Ceritasilat Novel Online

Istana Yang Suram 7

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 7


Demikianlah mereka masih melangkah beberapa
langkah lagi di kebun belakang untuk melihat-lihat
pohon-pohon bunga yang beraneka warna, Sangkan
dengan telaten telah menanam berbagai macam bunga
dalam kelompok-kelompok yang dapat memberikan
campuran warna yang menyenangkan. Daun udan mas
yang diseling oleh sebatang lopengan-lopengan,
memberikan latar belakang yang manis pada sebatang
pohon bunga ceplok piring yang berwarna putih kapas.
Sedangkan diantara pohon-pohon yang bunga itu,
Sangkan dapat menyelipkan pohon-pohon empon yang
berguna bagi pengobatan. Pohon temulawak yang
tumbuh disela-sela batang-batang kunir dan jahe,
tumbuh disepanjang dinding belakang, sedangkan
batang-batang nyidra juga memberikan bunga-bunganya
yang berwarna kemerah-merahan, disela-sela pohon sirih
yang merambat pada anjang-anjang bambu di pinggir
sumur. Namun langkah mereka terhenti, ketika keduanya
melihat dibawah sebatang soka putih yang sudah timbuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan rimbunnya. Pinten tengah duduk di sebuah batu
sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Bab 18 "Pinten" Inten Prawesti kemudian berlari-lari
mendekatinya "Ada apa?"
Pinten mengusap matanya yang basah dan kemerahmerahan, "Kau menangis?"
Pinten mengangguk
"Apa yang terjadi?"
"Kakang Sangkan nakal sekali"
"O?" Inten menarik nafas dalam-dalam "Apakah yang
sudah dilakukannya atasmu?"
"Kakang Sangkan yang merasa takut tinggal disini,
ingin pergi meninggalkan biyung dan aku, sebenarnya
aku ingin ikut, atau Kakang Sangkan yang tetap tinggal
bersama biyung disini"
Inten Prawesti terkejut mendengarnya, dengan dahi
yang berkerut ia bertanya "Kenapa Sangkan akan pergi,
Pinten" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten mengusap air matanya, katanya "Seperti yang dikatakan oleh Raden Panji Sura Wilaga, bahwa ia semakin ketakutan disini apabila persoalan-persoalan yang timbul menjadi semakin gawat, sebelum ia mati membeku disini, baginya lebih baik untuk pergi saja kemanapun juga, asalkan menjauh jauh dari tempat ini"
"O?" Intenpun kemudian berjongkok "Pinten, seharusnya kakakmu tidak usah takut tinggal disini, apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membuat takut kakakmu?"
Raden Kuda Rupaka yang mendengar percakapan itu menjadi berdebar-debar, namun iapun kemudian tertawa sambil berkata "Tidak diajeng, Paman Panji Sura Wilaga memang senang bergurau, ketika semalam Kidang Alit mencoba memasuki halaman ini, Pinten dan Sangkan secara kebetulan melihatnya, tetapi saat itu akupun ada di kebun belakang ini, sehingga Kidang Alit tidak dapat berbuat apa-apa" ia berhenti sejenak, beberapa langkah ia maju mendekati Pinten sambil berkata "Katakan kepada kakakmu bahwa paman Panji hanya bergurau, ia jengkel melihat Sangkan yang penakut sekali, sehingga karena itu, maka ia justru menakut-nakutinya sama sekali"
"Jadi Kidang Alit berani memasuki halaman ini?"
"Jangan hiraukan diajeng, aku masih disini"
Inten Prawesti merenung sejenak, namun kemudian iapun memandang wajah Pinten sambil berkata "Katakan kepada kakakmu, ia tidak perlu pergi meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
rumah ini, paman Panji hanya hanya sekedar bergurau,
meskipun ia jengkel melihat tingkah laku kakakmu yang
penakut itu, tetapi itu bukan berarti bahwa kakakmu
harus pergi"
"Kakang sudah berkemas, sekarang ia ada di dalam
biliknya, aku disuruhnya pergi keluar, agar aku tidak
membuatnya ragu-ragu meninggalkan istana ini"
Inten menjadi semakin berdebar-debar, dan tiba-tiba
saja ia berdiri, sambil menarik tangan Pinten dan berkata
"Aku akan menasehatinya" lalu ia berpaling kepada Kuda
Rupaka, ia berkata.
"Kamas marilah, kamas dapat memberitahukan
kepadanya, agar ia tetap tinggal disini"
Kuda Rupaka tertawa pula, katanya "Baiklah, aku
akan mencoba menahannya"
Dengan tergesa-gesa Intenpun kemudian pergi ke
bilik Sangkan, dilihatnya anak muda itu sedang
membungkus selembar pakaiannya yang kusut, itu
adalah satu-satunya kekayaan selain yang sedang
dipakainya. "Sangkan" berkata Inten Prawesti ketika melangkah
berdiri diambang pintu, "Apakah benar kata adikmu,
bahwa kau akan meninggalkan rumah ini?"
Sangkan menjadi ragu-ragu sejenak, ditatapnya
wajah Inten dengan tajamnya, sehingga gadis itupun
memalingkan wajahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Beberapa saat lamanya Sangkan seolah-olah sedang
berpikir, namun kemudian jawabnya "Ampun puteri,
sebenarnyalah aku tidak akan berarti apa-apa disini,
selebihnya aku memang takut sekali apabila pada suatu
saat, akan terjadi apapun di istana ini.
"Apakah yang akan terjadi disini?" bertanya Inten.
"Tidak ada apa-apa" jawab Kuda Rupaka mendahului
Sangkan "Disini tidak akan terjadi apapun juga, apalagi
selama aku disini bersama paman Panji Sura Wilaga"
"Tetapi bukankah Raden Panji kemarin mengatakan
bahwa aku akan mati ketakutan"
Raden Kuda Rupaka tidak dapat menahan
tertawanya, katanya "Kau memang penakut sekali
Sangkan, dan agaknya paman Panji agak berlebihan pula
menakut-nakutimu, tetapi yakinlah bahwa ia hanya
sekedar berguaru"
Sangkan menjadi bingung.
"Sangkan" suara Inten menurun "Kau tidak usah
pergi, adikmu akan menjadi sedih, ia tidak dapat ikut
bersamamu karena kepergianmu tidak tentu arah dan
tujuan, tetapi ia tidak akan dapat tenang tinggal disini
setelah kau pergi"
Sangkan menundukkan kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jawablah Sangkan" desak Inten yang tanpa disadarinya telah berdiri disamping Sangkan yang sedang mengemasi pakaiannya di pembaringannya itu.
"Tetapi, apakah aku tidak akan mati membeku disini?"
Kuda Rupaka masih tertawa, katanya "Kau adalah laki-laki Sangkan, berbuatlah seperti laki-laki, aku juga tidak takut mati disini, meskipun aku tahu kemungkinan itu ada, bukankah kau tahu bahwa pernah ada orang yang memasuki istana ini dan memaksa bibi untuk menyerahkan barang-barang berharga?"
Sangkan menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Kau tidak boleh pergi Sangkan" kata Inten "Dimana ibumu sekarang?"
"Biyung belum mengetahuinya puteri"
"Sudahlah, jika ibumu mengetahui, iapun akan menjadi bersedih seperti adikmu"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, ketika ia berpaling kearah adiknya. Dilihatnya adiknya mengusap air mata yang membasahi pipinya.
"Jangan menangis Pinten" berkata Sangkan.
"Kaulah yang harus menentukan sikapmu" Potong Inten Prawesti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ampun puteri: suara Sangkan terputus-putus, ia mengangkat kepalanya, iapun beringsut setapak, karena Inten berdiri terlalu dekakt disisinya.
"Berjanjilah, agar adikmu tidak menjadi sedih" kata Inten.
Sangkan berpaling kepada adiknya, kemudian katanya
"Baiklah puteri, atas nasehat Raden Kuda Rupaka dan puteri Inten Prawesti, aku akan mencoba tinggal di istana ini lebih lama lagi, tetapi jika kemudian aku hanya akan menjadi permainan perasaan takut dan bahkan mungkin aku benar-benar akan mati membeku, maka aku akan mohon diri untuk meninggalkan istana ini"
Raden Kuda Rupakapun kemudian mendekatinya, sambil menepuk bahu Sangkan ia berkata "Belajarlah menjadi seorang laki-laki"
Sangkan memandang Kuda Rupaka dengan heran, namun yang dilihatnya hanyalah senyum yang bermain dibibir anak muda yang perkasa itu.
"Marilah kita tinggalkan saja anak itu diajeng" berkata Kuda Rupaka kemudian "Biarlah ia mendapat kesempatan untuk merenungi dirinya sendiri"
Namun tanpa diduga sama sekali oleh Sangkan, Inten Prawestipun menepuk bahunya pula sambil berkata
"Jangan takut, disini ada kakangmas Kuda Rupaka"
Sangkan mengangguk-angguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Dan jagalah adikmu baik-baik" pesan Inten kemudian sambil melangkah meninggalkan bilik itu diikuti oleh Kuda Rupaka.
Sepeninggal Kuda Rupaka dan Inten Prawesti, Pinten mendekati kakanya sambil berbisik "Bukankah itu maumu?"
"Apa?"
"Puteri melarangmu pergi sambil menepuk bahumu?"
"Ah, kau aneh Pinten, apakah aku memang harus pergi?"
Pinten tiba-tiba saja tersenyum, tetapi iapun kemudian berkata "Sudahlah, simpanlah barang-barang yang tidak perlu kau kemasi lagi itu, simpanlah baik-baik"
Sangkan mengerutkan keningnya, sejanak ia memandang ke pintu yang masih terbuka, katanya
"Raden Kuda Rupaka dan puteri sudah mengetahui, bahwa bungkusan kecil itu adalah kekayaanku"
"Ya" "Mudah-mudahan puteri tidak ingin tahu lebih banyak kagi tentang bungkusan kecil ini"
"Letakkan saja disudut pembaringanmu, tidak akan ada orang yang tertarik pada kekayaanmu itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, wajahnya berkerut ketika ia melihat Nyi Upih berdiri dimuka pintu.
"Ah" desis Sangkan "Aku akan menyimpan bungkusan ini biyung"
"Barang-barangmu?"
"Ya" "Letakkan saja di pembaringanmu" jawab Nyi Upih acuh tak acuh "Apakah Raden Kuda Rupaka dan puteri baru saja dari bilik ini?"
Sangkan dan Pinten mengangguk berbarengan.
"Apakah yang dikatakannya?"
"Tidak apa-apa" jawab Sangkan.
"Puteri dan Raden Kuda Rupaka mencegah kakang"
Nyi Upih mengerutkan keningnya.
"Kakang Sangkan akan minggat, tetapi puteri melarangnya, sambil menepuk bahunya puteri berkata kepada kakang supaya kakang jangan takut, karena di istana masih ada Raden Kuda Rupaka.
"He,,!, kau mengigau" desis Sangkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Pinten tertawa, katanya "Itulah yang dikehendakinya, tetapi kakang tentu tidak akan mengaku"
"Jadi kau akan pergi?"
"Tentu tidak jadi" sahut Pinten puteri sendirilah yang mencegahnya, dan kakang tentu menurut perintahnya"
"Kau, kau ini kenapa sebenarnya Pinten?" bertanya Sangkan "Kau seperti orang yang benar-benar sedang mengigau?"
Nyi Upih memandang Sangkan sejenak, namun kemudian iapun tersenyum sambil berkata "Jangan pura-pura minggat"
"Aku benar-benar akan minggat biyung, aku ketakutan disini, tetapi Pintenlah yang sengaja menyampaikannya kepada puteri, tentu puteri akan mencegahnya, apakah benar-benar seperti yang dikehendaki atau sekedar berpura-pura, tetapi aku kira puteri benar-benar mencegah aku pergi, karena tenagaku disini dapat dipergunakan. Siapakah yang yang akan menimba air, siapa yang akan memperbaiki atap rumah yang rusak, siapa yang menegakkan tiang tegol halaman"
Pinten tertawa, katanya "Ceritamu lucu sekali"
"Sudahlah" potong Nyi Upih, lalu "Sekarang, kerjakan kerjamu di halaman belakang, Sangkan mengambil air,
dan Pinten membereskan pakiwan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Keduanya terdiam, dengan segan Sangkan melangkah
keluar biliknya, diikuti oleh Pinten menuju ke halaman
belakang, Sangkan membawa upih yang akan
dipasangnya pada senggot timba perigi, sedang Pinten
membawa sapu lidi dan kelenting untuk mengambil air ke
dapur. "Mereka berdua berada di sudut istana itu cukup lama
mengamat-amati pohon Soka putihmu" berkata Pinten
kemudian "Tentu puteri senang sekali, tetapi senang
kepada pohon yang kau tanam itu"
"Apakah yang mereka bicarakan", Kembang Soka
putih. atau yang menanamnya?"
"Ah, kau memang mulai mabuk, tentu pohon soka
putih itu"
"Apa?"
"Aku tidak berhasil mendekati, tetapi mereka
berbicara tentang pusaka, agaknya tentang keris"
Sangkan mengangguk-angguk, tetapi iapun kemudian
berkata "Apa peduliku tentang keris, agaknya keris itulah
yang telah menarik perhatian banyak orang, termasuk
dua orang yang telah terbunuh di halaman istana ini.
Tetapi yang penting bagiku adalah senggot timba itu
tidak patah, dan bagimu sapu lidi itu tidak rusak dan
kelentingmu tidak pecah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten tersenyum, katanya "Kenapa tiba-tiba saja kau bersungut-sungut seperti itu kakang" "
Sangkan tidak menjawab, iapun kemudian
mempercepat langkahnya, namun ia masih juga bergumam kepada diri sendiri "Aku harus mencari Upih baru, upih ini sudah mulai sobek"
Tetapi tiba-tiba saja langkah Pinten terhenti, dipanggilnya kakaknya yang berjalan di depan "Kakang, kakang"
Sangkan berhenti sejenak, ketika ia berpaling, ia melihat adiknya berhenti sambil berkata dengan nada yang dibuat-buat "Kakang, aku takut"
Sangkan tidak menghiraukannya lagi, iapun berjalan semakin cepat ke perigi, semenara Pintenpun kemudian berlari-lari kecil menyusulnya.
Sementara itu, Inten Prawesti telah masuk ke ruang dalam, ia memang ingin menyampaikan pertanyaan-pertanyaan Raden Kuda Rupaka kepada ibunya. Tetapi ia memang ingin berhati-hati seperti yang dipesankan oleh Kuda Rupaka, agar ibunya tidak menjadi gelisah. Apalagi jika ibundanya meyakini bahwa kehadiran orang-orang di sekitar istana itu tentu bukannya tanpa maksud.
Intenpun kemudian mendekati ibundanya perlahan-lahan, ia berhenti beberapa langkah sambil memandangi ibundanya yang sedang melipat pakaiannya yang baru saja diambilnya dari jemuran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sambil mengangkat wajahnya, ibundanya kemudian memanggilnya untuk mendekat.
"Dari mana kau Inten?"
"Kami, maksudku aku dan kakangmas Kuda Rupaka, berjalan-jalan di halaman samping dan kebun belakang, ibunda"
Ibundanya mengangguk-angguk, tetapi ia tidak bertanya lagi.
Inten duduk disisi ibundanya yang masih sibuk melipat pakaian yang baru diambil dari jemuran tadi Mula-mula iapun menjadi ragu-ragu, tetapi akhirnya Intenpun bertanya kepada ibundanya "Ibunda, apakah ibunda masih ingat, bahwa ayahanda pernah membawa sebilah keris dari Majapahit?"
Ibundanya mengerutkan keningnya.
"Atau barangkali justru dua", seingatku, yang satu diselipkan di lambung, yang lain dianggar di bawah ikat pinggang tergantung disisi"
Ibundanya terkejut mendengar pertanyaan itu, namun diusahakannya untuk melenyapkan semua kesan yang terpancar di wajahnya, katanya kemudian "Memang ayahanda membawa keris dari Majapahit, itu adalah satu-satunya senjatanya, bukan dua"
Inten mencoba mengingat-ingat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi akhirnya ia mengangguk-angguk, katanya "Ya,
hanya satu, aku memang pernah melihat ayahanda
membawa dua bilah keris. Tetapi ketika ayahanda
sampai ke padukuhan ini, ayahanda hanya membawa
sebilah saja"
"Inten" desis ibunya kemudian "Kenapa tiba-tiba saja
kau bertanya tentang keris?"
"Tidak apa-apa ibunda, sebenarnya kakangmas Kuda
Rupakalah yang menanyakannya, Kakangmas melihat
peristiwa yang telah terjadi di istana ini pada saat
beberapa orang mencoba untuk bertemu dengan ibunda,
tetapi yang kemudian terbunuh oleh kamas Kuda
Rupaka" "Apakah hal itu ada hubungannya dengan keris yang
dibawa oleh ayahandamu?"
"Tidak begitu jelas, tetapi kakangmas Kuda Rupaka
mengatakan, mungkin pusaka itu adalah pusaka yang
penting artinya bagi Demak, mungkin orang-orang yang
berdatangan itu menginginkan pusaka itu, sehingga
mungkin akan dapat mempengaruhi pemerintahan
Demak yang sekarang"
Ibundanya mengerutkan keningnya.
"Tetapi ibunda" berkat Inten sambil beringsut
mendekat "Ibu tidak usah gelisah, jika ibunda ingat keris
yang dibawa oleh ayahanda itu, dan ibunda mengetahui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dimanakah keris itu sekarang, sebaiknya keris itu
diserahkan saja kepada pimpinan pemerintahan di
Demak, agar tidak menimbulkan persoalan-persoalan
baru di istana ini"
Sejenak ibundanya termangu-mangu, dipandanginya
wajah puterinya beberapa lama, namun kemudian, ia
menggelengkan kepalanya dan berkata "Inten, aku tidak
mengerti, dimanakah keris itu, sekarang mungkin keris
itu dibawa oleh ayahandamu. Mungkin disimpan di
tempat yang tidak aku ketahui atau mungkin telah
diserahkan kepada pamanmu Pangeran Cemara Kuning.
Ayahandamu tidak pernah mengatakan apapun juga,
tentang keris itu. Dan aku kira, keris ayahandamu adalah
keris yang tidak berhraga sama sekali bagi Demak.
Mungkin keris itu merupakan yang paling dihormati oleh
ayahandamu, karena ternyata keris itulah yang
dibawanya sejak dari Majapahit, tetapi aku kira, bagi
Demak yang sudah penuh dengan segalla keris pusaka,
juga yang dapat diboyongnya dari Majapahit, setelah
Demak berhasil membebaskan Kota Raja yang hancur itu
dari tangan musuh, agaknya sudah cukup banyak keris
berharga. Dengan demikian, apakah artinya pusaka kecil
yang sebuah itu?"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Inten mengangguk-angguk, katanya "Agaknya
memang demikian ibunda, tetapi kangmas Kuda Rupaka
ingin mengetahuinya. Tentu ia sudah menghubunghubungkan dengan kehadiran beberapa orang di sekitar
istana ini, bahkan beberapa orang telah berani memasuki
halaman dan memaksa untuk berbicara dengan ibunda"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ibunda Inten itu termenung sejenak, kemudian jawabnya "Mungkin juga Inten, tetapi mungkin juga mereka menyangka bahwa kita masih mempunyai harta benda yang berharga, yang kita bawa dari Majapahit"
"Mungkin juga ibunda, tetapi sikap hati-hati kamas Kuda Rupaka mungkin beralasan"
Ibundanya termangu-mangu sejenak, namun
kemudian katanya "Tetapi bagaimanakah caranya untuk memberitahukan kepada orang-orang yang menaruh perhatian terhadap kemungkinan adanya keris itu disini, bahwa sebenarnya tidak ada apa-apa di dalam istana kecil ini"
"Aku akan mengatakan kepada kamas Kuda Rupaka, mudah-mudahan ia mempunyai cara yang mungkin dapat membersihkan nama rumah ini"
Ibundanya mengangguk-angguk, katanya "Cobalah berbicara dengan kamasmu, kita kini menggantungkan diri kepadanya, tanpa dia, kita tentu sudah mengalami banyak bencana. Dua orang yang terbunuh di halaman ini, dan juga suara seruling yang membuatmu kehilangan kesadaran"
Bulu tengkuk Inten Prawesti meremang, ia tidak dapat membayangkan akibat yang dapat terjadi, jika saat itu Kuda Rupaka tidak ada di istana ini, dan tanpa dapat dicegah ia jatuh ke tangan Kidang Alit.
Sejenak kemudian, maka Intenpun meninggalkan ibunya untuk bertemu lagi dengan Kuda Rupaka, ia akan menyampaikan semua keterangan ibunya tentang keris
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang pernah dibawa oleh ayahandanya. Keris itu adalah
keris yang tidak cukup bernilai bagi Demak, dan
ibundanya tidak tahu dimanakah keris itu sekarang.
Kuda Rupaka mengangguk-angguk kecil, tetapi di
wajahnya terbayang pertanyaan yang belum terjawab.
Meskipun demikian ia berkata "Sudahlah diajeng,
mungkin dalam kesempatan lain aku dapat menghadapi
bibi. Selama ini aku harap bibi sempat mengingat-ingat
tentang keris itu. Sementara itu aku akan berusaha
menyebarkan keterangan, bahwa sebenarnya di dalam
istana ini tidak ada apapun yang pantas mendapat
perhatian, pusaka tidak, apalagi harta benda"
"Terima kasih kamas, mudah-mudahan kamas
berhasil, sehingga mereka tidak menimbulkan
kegelisahan kami, penghuni rumah terpencil ini"
"Aku akan berusaha diajeng, tetapi akupun berharap,
bahwa apabila bibi dapat mengingat kembali keris
pusaka pamanda Kuda Narpada, aku adalah orang yang
pertama-tama ingin mengetahuinya, justru untuk
kepentingan bibi dan kau. Bahkan mungkin kelak
ternyata aku masih akan dapat menemukan pamanda
Kuda Narpada di suatu tempat dalam keadaan apapun"
"Ah" "Mungkin hanya satu kemungkinan"
Inten menundukkan kepalanya, namun satu
kerinduan telah melonjak di hatinya, meskipun seakanakan bayangan ayahandanya hanya sekedar dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dilihatnya dalam mimpi, namun selama masih belum ada
kepastian bahwa ayahandanya telah meninggal, maka ia
masih dapat mengharapkannya.
"Apakah kakangmas dapat pergi ke Demak, bertemu
dengan pamanda Cemara Kuning atau pamanda Sendang
Prapat untuk menanyakan dimanakah ayahanda
sekarang, atau yang paling akhir berpisah?" tiba-tiba
gadis itu bertanya dengan suara yang tersendat-sendat.
Kuda Rupaka mengangguk-angguk, katanya "Pada
suatu saat aku akan mencari pamanda Cemara Kuning
atau pamanda Sendang Prapat, keduanya tentu
mengetahui serba sedikit tentang pamanda Kuda
Narpada, karena pamanda Kuda Narpada telah pergi
bersama mereka berdua disaat terakhir"
Inten makin menundukkan kepalanya, perlahan-lahan
ia berkata "Sudahlah kangmas, ceritera tentang
ayahanda membuat hatiku menjadi pedih"
"Aku hanya ingin menyatakan perasaanku diajeng,
tetapi baiklah. Kita akan berbicara tentang masalahmasalah lain, meskipun demikian, sekali-sekali usahakan
untuk bertanya sekali lagi, barangkali bibi teringat
sesuatu yang ada hubungannya dengan keris itu"
Sejak saat itu, tiba-tiba saja Inten selalu dibayangi
oleh kerinduannya kepada ayahandanya, berbagai usaha
telah dilakukannya, agar ia dapat melupakannya saja.
Karena baginya, melupakannya adalah cara yang sebaikbaiknya untuk memelihara ketenangan perasaannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi ternyata bahwa, setiap kali bayangan itu telah
muncul kembali, bahkan kadang-kadang menjadi jelas.
"Puteri" bertanya Pinten ketika ia melihat Inten duduk
sendiri di tangga pendapa "Kenapa nampaknya puteri
termenung saja akhir-akhir ini?"
Inten menarik nafas dalam-dalam, katanya "Tidak
apa-apa Pinten"
"Barangkali puteri dapat membagi kegelisahan hati,
meskipun barangkali aku tidak dapat berbuat apa-apa,
namun jika puteri dapat menyatakannya kepada orang
lain, maka hal itu tentu akan mengurangi beban dihati
puteri" "Ah, kenapa kau tiba-tiba telah berubah menjadi
orang yang bijaksana Pinten, siapakah yang
mengajarimu?"
"O?" Pinten mengingat-ingat, tiba-tiba ia tersenyum
sambil menunduk, "Puteri pernah mengatakannya
kepadaku" Intenpun tertawa kecil, Pinten memang dapat
memberikan selingan di dalam saat-saat yang kadangkadang terasa mencengkeram perasaannya.
"Meskipun demikian puteri, mungkin puteri justru
telah terlupa, bukankah dengan demikian puteri teringat
kembali kepada kebijaksanaan, eh maksudku
kebijaksanaan puteri itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten masih saja tersenyum, sambil menepuk bahu
Pinten ia berkata "Terima kasih Pinten, ternyata
ingatanmu cukup baik. Aku akan membagi perasaan
dengan kau, tetapi pada saatnya nanti"
"O"., dan sekarang saat itu belum tiba"
Inten menarik nafas dalam-dalam, lalu katanya,
"Baiklah Pinten, rasa-rasanya memang senang bergurau
denganmu dalam keadaan apapun juga"
Pinten tidak menyahut, ia berharap Inten Prawesti
mengatakan beban yang memberati hatinya.
"Pinten" berkata Inten Prawesti kemudian
"Sebenarnyalah, bahwa tiba-tiba saja aku telah
dicengkam oleh kerinduan kepada ayahanda"
"O"." Pinten mengerutkan dahinya "Tetapi itu
sewajarnya puteri, sekali-sekali kita seolah-olah
terlempar pada kerinduan yang tidak tertahankan kepada
masa lampau. Tetapi puteri, bukankah kita menyadari,
bahwa masa lampau itu tidak akan kembali". Aku masih
sering membayangkan, suatu saat aku bermain-main di
bawah sebatang pohon beringin yang subur, dayangdayang yang duduk di pinggir halaman dengan girang
bermain diantara mereka. Dakon, gating dan sumbar
suru. Ooo, menyenangkan sekali, kupu-kupu yang
berterbangan seolah-olah merupakan perhiasan hidup
yang mewarnai udara yang silir oleh hembusan angin
lembut. Rasa-rasanya apa yang diinginkan terjadi di
masa-masa yang hanya dapapt dikenang itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten mendengarkan dengan seksama, dan tiba-tiba
saja ia bertanya "Dimanakah kau tinggal dimasa kanakkanakmu, Pinten", kau menyebut sebatang pohon
beringin dan dayang-dayang yang bermain?"
"O?" Pinten tergagap, namun kemudian "Bukankah
aku tinggal bersama biyung di istana Pangeran Kuda
Narpada?" "Aku teringat sebatang pohon beringin di halaman,
dayang-dayang yang bermain diantara mereka, tetapi
aku tidak ingat lagi, bahwa di masa-masa kanak-kanak
aku pernah mengenalmu"
Pinten termangu-mangu, lalu "Ketika puteri menjdi
semakin besar, aku sudah tidak tinggal lagi bersama
biyung, aku telah dibawa oleh ayah kembali ke
padukuhan"
Inten menjadi semakin heran, lalu "Siapakah kira-kira
yang lebih tua diantara kita" Kau atau aku?"
Pinten tidak segera menjawab, nampaknya ia menjadi
bingung, tetapi kemudian katanya "Kita tidak tahu harihari lahir kita masing-masing, apalagi aku. Mungkin saja
puteri lebih tua, tetapi mungkin akulah yang lebih tua.
Yang kedua itulah barangkali yang benar, tetapi agaknya
aku memang awet muda, sehingga aku masih tetap
kelihatan lebih muda dari puteri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ah" Inten Prawesti tertawa kecil, katanya "Mungkin, tetapi apakah ingatan kita sama", katakan, ada berapa batang pohon beringin yang tumbuh di halaman?"
Pinten mengingat-ingat sejenak, lalu "Sebatang di tengah halaman, dan enam di seputarnya"
"O, banyak sekali"
"Ada tiga ekor bekisar di dalam sangkar masing-masing, seekor burung nuri putih, seekor harimau yang dukurung dalam sangkar besi, seekor orang utan sebesar aku sekarang ini"
"He"!!" Inten menjadi heran "Kau bermimpi, aku tidak pernah mengingat semuanya itu lagi, menurut ingatanku, istana ayahanda tidak mempunyai tujuh batang pohon beringin, tetapi ada dua batang disebelah menyebelah halaman. Tidak ada sangkar bekisar. Yang ada hanyalah beberapa sangkar burung jenis nuri dan burung berkicau. Ayahanda memang mempunyai sepasang ayam alas, tetapi bukan bekisar. Dan di halaman, menurut ingatanku, sama sekali tidak ada seekor harimau dan orang utan"
"O"." Pinten mengerutkan keningnya sekali lagi.
"Pinten, apakah kau berhayal?"
"Mungkin puteri, mungkin aku berhayal" Pinten mengingat-ingat "Tetapi tidak, aku tidak berhayal"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Pinten, di halaman rumahku tidak ada binatang seperti yang kau katakan, tetapi aku memang masih teringat, disalah satu istana di Majapahit terdapat halaman yang dihiasi dengan sangkar binatang hutan, harimau dan barangkali juga seekor orang utan" tiba-tiba Inten mengingat sesuatu "Ya, aku ingat, sebatang pohon beringin di tengah-tengah dan enam diseputarnya. He..!
kau salah ingat Pinten, istana itu bukan istana ayahanda Kuda Narpada. Tetapi istana itu adalah istana pamanda Sargola Manik yang bergelar Adipati Alap-alap. Pahlawan yang tidak ada duanya, yang gugur menjelang pertempuran besar yang menghancurkan Kota Raja"
"Ooo?" tiba-tiba Pinten menundukkan kepalanya.
"Kau mengenal pamanda Sargola Manik yang bergelar Adipati Alap-alap?"
"Tidak, tidak puteri"
"Tetapi kau menyebutkan istananya, halamannya dan binatang peliharaannya dengan tepat"
Akhirnya Pinten tertawa, katanya "Biyung sering bercerita tentang istana-istana yang terdapat di Majapahit, tetapi kadang-kadang tidak jelas, sehingga aku kurang mengerti. Aku hanya membayangkan betapa senangnya tinggal di istana-istana serupa itu"
Inten menjadi heran mendengar kata-kata Pinten yang membingungkan. Namun Pinten telah berkata seterusnya "Apakah kata-kataku membingungkan puteri"
Aku sendiri menjadi bingung puteri, dikarenakan aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak tinggal lama bersama biyung di istana Pangeran
Kuda Narpada. Aku adalah anak padesan yang hanya
dapat mendengar ceritera dan kemudian beranganangan" ia berhenti sejenak, lalu "Sudahlah kita tidak usah
berangan-angan lebih panjang lagi tentang masa lampau
yang telah kita tinggalkan itu. Marilah kita sekarang
menatap masa kini, masa yang jauh berbeda dengan
masa-masa yang penuh kenangan itu"
Inten menepuk bahu Pinten sambil berkata "Pinten,
ternyata kau tidak hanya menirukan aku tentang
membagi perasaan. Kau ternyata benar-benar bijaksana,
kau dapat menasehatiku untuk melepaskan diri dari masa
cengkaman kerinduan kepada masa lampau yang tidak
akan kembali lagi"
Pinten terdian sejenak, namun iapun kemudian
tersenyum sambil berkata "Puteri, sebenarnyalah aku
baru saja terlempar kedalam keadaan yang serupa.
Tetapi biyung datang kepapdaku dan memberikan
beberapa petunjuk, apa yang aku ingat dari petunjukpetunjuk biyung itu, sudah aku katakan kepada puteri"
"Ah, kau" Intenpun tertawa "Jika demikian, maka
nasehat itu, sebagian tentu kau tujukan kepada dirimu
sendiri untuk meyakinkan apakah kau dapat mengerti
nasehat ibumu itu"
Pintenpun tertawa juga.
"Sudahlah puteri, marilah aku persilahkan puteri
masuk ke dalam, ingat puteri, angin di musim ini sangat
berbahaya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Musim apa Pinten?"
"Dimusim kita masing-masing dicengkam oleh angan-angan, bukankah kita gadis yang meningkat dewasa?"
"Ah" Inten mendorong Pinten sehingga gadis itu terhenyak duduk. Tetapi sambil tersenyum-senyum Inten berkata "Kau ini selalu aneh"
Pinten masih tertawa, katanya "Bukankah begitu puteri", jika seruling itu terdengar lagi, maka akibatnya akan parah bagi puteri"
Tiba-tiba saja terasa tengkuk Inten meremang, katanya "Baiklah, tetapi bukankah kamas Kuda Rupaka ada?"
"Ah, apakah puteri tidak mengetahui, bahwa tadi Raden Kuda Rupaka mohon diri kepada ibunda untuk pergi ke padukuhan sebentar ketika puteri sedang mandi", bukankah kandang kuda itu sudah kosong?"
"Bersama Paman Panji Sura Wilaga?"
"Ya, tetapi hanya sebentar, seperti biasanya, mereka memerlukan kebutuhan hidup sehari-hari. Nanti sebentar mereka akan pulang, dan orang-orang Karangmaja itu akan mengirimkan apa yang diperlukan oleh Raden Kuda Rupaka"
"Kakangmas Kuda Rupaka bekal yang cukup, agaknya ia tidak menghitung-hitung lagi, berapa ia membayar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kepada Ki Buyut untuk membeli kebutuhan kita
semuanya" Pinten mengangguk-angguk, katanya "Tentu Raden
Kuda Rupaka mempunyai bekal yang banyak sekali"
Intenpun kemudian membenahi pakaiannya, agaknya
benar kata Pinten, bahwa sebaiknya mereka berada di
dalam saja. Tetapi ketika mereka baru saja berdiri, terdengar
suara yang melangut di depan regol halaman, suara
tembang yang tiba-tiba saja mereka dengar.
Pinten mengerutkan keningnya, ketika ia berpaling,
dilihatnya dua orang yang berjongkok di depan regol
halaman itu, salah seorang dari keduanya telah
mengidungkan tembang yang mengiba-iba.
Inten Prawesti tertegun pula, dengan penuh
kebimbangan ia memperhatikan kedua orang yang
berjongkok de depan regol istana itu.
"Tentu bukan Kidang Alit" bisiknya.
Pinten tiba-tiba saja telah berdiri tegak ditangga
pendapa, dengan tajam dipandangnya kedua orang itu,
namun kemudian ia berkata "Puteri, tembangnya mohon
belas kasihan, tetapi aku tidak tahu, apakah tembangnya
mengandung bisa seperti tembang Kidang Alit, jika kedua
orang itu kawannya, maka mereka tentu dapat
melakukannya juga, padahal saat ini Raden Kuda Rupaka
tidak berada disini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku kira, mereka adalah pengembara yang
memerlukan belas kasihan" bisik Inten.
"Mungkin puteri, tetapi biarlah kakang Sangkan
sajalah yang menjumpai mereka, memberikan dua
bungkus nasi atau keperluan yang lain"
Inten mengangguk-angguk, suara tembang itu masih
menggetarkan halaman, meskipun semakin lama menjadi
semakin lambat, dan hilang diujung bait.
Namun sejenak kemudian tiba-tiba suara orang itu
melonjak naik. Dari kidung yang ngelangut tembangnya
berubah menjadi garang, seolah-olah suara gendering
perang di medan perang, memanggil setiap prajurit
untuk bangkit dengan senjata di tangan.
"Puteri" bisik Pinten, "Biarlah kakang Sangkan segera


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menemuinya dan memberikan apa yang diperlukannya"
"Alangkah garangnya" bisik Inten.
"Marilah, aku akan memanggil kakang Sangkan"
Tetapi keduanya tidak perlu beranjak dari tempatnya.
Dilihatnya Sangkan telah berada di halaman, disisi
pendapa itu dengan sapu lidi ditangan.
"Bukan main" bisiknya "Tembang itu sangat merdu,
aku senang sekali mendengar tembang yang garang
seperti itu, bukan yang melangut dan beriba-iba"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ah kau" sahut Pinten "Ambillah dua bungkus nasi, berikan kepada mereka, agar mereka cepat pergi"
"Kenapa", aku senang mendengarnya, aku akan mengambil dua bungkus nasi, tetapi mereka harus berdendang tiga atau empat lagu lagi, jika mereka tidak mau, akupun tidak akan memberikan nasi itu"
"Cepatlah, mintalah nasi kepada biyung"
Tetapi Sangkan berdiri sambil tersenyum-senyum, bahkan kemudian ia mulai menirukan suara tembang itu"
"Kakang..!!" Pinten agak berteriak.
Namun pada saat itu, mereka mendengar pintu pringgitan berderit, ketika mereka berpaling, mereka melihat Raden Ayu Kuda Narpada berdiri di muka pintu pringgitan itu.
"Ibunda" panggil Pinten sambil berlari mendekatinya.
"Aku mendengar suara tembang itu" kata ibundanya.
"Dua orang yang agaknya memerlukan sesuatu ibunda, itulah mereka berjongkok di depan regol"
Raden Ayu termangu-mangu sejenak, dipandanginya kedua orang yang berjongkok di depan pintu regol, tetapi jaraknya tidak terlampau dekat, sehingga karena itu, Raden Ayu tidak begitu dapat melihat wajah mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Suruhlah mereka masuk" berkata Raden Ayu Kuda Narpada.
Inten termangu-mangu, sementara Pinten yang berdiri di tangga pendapapun kemudian naik pula sambil berjongkok "Ampun gusti, biarlah kakang Sangkan memberikan dua bungkus nasi kepada mereka"
"Aku akan bertanya kepada mereka, Pinten suruhlah kakakmu membuka regol dan membawa mereka masuk"
"Tetapi ibunda" kata Inten "Saat-saat seperti ini agaknya sangat meragukan, apalagi kakangmas Kuda Rupaka sedang tidak ada"
"Kakangmasmu baru pergi sebentar Inten, hanya sebentar ia akan pulang"
"Tetapi sementara itu?" sahut Inten.
"Suara tembangnya sangat menarik perhatianku, bawalah mereka masuk, mereka tidak akan berbuat apa-apa"
Tetapi Inten masih ragu-ragu, mungkin orang-orang yang berniat kurang baik atas isi istana ini mempergunakan cara lain. Bukan ilmu gendam yang dapat mengaburkan pikiran gadis-gadis, tetapi mereka mempergunakan ilmu yang lainm yang dapat merubah skap seseorang tanpa disadarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun dalam pada itu, Sangkan menyahut dari halaman "Ampun Gusti, aku akan membuka regol itu.
Suara tembang itu memang sangat menyenangkan"
"Kakang" berkata Pinten "Apakah kakang tidak minta saja dua bungkus nasi kepada biyung?"
Tetapi yang menjawab adalah Raden Ayu "Tidak Pinten, orang itu tentu tidak hanya sekedar minta sebungkus nasi"
Belum lagi Pinten menjawab, terdengar suara Nyi Upih dari pintu pringgitan "Ya, gusti puteri, mereka tentu tidak sekedar minta sebungkus nasi"
"Biyung" desis Pinten.
"Suara tembang itu sangat menarik hati, menurut pendapatku, seperti pendapat gusti, biarlah mereka masuk"
Pinten tidak menyahut lagi, dengan wajah yang tegang seperti Inten Prawesti mereka memandang Sangkan yang berlari-lari ke regol halaman dam membuka selaraknya.
"He, masuklah" berkata Sangkan kepada dua orang yang berjongkok di depan pintu.
"Apakah kami berdua sudah diperkenankan?"
bertanya yang muda.
"Masuklah, Gusti memanggil kalian"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua orang itu masih termangu-mangu,
dipandanginya Sangkan dengan keraguan.
"Kami mohon belas kasihan" kata yang tua.
Tetapi Sangkan tertawa, katanya "Baiklah, kami
mempunyai cukup belas kasihan, masuklah, kalian harus
menghadap gusti puteri"
"Siapakah gusti itu?"
"Raden Ayu Kuda Narpada" Sangkan masih saja
tersenyum, lalu "Cepat, masuklah, regol ini akan segera
aku tutup, sebentar lagi Raden Ayu Kuda Narpada akan
datang, apakah kalain melihat Raden Kuda Rupaka"
Mungkin kalian bertemu dengan Raden Panji Sura Wilaga
di Karangmaja apabila kalian baru datang dari
padukuhan itu"
Bab 19 Kedua orang itu termangu-mangu, namun kemudian
segera bangkit berdiri dan berjalan perlahan-lahan
memasuki halaman istana itu, sementara Sangkan segera
menutup regol itu kembali.
"Apakah ibunda akan menyuruh keduanya
menghadap?"
"Aku perlu berbicara dengan mereka berdua"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mereka memerlukan belas kasihan ibunda, tetapi dalam keadaan sekarang ini, kita perlu berhati-hati"
"Aku akan berhati-hati" ibundanya termenung sejenak, lalu "Sudahlah Inten, bawalah Pinten ke belakang, biarlah Nyi Upih mengawani aku disini"
Inten dan Pinten masih termangu-mangu, sementara Sangkan telah mendahului menghilang di sudut pendapa.
Namun sejenak kemudian, Inten dan Pintenpun bergeser dari tempatnya, Inten langsung masuk ke ruang dalam, sedangkan Pinten beringsut turun ke halaman.
Dengan tergesa-gesa Pinten kemudian menyusul kakaknya, tetapi langkahnya tertegun ketika ia melihat Sangkan masih berdiri disebelah sudut pendapa, dibelakang sebatang pohon ceplok piring yang rimbun.
"Kenapa kau berbuat itu kakang?" bertanya Pinten
"Mungkin mereka adalah kawan-kawan Kidang Alit, mereka mungkin sekali mempunyai ilmu yang dapat mempengaruhi pikiran orang lain"
"Apakah pikiranmu sudah dipengaruhi", lihatlah seorang dari mereka adalah anak yang masih muda"
"Tetapi ia adalah seorang peminta-minta"
Sangkan tertawa, iapun kemudian berkata "Kau aneh Pinten, jika kau yakin ia peminta-minta, kau tidak usah cemas meskipun ia naik ke pendapa. Kecurigaanmu mengatakan kepadaku, bahwa kau menganggap anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
muda yang tampan dalam ujud seorang peminta-minta
itu, sama sekali bukannya seorang peminta-minta"
"Kau selalu begitu kakang" kata Pinten sambil
mengulurkan tangannya. Tetapi sebelum ia mencubit
tangan kakaknya, Sangkan berbisik "Ssst, jangan bikin
ribut disini"
Pinten dengan serta merta menarik tangannya
sejenak, ia termangu-mangu, namun kemudian ia
berkata "Terserahlah kepadamu, aku akan menemui
puteri ke belakang"
Sangkan tidak menjawab, dipandanginya saja langkah
Pinten yang kemudian menghilang di longkangan.
Di pendapa kedua orang pengembara itu menghadap
Raden Ayu Kuda Narpada yang dikawani oleh Nyi Upih.
Dengan penuh minat Raden Ayu mendengarkan ceritera
tentang asal usul kedua orang yang telah mendengarkan
tembang yang sangat menarik itu.
"Siapakah yang mengajari kalian melagukan kidung
itu?" "Ampun Puteri, setiap orang di padukuhan kami dapat
melagukan tembang itu"
"Tetapi kata-kata yang tersirat pada kidung itu tentu
tidak semua orang dapat mengucapkannya"
Kedua orang itu termangu-mangu sejenak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sementara itu Sangkan masih saja berada di tempatnya, tetapi ternyata ia tidak banyak mendengar percakapan itu, meskipun beberapa patah kata dapat dimengertinya, namun demikian kadang-kadang wajahnya menjadi tegang, tetapi sejenak kemudian nampak sebuah senyuman dibibirnya.
Percakapan itu tidak berlangsung lama, sejenak kemudian maka, Sangkan mendengar suara Nyi Upih mengajak kedua orang itu ke belakang.
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, katanya kepada diri sendiri "Agaknya aku mendapat kawan dua orang pengembara di dalam istana ini, apakah dengan demikian pekerjaanku akan menjadi bertambah ringan atau sebaliknya, aku harus mengawasi keduanya terus menerus, agar mereka tidak sempat mencuri sisa-sisa barang yang masih ada"
Belum lagi Sangkan berbuat sesuatu, ia sudah mendengar suara ibunya memanggil, "Sangkan, kemarilah"
Dengan tergesa-gesa Sangkan pergi menemui ibunya di belakang, dilihatnya dua orang pengembara itu masih berdiri termangu-mangu di belakang Nyi Upih.
"Sangkan" berkata ibunya "Kau mendapat dua orang kawan lagi, kasihan, mereka adalah pengembara yang kelaparan dan kehausan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan tersenyum, namun sebuah kilatan tatapan matanya telah menyambar kedua orang itu, sehingga kedua tertunduk dalam-dalam.
"Jadi" sahut Sangkan kemudian "Aku akan menjadi lurah orang-orang kesrakat disini, sudah tentu aku akan mengatur pekerjaan yang harus kalian lakukan.
Bukankah begitu" Kalian tidak akan dapat bermalas-malasan disini, dan setiap hari mendapat makan tiga kali"
namun tiba-tiba Sangkan menjadi ragu "Tetapi bagaimana dengan Raden Kuda Rupaka" Apakah ia sependapat dengan kehadiran kedua orang ini" Sampai sekarang rasa-rasanya hidup kita tergantung kepadanya"
Nyi Upih memandang anaknya dan kedua orang itu berganti-ganti, dengan ragu-ragu iapun kemudian berkata "Tentu Raden Kuda Rupaka tidak akan membiarkan keduanya mengalami penderitaan lebih lama lagi"
"Tetapi apakah bekal yang dibawanya cukup banyak untuk menghidupi kita semuanya, ditambah dengan dua orang pengembara ini.
"Sudahlah Sangkan, biarlah gusti pueri
mengatakannya nanti kepada Raden Kuda Rupaka, adalah tidak sepantasnya kau mengatakan hal itu dihadapan orang yang berkepentingan"
Sangkan tertawa, katanya "Hanya orang-orang yang berperasaan sajalah yang akan menjadi tersinggung karenanya, dan aku tidak yakin bahwa kedua orang ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mempunyai perasaan yang halus sehingga keduanya
mempertimbangkan kemungkinan serupa itu"
Sekilas Sangkan melihat bahwa yang muda diantara
kedua orang itu mengangkat wajahnya, namun kemudian
wajah itupun kemudian tertunduk lagi, sementara Nyi
Upih membentaknya "Kau terlalu sekali Sangkan, kaulah
yang tidak berperasaan"
Sangkan masih tertawa, katanya kemudian "Tetapi
suara kalian memang sangat menarik hati, tembang yang
kau lontarkan benar-benar telah memukau Gusti Raden
Ayu. Akupun tertarik pula pada tembang yang memiliki
ciri yang aneh itu. Karena tembang kalianlah maka aku
tidak sependapat dengan adikku agar kalian sekedar
mendapat dua bungkus nasi saja"
Kedua orang itu sama sekali tidak menjawab.
"Sudahlah Sangkan" berkata Nyi Upih "Jangan
sesorah, bawa kedua orang ini kedalam bilikmu"
"Ke dalam bilikku", dimanakah Pinten akan tidur",
apakah Pinten dan biyung juga akan tidur bersama
dengan kedua orang ini?"
Nyi Upih menggelengkan kepalanya, katanya "Aku
sudah mohon agar kami berdua diperkenankan tidur di
jerambah dalam disamping pintu"
Sangkan mengerutkan keningnya, lalu katanya
"Biyung akan membentangkan tikar setiap malam, dan
menggulungnya lagi di pagi hari?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, kenapa?"
Sangkan mengangguk-angguk, lalu katanya kepada
kedua orang itu "Nah, kau dengar, Biyungku terlalu baik
hati terhadap kalian, ia mengorbankan dirinya untuk
memberikan tempat kepada kalian di istana ini"
Orang yang lebih tua mengangkat wajahnya, dengan
suara yang dalam ia menyahut "Kami mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga kepada Raden"
"Hem, aku yang kau maksud?"
Orang itu ragu-ragu, sedang Sangkan kemudian
tertawa terbahak-bahak "Jangan sebut aku Raden, aku
akan menjadi pingsan nanti, panggil aku Panji, eh bukan,
Rangga juga bukan, panggil saja aku Sangkan"
Pengembara yang tua menarik nafas dalam-dalam,
tetapi ia mencoba bersikap seperti semula.
"Kau terlalu banyak bicara Sangkan" berkata Nyi Upih
"Ayo, bawa mereka ke bilikmu"
Kedua orang itu berpandangan sejenak.
"Ya, kau belum memperkenalkan namamu kepada
anakku" berkata Nyi Upih.
Yang muda memandang Sangkan sejenak, lalu
katanya "Namaku Panon"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Panon, Panon begitu saja?"
"Itu sudah cukup" Nyi Upihlah yang menyahut "Apa jawabmu jika ada orang yang bertanya kepadamu, apakah namamu hanya Sangkan saja", Apa itu sudah cukup?"
Sangkan tertawa pula, lalu iapun melangkah mendekati kedua orang itu sambil bertanya pula "Dan kau Ki Sanak?"
"Aku bernama Ki Mina, anak muda"
"O, kau tentu mempunyai hubungan dengan
beberapa jenis ikan"
"Aku memang pencari ikan disungai"
"Sudahlah" sekali lagi Nyi Upih memotong :Kau harus segera melakukan tugasmu, kau belum selesai membersihkan halaman, kau juga belum mengisi jambangan di pakiwan"
"He, bukankah aku tinggal mengaturnya saja"
"Ah, kau memang terlalu banyak bicara, cepat, bawa mereka kebilikmu"
Tetapi sebelum Sangkan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba terdengar suara Pinten dari pintu dalam, "Mau dibawa kemanakah mereka itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ke bilikku, mereka akan tidur di dalam bilikku" jawab Sangkan.
"Aku?"
"Kau juga"
"Tidak mau, aku tidak mau"
"Nyi Upihpun segera mendekati Pinten sambil berkata
"Aku sudah mengaturnya Pinten, Kau tidur bersamaku"
"O, senang sekali. Seperti masa kanak-kanak aku tidur bersama bibi, Kau tentu akan berdendang lagu yang ngelangut sebelum aku tertidur"
"Bibi siapa?"
"O, biyung, maksudku biyung"
Nyi Upih tertawa kecil, tetapi ia tidak menjawab.
Sementara itu Sangkanpun telah mengajak kedua orang pengembara itu kedalam biliknya, sambil berdiri dimuka pintu ia berkata "Nah, kau berdua dapat mempergunakan pembaringan biyung, aku akan tidur di pembaringan Pinten.
Namun tiba-tiba saja Ki Mina bertanya "Dan pembaringamu anak muda?"
"Biasanya aku tidur di kolong pembaringan Pinten"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua pengembara itu saling berpandangan sejenak, namun kemudian mereka menarik nafas panjang.
Sangkan memperhatikan tingkah laku mereka dengan heran, bahkan kemudian ia bertanya "Ada yang kurang sesuai dengan kehendak kalian?"
"O, tidak, tidak anak muda, semuanya sudah terlampau cukup, aku sangat berterima kasih atas semuanya ini, atas kemurahan yang dilimpahkan oleh Raden Ayu" Sahut Ki Mina.
"Nah, kemasilah barang-barangmu, aku akan pergi ke pakiwan"
"O, biarlah aku saja" berkata Panon "Biarlah aku saja yang menimba air"
Sangkan tertawa, katanya "Nanti sajalah, sekarang kalian boleh beristirahat, kalian memang harus bekerja disini, itu memang lebih baik. Kalian tidak pantas menjadi pengemis yang malas dan sekedar menanti belas kasihan orang, badanmu cukup baik. Masih belum terlalu tua dan pikun, bahkan Panon masih terlalu muda. Semuda aku barangkali, benar-benar tidak pantas memilih pekerjaan sebagai pengemis."
Panon menjadi gelisah, rasa-rsanya ia ingin menjawab pemalas yang hanya dapat menanti belas kasihan orang tidak dan sanggup bekerja apa saja.
Tetapi keadaannya tidak memungkinkan untuk menjawab kata Sangkan itu, karena itulah, maka rasaTiraikasih Website http://kangzusi.com
rasanya dadanya membengkak oleh sebuah tekanan
perasaan yang sangat berat baginya.
Sangkanpun kemudian melangkah pergi, dimuka pintu
ia berpaling sambil berkata "Suara tembangmulah yang
menyeret aku kemari, akupun jadi tertarik"
Panon menjadi termangu-mangu
"Nanti malam, aku ingin belajar melagukan tembang
itu, kau tentu mau mengajariku bukan?"
Panon masih termangu-mangu, namun Ki Manalah
yang menjawab "Tentu anak muda, Panon akan
mengajarimu melagukan kidung yang menarik itu, bukan
saja tembang-tembang yang sudah dilagukannya, tetapi
tembang yang lainpun Panon dapat menendangkannya
dengan baik"
"Tidak" sahut Sangkan "Tembang itu saja"
Ki Mina tidak sempat menjawab, karena Sangkanpun
kemudian meninggalkan mereka di dalam biliknya.
Sepeninggal Sangkan, Ki Mina terduduk di atas
pembaringan, sementara Panon terdengar mengeluh
pendek. "Sunggguh berat tugas ini Paman" berkata Panon
Suka "Agaknya bukan hanya cobaan-cobaan dan
hambatan-hambatan jasmaniah saja, tetapi perasaanpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
harus tahan mengalami caci maki yang tidak ada ujung
pangkalnya itu"
Ki Mina tersenyum, jawabnya "Semua ini adalah ujian
bagimu, dan kau harus dapat mengatasinya dengan
sebaik-baiknya, jangan kau perturutkan perasaanmu,
apalagi dalam usia muda, jika kau cepat tersinggung,
maka tugasmu akan terganggu dan bahkan akan gagal"
Ki Mina terdiam sejenak, lalu "Apapun yang dikatakan
oleh Sangkan, adalah sebagian kecil saja dari ujian
perasaan yang akan kau alami, jika nanti Raden Kuda
Rupaka itu datang , maka kau akan mengalami ujian
yang barangkali lebih berat. Tetapi jangan lupa, kau
adalah seorang pengembara, jangan sakit hati jika kau
disebut pengemis, pemalas dan lan-lain"
Panon mengangguk-angguk, ia menyadari ujian yang
bakal dialami di istana kecil itu, karena itulah maka iapun
kemudian mempersiapkan dirinya untuk menghadapi
setiap kemingkinan. Yang lahir tetapi juga yang batin.
Tiba-tiba terdengar derap dua ekor kuda memasuki
longkangan samping langsung menuju ke kandang.
"Bangsawan muda yang bernama Kuda Rupaka itu
telah datang bersama Panji Sura Wilaga" kata Ki Mina.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panon mengangguk-angguk.
"Kita harus bermain lebih baik, aku harus menjadi
menjadi orang yang lebih tua, dan jangan sekali-kali
menunjukkan sikap yang dapat menimbulkan kecurigaan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon mengangguk lagi.
Beberapa saat kemudian mereka menunggu, agaknya Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga, setelah memasukkan kudanya ke kandang, kangsung menuju masuk ke ruang dalam.
"Tentu Raden Ayu baru memberitahukan kehadiran kita sekarang" desis Ki Mina.
Panon termangu-mangu sejenak, kemudian ia berkata
"Paman, jika persoalan menjadi runcing, dan tiba-tiba saja timbul sikap yang kasar, apakah kita akan membiarkan diri kita dilemparkan dari istana ini?"
"Kita percaya kepada Raden Ayu Kuda Narpada, ia akan dapat mengatasi kemanakannya itu betapapun kasarnya".
"Tentu, tetapi dalam keadaan yang wajar, tetapi jika kedua bangsawan itu mempunyai maksud tertentu yang nilainya lebih berharga dari sanak kadang, aku kira ia sudah tidak akan dapat mempercayai setiap orang yang dalam ujudnya sudah hampir mati sekalipun, karena saat ini, Karangmaja baru menjadi arena pertemuan yang panas, bukankah kita juga merupakan salah satu pihak yang memang pantas dicurigai, dan selalu mencurigai siapapun juga disini" Bahkan sekalipun, meskipun ia adalah orang dalam istana ini"
Percakapan terhenti karena tiba-tiba di depan pintu bilik sudah berdiri Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siapa sebenarnya kalian He"! Dan apa maksud kedatangan kalian di istana ini" "
"Kami pengembara Raden, dan kami tidak ada maksud apa-apa di istana ini"
"Jangan bohong, kalian pasti mengincar sesuatu disini"
"Kami tidak mengerti maksud Raden, dan apa yang harus kami incar dari istana ini?"
"Kita sama-sama tahu, apa maksud kalian
sesungguhnya"
Ki Mina tidak menjawab lagi, tetapi terasa betapa kesulitan akan mejadi semakin banyak dihadapi oleh Panon dalam tugasnya.
"Baiklah pengembara yang malang, nikmatilah kemenanganmu yang pertama itu, karena dalam babak berikutnya, kalian tidak akan dapat berbuat apa-apa, kecuali jika kalian mengurungkan niat kalian mencelakai bibi Kuda Narpada"
Kuda Rupaka tidak menunggu jawaban, iapun kemudian meninggalkan bilik itu diikuti oleh Panji Sura Wilaga.
"Bibi terlampau baik" desisnya ketika mereka sudah berada di serambi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi benar-benar berbahaya" Sahut Panji Sura Wilaga "Raden harus berusaha meyakinkan bahwa kehadiran pengembara itu dapat berakibat buruk, siapa tahu, ia adalah kawan dari dua orang yang terbunuh di halaman ini. Yang seorang yang berhasil lari itulah yang memanggilnya dengan cara yang berbeda untuk memasuki halaman ini"
"Ya, aku akan berusaha terus, sehingga orang-orang itu diusir dari istana ini, biarlah mereka menghubungi Ki Buyut di Karangmaja, jika mereka berdua benar-benar orang yang perlu belas kasihan, itu adalah kewajiban Ki Buyut"
Panji Sura Wilaga menggeleng, katanya "Tentu bukan Raden, Apakah Raden memperhatikan badannya yang nampaknya terpelihara baik meskipun agak kotor"
"Aku melihatnya, dan aku memang sudah
mencurigainya" Kuda Rupaka berhenti sejenak, lalu
"Mungkin kita harus membunuh lagi paman"
"Bagaimana dengan Sangkan?" bertanya Panji Sura Wilaga.
"Maksudmu" Apakah kau mencurigainya?"
Panji Sura Wilaga menggeleng, katanya "Tidak ada yang pantas dicurigai pada pengecut itu, tetapi justru karena ia tinggal dalam satu bilik dengan pengembara itu, mungkin ia akan dapat menjadi korban yang pertama"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, katanya
"Kasihan jika benar-benar terjadi demikian, tetapi tanggung jawab atas peristiwa itu ada pada bibi Kuda Narpada"
Panji Sura Wilaga tiba-tiba saja menggeram, katanya seakan-akan kepada diri sendiri "Semakin lama istana ini menjadi semakin panas. Rasa-rasanya halaman ini sudah dikepung rapat sekali, bahkan satu dua orang sudah menyusup kedalam" ia berhenti sejenak,lalu "Raden, jika Raden tidak segera dapat memecahkan teka-teki dari istana ini, maka akibatnya akan menjadi semakin buruk bagi bibi Raden dan seluruh isi istana ini. Karena itu, Raden harus cepat berbuat sesuatu, jika kita berhasil dan sempat keluar dari kepungan ini, maka perhatian mereka akan beralih kepada Raden, istana ini akan kembali menjadi sepi dan tenang"
Kuda Rupaka mengangguk-angguk.
"Raden tidak boleh memalingkan tugas Raden karena pengaruh keinginan bibi Raden"
"Maksud paman" "
"Puteri Inten Prawesti, misalnya"
"Ia adalah saudaraku, seperti aku harus
menyelamatkan bibi, maka akupun harus
menyelamatkannya"
Panji Sura Wilaga menarik nafas, bahkan iapun kemudian tersenyum sambil berkata "Apakah begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah paman mempunyai tanggapan yang
berbeda?" "Mudah-mudahan Raden, mudah-mudahan
demikianlah yang seharusnya"
Kuda Rupaka termangu-mangu sejenak. Namun iapun
tersenyum sambil berkata "Seandainya dugaan paman
benar, apakah salahnya?"
"Tetapi Panji Sura Wilaga kemudian berkata "Tetapi
ingat, Raden adalah murid dari perguruan Cengkir Pitu"
"Jangan kau sebut"
"Ciri-ciri yang ada tidak dapat kita ingkari, kita sebut
atau tidak kita sebut. Memang mungkin ada orang yang
melihat sampai kepusat jantung perguruan Cengkir Pitu,
tetapi memang sulit untuk menghindarkan ciri dari ciri
itu, namun demikian agaknya perguruan itu tidak sangat
menarik perhatian, setiap orang dapat saja berguru ke
perguruan yang manapun juga, tetapi hanya orang-orang
tertentu saja yang dapat dengan pasti menghitung
jumlah murid di suatu perguruan"
"Agaknya segala sesuatu memang harus berlangsung
lebih cepat paman. Sebelum pengembara itu
menunjukkan gejala-gejala yang lain, sehingga kita harus
membunuhnya"
"Meskipun demikian Raden, kita memang tidak dapat
bertindak tanpa kewaspadaan yang tinggi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, namun ia
tidak segera menjawab.
Demikianlah keduanya memasuki bilik mereka sambil
membawa persoalan di dalam hati. Meskipun demikian,
mereka saling berdiam diri, bahkan Raden Kuda
Rupakapun membaringkan dirinya di pembaringannya.
Namun rasa-rasanya mereka sedang berpikir tentang
persoalan-persoalan yang mejadi semakin berat yang
harus mereka hadapi.
Dalam pada itu, Raden Ayu Kuda Narpada ternyata
telah disentuh oleh suatu kejutan yang tidak disangkasangka. Kehadiran kedua pengembara itu menumbuhkan
persoalan baru didalam hatinya, persoalan yang ingin
disingkirkannya dalam hatinya.
Karena itulah, maka iapun kemudian mengurung
dirinya di dalam biliknya, duduk termenung seakan-akan
melihat ke alam lain, menerawang menjelajahi waktu dan
tempat. Dari masa-masa yang lampau, masa kini dan
masa mendatang. Sepanjang perjalanan hidupnya sejak
berada di Majapahit.
Bukan saja Raden Ayu Kuda Narpada, tetapi Inten
Prawestipun merasakan sesuatu yang berbeda di dalam
rumahnya, sikap ibunya menimbulkan teka-teki yang
tidak dapat dipecahkannya, tetapi ia tidak berani
langsung bertanya tentang sikap ibunya yang asing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Untunglah bahwa Pinten segera menemuinya, seperti biasa keduanya dapat saling mengisi setiap kekosongan yang timbul dihati masing-masing.
"Ibunda nampaknya memikirkan sesuatu di dalam biliknya" kata inten.
"Apakah dua pengembara itu sudah mempengaruhi Raden Ayu dengan ilmu yang lain lagi untuk mengambil keuntungan dari istana ini?" bertanya Pinten.
"Jika demikian, apakah kiranya yang akan diambilnya dari tempat ini" Ibunda sudah tidak mempunyai apapun juga selain yang nampak ini, perkakas yang tidak berharga dan barangkali tidak seorangpun yang akan tertarik lagi"
Pinten menarik nafas, lalu iapun berbisik "Puteri, apakah puteri pernah mempertimbangkan untuk berbuat sesuatu?"
"Maksudmu?" bertanya Inten.
"Puteri, agaknya istana ini menjadi pusat perhatian dari banyak orang, jika yang mereka kehendaki adalah harta benda betapapun banyaknya, maka aku kira cara yang mereka tempuh akan berbeda dengan yang terjadi sekarang ini"
"Pinten" Inten Prawesti mengerutkan keningnya
"Semakin lama kau menjadi semakin pandai, aku memang sudah berpikir demikian, dan agaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kakangmas Kuda Rupakapun menganggapnya seperti
itu" "O, apakah yang dikatakan oleh Raden?"
"Mungkin ada sesuatu yang menarik di halaman ini,
bahkan kakangmas Kuda Rupaka bertanya kepadaku,
apakah aku tahu bahwa di halaman ini ada semacam
pusaka atau apapun yang serupa dengan itu"
Pinten mengerutkan keningnya, agaknya sesuatu
telah membersit dihatinya.
Inten memandang wajah Pinten yang menegang,
tiba-tiba saja wajah gadis itu menjadi bersungguhsungguh. Dengan nada yang ragu-ragu Pintenpun
kemudian bertanya "Tetapi apakah benar di halaman ini
ada semacam pusaka atau benda-benda lain serupa itu"
Tombak atau keris atau pantrem?"
"Aku tidak tahu Pinten, ibupun tidak mengetahuinya"
Pinten berpikir sejenak lalu "Puteri, jika demikian kita
harus mencarinya"
"Kita", maksudmu kau dan aku?"
"Ya, puteri"
"Dimana kita akan mencari", dan bukankah belum
pasti bahwa di halaman istana ini ada sesuatu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ah, aku akan mencoba mencarinya, aku akan menyuruh kakang Sangkan untuk mencari pusaka-pusaka yang mungkin ada di halaman ini"
Inten Prawesti menggelengkan kepalanya, katanya
"Itu tidak mungkin"
"Aku akan membicarakannya dengan kakang
Sangkan, mungkin ia mempunyai cara, jika puteri menyetujui, kita akan mencari bersama-sama"
Inten termangu-mangu, namun kemudian ia berkata
"Terserahlah kepadamu, jika Sangkan memang mempunyai cara yang baik, aku tidak keberatan" Inten menjadi ragu-ragu "Tetapi aku harus minta ijin dahulu kepada ibunda"
"Itu tidak perlu puteri, jika kita mememukannya, maka kita akan menyerahkannya kepada ibunda puteri, tentu ibunda puteri akan senang sekali"
"Sesudah itu"
"Kita serahkan kepada Kuda Rupaka untuk
membawanya kemana saja yang paling baik, asal tidak lagi berada di halaman ini. Bukankah dengan demikian istana ini akan menjadi tenang dan tidak lagi dibayangi oleh kecemasan seperti sekarang ini, puteri?"
Inten mengangguk-angguk, katanya "Terserahlah kepadamu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pintenpun kemudian dengan tergesa-gesa mencari Sangkan, sejenak mereka berbicara tentang pusaka-pusaka itu.
"Lebih cepat lebih baik, kita akan mencarinya sekarang, aku akan mengerahkan semua tenaga yang ada, kedua pengembara itu harus dimanfaatkan" berkata Sangkan.
Demikianlah maka Sangkanpun mulai mengerjakan rencananya, dengan tergesa-gesa ia pergi ke dalam biliknya dan mengajak kedua orang pengembara itu untuk mencari pusaka di halaman istana itu.
Ajakan itu benar-benar mengejutkan kedua pengembara itu, sejenak mereka saling memandang.
Sementara Sangkan mendesaknya "Cepat, aku adalah lurahmu disini"
"Sangkan" bertanya Ki Mina kemudian "Dimana kita akan mencari pusaka yang kau katakan itu?"
"Dihalaman istana ini, diseluruh halaman"
Ki Mina menjadi semakin bingung, tetapi iapun kemudian mengajak Panon "Marilah Panon, kita mencarinya"
"Kita harus menemukannya, jika kita tidak menemukannya, maka kemungkinan yang lalu dapat terjadi, mungkin kalianlah yang dengan diam-diam akan mencuri pusaka-pusaka itu, atau mungkin orang lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang dengan diam-diam memasuki halaman di malam
hari" Demikianlah maka merekapun mengikuti Sangkan
pergi ke halaman belakang, mereka tidak mengerti apa
yang harus mereka lakukan untuk mencari pusakapusaka itu. Dalam pada itu, Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura
Wilaga mendengar pula keributan di halaman, lamatlamat mereka mendengar Sangkan memerintahkan
kedua orang itu untuk menggali seluruh halaman.
"Yang seorang mulai dari belakang" perintah Sangkan
"Yang lain dari sebelah barat, sekaligus kalian dapat
menyiangi tanaman bunga dan empon-empon"
Ki Mina menarik nafas, tetapi dengan isyarat ia
menyuruh Panon untuk melakukannya.
"Paman" desis Kuda Rupaka "Apakah Sangkan sudah
menjadi gila?"
Panji Sura Wilaga termangu-mangu, katanya "Aku
juga mendengarnya Raden, ia ingin mencari pusaka"
"Marilah kita lihat"
Keduanya dengan tergesa-gesa keluar dari biliknya
turun ke halaman samping, sambil menarik nafas dalamdalam keduanya mendekati Sangkan yang berdiri di
sudut istana bagian belakang sambil bertolak pinggang.
Dihalaman sisi belakang, nampak kedua pengembara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sedang mencangkul tanah seperti mereka mengerjakan
sawah sebelum ditanami"
"Apa yang kau lakukan Sangkan?"
Mencari pusaka Raden, agaknya pusaka-pusaka itu
yang menjadi sebab kesulitan yang selama ini terasa
semakin menekan. Orang-orang yang memasuki halaman
ini di malam hari dan terbunuh oleh Raden berdua.
Kidang Alit yang menakut-nakuti aku, dan mungkin
masih ada orang-orang lain lagi diluar dinding istana ini.
Karena itu, aku mencari pusaka itu sampai ketemu.
Mungkin pusaka itu telah ditanam di halaman ini, karena
ternyata pusaka itu tidak terdapat di dalam istana"
"Sangkan" bertanya Kuda Rupaka "Siapakah yang
mengatakan bahwa di dalam rumah ini terdapat pusakapusaka?" "Raden juga menanyakan kepada puteri tentang
pusaka-pusaka. Mungkin dugaan Raden benar, dan kita
memang harus menemukannya dan menyingkirkannya,
jika mungkin menjualnya, harganya tentu cukup tinggi.
Wajah Kuda Rupaka nampak berkerut-merut, namun
kemudian sambil menarik nafas ia berkata "Kau memang
terlalu bodoh untuk berbicara tentang pusaka, jika
sekiranya kau menemukan pusaka di halaman ini,
kemana kau akan menjualnya?"
"Ke Demak, para bangsawan di Demak mempunyai
banyak uang dan mereka tentu akan memerlukan pusaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tersebut. Dan dengan uang itu aku akan membangun
istana ini menjadi lebih baik lagi"
"Dan kau akan memiliki istana yang sudah kau
bangun ini selanjutnya?"
"O, tentu tidak, Istana ini tetap milik gusti puteri, dan
kelak akan menjadi milik Puteri Inten Prawesti"
Kuda Rupaka mengerutkan dahinya, sementara itu
Pinten yang mendengar jawaban kakaknya mencibirkan
bibirnya. "Sangkan" berkata Kuda Rupaka "Apakah kau kira kau
akan dapat memenukan pusaka dengan caramu yang
dungu ini" Seandainya benar pusaka itu disembunyikan
di istana ini, apakah pusaka itu akan diletakkan di
halaman begitu saja" Atau katakan ditanam sedangkal
mata kaki", sudahlah, hentikan perbuatan gila ini, jangan
berpikir lagi tentang pusaka, jika kau menemukan pusaka
apapun di halaman ini dan kau mencoba menjualnya, itu
berarti bahwa umurmu akan mejadi pendek"
"Kenapa Raden, apakah akan dikutuk oleh pusaka itu,
sehingga aku akan mati?"
"Ya, kau akan dikutuk oleh pusaka itu, dan kau akan
dirobek-robek oleh orang-orang yang sekarang tentu
sudah menunggu disekitar istana ini. Orang-orang yang
tidak kita ketahui dengan pasti apakah yang telah
mendorong mereka untuk memasuki istana ini, seperti
dua orang yang telah aku bunuh itu, jika bukan kawankawan mereka, maka kidang alitpun tentu siap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mencincangmu tanpa memberikan ampun lagi, apalagi
membeli pusaka-pusaka seandainya kau menemukan"
"O" wajah Sangkan menjadi pucat "Mengerikan sekali,
jika demikian, hal serupa itupun dapat terjadi di dalam
istana ini, jika mereka berkeras menganggap bahwa di
dalam istana ini memang ada pusaka itu, maka mereka
akan beramai-ramai mencarinya disini dengan kekerasan,
karena itu agaknya lebih baik jika kita menemukannya
terlebih dahulu"
"Jika kau menemukannya?"
"Kita sediakan saja di pendapa, atau sebuah
sayembara yang menarik, siapakah yang paling kuat,
ialah yang akan memiliki pusaka itu"
Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, Panji Sura


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wilaga menggeram "Aku ingin mencekiknya saja Raden"
Namun Kuda Rupaka tertawa, katanya
"Kedunguannya sangat memberikan kesegaran pada
kehidupan yang datart di istana ini. Tetapi sudahlah
Sangkan, hentikanlah kerjamu yang sia-sia, kecuali jika
kau memang sudah benar-benar menjadi gila"
Sangkan menjadi termangu-mangu, tetapi kemudian
katanya "Baiklah Raden, aku akan menghentikan
usahaku mencari pusaka itu, tetapi biarlah orang-orang
malas ini bekerja terus. Biarlah mereka menyiangi pohonpohon bunga dan perdu. Meluruskan tanaman emponempon dan jika perlu membuat lubang sampah di
belakang" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hentikan Raden" geram Panji Sura Wilaga.
"Kau benar-benar gila Sangkan" berkata Kuda Rupaka kemudian "Agaknya kau berkeras untuk menemukan sebuah pusaka atau mungkin lebih dari itu, dengan membuat lubang tempat sampah kau berharap untuk mendapatkannya, tetapi kau tentu akan kecewa, meskipun demikian, cobalah. Jika kau berhasil menemukan sebuah pusaka, bahkan sebilah senjata apapun meskipun bukan pusaka, aku akan menukar dengan seekor kuda yang paling tegar, kau akan dapat menjual kuda itu dengan aman, karena tidak akan ada orang yang ingin merebutnya dari tanganmu, seperti jika kau menemukan sebuah pusaka"
"Raden membuat suatu kesalahan" desis Panji Sura Wilaga "Dengan demikian Raden telah mendorongnya untuk mencarinya di seluruh halaman ini"
"Aku akan membelinya paman" bisik Kuda Rupaka.
"Tetapi pengembara malas itu?"
Raden Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, namun kemudian katanya perlahan-lahan sekali "Kita sudah siap menghadapi segala kemungkinan, jika kedua
pengembara itu ternyata berniat buruk pula terhadap pusaka-pusaka yang seharusnya kembali ke Demak itu, kita sudah siap, apapun yang akan terjadi"
Panji Sura Wilaga tidak menjawab lagi, ia dengan tegangnya mengamati kedua orang pengembara yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
masih memegang cangkul sambil termangu-mangu di
halaman samping dan belakang, agaknya mereka
menunggu, apakah yang harus mereka lakukan.
"Bekerja terus" teriak Sangkan sambil mengangkat
wajahnya seperti seorang senapati di peperangan
"Meskipun kalian tidak menemukan pusaka apapun,
tetapi kerja kalian akan bermanfaat. Teruskan. Dan
kalian akan membuat lubang sampah di kebun belakang"
Dalam pada itu Kuda Rupaka berbisik "Kita akan
mengawasi mereka, jika mereka membuat lubang-lubang
sampah. Mungkin Sangkan melihat sesuatu yang menarik
perhatian dan menggalinya"
Tetapi ini permainan gila, dan kita harus ikut manjadi
gila pula"
Kuda Rupaka tersenyum, desisnya "Apa salahnya kita
harus berbuat apa saja, dan kali ini kita menjadi gila"
Panji Sura Wilaga tidak menjawab.
"Marilah kita ke halaman depan, kita akan melihat dari
kejauhan, jika mereka mulai membuat lubang-lubang
sampah, kita akan medekat"
Panji Sura Wilagapun mengikuti Kuda Rupaka ke
halaman depan, mereka kemudian duduk dibawah
sebatang pohon perdu yang rimbun sambil mengawasi
kedua pengembara yang masih saja berdiri termangumangu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"He, mengapa kalian masih belum mulai?" bertanya Sangkan. "Sudah aku katakan, mendapat atau tidak, kalian akan tetap menggali halaman itu"
Panon menarik nafas, rasa-rasanya dadanya akan meledak melihat perlakuan Sangkan yang dungu itu, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa, apalagi ketika ia melihat Kiai Rancangbandang sudah mulai mengayunkan cangkulnya lagi.
Namun demikian, kedua orang itu dibayangi oleh kecemasan, mereka telah menyembunyikan senjata dibawah tikar di pembaringan. Jika tidak atau dengan sengaja seseorang menemukannya, maka keadaannya tentu akan segera berubah. Tetapi agaknya semua orang berada di halaman itu, kecuali Raden Ayu Kuda Narpada dan Nyi Upih. Dan keduanya yakin bahwa kedua perempuan itu tentu tidak akan melihat-lihat permbaringan mereka.
Dalam pada itu, Pinten yang semula berdiri termangu-mangu beberapa langkah dari kakaknya, segera mendekatinya sambil berbisik "Jika kau menemukan pusaka-pusaka itu. Kau akan menjualnya dam membangun istana ini bagi puteri Inten Prawesti"
"Ya" Pinten mencibirkan bibirnya "Kau terlalu sombong, apakah kau tidak menyadari, bahwa kau adalah pelayan disini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"He, kenapa kau ini Pinten" Aku memang pelayan disini, kenapa", apakah aku tidak boleh membangun istana itu" Bukankah sampai sekarang aku juga yang memperbaiki semua kerusakannya, dari atap sampai ke regolnya"
"Sst, jangan terlalu keras.Lihat, puteri berdiri di butulan dan kau selalu saja membicarakannya"
"Siapa yang mulai?"
"Aku akan mengatakannya kepada puteri. Oh puteri, kakang Sangkan akan menjual pusaka untuk memperbaiki istana ini bagi puteri"
"Kau jangan mengigau Pinten"
Tiba-tiba saja Pinten tertawa..
"Aku copot gigimu tiga buah" desis Sangkan.
Tetapi ketika Sangkan menjulurkan tangannya, Pinten berlari ke butulan menjumpai puteri Inten Prawesti yang berdiri di butulan itu melihat Sangkan dan kedua pengembara itu mencari pusaka.
Dimuka pintu Pinten berhenti, dari kejauhan Sangkan hanya melihat bibir adiknya itu bergerak-gerak, tetapi ia tidak tahu apa yang dikatakannya kepada puteri Inten Prawesti.
Tetapi yang dikatakan oleh Pinten sama sekali bukan tentang pusaka yang akan dijual untuk membangun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
istana ini, yang dikatakannya adalah usaha pencarian
pusaka yang agaknya tidak akan dapat berhasil dengan
cara itu. Bab 20 Inten tersenyum katanya "Kakangmu memang aneh
Pinten, jika dengan demikian kau akan menemukan
pusaka-pusaka itu, maka alangkah mudahnya"
"Pusaka-pusaka yang mana puteri?" bertanya Pinten.
"Bukankah kalian sedang mencari pusaka?"
"O" Pinten menarik nafas "Aku kira puteri ingin
mengatakan tentang pusaka-pusaka yang sudah puteri
ketahui" Inten mengerutkan keningnya, ditatapnya wajah
Pinten sejenak. Namun pada wajah itu sama sekali tidak
terbayang niat apapun juga, karena nampaknya Pinten
acuh tidak acuh terhadap kata-katanya sendiri.
Namun dalam pada itu, Raden Kuda Rupaka dan Panji
Sura Wilaga terkejut ketika mereka mendengar derap
kaki kuda. Dengan serta merta meloncat berdiri dan
langsung menghadap ke regol halaman yang sedikit
terbuka. Ternyata bukan hanya kedua orang itu sajalah yang
menjadi tegang. Semua orang yang ada di halaman
samping dan belakang itupun mendengar derap kaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kuda itu pula. Tetapi mereka tidak melihat apa yang
terjadi di halaman depan dengan jelas, apalagi orang
yang sedang berada di halaman belakang.
Sementara itu. Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga
dengan hati-hati melangkah mendekati regol. Jelas bagi
mereka bahwa derap kuda itu telah terputus, dekat regol
halaman itu. Sejenak kemudian mereka melihat dua orang berkuda
yang berada diluar regol.
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga ragu-ragu
sejenak, namun kemudian mereka berdua dengan
langkah yang tetap mendekati regol itu, dan bahkan
membuka pintunya semakin lebar.
Dua orang yang masih duduk diatas kuda
memandang kedua orang yang berada di halaman itu
dengan tegangnya.
"Jadi kalian berdua adalah yang bernama Raden Kuda
Rupaka dan Panji Sura Wilaga", yang sudah membunuh
dua orang dari perguruan Guntur Geni?"
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga termangu-mangu,
namun kemudian dengan tegas Kuda Rupaka menjawab
"Ya, aku adalah Kuda Rupaka dan ini adalah paman Panji
Sura Wilaga, kamilah yang telah membunuh orang-orang
dari Guntur Geni, dan kami akan membunuh siapa saja
yang berusaha memasuki istana ini dengan kekerasan
dan mengganggu bibi Kuda Narpada"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua orang itu meragu, namun salah seorang dari mereka tertawa "Kau adalah seorang yang berani Raden, tetapi kau sama sekali tidak berperhitungan"
Kuda Rupaka memandang kedua orang kedua itu, wajahnya bagaikan membara, namun ia berdiri ditempatnya. Sambil menggeram ia berkata :Kau jangan mengigau disini, aku mempunyai perhitungan yang tepat, jika kalian tidak segera pergi, maka kalianpun akan aku bunuh pula di tempat ini, agaknya kalian adalah kawan-kawan dari perguruan Guntur Geni itu"
"Kami bukan orang-orang Guntur Geni" sahut seorang dari mereka yang berkuda diluar regol.
"Aku tidak peduli sipakah kalian, tetapi jika kalian mengganggu kami disini, maka itu akan berarti kematian bagi kalian"
"Jangan terlampau sombong"
"Aku akan membuktikan, kecuali jika kalian segera pergi dari tempat ini"
Keduanya termangu-mangu sejenak, namun salah seorang dari mereka tertawa "Kau benar-benar seorang anak muda yang berani, seperti juga pamanmu Sura Wilaga itu, tetapi kalian akan menyesal karena kalian berada di tempat ini"
"Itu sudah cukup, pergilah" geram Kuda Rupaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Raden" berkata salah seorang dari kedua orang berkuda itu "Aku harap dalam waktu tiga hari, Raden meninggalkan istana ini, kami memang mempunyai kepentingan dengan Raden Ayu Kuda Narpada. Kami sudah tidak sabar lagi menunggu di padukuhan Karangmaja. Karena itu, sebelum kami kehabisan kesabaran sama sekali, sebaiknya kalian pergi. Termasuk dua orang pengembara yang kini berada di halaman ini.
Aku menduga bahwa keduanya bukan orang-orangmu. Ia datang dalam ujud yang lain dari ujud seorang bangsawan seperti kalian. Meskipun aku menduga pada suatu saat akan terjadi benturan antara kau dan orang yang berpura-pura menjadi pengemis itu, namun aku menganggap lebih baik bahwa kalian pergi dahulu sebelum hal itu terjadi, dan biarlah aku yang mengusir mereka itu dari halaman ini dan aku akan membunuh mereka"
"Aku akan membunuhmu sekarang, He, jika kau ingin membunuh, kenapa harus menunggu tiga hari", Pengecut, Kau hanya dapat mengancam dan menakut-nakuti aku, atau barangkali kau menunggu pasukan segelar sepapan?"
"Bukan begitu, bagiku lebih baik berhasil tanpa membasahi tangan ini dengan darah daripada harus membunuhmu"
Raden Kuda Rupaka sudah tidak sabar lagi, terlebih Panji Sura Wilaga yang maju selangkah mendekati orang-orang berkuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun sebelum orang berkuda itu menggerakkan kendali kuda mereka, salah satu dari dari mereka berkata
"Jangan terburu nafsu, lebih baik kalian agak berhati-hati menghadapi aku dan kawanku besok"
Kuda Rupaka menggeram, tetapi kedua orang itupun kemudian segera meninggalkan regol itu sambil tertawa.
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga berdiri termangu-mangu, mereka masih dapat menahan diri dam membuat perhitungan yang lebih baik dari sekedar menuruti perasaan.
"Mereka sudah gila, "Geram Panji Sura Wilaga
"Sementara kita masih tetap disini oleh mimpi yang indah"
Kuda Rupaka memandang Panji Sura Wilaga dengan kemerut didahinya, katanya "Aku tahu yang paman maksudkan, sebenarnyalah bahwa akupun sudah siap berbuat sesuatu, aku sama sekali tidak terpengaruh oleh kehadiran Inten Prawesti di dalam hatiku, karena bagiku kedua-duanya dapat aku lakukan dengan sempurna"
Panji Sura Wilaga menarik nafas dalam-dalam, katanya seolah-olah sekedar bergumam kepada diri sendiri "Aku tidak tahu, bagaimana harus membagi hati antara tugas dan perasaan seroang laki-laki terhadap seorang gadis"
Kuda Rupaka mengangkat wajahnya, seolah-olah ia ingin mengatakan kepada seisi istana kecil itu "Lihatlah, aku akan menyelesaikan semua tugasku bersama-sama,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tugasku sebagai murid perguruan Cengkir Pitu dan
tugasku sebagai seorang laki-laki"
Panji Sura Wilaga masih akan menyahut, tetapi tibatiba mereka tertegun ketika telinga mereka yang tajam
menangkap sebuah desis diatas dinding halaman.
Mereka menjadi berdebar-debar ketika tiba-tiba saja
mereka melihat seorang yang duduk diatas batu itu
sambil memandang berkeliling. Tatapan matanya terhenti
sejenak, ketika ia melihat orang-orang sedang sibuk
mencangkul tanah di halaman samping dan belakang.
Sebelum seorang menyapanya, telah terdengar ia
tertawa pendek, katanya, "Menyenangkan sekali untuk
mendapat kesempatan mencari pusaka-pusaka yang
belum diketemukan itu dengan cara yang paling baik
yang pernah aku lihat"
"Kidang Alit" hampir bersamaan semua orang yang
berada di halaman itu berdesis. Panon dan Kiai
Rancangbandang yang belum mengenalnyapun
kemudian mengulangi nama itu, didalam hatinya, setelah
ia mendengar Sangkan menyebutnya "Kidang Alit"
Kuda Rupaka yang masih dicengkam oleh kemarahan
karena hadirnya dua orang berkuda itupun menggeram
sambil berkata "Kidang Alit, kau jangan terlalu sombong,
jika aku tidak segera membunuhmu itu karena aku masih
mempunyai pertimbangan lain. Aku kira kau pada suatu
saat merasa bahwa kau tidak akan berhasil mendapatkan
apapun juga di halaman ini. Tetapi agaknya kau memang
terlampau dungu untuk mengerti, bahwa kau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mempunyai kekuatan apapun yang akan dapat kau
andalkan disini, selama aku masih berada di halaman
istana ini"
"Dan sekarang bertambah lagi dengan dua orang
pengembara itu. Eh, aku tidak yakin bahwa kedua
pengembata itu bukan pengikut-pengikutmu yang
dengan sengaja kau masukkan ke dalam istiana ini"
"Kau gila Kidang Alit" Kuda Rupaka yang tidak dapat
menahan hatinya hampir beteriak "Aku tidak kenal
dengan pengembara itu, tetapi apapun yang ada di
dalam istana ini, akan menggagalkan usahamu untuk
menemukan pusaka-pusaka yang ada di dalamnya. Kau
memang tidak dapat ingkar lagi, bahwa pusaka-pusaka
itu telah menyeret kalian dan orang-orang Guntur Geni
itu untuk merebutnya dari tangan penghuni istana ini.
Tetapi selama aku masih ada disini, maka semua usaha
itu tentu akan sia-sia. Kau tentu tahu, dua orang yang
terbunuh itu, jika kaulah yang hadir pada malam itu,
dengan menyebut perguruan Kumbang Kuning itu bukan
berarti bahwa kaupun berhak atas pusaka-pusaka di
dalam istana ini"
Kidang Alit tertawa, katanya "Jangan marah-marah
Raden, akupun menjadi curiga, bahwa Raden Kuda
Rupaka benar-benar sekedar ingin menyelamatkan
pusaka-pusaka itu tanpa pamrih"
"Jika ada pamrih padaku, itu adalah wajar sekali,
tetapi pamrihku adalah pamrih yang baik"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kidang Alit termenung sejenak, dengan mata yang tidak berkedip ia memandang ke pintu butulan, justru pada saat Inten Prawesti mencoba menjengukkan kepalanya.
"Pusaka dan perawan memang pantas dipertahankan sampai akhir hayat, tetapi jika kau mati terbunuh di halaman istana ini Raden, kau tidak akan mendapatkan kedua-duanya"
"Itu adalah akibat yang wajar dari sebuah perjuangan, tetapi pamrih yang utama bagiku adalah mengembalikan pusaka-pusaka itu ke Demak, jika memang pamanda Kuda Narpada meninggalkan pusaka itu di istana ini"
"Jangan berpura-pura, setiap orang mengetahui, bahwa pada saat Pangeran Kuda Narpada bertahan, Maharaja Majapahit telah menyerahkan sebilah keris.
Hanya sebilah keris. Kau tidak akan dapat menyebut pusaka yang manapun juga lebih dari satu justru untuk mengelabui orang-orang yang mengetahui denga pasti pusaka apakah yang telah diserahkan kepada Pangeran Kuda Narpada sebagai lambang kekuasaan Majapahit dan sebagai sipat kandelnya di dalam pertempuran yang maha dahsyat yang telah menghancurkan Kota Raja itu.
Tetapi akhirnya Pangeran Kuda Narpada tidak dapat bertahan. Ia meninggalkan Kota Raja dengan pusaka yang diterimanya, bukankah begitu?"
"Ya, dan sekarang aku datang untuk mengambil pusaka itu dan menyerahkan kepada pamanda Sultan Demak"
Tiraikasih Website http://kangzusi. com
Kidang Alit mengerutkan keningnya, katanya "Apakah kau yakin bahwa Demak akan dapat bertahan dan melanjutkan kekuasaan Majapahit?"
Kuda Rupaka termenung sejenak, lalu "Jika demikian aku yakin, kau adalah seorang pewaris kerajaan Kediri yang merindukan kebesarannya setelah Kediri tidak pernah dapat bangkit kembali. Bukan salah Majapahit bahwa ia menjadi besar dan berkuasa mempersatukan kepulauan yang terbentang dari ujung Barat sampai ke ujung Timur"
Kidang Alit duduk memeluk lututnya diatas dinding halaman itu mengangkat kepalanya sejenak, lalu diantara suara tertawanya ia berkata seolah-olah acuh tak acuh saja atas sikap Raden Kuda Rupaka "Kenapa kau mengambil kesimpulan bahwa aku adalah trah langsung dari Kediri" Aku adalah Kidang Alit, seorang pengembara yang tidak mempunyai tempat menetap seperti kleyang kabur kanginan"
Kuda Rupakalah yang kemudian tertawa. Katanya
"Lihatlah kedua pengembara itu, mereka juga menyebut dirinya kleyang kabur kanginan. Dan mungkin masih banyak orang yang mempergunakan penyamaran yang dungu semacam kau"
"Seandainya demikian, kenapa kau menghubungkan aku dengan trah Kediri?"
"Banyak trah Kediri yang berada di dalam lingkungan Kumbang Kuning" Jawab Kuda Rupaka "Selebihnya kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mempunyai bayangan ujud bangsawan, bukan seorang
perantau yang kau sebut kleyang kabur kanginan, maka
kau adalah seorang bangsawan yang mursal, yang
kehabisan sisa harta benda Karena kau menginginkan
nafsu duniawi"
"Ah, kesimpulanmu salah, ada banyak sebab, contoh
yang dekat adalah puteri Inten Prawesti, ia menjadi
melarat, tetapi apakah ia benar-benar mengagungkan
nafsu duniawi?"
"Gila" Kuda Rupaka menggeram, tetapi ia tidak mau
digelitik oleh sikap Kidang Alit sehingga kehilangan akal
dan pengamatan diri. Karena itu ia masih tetap menahan
perasaannya. Bahkan ia masih sempat tersenyum dambil
menjawab "Kau memang pandai memilih persoalan.
Tetapi kita tidak akan terperosok dalam perdebatan yang
kau inginkan, aku tidak membicarakan diajeng Inten
Prawesti, aku berbicara tentang kau dan kandunganmu"
Kidang Alit menarik nafas, katanya "Kau memang
bijaksana, kau tidak mudah terseret arus kemarahanmu
dan mengalihkan persoalan. Baiklah, aku sadar sekarang,
bahwa Raden Kuda Rupaka memang seorang yang harus
mendapat perhatian lebih banyak dari setiap orang yang
ada di sekitar istana ini untuk merampas pusaka yang
tersimpan di dalamnya, aku yakin bahwa pada suatu saat
akan terjadi, kita semuanya akan menentukan siapakah
yang pantas memiliki pusaka itu"
"Kau belum memperhitungkan paman Cemara Kuning
dan paman Sendang Prapat"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Keduanya tidak akan dapat kau jumpai lagi dimanapun juga kau berada"
"Semakin jelas bagiku, kau adalah saluran dari kedua paman yang memang masih mempunyai darah
keturunan Kediri itu, meskipun keduanya adalah darah Majapahit pula, ibunda dari kedua pamanda itu tentu mempunyai saluran yang sama dengan kau yang menamakan Kidang Alit"
"Penglihatanmu tajam sekali, Raden. Tetapi tidak ada orang yang dapat melihat samubarang"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Meskipun tidak ada. Tetapi aku seolah-olah dapat melihat bahwa pada saat paman Cemara Kuning dan Sendang Prapat membawa Pamanda Kuda Narpada, pusaka itu tentu tidak ada pada paman Kuda Narpada.
Atau, jika pamanda membawa sebilah keris yang disangkanya pusaka itu, ternyata bukan, sebab jika tidak demikian, kau tentu tidak akan kemari"
"Kau benar-benar waskita"
"Tetapi marilah kita berkesimpulan, bahwa dengan demikian satu-satunya keris yang dibawa oleh pamanda Kuda Narpada saat ia memasuki padukuhan ini adalah bukan pusaka yang kau cari itu. Karena pamanda hanya membawa sebilah keris saja"
Kidang Alit tertawa "Itu adalah kesimpulan yang tergesa-gesa Raden, atau kau sudah menerima keris itu dari Raden Ayu Kuda Narpada dan dengan demikian kau ingin mengelabui aku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Carilah kesimpulanmu sendiri, itu adalah
kesimpulanku"
"Pada suatu saat aku ingin bertanya langsung kepada
Raden Ayu"
"Sia-sia, bibi tidak tahu sama sekali" ia berhenti
sejenak, lalu "He, Kidang Alit, kenapa kau tidak
menyebutnya bibi seperti aku", aku tahu, bahwa kau
memiliki gelar kebangsawanan, sebaiknya kau tidak perlu
mempergunakan penyamaranmu lagi"
Kidang Alit mengangguk, jawabnya "Mungkin kau
benar, tetapi itu adalah urusanku. Aku adalah Kidang Alit,
bagiku sendiri, aku tidak perduli pendapat orang lain."
"Dan sekarang?"
"Aku akan pergi. Tetapi aku akan kembali lagi kemari.
Sebaiknya kau pergi sebelum terjadi peristiwa-peristiwa
yang dapat berakibat buruk bagimu"
Kuda Rupaka yang justru tertawa, katanya "Ternyata
kau tidak ada bedanya dengan dua orang dungu yang
berkuda tadi. Sebenarnya aku kecewa mendengar
peringatanmu itu. Sebelumnya aku hormat kepadamu
sebagai seorang bangsawan yang merendahkan diri.
Karena cita-cita yang mempunyai pengetahuan yang luas
dan ilmu yang tinggi, tetapi kau masih juga sempat
menakut-nakuti aku seperti kanak-kanak. Seharusnya
kau tahu bahwa itu tidak berguna sama sekali"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kidang Alit tertawa pula. Jawabnya "Kau benar Raden, aku ternyata masih terlalu cengeng menghadapi seorang anak muda yang sangat perkasa. Baiklah, aku minta diri. Aku kadang-kadang masih juga mengganggu Raden ini sebangsa tikus dari Guntur Geni itu, sehingga aku merasa perlu untuk menakut-nakuti Raden. Tetapi ternyata aku harus menjadi malu karenanya. Namun, pada suatu saat aku akan menebusnya dengan bukti bahwa aku benar-benar akan membunuhmu"
Kuda Rupaka mengangguk-angguk, katanya "Aku menunggu setiap saat, aku akan berada di tempat ini waktu yang tidak terbatas, meskipun aku tahu keluargaku tentu menjadi gelisah karena aku belum juga pulang. Bahkan mungkin ada satu dua orang senapati yang akan menyusulku kemari"
"O, adakah itu juga suatu keterangan yang cengeng?"
Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, tetapi iapun kemudian tertawa pula. Namun justru Panji Sura Wilaga hampir kehilangan kesabarannya.
"Nah, kau juga cerdik" kata Kuda Rupaka "Sekarang pergilah"
"Baik Raden"
Kidang Alitpun kemudian memandang halaman itu sejenak. Ia mengerutkan keningnya ketika ia melihat Panon dan Kiai Rancangbandang masih tetap berdiri di tempatnya. Tetapi iapun kemudian tersenyum melihat Sangkan yang terduduk dengan wajah pucat disudut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
istana itu, bersandar tiang. Sementara Pinten duduk
sambil memeluk kaki Inten Prawesti di butulan.
"Aku akan pergi. Agaknya aku menakut-nakuti orang
disini, kecuali Raden berdua dengan Panji Sura Wilaga
dan kedua pengembara itu. Jika kedua pengembara itu
bukan sahabat Raden, hati-hatilah dengan mereka.
Lihatlah betapa matanya menyala dan kedua kakinya
yang renggang menghadap kepadaku, Raden harus lebih
menaruh perhatian kepada mereka, daripada kepada
anak-anak Guntur Geni itu telah datang lagi dalam
jumlah yang lebih banyak dan sudah tentu orang-orang
yang lebih baik dari yang sudah Raden bunuh di istana
ini" Raden Kuda Rupaka tidak menjawab, dibiarakannya
Kidang Alit bergeser. Namun ia masih sempat tersenyum
kepada Inten Prawesti sambil berkata "Ampun puteri,
aku tidak ingin menakut-nakuti puteri dan gadis itu, aku
tidak ingin melontarkan gendam dalam kidung maupun
perngaruh bunyi yang lain. Karena semuanya itu dapat
dipudarkan oleh Raden Kuda Rupaka. Tetapi aku tidak
yakin bahwa ia akan dapat berbuat demikian pula dalam
oleh kanuragan"
Inten Prawesti tidak manyahut. Tetapi tubuhnya
terasa menjadi gemetar seperti Pinten yang masih
memeluk kakinya.
Sejenak kemudian Kidang Alit itupun meloncat turun,
tetapi suaranya masih mengumandang "Akan datang
waktunya orang-orang Guntur Geni itu menyerang istana
ini" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tidak seorangpun yang menjawab, tetapi Raden Kuda Rupaka kemudian menghentakkan tangannya sambil bergumam "Gila, kita harus segera selesai"
"Tidak ada lagi sopan santun dan ungguh-ungguh yang dapat menghambat tugas kita"
Kuda Rupaka tidak menjawab, tetapi iapun kemudian mendekati Inten Prawesti yang berdiri di butulan, ketika ia lewat di dekat sangkan yang bagaikan membeku, ia sempat menyentuh kaki Sangkan dengan kakinya.
"Kau akan mati membeku pada suatu saat" desis Kuda Rupaka.
"Tetapi, tetapi". " Suara Sangkan bagaikan tersumbat di kerongkongan.
Kuda Rupaka tidak menghiraukannya, tetapi ia melangkah terus mendekati Inten.
Inten Prawesti masih saja berdiri di tempatnya, sementara Pinten dengan gemetar berpegangan dengan kakinya.
"Diajeng" berkata Kuda Rupaka "Agaknya keadaan menjadi semakin gawat, hati-hatilah, mungkin ada persoalan yang nenyusul. Tetapi jangan cemas, semuanya tentu akan dapat kita atasi" Ia berhenti sejenak, lalu "Namun demikian, kita harus saling membantu, aku akan menjaga istana ini dengan mempertaruhkan nyawaku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten Prawesti tidak menjawab, rasa-rasanya
mulutnya menjadi kaku dan jantungnyapun serasa
berhenti berdenyut.
"Diajeng" berkata Kuda Rupaka "Sebaiknya kita mulai
berterus terang kepada bibi, sudah waktunya bibi
mengetahui semua persoalan yang sedang bergejolak di
sekitar istana ini"
Inten tidak dapat menjawab, tetapi kepalanya
terangguk lemah.
"Semuanya harus berlangsung dengan cepat. Pada
saatnya aku akan menghadap bibi untuk memecahkan
kesulitan yang timbul di istana ini"
Inten masih tetap berdiam diri, ia tidak tahu apa yang
harus dikatakannya.
"Cobalah mengerti diajeng" berkata Kuda Rupaka
selanjutnya "Dan usahakanlah agar bibi dapat mengerti
pula kesulitan-kesulitan yang sama-sama kita hadapi"
Kuda Rupaka tidak menunggu jawaban Inten yang
masih bingung, tetapi iapun kemudian melangkah pergi
sambil berkata "Tetapi tetap tenang sajalah, aku ada
disini" Dihadapan Sangkan yang masih membeku di
tempatnya Kuda Rupaka berhenti, sambil menunjuk
kepada dua orang yang berdiri termangu-mangu di
kebun sambil memegang cangkulnya ia berkata "Kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lihat kedua orang itu", pada suatu saat bukan Kidang
Alitlah yang akan menakut-nakuti kau, tetapi kedua
orang itu. Bahkan mungkin mereka akan menjadi lebih
berbahaya dari Kidang Alit itu sendiri"
"Tetapi, tetapi mereka hanya dua orang
pengembara?"
"Kau dengar yang dikatakan oleh Kidang Alit" Iapun
tidak lebih dari seorang pengembara pula, kleyang kabur
kanginan" Sangkan tidak menjawab, tetapi wajahnya yang pucat
masih saja pasi, sedang keringatnya telah membasahi
seluruh tubuhnya.
Tetapi ia hanya dapat memandang langkah Kuda
Rupaka menjauh dan hilang bersama-sama dengan Panji
Sura Wilaga di halaman depan.
Sepeninggal Kuda Rupaka, Sangkan mencoba untuk
beranjak dari tempatnya, sejenak ia memandang adiknya
yang duduk berpegangan kaki Inten Prawesti, namun
kemudian ia memandang kedua orang yang sedang
termangu-mangu di kebun itu dengan sorot mata yang
aneh. "He"!" tiba-tiba Sangkan berteriak kepada Panon
"Apakah benar apa yang dikatakan oleh Kidang Alit dan
Raden Kuda Rupaka, bahwa kau dan pamanmu akan
membuat kesulitan disini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pertanyaan itu benar-benar membingungkan, sehingga Panon tidak segera menjawab, dengan gelisah ia memandang Ki Mina yang berdiri beberapa langkah dari padanya, tetapi nampaknya orang tua itupun menjadi agak bingung pula.
"Kenapa kau diam saja" berkata Sangkan "Kalian berada dibawah perintahku disini, kalian harus menjawab dengan jujur dan tidak berbelit-belit."
Panon menjadi semakin bingung, tetapi justru karena itulah maka iapun dengan ragu-ragu menjawab "Tidak, tentu tidak, aku telah mengabdi disini dengan maksud yang baik"
"Apakah kau mencari pusaka pula seperti orang-orang lain?"
"Tidak, tidak"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, katanya "Bagus, sayang Raden Kuda Rupaka sudah pergi, seharusnya ia mendengar jawaban kalian bahwa kalian tidak akan mencari pusaka itu dengan cara apapun juga. Jika kalian sekarang mencangkul halaman dan nanti membuat lubang-lubang sampah itu karena akulah yang menyuruhmu"
"Ya, ya, semata-mata karena aku mendapat perintah dari Ki Lurah"
"Jangan panggil aku Ki Lurah, tidak seorangpun yang mengangkat aku menjadi lurah disini, meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kedudukanku terhadap kalian memang ada bedanya
dengan lurah kalian"
Panon tidak menjawab lagi, tetapi rasa-rasanya ia
tidak tahan lagi menghadapi tekanan perasaan yang
semakin menghimpit dadanya. Seakan-akan rongga
dadanya itu hampir meledak oleh perasaan muak dan
kesal. Sangkanpun kemudian berdiri dengan dada terngadah
dimuka pintu butulan menghadap kepada Inten Prawesti,
katanya "Puteri telah mendengar sendiri, kedua orang itu
tidak akan berbuat apa-apa disini, nanti puteri dapat
mengatakannya kepada Raden Kuda Rupaka dan Raden
Panji Sura Wilaga"
Inten menarik nafas dalam-dalam, tetapi kepalanya
terangguk pula meskipun ia berkata di dalam hatinya
"Sangkan adalah anak yang aneh, adik perempuannya
kadang-kadang menunjukkan sikap yang cerdas dan
cakap menganggapi keadaan, tetapi Sangkan justru
kebalikannya. Betapa mudahnya ia disesatkan oleh
jawaban-jawaban yang mungkin kosong, jika dengan
jawaban itu sudah meyakinkannya, maka ia akan mudah
sekali terpersosk ke dalam kesulitan"
Namun Inten Prawesti tidak mengatakan apapun juga
bahkan perlahan-lahan ia menyentuh bahu Pinten sambil
berkata "Marilah Pinten, kita masuk saja kedalam"
Pintenpun kemudian berdiri dan mengikuti Inten
masuk ke ruang dalam, dengan ragu-ragu Inten bertanya
"Apakah aku harus mengatakannya kepada ibunda?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten termangu-mangu sejenak, namun kemudian
iapun menjawab "Sebaiknya puteri, karena ibunda justru
telah mendengar keributan-keributan di halaman, karena
itu, agar ibunda puteri jusru tidak selalu dibayangi oleh
berbagai macam pertanyaan, maka ada pula baiknya
puteri memenuhi pesan Raden Kuda Rupaka"
Inten mengangguk-angguk, katanya "Baiklah Pinten,
aku akan langsung menghadap ibunda, sebaiknya kau
ikut serta, agar kau dapat membantu aku memberikan
penjelasan"
Pinten mengangguk-angguk, tetapi dengan dahi yang
berkerut-merut ia bertanya "Tetapi puteri, apakah yang
akan puteri katakan kepada ibunda?"
"Kesulitan kita, bukankah kakangmas Kuda Rupaka
berpesan demikian?"
"Lalu, apakah kira-kira tanggapan ibunda puteri?"
"Tentu aku tidak tahu Pinten"
"Jika puteri menjadi ibunda, apakah kira-kira yang
akan puteri lakukan?"
Inten termangu-mangu sejenak, dengan ragu-ragu
Inten mencoba menjawab "Apakah kira-kira ibunda akan
mempersoalkan keris itu lagi" Tetapi jika sekiranya
ibunda mengetahui, ibunda tentu sudah mengatakannya
kepada kakangmas Kuda Rupaka, agar kita segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terlepas dari kesulitan yang selalu membayangi rumah
ini" Pinten menarik nafas dalam-dalam, katanya "Memang
itulah tujuan Raden Kuda Rupaka, Raden Kuda Rupaka
ingin segera mengetahui dimanakah pusaka ayahanda
puteri itu disimpan. Karena bukan saja Raden Kuda
Rupaka, tetapi setiap orang yang berdatangan ke sekitar
istana ini percaya, bahwa keris pusaka itu masih ada di
dalam istana ini"
:Jika sekiranya ibunda memang mengetahui?" desis
Inten Prawesti "Tetapi ibundapun tentu tidak
mengetahui, dan itu berarti malapetaka akan menimpa
kita semuanya"
Pinten mendekati Inten sambil berbisik "Raden Kuda
Rupaka ada di istana ini puteri, seharusnya puteri tidak
usah menjadi cemas, jika sekiranya ibunda puteri
memang tidak menegetahui. Apakah salahnya untuk
berterus terang bahwa memang tidak mengetahuinya.
Tidak seorangpun akan dapat memaksa agar orang yang
benar-benar tidak mengetahui, dan dengan sendirinya
menjadi tahu"
Inten termangu-mangu, sekali lagi ia heran melihat
sikap dan tingkah laku Pinten dibandingkan dengan
kakaknya, Sangkan.
"Tetapi Pinten, bagaimanakah jika kakangmas Raden
Kuda Rupakalah yang kemudian tidak percaya bahwa
ibunda tidak mengetahui sama sekali tentang pusaka itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siapapun yang menghadap, yang tidak diketahui akan tetap tidak diketahui, aku kira puteri menjadi cemas bahwa dengan demikian Raden Kuda Rupaka akan kecewa dan meninggalkan istana ini"
Inten termangu-mangu sejenak, namun kemudian ia menganggukkan kepalanya sambil menjawab "Kau benar Pinten, aku memang cemas, bahwa kakangmas Kuda Rupaka akan merasa kecewa. Ia telah menyelamatkan kami dari bencana dan telah membunuh orang-orang yang ingin dengan paksa memasuki istana ini, yang pernah barang tentu ingin memaksa ibunda untuk menunjukkan pusaka itu pula"
"Puteri tidak perlu mengkhawatirkan, Raden Kuda Rupaka adalah seorang kesatria, jika ia menolong kita maka itu adalah darma. Tentu Raden Kuda Rupaka kelak akan menimbang beratnya. Ia tidak akan
menghubungkan pertolongannya dengan kepentingan yang lain, katakanlah tentang pusaka yang sedang dicari oleh banyak orang"
"Ah" Inten Prawesti berdesah.
Sementara itu Pinten berkata selanjutnya "Sudahlah puteri, jangan gelisah"
"Tetapi jika kakangmas Kuda Rupaka menjadi benar-benar kecewa, maka ia akan meninggalkan istana ini, menemukan pusaka itu baginya sebagai seorang kesatria adalah darma pula. Ia haris mengembalikan pusaka itu ke Demak"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi ia tidak dapat memaksa orang lain untuk mengatakan apa yang tidak diketahuinya" jawab Pinten, lalu "Puteri, jika Raden Kuda Rupaka kemudian merasa kecewa dan meninggalkan istana ini, maka kitapun tidak menjadi cemas"
"Dan orang-orang itu akan berdatangan?"
"Tentu tidak puteri, sasaran mereka akan beralih, mereka tidak akan bernafsu lagi memasuki istana ini, tetapi mereka akan mencari Raden Kuda Rupaka, karena mereka mengira bahwa Raden Kuda Rupakalah yang telah membawa keris pusaka itu dari istana ini"
"O" Inten menarik nafas dalam-dalam, katanya "Kau memang cerdas sekali, seolah-olah kau memiliki pengamatan yang tajam sekali terhadap sesuatu persoalan. Jauh berbeda dengan kakakmu. Ia adalah seorang anak muda yang lucu sekali, tidak banyak yang dapat dilakukan, tetapi setiwap perbuatannya dapat menimbulkan kejenakaan, sedangkan kau mempunyai ungkapan yang lain lagi Pinten, nampaknya kau seperti seorang gadis yang bijaksana"
"Ah. Puteri selalu memuji, jika aku benar-benar menjadi bijaksana, tentu karena puteri sadar atau tidak sadar telah membimbing caraku berpikir"
"Bagaimana mungkin jika aku sendiri tidak memiliki kebijaksanaan itu"
"Orang-orang rendah hati tidak akan memperlihatkan kebijaksanaan diri, apalagi mengatakannua kepada orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lain, dan itulah bedanya antara puteri dan orang-orang
lain yang merasa dirinya bijaksana"
Inten mengerutkan keningnya, dipandanginya wajah
Pinten dengan seksama, seolah-olah ia sedang mencari
sesuatu di dalamnya, bahkan rasa-rasanya jauh lebih
dalam arti pandangan lahiriah semata-mata.
"Pinten" berkata Inten Prawesti kemudian "Kau jauh
berbeda dengan kakak dan biyungmu"
"Pinten termangu-mangu sejenak, namun kemudian
ia tertawa, katanya "Sudahlah puteri, jangan memikirkan
aku, bukankah puteri sedang menghadapi masalah yang
jauh lebih pelik daripada menilik sifat dan tabiatku"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Inten menarik nafas dalam-dalam, kepalanya
ternagguk-angguk kecil, lalu katanya "Aku akan
menghadap ibunda"
"Apakah aku juga akan ikut serta seperti yang puteri
kehendaki untuk membantu puteri mengatakan apa yang
telah terjadi?"
"Ya, tentu Pinten"
Pinten mengangguk lemah "Terima kasih atas
kepercayaan itu puteri"
Keduanyapun kemudian mencari Raden Ayu Kuda
Narpada yang pada saat terakhir justru lebih banyak
berada di dalam biliknya. Rasa-rasanya memang ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sesuatu yang telah menyentuh hatinya sehingga
menumbuhkan bayangan lain di wajahnya.
"Semula ibunda sudah memasrahkan diri kepada Allah
Yang Maha Besar" berkata Inten, "Tetapi tampaknya kini
ibunda telah diganggu lagi oleh kenangan masa
silamnya, atau barangkali ibunda sudah mengetahui
bahwa istana ini telah menggetarkan bukan saja
padukuhan Karangmaja, tetapi padepokan-padepokan
dan bahkan para bangsawan di Demak, karena mereka
mengira di halaman ini terdapat sebilah pusaka yang
mereka cari"
"Kita akan menghadap puteri, mudah-mudahan
ibunda membuka hatinya"
Dengan ragu-ragu Intenpun kemudian mengajak
Pinten menemui ibundanya di dalam biliknya, namun
alangkahnya tertegun ketika mereka mendengar suara
tembang di belakang istana.
"Ah" desis Pinten, "Tentu kakang Sangkan memaksa
anak muda pengembara itu untuk mengajarinya
mendendangkan kidung itu, sejak semalam ia sudah
rerasan, bahwa ia ingin belajar kidung yang telah
menarik perhatiannya itu"
Inten menarik nafas dalam-dalam, katanya "Kakakmu
sama sekali tidak terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa
yang beruntun terjadi di istana ini, meskipun pada saat
peristiwa itu terjadi, ia menjadi ketakutan dan bahkan
seolah-olah menjadi beku sama sekali" ia berhenti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sejanak lalu "Marilah, kita mohon untuk berbicara dengan
ibunda yang tampak murung"
Dengan ragu-ragu maka keduanya memasuki bilik
Raden Ayu Kuda Narpada yang seperti telah diduga oleh
Inten, duduk dengan murung di dalam biliknya di bibir
pembaringan. Bahkan Inten terkejut ketika ia melihat
setitik air mata mengambang di pelupuk mata ibundanya.
"Ibunda" desis Inten.
Tetapi ibundanya justru mencoba tersenyum, sambil
mengusap matanya ia berkata "Marilah Inten"
Inten menjadi semakin ragu-ragu. Sekali ia berpaling
kepada Pinten yang sudah duduk bersimpuh di muka
pintu. "O, kau ajak Pinten?" bertanya ibundanya.
"Ya ibunda, aku membawanya menghadap ibunda jika
ibunda berkenan"
"Ibundanya mengerutkan keningnya, namun
kemudian sambil mengangguk ia menjawab "Suruhlah ia
masuk" Pintenpun kemudian bergeser masuk ke dalam ketika
Inten memeberi isyarat.
"Tutup pintu itu Pinten" berkata Inten Prawesti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pintenpun kemudian menutup pintu bilik itu, namun ia masih juga sempat melihat Raden Ayu Kuda Narpada mengusap matanya.
"Aku tahu apa yang akan kau katakan Inten, aku juga mendengar peristiwa yang baru saja terjadi di halaman samping"
"Karena itulah ibunda menangis?" bertanya Inten.
Ibundanya menarik nafas semakin panjang, jawabnya
"Mungkin juga kerana hal itu, tetapi mungkin juga karena banyak persoalan yang selama ini mengendap di dalam hatiku, aku tahu bahwa orang-orang yang mengepung istana ini sedang mencari pusaka yang mereka sangka disimpan oleh ayahandamu"
"Agaknya memang demikian ibunda, bahkan kini tekanan itu terasa menjadi semakin pepat, sehingga kakangmas Kuda Rupakapum telah merasa cemas pula"
"O, jadi angger Kuda Rupaka sudah merasa dicemaskan oleh perkembangan keadaan itu?" ibundanya menundukkan kepalanya. "Ia merupukan perisai yang kuat bagi rumah ini, jika perisainya sudah mulai lentur, apakah artinya kita semuanya?"
"Karena itu ibunda, pakah tidak sebaiknya ibunda berterus terang kepada kakangmas Kuda Rupaka"
"Tentang apa Inten" Apakah maksudmu, agar aku menunjukkan pusaka yang tidak aku ketahui itu untuk dibawa ke Demak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten manjadi termangu-mangu, namun kemudian
katanya "Memang jika ibunda tidak mengetahuinya,
sebaiknya ibundapun mengatakannya kepada kakangmas
Kuda Rupaka, sebab agaknya kakangmas Kuda
Kisah Sepasang Rajawali 28 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Pedang Pusaka Buntung 6

Cari Blog Ini