Kampung Setan Karya Khulung Bagian 10
Hoa chiu Hwa tho mendengar perkataan itu, kebuasannya lenyap seketika, sikapnya diliputi oleh perasaan kebingungan, agaknya merasa jeri menghadapi urusan itu.
Ho Hay Hong semula mengira bahwa jabatan Beng cu itu hanya merupakan nama kosong belaka, tak ia duga bahwa urusannya akan membuat akibat demikian rupa.
Kedudukan itu ternyata mempunyai wibawa demikian besar, hingga diam-diam semangatnya terbangun, ia bertekad hendak mempertahankan kewibawaannya, untuk membangun kembali kekuatan rimba hijau daerah utara.
Sementara itu gadis berbaju ungu juga berkata:
"Ya, Hoa chiu Hwa tho. kau berani melawan Bengcu, ini juga berarti berani melawan semua orang dari golongan rimba hijau daerah utara, perbuatanmu ini pasti akan mendapat pembalasan yang setimpal."
Dalam pihak chiu Hwa tho juga merasa sedih mengingat nasib anak laki Kay see Kim kong yang terkutung tangannya, ia sebetulnya hendak marah terhadap Tee soan hong, tapi juga ini telah di desak oleh Tee soan hong, hingga kedudukannya semakin sulit.
Lama ia berdiam, akhirrya ia berkata.
"Bocah ini bukanlah Bengcu, orang she Ho, kau jangan coba membohongi aku!"
Tee soan hong seorang cerdik, dari suara jawaban itu ia sudah dapat menerka perasaan tak senang tabib tua itu, maka lalu membolang balingkan pedangnya dan berkata dengan sikap yang lebih galak ia berkata:
"Tua bangka. kau anggap aku si orang she Ho ini orang macam apa?"
Secepat kilat ia menggerakkan pedangnya, hingga ujung baju Ho chiu Hwa tho robek oleh ujung pedangnya, Hoa chiu Hwa ho terperanjat, buru-buru menangkis dengan tangannya sambil lompat mundur terbirit-birit.
Tee soan hong pura-pura marah, ia maju lagi sambil mengancam hendak menyerang, Hoa chiu Hwa tho buru-buru berseru:
"Tunggu dulu, tunggu dulu, aku hendak bicara."
Tee soan hong masih marah, dengan pedang ditangan ia berkata:
"Kau ingin berkata apa" Jikalau tidak memuaskan hatimu, aku si orang she Tok benar-benar tidak akan pandang muka kau lagi!"
Ho Hay Hong diam-diam mengagumi ilmu pedangnya yang aneh itu, tetapi ia juga dikejutkan oleh perkataannya yang dikeluarkan dengan tidak sengaja tadi. Dalam hatinya berpikir: "Tadi ia jelas menyebut dirinya sendiri orang she Ho, tetapi mengapa kemudian berbalik mengatakan orang she Tok" Apakah she yang disebutkan belakangan tadi hanya she palsu?"
Sementara itu Hoa chiu Hwa tho telah berkata. "Tee soan hong, siapakah sebetulnya bocah ini, mengapa kau membantu dia mempersulit kedudukan" Apakah kau benar-benar hendak bermusuhan denganku?"
Mendengar pertanyaan itu, Tee soan hong marah, ia berkata:
"Hah, bagus sekali, katamu bolak-balik itu-itu saja, kau tetap masih tidak mau."
Jago tua itu sudah marah benar-benar melihat sikap Ho chiu Hoa tho yang plintat-plintut itu. pedangnya diputar dengan cepat melakukan serangan terhadap Hoa chiu Hoa tho.
Hoa-chiu Hoa tho terpaksa lompat mundur sambil berkata:
"Sudah, sudah, kalau begitu, hari ini kalau bukan kau yang mampus, biarlah aku yang mati!"
Ia menyambar sebatang ruyung digunakan untuk menahan serangan Tee soan hong.
Sebagai orang Kangouw kawakan, ilmu ruyungnya juga bukan ilmu sembarangan, setiap serangan dilancarkan dengan hebat oleh karena ruangan itu kurang luas, sehingga ilmu pedang Tee soan hong tidak dapat digunakan dengan leluasa.
Untuk sementara ia tidak berdaya menghadapi Hoa chiu Hoa tho.
Selagi pertempuran berjalan sengit, pintu mendadak terbuka, seorang tua yang wajahnya mesum dan rambutnya awut-awutan, telah masuk tanpa diundang. Ketika menyaksikan pertempuran hebat itu, ia terkejut dan terheran-heran.
Hoa chiu Hoa tho ketika melihat orang tua itu, mendadak lompat mundur sambil berseru: "Tahan dulu!"
Tee soan hong juga terkejut ketika melihat orang tua itu, ia berkata sambil tertawa dingin:
"Angin apa yang meniup kau si dewa racun tikus sampai datang kemari?"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Hoa chiu Hoa tho:
"Tua bangka lekas kau memberi hormat padanya, tuan penolongmu telah datang!"
Hoa chiu Hoa tho berkata dengan suara marah: "Kau jangan mengoceh yang tidak karuan."
Namun demikian, dengan sikap yang menghormat sekali ia memberi hormat kepada si dewa racun tikus dan mempersilahkannya duduk.
Dewa racun Tikus itu ketika melihat pelat emas diatas meja, matanya celingukan mencari-cari, agaknya sedang mencari orang yang berhak memiliki pelat emas itu.
Tee soan hong mengetahui maksud orang tua itu, maka ia lantas berkata:
"Tidak perlu mencari, Bengcu sudah di bikin susah oleh tua bangka berhati binatang ini."
Dewa racun tikus itu semakin heran, ia menunjuk gadis berbaju ungu yang berada didalam jala seraya berkata:
"Apakah dia itu bengcu?"
"Itu dia Bengcu!" berkata Tee soan hong sambil menunjuk Ho Hay Hong yang terlentang di bale-bale dalam keadaan terikat.
Mata si Dewa racun tikus memandang Ho Hay Hong dalam kesannya. Bengcu ini meskipun usianya masih muda belia tetapi nampaknya memang seorang gagah.
Hoa chin Hwa-tho berkata:
"Saudara Kong jangan percaya omongannya, bocah ini dengan hak apa bisa menyatakan dirinya Bengcu?"
"Aku hanya dengar kata dari beberapa sahabatku. Bengcu yang baru sudah ada orangnya, bahkan mendapat dukungan luas, hem benar tidak dapat dibandingkan dengan orang biasa. Tak kuduga sebelum melihat wajah Bengcu, lebih dulu melihat lambang kekuasaan, bagaimanakah sebetulnya urusan ini?"
Ho Hay Hong sebetulnya ingin menyatakan bahwa ia adalah Bengcu rimba hijau yang baru diangkat. Tetapi mengingat bahwa keadaannya pada saat itu, jikalau ia berkata demikian berarti merendahkan derajatnya sendiri, maka akhirnya membatalkan maksudnya.
"Dewa racun tikus, kau juga merupakan seorang jago kenamaan dari golongan rimba hijau, kau melihat Bengcu dalam kesulitan. mengapa tidak mencari tahu sebab-sebabnya" Apakah beginilah sifatmu sebagai jago tua itu?" berkata Tee soan hong dingin.
Dewa racun tikus mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berkata:
"Tok Bu Gouw, apa maksud perkataanku ini?"
Ho Hay Hong yang sejak tadi memperhatikan keadaan orang tua itu dari matanya bercahaya dan urat-uratnya menonjol, ia mengetahui bahwa orang tua itu memiliki kekuatan tenaga dalam sangat hebat, maka ia sangat khawatir pada Tee soan hong.
Tee soan hong sedikitpun tak marah, berkata sambil tertawa dingin.
"Orang kata sekalipun binatang saja juga masih bisa mengenali tuannya, sedangkan engkau Dewa Racun Tikus yang namamu sudah terkenal, sebagai jago angkatan tua dari golongan rimba hijau, tak kusangka sikapmu demikian plintat-plintut."
Dewa Racun Tikus mendelikkan matanya, wajahnya nampak sangat buas, ia berkata:
"Benarkah dia itu bengcu" Tee soan hong, kau jangan mengoceh tak karuan!"
Sambil berkata demikian, tinjunya telah diangkat tinggi-tinggi agaknya hendak menyerang Tee soan hong.
Ho Hay Hong tahu benar bahwa orang tua itu beradat berangasan, sedikit salah saja bisa menimbulkan perkelahian, maka ia terpaksa tidak bisa tinggal diam, sambil menggertak gigi ia berkata dengan suara keras:
"Dewa Racun Tikus dengar, aku adalah Bengcu yang baru di angkat, perbuatanmu seperti ini apakah kau tahu akibatnya?"
Suara itu bagaikan guntur, sehingga menimbulkan suara gemuruh di dalam ruangan yang sempit itu. Sebagai orang kangouw yang ulung, si Dewa Racun Tikus ketika mendengar suara itu bukan kepalang terkejutnya.
Dengan mata membelalak ia menatap wajah Ho Hay Hong, lalu berkata pada diri sendiri:
"Kau. benar adalah Bengcu Bengcu katanya masih muda belia. berwajah tampan. benar. benar kau adanya"
Ia agaknya sedang mengingat-ingat kembali gambaran Bengcunya yang baru diangkat dari mulut kawan-kawannya, tiba-tiba sekujur badannya lemas seketika, ia duduk lagi di atas kursinya, mulutnya menggumam sendiri: "Ouw, benar benar kau. kau benar adalah Bengcu, sedikitpun tak salah !"
Hoa chiu Hwa tho hendak mengalihkan perhatian si Dewa Racun Tikus, maka dia bertanya dengan suara keras:
"Dewa Racun Tikus, apa kedatanganmu ini hendak berobat kepadaku?"
Si Dewa Racun Tikus angkat muka, matanya menatap Hoa chiu Hwa tho, agaknya sudah mengetahui semuanya. Dengan mendadak ia berjalan menghampiri Hoa chiu Hwa tho mulutnya menanya dengan suara tinggi:
"Orang sering kata siapa yang tak mampu menuntut balas dendam bukanlah seorang yang jantan. Hoa chiu Hwa tho bicaralah dengan sejujurnya, kau menangkap Bengcu kita yang baru, apakah maksudmu hendak menuntut balas kematian saudara tua mu?"
Hoa chiu Hwa tho tidak menduga kalau Dewa Racun Tikus itu bakal berbalik menanya dirinya, hingga sesaat itu mulutnya bungkam tidak bisa menjawab.
Dewa Racun tikus yang hampir seumur hidup dalam dunia Kang ouw sudah tentu kenal baik bagaimana sifatnya manusia dari golongan Kang ouw. Seketika itu ia yakin benar atas dugaannya, maka lantas marah dan berkata kepada tabib tua itu:
"Bagus! Hoa chiu Hwa tho, kau benar-benar seorang lihay, sekalipun aku memerlukan pengobatan darimu, tetapi sekarang sudah tidak perlu lagi. Hari ini aku hendak berbuat apa-apa untuk kepentingan golongan rimba hijau daerah utara, mari, mari, kita berdua selamanya bersahabat baik, tetapi dalam hal ini karena menyangkut kepentingan umum, terpaksa aku menyingkirkan kepentingan pribadi, itu semua demi untuk kepentingan umum."
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu hatinya merasa terharu, ia sungguh tidak menduga bahwa orang-orang dari golongan rimba hijau yang biasanya dianggap sebagai berandal, ternyata mengenal apa artinya keadilan dan menjunjung tinggi kesetia kawanan, kalau begitu selama itu pandangan atas diri mereka ternyata salah.
Hoa chiu Hwa tho meskipun berkepandaian tinggi, tetapi ia paling takut menghadapi orang tua itu, ia ada melatih semacam ilmu yang mengandung racun tikus, maka ia mendapat julukan Dewa Racun Tikus, ilmu serangannya itu justru merupakan ilmu yang dapat menghancurkan ilmunya sendiri yang dinamakan Pik hoa-koan.
Hoa chiu Hwa tho terkenal namanya dengan ilmu serangannya Pek ho koan, tetapi ilmu itu paling takut menghadapi ilmu serangan tikus, maka betapapun panas hatinya, ia juga tidak berani berlaku keras.
Hoa chiu Hwa tho yang juga memiliki pengetahuan ilmu tabib sangat luas, biasanya tak pandang mata kepada segala orang, jika ia tidak memandang balas jasa yang berupa barang pusaka, ia tidak akan memberikan obat kepada orang sakit, sekalipun terhadap familinya sendirinya, juga tidak terkecuali. Hanya terhadap Dewa racun tikus agaknya lain, ia selalu mengalah dan takut setengah mati terhadapnya.
Pada saat itu, oleh karena Bengcunya dalam keadaan bahaya, Dewa racun tikus yang ingin membela keadilan tidak perdulikan persahabatannya dengan tabib tua itu, dengan lantas ia hendak membinasakannya.
Hoa chiu Hwa tho, ketakutan setengah mati, ia mundur berulang-ulang seraya berkata:
"Saudara tunggulah, dengarlah keteranganku."
"Tidak perlu, kalau aku mendengar keteranganmu, aku nanti akan teringat kembali hubungan persahabatan kita, sehingga tidak tega turun tangan, maka lebih baik kau jangan berkata apa-apa, supaya kau tidak berada dalam kesulitan." demikian si Dewa Racun Tikus memotong.
Tee-soan hong mendadak menyelak: "Dewa racun tikus tahan dulu."
Dewa racun tikus pada saat itu sebetulnya sudah akan membuka serangannya, ketika mendengar suara Tee soan hong buru-buru tarik kembali serangannya dan bertanya: "Kau ada usul apa?"
"Bengcu terluka bagian dalam, kalau bangsat tua Hoa chiu Hwa tho ini yang mengobati, sudah pulih kembali kesehatannya, jikalau kau membinasakannya, bukankah bengcu juga sudah mati" Maka pikirlah dulu untuk mereka!"
Mendengar perkataan itu, bukan kepalang girangnya Hoa chiu Hwa tho, ia bersedia menerima baik segala permintaan supaya jangan mati konyol.
Racun tikus benar-benar mulai sangsi, ia berpikir sejenak lalu berkata.
"Maksudmu.?"
"Sudah tentu kita harus mengingat kepentingan Bengcu kita, tentang permusuhan pribadi kita kesampingkan dulu, dikemudian hari tokh bisa dibereskan!" berkata Tee soan hong sambil tertawa.
"Baik, Hoa chin Hwa tho, kau boleh kesampingkan dulu dendam sakit hatimu, obati dulu Bengcu kita!"
Hoa chin Hwa tho pura-pura berlaku lemas dengan terpaksa, ia menganggukkan kepala dan berkata:
"Baiklah dengan memandang muka saudara ku nanti melakukan segala perintahmu!"
Diam-diam ia merasa girang, karena dengan demikian berarti terhindar dari kematian, maka tanpa ayal lagi, ia lantas menyalakan api dan mulai masak lagi obat yang diperlukan. Kemudian ia membuka rantai yang mengikat Ho Hay Hong.
Si Dewa racun tikus menyaksikan semua perbuatan Hoa chiu Hwa tho setelah selesai baru berkata:
"Hoa chiu Hwa-tho tentang persahabatan kita untuk sementara jangan dibicarakan dulu, harap kau jangan main gila . ."
"Sudah tentu perintah saudara, siaote pasti akan lakukan !" menjawab Hoa-ciu Hwa tho.
Setelah itu ia juga mengambil beberapa rupa obat untuk mengobati luka tangan keponakannya.
Apa yang terjadi disitu telah diketahui semua oleh anaknya Kay see Kim kong, tahu bahwa harapan untuk menuntut balas sudah tidak ada lagi, maka satu-satunya hanya disimpan dalam hati tanpa mengeluarkan sepatah kata pun juga, ia masuk kedalam tidak keluar.
Hoa chiu Hwa tho mengambil sedikit bahan obat, dipoleskan ketubuh Ho Hay Hong sambil diurut perlahan-lahan. Untuk pertama kalinya ia mengobati tangan musuhnya maka perasaannya sesungguhnya tidaklah enak baginya.
Sementara itu Tee soan hong juga sudah membabat jaring yang melibat tubuh gadis baju ungu. Setelah bebas kembali gadis berbaju ungu itu buru-buru menghampiri Ho Hay Hong dan menghiburnya dengan kata-kata lemah lembut.
Dewa racun tikus menyaksikan semua itu dan sambil berpikir: "Beng-cu yang baru diangkat ini romannya tampan, bakatnya juga baik, dia memang seorang yang mempunyai bakat paling baik untuk menjadi seorang gagah, hanya usianya yang masih begitu muda muda, apakah ia dapat mengendalikan semua anak buahnya" Apakah ia dapat memegang kewajibannya dengan baik?"
Dengan mendadak Hoa chiu Hwa tho berkata.
"Luka Bengcu sangat berat, aku sebetulnya masih yakin dapat menyembuhkan lukanya, tetapi sayang sekarang ini masih kurang serupa obat. Dengan tidak adanya obat itu, aku tidak berdaya sama sekali. Saudara bukan aku tidak mau mengeluarkan tenaga mungkin ini adalah takdir."
Dengan mata mendelik Dewa racun tikus berkata.
"Hoa chiu Hwa tho, apa kau pikir hendak main gila?"
"Saudara, aku sudah berbuat sebisa-bisanya, tetapi kenyataannya memang begitu, ini bukan tenaga manusia yang dapat menyembuhkannya. Jikalau kau tidak percaya kau boleh bunuh mati aku, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa!"
Mendengar itu gadis baju ungu terkejut dan lantas menyelak.
"Kurang obat apa" Katakanlah !" Gadis itu nampaknya sangat bingung, sehingga mengherankan si Dewa Racun Tikus, dalam hatinya bertanya-tanya kepada diri sendiri: Gadis cantik ini pernah apa dengannya" Mengapa demikian besar pengertiannya" apakah istrinya ?"
Hoa chiu Hwa teh dengan sinar mata dingin mengawasi padanya, lalu menjawab:
"Obat ini sangat berharga dan jarang ada, kuceritakan juga tak bisa berbuat apa-apa. Obat itu berupa liurnya naga yang sudah berusia ribuan tahun, dalam ilmu obat batas liur itu dinamakan Liong yan hiang!"
"Benarkah kau tidak menyimpan obat itu?" tanya Tee soan hong dingin.
Dengan tiba-tiba mata gadis berbaju ungu itu mengembang air, berkata kepada Ho Hay Hong dengan suara pelahan:
"Ho koko, benarkah kau hendak berpisah denganku untuk selama lamanya?"
"Aku selamanya tidak suka membohongi, kalau tidak percaya kau boleh geledah!" berkata Hoa chiu Hwa tho marah.
Tee soan hong benar-benar membuka peti Hoa chiu Hwa tho dengan ujung pedangnya, ramuan-ramuan obat didalam peti dikorek-korek sehingga berantakan ditanah.
Sementara itu Hoa chiu Hwa Tho tak bisa berbuat apa-apa mengawasi perbuatan itu dengan hati mendongkol.
Tak lama kemudian, Tee soan hong berkata dengan marah:
"Tak ada ya sudah. Jalan, biarlah aku yang pergi mencari obat itu."
Gadis berbaju ungu itu sungguh tidak menduga Tee soan hong demikian besar perhatiannya terhadap diri Ho Hay Hong, dalam hatinya berpikir dan bertanya kepada diri sendiri: "Apakah dia sudah mengerti segala-galanya bahwa Ho koko itu adalah."
Si Dewa Racun Tikus dengan hati murung berkata kepada Ho Hay Hong sambil memberi hormat:
"Bengcu urusan ini kita tidak bisa berbuat apa-apa, aku harus minta diri lebih dahulu, semoga Tuhan selalu beserta kamu."
Ia menarik napas panjang, dengan langkah kaki sempoyongan berjalan keluar meninggalkan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong meskipun mulutnya diam saja, tetapi dalam hatinya diam-diam merasa lega. Karena obat yang dibutuhkan itu, banyak sekali dimiliki gadis kaki telanjang, untuk mendapatkan obat itu baginya bukan merupakan soal susah.
Karena ada harapan hidup, perasaannya yang mulai gembira, ia berkata kepada Tee soan hong.
"Tee soan hong. terima kasih atas semua bantuanmu adik, marilah kita melanjutkan perjalanan keselatan."
Selagi hendak meninggalkan rumah itu, ia terkejut menyaksikan sikap Tee soan hong yang mengawasi tanda rajah lukisan dilengannya.
Gadis berbaju ungu itu buru-buru menarik ujung bajunya dan berkata dengan suara pelahan:
"Ho koko, mari kita lekas jalan, jangan sampai terjebak oleh akal busuknya Hoa chi Hwa tho lagi."
Ho Hay Hong diam-diam memperhatikan sikap dan gerak-gerik Tee soan hong, sebetulnya ingin berhenti sebentar, tetapi sudah dipisah oleh gadis berbaju ungu, maka terpaksa meninggalkan rumah itu.
Sementara itu Tee soan hong berdiri di dalam kamar dengan perasaan mendelu, pada saat itu mungkin pikirannya sedang memikirkan masa lampau yang menyedihkan, wajahnya tampak diliputi oleh perasaan duka, air matanya mengalir keluar.
Ho Hay Hong yang baru berjalan beberapa langkah ketika menoleh dan menyaksikan keadaan Tee soan hong hatinya semakin heran. Selagi hendak menanya tangannya sudah ditarik oleh gadis berbaju ungu.
Tanpa berkata apa apa sigadis memberi isyarat kepada Ho Hay Hong naik kuda. kemudian ia sendiri juga naik dan kaburkan kudanya dengan cepat kuda itu dilarikan menuju ke kota.
"Kau hendak kemana?" tanya Ho Hay Hong.
"Selatan!" jawab gadis itu sigap. "Benarkah kau hendak ikut pergi?"
"Mengapa tidak ?"
Ho Hay Hong bungkam, sementara otaknya berpikir:
Maksudmu ke selatan tidak lain hanya hendak menjumpai dia, untuk minta obat Liong yan hiang" Jikalau kau ikut, bukankah menyulitkan dirimu ?"
Mendadak ia dapat satu akal, katanya:
"Didaerah selatan keadaan rimba persilatan sangat ruwet, tidak dapat dibandingkan dengan daerah utara. Kau belum mempunyai pengalaman sedikitpun juga tanpa sadar kita mungkin bisa terjebak akal busuk kawanan bangsat, aku pikir sebaiknya kau jangan ikut saja!"
"Ada kau disampingku, apapun aku tidak takut!"
Ho Hay Hong tidak bisa berbuat apa-apa, hanya dalam hatinya mengeluh.
"Apa kau sedikitpun tidak memikirkan kongkongmu yang sudah tua" Ia hidup seorang diri, perlu ada orang yang merawati dikampungnya. Kau harus tahu bahwa perjalananku ini belum diketahui masih bisa hidup atau tidak, apabila mati di selatan, kau seorang diri tanpa sanak saudara bagaimanapun juga aku merasa berat, sebaiknya."
Belum habis ucapannya sudah menimbulkan kecurigaan gadis itu, ia menghentikan kudanya dan bertanya dengan heran:
"Ho koko kalau aku menyatakan hendak ikut keselatan kau lantas mengajukan banyak soal supaya aku jangan ikuti. Sebetulnya kau ada urusan apa yang perlu harus mengelabui mataku" Mengapa kau rupanya tidak senang kalau aku ikut kau."
Ho Hay Hong tidak bisa berkata apa-apa, lama baru menjawab:
"Adikku, kau jangan salah paham, aku hanya takut kau mendapat kesulitan dijalan."
"Aku rela menderita, mengapa tidak boleh?"
Namun demikian, dalam hatinya sangat resah, ia mengalihkan pembicaraannya ke soal lain, lantas tidak menyebut-nyebut lagi persoalan itu.
Setelah perjalanan mereka mulai memasuki daerah selatan, hawa udara tidak sedingin seperti di utara, tetapi karena dua orang itu masing-masing ada urusannya sendiri, maka sepanjang jalan tidak banyak yang dibicarakan.
Ho Hay Hong mendadak ingat sesuatu, Ia berkata:
"Aku pikir Tee soan hong Tok Bu Gou pasti bukan seorang she Tok, nama Tok Bu Gouw itu aku duga pasti adalah nama samaran. Apa kau tidak dengar diwaktu ia sedang bicara tanpa disengaja sudah menyebutkan dirinya sendiri orang she Ho, aku kira nama sebetulnya tentu orang she Ho!"
"Kau ini benar-benar sangat aneh, usiamu sendiri masih belum terang. sudah mengurusi urusan orang lain. Aku heran selagi menghadapi bahaya maut, kau masih mempunyai pikiran semacam itu, memikirkan diri orang lain
"Apa maksudnya perkataan ini" Aku tidak mengerti!"
"Kau masih hendak tanya orang lain, lantaran urusanmu, hatinya bingung tidak karuan, sedang kau sendiri."
Ho Hay Hong melihat sikap gadis itu nampak murung, tidak berani bicara lagi.
Dua muda mudi itu setiap hari melakukan perjalanan tanpa kenal siang atau malam, mereka hanya berhenti jikalau hendak makan. Maka pada hari ketiga diwaktu pagi mereka sudah tiba dikota Kay hong.
Kota itu merupakan kota dagang yang penting bagi daerah utara dan selatan, kira-kira enam puluh pal dari kota itu, disitulah letaknya Kampung Setan yang terkenal angker dan hampir diketahui oleh semua penduduk daerah tengah.
Ho Hay Hong meskipun melakukan perjalanan jauh dan belum makan, tetapi ia tak merasa letih, apalagi Kampung Setan sudah berada didepan matanya. Terdorong oleh semangatnya yang menyala-nyala sehingga lupa semua keletihan dan kelaparan.
Tetapi, tidak demikian dengan keadaan sigadis, kesedihan dan keletihan selama beberapa hari itu, membuatnya yang biasa hidup senang dan dimanja, badannya nampak banyak kurus.
Ho Hay Hong khawatir kesehatan gadis itu terganggu, maka ia tidak melanjutkan perjalanannya, mencari rumah penginapan untuk beristirahat dulu.
-ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 21
Jilid 21 HO HAY HONG waktu itu masih tidak menunjukkan perasaan sedih, ia minta pelayan yang menyediakan barang hidangan spesifik daerah selatan, yang sengaja untuk menyenangkan hati gadis itu.
"Ho koko. Kebaikanmu selamanya tidak akan kulupakan, tetapi jiwamu hanya ah, Ho koko ceritalah sedikit hal-hal yang menyenangkan hatiku, aku hendak mengenang segala cerita mu dimasa hidup."
Sehabis berkata demikian air matanya mengalir bercucuran. hingga tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
Ho Hay Hong sangat bersyukur, selagi hendak menghibur kekasihnya Itu dengan kata-kata yang manis, disuatu sudut rumah penginapan tampak seorang padri tinggi besar berjubah putih, sepasang mata bercahaya, tangannya memegangi sebuah sangkar burung yang besar sekali.
Padri yang tinggi besar itu sedang melambaikan tangan hendak minta diri kepada kawan-kawannya. Apa yang mengherankan baginya, dalam sangkar besi itu ternyata terkurung seekor burung garuda yang besar sekali. Dalam terkejutnya, ia menduga bahwa burung garuda itu yang agaknya luar biasa, mungkin salah satu burung garuda peliharaan si kakek penjinak garuda.
Selagi hendak mencari tahu, seorang Kang ouw telah mendekati padri tinggi besar itu dan bertanya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Taysu, boleh aku numpang tanya, orang yang beribadat itu apakah boleh melanggar agamanya ?"
Oleh karena pertanyaan itu diucapkan dengan suara nyaring maka dapat didengar oleh semua orang yang ada disitu, dengan perasaan terheran-heran, semua orang mengawasi dirinya.
Padri tinggi besar itu ketika mendengar pertanyaan demikian, dalam hati merasa heran. Ia tidak mengerti apa maksudnya orang yang tidak dikenal itu bertanya demikian" Tetapi bagaimana layaknya ia harus menjawab.
"Bagaimana orang beribadat terbagi dari golongan yang jujur atau yang palsu, kalau yang jujur dan memang harus mencari kebenaran sudah tentu tidak boleh melanggar aturan, yang palsu maksudnya bukan mencari kebenaran, maka melanggar atau tidak terserah kepada kesenangan hatinya !"
Orang Kang ouw itu agaknya hendak menggoda padri, ketika banyak yang perhatikan dirinya, ia lalu berkata sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kalau demikian halnya, Taysu jadi termasuk orang yang beribadat yang palsu !"
Padri tampaknya tidak senang, tetapi ia tidak marah, sambil merangkapkan kedua tangannya ia bertanya:
"Pertanyaan siecu ini apa maksudnya" Bolehkah siecu beritahukan kepada lolap?"
"Aku tadi telah menyaksikan Taysu sangat gembira, minum arak dan makan daging sepuas-puasnya, maka aku menganggap Taysu adalah tergolong beribadat palsu itu. Coba Taysu pikir ucapanku ini benar atau tidak?"
Semua orang yang mendengar pertanyaan itu, lantas pada tertawa ramai.
Padri itu rupanya mengerti bahwa orang Kang ouw itu, sengaja mencari setori dengannya hingga tidak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, ia berkata dengan suara gusar.
"Siecu rupanya mencari setori, sengaja menghina lolap, apakah kedatanganmu ini ada yang kau andalkan?"
Orang itu tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Salah, salah, aku dengan Taysu masih sangat asing, kesatu tidak kenal, kedua tidak ada permusuhan apa-apa, perlu apa buat menghinamu" Hanya kelakuan Taysu yang tidak selayaknya sebagai orang yang beribadat, menimbulkan keherananku, maka terpaksa aku menanya padamu. Tak kuduga Taysu lantas marah, ini suatu bukti bahwa Taysu belum cukup kuat ibadahnya. Ha ha ha "
Sehabis berkata demikian, dengan langkah lebar ia berjalan di hadapan padri itu, seolah-olah tidak pandang mata padanya.
Ho Hay Hong juga merasa bahwa orang tu agak kurang sopan, kedatangannya itu tentu bukan tidak ada sebabnya, maka ia berkata pada gadis itu dengan suara pelan:
"Adik, seperti tadi dengar atau tidak" Tempat seperti ini sering terdapat manusia macam yang tak karuan sifatnya sehingga mudah sekali timbul perkara. Keadaan seperti ini, mungkin kau tidak pernah melihatnya di daerah utara, maka dikemudian hari kau harus berlaku hati-hati kalau bisa sabar, sabarlah."
Ucapannya itu seperti memberi nasehat kepada kekasihnya, sehingga gadis berbaju ungu yang mendengarkan itu merasa pula air matanya kembali mengucur keluar dan menjawab sambil menganggukkan kepala:
"Ho koko, ucapanmu aku akan ingat dan tidak akan melupakan untuk selamanya, kau jangan khawatir."
Pada waktu itu padri tinggi besar itu nampaknya sudah marah benar, dengan keras ia berkata:
"Jangan pergi dulu."
Suaranya bagaikan geledek hingga mengejutkan semua orang yang berada di dalam rumah penginapan itu. Kini semua baru tahu bahwa padri itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang hebat.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Padri itu jelas menggunakan ilmunya dari golongan gereja Siao lim si, apakah padri ini orang dari golongan Siao lim pay?"
Belum lenyap pikirannya, orang Kang-ouw tadi sudah berdiri tegap, dan perlahan-lahan berpaling serta bertanya: "Taysu ada keperluan apa?"
Sikapnya masih tetap tenang, sedikitpun tidak merasa jeri oleh ilmunya padri tinggi besar itu, jelaslah sudah bahwa orang itu setidak-tidaknya mempunyai pegangan yang kuat.
Padri tinggi besar itu meletakkan sangkar yang dibawanya, ia berkata dengan suara gusar:
"Aku adalah Hui Ceng dari Siauw lim-sie, sejak aku mengembara, belum pernah menjumpai seorang tidak sopan seperti ini, hari ini jikalau siecu tidak menjelaskan duduknya perkara, kau jangan harap bisa pergi dengan seenaknya!"
"Oh, jadi Taysu ingin bertanding dengan aku" Ha he he begitu bagus sekali, mari sebutkan caranya!"
Ho Hay Hong sementara itu berpikir "Orang ini romannya biasa saja. sedikitpun tidak ada apa-apa yang luar biasa, jelas bukan tandingan padri itu, mengapa ia berani menantang demikian rupa?"
Tetapi kemudian ia pikir kembali: "justru orang yang berkepandaian kepalang tanggung ini yang biasanya sering suka mengagulkan kepandaiannya, dan tidak pandang mata pada orang lain. Oh, orang itu benar-benar tidak tahu diri."
Pada saat itu matanya tiba-tiba dapat melihat seorang muda tinggi kurus, dengan kelakuannya seperti maling berjalan mendekati padri tinggi besar itu, dan selagi padri itu tidak ambil perhatian, ia lalu mengambil sangkar besi besar itu dan dibawa kabur.
Ketika padri itu mengetahui, anak muda itu sudah turun dari tangga. Dengan demikian padri itu segera mengetahui bahwa dirinya telah tertipu oleh akal muslihat kawanan bangsat.
Ia meninggalkan orang yang menantang dirinya, dengan cepat lari turun mengejar pemuda kurus itu.
Kejadian ini diluar dugaan orang banyak, hingga semua pada tertegun.
Ilmu lari pesat padri itu sungguh hebat, dalam waktu singkat ia sudah berhasil menyandak pemuda kurus tersebut. Tetapi selagi hendak menangkapnya, dari atas mendadak lari turun seorang tua bermuka hitam, yang melancarkan serangan dari jarak jauh dengan mendadak.
Serangan itu dilakukan cepat dan hebat sekali, sekalipun Ho Hay Hong yang berada agak jauh juga merasakan sambaran hembusan anginnya.
Paderi tinggi besar itu terpaksa menarik kembali tangannya dan lompat mundur selangkah.
Orang tua bermuka hitam itu perdengarkan suara dingin, sama sekali tidak menghiraukan sikap paderi itu. Dengan langkah lebar ia berjalan menuju kesalah satu meja yang kosong, setelah duduk, minta pelayan supaya menyediakan arak dan hidangan, seolah-olah disitu hanya ia sendiri yang duduk.
Paderi tinggi besar itu ketika menyaksikan sikap dan kelakuan orang bermuka hitam itu, sesaat tidak bisa mengambil keputusan hingga berdiri tertegun dipinggir tangga loteng.
Pemuda kurus yang menyambar sangkar besi tadi, menggunakan kesempatan itu lari. Ho Hay Hong yang duduk dipinggir jendela. telah melihat sebuah kereta mewah dilarikan dengan cepat, menyambut pemuda kurus tadi dan kemudian dikaburkan kearah barat.
Paderi tinggi besar yang berdiri tertegun ketika sadar kembali, pemuda yang membawa kabur sangkar dan burung garudanya itu ternyata sudah tidak tampak bayangannya lagi.
Dengan alis berdiri ia menghampiri dan berkata kepada orang tua bermuka hitam:
"Siecu telah berkomplot merencanakan perbuatan ini, rencanamu itu meskipun bagus tapi juga tidak akan terhindar dari hukum, aku Hui Ceng, sudah lama berkelana di dalam Kangouw, bagaimanapun juga tokh tak boleh kehilangan muka ditempat umum seperti ini, siecu pikir ucapanku ini betul atau tidak?"
Orang tua bermuka hitam itu diam saja sambil menundukkan kepala tetap makan hidangannya, seolah-olah tidak dengar ucapan paderi itu.
Kejadian itu juga mengherankan Ho Hay Hong, sementara dalam hatinya berpikir, kelakuan orang tua muka hitam ini meskipun sangat aneh, tetapi mungkin juga suatu kebetulan saja. Sebab paderi itu hendak menyerang pemuda itu, dan saat itu justru orang tua itu hendak naik keloteng, dengan sendirinya menangkis serangan paderi itu untuk menolong jiwa pemuda tadi.
Semua ini kejadiannya agak aneh, sulit diduga bagaimana keadaan yang sebetulnya.
Sementara itu paderi tinggi besar itu sudah berada dimeja orang tua bermuka hitam. Dengan muka merah padam ia berkata.
"Siecu berkepandaian cukup tinggi, tentunya orang kenamaan dalam rimba persilatan. Lolap seorang yang tidak tahu diri, mendapatkan kehormatan ini!"
Sehabis berkata, ia mengambil poci arak dituang kedalam cawan orang tua bermuka hitam itu.
Orang tua bermuka hitam itu mendadak angkat muka tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Baik, baik, budi kebaikanmu, ku terima dalam hati!"
Ia sodorkan cawannya, menerima pemberian arak paderi tinggi besar.
Sungguh aneh, dua orang tampak berkenalan, saling mengadu kekuatan tenaga dalam, hingga tangan dua orang tampak sedikit gemetar. Mata paderi itu tampak bercahaya napasnya memburu, sedangkan orang tua muka hitam itu meskipun bibirnya tersungging senyuman, tetapi agaknya juga sudah mengeluarkan banyak tenaga.
Pertandingan kekuatan tenaga dalam itu berlangsung dengan cepat, setelah mengadu kekuatan itu, dua orang sudah tahu kekuatan masing-masing.
Dibawah sorotan mata orang banyak, orang tua muka hitam itu minum kering arak yang dituang oleh paderi tadi.
Hui Ceng meletakkan kembali pocinya diatas meja, kemudian serunya pada orang bermuka hitam:
"Siapakah nama siecu yang mulia" Apakah siecu tidak keberatan memberitahukan pada lolap?"
"Nama julukanku kurang sedap didengar, kusebutkan barangkali mengotori telingamu, lebih baik tidak kusebutkan!" jawab orang bermuka hitam sambil tertawa.
"Siecu berkepandaian sangat tinggi, jelas tentulah satu jago kenamaan dari satu daerah. Sayang lolap tidak mempunyai peruntungan untuk mengetahui nama siecu yang mulia."
"Demikian besar cinta Taysu terhadap diriku yang hina ini, kalau aku tidak mau menyebutkan namaku, Taysu tentunya akan menganggap aku terlalu sombong. Dengan terus terang, nama julukanku ialah Liang hay Hek keng."
Ketika mendengar disebutnya nama julukan itu, para tamu dalam rumah penginapan itu ramai membicarakan dengan suara pelahan.
Ho Hay Hong meskipun belum pernah dengar nama itu, tetapi dari sikap orang banyak ia juga dapat menduga bahwa orang muka hitam itu tentunya orang ternama dalam rimba persilatan, jikalau tidak, orang-orang itu tentu tidak menunjukan sikap terkejut.
Lama Hui Ceng berdiam kemudian berkata.
"Kiranya siecu adalah Liang hay Hek-heng, lolap tidak tahu. Sudah lama lolap dengar bahwa Bengcu rimba hijau tujuh propinsi daerah selatan, Liong ceng Hauw sie, mempunyai tiga pembantu yang namanya sangat kesohor. Kini lolap telah berjumpa dengan salah satu diantara, sesungguhnya merupakan suatu kehormatan bagi lolap."
"Tetapi lolap ingin tanya kepada siecu, kita Siau lim pay dengan Liong ceng Houw sie tidak ada permusuhan apa apa, mengapa sering mendapat gangguan dari orang orangnya. Bahkan merampas barangku yang sangat berharga."
"Benar ucapan Taysu memang sangat beralasan, tetapi sangat menyesal, aku yang hina hanya berbuat atas perintah atasanku tentang ini. barangkali Taysu juga dapat memaklumi. hingga tidak perlu aku memberi keterangan lagi!" kata orang tua bermuka hitam.
"Kalau begitu, Bengcu-mu memang sengaja menantang Siao lim pay?"
"Tentang ini maaf, karena aku bukan Bengcu maka tidak dapat menjawab!"
"Lolap kata, Bengcu-mu sudah beberapa tahun berusaha memperkuat kedudukannya, dengan ambisi besar hendak menelan semua partai dan golongan dalam rimba persilatan, mengapa siecu tidak menjawab demikian, yang barangkali agak tepat?"
"Menyesal sekali, perlu kujelaskan lebih dulu, bahwa urusan Bengcu aku tidak akan turut campur tangan!"
Perdebatan semakin sengit, agaknya hendak berubah menjadi perkelahian. Tetapi Hui Ceng agaknya bisa berpikir panjang setelah berpikir sejenak mendadak meninggalkan meja orang tua bermuka hitam dan berkata:
"Baik, lolap akan memberitahukan hal ini kepada ketua lolap, entah bagaimana hendak dibereskannya! Sampai berjumpa lagi!"
Tanpa menoleh lagi, ia sudah meninggalkan tempat tersebut.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "ucapan Hui Ceng mungkin juga ada benarnya Liongceng Houw sie bermaksud hendak menguasai rimba persilatan, maka hendak menyelidiki rahasia kekuatan si kakek penjinak garuda. Kalau benar demikian halnya aku harus berusaha mencegahnya."
Kemudian ia berpikir pula: "sebetulnya burung garuda itu kecuali digunakan sebagai pesuruh, tidak ada lain guna. Liongceng Houw sie mendapatkannya, juga percuma saja!"
Karena ia sendiri sudah pernah mengalami, maka diam-diam merasa geli.
Dengan mendadak dijalan raya tampak sebuah kereta sangat mewah berjalan mendatangi dan kemudian berhenti dihadapan rumah penginapan.
Seorang muda tampan berpakaian mewah dengan sikapnya yang jumawa, turun dari kereta, dibelakangnya menyusul seorang tua hidung bengkok yang membimbing seorang perempuan yang mukanya ditutupi oleh kerudung kain hitam.
Perempuan itu meskipun tidak tertampak wajahnya, tetapi dari potongan tubuhnya yang indah mungkin juga memiliki paras cantik.
Ia mengenakan gaun panjang berwarna kuning muda, dengan dibimbing oleh pemuda perlente dan lelaki tua hidung bengkok naik ke atas loteng rumah penginapan.
Dengan munculnya perempuan itu, manusia bermuka hitam itu mendadak menjadi tegang. Matanya yang tajam berputaran mengawasi keadaan disekitarnya sebentar, setelah merasa puas baru ia tenang kembali.
Pada saat itu orang Kangouw yang menyaru sebagai tamu rumah penginapan merangkap rumah makan, lantas pada bangkit dari tempat duduk masing-masing, lantas menyambut dan mempersilahkan perempuan berkerudung itu duduk disalah satu sudut.
Dari kekuasaan dan perbuatan orang-orang itu, segera dapat diketahui bahwa mereka pasti komplotan orang tua bermuka hitam. Orang-orang itu jumlahnya tidak kurang dari belasan, hingga Ho Hay Hong diam-diam berpikir, "kalau begitu mereka sudah merencanakan sangat rapih lebih dulu, untung Hui ceng tahu gelagat, sehingga tidak sampai terjadi bentrokan. Kalau tidak betapapun tinggi kepandaiannya, ia akan pasti kewalahan menghadapi demikian banyak musuh."
Gadis berbaju ungu sejak tadi memperhatikan wanita berkerudung, maka ia segera mengetahui bahwa perempuan itu tidak bertenaga sama sekali, jalannya juga memerlukan bimbingan orang. Ia lalu berkata kepada Ho Hay Hong dengan suara pelahan:
"Ho koko, apa kau tidak lihat bahwa orang itu sebetulnya hanya merupakan satu boneka?"
Ho Hay Hong lalu memperhatikan keadaan perempuan itu, ia juga segera melihat tanda-tanda yang mencurigakan, maka lalu berkata sambil menganggukkan kepala:
"Benar, ia berjalan saja tidak bertenaga hingga perlu bantuan orang lain. Mungkin ia dalam keadaan tidak sadar."
Diam-diam ia merasa heran, apa maksudnya orang-orang Kang ouw Ini menawan orang perempuan"
Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada waktu itu, para tamu yang bernyali kecil, ketika melihat gelagat tidak beres, satu persatu meninggalkan tempat itu, hingga yang tinggal hanya orang-orang komplotan situa bermuka hitam, bersama Ho Hay Hong dan gadis berbaju ungu, serta beberapa gelintir orang yang bernyali besar.
Ho Hay Hong yang bermaksud hendak menyaksikan apa yang akan terjadi. Maka sekalipun sudah makan dan minum cukup kenyang, ia masih belum mau meninggalkan tempat duduknya.
Pada saat itu, seorang lelaki tua berambut panjang mendadak muncul di tangga loteng.
Orang tua bermuka hitam itu ketika nampak kedatangan lelaki tua itu, nampaknya sangat girang. Mereka saling menyapa sambil melambaikan tangan, lalu bersama-sama orang tua hidung bengkok, duduk mengurung perempuan berkerudung.
Gadis berbaju ungu mendadak angkat kepala, kemudian berkata:
"Ho koko, sang waktu berlalu cepat sekali."
Sewaktu ia mengucapkan perkataan itu wajahnya sangat murung.
Ho Hay Hong yang mendengar perkataan yang tidak karuan juntrungannya itu, ia merasa sangat bingung, tetapi setelah di pikir, ia segera mengerti maksud ucapan itu. Sementara itu matahari sudah naik tinggi, ini berarti jiwanya tinggal setengah hari saja.
Ia mulai khawatir, karena kepergiannya ke kampung setan nanti, apabila tidak bertemu dengan gadis kaki telanjang, berarti jiwanya tidak tertolong lagi.
Dilain pihak, ia juga bingung bagaimana harus melepaskan diri dari kekasihnya gadis berbaju ungu, karena apabila dua gadis saling bertemu, pasti akan menimbulkan akibat tidak baik.
Mendadak ia mendapatkan suatu akal, tetapi akal ini besar sekali resikonya, maka ia tidak berani mengambil keputusan.
Dari mulut Tok-heng lojin ia dapat tahu bahwa orang-orang golongan rimba hijau daerah selatan selalu memandang rendah kepada orang-orang rimba persilatan daerah utara bahkan sering menghina dan mengejeknya.
Dahulu ketika ia mendengar penuturan itu, diam-diam pernah bersumpah pada diri sendiri, pada suatu hari ia pasti akan unjuk gigi kepada orang-orang rimba persilatan daerah selatan untuk membikin melek mata mereka.
Ia anggap pemimpin golongan rimba hijau daerah selatan, Liong ceng Houw sie mungkin seorang yang sombong dengan sepak terjangnya, mungkin masih banyak perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan oleh kawanan berandal itu.
Ia berpikir bolak-balik. Karena waktunya sudah terlalu mendesak, maka lantas mengambil keputusan dengan segera.
Dengan mendadak ia bangkit dari tempat duduknya dan berkata dengan suara keras.
"Liang hay Hek-kheng, kau kemari!"
Gadis berbaju ungu terkejut, dengan wajah pucat ia bertanya:
"Ho koko kau mau apa ?"
Ho Hay Hong sudah bertekad bulat, maka ia tidak menghiraukan pertanyaan kekasihnya. Selagi banyak orang masih berada dalam keadaan keheran2an ia sudah membentak keras lagi:
"Liang hay Hek kheng, kau dengar tidak."
Pertanyaan itu seolah-olah suatu perintah dari seorang berkedudukan tinggi kepada orang bawahannya, Liang hay Hek kheng yang masih dalam kebingungan, juga merasa mendongkol, karena ia sama sekali tidak kenal dengan pemuda asing itu.
Betapapun tinggi kedudukannya, sesungguhnya ia tidak berhak berlaku demikian kasar terhadapnya.
Namun sebagai seorang Kang ouw ulung sekalipun hatinya panas, tetapi kepalanya tetap dingin, dengan mengendalikan marahnya, ia menghampiri dan bertanya:
"Siaohiap ada keperluan apa ?"
Ho Hay Hong yang sengaja mencari onar, dengan mata melotot dan nada tidak senang ia menanya:
"Bagaimana kau menyebut aku ?"
Liang hay Hek kheng yang tidak mengerti maksud pemuda itu, ketika mendengar pertanyaan itu, sekalipun sudah banyak pengalaman juga tercengang. Tapi akhirnya menjawab:
"Siaohiap !"
"Goblok, dengan kedudukan apa kau panggil aku siaohiap ?"
Liang hay Hek kheng marah diperlakukan demikian kasar. Ia pikir dengan sebut siaohiap itu sudah cukup merendah, tak sangka pemuda itu masih kurang senang, mungkinkah pemuda itu gila.
Gadis berbaju ungu juga ketakutan, berkata dengan suara gemetar:
"Ho koko, aku minta."
Ho Hay Hong mengulapkan tangannya, memotong perkataannya:
"Kau jangan turut campur, semua aku yang tanggung jawab !"
Ia tahu benar bahwa bagi orang yang mengembara diluar, yang terpenting ialah wibawa. Untuk menghadapi manusia-manusia bangsa berandal seperti itu, bersikap keras dan keberanian yang luar biasa, melakukan perbuatan hal-hal yang tidak diduga, hingga di kemudian hari baru diindahkan.
Dengan sikap keren, ia berkata pula: "Lekas bebaskan nona itu, jikalau tidak, ku nanti terpaksa akan melakukan pembunuhan besar-besaran !"
Liang hay Hek khang yang masih dalam keadaan marah, namun tetap berlaku tenang, setelah berpikir sejenak ia sadar. Maka setelah mendengar ucapan itu, lantas menjawab sambil tertawa dingin.
"Hmm, orang yang bernyali besar seperti kau ini, dalam hidupku begini tua. baru pertama kali ini aku bertemu kau. Biarlah hari ini aku berikan sedikit hajaran padamu, supaya kau tahu berapa ketinggian langit dan berapa tebalnya bumi!"
Ho Hay Hong tahu orang bermuka hitam itu setiap saat bisa mengambil tindakan terhadap dirinya, maka ia tidak berlaku ayal lagi, sebelum bertindak, ia sudah menyerang lebih dahulu.
Liang hay Hek kheng masih sangsi, pemuda itu berotak miring atau tidak" Sudah lama ia berkecimpung dikalangan Kang ouw juga mendapatkan sedikit nama. Belakang ini ia mengikuti Liong ceng Houw sie, memperkokoh kedudukannya dan memperluas pengaruhnya.
Selama itu tidak sedikit andilnya terhadap Liong ceng Houw sie, namanya juga semakin terkenal. Bagi orang-orang rimba persilatan biasa saja, baru mendengar namanya sudah merasa jeri, sungguh tidak diduganya, pemuda yang tidak dikenalnya itu berani menyerang padanya lebih dahulu.
Tak ada kesempatan lagi baginya untuk berpikir lebih jauh, karena serangan Ho Hay Hong sudah mengancam dirinya, hingga mau tak mau ia lompat, sedang tangan kirinya menyerang batok kepala Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tahu saat itu waktu sangat penting baginya, ia sudah mengambil keputusan hendak lekas-lekas mengakhiri pertempuran. Tanpa menunggu lawannya bergerak lebih jauh, mendadak ia bersiul panjang.
Suara siulan itu nyaring sekali, dan bersamaan dengan itu orangnya sudah lompat melesat sangat tinggi, ditengah udara kakinya bergerak menyapu lawannya Ia melakukan itu semuanya dengan menggunakan gerak tipu dalam ilmu silat Garuda Sakti.
Liang hay Hek kheng tidak dapat meraba asal-usul ilmu silat lawannya, maka saat itu agak bingung, dalam keadaan demikianlah kaki Ho Hay Hong sudah menyambar bahunya hingga dirasakan sakit sekali dan lantas mundur berulang-ulang.
Orang Kang ouw kawakan ini biasanya melakukan pembunuhan dengan mata tidak berkedip, pertempuran besar kecil. Juga sudah banyak dialaminya sungguh tidak disangka hari itu terjungkal ditangan seorang jago muda yang belum dikenalnya.
Rasa malu dan marah sesungguhnya tidak mudah diredakan begitu saja, maka ia lantas menggeram, tulang-tulangnya pada berbunyi, dengan kalap menyerbu Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong mendadak lompat kelain tempat, tangannya bergerak dan salah satu anak buah orang bermuka hitam itu lantas jatuh roboh.
Dengan demikian keadaan disitu lantas menjadi kalut, tamu-tamu berlari dengan serabutan.
Pemuda berpakaian perlente itu sedang menghunus pedangnya, dengan cepat digerakan, sedang mulutnya berkata dengan suara lantang:
"Anak liar dari mana berani berlaku sesukanya ditempat ini" Rebahlah kau!"
Pedang ditangannya bergerak bagaikan kilat, sinarnya berkelebat menyilaukan mata.
Ho Hay Hong menggerakkan dua tangannya, dengan satu gerak tipu yang luar biasa menerobos keluar dari jaring pedang pemuda itu, kemudian satu tangannya menyerang siorang tua hidung bengkok.
Pemuda berpakaian perlente itu terkejut dan terheran-heran, sebab serangan dengan ilmu pedangnya yang luar biasa itu, jarang sekali ada orang yang bisa lolos dari tangannya kecuali jika kepandaian orang itu tiga kali lipat dari kepandaiannya sendiri.
Dari sini dapat diukur, sesungguhnyalah tidak mudah menghadapi pemuda asing yang belum di kenalnya ini.
Orang tua hidung bengkok ketika melihat Ho Hay Hong menyerang dirinya, buru-buru melindungi dadanya dengan kedua tangannya, setelah itu ia coba balas menyerang.
Ho Hay Hong terpaksa mundur selangkah karena gerakannya yang gesit, selama mundur itu kakinya telah menggaet salah seorang lawan, hingga senggolan tersebut membuat orang itu rubuh ditanah.
Orang tua hidung bengkok dalam terheran heran, ia segera menanyai.
"Kau siapa lekas jawab!"
Ho Hay Hong tidak menggubris pertanyaannya, ketika melihat datangnya serangan dari orang tua lainnya, ia buru-buru angkat tangannya menyambuti serangan itu.
Orang tua ini juga terkejut dan terheran-heran, karena kekuattan tenaga Ho Hay Hong sesungguhnya hebat sekali.
Tetapi rupanya ia masih penasaran, dengan cepat menyerang lagi hingga untuk kedua kalinya kekuatan mereka saling beradu, ternyata masing-masing mundur selangkah.
Kalau dilihat sepintas lalu, kekuatan tenaga kedua pihak sangat berimbang, tetapi Ho Hay Hong hanya menggunakan satu tangan, sedang orang tua itu menggunakan dua tangan, sekalipun berimbang, tetapi kalau dihitung sesungguhnya, Ho Hay Hong masih lebih kuat.
Orang tua itu juga tahu kalau kekuatan tangan kosong pemuda itu jauh lebih kuat dari padanya sendiri, maka ia tidak berani melawan dengan kekerasan.
Ia merubah menggunakan jari tangan untuk menotok, sedang kakinya digunakan untuk menendang.
Ho Hay Hong yang sedang mengamuk, dengan cepat mengelakkan serangan orang tua itu, tangannya bergerak berputaran sehingga beberapa anak buah orang tua itu yang kepandaiannya kurang cukup, telah pada kesambar oleh hembusan angin yang keluar dari serangan Ho Hay Hong.
Dimedan pertempuran itu meskipun jumlahnya orang yang mengeroyok Ho Hay Ho cukup banyak, tetapi kecuali Liang hay hek kheng, pemuda berpakaian perlente, orang hidung bengkok dan seorang kawannya yang masih sanggup memberi perlawanan yang lainnya hampir semuanya lumpuh, bagaikan daun tertiup angin.
Ho Hay Hong mengharap salah seorang diantara mereka supaya menawan gadis berbaju ungu, tetapi orang-orang itu sedang menunjukan semua perhatian kepada dirinya seorang, hingga tiada seorangpun yang perhatikan gadis itu.
Dengan mendadak ia dapat satu akal, dalam keadaan repot menghadapi empat orang kuat, tiba tiba ia berkata dengan suara nyaring.
"Adik lekas lari, supaya jangan tertangkap oleh mereka."
Sebelum gadis itu bergerak. Liang hay hek kheng dengan cepat sudah menyerbu lebih dulu. Ia tidak tahu, itu adalah akalnya Ho Hay Hong, maka dengan cepat jerijinya menotok untuk mengendalikan gadis itu.
Ho Hay Hong pura-pura marah, ia berkata:
"Liang hay Hek kheng. Jikalau kau tak bebaskan dia, jangan sesalkan kalau aku nanti menindak tanpa memandang persahabatan kita!"
Liang hay Hek kheng tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Kau boleh coba, asalkan berani bergerak, aku lebih dulu akan bunuh dia!"
Tetapi setelah ia mengeluarkan ucapan itu, orang tua itu mendadak merasa malu sendiri, sebab ia selalu pandang tinggi dirinya sendiri. Bagaimanapun juga ia adalah seorang jago kenamaan, sungguh tidak disangka-sangka karena terdesak oleh seorang anak muda telah menggunakan seorang gadis untuk memperdayai lawannya!
Ho Hay Hong pura-pura marah, ia lompat ke samping dan berkata dengan suara keras:
"Kau mau melepaskan atau tidak?"
"Kalau kau mempunyai kepandaian cukup, boleh coba-coba menolong dirinya." berkata Liang hay hek kheng.
"Manusia tidak tahu malu, perbuatanmu itu adalah perbuatan seorang rendah. Apakah tidak malu masih mengaku sebagai seorang gagah" Liang hay Hek kheng, kau ingat baik-baik!"
Gadis berbaju ungu itu meronta dia berkata:
"Ho koko. kau pergilah. jangan khawatirkan tentang diriku!"
Ho Hay Hong yang mendengar perkataan itu, merasa sangat menyesal menggunaka akal demikian, hanya semata-mata hendak menyingkir dari samping gadis itu.
"Adik, semua ini adalah salahku, harap kau maafkan." demikian ia berkata.
Gadis itu masih belum tahu maksud perkataannya itu, ia anggap perbuatan sewajarnya, maka buru-buru berkata.
"Ho koko, kau jangan berkata demikian, bagi kita tidak ada urusan yang di beda-bedakan, kau lekas pergi, semoga tidak mendapat halangan lagi."
Berkata sampai disitu, ia tidak tahan perasaan sedihnya, sehingga air mata mengalir bercucuran.
Ho Hay Hong dalam hati mengeluh, karena tindakan itu ia lakukan dengan terpaksa, maka ia hanya berdoa supaya gadis itu berlaku sabar dan menantikan pulangnya.
Ia lalu pura-pura marah terhadap Liang hay Hek kheng:
"Kau juga salah seorang gagah dalam rimba hijau, kau tokh tahu benar peraturan menawan orang yang tidak berdaya" Hari ini aku masih ada urusan penting yang perlu diselesaikan. Nona ini untuk sementara kutitipkan padamu, kau harus jamin keselamatannya Setelah urusanku selesai aku akan mencarimu lagi, kita akan bertempur sepuas puasnya. Apabila aku mengetahui kau berbuat tidak pantas terhadap dirinya aku bersumpah akan menggunakan darah kalian untuk menuntut perbuatan ini, ingat baik-baik, sekarang aku pergi."
Selesai menitipkan diri gadis tersebut, ia menggunakan ilmunya meringankan tubuh lompat keluar melalui jendela dan lari ke arah barat, sebentar saja sudah tidak kelihatan.
Setelah Ho Hay Hong berlalu. Liang hay Hek kheng bertanya kepada gadis berbaju ungu:
"Dia itu bernama siapa" Lekas jawab."
Jilid 21 Halaman 41 s/d 48 Hilang
Ia lalu mengambil keputusan dengan cepat, pikirnya: "aku harus lekas menolong dia, selagi aku masih bisa bernapas."
Dengan tangan kiri menggandeng tangan Tang siang Sucu, ia bertanya padanya:
"Kau juga sedang mengalami nasib sial, kakek penjinak burung garuda mengapa tidak menuduh orang lain, sebaliknya menuduhmu yang membawa lari gadisnya?"
"Hanya disebabkan aku pernah mengejar gadis itu, kakek itu lantas timpahkan kemarahannya diatas kepalaku. Ia mengutus orang-orangnya memancing aku datang kemari, dan katanya harus mengalami siksaan seperti ini!
"Baik, aku sekarang juga mendadak ingin masuk ke Kampung Setan. Kalian berjalanlah dulu, jangan sampai dicegat lagi oleh orang-orang Kampung Setan !"
Ia menyerahkan Tang siang Sucu ke empat bintang, dan ia sendiri lalu balik menuju ke Kampung Setan.
Karena ia sudah kenal baik keadaan tempat itu maka sepanjang jalan tidak menemukan rintangan, dengan mudah tiba kedekat patung Gak Hui.
Ia melihat tiga laki laki tua berambut putih duduk diatas bangku batu sambil memandang awan diudara. Disebuah pohon besar dekat bangku itu tergantung beberapa potong baju kulit, mungkin karena basah, hingga jemur ditempat itu.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada salah seorang yang bermuka merah, pura-pura mengeluh dan berkata:
"Ow. lama aku tidak datang kemari, kampung setan nampaknya sudah banyak tenang. Dahulu tempat ini selalu diliputi oleh angkara murka, tapi sekarang tidak tampak lagi."
Orang tua bermuka merah itu mendadak bangkit dan berkata dengan nada suara dingin:
"Bocah, apa kau kembali datang hendak mencari tahu keadaan tempat ini ?"
Ho Hay Hong pura-pura berlaku acuh tak acuh, jawabnya dengan tenang:
"Aku datang dari daerah utara, dahulu memang ada maksud demikian, tetapi kulihat kampung setan sekarang sudah aman, maka kedatanganku ini, merasa sangat kecewa!"
"Bocah, kau sekarang masih keburu, seandainya kalau kau ingin mencari keramaian."
Ho Hay Hong pura-pura heran, ia bertanya:
"Apa kedatangan tuan juga hendak menyelidiki tempat ini?"
Orang tua bermuka merah itu hanya tertawa tidak menjawab, Ho Hay Hong berkata:
"Aku sebetulnya ingin menjumpai kakek penjinak garuda, entah dia ada dirumah atau tidak ?"
Orang tua bermuka merah itu mendadak tertawa terbahak-bahak dan kemudian berkata:
"Bocah, kau benar-benar pandai berlagak, apa kau kira kita orang ini goblok semuanya" Hahaha! Lekas beritahukan maksud kedatanganmu, sebab sebentar lagi kau tidak akan bisa hidup lagi."
Ho Hay Hong juga tertawa tergelak-gelak dan berkata:
"Dengan sejujurnya kedatanganku ini ialah hendak mencari kakek penjinak garuda."
Waktu itu ia sudah tidak memikirkan soal mati hidupnya sendiri, maka meskipun tempat itu sangat berbahaya dan banyak orang-orang kuat yang setiap waktu bisa mengurung dirinya, tetapi ia sedikitpun tidak merasa takut.
Orang tua bermuka merah itu berkata:
"Kau tunggu sebentar." Tangannya lalu menepok patung kuning dan sebentar kemudian patung itu bergerak dan menggeser ke samping. Kakek penjinak garuda yang seluruh rambutnya sudah putih bagaikan salju lompat keluar dari dalam lobang di bawah patung itu. begitu berada di atas lantas bertanya.
"Ada apa" Apakah kau melihat apa-apa lagi?"
Orang tua bermuka merah minggir ke samping seraya berkata.
"Bocah ini dengan berani mati menyusup kemari, katanya hendak mencari cianpwe."
Kakek penjinak garuda memandang Ho Hay Hong sejenak, kemudian berkata dengan nada suara dingin:
"Aku kenal denganmu, kau ada urusan apa " Lekas katakan!"
"Aku hendak menjumpai nona yang berdiam di sini untuk mengembalikan pedang pusakanya?" jawab Ho Hay Hong.
"Kau berikan padaku juga sama saja." kata Kakek penjinak garuda.
Ho Hay Hong menggeleng-gelengkan kepala dan berkata:
"Menyesal sekali karena dahulu aku sudah berjanji dengannya, selain kepada ia sendiri tidak boleh diberikan kepada orang lain."
Kakek penjinak garuda mendadak tertawa besar menggema di angkasa, puas tertawa ia berkata:
"Dia sudah tidak berada disini, kau apakah ini memang berlagak bodoh atau benar-benar tidak tahu?"
Ho Hay Hong yang mendengar suara tertawa orang tua itu seperti penuh kemarahan, ia mengerti lantaran kehilangan gadis kaki telanjang, namun demikian ia masih pura-pura berlagak tidak tahu, tanyanya heran:
"Apa" Dia sudah tidak berada di sini?" Kemudian ia berlaku seperti kecewa dan katanya lagi:
"Aku dari tempat sangat jauh sengaja datang kemari, tak kusangka dia tak ada. Ai! akankah akan hilang kepercayaanku lagi terhadapnya."
"Dia juga pernah menyebut-nyebut dirimu. Kau jangan coba berlagak!"
Ho Hay Hong dalam hati terkejut, ia bertanya:
"Apa kata ia?"
"Kau adalah seorang jahat yang tidak tahu malu! Tinggalkan lengan kirimu, lalu lekas enyah dari sini! Sekarang aku masih belum menghendaki jiwamu!"
"Apa! Betulkah aku dianggap orang semacam itu?"
"Kau dengarkah perkataanku tadi?"
Ho Hay Hong tidak takut, sebaliknya malah tertawa besar dan berkata.
"Kakek penjinak garuda, itu adalah kau sendiri yang bikin-bikin, tidak mungkin menganggap aku demikian rendah. Ha ha!"
"Bocah, dengan alasan apa kau mengatakan aku demikian?"
Ho Hay Hong ingin menundukkan orang tua itu, ia segera mengeluarkan plat emas lambang kebesaran seorang pemimpin, ia perlihatkan kepada orang tua itu seraya berkata.
"Dengan kedudukan sebagai pemimpin golongan rimba hijau daerah utara aku berhadapan denganmu, kau mau apa?"
Kakek penjinak garuda agak terkejut, berkata:
"Oh! Bocah, kau benar-benar hebat, tentang nama kehormatan dan kedudukan ini kalau dibandingkan dengan aku si Kakek penjinak garuda, bukan berarti apa-apa, tetap harus potong sendiri lengan kirimu lekas enyah dari sini."
Ho Hay Hong tidak menghiraukan kembali ucapan kakek itu, ia berkata:
"Sekarang aku perlu bertemu muka dengannya, tahukah kau apa sebabnya ia menghilang" Mungkin aku bisa menolong dia terlepas dari bahaya, sekarang ini kita harus kerja sama, jikalau tidak, mungkin lebih berbahaya baginya. Jikalau kau tidak percaya kau lihat nanti!"
"Urusannya tidak perlu kau campur tangan, jikalau aku tidak bisa mencari dia kembali, semua nama baikku diwaktu yang lalu, juga akan tersia-sia saja."
"Kau tetap tidak mau bekerja sama?"
"Aku harus bekerja sama denganmu! Bocah! Apakah kau sudah tengok dirimu sendiri?"
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong benar-benar jadi marah, ia berkata:
"Baik, kau tidak sudi bekerja sama denganku, aku hendak mengandalkan tenaga sendiri untuk mencari dia kembali!"
Tanpa pamit ia lantas memutar tubuhnya dan berlalu.
Kakek penjinak garuda gerakkan kakinya berada dihadapannya dan berkata dengan nada suara dingin:
"Kau hendak pergi" Hm, tidak gampang, tinggalkan dulu lengan kirimu!"
Ho Hay Hong sedikitpun tidak takut, berkata sambil tertawa nyaring:
"Benarkah kau hendak bermusuhan denganku?"
Kakek penjinak garuda tidak menduga bahwa Ho Hay Hong berani mengeluarkan perkataan demikian jumawa dihadapannya maka seketika itu malah dibuat heran tidak dapat berkata apa apa.
Melihat kakek itu tidak menjawab, Ho hay Hong berkata lagi dengan nada luar biasa.
"Ada satu hal aku hendak beritahukan kamu, dua saudara Ing-ie yang pada enam puluh, tahun berselang sangat terkenal namanya, kini sudah muncul di dunia Kang ouw lagi, beberapa hari berselang aku pernah bertemu dengannya di daerah utara.
"Dia berulang-ulang mengatakan dendam sakit hatinya terhadapmu, ia hendak ke selatan untuk membalas dendamnya. Dia dewasa ini sudah melatih ilmu luar biasa, maka kau harus berhati-hati sedikit terhadapnya"
Kakek penjinak garuda kembali dikejutkan oleh perkataan Ho Hay Hong ini, Ing-ie adalah seorang musuh paling tangguh selama hidupnya. Ia benar-benar tak menduga bahwa musuh besar itu kini muncul di dunia Kang ouw lagi.
Permusuhan antara mereka berlangsung sudah puluhan tahun, hal ini membawa ia kembali kepada kenangan dimasa lalu.
Ho Hay Hong menggunakan kesempatan itu untuk minta diri kepada Kakek penjinak garuda.
Orang tua bermuka merah dan kawan-kawannya, karena tidak mendapat perintah dari Kakek penjinak garuda tidak berani berlaku lancang, maka mereka membiarkan Ho Hay Hong meninggalkan Kampung Setan dengan langkah lebar.
Tiga orang itu berdiri tertegun dengan muka pucat, sebab sejak mereka mengabdi kepada Kakek penjinak garuda di Kampung Setan ini, mereka tahu benar bahwa siapa yang berani masuk di daerahnya, jikalau tidak mati ialah bercacad, hanya Ho Hay Hong seorang yang dua kali masuk keluar dengan keadaan selamat.
Waktu itu matahari sudah mendoyong ke barat, ini berarti Ho Hay Hong sudah makin dekat kepada ajalnya.
Dengan cepat ia menyusul rombongan Tang siang Su-cu, rombongan yang itu ketika melihat ia balik kembali dalam keadaan selamat, semua dikejutkan.
Tang siang Su-cu lantas berkata: "Saudara, lukaku sangat parah, apakah kau berusaha".
Empat orang berjalan juga sudah susah, sembari lagi harus membantu Tang siang Su cu, maka keadaan mereka bertambah mengenaskan.
Melihat Ho Hay Hong diam saja. Tang siang Su cu mendadak menarik napas dan berkata:
"Aku sangat menyesal tidak bisa segera pulih kembali kesehatannya untuk mencarinya pulang, kemudian aku bersama orang-orang minta keadilan pada sikakek itu!"
"Tahukah kau dimana adanya dia sekarang " Dia sekarang tidak tahu bagaimana asalnya, juga tidak tahu dimana berada, sekalipun kau berkepandaian tinggi juga tidak dapat menemukannya, aku lihat sudahi saja." berkata Ho Hay Hong.
"Belum tentu, aku tahu dengan pasti, ia telah terjatuh dalam tangan orang-orangnya Liong ceng Houw sie, sebab kepala berandal itu bermaksud hendak menundukkan semua partai dan golongan dalam rimba persilatan, ia berambisi . . . ."
Ho Hay Hong heran, ia bertanya: "Ada hubungan apa dengan hilangnya gadis itu ?"
"Liong ceng Houw sie ingin menundukkan semua partai, maka harus memiliki kepandaian dan akal yang luar biasa, mungkin ia merasa tenaganya belum cukup maka ia memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap nona itu. Ia tahu benar bahwa gadis itu adalah orang yang paling disayang oleh Kakek penjinak Garuda, maka ia hendak mempergunakan gadis itu untuk memaksa Kakek penjinak Garuda supaya menurunkan kepandaian . . ."
"Dengan berdasar apa kau berani memastikan bahwa gadis itu ditawan oleh Liong hong Houw sie?"
"Tidak berdasar apa-apa, hanya sebagai orang yang ketiga sudah tentu mengetahui kepala berandal itu berulang kali memerintahkan orangnya menyelidiki keadaan kampung setan, lagi pula ia juga mendapat bantuan Sun hong Khaw khik, yang memberi info banyak sekali kepadanya.
"Meskipun ia juga kehilangan banyak jiwa dari anak buahnya, tetapi bagi Liong ceng Houwsie yang berani ini, sedikit pun tidak menghiraukan, asal maksudnya tercapai segala apa ia dapat melakukan.
"Liong cing Houw sie adalah pemimpin golongan rimba hijau daerah selatan, anak buahnya banyak sekali, demikianpun mata-matanya, maka gadis itu sudah tentu tak lolos dari tangan mereka. Liong cing Houw sie sebetulnya hanya ingin menjadikan dirinya sebagai seorang tawanan untuk menekan atau memaksa si kakek Penjinak garuda supaya jangan merintangi tindakannya.
"Diluar dugaan tindakannya itu berjalan dengan lancar, maka nyalinya semakin besar hingga kemudian hendak memaksa si kakek penjinak garuda menurunkan kepandaian ilmunya!"
"Kau dapat keterangan dari siapa?"
"Kau tidak usah tanya, urusan Liong cing Houw sie dan segala rahasianya aku mengetahui dengan jelas?"
"Mengapa kakek penjinak garuda tidak tahu?"
"Sigoblok itu setiap hari mengasingkan dirinya didalam kampung setan, bagaimana dia tahu urusan diluar?"
-oo0dw0ooo- Bersambung Jilid 22
Jilid 22 HO HAY HONG tiba-tiba teringat dirinya perempuan muda yang dikerudungi mukanya sewaktu ia berada dirumah penginapan, sekarang ia ingat kembali bahwa potongan tubuh perempuan itu banyak mirip dengan gadis kaki telanjang, mungkinkah perempuan itu adanya dia"
Mengingat itu semangatnya segera terbangun, ia ingin segera menjumpai Liong Ceng Houw sie untuk mencari keterangan yang sebenarnya.
Sementara itu ia berjalan sudah mendekati tembok kota. Ho Hay Hong mendadak ia sesuatu, ia lalu berhenti dan berkata:
"Lukamu sebetulnya tidak parah, hanya dibagian kulit saja. Kau mencari tabib yang mengerti yang bisa mengobati luka bagian luar sudah cukup. Aku harap setelah lukamu sembuh, supaya kau perlukan pergi keutara, disana ada familimu yang menantikan kedatanganmu."
Tang siang Sucu heran, ia bertanya: "Apa katamu" Aku mempunyai famili?"
"Ya, kau boleh pergi menanya It-jie Hui kiam, ia nanti akan memberitahukan pada tentang asal-usul dirimu."
"It-jie Hui kiam itu siapa?"
"Didaerah utara namanya sangat kesohor, asal kau menanya orang, siapa saja bisa menunjukan orangnya. Sekarang waktu sudah tidak pagi lagi, aku perlu lekas selesaikan urusanku, sampai ketemu dilain waktu!"
Ia berjalan beberapa tombak, mendadak berpaling dan berkata:
"Ingat pesanku ini, saudara."
Matanya lama menatap wajah Tang siang Sucu. Pemuda itu sebetulnya memang masih pernah saudara sekandungnya sendiri, meskipun sipat dan kelakuannya jauh berbeda, tetapi Ho Hay Hong penuh cita rasa. Sampai sebelum meninggalkan saudaranya itu, ia juga merata sedih. Tang siang Sucu masih menanya lagi, tetapi ia sudah berlalu jauh.
Ho Hay Hong buru-buru balik kembali kerumah makan yang dahulu pernah melihat perempuan yang dikerudungi mukanya, tapi rombongan orang-orang itu sudah tidak nampak lagi, yang ada ialah tamu-tamu biasa yang sedang makan minum.
Ia sangat menyesal telah menitipkan gadis berbaju ungu kepada musuhnya, akhirnya didalam keadaan terdesak seperti itu, ia tidak tahu bagaimana harus mencari gadis kaki telanjang.
Ia pergi keistal kudanya untuk mengambil kuda tunggangannya, dipunggung kuda itu ia menemukan sepotong kertas yang tertulis dengan kata-kata: "Ho Siaohiap, setelah melihat tulisan ini, kau lekas menemui aku!"
Di bawah tertulis alamat yang menulis, tetapi tidak menyebutkan namanya, juga tidak menyebutkan urusan apa, hanya pesan ia segera menjumpainya.
Ho Hay Hong kehilangan akal, ia tidak tahu siapa orangnya yang menulis itu, mengapa ia tahu dirinya seorang she Ho. Ia minta keterangan dari para pelayan, tetapi tiada seorang yang tahu, dia lantas berlalu.
Dijalan raya ia menanya orang-orang tentang jejak alamat yang disebutkan dalam surat, tetapi orang-orang yang ditanya pada heran, karena di kota itu tidak terdapat nama tempat yang disebutkan itu.
Ho Hay Hong tidak putus asa, ia pikir bolak-balik nama tempat itu, yang disebut Lam leng kota barat. Mungkin kata-kata kota barat itu dimaksudkan sebelah barat kota itu. Ia lalu berjalan menuju ke arah barat kota itu, tetapi tiba ditempat tersebut, ternyata merupakan suatu tempat sunyi, yang terdapat banyak rimba lebat, tiada terdapat bangunan ramah satupun juga.
Karena ia tidak pandai menunggang kuda maka ketika ia menyusuri tempat itu, terpaksa berjalan sambil menuntun kudanya.
Sepanjang jalan hatinya masih penasaran maka ia keluarkan lagi surat itu, dibacanya sekali lagi, sedikitpun tidak salah, disitu dengan jelas tertulis alamatnya yang menyebutkan disalah satu rumah penduduk disebelah barat kota.
Mendadak ia memperhatikan tulisannya, karena tulisan itu mirip dengan tulisan tangan seorang wanita.
Penemuan ini semakin mengherankan hatinya, karena sejak ia turun gunung, kawan wanitanya hanya beberapa gelintir saja, kecuali si gadis berbaju ungu dan gadis kaki telanjang, ialah Toan bok Bun Hoa dan Suto Cian hui.
Seluruhnya tidak lebih dari empat orang, tetapi Gadis berbaju ungu tertawan oleh orang, tidak mungkin mendapat kesempatan meloloskan diri.
Gadis kaki telanjang telah menghilang, tidak ketahuan jejaknya, bahkan mungkin sudah tertawan oleh Liong ceng Houw sie. Suto Ciang hui masih berada dalam golongan lempar batu, mungkin juga sudah pergi menemui suhunya. Sedangkan Toan bok Bun Hoa tidak mempunyai hubungan erat dengannya, tidak mungkin meninggalkan surat itu. entah siapakah orangnya"
Otaknya terus bekerja keras, memikirkan soal itu.
Balik kedalam kota, tiba-tiba dapat pikiran: "Apakah tidak mungkin ada orang yang mempermainkan dirinya supaya ia membuang waktu cuma-cuma?"
Tetapi kemudian ia berpikir lagi: "mungkinkah alamat yang disebutkan barat kota itu kota yang berdekatan dengan kota ini " Mungkin orang yang meninggalkan surat ini menulis secara tergesa-gesa, sehingga lupa menuliskan nama kotanya"
Untuk memperkuat dugaannya, ia bertanya kepada orang jalan, kota apakah yang letaknya terdekat dengan kota ini"
Dari orang itu ia mendapat keterangan bahwa kota yang terdekat adalah kota Siang, yang letaknya kira-kira tiga-puluh pal.
Tanpa ayal lagi ia lantas tuntun kudanya berjalan menuju kekota tersebut.
Tiba dikota tersebut, ia menanyakan pada salah seorang penduduk dalam kota mana letaknya tempat lam leng sebelah barat kota itu"
"Dari sini berjalan kebarat, kalau menampak tiga buah pohon Pek toa, lalu membelok kekiri. Setelah melalui dua jalan simpangan, adalah tempat yang dinamakan Ci lak po!?" demikian orang yang ditanya memberikan keterangannya.
Mendengar jawaban itu, Ho Hay Ho sangat girang, setelah mengucapkan terima kasih, buru-buru menuju ketempat tersebut.
Tak lama kemudian, benar saja ia menemukan tiga buah pohon pek tua. menurut petunjuk orang yang ditanya tadi, ia berjalan membelok kekiri.
Dari jauh, tampak beberapa buah rumah batu yang letaknya berpencaran. Semangatnya lalu terbangun dengan menuntun kuda tunggangannya ia berjalan melalui jalan simpangan, kemudian tibalah didepan sebuah ramah batu.
Bangunan rumah itu bentuknya sangat aneh, mirip dengan tapal kaki Kuda, tengah-tengah adalah lapangan seluas kira-kira enam tombak, jelas tempat itu adalah tempat untuk melatih ilmu silat.
Sebagai seorang yang banyak pengetahuan, ia segera ingat bahwa rumah itu adalah bentuk rumah jaman kuno yang dinamakan rumah pedang, yang pada jaman itu sangat terkenal.
Bentuk rumah semacam itu berasal dari ai tong. Pada jaman itu, terkenal sebagai jamannya pendekar berkelana, dimana-mana terdapat bangunan rumah pedang semacam itu.
Perasaannya mulai tegang, karena dilihat dari keadaan kediamannya, orang yang meninggalkan surat itu jelas bukan sembarangan.
Menurut tradisi, penghuni rumah pedang semacam itu, oleh seseorang ahli pedang di tugaskan untuk menguji setiap orang yang minta menginap.
Apabila pendekar yang menginap dalam rumah itu tidak memiliki dasar ilmu pedang yang sempurna, setiap saat bisa diusir keluar.
Oleh karena itu, maka rumah-rumah peninggalan jaman kuno itu hanya ditinggali oleh orang-orang yang berkepandaian tinggi.
Ho Hay Hong mengerti betul keadaan itu maka ia ragu-ragu masuk kedalam.
Mendadak ia ingat bahwa ia adalah pemimpin besar golongan rimba hijau daerah utara hingga tidak perlu merasa khawatir lagi.
Rumah itu sebetulnya ada tiga jendela dan pintunya, tetapi saat itu pinta dan jendela tertutup rapat.
Ia maju menghampiri dan mengetok pintu seraya berkata:
"Tolong buka pintu, aku Ho Hay Hong datang untuk memenuhi janji !"
Ia memanggil berulang-ulang, tetapi tak ada orang membuka pintu, hingga hatinya merasa curiga, apakah rumah itu sudah kosong "
ia merasa dipermainkan, dengan cuma-cuma membuang waktunya yang berharga. Dalam gusarnya, ia lalu menghunus pedangnya dan mulai mendobrak pintu.
Ujung pedangnya yang membabat gelangan kunci dari besi, telah menimbulkan suara nyaring, tetapi ia tidak berhasil membuka pintunya.
Hatinya sangat mendongkol, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dengan mendadak tiga pintu dari pintu timur, selatan dan utara terbuka berbareng kemudian disusul banyak orang Kang ouw yang keluar dari dalam rumah.
Ha Hay Hong yang masih berada dalam keadaan keheranan, sudah dijambret oleh orang yang berjalan di muka.
Ho Hay Hong bertanya dengan heran: "Apa artinya ini" Mengapa kalian tanpa tanya lebih dulu sudah menangkap aku?"
Orang-orang itu tidak menjawab, Hay Hong dibawa oleh tiga orang.
Keadaan rumah itu teratur sangat rapi, dindingnya penuh lukisan dan tulisan kuno. Ditengah-tengah ruangan terdapat sebuah meja persegi, di atas meja terdapat alat-alat tulis lengkap.
Di samping meja. di atas sebuah kursi, duduk seorang wanita muda dan cantik jelita.
Ketika Ho Hay Hong menampak wanita cantik itu, mendadak tercengang dan berseru: "Aaaah kau!"
Ia sungguh tidak menduga bahwa wanita cantik itu adalah gadis kaki telanjang yang sedang dicarinya.
Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar. aku. Silahkan duduk." jawab gadis itu tenang.
Seorang Kangouw membawakan sebuah kursi, mempersilahkan Ho Hay Hong duduk, waktu itu lengannya masih dipegangi oleh tiga orang Kang ouw, tetapi setelah mengetahui siapa adanya orang yang minta ia datang kesitu, ia lantas duduk tanpa merasa khawatir.
Kini ia baru sadar bahwa orang yang meninggalkan surat di atas punggung kuda, adalah gadis kaki telanjang. Diam-diam ia merasa heran, tapi juga girang, sebab ia memang sedang mencarinya.
Ia memandang orang di seputarnya, semua menunjukkan sikap dingin, berdiri tanpa bergerak dan bersuara, semua seperti patung hidup, hingga diam-diam merasa heran entah apa sebabnya gadis itu perlakukan dirinya demikian rupa"
"Kalau dibilang, sudah setengah bulan lebih kita tidak bertemu, hari ini aku bisa bertemu muka lagi denganmu, dalam hatiku merasa girang sekali." kata gadis kaki telanjang.
Perasaan Ho Hay Hong mendadak tegang, ia pikir: "Sewaktu gadis ini meninggalkan surat untukku, gadis berbaju ungu sedang di sampingku, entah diketahui olehnya atau tidak?"
Karena berpikir demikian maka ia merasa bimbang atas pertanyaan gadis itu, khawatir kalau kalau gadis itu sudah mengetahui segala-galanya, maka lantas menjawab.
"Aku juga merasa girang sebab kenanganku keselatan ini, sebab yang utama ialah hendak menengok kau."
Sehabis berkata demikian, ia memperhatikan keadaan gadis tersebut, ia melihat gadis itu masih tetap tenang, hatinya merasa lega, lalu sambungnya: "lama tidak ketemu, kau masih tetap cantik seperti dulu. bahkan tambah tampak gembira, aku juga merasa turut gembira!"
Mendengar perkataan itu, senyum dibibir gadis itu mendadak lenyap, sikapnya berubah.
"Terima kasih atas perhatianmu, sebetulnya aku tidak begitu gembira, senyum ada kalanya juga bukan suatu tanda gembira. Aku minta kau datang kemari tokh tidak boleh menyambut kedatanganmu dengan muka masam!" demikian katanya.
Ho Hay Hong terkejut, dalam hatinya berpikir: kiranya senyummu tadi hanya sekedar sebagai suatu tanda persahabatan saja, ini benar benar sangat mengecewakan hati.
Ia memperhatikan lagi sikap dan gerak-gerik orang-orang yang lainnya, ia lalu mengambil kesimpulan bahwa maksud gadis kaki telanjang minta ia datang kemari, sesungguhnya tidak mengandung maksud baik.
"Tahukah kau, mengapa aku minta kau datang kemari?" tanya gadis itu.
"Aku sedikitpun tidak tahu, dan tolong kau jelaskan!" jawab Ho Hay Hong sambil menggelengkan kepala.
Gadis itu tersenyum, ia tidak menjelaskan lebih dulu, tangannya menunjuk orang-orang Kang ouw seraya berkata:
"Mereka semua adalah sahabatku."
Ho Hay Hong menganggukkan kepala, diluarnya ia menunjukkan senyum merendah, tetapi dalam hati timbul berbagai pertanyaan dari mana kau dapatkan demikian banyak sahabat" Apa pula sebabnya "
Gadis itu memerintahkan salah seorang untuk mengambil barangnya.
Seorang diantara mereka menerima baik tugas itu, tak lama kemudian ia balik kembali dari dalam dengan membawa sepotong kain sutra, yang terdapat tanda darah.
Ho Hay Hong tidak mengerti, selagi hendak menanya, gadis itu sudah berkata:
"Kain sutra ini adalah sobekan baju ayah dimasa hidupnya, ia sudah meninggal dunia pada delapan belas tahun yang lalu."
Sehabis berkata, ia menghela napas, sikapnya nampak sangat berduka.
Ho Hay Hong segera mengerti bahwa potongan kain sutra itu pasti mengandung riwayat permusuhan atau dendam sakit hati yang sangat dalam. Jikalau tidak, gadis yang adanya tinggi itu tidak mungkin bisa berduka demikian rupa.
Pada saat itu, dari dalam muncul seorang wanita pertengahan umur, gadis kaki telanjang ketika menampak wanita itu. lantas memperkenalkannya kepada Ho Hay Hong:
"Ini adalah ibuku !"
Ho Hay Hong buru-buru bangkit dari tempat duduknya dan berkata:
"Oh, kiranya adalah bibi, silahkan duduk!"
Maksudnya hendak memberikan tempat duduknya sendiri kepada wanita pertengahan umur itu, tetapi sungguh tidak diduganya, belum ia menyingkir bahunya sudah ditekan oleh orang-orang yang berdiri di belakangnya.
Karena diperlakukan demikian, ia terpaksa duduk lagi, matanya memandang gadis kaki telanjang.
Ia mengira bahwa pasti kelakuan ketiga orang-orang itu akan menimbulkan perasaan tidak senang gadis itu, sebab biar bagaimana ia adalah tetamu yang datang dari tempat jauh, tidak selayaknya mendapat perlakuan demikian.
Tetapi dugaannya itu ternyata keliru. Gadis itu seolah-olah tidak melihat, bahkan memerintahkan orang itu untuk menyediakan kursi bagi ibunya.
Ho Kay Hong diam-diam merasa tidak senang, ia tidak mengerti mengapa mendapat perlakuan demikian rupa"
Mendadak gadis itu berkata: "Ho siaohiap, aku sangat menyesal, sebetulnya aku tidak ingin perlakukan kau demikian, tetapi kau adalah musuhku!"
Ho Hay Hong terkejut, tanyanya: "Dengan cara bagaimana kau anggap aku sebagai musuhmu?"
"Dilenganmu ada tanda cacahan burung garuda!"
"Ini ada hubungan apa?"
"Kau adalah orangnya Kakek penjinak garuda !"
Ho Hay Hong terperanjat katanya.
"Apa" Kau dengan kakek penjinak garuda sudah berbalik menjadi musuh " Apa sebetulnya yang telah terjadi ?"
"Aku sudah mendapat keterangan, bahwa kakek penjinak garuda adalah musuh besarku yang membunuh ayahku !"
"Kau mempunyai bukti ?"
"Buktinya banyak sekali, biarlah aku suruh orang bacakan untuk kau dengarkan."
Gadis itu mengacungkan tangannya, seorang laki laki berwajah kuning lalu membacakan tulisan yang dipegangnya.
"Pada tahun 30 musim kemarau, di suatu waktu senja, pemimpin perkumpulan Keng Hong pang Tiat Ciang Seng, oleh karena salah satu sebab telah berlaku salah terhadap kakek penjinak garuda. Kakek penjinak garuda lalu memerintahkan orangnya membunuh satu anaknya, anak itu bersama Tiat Siang Hai, terkenal dengan ilmunya meringankan tubuh, anak muda itu mati digunung lo lo san."
Ia berhenti sejenak dan dari dalam sakunya mengeluarkan sepotong papan yang tertulis: "Lambang garuda sakti "
Meskipun sudah terlalu lama disimpan tapi hurufnya masih dapat dibaca.
Wanita pertengahan umur itu lalu berkata: "Dia adalah anak lelakiku yang pertama, sikapnya lemah lembut, mempunyai hari depan gilang gemilang, tak disangka selagi namanya hendak menanjak telah dibunuh mati oleh suruhan orangnya kakek penjinak garuda, kematiannya itu sangat menyedihkan hatiku dan ayahnya"
Wanita setengah umur itu parasnya mirip sekali dengan gadis kaki telanjang maka dapat dipastikan dimasa mudanya tentu juga cantik.
Seorang Kangouw lain berkata dengan suara keras:
"Pada tahun 40, pangcu Ceng liong pang karena soal perebutan tanah, telah bermusuhan dengan orang-orang Kowlow pang dari daerah See coan. Tak lama kemudian setelah itu, pangcu Kowlow peng dengan suatu akal licik telah mengadu domba pangcu Ceng liong peng dengan kakek penjinak garuda, hm kakek penjinak garuda memerintahkan burung garudanya mengubrak abrik Ceng liong pang, Jie kongcu mati dalam cengkeraman burung garuda, orang-orang Ceng liong pang yang binasa dalam peristiwa itu seluruhnya berjumlah tiga puluh enam orang."
Selanjutnya orang itu mengeluarkan beberapa batang bulu burung garuda berwarna hitam, Ho Hay Hong segera dapat mengenali bahwa bulu itu memang benar bulu burung garuda piaraan kakek penjinak garuda.
Dalam marahnya ia lantas berkata dengan suara keras:
"Benarkah kakek penjinak garuda dimasa lalu berlaku sewenang-wenang demikian apa" Aku ingin mencoba kekuatannya nanti dimana?"
Gadis kaki telanjang berkata pelahan:
"Saudara sekandungku semua mati di tangannya, aku tidak menyangka kalau ia adalah musuh besarku, dan selama itu aku telah anggap dia sebagai famili."
Matanya berkaca-kaca, kepalanya menunduk, agaknya sedang mengenangkan segala perbuatannya dimasa yang lampau.
Dengan suara keras, kembali seorang kangouw yang tangannya hanya tinggal sebelah berkata dengan penuh emosi:
"Partai Ceng liong-pang, Tiat Ciang Seng berulang-ulang tertimpa nasib malang. Mereka dalam marahnya lantas ia bersumpah, hendak bertempur mati-matian dengan kakek penjinak garuda. Tetapi, hal itu telah diketahui lebih dulu oleh kakek penjinak garuda. Beberapa hari kemudian ia telah datang sendiri dengan membawa tujuh ekor burung garuda raksasanya untuk menanyakan soal itu. Dalam pertempuran itu, akhirnya Tiat pangcu telah binasa. Anak buahnya yang turut korbankan jiwa semua ada delapan belas orang. Sejak saat itulah, Ceng liong pang kehilangan pemimpin dan merekapun bubarlah. Sebagian anak buahnya ada yang masuk ke perkumpulan lain, ada juga jatuh menjadi berandal"
Dengan sinar mata tajam gadis kaki telanjang itu menatap wajah Ho Hay Hong kemudian berkata:
"Pada potongan kain sutera ini terdapat bekas darah almarhum, sebagai tanda dalamnya permusuhan antara kakek penjinak garuda bersama turunannya dengan keluargaku. Sekarang, kau masih hendak berkata apa?"
Ho Hay Hong tahu bahwa gadis kaki telanjang itu menganggap ia sebagai orangnya kakek penjinak garuda hingga diam-diam ia mengeluh. Pikirnya: "ia perintahkan orangnya menangkap aku, apakah lantaran hendak menuntut balas dendam kepadaku?"
Ia sekarang sudah tahu bahwa pangcu Ceng-liong pang, Tiat Ciang Seng adalah ayah gadis itu, dan orang-orang Kang ouw ini adalah bekas anak buah Ceng liong pang dahulu.
Tetapi masih ada sedikit pertanyaan dalam hatinya, kalau kakek penjinak garuda tersebut adalah musuh besarnya, mengapa gadis itu terus berada di sampingnya, bahkan menghormatinya sebagai ayah sendiri"
Maka ia lalu bertanya:
"Aku lihat kau telah bersama-sama kakek penjinak garuda, dan hubunganmu dengannya juga nampaknya tidak buruk, mengapa kau tidak tahu kalau dia adalah musuh besarmu ?"
"Aku lahir didunia belum lama, keluargaku lantas tertimpa bencana itu, oleh karena itu, maka keluarga kita terpencar kemana-mana. Sebab usiaku masih terlalu muda, aku tidak tahu sama sekali. Dalam suatu keadaan yang kebetulan, aku telah diketemukan oleh kakek penjinak garuda dan aku dibawa kampung setan! Waktu itu, ia sama sekali tidak tahu bahwa aku adalah anak keluarga Tiat, maka ia perlakukan aku baik sekali, sedang aku sendiri juga tidak tahu kalau adalah musuh besarku, maka selama itu aku melakukan segala perintahnya."
"Kemudian dengan cara bagaimana kau mengetahui permusuhan ini?"
"Beberapa hari berselang, oleh karena hendak melakukan sedikit urusan, aku keluar dari kampung setan, ditengah jalan secara kebetulan aku bertemu dengan ibu. Ibu melihat aku yang mirip dengan anaknya yang hilang, lantas timbul curiga, setelah ia menanyakan padaku, hingga persoalannya menjadi terang."
Wanita pertengahan umur itu lantas berkata sambil menghela napas:
"Mungkin ini adalah kehendak takdir, sejak suamiku meninggal dunia, seorang diri aku terpaksa jadi orang terlunta-lunta, meskipun selama itu juga berhasil mengumpulkan tidak sedikit bekas anak buah Ceng-liong pang, tetapi karena menginsyafi kekuatan sendiri susah melawan kakek penjinak garuda, mata hasrat untuk menuntut balas, pelahan-lahan mulai pudar.
"Aku tidak berdaya terpaksa mengasingkan diri, bekerja di rumah Bengcu rimba hijau daerah selatan sambil menantikan kesempatan baik, barulah melaksanakan cita-citaku untuk menuntut balas.
"Tak disangka, sewaktu aku sedang melakukan tugas diluar untuk berbelanja, telah berjumpa dengan anak perempuanku. Begitu bertemu muka aku segera mengenali bahwa gadis itu adalah anak perempuanku yang hilang.
"Setelah kutanyakan asal-usulnya ternyata benar. Sungguh tidak kusangka, ia bukan saja sudah bekerja dirumah musuh besarnya, bahkan sudah anggap musuhnya sebagai ayah. Untung Tuhan masih adil, kita ibu dan anak akhirnya diketemukan kembali."
Ho Hay Hong sadar, ia segera memberitahukan maksud kakek penjinak garuda, setelah itu ia bertanya:
"Apakah kakek penjinak garuda tahu perubahan yang terjadi atas dirimu?"
"Aku tidak memberi keterangan padanya, bagaimana ia tahu" Patut disesalkan ialah perbuatannya dahulu yang terlalu kejam!" jawab gadis kaki telanjang.
"Kakek penjinak garuda sangat memikirkan dirimu, menghilangnya kau, membuatnya sering marah-marah, bahkan kadang-kadang tumpahkan kemarahannya kepada orang-orang yang tidak berdosa. Apakah kau tahu?" tanya Hoa Hay Hong.
Pertanyaan itu sebetulnya bermaksud hendak menjejak isi hatinya, tak disangka gadis itu setelah mendengar pertanyaan demikian, alisnya lantas berdiri dan balas menanya: "Apakah kedatanganmu ini ialah hendak membujuk aku ?"
Melihat gadis itu marah, Ho Hay Hong buru-buru berkata:
"Kau jangan salah paham, aku sedikitpun tidak ada maksud demikian! Dalam perjalananku ke selatan kali ini, aku pernah datang ke kampung setan. kakek penjinak garuda bingung melihat kedatanganku, lantas marah-marah dan minta aku tinggalkan satu lengan tanganku. Tetapi aku tidak takut, aku tidak menghiraukan padanya begitu saja. Ia ternyata tidak bisa berbuat apa-apa. Seandainya waktu itu aku tahu dia dahulu demikian kejam, aku pasti hendak mencoba kepandaiannya. Sayang waktu itu aku sama sekali tidak mengetahui urusan ini !"
Apa yang diucapkan itu memang sejujurnya, tetapi gadis itu tidak merasa gembira, sebaliknya malah keluarkan suara dihidung, kemudian berkata:
"Kau coba merayu aku dengan kata-kata manis juga tidak ada gunanya. Kau adalah keluarganya, juga merupakan musuhku, aku harus perlakukan kau sebagai musuh !"
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong terkejut, ia sungguh tidak menyangka bahwa maksud baiknya dianggap sebagai kata-kata rayuan.
Dengan perasaan tidak senang ia berkata: "Tidak perduli aku betul keluarganya atau bukan, kau tidak perlu cari tahu. Sekarang aku hendak tanya padamu, bagaimana kau hendak perlakukan aku?"
"Mendengar kata-katamu, seolah-olah kau menyangkal bahwa dirimu tidak ada hubungan dengannya, dengan sebetulnya, pada berapa tahun berselang dia pernah menceritakan padaku tentang kisah yang menyangkut diri kalian. Meskipun kau bukan anaknya sendiri, tetapi bagaimanapun juga adalah anak dari seorang ibu yang pernah menjadi isterinya. Hubungan ini sangat erat, kau jangan pikir untuk melepaskan diri!"
Ho Hay Hong sejak mengetahui riwayat dirinya sendiri, paling takut bila ada orang mengungkap rahasia yang menyedihkan itu. Dia adalah orang yang tinggi hati. baginya asal-usul dirinya yang mengandung riwayat menyedihkan itu merupakan suatu pandangan sulit untuk dibicarakan.
Sungguh tak diduganya gadis itu telah mengatakan dengan terus terang. Apa mau, orang tersebut justru seorang perempuan yang menjadi kekasihnya sendiri.
Dalam kedudukannya, ia tak dapat mengandalkan peranannya sendiri, maka lalu berkata dengan suara keras:
"Kau benar-benar pandai bicara, aku tidak bisa bicara apa-apa. Kau hendak berbuat apa terhadapku, terserah sesukamu sendiri, aku tidak akan menolak!"
Wajahnya telah berubah demikian menakutkan, kulit mukanya berkerenyut berkali-kali suatu tanda hatinya telah disakiti oleh gadis itu, ia berkata pula:
"Dengan terus terang, aku telah mengetahui bahwa dalam hal ini aku akan mati, aku dari perjalanan Thiansan pai jauhnya di sebelah utara, sengaja datang kemari, maksudku hanya untuk bertemu muka denganmu sebagai penghabisan kalinya, tak kuduga dengan cara demikian kau perlakukan diriku."
Ia lalu memejamkan matanya, dengan tenang duduk diatas kursinya, seolah-olah menyerahkan nasibnya ditangan gadis itu.
Gadis itu hatinya mendadak bimbang, ia bertanya:
"Benarkah malam ini kau mau mati?"
Perasaan Ho Hay Hong yang sudah terjadi perubahan besar, sebetulnya hendak memberi keterangan, tetapi mengingat sikap dingin gadis pujaannya itu, ia urungkan maksudnya, hanya mengeluarkan suara dari hidung sebagai jawaban.
"Kau tidak mau menjawab juga tidak apa2, tetapi kedatanganmu ke selatan yang sengaja hendak menengok aku adalah bohong, aku sudah mengerti kau tidak perlu membohongi aku!"
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong mendadak membuka matanya dan berkata:
"Aku selamanya tidak pernah membohong, kau jangan demikian menghina aku!"
"Aku telah menyaksikan dengan mata sendiri, kau berjalan bersama-sama dengan nona berbaju ungu, kalian berdua nampaknya sangat intim sekali, tapi sekarang setelah kau bertemu dengan aku kau sebaliknya mengatakan sengaja datang untuk menengok aku. Apakah ini bukannya bohong semua?"
Sehabis berkata demikian gadis itu mendadak merasa bahwa perkataannya terlalu kasar dan blak-blakan, ia hendak menarik kembali tetapi tidak keburu, mukanya merah seketika, buru-buru menundukan kepalanya.
Ho Hay Hong seorang yang pintar, dia segera dapat merasakan dari sikap dan kata-kata gadis itu dapat meraba sedikit isi hati gadis pujaannya, ia berpikir: "Perkataannya itu jelas menunjukan hatinya tidak senang tampaknya, marah karena melihat aku jalan bersama-sama dengan gadis berbaju ungu. Kalau begitu, apakah ia ada maksud terhadapku?"
Oleh karena itu pula, ia telah mendapat kepastian bahwa segala gerak-geriknya dengan gadis berbaju ungu, sudah diketahui semua olehnya.
Ia coba menenangkan pikiran kembali, ia merasa bahwa selama berada diselatan ia tidak menunjukkan hubungan yang terlalu mesra dengan gadis berbaju ungu, maka lalu berkata:
"Nona berbaju ungu yang kau katakan tadi adalah adik perempuan sepupuku ia ikut ke selatan juga ingin melihat kau, sebab aku sering menceritakan dirimu dihadapannya!"
Gadis itu tercengang, ia bertanya: "Apa katamu terhadapnya?"
"Aku pernah menceritakan kepadanya bahwa beberapa kali aku mengalami bakal kematian, tetapi karena munculnya kau, akhirnya aku terhindar dari bahaya. Ia sangat mengagumi Kepandaian ilmu silatmu, maka menyatakan hendak berkenalan denganmu.!"
"Aku dengan dia sama-sama seorang wanita, apa yang perlu dilihat."
Mulut gadis itu meskipun berkata demikian, tetapi nada suaranya sudah banyak berubah, jelas bahwa ia merasa girang mendapat pujian Ho Hay Hong.
"Dengan terus terang terhadap Kakek penjinak Garuda, selama ini aku tidak senang, orang itu terlalu mengagulkan kepandaian sendiri, sikapnya terlalu sombong, seolah-olah didalam dunia yang luas ini, hanya dia sendiri yang terkuat. Terutama ketika dari mulutmu aku mengetahui segala dosanya dimasa yang lampau, aku benar-benar hendak menguji kepandaiannya!"
Mata Ho Hay Hong menengok keluar, melihat matahari yang sudah mulai silam, ia menghela napas panjang.
Gadis kaki telanjang itu tiba-tiba merasakan kedukaan pemuda itu. yang agaknya benar-benar telah dirundung nasib malang, ia sebetulnya ingin berkata: Kepandaianmu selisih jauh dengan kepandaian Kakek penjinak garuda, sama sekali bukan tandingannya." tapi sebelum dikeluarkan, ucapan itu ditelannya kembali.
Ia seperti mendapat perasaan bahwa pemuda itu bersifat tinggi hati, maka ketika ia melihat keadaan yang menyedihkan itu, hatinya lantas lemah.
Ia berpikir sejenak, akhirnya berkata:
"Kau tadi kata tengah malam tentu akan binasa, aku merasa geli. jikalau benar bahwa mati hidupnya seseorang bisa diketahui lebih dahulu maka manusia didalam dunia ini setiap saat akan merasa risau."
"Kau salah, aku bukannya dapat mengetahui lebih dahulu tentang kematianku, melainkan disebabkan diriku terkena pukulan kekuatan tenaga dalam yang sangat ampuh, jiwaku hanya terbatas tinggal tiga hari, maka aku buru-buru dari utara melakukan perjalanan kemari dalam perjalanan aku sudah menggunakan waktu dua hari, maka aku tahu bahwa malam ini aku pasti mati!"
Gadis itu mengerutkan alisnya dan bertanya:
"Apa namanya ilmu kekuatan tenaga dalam itu?"
"Namanya Sanhoa tok cing, ilmu kekuatan tenaga dalam yang dipelajari oleh seorang tokoh terkuat rimba hijau daerah utara, Kay see Kim kong. terhadap ilmu pukulan itu aku sendiri masih belum jelas, aku hanya merasa bahwa keadaan diriku tetap seperti biasa, sedikitpun tidak ada perasaan terluka, tapi aku dengar orang kata. bahwa orang yang terkena pukulan ilmu itu, dalam waktu tiga hari pasti binasa. Coba kau pikir aneh atau tidak?"
"Aku belum pernah dengar nama itu, mungkin juga mempunyai pengaruh demikian dahsyat!" berkata gadis itu sambil menggelengkan kepala, kemudian bertanya kepada seorang wanita pertengahan umurnya yang berada di sisinya:
"Ibu, kita harus bertindak bagaimana terhadap musuh kita ini?"
"Aku percaya dia tidak puas terhadap sepak terjang kakek penjinak garuda, dari sifat dan bahasanya aku sudah melihat bahwa dia ada seorang pemuda yang putih bersih dan besar harapannya dikemudian hari, apa lagi ia kata jiwanya dalam keadaan bahaya, pasti ada banyak tugas penting yang akan dilakukannya. Menurut pikiranku, tidak perlu mempersulit dia lagi. Dalam permusuhan kita itu dia bukanlah pelaku utama, maka bebaskan saja dia!"
"Tetapi, dia adalah keluarga kakek penjinak garuda!" berkata gadis itu.
"Jikalau naga menurunkan sembilan anak, sifatnya masing-masing berlainan, meskipun dia keluarga kakek penjinak garuda, belum tentu sifatnya boleh disama ratakan! Jika kita rasa masih perlu memberi ampun, ampunilah dia!" kata ibunya.
Gadis itu lalu berkata pada orang-orangnya:
"Lim piu. Ong Kui lepaskan dia!" Lim piu segera melepaskan tangannya yang memegangi tangan Ho Hay Hong. tetapi tidak demikian dengan Ong Kui. Orang she Ong ini jarinya menotok jalan darah Ho hai hiat ditubuh Ho Hay Hong kemudian berkata dengan gemas:
"Aku protes, coba pikir bagaimana menyedihkan kematian Tiat Pangcu, masa dengan enak kita perlakukan musuh ?"
Ho Hay Hong hanya merasakan hatinya seperti hendak meloncat keluar, darahnya segera menggolak dan matanya berkunang-kunang, jikalau bukan karena latihan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna, barangkali ia sudah rubuh.
Ia menahan rasa sakit dalam badannya berkata sambil tertawa nyaring:
"Kalau kau tidak sudi melepaskan diriku, berbuatlah menurut sesuka hatimu, jikalau aku Ho Hay Hong sampai mengerutkan alis, bukanlah seorang gagah!"
Dengan alis berdiri, Ong Kui menyerang dada Ho Hay Hong dengan tinjunya. Serangan itu cukup berat, bagi orang biasa pasti akan rubuh binasa. Tetapi Ho Hay Hong tetap tidak berubah, malah ia berkata dengan suara nyaring:
"Dalam perjalanan ke selatan kali ini, dapat bertemu muka denganmu, aku sudah rasa puas, meskipun aku mati juga tidak penasaran . . ."
Selama bicara itu matanya terus ditujukan keluar memandang matahari yang sudah tenggelam ke barat, diwaktu bicara ujung bibirnya banyak mengalirkan darah.
Gadis itu terkejut, ia berkata kepada orangnya:
"Ong Kui ! Apa kau sudah gila" Lekas lepaskan tangannya ."
Ong Kui seolah-olah tidak mendengar, tinjunya kembali memukul dada Ho Hay Hong sementara mulutnya menjawab:
"Jika tidak pukul anaknya, orang tuanya tidak akan keluar. Hajaran ini anggaplah sebagai tamparan bagi muka Kakek Penjinak Garuda !"
Wanita pertengahan umur menghela napas pelahan-lahan dan berkata:
"Anak, kau seharusnya juga memaafkan pada mereka, sudah beberapa puluh tahun menahan sabar, dendam sakit hatinya begitu meluap, pantas kalau dia tidak mendengar perintahmu!"
Setelah mendengar perkataan ibunya, gadis itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Sementara itu Ong Kui terus menghajar Ho Hay Hong dengan tangan dan kakinya hingga pemuda itu beberapa kali dalam keadaan pingsan. Setelah diguyur air dingin baru sadar lagi. Walaupun dihatinya sangat marah dan beberapa kali hendak berontak, tapi akhirnya ia bersabar sambil menggertak gigi.
Tak lama kemudian Ong Kui telah merasa puas, baru melepaskannya. Ia tidak tahu bahwa pemuda itu adalah seorang laki-laki yang bersifat jantan. Betapapun dihajar demikian rupa, sedikitpun tidak merintih atau minta ampun.
Ho Hay Hong perlahan-lahan menyusut darah yang mengalir di bibirnya, kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berkata.
"Dengan memandang matamu, sebelum ajalku tiba, aku sudah dihajar oleh orang-orangmu tanpa melawan."
Ia sebetulnya hendak minta obat Lio yan-hiang, tetapi melihat suasana demikian buruk, ia tahu bahwa permintaannya itu pasti akan dipandang rendah oleh orang lain, maka dengan badannya yang terluka, perlahan-lahan berjalanlah ia keluar.
Pada saat itu, semua harapannya telah padam, hatinya sudah mati. Maka ia hanya ingin mencari suatu tempat yang sunyi sebagai tempat untuk mengubur dirinya sendiri.
Tetapi, baru saja ia melangkahi pintu, tiba-tiba ia ingat bahwa gadis berbaju ungu masih berada di tangan musuh, maka buru-buru ia balik kembali, menurunkan pedangnya dan diletakkan di atas meja, kemudian berkata:
"Aku ada sedikit permintaan, masih mengharap kau suka menolong."
"Katakanlah," kata gadis itu. .
"Tadi aku dengar kata bibi, bahwa bibi bekerja pada Bengcu rimba hijau, apakah itu betul?"
"Apa perlunya kau menanyakan itu?" balas menanya gadis itu dengan perasaan tidak mengerti.
"Adik perempuan sepupuku ini, ialah nona berbaju ungu yang pernah kau lihat, belum lama berselang telah ditawan oleh tiga anak buah Bengcu. aku pikir hendak minta pertolongan bibi, untuk minta kepada Bengcu supaya dibebaskan. Sudikah kau menerima permintaanku ini" Oleh karena jiwaku dalam keadaan bahaya, mungkin sekali aku tidak sanggup melakukan sendiri pekerjaan itu, maka mohon pertolonganmu. Pedang ini anggaplah sebagai barang terima kasihku, aku tidak tahu bagaimana pikiranmu?"
"Bagaimana seandainya Bengcu tidak mau membebaskan?"
Ho Hay Hong tercengang, pikirnya: Itu memang suatu persoalan sulit, apabila Liong-ceng Houw-sie tidak menerima permintaannya, bukankah ini berarti bahwa gadis itu telah kucelakakan sendiri"
Ia berpikir sejenak, akhirnya berkata: "Kalau begitu aku minta tolong kau bawa aku kepada Bengcu sendiri, aku akan minta sendiri kepadanya."
"Bengcu besar kepala, mungkin dia tidak mau menjumpaimu."
"Apakah ia mengandalkan kedudukannya, tidak sudi menemui seorang yang tidak bernama?"
"Kalau kau hendak anggap demikian, aku terpaksa menjawabnya."
Ho Hay Hong mendadak tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Nona, asal kau sudi bawa aku pergi kepadanya, Bengcu pasti akan keluar menyambut aku sendiri, jikalau kau percaya, aku perlihatkan padamu sebuah barang!"
Ia lalu mengeluarkan sepotong emas yang terukir lukisan gambar naga. lalu diberikan kepada gadis itu dan berkata:
"Emas ini merupakan lambang kepercayaan kedudukan Bengcu rimba hijau daerah utara, aku percaya Liong ceng Houw sie setelah melihat benda ini, pasti akan terkejut!"
Gadis itu terperanjat, ia lalu bertanya: "Kau pemiliknya benda emas ini?"
"Benar, aku adalah Bengcu rimba hijau daerah utara!"
Ketika ucapan itu keluar dari mulut Ho Hay Hong yang ada disitu mengunjuk sikap terkejut dan terheran-heran, Ong Kui yang tadi pernah menghajar dirinya, mendadak menghampiri dan berkata dengan suara gusar.
"Bocah, kau mengaco belo."
Ho Hay Hong dapat menduga bahwa orang itu diluarnya saja nampak galak, tetapi sebetulnya dalam hatinya merasa jerih maka, lantas menjawab:
"Ong Kui, aku telah mandah kau hajar tanpa melawan, semua ini karena semalam aku pandang muka nonamu ini, jikalau kau anggap aku seorang yang mudah kau perhina, maka anggapanmu itu salah besar!"
Ong Kui terkejut, ia mundur beberapa langkah, tidak berani memandangnya lagi.
Ho Hay Hong menyimpan lagi pelat emasnya, lalu berkata:
"Nona aku harap kau sudi menerima permintaanku yang terakhir ini!"
Gadis itu sejenak nampak ragu ragu sejenak, lalu berkata:
"Golongan rimba hijau daerah selatan dan utara selamanya tidak akur, kau berdua telah bersua kemuka, pasti timbul percekcokan Liong ceng Houwsie adalah penolong ibuku, aku tidak mengharap kau sampai berbuat demikian terhadapnya."
"Maksudku hanya minta orang saja, asal ia tidak berlaku keterlaluan, sudah tentu aku tidak akan berbuat apa-apa kepadanya. Hal ini harap kau jangan kuatir."
Melihat sikapnya yang sungguh-sungguh gadis itu merasa tidak enak menolak lagi, ia lalu bangkit berdiri setelah meninggalkan pesan beberapa patah kata kepada orang-orangnya, lantas berjalan keluar bersama Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong membuka tambatan kudanya, dengan membuka kudanya itu jalan menuju kejalan raya.
Ia jarang sekali berada berduaan den gadis itu, maka dalam hatinya sebetulnya banyak perkataan hendak dikatakan, tetapi tidak tahu bagaimana harus mulai.
Sedangkan gadis itu juga tidak berani berpandangan mata dengan Ho Hay Hong, selama hidupnya ia sering dengan pandangan mata yang dingin membuat musuh-musuhnya berdebaran hatinya.
Untuk pertama kali ini ia menyerah terhadap seorang laki-laki. dalam hatinya lalu memikirkan persoalan ini, tetapi ia tidak mengerti apa sebabnya. Mengapa ia selalu takut berpandangan mata dengan pemuda itu. Bahkan setiap kali berhadapan dengan pemuda itu hatinya selalu berdebar.
Diam-diam ia merasa sayang akan hari depan pemuda itu, jago muda yang sudah mulai menanjak nasibnya itu, sebetulnya mempunyai hari depan yang cerah, tetapi sayang usia jiwanya begitu pendek, sehingga tidak dapat memperkembangkan kepandaiannya.
Dalam perjalanan itu Ho Hay Hong akhirnya menemukan bahan percakapan, ia lalu bertanya.
"Kau anggap Kakek penjinak Garuda itu bagaimana orangnya?"
"Sombong tidak kenal aturan, menganggap dirinya sendiri terlalu tinggi, kurang sopan dan tidak tahu malu, ia suka berbuat menurut perasaan sendiri, tidak memikirkan akibatnya !"
Golok Sakti 10 Pertarungan Dikota Chang An Seri 2 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Penelitian Rahasia 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama