Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Bagian 12
"Siauw-pangcu..... (Ketua Muda), untuk apa menawan mereka" Lebih baik lekas bunuh saja agar tidak menimbulkan kerewelan di belakang hari," kata seorang di antara dua kakek itu, yang bertubuh kurus kering.
"Pauw-lopek (uwa Pauw), mereka itu masih orang sendiri, tak mungkin aku membunuh mereka, kecuali..... hemmm kecuali kalau mereka tidak mau menurut memihak kita," jawab Yosiko dengan suara tegas.
"Bagus sekali! Kipas Hitam kiranya hanya perkumpulan bajak busuk yang dipimpin bleh seorang wanita curang'" tiba-tiba terdengar suara orang. Kaget bukan main hati Yosiko, serentak dia meloncat dan siap, demikian pula tiga orang tua itu. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu di situ telah muncul seorang pemuda berpakaian serba putih yang Koleksi Kang Zusi416
Jaka Lola Kho Ping Hoo sederhana, dengan wajah yang tenang dan penuh wibawa. Pemuda ini bukan lain adalah Yo Wan!
Seperti kita ketahui, secara kebetulan sekali Yo Wan berada di rumah makan dalam dusun Leng-si-bun dan me-nyaksikan peristiwa yang terjadi antara muda-mudi Lu-liang-san itu dengan orang-orang Kipas Hitam. Ketika muncul Yosi-ko yang mengaku she Yo dan memiliki gerakan yang hebat, dia kaget dan heran sekali, juga ingin tahu karena bagaimana ketua Kipas Hitam itu memiliki she (nama keturunan) yang sama dengan dia" Diam-diam dia menyelinap pergi sambil meninggalkan uang pembayaran makan minum, kemudian membayangi si pemuda ketua Kipas Hitam itu ke dusun Kui-bun di.pantai Po-hai. Dengan kepandaian-nya yang luar biasa, Yo Wan berhasil membayangi terus sampai di gedung tempat kediaman ketua Kipas Hitam itu dan bersembunyi. la dapat menduga bahwa muda-mudi yang dirampas pedangnya itu pasti akan menyusul ke Kui-bun, maka diam-diam dia bersembunyi sambil memasang mata, siap menolong muda-mudi itu apabila mereka terancam bahaya. Kalau muda-mudi itu bertentangan dengan golongan bajak laut yang mengganggu ketenteraman penghidupan para nelayan dan saudagar di tepi laut, pasti dia akan memihak mereka. Apalagi karena timbul dugaan di dalam hatinya bahwa muda-mudi itu sedikit banyak tentu mempunyai hubungan dengan gurunya, Pendekar Buta.
Ketika dugaannya terbukti dengan munculnya muda-mudi di ruangan besar gedung itu, dia mendapat kenyataan yang menggirangkan, juga mengherankan hatinya. Bahwa pemuda itu bernama Tan Hwat Ki putera Tan Sin Lee ketua Lu-hang-pai. Kini tidaklah heran dia mengapa pemuda itu dan sumoinya demikian lihai dan memiliki gerakan langkah Kim-tiauw-kun.
Tentu saja dia girang dan niatnya menolong atau nnembantu mereka lebih mantap lagi.
Akan tetapi, hal yang amat rnengherankan hatinya adalah ketika dia melihat pula kenyataan bahwa pemuda baju putih yang disebut Yosiko atau Yo-kongcu dan menjadi ketua Kipas Hitam itu ternyata adalah seorang wanita! Pan-dang matanya yang tajam segera dapat membuka rahasia ini ketika Yosiko mulai bersilat melawan Hwat Ki. Ada gerakan-gerakan otomatis pada kaki dan lengan seorang wanita, yang amat berbeda dengan gerakan otomatis kaki tangan pria. Dalam menggerakkan lengannya, seorang wanita otomatis tidak mau membuka pangkal lengannya menjauhi dada, hal ini adalah sifat pembawaan tiap wanita. Tentu saja dalam mainkan ilmu silat, hal ini tidak mengikat benar, namun dalam ilmu silat pun tercampur dengan gerakan otomatis yang menjadi dasar menurut pembawaan masing-masing. Melihat gerak ini, kemudian melihat wajah yang ter-lalu tampan itu, kulit yang terlalu halus untuk pria, mudah saja Yo Wan men-duga bahwa pemuda tampan itu adalah seorang gadis cantik yang menyamar pria! Keheranan ini belum seberapa kalau dibandingkan dengan keheranan ketika dia melihat betapa gadis peranakan Jepang ini menggerakkan kaki dalam langkah-langkah ajaib yang amat dikenalnya. Itulah inti ilmu langkah ajaib yang pernah dia pelajari dari suhunya, Pendekar Buta! Hanya bedanya, yang dia pelajari adalah lebih lengkap berjumlah ernpat puluh satu jurus, sedangkan yang Koleksi Kang Zusi417
Jaka Lola Kho Ping Hoo dikuasai gadis Jepang itu adalah dua puluh empat jurus Hui-thian-jip-te! Benar-benar amat luar biasa dan hal ini meragukan hatinya untuk memusuhi dan membasmi ketua Kipas Hitam ini.
Demikian, ketika dia melihat Hwat Ki sudah mendesak hebat, seperti juga Cui Kim, dia khawatir kalau-kalau Hwat Ki dalam kemarahannya membunuh ketua Kipas Hitam itu, maka dia bersiap-siap untuk menghentikan pertandingan mati-matian itu. Akan tetapi, tiba-tiba dia melihat Cui Kim roboh pingsan, disusul oleh Hwat Ki dan mendengar ucapan Yo-siko, dia mengerutkan kening. Gadis peranakan Jepang itu benar-benar lihai, berani, juga liar dan curang, maka sambil mengejek dia lalu menampakkan diri.
Marahlah hati Yosiko ketika melihat munculnya seorang asing secara mendadak. la bertepuk tangan tiga kali dan muncullah enam orang pendek-pendek yang ternyata bukan lain adalah Kanna-tari dan lima orahg temannya. Si Pedang Cakar Naga ini bersama lima orang temannya menjura dalam-dalam sampai jidat mereka hampir menyentuh tanah di depan Yosiko.
"Apa yang dapat kami lakukan untuk Yo-kongcu yang terhormat?" tanyanya dalam bahasa Jepang.
"Kalian ini sekelompok udang goblok, bagaimana dengan tugasmu menjaga sehingga orang dusun ini bisa masuk ke sini tanpa ijin?" bentak Yosiko sambil meoudingkan telunjuknya ke arah Yo Wan.
Kamatari melirik dan tampak kaget ketika melihat Yo Wan. "Dia..... dia adalah orang yang kelihatan di dalam rumah makan di Leng-si-bun!" katanya gagap dan heran.
"Goblok, seret dia keluar!" bentak Yosiko.
Diikuti lima orang temannya, Kama-tari melangkah maju, lambat-lambat, selangkah demi selangkah, dengan gerak kaki menurutkan ilmu silatnya, kedua tangannya tergantung di kanan kiri, agak ditekuk sikunya dan jari-jari tangannya terbuka dan tertutup, sikapnya mengancam sekali! Lima orang temannya juga seperti itu gerakannya, malah dengan teratur mereka berenam membuat gerakan mengelilingi Yo Wan.
"Eh, cakar nagamu ke mana" Apakah sudah kautukar dengan cakar ayam maka kau malu mengeluarkannya?" Yo Wan berkata sambil menghadapi Kamatari, karena di antara enam orang itu, Si Cakar Naga inilah yang paling kuat.
Merah muka dan kepala yang botak itu, kemudian tiba-tiba Kamatari mengeluarkan pekik nyaring yang agaknya keluar dari dalam perutnya, disusul dengan gerakannya seperti katak melompat dan tahu-tahu pedang samurainya telah menyambar ke arah Yo Wan. Dalam Koleksi Kang Zusi418
Jaka Lola Kho Ping Hoo detik-detik berikutnya, lima orang temannya juga sudah menerjang dengan samurai terhunus sehingga dari enam penjuru menyambarlah kilatan enam sinar samu-rai yang amat tajam!
"Cring-crang-cring!" Tampak bunga api berpijar menyilaukan mata ketika enam? batang samurai itu saling bentur dalam kekacauan yang membingungkan. Tadinya Kamatari dan lima orang temannya merasa yakin bahwa samurai-samurai nnereka pasti akan mencincang hancur tubuh si pemuda desa yang agaknya sudah tidak dapat mengelak ke mana-mana karena semua jalan keluar sudah tertutup enam buah samurai, Enam buah samurai itu menghantam ke satu titik, yaitu di mana Yo Wan berada. Akan tetapi, ternyata tepat tiba di sasaran, pemuda itu tidak tampak bayangannya lagi dan enam buah samurai itu saling bentur. Karuan saja enam orang itu terheran-heran dan terkejut sekali, dan sebelum mereka tahu apa yang terjadi, mereka merasa didorong dari belakang oleh tenaga mujijat dan.....
berturut-turut terdengar suara beradunya kepala sama kepala dan bergelimpanglah enam orang itu dengan tambahan benjol sebesar telor ayam pada botak kepala masing-maising.
Mereka pingsan seketika.
"Hek-san-pangcu (ketua Kipas Hitam), udang-udang busuk begini kau pergunakan untuk menakut-nakuti orang" Memalukan sekali'" kata Yo Wan, kedua tangannya bergerak dan enam orang itu terlempar keluar pintu depan satu demi satu seperti rumput-rumput kering ditiup angin saja.
Sepasang alis Yosiko terangkat naik, lalu turun dan hampir bersambung. Marahlah dia, juga heran karena sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa "orang desa" ini ternyata lihai juga.
"Hemmm, kau boleh juga, akan tetapi belum cukup berharga untuk bertanding denganku.
Pouw-lopek, harap wakili aku beri hajaran kepada bocah dusun ini!"
Kakek tinggi kurus yang kulitnya sudah berkeriput semua, melangkah lebar. Kagetlah Yo Wan karena sekali melang-kah saja kakek itu sudah berada di depannya! Mana mungkin begini" Kalau kakek itu melompat, dia tidak merasa heran, bahkan hal itu biasa saja. Akan tetapi kakek itu sama sekali bukan melompat, melainkan melangkah. Betapapun panjang kakinya, tak mungkin dapat sekali melangkah sampai di depannya, padahal jaraknya kurang lebih lipa tombak (kurang lebih sepuluh meter)! Ilmu apakah ini" Yo Wan memutar otak dan dapat menduga bahwa kakek tinggi kurus ini tentu memiliki ilmu luar biasa yang mengandalkan kedua kakinya, dan hal ini niudah diduga bahwa ilmu itu tentulah ilmu tendangan. Apalagi yang dapat diperguhakan sepasang kaki dalam pertanding-an untuk menyerang lawan kecuali menendang" Maka dia bersikap waspada dan mencurahkan sebagian besar perhatiannya kepada gerakan sepasang kaki calon lawannya.
"Orang muda" kata kakek itu, suaranya jelas menyatakan bahwa dia seorang dari daerah Koleksi Kang Zusi419
Jaka Lola Kho Ping Hoo pesisir selatan, "kau sungguh seorang yang tak tahu diri, tak. mengenal luasnya lautan tingginya langit. Siapakah kau ini yang berani lancang memasuki gedung tempat tinggal ketua Hek-san-pang dan menjual lagak di sini" Dan apakah kehendakmu?"
Mendengar ucapan ini dan melihat sikap yang berwibawa, Yo Wan dapat menduga bahwa kakek ini tentu mempunyai kedudukan yang cukup tinggi dalam perkumpulan Hek-san-pang, maka dia pun bersikap hormat. Setelah menjura dia menjawab, "Namaku Yo Wan dan secara kebetulan aku menyaksikan peristiwa di rumah makan. Karena tertarik mendengar bahwa ketua kalian juga she Yo, apalagi ditambah sepak terjangnya merampas pedang, biarpun urusan itu dengan aku tidak ada sangkut-pautnya, namun memaksa aku untuk datang ke sini dan menonton. Kiranya ketuanya seorang wanita yang begitu curang merobohkan dua orang muda ini dengan racun. Hal ini aku Yo Wan tak mungkin diam saja membiarkan kecurangan".
Yosiko membentak marah, "Bocah dusun lancang. Kau sombong sekali. Apa maksudmu dengan kata-kata bahwa Hek-san-pang dipimpin oleh seorang wanita?"
"Seorang wanita curang kataku tadi," jawab Yo Wan sambil tersenyum kepada ketua Hek-san-pang itu. "Mata orang lain boleh kaukelabuhi, akan tetapi bagiku jelas bahwa kau seorang wanita, mengapa memakai sebutan kongcu (tuan muda) segala macam" Dan memang kau cu-rang sekali, meiigambil kemenangan menggunakan racun....."
"Pouw-lopek, hajar dia!" bentak Yosiko, tak dapat menahan kemarahannya lagi.
Orang tua tinggi kurus itu sebetulnya adalah seorang bajak laut tunggal di pantai selatan yang bernama Pouw Beng, akhirnya dia ditarik oleh Kipas Hitam menjadi pembantu utama di samping dua orang lain yang selalu mendampingi ketua Kipas Hitam. Ketika tadi menyaksikan gerak-gerik Yo Wan, kakek yang bermata tajam ini maklum bahwa Yo Wan adalah seorang "pemuda gunung" (istilah murid pertapa di gunung) yang tak boleh dipandang ringan, maka dia bersikap sabar dan bertanya lebih dulu. Kini mendengar kemarahan Yosiko yang mendesaknya, dia lalu memasang kuda-kuda, kedua kakinya dipentang lebar pada bagian lutut, akan tetapi mata kakinya saling bertemu.
"Orang muda she Yo, lihat serangan!" bentaknya mengguntur dan sekali meraba punggung, kakek ini sudah mencabut ke-luar sebatang ruyung lemas (joan-pian) yang berwarna hitam lalu menerjang dengan senjata seperti pecut ini dengan gerakan yang dahsyat.
"Wuuuttttt!" angin pukulan joan-pian ini menyambar ke arah kepala ketika Yo Wan mengelak, namun dengan kelincah-annya, mudah saja Yo Wan melompat lagi ke samping.
Ketika joan-pian ini seperti seekor ular hidup mengejarnya terus dengan cepat, Yo Wan diam-diam menjadi kagum dan memuji kepandaian si kakek mainkan joan-pian yang dapat terus-menerus melakukan serangan sam-bung-menyambung. la masih belum dapat Koleksi Kang Zusi420
Jaka Lola Kho Ping Hoo melihat bahayanya ancaman joan-pian ini maka Yo Wan tetap saja mengelak ke sana ke.
mari sambil tiada hentinya mem-perhatikan kedua kaki lawan. Benar saja dugaannya, gerakan joan-pian yang menyerang kalang kabut ini hanyalah usaha untuk membingungkan lawan, karena tiba-tiba kedua kaki kakek itu bergerak menyambar, susul-menyusul dengan kecepatan yang tak terduga-duga dan de-ngan kekuatan yang luar biasa! Yo Wan kagum.
Hal ini sudah diduganya, dan memang sesungguhnya tendangan-tendang-an inilah yang merupakan inti daripada penyerangan kakek kurus itu. Seorang lawan yang kurang waspada pasti akan roboh oleh tipu muslihat ini, karena ha-nya tampaknya saja joan-pian yang mengancam, akan tetapi sesungguhnya bukan demikian, sehingga lawan yang terlalu mencurahkan perhatian terhadap serangan joan-pian yang bertubi-tubi, akan celaka oleh tendangan-tendangan tersembunyi ini.
Yo Wan bukan seorang pemuda som-bong dan dia tidak suka memamerkan kepandaiannya.
Akan tetapi keadaan sekarang memaksa dia untuk mengeluarkan kepandaiannya. Pertama, karena dia ber-ada di sarang harimau yang berbahaya, ke dua untuk menolong muda-mudi putera ketua Lu-liang-pai atau cucu Raja Pedang itu, ke tiga memang sudah menjadi tugasnya untuk membasmi bajak laut, apalagi setelah dia teringat akan ucapan penuh sindiran dari ketua Siauw-lim-pai, yaitu Thian Seng Losu. Maka melihat datangnya tendangan, dia sengaja bersikap seakan-akan dia kurang waspada dan merhberi kesempatan orang menendangnya!
Karuan saja Pouw Beng girang bukan main, "Pergilah!" bentaknya sambil mengerahkan tenaga pada tendangannya ketika lawan muda itu sibuk mengelak daripada sambaran joan-pian.
"Dukkk!" Bukan tubuh Yo Wan yang mencelat seperti yang telah dibayangkan si penendang dan teman-temannya, melainkan kakek itu sendiri yang terpelanting dan bergulingan, tak mampu bangkit lagi karena tulang kakinya yang menen-dang tadi remuk sedangkan joan-pian di tangannya pun sudah mencelat entah ke mana! Kiranya tadi ketika kakinya sudah ha/npir mengenai sasaran, yaitu perut Yo Wan, pemuda ini secepat kilat menggunakan tangan kirinya menotok jalan darah lalu menggencet. Karena dia mempergunakan jurus ainpuh Ilmu Silat Liong-thouw-kun yang dia warisi dari kakek sakti Sin-eng-cu, seketika remuklah tulang kaki lawannya, sedangkan tangan kanan Yo Wan pada detik yang sama juga menghantam pergelangan lengan yang memegang joan-pian sehingga joan-pian itu terpental dan mencelat entah ke mana.
Yosiko melongo. Sama sekali tak pernah disangkanya bahwa pemuda dusun itu demikian lihainya. Pouw Beng dirobohkan hanya dalam beberapa gebrakan saja! Tendangan maut itu diterima tangan kiri dan kaki Pouw Beng remuk! Mana mungkin ini" Apakah pemuda sederhana baju putih itu main sihir" Dia sendiri yang sudah mengenal kelihaian Pouw Beng, agaknya sebelum seratus jurus tak mungkin dapat mengalahkannya!
Koleksi Kang Zusi421
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Paman Sakisoto, majulah!" teriaknya karena dia masih merasa penasaran. Kalau terhadap Tan Hwat Ki, dia maju sendiri karena dia sudah yakin akan kelihaian pemuda Lu-liang-pai itu. Akan tetapi pemuda dusun yang tak ternama ini, yang kelihatan begitu lemah dan sederhana, mana berharga menghadapinya"
Para pelayan mengangkat pergi tubuh Pouw Beng yang masih pingsan, sedangkan kakek yang botak dan pendek sekali itu sudah melangkah maju menghampiri Yo Wan. Kakek tua yang pendek botak ini adalah seorang jagoan Jepang yang terkenal dengan ilmunya Yiu-yit-su. la seorang jago gulat yang jarang menemui tandingan di ayitara sekalian bajak laut, dan menjadi juara di kalangan Kipas Hitam. Kedudukannya tinggi, sejajar dengan kedudukan Pouw Beng dan dia menjadi tangan kanan Yosiko pula, terutama untuk urusan mengendalikan anak buah bajak laut Kipas Hitam. Semua anak buah bajak laut, terutama yang berasal dari Jepang, takut belaka kepada Saki-soto, demikian nama jagoan tua ini.
Selain ahli dalam ilmu gulat dan ilmu tangkap Yiu-yit-su, dia pun termasuk seorang jago samurai yang ampuh. Kalau dibandingkan dengan Pouw Beng sukarlah untuk menilai karena keduanya memiliki keistimewaan masing-masing.
"Bocah sombong, hayo lekas berlutut menyerahkan diri sebelum kubanting tubuhmu sampai remuk!" bentak Sakisoto, karena bagaimanapun juga dia merasa malu, kalau harus melawan seorang pemuda tak ternama, apalagi kelihatannya kurus kering dan lemah begitu, maka dia memberi peringatan lebih dulu agar bocah itu menyerah saja.
Yo Wan tentu saja sudah pernah mendengar tentang ilmu gulat dan ilmu tangkap dari Jepang, tentu semacam Ilmu Silat Sauw-kin Na-jiu-hoat, pikirnya. la maklum akan kelihaian ilmu ini yang sama sekali tidak membolehkan anggauta badan tertangkap. Akan tetapi menyaksikan gerakan kakek ini, dia berbesar hati. Larigkah kakek ini sedikit banyak sudah membayangkan keadaan tenaga Iweekang yang dimilikinya dan dia merasa sanggup untuk menghadapinya.
"Orang tua, kau tentulah seorang ahli membanting orang. Biarlah, aku ingin merasakan bantinganmu, kalau aku kalah tak usah kau suruh menyerah, tentu saja aku sudah tak berdaya lagi. Silakan!" la sengaja bicara dengan lambat agar kakek Jepang itu dapat mengikuti kata-katanya karena tadi ketika bicara, orang Jepang ini juga lambat-lambat dan agak sukar.
"Bocah sombong, kau cari mampust" Sakisoto berseru, lalu kedua kakinya yang pendek itu bergerak maju, kedua lengan-nya menyambar dengan gerakan kuat dan Jari-jari tangan terbuka. Alangkah heran dan juga girangnya ketika dia melihat lawannya sama sekali tidak mengelak sehingga begitu dia menggerakkan kedua tangannya, Yo Wan sudah kena dicengkeram lengan kiri dan pundak kanannya! Dengan sepasang mata sipitnya berseri-seri saking gembiranya akan hasil ini, Sakisoto mengerahkan tenaga dari perut, disalurkan kepada jari-jari tangannya dengan maksud untuk meremas hancur pergelangan lengan kiri dan pundak kanan pemuda kurang ajar itu. Jari-jari tangannya mengeras, menggigil karena Koleksi Kang Zusi422
Jaka Lola Kho Ping Hoo terisi getaran tenaga yang dahsyat, tenaga yang membuat jari-jari tangan itu mampu meremas hancur batu karang! Akan tetapi alangkah kagetnya ketika jari-jari tangannya meremas kulit yang lunak dan licin seperti kulit belut, lunak akan tetapi ulet seperti karet sehingga tenaga remasan jari-jari tangannya lenyap ter-telan atau tenggelam, sama sekali tidak ada hasilnya seperti orang rneremas kapas"
Dalam kagetnya jago tua Jepang yang sudah banyak pengalamannya itu dapat menduga bahwa pemuda ini memiliki tenaga dalam dari orang-orang daratan yang memang amat luar biasa, maka secepat kilat dia mengubah getaran tenaganya, kini jari-jarinya tidak mencengkeram untuk meremuk lagi melainkan mencengkeram erat-erat lalu dia menge-rahkan tenaga perut untuk mendongkel dan melontarkan lawannya dengan gerak tipu dalam Ilmu Yiu-jiu-su. Kakinya menjegal dan tangannya yang satu mendorong yang lain menyentak kuat. Namun, orang yang disentaknya tidak bergeming sama sekali. Hal ini tidak mengherankan oleh karena Yb Wan sudah pula mengganti tenaga dalamnya, kini dia mengerahkan tenaga Selaksa Kati yang disalurkan ke arah kedua kaki dan berdiri dengan kuda-kuda Siang-kak-jip-te (Sepasang Kaki Berakar di Tanah), Jangankan baru seorang Sakisoto, biar kedua kaki (tu ditarik oleh lima ekor kuda kiranya belurn tentu akan dapat terangkat!
Mulut jago tua Jepang itu mengeluarkan suara ah-ah-uh-uh-uh, ketika dia beberapa kali mengganti kedudukan dan jurus untuk berusaha mengangkat kaki lawan untuk terus dilontarkan di atas pundak dan dibanting remuk. Keringatnya sudah memenuhi muka, otot-ototnya menonjol keluar, napasnya terengah-engah, namun hasilnya sia-sia belaka. Pemuda yang kurus itu masih berdiri tegak dengan senyum manis, sedikit pun tidak kelihatan mengerahkan tenaga. Hal ini selain membuat Sakisoto merasa pena-saran, juga membuatnya menjadi malu dan marah sekali.
"Mampus kau!" bentaknya dan secepat kilat kedua tangannya melepaskan cengkeraman pada lengan dan pundak, kini berganti dengan serangan memukul dengan telapak tangan dimiringkan. Tangan kanan memukul leher dan tangan kiri memukul lambung! Jangan dipandang ringan serangan ini karena kedua tangan itu sudah terlatih, ampuh sekali. Kepala orang bisa remuk terpukul oleh tangan miring ini, apalagi tempat-tempat gawat macam leher dan lambung. Sekali pukul tentu nyawa akan melayang!
Mendengar menyambarnya hawa pukulan, Yo Wan maklum bahwa serangan ini cukup berbahaya. Cepat dia rnenyambar dengan kedua tangannya, jauh lebih cepat daripada datangnya pukulan. Tahu-tahu kedua pergelangan tangan jago tua itu sudah dia tangkap dan seketika ba-gaikan dilolosi semua urat syaraf dalam tubuh Sakisoto. Tiba-tiba Yo Wan ber-seru keras dan tubuh pendek tegap itu melayang ke atas dan terbang sampai sepuluh meter jauhnya. Namun, begitu dilepaskan, jago tua yang sudah berpengalaman ini dapat menggerakkan tubuh-nya sehingga ketika terbanting ke bawah, dia dapat mendahulukan daging belakangnya, sehingga hanya terdengar suara berdebuk, tubuhnya membal ke atas Koleksi Kang Zusi423
Jaka Lola Kho Ping Hoo dan dia turun lagi dalam keadaan berdiri dan mulutnya meringis karena daging tua di belakang pantatnya terasa kesemutan dan sakit! Kemarahannya memuncak dan de-ngan kerongkongan mengeluarkan gereng-an seperti beruang, dia menubruk maju, didahului pedang samurainya yang panjang dan besar.
Yo Wan cepat miringkan tubuh, membiarkan sinar berkelebat pedang panjang itu lewat, jari tangannya bekerja dan di lain saat sekali lagi tubuh Sakisoto terguling, kali ini jatuh tersungkur tak marnpu bangkit untuk beberapa menit lamanya karena jari-jari tangan Yo Wan telah berhasil menyentil sambungan tulang pundak kanan dan menotok jalan darah di punggung kiri! Jago tua Jepang itu hanya mampu mengulet dan merintih perlahan.
Kalau tadi sepasang mata Yosiko berapi-api marah, kini mulai bersinar penuh kekaguman.
Dua orang jagonya dirobohkap demikian mudahhya. Bukan rnain pemuda sederhana ini.
Mungkinkah ada pemuda yang lebib pandai daripada jago tampan dari Lu-liang-pai" Diam-diam dia melirik ke arah Hwat Ki yang masih pingsan di dekat sumoinya, di sudut ruangan.
Kemudian dia memberi tanda dan para pelayan datang membangunkan Sakisoto dan mengangkatnya keluar dari ruangan itu.
Yo Wan tersenyum menghadap Yosiko. "Bagaimana" Cukupkah?"
"Hemmm, setelah kau mampu merobohkan dua orang pembantuku kau mau apa?"
"Tidak apa-apa, hanya minta supaya kau bebaskan kedua orang muda dari Lu-liang-san itu, kemudian gulung tikar dan kembali ke Jepang, jangan lagi kau atau anak buahmu mengganggu pantai dan perairan Po-hai."
"Peduli apa dengan kau" Kau murid siapa" Dari partai apa?"
"Heran sekali. Kau masih tanya peduli apa denganku" Tentu saja aku tidak bisa membiarkan kau mengganggu keamanan wilayah ini, mengacau ketenteraman hidup bangsaku. Soal aku murid siapa, tidak ada sangkut-pautnya denganmu dan aku tidak punyai partai. Nona, kulihat kepandaianmu lumayan, mengapa kau memilih jalan sesat" Mengapa kau mendirikan perkumpulan bajak laut Kipas Hitam" Sayang sekali, kau lihai dan se-patutnya kau menjadi seorang pendekar wanita yang cantik, gagah, dan terhormat, berguna bagi bangsamu di Jepang..."
"Tutup mulutmu yang lancang!" Yosiko berteriak nyaring dan kini penyamarannya gagal karena setelah ia marah-marah, sepasang pipinya menjadi ke-merahan, merah jambu yang hanya dapat timbul pada pipi seorang gadis, dan teriakannya pun teriakan marah seorang gadis, tidak lagi suara berat pria seperti yang ia tirukan dalam percakapan biasa. "Kau begini sombong! Apa kaukira aku takut padamu" Kami belum kalah. Gak-lopek, harap kau beri hajaran bocah sombong ini!
Koleksi Kang Zusi424
Jaka Lola Kho Ping Hoo Kakek ke tiga yang gendut perutnya melompat maju. Gerakannya perlahan dan lambat saja, seakan-akan dia terlalu malas untuk bergerak, apalagi main silat, patutnya orang ini bertiduran di atas kursi malas sambil mengisap huncwe (pipa tembakau) dengan mata meram melek. Akan tetapi Yo Wan cukup waspada dan dia maklum bahwa di antara tiga orang kakek tadi, si gendut inilah yang paling lihai. Wajahnya yang agak pucat kekuningan, kedua lengannya yang tidak kelihatan ada otot menonjol, lang-kahnya yang tenang dan kelihatan berat serta seakan-akan kakinya menempel dan lengket pada lantai yang diinjaknya, semua ini menandakan bahwa dia seorang ahli Iweekeh (ahli tenaga dalam) yang kuat. Diam-diam Yo Wan lalu mengumpul-kan hawa murni di dalam pusarnya, lalu mendesaknya ke seluruh bagian tubuh, terutama kepada kedua lengannya untuk berjaga-jaga. Pemuda ini mendapat gem-blengan tenaga dalam dari dua orang sakti, yaitu Sin-eng-cu dan Bhewakala, apalagi latihan tenaga dalam ini dia sempurnakan dengan tekun di pertapaan Bhewakala, yaitu di Pegunungan Himalaya. Oleh pendeta sakti ini, Yo Wan digembleng hebat, malah sudah mengalami gemblengan terakhir yang amat berat, bahkan yang dilakukan dengan taruhan nyawa, yaitu kalau tidak tahan dapat mati seketika. Latihan ini adalah latihan bersamadhi inengumpulkan sinkang dan memutar-mutar hawa murni ke seluruh tubuh dengan cara bertapa telanjang bulat selama tujuh hari di bawah hujan salju di puncak gunung. Kalau dia tidak dapat menahan, dia akan mati dalam keadaan beku dan terbungkus es!
"Orang muda, kau benar-benar lihai sekali! Akan tetapi, untuk dianggap ber-harga melayani Yo-kongcu, kau harus dapat menandingi aku lebih dulu! Perkenalkan, aku bernama Gak Tong Sek!" Sambil berkata demikian, seperti seorang yang menghormat tamu, dia menjura dengan kedua tangan dirangkap di depan dada, selayaknya orang memperkenalkan diri.
Tepat seperti dugaan Yo Wan, begitu kakek gendut ahli Iweekeh ini mengangkat kedua lengan memberi hormat, dadanya terasa sesak karena terserang oleh hawa pukulan tersembunyi yang amat kuat, yang menyambar keluar dari gerak-an kedua tangan yang dirangkapkan itu. Cepat Yo Wan menggerakkan kedua lengannya, diangkat ke atas sehagai pembalasan hormat sambil diam-diam mengerahkan sinkang mendorong ke depan. Hawa pukulannya dan hal ini terasa benar oleh Gak Tong Sek karena wajahnya tiba-tiba berubah kaget dan jelas tampak dia mengerahkan tenaga untuk menahan dorongan lawan yang amat kuatnya itu. la merasa heran karena tidak mengira bahwa lawan yang demikian muda ini tidak saja dapat menahan dorongan pu-kulan jarak jauhnya, melainkan mengembalikan hawa pukulan itu dengan tambahan dorongan yang lebih kuat lagi. Tentu saja dia tidak mau menyerah kalah, me-rasa malu untuk pergi menghindar, maka sambil meniasang kuda-kuda sekuatnya pada kedua kaki, dia menahan dorongan lawan.
Yo Wan merasa betapa dorongannya tertahan dengan kuatnya, dia menannbah tenaganya dan terus inendorong. Gak Tong Sek mempertahankan dengan amat kuatnya, namun yang mendorong lebih kuat lagi. Terdengar suara keras dan tubuh kakek gendut itu terdorong Koleksi Kang Zusi425
Jaka Lola Kho Ping Hoo mundur, akan tetapi sepasang kakinya tetap dalam keadaan memasang kuda-kuda, sedikit pun tidak terangkat dan dia tidak roboh terguling, melainkan terdorong ke belakang dengan kedua kaki menyeret lantai sehingga retak-retaklah lantai batu yang terseret kedua kakinya!
Makin jauh kakek ini terdorong, makin berkuranglah kekuatan dorongan Yo Wan, sehingga setelah terdorong tiga kaki jauhnya, ka-kek ini berhenti. Wajahnya pucat dan keringat dua butir tampak di dahinya.
"Orang tua, kau benar-benar amat lihai, aku yang muda merasa kagum sekali," kata Yo Wan tersenyum. Ucapannya ini sejujurnya saja karena memang dia rnerasa kagum akan daya tahan kakek itu sehingga dia tidak mampu merobohkan malah membuatkakek itu mengangkat kaki pun tidak sanggyp. Benar-benar seorang kakek yang selain memiliki tenaga Iweekang tinggi, juga amat ulet dan tahan uji.
Akan tetapi bagi kakek Gak, ucapan ini dianggap sebagai ejekan, maka dia menjadi penasaran dan marah sekali. Biarpun dia maklum akan besarnya tenaga sinkang pemuda itu, namun belum tentu dia akan kalah dalam ilmu pukulan yang telah dilatihnya puluhan tahun lamanya, yang agaknya telah dia miliki sebelum orang muda ini lahir. Selama ini, hanyalah ketua Kipas Hitam saja orang muda yang mampu menandinginya dan hal ini tidak membuat dia kecil hati karena dia cukup maklum bahwa pangcunya itu mewarisi ilmu kepandaian yang luar biasa dari orang tuanya. Namun dia anggap bahwa di dunia ini tidak ada ke duanya dicari orang muda, seperti pangcu (ketua) dari Hek-san-pang.
"Bocah sombong, belum tentu aku kalah!" bentaknya marah sambil mengayun kedua tangannya, melancarkan pu-kulan-pukulan maut dari jarak jauh. Terdengarlah suara angin menyambar bersiutan sehingga api penerangan di empat penjuru ruangan itu bergoyang-goyang hampir padam. Demikianlah hebatnya ilmu pukulan jarak jauh dari kakek Gak Tong Sek yang dia sendiri namai Swan-hong-sin-ciang (Pukulan Sakti Angin Puyuh). Para pelayan yang tahu akan hebatnya ilmu pukulan ini, tanpa diperintah, lagi segera mundur dan menyelinap ke balik pintu. Hanya Yosiko yang masih berdiri tegak, pakaian dan penutup rambutnya berkibar-kibar oleh angin pukulan, namun dia sendiri tidak apa-apa karena ia pun telah mengerahkan sinkang melindungi seluruh tubuhnya.
"Bagus Mau tak mau Yo Wan memuji kehebatan ilmu pukulan ini. Akan tetapi tidak sia-sia dia digembleng habis-habisan di puncak Himalaya. Dengan amat tenang, penuh kepercayaan akan diri sendiri, dia melangkah maju sambil memangku kedua lengan, sama sekali tidak mengelak atau menangkis. Pukulan-pukulan jarak jauh datang bagaikan hu-,jan badai menimpa dirinya, namun hanya pakaian dan rambutnya saja yang berkibar-kibar, namun semua hawa pukulan itu terbentur dan membalik ketika bertemu dengan hawa sinkang yang menyelubungi seluruh tubuhnya! Sudah penuh keringat muka dan leher Gak Tong Sek, namun semua pukulannya sia-sia belaka. Saking marah dan penasarannya, dia melompat maju, kini inenggunakan kedua tangannya memukul dari Jarak dekat dengan pengerahan tenaga Iweekang sepenuhnya.
Koleksi Kang Zusi426
Jaka Lola Kho Ping Hoo Tentu saj'a Yo Wan maklum bahwa pukulan ini terlalu berbihaya untuk di-terima seperti dia menerima pukulan jarak jauh tadi. Cepat kedua tangannya bergerak. "Duk-duk!" Dua kali empat buah lengan itu bertemu dan tubuh kakek Gak Tong Sek melayang keluar dari pintu ruangan, jatuh berdebuk di luar ruangan itu, tak dapat bangun lagi, hanya terdengar dia mengorok seperti kerbau di-sembelih. Di antara tiga orang kakek yang melawan Yo Wan, kakek Gak inilah yang paling berat lukanya. Hal ini adalah karena dia terpukuloleh tenaga Iweekangnya sendtri, sehingga biarpun tidak akan kehilangan nyawanya, namun sedikitnya tiga bulan dia harus berbaring!
Kini lenyaplah sama sekali kemarahan dari wajah Yosiko, terganti bayangan ke-kaguman pada wajahnya yang tampan berseri. Sepasang matanya berkilauan dengan gerakan-gerakan cepat biji matanya yang bening menandakan kecerdikan otaknya, bibirnya tersenyum-senyum ketika ia melangkah maju dengan senjata di tangan. Seperti tadi ketika menghadapi Hwat Ki, kini tangan kanannya meme-gang pedang, dan tangan kirinya memegang sabuk sutera putih. Dengan langkah cepat ia bertindak maju, sepasang matanya tak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Yo Wan.
"Hebat...... kau..... kau lebih lihai daripada Tan Hwat Ki...... kau hebat.....!"
Ketua Hek-san-pang yang muda dan oleh Yo Wan dianggap wanita itu melangkah maju.
"Tapi..... kau harus dapat mengalahkan aku lebih dulu, baru dapat kunilai apakah kau lebih patut daripada dia....."
"Hek-san-pangcu, kau bicara apa ini" Aku tidak ingin bermusuhan dengan engkau, akan tetapi kalau kau mendesakku, jangan menyesal kalau aku turun tangan besi dan membasmi gerombolan bajak yang kau pimpin. Jangan kaukira bahwa setelah kau mengerti Ilmu Langkah Kim-tiauw-kun, kau mengira tidak akan ada yang dapat melawanmu. Justeru karena kau mengenal Kim-tiauw-kun, aku makin berkeras untuk melarangmu melakukan perbuatan jahat!"
Berubah wajah Yosiko, akan tetapi sinar matanya makin berseri. "Kau..... kau tahu tentang langkah-langkah ajaib?"
"Tentu saja aku mengenal Hui-thian-jip-te. Orang yang menggunakan ilmu ini harus menjadi seorang pembela kebenaran dan keadilan, sama sekali tidak boleh menjadi penjahat!"
Yosiko tersenyum. "Wah, kiranya kau pun bukan orang sembarangan, dapat mengenal Hui-thian-jip-te. Kau bilang tadi namamu Yo Wan" Kau murid siapakah" Apakah kau kenal dengan Tan Hwat Ki dan sumoinya dari Lu-liang-pai ini?" Dalam mengajukan pertanyaan ini, le-nyaplah sikap bermusuhan, seakan-akan Yo Wan menghadapi seorang kenalan baru saja, ketua Hek-san-pai itu demi-kian ramah. Akan tetapi Yo Wan tidak ingin memperkenalkan Koleksi Kang Zusi427
Jaka Lola Kho Ping Hoo diri, apalagi membawa-bawa nama Pendekar Buta.
"Namaku Yo Wan dan habis perkara, aku seorang yatim piatu, tak bersanak tak berkadang."
"Dan belum menikah?"
Merah wajah Yo Wan. Celaka orang ini benar-benar cerewet dan tak tahu malu. Karena sungkan dan jengah, dia tidak menjawab, hanya menggeleng ke-pala. Yosiko tersenyum lagi.
"Wah, seorang jaka lola kalau begitu. Eh, jaka lola yang lihai, dengar baik-baik. Adikku mencari jodoh dan agaknya kau patut menjadi jodohnya karena agaknya kau lebih lihai daripada Tan Hwat Ki. Akan tetapi kau harus dapat me-ngalahkan aku untuk membuktikan kelihainmu."
"Pangcu, harap kau jangan main-main. Aku tidak peduli adikmu itu akan menikah dengan siapapun juga, bukan urusanku. Aku pun sekali-kali tidak ingin membuktikan kelihaianku.
Aku hanya minta kaubebaskan dua orang muda itu dan tarik mundur semua anak buahmu, jangan lagi mengganggu daerah Po-hai. Kalau tidak, terpaksa aku akan membasmi Kipas Hitam!"
Yosiko tersenyum lebar sehingga tampak deretan giginya yang putih berkilau-an dan rapi.
"Yo Wan, kalau kau bisa menangkan aku dan menikah dengan adikku, kau akan menjadi ketua Kipas Hitam dan terserah apa yang hendak kaulaku-kan. Lihat senJata?"' Secepat kilat pedang di tangan Yosiko menyambar, menjadi sebuah tusukan sutera putih di tangan kirinya sudah bergerak pula menjadi ling-karan bundar yang melayang dari atas mengarah kepala Yo Wan. Pedang itu sudah tentu saja amat berbahaya, akan tetapi sinar putih sabuk sutera itu kiranya tidak kalah bahayanya, karena ujung sabuk itu dapat menj'adi alat menotok jalan darah yang sekali mengenai kepala akan merenggut nyawa!
Mendongkol juga hati Yo Wah. la sebetulnya merasa sayang bahwa seorang muda seperti Yosiko, baik ia gadis se-perti dugaannya atau pun betul laki-laki, yang jelas adalah seorang peranakan Jepang, tak dapat dia sadarkan kembali ke jalan benar. Akan tetapi orang ini terlalu memandang rendah kepadanya, kalau tidak diberi hajaran tentu tidak kapok!
"Kau menghendaki kekerasan" Baik!" katanya dan cepat kakinya menggunakan langkah-langkah ajaib untuk menghindar-kan serangan pedang dan sabuk sutera. Malah dia segera balas menyerang dengan tangan kosong, menggunakan Ilmu Silat Long-thouw-kun yang amat lihai. la merasa sayang sekali bahwa dia kini sudah tidak memiliki senjata apa pun, karena dalam pertandingan mati-matian melawan Bhok Hwesio yang sakti, tiga buah senjatanya rusak semua. Liong-kut-pian (Cambuk Tulang Naga) pemberian mendiang Bhewakala sudah putus ketika dia berebutan dengan Bhok Hwesio, pe-dang Pek-giok-kiam Koleksi Kang Zusi428
Jaka Lola Kho Ping Hoo pemberian subooya (ibu gurunya) patah-patah menjadi tiga potong, sedangkan pedang Siang-bhok-kiam (Pedang Kayu Wangi) yang dia buat di Himalaya hancur remuk, semua berkat kesaktian Bhok Hwesio, lawan yang paling hebat pernah dia tandingi di dunia ini! Kini dia bertangan kosong dan meng-hadapi lawan seperti ketua Hek-san-pang ini, sungguh tidak menguntungkan kalau hanya dengan tangan kosong.
Terdengar Yosiko berseru kagum dan heran berkali-kali. Tentu saja dia merasa heran karena pemuda dusun lawannya ini ternyata mampu bermain langkah ajaib yang malah lebih hebat, lebih lengkap dan lebih lincah daripada kepandaiannya sendiri! Keheranannya membuat dia gugup dan pada saat sabuk sutera putihnya menyambar, ujung sabuk ini kena dicengkeram oleh Yo Wan yang cepat mengirim pukulan jarak jauh dengan pengerahan tenaga ke arah lengan kiri lawan. Hawa pukulan dahsyat menyambar dan Yosiko berteriak kaget, terpaksa melepaskan sabuk sutera putihnya sambil meloncat mundur sampai tiga meter jauhnya!
Yo Wan berdiri sambil tersenyum, mempermainkan sabuk sutera putih yang halus dan berbau harum itu. Makin yakinlah hatinya bahwa Yosiko pastilah seorang gadis.
"Bagaimana" Menyerahkah kau sekarang?" ujarnya, nadanya mengejek.
Sepasang pipi itu merah padam. Bukan main, pikirnya. Dalam waktu kurang dari Sepuluh jurus saja, pemuda ini dengan tangan kosong sudah mampu me-rampas sabuk suteranya!
Padahal tadi Hwat Ki dengan pedang di tangan tak rnampu merobohkannya sampai puluhan jurus lamanya. Benar-benar pemuda aneh dah memiliki kepandaian yang luar biasa sekali.
Bahkan ilmu langkah dari Hwat Ki sekalipun tidak seindah dan sehebat ilmu langkah pemuda yang sederhana ini. Jantungnya berdebar penuh kekaguman, namun ia masih penasaran dan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ia me-nerjang lagi, kini memutar pedangnya sehingga pedang itu lenyap berganti gulungan sinar seperti payung di depan dadanya, langsung menerjang Yo Wan.
"Tar-tar-tar-tar-tar!!" Nyaring sekali ledakan-ledakan kecil ini yang tercipta dari ujung sabuk sutera yang diledakkan seperti cambuk oleh Yo Wan. Bukan main kagetnya hati Yosiko ketika melihat betapa sabuk suteranya, yang biasanya amat ia andalkan sebagai senjata di samping pedangnya, kini di tangan pemuda itu berubah menjadi senjata yang lebih ampuh lagi. Sabuk suteranya itu kini berubah menjadi sinar putih yang panjang membentuk lingkaran-lingkaran aneh yang susul-menyusul dan telan-menelan, lingkaran kecil yang ditelan lingkaran lebih besar, berubah-ubah dan sukar diikuti perkembangannya, namun yang dibarengi ledakan-ledakan kecil mengancam semua jalan darah di tubuh-nya secara bertubi-tubi! Tentu saja Yo Wan pandai memainkan sabuk sutera ini sebagai senjata karena memang inilah sebuah di antara ilmu-ilmunya yangsakti, yaitu Ilmu Cambuk Ngo-sin-hoan-kun yang merupakan gerakan daripada lingkaran sakti yang terbuat daripada ujung cambuk atau benda lemas panjang. Ka-lang kabutlah permainan pedang Yosiko.
Koleksi Kang Zusi429
Jaka Lola Kho Ping Hoo Selama hidupnya, baru kali ini ia mengalami hal macam itu, baru kali ini ia menghadapi lawan yang begini lihainya. Saking kagetnya, ia sampai lupa akan ilmu pedangnya dan menjadi kacau-balau gerakannya. Mendadak ia menjerit dan pedangnya "terbang"
meninggalkan tangan! kanannya karena pedang itu ternyata telah terlibat sabuk sutera dan terbetot tanpa dapat ia pertahankan lagi. Kemudian ujung sabuk itu sepprti cemeti meledak-ledak dan mencambut toya.
"Aduh.....! Ihhh.....! Aduhhh.....!" Yosi-ko berteriak-teriak karena sabuk sutera itu tiap kali berbunyi pasti menghantam tubuhnya, membuat pakaiannya robek di tempat yang dicium ujung sabuk, dan kulitnya menjadi merah-merah dan ma-tang biru, rasanya sepert ditampar atau dicubit keras!
Yo Wan tidak tega untuk merobohkan ketua Hek-san-pang ini, akan tetapi dia memang hendak memberi hajaran. Meng-ingat bahwa ketua itu adalah seorang wanita muda, maka dia hanya menggunakan sabuk sutera itu untuk mencambuki-nya agar kapok!
"Sahabat yang gagah, tolong kau bantu kami menangkap dia! Dia ketua bajak, kanu harus menangkapnya untuk dihadapkan kepada Bun-goanswe di Tai-goan!" Tiba-tiba terdengar suara Hwat Ki yang kebetulan pada saat itu sudah sadar. Pemuda ini meloncat bangun, disusul oleh Cui Kim yang juga sudah sadar. Memang racun yang dipergunakan oleh ketua Kipas Hitam dalam jamuan makan tadij hanya racun untuk membikin mabuk orang untuk sementara saja, sama sekali tidak" berbahaya, hanya sekedar membuat lawan tidak berdaya.
Begitu sadar dari pingsannya dan melihat betapa Yosiko dicambuki secara aneh oleh pemuda asing yang dia kenal sebagai pemuda di rumah makanj dalam dusun Leng-si-bun, Hwat Ki segera| berseru untuk menangkapnya. Pemuda Lu-liang-san ini dapat menduga bahwa Yo Wan tentulah seorang pendekar yangj berfihak kepadanya dan memusuhi bajak laut.
Mendengar seruan ini, sejenak Yo Wan bingung dan agaknya kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Yosiko. la telah mengeluarkan sebuah kipas hitam dan ketika ia menekan gagangnya, dari kedua ujung kipas itu menyambarlah sinar hitam ke depan.
"Awas.....!!" Yo Wan berseru dan sekali sabuk sutera putihnya dia gerakkan, Hwat Ki dan Cui Kim roboh oleh sabuk itu, terpelanting karena kaki mereka terlibat dan dibetot. Yo Wan sengaja melakukan ini karena dapat menduga akan bahayanya sinar hitam itu. Namun usaha-nya menyelamatkan kedua orang muda itu membuat dia kurang waspada akan dirinya sendiri. la sudah mengebutkan tangan kiri menyampok, namun dia merasa pundak kirinya sakit dan panas, maka maklumlah dia bahwa dia telah terkena senjata rahasia yang halus dan beracun. Rasa panas bercampur rasa gatal membuat dia kaget sekali dan cepat dia melompat ke depan mengejar Yosiko yang lari.
Koleksi Kang Zusi430
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Berhenti, serahkan obat pemunah racun!" teriak Yo Wan marah. Karena ginkangnya memang jauh lebih menang daripada Yosiko, sebentar saja dia hampir dapat menangkapnya di luar gedung itu. Namun tiba-tiba Yosiko melompat dan..... "byurrr.....!" ketua Kipas Hitam itu sudah terjun ke dalam air laut yang berbuih-buih.
Biarpun bukan ahli, namun kalau ha-nya berenang saja Yo Wan dapat juga.
la maklum bahwa tubuhnya sudah terkena senjata beracun, dan ketua Hek-san-pang itulah satu-satunya orang yang mempunyai obat penawarnya, maka harus dia tang-kap. Dengan pikiran ini, Yo Wan menjadi nekat dan..... "byurrr.....!!" air laut yang hitam gelap itu untuk kedua kalinya muncrat ketika tubuh Yo Wan terjun ke dalamnya. Yo Wan inelihat di bawah sinar bulan yang remang-remang itu lawannya berenang ke tengah di mana terdapat beberapa buah perahu nelayan.
"Hemmm, ke manapun kau lari, jangan harap dapat terlepas dari tanganku," pikirnya dan dia merasa girang ketika mendapat kenyataan bahwa setelah berada agak ke tengah, ternyata laut itu tenang airnya, memudahkan dia berenang melakukan pengejaran. Perahu-perahu di depan itu adalah perahu yang berlabuh, kelihatannya sunyi dan gelap. Tak mung-kin kalau perahu nelayan berlabuh dalam keadaan gelap dan berada di tengah. Agaknya perahu-perahu bajak laut. Yo Wan tidak mempedulikan perahu-perahu itu. Ke manapun juga Yosiko pergi, akan dia kejar sampai dapat, karena kalau tidak, keadaannya bisa berbahaya. Mulailah dia menduga-duga. Agaknya senjata rahasia yang halus itu merupakan jarum-jarum kecil halus yang dapat menembus kulit dan menyusup ke bawah kulit sehingga kalau beracun maka racunnya dapat langsung terbawa oleh darah. Pundak kirinya mulai terasa kejang-kejang. Air laut mengurangi rasa sakit, akan tetapi makin lama pundaknya terasa makin kaku dan lengan kirinya hampir tak dapat digunakan lagi. la berenang mengandalkan kedua kaki dan lengan kanannya sehingga tiap kali tubuhnya miring ke kiri mukanya terbenam ke dalam air.
Akan tetapi girang hatinya karena agaknya Yosiko tak dapat berenang cepat, buktinya sebentar saja dia sudah hampir dapat menyusulnya. la mengerahkan tenaganya hergerak maju, berseru keras,
"Pangcu dari Kipas Hitam, berhentilah' Kauberikan obat pemunah racun dan baru aku mau memberi ampun kepadamu!"
Yosiko menoleh dan tertawa, kemudian, tiba-tiba lenyaplah kepala yang tertawa itu. Yo Wan terkejut. Celaka, pikirnya. Apakah orang itu tenggelam" Jangan-jangan kakinya diseret ikan buas! Kalau Yosiko kena celaka, berarti dia sendiri pun menghadapi bahaya maut. Akan tetapi tiba-tiba bulu tengkuknya meremang saking ngeri dan kagetnya ketika dia merasa betapa kakinya terjepit sesuatu dan dia ditarik ke bawah! Celaka, pikirnya, tentu ikan buas!
Yo-siko menjadi korban ikan buas dan kini ikan-ikan itu mulai menyambar kakinya dan Koleksi Kang Zusi431
Jaka Lola Kho Ping Hoo menarik ke bawah. Cepat dia me-ngerahkan tenaganya dan menggerakkan kaki sehingga sepatunya terlepas. Akan tetapi berbareng dengan terlepasnya sepatu kanannya, ikan yang menggigit kakinya itu pun terlepas.
Mendadak ada suara orang tertawa di sebelah belakangnya. Cepat dia menengok dan.....
kiranya Yosikp yang tertawa, mentertawakannya.
"Mana kegagahanmu,. Yo Wan" Agaknya di air kau tidak segagah di darat!"
Yo Wan menggerakkan tangan kanan meraih untuk menangkap lawan itu, akan tetapi tiba-tiba kepala itu lenyap lagi. Yo Wan terkejut dan maklumlah dia bahwa Yosiko kiranya adalah seorang ahli dalam air! Tentu yang mempermainkannya, yang mencopot sepatunya adalah Yosiko inilah! Berabe, pikirnya. Kalau harus bertanding di air, melihat gerakan Yosiko demikian cepatnya, dia pasti tak-kan berdaya. Benar saja, Yosiko muncul di sana-sini, main kucing-kucingan, sedangkan Yo Wan sudah payah dan lelah sekali.
Mendadak perahu-perahu yang sunyi dan gelap itu tiba-tiba menjadi terang benderang, agaknya ada tanda rahasia yang membuat orang-orang yang bersembunyi di dalam perahu secara serentak memasang lampu penerangan. Terdengar teriakan-teriakan gaduh.
"Itu dia! Benar dia kepala bajak Kipas Hitam. Serbu!
"Tangkap!"
"Bunuh.....!"
"Hadiahnya besar kalau bisa tangkap dia, hidup atau mati!"
"Mari serbu, hadiahnya bagi rata!"
Ramai sorak-sorai itu dan perahu-perahu hitam tadi mulai bergerak mengurung tempat Yo Wan dan Yosiko main kucing-kucingan di dalam air. Kemudian telinga Yo Wan yang tajam dapat me-nangkap mengaungnya suara anak-anak panah menyambar. la terkejut sekali, akan tetapi apa dayanya. Di dalam air, dia tidak dapat mengelak atau bergerak secepat di darat, apalagi pundak kirinya mulai kena pengaruh racun. Tiba-tiba..... "ceppp!" pundak kirinya sebelah belakang terkena anak panah yang menancap cu-kup dalam. Yo Wan mengeluh.
Yosiko mengeluarkan seruan kaget. "Cepat, tahan napasmu.....!" suara ini hanya terdengar seperti bisikan di dekat telinga Yo Wan, akan tetapi dia men-taatinya, menahan napasnya.
Sebagai i seorang ahli Iweekeh tentu saja hal ini mudah dilakukannya dan pada saat itu dia merasa betapa tubuhnya ditarik ke bawah permukaan air, lalu dibawa berenang sambil menyelam dengan kecepatan luar biasa. Beberapa menit kemudian Yo Wan tidak ingat apa-Koleksi Kang Zusi432
Jaka Lola Kho Ping Hoo apa lagi. Yo Wan bermimpi. la melihat seorang laki-laki sederhana, berpakaian seperti petani, namun berwajah tampan dan bersikap gagah, bersama seorang wanita cantik yang wajahnya diliputi kedukaan. Mereka tersenyum-senyum kepadanya, melambatkan tangan ketika mereka berjalan meninggalkannya.
"Ayah..... ibu.....!" Yo Wan memanggil, mengeluh karena tidak dapat menggerakkan tubuh untuk mengejar mereka.
la merasa seperti dalam neraka. Api neraka membakarnya, tenaganya habis dan dia tidak berdaya menyingkir dari-pada api yang mengelilinginya itu. Dada-nya terasa sesak, kepalanya panas dan serasa hanipir meledak. Sekali lagi dia memanggil ayah ibunya untuk minta pertolongan, namun mereka sudah terlalu jauh, hanya tampak bayang-bayang mereka saja, tidak jelas lagi. Betapapun, Yo Wan masih dapat mengenal mereka, ayah-nya yang gagah berani, ibunya yang cantik peramah.
Tiba-tiba muncul bayangan seorang gadis jelita. Sejenak dia bingung dan tidak mengenal siapa gadis ini. Wajahnya aneh, sebentar seperti Siu Bi, kemudian berubah seperti Lee Si, berubah lagi seperti wajah Bu Cui Kim, akhirnya menjadi wajah Cui Sian. Girang hatinya.
Berdebar jantungnya. Mulutnya bergerakl hendak memanggil Cui Sian, akan tetapi rasa malu dan rendah diri menahan niatnya. Cui Sian puteri Raja Pedang, mana bisa disejajarkan dengan dia" Dia seorang jaka lola, miskin dan bodoh.
Mendadak semua bayangan itu ienyap. Yo Wan kecewa dan menyesal, mencari-cari Cui Sian, namun gadis itu tetap tidak tampak lagi. Sadarlah dia daripadaj mimpi, sebuah rnimpi kacau balau ketikaj dia pingsan. Kini terasa betapa tubuhnyaj panas sekali dan sakit-sakit. la mengeluh, membuka matanya, heran dan bingung. Teringat dia kini betapa dia tenggelam, menahan napas, kemudian dibawa berenang di bawah permukaan air oleh Yosiko. Otomatis dia menahan napasnya, takut kalau-kalau air memasuki hidung dan mulut. Akan tetapi dia tidak merasakan air lagi di sekeliling tubuhnya. Perlahan dibukanya mata yang tadi dia tutup kembali. Sekali lagi dia melihat bahwa dia tidak berada di dalam air, kini lebih jelas. Ada air tampak olehnya, namun di bawah, dan dia rebah di atas sebuah perahu yang bergerak perlahan dan tenang. Badannya panas seperti ter-bakar, pundak kirinya sakit sekali. Teringatlah dia bahwa pundaknya terluka oleh senjata rahasia beracun yang di-lepas oleh Yosiko. Di manakah dia sekarang" Masih hidupkah perjalanan menuju ke alam baka melalui sungai dan naik perahu" Kembali dia mengeluh, tenggorokannya terasa haus bukan main. la mengumpulkan tenaga dalam tubuhnya yang lemas, mencoba untuk bangkit dan duduk.
"Uuhhh....." Pundak kirinya terasa sakit sekali dan ketika tangan kanannya meraba, kiranya di pundak kiri sebelah belakang masih menancap sebatang anak panah! Teringatlah kini Yo Wan bahwa sebelum dia tenggelam, ada anak panah yang mengenai pundaknya.
Koleksi Kang Zusi433
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Ee-e-eee..... tidak boleh bangun dulu...... kau harus rebah terus, miring kanan....." tiba-tiba terdengar suara halus seorang wanita dan jari-jari tangan yang halus pula merangkul pundak kanannya, kemudian dengan tekanan perlahan menyuruh dia rebah kembali, terlentang agak miring ke kanan agar anak panah di pundak kirinya tidak menyentuh lantai perahu.
Yo Wan serasa mengenal suara ini, dan ini membuat hatinya kecewa. Ketika untuk pertama kali mendengar suara wanita tanpa melihat orangnya, sepenuh hatinya dia mengharapkan bahwa orang itu Cui Sian adanya. Akan tetapi kini dia merasa pasti bahwa itu bukanlah suara Cui Sian, dan kenyataannya ini mengecewakan hatinya. Suara siapakah" Serasa mengenalnya, akan tetapi dia tidak dapat memastikan siapakah wanita ini. Setelah rebah, dia memutar leher dan memandang. Seorang gadis cantik jelita sedang sibuk mendayung perahu itu. Gadis itu memandangnya dengan bibir tersenyum dan mata bersinar-sinar. Mata itu! la tidak mengenal wajah ini, akan tetapi dia mengenal benar mata itu. Di mana gerangan" Dan suara itu! Payah Yo Wan mengingat-ingat, namun dia tetap tidak tahu di mana dan bila rnana dia pernah mendengar suara ini dan melihat mata itu. Rasa panas menyesakkan napasnya.
"Uhh-uhhh...... panas...... haus....." bisiknya.
Gadis itu dengan gerakan perlahan menancapkan sebatang bambu panjang ke bagian yang dangkal di pinggir sungai dan perahu itu kini terikat pada bambu. Kemudian dia nienghampiri Yo Wan.
"Haus" Minumlah ini, jangan banyak-banyak. Kau terserang demam, akan tetapi tidak berbahaya, jangan khawatir. Nanti setelah tiba di hutan Jeng-hwa-lim (Hutan Seribu Bunga), di sana banyak obat untuk mengusir demam, juga untuk menahan keluarnya darah. Karena itu, biar sementara kita diamkan anak panah itu, sesampainya di sana baru dicabut."
Gadis itu bicara dengan halus dan ramah seakan-akan mereka sudah men-jadi kenalan baik sejak bertahun-tahun. Tiada canggung, tiada keraguan, tidak sungkan-sungkan lagi.
Siapakah gadis jelita ini" Matanya begitu tajam dan bening, bersinar-sinar seperti bintang pagi yang pada saat itu masih berkedap-kedip di angkasa, menghias pagi yang dingin.
Hidungnya kecil mancung, menjadi imbangan yang manis dari bibirnya yang lunak, merah dan berbentuk indah.
"Kau siapakah, Nona?" Tak tahan lagi Yo Wan bertanya, matanya memandang wajah itu, akan tetapi keningnya berkerut-kerut menahan sakit.
Sebelum menjawab, gadis itu mengulurkan tangan kanannya. Gerakan ini membuat ujung lengan bajunya tersingkap dan tampaklah lengannya yang berkulit putih halus sampai ke Koleksi Kang Zusi434
Jaka Lola Kho Ping Hoo siku membayang-kan di balik lengan baju. Jari-jarinya kecil meruncing dengan kuku mengkilap terpelihara. Tangan halus itu dengan gerakan lembut dan mesra menyentuh dahi Yo Wan seperti biasanya orang hendak melihat panas seorang terserang demam. Kemudian dicabutnya sehelai saputangan merah muda dari balik baju-nya dan dihapusnya dahi yang penuh keringat itu, terus ke pipi dan leher Yo Wan. Biarpun sedang menderita demam dan sakit, perbuatan ini membuat jantung Yo Wan berdebar jengah dan malu. Si-apakah gadis ini yang begini mesra dan begini telaten merawathya"
"Kau..... kau siapa.....?" tanyanya lagi. "Kau minum dulu ini, bukankah tadi kau bilang haus?"
kata si gadis yang tanpa ragu-ragu menyorongkan lengan kirinya yang kecil ke bawah leher Yo Wan, mengangkat kepala pemuda itu ke atas sedikit, kemudian tangan kirinya mendekatkan sebuah cawan ke mulut .Yo Wan. Pemuda ini merasai hal yang aneh di dalam hatinya. Seluruh isi dadanya serasa bergejolak, darahnya berdenyar-denyar dan bergelora.
Betapa tidak" Biarpun usia Yo Wan sudah cukup dewasa, sudah dua puluh delapan tahun, namun baru kali ini lehernya dirangkul lengan seorang wanita! Kepalanya seakan-akan bersandar kepada pundak dan dada orang, hidungnya mencium keharum-; an yang asing baginya, dan hampir saj'a dia tidak sanggup menelan air yang diminumnya karena tenggorokannya serasa tercekik. Namun, sebagai seorang ahli tapa, dia dapat menenteramkan hatinya dan biarpun dia sedang menderita sakit, dia dapat merasa betapa lengan kiri yang lembut dan kecil halus itu mengandung tenaga yang hebat!
"Siapakah kau, Nona?" tanyanya lagi setelah gadis itu merebahkannya kembali.
Si gadis tersenyum. Dekik kecil pada ujung mulut sebelah kiri membuatnya manis sekali.
Dekik pipi kiri ini meng-ingatkan Yo Wan akan sesuatu, akan tetapi dia tidak tahu benar apa dan siapakah "sesuatu" itu. Hanya dia merasa pasti bahwa pekik ini bukan baru sekarang dia lihat!
"Apakah kau tidak bisa menduga" Aku adalah adik dari ketua Kipas Hitam! Kau teriuka dan hampir celaka di laut, kakakku menolongmu, kemudian menyerah-kan kepadaku untuk merawatmu sampai sembuh."
Yo Wan memandang penuh perhatian. Salahkah dugaannya" Betulkah Yosiko ketua Kipas Hitam itu mempunyai seorang adik perempuan" Wajahnya serupaj benar dan kini teringatlah dia bahwa sinar mata dan dekik pada ujung mulut itu dia lihat pada wajah Yosiko! Hemmm, gadis ini adalah Yosiko sendiri, dia hampir merasa pasti akan hal itu. Hanya ada sebuah kemungkinan, yaitu bisa juga gadis ini adiknya, akan tetapi adik kembar. Hanya adik kembar yang mempunyai persamaan seperti ini, bagai pinang dibelah dua. Akan tetapi, andaikata benar adiknya, mengapa begini hebat" Sebaliknya, apabila gadis ini adalah Yosiko sendiri, mengapa harus seaneh ini sikapnya"| la tidak mau meributkan soal itu, mengingat akan keadaannya. Akan tetapi diapun tidak mau berhutang budi kepada kepala bajak.
Dengan menahan rasa sakit, Yo Wan bangun lagi, tidak peduli akan cegahan gadis itu.
Koleksi Kang Zusi435
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Eh, jangan bangun...... kau mau apa.,...?" Gadis itu bertanya, memegang lengannya.
"Aku..... aku harus pergi dari sini."
"Eh, jangan! Kau masih terluka hebat, racun di pundakmu belum keluar habis, dan anak panah itu berbahaya sekali. Kau hendak pergi dari sini, pergi kemanakah?"
"Aku harus menolong muda-mudi dari Lu-liang-san. Di mana mereka" Dan apa yang terjadi?"
Kini mereka duduk berhadapan di atas perahu dan terlihatlah kini dengan jelas oleh Yo Wan bahwa gadis di depannya itu benar cantik jelita, akan tetapi pada wajah yang elok itu terbayang sifat liar dan terbuka, bebas dan lincah seperti terdapat pada wajah Siu Bi si gadis liar dari Go-bi-san. G&dis ini masih muda, takkan lewat dua puluh tahun usianya. Melihat kulit muka dan kulit tangan yang agak gelap dapat diduga bahwa gadis ini banyak berada di alam terbuka, banyak terkena sinar matahari. Bagian yang pa-ling menank pada wajahnya adalah mata dan mulut.
Mendengar pertanyaan Yo Wan tentang muda-mudi dari Lu-liang-san, mataJ gadis itu berkilaf. "Bocah-bocah kurangi ajar itu! Menyesal mengapa aku tidakj membunuh mereka saja. Hemmm, semestinya kakakku membunuh mereka danl melempar mayat mereka ke laut agar menjadi makanan ikan hiu, ketika mereka kena tawan!"
Yo Wan mengerutkan kening. Benar-benar gadis ini seperti Siu Bi, liar, ganas. Akan tetapi, ucapan itu rnelegakan hatiriya karena kegemasan gadis itu sudah jelas menyatakan bahwa muda-mudi Lu-liang-san itu tidak tewas, mungkin sudah bebas. Kelegaan hati ini membuatnya tersenyum, tapi karena pundaknya terasa nyeri, senyumnya menjadi senyum me-nyeringai masam.
"Apa yang terjadi" Siapakah orang-orang di dalam perahu yang menyerang kita..... eh, yang menyerang aku dan..... kakakmu?"
"Mereka itu adalah orang-orang yang! dipimpin oleh Jenderal Bun di Tai-goan dipimpin oleh putera jenderal itu sendiri. Mereka berusaha hendak menangkap..... kakakku. Hemmm, tikus-tikus itu mana mampu menangkap ketua KipasHitam" Apalagi membasrm Kipas Hitam! Kau-llhat saja betapa kami akan menghancurkan mereka nanti."
Diam-diam Yo Wan terkejut. Kiranya mereka yang menyergapnya dengan Yo-siko, yang telah melukai pundaknya, ada-lah orang-orang pemerintah yang bermak-sud menibasmi bajak laut. Dan dalanrl kegelapan malam tentu saja dia yang bersama-sama dengan Yosiko disangka bajak pula! Diam-diam dia mengeluh.
Koleksi Kang Zusi436
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Dan mereka itu, muda-mudi Lu-liang-san itu, bagaimana dengan mereka?"
"Uh, mereka" Biar dimakan setan rieraka mereka itu. Mereka bergabung dengan orang-orang Tai-goan, menyebar kematian di antara anak buah kami. Awas kalau nnereka terjatuh ke tanganku!" Yo Wan girang sekali. Tak salah du-gaannya dan tak salah ketika dia mem-bahtu muda-mudi Lu-liang-san itu. Mereka adalah pendekar-pendekar muda yang perkasa, sedangkan Yosiko, dan..... adiknya ini kalau benar adiknya, serta semua anak buahnya adalah bajak laut-bajak laut yang ganas dan patut dibasmi. Berpikir demikian, tiba-tiha dia merasa malu. Mengapa dia harus membiarkan dirinya dirawat oleh seorang peminipin bajak laut" Kalau para pendekar kang-ouw mengetahuinya, alangkah akan rendah dan malunya.
Pikiran ini membuatj dia serentak bangkit.
Gadis itu kaget. "Eh, mau apa kau" Mau ke mana?"
"Aku harus pergi dari sini! Harus!" la mengeluh karena pundak kirinya sakit sekali. Dengan tangan kanan dia meraba ke belakang pundak kiri, memegang gagang anak panah dan mengerahkan tenaga mencabutnya. Anak panah tercabut, darah muncrat keluar dan gadis itu menjerit berbareng dengan robohnya tubuh Yo Wan, pingsan di atas perahu!
Gadis itu cepat menerima tubuhnya sehingga tidak sampai terbanting, lalu dengan cekatan dan kelihatan ringan sekali dia memondong tubuh Yo Wan ke darat dan berlari-Iarilah gadis itu menuju ke sebuah hutan yang penuh dengan bunga, hutan Jeng-hwa-lim. Bagaikan berlarian di dalam taman bunga miliknya sendiri, gadis itu dengan cepatnya menuju ke sebuah gua yang berada di hutan ini. indah sekali tempat ini. Letaknya tepat di tepi Sungai Kuning yang terjun ke dalam air Laut Po-hai, lembah yang subur dan indah. Air sungai yang amat tenang itu mengalir tak jauh di depan gua.
Apa yang diceritakan oleh gadis itu kepada Yo Wan memang tidak bohong. Orang-orang di dalam perahu-perahu sunyi gelap pada malam hari itu, bukan lain adalah orang-orang Bun-goanswe yang berusaha membasmi dan menangkap ketua bajak laut, dipimpin sendiri oleh Bun Hui, pemuda putera Bun-goanswe yang tampan dan gagah perkasa.
Adapun Hwat Ki dan Cui Kim, ketika sadar daripada pengaruh obat memabukkan di dalam gedung tempat tinggal ketua Kipas Hitam, roboh kembali oleh Yo Wan yang menyelamatkan mereka daripada sambaran senJata-senjat.i rahasia ampuh dan berbahaya yang dilontarkan oleh si ketua Kipas Hitam. Namun se-bagai orang-orang yang memiliki kepan-daian tinggi, Hwat Ki dan sumoinya sudah meloncat bangun lagi. Mereka tahu bah-wa pemuda sederhana yang membantu mereka itu telah terluka dan kini me-ngejar Yosiko, maka serentak mereka berdua pun meloncat melakukan pengejaran. Akan tetapi begitu tiba di depan gedung, mereka dihadang oleh banyak sekali anak buah bajak laut Kipas Hitam yang bersenjata lengkap. Kemat-ahan Hwat Ki dan sumoinya memuncak. Mereka tadi sudah memungut pedang masing-masing dan kini sambil berseru inarah muda-mudi Lu-liang-pai ini Koleksi Kang Zusi437
Jaka Lola Kho Ping Hoo mengamuk. Pedang mereka berkelebatan bagaikan dua ekop naga sakti yang menyambar-nyambar.
Namun para pengeroyok mereka ter-nyata bukan orang-orang sembarangan pula. Barisan bajak yang mengeroyok mereka berdua dipimpin oleh tiga orang kakek yang tadi dikalahkan Yo Wan. Agaknya maklum bahwa yang hendak dikeroyok adalah dua orang muda per-kasa, maka yang maju adalah anggauta-anggauta bajak laut pilihan yang sedikit banyak sudah memiliki kepandaian silat lumayan.
Seorang demi seorang, para bajak laut itu mulai roboh. Akan tetapi yang datang membantu jauh lebih banyak daripada yang roboh, sedangkan muda-mudi Lu-liang-pai ini masih agak pening karena pengaruh racun tadi, maka keduanya lalu beradu punggung dan mempertahankan diri daripada hujan senjata dari kanan kiri. Mereka dapat merobohkan seorang dua orang, akan tetapf tidak mampu keluar daripada kepungan yang makin tebal itu. Agaknya para bajak sudah mendapat instruksi dari atasannya untuk bertahan sampai dua orang itu dapat ditangkap atau dibunuh. Keadaan ini bukan tidak berbahaya. Hwat Ki maklum akan hal ini maka sambil mengeluarkan teriakan keras dia menubruk maju, tas ngan kirinya menggunakan pukulan-pukulan Cheng-tok-ciang dan terdengarlah pekik berturut-turut ketika empat orang roboh oleh pukulan dahsyat ini!
Akan tetapi, pukulannya yang dahsyat dan berhasil baik ini ternyata malah mendatangkan malapetaka, karena tiga orang kakek itu yang melihat akan hebatnya Cheng-tok-ciang, lalu memben aba-aba dan kini para bajak menggunakan obor untuk mengurung Hwat Ki dan Cui Kim! Pucat wajah kakak beradik seper-guruan ini. Menghadapi senjata-senjata tajam dari para pengeroyok, mereka masih mampu mempertahankan diri. Akan tetapi kalau begitu banyaknya pengeroyok menggunakan api untuk menyerang, celakalah mereka!
"Sumoi, terjang ke kiri, cari jalan keluar melalui darah mereka!" teriak Hwat Ki kepada adik seperguruan itu. la mendapatkan akal untuk menggabung tenaga menerjang ke kiri, membuka jalan berdarah.
Cui Kim mengerti akan maksud suhengnya, maka dia segera memutar pedangnya sedemikian cepatnya sehingga seorang pengeroyok yang tidak sempat menangkis, terbabat putus bahu kiri berikut lengannya. Orang itu menjerit ngeri dan roboh. Akan tetapi Cui Kim terpaksa meloncat mundur lagi karena ada empat orang yang menyorongkan obor kepadanya. la merasa ngeri juga dan takut. Api adalah benda yang amat berbahaya Sekali mencium ujung pakaiannya, akibatnya tentu amat mengerikan.
Hwat Ki juga berhasil merobohkan dua orang, akan tetapi para bajak itu ternyata dipimpin oleh orang-orang yang pandai juga, karena agaknya mereka tahu akan niat dua orang muda ini sehingga begitu mereka berdua menerjang ke kiri, bagian ini diperkuat sehingga sukarlah untuk membobolkannya.
Koleksi Kang Zusi438
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Gunakan jala!!" Tiba-tiba terdengar perintah dan para bajak itu kini menyeret jala ikan.
Ketika mereka mulai menggunakan benda ini, Cui Kim dan Hwat Ki makin kaget. Kiranya jala ikan itu me-reka lemparkan ke arah kaki kakak ber-adik ini. Hwat Ki dan Cui Kirn cepat meloncat, akan tetapi obor-obor menyala menyambut mereka sehingga terpaksa mereka turun lagi nnenginjak jala. Dapat dibayangkan sukarnya orang bersilat di atas jala-jala ikan yang malang-rnelintang. Tiba-tiba terdengar Cui Kim memekik karena gadis ini terlibat kakinya dan terguling! Seorang bajak laut cepat me-nlubruk maju, karena para bajak yang terdiri daripada orang-orang kasar dan liar itu di dalam hati saling berlomba untuk dapat raenangkap si gadis cantik dari Lu-liang-san agar sebelum menyerahkannya kepada ketua, mereka dapat memuaskan kekurangajaran mereka. Bajak yang me-nubruk maju ini berseru girang karena dia merasa menang dalam perlumbaan ini, lebih dulu memeluk Cui Kim. Akan tetapi seruan girang itu berubah seketika pekik mengerikan ketika lehernya di-tembusi pedang yang berada di tangan Cui Kim. Sebagai seorang anak murid Lu-liang-pai yang terkasih, tentu saja gadis ini bukan seorang gadis sembarang-an. Biarpun dia sudah terlibat dan jatuh terguling, namun dalam robohnya dia sudah dapat membalikkan tubuh dan bersiap dengan pedangnya. Maka begitu ada baj'ak yang menubruknya, pedangnya bergerak dan berhasil menusuk tembus leher si bajak, sehingga bajak itu tewas seketika sambil membawa nafsu kekurang-ajarannya ke neraka!
Cui Kini kaget sekali ketika pedang-nya sukar dicabut kembali. Agaknya pe-dang ini menembus tulang, maka tidak--lah begitu mudah dicabut, padahal pada saat itu, tiga orang bajak yang melihat kawannya mati dalam keadaan mengeri-kan, segera maju dengan obor dan golok di tangan. Cui Kim sudah meramkan mata menanti datangnya maut, akan tetapi ia segera membuka matanya kem-bali ketika di sampingnya roboh ber-debukan tiga orang bajak laut itu. Cepat ia bangkit berdiri dan sekuat tenaga menarik pedangnya, sambil melirik gi-rang kepada suhengnya yang dapat menolongnya dalam waktu yang tepat. Akan tetapi suhengnya kelihatan lelah sekali, juga dia merasa amat lelah biarpun kinl berhasil membebaskan kakinya dari libatan jala.
Pada saat kedua orang jago muda dari Lu-liang-pai ini amat terancam kedudukannya, tiba-tiba terdengar sorak-sorai yang riuh-rendah dan kacaulah ba-risan para bajak laut. Mereka yang me-ngeroyok Hwat Ki dan Cui Kim makin berkurang dan akhirnya sisa daripada mereka yang roboh tewas, membuang obor mereka dan melarikan diri, menghilang ke dalam gelap setelati terdengar tanda suara seperti terompet.
Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apakah yang terjadi" Selagi Hwat Ki dan Cui Kim menduga-duga dengan hati lega karena terbebas daripada bahaya, tiba-tiba muncul seorang pemuda yang memegang pedang yang berlepotan darah.
"Saudara Hwat Ki.....! Syukur kau dan sumoimu selamat.....!"
"Eh, Bun-lote (adik Bun)! Kiranya kau yang menolong kami" Dengan siapa kau datang?" kata Koleksi Kang Zusi439
Jaka Lola Kho Ping Hoo Hwat Ki gembira ketika mengenal pemuda itu yang bukan lain adalah Bun Hui.
"Dengan pasukan khusus dari Tai-goan, dibantu pasukan dari Cin-an! Bajak laut Kipas Hitarn itu harus dibasmi, mereka mengganas di mana-mana. Kau melihat ketuanya" Di mana dia?"
"Lari, tadi dikejar oleh saudara baju putih yang lihai. Mudah-mudahan tertangkap," kata Hwat Ki.
"Ke mana larinya?"
"Ke sana!" kata Cui Kim yang juga girang melihat putera jenderal ini, yang pernah ia jumpai ketika pemuda itu naik ke puncak Lu-liang-san untuk bertemu dengan suhunya.
"Mari kita kejar!" Mereka bertiga mengejar ke luar dan ternyata di sekitar tempat itu sudah penuh dengan anak buah yang dibawa Bun Hui. Akan tetapi ketika mereka tiba di tepi laut di mana anak buah Bun Hui dengan perahu-perahu mereka mengepung Yosiko, mereka kecewa mendengar betapa ketua Kipas Hitam itu berhasil melenyapkan diri sambil menyelam.
Yang amat khawatir dan kaget hatinya adalah Hwat Ki dan Cui Kim. Me-reka mendengar dari orang-orang keraja-an ini bahwa mereka berhasil memanah seorang pemuda, entah ketua Kipas Hitam entah bukan karena tadinya ada dua orang pemuda yang berenang seakan-akan berkejaran atau hendak melarikan diri. Hwat Ki dan sumoinya khawatir, jangan-jangan penolong mereka itu yang terkena anak panah!
Mereka semua harus terus melakukan pengejaran dan mencari-cari. Hwat Ki dan sumoinya memisahkan diri, juga mereka berdua mencari. Kalau Bun Hui dan para anak buahnya mencari jejak para bajak laut yang hendak mereka basmi, adalah kedua orang muda dari Lu-liang-san ini mencari jejak pemuda baju putih yang telah menolong mereka. Mereka berdua dapat membayangkan betapa ber-bahayanya keadaan mereka ketika mere-ka roboh oleh makanan yang mengandung racun. Mereka sudah pingsan dan tidak berdaya sama sekali. Entah apa yang akan dilakukan oleh ketua Kipas Hitam kepada mereka dalam keadaan pingsan itu. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya kalau saja tidak muncul pemuda baj'u putih yang demikian aneh, yang tadinya; sudah mereka lihat di dalam restoran di dusun Leng-si-bun. Melihat cara pemuda pakaian putih itu menggempur Yosiko dan membuat ketua Kipas Hitam itu terdesak hebat, sudah membuktikan bahwa pemuda baju putih itu lihai bukan main. Mereka mencari terus, mencari di sepanjang lembah Huang-ho, menyusuri pantai Sungai Kuning ini.
Koleksi Kang Zusi440
Jaka Lola Kho Ping Hoo Sementara itu, Yo Wan sadar dari pingsannya. Tubuhnya terasa enak dan nyaman, akan tetapi lemas sekali. Cepat dia ingat akan segala peristiwa yang menimpa dirinya, maka segera dibukanya matanya. Heran dia ketika mendapatkan dirinya rebah di atas pembaringan yang terbuat daripada kayu kasar sederhana, dan berada di dalam sebuah gua yang gelap. akan tetapi harus dia akui bahwa gua ini bersih sekali, kering dan dari luar masuk bau semerbak harum dibawa oleh siliran angin. Ketika dia melihat tubuhnya, dia merasa heran sekali karena bajunya sudah terganti dengan baju baru yang berwarna putih, terbuat daripada sutera. Baju ini bersih dan baru, jauh bedanya dengan bajunya sendiri yang sudah agak kumal. Juga sepatunya yang lenyap ketika dia bergumul dengan Yo-siko di dalam laut, kini telah mendapat pengganti berupa sepatu baru yang mengkilap. Yo Wan terheran-heran. Tentu gadis adik Yosiko itu yang memberi semua ini, karena dia sudah teringat akan peristiwa di atas perahu. Tiba-tiba wajahnya menjadi merah sekali. Tak mungkin! Siapa yang menggantikan pakaiannya selagi dia pingsan" Apakah gadis jelita itu"
Teringat akan ini, Yo Wan melompat bangun, jantungnya berdebar-debar. la mengeluh karena merasa jantung dan isi dadanya seakan-akan ditusuk-tusuk pisau. Tiba-tiba dia terbatuk dan darah segar menyembur keluar dari mulutnya.
Terdengar suara kaki berlari-lari ri-ngan memasuki gua. Gadis jelita itu masuk, bagaikan dewi. Akan tetapi yang sedang cemas, matanya yang indah terbelalak, kedua tangannya berkembang, dan inulutnya yang kecil berseru kaget, "Ah, kau sudah sadar...... jangan berdiri, berbaringlah dulu. Yo Wan, kau terluka parah.....!"
Hanya dengan pengerahan tenaga dalamnya Yo Wan dapat menahan dorongan dari dalam untuk batuk dan mun-tah darah. la kaget bukan main dan tahu-lah dia bahwa dia betul-betul telah menderita luka yang hebat di sebelah dalam tubuhnya. Akan tetapi dia merasa malu kalau harus berbaring lagi, malu karena gadis ini sudah menggantikan pakaiannya.
Sungguh tak tahu malu! Wajahnya men-jadi merah sekali dan hampir dia tidak berani menentang pandang mata itu.
"Aku..... aku harus pergi....." Ia me-maksa bibirnya berkata demikian, sungguhpun hatinya merasa tidak enak. Gadis itu sudah begitu baik kepadanya, agaknya sudah mengobati luka di pundaknya karena pundak itu tidak terasa sakit lagi.
Dengan tenang akan tetapi ramah dan bebas, gadis itu melangkah dekat, memegang tangan Yo Wan sambil menuntunnya setengah memaksa, duduk di atas pembaringan kayu. Yo Wan merasa halusnya kulit tangan, kehangatan yang ke-luar dari jari-jari tangan kecil itu menjalari seluruh tubuhnya, membuat dla menjadi makin bingung dan memaksanya untuk tidak membantah.
"Yo Wan, ketahuilah. Biarpun luka di pundakmu sudah tidak berbahaya lagi, akan tetapi agaknya anak panah itu ter-lalii dalam menghunjam di tubuhmu, mungkin melukai bagian penting dalam dadamu. Tadi kaumuntahkan banyak da-rah, sudah kubersihkan, terpaksa Koleksi Kang Zusi441
Jaka Lola Kho Ping Hoo kuganti pakaianmu dengan pakaian bersih. Tapi Sekarang kau batuk-batuk lagi. Kau berbaringlah! Aku bukan ahli pengobatan, akan tetapi aku maklum bahwa dalam keadaan seperti ini, tak baik kau mengerahkan tenaga dan menggerakkan tubuh. Lebih baik kau berbaring, biar kuberi minuman yang mengandung khasiat me-nguatkan tubuh, kemudian akan mencari seorang tabib yang pandai untuk mengobatimu."
Mendengar ucapan ini, diam-diam Yo Wan kaget dan bingung. Omongan gadis ini sama sekali tidak mengandung maksud buruk, bahkan amat baik dan mem-buat dia berhutang budi.
"Kenapa..... kenapa kau melakukan hal ini kepadaku?" tanyanya, suara lemah, akan tetapi karena maklum akan kebenaran kata-kata gadis itu, dia tidak membantah lagi dan membaringkan tubuhnya.
Gadis itu memandang kepadanya, agaknya terheran mengapa Yo Wan masih bertanya macam itu. Akan tetapi ketika pandang mata mereka bertemu, tiba-tiba warna merah menjalar ke arah ke-dua pipi sampai ke telinga, dan..... aneh sekali, gadis itu menundukkan muka sambil menyembunyikan senyum dikulum. Apa-apaan ini, pikir Yo Wan, namun jantungnya berdebar lagi sehingga dia harus cepat-cepat mengerahkan sinkang untuk menekan perasaannya yang berdebar dan yang akan menjadi bahaya bagi keselamatannya.
"Yo Wan, kau telah mengalahkan ketua Kipas Hitam, ingat" Kepandaian kakakku itu bukan apa-apa bagimu, kau jauh lebih lihai, sepuluh kali lipat lebih lihai darjpada kakakku. Karena itu, sudah sewajarnya dan seharusnya kalau aku merawatmu."
Yo Wan meramkan mata, mengingat-ingat. Teringat dia akan ucapan Yosiko ketika hendak bertanding menghadapi Hwat Ki. Yosiko menyatakan bahwa adik perempuannya menghendaki jodoh yang dapat mengalahkan Yosiko! Dan kini, adik Yosiko ini agaknya kagum akan kepandaiannya. Celaka! Hampir Yo Wan melompat bangun, kalau saja tidak merasa betapa dadanya yang sebelah kiri sakit. Ini hanya berarti bahwa gadis liar dan bebas ini..... telah memilihnya sebagai calon jodoh!
Ah, gerak-gerik gadis ini! Sepasang mata dan senyum itu! Salahkah dugaannya bahwa Yosiko ketua Kipas Hitam adalah penyamaran gadis ini" Akan tetapi mengapa gadis ini mengaku sebagai adik ketua Kipas Hitam" Andai-kata betul gadis ini adiknya, dapat dipastikan bahwa mereka tentulah saudara kembar, karena serupa benar wajah dan gerak-geriknya. Hanya pakaian saja yang berbeda!
Sambil berbaring di atas dipan kayu itu. Yo Wan mengingat-ingat. Hatinya girang kalau dia teringat akan muda-mudi dari Lu-liang-san itu, terutama melihat betapa Tan Hwat Ki, cucu Raja Pedang, ternyata adalah seorang pemuda yang gagah perkasa, patut menjadi cucu Raja Pedang, patut menjadi keponakan..... Cui Sian! Berpikir sampai di sini, mendadak saja semua lamunannya lenyap, yang tampak dan teringat hanya gadis puteri Raja Pedang itu, Koleksi Kang Zusi442
Jaka Lola Kho Ping Hoo Cui Sian! "Mengapa" Sakit sekalikah rasanya" Kau mengasolah, biar besok aku pergi mengundang seorang tabib yang pandai."
Yo Wan tidak menjawab, hanya mengangguk, akan tetapi keningnya berkerut. la telah dirawat oleh keluarga bajak laut yang mengganas di pesisir Laut Po-hai! la berada di tangan orang jahat, akan tetapi "orang jahat" itu justeru merawat lukanya yang menjadi akibat serangan anak panah seorang anggauta pasukan pemerintah! Gadis ini mencurigakan sekali.
Apa alasannya merawat dia yang terang-terang memusuhi ketua Kipas Hitam" Tak mungkin!
Gadis mi amat cantik jelita, dan kalau benar adik ketua Kipas Hitam, berarti seorang yang memiliki kedudukan, biarpun hanya menjadi ketua Hek-san-pang. Mana mungkin se-orang gadis jelita seperti ini mencintainya! Lalu apa kehendaknya" Merawat seorang musuh. Tentu ada apa-apa yang tersembunyi di balik perawatan ini. Mendadak dia merasa amat mengantuk. Rasa kantuk yang tak tertahankan. Ingat dia akan obat yang diminumnya tadi, yang di-minumkan oleh gadis itu. Kecurigaannya makin menebal. Jangan-jangan dia diberi minum obat bius. ia ingin melompat, ingin menangkap gadis itu dan memaksanya membuat pengakuan, akan tetapi rasa kantuknya tak dapat dia tahan lagi dan di lain saat Yo Wan sudah jatuh pulas.
Suara orang bercakap-cakap dengan bisikan-bisikan lirih membuat dia sadar dari tidurnya.
Akan tetapi Yo Wan tidak segera membuka mata, melainkan mem-perhatikan percakapan itu dengan heran. Ada dua orang bicara, seorang adalah gadis yang merawatnya, yang seorang lagi tentu seorang wanita pula, suaranya merdu dan tekanan kata-katanya tegas.
"la kelihatan lemah, aku tidak percaya....." kata suara ke dua.
"Pernahkah aku membohong?" kata suara si gadis, manja dan marah. "la hebat kau sendiri takkan mampu menang....."
"Hemmm, sebelum meneoba, maneT aku bisa percaya obrolanmu?"
Yo Wan membuka sedikit pelupuk matanya. Dari balik bulu matanya dia melihat pakaian-pakaian tergantung di atas, agaknya pakaian-pakaian yang baru habis dicuci. Kelihatan olehnya pakaian-nya sendiri, dan pakaian sutera putih, pakaian Yosiko! Ah, lagi-lagi pakaian ketua Kipas Hitam, kalau pakaiannya berada di sini, bahkan bisa memberi pinjam pakaian kepadanya, orangnya tentu di sini pula. Dan siapa lagi kalau bukan gadis ini orangnya"
"Tampan sekali dia tidak, juga tidak muda lagi, sedikitnya enam tujuh tahun lebih tua dari padamu...... hemmm, aku khawatir kau salah pilih....."
Koleksi Kang Zusi443
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Lihat, dia sadar....."
"Biar kucoba dia!"
Yo Wan cepat menggunakan ginkangnya untuk membuang tubuhnya dari atas pembaringan ketika dia mendengar desir, angin pukulan yang menggetar-getar. Angin pukulan itu tidak mengenai dirinya, menyambar pembaringan kayu, akan tetapi tidak menimbulkan kerusakan pada pembaringan itu, melainkan tikar yang menjadi tilam pembaringan seperti ter-tiup angin. Diam-diam Yo Wan terkejut. Lweekang wanita itu hebat, akan tetapi jelas bahwa wanita itu tidak mengirim pukulan maut, mungkin inilah yang dimaksudkan dengan mencoba atau meng-ujinya! Cepat dia membalikkan tubuh dan memandang. Kiranya di samping gadis itu berdiri seorang wanita setengah tua yang cantik pula, sikapnya keren, sepasang matanya tajam membayangkan kekerasan hati, bentuk mukanya serupa benar dengan gadis itu, dan di punggung wanita setengah tua ini tersembul gagang sebuah pedang. Yang amat berbeda dengan gadis itu adalah pakaiannya. Kalau gadis itu mengenakan pakaian serba putih dengan hiasanwarna merah muda, adalah wanita setengah tua itu pakaiannya serba hitam.
Yo Wan hendak bertanya, namun dia tidak d|beri kesempatan lagi karena wanita itu sudah menerjangnya dengan pedang di tangan. Serangan-serangannya hebat dan ganas sekali, namun amat indah seperti orang menari-nari. Menyaksikan ilmu pedang ini, jantung Yo Wan berdebar. Ilmu pedang hebat! Serupa benar dengan ilmu pedang yang pernah dilihatnya dalam permainan pedang Cui Sian. Indah seperti tarian, namun me-ngandung daya serang yang amat ganas! Dan gerakan kaki itu! Jelas adalah inti daripada Ilmu Langkah Hui-thian-jip-te, yang merupakan cabang daripada Ilmu Langkah Kim-tiauw-kun. Siapakah wanita ini"
Karena dia bertangan kosong, Yo Wan terpaksa mainkan langkah-langkah ajaib untuk menyelamatkan diri. Ruangan da-lam gua itu remang-remang, hanya di-terangi oleh sinar penerangan pelita sum-bu minyak sederhana, maka untuk menyelamatkan diri tidak cukup mengandal-kan penglihatan yang menjadi silau oleh berkelebatnya kilatan pedang. Namun Yo Wan telah memiliki kepandaian yang tinggi, dengan perasaannya yang peka dan pendengarannya yang tajam dia dapat mengetahui dari mana senjata lawan menyambar dan bageimaiitft sifat-sifat penyerangan lawannya yang cukup lihai ini.
Berkali-kali wanita setengah tua itu mengeluarkan ucapan heran menyaksikan betapa Yo Wan selalu dapat menghindar-kan serangannya, dari sikap heran menjadi penasaran, kemudian menjadi marah. Hal ini terbukti pada serangannya yang makin gencar dan sungguh-sungguh, bahkan kini setiap sambaran pedangnya merupakan jurus-jurus maut.
Yo Wan terkejut dan khawatir. la merasa betapa nyeri di dalam dadanya masih hebat, punggungnya terasa panas dan setiap gerakan yang membutuhkan pengerahan tenaga agak banyak, fcerasa darah segar naik ke kerongkongannya. la maklum bahwa untuk membalas Koleksi Kang Zusi444
Jaka Lola Kho Ping Hoo serangan wanita galak ini, tidaklah mungkin tanpa membahayakan lukanya sendiri, maka terpaksa dia hanya dapat mengelak dan seratus prosen mengandalkan keampuhan langkah-langkah ajaib Si-cap-it Sin-po.
Masih untung bagi Yo Wan bahwa ru-artgan dalam gua itu eukup luas sehingga dengan leluasa dia dapat mainken Si-cap-it Sin-po. Dan lebih untung lagi bahwa wanita setengah tua ini agaknya hanya paham Ilmu Langkah Hui-thian-jip-te yang tentu saja tidak seluas Si-cap-it Sin-po yang mempunyai ragam sebanyak empat puluh satu langkah, sedang-kan Hui-thian-jip-te hanya mempunyai dua puluh empat langkah. Dengan demi-kian, maka sebegitu jauh Yo Wan selalu masih dapat meloloskan diri, sungguhpun kadang-kadang dia seperti telah terkurung dan hanya bisa lolos melalui lubang jarum! Makin lama gerakan Yo Wan makin lemah karena rasa nyeri dalam dada dan di punggungnya makin menghebat. la telah mempertahankan diri sampai lebih dari lima puluh jurus, selalu diserang tanpa dapat membalas kembali.
"Cukup!" teriak si gadis dengan suara gelisah. "Dia dapat mempertahahkan diri sampai puluhan jurus, padahal dia terluka hebat di punggungnya, dan racun masih belum bersih betul! Bukankah itu Itiar biasa sekali" Mana ada orang lain sanggup menahan seranganmu sampai puluhan jurus dengan tangan kosong?"
Akan tetapi wanita setengah tua itu agaknya sudah terlanjur marah dan pena-saran. la hanya mengeluarkan suara mendengus dengan hidungnya, pedangnya terus mendesak dan melancarkan serangan yang hebat. Pada saat itu, Yo Wan sudah merasa pening kepalanya, pandang matanya kabur dan ketika dia melangkah mundur, kakinya tertumbuk pembaringan dan dia terguling. Pedang di tangan wanita setengah tua itu menyambar ke arah lehernya.
'Tranggggg.....'!" Pedang itu tertangkis oleh pedang di tangan si gadis.
"Masa kau hendak berlaku curang terhadap dia?" Gadis itu memekik. Si wanita setengah tua melompat mundur, lalu mendengus marah,
"Hemmm, biarkan dia sembuh dan beri dia senjata. Dia harus bisa kalahkah aku, baru hatiku puas!" Setelah berkata demikian, wanita itu berkelebat dan melompat keluar dari dalam gua itu. Gadis itu menarik napas panjang dan melemparkan pedangnya ke atas rneja.
Yo Wan sudah bangkit kembali dan dengan hati penuh kemarahan dia melompat maju, lalu menangkap tangan kanan gadis itu.
"Apa artinya semua ini" Siapa wanita itu tadi" Hayo kau lekas mengaku semuanya dan apa maksudmu menahan dan pura-pura menolongku di sini! Lekas kau mengaku, kalau tidak.....!"
Koleksi Kang Zusi445
Jaka Lola Kho Ping Hoo Gadis itu tersenyum. Bukan main cantiknya wajah di depan Yo Wan itu. Matanya terbuka, terbelalak lebar seperti orang kaget dan heran, mulutnya agak terbuka, dan dari balik sepasang bibirnya yang merah basah dan mungil itu terdengar suara seperti orang menahan tawa. la sama sekali tidak melawan ketika tangannya dipegang, bahkan dia merapat-kan tubuhnya.
"Yo Wan, kau hebat! Dengan tangan kosong kau....."
"Cukup! Tak perlu melanjutkan per-mainan sandiwara ini. Hayo katakan semua, kalau tidak.....!"
"Ihhh...... dua kali kau bilang kalau tidak! Kalau tidak..... kau mau apa sih?"
"Hemmm, biarpun kau sudah menolongku, mungkin pertolongan palsu, kalau kau tidak mau berterus terang, aku..... aku akan mematahkan tanganmu ini!"
Mulut Yo Wan berkata demikian, namun hatinya meragu apakah dia akan tega merusak tangan yang berkulit halus dan hangat itu, apakah dia akan sanggup menyakiti gadis yang sejak berteinu telah menolong dan merawatnya ini.
Gadis itu makin merapatkan tubuhnya sarnpai mukanya hampir menempel di dada Yo Wan.
"Kau..... betul-betul hendak mematahkan tanganku?"
"Kalau kau tidak berterus terang!"
"Wah, kau benar-benar amat tega....." Pada saat itu, keduanya hampir berbareng merenggutkan tubuh masing-masing, melangkah mundur, bahkan si gadis cepat menyambar pedangnya dan melompat ke arah pintu gua itu. Tampak berkelebat bayangan orang yang amat gesit di luar gua itu. Akan tetapi ketika si gadis me-ngejar, bayangan itu telah lenyap. De-ngan muka berkerut gadis itu kembali ke dalam gua.
"Siapa?" tanya Yo Wan. , Gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Agaknya yang akan berani mengintai ke sini tentu hanya ibu seorang, akan tetapi kalau ibu tak mungkin melakukan per-buatan seperti pencuri begitu."
Yo Wan menarik napas panjang. "No-na, ku'harap kau tidak mempermainkan aku dan sukalah kau bercerita terus te-rang. Bukankah kau ini yang menyamar sebagai pria yang menjadi ketua Kipas Hitam dan bernama Yosiko?"
Gadis itu melemparkan pedangnya di atas meja kayu, menghela napas dan menggandeng Koleksi Kang Zusi446
Jaka Lola Kho Ping Hoo tangan Yo Wan, diajak duduk di atas pembaringan kayu yang kasar. "Duduklah dan dengarkan ceritaku."
Yo Wan tidak membantah karena se-sungguhnya perlawanannya terhadap wanita setengah tua yang lihai tadi membuat tubuhnya lelah dan gemetar. Pula, dia memang ingin sekali mendengar pe-nuturan gadis yang aneh ini, gadis yang membuat hatinya bingung karena biarpun gadis ini seorang bajak, naniun gerak-geriknya tidak patut menjadi bajak laut yang kejam dan ganas, lagi pula ilmu kepandaiannya lihai dan mengenal langkah-langkah Kim-tiauw-kun!
"Tiada guna menipu orang yang berpemandangan tajam seperti kau," Gadis itu mulai bicara.
"Aku memang Yosiko atau Yo-kongcu kalau berpakaian pria, juga ketua dari Kipas Hitam."
la berhenti untuk melihat reaksi pada wajah Yo Wan. Akan tetapi oleh karena pemuda ini sudah menduga akan hal itu, maka wajahnya tidak membayangkan sesuatu, tetap tenang saja.
"Hemmm, kalau begitu kita masih satu she (nama keturunan)," komentar Yo Wan, keningnya berkerut karena sungguh tak sedap hatinya mendapat kenyataan bahwa dia mempunyai seorang kerabat yang kepala bajak!
Akan tetapi Yosiko tertawa. Tidak ada keindahan pada wajah manusia me-lebihi di waktu ia tertawa. Seorang yang buruk rupa sekalipun akan tampak menyenangkan kalau sedang tertawa. Apalagi tawa seorang gadis jelita seperti Yosiko!
"Namaku memang Yosiko akan tetapi sama sekali bukan she Yo! Yosiko adalah nama Jepang, ayahku seorang Jepang, seorang tokoh besar pendekar samurai yang dijuluki orang Samurai Merah!" Agaknya Yosiko bangga sekali ketika menyebut ayahnya. "Ibuku yang tadi datang menggempurmu adalah seorang pendekar wanita. Dahulu berjuluk Bi-yan-cu (Walet Cantik) Tan Loan Ki. Kepandaiannya hebat, bukan?"
Akan tetapi Yo Wan amat terkejut ketika mendengar nama-nama ini karena dia pernah mendengar dari suhunya bahwa Raja Pedang mempunyai seorang keponakan perempuan yang menikah dengan seorang pendekar Jepang. Kiranya wanita setengah tua yang tadi menyerangnya adalah keponakan Raja Pedang. Pantas saja wanita itu dan gadisnya ini mengerti akan ilmu pedang indah seperti yang di-miliki Cui Sian! Akan tetapi dia masihi belum percaya begitu saja oleh karena dia merasa ragu-ragu mengapa keponakan Raja Pedang sampai menjadi bajak laut!
"Hemmm, kiranya baik ayah maupun ibumu keduanya adalah pendekar-pendekar besar!
Sayang anaknya menjadi kepala bajak!"
Bibir yang merah itu merengut. "Apa salahnya menjadi bajak" Kami menjadi bajak secara Koleksi Kang Zusi447
Jaka Lola Kho Ping Hoo terang-terangan, kami menuntut pajak bagi lalu lintas laut, minta bagian dari saudagar yang banyak untung-nya, apa salahnya" Mana lebih jahat daripada menjadi pembesar-pembesar yang memeras rakyat melebihi bajak" Apalagi aku menjadi kepala Kipas Hitarri karena terpaksa, karena kami harus menuntut balas dan melanjutkan pekerjaan mendiang ayahku."
"Hemmm, jadi ayahmu sudah meninggal dunia dan dahulunya juga bajak laut" Ibumu juga?"
tanya Yo Wan yang kini menjadi terheran-heran sekali. Bagaimana keponakan Raja Pedang bisa menikah dengan seorang kepala bajak" (Tentang Tan Loan Ki dan Samurai Merah, baca cerita Pendekar Buta).
Ditanya demikian, wajah gadis itu menyuram, suaranya juga terdengar sedih, dan sebelum menjawab ia menarik napas panjang. "Ayahku dahulunya bukan bajak. Sudah kukatakan, ayah seorang pendekar samurai, karena tidak sudi diperbudak oleh kaum ningkrat, ayah merantau ke Tiongkok dan di sana bertemu dengan ibuku, pendekar wanita Bi-yan-cu Tan Loan Ki. Mereka saling mencinta dan akhirnya ibu ikut dengan ayah ke Jepang. Akan tetapi, di negara ayah ini, ayah menerima penghinaan dan ejekan dari para samurai lain karena telah mengawini ibu, bukan gadis bangsa sendiri. Terjadi pertengkaran dan perkelahian.
Karena dikeroyok, akhirnya ayah lari dan men-jadi bajak laut antara lautan Jepang dan Tiongkok. Akan tetapi, baru tiga tahur yang lalu karena keroyokan pendekar Jepang dan Tiongkok, ayah tewas. Aku melanjutkan pekerjaannya, memimpin Kipas Hitam dibantu ibu!"
Yo Wan mengangguk-angguk dan mulai teranglah seklarang baginya mengapa ke-ponakan Raja Pedang menikah dengan seorang bajak laut. Hanya dia masih merasa heran bagaimana ibu dan anak ini dapat mainkan langkah-langkah ajaib dari Kim-tiauw-kun, padahal Raja Pedang sendiri tidak mengerti, akan ilmu ini.
Yang mengerti hanyalah suhunya, Pendekar Buta, dan tentu saja Tan Sin Lee, ketua dari Lu-liang-pai.
"Hemmm, kiranya begitukah" Tetapi, Nona....."
"Namaku Yosiko, tak perlu kau tambahi nona segala, biasanya aku malah disebut kongcu (tuan muda)....." potong Yosiko sambil tersenyum.
Hemmm, gadis ini lincah jenaka dan galak, persis seperti sifat-sifat Siu Bi gadis Go-bi-san itu.
"Baiklah, kusebut kau Yosiko. Setelah kau menjadi ketua bajak laut dan kau telah tahu pula bahwa muda-mudi itu adalah putera dan murid Lu-liang-pai, kenapa kau memusuhi mereka?"
"Mereka adalah komplotan alat pe-merintah, mereka agaknya mata-mata yang menyelidiki Koleksi Kang Zusi448
Jaka Lola Kho Ping Hoo keadaan kami, dan mereka telah membunuh beberapa orangku! Tadinya aku masih mengampuni mereka! Hemmm, kalau aku tahu bahwa mereka itu berkomplot dengan tentara pemerintah, tentu kemarin sudah kubunuh mereka!"
"Kau menaruh murah hati ataukah..... karena tertarik kepada Tan Hwat Ki yang gagah perkasa dan tampan" Tahukah kau bahwa Tan Hwat Ki adalah cucu pendekar sakti Raja Pedang Tan Beng San lo-kiam-ong (raja pedang tua) ketua Thai-san-pai" Bukankah dia itu masih saudara misanmu sendiri" Bagaimana kau hendak membunuhnya?"
Yosiko terkejut dan heran. "Wah-wah, A kau agaknya mengetahui banyak hal ten-tang diriku! Yo Wan, kau duduklah, mari, kita bicara. Agaknya terhadap orang yang sudah tahu akan segala hal ini, tak perlu lagi aku menyimpan rahasia. Kau duduklah dan dengar penjelasanku."
Karena memang kesehatannya belum pulih benar, Yo Wan yang ingin sekali mengetahui keadaan gadis ini dan ingin tahu pula latar belakang mengapa dia dirawat setelah dilukai, dan mengapa pula ibu gadis ini menyerangnya mati-matian tadi, dia tidak membantah dan duduklah dia di atas pembaringan kayu. Gadis itu sendiri lalu duduk di atas sebuah bangku yang berdekatan. Sambil membetulkan dan memainkan kuncir rambutnya, Yosiko berkata,
"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mengetahui bahwa aku adalah saudara misan dengan Tan Hwat Ki! Sesungguh-nya, Raja Pedang Tan Beng San yang kausohorkan itu adalah paman ibuku. Akan tetapi kami tidak peduli akan dia, karena dia bukanlah paman yang baik dari ibu!"
Yo Wan pernah mendengar pula akan hal ini. Kakak dari Raja Pedang Tan Beng San bernama Tan Beng Kui dan ibu dari Yosiko ini yang bernama Tan Loan Ki adalah puteri Tan Beng Kui itulah. la mendengar bahwa memang ada pertentangan antara kedua orang saudara itu, akan tetapi suhunya, Pendekar Buta, tidak pernah menceritakan dengan jelas (baca kisah Raja Pedang dan Rajawali Emas).
"Apakah karena pertentangan antara kakekmu dan Raja Pedang itu maka kau hendak membunuh cucu Raja Pedang" Akan tetapi kau..... tadinya kau kagum kepada Hwat Ki, bahkan kau berkata hendak menjodohkannya dengan..... adikmu yang ternyata adalah kau sendiri!"
Gadislain yang ditegur seperti ini,yang sekaligus membuka rahasia hatinya, tentu akan menjadi malu dan marah. Akan tetapi Yosiko tersenyum dan mengangguk-angguk!
"Betul, begitulah! Akan tetapi setelah kau muncul, aku tidak kagum lagi ke-pada Tan Hwat Ki, bahkan setelah tahu dia berkomplot dengan bala tentara pemerintah yang membasmi kami, aku benci kepadanya."
Koleksi Kang Zusi449
Jaka Lola Kho Ping Hoo Kini Yo Wan yang terheran-heran mendengar ucapan yang begini terus terang dari seorang gadis remaja. "Yosiko, benar-benar kau tidak mengerti bagaimana seorang gadis sepandai engkau, menulih-milih pria seperti ini.....?""
Kembali Yosiko tersenyum seakan-akan pertanyaan yang bagi gadis lain tentu akan merupakan pisau yang menusuk perasaan ini baginya hanya merupakan pertanyaan yang wajar dan biasa. "Mengapa tidak" Yo Wan, semenjak aku masih kecil, ibu dan aku bercita-cita agar aku mendapatkan jodoh seorang pna yang jauh lebih lihai daripada aku. Hal ini adalah karena aku dan ibu tidak ingin melihat kematian seperti ayah terulang kembali. Ayah meninggal karena kurang pandai ilmunya, dan aku memang tidak sudi diperisteri laki-laki yang lemah, yang tak dapat menangkan aku. Akan tetapi selartia beberapa tahun ini, di antara bajak laut aku hanya melihat laki-laki yang tidak becus, paling hebat hanya macam Shatoku murid ayah yang , tewas oleh Tan Hwat Ki kemarin. Sedangkan di darat, aku pun belum pernah bertemu laki-laki yang mampu mengalah-kan aku. Itulah sebabnya mengapa per-temuanku dengan Tan Hwat Ki menarik hatiku. Dia lebih lihai daripada aku, biarpun hanya sedikit selisihnya. Tentu saja pada saat itu hatiku tertarik dan tadinya aku hendak mencalonkan dia sebagai jodohku. Akan tetapi, kemudian muncul kau yang dalam beberapa gebrakan saja mengalahkan aku. Terang bahwa tingkat kepandaianmu jauh melampaui Tan Hwat Ki, karena itu..... karena itu....."
Tentu saja Yo Wan maklum akan apa yang dinnaksudkan oleh gadis itu. Akan tetapi hal ini membuatnya menjadi mendongkol sekali. Boleh jadi Yosiko seorang gadis yang Cantik jelita, yang sukar di-cari bandingannya baik dalam hal kecantikan maupun kepandaian. Akan tetapi dia bukanlah laki-laki yang boleh dipilih jodoh lalu jadi begitu saja! Kemendongkolan hatinya membuat dia tega untuks mendesak Yosiko yang mulai merasa jengah dan malu karena betapapun juga ia adalah seorang gadis.
"Karena itu..... bagaimana, Yosiko" Kau melukai aku dengan jarum beracun, kemudian kau menolongku di laut dan merawatku di sini. Apa kehendakmu?"
Yosiko masih tersenyum, akan tetapi kini tidak selancar tadi ia menjawab, bahkan kelihatan gagap, "Yo Wan, tak mengertikah kau" Aku..... aku..... karena kau jauh lebih lihai daripada Tan Hwat Ki, aku..... aku memilih engkau!"
Diam-diam Yo Wan merasa terharu sekali. Gadis ini amat polos dan jujur, terang bahwa di dalam sanubari seorang gadis seperti ini terkandung watak yang bersih dan tidak dibuat-buat. Mungkin gadis ini belum pernah mengenal rasa cinta kasih antar muda sehingga dalam soal pemilihan jodoh, sama sekali ia tidak mendasarkan pada cinta, melainkan pada
"tingkat kepandaian" Dan semua itu ia kemukakan dengan jujur dan apa adanya!
"Hennmm.....! Dan ibumu, mengapa tadi ia menyerangku mati-matian?"
Koleksi Kang Zusi450
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Ibu tidak percaya kepadaku akan kelihaianmu, tidak puas kalau tidak mencoba sendiri."
Ah, anaknya gila ibunya sinting, geru-tu Yo Wah di dalam hatinya. la pernah tertank sekali kepada Siu Bi dan agaknya kali ini dia akan jatuh cinta oleh gadis aneh yang jelita ini kalau saja hatinya tidak sudah terampas oleh Cui Sian puteri Raja Pedang! Setelah dia mengenal Cui Sian yang berhasil menjatuhkan hatinya dan merenggut cinta kasihnya, kini Yo Wan menganggap Yosi-ko sebagai seorang bocah yang nakal. la harus segera membebaskan diri dari ibu dan anak ini, akan tetapi kalau lukanya belum sembuh, agaknya tidak mungkin hal itu dia lakukan. Gadis ini sudah cukup berbahaya, apalagi di situ masih ada ibunya yang lihai. la haru" bersabar dan menanti sampai lukanya sembuh betul.
Berpikir demikian, Yo Wan lalu me-rebahkan dirinya tanpa berkata apa-apa.
"Bagaimana" Menarikkah penuturan-ku" tanya Yosiko.
"Menarik juga, tapi sudahlah. Aku mau tidur."
Yosiko merengut gemas. "Bagaimana pendapatmu" Kau tentu tidak keberatan menjadi pilihanku?"
Edan, pikir Yo Wan. Terpaksa dia menjawab, "Yosiko, kau memandang ter-lalu rendah tentang perjodohan. Apa kaukira syarat kebahagiaan perjpdohan adalah ilmu silat yang tinggi" Apakah kalau kau menjadi isteri seorang ahli silat yang lebih lihai dari padamu, hidup-mu lalu bahagia?"
"Tentu saja!" jawab Yosiko tanpa ragu-ragu lagi. "Ayah tewas karena ke-pandaiannya kurang tinggi, sehingga ibu menjadi janda. Bukankah itu celaka sekali" Seandainya ayah berkepandaian tinggi seperti engkau, kiranya sekarang ayah masih hidup. Dengan seorang suami yang kepandaiannya paling tinggi hidupku akan terjamin, karena itu aku memilih engkau!"
Yo Wan menarik napas panjang dan menggeleng kepalanya, akan tetapi dia tidak bangkit dari pembaringan.
"Yosiko, agaknya kau sejak kecil hi-dup dikelilingi kekerasan dan kekejaman, sehtngga kau tidak mempedulikan tentang perasaan. Apakah kau tidak mempunyai perasaan halus"
Apakah ibumu tidak pernah memberi tahu kepadamu bahwa syarat perjodohan adalah kasih sayang?"
"Tentusaja sudah!" Yosiko tersenyum lagi, matanya bersinar-sinar gembira. "Apakah kau tidak kasih dan sayang kepadaku?"
Koleksi Kang Zusi451
Jaka Lola Kho Ping Hoo Yo Wan mengeluh di dalam hatinya. Sukar bicara dengan gadis liar ini, pikirnya. la harus bicara dengan ibu gadis ini yang tentu lebih mudah diajak bicara. Diam-diam dia pun kasihan kepada Yosiko karena kalau dibiarkan demikian, ke-lak mungkin sekali berjodoh dengan se-orang pria tanpa kasih sayang sehingga akhirnya akan merana dalam kesengsaraan batin. Hatinya lega juga karena kini dia yakin bahwa perawatan gadis itu, sikap manisnya, bukan terdorong oleh rasa cinta yang dia khawatirkan, melainkan oleh rasa kagunn akan kepandaiannya sehingga dia dipilih menjadi calon jodoh dan karenanya harus dirawat sampai sembuh! Diam-diam Yo Wan merasa seakan-akan dirinya menjadi seekor bina-tang peliharaan terkasih yang sedang sakit!
"Bagaimana, Yo Wan" Apakah kau tidak kasih dan sayang kepadaku?"
Yo Wan menarik napas panjang. "Sudahlah, Yosiko, biarkan aku mengaso. Kelak kalau aku sudah sembuh, hal ini akan kita bicarakan bersama ibumu. Tentu saja aku sayang kepadamu, kau gadis yang baik."
Girang sekali hati Yosiko dan wajah-nya berseri. la cepat mengambil sehelai selimut dan menyelimuti tubuh Yo Wan yang segera tidur nyenyak. Yosiko juga berbaring di atas sebuah pembaringan kayu kecil di sudut ruangan, wajahnya kelihatan puas dan berseri.
Menjelang pagi, Yo Wan terbangun dari tidurnya ketika dia mendengar orang berseru girang, "Dia di sini.....!"
Sebagai seorang ahli silat yang iihai, begitu sadar Yo Wan sudah meloneat turun dari pembaringannya, siap menghadapi bahaya. Akan tetapi wajahnya berubah ketika dia melihat sepasang muda-mudi dari Lu-liang-pai yang berdiri di mulut gua dan memandang kepadanya dengan terheran, apalagi ketika mereka memandang kepada Yosiko yang juga sudah duduk di atas pembaringannya.
Tentu saja Yo Wan menjadi jengah dan bingung. Betapa tidak" Orang nrie-lihat dia berduaan dengan seorang gadis cantik dalam sebuah gua, melewatkan malam di situ! Di lain fihak, Tan Hwat Ki dan sumoinya yang tidak mengenal keadaan Yo Wan, tentu saja mengira bahwa wanita itu tentu ada hubungannya dengan pendekar yang telah menolong mereka.
"Saudara yang gagah, kiranya kau berada di sini dan dalam keadaan selamat. Syukurlah....."
kata Hwat Ki sambill melirik ke arah Yosiko.
Lirikan inilah yang membuat Yo Wan cepat-cepat memperkenalkan, "Aku juga girang melihat kalian selamat dan..... Nona ini..... eh, dia nona Yosiko....."
"Apa....." Dia..... dia ketua Kipas Hitam.....?"
Koleksi Kang Zusi452
Jaka Lola Kho Ping Hoo Yosiko tersenyum, sepasang matanya yang puas tidur itu berseri.
"Aku adiknya!"
"Srattt!" Tampak sinar hitam berkelebat ketika Bu Cui Kim mencabutj Hek-kim-kiam dan sambil berseru nyaring nona ini menerjang maju ke arah Yosiko.
"Eh, ah, galaknya.....!" Yosiko mengejek dan sekali meloncat ia telah menghindarkan diri.
"Sumoi.....!" Hwat Ki berseru bingung. "Suheng, tidak lekas-lekas membantu aku mennbasmi bajak laut mau tunggu apa lagi?" Bu Cui Kim berseru dan terusl menyerang lagi. Hwat Ki menjadi merah mukanya, akan tetapi biarpun tadinya dia ragu-ragu, mengingat betapa lihainya Yosiko, dia sudah mencabut pedangnya pula dan melompat maju untuk membantu sumoinya.
"Tahan senjata!" Yo Wan berseru sambil melangkah maju. Suaranya berpengaruh sekali sehingga tidak saja Hwat Kt dan Cui Kim menghentikan penyerangannya, juga Yosiko yang sudah memegang pedangnya, berhenti dan memandang dengan senyum mengejek kepada dua orang muda Lu-liang-san itu.
"Saudara Tan Hwat Ki, ketahuilah ibahwa nona Yosiko bukanlah orang lain, melainkan saudara misanmu sendiri. Dia adalah puteri dari bibimu Tan Loan Ki yang rnenikah dengan seorang pendekar Jepang."
Tentu saja Hwat Ki sudah mendengar nama-nama ini dari ayahnya, maka dia memandang dengan bingung, kemudian dia menatap wajah Yo Wan penuh curiga.
"Kau siapakah" Bagaimana mengetahui namaku?"
Yo Wan menjura sambil tersenyum.
"Aku Yo Wan....."
Hwat Ki terkejut. "Apa" Kau murid paman Kwa Kun Hong Pendekar Buta?"
"Ahhh.....!" Seruan ini keluar dari mulut Cui Kim dan mulut Yosiko.
"Beliau adalah suhuku yang terhormat," jawab Yo Wan sederhana.
"Saudara Yo..... tapi..... tapi mengapa dia menjadi..... eh, ketua bajak laut" Dan di mana pula Koleksi Kang Zusi453
Jaka Lola Kho Ping Hoo bibi Loan Ki?"
"Suheng, biarpun masih ada ikatan keluarga, kalau jahat harus kita basmi!" Cui Kim berseru, matanya masih me-lotot marah.
"Yo Wan, dua orang ini bersekongkol dengan orang pemerintah, anak buahku banyak yang tewas. Biarkan kubunuh mereka!" bentak Yosiko pula.
Yo Wan maklum akan sulitnya keadaan. Kalau dibiarkan, tiga orang ini tentu akan bertanding mati-matian. la mengangkat kedua tangannya dan berkata, suaranya keren.
"Tidak boleh! Saudara Hwat Ki, biar-lah lain kali aku menerangkan semua ini kepadamu.
Sekarang kuminta dengan hormat agar kau dan sumoimu meninggalkan tempat ini dan kuminta pula agar kau tidak memberitahukan tempat ini kepada orang lain."
Hwat Ki meragu. Cui Kim mengomel, "Mana bisa" Dia bajak....."
Akhirnya Hwat Ki menjura kepada Yo Wan. "Saudara Yo Wan, karena kau pernah menolong kami, maka aku percaya kepadamu, apalagi mengingat bahwa kau adalah murid paman Kwa Kun Hong. Namun, aku tetap mengharapkan penjelasanmu kelak mengapa kau melarang kami." Setelah berkata demikian, Hwat Ki mengajak sumoinya keluar dari gua itu.
Setelah dua orang muda itu pergi, Yosiko mengomel, "Yo Wan, mengapa kau menghalangi aku membunuh dua orang itu" Mereka musuh Kipas Hitam..."
Petualang Asmara 9 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Pendekar Jembel 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama