Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 16
Si Soat Ang memancarkan cahaya tajam, ditengah pantulan
cahaya itu tercermin pula wajah gadis itu semakin pucat.
Setelah meloloskan pedangnya Si Soat Ang berdiri tak
berkutik, Liem Hauw Seng, Giok Jien serta Si Thay
siansengpun tetap bersikap tenang sambil nantikan
perubahan untuk beberapa saat mereka berempat berdiri tak
berkutik bagaikan patung2 arca.
Menggunakan kesempatan itulah Si Soat Ang mengatur
pernapasannya untuk pulihkan kembali tenaganya.
Mendadak terdengar Liem Hauw Seng berkata.
"Piauw-moay, kau bukan tandingan kami, apakah kau
belum mengerti juga?"
Seandainya mengikuti watak Si Soat Ang, sehabis
mendengar ucapan itu ia pasti naik pitam, tapi gadis inipun merupakan seorang dara yang berotak cerdik, ia tahu sulit
bagi dirinya untuk merebut kemenangan dari mereka
bertiga bahkan apabila hawa amarahnya berkobar semakin
memberi kesempatan bagi pihak lawan untuk rebut
kemenangan. Maka ia berusaha untuk menekan hawa gusarnya, sambil
tertawa dingin ia menjengek.
"Hmm, karena aku kurang hati2 maka termakanlah
bokonganmu, sekarang apakah kalian anggap kamu bisa
mendapat keuntungan lagi."
Sembari berkata pedang pendek ditangan nya mulai
digerakkan. Walaupun hanya beberapa kebasan biasa namun cahaya
tajam yang terpancar ke-luar dari tubuh pedang itu begitu
dahsyat sehingga menyilaukan mata.
"Piauw-moay tadi kau sudah muntah darah tiga kali, hal ini menunjukkan bahwa kau telah terluka parah" ujar Liem Hauw Seng kembali, "Apabila kau nekad bergebrak lebih
jauh maka hanya keadaan yang lebih runyam bakal kau
terima, asalkan kau tidak sudi bekerja sama dengan
Tonghong Pacu maka kau tetap adalah seorang jago lihay
kelas satu dalam dunia persilatan, siapapun tetap akan
menghormati dirimu, siapapun akan memuji dan kagum
kepadamu, apa gunanya kau paksakan diri untuk
melakukan pertempuran ditempat ini?"
Beberapa patah kata dari Liem Hauw Seng dalam2
menusuk hati sanubari gadis itu.
Si Soat Ang tertawa dingin.
"Asalkan aku berhasil menangkap kalian maka seluruh
umat Bu-lim yang ada dikolong langit akan sama
mendengarkan perintahku, bukankah keadaan tersebut jauh
lebih baik lagi !" serunya.
"Aku rasa belum tentu, kau tidak lebih hanya wakil
Bengcu dari perserikatan Tiada Tandingan, sedangkan
Tonghong Pacu lah baru Bengcu yang sebenarnya?"
"Hmmm ! apa yang kau ketahui !".
Maksud Si Soat Ang dia dengan Tonghong Pacu adalah
orang sendiri wakil atau bukan tiada artinya.
Namun dengan cepat Liem Hauw Seng menyambung.
"Tentu saja aku tahu, kau anggap Tonghong Pek benar2
baik kepadamu " Saat ini Tonghong Pek yang ada didalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung sedang bermesraan dengan
perempuan cabul nomor wahid dari kolong langit Liuw
Coei Wa, begitu mesrah hubungannya sampai selangkahpun tidak tega untuk ditinggalkan aku rasa kau
tentu belum tahu bukan ?"
"Liem Hauw Seng, makin lama ucapanmu makin tidak
genah" teriak Si Soat Ang dengan air muka berubah hebat.
"Piauw-moay, apabila aku membohongi diri mu biarlah
aku dikutuk Thian dan mati dengan tujuh lubang indra
penuh tergenang darah. Kabar berita itu barusan aku
dapatkan lewat surat yang dikirim burung merpati,
mungkin Tonghong Loei pun tahu, cuma ia berusaha untuk
mengelabuhi dirimu belaka."
Air muka Si Soat Ang berubah tiada hentinya, ia benar2
bergolak oleh kabar tersebut.
"Setelah kau tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung,
apakah terhadap kabar berita yang menyangkut pelbagai hal
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung kau sama sekali
tidak tahu ?" kembali Lim Hauw Seng menegur.
Tanpa sadar Si Soat Ang menggeleng.
"Kalau begitu mereka sengaja hendak mengelabuhi
dirimu" kata sianak muda tadi sambil tertawa "Coba pikirlah, Tonghong Pek adalah seorang jujur, ia tidak akan
mencintai Liuw Coei Wi hingga macam orang tidak waras,
di balik persoalan tersebut pasti ada hal2 yang rumit."
Si Soat Ang tertawa dingin dalam hatinya.
Ia tidak mau percaya terhadap apa yang dikatakan Liem
Hauw Seng namun sumpah berat yang diucapkan sianak
muda itu membuat ia sangsi dan tak tahu apa yang harus
dilakukan. "Piauw-moay,
kecuali kau sama sekali tidak memperdulikan diri Tonghong Pek lagi." katanya. "kalau tidak kau harus bikin jelas duduknya perkara ini !"
Air muka Si Soat Ang berubah sangat hebat, ia menatap
wajah sianak muda itu tak berkedip.
Sedangkan Liem Hauw Seng pun makin lama semakin
tenang, katanya lebih jauh.
"Piauw-moay, mengikuti situasi yang
terbentang dihadapanmu sekarang, percayakah kau bisa menangkan
kami ?" Si Soat Ang tetap tidak menjawab, sinar matanya dari
atas wajah Liem Hauw Seng per lahan2 bergeser kearah
Giok Jien kemudian akhirnya menatap wajah Si Thay
sianseng, dalam hati ia sadar bahwa tiada keyakinan
baginya untuk menangkan beberapa orang itu.
Tadi ia sudah muntah darah, meski sekarang ia masih
mencekal sebilah pedang tajam namun pihak lawan masih
mempunyai kekuatan yang berimbang.
"Piauw moay sudah kau pikirkan?" kembali Liem Hauw Seng berteriak.
"Hm! sebelum saling bergebrak siapa tahu pihak mana
yang menang dan pihak mana yang kalah?"
"Aku pikir untuk sementara waktu lebih baik kita
berempat jangan bergebrak lebih dahulu tinggalkan tempat
ini dan tanpa mengucapkan sesuatu apapun kembalilah ke
perkampungan Jiet Gwat Cung periksa dahulu keadaan
disana, maka kau segera akan tahu bahwa apa yang ku
ucapkan adalah kata2 sebenarnya."
Si Soat Ang segera merasakan hatinya bergerak, semua
orang yang ada dikolong langit mengetahui bahwa saat ini
ia berada digunung Go Bie, seandainya secara tiba-2 ia
kembali ke perkampungan Jiet Gwat Cung asalkan
sepanjang perjalanan rahasianya tidak bocor, maka suasana
dalam perkampungan Jiet Gwat Cung tak akan lolos dari
pengamatannya. Karena berpikir akan hal itu gadis asal Benteng Thian It
Poo dengan dingin menjengek.
"Apa kalian sudi melepaskan diriku ?"
"Kalau kau ingin menjumpai bagaimanakah wajah
sebenarnya dari Tonghong Pacu, pergilah !" sahut Si Thay sianseng dingin.
Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, ia tahu Si Thay
sianseng dapat mengucapkan kata2 tersebut pasti didasari
oleh pelbagai alasan, namun ia tidak ingin banyak bicara
setelah putar badan segera berlalu dari tempat itu.
Sepanjang perjalanan beberapa kali gadis itu berpaling
kebelakang untuk menjaga segala kemungkinan, namun
selama ini ketiga orang itu tetap berdiri ditempat semula tak berkutik.
Demikianlah tidak selang beberapa saat kemudian ia
sudah tiba dimulut selat sempit itu, ia lantas berhenti.
Satu ingatan berkelebat dalam benaknya tanpa berpaling
gadis itu segera berseru sambil tertawan dingin.
"Aku tahu ketika aku sedang melewati selat sempit
kalian akan menggelindingkan batu untuk membinasakan
diriku bukankah begitu ?"
Liem Hauw Seng mendongak dan segera tertawa
panjang. "Piauw-moay kau jangan gusar aku rasa kau telah
menggunakan hati rendah seorang siauw-jien untuk menilai
yang bukan2 atas tingkah laku seorang Koen-cu !" serunya.
Ucapan ini menggusarkan Si Soat-Ang, namun ia tak
ingin mengumbar hawa amarahnya pada saat serta keadaan
seperti ini. Habis mendengar ucapan Piauwko nya ia segera
enjotkan badan meluncur kedepan dan melayang turun dari
tebing. Menanti ia telah meluncur keluar dari lembah Coei Hong
Kok, tampaklah diluar lembah tersebut dibalik pepohon
muncul bayangan manusia dari dalam jumlah yang sangat
banyak. Ketika bayangan manusia itu menjumpai kehadiran Si
Soat Ang, mereka lantas sama2 menyapa.
"Hu Bengcu!"
Kiranya orang ini adalah para jago yang bergabung
dalam perserikatan Tiada Tandingan, semula mereka tidak
tahu kalau wakil Bengcunya sudah menyusup kedalam
lembah Coei Hong Kok namun bentakan serta suitan
nyaring Liem Hauw Seng, Si Thay sianseng serta Giok Jien
telah mengejutkan mereka, sebagian besar para jago
terpancing kesitu oleh suitan nyaring tersebut.
Dalam pada itu Tonghong Loei telah munculkan diri
dari antara kelompok para jago, ia segera menyambut
seraya bertanya.
"Seorang diri Hu Bengcu menyusup kedalam lembah
Coei Hong Kok, apakah berhasil menemukan sesuatu
disana?" "Tidak ada apa2, aku hanya bergebrak melawan Si Thay
sianseng sekalian!"
Dari ujung bibir Si Soat, secara lapat2 Tong hong Loei
menemukan adanya noda darah, menyaksikan pula air
muka gadis itu kurang baik. ia tak berani bertanya lebih
jauh. "Tonghong Loei " kembali Si Soat Ang berteriak.
"Hu Bengcu ada urusan apa?"
"Bukankah dari pihak perkampungan Jiet Gwat Cung
telah mengirim datang surat lewat burung merpati" apakah
dari pihak perkampungan Jiet Gwat Cung ada berita?"
"Tidak...tidak....tidak ada" sahut Tonghong Loei gugup, air mukanya berubah hebat.
"Hm, dimana toakomu" bagaimana keadaannya masa
terhadap masalah sebesar inipun tiada kabar sama sekali ?"
"Dia... dia sudah baik"
Jawaban Tonghong Loei yang gugup dan tidak lancar
semakin mencurigakan hati Si Soat Ang, namun gadis itu
tidak bicara lebih lanjut ia lantas berlalu diikuti para jago di belakangnya tidak selang beberapa saat kemudian semua
orang telah tiba dilembah gunung tersebut.
Fajar telah menyingsing Si Soat Ang yang telah ambil
pertimbangan sepanjang jalan segera berkata:
"Penjagaan dalam lembah Coei Hoeng-Kok sangat ketat
aku hendak berlalu seorang diri, kali ini aku hendak
mencari jalan lain untuk menembusi lembah tersebut
mungkin kepergianku rada lama, kalian tunggu saja disini
dan jangan berlalu"
"Hu Bengcu, berapa lama kau hendak pergi ?" tanya Tonghong Loei tertegun:
"Paling lama lima bulan, paling cepat tiga bulan." .
"Aah kok begitu lama, jumlah kita sangat banyak,
lagipula berada ditengah gunung."
"Apa yang perlu ditakuti ?" tukas Si Soat Ang dengan mata melotot. "Diatas gunung banyak terdapat binatang
liar, kaupun boleh kirim orang untuk membeli barang
keperluan, apa yang ditakuti lagi" kalian harus bertahan
disini, jangan biarkan seorangpun dari pihak partai Gobie
meloloskan diri dari lembah ini, apabila aku tidak berhasil mendapatkan jalan tembus akan dikurung mereka sampai
mati." "Baik".
"Apabila ada orang berani meninggalkan tempat ini,
sekembalinya aku tidak akan berlaku sungkan,"
Bicara sampai disana ia melototi Tonghong Loei tajam2,
jelas ucapan tersebut sengaja ditujukan kepada sianak muda
itu. Tonghong Loei cerdik ia sadar kepergian gadis itu pasti
bukan disebabkan hendak mencari jalan lain, ia tentu
berlalu karena sesuatu persoalan hanya ia tak tahu apakah
persoalan itu. Sedangkan Si Soat Ang pun ingin cepat2 memeriksa apa
yang telah terjadi dalam perkampungan Jiet Gwat Cung
maka setelah menyaksikan sianak muda itu membungkam
ia lantas kembali berkata.
"Sekarang juga aku akan berangkat, kalianpun jangan
sampai membiarkan orang2 partai Gobie tahu bahwa aku
tidak berada ber-sama2 kalian?"
Tanpa menanti jawaban lagi ia putar badan dan segera
berkelebat keluar dari lembah itu.
Gerakan tubuhnya cepat bagaikan terbang, sepanjang
perjalanan tiada hentinya berlari cepat, ketika sang surya
telah pancarkan sinar ke-emasannya keseluruh jagad ia
telah tujuh delapan belas li meninggalkan lembah tersebut.
Si Soat Ang pun tidak beristirahat, ia melanjutkan
perjalanan hingga siang hari menjelang tiba, saat itulah ia baru mencari buah2an untuk menangsal perut setelah itu
perjalananpun dilanjutkan kembali, dengan dasar tenaga
dalam yang sempurna ketika fajar menyingsing hari kedua
ia sudah keluar dari gunung Go-bie.
Disebuah kota kecil lereng gunung ia membeli tiga ekor
kuda siang malam perjalanan ditempuh untuk cepat2
kembali ke perkampungan Jiet Gwat-Cung.
Dua puluh hari kemudian gadis itu telah tiba kurang
lebih beberapa ratus dari perkampungan Jiet Gwat Cung,
gerak geriknya semakin ber-hati2, Sekarang ia tidak
melakukan perjalanan disiang hati tapi menjelang malam
telah tiba ia baru
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melakukan perjalanan menuju keperkampungan Jiet Gwat Cung.
Menanti gadis itu dapat menangkan puluhan buah obor
menyinari diatas batu peringatan tanpa tandingan, tengah
malam sudah lewat.
Si Soat Ang segera meloncat turun dari atas kuda dan
dengan meng-indap2 maju kedepan, dalam sekejap mata ia
telah menyaksikan delapan orang jago lihay dengan golok
tersoren dipinggang sedang ber-jaga2 disekeliling batu
peringatan. Si Soat Ang bersembunyi dibelakang sebatang pohon,
setelah memperhatikan beberapa saat ia putar badan
meluncur lewat jalan kecil dan tiba disisi tembok
pekarangan perkampungan ia segera mengempos tenaga
dan meloncat masuk ke dalam perkampungan Jiet-GwatCung. Hampir setahun lamanya ia tinggalkan perkampungan
tersebut namun suasana dalam perkampungan tersebut
tiada banyak perbedaan, hanya sebagian besar suasana
diliputi kegelapan.
Mendadak gadis itu secara lapat2, mendengar suara
irama musik berkumandang datang, begitu merdu suara itu
membuat Si Soat Ang tertegun, buru2 ia berlari kedepan
mendekati arah berasalnya suara tadi.
Sepanjang perjalanan ia telah berjumpa dengan banyak
jago lihay yang sedang melakukan perondaan namun
dengan ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang dengan
gampang sekali ia berhasil menghindari orang2 itu.
Menanti suara musik yang indah merayu itu berhasil
didekati hingga kedengaran semakin nyaring gadis itu
menemukan bahwa suara tadi berasal dari sebuah bangunan
dibalik halaman yang gelap gulita berdirilah sebuah gedung
yang bermandikan cahaya.
Si Soat Ang segera berkelebat masuk kedalam halaman
gedung itu. "Siapa " ayoh cepat keluar !" bentak dua orang penjaga secara tiba2.
Mengiringi bentakan tersebut dua orang penjaga itu
segera menubruk datang dengan hebatnya.
Namun tubrukan mereka hanya sampai ditengah jalan
sebab pada saat itulah mereka dapat menangkap raut wajah
yang muncul dihadapan mereka tertimpa cahaya lampu lalu
mereka kenali siapakah orang itu.
Seketika itu juga air muka kedua orang itu berubah aneh
sekali, begitu aneh perubahan wajah mereka hingga sukar
dilukiskan dengan kata2.
"Apa, aku yang telah datang!" hardik Si Soat Ang.
"Haaaah...kiiii,..kiranya Hu.. Hu Bengcu telah kembali, kami tidak tahu kalau kau sudah pulang."
"Hm, siapa yang sedang bersenang2 didalam?" bentak Si
Soat Ang kembali sambil menuding kedalam gedung
Kedua orang penjaga itu saling bertukar pandangan
sekejap, keringat dingin mengucur keluar membasahi jidat
mereka, sedangkan mulutnya membungkam dalam seribu
bahasa. "Eeeei...mengapa kalian tidak berbicara?"
"Lapor Hu Bengcu orang.. orang yang ada di dalam
gedung ada...adalah Tonghong Tongcu!"
Tubuh Si Soat Ang tergetar keras yang dimaksudkan
"Tonghong Tongcu" tidak salah lagi pasti Tonghong Pek adanya, sebab waktu itu Tonghong Loei ada digunung
Gobie dan cuma Tonghong Pek yang ada didalam
perkampungan. Kalau begitu, sungguhkah apa yang diucapkan Liem
Hauw Seng"
Si Soat Ang tarik napas panjang2 kemudian berseru..
"Kalian berdua jangan bersuara, aku akan segera masuk
kedalam untuk memeriksa?"
Kedua orang itu sadar bilamana Si Soat Ang dibiarkan
masuk, dan menyaksikan didalam ruangan itu, peristiwa
tragis pasti akan terjadi. namun merekapun tidak berani
menghalangi jalan perginya, terpaksa sambil tertawa getir
mengangguk. "Baik, baik silahkan Hu Bengcu masuk?"
Si Soat Ang mendorong pintu yang setengah tertutup dan
melayang masuk kedalam halaman setelah itu ia berdiri
dibelakang sebatang pohon sambil menyaksikan pemandangan didalam ruangan.
Tampaklah disuatu ruangan yang indah dan terang
benderang terdapat tujuh delapan orang gadis berpakaian
tipis sedang menari mengiringi irama musik, tarian mereka
indah mempesonakan sedang diruang tengah terletaklah
sebuah pemandangan yang sangat indah.
Diatas pembaringan itu terdapat seorang gadis sedang
berbaring didalam pelukan seorang pria, gadis itu boleh
dikata telanjang bulat, sepasang paha yang putih terlihat
nyata bahkan ketika itu tubuhnya sedang menggeliat,
dengan hebatnya.
Si Soat Ang adalah seorang yang lihay, pengetahuannya
luas dan disanjung setiap orang, namun ia tetap masih
seorang gadis perawan belum pernah ia saksikan keadaan
seperti itu kontan wajahnya berubah jadi merah dan panas
jantungnya berdebar keras.
Karena debaran ini maka untuk sesaat ia tak sempat
melihat jelas siapakah sepasang laki perempuan itu.
Meskipun demikian timbul juga kegusaran dalam hati Si
Soat Ang setelah menyaksikan peristiwa yang mengerikan
itu, ia mendengus menyingkap horden dan melangkah
masuk kedalam Namun dengan cepat ia tertegun, sebab lelaki yang
duduk diatas pembaringan itu bukan lain adalah Tongheng
Pek. Si Soat Ang berseru tertahan, kepalanya pening tujuh
keliling dan pandangan jadi gelap hampir saja ia jatuh tidak sadarkan diri.
Tidak salah lagi, apa yang diucapkan Liem Hauw Seng
ternyata benar2 merupakan suatu kenyataan.
Ia tarik napas panjang2, pergolakan dalam hatinya
dengan sekuat tenaga ditekan setelah tenang mungkin
kembali kedalam ruangan, tampak gadis telanjang itu
bagaikan gula yang lengket menempelkan seluruh tubuhnya
diatas tubuh Tonghong Pek, ternyata terhadap kehadirannya mereka sama sekali tidak tahu.
Si Soat Ang tidak dapat menahan sabar lagi, ia
mengempos tenaga kemudian membentak keras.
Ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang pada saat ini dahsyat
sekali, bentakan dalam keadaan murka ini luar biasa
akibatnya. Mengikuti bentakan itu bukan saja irama musik segera
berhenti beberapa orang gadis cantik yang sedang
menaripun bersama2 menggeletak lemas diatas tanah, gadis
itu muntah darah segar dan sama2 terluka dalam.
Sepasang lengan Tonghong Pek yang semula merangkul
pinggang Liuw Coei Wa, mengikuti bentakan tersebut
seolah2 ditimpa oleh besi seberat ribuan kati seketika
mengendor dan lepas dari rangkulan.
Dengan lepasnya rangkulan itu maka tubuh Liuw Coei
Wa pun segera menggelinding kebawah pembaringan.
Ilmu silat yang dimiliki Liuw Coei Wa tidak lemah,
namun berhubung bentakan Si Soat Ang sangat hebat maka
setelah roboh keatas tanah ia hanya merasakan kepalanya
pening tujuh keliling dan matanya ber-kunang2, berada
dalam keadaan seperti ini sulit baginya untuk bangun
berdiri dan memeriksa apa yang telah terjadi.
Buru2 hawa murninya disalurkan keseluruh badan untuk
menenangkan hatinya setelah itu siap bangun berdiri.
Namun Si Soat Ang bertindak cepat, ia telah melangkah
maju kedepan kemudian sekali injak ia tekan tubuh gadis
cabul itu diatas tanah.
Dalam pada itu sepasang matanya dengan memancarkan
cahaya tajam menatap Tonghong Pek tajam, ia temukan air
muka sianak muda itu kosong dan melompong seakan2
tidak tahu apa yang telah terjadi.
Tapi cuma sebentar ia berada dalam keadaan seperti itu
dalam sekejap sepasang matanya telah berkedip dan
bibirpun bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu
namun ia tidak berhasil bicara hawa warna merah yang
aneh seketika menyelimuti seluruh wajahnya.
"Bagus bagus sekali perbuatanmu !" jengek Si Soat Ang sambil tertawa dingin.
Selama beberapa hari ini Tonghong Pek selalu berada
dalam rayuan Liuw Coei Wa yang membuat ia jadi ter-gila2
dan setengah sadar, apa yang dipikirkan selama ini pun
hanya memuaskan napsu sexnya belaka.
Menanti ia dengar bentakan dahsyat dari Si Soat Ang,
hatinya baru tergetar keras, se-olah2 di guyur dengan air
dingin ia tercengang dan memandang kearah gadis itu
dengan sinar mata tidak percaya.
Tetapi setelah ia mendusin sama sekali dan menyaksikan
keadaan disekelilingnya dimana Liuw Coei Wa dalam
keadaan telanjang sedang diinjak Si Soat Ang, teringat pula perbuatannya selama ini sianak muda itu jadi kaget, malu
dan menyesal, seluruh perasaan nya segera ditumpahkan,
keatas wajahnya.
Apa yang diucapkan Si Soat Ang tadi ia tidak
mendengar, ia hanya merasakan jantungnya berdebar keras,
dadanya sesak dan pandangan matanya jadi gelap.
Per-lahan2 warna merah darah itu lenyap dari wajah
Tonghong Pek dan sebagai gantinya ia berubah jadi pucat
pias bagaikan mayat bahkan dari tenggorokannya
perdengarkan suara yang aneh.
Si Soat Ang tahu inilah disebabkan gertakan dada yang
mengakibatkan darah menekan keatas asal pemuda itu
muntah darah maka ia akan terluka parah, namun gadis itu
tidak menggubris, ia hanya tertawa dingin saja sambil
memandang pemuda itu dengan pandangan sinis.
Mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
diikuti seseorang yang berada disisi Tong hong Pek.
Walaupun dalam keadaan gusar Si Soat Ang masih
dapat menguasai diri, ia sadar seorang jago yang amat lihay telah tiba disana.
Menanti ia berpaling tampaklah orang itu sedang
menempelkan telapaknya diatas punggung Tonghong Pek
dan orang itu bukan lain adalah Tonghong Pacu.
"Eeeei kenapa kau kembali." terdengar gembong iblis itu menegur.
"Mengapa aku tak boleh kembali?" jawab Si Soat Ang sambil tertawa dingin.
"Apakah Si Thay sianseng telah menyerah..."
Si Soat Ang adalah seorang gadis cantik, dari pertanyaan
yang diajukan Tonghong Pacu baru ia segera sadar bahwa
apa yang dijumpai saat ini sebenarnya tidak lain adalah
hasil karya dari gembong iblis itu, ia jadi gemas bercampur mendendam, injakannya pada tubuh Liuw Coei Wa pun
semakin di perkeras.
"Bengcu cepatlah tolong aku!" buru2 gadis cabul itu berteriak minta tolong.
Si Soat Ang mendengus ia mundur selangkah kebelakang
kemudian dengan ujung kakinya ia mencungkil tubuh gadis
genit itu hingga mencelat ketengah udara.
"Jangan lukai orang !" teriak Tonghong Pacu.
Si Soat Ang tidak menggubris, menanti tubuh Liuw Coei
Wa telah berada ditengah udara, sepasang telapaknya
berputar, lima jarinya bagaikan jepitan baja segera
mencekik lehernya keras2.
"Kraak kraak.." diiringi suara retakan dahsyat tulang leher gadis itu sudah diremas sampai patah ber-keping2
setelah itu ia melemparkan mayatnya keluar.
Mayat Liuw Coei Wa segera menubruk pohon dan
menggeletak keatas tanah, dari tujuh lubang inderanya
darah mengucur deras, jiwanya pun seketika melayang.
Setelah membunuh mati gadis cabul itu Si Soat Ang baru
tertawa dingin dan menjengek.
"Hm beginikah perbuatanmu?"
"Kenapa?" jawab Tonghong Pacu air mukanya berubah hebat, "Pek-jie adalah Thian-tong Tong cu dari perserikatan tiada tandingan mencari kesenangan sudah merupakan
suatu kejadian yang biasa apa perlunya dikejutkan dan
diherankan seperti itu?"
"Haaa...haaa. kiranya begitu, Eeeei Tonghong Pek
ayohlah bicara sendiri, kenapa kau membungkam?"
Air muka Tonghong Pek berubah merah padam, ia
membungkam. "Sebenarnya aku tidak ingin mencampuri urusan kalian"
kata Tonghong Pacu kembali sambil tertawa kering,
"Namun berhubung kalian berdua belum terikat hubungan
apapun! lantas kau hendak mengawasi setiap gerak geriknya
maka aku merasa tindakanmu ini keterlaluan sekali, mau
tak mau aku harus turun tangan?"
Si Soat Ang jadi naik pitam, ia tak dapat menguasahi diri
lagi teriaknya kalap:
"Akan kucabut jiwa anjingmu!"
Jari telunjuk meluncur kedepan, serentetan angin
serangan langsung mengancam jalan darah Hoa Ka Hiat
didada Tonghong Pek.
Sejak kehadiran Si Soat Ang ditempat itu, Tonghong Pek
selalu berdiri tertegun dengan mulut membungkam dan
mata terbelalak ia jadi sinting dan tidak sadar bahkan
terhadap datangnya ancaman yang hendak mencabut
jiwanya ini pun ia tidak ambil perduli.
Serangan Si Soat Ang amat cepat, kelihatan sebentar lagi
diatas dada Tonghong Pek akan bertambah dengan sebuah
lubang besar oleh sodokan jarinya, pada saat itulah
terdengar Tong hong Pacu membentak.
"Jangan membunuh!"
Mengikuti bentakan dahsyat tersebut
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendadak tubuhnya mendak kebawah, sebuah serangan segera
dihantam kearah iga Si Soat Ang!
Serangan dari Tonghong Pacu ini bukan saja cepat
bahkan ganas dan tepat menangkis datangnya serangan Si
Soat Ang terhadap Tonghong Pek, seandainya gadis itu
meneruskan ancamannya niscaya serangan dari gembong
iblis itupun akan bersarang ditubuhnya.
Si Soat Ang menjerit aneh badannya miring kesamping
dan telapak kanan ditarik kembali kemudian berputar
pergelangan dalam sekejap mata ia sudah kirim kembali
sebuah serangan kearah depan.
Plaak ! sepasang telapak saling beradu menimbulkan
bentrokan keras mengikuti bentrokan tadi masing2 pihak
mundur selangkah kebelakang.
Sebenarnya gadis itu tidak pandang sebelah matapun
terhadap Tonghong Pacu sebab sejak ia meninggalkan
perkampungan Jiet-Gwat Cung ia sadar bahwa tenaga
Iweekang gembong iblis itu akan mengalami kerusakan
hebat setelah digunakan untuk mengobati Tonghong Pek.
Siapa sangka dalam bentrokan barusan ia membuktikan
bahwa tenaga Iweekang yang dimiliki Tonghong Pacu
ternyata sama sekali tidak berkurang bahkan masih seperti
sedia kala. Hal ini membuat gadis itu tertegun dan tidak habis
mengerti ia lantas menatap wajah Tonghong Pek kemudian
menatap pula wajah Tonghong Pacu, setelah itu sambil
tertawa dingin jengeknya.
"Benarkah kau telah mengusir racun dalam tubuhnya
dengan salurkan hawa murni dalam tubuhmu?"
"Lalu kau..."
"Lalu apa sebenarnya aku tidak berhasil kau lukai,
bukankah begitu?" tukas Tonghong Pacu sebelum gadis itu menyelesaikan katanya. "Tenaga dalamku telah pulih
seperti sedia kala!"
Tentu saja Si Soat Ang tahu bahwa kejadian itu tak
mungkin terjadi, otaknya segera berputar mendadak ia
sadar dan ia telah menemukan jawabannya, ia tahu bahwa
Tonghong Pacu tidak pernah menggunakan tenaga
lweekangnya untuk mengusir racun dalam tubuh Tonghong
Pek sedang sianak muda itupun tidak pernah keracunan.
Sekarang Si Soat Ang telah sadar akan duduknya
perkara, ia tahu Tonghong Pacu sedang membohongi
dirinya, membohongi dirinya agar suka membawa jago
perkampungan Jiet-Gwat-Cung untuk menghancurkan
kolong langit sedangkan ia tetap tinggal di perkampungan
untuk menghadapi Tonghong Pek agar sianak muda itu
berubah demikian.
Berpikir sampai disitu Si Soat Ang tak dapat menahan
kegusarannya lagi, ia mendongak dan tertawa seram,
suaranya tinggi melengking amat menusuk pendengaran.
"Apakah kau berhasil memahami duduknya perkara ?"
terdengar Tonghong Pacu menegur dengan suara berat,
"padahal kau dengan Pek-jie adalah sepasang jodoh yang bagus tapi kaupun harus paham bahwa seorang lelaki
dengan tiga empat orang istri bukanlah suatu hal yang
aneh" Air muka Si Soat Ang berubah hijau membesi terhadap
apa yang diucapkan Tonghong Pacu sama sekali tidak
didengarnya. Gadis itu sedang berpikir.
"Dengan adanya kejadian ini jelas hubunganku dengan
Tonghong Pek telah putus, dan selama beberapa waktu ini
para jago yang dikolong langit sama2 mendengarkan
perintahku, mengapa aku harus tetap jadi wakil Bengcu dari
perserikatan Bok Tek Beng ini?".
Ia tetap berdiri tegak, sementara dalam tubuh telah
melakukan persiapan untuk melancarkan sebuah serangan
mematikan. "Bukan begitu!" kembali Tonghong Pacu berkata sambil tertawa2 "Setelah kau kembali maka kalian berduapun
harus saling bermesraan."
Bicara sampai disitu ia lantas berpaling dan berseru.
"Pek-jie..."
Berpalingnya gembong iblis ini memberikan suatu
peluang yang sangat baik bagi Si Soat Ang untuk
melancarkan serangan tubuhnya mandek kebawah, pergelangan berputar dan serentetan cahaya tajam yang
dipancarkan dari sebilah pedang pendek telah meluncur
kedepan. Tentu saja sejak muncul dalam arena Tonghong Pacu
sudah bikin persiapan terhadap segala kemungkinan namun
mimpipun ia tidak menyangka Si Soat Ang bisa
melancarkan serangan dalam keadaan seperti itu.
Ketika mendengar sambaran angin tajam
lewat dibelakang tubuhnya Tonghong Pacu segera berpaling
tahu2 cahaya tajam pedang lawan telah mengurung seluruh
tubuhnya. Gembong iblis ini jadi amat terperanjat tanpa sadar ia
menjerit kaget dan buru2 lari kebelakang sebuah tiang
penglari. Datangnya tusukan pedang dari gadis itu amat dahsyat,
baru saja Tonghong Pacu menghindar kebelakang tiang,
pedang tadi sudah menyambar datang dan segera
menembusi tiang tersebut
Sreeeet! seluruh pedang pendek itu menembusi tiang,
Tonghong Pacu yang ada dibelakang tiang tidak
menyangka akan kehebatan lawan, ternyata ujung pedang
itu telah tersundul diluar tiang dan segera menusuk
bahunya dalam2.
Meskipun tidak sampai jiwanya melayang oleh tusukan
itu, tak ampun dirinya sudah terluka beberapa coen.
Sejak malang melintang dalam dunia persilatan puluhan
tahun lamanya kecuali menderita kalah satu kali ditangan
Ciang Ooh, boleh dikata belum pernah ia terluka oleh
senjata lawan, tapi sekarang bukan saja ia paksa berada
dibawah angin, bahkan bahunya tertusuk pula, rasa kaget
gusar dan mendongkol dalam hati Tonghong Pa-cu sukar
dilukiskan lagi dengan kata2.
Napsu membunuhnya segera timbul dan menyelimuti
benaknya ia ambil keputusan hendak membinasakan Si
Soat Ang. Sebaliknya gadis itupun membenci Tonghong Pacu
karena selama ini ia membohongi dirinya. Napsu
membunuh menyelimuti benaknya dengan demikian kedua
belah pihak sama2 ada maksud membunuh lawannya dan
pertarungan antara hidup dan mati segera berlangsung.
Tonghong Pacu miringkan tubuhnya dan tiba2 kirim
sebuah serangan menghantam tiang.
Walaupun serangan ini dilancarkan keatas tiang, namun
berhubung kepandaian yang digunakan adalah "Li-sau Ta
Gouw" atau Terpisah gunung menghantam Kerbau, tenaga
pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke tiang,
kemudian dari tiang bersalur kedalam pedang yang masih
menancap diatas tiang dan dari pedang tersalur pula ke
tubuh Si Soat Ang.
Oleh hantaman yang tak terduga ini tubuh Si Soat Ang
tergetar mundur selangkah ke belakang.
Begitu badannya mundur Tonghong pacu segera
berteriak aneh sepasang telapaknya berputar dan menubruk
datang dengan hebatnya dua gulung angin serangan
bagaikan gulungan ombak ditengah samudra langsung
menghajar tubuh gadis itu.
Ditengah desakan dahsyat gembong iblis itu sama sekali
tiada kesempatan bagi Si Soat Ang untuk menghindar
berada dalam keadaan seperti ini terpaksa ia mendak
tubuhnya kebawah, sepasang telapak berputar dan
menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan
keras. Braaaaak.. Braaak diiringi suara bentrokan dahsyat
empat telapak saling beradu kemudian menempel satu sama
lainnya laksana dua lembar lempengan besi.
Begitu menempel, tubuh mereka segera berdiri kaku dan
duel tenaga dalam pun berlangsung dengan dahsyatnya.
Ambil kesempatan itulah seluruh isi ruangan pada
berteriak dan melarikan diri terbirit2 dari dalam ruangan
dalam sekejap mata ruangan jadi kosong dan sunyi tinggal
Tonghong Pek seorang tetap duduk tak berkutik ditempat
itu. Sungguh dahsyat adu lweekang yang terjadi antara kedua
orang itu, lama kelamaan hawa panas mulai muncul diatas
ubun2 kedua orang itu, tidak sampai setengah jam
kemudian sekeliling tubuh mereka telah dilapisi oleh kabut
yang sangat tebal mereka berdua telah salurkan hawa
murninya hingga mencapai puncak yang mereka miliki.
Pada saat itulah Tonghong Pek per-lahan2 bangun
berdiri, sepasang matanya dengan sinar mata kosong
memandang ketempat kejauhan.
Tubuhnya mulai bergeser dan lambat2 berjalan keluar
selama ini ia tidak pandang sebelah matapun kearah
Tonghong Pacu maupun Si Soat Ang, se-olah2 kedua orang
itu sama sekali tidak ada.
Menanti Tonghong Pek telah berjalan keluar dari
ruangan dan tiba di halaman mendadak terdengarlah suara
gemuruh yang amat dahsyat dan sangat memekikkan
telinga berkumandang datang.
Oleh suara keras tadi sianak muda itu berhenti namun ia
tidak berpaling..
Kiranya bentrokan itu berasal dari tumbukan Tonghong
Pacu serta Si Soat Ang yang saling lepas dari telapak lawan dan menumbuk tiang.
Napas mereka berdua ter-sengkal2 tubuh mereka dengan
lemas bersandar diatas tiang, kemudian napas mereka
makin lemah, tubuh yang besandarpun mulai merosot
kebawah, akhirnya napas mereka berhenti dan binasalah
dua orang tokoh sakti dari dunia persilatan itu.
Terhadap semua peristiwa itu Tonghong Pek tidak ambil
gubris ia tetap meneruskan langkahnya keluar dari
perkampungan Jiet-Gwat-Cung dan lenyap ditengah
kegelapan. Peristiwa yang terjadi dalam perkampungan Jiet GwatCung seketika menggemparkan seluruh dunia persilatan
dengan cepat pula suara itu tersiar sampai ketelinga para
jago yang dipimpin Tonghong Loei mengurung gunung Gobie, begitu berita tersiar sebagian besar jago2 kangow itu
segera membubarkan diri dan tercerai berai.
Hari kedua Tonghong Loei serta Si Chen tampak keluar
dari lembah gunung itu mereka hanya berdua saja dan tidak
kelihatan orang lain.
Ketika kedua orang itu keluar dari lembah mereka telah
berjumpa dengan Liem Hauw Seng serta Giok Jien, empat
orang saling bertukar pandangan dan tertawa, dalam
perjumpaan tak terduga ini masing2 orang bungkam dalam
seribu bahasa. Menghadap ke arah lembah Coei-Hok-Kok, Si Chen
berlutut dan menjalankan penghormatan berapa kali
kemudian bersama Tonghong Loei berlalu dari sana, sejak
itu orang2 Bu-lim tak ada yang berjumpa dengan mereka
lagi menurut kabar yang tersiar mungkin mereka berdua
telah pergi kewilayah Biauw untuk hidup bersama Kiem
Lan Hoa ibu kandung dari Tonghong Loei.
Dengan matinya Tonghong pacu serta Si Soat Ang,
bubar pula perserikatan Boe-Tek-Beng mereka, perkampungan Jiet-Gwat-Cung pun jadi kosong tak
berpenghuni, perkampungan itu jadi bangunan kosong,
sedang batu peringatan tersebut masih berdiri dengan
angkernya didepan perkampungan.
Setahun dua tahun dengan cepatnya sudah lewat,
rumput dan alang2 tumbuh memenuhi seluruh tempat,
namun tak seorang manusiapun pernah berkunjung
keperkampungan serta batu peringatan itu.
Entah berapa puluh tahun sudah lewat, saat itulah ada
orang yang menemukan seorang padri berperawakan kurus
kering pernah berdiri ter-mangu2 didepan batu peringatan
sampai beberapa hari entah apa saja yang sedang dipikirkan
hweesio itu didepan batu peringatan tadi.
Menanti ada orang yang merasa keheranan dan
menghampiri padri itu sambil menanyakan asal usulnya,
hweesio itu dengan mulut membungkam segera berlalu dari
sana. Sejak peristiwa itu tak pernah ada orang yang berjumpa
kembali dengan padri kurus kering itu, semakin tak ada
orang yang tak tahu asal usul nya serta kemana perginya
hweesio itu .. Ia datang tanpa suara, pergipun tanpa ribut, suasana
tetap sunyi hening siapakah hweesio itu rasanya
pembacapun bisa menebak sendiri.
Dengan demikian sayapun akhiri cerita JAGO KELANA sampai di sini. Sampai Jumpa.
TAMAT Harimau Mendekam Naga Sembunyi 18 Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe Karya G K H Kisah Para Pendekar Pulau Es 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama