Ceritasilat Novel Online

Badai Laut Selatan 2

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


berkembang merah dengan dasar ungu, pinggangnya dipa ksa
agar ramping oleh balutan ikat pinggang berwarna kuning.
Kainnya amat indah buatan tanah Hindu, dan gelang e mas
menghias kedua pergelangan tangan dan kakinya.
Sebuah keris kecil terselip d i ikat pinggangnya dan sebuah
cambuk yang mengerikan,
cambuk berwarna
kuning mengkilap yang seakan-akan hidup dan mendatangkan hawa
maut yang sere m, berada di tangannya.
Inilah dia Ni Durgogini, seorang manusia yang terkenal
sebagai manusia iblis yang sakti, yang tidak diketahui berapa
usia sebenarnya namun agaknya belum ada tigapuluh tahun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik dan buas, liar dan ganas, guru Raden Wisangjiwo, ya
guru ya kekasih! .
Dengan kedua kaki ge metar Raden Wisangjiwo berlutut dan
menye mbah di depan kaki gurunya.
Wanita di depannya ini kadang-kadang jinak dan
merupakan seorang kekasih yang bernafsu jalang, me meja mkan mata dan menge luarkan suara seperti seekor
kucing manja dala m be laiannya.
Akan tetapi kalau sudah datang kemarahannya seperti
sekarang ini, ia menjadi ganas dan a mat berbahaya, karena
me mbunuh siapa saja merupa kan hal lumrah! Karena maklum
akan watak gurunya inilah maka Raden Wisangjiwo kini
berlutut dengan tubuh ge metar.
"Ampun, Dewi......."
Memang menyimpang daripada aturan biasa. Raden
Wisangjiwo menyebut gurunya "dewi", hal ini untuk me men uhi
perintah gurunya yang aneh itu. Agaknya karena sang murid
juga menjadi kekasih, maka Ni Durgogini tidak sudi disebut
guru dan minta disebut dewi!
"He mmm, kau tahu akan dosa mu?"
"Ampun, sungguh mat i saya tidak tahu mengapa datangdatang mendapat amarah Sang Dewi......."
Setengah me nyanjung Raden Wisangjiwo berkata.
"Kedatangan saya menghadap Dewi adalah untuk mohon
pertolongan karena saya telah bertanding dan melukai muridmurid Resi Bhargowo maka tanpa pertolongan Dewi, nyawa
saya dalam bahaya .. . "
"Tarrr......" Raden Wisangjiwo terkejut sekali ketika ujung
cambuk me ledak di atas kepalanya. Ia diam-dia m merasa
heran mengapa gurunya semarah ini dan agaknya tidak mainma in. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nyawamu berada dalam tanganku, bagaimana bisa
terancam orang lain" Wisangjiwo, dari mana kau selama tiga
hari ini?"
Suaranya tetap merdu dan ha lus, akan tetapi mengandung
nada yang tajam mengiris jantung.
Mampus aku, pikir Raden Wisangjiwo. Agaknya gurunya
maklum a kan perbuatannya selama tiga hari bersa ma Ni
Nogogini! "Saya....... saya bertapa di pantai selatan mencari anugerah
dewata, bertemu dengan puteri dan mantu Resi Bhar gowo
dan bertempur. Berkat ilmu pe mbe rian Dewikz yang sakti,
saya mendapat ke menangan dan......."
"Sebelum itu! Dengan siapa kau di pantai" Dan dari mana
kau mendapatkan ajian (ilmu) Tirto Rudiro dengan Kerang
Merahnya" Jawab!"
Pucat seketika wajah Raden Wisangjiwo mendengar ini.
Yakin sudah kini bahwa gurunya telah tahu kesemuanya dan
me mbohong tidak ada artinya lagi, maka dengan penuh
hormat ia menye mbah dan menjawab,
"Saya tidak akan me mbohong, Dewi. Mana saya berani
menye mbunyikan sesuatu dari Sang Dewi yang bijaksana dan
waspada" Sesungguhnya, di pantai selatan saya berjumpa
dengan yang terhormat bibi guru Ni Nogogini dan be liau
berkenan menurunkan Ilmu Tirto Rudiro kepada murid
keponakannya."
"Huh! Bibi guru yang terhormat, ya" ' Siapa tidak mengenal
nimas Nogogini" Hayo jawab, mengapa dia me nurunkan Tirto
Rudiro kepada mu" Jawab!"
"Dewi yang mulia, guru hamba yang sakti, mengapa Dewi
bertanya demikian " Bukankah Ni Nogogini adalah bibi guru
saya" Apa salahnya seorang bibi guru menurunkan ilmunya
kepada seorang murid kepona kannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cihhh!" Durgogini me ludah me lalui lidah dan giginya yang
putih dengan Sikap menghina.
"Tak mungkin dia mengajar ilmu kepadamu tanpa upah!
Hayo katakan apa upahnya" Tentu dia mengajak engkau
bermain gila, bukan?"
"Tida k.......! Tidak, Dewi! Masa beliau mau merendahkan
diri untuk ber main-ma in dengan murid kepona kannya......."
"Ahhh! Jadi kalau seorang bibi guru atau seorang guru
bermain-main dengan muridnya kauanggap rendah, ya?"
"Eh....... ohhh, bukan begitu maksud saya ....... eh, sama
sekali tidak, Dewi Andaikata bibi guru mengajak saya bermainma in,sayapun tidak akan sudi.Dia ....... eh, dia sudah tua, dan
gandanya (baunya) ....... amis!"
"Hi-hi-hi-hikk! Tentu saja amis karena selalu bermain-ma in
dengan ikan-ikan di laut. Menjijikkan! Wisangjiwo, kau benarbenar tidak berj ina dengannya?"
'Tida k, Dewi, sungguh mati......."
"Berani bersu mpah?"
"Berani!"
Ni Durgogini menggerakkan ca mbuk Sarpokenoko yang
me lecut-lecut di udara dan terdengar ledakan-ledakan seperti
petir menyambar.
"Bangunlah!"
Lapang sudah dada Raden Wisangjiwo, akan tetapi ia
masih ce mas menyaksikan ca mbuk itu me lecut-lecut. Ia
bangkit berd iri dan me masang senyum se manis-man isnya
agar wajahnya yang tampan itu kelihatan makin bagus.
"Syukur dan terima kasih bahwa Dewi kztidak marah lag i.
Lemah lunglai seluruh tub uh saya kalau Dewi marahmarah......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keluarkan kerang e mas mu dan kau serang a ku dengan
Tirto Rudiro!"
Kembali Raden Wisangjiwo terkejut.
"Eh ....... ini ..... ini ..... saya tidak berani ... "
"Kau berani rnenbantah" Hemirt kalau t idak lekas-lekas
kaulakukar perintahku, pecah kepalamu oleh Sarpo kenoko!"
"Saya ..... mana berani me mbantah " Hanya ..... ah,
mengapa Dewi agaknya tidak mau menga mpuni saya" Kalau
me mang Dewi kehendaki, akan saya buang saja kerang e mas
ini ......."
"Uhhh, bocah tolol. Aku hanya hendak melihat bagaimana
hebatnya Tirto Rudiro dari nini Nogogini, dan sekalian
me mper lihatkan kepadamu, me mbuka
matamu bahwa percuma saja kau me mpelajari ilmu orang la in sedangkan
gurumu sendiri meru pakan gudang ilmu, hanya engkau yang
kurang berbakat dan ma las. Hayo serang!"
Mendengar ucapan ini, lega hati Raden W isangjiwo. Ia
menga mbil kerang e mas, menggenggam di tangan kanannya,
lalu maju me nyerang gurunya dengan pukulan Tirto Rudiro
sambil berkata,
"Maafkan saya!"
"Wuuuutttt...... dessss......!!"
Pukulan a mpuh meluncur disa mbut telapak tangan halus
lunak. Akibatnya, tubuh Raden Wisangjiwo terlempar ke
belakang, terjengkang dan
bergulingan. Pe muda ini merangkak bangun, matanya berkunang, kepalanya pening
sehingga ia harus me nggoyang-goyang kepalanya sejenak,
baru peningnya hilang.
"He mmm, kau me mandang rendah gurumu, ya" Mengapa
tidak me mpergunakan se mua tenagamu" Hayo serang lagi,
dengan tenaga penuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tidak berani, mana saya akan kuat menerima tangan
Ampak-ampa k Dewi yang ampuhnya menggila tanpa tanding?"
kata Raden Wisangjiwo.
Pemuda ini maklum bahwa ilmu pukulan tela pak tangan
gurunya yang bernama Aji A mpak-ampa k a matlah berbahaya,
salah-salah ia a kan ma mpus konyol. Aji A mpak-ampak
berhawa dingin, seperti ampak-ampak, yaitu halimun tebal
yang dingin sekali, me mbekukan segala yang basah, sehingga
sekali digunakan untuk me mukul lawan, lawan itu akan mati
seketika dengan darah me mbeku.
Ilmu ini adalah ilmu keturunan dari perguruan Ni Durgogini
dan Ni Nogogini, merupa kan ilmu rahasia yang jarang
dikeluarkan kalau tida k perlu sekali.
"Heh-heh, kaukira aku tadi me mper gunakan Ampakampak" Tolol, kalau aku pergunakan ajian itu, kau sudah
ma mpus sekarang. Jangan takut, hayo pukul lagi dua kali,
sekali a kan kubuktikan bahwa tanpa menang kis a ku akan
sanggup meme cahkan Tirto Rudiro dan me mbuat kau tak
berdaya, kedua kalinya akan kuterima pukulanmu Tirto Rudiro,
dengan tubuhku!"
Hati Raden Wisangjiwo tertarik. Memang gurunya a mat
sakti dan ia hanya baru mewarisi sed ikit bagian saja. Dengan
kesempatan ini ia mengharapkan petunjuk dan pena mbahan
ilmu. "Baiklah, Dewi. Harap suka menaruh kasihan kepada saya."
Setelah berkata demikian, ia mengerahkan seluruh tenaga,
menggenggam Kerang Merah seeratnya lalu ia menerjang
maju mengirim pukulan dengan jurus Tirto Rudiro.
Jurus ini ia pe lajari hanya dalam waktu tiga hari karena
me mang hanya terdiri dari se mbilan gerakan yang berubahubah, karena keampuhannya bukan terletak kepada gerak
ketangkasan, melainkan kepada tenaga mujijat dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perbawanya yang ampuh sehingga sukar dielakkan atau
ditangkis oleh lawan yang kurang kuat tenaga dalamnya.
Kepalan tangan kanannya menyambar dahsyat ke arah
leher gurunya, mengeluarkan angin pukulan bersiutan.
"Wuuuuuttt!" Ni Durgogini miringkan tubuhnya, cambuk
Sarpokenoko berkelebat tanpa suara dan dari samping
menganca m pergelangan tangan kanan dengan ujungnya.
Raden Wisangjiwo terkejut, cepat menar ik tangan
kanannya menyusul de ngan jurus pukulan gertakan dengan
tangan kiri mengarah la mbung, akan tetapi sesungguhnya
yang menyerang adalah kepalan kanannya yang melanjutkan
penyerangan gerakan ke dua, kini menghantam muka.
Ketika dielakkan gurunya, dengan gerakan siku me mutar,
pukulan itu me nerjang lag i dar i atas menghanta m dada.
"Ciuuuuutttl" Ca mbuk Sarpo kenoko menya mbar dan tahutahu melibat pangkal lengan, terus melibat ke kawah sa mpai
kemata kaki dan sekali me mbe tot, tubuh Wisangjiwo
terlempar lag i untuk kedua kalinya, jatuh terbanting dan
bergulingan. Kini ia merangkak bangun sa mbil menge luh, duduk dengan
kedua mata menjuling karena pandang matanya berkunangkunang, bumi serasa berputaran dan kepalanya berdenyutdenyut seperti dijadikan tambur, dipukuli dar i sebelah dalam.
Ia menggoyang-goyang kepalanya akan tetapi matanya
tetap juling, baru setelah ia menumbuk dahinya, kedua biji
matanya menjad i betul kembali letaknya, namun telinganya
mendengar suara terngiang-ngiang di se la suara ketawa
gurunya bercekikikan.
"Waduhhhh......, ampun, Dewi ......" keluhnya.
"Hayo bangun! Pengecut, kau tak patut menjadi murid Ni
Durgogini kalau tidak cepat bangkit kemba li. Hayo serang lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kali ini a ku tidak akan menang kis, tidak akan menge lak,
tidak akan menggunakan ca mbuk Sarpokenoko! "
0odwo0 Jilid 3 MENDENGAR tantangan ini. Raden Wisangjiwo bangkit,
kepalanya masih terayun-ayun ke kanan kiri, akan tetapi
kepeningannya lenyap karena ia tadi memang hanya
terbanting biasa saja dan mengalami babak-bundas (lecetlecet dan matang biru, la melihat gurunya berdiri dengan dada
dibusungkan, kedua tangan bertolak pinggang, cantik dan
menantang. Menerima pukulan Tirto Rudiro dengan tubuh tanpa
menang kis atau mengelak" Mana mungkin" Raden Wisangjiwo
ragu-ragu. Bagaimana kalau gurunya terluka atau mati oleh
pukulannya ini"
"Hayo pukul! Pukul sekuat tenaga dengan Tirto Rudiro.
Awas, kalau kau me mukul t idak sepenuh tenaga, aku akan
me mbunuhmu karena menganggap kau me mandang rendah
kepandaian gurumu. Hayo pukul!"
Raden Wisangjiwo melangkah maju, mengerahkan tenaga,
namun ia merasa bimbang ragu.
Bagaimana ia tega me mukul wanita yang begini cant ik
dengan sepenuh tenaga" Dia ini gurunya, akan tetapi juga
kekasihnya. Wanita inilah yang mengge mblengnya menjadi
seorang jagoan, jago berkelahi dan jago dalam as mara. Ia
tahu bahwa gurunya ini a mat cinta kepadanya, buktinya ia
telah mene rima pelajaran Ilmu Asmoro Kingkin, Ilmu Ca mbuk
Sarpokenoko, ilmu pukulan tangan kosong yang hebat-hebat.


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi, kalau ia tidak me mukul sekuat tenaga, tentu
gurunya itu akan me mbunuhnya. Hal itu mungkin saja karena
me mang gurunya berwatak aneh sekali. Setelah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengumpulkan tenaganya, Raden Wisangjiwo berseru keras
dan me mukul dengan Aji Tirto Rudiro.
Akan tetapi ia tidak mau me mukul tempat berbahaya,
padahal kalau ia me mukul la mbung atau pusar, apalagi ia mau
me mukul dada tempat paling le mah dari wanita, tentu.ikan
lebih hebat akibatnya. Ia memang menggunakan seluruh
tenaganya, akan tetapi ia me milih te mpat yang tidak begitu
berbahaya, yaitu di pundak, pangkal lengan kiri gurunya.
"Syuuuuutttt....... wesssssss...! "
Alangkah kaget hati Raden Wisangjiwo ketika kepalan
tangannya melesak ke dalam kulit daging bahu gurunya,
seakan-akan tersedot dan tak dapat ditarik kembalil Dan dari
kepalan tangannya itu terdengar bunyi "ssssssssss" seperti api
bertemu air, per lahan kepalar tangannya terasa panas
terbakar. "Aduh..... aduhh......, ampun Dewi..... ampun.....!" Ia
menjer it-jerit kesakitan.
"Hi-hi-hi-hik! Apa sih hebatnya Tirto Rudiro?" Ni Durgogini
me me kik keras dan untuk ketiga kalinya tubuh Raden
Wisangjiwo terlempar, kini a mat keras dan ia roboh menabrak
pohon, lalu rebah dengan leher miring dan mata mendelik,
lidahnya terjulur keluar, tak dapat berkutik setengah pingsan!
Sambil tertawa cekikikan Ni Durgogini melompat ke depan
mende kati Raden Wisangjiwo, dengan jari tangan kirinya ia
mengurut pundak dan leher. Pe muda itu me ngeluh dan sadar
kembali. "He mm, Lasmini, kau ma kin liar dan masih suka
me mper ma inkan orang!"
Ni Durgogini kaget seperti disa mbar petir mendengar suara
ini dan tubuhnya cepat bergerak me mba lik, ca mbuk
Sarpokenoko digenggam erat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga Raden Wisangjiwo sudah bangkit berdiri, me mandang
laki-laki yang entah dari mana datangnya tahu-tahu sudah
berdiri di situ. Laki-laki ini berusia empatpu luhan tahun lebih,
tubuhnya tinggi tegap, wajahnya tampan berwibawa.
Kepalanya yang berambut nyambel wijen (banyak uban) itu
tertutup kain kepala yang ujungnya berdiri mer uncing di
sebelah belakang.
Biarpun ia bertelanjang kaki, na mun pakaiannya dan
sikapnya me mbayangkan keagungan seorang bangsawan.
Yang amat menarik adalah pancaran pandang matanya yang
penuh tenaga batin, tenang lembut dan dalam seperti
permukaan air telaga yang dala m.
Raden Wisangjiwo tidak me ngenal orang ini, akan tetapi Ni
Durgogini kelihatan makin kaget ketika ia melihat siapa
orangnya yang mengeluarkan ucapan tadi. Sesaat wajahnya
yang cantik itu menjad i pucat, matanya terbelalak memandang la ki-laki itu tanpa berkedip dan mulutnya bergerakgerak tanpa dapat menge luarkan s uara.
"Las mini, kau kaget melihatku?" la ki-laki itu menegur
sambil tersenyum, kumisnya yang tipis bergerak mena mbah
ketampanan wajahnya.
"Kau....... rakanda....... Narotama.....! Mau..... mau apakah
kau datang ke Girilimut (Bukit Halimun) ini.....?"
Narotama tersenyum lebar.
"Tida k ada urusan denganmu, nimas, sama sekali tidak
ada, hanya kebetulan saja. Bahkan aku sama sekali tidak
mengira bahwa Ni Durgogini yang tersohor adalah engkau!
Kalau begitu, Ni Nogogini adalah si Mandari. Ah, siapa
sangka.......! Kebetulan saja aku datang ke sini, terus terang
hendak mencari Ni Durgogini karena ada sesuatu hendak
kutanyakan, tidak tahunya Ni Durgogini adalah engkau dan
aku melihat engkau me mpermainkan orang muda ini. Apa
dosanya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya lega hati Ni Durgogini me ndengar ucapan itu. Ia
tersenyum manja dan genit, lalu berkata,
"Siapa main-ma in dengan dia" Dia sedang kuber i latihan
ilmu, dia ini muridku. Raden Wisangjiwo putera Adipati
Joyowiseso. "
Narotama mengangguk-angguk.
"He mm, putera adipati di Selopenangkep" Putera adipati
seyogianya menjadi perajurit, dan untuk menjadi seorang
ksatria utama bukan di s ini tempat perguruannya. Lasmini,
apa sih kebisaanmu ma ka engkau berani menjadi guru putera
seorang adipati?"
Raden Wisangjiwo mendongkol sekali mendengar ini dan ia
terheran-heran melihat gurunya yang biasanya galak itu kini
seakan-akan mati kutunya berhadapan dengan orang asing
ini. Ia tahu de ngan pasti bahwa kalau orang lain yang
mengucapkan kalimat itu, tentu sekali bergerak gurunya akan
me mbunuh orang itu yang dianggap men ghina.
Akan tetapi aneh bin ajaib, terhadap orang ini gurunya
hanya tersenyum-senyum malu dan tidak dapat menjawab.
Rasa terheran-heran ini me mbuat Raden Wisangjiwo menjadi
penasaran, maka ia me langkah maju ke depan orang itu dan
menghardik, "Paman! Siapapun adanya engkau ini, tidak sepatutnya kau
menge luarkan kata-kata me mandang rendah guruku. Mungkin
kau sahabat baik guruku maka guruku bersabar mendengar
penghinaan mu, akan tetapi aku sebagai muridnya tidak dapat
me mbiarkan kekurangajaranmu. Kau hendak me lihat pelajaran
apa yang diberikan guruku kepadaku" Nah, apakah kau mau
bukti dengan mengadu kerasnya tulang tebalnya kulit
me lawanku" Kalau tidak berani, kau harus menarik kemba li
ucapanmu yang menghina tadi!"
"Uwah, boleh juga muridmu, nimas! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kaukira aku suka menga mbil murid orang yang tiada
gunanya?" "Na ma mu Raden Wisangjiwo, orang muda" Keberanian mu
cukup, semangat dan kesetiaanmu lumayan, sayang kau
terlalu mengha mbur tenaga dan hawa murni yang seharusnya
dihimpun. Boleh,boleh..... mari kita ma in-main sebentar. Dan
kau boleh menggunakan ca mbukmu itu. Mari!"
Sedetik wajah Raden Wisangjiwo menjad i merah sekali.
Ucapan ini menusuk jantungnya karena me mang tepat. Iapun
maklum bahwa ia telah menyia-nyia kan waktu dan me mbuang
tenaga dan hawa murni yang seharusnya ia himpun dengan
perbuatannya yang tak dapat ia cegah, yaitu menjadi barang
permainan gurunya sendiri, bahkan akhir-akhir ini bibi
gurunyapun me mper mainkannya.
Ia telah terombang-ambing dalam per mainan nafsu berahi
yang merupakan pantangan bagi seorang pengejar ilmu
kesaktian. Hubungan yang wajar dan bersih daripada nafsu
kotor dengan isterinya ma lah jarang terjadi karena ia lebih
senang berada di tempat
gurunya dan inilah yang
merupakan racun yang me mabo kkan seperti madat.
Karena merasa jengah dan
ma lu, ia menjad i marah.
"Kau so mbong, orang tua.
Biarlah aku men coba mu dengan pukulan tangan tanpa
senjata. Siap dan sambutlah
ini!" Raden Wisangjiwo lalu
menerjang maju, gerakannya
sigap dan pukulannya mendatangkan angin menderu. Pe muda ini tidak hanya hendak mende monstrasikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehebatan ilmu gurunya, juga hatinya panas dan ia ingin
me mber i hajaran kepada orang yang berani bersikap kurang
ajar terhadap Ni Durgogini.
Sama sekali ia tidak pernah mimpi bahwa yang ia hadapi ini
adalah Narotama yang kini telah menjadi pepatih dalam di
Mataram berjuluk Rakyana Patih Kanuruhan, sahabat baik
Sang Prabu Airlangga dan kesaktiannya dalam olah jurit
hanyalah di bawah sang prabu send iri! Tentu saja ia tidak
tahu karena nama Narota ma tidak begitu terkenal, yang
terkenal adalah Rakyana Patih Kanuruhan, maka ketika
gurunya menyebut na ma Narota ma, ia sama se kali tidak tahu
bahwa yang dilawannya adalah patih yang sakti mandraguna
itu. Andaikata ia tahu, sebagai putera Adipati Selopenangkep
dan berarti orang sebawahan patih ini, sudah tentu sampai
matipun ia tidak akan berani me lawan!.
"Bagus!" seru Narotama sa mbil tersenyum.
Ia mengenal gerakan pe muda ini karena ilmu ketangkasan
tangan kosong ini adalah pecahan yang dikembangkan dari
ilmunya sendiri, yaitu ilmu silat Kukiko Sakti (Burung Sakti)
yang pernah dahulu ia ajarkan kepada Lasmini. Ia menanti
sampai pukulan itu datang dekat, lalu menggeser kaki ke kiri
dan tangan kanannya ia gerakkan menang kis dengan tibatiba. "Dukkkk!!"
Perlahan saja tangkisan itu, na mun akibatnya tubuh Raden
Wisangjiwo terhuyung-huyung ke be lakang. Pemuda Ini kaget
dan lenyaplah perasaan hatinya yang tadi me mandang rendah
lawan tua ini. Ia me lompat maju lagi dengan serangan yang
lebih hebat, tubuhnya masih dalam lompatan, masih menyambar satu meter di atas tanah, tangan kanannya dibuka
mencengkeram mata, tangan kiri disodokkan menghantam ulu
hati sedangkan dengan gerakan cepat kaki kanannya
menyusul dengan tendangan ke arah bawah pusar!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hebat sekali serangan ini, serangan maut karena berturutturut kedua tangan dan sebuah kaki telah menyerang hebat
dan satu saja di antaranya mengenai sasaran tentu akan
me mbuat lawan terjungkal dengan luka parah atau mati!
"Ganas..... ganas.....!"
Narotama ber seru, diam-dia m kagum juga karena ternyata
pemuda ini me miliki bakat yang baik, sayangnya terbimbing
oleh seorang yang berwatak ganas sehingga ilmu silatnya juga
menjad i ganas sifatnya.
Kembali ia berdiri dia m saja menanti sampai serangan
bertubi-tubi itu tiba dekat, tiba-tiba kedua tangannya bergeraki Terdengar suara
"Plak-plak-plak!"
Tiga kali dan semua serangan itu dapat ia tangkis, akan
tetapi kali ini tubuh Raden Wisangjiwo terlempar sampai tiga
meter jauhnya dan roboh berdebuk di atas tanah hingga debu
mengepul dar i bawah pantatnya.
Raden Wisangjiwo meringis kesakitan, akan tetapi ia
menjad i amat penasaran. Darah mudanya bergolak. Dia,
murid terkasih Ni Durgogini yang ditakuti orang, masa
sekarang menghadapi seorang lawan tua yang tidak ternama
harus menelan kekalahan de mikian mudahnya".
"Jangan tertawa dulu, orang tua. Lihat seranganku!"
bentaknya dan kini dia m-dia m ia telah menggengga m Kerang
Merahnya di tangan kanan, lalu menerjang maju dengan
dahsyat. Pukulannya mengandung Aj i Tirto Rudiro yang
ampuhnya menggila.
Namun dengan senyum dikulum Narotama menghadapi
pukulan ini dengan dada me mbusung dan mulut berkata,
"Eh-eh, Lasmini, pukulan iblis apa yang kau ajarkan kepada
muridmu ini" Biar kucoba menerimanya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pukulan tiba, ke arah pusar Narotama. Patih yang sakti ini
lalu menekuk lututnya, tidak berani sembrono menerima
pukulan sedahsyat itu dengan pusar, maka ia me masang
dadanya men jadi sasaran.
"Dessss.......!!!"
Hebat sekali pukulan itu, tubuh Narotama sa mpai
tergoyang-goyang seperti pohon beringin terlanda angin. Akan
tetapi tubuh Raden Wisangjiwo mencelat seperti daun kering
tertiup angin, jatuh terbanting dan bergulingan.
Ia hanya ma mpu merang kak bangun dan tahu-tahu
gurunya sudah berada di sa mpingnya. Cekatan sekali Ni
Durgogini menekan punggung muridnya dan mengurut lengan
kanannya di bawah pangkal de kat ketiak. Seketika Raden
Wisangjiwo segar ke mbali.
"Pukulan keji!" kata Narota ma. "Orang muda, leb ih ba ik kau
me mpergunakan ca mbukmu. Bukankah kau telah menerima
pelajaran Ilmu Cambuk Sarpokenoko yang hebat itu?"
Raden Wisangjiwo meragu. Kini yakinlah hatinya bahwa
lawannya adalah seorang sakti. Akan tetapi Ni Durgogini
tertawa genit. "Rakanda, kau benar-benar tidak mau men galah terhadap
orang muda. Mana dia ma mpu menan dingi tenaga mu" Eh,
Wisangjiwo, jangan malu-ma lu menghadapi orang pandai.
Saat ini adalah saat baik bagimu, dapat menambah
pengalaman. Hayo serang lagi dia, kau gunakan ca mbukku
ini." Ni Durgogini menyerahkan cambuknya, Sarpokenoko yang
ia pergunakan untuk menciptakan Ilmu Cambuk Sarpokenoko
yang sangat dahsyat.
Dia m-dia m wanita ini merasa penasaran bahwa muridnya
dapat dikalahkan secara demikian mudah. Biarpun ia cukup
maklum bahwa Narotama a mat sakti, apa lagi muridnya, dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiripun takkan ma mpu menang kan, akan tetapi sebagai


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang guru ia merasa penasaran tak dapat mema merkan
kepandaian muridnya.
Ia cukup mengerti bahwa dalam hal ilmu silat tangan
kosong tentu saja muridnya tidak a kan ber hasil seujung
rambutpun, karena semua ilmu silat tangan kosong yang ia
miliki sebenarnya bersu mber dari ajaran Narotama.
Benar bahwa ilmu pukulan Tirto Rudiro yang dimiliki
Wisangjiwo tidak dikenal Narotama, akan tetapi muridnya itu
belum terlatih betul, tenaganya dalam ilmu itu masih le mah,
maka tentu saja tidak akan ada gunanya.
Berbeda dengan ilmu ca mbuknya. Ilmu ini adalah
ciptaannya sendiri dan biarpun ia percaya bahwa Narotama
tentu akan dapat mengatasinya, namun sedikit banyak
Narotama akan berhadapan dengan ilmu yang asing dan tentu
tidak akan dapat secara mudah saja mengalahkannya.
Dengan hati geram Raden Wisangjiwo mener ima cambuk
dari tangan gurunya. Ia cukup percaya akan keampuhan
cambuk gurunya. Pernah ia melihat betapa dalam segebrakan
saja cambuk di tangan gurunya ini mencabut nyawa lima
orang bajak sungai yang berani mati menentang gurunya,
padahal lima orang bajak Sungai Progo itu bukan lah lawan
yang empuk, me lainkan orang-orang digdaya pula. Begitu ia
mence kal gagang ca mbuk, rasanya ia bertambah se mangat
dan dengan langkah gagah ia mengha mpiri lawan, ca mbuk
Sarpokenoko diayun-ayun.
"Tar-tar-tar-tar-tar!!" Cambuk itu me lecut ke udara dan
suara ledakannya nyaring sekali.
"Wah-wah, hebat benar cambuk Sar pokenoko!"
Orang tua itu me muji a kan tetapi sikapnya tenang-tenang
saja. Ia tahu akan keampuhan ca mbuk yang terbuat daripada
kulit ular itu, ma klum bahwa ca mbuk ini men gandung racun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berbahaya, jangankan terkena lecutan, baru terkena
hawanya saja cukup dapat merobohkan orang.
Dita mbah lagi dengan perma inan Ilmu Cambuk Sarpokenoko, benar-benar amat ampuh dan tepat sekali
dengan na manya. Sarpokenoko berarti Kuku Ular, dan adalah
nama adik Sang Prabu Dosomuko dalam cer itera pewayangan
Ramayana, adik pere mpuan yang me mpunyai aji pada
kukunya, yang sakti mandraguna dan ganas liar seperti iblis.
"Paman, lihat serangankul" Raden Wisangjiwo berseru.
Pemuda ini cukup cerdik. Ia maklum bahwa orang tua yang
tak dikenalnya ini adalah seorang kenalan gurunya, seorang
yang sakti dan karenanya ia mulai bersikap lunak dan hormat,
menyebutnya paman dan me mberitahukan dulu sebelum
menyerang. Hal ini tentu saja ia lakukan karena ia merasa
ragu-ragu apakah ia akan dapat menang, biarpun ia
bersenjatakan cambuk Sarpo kenoko sedangkan lawannya
bertangan kosong.
"Siuuuuttt..... blarrrrr!"
Batu karang sebesar kepala kerbau hancur men jadi tepung
ketika ca mbuk itu menya mbar dan tahu-tahu tubuh Narotama
lenyap dan sebagai gantinya, batu itu yang tadi berada di
bawahnya menjadi korban hantaman ca mbuk.
Raden Wisangjiwo cepat me mba likkan tubuh. Entah
bagaimana gerakan orang tua itu ia tidak me lihat, akan tetapi
tadi tahu-tahu lenyap dan kini sudah berada di belakangnya,
tenang-tenang saja berdiri menanti datangnya serangan.
Kembali Raden Wisangjiwo menyerang, kini menggunakan
gerakan me mutar ca mbuk me mbentuk lingkaran-lingkaran di
sekitar tubuh lawan, menghadang jalan keluar. Dari dalam
lingkaran itu, ujung cambuk baru me matuk seperti paruh
burung elang, mengarah bagian berbahaya seperti mata,
leher, ulu hati, la mbung, pusar dan sebagainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hebat.......!"
Narotama kemba li me muji dan ia benar-benar kagum.
Memang tak boleh dibuat permainan ilmu ca mbuk ini, terpaksa
ia lalu mengeluarkan ajiannya, tiba-tiba tubuhnya berkele bat
seperti terbang atau seperti bayang-bayang saja yang
mengikut i gerakan ca mbuk, menyelinap di antara sinar
cambuk dan anehnya, gerakannya ini mengeluarkan bunyi
mengaung perlahan t iada hentinya.
Inilah ilmu silat tangan kosong Bra moro Seto (Lebah Putih)
yang merupakan sebuah di antara raja ilmu silat tangan
kosong. Sampai ber kunang kedua mata Raden Wisangjiwo
mencari-cari lawannya dan mengikuti gerakan bayangan yang
berkelebat itu, bayangan putih yang tak tentu ujudnya, tak
tentu ke mana pindahnya.
Tubuhnya sudah lelah sekali karena ia telah mainkan
semua jurus Ilmu Cambuk Sarpokenoko untuk menghantam
bayangan itu, namun sia-sia, semua serangannya hanya
mengenai angin belaka, sedangkan suara mengaung-ngaung
seperti lebah besar beterbangan di sekitar kepalanya
me mbuat ia menjad i pan ik dan pening.
Apalagi karena lawan nya itu bergerak-gerak bukan hanya
untuk menge lak, me lainkan me mba las dengan tamparantamjparan yang menda tangkan hawa panas, me mbuat Raden
Wisangjiwo bingung menge lak ke sana ke mari, menya mbarkan ca mbuknya ke kanan kiri, dan masih untung
baginya bahwa lawannya tidak mau me mukulnya, melainkan
me mbikin bingung saja. Kalau me mang lawan berniat buruk,
sudah tadi-tadi ia kena pukuli
"Cukup, Wisangjiwo, lekas me mberi hormat kepada gusti
patih!" seru Ni Durgogini dan tahu-tahu ca mbuk di tangan
pemuda itu sudah tera mpas oleh gurunya. Narotama berhenti
dan berdiri dengan wajah biasa, tenang dan tertawa ramah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gusti.. ..... gusti patih.......?" Wisangjiwo kebingungan,
me mandang gurunya dan orang tua itu berganti-ganti.
Ni Durgogini tertawa genit cekikikan.
"Anak bodoh, apakah kau tidak tahu bahwa rakanda
Narotama adalah Gusti Rakyana Patih Kanuruhan, Patih Dalam
Mataram yang terkenal sakti ma ndraguna?"
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Raden Wisangjiwo
mendengar ini. Matanya terbelalak, mukanya pucat dan cepat
sekali ia menjatuhkan diri berlutut sembah di depan Narotama
sambil berkata,
"Mohon beribu a mpun, gusti patih. Karena hamba tidak
tahu maka ha mba telah berani bersikap kurang ajar dan tidak
sopan di hadapan paduka."
"Tida k mengapa, orang muda. Andaikata engkau tahu
sekalipun, tetap aku ingin menyaksikan kemajuan murid Ni
Durgogini. Kepandaian mu lumayan, hanya kurang matang,
dan....... dan ganas."
"Rakanda Narotama, kebetulan sekali kau datang. Aku
minta kepadamu, demi mengingat hubungan antara kita
dahulu, berilah bimbingan kepada muridku ini. Dia putera
Adipati Selopenangkep, sudah sepatutnya ia mengha mba di
kerajaan dan kurasa kepandaiannya cukup me me nuhi syarat.
Kuharap kau suka menerimanya dan me mberinya kedudukan
di kota raja."
Narotama mengelus-elus jenggotnya. Di dalam hatinya, ia
kurang cocok dengan pemuda ini karena ilmu-ilmunya amat
ganas, tak pantas menjadi ilmu pegangan ksatria.
Akan tetapi untuk menolak, iapun merasa tidak enak
kepada Nl Durgogini atau Lasmini. Lasmini yang dahulunya
seorang puteri jelita kini telah berubah menjadi wanita iblis
yang terkenal dengan nama Ni Durgogini, perubahan ini
sebagian adalah dia yang menyebabkannya, maka dia m-dia m
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia menaruh hati iba kepada Lasmini, bekas selirnya ini. Ya,
Lasmini dahulu adalah se lirnya, selir yang tercinta, karena di
antara para selirnya, Lasmini adalah selir yang paling tangkas
dan pandai olah keperajuritan, seperti Srikandi, me miliki bakat
yang amat baik sehingga dalam cinta kasihnya, Narotama
telah menurunkan banyak ilmu kesaktian kepada selirnya itu.
Akan tetapi, sayang sekali, Lasmini selain me miliki dasar
ketangkasan, juga me miliki dasar yang tidak ba ik dan cabul.
Terpaksa Narotama mengusirnya ketika selir itu terdapat
me lakukan hubungan gelap, berjina dengan seorang pangeran
me lalui perantaraan ki juru ta man. Karena peristiwa
me ma lukan ini menyangkut diri seorang pangeran, dengan
bijaksana Narotama tidak men imbulkan heboh, hanya secara
dia m-dia m ia mengusir Lasmini. Tadinya ia me ngira bahwa
pangeran itu tentu akan menolong Las mini dan menga mbilnya
sebagai selir, siapa tahu, Lasmini tersia-sia agaknya dan
ternyata telah berubah menjadi wanita iblis berjuluk Ni
Durgogini. Setelah pertemuan ini barulah Narota ma dapat menduga
bahwa saudara Ni Durgogini yang sama terkenalnya, yaitu Ni
Nogogini, tentulah si cantik Mandan pula, adik Lasmini yang
pernah diselir Sang Prabu Airlangga sendiri, akan tetapi sudah
lebih dahulu diusir karena sang prabu tidak suka akan
perangai Mandari yang liar.
"Wisangjiwo, apakah kau setuju dengan usul gurumu itu"
Inginkan kau menjadi ksatria di kota raja?"
Sebetulnya tidak pernah gurunya mengajaknya bicara
tentang hal ini, akan tetapi siapa orangnya tidak ingin menjadi
ksatria" Dan siapa pula tidak ingin me mperoleh kesempatan
mencari kemuliaan" Selain itu, ia
merasa terancam
keselamatannya setelah pertempurannya di Guha Siluman dan
me lukai anak dan ma ntu Resi Bhargowo, ma ka kiranya hanya
di kota raja sajalah te mpat yang a man baginya. Juga, di kota
raja ia tahu banyak terdapat orang-orang sakti sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mudah pula untuk me mperda la m ilmu-ilmunya sehingga ia
kelak t idak takut me nghadapi anca man dari ma napun juga
datangnya.. Maka sa mbil berlutut dan menye mbah iapun menjawab
tegas, "Ha mba setuju dan hanya mengandalkan kemurahan hati
dan kebijaksanaan paduka, gusti patih."
Narotama atau Rakyana Patih Kanuruhan mencabut keluar
sebatang keris kecil berbentuk lurus yang disebut keris
Kolomisani, me mberikan keris itu kepada Wisangjiwo dan
berkata, "Baiklah, kau boleh berangkat sekarang juga, bawa keris ini
ke kepatihan, serahkan kepada kepala pengawal istana yang
selanjutnya akan me mberi petunjuk kepada mu."
Wisangjiwo mener ima keris kecil itu, bersembah menghaturkan terima kasih, kemudian dengan hati girang ia
minta diri, berpa mit kepada gurunya untuk langsung pergi ke
Mataram. Ia tidak peduli akan pandangan kecewa gurunya karena
sesungguhnya, Ni Durgogini tidak me ngira bahwa muridnya
yang terkasih itu akan berangkat sekarang juga! Ia tentu akan
kehilangan dan kesepian, akan tetapi ia tidak tahu bahwa
Wisangjiwo me mang sengaja ingin le kas-lekas pergi agar
jangan sampai terganggu oleh gurunya sendiri, karena ia
harus mentaati pesan bibi gurunya untuk berlatih dengan
tekun dan dengan pantangan mendekati wanita dan makan
barang berjiwa.
Inilah kesempatan amat baik baginya, karena kalau tidak
segera ia pergi, ia tak mungkin dapat mengharapkan
kesempurnaan dalam me latih Ilmu Tirto Rudiro apabila ia
berdekatan dengan Ni Durgogini!.
Setelah pemuda itu pergi jauh, Narotama berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ni Lasmini, telah kukatakan tadi bahwa kedatanganku ke
sini adalah kebetulan, karena aku sedang mencari Durgogini
dan sama sekali tidak mengira akan berte mu denganmu di
sini." Durgogini mencibirkan bibirnya yang masih merah
semringah, namun sepasang matanya kehilangan gairah
cintanya yang dahulu terhadap patih ini. Sepuluh tahun lebih
telah lalu dan kini sang patih bukan lagi seorang pria muda
perkasa yang tampan gagah, me lainkan seorang pria yang
sudah setengah tua dengan rambut berwarna dua dan air
muka dingin. "Rakanda patih, setelah tahu bahwa Ni Durgogini adalah
Lasmini, lalu bagaimana?" Ia tertawa terkekeh dan terheranlah
Narotama betapa setelah lewat hampir tigabelas tahun, bekas
selirnya ini masih tetap saja kelihatan muda, mukanya berseri,
bibirnya merah me mbasah, giginya putih berkilau, tidak
tampak sed ikitpun keriput pada kulitnya yang masih halus.
Patih ini tentu saja tidak tahu bahwa Durgogini dan
adiknya, Nogogini telah dapat menemukan Suket Sungsang,
yakni semaca m rumput laut yang langka, dan yang
mengandung kha siat mustajab untuk me mbuat wanita awet
mudai Inilah sebabnya maka Ni Durgogini dan Ni Nogogini,
biarpun sudah berusia kurang lebih e mpatpuluh tahun, masih
tampak seperti gadis-gadis remaja berusia dua puluh tahun!
"Ni Lasmini, kepadamu aku leb ih ba ik berterus terang,
karena sedikit banyak engkau tentu masih me miliki perasaan
setia kepada Mataram. Aku sedang memikul tugas berat,
tugas yang kuterima langsung dari sang prabu sendiri.
Ketahuilah bahwa sebulan yang lalu, secara tiba-tiba dan
ghaib, patung emas Sang Batara Wisnu telah lenyap dari
dalam istana. Sang prabu merasa prihatin sekali akan
kehilangan ini, karena hal itu me rupakan perlambang buruk
bagi kejayaan Mataram. Oleh karena itulah maka aku send iri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diutus untuk pergi mencari dan mendapatkan kembali patung
emas itu."
"He mm, hanya sebuah patung kecil, mengapa perlu
diributkan" Apa sukarnya bagi sang prabu untuk menitah para
empu me mbuatkan ke mbali patung emas yang leb ih indah dan
besar?" Narotama menarik napas panjang.
"Engkau tidak tahu, Lasmini. Patung kencana itu sebuah
benda keramat dan bertuah, dahulu menjad i ajimat dari Empu
Lo Hapala yang kemudian berge lar Rakai Kayuwangi, ha mpir
dua abad yang lalu. Pernah dahulu patung inipun lenyap dari
istana Rakai Kayuwangi dan akibatnya, Kerajaan Mataram
menyura m. Oleh karena itulah maka sang prabu menjadi
prihatin dan akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan
kembali patung itu."
"He mm!" Bibir merah itu mencibir; "Ka lau begitu, mengapa
engkau mencarinya ke sini" Apa kaukira aku yang mencuri
patung itu?" Sepasang mata bening yang bersinar genit cabul
itu mengeluarkan cahaya berkilat.
Narotama tersenyum lebar.
"Engkau masih galak seperti dahulu, Lasmini! Tentu saja
aku tidak berani menuduh siapapun juga tanpa bukti. Akan
tetapi menurut getaran yang kurasakan, patung itu pasti
berada di sekitar pantai Laut Se latan. Aku sengaja mencari Ni
Durgogini bukan untuk menuduh, melainkan untuk minta
keterangan, barangkali saja N i Durgogini mengetahui tentang
patung ini."
"Hi-hik! Rakanda Narota ma mengapa bicara berputarputar" Aku bukan Lasmini lagi, akulah Ni Durgogini dan aku
tidak tahu-menahu tentang patung itu. Agaknya rakanda salah
perhitungan, maka sa mpai datang ke sini. Di antara sang
prabu dan aku tidak ada urusan sesuatu, maka mengapa aku
bersusah payah mencuri patung" Kalau rakanda panda i!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa tidak mencarinya pada orang yang memang ada
urusan dan dendam dengan sang prabu?"
Narotama termenung sejenak, tiba-tiba ia menepuk
dahinya sendiri.
"Aha! Kau benar, Ni Durgogini! Mengapa aku begini bodoh"
Ni Mandari, adikmu! Agaknya ia lebih tahu......."
"Bukan niatku, mengkhianati ad ik kandung! Pula, seperti
juga Ni Lasmini, Ni Mandari telah mati, tidak ada lagi,, yang
ada adalah Ni Nogogini! "
"Di mana dia" Di mana aku bisa bertemu dengan Ni
Nogogini?"
Ni Durgogini terkekeh genit
dan matanya tajam menger ling. "Sang patih yang arif bijaksana dan sakti mandraguna,
apakah tidak malu bertanya-tanya, kepada seorang wanita
yang tidak berdaya" Kaucarilah sendiri, sepanjang pengetahuanku, Ni Nogogini bertahta di dalam istana yang letaknya
di dasar Segoro Kidul (Laut Selatan), hi-hi-hik!"
Narotama tentu tahu bahwa bekas selirnya ini me mper ma inkannya, karena tidak mungkin seorang manusia
biasa bertempat tinggal di dasar laut. Ia mengangguk dan
berkata, "Sudahlah, Ni Durgogini, aku mohon diri. Akan kucari
sendiri Ni Nogogini!" Ia me mba likkan tubuhnya.
Tiba-tiba terdengar suara angin menyambar di ringi ketawa
cekikikan yang menyeramkan dari arah belakangnya.
Narotama terkejut dan cepat membalikkan tubuhnya lagi dan
tangan kanannya
bergerak dengan jari-jari terbuka,
menghanta m benda hita m yang me nyambar dahsyat.
"Blarrrr.......!" Batu karang yang besar itu pecah berantakan
sampai mengepulkan debu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ni Durgogini, apa maksudmu main-ma in seperti ini?"
tegurnya, suaranya penuh wibawa.
"Hi-hi-hi-hik,siapa main-ma in, sang patih yang terhormat"
Tiga belas tahun aku menderita dengan hati perih, mengingat
betapa kejam seorang pria telah mengusir dan menghinaku!
Narotama, apakah kau pura-pura lupa bahwa kaulah yang
me mbunuh Ni Lasmini sehingga menjelma menjadi Ni
Durgodini yang hidup terasing di Girilimut ini?"
Narotama menarik napas panjang, penuh sesal,
"Nimas, kau salah paham. Se menjak dahulu aku tidak
mendenda m kepadamu, aku maklum akan kele mahan mu
sebagai wanita muda. Aku dahulu sengaja me mbebaskanmu
agar kau dapat melanjutkan langen as moro (bermain cinta)
dengan pangeranmu. Aku mengira bahwa sang pangeran
tentu akan mengambilmu sebagai selir dalam, siapa tahu dia
menyia-nyiakanmu. Aku selalu bermaksud baik kepadamu,
nimas. Buktinya, putera adipati muridmu itupun kuterima
dengan segala kerelaan hati."
"Tida k ada sangkut-pautnya denganku! Betapapun juga,
setelah kau datang ke sini, tak dapat aku me mbiarkan kau
pergi begitu saja tanpa membuat beres perhitungan lama,
Narotama!"
"He mmmm, kalau begitu wawasanmu, terserah kepadamu,
Ni Durgogini."
"Heh-heh-hi-hi-hik, jangan kira Lasmini dahulu sama
dengan Durgogini sekarang, Rakyana Patih Kanuruhan.
Terima lah pukulanku Aji Ampa k-ampak ini!"
Wanita itu me me kik dahsyat lalu mener jang maju dengan
kedua tangan dipe tang, jari-jari tangannya terbuka dan
mengirim pukulan yang mengandung hawa dingin, sedingin
ampak-ampa k (halimun) yang dapat me mbe kukan darah
dalam tubuh! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat cahaya kebiruan keluar dari telapak tangan
Durgogini, Narotama terkejut. Hebat ilmu pukulan ini, dan
amatlah kuatnya. Bukannya ia tidak berani men ghadapi keras
lawan keras, akan tetapi ia tidak ber maksud me luka i wanita
yang sudah mendatangkan iba di hatinya ini.
Kalau ia lawan dengan kekuatan hawa sakti pula, tentu
seorang di antara merek akan terluka hebat dan ia tidak
menginginkan ha l ini terjadi. Maka Narotama lalu melesat
menghindarkan pukulan-pukulan yang datangnya cepat
bertubi, me mpergunakan Ilmu Silat Dojro Dahono (Api
Halilintar) untuk melawan Aji A mpak-ampa k. Aji Bojro Dahono
merupakan lawan setimpal Aji Ampa k-ampak yang dingin,
karena Bojro Dahono men imbulkan hawa panas seperti pusar
Kawah Candradimuka.
Dari kedua telapak tangan sang patih keluar hawa bersinar
kuning kemerahan dan setelah tangkis-menangkis puluhan
jurus, Ni Durgogini tak kuat menahan pula, seluruh tubuhnya
menge luarkan keringat saking panas hawa yang dider itanya.
"Wuuuttt, tar-tar-tarl"
Kini ca mbuk Sarpokepoko berada di tangannya dan
menya mbar-nyambar ganas.
Biarpun Aji Bojro Dahono hebat, namun gerakan ilmu silat
ini kurang tangkas kalau harus dipergunakan menghadapi
Ilmu Cambuk Sarpokenoko yang amat cepat itu. Bagaikan
seekor ular sakti, ca mbuk itu me lingkar-lingkar, menyambarnyambar dan ujungnya me matuk-matuk ke arah jalan darah
dan bagian tubuh yang penting dan berbahaya, setiap gerak
merupakan margapati (jalan maut).
Kembali Narotam menjadi kagum. Tadi ia sudah
menyaksikan dan melawan Ilmu Cambuk Sarpokenoko ini
ketika dimainkan Wisangjiwo, dan sudah men jadi kagum. Kini
setelah ilmu ca mbuk ini dima inkan oleh sang pencipta sendiri,
hebatnya berlipat ganda! Angin yang diakibatkan oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemutaran cambuk itu ikut berpusing, me mbentuk angin lesus
yang berpusing-pusing me mbawa daun kering dan debu ke
atas. Ini semua masih dita mbah lecutan-lecutan di udara yang
men imbulkan suara ledakan, sehingga ketika Ni Durgogini
ma inkan ilmu Cambuk Sarpokenoko, keadaan di puncak
Girilimut itu tiada ubahnya seperti ada angin lesus (angin
puyuh) mengamuk disertai halilintar menyambar- nyambar!
"Nimas, apakah kau menghendaki nyawaku " Begitu
tega.......?" Narotama berkata penuh sesal.
"Hi-hi-hiil Kaupun tega lara terhadapku, mengapa aku tidak
tega pati terhadapmu?" Dengan kata-kata ini Ni Durgogini
hendak mengatakan bahwa dahulu Narota ma tega mengusirnya dan me mbuatnya bersengsara hati, maka
sekarang iapun tega hendak me mbunuh patih itu.
"Hebat ilmu ca mbukmu, nimas. Sayang kaupergunakan
untuk me mbunuh orang secara ganas!"
Narotama masih sibuk menge lak ke kanan kiri, menyelinap
di antara bayangan cambuk.
"Babo-babo! Keluarkan semua keahlianmu, Narotama.
Hendak kulihat, di samping pandai men ghina wanita, apakah
kau juga panda i menga lahkan a ku Ni Durgogini, hi-hi-hik!"
Cambuk Sarpokenoko makin hebat amukannya dan sekali
kain kepala Narota ma tercium ujung ca mbuk. Robeklah ujung
kain kepala itu, hancur berha mburan seperti dima kan api!
"Tingkah mu seperti ular saja, Durgogini!"
Narotama mula i panas hatinya dan cepat ia mengerahkan
Aji Kukilo Sakti (Burung Sakti), se maca m ilmu silat yang a mat
cepat gerakannya, seperti seekor burung sakti beterbangan
dan semua gerakannya tentu saja menindih gerakan ca mbuk
Sarpokenoko yang berdasarkan gerakan seekor ular.
Memang tidak ada yang lebih ampuh daripada burung
untuk menaklukkan ular. Tubuh Narotama kini ber kelebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat, seperti melayang-layang, sukar sekali diikuti ca mbuk,
bahkan pada saat Ni Durgogini men ggoyang kepala mengusir
kepeningannya, kesempatan ini tak dis ia-siakan Narota ma dan
secepat kilat jari tangannya menjep it ujung ca mbuk! Gerakan
ini se kelebatan tepat seperti seekor burung yang me ma tuk
seekor ular. Ni Durgogini mengeluarkan pekik me nyeramkan dan
mengerahkan seluruh tenaganya untuk me mbetot cambuknya,
namun sia-sia belaka. Biarpun yang menjep it ca mbuk hanya
tiga buah jari, yaitu ibu jari, telunjuk dan jari tengah, namun
cambuk itu seakan-akan telah berakar pada jari dan tidak
mungkin dapat dilepaskan lagi. Ni Durgogini marah, kakinya
me langkah maju dan tangan kirinya dengan jari tangan berkuku panjang, mencakar muka dan mencokel mata.
Melihat ini, Narotama berseru keras dan tiba-tiba ia
mengerahkan tenaga sakti yang ia warisi dari eyang gurunya
di Gunung Agung Bali Sang Begawan Setiadarma, lalu sekali ia
meng-gereng, Ni Durgogini tak kuat bertahan lagi, tubuhnya
berikut cambuknya terlempar ke udara seperti terbang!
Benar mengagumkan Ni Durgogini. Kalau lain orang yang
dilontarkan maca m itu, tentu akan terbanting di atas tanah
berbatu dan akan hancur luluh tubuhnya. Karena Narotama
tidak berniat me mbunuh, patih yang sakti ini sudah bersiapsiap untuk menyambut tubuh Ni Durgogini agar jangan
terbanting, akan tetapi ia tercengang menyaksikan betapa di
tengah udara dalam keadaan terlempar itu sa mpai setinggi
pohon waru, tubuh Ni Durgogini dapat terjungkir balik sa mpai
tiga kali dan turun ke atas tanah dalam keadaan berdiri seperti
gerakan seekor burung walet saja ringannya! Turunnya agak
jauh dari Narotama dan kini mere ka berhadapan dalam jarak
limabelas meter jauhnya.
Perlahan Ni Durgogini menyimpan ca mbuknya. Wajahnya
tidak me mbayangkan kemarahan, bahkan ia tersenyum dan
berseri-seri, matanya mengerling taja m, kemudian ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me langkah la mbat-lambat mengha mpiri Narotama dengan
lenggang seperti seorang penar i.
Pinggang yang kecil ra mping itu me liuk-liuk dan pinggulnya
me lenggak-lenggok ke kanan-kini, langkahnya kecil-kec il
dengan kaki merapat sehingga lututnya bersentuhan,
pundaknya bergerak-gerak, juga lehernya, matanya setengah
terpejam, ujung hidungnya berkembang-kempis, dadanya
yang me mbusung bergelombang, bibirnya yang merah
me mbasah setengah terbuka.
Narotama berdiri terpesona, jantungnya berdebar-debar
aneh, getaran mujijat yang tidak sewajarnya membangkitkan
gairah, darahnya berdenyar-denyar dan napasnya menjadi
sesak oleh gejolak nafsu berahi. Hampir saja pendekar sakt i ini
tenggelam, hampir bertekuk lutut kalau saja ia bukan putera
angkat Sang Wiku Darmojati dan murid Eyang Begawan
Setiadarma, dua orang tokoh sakt i di Bali. Batinnya yang
sudah kuat itu membuat ia sadar bahwa keadaan ini bukan
sewajarnya. Mengapa Ni Durgogini tiba-tiba tampa k de mikian cant ik
jelitanya dan bahkan me miliki daya penarik yang jauh lebih
ampuh dar ipada dahulu ketika menjadi se lirnya" Dia m-dia m
Narotama mengerahkan hawa sakti dari dalam pusarnya, dan
me mbaca mantera menolak pengaruh jahat sehingga ia dapat
menguasai diri.
Setelah lenyap pengaruh itu, kini tampa klah olehnya betapa
lucu gerak-gerik Ni Durgogioni. Akan tetapi dasar seorang
bijaksana, ia tidak mau menghina, bahkan merasa iba hati dan
terlontarlah pujian dari mulut nya,
"Kau sungguh mas ih cantik je lita,nimas Lasmini!"
Bukan ma in girangnya hari Ni Durgogini. Setelah tadi
semua ilmu kesaktian nya tidak berhasil mengalahkan
Narotama, ia lalu mengerahkan ajiannya yang paling a mpuh,
yaitu ilmu Guno Asmoro.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biasanya, tidak ada seorangpun pria yang kuat menghadapi


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ajiannya ini, yang luar biasa ampuhnya, kuat merobohkan
pertahanan hati seorang pertapa tua sekalipun. Dengan Ilmu
Guno As moro inilah ia berusaha menga lahkan Narotama,
karena dengan ilmu kesaktian dan ilmu ketangkasan,ia eakanakan bertemu dengan gurunya.
Hatinya girang mendengar pujian yang keluar dari mulut
Narotama, karena ini merupakan pertanda bahwa ajiannya
telah berhasil! Sa ma sekali ia tidak pernah mimpi bahwa
Narotama yang berhati penuh welas asih itu me mujinya untuk
tidak mengecewakannya.
Ia ma kin men ggeliat-geliatkan tubuhnya, dan berjalan
makin mendekat. Bau yang harum seperti kayu cendana dan
kembang keluar dari tubuhnya, dan inilah merupakan sebagian
daripada Aji Guno Asmoro.
Biasanya, kalau lawan sudah terkena Aji Guno Asmoro, ia
akan kehilangan se ma ngatnya, akan menurut saja semua
kehendaknya, bahkan andaikata dipukul matipun tentu takkan
me lawan karena semangat perlawanannya sudah lenyap,
semua kemauannya sudah lenyap dan berada di tangan Ni
Durgogini. Kini, Narotama yang dia m saja itu agaknyapun sudah
kehilangan semangatnya!
"Narotama.......! "
Suara Ni Durgogini berbeda dengan tadi, kini suaranya
merdu merayu mengandung daya tarik yang luar biasa,
"Kekasihku, kau ber lututlah....... , dan bersihkan kakiku
yang kotor. ....!"
Dengan mata setengah terpejam, Ni Durgogini siap
men ikmati hasil kemenangannya yang sudah pasti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ni Durgogini, apakah kau sudah edan" Aku tidak ada
waktu me layani kau main-ma in, selamat tinggal!" Narotama
lalu me mbalikkan tubuhnya dan me langkah pergi dari s itu.
Terbelalak kini mata yang tadinya hampir terpejam itu.
Pucat wajah yang tadinya merah berseri, kering bibir yang
tadinya me mbasah, ke mudian muka itu menjad i beringas.
"Kubunuh engkau.......!!"
Bagaikan seekor singa betina, Ni Durgogini melompat dan
menerka m dari belakang. Tanpa menoleh, Narotama
menggerakkan lengannya ke bela kang.
"PlakkkH"
Tubuh Ni Durgogini tertampar dan terpelanting ke
belakang, roboh bergulingan, kepa lanya terasa pusing sekali.
"Narotama......, kau....... kau kejam....! Aku benci pada mu,
benci....... benci...... benci..,...!!!"
Ni Durgogini lalu menangis melolong-lolong sa mbil
bergulingan di atas tanah seperti anak kecil, Menolehpun t idak Narota ma. Ia berjalan terus dengan tenang
dan dengan langkah lebar, senyum pahit me mbayang di
bibirnya yang bergerak-gerak perlahan seperti bicara dengan
dirinya sendiri.
Biarpun pada lahirnya Narotama seperti tidak me mpedulikan Ni Durgogini, na mun dalam batinnya ia
menaruh hati iba kepada bekas selirnya itu yang ternyata kini
telah tersesat ke dunia hitam. Ia menyesal, dan kasihan
karena maklum bahwa kesesatan bekas selirnya itu akan
menyeretnya ke le mbah kesengsaraan batin.
**d***e** Bayangan itu tak dapat diusirnya, selalu me mbayangi
benaknya ke mana jugapun ia pergi, dan hatinya menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panas dan panas lagi. Di dalam telinganya selalu bergema
suara kain robe k disusul jerit tangis. Ka in dan jerit Kartikosari.
Gema suara inilah yang menimbulkan bayangan. Bayangan
yang direka dan dikira-kirakan sendiri oleh hatinya yang penuh
cemburu, denda m, duka dan sesal, yang makin menghebat
saja apabila ia kenangkan. Suara kain terobek disusul lengking
menger ikan. Suara itu selalu berkuma ndang di da la m telinganya,
me mbuatnya hampir gila.
Pujo duduk di tepi batu karang, matanya menatap air laut
bergulung-gulung di bawah kaki. Gelombang buas yang
panjang mengerikan seperti seekor naga siluman yang hendak
menelannya, namun mata Pujo seperti tidak melihat semua
itu. Suara ombak me mecah di batu karang menimbulkan suara
mengge legar susul-menyusul, namun telinganya hanya penuh
oleh suara kain robek dan lengking mengerikan.
"Cintamu hanya cinta jasman i belaka, cinta yang
berdasarkan nafsu berahi semata karena cintamu dangkal dan
hanya tubuhku yang kaucinta, maka kau kecewa melihat
tubuhku dinodai orang lain, padahal kau ma klum seyakinnya
bahwa batinku sa ma sekali tidak ternoda......"
Kata-kata isterinya ini ber kumandang dibawa deru ombak
dan terbayanglah wajah isterinya yang jelita, yang tercinta,
dengan sepasang mata bintang yang tak pernah dapat ia
lupakan itu me mandangnya penuh sesal dan duka, bibir yang
indah bentuknya dan tadinya menjadi sarang madu baginya
itu tergetar seperti bibir seekor kijang yang ketakutan.
"Prakkk!! Prakkk!"
Dua kali kedua tangan Pujo dengan jar i-jari terbuka
mengge mpur batu karang di depannya sehingga ujung batu
karang itu re muk berha mburan. Mulutnya komat-kamit, mulut
yang me mbayangkan hati sakit bukan main, matanya menatap
omba k, mata penuh denda m dan duka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k perduli! Aku me mang mencinta tubuhmu, Kartikosari, kau menjadi milikku tunggal, tak boleh orang lain
menja mah mu, apalagi menodaimu! Aku mencintaimu dengan
seluruh jiwa dan ragaku, se mua bulu di kulit ku, setiap tetes
darah di badanku, sampai ke tulang sumsumku, aku mencintaimu. Tapi....... tapi kau ternoda orang lain....... mengapa hal
itu bisa terjadi " Mengapa tidak kaulawan sampa i mati"
Setelah hal terkutuk itu terjadi, mengapa kau masih dapat
hidup, masih ada muka untuk hidup dan bicara denganku" Hal
itu hanya berarti bahwa kau......, kau senang dengan
pengalaman mu itu, kau girang bahwa selain sua mimu, ada
pria la in, tampan sakti bangsawan dan kaya raya, juga
mencinta mu!"
Kembali tangannya menghantam batu karang.
Tiba-tiba Pujo bangkit berdiri, mata nya melotot terbelalak,
kedua kakinya terpentang lebar, kedua tangannya dikepal
mene mpe l pinggang, sikapnya seperti seorang siap bertanding
dengan musuh yang dibencinya.
"Wisangjiwo! Dendam ini sedala m Laut Selatan! Takkan
dapat tercuci selamanya kecuali dengan darahmu. Kautunggulah, sekali kau terjatuh ke dalam tanganku, aku
akan......."
Akan ia apakan" Dibunuh begitu saja" Terla mpau enak!
Hati yang begini disakiti haus akan pe mba lasan yang
me muas kan. Tidak, ia tidak a kan me mbunuh W isangjiwo
begitu saja. Ia akan menyiksanya sepuas hati.
Dendam adalah se maca m perasaan yang me mabo kkan
seperti racun yang menggerogoti batin sehingga menyelimuti
kesadaran dan me matahkan pertimbangan.
Dendam timbul dari sakit hati yang dapat muncul karena
sesungguhnya terpengaruh oleh rasa sayang diri yang berlebihan. Rasa sayang diri inilah yang menimbulkan sakit hati
apabila dirinya dirugikan orang lain, menimbulkan benci dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mupuk denda m untuk me mbalas! Rasanya belum akan
sudah dan puas hati ini kalau be lum me mba las dendam
dengan perbuatan keji yang setaraf atau bahkan melebihi
perbuatan yang dilakukan orang terdenda m terhadap dirinya.
Dan orang yang mabok denda m ini di luar kesadarannya
telah diperha mba nafsu iblis yang haus dan baru dapat
dipuaskan oleh perbuatan-perbuatan me mbalas yang sama
kejinya. Perbuatan keji kejam untuk me mbalas dalam pandangan
orang yang mendendam bukan lah perbuatan keji lagi,
me lainkan perbuatan adil! Mabok se mabok-mabo knya dan
tidak ada yang leb ih gila daripada ini.
Dengan batin rapuh digerogoti nafsu iblis ini seperti
rapuhnya bilik digerogot rayap, Pujo mereka-reka pe mba lasan
dan siksaan bagaimana yang dianggapnya tepat dan adil bagi
musuh besarnya, Raden Wisangjiwo. Akan kutangkap dia,
pikirnya geram. Akan kubuat dia tidak berdaya dan kuseret dia
di dalam hutan!
Teringat akan kebiadabannya terhadap isterinya, ia akan
merajang-rajang anggauta kela minnya,merobek perut dan
menge luarkan usus dan jantungnya! Ah, tidak! Kalau demikian
tentu ia akan ma mpus, terlalu enak dan terlalu cepat
baginya!Ia berpikir-pikir dan mere ka-reka lagi pe mba lasan
yang lebih me nyiksa.
Akan kurobek-robek kulit mukanya yang tampan dengan
ujung keris, agar ia menjadi seorang manusia bermuka setan
yang sedemikian buruknya sehingga setiap orang wanita yang
me lihatnya akan me ludah dan muntah- muntah. Tapi sebelumnya akan kuseret dia di muka umum agar semua orang
senegara maklum dan me ngenal bahwa Wisangjiwo adalah
seorang laki-laki binatang yang suka mengganggu b ini orang!
Kemudian kubuntungi kedua kakinya agar selamanya tak
pandai berjalan, hidup dan bergerak mengesot seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
binatang! Akan ku....... akan ku....... Pujo tak dapat berpikir
lagi saking geram.
Tiba-tiba ia terkejut dan mena mpar kepa lanya sendiri.
"Kau telah gila!" serunya keras-keras ketika kesadarannya
yang timbul dari dasar pendidikan ksatria mencelanya.
"Kau telah menjadi manusia iblis! Tak mungkin P ujo murid
terkasih Resi Bhargowo, bahkan menjad i mantu nya, dapat
me mikirkan kekeja man yang dapat timbul dalam benak iblis
itu!" Suaranya sendiri terdengar seperti suara gurunya dan Pujo
lalu menang is. Ditu mbuk-tu mbuknya kepala: dan dadanya,
kemudian ia men jadi ber ingas.
"Biar! Biarlah aku menjadi iblis pena saran! Dia telah
merusak kesucian Kartikosar i, telah menghancurkan kebahagiaanku! Aku takkan dapat bertemu muka lagi dengan
Kartikosari kekasihku sebelum denda m ini terbalas!"
Bagaikan seorang gila Pujo lalu me lompat dan lari dari tepi
Laut Selatan, berlari terus mendaki bukit karang dengan
tujuan bulat, yaitu, mencari Wisangjiwo dan me la mpiaskan
nafsu dendamnya yang dahsyat mengge lora seperti Laut
Selatan yang diserang badai.
Sesungguhnya, bukan dendam semata yang me mbuat Pujo
seperti gila. Terutama karena rasa duka kehilangan isterinya
itulah. Setelah berada seorang diri, terbayang oleh
kesadarannya betapa ia telah menyiksa isterinya, telah berlaku
tidak adil terhadap kekasihnya. Betapa ia telah me nghina
Kartikosari dan me mbanting hancur mahkota as mara mereka
berdua. Sudah terlanjur, dan ia kini benar-benar kehilangan
isterinya. Dan semua ini gara-gara Wisangjiwo. Inilah yang
meracun i hatinya dan menambah rasa dendam dan sakit
hatinya, seperti minyak mena mbah berkobarnya api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa hati kemudian di Kadipaten Selopenangkep,
sebuah kadipaten di tepi Sungai Progo.
Kadipaten ini tempat tinggal Joyowiseso, ayah Raden
Wisangjiwo. Di sini, tinggal adipati yang berusia limapuluh
tahun ini, bersama isteri dan enam orang selirnya. Puteranya
ada dua orang, yaitu Raden Wisangjiwo yang lahir dari
isterinya dan Roro Luhito yang lahir dari seorang selir kinasih
(terkasih). Anak ini dina mai Luhito (merah) karena ketika lahir
kelihatan kulitnya ke merahan.
Akan tetapi setelah kini menjad i seorang gadis remaja
berusia lima belas tahun, kulitnya menjad i putih kuning
kemerahan dan wajahnya cantik, tubuhnya denok, wataknya
manja dan kenes (lincah).
Di sa mping adipati dan keluarganya, di situ tinggal pula
isteri Raden Wisangjiwo yang berna ma Listyokumolo dan
puteranya yang baru berusia satu tahun bernama Joko
Wandiro. Rumah kadipaten itu selalu terjaga oleh para pengawal
yang tak pernah terpisah dari tombak dan ker is, tiada hentinya
bergiliran menjaga di sekitar kadipaten dan setiap saat
tertentu, siang malam, jalan mero nda untuk men jaga
keselamatan dan kea manan sang adipati sekeluarga.
Pada hari itu di dalam kadipaten tampak kesibukan dan
kemeriahan. Sang adipati sendiri bersama isteri, para selir dan
puterinya, Roro Luhito yang cantik dan berwatak bebas,
menya mbut datang nya seorang tamu yang dihormati.
Tamu ini adalah seorang pemuda tampan yang bukan lain
adalah Jokowanengpati! Pe muda yang datang dari kota raja
ini dikenal

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik oleh Ad ipati Jayowiseso, karena Jokowanengpati dahulu ikut pula menjadi perwira yang
tangguh dan terkenal da la m barisan Kerajaan Mataram ketika
barisan ini menyerbu ke barat. Sebagai murid Empu Bharodo,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja pemuda ini menjad i terkenal dan dihormat oleh
para taklukan Mataram.
Jokowanengpati bersahabat pula dengan Raden Wisangjiwo
dan kedatangannya menggunakan dalih mencari sahabatnya
ini, padahal ia dapat menduga bahwa orang yang dicarinya
tentu tidak berada di rumah setelah perisit iwa yang ia
saksikan di Guna Silu man baru-baru ini.
Memang ma ksud kedatangannya itu mengandung rahasia
untuk menyelidiki keadaan Wisangjiwo setelah ia melakukan
perbuatan terkutuk di dalam guha yang akan menimpa diri
Wisangjiwo itu.
Ketika dalam penyambutan itu muncul Roro Luhito, jantung
pemuda mata keranjang ini berdebar keras. Matanya menjadi
berminyak dan secara sembunyi ia mencuri pandang
men ikmati wajah yang man is dan tubuh yang denok itu.
Tak disang kanya sama sekali bahwa Wisangjiwo me mpunyai seorang adik perempuan yang begini denok! Ia
amat kagum dan tertarik oleh sikap yang wajar, bebas dan
kenes. Berbeda dengan lain puteri yang biasanya hanya menyembunyikan diri di dalam taman sari atau keputren.
Memang Roro Luhito sejak kecil bukan seorang anak
pemalu. Ia kenes dan pemberani, apalagi oleh ayahnya ia
diberi pelajaran olah keprajuritan sehingga wataknya yang
me mang kenes bebas itu me mbuat ia merasa seakan-akan ia
seorang Srikandi!
Hidangan-hidangan mewah dikeluar kan, bahkan pada
ma la m harinya Adipati Joyowiseso me merintah kan rombongan kesenian kadipaten mengadakan klenengan dan
tarian untuk menghormat dan menghibur ta mu muda yang
dihormati ini. Namun, setelah melihat Roro Luhito, para penari
yang berbedak tebal itu dalam pandang mata Jokowanengpati
tiada ubahnya seperti boneka-boneka hidup yang sa ma sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menar ik. Padahal biasanya, dalam setiap kesempatan
perayaan tayuban, pemuda yang pandai mena ri ini selalu,
menjad i tokoh untuk menari bersama penari-penari, bergaya,
bergurau dan bergepit. Kini seolah-olah ia menjad i seorang
yang pendia m. Sampat jauh tengah malam baru pesta dihentikan. Tamu
muda ini dipersilakan mengaso da la m kamar khusus yang
bersih, lengkap dan me mpunyai tempat tidur berbau harum
kembang me lati. Betapapun nyamannya tidur di kamar ini,
namun Jokowanengpati tak dapat tidur pulas.
Gelisah ia miring ke kanan kiri me me luk guling yang
dikhayalkannya sebagai Roro Luhito! Dipelukciumi guling itu,
dibis ikkan kata-kata halus merayu, kemudian ia kadangkadang menarik papas panjang dan me manggil na ma Roro
Luhito dala m bisikan penuh rindu.
Pemuda mata keranjang ini, untuk entah ke berapa kalinya,
tergila-gila dan diserang penyakit wuyung (rindu) kepada
seorang gadis ayu. Ia tiada melihat jalan untuk mengobati
penyakit rindu berahinya.
Meminang gadis Puteri adipati itu tidaklah mungkin
sekarang, setelah ia diusir gurunya. Masih baik bahwa Empu
Bharodo seorang yang dapat menjaga nama sehingga
persoalan murtadnya itu tidak diketahui orang la in sehingga ia
masih dapat mengecap kenikmatan sebagai murid Empu
Bharodo dengan penyambutan penuh penghormatan seperti
sekarang ini. Cuaca lewat tengah malam itu amat gelap Mendung yang
tidak mau turun-turun menjad i hujan me mbuat hawa udara
panas sekali. Keadaan di kadipaten dan sekitarnya sunyi
me lengang karena se mua penghuninya telah tidur lejap
setelah kelelahan dalam kesibukan s iang dan malam hari tadi.
Bahkan para penja ga merasai pula kelelahan dan hawa panas
ini, me mbuat mere ka agak ma las meronda dan hanya berjagajaga di sekitar pintu gapura depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sunyi sekali setelah suara ga melan berhenti dan
penghuninya sudah tidur, lebih sunyi daripada ma la m-malam
biasa sebelumnya.
Sesosok bayangan hita m dengan gerakan yang gesit
menyelinap di antara rumpun bambu yang tumbuh di luar
tembok belakang kadipaten. Sinar kilat yang kadang-kadang
me mecah di angkasa dalam sekejap mata menyinari bayangan
ini yang ternyata adalah seorang laki-laki muda bertubuh
tegap bermata liar.
Orang muda ini adalah Pujo, yang dengan nafsu dendam
me luap-luap menje lang fajar itu mendatangi kadipaten di
Selopenangkep. Setelah menanti sesaat dan mendapat
keyakinan bahwa tidak ada penjaga meronda, dengan tangkas
Pujo lar i mende kati te mbok, mengenjotkan kedua kakinya
yang kuat ke atas tanah.
Tubuhnya melayang naik, tangannya meraih dan menang kap ujung tembok di atas, kakinya diayun ke belakang
terus ke atas dan berjungkirbaliklah tubuhnya, langsung
me lompat ke sebe lah dalam tembok! Tiada suara ditimbulkan
kedua telapak kakinya yang menyentuh tanah Sebelah dalam
dengan gerakan seperti kucing melompat, kemudian
mengindap-indap ia mengha mpiri gedung kadipaten yang
sunyi. Sejenak ia berdiri di bawah pohon sawo yang gelap, agak
bingung karena ia tidak mengenal gedung ini, tidak dapat
mengira-ngirakan di mana kiranya kamar tidur Raden
Wisangjiwo. Ia berpikir sejenak, giginya berkeret-keret ge mas
ketika ia berbis ik.
"Tida k peduli siapa dia, asal keluarga s i bedebah
Wisangjiwo, akan kubunuh!"
Dengan pikiran ini, dengan gerakan secepat kera, ia
me manjat pohon sawo
kemudian dar i cabang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdekatan dengan wuwungan rumah, ia me loncat lalu
berjalan di atas wuwungan ruma h.
Ilmu kepandaian nya yang sudah amat tinggi me mbuat
wuwungan dan genteng itu dapat dilaluinya dengan mudah
tanpa men imbulkan suara gaduh.
Setelah men cari-cari di atas wuwungan, akhirnya ia dapat
me loncat ke sebelah dalam gedung, yaitu di ruangan belakang
yang terbuka. Di lain saat ia telah mendekati sebuah jendela
dari kamar terbesar yang beradc di tengah gedung. Terdengar
suara orang bercakap-cakap perlahan di dalam kama itu.
Ia mene mpelkan telinganya dan mendengar suara ketawa
seorang laki-laki, suara ketawa yang dalam dan parau,
"Ha-ha-ha, diajeng! Enak saja kau bicara. Mana mungkin
kami fihak perempuan mengajukan urusan perjodohan" Hal
itu akan terlalu merendahkan diri. Akupun setuju kalau anak
kita Roro Luhito dapat menjadi isteri Jokowanengpati, karena
biarpun ia bukan keturunan bang sawan, namun ia me mpunyai
kedudukan ba ik dan tentu akan mudah mendapatkan pang kat
besar di kemudian hari. Biarlah nanti sepulangnya Wisangjiwo,
dia yang akan bicara dengan Jokowanengpati. Kalau yang
bicara itu di antara sahabat, itu bukan merendahkan diri
namanya." "Terserah, kakangmas adipati. Pokoknya saya menghendaki
agar anak kita bisa mendapatkan jodoh yang baik dan saya
lihat pemuda itu cukup tampan dan sopan. Banyak para
waranggana dan penari cantik-cantik malam tadi, tapi
me lirikpun d ia tidak mau. Padahal biasanya orang-orang muda
kalau melihat waranggana cantik lalu menjadi liar dan tidak
mau dia m seperti cacing terkena abu!"
"Hah-hah-hah-hah, biasa itu, diajeng. Orang kalau sudah
menyuka i seseorang, segalanya kelihatan baik saja. Mudahmudahan begitulah dan mudah-mudahan dia a kan suka
me mper isteri anak kita si Luhito."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu suka! Pemuda mana yang tidak keedanan bertemu
dengan Luhito" Pera wan mana yang lebih cantik jelita, denok
ayu seperti anakku Luhito" "
"Ha-ha-ha, siapa ma ido (tak percaya)" Ibunya begini
denok, begini monto k, begini ayu manis, tentu saja anaknya
hebat!" "Ah, kangmas, sudah ma la m begini ha mpir fajar, jangan
keras-keras, malu terdengar orang!"
Adipati Joyowiseso dan selirnya tertawa-tawa, bersendaugurau. Kedua orang ini tidak tahu betapa di luar jendela ka mar
mereka, Pujo menjadi merah mukanya, merah karena marah
dan kecewa. Jadi Wisangjiwo belum pulang, pikirnya geram.
Akan tetapi ia sudah tiba di situ, terlalu menyesal kalau pulang
dengan tangan ha mpa.
Di da la m kamar ini terdapat ayah si bedebah Wisangjiwo
dan orang tua ini ikut pula berdosa karena me mpunyai putera
yang telah menghancurkan kebahagiaan hidupnya. Kedua
tangannya mengepal tinju, matanya beringas me mandang
jendela, seluruh urat di tubuhnya menegang. Pujo me langkah
mundur tiga tindak, menge rahkan tenaga lalu me loncat
menerjang daun jendela yang tertutup!
"Braaaakkkk!!"
Pecahlah daun jendela itu dan tubuh Pujo terhuyung ke
dalam kamar yang diterangi sebuah dian (la mpu kecil) di
sudut ka mar. Selir adipati itu menjerit kaget dan Adipati Joyowiseso
me lompat dari atas pembaringan, tubuhnya tidak me makai
baju hanya berselimut sehela i kain, matanya me lotot,
kumisnya yang tebal sekepal sebelah itu terdiri, lalu me mbentak. **d**w* Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 4 "KEPARAT biadab! Siapa ini....."!?"
"Adipati Joyowiseso, terimalah hukuman dosa anakmu si
bedebah Wisangjiwo!"
Pujo berseru dan bagaikan angin badai ia menyerbu
dengan sebuah keris telanjang di tangan! Tusukannya ke arah
ulu hati ad ipati itu a mat dahsyat, cepat sekali dan disertai
tenaga yang kuat, kemudian disusul sebuah tendangan ke
arah perut. Joyowiseso takkan menjad i adipati kalau dia bukan seorang
yang pandai beryuda. Usianya sudah lirna puluh tahun na mun
tubuhnya yang tinggi besar itu masih ta mpak kuat. Dadanya
yang terbuka tanpa baju itu me mperlihatkan bahu yang
bidang dan segu mpal ra mbut yang hitam menghias ulu hati
dan buah dada otot-ototnya sebesar tambang ba mbu.
Melihat serangan dahsyat ini, trengginas (sigap) ia
menang kis dengan tangan kanannya, sebuah lengan yang
besar berbulu menyampok tangan kanan Pujo. Namun Pujo
adalah seorang pemuda ge mblengan, pula ia menjad i ma kin
kuat karena dorongan kenekatan bulat dan kemarahan. Selain
ini, me mang ia leb ih dulu me mbuat persiapan, tidak seperti
sang adipati yang mas ih belum lenyap rasa kagetnya.
Maka begitu kedua lengan berte mu, tangan Pujo yang
menusuk meleset ke atas dan kerisnya masih me nancap pada
pangkal lengan kanan Adipati Joyowiseso.
Agaknya tusukan pada pangkal lengan ini tidak akan
me mbuat ad ipati itu berteriak kalau saja tendangan kaki Pujo
tidak mengenai perutnya. Sebuah tendangan yang keras,
tepat mengenai perut yang sudah mulai be kel (menggendut),
men imbulkan suara "blegggl" dan tubuh adipati itu terlempar
ke belakang, lalu terhuyung-huyung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima lah ke matian mu, Joyowiseso! "
Pujo menerjang lagi dan adipati itir berteriak-teriak,
"Tolong.......! Toloooonggg.. !! Penjahat!!"
Namun dala m ketakutannya, ia masih cukup tangkas untuk
menggulingkan tubuh ke atas lantai dan terus menggelinding
mende kati meja di sudut kamar. Sebelum Pujo se mpat
menyerang lawan yang bergulingan itu, Adipati Joyowiseso
sudah menarik ka ki meja.
Pelita di atas meja terlempar ke bawah dan padam. Gelap
gulita di dalam kamar itu. Yang terde ngar hanya isak tangis
selir adipati di atas pembaringan yang diusahakannya untuk
didekap dengan mulut agar tidak bersuara.
Dendam kesumat mendidih dalam dada Pujo dan
kenekatannya sudah bulat, namun dia bu kanlah seorang yang
sembrono atau bodoh. Melihat betapa dalam kamar yang
asing baginya itu gelap sekali, Pujo ma klum bahwa bahaya
mengancam dirinya. Apalagi ia mendengar suara kaki berlarilari mendatangi ke arah kamar. Cepat ia lalu mengayun tubuh
me lompat keluar dari jendela yang sudah berlubang besar
karena daun jendelanya roboh oleh terjangannya ketika
masu k tadi. Hanya lubang jende la itu lah yang tampa k dari
dalam gelap, dis inari oleh cahaya lampu di luar ka mar.
Untung ia berlaku waspada dan begitu mendengar ada
angin sa mbaran dari sa mping, ia mengelak. Sebuah pisau
belati me layang dan menancap di jendela, belati yang
disabitkan dar i da la m gelap oleh Adipati Joyowiseso.
"Penjahat! Tangkap!!"


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar adipati itu berteriak-teriak sambil me ngejar,
sebatang tombak di tangannya dan kain yang tadi menyelimuti
tubuhnya sudah ia lilitkan ke belakang, merupakan cawat.
Begitu tubuh Pujo berada di luar kamar, sebuah tombak
dan sebilah golok menya mbar dari kanan kiri. Trengginas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(sigap) ia me lompat terus ke depan, menghindarkan diri lalu
me mba lik cepat. Kiranya yang menyerangnya adalah dua
orang penjaga yang berlari datang karena teriakan adipati.
Pujo tidak menanti sa mpa i mereka menyerang lagi atau
menunggu datangnya lawan yang lebih banyak lagi. Begitu si
pemegang to mbak me mutar senjata hendak menusuk,ia telah
mendahuluinya dengan terjangan kilat ke depan.
Sukar diikuti pandang mata lawannya gerakan ini saking
cepatnya dan tahu-tahu kerisnya telah menancap di perut
lawan dan begitu dicabut, darah muncrat keluar dan si
pemegang tomba k roboh tertelungkup.
Pada saat itu si pe megang golok sudah mengayun
senjatanya mengancam ke arah kepala dari kiri. Pujo
miringkan tubuh, tangan kirinya dengan Aji Pethit Nogo
menang kis, jari-jari tangan kirinya yang sudah kemasukan aji
yang ampuh ini tepat menghantam pergelangan tangan yang
me megang golok, mendahului datangnya sambaran senjata
tajam itu. Terdengar bunyi "krakk!" tanda bahwa lengan itu patah
dihajar Ilmu Pethit Nogo. Si pe megang golok berseru
kesakitan, akan tetapi di lain saat iapun terjungkal seperti
temannya dengan la mbung ber lubang oleh keris!
"Penjahat busuk, rasakan to mbakku!"
Adipati Joyowiseso yang sudah me lompat keluar dari
jendela mengayun to mbaknya.
Adipati ini me mang terkenal sebagai pe main tomba k yang
jagoan, tombaknya bergerak cepat berputaran dan mata
tombak seakan-akan berubah menjadi lima buah banyaknya,
menya mbar dengan kecepatan kilat bertubi-tubi ke arah
bagian tubuh yang berbahaya.
Pujo tentu saja tidak menjad i gentar, akan tetapi melihat
banyak penjaga dengan obor di tangan lari me ndatang, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa bahwa tempat itu kurang luas untuk bertempur
menghadap i banyak lawan. Kurang leluasalah ia bergerak
kalau sampa i terkepung. Maka ia meloncat ke belakang
menjauhi anca man tombak, lalu lar i menuju ke pekarangan
belakang. "Keparat, hendak lari ke ma na kau?"
Adipati Joyowiseso mengejar, kini diikuti oleh belasan orang
pengawal yang sudah me megang senjata masing-masing ditangan. Bahkan dari da la m gedung keluar pula seorang gadis
yang berpakaian ringkas, me megang cundrik kecil panjang
yang runcing. Dia ini adalah Roro Luhito. Dengan hati ce mas gadis ini
me lihat pundak ayahnya yang berdarah.
"Ayah, ada apakah?"" tanyanya sambil ber lari di sa mping
ayahnya. "Ada penjahat, hendak me mbunuhku. Itu dia lari ke sana.
Kejar!" Roro Luhito t idaklah sehebat Wisangjiwo kepandaiannya,
akan tetapi dibandingkan dengan para penjaga, agaknya gadis
ini masih lebih unggul karena ia menda pat gemblengan sendiri
dari ayahnya. Maka kini ia dapat berlari cepat di sa mping ayahnya dan
para pengejar ini sejenak tertegun ketika melihat bahwa orang
yang mereka kejar itu tidak terus lari, bahkan kini dengan
muka beringas dan senyum mengejek menanti kedatangan
mereka dengan ker is yang berlumur darah di tangan!
Seorang pemuda yang amat ta mpan, akan tetapi yang
tampak mengerikan karena pandang matanya me nyinarkan
kehausan akan darah, sinar mata maut!.
Akan tetapi yang merasa paling kaget dan heran adalah
Adipati Joyowiseso sendiri. Dia merasa seperti pernah melihat
pemuda ini, dan setelah ia mengingat-ingat, cambangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tebal tergetar saking marahnya. Dengan tombak ditudingkan ia me mbentak marah,
"Babo-babo, keparat jahanaml Kiranya kau! Bukankah kau
murid Resi Bhargowo dari Sungapan" Mengapa kau datang
dan menyerangku?"
"Adipati Joyowiseso! Kau harus menebus dosa yang
diperbuat oleh puteramu yang biadab!"
Terbelalak lebar mata adipati itu.
"Jahanam, lancang mulut mu! Perbuatan apa yang
dilakukan W isangjiwo?"
"Tak usah banyak cakap, siap lah kau untuk ma mpus!"
Setelah berkata demikian, Pujo menubruk maju dan
menyerang dengan kerisnya.
Adipati itu juga menggerakkan tombak untuk menang kis
karena biarpun keris merupakan senjata pendek, namun
gerakan pe muda itu cepat sekali.
"Tranggg!"
Tombak itu terpental dan kedua tangan Adipati Joyowiseso
terasa kaku. Akan tetapi pada saat itu terdengar bentakan nyaring dan
Roro Luhito menyerang Pujo dengan cundriknya yang
ditusukkan ke arah la mbung si orang muda dari sa mping.
Tadinya Roro Luhito terpesona karena sama sekali t idak
menyangka bahwa "penjahat" yang dikejar-kejar ayahnya
adalah seorang pemuda yang demikian ganteng dan wajahnya
men imbulkan rasa iba dan suka oi hatinya. Akan tetapi
mengingat bahwa pemuda ini sudah melukai ayahnya dan
bahkan hendak me mbunuh ayahnya, kemarahannya timbul
dan ia segera menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangkisan to mba k tadi menggaga lkan serangan Pujo, akan
tetapi melihat adipati itu terhuyung, ia hendak mena mbahi
dengan serangan ke dua sebelum para penjaga sempat
mengurung, akan tetapi mendadak ia mendengar bentakan
suara wanita dan dis usul sambaran angin serangan.
Ia me mbalikkan tub uh dengan putaran tu mitnya dan
me lihat seorang gadis re maja menyerangnya, ia terheranheran. Ia tidak pernah tahu bahwa adipati itu me mpunyai
seorang anak perempuan. Betapapun juga, Pujo adalah
seorang ksatria, maka tidaklah tega hatinya untuk me mbunuh
wanita, biarpun ia melihat betapa gerakan wanita ini masih
amat le mah dan la mbat sehingga sekali saja mendahului
serangan, ia pasti akan dapat me mukul roboh gadis ini.
Karena pikiran itulah maka ia la lu me nyampok dengan
tangan kirinya, menggunakan jar i telunjuknya menyentil kulit
lengan yang putih halus.
"Aaauuuhhh!" Roro Luhito me njerit, cundriknya terlepas
dan ia me megangi lengan kanan yang terasa copot
sambungannya itu dengan tangan kiri sa mbil me loncat
mundur. Pada saat itu, para penjaga sudah maju mengurung dan
menggerakkan sen jata yang datang bagaikan hujan
menyerang tubuh Pujo. Namun Pujo berseru garang,
tubuhnya berkelebat di antara mata tombak dan golok, lalu
me loncat ke atas menubruk pengeroyok sebelah kiri. Begitu
tangan kirinya menyampok dan kerisnya berkelebat, empat
orang penjaga roboh tak dapat bangun kembali!
Dua orang penjaga terdekat di kanan kirinya me mpergunakan kese mpatan ini untuk menggerakkan to mbak
yang ditusukkan dari kanan kiri. Pujo tidak tergesa-gesa.
Begitu kedua tomba k itu mendekat, ia sudah menggigit
kerisnya dan kini kedua tangannya menyambar tomba k, dan
sekali kedua tangannya membuat gerakan me-nyendal dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menusuk, dua orang penjaga itu roboh dengan perut
tertembus to mbak kawannya!.
Menyaksikan kehebatan pemuda ini, para penjaga undur
tiga langkah dengan gentar, mengharapkan, datangnya
kawan-kawan yang kini sudah tampa k datang berlarian dari
luar gedung. Pujo tertawa bergelak,
"Ha-ha-ha-ha! Adipati Joyowiseso, hayo inilah dada Pujo
anak Sungapan! Kerahkan seluruh anjing-anjing penjaga- mu,
jangan maju seorang de mi seorang, majulah berbareng! Saat
ini adalah saat kematian mu dan sebelum aku meninggalkan
Kadipaten Selopenangkep, kadipaten ini a kan menjadi telaga
darah!" "Keparat sombong! Hayo maju se mua, tangkap keparat ini,
hidup atau mati!" teriak Adipati Joyowiseso yang sudah
menerjang ma ju lagi dengan tombaknya.
Gerakan adipati ini cukup tangkas, tenaganya besar
sehingga Pujo tidak berani me mandang rendah, apalagi
karena para penjaga yang berkumpul di situ lebih dari dua
puluh orang banyaknya. Ia menge lak dan me lesat ke kiri
ketika banyak senjata menya mbarnya, kemudian ia menggunakan kelincahan gerakan tubuhnya untuk melesat ke kanan
kiri sa mbil kadang-kadang menghantam seorang pengeroyok
atau menggunakan kerisnya mencar i korban. Ramai suara
para penjaga yang mengepungnya, sama ra ma inya dengan
pemburu-pemburu men gepung har imau.
Pertandingan yang a mat tak seban ding ini ber langsung
seru. Pujo me mper gunakan kepandaiannya, tangan kirinya
yang me mpergunakan Ilmu Pethit Nogo dan kerisnya seakanakan pesta pora dengan tubuh para pengeroyoknya. Belum
sampai setengah jam la manya, di pe karangan belakang
gedung kadipaten itu sudah berge limpangan tubuh se mbilan
orang penjaga, ada yang sudah tewas, ada yang masih
berkelojotan dan adayang merintih-rintih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Pujo tidak berhasil mendekati Adipati
Joyowiseso yang selain dijaga oleh para pengawalnya, juga
dijaga oleh Roro Luhito yang kini ma inkan sebatang to mbak
juga! Adipati itu sendiri tidak t inggal dia m, ia selalu mencari
kesempatan selagi pe muda itu sibuk me layani pengeroyokan
untuk menggunakan to mbaknya men usuk.
Matahari pagi mula i muncul menyinar i per mukaan bumi
dengan cahayanya yang kemerahan, semerah darah yang
berceceran me mbasahi bumi pekarangan belakang Kadipaten
Selopenangkep. Keadaan di situ makin gaduh oleh suara mereka yang
mengepung Pujo. Dia m-dia m Pujo mulai merasa kuatir. Kalau
semua penduduk sudah bangun dan bala bantuan datang
makin banyak, sukarlah baginya untuk me larikan diri.
Akan tetapi, para penjaga itu tak pernah mau me lepaskannya lagi dan sebegitu la ma be lum juga ia berhasil
me mbunuh ayah Wisangjiwo. Ia kecewa. Kalau W isangjiwo
sendiri t idak berada di s itu dan ia tidak berhasil me mbunuh
Adipati Joyowiseso, bukankah sia-sia belaka usahanya"
Apalagi kalau ia sa mpai tertawan dan terbunuh! Apa artinya
sekian banyak penjaga yang terbunuh olehnya" Nyawa
ratusan penja-gapun tidak ada artinya bagi pe mba lasan
dendamnya terhadap Wisangjiwo!.
Keke cewaan ini me mbuat kemarahan Pujo meluap dan
berteriak menyeramkan, lalu tubuhnya berkelebat seperti
burung srikatan mengejar belalang.
Hebat bukan ma in a mukannya, karena ini menggunakan
pukulan Gelap Musti seh ingga tiap orang yang terkena
pukulan geledeknya tentu roboh dengan kepala atau dada
pecah! juga Ilmu Bayutantra me mbuat gerakannya seperti
angin puyuh!. Akan tetapi kenekatannya ini menimbulkan pula ketidak
hati-hatiannya. Tusukan to mbak Adipati Joyowiseso yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja lebih berbahaya daripada tusukan para pengeroyok,
secepat kilat menya mbar ke arah ulu hati P ujo yang ketika itu
sibuk me mpergunakan kedua tangannya.
Pujo terkejut dan cepat tangannya menyampok dari bawah.
Mata tombak tersa mpok ke atas, meleset ma lah menyambar
ke arah tenggorokannya. Pujo cepat miringkan kepala, akan
tetapi tetap saja mata tombak itu menghunja m ke arah
lehernya. Baiknya ia telah cepat-cepat mengerahkan tenaga
sakti ke arah leher sehingga to mbak itu meleset, hanya
me lukai kulit leher.
Saking marahnya Pujo mencengkeram dengan Aji Pethit
Nogo, menangkap mata tombak dan sekali tangannya
mere mas, hancurlah to mbak itu! Adipati Joyowiseso sampai
terhuyung ke belakang dan ha mpir terjengkang. Pujo berteriak
seperti harimau terluka, menubruk ke depan. Tetapi sebatang
tombak menerima kedatangannya dengan tusukan ke arah
perut. Lagi-lagi Roro Luhito yang me lindungi ayahnya.
"Setan!!"
Pujo menda mprat, tangannya mencengkeram tombak dan
sekali ia menar ik ke sa mping, tubuh Roro Luhito terle mpar dan
roboh! Akan tetapi belasan orang penjaga sudah menghadang
di depannya, me misahkannya dari Adipati Joyowiseso.
Darah mengucur dari lehernya dan luka di leher terasa
panas, tanda bahwa mata tombak itu biasa diberi ramuan
yang beracun. Matanya agak berkunang, akan tetapi begitu ia
menerjang maj u, kembali dua orang penjaga roboh dan
tewas. Amukan Pujo benar-benar hebat dan nggegirisi
(menggiriskan).
Pada saat itu berkelebat sesosok bayangan hitam,
gerakannya seperti burung terbang saja dan begitu tiba di
dekat Pujo, ia mengirim pukulan dengan telapak tangan ke
arah pelipis kanan. Pujo kaget karena hawa pukulan ini a mat
panas serta mendatangkan angin keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat ia me mutar tubuh dan menangkis, akan tetapi
tangan yang me mukul itu ditarik kembali, diganti tendangan


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke arah pusar! Hebat dan tangkas bukan ma in penyerang ini.
Tadinya hati Pujo berdebar, mengira bahwa yang datang itu
musuh la manya yang dicar i-cari, Wisangjiwo, akan tetapi
ketika ia mengangkat muka me mandang sa mbil me loncat
mundur menghindarkan tendangan, ia menjadi kaget bukan
ma in. "Kakang Jokowanengpati.......! "
Tentu saja ia mengenal orang muda ganteng berpakaian
hitam itu, mengenal murid uwa gurunya. Jokowanengpati
adalah murid Empu Bharodo yang sakti.
"He mm, siapapun yang mengacau harus ditawan!" berkata
Jokowanengpati sambil menerjang ma ju lagi.
Pujo sudah menjadi pening dan lelah dan ia ma klum bahwa
murid E mpu Bharodo ini adalah seorang yang amat pan dai.
"Kakang Joko...... harap jangan turut campur!"
"Adipati adalah punggawa gusti prabu, mana bisa aku
me mbiarkan beliau diganggu orang" Pujo, kau me nyerahlah!"
"Menyerah" Kepada adipati ayah si laknat Wisangjiwo"
Lebih baik mati!"
Sambil berkata demikian, Pujo me mba lik ke kanan, kerisnya
bekerja dan seorang penjaga yang tertusuk keris menjer it dan
roboh. Akan tetapi pada saat itu, Jokowanengpati telah
menggunakan aji pu kulan Siyung Warak (Taring Badak), tepat
me ngenai tengkuk Pujo yang mengeluarkan suara keluhan
dan roboh terguling, pingsan dengan keris masih digenggam
di tangan kanan!.
Tentu tubuh orang muda ini sudah hancur berkepingkeping dihujani senjata oleh para penjaga kalau saja
Jokowanengpati tidak cepat-cepat mencegah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahan se mua senjata! Dia harus ditawan dan diperiksa
perkaranya!"
Sambil me me gang ujung kainnya yang tadi terlepas
kaitannya dengan tangan kiri dan menyeret tombak buntung
dengan tangan kanan, Adipati Joyowiseso melangkah datang
dida mpingi Roro Luhi-to yang dahinya lecet sedikit terlempar
tadi. "Benar! Jangan bunuh! Ambil tambang yang besar, ikat
kaki tangannya!" teriaknya me mer intah.
Sibuk para penjaga mencari tali besar terbuat daripada ijuk
yang amat kuat dan me mbelenggu kaki tangan Pujo yang
masih p ingsan. Jokowa-nengpati menga mbil keris dari tangan
Pujo. "Setan alas! Keparat jahanam! " Adipati Joyowiseso
berjongkok me mukuli muka dan kepala Pujo sehingga darah
keluar dari hidung dan mulut orang muda itu.
Setelah lelah ia lalu bangkit berdiri dan menggunakan
kedua kakinya menendangi muka dan tubuh Pujo bergantiganti sampai napasnya terengah-engah mau putus saking
lelahnya. "Seret ia ke da la m tahanan! Jaga kuat-kuat jangan sa mpai
ia terlepasl Juga jaga jangan sampai ia me mbunuh diri atau
terbunuh sebelum kuperiksa!"
Setelah berkata demikian, Adipati Joyowiseso menggandeng tangan Jokowaneng-pati, menariknya ke dala m
sambil berkata, :
"Untung ada anakmas yang hadir di sini. Genduk Luhito,
kaulihat betapa hebat dan tangkasnya kangmas mu Raden
Jokowanengpati merobohkan penjahat itu tadi!"
Akan tetapi Roro Luhito. seperti orang termenung. Di dalam
hatinya bukan mengagumi sepak terjang Jokowanengpati,
me lainkan mengagumi sepak terjang Pujo! Kagum dan juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesal mengapa pe muda yang ganteng seperti Arjuno dan
gagah perkasa seperti Gatut-koco itu me musuhi ayahnya
sehingga tertangkap dan tentu akan dihukum mati!.
Para penjaga sibuk sekali. Ada yang menyeret tubuh Pujo
yang masih pingsan dan le mas itu ke dalam tahanan sambil
mengawalnya ketat sekali. Ada yang sibuk mengurus para
mayat dan menolong yang terluka. Ada yang me mbersihkan
darah dan me mbereskan te mpat yang menjadi rusak oleh
bekas-bekas pertempuran.
Ketika Adipati Joyowiseso bersama Roro Luhito dan
Jokowanengpati me masuki ruangan dalam, mereka disa mbut
oleh isteri adipati bersa ma para selir. Selir yang se malam
menyaksikan serbuan Pujo ke dalam kamar dan mukanya
pucat sekali, menubruk puterinya, Luhito sa mbil me nangis.
"Cah ayu (anak manis), kau ajak ibumu ke kamar dan beri
hiburan. Dia mengalami kaget sema la m," kata Adipati
Joyowiseso kepada Roro Luhito.
Gadis itu merang kul ibunya dan mengajaknya masuk, tidak
peduli atau agaknya tidak me lihat betapa Jokowanengpati
me lirik ke arahnya dengan mata penuh gairah.
Isteri adipati segera me manggil pelayan untuk minta
datang dukun pengobatan. Tak lama kemudian datanglah
kakek berambut putih yang berjari cekatan, mencuci dan
mengobati luka di pundak Adipati Joyowiseso. Setelah berganti
pakaian, adipati ini mengajak Jokowanengpati duduk di
ruangan dalam, menyuguhkan kopi dan penganan.
"Anakmas, saya mendengar tadi anak-mas aga knya kenal
dengan penjahat itu. Dia itu bernama Pujo, murid Resi
Bhargowo. Apakah benar anakmas men genalnya?"
Jokowanengpati mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja saya mengenalnya, paman adipati. Dia adalah
murid dan juga mantu pa man Resi Bhargowo, sedangkan
paman resi adalah adik seperguruan bapa Empu Bharodo."
"Ohhh.......?" Adipati Joyowiseso
benar-benar kaget mendengar ini. "Harap paman adipati bertenang hati. Biarpun masih ada
hubungan perguruan, namun hubungan antara saya dan
mereka guru dan murid tidaklah dapat dikatakan baik. Apalagi
setelah jelas bahwa Pujo berkhianat dan mempunyai niat
buruk terhadap paman adipati, betapapun juga saya tidak
akan me mbelanya. "
"Bagus! Tentu saja pribadi anakmas mana dapat disamakan
dengan segala maca m pengecut seperti Pujo dan gurunya"
He, pengawal! Tengok si keparat itu, kalau sudah s iuman dari
pingsannya, seret dia ke ruangan belakang, hendak
kuperiksa!"
Si pengawal menyatakan baik, me mberi hormat lalu
mundur. "Maaf, paman adipati. Sungguhpun saya sama sekali tidak
akan me mbela Pujo yang melakukan tindak khianat, akan
tetapi sebaiknya saya tidak hadir dalam pe meriksaan atas
dirinya, tidak hadir secara terang-terangan melainkan saya
akan mengintai dari balik jendela saja. Perkenankan saya
mundur." "Ah, saya maklum, anakmas. Baiklah. Urusan ini tidak ada
sangkut-pautnya dengan anakmas, dan sekali lagi saya
merasa bersyukur dan berterima kas ih kepada anakmas."
Jokowanengpati lalu mengundurkan diri pula.
Sebenarnya, pemuda ini merasa gentar juga kalau harus
menyaksikan pemer iksaan itu, bukan gentar terhadap orang
lain, melainkan terhadap bayangannya sendiri. Sukar diduga
isi hati seorang murid Resi Bhargowo, pikirnya. Ia masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum yakin benar apakah Pujo masih belum tahu akan
perbuatannya di Guha Siluman, ataukah pura-pura tidak tahu,
kemudian akan me mbuka rahasia ini di depan adipati" Orang
yang melakukan perbuatan jahat tentu selalu akan merasa
tertekan dan tidak tenteram hatinya, selalu diganggu
bayangan-bayangan sendiri yang bermunculan.
Oleh karena inilah agaknya Jokowanengpati mengajukan
alasan itu. Tak la ma kemudian, setelah disiram beberapa e mber air
dingin, Pujo sadar daripada pingsannya. Kepalanya masih
terasa pening dan pangkal lengannya kaku sakit. Akan tetapi
begitu ia sadar, ia telah diseret-seret kembali dalam keadaan
terikat kaki tangannya, dibawa ke ruangan belakang di mana
telah menunggu Ad ipati Joyowiseso, lengkap dengan para
pembantunya, para penyiksa dan algojo yang kesemuanya
berpakaian dinas.
"Berlutut kau!!"
Empat orang penjaga yang menggusur Pujo, secara kasar
me ma ksa Pujo berlutut di atas lantai menghadap sang adipati
yang duduk dengan muka masa m.
Pujo tidak me lawan mere ka, karena dalam keadaan
terbelenggu dan terluka, ia maklum bahwa melawan-pun tidak
ada gunanya. Maka ia duduk berlutut akan tetapi mukanya
diangkat dan pandang matanya menentang adipati itu dengan
penuh keberanian dan kema rahan. Atas sikapnya ini, seorang
penjaga mena mpar kepalanya dari belakang, namun Pujo
tidak berge ming, tetap saja mukanya dihadapkan kepada
adipati penuh tantangan.
"Heh keparat Pujo! Kau sudah tertangkap dan tidak
berdaya, masih saja memperlihatkan sikap kepala batu" Apakah kau tidak merasa betapa besar dosamu" Apakah kau tidak
menyesal telah me mbunuh dan melukai banyak pengawal
kadipaten?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo menggerakkan bibir me ngejek,
"Huh! Menyesal" Aku hanya menyesal mengapa aku t idak
sempat me mbunuhmu sebagai gantinya anakmu si bedebah
Wisangjiwo!"
"Plak-plak-desss....!!"
Kemplangan dan hantaman dari para penjaga di be lakangnya me mbuat Pujo yang kaki tangannya terbelenggu itu jatuh
terjerembab ke depan, akan tetapi gentakan-gentakan keras
para penjaga mendudukkannya ke mbali.
"Ha-ha-ha-ha! Pujo, agaknya kau telah menjadi gila!
Sebelum kau kujatuhi hukuman yang setimpal dengan
kejahatanmu, lebih dulu kau mengakulah apa sebabnya kau
me lakukan perbuatan sema la m dan apa sebabnya kau
mencac i-maki puteraku."
"Joyowiseso! Aku hendak menumpas keluarga mu untuk
menebus dosa si Wisangjiwo.".
"Dosa apa?"
"Tak perlu kau tahu!"
Marahlah sang adipati. Ia melompat dari kursinya dan
mer ingis karena pundaknya yang terluka terasa nyeri. Hal ini
mengingatkan dia bahwa pundaknya terluka keris, mengingatkan dia betapa semalam ha mpir saja ia terbunuh
oleh Pujo yang kini terbelenggu tak berdaya di depan kakinya.
"JahanamI Kau masih so mbong, ya" Hendak kulihat apakah
kau mas ih tidak mau mengaku" Hajar dia! Rangket dengan
seratus kali ca mbukan, telanjangi punggungnya kemudian
jemur d i tengah alun-alun sampa i dia mengaku!" teriak adipati
penuh kemarahan.
Pujo mendengar kan perintah ini dengan mata melotot dan
mulut tersenyum mengejek, sedikit-pun tidak me mper lihatkan
muka gentar. Tubuhnya lalu diseret ke sudut, diikat pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiang, punggungnya ditelanjangi dan tak lama kemudian
terdengarlah suara cambuk me lecut-celut men ghantam punggung, merobek-robe k kulit punggung Pujo sa mpai lumat,
me mbuat darah segar yang keluar menjadi kental dan kering
kembali. Biarpun tubuh Pujo telah terlatih dan ia me miliki
kekebalan, namun karena ia terluka, tak dapat ia
mengerahkan terus kekuatannya dan akhirnya ia harus menyerah. Setelah seratus kali cambukan, ia terkula i.
Namun, sedikitpun keluhan tidak pernah keluar dari
mulutnya. "Jahanam, kau mas ih t idak hendak menga ku?"
Pujo hanya mengedikkan kepala dan me mandang adipati
sambil me lotot dan berkata,
"Kau tidak perlu tahu. Pendeknya, Wisangjiwo akan
ma mpus di tanganku, bersa ma ke luarganya!"
"Ha-ha-ha-ha, sudah hampir ma mpus masih banyak
tingkah!" Adipati Joyowise-so makin panas hatinya.
"Seret dia ke alun-alun, je mur dia. Kalau mau me ngaku
boleh bawa menghadap, kalau tidak mau, sore nanti jalankan
hukum perapat kepadanya!"
Pujo hanya tersenyum mengejek dan ia mas ih me lotot
kepada adipati ketika tubuhnya kembali diseret keluar untuk
dije mur di tengah alun-a lun. Ia tahu apa artinya hukum
perapat. Hukuman mati yang me ngerikan. Diperapat berarti dibagi
menjad i empat. Tubuhnya akan dirobek menjadi e mpat
potong oleh tarikan empat ekor kuda pada kedua kaki dan
kedua tangannya, ditarik ke e mpat jurusan sa mpai pecah
menjad i empat potong!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matahari telah tenggelam jauh di barat, namun cahayanya
masih me mba yang dan me mbentuk senja yang cerah. Alunalun Kadipaten Selopenangkep penuh orang, ha mpir se mua
laki-laki, tidak ta mpak wanita dan anak-anak.
Memang, tontonan yang menarik perhatian ha mpir se luruh
penduduk Se lopenangkep, bahkan dari dusun-dusun di
sekitarnya, adalah tontonan yang mengerikan sehingga anakanak dilarang orang tuanya menonton dan wanita-wanita
takut menyaksikannya. Bayangkan saja. Hukum perapat!.
Siapa dapat menahan kengerian me lihat tubuh seorang
hidup-hidup dirobek menjadi e mpat" Darah akan menyemburnyembur, isi perut akan berantakan, daging merah akan
bertelanjang di depan mata!
Ribuan orang telah me menuhi alun-a lun, menge lilingi
tengah-tengah alun-alun yang menjadi pusat perhatian, dalam


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jarak seratus meter. Di tengah-tengah alun-alun itu terdapat
sebuah bangunan panggung, tempat yang disediakan khusus
bagi keluarga kadipaten untuk menonton setiap pertunjukan
yang diadakan di alun-a lun. Kadang-kadang alun-alun ini bisa
diubah menjadi tempat latihan yuda, tempat adu banteng,
mengurung harimau, atau dipakai ujian ketangkasan para
perajurit. Pada senja hari itu, alun-alun diubah menjadi tempat
pelaksanaan hukuma n bagi Pujo, hukuman perapat!
Tak seorangpun beran i mengha langi per intah Adipati
Joyowiseso untuk melaksanakan hukuman terberat ini. Semua
orang ma klum bahwa me mang sepatutnya pemuda pesisir
Laut Selatan itu menerima hukuman berat.
Pemuda itu telah menyerang kadipaten, melukai bahkan
hampir me mbunuh sang adipati sendiri, me mbunuh dan
me lukai belasan orang pengawal, dan di samping itu berani
menge luarkan kata-kata kasar dan sikap menantang kurang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ajar terhadap Adipati Joyowiseso. Dosanya terlalu besar dan
terlalu banyak.
Sejak pagi tadi Pujo dijemur di bawah terik matahari yang
menggerogoti kulit. Hebat penderitaan ini, apalagi bagian
punggungnya yang hancur bekas cambukan, amat perih dan
nyeri disengat sinar matahari. Namun, pe muda ini tetap tak
pernah menge luh dan atas pertanyaan-pertanyaan para
petugas yang mendesak, ia sa ma sekali tida k mau menjawab.
Oleh karena ia sama sekali tidak mau mengaku mengapa ia
me musuhi Wisangjiwo, maka akhirnya Adipati Joyowiseso tak
dapat menahan amarahnya dan menjatuhkan hukuman
perapat kepadanya.
Dala m keadaan terikat kaki tangannya, Pujo diseret ke
tengah alun-alun, ditelentangkan dan dijadikan tontonan
orang seperti orang menonton seekor harimau yang
tertangkap. Empat ekor kuda yang besar-besar telah dipersiapkan.
Inilah e mpat ekor kuda yang bertugas merobek tubuh Pujo
menjad i empat potong!.
Para penduduk Selopenangkep yang me menuhi alun-a lun
itu se mua me mpercakapkan Pujo. Ada yang menyatakan
mayang dan iba hati terhadap pemuda tampan itu, apalagi
ketika mereka mendengar bahwa pemuda itu putera mantu
Resi Bhargowo di Sungapan.
Akan tetapi banyak pula yang mencac i-maki karena
menganggap bahwa pe muda ini seorang penjahat besar yang
mencoba me lakukan pe mbunuhan terhadap adipati, maka
sudah sepatutnya menerima hukuman paling berat. Ada
semaca m hukuman yang juga hebat sekali, yaitu hukum picis.
Penjahat yang dijatuhi hukum picis, dibelenggu di alun-alun
atau di depan pasar, kemudian orang-orang yang lewat di
depannya, diperbolehkan mengerat kulitnya dengan sebuah
pisau tajam runcing yang sudah dised iakan di te mpat itu!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dia me ma ng seorang penjahat besar, tentu sudah
banyat ia menyakiti hati orang, banyak orang me mbencinya,
maka itu lah saatnya bagi orang-orang yang bersakit hati untuk
me la mpiaskan denda mnya. Tubuh penjahat itu sebentar saja
sudah dikerat-kerat kulitnya, berlumur darah. Bahkan
diperbolehkan menggosokkan garam atau asam pada lukaluka di kulit bekas keratan untuk mena mbah siksaan. Tak
sampai sehari, orang yang dihukum picis akan mat i kehabisan
darah yang menga lir di sepanjang tubuhnya yang tercacah itu.
Akan tetapi, dibandingkan dengan hukum perapat, hukum
picis tidaklah terlalu me ngerikan. Hukum perapat ini benarbenar amat menger ikan.
Menyaksikan betapa tubuh yang utuh itu dirobek tarikan
empat ekor kuda yang kuat, benar-benar dapat me mbuat
orang yang menonton menjadi pingsan!.
Kini Adipati Joyowiseso sudah berada di panggung,
bersama para pengawalnya.
Semua penonton menjadi kagum sekali menyaksikan
betapa Roro Luhito yang cantik dan denok itu ikut pula hadir
di samping ayahnya! Benar-benar seorang gadis yang luar
biasa, pikir mereka.
Tentu saja semua penduduk ma klum belaka bahwa puteri
adipati ini adalah seorang gadis ge mblengan, pandai
menunggang kuda, me manah dan mainkan keris atau
le mbing, tidak kalah oleh perwira-perwira biasa saja.
Akan tetapi, melihat gadis itu hadir pula dalam pelaksanaan
hukum perapat, benar-benar me mbuktikan keta bahan hatinya
yang luar biasa. Biarpun wajah gadis itu agak pucat dan ia
kelihatan pendiam t idak lincah kenes seperti biasa, namun dia
tampak tenang-tenang saja, matanya me mandang ke arah
tubuh si terhukum yang terlentang di atas tanah, hanya
belasan meter jauhnya dari atas panggung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari tempat sedekat itu, tentu akan terdengar suaranya jika
tubuh itu tersayat menjadi e mpat oleh tarikan kuda. Tentu
akan tampak jelas isi perut yang berhamburan, jantung yang
masih hidup bergerak berloncatan di atas tanah! Puteri ini
duduk di sa mping kiri Adipati Joyowiseso, sedangkan di
sebelah kanannya duduk seorang pemuda ganteng berpakaian
serba hitam, destarnya kehijauan, bibirnya selalu tersenyum
dan sikapnya tenang. Inilah Jokowanengpati dan para
penonton me mandang kepadanya dengan kagum.
Berita bahwa pemuda perkasa yang menjad i tamu adipati
inilah yang meroboh kan si penjahat, telah tersiar luas.
Karena angkasa raya masih terang ce merlang oleh sinar
senja, Pujo yang terlentang tidak mau me mbuka matanya
karena silau. Ia meramkan matanya dan berada dalam
keadaan samadhi. ia tidak menyesal akan nasib yang
men impanya, hanya menyesal mengapa belum berhasil
me mba las dendam. Teringat akan pengala mannya semalam,
ia sadar bahwa ia telah berlaku kurang hati-hati, terlalu
menurut kan nafsu dendamnya. Akan tetapi semua itu telah
terjadi, tak perlu disesalkan lag i. Sekarang baginya hanyalah
menanti datangnya hukuman, akan tetapi d i da la m hatinya ia
menga mbil ketetapan untuk tidak menyerah begitu saja. Akan
ia pertahankan nyawanya dengan segala ilmu yang
dimilikinya. Ketika para algojo yang bertubuh tegap-tegap seperti
raksasa mengikat lagi kedua tangan dan kedua kakinya
dengan sebuah tambang besar yang panjang, barulah Pujo
me mbuka matanya.
Kaki tangannya yang sudah terbelenggu, kaki menjadi satu
dan tangan juga men jadi satu, kini diikat lebih kuat dengan
tambang baru yang panjang, setiap tangan dan setiap kaki
diikat erat-erat. Pujo tidak me mpedulikan ini se mua. Ia
maklum bahwa para algojo itu sudah terlatih dan berlaku amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati-hati. Sukar mencari kese mpatan untuk me mbe rontak atau
me loloskan diri.
Kini biji matanya mulai bergerak-gerak. Melihat para
penonton me menuhi sekeliling alun-alun, kulit di antara kedua
matanya berkerut sedikit.
Akan tetapi ketika ia me ma ndang ke arah panggung dan
me lihat Adipati Joyowiseso duduk didampingi gadis re maja
yang ikut mengeroyoknya dan Jokowanengpati, matanya
menjad i liar dan dadanya terasa panas oleh amarah. Ia
menentang pandang mata adipati itu dengan s inar mata
menyala penuh tantangan.
Pandang mata Jokowanengpati yang tidak langsung
me mandangnya itu t idak ia peduli, juga pandang mata penuh
perasaan haru dan kagum dari gadis re maja itupun tak
dihirau kan. Kini keempat buah kaki tangan Pujo sudah diikat erat
dengan ujung tambang panjang; Setiap tambang lalu diurai
dan dibawa kepada kuda yang sudah menanti. Empat ekor
kuda itu berada di empat
penjuru. Dua ekor di kanan kiri
panggung,yang dua ekor lagi
menghadap ke arah berlainan,
jadi e mpat ekor kuda itu
berdiri me mbelakangi tubuh
Pujo. Tambang-tambang yang
panjang dan yang mengikat
keempat buah kaki tangan
Pujo, kini diikatkan pada pundak kuda yang sudah
dipasangi alat yang khusus
untuk pekerjaan ini. Kemudian
empat orang algojo melompat ke atas punggung kuda,
dengan ca mbuk di tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang algojo la in mengha mpiri Pujo, la lu menggunakan
pedang yang amat tajam untuk me mbikin putus belenggu
pertama yang mengikat kaki dan tangan masing-masing
menjad i satu. Kini kaki dan tangan Pujo terpentang, tangan kanan di
selatan, kaki kiri di utara, tangan kiri di barat dan kaki kanan
di timur. Hukum perapat yang mengerikan sudah siap
dilaksanakan! Para penonton yang tadi saling b icara sehingga
keadaan di situ menjadi berisik seperti suara ribuan lebah
diganggu pada saat persiapan dilakukan, kini se mua dia m tak
ada yang mengeluarkan suara sedikitpun, seperti seekor
binatang jeng-kerik terpija k.
Ketegangan me muncak dan se mua orang menahan napas.
Keadaan menjad i sunyi sekali dan kesunyian inilah yang
me mbuat suara Ad ipati Joyowiseso terdengar jelas,
"Heii, si pe mbunuh la knat Pujo! Kesempatan terakhir
kuberikan kepadamu. Kalau kau bersedia menga ku sebab
perbuatanmu yang jahat ma la m tadi, aku masih belum
terlambat untuk mengubah huku man mu!"
"Hah! Joyowiseso, mengapa mas ih banyak cerewet lag i"
Aku gagal me mbunuhmu, dan sekarang hendak me mbunuh
mati kepadaku, lakukanlah! Seorang satria sejati tidak gentar
menghadap i kematian karena kegagalan perjuangannya!"
Kumis sekepal sebe lah di bawah hidung adipati itu bangkit
berdiri saking marahnya.
"Kau..... pengecut besar masih me mbuka mulut me ngaku
satria!" "Ha-ha-ha! Joyowiseso, kau selalu mehyebutku pengecut.
Tentu karena dahulu aku t idak ikut melawan barisan Mataram
maka kauanggap aku pengecut, bukan" Ha-ha-ha, siapakah
yang lebih pengecut di antara kita" Kau dahulu me lawan matimatian, setelah kalah bertekuk lutut untuk me mpertahankan
kedudukan. Dan se mua orang dapat kau tipu, akan tetapi aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu bahwa kau menakluk kepada Mataram hanyalah lah irnya
saja, sedangkan batinnya. ...... ha-ha-ha!"
"Cukup! Hayo laksanakan hukuman nya!" bentak sang
adipati sambil bangkit berd iri dengan muka pucat saking
marah nya, tangannya member i tanda kepada empat orang
algojo di atas punggung kuda yang me mang sejak tadi sudah
siap, hanya tinggal menanti tanda yang diberikan sendiri oleh
sang adipati. Penonton yang tadinya menjadi berisik kembali mendengar
perbantahan itu, kini dia m lag i dan me mandang dengan mata
Pukulan Naga Sakti 25 Kuda Putih Karya Okt Bara Naga 14

Cari Blog Ini