Ceritasilat Novel Online

Istana Yang Suram 19

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 19


bertempur dengan sengitnya melawan Kiai Paran
Sanggit, pemimpin tertinggi perguruan Guntur Geni. yang
ternyata memiliki ilmu yang sangat tinggi, sehingga
Pangeran Bondan Lamatan harus memeras
kemampuannya untuk bertahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dalam hiruk pikuknya pertempuran di halaman dan disekitar istana itu, Ki Kebo Ander masih berdiri tegak, bahkan seakan-akan ia sudah kehilangan segala nafsunya untuk menyerang Pangeran Kuda Narpada yang masih berdiri tegak, bahkan keduanya seolah-olah dua orang sahabat yang berdiri mengawasi pertunjukkan yang mengasyikkan.
"Kiai Paran Sanggit memang memiliki llmu yang tinggi" tiba-tiba saja Pangeran Kuda Narpada berdesis.
Ki Kebo Ander mangangguk-angguk, namun
kemudian katanya "Pangeran, apakah kira-kira aku sekarang masih juga tidak dapat mengalahkanmu?"
"Aku tidak tahu, tetapi jika kau tidak mendapat kurnia ilmu yang mengejutkan, aki kira keseimbangan kita masih belum berubah"
Ki Kebo Ander menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Memang tidak ada gunanya untuk bertempur melawan pangeran, seandainya ilmuku meningkat sedikit, maka ilmu pangeran tentu meningkat berlipat ganda. Dalam dunia kematian, pangeran dapat mempelajari berbagai ilmu yang tidak ada bandingnya"
"Dunia kematian itu memang terasa damai, ketika aku bangkit lagi dari dunia yang damai itu dan menengok rumah ini, aku sudah mulai terlibat lagi dalam tindakan-tindakan kekerasan seperti yang terjadi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Kebo Ander mangangguk-angguk, ketika ia melihat Panon menyerang lawannya tanpa ampun, maka Ki Kebo Ander itu berkata "Bukankah anak muda itu muridmu?"
Pangeran Kuda Narpada mengerutkan keningnya.
"Ilmunya sudah mencapai taraf yang tinggi, ia tinggal mematangkan beberapa bagian yang masih agak kabur, tetapi aku yakin Ki Sraba tidak akan dapat mengalahkannya" sambung Ki Kebo Ander.
Pangeran Kuda Narpada mangangguk-angguk kecil.
Katanya "Mudah-mudahan ia dapat memenangkan perkelahian itu"
"Anak muda yang satu itupun memiliki kemampuan yang luar biasa, bahkan?"?"?"." Kata-kata Ki Kebo Ander terputus.
Pangeran Kuda Narpada bergeser setapak, ia melihat Ki Dumi yang kerdil itu sudah menggigil. Sejenak ia mencoba bertahan, namun kemudian ia terjatuh pada lututnya.
"Ia terkena racunnya sendiri" desis Ki Kebo Ander.
Pangeran Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Ia melihat Raden Kuda Rupaka merenungi lawannya, Ki Dumi yang kerdil itu.
"Kau luar biasa anak muda" desisnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Dumi berpaling ketika ia melihat Ki Kebo Ander mendekatinya dan berjongkok disampingnya.
"Pasermu sendiri yang telah merenggut nyawamu Ki Dumi, jika benar yang kau katakan bahwa pasermu itu kau lumuri getah batang cangkring eri sungsang, maka tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Btk Ki Kebo Ander.
Ki Dumi mengangguk kecil, jawabnya dengan suara gemetar "Ya, aku telah merendam paserku pada beberapa tetes getah cangkring eri sungsuang dan akupun sadar, bahwa aku akan mati sekarang"
Ki Kebo Ander kemudian membantu Ki Dumi
membujurkannya di lantai dan meletakkan kepalanya pada alas ikat kepalanya sendiri.
Tetapi Ki Dumi sudah terlalu lemah, pada saat terakhir ia masih berusaha bertanya "Kebo Ander, kenapa kau tidak berbuat sesuatu?"
"Aku percaya bahwa orang ini adalah Pangeran Kuda Narpada, sepanjang umurku, aku sudah beberapa kali berusaha untuk memenangkan setiap perkelahian yang beberapa kali pula telah aku lakukan melawannya. Tetapi aku selalu kalah. Dan aku kira sekarang aku tidak perlu mengulanginya lagi, justru sekarang aku berdiri di pihak orang-orang gila dari Guntur Geni itu"
Ki Dumi menarik nafas dalam-dalam, suaranya semakin samar dan katanya kemudian "Musnahkan saja paser-paserku Kebo Ander. Aku kira paser semacam itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak akan banyak gunanya bagi siapapun juga, semula
aku menganggapnya sebagai suatu kebanggaan. Tetapi
ternyata bahwa aku sudah terbunuh oleh kebanggaanku
itu sendiri"
Ki Kebo Ander mengangguk, jawabnya "Baiklah, aku
akan membakarnya sehingga paser-pasernu akan
musnah" Ki Dumi memandang Ki Kebo Ander sejenak, lalu
katanya "Kau orang baik Kebo Ander, umurmu masih
akan panjang dengan pengakuanmu bahwa kau tidak
akan menang atas lawanmu itu".
Ki Kebo Ander masih akan menjawab, tetapi Ki Dumi
itupun tersenyum pahit sambul memejamkan matanya.
Bibirnya masih bergerak, tetapi tidak ada kata-kata yang
terucapkan. Orang kerdil itupun kemudian mati oleh racunnya
sendiri yang menyumbat pembuluh-pembuluh darahnya
dengan gumpalan-gumpalan yang mengeras, sehingga
pada kulitnya nampak merah kebiru-biruan.
Sementara itu Ki Sraba sudah tidak mempunyai
kesempatan lagi, meskipun demikian ia masih
berloncatan, bahkan dengan lantang ia berteriak "Kebo
Ander, apakah kau telah menjadi soerang yang
berkhianat?"
Ki Kebo Ander tidak menjawab, ia menyilangkan
tangan Ki Dumi dengan tatapan mata yang redup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun sikap Ki Kebo Ander itu membuat Ki Sraba semakin marah, sehingga iapun berteriak lebih keras sambil menghindarkan diri dari serangan lawannya "He, pengkhianat, apa yang sedang kau lakukan?"
Ki Kebo Ander berpaling, dilihatnya Ki Sraba benar-benar telah kehilangan kesempatan sehingga tidak ada jalan lain baginya kecuali menyerah.
"Hentikan perlawanmu, Ki Sraba. Tidak ada gunanya lagi kau mengorbankan nyawamu untuk orang-orang Guntur Geni, kau tidak akan mendapatkan apapun juga"
"Gila" geram Ki Sraba "Aku bukan pengecut macam kau. Seandainya aku tidak mendapatkan apa-apa, tetapi setidak-tidaknya aku mempunyai harga diri. Harga diriku sama nilainya dengan nyawaku"
"Luar biasa" desis Ki Kebo Ander "Tetapi itu bukan berarti sikap yang dungu"
"Persetan" potong Ki Sraba.
Dengan sisa-sisa tenaganya ia berusaha untuk dapat mengatasi tekanan Panon. namun Panon yang muda itu benar-benar tidak memberinya kesempatan.
"Menyerah sajalah" berkata Pangeran Kuda Narpada.
"Kubunuh kalian semuanya" teriak Ki Sraba.
Namun kata-katanya terputus ketika senjata Panon tergores di tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Darah yang menitik dari lukanya telah membuat Ki
Sraba bagaikan gila. Dengan liarnya ia menyerang Panon
seperti seekor harimau yang terluka, seakan-akan ia
telah kehilangan akalnya sehingga ia tidak lagi dapat
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi atas dirinya.
Panon yang muda itu menjadi gelisah. Lawannya
bagaikan hantu yang buas siap menerkamnya.
Betapapun Panon berusaha mencegahnya, namun
lawannya benar-benar tidak mau melihat kenyataan yang
dihadapinya. Sekali-sekali Panon berhasil menahan lawannya
dengan ujung senjatanya, namun Ki Sraba seakan-akan
tidak menghiraukannya lagi, luka di tubuhnya menjadi
semakin banyak, dan darahpun mengalir semakin deras.
Tetapi Ki Sraba bertempur semakin liar.
Pangeran Kuda Narpada menjadi gelisah melihat Ki
Sraba, bahkan Ki Kebo Ander yang datang bersamanya
itupun nampak menjadi tegang.
Tetapi ternyata bahwa hentakan-hentakan ilmu Ki
Sraba yang mengerikan itu adalah hentakan-hentakan
dari sisa tenaganya, ketika ia meloncat meyerang Panon
sambil berteriak nyaring, maka Panon telah meloncat
menghindarinya.
Panon kemudian bagaikan membeku melihat
lawannya yang gagal melukainya, Ki Sraba tiba-tiba saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
telah terhuyung-huyung, bahkan kemudian iapun
terduduk. Darah terlalu banyak mengalir dari tubuhnya,
sehingga tubuh itu bagaikan terperas kering.
Perlahan-lahan Ki Kebo Ander melangkah
mendekatinya, tetapi ketika ia berjongkok disampingnya,
Ki Sraba masih menggeram "Jangan sentuh aku
pengkhianat, pengecut"
Ki Kebo Ander menarik nafas dalam-dalam, namun
kemudian yang disaksikannya adalah saat-saat terakhir
orang yang merasa nilai harga dirinya sama dengan
nyawanya itu. Ki Kebo Ander kemudian berdiri disamping berdiri
disamping Pangeran Kuda Narpada, dengan suara datar
ia berkata "Pangeran, kau dengar bagaimanakah
penilaian orang itu atasku", aku adalah pengkhianat dan
pengecut" Pangeran Kuda Narpada mangangguk-angguk, namun
kemudian katanya "Tetapi apakah kau tidak bertanya
kepada orang lain, bagaimanakah penilaian mereka
terhadap sikapmu?"
"Jika aku bertanya kepada pangeran, maka pangeran
tentu akan menjawab, bahwa aku adalah orang yang
berdiri atas perhitungan nalar yang tidak ingkar pada
kenyataan. Bahkan mungkin pangeran akan menyebutku
sebuah seorang yang benar-benar jantan karena berani
mengakui kelemahan diri" jawab Ki Kebo Ander.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Kuda Narpada mengangguk, katanya "Kita
sudah cukup dewasa untuk menilai sikap kita masingmasing. terserahlah kepadamu, Kiai. Barangkali
penilaianmu sendiri atas sikapmu adalah penilaian yang
berdasarkan atas suatu keyakinan tanpa menghiraukan
penilaian orang lain"
"Ya, dan aku sudah mengambil keputusan"
Pangeran Kuda Narpada termangu-mangu ketika ia
melihat Panon berdiri tegak memandang Ki Sraba yang
sudah tidak bernyawa lagi, sementara di arah lain, Raden
Kuda Rupakapun berdiri tegang.
"Kemarilah" panggil Pangeran Kuda Narpada.
Bab 60 Tamat Meskipun agak ragu, tetapi kedua anak muda itupun
mendekatinya. Pertempuran ini sudah mendekati akhirnya" berkata
Pangeran Kuda Narpada "Agaknya para prajurit Demak,
sudah berhasil menguasai orang-orang Guntur Geni,
bahkan mereka masih sempat membantu Ki Reksabahu
dan kakak beradik Ki Ajar Respati dan Kiai
Rancangbandang"
"Ya, paman" sahut Raden Kuda Rupaka "Agaknya Kiai
Paran Sanggitpun harus melihat kenyataan ini meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
barangkali ia mempunyai harga diri seperti orang yang
terbunuh oleh Panon itu"
"Ya" Ki Kebo Anderlah yang menyahut "Agaknya Kiai
Paran Sanggit merasa bahwa dirinya adalah pangkal dari
peristiwa ini. Ia tentu akan memilih mati daripada harus
memikul tanggung jawab, bukan saja terhadap Demak,
tetapi juga terhadap anak buahnya yang terpaksa
menyerah karena tidak ada kesempatan lagi untuk
melawan" "Apa yang harus dipertanggung jawabpun terhadap
orang-orangnya", apakah orang-orang Guntur Geni akan
menuntut, karena mereka dikalahkan di halaman istana
ini?" Ki Kebo Ander menggelengkan kepalanya, katanya
"Kiai Paran Sanggit telah menipu murid-muridnya selama
ini" Pangeran Kuda Narpada memandang Ki Kebo Ander
dengan tajamnya, sementara Ki Kebo Ander meneruskan
"Kiai Paran Sanggit mengatakan bahwa guru agung
mereka masih hidup dan akan terus hidup. Ia sudah
dapat melepaskan diri dari peredaran waktu"
"Apakah anak-anak Guntur Geni tidak pernah
bertanya, dimanakah pendiri perguruan Guntur Geni itu
berada?" bertanya Pangeran Kuda Narpada.
Ia sedang bertapa untuk mencapai kesempurnaan
dari ilmunya, yang telah berhasil mencapai tingkatan
pembebasan diri dari peredaran waktu. Ia ingin dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
membuat dirinya kebal sehingga ia benar-benar dapat
membebaskan diri dari kematian dengan mutlak"
Pangeran Kuda Narpada mangangguk-angguk, sekilas
ia memperhatikan pertempuran yang sudah mendekati
akhirnya. Betapa sulitnya Kiai Paran Sanggit mempertahankan
diri terhadap serangan-serangan Pangeran Bondan
Lamatan yang membadai. Semakin lama ia menjadi
semakin terdesak, sementara pengikut-pengikutnyapun
telah dilumpuhkan seorang demi seorang.
Bahkan beberapa saat kemudian, pertempuran di
halaman itu telah selesai, selain Kiai Paran Sanggit yang
tidak mau melihat kenyataan yang terjadi. Kiai
Rancangbandang, Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu dan
para prajurit Demak sudah berhasil menguasai lawanlawan mereka, sebagian dari mereka terbunuh dan yang
sebagian yang lain menyerah.
Tetapi Kiai Paran Sanggit masih bertempur dengan
gigihnya melawan Pangeran Bondan Lamatan.
Ketika seorang senapati mendekat, maka Pangeran
Bondan Lamatan berkata "Biarlah ia menemukan dirinya
sendiri. Agaknya Kiai Paran Sanggit ingin melakukan
perang tanding. Jangan ganggu. Jika ia berhasil, biarlah
ia mendapatkan kepuasan dari keberhasilannya yang
terakhir" "Persetan" teriak Kiai Paran Sanggit "Tidak ada yang
dapat menghentikan perlawananku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Bondan Lamatan tidak menjawab, tetapi
keduanya bertempur semakin seru.
Namun ketika Kiai Paran Sanggit melihat Ki Kebo
Ander yang tidak mencabut senjatanya sama sekali, ia
berteriak "Pengecut, kau ingkar kepada janjimu sendiri
he?" "Kau dengar pangeran" desis Ki Kebo Ander "Iapun
menyebut aku pengecut, apakah benar aku seorang
pengecut menurut laki-laki?"
"Terserahlah kepadamu Kebo Ander. Jika kau
memerlukan seorang lawan untuk membuktikan bahwa
kau bukan seorang pengecut, maka aku juga masih
belum mempergunakan pisau-pisauku"
Ki Kebo Ander menarik nafas dalam-dalam.
"Pengecut, jangan dekati aku" Kiai Paran Sanggit
berteriak lebih keras.
"Maaf Kiai Paran Sanggit" jawab Ki Kebo Ander "Aku
sudah menemukan suatu keyakinan di dalam diriku,
bahwa aku tidak akan dapat berbuat apa-apa melawan
Pangeran Kuda Narpada"
"Kau gila, Kuda Narpada sudah mati"
"Ia ada disini, dan aku yakin, bahwa orang yang
bernama Ki Wirit itu adalah Pangeran Kuda Narpada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
muridnyalah yang telah melepaskan pisau-pisaunya
untuk membunuh dua orang pengikutmu di banjar"
"Gila, kau sudah gila" teriak Kiai Paran Sanggit
sehingga seolah-olah ia telah melupakan perang tanding
yang sedang berlangsung.
Tetapi Pangeran Bondan Lamatan adalah orang yang
memiliki sifat-sifat seorang prajurit. meskipun lawannya
sedang lengah. Ia sama sekali tidak mempergunakan
kesempatan itu. Bahkan katanya "Kiai Paran Sanggit, jika
kau masih ingin mengumpat, lakukanlah. aku beri
kesempatan kau sepuas-puasnya. Jika kemudian kau
ingin melanjutkan pertempuran, aku akan siap
melayanimu"
"Persetan" teriak Kiai Paran Sanggit sambil
menyerang dengan dahsyatnya, senjatanya yang
menghentak hampir saja menyentuh dada Pangeran


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bondan Lamatan, tetapi Pangeran Bondan Lamatan
sempat mengelak, bahkan iapun kemudian telah
mengambil keputusan, bahwa agaknya Kiai Paran
Sanggit tidak dapat lagi merubah sikapnya, karena
sebenarnyalah ia sudah berniat untuk membunuh diri
dengan caranya.
Agaknya Pangeran Bondan Lamatanpun sudah mulai
dijalari kejemuan. Tidak ada harapan lagi untuk
berbicara. Bahkan pada suatu saat tenaganya sendiri
yang akan susut. Sehingga mungkin justru Kiai Paran
Sanggit akan berhasil melumpuhkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karena itulah, maka Pangeran Bondan Lamatanpun telah mengambil keputusan untuk menyelesaikan perang tanding itu.
Karena itulah, maka tiba-tiba saja serangan Pangeran Bondan Lamatan telah menghentak-hentak bagaikan debur ombak di lautan, sekali memukul dengan dahsyatnya, kemudian menghindar dengan cepat.
Kiai Paran Sanggit menjadi semakin bingung, tetapi keputusannya telah membuatnya bagaikan gila, ia menyerang tanpa perhitungan lagi. Justru pada saat serangan Pangeran Bondan Lamatan menghantamnya, ia telah membenturkan kekuatan dengan memutar senjatanya.
Tetapi akibat dari benturan itu menjadikannya sangat parah, ia terdorong surut beberapa langkah. Namun ketika ia mencoba memperbaiki keseimbangannya, maka sekali lagi senjata Pangeran Bondan Lamatan menyentuhnya.
Terdengar keluhan tertahan, Kiai Paran Sanggit terdorong sekali lagi dan sekali lagi ia terdorong karena hempasan senjata lawan.
Tidak ada lagi kesempatan baginya, sehingga iapun kemudian terlempar jatuh ditanah.
Wajahnya yang kemudian basah oleh darah menjadi sangat mengerikan, loncatan dendam dan kebencian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
membayang pada sorot matanya. Bahkan Kiai Paran
Sanggit itu masih sempat berteriak "Serahkan pusaka itu"
Pangeran Bondan Lamatan mendekatinya, betapa
mengerikan wajah Kiai Paran Sanggit yang telah
dihempaskan pada suatu kenyataan, bahwa usahanya
telah gagal. Namun sejenak kemudian, Kiai Paran Sanggit tidak
dapat lagi menentang kepastian yang telah merenggut
umurnya. Ketika ia menggeliat sekali lagi, terdengar ia
mengerang. Namun sebuah hentakan kekecewaan telah
membuatnya berteriak sekali lagi "SERAHKAN PUSAKA
ITUUU" Ketika gema suaranya lenyap dari lembah-lembah
yang membujur diantara pegunungan, maka Kiai Paran
Sanggit itupun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Kematiannya adalah pertanda kegagalan mutlak dari
usahanya untuk mendapatkan pusaka yang menurut
dugaannya akan dapat memberikan kemukten
kepadanya dan keturunannya.
Ki Kebo Ander masih berdiri membeku. Dipandanginya
kawannya yang telah tidak bernafas lagi. Pada tubuh
yang membeku itu masih nampak, betapa nafsunya
melonjak-lonjak tidak terkendali.
"Kematian-kematian yang terjadi agaknya telah
mengakhiri semua persoalan yang menyangkut rumah
kecil yang suram ini" berkata Pangeran Kuda Narpada
kemudian "Jika disini ada Ki Kebo Ander yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengetahui bahwa pusaka itu sudah ada ditangan kami,
maka terserah kepadamu apa yang akan kau lakukan"
"Pangeran" berkata Ki Kebo Ander "Sudah aku
katakan, tidak ada yang dapat kau lakukan karena disini
ada Pangeran Kuda Narpada. aku hanya akan mohon diri
jika pangeran tidak bernafsu menangkapku"
Pangeran Kuda Narpada menggelengkan, katanya
"Tidak Kebo Ander, aku tidak ingin menangkapmu, tetapi
aku ingin mengatakan, agar kau kembali saja ke Kediri.
Agaknya kau lebih baik menyebut dirimu Raden Panji
Bantarsari"
Ki Kebo Ander menarik nafas dalam-dalam, sementara
Pangeran Bondan Lamatan terkejut dan bertanya "Jadi,
apakah maksud kakangmas, bahwa orang ini adalah
Raden Panji Bantarsari dari Kediri?"
"Ya" Pangeran Bondan Lamatan menarik nafas dalamdalam. "Ya, pangeran" gumam Ki Kebo Ander "Tetapi aku
sudah tidak pantas lagi menyebut diriku Raden Panji
Bantarsari. Aku adalah orang yang sudah terbuang dari
lingkunganku"
"Kau terlalu menuruti hawa nafsu, sehingga kau
mempunyai sifat dan watak yang terpisah dari
lingkinganmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi apakah yang aku lakukan lebih buruk dari yang dilakukan oleh Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat?"
Pangeran Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam, katanya "Tidak, kau adalah orang yang mempunyai sifat-sifat buruk pada kebiasan hidupmu, tetapi jika kau berhasil dan tidak bertemu dengan aku disini, mungkin yang kau lakukan akan jauh lebih buruk dari adimas Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat."
Ki Kebo Ander menarik nafas dalam-dalam.
"Raden Panji Bantarsari" berkata Pangeran Bondan Lamatan "Saat ini aku sedang mengemban tugas dari Sultan di Demak. Namun aku masih berpengharapan, bahwa kau akan berhasil melihat kenyataan hidup yang terjadi disini dan yang selama ini kau alami. Karena itu, seperti nasehat kakangmas Kuda Narpada, kembali sajalah ke Kediri, tentu kau masih akan diterima diantara keluargamu"
Ki Kebo Ander menggelengkan lemah, katanya "Tidak, aku sudah mencobanya. Tetapi keluargaku merasa bahwa hidupku terlalu banyak dilumuri Lumpur yang memuakkan. Hal itulah yang mendorong aku semakin jauh tersesat, sehingga akhirnya aku telah bersedia bekerja bersama dengan orang-orang Guntur Geni"
"Kau harus membuktikan bahwa dugaan mereka salah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tiba-tiba saja Ki Kebo Ander tertawa, katanya "Terima kasih, aku tidak mempunyai lagi jalan kembali, tetapi percayalah bahwa akupun tidak akan membiarkan diriku lebih lama lagi hidup dalam kegelapan. Aku sekarang minta diri jika aku masih diberi kesempatan"
Pangeran Kuda Narpada memandang Ki Kebo Ander dengan sorot mata redup. Namun kemudian katanya
"Selamat jalan. Mudah-mudahan kau menemukan jalan hidup yang baik menjelang usia tuamu"
"Terima kasih, pangeran"
"Jika kau menemui kesulitan, datanglah kepadaku"
berkata Pangeran Bondan Lamatan.
"Baiklah pangeran. Aku akan mengingat itu"
Perlahan-lahan Ki Kebo Ander meninggalkan halaman itu diiringi oleh tatapan mata orang-orang yang berada di halaman. Bgt ia hilang di balik regol, Pangeran Kuda Narpada berkata "Mudah-mudahan ia menemukan jalan yang terang, tetapi aku yakin akan hal itu"
Pangeran Bondan Lamatan mangangguk-angguk dessnya "Mudah-mudahan"
Demikianlah, maka orang-orang yang ada di halaman itupun segera melakukan tugas mereka yang tersisa.
Mengubur korban-korban peperangan. Sementara yang lain melayani orang-orang yang terluka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Hari yang terlampaui adalah hari yang mendebarkan, tetapi juga merupakan kepastian, bahwa sebagian besar dari tugas para utusan Demak itu sudah selesai.
*** Dibawah lampu minyak di malam berikutnya, orang-orang yang berada di istana kecil itu telah berkumpul, Pinten telah membawa bibinya kembali ke istana bersama Inten dan Nyi Upih.
"Tugas kita sudah selesai" berkata Pangeran Bondan Lamatan, lalu ;dengan demikian, maka sudah datang saatnya kita meninggalkan tempat ini"
Pangeran Kuda Narpada merenung sejenak,
dipandanginya Raden Ayu Kuda Narpada yang menundukkan kepalanya dan Inten Prawesti yang gelisah. Tetapi Pangeran Kuda Narpada tidak merasa, apakah yang sebenarnya bergejolak di dalam hati kedua orang puteri itu. Apakah mereka merasa gembira bahwa dengan demikian mereka sudah terhindar dari bahaya, atau tumbuh harapan dihati mereka untuk bersama-sama pergi ke Demak.
"Kamas Kuda Narpada" berkata Pangeran Bondan Lamatan "Agaknya tidak ada lagi yang harus menahan kita disini. Juga tidak ada yang menahan kakangmas bersama seluruh keluarga"
Pangeran Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Dengan suara yang dalam ia berkata "Beberapa tahun aku sudah terpisah dari padepokan ini, tetapi rasaTiraikasih Website http://kangzusi.com
rasanya, aku tidak akan dengan mudah
meninggalkannya. Ada sesuatu yang mengikat aku disini.
Bukit-bukit yang sudah menjadi hijau dan sawah-sawah
yang mulai digarap dengan cara yang lebih baik,
sehingga padukuhan Karangmaja menjadi semakin
subur" Pangeran Bondan Lamatan mengerutkan keningnya,
sementara Pangeran Kuda Narpada meneruskan "Aku
kira, aku akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan kehidupan di Demak, adimas. Tetapi
semuanya masih juga tergantung kepada keluargaku"
Pangeran Bondan Lamatan menarik nafas dalamdalam, tetapi ia sadar bahwa Pangeran Kuda Narpada
masih harus membicarakannya dengan seluruh
keluarganya. "Baiklah kakangmas" berkata Pangeran Bondan
Lamatan "Besok aku berharap bahwa aku akan dapat
menempuh perjalanan kembali. Aku mohon kakangmas
dengan seluruh keluarga dapat pergi bersama kami"
"Aku akan memikirkannya adimas, semalam ini aku
kira cukup waktu untuk membicarakannya"
Pangeran Bondan Lamatan tidak mendesaknya lagi,
iapun kemudian minta diri untuk beristirahat, seperti
biasanya ia berada di lingkungan para prajuritnya
sebagaimana seorang senapati yang baik.
Ketika kemudian Pangeran Kuda Narpada sedang
berbincang di ruang dalam, Pinten duduk sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bertopang dagu di pintu butulan. Dipandanginya bayangbayang kegelapan yang menyelubungi halaman istana
kecil itu, meskipun ia belum terlalu lama berada di istana
kecil itu, namun rasa-rasanyanya ada sesuatu yang
mengikatnya untuk tetap tinggal.
Pinten yang berpendengaran tajam, berpaling ketika
ia mendengar desir langkah mendekatinya. Dalam
keremangan malam ia melihat Panon berdiri termangumangu. "Kau akan pergi ke Demak?" tiba-tiba terdengar suara
Pinten datar. "Aneh puteri. Akulah yang sebenarnya harus
bertanya, kapan puteri akan kembali ke Demak",
berkumpul kembali dengan keluarga para bangsawan"
Pinten menarik nafas dalam-dalam, katanya "Aku
tidak pernah tinggal di Demak, aku selalu berada di
sebuah padepokan kecil yang terpisah, aku tidak tahu,
bagaimana bergaul dengan para bangawan meskipun
kadang-kadang ada orang yang memanggilku puteri
seperti kebanyakan puteri bangsawan"
Panon termangu-mangu sejenak, lalu "Jadi, apakah
yang akan puteri lakukan?"
"Aku tidak tahu, sebagian terbesar tergantung kepada
kamas Kuda Rupaka"
"Jika puteri wenang memilih?" desak Panon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Pinten memandang wajah Panon dalam keremangan malam. Namun kemudian terdengar ia berdesis "Aku akan tinggal, tetapi tentu aku akan sendiri, karena paman dan bibi Kuda Narpada akan segera meninggalkan istana kecil ini, dan kau murid yang sangat dikasihi seperti anak sendiri, tentu akan ikut pula bersama mereka"
Panon menundukkan kepalanya, tetapi tidak ada yang dapat dikatakannya.
Ia berpaling ketika Pinten berkata "Panon"
Panon termangu-mangu, namun ternyata Pinten tidak mengatakan sesuatu. Bahkan gadis itupun kemudian berdiri dan cepat-cepat melangkah masuk pintu butulan.
Namun hampir saja ia melanggar kakaknya yang sudah berdiri di belakangnya, dengan sungguh-sungguh kakaknya berkata "Kitalah yang akan pergi ke Demak bersama paman Bondan Lamatan. agaknya paman dan bibi Kuda Narpada akan tetap tinggal di istana ini bersama diajeng Inten Prawesti"
"Darimana kau tahu?"
"Aku ikut dalam pembicaraan diruang dalam. Paman mencarimu, ternyata kau berada disini"
"Ah" "Besok kita berangkat bersama pasukan Demak"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten merenung sejenak, tiba-tiba ia menyahut
"Tidak, aku tidak pernah merasa diriku keluarga bangsawan di Demak. Kita adalah anak-anak padepokan.
Meskipun kita tidak menolak menjalankan tugas apapun juga bagi keselamatan Demak. Tetapi aku tidak akan betah tinggal diantara saudara-saudara kita yang berbeda dalam sikap dan tingkah laku"
"Apa yang berbeda Raksi?" bertanya Raden Kuda Rupaka.
"Mereka adalah anak-anak para bangsawan yang hanya tahu memilih seekor kuda yang paling tegar.
Memilih calon suami atau isteri yang sesuai dengan martabat mereka, memilih istana yang paling indah.
Tetapi kenapa Sultan Demak tidak mengurus mereka untuk pergi bersama pmn Bondan Lamatan", tetapi justru kita yang hidup di padepokan terpencil", bukankah itu berarti suatu pengakuan bahwa mereka yang berada di Kota Raja sudah tidak mampu lagi menjunjung kewajiban mereka sebagai suatu tataran kehidupan yang akan tumbuh dimasa datang?"
"O, rupanya kau sedang merajuk Raksi, tentu dugaanmu tidak seluruhnya benar. Di Kota Raja terdapat banyak anak-anak muda yang siap mengemban tugas seperti kita. Tetapi Sultan tentu tidak melupakan kita yang tidak berada di Kota Raja"
"Tidak. Aku akan berada disini"
"He?" Raden Kuda Rupaka termangu-mangu. "Kita berdua akan kembali ke Demak, Raksi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten termangu-mangu sejenak, namun tiba-tiba ia
berlari masuk ke ruang dalam.
Raden Kuda Rupaka tidak mencegahnya. Ia
menjengukkan kepalanya di pintu butulan, ketika ia
melihat Panon masih termangu-mangu, ia tersenyum
kecil. Dalam pada itu Pinten tidak mencari bibinya, tetapi ia
langsung menemui Inten Prawesti yang masih berada di
ruang tengah mengemasi mangkuk-mangkuk.
"Diajeng" ia berbisik "Apakah paman dan bibi sudah
mengambil keputusan?"
Inten memandang Pinten sejenak, kemudian sambil
menundukkan kepalanya ia menjawab "Ayahanda dan
ibunda sudah mengambil keputusan untuk tinggal disini"
Bagaimana dengan diajeng?"
Sejenak Inten ragu-ragu. namun kemudian jawabnya
"Aku juga akan tinggal disini bersama ayahanda dan
ibunda" Wajah Pinten menegang sejenak, namun kemudian
suaranya merendah "Bagaimana dengan kakangmas
Kuda Rupaka?"
Inten menunduk semakin dalam, ada secercah warna
merah membayang di pipinya, namun kemudian
suaranya lirih "Aku kira kakangmas Kuda Rupaka telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
memohon kepada ayahanda dan ibunda agar
diperkenankan tinggal di rumah ini pula untuk beberapa
lama sebelum ia akan kembali ke padepokannya"
"O" tiba-tiba Pinten melonjak, dengan serta merta ia
meloncat berlari. Tetapi sekali lagi ia hampir melanggar
kakaknya yang berdiri tersenyum.
"Kau bohong" Pinten hampir berteriak.
"Kita akan tetap tinggal disini Pinten. bukankah
biyung ada disini?"
Pinten yang sudah hampir meloncat sambil
mengulurkan tangan untuk mencubit lengan Kuda
Rupaka, tiba-tiba saja ia berdiri tegak sambil
menundukkan kepalanya. Ternyata yang tersirat adalah
sikap seorang gadis yang memang sedang meningkat
dewasa, seolah-olah sedang menemukan kepribadiannya
yang sewajarnya.
Setitik air mata telah mengembang di pelupuk mata
Puteri Raksi Padmasari.
Ketika kemudian Pinten melangkah meninggalkan
ruangan itu, Kuda Rupaka sama sekali tidak bertanya
kemana ia akan pergi, Kuda Rupaka tahu pasti, bahwa
Pinten akan menemui Panon dan mengatakan bahwa ia
akan tetap tinggal disini.
Dalam pada itu Inten yang tinggal sambil termangumangu bertanya kepada Kuda Rupaka "Apakah yang
telah terjadi pada kakangmbok Raksi, kakangmas?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuda Rupaka tersenyum, jawabnya "Ada ikatan yang
memaksanya untuk tetap tinggal"
Inten yang mengalami gejolak perasaan yang sama
telah menundukkan kepalanya pula. tatapan mamta
Raden Kuda Rupaka bagaikan menembus langsung ke
dasar jantungnya.
Sementara itu, Pinten kembali menuju ke pintu
butulan, tetapi ia menjadi kecewa, karena Panon tidak
ada di tempatnya. adalah diluar sadarnya bahwa Pinten
itupun kemudian turun ke longkangan dan berjalan ke
belakang. Langkahnya tertegun ketika ia melihat beberapa
orang duduk di serambi.
"O marilah puteri" Ki Ajar Respati mempersilahkan.
"Ki Ajar, kenapa Ki Ajar duduk di serambi", marilah,
silahkan naik ke pendapa"
Ki Ajar tersenyum, katanya "Seperti pamanda puteri,
kamipun sedang berunding. Apakah yang akan kami
lakukan besok"
Pinten termangu-mangu, ketika ia melihat Panon ada


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diantara mereka, maka iapun menundukkan kepalanya.
"Puteri" berkata Ki Ajar Respati "Ternyata bahwa
kamipun merasa bahwa tugas kami sudah selesai, kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
akan menghadapi Pangeran Kuda Narpada dan Pangeran
Bondan Lamatan untuk menyampaikan niat kami"
Pinten sama sekali tidak dapat menjawab, ia
mengerti, bahwa orang-orang itu sama sekali tidak
mempunyai kepentingan langsung dengan pusaka yang
diperebutkan, tetapi mereka telah mempertaruhkan
hidup mereka, karena mereka yakin bahwa pusakapusaka itu harus dipertahankan agar tidak jatuh ke
tangan orang-orang yang tidak berhak.
Pinten yang tunduk itu terkejut ketika ia mendengar
Kiai Rancangbandang yang berdiri sambil mendekatinya
"Puteri adalah seorang gadis yang luar biasa"
"Ah" Pinten semakin menunduk.
"Bukan saja karena puteri memiliki ilmu yang tinggi,
tetapi pengorbanan yang telah puteri berikan, justru
pada usia puteri sekarang ini"
"Ah" sekali lagi Pinten berdesah.
"Pada usia seorang gadis yang lagi saat suka
bercermin dan bersolek, puteri telah memberikan
pengorbanan yang tidak ada taranya"
Sesuatu terasa tergetar di dalam dada gadis itu.
Namun kemudian suaranya tersendat-sendat "Terima
kasih paman, tetapi semuanya itu adalah kewajibanku"
"Aku berdoa puteri" berkata Kiai Rancangbandang
"Mudah-mudahan dalam suramnya istana kecil ini, masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ada sepercik sinar yang dapat menerangi hati puteri,
tidak saja sebagai seorang puteri berkalung rantai baja
atau berpedang rangkap, tetapi juga sebagai seorang
gadis yang berhati lembut yang sedang meningkat
dewasa" "Ah" Pinten tidak dapat menahan gejolak hatinya,
iapun kemudian berlari meninggalkan serambi itu.
Kiai Rancangbandang menarik nafas dalam-dalam,
Puteri Raksi Padmasari benar-benar seorang gadis yang
aneh baginya, tetapi benar-benar mengagumkan.
Ketika Kiai Rancangbandang kembali duduk diantara
beberapa orang, ia berkata "Panon. aku kira bukan
karena kita berada di tempat terpisah, sehingga karena
tidak ada orang lain maka Puteri Raksi Padmasari telah
menarik perhatian. Seandainya ia berada diantara seribu
puteri bangsawan dari Demak maupun Majapahit yang
sudah hancur itu. Ia tetap seorang puteri yang sulit dicari
duanya. Rantai bajanya dan pedang rangkapnya adalah
ciri yang nampak jelas padanya. Namun iapun seorang
gadis yang cantik dan merak ati. Ia dapat bersikap keras
dan masak saat-saat ia menggenggam senjata. Tetapi Ia
kadang-kadang lembut dan kekanak-kanakan"
Panon menundukkan kepalanya. Ia tidak menyahut,
namun di dalam hatinya, cengkaman perasaannya telah
menghunjam semakin dalam betapapun ia merasa
rendah diri, karena ia hanyalah seorang anak
pegunungan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Demikianlah ketika masing-masing telah berbaring di pembaringannya, maka berbagai macam angan-angan telah bermain di batas mimpi, dua orang gadis yang berada di dalam istana itu menjadi sama-sama gelisah meskipun masing-masing tidak mengatakan kepada orang lain.
Dipagi hari berikutnya, ketika matahari mulai menjamah langit, istana kecil itu menjadi sibuk. Beberapa orang telah siap meninggalkan istana yang menjadi pusat perhatian beberapa pihak karena pusaka-pusaka yang sedang mereka cari.
"Kami mengharap kalian sudi datang ke Demak. Kami tidak akan dapat ingkar akan bantuan kalian. Tanpa kalian, maka kami tidak akan dapat berhasil. Karena itu.
Sultan tentu akan mengakui laporan kami tentang kalian"
berkata Pangeran Bondan Lamatan.
Ki Ajar Respati tersenyum, jawabnya "Terima kasih pangeran. Pada suatu saat kami tentu akan datang, tetapi kami berhasrat untuk kembali lebih dahulu melihat keluarga kami"
Pangeran Bondan Lamatan mangangguk-angguk, katanya kemudian "Kedatangan kalian tetap kami tunggu, kapanpun kalian sempat"
Ketegangan telah terjadi di halaman itu pada saat beberapa orang diantara mereka sudah siap meninggalkan istana kecil itu. Pangeran Bondan Lamatan akan kembali ke Demak bersama pengiringnya untuk melaporkan hasil yang sudah didapatkannya, sementara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati, adiknya Kiai Rancangbandang dan Ki
Reksabahupun telah minta diri untuk kembali ke
padukuhan masing-masing.
"Pakailah kalung itu Panon" desis Ki Ajar Respati,
kemudian katanya kepada Pangeran Kuda Narpada
"Pangeran, aku mohon agar aku diperkanankan mengaku
anak muda itu sebagai anakku pula"
Pangeran Kuda Narpada tersenyum, jawabnya "Tentu
aku tidak akan berkeberatan Ki Ajar"
"Terima kasih pangeran" desis Ki Ajar Respati yang
kemudian berpaling kepada Pangeran Bondan Lamatan
"Bakti kami kepada Sultan di Demak"
Pangeran Bondan Lamatan tersenyum, sambil
mangangguk-angguk ia menjawab "Baiklah, kami akan
menyampaikan kepada Sultan. juga tentang semua
peristiwa yang pernah terjadi, terlebih-lebih lagi tentang
hadirnya kakangmas Kuda Narpada"
Demikianlah maka Pangeran Bondan Lamatanpun
kemudian sekali lagi minta diri sambil membawa
beberapa orang tawanan. Ki Buyut yang hadir bersamasama para bebahu tidak henti-hentinya mengucapkan
Terima kasih atas kehadiran mereka di padukuhan
Karangmaja. Demikianlah peristiwa demi peristiwa telah berlalu,
istana yang suram mulai cerah kembali, Karangmaja
menjadi padukuhan yang tenang damai dan sejahtera,
begitu juga dengan kehidupan di dalam istana itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
*** Beberapa tahun kemudian diadakanlah sebuah
perayaan pernikahan, Panon dengan bahagianya
memperisterikan Pinten atau Puteri Raksi Padmasari, dan
Sangkan atau Raden Kuda Rupaka memperisterikan
Inten Prawesti. semua kerabat-kerabat turut hadir pada
acara kebahagian tersebut, baik para bangsawan Demak
dari Kota Raja, maupun kerabat seperjuangan dalam
mempertahankan pusaka yang pernah terjadi di istana
itu. Acara kebahagian tersebut berlangsung sederhana,
namun cukup meriah, karena dihadiri oleh tamu
istemewa yaitu Pangeran Bondan Lamatan beserta
keluarganya, serta kawan-kawan seperjuangan seperti Ki
Ajar Respati, Kiai Rancangbandang dan Ki Reksabahu
beserta keluarga mereka. Juga tidak ketinggalan dihadiri
oleh Ki Kebo Ander yang sudah menemukan jati dirinya
kembali. Demikianlah akhir cerita ini, semoga terhibur dan
mudah-mudahan ada sesuatu yang dapat diambil dari
cerita ini sebagai pelajaran. Sampai jumpa dalam lain
cerita. Tamat Yogyakarta 1977
Pendekar Kelana 8 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Kitab Pusaka 17

Cari Blog Ini