Ceritasilat Novel Online

Kelelawar Hijau 11

Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Bagian 11


engkau masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan
diriktu, sekarang benda mustika ini sudah berada
ditanganku itu berarti engkaupun sudah berada dalam
genggamanku. haaahh. . .haaahh...."
Sambil tertawa seram, dengan sepasang kakinya ia jepit
payung mustika itu kemudian melepaskan kulit menjangan
yang membungkus benda tadi.... apa yang dilihat" ternyata
dibalik bungkusan kulit menjangan masih terdapat selapis
kertas minyak, ketika kertas minyak itu dibuka ternyata
didalamnya masih dibungkus oleh selembar kulit yang
tebal. Dua orang itu terperangah dibuatnya, maka Suma Ing
pun segera membuka kembali kulit tersebut, tapi dibalik
kulit masih terbungkus oleh selapis kain kumal, ketika kain
kumal dibuka didalamnya masih terbungkus oleh selembar
kertas minyak. Setelah pembungkusnya selapis demi selapis dibuka,
maka bungkusan payung sengkala yang semula tiga depa
panjangnya dan setengah depa lebarnya, kian lama kian
menipis dan kian lama kian pendek.
Air muka Suma Ing makin lama makin berubah semakin
tak sedap dipandang sebenarnya Lam-kong Pak hendak
melancarkan sergapan pada saat itu maka itu akan
dilakukan dengan gampang bagaikan membalik telapak
tangan sendiri, tapi ia tak sudi berbuat demikan, meskipun
Suma Ing telah melakukan perbuatan semacam itu
kepadanya namun ia sendiri tak tega uatuk membalas
dengan cara yaang sama.
Belasan lapis kertas minyak kain kumal dan kulit
menjangan telah dibuang, sekarang yang tertinggal cuma
sebuah bungkusan yang panjangnya satu depa dan lebar
dua cun, sementara dibalik bungkusan masih terdapat pula
selapis kertas minyak.
Suma Ing benar2 amat gusar Sreeet, ia robek kain sutera
yang membungkus benda itu, mendadak. . . .
"Aaaah" ia berseru tertahan, dibalik kain sutera itu
muncullah sebuah payung kecil yang panjangnya satu depa
dengan lebar dua cun yang memancarkan cahaya merah
membara. Payung sengkala ternyata amat kecil bentuknya
kenyataan tersebut sama sekali diluar dugaan siapapun,
benarkah benda mustika yang begitu kecil betulnya dapat
menunjukan kedahsyatan yang luar biasa"
Dengan ter-manggu2 dua orang muda itu berdiri
memandang payung mustika tadi, mereka percaya benda itu
pastilah benda mustika yang betul2 asli, disamping itu Lamkong
Pak merasa beriba hati karena persoalan benda
mustika itu sudah puluhan orang jago persilatan yang
menemui ajalnya dan sekarang benda mustika itu terjatuh
ketangan seorang durjana.
Benarkah dunia persilatan akan terjerumus dalam
lembah kehancuran?" benarkah semua pendekar bakal mati
konyol" Sekarang Lam-kong Pak mulai murung dan bingung
dibuatnya, Khong Hu cu mengajarkan kebajikan sedang
Beng-cu mengajarkan kesetiaan namun Suma Ing yang
berada dihadapannya sudah kehilangan perangai yang
sebenarnya baik kebajikan maupun kesetiaan sama sekaii
tak akan terdapat pada tubuhnya.
"Sreeet..." Suma Ing membentangkan payung sengkala
tersebut, cahaya merah yang amat menyilaukan mata segera
memancar ke empat penjuru membuat suasana dalam kuil
Lu-siau-si terang benderang bagaikan berada disiang hari
belong belaka. Suma Ing tertawa seram tiada hentinya, selangkah demi
selangkah ia maju mendekati Lam-kong Pak. katanya:
"Lam-kong Pak, malam ini untuk pertama kalinya akan
kupergunakan payung sengkala ini untuk menghadapi
dirimu. ber-siap2lah untuk menjadi kelinci percobaanku"
Dengan terkesiap Lam-kong Pak mundur kebelakang,
meskipun ia tidak takut ancaman pemuda itu tak rela kalau
mati ditangan Suma Ing. lagi pula tugas berat yang
dibebankan beberapa orang cianpwee diatas pundaknya
bukan saja belum terselesaikan bahkan makin runyam
keadaannya, matipun dia akan mati dengan mata tak
terpejam, Lam-kong Pak mundur kebelakang deretan patung area
tersebut dan bersandar diatas dada patung Thio Hui, patung
tersebut besarnya sampaii tiga depa lebih tinggi daripada
tubuh Lam-kong pak sendiri, hingga ditengah kegelapan
nampak jauh lebih mengerikan.
Rasa bangga dan gembira yang menyelimuti perasaan
hati Suma Ing pada saat ini benar2 sukar dilukiskan dengan
kata2. sebab ia merasa yakin bahwa payung sengkala yang
berada ditangannya bukan payung palsu lagi. dengan
andalkan mustika tersebut kendatipun Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa seng datang kesanapun ia
tak akan merasa jeri. Sambil memandang kearah Lam-kong
pak. Suma Ing tertawa seram tiada hentinya.
"Heehh-heehh-heehh.. Lam-kong Pak." teriaknya,
"malam ini tak akan terjadi keajaiban lagi bagimu. tak
mungkin ada orang yang datang untuk menolong dirimu,
kematianmu sudah pasti dan tak dapat gagal lagi."
Sambil berkata ia tutup kembali payung sengkala itu dan
secepat kilat berkelebat mengancam dada Lam-kong Pak.
Ketika serangan tersebut mencapai jarak satu depa dan
tubuhnya. Lam-kong Pak merasakan desiran angin tajam
menyambar tubuhnya, dada dan tubuhnya jadi sakit
bagaikan di-iris2. hal ini membuat hatinya terperanjat sekali
hingga buru2 menyingkir kesamping.
Dalam keadaan menang posisi tentu saja Suma Ing tak
mau melepaskan lawannya dengan begitu saja, ujung
payung miring kesamping dan sekali lagi melancarkan
serangan gencar.
Lam-kong Pak sadar babwa ia tak akan mampu
menandingi lawannya dengan tangan kosong belaka.
dengan cepat senjata tanduk Naganya dilepaskan dari
pinggang. Dengan salurkan hawa murninya hingga mencapai
sepuluh bagian ia tangkis datangnya serangan payung itu,
pikirnya : "Tanduk Naga sakti adalah benda dari makhluk aneh
yang telah berusia ribuan tahun kerasnya bukan kepalang.
aku rasa payung sengkala itu tak nanti akan mampu
menahan serangannya, . . "
Siapa tahu sebelum tanduk naga itu sempat menempel
diatas senjata lawan, Sumi Ing yang kuatir payung mustika
itu rusak atau cacad buru2 tarik kembali serangannya, sekali
lagi dia menyerang tubuh bagian bawah dari Lam-kong
Pak. Rasa percaya pada diri sendiri muncul makin kuat dalam
hati kecil Lam-kong Pak, ia bertekad untuk mengadu
senjatanya denganpayung sengkala itu. maka senjata tanduk
naganya sekali lagi disapu kearah depan.
Suma Ing tak dapat menghindarkan diri lagi. dengan
menggunakan payung mustika itu dia sambut datangnya
serangan tersebut.
Pada saat itulah sesosok bayangan manusia dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat menyambar keluar dari
balik patung area dari panglima Thio In dan langsung
mencengkeram payung sengkala dalam genggaman Suma
Ing. Mimpipun Suma Ing sama sekali tak menduga kalau
dalam kuil tersebut hadir orang ketiga. ia rasakan urat
nadinya jadi kencang dan tahu2 payung sengkala itu sudah
dirampas orang.
"Huahh-haahh-haahh..." gelak tertawa yang amat
memekikkan telinga berkumandang memecahkan
kesunyian. Rupanya orang itu bukan lain adalah Kakek ombak
menggulung, ditengah jalan secara tiba2 ia temukan gerakgeriknya
Lam-kong Pak yang sedang bergerak menuju
kebelakang kuil Toapek san dengan gerakan cepat, dia
segera melakukan penguntitan secara diam2, apa yang
barusan terjadi dapat dilihat olehnya dengan jelas.
Baik Lam-kong Pak maupun Suma Ing sama-sama
menjerit kaget, masing2 mundur selangkah kebelakang.
"iblis tua engkau punya rasa malu atau tidak ?" teriak
Suma ing dengan penuh kegusaranSambil membelai payung mustika itu dengan penuh rasa
kasih sayang, kakek ombak menggulung tertawa bangga,
sahutnya: "Haahhh-haaahh-haaahh... untuk mendapatkan benda
mustika dari dunia persilatan, mau tak mau terpaksa aku
harus menggunakan cara apapun agar usahaku ini berhasil,
pokoknya perbuatanku pada malam initoh cuma diketahui
oleh kalian berdua saja kecuali itu siapa lagi yang tahu "
Hmm sekarang. kalau aku ada niat untuk membereskan
kalian berdua maka perbuatan ini bisa kulakukan dengan
gampang sekali ibaratnya membalik telapak tangan sendiri "
Gembeng iblis itu sama sekali tidak mengibul meskipun
untuk berduel satu lawan satu Lam-kong Pak sama sekali
tidak jeri kepadanya tapi sudah jelas Suma ing bukan
tandingannya, apa lagi sekarang payung mustika itu berada
ditangannya, kedahsyatan gembeng iblis itu betul2 tak boleh
dipandang enteng.
Suma Ing sepera putar biji matanya mencari jalan keluar,
kepada Lam-kong pak tiba-tiba ujarnya:
"Lam-kong Pak kalau engkau ingin mundur dari sini
dalam keadaan selamat maka kita harus bekerja sama untuk
menghadapi dirinya sebab kalau tidak maka kita tak ada
yang hidup bebas lagi"
Lam-kong Pak segera tertawa dingin"Heeehhh-heeehh-heeehhh... engkau lebih baik mundur
saja dari situ biar aku seorang yang membereskan dirinya"
Suma Ing. memang mengharapkan agar Lam-kong Pak
mengucapkan perkataan tersebut, ia segera menyingkir
kesamping sementara biji mata bajingannya berputar terus
untuk meloloskan diri dari tempat celaka itu.
Dipihak lain dengan langkah lebar Lam-kong Pak maju
selangkah kedepan, serunya^ "Hey iblis sekalipun engkau
memiliki benda mustika dari dunia persilatan namun aku
tidak jeri menghadapi dirimu mari... mari... mari...
sambutlah dulu beberapa jurus serangan ini"
Kakek ombak menggulung sudah pernah merasakan
kelihayan diri Lam-kong Pak meskipun payung sengkala
sudah berada ditangannya namun ia tak berani pandang
enteng musuhnya.
"Bocah muda" ia berseru, "engkau sendiri yang minta
aku berbuat demikian andaikata sampai cedera atau
mampus janganlah salahkan aku terlalu andalkan
keampuhan dari payung sengkala ini untuk memeras yang
muda, engkau musti tahu benda mustika ini merupakan
senjata dahsyat yang memiliki daya penghancur sangat
hebat" Lam-kong Pak memutar senjata tanduk naganya untuk
memukul pergelangan tangan kakek ombak menggulung.
Sebetuinya kakek ombak menggulung tak ingin
menerima datangnya serangan tersebut dengan senjata
payungnya, tapi ketika ia rasakan betapa kuat dan hebatnya
daya serangan yang terpancar keluar dari senjata tanduk
naga sehingga sukar ditahan ia segera berubah pikiran.
dengan payung sengkala ia sambut datangnya ancaman itu.
"Traaang.. " benturan nyaring berdenting diudara,
bayangan manusia saling berpisah dan masing2 mundur
tiga langkah kebelakang.
Ketika Lam-kong Pak tundukkan kepalanya untuk
memeriksa senjata tandUk naga itu ia lihat senjata
andalannya gUmpal dan membekas sebUah lekukan
sedalam setengah cUn, kenyataan tersebut kontan saja
membUat hati si anak muda itu jadi tercekat dan diam2
merasa bergidik.
Kakek ombak menggulung sendiri ketika tundukkan
kepala memeriksa payung mustika tersebut. ia temukan
senjata itu tetap utuh saperti sedia kala dan sama sekaii
tidak cacad, tak tahan lagi sambil tertawa seram ia
berseru."Heeehh-heeehh-heeehhh...benda mustika dari
dunia persilatan ini benar2 sangat dahsyat, hey bocah
keparat sekarang engkau sudah rasakan kelihayannya
bukan?" Lam-kong-Pak sudah tahu kalau tenaga dalam yang
dimilikinya jauh diatas kepandaian musuhnya, cuma daya
pengaruh dari payung itu teramat besar dan lagi sorot
matanya menyilaukan mata maka sulitlah baginya untuk
menghadapi serangan tersebut.
pada saat itulah kakek ombak menggulung sambil putar
payung mustika menerjang maju kedepan. senjata tersebut
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat dan kekuatan
bagaikan gunung Tay-san menindih kepala menghajar
batok kepala sianak muda itu.
Lam-kong Pak tak berani menerima keras lawan keras, ia
menyingkir liga langkah kesamping.
Pada saat itulah tiba2 Suma ing menjerit kaget.
mendengar jeritan itu Lam-kong Pak merasa amat
terperanjat dan segera berpaling.
Tampaklah sesosok bayangan manusia dengan suatu
gerakan yang cepat telah menerjang kearah kakek ombak
menggulung dan merampas payung mustika itu, kemudian
secepat kilat mundur satu tombak kebelakang.
Kakek ombak menggulung amat terkesiap ia tak habis
mengerti jago dari manakah yang memiliki ilmu silat
selihay itu, Ketika ia berpaling, jago tua itu menjerit
tertahan: "Suheng kira....kiranya engkau...."
Lam-kong-Pak jadi sangat terperanjat, pikirnya,
"Habislah sudah..., ternyata kakak seperguruannya Bintang
yang bertaburan diangkasa telah datang, tipis sudah
harapanku untuk merampas kembali payung mustika itu
pada malam ini"
Tampaklah orang itu berwajah penuh bopeng, alisnya


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tebal dengan mata yang besar. Jenggot kambingnya lurus
kaku bagaikan sikat, pakaiannya lebar dengan belahan
dilutut, mukanya nampak bengis dan sadis sekali.
= =ooooooooo= =
KAKEK ombak menggulung yang tersohor sebagai
seorang gembong iblis paling lihay. paling disegani oleh
setiap umat persilatan, setelah bertemu Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng segera menunjukkan
sikap yang sangat jeri dan menghormat, lagaknya bagaikan
tikus bertemu dengan kucing saja....
Sambil ber-bungkuk2 memberi hormat ia berseru tiada
hentinya dengan suara lirih: "oooh.. suheng. baik2kah
engkau...suheng baikkah engkau...?"?"
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
mendengus dengan sikap yang hambar.
"Hmmm tentu saja aku berada dalam keadaan baik2,
siapa bilang aku tidak baik?""
"Heeehh-heeehh-heehh..." kakek ombak menggulung
tertawa paksa, "suheng tenaga dalammu sudah mencapai
taraf yang tak dapat dilukiskan lagi dengan kata2 tak
seorang manusiapun dikolong langit yang mampu
menandingi kehebatanmu, aku rasa... aku rasa engkau tak
akan sampai tertarik oleh mainan kanak2 yang tak ada
gunanya bagimu itu bukan?""
"Tentu saja engkau tahu siapakah suhengmu ini" dan
sampai dimanakah kedudukanku dalam masyarakat" kalau
sebuah payung sengkala belaka tentu saja tak terpandang
sebelah matapun dihadapan suhengmu ini, cuma masih
ingatkah engkau dengan apa yang pernah kukatakan
kepadamu beberapa hari berselang"..."
"Ingat... Ingat... aku masih ingat dengan apa yang
suheng katakan" sahut kakek ombak menggulung sambil
anggukan kepalanya berulang kali.
"coba ulangi sekali lagi apa yang pernah kukatakan
kepadamu beberapa hari berselang."
"Suheng pernah berkata jika payung sengkala tersebut
suatu hari terjatuh ketanganku, maka untuk sementara
waktu suhenglah yang akan menyimpankan benda mestika
tersebut."
"Bagus. kalau engkau masih ingat hal ini jauh lebih
bagus lagi.. engkau harus tahu, suhengmu sama sekali tidak
jeri untuk menghadapi kawanan jago lihay dari kalangan
putih, tapi terhadap tiga orang setan tua itu..."
Kakek ombak menggulang melirik sekejap dengan sorot
mata penuh kelicikan, kemudian sambil tertawa katanya:
"Aah suheng, engkau bersikap terlalu hati2 pada saat ini
mungkin saja ketiga orang setan tua itu sudah lama
mampus dan tulang belulangnya telah hancur musnah, apa
yang perlu kau takutkan lagi.." toh dimasa lampau kita
telah. . .."
Tiba2 bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
melotot besar menyadarkan Kakek ombak menggulung
bahwasanya ia telah terlanjur bicara salah. buru2 ia
membungkam dan alihkan pokok pembicaraan ke soal lain"Suheng, bagaimana penyelesaiannya terhadap dua
orang bocah keparat ini?"
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
tertawa tawa. "Dengan andaikan tenaga dalam yang kau miliki, masa
untuk menyelesaikan merekapun tak mampu?""
Bagaikan kena listrik. sekujur badan Kakek ombak
menggulung gemetar keras, paras mukanya berubah jadi
merah padam bagaikan kepiting rebus, dengan suara terbata2
katanya: "Suheng. bicara terus terang saja siau-te benar2 merasa
sangat malu... hingga sekarang...."
"Sekarang bagaimana jadinya...?" tegur Bintang yang
bertaburan diangkasa sambil tertawa dingin.
"siau-te cuma mampu untuk bertarung seimbang dengan
dirinya, tapi aku yakin dia takkan mampu bertahan
sebanyak tiga sampai lima jurus jika bertempur melawan
saheng Sendiri... dalam hal ini siau-te betul-betul merasa
amat malu dan kecewa sekali."
Mendengar pujian itu Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng merasakan hatinya berbunga,
namun diluaran ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Heehh-hreeh-heehh...ucapanmu itu memang sedikitpun
tidak salah..."
Belum habis dia berkata, Lam-kong Pak telah tertawa
dingin sambil menyela dari samping:
"Hey iblis tua bangkotan, aku lihat rupanya engkau
sudah terlalu biasa mengibul dan omong kosong sehingga
tiap kali mengibul muka tidak sampai memerah dan.napas
tidak sampai ter-sengkal2... Huuuh dalam lima puluh jurus
mendatang,jikalau engkau sanggup menangkan satu atau
setengah jurus dariku, maka akan kuberitahukan suatu
persoalan yang maha penting kepadamu"
Jenggot kambing Bintang yang bertaburan diangkasa
Liok Hoa Seng bergetar keras, rupanya ia merasa gusar
sekali sesudah mendengar perkataan itu pikirnya, "Bocah
keparat, engkau berani mempermainkan diriku?" Hmm
rupanya sudah bosan hidup?"
"Selamanya aku tak pernah mempermalukan orang lain
apa lagi menghina atau menfitnah dirinya, aku hanya bicara
terus terang saja sesuai dengan kenyataan yang ada. Hmm
bicara yang sebetulnya, engkau tidak lebih hanya
mempergunakan siasat licik yang amat rendah uatuk
membohongi payung sengkala tersebut dari tangan sutemu.
setelah mendapatkan payung mustika itu engkau baru
berani bicara sesumbar seenaknya... IHuuh kalau engkau
benar2 jantan, beranikah engkau serahkan kembali payung
sengkala itu kepada Kakek ombak menggulung agar
disimpan olehnya untuk sementara waktu, kemudian
bertarung sebanyak ratusan jurus dengan diriku?"
Selama ini Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng selalu menganggap dirinya sebagai jago silat nomor
satu dikolong langit. sikapnya selalu jumawa dan tekebur,
diam2 diapun dapat menyadari bahwa kepandaian silat
yang dimiliki lawannya pasti lihay sekali, terbukti sampai
sutenya yang ia ketahui berilmu tinggi pun hanya bisa
bertarung seimbang dengan dirinya, sudah tentu ia tak sudi
menyerahkan payung mustika itu kepada adik
Sepergurannya. karena dia tak akan berlega hati selama
mustika itu terjatuh ketangan orang lainSementara itu Lam-kong Pak telah tertawa ter-bahak2
sambil mengejek.
"Haaahh-haaahh-haaahh... iblis tua, kalau engkau tak
berani menerima tantanganku itu, lebih baik mengakulah
terus terang akuta nanti akan paksa orang untuk mencari
penyakit buat diri sendiri"
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
naikpitam dibuatnya, seluruh rambut dan jenggot
kambingnya pada berdiri kaku bagaikan landak, dengan
mata melotot kulit dan muka merah padam bagaikan babi
panggang ia membentak keras:
"Bocah keparat, aku tak pernah mengenal rasa takut dan
tak ada pekerjaan yang tak berani kulakukan coba katakan,
engkau suruh aku mengatakan soal besar apa?""
"Soal apa yaa?" aku hanya ingin engkau menceritakan
kembali tentang nasib tiga orang setan tua seperti apa yang
barusan kalian bicarakan itu"
begitu ucapan tersebut diutarakan keluar dua orang
gemboog iblis tua itu sama2 merasakan tubuhnya bergetar
keras karena terperanjat. Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng segera tertawa dingin.
"Heeehh-heeehh-heeehhh...Tahukah engkau siapakah
ketiga orang setan tua yang barusan kubicarakan itu"
"Aku sendiripun kurang begitu tahu cuma aku ingin
sekali memberitahukan persoalan penting yang ada
hubungannya dengan Matahari, rembulan dan bintang tiga
orang tua itu"
Sekali lagi dua orang gembong iblis itu menjerit keras
saking terperanjatnya sambil mundur selangkah kebelakang
kakek ombak menggulung segera menegur: "Engkau sudah
pernah berjumpa dengan orang tua itu?"
"Karena mengikuti pembicarasn kalian berdua maka aku
sebut mereka sebagai setan tua juga tapi mulai sekarang aku
merubah nama panggilan tersebut menjadi sebutan
Loocianpwee"
"Bocah keparat engkau pernah bertemu dengan mereka
dimana?"" seru dua orang gembong iblis tua itu setelah
saling berpandangan sekejap.
"Bukankah barusan sudah kukatakan asal engkau bisa
menangkan satu jurus atau setengah gerakan dariku dalam
lima puluh gebrakan tanpa menggunakan payung mustika
tersebut rahasia tersebut pasti akan kuberitahukan padamu
dan jangan kuatir ku tak akan mengingkari janji. "
"Kalian jangan mau dengarkan ocehannya." tiba2 Suma
Ing berteriak keras, "bangsat muda sedang jalankan siasat
menunda pasukan mungkin ia sedang menantikan dari bala
bantuannya"
Mendengar teriakan tersebut Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng segera melotot sekejap kearah
Suma Ing dengan penuh kegusaran ia segera menegur: "
Siapakah bajingan muda ini?"
"Dahulu dia adalah anak murid siau-te, tapi sekarang dia
telah mengkhianati diriku." jawab kakek ombak
menggulung dengan cepat.
Bintang yarg bertaburan diangkasa segera tertawa dingin
tiada hentinya, "Heehh-heeeh-heeehh... ringkus dahulu
bajingan cilik itu"
Untuk menghadapi Lam kong pak yang diketahui
olehnya berilmu tinggi dan bertenaga dalam sempurna
Kakek ombak menggulung merasa tak punya keyakinan
untuk menangkan pertarungan tersebut lain halnya dengan
menghadapi Suma Ing.
Terhadap pemuda yang pernah menjadi anak muridnya
ini bukan saja ia yakin bisa menangkapnya bahkan besar
harapannya untuk sekalian membekuk dirinya. begitu
mendapat perintah dengan cepat ia salurkan segulung hawa
pukulan yang maha dahsyat dan dilontarkan ke depan.
Suma Ing sendiripun tak tahu bahwa posisinya pada saat
itu sangat terjepit. untuk laripun sudah tak mungkin bisa.
buru2 ia berkelebat dan menghindarkan diri kebelakang
patung area tersebut.
"Blaamm" hawa pukulan ombak menggulung yang
sangat dahsyat itu segera meluncur kedepan menubruk
diatas patung area dari Tio In membuat patung area raksasa
itu jadi peot dan melengkung kearah dalam
Suma Ing sangat terperanjat, ia berusaba keras
menghindarkan diri dari gencetan angin pukulan lawan
dengan berkelit diantara kawanan patung area itu
Lama kelamaan Kakek ombak menggulung jadi
kehabisan sabar, dengan hati gelisah dia meraung gusar
berulangkali. kendatipun begitu gembong iblis tua ini belum
mampu untuk mendesak musuhnya yang sangat jelek itu
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng yang
menyaksikan kejadian itu segera tertawa seram.
"Heeh-heehhn sute. untuk sementara waktu mundurlah
lebih dulu kebelakang."
Mendengar perintah itu dengan cepat Kakek ombak
menggulung bergerak mundur tiga langkah kebelakang,
Terlihatlah bintang yang bertaburan diangkasa dengan
suatu gerakan yang cepat dan ringan segera berkelebat
masuk kedalam barisan patung area itu. dengan suatu
gerakan yang amat dahsyat dan cepat sepasang telapaknya
bekerja sama kian kemari, masing2 telapak menekan satu
kali diatas setiap patung area yang dilewati olehnya.
Hampir pada saat yang bersamaan, dengan
menimbulkan sUara benturan yang amat nyaring hingga
sangat memekikkan telinga, patung2 area itu pada roboh
bergelimpangan kesana kemari.
"Sekarang engkau boleh turun tangan kembali." seru
bintang yang bertaburan diangkasa kemudianKakek ombak menggulung segera menubruk maju
kedepan, setelah patung2 area yang digunakan untuk
menyembunyikan diri bertumbangan semua keatas, Suma
Ing tak bisa berkelit ataupunn menghindarkan diri lagi,
terpaksa ia berkelebat keluar dari ruang tengah dan tiba
ditengah halaman luar.
Kakek ombak menggulung tentu saja tidak sudi
membiarkan lawannya kabur dengan begitu saja, dia segera
maju menghadang jalan perginya sambil berseru: "Anjing
cilik lebih baik serahkanlah jiwa anjingmu.."
suma Ing putar biji matanya, lalu ia berbisik lirih:
"Eeei...bagaimanapun juga kita toh sudah pernah terikat
oleh hubungan antara guru dan murid, aku rasa engkau
tentu masih mengingatnya bukan" beberapa hari berselang
ketika masih berada dalam markas besar perkumpulan bulu
hijau. ketua perkumpulan bulu hijau telah melantarkan
sebuah pukulan dengan payung ketika engkau sedang tidak
siap sehingga mengakibatkan engkau terluka parah, pada
saat itu semua anak buahmu telah menghianati engkau.
hanya aku seorang yang selamanya mengikuti dirimu. tentu
engkau belum lupa bukan?"
Kakek ombak menggulung tertawa dingin.
"Heehh-heehh-heehh lain dulu lain sekarang pada waktu
itu engkau bersedia mengikuti aku karena hal tersebut kau
lakukan terdorong oleh maksud pribadimu, engkau anggap
aku tidak tahu kalau pihak golongan putih sudah tak
mungkin mengampuni dirimu sedang ketua perkumpulan
bulu hijaupun sudah memahami sampai dimanakah
kebejadtan dan perangaimu dia tak mungkin melepaskan
dirimu juga tentu saja dalam keadaan seperti ini engkau
harus mendayung sampan, mengikuti aliran arus air dan
berlalu mengikuti diriku"
Suma Ing gantikan tertawa dingin.
"Hmmh kalau engkau tak mau menerima hal itu dalam
hatimu juga tak apalah, tapi ada satu persoalan yang
bagaimanapun juga harus kuperingatkan padamu


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maupercaya atau tidak terserah pada pendirianmu sendiri."
Kakek ombak menggulung tertawa seram,
"Bajingan cilik kematianmu sudah berada diambang
pintu permainan setan apa lagi yang sedang kau
persiapkan?"
"Kakak Seperguruanmu hendak mengangkangi payung
mustika itu buat dirinya Sendiri, apakah engkau tak dapat
melihatnya sendiri?"
sekujur badan Kakek ombak menggulung bergetar keras.
"omong kosong" teriaknya. "suhengku bukan manusia
yang rendah moral seperti apa yang kau bayangkan. ia tak
nanti akan mengincar permainan kanak2 seperti itu. hey
manusia yang tak tahu diri janganlah menuduh orang
dengan kata2 yang tidak senonoh."
"Aku bukan sedang menuduh atau menfitnah orang
dengan kata2 yang tidak senonoh, engkau tahu bukan kalau
tenaga dalam yang dimiliki Lam-kong Pak belakangan ini
telah peroleh kemajuan yang sangat pesat.." Jangan dibilang
engkau. sekalipun suhengmu yang hebat dan berkepandaian
tinggipun belum tentu bisa menangkan dirinya. kalau tidak
percaya coba saja akibatnya sendiri."
Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak Kakek
ombak menggulung berpaling keruang dalam. ia lihat Lamkong
Pak telah melangsungkan pertarungan amat seru
melawan Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng, berhubung angin pukulan
yang dipergunakan dua orang itu sama2 merupakan
pukulan berhawa lunak maka sekalipun dibeberapa puluh
gebrakan sudah berjalan namun tak terdengar sidikit suara
pun. Paras muka Kakek ombak menggulung berubah hebat
meskipun ia dapat merasakan kalau Lam-kong Pak berada
diposisi bawah angin. namun jago tua itupun sadar tak
mungkin bagi kakak seperguruannya itu untuk menangkan
pertarungan dalam tiga lima puluh jurus belaka.
Dengan suara rendah Suma Ing segera berbisik:
"Sudah kau lihat" sekalipun suhengmu dapat
menangKan dirinya tetapi kesemuanya itu sudah cukup
membuKtikan kalau tenaga dalam yang mereka miliki
berada dalam keadaan seimbang, selisih pun tidak terlalu
jauh, bila engkau ingin merajai dunia persilatan maka
satu2nya jalan adalah mendapatkan payung sengkala itu
lebih dahulu."
Meskipun Kakek ombak mengguluag licik, namun
ucapan dari Suma Ing masuk diakal juga hingga
menggerakkan hatinya. tanpa sadar ia segera berpikir^
"Betul juga perkataanmu seandainya aku bisa
mendapatkan payung Sengkala tentu saja kedudukanku
akan naik beberapa tingkat lebih tinggi, sebaliknya kalau
gagal untuk memperolehnya maka kedudukanku dalam
dunia persilatan paling tinggi juga termasuk kelas dua atau
tiga belaka mungkin untuk bereskan Lam-kong Pak
seorangpun tak mampu wah, kalau sampai begitu. . . ."
Ketika dilihatnya kakek tua itu mulai tertarik oleh
hasutannya dengan suara tegak Suma Ing berbisiK kembali:
"Andaikata engkau percaya kepadaku marilah sekali lagi
kita bekerja sama, kita ber-sama2 masuk keruang tengah
aku akan beri perlindungan padamu, sedang kan engkau
yang maju untuk merebut payung mustika itu."
Kasak kusuk yang sangat mengena dihati ini seketika
menggoncangkan iman kakek ombak menggulung tapi
diluaran ia tetap tertawa dingin sambil berkata:
"Huuh", aku tak percaya kalau engkau berniat baik, masa
engkau bisa berbaik hati budi?"
"Aku bukannya berbaik kepadamu tanpa maksud, terus
terang saja kukatakan seandainya kau berhasil dapatkan
payung sengkala tersebut, maka aku hanya berharap agar
engkau bersedia mewariskan segenap kepandaian Kun-tun
ceng-ki kepadaku, pemberian tersebut sudah lebih dari
cukup bagiku dan akupun hanya punya satu permintaan ini
saja" Sepasang biji mata kakek ombak menggulung yang sipit
berputar kesana kemari mencari akal untuk menyelesaikan
persoalan tersebut. tentu saja ia berharap agar payung
sengkala bisa terjatuh ketangannya, tapi diapun kuatir
seandainya apa yang direncanakan mengalami kegagalan,
sudah pasti kakak seperguruannya tak akan lepaskan
dirinya dengan begitu saja,
Sekalinya kalau ia tidak mau dengarkan perkataan dari
Suma ing, itu berarti tiada harapan lagi baginya untuk
menjagoi kolong langit tanpa tandingan.
Suma ing tahu bahwa lawannya sudah tertarik sekali
dengan usulnya, agar lebih meyakinkan ia berkata lagi:
"Agar sukses besar. engkau harus cepat ambil keputusan
yang tegas... coba lihatlah, pertarungan mereka berdua
sudah hampir mencapai pada akhirnya."
Kakek ombak menggulung segera alihkan sorot matanya
ketengah gelanggang, ia lihat Lam-kong Pak sudah dipaksa
mundur sejauh tujuh delapan langkah dari tempat semula,
keadaannya keteter dan tak sanggup mempertahankan diri,
ia tahu kalau mau turun tangan inilah kesempatan yang
paling baik. Maka dengan cepat ia ambil keputusan bisiknya dengan
suara lirih: "Baiklah aku setuju dengan usulmu itu tapi aku
nasehatkan lebih dahulu, janganlah punya pikiran atau
ingatan jelek terhadapku, sebab berhasil atau gagal toh kami
tetap adalah sesama saudara seperguruan orang yang bakal
mendapat bencana bukan aku melainkan dirimu sendiri "
"Tentu saja tentu saja akupun tahu akan hal itu, cepatlah
terjang kedepan dan serang dari arah samping kiri kalau aku
sudah menyerang dari sisi kanannya cepatlah rampas
payung mustika itu, asal kita mau bekerja sama tanggung
tak bakal meleset."
Dua orang itu segera bersembunyi ditengah ruang besar,
sementara itu Lam-kong Pak sudah tak sanggup
mempertahankan diri sebab hawa pukulan Sam-seng-ki
yang dimiliki oleh Bintang yang bertaburan diangkasa
terlalu dahsyat, sekalipun di-hari2 belakangan ini secara
beruntun ia telah mendapat pelbagai penemuan. tapi
berhubung tenaga sakti yang dihasilkan Tok si- lip serta
buah besar masih belum meresap kedalam urat nadinya,
maka dengan sendirinya hawa murni yang dimilikipun
belum mendapat kemajuan apa2.
Suatu ketika Suma ing memberi tanda kepada kakek
ombak menggulung untuk maju kedepan, kakek tua tersebut
keraskan hati dan meloncat kedepan bersembunyi
dibelakang meja sembahyangan. sementara Suma ing sudah
langsung menerjang kearah Bintang yang bertaburan
diangkasa. Liok Hoa Seng jago sakti yang berjuluk bintang
bertaburan diangkasa bukan seorang manusia bodoh, dari
desiran angin tajam yang menyambar lewat dibelakang
punggungnya. ia tahu ada orang sedang menyergap dirinya.
Suma ing sendiripun bukan seorang tolol. kalau tidak
memiliki rencana yang masak dan meyakinkan, diapun tak
akan bertindak secara gegabah, setelag melepaskan satu
pukulan maka gerak tubuhnya sengaja diperlambat.
sementara pada waktu yang bersamaan kakek ombak
menggulung telah menyerang dari samping kiri.
Menanti kakek tua itu sudah menyerang. Suma ing tarik
kembali serangannya sambil berpeluk tangan, sementara
Bintang yang bertaburan dilangit ketika merasakan
munculnya angin pukulan dari samping kiri. ia segera
miring kesamping sambil melepaskan pula satu pukulan
untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
Gerakan dari Liok Hoa Seng ini tampaknya sudah
berada dalam perhitungan Suma ing, menemukan
kesempatan yang sangat baik itu dia segera manfaatkan sebaik2nya.
Tiba2 satu serangan kilat dilepaskan, jari tangannya
direntangkan lebar2 dan secepat petir mencengkeram
punggung Bintang yang bertaburan diangkasa.
Lam-kong Pak sebagai seorang pemuda jujur dari
golongan lurus. tak sudi menyerang dikala orang sedang
terancam bahaya, kendati begitu setelah diketahuinya orang
yang melancarkan serangan bukan lain adalah Suma ing
serta kakek ombak menggulung ia menjerit kaget.
Sungguh hebat bintang yang bertaburan diangkasa,
seketika merasakan ancaman yang datang dari sisi kiri jauh
lebih berat dari ancaman dari belakang ia baru sadar kalau
orang itu berkepandaian tinggi, hawa murninya dengan
cepat dihimpun untuk menghadapi serangan dan samping
kiri itu. Setelah berpaling dan mengetahui kalau orang itu
ternyata bukan lain adalah adik seperguruannya sendiri bisa
dibayangkan betapa gusar dan mendongkolnya hati orang.
Bertindak secara gegabah merupakan pantangan paling
besar bagi jagoan lihay yang sedang bertempur, dikala ia
masih terperangah karena tak menyangka tahu2 payung
sengkala tersebut sudah jatuh kedalam genggaman Suma
Ing. Bagi Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
peristiwa ini ibaratnya perahu yang terjungkil dalam
selokan ia sama sekali tak menduga kalau adik
seperguruannya bakal bekerja sama dengan orang luar
untuk mengerubuti dirinya, dalam gusar dan
mendongkolnya ia segera menerjang ke-arah kakek ombak
menggulung. Kakek ombak menggulung sendiri mengerti kalau dia
bukan tandingan kakak seperguruannya, merasa datangnya
ancaman dia segera berteriak keras. "Hey bocah muda,
cepat bantu aku"
"Blaaamm" satu bentrokan keras terjadi di angkasa dan
memecahkan kesunyian yang mencekam sekeliling tempat
itu. Kakek ombak menggulung tergetar mundur lima langkah
kebelakang dengan sempoyongan, teriaknya keras2.
"Suma Ing cepat gunakan payung sengkala untuk
membantu aku... cepat aku tak tahan.,."
"Blaammm " suatu bentrokan dahsyat kembali
menggelegar diudara, sekali lagi kakek ombak mengguling
tergetar mundur enam tujuh langkah kebelakang.
Suma Ing sambil memegang payung sengkala ditangan,
tetap berdiri ditempat semula dengan senyuman licik
menghiasi ujung bibirnya, terdengar ia mengejek sinis^
"Kenapa aku harus membantu dirimu" lebih baik
layanilah kakak seperguruanmu secara baik2..
bagaimanapun toh diantara kalian berdua salah satu
diantaranya harus mampus. apa lagi kalau kedua2nya bisa
mampus semua, itulah yang aku inginkan..haahh..,haahh...haaaha. .."
Kakek ombak menggulung sadar kalau ia tertipu
mentah2 oleh siasat lawan- segera teriaknya lantang:
"Eeei, suheng. tunggu sebentar kalau aku dibunuh tidak
menjadi soal, tapi dengan perbuatanmu itu maka keparat
cilik tersebut akan kegirangan setengah mati sebab siasat
liciknya tercapai seperti apa yang diharapkan, Dua orang
musuh tangguh sekarang sudah berada didepan mata, apa
lagi payung sengkala terjatuh ditangan musuh,
bagaimanapun juga besarnya perselisihan diantara kita
berdua. tidaklah pantas kalau masalah ini diselesaikan
dalam keadaan demikian suheng.,.jika kau ingin
menghukum siau-te. lakukanlah setelah persoalan disini
telah beres, pada waktunya siau-te pasti tak akan
melakukan perlawanan aku akan menyerahkan diri untuk
dihukum sesuai dengan apa yang suheng kehendiki."
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
merasa betul juga ucapan tersebut pikirnya^
"Ehmn. andaikata aku bunuh bangsat tua ini maka
kekuatan pihakku akan bertambah kecil, padahal dua orang
pemuda tersebut bukan manusia sembarangan yang bisa
dihadapi dengan begitu saja. . baiklah untuk sementara
waktu akan kusampingkan lebih dahulu persoalan ini."
Berpikir sampai disini ia mendengus dingin, setelah
tinggalkan kakek ombak menggulung jago tua itu
menerjang kearah Suma Ing hardiknya keras2.
"Suma Ing, jangan kau anggap setelah mempunyai
payung sengkala maka aku lantas jeri kepadamu... Huh
terus terang saja kukatakan sebenarnya kau membawa
payung mestika atau tidak sama artinya bagiku
bagaimanapun juga akupasti akan merampas payung
mustika itu dari tanganmu"
"Huuhhh.. iblis tua kau anggap gampang yaa rampas
payung tersebut dari tanganku." ejek Suma Ing sambil
menyeringai licik. "kalau ingin merampas silahkan saja
untuk mencobanya sendiri"
Sementara itu Lam-kong Pak yang selama ini
membungkam dalam seribu bahasa diam2 berpikir pula
dalam hati kecilnya:
"Kenapa aku musti membicarakan soal peraturan
persilatan serta segala tetek bengek kejujuran sekawan
ksatria dengan kawanan gembong iblis itu" bagaimanapun
juga aku harus berusaha untuk merampas kembali payung
mustika itu dari tangan mereka"
Terdengar bintang yang bertaburan dilangit Liao Hoa
Seng berkata kepada pemuda Lam-kong:
"Hey bocah muda engkau sudah merasa takluk tidak?"
"Dari lima puluh gebrakan yang dijanjikan kita baru
langsungkan empat puluh lima gebrakan, kendatipun aku
sudah terdesak hingga berada dibawah angin toh belum
kalah ditanganmu" kenapa aku musti takluk kepadamu?"
"Kalau engkau belum takluk silahkan saja menyingkir
disamping gelanggang, aku akan bereskan dulu keparat cilik
itu kemudian baru menyelesaikan pertarungan yang kelima
puluh jurus berikutnya bagaimana, tidak keberatan bukan" "
"oooh, dengan senang hati aku akan layani keinginanmu
itu." Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
berpaling lagi kearah kakek ombak menggulung tanyanya:
"Sute, aku tahu barusan mungkin engkau sudah dihasut


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan diracuni oleh keparat cilik itu sehingga terpengaruh
oleh kata2nya, atas kesalahanmu itu suheng sama sekali
tidak menyalahkan engkau, sekarang engkaupun tak usah
membantu diriku untuk meringkus bangsat tersebut lihatlah
suheng seorang diri akan rampas payung mustika itu dari
tangannya."
"Terima kasih suheng. terima kasih atas kebaikan hatimu
itu" buru2 kakek ombak menggulung berseru,
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng tidak
banyak bicara lagi, epasang telapaknya disilangkan didepan
dada lalu melepaskan pukulan dengan hawa sakti Samsengkang. Suma Ing yang mengandalkan payung mustika, sama
sekali tidak berusaha menghindar atau berkelit dari
datangnya ancaman tersebut, dengan payung mestika itu
dia sambut datangnya serangan"Blaaamm " bentrokan keras menimbulkan suara ledakan
yang memekikan telinga, angin puyuh men-deru2 menyapu
empat penjuru, beberapa buah patung area yang tinggi besar
mencelat sejauh satu depa dari tempat semula, seluruh
ruangan goncang keras, atap dan dinding berguguran keatas
tanah. Dalam serangan tersebut. ternyata Bintang yang
bertaburan diangkasa tidak berhasil memperoleh
keuntungan apa2, kedua belah pihak saling mundur
selangkah lebar kebelakang.
Tenaga dalam yang dimiliki iblis tua itu terhitung sangat
hebat dan sempurna sekali, tapi dalam kenyataan ia cuma
mampu bertarung seimbang dengan seorang pemuda
belasan tahun, peristiwa semacam ini benar merupakan
suatu pukulan batin yang berat baginya.
Gelak tertawa yang menyeramkan bergema
memecahkan kesunyian, napsu membunuh yang sangat
tebal menyelimuti wajahnya, sambil menyeringai seram
selangkah demi selangkah dia maju kedepan,
Setelah berhasil dalam serangan yang pertama. rasa
percaya pada kekuatan sendiri tertanam semakin tebal
dalam hati Suma Ing. dia sama sekali tak menyangka kalau
sebuah payung kecil yang panjangnya paling cuma satu
depa ternyata memiliki daya kekuatan yang luar biasa
hebatnya, pemuda itu sadar, seandainya tiada benda
mustika dari dunia persilatan itu. mungkin sejak tadi2 ia
sudah roboh terkapar diatas tanah termakan oleh pukulan
lawan yang amat dahsyat itu.
Sementara itu kakek ombak menggulung yang berdiri
disisi kalangan putar biji matanya memandang kesana
kemari. ia tahu apa yang diucapkan suhengnya barusan
hanya kata2 untuk membohongi dirinya belaka, bila urusan
telah selesai tak mungkin ia bersedia melepaskan dirinya
dengan begitu saja.
Karena itu setelah termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kakek tua itu segera ambil keputusan untuk kabur
dari tempat kejadian- tanpa banyak bicara lagi ia putar
badan dan melarikan diri ter-birit2.
Lam-kong Pak mendengus dingin, meskipun ia tahu
kalau kakek ombak menggulung kabur dari tempat kejadian
akan tetapi ia sama sekali tidak melakukan pengejaran,
pikirnya dalam hati:
"Kebetulan kalau engkau bersedia kabur dari sini,
dengan begitu akupun akan kehilangan seorang perintang
dalam usahaku untuk merebut kembali payung mustika itu
dari tangan mereka..."
Ditengah kalangan. Bintang yang bertaburan diangkasa
Liok Hoa Seng telah melepaskan satu pukulan yang maha
dahsyat kearah depan- Lam-kong Pak merasa amat
terperanjat menyaksikan kedahsyatan pukulannya, ia lihat
diantara telapak tangan lawan terpancar keluar tiga titik
cahaya putih yang amat menyilaukan mata.
Dari situlah letaknya sumber kekuatan hawa pukulan
dari "Matahari, rembulan dan bintang" tiga sumber utama
kekuatan sakti jago tua itu, rupanya Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng telah dibikin gusar
oleh keangkuhan musuhnya, dengan menghimpun sepuluh
bagian tenaga saktinya dia lancarkan satu pukulan dahsyat
kearah Suma ing.
Setelah unggul dalam beberapa kali bentrokan
sebelumnya, Suma ing menganggap dengan andalkan
payung sengkala maka ia dapat bertindak apa saja menuruti
kemauan hatinya, sekarang ketika dilihatnya pihak musuh
melepaskan pukulan lagi kearahnya, dengan cepat serangan
tersebut disambut olehnya dengan bacokan payung
mustika. "B la a mm,.." benturan dahsyat menggetarkan seluruh
permukaan bumi, atap dan dinding bangunan mencelat dan
terbang kian kemari terhembus oleh deruan angin puyuh
yang dihasilkan dari benturan tersebut.
Walaupun Suma ing mempUnyai payung mustika yang
diandalkan, tapi berhubung tenaga dalam yang dimilikinya
masih terpaut jauh kalau dibandingkan dengan kekuatan
Bintang yang bertaburan diangkasa, tubuhnya segera
mencelat sejauh tujuh delapan langkah dari tempat semula.
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng tak
mau lepaskan lawannya dengan begitu saja. ia memburu
kedepan dan sekali lagi melancarkan satu pukulan dengan
menggunakan tenaga sebesar dua belas bagian.
Lam-kong Pak percaya apabila serangan tersebut sampai
mengena telak dibadan Suma Ing, niscaya pemuda itu bakal
mampus atau paling sedikit terluka parah.
"Inilah kesempatan yang paling baik bagiku untuk
merebut payung mustika tersebut.." pikir Lam-kong Pak
dihati. Dengan cepat tubuhnya bergerak maju kedepan,
bagaikan sambaran kilat hampir bersamaan waktunya
dengan gerakan tubuh Liok Hoa Seng. diapun tiba disisi
Suma ing. Bagaimanapun juga gerak tubuh Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seog jauh lebih cepat
selangkah daripada sianak muda itu. tangannya cepat
menyambar payung sengsaka tersebut, kemudian sekali
betot ia tarik tubuh Suma ing untuk diterjangkan kearah
Lam-kong Pak, Tindakan ini sangat hebat dan keji, namun Lam-kong
Pak bukan seorang manusia bodoh, sejakpermulaan ia
sudah menduga sampai kesitu.
Ketika tubuh Suma ing didorong kearahnya dengan
cepat badannya berkelit kesamping kemudian tangannya
menyambar gagang payung itu.
Suma ing yang tergencet diantara dua orang jago lihay
menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan buru2 ia
lepaskan tangan sambil mengundurkan diri kebelakang.
Setelah mundurnya Suma ing maka genggaman- Lamkong
Pakpada gagang payung semakin mantap kedua belah
pihak saling betot membetot dan berusaha untuk
merobohkan lawannya.
Meskipun kalau ditinjau dari posisi yang terpegang pada
payung itu maka posisi Lam-kong Pak jauh lebih meng
untung kan namun tenaga dalam yang dimiliki Bintang
yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng jauh lebih
sempurna dalam keadaan demikian timbullah ingatan
dalam benak kedua belah pihak untuk beradu jiwa, atau
paling sedikit apabila payung mustika itu gagal didapatkan
maka harus diusahakan penghancuran agar tidak sampai
dimanfaatkan musuhnya.
Sayang mereka semua lupa akan sesuatu payung
sengkala adalah suatu benda mustika dari dunia persilatan,
kekuatannya luar biasa dan kerasnya sukar dilukiskan
dengan kata2. Walaupun kedua belah pihak saling membetot dengan
kekuatan melampaui beribu-ribu kati. payung mustika
tersebut masih tetap utuh tanpa cedera barang sedikitpun
juga , sementara kedudukan dari dua orang itupun tetap
seimbang. Suma ing, pemuda yang licik dan berhati keji tak sudi
melepaskan keinginannya dengan begitu saja, setelah putar
biji matanya memperhatikan adu kekuatan yang sedang
beriangsung ditengah gelanggang. kembali ia terjang
kedepan- serunya: "Lam-kong Pak, aku akan
membantumu"
"Bajingan sialan, Anjing bedebah enyah dari sini" hardik
Lam-kong Pak penuh kemarahan, "aku tak sudi menerima
bantuan-mu"
Suma ing tak banyak bicara, dia segera lancarkan satu
pukulan dahsyat kearah Bintang yang bertaburan diangkasa
Liok Hoa Seng. Tentu saja iblis tua itu tak pandang sebelah matapun
terhadap datangnya pukulan tersebut. cepat telapak kirinya
diayun kedepan untuk memunahkan ancaman yang datang
dari pemuda Suma.
Suma ing merasa amat gusar sekali tatkala dilihatnya
Lam-kong Pak sama sekali tidak mempergunakan peluang
yang sangat baik itu untuk merampas payung mustika dari
tangan lawan- teriaknya^
"Lam-kong Pak. dengan maksud baik kuberi bantuanmu
Tapi engkau tak sudi menerima kebaikanku itu... Hmmm
jangan salahkan kalau aku akan membantu iblis tua itu
untuk musnahkan engkau..."
Begitu ucapan selesai diutarakan keluar, ia segera
lancarkan satu pukulan dahsyat kearah Lam-kong Pak.
Dalam keadaan terancam, terpaksa pemuda Lam-kong
menyambut datangnya serangan tersebut dengan tangan
kirinya. Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa seng bukan
seorang manusia yang jujur, ia tak ambil perduli soal gengsi
atau nama, melihat ada kesempatan baik baginya dengan
sekuat tenaga payung tersebut dibetotnya kebelakang...
Dalam suatu sentakan keras. tahu2 patung sengkala
sudah terjatuh ketangannya.
Lam-kong Pak terperangah, lalu teriaknya dengan penuh
kegemasan: "Anjing bedebah apa yang kau inginkan
bangsat... manusia jahanam "
Setelah dilihatnya payung sengkala terjatuh ketangan
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng, Suma
ing tahu bahwa tiada harapan lagi baginya pada hari ini
untuk rebut kembali payung mustika tersebut diapun tahu
kalau tidak cepat2 kabur maka lebih banyak bencana yang
akan dihadapi daripada rejeki.
Tanpa banyak bicara lagi dia segera enjotkan badan dan
melayang keluar dari ruang tengah, kemudian dengan
melewati dinding pekarangan kabur menjauhi tempat itu.
Setelah gembong iblis tersebut mendapatkan payung
sengkala, Lam-kong pak semakin tak berani bertindak
gegabah. dengan cepat ia mundur tiga langkah kebelakang,
diam-diam hawa murninya dihimpun kedalam tubuh siap
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Nafsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh
wajah Liok Hoa Seng, dengan nada ketus dan dingin
serunya: "Hmm.., hmmm... sungguh tak kusangka jago2 lihay
yang sudah kenamaan sejak jaman purbakala tak
seorangpun yang dapat menandingi kehebatanmu.. Hmm
untuk menghindari segala kemungkinan yang tidak
diinginkan dikemudian hari jangan salahkan kalau aku
harus lenyapkan dirimu pada saat ini juga "
"iblis tua engkau tak usah keburu senang hati, ketahuilah
bahwa tandinganmu akan muncul dalam dunia persilatan,
engkau tentu masih ingat dengan tiga bintang bertangan
iblis bukan" ketiga orang itu masih hidup dikolong langit
bahkan ilmu silat yang dimilikinya telah berhasil dilatih
hingga mencapai puncak kesempurnaan-.."
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
tertawa dingin,
"Heeehhh-heeehh-heeehhh...sekalipun mereka masih
hidup dikolong langit aku juga tak perlu takut, akutoh
sudah berhasil mendapatkan payung mustika" kenapa musti
jeri kepada mereka" sudahlah engkau tak usah ngaco belo
bicara tak karuan aku tidak percaya kalau ketiga orang
bangsat tua itu masih hidup dikolong langit apa lagi dalam
keadaan segar bugar?"
"oooh...jadi engkau masih tetap tidak percaya?"
"Masa engkau benar2 sudah pernah bertemu muka
dengan mereka bertiga?"
Sambil bergendong tangan Lam-kong Pak berjalan bolak
balik dalam ruangan itu sahutnya:
"Bukan saja aku pernah berjumpa dengan mereka
bahkan sempat mempelajari pula kepandaian sakti yang
mereka miliki kepandaian sakti tersebut sengaja diciptakan
mereka untuk menghadapi dirimu."
"coba terangkan dahulu bagaimanakah bentuk badan
serta raut wajah mereka?""
"Mereka berperawakan sedangan mukanya bengis dan
kelihatan kejam sekali yang paling jelas mereka memelihara
seekor ular aneh yang bertubuh hitam gelap serta
panjangnya mencapai beberapa tombak... bukan begitu?"
"Aaaah.." Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng menjerit kaget, ia mundur satu langkah kebelakang
dengan peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya, "engkau
pernah bertemu mereka dimana cepat katakan."
Lam-kong Pak tertawa tawa.
"Aku toh cuma bergurau saja kepadamu kenapa sih
engkau menunjukkan paras muka yang begitu ketakutan"
IHuuh. .tak kunyana nama besarmu sebetulnya hanya
nama kosong belaka"
Merah padam selembar wajah Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng karena jengah, dengan penuh
kegusaran segera bentaknya keras2:
"Bocah keparat, sebelum ajalmu tiba memang tak ada
salahnya kalau kuberi kesempatan kepadamu untuk bicara
seenaknya sendiri Ayoh sekarang terangkan, engkau telah
bertemu mereka dimana?""
"Aku telah berjumpa dengan mereka sewaktu ada dibukit


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bong-san tempo hari"
"Mereka telah ajarkan serangkaian ilmu silat kepadamu"
coba mainkan, aku pingin lihat sampai dimanakah
kehebatan ilmu silat yang mereka ciptakan itu."
Lam-kong Pak tertawa dingin.
"Kalau engkau pingin mencoba kedahsyatan dari jurus2
ilmu silat tersebut. aku anjurkan agar payung sengkala
tersebut diletakkan dahulu keatas tanah, engkau harus tahu
aku sama sekali tidak jeri terhadap keampuhan payung
mustika tersebut, tapi dengan andalkan benda itu maka
sulitlah bagi kita untuk menentukan siapa menang siapa
kalah." Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
tertawa ter-bahak2 dengan kerasnya:
"Haahh-haaahh-haaahh... bocah keparat, engkau anggap
aku tiada tahu kalau engkau sedang berbicara ngawur dan
ngaco belo tanpa bukti yang nyata" IHuuhh. . siapa tahu
kalau engkau pernah mendengar cerita tentang Mo-jiu-samseng
tiga bintang bertangan iblis dari angkatan tuamu dan
sekarang sengaja hendak membohongi diriku.. hmm hmmm
tempat yang kau katakan tadi sama sekali tidak betul"
"Tidak betul?" ejek Lam-kong Paksinis "Hmm..I Hmm
bukankah mereka semua duduk diatas sebuah tiang batu"
disamping batuan cadas terdapat dua buah kolam besar dan
kecil didalam kolam yang satu terdapat seekor ikan leihi
bersisik emas sedangkan kolam yang lain terdapat..."
Berbicara sampai disitu tiba2 Lam-kong Pak merasa
hatinya tidak tenteram seandainya iblis itu sampai menuju
kesana untuk melakukan pembantaian bukankah dialah
yang telah mencelakai jiwa tiga bintang bertangan iblis?"
Tapi ingatan lain berkelebat dalam benak Lam-kong Pak
rupanya ia teringat kembali akan tulisan yang sengaja
tertera didepan dinding mulut gunung berapi, bukankah
tulisan itu sengaja dibuat oleh Tiga bintang bertangan iblis
untuk memancing kedatangan Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng kedalam gua itu" dari tindakan
tersebut jelaslah sudah membuktikan kalau ketiga orang itu
telah melakukan persiapan yang sangat matang, dan ia tak
perlu menguatirkan keselamatan mereka lagi.
Paras muka Bintang yang bertaburan di angkasa Liok
Hoa Seng berubah hebat ketika mendengar perkataan
tersebut, dengan cepat ia berseru lantang: "Jadi engkau telah
berjumpa dengan mereka dibawah mulut gunung berapi?"
"Perkataanmu tidak keliru. kalau aku tidak berjumpa
dengan mereka dibawah mulut gunung berapi, darimana
aku bisa bertemu muka dengan ketiga orang itu?""
"Jadi mereka bertiga benar2 belum mampus?" teriak
Bintang yang bertaburan diangkasa dengan nada berat,
"macam apakah bentuk wajah meteka?"
"Paras muka mereka merah bercahaya, tubuhnya enteng
bagaikan dewa dari kayangan masa engkau tak melihat
tulisan yang sengaja ditinggalkan diluar mulut gunung
berapi itu ?"
"Membaca sih sudah membaca, tetapi sebelumpunya
keyakinan yang benar2 mantap aku tak mau turun kebawah
secara gegabah untuk mencari mereka... Hemm..,hemm..
sekarang juga aku akan pergi kesitu untuk mencoba sampai
dimanakah kelihayan yang mereka miliki"
Mendengar perkataan tersebut, Lam-kong Pak jadi amat
terperanjat, dari pengakuan tersebut terbuktilah bahwa
gembong iblis tersebut telah mengetahui tempat
persembunyian dari tiga bintang bertangan ibis, atau
dengan perkataan lain musibah yang menimpa tiga bintang
bertangan iblis dimasa silam sehingga duduk terpantek
diatas tiang batu yang runcing. tidak lain adalah hasil
perbuatan dari iblis tersebut.
Sementara itu Bintang yang bertaburan di angkasa Liok
Hoa Seng sambil tertawa menyeringai telah berseru
kembali^ "Hehh..heehh...heehh . tidak sulit untuk bereskan ketiga
orang tua bangka tersebut, dan sekarang aku akan bereskan
dulu nyawa kau sibangsat cilik"
Baru saja perkataan itu selesai diutarakan tiba2 dari
tengah halaman berkumandang seruan lantang seseorarg.
"Aku sudah hidup lebih dari cukup dikolong langit kalau
engkau hendak bunuh manusia lebih baik bunuh juga kami
semua." Bersamaan dengan berkumandangnya ucapan tersebut
dari depan pintu muncullah tiga orang berpakaian lapisan
tembaga. Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
tertawa dingin tiada hentinya. "Heeehhh-heeehhhheehh...
siapakah kalian bertiga" sebutkan dulu nama
kalian" "Awan gelap pengejar bintang oei ci hu"
"Jago angin geledek Lam-kong Liu"
"Manusia suka pelancongan Lu It Beng"
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng tahu
bahwa oei ci hu sengaja sedang mempermainkan dirinya
julukan yang semestinya Awan hitam pengejar rembulan
telah berubah menjadi Awan gelap pengejar bintang, ia
segera tertawa dingin.
"Huuhhh aku mengira jago lihay diri mana yang telah
datang"... Hah taktahunya cuma beberapa orang prajurit tak
bernama yang masih ingusan"
"Betul, kami hanya manusia2 kecil yang tak bernama
tapi justru karena kami tak bernama maka kami tak takut
mati lain halnya dengan manusia bernama yang dalam
kenyataan memiliki kemampuan terbatas namun berani
meninggikan derajat sendiri karena berhasil merampas
benda mustika dari dunia persilatan"
Bintang yang bertaburan diangkasa merasa amat gusar,
dari kejauhan dia lancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah
depan. = =ooooooooo= =
OEI CI HU tak berani bertindak gegabah, menyaksikan
datangnya ancaman tersebut dengan Cepat sepasang
telapaknya didorong kedepan Untuk menyambut datangnya
ancaman itu. "Blaaammm .." suatu benturan yang amat keras
menggeletar diangkasa, tubuh oei ci-hu segera terpental
keluar dari pintu ruangan.
Lam-kong Pak merasa amat gusar dengan mengerahkan
tenaga murninya sebesar dua belas bagaian dia lancarkan
pula satu pukulan dahsyat kearah iblis tua itu.
"Blaammm." ledakan keras kembali menggemuruh
diudara, kedua belah pihak mundur satu langkah
kebelakang ternyata kekuatan mereka ada dalam posisi
seimbang. Menyaksikan kehebatan musuhnya tiga orang jago lihay
dari kalangan lurus itu jadi amat terperanjat dengan peluh
dingin membasahi tubuh mereka maju bersama.
Seru oei ci hu dengan suara lantang: "Mari kita bersama2
menghadapi iblis tua ini, tidak terhitung sebagai
suatu tindakan yang melanggar peraturan persilatah. ayoh
kita kepung bangsat tua ini"
Meskipun bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng mempunyai payung mustika ditangan namun ia tak
berani bertindak secara gegabah untuk menghadapi empat
jago lihay sekaligus.
Mendengar ancaman tersebut dengan cepat dia
lancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah langit2 ruangan
kemudian sambil tertawa tergelak dia menerobos keluar
lewat lubang diatas atap tersebut. Lam-kong Pak penasaran
sekali dia siap untuk mengejar musuhnya tapi Awan gelap
pengejar rembulan oei ci-hu segera mencegah, serunya
lantang: "Hey, bocah muda tak usah dikejar lagi coba kau
terangkan dulu bagaimanakah jalannya Cerita sehingga iblis
tua tersebut berhasil mendapatkan payung mustika itu?"
Lam-kong Pak menghela napas panjang terpaksa dia
harus menceritakan bagaimana dia tertipu Suma ing
kemudian bagaimanakah Suma ing dan kakek ombak
menggulung saling sikut menyikut sehingga benda mestika
itu terjatuh ketangan Bintang yang bertaburan diangkasa
Liok Hoa Seng. Selesai mendengar kisah tersebut dengan nada
menggerutu Lu It Beng berkata:
"Setan tua she- oei semuanya ini adalah akibat gara2mu
yang telah menanam bibit bencana, sekarang payung
mustika tersebut sudah terjatuh ketangan iblis tua tersebut.
coba bayangkan saja bagaimanakah akibatnya kalau dia
mengandalkan benda mustika itu untuk malang melintang
dalam dunia persilatan?"
"Persoalan itu tak usah kita bicarakan lebih dahulu." sela
jago angin geledek Lam-kong Liu dengan cepat, "menurut
dugaanku kepergian iblis tua tersebut kali ini sudah pasti
menuju kelembah terpencil itu untuk mencari bekas
gurunya dan membasmi mereka dari muka bumi"
"Dugaan ayah menang sangat tepat sekali." sambung
Lam-kong Pak, "kemungkinan besar gembong iblis tersebut
benar2 pergi mencari gurunya untuk melakukan
pembantaian, sekalipun dengan persiapan dari Tiga bintang
bertangan iblis rasanya tiada sesuatu yang perlu mereka
kuatirkan, tapi sekarang setan tua itu sudah berhasil
mendapatkan payung mustika. itu berarti keadaannya jauh
berbeda dari dugaan semula. aku harus berangkat kesitu
untuk memberi bantuan"
Menyadari betapa gawatnya situasi pada waktu itu,
tanpa banyak bicara lagi berangkatlah keempat orang itu
meninggalkan kuil Lu-siau-si menuju kearah utara.
Ditengah jalan Lam-kong Pak berkata.
"Ayah, kanapa engkau orang tua tak mau
memperdulikan diri ibu lagi.. .?"
"Demi kesuksesan rencana besar kami bagi kesejahteraan
dunia persilatan, mau tak mau terpaksa aku harus tegakan
hati untuk pura2 tidak mengenal akan dirinya. sebab hingga
saat ini masih ada satu urusan lain yang belum diselesaikan,
aku hendak menggunakan sisa tenaga yang masih kumiliki
sekarang untuk secara diam2 melakukan penyelidikan"
"Persoalan apa sih yang hendak ayah selidiki?"
"Persoalan mengenai Sian-yan Peng, suami dari cu Hong
Hong" sahut Lam-kong Liu. Satu ingatan dengan Cepat
berkelebat dalam benak Lam-kong Pak, ia segera berkata,
"Ayah, sebenarnya antara engkau dengan Sian-yan Peng
sudah terikat dendam sakit hati apa sih?"
Lam-kong Liu menghela napas panjang, ia
membungkam dalam seribu bahasa. oei ci hu yang berada
disampingnya segera menyambung:
"Bocah, engkau benar2 tak tahu diri, masa persoalan ini
kau haruskan ayahmu untuk menjawab sendiri, tentu saja
dia malu untuk mengatakannya keluar....lebih baik aku saja
yang terangkan padamu... Ketika cu Hong Hong
berkenalan dengan ayahmu tempo hari, ia telah terpesona
oleh ketampanan wajah ayahmu, dari terpikat jadi ter-gila2
sehingga mengejarnva terus menerus tapi ayahmu
berpandangan lain-.. ia kelewat angkuh."
"oei-heng, duduk perkara yang sebenarnya bukan
begitu." bentak Lam-kong Liu dengan cepat.
oei ci hu segera tertawa ter-bahak2.
"Haahh-haahh-haahh...ayahmu menganggap cu Hong
Hong kelewat kejam dan bertangan telengas, karena itu
meskipun menaruh hormat kepada perempuan itu, dia
selalu berusaha untuk menjauhinya. hal ini membuat cu
Hong Hong semakin gelisah dan panik dengan sendirinya.
Sementara itu ayahmu telah berkenalan pula dengan ibumu
yakni Sun Han siang, setelah bertemu muka rupanya kedua
belah pihak saling jatuh Cinta dan tertarik satu sama
lainnya..."
"Eeei.. oei-tua sebetulaya kamu bisa serius tidak?" tegur
Lu It Beng pula, "masa dihadapan seorang angkatan muda,
ceritamu makin lama jadi semakin tak genah?"
"Siapa bilang aku tak genah" kenyataan toh begitu" aku
cuma menceritakannya kembali dengan rangkaian kata
yang lebih manis...yaa begitulah, setelah berkenalan yang
mendebarkan hati itu akhirnya ayah ibumu melangsungkan
perkawinan kilat. cu Hong Hong jadi patah hati dan
kecewa.. dalam kekecewaannya itulah dia telah kawin
dengan Sian-yan Peng"
"Kalau cuma patah hati sih tidak bisa dihitung sebagai
suatu ikatan dendam atau sakit hati?" sela Lam-kong Pak,
"Aku toh belum menyelesalkan ceritaku." kata oei ci-hu
lebih lanjut. "setelah cu Hong Hong kawin dengan Sian-yan
Peng, kehidupan mereka berjalan kurang harmonis karena
perkawinannya dengan Sian yan Peng bukan didasarkan
pada rasa Cinta sama Cinta. melainkan tidak lebih hanya
suatu langkah pelampiasan rasa dendam belaka, sedangkan
Sian-yan Peng sendiripun sama sekali tidak mencintai cu
Hong Hong..."
"Kalau cu Cianpwee tidak mencintai sian-yan cianpwee.
kenyataan tersebut masih dapat diterima dengan akal sehat,
sedangkan Sian-yan cianpwee sendiri kalau toh tidak
mencintai cu cianpwee, kenapa perkawinan diantara
mereka berdua tetap dilangsungkan?"
"Nah disinilah letak sumber pertikaian dan perselisihan
tersebut. Rupanya sebelum ayah dan ibumu menikah secara
kilat Sian-yan Peng telah berkenalan pula dengan ibumu.
bahkan seCara diam2 ia kagum dan menaruh hati
kepadanya, hanya saja ibumu sama sekali tidak tahu kalau
Sian-yan Peng sebenarnya mencintai dirinya. Karena itulah
setelah ayah ibumu menikah secara kilat, cU Hong Hong
suami istri jadi mendongkol dan marah sekali, bedanya
kalau Sian-yan Peng memendam rasa mendongkol dan
marahnya didalam hati, sebaliknya cu Hong Hong
memperlihatkan rasa tak senang dan keCewanya diluaran."
"Sikap tak senang dan keCewa yang mereka perlihatkan
sama sekali tak beralasan" seru Lam-kong Pak, biarlah aku
yang selesaikan persoalan ini.."
"Eee..bocah muda. engkau jangan manukas terus. jangan
kau anggap persoalan itu segampang dan semudah itu" seru


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oei ci-hu, "walaupun cu Hong Hong sudah menjadi seorang
nyonya, tapi mati2an dia masih mencintai dan mengejar
ayahmu, tentu saja perasaannya pada saat ini jauh berbeda
dengan sikapnya sebelum menikah tempo dulu. dia hanya
berharap bisa mendapatkan hiburan dan semangat hidup
dari pancaran mata ayahmu siapa tahu tindak tanduknya
itu justru sangat menggusarkan hati Sian-yan Peng?"
"Tapi dalam urusan ini toh ayahku tak bisa disalahkan?"
"Tentu saja ayahmu tak bisa disalahkan tapi berhubung
pada dasarnya sian-yan Peng telah mencintai ibumu Sun
Han Siang, maka setelah mengalami pukulan batin itu ia
menunjukkan perasaan tak senang hati, suatu ketika secara
kebetulan sekali cu Hong Hong pergi mencari ayahmu
ditengah malam buta pada waktu itu ibumu tidak ada di
rumah, sedang mereka berdua berada dalam sebuah kamar
yang gelap gulita tanpa disinari Cahaya lampu, ternyata
perbuatan itu diketahui oleh Sian-yan Peng yang secara
diam2 telah menguntil dari belakang. Nah dari kejadian
itulah akhirnya sumber dari bibit perselisihan itu terjadi."
Dalam hati kecilnya Lam-kong Pak yakin seyakin2nya
kalau ayahnya tak mungkin melakukan perzinahan dengan
istri orang lain ini tentu saja ia segan pula untuk
menanyakan persoalan ini kepada ayahnya, maka dia
alihkan pokok pembicaraan kesoal lain tanyanya:
"Menurut apa yang kudengar katanya cu cianpwee
dihantam ibu sampai terjatuh kedalam jurang dan masuk
kedalam perut naga apa sih yang mengakibatkan terjadinya
peristiwa itu?"
"cu Hong Hong mengira Sian-yan Peng bisa menguntit
perbuatannya pada malam tersebut tentulah atas dasar
diberitahu ibumu secara diam2 hal ini membuat Cu Hong
Hong sangat dendam terhadap ibumu, akhirnya terjadilah
perselisihan diantara mereka berdua yang diakhiri dengan
suatu pertarungan sengit, berbicara tentang tenaga dalam
yang dimiliki ibumu pada saat itu tak mungkin ia bisa
merobohkan cu Hong Hong dengan begitu saja?"
"Lalu secara bagaimana cu cianpwee bisa terjatuh
kedalam jurang sehingga tertelan kedalam lambung naga?"
"Ada orang yang melancarkan serangan dahsyat secara
diam2 dari samping gelanggang"
"Siapakah orang itu?"
"Sian-yan Peng"
"oooh sian-yan cianpwee yang melakukan perbuatan itu"
sungguh kejam hatinya"
"Tidak. hal ini tak bisa salahkan dirinya, andaikata
engkau yang mengalami kejadian seperti itu maka
kemungkinan besar engkau pun bisa melakukan perbuatan
yang sama, sebab bagi seorang pria kejadian yang tak bisa
ditahan dan dimaafkan adalah perbuatan seoraog yang
dilakukan oleh istrinya, dalam anggapannya cu Hong Hong
telah melakukan perbuatan terkutuk dengan ayahmu"
"oei-heng jangan kau teruskan lagi perkataarmu itu" ujar
Lam-kong Liu, "tidak lama kemudian Sian-yan Peng bakal
datang cari aku untuk bikin perhitungan pada saat itu
tenaga dalam yang siau-te miliki mungkin sudah sembuh
dan akupun dapat melakukan pertarungan melawan
dirinya." oei ci-hu menghela napas panjang.
"Aaai... bukannya aku sengaja merosotkan semangat
tempurmu, aku cuma kuatir kalau engkau bukan
tandingannya"
"Aku rasa tak mungkin Sian-yan Peng berbuat semau
sendiri sehingga sama sekali tidak pakai aturan," kata Lu It
Beng memberikan pendapatnya.
"Aku tahu bahwa Sian-yan cianpwee tidak mungkin
akan sudahi persoalan tersebut sampai disitu saja, ia
berulang kali pernah berkata kepadaku kalau dia tak akan
melepaskan ayah, oleh sebab itu aku harap ayah mulai
bersiap sedia sejak kini."
"Pak-ji. engkau tak usah kuatir." hibur Lam-kong Liu.
"meskipun ilmu silat yang dimiliki Sian-yan Peng luar biasa
sekali tapi asal tenaga dalam yang kumiliki telah pulih
kembali seperti sedia kala, aku yakin kami bisa bertempur
dalam keadaan seimbang"
tiga hari kemudian, sampailah mereka di dalam lembah
sepi yang terpencil letaknya itu. Lam-kong Pak segera
berkata: "Mulut gunung berapi terletak ditengah gua tersebut,
hawa panas yang memancar keluar dari tempat itu cukup
menjadikan pakaian yang kita kenakan jadi abu. karena itu
cianpwee bertiga tak usah ikut masuk kedalam, biarlah aku
seorang yang bereskan persoalan ini."
Dalam keadaan yang tidak mengijinkan tentu saja ketiga
orang itu setuju dengan harapannya, berjaga2lah mareka
disekitar mulut gua.
Setelah ada pengalaman dimasa yang lampau, ditambah
pula tenaga dalam yang dimiliki Lam-kong Pak telah
memperoleh kemajuan yang pesat, ketika ia tiba disekitar
mulut gunung berapi, pakaian yang dikenakan olehnya
sama sekali tidak jadi hancur.
Pemandangan maupun keadaan disekitar situ masih
tetap seperti sedia kala, kobaran api yang memancarkan
keluar dari mulut gua menyengat badan. setibanya didepan
gua pemuda itu berteriak keras:
"Matahari.. rembulan... bintang.. aku datang"
Seruan tersebut diulangi sampai tiga kali, namun tiada
jawaban yang terdengar, sementara dari dalam gua secara
lapat2 terdengar suara bentakan keras disertai suara
pertarungan yang amat seru.
Sekali lagi Lam-kong Pak berteriak tiga kaii, namun
tiada sorangpun yang menyambut datangnya. padahal ia
masih teringat jelas akan pesan dari kakek tua itu, kalau ia
datang lagi maka cukup meneriakkan "Matahari, rembulan
dan bintang" sebanyak tiga kali. maka ular hitam yang
bernama Loo-hek akan datang menjemput kehadirannya.
Dengan cepat Lam-kong Pak menyadari pastilah Bintang
bertaburan diangkasa Liok Hoa seng telah datang kesitu
dengan membawa payung mustika untuk membunuh
suhunya, tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri lagi
pemuda itu segera loncat kedepan dan melayang masuk
kedalam gua yang gelap gulita itu.
Tempo hari ia pernah berkunjung kesana sedikit banyak
sudah ada pengalaman yang bisa dimanfaatkan.
Dengan menempel dinding goa meluncur turun
kebawah. sepasang telapaknya dengan rahasia "mengisap"
dari ilmu tenaga dalam mengisap dinding gua kuat2,
dengan berbuat demikian maka daya luncur tubuhnya
kebawah punjauh berkurang. ketika tiba didasar gua
tubuhnya sama sekali tidak mengalami cedera.
Setelah tiba didasar gua dengan selamat Lam-kong Pak
alihkan sorot matanya memperhatikan keadaan disekitar
tempat itu, apa yang nampak olehnya seketika membuat
dadanya hampir meledak karena dorongan emosi dan
amarah yang sukar dikendalikan.
Waktu itu Bintatg yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng sedang memutar payung mustikanya untuk
menggencet dan mendesak seorang kakek tua, sedangkan
kakek tua yang didesak secara ber-tubi2 itu masih tetap
duduk bersila diatas tiang batu.
Dua orang kakek tua lainnya telah bermandikan darah,
rupanya mereka sudah menemui ajalnya sejak tadi, tubuh
mereka masih terpantek diatas tiang batu, darah segar
mengalir dan menoda seluruh permukaan tanah membuat
suasana benar2 mengerikan sekali.
Kakek tua yaag masih hidup dan melangsungkan
pertarungan sengit itu bukan lain adalah Jit-mo atau iblis
matahari, loo-toa dari tiga orang iblis sakti, mungkin
dikarenakan tenaga dalam yang dimilikinya paling tinggi,
maka ia bisa bertahan sampai begitu lama, kendati begitu
keadaannya sudah amat kritis dan setiap saat jiwanya bakal
melayang ditangan musuh.
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
sendiri melepaskan serangan secara ber-tubi2. semua
serangan yang dilepaskan merupakan serangan kilat yang
mematikan, tubuhnya berputar terus mengitari sang kakek
yang tetap duduk diatas tiang batu.
Meskipun setiap pukulan yang dilancarkan kakek tua itu
berhasil mementalkan kembali payung mustika tersebut dari
hadapan mukanya, namun dia sendiripun kena digetarkan
sehingga tubuhnya bergoyang kesana kemari dengan
hebatnya. Lam-kong Pak tak mau membuang waktu terlalu lama,
dia segera membentak keras sambil melepaskan senjata
tanduk naganya, ia menerjang maju kedepanTampaklah ular hitam yang amat besar itu terkapar
ditengah batuan cadas. agaknya karena luka yang
dideritanya terlalu parah ia telah jatuh tak sadarkan diri.
Kakek tua itu merasakan semangatnya bangkit kembali
setelah Lam-kong Pak tiba tepat pada waktunya sedangkan
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng tampak
agak terperanjat, dengan cepat ia putar badan dan balik
menerjang kearah sianak muda itu.
"Anjing bedebah" bentak Lam-kong Pak dengan gusar.
"perbuatanmu semacam ini akan dikutuk oleh Thian- dan
seluruh umat manusia,.. Hm engkau sudah tak mirip
manusia lagi melainkan seekor anjing budukan yang hina
dina. ini hari aku orang she Lam-kong akan beradu jiwa
dengan dirimu"
"Traaanng.." hawa pukulan menyebar keempat penjaru,
ditengah benturan keras yang amat memekikkan telinga itu
Lam-kong Pak tergentar mundur satu langkah kebelakang,
sebaliknya Bintang yang bertaburan diangkasa tetap berdiri
tegak ditempat semula, jelas dalam tenaga dalam dia lebih
unggul satu tingkat dibandingkan dengan pemuda
lawannya. Terdengar kakek tua itu berteriak keras:
"Hey bocah muda cepat lemparkan Loo-hek kedalam air
telaga... cepat lakukan jangan terlambat"
Pada waktu itu Lam-kong Pak sedang mengerahkan
segenap kekuatan yang dimilikinya untuk melayani musuh.
dengan susah payah ia berhasil mempertahankan diri
sehingga tidak sampai dikalahkan, tentu saja dalam
keadaan begitu tiada kesempatan baginya untuk
melemparkan ular hitam itu kedalam air telaga.
Maka setelah mendengar terlakan tersebut, ia balas
berteriak dengan suara lantang: "cianpwee aku tak mampu
untuk melakukannya"
"Hey bocah muda." kembali kakek tua itu berteriak keras
"bagaimana pun juga engkau harus berusaha untuk
melepaskan Loo-hek kedalam air telaga, sebab kalau tidak
begitu maka cepat atau lambat Kita berdua bakal mampus
diujung senjata payung mustika itu"
Lam-kong Pak sendiripun menyadari akan hal itu, jika
pertarungan berlangsung agak lama akhirnya toh ia
sendiripun bukan tandingan.
Berpikir akan hal ini. pemuda tersebut segera membentak
keras, secara beruntun dia lancarkan tiga jurus pukulan
yang mematikan, memaksa bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng terdesak mundur dua langkah
kebelakang. Menggunakan kesempatan disaat pihak lawan terdesak
kebelakang Lam-kong Pak segera mencungkil ujung senjata
tanduk naganya kebawah dan melemparkan tubuh ular
hitam raksasa tersebut kedalam kolam.
"Plungg.." ular raksasa berwarna hitam tadi segera
tercebur kedalam kolam air.
Bintang yang bertaburan diangkasa sendiri tak mau
lepaskan kesempatan baik itu dengan begitu saja jurus2
mematikan dilancarkan secara ber-tubi2 memaksa Lamkong
Pak harus mundur beberapa langkah kebelakang.
"Hey bocah muda cepat pancing bangsat itu datang
kemari" kembali iblis matahari berteriak keras.
Lam-kong Pak tahu bahwa kakek tua itu hendak
menggunakan tenaga gabungan dari mereka berdua untuk
merobohkan Bintang yang bertaburan diangkasa, tapi ia tak
tega berbuat demikian sebab pemuda itu tahu kalau kakek
tua tersebut telah menderita luka parah.
Melihat sianak muda itu sama sekali tak mau menuruti
kemauannya kakek iblis matahari segera membentak keras:
"Bocah muda. kalau engkau tak mau menuruti
perkataanku maka akhirnya akan merasa menyesal. ayoh
cepat bawa orang itu kemari"
Terpaksa Lam-kong Pak harus mengikuti kehendak
kakek tua itu. sambil bertempur dia mundur terus kearah
tiang batu tersebut.
Dengan adanya siasat tersebut maka Bintang yang
bertaburan diangkasa tak dapat mencari keuntungan lagi.
dari belakang Iblis Matahari melancarkan serangan maut
kearahnya, sedangkan dari depan Lam-kong Pak mendesak
dirinya dengan serangkaian ancaman maut.
Kendatipun daya pengaruh yang terpancar keluar dari
payung sengkala luar biasa dahsyatnya, namun sukar juga
baginya untuk menangkan serangan gabungan dari dua
orang jago lihay tersebut.
Walaupun Iblis matahari sendiri sudah menderita luka
yang cukup parah, tetapi setiap babatan telapaknya masih
terap menghasilkan angin pukulan yang mengerikan, hal ini
membuat Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng harus mengerahkan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk melakukan perlawananKurang lebih seratus gebrakan kemudian, angin pukulan
yang dilancarkan iblis matahari sudah tidak sedahyat dan
selihay tadi lagi darah segar yang mengucur keluar dari
tubuhnya kian lama kian bertambah deras, membuat
kesehatannya makin menyusut dan badannya makin lemah.
Lam-kong Pak merasa amat terperanjat, ia tahu karena
kakek tua itu harus duduk diatas tiang batu yang mendapat
getaran keras, sisi batu cadas yang tajam telah menggesek
tubuhnya membuat luka yang bermunculan ditubuhnya
kian lama kian bertambah banyak. jika Keadaan ini
dibiarkan terus maka lama kelamaan orang tua itu akan


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kehabisan darah dan akhirnya binasa.
Terpaksa Lam-kong Pak harus melancarkan serangannya
jauh lebih hebat dan gencar untuk mengurangi daya
tekanan pada diri kakek tua itu. namun keadaan tersebut
pun hanya bisa bertahan untuk sementara waktu, ia merasa
dengan cara begini paling banter ia cuma bisa bertahan
sebanyak seratus sampai dua ratus gebrak lagi.
Disaat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar ombak
memecahkan ditepian kolam, Ular hitam yang amat besar
tahu2 munculkan diri dari dalam air dan meluncur diatas
batu karang dari dalam mulutnya membawa sebutir telur
ikan. "Sreeet.. .sreet... lambung dari perut ular tersayat oleh
ujung batu yang runcing hingga terluka dan mengucurkan
darah namun ular hitam itu sama sekali tak ambil perduli
dia langsung mendekati kakek tua itu.
Dalam hati Lam-kong Pak merasa hormat dan kagum
sekali dengan kesetiaan ulaar hitam itu, ia tak menyangka
binatang jauh lebih bisa dipercaya dari pada manusia,
Setelah tiba dihadapan kakek tua itu. ular hitam tersebut
menjulurkan kepalanya mendekati mulut kakek tua itu. iblis
matahati segera membuka mulutnya dan menelan dua butir
telur ikan yang disodorkan kepadanya itu.
Sisa telur ikan yang masih berada dimulut ular hitam itu
segera ditelan kedalam perut, tak lama kemudian luka
diatas lambung dan perut ular itu sembuh kembali,
sementara kekuatan tubuh kakek tua itupun telah pulih
seperti sediakala.
Dengan begitu maka sekarang Bintang yang bertaburan
diangkasa harus menghadapi tiga orang jago sekaligus,
serangan2 yang dilancarkan ular hitam raksasa itu tak kalah
hebatnya dengan serangan seorang jago lihay, tubuhnya
melengkung dan meluncur dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat dia khusus menyerang tubuh bagian bawah,
sergapan2 kilat secara acak ini benar2 merupakan suatu
ancaman yang sukar diduga.
Setelah pertarungan beberapa saat lamanya. Bintang
yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng mulaisadar
bahwa usahanya kali ini menemui kegagalan, apa bila
pertarungan tersebut dilanjutkan niscaya dia sendiri yang
bakal celaka. Maka secara tiba2 ia membentak keras secara beruntun
dia lancarkan beberapa buah pukulan berantai yang
memaksa mundur musuh2nya, menggunakan kesempatan
itu dengan cepat ia loncat keluar dari hutan batu cadas itu
dan lenyap dibalik mulut gua. Melihat musuhnya kabur,
Lam-kong Pak segera bertanya:
"Tanpa bantuan dari ular hitam tersebut. masa dia dapat
melarikan diri dari gua ini?"
"Engkau lupa kalau dia mempunyai payung sengkala
yang bisa membawa tubuhnya membumbung tinggi
keangkasa ?" sahut iblis matahari dengan cepat.
Dengan keterangan tersebut Lam-kong Pakpun jadi
sadar, teringat olehnya kalau payung sengkala palsu pun
bisa membawa tubuhnya membumbung tinggi keangkasa,
apa lagi payung mustika itu adalah payung yang asli. bisa
dibayangkan sampai dimanakah kehebatannya .
Tiba2 Lam-kong Pak merasa amat terperanjat, serunya:
"cianpwee. aku harus segera naik keatas, karena tiga
orang cianpweeku masih menunggu kedatanganku didepan
gua, andaikata mereka sampai berjumpa dengan gembong
iblis itu, mungkin nasibnya bakal celaka.."
"Baik biarlah loo-hek menghantar kau keluar dari sini,
menurut pengamatanku, setelah engkau makan Tok See-lek
mungkin belum ada waktu untuk melatih diri dan melebur
kekuatan tersebut kedalam tenaga dalammu, maka
tambahan hawa murni yang kau peroleh masih terbatas
sekali kalau tidak kendatipun murid durhaka itu membawa
payung sengkala, belum tentu dia bisa mengalahkan
dirimu?" "Sampai sekarang aku masih belum punya waktu untuk
melatih diri, tapi setelah semua urusan beres, akupasti akan
mencari suatu tempat yang terpencil untuk melatih diri."
"Bocah muda. lain hari engkau tak usah datang kemari
lagi. sebab tak lama kemudian akupun akan tinggalkan
dunia yang penuh dengan dosa ini.. ."
"cianpwee, bukankah engkau tetap sehat wal'afiat?" seru
Lam-kong Pak dengan hati terperanjat, "apa lagi ditempat
ini terdapat telur ikan yang bisa maneruskan usia hidupmu,
kenapa secara tiba2 engkau hendak ambil keputusan
pendek?" "Siksaan dan penderitaan yang dialami kami bertiga
boleh dibilang merupakan suatu penderitaan yang tak
pernah dialami oleh orang kuno manapun generasi-generasi
yang akan datang. kami bisa hidup sampai sekarang bukan
hanya disebabkan mengandalkan kemujarapan telur ikan
belaka. tapi sebab yang terutama adalah karena kami masih
menpunyai harapan dan keinginan untuk mempertahankan
hidup kami ini, kami hendak menunggu kedatangan
seseorang ketempat ini untuk menyelesaikan cita2 kami
yang belum sempat terwujud. sekarang engkau telah
menyangupi diriku untuk membersihkan perguruan kami
dari murid murtad tersebut, aku percaya apabila engkau
mau melatih diri secara baik2 maka suatu ketika Bintang
yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng dapat kau
bunuh. oleh sebab apa yang kuharapkan sudah terkabul,
maka tak lama kemudian keadaanku akan mirip lampu
lentera yang kehabisan minyak. dan akhirnya ajalku akan
tingga Ikan dunia yang penuh dosa ini untuk selama2nya"
Lam-kong Pakjadi teramat sedih, tanpa sadar dua baris
air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
"Apa yang telah aku sanggupi pasti akan kulaksanakan
se-baik2nya, kendatipun hatus terjun kelautan api atau
menyebrangi hutan pedang, apa lagi Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng adalah musuh umum
dan dunia persilatan, kendatipun kekuatan yang kumiliki
terbataspun aku pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga"
"Baik. aku percaya dengan ucapanmu, sekarang
berangkatlah tinggalkan tempat ini "
"Seandainya cianpwee benar2 sudah berangkat
tinggalkan dunia ini. satu bulan kemudian aku pasti akan
datang kembali kesini untuk menyelesaikan lelayon dari
Cianpwee..."
"Tak usah. aku sendiri dapat mengatur segala sesuatunya
bagi diriku sendiri" Dia segera bersiul nyaring, ular hitam
raksasa itu meluncur kemulut gua dan merendahkan
tubuhnya. Sekarang Lam-kong Pak tidak takut lagi dengan binatang
itu. ia segera lompat keatas kepala ular itu, dan didalam
sebuah hentakan keras tubuhnya segera meluncur ketengah
udara dan melayang keluar dari mulut gua tesebut.
Setibanya diluar gua, dengan suatu gerakan yang cepat
bagaikan sambaran kilat dia lari keluar dari goa itu, namun
tiada sesosok bayangan manusiapun ditemukan diluar gua,
diatas permukaan tanahpun tidak kelihatan tanda2 seperti
bekas pertarungan- hal ini sangat mencengangkan hatinya.
Dalam hati kecil, pemuda itu segera berpikir:
"Tak mungkin ketiga orang cianpwee itu tinggalkan aku
seorang diri ditempat ini, apalagi berlalu tanpa memberi
kabar lebih dahulu, mungkinkah mereka telah dicelakai
oleh Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng?""
Tetapi dengan cepat pula jalan pikiran tersebut terbantah
olehnya sendiri, ia tahu tenaga dalam yang dimiliki Ketiga
orang cianpwee tersebut separuh bagian telah pulih
kembali, meskipun dengan tenaga gabungan mereka bertiga
belum tentu bisa menangkan musuhnya yang tangguh,
tetapi merekapun tidak akan sampai dicelakai olehnya.
Setelah keluar dari lembah terpencil itu Lam-kong Pak
kabur menuju keatas sebuah bukit yang tinggi, sorot
matanya yang tajam segera mengawasi daerah sekeliling
tempat itu dengan seksama.
Tiba2. . .dari balik sebuah lembah terpencil menggema
suara bentakan2 keras disusul berkumandangnya deruan
angin2 pukulan.
Lam-kong Pak sadar suatu pertarungan yang amat seru
pasti sedang berlangsung, cepat- cepat ia lari turun dari atas
bukit dan menuju kearah lembah terpencil dimana suara
bentakan dan deruan angin pukulan berasal. . . .
Setibanya dimulut lembah sianak muda itu nampak agak
terperanjat rupanya dia saksikan orang2 yang sedang
bertempur seru itu bukan lain adalah tiga orang locianpwee
serta ketua perkumpulan Bulu hijau yang ampuh itu.
Sebutan Ketua perkumpulan bulu hijau mulai sekarang
harus diganti dengan nama sebenarnya, sebab dia bukan
lain adalah suami dari cu Hong Hong yakni Sian-yan Peng.
Ia munculkan diri dengan paras muka aslinya, waktu itu
jago tua she Sian-yan tersebut sedang terlibat pertarungan
yang amat seru melawan jago angin geledek Lam-kong Liu,
sementara Lu It Beng serta oei ci-hu berdiri kurang lebih
tiga tombak dari gelanggang sambil mengikuti jalannya
pertarungan itu dengan seksama.
Lam-kong Pak merasa serba salah dengan tenaga dalam
yang dimilikinya saat ini pemuda itu percaya bahwa Sianyan
Peng sudah bukan tandingannya lagi. akan tetapi ia tak
dapat menyerang orang itu, sebab ketua perkumpulan bulu
hijau itu pernah selamatkan jiwanya dari ancaman maut.
Kendatipun musuh bebuyutannya adalah ayah
kandungnya sendiri Lam-kong Pak sadar tak mungkin
baginya untuk mencampuri urusan tersebut apa lagi
melibatkan diri dalam pertarunganSementara itu oei ci-hu serta Lu It Beng kelihatan sangat
gelisah sekali merekapun tak bisa ikut melibatkan diri
dalam pertarungan tersebut, keadaan dari kedua orang jago
tua itu ibarat semut yang berada diatas kuali panas...panik
tapi tak bisa berbuat apa- apa.
suatu ketika tiba2 oei ci-hu berteriak dengan suara
lantang: "Sian-yan peng apa yang terjadi dimasa lampau
kesemuanya cuma kesalah pahaman belaka, cepatlah
hentikan serangan2mu itu janganlah dikarenakan perbuatan
itu membuat sanak keluargamu jadi menyesal dan sedih
sepanjang masa, . .Hey, Sian-yan Peng .. hentikan
pertarungan, aku akan jelaskan duduknya persoalan hingga
jelas" "oei ci-hu" sahut Sian-yan Peng dengan suara yang
dingin dan ketus, "lebih baik tutup mulutmu yang bau dan
tak usah banyat bicara yang tak karuan, sebentar lagi aku
masih akan bikin perhitungan dengan engkau bersiapsiaplah
untuk menantikan saat ajalmu "
"oooh...hooo. . .lebih baik lagi kalau engkau hendak
bikin perhitungan dengan diriku" teriak 0ei ci-hu dengan
suara lantang, "aku harap sebelum perhitungan dibikin
sudilah kiranya engkau dengarkan dulu penjelasanku ini"
"Kalau mau bicara, tunggu saja sampai salah satu
diantara kami berdua keluar sebagai pemenang, sekarang
percuma kalau kau ingin bicara karena aku tak sudi untuk
mendengarkannya "
"Blaamm .. Blaamm... Blaammm..." tiga pukulan
berantai menghasilkan tiga benturan keras yang amat
memekikan telinga...
Lam-kong Liu terdesak hebat, hingga tubuhnya
terdorong mundur sejauh dua langkah kebelakang,
Rupanya hawa murni yang dimilikinya belum pulih
kembali seperti sedia kala, hal ini membuat jago tua tersebut
tak mampu menandingi ketangguhan musuhnya.
Manusia yang suka pelancongan Lu It Beng ikut buka
suara, ujarnya dengan suara hambar:
"Sian-yan Peng, siau-te ada sepatah dua patah kata yang
terasa mengganjal dalam tenggorokan, apabila tidak
kuutarakan keluar, karena itu mau tak mau terpaksa harus
kuucapkan juga . meskipun Lamkong-heng ada dendam
dan sakit hati dengan dirimu, sepantasnya kalau persoalan
ini diselesaikan secara adil dan tidak berat sebelah, sekarang
tenaga dalam yang dimilikinya belum pulih kembali seperti
sedia kala, sekalipun dalam pertarungan nanti engkau
berhasil menangkan dirinya, namun kemenang an tersebut
tidak adil, apakah engkau tak takut ditertawakan orang?"
Mendengar seruan tersebut, tiba2 Sian-yan Peng tarik
kembali serangannya dan mundur tiga langkah kebelakang,
tegurnya dengan suara lantang:
"Lam-kong Liu sampai kapan tenaga dalammu baru
pulih kembali seperti sedia kala?"
"Sekarangpun tenaga dalamku telah pulih kembali
seperti sedia kala." jawab Lam-kong Liu cepat. "engkau tak
usah dengarkan siasat menunda pertarungan dari mereka
berdua." Sian-yan Peng segera tertawa dingin.
"Heeehhh-heeehhh-heeehh... kejantanan dan
kegagahanmu memang patut dipuji, aku orang Sian-yan
Peng punya keyakinan bisa menangkan dirimu, rasanya
akupun tak usah mencari keuntungan disaat orang lain
sedang lemah, persoalan diantara kita berdua akan
kuselesaikan satu bulan mendatang."
Setelah berhenti sejenak tiba2 ia berpaling kearah Awan
hitam pengejar rembulan herdiknya:
"oei ci-hu apakah saat ini tenaga dalammu sudah pulih
kembali seperti sedia kala?"
"Tenaga dalamku tak pernah hilang ataupun berkurang
kalau ingin bertempur silahkan saja turun tangan aku sudah
bersiap sedia untuk melayani dirimu"
"Bagus sekali bagaimanapun juga aku toh cuma ingin
adu kepandaian saja dengan dirimu... Nah sebelum
pertarungan dilangsungkan aku hendak mengajukan satu
pertanyaan dahulu kepadamu, kenapa secara diam2 kau
sergap diriku dimasa yang silam" sebetulnya apa
maksudmu?"
"Waaduuh... maksud baik dianggap berhati jahat.., air
susu dibalas dengan air tuba, ketahuilah dimasa lampau
secara kebetulan aku telah menemukan ada dua orang tamu
tak diundang yang sangat misterius menyelundup kedalam


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rumahmu, aku segera menguntil dibelakang mereka secara
diam2 sungguh tak nyana maksud baikku telah kau salah
artikan engkau anggap maksud kedatanganku kerumahmu
tempo hari adalah untuk mencuri kitab payung sengkala"
dalam kenyataan kitab pusaka itu telah dirampas oleh Sun
Han Siang"
"omong kosong" hardik Sian-yan Peng dengan penuh
kegusaranoei ci-hu balas tertawa dingin"Heeehhh-heeehhh-heeehhh...kalau tidak perCaya yaa
sudahlah bagaimanapun juga aku tahu kalau dalam hati
kecilmu sebetulnya telah tersimpan segumpal rasa dongkol
yang telah dipendam selama puluhan tahun lamanya dan
engkau hendak mencari orang yang cocok untuk
melampiaskan rasa mangkelmu itu. ayoh majulah akan
kusambut semua serangan yang hendak kau lontarkan"
"Tunggu sebentar" tiba2 terdengar bentakan nyaring
berkumandang datang dari arah mulut lembah.
Lam-kong Pak dengan suatu gerakan tubuh yang sangat
cepat menerobos masuk kedalam lembah sesudah meluncur
keatas permukaan tanah serunya kembali dengan suara
lantang: "Sian-yan cianpwee harap jangan turun tangan lebih
dahulu, sedikit banyak aku yang muda telah mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya"
sian-yan Peng berpaling setelah mengetahui siapa yang
datang ia segera tertawa dingin serunya.
"Hey bocah muda apakah engkau hendak mencampuri
urusan ini" ayoh cepat jawab"
"Aku yang muda tak berani mencampuri urusan yang
tidak menyangkut akan diri, aku hanya ingin mengatakan
bahwa sedikit banyak aku yang muda berhasil mengetahui
tentang duduk persoalan yang sebetulnya..^"
la berhenti sebentar. setelah termenung sejenak kembali
pemuda itu melanjutkan kata2nya:
"Ketika terjadinya pertarungan seru antara ibuku
melawan cu cianpwee dimasa silam. orang yang telah
menghantam tubuh cu cianpwee sehingga terjatuh kedalam
jurang adalah Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng, orang yang menyergap ayahku adalah Kakek ombak
menggulung..."
"Lalu siapakah yang telah menyerang diriku?" sela Sianyan
Peng dengan suara keras. "Perbuatan itu dilakukan oleh
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng"
"Darimana engkau bisa mengetahui akan peristiwa ini?"
"Kakek ombak menggulung yang menceritakan sendiri
persoalan itu kepadaku" Sian-yan Peng segera mendengus
dingin- "Hmm bagaimanapun juga , persengketaan antara diriku
dengan Lam-kong Liu tak bisa disudahi dengan begitu saja,
satu bulan kemudian aku akan menyelesaikan persoalan ini
se-adil2nya. Nah selamat tinggal."
Tanpa membuang waktu banyak lagi ia segera enjotkan
badan dan meluncur keluar dari lembah tersebut.
Menjaksikan kekerasan kepala orang itu oei ci-hu
gelengkan kepalanya berulangkali.
"Aaai.. orang kuno berkata: dendam karena Cintajauh
lebih dalam daripada dendam pribadi. perkataan itu sed
ikitpun tidak salah, kalau dilihat dari duduk persoalan ini
semua terjadi terletak pada diri Sun Han Siang, dialah bibit
bencana yang mengakibatkan terjadinya semua peristiwa
ini, orang kuno mengatakan: Wanita adalah racun dunia
sekarang aku baru perCaya bahwa ucapan itu memang
sedikitpun tidak keliru....."
"oei cianpwee engkau tak boleh menghina ibuku." seru
Lam-kong Pak dengan nada penasaran, "dia toh sama sekali
tidak salah dalam peristiwa ini."
Kembali oei ci- hu tertawa dingin"Heeehh..heeehh..heeehh.. bocah muda, apa yang kau
ketahui" dimasa lampau ibumu juga bukan seorang
perempuan sejati dari kalangan lurus, kalau tidak percaya
boleh tanyakan sendiri kebenaran ucapanku ini dari
ayahmu" Tanpa sadar Lam-kong Pak berpaling kearah ayahnya.
Lam-kong Liu menghela napas panjang, ujarnya^
"Seandainya dikatakan bahwa ibumu adalah seorang
jahat, tentu saja aku tak akan membenarkan perkataan itu
tapi dalam kenyataan dia mmemang berhati keji dan
telengas. entah selama ia jadi pemilik Pengadilan dunia
persilatan- entah berapa banyak jago lihay dari kalangan
lurus maupun kalangan sesat yang menemui ajalnya
diujung telapak tangannya. mungkin jumlah korban yang
mampus sudah mencapai ratusan orang banyaknya..."
Lam-kong Pak membungkam dalam seribu bahasa. ia
percaya apa yang diucapkan ayahnya sudah pasti tak bakal
salah, sebab sewaktu berada dalam pertemuan besar untuk
memperebutkan urutan nama besar. ia pernah rasakan pula
akan kekejian ibunya, hal itu menunjukan bahwa perbuatan
ibunya dimasa lampau bukanlah suatu perbuatan yang
betul. Sesudah berdiam beberapa saat Lam-kong Pak segera
alihkan pokok pembicaraan kearah lain katanya:
"Apakah cianpwee bertiga sudah berjumpa dengan
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng?"
"Tidak." jawab oei ci-hu sambil menggeleng. "baru saja
engkau masuk kedalam gua, Sian-yan Peng telah muncul
disana maka kami segera mengikuti dibelekangnya
berangkat kelembah ini?"
Lam-kong Pak termenung sebentar kemudian iapun
menceritakan semua kejadian yang baru saja dialaminya
didalam gua mulut gunung berapi,
Mendengar kisah tersebut ketiga orang kakek tua itu
menghela napas tiada hentinya, mereka ikut beriba hati atas
kejelekan nasib yang dialami iblis matahari, iblis rembulaniblis
bintang. Terdengar oei ci-hu berkata:
"Sungguh tak kusangka pada akhir hidupnya tiga bintang
bertangan iblis dapat tobat dari kesalahannya dan kembali
kejalan yang benar, sayang nasib mereka memang jelek
sehingga harus mengalami akhir yang mengenaskan...
terutama payung sengkala itu sudah terjatuh ketangan
gembong iblis tua. entah kejahatan dan kekejian apa lagi
yang dia lakukan dikolong langit..."
"cianpwee bertiga tenaga dalam yang kalian miliki masih
belum pulih kembali seperti edia kala. kalian harus mencari
tempat yang terpencil untuk baik2 melatih diri,sehingga
kekuatan kalian bisa pulih kembali seperti sedia kala.
khususnya untuk bersiap sedia menghadapi Sian-yan
cianpwee serta Bintang yang bertaburan diangkasa Liok
Hoa Seng.. Sekarang aku yang muda ingin mohon diri
terlebih dahulu. aku hendak pergi mencari ibuku serta
rekan2 lainnya"
"Pergilah..." sahut oei ci-hu, "sekarang kami telah
menggunakan khasiat dari ilmu hipnotis Tong-bin-toa-hoat
untuk mengembalikan hawa murni kami yang hilang, aku
percaya tak lama kemudian seluruh kekuatan yang kami
miliki telah pulih kembali seperti sedia kala. Nah sampai
jumpa kembali satu bulan mendatang dikota Lok-yang."
Setelah berpamitan dengan ketiga orang kakek tua itu.
berangkatlah Lam-kong Pak, menigggalkan lembah terebut,
ia tak tahu kemana harus pergi mencari jejak dari Sun Han
Siang sekalian. dia kuatir kalau sampai ibunya sekalian
berjumpa dengan Bintang yang bertaburan diangkasa Liok
Hoa Seng. sebab dengan kekuatan gabungan dari beberapa
orang itu belum tentu bisa menandingi kedahsyatan ilmu
silat yang dimiliki iblis tua itu. apa lagi payung sengkala
benda mustika yang maha dahsyat itu sudah terjatuh
ketangannya. Setelah melakukan pencarian yang seksama. disekeliing
lembah terpencil itu. Lam-kong Pak baru berangkat menuju
kekota Kay- hong.
Setelah masuk kedalam kota, ia lihat diujung sebuah
jalan raya terdapat sebidang tanah lapang yang sedang
dikerumuni orang banyak. suasana ramai sekali.
Rupanya hari itu adalah hari baik buat mereka, suasana
didalam kota penuh sesak dengan beraneka macam jualanAda yang pasang tenda untuk melihat nasib. ada yang
mengadakan atraksi silat, ada yang jual silat, jual cerita
serta pelbagai macam permainan.
Sambil ber-desak2an diantara kerumunan orang banyak.
Lam-kong Pak melanjutkan perjalanannya masuk kekota.
Tiba2 disisi jalan kurang lebih satu tombak
dihadapannya, ia saksikan ada dua orang manusia sedang
menjalankan praktek lihat nasib, perawakan tubuh mereka
sangat menyolok dan lain daripada keadaan manusia biasa.
Yang tinggi dan kurus bagaikan sebuah bambu, dengan
badan ibaratnya kulit pembungkus tulang duduk dibelakang
sebuah meja. Sedang yang lain pendek dan gemuk bagaikan
buah beligo, perutnya buncit dengan panca indranya
hampir berdempetan satu sama lainnya.
Dagangan mereka berdua nampak agak sepi karena
orang2 yang berkumpul disekitar tempat itu lebih banyak
yang tertarik untuk melihat atraksi dari pada melihat nasib.
Dlam2 Lam-kong Pak mendesis, ia kenali dua orang
manusia berbentuk aneh itu sebagai "Hey-thian-siang-sat"
tetapi berhubung paras muka mereka sudah dirubah
sedemikian rupa maka andaikata bukan orang yang sangat
mengenal diri mereka, sulit untuk mengetahui indentitas
mereka yang sebenarnya.
Tiba2... dari balik kerumunan orang banyak muncul dua
orang manusia, satu pria yang lain perempuan.
Mereka bukan lain adalah "Hek teng-tui-hun" lampu
hitam pengejar nyawa Leng cing ciu serta Janda kawin
tujuh kali Pui Kun.
Menyaksikan kemunculan dua orang manusia itu, Lamkong
Pak segera gelengkan kepalanya berulang kali, dalam
hati ia berpikir.
"Sungguh tak kusangka perempuan lonte yang tak tahu
ketuaan dirinya itu berhasil menggaet lampu hitam pengejar
nyawa.. Aaaai,. entah apa maksud dan tujuan mereka
datang kemari?"
Sementara ia masih termenung memikirkan persoalan
itu. tampaklah catatan mati hidup telah menggapai kearah
lampu hitam pengejar nyawa sambil berseru, "Eeeei.. yaya
yang itu silakan datang kemari untuk ber-cakap2 menurut
nasib yang tertera diatas wajahmu dalam tiga hari
mendatang engkau bakal ketimpa bencana besar."
Lampu hitampengejar nyawa Leng cing ciu segera
mendengus dingin sahutnya: "Hmm aku tidak perCaya
dengan segala macam omong kosong dari kalian penipu2
ulung" "Yaya kalau engkau tidak perCaya maka dikemudian
hari kaupasti akan menyesal sekali, mumpung sekarang
belum terlambat kami bisa tunjukan jalan terang untuk
menghindari bencana besar itu."
Perkataan yang sangat menarik hati ini segera
menggerakkan hati Lampu hitam pengejar nyawa, ia
mendekati tanda tersebut seraya bertanya: "Bagaimana
caranya untuk menghindarkan diri dari bencana besar itu?"
= =oooooooooo= =
"ASAL engkau bersedia membayar dua puluh tahil perak
aku akan mewakili dirimu untuk panjatkan doa dan
memohon pengampunan dalam kuil shia- hong-bio
kemudian akan carikan pula seorang pengganti untuk
mewakili dirimu menemui kematian, dengan jalan begitu
maka bencana besar akan terhindar dari tubuhmu." oceh
catatan mati hidup.
Pada saat yang bersamaan Hek sim wangwee atau
hartawan berhati keji sedang menggapai kearah Janda
kawin tujuh kali sembari berseru.
"Eeei.., nona kemarilah sebentar aku lihat bintang
kesialan telah memancar diatas wajahmu, ancaman
kematian sudah berada didepan mata kalau engkau tidak
cepat2 cari jalan keluar maka jiwamu pasti akan melayang,
tapi nona tak usah kuatir aku punya cara untuk selamatkan
jiwamu. " "Huuh... omong kosong ngaco belo jangan sembarangan
omong yaa.. aku akan kawin lagi masa ada bencana
kematian diambang pintu" mungkin kau salah lihat bintang
terang kau katakan bintang kesialan-"
"Aku adalah ong Poan Sian (ong setengah dewa)"
Hartawan berhati keji memperkenalkan, "diriku bisa
melihat kejadian yang sudah lewat dan meramalkan
kejadian yang akan datang, kalau kutinjau dari alis wajah
nona secara beruntun engkau harus kawin dengan dua belas
orang suami dengan begitu hidupmu baru bisa terjamin
sampai akhir tua nanti betul tidak apa yang kuucapkan-"
"coba lihat sampai sekarang aku sudah pernah kawin
berapa kali" kalau engkau bisa menjawab secara tepat aku
baru akan mempercayai perkataanmu."
Hartawan berhati keji putar sepasang biji matanya
mulutnya pura2 berkemak-kemik sedang jari tangannya
seperti lagi menghitung, akhirnya ia berkata:
"Menurut perhitunganku tak lama kemudian nona akan
kawin dengan suamimu yang kedelapan-"
Mendengar jawaban tersebut, sekujur badan Janda kawin
tujuh kali bergetar keras
"Wuoo engkau benar2 setengah dewa, perkataanmu
memang tidak keliru barusan engkau katakan bintang
kesialan sudah berada didepan mata, coba terangkan dulu
berdasarkan apa engkau mengatakan demikian?"
"Harap nona serahkan dulu dana sekedarnya buat
ongkos, kemudian dengan se-jelas2nya akan kubeberkan
semua kesialan yang bakal menimpa diri nona, andaikata
ramalanku tidak cocok maka bukan saja uangnya kembali,
bahkan engkaupun boleh mengobrak-abrik tendaku ini."
Akhirnya Janda kawin tujuh kali terpancing juga oleh
perkataannya, ia segera bertanya:
"Berapa tahil perak yang kau butuhkan sebagai dana ?"
"Aku tahu dalam saku nona terdapat banyak sekali uang
perak. apa lagi persoalan ini menyangkut usia serta


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kehidupan nona, karena itu ongkosnya pun harus berlipat
ganda, bagaimana kalau nona bayar dulu empat puluh tahil
perak?" Janda kawin tujuh kali Pui Kun adalah salah seorang
diantara tiga manusia paling miskin didunia persilatan
dalam sakunya saat itu paling banyak cuma ada tujuh
delapan puluh tahil perak belaka ongkos yang dimintanya
sangat tinggi, ia jadi sayang dansakit hati, sambil tertawa
dingin segera ujarnya:
"Huuh,.. mahal amat ongkos yang musti kubayar ogah
aku lebih baik tak usah saja."
"Kalau toh nona tidak ingin menghindari bencana besar
yang berada didepan mata akupun tak akan terlalu
memaksa kehendakmu silahkan nona berlalu dari sini"
Walaupun dalam hati Janda kawin tujuh kali merasa
sayang untuk membuang uang sebesar itu tetapi diapun
agak menguatirkan nasib sendiri terutama setelah
didengarnya bencana besar telah berada didepan mata,
akhirnya dengan perasaan berat dia berkata:
"Begini saja bagaimana kalau engkau beri sedikit
potongan buat aku" anggap saja sebagai korting?"
"Tidak kurang setengikpun aku tak sudi bicara, lebih baik
coba pergi saja dari sini."
Janda kawin tujuh kali jadi gemas bercampur
mendongkol teriaknya keras2:
"Bagaimana kalau tiga puluh tahil perak saja" tentunya
engkau tidak merasa keberatan bukan?"
"Selamanya aku setengah dewa tak pernah menawarkan
dan tak sudi ditawar kalau orang keberatan Untuk keluar
uang lebih baik cepat2lah berlalu dari sini dari pada
kehadiranmu terus menerus ditempat ini akan mengganggu
kelancaran usahaku."
Dengan gemas mendongkol dan penasaran apa boleh
buat, Janda kawin tujuh kali ambil keluar empat puluh tahil
perak dan di banting keatas meja, serunya dengan jengkel^
"Nah, ambillah uang itu ayoh cepat katakan bencana
besar apa yang sedang mengancam nonamu?"
Dengan sangat ber-hati2 Hartawan berhati keji
masukkan uang perak itu kedalam sakunya kemudian
menjawab: "Setelah mengambil harta kekayaan orang lain sudah
menjadi kewajibanku untuk lenyapkan bencana orang.
selamanya ramalan2 sakti dari aku ong setengah dewa tak
pernah meleset, orang yang hendak nona kawini sekarang
seharusnya adalah seorang manusia kenamaan dalam
kolong langit, orang itu sudah pasti bukan rekan yang
melakukan perjalanan bersama dirimu tadi"
Janda kawin tujuh kali segera tertawa dingin.
"Heeehh-heeehh-heeehhh...ramalanmu keliru besar
nonamu telah...."
Hartawan berhati keji tersenyum. tukas dengan cepat.
"Nona berwajah cantik dan suka menghibur diri dengan
segala macam kesenangan kalau cuma begitu saja sih belum
terhitung sebagai suatu perkawinan. sebab kalau begituan
pun dianggap sebagai suatu perkawinan mungkin nona
sudah pernah kawin ber-ratus2 kali banyaknya."
"Jadi maksudmu, aku bakalan menikah dengan seorang
manusia yang luar biasa sekali?"
"Betul kalau nona adalah seorang jago yang pernah
belajar ilmu silat, maka engkau bakal kawin dengan seorang
jagoan lihay dari kolong langit, ramalanku ini sudah pasti
Kisah Sepasang Rajawali 17 Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Pedang Pembunuh Naga 11

Cari Blog Ini