Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 19
melakukan apa saja. Hal ini patut dimaafkan."
Wan Fei Yang tertawa dingin.
"Apabila aku tidak mengatakan dengan terus terang, tidak
lama kemudian kau pasti akan mengetahuinya juga."
Ketenangan Tok-ku Bu-ti benar-benar mengagumkan.
"Karena, walaupun aku yang meminta Tian Sat membunuh
1439 Yan Cong Tian, tapi aku tidak mempunyai uang untuk
membayar tenaga yang telah mereka keluarkan. Terhadap
orang-orang yang berhutang kepada mereka, Tian Sat
mempunyai cara tersendiri untuk menghadapinya."
"Bagaimana?"
"Mereka akan meminta bayaran dengan nyawa orang itu
sendiri!" Tidak disangka Tok-ku Bu-ti berani mengatakan
semuanya dengan terang-terangan.
"Mereka sanggup membunuh Yan Supek tentunya mereka
juga sanggup membunuhmu. Itulah sebabnya kau menantang
aku bertarung di tempat ini," kata Wan Fei Yang.
"Tidak salah!" Tok-ku Bu-ti mengelus-elus jenggotnya. "Tiga kali berturut-turut aku bertarung dengan ayahmu, Ci Siong
tojin di atas Giok-hong-teng ini. Semua pertarungan itu
dilakukan dengan jujur. Kau tidak perlu khawatir aku akan
menggunakan cara licik untuk menghadapimu."
Wan Fei Yang hanya tertawa dingin.
"Tapi kali ini jalan hidupku benar-benar sudah buntu. Aku pasti akan mengerahkan segenap tenaga untuk melawanmu.
Meskipun kau sudah berhasil melatih ilmu Tian can sin-kang,
tapi sebaiknya kau berhati-hati sedikit."
"Aku tidak menyangka hatimu tiba-tiba bisa menjadi mulia."
"Sekali-kali berbuat kebaikan toh tidak ada salahnya!"
"Terima kasih atas peringatanmu!" sahut Wan Fei Yang
dengan nada yang luar biasa tenangnya.
Tok-ku Bu-ti menganggukkan kepalanya. "Bersediakah kau
memberi jawaban apabila aku mengajukan satu pertanyaan
kepadamu?" tanyanya serius.
1440 Wan Fei Yang menganggukkan kepalanya. "Silahkan
bertanya."
"Bagaimana keadaan Hong ji sekarang?"
Ujung mata Wan Fei Yang berkerut-kerut mendengar
pertanyaan itu. "Aku tidak tahu. Sejak malam itu aku tidak pernah berjumpa dengannya."
Tok-ku Bu-ti menarik nafas panjang. Dia mengangkat tongkat
kepala naganya. "Silahkan!"
Wan Fei Yang segera menghunus pedangnya. Digetarkannya
sarung pedang yang ditangan kirinya. Sarung pedang itu
langsung berubah menjadi sebatang toya. Tok-ku Bu-ti
mengeluarkan siulan panjang. Seperti kobaran api dia
menyambar ke arah Wan Fei Yang. Salju yang menutupi
permukaan tanah berhamburan oleh terjangannya yang
dahsyat. Kekuatannya benar-benar mengejutkan.
Dalam waktu yang bersamaan, Wan Fei Yang juga bersiul
nyaring. Dia menerjangan Tok-ku Bu-ti. Tongkat kepala naga
dan pedang saling berbenturan. Sekilas cahaya memercik
suara: "Trang! Trang! Trang!" benturan kedua senjata
terdengar tidak putus-putusnya.
Tongkat kepala naga di tangan Tok-ku Bu-ti menyapu gencar.
Suara angin yang ditimbul kannya berdesir-desir. Pedang di
tangan Wan Fei Yang juga tidak kalah dahsyatnya. Sekali
gerakan pedangnya menyambut serangan Tok-ku Bu-ti
sebanyak sembilan kali. Kekuatannya tidak kalah hebat
dengan Tok-ku Bu-ti.
Pada dasarnya ilmu silat Wan Fei Yang sudah lebih tinggi dari
Tok-ku Bu-ti. Dia hanya kalah pengalaman. Hal ini dapat
dimaklumi, di dunia kangouw Wan Fei Yang masih merupakan
bocah ingusan sedangkan Tok-ku Bu-ti merupakan
1441 dedengkotnya. Entah sudah berapa banyak pertarungan
antara hidup dan mati yang sudah pernah dilaluinya. Dia
sudah dapat menguasai ajang pertarungan dengan baik.
Salju yang bertaburan di sekitar tempat itu memercik
membasahi tubuh keduanya. Dari kejauhan tampak seperti
binatang-binatang kecil yang sedang menari-nari. Tubuh
kedua orang itu saling berkelebat. Semakin lama semakin
cepat. Tampaknya seperti roh-roh yang bergentayangan
mencari mangsa. Tubuh mereka berubah menjadi bayangan.
Orang biasa yang menyaksikan pertarungan itu pasti mengira
bahwa tubuh keduanya tidak lama kemudian juga akan
mencair menjadi salju.
"Trang!" Terdengar suara benturan yang menggelegar
memekakkan telinga. Tubuh keduanya langsung terpisah.
Wajah Tok-ku Bu-ti pucat pasi bagai selembar kertas.
Ternyata tongkat kepala naganya sudah terputus menjadi dua
bagian. Di pihak sana, Wan Fei Yang juga berdiri tegak
dengan wajah memucat. Pedangnya juga terkutung menjadi
tiga bagian. Tanpa bersepakat terlebih dahulu, keduanyanya melemparkan
senjata masing-masing yang telah terkutung ke atas salju.
Tubuh Tok-ku Bu-ti bergerak lagi. Sepasang telapak
tangannya dirangkapkan di depan dada. Hawa murninya telah
dihimpun. Pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya tiba-tiba
menjadi kaku. Perlahan-lahan sepasang telapak tangannya
berubah warna menjadi merah membara. Tidak diragukan lagi
bahwa dia telah mengerahkan Mit kip sinkangnya yang hebat.
Sebetulnya ilmu yang dipelajari oleh Tok-ku Bu-ti bernama Mit
kip mokang (Ilmu iblis putus turunan) tapi karena nama itu
berbau sesat, Tok-ku Bu-ti Mit kip sinkang (Tenaga sakti putus
turunan). Sepasang tangan Wan Fei Yang juga dirangkapkan.
Wajahnya yang tadi pucat perlahan-lahan berona dadu. Dia
juga sudah mengerahkan ilmu Tian can sinkangnya yang
1442 dahsyat. Terdengar teriakan lantang dari mulut keduanya.
Tubuh mereka bergerak dalam waktu yang bersamaan.
Keduanya melesat di udara dan dua pasang telapak tangan
pun saling berbenturan.
"Blammmm!!" Tepat pada saat itu juga terdengar suara
benturan yang menggelegar.
Bumi seakan terguncang. Salju berhamburan ke mana-mana.
Cuaca pun berubah seketika. Begitu hebatnya benturan
antara kedua orang itu sampai-sampai suaranya yang
menggelegar dapat terdengar oleh para murid Bu tong yang
sedang menunggu di bawah dengan hati tegang. Mereka tahu
keduanya sudah berada dalam puncak pertarungan. Menang
atau kalah, saat inilah untuk menentukannya.
Baik Tok-ku Bu-ti maupun Wan Fei Yang terpental sejauh tiga
depa. Tubuh mereka menggelinding di atas salju yang putih.
Wajah Tok-ku Bu-ti sebentar putih sebentar lagi lagi berubah
menjadi merah. Tampaknya darah segar akan muncrat dari
seluruh panca inderanya. Mulutnya sudah memuntahkan
segumpal darah yang kental.
Wajah Wan Fei Yang hijau membesi. Dadanya bergemuruh,
nafasnya tersengal-sengal. Beberapa saat kemudian
keadaannya baru normal kembali. Tok-ku Bu-ti kembali
memuntahkan darah untuk kedua kalinya. Tubuhnya langsung
berkelebat. Telapak tangannya menghantam ke depan.
Wan Fei Yang tidak menyangka dengan datangnya serangan
itu. Dia melihat keadaan Tok-ku Bu-ti sudah payah. Dengan
gugup dia mengulurkan telapak tangannya untuk menyambut
serangan Tok-ku Bu-ti. Hidungnya mencium bau amis darah.
Serangan Tok-ku Bu-ti lebih hebat dari sebelumnya. Tubuh
Wan Fei Yang tergetar mundur satu langkah.
Mulut Tok-ku Bu-ti memuntahkan darah terus menerus. Tapi
tampaknya orang itu benar-benar sudah nekat. Sepasang
telapak tangannya secepat memutar menghantam ke depan.
1443 "Ilmu iblis menghancurkan tubuh!" seru Wan Fei Yang dalam hatinya. Dia terkejut sekali. Dia mengerahkan seluruh
tenaganya dan menyambut serangan Tok-ku Bu-ti yang
mengerikan itu.
Tok-ku Bu-ti melancarkan serangan sebanyak tiga belas kali
berturut-turut. Sepasang telapak tangannya menghantam
secara bergantian. Sekali mereka saling mengadu kekuatan.
Dua pasang telapak tangan saling menekan. Darah terus
mengalir dari mulut, hidung, mata dan telinga Tok-ku Bu-ti.
Keadaannya sungguh menyeramkan. Sama sekali tidak
berbentuk manusia lagi. Tulang belulang di seluruh tubuhnya
memperdengarkan suara derakan yang menggidikkan hati.
Dugaan Wan Fei Yang tepat sekali. Tok-ku Bu-ti memang
telah mengerahkan ilmu iblis menghancurkan tubuh yang
merupakan jurus terakhir dari Mit kip sinkang. Ilmu itu
sebetulnya merupakan ilmu yang hanya digunakan apabila
orang yang mengerahkannya sudah nekat untuk mengajak
lawannya mati bersama. Sebab begitu ilmu tersebut
dikerahkan, orang itu pasti lambat laun akan mati dengan
darah yang mengalir habis dari seluruh panca inderanya dan
tulang belulang dalam tubuhnya akan berpatahan. Mana
mungkin ada orang yang dapat hidup dalam keadaan seperti
itu. Tapi dengan mengerahkan ilmu yang satu ini, orang tersebut
juga dapat melipatgandakan tenaga dalamnya menjadi dua
kali dari biasanya. Hal ini membuktikan bahwa Tok-ku Bu-ti
sudah bertekad untuk mengajak Wan Fei Yang mati bersama.
Wan Fei Yang tidak berani bergerak. Juga tidak dapat
bergerak. Dia terus mengerahkan Tian can sinkang untuk
menahan serangan Tok-ku Bu-ti yang nekat. Dia merasakan
tenaga dalam yang dipancarkan oleh Tok-ku Bu-ti semakin
lama semakin kuat.
1444 Tepat pada saat itu pula, salju yang menutupi sebuah batu
besar berhamburan. Ternyata tanah di depan batu tersebut
sudah terkuak lebar dan menimbulkan sebuah lubang yang
besar. Tubuh Fu Giok Su melesat keluar dari lubang tersebut.
Dia bagaikan seekor ular berbisa meluncur ke arah Wan Fei
Yang. Sepasang telapak tangannya menghantam dengan
kekuatan penuh.
Pada saat itu keadaan Wan Fei Yang sedang genting sekali.
Dia tidak dapat mengulurkan tangannya menangkis serangan
itu. Dia harus menghadapi serangan Tok-ku Bu-ti yang
dahsyat. Tubuhnya juga tidak dapat digerakkan. Seandainya
dia bergeser sedikit saja. Kerahan ilmu Tian can sinkangnya
pasti akan terpencah dan pada waktu itu Tok-ku Bu-ti pasti
akan menggunakan kesempatan yang baik untuk
menghantamnya. Seandainya Wan Fei Yang terhantam oleh serangan telapak
tangan Fu Giok Su, akibatnya pasti sama mengerikannya.
Rupanya Fu Giok Su sejak dini sudah menanti di dalam
lubang yang dibuatnya itu. Sudah kurang lebih tiga kentungan
dia bersembunyi di sana. Justru kesempatan seperti inilah
yang ditunggu-tunggunya.
Dia juga memperhitungkan kalau dalam keadaan seperti ini
Wan Fei Yang pasti tidak akan mempunyai kesempatan untuk
menghindari serangan. Oleh karena itulah, dia tidak menyianyiakan kesempatan emas ini untuk membokong Wan Fei
Yang. Tanpa sadar bibir Fu Giok Su mengembangkan seulas
senyuman yang licik. Hatinya sudah berbunga-bunga
membayangkan bahwa kali ini riwayat Wan Fei Yang pasti
akan tamat. Namun tepat pada saat itu juga, mulutnya
mengeluarkan suara jeritan ngeri. Sebatang pedang bagai
kilat meluncur dan langsung menikam bagian belakang
punggungnya. 1445 Dia sudah bertekad untuk membunuh Wan Fei Yang. Sejak
semula dia tidak memperhiungkan akan adanya orang lain
yang akan menghalangi perbuatannya. Pada dasarnya di atas
Giok ho teng itu juga tidak ada orang keempat.
Tapi ternyata orang keempat itu muncul juga ...
Ketika telinganya menangkap suara teriakan lantang, pedang
itu sudah menembus dari belakang punggung sampai ulu
hatinya. Serangkum rasa sakit segera menyerangnya. Pada
saat itulah dia menjerit ngeri. Tubuhnya terdorong ke depan.
Sepasang telapak tangannya menghantam di atas salju yang
tebal. Salju berhamburan kemana-mana. Sepasang telapak tangan
Fu Giok Su terbenam ke dalam salju. Jaraknya dengan Wan
Fei Yang hanya tinggal dua cun. Dengan susah payah dia
menggelindingkan tubuhnya. Dalam waktu yang bersamaan,
matanya menangkap bayangan Fu Hiong Kun yang
menerjang ke arahnya.
Dari tempat yang digalinya tadi ternyata sudah bertambah
satu lubang lagi di samping kanan. Tidak usah diragukan lagi
bahwa Fu Hiong Kun keluar dari lubang tersebut. Fu Giok Su
sama sekali tidak menyangka bahwa Fu Hiong Kun malah
sudah datang lebih awal daripadanya. Dia juga menggali
sebuah lubang dan bersembunyi di dalamnya. Sedangkan Fu
Giok Su yang datang belakangan rupanya juga mempunyai
ide yang sama. "Hiong Kun?" Mata Fu Giok Su menatapnya dengan
pandangan kurang percaya.
Air mata Fu Hiong Kun mengalir dengan deras. Wajahnya
yang sudah pucat semakin pucat. Entah akibat hawa yang
dingin atau kesedihan hatinya yang tidak teruraikan dengan
kata-kata. Tubuhnya bergerak dengan hebat.
1446 "Meskipun kau sudah menotok jalan darahku, tapi kau lupa
bahwa aku khusus mempelajari ilmu pengobatan.
Pengetahuanku tentang jalan darah manusia sudah cukup
tinggi sehingga aku bisa melepaskan totokanmu itu." Bahkan
suaranya pun bergetar dengan hebat.
Fu Giok Su rasanya ingin tertawa terbahak-lahak. Namun dia
benar-benar tidak sanggup tertawa lagi.
"Aku tahu kau pasti akan berjalan ke tempat ini dan
membokong Wan Toako."
"Bagus sekali. Kau memang adikku yang baik ... " Kepala Fu Giok Su terkulai. Nafasnya pun berhenti pada waktu yang
bersamaan. "Toako ... !" Air mata Fu Hiong Kun mengalir dengan deras.
Dia tidak sanggup menahan dirinya lagi. Dipeluknya mayat Fu
Giok Su dan menangis tersedu-sedu.
Sementara itu, pertarungan antara Tok-ku Bu-ti dengan Wan
Fei Yang semakin menegangkan. Meskipun saat itu sedang
musim salju, tapi keringat keduanya membasahi sekujur tubuh
mereka. Keadaan Tok-ku Bu-ti jangan dikatakan lagi. Darah
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan keringat seakan menyatu.
Tiba-tiba tubuh Tok-ku Bu-ti terhuyung huyung lalu terkulai
jatuh. Mantel bulunya sudah penuh dengan bercak-bercak
darah. Tenaga dalamnya sudah terkuras habis. Namun suara
detakan tulang masih belum berhenti. Angin bertiup dengan
kencang laksana mendendangkan lagu kematian. Sedangkan
mata Tok-ku Bu-ti masih membelalak. Dia menggelepargelepar bagai ayam yang baru saja di potong lehernya.
Sesaat kemudian Wan Fei Yang juga terkulai jatuh. Dua kali
berturut-turut dia memuntahkan darah segar. Seandainya Tokku Bi ti masih mempunyai sisa sedikit tenaga, tentu tidak sulit 1447
untuk membunuhnya. Sayangnya keadaan Tok-ku Bu-ti
demikian parahnya sehingga tidak mempunyai kemungkinan
melakukan hal itu.
Rona wajah Wan Fei Yang sungguh tidak sedap dipandang.
Tapi dia berusaha mempertahankan diri untuk merangkak ke
samping Fu Hiong Kun. Dia tidak berkata apa-apa. Juga tidak
tahu apa yang harus dikatakannya. Hujan salju semakin
deras. Dalam sekejap mata pakaian mereka sudah dilapisi
salju yang tebal. Suara tangisan Fu Hiong Kun masih
terdengar. Tok-ku Bu-ti di sebelah sana juga belum mati. Bibirnya
bergerak-gerak. Jelas dia sedang menggumamkan sesuatu,
namun suaranya demikian lirih sehingga tidak terdengar sama
sekali. Tampaknya meskipun keadaan orang tua itu sudah
sekarat, langit pun masih tidak menaruh sedikitpun belas
kasihan kepadanya. Sampai nyawanya meninggalkan
raganya, tetap saja tidak ada seorang pun yang
mendengarkan kata-katanya yang terakhir.
*** Darah sudah berhenti mengalir. Namun air mata masih belum
kering juga. Dengan bantuan bimbingan Fu Hiong Kun,
akhirnya Wan Fei Yang dapat berdiri tegak. Air mata masih
juga membasahi pipi gadis itu. Wan Fei Yang dapat
merasakan bagaimana perasaan Fu Hiong Kun kehilangan
satu-satunya keluarga yang masih dimilikinya. Perasaan
semakin iba melihat keadaan gadis itu. Tanpa memperdulikan
bahaya yang mungkin akan ditemuinya Fu Hiong Kun telah
membela dirinya mati matian.
Wan Fei Yang tahu, pukulan batin yang diterima Fu Hiong Kun
hari ini tidak kalah dengan penderitaan yang dialaminya tempo
hari. Mungkin hatinya lebih sakit lagi. Fu Giok Su mati di
tangan adiknya sendiri. Hal ini tidak terduga oleh siapa pun.
Bahkan oleh Tok-ku Bu-ti menjelang akhir hidupnya.
1448 Keduanya berdiri berdampingan dengan pakaian dipenuhi
oleh butiran salju. Tidak ada seorang pun yang berkata apaapa dalam keadaan seperti itu, rasanya memang tidak ada
yang perlu dikatakan lagi.
Wan Fei Yang berusaha mempertahankan dirinya agar tidak
terjatuh kembali. Matanya melirik ke arah mayat Tok-ku Bu-ti
yang sudah dilapisi salju. Entah mengapa, tiba-tiba dia
merasa suatu kelelahan yang tidak pernah dirasakannya
seumur hidup. Apakah lelah menghadapi hidup yang berlikuliku" Tidak ada seorangpun yang dapat menjawabnya, bahkan
Wan Fei Yang sendiri.
Dendam antara Bu tong pai dengan Bu ti bun dan Siau Yau
Yok sudah berakhir. Lalu bagaimana kelanjutannya bagi
mereka yang masih hidup" Kelelahan yang dirasakan oleh
Wan Fei Yang juga hanya suatu kehampaan.
Seseorang apabila hidup di dunia ini hanya untuk dendam
yang tidak ada habis-habisnya, bukanlah terlalu menggelikan
bahkan terlalu menyedihkan" Kecuali dendam kesumat,
apalagi yang mereka miliki" Wan Fei Yang tidak tahu. Bahkan
Fu Hiong Kun yang ada di sampingnya juga terlihat semakin
menjauh. Langit dan bumi menjadi saksi berakhirnya semua
pertikaian itu, namun mengapa manusianya sendiri dapat
benar-benar mengakhirinya dengan tuntas"
Rasa pening tiba-tiba menyerang kepala Wan Fei Yang, dia
terhuyung-huyung. Fu Hiong Kun mengusap air mata yang
mengalir di pipinya. Melihat keadaan anak muda itu, cepatcepat dia memapahnya. Sejenak kemudian tubuh Wan Fei
Yang pun terkulai dalam pelukan Fu Hiong Kun.
*** Salju masih turun. Namun tidak sederas pagi tadi. Matahari
1449 baru muncul meskipun tengah hari baru saja berlalu. Awan
yang gelap perlahan-lahan mulai terang. Kadang-kadang
cuaca memang sulit ditafsirkan, apalagi hati manusia.
Wan Fei Yang baru tersadar dari pingsan nya. Bau obatobatan memenuhi kamar di mana dia berbaring. Kepalanya
tidak dapat diangkat. Karena begitu dia menggerakkannya
sedikit saja. rasa pusing masih menyerangnya. Hanya
matanya yang dapat mengedar dengan leluasa. Sejenak
kemudian dia tahu bahwa dia bukan berada di dalam
kamarnya sendiri, tetapi di kamar Yan Cong Tian.
Sebetulnya kamar di dalam gedung Bu tong pai itu banyak
sekali. Tapi sejak kepulangannya ke Bu tong san. Wan Fei
Yang menolak ditawarkan kamar yang lain. Dia memilih tidur
di kamarnya yang dulu. Meskipun kamar itu kecil sekali, tapi
dia mempunyai kenangan yang manis di sana. Setiap kali dia
membaringkan tubuhnya di atas balai-balai tersebut.
Bayangan Ci Siong tojin dalam pakaian hitam dan kepala
berkerudung melintas di depan pelupuk matanya.
Sekarang dia berbaring di kamar Yan Cong Tian, tentu saja
Wan Fei Yang segera mengerti apa sebabnya. Pertama pasti
karena jarak kamarnya terlalu jauh sehingga repot
mengangkat tubuhnya ke tempat itu. Kedua, Fu Hiong Kun
yang merawatnya pasti kurang leluasa mondar-mandir
mengantarkan obat untuknya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Yo Hong masuk dengan bibir
tersenyum. "Siau Fei, bagaimana keadaanmu?" tanyanya
ramah. Wan Fei Yang berusaha bangun dari tempat tidur tersebut.
Tapi dia terkulai kembali. Yo Hong panik melihatnya. Dengan
cepat dia menghampiri tempat tidur itu dan memegang bahu
Wan Fei Yang. Wajahnya tampak cemas sekali.
Wan Fei Yang menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa Yo
1450 Suheng. keadaanku sudah jauh lebih baik. Hanya agak pening
sedikit," katanya.
"Perlukah aku panggilkan Fu Kouwnio untuk melihat
keadaanmu?"
Sekali lagi Wan Fei Yang menggelengkan kepalanya. "Tidak
usah ... Jangan menyusahkan Hiong Kun. Di mana dia
sekarang?"
"Masih di ruangan utama. Fu kouwnio turun dari Giok-hongteng dan meminta kami membawamu pulang. Melihat mayat
Fu Giok Su dan Tok-ku Bu-ti tergeletak begitu saja, aku
menyuruh saudara yang lain membawanya sekalian. Aku tidak
tahu apakah tindakan itu benar atau tidak. Sekarang Fu
kouwnio masih menangis terus di ruang utama. Mayat Fu Giok
Su juga ada di dalam ruangan itu," sahut Yo Hong sambil
menarik nafas panjang.
"Apa yang kau lakukan benar sekali, Yo Suheng. Baik Tok-ku Bu-ti maupun Fu Giok Su memang merupakan musuh besar
kita. Tapi itu ketika mereka masih hidup. Sekarang mereka
sudah mati, kita tidak boleh memandang mayat mereka
sebagai musuh. Uruslah baik-baik. Adakan upacara
sembahyang yang sederhana saja. Setelah itu kuburkan
mereka di bagian belakang gunung."
Yo Hong menganggukkan kepalanya. "Baiklah ... kau istirahat saja dulu, biar aku yang membereskan segalanya." Entah
mengapa perasaannya semakin kagum saja terhadap Wan
Fei Yang. Dia merasa anak muda itu bukan saja baik hati
malah berjiwa besar.
Wan Fei Yang memandangi bayangan punggung Yo Hong
sampai keluar dari kamar itu. Ia menarik nafas panjang.
Kehidupan manusia benar-benar bagai sebuah panggung
sandiwara. Dia hanya berharap Fu Hiong Kun dapat menerima
pukulan batin yang hebat ini. Dia tahu gadis itu tabah sekali.
1451 Sekaligus kehilangan semua keluarga dalam jangka waktu
beberapa bulan memang merupakan penderitaan batin yang
berat sekali. Wan Fei Yang memejamkan matanya. Dia tidak ingin berpikir
banyak saat ini. Dia ingin
Membiarkan otaknya beristirahat setelah berbagai kejadian
yang dialaminya. Hatinya sendiri sudah tawar menghadapi
hidup seperti ini. Namun tugas masih ada, dia tidak dapat
meninggalkan semuanya begitu saja. Pernah terlintas di
pikirannya untuk menyucikan diri menjadi pendeta seperti
almarhum ayahnya. Tetapi dia tahu sekarang bukan saatnya
yang tepat. Dia sudah mengambil keputusan secara diam-diam. Kelak
apabila urusannya sudah selesai, dia akan mengasingkan diri
di tempat yang terpencil dan meninggalkan dunia kang-ouw
untuk selama-lamanya.
*** Memandangi mayat Fu Giok Su yang tergeletak di
hadapannya, hati Fu Hiong Kun bagai disayat-sayat oleh
sembilu. Bagaimana hatinya tidak menjadi pedih memikirkan
bahwa tangannya sendiri yang terpaksa menghabiskan nyawa
abangnya itu. Isak tangisnya masih terdengar. Terkadang tangannya terulur
dan meraba wajah Fu Giok Su yang sudah dingin itu. Dia ingm
menjerit sekeras-kerasnya untuk memohon pengampunan dari
abangnya. Dia tahu sampai mati pun Fu Giok Su belum dapat
menerima apa yang diperbuatnya. Dan sekarang dia sudah
tidak mempunyai kesempatan untuk menyadarkan abangnya
dan menjelaskan mengapa dia berbuat demikian.
Dia terpaksa melakukannya. Dia tidak ingin dosa Fu Giok Su
bertambah banyak dan menambah lagi dendam yang sudah
1452 ada antara Siau Yau kok dan Bu-tong-pai.
"Tidakkah Toako menyadari apabila dia dapat membunuh
Wan Fei Yang sekalipun, dia tetap tidak dapat menguasai
murid Bu tong lagi. Mereka akan nekad melihat kematian Wan
Fei Yang dan akan memberontak sekuat tenaga, meski
berapa banyak pun orang yang harus berkorban.
Air mata mengalir dengan deras. Mungkin bagi keluarganya
Fu Hiong Kun merupakan anak yang tidak berbakti. Tapi
semua orang tahu perbuatannya itu memerlukan pengorbanan
perasaan yang sangat besar. Dia melakukannya justru karena
dia mencintai keluarganya. Seandainya Thian ti mau
menyudahi urusan tempo dulu, pasti Yan Cong Tian dan Wan
Fei Yang juga tidak akan memperpanjangnya lagi. Tapi
rupanya takdir telah menentukan garis hidup mereka harus
berakhir dengan cara demikian.
Pernahkah Fu Hiong Kun membayangkan bahwa di akhir
hidupnya, bahkan murid Bu tong pai juga yang mengurusi
jenasahnya serta layonnya ... " Pasti tidak. Dan sudah pasti
Tok-ku Bu-ti juga tidak akan menduga begitu akhirnya.
Mungkin dia sudah dapat memastikan bahwa dia tidak akan
meninggalkan Giok hong-teng dalam keadaan hidup. Tapi dia
pasti mengira bahwa setelah dia mau murid Bu tong akan
melemparkannya ke dalam jurang dan membiarkan mayatnya
membusuk disanan.
Fu Hiong Kun menarik nafas panjang. Pikirannya melayanglayang. Ketika Yo Hong berjalan mendekatinya, dia masih
belum sadar juga. "FU kouwnio ..." sapa Yo Hong dengan
suara lirih. Dia tidak berani mengejutkan gadis yang sedang
bersedih hati itu.
Fu Hiong Kun menolehkan kepalanya dengan perlahan. "Yo
Toako ... "
Yo Hong menggelengkan kepalanya melihat keadaan gadis
1453 itu. Dia sendiri sudah jauh berubah, adatnya tidak begitu
berangasan lagi. Setelah mengalami berbagai kejadian yang
mengejutkan, dia memang baru menyadari bahwa tingkah
lakunya tempo dulu sangat tidak terpuji. Dia menjadi malu hati
sendiri. Sikapnya sekarang agak merendah. Adatnya juga
tidak keras lagi seperti sebelumnya, namun pendiriannya
masih kukuh. Memang dia seorang manusia yang tegas.
Bahkan terlalu tegas, sehingga kadang-kadang tidak dapat
membedakan mana yang benar atau mana yang salah. Kalau
menurut adat Yo Hong sebelumnya, dia tidak pernah meminta
pendapat orang lain apabila melakukan sesuatu. Tetapi
sekarang dia selalu menanyakan dahulu kepada Fu Hiong
Kun ataupun Wan Fei Yang. Sebetulnya ini merupakan
perubahan yang menggembirakan. Hanya saja dalam
keadaan seperti saat itu. hati siapa yang dapat merasakan
kegembiraan. "Siau Fei sudah sadar. Dia meminta aku mengurusi janasah
Toakomu dan jenasah Tok-ku Bu-ti. Fu kouwnio, istirahatlah
dulu. Sudah sepanjang hari kau berada di dalam ruangan ini.
Kau bahkan tidak menelan sebutir nasi pun. Bagaimana kalau
kau jatuh sakit" Jagalah kesehatanmu," kata Yo Hong dengan maksud menasehati.
Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya, "Bagaimana
keadaan Wan Toako?"
"Sudah jauh lebih baik. Hanya kepalanya saja yang masih
pusing. Kau tidak perlu
mengkhawatirkannya. Fu kouwnio, Bu tong pai sudah terlalu
banyak berhutang kepadamu Jangan membuat perasaan kami
semakin tertekan seandainya terjadi apa-apa pada dirimu.
Fu Hiong Kun menarik nafas panjang. "Jangan berkata begitu, Yo Toako. Kami dari keluarga Fu-lah yang banyak berdosa
terhada Bu-tong-pai. Meskipun Toako-ku ini merupakan
musuh besar kalian, tapi setelah mati kalian masih sudi
mengurusi jenasahnya, kami dari keluarga Fu entah harus
berbuat apa sebagai tanda terima kasih kami."
1454 Yo Hong tidak tahu harus mengatakan apa.
"Yo Toako, tolong gantikan aku sebentar. Aku ingin melihat keadaan Wan Toako. Lagi
Pula sudah saatnya meminum obat. Lukanya cukup parah,
tapi untung saja Wan Toako sudah berhasil menguasai Tian
Can sinkang, sehingga daya tahan tubuhnya lebih tinggi dari
pada orang lain. Namun dia harus beristirahat untuk jangka
waktu yang cukup panjang."
Yo Hong menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa
lagi. ***
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika Fu Hiong Kun masuk ke dalam kamarnya, Wan Fei
Yang sedang tertidur dengan pulas. Fu Hiong Kun tidak mau
mengganggunya. Dia meletakkan mangkok berisi obat di atas
meja kemudian bersiap-siap untuk keluar kembali.
"Hiong kun...." Tiba-tiba terdengar suara lirih Wan Fei Yang yang menyapanya.
Fu Hiong Kun menolehkan kepalanya. "Wan Toako, kau
sudah bangun?"
Wan Fei Yang melihat mata gadis itu yang bengkak karena
terlalu banyak menangis. Ia merasa iba sekali. "Hiong Kun,
maafkan kalau semua terpaksa harus berakhir seperti ini.
Sebetulnya aku " "
"Jangan berkata apa-apa, Wan Toako. Aku mengerti. Kau
tidak bersalah. Semuanya sudah merupakan takdir. Hanya
saja " "
"Hanya saja apa" Katakan Hiong Kun, seandainya aku dapat
membantu " "
1455 Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya. "Aku sedang
berpikir, seandainya saja anak toako masih hidup " "
Wan Fei Yang menarik nafas panjang. Wajahnya berubah
kelam. Hatinya masih tertekan setiap kali mengingat nasib Lun
Wan Ji. Dia pernah mencintai gadis itu. Walaupun mungkin cintanya
pada saat itu merupakan cinta monyet yang terjadi pada dunia
remaja yang belum tahu apa-apa. Tapi pada dasarnya dia
memang menyayangi gadis itu. Lun Wan Ji adalah gadis
pertama yang mengisi lubuk hatinya. Lun Wan Ji pula yang
memperkenalkan kata cinta kepadanya.
"Apa yang kau katakan memang benar. Seandainya anak itu
masih hidup, tentu aku akan merawatnya seperti anak
kandungku sendiri."
Fu Hiong Kun memandangnya dengan tertegun. Meskipun
apa yang mereka bicarakan hanya merupakan perumpamaan
yang tidak mungkin lagi menjadi kenyataan, tapi dia tetap
tergugah oleh perasaan Wan Fei Yang yang tulus.
"Kau?"
"Kenapa" Anak itu adalah anak Sumoayku. Meskipun
ayahnya adalah musuh kami, tapi anak itu tidak berdosa.
Sayang sekali usianya begitu pendek. Bahkan dia tidak
pernah tahu siapa dirinya dan siapa orang tuanya."
"Lupakanlah semua yang telah berlalu. Wan Toako, kau harus merawat luka dalammu baik baik. Sebelum menutup mata,
Gihu sangat mengharapkan kau yang akan meneruskan partai
Bu-tong-pai. Kaulah yang akan membangkitkan kembali
kejayaan partai ini. Jangan kecewakan Gihu yang sudah
berada di alam baka."
1456 Serangkum perasaan sakit kembali menyusup dalam hati Wan
Fei Yang. Bagaimana dia harus menjelaskan bahwa dia tidak
berminat lagi mencampuri urusan dunia kang-ouw ... " Dia
hanya ingin melakukan satu tugas lagi, tapi dia tidak
menceritakannya kepada siapa pun. Dia tidak ingin mereka
khawatir kalau tahu apa yang ia rencanakan dalam hatinya.
"Biarkanlah aku pikirkan hal ini baik-baik. Nanti apabila sudah sembuh akan kuberi jawaban kepada kalian."
Fu Hiong Kun tidak memaksanya. Dia mengangguk kecil.
"Baiklah ... Wan Toako minum dulu obat yang ada di atas
meja itu. Obat itu harus diminum sebelum makan. Nanti aku
akan membawakan bubur untukmu."
"Terima kasih, Hiong Kun. Kami merasa tidak enak
menyusahkan dirimu terus menerus."
Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya.
Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, dia keluar dari kamar itu
dengan lergesa-gesa. Sampai di depan koridor panjang, air
matanya tidak terbendung lagi. Dia menangis tersedu-sedu.
Hatinya pedih sekali. Sebetulnya dia ingin menceritakan
tentang Tok-ku Hong yang terjatuh ke dalam jurang akibat
bergebrak dengan Fu Giok Su, abangnya. Namun dia tidak
sanggup menyakiti hati Wan Fei Yang dalam keadaan seperti
ini. Lebih baik dia mengatakan terlebih dahulu kepada Yo
Hong. Nanti apabila luka Wan Fei Yang sudah sembuh, dia
akan mencari kesempatan yang baik untuk mengatakannya.
*** Salju masih bertebaran menyelimuti jalan raya. Dalam cuaca
seperti ini tidak banyak orang yang berlalu lalang. Padahal
kota ini biasanya ramai dengan pengunjung baik pedagang
maupun pelancong.
1457 Hang ciu memang merupakan pusat perdagangan yang selalu
ramai. Namun pada musim dingin seperti ini, orang lebih
memilih tinggal di rumah daripada bepergian. Tapi herannya
kedai-kedai kopi maupun arak malah semakin laris di musim
ini. Mungkin mereka menikmati kenikmatan tersendiri minum
arak sambil berbincang-bincang dengan rekan kenalan
ataupun sahabat yang hanya kebetulan bertemu di tempat
tersebut. Kain panjang yang berluliskan 'Kedai arak Yung Sing'
melambai-lambai tertiup angin. Kedai arak yang tidak terlalu
besar itu sudah penuh oleh pengunjung. Suara percakapan
terdengar riuh rendah. Bahkan ada yang tertawa terbahakbahak ketika seseorang menceritakan kejadian yang lucu.
Di sudut sebelah kanan duduk dua orang laki-laki berusia
selengah baya. Di hadapan mereka terhidang satu kendi arak
dan dua buah cawan. Juga ada sepiring kacang rebus yang
masih mengepulkan asap. Mereka menikmati arak dan kacang
di atas meja sambil berbincang-bincang dengan suara lirih.
"Bagaimana pendapat Li heng tentang kabar yang kita dengar tadi?"
"Kabar itu pasti benar adanya. Bu-tong-pai adalah sebuah
partai besar. Mereka tidak mungkin menyiarkan kabar yang
tidak nyata. Tok-ku Bu-ti pasti benar sudah mati. Hal ini tidak perlu diragukan lagi."
"Tapi mengapa mayatnya tidak dibawa turun gunung"
Padahal orang-orang kita sudah tersebar di sekitar daerah itu
dan menunggunya hampir satu minggu?"
"Kalau begitu Sun heng belum mendengar kabar yang
kuterima tadi pagi. Mayat Tok-ku Bu-ti memang tidak dibawa
turun. Mereka mengebumikan jenasahnya di atas Bu-tongsan." 1458 Rekannya itu tampak tertegun. "Mengapa mereka mau
melakukan hal itu, padahal Tok-ku Bu-ti adalah musuh besar
partai tersebut?"
"Justru ini membuktikan kebesaran jiwa murid Bu-tong-pai.
Menurut selentingan yang tersebar di luaran, memang banyak
murid Bu-tong-pai yang tidak puas dengan keputusan itu, tapi
mereka tidak berani membantah perintah Wan Fei Yang dan
Yo Hong." "Lalu bagaimana kita harus membuktikan kepada ketua kita
bahwa Tok-ku Bu-ti memang benar-benar sudah mati?"
Orang she Li yang ternyata bernama Li Seng itu menarik
nafas panjang. "Hal ini jugalah yang memusingkan kepalaku.
Mana adat ketua kita sangat keras. Sebelum melihat dengan
mata kepala sendiri mayat Tok-ku Bu-ti, dia pasti tidak akan
percaya begitu saja."
Orang she Sun yang bernama Sun Po itu langsung ikut-ikutan
menarik nafas panjang. "Entah bagaimana dengan keadaan
Wan Fei Yang sendiri?"
"Menurut kabar sih dia tidak terluka sama sekali. Tapi aku tidak percaya. Murid Bu-tong-pai pasti menutupi hal ini.
Mereka takut kalau seandainya ada orang jahat yang
mengincar Bu-tong-pai, dan mereka mengetahui Wan Fei
Yang sedang terluka parah pasti akibatnya, tidak dapat
dibayangkan."
"Jadi menurut pendapat Li heng, sekarang Wan Fei Yang juga sedang sekarat?"
"Sekarat tidaknya aku tidak berani memastikan, tapi yang pasti Wan Fei Yang juga terluka cukup parah. Kalau tidak mengapa
tidak ada orang kita yang berhasil melihatnya dalam beberapa
hari terakhir ini."
1459 "Mungkin dia baik-baik saja tapi untuk sementara masih
enggan turun dari Bu-tong-san," kata Sun Po mengemukakan
pendapatnya. "Tidak mungkin. Kita sudah telusuri riwayat Wan Fei Yang.
Dan kita tahu apa yang telah dialaminya selama ini. Kalau dia
sudah sehat atau tidak terluka sama sekali, dia pasti sudah
turun gunung untuk berkelana kembali. Dia bukan jenis
manusia yang dapat terkungkung dalam lingkungan seperti Bu
tongsan. Apalagi di sana terlalu banyak kenangan pahit yang
dialaminya," tukas Li Seng.
"Kata-kata Li heng ada benarnya juga. Lalu apa yang harus
kita lakukan sekarang?"
"Sementara ini, lebih baik kita kembali dulu ke markas dan melaporkan kejadian ini kepada Pangcu kita. Lihat bagaimana
reaksinya nanti?"
"Memang saat ini hanya itu yang dapat kita perbuat.
Sebaiknya Li heng jangan mengambil tindakan apa-apa
sebelum mendapat perintah dari Pangcu, jangan-jangan kita
yang akan kena hukuman apabila hati Pangcu sedang tidak
senang." "Sun heng jangan khawatir. Siaute dapat mempertimbangkan
mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh."
Keduanya berhenti berbicara. Arak yang masih tersisa di
teguknya sampai kering. Setelah meletakkan uang perak di
atas meja, mereka langsung meninggalkan kedai arak
tersebut dengan tergesa-gesa.
*** Luka Wan Fei Yang berangsur-angsur sembuh. Dia sudah
mulai keluar dari kamarnya. Jenasah Tok-ku Bu-ti dan Fu Giok
Su sudah dikebumikan. Keadaan sudah pulih kembali seperti
1460 biasa. Fu Hiong Kun masih menetap di Bu-tong-san. Pada
dasarnya dia memang tidak mempunyai tujuan yang lain. Dia
sudah sebatang kara sekarang. Satu-satunya orang yang
dekat dengan dirinya hanya Wan Fei Yang.
Dengan hati-hati Fu Hiong Kun telah menceritakan kejadian
yang dialami oleh Tok-ku Hong. Wan Fei Yang memang
terkejut sekali, namun ketabahannya sangat mengagumkan.
Mungkin karena perasaannya sudah mulai kebal terhadap apa
yang dinamakan musibah. Tetapi dia tetap memerintahkan
kepada murid Bu-tong-pai untuk mengikutinya ke tempat
kejadian. Dia ingin berusaha menemukan mayat Tok-ku Hong
walaupun dia kemungkinan itu kecil sekali.
Dari pagi sampai malam, mereka bergiliran turun ke dalam
jurang dan mencari-cari. Tapi setiap batu karang sudah
diperiksa, mayat Tok-ku Hong tetap tidak dapat ditemukan.
Akhirnya Wan Fei Yang mengambil keputusan untuk
menghentikan pencarian terhadap mayal adiknya itu.
Fu Hiong Kun berusaha menghiburnya. Tapi Wan Fei Yang
hanya menggelengkan kepalanya sambil menarik nafas
panjang. "Aku tidak apa-apa, Hiong Kun. Jangan khawatir. Kalau Hong moay masih hidup, suatu hari nanti dia pasti akan kembali ke
Bu tong san. Tapi kalau dia memang sudah mati, berarti
takdirnya memang hanya sampai saat itu saja."
"Wan Toako, apakah kau masih membenci Giok Su koko
meskipun dia sudah mati?" Tiba-tiba Fu Hiong Kun
mengajukan pertanyaan seperti itu.
Wan Fei Yang menatap gadis itu dengan sinar mata tajam.
"Tidak, Hiong Kun. Kau tahu apa yang terlintas dalam
pikiranku?" Wan Fei Yang balik bertanya kepada gadis itu.
1461 Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya.
AKU tidak yakin Fu Giok Su membunuh Hong moay.
Maksudku membunuh dengan tangannya sendiri. Bisa jadi
memang penyebab kematian Hong moay, tapi itu berbeda
bukan?" Fu Hiong Kun tertegun mendengar perkataan Wan Fei Yang.
"Wan Toako, apa maksud ucapanmu itu?"
Wan Fei Yang menarik nafas panjang. "Terus terang saja
sejak kau menceritakan peristiwa itu tadi malam, aku tidak
dapat tidur, sepanjang malam aku terus memikirkannya.
Aku tidak ragu akan ucapan Toakomu yang mengatakan Hong
moay terjatuh ke dalam jurang. Masih hidupkah dia" Masih
hidupkah dia" Siapa pun tidak berani memastikan. Aku tahu
kemungkinannya hampir tidak ada kalau melihat jurang yang
demikian dalam dan ombak laut yang begitu bergelora. Tapi
yang kita bicarakan sekarang adalah masalahmu, bukan
masalahku."
Fu Hiong Kun semakin tidak mengerti. "Wan Toako, jangan
berbelit-belit. Katakanlah terus terang. Kau membuat hatiku
semakin penasaran."
"Hiong Kun, aku tahu hatimu diselimuti perasaan bersalah
atas apa yang telah dilakukan oleh Yaya dan toakomu.
Apalagi setelah mendengar ucapan Fu Giok Su yang
mengatakan bahwa dia telah menghantam Hon moay ke
dalam jurang. Tapi coba kau pikirkan baik-baik. Untuk apa Fu
Giok Su melakukan hal itu. Dia tidak mempunyai dendam
pribadi dengan Hong moay. Malah sebenarnya Hon moaylah
yang harus membencinya karena dialah yang telah
menggempur Bu ti bun sehingga hancur berantakan. Dia pula
yang membunuh para murid Bu ti bun sehingga sebagian
besar melarikan diri dengan kocar kacir. Nah, apakah ada hal
yang membuat Fu Giok Su begitu membenci Hong moay
sehingga harus membunuhnya?"
1462 Fu Hiong Kun termenung mendengar keterangan Wan Fei
Yang. "Lalu penjelasa apa yang terpikir oleh Wan Toako
sekaran ini?"
"Hiong Kun, aku sangat memahami adat Hong moay. Adatnya
sangat keras. Itu merupakan pembawaan yang sulit diubah
oleh siapa pun. Fu Giok Su juga sama. Aku mungkin tidak
kalah denganmu dalam memahami sifat Fu Giok Su. Dia
seorang manusia yang selalu memikirkan keuntungan. Jadi,
aku yakin tadinya dia pasti bermaksud menyandera Hong
moay untuk menekan diriku. Tapi seperti aku katakan tadi,
adat Hong moay sangat keras. Apalagi kalau orang hendak
menggunakan dirinya untuk memaksa diriku. Mungkin Fu Giok
Su ingin membunuh aku atau mungkin...."
"Memaksamu menyerahkan rumus ilmu Tian can sinkang,"
tukas Fu Hiong Kun.
Wan Fei Yang tertawa getir. "Akhirnya pikiranmu tergugah
juga. Dan apa yang akan dilakukan Hong moay apabila orang
mendesaknya dalam keadaan seperti itu sedangkan ilmu silat
yang dimilikinya bukan tandingan Fu Giok Su. Apa yang akan
kau lakukan seandainya kau adalah Hong moay?"'
"Melihat cintanya yang besar terhadapmu, dia pasti tidak sudi membiarkan dirinya menjadi alat yang dapat digunakan untuk
menekan dirimu. Kalau aku jadi Hong cici, lebih baik aku
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memilih jalan kematian," sahut Fu Hiong Kun dengan mata
menerawang membayangkan seandainya dia yang menjadi
Tok-ku Hong pada saat itu.
"Tepat! Begitulah adat Hong moay. Aku yakin ketika itu dia memang sudah bergebrak beberapa jurus dengan Fu Giok Su.
Akibatnya dia terdesak mundur. Fu Giok Su tidak menduga dia
akan berbuat nekat. Sedangkan Hong moay yang
mendapatkan dirinya berada di tepi jurang, langsung memilih
jalan terjun kedalamnya dari pada dijadikan sandera oleh Fu
1463 Gio Su." Air mata Fu Hiong Kun mulai mengembang.
"Tapi, hal ini sama saja dengan Giok Su koko yang lelah
membunuhnya...."
Wan Fei Yang menggelengkan kepalanya.
"Tidak... tidak sama, Hiong Kun. Hal ini menandakan bahwa
Hong moay yang memilih jalannya sendiri. Aku mengatakan
hal ini agar kau jangan merasa tertekan terus menerus. Kau
tidak boleh selalu dibayangi oleh kesalahan yang telah
dilakukan oleh keluargamu. Kau adalah kau. Mereka adalah
mereka. Jangan samakan dirimu dengan mereka. Apalagi baik
Yayamu ataupun Toakomu telah menebus dosanya dengan
kematian. Biarkanlah mereka tenang. Jangan lagi kau menyianyiakan hidupmu dengan cara menyalahkan diri seperti ini."
Fu Hiong Kun terharu sekali. Air matanya mengalir dengan
deras. Tapi perasaannya mendengar keterangan Wan Fei
Yang. Meskipun anak muda tu juga hanya mengambil
kesimpulan atas pemikirannya sendiri, tapi dia percaya
memang begitulah kejadiannya. Apalagi kalau membayangkan
kembali kekerasan hati Tok-ku Hong memang tidak mungkin
dia bersedia dirinya dijadikan senjata untuk menekan Wan Fei
Yang. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih. Wan Toako. Kau baik sekali. Meskipun yang
mendapat musibah itu adikmu sendiri. tapi kau tetap berpikir
panjang demi diriku, Aku tidak tahu bagaimana harus
membalas kebaikanmu yang sudah begitu banyak kami
terima." "Hiong Kun, apabila kita membicarakan soal budi semua
urusan pasti tidak bisa diselesaikan. Hutangku kepadamu
lebih banyak lagi. Kalau bukan kau yang berusaha
mendapatkan Soat lian dari Ping san, pasti hari ini aku masih
1464 merupakan seorang manusia cacat yang tidak dapat
melakukan apa-apa. Kadang-kadang aku malah berpikir
keadaan seperti itu mungkin lebih baik. Kalau ilmu silatku
belum pulih kembali, pasti Yaya-mu tidak akan mati di
tanganku dan Yan Supek?"
"Tidak, Wan Toako," Fu Hiong Ku n menggelengkan
kepalanya. "Semua ini sudah takdir. Kakekku itu memang
sudah tersesat sekali. Kalau dia tidak mati di tanganmu, dia
juga pasti akan mati di tangan orang lain akibat perbuatannya
sendiri. Kita tidak usah memperpanjang masalah ini lagi. Yang
penting adalah jawabanmu mengenai permintaan Gihu yang
terakhir."
Wan Fei Yang menarik nafas panjang. "Sekarang aku belum
sanggup memenuhi permintaannya. Biarlah untuk sementara
Yo Hong Suheng yang menggantikan Yan Supek mengurus
Bu-tong-pai. Aku ingin turun gunung beberapa bulan. Ada
sesuatu yang harus aku selesaikan. Aku harap kau bersedia
membantu Yo Suheng di sini, Hiong Kun. Setelah urusanku
selesai, aku akan kembali lagi dan menentukan siapa yang
berhak dan pantas menjadi Ciang bun jin generasi
seterusnya."
Hiong Kun terkejut mendengar ucapan Wan Fei Yang. "Wan
Toako, urusan apa lagi yang harus kau selesaikan?"
Wan Fei Yang tidak ingin mengatakannya terus terang.
"Bukan apa-apa. Hanya urusan kecil. Kau tidak usah khawatir.
Tolong sampaikan kepada Yo Suheng bahwa aku akan
berangkat sekarang juga. Aku rasa sekarang tidak ada hal lagi
yang akan membahayakan Bu-tong-pai. Setidaknya untuk
sementara ini."
Wan Fei Yang menarik nafas panjang kemudian
melangkahkan kakinya beberapa tindak. Tiba-tiba dia menoleh
sekali lagi. "Hiong Kun, jaga dirimu baik-baik!"
1465 Fu Hiong Kun menganggukkan kepalanya. Air matanya
mengalir semakin deras. Dia tidak berani menanyakan urusan
apa yang akan diselesaikan oleh Wan Fei Yang, tapi diamdiam hatinya khawatir. Dia takut urusan yang akan
diselesaikan oleh Wan Fei Yang akan membuat luka
dalamnya kambuh karena kesehatan pemuda itu belum pulih
sekali. Tapi dia juga sadar bahwa tekad Wan Fei Yang tidak
dapat diubah lagi. Terpaksa dia memandangi keper-gian Wan
Fei Yang dengan air mata berlinang.
*** Gedung itu megah sekali. Letaknya di kota raja. Yang tinggal
di dalamnya ternyata merupakan penasehat Kaisar pada saat
itu. Para pengawal dengan seragam yang gagah berdiri
berjajar di depan pintu.
Belum lagi para pelayan yang hilir mudik di dalam gedung itu.
Tidak perlu dijelaskan lagi pemilik gedung ini pasti kaya sekali.
Taman saja seluas rumah penduduk biasa. Dan ada kolam
yang jernih dengan ikan-ikan yang berwarna warni berenang
di dalamnya. Pemilik gedung itu bernama Kan Han Beng, biasa dipanggil
dengan sebutan Kan taijin. Dia adalah seorang pejabat yang
sangat berkuasa di kota raja tersebut. Sikapnya sangat tegas.
Wajahya berwibawa. Tapi hatinya baik sekali. Dia paling benci
melihat sesuatu yang tidak adil. Oleh karena itu. secara diamdiam banyak pejabat yang korup tidak menyukainya. Kan taijin
tentu saja tahu. tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia belum
mendapat bukti yang jelas untuk mengungkapkan kejahatan
mereka di depan Kaisar.
Kan taijin sudah menyuruh beberapa orang kepercayaannya
untuk menyelidiki kasus orang-orang itu. Ada satu orang yang
sangat dicurigainya. Dia adalah kepala komandan yang
menangani pengawal-pengawal di ke rajaan. Hanya ada satu
hal yang memberatkan hati Kan taijin. Orang yang bernama
1466 See bun To itu sangat disayang oleh Kaisar. Pekerjaannya
memang dilaksanakan dengan baik. Yang membuat Kan taijin
curiga justru sering keluar masuknya orang-orang dunia
kangouw di rumah kediaman See bun To itu. Kalau dipancing
oleh Kan taijin. dia selalu mengemukakan alasan bahwa dia
memang seorang yang supel dalam pergaulan. Dia suka
berteman dengan siapa saja. Yang menjadi persoalan justru
Kan taijin dapat melihat bahwa orang dunia kangouw yang
keluar masuk di rumah See bun To itu merupakan golongan
manusia yang berwajah garang dan tidak sedap dipandang.
Sekali lihat saja, sudah dapat dipastikan bahwa mereka terdiri
dari tokoh-tokoh golongan sesal. Apakah tidak aneh kalau
seorang kepala komandan dalam istana bergaul dengan
orang-orang semacam itu"
Itulah sebabnya kecurigaan Kan taijin semakin hari semakin
dalam. Dia penasaran ingin mengetahui apa sebenarnya yang
dilakukan oleh See bun To dengan orang-orang itu. Dia
memerintahkan kepada orang-orang kepercayaannya untuk
meningkatkan pengawasan di rumah kepala komandan
tersebut. Masih ada satu hal lagi yang menggangu pikiran Kan taijiu,
yaitu kekayaan See bun To yang tidak masuk akal. Dia
memang pernah mengakui bahwa orang tuanya adalah
seorang hartawan yang sangat kaya raya dan ketika
menionggal mewariskan seluruh hartanya kepadanya. Cerita
ini juga tidak sepenuhnya dipercayai oleh Kan taijin. Dia curiga See bun to melakukan usaha gelap dengan orang-orang dunia
kangouw tersebut. Mungkin itulah sebabnya mereka sering
mondar-mandir di gedung rumahnya yang seperti istana itu.
Rasanya tidak masuk akal apabila seorang teman yang
tinggalnya demikian jauh selalu mengunjunginya beberapa kali
dalam setahun. Kan taijin sendiri turun temurun merupakan pejabat kerajaan.
Dia juga sangat kaya. Tapi kalau dibandingkan dengan See
bun To, kekayaannya masih terpaut jauh. Padahal
1467 kedudukannya lebih tinggi. Sayangnya Kan taijin bukan orang
dunia kangouw. Dia tidak mengenal tokoh-tokoh yang sering
mengunjung See bun To. Dia hanya pernah bertemu dengan
beberapa di antara mereka. Melihat sinar mata mereka yang
tajam. Kan taijin yang sudah banyak makan asam garam itu
langsung dapat memastikan bahwa ilmu silat yang mereka
miliki cukup tinggi.
Hari ini, seperti biasanya Kan taijin duduk di halaman depan
rumahnya yang merupakan taman yang luas. Salju yang putih
menutupi pohon-pohon yang tinggi sehingga membuat
pemandangan yang indah. Kan taijin memang paling suka
menikmati teh yang harum sambil menikmati pemandangan
seperti itu. Seorang gadis cantik berjalan ke dekatnya dengan dibimbing
oleh seorang pelayan. Mendengar suara langkah kaki
mendatangi. Kan taijin menolehkan kepalanya. "Soat ji,
bagaimana keadaanmu hari ini?" tanyanya lembut.
"Sudah agak kuat. Ayah...." sahut gadis itu lirih.
Kan taijin memandang gadis itu dengan tatapan penuh kasih
sayang. Pelayan tadi memapah gadis yang bernama Kan Soat
Cu duduk di samping Kan taijin. Gadis itu merupakan putri
tunggal Kan taijin. Tubuhnya sakit-sakitan sejak kecil. Tapi
baik Kan taijin maupun nyonyanya sangat menyayangi gadis
itu. Kan taijin melirik ke arah pelayan yang membimbing Kan Soat
Cu itu. "Apakah Ong taihu (Tabib Ong) masih belum datang
juga?" Pelayan itu menggelengkan kepalanya. "Mungkin hari ini Ong taihu banyak pasien sehingga datang agak lambat."
"Baiklah." Kan taijin mengibaskan lengan bajunya. "Kau boleh masuk sekarang."
1468 Pelayan itu segera mengiakan lalu mengundurkan diri. Kan
Soat Cu memandang pemandangan di sekitarnya dengan
terkesima. "Tia, kau memberi nama Soatu Cu kepada anak, apakah
karena anak dilahirkan pada musim salju?"
Kan taijin tertawa lebar. "Benar, Tia dan ibumu menikah
delapan tahun lebih, baru mendapatkan engkau seorang anak.
Kebetulan pada itu memang musim salju. Maka dari itu kau
diberi nama Soat Cu (Mutiara pada musim salju)."
Jilid 33 Kan Soat Cu tersenyum manis. Sepasang lesung pipit
menghiasi kedua pipinya. Wajah yang memang cantik tampak
semakin cantik.
"Kadang-kadang anak suka membayangkan betapa
bahagianya apabila anak mempunyai kakak atau adik.
Setidaknya ada teman yang dapat diajak bermain-main. Aih ...
tapi tubuh anak sejak kecil lemah sekali. Kadang-kadang anak
malah merasa menyesal telah dilahirkan sehingga ayah dan
ibu selalu bercapai hati memikirkan kesehatan anak yang tidak
kunjung pulih ini."
Kan taijin mengelus-elus rambut putrinya. "Soat ji, jangan
berkata demikian. Tia merasa beruntung masih bisa
mendapatkan seorang putri yang demikian cantik seperti
dirimu, mengenai kesehatan tubuhmu itu, Tia yakin suatu hari
Thian akan mengulurkan tangannya supaya kita dapat
menemukan obat mujarab yang dapat membuat kesehatanmu
membaik." Kan Soat Cu seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi tiba-tiba
1469 dua orang pengawal ayahnya masuk ke dalam halaman itu
dengan tergopoh-gopoh. Kan taijin juga ikut terkejut. Ia
langsung menduga bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak
di nginkan. "Ada apa" Apa yang lelah terjadi?" tanyanya gugup.
"Lapor, taijin! Kim suwi dan Long suwi yang ditugaskan
mengantarkan surat ke selatan telah kembali. Namun mereka
ingin menyampaikan suatu hal yang cukup genting," kata
salah satu dari pengawal itu melaporkan.
Wajah Kan taijin semakin panik. "Hal apa" Di mana mereka
sekarang" Cepat suruh mereka masuk!"
Kedua pengawal itu segera mengiakan dan mengundurkan
diri. Tidak lama kemudian masuk lagi dua orang pengawal
yang lainnya. Mereka langsung membungkuk hormat kepada
Kan taijin. "Bangun... bangun! Tidak usah banyak peradatan! Ada apa
sebenarnya" Masalah genting apa yang ingin kalian
sampaikan?"
"Laporan Taijin! Sebetulnya masalah in tidak ada
hubungannya dengan Taijin, tapi kami tidak berani
sembarangan bertindak sehingga memutuskan untuk
melaporkan hal ini kepada Taijin agra Taijin yang memutuskan
?" Hati Kan taijin agak lega mendengar keterangan kedua orang
itu. "Oh" Masalah apa sebetulnya yang kalian hadapi" Coba
katakan, biaraku pertimbangkan baik-baik."
"Begini, Taijin. Ketika kapal kami sedang mengarungi lautan selatan, kami menemukan seorang gadis yang tersangkut di
batu karang dalam keadaan sekarat. Kami mengangkatnya ke
atas kapal. Ternyata gadis itu masih mempunyai harapan
untuk hidup, tapi keadaannya memang gawat sekali. Sampai
1470 sekarang dia masih belum sadarkan diri juga, padahal kami
menemukannya enam hari yang lalu. Kami menjadi bingung.
Membiarkannya begitu saja, kami tidak tega. Dibawa pulang
pasti akan menimbulkan masalah. Jadi ... "
Mata Kan Soat Cu membelalak mendengar kata-kata
pengawal itu. "Tia, kasihan sekali gadis itu. Bawa saja kemari.
Suruh Ong Taihu lihat bagaimana keadaannya."
Kan taijin menganggukkan kepalanya berulang kali. "Hm ...
Entah siapa gadis itu. Memang kasihan sekali. Tindakan
kalian sangat terpuji. Sekarang di mana gadis itu?"
"Di dalam kereta di luar gedung, kami tidak berani
membawanya masuk kemari sebelum mendapat ijin dari
Taijin." "Bawa masuk sekarang juga. Tidurkan di kamar tamu.
Sebentar kalau Ong taihu sudah datang, suruh dia memeriksa
keadaannya dengan teliti!"
*** Gadis itu masih tidak sadarkan diri ketika diperiksa oleh Ong
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
taihu. Kan taijin dan Kan Soat Cu berdiri di samping dengan
hati tegang. Gadis itu masih muda sekali. Wajahnya sangat
cantik. Pakaiannya koyak di sana sini, bagian ubun-ubun
kepalanya ada darah sedikit. Mungkin karena terbentur batu
karang. Justru hal inilah yang dikhawatirkan oleh Ong Taihu.
Dia menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kesehatan gadis ini dapat pulih kembali, tapi luka di bagian kepalanya cukup parah. Cayhe takut bila dia tersadar nanti,
dia akan terkena penyakit yang disebut lupa ingatan." kata Ong Taihu menjelaskan.
"Kalau benar demikian akhirnya, tentu kita akan kerepotan
juga. Bagaimana kita bisa tahu siapa adanya gadis ini"
1471 Tentunya orang tuanya akan cemas memikirkan anak gadis
mereka yang hilang." ujar Kan taijin kebingungan.
Kan Soat Cu malah mempunyai pendapat yang berbeda.
"Tia, jangan memikirkan hal yang lainnya dulu. Kita tolong dulu nyawa gadis ini. Nanti kalau dia sudah tersadar nanti, kita lihat lagi perkembangan selanjutnya."
Kan taijin termenung sejenak. Kemudian dia menganggukkan
kepalanya. "Baiklah. Harap Ong Taihu memberikan resep agar kesehatannya dapat cepat pulih!"
"Kan Taijin tidak usah khawatir. Cayhe akan memberikan
sebuah resep. Obat itu harus dicekokkan kepadanya. Paling
lambat besok siang dia sudah akan tersadar. Tetapi harap
ingat baik-baik. Jangan membuatnya terlalu terkejut apabila
sadar nanti, takut dia akan mengalami shock yang dalam dan
otaknya tidak dapat berfungsi kembali untuk selamanya."
Kan taijin menganggukan kepalanya. "Aku akan menyuruh
Cao popo menungguinya disini."
*** Cao popo adalah pengasuh Kan Soat Cu sejak kecil.
Sekarang gadis itu sudah dewasa. Dia lebih suka ditemani
oleh Cing Cing, yaitu gadis seusianya yang selalu
membimbingnya kemana-mana. Kan Soat Cu adalah seorang
gadis yang lemah lembut. Apalagi dia mempunyai saudara.
Oleh karena itulah, ayahnya mengambil seorang anak yatim
piatu untuk menjadi teman baginya.
Melihat gadis yang ditolong oleh kedua pengawal ayahnya.
Kan Suat Cu langsung suka. Gadis itu sangat cantik tapi
wajahnya menyiratkan kedukaan yang dalam. Dia bertanyatanya dalam hati. Siapa gadis itu sebenarnya" Kan Soat Cu
yang tubuhnya lemah memang tidak pernah di jinkan oleh
1472 ayahnya untuk melakukan pekerjaan apa pun. Ibunya sudah
meninggal tiga tahun yang lalu. Sebagai seorang gadis yang
menginjak remaja, dia semakin kesepian. Sekarang dia tidak
bisa lagi mengungkapkan perasaannya kepada Cing Cing. Dia
memang akrab sekali dengan pelayannya itu, tapi Cing Cing
juga tidak banyak pengalaman tentang dunia luar seperti
dirinya. Sejak kecil Kan Soat Cu tidak pernah kemana-mana.
Bukan ayah atau ibunya tidak mengajaknya, tapi
kesehatannya yang tidak mengijinkan.
Sekarang, dengan gadis itu, dia jadi mempunyai kesibukan.
Bukan kesibukan seperti yang dilakukan oleh orang lain, tapi
otaknyalah yang sibuk bekerja. Dia terus memikirkan gadis
tersebut. Kalau ditilik dari bahan pakaian yang dikenakannya,
gadis itu bukan dari keluarga tidak mampu. Satu hal yang
dapat dipastikan bahwa gadis itu juga bangsa Han seperti
dirinya. Namun negara ini begini luas. Siapa yang dapat
memberi tahu dari daerah mana gadis itu berasal. Memang
tubuhnya ditemukan di bagian laut selatan. Tapi apa pula yang
dapat memastikan dari mana dia mengalami kecelakaan
sampai terdampar di tempat tersebut.
Tampaknya dia memang harus menunggu sampai gadis itu
sadarkan diri. Tapi kalau mengingat kembali kata-kata Ong
Taihu bahwa ada kemungkinan gadis itu akan mengalami lupa
ingatan, pikirannya menjadi kalut lagi. Sekarang hal pertama
yang harus dilakukannya adalah mencari ayahnya.
Dengan pikiran itu, Kan Soat Cu langsung menemui ayahnya
yang berada di ruang perpustakaan. Ayahnya senang sekali
membaca. Bila ada waktu senggang, dia pasti mengunci diri di
dalam ruangan tersebut. Apalagi sejak ibunya meninggal.
Dugaan Kan Soat Cu memang tepat. Kan taijin sedang duduk
di atas kursi di belakang sebuah meja yang besar. Dia sedang
asyik membaca. Sampai-sampai putrinya itu sudah berada di
belakangnya, dia masih belum menyadari.
1473 "Tia...." sapa Kan Soat Cu perlahan.
Kan taijin tersentak dari keasyikannya. Dia tersenyum melihat
Kan Soat Cu yang masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Ada apa, Soat ji?"
"Ada satu hal yang ingin kubicarakan dengan Tia."
Kan taijin menutup buku di tangannya dan meletakkannya
kembali ke rak besar yang ada di sampingnya. Di sana
tersusun berbagai jenis buku. Tidak sedikit yang sudah langka
sekali. "Nah, apa yang ingin kau bicarakan dengan ayahmu ini?"
"Gadis yang ditolong oleh kedua pengawal Tia itu terus
mengganggu pikiranku. Anak ingin meminta ijin dari Tia agar
dia diperbolehkan menetap di rumah ini seandainya sadar
nanti keadaannya persis yang dikatakan oleh Ong Taihu."
"Mengapa kau tiba-tiba mempunyai pertimbangan demikian?"
Kan taijin tersenyum simpul. "Pasti ada kaitannya dengan
ucapanmu tempo hari bukan?"
"Akh.... Tia selalu menggoda. Anak bicara serius. Dia masih begitu muda. Usianya paling-paling terpaut satu dua tahun dengan anak. Apabila dia benarbenar lupa ingatan dan meninggalkan tempat ini, anak
khawatir akan terjatuh ke tangan orang jahat dan dia tentu
akan mengalami hal yang mengerikan."
Wajah Kan taijin berubah menjadi serius.
"Soat ji, kau tidak usah khawatir. Menolong orang adalah
perbuatan yang baik. Kalau keadaannya memang seperti yang
dikatakan oleh Ong Taihu, Tia tentu mengijinkan dia tinggal di
sini sampai ingatannya pulih."
1474 Wajah Kan Soat Cu langsung berseri-seri mendengar
permintaannya dikabulkan. "Terima kasih. Tia, anak sekarang ingin menengok keadaannya. Nanti baru anak ke sini lagi
untuk menemani Tia."
Kan taijin menganggukkan kepalanya. Kan Soat Cu bergegas
keluar dari kamar itu. Tapi baru saja sampai di depan pintu,
dia menolehkan kepalanya kembali. "Tia, apa yang kau
katakan memang benar. Permintaan anak memang ada
kaitannya dengan ucapan anak di taman bunga kemarin,"
katanya sambil tersenyum.
Kan taijin menggelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya
yang masih kekanak-kanakan itu. Dia sudah menduga bahwa
kehadiran gadis itu pasti akan membuat hati putrinya semakin
senang. Dia berulang kali mengatakan bahwa betapa
berbahagianya dia apabila dia mempunyai seorang cici atau
adik. Tampaknya sekarang dia sudah mendapatkan seorang
cici yang muncul di rumahnya secara ajaib.
*** Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Hal ini pasti
disebabkan oleh cahaya matahari yang menyorot lewat
jendela. Cao popo yang bertugas menungguinya segera
mendekat ke samping tempat tidur.
"Siocia, kau sudah sadar?" tanyanya lembut.
Gadis itu berusaha untuk bangun. Namun kepalanya terasa
pening. Cao popo cepat-cepat membantunya. "Siocia, jangan bangun
dulu. Siocia baru tersadar setelah pingsan lebih dari satu
minggu. Kesehatan Siocia belum pulih. Rebahlah kembali,
Popo akan mengambilkan bubur untukmu."
1475 Bibir itu bergerak-gerak. Tampaknya gadis itu ingin
mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya terasa kering, dia
tidak sanggup mengatakan apa-apa. Cao popo mengambil
cangkir dan mengisinya dengan air teh hangat. Dibantunya
gadis itu minum sedikit demi sedikit.
"Di ... mana ... aku?" tanya gadis itu dengan suara bergetar.
Belum lagi Cao popo sempat menjawabnya, Kan Soat Cu
sudah melangkah ke dalam kamar. Dia senang sekali melihat
gadis itu sudah sadar. Dia memberi isyarat kepada Cao popo
agar menggeser sedikit. Dia ingin sekali menyapa gadis itu.
"Nona, kau sekarang ada di rumahku. Jangan takut. Lukamu
cukup parah. Jangan banyak bergerak," kata Kan Soat Cu
dengan penuh perhatian.
Gadis itu kembali mengerjapkan matanya beberapa kali. Tidak
lama kemudian dia mulai bisa menyesuaikan diri dengan
penerangan yang sudah sekian lama tidak dilihatnya.
"Bagaimana perasaan Kouwnio sekarang?" tanya Kan Soat Cu sekali lagi.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya sedikit.
"Siapakah nama Kouwnio" Tentu saja kalau Kouwnio tidak
keberatan memberitahukannya kepada siaumoay."
Mata gadis itu menerawang. Sejenak kemudian dia menatap
Kan Soat Cu lekat-lekat. Akhirnya dia menggelengkan
kepalanya. "A ... aku tidak ... tahu. Pikiran " ku seakan
kosong melompong."
Ternyata apa yang diduga oleh Ong Taihu benar adanya.
Tampaknya gadis itu benar-benar mengalami lupa ingatan.
Kan Soat Cu tersenyum manis.
1476 "Tidak apa-apa. Kalau boleh Siaumoay akan memanggil kau
cici saja. Siaumoay harap cici jangan memaksakan diri berpikir
hal yang lain. Yang penting sekarang cici harus beristirahat
agar kesehatanmu cepat pulih. Nanti perlahan-lahan
Siaumoay akan membantu agar ingatanmu dapat kembali lagi
seperti sebelumnya."
Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan lemah. Dia
memang ingin sekali mengajukan pertanyaan. Tapi
keadaannya sekarang belum memungkinkan. Bahkan untuk
menganggukkan kepalanya saja dia merasa berat sekali.
Kan Soat Cu menolehkan kepalanya kepada Cao popo.
"Cao popo, masakkan bubur buat Cici ini dan suapkan
perlahan-lahan sampai habis. Perutnya sudah lama kosong.
Nanti tubuhnya semakin lemah," kata gadis itu memesankan.
"Baik, Siocia," sahut Cao popo sambil mengundurkan diri.
Kan Soat Cu masih duduk di sisi tempat tidur untuk beberapa
saat. Tapi gadis itu sudah memejamkan matanya kembali.
Akhirnya Kan Soat Cu mengambil keputusan untuk
membiarkan gadis itu beristirahat.
*** Beberapa hari telah berlalu. Kesehatan gadis itu mulai pulih.
Tubuhnya sudah agak kuat. Dia sudah bisa bangun sendiri
dari tempat tidur dan berjalan-jalan di taman. Kan Soat Cu
memperhatikannya secara diam-diam. Tampaknya gadis itu
sedang memandangi permukaan salju dengan mata
termenung. "Apa yang dipikirkan olehnya" Apakah dia hanya berpura-pura
lupa ingatan padahal dia tahu siapa dirinya sesungguhnya?"
Pertanyaan itu terus berkecamuk di hati Kan Soat Cu. Tapi
1477 kalau melihat gadis itu suka merenung seorang diri kemudian
seperti orang yang kebingungan, Kan Soat Cu malah merasa
bahwa gadis itu berkata yang sesungguhnya. Perlahan-lahan
dia berjalan menghampiri....
"Siapa?" bentak gadis itu sambil membalikkan tubuhnya secepat kilat.
Kan Soat Cu terkejut sekali. Melihat dari gerakannya gadis itu
pasti mengerti ilmu silat.
"Cici, aku yang datang," sapa Kan Soat Cu sambil
menenangkan hatinya.
Mata gadis itu yang tadi mendelik berubah lembut kembali.
Bibirnya tersenyum. "Soat-moay.... Cici kira siapa...."
"Gerakan tubuh Cici cepat sekali. Sekarang keadaan Cici
masih belum pulih sekali, tapi gerakannya sudah begitu hebat.
Apalagi kalau sudah sehat nanti."
Gadis itu menundukkan wajahnya dengan tersipu-sipu.
"Tampaknya Cici pernah mempelajari ilmu silat yang cukup
tinggi," kata Kan Soat Cu kembali.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Cici benar-benar tidak tahu. Cici sudah berusaha untuk mengingat kembali siapa Cici
ini sebetulnya, tapi tetap saja tidak berhasil."
"Jangan terlalu dipaksakan. Ong Taihu kan sudah
mengatakan bahwa memang butuh waktu yang cukup lama
untuk mengembalikan ingatan itu."
"Soatmoay.... Keberatankah kau kalau Cici tanyakan kembali di mana pengawal Taijin nenemukan Cici?" tanya gadis itu.
"Menurut kedua pengawal itu. mereka menemukan tubuh Cici
tersangkut di atas batu karang dekat laut selatan. Tapi apakah
1478 hanya sedikit petunjuk itu bisa memulihkan kembali ingatan
Cici?" Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Cici tidak tahu. Tapi
kalau mendengar keterangan Soatmoay, tampaknya Cici
berasal dari pesisir pantai. Mungkin Cici ini anak seorang
nelayan yang ikut orang tua pergi menangkap ikan. Mungkin
perahu kami diterjang badai sehingga tubuh Cici terlempar ke
dalam lautan."
Kan Soat Cu menggelengkan kepalanya. "Siaumoay
mempunyai pendapat yang berbeda. Meskipun Siaumoay
belum pernah berkelana di dunia kangouw. tapi sedikit
banyaknya Siaumoay mendengar cerita dari Cao popo dan
yang lainnya. Cici pasti bukan anak seorang nelayan. Coba
pikirkan baik-baik, kalau Cici memang anak seorang nelayan,
pasti kulit Cici hitam karena sering terbakar oleh matahari.
Lagipula bahan pakaian yang Cici kenakan ketika
diketemukan bukan bahan yang sanggup dibeli oleh kaum
nelayan. Cici pasti berasal dari keluarga yang cukup berada.
Tapi dunia ini begitu luas, kemana kita harus mencari
keterangan tentang asal-usul cici."
Gadis itu merasa apa yang dikatakan oleh Kan Soat Cu ada
benarnya. Dia masih ingin mengajukan pertanyaan lagi ketika
dia melihat Kan taijin keluar dari dalam rumah. "Kan taijin...."
sapa gadis itu sambil menjura dengan sopan.
Kan taijin mengelus-elus jenggotnya. Dia menatap gadis itu
sambil menganggukkan kepalanya berulang kali. "Kouwnio,
jangan panggil aku Kan taijin lagi. Kalau boleh, aku
mempunyai usul yang lebih baik...."
Kan Soat Cu memandang ayahnya dengan tatapan bingung.
"Tia, apa maksudmu?"
Kan taijin tersenyum lebar. "Soat ji, kau selalu mengatakan bahwa kau tidak mempunyai saudara. Kouwnio ini ditemukan
1479 oleh kedua pengawalku, berarti Tia memang ada jodoh
dengannya. Bagaimana menurutmu kalau Tia memberinya
nama dan mengangkatnya sebagai anak agar dia bisa
menjadi cicimu?"
Mata Kan Soat Cu langsung bersinar terang, tapi Kan taijin
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengedipkan matanya satu kali. "Kau jangan keburu senang
dulu. Kita harus menghargai hak orang lain. Tanyakan dulu
kepada kouwnio ini apakah dia bersedia menjadi anak angkat
Tia?" kata Kan taijin selanjutnya.
Kan Soat Cu langsung menarik tangan gadis itu dan
menggenggamnya erat-erat. "Cici, tentu kau bersedia bukan?"
Gadis itu terdiam beberapa saat. Dia merasa terharu sekali.
Untuk saat ini dia juga tidak mempunyai tujuan pasti. Memang
ada baiknya dia tinggal di rumah orang tua dan gadis yang
baik hati itu. Selelah mempertimbangkan beberapa saat,
akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
Kan Soat Cu langsung memeluknya erat-erat. Kan taijin
tersenyum simpul. "Kalau memang kau sudah setuju,
sekarang juga aku akan memberimu sebuah nama. Tentu saja
kau harus mengikuti she ayah angkatmu ini. Sedangkan
peresmiannya, kita rayakan malam ini saja. Aku akan
mengundang beberapa orang temanku agar suasananya
bertambah meriah." Kan taijin menoleh kembali ke arah
putrinya. "Soat ji, bagaimana kalau ayah memberi nama Kan
Hai Li kepada kakakmu ini?"
"Hai Li (Gadis laut)" Bagus sekali. Tia. Tapi entah cici
menyenanginya atau tidak."
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Pada dasarnya dia
memang tidak perduli nama apa pun yang akan diberikan
kepadanya. Toh, lebih baik dari pada tidak punya nama sama
sekali. Tapi setelah mendengar nama yang dipilih oleh Kan
taijin. dia merasa sangat suka.
1480 "Nama itu bagus sekali. Aku sangat menyukainya."
"Sejak pagi Tia sudah memikirkan hal ini. Lalu Tia terbentur lagi ketika hendak memilihkan nama. namun Tia teringat
bahwa dia ditemukan di tengah lautan. Maka gadis yang
cantik ini paling sesuai apabila diberi nama Hai Li."
Mulut gadis itu bergerak-gerak. Dia seperti ingin mengatakan
sesuatu, tapi hatinya masih bimbang. Kan taijin sempat
memperhatikan gerak-geriknya itu. "Hai Li. Apa yang ingin kau katakan?" tanyanya lembut.
"Kalau bisa. jangan terlalu banyak tamu yang diundang. Aku takut aku masih belum bisa menghadapi keramaian," kata Hai Li yang akhirnya mengungkapkan juga apa yang terkandung
di dalam hatinya.
*** Orang-orang yang diundang memang tidak seberapa banyak,
tapi termasuk See Bun To. Dia datang dengan dua orang
pengawalnya. Meskipun Kan taijin kurang menyukainya tapi
dia juga tidak ingin menunjukkan secara terang-terangan.
Kalau sampai yang lain diundan, sedangkan orang ini tidak,
tentunya akan menyolok sekali.
Tak henti- hentinya See bun To memuji kecantikan Kan Hai Li
yang baru diangkat menjadi anak oleh Kan taijin. Sudah tiga
kali dia mengangkat cawan araknya dan menghormati Kan
taijin. "Benar-benar merupakan rejeki yang tidak kepalang besarnya bahwa dalam usia setua ini Kan taijin dapat mengangkat
seorang anak seperti Kan Hai Li Siocia ini."
"Akh ... See bun Cong-su bisa saja ... Tapi apa yang dikatakan 1481
See bun Cong-su memang tepat. Aku hanya mempunyai
seorang putri saja. Dan dia ini ... " Kan taijin menunjuk ke arah Kan Soat Cu yang duduk di sebelah kirinya. "Terus
menggerutu ingin mempunyai saudara. Kebetulan sekali kami
berhasil menyelamatkan anak angkatku ini, sehingga dari
sekarang mempunyai teman untuk berbincang."
See bun To mengantuk tidak henti-hentinya. Pandangan
matanya menatap Kan Hai Li berulang kali. Seakan tidak
bosan-bosannya dia memandangi kecantikan gadis itu.
Sementara itu kedua pengawalnya yang berdiri di sudut
ruangan sejak tadi saling berbisik antara satu dengan yang
lainnya. Waktu dengan cepat berlalu. Malam sudah larut ketika para
tamu memohon diri. Kan Hai
Li dan Kan Soat Cu juga sudah masuk ke dalam kamar. Kalau
tubuh Kan Soat Cu memang lemah, maka kesehatan Kan Hai
Li juga belum pulih. Sekarang kedua gadis itu menempati
kamar yang sama. Hubungan mereka dengan cepat menjadi
akrab. *** Di dalam gedung See bun To yang megah .... Laki-laki itu
minum arak cukup banyak. Sinar matanya menyala-nyala.
Orang yang biasa menemuinya di dalam istana sehari-hari,
memang sudah pada tahu bahwa orang ini memiliki ilmu silat
yang cukup tinggi. Tapi sampai di mana ketinggian ilmu silat
yang dikuasainya, tidak ada seorang pun yang tahu.
Setelah kembali dari pesta yang diadakan oleh Kan taijin, dia
langsung membanting dirinya di atas kursi panjang.
"Bedebah! Mengapa nasib si tua bangka itu demikian
beruntung" Bagaimana anak buahnya bisa menemukan
seorang gadis yang begitu cantik dan bersedia pula diangkat
anak olehnya" Huh!" See bun To menggerutu panjang lebar.
1482 Kedua pengawal yang mengikutinya ke pesta tadi saling lirik
sejenak. "Cong-su...." panggil salah satunya yang berusia agak lanjut.
"Jangan ganggu aku! Hatiku sedang kesal!" bentak See bun To.
Kedua orang itu terdiam lagi. Namun mata mereka masih
saling lirik terus menerus.
"Hm.... Tua bangka itu sudah menjadi duda. Jangan-jangan
dia hanya berpura-pura mengangkat gadis itu sebagai anak,
padahal " "
"Maaf Cong-su, setahu kami Kan taijin bukan pejabat yang
berhidung belang...."
"Kalian tahu apa" Manusia itu paling pandai berpura-pura. Di luarnya kelihatan suci, di dalamnya busuk! Lebih baik seperti
aku ini yang suka melakukan hal secara terang-terangan!"
Kembali kedua pengawal itu terdiam. Dalam hati mereka
sebetulnya membantah kata-kata See bun To. Mereka tahu
sekali bahwa lebih banyak hal-hal yang diperbuat orang ini
dengan rahasia. Bahkan banyak orang yang menganggapnya
agak misterius.
Salah satu dari kedua pengawal itu berdehem satu kali. Dia
memberanikan dirinya mengatakan apa yang tersirat dalam
hatinya. "Meskipun seandainya Kan taijin bermaksud buruk,
tapi kalau sasarannya gadis yang satu ini, maka dia
melakukan kesalahan besar," katanya.
Mendengar kata-katanya, See bun To langsung menoleh ke
arahnya. "Heh" Tampaknya kau mengetahui sesuatu,
sehingga kau bisa mengucapkan kata-kata itu!"
1483 "Justru hal inilah yang ingin kami sampaikan kepada Cong-su sejak tadi. Ilmu silat yang
dimi iki gadis yang sekarang bernama Kan Hai Li itu cukup
tinggi." See bun To semakin penasaran. "Apa sebetulnya yang ingin
kau sampaikan" Bicara langsung saja! Tidak usah plintatplintutl seperti itu!" bentaknya kesal.
"Cong-su, kami pernah bertemu dengan gadis itu. Oleh karena itulah kami terkejut ketika Kan taijin memperkenalkan sebagai
anak angkat. Gadis itu adalah Tok-ku Hong!"
"Tok-ku Hong" Putri Tok-ku Bu-ti" Apakan kalian tidak salah lihat?" See bun To semakin terkejut.
"Kalau salah satu dari kami salah lihat, mungkin masih bisa dimaklumi. Masa kami berdua bisa salah lihat dalam waktu
yang bersamaan?"
"Mengapa dia bisa berada di dalam gedung Kan taijin"
Apakah dia mempunyai maksud tertentu sehingga pura-pura
tertimpa musibah agar dapat ditemukan oleh para pengawal
pembesar itu?"
"Itulah yang kami curigai sejak tadi. Dan Cong-su jangan lupa.
Dia juga adik ayah lain ibu dengan Wan Fei Yang."
Alis See bun To semakin mengerut. "Hm ... Kalau begitu
kalian harus tingkatkan kewaspadaan. Jangan-jangan Wan
Fei Yang juga sudah berada di kota raja dan sedang
menyelidiki keadaan kita. Perhatikan juga gerak-gerik gadis
itu. Jangan sampai dia meninggalkan gedung keluarga Kan
tanpa sepengetahuan kita!"
Kedua pengawal itu segera mengiakan.
1484 "Suruh beberapa orang kita untuk memeriksa keadaan di
sekitar sini. Lihat apakah gadis itu memang datang bersama
Wan Fei Yang?" kata See bun To selanjutnya.
Rupanya mereka tidak tahu bahwa Kan Hai Li mengalami lupa
ingatan. Bahkan gadis itu sendiri sudah lupa bahwa dirinya
ternyata Tok-ku Kong. Benturan yang dialami oleh Tok-ku
Hong ketika terombang ambing di lautan cukup keras, tulang
kepalanya saja sampai berdarah.
Tapi, siapakah See bun To sebenarnya" Mengapa seorang
kepala komandan pengawal istana bisa mengenal Wan Fei
Yang bahkan Tok-ku Bu-ti" Kalau ditilik dari pembicaraan
mereka tadi, kecurigaan Kan laijin terhadapnya memang
beralasan. Bagaimana kedua pengawalnya bisa mengetahui
siapa Tok-ku long kalau mereka bukan terdiri dari orang-orang
dunia kangouw"
*** Bu-tong-san memang sudah aman dari segala macam
gangguan. Sejak kepergian Wan Fei Yang, hati Fu Hiong Kun
semakin gelisah. Dia mulai tidak kerasan tinggal di atas Butong-san. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk berkelana
kembali di dunia persilatan.
Yo Hong terkejut sekali ketika mendengar kata-kata Fu Hiong
Kun. "Fu kouwnio, Siau Fei pasti akan dalang kembali dalam jangka waktu yang tidak lama lagi. Sebaiknya kau tetap
menunggu di sini saja."
Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya. "Aku bukan hendak
mencari Wan Toako, tapi aku merindukan kehidupan bebas di
dunia kangouw. Di luar sana banyak orang yang
Membutuhkan uluran tanganku. Aku harap Yok toako bisa
mengerti. Suatu hari nanti aku pasti akan datang lagi."
Yo Hong masih berusaha membujuknya tapi rupanya tekad
1485 gadis itu sudah bulat. Hari itu juga dia menyiapkan segala
perbekalan yang dibutuhkan dalam perjalanannya nanti.
Setelah itu dia meminta ijin kepada Yo Hong agar
diperbolehkan masuk ke tempat penyimpanan abu para tokoh
Bu tong pai. Dia ingin menyembah di depan perabuan Yan
Cong Tian yang merupakan ayah angkatnya. Kemudian dia
juga menyembahyangi makam Fu Giok Su. Akhirnya dia turun
dari Bu-tong-san dengan di ringi pandangan mata beratusratus murid Bu-tong-pai.
Fu Hiong Kun tidak melakukan perjalanan dengan tergesagesa. Dia memang tidak mempunyai tujuan yang pasti.
Meskipun dia mengatakan kepada Yo Hong bahwa dia bukan
hendak mencari Wan Fei Yang, tapi dalam hatinya dia
berharap sekali dapat bertemu dengan anak muda itu.
Mantel yang dikenakannya sudah cukup tebal namun hawa
dingin masih saja menyusup. Setelah berada di kaki gunung
Bu tong, dia kerahkan tenaganya untuk berlari. Dengan
demikian tubuhnya menjadi berkeringat dan hawa dingin tidak
terasa lagi. Kadang-kadang dia berhenti apabila tubuhnya
merasa agak lelah.
ledengan Wan Fei Yang.
Desa di dekat kaki gunung Bu tong san baru saja dilaluinya. Di
jalanan tidak banyak orang yang berlalu lalang. Fu Hiong Kun
berhenti di sebuah kedai arak dan membeli beberapa butir
bakpao. Melihat bakpao-bakpao tersebut, ingatannya kembali
ke masa perkenalannya dengan Wan Fei Yang.
Saat-saat manis seperti itu tidak pernah dirasakan lagi. Sudah
terlalu banyak kejadian yang menimpa mereka berdua. Kalau
bisa, Fu Hiong Kun ingin memutar kembali saat yang telah
berlalu. Dia sadar semua itu hanya harapan kosong. Kakinya
terus melangkah sambil mengenang masa lalu. Tahu-tahu dia
sudah berada di dalam sebuah hutan yang lebat.
1486 Dipilihnya sebuah batu besar yang agak terlindung dari hujan
salju. Dia duduk di sana sambil memakan bakpao yang
dibelinya tadi. Kemana perginya Wan Fei Yang" Urusan apa
yang harus diselesaikan olehnya" Fu Hiong Kun sudah
berusaha untuk menebaknya, namun sia-sia saja. Tok-ku Bu-ti
sudah mati, begitu pula kakek dan abangnya. Sudah terlalu
banyak kematian yang dilihatnya. Dan dia merasa Wan Fei
Yang tidak mempunyai musuh lagi di dunia ini. Apakah urusan
yang akan diselesaikannya ada hubungannya dengan
kepergiannya tempo hari"
Kepala Fu Hiong Kun menjadi pusing memikirkan masalah itu.
Dia juga tidak tahu bagaimana nasibnya kelak. Dia sudah
sebatang kara di dunia ini. Tidak ada orang yang dapat
dijadikan tempat perlindungan. Sedangkan dia merasa tidak
enak hati menyusahkan Wan Fei Yang terus menerus,
walaupun anak muda itu tampaknya tidak keberatan. Dia
sadar tugas yang dibebankan pada bahu anak muda itu masih
banyak. Wan Fei Yang tentu saja tidak dapat mengurusnya
seumur hidup, kecuali ...
Wajah Fu Hiong Kun menjadi merah padam memikirkan hal itu
meskipun tidak ada seorang pun di sisinya. Saat itu dia
merasakan ketenangan yang menyelimuti sekitarnya. Di
mana-mana hanya terlihat hamparan salju yang pulih bersih.
Pemandangan itu membuat hatinya menjadi tentram.
Dia menggigit lagi bakpaonya sedikit demi sedikit. Tiba-tiba
telinganya mendengar suara isak tangis seseorang. Matanya
celingak-celinguk memandang ke sekitarnya, tapi dia tidak
melihat apa-apa. Dipertajamnya telinganya untuk
mendengarkan dengan seksama. Akhirnya dia tahu bahwa
suara isak tangis itu berasal dari balik sebalang pohon yang
besar. Fu Hiong Kun berdiri dan berjalan dengan perlahan-lahan. Dia
tidak mengira bahwa suara isak tangis yang didengarnya
1487 adalah suara hantu yang gentayangan. Lagipula mana ada
hantu di hari yang masih terang seperti ini. Dia hanya
meningkatkan kewaspadaannya. Siapa tahu suara isak tangis
itu merupakan semacam pancingan yang akan mencelakakan
dirinya. Pengalaman Fu Hiong Kun di dunia kangouw memang
sudah cukup luas. Maklum saja karena sejak kecil dia
memang sudah tidak betah tinggal di Siau Yau kok dan selalu
berkelana mencari ilmu pengobatan di dunia kangouw.
Tiba-tiba tubuh gadis itu berkelebat secepat kilat. Tahu-tahu
dia sudah berdiri di hadapan orang yang sedang menangis itu.
Dia adalah seorang gadis yang masih remaja sekali. Pantas
saja Fu Hiong Kun tidak bisa menemukannya tadi ketika
melongok ke kanan dan kiri, karena dia mengenakan sehelai
mantel berwarna pulih yang membuatnya tidak berbeda
dengan hamparan salju yang melapisi tanah itu.
Gadis cilik itu terkejut melihat kemunculan Fu Hiong Kun yang
tidak disangka-sangka itu. Dia memandangi Fu Hiong Kun
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan mata terbelalak. Otaknya langsung berpikir tentang
siluman rase yang sering diceritakan oleh orang-orang.
"Jangan takut, adik kecil," sapa Fu Hiong Kun dengan ramah.
Gadis cilik itu semakin mengerutkan tubuhnya ke batang
pohon di belakangnya.
"Aku bukan setan, tapi manusia juga seperti engkau. Tadi aku mendengar kau menangis dengan sedih. Ada apa"
Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu," kata Fu Hiong
Kun kembali dengan nada suara yang lebih lembut.
Gadis cilik itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
Bibirnya bergetar. Demikian juga seluruh tubuhnya. Fu Hiong
Kun yang mengerti ilmu pengobatan segera mengetahui
bahwa gadis cilik itu tidak berpura-pura. Malah tampaknya dia
baru saja mengalami sebuah kejadian yang membuat batinnya
terpukul hebat.
1488 "Di mana rumahmu" Apakah kau tersesat?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan keras. Fu Hiong
Kun menjadi kewalahan. Akhirnya dia duduk di samping gadis
itu sambil berdiam diri. Berkali-kali gadis itu melirik ke
arahnya. Fu Hiong Kun pura-pura tidak tahu. Dia
mengeluarkan bakpao yang masih tersisa dua butir itu dan
memakannya dengan lahap. Gadis itu terus memandanginya.
Fu Hiong Kun merasa tidak tega juga akhirnya. Dia
menyodorkan bakpao itu ke tangan si gadis cilik.
"Makanlah ... kau tentu sudah lapar."
Dengan tangan gemetar gadis itu menerima bakpao yang
disodorkan oleh Fu Hiong Kun. Dia memakannya dengan
perlahan-lahan. Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya
melihat keadaan gadis cilik tersebut. Kalau ditilik dari
pakaiannya, dia pasti bukan dari keluarga susah, tapi hal apa
yang membuatnya demikian ketakutan dan sedih ... "
"Bolehkah kau beritahukan siapa namamu?" tanya Fu Hiong Kun hati-hati.
Gadis cilik itu memandanginya sampai lama sekali. Mulutnya
mulai bergerak-gerak. "Liu. Siau ... Ling ... " sahutnya tersendat-sendat.
Suaranya lirih sekali. Untung saja Fu Hiong duduk di
sampingnya sehingga dapat menangkap kata-katanya dengan
jelas. "Aku bernama Fu Hiong Kun.... Di mana rumahmu" Maukah
kau kalau Cici mengantar mu pulang?" tanya Fu Hiong Kun
sekali lagi. Liu Siau Ling menggelengkan kepalanya "Aku... takut?"
1489 "Takut" Kenapa?" Fu Hiong Kun senang sekaligus
penasaran.senang karena gadis cilik itu mulai mau berkatakata. Penasaran karena dia ingin tahu kejadian apa
sebetulnya yang menimpa diri gadis cilik itu.
"Ayah ... ibu ... koko dibunuh orang jahat ... "
Fu Hiong Kun terkejut sekali. "Siapa yang melakukan hal yang begitu keji?" desaknya segera.
"Aku tidak tahu ... mereka mengenakan topeng yang aneh ... "
Fu Hiong Kun menatap gadis itu dari atas kepala sampai ke
ujung kaki. Seluruh tubuhnya masih bergetar. Tampaknya dia
tidak berbohong. "Lalu. bagaimana kau dapat melarikan diri?"
"Aku ... sedang ... bermain di ... luar ... rumah ... dengan ...
anak tetangga ... Ketika tahu ... ayah dan ibu... serta koko
telah dibunuh... oleh orang ..., jahat... mereka menyuruh... aku melarikan diri... secepatnya...."
Fu Hiong Kun iba sekali melihat gadis itu. Tanpa sadar dia
melingkarkan tangannya memeluk bahu gadis itu. Liu Siau
Ling sudah tidak akut lagi kepadanya. Dia menangis tersedusedu dalam pelukan Fu Hiong Kun.
"Siau Ling, ternyata nasibmu juga malang sekali. Oh Thian, mengapa kau selalu membiarkan aku bertemu dengan orang-orang yang mempunyai kehidupan demikian tragis!"
Pelukannya semakin erat. "Siau Ling, mari kau ikut dengan
Cici." Dia menarik tangan gadis itu lalu menyeretnya berlari meninggalkan tempat itu.
*** Liu Siau Ling sudah tertidur dengan nyenyak. Gadis cilik
berusia sekitar dua belas atau tiga belas tahun itu baru bisa
pulas sejak kemarin. Fu Hiong Kun memberi semacam obat
1490 yang dapat memulihkan kekuatan tubuhnya. Tentunya gadis
cilik itu berlari tanpa mengenal arah, tubuhnya memang sudah
letih sekali. Fu Hiong Kun keluar dari kamar secara diam-diam. Tidak lupa
dia meniup lilin di dalam kamar sehingga keadaan di dalam
menjadi gelap gulita. Dengan berbuat demikian, tentu tidak
ada orang yang tahu kalau salah satu dari mereka tidak
berada dalam kamar.
Angin bertiup dengan kencang. Fu Hiong Kun menaikkan
mantelnya lebih tinggi supaya bagian lehernya tertutup rapat.
Dia mengerahkan ginkangnya dan berlari sekuat tenaga.
Tujuannya melakukan perjalanan malam-malam adalah untuk
menyelidiki kebenaran cerita Liu Siau Ling. Hatinya tidak ragu
akan keterangan gadis cilik itu. Namun dia ingin tahu apa
sebabnya sampai keluarga itu dibunuh oleh orang jahat.
Apakah mereka dirampok" Sebelum melihat dengan mata
kepala sendiri, dia belum berani memastikan.
Fu Hiong Kun bukan jenis manusia yang suka mencampuri
urusan orang lain. Tapi karena hatinya terlalu baik, dia selalu tidak tega melihat penderitaan yang berlangsung di depan
matanya. Dia harus menyelidiki apakah gadis cilik itu masih
mempunyai sanak saudara yang lain agar dia bisa menitipkan
Liu Siau Ling cepada orang itu. Tidak mungkin baginya
membawa gadis kecil itu berkelana di dunia kangouw yang
penuh bahaya ini.
Malam belum terlalu larut, tapi desa yang cukup besar itu
sudah sunyi senyap. Hal ini tidak seperti biasanya. Mungkin
karena baru terjadi pembunuhan atas keluarga Liu Siau Ling
itulah sehingga mereka menutup pintu himah rapat rapat. Fu
Hiong Kun mengitari jalan raya yang dihiasi dengan rumahrumah mewah. Dia yakin salah satu dari rumah itu adalah
rumah keluarga Liu Siau Ling. Tapi dia tidak tahu yang mana.
Cukup lama dia mondar-mandir sambil memutar olaknya.
Akhirnya pikiran gadis itu tergerak. Kalau seandainya seisi
1491 rumah Liu Siau Ling tidak ada yang hidup lagi, pasti rumah itu
kosong sekarang. Rumah yang kosong tentu tidak ada
penerangan sama sekali. Dia segera menyusuri jalan raya itu
perlahan-lahan. Dia memperhatikan dengan seksama rumah
mana yang tidak ada penerangannya sama sekali.
Kemudian dia pun melihat rumah tersebut. Rumah itu lebih
besar dari rumah lainnya. Namun keadaan di dalam maupun
di luar gelap sekali. Di rumah-rumah yang lain pasti tergantung sebuah lentera di depan pintu. Hanya rumah ini yang tidak. Fu
Hiong Kun memperhatikan sekitarnya. Tidak terlihat bayangan
seorang pun. Cepat dia melesat ke atas tembok rumah dan
menyelinap ke dalam pekarangan.
Dengan mengendap-endap Fu Hiong Kun masuk ke ruangan
depan. Gerakannya sangat berhati-hati. Dia tidak tahu apakah
masih ada musuh yang menunggu di dalam rumah itu. Kalau
ditilik dari kematian abang Sau Ling yang dibunuh sekalian.
Kemungkinan besar pembunuh itu memang berniat
menghabisi seluruh keluarga Liu tersebut. Mereka pasti tahu
bahwa masih ada seorang gadis yang luput. Liu Siau Ling
mengatakan bahwa pembunuh itu lebih dari lima orang,
mereka mengenakan topeng yang aneh. Padahal gadis cilik
itu tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dia juga
hanya mendengar dari keterangan para tetangganya. Apakah
kala-kata mereka dapat dipercaya"
"Bluk!" Hati Fu Hiong Kun tersentak. Kewaspadaannya
ditingkatkan. Tapi sejenak kemudian dia menghela nafas lega
karena matanya yang tajam melihat benda-benda kecil yang
berlarian. Tikus! Fu Hiong Kun mengelilingi seluruh ruangan
dalam rumah itu. Setelah yakin tidak ada apa-apa lagi. Dia
keluar kembali.
Jalan raya masih sesunyi tadi. Fu Hiong Kun
mempertimbangkan sejenak apa yang harus dilakukan
olehnya selanjutnya. Kemudian dia berjalan ke gedung yang
terdapat di sebelahnya. Dia harus pura-pura seperti gadis
1492 yang kemalaman di jalan. Diketuknya pintu rumah itu
perlahan-lahan. Setelah itu dia menunggu sebentar.
Tidak lama kemudian seorang laki-laki berusia setengah baya
yang dapat dipastikan merupakan tukang pukul bayaran
melongokkan kepalanya lewat celah pintu yang dibukanya.
Melihat Fu Hiong Kun berdiri di depan pintu, dia agak terpana
sesaat. Setelah kejadian yang menimpa keluarga Liu, mau
tidak mau mereka meningkatkan kewaspadaannya. Laki-laki
berusia setengah baya dengan cambang lebat itu menatap Fu
Hiong Kun. "Loheng, maaf mengganggu, Siau li kemalaman di perjalanan
... " "Toako. siapa yang datang?" Tiba-tiba dari belakang laki laki itu terdengar suara langkah mendatangi.
Laki-laki bercambang lebat itu menolehkan kepalanya sedikit.
"Seorang gadis yang kemalaman di jalan," sahutnya.
"Kalau boleh, Siau li ingin bertemu dengan tuan rumah dan
menanyakan kalau-kalau Siau li boleh menumpang barang
satu malam saja." Fu Hiong Kun melanjutkan kata-katanya.
Laki-laki bercambang lebat itu menguakkan pintu rumah lebarlebar. Setelah itu dia menoleh ke arah iaki-laki yang ada di
belakangnya. "Ji te, kau tunggu di sini. Aku akan masuk dan laporkan
kepada Song Laopan ... "
Laki-laki itu langsung masuk ke dalam. Sedangkan orang yang
dipanggilnya Ji te itu juga memperhatikan Fu Hiong Kun dari
atas kepala sampai ke ujung kaki.
"Siapa nona ini dan kemana tujuan nona sehingga kemalaman
di jalan?" tanya laki-laki itu dengan nada menyelidik.
1493 "Siau li bernama Fu Hiong Kun. Dari Bu tong san ingin
mencari seorang kawan yang sedang menetap di rumah
pamannya di desa seberang bukit." Fu Hiong Kun mengatakan
nama aslinya, tapi dia memberi keterangan palsu tentang
tujuannya. Laki-laki itu agak terkejut mendengar kata-kata itu. Maklum
saja, desa itu memang tidak terlalu jauh dari Bu tong san.
Mungkin mereka juga sudah pernah mendengar peristiwa
yang berturut-turut terjadi di sana.
"Kau ... kau adik Fu Giok Su, bekas Ciang bun jin Bu-tong-pai itu?" tanyanya dengan mata terbelalak.
Fu Hiong Kun menganggukkan kepalanya. Dia merasa tidak
ada perlunya menutupi siapa dirinya. Kalau dia berbohong dan
kebetulan ada yang mengenalinya, urusan bisa bertambah
runyam. Baru saja laki-laki itu ingin bertanya lagi, dari belakang
punggungnya terdengar suara langkah kaki beberapa orang.
Seorang laki-laki berusia lanjut dengan warna rambut sudah
memutih keluar dengan di ringi oleh laki-laki pertama kali.
Disampingnya juga ada seorang pemuda yang masih remaja.
Usianya paling banter lima belas tahunan. Aneh rasanya
melihat orang yang sudah tua tapi anaknya masih sekecil itu.
Laki-laki kedua yang dipanggil Ji te segera menggeser ke
samping. Orang tua yang kemungkinan pemilik rumah itu
memandangi Fu Hiong Kun dengan tatapan curiga.
"Lopek ... " sapa Fu Hiong Kun sopan.
Laki-laki yang kedua tadi segera maju ke depan. "Laopan, aku sudah tahu siapa gadis ini. Rasanya tidak apa-apa kalau dia
menumpang barang semalaman saja."
1494 "Oh?" Orang tua itu yang dipanggil Song Laopan itu menoleh kepadanya dengan pandangan bertanya.
"Dia adalah Fu Hiong Kun yang ramai dibicarakan orangorang. Dialah yang berkali-kali menolong Yan Cong Tian dan
Wan Fei Yang!"
Mulut laki-laki tua itu langsung melongo mendengar
keterangan tukang pukulnya, tapi sekejap kemudian mimik
wajahnya normal kembali. "Mari masuk ... Lohu kira siapa
orangnya yang ingin menumpang di sini, rupanya Fu kouwnio.
Perlu Kouwnio ketahui, sejak dulu Lohu paling mengagumi Butong-pai. Lohu selalu mencari tahu apa yang terjadi di sana,"
kata Song laopan sambil mengiringi Fu Hiong Kun masuk ke
dalam rumah. Diam-diam hati Fu Hiong Kun senang sekali. Ternyata dia
menemukan alamat yang tepat. Dia dapat mengajukan
berbagai pertanyaan tentang keluarga Liu kepada orang tua
ini. Mereka masuk ke dalam ruang tamu yang luas. Fu Hiong
Kun dipersilahkan duduk oleh orang tua tersebut.
"Terima kasih, Song Laopan. Di mana Song Hujin, kalau boleh boanpwe ingin berkenalan," kata Fu Hiong Kun dengan gaya
sopan sekali. Song laopan menarik nafas panjang. "Hujin Lohu sudah lama
meninggal dunia sejak putra Lohu ini dilahirkan. Tubuhnya
memang kurang sehat. Itulah sebabnya lama kami tidak
mendapatkan anak. Siapa sangka begitu melahirkan ... "
Itulah sebabnya usia orang tua itu sudah cukup lanjut. Paling
tidak di atas enam puluh tahun tapi putranya baru belasan. Fu
Hiong Kun merasa tidak enak hati menimbulkan kembali
kenangan sedih orang tua itu.
"Boanpwe minta maaf ... "
1495 "Fu Kouwnio jangan berkata demikian. Orang yang tidak tahu tidak dapat disalahkan."
Seorang pelayan keluar membawa sebuah nampan berisi teko
dan dua buah cangkir teh. Dia meletakkannya di atas meja
kecil yang terdapat di samping Fu Hiong Kun.
"Kouwnio, silahkan.'" kata Song laopan menawarkan.
Fu Hiong Kun mengangkat cawannya serta menganggukkan
kepalanya sedikit. Dia minum teh itu barang beberapa teguk,
kemudian diletakkannya cangkir tersebut kembali di atas meja.
"Kemana tujuan Fu kouwnio sehingga melakukan perjalanan
malam-malam seperti ini?"
Fu Hiong Kun melirik ke bocah laki-laki yang berdiri di
samping ayahnya. Song laopan segera mengerti bahwa Fu
Hiong Kun tidak akan mengatakan di hadapan anak yang
masih kecil itu. "Siang ji, masuklah ke dalam. Hari sudah larut malam," katanya.
Bocah laki-laki itu segera mengiakan dan mengundurkan diri
ke dalam rumah.
"Aikh ... " Song laopan menarik nafas panjang. "Anak itu sudah kehilangan ibunya sejak bayi. Jadi dia manja sekali
kepada Lohu ... "
Fu Hiong Kun tersenyum penuh pengertian. "Hal itu memang
sudah lumrah. Song laopan tidak perlu ambil hati."
"Oh ya ... sampai di mana pembicaraan kita tadi?" tukas Song laopan.
Fu Hiong Kun menatap orang tua itu sejenak. Kemudian dia
menarik nafas panjang. "Sebelumnya boanpwe ingin minta
maaf dulu. Apakah Song Laopan mengenal Yan gihu
1496 almarhum?"
"Gihu" Oh ya, Lohu lupa ... kau tentunya gadis yang diangkat anak oleh Yan taihiap. Lohu tidak mengenalnya secara
pribadi, tetapi setiap kali Bu-tong-san mengadakan acara apa
saja. Lohu termasuk orang yang diundang. Lohu bukan orang
Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dunia persilatan, tapi karena lohu senang bergaul, maka
banyak juga kenalan dari dunia kangouw."
"Tentunya Song laopan seorang yang dermawan sekali dan
sering memberikan sumbangan untuk orang-orang yang
miskin sehingga Song laopan dikenal baik oleh seluruh
kalangan masyarakat sekitar," sahut Fu Hiong Kun.
Wajah Song laopan agak tersipu-sipu mendengar pujian Fu
Hiong Kun. "Kalau dengan Ci Siong to jin, Lohu cukup dekat. Beberapa
kali Lohu naik ke Bu tongsan dan berbincang-bincang dengan
almarhum Ciang hun jin Bu-tong-san itu." Sekali lagi Song
laopan menarik nafas panjang. "Usia kami tidak terpaut jauh, dia malah sudah mendahului Lohu. Umur manusia memang
tidak dapat diraba dengan mata hati. Hanya Thian yang tahu
kapan saatnya tiba bagi kita untuk kembali menjadi tanah."
Hati Fu Hiong Kun sudah mulai mempercayai kata-kata orang
tua ini. Tapi dia masih bertindak hati-hati. "Tadi boanpwe mengetuk pintu rumah di sebelah. Ternyata rumah itu kosong.
Apakah penghuninya sedang pergi atau memang rumah itu
sudah lama kosong?" tanya Fu Hiong Kun menyelidik.
Mata orang tua itu menerawang. Kembali dia menarik nafas
panjang. "Tidak ... rumah itu baru kosong sejak kemarin.
Penghuninya tidak pergi kemana-mana, tapi sudah mati
semua. Liu Loheng itu adalah sahabat karibku. Lohu sendiri
tidak mengerti mengapa dia bisa bermusuhan dengan orang
dunia kangouw. Dia adalah seorang hartawan yang sangat
baik hati. Dia juga dermawan sekali. Namun dalam waktu
1497 kurang dari satu kentungan saja seluruh keluarganya habis
dibantai. Hanya para pelayan saja yang tidak ... "
"Di mana para pelayan itu sekarang?" tanya Fu Hiong Kun tanpa sadar.
'Tentu saja kabur. Mereka sudah ketakutan setengah mati
melihat kedua majikan dan seorang putranya dibantai habishabisan. Namun ada satu hal yang Lohu tidak mengerti ..."
"Apa?" desak Fu Hiong Kun.
"Menurut para pelayan yang sempat menyaksikan orangorang yang membunuh Liu loheng itu. mereka terdiri dari lima
orang yang mengenakan topeng aneh-aneh dan berwarna
warni. Kalau seandainya mereka merupakan orang-orang
yang mempunyai dendam sedalam lautan dengan keluarga
Liu, biasanya mereka membantai habis seisi rumah, bahkan
sampai binatang pun tidak dibiarkan hidup. Tapi yang ini tidak.
Mereka hanya membunuh pemilik rumah dan anaknya. Para
pelayan dibiarkan hidup. Kalau dibilang tujuan mereka hanya
merampok, tidak ada barang apa pun yang diambil. Para
pelayan keluarga itu semua memastikan hal ini. Jadi siapa
mereka sebenarnya?"
Hati Fu Hiong Kun tidak ragu lagi. Dia sudah tahu bahwa Song
laopan ini orang yang bisa dipercaya. "Song laopan ... "
"Fu Kouwnio jangan memanggil Lohu dengan sebutan
demikian. Lohu merasa tidak pantas menerimanya. Panggil
saja Lopek ... "
Fu Hiong Kun tersenyum tipis. "Baiklah, Song lao ... Lopek ...
Sebetulnya boanpwe datang ke sini bukan tanpa tujuan atau
seperti yang boanpwe jelaskan tadi."
"Oh?" Song Laopan memandang Fu Hiong Kun dengan
tatapan kurang mengerti.
1498 "Bukankah keluarga Liu masih mempunyai seorang putri cilik yang bernama Liu Siau Ling?" tanya Fu Hiong Kun.
Song laopan menganggukkan kepalanya. "Bagaimana Fu
Kouwnio bisa tahu?" Dia balik bertanya kepada Fu Hiong Kun dengan pandangan heran.
"Gadis itu sekarang ada di penginapan di desa seberang bukit.
Tadinya boanpwe menemukan dia sedang menangis seorang
diri di tengah hutan. Kemudian dia menceritakan semuanya
kepada boanpwe. Itulah sebabnya boanpwe datang ke dusun
ini. Boanpwe ingin menyelidiki apakah ceritanya benar. Kalau
memang apa yang dikatakannya merupakan kenyataan,
boanpwe juga ingin menanyakan apakah dia masih memiliki
sanak famili yang lain di mana dia bisa dititipkan untuk
kemudian hari?"
Mata Song laopan membelalak mendengar keterangan itu.
"Syukur kepada Thian yang Kuasa. Lohu tidak bisa tidur
sepanjang malam justru memikirkan nasib putri sahabat Lohu
itu. Tidak tahunya Siau Ling sudah diketemukan oleh Fu
kouwnio. Setahu Lohu, Liu loheng mempunyai seorang adik
yang tinggal di Lok Yang. Dia adalah seorang pedagang
besar. Dia mempunyai toko cita yang besar sekali di kota
tersebut. Tentu tidak sulit menemukannya. Tapi entah Siau
Ling akrab atau tidak dengan keluarga pamannya. Kasihan
sekali gadis cilik itu, seandainya dia bersedia, Lohu tidak
keberatan menampungnya." sahut Laopan itu sambil menarik
nafas panjang berulang kali.
"Boanpwe hargai sekali tawaran Song lopek. Tapi untuk
sementara lebih baik Siau Ling jangan tinggal di daerah ini.
Seandainya pembunuh-pembunuh itu ingin membantai habis
seluruh keluarga Liu, mereka tentu tidak akan membiarkan
Siau Ling lolos. Biar nanti Boanpwe antar dia ke rumah Sioksioknya Lok Yang."
1499 "Aih.... Lohu benar-benar tidak mengerti. Orang seperti kami justru ingin hidup dalam ketenangan. Tidak seperti orang
kangouw yang setiap hari menghadapi bahaya. Nyatanya
hidup memang bukan merupakan suatu ketenangan. Buktinya
keluarga Liu yang tidak tahu menahu urusan dunia kangouw
tetap terbunuh juga oleh orang jahat."
Fu Hiong Kun menganggukkan kepalanya tanpa sadar. Dia
sendiri pernah mempunyai keinginan untuk mengasingkan diri
menjadi rakyat biasa. Tapi kalau melihat dari kenyataan yang
dihadapinya sekarang. Omongan Song laopan memang tepat.
Apabila takdir hidup kita telah menentukan, sebagai apa dan
di manapun tetap saja ada orang yang mengganggu
ketenangan kita.
"Song Lopek, siapakah Liu loheng itu sebenarnya" Maksud
boanpwe, apa pekerjaannya" Mungkin dari sana kita bisa
telusuri mengapa dia sampai dibunuh orang jahat?"
Song laopan menganggukkan kepala berulang kali. "Lohu juga beranggapan demikian. Tapi setelah dipikirkan kembali
rasanya tidak masuk akal."
"Apa yang membuat Lopek berpikiran demikian?"
"Setahu Lohu, Liu loheng mempunyai sebuah perusahaan
ekspedisi di kota Sen Hu. Tapi dia mempunyai wakil yang
dipercayai sehingga dia sendiri hampir tidak pernah menginjak
tempat itu. Kalau dia tidak pernah berhubungan langsung
dengan langganannya, tentu mereka juga tidak tahu siapa
pemilik piauw-kiok tersebut. Mengapa dia yang harus
dibunuh" Seharusnya, apabila ada dendam antara langganan
dengan pihak Piauwkiok itu, wakil Liu loheng yang mengurus
segalanyalah yang harus dicari."
"Benar juga.... Urusan ini semakin aneh. Siapa pula para
pembunuh yang menyatroni rumahnya itu?" Fu Hiong Kun
1500 semakin bingung memikirkan peristiwa yang tidak masuk akal
itu. "Entahlah... mereka mengenakan topeng. Mungkin mereka
takut wajah mereka dikenali. Atau mereka adalah keluarga
dekat Liu loheng?"
Wajah Fu Hiong Kun menjadi pucat. "Kalau benar dugaan
Lopek, tentu tidak aman apabila kita menitipkan Siau Ling ke
rumah Siok-sioknya. Lebih baik boanpwe bawa dulu ke Bu
tong san dan nanti baru dipertimbangkan lagi setelah melihat
perkembangan selanjutnya."
Tanpa menunda waktu lagi Fu Hiong Kun langsung memohon
diri. Song laopan mengerti dia masih mempunyai urusan lain
yang harus diselesaikan. Orang tua itu juga tidak menahan Fu
Hiong Kun. Dia hanya berpesan agar gadis itu mampir lagi
kapan-kapan. *** Fu Hiong Kun seperti orang kalap. Sesampainya di
penginapan, dia langsung membangunkan Siau Ling.
Ditariknya anak itu berlari seakan kesetanan. Pagi hari mereka
sudah sampai di Bu-tong-san.
Tentu saja Yo Hong bingung melihat Fu Hiong Kun balik lagi
membawa seorang gadis cilik. Dia langsung menyambut
kedatangan Fu Hiong Kun. "Fu kouwnio, mengapa kau balik
lagi?" tanyanya gugup.
"Ceritanya panjang sekali, Yo Toako. Tapi nanti biar Siau Ling yang menjelaskannya. Aku harus segera berangkat lagi ... " Fu Hiong Kun menoleh kepada Liu Siau Ling dengan tatapan
penuh kasih sayang. Dia memang kasihan sekali terhadap
anak gadis yang masih kecil ini. "Siau Ling ... kau tinggal ah di sini bersama para siok siok ini. Cici akan menyelidiki apa yang telah terjadi sehingga musibah menimpa kedua orang tuamu.
1501 Tidak usah takut. Kau aman di sini."
"Cici, aku tidak takut lagi. Para Siok-siok ini kelihatannya baik-baik, tapi Cici jangan pergi lama-lama ... "
Fu Hiong Kun menganggukkan kepalanya dengan terharu,
pandangan matanya beralih kepada Yo Hong. "Yo Toako. aku
menitipkan anak ini di sini. Namanya Siau Ling. Nasibnya
malang sekali, harap Yo Toako bersedia merawatnya baikbaik." Meskipun banyak pertanyaan yang menyelimuti hati Yo Hong,
tapi dia melihat Fu Hiong Kun sedang tergesa-gesa. Biarlah
nanti perlahan-lahan dia akan menanyakan persoalannya Siau
Ling. "Jangan khawatir, Fu Kouwnio. Selesaikanlah urusanmu. Tapi harap kau berhati-hati. Di dunia kangouw banyak manusia
yang licik. Kami akan menjaga Siau Ling baik-baik."
F'u Hiong Kun menganggukkan kepalanya. Setelah mengeluselus rambut Siau Ling. dia langsung menghentakkan kakinya
dan meninggalkan tempat itu. Siau Ling memandanginya
dengan tatapan terpesona. Gadis itu bagai seorang bidadari
baginya. Yo Hong juga memandangi sampai bayangan gadis itu
menghilang di kejauhan. Kemudian dia menarik nafas
panjang. Dia menoleh kembali kepada Siau Ling. "Namamu
Siau Ling bukan" Mari ikut Siok-siok ke dalam," ajaknya.
*** Kesehatan Kan Hai Li sudah sembuh secara keseluruhan.
Hanya pikirannya saja yang masih belum kembali. Tapi
kadang-kadang tanpa sadar dia melakukan pekerjaan yang
sudah rutin dilakukannya setiap hari. Seperti sekarang ini. Dia duduk bersila di taman bunga sambil mengatur hawa
1502 murninya. Sejak kecil dia memang selalu berlatih ilmu silat
setiap pagi hari. Hal ini seakan sudah mendarah daging
baginya. Dia tidak tahu darimana dia mempelajari ilmu itu, tapi dia bisa melakukannya dengan baik tanpa perlu memakai
pikirannya lagi. Itulah salah satu sebab mengapa
kesehatannya cepat pulih.
Ong Taihu yang tadinya tidak tahu merasa heran melihat
kekuatannya yang pulih dalam waktu yang singkat. Tapi
setelah dia mengetahui bahwa sejak kecil ternyata gadis ini
sudah melatih ilmu silat, dia tidak heran lagi. Tentu saja
ketahanan tubuhnya melebihi orang biasa.
Setelah berlatih kurang lebih dua kentungan, Kan Hai Li duduk
di atas sebuah batu sambil termenung. Kan Soat Cu yang
baru bangun tidur mencarinya kemana-mana. Akhirnya dia
ingat kalau cici angkatnya setiap pagi-pagi sekali selalu sudah berada di taman dan berlatih ilmu pernafasan.
"Hai Li Cici ... !"
Kan Hai Li tersentak dari lamunannya. Dia memandang Kan
Soat Cu sambil mengembangkan seulas senyuman.
"Soatmoay ... kau sudah bangun?"
Kan Soat Cu menganggukkan kepalanya. "Sioumoay lihat Cici
sedang melamun, apa sebenarnya yang Cici pikirkan" Masih
memusingkan riwayat hidup Cici?" tanya gadis itu dengan
nada lembut. Kan Hai Li alias Tok-ku Hong yang lupa akan masa lalunya itu
segera menggelengkan kepalanya. "Bukan itu yang Cici
pikirkan ... "
"Lalu apa?" tanya Kan Soat Cu sambil duduk di sampingnya.
"Cici sedang berpikir kalau Ong Taihu datang memeriksa
Soatmoay, Cici ingin menanyakan suatu hal kepadanya ... "
1503 Kan Soat Cu memandangnya dengan heran. "Tentang apa?"
Kan Hai Li tersenyum lebar.
"Lihat, belum apa-apa kau sudah cemas. Bukan apa-apa. Kau
kan tahu Cici terluka cukup parah ketika ditemukan. Entah
mengapa tanpa Cici sadari, Cici selalu keluar ke taman ini dan
berlatih ilmu pernafasan. Ilmu itu bagai sudah tercetak di luar kepala Cici. Tapi setelah berlatih ilmu ini, kesehatan Cici jadi cepat pulih. Cici ingin menanyakan apakah ada manfaatnya
bagi Soatmoay seandainya Cici menurunkan ilmu pernafasan
ini kepada Soat-moay?" kata gadis itu menjelaskan.
Wajah Kan Soat Cu berseri-seri seketika. Betul Cici mau
mengajarkan Soatmoay ilmu silat?"
Kan Hai Li tertawa terkekeh-kekeh. "Ilmu silatnya sih nanti dulu. Sebelum mempelajari ilmu silat, orang harus
mempelajari lwekang lulu. Bagaimana bisa berkelahi kalau
tidak apal mengerahkan tenaga dalam?"
Kan Soat Cu menjadi tersipu-sipu mendengar keterangannya.
"Rupanya kesehatan Cici memang sudah pulih secara
keseluruhan!" Dia nenarik nafas panjang. "Tapi tubuh
Soatmoay ini memang lemah sejak kecil. Entah apakah ada
faedahnya kalau Siau moay mempelajari mu pernafasan itu?"
"Itulah sebabnya Cici mengatakan bahwa nanti kita minta dulu penjelasan dari Ong taihu ..."
Kan Soat Cu bersemangat kembali. "Tidak usah menunggu
nanti. Sekarang juga Soat Moay akan meminta Cing Cing
mengundangnya kemari ... "
Kan Hai Li menggelengkan kepalanya. "Sifatmu tampaknya
tidak sabaran," sahutnya sambil tersenyum.
1504 Kan Hai Li alias Tok-ku Hong tidak tahu bahwa adatnya
sendiri jauh lebih keras lagi sebelumnya. Hanya karena dia
terluka parah di kepala sehingga ingatannya hilang, maka
ketika berhasil selamat dari bahaya, adatnya seperti orang
Memanah Burung Rajawali 12 Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Bara Naga 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama