Ceritasilat Novel Online

Badai Laut Selatan 15

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 15


juga kutegur perbuatan mu ini, baru saja mataku kubuka, kau
sudah mena mparku. Coba, kalau perbuatanmu terhadapku ini
tidak sewenang-wenang, ?"" namanya?"
Ayu Candra me mbelala kkan matanya lagi dan kemba li J"k"
Wandiro merasa jantungnya jungkir balik.
Celaka, pikirnya sambil me ngalihkan pandang agar ia
jangan menentang mata yang sedemikian indahnya. Kalau
terlalu sering ia me mbelalakkan matanya, aku akan gila,
pikimya "Jadi kau..... kau tidak gendeng....... ?"
"Gendeng..... "!?" J"k" Wandiro berteriak kaget.
"Ya, gendeng, begini.......!" Ayu Candra menaruh telunjuk
di depan dahi, me lintang.
Aih, aih....... orang ini terlalu a mat, pikir J"k" Wand iro dan
kini ia yang me lototkan matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kukira engkau tadi gendeng atau setidaknya me mpunyai
penyakit ayan "
"Ayan...... " Aku....... , ayan....... "!?"
Cuping hidung J"k" Wandiro mulai kembang-kempis. Dara
ini benar-benar lancang mulut. Terlalu amat sangat melewati
ukuran! Melanggar batas Kesabarannya.
"Kau jangan main-ma in, me maki orang seenak perut sendiri
saja!" ia balas men ghardik.
"Habis engkau yang bikin orang men dongkol! Kalau t idak
gendeng tidak ayan, kenapa pura-pura tenggelam?"
"Siapa yang pura-pura" Memang aku menyelam. Kau kira
hanya kau seorang di dunia ini yang pandai berenang dan
menyelam" Hayo kita bertaruh, kita berlumba renang atau
kuat-kuatan menyelam!" J"k" Wand iro menantang.
Akan tetapi Ayu Candra tidak me mperhatikan tantangannya. Dara ini agaknya teringat akan sesuatu dan
kembali matanya terbelalak. Aduh, jangan lagi! J"k" Wandiro
menge luh da la m hati dan menga lihkan pandang.
"Kalau begitu..... ketika kau kutolong tadi, ketika
kurangkul............ "
"Maksudmu kaupiting sampai leherku ha mpir patah tadi?"
"Ketika itu..... engkau...... tidak pingsan?"
"Siapa bi ang pingsan! Baru enak-enak menyelam kauseret
saja aku!"
"Kenapa kau pura-pura pingsan" Kenapa kau dia m saja"
Kau sengaja, ya" Kau me mpergunakan kese mpatan selagi aku
salah menduga kau tenggelam, kau me mbiarkan leher mu
kurangkul.... muka mu...... kudekap.....kau, manusia kurang
ajar!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayu Candra kini marah sama sekali dan ia sudah menerjang
dengan kedua tangan dikepal. Melihat kedudukan dara ini
me masang kuda- kuda, kembali Joko Wandiro terkejut.
Agaknya dara ini selain cantik jelita dan mau menang sendiri,
juga me miliki kepandaian pula.
"Eh, eh........ sabar dulu! Jangan mau menang sendiri dan
jangan kukuh a kan kebenaran sendiri. Kau me miting leherku
erat-erat sampai ha mpir tercekik. Aku berada dalam air ketika
kau tiba-tiba me mitingku. Habis ?"" yang harus kula kukan
ketika itu" Apakah a ku harus me mberontak dan me lawan mu"
Kalau kula kukan itu, tentu kita berdua akan celaka. Apakah
harus berteriak" Di dalam air ma na dapat" Kau sendiri yang
salah, tanpa periksa lebih dulu tahu-tahu menjatuhkan dugaan
aku orang edan atau orang ayan yang akan mampus
tenggelam. Maksud hatimu me mang mulia akan tetapi
pelaksanaannya yang keliru. Betapapun juga, kau telah
bermaksud meno long nyawaku dan untuk itu biarlah aku
me maafkan maki-ma kian mu tadi dan aku menghaturkan
banyak terima kasih."
"Kau bisa saja me mbe la diri. Lidah me mang tak bertulang!"
"Kalau lidah bertu lang, tentu sukar bergerak dalam mulut,"
J"k" Wandiro me mbantah karena merasa jengke l juga.
"Kau tidak meronta dan berteriak di dalam air siapa peduli"
Akan tetapi ketika sudah terse mbul di atas permukaan air,
mengapa kau masih enak-ena k saja, pura-pura memeja mkan
mata mu?" Hayo jawab, bukankah
ini kau sengaja
menyalahgunakan pertolongan orang untuk melakukan
penghinaan?"
J"k" Wandiro menar ik napas panjang. "Agaknya kau
berkeras hati untuk mema ksa aku mengaku kurang ajar. ?""
boleh buat, engkau sudah menamparku, biarlah aku berterus
terang. Ketahuilah, ketika kita tersembul di per mukaan air,
aku me mang me mbuka mata. Baru kuketahui bahwa aku
hemm bahwa muka ku tadi ah, bagaimana ini, terus terang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja, aku tidak berani me mbuka mata atau me mbuka suara.
Aku terlalu b ingung, terlalu...... ngeri!! Ah, sudahlah. Aku jadi
bingung kau desak-desak. Apakah kau tidak mau me maafkan
aku?" Sejenak Ayu Candra me mbuang muka dengan mulut
cemberut. ?"" yang harus ia lakukan terhadap pemuda ini"
"Engkau menggigil. Berdiri di sini dengan kain basah tertiup
angin dingin, bisa masu k angin. Pulanglah, kalau engkau
punya rumah, dan jangan pikir lag i. Aku bersedia minta maaf
dan biarlah kuakui lagi kesalahan ku."
Suara J"k" Wandiro kini a mat halus dan penuh kesabaran,
jelas ia mengalah. Ayu Candra mengangkat
muka me mandang. Kini wajah pe muda itu a mat ta mpan dan ia
heran melihat pandang mata yang demlkian tajam, seperti
mata harimau. "Aku sudah biasa dengan hawa dingin, tidak apa-apa.
Engkau malah yang bisa sakit de ma m, pakaian mu basah
kuyup." J"k" Wandiro tersenyum, girang hatinya. Agaknya dara ini
tidak segalak yang ia sangka tadi. Mungkin tadi galak
terdorong rasa malunya.
"Akupun sudah biasa me lawan hawa dingin atau panas.
Engkau baik sekali, dan terima kasih atas kemurahan hatimu
yang suka me maafkan "k"!"
"He mm,siapa yang bilang aku sudah me maafkanmu,
habis...... ada ?"?""
"Tida k apa-apa, hanya setelah kita berjumpa secara
kebetulan di sini dan sudah la ma juga bercakap-cakap, kalau
boleh, aku ingin mengetahui siapa anda ini dan di mana
tempat tinggalmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Na maku Ayu Candra, tempat tinggalku di sana, tak jauh
dari tempat ini. Ayah ibuku sedang pergi, aku sendirian saja di
pondok, akan tetapi ada...... "
Tiba-tiba Ayu Candra menahan kata-katanya. Cuping
hidungnya bergerak sediklt. Ia mencium bau wengur, bau
seekor harimau berada dekat te mpat itu! Ia terkejut, akan
tetapi bersikap tenang kembali. Malu kalau me mper lihatkan
kekagetannya. Pula ia meragu apakah ia harus bercerita
sebanyak itu tentang dirinya" Mengapa ia mendadak menaruh
kepercayaan yang mendalam kepada pe muda ini yang tadinya
ia anggap seorang laki-laki kurang ajar"
"Ada ?"?" Mengapa tidak kaulanjutkan?" J"k" Wandiro
mendesak. "Tida k ada apa-apa lagi, sudah cukup keteranganku. Kau
sendiri, kau orang dari manakah dan di mana te mpat
tinggalmu?"
J"k" Wandiro menarik napas panjang, me mandang wajah
gadis itu dan sikapnya seolah-olah ia tidak mendengar
pertanyaannya. Bukannya menjawab pertanyaan orang, ia
me lainkan berkata' lirih seperti orang melamun,
"Ayu Candra.... bukan main indahnya nama ini.......
me mang ayu seperti candra (bulan) "
"Hishh! Ditanya tidak me njawab malah ngaco.........!" Ayu
Candra menghardik dan mukanya menjad i merah sekali
namun jantungnya berdebar girang!
"O ya , aku tidak punya tempat tinggal tertentu di dunia ini.
Rumah ku buana bebas, atap rumahku langit biru, dinding
rumah ku pohon-pohon, lantai rumah ku bumi dit ila mi rumput
hijau, batu batu dan akar-akar pohon meja kurs iku, rantingranting pohon pe mbaringanku, bintang-b intang di langit
pelitaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayu Candra tertawa mendengar jawaban ini, akan tetapi
jantungnya makin berdebar gelisah ketika bau yang wengur
makin keras. "Kau seperti badut saja, suka melucu. Dan
nama mu......... ?"
"Na maku Jo ko....... " Aduh, tertelan kembali lanjutan
namanya karena pada saat itu Ayu Ccindra sudah
me mbe lalakkan matanya lagi sehingga Joko Wand iro merasa
semrepet (pusing dan gelap mata). Akan tetapi, tiba-tiba Ayu
Candra menjerit,
"J"k"....... awas.....!!"
Kedua tangan gadis itu secepat kilat mendorong ke depan,
ke arah dada J"k" Wandiro. Pemuda ini tentu saja maklum
bahwa sejak tadi di de kat situ terdapat seekor harimau, akan
tetapi ia me mang pura-pura tidak tahu, karena selain tidak
suka me mbikin dara itu terkejut, juga ia tentu saja tidak takut
sama. sekali. lapun tahu bahwa pada saat itu sang harimau
telah meloncat dan me nerkam ke arahnya dari be lakang.
Karena ia tadi terpesona oleh sepasang mata yang melebar
indah, maka ia seperti orang yang kehilangan kesadaran.
Begitu dadanya didorong, ia me mbiarkan dirinya terlempar
sampai tiga meter lebih!
Seekor harimau yang amat besar telah menerka m dan kini,
karena terkamannya luput, harimau itu me mbalik dan
menggereng. Suara gera mannya itu a mat keras, seakan-akan
menggetarkan seluruh per mukaan telaga dan mengge ma di
dalam hutan-hutan di sekitarnya. Bibir atas binatang itu
bergerakgerak tertarik ke atas memper lihatkan taring yang
runcing kuat, tubuhnya yang panjang merendah sa mpai
perutnya menempe l tanah, sepasang matanya tajam penuh
kemarahan menatap J"k" Wandiro.
Pemuda ini yang tadi terlempar oleh dorongan Ayu Candra,
sudah bangkit kembali dan menghadapi anca man harimau
dengan sikap tenang sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"J"k" jangan bergerak. Biarkan aku me lawannya!"
terdengar Ayu Candra berkata.
Gadis itu sudah me masang kuda kuda dan kakinya
berindap-indap me nghampiri har imau.
Melihat gerak-ger ik dara itu, J"k" Wandiro dapat menduga
bahwa Ayu Candra me miliki kepandaian yang tinggi juga. Akan
tetapi harimau itu a mat besar dan buas. Menghadapi binatang
sebuas ini banyak bahayanya bagi Ayu Candra. Biarpun bukan
bahaya maut, setidaknya kalau terkena cakaran kaki har imau,
tcntu akan menimbulkan luka- luka parah.
"Jangan, Ayu. Biarkanlah, menghadap i harimau maca m ini
saja, biar ada lima ekor aku tida k gentar."
Jawaban ini me mbuat Ayu Candra tertegun. "Kau..... "
Kau...... berani..... melawannya ?"'
J"k" Wandiro tersenyum bangga. Baru sekali ini selama
hidupnya ia merasa bangga akan kepandaiannya.
Dan baru sekali ini ia ingin me ma merkan kepandaiannya di
depan orang lain! Biasanya ia sama sekali tak mengharapkan
pujian orang lain, akan tetapi sekali ini, ia bahkan ingin sekali
mendengar pujian s i dara jelita. Karena itu, tanpa disadarinya
sendiri, ia secara sembarangan malah berjalan mendekati
harimau yang sudah menggereng-gereng
dan siap menerka mnya itu!
"Eh, J"k" hati-hatilah harima u ini kelaparan!"
Ayu Candra menjerit kembali ketika J"k" Wandiro
mengha mpiri harimau itu sampai de kat sekali.
J"k" Wandiro kembali tersenyum. "Tidak ada binatang
sebuas manusia, Ayu. Harimau inipun tidak sebuas manusia.
Ia hanya akan menerka m mahluk lain kalau perutnya lapar
karena ia me mbutuhkan makan sebagai penyambung
hidupnya. Manusia akan me nerkam manusia la in hanya untuk
me muas kan nafsu-nafsunya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"J"k" awas!!"
Ayu Candra memperingatkan, gelisah juga me lihat pe muda
itu masih enak-enakan mengobrol dan bahkan me mbelakangi
harimau itu yang kini jaraknya hanya tinggal dua meter dl
belakangnya. Harimau itu mener kam untuk kedua kalinya. Dahsyat
terkamannya, dengan cakar runcing me lengkung siap
merobek kulit daging dan mencong terbuka lebar siap
mere mukkan tulang-tulang.
"J"k"........!"
Kembali Ayu Candra menjer it dengan muka berubah pucat.
jerit penuh kekhawatiran dan kengerian yang terdengar merdu
me masu ki telinga J"k" Wand iro. Dara itu mengkhawatirkan
dirinya! Berarti dara itu tidak ingin melihat ia dirobek robek
dan dijadikan man gsa harimau.
"Jangan khawatir, Ayu.......!" katanya sambil menggerakkan
tubuhnya. Dengan sebuah gerakan yang indah cekatan sekali
J"k" Wandiro sudah menghindar dengan a mat mudahnya.
Kembali harimau itu menerka m te mpat kosong.
Kini Ayu Candra melongo keheranan.
Gerakan pemuda itu jelas me mbayangkan bahwa pe muda
itu bukan seorang lemah, bukan penyombong seperti gentong


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kosong. Ketika harima u itu kini mener kam kemba li, dan dari
jarak dekat dan dengan gerakan yang lebih indah
mengagumkan pe muda itu kembali menghindar, mulai
berkuranglah kekhawatiran hati Ayu Candra. Mulailah ia
mencurahkan perhatiannya dan menonton, tidak ce mas lagi
seperti tadi, me lainkan menonton dengan kagum.
Sudah tujuh kali harimau itu menerka m, makin la ma makin
dahsyat dan makin marah. Akan tetapi selalu terkamannya
mengenai tempat kosong karena die lakkan secara mudah dan
cepat oleh J"k" Wandiro yang tersenyum-senyum dan me lirik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke arah Ayu Candra, hatinya berdebar girang me lihat sinar
kekaguman terpancar keluar dari sepasang mata bintang itu.
"J"k", kenapa main-ma in dengan dia" Lekas bunuh saja!"
Akhirnya Ayu Candra berteriak karena mengganggap bahwa
dengan main kelit pemuda itu me mbahayakan diri sendiri.
"Ah, bagaimana aku tega?" balas J"k" sambii mengelak lagi
ketika si harima u menerka m dari samping.
"Dia menyerangku untuk ma kan. Akan tetapi aku tidak
me mbutuhkan kematiannya. Lihat, Ayu, akan ku akhiri
permainannya ini!"
Sebelum harimau itu me mba lik, J"k" Wandiro sudah
mendahuiui dengan loncatan cepat sekali ke be lakang tubuh
harimau dan tangan kanan J"k" Wand iro menya mbar ekor
harimau yang panjang.
Harimau itu menggereng keras dan berusaha me mba likkan
tubuh untuk menca kar orang yang memegang ekornva, akan
tetapi tiba-tiba tubuhnya terangkat dari atas tanah dan terus
tubuhnya itu diputar-putar oleh J"k" Wand iro di atas
kepalanya, seperti seorang kanak-kanak me mper ma inkan
seekor tikus saja.
Ayu Candra terbelalak kagum. Dia sendiri tidak takut
menghadap i harimau, malah sanggup menga lahkan binatang
itu. Akan tetapi untuk me megang ekornya dan me mutar- mutar
seperti itu, benar-benar membutuhkan tenaga dahsyat dan
keberanian yang luar biasa! Kiranya pemuda ini seorang yang
sakti! Dan dia tadi telah menduganya seorang gila, bahkan
disangkanya pemuda itu seorang penderita penyakit ayan!
Teringat akan hal ini, mendadak kedua pipi dara ini menjadi
merah pada m. o)O---dw---O(o Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 27 DAN DIA tadi berusaha menolong Joko dari dala m air! Ah,
benar-benar ia telah salah sangka. Pemuda yang ta mpan dan
halus gerakgeriknya itu kiranya me miliki ilmu kesaktian yang
mungkin melebihi tingkat kepandaiar mya sendiri. Ayu Candra
menggigit bibirnya menahan rasa jengah.
"Lihat, Ayu. Biar dia mandi dan minum a ir banyak-banyak
menghilangkan laparnya!" teriak Joko Wandiro dan sekali
me lernpar, tubuh harimau yang besar dan berat iiu me layang
ke arah telaga dan terdengarlah suara menjebur ketika
binatang itu terbanting kedalam air.
Harimau itu mengau m dan menggereng penuh kemarahan
dan juga ketakutan. la meronta-ronta dan akhirnya berhasil
juga berenang ke pinggir la lu mendarat dengan tubuh basah
kuyub. Kelika Jok" Wand iro meloncat ke depannya, harimau
itu kembali menggereng dan tiba-tiba ia menyelinap ke kiri
dan lari sa mbil menekuk ekornya kebawah di antara kedua
kaki belakang. Ayu Candra dan J"k" Wandiro tertawa tawa melihat
harirnau itu lari ketakutan. Akan tetapi tiba-tiba suara ketawa
mereka terhenti seketika dan pandang mata mereka terbelalak
ditujukan ke arah tubuh harimau yang mendadak terjungkal
dan rebah berkelojotan di atas tanah.
Dengan beberapa kali loncatan, Ayu Candra dan Jok"
Wandiro sudah tiba di dekat harima u itu.
Keduanya makin terheran ketika melihat sebatang anak
panah yang kecil pendek sudah menancap di antara kedua
mata binatang itu yang kini berkelojotan dalam keadaan
sekarat. Yang mengerikan adalah keadaan luka di mana anak
panah itu menancap karena di sekitar tempal itu, ialah seluruh
muka harimau, menjadi biru kehita man tanda bahwa anak
panah itu mengandung bisa yang a mat jahat!.
"Keji.........!" J"k" Wandiro berkata,masih tertegun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga Ayu Candra marah sekali je las, bahwa harimau itu
dikalah kan, bahkan ditaklukkan oleh Jok", dia mpuni dan
dibiarkan lari. Akan tetapi ada orang lain yang mernperguna kan kesempatan itu untuk me mbunuh binatang
ini secara curang dan kejam sekali. la mencari-cari ke arah
dari mana datangnya anak panah dan ketika ia menengadahkan mukanya, ia melihat seorang wanita berd iri di
atas cabang pohon yang tinggi. Wanita yang berpakaian indah
dan mewah, dengan hiasan terbuat daripada emas permata
pada pergelangan tangan, lengan, leher dan ra mbut.
Wanita itu masih muda, sebaya dengan dirinya, amat cantik
dan tersenyum-senyum penuh ejekan me mandang ke bawah.
Sejenak Ayu Candra tertegun dan kagum, akan tetapi ketika
me lihat betapa kedua tangan wanita itu me megang beberapa
batang anak panah kecil yang sebentuk dengan anak panah
yang menancap di kepala harimau, timbul kemarahannya.
"lblis betina yang curang!" bentaknya sambil menudingkan
telunjuk ke arah wanita di atas pohon itu.
"Lihat, J"k"! Dialah yang me mburtuh har imau secara
curang!" Ketika Ayu Candra menoleh ke belakang, ia melihat
J"k" berdiri dan terbelalak me man dang ke arah wanita cantik
itu. Pandang mata penuh kagum, kaget, dan heran. Ketika ia
menga lihkan pandang ke atas, ia me lihat wanita cantik itupun
me mandang ke arah J"k" dengan mulut tersenyum! Rasa
panas yang aneh menyelinap dan me mbakar dada Ayu
Candra. "lblis betina yang curang! Kau pengecut sekali, tanpa
alasan me mbunuh har imau secara curang!" ia makin marah
dan menghardik ke atas.
Wanita itu me mperlebar senyumnya lalu menjawab,
suaranya halus lunak dan merdu, "Bocah dusun, mengapa kau
banyak tingkah" Aku sedang berkuda, mendadak harimau ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggereng-gereng keras mengagetkan kuda ku yang tidak
mau berjalan tenang lagi. Aku datang dan menghukum
harimau itu, dan kau mas ih bilang tanpa alasan?"
"Keparat, kau sombong sekali! Harima u ini me mang
tempatnya di hutan. Kau ini wanita sombong mau ?""
berkeliaran di sini, mengumbar nafsu mengandalkan
kepandaian berma in curang me mbunuhi binatang hutan?" Ayu
Candra makin marah karena dilihatnya J"k" masih dia m saja
seperti orang terkena pesona, menengadah me mandang
wanita itu dengan mata terbelalak dan mulut celangap.
"Turunlah kalau kau berani! Atau aku harus menyeretmu
turun.... ?" Ayu Candra berteriak marah.
"Ayu....., jangan...........! Eh, awas senjata.........!!"
Jok" Wandiro berseru keras ketika melihat berkelebatnya
tiga sinar ke arah dirinya dan tiga sinar lagi ke arah Ayu
Candra. Ia cepat menggunakan tenaga saktinya, me mutar
tangan dengan jari-jari terbuka, memukul runtuh tiga batang
anak panah itu dengan hawa pukulannya, dan melanjutkan
gerakannya untuk menolong Ayu Candra. Ia berhasil
meruntuhkan sebatang anak panah lagi dan Ayu Candra
sendiri berhasil me ngelak dari sa mbaran sebatang anak
panah, akan tetapi anak panah yang terakhir menyambar, tak
dapat dielakkannya dan karena ia berdiri agak jauh dari J"k"
Wandiro, pemuda inipun tidak sempat menyelamatkannya.
?"?""!"
Anak panah itu menancap di dada kanan Ayu Candra yang
menge luarkan suara rintihan dan terguling roboh!
"Ayu!"
J"k" Wandiro berseru kaget. la menoleh dan me lihat
wanita cantik itu melayang turun dengan gerakan ringan
seperti seekor burung, kemudian mulut yang selalu tersenyum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
man is itu mengeluarkan suara mence mooh dan sekali
berkelebat, wanita itu lenyap.
Kemudian terdengar suara derap kaki kuda pergi me njauh.
Rasa penasaran hampir saja me mbuat J"k" Wandiro
men inggalkan Ayu Candra untuk mengejar dan me mberi
hajaran kepada wanita cantik itu. Akan tetapi pada saat itu
Ayu Candra merintih-rintih dan ia cepat mengha mpiri dan
berlutut. Alangkah kagetnya ketika ia melihat betapa anak
panah itu menancap di dada dan betapa di sekitar kepala anak
panah itu kulit yang tadinya putih kuning ta mpak men ghita m.
Anak panah beracun!
Masih untung bahwa Ayu Candra bukan seorang wanita
biasa. Ketika tadi mengelak kemudian me lihat bahwa sebatang
anak panah tak mungkin dielakkan, ia mengerahkan tenaga
dalam dan hal ini me mbuat anak panah itu menancap hanya
sampai d i kepala anak panah saja, tidak terlalu dalam. Namun
cukup me mbahayakan kesela matan nyawanya karena racun di
ujung anak panah mulai bekerja.
"Ayu, diamlah saja jangan bergerak, dan maafkan aku. Ini
demi keselamatan nyawamu, Ayu."
Tanpa meragu lagi, J"k" Wandiro me mbalikkan tubuh Ayu
Candra sehingga terlentang, kemudian sekali mengerahkan
tenaga ia mencabut keluar anak panah itu. Darah yang hitam
menga lir keluar dari luka di dada. J"k" Wandiro lalu
mengerahkan tenaga dalam, menyalurkan hawa sakti.
Kemudian menunduk. Ia harus mengerahkan kekuatan batin
seluruhnya, bukan hanya untuk pengobatan, melainkan
terutama sekali untuk menekan guncangan hatinya.
Terpaksa ia mera mkan mata untuk mengusir bayangan
dada yang me mbusung, kulit yang halus putih ketika ia
mene mpe lkan bibirnya pada luka menghita m itu. Dengan
mengerahkan tenaga ia menyedot luka itu, menyedot terus
sampai darah hita m me me nuhi mulutnya. Ia melepaskan
mukanya dan meludahkan darah hita m itu keluar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika ia hendak me ne mpelkan mukanya lagi, tiba-tiba Ayu
Candra mena mpar pipinya.
"Plakk.........!!"
Berkunang pandang mata Joko Wand iro. Pipi yang dita mpar
terasa berdenyut-denyut panas. Ketika ia menatap wajah dara
itu, ia melihat Ayu Candra menjadi merah sekali kedua pipinya
dan dua butir air mata men itik turun. Ia tidak perduli. Luka itu
belum bersih betul dari racun.
Dengan nekad J"k" Wandiro kembali mene mpe lkan
mukanya pada dada, mulut-nya menyedot luka. Ia merasa
betapa tubuh dara itu meronta, mendengar suara dara itu
menge luh dan merintih, akan tetapi ia t idak perdu li. Ia cukup
maklum betapa keadaan ini a mat janggal, betapa perbuatan
ini merupakan pelanggaran susila yang hebat, tetapi ?""
artinya pelanggaran itu kalau dipikirkan betapa keselamatan
nyawa dara ini terancam hebat" K"mbali ia meludah kan darah
dari dalam mulutnya. Hatinya lega melihat warna hita m di
sekitar luka itu telah men ipis, tinggal warna hijau.
"Sekali lag i cukup" katanya perlahan dan kembali ia
menunduk. "Plakk.........!!"
Tamparan di pipi kirinya lebih keras daripada tadi, sampai
terasa nanar kepalanya. Kini air mata di kedua pipi dara itu
makin banyak. Jok" Wandiro maklum akan perasaan dara itu
namun keyakinan bahwa ?"" yang ia lakukan itu berlandaskan
kebenaran dan usaha meno long, ia tidak perduli, terus saja ia
me mbena mkan muka pada dada yang lembut dan
mene mpe lkan mulut pada luka, lalu menghisap. Baru sekarang
setelah perasaannya tidak tercekam kegelisahan lagi, ia
merasa betapa lembut dada itu, dan jantungnya berdebar
seperti hendak me ledak.
Tiba-tiba ia merasa betapa kedua tangan gadis itu
mencengkeram ra mbut di kepalanya, menja mbak-jambak dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa Ayu Candra menangis terisak-isak. la melepaskan
mukanya dan ketika ia me nyemburkan darah dari mulutnya,
darah itu sudah banyak yang merah. Ia memandang ke arah
luka. Tida k ada warna hijau lagi dan darah mulai menga lir
keluar. Bahaya sudah lewat.
Akan tetapi Ayu Candra menangis tersedu-sedu, bangkit
duduk dan menye mbunyikan muka di belakang kedua tangan,
pundaknya berguncang-guncang, tangisnya tersedu-sedu.
"Ayu, kenapa kau menang is" Kau sudah bebas daripada
bahaya maut. Dia mlah, Ayu, mengapa kau begini berduka?"
Dara itu tidak menjawab, bahkan tangisnya makin menjad i,
sampai mengguguk sehingga J"k" Wandiro menjad i bingung
sekali. Dengan gerakan ha lus ia me nyentuh pundak dara itu
dan berkata lagi,
"Ayu, aku mengaku sa lah. Aku.. .... aku telah berlaku a mat
tidak sopan Kau maafkanlah aku, Ayu. Tadipun sebelumnya
aku sudah minta maaf. Sekarang, aku minta maaf lagi dan
kalau kau mau melampiaskan ke marahanmu, kaupukullah aku,
kaubunuhlah aku."


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ayu Candra tiba-tiba menghentikan tangisnya, mengangkat
muka dari balik telapak tangan. Mukanya masih merah pada m,
akan tetapi basah air mata.
Hanya sebentar saja ia berani bertentang pandang dengan
Jok" Wandiro karena ia segera men undukkan muka seperti
orang yang merasa malu. Bibirnya bergerak perlahan, berbisik
lirih, "Mengapa kau la kukan itu?"
"Mengapa" Tentu saja untuk me nolongmu, Ayu. Kaupun
maklum bahwa anak panah itu mengandung bisa yang amat
jahat. Karena tidak mungkin mendapatkan obat yang bisa
cepat menyedot racun, jalan satu-satunya terpaksa harus
menyedotnya langsung dengan mulut untuk me ngeluarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
racunnya. Memang aku lancang........ kurang ajar, tapi..... kau
maafkanlah aku, aku terpaksa "
"Tida k ?"", bukan itu. Yang kumaksud, kenapa kau
meno longku dan rela melakukan hal se maca m itu" Kenapa?"
Joko Wandiro bingung. "Kenapa aku meno longmu" Ah,
Ayu, aku harus menolongmu, biar apapun akibatnya.
Andaikata aku akan kehilangan nyawa untuk menolongmu,
aku rela."
Kembali Ayu Candra mengangkat muka me mandang, kini
amat tajam pan dangannya, penuh selidik.
"Kenapa begitu" Mengapa kau rela berkorban nyawa
untukku" Kita baru saja bertemu, kita bukan apa-apa, bukan
sanak bukan kadang. Kenapa kau rela ber korban nyawa
untukku?" Joko Wandiro merasa terpojok. lapun me meras otaknya
untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang sama, yang
mengaduk hatinya. Memang sudah menjad i kewajibannya
sebagai seorang pendekar untuk menolong sesamanya. Hal ini
sudah ia janjikan kepada gurunya. Akan tetapi, mengapa
terhadap gadis ini landasan itu berubah" Tida k sekedar
sebagai kewajiban lagi, bahkan aga knya ia, akan rela mati
berkorban nyawa untuk gadis ini. Mengapa"
"Karena....... karena aku tidak ingin me lihat kau mati, Ayu.
Dan karena bagiku kau bukanlah seorang yang baru saja
kukenal. Bagiku, kau seakan-akan sudah se la ma hidupku
kukenal ba ik, bahkan lebih dari itu. Aku sendiri t idak mengerti
mengapa begini, Ayu, Semenja k perte muan kita tadi, aku tidak
dapat menguasai hatiku seh ingga aku melakukan hal-hal yang
tidak patut. Sudah mengintaimu, mengikutimu secara diamdia m sa mpai-sampa i men imbulkan kemarahanmu. Aku sendiri
tidak mengerti, Ayu. Selama hidupku barti kali ini aku
menga la mi ha l aneh seperti ini. Agaknya..... kalau menurut
dongeng....... dalam kelah iran dahulu, agaknya kita sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saling mengenal, tidak asing lagi. Aku malah ingin bertanya
kepadamu mengaku kau berhal seperti ini, Ayu Candra."
Dara itu menundukkan mukanya, menyembunyikan
senyum! Senyum yang me kar dari hati penuh kebungahan. Ia
sendiripun tidak mengerti mengapa hatinya menjadi begini
bungah mendengar ucapan pe muda itu.
Sedangkan perasaannya sendiri yang aneh ia tidak dapat
mengerti artinya, apalagi keadaan pe muda itu. Ia hanya tahu
bahwa ia senang sekali dekat dengan pe muda ini, dan bahwa
tadi, biarpun ia merasa a mat ma lu dan marah, namun d i balik
itu ia merasakan kebahagiaan yang amat aneh dalam hatinya.
"J"k" "
la sendiri kaget mengapa mulutnya me manggil na ma ini. Ia
tidak ber maksud me manggil, akan tetapi sebutan dalam
hatinya ini menyundul sampai ke mulutnya.
"Ya........ " Ada ?"", Ayu?"
"Ahh" tidak ada ?""-?"", J"k". Eh, maksudku, kau baik
sekali dan aku berterima kasih atas pertolonganmu tadi. Kau
telah menyelamatkan nyawaku, J"k"."
Girang bukan main hati J"k" Wandiro. Dara ini ternyata
benar seorang yang amat baik hatinya, tidak seperti yang
kadang kadang ingin diper lihatkannya. Saking girang hatinya,
ia me megang gadis itu, me megang kedua tangannya.
"Bukan aku yang baik, Ayu, melainkan engkau. Aku hanya
me mba las, ingat" Kaulah yang pertama-tama nekat berusaha
menyelamatkan nyawaku dari da la m air. Kaulah seorang yang
berhati mulia, Ayu."
"Ahh, kau hanya pura-pura tenggela m."
"Betapapun juga, kau mengira aku benar-benar akan mati
tenggelam dan kau telah terjun menolongku. ?"" bedanya"
Aku yang berterima kasih kepadamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kedua orang remaja itu berdiri dan saling
berpegang tangan. Jari-jari tangan mereka saling menggenggam. Hati mereka berdebar aneh penuh kebahagiaan. Mereka sendiri tidak tahu mengapa begitu, tidak
tahu ?"" artinya perasaan yang menerbangkan semangat
mereka ke angkasa ini. Namun jari-jari tangan mereka,
digerakkan oleh perasaan halus, lebih tahu. Jari-jari tangan
mereka me mbelai mesra, saling mencurahkan rasa kasih
asmara. Akan tetapi hanya sebentar. Kewanitaannya me mbuat Ayu Candra me lepask?"
kedua tangannya karena jengah.
Mukanya merah sekali, matanya bersinar-sinar,
akan tetapi pandang matanya tidak berani langsung menatap wajah
Joko Wandiro. Untuk menenang kan dada yang
berdebar-debar ia menga lihkan perhatian.
"Joko, siapakah wan ita tadi?"
"Entahlah, aku tidak tahu, sungguhpun serasa pernah aku
me lihatnya, akan tetapi entah di mana."
"Dia cantik sekali."
"He mmm, agaknya dia berkepandaian hebat, melihat cara
ia melayang turun dari pohon. Cara dia melepaskan anak
panah tanpa busur, benar-benar me mbutuhkan tenaga yang
hebat. Akan tetapi ia keja m."
"Dia cantik sekali," Ayu Candra mengulang.
"Me mang cant ik dia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lebih cantik daripada a ku."
"Lebih cantik daripada engkau " me mang, pakaiannya lebih
cantik, lebih mewah, akan tetapi orangnya.......hemmm,tiada
bidadari kahyangan, apalagi manusia biasa, yang menandingi
kecantikan mu, Ayu."
Makin merah wajah dara itu, sampai ke leher dan daun
telinganya. Akan tetapi giginya berkilat put ih di ba lik bibirnya.
"Bisa saja kau me muji."
"Bukan me muji, melainkan bicara sebenarnya. Dia me mang
cantik dan kepandaiannya hebat. Hal itu tidak ada artinya.
Yangl mengkhawatirkan, ia a mat kejam dan entah men gapa
dia me musuhi kita."
"Karena harimau."
"Bukan, Ayu. Tidak mungkin kalau hanya karena harimau
tadi ia melepas anak panah untuk me mbunuh kita. Aku
khawatir sekali kalau-kalau ia akan datang kembali ke sini dan
mengganggumu. Kau katakan tadi bahwa ayah bundamu
sedang bepergian, bukan?"
"Kalau begitu engkau jangan pergi dulu, Joko. Kaute mani
aku sa mpai ayah bundaku pulang."
Di balik kata-kata ini ada harapan di hati Ayu Candra agar
pemuda ini berkena lan dengan ayah bundanya!.
J"k" Wandiro mengangguk-angguk.
"Baiklah, Ayu. Akan tetapi karena engkau hanya seorang
dlri di pondok, tidak baik kalau aku ber malam di pondokmu.
Biarlah aku t inggal di luar pondokmu, menjaga kalau kalau
wanita keja m itu datang ke mbali."
?"?" engkau ma mpu melawan dia" ?"k kusangka kau
seorang yang sakti, J"k". Kalau kubayangkan betapa tadi
kusangka kau seorang.. ..... " Dia menutupi mulut menahan
tawa. ".... seorang gendeng dan berpenyakit ayan.......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau bocah nakal Aku bukan orang sakti, bukan pula
gendeng atau ayan, akan tetapi sedikit-sedikit aku mengerti
bagaimana caranya menghadap i orang jahat."
Ketika mereka berjalan menuju ke pondok Ayu Candra,
kadang-kadang tangan J"k" Wandiro menggandeng tangan
dara itu. Mula mula tangan dara itu gemetar, akan tetapi tak
la ma kemudian, tangan itu menjadi hangat dan mereka
bergandengan tangan sambil bercakapeakap.
Ketika Ayu Candra bercerita tentang laki-laki buntung, J"k"
Wandiro mengerutkan keningnya, akan tetapi tidak menyatakan sesuatu.
Setelah tiba di depan pondok, dari jauh mereka me lihat
laki-laki buntung duduk di atas bangku depan pondok Mereka
saling me lepaskan gandengan tangan.
"Ayu Candra! Kalau ayah bundamu mendengar , bahwa
engkau ber main-ma in dengan seorang pria muda, tentu
mereka akan menjad i marah se kali! "
Ayu Candra terkejut mendengar teguran ini. Dan ia merasa
heran pula mengapa laki-la ki buntung itu kelihatan begitu
marah. Menurutkan suara hatinya, ia me mbentak laki-la ki buntung
itu, ingin mengatakan agar laki-laki itu tidak menca mpuri
urusannya. Akan tetapi mengingat bahwa laki-laki itu sudah
tua dan buntung pula kedua kakinya, ia hanya menjawab
dengan mata bersinar marah,
"Paman Jatoko, dia ini adalah seorang sahabat baruku yang
telah meno longku dari ma ut. Namanya J"k", dan dia akan
mene man iku di sini sampai ayah ibuku pulang."
Dala m ucapan yang sifatnya me mberi keterangan ini
terkandung tantangan dan penandasan bahwa dialah pemilik
pondok dan dia pula yang berhak menentukan ?"" yang akan
dibuatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak sikap Ki Jatoko berubah. Lenyap sinar matanya
yang marah, lenyap pula sikapnya yang keras dan kaku.
Mulutnya kini tersenyum dan J"k" Wandiro me ndadak merasa
kasihan. Muka yang buruk itu makin jelek kalau tersenyum,
Laki-laki yang malang, pikirnya.
"Ahh, lain lagi kalau begitu! Ada terjadi apakah" Aku
tadipun mendengar suara har imau men ggereng-gereng
marah. Saking takut a ku tadi masuk ke pondok berse mbunyi.
Apakah kalian diserang harimau?"
Ayu Candra lalu menceritakan penga laman mere ka. Tentu
saja ia tidak bercerita tentang anggapannya semula bahwa
J"k" adalah seorang gila atau ayan.
Ia mencer itakan betapa mereka diserang harimau dan
betapa Joko telah menga lahkan harimau itu. Ia bercerita pula
tentang munculnya wanita keji yang membunuh harimau dan
berusaha me mbunuh mereka pula, dan tentang dirinya yang
terkena anak panah, sehingga ha mpir saja nyawanya
me layang. "Aduh kau terpanah" Ah, kulihat dadamu itu..... di situkah
yang terpanah?" Ki Jatoko membe lalakkan kedua matanya,
kelihatan terkejut dan khawatir sekali.
"Betul, pa man. Akan tetapi sekarang sudah sembuh."
Ki Jatoko me mandang ke arah Joko Wand iro penuh selidik.
"Kalau wanita itu demikian jahat dan kau hendak me lindungi
Ayu. Candra, hal itu adalah ba ik sekali. Biarlah aku berganti
tempat, kalau malam aku tidur di bilik belakang dan kau boleh
tidur di bangku ini, orang muda."
Joko Wandiro menggeleng kepalanya. "Tidak usah, pa man.
Biarlah saya akan mencari tempat di luar untuk mengaso.
Saya tidak mau mengganggu Ayu dan pa man."
"Sesukamulah! Ayu Candra, biarkan hari ini aku yang
masak. Aku sudah menanak nasi dan tadi kebetulan sekali ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor kelinci yang kudapati terluka dan tidak bisa lari.
Mungkin terluka oleh harima u tadi. Aku a kan me masaknya."
Tanpa menanti jawaban, Ki Jatoko turun dari bangku dan
berjalan terbongkok-bongkok dan sukar sekali ke sa mping
pondok, diikuti pandang mata Joko Wandiro dengan kening


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkerut. "Ayu," bisiknya, "kau berhati-hatilah terhadap dia...... "
?"?""!" Ayu Candra juga berbisik, wajahnya terheran, "dia
seorang tapadaksa, orang yang lemah dan patut dikasihani "
"Ssttt, aku melihat sesuatu yang tak menyenangkan akan
dirinya. Aku tidak percaya kepadanya. Kau berhati-hatilah,
Ayu." 'Tapi" Melihat wajah Joko Wandiro yang bersungguhsungguh, Ayu ?"ndra tidak mau me mbantah lagi. "Baiklah,
J"k", akan kuperhatikan pesanmu. Akan tetapi.... engkau
hendak ber malam di mana?"
Pemuda itu tersenyum. "Mudah bagiku. Kalau perlu biar di
atas pohon dekat pondokmu, agar lebih mudah aku menjaga
keselamatan mu."
Ayu Candra menyentuh tangan J"k" Wandiro yang segera
menggenggam tangan yang.kecil hangat itu.
"Engkau baik sekali kepadaku, J"k"."
"Aku harus baik kepada mu, Ayu. Harus, dan selamanya."
"Siapa mengharus kan?"
"Hatiku."
"lhh, bicara mu aneh sekali, tapi... tapi..... hatiku sendiripun
mengharus kan aku berbaik dan tunduk kepada mu, J"k"."
Kembali kedua tangan itu saling genggam ketika mereka
bercakap-cakap sambil berbisik dan baru mereka saling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjauhkan diri ketika Ki Jatoko berteriak me manggil mereka,
mengundang mereka untuk ma kan.
-^o-dw-o^- Sia-sia saja Ki Adibroto me mbujuk-bujuk isterinya agar suka
me mbatalkan niatnya mencari Pujo untu k me mba las denda m.
Ia sudah berusaha sekuatnya dan melakukan perjaianan
secara memutar, tidak langsung menuju ke Sungapan Kali
Progo. Dengan dalih mencari sabahat baiknya, ia bahkan
mengajak isterinya menyimpang ke kaki Gunung Merbabu
untuk mengunjungi Ki Darmobroto, saudara seperguruannya
dan sahabat baiknya yang tinggai di dusun keci . Perjumpaan
dengan kakak seperguruannya ini a mat mengge mbirakan,
apaiagi ketika Ki Adibroto melihat putera tunggal sahabatnya
itu. Seorang pemuda berusia dua puluh dua tahun yang
tampan dan gagah, bersikap halus dan berkulit put ih bersih.
Karena kulitnya yang putih sejak lahir itulah maka oleh
ayahnya diberi nama J"k" Seta. Sebagai seorang putera
tunggal yang teiah kehilangan ibunya semenja k kecii, J"k"
Seta mewarisi ilmu kepandaian ayahnya dan biarpun masih
muda, ia merupakan seorang yang sakti man draguna.
Melihat pe muda ini, timbullah rasa suka dalam hati Ki
Adibroto dan dengan persetujuan isterinya pula, ia lalu
menga jukan usul kepada Ki Darmobroto untuk berbesanan. Ki
Darmobroto menerima usul ini dengan penuh kege mbiraan.
Biarpun ia menjadi saudara seperguruan yang lebih tua,
namun ia sudah cukup tahu akan sepak terjang adik
seperguruannya yang mengagumkan, iudah mengenal watak
adik seperguruannya ini sebagai seorang pendekar besar yang
sakti. Kacang tidak akan meninggalkan lanjarannya, demikian
ia berpendapat. Ayahnya seorang pendekar, puterinyapun
tentu seorang yang berbudi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adapun J"k" Seta adalah seorang putera yang amat
berbakti dan patuh kepada ayahnya. Di lubuk hatinya memang
ia kurang puas menerima keputusan itu, menjodohkan dengan
seorang dara yang sama sekali be lum pernah ia melihatnya.
Akan tetapi maklum bahwa penolakannya akan menyusah kan
hati ayahnya, maka ia mener ima dengan wajah gembira untuk
menyenangkan hati ayahnya.
Demikianlah, ikatan perjodohan itu dires mikan oleh kedua
orang tua. Penyimpangan perja lanan ini tidak me mbuat Listyokumolo
berubah niat hatinya. Setelah meninggalkan ruma h calon
besan itu, ia lalu mengajak suaminya melanjutkan perjalanan
ke tempat tujuan, yaitu ke Bayuwismo, bekas tempat tinggal
Resi Bhargowo yang diduga menjadi tempat tinggal Pujo dan
isterinya sekarang.
Sambil menghela napas Ki Adibroto terpaksa meluluskan
kehendak isterinya dengari hati penuh kekhawatiran. Dala m
percakapannya dengan Ki Darmobroto, ia telah menyinggung
tentang Pujo yang dicaricari isterinya itu dan ?"" kata calon
besan itu tentang diri Pujo"
"Aku mengenal baik pa man Resi Bhargowo dan aku pernah
bertemu satu kali dengan ad imas Pujo, murid dan mantunya
yang gagah perkasa, pendekar yang menjunjung kebenaran
dan keadilan."
Jawaban Ki Darmobroto itu mena mbah kedukaan hati Ki
Adibroto. Tepat seperti yang telah diduganya dan ditakutinya.
Pujo adalah seorang satria yang perkasa dan tentang
permusuhan Itu, tak salah lagi tentulah bekas sua mi isterinya,
Wisangjiwo, yang me mulainya.
Betapapun juga, ia merasa tidak setuju dengan sepak
terjang Pujo dalam. me mbalas denda m. Kalau W isangjiwo
yang bersalah terhadap pendekar itu, kenapa Pujo
me mba lasnya kepada Listyokumolo dan puteranya yang sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tidak berdosa" Dengan modal pendapat inilah maka ia
mengikut i isterinya menuju ke Bayuwis mo.
Ia hanya akan melihat dan mendengar dan siap me mbela
isterinya daripada marabahaya dan mencegah isterinya
me lakukan sesuatu yang melanggar kebenaran.
Menjelang senja mereka tiba di Sungapan. Dan kebetulan
sekali mere ka berdua me lihat Pujo berdiri seorang diri di
pinggir hutan kering di dekat pantai, di le mbah sungai yang
menumpahkan airnya ke laut. Begitu melihat laki-laki itu,
Listyokumolo segera mengena lnya. Wajahnya menjadi merah,
sinar matanya berapi dan ia mendesis.
"Itulah dia, si keparat Pujo!" Hampir ia ber lari menuju ke
tempat musuh besarnya berdiri. Namun sua minya sudah
me megang lengannya dan berbisik,
"Kau bersikap lah tenang, isteriku. Jangan dibikin mabuk
oleh nafsu dendam. Kau boleh mene muinya dan bertanyalah
secara baikbaik, tegurlah ia a kan perbuatannya yang lalu dan
tanyakan di mana adanya puteramu. Jangan bertindak terburu
nafsu, dan apabila puteramu dala m keadaan baik, kurasa tidak
perlu kau melanjutkan per musuhan ini. Aku a kan tinggal di sini
dan menga mat-amati dari s ini, karena aku merasa tidak enak
kalau menca mpuri urusan ini."
Listyokumolo men gangguk kemudian me ninggalkan suaminya yang bersembunyi di balik gero mbolan pandan itu.
Dengan hati berdebar dan tangan menggigil saking menahan
gelora hatinya, wanita itu berlar i cepat mengha mpiri Pujo yang
tengah berdiri me la mun seorang diri.
Pondok kecii di pinggir laut tampak puluhan meter dari
tempat itu dan keadaan seke liling tempat itu sunyi.
Pria itu me mang Pujo adanya. Beberapa tahun sudah ia
tinggal di Bayuwis mo, hidup penuh kebahagiaan dengan
kedua orang isterinya, yaitu Kartikosari dan Roro Luhito. Dua
orang wanita ini seakan berlumba dalam pencurahan cinta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih yang mendalam terhadap dirinya sehingga Pujo
merupakan seorang pria yang amat bahagia dalam hal ini.
Akan tetapi, kadang-kadang ia suka termenung kalau
berada sendirian, teringat akan puterinya yang tak pernah
dilihatnya, yaitu Endang Patibroto.
Kalau teringat a kan hal ini, penyesalan me menuhi hatinya,
mengha mbar kan semua kebahagiaan hidupnya. Ia merasa
amat rindu kepada puterinya, anak tunggal yang tidak pernah
ia lihat itu. Memang ada hal yang mengurangi kedukaan dan
penyesalan ini yaitu bahwa kini kedua orang isterinya sedang
mengandung! Sekaligus ia akan mendapatkan pengganti
puterinya yang hilang sebanyak dua orang anak. Akan tetapi,
betapapun juga, ia masih sangat ingin bertemu dengan
puterinya yang hilang. Apalagi kalau ia ingat betapa
Kartikosari sering kali menangis sed ih apabila teringat akan
Endang Patibroto.
Teringat akan ini, hati Pujo merasa perih dan me mbuat ia
teringat akan semua sepak terjangnya yang lalu. Kalau sudah
begitu, timbullah penyesalan besar di dalam hatinya.
Teringatlah ia a kan Wisangjiwo yang disangkanya menjadi
musuh besarnya. Teringatlah ia betapa nafsu dendam
me mbuat ia seperti gila, me mbuat ia menga muk di Kadipaten
Selopenangkep, me mbunuhi orang tak berdosa, bahkan telah
menculik isteri W isangjiwo dan puteranya.
Teringat akan keadaan isteri Wisangjiwo yang menjad i gila
karena perbuatannya itu sehingga wanita yang malang
nasibnya itu dipulangkan ke desanya, kemudian bahkan
dibawa lari pera mpok. Se mua ini gara-gara perbuatannya
yang didorong nafsu denda m yang menggila.
"Ah, agaknya hilangnya puteriku me rupakan hukuman bagi
perbuatanku itu. Beginilah rasanya kehilangan anak, dan aku
telah merenggut J"k" Wandiro dari tangan dan hati ayah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bundanya! Hukum karma, tepat seperti yang dikatakan bapa
Resi Bhargowo. Semoga Dewata sudi menga m puni dosaku
dan anakku dalam keadaan aman sentausa "
Demikianlah pada senja hari itu ia melamun dan me nyesali
perbuatannya. Tiba-tiba Pujo meloncat dan me mutar tubuhnya me mba lik.
Biarpun gerakan di sebelah belakang nya itu perlahan sekali,
namun sebagai seorang sakti ia telah dapat mendengarnya.
Alangkah her an dan kagetnya ketika ia melihat seorang
wanita cantik telah berdiri di situ, menentangnya dengan
pandang mata penuh kebencian dan kemarahan serta
me megang sebatang keris yang me ngeluar kan s inar, sebuah
keris pusaka! Akan tetapi, pendekar sakti ini segera dapat
menenang kan hatinya dan dengan sabar dan tenang ia
bertanya, "Siapakah andika dan apakah kehen..."
"Pujo! Sudah butakah matamu sehingga kau tidak
mengenal aku" Ataukah engkau pura-pura tidak mengenal"
Lupakah kau akan peristiwa di Guha Siluma n delapan belas
tahun yang lalu?"
Wanita itu me mbentak dan me motong pertanyaannya.
Kini Pujo benar-benar kaget sekali. la mengenal suara ini,
mengenal p ula sekarang wajah ini dan ia benar-benar terkejut
bukan main. Kedua matanya terbelalak dan ia berdiri bagaikah
area, bibirnya bergerak, "Andika........... Listyokumolo....?""
Ia masih belum percaya akan dugaan ini dan me mandang
dengan penuh keheranan.
Listyokumolo tersenyum mengeje k, dan tangan yang
me megang keris itu gemetar.
"Bagus, engkau mas ih ingat kepadaku. Aku datang untuk
menuntut ba las, untuk minta pertanggungan jawab mu atas
kekejian yang kau lakukan delapan belas tahun yang lalu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hayo katakan di mana kau kubur anakku" Kau tentu telah
me mbunuh J"k" Wandiro!"
Seketika le mas kedua lutut Pujo ketika mendapatkan
kenyataan bahwa wanita ini me mang betu l Listyokumolo.
Wanita inilah yang selama ini ia bayangkan, menjadi
pengganggu kebahagiaan h idupnya karena ia merasa berdosa
kepada wanita ini.
Sekarang wanita ini datang. Dia ibu Joko Wand iro,
muridnya! Melihat sinar mata penuh kebencian, penuh
dendam dan kedukaan, tak tertahankan lag i Pujo menjatuhkan
diri berlutut. Sejenak ia merasa kepalanya pening dan ia menutupi muka
dengan kedua tangannya. Alangkah besar dosanya kepada
wanita ini, wanita yang tidak berdosa sama sekali. Ia telah
merenggut se mua kebahagiaan hidup wanita ini, merampas
puteranya, membuat ia menjad i gila sehingga terpisah pula
dari sua mi. Kehidupan wanita ini telah hancur lebur, semua karena
akibat perbuatannya. Dendamnya kepada Wisangjiwo dahulu
telah me mbuat ia gila, me mbuat ia menumpahkan denda mnya
kepada wanita tak berdosa ini. Alangkah kejamnya ia. Alang
kah menyesal hatinya sekarang, apalagi kalau dia ingat bahwa
dendamnya kepada Wisangjiwo dahulu itu salah alamat!
Dosanya kepada wanita ini adalah dosa tak berampun. Ia
telah merusak kehidupan Listyokumolo, merusak sehingga tak
dapat diperbaikinya ke mbali.
"Aku berdosa. .......... , aku mengaku ber salah. Aku telah
menjad i gila dan buta oleh dendam kepada suamimu, dendam
yang salah alamat pula. Engkau sudah datang, engkau berhak
menuntut ba las. Aku menerima segala pe mbalasanmu. Akan
tetapi, percayalah, puteramu Joko Wandiro tidak kubunuh. Dia
kupelihara baik-baik, bahkan menjadi puteraku, menjadi
muridku. Kini ia menjad i murid Ki Patih Narotama "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bohong! Pengecut kau! Inikah seorang satria" Berani
berbuat tidak berani ber tanggung jawab, tidak berani
mengaku. Aku tak percaya omonganmu! Kalau Joko Wandiro
masih hidup, tentu dia sudah mencari ibu kandungnya "
"Aku aku sengaja tidak mencer itakan kepadanya tentang
ibu kandungnya, baru akhir-akhir ini ia tahu dan aku
mendengar kau diculik pera mpok dan sua mimu kakangmas
Wisangjiwo, telah gugur dalam perang "
Suara Pujo terisak menahan getaran perasaannya yang
penuh penyesalan dan iba kepada wanita di depannya itu.
"Huh, siapa percaya obrolanmu" Kau kemukakan ini se mua
karena kau takut akan pembalasanku. Kau takut menebus
dosadosamu, pengecut!"
Pujo bangkit berdiri, mukanya menjad i pucat sekai .
"Tentu kau tidak mau percaya kepadaku, orang yang telah
me lakukan perbuatan kejl terhadap dirimu, terhadap
puteramu. Listyokumolo, sudah kukatakan tadi, aku bersalah
dan aku menerima kesalahanku. Aku tidak akan mundur untuk
menghadap i hukuman mu, tidak akan gentar untuk menerima
pembalasanmu. Nah, lakukanlah niat yang sudah me mbayang


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di mata mu, aku takkan me lawan!"
Pujo me masang dadanya dengan penuh penyerahan
karena ia merasa akan dosanya yang hebat terhadap wanita
ini. "Kau telah merusak hidupku, kau telah me mbunuh
puteraku. Rasakan pembalasanku ini!"
Listyokumolo menggerakkan tangan kanannya menusuk.
Pujo tidak mau me lawan dan sengaja me masang tubuhnya.
"Blesss. .......!!"
Keris pusaka itu nancap di la mbung Pujo sa mpai ke
gagangnya! Biarpun Listyokumolo seperti gila oleh denda m,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan belasan tahun ia dige mbleng sua minya dengan ilmu
kesaktian, akan tetapi ia bukanlah seorang wanita kejam dan
belum pernah sela ma hidupnya ia me mbunuh orang.
Kiini merasa betapa lambung itu dengan mudah tertusuk
kerisnya, tangannya menggigil dan ia meloncat mundur
dengan muka pucat. Ia menggunakan tangan menutup
mulutnya yang hendak menjerit ketika ia melihat Pujo
terhuyung-huyung ke belakang sambil me megang la mbung
yang ditancapi ker is sanpai ke gagangnya.
Pujo tersenyum. Lenyaplah sekarang perasaan sesalnya. Ia
telah menebus dosa yang selama ini menyelubungi dan
mengge lapkan kebahagiaan hidupnya!
"Sudah tertebus...........!"
Ia mengguma m lalu terhuyung-huyung ke belakang dan
akhirnya roboh terduduk di atas rumput.
"Aku aku tidak bohong............. Joko Wandiro mas ih h idup
dia di lereng Gunung Bekel" ia masih berusaha untuk me mberi
keterangan. "Kakangmas Pujo........!!"
Mendengar jerit me lengking ini Listyokumolo terkejut dan
mengangkat mukanya me mandang dua orang wanita yang
datang berlari-lari secepat terbang. Matanya terbelalak ketika
ia mengenal bahwa seorang dl antara dua wanita cantlk itu
bukan la in adalah Roro Luhito, bekas adik iparnya. Dan lebihlebih lagi keheranannya ketika ia me lihat Roro Luhito
menubruk Pujo yang duduk bersandar pohon, me meluknya
dan menangis. Tiba-tiba Listyokumolo meloncat ke samping, menghindarkan diri daripada terjangan wanita ke dua yang
amat hebat. "Kau....... , wanita Iblis....... kau berani meluka i suamiku?"
teriak wanita itu yang bukan la in adalah Kartikosari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar bentakan ini, Roro Luhito agaknya baru sadar
bahwa musuh yang me luka i sua minya masih berada di situ.
Sekali tubuhnya bergerak, ia telah meloncat dan berhadapan
dengan Listyokumolo.
"Kau......... "!" Kang-mbok Listyo "
Tentu saja Roro Luhito terkejut bukan ma in setelah
mengenal wanita yang masih berdiri bingung itu. Teguran ini
me mbuyarkan semua kebingungan hati Listyokumolo. Matanya mengeluarkan sinar berapi ketika ia me mandang
bekas adik iparnya.
"Benar, Roro. Akulah Listyokumolo. Akulah orang yang
dihancurkan kebahagiaannya oleh si keparat Pujo ini. Akulah
yang diculiknya, dirampas puteraku sehingga aku menjadi gila
dan dipulangkan oleh kaka kmu. Dia ini musuh besarku dan
pula yang menjerumuskan aku sampa i aku terculik oleh
perampok-pera mpok liar. Roro Luhito, dia, si keparat ini telah
menyerbu dan mengacau Selopenangkep, dia musuh besar
kita. Mengapa sekarang kulihat engkau menangisinya?""
"Kau kaukah yang melukainya.... " Kang-mbok...........
dia...... dia ini adalah suamiku........ "
"Sua mimu"!" Keparat...........!"
"Wuuuttt!" Listyokumolo kini sudah dapat menguasai
dirinya sehingga ia menjadi marah sekali mendengar
pengakuan Ini. Serta-merta ia melakukan serangan hebat dengan
me lancarkan pukulan maut ke arah dada bekas adik iparnya.
Roro Luhito kaget sekali, kaget dan heran sambil mengeiak
cepat. ?"k disangkanya bahwa kini bekas kakak iparnya dapat
me lakukan penyerangan begini hebat, padahal dahulu
Listyokumolo adalah seorang wan ita yang halus dan le mah.
Melihat betapa penyerangannya gagal, Listyokumolo
menerjang lagi, Roro Luhito kemba li menge lak. Betapapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakit hatinya melihat sua minya dilukai, na mun di dalam
hatinya Roro Luhito me maklumi sakit hati yang diderita be kas
kakak iparnya, maka ia bersikap mengalah dan hanya
menge iak saja.
Tidak de mikian dengan Kartikosari. Ketika ia me meriksa
keadaan suaminya dan me lihat betapa keris itu menancap
sampai ke gagangnya dala m la mbung suaminya, ia hampir gila
oleh rasa marah dan duka. Ia maklum bahwa keadaan
suaminya amat parah dan terancam bahaya maut. Hal ini
me mbuat ia hampir gila dan dengan pekik dahsyat wanita ini
lalu me nerjang maju.
Ketika Listyokumolo menang kis pukulan ini, ia sampai
terpental ke belakang ha mpir terjengkang roboh.
"Wanita jahat, kau harus ma mpus!" bentak Kartikosari
sambil mtenubruk ke depan.
"Tahan dulu........ "
Terdengar suara halus dan sebuah lengan yang a mat kuat
menang kis lengan Kartikosari yang cepat melompat ke
samping. Dia m-dia m ia harus mengakui bahwa yang
menang kis ini me miliki tenaga yang amat kuat. Ketikaka
me mandang, ia melihat bahwa yang menangkis adalah
seorang laki-laki setenga tua yang bersikap tenang, namun
wajahnya diselimut i kedukaan dan penyesalan.
"Nimas Sari nimas Roro, sudahlah....... tak perlu dilanjutkan
permusuhan ini aku sudah menerima salah, aku sudah
menebus dosaku terhadap J"k" Wandiro dan ibunya. jangan
kalian mengulangi lag i dosaku, jangan kalian mengotori lagi
?"" yang sudah kucuci bersih dengan darah......... " Terdengar
suara Pujo berkata lemah.
Mendengar kata-kata ini, Kartikosari dan Roro Luhito
teringat kemba li a kan sua minya. Mereka menengok dan
keduanya menubruk Pujo sambil rnenangis. Mereka sibuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin meno long sua mi mereka yang tercinta ingin merenggut
kembali nyawa yang sudah dalam cengkera man ma ut.
Akan tetapi Pujo mengge leng kepala.
"Tiada guna aku sudah merasa takkan hidup lagi nimas
Sari, ketahuilah...... dia itu. telunjuknya menuding ke arah
Listyokumolo yang berdiri pucat di samping suaminya, dia itu
isteri Wisangjiwo.................. dialah ibu kandung J"k"
Wandiro. Dia dahulu yang kuculik, kura mpas puteranya dalam
kegilaan ku hendak me mbalas W isangjiwo, dalam denda m kita
yang salah ala mat kini ia datang. me mba las sudah sepatutnya,
aku sengaja me mbiarkan dia menana mkan kerisnya sudah
kuhancurkan hidupnya........ biarlah dia yang merenggut
nyawaku....... "
"Tida k........! Tidak boleh! Ahh........ kakangmas tidak
mungkin aku mendia mkannya saja tanpa me mbalas!"
Bagaikan seekor singa betina Kartikosari me loncat lag i dan
rnenerjang Listyokumolo.
"Harap andika sudi bersabar!"
Ki Adibroto kernbali menangkis pukulan Kartikosari yang
ditujukan kepada isterinya.
"Dukkk! " Tubuh Kartikosari terpental ke be lakang, na mun
karena pendekar itu menggunakan tenaga le mas, ia tidak
merasa nyeri. "Siapa engkau"!?" Kartikosari me mbentak, tangan kanan
meraba gagang keris pusakanya, yaitu keris pusaka ki
Banuwilis milik sua minya.
Ki Adibroto me mbungkuk dengan sikap hormat.
"Saya bernama Adibroto, sekarang menjadi sua mi
Listyokumolo..... "
"Kau hendak me mbela isterimu" Boleh!!" Kartikosari
me mbentak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Harap bersabar."
Ki Adibroto menarik napas panjang penuh sesal dan duka.
"Sudah bertahun-tahun isteri saya merajuk dan me mbujuk
untuk mencari puteranya dan mencari musuh besarnya,
sauda?" Pujo. Sudah sebanyak itu pula saya mencegah dan
berusaha menghapus denda m, na mun s ia-sia. Akhirnya kami
datang dan tadi saya melihat sendiri betapa saudara Pujo
sengaja menyerahkan diri untuk diba las. Saya menyesal dan
berduka sekali. Saudara Pujo ternyata seorang satria utama
dan seorang yang suka mengena l diri pribadi, suka menga kui
kesalahan sendiri. Alangkah bahagianya seorang yang dapat
mengakui kesalahan sendiri kemudian menikmati hukuman
yang akan membebaskannya dari rasa salah diri. Saudara Pujo
dahulu melakukan pe mbalasan dendam secara me mbuta,
tidak kepada orang yang telah menyakitkan hatinya,
me lainkan kepada keluarga orang itu. Dan sekarang saya
amat prihatin, tidak ingin melihat isteri saya melakukan
kekeliruan yang sama. Urusannya dengan saudara Pujo sudah
beres dan terhadap andika berdua, isteri saya tidak punya
urusan sesuatu yang patut dipersoalkan lagi. Harap andika
berdua suka berpikir mendalam akan hal ini dan men ghentikan
dendam-mendenda m Ini."
"Enak saja kau b icara! Suamiku telah dibunuh isterimu dan
aku disuruh mener ima begitu saja" Laki-laki bedebah! Kalau
aku tidak dapat me mbunuh Listyokumolo, tidak patut aku
menjad i puteri Resi Bhargowo dan na maku bukan Kartikosari
lagi!" Setelah berkata demikian, Kartikosari yang seperti orang
gila oleh kedukaan dan kemarahan itu rnenerjang maju sa mbil
menghunus keris pusaka Banuwilis. Wajah Adibroto menjadi
pucat dan ia sedih bukan main, akan tetapi tak mungkin ia
menyaksikan isterinya yang terkasih itu dibunuh orang begitu
saja di depannya. Ia cepat menarik lengan isterinya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendorong tubuh isterinya ke arah be lakangnya sehingga
dialah yang menghadapi Kartikosari.
"Kau benar-benar hendak me mbe la isterimu?" Kartikosari
me mbentak. Ki Adibroto hanya menggeleng kepalanya, tidak
ma mpu menjawab dan me mandang sedih.
"Nimas Sari!" Terdengar suara Pujo me manggil.
Akan tetapi Kartikosari seperti tidak mendengar panggilan
ini karena ia sudah menerjang maju, menusukkan kerisnya ke
arah dada Ki Adibroto. Pendekar ini dapat melihat betapa
dahsyatnya terjangan lawan, maklum bahwa wanita di
depannya ini sama se kali tidak boleh dipandang ringan.
Cepat-cepat ia menggeser kaki dan mengelak ke kiri.
Pada saat itu tampak bayangan putih berkelebat, sukar
diikuti pandangan mata saking cepatnya.
Bayangan putih ini ber kelebat di antara Kartikosari dan Ki
Adibroto dan tubuh Ki Adibroto terjengkang ke belakang
sampai terhuyung-huyung dan hampir roboh. Bukan main
kagetnya pendekar itu. Bayangan tadi hanya mendorongkan
tangan, namun serangkum tenaga dahsyat sekali telah
mendorongnya, tak dapat dipertahankan lagi tubuhnya
terdorong seperti daun ker ing terbawa angin.
Ketika ia me mbuka mata me mandang, keheranannya makin
menghebat karena kiranya bayangan putih itu hanyalah dara
yang masih a mat muda, seorang dara remaja sebaya
puterinya. Dara remaja yang cantik jelita, berpakaian serba mewah,
dengan hiasan rambut dari e mas per mata, gelang tangan dan
lengan, kalung, pendeknya pakaian seorang puteri keraton!.
Dara remaja itu t idak me mperdulikannya lag i. Kini dara itu
me mutar tubuh menghadap i Kartikosari yang juga berdiri
tercengang. Sejenak kedua orang wanita itu berdiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhadapan dan saling pandang. Dan dalam keadaan seperti
itu, Ki Adibroto merasa bulu tengkuknya mere mang.
Jelas sekali tampak persa maan di antara kedua orang
wanita itu. Bentuk mukanya sa ma benar, seperti pinang
dibelah dua, hanya bedanya, yang seorang setengah tua,
yang seorang lagi mas ih muda belia.
"Bunda.....!!!"
"Endang.. ...... Ohhh, Endang..........! Engkaukah ini, Endang
Patibroto anakku... ?""
Kartikosari menjerit dan kedua orang wanita itu saling
tubruk dan saling rangkul.
"Kakangmas, jangan bergerak...... "
Roro Luhito mencegah Pujo yang berusaha hendak bangun.
Tadi ia sudah rebah terlentang dan kini ia berusaha bangkit,
matanya terbeialak me mandang ke arah Endang Patibroto.
"Biar......... biar.......... aku harus melihat dia, ohhh, Endang
puteriku....... "
Mendengar ini barulah Kartikosari sadar dan teringat akaan
suaminya. Ia memegang tangan puterinya mendekati Pujo
yang sudah duduk.
"Endang, lihatlah baik-baik, inilah ayah kandungmu,
anakku. Inilah ayah mu Pujo, beri se mbah kepadanya,
anakku...... "
Kartikosari tak tahan lag i, terisak menang is.
"Ayah "........ Ayah kandungku......... "
Sejenak Endang Patibroto tertegun, kemudian terbelalak
me mandang ke arah gagang keris yang mene mpel pada
la mbung laki-laki itu. Setelah saling pandang sa mpai la ma,
Endang Patibroto la lu ber lutut menyembah.
"Ayah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anakku!..... Endang Patibroto! Anakku........!"


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pujo merangkul dan menga mbungi ra mbut yang harum dan
halus itu. "Ha-ha-ha-ha, terima kasih kepada Dewata Yang Maha
Agung! Sebelum mati a ku diber i kebahagian berte mu muka
dengan anakku......! Ha-ha-ha-ha! Tiada penasaran lagi
sekarang. dosa hapus anak jumpa......! Nimas Sari,...., nimas
Luhito......... dengar baik-baik, untuk terakhir ini....... kalian
harus me menuhi pesanku......... ja...... jangan kalian
me mba las kepada Listyokumolo.... "
"Aduh, kakangmas Pujo..... Jangan...... tinggalkan aku,
kakangmas bawalah aku.....!"
Kartikosari me meluki, menciumi dan menang is tersedusedu. Juga Roro Luhito me me luk dan menangis. Tinggal
Endang Patibroto yang me mandang se mua ini dengan kening
berkerut. Tidak biasa ia menangis. Se menja k menjad i murid
Dibyo Mamangkoro, hatinya mengeras melebihi batu,
"Endang.. ..... anakku cah ayu, anakku yang cantik jelita
kau....... kau turutilah permintaan ayahmu, nak "
Suara Pujo makin le mah, napasnya terengah-engah.
"Permintaan apakah, ayah?"
Endang Patibroto mendekatkan kepalanya dan me megang
tangan ayahnya. Pujo meremas jari jar i tangan puterinya,
sejenak matanya yang sudah layu itu bersinar-sinar.
"Anakku...... , kau.......... kau.......... kujodohkan dengan
....... Joko Wandiro jangan jangan.... uggghhh....... " Suara
terakhir ini men gantar nyawa Pujo meninggalkan badannya.
"Kakangmas Pujo.......!!" Kartikosari terguling roboh dan
pingsan. "Kakangmas.......... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roro Luhito merang kul tubuh sua minya dan menangis
menjer it-jerit.
Listyokumolo berdiri dengan muka pucat sekali.Setelah kini
menyaksikan akibat pe mbalasan denda mnya sede mikian
menyedihkan, hatinya diliputi keharuan yang amat hebat,
tubuhnya bergoyang-goyang dan ia tentu akan roboh
terguling ka lau tidak dipeluk sua minya yang juga me mandang
dengan muka pucat.
Ki Adibroto menghela napas panjang dan dia m-dia m ia
me mbaca ma ntera untuk mengantar nyawa Pujo yang
dianggapnya seorang satria luhur budi pekertinya. Suami isteri
ini berdiri seperti arca, tidak tahu harus berbuat ?"".
Ketika Kartikosari sadar dari pingsannya dan melihat Roro
Luhito masih m"nang is menjerit-jerit dan me manggil-manggil
nama sua minya, segera ia me loncat dan menudingkan
telunjuknya ke arah muka Listyokumolo.
"Kau pere mpuan keji! Kau telah me mbunuh sua miku.........
dan aku tidak berani me langgar pesannya terakhir. Hayo
kaubunuhlah aku sekali, agar
aku dapat menyusul
suamiku.......! Bunuhlah aku...... bunuhlah....."
Sambil menang is dan berteriak-teriak minta dibunuh
Kartikosari yang amat menclnta suaminya Itu jatuh berlutut di
depan Listyokumolo. ?"k dapat lagi Listyokumolo menahan
hatinya yang hampir me ledak karena rasa haru. Iapun berlutut
dan merangkul Kartikosari sarnb il menangis.
Akan tetapi tiba-tiba rangkulan Listyokumolo terenggut dan
tubuhnya terlempar sampa i terjengkang. Ketika wanita ini
me loncat, ia dan suaminya sudah berhadapan dengan Endang
Patibroto! Suami isteri itu merasa ngeri me mandang wajah
yang demikian cantik jelitanya Itu seakan-akan merupakan
kedok yang mati, begitu dingin dan tidak me mbayangkan apaapa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau yang me mbunuh ayahku?" Pertanyaan ini
terdengar halus dan merdu, tenang dan, seakan-akan biasa
saja. "Betul!" jawab Listyokumolo yang sudah dapat menekan
perasaannya, suaranya tegas dan agak marah.
Biarpun dara ini cantik je lita seperti puteri keraton, na mun
sikapnya mengerikan seperti iblis betina. Gadis ini oleh Pujo
hendak dijodohkan dengan puteranya! Berarti bahwa
puteranya benar-benar masih hidup. Ia sudah merasa
menyesal telah me mbunuh Pujo, akan tetapi ia benar-benar
tidak setuju kalau puteranya dijodohkan dengan gadis yang
sikapnya seperti siluman ini.
"Aku yang me mbunuhnya dan ia sudah menerima
kematiannya dengan rela karena dosanya terhadap dirlku."
"He mmm, begitukah?" Dengan sikap tenang Endang
Patibroto mengha mpiri mayat ayahnya yang masih ditangisi
Kartikosari dan Roro Luhito, kemudian dicabutnya keris yang
menancap dila mbung Pujo. Sedikit darah keluar dari luka di
la mbung dan tanpa me mperdulikan Kartikosari dan Roro
Luhito yang berteriak kaget,
Endang Patibroto me mbawa keris itu sa mbil mengha mpiri
Listyokumolo. Ia me megang ujung keris pusa ka Itu dan
mengangsurkannya kepada pe miliknya.
"Nah, karena engkau sudah me mbunuh ayahku, sekarang
gunakan ker is mu ini untuk menusuk perut mu sendiri!"
Ucapan inipun dikeluarkan dengan suara halus dan
sewajarnya, tanpa perasaan sehingga Listyokumolo dan Ki
Adibroto yang mendengarnya menjadi bergidik. Bahkan
Kartikosari dan Roro Luhito juga tercengang.
"Endang! ?"" yang kaulakukan....?" Kartikosari berseru
sambil melompat ke depan dan me meluk pundak puterinya.
Akan tetapi dengan halus akan tetapi bertenaga Endang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patibroto mendorong ibunya sehingga Kartikosari kemba li
duduk di de kat mayat suaminya dengan mata terbelalak.
"Angger, Endang Patibroto. kau ingatlah pesan ayahmu..."
Roro Luhito juga berusaha mengingatkannya.
Endang Patibroto me mandang Roro Luhito dengan kening
berkerut. "Siapakah wanita ini?"
Pertanyaan ini ia tujukan kepada ibunya akan tetapi
pandang matanya tetap menatap wajah Roro Luhito.
"Dia Roro Luhito, dia juga ibumu, Endang, karena diapun
isteri ayahmu...." Kembali Kartikosari terisak dan merang kul
mayat suaminya.
"He mm, ibu berdua jangan menca mpuri urusan ini, biar
kubereskan sendiri."
Ia lalu me mbalikkan tubuh menghadap i Listyokumolo
kembali. "Hayo lekas, belum juga kautusuk perut mu sendiri?"
bentaknya ketika melihat Listyokumolo yang tadi menerima
kerisnya masih me mandang! keris di tangan dengan mata
terbelalak, seakanakan ia merasa ngeri melihat ujung keris
yang berlumuran darah yang kini sudah menghitam itu.
Ki Adibroto mengerutkan kening dan dengan suara tegas ia
berkata, "Isteriku telah me mbunuh Pujo untuk me mbalas denda m
yang amat mendalam. Pujo sendiri telah menga kui
kesalahannya dan telah menyerahkan nyawanya tanpa
me lawan sehingga ia tewas di tangan isteriku. Sekarang
engkau menyuruh isteriku me mbunuh diri, ?"" maksud dan
kehendak mu"'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau sua minya" Bagus! Hayo suruh dia tusuk perutnya
sendiri atau kalau dia tidak berani, kau yang mewakilinya dan
menusuk perutnya dengan keris itu sa mpai ma mpus!"
"Babo-babo! Dara remaja sungguh sombong dan ber mulut
besar! Kalau kami tidak mau melakukan per mintaanmu yang
gila itu, lalu bagaimana" "
"Mau atau tidak, dia harus menusuk perutnya sampai mati."
"Tobat-tobat sombongnya. Hendak kami iihat ?"" yang
hendak kaulakukan!"
"Engkau banyak bantahan, engkaupun harus dihajar!"
Endang Patibroto berseru dan tubuhnya berkelebat ke
depan rnenerjang Ki Adibroto. Betapapun juga, Ki Ad ibroto
adalah seorang pendekar sakti yang berilmu t inggi. Biarpun ia
maklum betapa dahsyatnya terjangan itu, namun ia tidak
takut. Melihat betapa tangan kiri dara itu bergerak dengan
jari-jari tangan kiri terbuka hendak mencengkeram ubun-ubun
kepalanya, ia bergidik.
Alangkah kejinya cara penyerangan ini! Sungguh tidak
patut dilakukan seorang dara jelita se muda itu, leb ih patut
serangan seorang iblis kejam. Dengan pengerahan hawa sakti
untuk melawan tendangan ini, ia menang kis dari bawah
dengan meiintangkan lengan kanan ke atas kepa la.
"Dessss.......!!"
Dua lengan bertemu di udara dan tubuh Endang Patibroto
terpental ke belakang sa mpa i tiga meter. Akan tetapi
terpentalnya dalam keadaan enak saja, dan wajahnya tetap
tersenyum-senyum.
Tidak de mikian dengan Ki Adibroto. Biarpun ia menang
tenaga karena memang menang matang latihannya, namun
ketika bertemu lengan, ia merasa betapa lengannya panas
seperti dimasuki api yang terus menyelinap ke dalam
tubuhnya, membuat dadanya terasa sakit. Ia kaget bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ma in, juga terheran-heran. Bocah ini benar-benar tidak menyombong kosong be laka, melainkan miiiki llmu yang tinggi,
seorang yang sakti mandraguna!
Endang Patibroto dia m-dia m marah pula karena tenaga
lawannya benar hebat sehingga ia terpental. Biarpun-hal ini
tidak berarti ia kalah, akan tetapi pada lahirnya me mang
kelihatan bahwa dia tidak ma mpu menand ingi tenaga lawan.
Dengan gemas ia lalu menggerakkan tangannya dan
"sing.. ....... sing........ sing!!"
Tiga batang inak panah meluncur ke arah paha, perut dan
tenggorokan Ki Adibroto. Anak panah ini diluncurkan dengan
sentilan jari tangan, namun kecepatannya luar biasa, tidak
kalah oleh anak panah yang diluncurkan dengan gendewa.
Apalagi dilepas dari jarak e mpat lima meter, bukan main
cepatnya laksana kilat menyambar.
Endang Patibroto sudah me mastikan bahwa kali ini
lawannya pasti akan roboh. Akan tetapi alangkah kaget dan
herannya ketika ia melihat tubuh lawannya itu tiba-tiba
mence lat ke atas setinggi dua meter lebih sehingga tiga
batang anah panah itu lewat di bawah kakinya dan tidak
sebatangpun mengenai sasaran.
Dengan ge mas yang meluap-luap Endang Patibroto lalu
me loncat ke depan, tubuhnya agak merendah kemudian
kedua tangannya melakukan gerak me mukul ke depan. Inilah
ilmu pukulan yang luar biasa ampuhnya, yaitu Aji Wisangnolo
Api Beracun yang amat dahsyat, ilmu pukulan jarak jauh yang
telah ia latih masak-masak dari gurunya!.
Ketika itu, tubuh Ki Adibroto masih belum turun, masih
me layang. Hatinya sudah berdebar karena serangan tiga
batang anak panah tadl benar-benar amat berbahaya dan
hanya sedikit selisihnya.
Nyaris ia terkena anak panah yang ia dapat menduga tentu
mengandung bisa ujungnya. Pada saat itu, Ki Adibroto sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tidak menyangka bahwa lawannya yang masih begitu
muda, dapat melakukan siasat pertandingan yang de mikian
licik dan curangnya.
Karena inilah, maka dengan tidak menduga akan datangnya
pukulan jarak jauh yang de miklan hebat, tahu-tahu ia merasa
dadanya dlhantam hawa pukulan yang panas sekali Tubuhnya
terlempar ke belakang dan robohlah ia terbanting ke atas
tanah dalam keadaan pingsan!.
"Perempuan iblis.....!"
Listyokumolo menjerit sa mbil rnenerjang maju dengan keris
di tangan. Namun, dengan mudah sekali Endang Patibroto miringkan
tubuh, tangannya menyambar tangan kanan Listyokumolo
yang memegang keris, kemudian ia me maksa tangan lawan
itu untuk me mbalikkan keris dan menusuk la mbung send iri!
Hebat bukan main tenaga dan ketangkasan Endang
Patibroto. Listyokumolo tahu benar betapa tanganya yang memegang
keris itu tiba-tiba me mbalik, akan tetapi ia tidak kuasa
mencegah atau menahan tangannya sendiri. Seolah-olah
tangan kanannya itu bergerak di luar kekuasaannya dan
seolah-olah tangannya itu kini sudah bukan tangannya lagi.
Melihat betapa tangannya sendiri tanpa dapat dicegahnya
menusuk ke arah la mbungnya sendiri, Listyokumolo menjer it
dengan mata terbelalak lebar. Dengan tenaga terakhir ia
berusaha menahan tangan kanan dengan tangan kirinya,
namun sia-sia belaka usahanya.
Dengan mata terbeialak ia melihat jelas betapa keris itu
menusuk la mbungnya, terus menusuk dan a mblas sa mpai ke
gagangnya. Ia merasa perih dan panas, mendengar suara
ketawa lirih dari dara re maja yang sudah me lepaskannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara ketawa yang bagi pendengarannya merupakan ketawa
iblis yang menyeramkan.
Listyokumolo sekali lagi me njerit kemudian tubuhnya
terhuyung-huyung ke belakang. Keris itu menancap tepat di
la mbung kiri, persis seperti la mbung Pujo tadi!
o)O---dw---O(o Jilid 28 Kl ADIBROTO tersentak kaget mendcngar jerit isterinya.
la me lompat bangun, mengeluh karena dadanya terasa
terbakar dan lehernya seperti dicekik. Ketika menoleh ke
bawah, ia melihat isterinya berkelojotan.
"Nimas!!"
Ia menubruk, hanya untuk menyaksikan
isterinya menghembuskan napas terakhir tanpa dapat mengeluarkan
suara lagi. Seketika api kemarahan me mbakar diri Ki Adibroto. Ingin ia
me lompat dan menerjang pe mbunuh isterinya. Akan tetapi
kesadarannya mencegahnya. Bunuh-me mbunuh
akibat

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dendam-mendenda m. Dara remaja itu adalah anak Pujo, kini
me mbunuh isterinya karena mendendam dan me mbalaskan
kematian ayahnya.
la menahan napas, menahan a ir mata, lalu me mondong
tubuh isterinya dan berjalan terhuyung-huyung pergi dari
tempat itu, diikuti pandang mata mengeje k Endang Patibroto
yang berdiri tegak sa mbil bertolak pinggang.
"Endang.. ........ ?"" yang telah kau lakukan" Mengapa kau
me mbunuhnya...
?" tanya Kartikosari dengan penuh
penyesalan, teringat akan pesan suaminya.
Betapapun ia mencinta suaminya dan merasa sakit hati
sekali karena sua minya dibunuh orang, na mun setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar pengakuan sua minya, setelah mendengar pesan
suaminya, sebagai seorang puteri pendeta yang bijaksana, ia
sadar dan suka mentaati pesan suaminya. Karena itulah ia
merasa amat menyesal melihat puterinya telah me mbunuh
Listyokumolo dan me luka i Ki Adibroto dengan hebat.
"Mengapa" Ibu, dia sudah me mbunuh ayah dan aku
me mbunuh dia. Bukankah ini sudah tepat dan punah"
Suaminya terluka dan pasti mati pula, adalah salahnya
sendiri!" Terbelalak mata Kartikosari mendengar jawaban dan
me lihat sikap puterinya inl. Terbayang kekerasan hati yang
me lebihi batu, terbayang sikap dingin me lebihi a mpak-ampak
pada wajah puterinya.
Di sa mping perubahan sikap puterinya yang luar biasa ini,
juga jelas tampak kesaktian yang menggiriskan pada diri
puterinya. Ia sendiri tadi sudah bergebrak dengan Ki Ad ibroto
dan dapat menaksir bahwa Ilmu kepandaian Ki Adibroto a mat
tinggi, seimbang dengan ilmunya sendiri. Akan tetapi dalam
beberapa gebrakan saja, Ki Adibroto nudah dirobohkan oleh
Endang Patibroto sa mpai pingsan dan terluka hebat.
"Endang.. .... kau..... kau......... telah me mbunuh ca lon.......
calon ibu mertua mu send iri...... ?"
?"?" kata ibu?" Endang Patibroto bertanya, keningnya
berkerut, matanya mengkilat.
?"?" kau lupa akan pesan ayahmu tadi" Kau dijodohkan
dengan Joko Wandiro... "
"Uhh! ah yang mengaku murid ayah dahulu itu"
Menyebalkan! Nah, biarpun demikian, ?"" hubungannya
urusan Itu dengan kematian pere mpuan pe mbunuh ayah tadi
" " "Ohh, anakku. Engkau tidak tahu. Listyokumolo yang
kaubunuh tadi adalah ibu kandung Joko Wand iro "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Endang Patibroto kini me mandang jenazah ayahnya dengan
kening berkerut.
"Aneh-aneh saja ayah tadi. Kalau dia me mbunuh ayah,
k"n?"" aku dijodohkan dengan anaknya" Aku tidak sudi!"
"Endang.. ........... "
Melihat Kartikosari marah, Roro Luhito merangkulnya.
"Urusan itu dapat dirundingkan perlahan-lahan. Bukankah
yang perlu sekarang mengurus jenazah dia......... ?"
Kembali la menangis seh mgga Kartikosari ikut pula
menang is. Dua orang isteri yang sepenuh jiwa mencinta suami
Itu sambil menangis, dibantu oleh Endang Patibroto,
mengurus jenazah, me mbawanya ke pondok kemudian
upacara pembakaran dilakukan dengan sederhana. Abu
jenazah dlsebarkan di laut, diantar hujan air mata Kartikosari
dan Roro Luhito.
Dia m-dia m Kartikosari merasa heran dan juga a mat
menyesal mengapa sedikitpun Endang Patibroto tidak
kelihatan berduka, bahkan tidak setetespun air mata keluar
untuk menang isi ayah kandungnya!
Pada keesokan harinya, Seorang laki-laki penunggang kuda
sampai di Bayuwis mo.
Melihat kedatangan la ki-laki muda belia dan berpakaian
amat mewah, berwajah tampan dan bersikap agung ini,
Kartikosari dan Roro Luhito tercengang. Apalagi ketika
mendengar laki-laki itu dari jauh sudah berteriak me manggil
nama Endang Patibroto,
"Endang.. .....! Engkau di situkah.. ..... " "
Endang Patibroto sedang menggosok-gosok
tubuh kudanya. Ia datang ke Bayuwis mo berkuda dan sengaja
men inggalkan kudanya ketika ia menca mpuri urusan orang
tuanya dengan Listyokumolo. Melihat laki-laki itu, Endang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patibroto berseri wajahnya dan memba las dengan la mbaian
tangannya sambil berbisik kepada ibunya,
"Ibu, dia gusti pangeran."
?"?"........ "!" Kartikosari dan Roro Luhito terkejut bukan
ma in dan cepat-cepat menyambut ketika pangeran itu
me lompat turun dari kudanya dan berlari-lari di atas pasir
mengha mpiri Endang Patibroto. Melihat dua orang wanita
cantik berse mbah sujut, ia bertanya,
"Endang, siapakah kedua orang bibi ini?"
"Yang ini ibu kandungku, yang itu ibu tiriku."
"Ah! Bibi berdua, silakan bangun, di tempat sunyi ini tidak
perlu menggunakan banyak peraturan," kata pangeran itu
dengan ramah sehingga Kartikosar i dan Roro Luhito menjadi
senang juga. Pangeran ini tidak angkuh seperti bangsawanbangsawan lainnya dan anehnya, sikap Endang Patibroto
terhadapnya seperti sikap seorang teman biasa saja!
"Mengapa paduka terlambat sekali, gusti pangeran" Dan mana
gusti puteri" Mengapa tidak kelihatan?" tanya Endang
Patibroto. "Celaka sekali, Endang. Setelah kau me mba lapkan kuda mu
men inggalkan kami, kami berdua lalu berusaha mengejar mu.
Kuda yang ditunggangi adinda puteri me mang lebih ba ik
daripada kudaku ini, ma ka akhirnya aku tertinggal. Aku
me mba lap dan berusaha menyusul, akan tetapi sia-sia dan
akhirnya adinda puteri tidak ta mpak lag i. Dengan hati khawatir
aku me lanjutkan perjalanan sedrang diri ke sini dan sampai
sekarang aku tidak pernah melihat lagi. Semua ini garagaramu, Endang. Hayo kaucari dia sampai dapatl" Wajah sang
pangeran tampan itu kelihatan ge lisah.
Akan tetapi Endang Patibroto tenang-tenang saja. "Jangan
khawatir, gusti pangeran. Pasti dapat hamba cari gusti puteri."
Kemudian ia meno leh kepada Kartikosari dan Roro Luhito
sambil berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, kuharap ibu berdua suka ikut saja bersama ku dan
tinggal di istana. Aku yakin bahwa gusti prabu tentu akan
mengijinkannya. "
Kartikosari mengerutkan keningnya, kemudian bertanya,
"Anakku, sebetulnya apakah kedudukan mu di istana dan
istana mana kah itu ?"
Kini pangeran itulah yang men jawab,
"Bibi, apakah Endang belum menceritakan keadaannya"
Sungguh aneh kalau begitu. Bibi, puterimu yang perkasa ini
sekarang menjadi kepala pengawal istana Kerajaan Jenggala.
Saya adalah Pangeran Panjirawit dari Jenggala, bersama
Endang dan adik saya Puteri Mayagaluh sengaja hendak
mencari bibi di sini. Benar ?"" yang diusulkan Endang
Patibroto tadi, bibi. Leb ih ba ik bibi berdua pindah ke istana."
Dapat dibayangkan betapa kaget dan sedih rasa hati
Kartikosari setelah me ndengar bahwa puterinya bekerja
kepada Kerajaan Jenggala! Padahal semenjak ayahnya,
Bhagawan Rukmoseto atau Resi Bhargowo masih hidup,
sampai dia send iri dan sua minya se mua adalah pengikutpengikut Pangeran Sepuh yang kini menjadi raja di Kerajaan
Panjalu. Bagaimana sekarang Endang Patibroto ma lah me mihak
kepada musuh" Biarpun pangeran muda ini dari Jenggala,
akan tetapi betapapun juga ia masih keturunan Sang Prabu
Airlangga dan sikapnya a matlah menyenangkan, maka ia
menye mbah sambil menjawab,
"Terima kasih atas penawaran dan keramahan paduka."
Kemudian ia men ghadapi puterinya dan berkata,
"Anakku, aku dan ibumu Roro Luhito sudah biasa hidup di
alam bebas, tidak ingin hidup da la m istana. Kami akan tetap
tinggal di sini. Kau saja, anakku, kalau me mang mencinta
ibumu, kau jangan tinggalkan aku lag i. Kemba lilah kepada
ibumu dan te mani ka mi di sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ajakan ibunya ini, Endang Patibroto mengerutkan keningnya. Sejenak ia memandang kepada
kedua orang ibunya, dengan pakaian mereka yang sederhana,
dan keadaaan gubuk Bayuwis mo yang lebih sederhana pula.
Kemudian ia menundukkan muka, me mandangi pakaiannya
yang mewah dan indah, perhiasan e mas permata yang
berkilauan di tubuhnya. Kerut pada keningnya m"kin
menda la m dan ia menjawab,
"Belum bisa, ibu. Apalagi sekarang selagi Kerajaan Jenggala
menghadap i anca man perang saudara dengan Kerajaan
Panjalu. Kerajaan Panjalu yang menjadi musuh kami
me mpunyai banyak orang pandai, ibu. Kalau aku sudah
berhasil me mbas mi mereka dan Kerajaan Jenggala terbebas
dari pada bahaya, barulah aku akan pikir-pikir untuk
mene man i ibu berdua di sini."
Dengan singkat Endang Patibroto la lu me nuturkan bahwa ia
menjad i murid Dibyo Mamangkoro dan betapa ia dige mbleng
sampai bertahun-tahun di Pulau Nusaka mbangan, dan betapa
kemudian ia dibawa berha mba kepada Kerajaan Jenggala.
Juga ia bercerita betapa ia diuji oleh sang prabu di Jenggala
dan berhasil menga mbil bendera pusaka dan me mbawa
kembali kepala dua orang pengawal keraton Panjalu.
Mendengar penuturan Endang Patibroto ini, mula- mula
Kartikosari dan Roro Luhito kaget, kemudian terheran-heran,
dan akhirnya marah sekali. Kartikosari tak dapat lagi menahan
kemarahannya dan ia memandang tajam puterinya lalu
me mbentak, "Endang Patibroto, engkau tersesat jauh!!"
"He mmm, ?"" ma ksudmu, ibu?" ta nya Endang Patibroto
sedangkan Pangeran Panjiraw it juga me ma ndang heran.
Kartikosari tidak perdulikan lag i pada pangeran itu dan ia
berkata, suaranya tegas dan keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Endang, engkau telah tersesat jauh dan mungkin hal itu
terjadi karena kau tidak mengerti. Ketahuilah, Raja Jenggala
sekarang Ini dahulu adalah Pangeran Anom, sedangkan Raja
Penjalu adalah Pangeran Sepuh. Dahulu terjadi perang
saudara antara Pangeran Anom dan Pangeran Sepuh.
Tahukah engkau fihak mana yang dibela mati-matian oleh
eyangmu Resi Bhargowo, oleh ayahmu Pujo, dan oleh ibumu
berdua" Kami me mbela Pangeran Sepuh atau Raja Panjalu
yang sekarang! Adapun Pangeran Anom dahulu dibela oleh
orang-orang kotor maca m Cekel Aksomolo, Warok Gendroyono, Krendayakso, Nogogini, Durgogini dan lain-Ia in.
Bagaimana sekarang engkau, anak kandungku, cucu Resi
Bhargowo, menjadi kepala pengawa l di keraton Jenggala"
Engkau bersekutu dan ber kawan dengan orang-orang jahat
maca m C"k"l Akso molo dan Iain-Ia in itu?"
Kaget juga hati Endang Patibroto melihat betapa ibu
kandungnya marah hebat seperti itu.
"Tida k, ibu. Biarpun Cekel Aksomolo dan yang lain-la in itu
bekerja me mbela Jenggala, namun aku tidak bersekutu dan
tidak bersahabat dengan mereka!" Ia mencoba untuk me mban
tah. "Keparat! Tahukah engkau betapa mereka itu dahulu
pernah mengeroyok eyangmu di Pulau Sempu dan ha mpir saja
me mbunuh eyangmu" Tahukah engkau bahwa ayah bundamu
ini banyak mender ita karena perbuatan biadab seorang di
antara pembantu-pembantu Jenggala" Dan sekarang engkau
menjad i ha mba Jenggala" Endang Patibroto, engkau anakku,
engkau harus mentaati ibu kandungmu. Mula i detik ini juga,
engkau harus berhenti menjad i ha mba Jenggala, engkau tidak
boleh ke mbali ke sana!"
Kemarahan Kartikosari sudah me luap-luap dan tak dapat
ditekan lag i. Hening sejenak, hening penuh ketegangan, terutama bagi
Pangeran Panjirawit yang mendengar kan dan melihat dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jantung berdebar-debar. Kemudian Endang Patibroto menarik
napas panjang, memandang ibunya dan menggeleng
kepalanya, "Tida k mungkin begitu, Ibu. Sudah banyak aku menerima
hadiah dan kebaikan dari keluarga gusti prabu. Sebelum aku
me mba las se mua kebaikan. itu dengan paha la, bagaimana aku
bisa meninggalkan Jenggala dengan beg itu saja?"
"Kebaikan?" Kau bicara tentang kebaikan" Apakah kau
tidak tahu betapa ibumu ini hampir berkorban nyawa berkalikali untukmu" Tidak tahu betapa sengsara hidupku, betapa
tersiksa, betapa dengan susah payah memelihara dan
mendidikmu, betapa digerogoti dendam dan sakit hati. Dan
kaulupakan se mua itu, tertutup oleh kebaikan orang la in yang
tidak ada artinya itu" Endang, apakah kau ingin men jadi anak
durhaka, anak murtad" Sekali lagi, lepaskan se mua itu dan,
kembalilah kepada ibumu, anakku" Kalimat terakhir ini
mengandung isak tangis.
Endang Patibroto mengge leng kepala lag i. "Ibu t idak
adil..... ibu terlalu mendesak, tanpa memberi kesempatan
kepadaku."
Kartikosari me lompat maju. "Sekali lagi. Kuminta engkau


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me lepaskan kedudukanmu dan ke mba li kepada ibumu!" Suara
Kartikosari parau, wajahnya me mucat.
Endang Patibroto mengge leng kepa la. "Tidak bisa, ibu."
"Anak durhaka! Kalau begitu, daripada me lihat engkau
hidup tersesat, lebih ba ik melihat engkau mati!" Secepat kilat
Kartikosari mencabut keris pusaka Banuwilis lalu maju
menubruk, menusukkan kerisnya ke arah dada anaknya
sendiri. "Yunda Sar i......!"
Roro Luhito men jerit dan bergerak henda k mencegah.
Namun terlambat. Keris itu sudah menusuk dada Endang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patibroto. Dara jelita ini sa ma sekali t idak mau menge lak atau
menang kis sehingga Pangeran Panjiraw it juga berseru kaget
dan ce mas. "Capp.........!" Keris itu menyeleweng ke sa mping ketika
bertemu dengan dada Endang Patibroto, hanya menancap
miring, me masuki kulit dan sedikit melukai daging, akan tetapi
tidak kuat meneinbus ke da la m karena Endang Patibroto
mengerahkan sedikit hawa sakti di tubuhnya. Kalau dara ini
menghendaki, tentu keris itu tadi me mbalik dan kulitnya
sedikitpun t idak lecet. Akan tetapi ia sengaja me mbiarkan
kulitnya dan sedikit dagingnya terluka sehingga ketika keris itu
jatuh terlepas, darah mengalir keluar.
Melihat darah ini, Kartikosari agaknya seperti baru sadar
dan ia menjerit sambil mundur dan menahan mulut dengan
tangan agar tidak menang is mengguguk.
Endang Patibroto tersenyum, senyu m dingin yang me mbuat
tengkuk Kartikosari mere mang.
"lnginkah kau
minta kembali sedikit darah
yang kautumpahkan ketika me lahirkan aku" Nah, darahku sudah
tertumpah. Apakah hatimu puas?" Endang Patibroto
menggunakan jari kakinya menyentil keris pusaka Banuwilis
yang terletak di atas tanah.
Keris itu melayang naik dan di sa mbut tangan kanannya.
Kemudian ia men usukkan ker is itu pada dadanya sendiri.
"K?"kkk!" Patahlah keris pusaka itu menjadi dua potong!
Endang Patibroto me mperlebar senyumnya dan me mbuang
gagang keris buntung ke atas tanah. Agaknya dengan
perbuatan ini ia hendak me mbukt ikan bahwa kalau tadi ia
menghendaki, tusukan ibunya tidak akan melukai dadanya,
dan bahwa dadanya terluka karena ia sengaja!.
"Aahhh......." Kartikosari me mbelalak kan matanya, hatinya
serasa ditusuk-tusuk, lalu ia menang is mengguguk-guguk
menyebut-nyebut
nama sua minya. "Aduh kakangmas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo............ kenapa tidak kau bawa saja aku serta " Kenapa
kau me mbiarkan aku terhina oleh anak sendiri ?"
Roro Luhito me meluk dan dengan a ir mata beriinang
berkata, "Sudahlah, ayunda Sari. Ingatlah akan kesehatanmu,
ingatlah akan kandunganmu "
Endang Patibroto mengangkut pundaknya, lalu berjalan ke
arah kuda dan sekali loncat ia telah berada di punggung
kudanya. Sekali lagi ia menoleh, me mandang ibunya dengan
sinar mata penuh kedukaan, kemudian ia menarik kendali
kuda dan binatang itu meloncat ke depan.
"Endang, tunggu.. ..........!"
Pangeran Panjirawit menengo k ke arah dua orang wanita
yang bertangis-tangisan itu, melolos kan dua buah gelang
tangannya yang bertabur intan, meletakkannya ke dekat dua
orang wanita itu, kemudian iapun lari dan meloncat ke arah
kudanya, terus me mbedal kuda me ngejar Endang Patibroto.
0odwo0 Menjelang senja, amat sunyi di daerah Tclaga Sarangan.
Sunyi dan dingin. Permukaan telaga seakan-akan niengeluarkan uap keabu-abuan. J"k" Wandiro dan Ayu
Candra bergandeng tangan, berjalan perlahan meninggalkan
telaga, menuju ke pondok. Selama be lasan hari, hubungan
mereka ma kin akrab dan seringkali mereka berdua
bercengkerama di tepi telaga.
Walaupun tiada kata-kata kasih dan cinta keluar dari mulut
mereka yang belum mengenal ucapan itu, namun sinar mata
dan getaran jari tangan mereka mer upakan bahasa indah tak
terucapkan yang langsung me mbis iki hati masing-mas ing.
Asyik-masyuk percakapan mereka selalu, percakapan yang
tidak ada artinya, kadang-kadang seperti dua anak-anak
bergurau. Namun selalu berhatian mereka tercurah penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada diri mas ing-masing sehingga mereka tidak tahu betapa
sepasang mata yang bersinar ta jam mengintai mereka penuh
cemburu, iri hati dan marah.
Itulah sepasang mata Ki Jatoko yang tentu saja sama sekali
tidak disangka-sangka oleh sepasang muda-mudi itu. Ketika
menje lang senja hari itu mereka berdua seperti biasanya
kembali ke pondok, tubuh Ki Jatoko menyelinap di antara
gerombolan pohon dan mengikut i mereka dari jauh.
"Ayu Candra........... "
"Itu suara ayah......!"
Ayu Candra berseru kaget dan girang ketika tiba-tiba
terdengar suara panggilan itu. Ia segera lari ke arah suara
yang datangnya dari pondok. J"k" Wandiro lap i pula dl
belakang dara itu.
Alangkah kaget hati Ayu Candra ketika dalam cuaca yang
sudah remang-re mang itu ia me lihat ayahnya rebah
tertelungkup di depan pondok sa mbil merintih-rintih dan
bergerak-gerak le mah.
"Ayahhh.........!"
Ia me loncat dan berlutut, menubruk ayahnya. Dengan hati
cemas dara ini me mbalikkan tubuh ayahnya dan me mangku
kepalanya. Dapat dibayangkan betapa kaget dan ngeri hatinya
ketika melihat wajah ayahnya yang tampan itu kini
menger ikan, berubah biru kehita man, napasnya terengahengah dan warna putih bola matanya menjad i merah se kali!
"Ayah.........! Kau kenapa" Ayah ayah........ ?"" yang
terjadi" Mana ibu?"
Dara ini menjerit-jcrit dan mengguncangguncang tubuh
ayahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
J"k" Wandiro yang juga ber lutut di de kat tubuh Ki
Adibroto, menjadi terkejut sekali setelah me mer iksa tubuh
orang tua itu. "Akibat pukulan berbisa yang a mat hebat......!" katanya
lirih. Mendengar ini, Ayu Candra menangis dan mengguncangguncang tubuh ayahnya sambil me manggil-manggil.
"Ayah...........! Ayah............!!"
"Ayu, minggirlah sebentar. Biar kucoba menyadarkannya,"
bisik pula Joko Wand iro.
Kemudian ia me meriksa dada Ki Adibroto. Tepat
dugaannya, dada pendekar itu totol-totol hitam merah, dan
hawa beracun sudah menjalar naik sampa i ke muka! Dia mdia m J"k" Wandiro merasa ngeri. Pukulan ini hebat sekali dan
kalau bukan Ki Adibroto yang me miliki kesaktian, tentu sekali
terkena pukulan ini terus tewas. Kini keadaan orang tua itu
sudah tak mungkin tertolong lag i, maka J"k" Wandiro lalu
menggunakan lima buah jar i tangan kirinya mengurut kedua
pundak dan menotok tengkuk.
Seketika Ki Adibroto terbatuk-batuk, lalu bergerak-gerak
dan mengeluh. "Ayah.........!" Ayu Candra sudah menubruk dan kembali
me mangku kepala ayahnya,Ki Adibroto membuka matanya
yang merah, me mandang Ayu Candra, lalu bibirnya bergerakgerak dan terdengar ia berkata dengan bis ikan le mah.
"Ayu kau kau perg ilah kepada Ki Darmobroto di kaki
Merbabu... , dia.......dia calon mertuamu, kujodohkan engkau
dengan puteranya, Joko Seto."
"Ayah, kau kenapa" Di mana ibu.. ....... " "
Ayu Candra yang amat pucat mukanya itu bertanya. Ia
lebih mengkhawatirkan keadaan ayahnya dan gelisah karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak me lihat ibunya sehingga pesan tentang perjodohan itu
sama sekali tidak ia perdulikan.
"Ibumu........ ibumu sudah tewas.......kalau bertemu
dengan Joko Wandiro dia putera ibumu yang sulung....... kau
beritahukan....... uuuhhh-uuhhh...... "
"Ayah.........!" Ayu Candra merangkul sambil menang is.
"Beritahukan bahwa ibunya telah me ninggal dunia........ "
"Ayah, siapa pembunuh ibu" Kenapa ibu tewas?"
Katakanlah ayah........ katakanlah!"
Ayu Candra menjerit-jerit sehingga ia tidak melihat betapa
Joko Wandiro yang mendengar pesan terakhir itu menjadi
pucat wajahnya dan terbelalak matanya.
Ki Adibroto sudah payah sekali keadaannya. fa berusaha
untuk bicara banyak, namun tenaganya sudah tidak
mengijinkannya. Ia hanya ma mpu berbisik-bisik, "Jangan.....
jangan melanjutkan per musuhan.. ......
kau cari tunanganmu..... Joko Seto...... "
"Ayah, kenapa ibu tewas" Siapa yang me mbunuhnya" Dan
siapa yang melukai ayah?"
Kembali Ayu Candra mendesak-desak dengan suara parau.
Hampir ia pingsan, namun rasa penasaran membuat ia dapat
bertahan dan kemarahannya me lihat ayahnya terluka hebat
dan mendengar ibunya tewas me mbuat ia lupa diri, berteriakteriak dan mengguncang-guncang tubuh ayahnya yang
keadaannya sudah payah itu.
"Ibumu........ ibumu........ mencari anaknya. ....... Joko
Wandiro......... kau beritahu dia telah tewas........... dia itu
bukan....... bukan........ "
Agaknya Ki Adibroto dalam saat terakhir itu hendak
me mbuka rahasia bahwa Listyokumolo bukan ibu kandung
Ayu Candra, namun ia t idak kuat lag i dan putuslah napasnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayaaaahhh..........!!!"
Ayu Candra merangkul dan pingsan di atas dada ayahnya.
Joko Wandiro juga terpukul perasaannya. lapun sedang
mencari ibu kandungnya. Ia hanya tahu bahwa ibu
kandungnya itu kabarnya diculik pera mpok. Kini ia mendengar
pesan ayah Ayu Candra bahwa ibu kandungnya telah tewas,
padahal yang tewas itu adalah ibu kandung Ayu Candra pula!
Hal ini hanya berarti bahwa Ayu Candra adalah anak ibunya
pula, jadi adik tirinya! Keterangan ini baginya leb ih hebat
daripada berita kematian ibu kandungnya yang belum pernah
ia kenal. Lebih hebat daripada kematian ayahnya Ayu Candra. Lebih
hebat dari ?"" saja yang mungkin terjadi. Kenyataan ini
me mbuat hatinya serasa ditusuk keris berkarat. Ayu Candra,
dia adiknya, adik tirinya, anak kandung ibunya!
Namun Joko Wandiro pemuda ge mblengan itu dapat segera
menguasai kesadarannya kembali. Betapapun juga, dara
remaja yang sudah merebut hatinya ini bukan orang la in,
me lainkan adiknya sendiri, sekandungan, seibu. Ia akan tetap
mencintanya. Mereka tetap akan saling mencinta sebagai
kakak dan ad ik. Selain itu, oleh ayahnya, Ayu Candra sudah
dijodohkan dengan seorang pe muda Iain. Hal ini lebih ba ik
lagi. Setelah dapat menguasai hatinya yang tertusuk, baru Joko
Wandiro bergerak meno long Ayu Candra yang pingsan. Pada
saat itu, ia mendengar gerakan per lahan di bela kangnya.
Ketika ia menengok, kiranya Ki Jatoko yang datang
terhuyung-huyung dengan kedua kaki buntungnya. Joko
Wandiro sama sekali tidak tahu bahwa laki-laki buntung itu
sudah sejak tadi mengintai dan kini me lihat Ki Adibroto sudah
mati, lalu datang dan membantu Joko Wandiro mengangkat
jenazah Ki Adibroto ke dalam pondok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayu Candra yang sudah siuman kemba li itu menangis
sedih, dihibur oleh Joko Wand iro dan Ki Jatoko.
Setelah pembakaran jenazah selesai dan abunya dihanyutkan di Telaga Sarangan, Ayu Candra duduk di pinggir
telaga itu. Wajahnya pucat sekali, matanya sayu dan ia
tampak le mas karena duka dan kurang tidur. Rambutnya
kusut. Hati dan pikirannya sekusut ra mbutnya. Biar bokor
terisi abu jenazah ayahnya sudah tenggelam dan abu itu
sendiri telah menjadi satu dengan air telaga, ia masih belum
bergerak pergi dar i pinggir telaga.
Ki Jatoko dia m-dia m perg i dari telaga. Joko Wandiro
dengan hati penuh keharuan dan kedukaan berjongkok di
belakang Ayu Candra yang duduk bersimpuh di atas tanah
berumput. Hening keadaan di situ pagi har i itu. Tiada suara
burung yang agaknya ikut berkabung. Air telaga juga tenang,
tidak ada angin bersilir.
Telaga yang tua itu sudah banyak menyaksikan suka-duka
manusia, karenanya ia tenangtenang saja. Ia maklum bahwa
manusia hidup me mang selalu menjadi per ma inan suka-duka,
si kembar sakti yang selalu bercanda dan ber mainmain
dengan manusia secara bergilir. Telaga tua itu tenang-tenang
saja karena ia tidak mengenal suka-duka, karena baginya,
suka-duka itu tidak ada,t yang ada hanya kewajaran. Hal ini


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya dapat dimiliki oleh mereka yang telah menyatukan diri
dengan alam, telah menjadi sebagian daripada alam itu
sendiri. Tanpa pamrih, karenanya wajar. Karena wajar, maka
tiada suka maupun duka.
"Ayu......!"
Panggilan ini hanya merupakan bis ikan yang keluar dari
mulut Joko Wand iro, bisikan yang keluar dari hati yang
mer intih. Getaran bisikan ini a mat kuat sehingga Ayu Candra
seketika tersadar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti orang kaget ia sadar, seakan-akan diseret turun
kembali dari alam mimpi, ke alam kenyataan yang pahit. la
meno leh dan menghadapi Joko Wandiro. Sejenak mereka
saling pandang, dua pasang mata yang bersinar sayu.
"Joko......... "
"Ayu!"
Seperti digerakkan tenaga ajaib, keduanya saiing tubruk
dan saling rangkul. Ayu Candra menangis tersedu-sedu di atas
dada Joko Wandiro sehingga sebentar saja dada itu menjadi
basah. Joko Wandiro merasa seakan akan yang membasahi
dadanya itu adalah darah yang bercucuran dari jantungnya. Ia
menge lus-elus kepala gadis itu, penuh kasih sayang, kasih
sayang yang kini ia paksa dan belokkan dar i kasih sayang
seorang pria terhadap wanita, menjadi kasih sayang seorang
kakak terhadap adiknya.
Joko Wandiro merasa sangat kasih kepada adiknya ini. Ia
tahu bahwa mereka tadinya saling mencinta dan ia tahu
bahwa sampai saat ini, perasaan Ayu Candra terhadap dirinya
tetap tidak berubah. Karena Ayu Candra belum tahu s iapa
sebenarnya ia. Tidak tahu bahwa dialah Joko Wand iro, bahwa dialah
kakaknya yang kemarin disebut-sebut Ki Adibroto dalam pesan
terakhirnya. Dara ini harus diberitahu, akan tetapi ia tidak tega
untuk menghacurkan hati yang sudah parah itu, hati yang
penuh kedukaan karena sckaligus keh ilangan ayah bunda.
Dia sendiripun kehilangan ibu kandungnya, yang katanya
tewas oleh musuh. Akan tetapi kedukaan hatinya tidaklah
begitu besar karena ia belum pernah bertemu ibunya, tidak
tahu bagaimana rupa ibu kandungnya. Ia lebih berduka
karena kenyataan bahwa Ayu Candra adalah adik tirinya, satu
ibu! "Joko..........!" Ayu Candra berbisik tanpa mengangkat
mukanya yang bersembunyi di dada Joko Wandiro.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada ?"", Ayu?"
"Engkau mendengar se mua pesan ayah kemarin?"
"Aku mendengar, Ayu."
"Joko engkau tahu bahwa kini aku tidak punya siapa-siapa
lagi.... " ia terisak lalu menyambung, "....... aku sebatangkara
di dunia........ aku hanya... hanya punya.... engkau, Joko.
Katakanlah, ?"" yang harus kulakukan sekarang?"
Berdebar jantung Joko Wand iro. Bagaimana ia harus
menjawab" la mas ih t idak tega untuk me mbuka rahas ia yang
akan rnenghancurkan hati dara itu. Karena itu ia mengalihkan
kepada soal lain.
?"?" yang harus kaulakukan, Ayu" Kurasa sementara ini
tidak ada apa-apa. Aku setuju dengan pesan ayahmu bahwa
kita...... eh, kau tidak perlu mencar i musuh, tidak perlu
me mperbesar permusuhan."
Sebagai murid Ki Patih Narotama, tentu saja Joko Wandiro
sudah mendapat ge mblengan batin yang hebat sehingga ia
dapat mengatasi rasa dendam karena kematian ibunya
dibunuh orang. Ayu Candra mengangkat mukanya dari dada Joko Wandiro.
Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu ia na mpa k makin jelita
sehingga Joko Wandiro me ngerutkan kening dan terpaksa ia
menga lihkan pandang matanya.
"Hal itu harus kupertimbangkan lebih dulu, Joko. Memang
semestinya aku mentaati pesan ayah, akan tetapi bagaimana
mungkin aku dia m saja karena ayah dan ibuku terbunuh
orang" Akan kuselidiki mengapa ayah dan ibu sampai tewas di
tangan orang, dan ?"" pula sebabnya ayah meninggalkan
pesan seperti itu...... "
"Mungkin karena musuh itu luar biasa saktinya, Ayu.
Melihat luka di dada ayahmu, memang pukulan itu a mat luar
biasa, keji dan hanya dapat dilakukan orang yang sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mandraguna. Agaknya ayahmu tidak ingin engkau bermusuhan dengan orang sakt i itu, de mi keselamatan mu
sendiri." "Kalau itu sebabnya, tidak mungkin aku berd ia m diri saja!"
Ayu Candra berkata marah, mencabut sebatang rumput dan
mengigit-g igit rumput itu di antara kedua baris giginya.
"Kalau sebabnya hanya karena musuh amat sakti, aku tidak
takut. Dan aku yakin bahwa engkau akan suka membantuku.
Bukankah engkau suka me mbantuku, Joko?"
"Tentu saja, Ayu. Akan tetapi amatlah tidak baik kalau tidak
mentaati pesan terakhir ayahmu sendiri. Ada hal yang lebih
penting.... lagi "
"Hal ?"" lag i" Kalau menurut pendapatmu, aku harus
bagaimana" "
"Daripada mencari musuh yang tidak diketahui siapa dan
yang dilarang pula oleh ayah mu, lebih ba ik apabila engkau
mentaati pesan ayah mu, pergi men cari Joko Seto
tunanganmu, Ayu "
Tiba-tiba Ayu Candra meloncat bangun dan berdiri dengan
muka merah dan mata terbelalak.
"Tida k mungkin!!" Ia me mbanting-banting kaki kanannya.
Joko Wandiro juga bangkit berdiri, me mbujuk. "Mengapa
tidak mungkin, Ayu" Ayahmu sudah men inggalkan pesan yang
amat jelas. Joko Seto adalah putera Ki Darmobroto di kaki
Gunung Merbabu. Biarlah aku me mbantumu, Ayu. Kita pergi
bersama mencari rumah calon mertuamu............ "
"Joko.........!!!"
Ayu Candra menjerit,sepasang mata yang tadinya bersinar
sayu itu kini me mancarkan ap i kemarahan.
"Sekejam itu kah hatimu" Seganas itukah engkau hendak
menyiksa hatiku" Engkau hendak me mbalas karena engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah mendengar ayah menjodohkan aku dengan orang Iain"
Joko, kau tahu bahwa itu kehendak ayah, bukan kehendakku,
dan ayah tidak tahu bahwa ada engkau.."
"Ah, engkau salah mengerti, Ayu. Aku bicara dengan hati
tulus ikhlas, aku tidak menyindir, tidak ingin merusak hatimu,
Ayu, percayaiah, sebaiknya kalau aku antarkan engkau
mencari tunanganmu........!"
"Cukup!!"
Kembali Ayu Candra menje rit.
"Joko, engkau....... engkau tega mengeluarkan kata-kata
seperti itu setelah kau tahu bahwa hal itu tidak mungkin
kulakukan" Kau mas ih bicara seperti itu padahal engkau tahu
bahwa aku aku bahwa kita...... ah, Joko, tak tahukah kau
bahwa tak mungkin a ku menjadi..... isteri orang lain "
Ataukah...... kau kini hendak menga ku bahwa s ikapmu yang
lalu itu hanya palsu belaka" Engkau sengaja hendak
me mper ma inkan aku?"
Joko Wandiro mera mkan kedua matanya. Jantungnya
terasa dibetot-betot, ditusuk-tusuk. Ia masih mera mkan kedua
mata menahan keluarnya air mata ketika menjawab dengan
suara gemetar, "Ayu Candra...., adikku sayang............. ketahuilah, hal itu
tidak mungkin.......... antara kita... aku...... aku adalah Joko
Wandiro, aku......... kita kakak adik sekandung........ ibumu
adalah ibuku, berlainan...... ayah "
"Aduh Gusti!!"
Tubuh Ayu Candra menjadi limbung dan tak dapat berdiri
lagi, le mas seluruh sendi tulangnya. Ia jatuh berlutut dan
menang is, mengguguk di belakang kedua telapak tangannya.
Kenyataan yang menjadi pukulan ke dua benar-benar
mere mukkan kalbunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kematian ayah bundanya
me mbuat ia kehilangan pegangan, sebatangkara di dunia. Namun di sana mas ih ada
Joko yang telah merebut hatinya, orang yang dicintanya
sepenuh jiwa raga, yang menjadi pegangan terakhir baginya.
Kini pegangan itupun direnggut kenyataan bahwa laki-laki
yang dipuja dalam hatinya itu adalah kakak tirinya,
sekandung, dan bahwa ia harus ikut dengan laki-la ki la in,
menjad i isteri la ki-laki la in.
"Ayah ibu........ kenapa tidak me mbawaku bersa ma "
Kenapa meninggalkan aku hidup seorang diri mender ita siksa
ini........ ?" Ia merintih di antara tangisnya.
"Jagad Dewa Batara kuatkanlah batin ha mba!"
Joko Wandiro berdoa sambil menekan perasaannya,
menarik napas panjang beberapa kali.
Setelah guncangan batin itu mereda dan kedua matanya
tidak terasa panas lagi, ia me mbuka matanya. Sambil
mengge leng-geleng kepala ia
me mandang dara yang
mengguguk dalam tangisnya itu. Beberapa kali ia menggerakkan bibir, namun suara hatinya tak terucapkan.
Lalu ia mendekat dan berlutut pula, menyentuh kepala Ayu
Candra. "Ayu, adikku jangan engkau khawatir. Ada kakakmu d i sini,
aku pengganti ayah bundamu, aku akan men gantarmu
mencari J"k" Seto tunanganmu." Ia berkata dengan suara
halus menghibur.
Tiba-tiba Ayu Candra menghentikan tangisnya, menurunkan kedua tangannya dan wajah yang kini berada di
depan Joko Wandiro dan me mandangnya, adalah sebuah
wajah pucat sekali dengan sepasang mata yang telah lenyap
sinar dan semangatnya. Ayu Candra memandang sejenak, lalu
me loncat bangun sa mbil menjerit,
"Tida k! Tidak!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian ia lari meninggalkan J"k" Wandiro yang masih
berlutut di atas tanah.
Joko Wandiro me loncat pula berd iri, akan tetapi
mengurungkan niatnya mengejar. Ia menarik napas panjang,
wajahnya juga pucat dan ia malah kembali ke pinggir telaga.
Percuma menemui Ayu Candra pada saat itu, pikirnya.
Dara itu baru saja mengalami pukulan batin yang luar biasa
hebatnya. Sedangkan dia sendiri yang hanya kehilangan ibu
kandung yang belum pernah dilihatnya dan mendengar bahwa
dara yang dikasihinya itu ternyata adik sendiri, sudah merasa
betapa jantungnya serasa ditusuk-tusuk.
Apalagi Ayu Candra yang kehilangan ayah bunda yang tak
pernah berpisah semenjak kecil, yang amat dicintanya,
ditambah lagi kenyataan bahwa satusatunya orang yang
diharapkannya ternyata adalah kakak sendiri dan karena itu
terpaksa mereka akan berpisah pu la karena ia harus men ikah
dengan laki-la ki la in. Penderitaan yang berat, terutama bagi
seorang wanita yang perasaannya tentu lebih halus.
Pagi hari sa mpai sore, sehari penuh, Joko Wandiro duduk
termenung di pinggir telaga. ?"k pernah ia berkisar dari
tempat duduknya, merenungi nas ibnya yang buruk. Dalam
renungannya ini, tampa klah jelas-jelas dalam ingatannya
betapa tepat sekali wejangan gurunya.
Ki Patih Narota ma pernah me mber i wejangan kepadanya,
bahwa sekali hati men ikmati kesenangan, ma ka hati itu pun
takkan kebal terhadap kedukaan. Atau, singkatnya, siapa
men ikmati kesenangan harus siap u ntuk mender ita kedukaan.
Sebelum ia bertemu dengan Ayu Candra hatinya kosong,
batinnya tenang dan ia berada dalam kebahagiaan, karena
sesungguhnya kebahagiaan letaknya di antara susah dan
senang, letaknya di tengah-tengah di mana tiada kesenangan
Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 5 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Golok Halilintar 13

Cari Blog Ini