Ceritasilat Novel Online

Heng Thian Siau To 3

Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Bagian 3


lalu berangkat ketempat yang dituju itu. Untuk
menghilangkan kecurigaan orang, selama dalam perjalanan itu Tong Ko menyaru sebagai seorang
pedagang. Begitulah singkatnya saja, hari itu dia tiba
dikaki gunung Sip-ban-tay-san (Gunung seribu).
Pegunungan Sip-ban-tay-san membujur ditengah
perbatasan. propinsi Kwitang dan Kwisay, luasnya sampai
beberapa ratus li. Sesuai dengan namanya, Sip-ban-taysan atau Gunung Seribu itu penuh dengan lembah dan
tebing curam serta puncak yang tinggi menjulang
diselimuti oleh hutan belantara. Untuk mencari dua orang
yang berupa orang tua The Ing, ibarat seperti mencari
sebatang jarum didalam lautan sukarnya. Tambahan pula
nona itu belum pernah menerangkan tentang ciri2 kedua
orang tuanya itu.
Menghadapi kesulitan itu, Tong Ko tertegun sejenak
dan lalu turun dari kudanya untuk melepaskan lelah.
Beratnya melakukan pesan seorang sahabat berbudi, biar
bagaimana dan betapapun lamanya, dia tetap hendak
mencarinya sampai dapat. Seminggu lama nya dia
menjelajahi daerah gunung itu, makhluk buas maupun
bangsa ular yang menghuni dihutan pegunungan situ,
sudah banyak yang dijumpainya, namun seorang
manusiapun belum pernah dilihatnya.
Malam itu dia tengah rebahkan diri diatas sebuah
pohon besar. Se-koayong2 didengarnya ada derap kaki
mendatangi. Tong Ko menggeliat bangun, tapi buru2
rebahkan diri lekat2 pada dahan pohon lagi. Pada lain
saat derap kaki itu makin dekat dan tampaklah 3 orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjalan menghampiri. Yang dimuka sendiri, bukan lain
adalah Tio Tay-keng, putera sulung Tio Jiang.
Dibelakangnya mengikuti dua orang, siorang tua kate
dan Ci-ceng-long Shin Hiat-ji!
"Tio-heng, ucapan ayahmu, rasanya tentu tak keliru
bukan?" tiba2 kedengaran Hiat-ji membuka mulut.
"Sudah tentu benar. Ayahku selalu memegang teguh
apa yang diucapkan, tak pernah dia menelan ludahnya
lagi!" sahut Tay-keng sambil tertawa.
"Bagus, Tio-heng. Bilamana usaha kita kali ini berbasil,
pemerintah Ceng tentu akan memberi pangkat besar
padamu. Kedosaan ayahmu selama ini, tentu juga akan
diberi pengampunan. Orang mengatakan bahwa tiong
(setia pada negara) dan hau (berbakti pada orang tua)
itu tak dapat dikerjakan sekaligus. Tetapi kau, Tio-heng,
ternyata membuktikan ketidak benarnya ujar2 usang
itu!" "Ah, Shin-beng terlalu memuji" sahut Tay-keng
mengulum tawa. Mereka bertiga berjalan seenaknya saja
sambil pasang omong, hingga ketika lalu dibawah tempat
persembunyian Tong Ko, mereka tak memperhatikan
diatas pohon. Kini barulah Tong Ko mendapat kepastian sungguh2,
bahwa Tay-keng, putera Siau-beng-siang Tio Jiang sang
patriotik itu, ternyata bersekongkol dengan kawanan
kaki-tangan pemerintah Ceng. Entah untuk tujuan apa
mereka datang ke Sip-ban-tay-san situ. Mengingat fitnah
yang dideritanya dari mereka, turut kemauan sang hati,
ingin benar Tong Ko segera loncat turun untuk
melabraknya. Namun sang kesadaran mencegahnya,
karena insyaf akan kekuatannya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada waktu ketiga orang berjalan tiga-empat tombak
jauhnya dari tempat persembunyiannya. Tong Ko samar2
masih dapat menangkap kata2 mereka yang antara lain
menyebut2 "Thiat-nia", "Kit-bong-to" kepala suku Thiattheng-biau", "Apa yang dikatakan ayahku itu, tentulah
ilmu golok It-gwan-to-hwat" dan lain lain. Timbullah
dugaan Tong Ko, bahwa kedatangan ketiga orang
kegunung situ tentulah mempunyai rencana yang tidakbaik, Rupanya mereka itu akan mencari sumber ilmu
golok It-gwan-to-hwat yang sakti itu.
Ah...., inilah suatu kesempatan yang bagus untuk
mengikutinya. Resikonya memang besar apabila sampai
ketahuan, namun Tong Ko tak gentar menghadapinya.
Segala usaha, besar atau kecil tentu mengandung risiko,
demikianlah ia merangkai putusan dan dengan hati2 dia
loricat turun. Tapi baru saja kakinya menginjak tanah atau
terdengar suara nada anak kecil dari siorang tua kate itu
yang melengking: "Hiat-ji, kabarnya Sip-ban-tay-san sini
banyak sekali didiami bangsa ular berbisa. Baru saja
kudengar pada jarak 3 tombak disebelah belakang ada
suara ular merayap Hati2-lahl"
Bukan main kejut Tong Ko saat itu. Pendengaran
orang tua kate itu benar2 tajam sekali. Dia mendekam
ditanah tak berani berkutik. Baru setelah ketiga orang itu
jauh. Tong Ko bangun mengikutinya. Dibawah cahaya
bulan, tampak ketiga orang itu lari dengan pesatnya.
Apaboleh buat terpaksa dia 'tancap gas' juga. Setelah
melintasi 3 buah puncak, tampak disebelah muka ada
sebuah puncak lagi yang lebih tinggi. Batu2 yang
terdapat dipuncak gunung itu ke-hitam2an warnanya.
Tiba2 ketiga orang itu berhenti disitu. Tong Ko pun buru2
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hentikan larinya, lalu bersembunyi dibalik sebuah batu
besar. Ketika dia melongok keluar, tampak siorang tua
kate itu berpaling kebelakang dan tertawa kepadanya!
Seri-tawanya cukup manis dengan ramahnya se-olah2
seperti seorang sahabat kental yang lama tak bertemu.
Ber-detak2 jantung Tong Ko serasa dibuatnya. Adakah
jejaknya telah diketahui siorang kate itu. Satu2nya
harapan, mudah2an orang tua itu hanya secara
kebetulan saja berpaling dan melihatnya. Maka diapun
tetap diam tak berani bergerak.
"Hai, buyung, apakah disini ini puncak Thiat-nia
tempat kediaman suku Thiat-theng-biau?" tlba2- orang
tua kate itu berseru.
Cialat, demikian Tong Ko mengeluh. Untuk sesaat tak
dapat dia berbuat apa2..
"Suhu,. kau bicara, dengan siapakah?" Hiat-ji bertanya
dengan heran. "Entah siapa dia itu, tapi sudah sedari tadi dia
mengintil dibelakang kita dan sekarang bersembunyi
dibalik batu tu. Lihatlah kemaril" sahut sikate.
Hiat-ji loncat menghampiri. Tong Ko sudah mau loncat
keluar untuk menyongsongnya dengan serangan, tapi
anak bermata ungu itu sudah tiba lebih dahulu
dihadapannya dan dengan cengar-cengir segera berseru:
"Ho, kiranya kaulah si............, kukira sudah mampus,
jebul kau sianjing buduk ini masih bernyawal"
"Kau anjing buduk....., budak hina dina dari.......pemerintah Cengl" seru Tong Ko seraya
memburu maju dengan kedua belah tangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah tentu Hiat-ji tak mengetahui bahwa selama
waktu perpisahannya yang sesingkat ini, Tong Ko telah
memperoleh "masakan" ilmu lwekang yang sakti dari
kedua tokoh aneh Sik Lo-sam dan Soa-kim kong. Buru2
diu menghantam kemuka untuk membuyarkan angin
pukulan lwekang Tong Ko itu. Tapi secepat kilat, Tong Ko
sudah meloloskan liong-kau-pian, terus diserangkan
dalam jurus kou-la-kiao dan tun-yang-hui-kiam.
Memang adat Hiat-ji keliwat sombong. Sudah tahu
bagaimana kedahsyatan deru angin pukulan Tong Ko
tadi, namun dia masih membanggakan kepandaiannya.
Baru setelah matanya kabur dengan kilat merah dan
sambaran angin yang men-deru2, dia menjadi kelabakan
setengah mati. Terang pian yang dicekal Tong Ko itu
bukan pian sembarangan dan ilmu permainananyapun
luar biasa dahsyatnya. Dalam kegugupannya dia buang
dirinya berjumpalitan kebelakang. Namun sekalipun
begitu, keningnya telah tergurat dengan ujung pian,
kulitnya pecah dan sakitnya sampai menusuk keulu hati.
Waktu tangannya merabah kekening dan dapatkan
berlumuran darah, dengan menggerung keras, dia
merangsang Tong Ko.
Bahwa serangan pertama telah memberi hasil, lupalah
Tong Ko akan rasa rendah dirinya terhadap seorang jago
macam Hiat-ji. Dan lupalah pula bahwa dibelakang anak
mata ungu itu masih terdapat Tay-keng dan siorang kate
yang lihay. Sebaliknya dari melarikan diri, Tong Ko
menyusuli lagi dengan dua buah serangan. Hiat-ji pun
juga mencabut jwan-piannya. Begitulah kedua sateru itu
segera terlibat dalam pertempuran pian yang seru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ilmu permainan pat-siat-pian-hwat (8 dewa memain
pian) yang dipelajari dari Soa-kim-kong Ciang Tay-lo itu,
mempunyai 64 gerak perobahan yang sukar diduga.
Sinar kilap merah yang ditimbulkan akibat permainan
liong-kau-pian itu se-olah2 memenuhi udara, sehingga
Hiat-ji tak dapat berbuat apa2. Kedua bertempur dalam
tempo yang cepat, maka dalam beberapa kejab saja
pertandingan sudah berjalan 20-an diurus.
Bermula Tong Ko masih dihinggapi penyakit rendah
diri dan tetap mengira bukan lawan Hiat-ji. Maka tadi dia
hanya mengandal ketekadan saja untuk maju. Tapi
setelah 20 jurus itu, dia dapatkan baik dalam ilmu
permainan pian maupun Iwekang, rasanya dapatlah dia
mengimbangi Hiat-ji. Maka timbullah semangatnya
dengan serempak dan piannyapun dimainkan makin
gencar. Sebaliknya karena mempunyai andalan (suhunya),
Hiat-ji tak gentar. Hanya yang tak habis dibuat heran,
darimana anak itu memperoleh pelajaran ilmu pian yang
begitu lihay. Kini dia berganti siasat untuk meaghadapinya. Tiba2 gerakan piannya berobah, baik
menangkis maupun menerang, nampaknya sangat
pelahan sekali. Namun setiap gerakannya Itu menganduag tekanan tenaga yang berat. Benar juga
dengan perobahan itu, dalam tiga empat jurus saja, Tong
Ko sudah dibikin kalut permainannya. Liong-kaupiannya
tak mau bergerak menurut kemauannya lagi, se-olah2
tersedot oleh pian Hiat-ji. Kemana Hiat-ji gerakan
piannya, kesitulah liong-kau-pian mengikut. Insyaflah
Tong Ko, bahwa dengan cara begitu dalam beberapa
jurus lagi dia tentu akan ditekan oleh lwekang lawan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam gugupnya, dia segera menghantam dengan
dengan tangan kirinya, wut ...........
"Hai tak boleh bercabang", adalah ujar2 dalam
pedoman pelajaran silat. Memang belum pernah terdapat
seorang jago silat sembari memainkan pian sembari
kerahkan kekuatan untuk menjotos. Tapi keadaan itu tak
berlaku pada diri Tong Ko. Sejak dia mendapat bantuan
lwekang dari Sik Lo-sam dan Soa-kim-kong, terutama
pada waktu yang kedua kalinya yalah ketika dia
menderita luka parah, hampir 7 bagian dari lwekang
kedua tokoh aneh itu disalurkan kedalam tubuh Tong Ko.
Menjadilah Tong Ko itu seorang "bertubuh dua". Tangan
kanannya yang memain pian itu hanya menggunakan
tenaga lwekang yang terdapat pada separoh tubuhnya
bagian kanan. Sedang tangan kirinya masih bebas dan penuh
tenaganya. Maka begitu digerakkan, hasilnya diluar
dugaan. Tadi Hiat-ji sudah memastikan kalau dia tentu
dapat memenangkan pertandingan itu. Adalah ketika dia
sedang mengincar lubang kesempatan pada dada Tong
Ko, se-konyong2 ada serangkum tenaga dahsyat
menghantam jwan-piannya hingga sampai terpental.
Karena kejutnya Hiat-ji masih mengira kalau Tong Ko
mendapat bantuan seseorang. Jwan-pian diturunkan
kebawah untuk menutuk jalan darah hiat-hay-hiat dipaha
Tong Ko. Tapi kala itu Tong Ko sudah sadar akan
keadaan dirinya yang seolah2 bertubuh dua itu. Diapun
turunkan Liong-kau-pian. Dua buah pian kini saling
berlibatan. Hiat-ji menarik kebelakang, tapi Tong Kopun
menyentok kebelakang. Keduanya bagai terpaku ditanah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat dada Hiat-ji tak terjaga lagi, Tong Ko segera
ayunkan tangan kirinya.
Terang Hiat-ji tak dapat mundur, kerna kalau dia
berbuat begitu, jwan-piannya pasti terpaksa dilepaskan.
Ini sungguh berbahaya karena Tong Ko dapat
menyabatkan liong-kau-piannya lagi. Namun tak mau
menghindar, dia hanya mempunyai dua pilihan mati atau
terluka berat. "Suhu, tolonglah aku!" tiba2 mulut Hait-ji berteriak


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

minta tolong pada gurunya.
Dengan mengekeh orang kate itu menyahut: "Hiat-ji,
jangan kuatir!"
Sewaktu kata "kuatir" itu diserukan, tangan kiri Tong
Ko sudah terpisah hanya seperempat meter dari dada
Hiat-ji. Tiba2 kedua lengannya serasa kesemutan, karena
jalan darahnya thian-keng-hiat tertutuk orang. Seketika
hilanglah daya lwekang Tong Ko. Benar tangannya kiri itu
tetap mengayun kedada Hiat-ji, tapi dengan mengerahkan Iwekang dapatlah Hiat-ji menolak serangan itu, krek.... patahlah (keseleo) sambungan
lengan dan bahu Tong Ko. Sakitnya bukan alang
kepalang. Dalam pada itu Hiat-ji tampak loncat
kebelakang sembari menarik liong-kau-pian Iawannya.
"Pian yang bagus!" mulut Hiat-ji memuji ketika
memeriksa liong-kau-pian itu. Dicobanyalah pian itu
untuk menghantam tanah.
Tong Ko insyaf bahwa penderitaannya itu disebabkan
campur tangan sikate. Dalam kalapnya dia benturkan
kepalanya kearah Hiat-ji. Tapi anak mata ungu itu
menyeringai, tar...... disongsongnya kedatangan Tong Ko
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu dengan sabetan liong-kau-pian. Tak ampun lagi,
tubuh Tong Ko menggelepar ditanah. Masih si Hiat-ji itu
tak kenal kasihan, dia mengirim pula dua buah
cambukan, kedada dan kebahu Tong Ko. Pakaian Tong
Ko compang-camping, darah mengalir dan orangnyapun
tak ingat diri lagi.
Hiat-ji mengekeh iblis. Sementara Tay-keng sebenarnya sudah siap sedia untuk turun tangan apabila
Hiat-ji tak berhasil membereskan Tong Ko. Karena dalam
pikirannya kalau sampai anak itu lolos dan melapor pada
ayahnya (Tio Jiang), celakalah dia tentul
"Shin-heng, biar kuhabiskan sekali jiwanya!" serunya
dengan girang kala Tong Ko rubuh. Maju kemuka dia
ayunkan pedang untuk menusuk, hai....., diluar dugaan
tubuh Tong Ko itu dapat menggelundung untuk
menghindar. Memang walaupun terluka sampai pingsan, tapi Tong
Ko hanya menderita luka luar. Berkat kemajuan Iwekang
yang diperolehnya, dalam sekejab saja dia sudah siuman
lagi. Baru membuka mata atau sinar ujung pedang Taykeng sudah menusuk kedadanya. Dalam sibuknya,
terpaksa Tong Ko bergelundung kesamping. Benar dia
terluput dari kematian, namun tak urung dadanya
tergores dengan ujung pedang hingga berlumuran darah.
Dengan sigapnya Tong Ko segera loncat bangun. Kini
keadaannya menyerupai seorang manusia darah. Hiat-dii
dan Tay-keng saling memberi isyarat, yang satu dari kiri
dan yang lain dari kanan, mereka menghampiri dengan
send iata terhunus, Tong Ko buru2 meleset keatas
sebuah batu. Kini dia tak takut menghadapi ancaman
maut itu, hanya yang disesalkan dengan adanya seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penghianat macam Tay-keng, dikuatirkan nanti para
perserekatan orang gagah itu akan mendiadi korban
semua. Sebelum Tay-keng dilenyapkan, rasanya dia
enggan mati dulu.
Dengan kebulatan hati itu, dia kerahkan seluruh
tenaganya untuk memeluk batu besar itu yang beratnya
beratus kati. Bagian yang kasar dan runcing dari batu itu
tatkala menempel pada luka2 ditubuhnya, sakitnya bukan
olah2 darah makin mencucur deras. Namun dia kertek
gigi, dia angkat batu besar itu. Ketika Tay-keng hampir
dekat, dengan menggerung keras dan tanpa pedulikan
ancaman serangan dari Hiat-ji, Tong Ko lontarkan batu
itu kearah Tay-keng.
Bermula Tay-keng menganggap sepi akan Tong Ko
yang sudah terluka parah itu. Maka mimpipun tidak dia,
kalau anak muda yang sudah seperti kerangsokan setan
itu dapat mengeluarkan kesaktian yang begitu menakjubkan. Wut, sedemikian hebat deru angin yang
ditimbulkan lontaran itu. Saking gugup tak keburu
menghindar, Tay-keng menangkis dengan pedangnya,
krek...., kutunglah pedang Itu menjadi dua dilanggar
oleh batu. Tay-keng dengan sebatnya Ioncat menyingkir,
namun tak urung lututnya terbentur juga oleh batu itu,
hingga tulangnya remuk. Seperti sebuah layang2, Taykeng terlempar bebrapa meter jauhnya sebelum dia
terhampar ditanah.
Tong Ko belum puas. Dengan beringas dia hendak
menghajar Iagi pemuda penghianat itu. Tetapi pada saat
itu, Hiat-ji sudah memapakinya dengan sebuah sabatan
liong-kau-pian kearah kakinya. Sekali pian itu disentakkan, maka Tong Ko terlempar sampai 4 tombak
jauhnya. Tanah disitu, semua terdiri dari batu2. Tubuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko itu tak hanya sekali saja jatuhnya tapi bergulung2, sampai beberapa kali. Kini2 benar dia
menyerupal seorang manusia darah. Menganggap bahwa
Tong Ko pasti binasa karena luka2-nya itu, Hiat-ji tak
mau mengejar. Sambil tertawa menghina dia selipkan
liong-kou-pian kepinggannya.
Se-konyong2 dari arah semak rumput terdengar suara
berkerontalan dan muncullah seseorang dengan senjatanya sebatang garu ikan berujung tiga. Pada ujung
garu itu, dipasangi gelangan baja. Dan gelangan itulah
yang mengeluarkan bunyi kerontangan tadi. Diatas
senjata penggaru itu, melekat seekor macan tutul yang
sudah tak bernyawa. Dan tahu2 pula, bangkai macan
tutul itu dilemparkan pada Tong Ko. Seketika itu juga,
tubuh Tong Ko serasa dikerudungi oleh sebuah selimut
empuk dan hangat. Hai....., kiranya bangkai macan tutul
itu hanya terdiri dari kulit binatang itu saja. Sewaktu
Tong Ko mendongak, didapatinya bahwa penolong nya
itu adalah seorang wanita dari pertengah umur.
Wajahnya hitam manis, dandanannya macam wanita
pencari ikan. Baru2 Tong Ko hendak berbangkit untuk
menghaturkan terima kasih.
"Siao-hengte, kau sudah menjadi seorang manusia
darah, jangan ber-gerak2, rebahlah!" Wanita itu
mendahului mencegahnya. Dan dengan tangkasnya dia
guratkan ujung senjatanya itu 3 kali keatas kulit macan
tutul. "Lekas tempelkan lembaran kulit macan tutul itu
pada luka2mu. Itu dapat mencegah pendarahan. Kalau
keliwat banyak mengeluarkan darah, jiwamu pasti takkan
tertolong lagi!"
Tong Ko mengerjakan perintah itu. Kesemuanya itu
berlangsung dalam waktu beberapa detik saja, sehingga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
walaupun Hiat-ji mengetahui akan kejadian itu, tapi
dalam saat2 itu" dia hanya terlongong2 saja. Hanya Taykenglah yang walaupun tak dapat ber-kutik karena
terluka, sadar apa yang akan terjadi kalau Tong Ko
sampai lolos. "Shin-heng, Mo locianpwe, janganlah anak itu sampai
bisa lolos, atau jerih payah kita selama ini akan sia2 saja
nanti!" serunya memperingatkan Hiat-ji dan siorang tua
kate. "Jangan kuatirl" sahut Hiat-ji seraya maju menyerang
dengan liong-kau-pian. Melihat senjata yang dimainkan
anak itu adalah liong-kau-pian, berserulah siwanita tadi:
"Hai, kiranya kau ini adalah orang dari keluarga The.
Dahulu aku adalah sahabat karib dari The Ci-liong. A nak
itu terluka parah, usah kau menyiksanya lagi!"
Sebagai tokoh persilatan laut, wanita itu kenal akan
soal usul dan pemilik liong-kau-pian itu, yani The Ciliong. The Ci-liong memberikan pian pusaka itu pada
puteranya, The Som. Oleh The som, pian itu kemudian
diberikan kepada Soa-Kim-kong Ciang Toa-lo.
"Aku orang she Shin, jangan ngacau balau tak
keruan!" Sa hut Hiat-ji yang tak mengetahui riwayat
liong-kau-pian yang dicekalnya itu. Malah sekali melesat,
dia menyelinap disisi wanita itu untuk menghajar Tong
Ko lagi, "Ah, kita adalah orang sendiri, mengapa saling
bunuh?" Didahului dengan helaan napas, wanita itu
berseru sembari lintangkan senjata garunya menghadang
tobrosan Hiat-ji. Hiat-ji marah, dia sambar garu itu
dengan tangan kiri dan terperanjatnya bukan main ketika
didapati bahwa senjata itu terbuat dari bahan besi. Dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menarik dan mendorong se-kuat2nya, tetapi sedikitpun
tak bergeming. Ini makin menambah keherannya dan
buru2 melepaskannya sembari menyurut kebelakang.
"Siapa namamu berani mengadu biru padaku?"
tegurnya dengan keras.
Wanita itu kedengaran tertawa, sahutnya: "Terhadap
seorang penghuni rimba, mengapa perlu menanyakan
nama" Pergilah jangan mengganggu anak itu lagi!"
Sudah tentu Hiat-ji tak mau, lalu menyerang dengan
liong-kau-pian. Dengan seenaknya saja, wanita itu
gerak2an senjata garunya yang hampir 2 meter
panjangnya itu untuk mencegah Hiat-ji merapat maju.
Tampaknya gerakaannya itu
tak sesuai dengan
permainan ilmu silat, namun kemana ujung garu itu
menusuk kesitulah liong-kau-pian pasti terpapak. Hiat-ji
tak dapat berbuat apa, kecuali main mundur. Dalam
sekejab saja, sepuluh jurus telah berlangsung dan kini
barulah Hiat-ji insyaf kalau bukan tandingannya wanita
itu. Buru2 dia loncat menyingkir seraya meneriaki
suhunya: "Suhu, apa yang dikatakan Tio-heng tadi
memang benar. Kalau si Tong Ko berhasil lolos, usaha
kita tentu gagal semua dan bagaimana nanti
pertangungan jawab kita dihadapan baginda?"
Siorang tua kate itu tertawa berkelutukan. Dengan
mengibas-kibaskan bajunya dan bergontai tubuh, dia
maju kemuka. Dalam pada itu, siwanita tampak
mengawasi Tong Ko dengan kejut keheranan, tegurnya:
"Sahabat kecil, apakah kau ini Tong Ko?"
Setelah melekatkan kulit macan tutul tadi pada
badannya, "luka2 Tong Ko sudah tak mengucurkan darah
lagi. Dia sangat menerima kasih kepada pertolongan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wanita itu. Ditegur dengan nada se-olah2 sudah
mengenalnya, ter-sipu2 Tong Ko menyahut: "Memang
wanpwe ini benar Tong Ko, entah siapakah gelaran yang
mulia dari cianpwe ini?"
"Nanti kau pasti mengetahui sendiri", ujar wanita itu
sambil tertawa. Nada kata2nya makin ramah. Berpaling
kearah Hiat-ji, berkatalah wanita itu: "Sahabat kecil ini,
justeru orang yang hendak kami cari. Baiklah kalian
jangan mengganggunya lagi dan lekaslah tinggalkan
tempat ini. Apabila suamiku sampai tiba kemari, oleh
karena perangainya tak sesabar aku, kalian pasti akan
mengalami hal2 yang tak diinginkanl" .
Huh....., gila perempuan itu. Kalau suhuku turun
tangan, suamimu nanti hanya pasti akan mendapatkan
kau sudah mendiadi bangkai, demikian pikir Hiat-ji.
Karena itu dia hanya ganda tertawa, tak mau menyahut.
Siorang kate tadi sudah berada pada jarak dua tombak
dari siwanita dan lalu menuding: "Dengan bergegaman
hi-jat (garu) itu, kalau tak salah toasoh ini tentulah tokoh
keluarga The, Ciok, Wa dan Chi yang malang melintang
dilautan bukan?"
Siwanita terkesiap mendengar nada suara sikate yang
kering melengking seperti anak kecil itu. la duga, sikate
itu tentu bukan tokoh sembarangan.
"Benar, aku orang she Ciok, nama Siao-lan, salah
seorang dari keluarga yang kausebutukan itu," sahutnya.
Sikate menengadah kelangit dan lepaskan tetawanya
yang panjang. "Dengan kepandaianmu yang dangkal itu,
bagimana toasoh hendak jual lagak dihadapanku?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berbareng dengan ucapannya itu, sikate sudah loncat
kemuka lalu ulurkan kedua tangannya untuk menangkap
senjata hi-jat Siao-lan. Selama 20-an tahun lamanya,
Ciok Siao-lan digelari orang sebagai Lamhay hi li (gadis
pencaril ikan dari Laut Selatan). la disegani karena
senjatanya hi-jat itu. Sejak belasan tahun menyepi,
didalam rimba pegunungan Sip-ban-tay-san, ia berhasil
mendapatkan sebuah kitab pusaka. Sudah tentu kiai ia


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh lebih lihay dari 20 tahun yang lampau. Namun tak
urung ia terperanjat dan kagum juga akan gerakan yang
secepat kilat dari siorang tua kate itu tadi.
"Ai, sahabat, bagus nian kepandaianmu itul" serunya
dengan tertawa karena ia tak berhasrat untuk
mencelakai seorang tua macam sikate itu.
"Ha, kepandaian yang sebenarnya, masih ada
dibelakang nantil" dengan tertawa aneh sikate tarik
sepasang tangannya. Seketika itu Siao-lan rasakan ada
sebuah tenaga dahsyat mendorongnya hingga dia
terlempar kebelakang, sedang hi-jatnyapun sudah
berpindah ketangan sikate.
Begitu merampas hi-jat, sikate tertawa dingin.
Sepasang tangannya diputar2 kekanan kiri dan sendiata
yang terbuat dari baja murni itu kini berobah menjadi
semacam kuwih untir-untir. Senjata itu oleh sikate lalu
dilemparkan kesamping.
"Toasoh, apa katamu?" tanya sikate dengan bangga.
"Lwekang yang sakti!" sahut Siao-lan.
"Toa-soh, kulihat kaupun hebat. Sepanjang hidupku,
aku gemar mengikat persahabatan. Kalau kau hendak
mencari ketegangan ditempat ini, akupun tak mau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengganggu usik. Jika kau ingin keluar dari pertapaanmu, kutanggung kau pasti akan memperoleh
kedudukan tinggi dan kemewahan hidup. Tapi serahkan
anak itu padaku".
Belum sempat Siao-lan menjawab, atau. terdengar
suara ber-kerontangan dan sebatang hi-jat melayang
kearahnya. Cepat2 ia menyambutinya. Kini hi-jat yang
tadinya sudah menjadi untir-untir itu, sudah lempang
lagi. Siao-lan berpaling kearah semak belukar dari mana
hi-jat tadi melayang, lalu tertawa, se-akan2 ia sudah
tahu siapakah yang melempangkan dan melemparkan
hijat itu. "Lwekang sahabat memang tlnggi, tapi tetap aku
hendak mohon pengajaran barang bebrapa jurus saja!"
serunya sembari putar hi-jat.
Ada istilah persilatan yang mengatakan begitu:
"Tombak takut. bundar, pian jeri lurus". Artinya kalau
orang dapat memainkan tombak hingga menjadi sebuah
lingkaran dan dapat memainkan pian dengan gaya yang
lurus, orang itu pasti adalah seorang ko-chiu (akhli) yang
jempolan. Hi-jat yang dimainkan Siau-lan itu dapat
berobah gayanya macam sebatang tombak. Suara
putarannya men-deru2. Dari sini dapat diketahui, sampai
dimana ilmu kepandaian Siao-lan sekarang ini.
Siorang tua kate melangkah setindak kesamping.
Terhadap ancaman Siao-lan, dia tak menghiraukan.
Tetapi terhadap orang yang dalam beberapa detik saja
telah dapat melempangkan hi-jat yang sudah bengkak
bengkok itu, benar2 dia menaruh kewaspadaan. Rumput
semak2 disitu, tingginya melebihi orang, pula sangat
lebat sekali. Jadi betapapun tajamnya sang mata, tetap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang kate itu tak mengetahui siapa yang bersembunyi
didalam situ. "Toasoh, kau hendak bertanding satu lawan satu atau
dua lawan satu?" tegurnya sambil perdengarkan tertawa
sinis. "Sudah tentu satu lawan satul" "sahut Siao-lan
sembari maju menusuk. Sikate menyambar ujung hi-jat
lalu dipelintirnya dan lagi2 hi-jat itu menjadi melengkung
bengkok pula. Kini barulah Siao-lan benar2 tunduk akan lwekang
yang lihay dari siorang tua kate itu. la insyaf bukan
lawannya. "Aku mengaku kalahlah. Lwekangmu memang jauh
melebihi akul" serunya sembari lepaskan cekalan
tangannya dan mundur kebelakang.
Siorang tua kate itu sangat bernapsu hendak memikat
keluar orang yang bersembunyi tadi, Ingin benar dia
mengetahui siapakah gerangan tokoh yang lihay itu.
Sejak dia tinggalkan daerah barat dan berkunjung kekota
raja, tugasnya yalah untuk membasmi 'tokoh2 persilatan
didaerah Kwitang dan Kwisay. Bahwasanya orang yang
bersembunyi itu dapat melempangkan lagi hi-jat tadi,
membuktikan kalau dia itu seorang jago yang lihay.
"Toasoh, jangan pergi dahulu!" serunya sembari
mengejar sembari mutar hi-jat itu. Loncat keatas dia
menggertak Siao-lan dengan sebuah tusukan.
Siao-lan terkejut, terus menyusup masuk kedalam
semak. Kini siorang kate yang terkesiap heran. Tadi dia
meluncur dari atas, tapi mengapa tak nampak jejak
siwanita itu sama sekali. Dan kejutnya itu makin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memuncak, ketika tiba2 ada dua buah angkin pelangi
(sabuk kain berwarna) meluncur keluar dari semak2 itu.
Yang sebuah, seperti ular merayap kebawah menuju
kearah Tong Ko sedang yang satu lagi, laksana seekor
naga melayang menyambar kearahnya. Yang diketahui
angkin itu kurang lebih 2 meter lebarnya, tapi mana
pangkalnya tak kelihatan karena masih berada dalam
semak. Warnanya gilang gemilang, warna yang hanya
terdapat pada kain sutera pilihan. Waktu melayang,
benda itu menerbitkan deru angin yang keras
Sebagai seorang jago lihay, segeralah siorang tua kate
itu mengetahui betapa hebat lwekang orang yang
melepaskan itu. Masa angkin sepanjang 4 tombak dapat
dibuat menyerang menurut sekehendak hatinya" Insyaf
akan bahaya, orang tua kate itu buru2 menyingkir, maka
jatuhlah angkin itu ketanah. Tapi begitu jatuh, begitu
ujungnya lalu bergerak melayang keatas lagi untuk
menyerang kepadanya. Gila, masakan sebuah kain ikat
pinggang dapat menyerupai seekor ular hidup!
Dengan gemas, siorang kate itu segera ulurkan tangan
untuk menyambarnya, pletek....... seperti meremas
sebuah bambu, begitulah bunyi kain angkin itu ketika
dicengkeram siorang kate.
Kini angkin itu menjulai kebawah, lemas lunglai seperti
kain biasa. Buru2 ditariknyalah angkin itu dari dalam
semak. Kiranya kini hanya tinggal sehelai saja, sedang
yang sehelai yang merayap kearah Tong Ko tadi, sudah
tak kelihatan berikut....... sianak muda itu!
Kini tahulah siorang tua kate itu bahwa dia sudah
"kena tercocok hidungnya" (diakali). "Hiat-ji, cara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimana siaocu tadi menghilang?" tanyanya dengan
murka. Tapi tiada penyahutan.
"Hiat-ji, apa kau tak mendengar" Bagaimana siaocu
tadi lenyap"!" dia ulangi lagi dengan ketus. Namun si
Hiat-ji tetap bungkam. Saking geramnya, sikate lalu
berputar untuk menengok dan didapatinya muridnya itu
matanya terbelalak ketakutan se-olah2 hendak dipukul
orang, tangannya kini sudah tak mencekal pian lagi,
sedang tubuhnya kaku tak dapat bergerak.
Siorang tua kate segera tahu bahwa muridnya itu
telah kena ditutuk orang, maka buru2 dihampirinya untuk
ditolong. Sewaktu ditutuk punggungnya, Hiat-ji segera
muntahkan segumpal ludah kental.
"Bangsat yang tak punya malu, beraninya hanya main
membokong saja!" begitu sudah dapat bergerak, begitu
mulut si Hiat-ji segera me-maki2. Siorang tua kate
memberi isyarat, supaya dia jangan bicara.
"Hiat-ji, kita telah diingusi orang, tak perlu ribut2!"
seru sikate sembari mengambil sebuah benda kecil dari
dalam bajunya. Benda itu hitam mulus warnanya.
Dengan jari tengah, dijentikkannya benda itu kearah
semak2. Waktu melayang benda itu berobah menjadi
selarik asap dan ketika jatuh kedalam semak2 segera
meledak dengan kerasnya. Disekeliling tempat itu segera
menjadi lautan api. Cepat siorang tua kate menarik
tangan Hiat-ji untuk diajak loncat menyingkir.
"Huh, sahabat yang suka main unjuk ekor
sembunyikan kepala, coba kau mau keluar tidak?"
serunya dengan tertawa dingin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam sekejaban saja, semak yang lebat dengan
tanaman rumput setinggi orang, telah dimakan api
sampai habis. Namun sungguhpun begitu, tetap tiada
seorangpun yang tampak keluar dari situ, Siao-lan, Tong
Ko dan orang ketiga yang misterius itu tetap hilang.
Suatu hal yang meinbuat siorang tua kate termenung
dalam 12 pikiran. Sejak dia muncul dari gurun dan
datang dikota raja, ilmunya dikagumi dan dijerikan oleh
kawanan tay-lwe kochiu (jagoan istana kelas satu).
Dalam perjalanannya kedaerah selatan ini, tokoh2 dari
pelbagai aliran persilatan pernah dia temui semua. Tapi
kali ini benar2 dia ketemu dengan batunya. Seorang
misterius yang tak mau unjuk diri itu, rupanya
mempunyai kepandaian yang tangguh sekali dan seorang
yang cerdik pula!
Dengan hati2 dia maju menghampiri kemuka untuk
memeriksanya. Kiranya diujung bekas semak2 itu adalah
sebuah lambing gunung yang tiada jalanannya sama
sekali. Jadi tak murigkin kalau ketiga orang Itu lari dari
situ. Dia makin curiga. Maju pula dua langkah, tiba2
kakinya terasa memijak tanah lunak dan terus terperosok
kedalam. Tahu akan masuk perangkap, buru2 dia empos
semangat lalu dengnan gunakan gin-kang (ilmu
mengentengi tubuh) dia melambung sampai satu tombak
tingginya. Namun sekali pun begitu, tak urung betisnya
termakan sebuah anak panah. Dengan menahan sakit,
dicabutnya anak panah (paser) itu. Ketika melongok
kebawah kiranya iubang rerangkap itu hanya sebuah
perangkap biasa yang sering dibuat oleh kaum pemburu.
Dia meluncur turun kedalam lubang perangkap itu untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meriksanya. Pun disitu tiada terdapat sesuatu yang
mencurigakan. Hampir setengah harian, siorang tua kate itu sibuk
seorang diri. Siorang misterius tetap tak kelihatan,
sebaliknya dia sendiri telah menderita luka. Saking
marahnya, dia mengaum bagaikan harimau kelaparan,
hingga empat penjuru lembah gunung situ sama2
menggetarkan kumandang suara. yang dahsyat. Itupun
tak menolong suatu apa.
"Suhu, lebih baik kita naik kepuncak Thiat-nia, nanti
setelah berjumpa dengan kepala suku Thiat-theng-biau,
kita rundingkan siasat lebih jauh!" akhirnya Hiat-ji ajukan
usul. Rupanya siorang tua kate itu tiada mempunyai daya
lain. Dengan gemas dia menggerutu panjang pendek.
Pun si Tay-keng dengan ber-ingsut2 menghampiri.
Mereka berunding dengan kesimpulan bahwa dalam
perjalanan nanti harus berlaku waspada karena
menghadapi seorang musuh lihay yang tak kelihatan.
---oo^dwkz0tah^oo--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 14 : DI TOLONG CIAN BIN
LONG KUN THE GO
Baik kita tinggalkan mereka untuk menengok Tong Ko.
Sewaktu melihat Siao-lan terus menerus kalah, Tong Ko
yang menggelepai ditanah tadi, resah sekali hatinya.
Tiba2 dilihatnya ada sepotong angkin sutera merayap
kearahnya. Dalam kejutnya. Tong Ko coba hendak
menyingkiri dengan bergelundungan, tetapi kala itu
telinganya seperti disusupi oleh sebuah suara melengking
yang halus sekali: "Engkoh kecil, jangan bergeraklah !"
Dalam pada Tong Ko tertegun, tubuhnya sudah dilibat
angkin itu terus ditarik masuk kedalam semak2. Begitu
masuk kedalam semak2 itu, dia terus diseret masuk
kedalam sebuah lubang perangkap. Disitu terdapat dua
orang, Siao-lan dan seorang yang bertubuh amat pendek
sekali. Oleh karena dalam lubang itu gelap, jadi tak dapat
Tong Ko melihat wajah siorang kate itu. Yang
diketahuinya, orang pendek itu menekan dinding lubang
dan serempak terbukalah sebuah goa besar. Siao-lan
tarik tangan Tong Ko untuk dibawanya masuk. Siorang
pendek tadipun menyusul masuk, lalu menutup dinding
itu. "Ayuh, lekas lari kemuka sanal" seru orang pendek itu
dengan nada yang lantang bening.
Kira2 empat lima tombak mereka menyusur lubangterowongan situ, mereka muncul pula dipermukaan
tanah. Dilihatnya semak2 rumput tadi sudah rata
dimakan api. "Engkoh kecil, orang tua kate itu bergelar Liat Hwat
cousu. juga dijuluki orang sebagai Yang-im-sin-yau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(siluman hawa positip dan negatip). Lihay sekali,
mengapa kau berani menempurnya?" kedengaran orang
pendek itu bertanya.
Tong Ko berpaling menatapnya. Didapatinya orang itu
kira2 berusia 40-an tahun, wajahnya cakap sekali, hanya
sayang perawakannya keliwat pendek (kate), sehingga
jubahnya sampai berkeleweran ditanah. Tinggi orang itu
hanya sama dengan perut Tong Ko.
"Wanpwe tak mengetahui dia itu siapa, kecuali
seorang kaki tangan pemerintah Ceng" Tong Ko memberi
hormat menyahut.
Orang itu tertawa sejenak, ujarnya: "Dan kau sendiri
ini siapa?"


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tong Ko diam2 merenung, siapakah orang pendek itu"
Ciok Siao-lan, juga belum pernah dia mendengar nama
itu. Namun sekalipun demikian, sebagai seorang laki2,
tak mau dia berbohong. Cita2 hidupnya adalah hendak
mengusir penjajah Ceng dan membangunkan pemerintah
Beng lagi. Ini adalah suatu perjoangan suci, jadi
mengapa dia harus berbohong"
"Wanpwe adalah orang yang ingin mengenyahkan
penjajah Ceng!" sahutnya tanpa ragu2 lagi.
Orang pendek itu tertawa, sahutnya: "Begitulah
hendaknya seorang pemuda harapan bangsa itu.
Namamu Tong Ko, adakah Tong Ko yang menjadi
kenalan anakku perempuan si Ing-ji itu?"
Tong Ko seperti orang disadarkan. Diawasinya wajah
siwanita itu memang mirip dengan The Ing, maka tersipu2 dia berkata : "Benar demikianlah wanpwe ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebaliknya, kalian ini bukantah The pehpeh (paman) dan
The pehbo (bibi)?"
"Ya, aku orang she The, nama Go !" ujar orang itu
sembari mengangguk.
Diam2 Tong Ko tersirap darahnya mendengar nama
"The Go" itu. Sering sudah dia mendengar cerita orang,
bahwa The Go itu bergelar Cian-bin-long-kun dan
menjadi murid kesayangan Ang Hwat cinjin, kepala
gereja Ang Hun Kiong. Sewaktu muda, dia sudah
memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa. Sayangnya
anak muda gagah dan cerdas itu sesat pikirannya mau
bersekongkeol dengan kawanan kaki tangan pemerintah
Ceng. Ribuan anak buah dari 72 markas gunung Hoasan,
telah dihancur leburkan tentara Ceng berkat pimpinannya
yang gemilang. Akhirnya perserekatan orang gagah
patriot yang dipimpin oleh Ceng Bo siangjin berhasil
membekuknya dan sepasang kakinyapun dibacok kutung
oleh siangjin itu.
Adakah orang pendek itu benar2 si Cian-bin-long-kun
The Go yang sudah tak berkaki itu" Sampai sekian saat
Tong Ko menimang2 untuk mencari jawaban.
"Pernahkah kau mendengar tentang namaku?" tiba2
orang pendek itu bertanya pula. Tong Ko yang tak suka
berbohong serentak mengiakan.
"Kehilangan kaki, merupakan penyesalan seumur
hidup. Engkoh kecil, apa yang orang persilatan
mengatakan tentang diriku?" The Go menghela napas.
"Terhadap perbuatan cianpwe sewaktu membasmi 3
laksa anak buah Hoasan itu, kaum hohan dalam dunia
persilatan sama mengutuk dengan geram. Tetapi serta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cianpwe sudah menyesal dan berhasil pula membantu
perserekatan orang gagah dibawah pimpinan Ceng Bo
siangjin untuk menemukan harta karun dalam gereja
Kong Hau Si tempo hari, sekalian orang sama menaruh
perindahan. Se-akan2 kecemaran nama cianpwe itu
sudah direhabiliteer (dikembalikan) pula !"
The Go tundukkan kepala tak berkata apa2. Adalah
Siau-lan yang menasehatinya: "Urusan yang sudah
lampau, mengapa dipikirkan lagi" Lebih baik tanyakan
saudara Tong ini, bagaimana keadaan Ing-ji?"
The Go mendongak jauh kemuka, ujarnya: "Disini
bukan tempat kita berbicara, lebih baik kita lekas pulang
dulu !" Habis berkata begitu, dia angsurkan sebatang pian
yang bukan lain adalah liong-kau-pian, kepada Tong Ko.
Dengan demikian teranglah kalau sekali tepuk, dia
mendapat tiga lalat. Menyerang Liat Hwat cousu,
menolong Tong Ko dan masih sempat pula menutuk
jalan darah Hiat-ji untuk merampas liong-kau-piannya.
Sedemikian tangkas lincahlah gerakan siorang misterius
yang bukan lain adalah Cian-bin-long-kun The Go.
Tong Ko kagum atas kepandaian orang. Tiba2 The Go
bersuit keras dan muncullah dua ekor kera gin-si-kau
yang besar sembari mendorong sebuah ........ bola batu
besar. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
GAMBAR 7 Tiba2 The Go bersuit dan muncullah dua ekor kera
besar sembari mendorong sebuah bola batu besar, yang
ternyata menjadi "kendaraan" The Go . . . . . . . .
Pesat nian jalannya bola itu menggelinding datang.
Bola batu itu ada kira2 dua meter tingginya. Sekali
tangannya menekan ketanah, melesatlah tubuh The Go
keatas bola batu itu, dan kedua ekor kera itupun segera
mendorongnya. The Go tegak berdiri dengan tenangnya
diatas bola yang berputar dengan pesatnya.
Karena Tong Ko agak heran maka Siao-lan lalu
menerangkan: "Setelah sepasang kakinya putus, dia
telah membuat sebuah permainan. Pada ujung kaki yang
putus itu, dipasangi dengan tutup batu giok sehingga
dapat dibuat berdiri tegak diatas bola batu."
Melihat keramah-tamahan Siao-lan, timbullah rasa
suka Tong Ko. Begitulah setelah mengitari dua buah
puncak, tibalah mereka pada sebuah batu karang.
Dibawah batu karang itu terdapat 3 buah rumah pondok
yang dipagari dengan pepuhunan. Dimuka halaman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumah terdapat sebuah anak sungai. Suasana disitu
tampak rindang tenang. The Go mendahului masuk
kedalam. Kiranya perabot rumah dalam pondok itu
terbuat daripada bambu semua, namun tak mengurangkan keresepan seni keindahannya. Di-tengah2
tergantung sepasang lian (sajak) yang berbunyi begini:
"Dilautan Tang-hay konon ombaknya tiada berketentuan,
urusan didunia mengapa selalu bergolak. Digunung Pabong-san, tiada terdapat tempat luang, namun
penghidupan tenang dengan nikmatnya."
Hati Tong Ko tersentuh dengan kata2 dalam sajak itu.
Tak berapa lama kemudian, tampaklah The Go keluar
dengan duduk didalam sebuah kursi. Dia membawa
seperangkat pakaian yang bertuliskan darah.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Ing-ji?"
katanya sembari angsuran pakaian itu kepada Tong Ko.
Tong Ko segera mengetahui bahwa pakaian itu adalah
bekas yang dipakai The Ing tempo hari. Dikenalinya
tulisan yang terdapat diatas pakaian itu serupa gayanya
dengan robekan baju yang dibawanya.
"Untuk mengetahui tempat beradaku, harap tanyakan
pada Tong Ko." Demikian bunyi tulisan darah itu. Sudah
tentu Tong Ko menjadi keheranan juga, ujarnya: "Aku
sendiripun tak tahu dimana beradanya, bagaimana la
minta paman dan bibi tanya padaku?"
"Pakaian itu dibawa pulang oleh seekor gin-si-kau.
Sewaktu menulis ini, mungkin dia mengira kalau kau
dapat memberitahukan halnya kepada kami," kata The
Go. Tong Ko ketarik akan sikap orang yang tak menaruh
dugaan jelek kepadanya. Tapi benarkah. The Go begitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
murah hati terhadap seseorang yang baru dikenalnya"
Bukan, bukan demikian. Sebagai seorang persilatan yang
banyak makan asam garam pergolakan hidup, pula
dengan memiliki pikiran cerdas dan pandangan tajam,
dapatlah The Go meneropong peribadi seseorang. Dia
yakin Tong Ko itu seorang pemuda yang lurus jujur jadi
dipercaya tentu takkan berbuat sesuatu yang merugikan
anak gadisnya. Sebagai seorang ayah, The Gopun serupa
juga. Dia dapat melakukan pembalasan hebat pada
orang yang mencelakai anaknya. Dan inipun berlaku juga
pada Tong Ko. Dengan terus terang Tong Ko tuturkan pengalamannya selama ini. Dari mulai "dijual" oleh
kawanan sikaki satu Sin Tok, kebinasaan putera Tio
Jiang, hingga dirinya dpaksa loncat turun dari puncak,
lalu pertemuannya dengan The Ing didalam lembah
kemudian terperangkapnya mereka berdua didalam goa
yang dihuni siwanita aneh itu.
Ketika mendengarkan tentang diri siwanita aneh
dalam goa itu, tiba2 berobahlah wajah The Go.
"Sio-lan, tahukah kau siapa kiranya wanita dalam goa
itu?" tanyanya kepada sang isteri.
"Entahlah, aku tak dapat menduganya!" sahut yang
ditanya. "Adakah paman The mengenalnya?" tanya Tong Ko
dengan terperanjat. The Go hanya menghela napas
panjang dan minta Tong Ko meneruskan ceritanya.
Tong Ko terus lanjutukan penuturannya bagaimana
dia ditolong Tio In, lalu peristiwa antara Tio Jiang dan
puteranya (Tay-keng), sampai akhirnya dia memperoleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hadiah golok pik-li-to dari Sik Lo-sam, lalu dia kembali
kegua siwanita, kemudian pertempurannya dengan Liat
Hwat cousu tadi.
"Engkoh kecil, tidakkah kau merasa bahwa wajah dari
siwanita dalam goa itu seperti pinang dibelah dua
dengan kau?" tanya The Go.
Tong Ko terbeliak. Teringat tempo hari Siau-bengsiang Tio Jiangpun pernah mengatakan bahwa teringat
akan wajah seseorang, maka dia (Tio Jiang) tak tegah
membunuhnya. Dan kini The Go pun mengatakan ha! itu.
Tak terasa dia mengenangkan wajah wanita aneh itu
........ ya, memang raut wajah wanita itu mirip sekali
dengan dirinya. Dan mengangguklah dia selaku tanda
mengiakan pertanyaan The Go tadi.
Seketika wajah The Go makin muram, ujarnya: "Siaolan, kukuatir kali ini Ing-ji akan mengalami nasib yang
malang!" "Mengapa?" seru Siao-lan dengan amat terkejut.
Tapi The Go segera alihkan pertanyaan pada Tong Ko:
"Apa kata kalangan persilatan tentang perbuatanku
tempo dahulu melantarkan seorang gadis jelita?"
"Entahlah, tak pernah kudengarnya," sahut Tong Ko.
Tapi dalam pada itu Siao-lan. segera menyelutuk dengan
kagetnya: "Kau maksudkan Ing-ji jatuh ketangan Sayhong-hong Bek Lian?"
Serentak teringatlah Tong Ko bahwa Say-hong-hong
Bek Lian itu adalah suci dari Siau-beng-siang Tio Jiang.
Tapi entah bagaimana, nona itu telah menghilang tak
berbekas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu dianya. Bek Lian benci sekali padaku. Kalau
Ing-ji jatuh ketangannya, masakan ia akan mendapat
pengampunan?" kata The Go pula. Habis itu, dia
melambai pada Tong Ko seraya berkata: "Engkoh kecil,
apakah benar kau ini orang she Tong?"
Tong Ko tersirap, sahutnya: "Apakah she-ku yang
sebenarnya, aku sendiripun tak tahu. Yang kuketahui
sejak kecil mula aku dipelihara oleh keluarga she Tong....
paman The, tadi kau katakan aku ini mirip dengan Sayhong-hong Bek Lian........."
Adanya Tong Ko mengajukan pertanyaan begitu
karena teringat tempo hari Tio Jiangpun pernah
mengatakan begitu tentang dirinya. Dan ini menimbulkan
suatu dugaan dalam hatinya. Tapi belum lagi dia sempat
melanjutkan kata2nya, The Go sudah lantas alihkan
pembicaraan kepada sang isteri, serunya: "Siao-lan, ayuh
kita segera menuju ke Lo-hu-san. Gin-si-kau itu
mempunyai hidung yang tajam, tentu dapat membawa
kita ketempat mereka berdua!"
Siao-lan ber-kaca2 air matanya. "Benar ia benci
padamu, tapi tiada sangkut pautnya dengan Ing-ji!"
katanya dengan suara sember.
Tong Ko tak mengerti apa maksudnya kata2 yang
dibawakan ke dua suami isteri itu, karena dia tak
mengetahui riwayat mereka dahulu. Sementara itu The
Go mengulangi lagi maksudnya hendak berangkat ke Lohu-san seketika itu juga.
"Kalau jiwi pergi kesana. akupun ikut juga, sekalian
untuk mencari tahu keadaan nona In. Entah apakah
Siau-beng-siang Tio Jiang sudah berangkat menyusulnya
belum?" kata Tong Ko. Tapi hal itu dicegah The Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau masih menjadi orang yang dicurigai, mengapa
berjerih payah begitu" Lebih baik kami saja yang bantu
menyirapi berita itu untukmu dan kau boleh beristirahat
meyakinkan ilmu silat disini. Akan kuberikan padamu
kitab pusaka yang kudapatkan pada belasan tahun
berselang. Sekalipun pergi pulang aku hanya memerlukan kira2 satu bulan lamanya, tapi mengandal
kecerdasanmu, kupercaya kau tentu akan memperoleh
kemajuan yang pesat. Nah, bagaimana pendapatmu?"
Tong Ko rasakan nasehat The Go itu memang benar.
Karena kepandaiannya masih rendah itulah maka setiap
kali dia tentu menderita dihina orang. Bahwa orang telah
begitu baik hati untuk menolongnya, dia sangat
berterima kasih sekali, The Go suruh Siao-lan ambilkan
sebuah kitab tipis. Tapi ketika Tong Ko menerimanya, dia


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera menjadi terperanjat sekali. Kiranya kitab itu
berjudul "Tat Mo cingco cap-pwe-si" atau 18 gaya
semadhi dari Tat Mo. Terang itulah karya dari guru besar
Tat Mo tentang pelajaran ilmu lwekang. Belum pernah
Tong Go menjumpai kitab pusaka semacam Itu. Saking
terharunya atas budi orang, dia segera ter-sipu2 berlutut
untuk menghaturkan terima kasih.
"Kitab ini hanya terisi 72 buah gambaran, tiada
keterangannya sama sekali. Belasan tahun lamanya,
tetap aku belum dapat meyakinkan seluruhnya. Kuharap
kau tak temaha mempelajarinya. Dapat berapa sudahlah,
jangan paksakan diri. Dipondok sini terdapat cukup
bahan makanan, pula tak nanti ada orang dapat
berkunjung kemari, tenang2 sajalah kau belajarl"
Habis berkata begitu, The Go lalu memanggil kera ginsi-kau dan bersama Siao-lan, dia lalu tinggalkan pondok
itu. Bolak-balik Tong Ko membuka lembaran kitab itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
namun dia tetap tak mengerti. Sampai malam hari, dia
belum mendapat apa2. Saking lelahnya, dia tidur dengan
memeluk kitab itu.
Keesokan harinya, kembali dia mulai mempelajari kitab
itu, namun tetap seperti kemarin. Keadaan itu berjalan
sampai seminggu lamanya. Akhirnya dia ambil putusan
untuk melakukan semadhi menurut petunjuk gambar.
Tapi dalam persemadhiannya itu, hatinya serasa
bergolak. Sebentar memikirkan tak betah tinggal disitu
lebih lama lagi, sebentar hendak menyusul Tio In,
mencari The Ing di Lo-hu-san, dan pada lain saat
merenungkan tentang golok pik-li-to yang luar biasa itu.
Makin hendak menenangkan pikiran, makin gundah resah
hatinya. Akhirnya Tong Ko insyaf, tak boleh keliwat memaksa
diri. Kitab disimpan dalam baju, mengemasi sedikit
ransum, meninggalkan sepucuk surat pada The Go lalu
dengan membawa liong-kau-pian dia berangkat menuju
ke Thiat-nia. Hendak dia mencari tahu adakah golok pikli-to dan ilmu permainannya it-guan-to-hwat yang sakti
itu sudah jatuh ditangan Liat Hwat cousu"
---oooo--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 15 : SUKU THIAT TENG BIAU
Menjelang petang, tampak ada sebuah puncak
menjulang masuk kedalam awan. Itulah puncak Thiatnia. Dia pesatkan langkah dan tak berselang berapa
lama, tibalah dia dikaki gunung tersebut. Baru dia
hendak mulai mendaki, tiba2 dari arah belakang ada deru
angin menyambar. Setelah beristirahat kurang lebih
seminggu luka Tong Ko sudah sembuh dan karena
selama itu dia terus menerus berlatih, jadi kini
lwekangnyapun bertambah maju. Deru angin tadi terang
adalah sebuah senjata dari seorang penyerang gelap.
Dan cukup diketahuinya juga, bahwa kepandaian
penyerang itu masih rendah. Dia biarkan saja tak mau
bergerak. Adalah setelah sebelah belakang kepalanya
terasa dingin, secepat kilat tangannya menghantam dan
berbareng memutar diri sret...... tahu2 senjata gelap itu
telah dapat dijepit dalam tangannya. Dan sekali kakinya
bergerak menendang lambung, rubuhlah penyerang
gelap itu. Ketika diperiksanya, seluruh tubuh orang itu
dibungkus dengan anyaman rotan, telinganya mengenakan sepasang anting2 besar, dandanannya aneh
sekali. Terang dia itu seorang suku Thiat-theng-biau.
Yang membuat Tong Ko terkejut adalah senjata golok
orang itu. Golok itu berbentuk lengkung seperti sabit,
mirip dengan pi-lik-to pemberian Sik-Lo-sam tempo hari.
Dalam saat2 Tong Ko tertegun itu, se-konyong2 orang
Biau itu loncat bangun terus menyambar sebuah akar
rotan dan laksana terbang dia merayap keatas puncak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
GAMBAR 08 Dengan cepat Tong Ko memburu si orang Suku Biau
yang sedang merambat keatas bukit tandus itu, dan
menimpukkan sepotong batu . . . . . . .
Tong Ko mengejarnya. Sekalipun dia gunakan ginkang (ilmu berlari cepat) namun jarak keduanya terpisah
tiga empat tombak jauhnya. Ini disebabkan karena orang
Biau disitu sudah biasa menggunakan rotan untuk naik
turun gunung. Hanya dalam beberapa kejab saja, sampai
sudah mereka dilamping gunung. Disitu terdengar suara
drum...... (grenderang) ditabuh dlseling dengan gelak
tawa yang keras. Hal, itulah gelak tawa siorang tua kate
Liat Hwat cousu. Kalau saja orang Biau itu berhasil
mencapai kesana, pasti dirinya (Tong Ko) celaka nanti.
Saking gugupnya Tong Ko segera menjemput sebuah
batu kecil lalu ditimpukkan kebelakang batok kepala
orang Biau itu. Tanpa berkuik lagi, tangan orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kendor dan tubuhnya segera meluncur turun jatuh
kebawah. Tong Ko menyesal telah membunuh orang. Tapi apa
boleh buat, toh sudah terlanjur kelepasan tangan. Dia
lanjuntukan pendakiannya. Dari balik sebuah karang dia
melongok kemuka dan didapatinya diatas sana tampak
ada be-ratus2 orang Biau tengah me-nari2 dan bernyanyi2 dalam sebuah lingkaran. Dltengah lingkaran situ
tampak duduk seorang Biau tua yang bertubuh tinggi
besar. Disebelahnya adalah Tio Tay-keng, Hiat-ji dan Liat
Hwat cousu. Mereka tengah menenggak arak. Tampak
bibir mereka komat kamit, tapi entahlah tak kedengaran
apa yang dibicarakannya itu.
Tong Ko jengkel tak dapat mendengarkan pembicaraan mereka itu. Kebetulan pada saat itu ada
seorang Biau berjalan lalu disitu. Dia mendapat akal.
Tanpa diketahui sama sekali, dia sergap orang itu dan
ditutuknya jalan darahnya. Maksudnya hendak melucuti
pakaian orang guna menyusup ketempat perjamuan
sana. Tapi diluar dugaan, pakaian rotan yang dipakai
orang itu, terbuat dari rotan besi keluaran istimewa dari
gunung situ. Jangan lagi hanya tangan, sedang ujung
golok dan senjata apapun tak dapat menembus rotan itu.
Benar Tong Ko dapat menutuk dengan tepat, tapi orang
itu hanya jatuh tersungkur saja tapi jalan darahnya tetap
tak kena apa2. Dan celakanya, orang itu lalu berteriak
se-keras2nya Buru2 Tong Ko menyusup masuk kedalam
sebuah goa. Keliling lamping gunung itu bentuknya mirip
dengan sarang tawon. Disitu terdapat banyak sekali
goanya. Didalam goa situ ternyata terdapat banyak tumpukan
rumput kering dan kedalamnyalah Tong Ko lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyusup. Didengarnya disebelah luar sana suara
ramai2 dan berselang beberapa lama baru lah sirap. Baru
dia hendak keluar atau tiba2 terdengar kaki orang
mendatangi, sehingga dia rebahkan diri lagi. Ternyata
yang masuk itu adalah Hiat-ji bertiga. Tong Ko makin tak
berani berkutik.
"Tio-heng, apa yang dikatakan Kit-bong-to tadi
jangan2 memang benar. Kalau ayahmu tempo dahulu
mengunjungi gunung ini. bukankah juga tak mendapat
hasil apa?" kedengaran Hiat-ji berkata.
"Memang ayahku mengatakan begitu. Tapi apa yang
dilihat oleh Mo locinpwe itu apakah bukannya golok kianthian-it-guan pik-li-to?" sahut Tay-keng.
Iiat Hwat cousu Itu sebenarnya orang she Mo
bernama Put-siu. Dia orang Tibet, jadi namanya agak
aneh. Berkatalah dia: "Sekalipun begitu, tapi belum pasti
Kit-bong-to mempunyai banyak simpanan obat racun.
Telah kusanggupkan dia suatu pangkat kedudukan
kosong yakni menjadi tho-si (kepala) dari suku Biau di
Sip-ban-tay-san sini, tentu dia akan kegirangan sekali.
Besok hendak kutanyakan dia tentang suatu ramuan
obat racun, tentu dia akan memberitahukan!"
"Hai....., konon kabarnya dia mempunyal semacam
obat racun 'hong-sin-san'.
Barangsiapa yang memakannya dalam tempo sehari akan berobah menjadi
seperti anjing gila, menyerang kepada siapa saja yang
dijumpainya. Kalau dia itu seorang yang- berilmu silat,
tenaganya akan bertambah hebat. Dengan lawan yang
setingkat lebih tinggi kepandaiannya, tetap bisa menang.
Akhirnya, diapun akan mati sendiri!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ho...., ho.....! Andaikata yang meminumnya itu
ayahmu, rasanya dalam 3 hari saja seluruh penghuni
Giok-li-nia itu akan tumpas dibawah sepasang pedang pii-song-hong-kiam!" Hiat-ji menyeringat iblis.
Mendengar itu, bulu roma Tong Ko sama berdiri.
Sebaliknya Tay-keng hanya ganda tertawa saja, ujarnya:
"Masakan tidak?"
Kiranya goa yang terdapat rumput kering. itu, adalah
tempat penginapan ketiga orang yang menjadi tetamu
suku Biau itu. Memang orang2 Biau itu tinggal didalam
goa2. Setelah berbicara sejenak, ketiga orang itupun
masuk tidur. Dalam pada itu, Tong Ko sibuk tak keruan.
Dia cukup mengetahui kelihayan Liat Hwat cousu yang
tentunya tajam sekali alat Inderanya. Kalau dia nekad
menobros keluar, tak boleh tidak tentu akan ketahuan.
Namun tetap berada ditempat persembunyian, dia kuatir
akan terlambat mencegah suatu malapetaka besar.
Bukantah dari nada pembicaraan
Hiat-ji dan Tay-keng tadi, mereka hendak minta obat
hong-sin-san itu kepada Kit-bong-to" Walaupun Tay-keng
"itu putera kandung Tio Jiang, namun rasanya dia tentu
akan menurut perintah si Hiat-ji untuk meminumkan obat
jahat itu kepada ayah bundanya sendiri. Dan kalau hal itu
sampai terjadi, bagaimanakah nasib kawanan orang
gagah di Giok-li-nia itu" Ah, biar bagaimana dia harus
mencegah hal itu.
Dengan keputusan itu, dia menyingkap tumpukan
rumput kering perlahan2 Diluar. rembulan remang2.
Hiat-ji bertiga tampak tidur disudut, sedang pada sudut
lain terdapat dua orang suku Biau yang mendengkur
dengan kerasnya. Tong Ko girang dibuatnya. Dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adanya orang lain didalam goa situ, tentulah Liat Hwat
cousu tak bercuriga kalau disitu terdapat orang yang
bersembuayi. Kalau dia melangkah keluar, andaikata
dipergoki, tentunya hanya dikira kalau orang Biau saja.
Setelah bulat keputusan, dia segera bangkit dan
sengaja batuk2. Tay-keng menggeliat bangun dan
duduk. Hati Tong Ko tergetar, kalau ketahuan, celakalah
dia. Tapi syukurlah Tay-keng hanya duduk saja sembari
mendamprat uring2an: "Tengah malam buta begini
masih kelayapan, ayuh lekas tidur sana!"
Legah hati Tong Ko dikira sebagal orang Biau itu.
Dengan tak lampias dia mengiakan dan terus melangkah
keluar goa. Ketika tiba diambang mulut goa, dia melirik
lagi kebelakang. Disana dilihatnya Tay-keng rebah pula
dan kedengaranlah Hiat-ji membuka mulut: "Tio-heng,
dengan siapa kau bicara itu?"
"Seorang Biau, entah mau apa dia tengah malam
begini keluar?" sahut Tay-keng.
"Apa ya?"
Tay-keng mendongkol karena tak dipercaya itu,
namun tak berani dia menyalahi si Hiat-ji. "Masakan
bukan" Tu dia masih berdiri dimulut goal" serunya.
Tong Ko seperti terpaku ditempatnya. Hatinya kebat
kebit tak keruan, takut kalau2 kedua orang itu
menyusulnya. Hem..., kedengaran Hiat-ji mendengus
sembari menggeliat balikkan tubuh untuk tidur lagi.
Tanpa menoleh lagi, Tong Ko cepatkan langkahnya
keluar. Saking girangnya bisa keluar dari sarang harimau,
Tong Ko segera tundukkan kepala melihat ketanah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
astaga.......disamping bayangannya yang memanjang
karena ditimpa cahaya rembulan itu, tampak lagi ada
sebuah bayangan lain!
Dalam kagetnya pikiran Tong Ko membayangkan
dugaan. Yang mengikutinya itu hanya salah satu dari
ketiga orang lawannya tadi, yakni kalau bukan Tay-keng
tentulah Hiat-ji atau Liat Hwat cousu. Tapi anehnya
mengapa orang itu tak menyerangnya" Pikirannya pun
mereka berbagai Ingatan. Bukan dia takut binasa
digunung Thiat-nia situ, tapi dia menyesal mengapa tak
dapat lekas2 menuju ke Giok-li-nia saja" Di Thiat-nia situ
paling banyak dia dapat menyelidiki asal asul ilmu golok
it-guan-to-hwat, itupun kalau saja berhasil. Tapi kalau
dia menuju ke Giok li-nia, manfaatnya pasti jauh lebih
besar lagi. Ber-puluh2 orang gagah patriot akan dapat
diselamatkan dari kebinasaan akibat penghianatan putera
Tio Jiang itu. Dan itu akan berarti suatu sumbangan
besar bagi kelangsungan gerakan menentang penjajah
Ceng. Tapi ....... ah, dengan binasanya putera bungsu Tio
Jiang dan Nyo Kong-lim, para orang gagah itu sudah
sama membenci dirinya (Tong Ko). Betapapun dia


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberi laporan diatas sumpah yang berat, tak nanti
mereka mau mempercayainya. Dilamun oleh pikiran
semacam itu, tanpa terasa Tong Ko tertegun dan termangu2 sampai sekian sa'at. Setelah tersadar, didapatinya keadaan disekelilingnya situ tetap tenang2
saja. Dan ketika dia memandang ketanah lagi
hai..............kemana perginya bayangan tadi" Mengapa
yang terbentang ditanah itu hanya bayangan sendiri"
Juga waktu dia berpaling kebelakang, tiada barang
sebuah insanpun yang kelihatan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Heran Tong Ko men-jadi2. Ya, tak salah lagi tadi
terang dia melihat sebuah bayangan disisinya. Sejak dia
mendapat saluran Iwekang dari Sik Lo-sam dan Ciang
Tay-lo, lwekangnya maju pesat dan dengan sendirinya
pancainderanyapun tajam sekali. Tapi anehnya orang
gaib itu telah mondar mandir tanpa mengeluarkan sedikit
suarapun juga, bahkan sesilir anginpun tak terasa
meniup. Ah, masakan didunia ini terdapat orang yang
sedemikian saktinya" Dari kurang percaya akhirnya dia
menarik kesimpulan bahwa kesemuanya' itu mungkin
terbit dari pikirannya sendiri yang gugup karena takut
kepergok lawan Benar dia percaya dirinya telah
memperoleh kemajuan ilmu kepandaian yang pesat,
namun sampai dimana tingkat kemajuannya itu belumlah
dia mengetahui dengan pasti.
Begitulah setelah yakin tiada seorangpun yang
menguntitnya, dia lalu memandang keseluruh goa disitu.
Tampak di-tengah2 sana ada sebuah goa yang besar
dijaga oleh dua orang Biau yang ketiduran pulas.
Berbeda dengan lain2 goa, goa itu pintunya tertutup
dengan kerai rotan. Menduga gua itu tentulah tempat
kediaman Kit-bong-to, kepala suku Thiat-theng-biau,
maka dengan melangkahi penjaganya yang masih
menggeros pulas itu, ia masuk kedalam. Begitu
melangkah masuk, hidungnya segera tersampok dengan
bebauan yang harum sekali. Tapi keadaan dalam goa situ
gelap sekali, sampaipun dia tak dapat melihat tangannya
sendiri. Setelah sejenak memulangkan kegoncangan
hatinya, Tong Ko segera berindap2 melangkah maju.
Dalam kegelapan tangannya merabah sebuah meja.
Ketika tangannya menekan meja Itu, biar...........
seketika terang benderanglah ruang goa itu!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mengira kalau dirinya akan dijebak orang, sebat sekali
Tong Ko segera melolos jwan-pian terus dibolangbalingkan dalam dua jurus gerakan. Tapi ternyata dia
hanya menghantam angin karena disitu tiada terdapat
barang seorang manusiapun jua. Kini insyaflah dia,
bahwa penerangan itu adalah dia sendiri yang
menimbulkan sewaktu tangannya menekan meja batu
itu. Diperiksanya meja itu, kiranya disitu terdapat 4 butir
ya-beng-cu mutiara bercahaya terang). Mutiara2 ini
ditutupi ber-lapis2 kain hitam Tadi tanpa sengaja
tangannya telah menarik kain selubungnya, hingga
terjadi penerangan itu. Walaupun kaget, namun legah
juga hati Tong Ko sewaktu mengetahui bahwa tiada
orang yang berada disitu.
Tetapi kegirangan Tong Ko Itu hanya sekejab saja,
karena pada lain saat terdengar derap kaki orang
mendatangi. Kiranya waktu Tong Ko membolongbalingkan piannya tadi telah menimbulkan deru
sambaran angin yang keras. Tambahan pula timbulnya
penerangan yang mendadak itu, telah membangunkan
kedua penjaga tadi. Serentak mereki masuk kedalam.
Buru2 Tong Ko meuyusup kebawah meja. Dia tetap tak
habis mengerti mengapa hanya goa ini saja yang dijaga
orang. Apakah karena adanya mustika ya-beng-cu itu"
Belum lagi dia mendapat jawaban dari dugaannya itu,
dua pasang kaki yang dibungkus dengan rotan sudah
kelihatan dimukanya, kira-kira hanya terpisah satu
setengah meter jaraknya. Tong Ko anggap sudah tiba
temponya untuk turun tangan. Liong-kau-pian dijulurkan
merayap keluar.
Waktu kedua orang Biau itu
mengetahui, sudah terlambat. Ujung liong-kau-pian itu
sudah melilit pada kaki salah seorang dan sekali
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disentakkan, maka terjerembablah orang itu menjatuhi
kawannya. Kedua penjaga itu tengel2 hendak bangun
tapi Tong Ko yang membarengi menorobos keluar segera
mengirim dua sabetan pian pada seorang dan mengirim
sebuah tendangan pada yang lain. Tak ampun lagi,
kedua orang Biau itu jatuh sungsang sumbal. Rupanya
kedua orang itu hendak berteriak minta tolong, tapi
sebat sekali Tong Ko sudah julurkan jarinya menutuk
jalan darah su-pek-hiat salah seorang dari mereka. Jalan
darah Itu terletak dibawah pelapuk mata, jadi tak
dikerudungi rotan. yang seorang lagi hendak memberosot keluar, tapi secepat kilat Tong Ko sambar
golok orang itu terus dilekatkan dimukanya.
Bruk......., orang Biau itu ngelumpruk jatuh berlutut
ditanah meratap: "Hohan, ampunilah jiwakui"
Tong Ko girang mendengar orang Biau dapat
berbahasa Han. Setelah mendengari disebelah luar sana
tiada terdapat perobahan suatu apa, dia lalu menanyai.
Bermula hendak dia tanyakan lebih dahulu mengapa
orang Biau itu menjaga disitu. Tapi terkilas pada
pikirannya, bahwa dalam keadaan segenting itu tak boleh
dia terlalu buang2 waktu.
Lebih baik chi langsung tanyakan dimana Kit-bong-to
simpan obat2annya beracun itu. Memang sudah menjadi
watak Tong Ko sejak kecil mula, dia tak suka memikirkan
kepentingan diri sendiri. Beg;tupun dengan pertanyaan
itu, maksudnya yalah agar dia lekas2 dapat mendahulu
ambil obat berbisa itu agar Tio Jiang suami isteri tak
sampai mengalami malapetaka. Tapi justeru karena itu,
dia telah kehilangan suatu kesempatan yang bagus. Dan
untuk kesempatan itu, kelak dikemudian hari dia harus
menebusnya dengan jerih payah yang sangat. Tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
baiklah haI itu kami tangguhkan dahulu pada bagian
belakang dari kisah ini.
"Dimana yu-tio (kepala suku) menyimpan obat2nya?"
Orang Biau itu mengatupkan matanya sejenak lalu
menyahut: "Tidak disinil"
"Ayuh, lekas antarkan aku kesana dan tak nanti
kuganggu jiwamu!"
Orang itu berbangkit dan Tong Ko segera menggandeng tangannya untuk diajak pergi. Berliku-liku
jalanan yang ditempuh, melalui perkampungan goa yang
banyak sekali jumlahnya. Tong Ko sampai kehilangan
pedoman arah jalanan, tak tahu dia hendak dibawa
kemana. Tetapi karena dilihatnya orang Biau itu tak
mengunjuk tanda2 membangkang, jadi diapun tak
curiga. Memang. dia tak menyelami alam pikiran. suku
Thiat-theng-biau. Mereka itu ternyata menyayangi obat
racunnya, melebihi dari jiwanya sendiri. Sekalipun kepala
suku yang memberikan sedikit kepada lain orang,
merekapun tak puas. Bahwa per-tama2 yang ditanyakan
adalah tentang obat racun yang khas menjadi pusaka
warisan bangsanya, orang Biau itu diam2 telah mereka
suatu rencana. Pada lain saat ketika membiluk pada sebuah tikungan,
merontalah orang itu se-kuat2nya lalu ber-teriak2 keras2.
Kaget Tong Ko bukan alang kepalang. Mimpipun tidak dia
kalau orang itu hendak mengelabuhnya. Tadi karena dia
tak bercuriga, cekalannyapun agak kendor, maka gitu
meronta dapatlah orang Biau itu terlepas terus lari
kebelang sembari ber-teriak2. "Plak", cepat Tong Ko
timpukkan golok lengkung dan tepat mengenai ulu
punggung orang itu. Tetapi karena tubuh orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibungkus dengan rotan besi yang keras, jadi tak kena
apa2. Bebrapa kejab saja, hiruk pikuklah suasana disekeliling
situ. Be-ratus obor keluar darl goa2. Tiada lain daya bagi
Tong Ko kecuali bersembunyi dibalik sebuah batu besar
Tak berselang berapa lama, muncullah Kit-bong-to
membawa ratusan orang Biau yang sama siap lengkap
dengan golok sabitnya. Mereka lalu pecah diri
berpencaran mencarinya.
Ada dua dua regu yang makin mendekati ketempat
persembunyian Tong Ko. Terhadap suku Thiat-thengbiau, karena dirinya merasa salah, rela sudah Tong Ko
ditangkap. Tapi mengingat apabila sampai kepergok
kawanan. Hiat-ji dirinya pasti akan binasa, Tong Ko
mengambil putusan lain. Sebelum mati bercermin
bangkai (sebelum mati lebih baik berusaha dulu
menentangnya). Setelah menghimpun semangat, dia
segera enjot kakinya melayang keluar. Belum kakinya
menginjak tanah, liong-kau-pian sudah ber-putar2
menjadi sebuah lingkaran sinar merah. Tujuh atau
delapan orang Biau terjungkal mundur. tapi belum Tong
Ko dapat membuka d'alan, orang2 Biau yang lain sudah
maju mengerumuninya lagi sembarl ber-teriak2 keras
Sebenarnya Tong Ko pun tak ingin terlalu banyak
mengorbankan jiwa orang Biau, namun betapa usahanya
untuk menobros kian kemari, tetap dia gagal membuka
kepungan pagar golok sabit yang mengelilingi rapat2 itu.
Dalam pada dia gelisah kebingungan itu, tiba2 terdengar
suara suitan nyaring dan siraplah hiruk teriakan orang2
Blau itu. Kini mereka sama tegak berdiri diam. Pada lain
detik, muncullah Kit-bong-to kemuka. Setelah mengawasi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beberapa jenak pada Tong Ko, dia berseru: "Siapakah
yang pada siang hari ini mem-bunuh2i saudara2 suku
kami" Kaukah?"
"Ya!" sahut Tong Ko dengan tegas ringkas.
Kepala suku Thiat-theng-biau itu mengangguk,
ujarnya: "Kiranya kau ini seorang jantan yang keras,
seperti juga kami suku Thiat-theng-biau. Ada apa kau
datang kemari?"
Melihat orang tak bernada gusar legalah hati Tong Ko,
sahutnya: Kit-yu-tio, ketiga orang yang datang kemari itu
adalah kaki tangan kerajaan Ceng. Apabila mereka
hendak meminta obat racun padamu, harap jangan
diberi!" "Mengapa?"
Dalam detik itu tak dapatlah Tong Ko mencari jawaban
yang jitu, maka dengan ter-sipu2 dia menjawab:
"Tentara Ceng telah merampas wilayah kami, main
bunuh main perkosa dan berlaku se-wenang2. Rakyat
ingin benar me-ngunyah2 daging dan menguliti tubuh
mereka. Bagaimana kau hendak membantu mereka?"
Kit-bong-to goyang kepala, ujarnya: "Hal itu tiada
sangkut pautnya dengan kami. Liat Hwat consu telah
menyampaikan firman kerajaan Ceng yang mengangkat
diriku sebagai yang dipertuan dari suku Biau Sip-ban-taysan. Jadi akupun kini seorang pembesar kerajaan!"
Bermula Tong Ko hendak membangkitkan rasa cintanegeri pada sanubari Kit-bong-to. Tapi serta didengarnya
keterangan itu, dia tertegun diam. Belum dia sempat
merangkai jawaban atau dari arah belakang Kit-bong-to
suara tertawa kata orang: "Ucapan Kit tho-si memang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
benar seratus persen. Adalah orang she Tong itu yang
bermata tapi se-olah2 buta!"
Menyusul dengan seruan itu, muncul seorang pemuda
gagah sembari menghunus sebatang pedang. Itulah Tio
Tay-keng! Melihat dia, mata Tong Ko seperti memancar
api. Dengan mengaum keras dia lontarkan liong-kou-pian
meniapu tubuh orang. Tay-keng menggeliat kesamping,
melolos pedang dia lalu kembangkan permainan pedang
to-hay-kiam-hwat yang termasyhur itu. Malah dua jurus
sekaligus diserangkan yani Ceng-wi-tiam-hay dan boanthian-kok-hay, gaya kedahsyatan tiada taranya. Belum
lagi Tong Ko sempat menggerakkan piannya, dia sudah
didesak rapat. Tong Ko balikkan sikunya robah gerakannya dalam
jurus kou-lo-ki-lu, barulah dia dapat meloloskan diri lalu
loncat kesamping.
Ketika dia siap untuk memu!ai menyerang lagi, sekonyong2 telinga nya dilengkingi oleh tiupan suara
orang: "Hai, kau juga harus mengasoh!" Seketika
pinggangnya scrasa kesemutan dan tubuhnya condong
kesamping. Kiranya separoh tubuhnya sebelah kanan tak
dapat digerakkan lag!, terang kalau kena ditutuk orang~.
Namun sebagaimana telah diketahui, tubuh Tong Ko itu
terbagi menjadi dua, "masakan" Sik Lo-sam dan
gemblengan Ciang Tay-lo. Dia memiliki dua macam
lwekang yang sakti, hanya sayangnya sampai pada saat
itu latihannya masih belum sempurna. Tubuh yang


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelah kanan tertutuk, yang sebelah kiri masih tetap
biasa. Bermula hendak dia pindahkan pian ketangan kirl
tapi pada lain saat terkilas pada pikirannya, lebih baik dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pura2 tak berdaya. Pertama hendak dia lihat perkembangannya lebih jauh dan kedua kali dia cukup
mengingsyafi kelihayan Liat Hwat cousu. Biar dia
gunakan simpanan tenaganya itu untuk mengadu jiwa
dengan Tay-keng!
Begitulah dia pura2 rubuh ketanah dan benar juga
tampak Liat Hwat cou-su dan Hiat-ji menghampiri
dengan pe-lahan2.
"Sekali jaring ditebar, tiada mata lubangnya. Kalau tak
kuberesi budak ini, tentu akan menimbulkan bahaya
dikemudian haril" seru Tay-keng dengan kegirangan
Melangkah maju dia lalu tusukkan ujung pedang
ketenggorokan Tong Ko.
Adalah menjadi harapan Tong Ko agar ujung pedang
Taykeng Itu lekas2 tiba, supaya dia dapat gunakan
tenaga tangannya kiri. Tapi baru dia hendak bergerak,
terdengarlah Kit-bong-to keburu berseru: "Tio kongcu
tahan dululah!"
"Kit tho-si hendak memberi pesan apa?" tanya Taykeng agak terkesiap.
"Anak muda ini adalah seorang jantan keras. Kupenuju
padanya, biar dia bekerja pada kami disini" sahut Kitbong-to. Tay-keng berobah wajahnya. Baru dia hendak
membuka mulut, Hiat-ji sudah memberi isyarat mata,
ujarnya: "Tio-heng, semalam kami telah mengemukakan
obat itu dan rupanya dia meluluskan. Baiklah kau simpan
dulu pedangmu dan cukup jaga saja padanya!"
Rupanya Tay-keng mengerti bahwa Hiat-ji dan
suhunya itu "ngesir" (dendam) pada Kit-bong-to, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sembari mengangguk dia menyahut: "Kit tho-si, hal ini
perlu dirundingkan lagi!" Dia mundur selangkah, ujung
pedangnya dijulaikan kearah bawah (tanah) sembari
masih di-gerak2an pelahan-lahan. Itulah gaya sikap
gerakan Ceng-wi-tiam-hay. Asal tangannya membalik
keatas, maka dapatlah ujung pedangnya itu menusuk Kitbong-to. Memang ilmu silat Kit-bong-to itu tak sebrapa
tingginya, jadi sedikit pun dia tak menginsyafi "bom
waktu" yang dipasang tetamunya itu. Disamping itu dia
dimabuk kegirangan atas kedatangan ketiga tetamunya
yang membawa firman kerajaan itu. Namun karena din
sebagai kepala suku yang perintahnya selalu diturut oleh
anak buahnya, maka diapun marah mendengar
penyahutan Tay-keng tadi.
"Apa yang akan dirundingkan lagi?" serunya dengan
gusar. Hiat-ji tertawa menyeringai, ujarnya: "Oleh karena
yutio hendak mengambil anak itu, maka sebaiknya kita
lakukan barter. Kami serahkan anak itu dan yutio berikan
kita resep pembuatan obat beracun itu."
"Ngaco!" seketika Kit-bong-to menghardik dengan
keras. Hiat-ji menggeram keras2 dan Tay-keng yang
dapat menangkap isyarat itu segera balikkan tangannya
menusuk tenggorokan kepala suku itu.
Mimpipun tidak Kit-bong-to kalau "duta kerajaan" itu
berpaling haluan secara tak di-sangka2. Dan begitu cepat
kiblat pedang itu menyambar, jangankan hendak
menghindar sedang untuk berteriak saja tak mempunyai
kesempatan lagi. Adalah pada saat2 maut merangsang
itu, tiba2 kedengaran Tay-keng menjerit keras dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlempar jatuh kesamping, crak ....., ujung pedang Itu
hanya menggurat disamping dada kepala suku Biau yang
ditutupi rotan besi saja, jadi dia tak kurang suatu apa.
Apa yang terjadi" Ketika dia mengawasi, kiranya ujung
pian Tong Ko telah memakan segumpal daging betis Taykeng, sehingga putera Tio Jiang yang "manis" itu
berlumuran darah kakinya. Kini Kit-bong-to tahu bahwa
Tong Ko lah yang menolong jiwanya. Dan karena kedok
ketiga "duta kerajaan" Itu telah ketahuan, dia lalu
berseru keras2 memberi komando. Bagaikan sarang
tawon dionggok, bergelombanglah orang2 Thiat-thengbiau itu mengepung ketiga tetamunya.
Juga Hiat-ji dan Liat Hwat cousu tahu jelas apa yang
telah terjadi. Heran mereka dibuatnya mengapa anak
yang sudah ter-tutuk jalan darahnya itu dapat melakukan
serangan tiba2 sedemikian dahsyatnya. Dalam pada itu
orang2 Thiat-theng-biau sudah menyusun kepungannya
dengan rapat dan rapi sekali. Tiba2 ketika Kit-bong-to
hendak undurkan diri masuk kedalam barisannya, Liat
Hwat cousu tertawa melengking dan tahu2 tubuhnya
melayang kearah Kit-bong-to. Belum orangnya tiba
ditanah 4 buah hantaman sudah dilancarkan, buk...,
buk.., buk.., buk..., dan 4 orang Thiat-theng-biau segera
muntah darah terus rubuh binasa. Cepat bagai burung
rajawali dia mencengkeram tulang pipeh (pundak) Kitbong-to terus diangkatnya keatas, serunya: "Barang
siapa berani bergerak, kau pasti hilang nyawamu. Lekas
perintahkan orang2mu berhenti!"
Liat Hwat mempunyai lwekang yang sempurna.
Walaupun seruannya itu pelahan2 namun kumandangnya
jauh menggema ke-mana2. Melihat kepala sukunya
ditawan dengan sendirinya orang2 Thiat-theng-biau itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama ketakutan. Sebaliknya Kit-bong-to sendiri tetap
diam membisu. "He...., he....," Liat Hwat tertawa mengekeh, "rupanya
kau tak kenal kelihayan. Ayuh, berikan tidak resep
obatmu itu" Kalau membangkang, kau akan segera
menjadi bangkai!"
---oooo--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 16 : TIO JIANG MENOLONG
PUTRINYA Kit-bong-to tetap membisu.
"Kalau belum pernah makan tanganku, rasanya kau
tentu tetap kepala batu ya?" kata Liat Hwat sembari
menampar dada kepala suku itu.
Huak....., darah segar menyembur dari mulut Kitbong-to, namun dia tetap bisu laksana patung. Adalah
Tong Ko yang tak tega melihat keganasan itu, segera
berteriak: "Liat Hwat cousu, dia tak pandai ilmu silat.
Tidakkah kau merasa malu untuk menyiksanya begitu
macam?" Liat Hwat mengekeh, serunya: "Hiat-ji, dialah yang
mengerti ilmu silat. Coba kau tekan dia, tentu tak
dianggap memalukanlah !"
Hiat-ji mengiakan lalu melangkah maju. Dari
tempatnya diatas tanah, Tong Ko menyambutnya dengan
sebuah sabetan pian tangan kiri. Sayang dia hanya
berdiri dengan kaki sebelah kiri, jadi tubuhnya terhuyung
dan sabetannya itupun tak genah arahnya.
Dengan mudahnya Hiat-ji menghindar lalu menyengkelitnya hingga menggelepar jatuh didekat Kitbong-to. Sewaktu Tong Ko hendak bangun lagi,
didengarnya dengan suara lemah Kit-bong-to berkata:
"Ilmu permainan........golok lengkung itu........ "
Tergerak hati Tong Ko, pikirnya: "Kedatangan Hiat-ji
bertiga ke Thiat-nia situ yang terutama yalah akan
mencari keterangan tentang ilmu golok it-guan-to-hwat
itu. Apakah bukannya kepala suku itu hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyampaikan rahasia ilmu itu padaku?" Buru2 dia
mendongak mengawasi kearah Kit-bong-to; tapi kepala
suku itu ter-engah2 napasnya tak dapat bicara genah lagi
karena ditekan oleh cengkeram Liat Hwat cousu.
Dalam pada itu Tay-keng telah membalut luka
dibetisnya dan kini tampil menghampiri lagi. Dengan
Tong Ko dia menuntut penghidupan "seperti air dengan
api". Dua kali sudah dia mendapat luka ditangan Tong
Ko, maka bencinya terhadap anak muda itu sampai
menyusup kedarah daging. Begitu tiba Tay-keng segera
mengirim sebuah tendangan keras. Karena separoh
tubuh Tong Ko tertutuk, maka begitu kena tendangan,
tubuhnya segera terlempar keatas. Belum sempat dia
gerakkan pian membalas, pahanya terasa sakit sekali.
Luka sepanjang 20-an centi telah diguratkan ujung
pedang Tay-keng diatas pahanya itu.
GAMBAR 09 Sekali Tio Tay Keng ayun kakinya, tubuh Tong Ko
ditendang mencelat keatas, menyusul pedang Tio Taykeng bekerja lagi hingga pahanya tergores luka panjang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siaocu, kalau hari ini tak kucincang badanmu,
rasanya hatiku tentu masih mendendam!" seru Tay-keng
dengan beringas. Dan sebelum tubuh Tong Ko melayang
turun, dia susuli lagi dengan sebuah tendangan. Lagi2
tubuh Tong Ko melambung keudara.
Adalah secara kebetulan sekali, tendangan kedua dari
Tay-keng itu bahkan berobah menjadi suatu keuntungan
bagi Tong Ko. Karena tendangan itulah maka jalan
darahnya yang tertutuk itu kini menjadi terbuka. Secepat
dia turun ketanah, bagaikan banteng ketaton dia kirim 3
serangan pian. Yang dua tepat mengenai pedang Taykeng. Kejut Tay-keng tak terkira ketika didapatinya
tenaga hantaman lawan itu luar biasa kuatnya hingga
hampir2 pedang terlepas dari cekalannya. Buru2 dia
menyurut kebelakang lalu menangkis serangan pian yang
berikutnya. Sudah menjadi tekad Tong Ko, untuk mengadu jiwa
dengan lawannya itu. Dia tak ambil pusing lagi bahwa
disana masih ada Liat Hwat yang lihay. Ilmu permainan
pat-sian-pian (pian 8 dewa) dimainkan dengan gencarnya, sedang tangannya kanan berserabutan
menghantam dan mencakar. Benar karena kalah
peyakinan tubuhnya kena dilukai bebrapa kali, namun
musuhpun dibuatnya sibuk bukan kepalang bingga
berulang-ulang men-jerit2 minta bantuan Hiat-ji.
Melihat kebandelan kepala suku Biau itu, Liat Hwat
ambil putusan untuk membunuhnya saja. Krek......,
begitu dia keraskan cengkeramannya lalu lemparkan
tubuh Kit-bong-to yang sudah tak bernyawa itu ketanah.
"Dengarkanlah hai....... orang2 Biau! Barangsiapa yang
melawan, Kit-bong-to adalah contohnya!" serunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejak kecll Kit-bong-to memiliki tenaga kekuatan yang
luar biasa. Setelah diangkat menjadi kepala suku, orang2
Thiat-theng-biau itu sangat taat dan memujanya. Bahwa
kini kepalanya itu dapat dibinasakan, merekapun menjadi
keder dan tak berani bergerak lagi. Melihat itu Liat Hwat
menjadi girang. Baru dia hendak menanyakan tentang
rahasia obat mujijat itu, tiba2 dart lamping gunung sana
terdengar jeritan seorang perempuan: "Hem....., Tokkak-sin-mo.......! Kalau kau tak lepaskan aku, begitu
ayahku datang menyusul, masakan kau dapat menandinginya?"
"Huh, takut apa" Kalau aku bukan lawannya, kau
sendiripun tak nanti dapat hidup, ha....,ha....., kita
sama2 mati!" kedengaran suara penyahutan.
Orang2 yang berada dalam dataran gunung situ,
terkejut mendengar percakapan sepasang laki perempuan itu karena mereka tahu sudah bahwa kedua
orang itu adalah Tio In dan sikaki satu Sin Tok. Kalau
Tong Ko kegirangan mendengar bahwa Siau-bengsiang
Tio Jiang segera akan tiba, adalah Tay-keng yang serasa
hilang semangatnya karena ketakutan. Begitu gerakannya agak ayal, pundaknya kena termakan ujung
pian, sakitnya bukan alang kepalang.
"Shin-heng, lekas bantui aku! Anak ini kerangsokan
setan!" serunya kepada Hiat-ji. Tapi pada lain saat,
telinga seperti disusupi suara lengkingan "jangan kuatir,
makin kau ber-pura2 terdesak, makin baiklah". Kiranya
itulah pesan Liat Hwat yang dibisikkan melalui ilmu
thoan-im-jip-bi. Kini hatinyapun mantep pula.
Adalah pada saat itu Tok-kak-sin-mo dengan mengepit
Tio In sudah muncul disitu.


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Girangnya sikaki satu bukan kepalang ketika didapati
konco2nya berada disitu.
"Ho, kiranya kalian berada disini, aku di-ubar2 Tio
Jiangl" serunya.
Sedang Tio In yang melihat engkohnya (Tay-keng)
sedang bertempur dengan Tong Ko segera meneriakinya:
"Ko-ko, Ko-ko!"
Bermula Tong Ko mengira kalau saat itu Tok-kak-sinmo dan Shin Leng-siau tentu sudah membawa Tio In
kekota raja, maka sejenak dia menjadi tertegun demi
mendengar teriakan nona yang dicintainya itu.
"In-moay, apakah ayahmu segera akan tiba kemari?"
serunya. "Secepatnya tentu dia sudah kesinil" sahut Tio In.
Memang rencana Tok-kak-sin-mo dan Shin Leng-siau
hendak membawa nona itu kekota raja untuk menjebak
Siau-beng-siang Tio Jiang.
Maka sedikitpun tak mereka sangka bahwa selekas itu
Tio Jiang dapat menerima berita lalu terus melakukan
pengubaran. Maka rencana tujuan mereka berobah,
bukannya menuju keutara tetapi kebarat laut (barat
utara). Maksudnya ialah untuk membilukkan perhatian
orang. Pada hakekatnya bagus juga siasat itu.
Memang Tio Jiang telah keliru menyusul keutara.
Tetapi oleh karena kalangan persilatan dari kedua
wilayah Kwisay dan Kwitang itu sebagian besar adalah
sahabat2 Tio Jiang, maka begitu mereka mendapatkan
jejak Tok-kak-sim-mo, dengan cepat mereka memberi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
informasi (keterangan) pada Tio Jiang berganti arah
menuju kebarat laut.
Oleh karena disepanjang jalan itu Tok-kak-sin-mo
selalu dirintangi oleh hadangan2 sahabat-sahabat Tio
Jiang, ya sekalipun kesemuanya dapat dirubuhkan,
namun sekurang2nya juga tak sedikit menghambat
waktu mereka (Sin Tok dan Shin Leng-siau). Begitulah
ketika tiba didaerah pegunungan Sip-ban-tay-san, Tio
Jiang telah dapat mencandaknya.
Sebenarnya kedua orang itu dapat melayani Tio Jiang,
tapi karena sikaki satu berusaha se-kuat2nya agar Tio In
jangan sampai kena direbut Tio Jiang lagi, maka dia tak
mau terlibat dalam pertempuran dan melainkan main lari
seribu langkah.
Begitu tampak dari kejauhan Tio Jiang mengejar, Tokkak-sin-mo dan Shin Leng-siau segera keprak kudanya
mencongklang se-pesat2nya.
Sekalipun begitu, karena tunggangannya itu sudah
keliwat cape dilarikan siang malam tanpa berhenti dan
kedua kalinya karena jalanan digunung Sip-ban-tay-san
itu legak-leguk ber-liku2, jadi malah lambat.
Mendengar disebelah muka sana anaknya tak
henti2nya ber-teriak2, TIo Jiang tancap gas berlari
sekencang2nya. Dalam bebrapa kejab saja, jarak mereka
itu makin dekat. Sedang disebelah muka adalah
merupakan jalan buntu yang menuju kesebuah karang.
Tersipu2 kedua orang itu lompat turun dan kudanya.
Baru Shin Leng-siau memutar tubuh hendak siap
menantikan lawan, atau Tie Jiang sudah loncat
menerjangnya dengan pedang pusaka yap-kun-kiam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sret...., sret....., mata Shin Leng-siau menjadi silau
dengan cahaya gemilang dari pedang pusaka itu dan
tahu2 bahunya kena tertusuk.
Nampak kawannya terluka, bukannya maju. menolong
sebaliknya sikaki satu dengan gayanya berloncatan kaki
satu, segera melarikan diri. Tio Jiang tak mau menghajar
Shin Leng-siau lagi, cukup dia kirim sebuah tendangan
yang telah membuat orang itu terlempar setombak
jauhnya. Yakin bahwa korbannya itu tentu menderita
luka berat, Tio Jiang berputar tubuh terus mengejar.
sikaki satu. Sin Tok menyongsong dengan kapaknya. Untuk lekas2
menolong puterinya, Tio Jiang tak mau buang banyak
waktu. Segera dia gunakan jurus hay-siang-tiau-go,
tubuhnya tiba2 diam. Ini diartikan lain oleh Sin Tok yang
sudah kegirangan karena mengira ada kesempatan untuk
menyerang. Tapi baru dia gerakkan kapaknya, jurus haysiang-tiau-go yang penuh dengan perobahan itu sudah
bergerak. Pedang serentak berobah menjadi separoh
lingkaran bundar, lewat disela kapak terus merangsang
muka orang. Tok-kak-sin-mo Sin Tok adalah murid kesayangan dari
Ban-bok-sin-bu, iblis nomor satu didaerah Biau. Watak
Ban-bok-sin-bu itu sangatlah ganasnya. Dia mempuayai
banyak murid, tapi begitu dia marah2, dia mencari
hiburan dengan mem-bunuh2i muridnya. Sebelah kaki
dari Sin Tok itupun gurunya itulah yang memotongnya.
Namun karena Sin Tok bertekad untuk memiliki
kesaktian, jadi diapun tak mendengar. Makin tua adat
Ban-bok-sin-bu itu makin gila2an, sehingga dia dijuluki
sebagai iblis nomor satu dari daerah Biau-ciang. Semua
anak muridnya habis dibunuhnya, kecuali tinggal Sin Tok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang. Oleh karena Sin Tok pandai mengambil hati dan
tekun melayani, maka Ban-bok-sin-bu tak membunuhnya
dan bahkan mengangkatnya menjadi akhli warisnya.
Sin Tok telah mendapat warisan pelajaran sepertiga
bagian dari suhunya. Ban-bok-sin-bu itu sebenarnya
orang Biau, sewaktu kecil dia telah berjumpa dengaa
seorang sakti sehingga kepandaiannya tiada taranya.
Hanya sepertiga bagian saja Sin Tok mendapat
pelajaran dari sang suhu, namun dalam golongan jago2
kelas satu dari istana Ceng, dia tergolong yang
terkemuka. Maka dapatlah dia mengetahui bahaya apa yang
dibawa oleh serangan Tio Jiang itu. Dalam gugupnya
buru2 dia pakai kapaknya untuk melindungi mukanya.
Ya, untung dia berbuat begitu dan tak mau temaha
menyerang orang. Sekalipun begitu, sewaktu kapak
beradu dengan pedang, maka kutunglah kapak besar itu
menjadi dua. Ter-sipu2 Sin Tok loncat kesamping. Sejak sebelah
kakinya dikutungi sang suhu, Sin Tok berjerih payah
melatih diri. Hasilnya, walaupun hanya dengan sebuah
kaki namun loncatannya itu jauh melebihi dari orang
biasa. Sekali loncat dapatlah dia mencapai dua tombak
lebih jauhnya. Dan sebelum Tio Jiang sempat mengejar,
dia sudah lekatkan kutungan kapaknya itu kemuka Tio
In, serunya: "Siou-beng-siang, setindak saja kau
melangkah kemari, anak perempuanmu pasti akan tak
bernyawa!"
Terpaksa Tio Jiang hentikan langkahnya, sahutnya:
"Selembar rambut saja kau ganggu In-ji, tentu tubuhmu
akan kucincang hancur lebur!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sedangkan Tio In yang melihat ayahnya ditekan oleh
ancaman sikaki satu itu, segera berseru dengan
lantangnya: "Yah, kau ini bagaimana" Seringkali kau
tanamkan dalam sanubariku, bahwa kepentingan umum,
itu diatas kepentingan peribadi. Bangsat ini adalah kaki
tangan musuh, bukannya kau bunuh dia demi
keselamatan rahayat tetapi utamakan kepentingan anak
sendiri!" Tio Jiang mengeluh dalam hati. Dia seorang yang
berperibadi lurus. Dipikir2 ucapan anaknya itu memang
benar. "In-ji, anggaplah bahwa ayahmu berdosa
kepadamu, namun musuhmu itupun tak nanti dapat
terlolos dari tanganku, semoga kau dapat mengasoh
dialam baka dengan tenang!" serunya sembari maju
menerjang. Melihat siasatnya gagal, si ayah tak mempan digertak
dan sianak tak takut mati, Sin Tok wenjadi kelabakan
sendiri. Dia tak berani laksanakan gertakan dan
melainkan buru2 mundur kebelakang untuk menghindari
tusukan Tio Jiang.
Namun Tio Jiang tetap merangsang maju dengan
gerak boan-thian-kok-hay. Taburan sinar pedang
membura keatas kepala lawan. Dengan kutungan kapak,
Sin Tok tak berdaya menghalau serangan lawan. Tiba2
dia mendapat akal. Kutungan kapak dan tangkainya
ditimpukkan, tring, tring, tring, pedang menghantam dan
putuslah kutungan kapak itu menjadi empat potongan
kecil lagi. Menyusul dengan itu. Tio Jiang turunkan ujung
pedang kemuka untuk menusuk ulu hati Sin Tok. Tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
baru menjulur setengah jalan, buru-buru dia tarik pulang
pedangnya. Kiranya sikaki satu itu memang cerdik sekali. Setelah
melemparkan kapak, dengan sebat sekali dia segera
mencengkeram Tio In. Begitu pedang menusuk dia pakai
tubuh nona itu sebagai perisai.
Tanpa disadari, Tio Jiang tarik serangannya.
Sebaliknya Tio In tak setuju dengan tindakan ayahnya
itu, serunya: "Yah, mengapa kau masih ragu2" Ayuh
teruskan tusukanmu, biar aku mati tapi bangsat ini pun
turut mampus!"
Betapapun kuatnya peribadi Siau-beng-siang itu,
namun dia tetap seorang ayah yang sayang akan puteri
kandungnya. "In-ji!" keluhnya.
Sin Tok yang ganas licik dapat meneropong isi hati Tio
Jiang. Baru orang mengucapkan kata2nya yang terakhir,
secepat kilat dia ajukan tubuh Tio In kearah ujung
pedang Tio Jiang, siapa sudah tentu menjadi terperanjat
sekali dan ter-sipu2 surutkan pedangnya kebelakang.
Hanya suara ketawa sinis yang panjang dari si Iblis sakti
berkaki satu itu saja yang sejenak kedengaran, karena
orangnyapun sudah loncat jauh2 terus meluncur pergi
laksana seekor elang menggondol anak ayam.
Tersadar dari kejutnya, Tio Jiang buru2 mengejar lagi.
Tetapi berulang kali Sin Tok gunakan siasat tadi, yani
gunakan tubuh Tio In untuk menyambut serangan
pedang. Begitulah kejar mengejar secara demikian
berlangsung sampai bebrapa lama. Sin Tok terus
mendaki kepuncak, perhitungan, begitu tiba diatas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
puncak yang menjulang tinggi itu, mudahlah dia untuk
menghadap lawan yang berada disebelah bawah.
Tanpa disadari puncak yang tengah didakinya itu
adalah puncak Thiat-nia. Dan betapalah girangnya ketika
dipuncak itu dia jumpahkan Hiat-ji dan siorang tua kate
Liat Hwat cousu atau Im-yang-sin-mo Put-siu. Hiat-ji
berlari menyongsongnya dan membisiki: "Sin-heng, bila
nanti Siau-beng-siang
datang, jangan sekali2 membocorkan rahasia puteranya. Kita ada rencana
bagus!" Benar samar2 Tio In dapat mendengar kata2 "Siaubeng-siang" dan "puteranya" itu, namun dia tak dapat
mendengar keseluruhannya dengan jelas. Sayang,
andaikata kala itu ia dapat mendengar jelas, tentu akan
segera dapat melucuti kedok engkohnya, si Tay-keng itu.
Pada saat itu terdengar sebuah suitan disusulnya
dengan munculnya seorang berperawakan gagah
perkasa sembari mencekal sebatang pedang yang hijau
kemilau cahayanya. Itulah dianya, Siaubeng-siang Tio
Jiang! "Yah, harap kau lerai dulu engkoh dan Tong Ko yang
berkelahi itu, entah mengapa mereka bertempur mati2an
itul" seru Tio In demi melihat kedatangan ayahnya.
Berbeda dengan nona itu, Sin Tok tahu sudah
mengapa kedua anak muda itu bertempur. Demi
mendengar seruan Tio In kepada Tio Jiang Jiang tadi,
diam2 dia mengeluh. Celaka, rahasia Tay-keng tentu
akan pecah, demikian pikirnya. Kala itu Tong Ko tengah
mendesak Tay-keng dengan serangan liong-kau-pian,
sebaliknya menuruti pesan Liat Hwat cousu, Tay-keng
tetap bertahan se-kuat2-nya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sampai pada detik itu, Tio Jiang masih anggap
puteranya itu, seperti dirinya, adalah orang yang setia
pada tanah air. Atas seruan Tio In tadi, Tio Jiang segera
melangkah maju dan sret, dia hantamkan yap-kun-kiam
ditengah kedua senjata anak muda yang bertempur itu.
Tay-keng cepat mundur, sebaliknya karena mengira
Tio Jiang datang membantu, Tong Ko tetap merangsang
maju mengejar Tay-keng. Tapi baru dia gerakkan liongkau-pian, ujung pedang Tio Jiang telah menyodok pian
sampai terpental balik. Dan menyusul dengan itu, ujung
yap-kun-kiam diteruskan menusuk dadanya. Dalam
terperanjatnya, Tong Ko buru2 menyurut kebelakang. Tio
Jiang maju selangkah, seraya berpaling kearah
puteranya: "Tay-keng lekas turun kebawah gunungl"
Sebenarnya semangat Tay-keng sudah hilang ketika
tampak sang ayah datang. Tapi demi mendengar ucapan
ayahnya yang terang menandakan belum mengetahui
rahasianya itu, dia seperti orang yang hidup kembali dari
cengkeram maut. Tanpa menyahut lagi, dia terus putar
tubuhnya mengayun langkah.
Masih Tong Ko belum mengetahui alam pikiran Tio
Jiang. Adakah Siau-beng-siang hendak bertempur
seorang diri dengan kawanan kaki tangan Ceng itu, maka
dia suruh puteranya pergi dahulu, demikian dia coba
menarik dugaan.
"Orang she Tio, jangan pergi dahulul" serunya.
Mendengar seruan Tong Ko itu, wajah Siau-beng-siang


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berobah bengis, sahutnya dengan tertawa dingin: "Aku
tak nanti ngacir!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukan kau, melainkan Tio Tay-kengl" Tong Ko tersipu2 memberi penjelasan.
Tio Jiang mendeham geram, serunya: "Kalau hendak
menahan dia, kau harus jangan membiarkan aku hidup
dahulul" Mendengar Tio Jiang makin nyeleweng dari perkiraannya, Tong Ko banting2 kaki sembari meratap:
"Tia .............. "
Tetapi belum lagi dia sempit melanjut kan kata2nya,
Hiat-ji sudah menumpangi dengan tertawa: "Saudara
Tong, Siau-beng-siang Tio Jiang ketiga beranak, sudah
berada dalam genggaman kita, masakan kuatir mereka
akan terbang keangkasa" Jangan kau sibuk2, biar Taykeng aku yang memberesinyal"
Dalam tipu siasat yang licik culas, memang Tay-keng
tajam sekali. Seketika tahu sudah dia kemana tujuan
kata2 Hiat-ji itu. Dia (Tay-keng) hendak "dikembalikan"
pada ayahnya sedang Tong Ko hendak "diambil" menjadi
orangnya Hiat-ji.
Untuk menjaga rahasia Tay-keng, Tong Ko hendak
dijadikan kambing hitamnya.
"Yah, biarlah kita berdua ayah dan anak mati
bersama!" seru Tay-keng dengan garang lantang. Dan
dengan bolang balingkan pedangnya, dia "menyerang"
Hiat-ji, siapapun lalu melayaninya secara ber-sungguh2.
Hola......, suatu permainan sandiwara yang lihay benar.
Jangan lagi Siau-beng-siang Tio Jiang seorang jujur yang
belum pernah berbuat bohong, sampaipun Tio In sendiri
yang sudah menaruh kepercayaan penuh bahwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kekasihnya (Tong Ko) itu bukan seorang pengchianat,
tak urung pada saat itu menjadl ragu2 juga.
"Tok-kak-sin-mo, kalau benar2 kau ini seorang
perwira, ayuh lepaskan aku. Coba kau buktikan saja,
adakah kami ketiga ayah beranak ini, jeri pada
kambrat2mu golongan taylwe ko-chin (jagoan istana)
tidakl" akhirnya nona itu menantang sikaki satu.
Kini Tong Ko sudah sadar akan tipu muslihat yang
dipasang oleh Hiat-ji dkk itu. Saking gusarnya, matanya
melotot mulutnya ter-longong2 tak dapat berkata-kata
sampai sekian saat. Baru tersadarlah dia ketika pedang
Tio Jiang menyambar kearahnya. Apa boleh buat,
dengan gunakan gerak lincah dalam ilmu pian pat-sianpian-hwat ajaran Soa-kim-kang Ciang Tay-lo, Tong Ko
menghindar kesamping. Tio Jiang makin gemas. Dengan
menggerung se-keras2nya dia lancarkan serangan Cengwi-tian hay teramat gencarnya.
Tahu Tong Ko bahwa Tio Jiang itu ternyata masih
gelap akan keadaan yang sebenarnya jadi tetap salah
faham mengira kalau dia (Tong Ko) adalah kaki tangan
pemerintah Ceng. Pernah mulut Siau-beng-siang itu
menyatakan bahwa sudah berulangkali karena teringat
akan wajah seseorang, Siau-beng-siang tak mau
membunuhnya. Tapi
rasanya kalini tentu tidak sedemikian lagi. Ini dibuktikan dari caranya dia
melancarkaa serangannya yang begitu mengerikan itu.
Adalah pada saat2 dia meramkan mata menunggu ajal,
se-konyong dia didorong kesamping oleh suatu tenaga
kuat, sehingga terhindarlah dia dari serangan pedang.
Menyusul terdengar suara suara melengking: "Tong Ko,
kau bukan tandingnya Siau-beng-siang. Sana, bantu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji meringkus Tio Tay-keng dan biar aku yang
memberesi disini!"
Itulah suara Liat Hwat cousu dan memang dialah yang
mendorong tubuh Tong Ko tadi. Tio Jiang ganti serangan
kearah orang kate itu, tapi dengan kebutkan lengan
bajunya dapatlah dia menyampok pedang Tio Jiang.
Kalau Tong Ko hampir pingsan saking menahan amarah
karena "dibikinkan"
oleh kawanan kaki tangan pemerintah Ceng itu, adalah Tio Jiang terkejut karena
nampak kedahsyatan tenaga orang kate itu. Kini dia tak
berani menandang ringan, bret....., terdengar lengan
baju Liat Hwat tembus berlubang dan ujung pedang
langsung menusuk ketenggorokannya.
Kini adalah giliran Liat Hwat yang kaget bukan terkira.
Jubahnya itu terbuat dari kain hwat-wan-poh keluaran
Tibet yang dijahit dengan benang emas putih (platina).
Dengan baju anti senjata itu, dia berani menyampok
pedang lawan. Maka betapalah kejutnya ketika
didapatinya lengan bajunya telah dapat ditembus oleh
pedang lawan. "Pedang bagus!" sampai2 mulutnya mengeluarkan
pujian sembari tundukkan kepala untak menghindari
tusukan pedang. Ujung pedang menjulur lurus disisi
leper. Tiba2 Liat Hwat julangkan pundaknya keatas dan
tundukkan kepalanya kebawah. Maksud hen dak
menjepit pedang itu dengan bahu dan pipi. Berbahaya
nampaknya jurus yang diunjuk Liat Hwat itu, namun
lihaynya bukan olah2. Apabila dapat dijepit, maka, yang
kena dijepit itu adalah bagian punggung pedang itu, jadi
tak berbahaya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat permainan yang aneh itu, buru2 Tio Jiang tarik
pulang pedangnya.
Syukur dia sangat berlaku sebat. Tahu bahwa
barhadapan dengan seorang tokoh sakti, Tio Jiang
mundur selangkah. Dalam kesempatan itu dia memandang kesekeliling situ. Didapatinya Tio In tetap
diringkus Sin Tok sedang disebelah sana benar juga Tong
Ko tampak sedang "membantui" Hiat-ji mergeroyok Taykeng. Tapi sekilas pandang dia merasa aneh melihat
permainan ketiga anak muda itu. Bukannya Tay-keng
yang dikerubut dua, tapi melainkan Tong Ko lah yang
dicecer serangan oleh Tay-keng dan Hiat-ji. Dia merasa
heran namun tak mempunyai banyak kesempatan untuk
mengikuti dengan seksama karena pada saat itu Liat
Hwat sudah menyerangnya dengan kebasan lengan baju.
Hebatnya, kebasan itu ditujukan untuk menutuk jalan
darah hwa-kay-hiat dan kian-keng-hiat lawan.
Buru2 Tio Jiang menghalau dengan pedang.
Demikianlah dalam sekejab saja, pertempuran telah
berjalan empat lima jurus.
Dalam pada itu insyaflah Tio Jiang bahwa kepandaian
lawan itu lebih tinggi dari dia, maka timbullah
keraguannya adakah nantinya dia dapat merampas
pulang anak gadisnya. Namun kebimbangannya itu tak
mengurangkan kewaspadaannya dalam memainkan ilmu
pedang to-hay kiam-hwat.
"Siapakah kau ini?" serunya bertanya.
Yang ditanya kedengaran tertawa iblis, sahutnya
"Thay-ya inilah yang digelari orang sebagai Liat Hwat
cousu. Im-yang-sin-mo, orang she Mo nama Put-siu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang pernah juga Tio Jiang mendengar akan
adanya tokoh aneh macam itu didaerah Tibet. Tokoh itu
seorang pria tetapi mempunyal suara seperti orang
wanita, mempunyai ilmu kepandaian dari suatu aliran
tersendiri. Tio Jiang tak berani lengah, dimainkan
pedangnya dengan lebih gencar. Demikianlah digelanggang situ telah terbit pertempuran dahsyat dari
dun orang tokoh terkemuka pada jaman itu. Orang2
Thiat-theng-biau yang menyaksikannya, sama kesima
tar-longong2. Sedang disebelah sana Tong Ko mempunyai rencana
sendiri juga. Bermula waktu didorong oleh Mo Put-siu tadi, dia agak
terkesiap. Namun dia segera mengambil suatu keputusan. Biar bagaimana, sukar rasanya dla gunakan
lidah untuk membongkar komplotan itu. Jalan satu2nya
yalah membekuk Tay-keng lebih dahulu, lalu memaksanya supaya mengakui perbuatannya dihadapan
Tio Jiang. Kalau hal itu berhasil, barulah dapat dia
membersihkan diri. Jadi "Disuruh" atau tidak oleh Mo
Put-siu tadi, memang diapun sudah mau lari menghampiri ketempat Tay-keng.
Tio In yang tak mengetahui duduk perkaranya dan
hanya menyaksikan gerak gerik Tong Ko itu, hatinya
seperti diremas. Ia sudah serahkan hatinya kepada anak
muda itu dan bermula masih belum percaya kalau
kekasihnya itu sungguh seorang kaki tangan Ceng. Tapi
apa yang dilihatnya pada saat itu, menjadi "bukti" yang
berbicara. Seketika lenyaplah rasa kasihnya berganti
dengan rasa kedukaan yang hebat, ya lebih hebat lagi
daripada tatkala iIa mendengar berita kematian sang
kekasih itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun Tong Ko tak mendengarnya dan tetap
menyerbu Tay-keng.
Sret...., sret....., dua buah hantaman Iiong-kau-pian
dia serangkan pada Tay-keng. Walaupun hanya
bersandiwara, namun untuk mengelabuhi pandangan Tio
Jiang, hebat juga gaya pertempuran yang dilakukan oleh
Tay-keng dan Hiat-ji itu. Ketika liong-kau-pian Tong Ko
menyerang, terperanjat Tay-keng tak terkira dan hampir
saja dia kena disapu oleh pian Hiat-ji. Lintunglah Hiat-ji
tahu gelagat jelek, piannya dibilukkan untuk menghantam Tong Ko.
Dan justeru tepat pada adegan ini berlangsung, disana
Tio Jiang tepat berpaling mengawasi. Jadi diam2 Siaubeng-siang heran tadi, mengapa justeru Tong Ko yang
dikerubut dua. Sayang Liat Hwat keburu menyerang,
coba tidak tentu dapatlah dia mengetahui "baju aseli"
dari puteranya itu.
Memang berat bagi Tong Ko untuk melayani kedua
orang itu. Tambahan pula Tay-keng memang sangat
bernapsu sekali untuk membunuh Tong Ko, agar
rahasianya tetap tertutup se-lama2nya. Jadi serangannyapun serba kesusu. Dan benar juga lewat 10
jurus kemudian Tong Ko sudah kewalahan. Tong Ko
gugup dan pilu. Bukan karena takut mati, tapi karena
dengan kematiannya itu, namanya tetap akan ternoda
sebagai kaki tangan pemerintah Ceng.
"Siau-beng-siang Tio Jiang, dengarlah kata2ku!"
serunya kepada Tio Jiang.
Tio Jiang yang tengah bertempur gigih dengan Liat
Hwat, sempat pula menyahut: "Binatang macam kau,
jangan bicara lagi padaku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kepedihan Tong Ko sukar dikata. Untuk kesekian
kalinya, kembali dia menerima hinaan secara menyakitkan. Tadi dia telah menumpahkan rasa hatinya
yang penghabisan, namun tetap tak digubris oleh Tio
Jiang.

Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Fui......., mengapa ku digolongkan bangsa binatang"
Orang yang buta kenyataan macam kau, itulah yang
pantas digolongkan bangsa babi anjing!' balasnya
memaki dengan gusarnya dan sret............ dia
hantamkan piannya dengan kalap pada Hiat-ji.
Hiat-ji terkejut melihat cara serangan lawan yang
seperti kerbau gila itu. Miringkan tubuhnya kesamping
dia terus enjot tubuhnya menghibur sampai satu tombak
jauhnya. "Tepat sekali makianmu itu saudara Tong! Memang
Tio Jiang itu manusia yang tak kenal kenyataan, tak tahu
gelagat. Dia berkeras hendak membentur pemerintah
Ceng, huh......, memang lebih hina dari bangsa anjing
dan babi!"
Demikian licin si Hiat-ji itu memutar balikkan kata2
Tong Ko tadi: Tong Ko yang tak pandai merangkai kata2
itu sampai termangu diam. Tahu2 Tay-keng menyerang
dengan. tusukan ujung pedangnya. Tong Ko hanya
mendak sedikit, cret....... , dia biarkan pundaknya
tertusuk ujung pedang tapi berbareng itu dia hantamkan
piannya keleher sipenyerang. Kalini benar2 suatu
serangan yang istimewa, sehingga karena tak sempat
menghindar leher Tay-keng telah kena digubat ujung
pian. Tong Ko sudah seperti orang kerangsokan setan.
Begitu dapatkan hasil tanpa hiraukan luka dipundaknya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia segera tarik piannya se-kuat2nya. Tay-keng
terhuyung kemuka dan dengan demikian ujung
pedangnyapun menjubles makin masuk kepundak Tong
Ko. Tetap Tong Ko tak mempedulikan hal itu, begitu
lepaskan liong-kau-pian dia gunakan kepelannya untuk
menghantam batok kepala Tay-keng. Kalau saja.
hantaman itu mengenai, batok kepala Tay-keng pasti
remuk dibuatnya
"Mah, kau datang!" se-konyong2 Tio In berseru
kegirangan. Tong Ko tertegun dan berpaling mengawasi.
Sesosok tubuh melayang datang. Itulah Hui-lay-hong
Liau Yan-chiu adanya. Sembari masih melayang,
tangannya sudah bergerak menimpuk sebuah senjata
rahasia kearah tangan Tong Ko.
Seperti telah diketahui, walaupun Yan-chiu itu adalah
sumoaynya Tio Jiang, tapi berkat otaknya cerdas dan
tempo dahulu pernah meminum mustika biji kuning
dalam batu, maka ilmu kepandaiannyapun hebat.
Sebenarnya kalau dinilai, kepandaiannya lebih tinggi dari
suaminya (Tio Jiang). Sebenarnya kalau mau, dapat juga
Tong Ko menghindar senjata rahasia itu. Tapi oleh
karena Tay-keng sudah "tergenggam" ditangannya, dia
tak mau tarik pulang tinjunya tadi. Dan tahu2 jalan darah
yang-ko-hiat pada siku tangannya telah kena dimakan
senjata rahasia itu. Karena kesemutan gerakan
tangannya menjadi ayal dan kesempatan ini digunakan
oleh Tay-keng untuk menarik pedangnya sembari loncat
menyingkir. Namun anehnya Tong Ko tak rasakan jalan darahnya
tertutup, dan begitu mengenai tangan senjata rahasia itu
segera jatuh melayang ketanah. Hai, kiranya senjata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rahasia itu hanya secarik kain yang dipelintir. Hebat nian
kepandaian Hui-lay-hong Liau Yan-chiu itu.
Tampak oleh Tong Ko bahwa Tay-keng kini
menghampiri mamahnya dan berbicara sejenak. Tapi
rupanya Yan-thyiu tak banyak menaruh perhatian terus
menyerang Tok-kak-sin mo Sin Tok. Hiat-ji buru2
perdengarkan kode siulan dan memberi isyarat mata
pada Tay-keng seraya loncat menghampirinya.
"Tio-heng, kita berpisah dulu nanti saja pada
pertengahan bulan depan, kita bertemu lagi digereja
Kong Hau Si Kwiciu!" serunya berbisik.
Dan tampak Tay-keng menganggukkan kepala.
---oooo--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 17 : REMUK RENDAM
Luka pada pundak Tong Ko tadi masih mengucurkan
darah, sehingga dia ter-huyung2 rak dapat berdiri
dengan jejak, namun dengan sempoyongan dia tetap
maju menghampiri Tay-keng. Tapi baru melangkah
bebrapa tindak, telinganya seperti tersusup oleh suatu
suara yang bernada ramah: "Nak, mengapa kau tak
mengindahkan pesan The Go, berani gegabah keluar
sendirian"
Kalau mau meloloskan diri, turutlah perintahkul"
Heran Tong Ko dibuatnya. Dia kerlingkan pandangannya kesekeliling tempat situ. Dalam lingkaran
seluas empat lima tombak, yang tampak hanyalah
orang2 suku Thiat-theng-biau saja. Dan didalam
lingkaran yang merupakan gelanggang pertempuran situ,
kecuali Tio Jiang yang bertempur dengan Liat Hwat, Sin
Tok lawan Yan-chiu dan Hiat-ji "berkelahi" dengan Taykeng, tiada barang suatu orang lain lagi. Tapi betapa
bening nyaring suara bisikan tadi menyusup kedalam
telinganya, dia dapat mendengarkannya dengan jelas.
Ah, kalau bukan tokoh yang Iwekangnya sudah mencapai
tingkat kesempurnaan, tentulah tak nanti dapat
menggunakan ilmu lwekang coan-im-jip-bi begitu. Dan
rasanya kepandaian-tokoh itu tidak dibawah Liat Hwat
bahkan lebih lihay lagi!
Setelah hening sejenak kedengaran pula suara. itu.
menyusup: "Tutuklah jalan darahmu sendiri lebih dahulu untuk
menghentikan perdarahan, ini kuberimu obat!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berbareng dengan kata "obat" itu, punggung Tong Ko
serasa sakit dan ketika menunduk kebawah didapatinya
ada sebuah gulungan kertas kecil. Buru2 dipungutnya
dan ketika dibuka, ternyata berisi obat puder merah.
Tanpa berayal Tong Ko lakukan perintah orang gaib itu.
Menutuk jalan darah lalu mengulaskan puder merah itu
pada luka2nya. Suatu rasa nyaman menyelubungi tubuh,
rasa sakit berkurang. Hatinya sangat bersyukur sekali
kepada penolongnya yang berbudi itu. Ketika dia hendak
berpaling untuk menengok, tiba2 didengarnya Tio In
berlari mendatangi. Bermula dia hendak menjemput
liong-kau-pian yang terhampar ditanah, tapi batal
menjemput dia maju menyongsongnya: "In-moay!"
Tapi untuk kejutnya wajah Tio In berobah muram,
matanya ber-kaca2 air mata dan giginya terdengar
berkerutukan. "Dahulu masih tak kupercaya kalau kau ini
menjadi kaki tangan pemerintah Ceng. Tapi apa yang
kusaksikan hari ini, masih dapatkah kau memberi
penyangkalan?"
Dan menyusul dengan kata2 itu, tangannya meninju
kemuka. Karena tak menduga sama sekali, tinju sinona
itu tepat mengenai luka didada Tong Ko. Baru saja luka
itu berhenti mengucurkan darah atau kini kembali
menyemburkan darah segar hingga tangan Tio In pun
kelumuran darah. Tio In tertegun, tiba2 tinjunya yang
berlepotan darah itu di-usap2kan baju seraya berseru:
"Darahmu, budak Ceng, berbau busuk, mengotorkan
tanganku!"
Nona itu sebenarnya sangat mencintai Tong Ko. Tapi
ia salah sangka Tong Ko itu seorang kaki tangan
pemerintah Ceng. Namun sekalipun begitu, gelar rasa
kasih masih kuat meremas sanubari Tio In. Melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keadaan Tong Ko yang terlongong2 bermandikan darah
itu, hatinya seperti di-sayat2. Ia buru2 memutar tubuh
membelakangi dan air matanya bercucuran laksana
hujan mencurah Memang sakit yang ditimbulkan akibat hantaman Tio
In itu, bukan kepalang sakitnya.
Namun Tong Ko rasakan, sakit pada hatinya dicerca
sang kekasih itu, jauh lebih berat.
Dia ter-mangu2 sampai sekian saat. Pikirannya serasa
hampa. Fahamnya hilang ditelan penasaran. Ya, sampai
Tio In, nona yang menjadi tambatan jiwanya, pun
menuduh dia sebagai seorang kaki tangan Ceng. Orang
mengatakan bahwa empedu itu pahit. Tetapi adakah hal
yang melebihi pahitnya dari dinista seorang kekasih"
Serasa dia kehilangan bumi tempat berpijak, beringin
tempat berlindung. Rasanya kecuali The Go seorang,
didunia ini sudah tiada orang yang mau mempercayainya
lagi. Dalam keputusan asa, dia berobah kalap.
Se-konyong2 dia tertawa berderai2 dan seperti orang
kemasukan setan menjerit dia dengan kalapnya: "Benar,
Aku seorang budak Ceng! Aku seorang budak Cengl"
Habis men-jerit2 itu, dipungutnya liong-kau-pian terus
dihantamkan kearah dua orang Thiat-theng-biau yang
seketika juga segera rubuh sungsang balik ditanah.
Dalam pada itu waktu mendengar dia tertawa keras
lagi, Tio In berputar untuk mengawasinya. Tampak akan
sepasang biji mata sinona yang bundar bening itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hati Tong Ko makin ter-sayat2. Mendongak keatas
sembari tertawa nyaring, dia ter-huyung2 maju
menghampirinya. Tio In cemas menampak sorot mata
anak muda itu ber-api2, iapun menyurut kebelakang.
Mengapa Tio In bisa lari menghampiri Tong Ko,
bukanlah tadi ia masih diringkus sikaki satu Sin Tok"
Kiranya kejadian itu adalah begini: begitu menyerbu,
Yan-chiu telah berhasil mendesak sikaki satu menjadi
kalang kabut. Masih si Sin Tok itu hendak menggunakan
siasat seperti ketika menghadapi Tio Jiang, yakni
menggunakan tubuh Tio In sebagai perisai dan senjata.
Namun, Yan-chiu bukan Tio Jiang. Selain lincah, ia juga
lebih cerdas. Mengetahui akan siasat lawan, ia segera
memperoleh daya untuk memecahkannya. Secepat kilat,
ia menyelinap kebelakang lawan dan segera menusuk.
Tahu sudah si Sin Tok itu kalau Yan-chiu bergelar Huilai-hong atau si Burung Cenderawasih terbang melayang.
Tapi sedikitpun dia tak mengira kalau sedemikian luar
biasa gerakan nyonyah itu. Tadi dia hanya menampak
berkelebatnya sinar pedang, tapi tahu2 lawan sudah
berada dibelakangnya. Jika dia tetap membandel
memegangi Tio In, terang punggungnya akan tertusuk
pedang. Ah, terpaksa dilepaskannya nona itu, kemudian
loncat kemuka. Dan begitu terlepas dari cekalan orang,
tadi Tio In pun lantas loncat menghampiri Tong Ko.
Pada saat itu Tio In menyurut bebrapa tindak
kebelakang dan tanpa disadari, telah mendekati
ketempat Yan-chiu. Melihat anak gadisnya didesak Tong
Ko, marah Yan-chiu tak terkendalikan lagi. Memang sejak
kematian puteranya bungsu, Yan-chiu teramat bencinya
kepada Tong Ko. Adalah karena beberapa kali dicegah
sang suami, ia sudah tak jadi membunuh anak muda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya saat itu juga, ia kepingir, melabrak Tong Ko,
sayang ia masih harus melayani desakan Sin Tok.
Pikirannya cepat bekerja. Tio In tak memegang senjata
apa2, sedang ia (Yan-chiu) rasanya sanggup melayani
serangan kapak Sin Tok dengan cukup mengandalkan
kelincahannya saja.
Secepat memikir, secepat itu pula ia mengambil
keputusan. Dijentikkan pedang kuan-wi-kiam kearah Tio
In sana seraya berseru: "In-ji, gunakanlah jurus Kangsim-poh-lohl"
Kang-sim-poh-loh adalah jurus yang terhebat dari ilmu
Pendekar Pemetik Harpa 25 Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Kisah Pendekar Bongkok 4

Cari Blog Ini