Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 2
senjata dan mampu melenyapkan diri dari tangkapan
mata wadag, namun dibalik kemampuannya yang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terlawan itu, ia adalah orang yang paling bengis dimuka
bumi." Tetapi Kidang Alit justru tertawa, katanya "Hanya
sebagian kecil saja dari ceritera itu yang benar Ki Buyut,
Kiai Sekar Pucang mamang seorang yang pilih tanding.
Ia memang meiliki ilmu yang luar biasa, Lembu Sekilan,
sehingga seolah-olah ia manjadi kebal.
Tetapi tidak ada orang yang tidak dapat mati. Ia pada
suatu saat tentu kehilangan kekuatannya dan mati
seperti kebanyakan orang. Selebihnya, ia sama sekali
tidak dapat melenyapkan diri seperti yang memang
pernah aku dengar"
"Jadi kau mendengar dongeng itu pula?""
"Dongeng itu tersebar keseluruh tlatah Majapahit.
Tatapi aku sama sekali tidak percaya bahwa seluruhnya
itu benar. Apa lagi kemudian setelah Demak berhasil
merebut kembali pusat pemerintahan Majapahit yang
telah direbut oleh Kediri dari prabu Brawijaya
Pamungkas."
"Apa hubungannya dengan Demak..?"
"Kiai Sekar Pucang adalah selah seorang yang ikut
serta merebut Majapahit dari Prabu Brawijaya. Tetapi
ternyata ia tidak mampu mempertahankan pusat
pemerintahan yang sudah direbutnya bersama pasukan
Kediri itu dari serangan balasan yang dilakukan oleh
Demak, dibawah pimpinan langsung Raden Patah,
pasukan yang telah berhasil menduduki pusat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pemerintahan Majapahit itupun segera terusir, dan
Raden Patah berhasil menyelamatkan tanda-tanda
kebesaran Majapahit dan dibawanya ke Demak".
"Jadi siapakah Sekar Pucang yang sebenarnya?"
"Sekar Pucang, ia adalah Sekar Pucang"
"Ki Buyut termangu-mangu sejenak, namun tiba-tiba
ia bertanya "Dan siapah kau sebenarnya?"
Kidang Alit mengerutkan keningnya. Kemudian sambil
tersenyum ia menjawab "Aku adalah Kidang Alit, seorang
anak yang bertualang, tanpa asal usul dan tujuan".
"Aku sudah mendengar seribu kali jawaban yang
demikian" "Ki Buyut meragukan?""
"Ya"."
Kidang Alit tertawa, katanya kemudian "Sudahlah Ki
Buyut, jangan hiraukan aku. Aku adalah orang yang
merantau dan kini telah berhasil menyelamtkan Kasdu
disini. Tetapi ingat, hal ini adalah rahasia. Jika ternyata
ketiga orang kelak mengetahui bahwa Kasdu tidak
menjadi lumpuh, buta dan tuli, maka tentu ada salah
seorang dari kita yang berada diruangan ini yang
berkhianat. Akibatnya dapat dibayangkan. Orang-orang
beracun itu akan marah dan akan bertebaranlah anakanak muda yang mengalami nasib serupa Kasdu sebelum
aku sebelum aku sembuhkan. Dan aku akan segera lari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dari padukuhan ini, karena aku tidak mau mengalami
nasib yang lebih buruk lagi dari kalian, tanpa berusaha
untuk mengobati siapapun juga diantara kalian yang
mengalami bencana itu."
Ki Buyut mengangguk-angguk, katanya "Kami
semuanya sudah mendengar keteranganmu Kidang Alit,
kami akan berbuat seperti yang kau kehendaki, karena
kami tidak mau melihat korban semakin banyak lagi"
"Terima kasih Ki Buyut, selama ini biarlah Kasdu
berada disini, Ia harus dirawat seperti seorang yang
lumpuh, buta tuli dan bisu."
"Bagaimana dengan orang tuanya?"
"Orang tuanya tidak boleh mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Biarlah untuk sementara orang tuanya
menganggap bahwa Kasdu memang lumpuh, buta, tuli
dan bisu" "Mereka akan menderita, dan apakah jawabku jika
Kasdu diminta orang tuanya?"
"Biarlah ia disini, dan biarlah orang tuanya menderita
untuk sementara waktu"
Ki Buyut termenung sejenak, namun kemudian ia
mengangguk-angguk sambil berkata "Baiklah Kidang Alit,
Kasdu akan kami rawat disini, ia akan kami anggap
sebagai seorang yang lumpuh, buta, tuli dan bisu. Aku
berharap bahwa Kasdu sendiri akan dapat membantu,
sehingga pelayan dan keluargaku yang lain tidak
mengetahui keadaannya yang sebenarnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kemudian katanya "Kau mendengar sendiri Kasdu,
He"! Bukankah kau sudah dapat mendengar?""
Kidang Alit berpaling kepada Kasdu yang
terbaringdiam, Kasdu mengangguk kecil, katanya "Aku
mendengar pembicaraan kalian"
"Bagus, terhadap orang lain kau harus berpura-pura
buta, bisu, tuli dan lumpuh, kau mengerti?"
"Apakah aku harus memejamkan mataku?"
"Tidak perlu, mata itu dapat saja terbuka, tetapi kau
tidak melihat apapun juga. Hati-hatilah, semuanya itu
untuk kepentinganmu sendiri. Jika kau lengah, maka
ketiga orang itu akan datang, dan barangkali mereka
akan membunuhmu saat itu juga"
"Baiklah," berkata Kasdu, lalu "Aku mengucapkan
terima kasih kepadamu Kidang Alit"
"Lupakan, tetapi kau harus menjaga dirimu baik-baik.
Kau akan baik kembali dalam waktu yang agak lama.
Tiga atau empat bulan. Dan aku berharap bahwa kau
akan dapat pulih kembali"
Kasdu menarik nafas dalam-dalam, hingga masih saja
dicengkam berbagai macam perasaan, cemas, ngeri,
gelisah dan campur-baurnya perasaan takut. Namun
bahwa ia mempunyai kemungkinan yang jauh lebih baik
karena pertolongan Kidang Alit, telah membuatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terhibur, meskipun ia masih harus berbaring tiga sampai
empat bulan".
Sejenak kemudian, maka anak-anak muda itupun
minta diri. Atas persetujuan Ki Buyut, maka anak-anak
muda dianjurkan untuk tidak berbuat sesuatu, ketiga
orang itu amat berbahaya.
"Jadi apakah kita harus membiarkan kesulitan itu
terjadi untuk selanjutnya?" bertanya seorang bebahu
padukuhan itu. "Tentu saja hati kita tidak akan rela. Tetapi apa yang
dapat kita lakukan ditempat yang terpencil ini?"
Bebahu itu hanya dapat menarik nafas dalam-dalam.
Memang tidak ada yang dapat mereka lakukan kecuali
pasrah diri kepada Yang Maha Agung agar rakyat
padukuhan terpencil itu dibebaskan dari bencana yang
lebih dahsyat lagi.
Sepeninggal kawan-kawannya, Kasdu dengan sadar,
menjadikan dirinya seorang yang buta, tuli dan lumpuh.
Hanya dengan Ki Buyut dan orang-orang tertentu saja ia
kadang-kadang melepaskan kepepatan dan ketegangan
perasaan selama ia memerankan dirinya dalam keadaan
yang parah. Namun smentara itu, orang-orang Karangmaja mulai
merasa diri mereka sangat terganggu oleh kehadiran tiga
orang yang sama sekali tidak mereka kehendaki. Tetapi
tidak seorangpun yang dapat mencegah mereka
melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dihari-hari terakhir mereka mulai menyebut beberapa
ekor kambing yang gemuk, yang sering digembalakan
oleh anak-anak Karangmaja dipinggir padukuhan.
"Sekali-sekali aku memerlukan kambing itu" berkata
Kumbara kepada salah seorang anak yang sedang
mengembalakan kambingnya.
Mula-mula anak tidak mengerti maksudnya, tetapi
sehari kemudian, ia mengangis sepanjang malam, karena
ternyata yang dimaksud oleh Kumbara adalah, bahwa
kambing itu harus disembelih.
Ki Buyut menjadi sangat berprihatin atas kehadiran
ketiga orang itu. Yang mereka minta semakin hari
menjadi semakin banyak, dan kadang-kadang gawat,
karena itulah sudah mulai terbayang diangan-angan Ki
Buyut, bahwa pada suatu saat mereka minta lebih dari
seekor kambing, bahkan seekor lembu, karena di
Karangmaja banyak terdapat gadis-gadis yang memang
sedang tumbuh. Dan diantara gadis-gadis itu terdapat
seorang gadis yang sangat mereka hormati, Inten
Prawesti. Berita kehadiran orang-orang itu, pada akhirnya
sampai juga ke telinga penghuni istana kecil itu, Nyi Upih
yang mendengar pertama kali, segera menjadi cemas.
Seperti bisik-bisik orang-orang di Karangmaja, bahwa
hampir setiap oang mencemaskan anak-anak gadisnya,
dan terutama Inten Prawesti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jadi apa pendapatmu Nyai?"" bertanya Raden Ayu Narpada kektika Nyi Upih menyampaikan berita itu kepadanya.
"Untuk sementara, puteri sama sekali tidak boleh menampakkan diri Gusti. Ternyata bahwa di Karangmaja kini sedang mengintai dua ujung bahaya yang hampir sama, di Karangmajaada seorang anak muda bernama Kidang Alit. Nyai sudah mencemaskan kehadirannya, karena rasa-rasanya ia sangat tertarik kepada puteri"
"Dimana mereka dapat bertemu?"
"Kadang-kadang puteri keluar istana melihat-lihat bukit yang semakin hijau" Nyi Upih berhenti sejenak, lalu
"Tetapi kemudian menyusul bahaya yang kedua, yang tidak kalah tajamnya dengan sikap anak muda yang bernama Kidang Alit itu. Keduanya dapat berbuat kasar jika niat mereka tidak dapat mereka penuhi dengan halus. Namun agaknya orang-orang kasar yang baru datang itu memang belum pernah melihat puteri".
Raden Ayu Kuda Narpada menundukkan kepalanya.
Dalam keadaan yang demikian, perasaanya bagaikan terbang menyusuri masa-masa lampaunya, selagi suaminya masih ada disampingnya. Suaminya adalah seorang senopati yang mumpuni, karena itu, jika suaminya ada, jangankan anak muda yang seoang, tiga atau empat orang sekaligus datang keistana itu, mereka akan kehilangan kesempatan untuk keluar lagi dalam keadaan hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi suaminya kini sudah tidak dapat diharapkannya lagi. Pangeran Kuda Narpada pergi untuk saat yang tidak dapat diperkirakan. Bahkan mungkin tidak akan dapat kembali lagi kepadanya dan kepada anak gadisnya.
Setitik air menggenang dipelupuk mata puteri bangsawan itu. Kepada siapa ia minta perlindungan agar anaknya tidak terlibat dalam kesulitan.
"Gusti" desis Nyi Upihyang melihat luka dihati Raden Ayu itu menjadi semakin pedih" "Kita masih mempunyai pelindung yang paling bekuasa atas siapapun juga"
Raden ayu mengangkat wajahnya dengan ragu-ragu ia bertanya "Siapa Nyai?"
"Nyai tidak begitu jelas, menurut tuntunan orang-orang yang pernah berhubungan dengan kekuasaan Demak sekarang. Mereka menyebutnya Yang Maha Kuasa"
Raden Ayu Kuda Narpada menarik nafas, katanya
"Dewa-Dewa yang agung"
"Ya" Yang Tunggal, Yang Esa, tidak lebih"
Raden Ayu itu menundukkan kepalanya lagi, tetapi iapun mencoba untuk pasrah diri kepada kekuasaan Yang Maha Kuasa itu.
Namun dalam pada itu, kecemasan, orang-orang Karangmaja menjadi semakin memuncak. Seorang anak gembala melihat ketiga orang itu berkuda dilereng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pebukitan. Tetapi kemudian mereka berhenti dan
memandang istana yang kecil itu dari arah belakang
untuk waktu yang lama.
"Apakah yang mereka lakukan?" bertanya seorang
anak muda kepada gembala itu.
"Waktu itu mereka tidak berbuat apa-apa selain
memandanginya sambil berbicara satu sama lain".
"Apa yang mereka bicarakan?"
"Tentu aku tidak mendengarnya. Aku berada ditempat
yang agak jauh. Aku tidak berani memandang mereka
terlampau lama, jika tangannya itu menyentuh pipiku,
aku akan menjadi lumpuh sepeti Kasdu, lumpuh, buta,
tuli dan bisu. Mengerikan sekali"
Anak muda itu menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia
merasa wajib menyampaikan kepada Ki Buyut.
Berita kecil itu cukup membuat Ki Buyut menjadi
semakin bingung, karena itu, maka iapun segera
memanggil Kidang Alit, seorang anak muda, yang
dianggapnya memiliki banyak kelebihan dari anak-anak
muda Karangmaja sendiri.
"Mengerika sekali" desis Ki Buyut "Aku tidak tahu
apakah kehadiran ketiga orang itu justru karena mereka
tertarik kepada istana kecil itu. Mula-mula mereka tentu
menyangka bahwa di istana kecil itu ada harta, kekayaan
yang tidak ternilai. Tetapi pada suatu saat mereka tentu
akan melihat daya tarik yang lain"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Puteri itu" desis Kidang Alit.
"Ya" dan banyak kemungkinan dapat terjadi atas
gadis itu" Kidang Alit mengerutkan keningnya. Terbayang
wajah puteri yang cantik dihalaman istana kecil itu. Gadis
yang sudah agak lama tidak dilihatnya.
"Pemomongnya itulah yang gila" desis Kidang Alit,
namun kemudian "Tetapi ada juga baiknya untuk
sementara gadis itu bersembunyi."
"Kenapa dengan pemomongnya?" bertanya Ki Buyut.
"Tidak apa-apa, maksudku, pemomongnya harus lebih
berhati-hati"
"Tetapi apakah daya mereka, Istana itu dihuni hanya
oleh tiga orang dan semuanya perempuan"
"Apakah kalau ada seorang laki-laki dirmuah itu, maka
gadis itu akan dapat diselamatkan dari ketiga iblis yang
gila itu?"
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam, katanya "Kidang
Alit, agaknya kau bukan sekedar perantau, tetapi kau
tentu seorang petualang yang senang mengalami
peristiwa-peristiwa yang dahsyat dan keras. Ternyata
dengan persiapan yang kau bawa. Kau mempunyai obat
yang dapat menghentikan kerja racun yang ganas itu.
Dan tidak mustahil kau menyembunyikan senjata
dirumah janda itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Akut memang mempunyai senjata Ki Buyut. Tetapi dalam keadaan serupa ini, maka senjataku itu harus aku sembunyikan. Jika ketiga orang itu melihat aku mempunyai senjata, maka umurku akan menjadi sangat pendek".
Ki Buyut mengangguk-angguk, Ia menyadari, bahwa Kidang Alit seorang diri tidak akan dapat berbuat apa-apa. Sedangkan anak-anak muda Karangmaja sama sekali tidak dapat diharapkan untuk membantunya menghadapi ketiga orang yang ganas itu.
"Jadi apa yang dapat kita lakukan" "
Kidang Alit mengangkat bahunya, namun kecemasan nampak membayangi wajahnya.
"Untuk sementara kita hanya dapat mengamatinya saja" desis Kidang Alit.
"Apakah pada saat lain kau melihat pemecahan?"
"Sekarang belum Ki Buyut, tetapi kita tidak boleh diam sampai disini, kita akan berusaha meskipun kita tidak tahu apakah yang harus kita lakukan"
Ki Buyut menggigit bibirnya, kemudian ia menggelengkan kepalanya sambil berucap "Jika kita tidak berhutang budi kepada Raden Kuda Narpada dan seluruh keluarganya, beban kita tidak akan seberat sekarang.
Maksudku, beban perasaan. Kita memang wajib menolong siapapun juga jika kita mampu. Tetapi terlebih-lebih karena seluruh penduduk Karangmaja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pernah merasakan uluran tangan penghuni istana kecil
itu". Kidang Alit mengangguk-angguk, katanya "Aku belum
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pernah merasa berhutang budi, tetapi akupun merasa
wajib menolongnya. Ki Buyut, biarlah untuk sementara
anak-anak mengawasinya"
"Kenapa anak-anak?"
"Mereka tidak akan mencurigai anak-anak kecil yang
sedang menggembalakan ternak dipinggir padukuhan,
atau dilereng-lereng bukit-bukit."
"Tetapi apakah yang dapat dilakukan oleh anak-anak
itu?" "Mereka hanya melihat-lihat, apa yang dilakukan oleh
ketiganya"
"Dan kita menyuruh anak-anak itu menggembalakan
di lereng bukit di belakang istana kecil itu?"
"Jangan ada perubahan apapun yang dilakukan oleh
anak-anak itu sehari-hari. Setiap perubahan keadaan
tentu tidak akan lepas dari pengamatan ketiga iblis itu.
biarlah anak-anak menggembalakan seperti biasanya.
Yang bermain-main dengan seruling, meskipun iramanya
tidak tepat, biarlah mereka bermain-main seperi
biasanya. Kita tidak usah berpesan apa-apa kepada
mereka" "Lalu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Setiap kali saja kita bertanya, apakah mereka melihat ketiga orang itu" bukankah tanpa kita pesan, anak-anak itu merasa bahwa wajib ikut mengawasi ketiga orang itu"
Ternyata salah seorang dari mereka telah
memberitahukan kepada kita bahwa tiga orang itu sedang mengamati istana kecil itu dari kejauhan"
Ki Buyut mengangguk-angguk, ia sadar, bahwa anak-anak masih belum mampu membuat pertimbangan-pertimbangan sebaik-baiknya, sehingga jika mereka menyadari bahwa mereka harus mengawasi orang-orang itu. maka mereka akan melakukan perbuatan yang aneh-aneh yang justru akan dapat menimbulkan kecurigaan, atau sebaliknya, justru anak-anak itu akan menjadi ketakutan.
"Agaknya memang baru itulah yang dapat kita lakukan" berkata Ki Buyut kemudian."
"Dan pesan kepada Nyi Upih, bahwa mereka yang tinggal di istana itu harus semakin berhati-hati" sambung Kidang Alit.
Namun ternyata bahwa pesan yang kemudian sampai ketelinga Nyi Upih saat-saat ia pergi ke padukuhan, membuat perempuan itu menjadi cemas, tetapi seperti biasanya, ia tidak mau membuat Gusti dan
momongannya menjadi bertambah gelisah. Sehingga karena itu kecemasannya ditahankannya didalam hatinya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi seperti peristiwa beruntun yang tidak dapat dimengerti, selagi istana kecil itu dicengkam oleh ketakutan, sekali lagi padukuhan Karangmaja dikejutkan oleh kehadiran dua orang berkuda yang tidak mereka kenal.
Selagi orang-orang Karangmaja sibuk bekerja disawah, tiba-tiba saja seorang anak muda berlari-lari mendapatkan kawannya sambil bertanya.
"Kau melihat debu yang mengepul itu?"
"Dua orang berkuda" desis kawannya.
Anak muda yang berlari-lari itu menganggukkan kepalanya. "Apalagi yang akan terjadi dipadukuhan yang kecil ini?"
"Kita harus memberitahukan Ki Buyut"
"Terlambat, kuda-kuda itu akan segera mamasuki padukuhan".
Keduanya termangu-mangu, namun mereka sempat melihat dua orang penumpang kuda itu.
Ketika kuda itu mendekati padukuhan Karangmaja, maka keduanya mengurangi kecepatan. Bahkan kemudian mereka berhenti sejenak sambil mengamati gerbang padukuhan.
Ternyata bukan hanya kedua anak muda itu saja yang terpaku melihat kedua penumpang kuda itu. beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang yang lain, yang sedang bekerja di sawahpun telah
terpaku pula. Dengan dada yang berdebar-debar mereka
melihat dua orang berkuda diatas dua ekor kuda yang
tegar. Yang seekor berwarna kelabu kehitam-hitaman,
yang lain berwarna merah sawo.
Kedua nak muda yang memperhatikan kedua
penunggang kuda berdesis "He, lihat, pakaian mereka
seperti pakaian Pakaian Kuda Narpada, pada saat
Pangeran datang"
"Ya", jika demikian, agaknya keduanya adalah
bangsawan-bangsawan yang lain".
"Jauh berbeda dengan orang-orang kasar yang telah
berada di padukuhan itu".
Namun tiba-tiba yang seorang menyahut "Tetapi
apakah keduanya tidak akan masuk kedalam sarang tiga
ekor serigala yang paling ganas", ketiga orang itu tidak
menghendaki kehadiran kedua bangsawan itu, maka
tentu akan terjadi benturan-benturan diantara mereka".
Yang lain tidak menyahut, ia memandang dengan
tajamnya kepada kedua penunggang kuda yang sejenak
kemudian telah memasuki padukuhan.
Seperti saat-saat kedatangan ketiga orang-orang
kasar itu, maka kedua orang bangsawan itupun berhenti
diujung padukuhan dan bertanya kepada orang tua "Ki
sanak, maaf, apakah Ki Sanak dapat menunjukkan rumah
Ki Buyut", maksudku Ki Buyut Karangmaja, bukankah ini
padukuhan Karangmaja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ooo", tentu Tuan-tuan, tetapi siapakah tuan-tuan
ini?" Kedua orang yang masih berada diatas punggung
kudanya itu tersenyum. Yang seorang yang masih muda
menyahut "Kami adalah petualang-petualang yang
tersesat sampai ketempat ini".
Tetapi orang tua itu menjawab "Tuan tidak tersesat,
ini memang padukuhan Karangmaja"
"Terima kasih Ki Sanak" penunggang kuda yang
separuh baya itu menyahut.
Orang tua itupun menunjukkan arah untuk sampai
kerumah Ki Buyut Karangmaja.
"Jalanlah terus tuan, jalan ini menuju ke rumah Ki
Buyut" orang tua itu tertegun sejenak, lalu "Tetapi,
tetapi?".." ia menjadi ragu-ragu untuk meneruskan.
"Ada apa Ki Sanak?" bertanya penunggang kuda yang
sudah separuh baya.
"Maaf tuan-tuan, aku tidak dapat mengatakannya".
Kedua penunggang kuda itu termangu-mangu,
nampak sesuatu bergejolak dihatinya.
"Sebaiknya katakana saja Ki Sanak" desis yang muda
"Kami akan sangat berterima kasih kepadamu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Orang itu termangu-mangu sejenak, ada maksudnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi nampaknya ia menjadi ketakutan untuk menyebutnya.
Kedua orang berkuda itu saling berpandangan sejenak. Kemudian orang yang tua itu berkata sambil tersenyum "Apakah ada suatu yang menakut-nakutimu Ki Sanak?"
"Tuan sebaiknya tuan-tuan pergi saja ke rumah Ki Buyut. Nanti tuan akan mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi di padukuhan ini".
Kedua orang berkuda tersenyum. Mereka tidak dapat memaksa orang tua itu untuk berkata sesuatu, karena itu maka yang mudapun menyahut "Baiklah Ki Sanak, Kami akan pergi ke rumah Ki Buyut"
"Berhati-hatilah tuan"
Penunggang kuda yang muda tertawa, katanya "Aku sudah menempuh perjalanan beratus-ratus bahkan beribu tonggak, tetapi baiklah, aku akan sangat berhati-hati disisa perjalanan ini hanya tinggal beberapa puluh langkah ini"
Orang tua itu tidak berkata apapun lagi, ia memandang saja kedua penunggang kuda yang meninggalkannya sambil melambaikan tangannya.
Namun sejenak kemudian penunggang kuda yang muda itupun berkata, "Paman, agaknya memang ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sesuatu yang terjadi di padukuhan ini, mungkin kita
memang harus berhati-hati"
"Ya, ngger, orang tua itu tentu berkata sebenarnya,
mudah-mudahan kita akan dapat mengatasi semua
kesulitan yang akan terjadi".
Yang muda tersenyum, katanya "Kita tidak boleh
bimbang. Kita sudah mulai melangkahkan kaki, kita
mendapat kepercayaan yang besar dari tugas ini"
Yang tua tersenyum, katanya "Aku yakin akan
kemampuan anakmas. Mudah-mudahan pula, aku dapat
membantu sebaik-baiknya seperti yang diharapkan".
Keduanya terdiam, diahapan mereka nampak regol
halaman yang agak lebih besar dari regol-regol yang lain.
"Itulah rumah Ki Buyut, regolnya nampak lebih besar
dan halamannya cukup luas seperti yang dikatakan oleh
orang tua itu" berkata yang tua.
"Agaknya memang regol itu regol halaman rumah Ki
buyut paman. Kita sudah sampai dengan selamat. Tetapi
bukan berarti kita tidak harus tetap waspada. Mungkin
bahaya yang dimaksud berada didalam halaman itu, atau
mungkin setiap saat setelah kita berada disini".
Yang tua tidak menjawab, namun nampak wajahnya
menjadi agak tegang, alisnya berkerut dan dengan
sungguh-sungguh ia berkata "Semuanya mungkin terjadi,
anakmas" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Keduanyapun terdiam ketika mereka berada di regol halaman. Untuk sesaat keduanya termangu-mangu.
Mereka melihat beberapa anak-anak muda di halaman yang terkejut melihat kehadirannya.
"Apakah kita akan langsung masuk" " bertanya yang muda.
"Agaknya demikian anakmas, anak-anak muda itu tentu tidak berbahaya bagi kita asal kita bersikap baik kepada mereka".
Keduanya kemudian memasuki halaman rumah Ki Buyut. Meskipun nampaknya keduanya tenang-tenang saja, namun keduanya tidak lepas dari kewaspadaan.
Ki Buyut yang sudah diberi tahu bahwa ada dua orang tamu memasuki regol halaman, dengan tergopoh-gopoh menyongsongnya. Menurut ujud lahiriahnya, tamu-tamunya kali ini jauh berbeda dengan tiga orang yang berkuda yang telah masuk ke padukuhan itu dan bahkan telah menyakiti Kasdu.
Kedua penunggang kuda itupun kemudian meloncat turun ketika mereka melihat beberapa orang menyongsong.
Ki Buyut yang berjalan paling depan, mendekati kedua orang itu sambil berkata "Aku adalah buyut di Karangmaja. Maaf tuan-tuan, kami di padukuhan ini belum pernah melihat tuan berdua. Perkenankanlah sebelum kami mempersilahkan tuan-tuan naik ke pendopo, kami ingin bertanya, siapakah tuan berdua?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua penunggang kuda itu saling berpandangan
sejenak, terasa adanya kecurigaan pada Ki buyut itu,
sehingga dengan demikian keduanya menjadi semakin
yakin bahwa pernah terjadi sesuatu di padukuhan ini.
Yang muda dari kedua orang berkuda itupun
kemudian mengangguk hormat sambil menjawab. "Maaf
Ki buyut, mungkin kedatangan kami agak mengejutkan
Ki buyut, jika Ki Buyut ingin mengetahui siapakah kami
berdua maka kami akan memperkenalkan diri. Kami
berdua datang dari jauh, kami adalah keluarga istana
Demak." "Ooo?" Ki Buyut mengangguk hormat, menilik
pakaiannya ia memang sudah menduga.
"Namaku Kuda Rupaka".
"Kuda Rupaka" Ulang Ki Buyut, namun orang yang
berkuda yang tua itu menyahut "Raden Kuda Rupaka"
"Oh maaf Raden, jadi nama lengkap Raden adalah
Raden Kuda Rupaka"
"Demikianlah" anak muda itu tersenyum, lalu "Dan
kawanku ini adalah paman Sura Wilaga"
"Raden Sura Wilaga" ulang Ki Buyut.
"Sebutlah Panji Sura Wilaga" sebut anak muda yang
bernama Raden Kuda Rupaka itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Panji Sura Wilaga". Ki Buyut mengucapkannya lagi diluar sadarnya. Lalu seperti orang terbangun ia bertanya serta merta "Jadi Raden keduanya adalah bangsawan dari Demak?"
"Raden Kuda Rupaka tersenyum pula, jawabnya
"Begitulah, aku adalah saudara sepupu Sultan di Demak sekarang".
"Ooo maafkan kami Raden, kami sama sekali tidak mengetahui meskipun seharusnya menilik pakaian dan kelengkapan Raden kami harus sudah menduga bahwa Raden berdua datang dari pusat kerajaan."
Raden Kuda Rupaka masih tersenyum saja, katanya
"Kau tidak bersalah sama sekali, meskipun kami dari istana Demak, tetapi bukan untuk menakut-nakuti orang-orang pedesaan, kami datang sebagai orang biasa.
Disini, Ki Buyut adalah orang yang paling berkuasa. Kami adalah tamu-tamu Ki Buyut sehingga kamipun harus menyesuaikan diri, karena kami sadar bahwa padukuhan Karangmaja, kami berada dibawah keuasaan Ki Buyut".
"Ah", Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam sejenak, ia memandang wajah kedua orang bangsawan itu. katanya didalam hati "Agaknya bangsawan-bangsawan ini rendah hati seperti Raden Kuda Narpada"
Selagi Ki Buyut tarmangu-mangu, maka Raden Kuda Rupaka bertanya "Ki Buyut, apakah Ki Buyut dapat menerima kedatanganku setelah Ki Buyut tahu serba sedikit tentang aku dan paman Sura Wilaga?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sekali lagi Ki Buyut seperti tersentak dari tidurnya
"Tentu"tentu Raden. Marilah, aku persilahkan Raden berdua naik ke pendapa"
Tetapi Raden Kuda Rupaka menggelengkan
kepalanya, katanya "Terima kasih Ki Buyut, sebaiknya aku tidak usah naik, jika Ki Buyut tidak berkeberatan aku berada di padukuhan ini, maka akupun tidak akan segera melanjutkan perjalananku".
"Aku tidak mengerti Raden" Ki Buyut menjadi bingung.
"Maksudku, akhir dari perjalananku, berdua aku akan menghadap bibi Kuda Narpada"
"He", jadi Raden masih keluarga Pangeran Kuda Narpada?"
"Aku masih saudara sepupunya".
"Oooo".." Ki Buyut mengusap dadanya, " Raden"
kedatangan Raden seperti titiknya embun dipanas yang terik. Adalah kebetulan sekali sekali jika Raden berdua ingin mengunjungi Raden Ayu Kuda Narpada, agaknya sekarang waktunya memang tepat sekali"
"Kenapa?"" Kuda Rupaka mengerutkan keningnya.
Lalu "Apakah ada hubungannya dengan pesan orang tua di ujung padukuhan ini?"
"Apa pesannya?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak mengenal orang tua itu, orang tua itupun belum mengetahui siapa aku. Tetapi ia sudah berpesan agar aku sangat berhati-hati"
"Mungkin Raden, mungkin sekali?" Ki Buyut mengangguk-angguk. "Karena itu, silahkan Raden duduk sejenak, mungkin kami dapat menceritakan apa yang sudah terjadi".
Kuda Rupaka memandang Panji Sura Wilaga sejenak, lalu desisnya "Apakah kita akan singgah..?"
"Sebentar saja ngger, kita harus segera sampai kepada bibi anakmas"
"Kuda Rupaka mengangguk-angguk, lalu, "Baiklah KI Buyut, tetapi tidak terlalu lama, aku sudah sangat rindu kepada keluarga pamanda Kuda Narpada"
Kedua tamu Ki Buyut itupun kemudian dipersilahkan naik kependapa, dan duduk diatas sebuah tikar pandan yang putih kekuning-kuningan.
Beberapa orang anak muda yang mendengar
percakapan Ki Buyut denga kedua bangsawan itupun kemudian menyampaikan kepada kawan-kawannya yang saling memperbincangkannya.
Dipendapa Ki Buyut menceritakan apa yang sudah terjadi di padukuhan kecilnya. Kedatangan orang-orang yang membuat seluruh penduduk padukuhan itu menjadi cemas, apabila agaknya mereka menaruh perhatian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kepada istana kecil yang sejak kepergian Pangeran Kuda
Narpada, istana itu seperti kehilangan gairah hidupnya.
"Jadi, orang-orang itu agaknya mulai tertarik kepada
istana pamanda Kuda Narpada yang kosong itu?"
"Begitulah Raden" jawab Ki Buyut yang tidak lupa
menceritakan Kasdu yang berbaring di ruang dalam.
"Jadi anak muda itu menjadi lumpuh, tuli, buta dan
bisu?" Ki Buyut ragu-ragu sejenak, Apakah ia akan
mengatakan bahwa seorang anak muda bernama Kidang
Alit telah dapat menyembuhkannya.
Namun akhirnya Ki Buyut memutuskan untuk tetap
memegang rahasia itu, namun agaknya kedua
bangsawan itu dapat dipercayai. Tetapi jika pengakuan
itu didengar dan diketahui oleh orang lain, maka, hal itu
akan membahayakan jiwa Kasdu"
Karena itu Ki Buyut yang termangu-mangu itu tidak
segera menjawab, maka, Kuda Raden Rupakapun
berkata "Apakah aku boleh melihat anak yang sakit itu Ki
Buyut?" Ki Buyut masih ragu-ragu.
"Ah" baiklah Ki Buyut" berkata Raden Kuda Rupaka
"Aku mengerti bahwa Ki Buyut tidak akan dapat langsung
mempercayai sesorang yang baru saja dikenalnya. Tetapi
menilik cerita Ki Buyut, aku dapat menduga. Bawha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ketiga orang itu tentu bukan orang-orang kebanyakan.
Dan karenanya aku memang harus berhati-hati. Tetapi
karena aku memang tidak mempunyai maksud apa-apa,
selain menengok kesehatan bibi, maka aku kira, mereka
tidak akan marah kepadaku. Tetapi apabila mereka akan
marah juga, maka sudah barang tentu, kami akan
memberikan banyak penjelasan tentang maksud
kedatangan kami dengan segala macam cara. Mungkin
cara-cara yang tidak biasa dipergunakan orang lain".
Ki Buyut masih termangu-mangu sejenak, namun
kemudian "Baiklah Raden, tetapi sebaiknya Raden harus
berhati-hati".
"Terima kasih Ki Buyut, tetaoi baiklah besok aku akan
kembali kemari, jika sudah ada kepercayaan dari Ki
Buyut tentang dan paman Panji Sura Wilaga, karena Ki
Buyut benar-benar mengetahui bahwa aku berada di
istana bibi Kuda Narpada. Maka, aku tidak berkeberatan
jika aku diperkenankan melihat anak muda yang
bernama Kasdu itu. mungkin aku mempunyai cara untuk
mengobatinya, jika aku belum terlampau lambat".
"Mengobati..?"
"Yaa" kenapa?""
Ki Buyut termangu-mangu sejenak, semula ia
mendengar dari orang yang memukul Kasdu, bahwa
kemungkinan yang paling buruk itu tidak akan ada orang
yang dapat mengobatinya. Kemudian datang Kidang Alit,
dengan obat-obatan yang ada. Ia berhasil menawarkan
racun yang mencengkam tubuh Kasdu, dan yang akan
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
membuatunya lumpuh, bisu, tuli dan buta itu. tetapi
Kidang Alit mengatakan bahwa jarang sekali, bahkan
hampir tidak ada orang yang dapat mengobatinya kecuali
Kidang Alit Sendiri. Tetapi ternyata anak muda yang
bernama Kuda Rupaka itu sanggup pula untuk
mengobatinya. Dalam kebimbangan itu, tiba-tiba telah timbul pikiran
lain pada Ki Buyut, menurut pengamatannya,
bangsawan-bangsawan itu tentu bukan orang yang
bermaksud jahat. Sehingga apa salahnya jika mereka
dapat juga melihat dan mengenal dan mengetahui
keadaan Kasdu yang sebenarnya.
"Ki Buyut?" berkata Raden Rupaka kemudian, "kenapa
Ki Buyut nampak ragu-ragu, ketika aku mengatakan
bahwa aku akan berusaha mengobati luka-luka anak
itu..?" Ki Buyut termangu-mangu sejenak, saat itu Kidang
Alit tidak nampak berada di halaman, sehingga ia tidak
dapat meminta pertimbangannya.
Namun akhirnya Ki Buyut berniat untuk
memperlihatkan Kasdu kepada kepada kedua bangsawan
itu. kemudian, ia akan berbuat sesuatu dengan
tanggapan kedua orang itu atas Kasdu.
"Raden?" berkata Ki Buyut kemudian, "Sebenarnyalah
bahwa anak yang terluka itu ada disini. Terus terang aku
memang ragu-ragu karena aku belum pernah mengenal
Raden sebaik-baiknya. Tetapi agaknya Raden dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dipercayai, sehingga aku akan memperlihatkan anak
yang terluka itu kepada Raden".
Kuda Rupaka tertawa pendek, katanya "Terserahlah
kepada Ki Buyut, jika Ki Buyut percaya kepada kami,
baiklah kami akan melihatnya. Seperti aku katakan, jika
aku masih belum terlambat, maka aku mencoba
mengobatinya, karena menilik keteranganmu, luka-luka
itu disebabkan oleh sabangsa racun yang kuat".
"Baklah Raden, marlah, aku persilahkan Raden pergi
ke ruang belakang."
Demikianlah maka Ki Buyut itupun membawa Kuda
Rupaka dan Panji Sura Wilaga keruang belakang,
ketempat Kasdu masih terbaring diam.
"Inilah anak muda itu".
Kuda Rupaka mendekatinya, dipandanginya Kasdu
dengan sekasama. Beberapa kali ia menyentuh tubuh
Kasdu dengan jari-jarinya, bahkan kemudian pada nodanoda di wajahnya.
"Apakah ia benar-benar lumpuh, bisu, tuli dan buta?"
bertanya Kuda Rupaka.
"Benar Raden"
Sejenak Kuda Rupaka terdiam, lalu "Apakah ia melihat
atau mendengar kedatanganku?"
"Tentu tidak Raden?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuda Rupaka mengangguk-angguk, perlahan-lahan ia
meraba dahi Kasdu kemudian dadanya dan terakhir
disusupkannya tangannya dibawah tengkuknya.
Tiba-tiba Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Kenapa Ki
Buyut menipu aku?"
"Menipu ", Maksud Raden.?"
"Ki Buyut benar, bahwa anak ini telah terkena racun
yang dapat membuatnya lumpuh, karena syarafnya
langsung dilumpuhkan oleh racun tiu"
"Ya" jadi kenapa Raden mengatakan aku telah
menipu ?" "Tetapi anak ini tidak lumpuh, buta dan tuli"
meskipun ia tidak bergerak dan tidak menunjukkan
tanggapan apapun atas kedatanganku, seolah-olah ia
memang tidak melihat dan tidak mendengar, namun aku
mengetahui dengan pasti, bahwa sudah ada obat yang
dapat menyembuhkannya".
Dada Ki Buyut menjadi berdebar-debar, dalam
beberapa hari ia harus menyaksikan beberapa macam
peristiwa yang seolah-olah berada diluar jangkauan
nalarnya. Mula-mula sentuhan tangan kasar, yang membuat
Kasdu menjadi kehilangan kesadaran dan kelumpuhan
syarat mutlak. Kemudian ia melihat Kidang Alit berhasil
mengobatinya meskipun Kasdu baru akan dapat pulih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan perlahan-lahan dalam waktu yang cukup lama,
yang dapat mengerti apa yang sebenarnya dihadapi.
Kasdu sudah tidak lagi lumpuh, buta, tuli dan bisu.
Dalam kebingungannya itu Ki Buyut bertanya diluar
sadarnya "Dari mana Raden mengetahui bahwa anak itu
sudah diobati ?"
"Ujung jari-jariku tidak dapat dikelabui meskipun
mungkin mata dan telingaku dapat, aku yakin bahwa
anak ini akan sembuh dalam jangka yang pendek. Antara
tiga atau empat bulan, bukanjah begitu..?"
"Maaf Raden, bukan maksudku untuk menipu, tetapi
aku hanya ingin berhati-hati".
"Aku tahu, sebab jika orang yang melukai anak ini
mengetahui bahwa kelumpuhan syaraf itu dapat
disembuhkan, ia akan datang dan membunuhnya dengan
cara lain. Mungkin anak ini akan decikik atau langsung
ditusuk jantungnya dengan belati atau keris yang
mengandung warangan yang kuat, dan ditungguinya
sampai ia yakin bahwa anak ini mati"
"Ya" ya Raden" Ki Buyut tergagap.
"Baiklah, aku justru bersyukur bahwa sudah ada
seorang yang mengobatinya. Siapakah yang mengobati
itu?" Bab 4 Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Baiklah, aku justru bersyukur bahwa sudah ada seorang yang mengobatinya. Siapakah yang mengobati itu?"
"Seorang petualang yang singgah di padukuhan ini, Raden"
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, kemudian bertanya "Ki Buyut, apakah Ki Buyut mengetahui, siapakah yang sudah melukai anak ini dan yang menyembuhkannya?"
"Yang aku ketahui adalah mereka yang ada di padukuhan ini"
Kuda Rupaka menarik nafas. Katanya "Mungkin orang yang kau ceritakan itu adalah orang yang tertentu dengan ciri-ciri tertentu, sehingga orang-orang yang ada di padukuhan ini, jelasnya tiga orang yang kasar itu itu adalah sebagian dari kesatuan yang jauh lebih besar lagi"
"Kami yang di padukuhan ini tidak mengetahuinya Raden"
Kuda Rupaka mengangguk-anggukan kepalanya, lalu katanya "KI Buyut, baiklah aku memberitahukan kepada Ki Buyut. Bukan maksudku membuat Ki Buyut bertambah kecil. Yang melukai anak muda ini tentu seorang yang datang dari perguruan yang namanya sangat dikagumi, Guntur Geni"
"Guntur Geni" Ki Buyut mengulang. Namun ia menjadi heran. Kidang Alit pernah juga menyebut sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perguruan, tetapi perguruan itu dipimpin oleh Kiai Sekar
Pucang, yang masa mudanya tersebar semacam
dongeng bahwa orang yang bernama Kiai Sekar Pucang
itu tidak dapat mati, kebal dari segala macam senjata
dan dapat melenyapkan diri dari tangkapan mata wadag.
Tetapi kini anak muda yang bernama Raden Kuda
Rupaka itu menyebut sebuah perguruan lain. Perguruan
Guntur Geni. "Apakah Ki Buyut pernah mendengarnya?" bertanya
Kuda Rupaka kemudian.
Ki Buyut menggeleng dengan ragu-ragu. Jawabnya
"Belum Raden, aku belum pernah mendengar nama
perguruan itu".
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk. Namun
katanya kemudian "Perguruan Guntur Geni adalah
perguruan yang dipimpin oleh seorang yang menyebut
dirinya seperti nama seorang sakti pada masa beberapa
puluh tahun yang lalu. Mungkin ia adalah muridnya yang
paling dikasihi sehingga ia berhak memasuki namanya
pula". "Siapakah nama itu?" tiba-tiba Ki buyut menjadi ingin
tahu. "Kiai Sekar Pucang"
"Ooo"." Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam, seolaholah ia baru saja menemukan sesuatu yang baru saja
hilang". Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah Ki Buyut pernah mendengar nama itu?"
"Dahulu Raden. Pada masa aku masih muda, Kiai Sekar Pucang adalah orang yang sangat sakti, ia tidak dapat mati dan kebal, bahkan dapat menghilang".
Kuda Rupaka tertawa, mirip sekali dengan saat-saat Kidang Alit tertawa, ketika ia mendengar kesaktian Kiai Sekar Pucang yang diucapkannya. Dan yang dikatakan oleh Rupakan ternyata mirip sekali pula. "Tidak seluruhnya benar Ki Buyut, Kiai Sekar Pucang memang memiliki aji Lembu Sekilan. Tidak lebih. Memang jarang yang ada orang yang memiliki ilmu itu. Tetapi ada pula ilmu yang akan dapat menembus kekuatan daya tahan aji Lembu Sekilan, sehingga aji itu hampir tidak berarti sama sekali."
Ki Buyut mengangguk-angguk, rasa-rasanya ia berhadapan sekali lagi dengan Kidang Alit. Apalagi ketika Kuda Rupaka berkata "Tetapi sudah barang tentu bahwa Kiai Sekar Pucangpun akan mati, tidak ada orang yang tidak dapat mati"
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam. Dalam saat-saat terakhir ia menghadapi banyak sekali teka-teki yang harus dipecahkannya, disamping kegelisahan yang memuncak karena tingkah tiga orang kasar yang sudah beberapa saat berada dipadukuhannya yang kecil.
Beberapa tahun yang lalu. Ki Buyut menjadi cemas ketika Pangeran Kuda Narpada menyatakan keinginannya tinggal di padukuhan ini. Karena dengan demikian akan dapat mengundang banyak persoalan. Tetapi ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang terjadi kemudian adalah kemajuan dan harapan
bagi penduduk padukuhan kecil yang terpencil itu.
namun justru setelah Pangerang Kuda Narpada pergi,
bahkan untuk waktu yang sudah cukup lama. Yang
dahulu pernah dicemaskan itu baru datang, diikuti
dengan kehadiran orang-orang yang dianggap aneh.
Karena Raden Kuda Rupaka menyebut beberapa hal
yan mirip sekali dengan yang dikatakan oleh Kidang Alit,
maka Ki Buyut mulai dibebani lagi oleh pertanyaan yang
semakin menekan hatinya "Siapakah sebenarnya Kidang
Alit itu?"
"Ki Buyut", berkata Raden Kuda Rupaka kemudian,
"Baiklah untuk sementara aku minta diri, aku akan
menghadap bibi Kuda Narpada. Mungkin kedatanganku
dapat memberikan suasana yang agak baik bagi
keluarganya meskipun aku tidak akan tinggal terlampau
lama di istana itu".
"Jadi Raden hanya akan tinggal sebentar di
padukuhan ini?"
Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Aku hanya
menengok keselamatan bibi, aku mempunyai tugas
tertentu yang tidak dapat terlampau lama aku tinggalkan"
Ki Buyut mengangguk-angguk sejenak. Tetapi sebagai
orang tua ia tidak dapat menahan hati dan berkata
"Raden", agaknya istana kecil itu kini terancam.
Kehadiran Raden adalah suatu kebetulan. Jika Raden
dapat membantu Raden Ayu Kuda Narpada, maka
alangkah gembiranya hati kami, penduduk padukuhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terpencil yang merasa pernah berhutang budi kepada
penghuni istana itu. Pangeran Kuda Narpada telah
memberikan banyak sekali kepada kami, dan kami tidak
mampu untuk berbuat apapun juga."
Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Baiklah, Ki Buyut,
kami berdua akan berbuat sebaik-baiknya untuk
kepentingan bibi".
Namun tiba-tiba Ki Buyut bertanya "Raden, apakah
Raden tidak mengetahui, kemanakah Pangeran Kuda
Narpada itu pergi?"
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, dipandanginya
Panji Sura Wilaga, namun orang itu tidak memberikan
tanggapan apapun.
Karena itu, maka Kuda Rupaka berkata "Pamanda
Kuda Narpada pergi ke tempat yang tidak diketahui,
tetapi sebaiknya kita tidak usah berbicara tentang
sesuatu yang tidak aku mengerti dengan pasti. Jika aku
membuat kesalahan, akibatnya mungkin akan sangat
merugikan. Baik bagiku sendiri maupun bagi pamanda
Kuda Narpada".
"Tetapi Pangeran Kuda Narpada masih hidup?"
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, sekilas ia
berpaling memandang Panji Sura Wilaga. Namun
kemudian ia berhasil menguasai perasaan dan menjawab
sambil tersenyum. "Tentang pamanda Kuda Narpada,
itupun aku tidak mengetahui dengan pasti, karena itu,
jangan berbicara lagi tentang pamanda Kuda Narpada"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Buyut hanya dapat mengangguk-angguk, tetapi
beberapa patah kata itu agaknya telah menumbuhkan
harapan di dalam dadanya, bahwa Pangeran Kuda
Narpada masih diliputi oleh rahasia yang tidak
terpecahkan. Kemanakannya sendiripun tidak
mengetahui dengan pasti. Tetapi dengan dengan
demikian berarti bahwa belum dapat dipastikan bahwa
Pangeran Kuda Narpada telah tidak ada lagi.
Meskipun demikian, Ki Buyut sama sama sekali tidak
mendesak lagi. Ia tidak mau membuat kedua orang itu
membuat kesan yang kurang baik padanya, sehingga
dapat menyulitkan hubungan buat selanjutnya.
Karena itu, maka, Ki Buyutpun berkata "Maaf Raden,
aku tidak berniat memberikan pertanyaan yang kurang
Raden senangi, tetapi baiklah, jika Raden ingin pergi ke
istana yang menjadi semakin suram itu, aku persilahkan
Raden menyelusuri jalan ini, satu-satunya jalan yang
melalui depan regol istana kecil itu." Ki Buyut berhenti
sejenak, lalu. "Tetapi apakah Raden memerlukan seorang
pengantar yang akan menunjukkan jalan ke istana itu?".
"Aku sudah menempuh perjalanan yang jauh sekali,
dan aku dapat menemukan padukuhan ini, karena itu,
aku tidak memerlukan penunjuk jalan untuk
menghabiskan sisa perjalanan yang tinggal beberapa
langkah saja ini"
Ki Buyut mengangguk-angguk, lalu katanya
"Sebenarnya kami ingin menjamu Raden berdua"." ia
berhentu senenak, lalu dengan ragu-ragu ia berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mungkin dengan demikian kami dapat mengurangi
kesibukan Raden Ayu di Istana kecil itu".
Raden Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, lalu
"Jadi apakah keadaan bibi sudah terlampau sulit sekarang
ini..?" Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam, katanya "Selama
ini tidak ada penghasilan apapun juga bagi Raden Ayu,
sedangkan mereka harus membiayai hidup mereka
sehari-hari".
"Dan tidak ada seorangpun yang membantunya?""
"Kami sudah berusaha, tetapi Raden Ayu Kuda
Narpada tidak terlampau mudah menerima bantuan
orang lain, bahkan untuk memperbaiki atap istananyapun
Raden Ayu belum dapat menerimanya".
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, lalu
"Keteranganmu mendorong aku untuk lebih cepat lagi
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengunjungi bibi" ia berhenti sejenak, lalu berpaling
kepada Panji Sura Wilaga "Marilah Paman, kita segera
pergi ke rumah bibi"
Demikianlah Raden Kuda Rupaka segera
meninggalkan rumah Ki Buyut dan langsung menuju ke
istana kecil yang terpisah beberapa tonggak dari
padukuhan induk.
Disepanjang jalan padukuhan beberapa orang dengan
termangu-mangu memandang kedua orang penunggang
kuda itu, sebagian dari mereka telah mengetahui bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keduanya telah singgah beberapa saat di rumah Ki Buyut
di Karangmaja. Sebagian dari mereka telah ditumbuhi oleh harapan,
bahwa keduanya akan membuat perubahan-perubahan
didalam padukuhan itu. kehadiran tiga orang kasar yang
memiliki kemampuan mengerikan itu telah membuat
Karangmaja serasa diselubungi oleh kecemasan dan
ketakutan. "Apakah kehadiran keduanya itu dapat merubah
suasana?" bertanya seorang kepada kawannya.
Kawannya menggelengkan kepalanya, katanya "Tidak
seorangpun yang mengerti, tetapi mungkin justru
sebaliknya, kedua orang itu akan mengalami nasib yang
serupa dengan Kasdu."
"Kasihan sekali, apakah dengan demikian berarti
Raden Ayu Kuda Narpada yang sudah dalam kesulitan itu
harus menanggung dua orang lumpuh, bisu, tuli dan
buta?""
Kawannya mengangkat bahunya, tetapi ia tidak
menjawab. Dalam pada itu, kedua ekor kuda berderap
terus menuju ke istana kecil itu. tidak terlampau cepat,
karena keduanya tenggelam dalam pembicaraan yang
bersungguh-sungguh.
"Paman" berkata Kuda Rupaka, "Ternyata dipadukuhan
ini tinggal beberapa orang dari perguruan Guntur Geni,
itu merupakan tanda bahaya bagi kehadiran kita,
meskipun kita tidak harus melarikan diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bukan hanya dari perguruan Guntur Geni Raden,
tetapi masih ada yang harus kita pertimbangkan"
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, lalu "Ya"
ternyata ada orang yang mampu melawan kekuatan
racun dari perguruan Guntur Geni itu, siapakah kira-kira
orang itu?"
Sura Wilaga menggelengkan kepalanya, katanya "Sulit
untuk menebak, tetapi pasti orang yang memiliki
kemampuan seimbang dengan perguruan Guntur Geni,
dan perguruan yang demikian itu tidak banyak
jumlahnya. Hanya satu atau dua saja di daerah yang
luas, yang berada di kekuasaan Demak sekarang"
Kuda Rupaka mengangguk-angguk, katanya "Kita
memang harus berhati-hati, rasa-rasanya padukuhan
kecil ini kini telah berubah menjadi daerah jelajah orangorang yang memilki ilmu yang tinggi, jusru karena istana
kecil itu".
Panji Sura Wilaga mengangguk-angguk, namun ketika
ia akan berbicara, tiba-tiba wajahnya menegang, ia
memandang beberapa puouh langkah di hadapannya
ketika ia telah berada dimulut lorong padukuhan.
Tetapi Kuda Rupaka justru tersenyum sembil berkata,
"Kau juga melihatnya..?"
"Ya Raden, tiga orang yang barangkali telah disebut
oleh Ki Buyut".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuda Rupaka mengangguk, katanya "Sekerang kita sudah langsung dapat bertemu, jika mereka ingin berbuat sesuatu sekarang ini, agaknya memang menyenangkan sekali, kita baru saja menempuh perjalanan yang berat, sehingga hati kita masih tegang, mungkin dengan demikian kita akan dapat melayani mereka dengan kasar seperti apa yang dapat mereka lakukan. Tetapi jika sempat beristirahat dan merenungi martabat kita, maka kita akan terlampau berhati-hati dan berbuat seperti seorang kesatria"
Panji Sura Wilaga tersenyum, katanya "Baiklah Raden, Tiga orang dari perguruan Guntur Geni".
Kuda Rupaka tersenyum pula, katanya "Kau mulai menilai kemampuan kita masing-masing?"
"Ah bukankah itu wajar?"
Keduanya berjalan terus, seolah-olah mereka tidak melihat sesuatu, mereka sama sekali tidak memperhatikan tiga orang yang berkuda yang berada dilereng gumuk kecil disebelah istana kecil yang terpencil itu.
Ternyata kehadiran kedua orang itu telah mengejutkan pula ketiga orang yang sedang mengawasi istana kecil dari lereng bukit, rencana yang telah mereka susun di padukuhan terpencil itu.
"He"!, siapakah mereka" bertanya Kumbara kepada kedua kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gagak Wereng dan Naga Pasa mengerutkan
keningnya, kedatangan kedua orang itu benar-benar telah menggoncangkan setiap rencana yang telah setiap susun.
"Dua orang bangsawan" desis Naga Pasa.
"Gila" apakah mereka keluarga Pangeran Kuda Narpada?"
"Kita belum tahu pasti"
Namun tiba-tiba Gagak Wereng berkata, "Kita tidak perlu mempertimbangkan banyak persoalan, marilah kita potong perjalanan mereka yang tinggal beberapa langkah itu. kita bunuh mereka di muka gerbang istana yang sudah pudar itu".
Kumbara mengerutkan keningngya, untuk beberapa lamanya ia merenung. Sedang Gagak Wereng mendesaknya "Ya.... kakang Kumbara, apakah kita menunggu mereka memasuki regol?"
"Membunuh keduanya tidak sulit, tetapi dengan demikian kita sudah menumbuhkan persoalan lain di padukuhan ini. Kau sangka keduanya itu berdiri sendiri", jika pada waktunya mereka belum kembali ke istananya, maka ayahnya, pamannya, kakeknya dan prajurit-prajuritnya akan mencarinya. Tentu mereka tahu pasti bahwa anak itu pergi mengunjungi Raden Ayu Kuda Narpada".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi itu akan terjadi satu atau dua pekan mendatang, sementara itu, kita sudah menghilang dari padukuhan ini."
"Kita sudah meninggalkan bekas disini, mereka akan menemukan ciri-ciri tentang kita semuanya dan segera menyusul ke padepokan dengan kekuatan yang tidak terlawan. Mungkin pasukan segelar sepapan denan senapati-senapati pilihan dari Demak".
"Tunggu"!" tiba-tiba yang lain memotong, "Apakah kau sudah yakin bahwa keduanya termasuk keluarga Pangeran Kuda Narpada?"
"Memang masih harus kita yakinkan, tetapi demikianlah dugaanku".
Sejenak ketiga orang itu terdiam. Mereka memandangi saja kedua orang bangsawan yang berkuda menyusuri jalan menuju ke istana kecil itu.
"Kita yakin sekarang, mereka pasti keluarga Pangeran Kuda Narpada".
"Dan kita yakin sekarang, bahwa kita tidak akan dapat begitu saja membunuhnya".
Kumbara menggeram, katanya "Jadi, apakah semua rencana kita harus batal?"
"Tidak, tidak harus batal, kita akan mencari jalan yang paling baik untuk dapat untuk dapat melaksanakan semua rencana itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak ada jalan lain kecuali dengan membunuh kedua
orang itu".
"Mungkin, tetapi sudah barang tentu dalam waktu
yang tepat. Atau barangkali mereka tidak akan terlalu
lama tinggal di istana itu."
"Baiklah, kita menunggu dua hari lagi, Jika dalam
waktu dua hari ini keduanya tidak meninggalkan istana
itu, kita harus segera bertindak. Tidak ada kesempatan
yang akan terbuka kelak, jika tidak sekarang."
Kedua orang yang lain mengangguk-angguk. Sambil
memandang kedua orang yang berkuda. Dengan acuh
tidak acuh terhadap mereka bertiga itu. Naga Pasa
berdesis "Mereka amat sombong, aku sebenarnya ingin
membunuhnya sekarang"
"Mungkin mereka belum tahu, siapakah kita. Jika
mereka besok atau lusa mendengar tentang anak
karangmaja yang lumpuh, buta dan tuli itu, tentu
keduanya akam memperhitungkan kehadiran kita disini"
Jawab Kumbara. Kawan-kawannya tidak menjawab lagi. Mereka
memandang saja kedua orang yang semakin lama
semakin dekat dengan pintu gerbang istana kecil itu.
Dalam pada itu, Raden Kuda Rupakapun sekali-kali
memandang ketiga orang itu dengan matanya, tetapi ia
memang dengan sengaja memberikan kesan bahwa ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak mengacuhkan kehadiran ketiga orang dilereng bukit
kecil itu. "Kita langsung masuk kehalaman istana itu paman?"
bertanya Raden Kuda Rupaka.
Sura Wilaga termangu-mangu sejenak, namun
kemudian "Memang sebaiknya demikian Raden, mungkin
kedatangan Raden akan sangat mengejutkan. Tetapi
Raden akan segera dapat memberikan penjelasan dan
tentu Raden Ayu Kuda Narpada akan senang sekali
menerima Raden di Istananya yang sudah menjadi suram
itu." Kuda Rupaka mengangguk-angguk, katanya "Aku
sependapat paman, mungkin aku akan mengejutkan bibi,
tetapi kemudian bibi tentu akan sangat senang menerima
kedatanganku" ia berhenti sejenak, lalu "Tetapi
bagaimana jika bibi nanti bertanya tentang pamanda
Pangeran Kuda Narpada?"
Panji Sura Wilaga termangu-mangu sejenak, "Namun
kemudian katanya "Raden jangan membuat Raden Ayu
menjadi semakin muram, sebaiknya Raden mengatakan
saja, bahwa Raden tidak mengetahui sama sekali
masalah pamanda Raden itu".
"Bibi tentu tidak akan percaya?"
"Raden katakana saja bahwa Raden memang
mendengar bahwa pamanda telah pergi bersama kedua
orang pangeran yang lain"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya", Pamanda Pangeran Cemara Kuning dan Pamanda Pangeran Sendang Prapat"
"Seterusnya Raden tidak mengetahui apa yang terjadi dengan kedua Pamanda Raden itu".
Kuda Rupaka mengangguk-angguk, ketika ketika ia memandang tiga orang yang berada dilereng bukit itu, dilihatnya ketiganya sedang meninggalkan tempatnya.
"Kita memang harus berhati-hati Raden" berkata Panji Sura Wilaga.
"Aku mengerti Paman, mereka bukan orang-orang yang dapat diabaikan, namun percayalah, mereka tidak akan dapat berbuat banyak atas kita, kita bukan sebangsa anak Karangmaja yang menjadi lumpuh, bisu, buta dan tuli, untunglah ada seseorang yang dapat mengobatinya. Seseorang yang harus masuk dalam hitungan kita."
Panji Sura Wilaga mengangguk-angguk, tetapi ia tidak menyahut. Sementara itu mereka berdua semakin dekat dengan regol halaman yang mulai nampak gersang meskipun masih tetap bersih.
"Kita berhenti di depan regol" berkata Kuda Rupaka.
"Kenapa..?""
"Kita menunggu sesorang yang akan keluardari regol itu?"Tidak akan ada orang yang keluar dari regol. Kitalah yang harus masuk dengan hati-hati, agar jangan membuat penghuninya ketakutan".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka setuu, Karena itu, maka ketika mereka berada di depan regol, keduanya segera meloncat turun. Dengan hati-hati Panji Sura Wilaga membuka pintu regol itu dari luar perlahan-lahan.
"Diselarak Raden" desisnya
"Kau dapat membukanya?"
"Akan aku coba?"
Raden Kuda Rupaka menunggu sejenak, Panji Sura Wilaga dengan susah payah berhasil juga membuka selarak regol dari luar dengan menyusupkan tangannya disela-sela daun pintu yang sudah renggang.
"Marilah Paman" ajak Kuda Rupaka.
Panji Sura Wilaga menarik nafas dalam-dalam, tetapi iapun kemudian menutup pintu regol kembali, sebelum mereka kemudian melangkah menuju tangga pendapa.
"Sepi sekali?" desis Kuda Rpaka.
"Ya" sepi sekali" sahut Panji Sura Wilaga Untuk beberapa saat mereka berdiri termangu-mangu dipendapa, pintu pringgitanpun ternyata tertutup pula, sedangkan pintu samping sebelah menyebalahpun masih juga tertutup.
Dengan ragu-ragu Raden Kuda Rupaka mengucapkan salam perlahan-lahan. Namun semakin lama semakin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keras. Tetapi tidak seorangpun yang membuka pintu
pringgitan di belakang pendapa itu.
"Apakah kita akan masuk ke halaman samping atau
kelongkongan gandok?"
"Apakah kiranya tidak akan mengejutkan sekali?"
bertanya Panji Sura Wilaga.
"Itulah, jangan-jangan bibi menjadi pingsan."
"Tetapi bagaimanakah jika kedatangan kita tidak
diketahui oleh Raden Ayu..", mungkin sehari penuh kita
harus berdiri disini sampai seseorang keluar dengan
membawa sapu lidi untuk membersihkan halaman".
"Baiklah" berkata Raden Kuda Rupaka "Pegang kendali
kudaku, aku akan masuk lewat kelongkongan, mudahmudahan pintu samping itu tidak diselarak pula".
Panji Sura Wilagapun kemudian menerima kendali
kuda Raden Kuda Rupaka yang dengan ragu-ragu pergi
ke pintu disisi kanan halaman istana itu. Perlahan-lahan
ia mendorong pintu yang tertutup itu, ternyata pintu itu
tidak diselarak, sehingga perlahan-lahan pula pintu itu
terbuka. Agar kedatangannya tidak mengejutkan sekali, maka
Kuda Rupaka sekali lagi mengucapkan salam, namun
tidak seorangpun yang menyahutnya. Beberapa titik
keringat telah membasahi punggungnya, tetapi Kuda
Rupaka terpaksa tersenyum sendiri, rasa-rasanya ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
memasuki suatu tempat yang sangat mendebarkan
jantungnya. Beberapa langkah iapun kemudian memasuki
longkongan, dilihatnya longkongan dan gandok sebelah
kananpun sepinya bukan main, seolah-olah ia berada di
dalam istana yang sudah bertahun-tahun kosong sama
sekali. Namun telinganya yang tajam itupun kemudian
mendengar suara sesorang di belakang, bahkan
kemudian ia mendengar isak tangis. Wajahnya tiba-tiba
menjadi tegang, untunglah bahwa ia masih dapat
menahan diri, ketika kakinya hampir saja meloncat
berlari kebelakang.
Sambil menahan hati, Kuda Rupakan berjalan dengan
hati-hati menuju ke tempat suara tangis itu. Tetapi
langkahnya terhenti ketika ia mendengar langkah
didalam istana, dekat sekali dari tempatnya berdiri.
Karena itu, agar ia tidak mengejutkan orang-orang
yang ada debelakang, sekali lagi ia mengucapkan salam.
Ternyata suaranya kali ini dapat didengar oleh penghuni
istana itu, dari dalam ia mendengar suara seorang
perempuan. "Siapa diluar".".
"Aku?" Kuda Rupaka"
"Kuda Rupaka?", Aku belum pernah mendengar nama
itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku ingin menghadap bibi Kuda Narpada"."
Sejenak tidam mendengar suara apapun. Agaknya perempuan yang menyahut tadi masih ragu-ragu, namun kemudian terdengar pintu berderit, perlahan-lahan daun pintu buntulan itupun terbuka.
Ketika sebuah wajah nampak dari balik daun pintu, dada Kuda Rupaka terguncang, wajah itu adalah wajah seorang gadis yang sangat cantik, Inten Prawesti.
Sejenak kemudian bagaikan membeku, Inten Prawestipun terkejut melihat anak muda dalam pakaian kebangsawanannya berdiri dilongkangan.
Ternyata Kuda Rupaka segera berhasil menguasainya, karena itu, maka iapun segera bertanya. "Apakah aku berhadapan dengan diajeng Inten Prawesti..?"
"Ya,,, aku Inten Prawesti" jawab gadis itu terbata-bata.
"Aku adalah Kuda Rupaka, aku ingin menghadap bibi, apakah bibi ada di istana ini..?"
Ternyata hati Inten yang tergoncang, masih belum dapat ditenangkan, karena itu, naka dengan gelisah ia menerima tamunya yang rasa-rasanya belum pernah dilihatnya. Ia tidak sempat mempersilahkannya masuk ke dalam tetapi dengan tergesa-gesa ia berlari kebelakang mendapatkan ibundanya.
"Ibunda" desisnya, "Ada tamu dilongkangan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tamu?"" Ibunya menjadi heran, sudahn lama ia tidak
pernah mendengar sebutan itu...TAMU.
"Apakah benar kita menerima tamu?"" bertanya
ibundanya pula.
"Ya..., tamu yang agak lain"
Ibundanya menjadi ragu-ragu, sejenak dipandangnya
Nyi Upih yang sedang menangis, tiba-tiba tangisnya
terhenti. "Nyi..." berkata Raden Ayu Kuda Narpada "Jangan
menangis lagi, kita akan menerima tamu, biarlah anakanakmu ini berbaring tenang lebih dahulu. Agaknya
mereka tidak apa-apa, hanya karena lelah amat sangat,
mungkin lapar dan haus, biarlah mereka beristirahat"
"Ya gusti, aku mengucapkan terima kasih tiada
terhingga jika Gusti mengijinkan kedua anak-anakku
yang menyusul aku ini tinggal disini bersamaku."
"Ah, kenapa aku keberatan..." Aku senang sekali
mendapat kawan diistanaku yang sepi dan terpencil ini"
Nyi Upih mengusap matanya.
"Kita mengucap sukur kepada Yang Maha Agung
karena kedua anak-anakmu telah selamat sempai
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepadamu meskipun wwajahnya menjadi merah biru dan
kakinya luka-luka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Setitik air mata telah mengembun lagi dimata Nyi Upih, katanya "bertahun-tahun mereka mencari aku, rasa-rasanya mereka sudah menjadi orang yang paling hina. Tidak lebih baik dari pengemis disepanjang jalan kota raja, pakaian compang-camping, tubuh yang rusak."
"Tetapi mereka selamat"
Nyi Upih mengangguk-angguk, sementara Inten Prawesti menggamit ibundanya sambil berbisik "Tamu itu masih berdiri dilongkongan"
Sebenarnyalah Kuda Rupaka masih berdiri
dilongkangan, Ia justru menjadi gelisah, kenapa Inten itu juga belum juga mempersilahkan masuk atau naik ke pendapa.
Namun sejenak kemudian muncullah seorang perempuan yang lain, seorang yang sudah melampui pertengahan umurnya.
Demikian prempuan itu muncul dimuka pintu, maka Kuda Rupakapun segera meloncat maju, dengan serta merta ia berjongkok sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Bibi, baktiku bagi bibi Kuda Narpada"
"Anak muda" berkata Raden Ayu, "Siapakah sebenarnya kau ini" , aku belum pernah melihatmu dan aku belum pernah mengenalmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ampun bibi, mungkin bibi belum pernah mengenal aku, atau barangkali bibi sudah melupakan aku, aku adalah Kuda Rupaka, Putera Ayahanda Pangeran Lingga Watang"
"Putera Pangeran Linggar Watang", jadi kau putera Kamas Linggar Watang?"
"Ya, bibi"
Raden Ayu Kuda Narpada mengusap kepala anak muda itu, setitik air mata nampak dipelupuknya, namun Raden Ayu Kuda Narpada tidak menangis.
"Inten" panggil Raden Ayu Kuda Narpada "Kemarilah, ini adalah saudara sepupumu Kuda Rupaka, putera pamanmu Pangeran Lingga Watang" lalu "Marilah Kuda Rupaka, masuklah, apakah kau datang seorang diri?"
"Tidak bibi, aku datang bersama paman Panji Sura Wilaga"
"Ooo..." tetapi keningnya berkerut "Aku belum pernah mendengar nama itu!"
"Mungkin belum bibi, paman Panji Sura Wilaga adalah salah seorang perwira dari Demak"
"Ooo..." Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk-angguk, "Dimana Panji Sura Wilaga sekarang?"
"Di depan bibi, ditangga pendapa"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Marilah, kalian harus kami terima dengan penuh kehormatan, sudah terlalu lama kami hidup terpencil dari sanak kadang".
Demikianlah maka Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga itupun kemudian diterima dengan segala senang hati, Nyi Upihpun kemudian sibuk mempersiapkan hidangan bagi kedua tamu tuannya itu. sementara Inten Prawesti mondar-mandir menghidangkan hidangan kependapa.
"Apakah tamunya masih muda puteri?" bertanya Nyi Upih.
"Yang seorang Nyai, yang seorang sudah separuh baya, yang seorang adalah putera pamanda Pangeran Linggar Watang, sedangkan yang seorang adalah pengiringnya, seorang senopati dari Demak. Apakah kau belum pernah mengenalnya?"
"Yang sudah aku kenal adalah Pangeran Linggar Watang itu sendiri dahulu, tetapi aku belum pernah melihat orang yang bernama Pangeran Sura Wilaga"
"Bukan Pangeran Nyai"
"Ooo..." Nyi Upih mengangguk-angguk, tentu seorang anak muda yang tampan"
"Ah, darimana kau tahu?"
"Pangeran Linggar Watang adalah seorang Pangeran yang tampan, gagah tinggi dan tegap, sedang Raden Ayu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
adalah seorang perempuan yang sangat cantik, juga
bertubuh tinggi semampai. nah, apakah puteranya tidak
akan menjadi seorang yang gagah, bertubuh tinggi dan
berdada bidang, sedang wajahnya adalah wajah yang
cerah dan tampan?"
"Tetapi Kuda Rupaka tidak begitu tinggi"
"Namun anak-anak muda masih akan berkembang,
tentu Raden Kuda Rupaka akan bertambah tinggi dan
tegap" Inten Prawesti tersenyum, tetapi ia tidak menyahut,
bahkan tiba-tiba saja ia bertanya "Bagaimana dengan
anak-anakmu Nyai?"
"Mereka sedang berbaring didalam bilik puteri"
"Apakah mereka sudah tenang?"
"Ya puteri, tetapi anak perempuan itu agaknya masih
selalu gelisah"
"Nyai" tiba-tiba Inten bertanya sambil meletakkan
nampan, "Kenapa aku belum pernah melihat anakanakmu dahulu", apakah anak-anakmu tidak pernah
menengokmu saat kau bersama kami di Majapahit?"
"Nyi Upih tersenyum, katanya "Sebuah ceritera yamg
memalukan sekali puteri"
"Cerita yang mana yang kau maksud?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ah sudahlah"
"Ceritakan, bukankah sudah lama kita meninggalkan Majapahit, dan agaknya kita tidak akan kembali lagi?"
"Ah..." Nyi Upih menarik nafas dalam-dalam sambil menyiapkan makan bagi tamu-tamunya, "Puteri, sebaiknya aku menyelesaikan tugasku ini dahulu, bukankah tamu itu akan segera dipersilahkan makan"
"Kau dapat menanak nasi sambil berceritera"
"Sebaiknya puteri ikut menemui tami itu"
Inten menggeleng sambil tersenyum, katanya "Aku malu Nyai"
"Ah, bukankah tamunya adalah saudara sendiri?"
"Tetapi aku malu" wajah Inten menjadi kemerah-merahan, "Sekarang ceritakan saja tentang anak-anak Nyai itu"
"Apakah menarik?"
"Tentu, mereka akan menjadi kawan-kawanku bermain"
"Puteri, dahulu aku ditinggalkan oleh suamiku, aku dicerai olehnya, anak-anakku itu dibawanya, dan diserahkannya kepada seorang ibu tiri. Demikianlah berlangsung lama, sehingga akhirnya suamiku itu meninggal. Anak-anakku tidak kerasan tinggal bersama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ibu tirinya, mereka mencari aku ke kota, tetapi Majapahit
sudah menjadi karang abang, dari beberapa orang
mereka mendengar perjalanan Pangeran Kuda Narpada,
karena itulah maka mereka menyusul perjalanan kita"
"Tetapi mereka terlambat bertahun-tahun"
"Tetapi Yang Maha Agung masih ingin
mempertemukan anak dengan orang tuanya. Barangkali
mereka menganggap lebih baik tinggal dengan ibu
sendiri, betapapun sulitnya untuk mencari, dari pada
dengan ibu tiri"
"Tentu, tentu Nyai, Eee.. Siapakah nama mereka" Aku
belum sepat bertanya karena nampaknya mereka
manjadi sangat letih dan anak perempuanmu itu hampir
pingsan" "Aku menemukan mereka dipinggir jalan ketika aku
mencari sayuran ke padukuhan, aku hampir tidak
mengenal mereka lagi" tiba-tiba mata Nyai Upih menjadi
basah. Inten tidak mendesaknya lagi, Ia tidak mau
mengganggu perasaan Nyi Upih yang sudah hampir
menjadi tenang kembali, apalagi ia harus menyiapkan
makan bagi tamu-tamunya yang tentu juga lelah dan
lapar" Karena itu, Intenpun kemudian meninggalkan Nyi
Upih yang mengisi waktunya dengan kesibukan di dapur,
agar hatinya tidak selalu dipengaruhi oleh perasaan
pedih melihat keadaan anak-anaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Intenpun menjadi gelisa, ia tidak tahu apa
yang akan dilakukan, dari celah-celah pintu pringgitan
yang terbuka, ia melihat kedua tamunya duduk bersama
ibumya, sekali-kali ia melihat kedua tamu itu
mangangguk-angguk, agaknya ibunya menceritakan
berbagai kesulitan hidup yang dalaminya.
Namun demikian Inten tidak mau ikut menemui
karena perasaan malu soerang gadis. Meskipun tamu itu
adalah saudara sepupunya, tetapi sudah terlampau lama
Inten Prawesti tidak bergaul dengan seseorang diluar
lingkungannya. Apalagi anak-anak muda"
Tiba-tiba saha Inten Prawesti yang termangu-mangu
itu teringat kepada suara seruling dikejauhan, sudah
agak lama ia tidak mendengar suara seruling yang sering
didengarnya dekat dengan istananya. Tetapi sejak ia
seolah-olah mengasingkan diri didalam istananya, suara
seruling itupun tidak pernah didengarnya lagi.
"Aku memang tidak ingin melihat anak itu lagi"
desisnya. "Ternyata anak muda itu bertabiat buruk, Ia
mengambil seorang gadis, yang kemudian diberikannya
kepada orang lain".
Dalam kegelisahan, dan ketidak tentuan apa yang
harus dilakukannya, Inten Prawestipun kemudian
memasuki bilik Nyai Upih. Hampir diluar sadarnya ia
mendekati kedua anak Nyi Upih yang berbaring dengan
letihnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Melihat kedatangan Inten Prawesti anak laki-laki Nyi Upih itupun segera bangkit, meskipun kemudian ia harus menyeringai. Tetapi adiknya ternyata tidak beranjak dari tempatnya. Punggungnya rasa-rasanya hampir patah setelah berjalan untuk waktu yang sangat lama menyusuri daerah selatan sampai ke daerah Gunung Sewu.
"Berbaring sajalah" berkata Inten Prawesti "Kau tentu sangat letih"
"Maaf puteri, adikku memang sangat letih"
"Biarlah ia berbaring " berkata Inten kektika melihat gadis itu akan bangkit "Jangan bangkit"
"Ampun puteri"
"Jangan segan, tetap berbaringlah"
Gadis itupun kemudian meletakkan kepalanya kambali diatas tikar.
"Oo.. Kakimu berdarah" berkata Inten Prawesti.
"Sedikit puteri" jawab gadis itu.
Inten Prawestipun kemudian duduk diatas
pembaringan Nyi Upih, sedang kedua anak-anak itu berbaring diatas tikar dilantai.
"Siapa namamu?" bertanya Inten Prawesti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sangkan puteri, sedangkan adikku bernama Pinten"
"Oo.., nama yang baik, Sangkan dan Pinten, "Inten mengangguk-angguk "Jadi selama ini kau berjalan dari kota raja sampai kelereng pegunungan ini?"
"Ya puteri, perjalanan kami berdua rasa-rasanya tidak akan berakhir, Tetapi kami bertekad menyelusuri jalan yang pernah dilalui oleh para bangsawan yang menyingkir dari kota raja, akhirnya Yang Maha Agung mempertemukan aku dengan biyung"
"Kau berjalan setiap hari?"
"Tidak puteri. Kami berdua pernah berhenti disuatu tempata untuk waktu yang agak lama. Kami menghambakan diri pada seorang pedagang yang baik.
Tetapi ternyata keinginan kami untuk bertemu dengan biyung sangat mendesak"
"Dan kalian berjalan lagi menempuh jarak yang sangat panjang?"
"Sepanjang yang pernah ditempuh oleh puteri. Tetapi agaknya keadaan adikku jauh lebih buruk, dari keadaan puteri pada saat puteri sampai ketempat ini"
"Tentu, dibeberapa kesempatan aku masih sempat naik tandu, sampai pada suatu saat ayah terpisah dari seluruh pengikutnya atas kehendak ayah sendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan mengangguk-angguk, wajahnya yang kemerah-merahan dibakar oleh terik matahari nampak keras dan kasar.
Untuk beberapa lamanya Inten Prawesti berada didalam bilik itu. Dengan perasaan iba ia melihat anak-anak Nyi Upih yang sangat letih, apalagi Pinten.
Namun Inten merasa senang atas kehadiran gadis itu, karena dengan demikian ia akan mendapat kawan yang sebaya, meskipun agaknya Pinten mamsih agak lebih muda sedikit daripadanya.
Tetapi selagi Inten prawesti sedang mengamat-amati kaki Pinten yang luka dan berdarah, tiba-tiba Nyi Upih memasuki biliknya sambil berkata "Puteri..., Ibunda memanggil"
"Ada apa Nyai..?"
"Aku tidak tahu, tetapi agaknya ibunda minta puteri ikut menemuui tamu itu, bukankah kedua tamu itu masih ada hubungan keluarga dengan puteri?"
"Yang seorang, Kakangmas Kuda Rupaka, yang lain itu tentu bukan".
Nyi Upih mengangguk-angguk, katanya kemudian
"Silahkanlah, ibunda menunggu, aku baru saja menghidangkan sirih"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten Prawesti termangu-mangu, namun ia berkata
"Tidak Nyai, aku disini aja, bersama anak-anakmu, aku malu"
"Ah, tentu tidak baik, marilah" Nyi Upihpun kemudian menarik tangan Inten Prawesti "Marilah puteri sebentar lagi puteri juga harus menghidangkan makan dengan lauk seadanya, aku sudah menangkap seekor ayam, Sangkan tadi yang menyembelihnya. Meskipun ia masih lelah, tetapi ia masih mampu menyembelih ayam"
Inten Prawesti masih tetap bertahan, tetapi akhirnya ia berdiri juga dan melangkah keluar digandeng oleh Nyi Upih.
Sepeninggal Inten Prawesti, Sangkan menarik nafas dalam-dalam. Iapun kemudian membaringkan dirinya lagi diatas tikar disisi adiknya yang terbaring memandang langit-langit yang bernoda disana-sini oleh titik air hujan yang menyusup disela-sela atap rumah.
Dalam pada itu, akhirnya Nyi Upih berhasil memaksa Inten untuk pergi ke pendapa, demikian ia muncul dipintu maka ibundanya segera memanggil "Kemarilah Inten, ini adalah kakamu sendiri"
Dengan kepala tunduk, Intenpun kemudian duduk disisi ibunya agak kebelakang. Seolah-olah ia berhadapan dengan jejaka yang hendak melamarnya.
"Diajeng tentu belum mengenal aku" berkata Raden Kuda Rupaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten tidak menyahut, justru kepalanya menjadi semakin tunduk.
"Ia seorang pemalu" berkata ibundanya.
"Wajar bagi seoarang gadis" sahut Panji Sura Wilaga.
"Kau harus mengucapkan selamat datang Inten"
berkata Ibundanya, "Kakakmu akan berada di istana ini barang dua tiga hari, memang menyenangkan sekali. Aku berharap mereka berdua akan lebih lama lagi berada disini".
Inten Prawesti tidak menyahut, tetapi dadanya menjadi semakin bergejolak. Ada perasaan aneh didalam dirinya karena ia mendengar keterangan ibunya, bahwa kedua orang itu akan berada di istananya untuk dua tiga hari. Dalam dua tiga hari itu ia akan berhubungan dengan anak muda yang sebelumnya belum pernah dikenalnya meskipun ia masih saudara sepupunya. Ada semacam perasaan malu, tetapi juga kegembiraan yang tersembunyi.
Namun tiba-tiba saja ia berkata kepada diri sendiri
"Aku lebih senang bermain bersama Pinten daripada Kakangmas Kuda Rupaka, aku tentu akan menjadi canggung dan bingung. Kakangmas Kuda Rupaka tentu sering berkawan dengan gadis-gadis cantik di kota.
Mungkin juga saudara-saudara sepupu yang lain yang selama ini berada di Demak.
Ada semacam kekecewaan yang merambat dihatinya, bahwa ayahandanya dahulu tidak membawanya ke kota,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dan untuk waktu yang lama tinggal di padukuhan
terpencil. Dengan demikian, maka ia seolah-olah telah
terpisah dari pergaulan keluarga dan sanak kadangnya.
"Kini aku tidak lebih seorang gadis pedesaan "Berkata
Inten Prawesti didalam hatinya "Aku tidak pantas bermain
bersama orang-orang yang datang dari pusat
pemerintahan, aku tentu tidak secantik gadis-gadis
dikota, mungkin mereka tentu lebih pandai menghias diri
dan menyesuaikan dengan kehidupan kota raja".
Inten Prawesti terkejut ketika tiba-tiba saja ibundanya
berkata "Inten, bersihkanlah bilik ayahandamu, biarlah
anakmas Kuda Rupaka mempergunakan bilik itu"
Inten Prawesti termangu-mangu sejenak, selama ini
bilik itu tidak dipergunakan oleh ibundanya, sehingga ia
tidak segera memahami kata-kata ibundanya.
Ibundanya seolah-olah dapat mengerti keragu-raguan
dihati puterinya, sehingga iapun berkata "Kosongkan bilik
itu, aku akan berada didalam bilikmu"
"Aku...?"" diluar sadarnya Inten Prawesit bertanya.
"Kita berdua"
Inten tidak menjawab lagi, iapun segera berdiri
meninggalkan tempat yang rasa-rasanya menjadi
semakin panas itu.
Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, ia tidak
mengerti maksud yang sebenarnya dari bibinya. Apakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
itu suatu perhormatan baginya atau karena bibinya
terlampau berhati-hati. Kehadiran seorang anak muda
dirumah itu, tentu akan dapat menumbuhkan persoalan
meskipun ia adalah sepupu Inten Prawesti, sehingga
dengan demikian, maka bibinya harus tidur bersana anak
gadisnya itu. Anak gadisnya yang sangat cantik dalam
kesederhanaan. "Apalagi jika ia berhias seperti gadis-gadis kota raja "
tiba-tiba saja Kuda Rupaka berdesis didalam hatinya.
Sementara Inten Prawesti membersihkan bilik
ayahandanya, maka dibelakang, Nyi Upih telah
mempersiapkan jamuan makan, meskipun hanya apa
adanya, tetapi Nyi Upih memang pandai memasak
sehingga jamuannya merupakan jamuan yang pantas
bagi kedua tamunya.
Dalam pada itu, selagi istana kecil itu sedang sibuk
menjamu dua orang tamu, maka dengan tergesa-gesa
Kidang Alit pergi ke rumah Ki Buyut.
Ki Buyut melihat kedatangan Kidang Alit, segera
menyongsongnya sambil berkata "Kidang Alit, apakah kau
sudah mendengar kehadiran dua orang bangsawan
dipadukuhan kita?"
"Ya, aku mendengar Ki Buyut, karena itu, aku tergesagesa datang kemari" jawab Kidang Alit, lalu "Apakah
keduanya singgah disini?"
"Ya..."
"Dan mereka melihat Kasdu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, mereka ingin melihat anak itu"
"Apakah kasdu tetap diam, seolah-olah ia lumpuh,
bisu buta dan tuli?"
"Ya, tetapi ternyata ia tidak berhasil"
"Maksud Ki Buyut?"
"Kasdu tidak berhasil mengelabui kedua orang itu"
"Kenapa Ki Buyut?"
Ki Buyutpun menceritakan bahwa seorang dari
keduanya, justru yang muda, telah meraba tubuh Kasdu.
Dengan jari-jarinya ia berhasil mengetahui keadaan
Kasdu yang sebenarnya, bahwa ia telah tidak lagi
lumpuh, buta dan tuli.
Kidang Alit menjadi tegang, sejenak ia memandang
wajah Ki Buyut Karangmaja, namun ia menarik nafas
dalam-dalam sambil berkata "Kita mendapat tamu orangorang yang luar biasa Ki Buyut"
Ki Buyut tidak segera menyahut.
"Hanya orang-orang yang luar biasa sajalah yanga
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat berbuat demikian, dengan demikian maka
padukuhan ini telah didatangi lima orang yang luar biasa,
pertama adalah tiga orang yang memilki tangan beracun
itu. kemudian dua orang bangsawan saudara Pangeran
Kuda Narpada".
"Aku dapat mengerti, bahwa tiga orang-orang kasar
itu berbahaya bagi padukuhan kita, tetapi apa salahnya
dua orang bangsawan itu", bukankah dengan demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keluarga yang tinggal di istana kecil itu akan mendapat
perlindungan"
"Kidang Alit mengangguk-angguk, katanya "Ya mudahmudahan demikianlah hendaknya"
"Kau curiga?"
"Ki Buyut" berkata Kidang Alit "Dalam keadaan tidak
menentu ini kita memang dapat saling mencurigai,
untunglah bahwa ketiga orang-orang kasar itu belum
tahu, bahwa sebenarnya, Kasdu sudah dapat
diselamatkan dari racun yang berbahaya itu"
"Mereka tidak akan mengetahuinya"
"Mudah-mudahan kedua orang bangsawan itu tidak
menceritakan kepada siapapun keadaan Kasdu yang
sebenarnya"
Ki Buyut mengangguk-anggukkan kepalanya, sambil
bergumam "Ya, mudah-mudahan. Aku tidak tahu bahwa
ia memilki ketajaman penglihatan sehingga ia dapat
mengetahui bahwa Kasdu sudah dibebaskan dari
cengkeraman recun itu"
Kidang Alitpun mangangguk-angguk, lalu "Apakah aku
dapat melihat Kasdu?"
"Lihatlah" jawab Ki Buyut sambil melangkah diiringi
oleh Kidang Alit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketika mereka berada disisi pembaringan Kasdu, nampaknya Kasdu memang sudah menjadi semakin bak.
"Sayang sekali Kasdu" berkata Kidang Alit "Ada orang yang mengetahui bahwa kau sudah bebas dari racun itu, aku berharap bahwa hal itu tidak didengar oleh orang-orang yang telah meracunimu dengan jari-jari itu".
Wajah Kasdu yang sudah menjadi semakin merah itu, nampak manjadi pucat, dengan terbata-bata ia berkata
"Aku menjadi takut sekali"
"Maaf Kidang Alit " berkata Ki Buyut "Aku tidak sengaja telah membuat suatu keputusan yang besar".
"Sdahlah Ki Buyut, semuanya masih tergantung kepada sifat dan watak kedua bangsawan itu. Jika mereka menyadari bahwa yang dapat mengancam Kasdu, sudah tentu mereka aka tetap diam"
"Aku kira demikian Kidang Alit, yang muda diantara merekapun, bahwa anak muda yang sakit itu memang sangat gawat. bukan saja karena sakitnya, tetapi jika orang-orang yang telah melukainya itu mengerti bahwa anak itu sudah tawar, maka ia akan dibunuhnya secara langsung oleh ketiga orang itu"
Ki Buyut mengangguk-angguk, tetapi ia tidak dapat mengusir kegelisahannya. Kidang Alitpun kemudian dengan tergesa-gesa minta diri, ia tidak mengatakan kepada Ki Buyut, kemanakah ia akan pergi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi ternyata bahwa Kidang Alit telah pergi kelereng bukit yang menghadap ke istana kecil itu. Ia masih sempat melihat ketiga orang berkuda yang kembali ke padukuhan dari lereng bukit itu pula. Tetapi Kidang Alit sempat bersembunyi dibalik batu-batu padas, apalagi jarak diantara mereka masih agak jauh, sedang Kidang Alit tidak berkuda, berada ditempat yang agak lebih tinggi dari orang-orang berkuda itu.
Bab 5 Setelah ketiga orang itu hilang dibalik tikungan. Maka Kidang Alitpun melanjutkan langkahnya. Dengan hati-hati ia mendekati istana itu dari arah bukit kecil.
Untuk Beberapa saat lamanya Kidang Alit menunggu, tetapi ia tidak melihat seorangpun di halaman. Ketika kemudian seseorang muncul dibelakang, ternyata ia adalah Nyi Upih.
Tetapi Kidang Alit tidak segera pergi. Dengan telaten ia duduk dibalik sebuah gerumbul agar orang-orang yang berada di halaman atau di dalam istana itu tidak dapat melihatnya.
Ternyata bahwa kemudian Kidang Alit tidak sia-sia, setelah menunggu beberapa lamanya, dengan seksama ia memperhatikan dua orang laki-laki yang kemudian turun ke halaman dan berdiri dibawah bayangan sebatang pohon yang rindang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Agaknya mereka kepanasan di dalam" berkata
Kidang Alit, lalu "Tetapi sayang, bahwa aku tidak dapat
melihat keduanya dengan jelas"
Agaknya jarak yang memisahkan lereng bukit kecil itu
dengan istana agak terlampau jauh bagi Kidang Alit
untuk dapat melihat wajah orang-orang itu dengan teliti.
Hanya secara umum sajalah Kidang Alit dapat menyebut
bahwa kedua orang itu adalah orang-orang yang gagah
dan tampan. Selebihnya Kidang Alitpun dapat menduga,
bahwa keduanya memiliki ilmu yang dapat dipergunakan
sebagai bekal petualangannya.
Kidang Alit menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
katanya kepada diri sendiri "Ternyata bahwa pedukuhan
kecil ini telah mengundang beberapa orang untuk
berkumpul disini"
Sejenak kemudian, setelah Kidang Alit dapat melihat
kedua laki-laki itu, meskipun tidak sempat pada bagianbagiannya yang terkecil, iapun kemudian meninggalkan
tempatnya, kembali kepadukuhan. Disepanjang jalan, ia
mencoba untuk menilai, apakah yang kira-kira dapat
terjadi antara kedua orang itu dengan tiga orang yang
sudah datang lebih dahulu.
"Aku yakin, bahwa tiga orang itu mempunyai
kepentingan dengan istana kecil itu" berkata Kidang Alit
kepada diri sendiri.
"Dan kini di istana kecil itu telah hadir dua orang
bangsawan yang menyebut dirinya saudara-saudara
Pangeran Kuda Narpada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Kidang Alit bersikap hati-hati. Banyak
kemungkinan akan dapat terjadi atas istana kecil itu.
Sementara itu Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga
memang sedang berada di halaman, rasa-rasanya badan
mereka menjadi sejuk disentuh angin yang semilir,
dibawah dedaunan yang rimbun.
"Untung dilereng pegunungan ini terasa segar sekali"
desis Raden Kuda Rupaka.
"Tetapi baru saja Raden mengatakan, bahwa udara di
daerah ini terasa panas sekali"
Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Didalam istana
pamanda Kuda Narpada udara memang terasa panas
sekali, paman"
"Apakah hanya sekedar karena udara didalam istana
itu?" "Ah?" Kuda Rupaka berdesis "Apapun sebabnya,
tetapi diluar memang terasa sejuk. Disini sentuhan angin
terasa mengusap kening yang basah okeh keringat.
Tetapi di dalam istana itu tidak terasa udara yang
bergerak seperti ini"
Panji Wiralaga hanya tersenyum saja.
Sejenak keduanya kemudian berjalan-jalan di
halaman depan mereka melihat pintu gerbang yang telah
rusak, regol yang miring dan bagian istana itu sendiri
yang telah rusak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Paman?" berkata Kuda Rupaka "Sepengetahuanku,
istana ini masih belum terlampau lama, tetapi beberapa
bagian telah mulai rusak dan lapuk"
"Raden?" jawab Panji Sura Wilaga "Istana ini dibuat
oleh orang padukuhan ini dengan kayu yang tidak
terpilih. Karena itu, maka kekuatannyapun tidak
seimbang. Apalagi pekerjaan mereka adalah pekerjaan
yang sangat kasar".
"Ya?" sahut Kuda Rupaka "Mereka mengerjakan kayu
seperti orang-orang tua mereka mengerjakannya".
Keduanya tidak berbicara lagi, mereka berjalan saja
menyusuri halaman sehingga mereka sampai kebagian
belakang dari istana itu.
"Kita telah melihat semuanya" berkata Kuda Rupaka
"Halaman istana bibi tetap bersih dan terawat, meskipun
sebagian dari bangunannya telah rusak, terutama bagian
atap" Panji Sura Wilaga menganggukkan kepalanya, tetapi
ia tidak menyahut.
"Paman?" berkata Kuda Rupaka kemudian "Ada satu
yang masih tetap menggetarkan jantungku"
"Apa Raden?""
"Bibi dan Inten Prawesti masih belum bertanya
tentang pamanda Kuda Narpada dengan sungguhsungguh, pada suatu saat mereka tentu akan mendesak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
agar aku menceritakannya, apakah yang sebaiknya aku
katakana?", aku benar-benar menjadi bingung".
"Raden harus berterus terang bahwa Raden memang
tidak tahu"
"Mustahil?"
"Kenapa mustahil ", bukankah Raden selama ini tidak
pernah bertemu dengan pamanda Pangeran Cemara
Kuning, pamanda Pangeran Sendang Prapat" Bagaimana
Raden dapat mengatakan tentang Raden Kuda
Narpada?""
Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, sambil
mengangguk-angguk ia melangkah kembali kehalaman
depan diikuti oleh Panji Sura Wilaga.
Sementara itu dibelakang, Nyi Upih sedang sibuk
membersihkan alat-alat dapurnya. Inten Prawesti yang
telah menyingkirkan jamuan makan bagi tamu-tamunya
berkata kepada Nyi Upih "Anak-anakmu sebaiknya kau
suruh makan dahulu Nyai?"
"Bukankah mereka sudah makan puteri, demikian
mereka datang pagi tadi, demikian mereka aku beri
makan seadanya."
"Ah", tetapi biarlah kita menjamunya sekarang"
Nyi Upih tersenyum "Biarlah puteri, nanti sajalah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten Prawesti tidak memaksa lagi, tetapi ia
menengok kedalam bilik pembantu setia itu. Dilihatnya
Pinten sudah mulai duduk sambil memijit-mijit kakinya.
"Kau usap dengan apa kakimu itu..?" bertanya Inten.
"Dengan nasi dan dan air asem, puteri. Rasa-rasanya
kaki ini menjadi dingin. Darah yang rasa-rasanya
membeku telah mengalir kembali"
Inten Prawesti mengangguk-angguk, iapun teringat
saat-saat ia sampai ke padukuhan ini dan bermalam
untuk sementara di rumah Ki Buyut sebelum istana
kecilnya itu disiapkan.
Meskipun kadang-kadang ia masih sempat naik tandu,
namun untuk mengurangi perasaan lelahnya, kakinya
juga diparami dengan nasi yang diremas dengan air
asam. Ketika kemudian mereka bercakap-cakap lebih banyak
tentang perjalanan, maka ternyata Pintenpun dapat
mengatakan tempat-tempat yang dilaluinya meskipun
waktu sudah terpaut jauh.
"Kau benar-benar dapat mengikuti jejak perjalananku"
berkata Inten "Kami tidak henti-hentinya bertanya kepada setiap
orang yang kami temui di perjalanan, puteri" Jawab
Pinten. "Tetapi waktu kita terpaut panjang".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ternyata orang-orang di sepanjang jalan yang
pernah dilalui oleh Pangeran Kuda Narpada, mash tetap
dapat menyebut kemana Pangeran itu pergi, bahkan
beberapa orang masih dapat menunjukukkan beberapa
macam barang yang pernah dihadiahkan oleh Pangeran
Kuda Narpada kepada orang-orang yang membantunya
di perjalana".
"Ooo?" Inten Prawesti menarik nafas dalam-dalam.
Ayahnya memang banyak memberikan sekedar kenangkenangan kepada orang-orang yang sudah membantunya di sepanjang jalan, bahkan beberapa
macam barang berharga.
"Kini hampir tidak ada sebuah barangpun yang masih
dapat disebut berharga di dalam rumah ini" Berkata
Inten Prawesti di dalam hatinya.
Demikianlah maka meskipun keduanya baru saja
bertemu, tetapi karena keduanya hampir sebaya, dan
sudah terlampau lama Inten Prawesti hidup sendiri,
seolah-olah di pengasingan, maka Pinten baginya
merupakan seorang yang dapat mengisi kekosongan itu.
Ketika Inten kemudian sudah dapat berdiri dan berjalan
keluar, maka Inten Prawesti menjadi sangat gembira
pula karenanya.
Dengan serta merta ia minta kepada ibunya, agar
kepada Pinten diberikan beberapa lembar pakaiannya
yang sudah tidak dipakainya lagi, agar Pinten nampak
lebih bersih dan pantas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun sementara itu, di rumah itu Inten Prawesti ternyata mendapat kawan yang lain pula. Atas desakan ibunya maka Inten Prawesti mulai berkenalan dan sekali-kali berbicara dengan saudara sepupunya.
Dihari berikutnya, suasana istana kecil itu benar-benar sudah berbeda. Inten tidak kelihatan murung seperti biasanya. Jika ia berada di belakang, ia selalu bersama dengan Pinten, jika Pinten sibuk membantu ibunya, maka Intenpun ikut membantunya pula.
Tetapi jika Inten Prawesti berada didepan, ia duduk bersama Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga.
Jarak yang mula-mula memisahkan antara Inten Prawesti dan Kuda Rupaka, semakin lama menjadi semakin dangkal, bahkan pada suatu saat rasa-rasanya akan lenyap sama sekali.
"Jasa pamanda Kuda Narpada terhadap padukuhan ini ternyata cukup besar" berkata Raden Kuda Rupaka kepada Inten Prawesti ketika mereka berdua berdiri di halaman memandang kelereng bukit yang hijau.
"Ayah berusaha untuk membantu kesulitan orang-orang Karangmaja" sahut Inten.
"Menurut pendengaranku, bukit-bukit itu menjadi hijau karena usaha pamanda pangeran."
"Sebagian memang demikian" jawab Inten.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku ingin sekali-sakali melihat lereng-lereng bukit itu" gumam Raden Kuda Narpada, seolah-olah kepada diri sendiri.
Inten Prawesti hanya memgerutkan keningnya saja.
Ia tidak berani menawarkan diri untuk menunjukan jalan-jalan setapak di lereng bukit itu, meskipun ia sendiri sudah agak lama ingin menyusuri jalan yang beberapa saat lampau selalu di lewatinya jalur jalan yang pernah di lalui oleh ayahandanya ketika ia menimang Nyi Upih sampai ke atas bukit. Dari bukit itu dia dapat melihat Ayahandanya meninggalkan padukuhan Karamaja dan sampai saat terakhir, tidak nampak kembali lagi.
Tetapi ternyata bukan Intenlah yang mengajak untuk mendaki lereng bukit kecil itu. Agaknya Kuda Rupakapun ingin sekali untuk mendekati lereng yang nampak hijau di tumbuhi oleh pohon perdu yang rimbun.
"Apakah bibi tidak berkeberatan jika kita pergi ke lereng bukit itu?"
Inten termangu-mangu.
"Cobalah memohon izin kepada bibi."
Intenpun segera berlari menemui ibundanya yang sedang berada di belakang. Dengan ragu-ragu ia mohon izin untuk pergi ke lereng bukit itu.
Ibunya menjadi ragu-ragu sejenak. Apalagi keteka Nyi Upih berkata "Puteri, sebaiknya puteri tidak mengajak
tamu-tamu itu pergi ke lereng bukit. Mungkin ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sesuatu yang dapat membahayakan puteri dan tamutamu itu."
"Apakah yang dapat membahayakan itu Nyai?"
bertanya Inten.
Nyi Upih menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak
mengatakan sesuatu. Tetapi kedua tangannya bermain di
muka mulutnya seperti seseorang yang sedang meniup
seruling. Sekilas terbayang seorang anak muda yang pernah
dijumpainya di lereng bukit itu pula. Bahkan yang
kemudian sering hilir mudik di muka istananya. Tetapi
kali ini, ia tidak akan pergi sendiri atau hanya berdua saja
dengan Nyi Upih.
"Aku tidak akan pergi terlalu jauh ibu." mohon Inten
kemudian. "Hati-hatilah" akhirnya ibundanya tidak dapat
menolak. Setelah berkemas sejenak, maka Intenpun
kemudian pergi bersama Raden Kuda Rupaka dan Panji
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Surawilaga, berjalan-jalan ke bukit kecil di sebelah
istananya itu. Terasa udara yang cerah menyegarkan tubuh. Angin
pegunungan yang silir mengalir dengan lembut. Di udara
yang jernih nampak beberapa ekor burung berterbangan
di antara warna-warna putih awan yang berarak
selembar-selembar di dorong angin ke utara.
"Menyenangkan sekali" desis Raden Kuda Rupaka
"Sebelum pamanda Pangeran Kuda Narpada Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menghijaukan lereng bukit itu, tentu yang nampak jauh
berbeda dari sekarang"
"Pegunungan yang gundul" sahut Panji Sura Wilaga.
"Ya.." berkata Inten Prawesti. "Saat kami datang
ditempat ini, maka yang nampak hanyalah tanah
gersang, kuning kemerah-merahan"
"Tentu pamanda pangeranlah yang mengajari orangorang Karangmaja membuat parit-parit di daerah kering.
Menanami lereng bukit dengan pepohonan yang khusus.
Pohon metir dan sebangsanya. Dan sudah barang tentu
kemudian dengan pohon buah-buahan"
"Ya?" jawab Inten Prawesti.
Mereka bertigapun kemudian berjalan perlahan-lahan
melalui jalan kecil menuju ke lereng bukit kecil itu. Raden
Kuda Rupaka dan Inten Prawesti de depan. Sedangkan
Panji Sura Wilaga de belakang.
Untuk beberapa saat lamanya mereka berjalan
perlahan-lahan sambil berbicara tentang padukuhan kecil
itu. Istana kecil yang dibangun di dekat padukuhan itu,
dan bukit-bukit yang kemudian menjadi hijau.
Namun tiba-tiba saja langkah Inten Prawesti terhenti,
Inten Prawesti tertegun, wajahnya nampak menjadi
pucat. Meskipun kemudian ia berusaha melenyapkan
kesan-kesan ini, dan melangkahkan kakinya pula. Namun
Kuda Rupaka segera dapat menangkap kegelisahannya
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ternyata ketika Raden Kuda Rupaka memandang agak jauh ke depan, dilihatnya seorang anak muda yang nampaknya memang agak berbeda dengan anak-anak Karangmaja.
"Siapakah anak itu..?" bertanya Kuda Rupaka.
"Kidang Alit" jawab Inten Prawesti.
"Apakah orang itu menggelisahkan kau?""
Inten menjadi ragu-ragu, tetapi iapun kemudian menggeleng, jawabnya "Tidak".
Tetapi Kuda Rupaka tidak dapat dikelabuinya. Dan iapun bertanya pula "Apakah anak itu anak Karangmaja pula..?"
"Bukan Kamas, anak muda itu bukan anak Karangmaja, belum lama ia berada di padukuhan kecil ini".
Terasa jantung Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga berdebaran.
Tetapi keduanyapun berusaha menghapuskan semua kesan dari wajah mereka.
"Apakah kau mengetahui namanya?""
"Namanya Kidang Alit, bukankah aku sudah menyebutnya".
Kuda Rupaka mengangguk-angguk, bahkan sekilas ia berpaling, tepat pada saat Sura Wilaga memandangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Seolah-olah mereka sedang menyesuaikan pendapat
mereka, bahwa anak muda yang bernama Kidang Alit
itulah yang agaknya telah menyembuhkan Kasdu.
Karena itu, maka keduanyapun segera mempersiapkan diri. Meskipun tidak semata-mata, tetapi
semakin dekat langkah mereka dengan anak muda yang
duduk di atas sebuah batu itu, merekapun menjadi
semakin berhati-hati. Bahkan Sura Wilaga mencoba
memandang berkeliling, apakah benar anak muda itu
hanya seorang diri. Tetapi ia tidak melihat orang lain di
tempat itu. Beberapa dari Kidang Alit, kaki Inten Prawesti terasa
semakin berat. Tetapi ia tidak berjalan sendiri. Ia
berjalan dengan saudara sepupunya dan seorang
pengawalnya. Apalagi jika teringat oleh Inten, bahwa
Kidang Alit ternyata bukan seorang yang dapat menahan
diri terhadap seorang gadis yang menarik perhatiannya,
ternyata seorang gadis Karangmaja telah menjadi
korbannya. Untunglah bahwa bagi gadis itu telah
diketemukan jalan yang paling baik, meskipun sekedar
sepeperti menimbuni sebuah lobang yang terlanjur
tergali. Kuda Rupaka menegang ketika ia melihat Kidang Alit
berdiri, tetapi ia seolah-olah sama sekali tidak
menghiraukannya, karena sebelumnya ia memang belum
mengenalnya. Dengan tajamnya Kidang Alit memandang ketiga
orang yang menjadi semakin dekat. Namun Inten
Prawesti dan Kuda Rupaka lewat tepat di hadapannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kidang Alit menganggukkan kepalanya dalam-dalam
sambil bertanya "Apakah puteri akan naik ke atas bukit
kecil itu..?"
Inten Prawesti menjadi bingung, tetapi seakan-akan
di luar sadarnya terloncat jawabnya "Ya" aku akan
berjalan-jalan ke atas bukit kecil itu"
"Sudah lama puteri tidak pergi ke sana, melihat-lihat
jalur jalan kecil itu dari atas bukit yang kini berwarna
hijau. Dan sudah lama puteri tidak lagi menghiraukan
suara seruling yang menghimbau dari lembah, tempat
anak-anak gembala bermain-main dengan ternaknya.
Inten semakin bingung, tetapi ia menjawab juga "Aku
tidak mempunyai waktu lagi.."
Kidang Alit tertawa, katanya "Apakah yang puteri
sibukkan?", tamu-tamu puteri baru kemarin berada
disini, sebelumnya puteri tentu masih sempat jika puteri
ingin. Inten bertambah bingung, nampak wajahnya bahwa
ia tidak dapat segera menemukan jawabnya. Ia tidak
mengerti kenapa anak muda itu seakan-akan
menuntunnya, karena agak lama tidak keluar dari
istananya, justru pada saat ia berjalan bersama dengan
saudara sepupunya.
Karena Inten Prawesti menjadi bingung, maka tibatiba saja Kuda Rupaka bertanya kepada Inten Prawesti,
"Diajeng, apakah diajeng sering juga pergi ke atas bukit
itu..?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pertanyaan itupun membingungkan, tetapi Inten mengangguk sambil menjawab lirih. "Ya"aku memang sering pergi ke atas bukit itu?"
"Dan pada suatu saat diajeng tidak pergi ke atas bukit
?" "Ya?"
"Itu adalah hakmu, kau dapat pergi kapan saja kau ingin pergi. Dan kau dapat tinggal di dalam istana sampai kapanpun, bahkan jika tiba-tiba timbul keinginanmu untuk pergi ke Demak bersama aku besok atau lusa?"
Inten Prawesti termangu-mangu sejenak, dan sebelum ia menyahut, terdengar Kidang Alit tertawa, katanya "Lembah ini mempunyai kenangan yang manis bagi puteri. Suara seruling yang tidak berirama itu justru merupakan daya tarik yang tidak mudah dipisahkan antara puteri dan lereng-lereng pegunungan yang hijau"
"Sebuah mimpi yang mengasyikkan" Kuda Rupaka yang menyahut. "Tetapi pada suatu saat seorang harus bangun dari tidurnya, jika tidak, maka ia akan tetap pada keadaanya yang paling buruk tanpa mengalami perubahan apapun juga"
Kidang Alit agaknya masih akan menjawab lagi, tetapi tiba-tiba Inten berkata "Kenapa tiba-tiba saja kita harus melayaninya ?"
Kuda Rupaka memandangi Inten sejenak. Sambil tersenyum ia berkata "Agaknya diajeng baru menyadari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bahwa tidak sepantasnya melayani pembicaraan seorang
anak muda yang bukan kadang di pinggir jalan seperti
ini" "Marilah kita berjalan terus" ajak Pinten
Kuda Rupaka mengangguk, senyumnya masih
nampak di bibirnya, ia berkata "Sebaiknya kita lebih
memperhatikan bukit yang hijau itu daripada orangorang yang mengganggu perjalanan ini"
Inten Prawesti yang menjadi semakin berdebar-debar
itu tidak membicarakan lagi. Ia melihat keadaan yang
rasa-rasanya menjadi semakin tegang, karena itu, maka
iapun segera meninggalkan tempat itu.
Kuda Rupaka masih sempat memandang wajah
Kidang Alit sejenak, ketika iapun kemudian melangkah
mengikuti adik sepupnya. Nampak sesuatu yang aneh
memancar di mata Kidang Alit.
Tetapi Kuda Rupakapun kemudian tidak menghiraukan lagi. Dengan tergesa-gesa ia menyusul
Inten Prawesti yang sudah mendahuluinya. Dibelakangnya Panji Sura Wilaga berjalan dengan
tengangnya, seolah-olah ia sedang tidak melihat
ketegangan yang baru saja terjadi.
Kidang Alit yang masih tetap berdiri di pinggir jalan
kecil itu memandang ketiga orang yang berjalan
menjauhinya. Sejenak ia termangu-mangu. Namun
kemudian ia tersenyum sendiri, katanya "Anak muda
yang meyakinkan, agaknya memang ia memiliki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kelebihan dari orang-orang kebanyakan. Dengan jarijarinya ia mengetahui bahwa Kasdu telah aku bebaskan
dari racun yang sangat parah itu"
Namun kemudian, ia berkata pula kepada dirinya
sendiri "Tetapi kehadirannya di padukuhan kecil ini perlu
mendapat perhatian. Ketiga orang kasar dan memilki
tenaga racun itu sudah terasa mengganggu, apalagi
kedatangan kedua orang bangsawan ini"
Tetapi Kidang Alit tidak mengambil sikap apapun pada
saat itu. Dengan tergesa-gesa, iapun berjalan
meninggalkan tempatnya dan kembali ke padukuhan.
"Mudah-mudahan ketiga orang yang berada di banjar
padukuhan tidak pergi ke lereng itu pula, jika mereka
bertemu muka dengan bangsawan-bangsawan itu, maka
akan dapat timbul benturan diantara mereka" gumamnya
sambil berjalan menyusuri jalan sempit.
Apa yang terjadi itu, agaknya telah menggelisahkan
Inten Prawesti, itulah agaknya ia menjadi gelisah, bukitbukit yang hijau dan lembah-lembah yang ditumbuhi
rerumputan, tidak menarik lagi baginya, jalan-jalan yang
nampak menjauh seperti tubuh seekor ular yang
menjalar meninggalkan liangnya dibawah gunung, tidak
dapat memikatnya lagi.
"Kau nampak gelisah diajeng" bertanya Kuda Rupaka
"Ya" aku gelisah sekali"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuda Rupaka tertawa, katanya "Jangan hiraukan anak
itu, mungkin sebelum aku berada di istana bibi, ia sudah
sering mengganggumu pula"
Inten ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian jawabnya
dengan jujur "Aku mula-mula senang mendengarkan ia
bermain dengan seruling. Tetapi aku menjadi takut
kepadanya setelah peristiwa gadis padukuhan itu terjadi"
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, mendengar
Inten yang kemudian bercerita dengan singkat tentang
Kidang Alit itu.
Kuda Rupaka mengangguk-angguk,
katanya "Sudahlah, jangan dicemaskan lagi, kau memang tidak
usah lagi berhubungan dengan anak muda itu"
Inten Prawesti mengangguk-angguk, tetapi ia sudah
tidak dapat menenangkan dirinya lagi, setiap kali nampak
kegelisahan memercik pada sikapnya.
Ternyata Raden Rupakapun dapat mengerti, sehingga
sejenak kemudian iapaun berkata sambil tersenyum
"Paman Sura Wilaga, agaknya diajeng Inten Prawesti
terpengaruh oleh peristiwa itu, karena itu, marilah kita
kembali saja ke istananya, lain kali kita akan mendapat
kesempatan untuk berada di bukit ini lagi"
Panji Sura Wilaga tersenyum, jawabnya "Tentu puteri
menjadi gelisah, baiklah kita kembali saja, tetapi lain kali,
aku akan menyingkirkan anak muda itu jika ia berani
mangganggu puteri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten Prawesti sama sekali tidak menyahut, ia
memang ingin segera pulang, tetapi ia tidak dapat
mengatakannya. Demikianlah, mereka bertiga tidak lama berada di
lereng bukit itu. Perlahan-lahan mereka berjalan turun
menyelusuri jalan di lereng yang rendah itu.
Namun di sepanjang perjalanan itu, Raden Kuda
Rupaka tidak henti-hentinya mengagumi peninggalan
Pangeran Kuda Narpada. Bukan berujud harta benda
atau bangunan-bangunan yang besar dan kuat, tetapi
peninggalan itu berupa warna-warna hijau di lereng
pegunungan yang luas, parit yang mengalirkan air yang
jernih dan jalan-jalan yang semakin teratur.
Inten sempat menceritakan keadaan padukuhan itu
sebelum ia bersama keluarganya menetap di istana itu.
"Rakyat Karangmaja tentu tidak akan melupakan jasa
paman Pangeran Kuda Narpada" berkata Kuda Rupaka.
"Ya", agaknya mereka bersikap sangat baik kepada
kami sampai saat ini"
Kuda Rupaka mengangguk-angguk, tentu rakyat
padukuhan kecil itu tidak akan dapat mengingkari
kenyataan yang masih dapat dihayatinya saat itu.
Ketika kemudian mereka menjadi semakin rendah di
kaki bukit kecil itu, sekali ini Inten tertegun, ia melihat
dua orang yang sedang berjalan menyusuri kaki bukit itu
pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siapakah mereka ?" bertanya Raden Kuda Rupaka
"Apakah mereka juga termasuk anak muda yang bertingkah laku seperti Kidang Alit itu " "
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ooo", Tentu bukan" sahut Inten Prawesti "Apakah kamu tidak mengenal mengenal mereka ?"
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya.
"Apakah keduanya anak-anak yang ada di istana itu diajeng ?"
"Ya.. keduanya adalah anak-anak pembantuku yang mengikuti perjalanan kami dari Majapahit"
"Ooo..." Kuda Rupaka mengangguk-angguk, tetapi ia tidak menghiraukan kedua anak muda kakak beradik itu.
Namun ketika mereka menjadi semakin dekat, Inten Prawestilah yang memanggil keduanya untuk mendekat.
Sambil berjalan terbungkuk-bungkuk kedua orang kakak beradik itu mendekati Inten Prawesti, wajah mereka nampak tegang dan membayangkan kegelisahan.
"He" kenapa kalian berada disini ?"
"Ampun puteri, maksud kami, kami hanya sekedar ingin melihat-lihat daerah baru ini"
Inten mengerutkan keningnya, tetapi iapun kemudian tersenyum, "Kenapa kalian menjadi gelisah ", Aku tidak apa-apa, jika kalian ingin melihat-lihat tanah yang mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menjadi hijau ini, pergilah, mungkin ada gunanya bagi
kalian berdua"
"Ya" puteri, bahkan biyung tadi menyuruh kami
berdua mencoba memperkenalkan diri kepada anak-anak
muda di Karangmaja, biyung mengatakan agar aku
menyebur diri sebagai anak Nyi Upih. Agaknya biyung
kami sudah banyak dikenal oleh orang-orang
Karangmaja"
Inten Prawesti tersenyum, katanya "Itu memang ada
baiknya, kalian dapat berhubungan dengan anak-anak
muda Karangmaja, agar jika kalian memerlukan sesuatu,
kalian dapat minta bantuan mereka"
"Terima kasih puteri"
"Pergilah ke Padukuhan itu, atau kelereng bukit,
tempat anak-anak muda Karangmaja menggembalakan
ternak mereka"
"Baik puteri?"
Namun dalam pada itu, Raden Kuda Rupaka
menyambung "Tetapi berhati-hatilah, bersikaplah sebaikbaiknya agar kalian tidak mendapat gangguan dari
mereka" "Terima kasih Raden, kami akan mencoba berbuat
sebaik-baiknya, sesuai dengan derajat kami"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten dan Raden Kuda Rupakapun kemudian
meneruskan perjalanan mereka diikuti olah Panji Sura
Wilaga, kembali ke istana kecil yang terpencil itu.
Seperti yang diminta oleh ibunya, Sangkan dan Pinten
Tusuk Kondai Pusaka 19 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Romantika Sebilah Pedang 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama