Ceritasilat Novel Online

Alap Alap Laut Kidul 11

Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 11


Sebaliknya, orang yang penyabar, yang mengalah, yang rendah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hati, yang alim, selalu tentu menundukkan mukanya! Orang yang menundukkan mukanya itu juga menundukkan hatinya terhadap Gusti Allah, setiap saat mengucapkan syukur dan memuji namaNya. Akan tetapi orang yang menengadah atau mengangkat mukanya itupun meninggikan hatinya, bisanya hanya menuntut kepada manusia lain atau kepada Gusti Allah sekalipun, agar mendapatkan ini dan itu demi kesenangan diri sendiri belaka. Camkanlah ini, Lindu Aji muridku."
Aji tidak pernah melupakan petuah gurunya itu sehingga sudah menjadi kebiasaan baginya untuk selalu merendahkan hati dan menundukkan muka, bahkan di waktu berjalan.
Dalam kewaspadaannya, juga terhadap diri sendiri, yaitu kebiasaan mawas diri yang selalu dilakukan, Aji mendapatkan bahwa dirinya sedang diombang-ambingkan berbagai perasaan. Harus diakuinya bahwa betapa kuatnya iman dan penyerahannya kepada Gusti Allah, namun dia tidak dapat melepaskan diri sama sekali terhadap pengaruh nafsu.
Dan hal ini cocok dengan wejangan mendiang gurunya, "Lindu Aji, tidak ada seorangpun manusia betapapun pandainya, betapapun salehnya, dapat terlepas sepenuhnya dari pengaruh nafsu. Selama kita masih mengenakan badan jasmani ini, sudah pasti kita terpengaruh oleh nafsu daya rendah benda, nafsu daya rendah hewani dan nafsu daya rendah nabati, hal ini adalah karena kita selama hidup dalam dunia ini masih amat membutuhkan mereka. Kita membutuhkan sandang papan dan benda-benda lain yang membawa daya rendah benda. Kita membutuhkan makan minum yang membawa daya rendah hewani dan nabati. Bagaimana mungkin kita terbebas dari kesemuanya itu" Dan daya-daya rendah itulah yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengakibatkan kita masih merasakan segala macam perasaan yang bergolak dalam hati akal pikiran seperti misalnya senang, suah, puas, kecewa, marah. malu, khawatir dan sebagainya.
Hanya bedanya, Aji, orang yang kuat imannya dan penyerahannya kepada Gusti Allah, pengaruh nafsu-nafsu daya rendah itu tidak sampai menyeretnya terlalu jauh, tidak sampai membuat dia melakukan perbuatan-perbuatan jahat karena ada kekuasaan Gusti Allah yang akan menahan dan membimbingnya. Tidak seperti orang tak beriman yang lalu melampiaskan nafsu-nafsunya dengan melakukan perbuatan yang keji dan sejahat-jahatnya."
Teringat akan semua ini, biarpun Aji melihat dengan jelas betapa hatinya bergolak oleh pengaruh nafsu-nafsu, dia tidak merasa khawatir akan tetapi percaya bahwa Gusti Allah tidak akan meninggalkannya. Pada saat itu, dia merasa penasaran, marah, kecewa dan juga berduka dan khawatir. Dia merasa penasaran dan marah melihat sepak terjang orang-orang yang memberontak terhadap Mataram dan merendahkan diri menjadi antek Kumpeni Belanda menjual nusa bangsa sendiri.
Dia kecewa sekali melihat betapa Hasanudin, kakak tirinya seayah berlainan ibu, telah tersesat dan terpikat oleh Belanda menjadi kaki tangannya pula. Dia berduka karena kematian Ki Sudrajat putera mendiang gurunya, dan kematian Ki Tejo Langit kakak seperguruan gurunya yang memang selama ini dicarinya. Baru saja bertemu, pada malam yang sama, mereka berdua tewas diterjang peluru-peluru senapan Kumpeni Belanda. Dan dia terutama sekali merasa khawatir memikirkan nasib Sulastri yang jatuh ke bawah tebing lalu lenyap tanpa meninggalkan bekas! Kini dia dibebani oleh lebih banyak tugas lagi. Selain mambantu Mataram dalam mempersiapkan diri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk menyerbu Kumpeni Belanda di Batavia, dia juga harus mencari Sulastri, lalu mencari Raden Banuseta yang ternyata amat jahat dan menjadi antek Belanda, selain telah membunuh ayah kandungnya, juga telah membawa serdadu Kumpeni membunuh Ki Tejo Langit dan Ki Sudrajat. Selain itu juga harus mencari dan menyadarkan kakak tirinya, Hasanudin yang tersesat.
Dia melakukan perjalanan cepat kembali ke Gunung Careme, melewati tempat dimana Sulastri lenyap kemudian dengan cepat dia menuruni gunung itu menuju ke barat. Dan pada sore hari itu, tibalah dia di lembah Sungai Ci Lutung.
Ketika dia berjalan santai menyusuri tepi sungai untuk mencari penyeberangan atau tempat yang nyaman untuk melewatkan malam, sukur kalau dia bisa mendapatkan makanan, tiba-tiba dia melihat serombongan orang yang dipimpin seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun yang gagah perkasa berpakaian bangsawan. Rombongan yang mengikuti laki-laki gagah ini berjumlah dua puluh empat orang, melihat pakaian dan bentuk tubuhnya, jelas mereka adalah orang-orang sebangsa, akan tetapi mereka semua memegang senapan berlaras panjang, dan laki-laki gagah itupun menyelipkan sebatang pistol di ikat pinggangnya. Kalau saja mereka itu berpakaian serdadu, tentu mudah diduga bahwa mereka adalah pasukan Kumpeni Belanda. Akan tetapi mereka tidak berpakaian seragam, dan mereka itu jelas orang-orang dari bangsa sendiri. Melihat keadaan mereka yang berjalan menyusuri pantai ke arah utara, dia tertarik sekali dan cepat dia membayangi mereka.
Ketika membayangi mereka dari jarak agak dekat sambil menyelinap di antara pohon-pohon dan semak-semak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan pengerahan tenaga dalam sehingga gerakannya cepat dan hanya berkelebat seperti bayang-bayang, Aji mendengar seorang di antara dua losin anak buah itu bertanya.
"Gusti Menggung, tidak kelirukah jalan yang kita tempuh?"
Pria yang gagah perkasa yang memimpin pasukan itu, yang berkumis tebal sekepal sebelah seperti Raden Gatutkaca, tertawa "Ha-ha, mana bisa keliru" Aku pernah ke sini. Hayo cepat, keburu malam!" Suaranya besar dan mantap, juga berwibawa, rombongan itu mempercepat jalannya, bahkan setengah berlari dipimpin orang yang disebut Gusti Menggung itu. Aji dapat melihat betapa orang gagah itu dapat berlari dengan ringan, tampaknya seperti melangkah biasa saja, akan tetapi anak buahnya terengah-engah mengikutinya dengan berlari cepat! Seorang yang cukup tangguh, pikir Aji sambil berlari agar dapat terus membayangi dari jarak dekat.
Akhirnya, setelah cuaca mulai gelap, tibalah mereka di depan sebuah pondok kayu yang cukup besar di tepi sungai itu.
Mereka berhenti di luar pintu dan pemimpin rombongan itu berseru dengan suara lantang. "Aki (Kakek) Mahesa Sura!
Apakah andika berada di dalam pondok?"
Aki Mahesa Sura yang sedang duduk bersila di atas dipan, menjaga Jatmika yang rebah di dipan yang lain, menyeringai lebar mendengar suara itu. "Heh-heh, kiranya Denmas Tumenggung Jaluwisa telah datang, kukira besok pagi baru tiba. Tunggu, kubukai pintu!" Aki Mahesa Sura memberi isyarat kepada Jatmika yang juga bangkit duduk untuk ikut dengannya keluar kamar. setibanya di luar kamar, kakek itu berkata kepada tiga orang muridnya, "Kalian bawa gadis itu keluar, ke ruangan depan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiga orang murid kakek itu membuka pintu kamar dan sebelum mereka masuk, Eulis sudah berada di ambang pintu.
Gadis itu tidak ingin tiga orang itu memasuki kamarnya. Dalam keadaan terbelenggu, Jatmika dan Eulis dibawa ke ruangan tengah dan mereka disuruh duduk menghadapi meja besar tadi, terpisah.
Beberapa buah lampu gantung dipasang sehingga ruangan itu menjadi terang. Daun pintu depan dibuka dan masuklah pemimpin rombongan tadi dengan sikap gagah.
Kakek itu menyambut dengan sikap hormat dan bergembira. "Selamat datang di pondokku, Denmas Tumenggung Jaluwisa. Tidak kusangka andika akan datang malam-malam begini! Silakan duduk."
Pria itu adalah Tumenggung Jaluwisa, tangan kanan atau orang kepercayaan Pangeran Mas Gede, Adipati yang berusia lima puluh tahun dan menjadi penguasa di Sumedang.
Tadinya, Sultan Agung setelah diakui kekuasaannya oleh para adipati di Jawa Barat kecuali Banten, mengangkat Dipati Kusuma Dinata sebagai penguasa di daerah Jawa Barat dan menjadi wakil Kerajaan Mataram. Setelah Dipati Kusuma Dinata meninggal dunia, kedudukannya digantikan oleh Pangeran Mas Gede. Tumenggung Jaluwisa merupakan orang kepercayaan, juga senopati yang diandalkan di Sumedang.
Mendengar sambutan itu, Tumenggung Jaluwisa melayangkan pandang matanya, dengan memandang ke arah Jatmika dan Eulis yang dibelenggu tangannya, dan matanya bersinar melahap kecantikan gadis tawanan itu. Kemudian dia menoleh keluar dan berkata kepada anak buahnya, "Kalian beristirahat di pendopo. Jangan tinggalkan tempat dan tetap waspada dan berjaga-jaga." Setelah berkata demikian, dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melangkah memasuki ruangan depan yang terang itu dan duduk berhadapan dengan Aki Mahesa Sura, tiga orang muridnya, yaitu Munding Beureum, Monding Koneng, dan Munding Hejo yang mengapit dua orang tawanan yang terbelenggu itu.
"Aki, siapakah mereka ini?" Tumenggung Jaluwisa menuding ke arah tiga murid dan dua tawanan itu.
Sementara itu, Aji sudah menyelidiki dengan hati-hati dan kini dia mendekam di pojok luar ruangan depan itu dan mengintai dari sebuah lubang yang dibuat dengan tusukan telunjuknya pada dinding papan. Ketika dia melihat Eulis, jantungnya berdebar tegang, dia terbelalak dan hatinya diliputi rasa girang, heran dan terharu.
"Nimas Sulastri ...... !!" Untung Aji dapat menguasai mulutnya yang hampir saja dilalui jerit hatinya itu. Hanya dalam hati dia menjerit memanggil nama gadis itu. sulastri masih hidup! Ini yang terpenting dan yang kedua, gadis itu tertawan dan harus dibebaskan. Akan tetapi dia kini sudah memiliki banyak pengalaman dan tidak mau bertindak sembrono. Dia hendak melihat keadaan dulu dan melihat perkembangannya. Maka, ketika Tumenggung Jaluwisa duduk lalu bertanya kepada kakek yang tadi disebut sebagai Aki mahesa Sura, Aji mengintai penuh [erhatian.
"Perkenankan, denmas tumenggung. Yang tiga orang ini adalah murid-muridku. Munding Beureum, Munding Koneng dan Munding Hejo. Mereka inilah tiga dari panca Munding yang memimpin anak buah Munding Hideung di Gunung Careme. Heh, kalian bertiga, ketahuilah bahwa ini adalah Denmas Tumenggung Jaluwisa, senopati Sumedang."
Tiga murid itu merasa rendah diri dan mengangguk dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hormat. Guru mereka sendiri saja demikian hormat terhadap tumenggung itu, tentu saja mereka harus lebih hormat lagi.
"Dan dua orang ini, siapakah, Aki?" Tanya sang tumenggung akan tetapi sepasang matanya menggerayangi wajah cantik dan tubuh indah yang duduk begitu dekat di depannya itu. Sekali bangkit berdiri dan meraih dengan tangannya, tentu dia sudah dapat membelai tubuh itu!
"Oh, mereka ini adalah dua orang tawanan penting kami, akan tetapi mungkin akan menjadi teman-teman seperjuangan kami. Panjang ceritanya, denmas. Pasti akan kuceritakan nanti. Akan tetapi kedatangan denmas malam-malam begini sungguh mengejutkan hati kami. Bukankah menurut rencana, besok pagi baru denmas akan tiba di sini?"
"Memang benar, Aki Mahesa Sura. Ini adalah kehendak dan perintah dari Mayor Jakuwes. Beliau menghendaki agar rencana itu dilaksanakan secepatnya, jangan sampai mendahului laporan Adipati Sumedang tentang persiapan Kadipaten Sumedang untuk kelak membantu Mataram. Karena desakan itulah maka keberangkatanku setelah menerima laporan utusanmu itu kupercepat dan malam ini aku dapat tiba di sini."
Aji mendengarkan semua ini. Tadi dia heran setengah mati ketika Sulastri diperkenalkan sebagai seorang tawanan yang akan menjadi teman seperjuangan. dan siapa pula pemuda tampan ganteng yang menjadi tawanan di samping Sulastri itu"
Tampaknya begitu tenang namun sinar matanya mencorong.
Juga dia tidak tahu siapa gerangan Mayor Jakuwes yang agaknya begitu besar kekuasaannya. Tentu saja dia tidak tahu.
Yang disebut Mayor Jakuwes itu sesungguhnya adalah seorang perwira Kumpeni Belanda keturunan Portugis. Nama aslinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adalah Jacques Lefebre akan tetapi selanjutnya akan disebut Mayor Jakuwes saja seperti yang dikenal oleh orang pribumi, baik yang menentang Kumpeni Belanda maupun yang menjadi antek bangsa asing itu.
"O, begitukah" Lega hatiku mendengar keteranganmu, denmas. Jadi tidak ada perubahan dalam rencana semula, bukan?"
"Sama sekali tidak ada perubahan, Aki. Akan tetapi bagaimana dengan tugasmu" Andika bertugas untuk menghubungi murid-murid andika untuk diajak membantu kami bersama anak buah mereka yang cukup banyak jumlahnya. Mengapa kini kami dapati Aki berada di sini berempat saja dengan tiga murid Aki, membawa dua orang tawanan" Siapakah nama dua orang tawanan muda ini, Aki?"
"pemuda ini bernama Jatmika, dan gadis ini bernama Listyani. mereka memiliki ilmu tinggi, sakti mandraguna, denmas, maka terpaksa kami ikat kedua tangannya agar tidak memberontak."
Aji dalam pengintaiannya tersentak kaget dan heran bukan main. Kakek itu menyebut nama Sulastri sebagai Listyani! dan pemuda tampan itu ternyata adalah Jatmika, putera Ki Sudrajat! Teringatlah dia betapa Ki Sudrajat berpesan kepadanya sebelum mati agar kalau dia bertemu dengan Jatmika, dia suka membantunya. Dan sekarang dia bertemu dengan Jatmika yang menjadi tawanan bersama Sulastri. Akan tetapi mengapa Sulastri diperkenalkan sebagai Listyani"
Biarpun hati Aji merasa penasaran sekali, akan tetapi dia tidak berani gegabah turun tangan. Orang-orang itu agaknya bukan orang sembarangan, terutama kakek yang disebut Aki Mahesa Sura itu. Dan tumenggung itupun bukan orang lemah, ditambah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi tiga orang murid kakek itu dan di luar masih ada dua losin orang yang memegang senjata api! Keadaan musuh kuat sekali.
"Jatmika dan Listyani" Hemm, nama yang bagus, terutama Listyani itu. Akan tetapi ceritakan hubungan kedua orang muda ini dengan tugasmu itu, Aki!"
Aki Mahesa Sura menghela napas panjang lalu berkata,
"Kunjunganku kepada perkumpulan Munding Hideung yang dipimpin dua orang muridku, Si Munding Hideung dan Munding Bodas ternyata terlambat, denmas. Selagi aku bersama tiga orang muridku ini, Munding Beureum, Munding Koneng, dan Munding Hejo tiba di perkampungan Munding Hideung, kami bertemu seorang anggauta Munding Hideung yang menceritakan bahwa perkumpulan itu baru saja diobrak-abrik sepasang muda-mudi yang sakti mandraguna. Bahkan dua orang muridku, Munding Hideung dan Munding Bodas tewas di tangan kedua orang muda-mudi itu. Tentu saja aku menjadi marah dan dengan anggauta itu menjadi penunjuk jalan, ditemani tiga orang muridku ini, akhirnya kami dapat bertemu dengan sepasang muda-mudi itu. Kami bertanding mati-matian, akan tetapi akhirnya kami berhasil menawan mereka. Inilah muda-mudi itu, denmas, yaitu Jatmika dan Listyani ini."
"Engkau menawan kami dengan licik dan curang!
engkau menangkap aku lalu Kakangmas Jatmika untuk menyerah." Eulis membentak marah.
"Heh-heh, aku melakukan akal karena ingat agar mereka menyerah dan mau bekerja sama, denmas. Sayang kalau dua tenaganya yang begini berharga dibunuh begitu saja."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, begitukah" Bagus sekali kalau mereka mau bekerja sama dan kurasa tidak perlu lagi tangan mereka dibelenggu. Aku menerima mereka berdua sebagai pembantu-pembanruku. Lepaskan saja ikatan mereka, Aki Mahesa Sura!"
"Akan tetapi, anakmas. mereka berbahaya sekali. Kalau belum ada kepastian mereka berdua mau benar-benar bekerja sama dengan kita, aku tidak berani melepaskan ikatan mereka."
"Huh, pengecut!" Eulis mencebirkan bibirnya.
Aji yang mengintai menahan senyumnya. Itulah Sulastri. Tak salah lagi. Gadis itu boleh mengubah namanya, boleh mengubah apa saja, akan tetapi tak dapat mengubah sikapnya yang galak pemberani dan suaranya yang lantang tajam itu!
"Kenapa takut, Aki" Nona ini bicara benar. Kita orang-orang gagah tidak sepatutnya bersikap pengecut. Andaikata mereka berdua setelah dilepaskan belenggunya lalu mengamuk, mereka dapat berbuat apa terhadap kita" Ada andika di sini, ada pula tiga orang muridmu dan ada aku pula!
Lihat ini!" Tiba-tiba, begitu kedua tangan Tumenggung Jaluwisa bergerak, tahu-tahu dua pucuk pistol sudah berada di kedua tangannya. Gerakannya demikian cepat sehingga hampir tak tampak.
"Andika melihat ini, Aki?" tumenggung itu menimang pistol di tangan kiri. "Pistol ini mempunyai peluru-peluru perak dan akan menembus semua aji kekebalan! Dan kalau mungkin gagal, masih ada pistol kedua ini. Andika lihat. Ini pistol berpeluru emas. Aji kekebalan mana mampu bertahan" dengan kedua pistol ini di tanganku, jagoan Mataram yang mana akan mampu dan berani melawan aku" Nah, kenapa andika takut melepaskan ikatan kedua orang muda yang mau bekerja sama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan kita ini" Di luar masih ada anak buahku sebanyak dua losin orang yang semua bersenjata senapan laras panjang. Hayi buka saja ikatan mereka!"
Aki Mahesa Sura bangkit dan menghampiri Jatmika.
Sebelum membuka tali pengikat kedua lengan pemuda itu, dia berkata. "Jatmika, ingat baik-baik, kalau engkau bekerja sama dengan kami, engkau akan mendapatkan kemuliaan dan kedudukan. Akan tetapi kalau engkau mencoba untuk memberontak dan melawan, engkau akan tewas. Engkau tentu pernah mendengar, betapa banyaknya para datuk dan orang-orang yang sakti mandraguna dari Mataram, yang memiliki aji kekebalan yang amat kuat, tumbang satu demi satu ketika diterjang peluru perak atau emas. Dan denmas tumenggung ini terkenal sebagai seorang ahli tembak yang seratus kali bidik seratus kali kena!" Setelah berkata demikian dia melepaskan ikatan kedua tangan Jatmika dan juga kedua tangan Eulis.
Aji yang masih mengintai merasa khawatir sekali. Dia maklum bahwa ucapan Tumenggung Jaluwisa dan Aku Mahesa Sura tadi bukan hanya gertak kosong belaka. Dia sendiri sudah menyaksikan keampuhan pistol berpeluru perak itu. Ki Sudrajat, ayah kandung Jatmika juga tewas ketika disambar sebutir peluru perak. Pada hal, beberapa butir peluru biasa tidak mampu melukainya, Juga Ki Tejo Langit yang sakti mandraguna itu tewas karena berondongan peluru dalam keadaan tidak siap melindungi dirinya dengan aji kekebalan.
Senjata api itu memang berbahaya. Kalau Jatmika dan Sulastri memandang rendah dan nekat memberontak, tentu mereka akan celaka.
Akan tetapi dia merasa lega melihat sikap Jatmika tenang saja dan dia memandang kepadanya, dan di sinar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
matanya seperti mengisyaratkan agar gadis itu menurut saja kepadanya.
"Nah, sekarang harap kalian beritahukan kepada kami, kerja sama bagaimana yang kalian maksudkan dan tugas apa yang harus kami lakukan," katanya sambil memandang tajam kepada Aki Mahesa Sura dan Tumenggung Jaluwisa.
Tumenggung Jaluwisa tertawa. "Ha-ha-ha, Jatmika, agaknya andika seorang pemuda yang jujur dan tidak mau banyak lika-liku, langsung saja ke persoalan. Bagus, aku suka sekali sikap seperti itu. Nah, dengarlah baik-baik. Kalau andika dapat melaksanakan tugas ini dengan baik bersama nona Listyani, kalian berdua akan mendapatkan kedudukan tinggi di Sumedang."
"Soal itu kita bicarakan belakangan saja, paman. Yang penting sekarang membicarakan apa yang akan kita lakukan terhadap Kadipaten Sumedang."
"Paman" Ah, benar juga. Andika masih muda, paling banyak dua puluh dua tahun usiamu, memang pantas kau sebut paman tumenggung, akan tetapi aku akan lebih suka kalau engkau dan Listyani ini menyebut kakangmas tumenggung padaku. Ha-ha, akan tetapi tidak mengapalah. Ucapanmu itu menunjukkan bahwa andika bukan seorang yang kemaruk (tamak) dan haus akan imbalan hadiah. Baik sekali. Nah, dengar baik-baik. Adipati Sumedang Mas Gede, adalah seorang yang tidak memiliki pendirian tegas. Dalam hatinya dia setuju dengan kami, tidak suka kepada Mataram dan condong membantu pihak Kumpeni Belanda yang hendak memakmurkan rakyat kami, akan tetapi pada lahirnya dia selalu mencari muka kepada Sultan Agung di Mataram. Dia seperti ular berkepala dua, siap mengkhianati kedua pihak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk mencari keuntungan sendiri. Oleh karena itu, kami mengambil keputusan untuk menjatuhkannya dan menyerahkan kedudukan Adipati Sumedang kepada orang lain yang lebih tepat."
"Menjatuhkan" Apa yang andika maksudkan, paman?"
tanya Jatmika, memancing untuk mendapat keterangan yang lebih jelas walaupun dia sudah dapat menduga bahwa ternyata tumenggung ini yang menjadi pemimpin pemberontakan seperti diceritakan ayahnya.
"Apa lagi kalau tidak membunuh Pangeran Mas Gede yang tidak pantas menjadi Adipati Sumedang itu" Kita bunuh dia dan seorang pengganti yang tepat, yang menentang Mataram, diangkat."
"Hemm, maafkan aku, paman. Akan tetapi bukankah paman sendiri seorang senopati Sumedang?"
"Justeru karena aku senopati pertama di Sumedang, aku mengetahui semua keadaan dengan baik dan akan memudahkan kita mengatur rencana itu. Pangeran Mas Gede merupakan kelilip dan penghalang perjuangan yang harus disingkirkan!"
"Perjuangan apa, paman?"
"Perjuangan Sumedang menentang Mataram dan membebaskan diri dari kekuasaan Mataram, berdiri dan mendatangkan kemakmuran lep[ada rakyat kita dengan bantuan Kumpeni belanda yang kaya raya dan pandai itu."
Jatmika menanti sesaat lalu bertanya dengan hati-hati,
"Mengapa paman sekalian demikian membenci Mataram?"
Tumenggung Jaluwisa membelalakkan matanya
memandang Jatmika dengan penasaran. "Mengapa tidak"
Semua orang di Pasundan harus membenci Mataram. Lupakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
andika akan kisah lama yang terjadi kurang lebih tiga ratus tahun yang lalu" Sang Maharaja Purana, raja Pajajaran dengan niat baik dan rendah hati mengantarkan puterinya untuk menjadi pemaisuri Sang Prabu Hayam Wuruk atau Rajasanegara. Akan tetapi apa yang dilakukan Raja Mataram itu" Raja Pasundan, Sang Maharaja Purana malah dihina, diharuskan mempersembahkan puteri beliau untuk menjadi seorang selir sebagai tanda menaklum! Pihak Pajajaran tentu saja menolak dan di Bubat itu terjadilah pertempuran yang berakhir dengan terbasminya pasukan Pajajaran. sang Maharaja Purana sekeluarga berikut semua perwira dan perajurit binasa!
Hayo katakan, siapa yang tidak membenci Mataram" Aku adalah seorang keturunan Menak (bangsawan) Pajajaran, maka aku akan selalu memusuhi Mataram. Karena Adipati Sumedang Pangeran Mas Gede condong tunduk kepada Mataram, maka dia menjadi musuhku pula!"
Jatmika menghela napas panjang. tentu saja dia sudah pernah mendengar kisah lama itu dari ayahnya, akan tetapi dengan warna atau pendapat yang lain. Menurut ayahnya, pada waktu itu Sang Prabu Hayam Wuruk atau Rajasanegara sama sekali tidak bermaksud menumpas Sang Maharaja Purana dari Pajajaran berikut semua pasukannya. Hal itu terjadi karena kesalah-pahaman antara Ki Patih Gajahmada dan para perwira Pajajaran, ditambah lagi usaha licik Raja Wengker untuk mengadu domba karena dia menghendaki Sang Prabu Hayam Wuruk agar menikah dengan seorang puterinya, bukan dengan puteri Pajajaran itu. Ternyata kemudian, setelah terjadi Perang Bubat yang menewaskan Sang Maharaja Purana berikut seluruh keluarganya, Sang Prabu Hayam Wuruk benar-benar menikah dengan puteri Raja Wengker! Akan tetapi peristiwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu sebetulnya adalah karena urusan pribadi, sama sekali bukan merupakan permusuhan antara kerajaan Mataram dan kerajaan Pajajaran. Maka, sungguh keterlaluan sekali kalau peristiwa itu dijadikan alasan oleh Tumenggung Jaluwisa untuk memusuhi Mataram. Akan tetapi biarpun dalam hatinya dia tidak setuju, dia maklum bahwa kalau dia mengatakan hal itu, keselamatan dia dan Eulis akan terancam. Dia harus cerdik, mengambil sikap seolah menyetujui semua ucapan tumenggung itu dan melihat perkembangan keadaan, mencari kesempatan untuk meloloskan diri bersama Eulis.
"Lalu bagaimana rencana itu, paman tumenggung" Dan kami berdua kebagian tugas apakah?"
"Begini. Kami sudah merencanakan untuk melakukan penyerangan dan membunuh sang adipati pada besok siang kalau dia melakukan perjalanan berburu binatang di sekitar lembah sungai. Kami akan mengerahkan orang-orang untuk menyerang pasukan pengawal adipati yang biasanya berjumlah sekitar seratus orang dan dalam keributan selagi para pengawal bertempur melawan orang-orang kami, andika berdua agar muncul, mendekati sang adipati dan membunuhnya."
"Hemm, pengawalnya ada seratus orang. Apakah penyerbuan itu tidak berbahaya sekali?"
"Tidak, walaupun orang-orang kami hanya sekitar lima puluh orang, namun mereka semua bersenjata bedil."
Tiba-tiba Eulis yang hanya kehilangan ingatan tentang masa lalunya namun tidak pernah kehilangan kecerdikan itu, setelah mengerti akan segala rencana itu, bertanya.
"Tumenggung, rencana besok siang itu, andaikata andika tidak bertemu dengan kami, lalu siapa yang akan melakukan itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sang tumenggung menatap wajah cantik itu dan tersenyum. Tadinya kami rencanakan agar aku sendiri atau Mahesa Sura yang melakukan pembunuhan. Akan tetapi kehadiran kalian ini sungguh menguntungkan sekali. Kalau aku atau Aki Mahesa Sura yang melaksanakan penyerangan untuk membunuhnya, tidaklah aman karena sang adipati telah mengenal baik aku dan Aki."
"Hemm, kenapa tidak menyuruh orang lain yang tidak dikenalnya" Bukankah andika mempunyai banyak anak buah?"
"Wah, itu berbahaya. Sang Adipati bukan orang lemah.
Dia cukup tangguh, Kita harus mengingat kemungkinan gagal, walaupun menurut perhitunganku, kemungkinan itu kecil sekali atau hampir tak mungkin. Akan tetapi andaikata kita gagal membunuhnya, kalau aku atau Aki yang melakukan, tentu kami akan ketahuan. Sebaliknya, kalau kalian yang melakukan, andaikata gagal sekalipun, dia tidak akan mengenal kalian. Kalau gagalpun, aku tetap aman dan dapat merencanakan penyerangan berikutnya. Mengertikah kalian sekarang?"
Jatmika dan Eulis mengangguk setelah saling pandang sejenak. "Kami mengerti."
"Dan kalian besok siang sanggup melaksanakannya?"
Kembali Eulis memandang Jatmika dan pemuda itu yang menjawab, "Kami sanggup!"
"Nah, sekarang kita beristirahat. Kuharap kalian setelah dibebaskan dari ikatan, tidak bertindak macam-macam karena kami belum mendapatkan bukti kesetiaan kalian dan tidak akan ragu-ragu untuk menembak mati kalian kalau kalian hendak memberontak," kata pula Tumenggung Jaluwisa. "Biar aku mengaso bersama Aki dan Jatmika. Andika boleh menempati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kamar itu seorang diri, ...... diajeng Listyani. Terpaksa kami harus mengawasi kalian."
Pada saat itu, Aji sudah menyelinap pergi dan dia berlari cepat di bawah sinar bulan muda. Karena tidak menemukan perahu, dia lalu menumbangkan sebatang pohon kelapa, memotongnya menjadi dua dan menggandengnya dengan tusukan bambu. Jadilah sebuah getek yang amat sederhana. Dengan getek dari dua batang pohon kelapa yang digandeng dengan bambu, diapun menyeberangi sungai dan melanjutkan perjalanannya, berlari cepat menuju arah Sumedang yang sudah diketahuinya karena tadi siang dia sudah bertanya-tanya orang dalam perjalanannya. Sambil berlari, tiada hentinya dia berpikir tentang Jatmika dan Sulastri.
Mereka itu tampak begitu akrab. Ada perasaan tidak enak menyelinap dalam hatinya. Betapa tidak" Jatmika adalah seorang pemuda yang demikian tampan dan gagah. Akan tetapi sebetulnya tidak aneh kalau mereka itu berhubungan akrab, bantahnya sendiri. Bukankah mereka itu masih satu perguruan"
Sulastri adalah murid atau lebih tepat, cucu murid Ki Ageng Pasisiran atau Ki Tejo Langit. Sedangkan Jatmika adalah cucu Ki Tejo Langit, putera dari Ki Sudrajat, anak angkatnya.
Berarti antara Jatmika dan Sulastri tentu saja ada hubungan baik sekali bahkan mungkin tumbuh besar dalam satu lingkungan. Maka bukan hal aneh kalau gadis itu akrab dengan Jatmika! Kenyataan ini menghapus rasa tidak enak di benak Aji. Kini yang terpenting, dia harus cepat dapat bertemu dengan Pangeran Mas Gede, Adipati Sumedang yang sedang di tunggu bahaya maut. Walaupun dia masih ragu dan juga penasaran mengapa Jatmika dan Sulastri mau menerima kerja sama itu! Benarkah Jatmika dan Sulastri sudi menjadi antek
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengkhianat dan anak buah Kumpeni Belanda" Dia teringat pula kepada kakak tirinya, Hasanudin. Kakak tirinya itupun sudah terseret ke lembah hina, menjadi antek Kumpeni Belanda. Kenapa orang-orang begitu mudah terpikat umpan kedudukan dan harta benda"
Untung baginya malam itu langit cerah dan bulan muda memberikan penerangan cukup sehingga dia dapat melakukan perjalanan cepat sekali. Ketika fajar menyingsing, tibalah dia di luar sebuah dusun. Kebetulan dia melihat seorang petani setengah tua memanggul cangkul, agaknya petani yang amat rajin ini sudah hendak bekerja di sawah ladangnya sepagi itu.
Aji menghadang di depan petani itu dan sebelum petani itu terkejut, Aji sudah mendahului dengan teguran yang ramah dan lembut. "Selamat pagi, paman. Rajin benar sepagi ini sudah hendak bekerja di ladang."
"Yah, kalau saya menanti sampai matahari terbit, jangan-jangan saya malah tidak sempat lagi menggarap ladang, denmas."
"Jangan sebut saya denmas, paman. Saya juga orang desa seperti paman. Akan tetapi kenapa kalau matahari terbit paman malah tidak sempat menggarap ladang?"
"Wah, nakmas. Orang sedusun kami jadi repot sejak malam tadi. Kami harus melayani tamu agung, maka saya pagi-pagi sekali segera saja ke ladang agar terhindar dari kesibukan nanti."
"Tamu agung" Siapakah dia, paman?"
"Wah, bukan blaen-blaen (main-main), anakmas. Tamu yang kini bermalam di rumah kepala dusun adalah Gusti Adipati Sumedang sendiri! Para pengawalnya, kurang lebih sertaus orang bersama perwira-perwiranya mondok di pendopo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumah kepala dusun sampai penuh dan ramainya bukan main.
Semalam kami harus melayani semua keperluan para perajurit itu."
Berita itulah yang dicari Aji. "baiklah, paman.
Lanjutkan perjalananmu dan terima kasih."
"Andika hendak ke mana?" Tanya petani itu melihat Aji hendak melangkah ke arah dusun.
"Aku ingin menonton Gusti Adipati dan para perajuritnya,"
"Wah, hati-hati, nakmas. Mereka galak-galak, salah sedikit mereka main tampar!"
Aji tidak menjawab melainkan cepat memasuki dusun itu. Tidak sukar baginya menemukan rumah kepala dusun yang jauh lebih besar daripada rumah penduduk lainnya. Dan dari luar saja tampak betapa di pendopo terdapat lima orang perajurit yang bertugas jaga. Mereka melakukan penjagaan secara bergiliran. Aji cepat memasuki pekarangan rumah besar itu dan segera menghampiri pendopo.
Lima orang penjaga itu terserang kantuk yang harus mereka tahan-tahan tadi. Tidak anek kalau mereka itu menjadi tidak sabaran dan mudah marah. Melihat seorang pemuda dusun menghampiri mereka, seorang diantara para penjaga yang membawa tombak ini segera menghadang dengan galak dan kasar dia menodongkan ujung tombaknya ke depan dada Aji.
"Hei, mau apa kamu datang ke sini tanpa dipanggil"
Mau nyolong (mencuri), ya?"
Aji mengerutkan alisnya. Heran dia melihat sikap seorang perajurit Sumedang ini, tiada bedanya dengan serdadu Kumpeni belanda yang angkuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ki sanak, aku datang membawa berita penting sekali untuk Gusti Adipati." kata Aji dengan sikap hormat dan suaranya lembut.
Pnjaga itu menjadi semakin marah. Empat orang kawannya sudah datang pula menodongkan tombak mereka kepada Aji. "Apa kaubilang" Siapa sudi menjadi sanakmu"
Hayo katakana, apa makasudmu datang malam-malam ke sini.
Awas, jangan bohong dan bicara yang bukan-bukan atau tombakku akan menjebolkan isi perutmu!"
"Tadi sudah kukatakan bahwa aku datang membawa berita penting sekali untuk Gusti Adipati."
Ujung tombak itu ditekan dan merapat di kulit dada Aji.
"Petani kotor macam kamu mana mempunyai berita penting untuk Gusti Adipati" Paling-paling kalau bertemu kamu ingin mengajukan permohonan, minta ini itu! Hayo pergi atau tomabak ini akan kutusukkan di perutmu!" Bukan hanya tombak si pembicara yang menekan kulit Aji, juga empat batang tombak lain menekan kulit tubuhnya, dua di depan, satu di kiri, satu di kanan dan satu di punggungnya. Dia telah dikepung lima batang tombak yang siap menusuk.
"Kalian penindas rakyat, sungguh keterlaluan!" Berkata demikian, dia menggerakkan kedua tangannya sambil memutar tubuhnya. Tombak-tombak itu ditusukkan karena para perajurit mengira dia melakukan perlawanan, akan tetapi senjata-senjata itu terpental dan ketika tangan Aji menampar lima kali, tombak-tombak itu patah-patah. Aji menggerakkan kakinya yang menyambar-nyambar dan lima orang itu berpelantingan dan jatuh terbanting keras.
"Hei, apa yang terjadi di sini?" Terdengar bentakan nyaring dan dua orang dengan gerakan trengginas telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhadapan dengan Aji. Melihat dua orang itu berpakaian sebagai perwira, Aji cepat mencabut keris pusaka Kyai Nagawelang dan memperlihatkannya kepada dua orang perwira itu.
"Mudah-mudahan andika berdua mengenal pusaka itu!"
kata Aji yang mengangkat keris itu sehingga tertimpa sinar lampu gantung yang berada di pendopo.
"Apa artinya ini?" bentak seorang perwira.
"Ah ...... itu ...... Keris Pusaka Kyai Nagawelang!
Andika utusan Gusti sultan Agung dari Mataram?" kata perwira ke dua.
Aji mengangguk dan menyarungkan kembali kerisnya.
"Benar, ki sanak. Ketahuilah, aku datang hendak menghadap Gusti Adipati sekarang juga. Ada pengkhianatan dan para pengkhianat merencanakan untuk membunuh Gusti Adipati pada siang hari ini. Karena itu, harap segera laporkan kepada beliau agar aku dapat menghadap dan bicara dengan beliau."
Mendengar ini, dua orang perwira itu terkejut bukan main. Apalagi setelah mereka mengenal Kyai Nagawelang dan tahu bahwa pemuda yang merobohkan lima orang perajurit itu adalah utusan Sultan Agung di Mataram.
"Mari, ki sanak, mari masuk saja. Akan kami hadapkan Gusti Adipati!" kata dua orang perwira itu dan Aji lalu diiringakn memasuki rumah melalui pendopo. Semua perajurit pengawal ketika mendengar akan apa yang terjadi, menjadi heran dan menghujani lima orang yang dirobohkan Aji tadi dengan pertanyaan-pertanyaan.
Adipati Pangeran Mas Gede tentu saja terkejut sekali ketika digugah dari tidurnya dan seorang perwira menghadap dan melapor akan kedatangan Aji yang membawa berita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengkhianatan yang mengancam nyawa adipati itu. Cepat Adipati Pangeran Mas Gede bertukar pakaian, mencuci muka dan tak lama kemudian dia sudah menerima Aji di ruangan belakang, ditemani oleh lima orang perwira, yaitu para pimpinan pasukan pengawal itu. Pada waktu itu, Sumedang memang dirongrong oleh gerakan-gerakan gerombolan yang tampaknya ada tanda-tanda hendak memberontak, maka dalam perjalanan berburu binatang ini Adipati Pangeran Mas Gede membawa seratus orang pengawal dipimpin lima orang perwira.
Di depan sang adipati Sumedang, kembali Aji memperlihatkan keris pusaka Kyai Nagawelang sehingga sang adipati percaya kepadanya. "Andika bernama Lindu Aji" Nah, setelah kami merasa yakin bahwa andika memang utusan Gusti Sultan Agung, sekarang ceritakanlah dengan gamblang tentang apa yang andika sebut sebagai pengkhianatan yang mengancam keselamatan kami itu."
Dengan jelas Aji lalu menceritakan tentang percakapan antara Tumenggung Jaluwisa dan Aki Mahesa Sura tentang pengkhianatan meraka, dan tentang rencana mereka untuk besok siang turun tangan membunuh sang adipati yang sedang melakukan perburuan binatang di Lembah Sungai Ci Lutung.
Mendengar laporan ini, Adipati Pangeran Mas Gede menepuk pahanya sendiri dengan marah.
"Keparat Jaluwisa! Kiranya dia merencanakan pengkhianatan dan pembunuhan keji! Akan tetapi kami mempunyai seratus orang pasukan pengawal!"
"Gusti Adipati, harap diketahui bahwa Tumenggung Jaluwisa akan mempersiapkan orang-orangnya yang berjumlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lima puluhan orang, akan tetapi mereka semua memegang senapan yang mereka dapatkan dari Kumpeni Belanda."
"Setan jahanam! Kalau begitu berbahaya juga. Hei para perwira pengawal, bagaimana baiknya menurut kalian?"
Seorang di antara lima orang itu berkata, "Demi keselamatan paduka, sebaiknya kalau kita segera kembali saja ke kadipaten, Gusti Adipati."
"Maafkan saya, paman adipati." kata Aji yang teringat akan nasib Jatmika dan Sulastri. Kalau penyerangan itu urung atau gagal, tentu keselamatan dua orang itu terancam sekali.
"Saya kira justru ini saat yang terbaik sekali bagi paduka untuk membasmi para pemberontak itu."
"Tapi mereka kuat sekali, anakmas! Bagaimana mungkin seratus orang pasukan kami dapat melawan lima puluh orang yang memegang bedil?" kata sang adipati.
"Juga amat membahayakan keselamatan Gusti
Adipati!" kata seorang pengawal. Mereka semua tidak menyetujui usul Aji. Akan tetapi dengan sikap tenang Aji berkata.
"Paman Adipati, kita mempunyai suatu hal yang amat kuat dan yang menjamin kita untuk dapat mengalahkan mereka, yaitu bahwa kita telah mengetahui rencana mereka, sebaliknya mereka sama sekali tidak menduga bahwa paduka telah mengetahui keadaan dan rencana mereka. Kita dapat memanfaatkan keuntungan itu untuk menjebak mereka dan menghancurkan mereka, menangkap dan menghukum pengkhianat Tumenggung Jaluwisa dan Aki Mahesa Sura yang membantunya itu."
"Hemm, bagaimana mengaturnya, anakmas Lindu Aji"
Aku tetap khawatir kalau sampai gaga;, tentu akan terjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
malapetaka. Tumenggung Jaluwisa itu cukup sakti dan dia memang pandai menggunakan senjata api. Apalagi yang namanya Aki Mahesa Sura itu! Dia sakti mandraguna dan pandai sihir, bahkan kabarnya dia dapat mengubah dirinya menjadi harimau jadi-jadian!"
"Harap Paduka jangan khawatir. Biar saya yang mengaturnya. Saya yang akan menggantikan paduka di dalam kereta, dan saya yang akan menghadapi Mahesa Sura.
Sebaiknya sekarang juga kita berangkat, paman Adipati, agar kita dapat tempat yang cocok untuk melaksanakan rencana kita menjebak mereka. Kita dapat merundingkan teantang rencana jebakan itu dalam perjalanan."
Pangeran Mas Gede akhirnya menyetujui dan pagi-pagi sekali rombongan ini bergerak meninggalkan dusun dan setelah tiba di tepi sungai Ci Lutung, Aji mencari tempat yang baik untuk menjebak lawan.
Ketika tiba di lembah sungai yang berhutan, Aji menghentikan rombongan itu. Dia lalu mengatur pasukan pengawal, membaginya menjadi tiga rombongan dan menyuruh mereka mempersiapkan gendewa dan anak panah sebanyaknya. Senjata bedil lawan akan dibalas dengan anak panah. Dia mengatur sedemikian rupa sehingga tiga rombongan pasukan itu bersembunyi dan mengepung tempay itu dari tiga jurusan. Mereka diperintahkan untuk tetap bersembunyi dan berlindung di balik batang-batang pohon dan batu-batuan besar. Aji lalu menggunakan tali untuk mengikat semak-semak belukar dan pohon-pohon kecil yang berada di tengah dan yang terkepung tiga rombongan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Paduka sebaiknya ikut bersembunyi bersama para perwira pengawal dan meninggalkan kereta di depan sana. Biar saya yang menggantikan paduka berada dalam kereta."
"Akan tetapi kami tidak takut, Kami bahkan ingin menghajar sendiri pengkhianat Jaluwisa itu!" kata Pangeran Mas Gede penuh semangat.
"Jangan, paman adipati. Saya percaya akan kemampuan paduka, akan tetapi ketahuilah bahwa Jaluwisa memiliki dua pistol berpeluru perak dan emas yang tidak dapat ditahan oleh aji kekebalan. Biarlah saya yang akan menghadapi mereka, bersama dua orang sahabat saya."
"Siapa dua orang sahabatmu itu?"
"Mereka adalah saudara-saudara seperguruan saya, seorang pria dan seorang wanita yang sekarang menjadi tawanan Tumenggung Jaluwisa. Saya akan membebaskan mereka, dan kami bertiga rasanya cukup untuk menghancurkan kekuatan Jaluwisa dan Mahesa Sura."
"Baiklah kalau begitu." Pangeran Mas Gede lalu ikut bersembunyi dan siap bertempur kalau keadaan membutuhkan bantuannya. Aji berpesan kepada para perajurit pengawal agar jangan dulu menyerang dengan anak panah mereka sebelum dia memberi isyarat.
*** JILID XX ku akan memancing mereka, dibantu beberapa orang perajurit aku akan menarik tali-tali dan menggoyang-A goyang pohon kecil dan semak belukar yang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diikat tali. Tentu mereka akan mengira bahwa kita bersembunyi di situ dan mereka akan menghujani tempat-tempat itu dengan tembakan bedil-bedil mereka. Nah, kalau bedil-bedil mereka kosong dan mereka sibuk mengisi bedil mereka dengan peluru baru, aku akan memberi isyarat dengan teriakan burung alap-alap seperti ini." Aji mengeluarkan suara mirip lengkingan burung alap-alap. "Setelah mendengar isyarat itu, barulah kalian menghujani mereka dengan anak panah itu jangan terlalu lama dan kalian harus cepat berpindah tempat berlindung yang sebelumnya harus sudah dipersiapkan agar kalau mereka memberondongkan peluru ke arah kalian tidak akan ada yang kena peluru. Kalian hanya menyerang begitu ada tanda dariku, menghujani anak panah lalu berpindah lagi.
Mengerti?"
Semua perajurit mengangguk dan merasa gembira.
Pemuda senopati muda yang menjadi utusan Sultan Agung itu tampak demikian tenang dan tegas, agaknya sudah yakin akan kemenangan mereka, maka perajurit juga penuh semangat.
Setelah semua orang bersembunyi di tempat masing-masing, Aji duduk pada tempat kusir kereta Adipati Sumedang yang dia sembunyikan agak jauh dari tempat yang terkepung itu, menanti dengan sikap tenang. Semua orang menanti di tempat persembunyian masing-masing, dengan hati tegang dan tidak bersuara, bahkan napaspun ditekan agar jangan bersuara keras. Matahari telah naik tinggi dan mendatangkan siang yang panas, akan tetapi mereka yang mengatur baris pendam di hutan itu mersa sejuk karena pohon-pohon besar dengan daunnya yang rimbun bagaikan payung-payung raksasa melindungi mereka dari sengatan sinar matahari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejam lebih mereka menunggu, sejam yang rasanya lama sekali menimbulakan perasaan jemu, ragu-ragu, dan semakin tegang. Akhirnya terdengar suara gaduh, suara banyak orang datang ke arah tempat itu. Semua perajurit pengawal Sumedang cepat mendekam dan bersembunyi. Tak lama kemudian muncullah rombongan itu. Tumenggung Jaluwisa dan Aki mahesa Sura berjalan di depan dan di antara mereka berjalan Jatmika dan Eulis. Di sepanjang perjalanan mereka bersikap waspada. Ketika mereka tiba di situ, tiba-tiba di depan, agak jauh tampak sebuah kereta meluncur perlahan.
Tumenggung Jaluwisa segera mengenal kereta yang biasa dipakai Adipati Pangeran Mas Gede itu.
"Itu keretanya! Wah, mereka tentu berada di sini.
Jatmika dan Listyani, cepat kalian sergap kereta itu dan bunuh penumpangnya. Kami yang akan menghancurkan pasukan pengawalnya!" kata Tumenggung Jaluwisa yang memberi isyarat kepada lima puluh anak buahnya. Mereka lalu berpencar dan siap dengan bedil mereka.
Pada saat itu, orang-orang sudah diberi petunjuk Aji menarik-narik tali, membuat beberapa semak belukar dan pohon-pohon kecil bergoyang-goyang. Melihat ini, tanpa diperintah lagi, anak buah Jaluwisa segera memberondongkan peluru bedil mereka ke arah sasaran itu. Terdengan bunyi ledakan-ledakan bergemuruh dan tampak asap mengepul dari moncong-moncong senapan.
Sementara itu, Jatmika dan Eulis sudah cepat berlari ke depan, menuju arah kereta. "Nimas, jangan bunuh orang! Kita hanya pura-pura membantu mereka." kata Jatmika ketika mereka berdua berlari cepat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat itu mereka tiba di dekat kereta, sesosok bayangan berkelebat turun dari atas kereta dan terdengar suara bayangan itu. "Jatmika dan Sulastri, cepat lari bersembunyi ke belakang kereta!" Suara itu demikian kuat wibawa dan pengaruhnya sehingga Jatmika dan Eulis tanpa ragu lagi cepat berlompatan ke belakang kereta dan ikut mendekam di samping Aji.
"Hei, kalian berdua pengkhianat rendah!" terdengar Tumenggung Jaluwisa berteriak marah ketika melihat dua orang muda yang tadinya diharapkan akan menyerang dan membunuh sang adipati yang berada di dalam kereta, kini malah berlompatan dan berlindung di belakang kereta. "Aki, kita bunuh mereka!" Tumenggung Jaluwisa mencabut dua buah pistolnya dan membidik ke arah kereta.
"Dar!! Dar!!" Bidikannya ternyata memang tepat sekali. Terdengar suara kuda meringkik dan dua ekor kuda yang menarik kereta itupun roboh, berkelojotan sebentar lalu mati karena kepala mereka telah tertembus peluru pistol. Pistol itu masih meledak beberapa kali dan beberapa butir peluru menyambar ke arah kereta, tentu dimaksudkan untuk menyerang orang yang berada dalam kereta. Tentu saja peluru-peluru itu terbuang sia-sia karena dalam kereta itu tidak ada siapapun.
"Kalian jangan bergerak dulu. Dua buah pistol itu berbahaya, terisi peluru perak dan emas, dapat menembus semua aji kekebalan. Aku akan berusaha untuk menyingkirkan dua buah pistol itu lebih dulu!" kata Aji dan diapun cepat berkelebat meninggalkan Jatmika dan Eulis. Pemuda dan gadis itu memandang dengan kagum dan heran. Jatmika tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenalnya dan pemuda itu menyebut Eulis dengan sebutan Sulastri!
"Nimas, engkau mengenalnya?" bisik Jatmika kepada Eulis. Gadis itu mengerutkan alisnya dan menggeleng. Ia memang sama sekali tidak ingat lagi kepada Aji.
Tumenggung Jaluwisa dan Mahesa Sura berlari menghampiri kereta itu. "Jatmika dan Listyani, hayo keluar dari tempat persembunyian kalian! Kalian tidak dapat lolos dari tanganku!" bentak Jaluwisa. Akan tetapi pada saat itu, terdengar bunyi pekik burung alap-alap setelah berondongan tembakan dari para anak buah pemberontak itu berhenti. Tiba-tiba dari berbagai jurusan, menyambar puluhan batang anak panah. tentu saja banyak anak buah pemberontak yang menjadi korban. mereka menjerit dan mengaduh. Mendengar ini, Jaluwisa dan Mahesa Sura kaget dan menengok. Mereka melihat banyak anak buah mereka roboh, akan tetapi anak buah yang lain sudah sempat mengisi bedil dan mulai memberondong ke arah dari mana datangnya anak-anak panah tadi. Melihat ini, Aji menggunakan kepandaiannya untuk melompat keluar ke depan kereta dan memperlihatkan diri kepada Tumenggung Jaluwisa dan Aki Mahesa Sura.
"Heh kalian anjing-anjing peliharaan Kumpeni Belanda! Tidak malukah kalian mengkhianati tanah air dan bangsa" Dosa kalian sudah bertumpuk, hayo cepat menyerah!"
Tumenggung Jaluwisa tidak mengenal Aji. Dia marah sekali dan dua buah pistol di kedua tangannya meledak-ledak, akan tetapi bayangan Aji sudah lenyap lagi. Kembali terdengar pekik burung alap-alap dan hujan anak panah menyerang para anak buah gerombolan pemberontak. Terdengar pekik kesakitan dan beberapa orang roboh pula menjadi korban hujan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anak panah. Mereka yang masih belum terluka cepat menembakkan senapan mereka ke arah dari mana datangnya anak panah. dari teriakan yang terdengar dapat diketahui bahwa setidaknya tentu ada beberapa orang anak buah pasukan pengawal yang terkena tembakan.
Tumenggung Jaluwisa dan Aki Mahesa Sura menjadi marah sekali. Aki Mahesa Sura lalu menerjang ke arah semak belukar. Banyak anak panah menyerangnya. Akan tetapi kakek itu tidak memperdulikan serangan itu dan tetap maju dan memutar tongkat ularnya. banyak anak panah terpental oelh putaran tongkat ular itu dan beberapa batang anak panah mengenai pundak dan dadanya, akan tetapi anak-anak panah itu seperti mengenai batu karang saja dan runtuh tanpa meninggalkan bekas luka, kecuali merobek baju kakek itu.
Pada saat itu, Jatmika yang sejak tadi bersembunyi di belakang kereta bersama Eulis, tak dapat menahan diri lagi untuk tidak keluar. Dia melompat keluar.
"Kakangmas Jatmika, hati-hati ...... !" Eulis juga ikut melompat ke luar. Tumenggung Jaluwisa yang masih mencari bayangan Aji, cepat membalikkan tubuhnya dan mengangkat kedua tangannya.
"Dar ...... ! Darr ...... !" Dua moncong pistolnya menyemburkan api dan asap. Jatmika dan Eulis yang sudah diperingatkan Aji tentang keampuhan pistol-pistol perak dan emas itu, cepat membuang diri ke atas tanah dan bergulingan ke belakang batu-batu besar sehingga mereka terhindar dari sasaran pistol.
Kemarahan Tumenggung Jaluwisa memuncak melihat pemuda dan gadis tawanannya itu ternyata tidak membantunya.
Dan kemarahannya semakin berkobar ketika dia melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kegagalan tembakannya. Dengan alis berkerut dan mata mencorong dia berlompatan untuk mencari dua orang itu yang tadi bergulingan ke belakang batu-batu.
Tiba-tiba ada angin menyambar dari arah belakangnya.
Tumenggung Jaluwisa terkejut, maklum bahwa ada yang menyerangnya dengan kekuatan besar. Dia cepat membalik dan mengangkat kedua tangan, siap menembak. Akan tetapi tiba-tiba dua buah tangan menyambar dan tepat mengenai kedua pergelangan tangannya.
"Aduh ...... !" Tumenggung Jaluwisa berseru kaget, merasa kedua tangannya seperti patah dan kedua pistol yang digenggamnya terlepas dari kedua tangannya dan terlempar jauh! Jaluwisa ternyata tangguh juga. Pukulan yang tepat mengenai kedua pergelangan tangannya itu hanya mampu membuat dua buah pistolnya terlempar, akan tetapi tidak melukainya. Cepat tubuhnya melompat ke belakang. Ketika dia mengangkat muka hendak melihat siapa penyerangnya, Aji sudah melompat, tubuhnya berkelebat dan dia telah meninggalkan Jaluwisa karena dia melihat amukan Aki Mahesa Sura yang merobohkan beberapa orang perajurit pengawal.
Amukan Aki Mahesa Sura memang menggiriskan.
Dengan tongkat ularnya, kakek ini menerjang puluhan orang perajurit pengawal. Melihat kakek ini tidak dapat terluka oleh anak panah mereka, para perajurit sudah menjadi panik.
Mereka mencabut golok dan ada yang menggunakan tombak menyerang kakek tua renta itu, namun mata golok dan tombakpun tidak mampu melukai kulitnya. Sambil tertawa-tawa kakek itu menggerakkan tongkat ularnya dan banyak perajurit roboh bergelimpangan sambil menjerit-jerit kesakitan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuh mereka berkelojotan dan bekas bagian tubuh yang terkena sambaran tongkat ular, kulitnya berubah menghitam yang makin lama menjadi semakin lebar, Ternyata senjata tongkat ular itu mengandung bisa yang amat ampuh! Dalam waktu beberapa menit saja, belasan orang perajurit pengawal berjatuhan dan berkelojotan dalam sekarat!
Tiba-tiba ada angin menyambar dari samping. Kakek yang berpengalaman ini maklum bahwa ada serangan orang sakti. Dia melompat menghindar dan memutar tubuh. Kiranya yang menyerangnya dengan tamparan kuat itu hanyalah seorang pemuda tampan berpakaian sederhana, akan tetapi bukan Jatmika. Pemuda itu adalah Aji.
"Munding Hideung dan Munding Bodas adalah orang-orang sesat, akan tetapi ternyata gurunya bahkan lebih jahat lagi. Aki Mahesa Sura, andika yang sudah tua renta kenapa tidak mencari jalan terang agar kelak kepulanganmu ke alam baka tidak akan tersesat ke neraka jahanam?" kata Aji sambil memandang dengan sinar mata mencorong.
Melihat kakek itu menghadapi pemuda yang tadi memimpin mereka dan mengatur siasat, para perajurit pengawal timbul kembali keberanian mereka. Dua orang melompat dan menubruk dari belakang, menusukkan tombak mereka ke arah punggung Aki Mahesa Sura.


Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Asrrgghh ...... !" Kakek itu mengeluarkan gerangan seperti seekor binatang buas, tubuhnya membalik, tongkatnya menyambar dan dua batang tombak itu kini bertemu dengan dadanya dan kdua senjata itu patah! tongkat ular menyambar mengenai dua orang penyerangnya yang segera terpelanting roboh dan berkelojotan!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Semua mundur, serbu anak buah gerombolan
pemberontak. Biar aku yang melawan kekek ini!" bentak Aji dan para perajurit itu sadar bahwa mereka bukanlah tandingan kakek itu.
Kembali mereka menyusup mencari perlindungan ketika sisa anak buah gerombolan menembaki mereka. Kini tanpa dikomando, para perajurit pengawal mengerti bagaimana caranya menghadapi musuh yang bersenjata api itu. Pada saat letusan berhenti dan musuh sibuk mengisi peluru, mereka menyerang dengan anak panah. Bahkan kemudian setelah dekat, mereka menyerbu dengan senjata tombak dan golok.
Terjadi pertempuran berdarah. Anak buah gerombolan kini tidak sempat lagi menggunakan bedil. Merekapun mencabut golok dan melawan dengan senjata itu, nmun, jumlah mereka jauh berbeda. Kalau pasukan pengawal masih memiliki sisa anak buah sebanyak enam puluh orang, pihak pemberontak kini tinggal dua puluh orang saja!
Melihat Aji melompat pergi, Tumenggung Jaluwisa cepat melompat ke arah di mana dua buah pistolnya terlempar.
Akan tetapi ketika dia tiba di situ, dua buah pistolnya itu telah diinjak oleh dua orang yang bukan lain adalah Jatmika dan Eulis!
"He, pengkhianat pemberontak, kamu mencari ini?"
Eulis hendak membanting kakinya untuk menginjak hancur pistol yang berada di bawah kakinya.
"Jangan injak, nimas!" Jatmika memperingatkan sehingga gadis itu terkejut dan tidak jadi membanting kaki ke atas pistol itu. Jatmika takut kalau-kalau pistol yang diinjak itu akan meledak. Dia lalu membungkuk dan memungut dua buah pistol itu, tersenyum mengejek kepada Tumenggung Jaluwisa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Senjata jahanam pemberian Belanda inikah yang kau cari, Tumenggung Jaluwisa?" setelah berkata demikian, Jatmika mengerahkan tenaga dan melontarkan dua buah pistol itu ke arah sungai yang berada di bawah tebing.
"Keparat!" Tumenggung Jaluwisa marah bukan main melihat dua buah pistol kesayangan dan andalannya dibuang dan lenyap ke bawah tebing. Dia mencabut goloknya yang mengkilat saking tajamnya. "Kalian telah mengkhianatiku!
Sekarang aku menyesal mengapa tidak dari kemarin kalian kubunuh. Akan tetapi aku belum terlambat. Bersiaplah kalian untuk mampus! Haaaiiittt ...... !!" Tumenggung itu melompat seperti seekor singa kelaparan, menerkam dan menerjang kedua orang muda itu dengan sambaran goloknya yang berubah menjadi sinar putih bergulung-gulung. Namun, Jatmika dan Eulis sudah siap siaga. mereka melompat ke belakang sehingga sambaran golok itu luput. Melihat keris pusakanya Kyai Cubruk kini terselip di pinggang Tumenggung Jaluwisa, Jatmika berseru nyaring.
"Manusia curang! Kalau engkau memang gagah perkasa, kembalikan keris pusakaku kepadaku, baru kita bertanding sampai seorang diantara kita mati!"
Akan tetapi seruan Jatmika ini seperti mengingatkan tumenggung itu akan pusaka yang dirampasnya dan yang kini berada dipinggangnya.
"Ha, kau menginginkan keris ini" Baik, siapkan dadamu dan keris ini akan kukembalikan padamu!" Tangan kirinya mencabut keris pusaka itu dan kini dengan buas dia menggerakkan golok dan keris untuk menyerang kalang kabut!
Tadi Jatmika dan Eulis sudah memungut sepotong ranting kayu sebesar lengan mereka, sepanjang kurang lebih satu meter dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan senjata sederhana ini mereka menghadapi serangan golok dan keris itu. Tentu saja pemuda dan gadis perkasa itu bersikap hati-hati sekali, tidak membiarkan senjata mereka bertemu langsung dengan golok lawan karena kalau hal itu terjadi, tentu ranting kayu di tangan mereka akan terpotong!
Mereka berdua lebih banyak mengandalkan kelincahan gerakan mereka yang ditunjang ilmu meringankan tubuh Bayu Sakti.
Terjadilah perkelahian yang seru, akan tetapi kini Jatmika dan Eulis lebih banyak menyerang dengan tongkat ranting kayu mereka. Biarpun hanya ranting kayu, namun karena ditunjang tenaga sakti yang amat kuat, maka senjata sederhana itu menjadi senjata yang ampuh sekali. Tumenggung Jaluwisa maklum akan hal ini, maka diapun berusaha keras agar jangan sampai terkena senjata dua orang pengeroyoknya. Apalagi ketika Jatmika dan Eulis menyeling serangan tongkat mereka dengan pukulan Aji Margopati (Jalan Maut) yang dahsyat bukan main, tumenggung yang tangguh itu terkejut dan mulailah dia terdesak hebat.
Sementara itu Aji sudah saling berhadapan dengan Aki Mahesa Sura. Tidak ada seorangpun dari kedua pihak berani membantu. Mereka berdua berdiri saling pandang. Kakek itu bertopang pada tongkat ularnya dan sepasang alis putih yang tipis itu berkerut-kerut, hidungnya kembang kempis karena kakek tua renta itu tadi mengamuk sehingga napasnya memburu. Mulut dengan bibir yang tebal itu agak menyeringai, dan dari sepasang matanya menyambar sepasang sinar yang amat berwibawa dan berpengaruh. Di lain pihak, berdiri dalam jarak dua meter, Aji berdiri dengan tegak dan kedua tangannya tergantung santai di kanan kirinya, sepasang matanya juga memandang wajah kakek itu dan menyambut "serangan" sinar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata lawan itu dengan berani. Ya, biarpun kedua orang itu hanya berdiri saling pandang tanpa bergerak atau mengeluarkan kata-kata, namun sebenarnya mereka sedang mengadu kekuatan melalui sinar matanya! Sepasang mata seekor kucing Candramawa mampu menjatuhkan seekor cecak yang sedang merayap di atas dinding atau mampu membuat seekor tikus yang tengah berlari menjadi lumpuh hanya dengan pandang matanya, maka Aki Mahesa Sura inipun mampu menyerang dan melumpuhkan lawan hanya dengan kekuatan sinar matanya yang lebih dahsyat daripada sinar mata seekor kucing Candramawa!
Begitu bertemu dan beradu pandang Aji sudah merasakan serangan dahsyat melalui sinar mata itu. Namun dia bersikap tenang saja dan memperkuat penyerahannya kepada kekuasaan Gusti Allah. Penyerahan total ini mendatangkan Kekuasaan Gusti Allah yang melindungi jiwanya dan menyebar ke seluruh tubuhnya sehingga sebuah kekuatan mujijat terbentuk. Aji hanya tinggal mengerahkan kekuatan ini melalui pandang matanya menyambut serangan sinar mata Aki Mahesa Sura.
"Uuhhhh ...... !!" Kakek itu mengeluh dan mengerahkan seluruh tenaga batinnya untuk memperkuat serangan sinar matanya. Akan tetapi dia merasa seolah kekuatan sihir matanya itu bertemu dengan kekuatan yang maha dahsyat. Hal ini tidaklah aneh karena dia menentang sumber dari segala kekuatan yang telah menyusup ke dalam diri Lindu Aji, Kakek itu seperti kebanyakan orang sakti mandraguna yang lain, memperoleh kekuatan ajaibnya melalui segala cara, penyiksaan diri, penyembahan berhala, dan segala macam cara sesat lain lagi. Karena itu seperti kebanyakan orang, dia mendapatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aji-ajinya dari kekuasaan gelap sehingga ilmu-ilmunya adalah ilmu hitam yang berasal dari kekuatan iblis dan setan. Memang bagi manusia biasa, kekuatan yang berasal dari kuasa gelap ini luar biasa dan dahsyat sekali sehingga menakutkan. Ilmu-ilmu hitam ini biasa dipergunakan oleh manusia sesat untuk sarana mencapai semua keinginannya, memuaskan semua gejolak nafsunya, dan akibatnya biasanya hanya menguntungkan diri sendiri merugikan orang lain, atau menyenangkan diri sendiri menyusahkan orang lain. Ilmu hitam dari kekuasaan gelap atau iblis inilah yang menjadi sumber dari segala macam kejahatan seperti santet, tenung, sihir dan segala macam ilmu aneh yang menjadi alat bagi manusia sesat melakukan perbuatan jahat.
Kekuasaan gelap ini pula yang terkadang dimiliki beberapa orang dukun. Mereka ini menggunakan kekuatan yang timbul dari kekuasaan gelap untuk membantu orang-orang, denngan imbalan yang menyenangkan tentu saja, untuk mencari
"pesugihan", kenaikan pangkat, atau untuk memikat seorang wanita yang diinginkannya dan banyak lagi perbuatan-perbuatan sesat yang haram dilakukan manusia baik-baik karena semua perbuatan itu tujuannya hanya memuaskan nafsu sendiri dengan merugikan oramng lain. Manusia yang suka mencari kesenangan melalui cara ini akhirnya akan terjerumus ke dalam perangkap iblis, menjadi budak setan. Bukan hal yang tidak mungkin bahwa nafsu keinginannya yang bersifat kedagingan dan duniawi itu dapat diperoleh, akan tetapi mungkin di luar kesadarannya, dia telah terikat dan dijadikan budak iblis. Iblis tidak pernah memberi anugerah. Yang dapat diberikannya hanyalah semacam "jual beli" dan setiap orang yang telah memanfaatkan "jasanya" sudah pasti harus membelinya dengan pengorbanan tertentu. Dan biasanya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengorbanan yang diberikan itu tidak sepadan dengan yang diterimanya. Pengorbanannya jauh lebih hebat dan mengerikan.
Berbeda dengan kekuatan yang didapatkan manusia dengan penyerahan diri kepada Gusti Allah. Apa yang didapatkan ini merupakan anugerah, merupakan tuntunan, bimbingan, suatu anugerah karena manusia itu telah mencapai tingkat keimanan yang paling dalam yaitu penyerahan diri sepenuhnya, penyerahan dengan tawakal, ikhlas dan taat.
Demikianlah, tidak mengherankan ketika Aki Mahesa Sura mengerahkan kekuatan ilmu hitamnya, dia merasa seolah sinar lampu bertemu sinar matahari, seperti air bertemu samudra. Dia tidak tahan lagi dan melangkah mundur sambil memejamkan matanya. Kekuatan sinar matanya yang dipergunakan untuk menyerang tadi terasa seperti membalik dan menghantam dirinya sendiri. Terpaksa Aki Mahesa Sura memejamkan kedua matanya dan tubuhnya terhuyung ke belakang. Namun karena dia memang sakti dan kuat, dia dapat memulihkan keadaannya. Tidak, dia sama sekali tidak merasa kalah. Orang seperti kakek ini yang merasa telah memiliki kedigdayaan, mempunyai kemampuan tinggi dan merasa dirinya sakti mandraguna, tidak mengenal perasaan mengaku kalah atau mengaku salah. Dia merasa dirinya paling pintar!
Ini merupakan kelemahan kebanyakan manusia, yakni merasa dirinya paling pintar. Pada hal, mengaku diri pintar adalah suatu kebodohan besar, karena pengakuan atau perasaan diri sendiri pintar ini menutup semua kemungkinan untuk mencapai pengertian lebih banyak. Seolah sebuah gelas yang sudah penuh, bagaimana dapat menampung air dari luar.
Beruntunglah dia yang dengan tulus ikhlas mengaku dirinya masih bodoh, bagaikan gelas yang masih belum penuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga dapat menerima pengisian dari luar sehingga "isinya"
bertambah-tambah. Orang yang mengaku dirinya pintar, sesungguhnya hanyalah keminter (sok pintar). Cobalah tanya kepada orang yang sok pintar itu, berapa helai sih jumlah kumis atau jenggotnya" Dia tidak akan mampu menjawab.
Menghitung jenggot sendiri saja tidak mampu kok berani mengaku pintar! Menggelikan dan lucu yang membuat kita senyum masam. Seperti juga tidak ada manusia sempurna, juga tidak ada manusia pintar. Mungkin dia pintar dalam satu hal, akan tetapi bodoh dalam lain hal. Yang Maha Pintar hanyalah Gusti Allah. Yang Maha Sempurna hanyalah Gusti Allah.
Bahkan sekelumit "kepintaran" yang dimiliki manusia juga anugerah Gusti Allah!
Aki Mahesa Sura tidak merasa kalah, bahkan menjadi penasaran dan marah bukan main. Mana dia kalah oleh seorang pemuda "ingusan?" Akan tetapi dia ingin tahu juga siapa pemuda yang mampu menahan serangan sinar matanya itu.
"Huh, bocah keparat yang berani melawan Aki Mahesa Sura! Mengakulah, siapa namamu agar jangan engkau mati tanpa meninggalkan nama!"
"Aki Mahesa Sura, orang tuaku memberiku nama Lindu Aji." jawab Aji sejujurnya tanpa maksud merendahkan atau mengagungkan diri dengan nama itu.
Akan tetapi jawaban yang jujur itu malah membuat kakek itu membelalakkan matanya dengan jantungnya berdebar keras. Teringat dia akan mendiang gurunya, Resi Mahesa Badag yang pernah memperingatkannya. "Awaslah kalau engkau bertemu seorang manusia yang namanya menggetarkan bumi, karena dia itu memiliki anindyaguna (keunggulan sempurna) dan karenanya dia aniwirya (tidak dapat dilawan),
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memiliki siyung (taring) Sang Batara Kala. Maka, jauhilah dan jangan dilawan."
Dasar manusia yang sudah menjadi budak nafsu, Aki Mahesa Sura yang sombong dan merasa diri sendiri terpandai itu sama sekali tidak terpengaruh pesan gurunya itu. Dia tetap tidak sudi mengaku kalah terhadap seorang pemuda kencur!
Sepandai-pandainya pemuda itu, bagaimana mungkin dapat mengalahkannya" Waktu yang dia pergunakan untuk berjerih payah mempelajari dan mengumpulkan semua ilmu itu, masih lebih banyak dari pada usia bocah di depannya itu! Karena itu dia merasa yakin bahwa dia pasti akan dapat menglahkan dan membunuh pemuda yang lancang berani menentangnya itu.
"Lindu Aji, engkau lihat, apa yang kupegang ini?"
bentaknya sambil mengangkat tongkat ularnya ke atas.
Aji merasa betapa dalam suara kakek itu terkandung getaran yang amat kuat maka maklumlah dia bahwa kakek itu hendak "menyerang" melalui suaranya yang mengandung hawa sakti.
Dia masih bersikap tenang ketika memandang tongkat itu dan berkata tanpa nada mengejek, "Aki Mahesa Sura, aku melihat engkau memegang sebuah bangkai ular kering yang kaujadikan tongkat."
"Uwah! sudah butakah matamu" Pusaka Sarpasakti ini memiliki kesaktian Kalabahnisanghara (penumpasan dengan api maut), siapa berani melawan akan dihancur binasakan!
Karena itu aku perintahkan kamu, hei Lindu Aji : Berlututlah dan menyembahlah engkau agar terbebas dari kehancuran!"
Dalam suara Aki Mahesa Sura, terutama sekali dalam kalimat terakhir, terkandung getaran yang teramat kuat, yang seolah mendatangkan tangan tak tampak yang menekan dan memaksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lindu Aji untuk bertekuk lutut. Namun, segera pemuda yang merasakan pengaruh sihir itu berzikir menyebut nama Allah berulang-ulang sesuai dengan detak jantung dan pernapasannya. Muncullah kekuatan baru dalam dirinya dan rasa tertekan tadipun lenyap, bahkan dia mengangkat muka memandang Aki Mahesa Sura yang masih mengangkat tongkat ularnya ke atas dan memandang kepadanya sambil menggerak-gerakkan tongkat itu yang seolah menjadi hidup kembali.
"Hentikan badutanmu itu, Aki. Tidak ada gunanya sama sekali." kata Aji dengan tenang.
Aki Mahesa Sura kembali tertegun. Pemuda itu sama sekali tidak terpengaruh! Sedikitpun tidak. Heran sekali dia.
Pada hal, belum pernah ada orang yang mampu menolak serangan sihir melalui suaranya itu semudah itu!
"Hemmm, engkau berani, ya" Lihat sekarang serangan halilintar dari tongkat pusakaku!" Dia mengangkat tongkat itu ke atas. kepala ular kering itu berada di atas dan ekornya di bawah.
"Hyaaaahhhh ...... !" Kakek itu mengeluarkan teriakan melengking dan tiba-tiba dari moncong ular kering yang terbuka itu menyambar keluar sinar kehijauan, meluncur ke arah kepala Aji! Pemuda ini sudah siap, baik batiniah maupun lahiriah. Jiwanya menyerah sepenuhnya kepada Kekuasaan Gusti Allah sedangkan raganya selalu siap untuk menjaga diri, berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelamatkan dirinya.
Memang demikianlah yang selalu diajarkan oleh mendiang gurunya, Ki Tejo Budi dahulu. Manusia hidup haruslah memenuhi dua kelengkapan itu agar dapat disebut manusia seutuhnya. Secara rohani, dia harus selalu dekat selalu ada kontak dan komunikasi, selalu di"jumenengi" Roh Allah yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maha Suci dalam arti kata, Kekuasaan Gusti Allah selalu manunggal (bersatu) dalam dirinya. Dan secara jasmani, dia harus selalu mempergunakan semua anugerah Gusti Allh berupa badan dan hati akal pikiran ini untuk berikhtiar, berusaha untuk keselamatan jasmaninya, untuk kesejahteraan hidupnya di dunia dan terutama sekali, untuk membantu pekerjaan Gusti Allah, yaitu membangun kehidupan manusia di dunia yang penuh kedamaian, penuh kesejahteraan, penuh kasih sayang antara manusia.
Dalam keadaan seperti itulah Aji menghadapi serangan tongkat pusaka di tangan Aki Mahesa Sura. Didasari iman penyerahannya kepada Gusti Allah, Aji lalu menyambut sinar hijau itu dengan dorongan telapak tangan kirinya sambil mengerahkan Aji Surya Chandra. Sinar hijau yang keluar dari moncong ular kering menyambar dahsyat, bertemu dengan telapak tangan kiri Aji yang dikembangkan. Sinar itu seolah terpental membalik dan menyambar kepala ular kering itu sendiri.
"Uhhh ...... !!" Kembali Aki Mahesa Sura terhuyung, terbawa oleh tongkatnya sendiri yang seperti terserang sinar hijau yang keluar dari moncongnya. Agaknya telapak tangan Aji tadi bekerja seperti sebuah cermin dan ketika sinar hijau menyambarnya, maka sinar itu seperti bertemu dengan cermin dan bayangannya terpantul membalik dan menyerang sumber sinar hijau itu sendiri.
Aki Mahesa Sura menjadi semakin marah dan
penasaran. Dua macam serangan mempergunakan kekuatan sihir melalui mata dan suaranya telah digagalkan, bahkan serangan ketiga melalui tongkat ular juga terpantul membalik.
Namun dia belum juga jera. Dia telah bertahun-tahun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempelajari ilmu-ilmu dari Pajajaran, maka kini dia mengerahkan semua kekuatannya untuk menyerang dengan sihir ilmu hitam yang dianggap paling ampuh. Tiba-tiba dia menancapkan tongkat ularnya ke atas tanah setelah itu dia mengeluarkan suara menggereng yang amat kuat sehingga menggetarkan sekeliling tempat itu, kedua tangannya diangkat ke depan dada dan membentuk cakar harimau, menggetar penuh tenaga dahsyat dan bergerak-gerak saling menyilang, kemudian dia berjungkir balik tiga kali dan tubuhnya berubah menjadi seekor harimau yang amat besar! Harimau sebesar kerbau itu memandang Aji dengan sepasang mata bersinar-sinar mencorong, moncongnya mengeluarkan suara menggereng, mengaum dan bibirnya tertarik-tarik memperlihatkan taring dan gigi yang putih mengkilap dan runcing mengerikan, kedua kaki depannya menggaruk-garuk tanah dan apabila kuku-kukunya itu ada yang menggurat batu, maka terperciklah bunga api!
Aji menghadapi harimau itu dengan tenang. Dan maklum sepenuhnya bahwa mahluk yang berada di depannya itu adalah seekor harimau jadi-jadian. Pernah dia berhadapan dengan Munding Hideung dan Munding Bodas, murid-murid kakek ini dan dua orang pemimpin gerombolan itupun pernah memepergunakan ilmu hitam yang serupa, yaitu mereka menjadi dua ekor harimau jadi-jadian. Namun dia dapat memunahkan sihir mereka itu dengan Aji Tirta Bantala (Ilmu Air dan Tanah). Kekuatan mujijat yang muncul karena iman dan penyerahannya kepada Gusti Allah dapat memunahkan ilmu hitam kedua orang pimpinan gerombolan itu. Dan sekarang dia berhadapan dengan harimau jadi-jadian buatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aki Mahesa Sura yang tentu jauh lebih dahsyat dan berbahaya dibandingkan dua orang muridnya!
Timbul keinginan dalam hati Aji untuk menguji kemampuan dirinya sendiri melawan harimau jadi-jadian itu dengan ilmu-ilmu yang pernah dia pelajari dari mendiang Ki Tejo Budi. Bagaimanapun juga, dia memiliki pegangan batin yang amat kuat, yaitu keyakinannya bahwa kepasrahannya kepada Gusti Allah. Kalau sudah begitu, apa yang perlu ditakuti lagi" Apapun yang terjadi dengan dirinya, sepenuhnya menurut kehendak Gusti Allah dan akan diterimanya dengan penuh rasa syukur karena apapun yang ditentukan Allah, betapa burukpun dalam pandangan manusia, sesungguhnya adalah yang terbaik baginya! Dalam menghadapi segala hal, dia harus berikhtiar berusaha sekuat tenaga untuk melindungi dirinya. Ikhtiar, usaha atau bekerja adalah wajib di samping iman penyerahan diri sepenuhnya yang merupakan keharusan manusia. Bekerja saja tanpa dilandasi adanya bimbingan Gusti Allah dapat menyesatkan, membuat kita lupa diri dan hanya mengejar hasil pekerjaan itu tanpa perduli apakah cara bekerja itu diridhoi Gusti Allah atau tidak. Sebaliknya, hanya bimbingan kepada jiwa kita saja oleh Gusti Allah tanpa mengerjakannya dengan jasmani kita, juga membuat kita tidak mungkin dapat hidup di dunia ini. Keduanya, olah kerja dan iman penyerahan haruslah sama-sama kuat. Dengan demikian, hidup akan menjadi seutuhnya sebagai seorang manusia.
"Haunnggg ...... grrrrr ...... !!" Tiba-tiba harimau sebesar kerbau itu melompat dan menubruk, menerkam dengan dahsyatnya kepada Aji. Pemuda ini sudah siap dan waspada.
Dia segera mengerahkan kelincahan berdasarkan Aji Bayu Sakti dan menggerakkan tubuhnya, bersilat dengan ilmu silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wanara Sakti. Bagaikan seekor kera, atau lebih tepat lagi, bagaikan gerak gerik sang Hanoman dalam kisah wayang Ramayana, dia telah menyusup di bawah terkaman harimau jadi-jadian itu sehingga terkaman itu luput.
Akan tetapi ketika Aji membalikkan tubuh dan berada di belakang harimau itu, tiba-tiba harimau itu menggerakkan ekornya yang panjang dan bagaikan ssebatang toya (tongkat) baja ekor itu menyambar dan menghantam kuat sekali ke arah pinggang Aji! Pemuda itu terkejut juga, tidak pernah menduga akan serangan yang mendadak itu. Karena untuk mengelak dia sudah tidak mempunyai kesempatan lagi, maka Aji lalu menyalurkan tenaga dari Aji Surya Chandra ke lengan kirinya dan menangkis
sambaran ekor yang lebih besar
daripada lengannya itu. "Wuuuttt ...... dukkk!!" Aji
merasa betapa tubuhnya tergetar
saking kuatnya sambaran ekor harimau jadi- jadian itu. Akan
tetapi harimau itupun menggereng dan ekornya terpental ketika bertemu lengan Aji. Harimau itu cepat sekali sudah memutar lagi tubuhnya dan cakar kananya menyambar dengan kecepatan kilat ke arah leher Aji. Pemuda itu masih dapat mengelak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan miringkan tubuhnya, akan tetapi dengan cekatan cakar harimau itu dapat mengejar dan mengenai pundaknya.
"Brettt ...... !" Baju di pundak Aji robek, akan tetapi kuku-kuku rincing itu hanya mendatangkan guratan pada kulit pundaknya, tidak melukainya sama sekali karena tubuh Aji terlindung oleh kekuatan mujijat yang membuatnya kebal.
Sekali lagi harimau raksasa itu membuat lompatan menerjang dan menerkam. Namun Aji dapat mengelak dengan lebih cepat lagi. Harimau itu mengamuk, menerkam dengan kedua cakar depannya dan berulang-ulang memukul dengan ekornya. Namun semua serangan itu dapat dihindarkan Aji dengan elakan dan kalau perlu serangan itu dipatahkan dengan tangkisan lengannya. Pertarungan sengit terjadi. Beberapa kali Aji terkena hantaman ekor akan tetapi pukulan itu hanya membuat dia terguncang sedikit dan ekor yang memukul itupun terpental. Sebaliknya beberapa kali tamparan tangan Aji mengenai tubuh binatang jadi-jadian itu. Akan tetapi tubuh harimau itupun kuat dan kebal sekali. Harimau itu terkadang terpelanting oleh pukulan tangan Aji, akan tetapi seperti tidak merasakan nyeri, binatang itu sudah bangkit dan menyerang lagi.
Setelah cukup lama berkelahi dan belum juga dapat mengalahkan pemuda itu, harimau jadi-jadian itu menjadi kesetanan. Matanya mencorong seperti berapi dan moncongnya mengeluarkan uap panas. dengan gerengan yang menggetarkan jantung kini harimau itu menerkam lagi dengan lompatan tinggi.
"Wiiii ...... !" Aji cepat menyusup ke bawah perut mahluk jadi-jadian itu seperti ketika ia menyerang pertama kali. Secara tiba-tiba dia membalik ketika berada di belakang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
harimau dan sekali sambar, tangan kanannya sudah menangkap ekor harimau itu. Harimau itu meronta, namun Aji sudah mengerahkan tenaga dan mengayun lalu memutar-mutar tubuh harimau yang besar itu ke atas kepalanya. Harimau itu mengaum-aum marah akan tetapi tak mampu melepaskan diri dan diputar-putar cepat sekali seperti kitiran lalu mengayun dan melontarkan tubuh harimau besar itu sambil membentak.
"Pergilah kau!"
Tubuh harimau raksasa itu terlempar melalui pohon-pohon menuju ke arah sungai dan tak tampak lagi. Aji cepat mencari Sulastri dan Jatmika. Setelah memutar tubuhnya, dia melihat Jatmika dan Sulastri sedang bertarung melawan empat orang lawan yang tangguh. Masing-masing dikeroyok dua orang lawan dan mereka bertanding mati-matian.
Tadi, setelah Aji berhasil memukul lepas dua buah pistol dari tangan Tumenggung Jaluwisa, senopati Sumedang ini segera dikeroyok dua oleh Jatmika dan Eulis. Mereka berkelahi dengan seru dan biarpun tumenggung itu seorang yang digdaya, namun menghadapi pengeroyokan Jatmika dan Eulis, dia kewalahan juga dan mulai terdesak. Memang, senjata di tangan dua orang muda itu hanya ranting kayu, namun di tangan mereka ranting itu menjadi senjata yang ampuh.
Apalagi mereka menyelingi serangan ranting itu dengan tangan kiri yang melancarkan pukulan dengan Aji Margopati yang dahsyat dan ampuh. Biarpun Tumenggung Jaluwisa mengamuk dengan golok di tangan kanan dan keris Kyai Cubruk milik Jatmika di tangan kiri, namun tetap saja dia terdesak larena dua ujung ranting itu dapat mematahkan semua serangannya, dan pukulan Margopati itu menyambar-nyambar dahsyat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kena ...... !!" Tiba-tiba Jatmika membentak dan ujung ranting di tangannya, dengan telak sekali menusuk pergelangan tangan kiri tumenggung itu. Tumenggung Jaluwisa terkejut, walaupun pergelangan tangannya tidak terluka namun sedetik tangan itu seperti kaku dan lumpuh sehingga keris rampasan yang dipegangnya terlepas. Dengan gerakan cepat Jatmika menyambar keris pusakanya yang terjatuh di atas tanah itu.
Eulis cepat memutar rantingnya ketika Tumenggung Jaluwisa hendak menghalangi Jatmika memungut keris pusakanya sehingga pemuda itu akhirnya berhasil mengambil Keris Kyai Cubruk. Kini dengan keris di tangan kanan dan ranting di tangan kiri, Jatmika menyerang dengan hebat, dibantu oleh Eulis yang tingkat kepandaiannya tidak terpaut banyak dibandingkan tingkat kepandaian Jatmika. Tadi saja tumenggung itu sudah terdesak. Apa lagi sekarang. Dia memutar-mutar goloknya sehingga senjatanya itu berubah menjadi gulungan sinar yang menjadi perisai melindungi dirinya. Namun, tetap saja dia terdesak dan kerepotan.
Tumenggung itu berulang kali mengeluarkan teriakan sebagai isarat kepada para pembantunya.
Tiba-tiba muncul tiga orang yang memegang golok dan serentak mereka menyerbu dan membantu sang tumenggung.
Mereka itu bukan lain adalah Munding Beureum, Munding Koneng, dan Munding Hejo. Tadi, tiga orang ini memimpin anak buah melawan para perajurit pengawal dan dengan adanya mereka bertiga yang mengamuk, biarpun jumlah anak buah itu tidak banyak dibandingkan pasukan pengawal, mereka mampu mendesak. Akan tetapi tiga orang itu mendengar isarat tumenggung yang minta bantuan. Maka mereka meninggalkan anak buah mereka dan membantu Tumenggung Jaluwisa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Munding Beureum dan Munding Koneng mengeroyok Eilis, sedangkan Munding Hejo membantu sang tumenggung mengeroyok Jatmika.
Keadaan menjadi terbalik. Kalau tadi Tumenggung Jaluwisa yang terus terdesak, sekarang Jatmika dan Eulis yang terdesak dan terpaksa mereka harus mengerahkan seluruh ilmu meringankan tubuh Bayu Sakti untuk bergerak cepat mengelak dari hujan serangan para pengeroyok.
Aji yang sudah kehilangan lawan, melihat keadaan Jatmika dan Sulastri, melompat dan langsung dia menerjang ke arah Munding Beureum yang mengeroyok Sulastri. "Nimas Sulastri, jangan khawatir, aku datang membantumu!" Setelah berteriak demikian Aji lalu menampar ke arah pengeroyok yang ikat pinggangnya berwarna merah, yaitu Munding Beureum.
"Wuuuuttt t ...... !" Munding
Beureum terkejut
bukan main melihat datangnya angin
pukulan yang dahsyat. Dia terpaksa melemparkan tubuhnya ke samping, lalu menjatuhkan diri
dan sambil bergulingan dia membabatkan goloknya ke arah kaki Aji.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gerakannya memang cekatan sekali. Sambil bergulingan goloknya menyambar-nyambar secara bertubi ke arah kedua kaki Aji. Aji berloncatan menghindar, akan tetapi ketika golok itu menyambar berulang-ulang, dia menggunakan kaki kanannya untuk memapaki dan menendang sambil mengerahkan tenaga.
"Dess ...... sing ...... !" Golok itu terlepas dari tangan Munding Beureum dan meluncur ke arah Eulis atau Sulastri.
Gadis itu menyambar dengan tangan kirinya dan ia sudah berhasil menangkap golok itu pada gagangnya. Melihat tubuh Munding Beureum masih bergulingan dan mendekatinya, ia lalu meluncurkan tongkat ranting kayunya ke arah tubuh yang bergulingan itu, sambil mengerahkan tenaga.
"Wirrr ...... capp!" ranting kayu itu menancap ke dada Munding Beureum sampai hampir tembus! Orang itu mengeluarkan teriakan parau dan tewas tak lama kemudian.
Eulis atau Sulastri girang bukan main mendapatkan pertolongan walaupun ia terheran-heran mendengar pemuda itu menyebutnya Nimas Sulastri! Sebutan nama ini terasa akrab di telinganya, juga rasanya ia tidak asing dengan wajah dan suara pemuda itu. Akan tetapi ia lupa lagi di mana dan bilamana pernah berjumpa dengan pemuda itu. Ia tidak dapat banyak berpikir karena kini Munding Koneng yang melihat saudara seperguruannya tewas, menjadi marah dan menyerangnya dengan ganas sekali. Eulis menangkis dengan golok rampasannya.
"Cringgg ...... !" Bunga api berpijar ketika dua batang golok bertemu. Namun kini Eulis memperlihatkan kehebatannya. Ia dahulu memang mahir dan sudah terbiasa bersilat pedang. Maka kini, memegang sebatang golok, ia dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memainkannya dengan dahsyat sehingga Munding Koneng segera terdesak.
Melihat keadaan Sulastri kini hanya menghadapi seorang lawan dan mampu mendesaknya, Aji lalu membantu Jatmika yang masih dikeroyok dua oleh Tumenggung Jaluwisa dan Munding Hejo. Dia menerjang ke arah pengeroyok yang sabuknya berwarna hijau dan yang memainkan sebatang golok.
"Wuuuttt ...... !" Tamparan tangan Aji ampuh sekali dan mendatangkan angin pukulan dahsyat. Munding Hejo terkejut dan dia membabatkan goloknya untuk menyambut tamparan tangan itu dengan maksud agar tangan yang menamparnya itu terbabat bunting oleh goloknya.
"Dessss ...... krek ...... !!" Hebat sekali pertemuan dua tenaga itu. Golok itu patah dan tubuh Munding Hejo terlempar seperti daun kering disapu angin. Dia terlempar dan jatuh terguling-guling dekat dengan beberapa orang pasukan pengawal. Melihat musuh roboh terguling-guling, lima orang perajurit pasukan menghujani tubuh Munding Hejo dengan tusukan tombak dan bacokan golok. Getaran pukulan Aji tadi membuat Munding Hejo tidak mampu lagi mengerahkan aji kekebalannya sehingga tubuhnya rusak dan nyawanya melayang karena hujan serangan itu.
Pada saat itu tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan ke dekat lima orang perajurit yang membacoki dan menusuki tubuh Munding hejo yang sudah tak bernyawa lagi.
"Heeeeiiiitttt ...... arrrggghhh ...... !" Terdengar bentakan dan gerengan dahsyat dan orang itu mendorongkan kedua tangannya ke arah lima orang perajurit itu. Angin yang amat kuat menyambar dan lima orang perajurit itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berpelantingan roboh dan tidak mampu bangkit lagi karena mereka semua tewas!
Aji terkejut dan cepat menghampiri. Ternyata dia berhadapan dengan Aki Mahesa Sura yang berdiri memegang tongkat ularnya dengan pakaian basah kuyup. Agaknya ketika dia menjadi harimau jadi-jadian dan dilemparkan Aji tadi terjatuh ke sungai akan tetapi tidak terluka dan dia dapat keluar dari sungai dengan tubuh dan pakaian basah kuyup. Tadi melihat betapa seorang muridnya, Munding Hejo dibantai, dia menjadi marah dan sekali serang dia telah membunuh lima orang perajurit pengawal!
Sementara itu, semua anak buah pemberontak telah dapat dirobohkan dan sebagian lagi melarikan diri. Para perajurit pengawal yang masih hidup kini hanya menjadi penonton bersama Adipati Pangeran Mas Gede, tidak berani mendekati pertempuran hebat antara Eulis atau Sulastri melawan Munding Koneng, Jatmika melawan Tumenggung Jaluwisa, dan Aji yang kini saling berhadapan dengan Aki Mahesa Sura.
"Babo-babo, Lindu Aji! Penghinaan ini harus kautebus dengan nyawamu!" Wajah kakek itu tampak bengis dan menyeramkan, seperti wajah iblis sendiri karena mengandung hawa amarah yang memuncak. Sinar matanya penuh ancaman maut, tongkat ular di tangan kanannya menggigitl saking kuatnya emosi menguasainya.
Aji bersikap tenang. "Aki Mahesa Sura, cobalah renungkan lagi. Siapa yang menghina dan siapa yang menyulut api permusuhan dan pertempuran ini" Masih belum terlambat kalau andika menyadari kesalahan, bertaubat dan mengubah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jalan hidupmu agar mendapatkan penerangan sejati dan menuntunmu ke jalan kebenaran."
"Aaahhh!" Seperti iblis sendiri kakek itu menjadi marah mendengarkan ucapan itu, ucapan yang sama sekali berlawanan dengan keinginan hatinya. "Tak perlu berkhotbah di sini! Sekarang tinggal engkau atau aku yang menang atau mati!" Setelah berkata demikian, kakek itu mendorongkan telapak tangan kirinya ke arah Aji sambil berteriak lantang.
"Aji Bajra Kalantaka! Mampuslah!!"
Hebat dan dahsyat bukan main Aji Bajra Kalantaka (Kilat Dewa Maut) ini. Dari tangan kiri itu menyambar sinar yang menyilaukan mata, yang mencuat bagaikan sambaran halilintar ke arah Aji.
Aji cepat merangkap kedua tangan di depan dada, melebur diri ke dalam kekuasaan Gusti Allah dan otomatis tangan kanannya mendorong ke depan. Tidak tampak apapun dari telapak tangan kanannya. Akan tetapi sinar kilat yang menyambar dari telapak tangan kiri kakek itu tiba-tiba terhenti di tengah jalan tertahan oleh sesuatu yang tidak tampak namun yang kuat sekali.
Tejadilah adu kekuatan. Kakek itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong kekuatan yang menghalang itu. Sampai mulutnya mengeluarkan suara bekah-bekuh, tubuhnya gemetar dan keringatnya mulai membasahi mukanya, napasnya mulai terengah dan sinat kilat mulai terdesak mundur dan kembali ke telapak tangannya. Sejenak tangan kiri kakek itu terkulai lemas. Untung bahwa Aji tidak mendesaknya, kalau hal itu dilakukan, tentu kakek itu akan roboh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun, biar kakek itu sudah tua renta, semangatnya menggebu-gebu, dia tidak mau kalah dan merasa kuat. Apalagi dia sedang marah dan penasaran. Semangatnya ini yang membuat dia tiba-tiba dapat menguasai dirinya kembali dan kini dia mengeluarkan pekik menyeramkan.
"Auuurrrggghhh ...... !" Tubuhnya menerjang ke depan, tongkat ularnya diputar cepat sehingga berubah menjadi gulungan sinar hitam dan kini dia menggunakan ilmu silat yang cepat dan kuat untuk menyerang Aji.
Menghadapi serangan cepat dan kuat yang amat berbahaya ini, Aji juga cepat bergerak lincah dan cekatan bagaikan seekor kera. Dan memainkan ilmu silat yang disebut Aji Wanara Sakti, mengelak dengan cepat dan balas menyerang. Terjadilah pertandingan adu ilmu silat yang seru, cepat dan mengeluarkan angin berdesir desir. Tubuh mereka lenyap bentuknya, berubah menjadi bayang-bayang yang berkelebatan di antara gulungan sinar hitam tongkat itu. Dan ternyata ilmu silat yang dimainkan Aki Mahesa Sura itu memang hebat bukan main sehingga Aji sendiri kewalahan menghadapi sinar bergulung-gulung dan berkelebatan menyambar-nyambar seperti kilat itu. Hanya dengan kelincahan Aji Wanara Sakti saja dia masih mampu berkelebatan mengelak dan menghindarkan diri dari sambaran tongkat maut.
Sementara itu, pertandingan antara Jatmika melawan Tumenggung Jaluwisa juga berlangsung dengan hebat dan seru. Tumenggung itu adalah senapati Sumedang, bahkan tangan kanan Pangeran Mas Gede, maka ilmu silatnya juga amat dahsyat. Denngan golok besarnya, dia berusaha keras untuk merobohkan Jatmika yang melawan golok itu dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keris pusakanya Kyai Cubruk. Namun, senjatanya itu, biarpun merupakan pusaka ampuh, merupakan senjata yang pendek sehingga jangkauannya kalah jauh dibandingkan golok di tangan sang tumenggung. Oleh karena itu, dia harus bergerak dengan hati-hati dan menggunakan semua kelincahannya untuk menandingi lawan. Mereka saling serang dengan seru dan mati-matian.
Hanya pertandingan antara Eulis melawan Munding Koneng yang agak berat sebelah. Biarpun Munding Koneng juga seorang digdaya, merupakan seorang di antara Panca Munding murid-murid Aki Mahesa Sura, namun melawan Eulis yang tingkat kepandaiannya setingkat dengan Jatmika, dia kewalahan sekali. Dara perkasa yang kini bersenjatakan sebatang golok rampasan itu memiliki kecepatan gerakan yang membuat Munding Koneng repot sekali. Kadang pandang matanya kabur melihat dara itu berkelebatan di sekitarnya dan golok di tangan mungil itu menyambar-nyambar dan sinarnya bergulung-gulung menyilaukan mata.
"Trang-trang-trang ...... !" Bertubi-tubi golok mereka bertemu ketika Munding Koneng menangkis serangan yang datang dengan gencar itu. Tiba-tiba Eulis mengeluarkan bentakan melengking dan kembali goloknya menyambar dari atas, membacok ke arah kepala lawan. Munding Koneng kembali menangkis dengan sekuat tenaga. Harapan satu-satunya hanyalah mengadu tenaga dengan harapan tangkisannya akan membuat golok di tangan dara itu patah atau terlepas dari pegangan karena dalam hal kecepatan dia kalah jauh sehingga dia terus terdesak.
"Singgg ...... trakkkk !" Dua batang golok bertemu dan saling melekat! Kesempatan yang hanya beberapa detik ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dipergunakan oleh Eulis untuk memukul dengan tangan kirinya.
"Syuuuttt ...... plakk!" dada Munding Koneng terkena pukulan Margopati tangan kiri Eulis.
"Aduhhhh ......!" Tubuh laki-laki itu terjengkang dan dia terbanting keras, tak dapat bangun lagi karena pukulan ampuh dan dahsyat itu telah merusak isi rongga dadanya.
Eulis menoleh, memandang ke arah Jatmika yang masih bertanding dengan seru dan berimbang melawan Tumenggung Jaluwisa. Tanpa ragu-ragu lagi Eulis melompat dan langsung menyerang senopati Sumedang itu dengan goloknya.
"Wirrrr ...... !" Jaluwisa terkejut dan cepat melompat ke samping mengelak. Akan tetapi Jatmika sudah menyerangnya dan Eulis juga sudah menerjang lagi. Tumenggung Jaluwisa dikeroyok dua dan sekarang keadaan berubah. Senopati Sumedang yang memberontak itu mulai kewalahan dan dia hanya dapat mengelak dan menangkis dihujani serangan golok dan keris. Pertandingan berat sebelah ini tidak berlangsung lama. Setelah bersusah payah mempertahankan diri, Jaluwisa menjadi nekad. Dia ingin mengadu nyawa. Biar dia roboh asal dapat merobohkan pula Jatmika. Setelah didesak terus, akhirnya dia membalas, menyerang dahsyat sekali ke arah Jatmika, membacokkan goloknya ke arah leher pemuda itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Jatmika terkejut dan cepat menangkis dengan kerisnya.
"Trangggg ...... !!" Jatmika tergetar dan terhuyung, akan tetapi pada saat itu, sinar golok di tangan Eulis menyambar tepat mengenai lambung Jaluwisa yang tak terlindung.
"Cratttt ...... !" Darah muncrat dan Jaluwisa terhuyung, tangan kiri mendekap lambungnya yang terluka parah. Jatmika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggunakan kesempatan itu untuk menerjang dan keris pusakanya menyambar dan menusuk ke atah leher senopati Sumedang itu.
Jaluwisa mengeluarkan teriakan lemah dan robohlah dia dalam gelimangan darahnya sendiri.
Jatmika dan Eulis kini memandang ke arah Aji yang masih bertanding seru melawan Aki Mahesa Sura. Tanpa diperintah, seperti sudah bersepakat saja, sepasang orang muda ini sudah menerjang maju dan mengeroyok Aki Mahesa Sura.
Kakek itu terkejut sekali karena dapat merasakan bahwa tingkat kepandaian dua orang muda yang maju membantu Aji itupun memiliki tingkat kesaktian yang sudah kuat sekali sehingga dia terdesak hebat.
Tadi, ketika bertanding melawan Aji, kakek itu sudah merasa betapa sukarnya mengalahkan pemuda itu. Aji yang diserang tongkat ular yang berubah menjadi sinar bergulung-gulung itu telah mencabut keris pusaka Kyai Nogowelang dan melakukan perlawanan mati-matian. Pemuda inipun maklum betapa saktinya kakek yang dihadapinya. Ketika Jatmika dan Sulastri atau Eulis datang membantunya, dia merasa girang dan dia mempercepat gerakan kerisnya untuk mendesak kakek yang sakti mandraguna itu,
Ketika golok di tangan Eulis dan keris di tangan Jatmika kembali menyerang dari depan dalam saat yang berbareng, kakek itu mengerahkan tenaga pada tangan kanannya dan menggunakan tongkat ularnya untuk menangkis, sementara itu tangan kirinya dengan telapak tangan terbuka menghantam ke arah Aji, didorongkan dan dari telapak hitam itu keluar asap hitam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat serangan ini, Aji cepat mendorongkan tangannya untuk menyambut sambil mengerahkan tenaga sakti dari Aji Suryo Candra.
"Trangg-trangg ...... !" Jatmika dan Eulis tergetar dan terhuyung oleh tangkisan tongkat Aki Mahesa Sura dan kakek itu hanya bergoyang tanda bahwa pertemuan senjata itupun menggoyahkannya. Pada saat itu, dua tenaga sakti bertemu di udara, antara dorongan tangan kakek itu yang bertemu dengan dorongan tangan Aji.
"Wuuuttt ...... desss ...... !" Sebetulnya kakek itu memiliki tenaga sakti yang kuat sekali. akan tetapi pada saat itu, tenaganya terbagi. Sebagian tadi untuk menangkis golok Eulis dan keris Jatmika, dan sebagian lagi untuk menyerang Aji. Tangkisan terhadap dua senjata itu sudah membuat kakek itu tergetar dan sisa tenaganya yang dipakai untuk menyerang Aji yang menggunakan Aji Surya Chandra. Aki Mahesa Sura terkejut dan dari mulutnya keluar keluhan panjang, tubuhnya terhuyung ke belakang seperti terbawa angin. Melihat keadaan kakek ini, Jatmika dan Eulis tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Mereka berdua menerjang ke depan. Keris pusaka Kyai Cubruk di tangan Jatmika dan golok di tangan Eulis berkelebat.
"Cratt-cratt!" kakek itu tidak sempat melindungi tubuhnya dengan aji kekebalan karena dia sudah terguncang oleh pertemuan tenaga saktinya dengan sambutan Aji tadi.
Perutnya terobek pedang dan ulu hatinya tertikam keris! Dia roboh, akan tetapi dapat bangkit kembali dan dengan wajah menyeramkan, dia lalu mendorongkan kedua tangannya ke arah Jatmika dan Eulis. Asap hitam mengepul dari kedua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telapak tangannya dan asap itu menyambat ke arah Jatmika dan Eulis.
"Awas ...... !" Aji berseru khawatir, maklum betapa hebat serangan kakek yang sudah terluka parah itu.
Jatmika dan Eulis tak sempat mengelak lagi. mereka berdua, seperti sudah bersepakat, menekuk lutut dan keduanya mendorongkan telapak tangan mereka ke depan, menyambut pukulan dahsyat kakek itu dan mengerahkan Aji Margopati.
"Wuuuttt ...... bressss ...... !!" Tubuh Jatmika dan Eulis terpental dan terbanting roboh, dan tubuh kakek itupun terjengkang dan roboh tak bergerak lagi.
Aji terkejut dan cepat menghampiri Jatmika dan Eulis yang terbanting roboh. Dua orang itu sudah bangkit duduk bersila dan mengatur pernapasan. Aji merasa lega bahwa mereka berdua ternyata hanya terguncang saja dan tidak menderita luka berat. Dia melihat bahwa kakek itu telah tewas pula seperti para muridnya, Juga dia melihat bahwa anak buah Tumenggung Jaluwisa telah tewas semua, menjadi korban amukan para perajurit pengawal. Pertempuran benar-benar telah selesai dan biarpun di pihak pasukan pengawal banyak juga yang roboh dan tewas terkena tembakan, namun pihak para pemberontak itu telah terbasmi, tidak ada yang lolos.
Adipati Sumedang, Pangeran Mas Gede, menghampiri Aji. Kini Jatmika dan Eulis juga sudah bangkit berdiri dan kesehatan mereka sudah pulih kembali.
"Aduh, anakmas Lindu Aji, kami merasa bersyukur dan berterima kasih sekali kepada andika. Kalau tidak ada andika yang memperingatkan kami dan tidak membantu merobohkan pengkhianat Jaluwisa dan para pembantunya, entah apa yang akan terjadi dengan kami." kata sang adipati dengan terharu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sesungguhnya yang menyelamatkan paduka adalah Gusti Allah, sedangkan kami bertiga ini hanya melaksanakan tugas kami saja." kata Aji dengan rendah hati.
"Andika sungguh seorang muda yang bijak, anakmas Aji. Dan siapakah pemuda dan dara ini" Kami juga harus mengucapkan terima kasih kepada meraka." kata pangeran Mas Gede.
"Mereka ini adalah saudara-saudara seperguruan saya, bernama Jatmika dan Sulastri." Aji memperkenalkan.
"Bukan, aku bukan Sulastri. Namaku Listyani dan biasa disebut Eulis!" kata Eulis smbil mengerutkan alisnya dan memandang heran kepada Aji.
Pangeran Mas Gede tersenyum. "Siapapun juga namamu, nini, andika tetap merupakan seorang dara yang telah menolong kami. Nah, sekarang kami mengundang andika bertiga ke Kadipaten Sumedang sebagai tiga orang tamu kehormatan kami. Kami ingin menjamu andika bertiga untuk menyatakan syukur dan terima kasih kami."
Aji terkejut dan heran bukan main ketika tadi mendengar bantahan Sulastri yang tidak mengakui namanya, bahkan mengatakan bahwa namanya Listyani atau Eulis.
Saking herannya dia hanya berdiri memandang gadis itu dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Ketika mendengar ucapan sang adipati yang mengundang mereka bertiga untuk ikut ke Kadipaten Sumedang, Aji cepat berkata dengan sikap hormat.
"Harap paduka maafkan bahwa kami terpaksa tidak dapat memenuhi undangan paduka karena kami masih mempunyai urusan penting sekali yang harus kami selesaikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Biarlah lain kali kalau semua sudah beres, kami berkunjung ke Sumedang dan menghadap paduka."
Adipati Sumedang mengangguk-angguk. "Baiklah dan selamat tinggal, Anak mas Lindu Aji. Kami hendak kembali secpatnya ke kadipaten." Dia memerintahkan sebagian perajurit untuk mengurus semua mayat yang bergelimpangan dan mengurus teman-teman yang terluka, sedangkan sebagian lagi mendapat tugas untuk mengawalnya pulang ke kadipaten.
"Mari kita meninggalkan tempat ini aku mau bicara dengan andika berdua." kata Aji kepada Jatmika dan Sulastri.
Jatmika yang juga ingin sekali mengetahui siapa sebenarnya pemuda perkasa yang telah menolong dia dan Eulis itu mengangguk kepada Eulis yang tampak ragu. Mereka lalu mengikuti Aji meninggalkan tempat bekas pertempuran dimana banyak perajurit pengawal sibuk mengurus para teman yang terluka dan jenazah-jenazah uang berserakan.
*** JILID XXI etelah berada agak jauh dari tempat bekas pertempuran, Aji memberi isyarat kepada Jatmika dan Eulis untuk S berhenti. Mereka duduk di atas batu dan Aji memandang dengan penuh selidik kepada Eulis yang sejak tadi diam saja.
"Nimas Sulastri, mengapa engkau tidak mengakui namamu sendiri dan berganti nama Listyani atau Eulis"
mengapa, nimas." Tanya Aji kepada Eulis yang tampak bingnung mendengar pertanyaan ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eulis menggeleng kepala dan mengerutkan alisnya sambil menatap wajah Aji dengan senar mata penuh keheranan.
"aku tidak mengenal andika dan namaku memang Listyani dan biasa disebut Eulis. Tanya saja kepada Kakangmas Jatmika ini.
Bukankah begitu, kakangmas?" Eulis menoleh kepada Jatmika.
Aji memandang kepada Jatmika dan pemuda ini mengangguk, lalu berkata kepada Aji. "Ki sanak, kami berdua mengucapkan banyak terima kasih atas bantuanmu sehingga menyelamatkan kami berdua dan juga sang adipati. Gadis ini memang bernama Listyani atau Eulis, kenapa andika menyebutnya Sulastri" Apakah andika mengenalnya?"
"Mengenalnya?" Aji mengerutkan alisnya. "Tentu saja aku mengenalnya dengan baik, bahkan aku juga mengenal namamu dengan baik, Kakang Jatmika. Andika putera Paman Sudrajat, bukan?"
Jatmika menatap tajam wajah Aji, "Benar! Bagaimana andika tahu" Apakah andika mengenal ayahku?"
"Sebelum aku menjawab pertanyaan ini, aku ingin engkau lebih dulu menjelaskan. Kalau engkau memang Kakangmas Jatmika putera Paman Sudrajat, kenapa engkau tidak mengenal Nimas Sulastri dan menyebutnya Listyani ayau Eulis" Hal ini aneh sekali. Sebagai putera Paman Sudrajat berarti engkau adalah cucu Eyang Ki Ageng Pasisiran atau Eyang Ki Tejo Langit. mustahil kalau engkau tidak mengenal Nimas Sulastri karena ia adalah murid Eyang Ki Tejo Langit."
Jatmika terbelalak menatap wajah Aji, lalu menoleh dan memandang Sulastri. "Duh Gusti ...... ! Jadi ...... ia ini Sulastri murid eyang" Bapa pernah bercerita tentang ia ...... dan memang kami belum pernah saling berjumpa ...... !" Jatmika lalu menghampiri Sulastri dan memegang kedua pundak gadis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, mengguncangnya. "Engkau Sulastri ...... ! Pantas aku mengenal ilmu-ilmu yang kaumainkan. Engkau Sulastri, bukan Listyani atau Eulis!"
"Kakangmas Jatmika, engkau ini bagaimana sih"
Bukankah engkau sendiri yang mengatakan bahwa namaku Listyani dengan panggilan Eulis?"
"Ya, karena ketika kita saling bertemu aku tidak mengenalmu dan engkau kehilangan ingatanmu, tidak ingat siapa namamu dan tidak ingat apa yang telah terjadi. Karena itu aku memberimu nama Listyani atau Eulis."
"Ohhh ...... !" Sulastri duduk lagi di atas batu, memegangi kepalanya dengan kedua tangan. "Kalau begitu ......
siapakah aku ini ...... ?"
"Engkau adalah Sulastri, puteri Paman Subali di Dermayu, nimas dan aku Lindu Aji, murid eyang Guru Tejo Budi. Engkau ingat, bukan?"
Sulastri menggeleng kepalanya kuat-kuat. "Tidak, tidak
...... ! Aku tidak ingat sama sekali tidak ingat ....... !" Lalu dia menundukkan mukanya dan memegangi kepala dengan kedua tangan lagi seolah hendak memaksa ingatannya yang hilang agar kembali.
Akan tetapi kini Jatmika memandang wajah Aji dengan mata terbelalak penuh kejutan. "Andika murid ...... Eyang Tejo Budi" Ahh, Adi Lindu Aji, bagaimana kabarnya dengan Eyang Tejo Budi" Di mana dia sekarang" Sudah bertahun-tahun aku merindukannya, ingin sekali menghadap dan sujud di depan kakinya!"
Aji merasa terharu sekali. Dia maklum apa yang menjadi gejolak hati Jatmika. Ki Tejo Budi adalah kakek kandung pemuda itu, karena Ki Sudrajat adalah putera kandung
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 17 Giring Giring Perak Karya Makmur Hendrik Wanita Gagah Perkasa 2

Cari Blog Ini