Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 8
Han, air muka yang semula murung kini berganti dengan
sebuah senyuman Tong hong Pek tertegun apa maksud
ucapannya" minta bantuan ayahku"
Aku adalah seorang anak yatim piatu, siapakah ayahku
pun aku tak tahu, apa yang harus dijawab"
"Aaa, kesemuanya ini tentu hasil ngaco belo dari Hiat
Goan Sin koen, sehingga Ciang Gwat Han yang jeri pada
orang itu, suka menyerahkan teratai raksasa kepadanya."
pikir sianak muda itu.
Tonghong Pek adalah seorang jujur, ia serba salah
menghadapi persoalan ini.
"Kir. . . kiranya begitu . . tapi ayahku. ."
Ia tidak bisa bicara bohong, karena gelisah merah padam
selembar wajahnya.
Ciang Gwat Han sama sekali tidak memperhatikan
kejengahan sianak muda ini, malahan sambil tertawa paksa
ujarnya kembali:
"Benar, benar ucapanmu memang tidak salah, tentu saja
ayah mu bukan manusia sembarangan, akupun tidak berani
mohon sesuatu kepadanya, aku hanya berharap sewaktu
ada dihadapan beliau Tonghong Kongcu suka mengungkapnya sambil lalu."
"Hal itu boleh saja, apakah Ciang cungcu ada urusan
apa?" Ciang Gwat Han tertawa getir.
"Bicara terus terang, tenaga dalam yang kulatih adalah semacam Iweekang berhawa lunak, setengah tahun
berselang ketika aku sedang berlatih, mendadak kujumpai
hawa murniku menembusi jalan yang sesat..."
"Aaah ! kalau begitu kau...bukankah jalan api menuju
neraka " kau.-." Seru Tonghong Pek terkesiap.
Kembali Ciang Gwat Han tertawa getir.
"Setelah kurasakan keadaan tidak beres, segera disalurkan hawa murniku dan paksa hawa murni yang jalan
sesat itu berkumpul di urat Sauw-yi ada ditangani dimana
terletak jalan darah "Gan-ching" serta "Thian ching" dengan demikian hitung2 aku berhasil lolos dari bahaya jalan api
menuju neraka."
"Oouw, kiranya begitu. kalau bukan tenaga dalam Cung
cu telah mencapai kesempurnaan, sulit untuk berbuat
demikian."
"Tonghong Kongcu, harap kau jangan memuji diriku,
sejak peristiwa itu hingga kini sudah ada setahun lebih,
selama setahun ini aku berusaha untuk paksa keluar hawa
murni yang sesat tadi tapi selalu gagal, pernah aku minta
petunjuk beberapa orang sakti dunia persilatan mereka
bilang satu2nya cara adalah minta bantuan seseorang
menyalurkan tenaga lweekangnya kedalam badan ku dan
paksa hawa sesat tadi keluar dari tubuh."
"Cara ini memang bagus sekali, tapi mengapa beberapa
orang tokoh sakti dunia persilatan itu tak mau membantu ?"
"Bukannya mereka tak mau membantu, melainkan
tenaga lweekang mereka belum mencapai ke tingkat
tersebut, di-hitung2 dikolong langit dewasa ini cuma ada
dua orang yang memiliki kepandaian tersebut."
Tonghong Pek terperanjat, ingin sekali ia menanyakan
siapakah kedua orang itu. sebelum ia buka suara Ciang
Gwat Han telah melanjutkan:
"Kedua orang itu. yang satu adalah Si Thay sianseng dari gunung Go bie dan orang kedua ada lah ayahmu.
"Oooouw, kiranya begitu tahu aku..."
Ucapan ini meluncur tanpa sadar, sebab sianak muda itu
sedang memikirkan persoalan lain.
Menanti ia sadar kembali, rasa terperanjat sukar
dilukiskan dengan kata2, serunya kembali:
"Apa yang kau katakan" dikolong langit dewasa ini cuma Si Thay sianseng serta ayahku yang memiliki tenaga
lweekang sedahsyat itu?"
"Benar!"
Tong hong Pek benar2 amat terperanjat, ia tahu yang
dimaksudkan sebagai ayahnya tentulah Tong hong Pacu,
sijago lihay dari aliran sesat itu, sebab hanya dialah yang patut disejajarkan dengan Si Thay sianseng dari aliran lurus, jadi kalau begitu Hiat Goan Sin koen telah membohongi
orang ini dengan mengaku dia sebagai putra Tonghong
Pacu" suatu gurauan yang sangat berbahaya..."
Tonghong Pek kaget, tapi ia tak mau membongkar
rahasia ini, buru2, tanyanya:
"Ciang cungcu, menurut pikiranmu siapakah ayahku?"
Suatu pertanyaan yang aneh membuat Ciang Gwat Han
tertegun dan tak tahu apa yang harus dikatakan.
Beberapa saat kemudian ia baru berkata. "Tong hong
Kongcu maksudmu..."
"Aku sedang bertanya kau kira siapakah ayahku, Ciang
cungcu, harap kau suka menjawab dengan sejujurnya."
Si Raja Akhirat berwajah dingin Ciang Gwat Han adalah
seorang jago kawakan, pengalaman nya sangat luas, setelah
mendengar ucapan itu, ia sadar tentu ada sesuatu yang tak
beres, buru2 jawabnya.
"Bukankah kau adalah putra dari Tong hong Pacu tokoh
sakti nomor wahid dikolong langit dewasa ini?"
Mendengar ucapan itu Tong hong Pek merasa
mendongkol bercampur geli, ia merasa dirinya untung
mengajukan pertanyaan tersebut sehingga kesalah pahaman
ini bisa diatasi mulai sekarang.
"Ciang Cungcu kau telah salah menduga " buru2
serunya. "Kau telah keliru menganggap aku dengan Tonghong pacu sama sekali tiada hubungan."
Air muka Ciang Gwat Han kontan berubah hebat ia
mundur selangkah kebelakang dan berseru:
"Tapi Hiat Goan Sin koen berkata demikian."
"Kau keliru, selama ini kau dibohongi Hiat Goan Sin
koen." tukas Tonghong Pek cepat.
"Tapi . . . tapi andapun she Tonghong, hal ini , . . hal ini
- . " "Ha ha ha Ciang Cungcu, orang yang menggunakan she
Tonghong dikolong langit bukan satu dua orang belaka,
apakah mereka yang pakai she Tonghong Pek disebabnya
sewaktu suhu dan sunioku menemukan diriku, kebetulan
sinar sang surya baru muncul di ufuk Timur, sedang aku
adalah seorang anak yatim piatu, maka Tonghong atau
Ufuk Timur dianggap sebagai she ku !"
Setelah Tonghong Pek berkata demikian, mau tak mau
Ciang Gwat Han harus mempercayainya, ia tarik napas
panjang. "Kalau begitu gurumu adalah . . ."
"Nama guruku tentu Sin Tuo" ia pun tinggal digunung
Lak-ban san ini, hanya satu diutara yang lain diselatan dia adalah Si bongkok sakti Lieh Hwee Sin Tuo.
Wajah siraja akhirat berwajah dingin yang dasarnya
jelek, kini semakin jelek lagi.
Ia menggendong tangan dan berjalan mondar-mandir
dalam ruangan, serunya berulang kali.
"Kurang ajar, kurang ajar . ."
"Ciang cungcu, aku tidak tahu apa yang disampaikan
Hiat Goan Sin koen kepadamu " kata Tong-hong Pek
dengan nada kesal "Kalau aku tahu, seketika itu juga pasti akan
kubantah, harap Cungcu suka memaafkan kelancangannya."
Ciang Gwat Han berhenti mengawasi wajah sianak
muda itu beberapa saat lalu berkata:
"Kau benar2 seorang Koen cu yang jujur, aku sangat
kagum pada dirimu, hanya saja teratai berusia ratusan itu
adalah . . . adalah barang langka . . . kau ?"
"Ciang-cungcu kau boleh berlega hati aku tidak akan
membuat orang lain merasa sulit karena persoalan ini."
"Tentu saja aku percaya kau tidak akan memaksa diriku
tapi Manusia monyet bajingan tua itu . - dia ! Aaaaai!"
Tonghong Pek tahu orang itu tentu merasa serba salah
menghadapi masalah ini. mendadak pikirannya rada
bergerak, ia berkata.
"Ciang cungcu, aku mempunyai suatu cara yang
sempurna!"
"Coba katakan..."
"Ciang cungcu malam ini juga kau hantar aku keluar
perkampungan tanpa diketahui Hiat Goan Sin koen,
dengan kepergianku maka ia tentu tidak akan menanyakan
soal teratai berusia seratus tahun itu lagi."
"Tidak bisa jadi" seru Ciang Gwat Han, meski demikian senyuman menghiasi wajahnya. "Hiat Goan Sin koen
bukan manusia sembarangan, apabila ia menemukan
dirimu, maka dia tentu akan menuduh akulah yang
melarikan dirimu, yang kutakuti adalah dalam kegilaan ia
bakar perkampungan keluarga Ciang kami sehingga rata
dengan tanah."
"Soal itu mudah diatasi, aku akan tinggalkan sepucuk
surat yang menerangkan bahwa aku pergi atas kemauanku
sendiri.. lagi pula aku memang benar2 ingin meninggalkan
dirinya, hitung2 kau telah membantu diriku."
Kembali Ciang Gwat Han berjalan mondar mandir
dalam ruangan, beberapa saat ia memperhatikan suasana
diluar ruangan, setelah
dirasakan aman ia baru mengangguk. "Baiklah !"
Tonghong Pek segera ambil kertas, dan menulis sepucuk
surat, menanti Ciang Gwat Han membaca dan dirasakan
tepat, kembali ia mengangguk .
"Bagus sekali, segera aku hantar kau meninggalkan
tempat ini"
"Setelah keluar dari perkampungan Han Gwat cung ini,
aku mohon Ciang cungcu pun suka menyediakan kuda,
agar perjalananku dapat ditempuh lebih cepat !"
Ciang Gwat Han hanya mengharapkan teratai seratus
tahunnya tidak sampai diberikan kepada pemuda ini, apa
permintaan Tonghong Pek segera dipenuhi semua.
Tong hong Pek melangkah keluar pintu, tapi dengan
cepat Ciang Gwat Han menghalangi niatnya, ia kempit
tubuh sianak muda itu dan menerobos keluar melalui
jendela. Sianak muda itu terperanjat, hampir2 saja ia berseru
tertahan, karena ia tahu diluar jendela adalah air telaga,
Mereka loncat keluar lewat jendela bukankah tubuhnya
akan segera tercebur kedalam air.
"Jangan bersuara?" bisik Ciang Gwat Hao lirih.
Tonghong Pek terkesiap, ia membungkam. Tampaklah
tubuh mereka berdua dengan cepat meluncur kebawah dan
dalam sekejap telah tiba dipermukaan telaga, kakinya
ternyata berdiri di permukaan air dengan tenang.
"Ciang cungcu kau. ." seru Tong hong Pek terperanjat.
"Jangan bersuara, di bawah permukaan ada patokan
kayu sebagai penjaga, tentu saja aku bisa berdiri diatas
permukaan air seperti berdiri di atas permukaan tanah?"
Sekarang Tong hong Pek baru tahu, kiranya setiap tiga
depa Ciang Gwat Han maju setindak, sebab dibawah
permukaan air terdapat balok2 kayu tempat pijak kaki. tidak aneh kalau dengan gampang ia bisa lari kesana kemari.
Dalam sekejap mata mereka telah tiba ditepi pantai.
Beberapa saat kemudian mereka tiba didepan pintu
perkampungan Han Gwat cung. Ciang Gwat Han bersuit
pendek, dan segera muncul dua orang lelaki kelar.
"Cepat sediakan seekor kuda jempolan !"
Kedua orang itu mengiakan, tidak selang beberapa waktu
mereka muncul kembali dengan membawa seekor kuda
jempolan yang tinggi besar.
Tonghong Pek segera meloncat naik keatas pelana dan
membedal kudanya meninggalkan perkampungan Han
Gwat cung, kuda lari dengan cepatnya kedepan, begitu
cepat sehingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Menanti fajar telah menyingsing ia sudah berada
ditengah pegunungan, keadaan medan amat berbahaya,
penuh dengan jurang yang curam dan mengerikan,
menunggu sang surya telah menerangi seluruh jagat, ia tiba
didekat sumber air.
Ia turun meneguk beberapa tegukan air, memandang
bukit yang menjulang tinggi ke angkasa, tak mungkin lagi
perjalanan bisa dilanjutkan dengan menunggang kuda.
Tonghong Pek menghela napas panjang, sambil
menepuk pundak kuda itu serunya:
"Terima kasih atas bantuanmu, nah pergilah !"
Ia hantam pantat kuda itu keras2, diiringi ringkikan
panjang binatang itu lari kedepan dalam sekejap mata telah
lenyap dari pandangan.
Tonghong Pek memetik buah2an liar untuk menangsal
perut, lalu mencari sebuah batu yang datar dan berbaring.
Tengah malam telah menjelang, ditengah lelap2 rasa
ngantuk menyerang badan. tiba 2 pemuda itu menjumpai
cahaya api berkedip didepan mata.
Cahaya api itu bergerak terus tiada hentinya sepintas lalu
dapat diketahui tentu ada orang yang membawa obor
sedang melakukan perjalanan.
Anak muda ini terkesiap, segera pikirnya:
"Mungkinkah Hiat Goan Sin koen datang mencari aku ?"
Buru2 ia bersembunyi dibelakang batu cadas sambil
mengintip keluar.
Tidak selang beberapa saat kemudian cahaya api itu
bergerak semakin dekat, sedikitpun tidak salah, ia melihat
ada sesosok bayangan manusia bergerak dalang dengan
mencekal sebuah obor.
Tapi Tonghong Pek tidak melihat jelas raut mukanya.
Tiga puluh tombak. . . dua puluh lima tombak . . . dua
puluh tombak. . . secara lapat2 Tonghong Pek mulai
melihat orang itu memiliki rambut yang amat panjang
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sehingga menutupi seluruh wajahnya, tapi ia tahu orang itu
adalah seorang perempuan
O-d-e0-w=i0-O Jilid 12 TONGHONG Pek mulai ragu2, ia tak tahu apa
sebabnya perempuan ini melakukan perjalanan ditengah
pegunungan malam2 begitu, ia makin terperanjat lagi
sewaktu orang itu berhenti kurang lebih tujuh delapan depa
di hadapannya. Orang itu berhenti beberapa saat, lalu per lahan2 putar
badan sehingga ia berdiri membelakangi Tonghong Pek.
Jantung sianak muda ini berdebar semakin keras, ia lihat
diatas punggung perempuan itu tertancap sebilah pisau
belati, tusukan itu hampir menembusi punggungnya hingga
tinggal gagang pisau yang bercahaya tajam kelihatan sedikit diluar.
Benar2 suatu kejadian yang tak berani dipercayai,
hampir saja ia terperanjat sehingga berteriak.
"Putriku . . dimana kau putriku!" mendadak terdengar perempuan itu menjerit lengking.
Suara perempuan itu tajam dan melengking, didengar
dalam kesunyian serta kegelapan yang mencekam benar2
mengerikan sekali, lagi pula suaranya panjang tiada
berputusan, jelas membuktikan tenaga lweekangnya amat
sempurna. Pada saat itulah dari tempat kejauhan terdengar suara
sahutan dari seorang perempuan juga.
"Aku segera datang . . !"
Tonghong Pek makin terperanjat lagi, ia kenali suara
tersebut sebagai gadis yang dipikirkan setiap hari, suara
tersebut adalah suara dari Si Soat Ang, jantungnya berdebar keras, hampir2 saja meloncat bangun.
Tapi ia menahan diri, pemuda itu tetap bersembunyi
dibalik batu sambil mengawasi keadaan dihadapannya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah
manusia bergema datang. tampak seorang gadis dengan
mencekal obor berlari mendekat.
Gadis itu bukan lain adalah Si Soat Ang, hampir saja
Tonghong Pek berteriak saking girangnya.
Tampak Si Soat Ang berlari menghampiri perempuan
itu, lalu dengan wajah kesal berseru:
"Siang malam kita melakukan perjalanan terus,
sebenarnya kita akan pergi kemana ?"
"Putriku, aku hendak membawa kau pulang ke daerah
Biauw, pergi mengunjungi desa kita, disana ada gunung
yang indah, air yang jernih..."
"Aaaah...sungguh membosankan." tukas Si Soat Ang
sambil depak2 kakinya keatas tanah "Yang kau katakan
cuma itu saja, aku tak sudi pergi ke daerah Biauw."
Ucapan itu menggetarkan tubuh perempuan itu
rambutnya yang awut2an segera tersingkap.
Melihat tampang perempuan itu. Tong-hong Pek segera
teringat akan seseorang, ia teringat dengan Ciang Ooh
perempuan gila dari benteng Thian It Poo.
Tapi, kenapa Si Soat Ang mengakui dirinya sebagai putri
Ciang Ooh"
Setelah tergetar keras Ciang Ooh mengawasi wajah Si
Soat Ang tajam2, tiba2 ia menggeleng.
"Kau bukan putriku" katanya.
Mendengar ucapan itu, Si Soat Ang terperanjat, buru2
serunya "Tentu saja aku adalah putrimu, kau jangan ngaco belo!"
"Kalau kau adalah putriku kenapa tak suka kembali
kedaerah Biauw?" kata Ciang Ooh dengan nada menangisi
"Tempat itu adalah desa kita, disana indah sekali
pemandangannya, terdapat gunung yang indah . . ada. .!"
"Masih ada lagi air yang jernih, bukankah begitu?"
sambung Si Soat Ang tidak menanti ia menyelesaikan katakatanya "Hmm . . ! aku sudah bosan dengan kata-kata itu, sekalipun kau ada maksud pulang kedaerah Biauw, tidak
seharusnya melakukan perjalanan siang malam dan
berputar2 terus ditengah pegunungan yang sunyi.
Mendengar ucapan itu kontan Ciang Ooh tertawa.
"Aku benar2 gembira, kau jangan gusar bagaimana kalau
kau membawa jalan?"
"Aaaah, hal ini jauh lebih baik lagi" seru gadis she Si itu kegirangan.
Baru saja ia tutup mulut, mendadak ada seseorang
memanggil namanya:
"Nona Si !"
Si Soat Ang terperanjat, ia angkat kepala tampaklah dari
belakang sebuah batu cadas muncul seseorang untuk sesaat
ia tak tahu siapakah orang membuat hatinya benar2
terperanjat. Orang yang memanggil Si Soat Ang barusan bukan lain
adalah Tonghong Pek.
"Nona Si aku adalah Tonghong Pek!" kembali sianak muda itu berseru.
Seumpama Tonghong Pek tidak memperkenalkan diri,
mungkin keadaan rada genah, begitu diutarakan Si Soat
Ang semakin terperanjat.
Tonghong Pek sendiri walaupun tak bisa dikatakan
ganteng sekali tapi ia sangat gagah sekali, tapi orang yang muncul dari balik batu saat ini berwajah kurus kering
bagaikan mayat, begitu pucat mukanya sampai membuat
orang melihatnya jadi bergidik.
"Kau sebenarnya siapakah kau?" seru Si Soat Ang
dengan hati terkesiap.
Perlahan2 Tonghong Pek munculkan diri dari balik batu.
Baru saja badannya melangkah keluar tiba2 terasa
segulung angin serangan yang amat dahsyat meluncur
datang. Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Pek saat ini tidak lebih
cuma satu bagian, termakan oleh desakan angin desiran
demikian dahsyatnya, sang badan segera terjengkang
kebelakang dan menumbuk diatas batu besar.
Tumbukan ini membuat kepalanya pusing tujuh keliling,
angin pukulan semakin dahsyat menekan dadanya
membuat ia susah napas diikuti dadanya terasa amat sekali.
Tonghong Pek segera tenangkan pikiran, ia me rasa
badannya diangkat
seseorang hingga
meninggalkan permukaan dan orang itu bukan lain adalah Ciang Ooh
yang tujuh bagian mirip setan. tiga bagian mirip manusia.
"Siapa kau ?" bentak Ciang Ooh sambil menunjukkan sebaris giginya yang putih mengkilap, "Mengapa kau
menakuti2 putriku ?"
Napas Tonghong Pek ter sengkal2, untuk sesaat ia tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun, terpaksa dengan
ter engah2 katanya:
"Lepas tangan dulu, lee...lepas tangan dulu, aku.,.aku adalah Tonghong Pek"
Sementara itu Si Soat Ang telah menghampiri mereka
berdua, mengetahui orang itu bukan lain adalah Tonghong
Pek, dengan terperanjat bercampur ragu2 gadis itu berseru:
"Tonghong Pek, kiranya benar2 kau, kenapa kau... kau
bisa sampai disini ?"
Pada saat itu Tonghong Pek tak bisa berkutik, tenaga
untuk berbicarapun tak ada, ia cuma bisa menuding kearah
Ciang Ooh belaka.
Si Soat Ang mengerti maksudnya, buru2 ia berseru:
"Ibu, cepat lepas tangan , dia adalah sahabat-ku."
Ciang Ooh tertegun, kelima jari tangannya segera
mengendor. Tubuh Tonghong Pek segera terbanting jatuh keatas
tanah, untung Si Soat Ang cepat memayang tubuhnya,
kalau tidak niscaya pemuda itu telah terbanting keras.
Berada dalam payangan gadis itu. Tonghong Pek tak bisa
berdiri tegak, seluruh badannya hampir bersandar ditubuh
gadis tersebut.
Lama sekali, sianak muda itu baru bisa tenang kembali,
katanya: "Nona Si, kau...kau...dengan dia..."
Agaknya Si Soat Ang sudah tahu apa yang hendak
ditanyakan sianak muda itu. dengan cepat ia menukas:
"Panjang sekali kalau kau hendak mengetahui duduknya
perkara kau... janganlah bertanya lebih dahulu. Tonghong
toako, aku mengira kau sudah mati, kau . . ."
"Aku . . kalau bukan kau yang berangkat ke gunung Lakban-san memberi kabar kepada suhuku, mungkin aku sudah
mati di luar perbatasan, nona Si secara bagaimana kau bisa
meninggalkan suhu serta sunioku" bagaimana keadaan
mereka?" "Aku... akupun tak tahu!" gadis ini semakin bingung, maka ia cuma menggeleng belaka.
Tonghong Pek melirik sekejap kearah Ciang Ooh lalu
kembali bertanya:
"Bukankah dia adalah Ciang Ooh dari benteng Thian It
Poo" secara bagaimana kau bisa saling menyebut sebagai
ibu dan anak dengan dirinya?"
Selama ini Ciang Ooh hanya berdiri membungkam
disamping kalangan terhadap apa yang diucapkan Si Soat
Ang serta Tonghong Pek sama sekali tidak menggubris tapi
begitu ucapan tersebut diutarakan mendadak ia menjerit
melengking. "Apa yang kau katakan" dia adalah putriku."
Sambil berseru, sepasang matanya dengan penuh
kebencian melototi Tong hong Pek membuat orang yang
melihatnya jadi bergidik.
"Jangan kau tanyakan hal ini lebih dahulu." terdengar Si Soat Ang menjawab "Kau datang kemari seorang diri" kau hendak pergi kemana?"
"Sebenarnya aku cuma ingin bertemu sekejap dengan
dirimu, dan sekarang apa yang aku inginkan sudah
terpenuhi, aku tahu suhuku menjumpai kesulitan tapi aku
tidak mampu menolong . . pokoknya aku berhasil
menemukan dirimu!"
Si Soat Ang sangat terharu dengan kata2 itu sewaktu ada
dibenteng Thian It Poo hampir semua orang menuruti
omongannya karena takut, tak ada orang yang benar2 baik
padanya, ia cinta Liem Hauw Seng tapi sianak muda itu
membenci dirinya, saat ini boleh dikata baru pertama
kakinya ia dirindukan oleh seorang lelaki, hatinya jadi
kacau dan tak mengerti apa yang harus dilakukan saat ini.
Perlahan2 ia menghembuskan napas panjang katanya:
"Tonghong toako, lukamu sangat parah..." Mendadak ia berpaling memandang kearah Ciang Ooh dan terusnya:
"lbu, lukanya sangat parah tenaga Iweekangmupun
sempurna, kau bisa menyembuhkan lukanya, mau bukan
kau turun tangan membantu dirinya?"
"Menyembuhkan lukanya" apa itu?" Tenaga Iweekang
yang dimiliki Ciang Ooh memang lihay, tapi apa yang
dimiliki diperoleh tanpa sengaja, ia sama sekali tak tahu apa yang dinamakan menyembuhkan luka itu, maka dari itu
segera ia utarakan kata 2 tersebut.
Si Soat Ang jadi mendongkol, ia men-depak2 an kakinya
keatas tanah. "Aaaah masa gitu saja tidak tahu, salurkan tenaga
dalammu lewat jalan darah Leng Thay Hiat yang ada
dipunggungnya, maka luka yang ia derita akan segera
sembuh." Ciang Ooh tetap bingung dan tak mengerti, ia mengucekucek matanya. Menjumpai hal itu Tonghong Pek segera tertawa getir
katanya: "Nona Si, kau tak usah terlalu memaksa dirinya. . ."
"Kau jangan banyak bicara." Si Soat Ang menukas
dengan cepat. "semuanya biarlah aku yang aturkan bagimu cepat kau duduk, biar aku ajari dia secara bagaimana
menyalurkan hawa murni nya kedalam tubuhmu."
Tong-hong Pek tidak ingin menampik maksud baik Si
Soat Ang, ia segera duduk bersila keatas tanah dan mulai
menyalurkan hawa murni sendiri mengelilingi badan.
Sementara itu Si Soat Ang telah menggape ke arah Ciang
Ooh sambil berseru:
"Mari kau pun duduk disini."
Ciang Ooh menurut dan duduk, setelah duduk ia tertawa
lalu berkata: "Aaaa sekarang aku paham sudah dengan duduk secara
begini maka dari dalam tubuh akan meluncur naik segulung
hawa, bukankah begitu" kekuatan hawa itu amat besar
sekali!" "Betul betul sekali" seru Si Soat Ang kegirangan "Nah kau harus salurkan hawa yang sangat kuat itu kedalam
tubuhnya, tapi kau harus bekerja perlahan-lahan, sebab
kalau sedikit terlalu cepat, ia tidak akan tahan dan bakal
mati ditanganmu."
"Perlahan-lahan?" tanya Ciang Ooh tertegun, "Benar, makin lambat makin baik"
"Kalau ingin per lahan2, kita tak bisa duduk cara begini, kalau duduk cara ini, hawa tersebut bergerak sangat cepat,
kalau mau per lahan2 harus begini . . ."
Sambil berkata ia ganti gaya duduknya dengan suatu
bentuk yang sangat aneh sekali.
Si Soat Ang keheranan. Tonghong Pek tertegun. sebelum
mereka sempat berbuat sesuatu Ciang Ooh telan
menempelkan tangan kanannya keatas pundak sianak muda
itu. Ciang Ooh siperempuan tengkorak sama sekali tidak
kenal dimanakah letak jalan darah Leng Thay Hiat tersebut,
sewaktu tangannya di tempelkan keatas punggung sianak
muda itu Si Soat Ang segera menangkap pergelangannya
dan menempelkan tepat diatas jalan darah Leng thay hiat
pemuda itu. Begitu jari tangan menempel dibadan, seluruh tubuh
Tonghong Pek tergetar sangat keras.
"Plaak,.!" kembali tangan kiri Ciang Ooh di tekankan keatas telapak tangannya.
Tonghong Pek segera merasakan ada segulung tenaga
yang amat dahsyat meluncur keluar dari telapaknya,
menembusi jalan darah Leng-thay-hiat dan segera
menerjang masuk.
Seharusnya berada dalam keadaan seperti ini, Tonghong
Pek harus merasa sangat nyaman, tapi dalam waktu2
tersebut, anak muda merasakan seluruh badannya amat
sakit. Hal ini dikarenakan cara penyembuhan yang di gunakan
terlalu berat, seakan2 seorang yang kelaparan mendadak
diberi makan kenyang sekali.
Tak tahan lagi ia mulai merintih.
"Tonghong toako, bagaimana perasaanmu ?" Si Soat
Ang segera bertanya dengan nada kaget.
Tapi ketika itu Tonghong Pek sedang salurkan hawa
murninya agar bisa bergabung dengan tenaga lweekang
Ciang Ooh yang meluncur ketubuhnya.
Ia tak bisa pecahkan pikiran apalagi bicara, waktu
mendengar apa yang dikatakan gadis tersebut tapi ia tak
dapat menjawab kecuali mengangguk belaka.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lama kelamaan rasa sakit yang menyerang tubuh
Tonghong Pek mulai berkurang dan ia merasa tenaga
murninya dengan cepat pulih kembali seperti sedia kala
sementara itu hawa murni Ciang Ooh tiada berkeputusan
mengalir terus kedalam tubuhnya.
Entah berapa lama sudah lewat, ia merasa tenaga
dalamnya paling sedikit sudah pulih enam tujuh bagian, ia
baru teringat setelah tenaga dalamnya pulih dalam waktu
singkat, tenaga lweekang perempuan tengkorak itu pasti
berkurang, ia tak mau menguntungkan diri dan sebaliknya
merugikan orang lain.
Matanya segera dipentangkan tarik napas panjangpanjang dan berkata.
"Harap cianpwee suka tarik kembali hawa murnimu, aku
telah sembuh!" sembari bicara ia bangkit berdiri,
"Braak . ." begitu ia bangun, di belakang tubuhnya terdengar seseorang roboh keatas tanah, Tong Hong Pek
sangat terperanjat.
Ia berpaling dan temukan orang yang roboh itu bukan
lain adalah Ciang Ooh.
Tonghong Pek semakin terperanjat.
"Dia . , kenapa dia?" tanyanya gugup.
Pertanyaan ini jelas diajukan kepada Si Soat Ang, namun
gadis itu tidak menggubris sebaliknya malah lari kehadapan
si anak muda itu dan berkata dengan wajah kegirangan.
"Tonghong toako, kau sungguh2 telah sembuh" air
mukamu sudah segar kembali, coba lihat keadaanmu sudah
jauh berbeda dengan sewaktu kita bertemu pertama kali
tadi." Tonghong Pek sangat terharu ia cekal tangan gadis itu
dan berkata: "Benar, aku jauh lebih baikan tidak seperti keadaan tadi, lemah dan sama sekali tak bertenaga."
Si Soat Ang tertawa.
"Sungguh tak kusangka Ciang Ooh masih mempunyai
kegunaan yang begini besar sungguh di luar dugaan . .
hebat!" "Beee . . benar, bagaimana dengan Ciang Ooh?"
"Siapa tahu! bukankah secara tiba2 ia jatuh" aku lihat, kebanyakan ia sudah kehabisan tenaga lweekangnya!"
Tonghong Pek kaget, ia lepaskan tangan Si Soat Ang dan
berkelebat kesisi Ciang Ooh lalu berjongkok dan memeriksa
keadaannya. Begitu diperiksa, ia semakin kaget:
Air muka Ciang Ooh memang jelek dan mirip tengkorak,
meski demikian masih terlihat bahwa ia tetap hidup.
Lain halnya dengan sekarang, wajah yang kurus kering
telah berubah jadi pucat pasi, badannya tak berkutik,
keadaannya tidak berbeda dengan sesosok mayat.
Napasnya telah kempas-kempis dan lemah sekali, jelas
kematian tengkorak itu sudah berada diambang pintu,
buru2 pemuda itu memayangnya bangun.
Tapi si anak muda ini tak tahu apa yang harus dilakukan,
ia cuma bisa menghela napas dan mohon bantuan Si Soat
Ang. "Tonghong toako, apa yang hendak kau katakan ?" tegur Si Soat Ang dengan alis berkerut.
"la telah salurkan segenap hawa murninya ke dalam
tubuhku, sementara ia sendiri jadi kehabisan tenaga dan
berada dalam keadaan yang kritis, kita harus berusaha
menyadarkan dirinya terlebih dahulu, kemudian cari
kembali apakah ada cara yang bisa kita gunakan untuk
menolong dia !"
"Tonghong toako, kau benar2 tolol, kenapa ia harus
ditolong " biarkan ia mati !"
Ucapan ini seketika membuat Tonghong Pek tertegun,
lama sekali ia tak dapat mengucapkan sesuatu.
"Kau...kau...apa yang kau katakan ?"
"Aku bilang, jangan menggubris dia. Eeei bukankah kau
berkata hendak menjumpai suhumu ?"
Air muka Tonghong Pik berubah hebat, ia tidak mengira
Si Soat Ang memiliki watak yang begini jelek, per lahan2 ia bangun berdiri, menatap wajah gadis itu tajam2 dan sepatah
demi sepatah berseru:
"Kau...kau... apa yang kau katakan ?"
Kali ini gantian Si Soat Ang yang tertegun. ia melihat air
muka sianak muda itu telah berubah hebat, hal ini membuat
gadis she Si ini jadi amat terperanjat.
"Kee...kenapa kau ?" tanyanya.
"Barusan apa yang kau katakan ?" tanya Tong hong Pek sekali lagi.
Si Soat Ang mendongkol bercampur geli, sambil depak
kakinya keatas tanah ia menjawab:
"Eeei...kenapa sih kau ini " bukankah aku sudah
mengucapkan ini sampai berulang kali " jangan menggubris
dirinya, kita pikirkan saja perjalanan kita"
Lama sekali pemuda itu tertegun, hampir saja ia tidak
percaya dengan telinga sendiri akhirnya ia menghela napas
panjang. "Nona Si!" ujarnya, "Ia bisa begini karena menolong aku menyembuhkan luka dalamku, tidak seharusnya kita
tinggalkan dia seorang diri dalam keadaan seperti ini!"
"Lalu apa yang kita harus lakukan" dia ada lah seorang manusia yang sudah dekat dengan ajalnya, bagaimana juga
kita tak mungkin meneruskan perjalanan dengan menggotong tubuhnya sekalipun kita bawa dia pergi,
akhirnya toh ia bakal mati juga!"
Dengan termangu2 Tonghong Pek mengawasi wajah Si
Soat Ang ia merasa amat sedih, semula ia ingin mendekati
gadis itu dan bermesraan dengan dirinya, tapi dalam
sekejap ia merasa bahwa antara dia dengan gadis she Si itu
sebenarnya terpisahkan oleh sebuah jurang yang sangat
dalam. Menyaksikan air muka sianak muda itu rada sedikit
aneh, Si Soat Ang segera menegur:
"Kenapa" apakah ada yang tidak beres?" Tonghong Pek tertawa getir!
"Nona Si. apakah... kecuali kita tinggalkan dia seorang diri di sini, tak ada cara lain yang lebih baik lagi ?"
tanyanya. "Buat apa pikirkan cara yang lain" biarkanlah ia
berbaring seorang diri disana sambil menantikan ajalnya !"
Tonghong Pek menghela napas panjang, helaan napas
tersebut lebih mendekati suara rintihan, ia berkata.
"Tapi ia jadi begini karena ingin menolong diriku, kita tak bisa tinggalkan dia seorang diri !"
Si Soat Ang bukan seorang gadis tolol, sejak melihat
perubahan air muka sianak muda itu ia sudah waspada, dan
kini setelah mendengar apa yang dikatakan ia jadi sadar dan mengerti duduk nya perkara.
Dalam sekejap Si Soat Ang merasa mendongkol
bercampur geli.
"Lalu apa yang harus kita lakukan ?" tanyanya "kau hendak mengembalikan tenaga yang telah kau terima itu"
sekalipun kau hendak menolong jiwanya, kau tidak
memiliki kemampuan tersebut!"
Mendengar perkataan itu, Tong hong Pek semakin
tertawa getir, ia tahu apa yang diucapkan gadis tersebut
adalah kenyataan, untuk menyelamatkan jiwa seseorang
yang kehabisan tenaga dalam maka sang penolong harus
memiliki pula tenaga dalam yang amat sempurna. Dengan
apa yang dimiliki Tonghong Pek saat ini tentu saja tidak
mungkin bisa melakukannya.
Menjumpai Tonghong Pek dibikin bungkam, Si Soat
Ang tak mau lepaskan peluang ini begitu saja, kembali ia
berkata. "Atau mungkin, bawa dia keluar dari gunung ini dan
mencari orang lain yang mampu menolongnya. tapi kau
lihat, apakah ia bisa hidup setengah jam lagi?"
Tonghong Pek tunduk kepala memandang sekejap diri
Ciang Ooh waktu itu keadaan dari perempuan tengkorak ini
tiada berbeda lagi dengan sesosok mayat yang sudah mati
lama. Terpaksa ia tertawa getir dan sesaat tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun, tapi ia tahu Si Soat Ang
tetap salah, maka dari itu setelah lama sekali tertegun ia
baru berkata: "Kalau begitu kita . . kita harus menunjukkan berduka
cita, sebab dia . ."
"Tonghong Toako!" sela Si Soat Ang tidak sampai ia menyelesaikan kata2nya. "Semula aku mengira kau adalah seorang lelaki sejati yang berwatak riang gembira, tak
disangka sebenarnya kau suka berpura pura sedih dan pura2
menaruh rasa kasihan kepada orang lain."
"Kapan aku . . aku berpura-pura?" tanya Tonghong Pek tertegun.
"Bukankah kau tahu bahwa dia sudah tidak ketolongan
lagi" sekalipun kau bersusah hati sampai ususmu putus, apa
gunanya?" Tonghong Pek tersudut dan beberapa saat lamanya tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Beberapa saat lamanya ia baru tertawa getir, geleng
kepala dan berkata:
"Akupun tahu apa yang harus kukatakan. . sungguh tak
kusangka aku harus mencelakai seseorang yang sama sekali
tak kukenal, hatiku merasa tidak enak dan amat sedih !"
"Sudahlah, kau tidak usah ber pura2 punya hati welas
lagi" kata Si Soat Ang sambil tertawa. "Ciang Ooh adalah seorang perempuan gila sekalipun ia hidup juga percuma,
sebab ia tak dapat merasakan apa artinya kehidupan itu
sendiri, dari pada hidup menanggung derita. bukankah jauh
lebih baik mati sejak saat ini?"
Tonghong Pek tak bisa berkata apa2 lagi, tapi ia tetap
menggeleng berulangkali.
"Eeei sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?" tegur Si Soat Ang, lama kelamaan ia mulai tak sabaran.
Tonghong Pek membungkuk, meletakkan jari tangannya
keatas lubang hidung Ciang Ooh. lama sekali ia baru
bangun berdiri dan bergumam:
"Dia sudah mati !"
Si Soat Ang mendongkol, apa yang diucapkan sianak
muda itu tidak digubris. ia menyingkir dan duduk diatas
sebuah batu besar.
Tonghong Pek angkat kepala memandang sekejap kearah
gadis itu, sebenarnya ia ingin minta bantuan Si Soat Ang
untuk mengubur jenasah Ciang Ooh, tapi melihat air muka
gadis itu cemberut ia sadar, meski buka mulut juga
percuma. Maka ia tetap membungkam, sinar matanya memeriksa
sekejap kearah disekelilingnya, tampak disebuah batu besar, separuh terpendam didalam tanah.
Ia berjalan mendekati batu itu, dengan sekuat tenaga
didorongnya, batu itu cuma bergoyang sedikit, ia
membentak keras, dengan segenap tenaga kembali
didorongnya batu tersebut
Saat itu hawa murninya sudah pulih enam tujuh bagian,
dapat perkiraannya tenaga itu belum cukup kuat untuk
menggulingkan batu itu, ia ingin minta bantuan gadis
tersebut. Tapi sewaktu terakhir kali ini mendorong batu itu,
mendadak Tonghong Pek merasakan kekuatan hawa murni
yang ia miliki sangat luar biasa dahsyatnya, hawa Iweekang
mengalir ke luar dengan begitu deras laksana gulungan air
di tengah samudra.
Menanti ia membentak keras batu yang didorongnya itu
segera meninggalkan permukaan dan menggelinding jauh
dari tempat semula.
Menyaksikan kejadian itu Si Soat Ang terperanjat,
dengan cepat ia bangun berdiri.
Tonghong Pek sendiripun tertegun, sekarang ia baru tahu
bahwa tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan pesat,
peristiwa ini patut digembirakan juga patut disedihkan.
Sebab yang membuat ia memiliki tenaga dalam sehebat
ini bukan lain adalah Ciang Ooh, sedangkan Ciang Ooh
sendiri telah mati.
Dalam pada itu Si Soat Ang telah lari menghampiri
pemuda itu, sambil mencekal lengannya ia berseru:
"Tonghong toako, kau... apakah kau merasa bahwa
tenaga dalam yang kau miliki saat ini jauh lebih hebat dari dahulu ?"
Tonghong Pek menghela napas dan mengangguk.
"Aaah bagaimana sih kau ini " bukankah peristiwa ini
merupakan suatu kejadian yang patut digirangkan" kenapa
kau malahan bermuram durja" Hmm sungguh aku tak tahu
perkataan apa yang bisa membuat kau tertawa ?"
Tonghong Pek kembali tertawa getir.
"Nona Si, coba kau lihat Ciang Ooh telah mati . , aku . .
" Melihat pemuda itu tetap murung, sepasang mata Si Soat
Ang menajam. "Baru saja manusia macam begini mati, kau telah tidak
menggubris diriku, apakah kau tak tahu, demi dirimu
akupun hampir saja menemui ajalnya?"
Tonghong Pek terharu, ia tidak tega membiarkan gadis
itu menangis karena sedih, segera ujarnya.
"Nona Si, aku tahu kau menderita karena aku siapa
bilang aku tidak menggubris dirimu lagi" Sudahlah, jangan
menangis."
Bukannya berhenti, air mata gadis itu mengucur keluar
semakin deras, kembali serunya:
"Kau jangan gubris diriku, kau. . kau anggap aku tidak tahu bahwa dalam hatimu kau memperolok2 diriku,
mengatakan aku tidak baik, tidak memperdulikan keselamatan orang tapi . . tapi kau harus sadar, aku jadi
tolol karena memikirkan keselamatanmu?"
Selesai berkata mendadak ia putar badan dan lari
meninggalkan tempat itu.
"Nona Si," buru2 Tonghong Pek berseru:
Sambil berteriak, dengan cepat ia cekal lengan Si Soat
Ang erat2. Gadis itu meronta sejadinya ia berteriak:
"Lepaskan diriku, lepaskan diriku. . biarkan aku pergi!"
"Nona Si, dengarkanlah perkataanku!"
"Perkataan apa yang perlu aku dengar?" seru Si Soat Ang sambil menangis tersedu2.
"Kau anggap aku adalah seorang manusia rendah yang
tak punya malu, apa lagi yang harus dikatakan?"
"Aaaa..! Nona Si tadi aku memang pernah berpikir
demikian tapi. . tapi . ."
Ucapan ini membuat Si Soat Ang terperanjat, ia segera
berpikir: "Untung aku bisa memberikan reaksi dengan cepat,
kalau tidak, mungkin Tonghong Pek tidak akan menggubris
diriku lagi!"
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walaupun berpikir demikian, air mukanya tetap berubah
memerah, katanya dingin.
"Bagus sekali, lalu apa maksudmu menarik diriku?"
"Nona Si, waktu itu pikiranku sedang butek, harap kau
jangan pikirkan dalam hati!"
Ucapannya ini sama dengan permintaan maaf kepada Si
Soat Ang, gadis itupun bukan manusia bodoh, tentu saja ia
dapat menangkap arti dari kata2 itu. segera ia menghela
napas panjang. "Tonghong toako." katanya "Kau hanya memikirkan buat diri sendiri, dan tak pernah kau gubris apakah Orang
lain sedih atau tidak!"
"Nona Si, kalau begitu kita kuburkan dahulu Ciang Ooh
ini bukankah tadi kau panggil dia dengan sebutan "ibu?"
sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Ciang Ooh punya seorang putri, tapi sejak dilahirkan ia tak tahu kemanakah putrinya itu."
"Aaah! mungkinkah putri dari Ciang Ooh masih berada
dibenteng Thian It Poo?"
Pertanyaan dari sianak muda ini diajukan sepintas lalu,
namun cukup mendebarkan hati Si Soat Ang, buru2 ia
melengos. "Mana mungkin, siapapun tidak tahu putrinya berada
dimana, ia paksa untuk menganggap aku sebagai putrinya,
kalau aku tidak mengabulkan dia akan membunuh aku!"
"Aaaah, kiranya dia. . diapun begitu jahat!"
"Hal ini pun tak salahkan padanya" kata Si Soat Ang, kini ia malah berlagak seperti orang baik, "Dia gila! sinting dan sama sekali tak mengerti persoalan apapun, meskipun
ia jahat kepadaku, tapi ia sudah menolong dirimu hitung2
kita berdua punya hutang terhadap dia."
"Nona Si, kalau begitu mari kita kubur dahulu
jenasahnya, kemudian pergi mencari suhu dan sunioku."
"Tonghong toako, suniomu..."
Teringat akan sunio dari Tonghong Pek ini, gadis
tersebut segera teringat kembali akan peristiwa yang
berlangsung didalam hutan bambu itu, maka hampir saja ia
menceritakan kejadian itu kepada sianak muda ini.
Tapi teringat bahwa ucapan tersebut tidak pantas
diceritakan olehnya apalagi seorang gadis, maka sampai
ditengah jalan ia membungkam kembali.
"Bagaimana dengan sunioku ?" Tonghong Pek segera
bertanya dengan hati cemas.
"Suniomu...dia...ada seorang datang mencari dia,
ternyata ia kenal dengan orang itu."
Tonghong Pek semakin kebingungan lagi setelah
mendengar ucapan itu, buru2 desaknya:
"Kenapa dengan sunioku" cepat kata kan !"
"Ternyata...ternyata...sepasang mata suniomu buta dan
tak dapat melihat apapun."
"Benar, sepasang matanya memang buta, tapi sejak aku
mengetahui urusan, walaupun sepasang matanya buta, ia
sangat baik memperlakukan diriku, ada kalanya apabila aku
melakukan perbuatan salah, suhuku yang berangasan
menegur diriku, sunio tentu melindungi aku habis2an."
Teringat akan kebaikan sunionya ingin sekali Tonghong
Pek bercerita lebih banyak, tapi dengan cepat ia
membungkam dan bertanya:
"Tadi kau mengatakan ada orang pergi mencari sunioku,
dan orang itu teman lama dengan sunioku, orang ini..
siapakah sebenarnya orang ini?"
Sebenarnya Si Soat Ang tidak ingin menjawab tapi
didesak oleh pemuda itu, terpaksa ia berkata.
"Gembong iblis nomor wahid dikolong langit Tonghong
Pacu!" "Apa"
Tonghong Pacu?" teriak Tonghong Pek terperanjat. "Aaah tidak mungkin masa sunio ku kenal
dengan Tonghong Pacu gembong iblis paling keji itu."
"Aku sendiripun tak tahu, bukankah kau mengatakan Lit
Hwee cianpwee telah pulang " maka kita berangkat kesana,
mungkin aku segera akan tahu !"
Tonghong Pek tarik napas panjang2, ia ingin sekali
segera tiba diatas gunungnya dan menjual peti gurunya.
"Baik, mari kita kubur dulu jenasah Cang Ooh!"
Bagitulah, ia dengan Si Soat Ang seorang mengangkat
kepala yang lain mengangkat kaki, membopong Ciang Ooh
dari atas tanah
Waktu itu pikiran Tonghong Pek sedang kacau dan tidak
perlu memperhatikan mayat Ciang Ooh, lain halnya dengan
Si Soat Ang, walaupun ia membopong sepasang kaki
perempuan tengkorak itu tapi ia dapat melihat bahwa
kelopak mata Ciang Ooh masih berkedip.
Gadis itu terperanjat, hal ini membuktikan bahwa ia
belum mati, hampir2 saja ia menjerit saking kagetnya.
Tapi ia tarik kembali suaranya, sebab ia tahu bila
Tonghong Pek tahu Ciang Ooh belum mati, ia pasti akan
berusaha-menolong dan menyelamatkan jiwanya, pekerjaan
ini bakal merepotkan mereka. terutama dia, oleh Ciang Ooh
hendak ajak dia kembali kedaerah Biauw.
Maka ia tetap membungkam, ber-sama2 Tong hong Pek
menggotong tubuh Ciang Ooh kedalam liang tanah,
kemudian menguburnya kedalam tanah.
Setelah penguburan selesai, Tonghong Pek berkata:
"Nona Si, mari kita pergi !"
Tubuhnya segera berkelebat cepat menuju ke depan, tapi
belum jauh ia bergerak mendadak dari depan mata
berkelebat datang pula sesosok bayangan manusia.
Sambil bergerak mendekat, orang itu berteriak lengking:
"Kalian hendak lari kemana ?"
Gerakan tubuh orang itu amat cepat, belum habis ia
bicara badannya telah berdiri tegak di hadapan Tonghong
Pek serta Si Soat Ang.
Orang itu bukan lain adalah Hiat Goan Sin koen
simanusia monyet.
Tonghong Pek yang berjumpa dengan Hiat Goan Sin
koen walaupun merasa pertemuan ini merupakan suatu
kejadian yang berada diluar dugaan, tak lebih cuma merasa
jengah. Sebaliknya Si Soat Ang amat terperanjat, ia tarik napas
panjang air mukanya berubah hebat.
Untuk beberapa saat lamanya baik Tonghong Pek
maupun Si Soat Ang tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Sementara itu terdengar Hiat Goan Sia-koen menegur
dengan nada dingin:
"Tonghong Pek, kau hendak pergi kemana?"
"Aku hendak bertemu dengan suhuku!"
Air muka Hiat Goan Sin koen berubah hebat, dasar
mukanya yang jelek kini semakin menyeramkan saja.
"Sebelum pergi bukankah suhumu telah melarang kau
pergi kesana" apa kau sudah lupa ?" ia menegur.
Merah padam selembar wajah Tonghong Pek.
"Aku masih ingat!" sahutnya, "Tapi. . . bukan saja Tonghong Pacu hendak mencari suhu-ku, iapun hendak
mencari gara2 dengan sunioku, aku tak boleh membiarkan
mereka saling bergebrak sehingga salah satu diantaranya
binasa!" "Cis, kentutmu! kau anggap suhumu tolol dan tak bisa
bikin jelas duduknya persoalan, apa gunanya kau pergi
kesana " ayoh cepat ikut aku berlalu dari gunung Lak bansan ini dan jangan kembali lagi."
"Tidak!"
"Kau bilang apa?" teriak Hiat Goan Sinkoen sambil menjerit aneh, seluruh rambutnya pada bangun berdiri.
"Aku bilang, aku tak mau pergi bersama kau."
Hiat Goan Sin koen menjerit lengking, mendadak
tangannya bergerak mencengkeram keatas bahu sianak
muda itu. Sejak semula Tonghong Pek sudah siap sedia, hawa
murni telah disalurkan mengelilingi badan, begitu Hiat
Goan Sin-koen melancarkan serangannya, dengan sebat ia
melompat mundur kebelakang.
Serangan dari Hiat Goan Sinkoen ini dilancarkan cepat
laksana kilat, tapi gerakan tubuh Tonghong Pek pun tak
kalah sebatnya, baru saja tangannya bergerak, sianak muda
itu sudah mundur sejauh lima-enam depa.
Hiat Goan Sin-koen terperanjat, buru2 ia tarik kembali
tangannya sambil berteriak:
"Hmm berapa biji teratai seratus tahun yang telah kau
makan" secara bagaimana lukamu bisa sembuh dengan
cepat?" "Ini bukan urusanmu, lebih baik kau jangan banyak
bicara Hmm! apa saja yang kau katakan kepada Ciang
Cungcu, aku adalah putra Tonghong pacu simanusia iblis
itu" kau terlalu menghina diriku. akhirnya apa yang
sebenarnya telah terjadi sudah kukatakan semua kepadanya, coba kau pikir, apakah ia suka menghadiahkan
teratai seratus tahun kepadaku?"
"Hmm, lalu cara bagaimana lukamu bisa sembuh ?"
"Aku tiba ditempat ini dan berjumpa dengan nona Si
serta Ciang Ooh, siperempuan tengkorak inilah yang
menyalurkan hawa murninya."
"Sekarang dimanakah perempuan itu?" belum habis
pemuda itu berkata, Hiat Goan Sin koen telah menukas.
"Aaaa . . ia sudah mati. barusan saja kami kubur
jenasahnya disitu?" sambil berkata pemuda itu menuding kearah gundukan tanah yang baru saja mereka buat.
Hiat Goan Sin koen menjerit melengking, ia meloncat
kearah gundukan tanah, makinya kalang kabut.
"Perempuan edan, perempuan sialan, akhirnya kaupun
mati juga, kenapa sejak dulu kau perempuan edan tidak
takut mati."
Sebenarnya kuburan itu amat kuat. kena diinjak oleh
Hiat Goan Sin koen tanahnya segera amblas sedalam
beberapa depa, Tonghong Pek tahu tenaga dalam manusia
monyet ini sangat lihay, karena takut jenasah Ciang Ooh
hancur berantakan terhajar injakan tersebut, buru2 ia
berseru: "Hiat Goan Sin koen, kau . . ."
Belum habis ia berkata, mendadak Hiat Goan Sin-koen
menjerit: "Bajingan keparat, perempuan edan, kiranya kau sedang
pura2 mati. . ."
Tonghong Pek tertegun. "pura2 mati " siapa yang pura2
mati" Ciang Ooh kah" tapi bukankah jelas sekali perempuan
tengkorak itu sudah mati?"
Sementara Tonghong Pek masih tertegun, Hiat Goan Sin
koen telah mencak2 sambil berteriak:
"Ayoh bangun, ayoh cepat bangun, perempuan edan,
mari kita bergebrak lagi! ayoh jangan pura 2 mati terus!"
"Ciang Ooh sudah mati." seru Tonghong Pek.
"Kentut, omong kosong dia mati! kalau ia sudah modar
dari dalam tanah tidak akan muncul tenaga pantulan yang
besar sehingga hampir mementalkan diriku, perempuan
edan itu pasti belum modar."
Bersamaan dengan ucapan itu, tanah kuburan tersebut
makin lama makin meninggi bahkan semakin menonjol
diikuti setengah perminum teh kemudian diiringi jeritan
aneh, tubuh Ciang Ooh meloncat keluar dari atas tanah.
Pasir beterbangan keempat penjuru, tubuh Ciang Ooh
tahu2 sudah membumbung tiga empat depa dari atas
permukaan. Begitu menjumpai Ciang Ooh meninggalkan tanah, Hiat
Goan Sin koen segera membentak keras:
"Lihat serangan!"
Badannya menubruk kedepan, pergelangan tangan
memutar menghantam keatas laksana kilat.
Tenaga Iweekang Ciang Ooh amat lihay, namun dalam
hal jurus serangan sama sekali tak paham, lagi pula saat ini badannya berada ditengah udara, ia tak tahu bagaimana
caranya untuk menghindar.
"Plak..." dengan telak serangan tersebut bersarang diatas.
pinggang Ciang Ooh.
Pada sasarannya tubuh perempuan tengkorak ini sedang
berada ditengah udara, termakan oleh serangan tersebut
badannya mencelat semakin tinggi.
Sebaliknya Hiat Goan Sin koan sendiri tergetar mundur
pula sejauh tiga langkah kebelakang termakan tenaga
pantulan yang dihasilkan Ciang Ooh meski serangannya
bersarang telak ditubuh lawannya.
Bersamaan dengan mundurnya tubuh Hiat Goan Sin
koen, tubuh Ciang Ooh kembali meloncat ke tengah udara
setinggi enam depa berada diudara, merontakan kaki serta
tangannya, sehingga membuat sang badan terbanting jatuh
diatas sebuah pohon membuat ranting dan daun
berguguran. Ciang Ooh sendiri sama sekali tidak cidera, ia melompat
bangun, memperhatikan sekeliling nya kemudian berjalan
menghampiri Si Soat Ang katanya.
"Putriku kiranya kau masih berada disini, tadi, apakah aku sudah tertidur?"
Si Soat Ang dibikin serba salah, menangis tak dapat
tertawapun sungkan, ia membungkam dalam seribu bahasa.
sebaliknya Tonghong Pek kegirangan setengah mati, segera
ia berseru. "Kiranya kau tidak apa2. Aaai. . tadi kami masih
mengira kau sudah mati!"
"Mati! siapa yang mati?" Tak ada yang menjawab
sementara Ciang Ooh tertegun, mendadak ia menangis
tersedu2. "Dia sudah mati, sitelapak berdarah Tong Hauw. . oouw
dia sudah mati!"
"Hey, sebenarnya kau benar2 edan atau cuma pura2
edan?" teriak Hiat Goan Sin koen dengan gusarnya "mari . .
kita saling bergebrak lagi."
Ciang Ooh tidak menggubris, ia masih menangis tiada
hentinya mendadak pikiran Si Soat Ang rada bergerak,
ujarnya. "Tonghong toako, aku lihat ilmu silat yang dimiliki
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ciang Ooh mungkin masih berada di atas Hiat Goan Sin
koen!" Ucapan ini diutarakan dengan nada lirih, tapi ditangkap
juga oleh pendengaran Hiat Goan Sin koen, simanusia
monyet itu segera melototkan sepasang matanya bulat2:
"Siapa yang beritahu kepadamu?"
Si Soat Ang bergidik, tak berani buka suara.
Hiat Goan Sin-koen amat gusar. Ia maju kedepan,
kemudian sambil menuding kearah Si Soat Ang teriaknya.
"Tonghong Pek, secara bagaimana kau bisa bersamasama perempuan macam ini?"
"Kami saling berkenalan diluar perbatasan, untung sekali ia melakukan perjalanan beribu-ribu pal untuk mengirim
berita kegunung Lak ban san sehingga suhu berangkat
kesana dan menolong aku lolos dari cengkeraman Tiang
Bek Sam mo, dia. ."
"Aku larang kau ber-sama2 dia !" teriak Hiat Goan Sin koen keras2 sebelum pemuda itu menyelesaikan kata2nya.
Hiat Goan Sin koen melarang Tonghong Pek berada bersama2 Si Soat Ang tentu saja dia punya alasan yang kuat, ia tahu Si Soat Ang ada perempuan licik yang keji dan jahat.
Tapi dalam pendengaran Tonghong Pek, ucapan ini
menimbulkan antipati dalam hatinya, hanya saja disebabkan simanusia monyet adalah sahabat karib gurunya
maka ia tidak membantah kecuali tertawa dingin tiada
hentinya. "Hey. aku sedang berbicara dengan kau, sudah didengar
belum?" kembali Hiat Goan Sin-koen menegur.
"Dengar sih sudah kudengar, tapi maaf, aku tak bisa
turut perintahmu itu !"
"Keparat busuk !" maki Hiat Goan Sin-koen dengan
gusarnya. "Kau tidak tahu baik buruknya orang, kau tahu siapakah orang itu ?"
"Tentu saja aku tahu" jawab Tonghong Pek dengan alis berkerut. "Hiat Goan cianpwee kau tidak usah ikut campur dalam urusan pribadiku..."
Hiat Goan Sin koen meraung keras, Wees. telapaknya
langsung disapu keatas wajah Tong hong Pek.
Kalau bukan tenaga lweekang sianak muda itu peroleh
kemajuan, sapuan ini niscaya akan bersarang telak.
Gerakan tubuh Tonghong Pek pada saat ini sangat cepat
melebihi tempo dulu, merasakan datangnya sapuan, sang
badan segera merendah ke bawah, membuat sapaan itu
mengena pada sasaran kosong.
Melihat serangannya tidak mengenai sasaran, Hiat Goan
Sin koen putar badan mencengkeram kearah dada Si Soat
Ang, makinya. "Seharusnya malam itu juga kubunuh dirimu."
Mimpipun Si Soat Ang tidak menyangka secara tiba2
Hiat Goan Sin koen bisa menyerang dirinya, ia segera
menjerit! Ia menjerit Tonghong Pek pun membentak keras,
sebelum ia turun tangan, Ciang Ooh dengan membawa
desiran tajam telah menubruk punggung simanusia monyet.
Dalam pada itu serangan Hiat Goan Sin kota sudah
hampir menempel diatas tubuh Si Soat Ang mendadak
merasakan desiran tajam menggulung datang dari arah
belakang, bukannya terkejut ia malah girang.
Sebab, dengan kedudukannya dalam dunia persilatan,
apabila sampai ia membunuh Si Soat Ang maka terhadap
nama besarnya akan mendapat noda.
Lain halnya dengan sekarang, asalkan ia menghindar
sedikit saja kesamping, niscaya gulungan dahsyat yang
datang dan arah belakang itu akan segera menghantam
keatas dada Si Soat Ang, tanpa ia turun tangan sendiri Si
Soat Ang bakal menemui ajalnya.
Hiat Goan Sin koen segera salurkan hawa murninya
mengelilingi badan. menanti tepat tenaga gulungan dahsyat
itu hampir menempel diatas punggungnya, laksana kilat ia
meloncat kesamping sejauh lima enam depa, ia menyangka
setelah dirinya menyingkir maka akan terdengar jeritan
ngeri dari Si Soat Ang.
Siapa sangka kejadian diluar dugaan telah berlangsung,
baru saja ia menyingkir ke samping tampaklah tubuh Ciang
Ooh mendadak berhenti dihadapan Si Soat Ang sambil
berseru: "Oouw. . . putriku !"
Hiat Goan Sin-koen baru kaget, rasa terperanjatnya
sukar dilukiskan dengan kata2, dari kejadian ini ia dapat
membuktikan bahwa tenaga dalam Ciang Ooh lelah
berhasil dilatih hingga mencapai pada puncaknya dimana
serangan dapat disalurkan keluar dan ditarik kembali semau
hati, ia jadi tertegun, berdiri melengak dan beberapa saat
lamanya tak sanggup menggunakan sepatah kalapun,
oooOdwOooo Bab 11 MERASAKAN dirinya lolos dari lubang kematian, Si
Soat Ang kegirangan setengah mati, buru2 ia berseru:
"Ibu !"
Panggilan ini menggirangkan hati Ciang Ooh, sambil
tertawa cengar-cengir ia awasi Si Soat Ang tajam2, lalu
putar badan dan menuding ke arah Hiat Goan Sin koen.
"Kau!"
Tudingan ini tidak disertai dengan tenaga serangan,
namun cukup membuat tubuh Hiat Goan Sin koen tergetar
keras. "Apa yang kau lakukan sewaktu ada didepan putriku
tadi?" Kembali Ciang Ooh berseru. "Kau hendak
mencelakai putriku?"
Walau dalam hati Hiat Goan Sin koen merasa jeri
terhadap Ciang Ooh, bagaimanapun juga dia adalah
berwatak keras, mendengar ucapan itu ia mendengus.
"Hmm! dia sama sekali bukan putrimu!"
"Apa?" Seru Ciang Ooh tertegun.
Sementara itu, muka Si Soat Ang berubah hebat, ia
sangat takut apabila perempuan tengkorak itu mempercayai
perkataan Hiat Goan Sio koen.
Untunglah Ciang Ooh adalah perempuan gila, setelah ia
menganggap Si Soat Ang sebagai putrinya, siapapun tak
dapat mengubah anggapan tersebut.
Sebelum Si Soat Ang berbuat sesuatu, dengan amat gusar
Ciang Ooh telah membentak.
"Omong kosong, kau berani ngaco belo?"
"Dia benar-benar bukan putrimu ! !" kembali Hiat Goan Sio koen berseru, hawa murni segera disalurkan bersiap
sedia. "Putrimu hampir saja mati ditangannya, putrimu
adalah seorang gadis yang sangat baik dan welas asih, dia
bernama Giok Jien."
Ciang Ooh tidak menggubris, mendadak ia berteriak
keras, tubuhnya bergerak kedepan melancarkan sebuah
tubrukan. Sejak semula Hiat Goan Sin-kojo sudah bikin persiapan,
merasakan datangnya tubrukkan, sang badan segera
meloncat ke tengah udara dan melayang beberapa tombak
jauhnya dari sana.
Menjumpai tubrukannya tidak mengenai sasaran, Ciang
Ooh berhenti berpaling dan berseru:
"Putriku, cepat pergi berangkatlah dahulu ke daerah
Biauw." Si Soat Ang merasakan jantungnya berdebar keras, ia
bukan takut Ciang Ooh tahu akan rahasia ini, yang ia takuti adalah Tonghong Pek.
Sementara itu dengan sinar mata penuh tanda tanya
Tonghong Pek sedang mengawasi gadis itu ia tidak
mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi.
Si Soat Ang tak berani saling berpandangan dengan
pemuda itu, buru2 ia melengos dan berkata:
"Tonghong toako mari kita berlalu dari sini, kita harus menengok keadaan dari Lieh Hwee cianpwee !"
"Benar, tapi nona Si..."
Si Soat Ang tahu apa yang hendak ia tanyakan, segera ia
menukas: "Tonghong toako, jangan mempercayai ucapannya,
duduknya perkara biar nanti kuceritakan sejelasnya padamu
!" "Tonghong Pek !" bentak Hiat Goan Sin koen.
Si anak muda itu berhenti.
"Kau hendak berlalu mengikuti dia. atau ikut aku ?"
teriak simanusia monyet itu.
Terhadap Hiat Goan Sin-koen, Tonghong Pek sudah
tidak menaruh simpatik, ia jadi tidak sabaran, sepasang
alisnya segera berkerut.
"Hiat Goan Cianpwee!" katanya, "Aku hendak pergi menengok suhu dan sunio, kalau kau tidak biarkan aku
pergi. . . "
"Hey bukankah gurumu melarang kau pergi kesana?"
teriak Hiat Goan Sin koen teramat gusar "Kalau kau
bersikeras pergi kesana berarti sengaja hendak memusuhi
gurumu. apa yang dikatakan suhumu sewaktu menyerahkan dirimu kepadaku, apakah kau tidak dengar?"
"Aaaai... Sin koen! walaupun suhuku berkata demikian,
hal ini disebabkan ia memikirkan keselamatanku, lagi pula
ketika itu aku sedang menderita luka parah kini, bukan saja lukaku telah sembuh bahkan tenaga dalamku memperoleh
kemajuan pesat."
"Cis... dengan tenaga dalam yang kau miliki saat ini
dalam pandangan orang lain kau tidak lebih cuma seekor
semut." Tonghong Pek tertawa getir.
"Mungkin memang begitu, tapi di pihak nona Si, ada
pula Ciang Ooh, apa salahnya kalau kita berangkat kesana
dalam jumlah banyak?"
Hiat Goan Sin koen melirik sekejap kearah Cian Ooh,
mendadak hatinya berdetak, ia merasa memang ucapan
tersebut tidak salah, dengan adanya Ciang Ooh siperempuan gila yang memiliki tenaga lweekang amat
sempurna ini, sedikit banyak pihak mereka sudah mendapat
bantuan seorang sakti.
Sambil tertawa dingin ia berseru:
"Enak benar ucapanmu, lebih banyak orang kekuatirnya
makin bertambah, bukankah jumlah anggota benteng Thian
It Poo sangat banyak " kenapa mereka bubar dan melarikan
diri semua ketika aku telah datang."
Mengungkap tentang benteng Thian It Poo, air muka Si
Soat Ang berubah sangat hebat.
Buru2 Tonghong Pek berkata:
"Aku pikir. aku sih tidak takut terhadap musuh tangguh, nona Si pun tidak takut, benar bukan ?"
Ucapan terakhir sengaja diajukan kepada Si Soat Ang.
Dasarnya gadis itu penakut, tapi berada dalam keadaan
seperti ini mau tak mau ia harus keraskan kepala
mengangguk. "Tentu saja aku tidak takut!" jawabnya.
"Sedangkan mengenai Ciang Ooh." ujar Tong-hong Pek lebih jauh "Dia saling menyebut ibu dan anak dengan nona Si, tentu saja tak mungkin dia berlalu seorang diri, Sin koen, aku lihat..."
"Sudah, sudahlah! tak usah banyak bicara." kata Hiat Goan Sin koen "Aku sudah paham maksudmu kau tak usah
bertanya lagi, aku tentu akan berangkat bersama kalian."
"Kau hendak berangkat bersama kami?" teriak Si Soat Ang dengan hati terperanjat.
"Benar. berangkat bersama kalian, dan pergi menjumpai
Lieh Hwee Sin tuo, dengan ikut sertanya aku, apakah kau
merasa takut?"
Tentu saja Si Soat Ang takut berada sama2 Hiat Goan
Sin koen tapi ia tak mau menunjukkan kelemahan.
"Hmm! kenapa aku harus takut kepadamu?"
"Kau takut aku menceritakan semua perbuatan jahatmu
kepada Tonghong Pek, sehingga kau gagal membohongi
sikeparat itu."
Air muka Si Soat Ang berubah hebat ia sangat
mendongkol dan mendendam karena takut terjadi hal yang
tidak diinginkan buru-buru Tonghong Pek melerai.
"Sin koen, kau tidak tahu, aku bisa tertolong semuanya berkat kesudiannya melakukan perjalanan ber-laksa2 li
untuk beri kabar kepada guruku."
Hiat Goan Sinkoen tertawa dingin, ia tidak berbicara lain
kecuali berkata:
"Kalau kita hendak berangkat, urusan tak boleh ditunda lagi !"
Selama ini Ciang Ooh selalu membungkam, saat ini
mendadak ia bertanya dengan mata melotot.
"Kau hendak pergi kemana?"
"Tentu saja pergi mencari Lien Hwee Sin tuo simanusia
bongkok itu. "Siapa itu si bongkok sakti" aku tidak mau pergi aku mau pulang ke daerah Biauw, putriku ayoh kita berangkat!"
"Nona Si . ." seru Tonghong Pek sambil tertawa getir.
"Kau boleh berlega hati, aku sudah punya rencana."
jawab Si Soat Ang.
Gadis itu segera membisikkan sesuatu kesisi telinga
Ciang Ooh, sementara perempuan gila itu mengangguk
tiada hentinya.
Lewat beberapa saat kemudian terdengar Ciang Ooh
berteriak keras.
"Baik, kita tentukan demikian saja!"
Tonghong Pek maupun Hiat Goan Sin-koen tidak
mendengar apa yang dikatakan Si Soat Ang kepada Ciang
Ooh, tentu saja merekapun tidak mengerti apa maksud dari
teriakan itu. Si Soat Ang putar badan dan menggape ke arah
Tonghong Pek pemuda itu segera berkelebat kesisi gadis
tersebut: "Tonghong toako." kata Si Soat Ang setengah berisik.
"Kita pergi menjumpai Lieh Hwee cianpwee tapi. . Hiat
Goan Sin koen, dia . ."
"Nona Si !" Tonghong Pek pun segera berbalik
"Hubungan Hiat Goan Sin koen dengan guruku sangat erat, ia ikut kesana hanya mendatangkan kebaikan dan tak
mungkin kejelekan."
"Tonghong toako, kesulitan yang menimpa gurumu
mungkin sukar diterangkan dalam sepatah dua patah kata,
apa yang sebetulnya terjadi tidak segampang apa yang kau
pikirkan."
Kali ini merupakan yang kedua kali Tonghong Pek
mendengar Si Soat Ang berkata demikian buru2 ia
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertanya: "Soat Ang, sebenarnya apa yang telah kau ketahui ?"
Si Soat Ang merasa apa yang diketahui sukar di
utarakan, ia tetap ragu2 untuk menjawab.
Pada saat itulah Hiat Goan Sio koen sudah tidak sabaran
lagi, terdengar ia berteriak:
Tonghong Pek sebenarnya mau berangkat tidak?"
Tonghong Pek sendiripun ingin cepat2 berangkat, ia
tidak menolak lebih jauh, sambil menarik lengan gadis itu
katanya: "Mari kita berangkat !"
Tubuh mereka berdua segera berkelebat kedepan diikuti
Ciang Ooh dibelakang, sedangkan Hiat Goan Sin koan
mengintil dipaling buncit.
Sepanjang perjalanan keempat orang itu melewati jalan
gunung yang curam dan sempit, sebagai seorang yang
dibesarkan didaerah gunung Lak-ban san, Tonghong Pek
amat hapal dengan daerah disekitarnya, mereka sengaja
memilih jalan kecil meski sulit dilalui tapi dalam pandang
au mereka berempat kesulitan tersebut tidak seberapa
dirasakan. Mereka berjalan terus dan baru beristirahat pada sore
hari kedua, tempat itu merupakan sebuah selokan dengan
air yang jernih sekali. setelah meneguk air gunung untuk
menghilang kan rasa haus Tonghong Pek menuding kearah
depan sambil berkata:
"Setelah melewati sebuah bukit lagi, kita a-kan segera tiba ditempat tujuan mungkin sebelum malam nanti kita
sudah akan sampai." sewaktu berbicara sepasang alisnya berkerut kencang, sebab ia tahu kesulitan yang dijumpai
gurunya adalah suatu kesulitan yang luar biasa.
"Sin koen!" akhirnya pemuda itu tidak tahan dan
bertanya "Hubunganmu dengan suhuku paling akrab,
seharusnya kau tahu bukan ikatan dendam apa yang telah
diikat guruku dengan Tong hong PaCu pada masa silam"
mengapa ia datang mencari guruku?"
Tentu saja Hiat Goan Sin koen mengetahui jelas
duduknya perkara, tapi dibalik kisah tersebut tersangkut
pula kebersihan nama Lieh Hwee hujien serta asal usul
Tonghong Pek, tentu saja ia tak berani bicara sembarangan.
Mendengar pertanyaan itu ia cuma tertawa getir dan
membungkam. Sebaliknya Si Soat Ang yang berada disisinya segera
menyela: "Tong hong toako, gembong iblis itu bukan
mencari gurumu, ia datang mencari suniomu!"
"Su . . Sunioku?" seru Tonghong Pek tertegun.
Hiat Goan Sin koen pun terperanjat, buru2 ia
menghardik. "Hey, apa yang kau ketahui?"
"Kenapa aku tidak tahu?" sahut Si Soat Ang cepat.
"Sebelum gembong iblis itu tiba, aku berada sama-sama
Lieh Hwee Hujien, dia datang untuk mencari dirinya,
bahkan memanggil pula namanya!"
"Nama siapa?"
"Nama suniomu ?"
Tonghong Pek semakin keheranan, sejak kecil ia
dibesarkan sunionya, ia tak tahu ibu gurunya sebenarnya
adalah ibu kandungnya sendiri, ia hanya tahu dirinya
adalah seorang yatim piatu.
Meski demikian hubungannya dengan sang ibu guru
amat erat melebihi ibu kandung sendiri, walaupun begitu ia
sendiripun tak tahu siapakah nama ibu gurunya ini, bahkan
ia tak pernah mendengar gurunya memanggil secara
bagaimana Tonghong Pacu, seorang gembong iblis yang
paling terkenal akan kekejiannya bisa tahu nama sunionya!
Tonghong Pek merasa hatinya diliputi rasa curiga, ia
tidak ingin mempercayai ucapan Si Soat Ang tapi sikap
maupun air muka gadis itu amat serius, dan tidak nampak
kalau dia sedang membohongi dirinya hal ini membuat
sianak muda jadi mau tak mau harus percaya.
"Sunioku . . dia siapa namanya?"
"Aku dengar gembong iblis itu panggil sunio mu sebagai Hiat Gwat Hun"
Sebenarnya Tonghong Pek masih ingin bertanya lebih
jauh, tapi Hiat Goan Sin koen yang ada disamping tidak
memberi kesempatan lebih jauh, ia segera menukas.
"Sudahlah! jangan banyak bicara lagi ditempat ini
sebetulnya kita mau berangkat tidak?"
Per-lahan2 Tonghong Pek putar badan, dia awasi wajah
simanusia monyet itu tajam 2 lalu berkata.
"Sin koen bukankah kau tahu jelas apa sebabnya
sigembong iblis itu datang mencari guruku" tapi kau tak
sudi beritahu kepadaku, bukan saja kau tak mau beritahu
bahkan tidak membiarkan aku pergi menjumpai guruku."
Ucapan ini membuat wajah Hiat Goan Sin-koen
bersemu merah. "Heei . . kau jangan salahkan aku, yang melarang kau
pergi kesana bukankah gurumu sendiri."
"Sin koen, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Desak pemuda itu lebih jauh.
Didesak terus2-an, mendadak Hiat Goan Sin koen naik
pitam. "Kenapa kau bertanya kepadaku ?" teriaknya. "Tak bisa kau tanyakan sendiri kepada gurumu setelah bertemu
dengan dia?"
Makin lama Tonghong Pek semakin curiga, ia tidak
bicara lagi, badannya berputar dan meneruskan perjalanan
kedepan diikuti Si Soat Ang bertiga dari belakang.
Kali ini perjalanan dilakukan jauh lebih cepat lagi,
sebelum sang surya lenyap dibalik gunung mereka sudah
melampaui bukit itu, dari tempat kejauhan tampaklah hutan
hamba sudah terbentang di depan mata.
Menjumpai hutan bambu itu, perasaan hati Tong hong
Pek semakin gelisah, ia segera mengempos tenaga dan
berkelebat kedepan.
Tonghong Pek berjalan dipaling depan. ketika ia berada
puluhan tombak sebelum masuk kedalam hutan bambu itu,
mendadak ia menemukan ada seseorang sedang berjalan
keluar dari hutan itu dengan langkah lambat sekali.
Menjumpai orang itu, Tonghong Pek terperangah.
Sebab dia memiliki perawakan yang pendek dan sembab
membengkak, keadaannya mirip dengan makhluk aneh
yang bulat seperti bola sama sekali tidak mirip manusia lagi.
Tonghong Pek tertegun, sebentar saja ia dapat melihat
makhluk itu adalah manusia, bukan saja manusia, dialah
gurunya sibongkok sakti Lieh Hwee Sio tuo.
Keadaan gurunya amat mengenaskan sekali, wajahnya
murung dan lemas ia berjalan meninggalkan hutan bambu
itu dengan kepala tertunduk.
Menjumpai orang itu adalah gurunya, Tong-hong Pek
kegirangan setengah mati, buru2 teriaknya:
"Suhu ?"
Dalam beberapa kali loncatan ia sudah tiba di hadapan
Lieh Hwee Sio Tuo.
Si manusia bongkok itu tetap berdiri tertegun
keadaannya seperti seseorang yang tak sabar wajahnya
kebingungan dan amat murung sekali. seakan2 ia tidak
melihat ada seseorang sedang berdiri di hadapannya.
Belum pernah Tonghong Pek menyaksikan gurunya
dalam keadaan seperti itu, hatinya amat terperanjat, segera teriaknya kembali keras2:
"Suhu, kenapa kau" apakah sunio berada dalam keadaan
baik2!" Bentakan yang sangat keras ini menyadarkan Lieh Hwee
Sio-tuo per-lahan2 ia angkat kepala menatap pemuda itu
tajam2. tapi ia tidak menyapa, seakan2 ia tidak kenal kalau orang yang berada di hadapannya adalah Tonghong Pek.
Sianak muda itu semakin terperanjat lagi.
"Suhu?" teriaknya keras2.
Teriakan ini amat keras laksana guntur membelah bumi,
membuat tubuh Lieh Hwee Sin tuo tergetar keras ia berseru
tertahan, tiba2 ia cekal pundak Tonghong Pek kencang2.
"Kenapa kau datang kemari?" teriaknya, "Bukankah aku sudah suruh Hiat Goan Sin koen membawa kau
meninggalkan gunung Lak ban san jauh2"
"Benar suhu tapi . . . aku tahu kau punya kesulitan, aku tak dapat meninggalkan dirimu !"
Belum habis pemuda itu berkata, airmuka Lieh Hwee Sin
Tuo sudah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, ia
menjerit, suaranya me-lengking-2 sangat mengerikan sekali.
"Bagus ! Bagus ! aku suruh kau tinggalkan gunung Lak
Ban san selama hidup, kau berani melanggar perintahku!
Bagus ! bagus!" jelas sibongkok sakti ini benar2 naik pitam, sembari berteriak tubuhnya gemetar terus.
Bahkan sepasang tangannya keras2 mencengkeram
pundak Tonghong Pek, membuat pemuda itu kesakitan.
"Suhu !" kata Tonghong Pek dengan terperanjat,
"Tenangkan dulu hatimu. Hiat Goan Sin koen telah datang bahkan kami datang dengan membawa seorang pembantu
kosen..." Per-lahan2 Lieh Hwie Sin Tio mendongak ia dapat
menyaksikan Hiat Goan Sin-koen, Ciang Ooh serta Si Soat
Ang secara beruntun tiba ditempat itu.
"Hiat Goan monyet sialan !" tiba2 si Bongkok sakti membentak keras.
Suaranya bagaikan geledek. "Kau telah mengingkari
janjimu, bagaimana dengan pesan yang kutitipkan
kepadamu" lihat saja tidak akan ku lepaskan dirimu!"
"Eeei Bongkok, dengarkan dulu perkataanku " Dengan cepat Hiat Goan Sin Koen melayang ke depan, "Aku telah mendatangkan seorang pembantu untukmu, mungkin ia
sanggup menghadapi gembong iblis tersebut! siapa tahu
kalau ia jauh lebih unggul?"
Lieh Hwee Sin Tuo melengak lalu tertawa geli, suaranya
mengenaskan membuat orang ikut berduka.
"Siapa yang telah kau undang datang?" ia bertanya,
"Apakah Si Thay Sianseng?"
Tidak menanti orang lain menjawab, kembali ia berkata:
"Sekalipun Si Thay sianseng, bisakah menghadapi
dirinya masih jadi satu tanda tanya besar buat kita!"
"Bukan, bukan Si Thay sianseng, melainkan dialah jago
lain!" ujar Si monyet Hiat Goan Sin koen seraya menuding kearah Ciang Ooh.
Sebelum ditunjuk, Sibongkok sakti sama sekali tidak
melirik barang sekejappun kearah Ciang Ooh si perempuan
tengkorak, sekarang ia mendongak lalu berdiri tertegun.
Bukan saja wajahnya yang buruk dan jelek sudah cukup
ngeri bagi yang melihat, terutama sekali sepasang jalan
darah Thay Yang Hiatnya yang menongol tinggi siapapun
tahu bahwa perempuan buruk ini memiliki tenaga lweekang
yang amat sempurna.
"Dia adalah Ciang Ooh dari Thian It Poo!" kembali Hiat Goan Sin koen menerangkan.
"Dia datang dari benteng Thian It Poo?" seru si Bongkok sakti dengan hati ragu2. "Tetapi tenaga lweekang yang ia miliki..."
"Benar, asal usul perempuan ini memang aneh sekali !"
buru2 Hiat Goan Sin koen menyambung, "Agaknya ia
berasal dari wilayah Biauw, berasal dari siapakah ilmu
silatnya tak seorangpun yang tahu, bahkan dia adalah
seorang perempuan sinting yang tak dapat berpikir."
Lieh Hwe Sin Tuo si bongkok sakti tertawa.
"Lalu. . . lalu bagaimana caranya ia dapat menghadapi si gembong iblis itu" Hmm! aku lihat lebih baik kalian tak
usah mencari kesulitan buat diri sendiri, Aaai . . lebih baik .
. ." Tiba2 ia berhenti bicara, se akan2 si bongkok sakti yang
berangasan ini merasa ragu2 untuk meneruskan kata2nya.
"Eeeei! Lieh Hwee, memandang dari tingkah polamu
yang lesu dan kucal, apakah gembong iblis itu sudah pergi"
apa maksudnya datang kemari?"
Kembali Lieh Hwee Sin tuo tertawa getir.
"Sudah jangan bertanya lagi, lebih baik kalian cepat-2
berlalu, banyak bertanya apa gunanya."
"Lieh Hwee, kau harus tahu ilmu silat yang dimiliki
Ciang Ooh luar biasa sekali, kenapa tak kau coba dulu?"
"Sudahlah, tak usah dicoba lagi" Si bongkok sakti gelengkan kepalanya berulang kali, agaknya ia merasa putus
asa terhadap segala urusan yang ada dikolong langit. "Lebih baik kalian tak usah mencari susah-susah buat diri sendiri, aku . . aku sih tidak ingin berbuat apa2."
Tonghong Pek yang menyaksikan keadaan gurunya tak
kuasa menahan rasa sedih, ia menghela napas panjang dan
berkata: "Suhu, apa sebabnya secara tiba2 kau berubah jadi dua
orang yang berlainan" dahulu kau tak pernah bersikap
demikian" "Aku suruh kau jangan menemui diriku lagi, mengapa
kau datang kemari. . ." hardik Si bongkok sakti gusar.
Ia merandek menghembuskan napas panjang dan berkata
kembali dengan suara lembut:
"Kau... kau... bukankah luka yang kau derita amat parah, darimana bisa sembuh dengan begitu cepat. Bahkan
kelihatan sekali tenaga Iweekangmu peroleh kemajuan
pesat." "Sepanjang perjalanan, berkat rawatan Sin koen yang
seksama, aku telah menelan tidak sedikit pil mujarab. . ."
"Meski demikian, tidak mungkin tenaga Iweekangmu
peroleh kemajuan yang demikian pesat."
"Benar, hal ini dikarenakan ada orang yang rela
menyalurkan hawa murninya kedalam tubuhku, maka
tenaga lweekang yang kumiliki mendapat kemajuan pesat !"
"Siapakah orang itu ?" seru si Bongkok sakti terkejut bercampur girang.
"Dikolong langit dewasa ini, kecuali Si Thay Sianseng
serta beberapa tokoh lihay dari kalangan Agama yang tak
pernah munculkan diri, masih ada siapa lagi yang memiliki
kepandaian sehebat ini ?"
"Suhu, dia adalah Ciang Ooh !"
"Aaah masa iya ?" Seru si Bongkok Sakti segera
berpaling kearah Ciang Ooh. "Benarkah ia memiliki tenaga Iweekang yang amat sempurna ?"
"Suhu kalau kau tidak percaya silahkan dicoba."
"Ehmm baiklah, Hey sambutlah sebuah seranganku !"
serunya kearah perempuan tengkorak.
Ciang Ooh sama sekali tidak mengerti apa yang
dimaksudkan dengan kata2 itu, terhadap tindak tanduk
sibongkok sakti bukan saja ia tidak menjawab, telapakpun
tak digerakkan.
Si Bongkok Sakti salah sangka, ia mengira perempuan
tengkorak itu tidak pandang sebelah matapun kepadanya.
Hatinya semakin gusar Sambil mendengus dingin
telapaknya membalik lantas melancarkan sebuah serangan
dahsyat kearah depan.
Serangan ini disertai tenaga penuh, kecepatannya
laksana sambaran kilat, dalam sekejap mata telah berada
didepan tubuh Ciang Ooh.
Perempuan tengkorak Ciang Ooh tetap tak berkutik
ditempat semula, sementara serangan si Bongkok dengan
dahsyat bersarang telak diatas bahunya.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Plaak...! diiringi suara dahsyat Si bongkok sakti berseru tertahan lalu mundur selangkah kebelakang.
ooodwooo Jilid 13 KIRANYA ketika telapaknya menempel diatas tubuh
Ciang Ooh, pada saat itulah ia merasakan munculnya
segulung tenaga pental yang maha dahsyat dari balik tubuh
perempuan tersebut, begitu dahsyat tenaga tadi sehingga
membuat si Bungkuk sakti terperanjat sekali, buru2 ia atur
hawa murninya untuk menumbuk kedepan.
Siapa sangka makin besar tenaga murni yang dikerahkan, makin dahsyat pula daya pental itu memancar
keluar, akhirnya saking tak kuat menahan diri ia terdesak
mundur sejauh lima, enam langkah kebelakang.
Bukan begitu saja, setelah ia mundur sejauh enam
langkah, tenaga tekanan yang memancar ke luar dari tubuh
lawan makin menerjang keluar tiada hentinya, terpaksa ia
bersalto ditengah udara dan melayani kembali sejauh tujuh
delapan depa. Kali ini Lieh Hwee Sin Too benar2 terperanjat mulutnya
melongo matanya terbelalak, se akan2 banyak perkataan
hendak diutarakan namun tak tahu yang harus dikatakan.
Ia temukan Ciang Ooh masih tetap berdiri tertegun
ditempat semula, se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu
peristiwapun terhadap dirinya.
"Lieh Hwee ! bagaimana dengan ilmu silatnya?" tegur Hiat Goan Sin-koen, per-lahan2 Lieh Hwee Sin Tuo
menghembuskan napas panjang.
"Hiat Goan, ilmu silat yang dimiliki orang ini benar2
luar biasa dan susah diukur dengan kata2" jawabnya.
"Bagaimana kalau dibandingkan dengan gembong iblis
itu ?" "Tentang soal ini...tentang soal ini..."
"Suhu, mengapa tidak kau ijinkan Ciang Ooh untuk
menjajal kekuatannya?" Teriak Tonghong Pek keras.
"Kesempurnaan tenaga Iwekangnya telah mencapai taraf
yang tak terhingga, aku lihat ilmu silat yang dimiliki
Tonghong Pacu belum tentu bisa memadahi dirinya."
Lieh Hwee Sio Tuo ragu sejenak, akhirnya ia
mengangguk. "Baiklah, mari kita coba-2 kalian ikutlah diriku."
Seraya berkata ia lantas melangkah kedepan diikuti
empat orang lainnya dari belakang.
Tidak selang beberapa saat kelima orang itu sudah
memasuki hutan bambu, kembali terlihat Lieh Hwee Sin
Tuo merandek dan berpikir dengan ragu2, tapi akhirnya ia
meneruskan langkahnya sejenak kemudian mereka telah
keluar dari hutan bambu itu.
Didepan mata terbentang sebuah selokan dengan air
yang jernih, disisi selokan tadi berdiri beberapa buah rumah gubuk, suasana ketika itu sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun.
Tiba2 Lieh Hwee Sin-Tuo berhenti, sambil berpaling ia
berkata: "Aku... lebih baik aku...aku...tidak..."
"Suhu, sebenarnya kerugian apa yang telah kau derita "
mengapa kau begitu takut ?" tanya Tong hong Pek dengan hati sedih.
"Kaupun tak usah ikut kesana" Tiba2 sibongkok sakti menarik
tangan pemuda itu, "Kau harus tahu, kau...Suniomu berada ditangannya...kalau...sampai kita
membangkitkan gusarnya, dia... dia..."
"Apa " Sunio terjatuh ke tangannya " mana boleh kita
duduk sambil berpeluk tangan belaka ?"
"Kalau tidak duduk sambil berpeluk tangan, lalu apa
yang hendak kita lakukan " siapa diantara kita yang bisa
menangkan dirinya ?"
Tonghong Pek menarik napas panjang lalu berpaling
kearah Si Soat Ang. Gadis itu amat cerdik, ia lantas
memahami maksud pemuda tersebut, kepada Ciang Ooh
dara ini membisikkan sesuatu sementara perempuan
tengkorak tadi mengangguk tiada hentinya.
"Suhu!" Tonghong Pek berkata kembali "Menurut kau, lebih baik kita maju berbareng ataukah sementara
bersembunyi dahulu disini dan biarkan Ciang Ooh maju
seorang diri memancing Tonghong Pacu keluar dari dalam
rumah?" Kembali Lieh Hwee Sin-tuo merasa ragu2 terhadap
Tonghong Pacu ia memang merasa takut ia lebih senang
kalau Ciang Ooh maju seorang diri.
Tapi sebagai seorang jago dari kalangan pendekar, ia
tidak ingin berbuat demikian, sebab ia belum tahu
mampukah Ciang Ooh menghadapi Tonghong pacu,
seandainya ia biarkan perempuan tengkorak itu maju
seorang diri, kemudian ia bukan tandingannya dan mati
ditangan Tonghong Pacu, bukankah hal ini sama artinya
dialah yang menghantarkan kematian perempuan tersebut.
Disamping itu, masih ada satu persoalan lagi yang
membuat Si bongkok sakti merasa serba salah, ia takut
Tonghong Pacu mengetahui siapakah Tonghong Pek,
kemudian menerangkan asal usul pemuda itu, inilah
persoalan yang tidak ia inginkan.
Setelah dipikir bolak balik, akhirnya cuma ada satu cara
untuk menghindari kejadian ini, ia harus memerintahkan
Tonghong Pek tak boleh mengeluarkan suara dalam situasi
serta keadaan apapun.
Haruslah diketahui walaupun Tonghong Pek adalah
putra Tonghong Pacu, tetapi semasa pemuda itu masih bayi
bersama2 ibunya telah diusir dari rumah dan diterlantarkan.
Tentu saja Tonghong Pacu tak mungkin akan kenali
pemuda ini sebagai bayinya dahulu.
Sedangkan Lieh Hwee Hujien adalah seorang perempuan buta asalkan Tonghong Pek tidak buka suara,
tak bakal perempuan itu tahu kalau putranya pun telah
datang. Maka dari itu, setelah dipertimbangkan beberapa saat
akhirnya Si Bongkok sakti ini berkata.
"Pek jie, ada satu persoalan kau harus dengarkan
perkataanku!"
"Suhu! silahkan utarakan aku pasti akan turut
perintahmu!"
"Nanti, tentu saja kita harus maju bersama2, tidak
sepantasnya kalau kita biarkan Ciang Ooh seorang diri
menghantarkan kematian. Tetapi sebelumnya itu kau harus
menyanggupi satu permintaanku."
"Aku tidak akan bertindak gegabah !" seru Tonghong Pek berjanji.
"Bukan...bukan itu yang kumaksud, aku sih tidak takut
kau bertindak sekehendak hatimu, aku hanya minta kau
jangan mengeluarkan suara apa pun, dalam keadaan serta
situasi macam apapun."
"Meng...mengapa?" tanya sang pemuda keheranan.
"Tak usah kau bertanya mengapa, aku ingin bertanya,
bisakah kau menuruti permintaanku ini " berbuat
demikianpun bukan suatu pekerjaan sulit, apakah kaupun
hendak membangkang perintahku?"
Tonghong Pek sadar, dibalik larangan tersebut pasti ada
suatu latar belakang yang sangat penting, hanya ia tak dapat menebaknya, menyaksikan pula sikap gurunya amat keren,
terpaksa ia mengangguk.
"Baiklah aku tidak akan bersuara !"
"Bukan saja kau tak boleh bersuara, kaupun tak boleh
mengucapkan perkataan apapun" Si Bongkok sakti
menambahkan. "seandainya Sunio menanyakan tentang
dirimu, kaupun dilarang mengeluarkan sedikit suarapun.
Nona Si. Hiat Goan, kalian berduapun tak boleh
mengucapkan kata2 yang menunjukkan bahwa Tonghong
Pek berada disisi kalian, ingatlah pesan ini baik2 !"
Tentu saja Hiat Goan Sin koen tahu apa sebabnya
sibongkok sakti berbuat demikian, sebaliknya Si Soat Ang
tidak tahu. Gadis ini ingin bertanya, tetapi Tonghong Pek yang lebih
kenal watak gurunya segera mencegah "Nona Si ikuti saja perintah suhuku" katanya.
Si Soat Ang mengangguk terpaksa dengan memendam
rasa curiganya ia membungkam.
Lieh Hwee Sin Tuo menghela napas panjang, melangkah
maju kedepan menepuk bahu Tonghong Pek dan berkata:
"Selama banyak tahun kau ikuti diriku, bagaimana
perasaanmu terhadap sikapku selama ini padamu ?"
"Suhu, Budi kebaikanmu sangat besar bagaikan bukit
Thay san, kalau kau bertanya demikian, suruh aku
menjawab bagaimana ?"
"Kau tak usah gugup, aku cuma ingin menunjukkan
kepadamu bahwa segala pekerjaan yang kuperintahkan
kepadamu. kendari bagaimana aneh serta kukoaynya
kesemuanya ini demi kebaikanmu, asal kau bisa mengerti
itu sudah cukup"
"Harap suhu berlega hati, tentang persoalan ini belum
pernah timbul perasaan curiga dalam hatiku."
"Tetapi aku telah perintahkan Hiat Goan Sin koen untuk bawa kau jauh2 meninggalkan gunung Lak Ban san,
mengapa kau nongol juga disini?"
Mendengar teguran itu, Tonghong Pek tertawa getir.
"Suhu, setelah murid tahu bahwa perguruan terjadi
kesulitan apabila aku takut mati dan jauh2 menyingkir, kau
suruh aku bagaimana hidup jadi manusia?"
Lieh Hwee Sin Tuo menghela napas, katanya:
"Sudahlah, ayo berangkat!"
Tadi perjalanan dilakukan dengan cepat. Sekarang
setelah tahu gembong iblis nomor satu Tonghong Pacu
berada didepan mata, langkah kaki mereka terasa berat
sekali. Cuma Ciang Ooh seorang tetap berjalan dengan tenang,
sebentar ia menengok kekanan, sebentar menengok kekiri,
seakan2 pohon bambu yang tumbuh disekelilingnya
membuat ia merasa gembira.
Tidak selang beberapa saat kemudian mereka telah tiba
kurang lebih dua tiga tombak dari gubuk tersebut, suasana
sunyi, diantara merekapun tak ada yang buka suara.
"Siapa?" tiba2 dari berkumandang suara teguran yang nyaring dan jelas sekali.
Seluruh tubuh keempat orang itu tergetar keras, tak
kuasa mereka sama 2 berhenti dan berdiri kaku.
Kembali terdengar suara gelak tertawa yang amat
nyaring, disusul orang itu berkata kembali.
"Hey bongkok. setelah berlalu buat apa kau balik lagi"
adakah kau hendak mencari penyakit buat diri sendiri?"
Lieh Hwee Sin Tuo adalah seorang manusia bongkok,
tetapi ia paling benci kalau ada ada orang menyebut dirinya sebagai bongkok, tentang soal ini Tonghong Pek tahu jelas
maka dari itu setelah ucapan tersebut diutarakan pemuda
kita lantas tahan napas.
Ia teringat akan pesan gurunya, dan tak berani
mengeluarkan sedikit suarapun.
Tampak Lieh Hwee Sio-tuo tertawa getir.
"Tonghong sianseng setelah pergi aku balik kembali, hal ini disebabkan . ."
Ucapannya terputus, hal ini menunjukkan ia ragu2 apa
yang harus dikatakan.
"Haaa. . haa. . disebabkan soal apa?" suara orang itu bertambah nyaring.
"Kraaak. . ." pintu gubuk terbentang, diikuti munculnya seseorang.
Dalam sangkaan Tonghong Pek, manusia Tonghong
Pacu yang disebut sebagai gembong iblis nomor wahid dari
kolong langit pastilah seorang manusia kasar yang berwajah
bengis dan seram.
Tetapi ia salah sangka, orang muncul dari dalam gubuk
adalah seorang lelaki berusia pertengahan dengan dandanan
siucay, bukan saja wajahnya bersih dan ganteng, bahkan
sangat menarik hati, senyuman selalu menghiasi bibirnya.
Tonghong Pek tercengang, ia merasa ragu2 benarkah
lelaki ini yang bernama Tonghong Pacu, seorang gembong
iblis nomor wahid yang disegani dan ditakuti semua orang
dikolong langit
Ia berpaling, tampak air muka gurunya Lieh Hwee Sin
tuo serta Hiat Goan Sin koen pucat pias bagaikan mayat,
mereka berdiri berjejer dengan mata menatap tajam
kedepan, sikapnya gugup dan tegang.
Sementara Si Soat Ang berdiri dekat sekali dengan Ciang
Ooh wajahnya pun terlintas rasa takut.
Tonghong Pek lantas sadar apa yang terbentang didepan
matanya, membuktikan bahwa lelaki tampan ini bukan lain
adalah Tonghong Pacu, tanpa sadar iapun merasa bergidik,
buru2 ia berpaling memandang lagi kearah gembong iblis
tersebut. Dalam pada itu Tonghong Pacu telah berdiri tegak
wajahnya masih tersungging senyuman yang ringan dan
manis. Kepada si bongkok tegurnya: "Tidak aneh kau berani
balik lagi, ternyata kau membawa pem-bantu2 yang
bernyali. Bagus sekali, siapakah ke dua orang itu."
Sambil berkata ia menyapu wajah Ciang Ooh serta
Tonghong Pek. Sungguh tajam sinar mata gembong iblis itu ketika
sorotan matanya menyapu lewat, Tonghong Pek merasa
tubuhnya tergetar sehingga tanpa sadar pemuda ini mundur
ke belakang. Agaknya Ciang Ooh pun mempunyai perasaan yang
sama, ketika sinar mata Tonghong Pacu berkelebat lewat,
perempuan tengkorak itu segera berteriak keras.
"Siapa kau?"
"Aaaah. . benar, tentu kau adalah. . bukankah kau
berasal dari perguruan Pian Hoo?" ujar Tonghong Pacu
sambil tertawa.
Hiat Goan Sin koen serta Lieh Hwee Sin Tuo berdua
sama2 melengak, meski mereka adalah tokoh lihay yang
pernah berkelana diseluruh jagad, pengetahuan mereka
amat luas, tetapi kedua orang itu tak tahu siapakah yang
dimaksudkan "Pian Hoo" oleh gembong iblis tersebut.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sedangkan Tonghong Pacu mengajukan pertanyaan ini
adalah dikarenakan ia dapat melihat di antara beberapa
orang itu kepandaian Ciang Ooh paling lihay. Ditinjau dari
hal ini bisa dibayangkan betapa dahsyatnya manusia yang
bernama "Pian Hoo" itu.
"Siapa itu Pian Hoo ?" terdengar Ciang Ooh berseru setelah melengak sejenak, "Aku bernama Ciang Ooh !"
Tonghong Pacu ganti yang berdiri tercengang, bukan saja
ia tak tahu asal usul dari perempuan tengkorak ini, tapi ia sadar kepandaian silatnya benar2 luar biasa.
Tentu saja gembong iblis itu tak akan kenali asal usulnya.
Dahulu Ciang Ooh hanya seorang gadis suku Biauw yang
kebetulan memperoleh kitab pusaka "Sam Poo Cin Keng".
Lalu dikurung selama belasan tahun dalam pagoda besi
dibenteng Thian It Poo, dikolong langit dewasa ini kecuali
Loei Sam mungkin tak seorangpun yang akan tahu asal usul
ilmu silatnya. Hanya sebentar rasa kaget dan ragu2 melintas diatas
wajah Tonghong Pacu, terdengar ia tertawa ter- bahak2.
Gelak tertawanya amat mengejutkan, setiap kali ia buka
suara terasa ada segulung tenaga besar yang menekan dada
tiap orang, membuat orang merasa tidak enak badan dan
sesak. Diantara beberapa orang itu, dasar lweekang Si Soat Ang
paling cetek, tanpa sadar napasnya mulai terengah2.
Pada saat itulah tiba2 Ciang Ooh membentak keras:
"Hey, apa yang sedang kau lakukan" sedang menangis
atau sedang tertawa" kenapa suara yang kau perdengarkan
tidak enak didengar" hayo cepat2 berhenti !"
Gelak tertawa dari Tongbong Pacu saat ini di paksa
keluar dengan membawa serta tenaga Iweekang yang amat
dahsyat sebenarnya boleh dihitung suatu kepandaian yang
sangat luar biasa, bahkan sejenis dengan ilmu Auman singa
serta ilmu Tot Ing Sam Ciang dari kaum beragama atau
ilmu pembingung sukma "Wu Sin Si Hun Thay Hoat" dari kaum sesat.
Seandainya gelak tertawa ini diteruskan lebih jauh maka
bagi mereka yang memiliki lweekang cetek akan merasakan
tekanan diatas dadanya makin lama semakin dahsyat
sehingga akhirnya muntah darah dan menemui ajalnya.
Bentakan dari Ciang Ooh pun sangat luar biasa gelak
tertawa tadi seketika dipukul kalut, pengaruh yang
terpancar keluarpun seketika punah sama sekali.
Suatu kejadian yang benar2 diluar dugaan, Tonghong
Pacu amat terperanjat, dengan sinar mata mendelong ia
mengawasi perempuan itu tajam2.
Sementara itu terdengar Ciang Ooh masih menggerutu
tiada hentinya.
"Sungguh tak sedap didengar suara tertawamu eeeei , ,
lebih baik lain kali kau jangan tertawa lagi?"
Bagi Ciang Ooh ucapan
ini diutarakan tanpa
mengandung maksud tertentu, lain halnya bagi Tonghong
Pacu yang selama tiga-puluh tahun lamanya tak pernah
ditegur orang, ia benar2 merasa tersinggung.
"Hmm!" dengusnya, "Kiranya dikolong langit banyak tersebar manusia2 pandai, kalau anda bukan anggota dari
perguruan Pian Hoo berasal dari manakah kau" harap anda
suka memberi penjelasan."
Ciang Ooh sama sekali tidak mengerti apa yang
dikatakan Tonghong Pacu barusan, sambil melototkan
matanya ia balik bertanya:
"Heei . . sebenarnya apa yang kau katakan?"
Lambat laun Tonghong Pacu mulai maju ke-depan,
semula Lieh Hwee Sia Tuo berdiri sejajar dengan Ciang
Ooh tetapi sekarang setelah Tong-hong Pacu maju kedepan,
tanpa sadar mereka berempat sama2 mundur kebelakang
beberapa langkah, dengan demikian tinggal Ciang Ooh
seorang tetap berdiri ditempat semula tanpa berkutik.
Selangkah demi selangkah Tonghong Pacu berjalan
makin dekat, suasana semakin tegang setiap saat bisa terjadi perubahan yang hebat tapi Ciang Ooh tetap berdiri tegak
ditempat semula, sepasang matanya melotot kedepan
tajam2, wajahnya kelihatan tidak jeri, bahkan mundur
selangkahpun tidak.
Keberanian yang belum pernah dijumpai Tong hong
Pacu selama tiga puluh tahun ini membuat ia tercengang,
keheranan dan akhirnya berhenti kurang lebih lima enam
depa dihadapannya.
"Bukankah nama besar anda adalah Ciang Ooh?"
sapanya sambil tersenyum ramah. "Cayhe she Tonghong
bernama Pacu!"
"Oouw-..kiranya kau bernama Tonghong Pacu Ehm.!
bukankah kau hendak mengalahkan guru dari sahabat karib
putriku ?"
Kiranya ketika Si Soat Ang berbisik kepada perempuan
tengkorak ini, ia mengatakan ada seorang manusia bernama
Tonghong Pacu hendak mencari gara2 dengan Lieh Hwee
Sin Tuo, sedang sibongkok itu adalah guru Tonghong Pek
dan Tonghong Pek adalah sahabat karibnya, maka ia harus
berusaha untuk mengusir jauh2 orang yang bernama
Tonghong Pacu itu.
Apa yang dikatakan dara tersebut diingat terus didalam
hatinya, dan diantara nama2 yang begitu banyak, ia cuma
ingat nama Tonghong Pacu seorang, tidaklah aneh kalau
Ciang Ooh langsung menegur setelah berjumpa dengan
orangnya. Tonghong Pacu tertegun, meski ia cerdik, tak dipahami
apa yang dimaksudkan perempuan itu.
Belum sempat ia bicara, Ciang Ooh telah ulapkan
tangannya sambil berkata.
"Dipandang dari wajahmu, kau tidak mirip seorang
manusia jahat tetapi putriku mengatakan bahwa kau bukan
manusia baik, aku rasa ucapannya tak bakal salah. Lebih
baik cepat2 lah kau angkat kaki!"
Saat ini Tonghong Pacu merasa gusar campur geli,
angkat nama selama puluhan tahun belum pernah ada
orang yang menggunakan kata2 sekasar itu mengusir
dirinya, tak kuasa ia mendongak dan tertawa ter bahak2.
"Kau hendak mengusir diriku?"
"Eeei . . kau mungkin sudah tuli" sudah kukatakan sejak tadi, apakah kau tidak dengar ?"
"Ooouw begitu . . tapi kalau aku tak mau pergi" kau mau apa?"
"Kalau kau tak mau pergi, aku akan mengusir dirimu."
"Haaa . . haa . . bagus sekali, kalau begitu aku tak mau pergi saja, akan kulihat kau akan mengusir diriku dengan
cara apa?"
Sambil bertolak pinggang ia berdiri tegak di tengah
kalangan. Ciang Ooh segera maju mendorong bahu Tonghong
Pacu, sambil mendorong teriaknya keras2.
"Ayoh pergi.,.ayoh pergi !"
Seandainya Ciang Ooh bukan mendorong bahu nya
melainkan tempat penting lain. Tonghong Pacu pasti akan
turun tangan menghadapinya, tetapi sekarang yang
didorong adalah tempat tidak penting gembong iblis ini
tertawa dingin didalam hati, ia ada maksud memberi
pelajaran kepada perempuan tengkorak tersebut, maka
bukannya mundur menghindar, ia malah berdiri tegak tak
berkutik. Hawa murninya telah disalurkan keseluruh tubuh
terutama diatas bahu, bukan saja seluruh jalan darahnya
telah terlindung, bahkan badannya jadi keras bagaikan baja, apabila terjadi serangan dari luar, segera akan timbul daya pental yang maha dahsyat.
Maksud Tonghong Pacu bilamana Ciang Ooh mendorong tubuhnya dengan segenap tenaga, maka ia akan
mementalkan tubuh perempuan itu sampai terjengkang
keatas tanah. Siapa sangka, meski Ciang Ooh mendorong badannya, ia
tidak menggunakan tenaga dalam, ia cuma mendorong
dengan sekenanya bagaikan anak kecil mendorong teman
sebayanya. Menurut ilmu tenaga Lweekang, makin besar tenaga
serangan dari luar makin besar pula daya pental yang
terpancar keluar, kini Ciang Ooh tidak mengeluarkan
tenaga dalam, tentu saja tubuh Tonghong Pacu tak berhasil
didorong, sementara ia sendiripun tidak terpental oleh
tenaga daya pental lawan.
Dalam sekejap mata Tonghong Pacu merasakan tenaga
yang terkumpul diatas bahunya tak dapat tersalur keluar ia
heran, dikiranya kepandaian lawan jauh lebih dahsyat dari
dirinya, sehingga membuat tenaga dalamnya tak sanggup
memancar keluar.
Mimpipun ia tidak menyangka bahwa kejadian ini
timbul disebabkan pihak lawan sama sekali tidak memakai
tenaga dalamnya.
Tetapi setelah kejadian ini diulang beberapa kali, sebagai
seorang manusia cerdik, Tonghong Pacu segera mengetahui
duduknya persoalan, tanpa terasa lagi ia mendongak dan
tertawa terbahak-bahak.
Dalam pada itu Ciang Ooh mendorong kembali
bahunya, kali ini perempuan tersebut merasakan ada
segulung tenaga pental yang amat besar memancar keluar
dari bahunya, otomatis tanpa sadar dari tubuh Ciang Ooh
pun ikut memancar keluar segulung tenaga perlawanan
yang mengimbangi besarnya tekanan lawan.
Demikianlah semakin besar tenaga tekanan memancar
keluar dari bahu Tonghong Pacu, semakin besar pula
tenaga dorongan yang muncul dari telapak Ciang Ooh
siperempuan tengkorak itu.
Dalam sekejap mata tenaga serangan maupun tenaga
pantulan telah mencapai titik terhebat, tenaga Iweekang
yang semula berkumpul dibahu Tonghong Pacu mulai tidak
sanggup melayani serangan lawan.
Gembong iblis nomor wahid ini mulai terperanjat, ia
segera mengempos tenaga, dan salurkan kembali beberapa
bagian tenaganya keatas bahu pada waktu itu mereka
berdua berdiri dengan jarak dua tiga depa, tangan kanan
Ciang Ooh menempel diatas bahu Tonghong Pacu dan
berdiri tak berkutik dipandang sepintas lalu mereka berdua
tidak tampak sesuatu yang aneh.
Tetapi dalam kenyataan kedua orang itu sedang
melangsungkan pertempuran sengit yang mendebarkan hati.
Dalam seperminum teh lamanya sudah tiga kali
Tonghong Pacu mengempos tenaga, dari batok kepalanya
mulai mengepul asap putih yang makin lama semakin tebal.
Tonghong Pacu benar2 sangat terperanjat, ketika untuk
keempat kakinya ia kerahkan tenaga, Ciang Ooh masih
tetap berdiri tak berkutik bahkan sedikitpun tidak
menunjukkan tanda2 kepayahan.
Ia mulai sadar perempuan tengkorak yang dihadapinya
saat ini merupakan musuh paling tangguh yang pernah
dijumpai selama puluhan tahun ini, tenaga lwekang yang
dimiliki pihak lawan seakan2 tiada habisnya, mengalir dan
melawan terus dengan amat gigih,
Ia sadar kalau pertarungan ini dilanjutkan dirinya pasti
kalah dan pamornya ini akan hancur, kalah dalam tenaga
dalam terpaksa ia harus menolong diri dalam jurus
serangan. Berpikir demikian tubuh Tonghong Pacu per-lahan2
mulai bergeser dan merendah kebawah.
Telapak Ciang Ooh masih menekan diatas bahunya,
ketika ia merendah mendesak telapak tangan perempuan itu
menekan kebawah.
Dalam sekejap itulah hawa murni Tonghong Pacu
dengan dahsyat menerjang keatas menghantam serangan
lawan, kekuatannya saat ini benar-benar luar biasa,
bagaikan gulungan ombak ditengah samudra yang
menghantam tepian.
Walaupun tenaga dorongan sangat besar, telapak Ciang
Ooh tidak berhasil digetar lepaskan cuma saja ia berhasil
menahan tenaga serangan yang memancar keluar dari
telapak Ciang Ooh.
Inilah yang diharapkan Tonghong Pacu, menggunakan
kesempatan yang amat singkat ia berkelit lalu secara tiba2
berkelebat kebelakang.
Setelah melayang dua depa dan lolos dari ancaman,
telapak kirinya membalik langsung ditabok kedepan keras2.
Perhitungan gembong iblis ini sangat bagus sekali setelah
berkelit dalam keadaan yang tidak mungkin pihak lawan
pasti tak sempat menarik kembali serangannya sementara
serangan yang ia lancarkan telah mengancam datang,
kemenangan tentu berada dipihaknya.
Siapa sangka, kejadian ada diluar dugaan, dari telapak
Ciang Ooh sama sekali tidak memancar keluar tenaga
tekanan, kekuatan yang muncul dari tubuh perempuan itu
tidak lain disebabkan tenaga murninya yang memancar
keluar dari bahu, terlalu dahsyat sehingga memancing
datangnya tenaga pantulan yang lebih hebat.
Karena itulah setelah ia berkelit dan tenaga serangan
punah dari telapak Ciang Ooh tidak memancar tenaga
pantulan lain, tubuh perempuan itu tentu saja tidak
terpelanting kedepan, ia tetap berdiri tegak ditempat
semula. Serangan Tonghong Pacu kelihatan sebentar lagi akan
bersarang diatas dada Ciang Ooh, namun ketika dilihatnya
perempuan itu berdiri tak berkutik si gembong iblis itu jadi tertegun.
Ilmu silat yang dimiliki iblis Tonghong ini benar2 luar
biasa, dalam serangannya barusan apa bila Ciang Ooh
menghindar maka perduli ia berkelit kemanapun diburu
sehingga akhirnya serangan itu bersarang telak.
Sebaliknya kalau Ciang Ooh berkelit lalu menyambut
datangnya serangan itu dengan kekerasan, maka Tonghong
Pacu akan berubah jurus dan mengeluarkan jurus kedua
yang disebut "Tiang Kang Sam tiap Lang" atau Ombak Sungai Tiang kang bersusun tiga untuk mencabut jiwa
lawannya. Siapa sangka Ciang Ooh tidak menghindar maupun
membalas, ia cuma berdiri tak berkutik.
Belum pernah gembong iblis itu menjumpai lawan
seperti ini setelah tertegun ia lantas tarik kembali
serangannya. "Kenapa kau tidak membalas?" hardiknya keras2.
Bentakan ini sangat dahsyat bagaikan guntur membelah
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bumi disiang hari, membuat Hiat Goan Sin koen serta Lieh
Hwee sin-tuo tanpa sadar mundur dua langkah kebelakang.
Tampak Ciang Ooh berdiri termangu2 dengan jarinya ia
mengorek2 lubang telinga, setelah itu baru katanya :
"Hey, kalau bicara kenapa begitu keras seperti suara
geledek " sampai2 telingaku terasa gatal sekali, kau kira aku seorang tuli ?"
Ucapan ini membuat Tonghong Pacu melongo dan
meringis, mau gusar tak bisa mau tertawapun sungkan.
Haruslah diketahui ucapan barusan diutarakan Ciang
Ooh karena telinganya benar2 gatal, tetapi dalam
pendengaran Tonghong Pacu, ucapan tersebut tidak lain
bernadakan mengejek.
ooOdwOoo - BAB 12 IA MERASA teramat gusar, pergelangannya segera
memutar dari cengkeramam jadi menabok jurus "Tiang
Kang Sam Tiap Lang" segera dilancarkan keluar.
Dalam serangan ini disertakan tiga gulung tenaga yang
benar2 luar biasa, satu gulungan lebih hebat dari gulungan
berikutnya, saat terhajar pasti fatal keadaannya.
Menyaksikan telapak tangan lawan menekan kearah
dadanya, Ciang Ooh menjerit lengking, tiba2 ia miringkan
badannya. Seandainya orang yang melancarkan serangan bukan
Tonghong Picu, kelitan tersebut tentu akan berhasil
menghindarkan diri dari serangan lawan.
Tetapi gembong iblis ini bukan manusia sembarangan,
mana ia sudi biarkan lawannya berkelit. Baru saja Ciang
Ooh miringkan badan, telapak iblis itu sudah berputar satu
lingkaran, membalik lalu menghantam dada perempuan
tersebut. Buru2 Ciang Ooh merendah kebawah, tetapi serangan
Tonghong Pacu telah menekan datang, perempuan itu tak
tempat berkelit lagi "Plaak !" serangan tadi dengan telak bersarang ditubuhnya.
Meskipun bersarang telak, arahnya agak meleset,
sebenarnya ia mengancam dada Ciang Ooh tetapi secara
tiba2 perempuan itu membungkuk maka serangannya tadi
bersarang diatas bahunya.
Hiat Goan Sin koen, Lieh Hwee Sin Tuo, Tong hong
Pek serta Si Soat Ang sama2 merasa tegang, keringat dingin
mengucur keluar membasahi tubuh mereka, menang kalah
Ciang Ooh tergantung dari keindahan pertarungan ini.
Sementara itu setelah terhantam oleh serangan
Tonghong Pacu, Ciang Ooh berteriak keras, badannya
bergetar keras bagaikan bambu yang meliat-liat dapat roboh
keatas tanah. Bersamaan dengan getaran tersebut kembali ia berteriak
keras, badannya tak dapat berdiri tegak dan mundur
selangkah kebelakang.
Agaknya ia tidak ingin mundur kebelakang, tetapi ia
dipaksa oleh tenaga dahsyat Tonghong Pacu untuk mundur,
maka setelah mundur kakinya segera menginjak tanah
keras2 sehingga menimbulkan getaran dahsyat bagaikan
gempa bumi di atas permukaan tanah.
Sepasang lengannya mulai menari menyambar ke sana
kemari membawa deruan angin tajam yang menyapu
kesana kemari, namun sama sekali tidak mengandung
tenaga dalam, ia cuma menyambar sekenanya belaka.
Terdengar ia menjerit aneh, tubuhnya kembali mundur
selangkah kebelakang.
Jurus "Tiang-kang Sam-Tiap Lang" semuanya memiliki tiga lapisan tenaga, tenaga lapisan pertama membuat
badannya bergetar, lapisan kedua membuat ia mundur
selangkah kebelakang, sedang tenaga lapisan terakhir
memiliki kekuatan terdahsyat.
Setelah ia mundur langkah yang kedua perempuan gila
ini menjerit keras, badannya tiba2 terjengkang dan jatuh
terduduk diatas tanah.
Ia tidak segera bangun, kepalanya per-lahan2 mendongak mengawasi wajah Tonghong Pacu, kemudian
berseru: "Tenagamu benar2 luar biasa sekali ! sungguh hebat,
sungguh dahsyat !"
Sementara itu Tonghong Pacu tetap berdiri tak berkutik,
air mukanya sebentar berubah menghijau sebentar lagi
memerah, ia kelihatan mengenaskan sekali.
Dalam pandangan orang lain Tonghong Pacu berhasil
merebut kedudukan diatas angin, sebab terbukti Ciang Ooh
berhasil ia hantam sempat jatuh terduduk, tetapi Tonghong
Pacu pribadi menyadari ia tidak menang, dalam
serangannya barusan ia telah salurkan segenap tenaganya,
sebuah bukit karangpun pasti akan jebol apabila termakan
oleh serangan tersebut.
Tetapi bagaimana kenyataannya " Ciang Ooh perempuan edan itu cuma mundur dua langkah kebelakang
lalu jatuh terduduk, ia sama sekali tidak binasa bahkan luka sedikitpun tidak, demikian dahsyat tenaga Iweekang yang ia
miliki, benar2 sukar dipercaya dengan akal sehat.
"Bagus... bagus sekali" sementara itu Ciang Ooh sudah meloncat bangun dan berteriak keras. "Kau miliki tenaga yang hebat, akan kusuruh kaupun mencicipi sebuah bogem
mentahku."
Mendengar ucapan itu Tonghong pacu terkesiap,
barusan ia telah menghantam orang lain, dari kini
perempuan itu mengatakan hendak menghantam pula
dirinya satu kali, tentu saja menurut peraturan Bu lim ia
harus terima tantangan tersebut.
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh
badan, ketujuh puluh dua buah jalan darahnya ditutup dan
dilindungi semua, kemudian ianbil tertawa hambar
jawabnya: "Aku telah memukul kau sekali, dan kaupun ingin balas
menghantam aku sekali, ini memang cengli, Nah silahkan !"
Mendengar pihak lawan setuju, Ciang Ooh kegirangan
setengah mati. "Bagus...bagus...ternyata kau tidak benar2 jahat, kau
masih punya cengli juga" sahutnya.
Sambil berkata ia maju kedepan, ayun telapaknya dan . .
"Plakk!" sebuah gaplokan telah bersarang diatas bahu Tonghong Pacu.
Ketika perempuan itu ayunkan telapaknya, gembong
iblis ini merasa amat tegang sekali, tetapi setelah telapak lawan bersarang diatas bahunya, ia jadi melengak dan
berdiri termangu2.
Sebab bahunya sama sekali tidak sakit dan tidak
merasakan sesuatu apapun, atau dengan kata lain dalam
gaplokannya barusan Ciang Ooh sama sekali tidak
menggunakan tenaga. Kejadian ini benar2 diluar dugaan
gembong iblis nomor wahid dikolong langit ini.
Mana mungkin Ciang Ooh tidak sertakan tenaga dalam
gaplokan barusan.
Mengapa ia berbuat demikian" Tonghong pacu merasa
terkejut dan keheranan tiada habisnya, ia mundur selangkah
ke belakang lalu mengawasi wajah jelek Ciang Ooh dengan
sinar mata mendelong.
Tentu saja ia tak akan menyangka kalau ilmu silat yang
dimiliki Ciang Ooh didapatkan tanpa sengaja, boleh dikata
dia adalah seorang yang sama sekali tak kenal ilmu silat.
Apabila ada orang menyerang dirinya, tenaga lweekang
yang ia miliki baru memancar keluar, makin besar serangan
lawan maka kerugian yang bakal terimapun semakin besar.
Ia tak tahu bagaimana caranya mengerahkan tenaga,
tidak aneh kalau dalam serangannya barusan sama sekali
tidak disertai dengan tenaga.
Sebenarnya Tonghong Pacu adalah seorang manusia
cerdik. sayang ia tak pernah berpikir sampai disini, tentu
saja ia keheranan dan berdiri mendelong.
Dalam pada itu Ciang Ooh telah berkata: "Sudah, aku
telah membalas satu kali dan kaupun telah memukul aku
sekali, sekarang kau pergi!"
"Hmm, kenapa aku harus pergi?"
"Aaaah benar, kenapa kau harus pergi?" seru Ciang Ooh tertegun, ia berpaling dan segera teriaknya:
"Heeei putriku, kenapa kau suruh dia pergi ?"
"Dia . . dia adalah seorang manusia jahat!" teriak Si Soat Ang.
Karena takut ucapannya mengandung serangan balasan
dari Tonghong Pacu, maka seraya berbicara, ia bersembunyi dibelakang Hiat Goan Sin koen serta Lieh
Hwee Sintuo. "Aaah benar, kau adalah sedang manusia jahat." seru Ciang Ooh cepat.
"Kau ingin aku pergi" sebenarnya tak susah."
"Bagaimana" kau mau apa?"
"Kita beradu lagi satu kali, coba lihat siapa yang berhasil merebut kemenangan setelah itu aku segera pergi dari sini."
"Apa yang dimaksud dengan "beradu ?" tanya
perempuan edan itu keheranan.
Tonghong Pacu benar2 tak bisa menahan diri, dengan
gusar teriaknya:
"Hey! sebenarnya apa maksudmu" kalau kau tidak berani
saling beradu dengan diriku, lebih baik cepat enyah dari
sini." "Ciang Oh pun dibuat naik pitam, ia membalas:
"Apa yang dimaksud saling beradu" kalau tidak kau
terangkan, mana aku bisa tahu?"
Sebenarnya Tonghong Pacu sedang merasa amat gusar,
tapi dia adalah seorang cerdik dari tingkah laku Ciang Ooh
selama ini, tiba2 ia teringat akan sesuatu, senyuman mulai
menghiasi bibirnya kembali seandainya apa yang dipikirkan
benar, maka tidak terlalu sulit baginya untuk merebut
kemenangan. Setelah memadamkan hawa amarah yang membakar
didadanya, sambil tersenyum ia berkata:
"Oooouw . . kiranya kau masih belum tahu apa yang
dimaksud dengan saling beradu ?"
"Benar!"
"Baik, mari kuajarkan kepadamu, luruskan dahulu
telapak tanganmu."
Ciang Ooh adalah perempuan tidak waras ia tak tahu
mara bahaya telah mengancam jiwanya mendengar
perkataan itu dia benar2 luruskan tangannya kedepan.
Dalam pada itu Lieh Hwee Sin Tuo, Hiat Goan Sin
koen,Tonghong Pek serta Si Soat Ang berdiri kurang lebih
dua tombak dari hadapan Tonghong Pacu ketika mereka
dengar ucapan tersebut, semua orang segera sadar dibalik
ucapan tadi tentu akan maksud tertentu.
Tonghong Pek yang pertama2 menyadari akan hal ini, ia
pentang mulutnya hendak berteriak, tetapi ketika teringat
akan pesan gurunya, terpaksa ia telan kembali ucapan tadi
dan membungkam.
Pada waktu itulah Lieh Hwee Sin Tuo dan Hiat Goan
Sin Koen telah berteriak tampik berbareng:
"Ciang Ooh, jangan menuruti ucapannya !"
Bentakan tersebut diutarakan tepat pada waktunya,
sayang reaksi Ciang Ooh tidak begitu cepat, tampak
perempuan itu tertegun dan berdiri melongo.
Menanti Ciang Ooh hendak menarik kembali tangannya,
detik itulah kelima jari tangan Tonghong Pacu bagaikan
cakar burung garuda telah mencengkeram urat nadi
perempuan itu. Cengkeraman tersebut dilancarkan dengan jurus "Thian
Ing Mi Si" atau Rajawali sakti mencari Mangsa yang amat dahsyat. gerakannya cepat serangannya tepat, meski
seorang tokoh maha saktipun sulit untuk menghindarkan
diri, apalagi Ciang Ooh yang masih berdiri ter-mangu2.
Ditengah teriakan kedua orang itu, kelima jari Tonghong
Pacu telah mencengkeram urat nadi Ciang Ooh erat2.
Tonghong Pacu sudah tahu tenaga lwekang yang dimiliki
Ciang Ooh teramat luar biasa, maka dari itu dalam
Kisah Pedang Di Sungai Es 7 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Pendekar Panji Sakti 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama