Begitu dia menghindar kesamping, pikulannya disodokkan kebawah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tio Jiang hendak membabatnya, tapi secepat kilat Ma
Cap-jit kaitkan pikulan dan blug......, lagi2 Tio Jiang jatuh
meloso. Tio Jiang yang sudah tak ingat siapa2 lagi, makin
beringas. Dia loncat tinggi keatas, Magi masih diudara
dia bolang balingkan pedangnya dalam jurus boan-thiankok-hay, hay-siang-tiau-go dan ceng-wi-tiam-hay.
Bagaikan gunung pedang, roboh kearah kepala Ma
Cap-jit. Keistimewaan ilmu pikulan Hoa-san-kiau-cu itu yalah
kalau lawan berada dibawah.
Atas serangan dari udara itu, betul2 dia menjadi
gugup. Apa boleh buat terpaksa ia tangkiskan pikulannia
keatas. Saat2 itu sangat menggelisahkan sekali. Kalau
pedang Siau-beng-siang tiba, tak ampun pikulan akan
terpapas kutung dan Ma Cap-citpun tentu celaka.
Untung seketika itu, dari empat jurusan segera
meluncur bantuan berupa ber-macam2 senjata rahasia.
Diantaranya yang paling hebat adalah senjata pelor
yang dilepas oleh Sin-tan Gong Lian, seorang sahabat
Sin-thok Ih Liok yang baru saja setahun yang lalu datang
ke Lo-hu-san. Jago yang berasal dari Shoatang itu
seorang akhli Panah pelor.
Wut..., wut..., wut..., 8 butir pelor menghujani Siaubeng-siang. Orang yang meminum hong-sin-san, walaupun
pikirannya sudah kabur, tapi ilmu silatnya tetap tak
terpengaruh. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tio Jiang putar pedangnya untuk menghalau hujan
senjata rahasia itu.
Ber-turut2 terdengar suara gemerincing dari benda
logam yang tersampok jatuh.
Siau-beng-biang telah dapat menyapu bersih semua
senjata rahasia itu.
Salah sebuah pelor darl Sin-tan Gong Lian telah
mengenai punggung pedang Tio Jiang, tring....., pelor itu
mental kelain arah dan menimpah pundak kawan sendiri.
Pedang Tio Jiang masih berputar, tring...., pikulan Ma
Cap-jit terbabat kutung ujungnya. Membarengi itu, Tio
Jiang hendak teruskan menabas lawannya.
Melihat itu Gong Lian lepaskan lagi 8 buah pelor untuk
meng-halang2inya.
Sebenarnya kalau semua orang gagah itu maju
mengeroyok, Tio Jiang pasti keok.
Tapi yang sulit, tiada seorangpun yang tega untuk
melukai Tio Jiang.
Mereka tahu, kelakuan Tio Jiang itu bukan atas
kehendaknya sendiri.
Ada belasan orang yang maju lagi, tapi itu hanya
penundaan sementara waktu saja, karena tak lama
kemudian kembali orang2 itu kena dihajar kocar-kacir
oleh Siau-beng-siang.
Kiau To makin gelisah.
Satu2nya jalan untuk menolong Siau-beng-siang yalah
harus meringkus The Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi baru dia hendak bergerak maju, tiba-tiba
muncullah Yan-chiu dipapah oleh dua orang wanita. "Ki
toako....., Kiau jiko....., kulihat Jiang suko itu macamnya
seperti orang minum hong-sing-san!" seru Yan-chiu.
Kiau To seperti orang disadarkan. Memang ketika Kuiing-cu kalap digereja Ang Hun Kiong dahulu, tingkah
lakunya seperti Tio Jiang sekarang. Itu waktu beruntung
mendapatkan obat penawarnya yang tersimpan ditubuh
Ti-an Bik-san. "Siao Chiu, apakah obatnya Kui-ing-cu itu
masih ada?".
"Ini harus ditanyakan padanya sendiri. Dia bersama
Thaysan sin-thok membuka warung minuman dikaki
gunung sana. Lekas suruh orang memanggilnya!" sahut
Yan-chiu. "Biar kupergi sendiri!" kata Kiau To terus ayunkan
langkah. "Hai, bagaimana, apa tak jadi minta pengajaran dari
aku?" tegur The Ing.
Kiau To berhenti, tapi dia hanya mendengus sebentar
lalu lari kebawah gunung.
Melihat bahwa untuk sementara ini suaminya dapat
dibatasi oleh kepungan orang2 gagah, Yan-chiu lalu
arahkan perhatiannya kepada The Ing. Setelah
mengawasi beberapa jenak, bertanyalah ia "Siapakah
nama nona yang mulia"
Suamiku tiada mempunyal dendaman padamu,
mengapa kau kaniaya dia?"
"Namaku tidak mulia, sederhana saja yani The Ing.
Memang aku tak mendendam apa2 terhadap Siau-bengTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siang, juga tak mencelakainya. Adalah orang2mu itu
sendiri yang menuduh serampangan saja!"
Yan-chiu mendapat kesan bahwa nona itu mirip
dengan seseorang yang dikenalnya.
Waktu mendengar nona itu orang she The, wajahnya
segera berobah pucat, tanyanya dengan tandas : "Entah
siapakah ayah nona ini?"
The Ing terkesiap. Ayahnya pesan jangan ia
mengatakan nama ayahnya itu kepada Bek Lian tapi
tidak apa2 kalau kepada orang lain.
"Ayahku bernama The Go, pada 20 tahun yang lalu,
orang menggelarinya sebagai Cian-bin-long kun!"
Serentak mendengar nama itu, naiklah darah Yanchiu. Oleh karena tadi ia sudah terluka berat, maka seketika
itu juga ia segera muntahkan darah segar, namun
dengan ter-engah2 ia paksakan diri berseru : "Serigala
tentu beranak serigala, saudara2 ayuh tangkap budak
ini!". Ki Ce-tiongpun terpengaruh, tanpa banyak pikir lagi
dia segera memberi komando untuk menyerang. Tiga
orang gagah, cepat tampil kemuka. Mereka adalah sanak
jauh dari Kang Siang Yan, yani 3 saudara she In.
Senjatanya adalah 3 buah kim-kong-gwan (lingkaran
baja, macam gelang besar).
Tatkala masih digunung Sip-ban-tay-san, The Go
sering menceritakan tentang kesesatannya dimasa
mudanya, untuk itu dia benar2 menyesal dan insyaf.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Ing percaya penuh bahwa kini ayah-nya sudah
bertobat betul2.
Maka ia gusar sekali mendengar umpat caci Yan-chiu
dan Ki Ce-tiong itu.
"Kalau mau berkelahi, aku sedia melayani. Tapi jangan
mengobral caci makian terhadap ayahku!"
Ketiga saudara In itupun sudah siap mengepung The
Ing, serunya: "Kami bertiga saudara, selalu maju
berbareng. Terhadap satu maupun seratus musuh, kami
tetap begitu. Harap nona jangan tuduh kami main
keroyok!" "Terhadap kawanan babi, aku memang tak dapat
memberi komentar apa2 lagi!" jawab The Ing sembari
mainkan tali cheng-si untuk melingkungi tubuhnya.
Setelah saling memberi isyarat mata, ketiga orang itu
lalu ber-suit keras dan mainkan kim-kong-gwan sebentar,
terus dilontarkan kearah The Ing.
The Ing terkesiap, mengapa kim-kong-gwan dapat
dilepas dan kembali ketangan, si-pemilik lagi" Cepat ia
mendak kebawah, lalu gerakkan jurus ceng-hay-seng-bo.
Sebenarnya dalam permainan tali cheng-si itu, ia baru
saja habis meyakinkan jadi belum. faham betul. Tadi
dicobanya terhadap Kiau To dan dalam percobaan itu ia
mendapat pengalaman2 yang berharga lagi. Maka dalam
serangannya yang ini, gayanya makin hebat.
Ternyata ketiga, saudara itu, memiliki kim-kong-gwan
yang serupa. Habis melempar mereka lalu berputar,
maka tak heranlah kalau kim-kong-gwan se-olah2 seperti
kembali lagi ketangannya. Serangan The Ing tadi benar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat mengenyahkan mereka bebrapa langkah jauhnya,
tapi dalam sekejab waktu mereka maju merapat lagi.
Demikianlah orang disuguhi dengan pertempuran yang
menarik. Si nona bagaikan seekor kupu2 menari2 diantara
hujan kim-kong-gwan.
Benar tali cheng-si itu teramat halusnya, tapi setiap
kali berbentur, tentu kim-kong-gwan itu terpental
kesamping. Begitulah pertempuran antara 3 orang lelaki lawan
seorang gadis itu berjalan dengan serunya.
Dalam waktu setengah jam saja, pertempuran itu
sudah berlangsung sampai tiga empat puluh jurus.
Karena halusnya tali cheng-si itu, maka sukarlah ketiga
saudara In itu menjagainya. Pundak dan lengan mereka
bebrapa kali kena tersayat, benar tak parah tapi cukup
membuatnya meringis kesakitan. Sebaliknya The Ing pun
nyaris dari bodor kepala, melainkan hanya rambutnya
saja yang kena terpapas kim-kong-gwan itu.
Orang2 gagah yang berkumpul di Lo-hu-san itu datang
dari seluruh peloksok. Yang berasal dari daerah utara,
sampai meliputi orang2 gagah daerah Kwangwa. Sedang
yang dari selatan, berasal dari Hun-lam. Tapi tiada
seorangpun yang kenal akan permainan The Ing yang
aneh itu. Selagi mereka menikmati dengan penuh
perhatian, tiba2 ada orang berteriak. nyaring : "Hore,
itulah Kui locianpwe dan Thaysan sin-thok sudah
datang!" Siapa tokoh Kui-ing-cu itu, tentulah pembaca sudah
maklum adanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia kini sudah menjadi seoranng kakek berusia 80-an
tahun. Sekalipun begitu, adatnya yang aneh itu, tetap masih
dipraktekkan. Begitu tokoh itu muncul, orang2 yang mengepung Tio
Jiang tadipun segera menyingkir.
"Jiang ko-ji, apa2an kau ini" Apa kau sedang marah2
karena bertengkar dengan isterimu?" orang aneh itu
berdiri dihadapan Tio Jiang sembari tertawa mengikik.
Ya, memang anehlah tokoh itu, masa dalam keadaan
segenting itu, ia masih sempat ber-olok2.
Dalam sibuknya, The Ing mencuri kesempatan untuk
melihatnya. Seorang kakek yang pakaiannya penuh tambalan,
tampak menghadapi Tio Jiang.
Sikap orang tua itu tiada sesuatu yang luar biasa,
kecuali sepasang matanya yang ber-api2, pertanda dia
itu seorang akhli Iwekang yang sudah mencapai
kesempurnaan. Benar kata2nya tadi secara bergurau, tapi ternyata
kumandangnya melengking nyaring sekali sehingga
memekakkan telinga orang.
Sampaipun Tio Jiang kelihatan tertegun sejenak,
seperti agak sadar.
Tapi karena hebatnya pengaruh hong-sin-san, pada
lain saat dia sudah lantas menyerang tenggorokan orang.
Kui-ing-cu masih mengikik, tegak seperti patung.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu semua orang sama mengucurkan keringat
dingin. Tapi Kui-ing-cu adalah seorang cianpwe yang
diagungkan kaum persilatan.
Tatkala ujung pedang terpisah hanya bebrapa dim dari
tenggorokannya, barulah dia berkisar kesamping. Tepat
dan necis sekali penghindarannya itu, mata pedang yang
membawa angin dingin itu, lewat disisi pipinya.
Secepat kilat, dua buah jari Kui-ing-cu menyulur
kearah kedua mata Tio Jiang.
Tenang tapi ganaslah gerakan Kui-ing-cu itu, sehingga
kalau bukan seorang ko-chiu pasti sukar menghindar dari
serangannya itu.
Semua orang sama menahan napas, malah Yan-chiu
cepat sudah menjerit :"Kui locianpwe!"
"Ho, ho, jangan kuatir, tak nanti kulukai lakimu ini!"
sembari bergurau itu, tangan kiri Kui-ing-cu menerkam
dada Tio Jiang.
Saat itu pada perasaan Tio Jiang, setiap orang yang
dijumpai adalah musuhnya.
Dia rebahkan badannya kebelakang untuk menghindari terkaman jurus song-liong-jiang-cu
(sepasang naga berebut mustika) itu.
Tapi Kui-ing-cu sudah memperhitungkan hal itu.
Tangan kanan yang hendak menerkam mata itu,
diteruskan kemuka untuk mencengkeram dada orang.
Tapi sudah berulang kali diterangkan, keadaan Tio
Jiang itu sudah seperti orang gila, maka tak anehlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalau dia mempunyai pikiran untuk sama2 mati dengan
"musuh"nya itu.
Sembari miringkan tubuh, dia babatkan pedangnya
kepundak orang.
Gila benar Siau-beng-siang itu.
Tapi memang demikian ketekadannya.
Biar separoh tubuhnya kena dicengkeram, tapi pundak
lawanpun tentu kena terpapas.
Sakti sekalipun tokoh Kui-ing-cu itu, namun pada saat
itu tak urung ia terkejut juga. Sebenarnya mudahlah ia
untuk menghadapi serangan itu. Cukup mengisar
kesamping, lalu menghantam, To Jiang pasti tak dapat
menghindar lagi, jiwanyapun tentu melayang. Tapi kalau
dia tak mau berbuat begitu, pundaknya tentu akan
menjadi korban tabasan pedang. Namun Kui-ing-cu
bukan Kui-ing-cu kalau dia tak dapat memecahkan
kesukaran itu. Berbareng dengan datangnya pedang,
diapun sudah mendapat siasat. Apa boleh buat, dia
balikkan lengan, lima jarinya yang bagai kaitan besi itu
se-konyong2 merangsang. Berbareng dengan mengeluarhan bentakan keras, tahu2 tangannya itu
sudah menjepit batang pedang.
Kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejap mata.
Tio Jiang hanya terpisah setengah meter darinya. Kalau
lain orang mungkin sudah terluka berat rontok
pekakasnya dalam karena teriakan Kui-ing-cu yang
sedahsyat halilintar memecah bumi itu. Tapi oleh karena
lwekang Tio Jiang sudah bertambah sempurna, jadl dia
hanya tertegun sejenak saja. Pada lain saat, ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meerasa pedangnya dijepit orang, cepat2 dia menariknya
kebelakang. ---oo
BAGIAN 28 : MEMBANTU MERINGKUS
YANG MENGAMUK DI BALAS
TUDUHAN MENGADU DOMBA
Melihat Kui-ing-cu dapat merebut kemenangan, dalam
kekalahan-nya. Yan-chiu girang. Tapi pada lain saat, ia menjadi
cemas. Pedang Tio Jiang yang diterkam Kui-ing-cu itu, adalah
pedang pusaka yap-kun-kiam, pedang yang dapat
menabas segala macam logam. Kalau Kui-ing-cu sampai
terluka, tiada lain orang lagi yang sanggup mengatasi Tio
Jiang. "Kui locianpwe, hati2lah!"
seru nyonya itu memperingatkan.
Kui-ing-cu bukan tak tahu bagaimana pedang Tio
Jiang itu. Kalau pedang biasa, sekali tekan dapatlah tentu Kuiing-cu mematahkannya.
Adanya dia berani mencengkeram pedang lihay itu,
karena dengan perhitungan agar Tio Jiang tertegun
sejenak dan saat itu Kui-ing-cu akan lepaskan cekalannya
untuk mundur kebelakang.
Dalam 20 tahun belakangan ini, kepandaian Tio Jiang
sudah mencapai hampir setingkat dengan Kui-ing-cu.
Memang terkesiap Tio Jiang waktu mendengar
bentakan menggeledek dari Kui-ing-cu itu, tapi itu hanya
sedetik, karena pada lain detik dia, segera tarik pulang
pedangnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah tentu Kui-ing-cu belum sempat melepaskan
cekalannya. Kelima jari tangannya kiri itu, terpapas kutung!
Bagaimanapun saktinya tokoh itu, namun tak dapat
dia menahan kesakitan itu.
Dia loncat mundur seraya berseru: "Siau Chiu,
suamimu itu benar termakan racun hong-sin-san,
makanya tenaganya begitu dahsyat. Obat penawarnya
sudah kubawa, soalnya bagaimana cara meminumkan
padanya!" Melihat Kui-ing-cu menderita kekalahan, sekalian
orang sama pucat.
"Kui-heng, lebih baik kau hajar mampus budak
perempuan she The ini. la sudah mengakibatkan banyak
saudara2 kita terluka!" seru Thaysan sin-tho, Si bongkok
yang lihay itu ternyata sudah dapat meringkus The Ing.
Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho Ih Liok sedang minum
arak diwarung yang mereka usahakan dikaki gunung.
Sewaktu Kiau To datang dan mengatakan bahwa Tio
Jiang keracunan hong-sin-san, Kui-ing-cu cepat masuk
kedalam untuk mengambil obat penawar, lalu lari secepat2nya keatas gunung.
Ih Liok menyusul, lalu Kiau To.
Begitu tiba, Kui-ing-cu lalu bertanding dengan Tio
Jiang. Waktu Ih Liok datang, Yan-chiu menyongsong dan
mengatakan bahwa gadis yang meracuni suaminya itu,
adalah anak perempuannya The Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar nama The Go, amarah si bongkok
berkobar. Dahulu tempo pasukan Ceng menyerang markas
Hoasan Ih Liok pernah termakan tipu The Go. Dengan
membawa 3 laksa anak buah, dia menyerbu kemarkas
Ceng tapi terperangkap. Puluhan ribu anak buah Hoasan
itu, ludas binasa semua.
Kesemuanya itu adalah berkat tipu muslihat The Go
yang cerdik. Saking marahnya, Ih Liok memapas jarinya selaku
sumpah akan menuntut balas pada The Go Peristiwa itu
terjadi pada 20-an tahun berselang, tapi si bongkok tak
pernah melupakannya.
Yan-chiupun benci kepada The Go, tapi masih kalah
sengitnya dengan Ih Liok.
Mendengar laporan Yan-chiu itu, serentak dia
menghampiri The Ing.
"Saudara In, mundurlah, biar kuringkusnya!"
Mendengar seruan si bongkok itu, ketiga persaudaraan
In segera loncat keluar gelanggang. The Ing terkesiap
melihat seorang bongkok yang wajahnya kumal seperti
tak pernah cuci muka itu.
"Bagus, mau bergiliran ya?" tanya nona yang tak tahu
siapa si bongkok itu.
"Benar, kau mau apa! Aku si Ih Liok memang tak mau
main jujur2an!" sahut si bongkok sembari layangkan
pukulan. Saat itu The Ing belum sempat gerakkan tali cengsinya, atau tahu2 ia merasa disambar angin dahsyat. la
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
coba menghindar kesamping, tapi ternyata pukulan
lwekang biat-gong-ciang yang diIancarkan si bongkok
itu, menggunakan 8-9 bagian dari tenaganya, jadi
lingkaran radius anginnya luas sekali. Benar The Ing tahu
dan menghindar, namun tak urung ia terpental sampai
setombak jauhnya. Itupun ia masih ter-huyung2
beberapa tindak lagi baru dapat berdiri tegak.
Marahlah ia, tali ceng-si digerakkan, tapi lawan sudah
menghilang dan tahu2 ada angin menyambar dari arah
belakang. Cepat dia memutar tubuh kebelakang dan
tampak si bongkok melayang jatuh terlentang, punuknya
mengenai tanah, tangannya me-ronta2.
The Ing terkesiap. Mengapa si bongkok jatuh
terlentang, tentulah karena ada seorang ko-chiu
membantu The Ing.
Dugaannya jatuh kepada diri Bek Lian. Serentak
mulutnya berseru: "Nona........"
Belum sampai ia mengucapkan kata "Bek......", begitu
punuk menggentus tanah tahu2 tubuh si bongkok
mencelat kemuka, menerjang The Ing. Dalam kagetnya
The Ing tak dapat menghindar lagi. Tadi la sudah diperas
habis tenaganya oleh ketiga saudara In kini si bongkok
keluarkan permainannya yang luar biasa anehnya, maka
seketika itu The Ing rasakan lambungnya kesemutan.
Masih ia coha meronta, tapi si bongkok jauh lebih
tangkas. Memang terhadap kaum pesilatan golongan hek-to
(jahat), dia selalu turunkan tangan ganas. Mengira
bahwa The Ing itu seorang kaki tangan Ceng, maka si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bongkokpun tak sungkan lagi. The Ing terus ditelikung
tangannya. Sedikitpun ia tak dapat berkutik lagi.
Peringkusan itu hanya berjalan dalam sesingkat waktu,
justeru saat Kui-ing-cu terluka dan loncat keluar tadi.
Maka Ih Liok segera berseru menyuruh Kui-ing-cu
menghantam mampus nona yang dituduh menjadi
biangkeladi huru hara keributan di Giok-li-nia itu.
Kui-ing-cu merobek secarik bajunya untuk membalut
lukanya, lalu berseru: "Tho-cu, kita berdua sama2 tak
berjari, sejenis namanya, kau beresi sendirilah!"
Ih Liok mengangkat tangannya dan The Ing segera
rasanya suatu tenaga dahsyat menekan kepalanya.
Mimpipun tidak ia kalau bakal mati secara begitu
penasaran dan tanpa ada orang yang menuntutkan
balas. Sebelum mati berpantang ajal atau berusaha
untuk menyelamatkan jiwa, adalah pembawaan setiap
manusia The Ing menjerit keras2.
la duga, satu2nya orang yang kemungkinan besar
berada disekeliling tempat situ, adalah Bek Lian.
"Nona Bek......, ayahku bernama The Go, tolong kasih
tahu pada ayahku bahwa aku telah dibunuh oleh orang2
yang tak kenal aturan ini, biar dia menuntutkan balas!"
serunya. Semoga Bek Lian mendengar, demikian harapan
satu2nya. Dengan tangan masih berada diatas ubun sinona, Ih
Liok, menyeringai: "Kalau ayahmu datang, itulah
memang yang kuharapkan, ayuh berteriak beberapa kali
lagilah!" The Ing menghamburkan makian "bangsat bongkok,
setan jelek." dan macam2 lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Liok-siok, lekas beresi dia, Tio suko tiada yang dapat
menahannya!" seru Yan-chiu.
Ada obat penawar,
tapi tak berdaya untuk
meminumkan. Karena. kecuali Kui-ing-cu dan Ih Liok tiada
seorangpun yang dapat melawan Tio Jiang. Maka setelah
Kui-ing-cu terluka, Tio Jiang seperti kerbau gila
mengamuk kesana sini.
"Baik!" sahut Ih Liok Tapi baru saja dia hendak
turunkan tangannya, tiba2 terdengarlah suara tertawa
ter-bahak2. Suara tertawa yang bernada kejengkelan dan
sindiran. Baik Ih Liok maupun sekalian orang sama terkesiap.
Diatas sebuah batu menonjol disebelah muka sana,
tampak tegak seorang anak muda mencekal sebatang
golok bengkok yang ber-kilau2 cahayanya.
Orang itu mendongak sembari tertawa.
Kini dia melayang turun.
Mukanya yang cakap, sikapnya gagah, gerakannya
yang indah diantar oleh kilau kemilau cahaya golok, telah
mempesonakan sekalian orang.
Hanya ada dua nona yang segera berteriak berbareng:
"Engkoh Ko!"
Kedua nona itu bukan lain adalah Tio In dan The Ing.
Memang dewa yang melayang turun itu adalah Tong
Ko. Tong Ko memang seorang pemuda yang cakap seperti
Arjuna. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka walaupun pemuda itu seorang kerucuk yang tak
ternama, Tio In sampai jatuh hati kepadanya.
Hanya dalam waktu setengah tahun saja, sejak dia
berjumpa, dengan Ang Hwat cinjin dan diberi petunjuk
tentang cara meyakinkan kitab "72 gambar orang
semedhi" ciptaan Tat Mo cousu itu, kini sudah menjadi
seorang Tong Ko baru.
Kaum persilatan daerah Kwiciu pada 20 tahun yang
lalu, mempunyai 4 orang datuk yani: Ang Hwat cinjin,
suami isteri Hay-te-kau (Ceng Bo Siangjin) dan Kiang
Siang Yan dan Tay Siang siansu.
Menurut hierarkhi (urut2an), Tay Siang nomor satu,
Ang Hwat nomor dua dan sepasang suami isteri itu
nomor tiga. Waktu Tong Ko bertemu lagi dengan cin-jin yang
menjadi kakek guru The Go itu, Ang Hwat sudah
mengasingkan diri selama 20 tahun, jadi ilmunya sudah
mencapai puncak kesempurnaan. Walaupun tidak
seluruhnya faham akan isi kitab pusaka Tat Mo itu,
namun dia cukup mengerti.
Maka tak heranlah kalau kemajuan yang diperoleh
Tong Ko itu ibarat dikatakan satu hari seribu li pesatnya.
Disamping itu, Ang Hwatpun menurunkan ilmu golok 3
jurus hasil ciptaannya sendiri kepada anak muda itu.
Setelah itu, golok bengkok pi-lik-to diserahkan juga.
Tong Ko menetap di Sip-ban-tay-san untuk bebrapa
lama, mematangkan pelajarannya sembari menunggu
kedatangan suami isteri The Go dan Siao Lan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi setelah sampai sekian lama suami isteri itu tak
pulang, Tong Ko ambil putusan pergi ke Lo-hu-san.
Disana dia berpapasan dengan Bek Lian dan The Ing.
Buru2 dia mengumpat dibalik sebuah karang.
Pada lain saat tampak Tio Jiang dikepung oleh orang
banyak turun kekaki gunung.
Karena tak mengerti duduk perkaranya, dia tinggal
diam ditempat persem bunyiannya. Sampai pada saat
The Ing terancam jiwanya oleh si bongkok, barulah dia
muncul. Tertawanya berhasil mencegah tangan maut si
bongkok. Sebenarnya dia tak mau unjuk kesombongan.
Tapi ada dua hal yang menyebabkan dia marah, hal
tersebut adalah :
Pertama, karena The Ing menderita panasaran.
Ayahnya yang berbuat jahat, anaknya yang dihina
habis2an. Pada hal kini menurut penglihatannya (Tong
Ko), The Go itu sudah insyaf dan kembali kejalan yang
lurus. Kedua, mengingat bagaimana nasib dirinya yang
diperlakukan se-wenang2 dan di tuduh menjadi kaki
tangan Ceng oleh orang2 Lo-hu-san. Pada hal dia
menjadi korban fitnahan putera Tio Jiang sendiri.
Mengingat kedua hal yang menyakiti hati itu, Tong Ko
sudah tumpahkan semua isi kemarahan hatinya dalam
nada ketawanya yang sinis tadi.
Tong Ko pun terkesiap, mendengar suara dua orang
gadis yang memanggilnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua ada yang berlagu satu: rindu dendam. Waktu Tio
In dan The Ing berdebat mulut mengenai perhubungannya dengan Tong Ko, jelas diketahuinya
bagaimana perasaan hati The Ing itu kepadanya (Tong
Ko). Tapi sewaktu memanggil namanya tadi, nyatalah
bahwa Tio In itu sebenarnya tetap menyintai dirinya
(Tong Ko). Karena kehilangan faham, Tong Ko lampiaskan
kesesakan dadanya dengan tertawa sampai 3 kali berturut2. Habis itu dia mengerlingkan mata kearah Tio In, lalu
menghampiri kearah The Ing.
Saking girangnya, The Ing menjerit : "Engkoh Ko!".
Tong Ko hanya tersenyum, lalu berkata kepada si
bongkok: "Liok-siok, harap lepaskan nona The ini, dia
bukan si biang keladi!'
Huak, cuh.......segumpal ludah menyembur dari mulut
si bongkok, bentaknya: "Kau bangsa kaki tangan Ceng,
jangan, banyak bacot!"
Sebenarnya dapat Tong Ko menghindar dari semburan
ludah itu, tapi demi orang mendampratnya sebagai kaki
tangan Ceng, terkesiaplah dia.
Marah dan pedih menyesakkan ruang dadanya.
Dibiarkan ludah itu menempel dimukanya dan tertawalah
dia se-lapang2 nya.
"Bagus, jempol, sekali lihat dapat mengetahui aku ini
seorang kaki tangan Ceng Orang2 Giok-li-nia sini, benar2
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gagah perwira!" Tong Ko hamburkan ejekan dengan
nyaring. Kiau To marah, bentaknya: "Jangan kurang ajar! Siaubeng-siang pernah mengampuni jiwamu, tapi kau balas
budinya dengan racun. Nah, kali ini kau tak dapat
pengampunan lagi!"
"Siapa yang berani tak melepas aku?" serentak Tong
Ko berhenti tertawa.
"Aku!" seru Kiau To sembari sabatkan ruyungnya.
Kiau To masih tetap tak memandang mata pada anak
muda itu. Tong Ko tertawa mengejek.
Tubuhnya bergerak.
Sesuai dengan namanya pi-lik-to (golok halilintar),
maka golok bengkok itupun segera mengeluarkan angin
men-deru2 laksana halilintar.
Dengan tangan kiri Tong Ko menghalau ruyung,
sedang tangan kanan yang mencekal pi-lik-to segera
menghantam. Kiau To seperti tersambar halilintar kejutnya.
Pertama melihat sinar golok iang aneh bentuknya itu,
dia sudah silau.
Lalu ruyungnya dihantam kesamping oleh tangan kiri,
makin membuatnya kaget.
Masa tangan kosong dapat dibuat menangkis ruyung.
Tokoh persilatan yang memiliki kepandaian demikian,
tak banyak jumlahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mengapa pemuda kerucuk macam Tong Ko tiba2
berobah begitu sakti.
Sungguh dia tak dapat menerima kejadian yang luar
biasa itu! Pada saat ujung pi-lik-to hampir mengenai dada Kiau
To, tiba2 terkilas suatu pikiran pada Tong Ko. Benar dia
telah mendapat hinaan dan penasaran dari Kiau To, tapi
orang itu adalah tokoh patriot yang gigih. Kalau dia
bunuh orang itu, berarti suatu kerugian bagi kekuatan
kubu2 perjoangan pembebasan negara.
Penasaran adalah urusan peribadi, perjoangan negara
diatas segala. Cepat Tong Ko berpikir, cepat pula dia bertindak.
Tangannia di sentakkan kebelakang, ujung golok batal
menusuk tapi sebagai gantinya tangkai golok menghantam pundak lawan.
Seketika itu terjungkallah Kiau To kebelakang, namun
dia selamat tak kurang suatu apa2.
Kejadian itu, telah membuat Kiau To kesima.
Selagi Kiau To ter-longong2 karena merasa seperti
orang mati yang hidup kembali, adalah Tong Ko sudah
melesat kearah Ih Liok sembari memutar pi-lik-to.
Juga tokoh lihay itu terkejut karena tersambar angin
keras, buru2 dia lepaskan cekalannya terhadap The Ing,
lalu loncat menyingkir dua tombak jauhnya.
"Ha...., ha...., bukannya mencari tahu siapa yang
meracuni hong-sin-san pada Siau-beng-siang, sebaliknya
kamu orang sembarang menuduh orang. Coba jawab,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimana nona The dapat menobros penjagaan kuat
untuk meracuni Siau-beng-siang?" Tong Ko bertanya.
Pertanyaan itu telah membuat sekalian orang tersadar.
Tapi kesadaran mereka itu hanya terbatas bahwa The
Ing bukan orang yang meracuni Tio Jiang. Namun
tuduhan mereka bahwa Tong Ko dan The Ing itu kaki
tangan Ceng, masih tetap.
Adalah hanya seorang tokoh Kui-ing-cu yang cepat
dapat meneropong peribadi Tong Ko. Dia kagum dan
merasa suka akan sikap dan gerak gerik pemuda yang
gagah dan berwibawa itu. Bahwa seorang yang dapat
tertawa berkumandang jauh, tentulah seorang gagah
yang berpambek luhur perwira.
Tak nanti orang semacam itu bisa menjadi kaki tangan
musuh. "Hai, siapa namamu" Rasanya aku pernah melihatmu".
seru Kuiing-cu sembari menghampiri.
Tong Ko tahu siapa peribadi Kui-ing-cu itu.
Seorang beradat aneh licin, tapi berhati baik.
Namun karena kala itu dadanya sudah penuh sesak
dengan penasaran, maka dingin2 saja dia menyahut:
"Terima kasih atas perhatianmu. Aku bukan bangsa
penjual negara, tapi orang2 gagah disini sama menuduh
aku seorang kaki tangan Ceng, ha....., ha............
ha............, ha........... "
Sembari lintangkan pi-lik-to, didada, Tong Ko kembali
umbar ter tawanya.
Sesaat itu Kui-ing-cu kehilangan kata2.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia mengawasi tajam2 kearah pemuda itu.
Sejenak kemudian, terdenglarlah hiruk-pikuk orang2
menjerit. Kiranya, Siau-beng-siang kembali melukai dua orang.
"Tong Ko, senjata yang kau pegang itu rasanya adalah
golok pusaka kian-thian-it-gwan-pi-lik-to. Hanya dengan
golok itulah yap-kun-kiam Tio Jiang dapat diatasi. Asal
kau dapat membikin lepas pedangnya, segala apa
serahkan padaku!" kata Kui-ing-cu.
Tong Ko membungkukkan badan, ujarnya: "Kalau Kuilocianpwe yang menyuruh, tentu akan kuturut!"
Tapi baru dia melangkah maju setindak, tiba2
berpaling dan berseru dengan bengis: "Barangsiapa
berani mengganggu seujung rambut pada nona The,
awas, pi-lik-to tak bermata!"
Habis itu, dia berputar lagi. Tapi baru sang kaki
hendak melangkah, Yan-ciu berseru dengan nada
gemetar: "Kui locianpwe, jangan suruh dia yang maju!"
Tong Ko cukup memahami kata2 Yan-chiu itu.
Nyonyah itu takut kalau Tong Ko membunuh suaminya.
Dia hentikan langkah, tertawa keras.
Begitu berputar kebelakang, segera dia ajak The Ing:
"Nona The, ayuh kita tinggalkan tempat suci ini"
Tapi rupanya The Ing masih penasaran, sahutnya:
"Engkoh Ko, begini saja kita berlalu, apakah tidak terlalu
murah bagi mereka?"
Mata Tong Ko yang ber-kilat2 menyapu kearah Ih Liok
dan Yan-chiu, ujarnya: "Kulihat kawanan orang2 ini,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
walaupun membabi buta tak kenal nalar, tapi adalah
pejoang2 menentang penjajah Ceng. Untuk kali ini
biarlah kita mengalah!"
Suatu ucapan yang bernada ejekan jumawa.
Beda dengan dahulu ketika masih rendah ilmunya dia
selalu merendah, kini Tong, Ko berobah ke-congkak2an.
Sebenarnya bukan begitu watak Tong Ko.
Hal itu karena luapan hatinya karena dituduh menjadi
kaki tangan musuh.
Habis itu, segera dia tarik The Ing untuk diajak pergi.
"Saudara. Tong, tunggu!" tiba2 Kui-ing-cu mencegah.
Ketika Tong Ko berhenti dan tanyakan maksud orang,
berkatalah Kui-ing-cu: "Tadi kau sudah sanggup untuk
menundukkan Siau-beng-siang, kini mengapa kau
pungkir janji?"
Tong Ko tertawa dingin, sahutnya: "Nyonyah Siaubeng-siang yang terhormat, kuatir aku membunuh
suaminya. Mengapa aku membuang tenaga yang tak
diterima baik malah dicurigai?"
"Benar memang aku kuatir kau melukai Tio suko. A pa
sudah lupa bagaimana kau membawa kaki tangan Ceng
untuk membakar rumah dan membunuh puteraku?" Yanchiu menjawab dengan sengit.
Kui-ing-cu memberi isyarat mata kepada Yan-chiu, lalu
berseru: "Saudara Tong, kupercaya kau tentu takkan
mencelakai Siau-bengsiang, lekas majulah!"
Tong Ko menghela napas panjang. "Ada orang yang
mengetahui hatiku, matipun aku tak penasaran. Kui
Locianpwe, Tong Ko akan melakukan titahmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekali melesat, dia sudah loncat setombak jauhnya.
"Orang2 yang mengepung Siau-beng-siang,
menyingkirlah!"
Oleh karena kini lwekang Tong Ko sudah tinggi, maka
orang2 yang mengepung Tio Jiang sama terkesiap.
Apalagi memang mereka sudah gentar, jadi tak usah
diulangi, mereka sudah sama menyingkir.
Kini berhadapan kedua jago itu. Tio Jiang tegak
berdiri, pedangnya masih bergemetaran. Bagi seorang
akhli tahulah sudah apa artinya itu. Begitu to-hay-kiamhoat dilancarkan, maka gerak-getarnya sukar dihentikan
lagi, laksana ombak samudera mengalir.
Menghadapi seorang jago tua macam Siau-beng-siang,
tak urung bercekat juga hati Tong Ko. Sikapnya yang
congkak tadi, hilang lenyap. Dengan pelahan dia maju
dua tindak. Semua orang sama2 menahan napas.
Pertempuran antara pi-lik-to lawan yap-kunkiam, tentu
bakal merupakan pertempuran yang maha dahsyat.
Diantara orang2 yang menguatirkan keselamatan Tio
Jiang, adalah Yan-ciu yang paling hebat.
Ia tetap tak melupakan kematian puteranya.
la tetap menganggap Tong Ko itu seorang musuh. Ah,
kalau saja suaminya itu sampai binasa.
Yan-chiu ter-longong2 seperti patung tak berjiwa.
Tangannya geirretar, keringatnya ber-ketes2 keluar.
Melihat itu, buru2 Tio In menghampiri dan
menghiburinya bahwa Tong Ko tak nanti mencelakai
ayahnya, Yan-chiu dapat dibikin tenang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat itu, Tio Jiang dan Tong Ko setindak demi
setindak saling menghampiri.
Sepasang mata Tio Jiang merah darah, sikapnya buas.
Begitu jarak masing2 hanya terpisah satu setengah
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meteran, tangan Tio Jiang melayang. Bagaikan bianglala,
boan-thian-kok-hay menusuk tenggorokan Tong Ko.
Tong Ko tak berani lengah. Cepat diapun putar pi-likto, wut, wut, anginnya menderu2 seperti angin puyuh
Orang2 yang berkumpul disekitar gelanggang situ,
adalah orang2 persilatan yang sudah belasan tahun
makan asam garam golak, dunia persilatan.
Apalagi tokoh macam Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho
Ih Liok, sudah ber-puluh2 tahun menyaksikan pertempuran dahsyat.
Pertempuran memakai senjata, sebenarnya sudah
jamak. Tapi tiada seorangpun yang pernah merasakan
suasana yang begitu tegang meruncing macam
pertempuran Tia Jiang lawan Tong Ko saat itu.
Tringngng......, pi-lik-to dan yap-kun-kiam saling
berbentur. Dering kumandangnya jauh mengaum sampai kelembah-lembah, hingga telinga orang2 serasa pecah
dibuatnya. Tong Ko sendiripun kaget.
Kuatir kalau pi-lik-to menderita kerusakan, buru2 dia
loncat kesamping utk memeriksanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kian-thian-it-gwan-pi-lik-to
tetap ber-kilau2 memancarkan cahaya rembulan bening, sedikitpun tiada
gempil. Tong Ko lega, dia maju lagi.
Begitu angkat goloknya keatas, dia terus mengguratkan kebawah.
Kini dia mainkan ilmu golok ajaran Ang Hwat cinjin
yang chas diciptakan untuk memainkan pilik-to. Ilmu
golok itu hanya terdiri dari 3 jurus saja.
Yang dimainkan Tong Ko yalah jurus pertama yang
disebut lui-tong-in-in (halilintar berkumandang gemuruh).
Waktu menggurat turun, pi-likto mengeluar aum.....
kumandang suara angin dan guruh. Jalannya golok
bergoyang kian kemari, penuh dengan perobahan yang
sukar diduga. Karena bentuk golok itu bengkok
melengkung, maka Ang Hwat cinjin sepesial menciptakan
ilmu permainan yang, terdiri dari 3 jurus. Hasil karya
seorang tokoh kawak macam Ang Hwat, sudah tentu luar
dari biasanya, Tio Jiang silau dan mundur selangkah.
Dia gerakkan jurus Tiok Ik cut-hay.
Turut ceritanya, Tio Ik atau Tio Hui dalam jaman Sam
Kok, sewaktu menemukan serenceng uang tembaga, lalu
dimasak dalam kuali.
Ketika air kuali mendidih, air lautpun turut ber-golak2.
Dari cerita inilah, maka jurus itu diberi nama. Ketika
dilancarkan memang perbawanya seperti air laut
bergalak. Ketika pi-lik-to menabas turun, Tong Ko kisarkan kaki
kiri kesamping, tangannya kanan dilambaikan menurun
menjadi setengah lingkaran. Tiba2 dia robah gerakannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam jurus lui-tiankiau-co (kilat dan petir saling
berbentur). Ujung golok dipagutkan kebawah, berbareng
tubuhnya menurun untuk menghindar pedang lawan.
Serang menyerang itu hanya berlangsung dalam dua
jurus, namun indah hebatnya bukan kepalang. Semua
orang sama ter-longong2.
Ketika serangannya menemui tempat kosong, Tio
Jiang belahkan pedangnya kebawah, justeru pada saat
itu Tong Ko menjungkitkan golok keatas, tring......,
kembali dua senjata pusaka itu saling beradu.
Tapi secepat itu, Tong Ko putar tangannya.
Karena bentuk goloknya luar biasa (melengkung),
maka putaran itu berhasil mengait pedang lawan. Sekali
kerahkan tenaga, Tong Ko cepat menariknya kebelakang,
tapi ternyata Siau-beng-siang tegak laksana sebuah
gunung. "Kui locianpwe, lekas bantu kemari!" teriak Tong Ko.
Kui-ing-cupun sudah menginsyafi bahwa sekalipun
pemuda itu lihay, tapi untuk merampas pedang ditangan
Siau-beng-siang, bukanlah suatu perkara yang mudah.
Diapun memang bermaksud memberi bantuan.
Maka tepat disaat Tong Ko mengucapkan kata2
terakhir, tangan Kui-ing-cu sudah menekan pundaknya.
Sesaat itu Tong Ko rasakan ada hawa hangat mengalir
ketubuhnya. Buru2 dia salurkan hawa murni untuk dipersatukan.
Berkat persatuan itu, sekali sentak dapatlah Tong Ko
menarik lepas pedang Siau-beng-siang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pedang itu ber-kilau2 laksana sebuah bianglala
melayang jauh sekali.
Setelah berhasil, Kui-ingcu dorong Tong Ko kebelakang, lalu julurkan jari menutuk jalan darah
dipundak Tio Jiang, Siau-beng-siang gunakan ilmu kinna-chiu (merampas senjata dengan tangan kosong)
untuk menyambar siku lengan Kui-ing-tiu.
Tapi terniata serangan tokoh aneh itu hanya gertakan
kosong. Secepat lengannya ditarik turun, jarinya menusuk
jalan darah jwan-hiat (pelemas) dilambung orang.
Tio Jiang menjerit keras, lalu rubuh tak berkutik
Sekalian orang sama menarik napas longgar.
Kui-ing-cu cepat merogoh keluar obat penawar.
Tapi baru tangannya menjulur untuk memasukkan
obat kedalam mulut Siau-beng-siang, tiba2 matanya
disilaukan oleh cahaya kilat.
Saking kagetrrya, dia buru2 menyurut mundur, tapi
tak urung segumpal rambutnya terpapas.
Ketika diawasi, ternyata Tong Ko yang melakukan
serangan tadi. Sudah tentu dia tak habis mengerti, tegurnya: "Siaubeng-siang sudah sementara lama terkena racun,
mengapa aku dilarang memberi obat?"
Tong Ko palangkan golok didada, dengan tertawa
geram dia rnenuding kemuka: "Lihatlah!"
Waktu Kui-ing-cu melihat kearah yang ditunjuk Tong
Ko, diapun terkejut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kiranya The Ing sedang dikepung oleh orang banyak.
Yan-chiu dengan gemas hendak menyerangkan
pedangnya. "Kui locianpwe, tolong kau sampaikan pada nyonyah
Tio, sedikit saja dia berani mengganggu The Ing, Siaubeng-siangpun tak bakal dapat minum obat!" kata Tong
Ko dengan tertawa mengancam.
Kui-ing-cu berpaling menatap anak muda itu, katanya
dengan sungguh2: "Engkoh kecil, lagak kegaranganmu
itu, boleh jugalah!"
Tong Ko tertawa, sahutnya: "Aku didesak begitu oleh
orang2, bukan kemauanku sendiri!"
"Engkoh kecil, semoga kau tak mengalami tekanan
orang lagi!" kata Kui-ing-tiu dengan mendalam. Habis itu
dia melesat menghadang Yan-chiu.
"Ada apa lagi?" tegurnya. Singkat kata2nya itu, tapi
nadanya mengunjuk kurang puas.
Yan-chiu yang cerdas sudah tentu dapat memahami,
teguran itu, sahutnya: "Ketika pedang suko terlepas
melayang diudara, baru aku hendak loncat menyanggapi,
ia sudah merebut dengan tali merahnya. Waktu kuminta,
dia tak mau menyerahkan. Apakah
aku yang dipersalahkan?"
Ditempatnya yang agak jauh itu, Tong Ko perdengarkan ketawa sinis, serunya lantang2: "Nonsens,
pada sepasang pedang pi-i-song-hong-kiam itupun tak
terukir huruf yang menyatakan bahwa mereka adalah
milik orang she Tio dan orang she Liau. Nona The,
karena kau yang memperoleh pedang itu, tak perlu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dikembalikan! Siapa yang berani mengganggu kau. Siaubeng-siang sudah kukuasai!'
Selesai mengucap, Tong Ko mendak kebawah, ujung
pi-lik-to ditujukan kedada Siau-beng-siang. Sudah tentu
Yan-chiu kaget tak terkira, tapi Kui-ing-cu mengedipkan
mata kearahnya. Memang dengan kepandaian yang
dimiliki sekarang, belumlah cukup bagi Tong Ko untuk
menindas orang2 gagah yang berkumpul di Giokli-nia
situ. Tapi pertama karena mempunyai golok pusaka, kedua
karena pandainya menggunakan kesempatan, maka
dapatlah Tong Ko menguasai orang2 itu.
The Ing makin girang bukan kepalang, nyata2 anak
muda itu memihak padanya.
Malah saat itu Tong Ko suruh nona itu datang
kedekatnya. Demi keselamatan suaminya, terpaksa Yan-chiu
membiarkan nona itu berlalu.
The Ing makin mangkak. Jalannya dibikin sedemikian
rupa hingga menimbulkan kemarahan orang2, namun
mereka tak berani berbuat apa2. Belum lagi The Ing tiba
ditempat Tong Ko, sesosok tubuh langsing melesat
kesamping Tong Ko dan berseru: "Engkoh Ko, naikkan
sedikit ujung golokmu; jangan terlalu melekat didada
ayah!" Itulah Tio In, Sanubari Tong Ko penuh sesak dengan
pelbagai perasaan.
Tanpa terasa, dia benar juga naikkan goloknya keatas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu Tio In tertawa, kembali dia mengajukan
permintaan: "Engkoh Ko, sepasang pedang pi-i-songhong-kiam adalah pusaka peninggalan sucouku, harap
kau suruh nona The mengembalikan pada ayah!"
Semangat Tong Ko me-layang2, dia tak menyahut
apa2 tapi mengangguk.
Sepasang matanya terlongong memandang Tio In.
Nona itu tundukkan kepala, bisiknya: "Engkoh Ko, kau
tak mencelakai ayahku, dulu aku telah salah faham
padamu!" Karena bisikan itu pelahan, jadi hanya Tong Ko
seorang yang mendengarnya.
Tanpa disadari meluncurlah dua patah kata dari mulut
Tong Ko: "In-moay!"
Mendengar itu, Tio In berputar kebelakang terus lari.
Tong Ko seperti lapang kesesakan dadanya.
Dia tahu bahwa sekarang gadis pujaannya itu sudah
mengetahui peribadinya yang bersih. Tapi oleh karena
saat itu dalam suasana ketegangan jadi tak dapatlah dia
menyusul kekasihnya itu. Dengan hati gundah kelana, dia
antar kepergian nona itu dengan sepasang sorot
matanya yang mengandung beribu arti!
The Ing melihat jelas apa yang terjadi diantara Tong
Ko dan Tio In tadi.
Walaupun hanya tukar pembicaraan sebentar, tapi
nyata kalau Tong Ko masih berkobar asmaranya kepada
puteri Siau-beng-siang itu, The Ing tahu bahwa tadi
tentulah Tio In membujuk Tong Ko agar pemuda itu
menyuruhnya (The Ing) mengembalikan pedang yanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kun-kiam itu kepada Tio Jiang. Hatinya serasa rawan
pilu, dan pedang yap-kun-kiam itu segera dibanting
menancap kedalam tanah. Tong Ko berpaling dan beradu
mata dengan puteri The Go itu. Mengacai pancaran sinar
mata Tong Ko, lemas lunglailah sendi perasaan The Ing,
bagaikan sebuah layang2 putus tali
Kiranya pada sorot mata Tong Ko itu memancarkan
sinar minta maaf.
Benar permintaan maaf itu dikarenakan Tong Ko
terpaksa memintanya mengembalikan pedang itu, tapi
hal itu tak layak dilakukan terhadap seorang kekasih.
Jadi nyatalah bahwa perasaan Tong Ko yang
dikandung terhadap Tio In berlainan dengan yang
ditujukan kepadanya.
Teringat ia akan pesan ayahnya (The Go), supaya dia
jangan rapat perhubungan dengan Tong Ko. Mungkin
ayahnya yang mempunyai pandangan tajam itu sudah
dapat mengetahui bahwa Tong Ko itu seorang pemuda
yang setia-cinta.
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mungkinlah ayahnya itu kuatir jangan2 ia (The Ing)
hanya akan menubruk bayangan kosong saja
Lewat bebrapa saat kemudian, harulah Tong Ko ajak
The Ing meninggalkan tempat itu. The Ingpun
mengiakan, terus mendahului berjalan.
Tong Ko melihat sejenak kearah orang2 itu.
Tampak disana Tio In menelungkupi bahu mamahnya,
rupanya sedang ter-isak2 menangis. Kui-ing-cu tengah
mencekoki mulut Tio Jiang, dengan obat penawar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekalian orang sama mengawasi kearah Siaubengsiang. Ah......., betapa inginnya Tong Ko menggabung diri
dalam rombongan orang2 gagah patriot itu, berjoang
melawan penjajah Ceng.
Tapi dalam prakteknya, tak mungkin dia diterima
dalam kalangan mereka.
Berpikir begitu, buru,buru Tong Ko menyusul The Ing.
Tapi baru berjalan 3-4 tombak jauhnya, tiba2 dia
teringat sesuatu, lalu berpaling dan berseru. "Kui
locianpwe, peristiwa Siau-beng-siang keracunan itu,
sebenarnya tak aneh, memang cumi2 dalam rumah sukar
dijaga!" Memang orang2 gagah itu tak mengerti mengapa
Siau-beng-siang sampai terminum racun jahat itu. Waktu
mendengar peringatan Tong Ko, tadi, mereka terkejut
sekali. Benarkah ada pengkhianat dikalangan dalam"
Sebenarnya tepat sekali saatnya, Tong Ko memberi
peringatan itu.
Tapi lagi2 Yan-chiiu, wanita yang sudah tercengkeram
oleh prasangka jelek itu, menyahut dengan sengit: "Tong
Ko, apa kau masih tak mau lekas2 enyah, masih mau
mengadu domba lagi?"
Tajam, sekali pengaruh kata2 Yan-chiu itu. Kecurigaan
sekalian orang, lenyap seketika.
Tong Ko tertawa keras lalu melangkah pergi.
---oo(dwkz)0(kupay)oo--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 29 : MELUNASI HUTANG
Kira2 dua jam berjalan dia dan The Ing sudah keluar
dari Lo-hu-san.
Kala itu rembulan purnama.
Lapisan mega tipis sayup2 bertebaran melalui dewi
malam itu. Untuk melonggarkan kemengkelannya, Tong Ko
mainkan goloknya dalam ilmugolok ajaran Ang Hwat
cinjin. Lui-tong-in-in, lui-tian-kiau-co, hong-luiki-seng, 3
jurus lengkap dia mainkan sampai selesai.
Sewaktu mengakhiri permainannya, Tong Ko papaskan
goloknya kesebuah batu besar. Tring......., terbelah batu
besar itu menjadi dua.
Tong Ko maju mendekati dan menghantam lagi.
Dua belah batu itu, terhantam menjadi empat belah.
Setelah puas, barulah Tong Ko lintangkan goloknya
dimuka dada. Dengan tertawa dia berpaling, tanyanya: "Nona The,
kemana kita hendak pergi ini?"
The Ing tahu bahwa hati anak muda itu sedang
gundah resah, maka iapun menyahut: "Terserah
padamu, hanya saja aku ingin sekali berjumpa dengan
ayah dan mamahku!"
"Aku bagaikan seekor burung, empat penjuru lautan
ini adalah rumahku. Baik, mari kita menuju ke Sip-bantay-san!" Menjelang malam, mereka baru mencari rumah
penginapan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keesokan harinya mereka lanjutkan perjalanan lagi.
Selama dalam perjalanan itu, mereka menuturkan
pengalaman masing2 sejak berpisah.
Setelah jelas mengetahui bahwa anak muda itu masih
tetap menyintai Tio In, maka sengaja The Ing perlambat
perjalanannya. Pertama karena ia berduka, kedua supaya dapat lebih
lama berkumpul dengan Tong Ko.
Perjalanan ke Sip-ban-tay-san itu hampir memakan
waktu satu bulan.
Begitu mendorong pintu rumah The Go, segera Tong
Ko berseru: "Ang Hwat cianpwe, aku sudah kembali!"
Tiada penyahutan.
The Ing menyatakan herannya mengapa kedua ayah
bundanyapun belum pulang, Tong Ko menghiburnya
barangkali ayah bunda The Ing itu masih ada lain
urusan. "Engkoh Ko mengasohlah dahulu, biarlah kutangkapkan dua ekor ayam hutan untuk santapan!"
kata The Ing terus menuju keluar.
Belum sempat Tong Ko mengiakan, atau The Ing
kedengaran menjerit kaget.
Cepat Tong Ko loncat memburu. Diatas dahan
sehatang pohon lengkeng tua yang separoh bagian
sudah kering, tampak ada sesosok tubuh bergelantungan
dengan kaki diatas. Puhun itu ada 6-7 tombak tingginya
dan tubuhnya ber-goyang2 tertiup angin, jadi tak
kelihatan jelas air mukanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aneh, pohon lengkeng itu sudah lama layu kering.
Ketika masih kecil aku pernah memanjat dan putuslah
dahan yang kuinjaknya. Ilmu gin-kang siapa yang dapat
naik sedemikian tingginya?" kata The Ing.
Setelah mendongak mengawasi sejenak, baru Tong Ko
berkata: "Nona The, ilmu ginkang orang itu memang
sempurna, orang yang tergantung dipuhun itu sudah
mati. Setelah mati, baru orang itu digantung!"
Jadi dapat dibayangkan bagaimana lihay ginkang
orang itu. "Ang Hwat cinjin?" seru The Ing dengan kagetnya.
Tong Ko menggeleng: "Ang Hwat cinjin tak nanti
berbuat begitu, mari kita naik memeriksa keatas!"
Tong Ko enjot tubuhnya naik kesebatang dahan, tapi
baru sang kaki menginjak, dahan itu segera patah. Tong
Ko cepat mencapai dahan lainnya sebelah atas, tapi
dahan itupun patah dan jatuhlah Tong Ko bersama
dahan itu. "Engkoh Ko, separoh bagian dari pohon itu entah
sudah berapa tahun kering kerontang, memang sukar
dipanjat!"
"Aneh, mengapa dahan yang dibuat menggantung
orang itu tak putus" Kita harus memeriksa keatas!"
"Untuk memanjat keatas, mudah saja. Kita harus
melalui bagian batang yang tidak kering!"
Tong Ko lakukan usul itu dan tak lama kemudian
dapatlah dia tiba dipuncaknya, tapi masih terpisah 2
meteran dari tubuh mayat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun dari situ dapat dilihatnya jelas keadaan korban
itu. Umurnya kira2 50-an tahun, memelihara janggut
pendek yang menjikrak.
Sikapnya menandakan seorang persilatan.
Kiranya dahan yang dibuat menggantung orang itu,
bukan dahan puhun tapi sebatang tiang besi yang
ujungnya dimasukkan kedalam batang puhun. Sepintas
pandang, tampaknya memang seperti dahan kering.
Tong Ko loncat keatas dan menurun mayat itu. Tubuh
korban itu tak terdapat luka apa2 melainkan punggungnya terdapat sebuah telapak tangan. Inilah
yang menyebabkan kematian orang itu. Tong Ko belum
pernah mendengar tentang akhli silat yang begitu hebat
pukulannya. "Nona The, mungkin si pembunuh belum jauh dari
sini, ditilik dari kepandaiannya rasanya kita masih
dibawahnya. Lebih baik kita ber-hati2, siapkan senjatamulah!" kata Tong Ko.
The Ing mengatakan bahwa tali cengsi-nya sudah siap
segala waktu. Tapi mencari kesekeliling situ sampai
sekian lama, mereka tak bertemu dengan jejak apa2.
Terpaksa mereka kembali kedalam pondok lagi. Baru The
Ing hendak membuka mulut atau Tong Ko cepat
memberi isyarat tangan supaya diam, karena, didengarnya dikamar sebelah ada suara orang tidur
mendengkur. Cepat dia mendorong pintu dan dapatkan
diatas balai2 bambu tidur seorang gemuk dengan
pulasnya. Tong Ko belum pernah melihat orang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ai, rasanya aku pernah kenal dianya!" kata The Ing.
Dan karena suara The Ing itu maka menggeliatlah orang
itu bangun. Dia memandang kearah kedua anak muda
itu. Tampak jelas bagaimana sorot matanya bersinar
ungu. Teringat akan telapak tangan ungu yang terdapat
pada punggung mayat dipuhun itu, Tong Ko dan The Ing
terkesiap. "Hai, kau siapa, mengapa seenaknya sendiri tidur
diranjang ayah ku?" tegur The Ing.
Orang itu tertawa sahutnya: "Aku selalu bebas berbuat
sesukaku, sedang Tay Siang siansu saja tak dapat
mengganggu usik diriku, masakan seorang budak
perempuan berani usilan?"
Waktu orang itu mengungkit nama Tay Siang siansu,
sesaat teringatlah The Ing sewaktu ia bersama Bek Lian
melarikan diri dari kejaran Liat Hwat cousu digunung Lohu-san tempo hari. Ia menjumpai Tay Siang siansu
sedang duduk berhadapan dengan seorang gemuk.
Benar Tay Siang itu waktu tak memberi tahu, tapi pernah
ayahnya (The Go) mengatakan sesuatu tentang orang
itu. Maka siraplah amarahnya dan berseru "Kau..."
Tapi belum ia lanjutkan kata2nya, Tong Ko sudah
menyelutuk: "Yang tergantung diatas puhun itu, apakah
tuan yang melakukankan?"
Orang itu menguap dulu, baru acuh tak acuh
menjawab: "Benar, orang itu bergelar Tiat-pi-tong-kak
Cin Gun!" Tong Ko terbeliak. Tiat-pi-tong-kak (lengan besi kaki
tembaga) Cin Gun, seorang tokoh kenamaan di daerah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwisay yang sangat dihormati orang karena kemuliaan
budinya. "Mengapa kau mencelakainya?" tegur Tong Ko.
Kembali orang itu menguap seperti oraang masih
ngantuk, ujarnya: "Untuk membunuh orang, masa harus
mencari alasan" Tempo hari aku kena diakali si keledai
gundul Tay Siang, diajak adu bersemedhi. Sudah tentu
karena dia seorang paderi, aku tak dapat menang.
Syukur kala itu datang seseorang membantunya untuk
memukul aku, sehingga aku dapat keluar dari
perangkapnya untuk meng-gantung2i orang, ha.....,
ha....., senang senang sekalii......!'
Bagi orang itu menggantungi orang sudah menjadi
hobbynya. Habis berkata kembali dia tampak menggeliat,
justeru telapak tangannya menghadap kemuka. Tong Ko
melihat jelas bagaimana telapak tangan orang aneh itu
berwarna ke-ungu2an. Orang aneh, kepandaian aneh
dan tingkah laku yang aneh pula.
"Cin Gun dihormati oleh kaum persilatan, apakah kau
tak kuatir ada orang menuntut perhitungan padamu?"
tanya Tong Ko pula.
Habis menggeliat, orang itu tundukkan kepala dan
matanya seperti tertumbuk pada pi-lik-to. Serentak
mulutnya memuji: "Golok bagus"!
Seenaknya sendiri, dia ulurkan tangan, ujarnya:
"Berikan padaku!"
Tong Ko tahu bahwa dia sedang berhadapan dengan
seorang tokoh sakti yang menyangsikan kelakuannya.
"Cunke, jangan ber-olok2!" serunya sembari mundur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa yang ber-olok2 denganmu. Kalau tak mau
memberikan kaupun tentu akan kugantung dipuhun tua
itu supaya dapat menikmati pemandangan alam Sip-bantay-san sini!" bentaknya dengan marah.
Tong Ko yang selama itu tak lepaskan matanya
kepada orang aneh itu, memperhatikan bahwa setiap kali
tangan si gemuk itu diangkat naik. tentu warnanya makin
tua. Selama digembleng dan diwejang ilmu silat oleh Ang
Hwat cin-jin, baik kepandaian maupun pengetahuan
Tong Ko mengenai ilmu itu, bertambah maju dan luas.
Dia yakin tangan ungu dari si gemuk itu tentu termasuk
jenis lwekang yang sakti, kemungkinan besar sangat
jahat. Setelah menolak permintaan orang, dia mundur
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sembari isyarat anggukan kepala kepada The Ing.
Maksudnya suruh nona itu juga ikut mundur, tapi
ternyata malah runyam. Sememangnya The Ing sudah
benci melihat kecongkakan orang itu.
Maka demi tampak Tong Po mengangguk, ia mengira
kalau pemuda itu suruh dia turun tangan. Tanpa berayal
lagi, dia segera lambaikan tali cheng-sidalam gerak cenghay-sen-boh. Ratusan lingkaran kecil warna merah
segera bergelombang menabur kearah muka si gemuk.
"Nona The......" Tong Ko menjerit kaget, tapi belum
sempat dia lanjutkan kata2nya, orang gemuk itu dengan
malas2an menyambar tali itu. Seketika permainan tali
cheng-si dalam jurus ceng-hay-sen-boh yang dahsyat itu,
tak dapat digerakkan alias macet. Sekali orang itu
menarik tangannya keperut, The Ing seperti ditarik
kemuka, jatuh tertelungkup kearah ruangan dalam.
Tong Ko bertindak sebat. Cepat dia hantamkan pi-likto, begitu tali cheng-si putus, dia segera tarik tangan The
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ing untuk diajak loncat keluar. Untung dia berlaku sebat,
karena sesaat itu terasa ada hawa amis menyambar, bau
yang memaksa orang muntah2.
Tapi karena sudah berada diluar, mereka tak sampai
begitu. Jelas bahwa hawa amis itu, keluar dari telapak tangan
si gemuk yang ungu itu, suatu tok-ciang (ilmu pukulan
beracun) yang jarang terdapat.
Pada saat Tong Ko hendak mencari siasat menghadapi
si gemuk jahat itu, tiba2 ada orang berseru diluar pintu:
"Nona The apa dirumah" Leng-cun (ayahmu) suruh aku
mengantarkan surat kemari!"
Tong Ko seperti kenal dengan suara orang itu. Dia
terkejut mengapa orang itu hendak mencari The Ing.
Juga The Ing tak terkecuali herannya. "Nada suara orang
itu tak asing rasanya, mengapa ayah menyuruhnya
kemari" Mari kita keluar menjenguknya!" katanya.
"Habis bagaimana dengan orang gemuk didalam
kamar itu?" tanya Tong Ko.
The Ing mengintip kedalam dan tampak orang aneh
itu menggeliat lalu terlentang tidur menggeros lagi. The
Ing segera ajak Tong Ko keluar menerima surat itu lebih
dahulu. Seorang yang mengenakan pakaian opsir Ceng dan
seorang tinggi besar, tengah menggendong tangan
berdiri membelakangi pintu. Rupanya mereka tengah
menikmati aIam pegunungan disitu.
"Siapa yang hendak menerimakan surat padaku?"
tegur The Ing. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua orang itu serentak sama berputar diri. Tapi
demi melihat Tong Ko, siorang tinggi besar itu segera
berseru keras: "Bagus, kau juga disini!"
"Ai, kiranya kau!" The Ing pun tak kurang kagetnya
demi mengetahui bahwa orang itu bukan lain sipemuda
berumur 20-an tahun yang sudah menduduki jabatan
sebagai tay-lwe ko-chiu (jagoan istana), si Cek-cing-long
Shin Hiat-ji. Anak itupun terperanjat melihat The Ing.
"Oh, kiranya nona itu adalah puterinya The sute, maaf
karena belum mengenal tempo hari sudah kesalahan
tangan. The sute mengirim sepucuk surat, harap nona
terima!" secepat Hiat-ji dapat menguasai getar wajahnya,
dia lantas memulai buka pembicaraan.
The Ing terkesiap, serunya: "Ngaco, apa katamu"
Ayahku suruh kau kemari menyerahkan surat?"
"Benar," Hiat-ji tertawa, The Go yang dahulu dikenal
orang sebagai Cian-bin-long-kun, kini sudah menjadi
murid suhuku Liat Hwat cousu, ketua sebuah partai di
Tibet. Dengan begitu, walaupun aku lebih muda, tapi
karena aku yang menjadi murid terdahulu, jadi. dia
menyebut aku suheng!"
The Ing tak percaya pendengarannya. "Jangan
mengoceh tak keruan. Ayahku mana sudi campur gaul
dengan kamu kawanan bebodoran ini?"
Hiat-ji tak marah, katanya: "Harap nona jangan
marah2, bacalah suratnya dan kau tentu akan percaya!"
Dari saku bajunya, Hiat-ji mengambil sepucuk surat
terus diserahkan pada sinona. The Ing bersangsi, ia
berpaling menghadap kearah Tong Ko dan tak mau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyambuti surat itu Tong Ko berapi2 matanya
memandang. pada Hiat-ji.
Sebentar lagi dia hendak menyelesaikan rekeninghinaan yang diutangnya dari anak itu. Tapi demi
dilihatnya surat itu bercoretkan tulisan yang indah
garang, dia tak ragu lagi.
"Nona The, surat itu benar tulisan ayahmu!" serunya.
Ketika The Ing berpaling, memang benar apa yang
dikatakan Tong Ko itu.
Dengan perasaan sangsi, surat itu disambutinya dan
astaga, kiranya memang benar tulisan ayahnya.
Surat itu berbunyi demikian:
Kepada anakda Ing :
Harap anakda ketahui, bahwa putusan ayah untuk
kembali menakluk, sungguh bukan pura2. Lekas datang
jangan ayal menemui aku.
Ayahmu The Go. Uruf2-nya yang indah garang itu, memang buah
tangan The Go. The Ing terkesiap sejenak. Diulanginya
membaca sekali lagi. Wajahnya berobah merah putih,
penuh dengan seribu kesangsian. Tong Ko menghampiri
turut membaca. "Gila, mengapa terjadi begini" Ah, tak mungkin!"
serunya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji tertawa dingin, memberi komentar singkat:
"Saudara Tong, surat itu menjadi bukti yang berbicara!"
Melihat cecongor anak itu, amarah Tong Ko meluapluap. Walaupun perkenalannya dengan Cian-bin-long-kun
tak berapa lama, tapi dalam waktu yang sesingkat itu dia
sudah mengetahui jelas bagaimana peribadi ayah The
Ing itu. Tong Ko tak percaya barang serambutpun, bahwa The
Go sudi bertindak menjadi pengkhianat lagi. Tapi seperti
yang dikatakan Hiat-ji, surat itu merupakan bukti hitam
diatas putih yang tak dapat dibantah lagi.
Ketika dia mengamat2i sampulnya, ternyata pada
tutup sampul itu tertera sebuah huruf "Sam" (tiga).
Memang pada jeman dulu, orang suka memberi sesuatu
tanda tulisan diatas surat, agar pengantar surat itu atau
lain orang tak sembarangan berani membuka mencuri
baca isinya. Tapi mengapa The Go juga membubuhi
tanda itu, pada hal yang disuruh mengantarkan adalah
Hiat-ji" Dengan kecurigaan itu dia menanyakan The Ing:
"Nona The, lengcun menulis huruf "sam" pada tutup
sampul, apakah artinya itu?"
The Ing teringat sesuatu bisiknya dengan pelahan:
"Benar, ayah sering bilang padaku, dalam keadaan
genting, orang bisa menuliskan maksudnya secara
rahasia dalam sebuah surat. Dengan adanya tanda huruf
"sam" itu, ayah tentu menyuruh aku membaca setiap
huruf yang ketiga. Disitulah terdapat maksud yang
sebenarnya dari ayah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko mulai membaca lagi menurut peraturan itu.
Huruf ketiga dari setiap perkataan, dia ambil keluar.
Huruf ketiga dari baris pertama yalah "Ing". Huruf ketiga
pada baris kedua dan selanjutnya adalah "ketahuilah",
lalu "ayah" lalu "menakluk", lal? "pura2", lalu "jangan"
dan terakhir "kemari". Apabila kedelapan huruf itu
dirangkai maka terdapatlah pesan begini: "Ing ketahuilah. A yah menakluk pura2 jangan kemari!"
Setelah yakin akan maksud sebenarnya dari surat itu,
segera Tong Ko memberi isyarat mata kepada The Ing,
bisiknya: "Kau beresi si opsir, aku si Hiat-ji, biar mereka
tak dapat pulang se-lama2nya!"
The Ing mengerti. Dengan tertawa-tawa, ia menghampiri Hiat-ji, ujarnya dengan ramah: "Ya,
memang surat dari ayahku, terima kasih!"
Sudah tentu Hiat-ji tak mengetahui mengapa sikap
The Ing kini mendadak berobah seratus derajat. The Ing
berpaling kepada si opsir dan tanyanya: "Tuan opsir yang
entah siapa namanya, aku membilang banyak terima
kasih juga padamu!"
Selagi siopsir masih main aksi ke-sombong2an, The
Ing sudah gerakkan tali merahnya dalam jurus ceng-hayseng-boh. Tahu2 leher siopsir itu serasa terlibat dengan
tali tajam. Sekali tangan The Ing menyentak, tanpa
berkuik lagi opsir itu rubuh tak bernyawa!
Sementara itu, Tong Kopun maju menghampiri Hiat-ji
dan berkata dengan dingin: "Shin tayjin, urusan diantara
kita berdua, sebaiknya juga diselesaikan sekarang!"
Hiat-ji tersenyum ewah, ujarnya: "Sebenarnya setelah
The Go menakluk kepada kerajaan Ceng, kau dan nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The seharusnyapun mengikuti tindakannya itu. Tapi
kalau kau berkeras hendak menyelesaikan hutang itu,
akupun terpaksa melayani juga!"
Tong Ko lintangkan goloknya pe-lahan2 kedada,
setelah melepas tertawa, berserulah dia dengan girang:
"Shin tayjin, kau sungguh menolong mukaku!"
Kata2nya itu ditutup dengan sabetan pi-lik-to.
Tadi sebenarnya Hiat-ji pun sudah mengetahui bahwa
golok ditangan anak muda itu sebuah senjata pusaka.
Tapi dikarenakan kesombongannya, dia sudah tak mau
memandang mata. Dia tetap mengira, lawannya itu
adalah pemuda Tong Ko dahulu.
Mundur selangkah, dia gunakan tangan kosong gongchiu-kin-na-tihiu untuk merebut senjata lawan. Karena
bencinya terhadap pemuda pengchianat itu, sekali
gebrak Tong Ko sudah keluarkan jurus hong-lui-ki-seng,
jurus yang paling lihay dari ilmugolok 3 jurus itu Golok itu
menyemburkan badai dan kilat yang men-deru2. Demi
melihat Hiat-ji dengan sombongnya menggunakan
tangan kosong, dengan tertawa gelak2 Tong Ko berputar2 memainkan golok pusakanya. Belum reda suara
ketawanya itu atau Hiat-ji sudah menjerit ngeri. Tong
Kopun lantas menarik pulang goloknya dan mengawasi
keadaan lawan. Hiat-ji ter-huyung2 jatuh kira2 8 tindak jauhnya,
mukanya pucat seperti kertas dan yang mengerikan
lengan kanannya sudah hilang
"Shin tayjin, dengan membayar sebuah lengan ini,
rasanya hutangmu itu masih belum lunas!" Tong Ko
tertawa dingin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena sakitnya, sebenarnya dengan wajah pucat
mayat Hiat-ji sudah menunggu ajalnya. Tapi tiba2
matanya tertumbuk akan sesuatu bayangan dan
berserulah dia keras2: "Toa-supeh, kiranya kau berada
disini. Kedatangan suhu kali ini keselatan, sebagian besar
adalah untuk mencarimu!"
Tong Ko berpaling kebelakang. Si gemuk tadi kiranya
sudah berdiri diambang pintu sambil molat molet
(bergeliat). "Kau ini anak murid siapa, mengapa mengomong tak
keruan!" tegurnya.
Sewaktu kedua orang itu berbicara, Tong Ko merasa
bakal terjadi sesuatu hal. Cepat dia hampiri The Ing
untuk bahu membahu menunggu setiap kemungkinan.
Tampak Hiat-ji paksakan diri untuk menyahut:
"Toa............... supeh, aku adalah.......muridnya Liat
Hwat cousu............... apa kau sudah membalaskan sakit
hati kedua suheng?"
"Hem, baru saja aku tiba di Lo-hu-san dalam
perjalanan ke Kwitang, aku sudah ditantang adu semedhi
oleh seorang paderi bangsat, dan itu telah menghabiskan
waktuku sampai 10 tahun!" kata orang itu.
Memang si gemuk itu bukan lain adalah toa suheng
dari Liat Hwat cousu.
Sepuluh tahun yang lalu dia berangkat dari Tibet
untuk menuntutkan balas bagi kedua muridnya suami
isteri Hwat Siau dan Swat Moay, yang telah dibikin
lumpuh punah kepandaiannya oleh Tay Siang siarisu.
Tapi begitu pergi, dia tak ada kabar beritanya lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya Hiat-ji sudah tak kuat, hanya karena
melihat munculnya sang toa-supeh yang tak di-duga2
itulah maka dia kuatkan, diri untuk memanggil.
Tapi habis itu, diapun segera rubuh terkulai tak
bernyawa lagi. Melihat sutitnya (murid keponakan) binasa, orang itu
mengicupkan mata kearah Tong Ko. Tong Ko tahu apa
artinya itu dan pe-lahan2 dia kisiki The Ing mundur
kebelakang. "Shin-sutit tak dapat ditolong Iagi, diantara kalian
berdua, siapa yang mengganti jiwa?" tanya si gemuk.
Tong Ko tertawa, dingin, sahutnya: "Dia mati itu
sudah selayaknya, siapa yang mau mengganti jiwa-nya?"
Orang itu perdengarkan geraman aneh tubuhnya
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergetar, tangannya pelahan2 diangkat. Sesaat lagi, dia
tentu bakal melancarkan pukulan amis. Menyerang dulu,
adalah siasat yang paling baik. Demikian pikir Tong Ko
dan dia segera serukan The Ing supaya menyingkir, lalu
putar pi-lik-to menyerang orang gemuk itu.
Tepat pada saat itu pukulan lawanpun sudah
melancar, serangkum bau amis memuakkan perut orang.
Buru2 Tong Ko tutup napas, tapi tetap tak tahan.
Tanpa menghindar, cukup dengan gerakkan telapak
tangannya yang hitam, orang itu telah dapat menahan
arus serangan Tong Ko.
Tong Ko terperanjat, terpaksa dia mundurkan langkah.
Orang itu kedengaran menguap beberapa kali,
selangkah demi selangkah maju menghampiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Walaupun mempunyai golok pusaka yang dahsyat,
namun Tong Ko tak berani maju menyongsong.
Cepat dia tarik The Ing untuk diajak lari.
Se-konyong2 dari arah samping terdengar suara
seorang tua berseru: "Akumuba! Inilah pemimpin besar
dari Tibet yang digelari orang sebagai Sui-giam-lo sohhun-ciang Kwan Tay-kin!"
Tong Ko berpaling dan dapatkan kakek gurunya, Ang
Hwat cinjin berdiri disebelahnya. Dadanya serasa longgar
sekali. Orang itu berhenti demi tampak ada seorang cinjin muncul disitu
"Bagus, diantara barisan ko-chiu daerah Kwiciu, aku
sudah berjumpa derigan Tay Siang si kepala gundul, kini
gilirannia dengan seorang imam gembel. Apa kau juga
mau ajak bertanding semedhi?"
"Kwan Tay-kin, kali ini entah berapa banyak sudah
orang2 persilatan yang kau celakai" Kaum persilatan
Kwiciu, tiada sudi menerima seorang bebodoran macam
kau!" sahut Ang Hwat.
Orang she Kwan itu jebikan: bibirnya, menyeringai :
"Bagus, mari kita segera mulai saja!"
Ketika dia hentikan langkah tadi, tangannya masih
diacungkan keatas.
Habis mengucap dia lantas enjot tubuhnya loncat
setombak jauhnya.
Gerakannya aneh, pesatnya bukan alang kepalang.
Karena loncatan itu, kembali ada serangkum angin
amis menyampok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saking tak kuatnya, Tong Ko dan The Ing menyurut
mundur. Ang Hwat cinjin pun cepat kibaskan lengan baju,
melayangkan sebuah pukulan.
Kedua gembong itu, jaraknya terpisah 3-4 meter,
namun ketika kedua pukulan itu saling berbentur,
terbitlah suatu angin puyuh besar sehingga puhun2
disekliling situ sama rontok daunnya, dahan2nya patah.
Bau amis itupun bertebaran ke-mana2. Kedua tokoh itu
sama2 mundur bebrapa langkah.
"Kalian berdua harus menyingkir pergi, makin jauh
makin baik!" seru Ang Hwat kepada Tong Ko dan The
Ing. Tong Ko tahu bahwa cin-jin itu telah mencapai
kesaktian yang tinggi.
Kwan Tay-kin lihay, tapi rasanya takkan dapat berbuat
banyak kepadanya.
"Cin-jin, ayah The Ing berada di Kwiciu, entah
mengapa dia melakukan siasat pura2 menakluk pada
pemerintah Ceng, kami berdua hendak menyusul
kesana!" seru Tong Ko.
"Pergilah!" sahut Ang Hwat tanpa menoleh.
Ketika kedua anak muda itu berjalan jauh tiba2 dari
arah belakang sana terdengar suara menggelugur yang
dahsyat. Kiranya itulah puhun tua lengkeng yang roboh.
Mereka duga tentulah kedua gembong itu sedang
bertempur didekat puhun situ, hingga puhun itu sempal
separoh bagian. Pertempuran antara dua gembong
persilatan, merupakan hal yang jarang terjadi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beruntunglah mereka yang mempunyai kesempatan
untuk menyaksikan, karena dalam pertempuran itu tentu
akan dipertunjukkan ilmu sakti dan lain2 kepandaian
istimewa yang jarang keluar.
Ini sangat berfaedah untuk menambah pengalaman.
Tong Ko dan The Ing saling berpandangan, dan The
Ingpun tahu apa yang dimaksudkan anak muda itu.
Berkata Tong Ko dengan penuh kesungkanan :"Nona
The, ayahmu di Kwiciu..........."
"Tak menjadi soal. Setelah dia mengabdi pada
pemerintah Ceng, tentu keselamatan-nya terjamin.
Sebaliknya kalau kita lewatkan pertempuran besar ini,
kita tentu akan menyesal seumur hidup!" The Ing buru2.
memotong. Tong Ko mengiakan dan begitulah keduanya lalu
diiam2 menyelinap kembali, bersembunyi dibalik sebuah
batu besar. Dilihatnya Ang Hwat cinjin seperti orang gila
keadaannya. Rambutnya yang berwarna merah itu riyap2
rebah berdiri, sikapnya menyeramkan sekali.
Sedang difihak lawan, Kwan Tay-kin matanya melotot,
tak mengantuk seperti tadi.
Nyata2 kedua gembong itu sedang mengerahkan
seluruh kepandaiannya untuk menghadapi lawannya
yang berat. Cek-hun-ciang atau pukulan awan ungu yang
diyakinkan oleh Kwan Taykin, merupakan suatu ilmu
ganas yang paling lihay sendiri diantara 7 macam ilmu
ganas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan karena peyakinannya itu sudah mencapai tingkat
kesempurnaan, angin pukulannyapun bisa mengeluarkan
hawa racun. Andaikata yang diyakinkan itu bukan jenis
Iwekang tok-ciang (pukulan racun), artinya meyakinkan
ilmu Iwekang bisa, tingkatan yang dicapai oleh Kwan
Tay-kin itu, akan dapat dibuat menangkis senjata lawan
yang jaraknya beberapa meter jauhnya!
Adanya dia sampai meyakinkan pukulan ganas itu
karena marah atas nasib yang diderita kedua muridnya
(Hwat Siau dan Swat
Moay). Setelah berhasil
meyakinkan, dia segera menuju ke Kwiciu untuk
melakukan pembalasan. Tapi apa lacur, ketika tiba di Lohu-san dia telah berpapasan dengan Tay Siang siansu.
Paderi agung yang sakti itu sepintas pandang segera
mengetahui, bahwa orang itu memiliki ilmu yang keliwat
saktinya. Tapi sorot matanya mengunjuk kebuasan yang ganas
sekali. Hweshio agung itu mengambil putusan untuk
menjinakkannya dengan pelajaran agama Hud. Maka
sengaja dia cari perkara dan tantang tokoh Tibet itu
untuk bertanding duduk semedhi. Kecuali ada orang
yang membantu siansu itu atau dia (Kwan Tay-kin)
berjanji takkan mengijakkan kaki didaerah Kwan-lwe
(Tiongkok) lagi, barulah dia menang dan boleh bebas.
Gembong Tibet itu tinggi sekali adatnya (congkak).
Nafsu ingin menangnya, besar sekali. Begitulah setiap
hari mereka duduk bersemedhi sampai 8 jam dan
kejadian itu berlarut sampai 10 tahun lamanya. Dalam
waktu sekian lama itu; dengan sendirinya, Kwan Tay-kin
bertambah maju kepandaiannya. Sedikit waktu lagi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan falsafah2 Hud Tay Siang percaya tentu dapat
menerangi bathin orang itu. Tapi ternyata jerih payah
selama 10 tahun itu, lenyap hanya dalam satu hari saja.
Tanpa mendapat idin Tay Siang, Siao-lan telah
menusukkan senjata garunya kepada orang itu.
Sesuai dengan janji yang telah diikrarkan dimuka,
Kwan Taykin segera berbangkit dan pergi situ dengan
lenggangnya. Setiap tokoh persilatan yang dijumpainya,
tentu dibunuh. Habis dibunuh lalu digantung tinggi2.
Keenam orang persilatan yang ditemukan The Go
tergantung diujung serambi pagoda bungalow, adalah
orang, Tibet itu yang melakukan!
Sampai bebrapa saat kemudian, kedua gembong itu
masih belum mulai lagi.
"Ai, mengapa mereka itu?" saking tak sabarnya The
Ing segera menggerutu dengan pelahan. Tapi Tong Ko
menjawilnya supaya jangan banyak omong.
Benar juga, rupanya Ang Hwat seperti mendengar
bisikan nona itu tadi. Gerakan tubuhnya agak lambat
justeru pada saat itu Kwan Tay-kin sudah melancarkan
sebuah hantaman. Ang Hwat buru2 membalas. Kali ini
jarak mereka lebih dekat. Ketika terjadi benturan, Ang
Hwat kedengaran bersuit panjang sedang Kwan Tay-kin
tertawa seram. Kembali keduanya sama. berpencar lagi.
Kini mereka bergerak-gerak melakukan serang menyerang, dari pelahan menjadi cepat. Apa yang
tampak digelanggang situ, hanya, lah dua gulung sinar
yang mengeluarkan deru angin dahsyat.
Se-konyong2 terdengar suara benturan keras, dan
kedua gembong itu tampak tegak berdiri diam,
tangannya saling menempel. Melihat itu, bukan main
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kejutnya Tong Ko. Terang mereka sedang mengadu
lwekang. Serentak berdiri, berteriaklah Tong Ko dengan
cemasnya : "Cin-jin, tangannya beracun!"
Ang Hwat berpaling. Wajahnya merah padam karena
murka. "Budak yang tak mau mendengar kata, lekas enyah.
Kalau kudapatkan kau masih berada dalam jarak 100 Ii
dari sini, awas jiwamu ya!"
Tong Ko tersipu-sipu.
Dia yakin Ang Hwat tentu sudah mempunyai
pegangan. Segera diajaknya The Ing berlalu.
Baru berdialan belum lama, mereka berpaling
kebelakang tampak kedua gembong itu masih tegak
berdiri seperti tiang.
"Engkoh Ko, kau berpendapat siapa yang menang
nanti?" tanya The Ing setelah jauh sekali dari gelanggang
itu. Tapi Tong Ko hanya menggeleng kepala.
Belum sampai petang hari, mereka sudah keluar dari
daerah Sip-ban-tay-san. Malam itu mereka tidur
disembarang tempat. Keesokan harinya barulah meneruskan perjalanan ke Kwiciu. Tiba disana, langsung
mereka menuju kegedung tihu (residen). Pintu kantor
pembesar itu tertutup rapat. Mereka mencari sebuah
warung untuk berunding. Tong Ko menyatakan supaya
malam nanti melakukan penyelidikan kegedung tihu, The
Ing diam saja, berselang bebrapa saat baru ia menyahut
: "Engkoh Ko, aku punya jalan! Bukantah dalam suratnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu ayah menyuruh aku datang" Nah, dengan surat itu
aku akan masuk kesana!"
"Benar, tapi kalau kau seorang diri, berbahaya sekali !"
The Ing menatap wajah Tong Ko, tiba2 ia tertawa geli.
Tong Ko heran dan mengira kalau mukanya itu apa
barangkali kotor, maka sampai ditertawai sinona. Buruburu dia menghampiri kaca, tapi ternyata bersih2 saja.
"Kau menertawai apa?" tegurnya dengan heran.
"Aku punya akal, tapi, jangan2 kau tak mau!"
?"Asal bisa menjumpai paman The, aku tentu tak
menolak!" "Kau menyaru jadi seorang nona dan ikut aku masuk.
Mereka tentu tak mencurigai" kata The Ing sembari
ketawa: "Hai, apa2an itu"!"
"Kalau begitu biar aku pergi seorang diri saja," kata
The Ing dengan mengangkat pundak.
Setelah merenungkan sejenak, akhirnya Tong Ko
menerima. The Ing lekas2 keluar membeli pakaian
wanita dan beberapa macam perhiasan. Oleh karena
sememangnya berparas cakap, maka ketika sudah
berganti pakaian wanita, jadilah Tong Ko seorang nona
cantik. Malah The Ing sendiri sampai terkejut :"Ai,
mengapa kau menyerupai benar dengan suatu orang"!"
"Siapa?"
"Say-hong-hong Bek Lian!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko tertawa, ujarnya :"Say-hong-hong Bek Lian
adalah ratu bunga dari Kwiciu, masakan aku dapat
menyamainya, sudah jangan omong tak keruan!"
The Ing tetap ngotot.. "Benar2 seperti pinang dibelah
dua, percaya atau tidak itu terserah padamu!"
Tong Ko tak mau berbantah.
Keesokan harinya, mereka menuju kegedung tihu.
"Mau apa?" hardik serdadu penjaga
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seraya menghadang. The Ing deliki mata. "Kawanan yang tak bermata, kau
kenal tidak dengan Shin Hiat-ji tayjin?"
Shin Hiat-ji adalah taylwe-wisu (barangkari keraton).
Segera kawanan serdadu itu merobah sikapnya.
"Nona ini adalah........"
"Aku she The, kemari hendak menemui ayah!"
Ter-sipu2 kawanan serdadu itu membawa kedua nona
itu masuk. Tiba disebuah ruangan, terdengar lengking suara Liat
Hwat cousu berkata : "Sudah bebrapa hari, mengapa
Hiat-ji masih belum pulang" Jangan2 dia mendapat
halangan ditengah jalan!"
"Kukira tidak!" sahut suara The Go.
Mendengar itu, tak dapat The Ing menahan teriaknya
lagi : "Yah, aku sudah datang!"
Pintu ruangan itu terbuka sendiri. Liat Hwat dan The
Go duduk dikursi, sedang Siao-lan berdiri disisi suaminya.
Bermula The Go terbeliak melihat puterinya kesitu, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lebih kaget lagi demi tampak seorang nona mengikut
dibelakang The Ing. Pikiran The Go terbayang lagi akan
kenangan pada duapuluh tahun berselang, Say-honghong Bek Lian, dewi jelita dari gunung Lo-hu-san..........
Juga Siao-lan terperanjat bukan terkira.
The Ing cukup cerdas dan buru2 memberi keterangan
: "Yah, Hiat-ji susiok sedang mempunyai lain urusan, jadi
agak terlambat beberapa hari. Aku telah mengerti jelas
isi suratmu itu, maka aku datang kemari !"
Sengaja ia tekankan kata2 "jelas" itu. Sebagai seorang
yang berotak, tajam, The Go dapat menangkap isyarat
itu. "Ing-ji, lekas beri hormat pada sucoumu!" serunya
sembari menatap tajam2 kearah "Bek Lian". Ah, Bek-Lian
tak semuda itu keadaannya. Hai, itulah Tong Ko, secepat
itu The Go sudah dapat meneropong penyaruan yang
lihay itu. Sebenarnya pada perkenalannya pertama dengan
Tong Ko, The Go sudah dapat merabah-rabah asal usul
anak muda itu. Tapi dia anggap belum tiba saatnya
untuk memberi tahu. Hanya dia larang puterinya supaya
jangan bergaul rapat dengan pemuda itu. Maka
sangatlah gelisahnya demi The Ing datang bersama Tong
Ko, suatu tanda bahwa hubungan kedua anak muda itu
tentu sudah makin akrab. Namun dalam saat dan
keadaan seperti itu, dia terpaksa tekan perasaannya dan
pura2 berseri girang.
"Ha, kiranya tit-li (keponakan perempuan) juga ikut?"
ujarnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Titli ingin menyambangi susiok dan subo!" sahut
Tong Ko dengan nada kecil.
Ternyata anak muda itu juga cakap bersandiwara.
Untuk membuktikan dirinya itu seorang nona
sesungguhnya, dia kerutkan tenggorokannya supaya bisa
bersuara kecil.
Adalah Siao-lan yang lamban pikirannya, tak dapat
segera mengetahui sandiwara yang sedang dimainkan
oleh suaminya dan anak muda itu. Wajahnya menampil
rasa heran. Buru2 The Go menyentuhnya sebagai isyarat
jangan bicara apa2. Liat Hwat duduk anteng menerima
pemberian hormat dari kedua gadis itu. Rupanya dia
sangat gembira dan tertawa ter-bahak2.
"Ha..., ha..., tak kira bisa mendapat tambahan dua
orang titli yang cantik dan gagah," ujarnya, lalu berkata
kepada The Go : "The Go, kau bilang hendak
menyumbangkan suatu jasa pada pemerintah kerajaan,
entah bagaimana caranya" Turut pendapatku, kembalimu
kepada kerajaan itu, masih belum diketahui umum.
Bunuhlah bebrapa tokoh pemberontak, barulah kerajaan
menaruh kepercayaan penuh padamu!"
"Bukan begitu!" sahut The Go.
"Lalu bagaimana kau hendak mengunjuk jasa?" Liat
Hwat, berobah wajahnya dengan serius.
The Go tertawa, ucapnya : "Pepatah mengatakan
'tangkap kawanan penjahat harus ringkus dulu pemimpinnya'. Dengan membawa batang kepala Siaubeng-siang kemari, itulah baru suatu pahala besar!"
"Bagus, bagus! Tapi apakah prakteknya sernudah itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Segala usaha besar, tentu sukar. Tapi itu bukan
berarti tak dapat dilakukan. Kalau aku suami isteri dan
kedua anak perempuan itu diperboleh pergi kesana,
tanggung tentu berhasil!"
Liat Hwat perdengarkan tertawa aneh, serunya :
"Kamu berdua suami isteri dan seorang titli bolehlah
pergi, tapi anakmu perempuan itu harus inggal disini!"
The Go cerdik, tapi Liat Hwatpun tak mudah diakali.
Mendengar pernyataan, "suhunya" itu, hati The Go
terkesiap, namun wajahnya tetap dikuasai, sahutnya
dengan lapang : "Kurang satu orangpun tak menjadi
soal!" Tapi Liat Hwat tetap menggeleng; katanya :"Tidak,
lebih baik aku ikut pergi juga!"
Kali ini benar2 The Go terkejut sekali. Celaka, kalau
setan kate itu turut pergi, dia tentu dipaksa untuk
melakukan rencana itu. "Guyon2 jadi sungguhan"
namanya itu. Tapi kini jelaslah sudah bahwa Liat Hwat
masih tetap menaruh kecurigaan, maka tak mau biarkan
dia (The Go anak isteri) pergi. Untuk menolak maksud
Liat Hwat, tentu akan makin mengentarai.
The Go bukanlah si Cian-bin-long-kun yang pernah
menghabiskan 3 laksa pejoang Hoasan, kalau berhadapan dengan Liat Hwat seorang saja, dia sudah
menyerah. "Kalau insu mau sekalian turut, itulah bagus sekali!"
katanya dengan girang.
---oo^dwkz0kupay^oo--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Bersambung Ke Bagian 30)
BAGIAN 29 : MELUNASI HUTANG
Kira2 dua jam berjalan dia dan The Ing sudah keluar
dari Lo-hu-san.
Kala itu rembulan purnama.
Lapisan mega tipis sayup2 bertebaran melalui dewi
malam itu. Untuk melonggarkan kemengkelannya, Tong Ko
mainkan goloknya dalam ilmugolok ajaran Ang Hwat
cinjin. Lui-tong-in-in, lui-tian-kiau-co, hong-luiki-seng, 3
jurus lengkap dia mainkan sampai selesai.
Sewaktu mengakhiri permainannya, Tong Ko papaskan
goloknya kesebuah batu besar. Tring......., terbelah batu
besar itu menjadi dua.
Tong Ko maju mendekati dan menghantam lagi.
Dua belah batu itu, terhantam menjadi empat belah.
Setelah puas, barulah Tong Ko lintangkan goloknya
dimuka dada. Dengan tertawa dia berpaling, tanyanya: "Nona The,
kemana kita hendak pergi ini?"
The Ing tahu bahwa hati anak muda itu sedang
gundah resah, maka iapun menyahut: "Terserah
padamu, hanya saja aku ingin sekali berjumpa dengan
ayah dan mamahku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku bagaikan seekor burung, empat penjuru lautan
ini adalah rumahku. Baik, mari kita menuju ke Sip-bantay-san!" Menjelang malam, mereka baru mencari rumah
penginapan. Keesokan harinya mereka lanjutkan perjalanan lagi.
Selama dalam perjalanan itu, mereka menuturkan
pengalaman masing2 sejak berpisah.
Setelah jelas mengetahui bahwa anak muda itu masih
tetap menyintai Tio In, maka sengaja The Ing perlambat
perjalanannya. Pertama karena ia berduka, kedua supaya dapat lebih
lama berkumpul dengan Tong Ko.
Perjalanan ke Sip-ban-tay-san itu hampir memakan
waktu satu bulan.
Begitu mendorong pintu rumah The Go, segera Tong
Ko berseru: "Ang Hwat cianpwe, aku sudah kembali!"
Tiada penyahutan.
The Ing menyatakan herannya mengapa kedua ayah
bundanyapun belum pulang, Tong Ko menghiburnya
barangkali ayah bunda The Ing itu masih ada lain
urusan. "Engkoh Ko mengasohlah dahulu, biarlah kutangkapkan dua ekor ayam hutan untuk santapan!"
kata The Ing terus menuju keluar.
Belum sempat Tong Ko mengiakan, atau The Ing
kedengaran menjerit kaget.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cepat Tong Ko loncat memburu. Diatas dahan
sehatang pohon lengkeng tua yang separoh bagian
sudah kering, tampak ada sesosok tubuh bergelantungan
dengan kaki diatas. Puhun itu ada 6-7 tombak tingginya
dan tubuhnya ber-goyang2 tertiup angin, jadi tak
kelihatan jelas air mukanya.
"Aneh, pohon lengkeng itu sudah lama layu kering.
Ketika masih kecil aku pernah memanjat dan putuslah
dahan yang kuinjaknya. Ilmu gin-kang siapa yang dapat
naik sedemikian tingginya?" kata The Ing.
Setelah mendongak mengawasi sejenak, baru Tong Ko
berkata: "Nona The, ilmu ginkang orang itu memang
sempurna, orang yang tergantung dipuhun itu sudah
mati. Setelah mati, baru orang itu digantung!"
Jadi dapat dibayangkan bagaimana lihay ginkang
orang itu. "Ang Hwat cinjin?" seru The Ing dengan kagetnya.
Tong Ko menggeleng: "Ang Hwat cinjin tak nanti
berbuat begitu, mari kita naik memeriksa keatas!"
Tong Ko enjot tubuhnya naik kesebatang dahan, tapi
baru sang kaki menginjak, dahan itu segera patah. Tong
Ko cepat mencapai dahan lainnya sebelah atas, tapi
dahan itupun patah dan jatuhlah Tong Ko bersama
dahan itu. "Engkoh Ko, separoh bagian dari pohon itu entah
sudah berapa tahun kering kerontang, memang sukar
dipanjat!"
"Aneh, mengapa dahan yang dibuat menggantung
orang itu tak putus" Kita harus memeriksa keatas!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Untuk memanjat keatas, mudah saja. Kita harus
melalui bagian batang yang tidak kering!"
Tong Ko lakukan usul itu dan tak lama kemudian
dapatlah dia tiba dipuncaknya, tapi masih terpisah 2
meteran dari tubuh mayat itu.
Namun dari situ dapat dilihatnya jelas keadaan korban
itu. Umurnya kira2 50-an tahun, memelihara janggut
pendek yang menjikrak.
Sikapnya menandakan seorang persilatan.
Kiranya dahan yang dibuat menggantung orang itu,
bukan dahan puhun tapi sebatang tiang besi yang
ujungnya dimasukkan kedalam batang puhun. Sepintas
pandang, tampaknya memang seperti dahan kering.
Tong Ko loncat keatas dan menurun mayat itu. Tubuh
korban itu tak terdapat luka apa2 melainkan punggungnya terdapat sebuah telapak tangan. Inilah
yang menyebabkan kematian orang itu. Tong Ko belum
pernah mendengar tentang akhli silat yang begitu hebat
pukulannya. "Nona The, mungkin si pembunuh belum jauh dari
sini, ditilik dari kepandaiannya rasanya kita masih
dibawahnya. Lebih baik kita ber-hati2, siapkan senjatamulah!" kata Tong Ko.
The Ing mengatakan bahwa tali cengsi-nya sudah siap
segala waktu. Tapi mencari kesekeliling situ sampai
sekian lama, mereka tak bertemu dengan jejak apa2.
Terpaksa mereka kembali kedalam pondok lagi. Baru The
Ing hendak membuka mulut atau Tong Ko cepat
memberi isyarat tangan
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
supaya diam, karena, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
didengarnya dikamar sebelah ada suara orang tidur
mendengkur. Cepat dia mendorong pintu dan dapatkan
diatas balai2 bambu tidur seorang gemuk dengan
pulasnya. Tong Ko belum pernah melihat orang itu.
"Ai, rasanya aku pernah kenal dianya!" kata The Ing.
Dan karena suara The Ing itu maka menggeliatlah orang
itu bangun. Dia memandang kearah kedua anak muda
itu. Tampak jelas bagaimana sorot matanya bersinar
ungu. Teringat akan telapak tangan ungu yang terdapat
pada punggung mayat dipuhun itu, Tong Ko dan The Ing
terkesiap. "Hai, kau siapa, mengapa seenaknya sendiri tidur
diranjang ayah ku?" tegur The Ing.
Orang itu tertawa sahutnya: "Aku selalu bebas berbuat
sesukaku, sedang Tay Siang siansu saja tak dapat
mengganggu usik diriku, masakan seorang budak
perempuan berani usilan?"
Waktu orang itu mengungkit nama Tay Siang siansu,
sesaat teringatlah The Ing sewaktu ia bersama Bek Lian
melarikan diri dari kejaran Liat Hwat cousu digunung Lohu-san tempo hari. Ia menjumpai Tay Siang siansu
sedang duduk berhadapan dengan seorang gemuk.
Benar Tay Siang itu waktu tak memberi tahu, tapi pernah
ayahnya (The Go) mengatakan sesuatu tentang orang
itu. Maka siraplah amarahnya dan berseru "Kau..."
Tapi belum ia lanjutkan kata2nya, Tong Ko sudah
menyelutuk: "Yang tergantung diatas puhun itu, apakah
tuan yang melakukankan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu menguap dulu, baru acuh tak acuh
menjawab: "Benar, orang itu bergelar Tiat-pi-tong-kak
Cin Gun!" Tong Ko terbeliak. Tiat-pi-tong-kak (lengan besi kaki
tembaga) Cin Gun, seorang tokoh kenamaan di daerah
Kwisay yang sangat dihormati orang karena kemuliaan
budinya. "Mengapa kau mencelakainya?" tegur Tong Ko.
Kembali orang itu menguap seperti oraang masih
ngantuk, ujarnya: "Untuk membunuh orang, masa harus
mencari alasan" Tempo hari aku kena diakali si keledai
gundul Tay Siang, diajak adu bersemedhi. Sudah tentu
karena dia seorang paderi, aku tak dapat menang.
Syukur kala itu datang seseorang membantunya untuk
memukul aku, sehingga aku dapat keluar dari
perangkapnya untuk meng-gantung2i orang, ha.....,
ha....., senang senang sekalii......!'
Bagi orang itu menggantungi orang sudah menjadi
hobbynya. Habis berkata kembali dia tampak menggeliat,
justeru telapak tangannya menghadap kemuka. Tong Ko
melihat jelas bagaimana telapak tangan orang aneh itu
berwarna ke-ungu2an. Orang aneh, kepandaian aneh
dan tingkah laku yang aneh pula.
"Cin Gun dihormati oleh kaum persilatan, apakah kau
tak kuatir ada orang menuntut perhitungan padamu?"
tanya Tong Ko pula.
Habis menggeliat, orang itu tundukkan kepala dan
matanya seperti tertumbuk pada pi-lik-to. Serentak
mulutnya memuji: "Golok bagus"!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seenaknya sendiri, dia ulurkan tangan, ujarnya:
"Berikan padaku!"
Tong Ko tahu bahwa dia sedang berhadapan dengan
seorang tokoh sakti yang menyangsikan kelakuannya.
"Cunke, jangan ber-olok2!" serunya sembari mundur.
"Siapa yang ber-olok2 denganmu. Kalau tak mau
memberikan kaupun tentu akan kugantung dipuhun tua
itu supaya dapat menikmati pemandangan alam Sip-bantay-san sini!" bentaknya dengan marah.
Tong Ko yang selama itu tak lepaskan matanya
kepada orang aneh itu, memperhatikan bahwa setiap kali
tangan si gemuk itu diangkat naik. tentu warnanya makin
tua. Selama digembleng dan diwejang ilmu silat oleh Ang
Hwat cin-jin, baik kepandaian maupun pengetahuan
Tong Ko mengenai ilmu itu, bertambah maju dan luas.
Dia yakin tangan ungu dari si gemuk itu tentu termasuk
jenis lwekang yang sakti, kemungkinan besar sangat
jahat. Setelah menolak permintaan orang, dia mundur
sembari isyarat anggukan kepala kepada The Ing.
Maksudnya suruh nona itu juga ikut mundur, tapi
ternyata malah runyam. Sememangnya The Ing sudah
benci melihat kecongkakan orang itu.
Maka demi tampak Tong Po mengangguk, ia mengira
kalau pemuda itu suruh dia turun tangan. Tanpa berayal
lagi, dia segera lambaikan tali cheng-sidalam gerak cenghay-sen-boh. Ratusan lingkaran kecil warna merah
segera bergelombang menabur kearah muka si gemuk.
"Nona The......" Tong Ko menjerit kaget, tapi belum
sempat dia lanjutkan kata2nya, orang gemuk itu dengan
malas2an menyambar tali itu. Seketika permainan tali
cheng-si dalam jurus ceng-hay-sen-boh yang dahsyat itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak dapat digerakkan alias macet. Sekali orang itu
menarik tangannya keperut, The Ing seperti ditarik
kemuka, jatuh tertelungkup kearah ruangan dalam.
Tong Ko bertindak sebat. Cepat dia hantamkan pi-likto, begitu tali cheng-si putus, dia segera tarik tangan The
Ing untuk diajak loncat keluar. Untung dia berlaku sebat,
karena sesaat itu terasa ada hawa amis menyambar, bau
yang memaksa orang muntah2.
Tapi karena sudah berada diluar, mereka tak sampai
begitu. Jelas bahwa hawa amis itu, keluar dari telapak tangan
si gemuk yang ungu itu, suatu tok-ciang (ilmu pukulan
beracun) yang jarang terdapat.
Pada saat Tong Ko hendak mencari siasat menghadapi
si gemuk jahat itu, tiba2 ada orang berseru diluar pintu:
"Nona The apa dirumah" Leng-cun (ayahmu) suruh aku
mengantarkan surat kemari!"
Tong Ko seperti kenal dengan suara orang itu. Dia
terkejut mengapa orang itu hendak mencari The Ing.
Juga The Ing tak terkecuali herannya. "Nada suara orang
itu tak asing rasanya, mengapa ayah menyuruhnya
kemari" Mari kita keluar menjenguknya!" katanya.
"Habis bagaimana dengan orang gemuk didalam
kamar itu?" tanya Tong Ko.
The Ing mengintip kedalam dan tampak orang aneh
itu menggeliat lalu terlentang tidur menggeros lagi. The
Ing segera ajak Tong Ko keluar menerima surat itu lebih
dahulu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seorang yang mengenakan pakaian opsir Ceng dan
seorang tinggi besar, tengah menggendong tangan
berdiri membelakangi pintu. Rupanya mereka tengah
menikmati aIam pegunungan disitu.
"Siapa yang hendak menerimakan surat padaku?"
tegur The Ing. Kedua orang itu serentak sama berputar diri. Tapi
demi melihat Tong Ko, siorang tinggi besar itu segera
berseru keras: "Bagus, kau juga disini!"
"Ai, kiranya kau!" The Ing pun tak kurang kagetnya
demi mengetahui bahwa orang itu bukan lain sipemuda
berumur 20-an tahun yang sudah menduduki jabatan
sebagai tay-lwe ko-chiu (jagoan istana), si Cek-cing-long
Shin Hiat-ji. Anak itupun terperanjat melihat The Ing.
"Oh, kiranya nona itu adalah puterinya The sute, maaf
karena belum mengenal tempo hari sudah kesalahan
tangan. The sute mengirim sepucuk surat, harap nona
terima!" secepat Hiat-ji dapat menguasai getar wajahnya,
dia lantas memulai buka pembicaraan.
The Ing terkesiap, serunya: "Ngaco, apa katamu"
Ayahku suruh kau kemari menyerahkan surat?"
"Benar," Hiat-ji tertawa, The Go yang dahulu dikenal
orang sebagai Cian-bin-long-kun, kini sudah menjadi
murid suhuku Liat Hwat cousu, ketua sebuah partai di
Tibet. Dengan begitu, walaupun aku lebih muda, tapi
karena aku yang menjadi murid terdahulu, jadi. dia
menyebut aku suheng!"
The Ing tak percaya pendengarannya. "Jangan
mengoceh tak keruan. Ayahku mana sudi campur gaul
dengan kamu kawanan bebodoran ini?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji tak marah, katanya: "Harap nona jangan
marah2, bacalah suratnya dan kau tentu akan percaya!"
Dari saku bajunya, Hiat-ji mengambil sepucuk surat
terus diserahkan pada sinona. The Ing bersangsi, ia
berpaling menghadap kearah Tong Ko dan tak mau
menyambuti surat itu Tong Ko berapi2 matanya
memandang. pada Hiat-ji.
Sebentar lagi dia hendak menyelesaikan rekeninghinaan yang diutangnya dari anak itu. Tapi demi
dilihatnya surat itu bercoretkan tulisan yang indah
garang, dia tak ragu lagi.
"Nona The, surat itu benar tulisan ayahmu!" serunya.
Ketika The Ing berpaling, memang benar apa yang
dikatakan Tong Ko itu.
Dengan perasaan sangsi, surat itu disambutinya dan
astaga, kiranya memang benar tulisan ayahnya.
Surat itu berbunyi demikian:
Kepada anakda Ing :
Harap anakda ketahui, bahwa putusan ayah untuk
kembali menakluk, sungguh bukan pura2. Lekas datang
jangan ayal menemui aku.
Ayahmu The Go. Uruf2-nya yang indah garang itu, memang buah
tangan The Go. The Ing terkesiap sejenak. Diulanginya
membaca sekali lagi. Wajahnya berobah merah putih,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penuh dengan seribu kesangsian. Tong Ko menghampiri
turut membaca. "Gila, mengapa terjadi begini" Ah, tak mungkin!"
serunya. Hiat-ji tertawa dingin, memberi komentar singkat:
"Saudara Tong, surat itu menjadi bukti yang berbicara!"
Melihat cecongor anak itu, amarah Tong Ko meluapluap. Walaupun perkenalannya dengan Cian-bin-long-kun
tak berapa lama, tapi dalam waktu yang sesingkat itu dia
sudah mengetahui jelas bagaimana peribadi ayah The
Ing itu. Tong Ko tak percaya barang serambutpun, bahwa The
Go sudi bertindak menjadi pengkhianat lagi. Tapi seperti
yang dikatakan Hiat-ji, surat itu merupakan bukti hitam
diatas putih yang tak dapat dibantah lagi.
Ketika dia mengamat2i sampulnya, ternyata pada
tutup sampul itu tertera sebuah huruf "Sam" (tiga).
Memang pada jeman dulu, orang suka memberi sesuatu
tanda tulisan diatas surat, agar pengantar surat itu atau
lain orang tak sembarangan berani membuka mencuri
baca isinya. Tapi mengapa The Go juga membubuhi
tanda itu, pada hal yang disuruh mengantarkan adalah
Hiat-ji" Dengan kecurigaan itu dia menanyakan The Ing:
"Nona The, lengcun menulis huruf "sam" pada tutup
sampul, apakah artinya itu?"
The Ing teringat sesuatu bisiknya dengan pelahan:
"Benar, ayah sering bilang padaku, dalam keadaan
genting, orang bisa menuliskan maksudnya secara
rahasia dalam sebuah surat. Dengan adanya tanda huruf
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"sam" itu, ayah tentu menyuruh aku membaca setiap
huruf yang ketiga. Disitulah terdapat maksud yang
sebenarnya dari ayah!"
Tong Ko mulai membaca lagi menurut peraturan itu.
Huruf ketiga dari setiap perkataan, dia ambil keluar.
Huruf ketiga dari baris pertama yalah "Ing". Huruf ketiga
pada baris kedua dan selanjutnya adalah "ketahuilah",
lalu "ayah" lalu "menakluk", lal? "pura2", lalu "jangan"
dan terakhir "kemari". Apabila kedelapan huruf itu
dirangkai maka terdapatlah pesan begini: "Ing ketahuilah. A yah menakluk pura2 jangan kemari!"
Setelah yakin akan maksud sebenarnya dari surat itu,
segera Tong Ko memberi isyarat mata kepada The Ing,
bisiknya: "Kau beresi si opsir, aku si Hiat-ji, biar mereka
tak dapat pulang se-lama2nya!"
The Ing mengerti. Dengan tertawa-tawa, ia menghampiri Hiat-ji, ujarnya dengan ramah: "Ya,
memang surat dari ayahku, terima kasih!"
Sudah tentu Hiat-ji tak mengetahui mengapa sikap
The Ing kini mendadak berobah seratus derajat. The Ing
berpaling kepada si opsir dan tanyanya: "Tuan opsir yang
entah siapa namanya, aku membilang banyak terima
kasih juga padamu!"
Selagi siopsir masih main aksi ke-sombong2an, The
Ing sudah gerakkan tali merahnya dalam jurus ceng-hayseng-boh. Tahu2 leher siopsir itu serasa terlibat dengan
tali tajam. Sekali tangan The Ing menyentak, tanpa
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkuik lagi opsir itu rubuh tak bernyawa!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, Tong Kopun maju menghampiri Hiat-ji
dan berkata dengan dingin: "Shin tayjin, urusan diantara
kita berdua, sebaiknya juga diselesaikan sekarang!"
Hiat-ji tersenyum ewah, ujarnya: "Sebenarnya setelah
The Go menakluk kepada kerajaan Ceng, kau dan nona
The seharusnyapun mengikuti tindakannya itu. Tapi
kalau kau berkeras hendak menyelesaikan hutang itu,
akupun terpaksa melayani juga!"
Tong Ko lintangkan goloknya pe-lahan2 kedada,
setelah melepas tertawa, berserulah dia dengan girang:
"Shin tayjin, kau sungguh menolong mukaku!"
Kata2nya itu ditutup dengan sabetan pi-lik-to.
Tadi sebenarnya Hiat-ji pun sudah mengetahui bahwa
golok ditangan anak muda itu sebuah senjata pusaka.
Tapi dikarenakan kesombongannya, dia sudah tak mau
memandang mata. Dia tetap mengira, lawannya itu
adalah pemuda Tong Ko dahulu.
Mundur selangkah, dia gunakan tangan kosong gongchiu-kin-na-tihiu untuk merebut senjata lawan. Karena
bencinya terhadap pemuda pengchianat itu, sekali
gebrak Tong Ko sudah keluarkan jurus hong-lui-ki-seng,
jurus yang paling lihay dari ilmugolok 3 jurus itu Golok itu
menyemburkan badai dan kilat yang men-deru2. Demi
melihat Hiat-ji dengan sombongnya menggunakan
tangan kosong, dengan tertawa gelak2 Tong Ko berputar2 memainkan golok pusakanya. Belum reda suara
ketawanya itu atau Hiat-ji sudah menjerit ngeri. Tong
Kopun lantas menarik pulang goloknya dan mengawasi
keadaan lawan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji ter-huyung2 jatuh kira2 8 tindak jauhnya,
mukanya pucat seperti kertas dan yang mengerikan
lengan kanannya sudah hilang
"Shin tayjin, dengan membayar sebuah lengan ini,
rasanya hutangmu itu masih belum lunas!" Tong Ko
tertawa dingin.
Karena sakitnya, sebenarnya dengan wajah pucat
mayat Hiat-ji sudah menunggu ajalnya. Tapi tiba2
matanya tertumbuk akan sesuatu bayangan dan
berserulah dia keras2: "Toa-supeh, kiranya kau berada
disini. Kedatangan suhu kali ini keselatan, sebagian besar
adalah untuk mencarimu!"
Tong Ko berpaling kebelakang. Si gemuk tadi kiranya
sudah berdiri diambang pintu sambil molat molet
(bergeliat). "Kau ini anak murid siapa, mengapa mengomong tak
keruan!" tegurnya.
Sewaktu kedua orang itu berbicara, Tong Ko merasa
bakal terjadi sesuatu hal. Cepat dia hampiri The Ing
untuk bahu membahu menunggu setiap kemungkinan.
Tampak Hiat-ji paksakan diri untuk menyahut:
"Toa............... supeh, aku adalah.......muridnya Liat
Hwat cousu............... apa kau sudah membalaskan sakit
hati kedua suheng?"
"Hem, baru saja aku tiba di Lo-hu-san dalam
perjalanan ke Kwitang, aku sudah ditantang adu semedhi
oleh seorang paderi bangsat, dan itu telah menghabiskan
waktuku sampai 10 tahun!" kata orang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang si gemuk itu bukan lain adalah toa suheng
dari Liat Hwat cousu.
Sepuluh tahun yang lalu dia berangkat dari Tibet
untuk menuntutkan balas bagi kedua muridnya suami
isteri Hwat Siau dan Swat Moay, yang telah dibikin
lumpuh punah kepandaiannya oleh Tay Siang siarisu.
Tapi begitu pergi, dia tak ada kabar beritanya lagi.
Sebenarnya Hiat-ji sudah tak kuat, hanya karena
melihat munculnya sang toa-supeh yang tak di-duga2
itulah maka dia kuatkan, diri untuk memanggil.
Tapi habis itu, diapun segera rubuh terkulai tak
bernyawa lagi. Melihat sutitnya (murid keponakan) binasa, orang itu
mengicupkan mata kearah Tong Ko. Tong Ko tahu apa
artinya itu dan pe-lahan2 dia kisiki The Ing mundur
kebelakang. "Shin-sutit tak dapat ditolong Iagi, diantara kalian
berdua, siapa yang mengganti jiwa?" tanya si gemuk.
Tong Ko tertawa, dingin, sahutnya: "Dia mati itu
sudah selayaknya, siapa yang mau mengganti jiwa-nya?"
Orang itu perdengarkan geraman aneh tubuhnya
bergetar, tangannya pelahan2 diangkat. Sesaat lagi, dia
tentu bakal melancarkan pukulan amis. Menyerang dulu,
adalah siasat yang paling baik. Demikian pikir Tong Ko
dan dia segera serukan The Ing supaya menyingkir, lalu
putar pi-lik-to menyerang orang gemuk itu.
Tepat pada saat itu pukulan lawanpun sudah
melancar, serangkum bau amis memuakkan perut orang.
Buru2 Tong Ko tutup napas, tapi tetap tak tahan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tanpa menghindar, cukup dengan gerakkan telapak
tangannya yang hitam, orang itu telah dapat menahan
arus serangan Tong Ko.
Tong Ko terperanjat, terpaksa dia mundurkan langkah.
Orang itu kedengaran menguap beberapa kali,
selangkah demi selangkah maju menghampiri.
Walaupun mempunyai golok pusaka yang dahsyat,
namun Tong Ko tak berani maju menyongsong.
Cepat dia tarik The Ing untuk diajak lari.
Se-konyong2 dari arah samping terdengar suara
seorang tua berseru: "Akumuba! Inilah pemimpin besar
dari Tibet yang digelari orang sebagai Sui-giam-lo sohhun-ciang Kwan Tay-kin!"
Tong Ko berpaling dan dapatkan kakek gurunya, Ang
Hwat cinjin berdiri disebelahnya. Dadanya serasa longgar
sekali. Orang itu berhenti demi tampak ada seorang cinjin muncul disitu
"Bagus, diantara barisan ko-chiu daerah Kwiciu, aku
sudah berjumpa derigan Tay Siang si kepala gundul, kini
gilirannia dengan seorang imam gembel. Apa kau juga
mau ajak bertanding semedhi?"
"Kwan Tay-kin, kali ini entah berapa banyak sudah
orang2 persilatan yang kau celakai" Kaum persilatan
Kwiciu, tiada sudi menerima seorang bebodoran macam
kau!" sahut Ang Hwat.
Orang she Kwan itu jebikan: bibirnya, menyeringai :
"Bagus, mari kita segera mulai saja!"
Ketika dia hentikan langkah tadi, tangannya masih
diacungkan keatas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis mengucap dia lantas enjot tubuhnya loncat
setombak jauhnya.
Gerakannya aneh, pesatnya bukan alang kepalang.
Karena loncatan itu, kembali ada serangkum angin
amis menyampok.
Saking tak kuatnya, Tong Ko dan The Ing menyurut
mundur. Ang Hwat cinjin pun cepat kibaskan lengan baju,
melayangkan sebuah pukulan.
Kedua gembong itu, jaraknya terpisah 3-4 meter,
namun ketika kedua pukulan itu saling berbentur,
terbitlah suatu angin puyuh besar sehingga puhun2
disekliling situ sama rontok daunnya, dahan2nya patah.
Bau amis itupun bertebaran ke-mana2. Kedua tokoh itu
sama2 mundur bebrapa langkah.
"Kalian berdua harus menyingkir pergi, makin jauh
makin baik!" seru Ang Hwat kepada Tong Ko dan The
Ing. Tong Ko tahu bahwa cin-jin itu telah mencapai
kesaktian yang tinggi.
Kwan Tay-kin lihay, tapi rasanya takkan dapat berbuat
banyak kepadanya.
"Cin-jin, ayah The Ing berada di Kwiciu, entah
mengapa dia melakukan siasat pura2 menakluk pada
pemerintah Ceng, kami berdua hendak menyusul
kesana!" seru Tong Ko.
"Pergilah!" sahut Ang Hwat tanpa menoleh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika kedua anak muda itu berjalan jauh tiba2 dari
arah belakang sana terdengar suara menggelugur yang
dahsyat. Kiranya itulah puhun tua lengkeng yang roboh.
Mereka duga tentulah kedua gembong itu sedang
bertempur didekat puhun situ, hingga puhun itu sempal
separoh bagian. Pertempuran antara dua gembong
persilatan, merupakan hal yang jarang terjadi. Beruntunglah mereka yang mempunyai kesempatan
untuk menyaksikan, karena dalam pertempuran itu tentu
akan dipertunjukkan ilmu sakti dan lain2 kepandaian
istimewa yang jarang keluar.
Ini sangat berfaedah untuk menambah pengalaman.
Tong Ko dan The Ing saling berpandangan, dan The
Ingpun tahu apa yang dimaksudkan anak muda itu.
Berkata Tong Ko dengan penuh kesungkanan :"Nona
The, ayahmu di Kwiciu..........."
"Tak menjadi soal. Setelah dia mengabdi pada
pemerintah Ceng, tentu keselamatan-nya terjamin.
Sebaliknya kalau kita lewatkan pertempuran besar ini,
kita tentu akan menyesal seumur hidup!" The Ing buru2.
memotong. Tong Ko mengiakan dan begitulah keduanya lalu
diiam2 menyelinap kembali, bersembunyi dibalik sebuah
batu besar. Dilihatnya Ang Hwat cinjin seperti orang gila
keadaannya. Rambutnya yang berwarna merah itu riyap2
rebah berdiri, sikapnya menyeramkan sekali.
Sedang difihak lawan, Kwan Tay-kin matanya melotot,
tak mengantuk seperti tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyata2 kedua gembong itu sedang mengerahkan
seluruh kepandaiannya untuk menghadapi lawannya
yang berat. Cek-hun-ciang atau pukulan awan ungu yang
diyakinkan oleh Kwan Taykin, merupakan suatu ilmu
ganas yang paling lihay sendiri diantara 7 macam ilmu
ganas. Dan karena peyakinannya itu sudah mencapai tingkat
kesempurnaan, angin pukulannyapun bisa mengeluarkan
hawa racun. Andaikata yang diyakinkan itu bukan jenis
Iwekang tok-ciang (pukulan racun), artinya meyakinkan
ilmu Iwekang bisa, tingkatan yang dicapai oleh Kwan
Tay-kin itu, akan dapat dibuat menangkis senjata lawan
yang jaraknya beberapa meter jauhnya!
Adanya dia sampai meyakinkan pukulan ganas itu
karena marah atas nasib yang diderita kedua muridnya
(Hwat Siau dan Swat
Moay). Setelah berhasil
meyakinkan, dia segera menuju ke Kwiciu untuk
melakukan pembalasan. Tapi apa lacur, ketika tiba di Lohu-san dia telah berpapasan dengan Tay Siang siansu.
Paderi agung yang sakti itu sepintas pandang segera
mengetahui, bahwa orang itu memiliki ilmu yang keliwat
saktinya. Tapi sorot matanya mengunjuk kebuasan yang ganas
sekali. Hweshio agung itu mengambil putusan untuk
menjinakkannya dengan pelajaran agama Hud. Maka
sengaja dia cari perkara dan tantang tokoh Tibet itu
untuk bertanding duduk semedhi. Kecuali ada orang
yang membantu siansu itu atau dia (Kwan Tay-kin)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjanji takkan mengijakkan kaki didaerah Kwan-lwe
(Tiongkok) lagi, barulah dia menang dan boleh bebas.
Gembong Tibet itu tinggi sekali adatnya (congkak).
Nafsu ingin menangnya, besar sekali. Begitulah setiap
hari mereka duduk bersemedhi sampai 8 jam dan
kejadian itu berlarut sampai 10 tahun lamanya. Dalam
waktu sekian lama itu; dengan sendirinya, Kwan Tay-kin
bertambah maju kepandaiannya. Sedikit waktu lagi,
dengan falsafah2 Hud Tay Siang percaya tentu dapat
menerangi bathin orang itu. Tapi ternyata jerih payah
selama 10 tahun itu, lenyap hanya dalam satu hari saja.
Tanpa mendapat idin Tay Siang, Siao-lan telah
menusukkan senjata garunya kepada orang itu.
Sesuai dengan janji yang telah diikrarkan dimuka,
Kwan Taykin segera berbangkit dan pergi situ dengan
lenggangnya. Setiap tokoh persilatan yang dijumpainya,
tentu dibunuh. Habis dibunuh lalu digantung tinggi2.
Keenam orang persilatan yang ditemukan The Go
tergantung diujung serambi pagoda bungalow, adalah
orang, Tibet itu yang melakukan!
Sampai bebrapa saat kemudian, kedua gembong itu
masih belum mulai lagi.
"Ai, mengapa mereka itu?" saking tak sabarnya The
Ing segera menggerutu dengan pelahan. Tapi Tong Ko
menjawilnya supaya jangan banyak omong.
Benar juga, rupanya Ang Hwat seperti mendengar
bisikan nona itu tadi. Gerakan tubuhnya agak lambat
justeru pada saat itu Kwan Tay-kin sudah melancarkan
sebuah hantaman. Ang Hwat buru2 membalas. Kali ini
jarak mereka lebih dekat. Ketika terjadi benturan, Ang
Hwat kedengaran bersuit panjang sedang Kwan Tay-kin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertawa seram. Kembali keduanya sama. berpencar lagi.
Kini
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka bergerak-gerak melakukan serang menyerang, dari pelahan menjadi cepat. Apa yang
tampak digelanggang situ, hanya, lah dua gulung sinar
yang mengeluarkan deru angin dahsyat.
Se-konyong2 terdengar suara benturan keras, dan
kedua gembong itu tampak tegak berdiri diam,
tangannya saling menempel. Melihat itu, bukan main
kejutnya Tong Ko. Terang mereka sedang mengadu
lwekang. Serentak berdiri, berteriaklah Tong Ko dengan
cemasnya : "Cin-jin, tangannya beracun!"
Ang Hwat berpaling. Wajahnya merah padam karena
murka. "Budak yang tak mau mendengar kata, lekas enyah.
Kalau kudapatkan kau masih berada dalam jarak 100 Ii
dari sini, awas jiwamu ya!"
Tong Ko tersipu-sipu.
Dia yakin Ang Hwat tentu sudah mempunyai
pegangan. Segera diajaknya The Ing berlalu.
Baru berdialan belum lama, mereka berpaling
kebelakang tampak kedua gembong itu masih tegak
berdiri seperti tiang.
"Engkoh Ko, kau berpendapat siapa yang menang
nanti?" tanya The Ing setelah jauh sekali dari gelanggang
itu. Tapi Tong Ko hanya menggeleng kepala.
Belum sampai petang hari, mereka sudah keluar dari
daerah Sip-ban-tay-san. Malam itu mereka tidur
disembarang tempat. Keesokan harinya barulah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meneruskan perjalanan ke Kwiciu. Tiba disana, langsung
mereka menuju kegedung tihu (residen). Pintu kantor
pembesar itu tertutup rapat. Mereka mencari sebuah
warung untuk berunding. Tong Ko menyatakan supaya
malam nanti melakukan penyelidikan kegedung tihu, The
Ing diam saja, berselang bebrapa saat baru ia menyahut
: "Engkoh Ko, aku punya jalan! Bukantah dalam suratnya
itu ayah menyuruh aku datang" Nah, dengan surat itu
aku akan masuk kesana!"
"Benar, tapi kalau kau seorang diri, berbahaya sekali !"
The Ing menatap wajah Tong Ko, tiba2 ia tertawa geli.
Tong Ko heran dan mengira kalau mukanya itu apa
barangkali kotor, maka sampai ditertawai sinona. Buruburu dia menghampiri kaca, tapi ternyata bersih2 saja.
"Kau menertawai apa?" tegurnya dengan heran.
"Aku punya akal, tapi, jangan2 kau tak mau!"
?"Asal bisa menjumpai paman The, aku tentu tak
menolak!" "Kau menyaru jadi seorang nona dan ikut aku masuk.
Mereka tentu tak mencurigai" kata The Ing sembari
ketawa: "Hai, apa2an itu"!"
"Kalau begitu biar aku pergi seorang diri saja," kata
The Ing dengan mengangkat pundak.
Setelah merenungkan sejenak, akhirnya Tong Ko
menerima. The Ing lekas2 keluar membeli pakaian
wanita dan beberapa macam perhiasan. Oleh karena
sememangnya berparas cakap, maka ketika sudah
berganti pakaian wanita, jadilah Tong Ko seorang nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cantik. Malah The Ing sendiri sampai terkejut :"Ai,
mengapa kau menyerupai benar dengan suatu orang"!"
"Siapa?"
"Say-hong-hong Bek Lian!"
Tong Ko tertawa, ujarnya :"Say-hong-hong Bek Lian
adalah ratu bunga dari Kwiciu, masakan aku dapat
menyamainya, sudah jangan omong tak keruan!"
The Ing tetap ngotot.. "Benar2 seperti pinang dibelah
dua, percaya atau tidak itu terserah padamu!"
Tong Ko tak mau berbantah.
Keesokan harinya, mereka menuju kegedung tihu.
"Mau apa?" hardik serdadu penjaga seraya menghadang. The Ing deliki mata. "Kawanan yang tak bermata, kau
kenal tidak dengan Shin Hiat-ji tayjin?"
Shin Hiat-ji adalah taylwe-wisu (barangkari keraton).
Segera kawanan serdadu itu merobah sikapnya.
"Nona ini adalah........"
"Aku she The, kemari hendak menemui ayah!"
Ter-sipu2 kawanan serdadu itu membawa kedua nona
itu masuk. Tiba disebuah ruangan, terdengar lengking suara Liat
Hwat cousu berkata : "Sudah bebrapa hari, mengapa
Hiat-ji masih belum pulang" Jangan2 dia mendapat
halangan ditengah jalan!"
"Kukira tidak!" sahut suara The Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu, tak dapat The Ing menahan teriaknya
lagi : "Yah, aku sudah datang!"
Pintu ruangan itu terbuka sendiri. Liat Hwat dan The
Go duduk dikursi, sedang Siao-lan berdiri disisi suaminya.
Bermula The Go terbeliak melihat puterinya kesitu, tapi
lebih kaget lagi demi tampak seorang nona mengikut
dibelakang The Ing. Pikiran The Go terbayang lagi akan
kenangan pada duapuluh tahun berselang, Say-honghong Bek Lian, dewi jelita dari gunung Lo-hu-san..........
Juga Siao-lan terperanjat bukan terkira.
The Ing cukup cerdas dan buru2 memberi keterangan
: "Yah, Hiat-ji susiok sedang mempunyai lain urusan, jadi
agak terlambat beberapa hari. Aku telah mengerti jelas
isi suratmu itu, maka aku datang kemari !"
Sengaja ia tekankan kata2 "jelas" itu. Sebagai seorang
yang berotak, tajam, The Go dapat menangkap isyarat
itu. "Ing-ji, lekas beri hormat pada sucoumu!" serunya
sembari menatap tajam2 kearah "Bek Lian". Ah, Bek-Lian
tak semuda itu keadaannya. Hai, itulah Tong Ko, secepat
itu The Go sudah dapat meneropong penyaruan yang
lihay itu. Sebenarnya pada perkenalannya pertama dengan
Tong Ko, The Go sudah dapat merabah-rabah asal usul
anak muda itu. Tapi dia anggap belum tiba saatnya
untuk memberi tahu. Hanya dia larang puterinya supaya
jangan bergaul rapat dengan pemuda itu. Maka
sangatlah gelisahnya demi The Ing datang bersama Tong
Ko, suatu tanda bahwa hubungan kedua anak muda itu
tentu sudah makin akrab. Namun dalam saat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keadaan seperti itu, dia terpaksa tekan perasaannya dan
pura2 berseri girang.
"Ha, kiranya tit-li (keponakan perempuan) juga ikut?"
Pendekar Super Sakti 9 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Pendekar Riang 14