ke-desak oleh
musuhnya, akhirnya ia hanya dapat menangkis tapi tak dapat
balas menyerang.
Ho Tiong Jong menyaksikan pertandingan kedua lawan itu
dengan nyata. Pikirnya hendak membantunya Cia Pek San,
tapi diluar dugaannya dalam dua tiga gerakan saja le Yong
sudah kena dijatuhkan oleh lawannya.
Berbareng Ho Tiong Jong mendengar Co Kang Cay berkata.
"Tiong Jong, kau jangan enak-enakan- Kau harus waspada,
sebab orang yang hendak menolongmu itu aku lihat bukannya
orang baik-baik."
Ho Tiong Jong tidak begitu percaya akan kata-katanya, tapi
diam-diam ia memikirkan juga. Kini ia melihat sibotak rubuh,
apakah ia mati"
Kiranya sibotak rubuh hanya berpura-pura saja mati,
karena tidak sanggup meladeni lebih jauh lawannya yang
kosen. Ia sudah terkena goresan kukunya cia Peng San hingga
berlumuran darah. Saat itu ia pikir lebih baik mencari jalan
selamat dan pura-pura rubuh binasa.
Tapi ia lupa bahwa lawannya tidak mudah dikelabui oleh
akal bulusnya. cia Peng San perdengarkan tawa dingin, katanya.
"Hei, botak, lekas balut lukamu dan mari kita bertempur
lagi?" Si Rajawali Botak paling benci kalau mengatakan "si botak",
maka ketika mendengar lawannya itu perdengarkan itu
perkataan, kontan darahnya mendidih dan sambil kertak gigi
ia mengawasi musuhnya dengan mata beringas.
-ooo0dw0ooo-
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
XV. HO TIONG JONG MATI LAGI
LUCU sekali kelihatannya si botak dalam keadaan demikianNgo-ho San jin cia Peng San tertawa geli melihat si botak
yang sudah tidak berdaya, Ia berkata menyindir.
"Hmm.... botak, kau ini nasibmu sangat jelek. orang satusatunya
yang melindungimu seng Eng, kini sedang repot
dengan urusan pertandingan luitay, maka sekarang siapa yang
dapat menolong dirimu" Ha ha ha, kau lihat aku nanti akan
memapas kedua kupingmu supaya lebih pantas dengan kepala
botaknya."
le Yong bukan main marahnya, tapi ia tidak berdaya. ia
tidak berani bergebrak lagi dengan lawannya yang ia sudah
tahu ada lebih tinggi kepandaiannya dari ia. Maka ia hanya
dapat memaki-maki saja.
"orang she cia, perkataanmu ini benar-benar menyakitkan
tuanmu. Sampai mati aku tidak nanti daant melupakannya.
Tunggu saja nanti pada Suatu hari tuanmu akan mencari kau
untuk menagih hutang kekalahannya. Kau ini masuk partay
apa" Hmm berani-berani mau berserikat dengan Ho Tiong
Jong Apa kau kira kami tidak tahu?"
Hatinya cia Peng San bercekan pikirannya, kalau begitu
Seng Eng menahan Ho Tiong Jong dengan maksud tertentu
untuk memperalat anak muda itu dikemudian hari. Ia lalu
berkata pada Ie Yong.
"Hmm baik sekali kau membuat jebakan macam ini.
Sekarang aku mau tanya kau, didalam benteng ini selainnya
Seng-Eng dan itu hweshio tua Pek Boe, apakah tidak ada lain
orang lagi yang kosen" Mereka hendak menghalangi aku cia
Peng San punya kehendak. hmm jangan harap"
Si botak yang sedari tadi merasa dihina dan tak tahan
menahan amarahnya yang membuat dadanya seakan-akan
mau meledak, maka sudah lompat bangun dan menyerang
dengan senjata martilnya bertubi-tubi.
Perbuatan mana ada diluar dugaannya cia Peng San, maka
dengan agak kaget ia telah mengegoskan serangan kekanan
dan kekiri. Pertempuran kali ini kelihatan sangat ramai. Kedua
pihak telah mengeluarkan kepandaiannya yang lihay.
Sementara itu Ho Tiong Jong dilainpihak hatinya merasa
sedih, karena cia Peng San hendak menolong dirinya bukan
didasarkan atas kebaikan hatinya, jikalau mendengar
pembicaraan diantara dua orang itu, cia Peng San juga
bermaksud akan memperalat dirinya saja.
Si botak bertempur dengan cia Peng San lama juga, tiga
puluh jurus, tapi tampak nyata bahwa ia bukan tandingannya
Cia Peng San- Memikir kalau pertandingan diteruskan, si botak nanti akan
keburu mendapat bantuan, maka Cia Peng San setelah
mendesak mundur lawannya lantas lompat keluar dari
kalangan berkelahi untuk melarikan diri.
"Ha ha ha...." si botak tertawa. "Orang she Cia, tanya
sebegini saja kemampuanmu menjual lagak didepan tuan
besarmu, sungguh menyebalkan. Mari kembali untuk
bertempur dengan tuanmu sampai tiga puluh jurus "
Cia Peng San tidak meladeni diejek demikian- Ia masih
berusaha untuk meloloskan diri dari tempat itu. Siapa tahu
ketika ia membiluk disatu tikungan didepannya ada
menghadang seseorang. Bukan main kagetnya, ketika ditegasi
ia rupanya kenali orang yang menghadang didepannya.
"Hei, yang menghadang didepan itu bukan nya cio
Lopocu?" tanyanya.
orang itu mengenakan baju hijau dan berjenggot panjang,
tidak menjawab atas tegurannya Cia Peng San hingga ia ini
menjadi gelisah hatinya. Ketambahan pintu buat ia ke Iuar
ternyata sudah tertutup, maka pikirnya ia tak dapat lolos dari
tempat itu. Sayang ia tadi tidak membekuk si botak buat dijadikan,
barang jaminan terhadap orang yang menghadang
didepannya itu. "Co Lopocu, bukan?" ia mengulanGi
pertanyaannya. "Ha ha, pandanganmu tak salah. Siapakah yang menjebak
kau disini?" jawab orang itu. "Ya, pocu sudah tahu
kedatanganku kesini, buat apa menanya lagi."
orang itu tertawa dingin. "Bagus," katanya. "Nah sekarang
aku mau minta pelajaran dari ilmumu " Gerakan Tangan Sakti"
yang mempunyai tiga puluh jalan-"
"Bagus, aku juga ingin menjajal ilmumu "Kuda semberani
melayang diangkasa." Keduanya kelihatan sudah siap untuk
bertempur. Ngo ho Sanjin Cia Peng San dengan kepalannya menjaga
didada, tangan lainnya membuka jarinya dan menyerang
dengan angin pukulan yang santar.
Co Tong Kang (Co Pocu) telah mengerahkan tenaga
dalamnya, hingga jenggotnya bergoyang-goyang meskipun
tidak ketimpa anginCia Peng San mengirimkan serangan hebat dengan gaya
"Di waktu malam mengintai kereta istana" dan "Singa
bertahan". Tapi dengan menggunakan kegesitan lompat
kesana-sini, Co Tong Kang dapat mengundurkan semua
serangan lawannya.
Cia Peng San gelisah hatinya melihat semua serangannya
luput, ketambahan ia lihat lawannya sudah mulai
menggunakan ilmunya "Kuda sembari melayang keangkasa".
Tubuhnya Co Tong Kang tampak melesat tinggi dari atas ia
menyerang musuhnya dengan tangan dan kaki berbareng di
kerjakan- Sebetulnya ilmu ini hanya untuk menyerang, tidak
untuk menjaga diri. Genanya untuk membikin musuh tak
dapat melarikan diri.
Cia Peng San tidak tahu serangan macam ini, maka dengan
dua tangannya ia menyerang kedadanya sang lawan yang
masih melayang diudara, Co Tong Kang tahu serangan lawan
ada hebat maka tidak sembarangan ia menyambut. Ia
meluncur turun dibelakang nya Cia Peng San, kemudian
dengan satu gerakan manis sekali ia buat Cia Peng San
terpental dan tubuhnya membentur dinding, kemudian rubuh
meloso ditanah."
Cia Peng San merangkak bangun, ia maksudnya hendak
menyerang lagi musuhnya, tapi diurungkan ketika dalam otak
berkelebat pikiran lebih baik lari. Maka begitu ia sudah dapat
menegakkan badannya sudah lantas kabur meninggalkan
musuhnya. co Tong Kang melengak. Ia tidak mau membiarkan
musuhnya melarikan diri, maka lantas menguber. Pikirnya,
kalau Ie Yong bisa mencegat larinya cia Peng San, tentu
pecundang ini dapat dibekuknya. Tapi siapa nyana, setelah ia
menguber melewati dua kamar batu ia dapatkan sibotak
sedang membentak-bentak dan mundur mundur seolah-olah
barusan ia habis dikerjai orang.
"Kau kenapa?" tanya co Tong Kang.
"Barusan aku kena dikerjai orang," jawabnya sambil
mengusap-usap sikunya.
"cia Peng San yang barusan datang ke-sini?"
"Bukan-"
"Hei, siapa lagi orangnya yang datang ke sini?" co Tong
Kang berCekat hatinya.
"Dia mengenakan kedok hitam," jawab si botak.
"Menggunakan kedok hitam?" co Tong Kang mengulangi,
heran. "Ya. dia berkedok hitam dan pakaiannya juga serba hitam.
Aku sedang lengah di kamar batu ke satu telah dipukul
olehnya hingga aku mundur kesini. Aku tidak perhatikan
pengawakannya, tapi dari gaya pukulannya seperti pukulan Ie
su-pit (pit sejarah) dari Han Siauw ceng."
"oo, pantasan kau tidak berdaya, kalau orang ini yang
menyelusup kesini. Kalau begitu kecuali dia tentu masih ada
lain lain nya yang menyelusup kesini." si botak hanya
memandang pada co Tong Kang yang sedang meng urut-urut
jenggotnya. "Jadi kau sudah buat terlepas cia Peng San bukan?" tanya
co Tong Kang. "Aku bukan sengaja membuat dia terlepas," jawab si botak.
"Aku baru saja mau masuk ke jalanan got untuk mencegah
larinya orang she cia itu. mendadak dari belakang aku sudah
di serang orang. cepat aku menggosok serangan dan memutar
tubuh menangkas susulan serangan orang itu, Tapi dia ada
sangat tinggi ilmu silatnya, karena terus menerus aku dicecer
dan mundur sampai ke-sini. cia Peng San menggunakan aku
kedesak begini, rupanya dia sudah melarikan dirinya."
co Tong Kang manggutkan kepalanya. "Ya, si orang tua she
Hui sudah muncul, aku tidak dapat mempersalahkan kau.
sekarang kau berlaku sebagai mana biasa saja menurut
rencana yang telah diatur. Nah, ini aku kasih dua butir pil,
satu untuk dimakan dan lainnya untuk- dipakai diluar
menyembuhkan lukamu. Tidak lama kesehatanmu pulih
kembali." co Tong Kang berkata sambil menyerahkan obatnya.
"Terima kasih, Pocu." kata si botak dengan perasaan penuh
terima kasih. Tidak lama kemudian telah menghilang dari situ.
Sementara itu Ho Tiong Jong dalam kamar tahanannya tiba
tiba melihat munculnya si botak dekat pintu besi, siapa telah
berkata. "Hei, Tiong Jong, kaujangan ngimpi hendak kabur diluar
penjagaan sangat rapihnya, kau tahu?"
Ho Tiong Jong mendongkol mendengar kata-katanya si
botak ia menjawab.
"HMM...... botak. disini kau jangan menunjukkan botakmu
yang buruk itu, apa kau anggap kebagusan" Kalau tuanmu
mau melarikan diri, jangan lagi kau, setan sekalipun tak dapat
mencegahnya, kau mengerti?"
Ie Yang berteriak gusar, Ia paling tidak suka kalau
kepalanya yang botak dipakai bahan omongan- Tapi
kegusarannya tak dapat ditumplekkan kepada pemuda itu,
karena ia tahu kalau Ho Tiong Jong sampai kenapa-apa nona
Seng tentu tidak akan memberi maaf kepadanya. Malah Seng
Pocu kelihatan menghargai pada pemuda ini.
Kalau terhadap lain tahanan ia boleh punya suka. Tapi ia
tidak puas, maka ketika meninggalkan Ho Tiong Jong ia
berkata. "Hmmm Tiong Jong, kau jangan terlalujumawa. Ada satu
hari nanti kau tahu bahwa aku Ie Yong bukannya seorang
yang gampang-gampang dihina." Ho Tiong Jong geli dalam
hatinya melihat tingkah lakunya si botak.
"Hei, botak kau tidak rela" Aku nanti perlihatkan padamu,
bahwa aku tidak sukar lolos dari sini." demikian Ho Tiong Jong
temberang. si botak mendelik matanya. "Tiong Jong, kau jangan
banyak tingkah. Kalau benar kau bisa meloloskan diri dari sini,
aku Ie Yong dengan sukarela akan menghadiahkan kepalanya
sebagai tanda penghargaan, ha ha ha^.."
Si botak penuh keyakinan Ho Tiong Jong biar bagaimana
juga tak dapat meloloskan diri dari situ. Selalu ia yang
menjaga, juga ada Co Tong Kang. Kalau ini dapat dilewati,
masih ada Pek Boe Taysu dan seng Pocu yang akan datang
memberikan bantuan mencegah larinya anak muda itu.
Dari sebab keyakinannya itu. maka ia dengan temberang
telah berkata hendak menghadiahkan kepalanya kalau Ho
Tiong Jong benar-benar dapat keluar dari benteng yang kuat
itu. Ho Tiong Jong mendongkol juga mendengar kata-katanya
si botak. "Hei, botak." katanya, "kau dikalangan kangouw bukan
sudah punya nama juga"Jangan kau seperti orang penjual
obat dijalanan saja boleh mengeluarkan perkataan sesuka
hatimu. Kalau aku betul sudah dapat meloloskan diri dari sini.
kaujangan mungkir untuk menyerahkan kepalamu yang botak"
Ie Yong tertawa dingin sambil tepok dadanya ia menjawab.
"Tiong Jong aku Ie Yong ada satu laki-laki sejati. Ludah yang
sudah dibuang tak akan dapat dijilat kembali, maka
perkataanku barusan tidak akan aku tarik kembali. Maka,
kalau kau betul-betul dapat meloloskan diri dari sini, nanti
kalau kita ketemu muka, aku akan persembahkan kepadamu
kepadamu."
Terdengar Ho Tiong Jong tertawa tergelak- gelak.
sibotak tidak mau meladeni lagi, lalu menutup pintu
tahanan terus ngeloyor pergi.
Ho Tiong Jong setelah melihat sibotak berlalu, terus
memasukkan tangannya meloloskan rantai yang sudah dikikir
putus. Pintu tahanan sebentar kemudian tampak terbuka lagi. kini
muncul nona cong ie berjalan masuk. Dari atas ia berkata
pada Ho Tiong Jong.
"EngKo Ho, aku cong ie datang hendak menolong kau."
Ho Tiong Jong kaget mendengarnya. ia tidak mengira
bahwa nona cong juga datang ke-situ dengan maksud
menolongnya, seperti terjadi pada cia Peng San tadi. Pemuda
itu kuatir kalau nona cong mendapat celaka, maka ia berkata.
"Nona cong, terima kasih. Tapi harap kau lekas-lekas
meninggalkan tempat ini, ada orang yang mengawasi gerakgerikmu."
"Engko Ho, semata-mata aku berani menerjang masuk
kesini aku sudah perhitungkan apa akibatnya, maka legakan
hatimu semua urusan aku yang menanggungnya."
"Tapi ah nona cong. lebih baik.kau lekas meninggalkan
tempat ini. Kau datang dengan tangan kosong, mana dapat
kau mengelakan bahaya yang mengancam dirimu" Harap kau
suka turut perkataanku. "
Ho Tiong Jong gelisah hatinya. Tapi conGi e dengan
tertawa angkuh telah berkata.
"Engko Ho, mana bisa aku berpeluk tangan melihati kau
menderita dan mana aku dapat ke gunung Po san dengan
tangan kosong?"
Ho Tiong Jong mengerti, bahwa jalanan got untuk keluar
dari tempat tahanan itu ada dijaga keras oleh orang-orang
yang menjaganya, tentu ada berkepandaian sangat tinggi.
Bahkan rupanya masih ada jalanan untuk orang melaporkan
kepada tuan rumah jikalau terjadi apa-apa dalam tempat
tahanan itu yang tak dapat diatasi.
Kalau nona Ciong menolong dirinya, lebih-lebih banyak
bahayanya daripada selamat. juga dengan menggrecoknya
nona cong berarti telah mengacaukan rencananya untuk kabur
dari tempat itu. Tidak heran kalau hatinya menjadi sangat
risau. Tanpa merasa Ho Tiong Jong mengeluarkan keringat
dingin.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, nona cong harap kau suka menurut perkataanku,"
katanya lagi. "Apa yang harus ditakuti?" tanya si nona.
"oh, aku harap kau suka memikirkan juga tentang apa
katanya orang, kau satu wanita datang kemari menyatroni
lelaki. Maka pergilah kau, aku betul-betul tidak berani
menerima budimu yang besar ini. Aku takut dengan berita
orang perihal kita berdua, maka haraplah kau suka maafkan"
Mendengar kata-katanya si anak muda tampan yang
memincak hatinya, lantas saja ia merasa sangat sedih. Dengan
susah payah ia datang kesitu untuk menolong Ho Tiong Jong,
akan tetapi melihat yang hendak ditolongnya sedikit pun tidak
mempunyai rasa kasih sayang, siapa tidak akan menjadi
sedih" Maka dengan hati cemas dan menolongkol ia telah
meninggalkan tempat itu dengan tidak menutup pula pintu
besi tempat tahanan itu.
Setelah si nona pergi, hatinya si pemuda jadi berduka telah
menolak orang punya maksud baik. Beberapa kali ia menghela
napas. Tidak lama tiba-tiba terdengar suara timpukan batu kecil
ialah biasa digunakan dalam kalangan kangouw untuk mencari
tahu ada orang atau tidak ditempat yang ditimpuknya.
Tampak muncul ceng ciauw Nikouw yang berpakaian abu
abu warnanya. pipinya menonjol, alisnya halus dan hidungnya
lancip. Seram kelihatannya. Ho Tiong Jong yang melihatnya
merasa jemu. ceng ciauw Nikouw melihat Ho Tiong Jong separuh
dadanya terendam air, ia berkata pada anak muda itu. "Hei
bocah, aku datang kesini hendak menolong kau."
"Terima kasih," jawab Ho Tiong Jong, "tapi jangan lupa.
kau bisa masuk sukar keluar lagi.Jalanan keluar sangat
berbahaya, mungkin kita akan menemui kematian."
"Maka sebelumnya kita berlalu, harap kau suka memeriksa
dahulu jalanan keluar yang selamat, agar kita aman keluar."
ceng ciauw Nikouw anggukkan kepalanya.
Setelah berdiam sebentar, lantas ia hendak meninggalkan
tempat itu. Tiba-tiba terdengar suara yang berkata.
"Ya. betul seperti dikatakan Tiong Jong. orang masuk
kemari, bisa masuk tapi tidak bisa keluar lagi. Dari itu, nikouw
kalau kau hendak keluar dari sini perlihatkan dahulu
kepandaianmu didepanku."
Itulah suara co Tong Kang. yang ceng ciauw Nikouw kenali.
"Ya, betul aku." jawabnya sambil unjukan diri. "Seng Pocu
mengadakan pertandingan luitay, tapi aku sendiri tak ingin
bertanding di luitay, lebih baik aku mengukur kepandaian
orang disini saja." ceng ciauw Nikouw perdengarkan tertawa
dingin. "Ya. aku sudah terjebak olehmu." katanya "Kalau tidak
mengeluarkan sedikit kepandaian memang tidak pantas."
co Tong Kang tertawa bergelak-gelak.
"Bagus, bagus," katanya, "memang begitu halnya, aku tahu
ilmu senjata rahasiamu yang lihay yang diramai Tok-kim-chi
(uang emas beracun) dan senjata kebutanmu yang terkenal,
maka sekarang aku ingin menyaksikan dengan mata kepala
sendiri." Ho Tiong Jong mendengar tentang tanya jawab dua lawan
itu, diam-diam dalam hatinya berpikir, bahwa dalam
"Perserikatan Benteng Perkampungan" banyak jago jago
pilihan yang ilmu silatnya istimewa.
Ini Tio Pocu juga tentu ada lihay, sedang si nikouw juga
pasti bukannya orang Sembarangan, sebab Tic Pocu tidat
berani unjuk kelakuan yang memandang rendah.
Sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba ia dengar ceng ciauw
Nikouw berkata.
"Baiklah, kau boleh bersedia." Berbareng ia gerakkan
kebutannya menyerang pada co Tong Kang.
Kebutan itu ketika digerakkan lantas perlihatkan sinar ke
kuning-kuningan, mengurun pada dirinya co Tong Kang. Tapi
orang she co itu juga sudah siap sedia untuk menangkisnya. ia
menggunakan senjatanya yang dinamai " Liat- h we kie" atau
"Panji Api".
Gerakan mereka cepat sekali. Kebutan dan Panji Api
menari-nari dengan indahnya, masing-masing mengarah jalan
darah lawannya.
Pertandingan berjalan seru, tapi setelah sepuluh jurus
lantas dapat diketahui bahwa nikow itu berada dibawah anginSerang-serangannya yang gencar tadi mulai kendor kena
tekan oleh serangan hebat co Tong Kang.
Tiba-tiba ceng ciauw Nikow keluarkan bentakan keras,
kebutannya digetarkan dan dimainkah lebih cepat lagi. hingga
dirinya seperti terbungkus oleh sinar kuning yang keluar dari
kebutannya. Dengan merubah permainan pukulannya ceng ciauw
Nikouw dapat memperhatikan diri dari desakannya co Tong
Kang yang dahsyat.
ceng ciauw Nikouw mengerti, bahwa senjata Liat hwe kie,
lawan adalah senjata khusus untuk memunahkan senjata
gelap yang kecil-kecil, maka juga ia tidak berani sembarangan
menggunakan senjata rahasianya Tok-kim chi.
Ia kebingungan juga melihat ilmu silatnya kalah dari lawan,
mau mengeluarkan senjata gelapnya merasa ragu ragu, habis
bagaimana baiknya menyudahi pertempuran ini"
Ho Tiong Jong melihat si nikouw keteter, lalu berteriak
"Hei, cong ciauw Nikouw cepat-cepat kau melarikan diri"
"Tiong Jong, kau jangan bikin gelisah hatinya," kata Tong
Kang sambil ketawa terkekeh-kekeh, "kau lihat aku bikin dia
terputar-putar, ha ha ha..." ceng ciauw Nikouw mendelu
hatinya mendengar kata-katanya co Tong Kang.
Ia ada satu wanita yang biasa jalan hitam (Jahat).
tabeatnya telengas dan kejam, bukan nya sedikit orang yang
binasa dibawah tangannya. Kini ia harus menempur lawan
berat, ia sukar mengalahkannya, kalau kesudahannya ia
pecundang bagaimana ia ada muka menemui kawankawannya?"
co Tong Kang sangat cerdik dalam tiap pertempuran, Ia
selalu menempur musuh dengan didahului perang urat syaraf,
membikin musuhnya menjadi meluap amarahnya dengan
beberapa perkataannya yang menusuk hati.
Kini siasat perang urat syaraf menang dari ceng ciauw
Nikouw, maka tinggal ia mendesak musuhnya lebih hebat lagi
sehingga ia tidak berdaya, akan kemudian dapat dibunuhnya.
NIKOUW itu timbul keganasannya ketika terus menerus
kena desakan oleh lawannya. sekejap saja ia sudah ambil over
penyerangan, kebutannya berkelebatan mengeluarkan sinar
kuning yang berkeredepan.
Tapi coTong Kang melayani padanya dengan tenang malah
ia tidak mau membuka serangan membalas, hanya menutup
dirinya dengan senjatanya yang ampuh Liat hwe kie.
Sebentar lagi kelihatan ceng ciauw Nikouw mengayun
tangannya, segera tiga sinar keemas-emasan melayang
mengarah dirinya co Tong Kang dan satu sinar melayang ke
arahnya Ho Tiong Jong.
Itulah senjatanya ceng ciauw Nikouw yang sangat
diandalkan, yalah Tok kim-chi atau Uang emas beracun, yang
berupa uang dengan pinggirannya tajam bergigi direndam
dalam racun. Maka, siapa yang terkena senjata rahasianya ini
pasti akan melayang jiwanya menemui Giam lo ong.
ci Tong Kang melihat si nikow telah melepaskan senjata
rahasianya, menjadi gelisah karena selainnya ia harus
menjaga dirinya sendiri dari serangan musuh, juga ia harus
melindungi dirinya Ho Tiong Jong.
Senjata rahasia tiga biji yang mengarah dirinya dengan
mudah ia gulung dengan Panji Apinya, tapi Ho Tiong Jong
bagaimana"
Pemuda itu menjadi kaget ketika senjata rahasia nikow
jahat itu mengarah dirinya, ia bingung karena rantai yang
merintangi dirinya masih belum dapat putus semua, hingga ia
tidak dapat bergerak dengan leluasa. Dengan apa boleh buat,
ketiga senjata rahasia itu menyamber kemukanya ia telah
membuka mulutnya dan menggigit dengan tepat sekali.
Kejadian ini tak dilihat oleh co Tong Kang ia ini hanya
melihat Ho Tiong Jong sudah terkena senjata rahasianya si
nikow jahat, ia menduga Ho Tiong Jong tentu binasa oleh
karenanya. Ho Tiong Jong pura-pura terkena oleh senjatanya si nikow,
ia telah tundukkan kepalanya dengan teklok seolah-olah ia
telah binasa co Tong Kang yang melihatnya sudah tidak
mengambil perduli lagi.
Kenapa ceng ciaw Nikouw menyerang Ho Tiong Jong "
Itulah karena dalam anggapan nikow jahat itu Ho Tiong
Jong ada orangnya Seng Eng dan ditahan dalam tempat
tahanan itu hanya merupakan umpan untuk menjebak orang
saja. ia tidak tahu pemuda itu tidak mau diperalat Seng Pocu.
cong Tong Kang pikir Ho Tiong Jong tak termasuk
partainya, maka kematiannya untuk apa diambil pusing, lebih
baik ia mengerahkan tenaganya meneruskan pertempuran
dengan ceng ciauw Nikouw.
Ia terus mendesak lawannya. Meski kebutannya si Nikouw
berkelebatan mengurung dirinya, tidak dapat mendekati
tubuhnya yang dilindungi oleh Panji api.
ceng ciauw Nikouw menjadi jengkel. Kembali ia merogoh
sakunya dan mengeluarkan dua buah senjata rahasianya
disambitkan kepada musuhnya. Lagi-lagi senjata rahasianya
tidak berdaya menghadapi senjata Panji Api co Tong Kang dan
telah kena digulung mentah-mentah. ceng ciauw Nikouw
semakin jengkel.
Ia jadi nekad. kebutannya dimainkan lebih hebat lagi
menyerang musuhnya. Tapi co Tong Kang juga tidak tinggal
diam. Ia mengerti nikouw jahat itu hendak angkat kaki melihat
serangan-serangannya yang bertubi-tubi seperti mencari
kesempatan untuk melompat keluar dari kalangan
perkelahian- Ia lalu mengerahkan tenaganya ke telapak tangannya,
dengan ilmunya Thiat-cian kang (telapakan tangan besi),
sambil menggulung senjata rahasia sang lawan, ia telah
mengirimkan serangannya yang maha dasyat itu.
Kebetulan ceng ciauw Nikow menjadi tertahan kena angin
serangan tadi. Tapi hanya sebentar saja, sebab di lain saat kebutan itu
bergerak lagi dan dapat memukul jalan darah pada sikunya co
Tong Kang. Keadaan orang she co itu menjadi berbalik burukia
terdesak musuhnya co Tong Kang juga jadi nekad.
Ia lalu bersiul nyaring, tampak tubuhnya melesat tinggi dan
dari atas menyerang musuhnya dengan tipu pukulan "Kuda
Pemberani melayang diudara", tapi Nikow jahat itu juga cerdik
dan sudah bisa menghindarkan serangan lawan, kemudian ia
cepat melarikan diri diuber oleh co Tong Kang.
Tiba tiba ia mendengar suara orang membentak disebelah
depan- Hatinya Nikow jahat itu kebingungan, didepan ada musuh
dan dibelakang dikejar musuh, ia jadi tergencet ditengahtengah.
celaka, pikirnya, bagaimana ia bisa meloloskan diri"
orang yang menghadang didepannya itu berbadan gemuk,
laki-laki setengah tua dengan muka merah.
orang itu kelihatan mendorong dua tangannya, dari mana
meluncur keluar angin yang dahsyat sekali. ceng ciauw Nikow
menjadi nekad, dengan kebutannya ia coba menangkis
serangan orang. Tapi tidak tahan dan tubuhnya telah
terdorong mundur hingga dua tindak. Hatinya tambah gelisah.
Siapakah gerangan orang yang demikian kuat tenaga
dalamnya" ceng ciauw Nikouw sudah lemas, tinggal dibekuk
saja. Dalam keadaan demikian, nikouw jahat itu sudah mandah
terima nasib akan tertawan oleh musuhnya. Tapi ketika si
muka merah datang menghampiri, tiba-tiba ada berkelebat
bayangan kecil langsing dan turun menyelak di antara mereka.
Si muka merah menjadi kaget. "oh. ciauw Toa-nio juga datang
kemari?" serunya.
Kiranya yang menyelak itu ada seorang nenek yang dikenal
dengan nama ciauw Toa-nio dalam kalangan kang ouw. Ia
disegani oleh kawan dan lawan, maka juga kedatangannya
telah membikin kaget si gemuk muka merah tadi. setelah
tertawa terkekeh-kekeh. ciauw Toa-nio berkata.
"Maafkan aku. Melihat kalian sudah turun tangan
bertempur, maka tidak enak kalau aku si nenek tinggal enakenakan
berpeluk tangan, bukan?"
Menggunakan kesempatan si muka merah pasang omong
dengan ciauw Toa-nio, si nikow yang sudah kepepet, telah
gerakan kakinya meninggalkan tempat itu. ciauw Toa-nio juga
sudah gerakan tubuhnya mencelat hilang dari situ.
co Tong Kang melihat itu, lantas berteriak. "Hei, Kim toako,
kaujangan kasih lolos nikow itu"
Berbareng tubuhnya melesat hendak mengejarpada ceng
ciauw Njkouw, akan tetapi orang berbadan gemuk muka
merah tadi sudah mencegahnya. Sementara itu ceng ciauw
yang sudah dapat meloloskan diri, terdengar suara ketawanya
yang bergelak-gelakjauh disebelah luar. Terdengar Ang-bin
Lojin (orang tua muka merah) berkata.
"co hiante, kaujangan berlaku sembarangan. Kini belum
waktunya untuk kita membuka kartu. Kau harus banyak
bersabar."
"Oo, kau hanya menggertak saja." jawabnya sambil ketawa
nyengir. Tapi begitu mengetahui nikouw itu sudah jauh, ia
menambahkan. "Sayang, nikouw itu lolos. Akn sebenarnya
ingin membunuhnya." Ang bin Lojin ketawa gelak-gelak.
"co hiante, buat apa kau mencari urusan Nikouw itu sudah
sepuluh tahun lamanya ada bertinggal digunung Siauw-tong
Kit-sin san dalam goa ceng ciauw teng. Tenaga dalamnya
cukup mahir. Aku bicara terus terang. ceng ciauw Nikow
memang ada musuh kita yang terhitung kuat. Kalau suhu nya
yang bernama Ya Sin Bo nanti muncul bersamanya, benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
benar urusan akan jadi runyam, terpaksa kita harus mencari
bantuan." "Ya, co hiante rupanya masih ragu-ragu yang Ya Sih Bo itu
sudah mati. Memang juga ada kemungkinan dia belum mati.
coba pikirkan, orang yang melatih silat tubuhnya ada banyak
lebih sehat dari orang biasa, seperti kau tahu dalam golongan
kita masih ada tiga orang yang masih sehat-sehat saja
keadaannya dan tiga orang itu umurnya hampir bersamaan
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan Ya Sin Bo.
Sepuluh tahun yang lalu Ya Sin Bo ada tinggal di Siauw
tong Kit sin-san. Setelah ini ia telah pindah ketempat yang
lebih kesebelah timur dari tempatnya yang ditinggali semula.
Aku sangsikan bahwa dia kini sudah mati, sebab siapapun
belum pernah ada yang pergi kesana."
"Ya. Kim toako, barusan aku menyatakan ingin membunuh
ceng ciauw karena mengingat ketelengasannya. Dengan
senjata rahasianya yang beracun, bukan saja dia serang aku,
tapi Ho Tiong Jong yang dalam keadaan tidak berdaya juga
diserang hingga binasa."
"oo, itu orang yang terendam dalam air yang kau
maksudkan?"
"Ya, betul dianya."
"Aku lihat dia seperti masih hidup dan badannya bergerak"
Berdua lalu pergi memeriksa keadaan Ho Tiong Jong.
Keadaan Ho Tiong Jong memang seperti sudah mati,
kepalanya teklok dan hidungnya hampir kerendam air. Mereka
berpendapat bahwa Ho Tiong Jong sudah binasa, karena kalau
masih hidup dan bernapas, air didekat hidungnya itu tentu
bergerak gerak kena tiupan hidungnya. Kini toh diam diam
merasa heran- "Ya, aku heran sekali, dia betul betul mati. Apakah dia mati
karena serangan ganas si nikow tadi?"
"Ya, sudah tentu karena serangan nikow itu. Dia
menyerang dengan kejam kearahku dan kearah Tiong Jong
dengan berbareng. Aku tidak bisa melindunginya dari sebab
aku sendiri juga repot untuk menghindari serangan si nikouw."
"Ha ha ha..." Kim Toa Lip tertawa.
" Dalam hal ini, mana dapat orang menyalahkan padamu.
Kau tak usah kuatir orang akan mencelamu?"
Setelah berkata. Kim Toa Lip lalu turun mendekati Ho Tiong
Jong yang ketika itu dapatan masih dirantai pada sebuah tiang
batu. Ia meneliti sejenak. tiba-tiba ia menghela napas.
"Sungguh sayang orang ini mati konyol. Tulang-tulang
bakatnya untuk menjadi satu akhii silat bagus sekali. Dalam
seratus tahun belum tentu ada muncul satu orang yang
mempunyai bakat seperti dia bagusnya."
Sampai disini tiba-tiba ia seperti ingat sesuatu setelah
menatap wajahnya Ho Tiong Jong, lalu berkata lagi kepada co
Tong Kang. "Hei, co Hiante, kau tentu tahu. orang ini pada lima tahun
yang lalu pernah datang ke- rumah ku, dia telah mendapat
hadiah pelajaran delapan belas jurus ilmu golok keramat dari
Siauw-lim pay. cuma sayang, baru dua belas jurus, ia sudah
meninggalkan rumah kami"
"Bagaimana dia dapat hadiah begitu mudah, apakah dia
sudah berbuat jasa?"
"Duduknya perkara sederhana saja. Gara-gara boneka
anakku Hong Jie kecemplung ke-dalam sawah, dia yang telah
menolong ambilkan. Hong Jie sudah merasa sangat berterima
kas ih kepadanya dan merasa kalau dia dalam keadaan
kedinginan- Maka atas desakan Hong Jie pada ayahku, maka
ia diberi hadiah ilmu golok terkenal itu."
"Tapi kenapa dia baru belajar dua belas jurus sudah
meninggalkan rumah toako?"
"Kau tentu kenal tabeat ayahku, yang paling suka dengan
kebersihan. Waktu itu Tiong Jong masih merupakan anak
gelandangan, Ayahku meskipun benar memberi pelajaran
dengan sungguh sungguh, tapi beliau sikapnya agak dingin
terhadapnya. Sedang Tiong Jong bertabeat angkuh, tidak bisa
terima perlakuan ayahku itu. Keduanya tidak cocok. maka
ketika Tiong Jong disuruh pulang dahulu setahun untuk
melatih dalam peraktek apa yang diajarkan dan diminta
kembali setelah tempo setahun itu, ternyata dia tidak balik
kembali Jadi masih ada enam jurus ilmu yang lihay itu belum
diturunkan kepadanya. Sungguh sayang sekali."
co Tong Kang menganggukkan kepalanya. "Memang harus
dibuat sayang " ia menggrendeng.
"Ayahku sebenarnya tahu bahwa bakat Tiong Jong sangat
bagus, sukar didapatkan yang keduanya, akan tetapi karena
tabeatnya pun ada luar biasa, maka ketika Tiong Jong tidak
kembali lagi beliau sudah tidak mau ambil pusing lagi."
"Sayang." kata co Tong Kang.
"Aku tidak nyana, setelah lima tahun berselang Tiong Jong
berubah demikian rupa. Kalau waktu itu dia sudah begini
gagah, tentu ia sudah diangkat menjadi wakil dari Kim pocu."
co Tong Kang hanya anggukkan kepala dan mengikuti Kim
Toa Lip naik tangga lagi dan keluar dari kamar tahanan itu.
sebelum melangkah pintu, Kim Toa Lip berkata co Tong
Kang. "Eh, hal kematian Tiong Jong sebaiknya ditutup pada rapatrapat,
jangan sampai tersiar keluar, sebab darinya kita bisa
gunakan sebagai umpan untuk membasmi musuh kita."
"Mana bisa," jawab co Tong Kihg. "Kita bisa menutup
rahasia ini, tapi ceng ciauw Nikouw bagaimana" Dia tentu tak
dapat merahasiakan, apalagi senjata rahasianya yang
mengambil jiwanya Tiong Jong tentu dia akan suruh orang
minta kembali bersama dengan yang aku sudah punahkan
dengan senjataku."
Kim Toa Lip jadi melongo.
Pikirnya, betul juga soal kematiannya Ho Tiong Jong itu
sukar dirahasiakan berhubung cong ciauw Nikow sudah
mengetahuinya. "Ya, apa mau dikata." akhirnya ia berkata. "Tapi baiknya
kau tidak sampai membunuh ceng ciauw Nikow, kalau sampai
kejadian demikian, wah, bisa runyam kita meladeni suhunya
yang tentu tidak mau mengerti. Harap saja dia pulang ke
kiauw teng Kit-sin-san tidak berurusan lagi dengan kita."
Sambil berjalan mereka bercakap-cakap. dengan tidak
terasa sudah sampai ke pintu gerbang dari tempat tahannan
itu. "Nah, sampai disini saja kita berpisah." kata co Tong Kang.
"Aku-harus bertugas, harap toako saja yang menyampaikan
apa yang telah terjadi disini kepada Seng Pocu."
Kim Toa Lip anggukkan kepalanya. Setelah Pocu dari KimLiong-po itu berlalu, co Tong Kang lalu balik lagi ketempatnya
dengan mengambil jalan dari pintu rahasia.
Kim Toa Lip juga melalui jalanan rahasia sampai
kerumahnya Seng Pocu, yang saat itu sedang duduk dikursi
kebesaran berunding dengan empat anak muda, dua yalah
laki laki, dan dua anak perempuanMunculnya Kim Toa Lip telah membikin satu antaranya dua
pemudi tadi berjingkrak kegirangan dan lari menubruk pada
Kim Toa Lip. dengan roman yang aleman telah menyenderkan
kepalanya didadanya Kim Pocu.
"Ayah, kau baru datang" kemana saja kau pergi?" Pemudi
itu bukan lain Kim Hong Jie adanya.
Sebagai anak yang di manjakan, kelihatannya Kim Hong Jie
tidak malu malu lagi di-depan orang menggelendot terus dan
nyerocos bicara pada ayahnya.
"Hai, kau ini budak kecil memang paling aleman, apakah
kau tidak malu dilihat oleh orang orang yang ada disini" Kau
toch sudah bukan gadis cilik lagi?"
Demikian sang ayah menegur, tapi dengan suara
menyayang dan Ia antapkan anaknya menggelendot
didadanya yang lebar. Tangannya juga tidak tinggal diam,
telah mengusap usap rambutnya si nona yang hitam sangat
halus. Seng Eng yang melihatnya telah tertawa gelak-gelak.
"Hong Jie anak tunggal, tentu saja dia kolokan- Asal tahan
saja yang menjadi ayah." katanya.
Nona Kim cemberut dikatakan anak kolokan matanya
mengerling penasaran kepada Seng Pocu yang ganda tertawa
saja kelakuannya, hingga nona Kim kewalahan dan ia juga
turut ketawa gembira.
"Ayah." katanya, "kau baru datang, disini banyak urusan-.."
"Aku tahu semua." memotong sang ayah ketawa.
Kim Hong Jie deliki matanya. "Ayah memang begitu, orang
ngomong belum habis sudah main potong saja" kata sinona
agak cemberut. "Habis, apa yang mau kau katakan lagi, semua aku sudah
tahu." jawab ayahnya.
"Ayah..." si nona urung melanjutkan bicaranya karena
dipotong oleh Seng Eng yang berkata.
"Sudah, sudah Hong jie kau suka mau menang sendiri saja.
Sedikit-sedikit mau debat dengan ayah sendiri, sebaiknya kita
beritahukan kepada ayahmu kabar yang hangat menyangkut
pada dirimu. Ha ha ha..."
"Hei. ada urusan apa dengan Hong jie?" tanya Kim Toa Lip.
Kim Hong Jie tundukkan kepalanya sambil buat main ujung
bajunya. "Hei, Hong jie, kau ini macam anak kecil saja. Ada apa
urusan lekas cerita, kenapa malu-malu, apa memangnya
rahasia?" Kim Toa Lip tegur anaknya sambil ketawa. Tapi Kim
Hong Jie tidak menjawab, ia masih terus tundukkan
kepalanya. Kim Toa Lip jadi heran, lalu berpaling pada Seng Eng,
matanya dikedipkan seakan-akan menanyakan ada urusan
apa, tapi Seng Eng hanya ketawa saja juga Seng Giok cin
kelihatan bersenyum-senyum mengawasi si nakal yang seperti
kemalu-maluan- "Baiklah," kata Kim Toa Lip tiba-tiba, "Kalian ada kabar
penting belum mau menceritakan kepadaku. Sekarang aku
juga ada punya kabar penting yang tidak mau diceritakan
pada kalian sebelum kalian bercerita terlebih dahulu."
Kim Hong Jie yang dari tadi tundukan kepalanya, kini
mendengar ayahnya ada kabar penting lantas dong akan
mukanya yang cantik menarik. Dua sujennya memain memikat
ketika ia bersenyum-senyum dan berkata pada ayahnya.
"Ayah, tidak bisa. Ayah yang harus cerita lebih dahulu."
"Mana bisa, kalian mau tutup rahasia, ayahmu juga mau
tutup mulut. Ha ha ha..."
Kim Hong Jie sudah timbul lagi adatnya yang kolokan. Ia
memeluk ayahnya dan mendesak. "Ayah yang baik, kau tentu
tidak bikin kecewa anakmu yang hanya satu-satunya maka
lekas ceritakanlah, ayah bawa kabar penting apa ?"
Kim coa Lip bohwat (kewalahan) melihat kelakuan anak
tunggalnya ini.
"Betul adik Hong, kita dengar dahulu ayahmu cerita kabar
pentingnya, baru sebentar kita beritahukan urusan itu."
demikian co Goen Tiong menimbrung, tapi ia tak dapat
melampiaskan bicaranya, karena Kim Hong Jie sudah
pelototkan matanya.
Kim Toa Lip menyaksikan itu semua, kembali perdengarkan
tertawanya yang terbahak-bahak. hingga nona Kim jadi tidak
sabaran- "Ayah, kau memangnya mau terus tutup mulut saja"
Hmmm^ ayah jangan bikin Hong jie ngambek.. "
"Huaha." menyela k Seng Eng sambil ketawa.
"Ayah sih..." Kim Hong Jie mengerlingkan matanya dengan
senyum urung pada ayahnya yang ketawa terbahak-bahak.
"Sudah, sudah." Seng Pocu berkata lagi, "ayoh, kau Goen
Tiong yang menerangkan pada- Kim pekhu. "
co Goen Tiong tidak berlaku ayal. ia lalu ceritakan pada Kim
Toa Lip tentang perlombaan yang dilakukan oleh tiga pemuda
Khoe cong, In Kie seng dan Kong soe Tek, pergi ke tempatnya
orang aneh dipuncak Si-ban-lenggoa Pek se ong-tong untuk
mengambil Hwe giok guna dihadiahkan kepada Kim Hong Jie.
Kim Toa Lip terkejut setelah mendengar co Goen Tiong cerita.
Mukanya berubah. "Sungguh berbahaya...." ia
menggrendeng, matanya melirik pada Seng Eng dan berkata.
"Itu ada perbuatan yang sangat berbahaya."
"Aku juga sedang memikirkan hal itu, tapi yang penting
orang tua kukway itu harus disingkirkan jiwanya, karena
dengan adanya dia kita tak leluasa bergerak." Demikian Seng
Pocu menyatakan pikirannya .
"Masih bagus dia belum muncul," jawab Kim Pocu, "Kalau
dia muncul rasanya runyam juga urusan kita. Tapi tidak apa,
lihat saja nanti bagaimana perkembangannya, kita akan
berusaha untuk mengatasinya. Tadi, ada nikouw tua dalam
penjara air sudah bercakap-cakap dengan Tiong Jong."
"Hei, pekhu." menyelak Seng Giok cin yang dari setadian
berdiam saja. "ada kabar penting yang hendak disampaikan
oleh pekhu itu mengenai dirinya Tiong Jong."
"Bukan-" jawab Kim Toa Lip sambil geleng-gelengkan
kepala ketawa nyengir.
"Apa Tiong Jong ikut pada nikow tua itu?" menimbrung Kim
Hong Jie. Besar perhatian dua gadis jelita itu yang terpikat hatinya
oleh Ho Tiong Jong yang gagah dan tampan parasnya.
Tampak Kim Toa Lip menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ayah, hayo lekas cerita..." Kim Hong Jie tidak sabaran
kelihatannya. "Betul, adik Hong betul ..." kata Seng giok Cin.
Kim Toa Lip mengerti bahwa dua gadis ini menaruh
perhatian besar atas dirinya Ho Tiong Jong, maka ia sengaja
perlambat meneruskan bicaranya.
"Ayah," Kim Hong Jie tidak meneruskan bicaranya, karena
Kim Toa Lip sudah menggoyang-goyangkan tangannya dan
berkata. "Kalian berdua kelihatan begitu bernapsu hendak
mendengar berita Tiong Jong, kenapa sih?"
Dua gadis jelita itu bungkam.
Nona Seng melirikan matanya pada si paman yang nakal,
parasnya merah seketika. Sedang nona Kim mendeliki
matanya cemberut tapi tidak mengurangi parasnya yang
cantik menarik. malah kelihatannya lebih-lebih manis. Dua
saudara co bengong, sedang Seng Eng tertawa geli.
Kim Toa Lip sendiri bersenyum-senyum melihat nona Seng
tundukkan kepalanya, sedang puterinya ngambek cemberut.
Tapi akhirnya ia tidak ingin menggoda lebih-jauh pada dua
gadis jelita itu, maka ia lalu cerita lagi.
"ceng ciauw mau menolong Tiong Jong keluar dari penjara
air, tapi dia tidak mau. hingga ceng ciauw jadi marah. Aku
telah menyerang ceng Ciauw, apa mau nikow tua itu amat
kejam. Tahu bahwa dia tidak bisa membawa keluar Tiong
Jong, maka dengan senjata gelapnya Tok kim-chi dia
menyerang Tiong Jong... kalian tahu sendiri senjata gelapnya
nikouw tua itu sangat berbisa."
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ayah, apa Tiong Jong binasa?" menyelak sang puteri.
Sen giok Cin jaga saat itu berbareng hendak membuka
mulutnya menanya, akan tetapi sudah didahului oleh adik
Hongnya. Mereka kelihatan gelisah. Hatinya berdebaran
menguatirkan akan keselamatan pemuda pujaannya.
"Kau dengar dahulu aku cerita habis" kata Kim Toa Lip
pada puterinya, sambil urut-urut jenggotnya. "Aku lihat
dengan mata kepala sendiri, senjatanya Ceng Ciau amblas
dalam mulutnya Tiong Jong rupanya dia punya gigi ada
beberapa buah yang rontok karena terkena serangan Ceng
Ciauw..." " celaka" Seng Giok Cin dan Kim Hong Sio mengeluh dalam
hatinya masing-masing.
Tapi tidak ada yang menyelak dalam lanjutan kata-katanya
Kim Pocu yang jail itu, mereka mendengarkan terus dengan
hati berdebaran.
"Ya.... Tiong Jong sudah mati karena senjata gelapnya
ceng ciauw. Senjata nikow tua itu sangat berbisa, rasanya si.
"Dewi obat, Kong Yat Sin meski datang menolong juga tidak
dapat mencegah melayang jiwa Tiong Jong." Dua gadis jelita
itu rasakan hatinya seperti mencelos.
Tiong Jong sudah mati, apa betul" Mereka masih belum
mau percaya, mereka memang tidak mau percaya, kalau tidak
dengan kepala sendiri menyaksikan pemuda pujaannya itu
binasa. "Apa kabar penting yang dimaksudkan pekhu itu tentang
binasanya Tiong Jong?"
"Ya, betul" jawab Kim Toa Lip sambi anggukan kepalanya.
Dua gadis jelita itu rupanya tahan hatinya menerima kabar
buruk itu, karena masing-masing masih dalam ragu-ragu
untuk mempercayai kebenarannya kalau tidak dengan mata
sendiri melihatnya kematian Tiong Jong.
Wajahnya mereka hanya sebentaran saja berubah,
kemudian tampak tenang kembali hingga membuat batinya
Kim Toa Lip menjadi lega, karena sebermula ia menduga
kabar buruk tentang Tiong Jong yang disampaikannya itu akan
membuat mereka mengalami yang tidak diingini.
"Tempo hari aku pernah meramalkan anak muda itu
panjang umur, bahkan ia akan menjadi seorang ternama
dikemudian hari. Tapi tidak dinyana ia ternyata telah
menemukan kematiannya secara demikian, untuk selanjutnya
aku tidak mau meramalkan lagi orang punya umur." demikian
Kim Toa Lip berkata, seolah-olah berkelakar sambil melirik
pada puterinya.
Tapi nona Kim kelihatan tidak segembira seperti semula
sebelumnya ia mendengar kabar tentang kematiannya Ho
Tiong Jong, malah tampak lesu. Perkataannya sang ayah ia
sambut dengan adem saja.
"Ya, serangan yang diterima Tiong Jong itu. memang hebat
sekali," kata pula Kim Toa Iip. "sayang sebelumnya nikouw itu
kena kita bekuk, ada menyelak sinenek Ciauw dengan tibatiba
hingga ia bisa lolos dari kepungan kita."
"Hmm." terdengar Seng Eng menggeram, "semua jago-jago
sudah pada bergerak. Tapi tidak ada satujago boleh menghina
kita". "Tapi laote," kata Kim Toa Lip. "urusan mereka itu memang
tidak menjadi soal apa-apa, hanya dikuatirkan gurunya si
nikow itu Ya Sin Bo yang amat jahat. Kalau dia turun tangan
membela muridnya kita boleh runyam. Semua urusan yang
kita kerjakan dapat di kacaukan olehnya. Apa tidak lebih baik
kita pancing keluar itu kakek dari goa Pek-cong-tong supaya
dia berhantam dengan sinenek yang memang ada musuh
buyutnya."
Mereka lalu berunding mencari akal bagaimana baiknya
supaya dapat memancing pada kakek aneh itu kemudian biar
kita bertempur dengan Ya Sin Bo. Biarkan salah satu ada yang
mati, berarti hilangnya satu rintangan untuk komplotannya.
Tiba-tiba Co Goan Liang majukan diri, menyatakan ingin
mencoba-coba untuk memancing keluar kakek dari goa- Pek
cong tong. Hal mana membikin Kim Pocu merasa girang, sebab co
Goan Liang ada putranya co Tong Kang, kalau anaknya
kenapa- napa tentu co Tong Kang iuga tidak tinggal diam.
co Tong Kang tentu akan bertempur mati-matian dengan si
kakek Souw Kie Han-kesudahannya siapa yang mati masa
bodo, kalau co Tong Kang berani, hilang lagi satu lawan dalam
usaha mereka mengatasi rimba persilatanDalam "Perserikatan Benteng-perkampungan- meskipun
sudah retak. tapi masing-masing belum mengunjukkan terangterangan,
satu sama lain dengan diam-diam mengatur akalnya
sendiri-sendiri untuk menjatuhkan saingannya. Jadi co Tong
Kang mati, berarti hilang satu Pocu saingan"
"Kalau engko Liang pergi, aku juga mau turut " tiba-tiba
nona Kim nyeletuk. Kim Toa Lip. Seng Pocu menjadi kaget.
"Kau mau apa kesana?" tegur Seng Pocu.
"Akan membantu engko Liang mengerubuti si kakek."
jawab nona Kim.
-ooo0w0ooo- XVI. LEMBAH PASIR BERJALAN .
"TIDAK, nanti aku pikir lagi. Urusan ini tak perlu tergesagesa
dilakukan, tak begitu penting" kata pula pocu dari Seng
Kee Po. Seng Eng rupanya tidak senang Kim Hong Jie menempuh
bahaya ikut-ikutan dengan co Goan Liang.
Pikiran Pocu dari Seng Kee Po ini sama dengan mulutnya
sudah didahului oleh kawannya. Kim Hong Jin dan co Goen
Liang membungkam. Mereka tidak membantah putusannya
Seng Pocu. Kim Hong Jie makanya berlaku nekad hendak pergi
bersama-sama dengan co Goen Lian, lantaran pikirannya
menjadiputus asa dengan kematian Ho Tiong Jong pemuda
pujaannya. Ia pikir, tanpa Ho Tiong Jong, untuk apa ia hidup lamalama
dalam dunia, maka lebih baik ia mati sekali ditangannya
si kakek aneh supaya rokhnya dapat menyusul Ho Tiong Jong
yang sudah pergi lebih dahulu..
Kita kembali menuturkan tiga pemuda yang mengadakan
perlombaan- Kong Soe Jin dan Kong soe Tek tampak sudah berada
dipuncak gunung Hui cui-san yang menjulang tinggi. Berdua
telah meneliti sekitar tempat itu, melihat kebawah umpak
serentetan gunung-gunung kecil sama sekali tidak kedapatan
ada sawah dan ladang.
Dari puncak Hui- cui-san tampak lembah Liusoa kok
(lembah pasir berjalan) yang dikelilingi oleh gunung-gunung
kecil, yalah daerah yang akan dikunjungi oleh tiga pemuda
yang berlomba hendak mengambil batu kumala hangat untuk
dihadiahkan kepada nona Kim Hong Jie.
Di lembah itu ada terbentang padang pasir yang angker.
Yalah orang yang datang ke situ dansalah menginjak kakinya
niscaya akan amblas kedalam pasir itu dan tidak dapat
ketolongan lagi jiwanya. Bukan saja manusia, juga binatang
liar yang salah menginjakkan kakinya akan ambles dikubur
oleh pasir. Siapapun yang datang ketempat itu belum tentu dapat
pulang dengan selamat.
Dua saudara Kong itu memandang dengan hati berdebaran
ketempat yang bakal dilaluinya oleh Keng soe Tek. Terdengar
Kong Soe Jin menghela napas dan sambil menunjuk dengan
jarinya berkata pada adiknya.
"Sute, itulah yang dinamai lembah Liu-soa-kok, yang kau
akan lalui. Kakek aneh itu tinggal menyepi dalam goa Pek
cong tong dipuncak Sin ban leng. Kau harus waspada betul
betul. Kalau kiranya tidak ungkulan lebih baik kau balik
dengan tangan hampa saja daripada binasa ditempat itu yang
tidak ada artinya sama sekali,"
"Kau keliru toako" sang adik menjawab. "Satu laki-laki tidak
gentar menempuh bahaya, itulah baru satu jantan tulen.
Kenapa kita harus takuti mati" Kalau kita sudah di takdirkan
mati, dimanapun kita harus mati. Kau legakan hatimu, aku
tidak membuat kecewa namanya suhu."
Jawaban ini berada diluar dugaannya sang engko, Kong
Soe Jin menjadi merasa jengah sendirinya, mendengar katakatanya
sang adik yang demikian mantap Meskipun begitu
tetap Kong Soe Jin tak tega melepas adiknya. Dalam
perjalanan turun gunung, kembali Kong Soe Jin berkata.
"Sute, kau dengan aku ada saudara sekandung, maka tidak
perlu kita malu-malu bicara. Terus terang saja aku merasa tak
tega melepaskan kau mengunjungi tempat yang berbahaya
itu. Usulku, lebih baik kau batalkan saja perlombaan ini dan
marilah kita cari tempat sembunyi. Besok pagi-pagi baru kita
pulang. Tentu tidak seorang pun yang mengetahui
perbuatanmu. . . "
"Hei, toako." memotong Kong soe Tek, "perbuatan ini
membuat malu suhu kita, yang waktu ini namanya sedang
harumnya dalam kalangan kangouw. Dengan berbuat begitu
juga berarti aku tidak memperhatikan pada Kim Hong Jie."
Wajahnya Kong Soe Jin berubah mendengar disebutnya
Kim Hong Jie. Ia bersenyum pada adiknya. "Sute, kalau hatimu naksir
pada nona Kim, aku juga tidak bisa kata apa apa atas
niatanmu." Katanya dengan nada suara menyayang. "Hanya
aku pesan, harap Ialah kau berlaku hati-hati dan dapat
kembali dengan selamat. Aku akan menunggu kau disana,
digunung yang tinggi itu." sambil menunjuk kesebuah gunung.
"orang tidak akan melihat pada kita."
Kong soe Tek anggukkan kepalanya.
Dua saudara yang terkenal dengan julukannya im- yang
Siang-kiam itu, memang ada besar cintanya satu dengan yang
lain, tidak heran kalau perpisahannya itu membuat keduanya
merasa berat. Setelah mereka berjalan melewati beberapa gunung kecil,
sampailah mereka diperbatasan lembah Liu-soa kok, dimana
ada terbentang padang pasir.
"Aaaa, aku ingin juga mencoba menginjak pasir yang
dikatakan berbahaya dan dapat menelan manusia..." tiba tiba
Kong Soe Jin berkata, berbareng ia jalan menghampir dan
lompat kepasir.
Tiba-tiba mukanya berubah, seperti juga ia mendapat
kesulitan- Adiknya yang melihat engkonya dalam keadaan
demikian cepat-cepat mengulurkan tangannya menolong sang
engko. Tapi ternyata engkonya tak apa apa.
Pasir diinjak oleh Kong Soe Jin tadi bukannya bagian yang
berbahaya maka ia berkata pada adiknya. "Aku tidak apa apa.
hanya barusan aku gugup lantaran kaget."
Berbareng ia genjot tubuhnya lompat lagi ketempatnya
tadi. "Ya sute, aku hanya dapat mengantar sampai disini saja.
Selanjutnya, kau harus menempuh perjalanan sendiri. Aku
akan menantimu digunung yang barusan aku katakan
padamu, disana aku akan mengawasi perjalananmu sebegitu
jauh dapat dilihat oleh mataku."
"Ya, toako, legakan hatimu. Kau boleh kembali, aku akan
menjaga diriku dengan hati- hati." jawab Kong Soe Tek.
matanya mengawasi pada engkonya dengan perasaan berat.
juga demikian halnya dengan sang engko. Setelah
menghela napas panjang, Kong Soe Jin telah berpisahan
dengan adiknya dan ia terus naik lagi kegunung Hui-ci-sanKoen cong diantar oleh nona Lauw Hong In dan dua
adiknya si nona bernama Lauw cian dan Lauw Seng, malah
Hui seng Kang juga turut mengantarnya.
Mereka berpisahan diperbatasan lembah Liu-soa kok.
mereka ini tidak berpapasan dengan dua saudara Kong yang
mengambil jalan dari jurusan lainIn Kle Seng diantar oleh Gong Ci dan cong Yong, dalam
mana turut serta juga nona yang lincah, ialah ciauw Soe soe.
Merekapun mengantar hanya sampai diperbatasan lembah Lusoakok dan kembali lagi ke gunung Hu-cui sanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Goa Pek oong tong dipuncak Si ban-leng itu berdinding
batu buatan alam yang licin sekali. Untuk sampai pada kamar
yang tinggi, orang harus melalui tiga kamar batu dan
beberapa undakan dari batu yang diatur sangat kokoh dan
rapat. Dalam kamar batu yang tertinggi, di empat penjurunya
berjendela satu kaki persegi. Dari jendela kamar ini orang
dapat melihat semua keadaan lembah Liu-soa kok, Keadaan
dalam goa Pek- cong- long tidak begitu luas.
Pertama masuk orang menemui kamar yang pertama
keadaannya sederhana saja. Dinding batunya kasar dan tidak
rata. Kamar yang kedua diperaboti lengkap juga, seperti kursi
meja dan tempat tidur yang semuanya terbikin dari pada batu.
Suasana dalam kamar ini amat sunyi dan tentram, walaupun
luasnya hanya tiga tumbak saja.
Diatasnya jalanan ke kamar ketiga ada sebuah papan batu
licin mengkilat yang dapat menutup jalanan- Kamar yang
ketiga ini lebar dan luas. inilah ada kamar batu terbesar
diantara kamar-kamar batu lainnya.
Didalamnya terang, dindingnya dibuat dari pada batu
kamala putih yang amat halus. Penerangan disini dipancarkan
dari sebutir mutiara sebesar buah leci yang digantung
ditengah-tengahnya kamar.
Perabotannya tampak lengkap. seperti meja kursi, ranjang,
lemari buku besar dan lain-lainnya perabotan rumah tangga.
Mejanya diberi taplak yang disulam indah, kursinya dikasih
bantalan empuk dan pakai sarung yang disulam juga.
Kelambu pembaringan dipajang indah. Dipinggir lemari
buku ada sebuah meja panjang, diatas mana ada ditaruh
buku-buku dan anglo dari batu giok. Api dalam anglo itu terus
menyala. Pada dinding dihiasi dengan gambar gambar kunodimana
juga ada tergantung sebilah pedang pusaka.
Keadaan dalam kamar itn pendeknya serba resik menarik
siapa yang memasukinya. Barang barang yang serba indah
dalam kamar itu membuat orang terpesona melihatnya.
Kamar yang diperaboti serba indah ini adalah kamarnya
kakek Souw Kie IHan- seorang kakek aneh yang sudah lama
mengasingkan diri dari dunia kang-ouw, dimana dahulunya ia
sangat terkenal namanya.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat itu ia sedang berdiri di jendela memandang keadaan
disebelah luar goa nya.
Tiba-tiba ia berseru. "Eh" Kiranya olehnya telah dilihat ada
tiga bayangan manusia yang sedang mendatangi kearah goa
nya, mereka sudah dapat melewati padang pasir yang
berbahaya. Jauh ia mengasingkan diri dalam goa nya tidak ada satu
manusia yang berani menginjak tempatnya, tapi kini ada tiga
orang yang berbareng menyatroni.
Apakah maksudnya mereka" Apakah mereka itu ada orangorang
kuat yang akan mengganggu ketentramannya dalam
tempat pengasingannya" Matanya terus mengawasi gerakgeriknya
tiga orang itu.
Ia rupanya merasa kaget, karena sampai begitu jauh
tampak mereka sudah memasuki daerah puncak si-ban-leng.
Keistimewaan disekitar puncak gunung Si-ban leng adalah
gundul (tidak berpohon), hanya batu batu besar saja yang
tampak malang melintang, Goa- goa yang terdapat di situ,
entah berapa banyaknya menurut katanya orang ada seribu
buah goa lebih.
Setiap goa entah berapa dalamnya, tidak terawat dan dari
dalamnya menyiarkan bau yang tidak enak untuk hidung.
Buruk seperti baunya jamur beracun yang basah.
Diceritakan Khoe Tiong setelah naik jauh keatas gunung,
tiba-tiba memalingkan mukanya kebelakang, dilihatnya
padang pasir yang berwarna putih, padang pasir yang
dikatakan orang sangat angker dan dapat menelan manusia.
Kini ia sudah dapat melewatinya dengan selamat, Tapi
kemana dua orang kawannya"
Ia celingukan mencarinya, akan tetapi tidak melihat mereka
berdua, hingga diam-diam dalam hatinya yang jahat jelas
merasa kegirangan, ia menduga bahwa dua kawannya itu
tentu telah ditelan oleh padang pasir yang angker itu.
Ia melanjutkan perjalanannya, tampak di-sekitarrya sudah
tidak ada pepohonan yang tumbuh. Hanya batu-batu besar
saja yang pada malang melintang seolah-olah yang
menghadang perjalanan orang yang berkunjung kesitu.
Hatinya diam-diam merasa girang.
Goa Pek-cong-tong sudah berada didepan matanya.
Apakah benar disekitarnya hanya kedapatan binatangbinatang
berbisa saja" ia menanya pada dirinya sendiri.
Tapi bagaimana juga ia harus dapat membawa Hwe-giok
untuk dihadiahkan kepada Kim Hong Jiu, gadis yang memikat
hatinya. Siapa tahu, karena hadiah itu nona Kim akan jatuh
hati kepadanya dan ia berjodoh dengan-nya.
Ia gerakkan pula langkahnya sampai pada jarak dua
tumbak dari ia berdiri ia melihat ada sebuah goa. cepat-cepat
ia menghampiri untuk menyelidikinya. Gua disitu amat banyak,
dimana ia dapat mencari si kakek aneh itu"
Pikirnya, terpaksa ia harus menyelidiki satu persatu goa.
Tapi sampai berapa lama" Ya. apa boleh buat, sudah kelanjur
datang kesitu bagaimanapun ia harus berdaya mencarinya di
goa mana kakek aneh itu bertempat tinggal.
Satu demi satu goa diperiksanya, Ia menggunakan batu
besar dilemparkan kedalam goa untuk mengetahui didalamnya
ada penghuninya atau tidak. Sudah ada beberapa goa yang
diuji dengan batu lemparannya, semua batu seperti amblas
kedalam lumpur. Tidak ada reaksi apa-apa yang menandakan
bahwa didalamaya ada penghuninya.
Pada salah satu goa Koe cong hampir kena digigit oleh
ular-ular kecil berbisa yang datang berbaris kearahnya dan
hendak mencantol kakinya. Untung masih dapat kelihatan, ia
melompat tinggi, kemudian menggempur dengan angin
telapakan tangannya, hingga barisan ular ular kecil itu terbang
berikut batu batu dan pasir.
Dilain goa ia coba lagi dengan pancingannya melemparkan
batu ked alamnya. Kali ini batu yang dilemparkannya itu
seperti terjatuh ketanah, bukannya kedalam lumpur. ia coba
menyelidiki lebih seksama. Kiranya dalam goa itu sangat
gelap. Ia lalu membikin api, dengan obor api ia coba masuk
kedalamnya. Tidak dikira, dalam goa itu ada sarangnya belalang. Begitu
melihat api, kawaran belalang itu pada menyerbu, hingga
Khoe cong ketakutan dan lekas-lekas mundur hendak keluar
lagi. Tapi kawanan belalang yang jumlahnya puluhan ribu,
tidak memberi ketika ia meloloskan diri dan menyerbu
demikian rupa sehingga Khoe cong pikir jiwanya kali ini akan
mati dikerubuti kawanan belalang.
Meskipun ia menggunakan tenaga angin pukulannnya
untuk mengusir kawanan belalang itu, hasilnya sia-sia saja.
Entah berapa banyak binatang itu yang telah mati oleh
gempurannya yang dahsyat, akan tetapi yang menyerbu
jumlahnya ada berlipat ganda dari yang mati. Tidak heran
kalau Khoe cong telah menjadi kewalahan oleh karenanya.
Sementara itu Kong soe Tek di lain bagian telah mencari
goa kakek souw Kie Han juga menggunakan lemparan batu
sebagai penanya jalan- Ia juga kena diserbu kawanan semut
merah yang galak. hingga keadaannya repot sekali.
Sedang In Kie Seng dilain pihak bekerja cepat ia gunakan
kakinya menendang batu-batu yang ada dimulut goa, sebagai
alat untuk mencari tahu apa didalamnya goa goa itu ada
penghuninya "
Ia sudah lewati sepuluh goa, akan tetapi belum juga
berhasil menemui goa yang diingininya.
Kakek souw Kie Han melihat tegas semua yang diperbuat
oleh tiga anak muda itu. Ia kenali orang-orang itu tentu ada
dari "Perserikatan Benteng Perkampungan," hanya ia tidak
mengerti, dari sebab apa mereka menerjang bahaya datang
kesitu" Ia pikirkan, tindakan apa yang harus diambil terhadap tiga
anak muda yang mengacau tempatnya itu" Tiba tiba ia
melihat In Kie seng dengan menggunakan perisai dari gading
telah menerjang masuk kedalam sebuah goa. Terdengar suara
tertawa dingin kakek Souw Kie Han.
In Kie Seng dengan perisainya menggempur dinding disana
sini, hingga banyak bagian yang semplak. Ia masuk terus
kesebelah dalam. tampak keadaan disitu ada terang. Hatinya
berdebaran. Pikirnya, inilah gua yang dicarinya tentu.
Sebelum ia dapat bertindak maju, tiba-tiba ada sebuah
batu menghadang didepannya. Bukan main kagetnya.
Dibelakang batu itu sudah tidak ada jalan lagi, hanya ia
melihat ada sarang laba-laba dengan penghuninya seekor
laba-laba hijau yang luar biasa besar, tampak matanya
mencorong seperti yang sedang mengawasi pada In Kie Seng.
LABA-LABA besar itu tiba-tiba perdengarkan suara aneh,
lalu bergerak menghampiri In Kie Seng, Kaki-kakinya yang
runcing hendak mencengkeram tenggorokan orang,
In Kie Seng kaget dan lompat mundur, tangannya
berbareng digerakan menyerang, hingga laba-laba itu
nyeleweng cengkeramannya, Batu yang telah menjadi
pengganti sasarannya kaki-kakinya yang runcing tampak
berbekas. orang she In itu ketakutan dan cepat-cepat lari, apa lacur
dimulut goa sudah penuh dengan jaring laba-laba yang
berkilat dan sangat lengket, kiranya laba-laba itu bukannya
sendirian saja, ada kawan-kawannya lagi yang sama sekali
berjumlah sepuluh, hingga membikin In Kie Seng matanya
dibuka lebar dan ketakutan setengah mati.
Hampir rata-rata-laba-Iaba itu sebesar kerbau, yang paling
kecil ada sebesar baskorn cuci muka.
Bukan main sikapnya menakutkan, mereka merayap
dengan keluarkan sinar matanya ya bengis, hendak menerkam
korbannya. Dalam gugup In Kie seng lompat keatas batu
kemudian menendang batu-batu didekatnya ke arah laba-laba
yang kecilan, jitu tendangannya, karena batu yang
diiendangnya tadi mengenakan persis pada tubuhnya si labalaba
yang sial, hingga seketika ita juga setelah mengeluarkan
suara "cet" telah melayanglah jiwanya. Laba-laba kawannya
dalang memakan bangkainya laba laba apes tadi.
Lalu lainnya menyerbu lagi kepada In Kie Seng hingga anak
muda itu terpaksa keluarkan kepandaian nya lompat sana dan
lompat sini menghindarkan bahaya. Kadang kala ia
menyerang dengan batu yang ditendang kakinya atau dengan
angin pukulan telapakan tangannya.
Lantas itu, maka untuk sementara In Kie Seng masih dapat
menyelamatkan dirinya dari terkamannya kawanan laba laba
berbisa itu. Kita melihat Khoe cong yang dikerubuti ribuan
belalang. Meskipun ia berusaha keras menyapu mundur binatangbinatang
yang mengerubuti dirinya, tidak juga kelihatan
hasilnya, karena kawanan belalang itu makin lama jumlahnya
telah makin banyak saja.. pikirnya ia akan mati konyol kalau
tidak dapat lekas-lekas meloloskan diri.
Matanya celingukan, tidak jauh dari situ ia lihat ada goa
lain, Tanpa memikirkan lagi apa isinya goa itu, ia sudah lantas
lari masuk kedalam gua diuber oleh kawanan belalang, yang
seolah-olah tidak mau kasih korbannya lolos.
Tapi heran, ketika Khoe cong sudah masuk kedalam goa
lain ini, kawanan belalang itu tidak turut nyerbu kedalam.
Tampak mereka bergulung-gulung saja diluar goa, tidak ada
satupun yang berani menerjang masukKhoe cong pikir, tentu dalam goa itu ada binatang
musuhnya kawanan belalang itu yang ditakuti, maka nya
kawanan belalang itu tidak berani menyerbu masuk.
orang dengki hati itu tampak lega hati-nya, ia melihat
kesekitar tempat, disitu tanahnya demak. banyak rumput
basah dan keadaannya kotor sekali. Ia menjadi bengong
memikirkan nasibnya nanti bagaimana"
Keluar lagi takut diserbu belalang, tidak keluar lagi disitu
keadaannya sangat tidak menyenangkan- Tengah ia berada
dalam kebingungan tiba-tiba ia mendengar suara aneh. Ketika
ia menoleh kebelakang nya, kiranya disitu sejarak dua tumbak
daripada-nya ada seekor binatang tokek yang besar sekali dan
bentuknya menakutkan. Binatang itu tengah merayap
mendekati kepadanya, celaka ia menghela dalam hatinya.
Kita balik menengok Kong Soe Tek. Barisan semut merah
tidak kurang-kurang menyeramkannya, karena bukan ribuan
lagi tapi sudar tidak dapat dihitung banyaknya, Kemana Kong
soe Tek lari telah dikejarnya hingga orang she Kong itu
menjadi mengeluh, ia tidak menyangka, bahwa kepergiannya
ke tempat itu akan mendapat banyak halangan yang
menyeramkan. Dengan susah payah ia bisa juga menyingkirkan diri
ketempat yang ada lumpurnya. dimana kawannya semut
merah itu tidak berani datang dekat, Ada beberapa puluh yang
sudah nempel dibajunya dapat dibunuh mati oleh Kong soe
Tek. Matanya celingukan- Tiba-tiba ia dapat lihat tidak jauh dari
padanya seperti ada jalanan untuk keluar, melalui jalan
kebawah tanah. Hatinya girang karena pikirnya ia bisa
meloloskan diri dari serbuannya semut merah yang galakgalak
itu. Ia beristirahat tidak lama, karena begitu ia dapat
menenangkan pula pikirannya, lantas enjot tubuh menancap
kakinya dimulut jalanan keluar tadi. Untuk sementara Kong
soe Tek kelihatan terhindar dari serbuan semut merah yang
tak kehitung jumlahnya itu. In Kie Seng dilain pihak terus
dikeroyok oleh laba laba besar dan beracun.
Laba laba yang sebesar besar kerbau itu, sangat
menakutkan Matanya memancarkan sinar buas, untung In Kie
Seng dapat menabahkan hatinya, dengan kepandaian yang ia
miliki ia sudah terputar-putar menghindarkan diri dari
serangan kawanan laba laba yang sangat bernapsu
menyengkeram dirinya.
Disamping senjata batu yang dihidangkan pada kawanan
laba-laba itu, In Kie Seng tidak kasih perisainya tinggal
nganggur. Dengan kegesitan dan kepandaiannya, beruntun ia
sudah dapat membunuh enam sampai tujuh, laba-laba betina
yang paling besar, menjadi marah.
Satu yang meluncur di tendang In Kie Seng kearahnya,
dengan mata beringas ia sudah tangkis dengan kaki
depannya. Batu itu mental balik dan hampir kena
menghantam pada In Kie Seng, kalau ia tidak keburu berkelit
kesamping menghindarkannya.
"Sungguh berbahaya" diam-diam In Kie Seng mengeluh,
Tapi disamping itu, bagaimana juga ia sudah dapat
membunuh banyak juga kawanan laba-laba itu, hingga
mengurangi bahaya kena dicengkeram oleh kaki-kakinya yang
runcing. Untungnya laba-laba itu tidak mengejar terus-terusan,
karena jika melihat ada kawannya mati, dengan sendirinya
laba-laba itu berhenti mengejar In Kie Seng ditunda makan
bangkai kawannya dahulu, Air hijau yang keluar dari mulutnya
laba-laba yang mati menyiarkan hawa busuk. yang hampir
hampir membuat In Kie Seng tidak tahan sampai muntahmuntah
. Akhirnya ketinggalan hanya dua laba-laba lagi, dengan
begitu In Khie Seng setelah main petak beberapa lama lantas
menyingkirkan dirinya kemulut goa dan lari keluar.
Laba-laba betina rupanya penasaran dan menguber tapi
terlambat, karena In Kie Seng sudah nerobos masuk kedalam
goa lain- Rupanya laba laba itu pikir, tidak ada gunanya ributribut
disarang orang lain, maka ia sudah kembali masuk dalam
goanya sendirinya.
Dalam sarang laba-laba itu In Kie Seng kehilangan
perisainya, yang nyangkut pada jaring laba-laba yang lengket,
ia menduga tentu sudah beracun, maka ia sudah tak
menghiraukan pula perisai gadingnya yang ia sangat andalkan
dalam perjalanan mengambil batu kumala hangat itu.
Dalam goa yang ia masuki itu, ia merasa aman- Tapi
perasaan aman itu hanya sebentara n saja, karena ketika ia
mengingat kepada perisainya, lantas merasa dirinya tidak
aman tanpa perisai ditangannya, perisai itu ada benda pusaka,
benda turunan dari leluhurnya maka dengan hilangnya benda
itu, apakah ia ada muka nanti ketemu kawan kawannya dalam
dunia persilatan"
Memikir kesitu hatinya jadi nekad akan mengambil kembali
perisainya yang nyangkut pada jaring laba laba didekat mulut
goa. kalau perlu, pikirnya ia harus adu jiwa dengan laba-laba
betina yang luar biasa besarnya itu.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah mengambil putusan tetap. lantas ia keluar dari goa
menghampiri lagi goa laba-laba tadi, sebelumnya masuk ia
telah kumpulkan seikat rumput kering dan membikin api untuk
menyalakannya. Dengan api ini, ia menerjang masuk dan
membakar jaring laba-laba yang menahan perisainya.
Laba-laba betina menjadi kaget ia tidak berdaya melihat api
berkobar, rupanya ia takut. Ia hanya tinggal mengawasi
dengan mata bersinar buas kepada In Kie Seng yang sedang
berusaha untuk mengambil pulang perisainya.
Setelah mendapat kembali perisainya. dengan segera In Kie
Seng meninggalkan goa laba-laba itu dan masuk kedalam goa
yang lainnya tadi.
Khoe cong dilain pihak. yang dihampiri binatang tokek yang
luar biasa besarnya, lantas mencelat tinggi menyingkirkan diri,
ia rapatkan tubuhnya pada dinding didekat mulut goa
sebentar lagi ia dibikin kaget melihat sang tokek telah
mengulurkan lidah nya yang panjang, ia mengira lidah itu
akan ditujukan kearahnya, tapi ternyata diarahkan kelain
jurusan ialah keluar apa dimana ada kawannya belalang yang
sedang bergulung-gulung seolah-olah sedang menanti Khoe
cong keluar lagi.
Kawanan belalang itu seolah-olah sayapnya pada patah
sebelah, tidak bisa melarikan diri didekati oleh lidahnya sang
tokek, sebentar saja ribuan belalang sudah kena dicaploki oleh
binatang raksasa itu.
Seperti juga pada lidahnya itu ada getahnya, kawanan
belalang ketika nempel pada lidah sang tokeh ia lantas saja
tidak bisa terbang lagi.
Entah berapa ribu banyaknya belalang yang sudah jadi
mangsanya sang tokek, hingga binatang itu tampak
kekenyangan dan baringkan dirinya disatu sudut. Matanya
merem melek, tidurlah ia dengan nyenyaknya.
Pantasan kawanan belalang tadi ketika lihat Khoe cong
masuk kedalam goa itu tidak berani menerjang masuk
kedalamnya kalau begitu didalam goa itu ada musuhnya yang
sakti dan tak dapat dilawanKhoe cong untung besar, coba kalau tidak ada belalang
yang menalangi menjadi korbannya binatang tokek itu, pasti
ialah yang dijadikan mangsanya. Diam-diam Khoe cong telah
menarik napas panjang, merasa lega oleh karenanya
kemudian ia keluar dari goa itu.
Kong Soe Tek dan In Kie Seng pun sudah pada keluar dari
dalam goa berbahaya mereka berkumpul lagi dan berdamai
hendak kembali.saja dengan tangan kosong.
Mereka sekarang tidak berani menonjolkan
kesombongannya, karena dengan mata kepala sendiri mereka
menyaksikan bagaimana berbahayanya keadaan ditempat itu.
Dari pada jiwa melayang tanpa kepentingannya yang
menguntungkan, mereka lebih baik kembali saja dengan
tangan hampa, biarpun untuk itu mereka akan menjadi buah
tertawaannya orang banyak.
Meskipun demikian, masing-masing dalam hatinya sangat
menyesal tidak memperoleh batu Hwe giok. untuk dihadiahkan
kepada sijelita Kim Hong Jie.
Kakek Souw Kie Han yang telah menyaksikan semua
kejadian yang dialamkan oleh tiga pemuda itu, diam-diam
merasa tidak puas. Pikirnya. "Tempatku disini orang sudah
tahu tidak boleh dibuat sembarangan tapi tiga pemuda
brengsek ini apa- apaan datang mengacau kesini membuat
ketenangan menjadi terganggu oleh karenanya" Banyak
binatang-binatang berbisa penunggu tempat ini kena
dibinasakan oleh mereka, maka kalau mereka tidak dikasih
rasa, mana bisa"
Bagaimana nanti katanya orang luar, Kalau mereka dapat
kembali pulang dengan selamat. Tidak- aku mesti kasih contoh
untuk yang lain-lainnya, supaya mereka tahu keangkeran
tempatku. orang dapat datang tapi tak dapat kembali pulang
dengan selamat. Ha ha ha..."
Seram juga kalau tiga pemuda itu mendengar tertawanya si
kakek. Souw Kie Han mengawasi perjalanan tigapemuda itu, yang
hendak kembali pulang ke- rumah nya Seng Eng.
saat itu matahari sudah mulai naik tinggi.
Keadaan dipadang pasir tampaknya menyilaukan, Khoe
cong dan dua kawannya melalui lagi padang pasir yang
dikatakan angker itu, mereka kelihatan tenang-tenang saja
dan menganggap akan selamat kembali menemui kawankawannya
di Seng-kee po.
Melihat tiga pemuda itu sudah mulai menginjak padang
pasir, Sou Kie Han yang mengawasi dari jendela kamar nya,
lantas mengulurkan tangannya memencet alat rahasia,
sebentar lagi terdengar teriakannya Khoe coe, yang
mendadakan dapatkan dirinya ambas ditelan pasir.
In Kie Seng kaget, tapi sebelumnya ia engah, bahaya apa
yang akan menimpali pada dirinya, ia juga tubuhnya amblas
ditelan pasir, hingga ia berteriak-teriak minta tolong juga tidak
ada gunanya. Kong soe Tek melihat kejadian itu mukanya pucat seketika,
ia coba gerakkan kakinya untuk lari, tapi sang kaki tidak mau
menurut perintah hatinya, ia jatuh lemas dan ia juga
kemudian telah mengalami nasib serupa seperti dengan dua
kawannya kena dicaplok oleh pasir.
Meskipun mereka berontak keras, berusaha untuk keluar
dari pasir itu, ternyata tidak menolong balik, makin lama
mereka terbenam makin dalam, sehingga sebatas hidungnya.
Bukan main ketakutannya mereka, maka satu demi satu sudah
menjadi pingsan oleh karenanya.
Souw Kie Han yang menyaksikan itu semua lantas
perdengarkan suara ketawanya yang aneh lagi, kemudian ia
mengambil lima utas rantai kecil halus dan keluar dari kamar
batunya. Lebih dahulu ia menghampiri sebuah goa dalam mana
kelihatan sudah ada dua sosok tubuh orang menggeletak
dalam keadaan pingsanSiapa mereka itu" Kiranya mereka itu bukan lain dari pada
Kim Hong Jie dan Co Goen Liang. Mereka tidak tahu
keadaannya si kakek yang terus merantai tangannya masingmasing
sambil menggerendeng sendiri.
"Ya, bukainya aku kejam, Tapi karena kalian datang
mengganggu ketenanganku, maka kalian boleh terima
hukuman ini untuk kelancangan kalian-..."
Setelah menyelesaikan tugasnya merantai dua orang itu
dan yakin mereka tidak akan bisa lolos dari dalam goa itu,
karena rantai itu diganduli sebuah gandulan yang luar biasa
beratnya, ia telah meninggalkan mereka menghampiri pada
tiga pemuda yang sedang pingsan, mereka pun dirantai
seperti dua yang lainnya tadi.
Rantai itu meski halus bentuknya, kuatnya bukan main,
terbuat dari baja murni tak mempan diputuskan dengan
pedang yang tajam bagaimanapun.
Sampai disini kita ajak pembaca menengok keadaan
dirumahnya Seng Pocu diwaktu malam.
Bulan sabit nampak sebentar muncul dan sebentar lagi
seperti selulup dibalik awan tebal, hingga keadaan menjadi
gelap. Malam itu tampak nona Seng sedang berada ditaman
bunga yang terdapat dipekarangan belakang rumahnya.
Seng Giok Cin seperti tengah memikirkan banyak soal,
karena kelihatannya sebentar duduk termenung-menung,
sebentar berdiri jalan mundar mandir dan saban-saban
terdengar helaan napasnya.
Memang malam itu Seng Giok Cin dirundung banyak
pikiran, Urusan ayahnya yang mengadakan pertemuan mengadu
silat dengan maksud tertentu, halnya Kim Hong Jie menempuh
bahaya bersama co Goen Liang pergi ketempatnya si kakek
aneh Souw Kie Han diluar tahunya Kim Pocu dan Seng Pocu
berdua, Bagaimana nasibnya dengan mereka masih belum
tahu. Halnya tiga pemuda, yaitu berlomba hendak mendapatkan
sepotong batu kumala berapi untuk dihadiahkan kepada Kim
Hong Jie, masih belum ketahuan nasibnya mereka itu, apakah
mereka akan pulang dengan selamat atau salah satu
diantaranya menemukan halangan yang tidak diingini"
Yang paling membikin hatinya berdebar kalau ia ingat akan
penuturannya Kim Pocu tentang kematiannya Ho Tiong Jong
terkena senjata rahasianya ceng ciauw Nikow yang beracunMeski pada saat ia mendengar kabar itu tidak mengunjukkan
Legenda Kematian 1 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Suling Emas Dan Naga Siluman 28
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama