Ceritasilat Novel Online

Kampung Setan 9

Kampung Setan Karya Khulung Bagian 9


"Tiat Pun kau berani mencemarkan nama baikku, hah?"
Tiat Pun ketakutan, dengan secara nekad dan tidak menghiraukan jiwanya sendiri, melakukan serangan membabi buta kepada lawannya.
Cian hoa-jin perdengarkan beberapa kali suara dingin, pecutnya dikedut berulang-ulang sehingga Tiat Pun harus berputaran bagaikan gasing untuk mengelakkan serangan pecut yang hebat itu.
Ciok tee Kouw sim menghampiri Cee pak Ong jin dengan tindakan lebar, dua musuh itu masih menggunakan tata tertib kesopanan lebih dulu saling memberi hormat dengan menyoja, barulah saling menyerang.
Sementara itu, Kay see Kim kong sudah berkata lalu kepada Koan lok Sie gee
"Koan lok Sie gee. kalian berempat sudah mengikuti aku banyak tahun, selama itu belum pernah mendirikan pahala apa-apa, sekarang ini adalah saatnya bagi kalian untuk mengeluarkan semua kepandaian kalian!"
Koan lok Sie gee menganggukkan kepala, berempat menghampiri It Jie Hui-kiam.
Empat orang itu adanya sombong, seolah-olah sudah tidak ada orang yang lebih kuat lagi. Mereka hendak mendirikan pahala besar, maka menghampiri It Jie Hui kiam.
Dalam hati mereka, apabila berhasil menangkap hidup atau membinasakan It Jie Hui kiam, yang menjadi pemimpin dari pasukan Angin puyuh, jasa itu lebih besar dari pada merubuhkan satu diantara pembantunya.
Tetapi mereka sudah lupa bahwa lawannya itu adalah orang tingkatan tua yang namanya sudah terkenal didaerah utara, jadi bukan seorang lawan sembarangan.
Bagi It Jie Hui kiam yang harus pertahankan gengsinya, sudah tentu tidak mau meladeni segala manusia rendah begituan, maka lantas memberi isyarat kepada empat muridnya untuk melawan.
Tiga serangkai dari pihaknya Kay see Kim kong, yang sudah tahu tidak dapat menghindarkan diri dalam pertempuran hebat itu, juga lantas lompat keluar dan bersuara dengan suara keras:
"Siapa sudi melayani kita bertiga saudara ?"
It Jie Hui kiam melihat bahwa dipihak musuhnya masih ada Bun ciu Siu an, Toat-hun Sie seng dan sepuluh lebih tokoh-tokoh rimba hijau yang belum keluar, sedangkan dipihaknya sendiri kecuali delapan pasukan Angin puyuh, Hudsim Totiang, Ho Hay Hong dan ia sendiri, sudah tidak ada orang lain lagi.
Maka saat itu ia tidak bisa lantas mengambil putusan untuk memilih orangnya yang harus melawan tiga serangkai itu.
Dengan tidak bicara apa-apa Hud sim Totiang bertindak keluar dan berkata:
"Mari, mari. aku merasa tidak enak berdiri menganggur saja biarlah menemani kalian main-main beberapa jurus!"
Tiga serangkai keluarga Sin meskipun sudah tahu bahwa imam tua itu adalah tokoh senior satu dari partay Ceng shia pay, sekali pun dipihaknya sendiri ada tiga orang yang akan maju berbareng, juga belum tentu bisa mendapat kemenangan.
Tetapi mereka sudah terlanjur menantang, sudah tentu tidak bisa mundur begitu saja, terpaksa dengan mengeraskan kepala, masing-masing menghunus senjata yang membuat mereka terkenal, maju menyerang.
Kay see Kim kong sementara itu sudah mengeluarkan perintah kepada dua belas pelindung pribadinya, supaya mengepung delapan pasukan Angin puyuh.
Dua belas laki-laki tegap yang berdiri dibelakang dirinya, dengan serentak bertindak keluar menghampiri delapan pasukan Angin puyuh.
Delapan pasukan angin puyuh itu tanpa menunggu perintah pemimpinnya, sudah menghunus senjata masing-masing dan menyerang dua belas orang itu sehingga terjadilah pertempuran sengit delapan lawan dua belas!
Ho Hay Hong merasa bahwa dirinya seperti dianak tirikan, maka lantas maju dan menantang. "Siapa yang berani melawan aku?"
It Jie Hui kiam buru-buru membentak. "Hay Hong, kembali !"
Tapi pada saat itu, dari pihak musuhnya sudah maju menghampiri empat laki-laki berbaju ungu, maka Ho Hay Hong lalu menjawab kakeknya:
"Biarlah aku turut menyumbangkan sedikit tenaga."
Nampak sikapnya yang sungguh-sungguh, sang kakek terpaksa meluluskan keinginannya seraya berkata:
"Kau harus berlaku hati-hati, mereka semua adalah orang-orang yang ganas dan kejam."
Ho Hay Hong mengangguk dan berkata.
"Harap kongkong jangan khawatir. Ho Hay Hong tidak akan mengecewakan kau!"
Dengan tiba-tiba ia menggerakkan kepalan tangannya, dengan menggunakan salah satu gerak tipu dari ilmu Khun-hap Sam-kay yang dinamakan langsung menyerbu ke lawan menyerang orang yang menjadi kepala dari rombongan empat orang itu.
Kekuatan tenaga dalamnya yang sudah mendapat kemajuan sangat pesat, ditambah lagi dengan pengaruh ilmu silat garuda sakti, hingga kekuatan itu semakin sempurna.
Tidaklah mengherankan kalau musuhnya itu menangkis dengan kepalan tangannya, tiba-tiba terpental mundur.
Bukanlah kepalang terkejutnya Kay see Kim kong yang menyaksikan kejadian itu, dalam hatinya berpikir: "bocah ini usianya masih mula belia, nampaknya juga sangat sederhana, mengapa memiliki kekuatan tenaga demikian hebat, apakah ia sudah mendapat warisan tua bangka itu"
Saat itu, Ho Hay Hong kembali sudah menggerakkan tangannya, menyerang empat musuhnya secara berbareng dengan kekuatan yang lebih hebat.
Pandangan Kay see Kim kong terhadap Ho Hay Hong sesaat lantas berubah, pikirnya: "bocah ini usianya paling banter baru dua-puluh tahun, tetapi kekuatan tenaga dalamnya seperti seorang yang sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun, benarkah tua bangka itu berkepandaian sedemikian tinggi, sehingga dapat mendidik cucunya demikian rupa."
Ia sebetulnya sudah akan turun ke gelanggang untuk melakukan pertempuran yang menentukan dengan It Jie Hui kiam, tetapi kini setelah menyaksikan pertempuran itu, perasaannya mulai bimbang, ia tidak berani berlaku gegabah lagi.
Dengan penuh perhatian yang menyaksikan jalannya pertempuran, terutama terhadap kepandaian Ho Hay Hong.
Mendadak Ho Hay Hong merubah gerak tipunya lagi, satu lengannya menekan bahu orang yang menjadi kepala dari empat orang itu, orang itu seketika juga lantas mengeluarkan jeritan ngeri, dengan badan sempoyongan ia mundur dan kemudian rubuh di tanah.
Kay see Kim kong benar-benar hampir tidak percaya kepada matanya sendiri, sebab orang itu terkenal dengan ilmu silatnya dari golongan keras, biasanya sudah kebal dengan senjata tajam, mengapa demikian mudah rubuh ditangan pemuda itu "
Dengan cepat dihampirinya dan diperiksa luka-lukanya, ternyata tulang-tulang bagian bahu sudah remuk, hingga ia semakin terkejut dan terheran-heran.
Ditilik dari keadaan ini, jelaslah sudah bahwa bocah ini sudah memiliki kekuatan tenaga dari golongan orang kuat kelas satu, tapi mengapa ia belum pernah dengar namanya jago muda ini "
Dipandangnya dengan penuh perhatian muka Ho Hay Hong, mendadak ia seperti pernah kenal dengan muka itu. agaknya sudah pernah bertemu muka dengannya, tapi entah di mana" Ia sudah tidak ingat lagi.
Sementara itu Ho Hay Hong sudah melancarkan satu serangan lagi kembali satu korban telah jatuh, kali ini orang yang kena diserang sudah hancur bagian dalamnya dan mati seketika itu juga.
Kaysee Kim kong kini tiba-tiba ingat bahwa bocah itu adalah sahabat anaknya sendiri, yang malah pertemuan itu pernah dilihatnya sedang bercakap-cakap dengan mesra bersama anaknya sendiri, ia tidak menduga sama sekali bahwa sahabat anaknya itu adalah cucu luar It Jie Hui kiam.
Mengingat akan itu, hawa amarahnya meluap, dadanya dirasakan mau meledak!
Bun jiu Sinsin yang menyaksikan dalam waktu sekejap Ho Hay Hong sudah merubuhkan dua lawannya dengan lantas lompat maju dan membentak dengan suara keras:
"Bocah, kau jangan bangga, aku hendak mengambil jiwamu!"
Tanpa banyak bicara, Ho Hay Hong menyambutnya dengan serangan telapak tangan yang menghembuskan sambaran angin hebat.
Dada Bu jin Siu sin seperti digenjot dengan palu besar, tanpa disadari sudah mengeluarkan seruan tertahan, mulutnya menyemburkan darah segar.
Ho Hay Hong maju tiga langkah dan berkata sambil menuding hidungnya:
"Mari, mari ! Berapa tinggi kepandaianmu, berani membentur aku?"
Bun jiu Siu sin mimpipun tidak menduga bahwa bocah ini memiliki kekuatan demikian hebat, dalam keadaan kaget dan ketakutan dan menahan rasa sakit di dadanya, ia tarik mundur dirinya.
Toat hun Sia su sebetulnya juga hendak menggunakan kesempatan itu untuk membinasakan Ho Hay Hang. tetapi setelah menampak Bu jin Sio su keadaannya demikian mengenaskan terpaksa membatalkan maksudnya, tidak berani buka suara lagi.
Dua lawan Ho Hay Hong yang masih hidup, sudah ketakutan setengah mati, buru-buru lompat mundur kebelakang Kay see Kim-kong.
Kay see Kim kong tidak memberi peringatan lebih dulu, tiba-tiba mengangkat tangannya menyerang Ho Hay Hong.
Kay see Kim kong yang bertenaga kuat dari pembawaan alam, selama berkelana di dunia Kang ouw, barang siapa yang terpukul olehnya, setidak-tidaknya pasti terluka parah.
Ho Hay Hong yang tidak menduga sama sekali akan diserang secara pengecut, dalam keadaan tergesa-gesa menangkis dengan tangannya, tetapi tidak urung masih terpental mundur beberapa langkah.
"Kau adalah seorang Kang ouw yang sudah kesohor namanya. sungguh tak kusangka perbuatanmu demikian rendah. Heh. aku Ho Hay Hong tidak percaya, sekalipun orang-orang pada sohorkan kau mempunyai ilmu gaib, tetapi aku hendak mencobanya!"
It Jie Hui kiam lompat maju dengan pedang terhunus di tangan, ia berkata kepada Ho Hay Hong:
"Hay Hong lekas mundur, disini tidak ada urusanmu!"
Kemudian ia berkata kepada Kay see Kim kong:
"Kay see Kiam kong kau berani datang mengganggu rumah tanggaku, tentunya mengandalkan kepandaianmu yang tinggi, mari, mari, tulang-tulangku yang sudah tua ini biarlah kujajal padamu!"
Suara jeritan mengerikan mendadak terdengar sehingga memutuskan pembicaraan tadi. Ternyata Suat tee Ciang thiam sudah rubuh terlentang dengan mulut menyemburkan darah, sedangkan lawannya, Ciam Sie berdiri dengan muka pucat lesu dan tangan menekan berat, jelas bahwa pertempuran antara mereka telah berkesudahan seri, dua-duanya dalam keadaan terluka !
Ho Hay Hong yang masih penasaran, tidak menghiraukan perintah kakeknya, dengan satu tangan mendorong kakeknya, hingga It Jie Hui Kiam yang tidak terjaga juga lantas mundur selangkah.
Sementara itu Ho Hay Hong lantas berkata padanya dengan suara perlahan .
"Kongkong, kau sudah tua, beristirahatlah."
Tetapi It Jie Hui kiam yang terdorong mundur olehnya, disamping terkejut, ia lantas marah, bentaknya:
"Hay Hong, apakah artinya ini?"
"Usia Kongkong sudah terlalu lanjut, permainan yang sangat berbahaya ini harus cucumu yang melakukan. beristirahatlah dulu."
Dengan alis berdiri It Jie Hui kiam berkata dengan suara bengis:
"Haha, orang datang menghina, apakah aku It Jie Hai kiam harus menyerah mentah-mentah " Kau anak-anak tahu apa " Lekas mundur!"
Dengan langkah lebar Kay see Kim kong maju menghampiri dan berkata padanya:
"It Jie Hui kiam, tidak kecewa kau menjadi jago didaerah utara, dengan ucapanmu tadi, sudah cukup untuk menundukkan aku. Mari. mari! Marilah kita melakukan pertempuran yang memutuskan!"
Sebelum It Jie Hui kiam menjawab, Ho Hay Hong dengan satu gerakan manis yang dilakukan secara tiba-tiba, telah merebut perisai dan pedang dari tangan kakeknya, kemudian berkata kepada Kay see Kim kong dengan suara keras:
"Hong Lan Hiong, dengar! Aku adalah cucu luar, yang juga merupakan keturunan It Jie Hui kiam. kalau kau mempunyai kepandaian, kau boleh coba-coba bertanding dengan aku dulu!"
Kay see Kim kang tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Aku Kay see Kim kong mendapat nama dengan cara yang tidak mudah, bagaimana aku sudi terusak dibadanmu " Haha, apalagi, aku menangkan kau juga berarti menghina satu anak anak, cuma cuma menjadi buah tertawaan orang saja. Bocah, sekalipun kau mem punyai nyali cukup besar. tetapi sayang cita citamu tidak akan terlaksana, lebih baik kau minggir saja!"
Sementara itu, It Jie Hui kiam semakin marah, katanya:
"Hay Hong, kau mau dengar perintahku atau tidak" Lekas jawab!"
Jago tua ini sudah marah benar-benar, ia sudah hendak menggunakan pengaruhnya untuk menundukan cucunya, tetapi semua anak buahnya termasuk delapan pasukan Angin puyuh sedang repot menghadapi musuh masing-masing, hingga tidak bisa berbuat apa-apa.
Ho Hay Hong tidak menghiraukan kemarahan kakeknya, dengan pedangnya menyerang Kay see Kimkong.
Kay see Kimkong perdengarkan suara di hidung, dengan membalikan badan ia mengibaskan serangan pedang itu, kemudian balas menyerang dengan tinjunya.
Ho Hay Hong terdorong oleh kekuatan hebat, hingga mundur tiga langkah, ia diam-diam memuji kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat dari lawannya.
Kini ia tidak mau mengadu kekuatan lagi, sebaliknya lompat melesat setinggi lima enam tombak sambil mengeluarkan siulan panjang, kemudian melayang turun.
Kay see Kimkong merasa gemas karena diganggu teras menerus, kembali melancarkan satu serangan tangan yang lebih hebat.
Tetapi, dalam waktu sangat cepat, Ho Hay Hong yang berada ditengah udara sudah melakukan perubahan gerakan sampai tiga kali, gerak tipu yang terakhir merupakan satu serangan yang ditujukan kepada bahu lawannya.
Kaysee Kimkong terkejut dan terheran-heran, ia pikir serangannya itu mengandung kekuatan ratusan kati beratnya, hembusan angin yang keluar dari tangannya, cukup untuk menangkis serangan yang betapapun hebatnya.
Tetapi, mengapa pemuda itu berhasil menembusi hembusan angin hebat itu, dan menyerang dirinya"
Ia masih belum mengerti apa sebabnya sementara itu Ho Hay Hong sudah melayang lebih tinggi lagi, kemudian menyambitkan pedang panjangnya.
Sinar putih bagaikan sinar geledek menyambar kearah kepala Kay see Kimkong, pemimpin golongan rimba hijau ini yang belum mengerti maksud Ho Hay Hong, buru-buru menundukkan kepalanya dan ketika sinar putih itu menyambar, hanya terpaut sedikit saja. kepalanya hampir terpisah dengan tubuhnya.
Kay see Kimkong tidak menduga bahwa Ho Hay Hong pandai menggunakan ilmu pedang terbang, maka ia tidak berani memandang ringan lagi. Sambil mengeluarkan suara bentakan keras, ia maju menyerang lagi.
Dilain pihak, Ho Hay Hong tiba-tiba mengeluarkan suara dari hidung sampai dua kali.
Pedang yang meluncur kearah Kay see Kim kong, ketika tidak mengenakan sasarannya, seolah-olah mendapat perintah, dengan cepat memutar balik, tetapi kali ini tidak lagi menyerang Kay see Kimkong, sebaliknya meluncur kearah Giok beng sianseng yang berada disebelah kiri.
Kejadian itu menimbulkan kecurigaan Kay see Kimkong, ia menghentikan gerakannya dan matanya ditujukan kepada Giok beng-sianseng.
Waktu itu. Kim ciang Tayhiap yang menjadi lawan Giok beng Sianseng. Wajahnya nampak pucat pasi tangannya menekan perut dalam keadaan tengkurep sedang sikutnya digunakan untuk menunjang badannya, agaknya terluka parah bagian dalamnya. Sedangkan Giok beng sianseng berdiri disamping sambil perlihatkan tertawa iblis, tangannya sudah akan bergerak untuk menamatkan jiwa lawannya:
Justeru pada saat itulah, sinar perak berkelebat, mata Kay see Kimkong belum melihat tegas, pedang terbang itu sudah meluncur kebelakang punggung Giok beng Sianseng.
Ciok beng Sianseng yang sedang memusatkan perhatiannya hendak menamatkan jiwa lawannya sendiri. Kay see Kim kong yang mengetahui bahaya mengancam orangnya, baru saja hendak memberi peringatan, tetapi sudah tidak keburu dengan disaksikan oleh matanya sendiri pahlawannya yang menjadi tangan kanannya itu sudah mengeluarkan suara jeritan ngeri dan jatuh rubuh di tanah.
Kay see Kim kong kesima, ia berdiri tertegun sambil berpikir: "dia masih begitu muda, darimana kepandaian yang luar biasa itu?"
Dengan kecepatan luar biasa, Ho Hay Hong mengulapkan tangannya mencabut pedangnya yang sudah mengambil korban, muncratnya darah dari badan Ciok beng Sianseng telah mengejutkan dan menakutkan orang-orang pihak Kay see Kim kong.
Ciok-beng Sianseng yang masih belum binasa, bergulingan ditanah sambil menjerit-jerit, dan akhirnya mati dibawah kaki Kaysee Kim kong.
Ciok beng Sianseng mati dalam keadaan masih memegang senjata kipas di tangannya, sehingga membuat Kay see Kim kong teringat jasa-jasanya di masa lampau dimana pahlawan itu pernah menyumbangkan tenaga yang tidak sedikit kepadanya.
Sementara itu, Kim ciang Tayhiap pelahan-lahan sudah bangkit lagi dan balik ke belakang It Jie Hui kiam.
It-jie Hui kiam baru hendak bertindak untuk mencegah Ho Hay Hong, Kim ciang Tayhiap yang sudah mengerti maksudnya buru-buru mencegahnya dan berkata sambil menghela napas:
"Loenghiong sudahlah, dewasa ini dikalangan Kangouw banyak bermunculan jago muda, jago-jago muda itu rupa-rupanya sudah waktunya hendak menggantikan kedudukan orang-orang yang sudah tua. Biarlah kau memberi kesempatan padanya!"
"Mengapa Tayhiap membela dia?" tanya It Jie Hai kiam heran.
"Lo enghiong tentu sudah tahu sendiri. Dengan kepandaian yang diperlihatkan itu tadi, dari semua orang yang ada disini, mungkin dialah yang kepandaian paling tinggi!"
"Dari mana Tayhiap mendapat kesimpulan itu."
"Dengan terus terang, ketika cucumu mulai menunjuk kepandaiannya, aku sudah memperhatikannya dari samping, oleh karena terbokong oleh Ciok beng sianseng" Kim ciang Tayhiap, dari mulutnya mendadak menyemburkan darah, setelah itu baru berkata lagi:
"Dari pihak lawan. orang yang berkepandaian paling tinggi adalah Kay see Kimkong Ho Lan Hiong, tetapi telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, cucumu melesat setinggi lima enam tombak, dengan gerak tipu serangannya yang luar biasa anehnya berhasil menyerang bahu Kay see Kim kong. Lo enghiong, aku lihat cucumu pasti mendapat didikan dari orang berilmu tinggi, kau jangan sangsikan kepandaiannya lagi!"
"Memang benar, ketika ia menyerang Kay see Kimkong, aku juga melihatnya dengan tegas. Aih, benarkah bocah ini dapat mempertahankan kedudukan kita.?"
Hingga saat itu, Ia masih setengah percaya setengah tidak, Tetapi Kim ciang Tayhiap mengerti bahwa, jago tua itu karena perhatian terhadap cucu satu-satunya maka masih belum merasa lega.
Ia lalu menghiburnya sambil menepuk-nepuk bahunya: "Loenghiong, ingatlah kau dan aku dahulu, sewaktu masih muda, apakah bukan juga dianggap kurang sempurna atau kurang matang latihan kita, oleh orang-orang tingkatan tua, sehingga menyia-nyiakan banyak waktu, barulah bisa unjuk muka" Dan sekarang mengapa kita harus mengulangi tradisi buruk itu lagi?"
Kata-kata Kim Ciang Tayhiap ini agaknya mengingatkan kenangannya dimasa muda dengan bersemangat ia berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Tetap sepatah kata-kata lotee telah menggugah aku yang masih sedang mengimpi. memang, kita diwaktu muda juga dengan penuh ambisi hendak memperkembangkan kepandaian, tetapi selalu mendapat rintangan dari orang-orang tingkatan tua sehingga kepandaian kita terpendam beberapa tahun lamanya. Jikalau tidak, hasil yang kita capai sekarang mungkin lebih besar lagi."
Kini ia tidak merintangi Ho Hay Hong lagi, sambil tersenyum ia mengawasi gerak gerik cucunya.
Ho Hay Hong merasa besar hati, karena baru pertama mencoba ilmu kepandaian yang baru saja habis dipelajari, ternyata sudah membawa hasil yang sangat memuaskan.
Dengan ilmunya mengendalikan pedang, dia sudah berhasil membinasakan salah seorang tangan kanan Kaysee Kimkong, hingga ia semakin tidak ragu-ragu lagi, dengan tindakan lebar menghampiri Cee pak Ong-jin.
Ia memilih lawannya tidak memandang kepandaiannya yang lemah atau yang kuat, ia hanya merasa jemu menyaksikan tingkah laku Cee pek Ong-jin yang congkak dan jumawa, maka hendak disingkirkannya lebih dulu.
Kematian Ciok beng sianseng yang mengerikan dan keadaan yang bergulingan ditanah sebelum putus nyawanya, membuat ngeri musuh musuh Ho Hay Hong. pandangan mereka terhadapnya telah berubah, tidak lagi dipandang sebagai bocah yang masih ingusan melainkan sebagai malaikat jibril.
Ketika ia berjalan menghampiri Cee pak Ong-jin, orang tua yang licik dan banyak akalnya serta tengik tingkah polanya itu, juga merasa jeri, sehingga mundur beberapa langkah.
Ciok tee Kouw sim yang menjadi lawannya, semula agak susah mencari jalan untuk menjatuhkan, sedangkan tingkah lakunya semakin congkak. Tetapi kini mendadak seperti orang ketakutan, maka lantas diejeknya:
"Tua bangka. percuma saja kau sudah hidup hampir enam puluh tahun, masih takut terhadap bocah yang masih ingusan" Haha. aku lihat, kemana kau hendak membuang mukamu"
Cee pek Ong-jin yang mendapat gelar Manusia sombong, sifatnya memang sangat sombong sekali. Ketika diejek demikian rupa oleh lawannya, dan seketika lantas naik pitam. Rasa takutnya lenyap seketika, ia maju menghampiri Ho Hay Hong seraya berkata dengan sombong:
"Bocah, minggir sedikit, jangan mengganggu aku. Nanti setelah aku membereskan orang ini, barulah menyusul kau, juga masih belum terlambat."
Ho Hay Hong yang mendengar kata-katanya yang terlalu sombong, tidak menjawab, sebaliknya mengeluarkan siulan panjang dan lompat melesat setinggi lima tombak lebih.
Di tengah udara ia mendongakkan kepalanya dan mementang kedua tangan dan kaki nya, seolah-olah burung garuda yang sedang terbang.
Kay see Kim kong yang menyaksikan suara dan gerakan itu, menggumam sendiri: "Suara itu lagi, tadi ketika ia menyerang aku juga demikian gerakkannya."
Cee pak Ong jin yang belum merasakan lihaynya anak muda itu, telah membacok dengan menggunakan tangan kosong.
Ho Hay Hong berputaran ditengah udara, kakinya digunakan sebagai ganti tangan, satu tendangan yang telah mengenakan pergelangan tangan orang tua itu, Cee pek Ong jin hanya merasakan sakit, hingga mulutnya mengeluarkan suara rintihan kesakitan, lantas menarik kembali serangannya.
Tetapi gerakan Ho Hay Hong yang aneh itu tidak berhenti sampai disitu saja, sebelum lawannya berhasil memperbaiki posisinya, ia sudah menyerang lagi, hingga orang itu buru-buru mundur sejauh satu tombak lebih.
Tetapi Ho Hay Hong terus mengejar dengan serbuannya, sekalipun Cee pek Ong jin sudah lompat mundur setombak lebih, masih terkejar juga. Dalam marahnya, timbullah kekejamannya dengan mengarahkan tenaga sepenuhnya, ia melancarkan serangan ke tengah udara.
Tetapi, serangan yang ganas itu sebagian besar telah dipunahkan oleh Ho Hay Hong, meski kaki kiri Ho Hay Hong terkena serangannya, namun kaki kanannya berhasil menendang jalan darah Khie hay hiat lawannya, hingga Cee pak Ong jin rubuh binasa seketika itu juga.
Sewaktu Ho Hay Hong melarang turun, kaki kirinya masih merasa sakit, hingga jalannya agak sempoyongan.
Kay see Kim kong tiba-tiba membuka mulut bertanya kepada orangnya:
"Suat-tee Ciang thian, tahukah ini kepandaian ilmu apa ?"
Suat tee Ciang thian adalah seorang yang banyak pengalaman dan banyak pengetahuan berbagai ilmu silat merupakan orang yang paling dihargakan oleh Kay see Kim kong. Dan orang itu juga banyak membantu dirinya dalam usahanya mendirikan Kerajaan dalam rimba Hijau.
Suat tee Ciang thian yang luka-luka bersama-sama dengan lawannya, justru tidak mau ada orang yang menggantikan, maka ketika mendengar pertanyaan itu lantas berkata:
"Sianseng, lekas suruh orang menggantikan aku, aku hendak perhatikan gerakannya."
Tanpa menunggu perintah Kay see Kimkong, Kan hun sieseng sudah lompat keluar menghampiri Ciam sie.
Kepandaiannya sendiri meskipun tidak sebanding dengan lawannya, tetapi karena lawannya sudah terluka bagian dalamnya, sekali pun tidak bisa menangkan padanya setidak-tidaknya juga tidak bisa dikalahkan. Selain dari pada itu, ia juga khawatir Kay see Kim kong suruh ia menghadapi Ho Hay Hong.
Dibawah perlindungan Bun-jin Siusu, Suat-tee Ciang thian dengan selamat tiba disisi Kay see Kim kong. Baru saja ia hendak berbicara, Ho Hay Hong sudah menghampiri sambil tertawa dingin, mau tidak mau, ia terpaksa melepaskan niatnya hendak mencari keterangan tentang diri anak muda itu dan maju menyambut.
Suat tee Ciang thian pada saat itu telah berkata.
"Tadi ia pernah menggunakan ilmu mengendalikan pedang. Itu adalah kepandaian ilmu Kim kong Hweshio dari Ngo bie pay!"
Kay see Kim kong tercengang, ia berkata dengan suara gusar:
"Kim Kong Hweeshio masih berani bermusuhan denganku" Itu adalah suatu perbuatan yang sangat bodoh?"
Si Pemabukan Tiet Pun mendadak lompat dari medan pertempuran dan berkata dengan suara nyaring:
"Apa kau murid dari golongan Ngo bie-pay?"
Sementara itu, Cian hoa jin sudah menyerang dengan tangan kosong, Tiat Pun mendadak membalikkan badan dan balas menyerang dengan satu gerak tipu yang aneh, hendak mematahkan dua tangannya.
Cian hoa jin tidak menduga ia lawannya masih bisa menggunakan gerak tipunya yang aneh itu. hingga untuk sesaat ia terkejut.
Ho Hay Hong bertanya sambil tertawa dingin:
"Aku ingin tanya kepadamu, siapakah sebetulnya Kim Kong hweeshio itu?"
"Bocah, kau pandai berlagak benar-benar sangat menjemukan. Hari ini aku akan paksa kau berkata sebenarnya!" kata Kay see Kim Kong.
Tangannya lalu bergerak, cahaya merah mendadak meluncur dari belakang telapak tangannya, Ho Hay Hong hanya merasa seperti terdorong oleh suatu kekuatan tenaga dalam yang hebat sekali, hingga tanpa dirasa ia sudah mundur lima langkah.
It Jie Hui kiam yang menyaksikan kejadian itu, lantas berkata dengan marah:
"Hong Lan Hiong, menghadapi satu bocah kau sudah menggunakan kekuatan hawa murni San hwa kie, apakah kau masih ada muka berkecimpungan di dalam dunia Kang-ouw ?"
Ho Hay Hong tidak mengerti sebabnya ia hanya merasa bahwa darah sekujur tubuhnya bergolak, dirinya seperti mengapung di tengah udara, hingga timbul rasa curiganya apakah sudah terluka oleh serangan musuhnya tadi.
Kay see Kimkong tidak menghiraukan protes It Jie Hui kiam. kembali melancarkan serangannya yang dahsyat itu.
Ho Hay Hong melihat tangan Kay see Kimkong bersinar merah, meskipun ia tidak mengerti sebabnya, tetapi ia tahu bahwa serangan itu mengandung hembusan angin luar biasa hebatnya maka buru-buru lompat mundur, mengetatkan serangannya.
It Jie Hui kiam lompat maju sambil menyambar perisainya dan berkata dengan nada marah:
"Hong Lan Hiong, biarlah kuserahkan tulang tulangku yang sudah tua ini, mari kita berdua mengadu kepandaian!"
"Tua bangka, kau kubur dulu cucumu, nanti bicara lagi." kata Kaysee Kimkong dingin.
Ho Hay Hong yang mendengar ucapan itu. diam-diam terkejut. Apakah sebetulnya ilmu pukulan yang dinamakan San hwi khie itu" Mengapa demikian ganas"
Berbareng pertanyaan timbul dalam hatinya, akhirnya ia tidak dapat mengendalikan dirinya hingga bertanya kepada Kim ceng Tayhiap:
"Lopek, apakah sebetulnya ilmu pukulan Sin hwa cianlek itu?"
Kim ciang Tayhiap sangat terharu mendengar pertanyaan itu, ia menggelengkan kepala tidak menjawab.
Melihat demikian, wajah Ho Hay Hong berubah, ia bertanya pula:
"Lopek, mengapa kau tidak menjawab" Apakah aku benar-benar harus mati?"
Kim ciang Tayhiap menundukkan kepala wajahnya murung, katanya dengan suara pelahan sekali:
"Aih! Anak, kau jangan tanya lagi, semua ini adalah aku yang mencelakakan dirimu ?"
Suatu firasat jelek terlintas dalam otak Ho Hay Hong mendadak ia lompat dia berkata dengan suara nyaring:
"Bagus bagus aku sudah dekat mati. Hong Lan Hiong. kau benar-benar hebat, tapi." ia tertawa sinis kemudian berkata lagi.
"tetapi aku juga bukan orang lemah, sudah tentu aku tidak mau menjadi setan penasaran kembalikan jiwaku!"
Kim ceng Tayhiap berkata sambil menghela napas:
"Anak, sungguh tidak kusangka selagi namamu hendak menanjak, telah digagalkan oleh tangan iblis. Aih, sungguh kasihan dan menggemaskan. Sekarang umurmu hanya tinggal tiga hari saja, kau hendak berbuat apa, lakukanlah sesuka hatimu. Kau boleh menggunakan sisa waktumu yang sangat terbatas ini, berbuatlah apa yang kau sukai. Pergilah anak yang patut dikasihani, dosa ini adalah aku yang menciutkan, bagaimana aku harus menghadap It Jie Hui kiam loenghiong."
Sehabis berkata demikian orang tua yang biasanya tinggi hati itu pelahan-lahan membalikan badan, diam diam mengucurkan air mata.
Dari kata-katanya orang tua itu Ho Hay Hong mengerti semua, sesaat darahnya mendidih, bagaikan orang kalap ia menyerbu Kay see Kim kong.
It Jie Hui kiam hendak mencegah, tetapi, kata katanya belum keluar dari bibir mulutnya, sudah menangis terisak-isak, hingga mengundurkan diri sambil menghela napas.
Ho Hay Hong sudah melupakan jiwanya sendiri yang terancam maut, ia pikir hidupku ini sebagai memimpi, tidak apa kalau aku memang harus mati, tetapi kawanan iblis ini harus kubasmi habis lebih dahulu.
-Odw-oo-wiO- Bersambung Jilid 19
Jilid 19 IA mendongakkan kepala dan bersiul nyaring, seolah-olah hendak mengeluarkan semua kekesalan, kedongkolan dalam hatinya. Ia membiarkan dirinya berubah menjadi penuntut balas berhati dingin, atau bangkai hidup yang tidak berjiwa untuk melaksanakan cita-citanya.
Gerak tipu kedua dari ilmu silat garuda sakti, yang dinamakan garuda sakti terbang ke udara, telah digunakan dalam keadaan pikiran ruwet seperti itu.
Ketika tangan dan tinjunya bergerak segera minta korban Ban jin Sin lie heng berdiri terdekat dengannya.
Selanjutnya, serangannya yang hebat sudah membuat terpental diri si pemabukan Tiat-Pun sejauh tiga tombak. Kasihan bagi si pemabukan ini, ketika ia merayap bangun lagi, baru tahu bahwa seluruh kekuatan dan kepandaian ilmu silatnya sudah lenyap dengan mendadak. Dalam terkejutnya, ia lantas menangis menggerung-gerung bagaikan anak kecil.
Ia sudah menjadi seorang cacad yang sudah tidak bertenaga sama sekali, semua kepandaian dan kekuatan tenaganya yang dilatih dengan susah payah selama beberapa puluh tahun, kini telah habis seluruhnya. Pukulan ini, lebih hebat dari pada kematian. Seketika otak dan matanya lantas gelap dan akhirnya ia jatuh pingsan.
Dengan mata beringas Ho Hay Hong melancarkan serangannya yang ketiga, sepasang tangannya dengan tiba tiba meluncur kearah jalan darah Seng jie-hiat ditubuh Kay-see Kim kong.
Kay see Kim kong terperanjat, dengan tergesa-gesa menggunakan ilmu serangannya San hwa Cian lek, hingga Ho Hay Hong yang terkena serangan itu sampai bergulingan ditanah
Tetapi, ilmu silat garuda sakti itu sungguh ajaib, sekalipun ketemu dengan lawan yang kekuatan tenaga dalamnya lebih tinggi juga tidak akan terluka oleh daya tenaga kekuatan tenaga lawannya, sebab setiap gerak serangan ilmu garuda, sudah mengandung kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat, sehingga tidak terpengaruh oleh kekuatan tenaga dalam lawannya. Maka meskipun Ho Hay Hong terpukul sehingga bergulingan, namun sedikitpun tidak mempengaruhi kekuatan tenaganya.
Ia tahu bahwa jiwanya hanya tinggal tiga hari, dalam marahnya timbullah kenekatannya. Maka begini bangun, ia sudah melesat terbang lagi ketengah udara dan menggunakan gerak tipu keempat balas menyerang musuhnya.
Dilihat dari luar, gerak badannya itu nampak sangat ringan sekali, tetapi begitu kakinya menjejak, lantas menimbulkan kekuatan tenaga dalam yang hebat sekali. Dengan kekuatan tenaga tiga kali lipat dari lawannya, ia menyerang musuhnya.
Pada saat itu, Kay see Kim kong baru mengetahui bahwa gerakan dan ilmu kepandaian anak muda itu, jauh berbeda dengan ilmu silat biasa. Kini ia merasa bingung hingga pertahanannya mulai goyah.
Sewaktu melakukan serangan Ho Hay Hong tiba-tiba mengeluarkan suara hebat, hingga membuat hati Kay see Kim kong terkesiap. Dalam keadaan demikian tangan Ho Hay Hong sudah berada didepan mukanya.
Kay see Kim kong berusaha untuk menutup serangan itu, tetapi sudah terlambat, ketika suara siulan Ho Hay Hong berhenti, jalan darah Thay- heng hiat dijidatnya sudah tertotok oleh dua jari tangan Ho Hay Hong.
Sebagai satu jago tua rimba hijau yang sudah banyak makan asam garam dunia Kang ouw, meskipun dalam hati terkejut, tetapi mulutnya sedikitpun tidak mengeluarkan suara rintihan karena rasa sakit diatas jidatnya hanya dimata orang banyak jago rimba hijau yang menganggap penitisan Cho Pa Ong perlahan-lahan telah rubuh, tanpa berkutik lagi.
Rubuhnya pemimpin rimba hijau itu, telah membuyarkan impian muluk anak buahnya, semuanya yang masih bertempur, lalu meninggalkan musuh masing-masing dan lompat dari kalangan, untuk menolong jiwa pemimpin mereka.
Tetapi sudah terlambat, Kay see Kim-kong hanya berkelojotan sejenak, jiwanya sudah melayang ke lain dunia.
Semua orang yang ada disitu belum pernah menyaksikan kejadian aneh seperti itu, sebab betapa hebat dan kuatnya Kay-see Kim kong yang sudah menjagoi rimba hijau selama beberapa tahun, tetapi sungguh tidak disangka bisa binasa ditangan seorang muda, yang belum pernah dikenalnya.
Selanjutnya, semua mata ditujukan semua korban bergelimpangan di tanah korban-korbannya itu ketika datang merupakan orang-orang gagah berani yang sombong sikapnya tetapi kini sudah rebah tidak bernyawa dalam keadaan yang menyedihkan.
Pertempuran selesai, suasana dalam ruang itu hening luar biasa, hanya suara bernapas orang saja yang terdengar. Tetapi keheningan itu menimbulkan perasaan ngeri.
Tiat tee Ciang thian dari pihak Kay see Kim kong yang semula masih bisa berdiri, mendadak sempoyongan dan akhirnya jatuh di tanah.
Wajahnya pucat pasi, matanya tertutup rapat, ia telah binasa karena luka-lukanya.
Tetapi, semua orang tidak tahu sebab-sebab kematiannya.
Ciam see yang sejak tadi bertempur dengannya, dia dalam hati berpikir, "aku tadi mengadu kekuatan sampai tiga kali dengannya, dua pihak terluka parah. Tetapi agak mustahil kalau luka itu bisa membawa kematiannya."
Bagi orang yang sudah memiliki kepandaian tinggi dan kekuatan tenaga dalamnya sudah cukup sempurna, kematian itu masih terlalu mudah baginya. Tapi siapakah yang turun tangan lagi, sehingga mengakibatkan kematiannya.
Semua orang tidak tahu, bahwa kematian Suat tee Ciang thian itu sebetulnya karena akibat terlanggar oleh serangan Ho Hay Hong. karena sewaktu Ho Hay Hong menyerang musuhnya, Kay-see Kim-kong ia justru berada paling dekat, meskipun serangan itu tidak mengenakan diri secara langsung tetapi sambaran hembusan angin yang luar biasa telah membuat kambuh luka dalamnya, sehingga membawa kematiannya.
Dengan demikian, orang-orang kuat yang dibawa oleh Kay see Kim-kong kecuali Koan lok Sie gee, tiga serangkai keluarga Sim dan dua belas pelindung pribadi Kay see Kim kong yang masih hidup, yang lainnya semua mati di tangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong sambil berdiri tegak, dengan sinar matanya yang tajam menyapu semua wajah-wajah musuhnya, tetapi musuh-musuhnya tidak seorangpun berani memandang dirinya, barang siapa yang dipandangnya, buru-buru menundukkan kepala.
Saat itu, mata It-jie Hui kiam sudah penuh air mata, meskipun cucunya sudah berhasil membinasakan semua musuh-musuhnya, juga berarti ini menyingkirkan bahaya besar yang mengancam kedudukannya dan nama baiknya tetapi ia tidak berdaya menolong jiwanya.
Dia telah berhasil membinasakan jago plus pemimpin rimba hijau yang kenamaan, ini berarti suatu prestasi luar biasa bagi jago muda yang masih sangat muda belia seperti ia, juga berarti suatu kemenangan yang paling gemilang dalam sejarah rimba persilatan. Hal itu akan membuat namanya cepat terkenal, tetapi apa artinya itu semua, karena nyawanya hanya tinggal tiga hari saja.
Dengan sikap dan nada suara dingin, Ho Hay Hong bertanya pada Koan lok Sie gee.
"Apakah kalian ingin pulang dalam keadaan hidup?"
Tetapi sesaat kemudian agaknya telah timbul perubahan dalam perasaannya yang seolah-olah sudah mati, tidak menunggu jawaban yang ditanya, sudah berkata lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala:
"Tidak bisa, tidak bisa, diwaktu datang kalian telah bermaksud hendak membasmi kita sehingga habis baru puas, sekarang bagaimana aku dapat membiarkan kalian pulang dalam keadaan hidup" Heh heh."
Suara tertawanya itu sangat menyeramkan, hingga Koan lok cie gee yang mendengarkan, wajahnya mereka berubah seketika. Tanpa banyak pikir lagi, semua melompat melesat setinggi setombak lebih, hendak melarikan diri.
Tangan Ho Hay Hong bergerak, sinar putih meluncur keluar, sebentar kemudian sudah menembusi belakang punggung seorang yang berada paling belakang.
Suara jeritan sangat mengerikan keluar dari mulut orang yang malang itu, untung orang-orang itu masih cukup tahan, begitu melihat gelagat buruk, masing-masing mengerahkan ilmunya meringankan tubuh, buru-buru melarikan diri.
Kalau menurut watak dan kebiasaan It-jie Hui kiam, tidak mau membasmi musuh-musuhnya sehingga habis-habisan, maka ketika musuh sudah kalah, ia tidak memerintahkan orang-orangnya untuk melakukan pembasmian.
Tetapi ia mengerti keadaan dan hati cucunya, Ia sengaja tidak mau mencegah perbuatan Ho Hay Hong yang sudah melakukan pembunuhan besar-besaran, supaya jangan mengganggu pikirannya yang sudah gelap.
Tiga serangkaian dari keluarga Sin, sudah tahu kalau tidak ada harapan hidup lagi, maka lalu berkata kepada It Jie Hui kiam:
"Sungguh tidak disangka It Jie Hui kiam juga hanya seorang jago yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Kau melakukan pembasmian terhadap musuh-musuhku, di kemudian hari pasti akan mendapat pembalasan yang setimpal."
Tiga saudara itu sudah bersatu hati, mereka sengaja mengejek It Jie Hui kiam dengan kata-kata, dengan pengharapan supaya jago tua itu mencegah tindakan cucunya, atau memberikan kesempatan kepada mereka untuk melarikan diri.
Tak disangkanya jago tua itu diam saja, sedikitpun tidak menghiraukan ocehan mereka, hingga tiga saudara itu menjadi bingung.
Tiga saudara itu saling berpandangan saling berpandangan sebentar mereka tahu tidak akan lolos dari tangan Ho Hay Hong maka lantas pada membunuh diri sendiri.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kematiannya mereka secara mengenaskan itu, tiba-tiba berpaling dan bertanya kepada It Jie Hui-kiam:
"Kongkong, musuh yang sudah kalah apakah tidak seharusnya kita bunuh?"
"Dalam hal ini, apabila kita hendak berlaku bijaksana, seharusnya berikan kesempatan kepada musuh yang sudah kalah untuk melarikan diri." jawab It Jie Hui kiam.
Ho Hay Hong berpikir sejenak, kemudian berkata kepada musuh-musuhnya yang masih belum sempat melarikan diri.
"Baik, kalian sekarang boleh pergi tetapi awas, kalian jangan membikin susah kepada rakyat lagi!"
Orang-orang itu seperti mendapat pengampunan besar, buru-buru memberi hormat sambil mengucapkan terima kasih, kemudian meninggalkan gedung itu.
Setelah semua musuh-musuhnya berlalu Ho Hay Hong mulai menggali tanah dengan menggunakan pedangnya, It Jie Hui kiam heran. bertanya padanya:
"Hay Hong, kau mau berbuat apa?"
"Mengubur bangkai" jawab Ho Hay Hong.
"Tidak perlu kau capekan hati, lekas beristirahat dulu!" kata sang kakek.
Ho Hay Hong angkat muka memandang kakeknya, kemudian berkata:
"Kongkong, sejak cucumu masuk rumah mu. selama ini belum pernah melakukan sesuatu kewajiban apa-apa, namun dalam hatiku ingin sekali bisa melakukan sesuatu pekerjaan untukmu. Sekarang, umurku hanya tinggal tiga hari saja, aku hendak menggunakan sisa dari umurku yang sangat pendek itu, hendak melakukan apa-apa untuk membalas budimu. Besok aku hendak berangkat menuju ke selatan, harap kongkong jangan mencegah."
It Jie Hui-kiam yang mendengar kata-kata itu, air matanya mengalir turun. Ia sebetulnya ingin menanya, ada keperluan apa pergi ke selatan " Tetapi sebelum membuka mulut, mendadak berubah pikirannya. Mengingat umurnya yang hanya tinggal tiga hari, ia hendak memberi kesempatan padanya supaya berbuat sesuka hatinya.
Maka ia tidak mencegah perbuatannya, membiarkan ia menggali lubang dan mengubur semua jenasah.
Setelah melakukan pekerjaannya, tanpa berkata apa apa ia berlalu dan berjalan menuju ke gudang dibelakang gedung.
Petugas yang menjaga gudang mengenali Ho Hay Hong maka mereka tidak melarang, membiarkan ia membuka gudang dan masuk kedalam.
Gadis baju ungu dengan tenang rebah di atas tumpukan karung teh, setengah dari mukanya tertutup oleh rambutnya yang panjang dan hitam jengat.
Ketika melihat Ho Hay Hong datang, buru-buru lompat dan berkata sambil tertawa:
"Ho koko kau baik ?"
"Musuh telah pulang setelah menderita kekalahan besar. Kecuali Koan lo Sie-gee dan dua belas pengawal pribadi Kay see Kimkong. yang lainnya, termasuk Kay see Kimkong sendiri, semua sudah binasa dan telah kukubur sendiri. Dalam pertempuran ini, pihak kita hanya terluka dua orang ialah Ciam Sie dan Kim-ciang Tayhiap!"
Ia menceritakan semua yang telah terjadi, hanya tentang dirinya sendiri yang terluka ditangan Kay see Kimkong oleh ilmunya San hwa ciang lek, ia sengaja sembunyikan supaya tidak menyusahkan hati gadis itu.
Gadis itu setelah mendengar keterangan Ho Hay Hong, semakin girang, wajahnya berseri-seri.
"Hah, Ho koko, kau benar hebat, kesudahan pertempuran ini sudah cukup menggemparkan rimba persilatan, namamu juga segera terkenal!"
"Tidak, aku sedikitpun tidak merasa bangga." kata Ho Hay Hong.


Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis baju ungu melihat sikap Ho Hay Hong agak aneh maka lalu berkata pula:
"Ho koko, dalam waktu satu hari kau akan menjadi seorang kenamaan, seharusnya gembira mengapa kau nampaknya kesal hati" Apakah semua itu hanya tipu belaka?"
Ia membuka matanya lebar, pikirannya semakin heran kepedihan meliputi mukanya. Akhirnya Ho Hay Hong berkata:
"Dengan terus terang, aku hendak meninggalkan tempat ini, kedatanganku kemari hanya hendak minta diri padamu!"
Mendengar perkataan itu, gadis baju ungu terperanjat, katanya cemas:
"Apa katamu" Ho koko, apakah kau tak akan kembali lagi?"
Ho Hay Hong menggelengkan kepala, selagi hendak menjawabnya, tetapi ketika menampak wajah gadis itu sangat gelisah dan seperti seorang putus asa, ia tidak dapat mengeluarkan perkataannya. Akhirnya ia menjawab:
"Belum tentu, kalau nasib baik, mungkin akan kembali lagi!"
Gadis itu sangat cerdik, ia dapat menduga Ho Hay Hong pasti terganggu oleh apa-apa maka lantas berkata:
"Kau rupa-rupanya mempunyai kesulitan jikalau tidak tentu tidak memakai perkataan kalau nasib baik, harap kau berkata padaku dengan terus terang, jangan mengelabui aku."
Berat baginya untuk membuka mulut, lama ia berdiam kemudian baru berkata:
"Kujelaskan duduk perkaranya semua, kau akan merasa tidak enak, perlu apa di katakan?"
Gadis itu seperti mendapat firasat buruk, hatinya mendadak merasa pilu, tanpa sadar sudah mengucurkan air matanya, menggenggam tangan Ho Hay Hong kemudian berkata dengan nada suara sedih:
"Ho koko, apa selama ini kau masih belum mengerti perasaanku" Maka kau tidak mau memberi keterangan tantang kesulitanmu kepada ku?"
Ketika ia mengucapkan perkataan itu, ia merasa seperti tertipu oleh Ho Hay Hong hingga air matanya mengalir deras.
Dengan tenang Ho Hay Hong memperhatikan semua gerakan gadis itu, ia juga seorang cerdik. Dari sikap gadis itu ia segera dapat mengetahui betapa penting kedudukannya dalam hati gadis itu, Ia tidak menduga gadis itu demikian besar cintanya terhadap dirinya hingga seketika itu hatinya merasa terharu.
"Dengan terus terang, aku tadi terkena serangan ilmu San hoa ciang lek Kaysee Kim kong, nyawaku hanya tanggal tiga hari, jikalau racunnya bekerja, aku akan mati!"
Wajah gadis itu pucat pasi, ia bertanya termangu-mangu.
"Benarkah ucapanmu tadi?"
Menyaksikan sikap duka gadis itu, ia merasa tidak enak hati, sehingga tidak berani memandang mukanya, perlahan-lahan menundukkan kepala.
Pikirannya sudah kalut, ia tidak tahu bagaimana harus menjawab, sedang gadis itu sudah menangis lagi dengan sedihnya.
Sejak ia berangkat dewasa, ia sudah ditinggalkan oleh ayah bundanya, hingga harus menumpang kepada kakeknya, selama berdiam bersama kakeknya, baru pertama kali ini mencicipi madunya cinta, sekarang baru mengetahui bahwa madu cinta yang dianggapnya manis itu ternyata lebih pahit daripada empedu.
Melihat keadaan yang menyedihkan itu, Ho Hay Hong tergerak hatinya, ia merasa menyesal bahwa ia sudah tidak mempunyai rejeki untuk menerima cinta gadis cantik didepan matanya itu.
Dalam keadaan gelap pikirannya semakin bingung. Ia masih sangsi apakah gadis itu benar-benar sudah jatuh cinta kepada dirinya" Ataukah hanya diluarnya saja"
Mendadak dalam otaknya timbul suatu pikiran aneh. Ia hendak menggunakan perbuatan untuk mencoba gadis itu, maka lantas berkata sambil tertawa getir.
"Sungguh ucapanku adalah benar, kalau kau tidak percaya boleh tanya kepada kong-kong."
Dengan lengan bajunya ia menghapus air mata gadis itu, katanya pula:
"Dengan sejujurnya, aku tidak mengerti perasaanmu, pikir saja, kita bertemu dan berkenalan baru beberapa hari saja dan kau seorang gadis dewasa yang masih belum nikah, baru mendengar kabar buruk dari mulutku saja sudah begitu sedih, apabila hal ini diketahui oleh orang lain, pasti menimbulkan kecurigaan mereka, dianggapnya kita berbuat yang bukan-bukan, aku lihat sebaliknya kau jangan terlalu bersusah hati !"
Mendengar perkataan itu, gadis baju ungu mendadak angkat muka dan bertanya.
"Apa artinya ucapanmu ini ?"
Nampak gadis itu marah, Ia mengerti bahwa ucapannya tadi sudah menusuk hatinya, maka jawabnya juga kelabakan:
"Aku...aku.tidak bermaksud apa-apa."
"Apakah hingga saat ini kau masih belum mengerti perasaanku?" kata gadis itu sedih.
Ho Hay Hong berlaku pura-pura tidak mengerti dan balas menanya:
"Kau suruh aku bagaimana harus mengerti perasaanmu ?"
Gadis itu terkejut, ia tidak menduga Ho Hay Hong menggunakan perkataan demikian melukai hatinya, sesaat merasa mendongkol, ia berkata dengan singkat.
"Baiklah, kalau kau mau pergi pergilah!"
Ho Hay Hong sesalkan kebodohannya sendiri, sehingga menyakiti hatinya.
Ia berdiam untuk menenangkan pikirannya, tiba-tiba mendapat pikiran, bagaimana harus memperbaiki kejalannya, maka lalu berkata:
"Aku tahu sangat baik perlakukan diriku, tetapi selama itu aku tidak pernah perhatikan, sekarang setelah jiwaku dalam bahaya, dan aku menyesal juga sudah terlambat, Aku hanya mengharap, semoga kau baik baik jaga dirimu, jangan sampai terjadi apa apa, hingga hatiku merasa lega."
Sehabis berkata, ia hendak berlalu, tetapi bahunya ditekan oleh gadis itu, sehingga ia tidak bisa bergerak.
Ia terperanjat, dalam perasaannya, maka ia lalu menanya:
"Kau masih ada pesan apa lagi ?"
"Setelah kau berlalu dari sampingku kau hendak kemana?" tanya gadis itu dingin:
"Ke selatan". jawabnya singkat.
Setelah memberi jawaban dengan terus terang mendadak ia salah faham maksud si-nona. berkata lagi sambil tertawa getir:
"Jangan khawatir, aku bisa mencari tempat yang tenang untuk bersemayamku!"
Jantung gadis itu tergoncang hebat, tetapi ia coba kendalikan, katanya.
"Untuk apa kau pergi ke selatan ?"
Ia pikir Ho Hay Hong tentunya ada urusan yang lebih penting dari pada dirinya, jikalau tidak, andaikata benar ia harus mati, mati di utarakan juga tidak halangan, mengapa harus pergi ke selatan.
Ho Hay Hong tidak bisa menjawab, bagaimana ia harus membuka rahasia dalam hatinya sendiri "
Sepasang mata dingin memandang wajahnya, ia tidak dapat memahami isi hati gadis jelita yang sifatnya sukar dijajaki ini, Sehingga saat itu, dimana ia sudah mendekati ajalnya, apa yang dikenalnya dari gadis itu hanya bagian luarnya saja, tetapi gadis itu ternyata memiliki daya penarik luar biasa, yang telah memikat hatinya, hingga pada saat hendak meninggalkan tempat itu, ia juga merasa perlu untuk menemui sekali lagi.
Ia juga terkenang kepada pergaulannya yang sangat mengesankan kepada gadis itu terutama ketika bibirnya mengecup bibir gadis yang gemetar. Semua itu ia tidak akan melupakan untuk selama-lamanya, walaupun waktu itu dan hingga saat ini, ia sendiri masih belum mengetahui nama gadis itu.
Semua ini. kini hanya tinggal menjadi suatu kenang-kenangan saja, ia menyesal tak berani menyatakan hati sendiri, yang ternyata juga sudah jatuh cinta padanya.
Dengan mulut membisu gadis baju ungu memandang muka Ho Hay Hong, ia dapat lihat dengan tegas kepedihan pemuda itu, banyak kenangan yang menggembirakan di masa yang lampau, semua seolah-olah sudah berubah menjadi asap, hatinya remuk redam kesedihannya tidak dapat dilukiskan dengan pena.
Sejenak ia kenal dengannya, ketampanan dan kejantanan Ho Hay Hong telah memikat hatinya, semua harapannya ditumpukan kepada diri lelaki Itu. Tetapi, hingga saat itu, ia baru tahu bahwa kekasihnya itu masih belum mengerti isi hatinya.
Sebagai gadis yang baru pertama jatuh cinta kepada lelaki, sudah tentu tidak dapat menyatakan cinta kasihnya secara terus terang, ia merasa gemas maka akhirnya ia berkata dengan suara dingin.
"Pergilah ke selatan, maaf aku tidak dapat mengantar!"
Ia mengucapkan kata-katanya sambil membalikkan muka karena tidak dapat membendung mengalirnya air mata.
Ho Hay Hong tidak ingin menyatakan apa apa, ia percaya betul bahwa gadis itu bukan marah sebenarnya. Dari dalam sakunya, ia mengeluarkan lambang kebesaran pemimpin rimba hijau yang dahulu ialah lambang Ngo Jiauw leng, ia pikir: benda ini adalah milik pemimpin rimba hijau yang terdahulu, ia berdiam didaerah utara, benda ini mungkin sangat berguna baginya.
Sudah beberapa kali ia menghadapi maut, terhadap kematian ia sudah tidak merasa.
"Diutara aku tidak mendapat hasil apa-apa, benda ini adalah benda satu-satunya yang dapat digunakan sebagai barang peringatan, kalau sudi simpanlah baik-baik."
Sambil mendorong tangan Ho Hay Hong, gadis itu menjawab:
"Aku tidak sudi barangmu, berikanlah kepada kekasihmu di selatan."
"Aku diselatan tidak mempunyai kekasih, kau jangan sembarangan menuduh!" kata Ho Hay Hong cemas.
Karena ia tidak biasa membohong, maka setelah mengucapkan perkataan demikian, mukanya lantas merah.
Gadis itu tidak menghiraukan. sehingga Ho Hay Hong merasa serba salah, katanya pula sambil paksakan diri untuk tertawa:
"Aku seorang yang sudah dekat mati. apabila dimasa yang lalu aku ada kesalahan kau juga tidak perlu marah sampai begitu. Dengarlah kataku terimalah barang ini!"
"Apa artinya kau menghadiahkan barang orang lain kepadaku?"
"Aku sendiri tidak memiliki barang apa-apa yang dapat kuhadiahkan padamu sebagai peringatan, terimalah seadanya!"
Tetapi gadis itu tetap menolak, oleh karena itu ia juga tidak berdaya. Mendadak ia ingat, didalam sakunya masih ada sebungkus obat bubuk, sisa obat yang bekas digunakan terhadap gadis kaki telanjang. Lalu dikeluarkannya dan diberikan kepadanya seraya berkata:
"Sebetulnya aku tidak begitu suka bergaul dengan kaum wanita, obat bubuk ini sebetulnya digunakan untuk menghadapi wanita yang galak, judes dan sombong, tetapi kau baik terhadapku, hingga pandanganku terhadap wanita menjadi berubah seluruhnya. Sekarang obat ini kuberikan padamu sebagai barang peringatan, rasanya paling tepat!"
Paras gadis itu menunjukan perasaannya yang terkejut dan terheran-heran, karena ia tidak menolak, bahkan mengulurkan tangannya, menerima bungkusan itu, dan kemudian dibukanya, isinya ternyata adalah bubuk berwarna kuning.
Bau pedas segera masuk ke hidungnya. alisnya nampak berdiri, kemudian bertanya.
"Dari mana kau dapatkan obat ini?"
Tanpa banyak pikir Ho Hay Hong lantas menjawab:
"Aku dapat beli dengan harga tiga puluh tail perak dari tangan seorang Kang ouw, di sebuah rumah penginapan didaerah selatan."
Gadis itu ternyata banyak pengetahuan dari baunya bubuk itu tadi sudah dapat menduga obat apa babak warna kuning itu. sambil mengerutkan alisnya ia berkata:
"Tahukah kau bahwa barang ini adalah barang yang dibenci oleh orang-orang rimba persilatan?"
"Apa jahatnya barang itu" Mengapa kau anggap begitu serius?" tanya Ho Hay Hong tidak mengerti.
Pada saat itu, kesedihan gadis itu mendadak lenyap, dengan mata bersinar memandang Ho Hay Hong.
"Bubuk ini semacam obat bius yang banyak digunakan oleh kawan penjahat atau bangor untuk memikat kaum wanita, sudah lama dianggap oleh orang-orang rimba persilatan sebagai barang yang hanya digunakan oleh orang-orang yang rendah moralnya. Aku tidak sangka kau juga menggunakannya."
Ia sebetulnya hendak memberi teguran dengan kata-kata yang lebih pedas, tetapi ketika menyaksikan sikapnya yang jujur, agaknya memang tidak mengerti barang apa itu lantas betulkah maksudnya.
Dengan sangat hati-hati gadis itu membungkus lagi bubuk itu, kemudian dilemparkan keluar jendela.
"Ho koko, apa kau pernah menggunakannya?" tanyanya.
Ho Hay Hong sebetulnya hendak mengaku terus terang, pernah menggunakan satu kali terhadap gadis kaki telanjang, tetapi karena menyaksikan sikap tidak senang gadis itu, ia terpaksa membohong.
"Belum!" demikian jawabnya sambil menggelengkan kepala.
Gadis itu menarik napas lega.
"Masih untung kau belum gunakan, jikalau tidak, nama baikmu akan ludas!"
Berkata sampai disitu, dalam tubuhnya tiba-tiba timbul perasaan aneh, suatu perasaan yang ia belum pernah merasakan. Bukan kepalang terkejutnya, ia bertanya-tanya kepada diri sendiri, apakah pengaruh obat itu sudah melanda dirinya"
Biasanya, obat obat jenis obat untuk bikin mabok orang, kebanyakan dimasukkan ke dalam minuman atau barang makanan, begitu obat berada didalam perut, yang makan lantas menjadi mabuk atau tidak sadarkan diri, sehingga membiarkan dirinya dipermainkan orang lain.
Tetapi obat buatan Yo Hong jauh berlainan dengan obat-obat yang biasa digunakan orang jahat pada masa itu, maka gadis itu baru saja mencium baunya, meskipun di luarnya masih nampak tenang, tetapi sebetulnya sudah kemasukan pengaruhnya obat.
Gadis itu belum sadar bahwa pengaruh obat bius sudah masuk ke dalam tubuhnya diam-diam masih memperhatikan Ho Hay Hong.
"Ho koko, aku minta supaya kau mengatakan perkataan yang menyenangkan hatiku, inilah barang peringatan yang paling baik bagiku!" demikian ia berkata.
Sikapnya yang dingin mendadak berubah seperti orang sedih, yang hendak ditinggal jauh oleh kekasihnya.
Ho Hay Hong mengerti maksudnya, sepasang matanya mendadak bersinar terang.
Ketika pandangan mata gadis itu bertemu dengan pandangan mata Ho Hay Hong ia merasa seperti tertarik oleh daya luar biasa hingga hatinya berdebaran.
Dua pasang mata saling berpandangan sekian lama gadis itu merasa bahwa pandangan mata Ho Hay Hong seperti mengandung perasaan sedih, tetapi juga mengandung perasaan tidak terbalas.
Tanpa dapat menguasai perasaannya lagi ia lantas sesapkan kepalanya di dada Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong ingin menghibur, tetapi bau harum dari tubuh gadis itu telah mengalutkan pikirannya, hingga tidak bisa kendalikan perasaanya sendiri dan akhirnya memeluk tubuhnya.
Dua tubuh menjadi satu. darah mereka mengalir semakin kencang, dua fihak sudah tidak dapat menguasai pikiran masing-masing, dua-duanya tenggelam dalam arus asmara.
Ho Hay Hong tidak tahu bahwa gadis itu sudah terkena pengaruhnya obat bius. dianggapnya bahwa kelakuan gadis itu disebabkan karena hendak ditinggal pergi, maka ditelinganya ia berkata bisik-bisik:
"Adikku, aku merasa sangat malu tidak mempunyai barang apa-apa untuk ditinggalkan padamu sebagai barang peringatan, aku hanya dengan hatiku yang meluluinya untuk menyintai kau selama lamanya."
Muka gadis Itu merah membara, ia berkata dengan napas memburu:
"Ho koko, aku .Juga demikian terhadapmu."
Kekuatan obat perlahan-lahan bekerja semakin keras, hingga pikirannya semakin kalut. Suatu kekuatan aneh agaknya mendorong keberaniannya, tangannya bergerak dan balasi memeluk pinggang Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tiba-tiba dapat merasakan napas gadis itu memburu jauh berbeda dengan biasanya, tetapi ia tidak memikirkan yang bukan-bukan. Sebab ia sendiri juga sudah terpengaruh oleh cinta kasih demikian besar dari sang gadis, sehingga tidak dapat mengendalikan perasaannya lagi.
Gadis itu merasa bahwa kekasihnya adalah orang yang paling tidak beruntung, ia hendak mendapatkan cintanya yang sepenuhnya sebelum ia meninggalkan dunia ini, supaya ia dapat meninggalkan dunianya tanpa penasaran.
Ho Hay Hong sendiri juga seolah-olah melupakan nasibnya yang buruk, yang melupakan segala-galanya, tangannya mulai menggerepe dan akhirnya terjadilah suatu adegan yang seharusnya tidak dilakukan oleh muda-mudi yang belum menikah dengan resmi.
Dalam suasana gelap, terdengar suara rintihan si gadis. "Ho koko setelah kau meninggal dunia, asal anak kita lahir aku masih merasa seperti melihat kau lagi."
Walaupun Ho Hay Hong merasa seperti seorang berdosa, tetapi pikiran dan segala perasaan waras waktu itu seolah-olah sudah runtuh semua, sehingga melakukan perbuatan yang seharusnya tidak boleh dilakukan itu. Ia merasa berdosa karena dalam keadaan demikian ia telah merebut kesucian gadis itu.
Tak lama kemudian, diluar pintu gudang yang gelap gulita tiba-tiba tampak sinar terang, lalu terdengar suara orang yang memanggil dirinya: "Ho SiauwHiap, It Jie Hui kiam loya minta kau lekas menghadap."
Dengan sikapnya yang lemah lembut gadis itu rebahkan dirinya didada Ho Hay Hong, sekarang ia merasa sekujur badannya lemas, tetapi pikirannya pelahan-lahan mulai jernih, ketika ia mengetahui apa yang dilakukan olehnya dengan Ho Hay Hong, ia mulai bingung.
Diam-diam ia berpikir, tetapi tidak mendapatkan suatu jalan keluar. Ia mengerti baik bagaimana nasib sendiri untuk selanjutnya, Ia akan menjadi janda untuk selama-lamanya, meskipun hal itu tidak terlalu ditakuti, tetapi desas-desus atau omongan orang diluaran bukanlah seorang wanita yang masih muda belia seperti ia, yang sanggup menerimanya.
Ia tidak mengerti mengapa ia sendiri mendadak demikian, samar-samar ia masih ingat bahwa hal itu terjadi mungkin karena pengaruhnya obat bius tadi, tetapi, bagaimana pun juga rasa cintanya yang begitu besar terhadap Ho Hay Hong adalah sebab utamanya, jikalau ia sendiri tidak cinta padanya mungkin tak akan terjadi kesalahan seperti itu.
Diam-diam ia mengenakan pakaian lagi, diam2 ia juga merasa malu atas perbuatannya sendiri, mengapa Ho Hay Hong tidak diberi umur panjang, sehingga ia tidak bisa lama berada disampingnya, apakah itu yang dinamakan takdir"
Ia tidak berani memikirkan lagi, kejadian yang akan datang pasti banyak penderitaan baginya.
Diluar gudang saat itu terdengar pula suara orang yang memanggil kekasihnya, karena suara agaknya sangat cemas, mungkin kakeknya hendak merundingkan soal penting maka diam-diam memperingatkan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong seperti baru bangun dari tidurnya, sekarang ia harus menghadapi kenyataan, tiba-tiba ia lompat bangun dan berkata dengan suara tajam.
"Beritahukan kepadaku, apa yang sudah dilakukan."
Sudah tentu gadis itu tidak berani menceritakan, ia merasa sangat malu, hingga menundukkan kepalanya.
Ho Hay Hong seperti orang kalap, ia memanggil sambil menggoyang-goyangkan kepala tubuhnya dan terus menanya.
Gadis itu tidak berdaya, air matanya mengalir keluar lagi, Ho Hay Hong yang menyaksikan itu, seperti baru sadar dan baru tahu apa yang telah terjadi, ia memukuli dadanya sendiri seperti orang gila.
Gadis itu akhirnya membuka mulut dan berkata dengan terisak isak:
"Ho koko, kau boleh sesalkan aku, semua ini adalah aku yang tidak baik."
Ho Hay Hong menatap wajahnya dengan perasaan terharu, kulit mukanya beberapa kali berkeringat, ia benar-benar tidak menduga bahwa sesaat hendak meninggalkan usianya, ia telah merusak kesucian seorang gadis yang masih putih bersih.
Karena terlalu menyesal atas perbuatan sendiri, ia memukuli dada dan menarik-narik rambutnya sendiri.
Gadis itu masih terus menangis dengan sedihnya, walaupun ia sangat pintar, tetapi juga tidak tahu bagaimana harus menyelesaikan persoalan itu.
Ketika Ho Hay Hong membuka pintu gudang, penjaga gudang itu ternyata sudah tidak ada, yang ada hanya beberapa orang yang membawa lentera yang sedang mencari dirinya.
Lalu ia berkata kepada mereka: "sebentar aku akan kesana, kalian beritahukan dulu kepada kongkong."
Ia balik untuk menemui gadis itu, ketika keduanya saling berpandangan. Kedua fihak agaknya sama-sama memahami soal itu, tetapi Ho Hay Hong merasa sangat tidak enak. Ia berpikir: "Ia telah memberikan tubuhnya yang paling berharga padaku, bagaimana aku harus meninggalkan begitu saja?"
Akhirnya ia berkata:
"Begini saja, kau masih disini menunggu aku. kalau nasibku baik bisa mendapatkan obat, dalam waktu beberapa hari aku pasti pulang kembali menengok kau, jikalau aku tidak pulang. itu berarti aku sudah mati di kampung orang. Kau juga tidak perlu berduka, baik-baiklah merawat dirimu"
Kini ia merasa bahwa kewajibannya tidak seringan lagi seperti ketika ia baru menginjak dunia kang ouw. Ia sekarang sudah berkeluarga, ia harus tanggung jawab sepenuhnya
Ia keraskan hati meninggalkan gadis itu, pergi keruangan untuk menjumpai kakeknya.
Didalam ruangan tamu, waktu itu sudah berkumpul banyak orang, beberapa diantaranya merupakan muka-muka baru yang belum pernah dikenal.
Orang-orang ini ketika menampak wajah Ho Hay Hong pucat semua merasa heran, pertama Hay Hong memberi hormat terlebih dulu kepada kakeknya kemudian kepada Hud sim Totiang dan lain lainnya setelah itu duduk disamping kakeknya.
Orang-orang yang baru dikenalnya hari itu semuanya delapan orang, mereka sementara merupakan orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, Ia tidak mengerti atas kedatangan tamu-tamu ini, It Jie Hui kiam juga tidak berkata apa-apa, hanya dengan sorotan matanya yang penuh cinta kasih memandang dirinya.
Ia merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh tamu-tamu itu, wajah mereka seperti menunjukkan perasaan heran, agaknya tidak percaya pemuda itu seorang berkepandaian sangat tinggi.
Seorang tua bermuka hitam dan tangan membawa pipa panjang, bangkit lebih dulu dari tempat duduknya seraya berkata.
"Saudara muda ini kusangka adalah Ho Siauw Hiap!"
Ho Hay Hong kini mulai perhatikan diri orang tua itu. Tiba-tiba ia terkejut. Orang tua ini bukanlah Pok hong lojin, yang merupakan salah seorang pemimpin dari golongan rimba hijau"
Meskipun dalam hatinya diliputi oleh berbagai pertanyaan, tetapi mulutnya buru-buru menjawab.
"Benar aku yang rendah ini adalah Ho Hay Hong, bolehkah aku numpang tanya, kedatangan Locianpwee ada urusan apa?"
"Aku adalah wakil dari saudara-saudara rimba hijau daerah Ou khun dan Ciang hing. nama gelarku Tang Hiang lojin," jawab orang bermuka hitam itu.
"Nama besar locianpwee sudah lama aku dengar!" kata Ho Hay Hong.
"Belum lama berselang sahabatku Kay see Kimkong datang mengganggu bersama orang-orangnya, tetapi akhirnya jatuh ditangan SiauwHiap, apakah itu betul?"
Ho Hay Hong mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berkata sambil tertawa nyaring:
"Kenapa" Apakah Locianpwee hendak menuntut balas?"
"SiauwHiap silahkan duduk, kedatanganku ini bukan untuk itu, dengarlah dulu ucapanku."
Ho Hay Hong pelahan duduk lagi ditempatnya dan berkata.
"Harap locianpwee jelaskan maksud kedatanganmu!"
"Benarkah SiauwHiap mendapatkan lambang kebesaran ngo jiauw leng pemimpin rimba hijau kita yang terdahulu?"
"Benar, lambang itu sekarang berada ditanganku untuk apa locianpwee menanyakan lambang itu?"
"Dengan terus terang saudara-saudara kita didaerah sana dan daerah-daerah yang dahulu pernah dikuasai oleh Bengcu kita yang dahulu semua tidak merasa puas terhadap sepak terjang Kay see Kim kong, maka saudara-saudara itu mengutus aku siorang tua datang kemari untuk menyampaikan permintaan mereka?"
"Maksud locianpwee?"
"Saudara-saudara dari daerah itu bermaksud minta Siauwhiap menggantikan jabatan pemimpin mereka. Sebab ditangan Siauwhiap ada lambang Ngo jiaw leng, ini sudah cukup untuk memerintah atau menggerakkan saudara-saudara golongan rimba hijau di daerah itu dan kedua ketika Kay see Kimkong datang menyerbu kemari, akhirnya telah binasa ditangan Siaohiap. Ini berani Siauwhiap sudah menyingkirkan seorang yang tidak disukai sepak terjangnya oleh saudara-saudara kita itu, maka ketika mereka mendengar khabar bahwa Siauwhiap sudah berhasil menyingkirkannya, semua merasa girang dan bersukur, maka mereka setuju untuk minta Siauwhiap menjadi pemimpin golongan rimba hijau enam propinsi daerah utara. Bagaimanakah pikiran Siauwhiap?"
Ketika mendengar perkataan itu, Ho-Hay Hong melengak, lama tidak tahu bagaimana lagi menjawab.
Orang tua itu berkata lagi: "Dengan sejujurnya, golongan rimba daerah utara sejak sepuluh tahun lebih berselang sudah tidak bisa bersatu. Mereka saling cakar-cakaran sendiri, masing-masing menjagoi dan kerja untuk kepentingan sendiri-sendiri, sehingga sering ditertawakan dan diejek oleh saudaranya didaerah selatan.
"Bengcu kita yang lalu menguasai daerah bagian atas sungai dan bagian barat daerah pegunungan, sedangkan Kay see Kimkong menduduki daerah sebelah utara dan sebagian daerah barat. Aku sendiri mempertahankan kedudukan dunia daerah Oh hun dan Kim hing, kita saling bertentangan, masing-masing mementingkan diri sendiri.
"Jika keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, berapa puluh tahun lagi mungkin tetap tidak dapat dipersatukan. Sekarang Siauwhiap sudah berhasil membasmi kekuatan Kay-see kim kong, itu saja sudah cukup menggemparkan rimba persilatan daerah utara, apalagi kau juga sudah mendapatkan lambang kebesaran Ngo jiau leng.
"Hal ini rasanya bukan suatu hal yang kebetulan saja, maka kita anggap dapat dipergunakan untuk mempersatukan kekuatan rimba persilatan daerah utara.
"Aku si orang tua anggap kecuali Siauwhiap, mungkin tidak ada orang lain yang memiliki kekuatan untuk melakukan usaha besar ini, maka aku harap supaya Siauwhiap suka pikir masak-masak?"
Perkataan itu telah diucapkan oleh orang tua bermuka hitam itu dengan sikap merendah dan sungguh-sungguh sehingga menarik perhatian semua orang.
Ho Hay Hong sungguh tidak menyangka bahwa dirinya telah menanjak demikian pesat, dalam waktu belum cukup satu hari sudah diangkat menjadi pemimpin besar golongan rimba hijau daerah utara. Maka saat itu ia malah termangu-mangu.
Orang tua itu kembali berkata:
"Aku hanya menyampaikan maksud dan permintaan orang banyak, yang minta Siauwhiap supaya suka menjadi pemimpin mereka sedikitpun aku tidak mengandung maksud untuk kepentingan diriku peribadi.
"Kau harus tahu bahwa setiap orang sudah tidak mempunyai rasa harga diri, itu berarti bangkai hidup yang berjalan atau orang yang tidak berguna lagi. Saudara saudara kita sudah lama dijelekkan, dihina oleh golongan rimba hijau daerah selatan, tetapi selama itu terpaksa mandah karena mengetahui tiada seorang yang dapat mempersatukan kekuatan sendiri.
"Siauwhiap adalah seorang yang berkepandaian luar biasa, hanya dengan sepasang tangan kosong kau dapat merubuhkan satu jago terkuat seperti Kay see Kimkong. ini sudah membuktikan betapa jauh lebih tinggi kepandaian Siauwhiap kalau dibanding dengan Kaysee Kimkong.
"Dengan sendirinya Siauwhiap menjadi pujaan orang banyak, dan jikalau Siauwhiap dapat menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya, untuk mempersatukan kembali kekuatan rimba hijau daerah utara, bukan saja aku sendiri akan merasa beruntung, tetapi saudara-saudara kita di daerah utara juga akan mengucap bersukur!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir. Orang golongan rimba hijau sebagian besar terdiri dari orang-orang yang berkekuatan jahat, aku Ho Hay Hong adalah seorang golongan baik-baik, bagaimana karena ingin mendapat kedudukan tinggi lantas bercampuran dengan mereka"
Oleh karena itu maka ia lantas menjawab: "Terima kasih atas penghargaan locianpwee dan saudara-saudara sekalian, Ho Hay Hong adalah seorang bodoh yang tidak mengerti apa-apa, sebetulnya tidak bedanya dengan manusia biasa, jabatan pemimpin itu maafkan aku tidak sanggup dan tidak berani menerima, hal ini aku harap supaya locianpwe dan saudara-saudara sekalian suka maafkan!"
Mendengar jawaban itu, bukan saja orang tua bermuka hitam itu merasa sangat kecewa, begitupun tujuh orang yang mengikutinya juga menarik napas sambil menggelengkan kepala menunjukkan kekecewaan mereka.
"Dalam hal ini aku siorang tua hanya meminta dengan sangat supaya Siauwhiap suka mengingat kegelisahan hati saudara-saudara kita didaerah utara. Cobalah timbang sebaik-baiknya." berkata siorang tua bermuka hitam.
"Sangat menyesal sekali, keputusanku ini susah dirobah!" berkata Ho Hay Hong sambil menggelengkan kepala.
Ketika berpaling memandang kakeknya, diluar dugaannya It Jie Hui kiam berkata padanya sambil menarik napas:
"Ho Hay Hong, jikalau bukan karena tubuhku terkena serangan ilmu serangan san hoa-ciang-lok. dan jiwamu sedang menghadapi maut, urusan ini benar-benar merupakan suatu kehormatan bagimu."
"Kongkong, apa kau suka jikalau aku berkawan dengan orang-orang jahat?" bertanya Ho Hay Hong tidak mengerti.
"Sebenarnya bukan begitu. Jahat atau baik itu tergantung kepada orangnya, manusia sejak dilahirkan dalam dunia, semua sebetulnya merupakan manusia-manusia yang putih bersih, asal hatimu tidak dipengaruhi oleh kejahatan, dan perbuatanmu kau dasarkan atas kebenaran, sekalipun mereka banyak yang jahat, tetapi mungkin bisa merubah kelakuannya." berkata It Jie Hui kiam.
Pembicaraan antara mereka, dilakukan dengan sangat perlahan sekali, sehingga tidak dapat didengar oleh orang lain. Orang tua bermuka hitam itu mengira It Jie Hui kiam sedang membujuk cucunya, maka diam-diam merasa girang.
Sampai disitu ia merasa tidak sabar lagi, tangannya lalu menggapai. Dari rombongannya muncul keluar seorang laki-laki yang penuh berewok. Didalam tangannya laki laki ini membawa sepucuk sampul merah, yang lantas diberikan kepada Ho Hay Hong dengan kedua tangan.
Ho Hay Hong menyanggupi sampul merah itu, diatasnya tertulis: "Menyambut dengan hormat kedatangan Bengcu kita yang baru saudara Ho Hay Hong."
Dalam surat itu tertulis beberapa kata-kata permohonan yang sangat, yang disertai oleh nama-nama orang terkemuka dalam golongan rimba hijau, yang jumlahnya beberapa puluh banyaknya.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir:
"Orang-orang ini pasti merupakan tokoh-tokoh terkemuka dari golongan rimba hijau daerah utara, sehingga berhak menuliskan namanya didepan surat undangan ini."
Dugaan itu memang tepat, orang-orang yang menuliskan nama itu, semua adalah tokoh-tokoh terkenal golongan rimba hijau daerah utara.
Mendapat sambutan demikian hangat dari orang terkemuka golongan rimba hijau, sebetulnya merupakan suatu kehormatan yang sangat besar. Akan tetapi, saat itu ia berada dalam kesulitan yang sangat besar, sebab akibat dari serangan Kay-see Kim kong, sehingga jiwanya hanya tinggal tiga hari saja.
Ia pikir hendak mengembalikan surat undangan itu, tetapi orang tua bermuka hitam, bersama tujuh kawannya lebih dulu sudah membungkukkan badan memberi hormat secara kebesaran.
Dalam keadaan demikian betapapun kerasnya hati Ho Hay Hong, berat baginya untuk menolak. Apalagi dari mulut kakeknya ia juga mengetahui bahwa kedudukan pemimpin golongan rimba itu belum tentu membuat namanya tercela, maka akhirnya ia mengambil keputusan untuk menerima gagasan tersebut.
Selagi hendak menyatakan kesanggupannya orang tua bermuka hitam itu dengan muka berseri seri dan berlaku yang sangat menghormat berkata padanya:
"Siauwhiap sekarang sudah menjadi Beng cu rimba hijau daerah utara, kita mengharap supaya dalam waktu yang singkat dapat dilakukan upacara timbang terima, dan selanjutnya nasib seluruh saudara-saudara kita di daerah utara kami serahkan ditangan Siauwhiap!"
Laki-laki berewokan itu diberi isyarat oleh orang tua bermuka hitam, kembali mengambil sebuah kotak hitam tembaga setengah kaki persegi. Kotak itu dibukanya, dari dalamnya mengeluarkan sebuah plat emas, diberikan kepada Ho Hay Hong.
Plat itu diukir dengan lukisan sepasang naga yang sedang berebutan sebutir mutiara. Dikebalikkannya terukir sebuah lukisan burung Hong dan naga yang sedang menari-nari.
Dalam keadaan demikian, berat bagi Ho Hay Hong untuk menolak, maka pemberian itu diterimanya.
Orang tua bermuka hitam setelah melihat usahanya berhasil, tidak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Ia berkata kepada Ho Hay Hong:
"Jikalau Bengcu ada keperluan apa-apa harap memberikan perintah dengan mengunjukkan emas itu, kami sekalian sekalipun harus menerjun kelautan tidak akan menolak."
Sehabis berkata, bersama tujuh kawannya memberi hormat, kemudian minta diri.
Ho Hay Hong masih berdiri kesima, setelah semua orang sudah berlalu, ia baru sadar. Tetapi ibarat beras sudah jadi nasi, biar bagaimana sudah tidak bisa menolak lagi.
Ia memeriksa emas ditangannya, emas itu memancarkan cahaya berkilauan, hingga membuat kagum dari orang-orang yang ada disitu.
It Jie Hui kiam, berkata sambil menghela napas panjang:
"Sayang Ah, anak, sayang kau tidak ada rejeki untuk menikmati kebahagian itu"
Ia juga tahu bahwa Ho Hay Hong dengan plat emas ditangannya, sudah merupakan satu pemimpin rimba hijau didaerah utara, tetapi kehormatan besar itu dalam keadaan seperti sekarang itu bagaimanapun juga seperti diliputi oleh kabut tebal.
Kim ciang Tayhiap tiba-tiba membuka mulut dan berkata:
"Kabarnya kau hendak melakukan perjalanan keselatan. ."
"Ya, aku akan berangkat segera!" jawab Ho Hay Hong sambil menganggukkan kepala.
"Kau pernah menolong jiwaku, aku tidak punya barang apa-apa untuk membalas budimu, hanya seekor kuda kesayanganku ini aku akan hadiahkan kepadamu, harap kau suka menerima dengan senang hati, kuda tungganganku ini setiap hari dapat melakukan perjalanan ribuan pal tanpa merasa lelah, kau jangan pandang ringan padanya, dia mungkir besar gunanya bagimu. Karena dalam waktu satu hari satu malam kau sudah akan tiba diselatan !"
Ho Hay Hong pikir: "Aku justru khawatirkan sebelum tiba didaerah selatan sudah putus nyawaku. Kalau begitu kuda ini sungguh berarti bagiku."
Oleh karenanya ia menerima baik pemberian itu mengucapkan terima kasih. It Jie Hui kiam berkata: "Hay Hong pergilah dan baik-baik diperjalananmu, aku tidak bisa mengantarkan !"
Setelah mengucapkan perkataan itu, air matanya mengalir turun, hingga buru-buru melengos kearah lain.
Ho Hay Hong keluar sambil menuntun kuda. Kuda itu ternyata tinggi besar, bulunya yang menurun kebawah, ia tahu bahwa kuda itu adalah seekor kuda yang jempolan, maka sekali lagi ia mengucapkan terima kasih kepada Kim ciang Tayhiap.
Tiba-tiba ia teringat bahwa ia sendiri tidak pandai menunggang kuda, selagi berada dalam keadaan ragu ragu, satu suara yang tidak asing baginya terdengar dari arah dalam "Ho koko kau hendak pergi, mengapa tidak pamitan denganku !"
Ia buru-buru mengangkat tangan memberi hormat dan berkata:
"Maaf karena hatiku tidak tenang, maka aku melupakan peraturan ini, harap kau suka maafkan !"
Gadis berbaju ungu nampak berjalan ke luar dari dalam rumahnya, ia sudah berpakaian rapih, hingga kelihatannya semakin menarik hati. Ia berkata pula:
"Ho koko. apakah kau tidak keberatan" kalau aku antarkan !"
Munculnya gadis itu, mengejutkan semua orang sebab beberapa hari berselang It-Jie Hui kiam sudah suruh ia ke selatan untuk mengungsi, tak disangka ia masih berada di situ.
It Jie Hui kiam memang tidak senang, ia hendak menegurnya, tetapi ketika menyaksikan wajah sedih gadis itu, ia menduga bahwa gadis itu mungkin sudah mengetahui nasib Ho Hay Hong. maka ia tidak tega menegur lagi.
Delapan orang pasukan Angin puyuh juga maju menghampiri Ho Hay Hong berkata:
"Ho Tayhiap jikalau Ho Tayhiap tidak keberatan kita delapan saudara juga akan mengantar kau dalam perjalanan!"
"Baik, Toako sekalian demikian besar perhatiannya terhadap siaotee. sudah tentu siaotee tak bisa menolak !" jawab Ho Hay Hong dengan perasaan terharu.
Gadis berbaju ungu dengan menuntun seekor kuda berjalan keluar, orang banyak tidak perhatikan bahwa air mata gadis itu membasahi kedua pipinya.
Setelah berada dijalan raya, ia melepaskan kudanya sendiri dan menyambuti kuda Ho Hay Hong, kemudian bersamanya menunggang seekor kuda.
Gadis itu yang memang pandai menunggang kuda. dengan cepat sudah bergerak menuju keluar kota bersama kuda delapan yang ditumpangi oleh delapan dari pasukan Angin puyuh.
Berjalan sudah beberapa lama, gadis baju ungu itu tiba-tiba menghentikan kudanya dan berkata kepada delapan pasukan angin puyuh:
"Toako sekalian boleh mengantar sampai di sini saja tolong sampaikan kepada loya, bahwa aku akan mengikuti Ho Toako pergi ke selatan !"
"Kapan nona hendak pulang?" tanya Khong Lip.
"Belum tentu, toako"
"Jangan banyak tanya lagi, lekas pulang !"
-0ooodwooo0- Bersambung Jilid 20
Jilid 20 DELAPAN ORANG ITU lalu memberi hormat kepada Ho Hay Hong, setelah itu balik kembali ke markasnya.
Gadis baju ungu melanjutkan perjalanannya dengan Ho Hay Hong. Ditengah perjalanan ia bertanya:
"Ho koko, apa kau tak keberatan aku ikut kau ?"
Ho Hay Hong sungguh berat untuk menjawab, sebab kepergiannya ke selatan itu sebetulnya hendak mengadakan pertemuan yang penghabisan dengan gadis kaki telanjang, tetapi jikalau gadis baju ungu itu berada disampingnya, bagaimana ia harus memberi keterangan"
Gadis baju ungu itu ketika melihat Ho Hay Hong tidak bisa menjawab, mendadak kebut kudanya hingga kuda itu kabur seperti terbang.
Ho Hay Hong hampir jatuh dari kuda, pada saat itu ia masih belum dapat memikirkan bagaimana harus menjawab pertanyaan gadis itu.
Ketika tiba di persimpangan jalan gadis itu mengambil jalan yang salah, maka Ho Hay Hong buru-buru bertanya:
"Adik jalan ini menuju kebarat, untuk apa kau kebarat?"
Gadis itu sambil menggigit bibir menjawab dengan suara sedih:
"Kita pergi mencari Hoa chiu-tho, mungkin ia dapat menolong jiwamu !
Ho Hay Hong segera teringat kepada orang tua bermuka kurus yang banyak akalnya itu, dalam hatinya masih merasa benci maka lantas menjawab:
"Buanglah jauh-jauh pikiran seperti itu, Hoa chiu Hwa tho itu manusia macam apa, bagaimana ia mau menolong jiwaku?"
Gadis itu menggelengkan kepala, ia larikan kudanya semakin kencang sehingga pohon-pohon dikedua belah pihak seperti lari mundur dengan pesatnya.
Kuda itu benar-benar kuda jempolan, dalam waktu sekejap sudah lari beberapa puluh pal jauhnya.
Berada diatas kuda yang lari demikian pesat Ho Hay Hong memeluk erat pinggang gadis kekasihnya.
Gadis itu mendadak berpaling dan berkata kepada Ho Hay Hong:
"Ho koko, apa kau sudah lupa bahwa kau kini sudah menjadi ketua atau pemimpin besar golongan rimba hijau ?"
"Ini ada hubungan apa dengan diriku?" tanya Ho Hay Hong tidak mengerti.
"Hwa chiu Hwa tho adalah ialah satu anggota golongan rimba hijau daerah utara, pemimpin berada dalam kesulitan sudah seharusnya ia berusaha memberi pertolongan, ini bukankah berarti ada baiknya bagimu?"


Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau melupakan satu hal, Kay tee Kim kong adalah saudara tua Hwa chiu Hwa tho. Oleh karena Kay tee Kim kong binasa ditangan ku, sudah pasti ia akan mengetahui bahwa racun dalam tubuhku itu adalah perbuatan tangan saudara tuanya, bagaimana mau menolong jiwa musuh yang membunuh saudaranya ?"
Mendengar perkataan itu, harapan dalam pikiran gadis itu, telah lenyap seketika. Ho Hay Hong mengibuli padanya: "Mati hidup tergantung ditangan Tuhan Yang Maha Kuasa, adik, kau juga tidak perlu terlalu berduka."
Tak lama kemudian, dua orang itu tiba-tiba disamping sebuah kolam besar. Didekat kolam itu terdapat sebaris rumah yang terbuat dari bambu, Waktu itu hari sudah gelap, dari jendela didalam rumah memancarkan sinar lampu pelita.
Gadis baju ungu itu menambat kudanya disebuah pohon, sedang Ho Hay Hong mengetok pintu salah satu rumah ditepi empang.
Dengan pelahan ia mengetok tiga kali dari dalam terdengar suara orang bertanya: "Siapa?"
Ho Hay Hong segera mengenali bahwa suara itu adalah suaranya Hwa ciu hwa tho. Karena dahulu ia sudah pernah mengalami kejadian tidak enak, maka tidak berani berlaku ayal, ia berkata:
"Empek, bolehkah aku numpang tanya, dimana tempat tinggal Hwa ciu hwatho?"
"Ada keperluan apa kau mencari dia?" tanya suara dari dalam.
Ho Hay Hong memperlamban suaranya ia menjawab dengan suara yang dibikin-bikin.
"Aku adalah pemimpin rimba hijau enam propinsi daerah utara, aku ada sedikit keperluan hendak berjumpa dengannya?"
Mendengar jawaban itu, dari dalam rumah terdengar suara seruan kaget, kemudian disusul oleh terbukanya pintu. Hwa ciu hwa tho yang kurus kering tampak diambang pintu, Sepasang mata yang tajam menatap wajah Ho Hay Hong.
Sesaat orang tua itu tampak tercengang, kemudian berubah marilah, katanya dengan suara gusar:
"Kau bocah ini yang kembali datang mengacau!"
Sehabis berkata, ia hendak menutup pintu lagi. Ho Hay Hong mendorong dengan sekuat tenaga dan masuk kedalam dengan langkah lebar, gadis baju ungu mengikuti di belakangnya, siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
"Kau bocah ini berulang-ulang mencari aku, apakah maksudmu sebetulnya?" tanya Hwa ciu hwa tho marah.
Ho Hay Hong dengan kedudukannya sebagai pemimpin seolah-olah tidak menghiraukan kemarahan tuan rumah, ia duduk diatas kursi dan berkata sambil tertawa dingin.
"Aku ada urusan penting mencari kau untuk meminta bantuan, apa kau tak suka?"
Ia mengeluarkan plat emasnya, diletakkan diatas meja, matanya teras mengawasi orang tua itu.
Hoa ciu hwa-tho begitu melihat tanda itu, wajahnya berubah seketika, ia bertanya dengan terheran-heran:
"Apa" kau kau benar-benar memiliki tanda kepercayaan ini?"
"Benda emas ini adalah Tok-hing lojin jit beberapa tokoh rimba hijau daerah utara yang datang sendiri dirumahku, dan diberikan padaku dengan kedua tangan!"
Ia mengeluarkan lagi lambang atau ke besaran Ngo jiauw lim dan menambahkan keterangannya: "Kekuasaan didaerah Ho siang See-san, Oh kun Khan bin dan daerah utan yang dahulu dikuasai oleh saudaramu Kay tee Kimkong sekarang semua sudah berada di bawah kekuasaanku apakah kau Ho ciu hwa tho berani menyatakan tidak percaya?"
Hoa ciu hwa tho sejenak berdiri tertegun memperhatikan sepatunya. Sikapnya mendadak berubah ia berkata sambil tertawa: "Ya, Ya Bengcu silahkan duduk!"
Ia seolah-olah sudah perlakukan pemuda itu sebagai tetamu agung, sikapnya sengaja menghormat:
Ho Hay Hong lantas berkata:
"Dengan terus terang, aku kini terluka bagian dalam maka aku datang kepadamu untuk minta bantuan!"
"Tidak menjadi soal !" berkata Hoa chiu Hwa tho sambil tertawa.
Ia mempersilahkan Ho Hay Hong membuka bajunya, tangannya meraba tulang rusuk dan berbagai bagian didadanya, lama baru berkata:
"Bengcu telah terkena serangan San hwa ciang lik, serangan ini sudah masuk kebagian dalam daging, jikalau kurang teliti, tidak dapat diketahui."
"Cianpwee, apa kau dapat menyembuhkan lukanya?" tanya gadis berbaju ungu cemas, Hoa chin Hwa tho berpikir sejenak, baru berkata:
"Tentang ini . . . meskipun aku belum yakin sepenuhnya, tetapi urusan Bengcu, sudah seharusnya aku akan berusaha keras untuk melakukan !"
Dari dalam kamar ia mengeluarkan sebuah tempat tidur dari kayu lalu menyuruh Ho Hay Hong rebah diatasnya Ia mengambil juga peti obat-obatan. Lama ia berpikir kemudian baru memilih beberapa macam obat ramuan, lalu dimasaknya.
Selagi orang tua itu repot memasak obat, dengan cepat Ho Hay Hong berbisik-bisik di telinga gadis baju ungu:
"Adik, awas kau jaga akal bangsat itu ketika obat itu mengeluarkan baunya kau harus menutup hidungmu jangan bernapas, supaya tidak kemasukan hawa racun dari obatku !"
"Aku mengerti, dan jangan khawatir," menjawab gadis itu sambil menganggukkan kepala.
Hoa chiu Hwatho mengambil kotak jarum itu dicelupkan dalam cairan obat. lalu ditusukkan dibeberapa bagian jalan darah tubuh Ho Hay Hong, kemudian menepuknya beberapa kali.
Ho Hay Hong perlahan-lahan seperti pingsan ia biarkan dirinya dipale oleh tabib itu. Dan tenaganya telah lenyap. Apabila Hoa chiu hwa tho ada mengandung maksud jahat, juga terpaksa membiarkan segala perbuatannya.
Gadis berbaju ungu dengan perasaan tegang mengawasi segala perbuatannya, jika mengetahui gelagat tidak beres, ia akan turun tangan dengan segera.
Ia teringat kejadian beberapa hari berselang ketika ia sendiri di bawa oleh Ho Hay Hong berobat kepada orang tua itu. bagaimana perhatian kepada dirinya, ingat akan itu ia merasa terharu, dan ia tidak menduga bahwa kali ini adalah tiba giliran dia yang harus menjaga keselamatan Ho Hay Hong.
Hoa chiu Hwa tho mencabuti jarum masnya dan dimasuki kedalam kotaknya, kemudian menyuruh gadis itu untuk mengambil air dingin ke kamar belakang.
Selagi hendak mengambil air, gadis itu mendadak ingat, apabila ia pergi, Ho Hay long pasti berada dalam bahaya. Maka ia tak jadi pergi.
Hoa-chiu Hwa tho agaknya menangkap sikap ragu-ragu dari gadis itu, maka lantas berkata sambil tersenyum.
"Jikalau kau merasa khawatir, biarlah aku yang mengambil sendiri."
Pelahan-lahan ia masuk kedalam, setelah tidak tampak bayangannya. Ho Hay Hong mendadak bangkit dan duduk lalu berkata:
"Adik,kau jangan takut, aku tadi hanya berpura-pura saja !"
Gadis itu terkejut, ketika ia memperhatikan keadaan Ho Hay Hong, ia tertawa sendiri dan diam-diam hatinya merasa lega.
Ho Hay Hong berkata dengan suara perlahan:
"Orang tua itu benar mengandung maksud jahat, waktu ia memeriksa tubuhku menggunakan tangan sangat berat, untung aku sudah siap siaga jikalau tidak aku akan pingsan benar-benar."
"Apa sekarang kau merasa sedikit enak?" tanya gadis dengan penuh perhatian.
"Sekarang ini aku merasa tidak ada perobahan apa-apa. Seperti biasa. Serangan ilmu San hwa cian lik itu benar-benar hebat, orang yang terkena serangannya tidak tahu bahwa dirinya sudah terluka. Hai, aku dengar kongkong berkata bahwa dalam tiga hari pasti mati tetapi aku sendiri masih belum tahu terluka di bagian mana, coba kau pikir heran atau tidak?"
"Ucapan kongkong, sudah tentu tidak bisa salah lagi, Ho koko kau harus berlaku sabar !"
"Adik, jikalau aku adu untung masih bisa hidup lagi, aku tidak akan lupakan kau"
Gadis itu menundukkan kepala, pikirannya kalut, sementara itu tabib tua itu sudah balik kembali dengan tangan menenteng sepanci air dingin.
Ho Hay Hong memejamkan matanya pura-pura pingsan sedang gadis itu usap mukanya sambil menghela napas pelahan.
Pada waktu itu asap dari obat telah mengepul pula, gadis itu buru-buru menutup pernapasannya, tetapi hal ini sudah diketahui oleh Hwa chiu Hwa tho, maka lantas berkata sambil tersenyum:
"Nona jangan takut jikalau aku akan bermaksud mencelakakan dirimu sekalipun ada sepuluh nyawa, juga tidak akan lolos dari tanganku?"
Sehabis berkata demikian, matanya mengawasi ujung kakinya sendiri. Gadis baju ungu itu menampak sikap aneh orang tua itu matanya juga dialihkan ke ujung kaki orang tua itu.
Hoa chiu Hwa tho mengangkat sedikit ujung kakinya, tampak benda berkelipan dan itu ternyata sebuah jarum yang menancap diujung kakinya. Melihat itu, gadis itu terkejut.
Ho chiu Hwa tho mencabut dengan jarinya, sebuah jarum halus sepanjang setengah dim berada ditangan.
"Hanya dengan sebuah jarum ini, sudah cukup membinasakan jiwamu."
"Apa artinya perkataanmu ini?" tanya gadis itu bingung.
"Kau hanya memperhatikan aku masak obat dan gerakanku ketika memeriksa lukanya tapi kau tidak perhatikan ketika aku lewat disampingmu, jikalau kakiku menginjak kakimu, jarum ini akan menembusi jalan darahmu, sudah tentu kau tidak akan terhindar dari kematian!"
Mendengar keterangan itu, gadis baju ungu itu seketika mengeluarkan keringat dingin.
Hoa chiu Hwa tho berkata pula: "Sekarang coba kau berdiri, aku beritahukan lagi sebuah benda yang sangat mengejutkan kau!"
Gadis itu buru-buru bangkit dari tempat duduknya, matanya mengawasi kursi, entah sejak kapan ditengah kursi itu terdapat sebilah golok tajam.
Dengan ujung kaki Hoa chiu Hwa tho menyentuh ujung kursi, golok tajam itu mendadak melesat keatas, apabila golok itu mengenakan sasarannya, orang yang terkena serangan tidak ampun lagi pasti mati.
Hoa chiu Hwa tho berkata:
"Kau hanya tahu diriku berbahaya, sebaliknya kau tidak tahu bahwa dalam rumah ini hampir setiap sudut ada pesawat. Orang begitu masuk kedalam rumah, berarti jiwa dan raganya sudah berada didalam tanganku!
Sehabis berkata, ujung kakinya menendang sudut kursi, golok tajam itu sudah menghilang dari tempatnya dan bekas lubang tadi.
Sesaat itu gadis itu merasa seperti terkepung oleh ancaman bahaya, maka diam-diam pikirannya merasa kalut, Didalam rumah tabib tua misteri itu, jiwa manusia seolah-olah tidak berarti apa-apa. Asal tuan rumah mau dengan satu gerakan tangan atau kaki, sudah cukup membinasakan jiwa Ho Hay Hong dan jiwanya sendiri.
Ia tak berani lagi menjamin keselamatan jiwa kekasihnya, sebab ia sendiri juga sudah berada didalam guha macan, ini berarti bahwa hidup atau matinya, hanya tergantung oleh pikiran dan kehendak tabib tua itu.
Hoa chiu hwa tho tertawa bangga, ia agaknya merasa bangga dengan perasaan takut gadis itu, tetapi diluarnya ia masih berlaku sangat hormat. Dengan sikap menghormat ia mempersilahkan gadis itu duduk.
Gadis itu tahu bahwa kursi itu tersembunyi golok tajam, maka ia tidak berani duduk lagi.
"Nona jangan khawatir. duduklah saja mana tanpa setahuku akan mencelakakan dirinya?" demikian tabib tua itu berkata sambil tertawa.
Gadis itu diam-diam berpikir: "Kamar ini penuh dengan pesawat rahasia, kalau ia hendak mengambil jiwaku, memang sangat mudah. Rahasia kursi ini ia sudah dibuka sendiri, sudah tentu tidak akan menggunakan cara yang sangat bodoh untuk mencelakakan diriku."
Berpikir demikian, hatinya merasa tenang maka lantas ia duduk di tempatnya semula. Hoa ciu hwa tho memandang Ho Hay Hong sejenak, lalu berkata:
"Tahukah nona bahwa orang ini adalah musuh besarku, yang telah membunuh saudara tuaku?"
Gadis itu terkejut dan bertanya:
"Habis kau mau apa?"
"Aku berkata demikian bukan karena mengandung maksud jahat, aku hanya mau tanya padanya, ada permusuhan apakah ia dengan saudaraku itu?"
"Kay see Kimkong datang bersama anak buah dan pembantunya datang menyerbu rumahku dengan maksud hendak membasmi semua orang serumah tanggaku. Tindakan yang melanggar hukum ini setiap orang boleh saja menerjangnya atau membunuhnya. jadi bukan salah dia. Cianpwee adalah seorang yang mengerti aturan dan keadilan, apakah kau hendak limpahkan kesalahan kepada dirinya dan hendak menuntut balas atas kematian saudaramu itu?"
"Bagaimana aku berani, dia adalah ketua atau pemimpin besar golongan rimba hijau daerah utara, aku Hoat ciu hwatho hanya seorang rakyat kecil yang tidak berarti, bagaimana aku ada hak mencampuri urusannya" Hanya keponakanku itu ketika mendengar Kematian ayahnya telah menangis demikian sedih sehingga mau tidak mau aku harus turun tangan juga, untuk menunjukkan keadaan yang sebenarnya."
"Maksud Cianpwee?"
"Sudah lama aku menunggu, usahaku ini bagaimana boleh di sia-siakan begitu saja" Kee Cing kau keluar!"
Seorang muda berusia tiga puluhan keluar dari dalam kamar. Ketika gadis baju ungu itu melihat orang itu, hawa amarahnya meluap seketika. Jikalau bukan sebab sedang menghadapi Ho Hay Hong yang dalam keadaan bahaya, ia benar-benar akan menghajarnya.
Orang muda itu dengan sinar mata dingin memandang padanya sejenak lalu bertanya kepada pamannya:
"Paman ada urusan apa?"
"Musuh besar yang membinasakan ayahmu, sekarang berada disini." berkata Hwa chiu Hwa tho.
Orang muda itu membelalakkan matanya menatap Ho Hay Hong, tiba-tiba ia dapat mengenali siapa adanya orang muda itu, maka ia lantas berseru:
"Bagus bocah, kiranya adalah kau!" Dengan mata beringas penuh hawa marah ia terus mengawasi Ho Hay Hong, seolah-olah seekor singa buas hendak menerkam mangsanya. Akhirnya ia berkata dengan suara keras:
"Musuh yang membunuh ayah, itu adalah suatu musuh yang paling besar. Bocah, kembalikanlah jiwa ayahku."
Ia bertindak maju hendak menyerang, dan selagi gadis baju ungu hendak merintangi, Hoat chiu Hwe tho lebih dulu sudah menyela seraya berkata:
"Anak, kau harus pikir masak-masak dulu, orang ini sekarang sudah menjadi pemimpin besar golongan rimba hijau daerah utara!"
Orang muda itu terperanjat, ia merandek dan lama baru menyahut.
"Tidak perduli siapa dia, bagaimanapun juga sakit hati harus dibalas, aku baru bisa tenang!"
Gadis baju ungu menghunus pedangnya dan membentak dengan suara nyaring:
"Manusia tidak tahu malu, kalau kau mempunyai kepandaian, kau boleh melawan aku. Orang sakit kau hendak serang, apakah itu perbuatan orang gagah?"
Hoa-chiu Hwa tho mendadak menggerakkan tangannya ke arah Ho Hay Hong. Pemuda itu mendadak mengeluarkan suara rintihan, karena entah dari mana datangnya, tubuh Ho Hay Hong sudah terikat oleh rantai besi.
Meskipun ia meronta coba mematahkan rantai besi itu, tetapi tidak berhasil.
"Bengcu Tayjin, aku tahu bahwa kau berlagak pingsan, dengan pengalamanku yang luas, bagaimana kau dapat mengelabui diriku" Dalam mataku, perbuatanmu ini hanya suatu perbuatan yang sangat bodoh." berkata Hoa chiu Hwa tho dingin.
Ho Hay Hong meski sudah masuk perangkap, tetapi masih berlaku tenang, katanya sambil tertawa nyaring:
"Hoa chiu Hwa tho, aku juga sudah tahu isi hatimu. Satu sama lain tokh mengandung maksud tidak baik, kau tidak dapat salahkan aku kurang sopan terhadapmu. Hahaha."
Laki muda yang ayahnya mati ditangan Ho Hay Hong tanpa banyak bicara tangannya menyambar sebilah golok dan menyerbu dengan kalap.
Hoa chiu Hwa tho kini berdiri sebagai penonton sambil terbahak-bahak.
Gadis baju ungu menyerang dari samping dengan pedangnya, tetapi serangan pedang gadis itu tertahan oleh hembusan angin yang keluar dari tangan Hoa chiu Hwa tho.
"Nona kecil, kau beristirahatlah sebesar!" kata tabib tua itu dingin.
Tangannya dengan cepat menotok kedinding, dari atas segera turun jaring kawat yang mengurung gadis itu. Pedang ditangannya yang terlibat oleh jaring, juga jatuh ditanah.
Gadis itu bergulingan ditanah, tetapi jaring melibat semakin kencang, hingga akhirnya ia tidak bisa bergerak lagi.
Anak lelaki Kay see Kim kong sudah tanggalkan goloknya dileher Ho Hay Hong, bentaknya dengan suara keras:
"Anjing kecil, tutup mulutnya."
Gadis baju ungu yang menyaksikan bahaya mengancam diri kekasihnya, sedangkan ia sendiri tidak berdaya hampir saja jatuh pingsan.
Tetapi Ho Hay Hong sendiri malah tertawa dan berkata:
"Haha tak perlu kau turun tangan, aku juga tidak bisa hidup lebih dari tiga hari, beginipun baik, ada orang yang tolong mengurusi jenazahku, hingga aku tidak usah repot-repot mencari tempat untuk kuburanku."
Lelaki itu marah, selagi hendak menggerakkan goloknya, hembusan angin dingin menyambar tangannya. Kemudian terdengar suara orang berkata dengan diiringi oleh suara tertawa dingin: "Heh, heh, bagus sekali! Hoa chiu Hwa tho kau sungguh hebat, pemimpinmu sendiri hendak kau bereskan juga."
Mendengar suara itu, lelaki muda dan Hoa-chiu Hwa tho terkejut, dua-duanya berpaling mengawasi ke pintu.
Di ambang pintu rumahnya berdiri seorang berambut panjang dan berpakaian hitam, sepasang mata orang itu memancarkan sinar tajam, pinggangnya menyoren sebilah pedang panjang dengan sarungnya yang terbuat dari kulit ikan, sikapnya keren.
Orang itu tak lain dari pada Tee soan hong Tok Bu Gouw:
Ilmu pedang Tee-soan Bin kiam Tee soan hong, sudah lama terkenal di daerah utara. Diwaktu Kay tee kim kong masih hidup juga memberi sedikit muka padanya, apalagi adiknya.
Maka dengan munculnya orang itu, membuat tabib tua dan keponakannya diam-diam mengeluh.
Lebih dulu Tee soan-hong mengamat-amati Ho Hay Hong, kemudian mengawasi plat emas yang diletakkan di atas meja, lalu menggumam sendiri:
"Berani melawan Bengcu, melanggar peraturan paling besar, harus dihukum mati, Hoa chiu Hwa-tho, kau juga salah satu orang gagah dari rimba hijau, mengapa tidak mentaati peraturan sendiri" Apakah kau menghendaki supaya golongan rimba hijau daerah utara terpecah belah lagi?"
Hoa chiu Hwa tho bungkam dalam seribu bahasa, sementara itu lelaki anaknya Kay see Kim kong lantas maju menghampiri dan berkata dengan suara keras:
"Bolehkah kau jangan mencampuri urusan kita?"
"Aku sebetulnya tidak ingin campur tangan, tetapi karena ucapan mu ini, sekarang mau tidak mau akan campur tangan juga."
Dengan mendadak, kakinya menyapu, lalu terdengar suara halus, setelah itu ia berkata sambil tertawa nyaring:
"Hoa chin Hwa tho, kau sudah gila, mengapa aku Tok Bu Gouw kau juga hendak serang secara membokong" Benar-benar tidak tahu diri."
Gadis baju ungu itu kini baru tahu bahwa benda yang disapu oleh kakinya tadi, ternyata adalah sebilah belati tajam. Ia merasa sangat heran karena ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Waktu itu Hoa ciu Hwa tho sedikitpun tidak berkisar dari tempatnya, darimana datangnya belati itu"
Tetapi dengan cepat ia sadar, bahwa di dalam ruangan itu memang banyak terdapat banyak sekali alat rahasia. Untung Tok Bu Gouw seorang yang sangat cerdik dan juga banyak akalnya, hingga Hoa chiu Hwa-tho tidak berdaya. Kalau orang lain pasti sudah binasa oleh senjata tadi.
"Tee soan-hong, tahukah kau bahwa aku hendak menuntut balas atas kematian saudaraku?" tanya Hoa-chiu Hwa tho sambil tertawa dingin.
"Aku tidak perduli, bagaimanapun juga aku melarang kau mengganggu dirinya?" kata Tee soan Hong dingin.
"Kentut, mengapa kita tidak boleh ganggu" Mengapa kita tidak boleh menuntut balas" tanya anak Kay see Kim-kong gusar.
"Bocah, Kau tahu apa" Dia adalah Bengcu rimba hijau daerah utara, sekalipun aku sendiri juga harus mendengar perintahnya, jangankan kau, Hm! Kalau kau hendak menuntut balas, kau coba saja.".
Sehabis berkata, ia berdiri melintang didepan Ho Hay Hong sambil menolak pinggang. Anak Kay see Kim kong jeri menghadapi jago tua kenamaan itu, hingga mundur beberapa langkah, lama tidak bisa bicara.
Tee soan hong mengambil plat emas diatas meja lalu diangkat tinggi-tinggi dan diperlihatkan kepada Ho chiu Hwa tho, kemudian bertanya dengan suara bengis:
"Tua bangka, kau mau mengobati atau tidak" Lekas jawab !"
Hoa chiu Hwa tho diam-diam berpikir, "kalau Tee soan hong meskipun seorang jago ternama tetapi dengan hak apa mencampuri urusan ini?"
Maka ia lalu menjawab dengan nada suara dingin:
"Dia adalah musuh besarku, yang membunuh saudara tuaku sendiri. Aku tidak membinasakannya, sudah enak baginya. Kini suruh mengobati luka dalamnya, kau jangan harap !"
Anak laki-laki Kay see Kim kong teringat kematian ayahnya, mendadak gelap mata. Tanpa banyak pikir lantas menyerbu dan menyerang Ho Hay Hong yang menggeletak tidak berdaya.
Tee-soan hong mendadak mengangkat tangan kanannya, membuat satu lingkaran.
Anak Kay-see Kim kong mendadak matanya kabur, dalam perasaannya, Tee soan-hoan seperti berubah menjadi banyak orang yang mengancam dirinya dari berbagai jurusan.
Ia terkejut dan menjerit, buru-buru membatalkan serangan, tangannya digunakan untuk menangkis serangan tangan Tee soan hong.
Saat itu, tiba-tiba tampak berkelebatnya sinar pedang, kemudian disusul oleh suara jeritan anak laki-laki Kay see Kim kong-yang sudah rubuh ditanah dengan keadaan mandi darah.
Ternyata sebelah tangannya sebatas lengan sudah terpapas menjadi dua potong.
Sementara itu Tee soan hong masih tetap berdiri ditempatnya tanpa bergerak.
Hoa chiu Hwa tho yang menyaksikan kejadian itu, sekalipun ia sudah banyak pengalaman juga merasa jeri.
Ia benar-benar tidak menduga, keponakannya baru saja bergerak tangannya sudah terkutung. Betapa sedih, mengenaskan dan panas hati perasaannya waktu itu.
Tee soan hong yang sifatnya berangasan, sedikitpun tidak mau mengasih hati. Dengan suara bengis ia membentak Hwa chiu Hwa tho.
"Tua bangka,kan mau mengobati atau tidak ?"
Hoa chiu Hwa tho ketakutan, tanpa sadar sudah mundur selangkah, pikirannya bingung, hingga saat itu belum bisa menjawab.
Ho Hay Hong menyaksikan semua kejadian itu dalam hati merasa bersyukur, ia pikir orang ini bukan sanak bukan saudara, tetapi berulang-ulang melepas budi kepadaku. Maka di kemudian hari aku harus membalas budinya ini.
Diam-diam telah berubah pandangannya terhadap jago tua yang dahulu ia membencinya.
Tee soan hong berkata pula dengan suara bengis:
"Hoa chiu Hwa tho, kau juga salah seorang anggauta rimba hijau daerah utara, sekarang bengcu dalam kesusahan, seharusnya kau menggunakan kesempatan ini menunjukkan kesetianmu agar mendapat nama baik dari saudara-saudara kita.
"Diluar dugaan karena urusan pribadimu, bukan saja kau menolak mengobati, sebaliknya malah hendak turun tangan terhadap Beng cu yang sedang dalam keadaan bahaya. Hati kejammu seperti ini, pasti akan menimbulkan kemarahan semua saudara-saudara
"Jika soal ini aku siarkan, ha ha, Hoa chiu Hoa tho, bukan maksudku hendak menggertak kau, kau sendiri juga tahu, bagaimana selanjutnya kau bisa tancap kaki di daerah utara" Bahkan ada kemungkinan besar, mulai besok pagi, banyak jago rimba persilatan yang membenci atas perbuatanmu, akan datang mengambil batok kepalamu, kalau kau tidak percaya, kau boleh coba saja!"
Sepasang Pedang Iblis 6 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Harpa Iblis Jari Sakti 12

Cari Blog Ini