Ceritasilat Novel Online

Kemelut Blambangan 3

Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


Mendengar ini, Warok Suro Badak tersenyum menyeringai, akan tetapi pandang matanya mengandung keheranan, "Apa yang kau bicarakan ini" Aku tidak menculik anakmu!"
"Warok Suro Badak!" Ki Cangak Awu
membentak marah. "Jangan bertindak dan bersikap pengecut! Engkau tidak berhasil menyerbu Jatikusumo, lalu menculik anakku yang tidak mengerti apa-apa, itu sudah merupakan tindakan curang dan pengecut. Kini engkau menyangkal, itu sikap pengecut yang tidak tahu malu! Hayo katakan, di mana anakku?"
"Lebih pengecut lagi kalian menyerang kami dengan tembakan yang curang!" sambung lagi Nyi Pusposari. "Hayo cepat kembalikan anakku!"
"Kalian gila!" bentak Warok Suro Badak.
"Kami tidak pernah menculik anak kalian! Tentu saja aku menyangkalnya. Aku bukan pengecut dan kami 173
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com buktikan hari ini kami menantang kalian untuk mengadu kepandaian di tempat ini!"
Suami isteri itu saling pandang. Mereka mulai merasa ragu. Kalau Suro Badak yang menculik anak mereka, tentu dia tidak akan menyangkal. Lalu siapa penculiknya"
"Hemm, Suro Badak. Engkau hendak
menentang kami, akan tetapi diam-diam menyerang dengan senjata api, apakah itu tidak pengecut?"
"Akulah yang menembak!" Laki-laki yang
dipinggangnya terselip dua buah pistol itu berkata lantang, lalu dia tertawa dengan suara tawa yang ngakak dan serak. "Hak-hak-ha-ha! Kalau aku pengecut, tentu peluru-peluruku tadi sudah menyambar tubuh kalian dan yang mati bukan dua ekor kuda kalian, ha-ha-hak-hak-hak!"
Kini Ki Cangak Awu dan isterinya memandang kepada dua orang teman Suro Badak itu dan ketua Jatikusumo itu bertanya, "Siapakah Andika berdua"
Kami tidak mengenal Andika, mengapa Andika membantu Suro Badak memusuhi kami?"
"Ha-ha-ha-hak-hak-hak!" Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak. "Kalian hendak mengenal kami" Aku adalah Arya Bratadewa dari Banten. Kalian tentu mengenal kakak seperguruanku, mendiang Kyai Sidhi 174
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Kawasa! Dan Nimas Ayu ini adalah Ni Candra Dewi, juga seorang tokoh terkenal dari Banten!"
"Hemm, mengapa para tokoh Banten memusuhi kami, membantu gerombolan penjahat yang dipimpin Warok Suro Badak?" tanya pula Ki Cangak Awu penasaran.
"Hek-hek-hek! Perguruan Jatikusumo sejak dulu merupakan pembela-pembela Mataram, musuh kami! Mendiang kakak seperguruanku, Kyai Sidhi Kawasa juga tewas oleh Sutejo, saudaramu. Karena itu, kami mendengar dari Ki Suro Badak dan sengaja menghadang di sini untuk membasmi orang-orang Mataram!"
"Paman Arya, biarlah aku yang menghadapi dua orang Mataram ini!" kata Chandra Dewi. Seperti telah diceritakan di bagian depan, pada saat Candra Dewi terdesak ketika bertanding melawan Maya Dewi, Arya Bratadewa dan anak buahnya muncul dan menolong Candra Dewi dengan tembakan-tembakan mereka sehingga Candra Dewi dapat diselamatkan.
Semenjak peristiwa itu, Arya Bratadewa membujuk Candra Dewi untuk bergabung dan membantu dia sebagai utusan Kumpeni untuk membantu
Blambangan memusuhi Mataram. Kebetulan Arya Bratadewa dan Candra Dewi bertemu dengan Warok 175
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Suro Badak. Karena ingin menarik para warok yang sesat untuk ikut membantu Blambangan, maka mendengar bahwa warok itu memusuhi pimpinan Jatikusumo, Arya Bratadewa mengajak Candra Dewi untuk membantu warok itu menghadapi Ki Cangak Awu dan Pusposari.
Mendengar ucapan wanita cantik berpakaian putih itu, Pusposari melangkah ke depan. "Candra Dewi, kami tidak mempunyai permusuhan pribadi denganmu, akan tetapi kalau engkau memusuhi para pembela Mataram, kami tidak menyangkal bahwa kami adalah pembela-pembela setia Mataram! Engkau hendak membasmi orang-orang Mataram" Maju dan hadapi aku!"
Pusposari adalah puteri angkat mendiang Ki Harjodento, yang dahulu adalah ketua perguruan Nogodento di tepi Bengawan Solo di daerah Ngawi.
Sejak kecil Nyi Pusposari digembleng oleh ayah angkatnya sehingga ia menjadi seorang wanita yang memiliki kesaktian yang cukup tinggi, bahkan tingkat kepandaiannya tidak banyak selisihnya dengan tingkat kepandaian suaminya, Ki Cangak Awu.
Chandra Dewi adalah seorang wanita yang angkuh dan selalu memandang rendah lawan, apalagi kalau lawan itu pria yang memang pada umumnya ia 176
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com benci. Ia memandang Pusposari dengan senyum mengejek. "Engkau ingin mati di tanganku"
Majulah!" kedua tangan Candra Dewi bergerak dan ia telah mengambil senjata kebutan berbulu putih dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mencabut pedang dari pinggangnya. Dengan kedua senjata ampuh ini di tangan, ia memandang kepada Pusposari sambil tersenyum mengejek dan memandang rendah.
"Engkau yang mengganggu dan menantang
kami. Engkau majulah aku sudah siap!" kata Pusposari dan diam-diam ia mencabut kerisnya dan siap untuk bersilat keris Galuh Bajra, yaitu ilmu silat menggunakan keris yang khas dari perguruan Nogodento, juga ia mempersiapkan tenaga sakti Nogodento untuk dipergunakan sewaktu-waktu.
Seluruh tubuhnya, terutama sekali kedua lengannya terisi getaran tenaga Nogodento.
Candra Dewi mengeluarkan dengusan
hidungnya, lalu tanpa peringatan lagi ia sudah menerjang maju, menggerakkan kebutan ditangan kiri disusul sambaran pedangnya. Cepat sekali gerakannya itu. Bulu kebutan putih itu meluncur ke arah kedua mata dan pedang itu menusuk ke arah dada Nyi Pusposari.
177 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Wuuuttt .... singgg ....!"
Pusposari terkejut juga melihat dahsyatnya serangan itu yang datang demikian cepatnya dan membawa angin yang kuat dan pedang itu mendesing nyaring.
Cepat Pusposari miringkan tubuh mengelak dari sambaran bulu kebutan dan menangkis dengan kerisnya ke arah pedang dari samping.
"Tranggg .... singggg ....!"
Pusposari merasa betapa tangannya yang
memegang keris tergetar, akan tetapi ilmu silat kerisnya memang istimewa. Keris yang menangkis dan terpental itu bukan terpental ke belakang, melainkan terpental ke bawah dan menusuk ke arah perut lawan dan tangan kirinya mendorong dengan pukulan sakti Nogodento ke arah dada Candra Dewi.
Kini Candra Dewi yang terkejut. Lawannya itu bukan saja mampu menghindarkan diri dari dua serangannya, bahkan dapat membalas spontan dan seketika dengan serangan keris dan pukulan ampuh yang mengancam perut dan dadanya! Ia melompat ke belakang dengan ringan sehingga serangan balasan Pusposari gagal, lalu secepat kilat Candra Dewi menyerang lagi dengan lebih ganas karena setelah tahu bahwa lawannya memiliki kesaktian ia lalu 178
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menggerakkan seluruh tenaga dan mengeluarkan jurus-jurus terampuh untuk merobohkan lawannya.
Namun, Nyi Pusposari bukanlah lawan yang demikian mudah dirobohkan. Ia melawan dengan penuh semangat. Kerisnya menyambar-nyambar seperti patukan ular berbisa, dan tamparan tangan kirinya dengan Aji Nogodento sungguh merupakan serangan dahsyat. Dua orang wanita ini sudah saling serang dengan serunya.
Sementara itu melihat Candra Dewi sudah menyerang Nyi Pusposari dan dia merasa yakin bahwa sahabat baru yang kini menjadi sekutunya itu pasti akan menang, Arya Bratadewa sudah mencabut sebatang golok dan dia menghadapi Ki Cangak Awu sambil tertawa ngakak, "Hak-hak-hak-ha-ha-ha, Ki Cangak Awu, sekarang bersiaplah engkau untuk mengakhiri hidupmu!"
"Arya Bratadewa, jangan banyak cakap.
majulah kalau engkau berani melawan aku!" Ki Cangak Awu sudah melintangkan senjatanya, sebatang tongkat sebesar lengan yang terbuat dari kayu galih asem, yaitu bagian tengah dari batang asem yang kuat dan keras seperti besi!
"Hak-hak-hak, sambutlah serangan mautku!"
Arya Bratadewa membentak dan goloknya
179 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menyambar, berubah menjadi sinar terang yang dahsyat. Golok itu terputar membuat gerakan di atas, menjadi gulungan sinar kemudian mencuat ke arah kepala Ki Cangak Awu.
"Trang-cringggg ....!!" Dua kali golok
menyambar dan dua kali bertemu dengan tangkisan tongkat Ki Cangak Awu. Ketua Jatikusumo ini memiliki tenaga yang besar. Akan tetapi ternyata lawannya juga kuat sekali sehingga pertemuan dua senjata itu membuat keduanya terdorong mundur dan merasa tangan mereka tergetar. Akan tetapi ternyata kemudian bahwa Ki Cangak Awu masih kalah dalam hal kecepatan gerakan sehingga keadaannnya tidak jauh dari keadaan isterinya yang juga mulai terdesak hebat oleh Ni Candra Dewi.
Melihat dua orang jagoannya mendesak suami isteri pimpinan perguruan Jatikusumo itu, Warok Suro Badak tertawa-tawa gembira. Dia amat membenci pimpinan Jatikusumo. Dia dan Warok Suro Singo memimpin gerombolan mereka menyerbu Jatikusumo karena perguruan itu selalu memusuhi teman-teman mereka yang masuk golongan hitam atau golongan sesat. Selain itu, juga dalam penyerbuan itu, kakaknya, Suro Singo telah tewas di tangan Ki Cangak Awu. Maka ketika bertemu dengan Arya 180
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Bratadewa dan Candra Dewi, dia minta bantuan mereka. Arya Bratadewa tidak menolak karena dia selalu memusuhi orang-orang yang membela Mataram. Sebagai antek Kumpeni, memang tugasnya untuk mengadu domba antara daerah-daerah dengan Mataram. Arya Bratadewa mau membantu Suro Badak dengan perjanjian bahwa Suro Badak akan mengerahkan semua kawannya untuk membantu Blambangan yang hendak memberontak terhadap Mataram.
Biarpun mereka berdua terdesak hebat, namun bukan watak pendekar kalau suami isteri itu menjadi gentar, apalagi berusaha melarikan diri. Mereka melawan mati-matian sehingga amukan mereka berdua itu sedikitnya dapat meredam desakan kedua orang lawan yang memang memiliki tingkat yang lebih tinggi sedikit dibandingkan mereka.
Kalau saja tingkat kepandaian suami isteri pimpinan perguruan Jatikusumo itu lebih tinggi daripada lawan mereka, tentu sudah sejak tadi Arya Bratadewa mempergunakan sepasang pistol yang menjadi andalannya. Akan tetapi kareka dia mampu mendesak Ki Cangak Awu dan Ni Candra Dewi juga dapat mendesak Nyi Pusposari, maka dia tidak mau mempergunakan senjata api itu. Bagi seorang jagoan 181
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com seperti dia tentu akan merasa lebih puas jika mengalahkan lawannya dengan kesaktiannya, bukan dengan senjata api yang hanya dipergunakan kalau keadaan memaksanya.
Kini suami isteri itu sudah terdesak benar.
Mereka berdua hanya mampu melindungi diri dengan elakan dan tangkisan sambil mundur, tidak ada kesempatan untuk membalas serangan lawan yang semakin gencar. Keadaan mereka terancam bahaya dan gawat. Mulai terdengar tawa Arya Bratadewa yang ngakak, menertawakan lawannya.
Ketika suami isteri itu sudah amat gawat keadaannya, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda dan dua orang penunggang kuda membalapkan kuda mereka menuju ke tempat pertandingan itu. Ketika keduanya sudah tiba di situ, mereka cepat melompat turun dari atas kuda.
Empat orang yang sedang berkelahi itu
menyempatkan diri untuk melirik dan melihat siapa dua orang yang datang itu. Mereka berempat tidak mengenal Joko Darmono, akan tetapi ketika Ki Cangak Awu dan Pusposari mengenal bahwa seorang dari dua pemuda yang datang itu Bagus Sajiwo, mereka menjadi girang sekali. Sebaliknya, Ni Candra Dewi ketika melihat Bagus Sajiwo, mukanya menjadi 182
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com merah. Ia sejak dulu membenci pria dan Bagus Sajiwo merupakan satu-satunya pria yang ia pilih untuk menjadi suaminya. Akan tetapi pemuda itu sama sekali tidak mau menerimanya sebagai isteri. Hal ini membuat ia sakit hati dan membenci sekali kepada Bagus Sajiwo karena merasa ditampik, direndahkan yang membuat ia malu dan merasa dihina. Akan tetapi selain marah, ia juga gentar melihat kedatangan Bagus Sajiwo dan seorang pemuda lain yang tidak dikenalnya.
Ketika Bagus Sajiwo melihat betapa suami isteri itu terdesak, apalagi bahwa yang mendesak Nyi Pusposari adalah Candra Dewi yang dia tahu amat sakti, dia lalu cepat melompat ke medan perkelahian.
Sekali dia menggerakkan tangannya, ada angin pukulan dahsyat menahan Candra Dewi yang sedang mendesak Nyi Pusposari. Candra Dewi marah sekali melihat pemuda yang dianggap suaminya itu malah membela lawannya, maka dengan nekat ia lalu menerjang dengan kebutan dan pedangnya ke arah Bagus Sajiwo. Akan tetapi dorongan tenaga Bagus Sajiwo itu membawa angin yang kuat sekali sehingga tubuh Candra Dewi terdorong ke belakang sampai terhuyung.
183 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Melihat pemuda yang baru datang itu dapat membuat Candra Dewi terhuyung ke belakang, Arya Brata dewa terkejut bukan main. Dia lalu melompat ke belakang dan cepat mencabut dua buah pistol dari pinggangnya. Akan tetapi sebelum dia sempat membidik dan menembakkan kedua buah pistolnya itu, dua sinar hitam menyambar dan dua buah batu sebesar kemiri menghantam kedua tangannya yang memegang pistol.
"Aduhhh .... !!" Dia berteriak keras dan dua buah senjata api itu terlepas dan terlempar dari tangannya. Dia memandang terbelalak ke arah pemuda yang menjatuhkan dua buah pistolnya dengan sambitan batu itu. Maklumlah dia bahwa yang dihadapinya adalah dua orang pemuda yang amat tangguh, padahal dua pucuk senjata api yang menjadi andalannya telah terlepas dari tangannya. Kalau dilanjutkan perkelahian itu, tentu fihaknya akan menderita kekalahan. Agaknya Candra Dewi juga mempunyai pendapat yang sama. Iblis betina Banten ini gentar menghadapi Bagus Sajiwo yang dibencinya.
Maka ketika Arya Bratadewa melompat jauh meninggalkan tempat itu, ia pun melompat dan mengejar rekannya melarikan diri. Warok Suro Badak 184
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com sudah sejak tadi melarikan diri lebih dulu melihat kemunculan pemuda yang digdaya itu.
"Jahanam busuk! Kembalikan puteriku!" teriak Pusposari dan ia melakukan pengejaran. Suaminya, Ki Cangak Awu juga mengejar.
"Paman dan Bibi, jangan mengejar! Adi
Nawangsih sudah pulang!" seru Bagus Sajiwo sambil mengejar dua orang itu. Melihat bayangan berkelebat dan pemuda itu telah berdiri menghadang di depan mereka dan mendengar ucapan itu, keduanya berhenti dan memandang pemuda itu dengan sinar mata penuh harapan.
"Anakku .... sudah pulang?"
Bagus Sajiwo mengangguk. "Benar, Kanjeng Bibi. Joko Darmono itulah yang telah menyelamatkan Nawangsih dari tangan penculiknya." Bagus Sajiwo memandang ke arah Joko Darmono.
Suami isteri itu memutar tubuh mereka
memandang Joko Darmono yang sambil tersenyum menghampiri mereka.
"Joko, perkenalkan. Ini Paman Ki Cangak Awu dan Bibi Pusposari, ayah dan ibu Nawangsih." kata Bagus Sajiwo memperkenalkan.
Joko Darmono memberi hormat dengan sembah depan dada. "Paman dan Bibi, senang sekali dapat 185
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com berkenalan dengan Paman dan Bibi sebagai pemimpin Perguruan Jatikusumo yang terkenal." katanya ramah.
Sumai isteri itu masih tertegun oleh rasa girang dan lega mendengar puteri mereka telah dapat diselamatkan.
"Anakmas Joko Darmono, kami amat berterima kasih bahwa Andika telah menyelamatkan anak kami." kata Ki Cangak Awu sambil menatap wajah tampan itu.
"Ah, Paman. Kebetulan saja aku bertemu
dengan penjahat yang melarikan Adik Nawangsih sehingga dapat menggagalkan penculikan itu." kata Joko Darmono.
"Aduh, terima kasih banyak, Anakmas. Kami sudah merasa gelisah bukan main. Bagaimana ceritanya andika dapat menolong anak kami?"
"Bibi Pusposari, saya kira lebih baik hal itu kita bicarakan nanti. Sekarang sebaiknya Paman dan Bibi cepat pulang karena Adik Nawangsih amat mengkhawatirkan Paman dan Bibi yang mencarinya ke Ponorogo. Pakailah kuda kami." kata Bagus Sajiwo."
"Terima kasih, kalian sungguh pemuda-pemuda yang hebat. Kami sekeluarga berhutang budi .... " kata Pusposari terharu. Suami isteri itu lalu menunggang 186
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com kuda kedua orang pemuda itu dan membalapkan kuda mereka ke selatan, menuju ke Jatikusumo.
Dua orang pemuda saling pandang dan
keduanya tersenyum. "Wah, harapan bagimu besar sekali, Joko!"
"Weh! Apa maksudmu" Harapan apa?"
"Harapan menjadi Adik iparku!"
"Lho" Maksudmu?"
"Alaaa, masih kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu! Nah, kujelaskan lagi. Harapan untuk menjadi mantu Paman Ki Cangak Awu!"
"Apa" Aku" Ih, gila kau, Bagus!"
"Mengapa gila" Engkau tertarik kepada adikku Nawangsih yang cantik jelita ...."
"Dan galak!"
"Galak namun menggemaskan, bukan" Hayo, mengaku saja! Engkau jatuh cinta kepadanya, bukan"
Dan aku tahu bahwa Nawangsih mengagumimu, apalagi ia telah kauselamatkan. Orang tuanya sangat berterima kasih kepadamu. Selain itu, aku sendiri pun sungguh akan senang sekali kalau engkau menjadi adik iparku. Engkau seorang pemuda yang baik, amat baik."
"Bagus, engkau menganggap aku baik" Apaku yang baik?"
187 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Segalanya. Engkau masih muda, engkau
tampan seperti Arjuna, engkau gagah perkasa, sakti mandraguna dan bijaksana, seorang satria sejati yang berbudi mulia."
"Wah-wah-wah, kepalaku rasanya menjadi
besar sekali nih!" Joko Darmono berseru sambil menggunakan kedua tangan memegangi kepalanya dan tertawa. "Bagus, jangan mengada-ada kau!
Nawangsih masih kanak-kanak, jangan berpikir yang macam-macam!"
"Usianya sudah tiga belas tahun. Beberapa tahun lagi ia sudah menjadi seorang gadis dewasa yang cantik jelita! Ia bukan anak kecil lagi. Eh, Joko, terus terang saja, kalau engkau setuju, aku yang akan menjadi perantara, membicarakan hal ini dengan Paman dan Bibi."
"Husshh! Jangan, awas kalau engkau lancang.
Aku akan marah sekali padamu!" kata Joko Darmono dan karena sikapnya bersungguh-sungguh ketika mengatakan hal ini, Bagus Sajiwo tidak melanjutkan godaannya. Mereka berdua lalu berlari cepat mengejar suami isteri yang membalapkan kuda mereka tadi, menuju ke perkampungan Jatikusumo.
Di tengah perjalanan, Joko Darmono bertanya.
"Bagus, aku ingin bertanya ...."
188 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentang Nawangsih?"
"Hush! Jangan main-main. Aku ingin bertanya tentang dua orang yang hendak membunuh Paman dan Bibimu tadi. Kau mengenal mereka?"
"Laki-laki berpistol itu aku tidak kenal dan baru sekarang aku melihatnya. Akan tetapi wanita itu tidak asing bagiku. Ia adalah Iblis Betina dari Banten ...."
"Ah, itukah yang bernama Maya Dewi?" Joko Darmono berseru. "Sudah lama aku mendengar tentang Maya Dewi!"
"Bukan! Ia bukan Maya dewi, akan tetapi Kakak tirinya dan bernama Candra Dewi. Galak dan kejam sekali. Maya Dewi sama sekali bukan iblis betina ...."
"Akan tetapi aku mendengar bahwa Maya Dewi adalah Iblis Betina yang teramat jahat, yang tidak segan melakukan segala macam kejahatan, cabul, keji, bahkan terkenal sebagai antek Kumpeni!"
Bagus Sajiwo tersenyum dan menggeleng
kepalanya. "Sekarang tidak lagi, Joko. Betapapun sesatnya ia dahulu, akan tetapi Maya Dewi yang sekarang adalah seorang wanita yang baik hati, bijaksana, dan gagah perkasa."
"Ah, engkau mengenalnya?"
189 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bukan hanya mengenal. Ia sahabatku yang paling baik."
"Oh ....!" Joko Darmono terbelalak menatap wajah Bagus Sajiwo, tidak menyembunyikan keheranannya dan ia tampak terkejut bukan main mendengar pengakuan Bagus Sajiwo itu.
"Jangan heran dan percayalah padaku Joko.
Maya Dewi sekarang adalah seorang pendekar wanita yang menentang kajahatan. Bahkan belum lama ini ia bentrok sendiri dengan kakak tirinya itu. Aku mengenal Candra Dewi, akan tetapi yang laki-laki tadi aku tidak mengenalnya. Hanya melihat betapa dia pandai mempergunakan senjata api dan memilikinya, mungkin sekali ia dekat Kumpeni.
"Bukan dekat lagi. Dia itu Arya Bratadewa, juga seorang tokoh berasal dari Banten yang menjadi orang kepercayaan Kumpeni Belanda."
"Hemm, jahat sekali! Aku mendengar dari Ayah Ibuku bahwa sekarang tidak ada perang antara Mataram dan Kumpeni Belanda. Bagaimana masih ada antek Kumpeni dan memusuhi para pembela Mataram" Apa maksud mereka itu" Apa yang dikehendaki Belanda dengan mengirim telik sandi (mata-mata) seperti Arya Bratadewa yang memusuhi para pendekar Mataram?"
190 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apa engkau belum mendengar, Bagus"
Kumpeni Belanda selalu berusaha untuk mengadu domba antara para Kadipaten dan Mataram. Dan kini Belanda membantu Kadipaten Blambangan dengan senjata-senjata api untuk menyerang Mataram."
Bagus Sajiwo terkejut, "Hemm, benarkah itu, Joko?"
"Tentu saja benar! Blambangan sedang bersiap-siap untuk menyerang Mataram dan mereka bersekutu dengan Bali yang merupakan pembantu utamanya.
Diam-diam Kumpeni juga membantu dengan
mengirim para telik sandi dan juga senjata-senjata api."
"Hemm, kalau begitu penyerangan terhadap Ayah Ibuku, lalu penyerangan terhadap perguruan Jatikusumo, semua peristiwa itu ada hubungannya dengan gerakan persekutuan pemberontak yang berpusat di Blambangan?"
"Kurasa demikian, Bagus."
"Eh, Joko, bagaimana engkau dapat mengetahui ini semua?"
"Tentu saja aku tahu akan keadaan Kadipaten Blambangan karena aku adalah kawula Blambangan!"
Bagus Sajiwo memandang dengan heran dan agak terkejut. "Ah, engkau kawula Blambangan"
191 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Akan tetapi mengapa engkau tidak membantu Blambangan, bahkan .... tadi menentang Arya Bratadewa yang engkau tahu bersekutu dengan Blambangan?"
"Hemm. engkau tidak senang aku membantu perguruan Jatikusumo dan menentang sekutu Blambangan?"
"Tentu saja tidak! Aku hanya heran, Joko. Aku tahu engkau seorang yang gagah perkasa, tidak mungkin engkau mau mengkhianati kadipaten di mana engkau menjadi kawulanya."
Joko Darmono menghela napas panjang. "Tentu saja aku bukan pengkhianat. Terus terang saja, persekutuan itu sudah mencoba untuk mendekati dan menarik aku agar membantu mereka. Akan tetapi aku hanya siap membantu Kadipaten Blambangan kalau memang Sang Adipati bertindak benar. Akan tetapi sang adipati dipengaruhi Kerajaan Klungkung di Bali, mengadakan persekutuan dengan para tokoh sesat bahkan dengan Kumpeni Belanda! Bagaimana mungkin aku sudi membantunya" Aku akan membela Blambangan kalau Blambangan diserang secara sewenang-wenang oleh siapapun juga. Akan tetapi aku pasti tidak mau membantu kalau Blambangan bertindak angkara murka."
192 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hemm, aku kagum sekali padamu, Joko. Apa yang kau katakan itu memang benar. Kita wajib membela negara dan tanah air, akan tetapi bukan membela penguasa yang angkara murka. Bahkan demi kesejahteraan negara dan bangsa, kita harus bertindak adil dan berani menentang kalau penguasa membawa negara ke arah yang tidak benar, apalagi menuruti keangkara-murkaan penguasa."
Mereka melanjutkan perjalanan dan karena keduanya kini mengerahkan aji kesaktian mereka dengan berlari secepat terbang, mereka tiba di perkampungan Jatikusumo hanya beberapa saat setelah Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari tiba di situ.
Hal ini membuat ketua Jatikusumo dan isterinya menjadi kagum bukan main. Tadi mereka berdua membalapkan kuda mereka, akan tetapi ternyata dua orang pemuda itu dapat tiba di situ dengan waktu yang hampir bersamaan dengan kedatangan mereka.
Nawangsih menyambut kedatangan ayah
ibunya dengan girang. Nyi Pusposari berangkulan dengan puterinya yang diculik orang akan tetapi kini kembali dalam keadaan selamat. Keluarga itu lalu menyambut Bagus Sajiwo dan Joko Darmono dengan ramah dan penuh rasa syukur karena dua orang muda inilah yang telah menyelamatkan Nawangsih maupun 193
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com juga menyelamatkan suami isteri itu yang nyaris dibunuh lawan yang lebih kuat.
Mereka mengadakan pesta makan dengan
gembira. Dengan gayanya yang lincah Nawangsih menceritakan kepada ayah ibunya betapa ia telah diselamatkan dari tangan penculiknya yang bernama Dartoko oleh Joko Darmono.
Setelah Nawangsih selesai bercerita, Ki Cangak Awu dan isterinya menatap wajah Joko Darmono dengan kagum dan berterima kasih.
"Anakmas Joko Darmono, Andika telah
menyelamatkan puteri kami dari malapetaka. Kami sekeluarga mengucapkan banyak terima kasih, dan apabila kami sekeluarga tiada kesempatan membalas budi kebaikan Andika ini, semoga Gusti Allah yang akan membalas semua amal kebaikan Andika dengan berkah yang berlimpah-limpah."
Joko Darmono tersenyum lebar. Suami isteri itu kagum melihat wajah yang amat tampan itu. "Wah, Paman terlalu memuji. Secara kebetulan saja saya melihat orang melakukan kejahatan dan tentu saja saya segera menentangnya dan menolong Adik Nawangsih. Semua orang juga akan berbuat seperti saya, maka harap Paman sekeluarga tidak terlalu 194
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com membesarkan perbuatan saya yang sudah semestinya itu."
"Kanjeng Paman dan Kanjeng Bibi, Joko
Darmono ini memang seorang yang hebat sekali!"
kata Bagus Sajiwo sambil tersenyum. "Sudah sakti mandraguna, tampan seperti Arjuna, juga rendah hati dan bijaksana. Sungguh amat langka mendapatkan seorang pemuda seperti dia!"
"Hemm, Bagus! Engkau mau mengejek aku,
ya" Memangnya aku ini barang atau mahluk langka?"
Joko Darmono menegur berlagak marah.
Bagus Sajiwo yang mengetahui bahwa pemuda itu hanya berpura-pura saja marah, tertawa.
"Anakmas Joko Darmono, kami ingin
mengenal Andika lebih baik lagi. Sukalah Andika menceritakan, siapa orang tua dan siapa pula Guru Andika?" tanya Nyi Pusposari.
"Wah, kasihan sekali dia, Ibu!" kata
Nawangsih. "Ketika masih kecil sudah ditinggal mati kedua orang tuanya, kemudian ketika berusia lima tahun dan hanya hidup berdua dengan Adiknya.
Adiknya yang berusia tiga tahun mati pula sehingga dia hidup sebatang kara!"
"Aduh kasihan!" kata Nyi Pusposari.
"Benarkah itu, Anakmas?"
195 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Joko Darmono tersenyum. "Ah, hal itu sudah terjadi belasan tahun yang lalu dan saya sudah terbiasa hidup sebatang kara, Kanjeng Bibi."
"Dan gurumu, siapakah gurumu, anakmas Joko Darmono?"
"Maafkan saya, Kanjeng Paman. Bukannya
saya tidak mau menjawab dan merahasiakan, akan tetapi .... saya harus menaati pesan Guru saya agar saya tidak memperkenalkan nama Beliau kepada siapapun juga. Maaf, Paman."
"Tidak mengapa, Anakmas. Jawabanmu itu
bahkan menunjukkan bahwa Andika seorang murid yang amat baik karena mematuhi pesan Guru Andika."
"Paman Cangak Awu, pokoknya tingkat
kepandaian Joko Darmono ini tinggi sekali. Kalau tidak ada dia tadi yang menyambit lepas sepasang senjata api di kedua tangan Arya Bratadewa, tentu kita sudah menjadi korban tembakan."
"Wah, Bagus, jangan membual kau!" Joko
Darmono mencela. "Paman, dibandingkan dengan kesaktian Bagus Sajiwo, kemampuanku tidak ada artinya!"
196 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Keluarga pemimpin perguruan Jatikusumo itu gembira sekali melihat pemuda yang rendah hati itu dan mereka merasa semakin kagum.
"Bagus Sajiwo, sekarang giliranmu untuk bercerita. Selama belasan tahun ini ke mana saja engkau pergi" Dan bagaimana engkau tiba-tiba muncul di sini?"
"Ketika saya berusia enam tahun, saya diculik oleh Wiku Menak Koncar ...."
"Hemm, manusia itu memang jahat!" Ki
Cangak Awu memotong. "Akan tetapi dia tewas di tangan Gusti Puteri Wandansari yang masih Adik seperguruanku karena iapun murid Jatikusumo. Lalu bagaimana selanjutnya, Bagus Sajiwo?"
"Saya dibawa ke arah timur dengan paksa, akan tetapi setibanya di dekat Pegunungan Ijen, saya ditolong oleh mendiang Eyang Guru Ki Ageng Mahendra."
"Wah!" Ki Cangak Awu kembali memotong.
"Ki Ageng Mahendra itu masih Paman Kakek Guru kami! Beliau adalah Kakek Buyut guru sendiri!"
"Benar Kanjeng Paman. Saya diselamatkan oleh Eyang Guru yang mengalahkan dan mengusir Wiku Menak Koncar. Kemudian saya dibawa ke 197
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com sebuah puncak bukit di Pegunungan Ijen dan mempelajari ilmu-ilmu selama belasan tahun.
"Akan tetapi mengapa sampai begitu lama engkau tidak pulang dan tidak memberi kabar sehingga Ayah Ibumu selalu mencarimu dengan gelisah dan sedih?" Nyi Pusposari bertanya dengan suara menegur.
"Maaf, kanjeng Bibi. Saya kira persoalannya sama dengan apa yang dialami Joko Darmono. Eyang Guru melarang saya pulang atau memberi kabar kepada orang tua saya sebelum saya mencapai usia dua puluh tahun. Itulah sebabnya mengapa saya menahan diri dengan susah payah untuk tidak melanggar perintah Eyang Guru itu. Setelah berusia dua puluh tahun, barulah saya berani pulang ke Gunung Kawi."
Ki Cangak Awu mengangguk-angguk dan
memandang wajah dua orang muda yang duduk di depannya itu dengan sinar mata kagum. "Wah, hebat sekali kalian berdua! Begitu taat kepada pesan guru, sungguh merupakan murid-murid yang baik sekali!"
"Bagus Sajiwo jauh lebih baik daripada saya, Paman! Saya taat kepada Guru saya yang masih hidup sehingga saya takut melanggar perintahnya. Akan 198
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com tetapi Bagus Sajiwo, walaupun Gurunya telah wafat, tetap saja dia menaati perintah itu!"
"Hi-hi-hik! Dua orang ini memang lucu sekali!"
Nawangsih tertawa, "Sejak semula aku bertemu mereka berdua, mereka itu selalu berebut, berebut saling mengalah. Untuk mengantar aku pulang saja mereka saling dorong, saling mengalah, bukan saling berebut! Sungguh aneh dan lucu sekali!" Gadis remaja itu tertawa geli.
Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari saling
berpandangan dan mereka juga tertawa. Pada saat itu kedua suami isteri itu maklum bahwa dalam hati mereka muncul keinginan agar puteri mereka dapat berjodoh dengan seorang di antara dua pemuda ini!
Akan tetapi Nawangsih belum dewasa. Tunggu tiga empat tahun lagi dan mereka tentu akan menghubungi Ki Tejomanik dan Retno Susilo. Pertama-tama tentu saja ketua Jatikusumo dan isterinya ini akan berusaha menjodohkan puteri mereka dengan Bagus Sajiwo.
Bagaimanapun juga Bagus Sajiwo adalah Putera Ki Tejomanik yang masih terhitung keluarga dekat dan mereka telah mengetahui bahwa Bagus Sajiwo mempunyai orang tua gagah perkasa dan berwatak satria. Adapun Joko Darmono, walaupun tampak amat baik dan menyenangkan hati mereka, bahkan dalam 199
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com soal ketampanan, Bagus Sajiwo juga kalah, namun mereka belum mengenal betul siapa pemuda ini dan siapa pula keluarga maupun gurunya.
"Paman, apakah sebabnya Jatikusumo diserbu gerombolan warok sesat itu dan mengapa pula Adik Nawangsih diculik orang yang bernama Dartoko itu"
Tahukah Paman siapa Dartoko itu?"
"Menurut pengakuan Warok Suro Singo dan Suro Badak yang memimpin para penyerbu, mereka hendak membasmi Jatikusumo karena selama ini peguruan kami memusuhi para penjahat yang berani menganggu ketenteraman penduduk di sekitar daerah Pacitan. Kami dapat memukul mundur mereka, bahkan seorang pemimpin mereka, Warok Suro Singo dapat kami robohkan. Akan tetapi kami sendiri heran mendengar dari Nawangsih bahwa yang menculiknya adalah seorang pemuda bernama Dartoko yang tidak ada hubungannya dengan para penyerbu. Mungkin dia menggunakan kesempatan selagi Jatikusumo diserbu musuh untuk menyelinap masuk dan menculik Nawangsih."
"Akan tetapi Paman tidak mengenal yang
bernama Dartoko itu?"
"Kami belum pernah mendengar nama itu. Baru dari Nawangsih kami mengetahui namanya."
200 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kakang Bagus, jahanam busuk bajul buntung itu namanya Dartoko dan dia mengaku murid Kyai Kasmalapati!" kata Nawangsih.
"Kyai Kasmalapati" Siapa pula itu dan
mengapa Dartoko dan mengapa Dartoko memusuhi Paman?"
Ki Cangak Awu dan isterinya tidak dapat menjawab.
"Aku pernah mendengar nama Kyai
Kasmalapati itu. Dia seorang datuk Blambangan yang sesat dan dia adalah adik seperguruan Bhagawan Kalasrenggi yang kini menjadi penasihat Adipati Blambangan." kata Joko Darmono.
"Ah, aku mengerti sekarang!" Ki Cangak Awu berseru sambil menepuk pahanya sendiri. "Tentu saja!
Mereka itu mengganggu Jatikusumo dalam rangka pemberontakan Blambangan terhadap Mataram!"
"Paman sudah mendengar akan hal itu?" Tanya Joko Darmono.
"Ya, kami sudah mendengar karena berita itu sudah menjalar ke mana-mana untuk memperingatkan para pendekar pembela Mataram agar mempersiapkan diri. Akan tetapi aku masih belum mendengar keadaan yang sesungguhnya, hanya mendengar bahwa 201
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Kadipaten Blambangan hendak melakukan gerakan menentang Mataram."
"Paman Cangak Awu, Joko Darmono ini
mengetahui banyak tentang gerakan Blambangan itu karena dia adalah kawula Blambangan." kata Bagus Sajiwo. Mendengar ini, Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari terkejut. Hanya Nawangsih yang bersikap tidak peduli.
"Ah, benarkah" Akan tetapi ...." Ki Cangak Awu memandang ragu. Akan tetapi Joko Darmono hanya tersenyum.
"Jangan salah mengerti, Paman. Joko Darmono ini walaupun kawulo Blambangan namun dia tidak suka membantu Adipati Blambangan kalau mereka memberontak terhadap Mataram. Dia sudah bercerita kepada saya tentang keadaan Blambangan. Kini Blambangan sedang bersiap-siap untuk menyerang masuk daerah Mataram dan gerakan mereka itu dibantu oleh Bali, juga diam-diam didukung Kumpeni dan banyak tokoh dan datuk sesat yang membenci Mataram terlibat. Arya Bratadewa dan Candra Dewi yang tadi membantu Warok Singo Badak menyerang Paman dan Bibi adalah antek-antek Kumpeni Belanda yang bergabung dengan Blambangan sebagai wakil Kumpeni."
202 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
**kz** Jilid V EMM, jelas sekarang!" kata Ki Cangak
Awu. "Mereka memiliki kepandaian tinggi, H terutama wanita berpakaian putih itu."
"Baik Arya Bratadewa maupun Candra Dewi adalah tokoh-tokoh dari Banten, Paman. Ni Chandra Dewi terkenal dengan julukan Iblis Betina dari Banten."
"Hemm, bukankah iblis betina itu kalau tidak salah bernama Maya Dewi yang dulu menjadi telik sandi Kumpeni?"
"Bukan, Bibi. Candra Dewi adalah Kakak tiri Maya Dewi. Akan tetapi sekarang Maya Dewi telah berubah. Ia bukan lagi seorang antek Kumpeni, bahkan ia memusuhi Kumpeni dan ia bukan lagi seorang tokoh sesat dan jahat. Sebaliknya, ia kini telah menjadi seorang pendekar wanita yang perkasa dan baik budi, menentang segala kejahatan."
203 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bagaimana mungkin?" kata Pusposari ragu.


Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dahulu ia jahat bukan main, jahat dan kejam bagaikan iblis!"
"Benar, Bibi. Hal ini pun diakuinya. Ia dahulu memang sakit berat, yang sakit adalah jiwanya, batinnya. Akan tetapi seperti juga segala macam penyakit jasmani yang diderita manusia, kalau Gusti Allah menghendaki, betapapun berat penyakit itu, dapat juga disembuhkan, bukan" Demikian pula dengan penyakit yang diderita Maya Dewi. Ia kini telah sembuh sepenuhnya, telah bertobat dan menjadi seorang yang mengenal dan taat kepada Gusti Allah."
"Bagaimana engkau dapat mengetahui
demikian pasti tentang Maya Dewi, Bagus?" tanya nyi Pusposari.
"Bibi, telah lama saya bersama Maya Dewi menjadi sahabat, sama-sama mempelajari ilmu sehingga dapat dikatakan bahwa ia dan saya adalah saudara seperguruan."
"Ohh ....!" Suami isteri itu terkejut, akan tetapi tidak mau bertanya lebih jauh karena khawatir kalau-kalau menyinggung hati pemuda itu. Akan tetapi diam-diam Pusposari merasa heran bagaimana tanggapan Kakak angkatnya, Ki Tejomanik dan terutama sekali Kakak iparnya, Retno Susilo kalau 204
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com mendengar bahwa putera mereka menjadi saudara seperguruan iblis betina Maya Dewi!
Setelah mereka selesai makan minum dan
pindah ke ruangan depan untuk bercakap-cakap, Ki Cangak Awu bicara tentang gerakan yang terjadi di Blambangan.
"Mendengar tentang gerakan pemberontakan yang dilakukan Blambangan, kami akan bersiap-siap dan sewaktu-waktu kami akan membantu Mataram sebagai sukarelawan. Bagaimana dengan kalian, Bagus dan Joko?"
"Paman. memenuhi pesan ayah, setelah
bertemu Paman sekeluarga di sini, saya akan pergi mengunjungi Eyang Ki Mundingloyo, pimpinan perkumpulan Sardula Cemeng di hutan Kebonjambe di kaki Pegunungan Kelud."
"Ki Mundingsosro adalah ayah Mbakayu Retno Susilo, Bagus. Tentu dia sudah tua sekali sekarang, dan aku mendengar bahwa ibu kandung Mbakayu Retno Susilo telah meninggal dunia. Benar sekali, engkau harus mengunjungi mereka, keluarga Ibumu itu! Kalau bertemu dengan mereka, sampaikan salam hormatku." kata Nyi Pusposari.
"baik, Kanjeng Bibi. Akan saya perhatikan pesan Bibi."
205 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"apakah engkau tidak ada niat untuk membantu Mataram menghadapi pemberontakan Blambangan?"
tanya Ki Cangak Awu.
"Tentu saja, Paman. Setelah mengunjungi Eyang di perkumpulan Sardula Cemeng, saya akan merantau ke Blambangan dan melihat-lihat keadaan untuk membela Mataram dan menentang musuh."
Ki Cangak Awu lalu menatap tajam wajah Joko Darmono. "Dan bagaimana dengan Andika, Anakmas Joko Darmono" Setelah dari sini, apa yang hendak Andia lakukan dan ke mana andika hendak pergi?"
Joko Darmono memandang kepada Bagus
Sajiwo dan berkata, "Saya memang sedang merantau tanpa tujuan tertentu. Oleh karena itu, saya ingin ikut dengan Bagus yang hendak mengunjungi Kakeknya di Gunung Kelud. Tentu saja kalau Bagus tidak keberatan melakukan perjalanan bersama saya."
Bagus balas memandang dan tersenyum.
"Keberatan" Mengapa aku harus merasa keberatan Aku malah merasa gembira kalau engkau mau ikut dengan aku, Joko!"
"Akan tetapi bagaimana sikap Andika tenang perang yang akan terjadi antara Blambangan dan Mataram kalau Blambangan jadi melakukan pemberontakan terhadap Mataram" Andika akan 206
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com berdiri di fihak mana?" Ki Cangak Awu yang ingin mengetahui isi hati pemuda yang diharapkannya menjadi jodoh puterinya kelak itu, mengejar.
"Ah, itu?" Joko Darmono memeperlebar
senyumnya. "Paman, saya
tidak akan membantu Blambangan kalau mereka memulai peperangan dan menyerbu daerah Mataram. Saya tidak akan berdiri di fihak
manapun. Saya tidak mau terlibat dalam perang. Akan tetapi saya selalu akan berfihak kepada mereka yang benar namun tertindas dan selalu menentang yang kuat namun jahat dan sewenang-wenang, tidak peduli bahwa dia itu kawula Blambangan ataupun kawula Mataram." Ucapan ini 207
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com dikeluarkan dengan sungguh-sungguh dan diam-diam Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari dapat
menerimanya sebagai sebuah pendirian seorang pendekar yang gagah perkasa. Tidak mau membantu Blambangan karena kadipaten itu memberontak dan dianggap salah, akan tetapi juga tidak mau mengkhianati tanah tumpah darahnya itu.
"Pendirianmu itu patut kami hargai, Anakmas Joko Darmono." kata Ki Cangak Awu.
Dua orang pemuda itu tinggal di rumah
keluarga ketua perguruan Jatokusumo selama satu malam. Untuk mereka berdua disediakan sebuah kamar yang cukup besar dengan dua buah
pembaringan. Joko Darmono mengangkat
pembaringannya menjauh dari pembaringan Bagus Sajiwo.
"Aku malam ini hendak berlatih, menghimpun hawa sakti, karena itu harus menyendiri. maafkan aku, Bagus."
"Ah. tidak mengapa, Joko. Aku pun lelah dan perlu banyak istirahat malam ini."
Bagus Sajiwo melihat betapa pemuda itu duduk bersila di atas pembaringannya, bersamadhi. Maka dia tidak ingin mengganggu dan langsung tidur pulas.
208 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali dua orang pemuda itu sudah menunggang kuda mereka dan meninggalkan perkampungan Jatikusumo. Ketika mereka hendak berangkat, Nawangsih dan ayah ibunya mengantar sampai di pekarangan. Gadis remaja itu sebelum kedua orang pemuda naik ke atas punggung kuda, memegang tangan mereka dengan kedua tangannya.
"Aku akan merindukan kalian, Kakang Bagus Sajiwo dan Kakang Joko Darmono. Kapan aku dapat bertemu lagi dengan kalian?"
Joko Darmono tertawa. "Heh-heh, aku akan bertemu denganmu setiap malam, Nawangsih."
"Setiap malam?" Nawangsih mengulang,
bersamaan dengan Bagus Sajiwo yang juga memandang Joko Darmono dengan heran.
"Ya, setiap malam. Dalam mimpi!" Joko
Darmono tertawa dan mereka semua juga tertawa.
"Ih, kalau engkau yang bermimpi bertemu aku, belum tentu aku dapat melihatmu, Kakang Joko!" kata Nawangsih.
"Adik Nawangsih, masih banyak waktu bagi kita untuk dapat saling bertemu kembali kelak.
Engkau belajarlah dengan tekun agar kelak dapat 209
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menjadi pendekar wanita yang gagah perkasa. Kita pasti akan dapat bertemu kembali kelak."
"Nawangsih, Bagus Sajiwo benar. Pula, setelah di hari ini datang berkunjung, pasti di antara kita akan dapat saling berjumpa lebih sering." kata Nyi Pusposari, menghibur puterinya yang tampak kecewa dan kehilangan mengantar kepergian dua orang pemuda itu.
Biarpun mulutnya masih cemberut, akan tetapi Nawangsih dapat menerima kenyataan dan dua orang pemuda itu lalu melompat ke atas punggung kuda mereka keluar dari perkampungan itu, di antara lambaian tangan Nawangsih dan ayah ibunya.
**kz** Perkumpulan Sardula Cemeng (harimau hitam) merupakan sebuah perkumpulan yang terkenal.
Mereka membuat perkampungan di kaki Gunung Kelud dengan jumlah anggauta kurang lebih lima puluh orang. Sebagian besar dari mereka sudah berkeluarga dan anak isteri mereka tinggal pula di perkampungan yang cukup besar itu. Jumlah anggauta beserta keluarga mereka yang berada di
perkampungan Sardula Cemeng tidak kurang dari 210
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com seratus lima puluh orang. Mereka memiliki sawah ladang yang cukup luas dan bekerja sebagai petani dan pemburu binatang. Juga apabila tenaga para anggauta diperlukan penduduk dusun atau kota di daerah itu untuk mengawal atau menghadapi gerombolan jahat, para anggauta Sardula Cemeng siap menolong dengan imbalan sepantasnya. Karena memiliki bermacam sumber penghasilan ini, maka kehidupan mereka dapat dibilang cukup makmur.
Perkumpulan ini merupakan perkumpulan yang sudah cukup tua. Didirikan lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Pendirinya adalah dua orang kakak beradik yang gagah perkasa, yaitu Mundingsosro dan Mundingloyo. Seperti kita ketahui, Ki Mundingsosro adalah ayah kandung Retno Susilo, isteri Ki Tejomanik, atau ibu kandung bagus Sajiwo.
Ketika mendirikan perkumpulan atau perguruan Sardula Cemeng, Ki Mundingsosro berusia kurang lebih tiga puluh tahun dan adiknya Ki Mundingloyo berusia dua puluh lima tahun. Kedua orang gagah ini baru saja kembali ke Nusa Jawa setelah bertahun-tahun mereka bertualang di pedalaman Borneo (Kalimantan) dan berhasil diangkat menjadi kepala sekumpulan orang Dayak. Ketika mereka kembali ke Jawa-dwipa, di daerah Gunung Kelud mereka bertemu 211
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com dengan belasan orang pelarian dari Blambangan.
Mereka itu melarikan diri karena dipaksa oleh para pembesar Kadipaten Bambangan untuk menjadi tentara karena ketika itu Blambangan berperang melawan Bali. Melihat bahwa para pelarian ini adalah orang-orang gagah, Ki Mundingsosro dan adiknya, Ki Mundingloyo menampung mereka dan berdirilah Perkumpulan Sardula Cemeng. Makin lama
perkumpulan itu menjadi semakin besar karena para pelarian Blambangan itu memberi kabar kepada kawan-kawannya dan saudara-saudara mereka sehingga banyak yang berdatangan dan ikut menjadi anggauta Sardula Cemeng. Ki Mundingsosro dan Ki Mundiongloyo melatih mereka dengan aji kesaktian sehingga perkumpulan itu menjadi kuat.
Sementara Retno Susilo menikah dengan Sutejo dan pergi mengikuti suaminya, dua puluh tiga tahun telah lewat dan kini Ki Mundingsosro masih menjadi ketua Sardula Cemeng, dibantu adiknya, Ki Mundingloyo. Keduanya telah menjadi duda dan Ki Mundingsosro hanya mempunyai anak Retno susilo seorang, sedangkan Ki Mundingloyo tidak mempunyai keturunan. Karena Ki Mundingsosro kini telah tua, usianya sudah enam puluh sembilan tahun, maka biarpun dia masih menjadi ketua Sardula 212
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Cemeng, yang aktip melaksanakan tugas adalah adiknya, Ki Mundingloyo yang berusia enam puluh empat tahun.
Ada ciri khas pada para anggauta Sardula Cemeng kalau mereka sedang menghadapi musuh, yaitu wajah mereka itu dicoreng-moreng hitam seperti kebasaan suku Dayak pedalaman kalau sedang berperang. Peraturan ini diadakan oleh Ki Mundingsosro yang meniru kebiasaan suku Dayak ketika dia menjadi ketua. Coreng-moreng pada muka ini selain dapat menambah semangat, juga membuat orang luar tidak dapat membedakan para anggauta Sardula Cemeng dan tidak akan mengenal mereka kalau sedang berpakaian biasa.
Pagi hari itu, suasana di perkampungan Sardula Cemeng tampak meriah. Semua anggauta
perkumpulan itu berada di perkampungan. Semua kegiatan sehari-hari dihentikan dan para anggauta bersama keluarganya sibuk dengan persiapan pesta yang akan diselenggarakan siang nanti. Ada yang sibuk menghias pintu gapura perkampungan dan rumah induk tempat tinggal ketua di mana perayaan akan dipusatkan. Ada yang sibuk memotong lembu, kambing dan ayam, ada pula yang sibuk di dapur.
213 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Semua orang bekerja mempersiapkan perayaan yang akan diadakan.
Perkumpulan itu hendak merayakan ulang
tahun berdirinya Perkumpulan Sardula Cemeng yang ketiga puluh kalinya. Sudah tiga puluh tahun perkumpulan itu berdiri dan selama itu telah memperoleh kemajuan pesat. Pesta itu akan dirayakan secara meriah, akan tetapi dua orang pimpinan itu, Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo, tidak
mengundang orang luar kecuali beberapa orang pinisepuh dan pamong dari beberapa kelurahan dusun-dusun yang berada di sekitar kaki Gunung Kelud. Para anggautanya sendiri yang akan merayakannya dengan gembira dan bersemangat.
Bahkan gamelan berikut tarian dan tetembangan akan dilakukan sendiri oleh para anggauta yang memang sudah terlatih.
Setelah matahari naik tinggi, persiapan itu selesai dan mulai terdengar bunyi gamelan berbunyi, suasana menjadi meriah sekali. Para anggauta, pria, wanita, tua muda, juga anak-anak, semua mengenakan pakaian mereka yang terbaru. Di pekarangan yang luas dari rumah induk tempat tinggal ketua telah dibangun sebuah bangunan tarub yang luas, dengan panggung yang kokoh dan lantai panggung ditilami 214
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com tikar-tikar berkembang yang bersih dan diatur rapi.
Mereka yang merayakan pesta itu, juga para pinisepuh dan pamong dusun yang diundang, juga dipersilakan duduk di atas lantai panggung.
Setelah perayaan dimulai, dipanggung telah duduk Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo, dua orang kakak beradik pimpinan perkumpulan yang sudah menduda itu. Mereka duduk bersanding di atas sebuah bangku, berhadapan dengan para anggauta dan sedikit tamu yang sudah memenuhi panggung, duduk bersila dengan rapi. Di sudut kiri panggung terdapat para penabuh gamelan dan para penyanyi.
Ki Mundingsosro yang sudah berusia hampir tujuh puluh tahun itu tampak berwajah cerah.
Tubuhnya yang tinggi besar masih tampak kokoh, kulit mukanya masih kemerahan tanda sehat dan kumisnya tang tebal telah berwarna dua. Sebagai seorang ketua dan seorang yang gagah perkasa, sebatang golok yang menjadi senjata dan pusaka andalannya, tidak pernah ditinggalkannya. Golok itu menempel di punggungnya, ronce kuning di gagang golok berjuntai sehingga biarpun sudah tua dia tampak masih gagah perkasa berwibawa.
Adiknya, Ki Mundingloyo yang sudah berusia enam puluh empat tahun, juga masih tampak gagah.
215 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Dia yang menjadi wakil ketua, membantu kakaknya, juga bertubuh tinggi besar dan kokoh. Hanya bedanya kalau wajah kakaknya kemerahan, wajah Ki Mundingloyo ini agak kehitaman. Mukanya keren walaupun tanpa kumis atau jenggot, dan sepasang matanya bersinar tajam berwibawa. Di punggung wakil ketua ini juga tergantung senjata yang menjadi andalannya, yaitu sebatang tombak trisula yang telah mengangkat namanya menjadi seorang tokoh yang tangguh.
Setelah Ki Mundingsosro mengangkat tangan sebagai isyarat bahwa pesta perayaan dapat dimulai, para anggauta yang bertugas menghidangkan makanan dan minuman segera bekerja. Bukan hanya para tamu undangan yang diberi hidangan, akan tetapi seluruh anggauta tidak terkecuali. Anak-anak pun ikut berpesta ria dan untuk mereka disediakan tempat tersendiri, disebelah kanan panggung di mana mereka berkumpul dan berpesta.
Selagi pesta berlangsung dengan gembira dan dua orang ketua itu juga sedang makan minum bersama semua anggauta dan tamu mereka, tiba-tiba dari luar terdengar suara anggauta yang bertugas jaga berseru lantang.
216 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Utusan Kadipaten Blambangan datang
bertamu!" Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo terkejut dan saling pandang. Ada apa utusan Kadipaten Blambangan datang berkunjung" Akan tetapi karena yang datang itu mengaku sebagai tamu seperti diumumkan anggauta penjaga tadi, sebagai tuan rumah yang baik mereka harus menerima dan menyambut tamu yang datang dengan ramah.
Semua yang hadir menahan diri agar tidak membuat gaduh ketika mendengar pengumuman penjaga tadi. Mereka juga merasa heran dan ingin tahu siapa yang datang bertamu.
"Persilakan tamu dari Kadipaten Blambangan untuk masuk!" teriak Ki Mundingloyo dengan suara lantang.
Gamelan ditabuh perlahan, tidak sekuat tadi, agaknya hal ini dilakukan para penabuh gamelan yang kesemuanya anggauta Sardula Cemeng untuk tidak mengganggu kedua ketua mereka dalam menyambut tamu yang tidak diundang itu.
Tampak seorang anggauta penjaga
mengiringkan dua orang laki-laki memasuki ruangan perayaan. Semua orang yang hadir memandang penuh perhatian dan karena sebagian besar anggauta berasal 217
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com dari Blambangan, tentu saja mereka ingin sekali mengetahui siapa gerangan utusan dari Kadipaten Blambangan itu. Ketika melihat dua orang laki-laki itu, hanya sebagian saja dari mereka, yang sudah berusia lebih dari empat puluh tahun, yang mengenal dua orang itu dan mereka saling berbisik lirih dan tampak terheran dan terkejut.
Seorang dari dua orang tamu itu adalah seorang pria berusia sekitar enam puluh tiga tahun.
Pakaiannya seperti seorang pendeta, sederhana bentuknya dan terbuat dari kain berwarna kuning.
Rambutnya yang berwarna dua digelung ke atas dan diikat dengan kain kuning pula. Tubuhnya tinggi kurus dan mukanya pucat seperti orang berpenyakitan.
Di sabuk jubahnya terselip sebatang keris dengan warangka terukir dan tangan kirinya memegang seuntai tasbih dengan biji tasbih berwarna merah.
Mereka yang mengenalnya tahu bahwa laki-laki ini adalah Sang Resi Sapujagad, seorang pertapa dari Gunung Merapi yang terkenal dakti mandraguna dan memang sejak dulu dekat dengan keluarga Blambangan, apalagi dulu isterinya yang sudah meninggal masih terhitung sanak keluarga Adipati Santa Guna Alit dari Blambangan. Ada pun orang kedua adalah Bhagawan Dewokaton yang berusia 218
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com lima puluh delapan tahun. Bhagawan Dewokaton ini juga dikenal oleh para anggauta Sardulo Cemeng yang tua karena pertapa Gunung Bromo ini pun merupakan seorang yang tidak asing di Kadipaten Blambangan.
Orang setengah tua ini bertubuh gendut dan mukanya yang bulat selalu menyeringai dan tertawa-tawa, pakaiannya serba putih, juga sorban yang menutupi kepalanya berwarna putih. Melihat dandanan dan sikapnya, dia memang tampak lembut, sabar dan suka tertawa. Akan tetapi, sebatang pedang yang tergantung di punggungnya sama sekali tidak cocok dengan penampilannya sebagai seorang pertapa.
Pedang itu menunjukkan bahwa orang ini tidak pantang mempergunakan kekerasan dan dia tentu seorang yang sakti mandraguna.
Biarpun tidak mengenal dua orang itu, Ki Mundingloyo lalu bangkit dari tempat duduknya dan mewakili kakaknya untuk menyambut dua orang tamu itu. Dua orang tamu yang sudah cukup tua memiliki penampilan yang berwibawa, maka wakil ketua Sardulo Cemeng ini pun menyambutnya dengan hormat.
"Selamat datang di perkampungan kami yang sederhana. Ingin sekali kami mengetahui siapakah 219
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Andika berdua yang terhormat ini?" kata Ki Mundingloyo dengan sikap hormat.
"Heh-heh-ha-ha-ha!" Bhagawan Dewokaton tertawa tergelak. Matanya memandang ke arah para anggauta Sardulo Cemeng yang berkumpul di situ.
"Bagus, bagus! Para jagoan dan orang gagah Kadipaten Blambangan telah berkumpul di sini.
Siapakah yang menjadi ketua perkumpulan Sardulo Cemeng ini?"
Biarpun sikap pertapa Gunung Bromo ini
angkuh, Ki Mundingloyo masih sabar. "Ketua Sardulo Cemeng adalah Ki Mundingsosro ini, dan aku adalah Adiknya, juga wakil ketua, bernama Ki Mundingloyo.
Andika berdua siapakah, Ki sanak?"
"Sungguh keterlaluan sekali kalau kalian tidak mengenal kami." kata Resi Sang Adipati Santa Guna Alit dari Blambangan. Orang-orang Blambangan yang menjadi anggauta Sardulo Cemeng, tentu mengenal kami. Aku adalah Resi Sapujagad pertapa Gunung Merapi dan ini adalah Adi Bhagawan Dewokaton pertapa Gunung Bromo."
Bukan main kagetnya hati dua orang pimpinan Sardulo Cemeng itu mendengar nama dua orang pertapa itu. Mereka memang belum mengenal dua orang pertapa itu, akan tetapi sudah lama mendengar 220
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com nama mereka sebagai orang-orang yang sakti mandraguna.
Ki Mundingsosro yang usianya sudah hampir tujuh puluh tahun itu kini bangkit berdiri dan merangkap kedua tangan di depan dada sebagai sembah penghormatan.
"Ah, kiranya Adi Sapujagad dan Adi Bhagawan Dewokaton yang terkenal itu yang datang berkunjung.
Kami mendapat penghormatan besar sekali dengan kunjungan Andika berdua. Silakan, silakan duduk dan kami mengucapkan selamat datang kepada Andika berdua."
Melihat sambutan yang hormat dari ketua Sardulo Cemeng itu, dua orang utusan Kasipaten Blambangan tersenyum senang dan Bhagawan Dewokaton tertawa-tawa lalu bersama Resi Sapujagad mengambil tempat duduk di panggung kehormatan.
"Ha-ha-ha, terima kasih, Ki Mundingsosro.
Biarlah kami menyampaikan salam dari Sang Adipati Blambangan untuk Andika berdua yang memimpin Sardulo Cemeng, karena bagaimanapun juga, para anggauta Sardulo Cemeng sebagian besar adalah kawulo Blambangan."
"Terima kasih, Adi Bhagawan Dewokaton.
Kalau Andika berdua nanti kembali ke Blambangan, 221
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com sampaikan salam hormat kami kepada Sang Adipati."
Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo
mempersilahkan kedua orang tamu itu duduk lalu memerintahkan anak buah mereka untuk
mengeluarkan hidangan.
Setelah dua orang tamu itu minum, Ki
Mundingsosoro bertanya dengan lembut, "Sekarang kami ingin sekali mengetahui kepentingan apakah yang Andika berdua bawa dari Blambangan" Andika mengaku sebagai utusan Sang Adipati Blambangan, lalu tugas apakah yang Andika berdua bawa ke sini?"
Bhagawan Dewokaton tertawa. "Heh-heh-heh-heh, Sang Adipati merasa girang mendengar bahwa Andika berdua menghimpun orang-orang gagah Sardulo Cemeng. Nah, kini ada tugas mulia di Blambangan, tentu Sardulo Cemeng siap membantu Blambangan, bukan?"
"Kami tidak menjadi kawula mana pun, dan pendirian kami adalah membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan asalkan yang kami bantu itu berada di pihak yang benar. Nah, bantuan macam apakah yang dikehendaki Sang Adipati Blambangan dari kami?" kini Ki Mundingloyo yang mewakili kakaknya bertanya.
222 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu saja Kadipaten Blambangan berada di pihak yang benar. Kami sedang bersiap-siap untuk menyerbu daerah Mataram, menghentikan keangkara-murkaan Mataram. Maka, Sang Adipati Blambangan mengajak Sardulo Cemeng untuk bergabung, memperkuat barisan dan menghancurkan Mataram.
Mari kalian semua berkemaslah dan bersama kami sekarang juga berangkat ke Blambangan. Di sana telah dipersiapkan tempat penampungan yang enak dan menyenangkan untuk kalian."
Ki Mundingsosro mengerutkan alisnya dan dia menjawab, suaranya tegas. "Maaf, Adi Resi dan Adi Bhagawan! Kalau itu bantuan yang Andika maksudkan, kami tidak dapat membantu. Kami tidak ingin terlibat dalam perang yang tidak kami mengerti siapa yang salah dan siapa yang benar."
"Ki Mundingsosro!" Resi Sapujagad suaranya mulai keras dan ketus. "Andika tidak mengerti ataukah pura-pura tidak mengerti" Menentang Mataram merupakan perjuangan semua kawula Blambangan dan hal itu merupakan kewajiban bagi setiap orang gagah yang menjadi kawula
Blambangan!"
"Maaf Adi Resi, akan tetapi gerakan Kadipaten Blambangan itu dapat juga dikatakan sebagai 223
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com pemberontakan dan tentu saja hal ini tidak benar karena perang antara bangsa sendiri senusantara akan mendatangkan malapetaka dan berakibat jatuhnya banyak kosban. Kalau Kadipaten Blambangan, seperti kerajaan Mataram, berperang melawan Belanda, tentu kami siap sedia membantu dengan taruhan nyawa, untuk mempertahankan tanah air dan melindungi bangsa kita dari cengkeraman bangsa Belanda itu."
"Ki Mundingsosro!" kini Resi Sapujagad
membentak sambil bangkit berdiri dari kursinya.
"Musuh utama Blambangan bukan Kumpeni Belanda, melainkan Mataram! Kalau andika tidak mau membantu Blambangan menentang Mataram, berarti Andika hendak membela Mataram!"
Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo juga bangkit berdiri ketika melihat betapa Bhagawan Dewokaton juga berdiri seperti Resi Sapujagad dengan sikap marah dan menantang.
"Resi Sapujagad," kata Ki Mundingsosro
dengan sikap tenang dan suara tegas, "kalaupun kami membela Mataram, hal itu sudah semestinya. Kami termasuk kawula Mataram, bukan kawula
Blambangan."
"Babo-babo! Jadi kalian ini membujuk para kawula Blambangan untuk berkhianat terhadap 224
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Blambangan dan menjadi antek Mataram" Heii, Saudara-saudara dari Blambangan. Apakah kalian sudi mengekor Mundingsosro dan Mundingloyo untuk mengkhianati Blambangan dan membantu musuh, yaitu Mataram yang angkara murka?"
Para anggauta Sardula Cemeng itu memandang dua orang tamu yang marah itu dengan mata bersinar dan alis berkerut. Mereka kebanyakan adalah orang dari Blambangan yang memang melarikan diri dari Blambangan karena merasa ditekan oleh para pejabat Kadipaten Blambangan dan sebagai anggauta Sardulo Cemeng mereka merasa memperoleh kehidupan yang lebih tenteram dan baik. Seorang di antara mereka yang usianya sudah lima puluh tahun dan merupakan anggauta yang sudah belasan tahun dan mengenal siapa adanya dua orang utusan Kadipaten Blambangan itu tiba-tiba berkata lantang.
"Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton, kami mengenal siapa adanya Andika berdua yang sama sekali bukan kawula Blambangan melainkan pertapa dari Gunung Merapi dan Gunung Bromo.
Mengapa kini membantu Blambangan dan menentang Mataram" Andika berdua inilah yang mengkhianati Mataram. Kami memang kawula Blambangan, namun kami tidak sudi diperalat Adipati Blambangan yang 225
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com lalim, dibantu orang-orang jahat pula. Andika berdua jangan coba-coba membujuk kami ...."
Tiba-tiba Resi Sapujagad menggerakkan tangan kanannya dan sinar merah meluncur ke arah orang yang bicara itu. Cepat sekali sinar merah itu menyambar dengan bunyi berkeritikan dan tahu-tahu untaian tasbeh merah itu sudah menghantam leher anggauta Sardulo Cemeng ini tanpa yang diserang sempat mengelak atau menangkis sama sekali.
Hebatnya, begitu menghantam leher orang itu, seuntai tasbeh warna merah itu sudah melayang kembali ke arah Resi Sapujagad dan diterima dengan tangan kirinya! Anggauta Sardulo Cemeng yang berani mengeluarkan kata-kata bernada keras tadi roboh, menggelepar sebentar lalu tewas dengan leher penuh tanda menghitam seperti dibakar!
Tentu saja keadaan mejadi gempar. Para
anggauta Sardulo Cemeng mencabut senjata masing-masing dan bersiap siaga untuk mengeroyok dua orang pengacau itu, menanti aba-aba dari kedua orang pimpinan mereka.
Melihat keadaan ini, yang cukup berbahaya bagi mereka kalau dikeroyok demikian banyaknya orang, dua orang pertapa utusan Blambangan itu lalu berlompatan keluar mencari ruangan yang luas, 226
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com mereka berdua siap menghadapi pengeroyokan.
Semua anggauta Sardulo Cemeng kini sudah membuat lingkaran lebar untuk mengepung dua orang itu. Akan tetapi tetap saja mereka tidak berani bergerak menyerang sebelum mendapat perintah dua orang ketua mereka.
Akan tetapi Ki Mundingsosro dan Ki
Mundingloyo bukan orang-orang yang berjiwa pengecut. Mereka tidak akan mengandalkan pengeroyokan anak buah mereka kalau mereka belum menghadapinya sendiri. Kalau keadaan terpaksa dan untuk membela diri barulah mereka akan
mengerahkan anak buah mereka. Mereka tahu bahwa dua orang pertapa itu sakti mandraguna, akan tetapi kalau belum melawannya sndiri, satu lawan satu, mereka tidak merasa puas. Mereka pun sama sekali tidak merasa jerih.
Dua orang ketua itu dengan langkah tenang lalu menyusul keluar. Para anak buah mereka memberi jalan sehingga mereka berdua dapat memasuki lingkaran dan berhadapan dengan Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton.
Dengan sikap tenang namun wajahnya keras dan suaranya penuh wibawa Ki Mundingsosro lalu berkata. "Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton, 227
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Andika berdua sudah mendengar jawaban kami.
Kalau Andika berdua datang mengajak kami untuk membantu Blambangan menentang Mataram,
Perkumpulan Sardulo Cemeng sama sekali tidak menerima ajakan itu. Kami tidak ingin terlibat pemberontakan. karena itu harap Andika berdua pulang dan laporkan kepada Adipati Blambangan bahwa kami tidak bersedia membantu."
"Ki Mundingsosro! Kami adalah utusan sang Adipati Blambangan dengan kekuasaan sepenuhnya untuk bertindak apabila perintah Sang Adipati itu kalian tolak!"
Ki Mundingsosro tersenyum, "Hemm, sikapmu itu jelas menyombongkan kedudukan dan sikap sewenang-wenang seorang yang diberi kekuasaan oleh junjungannya. Karena kami jelas menolak perintah itu, lalu Andika berdua hendak bertindak bagaimanakah terhadap kami?"
Resi Sapujagad memandang rendah kepada dua orang ketua Sardulo Cemeng itu, akan tetapi dia melihat para anggauta perkumpulan itu yang sudah mengepung dalam bentuk lingkaran luas, dia menjadi ragu-ragu juga. Tidak akan mudah menghadapi pengeroyokan demikian banyaknya orang, apalagi mereka itu sebagian besar adalah orang-orang 228
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Blambangan, berarti kawula sendiri. Maka dia lalu menoleh ke arah Bhagawan Dewokaton dan berkata dengan suara bernada mengejek seperti orang main-main.
"Eh, Adi Bhagawan dewokaton, bagaimana
pendapatmu" Apa yang akan kita lakukan terhadap para pembangkang ini?"
"Ha-ha-heh-heh-heh, melakukan apalagi kalau tidak memberi jeweran kepada mereka" He, Ki Mundingsosro, apakah penolakanmu itu berarti bahwa Andika berdua menantang kami untuk mengadu kesaktian?"
"Kami tidak pernah mencari musuh, tidak menentang siapa-siapa, akan tetapi kalau ada orang hendak memaksakan kehendaknya kepada kami, tentu kami melawannya!"
"Ha-ha-ha, itu sama saja dengan menantang kami! Sekarang begini saja. Andika berdua boleh bertanding mengadu kesaktian dengan kami berdua.
Kalau kami yang kalah dan masih hidup, kami akan kembali ke Blambangan, kalau kami mati, sudahlah.
Akan tetapi kalau Andika berdua kalah, hidup atau mati, semua anggauta Sardulo Cemeng harus berangkat sekarang juga ke Blambangan dan memperkuat pasukan Blambangan untuk menghadapi 229
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Mataram. Heh-heh, bagaimana pendapat kalian"
Suadah adil, bukan?"
"Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton, Andika berdua sungguh orang-orang sombong yang mau enaknya sendiri. Tanpa diundang kalian datang berkunjung, hendak memaksakan kehendak kalian kepada kami, bahkan telah membunuh seorang anggauta kami. Dan sekarang kalian masih hendak mengadakan syarat dan peraturan sendiri! Kami berdua tidak dapat memaksa para anggauta kami.
Kalau mereka hendak membantu Blambangan, silakan pergi. Kami tidak mau tahu akan usul kalian tadi.
Sekarang kami yang menentukan. Kalian pergilah dan kami masih mau melupakan kematian anggauta kami.
Kalau kalian memaksa, kami terpaksa menggunakan kekerasan mengusir kalian!"
"Ha-ha-ha! Kiranya dua orang ketua Sardulo Cemeng hanya pengecut, beraninya main keroyokan mengandalkan banyaknya anggauta untuk
mengeroyok kami yang hanya berdua. Huh, licik dan curang!" Bhagawan Dewokaton tertawa mengejek.
Pantang bagi laki-laki gagah untuk menerima sebutan pengecut curang. Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo marah sekali. Mereka sudah mencabut senjata masing-masing. Ki Mundingsosro mencabut 230
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com sebatang golok mengkilat dan Ki Mundingloyo mengeluarkan sebatang tombak trisula yang menjadi senjata andalannya.
"Minggatlah kalian! Kalau tidak, kami akan menyerang!" bentak Ki Mundingloyo sambil melintangkan tombak trisulanya di depan dada.
Dua orang utusan Blambangan itu merasa
girang bahwa mereka berhasil memancing kemarahan dua orang ketua Sardulo Cemeng itu sehingga mereka ingin bertanding satu lawan satu karena tidak ingin disebut pengecut curang. Melihat dua orang itu sudah siap menyerang, Resi Sapujagad memutar tasbeh merahnya dengan tangan kanan sedangkan Bhagawan Dewokaton mencabut pedangnya yang mengeluarkan sinar hitam.
"majulah, hendak kami lihat sampai di mana kehebatan dua orang ketua Sardulo Cemeng yang usianya sudah hampir tujuh puluh tahun ini menerjang. Setua itu, tokoh yang bertubuh tinggi besar bermuka merah itu ternyata masih gesit.
sambaran goloknya mengeluarkan suara mengaung dan goloknya berubah menjadi sinar berkelebat menyilaukan mata. Gerakannya masih cepat dan kuat sehingga merupakan serangan yang cukup dahsyat.
231 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bagus!" Resi Sapujagad memutar tasbehnya dengan cepat sehingga senjata istimewa itu berubah menjadi gulungan sinar merah. Sinar golok yang menyambar itu bertemu dengan sinar merah yang berputaran.
"Cring-cring, tranggg ....!" Tampak bunga api berhampuran ketika dua senjata itu saling bertemu beberapa kali, menunjukkan bahwa dua senjata itu selain ampuh, juga didorong tenaga yang kuat. Dua kakek sakti itu segera terlibat dalam sebuah perkelahian yang seru. Maklum bahwa lawan memiliki kepandaian tinggi, mereka mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan jurus-jurus terampuh mereka dalam usaha mereka untuk mencapai kemenangan. Pertandingan itu menjadi perkelahian mati-matian, bukan sekedar mengadu kesaktian untuk melihat siapa yang lebih unggul.
Serangan-serangan mereka, baik yang menggunakan pedang maupun yang menggunakan tasbeh
merupakan sambaran tangan maut yang kalau mengenai sasaran dengan tepat pasti mendatangkan kematian.
Melihat rekannya sudah bertanding melawan Ki Mundingsosro dan dia yakin bahwa rekannya pasti 232
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menang, Bhagawan Dewokaton menghampiri ki Mundingloyo dan tertawa bergela mengejeknya.
"Ha-ha-ha-ha-heh-heh, apakah engkau tidak berani melawan aku dan hanya menjadi penonton saja, Ki Mundingloyo?"
Ki Mundingloyo mengerutkan alis, memandang Bhagawan
Dewokaton dengan marah lalu membentak. "Babi sombong, makan trisulaku!" Dia
lalu menyerang dengan tombak trisulanya yang bergerak cepat seperti kilat menyambar.
"Singggg .... trang-trang-tranggg .... !" Trisula bertemu dengan pedang hitam dan bunga api berpijar.
233 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Mereka lalu saling menyerang dengan tidak kalah dahsyatnya dibandingkan pertandingan pertama.
Pelataran rumah yang tadinya meriah dengan pesta yang gembira dan dirayakan seluruh penduduk perkampungan Sardulo Cemeng, kini berubah menjadi arena perkelahian empat orang itu. Suasana gembira berubah menjadi suasana yang menegangkan.
Anak-anak dan para wanita sudah lari memasuki rumah dan semua anggauta Sardulo Cemeng kini berkumpul dipelataran itu. mereka kini telah menjadi pasukan yang wajahnya dicoreng moreng dengan arang sehingga tampak menyeramkan. Memang inilah kebiasaan para anggauta Sardulo Cemeng. Begitu menghadapi kemungkinan bertempur, beberapa orang datang membawa bubuk arang dan mereka segera melumuri muka mereka dengan coreng moreng.
Peraturan ini memang sejak dulu dikenakan oleh Ki Mundingsosro yang dahulu di waktu muda pernah menjadi kepala suku yang masih liar di pedalaman Borneo (Kalimantan) dan kebiasaan suku liar yang mencoreng moreng muka mereka kalau sedang berperang itu diterapkan kepada para anggauta Sardulo Cemeng dengan maksud untuk menambah semangat mereka dan agar wajah mereka tidak dapat dibedakan atau dikenal.
234 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Akan tetapi setelah lewat sekitar lima puluh jurus, mulailah tampak bahwa tingkat kepandaian dua orang utusan Blambangan itu masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat dua orang ketua Sardulo Cemeng itu. Kakak beradik itu mulai terdesak dan terus mundur, sama sekali tidak sempat membalas serangan, hanya mampu mengelak dan menangkis saja.
Kalau saja dua orang utusan Blambangan itu menghendaki, tentu tanpa banyak kesulitan mereka akan dapat membunuh dua orang ketua Sardulo Cemeng itu. Akan tetapi mereka tidak mau melakukan ini karena merasa khawatir kalau mereka membunuh dua orang pimpinan ini, para anggauta perkumpulan itu menjadi sakit hati dan tidak mau memenuhi permintaan Kadipaten Blambangan untuk membantu.
Mereka hanya ingin merobohkan dua orang pimpinan itu tanpa membunuh, untuk memperlihatkan para anggauta bahwa mereka jauh lebih sakti sehingga mereka mau tunduk dan mengikuti mereka ke Blambangan. Apalagi melihat betapa kini wajah semua anggauta dicoreng moreng, dua orang pertapa itu menjadi ngeri juga. Orang-orang seperti itu tentu akan menjadi nekat kalau sudah bertempur. Maka mereka lalu mengambil keputusan untuk segera 235
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com mengakhiri pertandingan itu dan memperlihatkan kepada para anggauta Sardulo Cemeng bahwa mereka lebih sakti daripada dua orang ketua mereka.
"Hyaaaahhh ....!" Resi Sapujagad membentak dan tubuh Ki Mundingsosro terjengkang roboh oleh sambaran kaki Sang Resi.
"Haaaittt ....!" Ki Mundingloyo juga
terpelanting roboh terkena dorongan tangan kiri Bhagawan Dewokaton yang mengenai pundaknya.


Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua orang ketua Sardulo Cemeng itu bangkit duduk sambil menyeringai menahan rasa nyeri. Pada saat itu, para anggauta Sardulo Cemeng yang tadi mengepung dan hanya menonton, begitu melihat dua orang pemimpin mereka roboh, serentak lalu menyerang dua orang utusan Blambangan itu dengan senjata mereka sambil berteriak-teriak seperti yang diajarkan oleh Ki Mundingsosro. Bertempur dengan muka coreng-moreng dan berteriak-teriak seperti itu berpengaruh besar sekali untuk membikin gentar hati lawan.
Dua orang utusan Blambangan itu terkejut sekali. Mereka segera menangkis serangan keroyokan itu dan membuat beberapa orang terpental.
"Heii!! Semua mundur ....!! " Ki Mundingsosro membentak nyaring dan mendengar bentakan 236
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com pemimpin mereka ini, para anggauta Sardulo Cemeng segera menghentikan serangan mereka dan mundur.
Kedua orang ketua Sardulo Cemeng itu lalu melangkah maju menghampiri kedua orang
lawamnnya. "Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton, kami bukan pengecut yang main keroyokan. Mari kita lanjutkan pertandingan kita!" kata Ki Mundingsosro sambil melintangkan goloknya di depan dada.
"Akan tetapi kalian sudah kalah!" kata Resi Sapujagad.
"Kami baru mengaku kalah kalau kami sudah tidak mampu melakukan perlawanan lagi!" kini Ki Mundingloyo yang berkata dengan suara lantang dan tegas.
"Ha-ha-ha-heh-heh, dua orang keras kepala!
Apakah kalian tidak tahu bahwa kami sengaja bersikap lunak kepada kalian" Apakah kalian ingin mampus?" kata Bhagawan Dewokaton sambil tertawa-tawa mengejek.
"Untuk membela diri dan mempertahankan
kebenaran, kami tidak takut mati! Andika berdua pergilah dan jangan ganggu perkumpulan kami, Atau kalau Andika memaksa, kami akan melawan sampai mati!"
237 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Mendengar ucapan Ki Mundingsosro ini, Resi Sapujagad yang wataknya keras itu menjadi marah.
"Hemm, daripada melihat orang-orang Blambangan membela Mataram dan menentang kadipaten sendiri, lebih baik kalian semua mati di tangan kami!" Setelah berkata demikian, Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton lalu menerjang maju, disambut dengan nekat oleh dua orang ketua Sardulo Cemeng itu. akan tetapi karena mereka berdua memang kalah kuat dan kini dua orang pertapa itu menyerang dengan sungguh-sungguh, begitu senjata mereka bertemu, kedua orang ketua Sardulo Cemeng ini terdorong ke belakang sampai terhuyung. Mereka bukan hanya kalah dalam hal ilmu silat, namun juga tenaga mereka tidak mampu mengimbangi dua orang utusan Blambangan yang memperkuat tenaga sakti mereka dengan ilmu sihir yang mereka kuasai.
Para anggauta Sardulo Cemeng yang merasa berhutang budi kepada kedua orang pimpinannya dan sangat menghormati dan menyayang mereka, kembali bergerak hendak mengeroyok. Mereka tidak rela melihat dua orang pimpinan mereka terancam maut.
"Berhenti dan mundur semua!" tiba-tiba
terdengar suara melengking nyaring dan begitu berwibawa sehingga semua orang berhenti dan 238
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com mundur. Suara itu lembut, namun mengandung wibawa yang memaksa mereka menaruh perhatian.
Bahkan Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton sendiri pun terpengaruh dan menghentikan gerakan mereka lalu bersama para anggauta Sardulo Cemeng menoleh dan memandang ke arah datangnya suara tadi. Juga Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo memutar tubuh memandang. Mereka melihat seorang pemuda berusia dua puluh tahun lebih melangkah dengan tenang memasuki pekarangan. Pemuda itu berpakaian tidak mewah namun pantas dan bersih.
Tubuhnya tinggi tegap tampak kuat dan jantan.
Rambutnya yang hitam agak keriting, dahinya lebar, alisnya hitam tebal. Sepasang mata yang lebar itu bersinar tajam sekali dan terkadang mencorong, namun lembut. Hidungnya besar mancung dan bibir yang lebih banyak terkatup itu membentuk sifat gagah bersemangat. Dagunya dihias lekukan di tengah.
Resi Sapujagad membentak pemuda itu setelah datang dekat dan disambut pandang mata heran oleh semua orang yang sama sekali tidak mengenalnya.
"Hei! Siapakah engkau! Mau apa mencampuri urusan kami?"
Pemuda itu memandang ke sekelilingnya, sinar matanya mencari-cari lalu dia berkata, suara dan 239
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com nadanya lembut. "Saya datang ke sini untuk bertemu dengan pimpinan Perkumpulan Sardulo Cemeng."
"Kami pimpinan Sardulo Cemeng!" kata Ki Mundingsosro tegas.
Pemuda itu memandang kepada ketua Sardulo Cemeng itu dengan sinar mata penuh perhatian dan wajahnya berseri, mulutnya tersenyum.
"Apakah Andika bernama Ki Mundingsosro?"
Ki Mundingsosro mengerutkan alisnya dan menatap wajah pemuda itu penuh perhatian, menduga-duga apakah pemuda ini datang sebagai kawan atau lawan.
"Benar, aku Ki Mundingsosro."
Di luar dugaan semua orang, tiba-tiba pemuda itu menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Ki Mundingsosro dan menyembah. "Eyang, terimalah sembah sungkem cucunda."
"Eh-eh, siapakah andika, orang muda?"
"Eyang, saya adalah putera Ibu Retno Susilo."
Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo
terbelalak. Ki Mundingsosro lalu memegang kedua pundak pemuda itu dan mengangkatnya agar berdiri, lalu mengamati wajah pemuda itu.
"Ahh, engkau .... engkau .... Bagus Sajiwo yang hilang itu?"
240 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Benar, Eyang. Saya sudah kembali ke rumah Ayah dan Ibu di gunung kami."
"Aih, bahagia sekali kami dapat kunjungan dari cucu kami, Bagus Sajiwo. Ini adalah Paman Kakekmu, Ki Mundingloyo."
Bagus Sajiwo lalu memberi hormat pula kepada Ki Mundingloyo. Sementara itu, Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton sudah tidak sabar menyaksikan adegan pertemuan yang bahagia dari kakek dan cucunya itu.
"Hei, Ki Mundingsosro dan ki Mundingloyo, tidak ada gunanya kalian mengulur-ulur waktu dan mengalihkan perhatian untuk urusan keluarga kalian!
Hayo kita selesaikan urusan di antara kita!" bentak Resi Sapujagad."
Ki Mundingsosro berkata kepada cucunya.
"Bagus Sajiwo, engkau masuklah dulu dan menanti dalam rumah, kami harus menghadapi dulu dua orang utusan Blambangan ini."
"Eyang, perkenankanlah saya mewakili Eyang berdua menghadapi mereka." kata Bagus Sajiwo dan dia lalu membalikkan tubuhnya dan melangkah maju menghampiri dua orang itu. Sejenak dia saling berpandangan dengan dua orang utusan Blambangan itu. Bagus Sajiwo segera mengenal dua orang itu.
241 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Kurang lebih empat tahun yang lalu, dia bersama Maya Dewi pergi ke muara Sungai Lorog dan di pondok itu berkumpul banyak tokoh yang bermaksud mencari Jamur Dwipa Suddhi dan Maya Dewi memberitahu kepadanya, menyebut nama para tokoh itu satu demu satu. Bagus Sajiwo mempunyai ingatan yang amat kuat dan tajam. Sekali diperkenalkan, dia tidak mudah lupa wajah dan nama orang. Maka begitu melihat dua orang itu, dia tahu bahwa mereka adalah Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton. Dia juga ingat bahwa dua orang itu tidak ikut mengeroyok Maya Dewi dan ketika terjadi keributan di pondok Raden Jaka Bintara Pangeran Banten di dekat muara Sungai Lorog itu.
Akan tetapi sebaliknya, dua orang utusan Blambangan itu tidak mengenal Bagus Sajiwo. Kalau mereka berdua yang sudah tua tidak mengalami perubahan jasmani mereka, sebaliknya keadaan tubuh dan wajah Bagus Sajiwo selama empat tahun ini tentu saja banyak berubah, dari remaja menjadi dewasa.
Ketika mereka melihatnya bersama Maya Dewi, usia Bagus Sajiwo baru enam belas tahun dan sekarang dia sudah berusia dua puluh tahun lebih.
Setelah beberapa saat lamanya saling
berpandangan, Bagus Sajiwo lalu berkata dengan 242
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com suara lembut. "Andika berdua adalah pendeta, pertapa yang menjauhi urusan duniawi dan membersihkan batin di pegunungan yang sunyi, mengapa andika berdua kini datang ke sini dan saya melihat Andika berdua membuat keributan" Apakah yang Andika kehendaki sebenarnya?"
"Ha-ha-ha, bocah masih ingusan, jangan
lancang! Mundurlah dan biarkan Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo menghadapi kami. Ini urusan orang tua, anak kecil tidak boleh mencampuri!"
"Saya mewakili kedua Eyang Mundingsosro dan Mundingloyo untuk menghadapi Andika berdua.
Sang Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton, kalau ada urusan dengan kedua Eyang saya, bicarakan dengan saya yang menjadi wakil mereka."
Dua orang utusan Blambangan itu saling
pandang dan membelalakkan kedua mata mereka.
"He, bocah! Engkau telah mengenal kami" Siapakah namamu?"
"Nama saya Bagus Sajiwo. Nah, katakan,
apakah yang menyebabkan Andika berdua membuat keributan di sini?"
Tiba-tiba Bhagawan Dewokaton tertawa
bergelak. "Ha-ha-ha-ha!" Suara tawanya itu mengandung getaran kuat sekali sehingga terasa dan 243
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com mengejutkan semua anggauta Sardulo Cemeng.
kemudian, Bhagawan Dewokaton yang bertubuh gendut itu mengeluarkan perintah yang amat berwibawa, yang datang bagaikan gelombang menerpa batin Bagus Sajiwo.
"Bagus Sajiwo, Andika berhadapan dengan kami yang sepenuhnya Andika hormati! Hayo berlutut dan menyembahlah, beri hormat kepada kami seperti seorang anak yang baik!"
Ketika tertawa dan mengeluarkan ucapan ini, Bhagawan Dewokaton telah menggunakan ilmu sihir yang dia kerahkan sekuat tenaga, maka tidak mengherankan bahwa suaranya mengandung getaran wibawa yang kuat sekali. Demikian kuatnya mengaruh perintahnya itu sehingga walaupun yang diperintahnya itu Bagus Sajiwo, namun ada beberapa orang anggauta Sardulo Cemeng yang tidak kuat dan otomatis mereka bertekuk lutut menyembah!
Akan tetapi Bagus Sajiwo sama sekali tidak terpengaruh. Gelombang yang menyerangnya itu seolah merupakan angin lalu saja yang lewat tanpa meninggalkan bekas.
Melihat ini, Resi Sapujagad menjadi penasaran dan dia segera membantu rekannya, mengerahkan kekuatan sihir dan dia menuding ke arah Bagus 244
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Sajiwo sambil berseru, "Bagus Sajiwo, dengar dan taati perintah Bhagawan Dewokaton tadi. Berlutut dan menyembahlah engkau kepada kami!"
Kini kedua orang kakek itu menyatukan tenaga sakti mereka dan mengerahkan kekuatan sihir untuk mempengaruhi Bagus Sajiwo karena begitu pemuda itu terpengaruh dan menaati perintah mereka, maka selanjutnya mereka akan dapat membuat pemuda itu tunduk dan taat kepada mereka berdua.
Akan tetapi, biarpun kini lebih banyak lagi anggauta Sardulo Cemeng yang berlutut terpengaruh sihir mereka, bahkan kedua orang ketua Sardulo Cemeng berdiri memejamkan mata mengerahkan kekuatan batin agar tidak jatuh berlutut dan menyembah, Bagus Sajiwo tetap berdiri tegak dan tersenyum. Semula tidak akan berbuat sesuatu dan membiarkan saja serangan ilmu sihir yang tidak mempengaruhinya itu. Akan tetapi ketika dia menoleh dan melihat banyak anggauta Sardulo Cemeng berlutut menyembah, bahkan kedua orang kakeknya juga bersusah payah bertahan agar tidak terpengaruh, dia lalu memandang ke arah dua orang utusan Blambangan itu dan berkata dengan suara lembut.
"Resi Sapujagad dan Bhagawan Dewokaton, kalian berdua mempunyai kaki sendiri, mengapa 245
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menyuruh orang lain berlutut" Kalian berlututlah sendiri!"
Sungguh luar biasa. Dua orang kakek sakti itu tiba-tiba saja bertekuk lutut karena kekuatan sihir mereka seolah membalik dan memaksa mereka sendiri untuk berlutut! Akan tetapi begitu bertekuk lutut, mereka sadar akan keadaan yang berlawanan dengan yang mereka kehendaki itu dan mereka cepat mengerahkan tenaga sakti, berseru keras dan melompat berdiri.
"Aaaaghhh ....!"
Pada saat itu, para anggauta Sardulo Cemeng yng tadinya terkejut juga sadar dan mereka bangkit berdiri dan dengan penuh perhatian, mereka memandang ke arah Bagus Sajiwo yang menghadapi dua orang kakek sakti itu. Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo yang tadinya mengkhawatirkan keselamatan Bagus Sajiwo, kini mengerti bahwa cucu mereka ini cukup tangguh sehingga mampu melawan dan mengalahkan sihir dua orang lawannya. Maka mereka juga kini memandang dengan kagum dan penuh harapan akan dapat tertolong oleh pemuda itu.
Diam-diam Ki Mundingsosro merasa terharu dalam hatinya yang selama bertahun-tahun telah menjadi keras itu. Dia baru dua tiga kali melihat cucunya ini, 246
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com itupun ketika cucunya masih kecil. Kemudian cucunya ini diculik orang dan hilang sejak berusia enam tahun. Kini, telah menjadi dewasa dan begitu muncul telah berusaha menyelamatkan dia dan perkumpulannya dari ancaman dua orang utusan Blambangan yang amat sakti itu. Dia tahu bahwa kalau tidak muncul Bagus Sajiwo, bukan mustahil sekarang dia dan Ki Mundingloyo telah tewas oleh musuh.
Dua orang pertapa itu kini maklum bahwa pemuda yang tadinya mereka pandang remeh itu ternyata mampu membuat serangan mereka membalik sehingga mengenai diri mereka sendiri! Kini mereka berdua berdiri dan memandang wajah Bagus Sajiwo dengan penuh perhatian.
"Hemm, Bagus Sajiwo, sebenarnya, siapakah Andika" Bagaimana andika dapat mengenal kami?"
tanya Resi Sapujagad, kini tidak berani memandang rendah.
"Sudah saya katakan bahwa nama saya Bagus Sajiwo dan saya cucu Eyang Mundingsosro. Saya masih ingat kepada Andika berdua karena kita pernah saling bertemu, beberapa tahun yang lalu di dekat Muara Sungai Lorog, di pondok Raden Jaka Bintara."
247 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Muara Sungai Lorog ....?" Resi Sapujagad mengingat-ingat.
"Aha, aku ingat sekarang! Di pondok Raden Jaka Bintara! Benar, Kakang Resi, dia ini adalah pemuda yang datang bersama Maya Dewi itu!"
"Ohh ....!" Resi Sapujagad teringat sekarang.
Ketika itu, banyak tokoh sakti berdatangan dan berkumpul di Muara Sungai Lorog tepi Laut Kidul untuk mencari dan memperebutkan Jamur Dwipa Suddhi yang kabarnya muncul di tempat itu. Mereka semua mendapat undangan dari Pangeran Banten yang bernama Raden Jaka Bintara dan paman gurunya, Kyai Gagak Mudra yang mendirikan sebuah pondok di tempat itu. Kemudian terjadi keributan dan perkelahian ketika Maya Dewi muncul dan tokoh yang mereka semua kenal sebagai Iblis Betina itu membuat kejutan besar dengan tindakannya yang membantu Ki Sumali pendekar Loano yang oleh semua tokoh dituduh sebagai seorang telik sandi Mataram. Akan tetapi ketika semua orang mengeroyok Maya Dewi yang dibantu seorang pemuda remaja yang amat sakti, mereka berdua tidak mau ikut mengeroyok. Mereka berdua mengikuti sikap Wiku Menak Jelangger yang meninggalkan pondok dan mereka bersamadhi semalam di tepi Laut 248
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Kidul, kemudian mendapatkan wangsit (bisikan gaib) bahwa Jamur Dwipa Suddhi sudah tidak ada di tempat itu, maka mereka lalu pergi meninggalkan Muara Sungai Lorog dan kembali ke tempat tinggal masing-masing. Sekarang, tanpa disangka-sangkanya mereka bertemu dengan Bagus Sajiwo, pemuda yang dulu masih remaja namun sudah sakti mandraguna itu!
Akan tetapi pemuda itu kini membela Sardulo Cemeng, berarti menentang Blambangan yang mereka bela.
"Kiranya engkau pemuda yang dulu bersama Maya Dewi membuat keributan di Muara Sungai Lorog itu, Bagus Sajiwo!" kata Resi Sapujagad.
"Sang Resi dan Sang Bhagawan, dahulu itu saya melihat Andika berdua tidak ikut mengeroyok kami sehingga saya mendapatkan kesan baik terhadap Andika berdua. Akan tetapi mengapa Andika berdua kini membuat keributan di sini?"
"Bagus sajiwo, bukan kami yang membuat
keributan. Ketahuilah bahwa kami adalah utusan Sang Adipati Blambangan untuk mengajak Sardulo Cemeng membantu Kadipaten Blambangan dalam perjuangannya melawan Mataram. Akan tetapi Sardulo Cemeng menolaknya. Kami sudah mendapat kekuasaan penuh dari sang adipati Blambangan untuk 249
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menindak Sardulo Cemeng yang menolak perintah itu."
"Sang Resi Sapujagad, Kanjeng Eyang
bukanlah kawula Blambangan sudah jamak kalau dia menolak ajakan Kadipaten Blambangan itu."
"Akan tetapi hampir semua anggauta Sardulo Cemeng adalah kawula Blambangan sehingga kalau mereka tidak mau membela Blambangan dan membela Mataram merupakan pengkhianatan yang patut dihukum."
Bagus Sajiwo menoleh dan memandang Ki
Mundingsosro. "Eyang, saya sudah mendengar dari Kanjeng Ibu bahwa kebanyakan anggauta Sardulo Cemeng adalah kawula Blambangan. Kini ada panggilan dari Kadipaten Blambangan kepada para kawulanya, bagaimana pendapat Eyang tentang hal ini?"
"bagus sajiwo, aku dan Paman Kakekmu Ki Mundingloyo tidak pernah memaksakan kehendak kami sendiri. Kami menyerahkan kepada para anggauta yang menjadi kawula Blambangan untuk mengambil keputusan. Kalau mereka hendak membela Blambangan, kami sama sekali tidak melarangnya."
250 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Nah, Andika berdua sudah mendengar sendiri jawaban Eyang. Sekarang biar kita tanyakan saja kepada para anggauta Sardulo cemeng. Siapa di antara kalian yang ingin membela Blambangan dan menaati perintah Sang Adipati Blambangan, silakan angkat tangan!"
Mereka semua menunggu dan melihat, akan tetapi tidak ada seorang pun yang mengangkat tangannya ke atas!
"Sekarang harap Andika semua menjawab
dengan jujur, hanya dengan kata ya atau tidak.
Bersediakah Andika sekalian menaati perintah Sang Adipati Blambangan untuk membantu Blambangan menentang Mataram?"
Kini serentak terdengar jawaban dari mulut orang-orang yang mukanya penuh coreng-moreng itu.
"Tidaaakkk ....!!"
Bagus Sajiwo tersenyum memandang kepada dua orang pertapa itu.
"Nah, Sang Resi dan Sang Bhagawan, Andika berdua sudah mendengar sendiri. Mereka semua tidak mau menerima permintaan atau anjuran Kadipaten Blambangan, mengapa Andika berdua hendak menggunakan paksaan?"
251 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Heh-heh, tentu saja karena mereka semua itu sudah makan hasutan kedua orang ketuanya!" kata Bhagawan Dewokaton sambil menyeringai.
"Tidak mungkin, Sang Bhagawan Dewokaton.
Mereka bukanlah penjahat yang mudah dihasut.
Mereka adalah orang-orang gagah yang selalu menentang kejahatan dan membela kebenaran dan keadilan. Kalau kini mereka menolak ajakan Blambangan, tentu mereka melihat bahwa
Blambangan berada dipihak yang tidak benar. Saya mendengar tadi bahwa Blambangan hendak
menentang Mataram. Jelas bahwa hal ini tidaklah benar karena Mataram dan Blambangan masih sebangsa, senusantara. Musuh kita bersama adalah Kumpeni Belanda. Saya akan mencoba bertanya kepada mereka. "Hei, Saudara-saudara anggauta Sardula Cemeng, jawablah sejujurnya. Kalau Andika sekalian diajak untuk menentang Kumpeni Belanda, apakah kalian siap?"
Jawabannya juga riuh dan lantang. "Siap ....!!"
Bagus Sajiwo kini berkata dengan suara tegas,
"Andika berdua sudah melihat dan mendengar semua.
Sekarang, sebagai wakil Sardulo Cemeng saya minta kepada Andika berdua untuk meninggalkan kami dan menghentikan percobaan memaksa kami."
252 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Babo-babo, Bagus Sajiwo! seperti kami
katakan tadi, kami adalah utusan Sang Adipati Santa Guna Alit di Blambangan dan kami telah diberi kekuasaan dan semua purbawisesa (keputusan tindakan) berada ditangan kami. Kami tidak akan mendahului keputusan Sang Adipati Blambangan.
Oleh karena itu, kami terpaksa harus membawa dua orang ketua Sardulo Cemeng menghadap Sang Adipati yang akan memberi keputusan terakhir."
"Eyang Mudingsosro dan Eyang Mundingloyo, bersediakah Eyang berdua diajak kedua orang utusan Blambangan ini untuk pergi menghadap Sang Adipati di Blambangan?" Bagus Sajiwo menoleh kepada dua orang tua yang berdiri di belakangnya.
"Tidak! Kami tidak ada kesalahan apapun, dan kami bukan kawula Blambangan yang harus patuh kepada perintah Adipati Blambangan!" kata Ki Mundingsosro dengan tegas.
"Nah, Sang Resi dan Sang Bhagawan, Andika berdua sudah mendengar sendiri bahwa kedua Eyang saya tidak mau Andika ajak ke Blambangan."
**kz** 253 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Jilid VI
ABO-BABO, keparat!" Resi Sapujagad
membentak. "Kalau begitu terpaksa kami
B akan menggunakan kekerasan, menyeret
mereka ke Blambangan!"
"Hemm, Andika hendak bertindak sewenang-wenang" Saya juga terpaksa akan menghalangi Andika."
"Bocah sombong, terima ini!" Resi Sapujagad menggerakkan tangannya dan sinar merah menyambar ke arah Bagus Sajiwo dengan suara berkeritikan nyaring. Itulah senjata istimewa tasbeh merah yang dapat terbang menyerang lawan lalu kembali ke tangan pemiliknya.
Bagus Sajiwo maklum bahwa kedua orang
lawannya ini memiliki kesaktian, melihat sinar merah menyambar itu pun dia tahu bahwa serangan itu berbahaya. Akan tetapi dengan sikap tenang, tanpa mengubah kedudukan tubuhnya, dia menggerakkan tangan kirinya menyambut dan telapak tangan kirinya menampar ke arah sinar merah yang menyambar ke arah lehernya.
"Wuuuttt .... trakkkkk!!" tangan itu
menghantam ke arah sinar merah dan sinar itu 254
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com terpental kembali ke arah Resi Sapujagad. Pertapa ini menerima kembali tasbeh merahnya dengan tangan kiri. Akan tetapi dia terkejut dan meloncat ke belakang ketika menerima untaian tasbehnya ternyata telah putus dan beberapa butir biji tasbehnya jatuh berserakan di atas tanah! Sebagian masih tergenggam olehnya dan dengan marah sekali dia menggunakan sisa biji tasbih yang berada di tangan kirinya itu untuk menyerang Bagus Sajiwo dengan sambitan. Tujuh buah biji tasbeh menyambar ke arah tubuh Bagus Sajiwo.
Bagus Sajiwo menggerakkan kedua tangannya bergantian, dengan tangan terbuka mendorong ke depan berulang-ulang. Tujuh butir biji tasbeh itu terpukul runtuh sebelum dapat mendekati tubuh Bagus Sajiwo.
Resi Sapujagad semakin penasaran. Dia
mencabut kerisnya berluk sembilan lalu menyerang ke depan, menusukkan kerisnya ke perut Bagus Sajiwo.
pemuda ini mengelak dengan gerakan ringan ke kiri sehingga tusukan itu luput. Akan tetapi tiba-tiba ada sinar hitam menyambar dari sebelah kirinya. Dengan melangkah mundur Bagus Sajiwo menghindarkan diri dari serangan pedang yang dilakukan Bhagawan Dewokaton itu.
255 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Curang!" seru Ki Mundingsosro melihat
betapa dua orang utusan Blambangan itu melakukan pengeroyokan terhadap cucunya. Dia sudah siap untuk membantu cucunya.
"Eyang, biar saya sendiri saja yang melayani dua orang ini, harap Eyang jangan membantu saya!"
Mendengar seruan cucunya itu, Ki
Mundingloyo memegang lengan kakaknya. "Kakang, aku yakin Bagus Sajiwo akan mampu mengalahkan mereka. Percayalah!"
Ki Mundingsosro menyarungkan lagi
pedangnya. dia pun kini percaya akan kemampuan cucunya. Selain itu, andaikata dia maju dan dihadapi seorang di antara dua utusan Blambangan itu, dia pasti akan kalah. Biarpun demikian, dua orang ketua Sardulo Cemeng itu menonton pertandingan itu dengan hati tegang. Mereka tahu betul betapa saktinya dua orang utusan Blambangan itu dan kini cucu mereka yang masih muda itu dikeroyok mereka berdua!
Gerakan dua orang pertapa itu memang dahsyat sekali. Keris di tangan Resi Sapujagad meluncur dan menyambar seperti seekor ular terbang, sedangkan pedang di tangan Bhagawan Dewokaton berubah menjadi sinar hitam bergulung-gulung. Padahal Bagus 256
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Sajiwo sama sekali tidak memegang senjata. Melihat ini, kedua orang ketua Sardulo Cemeng itu merasa khawatir juga.
"Bagus, pakai pedangku ini!"
"Pakai trisulaku!"
Ki Mundingsosro dan Ki Mundingloyo melemparkan senjatanya. Dengan berbareng dua macam senjata itu melayang ke arah Bagus Sajiwo yang sedang menghadapi pengeroyokan dua orang utusan Blambangan itu.
"Trang-cringg ....!" Dua buah senjata itu terangkis dan melayang kembali kearah pemiliknya masing-masing.
257 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kanjeng Eyang, saya tidak memerlukan
senjata untuk menghadapi mereka ini!" kata Bagus Sajiwo. Dua orang ketua Sardulo Cemeng itu mengambil senjata masing-masing yang tertangkis oleh senjata dua orang musuh itu.
Biarpun senjata dua orang pengeroyok itu menyambar-nyambar dahsyat, namun tubuh Bagus Sajiwo seolah lenyap dan hanya tampak bayangannya yang berkelebatan di antara gulungan sinar kedua buah senjata dari dua orang pengeroyoknya. Dua orang pertapa itu mengeluarkan semua kepandaian dan mengerahkan seluruh tenaga sakti mereka, namun tetap saja mereka tidak mampu menyentuh tubuh pemuda itu dengan senjata mereka.
"Andika berdua pergilah dari sini!" tiba-tiba terdengar suara Bagus Sajiwo disusul suara mendesis tajam dan tubuh kedua orang pertapa itu terdorong ke belakang. Mereka terhuyung-huyung dan muka mereka berubah pucat sekali. Tadi, secara aneh sekali tiba-tiba bayangan yang berkelebatan dan tak pernah tersentuh senjata mereka itu berputar membuat mereka pening dan tiba-tiba mereka merasa lengan kanan mereka yang memegang senjata seolah lumpuh, lalu ada tangan mendorong dada mereka sehingga mereka terdorong dan terhuyung ke belakang. Mereka 258
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menjadi pucat karena maklum betapa sama sekali mereka tidak mampu menyelamatkan nyawa mereka.
Akan tetapi setelah mereka berdiri tegak dan menarik napas panjang, hati mereka menjadi lega karena mereka sama sekali tidak menderita luka sebelah dalam tubuh mereka. Padahal tadi lengan kanan mereka sejenak lumpuh dan pukulan tangan ke dada mereka itu sama sekali tidak dapat dihindarkan.
Ternyata kini luka sedikit pun tidak! Ini hanya berarti bahwa pemuda itu memang tidak ingin mencelakakan mereka. Mereka tahu benar bahwa sekiranya Bagus Sajiwo memukul sungguh-sungguh sambil
mengerahkan tenaga saktinya, mereka tentu akan terpukul roboh dan tewas seketika!
"Terima kasih, atas kebijaksanaanmu, Bagus Sajiwo!" kata Resi Sapujagad.
"Heh-heh-heh, aku tidak malu mengaku bahwa aku telah kalah!" kata pula Bhagawan Dewokaton.
"Selamat tinggal!" Keduanya berseru lalu membalikkan tubuh dan pergi meninggalkan perkampungan itu.
"Kanjeng Eyang, saya kira tidak perlu mengejar mereka!" kata Bagus Sajiwo melihat betapa dua orang kekeknya itu bergerak dan para anggauta Sardulo 259
Kisah Sepasang Rajawali 4 Bu Kek Kang Sinkang Karya Kkabeh Penelitian Rahasia 5

Cari Blog Ini