Ceritasilat Novel Online

Manusia Harimau Jatuh Cinta 2

Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra Bagian 2


*** SETELAH Susanty reda, Lydia mengajaknya keluar kamar untuk menceritakan pengalaman mereka kepada Hamidy dan isterinya. Supaya kedua orang tua yang amat susah akan nasib anaknya itu barangkali bisa agak tenteram. Dan memang mereka masih duduk-SERIAL MANUSIA HARIMAU
45 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id duduk di ruang tengah. Mereka tak dapat tidur oleh ketidaktenangan yang terus mengganggu.
Suami isteri itu melihat kedua sahabat itu keluar. Suatu pertanda yang meringankan.
"Belum tidur?" tanya Nyonya Hamidy.
"Belum, Bu, kami berbincang-bincang," kata Lydia sambil duduk berdampingan dengan Susanty. "Dan kami telah bertemu," kata Lydia lagi membuat Hamidy dan isterinya jadi tidak mengerti.
Kok tiba-tiba sudah bertemu. Bertemu dengan siapa" Bukankah mereka tidak ke mana-mana. Sejak tadi di kamar saja.
"Maksudmu?" tanya Hamidy kepada Lydia yang menganggap wanita itu sudah seperti anak sendiri yang lebih tua dari Susanty.
"Dengannya," sahut Lydia.
Hamidy saling pandang dengan isterinya. Masih saja tidak mengerti, bahkan tambah heran apa maksud Lydia sebenarnya.
Susanty diam saja. Tidak ikut bicara. Dia tidak kuasa berkata-kata, tetapi dia memang ingin menyampaikan apa yang baru terjadi kepada ayah dan ibunya.
"Dia tadi datang," kata Lydia lagi.
"Dia siapa?" tanya ibu Susanty.
"Erwin," kata Lydia, membuat Hamidy dan isterinya saling pandang lagi. Heran dan wajah mereka jelas membayangkan ketidakpercayaan. Mereka tidak melihat siapa pun masuk. Bagaimana pula mungkin Erwin datang tanpa kelihatan oleh mereka yang duduk di sana. Kalau ia datang harus melalui ruangan tempat mereka duduk.
"Kami telah ngomong-ngomong. Erwin menerangkan semua," sambung Lydia.
"Kalian mimpi atau dikuasai khayalan. Kami sejak tadi duduk di sini. Mana mungkin kami tidak melihatnya masuk. Andaikata dia lewat di sini, tentu dia menegur kami."
"Dia ke kamar kami tadi. Cukup lama!"
"Kalau benar, mana dia sekarang?" tanya ibu Susanty.
"Sudah pergi," jawab Lydia lesu.
"Kalian pasti bermimpi. Datang dan pergi lagi tanpa kami lihat adalah suatu hal yang mustahil."
"Yang mustahil itulah yang telah terjadi," kata Lydia menegaskan.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
46 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Sekarang mau tak mau Hamidy dan isterinya harus percaya. Baru mereka teringat, bahwa barangkali Erwin punya ilmu untuk membuat dirinya tidak kelihatan. Ilmu itu memang ada dan masih lumayan banyak orang yang memilikinya. Ilmu ini disebut juga ilmu perabun.
Lydia menceritakan seluruh kejadian. Hamidy dan isterinya bukan hanya mendengar dengan penuh perhatian tetapi juga dengan jantung berdebar, walaupun tidak menyaksikan dengan mata sendiri. Mereka bayangkan, betapa hebat dan mengerikannya. Padahal yang mengalami, sama sekali tidak merasa takut.
"Kalian tidak takut?" tanya Nyonya Hamidy. "Tidak," jawab Lydia.
"Kau takut Susan?" tanya Hamidy kepada anaknya.
Susanty menjawab dengan gelengan kepala. Kedua orang tua itu heran bagaimana mereka bisa tidak takut, sedangkan mereka yang mendengar ceritanya saja merasa amat ngeri.
"Dalam keadaannya berubah wujud itu pun Erwin sangat lembut. Mukanya tenang.
Sama saja seperti yang kita lihat selama ini."
Kemudian Hamidy berkata, "Mengapa tidak memanggil kami tadi?"
"Tidak teringat ke situ. Lagi pula dia tidak meminta agar Ibu dan Bapak dipanggil! Ia datang khusus untuk mohon diri, karena ia merasa pergi tanpa permisi," kata Lydia.
Bagi Lydia dan Susanty yang kemudian masuk kamar kembali, malam berlalu tanpa suatu kejadian apa pun yang menakutkan. Tetapi dini hari baru mereka bisa tertidur, karena wajah Erwin dalam dua wujud selalu saja terbayang.
Lain halnya dengan Hamidy darr isterinya. Mereka was-was, tidak tenang. Sangat khawatir kalau-kalau Erwin datang dengan wujudnya berbadan harimau. Kalaulah sampai terjadi, barangkali mereka akan mati kejang karena ketakutan walaupun telah diceritakan bahwa ia sama sekali tidak mengganggu. Sampai hari pagi mereka gelisah, tidak dapat tidur.
Pada keesokan paginya dr Anton datang melihat isterinya dan Susanty. Kepadanya pun diceritakan apa yang telah terjadi. Ia heran tetapi juga senang, karena Erwin tidak melupakan mereka. Dia sendiri mempunyai pengalaman lain malam itu. Hanya kepada Lydia diceritakannya. Bahwa ayah Erwin dalam wujudnya berkepala manusia dan bertubuh harimau telah mendatanginya ketika ia sedang asyik membaca buku tentang cara penanganan dan perawatan penyakit napas sesak.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
47 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Aku terkejut sekali, walaupun dia sebelum memperlihatkan diri telah memberitahukan tentang kedatangannya. Jadi hanya suara yang terdengar. Jelas benar katanya supaya aku jangan takut dan terkejut. Namun begitu terkejutnya aku bukan main," cerita dr Anton.
Lalu secara tiba-tiba berdirilah dia di sisi dr Anton, sehingga ia harus menoleh ke kanan untuk melihatnya.
"Aku tidak percaya. Walaupun aku sadar benar, bahwa aku bukan bermimpi.
Disebutkannya namanya. Dia malah mengatakan, supaya aku jangan lupa. Dja Lubuk.
Kalau aku sangat terjepit, aku boleh menyebut namanya. Dan kalau keadaan mengizinkan ia akan datang. Jelas benar kudengar ia berkata, "Tempatku jauh, Nak. Di Mandailing sana.
Kau pernah mendengarnya" Daerah miskin. Maksudku pada umumnya. Ada juga yang kaya.
Hanya satu dua. Banyak yang hanya mampu menunggu!" katanya.
Lalu kata dr Anton, "Menunggu apa, Pak?"
"Menunggu rumah reotnya ambruk, karena tidak ada biaya untuk memperbaiki. Sekali-sekali jalanlah ke sana. Jangan hanya melihat gedung-gedung tinggi dan mewah. Nanti sakit matamu dan keliru penilaianmu. Engkau perlu melihat semua. Yang di atas, yang di tengah dan yang di bawah. Kalian yang muda-muda menjadi tumpuan harapan bangsa. Meneruskan cita-cita atau usaha sejumlah manusia jujur yang ada sekarang. Jangan tiru orang-orang yang memberi contoh buruk. Nanti kalian jadi serakah dan tidak mampu melahirkan keadilan yang benar-benar adil. Tak mampu mewujudkan kesejahteraan yang merata secara wajar!" kata Dja Lubuk. Tegas tanpa emosi. Kata-kata bijaksana yang tidak diduga dr Anton ini membuat ia merasa tenang. Tanyanya,
"Bapak dulu orang pergerakan?"
Dja Lubuk tertawa ringan. Dr Anton memandangnya. Dia jadi kagum dan hormat.
Makhluk bertubuh harimau dewasa itu berwajah agak keriput tetapi kegantengan masih jelas memperlihatkan betapa gagahnya dia dulu.
"Begitulah. Aku pernah turut pergerakan di masa penjajahan dulu. Secara kecil-kecilan.
Pernah juga merasai penjara di Penyabungan. Kau barangkali tak kenal kota itu." Setelah diam sejurus, Dja Lubuk berkata lagi, "Aku ayah Erwin. Banyak budimu kepadanya.
Kaubawa dia ke Muangthai sehingga dia bisa menambah pengetahuannya yang tak seberapa itu. Kau perlakukan dia sebagai saudara, walaupun dia hanya sebegitu saja. Berbudi baik kepadanya berarti berbudi baik kepadaku. Dia anak kesayanganku. Kesayanganku. Kau SERIAL MANUSIA HARIMAU
48 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id belum punya anak. Belum tahu bagaimana gaimana indahnya menyayangi anak. Nanti kau akan tahu. Kau akan dapat dua anak dari isterimu yang sama baiknya dengan kau, Dokter!"
"Bapak tinggal di mana?"
"Di dalam bumi. Tetapi kadang-kadang mengelana. Sudahlah, tak usah tanya itu, Dokter. Aku datang mengucapkan terima kasih. Juga kepada isterimu Lydia!"
"Dari mana Bapak mengetahui ini semua?"
Dja Lubuk hanya tertawa. Ramah sekali. "Kau agak bandel, Dok. Sudah kukatakan, tak usah tanya. Nah, selamat tinggal. Kapan-kapan aku datang. Boleh?"
"Tentu, tentu. Bawa Erwin, Pak."
"Kau betul-betul baik hati, Dokter!" Lalu lenyaplah dia.
Dunia ini benar-benar masih penuh dengan keajaiban dan kegaiban yang melebihi dongeng, pikir dr Anton. Yang tidak melihat tentu sukar mau percaya. Ah, biarlah.
Kepercayaan mereka tidak penting. Dia beruntung telah menyaksikan sendiri. _
Itulah yang diceritakan dr Anton kepada isterinya. Diingatnya betul, Dja Lubuk mengatakan dia tinggal di Mandailing, di dalam bumi. Jelaskah, bahwa ia manusia yang telah meninggal dunia, tetapi bila perlu tampil di antara orang-orang yang masih hidup.
"Kau mau ke Mandailing, Lydia?" tanya dr Anton.
"Ingin sekali. Tentu akan lebih menyenangkan kalau ke sana bersama Erwin. Tetapi ia telah pergi. Barangkali kembali ke Mandailing."
"Aku punya keyakinan, bahwa pada suatu hari ia akan mengunjungi kita. Entah kapan,"
kata dr Anton. *** KARENA dipaksa oleh Sumarta agar mau menerima sekedar belanja, ketika ia mengunjunginya di gubuk tempat ia mengharimau, maka Erwin mempunyai uang agak lumayan. Dengan uang itulah ia dan sahabat barunya Ashar naik bis atau kereta api sehingga akhirnya tiba di Merak, Banten. Dari sana mereka menyeberang ke Lampung.
"Kita sudah di Sumatera, As," kata Erwin.
"Iya, telah banyak sekali aku berutang. Tiap sen akan kubayar kembali, manakala aku sudah punya uang. Aku berjanji," kata Ashar yang merasa berbahagia sekali mendapat SERIAL MANUSIA HARIMAU
49 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id teman bertualang seperti Erwin.
"Bagus. Yang namanya utang memang harus dibayar," kata Erwin yang ingin terus menanamkan pendirian dan sikap yang baik kepada kawan mudanya itu. Dengan adanya kesadaran berutang yang harus dibayar, orang akan bekerja keras untuk mencari pembayarannya. Kalau segala usaha Ashar nanti ternyata terbentur pada kegagalan, Erwin akan mengikhlaskan apa yang dinamakannya utang. Dengan cara itu utang akan hapus dunia akhirat.
"Apakah kita akan ke kampung Abang?" tanya Ashar.
"Kau ingin ke sana?"
"Ya, untuk belajar menjadi dukun seperti Abang. Dan aku pun kelak tidak akan mengutip bayaran, kalau aku sudah dapat menolong!"
"Lalu kau mau makan apa" Dan bagaimana membayar bayar utang?"
"Abang dari mana dapat uang" Padahal Abang pun tidak mau menerima bayaran untuk pertolongan yang Abang berikan!"
Erwin tidak segera menjawab. la senang mendengar pertanyaan itu. Menandakan bahwa sahabatnya itu berpikir, punya otak.
"Aku bekerja dan mendapat upah untuk keringat yang kucurah. Dan tidak benar, bahwa aku tidak mau menerima bayaran sama sekali. Jikalau sedang tidak punya duit aku terima sekedarnya."
"Sekedarnya itu berapa Bang?"
"Cukup untuk belanja dua tiga harilah. Aku bisa mengemudikan mobil. Pernah jadi pengemudi di Surabaya." Lalu dia diam. Teringat kepada pengalamannya di sana. Digilai isteri majikan, sehingga ia melarikan diri untuk mencegah bencana yang tidak diingini.
"Aku juga akan begitu. Kalau ada kemungkinan aku mau belajar membawa mobil!
Betapa akan enaknya," kata Ashar. Dan dia berkhayal tentang masa depannya.
Dari Lampung mereka masuk ke daerah Palembang. Ketika tiba di Lahat, Erwin ditemui oleh seorang yang sudah lanjut usia. Waktu itu kedua sahabat itu sedang makan di warung kampungan. Orang tua yang juga makan di situ menyalami Erwin tanpa menyebutkan namanya.
"Anak muda, kaulah orangnya!" katanya. Tentu saja Erwin terkejut. Tidak pernah mengenal orang itu dan tidak tahu apa maksudnya. Timbul curiga di dalam hatinya.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
50 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Apa maksud Bapak?" tanya Erwin. "Kalau aku boleh tahu, siapakah Bapak makanya berkata begitu?"
"Namaku Abduh. Kaulah orang yang dapat menolong!" jawabnya.
"Menolong apa?" tanya Erwin kian heran. "Menolong aku. Karena aku tidak sanggup!"
Ashar mendengarkan dengan rasa heran yang sama. Jelas baginya bahwa Erwin tidak mengenal orang asing itu.
"Anak ini muridmu, bukankah begitu," katanya lagi sambil melihat Ashar dan memberi salam pula kepadanya.
"Bukan, dia temanku seperjalanan," jawab Erwin.
"Ya, tetapi dia ingin menjadi muridmu,"
Ashar tambah heran, bagaimana orang ini tahu keinginan hatinya.
"Bapak orang besar," kata Erwin. Kini ia memberi salam dengan menundukkan badan.
"Jadi lebih besar karena merendahkan diri. Sifat agung pada orang yang benar-benar berisi.
Terimalah aku sebagai murid karena aku mengelana memang untuk mencari ilmu dari siapa saja yang sudi melimpahkan!" kata Erwin lembut. Ashar meniru sikap Erwin. Ia juga menyalami orang tua itu dengan menundukkan badannya.
"Anak muda, kaulah yang benar-benar besar. Kau orang berisi, tetapi sangat pandai membawakan diri. Isi dada memang penting, tetapi lebih penting dari itu adalah rasa suka orang kepada kita. Yang selalu menemui kegagalan justru orang-orang tanggung ataupun sebenarnya hebat yang lupa diri. Angkuh, melupakan siapa yang memberinya kekuatan.
Sudikah kau dan sahabatmu turut ke rumah burukku?"
Mereka bertiga berangkat. Berjalan kaki. Tak kurang dari tiga kilo jauhnya. Tidak Erwin, juga tidak Ashar mengeluh di bawah terik matahari siang itu. Padahal kendaraan ke jurusan mereka banyak dengan biaya yang juga tidak seberapa. Erwin berpikir, bahwa cara ini tentu merupakan salah satu ujian dari orang asing yang menamakan dirinya Abduh, Akhirnya Abduh yang bertanya, "Kalian tidak pernah bertanya berapa jauh lagi rumah reotku itu! Mengapa?"
"Bukankah kita menuju rumah Bapak" Kalau sudah sampai tentu Bapak akan mengatakan. Bertanya kalau ada keraguan. Kami tidak ragu-ragu, bahwa orang hebat ikutan kami punya rencana besar untuk aku yang masih anak bawang!" sabut Erwin.
Abduh tersenyum. Tampak kepuasan di mukanya.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
51 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Bagaimana ayahmu Dja Lubuk" Masih selalu datang?"
Oleh rasa heran yang memuncak, Erwin terdiam. Orang tua ini mengenal ayahnya.
Siapakah dia ini sebenarnya" Tetapi dia tidak bertanya, yakin nanti akan terungkap juga.
"Ya, ada juga sesekali," jawa Erwin.
Abduh semakin kagum. Orang muda ini hanya menjawab, tidak bertanya mengapa Abduh mengenal ayahnya.
Akhirnya mereka tiba di rumah Abduh. Bukan gubuk seperti yang dikatakannya. Ini memang sebuah rumah. Besar, walaupun tidak baru. Pekarangannya cukup luas.
Erwin tidak menunjukkan rasa kagum. Juga tidak mengatakan, bahwa Abduh rendah hati. Rumah besar setengah mewah dikatakan gubuk.
Dua anak masih sekitar tujuh dan lima tahunan keluar berlari-lari mendapatkan Abduh.
"Kakek pulang, Kakek pulang," kata mereka kegirangan. Mereka senang, tandanya sayang kepada kakek mereka. Pertanda pula, bahwa kepulangan Abduh selalu dinantikan cucu-cucunya. Bagi yang punya anak atau cucu dapatlah merasa-rasakan hrtapa merdu sambutan itu di telinganya.
"Bapak berbahagia sekali," kata Erwin. Lalu ia menjadi murung, karena terbayang olehnya anak kandung dari Indahayati yang bersama ibunya telah tiada.
"Kau kelihatan sedih anak muda," kata Abduh.
"Ah, tidak," kata Erwin menutupi. Dalam hati ia tahu, bahwa orang berilmu ini tidak dapat dikicuh.
"Memang sukar dilupakan, tetapi ia kini sudah senang dengan banyak teman-temannya di surga. Yang kita-kita ini yang belum tentu," kata Abduh. Dalam kenyataan yang aneh ini pun Erwin tidak bertanya. Hanya kekagumannya bertambah. Abduh tentu tahu bahwa ia telah kehilangan anak tunggal kesayangannya.
"Kau pada suatu hari akan mendapat jodohmu. Dan akan dapat keturunan. Dua orang,"
kata Abduh. Ramalan ini tidak menarik reaksi dari Erwin. Dia diam saja. Bukan tidak percaya, walaupun tidak seratus persen. Yang mengetahui masa depan seseorang dengan tepat hanyalah Yang Satu. Tiada lain daripada Dia. Orang pintar boleh saja meramal, tetapi ketentuan tetap di tanganNya.
Mereka masuk, disambut oleh seorang wanita sekitar tiga puluhan dan seorang wanita lebih muda, sekitar delapan belas atau sembilan belas tahun. Kedua-duanya anak Abduh.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
52 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Ini Erwin, sahabat baruku," kata Abduh memperkenalkan Erwin kepada kedua anaknya. Rupanya dia bukan orang pintar kampungan. Kehadiran kedua putrinya menyambut tamu yang masih asing juga menunjukkan bahwa meskipun punya ilmu kebatinan yang cukup tinggi, ia berjiwa modern. Tidak memingit anak. Dukun-dukun atau orang-orang pandai di kampung masih banyak yang mentabukan anak-anak perempuan mereka bertemu dengan orang asing. Kecuali kalau ia memang punya niat tertentu, misalnya supaya si pendatang sengaja dapat melihat paras muka dan potongan aduhai anaknya.
Kedua perempuan itu memandangi Erwin, seperti secara menyeluruh, membuat Erwin merasa kikuk. Memang mereka agak heran, mengapa ayah mereka membawa anak muda yang dikatakan sahabat. Tidak sebaya dengannya. Mereka tidak tertarik kepada Ashar, yang dikatakan sahabat Erwin. Sebab ayah mereka hanya mengatakan, bahwa Erwin sahabat barunya. Ashar pengikut atau saudara Erwin.
Tidak mengherankan.
Biasanya yang datang ke rumah itu, orang orang yang memerlukan bantuan Abduh atau sahabat-sahabat seprofessi yang usianya lebih kurang sebaya. Mengapa ia menyebut anak muda itu sebagai sahabat"
Kedua bocah yang memapak kedatangan kakeknya tadi masing-masing memegang tangan orang tua itu, seolah-olah khawatir kakek mereka itu pergi lagi.
"Hasan dan Husin anak saya," kata wanita yang tadi memperkenalkan namanya Fatimah. "Dan in adik saya," ujarnya lagi. Yang dimaksud adiknya adalah wanita muda rupawan dengan sepasang mata gemerlapan mengesankan kepribadian yang periang. Nama gadis ini Hasanah. Pada pandangan pertama saja ia sudah senang kepada Erwin yang baru dikenal namanya. Memang kesimpatikan yang merupakan anugerah Tuhan kepada sementara hambaNya merupakan modal besar untuk disukai orang. Setidaktidaknya pada kesan pertama. Bagaimana orang itu sebenarnya, masa pula yang akan menentukan. Jangan dikira orang yang pada awal berkenalan menimbulkan rasa senang kelak terbukti orang baik dan menyenangkan pula. Boleh jadi kelak terbukti, bahwa lahiriah saja ia menimbulkan rasa simpati. Padahal di hari kemudian ternyata ia hanya seorang penipu atau bandit"dalam berbagai segi. Bandit materi, bandit pencuri hati wanita, pendusta, penipu dan semacamnya.
Dalam hal yang demikian, rupanya yang menimbulkan rasa senang itu benar-benar amat menyesatkan bagi mereka yang mudah saja mengambil kesimpulan dari memandang wajah SERIAL MANUSIA HARIMAU
53 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id seseorang.
Rumah itu memang dapat dikatakan besar. Walaupun tidak mempunyai arsitektur modern, tetapi tangan-tangan trampil yang punya selera terpuji telah membuatnya enak dipandang. Lebih daripada itu sebenarnya. Enak dinikmati.
Mata Erwin yang memandang ke sekitarnya setelah mereka semua duduk bersama-sama, jelas memperlihatkan bahwa ia mengagumi tata letak dan hias ruangan-ruangan yang tampak.
"Rumah reot Bapak ini menimbulkan, rasa senang. Menghilangkan letih," kata Erwin.
Dia berkata biasa-biasa saja, tetapi Abduh faham bahwa ia disindir dengan cara yang amat halus.
Mendengar ucapan Erwin kedua wanita kakakberadik itu saling pandang. Semula tak mengerti apa maksud kata-kata tamu mereka, tetapi belakangan mereka sama tersenyum.
Tentuulah bapaknya yang tadi merendahkan diri dan kini dipukul balik oleh Erwin. Dan orang tua itu tidak menanggapi.
"Anak muda dan kawan anak muda ini dari Jawa," kata Abduh. Dari caranya berkata, jelas bagi Erwin bahwa ia bukan bertanya, tetapi mengatakan tanpa ragu-ragu. Ia tahu. Dan dia benar.
"Tepat sekali. Bapak benar-benar handalan," kata Erwin. "Saya ingin belajar kepada Bapak, kalau Bapak memperkenankan." Disusul oleh Ashar yang mengatakan, bahwa ia merantau ke Sumatera juga untuk mencari ilmu. Ia pun mohon agar diterima sebagai murid.
Abduh tertawa. "Anak muda, kau masih saja mau jadi harimau yang menyembunyikan kuku. Aku si tua yang bodoh inilah yang seharusnya belajar dari kau, anak muda yang rendah hati." Mendengar ini, kedua anaknya memandang Erwin dengan cara lain. Kagum, bukan lagi oleh ketampanannya, tetapi karena ia ternyata bukan pemuda sembarangan.
Pemuda yang keren banyak, tetapi yang ada isi belum tentu terdapat seorang di antara seratus.
Wajah Erwin memerah padam oleh pandangan kedua wanita muda itu. Sementara Ashar merasa bangga, karena orang ikutannya tidak keliru lagi bukanlah orang sembarangan.
Seorang laki-laki yang umurnya lebih kurang seperti Erwin membawa minuman dan juadah.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
54 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Ini Muhidin, anak angkat saya," kata Abduh. Lalu ia menjelaskan siapa tamunya.
Muhidin menyalam dan hendak mencium tangan Erwin, tetapi si manusia harimau buru-buru menarik. Menurut ajaran yang diterimanya, tidak baik membiarkan tangan dicium orang yang sebaya, apalagi yang lebih tua. Lain halnya kalau yang mencium itu masih kanak-kanak. Memberi tangan dicium oleh orang sebaya, apalagi yang lebih tua menandakan kita menganggap orang itu di bawah kita dalam hal ilmu. Dan yang begitu tidak baik. Buru-buru menarik tangan supaya jangan si penyalam sampai sempat menciumnya berarti kita memandang tinggi dan hormat kepadanya. Sekurang-kurangnya tidak memandang dia orang yang rendah ilmunya. Tetapi hanya sedikit sekali orang yang memahami hal ini.
"Saudara Muhidin dari utara?" tanya Erwin.
"Ya, dari mana Bapak tahu?" tanya Muhidin.
Fatimah dan Hasanah jadi lebih kagum. Pertanyaan itu membuktikan kepada Erwin, bahwa ilmu Muhidin baru pada tahap permulaan.
"Tidak, hanya menerka-nerka. Rupanya kebetulan tepat, kalau benar saudara dari utara!" jawab Erwin.
Muhidin lalu menerangkan, bahwa ia berasal dari Tanjungbalai Asahan.
"Jauh juga Saudara merantau," kata Erwin. "Tidak banyak orang Asahan di kota ini.
Saudara mendapat guru hebat."
"Kau memujiku, sementara kau sendiri berada jauh di atas kebolehanku yang tidak seberapa," kata Abduh. "Aku akan senang sekali kalau kau mau bersama kami untuk beberapa hari."
"Untuk apa?" tanya Erwin.
"Untuk menolongku. Bukankah kau suka menolong sesamamu yang amat membutuhkan bantuan atau nasihatmu?"
"Bantuan apakah itu" Aku khawatir Bapak menemukan orang yang keliru. Aku tidak punya kepintaran apa-apa. Aku dalam perjalanan pulang ke kampung yang sudah lama tidak kukunjungi!"
"Aku tahu. Ke Tapanuli. Kau ziarah ke makam ayahmu Dja Lubuk dan ompungmu Raja Tigor. Mau menambah ilmu. Kaubawa Ashar karena ia tak tahan tinggal bersama pamannya yang kaya!"
SERIAL MANUSIA HARIMAU
55 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Erwin dan Ashar saling pandang.
"Bapak telah membaca diri kami," kata Erwin.
"Kalau tanggung-tanggung hebat, tidak akan mampu mengetahui semuanya begitu tepat."
"Hanya menerka-nerka, kebetulan tepat, barangkali," balas Abduh.
Erwin merasa dirinya dipukul kembali. Dan kini semua sama-sama tertawa. Hanya Ashar yang diam oleh rasa herannya akan ketinggian ilmu orang-orang itu.
"Ya, di sinilah Bang Erwin untuk beberapa hari. Memang rumah kami hanya begini, tetapi hati kami terbuka lebar untuk Bang Erwin," kata Hasanah yang perawan dan rupawan. Ayahnya mengerling. Banyaknya asam garam yang telah dirasanya membuat Abduh tahu, apa yang mulai masuk ke dalam hati anak gadisnya itu. Tetapi ia malah senang, karena ia tahu, bahwa Erwin seorang lelaki yang boleh dipercaya. Bukan jenis yang kelotokan atau mudah melebar lubang hidungnya kalau dipuji atau dimanisi wanita. Ia memang masih muda, tetapi ia matang dan pengalamannya dimasa lampau, banyak memberi pelajaran kepadanya.
Fatimah juga mengajak Erwin bermalarn di rumah mereka. "Untuk mempererat hubungan keluarga," kata wanita yang sudah berfaham ini. "Tampaknya Hasan dan Husin juga suka sama Abang."
"Mana ayah mereka?" tanya Erwin polos. Fatimah diam, begitu pula yang lain.
"Maaf atas pertanyaanku itu," kata Erwin. Ia mengerti, bahwa pertanyaan itu menimbulkan kesedihan. Dia tidak menanyakan lebih jauh. Belakangan ia mengetahui, bahwa Husni yang ayah kedua anak itu telah tewas diterkam harimau di Muara Bungo, sebuah kota yang di sekitarnya masih menjadi sarang harimau. Tidak merupakan kejadian yang sangat mengherankan, kalau Husni dibunuh dan dimakan harimau di hutan atau di pinggirnya, karena di sana harimau masih masuk ke desa-desa yang berhampiran dengan belantara. Husni diterkam lalu diseret oleh seekor raja hutan di kota Muara Bungo. Suatu kejadian yang tidak pernah terjadi di tahun-tahun belakangan ini. Kata sementara orang pandai ia dibunuh oleh harimau atas suruhan seorang pemelihara harimau. Sepanjang tahu keluarga Abduh, mereka sekeluarga tidak punya kenalan pemelihara harimau. Oleh karenanya mereka menarik kesimpulan, bahwa yang punya harimau piaraan itu pun bekerja atas keinginan orang lain pula. Yaitu orang yang benci kepada Husni dan menghendaki SERIAL MANUSIA HARIMAU
56 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id kematiannya. Pembunuhan sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi orang itu sengaja memilih cara yang amat menyakitkan hati.
Abduh meminta anak-anaknya, Muhidin dan Ashar pindah ke ruangan lain, karena ia hendak bicara berdua-dua saja dengan Erwin.
"Aku ingin tahu, mengapa Bapak memilih aku," kata Erwin.
"Karena engkaulah orang yang kuyakini mampu," jawab Abduh.
Ia lalu menceritakan, bahwa ia dimintai bantuan oleh seorang amat kaya di kota Lahat itu untuk menemukan kembali Abu Samad yang telah hilang tanpa meninggalkan jejak.
Polisi telah dilapori dan telah mengerahkan banyak tenaga, namun tiada berhasil. Mereka tidak dapat- mengatakan, bahwa Abu Samad dibunuh karena tiada bukti untuk itu. Mau dikatakan diculik juga sulit; karena belum pernah terjadi penculikan atas seorang warga di kota itu. Apalagi sepanjang tahu mereka, begitu pula masyarakat, lelaki itu sangat baik hati.
Tidak punya musuh. Menurut penglihatan Abduh, lelaki itu masih hidup dan ditahan di sebuah tempat yang dijaga ketat.
"Berupa binatang-binatang melata yang berbisa atau tangkal yang tidak dapat ditembus?" tanya Erwin.
Dari pertanyaan itu Abduh kian mengetahui bahwa anak muda ini memang bukan sembarangan. Istilah "dijaga ketat" itu dimakluminya. Dukun tanggung akan bertanya, berapa jagoan atau tukang pukul yang menjaga rumah itu. Kalau baru tukang pukul atau bahkan tukang bunuh, masih dapat ditaklukkan oleh Polisi. Karena sudah terang mereka orang-orang bayaran untuk melakukan atau setidak-tidaknya melindungi kejahatan. Polisi dapat bertindak.
"Itulah yang tidak kelihatan di dalam usahaku," jawab Abduh. "Suatu bukti, bahwa mereka menggunakan orang pandai. Dan mereka melakukan itu bukan untuk membunuh Abu Samad. Karena kalau hanya untuk membunuh mengapa menempuh cara yang sesukar itu?"
"Mengapa Bapak kira aku dapat membantu!" tanya Erwin.
"Kau telah mengatakannya kepadaku di dalam mimpi. Sudah sejak sepekan yang lalu.
Dan selama itu pulalah aku keliling mencari orang yang kulihat di dalam mimpiku itu.
Tidak bersua. Memang aku pun tahu bahwa harapanku amat tipis, karena dalam mimpi itu jelas kaukatakan bahwa kau ada urusan dengan seorang wanita cantik di Jakarta. Perempuan SERIAL MANUSIA HARIMAU
57 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id itu kau sembuhkan dari penyakitnya. Dia jatuh cinta, tetapi kau menolak. Hanya karena kau merasa tidak sekufu dengan dia!"
"Hebat sekali mimpi Bapak itu," kata Erwin polos dan sangat kagum.
"Tidak dijelaskan. dalam mimpi itu bahwa kau akan singgah di kota ini. Ketika aku melihat kau tadi, aku terperanjat. Betulkah kau yang dalam mimpiku, ataukah orang lain yang mirip dengan orang yang kulihat di alam mimpi itu" Setelah lama kuperhatikan, aku memberanikan diri, karena naluriku mengatakan, bahwa engkaulah orangnya."
"Sebetulnya aku belum apa-apa, Pak Abduh. Tetapi kalau sekedar mencoba bolehlah.
Kalau jelas kita memohon kepadaNya. Tanpa izinNya tidak akan ada keberhasilan."
Sekali lagi Abduh mengagumi Erwin. Yang tetap menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada Tuhan. Tiada ketakburan padanya.
Dan malam itu juga ia mulai. Celakanya, waktu ia mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencari tahu di mana rumah tahanan itu, ia merasa bahwa dirinya akan berubah. Dan lebih celaka lagi, kali ini perubahan itu begitu cepat berlangsung.
Setelah ia berbadan harimau, mendadak di sana berdiri makhluk amat besar, tak tentu bentuknya. Kerbau bukan, harimau juga tidak. Inilah jin kiriman orang yang menahan Abu Samad. Dan inilah yang harus dilawannya.
Jin itu bukan jenis yang banyak bicara. Ia langsung menerkam si manusia harimau, sehingga terjadilah perkelahian. Kegaduhan itu terdengar oleh Abduh, Ashar, kedua anak Abduh dan Muhidin.
*** ABDUH tahu, bahwa Erwin pasti sedang bertarung dengan lawannya, yaitu orang pandai yang memenjarakan Abu Samad dengan pengawalan amat ketat. Ia pun tahu, bahwa Erwin sedang berusaha mematahkan penjagaan atas diri hartawan yang ditahan itu, tetapi mendapat perlawanah keras sehingga terjadi adu kuat. Dalam pertempuran antara orang pandai semacam itu hanya ada dua kemungkinan. Salah satu mengaku kalah atau salah satu tewas karena tidak ada yang mau menyerah. Orang berkekuatan batin yang sangat menghargai martabatnya lebih cenderung untuk tewas daripada menyerah. Menurut keyakinan Abduh, anak muda yang baru dikenalnya itu bersifat pantang menyerah. Jadi SERIAL MANUSIA HARIMAU
58 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id dalam perkelahian ini hanya terbuka dua kemungkinan. Erwin tewas karena lawannya lebih kuat atau dia menewaskan lawannya kalau musuh itu tidak mau menyerah. Lawannya pasti tidak kepalang tanggung, karena Abduh sendiri sudah mengaku bahwa is tidak kuasa mengalahkannya.
Kemudian secara tiba-tiba suara gaduh di dalam kamar itu berhenti. Sudah selesaikah"
Siapa yang keluar sebagai pemenang" Di antara semua yang kelihatan bermuka pucat hanyalah Hasanah. Sekali lagi ayahnya yang punya ilmu-ilmu tinggi membaca isi hati perawan itu. Mengapa justru ia yang paling risau, padahal baru siang tadi kenal dengan Erwin Yang seperti biasa berpakaian amat sederhana, bahkan mendekati agak kumal. Tidak punya bawaan apa pun selain sebuah ransel. Ashar hanya punya buntalan kecil, berisi satu kemeja dan celana yang diselundupkannya dari rumah ketika pergi. Memang ia berniat akan meninggalkan rumah itu. Andaikata ia tidak bertemu dengan Erwin, maka ia akan bertualang seorang diri. Bagaimana kehendak nasib saja. la hanya keluaran es em pe. Berijazah tulen, karena ia memang pintar di sekolah. Tanpa pungli atau sogok.
Abduh memasang telinga, rapat ke pintu kamar. Sebenarnya is tidak perlu berbuat begitu, karena suara yang terdengar kemudian cukup jelas untuk didengar oleh mereka semua yang ada di luar.
Satu suara lantang berkata, "Kau orang asing di sini, mengapa kurang ajar mau mencampuri urusan kami?"
"Sumatera pulau asalku, walaupun aku bukan orang daerah ini. Dan aku tidak mencampuri urusanmu. Kaulah yang mendatangiku kemari. Jadi kaulah yang kurang ajar, kerbau hina yang sombong!" kata Erwin dengan suara menggeledek. Bukan suaranya yang didengar Abduh siang tadi. Kemudian diiringi oleh geraman yang menakutkan. Geraman harimau. Memang tidak salah, geraman harimau. Abduh biasa mendengar itu, ketika ia tinggal di Rengat. Abduh, kedua anaknya dan Ashar serta Muhidin saling pandang tanpa kata dengan pikiran masing-masing. Yang teramat keheranan hanya Ashar yang tidak bisa menebak sedikit pun apakah gerangan yang sedang terjadi. Dia pernah mendengar bahwa Erwin seorang dukun yang sangat sosial, lebih dari itu tidak. Jadi tidak pernah diketahuinya tentang manusia harimau dan sebagainya.
"Apakah yang terjadi dengan Bang Erwin?" tanya Ashar kepada Abduh, yang menjawab dengan meletakkan jari telunjuknya di mulut, supaya anak muda tanggung itu bertenang SERIAL MANUSIA HARIMAU
59 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id saja.
"Barangkali dia membutuhkan bantuan ayah," kata Hasanah yang merasa gelisah mendengar kegaduhan itu. Apalagi mendengar suara geraman yang membangkitkan bulu tengkuknya.
"Berdoa sajalah," kata Abduh. "Ayah tidak boleh mencampuri."
"Tetapi apakah yang sebenarnya terjadi" Dan suara apakah itu?" tanya Hasanah yang tidak puas dengan jawaban ayahnya dan mengkhawatirkan nasib tamu yang baru dikenalnya itu.
"Kau akan menyesal melawanku. Kau datang kemari mengantarkan nyawa," kata suara makhluk lawan Erwin.
"Sudah nasibku kalau itu yang akan terjadi. Tetapi aku ingin memperingatkanmu bahwa engkaulah yang akan binasa, bedebah," geram si manusia harimau.
"Sedangkan si Abduh yang kawakan tak kuasa menentangku. Si pengecut itu mengotbankan engkau, karena ia sudah kehilangan akal. Menyerahlah engkau sebelum aku habis kesabaran. Kuberi engkau kesempatan terakhir untuk ke luar. Kau masih terlalu muda untuk tewas secara tiada berguna. Engkau hendak pulang ke kampungmu guna menziarahi kuburan ayah dan kakekmu. Kuberi kau kesempatan terakhir selagi aku masih punya rasa kasihan!" kata si makhluk yang memang punya kemampuan luar biasa itu.
Erwin menggeram lagi lalu mendengus, diiringi oleh suara pergumulan baru, lebih menakutkan dari tadi. Hati Abduh berdebar. Benarkah ia mengorbankan tamu yang seharusnya tidak terlibat dalam urusannya ini" Kelirukah ia menaruh keyakinan yang demikian besar atas diri Erwin" Mustahil. Lelaki muda itu memang orang yang bertemu dan bicara dengannya di dalam mimpi.
*** PERTARUNGAN antara si manusia harimau dengan makhluk suruhan pemiliknya itu memang merupakan adu kekuatan dan kemampuan yang mengingatkan Erwin kepada perkelahiannya dengan Ki Ampuh beberapa waktu yang lalu, sebelum orang itu dimakan sumpahnya sendiri sehingga menjadi babi yang tidak pernah bebas dari penyesalannya.
Pada suatu saat Erwin merasa kewalahan. Sempat goncang keyakinannya pada diri SERIAL MANUSIA HARIMAU
60 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id sendiri, ketika lawannya memberi pukulan yang sangat telak sehingga ia terjajar dan merasa pusing. Dicobanya berdiri, tetapi ia roboh kembali. Melihat ini si makhluk yang bertenaga raksasa itu tertawa menggelegar, sehingga seluruh rumah serasa bergoncang. "Sudah kaurasa" Sekarang kau boleh tahu. Namaku si Jabalkat. Hanya Dadjal yang mampu menandingi diriku dan engkau bukan si Dadjal. Aku terpaksa memenuhi janji, menamatkan riwayatmu. Mestinya kau tahu diri, tidak jadi gila oleh pujian si Abduh yang tidak tahu malu itu. Dia orang rakus yang ingin mendapat upah besar, sampai hati mengorbankan engkau yang masih hijau!"
Abduh yang mendengar kata-kata itu malu bukan buatan. Dia dikatakan rakus dan mengorbankan Erwin oleh kerakusannya! Dia jadi lebih malu ketika Hasanah dan Fatimah memandangnya seolah-olah menyesali sifat buruk ayah mereka. Tetapi pada detik itulah terdengar lagi suara geraman yang amat dahsyat, diiringkan oleh suara terkaman dan benda berat yang jatuh berdebab sambil mengeluarkan suara kaget. Lalu mereka mendengar suara mendengus-dengus dan pukulan keras bertubi-tubi. Saat Jabalkat membanggakan diri oleh keberhasilannya, Erwin pulih dari rasa pusing lalu menerkam dengan seluruh berat badannya, mempergunakan kedua tangannya yang kuat dengan kuku harimau yang tajam.
Tanpa mengenal ampun, karena menyadari bahwa nyawa sudah jadi taruhan yang menentukan, ia menyerang lawannya. Makhluk tak keruan wujud itu kaget oleh sobekan kuku dengan sepenuh tenaga dan sudah bertekad mati atau mematikan. Yang mana pun jadi.
Tiada lagi pilihan lain.
"Ampun, ampuni aku yang telah menyombongkan diri," terdengar suara serak. "Jangan tewaskan aku." Tetapi Erwin sudah seperti kesurupan. Ia tidak tahu lagi apa artinya ampun.
Ia khawatir akan tertipu. Maka ia memukul terus dengan tenaga setan. Tenaga yang membuat lawannya hanya berdesah-desah, tidak mampu lagi berkata-kata.


Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua orang di luar kamar berdebar-debar, penuh tanda tanya, penuh keraguan.
Kemudian mereka menjadi pucat, terutama sekali Abduh dan anaknya Hasanah. Merekalah yang sangat berkepentingan dengan apa yang sebenarnya telah terjadi. Sudah tidak ada lagi suara. Sepi seolah-olah di dalam kamar itu sudah ada apa-apa lagi. Suatu kesepian yang amat mencekam. Dan mereka pun hanya mampu saling pandang. Tidak ada pertanyaan.
Karena tiada gunanya pertanyaan. Karena mereka tidak tahu mau menjawab apa kalau sekiranya ada yang bertanya.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
61 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Lama mereka terbodoh seperti itu. Sudah tamatkah semuanya" Tamat bagaimana"
Akhirnya Hasanah yang memecah kesepian. Karena ia sudah tidak tahan. Entah mengapa jadinya dia yang tidak punya kekuatan lagi untuk menahan diri. Entah mengapa jadinya dia yang ingin tahu musabab dari kesepian yang lebih dari mencekam itu.
"Bang Erwin," jerit Hasanah dengan tangis yang meledak karena tak terkendalikan lagi.
Tiada jawaban. Tetap sepi. "Bang Erwin," jeritnya lagi. Tiada sekerat suara pun yang menyahuti.
Kemudian Hasanah menggoncang pegangan kunci. Dan pintu itu terbuka, karena rupanya tidak dikunci dari dalam. Gadis itu terpekik, lalu berlutut di hadapan Erwin yang terbaring di sana tanpa bergerak. Hanya dia. Tiada lain daripada dia. Lalu dengan siapakah dia bergumul tadi" Seorang diri" Tak mungkin.
Erwin berlumuran darah segar. Seorang laki-laki yang tadinya begitu tampan, kini tergeletak tak sadarkan diri. Abduh menyesal, mengapa ia tadi tidak membuka pintu yang tidak terkunci itu ketika terjadi kegaduhan di dalam. Ia tahu, bahwa anak muda itu habis bertarung dan lawannya yang tentu bukan manusia biasa itu telah hilang. Matikah dia" Dan lawannya yang memang lalu telah lenyap tanpa bekas"
Tetapi Abduh yang tahu, bahwa Erwin tentu habis bertarung, segera melihat apa yang tidak terlihat oleh Hasanah dan Fatimah yang menghadapi Erwin. Di dekat dinding tampak banyak darah segar, tetapi berwarna hitam kehijau-hijauan. Dan dia pun melihat bahwa jari jari tamunya itu berlumuran darah. Juga berwarna hitam kehijau-hijauan. Sudah pasti bukan darahnya. Sebab baju tamunya berlepotan darah merah. Kemudian tampak tandatanda kehidupan pada dadanya yang mulai turun naik. Melihat ini timbul secercah harapan yang menggetarkan hati Hasanah. "Ia masih hidup ayah," katanya.
"Ya, bersyukurlah kepada Tuhan," kata Abduh. Timbul sedikit keredaan di dalam hatinya.
Satu suara tanpa rupa yang mengeluarkannya berkata lemah, "Ia memang hebat Abduh.
Dia telah mengalahkanku. Kekalahan pertama dalam pengabdianku. Maafkan aku. Aku hanya budak suruhan yang hina!"
Hasanah dan Fatimah memandang ayah mereka. Mereka tahu ayah mereka seorang berilmu, tetapi mereka tidak bisa mengerti apakah makna kejadian ini semua. Namun begitu hati Hasanah serasa melonjak karena bangga atas kehebatan lelaki yang belum sampai dua SERIAL MANUSIA HARIMAU
62 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id puluh empat jam dikenalnya. Dia belum mampu menjawab, jika ditanya mengapa ia begitu gembira. Dia pun tidak tahu bahwa ayahnya memperhatikannya dengan pandangan yang lebih banyak mengandung kecemasan daripada kegembiraan. Karena ia hanya tahu bahwa Erwin memang orang penuh digdaya, belum lebih daripada itu.
Tanpa ada yang menyuruh dan tanpa memikirkan apa yang disangka atau dipikir ayah dan kakaknya, ia mengambil air, membersihkan tangan Erwin lalu meminta kepada ayahnya agar pakaian Erwin diganti.
Ashar mengeluarkan pakaian lusuh dari ransel Erwin, membuat Hasanah tak kuasa menahan air mata melihat keadaan yang mengundang rasa-iba terhadap nasibnya yang hanya begitu. Abduh dan Muhidin memindahkan manusia harimau itu ke atas tempat tidur. Dan Hasanah menungguinya tanpa kenal kantuk dengan berbagai perasaan merasuk hatinya. Dan orang berpengetahuan mistik cukup tinggi yang modern itu membiarkan. la yakin tidak akan terjadi apa pun yang dapat merugikan nama baik mereka, bukan karena Erwin dalam keadaan tidak berdaya, tetapi karena ia yakin bahwa anak muda itu bermoral tinggi. Lebih baik dari banyak manusia penting yang selalu bicara tentang moral sementara mereka sendiri sebenarnya manusia tak bermoral dengan mental yang hanya dapat digolongkan kelas biri-biri.
Tetapi di dalam berbincang-bincang dengan anaknya yang sedang menjanda itu Abduh berkata, "Aku tidak pernah melihat adikmu berperangai seperti ini!"
Menjawab Fatimah dengan nada santai, "Jatuh hati barangkali. Kurasa tidak apa-apa.
Ayah khawatir?"
Dan ayahnya pun menjawab sambil senyum tanpa makna lain, "Uh, sama sekali tidak.
Aku malah senang dengan sifatnya. Tidak menilai manusia secara lahiriah. Kau kira anak muda hebat itu menyukai adikmu?"
"Pertanyaan mudah yang tidak dapat dijawab. Sembilan di antara sepuluh lelaki dapat dipastikan akan tertarik bahkan jatuh cinta kepada Hasanah. Ia memenuhi segala persyaratan untuk disukai lelaki, apalagi yang tergolong, begitu melihat langsung terjerembab, falling in love. Dalam pada itu tidak tertutup kemungkinan, manusia yang satu ini justru tidak, termasuk dalam sembilan di antara sepuluh lelaki itu!" kata Fatimah. Lalu ia diam, teringat kepada suaminya yang diterkam-makan harimau di Muara Bungo. Ayahnya paham apa yang mengganggu pikiran anaknya.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
63 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Aku juga belum berhenti sampai di situ, Fat. Aku mau tahu manusia di belakang harimau itu. Aku akan coba!" kata Abduh.
"Coba apa?" tanya Fatimah.
"Mengetahui dalang pembunuhan itu."
"Bukankah Ayah sudah mencoba dan meminta pertolongan sahabat-sahabat Ayah."
"Ya, tanpa hasil," kata Abduh lesu. "Aku akan bicara dengannya."
"Nya siapa?"
"Erwin, siapa lagi. Nanti kalau dia sudah sembuh!"
"Malu," kata Fatimah_ lemah. "Dia baru saja hampir mati memenuhi permintaan Ayah."
"Aku tahu. Aku juga malu. Tetapi aku akan melakukannya. Kau dengar suara tadi?"
"Ya, mengapa?" tanya Fatimah ingin mendapat ketegasan mengenai apa yang sudah menjadi dugaannya.
"Kau percaya suara itu suara harimau?"
"Tetapi mungkinkah?"
"Yang pasti lawannya menyerah. Lawan yang tak terkalahkan olehku."
"Siapakah lawannya itu Ayah?"
"Aku tidak pernah melihatnya. Aku tidak tahan di kamar. Panasnya seperti sejengkal di bawah matahari. Dia tidak sampai menampilkan diri. Barangkali majikannya tidak sampai menyuruhnya menghadapiku. Tetapi tadi malam, seperti diakuinya, ia hanya pesuruh yang tidak dapat menolak perintah majikannya. Barangkali dia bisa memanggil orang yang memerintah harimau suruhannya."
*** MENJELANG pagi Erwin mulai mampu membuka mata. Dia tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Susanty. Mengapa Susanty ada di situ" Bagaimana dia tahu" Dia malu. Terlalu malu. Apakah Susanty sama dengan almarhum isterinya Indahayati. Yang tetap mencintainya, walaupun telah melihat sendiri, makhluk apa dia sebenarnya"
Hati Hasanah mekar-bahagia melihat Erwin telah membuka mata dan memandanginya dengan rasa heran tetapi jelas penuh pula dengan terima kasih.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
64 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Kau telah menyelamatkanku Susan. Aku tidak pantas mendapat perlakuan begini baik!" kata Erwin perlahan. Tentu saja Hasanah heran dengan ucapan lelaki itu. la menyebut Susanty dan tidak layak dapat perlakuan sebaik ini. Apakah maksudnya" Sekedar mengigau ataukah ada kisah nyata di belakang semua kata-katanya itu"
"Susanty, kau tidak marah kepadaku?" tanya Erwin.
Mengetahui, bahwa lelaki ini belum pulih benar., ditambah dengan dorongan hati yang penuh harap dan tanda tanya, walaupun berdebar mendengar nama Susanty, ia berupaya menyesuaikan diri, "Tidak, aku tidak marah Bang Erwin!"
"Betul?" Kau mestinya benci dan takut kepadaku."
Hasanah tambah dirasuki tanda tanya, upakah yang dimaksud oleh lelaki ini dengan marah, benci dan mestinya takut. Siapakah Susan" Ada hubungan apakah orang muda yang handalan ini dengan perempuan bernama Susan" Kalau kata-kata Erwin dirangkaikan, mestinya ada suatu hubungan cukup erat antara kedua manusia ini. Saudaranya, sahabatnya, kekasihnya ataukah isterinya"
Tetapi seketika kemudian, Erwin mengerutkan dahi seperti mengingat-ingat sesuatu lalu katanya, "Kau bukan Susan, maafkan aku. Siapakah kau Nona?"
"Tidak mengapa. Kau belum sembuh. Memang aku bukan Susan. Kau mengingat dia"
Kau tentu sayang sekali kepadanya!"
"Aku telah mengecewakannya," kata Erwin lemah.
"Sudah, istirahatlah. Kau letih."
"Sekarang aku ingat. Kau Hasanah anak Pak Abduh. Mana beliau?"
"Ada. Abang mau bicara dengannya" Kupanggil ya."
"Boleh."
Tak lama kemudian datanglah Abduh. Si manusia harimau sudah lebih sehat. Pelan-pelan diceritakannya pengalamannya tentang kedatangan pesuruh yang berwujud aneh itu.
Tetapi tidak tentang perubahan dirinya sendiri menjadi harimau.
Abduh mengucapkan terima kasih. "Sejak memandang dan memperhatikanmu aku sudah yakin, bahwa aku tidak keliru. Kaulah orangnya yang dapat mengalahkan orang yang memagar tempat tahanan Abu Samad." Hasanah yang mendengar cerita Erwin turut bangga. Mengertilah dia kini, mengapa ayahnya menyebut Erwin dengar rekan dan sahabat.
Rupanya anak muda yang telah memikat hatinya itu lebih kawakan daripada ayahnya yang SERIAL MANUSIA HARIMAU
65 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id di Lahat sudah terkenal sebagai orang amat pintar yang belum terkalahkan.
"Abang Erwin biar tinggal di sini saja Ayah," kata Hasanah yang kemauannya selalu dituruti, karena dia anak bungsu di antara dua bersaudara. Hati Erwin berdebar tanpa sebab.
Hanya baginya debaran demikian merupakan pertanda bahwa ia akan mendapat kesulitan lagi. Dan kesulitannya kebanyakan dengan wanita. Hal ini merupakan suatu malapetaka baginya karena keadaannya yang tidak normal ditambah dengan ekonominya yang morat-marit tidak mengizinkannya untuk mempunyai hubungan wajar dengan wanita-wanita yang selalu tertarik kepada dirinya. Memang nasibnya berbeda sekali dengan sahabatnya Sumarta yang mempunyai kucing suruhan. Dia harus menggunakan guna-guna dengan bantuan orang lain pula untuk memikat hati seorang wanita yang sama sekali tidak pantas untuk dirinya. Erwin malah kewalahan dengan banyak perempuan yang tertarik dan ingin memiliki dirinya. Kalau saja mereka tahu, bahwa ia seorang atau seekor manusia harimau, barangkali keadaan akan menjadi sangat lain.
"Tidurlah Hasanah. Terima kasih atas budi baikmu," kata Erwin menganjurkan gadis itu untuk pergi istirahat.
"Kamilah yang harus berterima kasih," sahut Hasanah.
"Ya, Hasanah benar Erwin," kata Abduh. "Kami yang mestinya berterima kasih. Kau telah jadi korban karena urusan kami."
"Tidak apa. Justru baik bagiku untuk menambah pengalaman. Aku masih dalam taraf belajar, Pak Abduh. Aku minta bantuan Pak Abduh dan Hasanah untuk meninggalkan aku sendirian. Aku mau bertenang dan mengucapkan syukur yang khusuk, karena aku telah dibantu oleh Yang Mahapengasih."
Mendengar permintaan yang sangat serius itu Abduh tak dapat berbuat lain daripada memenuhinya. la memberi isyarat kepada anaknya supaya meninggalkan Erwin sendirian.
Ia masih merasa lemah. Lawannya tadi memang bukan kepalang tanggung. Di tengah pertarungan tadi dia hampir putus asa dan sudah setengah yakin bahwa dia akan gagal.
Hanya karena kesombongan dan kelengahan si Jabalkat jugalah maka Erwin mendapat kesempatan untuk melancarkan pukulan yang menentukan.
Tak lama setelah ia sendirian di dalam kamar yang atas permintaan sengaja ditutup, yang diharapnya datang pun datanglah Raja Tigor, kakeknya yang semasa hidupnya merupakan dukun terbesar di Mandailing.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
66 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Ompung," kata Erwin yang belum kuasa bangkit dari pembaringannya.
Kakeknya yang sudah lama meninggal itu, datang menghampiri.
"Aku melihat kau bertempur tadi. Bagus. Aku senang kau telah berhasil mengalahkannya. Tetapi kemenanganmu itu membawa bencana lain. Kalau tidak bagi dirimu, bagi orang lain yang amat sayang kepadamu. Tabahkanlah hatimu!"
"Apa maksud Ompung?"
"Seperti yang kukatakan itu. Akan ada pula bencana sebagai imbangan dari kemenanganmu." Raja Tigor diam. Kemudian melanjutkan, "Itu yang dinamakan suratan badan. Tak dapat kita elakkan. Bukan kehendakmu, tetapi dia menyerempet bahkan menimpa dirimu."
Erwin berpikir-pikir, apakah yang dimaksudkan oleh neneknya itu. Baginya masih merupakan tanda tanya.
"Bencana apakah itu Ompung?"
"Biasa. Menyakiti, tidak mematikan. Sudahlah, tak usah pikirkan, sebab tidak dapat dielakkan. Mari kuobati luka-lukamu. Tampaknya seperti tidak apa-apa. Tetapi kalau tidak segera diobati, besok dia akan bernanah dan bisa membawa maut. Lawanmu itu punya bisa yang amat berbahaya. Biarpun dia tadi kalah dan menghindar, tetapi dia tahu, bahwa kaulah yang akan mati!" Erwin terkejut, tidak menyangka, bahwa luka-lukanya sampai separah itu.
Kakeknya yang datang dalam bentuk manusia biasa itu menyapukan segumpal tanah yang dibawanya, ke luka-luka Erwin. Tanah dari kuburannya sendiri.
"Obat apa itu Ompung?"
"Sebetulnya oukan apa-apa. Hanya segumpal dari tubuh ompung. Tanah asal tumpah darahmu. Tanah Mandailing," kata Raja Tigor sambil bergurau untuk menghibur cucunya yang nyaris menemui ajaL Sebenarnya hanya tinggal menunggu tiga hari, kalau Raja Tigor tidak segera datang. Ia, sama halnya dengan ayah Erwin, selalu mengikuti kegiatan Erwin dan bersamaan dengan itu mereka juga memperhatikan rencana serta perbuatan orang-orang yang ditujukan untuk membinasakan sang manusia harimau. Ia memang selalu harus dibantu kalau keadaan tidak teratasi lagi olehnya. Karena dialah turunan mereka satu-satunya yang menerima warisan untuk meneruskan apa yang sudah tinggal terlalu sedikit di Tapanuli Selatan Yaitu manusia harimau, manusia yang menguasai sejumlah atau seekor harimau, harimau-harimau yang menjadi guru terakhir di dalam persilatan. Di samping itu SERIAL MANUSIA HARIMAU
67 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id masih ada lagi manusia yang mempunyai sifat harimau, sementara tubuhnya tetap selalu sebagai manusia biasa. Mereka yang hampir langka"tetapi masih ada"ini punya kelemahan pada saat-saat tertentu untuk melepas dahaga dengan darah manusia. Tentang sifat ini masih ada dua pendapat atau keyakinan. Yang sekelompok mengatakan, bahwa itu merupakan sifat perorangan yang merupakan semacam warisan juga kepada salah seorang di antara sebuah keluarga. Tidak mutlak kepada anak lelaki tertua. Ada pula yang berpendapat bahwa kehausan aneh itu hanya merupakan penyakit pribadi yang menimpa seseorang karena ia pernah menghina harimau. Menurut kepercayaan, harimau termasuk binatang buas yang sama sekali tidak boleh dihina. Tidak boleh menceritakan yang buruk tentang mereka. Menurut kepercayaan masyarakat di daerah berharimau, telah banyak kali terbukti orang yang merendahkan atau menghina harimau dalam waktu yang tidak terlalu lama diterkam oleh binatang buas itu. Untuk dimatikan lalu dimakan atau sekedar dibikin cacat seumur hidup, sesuai dengan berat ringan penghinaan yang dilakukannya. Tetapi ada lagi orang yang juga menurut kepercayaan"memang sudah ditentukan untuk jadi santapan harimau, walaupun ia tidak pernah melakukan penghinaan atau takbur terhadap raja rimba ini.
"Berilah aku tanah seperti itu Ompung. Untuk digunakan bila perlu. Kalau-kalau ada orang yang jadi korban seperti aku."
"Aku tidak keberatan memberimu tanah tubuhku, tetapi tidak akan ada faedahnya bagimu. Harus aku sendiri yang menyapukannya. Sudah begitu ketentuannya. Karena ini bukan suatu ilmu yang dapat dipelajari. Hanya suatu kenyataan yang tidak dapat dijelaskan mengapa begitu. Tetapi ada sesuatu yang boleh kukatakan kepadamu. Di kampung nanti kau akan dapat belajar lebih banyak. Yang jahat maupun yang baik. Yang jahat itu untuk membinasakan orang. Jelasnya dosa. Yang baik untuk kebaikan sesama manusia. Yang baik itu saja pelajari. Kau akan berjumpa dengan seorang lelaki nanti. Hampir seperti aku ini.
Dan keadaannya seperti aku."
"Maksud Ompung?"
"Ya seperti aku. Sudah tiada, tetapi ada. Tak usah kaucari dia. Dia akan mendatangimu!
Sudah takdir begitu. Kau banyak berkenalan dengan manusia yang sudah tidak ada."
Pada saat itu, tanpa mereka duga atau khayalkan, terasa angin bertiup lembut dan hawa di dalam kamar itu menjadi dingin. Tak lama kemudian Dja Lubuk sudah ada di sana.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
68 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Ayah," kata Erwin yang tanpa disadarinya berdiri dan mendapatkan ayahnya. Pada sebelum kedatangan Raja Tigor tadi, dia tidak bisa bangkit dari tempatnya berbaring.
Dja Lubuk mencium dahi anaknya. Dan ketiga makhluk dari dua dunia yang masih satu keluarga dan keturunan itu, kakek, ayah dan Erwin, seperti mengadakan semacam reuni tanpa dimusyawarahkan tempat dan waktunya. Tahu-tahu saja semuanya berkumpul di sana.
Semua kelihatan berbahagia. "Ompung, aku sudah bisa berdiri. Sudah kuat seperti biasa," kata Erwin. Raja Tigor hanya tersenyum girang, melebihi kegirangan cucunya. Erwin merasa dirinya sudah dipulihkan dengan cara yang amat menakjubkan. Yang hanya dapat dilakukan oleh seorang Raja Tigor.
Dja Lubuk memandangi anaknya.
"Mengapa Ayah memandangi aku begitu. Ada apa yang terlihat oleh Ayah?" tanya Erwin.
"Seperti yang dilihat dan dikatakan oleh Ompungmu. Tentang bencana itu. Kukatakan sajalah ya Amang," kata Dja Lubuk kepada ayahnya Raja Tigor.
"Kau yang ayah, kau lebih berhak dan lebih tahu," sahut Raja Tigor. Dan Dja Lubuk mengatakannya.
"Kau ditakdirkan untuk hidup amat pas-pasan kata orang zaman sekarang. Tetapi kau juga ditentukan untuk jadi kesenangan banyak wanita. Seperti yang telah kaualami dan beberapa kali menyusahkan dirimu. Sekurang-kurangnya menyusahkan pikiranmu!" kata Dja Lubuk memulai. Lalu Raja Tigor menimpali, "Ya, seperti Ayahmu dulu. Dia pun digilai banyak perempuan. Setengah mati juga dia," kata Raja Tigor. Dja Lubuk tertawa. Erwin pun jadi turut tertawa.
"Kau lari dari Jakarta karena Susanty. Kakimu membawa ke kota ini. Di sini anak si Abduh itu jatuh cinta pula kepadamu. Ini akan lebih rumit daripada yang dijakarta itu Erwin," kata Dja Lubuk.
Erwin diam. "Dia ini benar-benar sayang kepadamu!" kata Dja Lubuk. "Ya lebih kurang samalah dengan Susan."
"Ayah tentu sependapat dengan aku. Ini tidak mungkin. Dan keadaan juga akan jadi lain kalau dia sudah tahu apa kita ini sebenarnya. Dia akan takut!" kata Erwin.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
69 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Dia tidak akan takut. Dan sayangnya pun tidak akan berubah," kata Dja Lubuk. "Yang berat, ayahnya juga menghendaki kau jadi suami anaknya. Hasanah atau Fatimah. Tetapi, kalau kau mengambil Fatimah, kau mendadak jadi ayah dengan anak dua," kata Raja Tigor sambil tertawa. Hampir terkekeh-kekeh. Mereka anggap pembicaraan itu hanya omong-omong ringan yang boleh dibuat kelakar.
Dja Lubuk juga tertawa. Hanya Erwin yang diam termangu. Dia peka sekali terhadap perasaan. Perasaan dirinya dan orang lain. Baru saja dia dengan susah payah menjauhkan diri dari Susanty. Yang diketahuinya merasa ditinggal dengan hati masygul. Mungkin juga dengan perasaan minder. Walaupun dia melakukannya demi kebaikan dan kebahagiaan mereka. Menurut maksud hatinya. Bagaimana yang sebenarnya akan terjadi, hanya kenyataan pulalah yang akan menentukan.
"Jikalau begitu aku harus segera pergi dari sini," kata Erwin. "Ayah dan Ompung tahu, aku tidak mungkin berumah tangga sekarang. Oleh berbagai sebab. Antara lain oleh kenyataan diri kita!"
"Itu tidak selalu jadi masalah. Kau ingat isterimu Indahayati yang teramat setia itu" Dia mencintaimu sepenuh hati. Dia menyadari bahwa perubahan yang sesekali itu hanya suatu takdir yang tidak dapat dielakkan. Dia menerima kenyataan seperti itu! Pasti akan ada orang seperti almarhum menantuku yang baik itu," kata Dja Lubuk. Pada saat itu, baik Erwin, maupun ayah dan ompungnya teringat lagi pada Ki Ampuh yang telah menghancurkan kebahagiaan satu keluarga yang banyak membantunya.
Raja Tigor menukas, "Kau masih ada urusan yang akan snangat menarik di dalam hidupmu. Suami Fatimah diterkam dan dimakan harimau itu. Coba kau terjun menghadapi dan memenangkannya."
"Tetapi kauharus benar-benar siap mental. Baik yang punya, maupun pesuruhnya itu mempunyai kemampuan luar biasa. Piaraannya itu guru terkenal di dalam mengambil keputusan, apakah seorang murid sudah boleh dilepas ke gelanggang." kata Dja Lubuk.
Pada waktu itulah kelihatan kilat menyambar di dalam kamar. Sesuatu yang tidak masuk akal. Tetapi justru kemustahilan itulah yang terjadi.
"Dia mendengar dan marah," kata Dja Lubuk.
"Dan dia menggertak untuk membuat kau mundur sebelum berhadapan, Erwin," kata Raja Tigor.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
70 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
*** DJA LUBUK menyarankan kepada anaknya agar jangan menghadapi lawan tangguh itu, kalau ia bimbang. Orang yang bimbang pasti tidak akan mungkin menang. Sedangkan orang yang yakin sepenuhnya bahwa dia akan berhasil, masih belum tentu akan keluar sebagai pemenang.
Erwin telah berkali-kali menghadapi lawan berat. Sudah sering pula melihat pertanda-pertanda akan kehebatan musuh, tetapi belum pernah mengalami memancarnya kilat di dalam kamar.
"Kau heran melihat kilat yang menyambar tadi!" tanya Raja Tigor. "Itu hanya kilau senjatanya. Ia bersenjata. Sebilah parang yang didapatnya tatkala dia bertapa di Aceh. Pohon sebesar apa pun akan rebah bila ditebas dengan perang ini."
"Ompung kenal dengan beliau?" tanya Erwin.
"Tidak. Aku telah tiada sebelum dia dikenal sebagai orang pintar yang penuh digdaya.
Ada orang mengatakan dia sakti. Selain punya pedang yang amat ampuh, ia juga memelihara dua ekor harimau. Satu jantan dan yang lainnya betina. Mungkin suami isteri."
"Tetapi mengapa beliau sampai mau membinasakan Husni, menantu Pak Abduh, yang kabarnya sangat ramah dan baik budi. Tidak punya musuh?"
"Dia memang orang baik. Antar manusia!" kata Raja Tigor. Makhluk atau mayat yang bangkit dari kuburnya itu menerangkan lagi.
Teuku Samalanga yang pemilik parang panjang dan dua ekor harimau, itu pun sebenarnya orang baik. Tinggi ilmunya, tetapi ia mempunyai satu kelemahan. Dia tak mampu membaca hati orang, tidak dapat meramal. Ia orang jujur dan selalu menganggap bahwa semua orang juga tentunya jujur terhadap dirinya. Begitulah juga pandangannya terhadap Husni yang bertemu dan berkenalan '' dengannya di kota Palembang. Husni ke kota itu dalam rangka melaksanakan suatu proyek pemerintah yang tendernya telah berhasil dimenangkannya.
"Berapa umur Teuku Samalanga itu, Ompung?" tanya Erwin.
"Sekitar tiga puluhan. Seperti kaulah," jawab Raja Tigor yang membuat Dja Lubuk memandang heran. Ia sendiri belum mengenal Teuku Samalanga ini dan karenanya tidak SERIAL MANUSIA HARIMAU
71 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id menyangka kalau orang hebat itu baru berusia sekitar tiga puluh tahun.
Tidak banyak, bahkan terlalu langka orang berilmu tinggi semuda itu. Teuku Samalanga ini rendah hati, walaupun berkepandaian tinggi. Banyak persamaannya dengan Erwin yang baik hati. Perbedaan di antara mereka terdapat antara lain di dalam cara hidup.
Kalau Erwin cenderung kepada hidup sangat sederhana, mendekati miskin, tidak demikian halnya dengan Teuku Samalanga. Ia hidup dalam kecukupan. Ia suka makanan enak, ia suka pakaian bagus. Dan ia suka bekerja seperti tenaga-tenaga lain. Tidak semata-mata menggantungkan pencarian pada perdukunan. Sebenarnya Erwin juga dengan mudah dapat hidup seperti Teuku dari Aceh ini. Tetapi ia menolak bayaran tinggi oleh pasiennya yang kaya sekali pun. Yang dengan senang hati memberinya berjutajuta karena menyembuhkan mereka dari penyakit yang tidak tertolong oleh tenaga medis. Erwin berpendapat, bahwa Dengan hidup dalam kekurangan orang bisa belajar dan mengalami banyak.
Lain falsafah hidup Teuku Samalanga. Hidup ini untuk dinikmati, tetapi juga membuat persediaan untuk hari nanti. Hari yang tidak dapat dielakkan yaitu yaumilmakhsar. Di mana semua hamba Allah akan diadili. Tanpa ada hakim yang dapat diajak kompromi, tanpa ada jaksa yang bisa didatangi ke rumahnya. Teuku Samalanga dapat mengemudikan mobil, sama seperti Erwin yang pernah jadi supir orang kaya di Surabaya. Dia juga pandai kayu. Dari kepintarannya tulah ia kenal dengan Husni si pemborong banyak duit. Yang berbeda dengan kebanyakan pemborong masa kini, tidak membuat proyek asal jadi. Tetapi juga tidak dapat berbuat lain daripada mengurangi mutu, karena uang dananya sudah dipotong sejak di atas sampai kepada orang-orang kecilnya.
Pada suatu hari tergerak di hati Husni untuk singgah di rumah Teuku Samalanga.
Walaupun orang punya ilmu mistik, sama halnya dengan kebanyakan orang, ia juga merasa bangga dikunjungi oleh orang rada gede dan kaya seperti Husni, wong Palembang yang bermukim di Lahat itu.
"Rumah saya begini saja, Pak," kata Teuku Samalanga dengan hormatnya mempersilakan tamunya masuk.
"Yang penting kan hati tuan rumah," kata Husni yang memang selalu ramah terhadap siapa saja. Dan begitu dia masuk ke dalam dia lantas berkata lebih lanjut, "Wah, hawa di sini lain daripada di luar. Sejuk. Seperti pakai ase!" Dan dia berkata benar. Bangga hati Teuku Samalanga dibuatnya. Yang merasa begitu bukan hanya dia, tetapi siapa saja yang masuk SERIAL MANUSIA HARIMAU
72 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id rumah itu, kalau tidak punya niat buruk di dalam hatinya. Tetapi bagi siapa yang punya maksud busuk di dalam hati, maka memasukinya sama halnya dengan memasuki dapur pemanggang batu kapur.
"Teuku beruntung punya isteri yang pintar sekali memajang ruangan. Semua begitu serasi, enak dipandang," puji Husni.
"Terima kasih untuk penilaian Bapak. Hanya saja, yang mengatur semua ini bukan isteri saya!" jawab Teuku Samalanga.
"Maaf, kalau begitu Teuku belum berumah tangga."
"Sampai sekarang belum. Yang mengurus rumah buruk ini dua orang adik saya!"
Tak lama kemudian keluar seorang wanita, gadis dua puluhan tahun membawa teh dan sedikit juadah, menghidangkannya dengan hormat di atas meja. Sama pula halnya dengan orang lain, Husni segera tertarik. Karena perempuan ini memang menarik. Sekilas pandang saja pun sudah akan tampak bahwa ia mempunyai paras yang amat elok. Lembut, tetapi anggun. Khas Aceh. Hidung mancung dengan mata bersinar setengah menyala. Beberapa untai rambut tergantung menawan di dahinya.
"Ini adik saya yang tua, Safinah," kata Teuku Samalanga. Lalu ia menyebutkan siapa nama dan apa kedudukan tamunya. Walaupun majikan, Husni berdiri memberi salam kepada gadis belia itu. Sentuhan itu membuat darah lelakinya berdesir. Orang boleh bersalaman dengan seratus wanita, belum tentu ada seorang pun yang mendebarkan jantung mendesirkan darah.
"Silakan Pak seadanya," kata Safinah lembut. Kini suaranya membuat seolah dadanya bergetar.
"Nora," seru Teuku Samalanga dengan nada tidak keras, karena mengetahui yang dipanggil berada tak jauh dari sana. Seorang wanita lagi keluar.
"Ini adik saya yang kecil, Menora. Baru di kelas tiga es em a. Kepingin jadi arsitek,"
kata Teuku Samalanga memperkenalkan. Menyebabkan Menora tersipu-sipu.
"Pilihan yang baik sekali," kata Husni. Dan ketika bersalaman, sekali lagi darahnya berdesir. Dalam hati ia merasa malu. Untunglah Menora, Safinah dan ayah mereka tidak tahu. Kalau dua gadis adik kakak disalam membuat darah tersirap, itu kan agak keterlaluan.
Bolehlah kalau merasa malu. Dan masih lumayanlah kalau masih punya perasaan malu.
Penyebabnya tak lain, karena yang punya nama Menora ini tak kalah menawan dari SERIAL MANUSIA HARIMAU
73 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id kakaknya. Hidung mereka sama mancung, tetapi mata Menora bundar dan kalau memandang seperti menantang, membuat lelaki lemah semangat pasti akan menoleh atau tertawa untuk menutupi ketaklukannya. Tetapi yang lebih dari itu semua adalah mulutnya yang dibentuk oleh sepasang bibir sangat sexy. Yang beginian bukan sekedar bikin berdebar.
Ia membangkitkan selera seks yang bisa menjalar ke tempat-tempat yang teramat peka.
Wanita-wanita yang punya daya seperti itu harus waspada. Bukan tidak ada lelaki yang tidak kuat menahan diri, lalu mengikuti. Dia bukan hanya tertarik atau merasa kagum. Ia telah diperintah oleh keinginan seksuil yang sukar dibendung.
Menora segera masuk ke dalam, sementara Teuku Samalanga dan Husni duduk sama-sama minum dan mencicipi kue-kue sebagai dua orang sahabat.
Dalam hati Husni berkata bahwa kedua wanita itulah yang telah mengatur ruangan.
Sekelas dengan kerupawanan mereka. Tetapi Husni yang bersopan dan tahu menjaga gengsi, tidak bertanya apa-apa tentang kedua adik Teuku Samalanga. Pun tidak memuii kecantikan mereka. Suatu kelebihan yang tidak semua orang memilikinya.
*** KETIKA tiba di penginapan Husni, yang tidak pernah menyeleweng kepada isterinya, walaupun hanya dengan khayalan, merasa pikirannya terganggu. Ia teringat kepada Safinah dan Menora buruk, kedua-duanya adik karyawannya. Yang paling buruk pada saat itu lantas dating suatu keinginan di dalam hatinya untuk memiliki mereka. Ya, mereka! Bukan salah seorang di antara kakak beradik itu. Itu kan namanya benar-benar sialan. Setingkat di atas nafsu serakah. Husni sendiri merasa heran dengan perasaannya, tetapi sekedar itu saja.
Merasa heran, tanpa mampu membendung atau membuangnya.
Dalam tidur ia diganggu oleh aneka mimpi. Terasa dirinya dikejar-kejar isterinya yang kemudian berubah jadi harimau. Dekat sekali di belakangnya. Ia ingin menjerit minta tolong, tetapi secuil suara pun tidak keluar.
Lalu ia bermimpi bersanding dengan dua pengantin. Dia di tengah. Di kiri dan kanannya Safinah dengan Menora. Mimpi yang enak, walaupun ia merasa kikuk. Tetapi tiba-tiba kedua isteri yang belum ditidurinya sepakat untuk membinasakan suami mereka.
Berkata Safinah, "Laki-laki seperti ini harus dibikin mampus. Mari kita kerjai dia. Karena SERIAL MANUSIA HARIMAU
74 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id rakusnya seperti ayam jantan, yang biasa disembelih lalu disantap, mari kita sembelih pula dia." Dan kedua wanita itu lalu memegangi kaki dan tangan Husni, lalu mereka ikat.
Menora yang mengambil pisau. Mengkilap. Baru diasah.
Saat akan disembelih, Husni terbangun. Terkejut dan takut. Badannya berkeringat. Ia mengucap, lalu membaca beberapa ayat.
Ia bangkit, minum segelas air putih, merokok untuk menenangkan pikiran. Masih ingat jelas apa yang telah dimimpikannya. Dan pada jauh larut malam itu ia berpikir, mengapa ia menjadi demikian. Ia malu kepada diri, malu mengingat isterinya yang baik di Lahat.
Akhirnya diambilnya keputusan malam itu. Melamar Menora yang adik Safinah. Yang mulutnya sangat sexy menimbulkan gairah. Dia memaafkan dirinya sendiri. Kalau memilih satu di antara dua, rasa-rasanya tidak salah. Tetapi kalau kedua-duanya memang terlalu serakah.
Sejak kunjungannya yang pertama, Husni yang sopan dan bijaksana tidak meneruskan dengan kunjungan kedua. Terlalu kentara dan juga untuk jaga gengsi. Dia pun tidak menyatakan perasaannya kepada Menora. Juga tidak kepada Teuku Samalanga. Ia bicara dengan seorang pamannya yang tinggal di kota mpek-mpek itu. Si paman mengerutkan dahi, karena ia tidak setuju menantunya Fatimah yang selalu baik budi itu sampai dimadu.
Tetapi perasaan itu hanya disimpan di dalam hati. Melihat kekurangsenangan itu membias di wajah pamannya, Husni berkata, bahwa kasih sayang dan perhatiannya terhadap ibu kedua anaknya tidak akan berubah. Pendeknya tetap seperti biasa.
Karena punya utang budi kepada Husni yang banyak membantunya dalam usaha, akhirnya si paman tidak dapat mengelak. Razak menyampaikan amanat Husni kepada Teuku Samalanga.
Teuku Samalanga tidak heran kalau lelaki jatuh hati kepada adiknya. Karena dia tahu kecantikan adik-adiknya. Tetapi bahwa Husni yang setelah sekali datang tak pernah mengulangi kunjungannya, juga tertarik bahkan sampai ingin memperisteri adiknya sungguh tidak disangkanya. Dia menghargai sikap sopan majikannya, tetapi ia merasa heran, mengapa ia melamar Menora, sedangkan menurut hukum adat, sebaiknya kakak perempuan tidak dilangkahi oleh adiknya yang wanita. Walaupun menghargai majikan, untungnya Teuku Samalanga bukan orangnya yang suka ambil muka. la memang bekerja kepada orang dari Aceh itu, tetapi hubungan kerja ini sama sekali tidak punya kaitan dengan urusan dia SERIAL MANUSIA HARIMAU
75 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id dan adik-adiknya. Jadi, dalam hal ini ia merasa wajib bicara dengan adiknya. Di luar dugaan Teuku, adiknya tertawa geli ,mendengar keterangan abangnya.
"Mengapa kau tertawa. Apa yang aneh?" tanya Teuku Samalanga.
"Yang aneh, Bang" Aku tadi malam mimpi dilamarnya. Pak Husni sendiri yang bicara.
Lalu aku tertawa-tawa. Entah kenapa aku tertawa di dalam mimpi itu. Dan dia bertanya seperti Abang. Kenapa aku tertawa dan apa yang aneh?"
Abang yang penyayang adik itu kini turut tertawa. Kemudian baru berkata, "Heran, bisa sama. Sekarang aku tanya, bagaimana pendirianmu?"
"Melamar adalah hak tiap orang. Tetapi melihat sopan santun majikan Abang itu, mestinya dia melamar Kak Safinah. Dia kakakku! Aku tidak mau melangkahi kakakku!"
jawab Menora tegas, tetapi dengan suara biasa.
"Suatu pendirian yang bagus," kata Teuku Samalanga.
Jawaban itulah yang diterima Razak yang paman Husni. Orang kaya yang biasanya sangat baik itu, kecewa. Dan menyimpang dari biasanya, ia merasa terhina dan hatinya tidak menerima. Ia tetap menghendaki Menora. Mengherankan mengapa ia kali ini jadi begitu.
Mungkin im suatu pertanda untux penentuan-penentuan lain di masa mendatang.
Husni berbuat lebih jauh daripada sokedar merasa sakit hati. Walaupun Razak menerangkan bahwa penolakan Teuku Samalanga semata-mata karena Menora tidak mau melangkahi kakaknya. Jadi, kalau sekiranya Husni melamar Safinah, besar sekali kemungkinan akan berhasil. Berapa orang sih di zaman sekarang ini yang mau menolak lamaran seorang kaya yang dapat memenuhi segala kebutuhan manusia akan materi" Tetapi Husni yang telah diselapi kehausan memiliki dan menguasai Menora tidak mau tahu dengan alasan apa pun. Tidak layak permintaannya ditolak. Dia memandang itu sebagai suatu penghinaan terhadap orang kaya, sebagaimana banyak orang kaya lain juga akan punya penilaian sama dengan Husni. Pamannya itu sendiri merasa heran mengapa Husni yang selalu lembut itu mendadak jadi begini. Setan apakah yang memasuki dirinya"
Melalui orang lain Teuku Samalanga mendapat keputusan bahwa tenaganya tidak dibutuhkan lagi. Dia orang yang cepat mengerti. Dan dia pun orang yang punya harga diri.
Dia tidak minta bertemu dengan Husni. Untuk apa" Mohon belas kasihan" Huh, tunggu dulu! Itu pekerjaan terlalu hina. Dan Husni yang mengharap akan dapat menyindir Teuku kalau sampai ia mohon meaghadap dan mohon dipekerjakan kembali, jadi kecewa di luar SERIAL MANUSIA HARIMAU
76 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id dugaan. Sombong amat orang Aceh ini, pikirnya. Dan menurut nafsu buruknya orang sombong harus dibalas. Dan ia akan melakukan pembalasan itu. Bukan orang kaya namanya kalau tidak bias membalas orang sekecil tetapi senekat Teuku.
Ada orang masa kini mengatakan, bahwa menolak keinginan orang berkuasa atau kaya tergolong perbuatan nekat.
Melalui bantuan beberapa kawan akrabnya yang mudah diperintah dengan kekuatan uang, dua tenaga disewa untuk menculik Menora guna santapan Husni yang sudah jadi seperti orang tidak waras itu. Sesuai dengan perintah, Menora dilari sembunyikan ke Muara Bungo. Husni akan menyusul, guna menghilangkan kemungkinan sangkaan keterlibatannya di dalam penculikan itu.
"Husni harus memperoleh apa yang jadi keinginan hatinya," kata Husni kepada diri sendiri. Pada waktu itu ia berkeyakinan, bahwa uanglah yang paling menentukan di dunia ini. Dan dia mempunyai itu. Dalam bilangan banyak. Banyak sekali.
*** PENCULIK-PENCULIK bayaran itu melaksanakan tugas mereka dengan rapi. Di Muara Bungo telah bersedia tempat penyembunyian. Sebuah rumah yang diberi perlengkapan cukup baik untuk dikatakan rumah yang menyenangkan untuk ditempati. Semua oleh daya guna uang Husni yang diperintah untuk mengadakan apa yang dikehendakinya.
Di perjalanan Menora sudah mengetahui, bahwa ia diculik. Dan penculikan sudah pasti bukan dengan tujuan baik. Ia pun sudah dapat menerka-nerka bahwa yang melakukan ini tentu Husni yang marah, karena lamarannya ditolak. Ia juga tahu, bahwa kedua orang yang membawanya itu, seorang laki-laki dan seorang wanita hanya orang bayaran pemborong banyak duit itu.
Wanita itu, yang mengaku bernama Rodiah bukan orang tak terlatih. Dengan kata-kata lembut meyakinkan Menora agar ia tidak usah khawatir, karena tidak ada keburukan apa pun akan terjadi atas dirinya.
"Kakak siapa dan mau apa denganku?" Tanya Menora.
"Aku hendak membawamu ke kebahagiaan, karena kau patut hidup bahagia," sahut Rodiah.
"Tetapi aku diculik," kata Menora.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
77 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Semua akan beres. Abangmu akan diberi tahu. Dan ia pun akan memahami bahwa segalanya dimaksudkan untuk kebaikan."
"Aku tidak setuju. Hendak dibawa ke mana aku?"
"Kau akan nikah dengan Pak Husni yang kaya dan baik hati itu. Ia sangat mencintaimu.
Dia akan membuat kausenang. Begitu pula keluargamu."
"Aku tidak mau dengan pak Husni."
"Percayalah, kau akan menyukai dan mencintainya. Ia belum pernah menyukai wanita seperti ia mencintai kau sekarang. Tenangkan saja pikiranmu. Abangmu, nanti akan diundang untuk menikahkan kau dengan Pak Husni."
Menora tahu, bahwa ia akan mendapat kesulitan. Ia akan dipaksa. Mungkin juga akan diperkosa. Dan semua dugaan Menora memang tepat. Dimulai dengan bujuk rayu yang tidak berhasil, akhirnya Husni yang belum pernah menggunakan kekerasan itu, menggagahi Menora. Ia merenggut kegadisan perawan itu dengan perasaan puas, tetapi dengan tangis dan deraian air mata bagi Menora. Pikiran gadis itu menjadi gelap. Ia tidak pernah membayangkan bencana begini akan menimpa dirinya. Keesokan paginya, ketika Husni pergi mandi, Menora menamatkan riwayatnya dengan menggantung diri. Melihat kenyataan yang tidak diduganya ini, Husni panik. Mau apa sekarang" Atas mufakat dengan orang bayaran, pada malam hari, mayat Menora dikuburkan.
Ketika ia kembali ke Palembang, ia berbuat seperti orang yang tidak tahu menahu dengan malapetaka yang menimpa Menora dan kedua saudaranya. Teuku Samalanga yang kalap, mengasah parang panjangnya. Ia akan menebas leher siapa pun yang telah melarikan adiknya.
Dalam sebuah mimpi, seorang gadis berpakaian serba putih, yang kemudian dikenalnya sebagai adiknya, menceritakan kepadanya bahwa ia sudah tidak ada. Sudah dikuburkan oleh Husni. Teuku Samalariga tidak percaya akan mimpinya.
Dalam mimpi yang seperti khayalan itu ia seperti berdialog dengan adiknya. "Mustahil,"
kata Teuku Samalanga. "Ia memang melamar dirimu dan telah kutolak sesuai dengan pendirianmu. Tetapi tidak masuk akal, bahwa ia sejahat itu. Kecewa barangkali, sakit hati barangkali juga. Tetapi tidak masuk akal bahwa ia melarikanmu. Kau berolok-olok Nora,"
kata lelaki yang dilanda mimpi buruk itu.


Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku pikir pun Abang sukar percaya. Aku sendiri semula tidak percaya akan apa yang SERIAL MANUSIA HARIMAU
78 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id telah menimpa diriku. Tetapi itu telah terjadi. Bukan dia sendiri yang melarikanku. Ia mempergunakan seorang lelaki dan seorang perempuan. Aku dibawa ke Muara Bungo.
Semula aku tidak percaya akan mengalami bencana ini. Kupikir ia akan memaksaku kawin dengannya. Kata perempuan itu Abang akan dibawa juga ke sana guna menjadi wali," begitu tutur Menora di dalam mimpi itu: Persis seperti apa yang telah dialaminya dengan perempuan yang membawanya.
"Lalu?" tanya Teuku Samalanga di dalam mimpinya.
"Aku dipaksa karena aku menolak. Akhirnya aku diperkosanya. Tentu tak masuk pula pada akal Abang. Tetapi itulah yang telah terjadi. Maafkan aku, Bang, aku telah mempertahankan kehormatan keluarga kita sekuat daya. Tetapi aku tak kuasa melawannya.
Kalau pada waktu itu aku mempunyai rencong, telah kubunuh dia. Aku telah mati, Bang.
Mati dengan membawa noda."
"Mati" Mustahil. Itu tidak benar!" jerit Teuku Samalanga, lalu ia terbangun dengan badan menggigil dan bermandikan keringat.
Meskipun hanya mimpi, tetapi hilangnya Menora telah beberapa hari, membuat ia jadi sangat panik. Mungkinkah mimpi menyampaikan kenyataan" Apakah hanya akibat dari kerisauan pikirannya. Mustahil Husni yang sopan itu sampai mampu memerkosa orang yang tidak menghendaki dirinya. Kemudian membunuhnya pula. Tidak masuk akal. Jantung Teuku Samalanga berdebar keras. Berperang antara kemungkinan benar dan godaan mimpi buruk.
Dibangunkannya Safinah. Dalam keadaan panik itu ia menggedor pintu adiknya cukup kuat, sehingga dara itu terbangun dengan hati berdebar. Apa yang terjadi"
Tergugup-gugup Teuku Samalanga menceritakan mimpinya. Di tengah cerita, Safinah tak kuat lagi menahan tangis karena sedih dan penuh rasa takut. Karena ia pun memimpikan adiknya itu. Walaupun tidak selengkap mimpi abangnya. Ia memimpikan Menora menangis lalu berkata, bahwa ia sudah tidak ada. "Aku sudah tidak ada, Kak. Maafkan aku tidak sempat pamit. Kini tinggal Kakak dan Abang saja. Aku sedih sekali Kak meninggalkan kalian. Aku tidak akan pernah kembali lagi. Katakan kepada Abang supaya mencari tempat badanku sekarang. Tanya kepada orang kaya Husni. Dia tahu tempatku." Safinah sendiri menganggap mimpi itu hanya suatu gangguan amat jahat karena ia selalu teringat kepada Menora yang hilang dan kepada Pak Husni yang memberhentikarn abangnya.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
79 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id
"Kau percaya mimpi itu benar-benar telah terjadi?" tanya Teuku.
"Aku tak tahu, Bang, tetapi aku juga mimpikan Menora. Menangis dan mengatakan bahwa ia telah tiada." Mendengar ini Teuku Samalanga semakin yakin, bahwa adiknya Menora memang telah tidak ada lagi. Telah dibunuh orang. Dan orang itu bukan lain daripada Husni. Masih bertanya ia pada dirinya apakah benar Husni yang membunuh"
Tetapi Safinah pun bermimpi, bahwa Husni mengetahui di mana badan adiknya disimpan.
Meskipun masih mengharapkan bahwa mimpi itu hanya suatu percobaan untuk menyesatkan jalan pikirannya, Teuku Samalanga juga tidak lagi memustahilkan kebenaran mimpi itu dalam kenyataan. Karena Safinah juga memperkuat kemungkinati. Barangkali roh Menora sengaja datang kepada kedua kakaknya untuk memberi petunjuk supaya si pemerkosa dan para pembantunya tidak lepas begitu saja dari tuntutan.
Karena kepintaran Teuku Samalanga tidak mencakup kemampuan membaca pikiran orang, maka ia meminta bantuan seorang penenung yang tidak terkenal. Ia sengaja memilih yang belum banyak dikenal orang, karena kalau yang sudah kenamaan pasti akan segera diketahui orang lingkungan dan timbul pertanyaan mengapa pula seorang dukun menemui orang yang punya ilmu seperti dia sendiri dan akan tercium oleh Husni apa yang dikehendaki oleh Teuku Samalanga. Dengan kekuasaan uangnya dia bisa saja membeli rahasia itu dari orang yang mengetahui.
Pak Diran merasa heran akan kunjungan Teuku Samalanga, yang nama dan reputasinya tidak asing baginya. Dan dia senang mendengar tamunya berterus-terang mengakui bahwa ia tidak mampu menenung. Untuk itulah ia memerlukan pertolongan Pak Diran.
Setelah menceritakan tentang kehilangan adiknya tanpa sedikit pun meninggalkan jejak, Pak Diran termenung cukup lama. Meskipun ia tidak terkenal, tetapi kebolehannya dalam melihat kejadian-kejadian yang gelap dan rahasia tidak dapat dipandang enteng. Mendengar cerita saja sudah menimbulkan semacam petunjuk kepadanya, walaupun masih sangat samar-samar. Dia sendiri pun sukar percaya. Itulah yang menyebabkan dia terdiam agak lama. Apakah perasaannya mendustai dirinya"
Teuku Samalanga memandang tajam kepada Pak Diran sambil berpikir. Ia heran mengapa penenung ini terdiam. Apakah dia mau merahasiakan sesuatu" Ataukah akan mengubah sama sekali apa yang dilihatnya"
"Tidak Teuku, saya tidak punya sifat jahat seperti itu," kata Pak Diran.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
80 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Teuku Samalanga memerah padam karena malu. Jalan pikiran dan dugaannya dibaca oleh penenung tidak terkenal itu.
"Maafkan saya. Saya dalam kebingungan. Macam-macam yang terpikir oleh saya.
Macam-macam sangkaan buruk!" kata Teuku Samalanga.
"Saya dapat memaklumi," kata Pak Diran.
"Saya pun hanya ingin mengatakan untuk tidak perlu mencurigai saya. Kebplehan saya hanya sangat sedikit dan belum tentu benar. Yang dapat melihat dan mengetahui segalagalanya, walaupun dirahasiakan, hanya Yang Satu. Saya hanya segelintir hamba yang daif dan apa yang akan saya ceritakan hanyalah pandangan manusia yang sama dengan anak, bahkan barangkali jauh di bawah Anak. Walaupun kita belum pernah berhadapan seperti ini, saya telah mengenal nama besar Anak. Sedangkan saya sendiri bukan apa-apa," kata Pak Diran merendahkan diri sambil mengakui kehebatan Teuku Samalanga. Dan orang dari Aceh itu jadi kian malu, tetapi juga kian mengagumi Pak Diran yang rendah hati.
"Menurut penglihatan saya, yang mengatur iru seorang terpandang. Pintar dan punya harta yang melimpah. Terjadinya cukup jauh dari kota kita ini. Kalau saya tidak salah lihat, ia dibantu oleh lebih dari seorang. Tak dapat saya ketahui berapa orang. Tetapi ada seorang berambut panjang di dalam!" Pak Diran lalu diam pula seketika.
Teuku Samalanga tidak bertanya. Hanya di dalam hati ia berpikir bahwa kejahatan itu memang diatur.
"Siapakah kira-kira dalangnya, Pak Diran?" tanya Teuku.
"Saya tak dapat mengatakannya. Tidak sejauh itu pengetahuan saya. Tetapi orangnya, menurut penglihatan saya agak gemuk."
"Bermisaikah orang itu?"
"Tak dapat saya lihat."
"Maaf Pak Diran, berapakah kira-kira umurnya?" '
"Tak dapat saya menaksir umur orang dengan melihat gambaran tubuhnya. Nanti saya keliru, kalau menerka-nerka. Tetapi tampaknya orang itu gelisah. Barangkali ia dibayangi ketakutan. Walaupun dia punya nama."
Husni memang agak gemuk. Tetapi ada begitu banyak manusia lain yang juga agak gemuk.
"Apakah dia mengenal saya?" tanya Teuku Samalanga.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
81 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Pak Diran melihat teliti ke piring putih dengan isi.telur ayam mentah di hadapannya.
"Dia mengenal Anak!"
Meskipun keterangan Pak Diran tidak cukup lengkap untuk langsung menuduh Husni, namun Teuku Samalanga bertambah yakin, bahwa bekas majikannya inilah yang mendalangi. Jangan-jangan juga turut membunuh.
"Boleh saya mohon bantuan lagi?" tanya Teuku yang takut mengesalkan Pak Diran karena terlalu banyak pertanyaannya.
"Silakan. Tentu banyak yang ingin Anak ketahui. Tetapi terlalu sedikit yang dapat saya ceritakan. Itu pun hanva menurut penglihatan berdasarkan sedikit pengetahuan."
"Adik saya Menora. Masih adakah dia?" tanya Teuku Samalanga.
Pak Diran membaca-baca kemudian mengerutkan dahi.
"Apa yang Bapak lihat?"
Agak lama kemudian baru Pak Diran menjawab. "Ada," kata Pak Diran dengan suara pelan. Mukanya suram.
"Maksud Bapak masih hidup?"
"Saya lihat Menora bukan lagi yang biasa."
"Lalu dalam keadaan bagaimana?"
"Yang saya lihat ini hanya jenazahnya. Maafkan saya. Mudah-mudahan penglihatan saya ini keliru!" kata Pak Diran dengan suara sedih.
Teuku Samalanga tidak dapat menahan isak tangisnya. Penenung itu membujuk dengan kata-kata lembut.
Geram dan panas hati Teuku dari Aceh itu bukan kan kepalang. Pak Diran yang mengetahui bahwa orang dalam kesedihan demikian bisa jadi kalap lalu bertindak apa saja yang terpikir tanpa menghiraukan akibatnya, mohon agar ia dapat menenangkan diri.
"Mengadulah kepada yang berwajib dengan mengatakan siapa atau siapa-siapa yang anak rasa melakukan atau terlibat. Jangan kalap. Nanti bencana bisa jadi lebih besar. Dalam hal beginilah orang membutuhkan iman dan kepala dingin. Teuku, saya merasa mendapat kehormatan dengan kunjungan ini. Saya ingin kita bersahabat. Maukah menerima orang hanya seperti saya ini sebagai sahabatnya
Pak Diran sambil mengulurkan tangan. Teuku Samalanga menyambutnya dengan terharu. Dalam hal-hal tertentu Diran punya kelebihan.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
82 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Dalam perjalanan pulang, Teuku Samalanga berpikir sesuai nasihat yang diberi Pak Diran. Pembalasan harus dilakukan. Bagaimanakah caranya yang terbaik. Parang panjang sudah diasah. Kalau menurutkan kehendak hati belaka, maka ia tinggal mencari Husni dan memisahkan kepala dari tubuhnya. Ia yakin dapat melakukan itu. Ia punya ilmu bela diri, bahkan sangat mahir dalam menyerang dengan parang panjangnya. Tetapi seperti kata Pak Diran, bencana mungkin akan jadi lebih besar. Kalau ia sampai masuk penjara atau tewas, maka Safinah akan tinggal sendirian. Tidak lagi punya pelindung. Dan orang agak gemuk yang dilihat Pak Diran belum tentu Husni. Walaupun besar kemungkinan, dialah orangnya.
Cukup alasan bagi Teuku untuk menuduhnya. Bukankah dia yang melamar tetapi ditolak"
Bukankah dia pula yang memberhentikannya sebagai suatu langkah tak terkendalikan untuk melakukan pembalasan" Atau pemerasan agar Teuku menyerahkan Menora kepadanya.
Ia pulang. Bertemu dengan adiknya. Yang tak sabar bertanya, apakah sing abang sudah mengetahui apa sebenarnya yang telah terjadi. Karena hanya tinggal dua bersaudara, maka Teuku Samalanga menceritakan segala apa yang didengarnya dari Pak Diran.
Darah Aceh Safinah naik ke kepala mendengar cerita abangnya. Tak pelak lagi tentu Husnilah yang menjadi dalang atau bahkan tangan dia sendiri yang membunuh setelah melampiaskan hawa nafsunya atas diri Menora yang tak terjangkau olehnya dengan cara biasa walaupun harta kekayaannya berbilang laksa. Tetapi kini giliran Teuku Sarnalanga yang menyabarkan adiknya. Safinah meminta agar dia sendiri yang menemui Husni dan mengeluarkan isi perutnya dengan rencong, tetapi abangnya memberi nasihat seperti yang diberikan oleh Pak Diran.
"Besok aku akan menemuinya," kata Teuku Samalanga.
"Mengapa menanti sampai esok. Dia tidak berhak hidup barang semenit pun lagi. Aku khawatir dia menghilang. Dia bisa saja minggat keluar negeri," protes Safinah.
"Aku mau menenangkan diri dulu malam ini. Supaya aku menghadapinya secara tenang. Jangan salah orang dan jangan pula membawa malapetaka bagi kita," kata Samalanga.
Malam itu Teuku Samalanga menghimpun seluruh kekuatan tetapi juga ketenangan di dalam dirinya. Dengan membaca mantera-mantera, memanggil gurunya dan kedua harimau piaraannya.
Dalam bahasanya ia bicara dengan si Mara dan Mira, dua harimau piaraannya bukan SERIAL MANUSIA HARIMAU
83 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id harimau biasa. Dapat diraibkan diri bila saja perlu.
Setelah kedua hewan itu pergi, ia meneruskan tafakur sehingga akhirnya tertidur.
Ketika bangun pada keesokan paginya ia sudah merasa dirinya lain. Setelah pamit kepada adiknya ia melangkah.
*** TETAPI baru beberapa belas langkah dari rumahnya ia telah berbalik lagi. Bukan karena ada yang terlupa, tetapi karena ia mengarpbil keputusan lain. Ketika mau berangkat tadi, memang dengan sengaja parang panjang tidak dibawa. Karena dia hanya mau bicara, bertenang-tenang. Dia khawatir akan menjadi khilaf, kalau parang dibawa.
Kini ia berpikir lain. Kalau Husni mempergunakan kata-kata kasar atau menggunakan senjata, maka ia akan suruh parang yang telah diasah itu bekerja. Memisahkan kepala Husni dari tubuhnya.
"Mengapa Abang membawa parang?" tanya Safinah.
"Aku tidak akan mempergunakannya, kecuali kalau terpaksa. Aku juga belum tahu, apa yang akan kuhadapi, jikalau benar ia jadi dalang penculikan dan menyebabkan kematian Menora."
Safinah tidak menentang, walaupun hatinya khawatir. Kalau-kalau abangnya khilaf karena parang itu akan memberi dia semacam kemungkinan dorongan untuk bertindak nekat. Tetapi apa yang dikatakan Teuku Samalanga juga benar. Belum tahu situasi tagaimana yang akan dihadapinya. Dan dia sudah menenangkan diri.
"Doakan saja agar tidak sampai terjadi yang buruk. Tetapi kalau benar Menora sudah tidak ada, maka siapa pun penyebabnya harus mendapat hukuman yang setimpal. Utang nyawa tidak dapat dibayar dengan yang lain kecuali nyawa juga."
Dalam hal itu Safinah yang sedarah sedaging dengan abang kandungnya itu punya pendapat dan tekad yang sama.
Sepanjang jalan menuju ke tempat menginap atau kerja Husni, orang dari Aceh itu masih membaca-baca mantera penenang hati. Tetapi apa lacur, segala yang dilakukannya semalam, suntuk seperti tiada gunanya. Karena yang hendak ditemui sudah tak ada. Kata orang-orang terdekat dengan dia, Husni pagi-pagi itu telah berangkat ke Lahat. Untuk , SERIAL MANUSIA HARIMAU
84 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id beberapa hari.
Mungkinkah Husni telah mendapat firasat, bahwa kejahatannya telah tercium, bahkan mungkin sudah diketahui oleh Teuku Samalanga" Ia tahu bagaimana sifat dan gejolak darah kebanyakan orang asal Aceh. Lekas naik darah dan kalap. Dalam keadaan tidak kalap pun banyak di antara mereka yang punya keberanian luar biasa. Dalam hal ini orang-orang Belanda dan marsose-nya yang pernah mencoba menundukkan Aceh dapat menceritakan pengalaman mereka dengan bulu roma berdiri. Banyak sekali di antara mereka dengan semangat jihad berhadapan secara frontal dengan tentara Belanda. Hanya dengan rencong atau senjata api buatan sendiri menyerang musuh yang punya senjata jauh di atas kualitas milik mereka menurut ukuran zaman itu. Senjata terampuh mereka cukup dengan mengucapkan Allahu Akbar. Hanya Tuhan Yang Mahabesar, tidak kan ada orang tewas tanpa izinNya. Menunjuk benda dengan kaki saja, oleh orang Aceh bisa dianggap suatu penghinaan berat. Dan si penghina bisa mati di tempat itu juga oleh tembusan rencong.
Memang sudah banyak orang Aceh modern yang telah menanggalkan sifat-sifat mudah tersinggung atau merasa dihina itu, tetapi masih cukup banyak pula yang tetap mudah panas darah seperti di zaman penjajah Belanda. Itulah makanya dalam praktek Belanda tidak pernah selesai menaklukkan Aceh sampai mereka lari kucar-kacir oleh serangan tentara Jepang yang hanya belasan orang tiap sergapan, tetapi disertai dengan jerit penyerbuan yang menakutkan. Dalam banyak serangan, jerit mengerikan itulah yang melumpuhkan semangat tentara Belanda yang terdiri atas banyak orang bumiputra dan sedikit perwira Belanda yang jadi komandan-komandannya. Seringkali menyerah tanpa bertempur. Bagaimanapun buruknya peperangan itu, tidak dapat disangkal bahwa tentara Jepanglah yang telah melaksanakan keinginan patriot-patriot Indonesia mengenyahkan Belanda dari bumi nusan-tara. Dan bagaimanapun banyaknya bangsa Indonesia jadi korban, baik di medan laga maupun dii lapangan keija paksa, zaman pendudukan Jepang itulah yang membuka kesempatan untuk memproklamirkan Indonesia Merdeka oleh Soekarno dan Hatta.
Rasanya akan terlalu aneh dan sangat rendahlah kalau ada penulis sejarah berusaha melenyapkan atau mengecilkan peranan mereka.
*** SERIAL MANUSIA HARIMAU
85 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id KESAL dan panas hati Teuku Samalanga bukan main. Ia terlambat. Kalau kemarinnya ia langsung mencarinya pasti bertemu. Ia kembalil ke rumah mufakat dengan adikny, karena sudah tidak ada orang lain untuk dibawa mufakat. Setelah itu ia bergegas mencari dan menyewa kendaraan ke Lahat. Di sana ia pasti akan bertemu dengan orang yang kini diyakininya pasti jadi penculik dan penyebab kematian adiknya. Kendaraan itu rasanya terlalu lambat. Begitulah ia diburu oleh amarah dan dendam. Dia akan membunuhnya walaupun di hadapan isteri dan anaknya. Biar mereka pun berteriak, menangis dan bersedih.
Mengapa arus dia dan adiknya Safinah saja yang berduka, berdendam dan kehilangan orang kesayangan! Giginya beradu dan berbunyi-bunyi menahan sakit hati yang belum terlampiaskan. Dibayangkannya kepala Husni lepas dari batang lehernya, terjatuh ke lantai atau ke tanah, lalu terlompat-lompat di sana untuk kemudian diam tak bergerak lagi. Dia pun membayangkan badan Husni masih berguling-guling kemudian tersentak-sentak sebelum nyawa pergi meninggalkan tubuh tempatnya tadi bersarang. Dan dia akan tertawa keras sepuas-puasnya di tengah rasa takut dan tangis isteri, anak-anak dan famili Husni.
Utang nyawa dibayar nyawa, itulah tekadnya.
Ketika memasuki kota Lahat, hatinya kian berdebar. Ketenangan yang dimilikinya semalam lalu sudah tiada lagi. Hanya dendam yang ada. Sekali tanya saja, ia mendapat alamat Husni. Bagaimana tidak. Ia salah seorang paling terkenal di kota itu. Karena kekayaannya dan karena baik budinya. Yang ditanya tidak sadar, bahwa jawabannya mempercepat Teuku tiba di rumah tujuannya dan mempercepat dia membuat perhitungan.
Masih bagus ia memberi salam yang dijawab dengan baik dari dalam. Seorang wanita keluar dengan senyum ramah dan mempersilakannya naik. Ia lihat tamunya itu membawa sesuatu yang dibungkus dengan kain. Benda panjang, lebih dari setengah meter.
Mendengar suara lembut dan wajah ramah wanita itu, hati Teuku jadi agak sejuk.
Apalagi ia dipersilakan masuk. Padahal wanita itu belum mengenalnya dan sama sekali tidak tahu apa tujuan kedatangannya. Dia sama sekali tidak bertanyakan identitasnya. Sampai sebegitu besar kepercayaan perempuan itu kepadanya.
"Adik hendak bertemu dengan Pak Husni?" tanyanya melihat keragu-raguan tamunya menerima tawarannya untuk masuk.
"Ya, apakah beliau ada?"
"Sayang sekali. Mungkin sepekan lagi baru akan kembali. Sekarang sedang di SERIAL MANUSIA HARIMAU
86 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Palembang. Silakan masuk. Kalau ada pesan, akan saya sampaikan. Atau adik mau meneleponnya ke Palembang" Boleh pakai telepon kami. "
Keramahtamahan Nyonya Husni membuat Teuku Samalanga merasa malu. Walaupun perempuan itu tidak tahu apa maksud kedatangannya. Ia tadi mengkhayalkan akan menebas leher Husni di depan isteri dan anak-anaknya. Dan ia akan tertawa melihat kepala itu terlempar dari lehernya. Memang Husni telah menyebabkan kesedihan dan melakukan keganasan, tetapi tiada peranan wanita ini dalam kejahatan itu. Ia memang isterinya, itulah kaitan Husni dengan dia. Tidak dalam soal penculikan dan kematian adiknya. Bahkan dalam kejahatan itu ia mengkhianati isterinya yang begitu baik dan lembut. Perempuan ini harus dikasihani, bukan dibenci apalagi disakiti. Kesadaran itulah yang membuat Teuku Samalanga merasa sangat malu.
Melihat tamunya termangu dan seperti sangat kecewa itu Nyonya Husni jadi heran dan timbul pertanyaan dalam hatinya, apa gerangan yang telah menyebabkan lelaki ini begitu sedih karena tak bersua dengan suaminya.
"Adik sedih sekali tampaknya karena tidak dapat bertemu dengan beliau. Kalau saya dapat menolong, saya bersedia. Adakah yang dapat saya lakukan untuk adik?"
Teuku Samalanga kaget dari lamunannya. Dua butir air mata telah mengalir di pipinya.
Bukan lagi karena bencana yang menimpa dirinya, tetapi karena kasihan kepada wanita yang baik hati itu. Mengapa seorang perempuan yang begitu lembut dan ramah mendapat suami yang ganas dan curang" Kasihan! Mestinya ia tidak jadi teman hidup orang semacam Husni.
"Saya mohon diri saja, Bu," kata Teuku tanpa menyebutkan bahwa Husni tidak ada di Palembang dan bahwa dia datang dari sana.
"Nama Adik siapa" Nanti saya sampaikan kepada beliau bila sudah kembali."
"Nama saya Samalanga," jawab Teuku.
"Nama bagus yang jarang dipakai orang. Adik dari Aceh?" Dia tetap ramah dan penuh rasa persahabatan.
Merasa tidak perlu merahasiakan apa pun kepada perempuan itu, Samalanga mengiyakan. Bahwa dia dari Aceh.
"Sudah sampai di sini. Masuklah, minum secangkir kopi dulu," kata Nyonya Husni.
"Terima kasih. Lain kali saja, Bu," jawab Samalanga hormat tetapi agak gugup kepada wanita itu. Dia mohon diri lalu pergi. Kini dua macam kenyataan inengganggu otaknya.
SERIAL MANUSIA HARIMAU
87 KARYA: S.B. CHANDRA
MANUSIA HARIMAU JATUH CINTA Created by syauqy_arr @yahoo.co.id Laki-laki ganas yang menimbulkan petaka atas dirinya dan seorang wanita baik hudi yang bersuamikan iblis. Rasa benci dan dendam bergejolak dengan rasa kasihan kepada dua insan yang suami isteri.
Keinginannya secepat mungkin membinasakan Husni kian membara walaupun ia tahu, bahwa seorang wanita yang berhati bersih akan meraung karena kehilangan suami yang disangkanya sangat baik, padahal telah menipu dirinya dengan cara yang amat busuk dan licik. Tetapi untuk apa meraungi seorang lelaki yang begitu palsu. Kelemahlembutannya hanya dijadikan kulit untuk menutupi isi yang sebenarnya. Teuku tidak tahu, bahwa Husni sebenarnya bukan orang yang begitu buruk perangai. Selama ini ia menganut faham dan pendirian, bahwa isteri yang begitu baik dan telah memberinya keturunan harus disayangi.
Sama sekali tidak boleh dikhianati. Tidak boleh diduai. Entah setan apalah yang membuat dia mendadak jadi berubah sejauh itu. Sanggup mengatur penculikan, melakukan perkosaan dan dilengkapi lagi dengan penguburan mayat. Memang bukan dia yang membunuh atau mengatur pembunuhan tetapi gadis manis itu mati karena dia.
Dengan perasaan tidak menentu karena dendam tak terlampiaskan, Teuku Samalanga kembali ke Palembang. Dan ia segera mendengar sebuah berita yang tidak diduganya, tetapi seharusnya diharap dan dinantikannya. Karena pengaruh hendak melakukan pembalasan dendam dengan tangan sendiri, maka ia telah sampai lupa, bahwa ia masih punya kekuatan lain untuk membinasakan Husni.
Yang menghambat dia hanyalah kepastian yang belum diperolehnya. Yang ada baru keyakinan, bahwa penyebab kematian adiknya Menora tentu Husni, karena hanya dialah lelaki yang menaruh benci kepada dirinya. Tetapi keyakinan bukan suatu kepastian. Orang boleh saja yakin tanpa ragu-ragu, tetapi yang namanya keyakinan sama sekali bukan kepastian, bukan seuatu yang diketahui.
Dua hari setelah Teuku Samalanga kembali di Palembang, bertanyakan keterangan tentang kepergian Husni tanpa hasil, sampailah ke telinganya berita itu. Yang mengejutkan dia, padahal seharusnya dapat diduga mungkin terjadi. Mengenai sebuah mobil yang mogok ketika hendak memasuki kota Muara Bungo. Ada empat orang di dalam kendaraan itu.
Tiga di antaranya diterkam dan dicabik-cabik dua ekor harimau. Sementara orang keempat tidak diganggu sedikit pun. Dan orang keempat ini adalah supir mobil itu.
Cinta Bernoda Darah 12 Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Karya Tan Tjeng Hun Harpa Iblis Jari Sakti 31

Cari Blog Ini