Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 1
Jago Kelana Karya : Tjan ID
Ebook pdf oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info
Jilid 1 Bab 1 BADAI salju bertiup dengan kencangnya membuat
seluruh permukaan bumi hanya tampak sinar putih keperak2an yang menyilaukan mata, di tengah kesunyian
yang mencekam hanya terdengar suara gonggongan anjing
yang amat ramai diselingi suara mengayun nya cambuk
yang amat nyaring.
Seorang gadis muda dengan menunggang kereta yang
ditarik oleh tujuh-delapan ekor anjing dengan amat
cepatnya berlari mendatangi.
Di tengah permukaan salju yang amat sunyi dari kosong
melompong itu cuma kelihatan sebuah rumah gubuk yang
berdiri dengan kuatnya disamping seorang lelaki berewokan
yang baru saja meloncat keluar dari rumah tersebut sewaktu
mendengar suara yang amat ramai....
Didalam sekejap mata gadis muda itu sudah berlari
mendekati lelaki berewok itu, tampak usianya kurang lebih
baru tujuh-delapan belas tahunan dengan potongan wajah
yang amat cantik sekali, tetapi pada hawa seperti ini
kelihatan rada ke-pucat2an, gerak geriknya agak loyo
bahkan kedua belah pipinya jelas tampak bekas air mata
yang menapak, agaknya dia orang baru saja merasakan
kesedihan. Sesampainya di hadapan lelaki berewok itu dengan suara
yang agak serak tanyanya:
"Apakah mereka ada ditempat ini ?".
Sikap dari lelaki berewok itu ternyata amat hormat sekali
terhadap gadis itu.
"Mereka pasti ada disini" sahutnya sambil menjura.
"Ehmm!" mendadak pergelangan tangannya membalik
"Sreet !" sebuah cambuk panjang berwarna merah darah mendadak diayunkan ke depan sehingga mengeluarkan
suara yang amat nyaring.
Cambuk itu besarnya ada satu jari tetapi panjangnya
cuma satu kaki lima, enam, setelah diayunkan keatas
kepala, ketujuh delapan ekor anjing itu segera dia tarik
kembali, gerakannya amat lincah dan cepat sekali.
Dengan diikuti suara bergeletarnya cambuk tersebut
beberapa ekor anjing itu segera berhenti bergonggong.
Suasana menjadi amat sunyi... sunyi tak terdengar sedikit
suarapun. Dan pada saat yang bersamaan pula dari dalam rumah
gubuk itu terdengar suara yang bercuitan pintu rumah
dengan perlahan dibuka.
Baru saja pintu terbuka, ketujuh, delapan ekor anjing itu
segera siap menubruk kembali kedepan tetapi sang gadis
dengan cekatannya menahan gerakan tersebut membuat
beberapa ekor anjing yang amat ganas itu segera berdiam
diri dan merebahkan diri keatas permukaan salju.
Pintu rumah gubuk itu dengan perlahan terbuka disusul
munculnya sebuah payung yang terbuat dari kertas minyak
yang dipentangkan lebar2, jelas kelihaatan diatas payung itu sudah ada tiga buah lubang yang cukup besar.
Tampak seorang kakek tua yang memakai kain kulit
yang terbuat dari bulu domba dengan langkah yang amat
perlahan berjalan keluar
Kakek yang masih mengantuk itu dengan menggunakan
payungnya menutupi badan lalu berjalan maju satu langkah
ke depan, terdengar dia sedang bergumam:
"Ouww... sungguh hebat hujan salju kali ini."
Sembari berkata ia menongolkan kepalanya sekeliling
tempat itu, sewaktu dilihat hadirnya seorang lelaki berewok disana mendadak dia berseru tertahan.
"Aaah kiranya Ong Cong-koan ! eeeh Ong Cong-koan
kau membawa sebegitu banyak orang apakah mau pergi
berburu malam " kulit rase yang bagus apakah harus dicari
dengan berburu pada malam hari " Ong Cong-koan
silahkan masuk, mari minum dulu secawan teh panas ! mari
... mari ... biar Loo-han pergi masak air."
Semenjak lelaki tua itu muncul sampai saat ini dia terus
menerus beribut tidak keruan tetapi tak seorangpun yang
memberikan langganannya.
Si lelaki berewok maupun gadis itu sewaktu melihat
lelaki tua itu berjalan keluar secara tiba2, pada air mukanya segera memperlihatkan perubahan hebat, agaknya kejadian
ini berada di luar dugaan mereka, menanti setelah lelaki tua itu selesai berbicara barulah lelaki berewok itu berseru:
"Tan Loo Tia . . ."
Begitu dia berseru, Tan Loo Tia lantas angkat kepalanya
kembali dan berteriak lagi:
"Aaah !! Bukankah gadis ini adalah Soat Ang Sio-cia dari Benteng Thian te Poo?" Haa... haa sungguh mirip burung
hong yang melayang turun dari atas langit Soat Ang siocia
sewaktu Loohan melihatmu untuk pertama kakinya,
usiamu masih amat kecil sekali, pada hari kedua Loohan
sudah pergi menangkap tiga ekor rase yang amat besar
hehe... hee aku lihat kali ini belum tentu kau bisa berhasil menangkap beberapa ekor..."
Baru saja dia berbicara sampai disini tampak gadis muda
itu sudah kerutkan alisnya rapat2.
"Aah ! Tan Loo Tia" Seru lelaki berewok itu dengan gugup, "Kau banyak bicara lagi, kami sengaja datang untuk mencari orang,
"Mencari orang. ooooh .. . kalian mau mencari Loo han
" " ?" serunya melengak.
Kepalanya didongakkan tinggi2 sehingga tampaklah
pada wajah yang berwarna hitam seluruhnya ditutupi
dengan keriputan, agaknya usianya sudah lanjut sekali
sehingga dirinyapun tidak bisa mengatakan berapa besar
usianya tetapi Ong Cong Koan dari benteng Thian It Poo
ini sebaliknya tahu dengan amat jelas kalau kedua buah
rumah gubuk ini sudah ditinggali olehnya selama hampir
dua puluh tahun lamanya.
Ong Cong Koan sangat senang terhadap Tan Loo Tia
ini, karena sejak Tan Loo Tia berdiam di dalam dua buah
rumah gubuknya dua puluh li diluar benteng Thian It Poo
maka kedudukannya didalam Benteng Thian It Poo pun
sehari demi sehari meningkat sehingga akhirnya menduduki
sebagai Cong-koan.
Orang2 yang berlalu lalang didalam benteng Pek Kian
Poo semuanya pada merasa heran, keamanan serta
penjagaan dari Benteng Thian It Poo amat ketat sekali
bahkan pada dua puluh lima lie sebelum Benteng sudah
disebar pengawal serta mata2 yang pada menyebar disana,
dua puluh li sebelum Benteng semakin mendekat kearah
Benteng penjaganya semakin banyak, jika orang asing
hendak memasuki tempat itu tanpa ketahuan benar2 amat
sulit sekali, bagaikan terbang ke langit, tetapi kenapa pada deretan penjaga pertama sudah ada orang yang tinggal
disana tanpa dicurigai, bukankah hal itu amat janggal
sekali" Padahal sewaktu Tan Loo Tia untuk pertama kali pindah
kesana para jago dari Benteng Thian It Poo sudah menaruh
curiga terhadapnya bahkan melakukan pengawasan yang
ketat siang malam, tetapi lama kelamaan semua orang dari
Thian It Poo pada mengetahui kalau Tan Loo Tia adalah
seorang yang sedang melarikan dirinya dan tinggal dengan
sengsara seorang diri, Tan Loo Tia ini sama sekali tidak
mempunyai kepandaian lain selain bisa membuat arak yang
paling bagus. Arak adalah barang yang paling mudah untuk
memperpendek jarak hubungan persaudaraan, lama
kelamaan orang2 dari Benteng Thian It Poo semuanya pada
tahu kalau Tan Loo Tia bukanlah seorang yang patut
dicurigai karenanya penjagaan nya pun menjadi semakin
kendor. Sedangkan pada waktu itu Tan Loo Tia sudah amat tua,
selama dua puluh tahun ini hampir2 dia orang tidak bisa
berjalan lagi sudah tentu hal ini semakin membuat orang
lain tidak mencurigai dirinya lagi.
Kini melihat si kakek tua sudah salah menyangka kalau
mereka mau mencari dia orang tua tidak terasa lagi Ong
Cong-koan tertawa geli.
"Tuh... buat apa aku orang cari dirimu ?" ujarnya sambil tertawa. "Kami sedang mengejar dua orang, satu laki satu perempuan, yang laki tentunya kau sudah pernah bertemu,
dia adalah keponakan dari Toocu".
"Ohh benar, benar, aku memang pernah bertemu"
Potong Tan Loo Tia dengan cepat. "Bukankah bocah itu
putih dan besar perawakannya bahkan pandai memanah".
"Tidak salah !" sahut Ong Cong-koan mengangguk.
"Kami mau mencari dirinya, bukankah mereka ada didalam rumahmu ?"
Tan Loo Tia segera menyipitkan matanya dan tertawa
terbahak2. "Ong Cong-koan !" serunya, "Kau orang apa mau ajak aku untuk bergurau " bagaimana mungkin mereka ada
disini ?" Mendengar perkataan tersebut Ong Cong-koan segera
palingkan kepalanya kearah gadis itu.
"Nona !" ujarnya dengan suara amat hormat. "Tan Loo Toa bilang mereka tidak ada disini, lebih baik kita mengejar terus kedepan saja, bilamana kita harus buang waktu
dengan percuma disini mereka tentu melarikan diri semakin
lama se makin menjauh".
"Tetapi anjing2ku
ini sudah berhenti mengejar
sesampainya ditempat ini !" ujar gadis itu dengan wajah yang adem.
"Benar... benar ! penciuman anjing adalah paling tajam diantara binatang2 lain, sekalipun berada beberapa li jauh
nya dia masih bisa mencium bau manusia yang sedang
dicari, kini ke tujuh-delapan ekor anjing itu sudah berhenti mengejar sesampainya disini jika mau dikatakan orang yang
mereka kejar tidak berada disini sebenarnya merupakan
suatu urusan yang sukar dipercayai."
Karenanya Ong Cong-koan segera berseru kembali: "Tan
Loo Tia, urusan ini kau jangan bicara secara guyon, mereka
benarkah tidak ada didalam rumahmu ?"
"Ong Toa-siok ! kau kenapa ?" teriak gadis itu mendadak dengan amat gusarnya, "Manusia2 itu ada didalam rumah
atau tidak kenapa kau tidak memeriksanya sendiri ?"
Tubuhnya segera melayang menerjang kedalam rumah
itu, sewaktu tubuhnya mencapai ditengah udara cambuk
ditangannya dengan cepat menghajar kearah depan
memaksa ke tujuh-delapan ekor anjingnya ikut menerjang
masuk kedalam. Menanti setelah tubuhnya melayang turun di depan
pintu rumah dan memukul rubuh pintu tersebut kedua ekor
anjing yang sudah ada dibelakang tubuhnya telah
menerjang kedalam sambil menggonggong tak hentinya.
"Cepat ambil api dan bawa kemari !" perintahnya sambil berdiri tegak di depan pintu.
Suaranya amat serak sekali bahkan diucapkan keluar
sambil menggigit kencang bibirnya, sepertinya setelah ada
penerangan dia akan melihat sesuatu urusan yang amat
menggemaskan hatinya sehingga dia kepingin sekali
menghancurkannya.
Dia begitu berteriak segera tampak dua orang lelaki
meloncat masuk kedalam pekarangan dan memberikan
sebuah obor kepadanya.
Melihat kejadian tersebut Tan Loo Tia segera menutup
kembali payungnva, serunya sambil pentangkan tangannya
lebar2. "Eeeeh.. Toa-siok sekalian sebenarnya kalian mau cari
apa " eeh... Ong Cong-koan.... loo han... loo-han..."
"Kau orang tidak usah banyak bicara lagi" Potong Ong Cong-koan dengan wajah keren, "Kami cuma mau mencari
orang saja, bilamana orang itu bisa kami temukan disini,
hemm ! hmm beberapa kerat tulang2 tuamu itu jangan
harap bisa tersisa !"
Berulang kali Tan Loo Toa mendepakkan kakinya keatas
tanah, wajahnya yang sudah penuh dengan keriput tampak
memperlihatkan wajah menyesalnya, sewaktu dia putar
badannya kembali tampaklah gadis tersebut mencekal obor
sudah berjalan memasuki rumah gubuk itu.
Kedua rumah gubuk itu amat kecil sekali, sewaktu
ketujuh-delapan anjing itu menerjang masuk sebentar saja
seluruh barang yang ada di sana sudah diobrak-abrik tidak
keruan, hanya sekali pandang saja gadis itu sudah bisa
melihat seluruh keadaan isinya.
Didalam rumah itu sudah tidak ada orangnya, tetapi
mendadak tampak ke tujuh-delapan ekor anjing itu
mengumpul menjadi satu dan menciumi tanah sambil
menggonggong terhadap permukaan tanah disekelilingnya.
Melihat itu si gadis tersebut segera tertawa dingin.
"Hmm! Ong Cong-koan" serunya dingin "Kau orang sudah melihat belum, didalam rumah ini ada jalan rahasia,
Orang tua bangkotan ini pasti bukan manusia baik2, cepat
tangkap dia orang terlebih dulu !"
Tetapi Ong Cong koan sama sekali tidak turun tangan
terhadap diri Tan Loo-toa, sebaliknya dengan langkah
perlahan berjalan kebelakang tubuh gadis itu, ujarnya:
"Nona, tempat ini hanyalah sebuah gudang dibawah
tanah saja yang sudah diketahui oleh semua orang
dibenteng sebagai tempat untuk menyimpan arak wangi
yang dibuat Tan Loo-tia."
"Bagaimana kau bisa tahu didalam gudang ini tidak ada
orang yang sedang bersembunyi ?" bentak gadis itu dengan amat gusarnya.
Bibir Ong congkoan tampak
sedikit bergoyang, sebenarnya dia mau berkata "Kenapa Tan Loo Tia mau
menyembunyikan orang", tetapi sewaktu dilihatnya wajah gadis itu sudah diliputi oleh kegusaran dia tidak berani
meneruskannya kembali perkataan yang semula mau
diucapkan ditelan kembali mentah2. Dengan suara yang
amat berat bentak gadis itu kembali:
"Bongkar tempat ini, buka gudang tersebut !" Ong Cong koan segera menyahut dan berjalan melalui dua ekor anjing
yang ada di sana lalu bungkukkan badannya menyangkolkan jarinya pada satu lubang dan mengangkat
sebuah papan seluas lima depa keatas.Begitu papan itu
terbuka maka secara samar2 segera terbau harumnya arak
yang amat semerbak.
Gadis itu mengangkat obornya untuk menerangi gudang
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibawah tanah tersebut, tampaklah ruangan itu dalamnya
ada satu kaki dengan luas enam tujuh depa yang sudah
penuh diisi dengan gentong-gentong serta guci2 arak.
Dibawah sorotan api obor terlihatlah didalam gudang
dibawah tanah itu sama sekali tidak tampak adanya sesosok
manusiapun Baru saja papan itu terbuka terlihatlah ketujuh, delapan
ekor anjing tersebut dengan kalapnya menyalak tak
hentinya lalu menubruk ke dalam semuanya.
Gadis itu dengan amat tenangnya berdiri disamping
pintu gudang dibawah tanah itu, tampak air mukanya
penuh diliputi oleh ke-ragu2an, mendadak tangannya
digetarkan cambuknya dengan amat dahsyatnya menyambar kedalam gudang....
Seketika itu juga sebuah guci yang berisikan arak wangi
sudah tersambar hingga hancur lebur, arak wangi dengan
sendirinya mengalir keluar membasahi seluruh permukaan
membuat seluruh ruangan berbau wanginya arak.
Saat itu ketujuh delapan ekor anjing itu tidak ambil
diam, mereka mencium sana sini sambil menyalak tak
henti2nya. Sebaliknya cambuk yang ada ditangan sang gadispun
bagaikan naga sakti ber-turut2 melancarkan beberapa kali
sambaran, membuat tujuh, delapan buah guci seketika itu
juga menjadi hancur lebur berhamburan diatas tanah,
orang2 yang mengerubungi tempat itu termasuk juga Ong
Cong-koan sendiri dalam hati diam2 merasa amat sayang
sekali. Begitu ke tujuh-delapan buah guci arak itu terhajar
hancur maka seluruh ruangan gudang itu dapat dilihat
dengan amat jelasnya, ternyata disana sama sekali tidak
tampak adanya bayangan orang.
Waktu itu dengan jalan yang amat tegak Tan Loo Tia
sudah berjalan masuk kedalam ruangan sambil menghela
napas ujarnya dengan nada sayang:
"Nona kau sungguh2 sudah berbuat kesalahan besar, ke
tujuh-delapan buah guci arak itu sudah aku simpan selama
dua puluh tahun lamanya, aiii" coba lihat, bukankah
ditempatku sini tidak bersembunyi seseorang"
Dengan tidak henti2nya dia bergumam seorang diri,
tetapi tak seorangpun yang menggubris dirinya, tiba2 gadis
muda itu berteriak amat keras:
"Ong Cong-koan, coba kau lihat !!"
Sembari berteriak dia menuding kearah gudang dibawah
tanah itu, Ong Cong-koan yang mendengar seruan tersebut
terpaksa melongokkan kepalanya memandang kebawah,
tetapi sebentar kemudian dia sudah dibuat melengak.
Ke tujuh-delapan buah guci arak yang sudah terkena
pukulan cambuk hingga hancur seharusnya diatas tanah
ada genangan arak setinggi dua tiga coen tetapi saat ini
permukaan tanah cuma basah saja sedikitpun tidak tampak
adanya genangan arak.
Ong Cong-koan benar2 dibuat tertegun, serunya:
"Nona, ini...."
"Kau masih tidak paham juga ?" Potong gadis itu dengan amat gusarnya " Dibawah gudang ini pasti ada jalan rahasia lainnya, kalau tidak arak tersebut tidak mungkin bisa
merembes ke-tempat lain !"
Ong Cong-koan menjadi sangat terperanjat sekali,
"Tan Lo, . ." serunya,
Belum sempat dia mengucapkan "Tia" hurup yang
terakhir seketika itu juga dia berdiri melengak untuk kedua kalinya,
Tampak tubuh dari Tan Loo Tia didalam sekejap mata
itulah sudah mengembang menjadi sangat besar sekali,
tetapi kejadian yang sudah berlangsung hanya didalam
sekejap mata itu tidak memberi kesempatan buat Ong
Congkoan untuk melihat lebih jelas lagi dengan cara
bagaimana tubuh dari Tan Loo Tia bisa mengembang
sampai begitu besarnya.
Karena pada saat tubuh Tan Loo Tia mengembang besar
dan berkelebat dengan amat cepatnya itulah segera
terdengar suara jeritan ngeri dari ke tujuh-delapan anjing
yang berada disamping badannya disusul terpentalnya
bayangan2 kecil keatas udara, ke tujuh-delapan ekor anjing
itu sudah pada bergulingan diatas tanah dan binasa seketika itu juga.
Baru saja suasana menjadi hening sebentar kembali
terdengar dua buah pukulan dahsyat berkelebat didalam
ruangan, dua orang terpukul mental kebelakang hingga
menubruk tembok lalu rubuh keatas tanah tidak berkutik
kembali, dari bagian dadanya darah segar mengucur keluar
dengan amat derasnya.
Perubahan yang terjadi secara mendadak ini benar2
membuat semua orang menjadi terperanjat, tetapi mereka
sama sekali tidak bisa berbuat apa2, setelah itu kembali
terdengar dua orang secara tiba2 menjerit aneh lalu
tubuhnya berkelebat dengan cepatnya menuju keluar.
Gerakkan mereka amat cepat sekali, hanya didalam
sekejap saja kedua orang itu sudah berada disamping tubuh
kudanya masing2.
Pada saat yang bersamaan pula tampak sesosok
bayangan manusia kembali berkelebat menyusut kedepan.
Gerakan tubuh bayangan itu amat cepat sekali laksana
berkelebatnya bayangan setan.
Hanya didalam sekejap saja dia orang sudah berkelebat
melalui diantara kedua orang itu dan menghadang didepan
mereka sepasang tangannya berkelebat berbareng menghajar bagian wajah dari kedua orang itu.
Jurus serangannya ini amat aneh sekali, belum sempat
orang yang ada didalam rumah melihat jelas gerakan yang
digunakan, sepasang tangan dari Tan Loo Tia sudah
ditekan ke depan sehingga tampaklah bayangan telapak
memenuhi seluruh angkasa membuat mereka tak dapat
menghindarkan diri kembali.
Dua buah jeritan ngeri segera memecahkan kesunyian
disusul mundurnya mereka berdua dengan sempoyongan.
Sebetulnya mereka sudah berhasil keluar dari rumah
sejauh dari sepuluh langkah tetapi saat ini badannya
mundur dengan sempoyongan hingga masuk kedalam
rumah kembali, setelah itu kakinya baru lemas dan rubuh
keatas tanah. Wajahnya yang membalik keatas segera terlihatlah
sebuah bekas telapak darah yang masih segar bugar.
Telapak tangan itu amat jelas sekali, persis seperti baru
saja dicapkan keatas wajah mereka sehingga membekas
amat dalam sekali.
Ong Cong-koan serta gadis itu sewaktu melihat kejadian
ini pada berdiri melongo, apalagi Ong Congkoan, ketika
melihat bekas telapak berdarah yang membekas di wajah
mereka berdua seketika itu juga dalam hatinya sudah
teringat dengan seseorang, tak tertahan lagi seluruh
tubuhnya gemetar dengan amat kerasnya seperti baru saja
direndam didalam air dingin.
Dan pada detik2 itu pula Tan Loo Tia sudah berkelebat
kedalam rumah, tubuhnya dengan amat cepatnya kembali
berkelebat didalam
ruangan tersebut membinasakan
keempat lelaki kasar lainnya yang masih tersisa.
Didalam sekejap mata empat orang itupun tubuh tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun.
Suasana menjadi amat sunyi sekali... sunyi sehingga tak
terdengar suara gemerisik sedikit pun juga, tetapi sebentar kemudian sudah dipecahkan dengan menggerusnya suara
yang keras kiranya saking takutnya seluruh tubuh dari Ong
Cong-koan sudah gemetar dengan amat kerasnya sehingga
giginya pada beradu dan mengeluarkan suara nyaring.
Sebaliknya wajah dari gadis muda itu walau pun amat
pucat pasi tetapi air mukanya masih tetap terlintas hawa
amarahnya yang bercampur rasa kaget, perubahan
wajahnya jauh berbeda dengan air muka Ong Congkoan
yang sudah berubah menjadi abu2 itu.
Tujuh-delapan ekor mayat anjing serta delapan sosok
mayat manusia menggeletak diatas tanah dengan amat
mengerikan, dibawah sorotan sinar obor kelihatan sangat
menyeramkan sekali.
Ketiga orang itu dengan berdiri pada arah yang
berlawanan berdiri tak bergerak sedikitpun juga, lama sekali baru terdengar Ong Congkoan berkata dengan suara yang
ter putus2: "Tan Loo Tia, kau... kau..." Saking takutnya dia tidak sanggup meneruskan kembali kata2 selanjutnya.
Tan Loo Tia yang ada dihadapan mereka sekarang ini
bukanlah Tan Loo Tia yang badannya bungkuk dengan
pandangan yang sayu.
Tampak tubuhnya berdiri tegak dengan angkernya,
sepertinya didalam sekejap mata itulah tubuhnya sudah
bertambah tinggi separuh kepala lebih, sedangkan sepasang
matanya memancarkan sinar yang amat dingin sekali
memandang tajam mereka berdua.
Terdengar dia tertawa dingin tak henti2nya membuat
seluruh tubuh Ong Cong-koan gemetar semakin keras,
mendadak dia jatuhkan diri berlutut sambil me-rengek2:
"Kau ampunilah diriku... kau... kau ampunilah jiwaku."
"Tidak dapat!" sahut Tan Loo Tia dengan nyaring
bahkan amat singkat sekali.
Ong Cong-koan menjadi tertegun, dengan perlahan dia
angkat kepalanya.
Tetapi pada saat dia angkat kepalanya itulah tangan
kanan dari Tan Loo Tia mendadak sudah di ulur kedepan
menekan ke atas wajahnya !
Sewaktu telapak tangan Tan Loo Tia ditarik kebelakang
itulah terdengar gadis muda itu menjerit kaget dan
menghembuskan napas dingin. Tampak wajah dari Ong
Cong-koan sudah di seset hingga kulitnya hilang semua,
sedangkan sebuah bekas telapak tangan yang penuh dengan
darah sudah membekas diatasnya.
Tetapi nyawanya masih belum melayang, tampak
tubuhnya sedikit bergerak lalu bangkit berdiri, teriaknya
dengan suara serak:
"Nona, ce... cepat... cepat beritakan kepada Poocu,
Hiat..." Baru sempat dia mengucapkan kata2 "Hiat" tubuhnya mendadak rubuh keatas tanah tidak berkutik kembali!
Terdengar Tan Loo Tia memperdengarkan suara tertawa
dinginnya yang amat menyeramkan, kepalanya digelengkan
lalu berseru dengan nada yang amat mengerikan.
"Hee... heee... tidak akan ada orang yang bisa
memberitahukan urusan ini kepada Poocu..."
Mendadak dia angkat kepalanya lalu beralih keatas
wajah sang gadis muda itu.
Tanpa terasa lagi gadis itu mengundurkan diri satu
langkah kebelakang.
Tan Loo Tia segera memperlihatkan sebaris giginya yang
putih menyeramkan.
"Tidak akan ada orang yang bisa beritahukan urusan ini kepada Pocu kalian" ujarnya kembali dengan seram,
"Nona... kaupun tidak bisa hidup lagi karena kau terlalu cerdik, selama puluhan tahun ini cuma kau seorang saja
tahu kalau dibawah gudang tersebut masih ada jalan rahasia
yang lain !"
Sembari berkata tubuhnya dengan perlahan mendesak
maju kedepan. Gadis itu sewaktu melihat Tan Loo Tia mendesak
dirinya terus menerus terpaksa mundur kembali kebelakang,
didalam sekejap saja tubuhnya sudah merapat dengan
tembok rumah. "Heee... heee... sebelum mati aku bisa beritahukan satu soal kepadamu" Ujar Tan Loo Tia kembali sambil
memperdengarkan suara tertawa anehnya yang amat
mengerikan "Jalan rahasia dibalik gudang tersebut sudah membuang waktuku selama dua puluh tahun lamanya dan
merupakan jalan yang menembus sampai ditengah-tengah
Benteng Thian It Poo, semua orang dari Benteng mimpipun
tidak akan menyangka akan hal ini, sudah tentu akupun
tidak boleh meninggalkan kehidupan ditempat ini !"
Tubuh gadis itu mulai kelihaian gemetar, bibirnya yang
pucat pasi sedikit bergerak mengucapkan kata2 dengan ter
potong2: "Kau... kau berani bunuh aku... orang2 dari Benteng
Thian It Poo tentu akan ada yang datang mencari aku !"
"Sudah tentu... sudah tentu!" sahut Tan Loo Tia sambil tertawa seram. "sudah tentu mereka akan mencari dirimu, karena kau adalah burung Hong yang turun dan kahyangan
putri kesayangan dari Poo-cu jika mereka tidak tampak kau
muncul kembali kenapa tidak pergi mencarinya " haahaha .
. tetapi mereka tidak akan menemukan sesuatu dari tempat
sini, menanti mereka tiba disini apapun sudah tidak ada,
bahkan sampai jejak yang mencurigakan akan lenyap tak
berbekas!"
Sehabis berkata tangan dari Tai Loo Tia dengan perlahan
diangkat keatas lalu diayunkan ke depan.
Gadis itu segera memperdengarkan suara jeritan
kagetnya yang amat tajam dan melengking tinggi, cambuk
ditangannya mendadak dikebutkan menjadi setengah
lingkaran lalu dengan dahsyatnya dibabat keatas tubuh Tan
Loo Tia. Bersamaan waktunya pula tubuhnya membungkuk
kebawah, punggungnya dengan sekuat tenaga menerjang
tembok yang ada dibelakangnya sehingga muncullah
sebuah lubang yang amat besar sekali.
Tubuhnya tanpa membuang tempo lagi sudah menerobos keluar dan ber-guling2 diatas permukaan salju
untuk cepat2 kabur dari sana.
Gerakan gadis itu boleh dikata amat cepat sekali
bagaikan sambaran kilat, tetapi baru saja dia berhasil
meloncat bangun, tubuh Tai Loo Tia sudah muncul
kembali dihadapannya.
Tangan gadis itu dengan cepat digerakkan kembali,
cambuk panjangnya dengan menimbulkan suara sambaran
yang amat keras kembali membabat kedepan.
Tetapi sayang sekali walaupun serangannya amat
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dahsyat tetapi lima jari dari Tan Loo Tia yang
mencengkeram pergelangan tangannya jauh lebih gesit dan
kuat lagi bahkan tenaga tarikannya bagaikan tarikan dua
puluh ekor kuda.
Sang gadis yang meiihat ujung cambuknya terkena
pegang oleh pihak lawan, menjadi sangat bingung sekali,
bila mana dengan cepat dia melepaskan cambuknya
kemungkinan sekali masih tidak mengapa, siapa tahu
justeru cambuk itu terbuat dari kulit seekor ular raksasa
yang amat kuat dan bagus sekali, apalagi benda itupun
sudah digembolnya sejak kecil, untuk mana dia merasa
amat sayang sekali untuk melepaskannya kembali.
Pada saat dia merasa ragu2 itulah tenaga tarikan dari
Tan Loo Tia yang amat dahsyat sudah menerjang datang
membuat tubuh gadis itu tertarik maju beberapa langkah
kedepan, dan jatuh tertelungkup keatas tanah.
Gadis tersebut segera merasakan keadaannya sangat
berbahaya, dengan cepat tangannya mengendor melepaskan
cekatan pada cambuknya dan mundur kebelakang tetapi
waktu sudah terlambat pundaknya terasa mengencang
tangan dari Tan Loo Tia sudah berhasil mencengkeram
dirinya. Tan Loo Tia yang sudah berhasil mencengkeram pundak
dari gadis muda itu tangan yang sebelah tidak henti2nya digoyang2kan didepan wajah sang gadis sambil memperdengarkan
suara tertawanya yang amat menyeramkan. Dengan cepat gadis muda itu angkat kepalanya keatas,
bunga salju selapis demi selapis jatuh berhamburan diatas
wajahnya yang pucat pasi bagaikan mayat, sepasang
matanya terbelalak lebar2-Walaupun air mukanya sudah
diliputi oleh perasaan ngeri serta ketakutan yang luar biasa tetapi bibirnya tetap tertutup rapat2 tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Lima jari tangan kanan dari Tan Loo Tia yang
terpentang lebar2 sejengkal demi sejengkal semakin
mendekati wajah gadis itu, kelihatannya sebentar lagi diatas wajah sang gadis yang amat cantik itu sudah akan
bertambah dengan sebuah cap telapak tangan berdarah yang
amat mengerikan.
Pada saat itulah gadis muda itu merasakan hidungnya
tercium bau amis darah yang amat memuakkan sekali,
telapak tangan dan Tan Loo Tia yang ada dihadapannya
kini sudah berobah memerah laksana darah, keadaannya
mirip dengan sebuah telapak tangan yang baru saja
direndam didalam darah segar, benar2 amat menyeramkan
sekali ! Walaupun sifat gadis itu ketus dan keras kepala tetapi
pada saat yang amat kritis dan menyangkut mati hidup
dirinya tidak urung hatinya dibuat ber debar2 juga,
napasnya ngos2an tidak teratur sedangkan sepasang
matanya dengan tajam memperhatikan telapak tangan yang
sudah ada kurang lebih tiga-empat coen dihadapannya.
Mendadak dengan menggunakan suara yang amat
gemetar ujarnya:
"Kau... kau... kau bukan Tan Loo Tia !".
"Haaa... haaa... haaa... sudah tentu aku bukan Tan Loo Tia ! haaa... haa..." seru Tan Loo Tia sambil
memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang amat
aneh sekali. "Kau... kau... kau adalah "Hiat Ciang" atau sitelapak berdarah, Tong Hauw ln." Teriak gadis itu kembali sambil menelan ludah. "Kau!ah si iblis tukang pembunuh si telapak berdarah, Tong Hauw!"
"Heee... heee... sungguh hebat, sungguh hebat!" Seru Tan Loo Tia sambil memperdengarkan suara tertawanya yang
amat aneh, "Aku orang sudah ada dua puluh tahun
lamanya tidak pernah munculkan diri didalam dunia
persilatan orang yang berusia seperti kau ternyata
mengetahui juga namaku, sungguh hebat!"
Napas dari gadis itu semakin memburu, dadanya terasa
sesak. kepalanya terasa pening... tetapi dia orang tetap
berusaha untuk mempertahankan ketenangannya bahkan
tidak henti2nya memperdengarkan suara tertawa dingin
yang tidak kalah ketusnya.
"Hmm! bagaimana aku bisa mengetahui nama mu " Di
dalam Benteng masih ada seorang yang sering mengungkit
dan menyebut namamu si telapak berdarah Tong Hauw,
aku tahu akan hal ini dari ayahku."
Tan Loo Tia... si telapak berdarah, Tong Hauw segera
mendengus dengan amat dinginnya.
"Orang2 Benteng Thian It Poo sering menyebut
namaku?" Teriaknya keras, "Kecuali Sie Liong si bajingan tua itu ada siapa lagi yang sering menyebut namaku ?"
"Kau berani memaki ayahku ?" bentak gadis itu dengan amat gusarnya.
Tong Hauw segera tertawa terbahak2 dengan amat
kerasnya, agaknya dia merasa sangat gembira sekali, berturut2 teriaknya dengan keras:
"Sie Liong bajingan tua.. Sie Liong bajingan tua !"
Mendengar suara makian dari Tong Hauw ini sang gadis
muda itu demikian gusar lagi sehingga akhirnya mencapai
puncaknya, pundaknya kena cengkeram oleh Tong Hauw
membuat sepasang tangannya sama sekali tidak mempunyai tenaga, sehingga tidak dapat lagi digunakan
untuk menghajar tubuh orang itu, tetapi sambil menggigit
kencang bibirnya mendadak dia orang melancarkan satu
tendangan kilat menghajar tubuh Tong Hauw.
Tong Hauw sama sekali tidak bisa menghindarkan
dirinya "Braak !" dengan disertai suara yang amat nyaring tendangan kilat gadis itu dengan amat cepatnya berhasil
menghajar kaki dari Tong Hauw.
Tong Hauw segera tertawa panjang... sebaliknya gadis
itu segera merasakan kakinya amat sakit sekali !
Saking sakitnya tidak kuasa lagi gadis muda itu
meneteskan air matanya, tetapi dia orang tetap menggigit
kencang bibirnya sehingga tidak mengeluarkan sedikit suara
mengaduh atau rintihan pun.
Si telapak berdarah Tong Hauw segera tertawa keras.
"He he he tidak kusangka Sie Liong itu bajingan tua yang tidak berguna seperti gentong nasi bisa mempunyai seorang
anak perempuan yang demikian keras kepalanya."
"Kau!ah yang tidak berguna seperti gentong nasi" balas teriak gadis itu dengan khekinya sehingga seluruh tubuhnya
gemetar amat keras "Jikalau kau orang berguna kenapa
harus menyembunyikan nama aslimu secara rahasia bahkan
berdiam disini selama dua puluh tahun lamanya ?"
Air muka si telapak berdarah, Tong Hauw didalam
sekejap mata itulah sudah berubah sangat hebat, untuk
beberapa saat lamanya dia tidak mengucapkan sepatah
katapun. Pada saat yang bersamaan pula telapak tangan yang ada
didepan wajah gadis muda itu dengan tidak henti2nya
bergoyang sehingga tercium bau amis darah yang sangat
memuakkan. Gadis itu merasa hatinya semakin ber-debar2 dengan
amat kerasnya hingga hampir2 melompat keluar dari
tubuhnya, tetapi selama ini dia tetap tutup mulutnya tidak
mengeluh. Lama sekali baru terdengar telapak berdarah Tong Houw
tertawa dingin.
"Benar selama dua
puluh tahun lamanya aku menyembunyikan nama dan berdiam disini, tetapi Sie
Liong itu bajingan tua apakah pernah melangkah keluar
satu langkahpun dari Benteng Thian It Poonya selama dua
puluh tahun ini?" serunya amat dingin.
"Hmmm" dengus gadis itu sambil kerutkan alisnya
rapat2 "Ayahku sedang melatih ilmu silatnya didalam
Benteng, bagaimana dia orang tua bisa dibandingkan
dengan kau manusia yang tidak keruan, manusia pengecut
cucu kura2 !"
Si telapak berdarah Tong Hauw segera tertawa dingin tak
henti2nya, setiap kali dia memperdengarkan suara tertawa
dinginnya yang amat keras, tubuh gadis itupun tergetar
dengan hebat. "Heee... heee jikalau orang yang setiap kali menyebut
namaku bukan itu bajingan tua Sie Liong lalu siapa lagi ?"
ujarnya kasar "Kenapa aku harus memberitahukan kepadamu ?" balas teriak gadis itu sambil tertawa dingin pula, agaknya secara mendadak dia teringat akan sesuatu urusan.
Telapak tangan dari si telapak berdarah Tong Hauw
semakin mendekati wajahnya lagi sehingga tinggal beberapa
coen saja. "Ayoh bilang, siapa ?" bentaknya.
"Hmmm ! justru aku tidak akan berbicara !" teriak gadis itu ketus sambil pejamkan matanya rapat2.
Tong Hauw benar2 tidak bisa bersabar lebih lama lagi,
disertai dengan suara dengusan yang amat dingin telapak
tangannya ditekan keatas wajah gadis tersebut.
Mendadak... Dari tempat kejauhan berkumandang datang suara
ringkikan kuda yang amat panjang sekali.
Suara ringkikan kuda itu kedengarannya sudah tidak
jauh dari rumah gubuk tersebut, Tong Hauw menjadi
melengak dibuatnya, telapak tangannya yang sudah mau
ditekankan keatas wajah gadis itupun mendadak ditarik
kembali, jari tangannya dengan cepat menotok jalan darah
"Ciao Cing Hiat" pada tubuh sang gadis lalu menyeretnya kembali kedalam rumah dan diletakkan diatas dipan kayu.
Cepat2 dia mengambil sebuah selimut dan menyelimuti
seluruh tubuh gadis itu rapat2 sedang kan dirinya duduk
disampingnya. "Eeeei... kalian berdua jangan bergerak dahulu, ada
orang datang !" serunya kemudian ke arah gudang dibawah tanah itu.
Tetapi dari dalam gudang dibawah tanah tersebut sama
sekali tidak terdengar sedikit suara pun.
Si telapak berdarah Tong Hauw segera mengerutkan
alisnya rapat2, ujarnya lagi:
"Heeei kalian dengar suaraku tidak ?" Kali ini suara bentakannya amat keras sekali, tetapi dari dalam gudang
dibawah tanah itu sama sekali tidak terdengar suara
sahutan. Tong Hauw tidak bisa menahan sabar lagi, tubuhnya
dengan cepat berkelebat melayang turun kedalam gudang
tersebut. Tetapi pada saat yang bersamaan pula terdengar suara
ringkikan kuda yang amat keras di susul menyambarnya
desiran angin keras menggulung kedalam rumah itu, saking
dahsyatnya desiran angin itu membuat kedua buah rumah
gubuk itu hampir2 terangkat dari tempatnya.
Sitelapak berdarah Tong Hauw yang ada di dalam
gudang dibawah tanah untuk sesaat lamanya tidak
mengetahui siapa yang telah datang, dengan ter-buru2 dia
bungkukkan badannya lalu memperdengarkan suara
batukan yang keras.
Belum habis dia berbatuk terdengar dari tempat atas
bergema datang suara bentakan yang amat keras: "Siapa ?"
"Aaa... aku... aku siorang tua she Tan !" jawab Tong Hauw dengan suara yang amat serak. sembari berkata
sepasang tangannya memegang kepalanya, tubuhnya
berjongkok dan gemetar dengan amat kerasnya
Suara langkah manusia segera bergema diatas nya dan
berhenti disamping gudang dibawah tanah itu.
"Tan Loo Tia, kau " apa yang sudah terjadi di sini ?"
ujarnya. Si telapak berdarah Tong Hauw diam2 melirik sekejap
keatas, terlihatlah seorang lelaki kasar berdiri di tepi mulut gudang itu.
Didalam sekali pandang saja dia sudah mengenal
kembali kalau orang itu adalah murid pertama dari Thian It
Poocu, Sie Liong.
"Aaa ... aku ... aku juga tidak tahu" sahutnya dengan suara gemetar, "Semula datang seorang lelaki dan seorang perempuan lalu datang juga banyak orang-yang saling
serang menyerang aaa ... aku ... aku ketakutan dan terpaksa bersem... bersembunyi disini, aku benar2 tidak tahu, Thio
Thay-ya... aku sama sekali tidak tahu !"
"Ehmm ... kau naiklah !" perintah lelaki berusia
pertengahan itu. Dengan per-lahan2 Tong Hauw memanjat
naik keatas permukaan tanah, baru saja tubuhnya mencapai
separuh jalan mendadak tubuhnya berdiri tegak kembali
sedangkan telapak tangannya dengan kecepatan bagaikan
kilat mengirim satu pukulan dahsyat kedepan.
Pukulan telapak tersebut dengan amat cepatnya
menghajar lambung dari lelaki berusia pertengahan itu.
Pada wajah lelaki berusia pertengahan itu segera
memperlihatkan perasaannya yang amat terkejut, setelah
memandang kearah Tong Hauw selama beberapa saat
lamanya dia menghembuskan napas panjang dan rubuh
terlentang keatas tanah.
Si telapak berdarah Tong Hauw yang didalam satu kali
pukulan saja sudah berhasil membinasakan seseorang, tidak
terasa lagi dia orang memperdengarkan suara tertawa
dinginnya yang menyeramkan.
Tetapi pada saat dia tertawa dingin itulah mendadak dari
pintu luar berkumandang pula dua buah suara tertawa
dingin yang tidak kalah seramnya.
Suara tertawa dingin itu kedengaran amat aneh sekali. Si
telapak tangan berdarah Tong Hauw yang merupakan
seorang berkepandaian tinggi setelah mendengar suara itu
tidak terasa lagi sudah bersiul beberapa kali.
Dia orang sama sekali tidak menyangka orang yang baru
saja datang bukan cuma lelaki berusia pertengahan itu saja, jikalau sejak tadi dia tahu kalau orang yang datang bukan
dia seorang saja sudah tentu dirinya tidak akan turun
tangan membinasakan dirinya.
Saat ini dengan cepat dia dongakkan kepalanya
terlihatlah didepan pintunya sudah berdiri seorang lelaki
dan seorang perempuan.
Yang lelaki mempunyai perawakan yang amat pendek
sekali sehingga kelihatan amat aneh, wajahnya beringas
kejam tetapi pakaian yang dikenakannya amat perlente
sekali, jubahnya yang berwarna putih tampak bersulamkan
beratus2 ekor kelabang dalam gaya yang sama sekali
berbeda dan mengeluarkan sinar yang amat menyilaukan
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mata. Sedangkan perempuan itu mempunyai perawakan yang
amat tinggi bahkan tinggi badan lelaki itu tidak lebih cuma ada sepinggangnya saja.
Perempuan itu mempunyai wajah seperti kuda, pucat
pasi sedikitpun tidak kelihatan adanya darah sehingga
keadaannya amat menyeramkan sekali, ditengah sepasang
mata yang bulat besar memancar keluar sinar yang
membuat hati orang serasa bergidik, rambutnya awut2an
tidak keruan keadaannya didalam sepuluh bagian ada
sembilan bagian mirip dengan setan gentayangan atau
hantu liar ! Begitu melihat munculnya kedua orang itu tidak terasa
lagi sitelapak berdarah Toog Hauw menghembuskan napas
dingin, hatinya terasa berdesir...
"Hey lelaki busuk kau sudah melihat belum?" Seru
perempuan itu sedikit menggerakkan bibirnya, "lnilah yang dinamakan Thian membantu manusia yang sedang
kesulitan !"
"Benar !" sahut lelaki itu dengan suara yang amat kasar dan parau sekali, "Hey Nio cu ! Telapak darah dari Tong Loo toa sudah mendapatkan kemajuan yang amat pesat
sekali jika dibandingkan sewaktu dia orang membinasakan
anak kita !"
"Eeei lelaki busuk perkataanmu sedikitpun tidak salah."
ujar perempuan itu lagi. "jikalau anak kita tidak binasa dibawah pukulan telapak berdarahnya, tahun ini mungkin
sudah kawin, kau pun seharusnya sudah membopong
cucu!" "Heee... heee... heee... Nio-cu, perkataanmu sedikitpun tidak salah !"
Sitelapak berdarah Tong Hauw yang mendengar mereka
tidak henti2nya berbicara, dalam hatinya merasakan sedikit
tidak sabaran, dia orang segera tertawa keras.
"Heee... hee heee... sungguh tidak kusangka ditempat
yang demikian dingin dan tandusnya ternyata bisa bertemu
dengan Li Sincun serta Loei Sian Hoo suami istri !"
Sekali lagi lelaki serta perempuan ini memperdengarkan
suara tertawa yang amat menyeramkan.
"Hey Tong Loo-toa !" ujar mereka berbareng, "lnilah yang dinamakan Thian membantu orang yang berada
didalam kesulitan, kita sudah ada dua puluh tahun lamanya
mencari dirimu, selama dua puluh tahun ini tempat
manapun sudah kita kunjungi, pada tiga empat tahun
dekat2 ini aku dengar orang bilang katanya sejak dulu kau
orang sudah menyingkir keluar perbatasan karena kita terus
menerus berputar2 diluar perbatasan. Heee... heee... jikalau bukannya pukulanmu tadi, hampir2 kitapun tidak berani
mengenal dirimu kembali"
"Baik... baik... bagus... bagus sekali !" seru Si telapak berdarah Tong Hauw dengan suara yang berat. "Kalian kini sudah mendapatkan aku orang, sudah tentu hutang2
lamapun hendak kalian tagih semua bukan ?"
"Sudah tentu !" sahut perempuan itu dengan suara keras.
Tong Hauw menarik napas panjang2,sebentar kemudian
dia baru berkata kembali:
"Tetapi aku ada satu permintaan yang tidak sesuai, harap kalian mau meluluskan."
"Hiii... hi... hiii... coba kau katakan, bagai manapun kita sudah ada dua puluh tahun lamanya menantikan dirimu !"
Sahut perempuan itu sambil tertawa seram.
"Aku orang she Tong masih ada sedikit urusan ditempat
ini." ujar si telapak berdarah Tong Hauw sepatah demi
sepatah. "Tetapi urusan ini sudah hampir mendekati
keberhasilan, dua bulan kemudian aku akan menyerahkan
diri di istana Teh Hoo Kong, kalian berdua kira
bagaimana?"
Si lelaki maupun perempuan yang mendengar perkataan
ini mendadak tertawa menjerit dengan sangat seramnya
sehingga membuat orang yang mendengar merasakan
seluruh bulu kuduknya pada berdiri.
"Istana Teh Hoo Kong apa masih ada ?"
"Apa arti dari perkataanmu ini ?" tanya Tong Hauw tertegun.
Mereka berdua tertawa seram tak henti2nya, suara
tertawanya terasa amat mengerikan sekali ditengah malam
buta yang amat sepi,
Terdengar lelaki itu berteriak dengan suara yang amat
dingin: "Istana Teh Hoo Kong sejak lama sudah tidak ada lagi,
istana Teh Hoo Kong yang amat mewah dan sangat
berharga bahkan menjagoi seluruh Bu-lim sudah terbakar
ludas oleh kami !"
Tidak tertahan lagi tubuh Tong Hauw mundur satu
langkah ke belakang.
"Kenapa ?" tanyanya terperanjat.
Suara dari lelaki itu semakin lama semakin meninggi
semakin lama semakin melengking.
"sewaktu api berkobar dengan hebatnya membakar
istana Teh Hoo Kong, kami suami isteri berdua di hadapan
api yang berkobar sudah mengangkat sumpah untuk
menangkap kembali musuh besar kami, setelah itu
menghancurkan badan serta tulang2nya untuk dicampur
dengan kapur sebagai bahan untuk mengapuri istana Teh
Hoo Kong di kemudian hari !"
Tong Hauw yang mendengar perkataan mereka semakin
lama merasakan hatinya semakin terperanjat, sang lelaki
serta perempuan dua orang ini merupakan jagoan lihay dari
kalangan Hek-to, diatas gunung Mong-san didaerah Biauw
Ciang mereka mempunyai sebuah istana Teh Hoo Kong
yang amat mewah dan mentereng sekali, semua orang Bu
lim menganggapnya merupakan sebuah istana yang paling
mewah, paling mentereng, jika mengangkat majikan dari
istana Teh Hoo Kong ini si Kiem Uh sincun atau malaikat
kelabang emas Li Siauw serta Hek Hong Sian Hoo atau
Bidadari angin hitam Chan Si, siapapun mengenalnya.
Pada tempo hari si telapak berdarah Tong Hauw pernah
bertempur dengan seseorang didekat tembok besar, saat itu
ada seorang pemuda yang usianya kurang lebih dua puluh
tahunan tetapi sikapnya sangat congkak sedangkan
perkataannya atos dan kasar sekali, waktu itu Tong Hauw
tidak tahu siapakah dia orang sehingga terjadi pertempuran
yang amat sengit, kepandaian silat dari pemuda itu ternyata biasa saja tidak sampai tiga juga jurus dia sudah menemui
ajalnya dibawah telapak berdarahnya.
Setelah Tong Hauw membinasakan pemuda itu dia baru
tahu kalau pemuda tersebut ternyata adalah satu2nya putra
dari majikan istana Teh Hoo Kong didaerah Biauw ciang,
itu si malaikat kelabang emas serta Bidadari angin hitam !
Bencana ini sudah tentu tidak kecil resikonya tetapi
dikarenakan bersamaan waktunya Tong Hauw menemui
pula suatu urusan pribadi yang jauh lebih penting memaksa
dia orang harus menyingkirkan diri jauh2 dari Tionggoan.
Diluar perbatasan itulah dia orang menyamar sebagai
"Tan Loo Tia" dan berdiam dengan tenangnya, oleh karena itu
terhadap urusan ini hampir2 dirinya sudah melupakannya. Tetapi... justru ditengah malam salju yang amat
merepotkan sepasang musuhnya munculkan diri disana
bahkan sewaktu mereka munculkan diri Tong Hauw pun
sedang melancarkan pukulan telapak berdarahnya membinasakan seseorang membuat dia orang untuk
mungkirpun tidak sempat lagi.
Saat ini Tong Hauw benar2 merasakan hatinya amat
cemas sekali, jikalau dia diharuskan bergebrak dengan
kedua orang yang ada dihadapannya ini, kalau cuma satu
melawan satu kemungkinan sekali dengan paksakan diri
masih bisa seimbang tetapi bilamana dia orang diharuskan
satu melawan dua, kiranya sulit buat dirinya untuk
mmemperoleh kemenangan !!
Jika dilihat situasi yang ada dihadapinya saat ini sudah
tentu jalan yang paling selamat buat dirinya adalah merat
dari sana, asalkan dia berhasil melarikan diri kedalam
sebuah hutan lebat sepuluh li dari tempat ini mereka berdua jangan harap bisa menemui dirinya lagi, tapi.. justeru
pekerjaan ini tidak mudah untuk dilakukan olehnya!
Tetapi selama dua puluh tahun lamanya ditempat ini dia
merahasiakan nama serta asal usulnya bahkan bersusah
payah berusaha, sudah kini pekerjaannya sudah hampir
mencapai hasil jikalau menyuruh dia orang pergi dari situ,
sebenarnya dia orang merasa sayang sekali dan tidak tega
untuk meninggalkan susah payahnya yang dilakukan
selama dua puluh tahun lamanya ini.
Oleh karena itu sambil memperlihatkan tertawa
seramnya didalam hati dia terus menerus memikirkan
langkah2 selanjutnya.
Terdengar si bidadari angin
hitam, Chan Sie memperdengarkan suara tertawanya jang amat tidak enak
didengar, tetapi dari suara tertawanya ini jelas sekali
menunjukkan kegirangan hatinya yang me-luap2, mereka
selama dua puluh tahun lamanya sudah mengunjungi
semua tempat untuk mencari pembunuh putranya, tidak
disangka secara tiba2 bisa menemui dirinya muncul
ditempat itu sudah tentu rasa girangnya saat itu sukar sekali untuk dilukiskan.
Sembari tertawa keras, tangan kanannya dengan perlahan2 diayunkan keatas.
Dia orang yang mempunyai perawakan tinggi kurus
sepasang tangannyapun kurus sekali hingga mirip sekali
dengan cakar burung yang berwarna hitam pekat,
keadaannya sangat jelek dan mengerikan sekali. Melihat dia
orang sudah ber-siap2 untuk turun tangan, dengan cepat
Tong Hauw berteriak:
"Tahan dulu !"
"Heee... hee... kau orang ada perkataan apa lagi?" teriak Chan Sie sambil tertawa seram.
Si telapak berdarah Tong Hauw tahu kalau urusan ini
tidak mungkin bisa dicegah lagi, tetapi dia pun tidak ingin untuk bungkam terus.
"Ditempat ini aku ada satu urusan yang amat penting
sekali", ujarnya dengan cepat. "Malam ini atau besok kemungkinan sekali sudah bisa beres, bagaimana kalau
kalian berdua untuk sementara waktu meninggalkan tempat
ini terlebih dulu untuk kemudian bertemu kembali pada
esok malam di tempat ini juga ?".
Chan Sie maupun Lie Siauw yang mendengar
perkataannya itu segera tertawa terbahak2, suara tertawa
mereka amat keras sekali ditambah pula tenaga dalam
mereka berdua sudah mencapai pada taraf kesempurnaan
membuat suara tertawa itu dengan dahsyatnya mengalun
sampai ditempat yang amat jauh sekali.
Walaupun suara tertawa mereka berdua amat keras
sekali sehingga serasa menusuk telinga, tetapi saat ini secara samar2 bisa mendengar juga kalau dari pihak benteng Thian
It Poo pun berkumandang datang suara yang berisik.
Tong Hauw merasakan hatinya semakin berat, terdengar
Chan Sie sambil tertawa sudah berbicara kembali:
"Ooouw... kau orang masih ada urusan penting yang
belum diselesaikan " hee... hee... kalau begitu sebelum
kematianmu dalam hati kau orang tentunya sangat
menderita bukan ?"
Air muka Tong Hauw segera berubah hebat, jelas sekali
perkataan dan Chan Sie sudah menusuk kedalam hatinya
membuat dia orang merasa sangat menderita dan sedih
sekali. Baru saja perkataan Chan Sie selesai diucapkan Li Siauw
sudah melanjutkan kembali:
"Hee... hee... urusan itu benar2 sangat bagus sekali, aku orang memang sangat mengharap demikian !"
Perkataannya begitu selesai diucapkan tubuhnya yang
pendek gemuk itu mendadak melancarkan satu pukulan
dahsyat kedepan disusul tubuhnya meloncat keatas
meluncur ke tengah ruangan, seketika itu juga seluruh
ruangan penuh diliputi oleh bau amis yang memuakkan.
Si telapak berdarah Tong Hauw yang melihat tubuh
pihak lawan sudah meloncat dan menubruk kearahnya,
dengan cepat badannya menyingkir kesamping.
"Sreeet !" Tubuhnya persis berada disamping lubang dimana gadis tadi menerjang keluar, dengan cepat ia
mencelat kedepan.
Sedangkan Lie Siauw begitu tubuhnya menubruk masuk
kedalam ruangan sepasang telapak tangannya ber-turut2
melancarkan dua pukulan dahsyat menghajar kearahnya
Kekuatan dari kedua pukulan tersebut benar2 amat
dahsyat sekali, terasa dua gulung angin pukulan laksana
menggulungnya ombak besar ditengah samudra seketika itu
juga membuat seluruh tangan dipenuhi oleh hawa murni
yang membuat rumah gubuk itu tidak kuat untuk menahan
tekanan tersebut dan ambruk kebawah.
Sewaktu sepasang telapak dari Li Siauw melancarkan
serangan tadi, Chan Sie pun sudah maju satu langkah ke
depan melancarkan serangan dahsyat.
Saat itulah seluruh ruangan ambruk kebawah, baik atap
maupun tumpukan salju seketika itu juga menindihi badan
mereka berdua. Tong Hauw ang baru saja menerobos keluar dari lubang
di samping rumah tersebut diwaktu mendengar dari
belakang tubuhnya bergema suara ambrukan yang amat
keras dengan cepat kepalanya di toleh ke belakang.
Ketika dilihatnya rumah itu ambruk tidak karuan hatinya
menjadi sangat girang sekali, dengan kecepatan yang luar
biasa tubuhnya berlari menuju keluar, hanya didalam
sekejap saja dia sudah ada di tempat sejauh dua tiga kaki
dari tempat semula.
Mendadak tubuhnya melayang tanpa menempel permukaan tanah, sekali lagi tubuhnya berkelebat tujuh
enam kaki lebih, lalu merendah ke bawah.
Bila orang yang telah berdiam di tempat itu sangat lama
terhadap keadaan di sekeliling tempat itu sudah amat hapal
sekali, tubuhnya yang tiba2 merendah kebawah segera
bergelinding masuk kedalam sebuah liang kecil, seketika itu juga tubuhnya berbaring didalam liang tersebut dengan
diatas badannya tertutup oleh salju yang amat tebal, orang
yang ada diatas permukaan jangan harap bisa melihat jelas
dirinya. Pada saat itulah terdengar Li Siauw serta Chan Sie
masing2 memperdengarkan suara teriakan yang amat aneh,
tubuhnya dengan cepat muncul dari antara ambrukan
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rumah gubuk dan meloncat kedepan.
Mereka berdua sesudah munculkan dirinya tidak terasa
lagi pada mengalihkan pandangannya kearah telapak kaki
yang ada diatas tanah lalu mengejarnya kedepan!
Tetapi baru saja mengejar sejauh tiga kaki mendadak
bekas telapak kaki yang membekas diatas permukaan tanah
telah lenyap tak berbekas, walaupun saat itu salju melayang turun dengan lebatnya tetapi bilamana diatas tanah ada
bekas telapak kaki tentunya tidak sebegitu cepat tertutup
lenyap. Sudah tentu dengan kepandaian silat yang dimiliki Tong
Hauw untuk berjalan diatas permukaan salju tanpa
meninggalkan bekas kaki bukanlah merupakan suatu
urusan yang sulit tetapi kenapa permulaannya ada bekas
kaki yang tertinggal...
Chan Sie tertegun sebentar kemudian sadar kembali,
teriaknya dengan keras:
"Heei lelaki busuk, dia sudah merat, cepat kita pergi
mengejar."
Dengan cepat Li Siauw angkat kepalanya memandang
kedepan, salju turun semakin deras membuat pandangan
didepannya cuma kelihatan salju nan putih memenuhi
seluruh permukaan, benda yang ada didua, tiga kaki
jauhnya masih bisa terlihat dengan amat jelas sekali, cuma
saja bayangan Toog Hauw tidak kelihatan sama sekali.
Dia orang yang tidak tahu Tong Hauw merat dengan
mengambil arah sebelah mana dalam hati nya merasa
semakin gusar lagi, tidak terasa lagi dia sudah menjerit
aneh. Pada saat itulah suara orang serta suara ringkikan kuda
dengan amat cepatnya sudah berkumandang datang...
Suara dari Chan Siepun semakin lama berubah semakin
tidak enak, didengar.
"Hey lelaki busuk ," teriaknya keras. "Ada orang datang, jangan sampai membuang waktu sehingga urusan
berantakan !"
"Orang yang baru datang tentunya orang2 dari Benteng
Thian It Poo," jawab Li Siauw dengan suara yang amat
keras pula, "Lebih baik kita meminta bantuan mereka saja untuk mencarikan bajingan she Tong itu, aku kira tentunya
mereka mau memberi bantuan kepada kita, jika jumlah
orang yang mencari bertambah banyak sudah tentu
pencariannya semakin mudah."
"Ehmm... perkataanmu sedikitpun tidak salah !" sahut dan Sie sambil mengangguk.
Tidak selang lama kemudian tampaklah dua ekor kuda
dengan amat cepatnya berlari mendatang, telapak kuda
menyepak tanah membuat bunga2 salju pada berterbangan
keempat penjuru, hal ini menyebabkan siapa yang duduk
diatas kuda tunggangan itu sukar untuk dilihat lebih jelas.
Tetapi suara teriakan yang digemborkan oleh orang yang
ada diatas kuda amat jelas sekali, suara itu amat berat dan penuh disertai tenaga dalam yang kuat.
"Soat Ang... Soat Ang... kau ada dimana ?"
Tubuh Li Siauw dengan cepat berkelebat menyambut
datangnya kedua orang tersebut.
Tubuhnya yang menerjang kedepan melalui bunga salju
yang ber lapis2 memenuhi sekeliling kuda tunggangannya
itu membuat kedua orang yang ada diatas kuda tunggangan
tersebut menjadi sangat terkejut sekali, ditengah suara
teriakan yang amat terperanjat dengan cepat mereka
mencoba menahan tali les kudanya.
Dengan sentakan yang secara mendadak ini kedua ekor
kuda ini segera meringkik panjang lalu mengangkat kakinya
yang depan keatas, ke dua orang yang ada diatas
tunggangannya dengan cepat meloncat keatas meninggalkan kudanya masing2, satu dari kiri yang lain
dari kanan dengan kecepatan yang luar biasa berkelebat
kesamping badan Li Siauw dan berdiri tidak bergerak.
"Kau orang siapa ?"" Bentaknya dengan suara yang amat gusar.
Ditengah suara bentakan mereka yang amat keras itulah
tubuh Chan Sie bagaikan segulung asap dengan amat
ringannya sudah berkelebat kesamping badan suaminya,
sedang ditempat yang lain segera terlihatlah berpuluh2
orang lelaki kasar dengan cepatnya sudah menyusul
mendatang. Tadi dikarenakan Lie Siauw berdiri seorang diri maka
semua orang sama sekali tidak mengenal siapakah orang
itu, tetapi dengan munculnya si bidadari angin hitam Chan
Sie yang berdiri disamping suaminya sehingga kelihatan
satu tinggi satu pendek maka semua orang segera mengenal
kembali siapakah sepasang suami isteri ini, kedua orang itu tidak terasa lagi sudah mundur setengah langkah
kebelakang. "Aaah... majikan istana Teh Hoo Cong !!!" Seru mereka berdua secara berbareng.
"Benar !!!" Sahut Lie Siauw sambil mengangguk. "Kalian berdua tentunya orang dari Benteng Thian It Poo bukan ?"
"Benar kami saudara berdua she Tang.." sahut mereka berdua dengan suara yang amat berat.
Tetapi Li Siauw mana merasa sabaran untuk mendengar
nama mereka berdua, dia orang segera memotong
perkataan yang belum selesai itu.
Perbuatannya ini sudah tentu sama sekali tidak menaruh
hormat kepada kedua orang itu, tetapi dia orang yang sudah
terbiasa bersikap sombong ditambah lagi saat ini hatinya
cinta memikirkan cara untuk menangkap kembali musuh
besarnya, karena takut musuhnya melarikan diri semakin
jauh sudah tentu tidak mau mendengarkan omongan
mereka lebih lanjut.
"Tidak usah banyak omong lagi" serunya dengan keras.
"Cepat kalian membantu aku menangkap seseorang !"
Air muka kedua orang itu segera berubah sangat hebat.
"Kita sedang menyebutkan nama kita apakah ini juga
sedang omong kosong!" teriaknya kurang senang.
"Siapa yang mau mengurusi kalian she Tang atau kuah
atau She Swee atau air asalkan kalian bisa mengejar dapat
seseorang tentu ada kegunaan yang amat besar buat kalian
!" sambung sibidadari angin hitam Chan Se dengan cepat.
Kedua orang itu segera tertawa panjang.
"Bilamana kalian berdua mengira kami orang2 Benteng
Thian It Poo bisa disuruh orang dengan seenaknya hal itu
sungguh terlalu lucu sekali ?" kami juga sedang mencari
orang, urusan ini amat penting sekali untuk dilaksanakan
lebih cepat. maaf selamat tinggal!"
Tubuh mereka berdua dengan cepat berkelebat siap naik
kembali keatas kuda tunggangannya masing2.
Tetapi baru saja tubuh mereka sedikit bergerak segera
terdengarlah Chan Sie memperdengarkan suara teriakannya
yang amat keras dan menyeramkan sekali.
Suara teriakan ini tidak perduli siapapun yang
mendengar tentu akan tertegun dibuatnya, mereka
berduapun seketika itu juga dibuat ter-mangu2. Segera
terdengarlah Chan Si memperdengarkan suara tertawanya
yang amat aneh sekali.
"Bilamana kalian menolak permintaanku lagi sehingga
menunda waktu kami untuk mengejar bajingan tersebut,
kami orang pasti akan meratakan Benteng Thian It Poo
dengan tanah !" ancamnya dengan suara yang amat dingin.
Mereka berdua yang mendengar perkataan tersebut
segera tertawa terbahak2.
"Bagus... bagus sekali, silahkan kalian berdua meratakan Benteng Thian It Poo kami dengan tanah !" sahutnya
berbareng Sekali lagi Chan Sie menjerit aneh, tangannya dengan
cepat diayunkan kedepan sehingga mengeluarkan suara
sambaran angin yang amat kencang sekali, lima buah
jarinya bagaikan kuku garuda dengan kecepatan yang luar
biasa sudah diayun kedepan mencengkeram dada dari salah
satu lelaki yang ada di sebelah kiri.
Kedua orang itu merupakan jagoan berkepandaian tinggi
yang sangat diandalkan didalam Benteng Thian It Poo dan
merupakan saudara2 angkat dari Sie Liong itu Poocu dari
Thian It Poo, dia orang sebenarnya merupakan orang dari
aliran Tiang Pek Pay yang mengandalkan sebuah golok
tunggal menjagoi seluruh Bu lim sehingga mendapatkan
julukan sebagai "Sin Hauw Siang To" atau sepasang golok harimau sakti, Tang Hua Tha serta Tang Hua An dua
bersaudara. Bilamana mereka bukannya mereka memiliki kepandaian silat amat tinggi dan merupakan seorang jagoan
yang berkepandaian tinggi dari Benteng Thian It Poo,
setelah bertemu dengan Li Siauw serta Chao Sie
sikapnyapun tentu tidak seketus demikian
Diantara mereka berdua sifat Tang Hoa Tha yang paling
berangasan sedangkan Tang Hoa Au sikapnya pendiam
tetapi banyak akal.
Serangan dan Chan Sie tadi dengan cepatnya
mencengkeram kedepan dada Tang Hoa Tha, melihat
datangnya serangan tersebut Tang Hoa Tha menjadi amat
gusar sekali, makinya dengan keras:
"Maknya... kau orang mau ajak berkelahi yaa ?"
Sembari memaki matanya memandang kearah datangnya serangan tersebut, hanya didalam sekali pandang
saja dia orang segera mengetahui kalau serangan dari pihak
lawannya ini sangat luar biasa, tubuhnya mendadak
mencelat keatas udara lalu berjumpalitan mengundurkan
diri kebelakang.
Mereka berdua bersaudara sejak dahulu sudah malang
melintang beberapa puluh tahun lamanya didaerah
Tionggoan sudah tentu mengetahui juga kelihayan dari
kedua orang dihadapannya didalam sekejap saja dia segera
teringat kembali tugasnya yang diperintahkan oleh Poocu
untuk keluar Benteng mencari dapat putri dari Poocu Sie
Soat Ang, dia tahu dengan munculnya dua orang itu disana
kemungkinan sekali urusan tidaklah begitu mudah.
Apalagi kepandaian silat dari kedua orang itu amat tinggi
dan bukanlah tandingan dari dirinya hal ini harus Poocu
datang sendiri baru bisa menghadapinya, karena itu
sewaktu Chan Sie melancarkan cengkeramannya mengancam tubuh Tang Hoa Tha, tangannya dengan cepat
digetarkan ke atas melepaskan satu panah tanda bahaya.
Panah tanda bahaya itu begitu meluncur sampai
ditengah udara segera meledak dengan amat kerasnya
disusul melayangnya segumpalan warna biru yang amat
tebal sekali semakin lama melayang semakin keatas.
Ditengah curahnya hujan salju yang amat lebat ditambah
dengan meluncurkan asap berwarna biru yang amat tebal
membuat pemandangan kelihatan sangat menarik sekali.
Sebaliknya Tang Hoa Tha yang berdiri didepan kudanya,
saat ini untuk menghindarkan diri dari cengkeraman Chan
Sie ini tubuhnya mendadak melayang ketengah udara lalu
berjumpalitan dan meloncat kesamping kuda yang lain.
Serangan dari Chan Sie ini amat dahsyat dan dilancarkan
amat cepat sekali, begitu tubuh Tang Hoa Tha meloncat
kesamping tangannya dengan amat kerasnya berhasil
menghajar perut kuda tersebut.
Seketika itu juga tangannya dengan dahsyatnya
menembus kedalam perut kuda itu sampai separuhnya
membuat darah segar memancur keluar dengan amat
derasnya memenuhi seluruh permukaan salju nan putih.
Chan Sie yang melihat serangannya mencapai sasaran
kosong, dia orang menjadi teramat gusar sekali, tangannya
direntangkan kesamping, seketika itu juga seekor kuda yang
amat berat terangkat keatas dengan hebatnya, ditengah
ayunan tangannya yang amat cepat kuda tersebut dengan
dahsyatnya sudah melayang keatas tubuh Tang Hoa Tha.
Perut kuda itu sebenarnya memangnya sudah berlubang
terkena tusukan tangan Chan Sie tadi, kini tubuh tersebut
dilemparkan kearah Tang Hoa Tha membuat isi perut dari
kuda tersebut dengan amat mengerikan sekali pada
berhamburan diatas tanah, bau amis darah yang amat tidak
mengenakkan segera memenuhi seluruh angkasa diikuti
segulung angin sambaran yang amat kuat menggulung
kearah depan. Tang Hoa Tha yang berhasil menghindarkan diri dari
cengkeraman itu dengan cepat mencabut keluar goloknya,
saat ini sebenarnya dia masih ada kesempatan untuk
mundur kebelakang tetapi dia orang tidak mau melakukannya karena pertama, dia tidak ingin kuda
kebaikannya mendapatkan serangan kembali sehingga
menemui ajalnya.
Kedua: jikalau dia kembali mengundurkan diri hal ini
akan memperlihatkan kelemahan dirinya, oleh karena itu
sewaktu melihat dia orang melemparkan kudanya kearah
dirinya dengan cepat dia membentak keras, goloknya
dengan disertai tenaga yang amat besar dibabat kedepan.
Tenaga bacokan ini sangat dahsyat sekali, hanya didalam
sekejap saja desiran angin memenuhi seluruh angkasa
sedangkan sinar golok yang menyilaukan mata melindungi
seluruh angkasa sedangkan sinar golok yang menyilaukan
mata melindungi seluruh tubuhnya kuda yang dilemparkan
kearahnya itu segera terbabat putus menjadi dua bagian,
dari hal ini saja sudah jelas menunjukkan kalau tenaganya
amat besar sekali.
Dengan meminjam tenaga babatan yang amat dahsyat
tadi goloknya segera berputar arah dengan berganti jurus,
ber-turut2 dia melancarkan tiga bacokan menghajar tubuh
Chan Sie.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka dua bersaudara mendapatkan julukan sebagai
sepasang golok harimau sakti sudah tentu ilmu goloknya
sangat hebat sekali, setelah sambaran golok yang amat
dahsyat tadi lewat, ber-turut2 dia melancarkan tiga
serangan lagi membuat keadaan semakin membahayakan,
ditengah berkelebatnya sinar golok ang amat menyilaukan
mata serta bayangan sambaran yang memenuhi seluruh
angkasa seketika itu juga membuat seluruh tubuh bidadari
angin hitam hampir terkurung di dalam bayangan golok itu.
Melihat keadaan ini dalam hati Thoa Tha merasa amat
girang sekali, pikirnya.
"Hmm ! jikalau kali ini aku bisa melukai si bidadari
angin hitam ini sehingga menggeletak di atas permukaan
salju, sudah tentu namakupun akan terkenal di seluruh
dunia kangouw !"
Baru saja dia merasa sangat girang dan mengerahkan
tenaga dalamnya semakin mengencangkan permainan
goloknya, siapa sangka pada saat itulah dari tengah
berkelebatnya bayangan golok mendadak terdengar suara
desiran angin yang amat tajam sekali.
"Criinng....
Criing... Criing...."
ditengah suara gemerincingan yang amat memekikkan telinga Tang Hoa
Tha merasakan dari tangannya ada segulung angin tekanan
yang maha aneh dan dahsyat balik menggetarkan tubuhnya.
Setelah suara gemerincingan itu barulah serangan golok
dari Tang Hoa Tha pun seketika itu juga tersentak berhenti, tampak ditangan Chan Sie sudah bertambah lagi dengan
sebilah pedang sepanjang dua depa dengan gagang yang
berwarna hitam pekat. itulah pedang Hek Hong-Kiam salah
satu dari empat pedang aneh dari golongan Hek to yang
diandalkan oleh Chan Sie untuk mengangkat namanya
didalam Bu Lim.
Dalam hati Tang Hoa Tha tahu kalau pedang Hek Hong
kiam ini sangat tajam sehingga bisa digunakan untuk
memotong emas atau baja, saat ini diapun kembali
bentrokan goloknya tadi sebanyak tiga kali tentu ada
sebabnya, apakah goloknya masih tetap utuh seperti sedia
kala " " "
Sembari menarik kembali goloknya dan mengundurkan
diri kebelakang, tenaga dalamnya dikerahkan kembali
untuk sekali lagi melancarkan serangan kedepan.
Tetapi mendadak dia menjadi sangat terperanjat sekali.
Kiranya golok yang amat tebal dan terbuat dari baja asli itu sudah terdapat tiga bacokan yang amat besar.
Ketiga bacokan pedang itu amat panjang sekali sehingga
menembus kearah punggung golok dan meninggalkan
tempat sampingan yang amat tipis sekali, bilamana
bukannya dengan cepat dia segera sadar dan sekali lagi
melancarkan serangan tentu goloknya seketika itu juga akan
terputus menjadi empat bagian.
Coba bayangkan saja, jikalau sewaktu melancarkan
serangan mendadak senjata tajam yang digunakan putus
menjadi dua bagian, apa yang bakal diterima sebagai
akibatnya "
Setelah tertegun beberapa saat lamanya dengan cepat
Tang Hoa Tha meloncat mundur tujuh delapan langkah
kebelakang, sewaktu mengundurkan dirinya itulah dia
segera teringat kembali akan ketiga bacokan yang
membekas diatas goloknya, hal ini membuktikan kalau
pihak lawan bisa mengerahkan tenaga dalamnya sesuai
dengan saat dan tempat yang ditujunya, sebaliknya
serangannya tadi dilancarkan dengan amat cepat sekali,
ternyata musuh didalam keadaan seperti itu bisa
menggunakan tenaga dengan amat cepatnya, jelas kalau
tenaga dalamnya sudah mencapai taraf yang sukar untuk
dilawan.. Sewaktu teringat akan hal ini dia benar2 tertegun
sehingga berdiri mematung tidak bergerak sedikitpun juga,
air mukanya berubah pucat pasi bagaikan mayat ! dia
benar2 tidak menyangka kalau pihak lawan memiliki
kepandaian silat yang demikian tingginya.
Sedangkan Tang Hoa An yang berdiri disamping sama
sekali tidak tahu keadaan yang sesungguhnya
"Koko, kau kenapa ?" tanyanya dengan keras.
Tang Hoa Tha tertawa pahit, tangannya di getarkan
golok yang ada ditangannya segera dilemparkan kedepan,
sebelum gagang golok itu mencapai permukaan tanah golok
tersebut sudah terputus menjadi empat bagian.
"Titi, kita sudah dikalahkan orang !" sahutnya dengan loyo.
Mendengar perkataan dari kakaknya itu Tang Hoa Au
menjadi sangat terperanjat sekali. Saat itulah Chan Si sudah bertanya lagi dengan suara yang amat dingin:
"Bagaimana ?" kalian mau tidak pergi bantu aku mencari orang itu ?"
Sepasang harimau she Tang ini segera saling berpandangan lama sekali mereka tidak bisa mengucapkan
sepatah katapun.
Setelah ter-mangu2 beberapa saat lamanya terdengar
Tang Hoa An baru membuka mulutnya bertanya:
"Entah kalian berdua mau menyuruh kita pergi cari
siapa?" "Makinya . . nenek sundal !" maki Chan Sie dengan amat gusarnya, "Kalian sengaja mau meng-ulur2 waktu ya "
bukankah sejak tadi aku sudah bilang suruh kalian mencari
si telapak berdarah Tong Hauw !"
Tong Hoa Aa sengaja bertanya demikian memang
bertujuan untuk meng-ulur2 waktu karena tanda bahaya
dari Benteng Thian It Poo sudah dilepaskan berarti pula
sebentar lagi Poocu mereka akan segera melihat dan tentu
mengejar kemari
Karena itu dia yang jadi orang amat tenang dan banyak
akal sekalipun di-maki oleh pihak lawan sama sekali tidak
menjadi gusar. "Si telapak berdarah Tong Hauw ?" tanyanya keheranan.
"Orang ini sudah lama tidak munculkan dirinya didalam
Bulim, kalian suruh kita pergi kemana mencari dirinya ?"
"Kalian sungguh2 tidak tahu atau pura2 tidak tahu ?"
teriak Chan Sie semakin gusar. "Apakah kalian kira ada yang palsu " dia sekarang ada disini dan menyamar sebagai
seorang kakek tua!"
-oo0dw0oo- Jilid 2 "AAAAAH . . . disini memang ada seorang kakek tua !"
seru Tang Hoa An kaget, "Dia orang bernama Tan Loo Tia dan tinggal disini sudah ada dua puluh tahun lamanya, tapi
dia bukanlah sitelapak berdarah Tong Hauw, mungkin
kalian sudah salah melihat !"
Baru saja dia selesai berkata mendadak terdengar suara
bentakan yang amat keras bergema datang:
"Coba kalian lihat sendiri !"
"Sreeeet... Sreeet..!" dua sosok mayat dengan cepatnya melayang datang dan terjatuh keatas permukaan salju tepat
dihadapannya, di atas wajah mayat tersebut ternyata
sedikitpun tidak salah, masing2 wajah mayat tersebut
dengan amat jelasnya tertera sebuah bekas telapak berdarah
yang amat jelas sekali.
Sepasang harimau she Tang ini segera merasakan
hatinya amat terkejut, tanda tersebut memang benar2
merupakan ilmu tunggal yang paling diandalkan oleh si
telapak berdarah Tong Hauw, walaupun sudah ada
beberapa puluh tahun lamanya Tong Hauw ini tidak pernah
munculkan dirinya didalam Bu-lim tetapi ilmu iblisnya
Telapak berdarah masih diingat oleh semua orang dengan
amat jelasnya. Kedua orang itu merasakan hatinya ber-debar2 dengan
amat keras, mereka sama sekali tidak segera menyangka
untuk mencari jejak dari putri kesayangan poocu mereka
Sie Soat Ang sudah bertemu dengan Li Chan dua orang saja
bakal amat merepotkan apalagi ditambah dengan seorang
iblis ganas sitelapak berdarah Tong Houw yang sudah lama
tidak diketahui jejaknya itu " bukankah urusan akan
semakin ruwet lagi "
"Lalu apakah kalian berdua sudah bertemu dengan nona
Sie ?" tanya mereka berdua dengan cepat.
"Apa nona Sie nona Ang... kami tidak tahu !" bentak Chan Sie dengan amat kasarnya, "Kalian punya orang
banyak cepatlah menyebar keempat penjuru dan mengejar
dirinya, siapa saja yang berhasil menangkap sitelapak
berdarah Tong Hauw aku segera akan menghadiahkan
sebutir pil sakti "Sin Uh Tan" kepadanya, perkataanku ini tidak akan aku cabut kembali !"
Mendengar perkataan tersebut sepasang harimau she
Tang merasa hatinya agak ragu2 sebaliknya orang2 yang
ada dibelakangnya segera merasakan hatinya ber-debar2
amat kerasnya, "Pil Sin Uh Tan" merupakan sebuah obat untuk menghindari racun yang paling dahsyat bahkan
diketahui oleh semua orang didalam Bu-lim, cuma disuruh
mencari seorang saja sudah bisa mendapatkan sebutir pil
itu, kesempatan yang demikian baiknya mau dicari kemana
lagi " "Tang-ya !" segera terdengar salah seorang di antara orang2 itu berteriak keras: "Orang yang menemui ajalnya disini kelihatannya memang mati dibawah serangan telapak
berdarah, aku kira setelah menemukan jejak dari orang sheTong itu maka jejak dari nona pun bisa diketahui pula,
bukankah hal ini dinamakan satu kali pukul mendapat dua
hasil ?". Sepasang harimau she-Tang itu segera saling bertukar
pandangan. "Baiklah !" ujar Tang Hoa An kemudian, "Semua orang yang ada disini kita bagi menjadi tiga kelompok, masing2
mengejar kedepan, ohh ya tolong tanya, si telapak berdarah
Tong Hauw apakah pergi dengan menunggang kuda ?".
Lie Siauw serta Chan Sie yang mendengar orang-orang
itu sudah menyetujui untuk membantu diri nya, dalam hati
sangat girang sekali.
"Tidak !" sahut mereka berbareng
"Jikalau tidak menunggang kuda ditengah hujan salju
yang demikian derasnya dia orang tentu belum pergi jauh,
asalkan kita mencarinya disekeliling dua puluh li ditempat
ini sudah tentu dia orang bisa ditemukan kembali".
Selesai berkata sepasang kakinya mengempit kencang
perut kudanya lalu dengan amat cepatnya menyusup
kedepan, disusul Tang Hoa Tha serta orang2 yang
dibawanya pada meninggalkan tempat tersebut.
Lie Siauw serta Chan Sie dua orang yang tidak
menunggang kuda dengan cepat berlari ber-sama2 menuju
kedepan. Tampak sewaktu tubuh mereka berkelebat kedepan
diatas permukaan salju sama sekali tidak meninggalkan
bekas kaki, cuma terlihatlah empat garis panjang yang lurus meluncur
kedepan, kelihatannya kedua orang itu menggunakan papan di atas kaki mereka untuk meluncur.
Didalam sekejap saja semua orang sudah lenyap dari
tempat itu, Lewat beberapa saat kemudian mendadak dari
atas liang yang tertutup oleh salju kelihatan sedikit bergerak lalu tampaklah tubuh Tong Hauw merangkak keluar dari
tempat tersebut.
Dia tidak sempat untuk membersihkan bekas salju yang
mengotori bajunya, begitu merangkak keluar dari liang
tersebut tubuhnya dengan cepat meluncar keluar dan
berhenti didepan rumah gubuk nya yang sudah roboh,
tangannya dengan cepat bergerak memindahkan tiang kayu
yang menutupi tempat tersebut.
Tubuhnya dengan cepat melayang dan menerobos
kedalam bawah atap rumah, pertama2 dia meloncat naik
keatas pembaringan kayu untuk mencengkeram tangan dari
Sie Soat Ang kemudian baru menariknya turun dari
pembaringan dan menerobos masuk kedalam gudang
dibawah tanah itu.
Keadaan didalam gudang dibawah tanah itu amat gelap
gulita cuma ada sedikit sinar yang menerobos masuk dari
atas robohan rumah, tetapi Tong Hauw yang sudah ada dua
puluh tahun lamanya berada disana sekalipun pejamkan
mata diapun hapal dengan tepat sekeliling tempat itu.
Dia memindahkan dua buah gentong arak terlebih dulu
kemudian mengangkat sebuah papan ke atas, sedikit
tangannya digetarkan tubuh dari Sie Soat Ang sudah
dilemparkan kedalam.
Kemudian menyusul tubuhnyapun menyusup kedalam,
saat itulah suara ringkikkan kuda sudah berkumandang
kembali. Kali ini jumlah orang yang datang tidak sedikit, dari
suara yang bergema datang saja sudah jelas menunjukkan
kalau kekuatan mereka sangat besar sekali.
Mendadak Tong Hauw tertawa ter-bahak2 dengan amat
kerasnya, pada air mukanya muncullah perasaan amat
bangga, tubuhnya menyusup semakin kedalam memasuki
jalan rahasia itu lalu menutup kembali papan yang berada
diatasnya. Begitu papan itu menutup kembali ketempat asalnya
maka dari atas permukaan tanah sama sekali tidak kelihatan
tanda2 yang mencurigakan.
Apalagi rumah itupun sudah roboh tidak keruan, ada
siapa lagi yang mau memperhatikan keadaan dari gubuk
bobrok yang sudah hancur berantakan itu "
Walaupun seluruh kejadian yang sudah terjadi hari ini
jauh berada di luar dugaannya bahkan rahasianya
sendiripun sudah diketahui oleh pihak musuh tetapi dengan
kejadian ini malah sebaliknya menguntungkan bagi
usahanya. Sebetulnya jajan rahasia yang dia gali sudah berhasil
mencapai tengah2 dari Benteng Thian It Poo, pada ujung
jalan rahasia itu ada sebuah batu besar yang menutupi
tempat tersebut asalkan batu itu disingkirkan maka dia
orang segera sudah akan tiba didalam Benteng Thian It
Poo. Tetapi selama ini dia tidak berani membuka batu besar
itu. Ada kalanya dia berjongkok dibawah batu untuk
mendengarkan langkah kaki yang ada diatas permukaan
tanah serta memperdengarkan kata2 yang diucapkan oleh
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka untuk mengetahui jelas keadaan dari Benteng Thian
It Poo demi berhasilnya gerakan selanjutnya, tetapi selama
satu bulan ini dia sama sekali tidak memperoleh hasil
apapun. Tetapi selama ini pula dia orang sudah mendapatkan
satu keterangan dan kesimpulan yaitu tempat tersebut
tentunya merupakan sebuah tempat yang amat penting
sekali karena bukan saja orang yang berlalu lalang di sana
sangat sedikit sekali, bahkan setiap orang yang lewat
melangkah kakinya tentu amat ringan, suara pembicaraannya boleh dikata perlahan sampai sukar
didengar sekalipun mereka sedang berbicara diapun tidak
tahu apa yang sedang dibicarakan oleh mereka.
Tong Hauw sendiripun juga tidak tahu harus sampai saat
kapan dia baru mempunyai keberanian untuk membuka
batu diatas jalan rahasianya, demikianlah urusan tersebut
semakin hari semakin ber-larut2, setengah tahun, setahun,
dia belum pernah melakukan gerakan apapun juga.
Tetapi peristiwa yang sudah terjadi dihadapannya saat
ini memaksa dia orang mau tidak mau harus melakukan
usahanya tersebut.
Bahkan dengan adanya kejadian ini sudah memberikan
keuntungan buat dirinya, para jago dari Benteng Thian lt
Poo sudah pada keluar dari Benteng kemungkinan juga
sampai poocu benteng Thian It Poo, Sie Liongpun ikut
keluar, bukankah hal ini sangat menguntungkan sekali "
Apa lagi saat ini dia sudah berhasil menawan Sie Soat
Ang ! Keberuntungannya
ini sudah seharusnya dia mengucapkan terima kasih kepada siorang lelaki serta
perempuan yang melarikan diri ke rumah gubuknya.
Dengan menyeret tubuh Sie Soat Ang, Tong Hauw
merangkak melalui jalan rahasia yang amat sempit dan berliku2 itu, sembari merangkak dalam hati dia berpikir terus, mendadak teringat kembali akan sang pemuda serta pemudi
yang bersembunyi disana, dia menjadi sangat terkejut
sekali, kemanakah mereka berdua " "
Apakah mereka berdua sudah merangkak terus
mengikuti jalan rahasia ini "
Berpikir sampai disitu hatinya tidak tertahan lagi sudah
ber-debar2 dengan amat kerasnya, jika hal ini benar2 terjadi maka susah payahnya selama dua puluh tahun ini segera
akan hancur berantakan, bahkan dirinyapun pasti tidak bisa
lolos dalam keadaan hidup dari dalam jalan rahasia yang
digalinya selama dua puluh tahun lamanya.
Tetapi sebentar saja rasa terkejut itu sudah tersapu bersih kembali dari dalam hatinya. Kiranya jalan rahasia ini sama
sekali tidak menembus langsung sampai pada ujungnya,
pada setiap jarak beberapa puluh kaki dia sudah pasang
sebuah batu untuk menutupinya, bahkan setiap batu itu
mirip sekali dengan batu yang ada pada ujung jalan rahasia
itu, sekalipun lelaki serta perempuan itu merangkak terus
kedepan mengikuti jalan rahasia itu tetapi sesampainya
pada batu tersebut merekapun tentu akan berhenti.
Tong Hauw setelah berhasil menenangkan pikirannya
segera tanyanya dengan suara yang amat berat:
"Heei kalian berdua apakah masih ada dijalan rahasia ini
?" suaranya halus tetapi keras dan bergema dengan tidak henti2nya ke tempat yang amat jauh sekali.
Bahkan dari dalam jalan rahasia itu segera dia
mendengar suara dengusan yang amat berat, seperti
seseorang yang terjatuh ketanah.
Tong Hauw berteriak kembali untuk kedua kakinya,
tetapi tetap tidak terdengar suara jawaban, dia agak
melengak dibuatnya dan segera merasakan urusan sedikit
tidak beres, dia tidak berteriak memanggil lagi sebaliknya
menahan napas dan segera berbaring ketanah untuk
mendengar gerak-gerik disana dengan amat telitinya.
Ditengah suasana yang amat sunyi itu walaupun sedikit
suarapun segera bisa didengar olehnya dengan jelas.
Beberapa saat kemudian Tong Hauw sudah bisa mendengar
secara samar2 ada suara hembusan napas yang amat berat
sekali. Sudah tentu suara hembusan napas itu berasal dan sang
lelaki yang terluka itu.
Kalau adanya sudah tentu mereka masih ada didalam
jalan rahasia ini ! bahkan jika didengar dari suara mereka
sedang berada dibalik batu halangan yang pertama, saat ini
seharusnya mereka mendengar suara teriakan yang amat
keras, tetapi kenapa tidak memberikan sahutannya "
Per-lahan2 Tong Hauw terik napas panjang2, teringat
kembali bagaimana mengenaskannya keadaan kedua orang
itu sewaktu melarikan diri kedalam gubuknya, seumpama ia
tidak turun tangan menolong mereka berdua, niscaya
rahasia yang dipegang teguh selama dua puluh tahun ini tak
akan konangan, benarkah sedemikian cepatnya orang itu
melupakan budi terhadap dirinya, atau mungkin mereka
sudah tahu asal usulnya maka mulai saat itu menaruh sikap
permusuhan kepadanya "
Sambil berpikir selangkah demi selangkah Tong Hauw
merangkak kedepan, tapi tingkah lakunya semakin ber-hati2
Ketika itu rangkakannya kedepan sangat lambat, bahkan
boleh dikata sedikit suarapun tak ada, justeru karena hal itu maka dengusan napas yang bergema datang dari depan bisa
kedengaran amat jelas sekali.
Sampai akhirnya Tong Hauw berani yakin kalau
dengusan napas itu berada kurang lebih satu tombak
dihadapannya, ingin sekali ia menghardik sekali lagi, atau
secara tiba2 di hadapannya muncul suara teguran seorang
gadis yang mencerminkan betapa gelisah hatinya:
"Engkoh Hauw Sang, bagaimana perasaanmu ?"
Pertanyaan itu tidak peroleh jawaban, hanya rintihan
semakin kedengaran nyata.
Ditinjau dari rintihan itu, bisa ditarik kesimpulan apabila orang itu sedang berusaha keras menahan rasa sakit dalam
tubuhnya, karena itu kendari suaranya lirih tetapi
kedengaran amat memilukan.
Terdengar suara gadis tadi kembali bergema datang:
"Ditinjau dari ucapan Tan Loo-ya ... aah tidak, bukan
Tong Hauw, agaknya ia sedang memanggil kita, tapi
mengapa lama sekali tak kedengaran suaranya " apakah ia
mengira kita tak ada dilorong bawah tanah, maka ia lantas
mengundurkan diri."
Erangan serta rintihan tadi kembali terdengar, kemudian
meluncurlah jawaban dari seorang lelaki:
"Tiii... tidak mungkin".
"Kaaa ... kalau begitu bukankah kita habis sudah ?" Seru gadis itu sambit menahan isak tangisnya.
"Bee ... benar ... kita ... kita habis sudah, kau Adik Giok Jien aa... apakah kau menyesal?"
Ditengah isak tangis yang sedih, gadis itu tertawa.
"Engkoh Hauw Seng, kalau aku menyesal tak akan
kuikuti dirimu melarikan diri dari dalam benteng".
Lelaki itu menarik napas panjang2, rintihan kembali
berkumandang, Lama sekali baru kedengaran ia berteriak
lantang. "Tong Hauw, kau... kau ada dimana?"
Dari pembicaraan mereka berdua, Tong Hauw sudah
tahu akan asal-usul mereka yang sebetulnya, terhadap
perkataan itu ia tidak kaget atau tercengang.
"Aku berada dihadapan kalian." segera jawabnya berat.
Agaknya muda mudi itu tidak menyangka kalau Tong
Hauw berada dihadapannya, karena itu begitu sitelapak
berdarah buka suara, tanpa terasa kedua orang itu berseru
tertahan. "Kau... kau... siap .. . siap apakah kami berdua ?"" tanya lelaki itu beberapa saat kemudian.
"Mengapa kalian begitu takut kepadaku ?" tegur Tong Hauw samoil tertawa. " Apakah namaku sudah pernah
kalian dengar ?"
Dalam pada itu dihati kecilnya ia merasa heran
bercampur girang, sebab sudah ada dua puluh tahun
lamanya ia tak berkelana dalam dunia persilatan, tak
disangka masih ada orang yang tahu akan namanya.
Disamping girang iapun keheranan, buat para jago
angkatan tua tentu saja tahu akan nama besarnya, tetapi
secara bagai mana seorang angkatan muda dari benteng
Thian It Poo pun tahu akan nama sitelapak berdarah Tong
Hauw " Terutama sekali benteng Thian It Poo letaknya terpencil,
peraturanpun sangat ketat, kecuali buat mereka yang
ditugaskan mencari bahan makanan setiap tahunnya, tidak
pernah ada orang yang keluar benteng, apalagi dari
angkatan mudanya.
Jikalau dikatakan poocu mereka Sie Liong yang
mengungkap hal ini semakin tak mungkin lagi, poocu
mereka Sie Liong... teringat akan Sie Liong Poocu dari
benteng Thian It Poo, sepasang gigi sitelapak berdarah
mulai berdetak ia menggertak bibirnya kencang2.
"Tentu... tentu saja... nama besarmu se... sering diungkap oleh orang2 benteng Thian It Poo" jawab gadis gemetar.
"Hemm ! siapa yang sering mengungkap nama ku,
apakah Sie Liong keparat tua itu ?"
"Bukan, bukan Sie Poocu, sebaliknya Sie Poocu yang
melarang semua orang membicarakan tentang dirimu, suatu
kali ada dua orang membicarakan namamu dan kebetulan
didengar oleh Poocu, tanpa banyak bicara beliau segera
memerseni sebuah tamparan diatas pipi setiap orang. Ada
satu kali lagi, aku dengar siocia bertanya kepada Poocu,
siapakah manusia yang bernama si telapak berdarah Tong
Houw, Poocu yang dihari biasa menyayangi siocia kali ini
naik pitam dan memaki nona kami habis2an !!!"
Ketika gadis itu sedang bercerita, sang pemuda meronta
bangun sambil berseru:
"Adik Giok Jien, jangan mengungkat soal... soal siocia lagi".
"Engkoh Hauw Seng, kau boleh berlega hati" Buru2
gadis itu menghibur dengan suara yang lembut, "Siocia
tidak bakal berhasil menemukan kita sekarang !!!"
"Lalu siapa yang sering mengungkap namaku?" Karena makin curiga, Tong Hauw mendesak lebih jauh.
Tiba2 suara gadis itu berubah lirih dan penuh nada
ketakutan, seakan2 ia pernah menjumpai sesuatu yang
mengerikan "Bukan... bukan manusia, dia adalah..."
"Aaai Giok Jien, jangan bicara sembarangan !" sela pemuda itu.
"Tidak, cepat katakan ?" hardik Tong Hauw.
"Baik, baik, akan kukatakan dia adalah se... seorang...
setan yang ada dalam benteng kami suaranya amat
mengerikan dia... dia berada dipuncak pagoda hitam dalam
benteng kita, tempat itu merupakan daerah terlarang bagi
siapapun, seringkali kami dengar suara yang tak sedap
didengar muncul dari balik pagoda, ia berteriak tiada
hentinya: "Tong Hauw ! Tong Hauw ! si telapak berdarah Tong Hauw... karena itu setiap anggota benteng Thian It
Poo tahu semua aa... akan nama besarmu, jago2 yang
datang dari Tionggoanpun mengatakan... anda... anda
adalah seorang..."
"Seorang gembong iblis yang membunuh orang tak
berkedip" bukan begitu ?" sambung Tong Hauw sambil
tertawa kering.
"Benar." jawab gadis itu semakin ketakutan "Tapi kau telah menyelamatkan kami."
Kembali Tong Hauw tertawa kering.
"Apakah tak seorang manusiapun dalam benteng Thian
It Poo yang mencurigai orang yang ada diatas pagoda
adalah manusia bukan setan ?"
"Tidak... tidak..." buru2 gadis itu membantah "Dia benar2 adalah setan, beberapa kali aku melayani siocia yang ada disisi poocu, setiap kali mendengar suara itu, sampai
Poocu sendiripun berubah air mukanya, coba bayangkan
ilmu silat yang dimiliki Poocu sangat lihay. hampir boleh
dikata tiada seorangpun yang bisa menandinginya, tetapi
sampai diapun ketakutan hal ini bisa ditarik kesimpulan
kalau dia... pasti... pasti setan"
Mendengar perkataan ini si telapak berdarah Tong Hauw
tarik napas panjang2, saat ini kecurigaannya makin nyata,
keinginannya untuk mengunjungi benteng Thian It Poo pun
semakin membara,
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, ia baru berkata:
"Kalian berdua mengatakan baru saja melarikan diri dari benteng Thian It Poo bahkan salah seorang diantara
menderita luka parah ditangan Sie Soat Ang putri
kesayangan Poocu benteng Thian It Poo, sebenarnya
siapakah kalian" demi kalian berdua aku sudah mengundang bencana besar buat diriku, kalian harus bicara
terus terang kepadaku?"
"Aku... aku bernama Giok Jien semua orang memanggil
aku demikian, sedang aku sendiri sama sekali tak tahu apa
kan she ku, tapi kebanyakan aku adalah seorang anak yatim
piatu, karena sejak kecil dipelihara dalam benteng maka
sering kali aku dibentak dan dimaki, semua orang
menganiaya diriku".
Beberapa patah kata ini diutarakan dengan suara
mengenaskan sampai Tong Hauw gembong iblis pembunuh
tak berkedippun itu menghela napas panjang.
"Setelah aku menginjak dewasa..." sambung gadis itu lebih jauh. "Aku melayani siocia, hitung2 aku hanya
seorang bawahan, seorang pelayan, seorang manusia yang
tiap hari kena dimaki, di aniaya"
Bicara sampai disitu tak tahan lagi ia menangis terisak.
Tapi dengan cepat ia berhenti menangis, jelas sudah
terbiasa baginya untuk menahan isak tangis disetiap
keadaan. "Ditinjau dari gerakanmu melayang diatas salju sambil
membopong pemuda tersebut, dapat kuduga kalau ilmu
silatmu sempurna" kata Tong Hauw dengan nada berat.
"Dan siapa kau belajar ilmu silat kalau benar semua orang menganiaya dirimu lalu siapa yang beri pelajaran ilmu silat kepadamu?"
Dari suara penuh kesedihan, muncul nada terharu dan
berterima kasih.
"Dalam benteng Thian It Hauw hanya ada seorang yang
sangat baik kepadaku, dia adalah engkoh Hauw Seng !"
"Oooouw..! sekarang aku paham sudah, lalu siapakah
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia ?" "Engkoh Hauw Seng adalah keponakan Poocu kami..."
"Hmmm ! jadi dia adalah putra dari Liem Teng si
makhluk tua itu ?" tukas Tong Hauw cepat.
Nyonya Sie Liong adalah adik perempuan dari Liem
Teng siansu aneh dari Ong Tie, soal ini sudah diketahui
oleh seantero jago Bu-lim, Sie Hujien sudah lama
meninggal, sedangkan Liem Teng yang berkepandaian
tinggi dikarenakan harus mempertahankan sebuah teratai
salju yang berbunga setiap lima ratus tahun akhirnya mati
di tangan para pendekar pedang dan partai Bu-tong, kini
putra diri Liem Teng dititipkan dalam benteng Thian It
Poo, kalau dibicarakan pada umumnya bukanlah suatu
peristiwa yang aneh.
Baru saja Tong Hauw bertanya, pemuda itu sudah
menjawab: "Perkataanmu tii. . . tidak salah."
"Kau adalah putra Liem Loo-koay, tidak aneh kalau
ilmu silatnya lihay, tetapi secara bagaimana kau bisa terluka sedemikian parah dibawah cambuk Sie Soat Ang ?"
Liem Hauw Seng menarik napas panjang, berhubung
lukanya parah maka helaan napas itupun kedengaran
terputus. "Engkoh Hauw Seng orangnya baik ," buru2 Giok Jien berkata: "Ia bilang sejak masih orok sampai sekarang selalu dibesarkan dalam benteng Thian It Poo, budi kebaikan ini
tak boleh dilupakan, maka dari itu dia... dia tidak mau
membalas."
"Hmmm ! tolol..."
Lama sekali ia membungkam, setelah pikirannya
berputar ujarnya kembali:
"Kalian berdua sama2 dibesarkan dalam benteng Thian
It Poo, tentang keadaan dalam benteng tentu tahu jelas
bukan ?" "Be... benar..."
"Aku punya ikatan dendam sedalam lautan dengan
keparat tua she Sie itu, terus terang saja kuberitahukan
kepadamu untuk membuat lorong rahasia ini aku sudah
mengorbankan waktu selama dua puluh tahun, ujung
sebelah sana tepat merupakan tanah dibawah benteng
Thian It Poo!"
"Aaah ! ! !" Baik Liem Hauw Seng maupun Giok Jien sama2 berseru kaget.
"Sebenarnya rencanaku setelah lorong ini tembus sampai disana, secara diam2 aku hendak memasuki benteng Thian
It Poo dan turun tangan membinasakan keparat tua itu, tapi
aku sadar ilmu silat keparat tua itu sangat lihay, aku takut seranganku gagal dan kehilangan kesempatan baik, karena
itu sampai kini belum kulaksanakan"
Setelah merandek sejenak, tambahnya: "Dan kebetulan
sekali aku bertemu dengan kalian, urusanpun lebih
gampang lagi penyelesaiannya".
Suasana hening beberapa saat lamanya, tiba2 Liem
Hauw Seng bertanya: "Apa maksudmu ber... berkata
demikian ?"
"Kalian berdua dibesarkan dalam benteng Thian It Poo,
tentu saja tahu dirumah manakah pada hari2 biasa keparat
tua she-Sie itu berdiam, aku hendak membawa kalian
memasuki benteng Thian It Poo kemudian mencari suatu
tempat yang baik untuk bersembunyi setelah itu cari
kesempatan untuk membinasakan keparat tua she-Sie guna
menuntut batas sakit hatiku selama banyak tahun ini !!"
Semua perkataan Tong Hauw lambat tapi lama
kelamaan keras, terutama ucapan terakhir.
"Setelah kubunuh keparat tua she-Sie, maka aku akan
angkat kaki jauh2" ujar Tong Hauw lagi, "Dengan
sendirinya benteng Thian It Poo akan jadi milikmu."
Tentu saja perkataan ini ditujukan kepada Liem Hauw
Seng. Tetapi tak ada jawaban dari Liem Hauw Seng, saat
itulah Tong Hauw baru merasa keadaan tidak beres.
Lama sekali ia tertegun, kemudian baru berkata:
"Bagaimana " apakah kau tidak ingin menduduki kursi
Poocu dari benteng Thian It Poo ?"
"Engkoh Hauw Seng, dia... dia sedang bertanya
kepadamu !"
"Giok Jien, menurut perkiraanmu dapatkah aku
menyanggupi permintaannya ?".
"Aku tahu. kau tidak akan menerima permintaannya",
"Giok Jien" Seru Liem Hauw Seng dengan nada
kegirangan "Tidak kecewa kita... bagus sekali, akhirnya kau bisa menebak isi hatiku juga."
Sebaliknya si telapak berdarah Tong Hauw jadi amat
gusar, teriaknya penuh kegusaran:
"Apa " kau tidak menerima permintaanku ?".
Ucapan ini kedengaran amat mengerikan terutama
ditengah kegelapan namun Liem Hauw Seng serta Giok
Jien sama sekali tidak dibikin ketakutan hampir bersamaan
waktunya mereka menjawab, suaranya tenang, seakan
sedang menjawab suatu pertanyaan yang sangat biasa.
"Benar !"
Si telapak berdarah Tong Hauw mendongak tertawa
terkekeh-kekeh.
"Kalau begitu aku tidak ingin memaksa kalian, tetapi
lorong bawah tanah ini merupakan rahasia yang paling
besar, aku tak dapat membiarkan kalian berdua tetap hidup
dikolong langit!"
Sambil tertawa dingin telapak tangannya perlahan
diayun keatas, Ketika itu Tong Hauw berdiri empat-lima depa di
hadapan Giok Jien dan Liem Hauw Seng, tetapi berhubung
ruangan bawah tanah sangat gelap maka jarak mereka
sangat dekat namun tidak kelihatan.
Setelah telapak tangan Tong Hauw diayun ke atas,
seluruh lorong penuh dengan bau amis darah yang sangat
menusuk hidung.
Sementara Giok Jien dan Liem Hauw Seng ber sembunyi
diujung lorong, mereka merupakan sebuah pintu besi yang
menghadang jalan perginya, sedang didepan ada Tong Hau
yang siap mencabut nyawa mereka. suatu keadaan yang
amat kritis sekali.
"Apakah kalian sudah pikirkan masak ?" kembali Tong Hauw menegur sambil ayunkan tangannya.
"Kau tak usah bertanya lagi, persoalan ini tak usah
kupikirkan lagi didalam hati, sejak kecil aku kehilangan
cinta kasih orang tua dan dibesarkan dalam benteng Thian
It Hoo, dipelihara oleh paman dan kini kau adalah musuh
besarnya, aku cuma bisa menyesal mengapa lukaku amat
parah sehingga tak bisa mewakili dirinya menyambut
kedatangan musuh tangguh, tidak sudi aku membantu kau
melakukan kejahatan !"
Setelah mengutarakan kata2 sebanyak itu, napasnya
mulai kempas kempis dan ter-engah2.
"He he he cuma kalian jangan lupa" jengek Tong Hauw sambil tertawa dingin, "Siapakah yang menghantam kau
sampai terluka parah dan siapa pula yang hendak
membasmi kalian berdua ?"
"Aaaai !" orang lain boleh tak kenal budi dengan diriku, namun aku tak ingin melupakan budi orang lain" jawab
Liem Hauw Seng sambil bersikap menghela napas panjang
"Bagaimanapun juga paman terhadap diriku sangat baik,
kalau kau mau membunuh silahkan bunuh, tak usah kita
banyak bicara lagi Giok Jien, kau tak usah takut, kita bisa mati bersama, kejadian ini... sudah diluar dugaan."
"Benar engkoh Hauw Seng, aku sangat gembira sekali
sebab akhirnya kita selalu bersama, bukankah begitu ?"
Kata Giok Jien sambil bersenggukan, "Akhirnya kita selalu bersama, mati bersama jauh lebih baik dari pada berpisah,
aku tidak sedih."
Sebenarnya telapak Tong Hauw sudah diangkat siap
melancarkan hantaman, namun sekarang telapaknya
berhenti ditengah udara, se akan2 ada suatu tenaga tak
berujud telah menahan gerakan selanjutnya.
Seandainya pada saat itu Liem Hauw Seng serta Giok
Jien dapat melihat keadaan Tong Hauw yang sebenarnya,
muda mudi ini bakal keheranan. Sebab dari sepasang mata
si telapak berdarah yang tersohor akan kekejiannya ini air
mata jatuh bercucuran, disisi telinga orang she Tong ketika itu hanya berkumandang terus menerus kata2: "Mati
bersama jauh lebih baik daripada berpisah."
Tong Hauw merasa pernah seorang perempuan lain
mengutarakan kata2 yang sama, namun orang itu bukan
Giok Jien, peristiwa ini sudah berlangsung lama sekali,
Tong Hauw tidak ingin teringat kembali, sebab setiap kali ia mendengar, rasa sedih susah ditahan dan air mata jatuh
bercucuran. Siapa nyana kali ini ucapan itu terdengar kembali,
bahkan bukan cuma sekali muncul dari bibir seorang
pemuda serta seorang pemudi yang berada dalam situasi
kritis, saat ini jiwa orang lain berada ditangannya, Suasana jadi sunyi-senyap tak kedengaran sedikit suarapun, lama...
lama sekali, akhirnya Liem Hauw Seng berkata:
"Mengapa... mengapa kau tidak lanjutkan seranganmu ?"
"Begitu kukuh kalian menampik perintahku seandainya
aku memaksa dan karena peristiwa ini sampai mencabut
jiwamu, bukankah aku akan jadi seorang pengecut?" kali ini suara Tong Hauw halus dan lembut. "sekalipun begitu, aku harus menotok jalan darah kalian agar rahasia ini tidak
sampai bocor ke tangan orang lain"
Tangannya bergerak cepat, dari serangan telapak kini ia
melancarkan serangan totokan merobohkan kedua orang
itu, kemudian merandek ke depan, menekan tombol
rohasia, membuka pintu penghadang dan teruskan
rangkakannya kedepan.
Belum jauh ia pergi, tiba2 ia berpaling kembali, ujarnya:
"Lebih baik untuk sementara waktu kalian berdiam
dalam lorong rahasia ini, menanti aku sudah kembali, jalan
darah kalian berdua pasti akan kubebaskan !"
Demikianlah, sambil membopong Si Soat Ang, ia
merangkak dalam lorong rahasia tersebut.
Tidak lama kemudian tibalah kedua orang itu di depan
pintu penghalang kedua, ia meneruskan rangkakannya ke
depan sekalipun hati terasa semakin menegang.
"Dua jam lamanya ia merangkak dalam lorong tersebut,
akhirnya ia berhenti. mengatur napas dan mulai
menimbang waktu, dalam dugaannya saat itu sudah
kentongan keempat sedang tiga depa di hadapannva sudah
merupakan ujung dari lorong tersebut, dimana pada pintu
masuk gua tadi tertutup oleh selembar papan batu.
Asalkan papan tadi tersingkap, mereka akan berada
didalam benteng Thian It Poo.
Tong Hauw ragu2 sejenak, kemudian ia tarik napas
panjang2. telapak diputar dan papan batu lambat2
tersingkap. Menanti papan tadi sudah terbuka tiga, empat coen
tingginya. ia baru berhenti dan mengintip ke luar, tampak
olehnya tempat itu berupa sebuah halaman kecil yang sunyi
dan terpencil. Tong Hauw belum pernah mendatangi benteng Thian It
Poo, ia tak tahu tempat itu benarkah benteng yang dituju
atau bukan. Sepasang telinganya dipentang lebar2, setelah di
dengarnya tak ada sesuatu gerakan apapun disekitar sana
papan penutup tadi didorong semakin ke atas hingga
akhirnya terbuka lebar.
Jantungnya berdetak makin keras, sambil membopong Si
Soat Ang ia meloncat keluar dari lorong rahasia dan
merangkak naik keatas permukaan. Suasana sepi, hening
dan tak kedengaran sedikit suarapun, empat penjuru
tertutup oleh tembok tinggi dengan beberapa buah ruangan
yang gelap gulita beberapa tombak dihadapannya.
Tong Hauw menutup kembali papan batu tadi,
kemudian sambil membopong Si Soat Ang langsung
menuju kerumah tadi.
Bangunan tersebut amat kotor, pintu tertutup rapat dan
dikunci dengan sebuah gembokan berkarat, mungkin waktu
yang sudah berlangsung lama membuat gembokan tadi
sudah lapuk, dalam sekali sentakan gembokan tersebut
patah jadi dua dan pintu segera terpentang lebar.
Setibanya didalam ruangan, ia baru menghembuskan
napas lega, sebab paling sedikit untuk sementara waktu
jejaknya belum konangan.
Ia cengkeram bahu Si Soat Ang sementara tangan lain
membebaskan gadis itu dari pengaruh totokan, bentaknya
berat. "Tempat apakah ini " ayoh cepat katakan!"
oooo dw oooo BAB 2 SI SOAT ANG tidak menjawab, secara tiba2 ia menjerit
lengking dengan suara yang aneh sekali.
Waktu itu suasana disekitar sana sepi, hening dan tak
kedengaran sedikit suara pun.
Tong Hauw sendiripun tidak menyangka Si Soat Ang
bisa menjerit lengking begitu jalan darahnya bebas, karena
terperanjat cengkeramannya tanpa sadarpun rada mengendor. Ambil kesempatan itu Si Soat Ang meronta kemudian
menggelinding keluar dari pintu, meloncat bangun dan lari
kearah depan. Melihat kejadian itu Tong Hauw sangat terperanjat,
ujung kakinya segera menutul permukaan tanah dan
meluncur kedepan, tangannya bergerak cepat mencengkeram kembali urat nadi pada pergelangan gadis
itu. Si Soat Ang meronta keras, namun gagal, ia lantas
menjerit lengking. Tong Hauw kaget tangannya bergerak
cepat menotok kembali beberapa buah jalan darah ditubuh
gadis itu. Walaupun Tong Hauw berhasil menguasai keadaan,
tetapi rasa gugup dan takutnya pada saat ini sukar
dilukiskan dengan kata2, sebab jeritan gadis tersebut betul2
kedengaran mengerikan sekali ditengah malam buta, ia
takut para jago benteng Thian It Poo mendengar jeritan tadi dan pada memburu datang.
Makin dipikir Tong Hauw semakin gelisah, ia berputar
beberapa kali didalam ruangan yang gelap, akhirnya ia
merasa kembali dulu kedalam lorong rahasianya sambil
menanti saat yang lebih tepat lagi untuk bekerja lagi.
Ia tarik tangan Si Soat Ang dan diajak lari ke depan,
namun pada saat yang bersamaan tidak jauh dari ruangan
tadi berkumandang suara jeritan aneh. Tong Hauw
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terperanjat buru2 ia berkelebat ke ujung ruangan, saking
cemasnya sampai2 Si Soat at Ang pun sudah ketinggalan
didepan pintu. Punggungnya menempel diatas dinding, telapak disilangkan didepan dada. ketegangan yang meliputi
benaknya semakin memuncak. sebab pada saat itulah dari
balik dinding muncul sesosok bayangan manusia yang
tinggi dan lembut.
Waktu itu salju telah berhenti, awan hitam buyar dan
sinar rembulan kembali memancarkan cahayanya, bayangan manusia itu semakin nyata dan bisa ditegaskan,
dia adalah seorang perempuan berambut panjang.
Tong Hauw tarik napas panjang2, ia berdiri menanti
disana dengan tenangnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara gelak tertawa yang
aneh sekali berkumandang datang, gelak tertawa itu sangat
mengerikan membuat bulu kuduk siapapun pada bangun
berdiri. Sementara Tong Hauw masih tegang, mendadak
perempuan itu berhenti tertawa, suasana kembali pulih
ditengah keheningan
Lambat2 Tong Hauw tarik napas panjang2. badannya
sedikit bergeser ingin melihat macam apakah perempuan
yang berada di hadapannya, tiba2..
"Tong Hauw, telapak berdarah Tong Hauw !"
Perempuan itu menyebut namanya, bahkan nama tadi
diucapkan sangat jelas sekali.
Tetapi Tong Hauw tetap tak berkutik, ia merasa dirinya
pun tak bisa melihat jelas gadis tersebut, tentu saja
perempuan itupun tidak seharusnya menemukan dirinya,
tetapi secara bagaimana perempuan itu dapat menyebutkan
namanya " Walaupun sudah setengah umur Tong Hauw berkelana
didalam dunia persilatan, dalam keadaan seperti ini tak
urung dibikin merinding juga, pikirnya:
"Namaku sudah diketahui oleh pihak lawan. percuma
saja aku tetap bersembunyi ... untung Si Soat Ang gadis sial ini masih berada ditanganku, sekalipun gagal aku masih
bisa mengundurkan diri dengan andalkan sandera ini."
Karena berpikir demikian ia lantas mendongak tertawa
terbahak2. "Haa... haa haa.. kiranya kedatangan aku orang sheTong sudah kalian ketahui !"
Sembari bicara ia melangkah keluar dari tempat
persembunyian, sebelah tangan mencengkeram tubuh gadis
itu sementara telapak lain ditempelkan di atas batok
kepalanya siap menghadapi segala kemungkinan.
Dalam pada itu ia sudah berada di luar pintu,
pemandangan disekelilingnya dapat terlihat amat jelas
sekali, mendadak ia bergidik dan menyusut mundur
kembali beberapa langkah kebelakang.
Kiranya keadaan dari gadis berambut panjang itu
mengerikan sekali, separuh rambutnya sudah beruban, dan
wajahnya kurus kering sedikitpun tiada daging keadaannya
lebih mirip dengan sekerat tengkorak hidup yang baru
bangun dari liang kubur sepasang matanya jauh didalam
memancarkan cahaya tajam, se-olah2 sepasang biji mutiara
yang setiap saat kemungkinan bisa terlepas dari tempatnya.
"Tong Hauw ! telapak berdarah Tong-Hauw!" kembali perempuan aneh itu berseru, badannya lambat2 berputar
dan melototi lelaki tersebut tak berkedip.
"Siapakah anda ?" tegur Tong Hauw setelah tertegun beberapa saat Iamanya, selama hidup belum pernah ia
jumpai kejadian seperti ini hari
"Tong Hauw . . ."
"Apakah kau anggota benteng Thian Poo ?" tukas Tong Hauw kemudian setelah tertegun beberapa saat, Kali ini
perempuan aneh itu tidak berteriak lagi, ia mendongak
tertawa aneh. Tong Hauw benar2 dibikin kebingungan oleh
peristiwa yang terbentang didepan mata, dengan sangat ber
hati2 ia maju dua langkah kedepan.
Mendadak. . dari tempat kejauhan berkumandang datang
suara hiruk pikuk yang ramai sekali, diikuti ada orang
berteriak: "Aaaa disini . . ia datang kemari, tidak bakal salah lagi, coba kalian lihat bekas te!lapak kaki yang ada diatas
permukaan salju !" Kehadiran orang2 itu sangat cepat
sekali, dalam sekejap mata mereka sudah berada diluar
dinding tembok yang tinggi.
Terdengar seseorang diantaranya berseru: "Dia pasti
sudah meloncat masuk kebalik dinding tembok yang tinggi
ini !" "Lalu apa yang harus kita lakukan ?" tanya yang lain.
"Kita tunggu dulu disini, dinding ini kita kurung rapat2.
tunggu saja keputusan dari Poocu sendiri"
Suara seseorang yang tua serak menyambung "Aaaai
keadaan malam ini sungguh tidak menguntungkan benteng
Thian It Poo kita, satu persoalan belum terselesaikan
persoalan lain kembali terjadi ?"
"Aku lihat terpaksa kita kurung saja tempat ini, sebab cara ini jauh lebih baik dari pada kita harus beramai2
menangkapnya kembali, kalau kita tidak berbuat demikian,
seandainya Poocu datang kita tak bisa menanggung
resikonya !"
"Hmm ! enak sekali kau ngomong, nyalimu sungguh
kecil sekali!"
Beberapa saat kemudian suasana jadi sunyi senyap
kecuali obor2 yang mulai berdatangan mengurung seluruh
dinding tembok itu rapat2, berapa orang yang telah datang
susah diramalkan hanya yang jelas tak seorangpun diantara
mereka berani meloncat masuk kebalik dinding.
Melihat kejadian itu, Tong Hauw jadi lega hati.
Bagaimanapun juga dia adalah seorang jagoan kangouw
yang berpengalaman luas, walaupun belum diketahui apa
sebenarnya yang telah terjadi namun ia dapat memastikan
kalau orang2 benteng Thian It Poo sedang menghadapi
perempuan siluman tersebut.
Kembali Tong Hauw mundur kebelakang, telapak
tangannya masih tetap ditekan diatas batok kepala Si Soat
Ang. selangkah demi selangkah ia mundur kembali ke
dalam ruangan gelap tersebut
Suasana diluar tembok tinggi sunyi beberapa saat
lamanya, mendadak terdengar salah seorang berteriak:
"Sudah. . . bagus, bagus sekali Kan Jie ya telah datang I"
Ditengah teriakan tersebut, salah seorang diantaranya
berseru pula: "Kan Jie-ya dalam persoalan ini terpaksa kita harus
minta bantuanmu !"
"Apa yang terjadi ?" suara seseorang yang nyaring dan lantang menggema datang.
"Aku hanya datang seorang tamu, tidak seharusnya
banyak mencampuri urusan ini."
"Kan Jieya, kau jangan terlalu merendah, kau adalah
sahabat karib dari Poocu kami, tentu saja terhitung seorang pembantu setia, Seorang perempuan gila yang terkurung
dalam pagoda entah apa sebabnya telah lolos dari
kurungan, sembilan bagian ia pasti berada didalam tembok
tersebut".
"Ooow, siapakah orang itu?"
"Kami sendiripun tidak tahu cuma ilmu silatnya... sangat lihay"
"Baik, akan kuperiksa keadaan disana"
Mendengar perkataan itu Tong Hauw buru2 mundur
kebelakang dan bersembunyi dibalik ruangan.
Ketika itulah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan
dengan dandanan siucay melayang turun dari atas tembok
pekarangan. Menjumpai orang itu, Tong Hauw segera berseru dalam
hatinya: "Aaah kiranya Thian-Ti-Ceng-Ngo Auw atau seruling
Perjodohan Busur Kumala 5 Romantika Sebilah Pedang Karya Gu Long Hikmah Pedang Hijau 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama