Ceritasilat Novel Online

Kemelut Di Majapahit 14

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 14


cantiknya dara itu.
757 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sulastri.....!!"
-o0od^w0o0o- Jilid 54 Mereka berdua melangkah dan saling menghampiri,
pandang mata mereka melekat.
"Kakang Tejo, kau.... maafkan aku?" bibir itu berbisik dan mata itu masih sayu karena habis menangis.
"Sulastri, tentu saja. Kau tidak bersalah, bahkan sudah selayaknya aku kau pukul mati! Kau.... ah, Lastri.....
betapa..... betapa cantiknya engkau.......!"
"Kakang, ini kucarikan pisang dan kelapa muda untukmu.
Air kelapa muda ini baik sekali untuk cepat menyembuhkan bekas pukulan itu, Kakang...."
Akan tetapi Sutejo tidak memperdulikan itu semua dan kini dia sudah berdiri dekat di depan Sulastri dan merangkul pinggang dara itu, menariknya dekat-dekat dengan tubuhnya.
Sepasang mata itu saling melekat, saling menyelami sedalam-dalamnya,seperti hendak saling menjenguk isi hati masing-masing.
"Nimas.... aku berterima kasih untuk pukulanmu
http://kangzusi.com
ini.......kalau tidak begitu agaknya kita akan terus saling bermusuhan. Sulastri, betapa bodohnya aku selama ini. Aku selalu memikirkan diri sendiri, memikirkan kerajaan dan lain-lain yang sama sekali tidak ada artinya dibandingkan engkau.
Semenjak engkau kukenal sebagai Bromatmojo engkau telah menjadi sebagian dari hidupku. Begitu Bromatmojo pergi dari sampingku, hidup terasa sunyi kosong tak berarti. Aku telah jatuh cinta semenjak aku mengenalmu sebagai Bromatmojo, Diajeng Sulastri! Hanya, tentu saja perasan itu terkekang dan terbentur oleh kenyataan bahwa engkau tadinya kusangka seorang pria. Kini ternyata engkau seorang wanita dan 758
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang cinta kasih dan perasaan hatiku lebih awas daripada aku yang bodoh dan seperti buta."
"Dan engkau.... engkau memarahkan hatiku karena engkau memandang rendah wanita."
"Dan engkau juga memanaskan hatiku dengan bersikap
ceriwis dan mata keranjang terhadap wanita yang kita jumpai."
"Kusengaja untuk menggodamu..... kau yang bersikap
sebagai seorang pria yang tidak suka jatuh cinta kepada wanita......"
"Kemudian engkau cemburu terhadap Roro Kartiko!"
"Dan karena itu aku sengaja menjatuhkan hatinya, agar dia....jangan sampai jatuh cinta kepadamu, karena....
semenjak kita bertemu, Kakang, aku...... tidak ingin ada wanita lain yang kau cinta, kecuali aku....."
"Sulasri.....!" Mereka berangkulan dan ketika Sutejo menciumnya, berjatuhanlah pisang dan kelapa itu dari kedua tangan Sulastri. Mereka tidak peduli, karena kini kedua tanganya merangkul leher pemuda yang sejak dahulu
dicintainya itu.
Mereka lupa akan segala sesuatu, seperti diayun ke
sorgaloka. Mereka saling mendekap, saling mencium dan http://kangzusi.com
saling membelai, sampai sesak napas mereka berciuman, seolah-olah tidak ingin lepas kembali.
Sulastri tertawa kecil ketika Sutejo memondongnya, lalu berputaran seperti seorang anak kecil yang memperoleh mainan baru, kemudian pemuda itu jatuh terduduk di atas rumput bersama Sulastri yang dipangkunya. Sulastri
tertawa,lalu meloncat bangun dan berlari. Sutejo juga tertawa dan mengejarnya. Mereka berkejaran di dalam hutan itu sampai bercucuran peluh mereka, kemudian Sulastri
759 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiarkan dirinya berpegang dan mereka berdua kembali jatuh bergumul di atas rumput.
"Lihat keringatmu....!" Sutejo berbisik dan mengusap keringat Sulastri dari leher dan dahinya.
"Engkau juga, Kakang," bisik Sulastri. Mereka saling mengusap keringat masing-masing,dan tak lama kemudian Sutejo duduk bersandar pohon dan merasa amat berbahagia memandang wajah dara yang amat cantik manis dan yang kini rebah di atas pangkuannya itu. Dia mengelus rambut sinom yang melingkar di depan dahi Sulastri,membungkuk dan mencium sepasang alis yang hitam melengkung indah itu.
Sulastri memejamkan matanya, dadanya berombak penuh kebahagiaan.
"Sulastri darimana engkau memperolah pakaian wanita ini?" Tanya Sutejo dan kedua tangan mereka saling
berpegangan, dua puluh buah jari tangan itu saling melingkar seperti bergelut.
"Semenjak berada di Lumajang, aku selalu membawa
pakaian wanita, Kakang. Mereka semua sudah tahu bahwa aku wanita. Hanya engkau seorang yang belum tahu, akan tetapi ketika tadi aku mendengar kenyataan bahwa kau pun sudah tahu, aku cepat berganti pakaian."
"Mengapa?" Sutejo mengelus rambut yang hitam panjang http://kangzusi.com
halus itu. "Karena sejak dahulu, sejak kita bertemu, betapa besar keinginanku untuk muncul di depanmu sebagai seorang wanita, Kakang."
"Ahhh, dan engkau begini cantik jelita, begini ayu dan manis merak ati, begini kewes dan luwes....engkau seperti Dewi Komaratih......" Sutejo mencium mulut yang terbuka kegirangan mendengar pujian itu. Sulastri menyambut ciuman itu sepenuh hatinya dan kembali mereka tenggelam di dalam alam asyik masyuk.
760 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini Sulastri yang duduk bersandar pohon dan Sutejo rebah dengan kepalanya di atas pangkuan kekasihnya. Jari-jari tangan Sulastri yang lentik memijat-mijat leher yang dipukulnya tadi, penuh kasih sayang.
"Kakang, aku tidak mau berpisah lagi darimu."
"Jangan khawatir, aku pun tidak sudi meninggalkan engkau seorang diri, Dewiku. Sampai mati kita tidak akan saling bepisah lagi."
"Dan bagaimana dengan Mojopahit?" Sulastri bertanya, alisnya berkerut khawatir.
"Ha-ha, kita telah bersikap bodoh. Apa peduli dengan Mojopahit atau Lumajang" Apa peduli dengan semua orang lain" Yang terpenting adalah kita berdua, Dewiku."
"Akan tetapi, Kakang......."
Sutejo bangkit dan mereka duduk berhadapan. "Ada
apakah, Diajeng?"
"Kita lalu akan ke mana?"
"Ke mana pun yang kau kehendaki, aku menurut, Sulastri.
Akan tetapi sebaiknya kalau kita berdua membebaskan diri dari ikatan mereka agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman.
Mari kita pergi saja, yang jauh....."
http://kangzusi.com
"Tidak mungkin, Kakang Sutejo. Kita harus menolong
mereka." "Siapa?"
"Joko Handoko dan Roro Kartiko."
"Mereka telah diculik oleh Murwendo dan Murwanti, dua orang kembar dari Puger itu." Sulastri lalu menceritakan tentang pengalamannya ketika dia dan dua orang muda dari tuban bersama para anggota Sriti Kencana dikurung kemudian 761
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditangkap oleh Pasukan Puger di bawah pimpinan Murwendo dan Murwanti.
Setelah mendengar penuturan itu, dengan alis berkerut Sutejo berkata, "Sulastri, Dewiku, pujaan hatiku, sudahlah mari kita berdua jangan melibatkan diri dengan urusan orang lain. Mari kita berdua pergi dari sini dan menjauhkan diri dari semua urusan, Hidup berbahagia berdua saja, jauh dari semua keributan dan urusan,sayang."
Sulastri memandang wajah kekasihnya yang gagah dan
tampan, yang amat dicintainya itu, dengan alis berkerut dan pandang mata aneh.
"Ah, Kakang Sutejo, apa yang telah terjadi denganmu"
Mana jiwa satriamu dan mana watak gagahmu yang amat kukagumi itu" Tidak mungkin kita mebiarkan mereka tertawan dan terancam. Pula, tidaklah mungkin kita berdua menyendiri saja. Selama kita masih hidup, tentu kita akan berhubungan dengan orang lain dan tentu akan timbul persoalan, Kakang.
Dan kalau timbul persoalan, tentu kita akan menghadapinya sebagai orang-orang yang berjiwa satria. Sekarang melihat Joko Handoko dan Roro Kartiko tertawan oleh orang-orang Puger, bagaimana kita dapat tinggal berpeluk tangan saja?"
"Sulastri aku takut..... aku khawatir untuk kembali kepada waktu lampau, kepada hal-hal yang lalu. Mari kita tinggalkan ini semua dan mulai hidup baru, susana baru dan....."
http://kangzusi.com
"Sulastri...... ahh, Sulastri....!"
Dua orang itu terkejut dan cepat menoleh. Sutejo sudah meloncat bangun diikuti oleh Sulastri. Muka Sutejo pucat sekali karena kaget, apalagi ketika dia mengenal siapa yang datang itu. Akan tetapi Sulastri cepat lari menghampiri orang yang datang dan memanggilnya itu.
"Bukankah Andika.... Kakang cantrik dari Bromo....?"
Sulastri bertanya dan memandang laki-laki setengah tua yang bertubuh kurus itu.
762 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu mengangguk-angguk, akan tetapi matanya
terbelalak memandang kepada Sutejo.
"Ada apakah Kakang Cantrik" Bagaimana Andika dapat tiba di tempat ini?"
"Aku sengaja mencarimu, Sulastri. Dengan susah payah aku mencarimu. Sebetulnya kami berdua yang mencarimu dan kami berpencar setelah tiba di Lumajang. Syukur bahwa aku dapat bertemu danganmu di sini Sulastri."
"Apa yang terjadi?" Sulastri memandang dengan jantung berdebar, perasaan hatinya tidak enak melihat wajah cantrik itu dan melihat betapa cantrik itu memandang kepada Sutejo dengan sinar mata penuh kebencian!
"Terjadi hal yang amat hebat, Sulastri. Guru kita, Eyang Supamandrangi, beberapa pekan yang lalu ini telah dibunuh orang!"
"Ehhh.......!!" Sulastri menjerit dan memegang lengan cantrik itu. "Eyang......dibunuh orang" Siapa" Mengapa?"
"Mau tahu siapa yang membunuh" Dia itulah seorang di antaranya! Dan mengapa" Tanya saja kepada kaki tangan Resi Mahapati itu! Orang Mojopahit sungguh kejam!"
Cantrik itu menudingkan telunjuknya kepada Sutejo dengan wajah pucat. http://kangzusi.com
"Hemm, harap jangan menuduh yang tidak-tidak, Kisanak!"
Sutejo berkata tenang namun mukanya juga menjadi pucat dan dia memandang kepada Sulastri dengan wajah penuh kegelisahan.
"Menuduh yang tidak-tidak" Sutejo, beranikah engkau menyesal" Siapa yang datang bersama Resi Harimurti ke pertapaan puncak Bromo" Hayo jawab, bukankah Andika yang datang bersama dia?" tanya cantrik itu sambil telunjuknya masih menuding,dipandang oleh Sulastri dengan wajah pucat sekali.
763 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, sayalah orangnya," jawab Sutejo tenang namun jantungnya berdebar penuh kekhawatiran.
"Kemudian Andika dan Resi Harimurti memaksa Eyang
Supamandrangi untuk membuatkan Kolonadah palsu.
Bukankah begitu?"
"Tidak memaksa, tapi...."
"Tidak memaksa" Kalau tidak dipaksa, mana mungkin
Eyang Empu sudi membuatkan keris pusaka palsu" Kalian memaksa, bahkan ketika Eyang Empu Supamandrangi
mengeluarkan tosan aji untuk ditekuk, Resi Harimurti tidak kuat menekuknya. Akan tetapi, Andika yang turun tangan menekuknya sehingga terpaksa Eyang Empu membuatkan
keris Kolonadah palsu. Hayo jawab, tidakkah begitu?"
"Benar, saya yang menekuk tosan aji itu, akan tetapi Eyang Empu Supamandrangi tidak terbunuh, melainkan membunuh diri...." Biarpun mulutnya berkata demikian,namun sebenarnya di dalam hatinya dia masih curiga dan ragu-ragu untuk menerima kenyataan itu.
"Membunuh diri" Eyang membunuh diri?" Sulastri menjerit, sedikit pun tidak peraya.
"Nah, siapa bisa percaya, Sulastri" Kami pun tidak percaya.
Eyang adalah seorang manusia yang arif bijaksana, seorang pertapa yang sudah mencapai tingkat tertinggi, mana mungkin http://kangzusi.com
melakukan perbuatan rendah itu" Dia dibunuh! Ini sudah pasti, andaikata benar membunuh diri pun, kalianlah orang-orang Mojopahit yang menjadi pendorongnya! Kalian pura-pura tidak tahu, pura-pura berduka, orang-orang khianat dan jahat! Cantrik itu makin marah dan cepat dia menerjang dan menyerang Sutejo dengan keris terhunus. Akan tetapi dalam beberapa gebrakan saja, tubuh cantrik yang kurus itu terlempar dan kerisnya pun terlepas dari tangannya.
"Sutejo manusia keji!" Tiba-tiba Sulastri menerjang dengan pukulan hebat ke arah Sutejo.
764 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duk!" Sutejo menangkis dengan keras sekali.
"Diajeng....! Nanti dulu, jangan...!" akan tetapi semua ucapannya percuma saja karena Sulastri sudah menyerangnya dengan ganas dan dahsyat sekali, menyerangnya sambil menangis.
"Tidak..... tidak, Nimas, tidak....! Aku tidak membunuhnya.
Demi para Dewata aku tidak......."
"Cukup!" Sulastri membentak dan memandang dengan
mata merah. "Siapa percaya kepada sumpahmu" Kalau benar engkau bersih, mengapa tadi engkau sama sekali tidak menceritakan tentang hal itu" Engkau mendatangi Eyang, memaksa membuat keris, sampai Eyang terbunuh......hu-huk, engkau harus mati di tanganku, Sutejo!"
Dan kembali Sulastri menyerang sambil menangis.
"Sulastri.....aduh, Sulastri, aku cinta padamu.....lupakah engkau Nimas" Kita saling mencinta...."
"Cintamu palsu, sepalsu hatimu! Engkau tidak menceritakan peristiwa itu kepadaku,hal itu cukup menujukkan
kepalsuanmu!" Sulastri menyerang lagi dan ketika Sutejo menangkis, pemuda ini terhuyung ke belakang karena
lehernya masih terasa nyeri dan tangannya belum pulih kembali.
http://kangzusi.com
"Aku.... aku... takut kalau hal itu mengganggu...." Sutejo menghentikan kata-katanya karena merasa bahwa ucapannya itu salah dan tidak akan memperbaiki keadaan, dan kembali dia mengelak. Kini Sulastri tidak mau mendengarkan lagi, terus menyerang dan semua ucapan Sutejo tidak didengarnya lagi.
"Plak....brukkk....!" Sutejo terpelanting dan cepat pemuda ini menggulingkan dirinya karena Sulastri sudah menyusulnya dengan tendangan maut. Maklumlah dia bahwa Sulastri marah 765
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali dan sungguh-sungguh hendak membunuhnya, maka dia merasa jantungnya seperti ditusuk-tusuk rasanya.
"Aduh, Sulastri....teganya engkau kepadaku....?" Dia merintih dan meloncat sambil mengelak lagi.
"Tega" Siapa yang tega dan kejam" Engkau laki-laki palsu!"
Sulastri menerjang lagi dan kini Sutejo melompat jauh dan melarikan diri karena dia maklum bahwa kalu dia melanjutkan bertahan seperti itu, akhirnya dia akan terbunuh dan untuk melawan sungguh-sungguh, selain dia tidak mau, juga dalam keadaan masih terluka itu dia tidak akan menang melawan Sulastri. Pula, dia tidak merasa bersalah,tidak merasa membunuh Empu Supamandrangi dan kemarahan Sulastri itu hanya karena salah sangka belaka. Maka dia tidak ingin terbunuh, sekarang setelah dia tahu bahwa dia dan Sulastri saling mencintai, juga dia tidak ingin melihat Sulastri menjadi pembunuh. Biar pun hatinya terasa hancur, Sutejo cepat melarikan diri.
Sulastri yang sejak tadi menahan-nahan hatinya dan
menyerang dengan air mata bercucuran, tidak mengejar, melainkan menjatuhkan diri di atas rumput sambil menangis terisak-isak. Cantrik itu menghampirinya dan berkata, "Tidak perlu ditangisi lagi, Sulastri, kelak kita masih akan dapat membalas kamatian Sang Empu dan mencari Sutejo dan Resi Harimurti." http://kangzusi.com
Mendengar suara cantrik itu, Sulastri terkejut, meloncat bangun dan menghadapi cantrik dengan mata bersinar-sinar penuh kemarahan. "Mengapa kau datang" Mengapa kau ke sini!!"
Cantrik itu terkejut melihat mata yang terbelalak dan bercucuran air mata itu. "Aku....aku.... eh, kau kenapa.
Sulastri?" tanyanya bingung dan gagap.
Sulastri teringat bahwa sikapnya amat tidak sepatutnya, maka dia lalu menundukkan mukanya dan berkata, "Kakang 766
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cantrik, kau kembalilah ke Bromo. Biarkan aku sendiri, aku yang kelak membalaskan kematian Eyang Empu
Supamandrangi, Pergilah...."
"Akan tetapi biar aku membantumu, Sulastri...."
"Tidak! Pergilah, lekas pergi jangan sampai aku menjadi marah!"
Tentu saja cantrik itu menjadi makin terheran-heran, dan sambil mengangguk-angguk dan bersungut-sungut pergilah dia meninggalkan gadis itu yang masih berdiri seperti patung.
Setelah cantrik itu pergi, Sulastri mengambil buntalan pakaiannya dan sambil terisak-isak dia pun pergi dengan cepatnya dari tempat itu, menuju ke selatan karena dia mengambil keputusan untuk mencari dan menolong Joko Handoko dan Roro Kartiko. Kalau dia teringat kepada Sutejo, teringat akan pengalamannya yang mesra dan penuh madu asmara bersama Sutejo di dalam hutan itu, hampir dia tidak kuat melangkahkan kaki dan ada dorongan kuat agar dia lari kembali mencari Sutejo. Namun dia mengeraskan hatinya.
Jelas bahwa Sutejo bukanlah orang yang jujur, dan telah menjadi manusia jahat, kaki tangan Resi Mahapati yang tidak segan-segan membunuh Empu Supamandrangi untuk
memaksa Empu itu membuatkan Kolonadah yang palsu. Dan itu masih belum hebat, yang amat menyakitkan hatinya lagi adalah bahwa setelah ikut membunuh atau menyebabkan http://kangzusi.com
kematian Empu Supamandrangi, Sutejo masih begitu tak tahu malu untuk membujuk rayu dia,bermain cinta dengan dia tanpa memberitahukan tentang keadaan Empu
Supamandrangi yang telah dibunuhnya! Inilah yang amat menyakitkan hatinya, rasa sakit hati yang memaksa dia melupakan cintanya terhadap Sutejo.
Jelaslah bahwa sakit hati, dendam dan kemarahan tidak mungkin dapat bergandeng tangan dengan cinta kasih! Sakit hati dan dendam hanya mendatangkan kebencian dan di mana terdapat kebencian, tidak mungkin ada cinta kasih.
767 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cinta kasih bukanlah kebalikan daripada kebencian. Cinta kasih adalah cahaya yang bersinar-sinar,akan tetapi tentu saja cahaya cinta tidak dapat menerangi batin yang penuh dengan debu dan kotoran berupa sakit hati, dendam, dan kebencian.
Dan kebencian hanya akan mendatangkan derita dan
kesengsaraan kepada batin sendiri! Bagi orang yang
membenci, sudahlah jelas bahwa yang pertama kali menderita adalah dirinya sendiri. Setelah melihat kenyataan yang jelas ini, bahwa kebencian hanya mendatangkan deritadan
kesengsaraan bagi diri sendiri, begitu bodohkah kita untuk melanjutkan kebencian yang merusak batin sendiri itu"
Sayang bahwa Suastri belum melihat kanyataan itu,
kebencianlah yang menjadi akibat sakit hati dan dendamnya, kebencian yang dipaksakan menutupi rasa cintanya, dan mulailah dara ini memasuki kehidupan penuh derita dan kesengsaraan batin ketika dia berlari-lari keluar masuk hutan sambil kadang-kadang menangis itu.
Peristiwa yang terjadi di dalam hutan itu, yang
mengahancurkan kebahagiaan Sulastri, membuat dara itu seperti orang gila berlari-larian menyusup-nyusup hutan sambil menangis, ternyata juga mendatangkan akibat yang amat hebat bagi Sutejo. Pemuda ini semenjak berpisah dari Bromatmojo yang meninggalkanya di mojopahit, telah mulai merasa kehilangan kegembiraan hidupnya yang didapatkannya http://kangzusi.com
semenjak dia bersahabat dengan Bromatmojo. Kemudian, terjadi pergolakan dan konflik di dalam batinnya ketika dia melihat mbakayunya menjadi selir seorang seperti Resi Mahapati yang sebetulnya tidak disukainya. Akan tetapi oleh bujukan mbakayunya, satu-satunya orang yang dicintainya dan menjadi keluarganya, juga melihat kenyataan bahwa Mahapati setia kepada Mojopahit, maka Sutejo mengeraskan dan memaksa hatinya untuk membantu Mahapati.
Ketika dia mendengar bahwa Bromatmojo adalah seorang gadis, seketika dia sudah jatuh hati dan tahulah dia bahwa 768
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesungguhnya dia jatuh cinta kepada Bromatmojo yang ternyata seorang gadis itu! Mulailah dia merasa bimbang dan berduka teringat bahwa Bromatmojo dan dia berpisah bukan sebagai sahabat. Ketika melihat kesempatan untuk mencari Bromatmojo, maka dia pun bersedia menemani Resi Harimurti mendatangi Empu Supamandrangi di puncak Bromo. Akan tetapi sungguh di luar persangkaannya bahwa pertemuan itu berakhir dengan kematian Sang Empu yang masih meragukan hatinya. Dia curiga bahwa Harimurti yang membunuh Empu itu, akan tetapi karena tidak ada bukti, dia pun tidak dapat berbuat apa-apa.
Kemudian, pertemuannya dengan Bromatmojo yang
disambung dengan perkelahian,kemudian dilanjutkan dengan pertemuan asyik masyuk yang dilanjutkan dengan pernyataan saling cinta yang penuh kemesraan antara dia dan Sulastri!
Kebahagiaan yang berlimpah-limpah ini membuat Sutejo tidak ingin kembali lagi kepada hal-hal yang lalu, tidak ingin kembali ke Mojopahit, tidak ingin menghadapi urusan kerajaan dan dia tadinya ingin mengajak Sulastri pergi jauh,hidup baru dan tidak mengingat lagi hal-hal yang lampau. Akan tetapi, dia terlambat ketika muncul cantrik Gunung Bromo dengan ceritanya tentang kematian Empu Supamandrangi sehingga membuat Sulastri marah-marah dan menuduh dia sebagai seorang di antara pembunuh-pembunuh Empu
http://kangzusi.com
Supamandrangi. "Aduh, Sulastri....!" Sutejo menjatuhkan dirinya di atas rumput di mana tadi dia dan Sulastri saling menumpahkan perasaan cinta kasih yang bergelora. Dia tidak menyalahkan Sulastri, tidak pula menyalahkan cantrik. Dia menyesali diri sendiri mengapa dia mendengarkan bujukan Resi Mahapati dan mbakayunya.
"Sulastri......ah, aku telah menghancurkan hatimu,
Sulastri....." Sutejo mengeluh dan dia memeluk batang pohon yang tadi menjadi sandaran dara itu ketika Sulastri duduk dan 769
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memangku kepalanya. Membayangkan kemesraan yang
terjadi antara dia dan Sulastri tadi, Sutejo tidak dapat menahan keluarnya air matanya.
Dia terguling dan lehenya yang masih nyeri itu menipa akar pohon. Sutejo rebah dalam keadaan setengah pingsan dan seperti mengigau menyebut-nyebut nama Sulastri!
Tadi, dia tidak lari jauh. Hatinya tidak dapat bertahan untuk meninggalkan Sulastri, maka setelah dia mendapat kenyataan bahwa Sulastri tidak mengejarnya,dia berhenti dan tak lama kemudian, berindap-indap dia kembali ke tempat tadi dengan penuh harapan mudah-mudahan kemarahan Sulastri sudah mereda. Akan tetapi,ketika tiba di situ, dia hanya
mendapatkan tempat sunyi dan kosong. Sulastri telah pergi, cantrik itu pun tidak kelihatan lagi, yang ada hanya bekas-bekas rumput rebah di mana dia tadi memangku dan dipangku Sulastri!
Akibat pukulan Hasto Nogo dari Sulastri yang mengenai pangkal lehernya memang belum sembuh benar dan kini ditambah dengan himpitan batin yang amat hebat, maka tidaklah mengherankan kalau Sutejo tak dapat bangun lagi dan terserang demam yang cukup hebat, membuat dia
mengingau sepanjang malam!
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, dua orang nampak memasuki hutan itu dan bercakap-cakap. Suara dua orang ini http://kangzusi.com
amat berbeda, seperti suara burung nuri dan burung gagak, yang satu halus merdu dan yang satu lagi parau dan kasar seperti gerengan harimau. Suara dua orang itu makin mendekati tempat Sutejo rebah dalam keadaan tidak sadar dan gelisah itu "Kakang Bandu, aku lapar sekali, Kakang."
terdengar suara yang halus itu merengek dan seperti suara wanita yang manja dan bersikap kekanak-kanakan.
"Hemmm, di dalam hutan dan sepagi ini, mana mungkin mencari makanan, Sari?" terdengar suara parau besar itu menjawab.
770 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh, Kakang Bandupati, perutku lapar sekali, kakiku gemetar. Sejak kemarin siang kita tidak makan dan aku ingin sekali sarapan. Kalau belum sarapan aku tidak mau
melanjutkan, Kakang. Biar aku tinggal di sini dan mati kelaparan di sini." Suara halus itu merengek makin manja.
"Wah-waaahhh.......jangan kau rewel lagi, Sariwuni. Marilah kita maju sedikit lagi. Aku tadi mendengar suara kokok ayam hutan di depan. Kalau tidak ada buah-buahan di depan biar kutangkapkan ayam hutan dan kupanggang dagingnya
untukmu. Adikku yang manis."
"Benarkah, Kakang" Aku sudah lapar sekali, kakiku lemas hampir tidak kuat melangkah."
"Kalau begitu, mari kugendong kau, Sari."
-o0dwo0o- Jilid 55 "Ah, tidak mau. Malu kalau kelihatan orang!"
"Hemm, di hutan sunyi begini mana ada orang!"
"Biar pun begitu aku tidak mau digendong, aku bukan anak kecil, Kakang. Kalau memang di depan ada ayam hutan, mari kita maju lagi."
http://kangzusi.com
Mereka kini sudah dekat sekali dengan tempat Sutejo rebah. Ternyata mereka adalah dua orang yang seperti juga suaranya, orangnya pun jauh berbeda. Yang seorang adalah wanita muda, dara yang usianya tidak akan lebih dari sembilan belas tahun, wajahnya cantik dan kemerahan karena kelelahan, sepasang matanya tajam bersinar-sinar namun kadang-kadang mengandung kelembutan, dihias sepasang alis yang hitam kecil melengkung seperti dilukis, hidungnya kecil mancung dan mulutnya amat manis dengan bibir merah yang kelihatan seperti merajuk atau setengah mengejek terus, akan 771
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi justeru di situlah terletak daya tariknya yang luar biasa, membuat wajah itu kelihatan menggemaskan yang
mendatangkan rasa sayang, membuat orang gemas ingin mencubit, mencium! Tubuhnya agak kecil,pinggang tawon kemit, agaknya empat jari tangan kedua tangan seorang pria normal akan dapat melingkari pinggang itu. Karena pinggang yang kecil inilah maka pinggulnya kelihatan besar dan penuh, menonjol dan padat.
Orang ke dua adalah seorang laki-laki yang tubuhnya tinggi besar, seperti raksasa, atau lebih pantas seperti Brotoseno atau Werkudoro, tinggi besar namun tegap dan gagah, wajahnya dihias kumis dan jenggot yang tumbuhnya bagus sehingga biar pun dia tinggi besar, namun dia kelihatan gagah dan tampan. Seperti juga wanita itu, laki-laki tinggi besar ini memiliki sepasang mata yang amat tajam bersinar-sinar, namun agak liar memandang ke sana-sini, dan kadang-kadang mengandung sinar yang kejam dan ganas.
Siapakah dua orang ini" Yang wanita demikian cantik manis seperti puteri keraton,akan tetapi yang laki-laki biar pun gagah perkasa dan tampan, begitu tinggi besar dan kasar seperti seorang raksasa. Mereka ini, seperti dapat diketahui dari percakapan mereka, adalah kakak beradik. Mereka bukanlah orang dusun atau orang gunung biasa saja, apalagi dari pakaian mereka pun dapat diketahui bahwa mereka adalah http://kangzusi.com
orang-orang yang kaya dan memiliki pakaian yang serba indah dengan hiasan kaki tangan dari emas permata. Dan
sesungguhnyalah, mereka bukanlah orang-orang biasa saja, melainkan putera dan puteri dari majikan atau kepala, juga boleh dinamakan raja kecil, dari Pulau Nusabarung yang terkenal di Laut Selatan. Atau mereka yang mengangkat diri sendiri sebagai raja kecil atau adipati, terkenal dengan nama sebutan Adipati Menak Dibyo, seorang laki-laki berusia kurang lebih lima puluh tahun yang bertubuh raksasa, brewok dan sakti mandraguna, seorang yang selain ahli dalam olah yuda, juga digdaya dan mahir pula bermain di dalam air samudra 772
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti seekor ikan saja. Adipati Menak Dibyo mempunyai seorang permaisuri dan beberapa orang selir yang cantik-cantik, namun dia hanya mempunyai dua orang anak, yaitu Bandupati yang lahir dari permaisurinya dan Sariwuni yang lahir dari seorang selir.
Dua orang kakak beradik yang berada di hutan itu adalah Bandupati dan Sariwuni.
Bandupati berusia dua puluh enam tahun, sedangkan
Sariwuni baru berusia sembilan belas tahun. Mungkin karena dia wanita, dan merupakan puteri tunggal, juga anak bungsu, maka terhadap orang tua dan juga terhadap kakaknya, Sariwuni bersikap luar biasa manjanya. Dia memang disayang oleh Adipati Menak Dibyo, bahkan permaisuri Sang Adipati yang hanya mempunyai seorang putera seperti ayahnya,tinggi besar dan kasar, amat menyayang Sariwuni yang cantik jelita, kenes dan lincah jenaka itu. Tentu saja Bandupati yang hanya mempunyai satu-satunya saudara, amatlah sayangnya kepada adiknya ini dan sejak kecil, apa pun yang diminta oleh Sariwuni selalu dituruti belaka oleh Bandupati.
Demikianlah pada suatu hari, kurang lebih sebulan yang lalu, ketika kakak beradik itu seperti biasa sedang berperahu di sekitar Pulau Nusabarung, melihat para nelayang yang mencari ikan, timbul keinginan di hati Sariwuni untuk pergi merantau ke daratan Nusa Jawa yang nampak melintang http://kangzusi.com
panjang dan amat luasnya di sebelah utara itu.
"Jangang, Sari. Berbahaya sekali di sana. Banyak orang-orang sakti dan banyak pula orang jahat. Ayahnya selalu melarang kita untuk pergi ke daratan besar di sana."
"Akan tetapi, sejak kecil aku ingin sekali ke sana, Kakang.
Sudah banyak dongeng-dongeng kudengar tentang kebesaran dan kehebatan Nusa Jawa, akan tetapi sampai sekarang belum juga aku melihatnya."
"Berbahaya sekali, Adikku."
773 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak takut, Kakang! Apakah engkau takut" Kalau begitu apa perlunya sejak kecil kita digembleng oleh Ayah mempelajari segala macam aji kesaktian kalau kita hanya menjadi orang-orang penakut?"
"Aku tidak takut, hanya tidak berani, karena Ayah tentu melarangnya dan akan memarahi kita, Sari."
"Kalau begitu, jangan bilang-bilang kepada Ayah. Kita pergi dan setelah kita melihat-lihat sampai puas di sana, kita kembali lagi. Kita tidak mempunyai niat buruk, apa perlunya takut" Nanti kalau sudah kembali dan Ayah marah, biarlah Beliau marah kepadaku, aku yang bertanggung jawab!"
Mula-mula Bandupati tidak mau, akan tetapi setelah setiap hari ditangisi dan dibujuk-bujuk, bahkan adiknya itu merajuk dan mengatakan hendak pergi sendiri dan tidak akan sudi lagi bicara dengan Bandupati, terpaksa Bandupati memenuhi permintaan adiknya. Demikianlah, mereka berkemas dan membawa bekal secukupnya,kemudian mereka naik perahu meninggalkan Nusabarung pergi ke utara mendarat di pantai yang sunyi, menyembunyikan perahu mereka lalu mulailah mereka melakukan perjalanan ke utara. Keadaan di sepanjang perjalanan mengecewakan hati Sariwuni,karena ternyata penuh dengan gunung dan hutan, sedangkan dusun-dusunnya kecil dan miskin, tidak ada bedanya dengan Nusabarung, bahkan tempat tinggalnya itu lebih bagus, rumah-rumahnya http://kangzusi.com
lebih besar. Maka dia merengek lagi dan mengajak kakaknya itu pergi ke Mojopahit karena dia banyak mendengar dongeng tentang Mojopahit yang katanya amat besar dan
menakjubkan. Terpaksa Bandupati menuruti permintaan adiknya dan pada pagi hari itu sampailah mereka di dalam hutan di tapal batas antara Lumajang dan Mojopahit.
Ketika mereka berdua melangkah menyusup di antara
semak-semak belukar di dalam hutan itu, dengan rengekan Sariwuni yang bersambat lapar dan lelah, tiba-tiba mereka mendengar suara orang merintih atau mengeluh.
774 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, Kakang ada orang di depan....." bisik Sariwuni.
"Ssssttt......!" Bandupati yang selalu berhati-hati karena dia sudah mendengar betapa banyaknya orang sakti di daerah Mojopahit, memberi isyarat kepada adiknya agara tidak mengeluarkan suara. Mereka lalu berindap-indap menghampiri arah suara tadi mendatang.
Akhirnya mereka tiba di tempat di mana Sutejo masih rebah dengan gelisah,mengeluh dan dalam keadaan setengah sadar setengah tidak. Melihat itu, Bandupati memberi isyarat kepada adiknya untuk tinggal bersembunyi di balik semak-semak dan dia sendiri lalu berindap menghampiri. Sejenak dia melihat pemuda tampan yang mengeluh dengan mata
terpejam itu, lalu di menyentuh pundak Sutejo sambil betanya,
"Kisanak, apakah yang terjadi denganmu" Apakah Andika sakit?"
Sutejo miringkan tubuhnya dan membuka matanya. Dalam keadaan setengah sadar, dia melihat seraut wajah yang menyeramkan dan sama sekali asing baginya, maka dia lalu mengeluarkan teriakan keras dan tiba-tiba tubuhnya mencelat ke atas dan langsung dia menghantam ke arah laki-laki tinggi besar seperti raksasa itu.
"Ehhhh.....!" Bandupati terkejut bukan main melihat pemuda itu tiba-tiba meloncat dengan amat cepat dan sigap dan menyerangnya, apalagi ketika dia merasa betapa pukulan http://kangzusi.com
tangan pemuda itu didahului oleh angin yang berdesir tajam sekali.
Cepat dia mengangkat lengannya menangkis.
"Desss.....!" Tubuh Bandupati terpelanting jatuh
bergulingan oleh pertemuan tenaga sakti yang dahsyat melalui kedua tangan itu.
Melihat ini, Sariwuni depat meloncat untuk membantu kakaknya. Akan tetapi begitu Sutejo melihat munculnya Sariwuni, pemuda ini lalu menjadi lemas
775 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya,menjatuhkan dirinya berlutut dan dengan sikap memelas dan suara penuh permohonan dia berkata, "Sulastri, pujaanku.......kau ampunilah aku, Sulastri.....!"


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja Sariwuni menjadi terheran-heran, terbelalak memandang dan menghentikan langkahnya. Dia melihat
betapa pemuda tampan itu mengulurkan kedua tangan
kepadanya, seperti akan memeluknya, dengan mata
memandang penuh kasih sayang, penuh kemesraan, penuh harapan dan kedukaan.
"Sulastri.... aku bersalah.......ampunilah aku......" kata pula Sutejo seperti orang yang hilang ingatan.
Pada saat itu, Bandupati yang sudah bangkit dan
menghampiri Sutejo dari belakang,cepat menggerakkan tangannya, memukul dengan tangan miring ke arah tengkuk Sutejo. Pemuda ini sedang terpesona oleh Sariwuni yang dalam pandangan matanya adalah Sulastri, maka dia sama sekali tidak mengelak maupun menangkis.
"Dukkk!" Pukulan itu tepat mengenai tengkuknya dan
Sutejo terguling roboh.
"Jangan, Kakang! Jangan bunuh dia!" Sariwuni cepat
berteriak ketika dia melihat kakaknya sudah hendak
menghantam lagi ke arah tubuh yang sudah rebah pingsan itu.
http://kangzusi.com
Bandupati menahan tangannya dan memandang kepada
adiknya dengan heran.
"Sari, dia berbahaya sekali. Kalau dia siuman, belum tentu kita akan dapat menandinginya. Serangannya tadi hebat bukan main, hampir tidak kuat aku menangkisnya." Bandupati memandang kepada tubuh yang tidak bergerak itu. "Lihat pukulanku yang hebat tadi pun hanya membuat dia pingsan, padahal jarang ada orang di dunia ini yang dapat
menahannya, pukulanku tadi adalah pukulan maut. Sari, dia inilah satu di antara orang-orang sakti mandraguna seperti 776
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kita dengar dari dongeng. Banyak orang sakti seperti dia di Mojopahit. Sebaiknya dia dibunuh selagi pingsan....."
"Jangan, Kakang. Jangan, aku.... entah mengapa, aku suka padanya. Dan kurasa aku dapat menguasainya. Tidakkah engkau melihat betapa dia tadi berlutut kepadaku dan memandangku dengan penuh kasih sayang?"
"Dia belum pernah mengenal kita. Sikapnya terhadapmu tadi menandakan bahwa dia telah kehilangan ingatannya."
"Justeru karena itulah maka aku akan dapat menguasainya, Kakang. Dia menganggap aku sebagai seorang wanita
bernama Sulastri yang agaknya amat dicintainya. Kakang, bukankah kita amat membutuhkan orang sakti mandraguna seperti dia" Kalau kita ajak dia ke Nusabarung dan kalau aku dapat menguasainya, bukankah berarti kita mempunyai seorang pembantu yang amat berguna" Ayah tentu akan senang pula memperolah seorang pembantu yang memiliki kesaktian seperti dia. Dan dengan menggunakan akar Lalijiwo yang tentu kau bawa pula sebagai bekal di antara obat dan racun lainnya, akan lebih mudah kita menguasainya, bukan?"
Bandupati mengerutkan alisnya, akan tetapi seperti biasa, dia tidak dapat menolak keinginan hati adiknya. "Aku tahu, melihat betapa pemuda ini amat gagah dan tampan, tentu hatimu telah tercuri olehnya, bukan?"
http://kangzusi.com
"Ah, Kakang Bandupati.....! Kau...." Wajah yang cantik itu menjadi merah dan dara itu tersenyum simpul.
"Betapa pun juga, ada benarnya dalam omonganmu tadi, Sari. Memang tentu saja tenaga seperti dia amat berguna bagi kita, bagi kekuasaan Ayah. Apalagi mengingat akan ancaman dari Kadipaten Puger terhadap kita yang selalu ada. Memang kata-katamu tadi benar, kita sebaiknya menguasai orang ini sebagai pembantu kita."
Bandupati lau cepat mengeluarkan bungkusan dan memilih obat bubuk berwana kuning.
777 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah Sariwuni mencarikan airnya, bubukan itu dicampur dengan air lalu dengan paksa mereka cekokkan (masukkan) dalam mulut Sutejo yang terpaksa menelannya dalam keadaan setengah sadar.
Ketika Sutejo siuman, dia membuka matanya dan
mendaptkan dirinya rebah di atas rumput dan melihat wajah cantik itu berada di atasnya, sepasang mata yang bening itu memandangnya, dia berbisik, "Diajeng Sulastri.....!"
"Kakangmas...." Wanita itu tersenyum dan berkata mesra.
Melihat ini, Sutejo menjadi girang sekali dan dia bangkit duduk, kepalanya agak pening dan wanita itu membantunya dan merangkul pundaknya.
"Diajeng, kau maafkan aku...?" tanyanya dengan suara gemetar.
Wanita itu yang bukan lain adalah Sariwuni, tersenyum lebar dan mengangguk. "Tentu saja, Kakangmas. Aku girang sekali melihat Kakangmas telah sembuh dan sadar kembali..."
Sutejo mengerutkan alisnya dan menggunakan kedua
tangan untuk meraba-raba tengkuk dan kepalanya, lalu menggeleng-gelengkan kepala. "Apa yang terjadi" Di mana aku" Kepalaku pening dan aku lupa segala...., Diajeng Sulastri, apa yang telah tejadi dengan aku" Aku hanya ingat bahwa aku telah bersalah kepadamu...."
http://kangzusi.com
"Sudahlah, Kakangmas. Aku tentu saja memaafkan segala kesalahanmu kepadaku. Engkau memang sakit dan aku
merawatmu di sini. Apakah sekarang engkau ingin kembali"
Ingatkah engkau siapa namamu, Kakangmas?"
Sutejo termenung, mengingat-ingat, lalu enggeleng kepala.
"Aku tidak ingat lagi,satu-satunya nama yang kuingat adalah namamu, Diajeng Sulastri......"
Sariwuni memandang dengan sinar mata tajam penuh
selidik. "Coba kau ingat-ingat benar, Kakangmas, masa 778
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau tidak dapat ingat namamu sendiri" Setidaknya, coba ingat akan nama seorang pria."
Kembali Sutejo termenung, kemudian tiba-tiba dia berseru,
"Ah, aku ingat nama pria. Bromatmojo....!"
"Itukah namamu?"
Sutejo memandang bodoh. "Aku tidak tahu, tidak ingat lagi."
"Satu-satunya nama pria yang kau ingat hanya
Bromatmojo?"
Dia mengangguk.
Sariwuni berpikir. Dalam keadaan terpengaruh racun akar Lalijiwo, memang orang menjadi lupa segelanya, terhapus segala ingatannya, akan tetapi pemuda ini mengingat nama Bromatmojo. Siapa lagi kalau bukan namanya sendiri"
Biasanya,nama sendiri yang paling dulu teringat atau yang sukar untuk terhapus dari ingatan.
"Memang itulah namamu, Kakangmas Bromatmojo!"
"Ahhh.....!" Sutejo mengangguk girang, lalu memandang wajah Sariwuni.
"Diajeng, benar-benar kau memaafkan aku?"
Sariwuni mengangguk.
http://kangzusi.com
"Dan..... dan engkau masih cinta kepadaku, Diajeng
Sulastri?"
Tiba-tiba sepasang pipi itu menjadi merah sekali, akan tetapi sambil tersenyum Sariwuni mengangguk pula.
Sutejo lalu merangkul dan menarik tubuh dara itu ke dadanya. "Diajeng....... betapa mulia hatimu, engkau sudi memaafkan aku dan bahkan masih mencintaiku. Hampir aku tidak dapat percaya karena aku berdosa besar
779 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadamu.........., maka harus kau buktikan bahwa engkau benar mencintaiku agar aku tidak ragu-ragu lagi, Diajeng...."
"Bukti" Bukti bagaimana....?" Sariwuni agak menggigil dengan jantung berdebar ketika merasa betapa pemuda itu memeluk dan mendekapnya demikian mesra.
"Bukti ini....!" Sutejo menunduk lalu mencium mulut Sariwuni dengan bibirnya, mencium dengan seluruh perasaan cintanya sehingga Sariwuni terkejut, gelagapan, akan tetapi akhirnya karena dia memang tertarik dan kagum sekali kepada pemuda itu, dia pun merasa bahagia sekali dan membalas ciuman Sutejo.
"Terima kasih, Diajeng.... engkau benar masih cinta kepadaku...." bisik Sutejo ketika bibir mereka saling berpisah.
Sariwuni gelagapan, terengah-engah dan jantungnya
berdebar, dadanya bergelombang,sampai lama dia tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Akhirnya dia melepaskan diri perlahan, lalu memandang pemuda yang telah menciumnya itu, pemuda yang secara tiba-tiba menjadi kekasihnya, dan dia merasa bahwa dia benar-benar jatuh cinta kepada pemuda ini!
"Kakangmas Bromatmojo, coba katakan dosa apa yang
kaulakukan kepadaku." Nada suaranya itu seperti orang menguji.
Sutejo mengerutkan alis mengingat-ingat, akan tetapi dia http://kangzusi.com
lalu menggeleng kepala dan menarik napas panjang. "Aku tidak ingat lagi, Diajeng, hanya aku tahu bahwa aku telah berdosa besar kepadamu."
Sariwuni tertawa manis. "Kalau begitu, lebih baik dilupakan sama sekali saja. Engkau sudah tidak ada dosa apa pun kepadaku, Kakangmas. Kita saling mencinta,bukan" Nah, orang-orang yang saling mencinta tidak ada dosa satu sama kepada yang lain. Akan tetapi coba ingat, apakah engkau masih siapakah aku" Siapakah kekasihmu yang kau sebut Sulastri ini" Dari mana asalnya, anak siapa?"
780 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo menatap wajah yang cantik itu dan dia makin
kagum. Wajah itu memang cantik sekali, kulit mukanya halus kemerahan, merah jambu yang amat mempesonakan,bibirnya merah, lebih merah daripada pipinya, sepasang matanya bersinar-sinar seperti sepasang bintang kejora. Siapa lagi kalau bukan kekasihnya yang bernama Sulastri"
"Diajeng, jangan main-main!" kata Sutejo sambil merangkul dan mengecup bibir itu dan dia merasa betapa bibir itu bergerak menyambut ciumannya.
"Ehhh.....ahhh, nanti dulu, Kakangmas. Kau jawab dulu pertanyaanku tadi!"
Sariwuni menarik diri dan melepaskan rangkulannya
dengan sikap manja, matanya bersinar-sinar penuh
kebahagaiaan kerena memang baru pertama kali ini dia merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang membuat
jantungnya berdebar tegang.
Baru pertama kali ini dia diciumi seorang pria sehebat itu, semesra itu!
"Diajeng, jangan kau menggodaku," Sutejo berkata lagi, jari-jari tangannya saling belit dengan jari tangan gadis itu dan jari-jari mereka terasa getaran-getaran hangat yang menjalar sampai ke sudut hati mereka. "Sudah terang bahwa engkau adalah Diajeng Sulastri, mengapa bertanya lagi" Dari mana http://kangzusi.com
asalmu dan anak siapa..... ini.....aku tidak tahu lagi, Diajeng.
Akan tetapi pentingkah itu?"
"Ah, Kakangmas, sungguh kasihan sekali engkau, engkau sampai lupa akan semua itu......"
Akan tetapi pada saat itu, Sutejo tiba-tiba melepaskan diri dan meloncat berdiri, memandang dengan mata beringas kepada laki-laki yang bertubuh tinggi besar dan brewok, siap untuk menyerang.
781 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, nanti dulu, Kakangmas Bromatmojo! Apa kau lupa" Dia adalah Kakang Bandupati,dia Kakakku, apakah kau tidak ingat kepadanya?" Teriak Sariwuni sambil memeluk pinggang Sutejo dari belakang.
Sutejo mengerutkan alisnya, mengingat-ingat, akan tetapi dia menjadi makin bingung.
"Kakakmu....?"
Bandupati yang baru kembali memanggul bangkai seekor kijang yang dirobohkannya, melemparkan bangkai kijang itu ke atas tanah, lalu tertawa tergelak dan melangkah maju menghampiri mereka. "Ha-ha-ha, Adimas Bromatmojo!
Lupakah engkau kepada Bandupati, calon kakak iparmu" Ha-ha-ha!"
Sutejo makin bingung, akan tetapi mendengar ucapan itu, cepat dia memberi hormat.
Kiranya raksasa muda yang gagah ini adalah kakak dari kekasihnya, Sulastri.
Jantungnya berdebar mendengar betapa raksasa itu
mengatakan "calon kakak iparmu".
Dia menoleh kepada dara itu dan melihat dara itu juga memandangnya sambil tersenyum lebar dan mengerling
indah. http://kangzusi.com
"Maafkan..... aku.... aku lupa semua...." Sutejo berkata gagap.
Bandupati tertawa lagi. "Memang engkau baru saja sembuh dari sakit, Dimas. Tenaglah dan kau menurut saja dalam perawatan Adikku......eh, Sulastri ini."
Bandupati segera menyeret kijangnya untuk dikuliti dan dipanggang dagingnya.
Sariwuni mengajak Sutejo duduk di bawah pohon,
menggandengnya dengan mesra.
782 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka duduk berhimpit-himpitan di bawah pohon dan
bicara dengan penuh kemesraan.
"Kakangmas, kasihan sekali bahwa engkau telah lupa
segala. Kau dengarkan baik-baik. Agaknya engkau lupa bahwa kekasihmu ini mempunyai dua nama. Namaku yang
sesungguhnya adalah Sariwuni, akan tetapi agaknya engkau lupa dan yang teringat hanya nama aliasku saja, yaitu Sulastri."
"Sariwuni......?" Sutejo mengingat-ingat, akan tetapi nama itu seperti asing baginya. "Kenapa namamu sampai dua, Diajeng?"
Sariwuni tersenyum dan nampaklah deretan gigi kecil-kecil rapi, membuat Sutejo ingin memeluk dan menciuminya lagi, akan tetapi Sariwuni yang tidak tahan lagi mengalami kemesraan yang hampir membuatnya hampir pingsan itu, dengan kedua tangannya menolak dada Sutejo dengan halus.
Selamanya belum pernah dia bermesraan dengan pria, dan pengalamannya tadi sungguh membuat jantungnya terasa hampir pecah.
"Nanti dulu, Kakangmas. Dengarkan dulu semua
keteranganku karena aku hendak membantumu mengingatkan segala tentang diriku. Aku mempunyai nama dua karena aku adalah seorang puteri Adipati."
http://kangzusi.com
"Kau...." Puteri adipati...." Ah, ya tentu saja, engkau puteri Adipati, Diajeng,"
Sutejo berkata, kaget dan bingung, akan tetapi
membenarkan penuturan itu karena dia tahu bahwa dia memang sudah lupa segalanya!
"Agaknya engkau sudah lupa sama sekali akan keadaan diriku. Aku bernama Sariwuni,alias Sulastri yang kupergunakan dalam perjalanan keluar dari Nusabarung agar jangan dikenal orang. Akan tetapi setelah kita kini akan kembali ke 783
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nusabarung,kau harus mulai menyebut namaku yang asli, yaitu Sariwuni."
"Ah, tapi bagiku lebih manis nama Sulastri, Diajeng," kata Sutejo sambil membelai anak rambut yang melingkar-lingkar di tengkuk dara itu sehingga membuat semua bulu di tubuh dara itu meremang, geli dan nikmat.
"Biarpun begitu, akan luculah kalau di Nusabarung orang mendengar engkau menyebutku dengan nama asing itu. Kau sebutlah aku Sariwuni, Kakangmas."
"Baiklah, Diajeng Sariwuni. Nama apapun yang kaupakai, tetap manis bagiku,karena bagiku yang penting adalah orangnya, bukan namanya."
"Kakangmas Bromatmojo, tentu engkau lupa tentang
Nusabarung dan tentang Ayah Bundaku, bukan?"
Sutejo menggeleng kepala. "Aku tidak ingat sama sekali."
"Ayahku adalah Adipati Menak Dibyo, adipati di
Nusabarung, sebuah pulau besar Laut Selatan. Orang tua kami hanya mempunyai dua orang anak, yaitu Kakang Bandupati dan aku." Sariwuni lalu menceritakan keadaan di Nusabarung, akan tetapi Sutejo hanya mendengarkan dengan setengah hati karena jari-jari tangan dan matanya lebih senang menjelajahi rambut di leher, lalu garis-garis dagu, pipi dan seluruh wajah yang cantik itu.
http://kangzusi.com
-o0o-dw-o0o- Jilid 56 Bandupati memanggang daging kijang dan tak lama
kemudian mereka bertiga makan daging kijang, beramah-tamah dan sebentar saja Sutejo telah mulai merasa biasa dan tak canggung lagi. Dia menerima begitu saja bahwa memang dia bernama Bromatmojo, dan dia bertunangan dengan
784 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sariwuni dan kini dia bersama Sariwuni dan Bandupati sedang melakukan perantauan meninggalkan Nusabarung, bahwa mereka di tengah jalan bertemu orang-orang jahat, bertanding dan dia terpukul kepalanya sehingga pingsan dan kehilangan ingatannya, bahwa mereka kini akan kembali ke Nusabarung dan bahwa dia harus menurut saja dan menyerahkan diri di bawah perawatan kekasihnya, Sariwuni. Semua ini dia dengar dari Sariwuni dan tentu saja dia hanya menurut saja. Dengan Sariwuni atau Sulastri di sampingnya, apa pun yang
dikehendaki oleh kekasihnya itu, akan dia lakukan! Yang dia tahu hanyalah bahwa dia telah berdosa besar kepada Sulastri dan bahwa di sekarang harus menebus dosanya itu dengan menaati semua permintaan dara itu.
Demikianlah, tanpa banyak kesukaran, Sariwuni dan
Bandupati mengajak Sutejo yang mereka kenal sebagai Bromatmojo itu kembali ke Nusabarung. Racun akar Lalijiwo mengandung khasiat melupakan ingatan orang dan bekerja selama satu bulan, dan sebelum lewat sebulan, Sutejo selalu diberi minum racun ini oleh Sariwuni melalui minuman atau makanan sehingga pemuda itu tak pernah mengingat kembali keadaannya sendiri.
Sutejo terheran-heran ketika dia dibawa naik perahu oleh kakak beradik itu, akan tetapi dia hanya menyesalkan diri sendiri yang kehilangan ingatan dan menaruh kepercayaan http://kangzusi.com
penuh kepada mereka, terutama sekali kepada Sariwuni yang amat dicintainya.
Ketika mereka tiba di pualu Nusabarung, para atau anak buah pulau itu memandang dengan heran kepada Sutejo, akan tetapi tentu saja tidak ada yang berani bertanya kepada putera dan puteri adipati. Sesampainya di istana kedipaten Bandupati mendahului adiknya masuk dan dengan singkat dia menceritakan tentang pemuda yang bernama Bromatmojo itu kepada ayah bundanya, betapa pemuda itu adalah seorang 785
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satria Mojopahit yang amat sakti dan betapa adiknya, Sariwuni,jatuh cinta kepada pemuda itu.
"Mereka saling mencintai, Kanjeng Romo, oleh karena itu, sebaiknya Diajeng Sariwuni dijodohkan dengan Bromatmojo."
"Hemm, begitu mudahnya?" Adipati Menak Dibyo meraba jenggotnya. Adipati ini berusia lima puluh tahun lebih, tubuhnya tinggi besar seperti Bandupati dan wajahnya keren.
"Aku harus melihatnya dulu dan dia harus diuji apakah benar-benar dia memiliki kesaktian. Aku harus melihat bukti bahwa calon mantuku bukanlah orang sembarangan." Lalu dia menoleh kepada isterinya, yaitu permaisurinya, Ibu kandung Bandupati dan berkata, "Yayi, harap suka menyuruh pelayan memanggil Ibunya Sariwuni menghadap".
Permaisuri lalu memerintahkan dayang untuk memanggil selir adipati yang cantik,yaitu Ibu kandung Sariwuni dan tak lama kemudian muncullah seorang wanita yang usianya hampir enam puluh tahun, namun dia cantik jelita dan kelihatan masih muda. Dia menyembah dengan hormat lalu disuruh duduk di dekat permaisuri.
Tak lama kemudian, Bandupati menjemput adiknya dan
masuklah mereka bersama Sutejo yang kelihatan canggung dan bingung. Akan tetapi, dengan bisikan-bisikan Sariwuni yang memberi petunjuk, dia lalu bersama dua orang kakak beradik itu bersila, menyambah dengan hormat dan merasa http://kangzusi.com
kikuk sekali ketika tiga pasang mata memandangnya dengan penuh perhatian. Ibunya Sariwuni dan permaisuri segera merasa suka dan tertarik kepada pemuda yang halus gerak-geriknya dan tampan itu.
Adipati Menak Dibyo sendiri sebagai seorang sakti, dapat melihat bahwa di balik kehalusan itu tersembunyi tenaga yang hebat, maka dia juga merasa kagum dan ingin sekali mencoba kehebatan pemuda yang katanya saling jatuh cinta dengan puterinya yang terkasih itu.
786 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bandupati telah menceritakan kepada Ayah Bundanya
bahwa pemuda itu, Bromatmojo, adalah seorang satria Mojopahit yang sudah tak berkeluarga lagi, hidup
sebatangkara di tepi pantai Laut Selatan. Dan Sutejo juga sudah mendapatkan pesan dari kekasihnya bahwa dia adalah seorang yang hidup sebatangkara, dengan demikian tidak terjadi kejanggalan-kejanggalan ketika dia berhadapan dengan keluarga Adipati Nusabarung itu. Sang Adipati lalu cepat memerintahkan para jagoannya untuk menguji Sutejo di Alun-alun.
"Mengapa aku harus bertanding dengan meraka?" tanya Sutejo kepada Sariwuni ketika mereka mengundurkan diri setelah diberi tahu bahwa dia akan dipertandingkan dengan lima orang jagoan Nusabarung.
"Kakangmas. Ayahku adalah seorang sakti. Oleh karena itu, tentu saja dia ingin memperolah mantu yang memiliki kepandaian paling tinggi di Nusabarung ini. Dan kau tahu, banyak sekali orang muda yang ingin meminangku. Olah karena itu,pertandingan ini dimaksudkan oleh Ayah agar mereka semua yang merasa penasaran karena aku memilihmu sebagai calonku, terbuka mata mereka bahwa engkau adalah orang yang paling sakti di Nusabarung ini."
Sutejo mengerutkan alisnya. Sebenarnya dia tidak setuju dengan cara itu. Dia memang mencintai Sulastri atau http://kangzusi.com
Sariwuni, akan tetapi dia tidak ingin memperebutkan seorang gadis dengan menggunakan kekerasan.
"Kita sudah saling mencintai, mengapa harus
memperdulikan orang lain, Diajeng" Andaikata aku tidak sakti, apakah engkau akan tidak mencintaiku lagi?"
Sariwuni merangkulnya dan merengek. "Kakangmas,
apakah kau tidak mau menyenagkan haitku" Kalau engkau tidak berani maju, betapa mereka semua akan mengejek aku!
Aku ingin membanggakan kekasihku yang gagah perkasa.
Pula, aku adalah puteri adipati, tentu saja Ayah ingin memiliki 787
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mantu yang digdaya. Kakangmas, aku majulah dan
menangkan pertandingan ini demi cintamu kepadaku. Kau akan membuat aku bangga sekali, Kakangmas. Sebaliknya, kalau kau tidak berani, aku akan malu sekali, bisa mati saking maluku!"
Sutejo menarik napas panjang. "Hemm, siapakah lima
orang itu, Diajeng?"
"Mereka adalah lima jagoan Nusabarung yang disebut Lima Harimau Nusabarung. Mereka adalah senopati-senopati yang perkasa dan paling hebat adalah dua di antara mereka, Kakangmas. Engkau harus berhati-hati menghadapi mereka.
Mereka adalah senopati-senopati dan merupakan orang-orang kepercayaan dari Kanjeng Romo Adipati dan tingkat
kepandaian mereka hanya di bawah tingkat kesaktian Kanjeng Romo sendiri."
"Apakah aku harus membunuh mereka?" tanya Sutejo
dengan nada suara kesal.
"Jangan, Kakangmas. Mereka adalah pembantu-pembantu Kanjeng Romo, jadi bukan musuh kita. Mereka hanya
bertindak sebagai penguji, akan tetapi tentu saja mereka berusaha untuk mengalahkanmu, kalau perlu membunuhmu.
Kalau ada di antara mereka tewas dalam pertandingan itu, tentu tidak apa-apa dan sudah wajar. Hanya tentu saja Ayah akan merasa lebih kagum dan gembira kalau engkau bisa http://kangzusi.com
mengalahkan mereka tanpa membunuh mereka, Kakangmas.
Dan aku minta agar engkau suka mengalahkan mereka tanpa membunuh, Kakangmas."
Sutejo mengangguk-angguk. "Aku tahu, Diajeng. Engkau tentu tidak menghendaki aku membunuh orang tanpa dosa.
Aku sendiri pun tidak mau membunuh orang. Akan tetapi seingatku....." dia mengerutkan alisnya. "Bukankah kau sendiri memiliki kepandaian hebat, Diajeng?"
788 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sariwuni memandang tajam dan dia menduga bahwa dara yang bernama Sulastri itu agaknya juga memiliki kesaktian.
Akan tetapi karena tidak ada tanda-tanda bahwa pemuda itu sudah berubah dan mendapatkan kembali ingatannya, dia menjadi lega dan tersenyum. "Tentu saja aku mempunyai sedikit kemampuan yang tidak dapat dibandingkan denganmu, Kakangmas. Akan tetapi, lima orang itu lebih pandai daripada aku. Hanya aku memeringatkan kepadamu agar kau berhati-hati terhadap penggabungan tenaga mereka, Kakangmas.
Mereka itu memiliki keistimewaan, yaitu dapat
menggabungkan tenaga dengan saling berpegang tangan.
Hati-hatilah kalau melihat mereka sudah saling bergandeng tangan."
Sutejo mengangguk-angguk dan dengan hati besar dia lalu memasuki gelangang pertandingan yang sudah dipersiapkan di alun-alun. Di atas panggung nampak Adipati Menak Dibyo sendiri, didampingi Ibu kandung Bandupati dan Ibu kandung Sariwuni, duduk dengan wajah gembira seperti orang
menonton pertunjukan yang menarik. Lingkaran telah dibuat di dekat bawah panggung, dan Bandupati yang mengatur tempat itu karena dialah yang bertugas menjadi wasit!
Para ponggawa, pembesar-pembesar berkedudukan tinggi belaka di kadipaten atau kerajaan kecil Nusabarung, sudah berkumpul pula untuk menyaksikan kehebatan orang muda http://kangzusi.com
yang kabarnya menjadi calon suami Puteri Sariwuni. Banyak di antara mereka, terutama yang muda-muda dan yang belum berkeluarga, merasa iri dan ingin melihat sendiri apakah benar calon mantu adipati itu lebih hebat daripada mereka.
Dan memang mereka harus mengakui bahwa tidak ada
seorang pun di Nusabarung,kecuali mungkin Sang Adipati sendiri, yang akan mampu menandingi lima orang jagoan itu sekaligus. Bahkan Pangeran Bandupati sendiri, yang memiliki kesaktian cukup hebat, tidak akan mungkin dapat menandingi lima orang jagoan itu kalau mereka maju bersama
789 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeroyoknya. Lebih dari tiga puluh orang ponggawa hadir dan menonton, di samping banyak sekali penduduk yang kebetulan dapat meninggalkan pekerjaan mereka, semua memenuhi alun-alun dan berjejal di seputar lingkaran di bawah panggung.
Dengan langkah tenang Sutejo memasuki lingkaran,
disambut oleh Bandupati yang tersenyum ramah. Sutejo memberi hormat dengan sembah ke arah panggung dan
disambut dengan tangan terangkat oleh Sang Adipati, sedangkan ibu Sariwuni tersenyum ramah karena ibu ini merasa suka kepada pemuda ini, merasa rela kalau anaknya menikah dengan pemuda Mojopahit ini. Daia sendiri berasal dari daratan utara, dari daratan Mojopahit dan semenjak kecil dia diculik oleh orang Nusabarung dan menjadi anak orang Nusabarung itu sampai kecantikannya menarik hati Sang Adipati dan dia diangkat menjadi selir. Maka, tentu saja dia akan merasa bahagia sekali kalau puterinya menjadi isteri satria Mojopahit, apalagi melihat pemuda itu memang tampan dan halus, tidak seperti para muda di Nusabarung yang sikap dan bicaranya kasar.
Atas perintah Bandupati yang memberi isyarat dengan tangan, masuklah lima orang jagoan Nusa barung itu ke dalam lingkaran. Semua penonton menahan napas menyaksikan perbedaan antara satria Mojopahit itu dengan lima orang ini.
http://kangzusi.com
Mereka adalah orang-orang yang tinggi besar, kelihatan kokoh kuat dan pemuda Mojopahit itu hanya setinggi pundak mereka! Akan tetapi, Sutejo merasa tenang dan lega ketika melihat calon-calon lawannya. Mereka itu boleh jadi bertubuh tinggi besar dan kelihatan kokoh kuat bertenaga, namun jelas bahwa mereka itu hanya orang-orang yang mengandalkan kekuatan otot-otot belaka, tidak memiliki kedigdayaan yang tersembunyi di balik kulit tubuh yang halus. Andaikata yang muncul itu adalah orang-orang yang kelihatan lemah, tentu Sutejo akan menjadi lebih waspada dan hati-hati.
790 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dimas Bromatmojo," kata Bandupati. "Atas kehendak
Kanjeng Romo, Andika harus menghadapi pengeroyokan lima orang jagoan kami ini. Mereka akan berusaha sungguh-sungguh untuk mengalahkah Andika, Dimas, maka berhati-hatilah."
Sutejo mengangguk dan berkata, "Kakangmas Bandupati, apakah yang menjadi tanda bagi pihak yang kalah?"
"Pertama, kalau sampai terlempar keluar dari lingkaran dapat berarti kalah. Ke dua, kalau sampai terluka dan tidak dapat melawan lagi, dan ke tiga, tentu saja kalau menggeletak tak bernyawa lagi. Dan andaikata Andika terluka atau tewas dalam ujian ini, mereka tidak akan dipersalahkan karena wajarlah kalau terluka atau tewas dalam pertandingan adu kedigdayaan ini, Dimas. Oleh karena itu, kalau Andika merasa tidak kuat melawan sebaiknya meloncat keluar dari lingkaran."
Sutejo mangangguk-angguk, lalu berkata, "Aku sudah
mengerti dan silakan dimulai!"
Bandupati memberi tanda dan oangeran ini lalu melangkah keluar dari lingkaran yang dibuat dengan lawe merah itu. Dia berdiri di luar lingkaran untuk mengamati jalannya
pertandingan. Dengan tenang Sutejo berdiri menghadapi lima orang
lawannya. Kedua kakinya terpentang lebar, kedua tangannya http://kangzusi.com
tergantung di kanan kiri tubuhnya tergantung lepas namun setiap lebar syarat berdenyut-denyut penuh perasaan, siap untuk menggerakkan semua anggota tubuh untuk melindungi diri dan menyerang. Sutejo memang telah kehilangan
ingatannya, telah lupa nama sendiri dan lupa segala,akan tetapi kesaktiannya yang dipejarinya sejak dahulu, telah mendarah daging pada dirinya sehingga ilmu ini sama halnya dengan kalau dia berjalan, bicara dan lain pergerakan lagi, sudah secara otomatis tanpa menggunakan ingatan lagi.
791 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja dia sudah lupa akan nama-nama ilmu itu,
sungguhpun ingat, menggerakkan dan mengerahkan secara otomatis pula.
Lima orang raksasa itu tidak memandang rendah lawan mereka. Sebagai senopati-senopati yang sudah banyak pengalaman, mereka mengenal kedigdayaan, mereka
mengenal kedigdayaan orang-orang daratan utara yang biarpun kecil kelihatan lemah, namun memiliki kesaktian luar biasa. Sudah sering mereka bertemu dengan orang-orang seperti itu, maka kini menghadapi Sutejo, mereka tidak berani memandang rendah.
Melihat pemuda itu sudah berdiri siap, lima orang jagoan ini lalu bergerak mengepungnya, dua orang di depannya, dan yang tiga orang di kanan kiri belakangnya. Sutejo sama sekali tidak bergerak, hanya bola matanya saja yang bergerak melirik ke kanan kiri sedangkan gerakan orang yang berada di belakangnya dia ikuti dengan pendengarannya.
Tiba-tiba dua orang yang di depannya membentak nyaring dengan suara gerengan seperti harimau dan bentakan itu agaknya merupakan aba-aba bagi kawan-kawannya karena serentak mereka itu menerjang ke depan, menyerang Sutejo dari empat penjuru. Namun pemuda itu sudah siap. Dia maklum bahwa dalam keadaan terkurung,kalau lima orang pengeroyok itu malakukan sergapan secara mendadak dan http://kangzusi.com
berbareng,sukar baginya untuk melindungi dirinya, maka cepat dia menggenjotkan kedua kakinya ke atas tanah dan pada saat lima orang lawannya bergerak
menyergapnya,tubuhnya sudah mencelat ke atas seperti kilat menyambar cepatnya dan tahu-tahu dia sudah berjungkir balik ke belakang dan turun di luar kepungan itu!
"Ehhh......?"
"Ahhhh.....!!"
"Mana dia.....?"
792 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lima orang raksasa itu hampir saja saling bertumbukan dan mereka terkejut karena pemuda yang mereka keroyok itu tiba-tiba lenyap. Demikian cepatnya gerakan Sutejo tadi ketika meloncat sehingga yang nampak oleh mereka hanya


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangan berkelebat dan tahu-tahu orangnya sudah lenyap.
Tentu saja orang yang tadi berada di depan Sutejo, kini melihat pemuda itu yang telah berdiri di belakang pengeroyok yang tadi menyerangnya dari belakang, maka mereka berdua cepat menerjang diikuti oleh tiga orang kawan mereka.
Melihat mereka berlima kini menyerbu dari depan semua dan tentu saja tidak mingkin bagi mereka untuk melakukan serangan secara berbareng, mulailah Sutejo menggerkkan kaki tangannya, mengelak, menangkis dan membalas serangan mereka dengan temparan-tamparan dan tendangan-tendangan yang terkendali tenaganya karena dia tidak ingin membunuh mereka.
Terdengar suara plak-plak-buk yang cukup keras ketika tamparan-tamparan dan tendangan-tendangannya yang
dilakukan dengan kecepatan kilat itu mengenai sasaran.
Kecepatan pemuda itu tak dapat ditandingi oleh lima orang jagoan yang saking besarnya tidak mampu bergerak gesit itu, dan biarpun Sutejo telah mengendalikan tenaganya dan tidak menggunakan seluruh kesaktiannya, namun tamparan-tamparan itu cukup untuk membuat pingsan seorang lawan http://kangzusi.com
yang tangguh. Akan tetapi lima orang itu hanya terpelanting saja dan dengan cekatan mereka sudah meloncat bangkit kembali karena tamparan dan tendangan itu hanya membuat mereka pening sebentar dan kini mereka sudah mengamuk lagi, menyerang Sutejo kalang-kabut seperti harimau-harimau buas. Serangan mereka dibarengi gerengan-gerengan
menyeramkan. Sutejo terkejut juga. Baru dia tahu bahwa lima orang lawannya itu memiliki kekebalan yang cukup kuat. Kini 793
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penyerangan mereka yang dahsyat, ganas dan membabi buta itu membuat dia agak kewalahan. Terpaksa dia mengelak dan mengandalkan kecepatan gerakannya, menyelinap di antara mereka sambil manangkis dan mengelak, namun selalu
manjaga agar jangan sampai dia terdesak keluar dari lingkaran yang ditandai lawe merah. Hebatnya, lima orang itu terus mendesaknya,bahkan ada yang menggunakan cara
berguling-guling di atas tanah untuk mengejarnya dan lengan-lengan mereka yang berbulu dan panjang itu menyambar dari bawah untuk menangkap kakinya, tentu dengan maksud
diseret atau dibanting dan dilempar keluar dari lingkaran!
Tiba-tiba dua orang di antara mereka mendapat
kesempatan untuk menubruk Sutejo dari depan. Dengan kedua lengan dikembangkan, kedua tangan membentuk cakar harimau, mereka menubruk dari kanan kiri secara berbareng.
Sutejo tidak dapat mengelak ke belakang karena di
belakangnya, hanya dalam jarak dua meter,terdapat lingkaran dan kalau dia meloncat ke belakang, ada bahayanya, dia keluar dari ringkaran dan dianggap kalah. Kanan dan kiri sudah terjaga oleh dua orang lawan pula. Maka dia
menggunakan kecepatanya pula, mendahului penyerang yang datang dari kanan dengan tendangan kakinya, sedangkan kedua tangannya menyambut kedua lengan penyerang dari kiri, lalu tubuhnya diputar miring dan dengan pengerahan tenaga dia membanting penyerang itu ke samping.
http://kangzusi.com
"Dukk!" Bresss....!!"
Dua orang raksasa itu mengeluh, yang seorang memegangi perutnya yang tertendang, sedangkan yang dibanting itu bangkit duduk dan menggoyang-goyangkan kepala karena dunia berpusing di depan matanya! Namun, tiga orang yang lain sudah menyerang lagi sehingga Sutejo kembali sudah berloncatan dan mengelak ke sana-sini dengan sigapnya, kemudian dia pun membalas dengan tamparan berturut-794
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turut,sekali ini menambahi tenaganya dan tiga orang itu terpelanting pula dan mengaduh-aduh.
Tamparan tangan Sutejo terasa panas sekali bagi mereka.
"Aarrgghhhhh.....!!" Seorang di antara mereka meloncat dan mengeluarkan gerengan hebat yang seolah-olah
menggetarkan bumi yang berada di sekitar tempat
pertandingan itu. Dan agaknya gerengan ini pun merupakan aba-aba bagi kawan-kawannya karena kini mereka
menggunakan sebelah lengan untuk saling merangkul
pinggang dan dengan cara demikian, mereka berlima begerak maju, sebelah lengan lagi dilonjorkan dan tangan mereka disatukan di depan dengan telapak tangan dibuka dan diarahkan kepada Sutejo. Lima buah tangan yang besar siap untuk mendorong pemuda itu dengan kekuatan dahsyat yang dipersatukan.
Sutejo merasa heran sekali melihat cara mereka
menghadapinya. Dia tidak merasa gentar karena dengan cara maju bersama seperti itu, dia tidak perlu lagi menjaga diri dari serangan kanan kiri maupun belakang, maka dia pun
melangkah maju memapaki dan ketika lima buah tangan itu bergerak mendorongnya, dia mengelak sedikit saja dan menggerakkan lengannya menangkis.
"Desss.....!" Hampir Sutejo berteriak saking kagetnya karena tiba-tiba dia terpelanting! Para penonton yang http://kangzusi.com
menjagoi lima orang itu kini untuk pertama kalinya tersenyum.
Mereka sudah datang lagi, dengan saling rangkul dan melangkah maju berbareng seperti seekor kelabang yang aneh, sebelah lengan mereka diluruskan dengan tangan menjadi satu, menghampiri Sutejo, agaknya hendak
mendorong pemuda itu atau memaksanya keluar dari
lingkaran. Sutejo melirik ke arah panggung di mana duduk pula Sariwuni di samping ayah bundanya. Gadis itu
memandang dengan mata terbelalak. Teringatlah Sutejo akan peringatan dara yang dikenalnya sebagai Sulastri atau 795
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sariwuni itu, tentang lima orang yang dapat menyatukan tenaga. Dia merasa penasaran. Memang dirasakannya ketika bertemu dengan tangan mereka tadi dalam tangkisannya, betapa dari tangan itu mengalir keluar tenaga yang amat kuat dan yang membuatnya terpelanting. Akan tetapi, hal itu hanya dapat terjadi karena di sama sekali tidak menduganya sehingga dia terkejut dan tidak siap sebelumnya. Kalau dia mengerahkan tenaga kesaktiannya, belum tentu dia kalah.
Melihat lima orang itu sudah maju lagi dengan sikap mengancam, Sutejo juga melangkah maju menyambut dan mengerahkan aji kesaktiannya yang amat hebat, yaitu Aji Kolo Cokro. Ketika dia menggosok kedua tangannya, dari kedua telapak tangannya mengepul uap! Kemudian dia menghadapi para musuhnya dengan kedua kaki terpentang dan segera menyambut tangan-tangan lima orang yang disatukan itu dengan kedua tangannya yang mengepulkan uap.
"Plak! Plak!" Dua telapak tangannya bertemu dengan dua telapak tangan lawan yang dibantu oleh tiga telapak tangan lain itu. Kembali dia merasa betapa dari telapak tangan mereka menyambar tenaga dahsyat, namun sekali ini dia sudah siap dan cepat dia mengerahkan tenaganya untuk menentang.
Terjadi dorong-dorong dan biarpun tidak nampak oleh mata, namun semua orang tahu bahwa sekarang telah terjadi http://kangzusi.com
adu tenaga sakti yang amat hebat. Sutejo mendapat
kenyataan bahwa lima orang itu memang benar hebat sekali setelah menyatukan tenaga mereka! Dia merasa betapa tenaga saktinya bertemu dengan tenaga yang kokoh kuat seperti gunung karang, dan dorongan yang amat hebat yang menghimpitnya itu, namun dia maklum bahwa menggunakan kekuatan untuk memaksa mereka mundur kiranya merupakan hal yang amat sukar. Tentu saja dia dapat membagi
tenaganya dan menggunakan tangan kirinya mengirim
pukulan kepada mereka,akan tetapi hal itu akan berbahaya 796
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali bagi mereka, mungkin dapat menewaskan dan dia tidak ingin membunuh seorang pun di antara mereka.
Sutejo mencari akal, tidak seperti lima orang itu yang mati-matian mengandalkan kekuatan mereka untuk bertahan dan untuk menang. Mereka diam-diam juga terkejut sekali ketika merasa betapa telapak tangan mereka amat panas dan betapa tenaga mereka bertemu dengan tenaga mujijat yang keluar dari telap tangan pemuda itu.
Namun mereka merasa penasaran dan tidak percaya kalau mereka akan kalah kuat, maka mereka mengerahkan pula seluruh tenaga mereka untuk mendorong.
Tiba-tiba Sutejo menggerakkan jari-jari tangannya dan kalau tadi mereka beradu telapak tangan, kini bagaikan dua ekor ular, kedua lengan Sutejo meluncur dan kedua tangannya menangkap pergelangan tangan orang pertama, mulutnya mengeluarkan bentakan nyaring dan menggetarkan jantung, tubuhnya merendah lalu kakinya bergerak sehingga tubuhnya miring dan kedua tangannya yang tadi mendorong dan
mempertahankan, secara tiba-tiba sekali berubah menjadi daya tarik dengan betotan mendadak dan amat kuat.
Lima orang itu sedang mengerahkan seluruh tenaga
mereka mendorong, maka ketika kini tidak ada perlawanan yang menentang tenaga dorong mereka, bahkan Sutejo
menggunakan kekuatan sakti untuk membetot, tanpa dapat http://kangzusi.com
dicegah lagi tubuh mereka tertarik ke depan! Sutejo menyentakkan dan melepaskan pegangannya dan .....seperti daun-daun kering tertiup angin, dan mengeluarkan suara seperti bata runtuh, lima orang itu terdorong ke depan dan roboh tunggang-langgang keluar dari lingkaran lawe merah yang menjadi putus keterjang tubuh mereka!
Tepuk tangan nyaring dari atas panggung memecahkan
kesunyian dan ketegangan yang mengikuti robohnya lima orang itu. Tepuk tangan Sariwuni memancing tepuk tangan dan sorak-sorai semua orang yang menyatakan
797 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekagumannya kepada Sutejo yang merak kenal sebagai Raden Bromatmojo! Lima orang itu merangkak bangun,
mengaduh-aduh karena baru sekarang mereka melihat betapa lengan tangan mereka merah sekali dan bengkak-bengkak akibat pengaruh Aji Kolo Cokro yang amat panas. Pangeran Bandupati menghampiri Sutejo dan menyatakan kemenangan pemuda ini dengan mengangkat lengan pemuda ini ke atas yang pula oleh sorak-sorai para penonton.
Adipati Menak Dibyo girang bukan main, girang dan kagum.
Diam-diam dia mengakui bahwa agaknya di sendiri belum tentu akan mampu menandingi pemuda itu. Dengan adanya pemuda seperti ini di sampingnya, apalagi sebagai mantunya, tentu dia tidak takut lagi menghadapi musuh-musuh sakti.
Terbayang sudah di depan matanya betapa dia akan dapat membasmi musuh besarnya, yaitu Kadipaten Puger di
seberang! Demikianlah, pertunangan antara Raden Baromatmojo dan Puteri Sariwuni diumumkan,dan semenjak hari itu, Sutejo hidup sebagai Raden Bromatmojo dan calon mantu adipati, dan dia masih belum ingat akan keadaannya sebelum dia bertemu dengan Sariwuni dan sebelum lewat setengah bulan, Sariwuni tidak pernah lupa untuk mencampurkan akar Lalijiwo dalam hidangan tunangannya.
*d-w* http://kangzusi.com
Kita tinggalkan dulu Sutejo yang seolah-olah hidup sebagai seorang manusia baru dengan nama Raden Bromatmojo, dan satu-satunya orang yang masih diingatnya adalah Sulastri yang ditemukan dalam diri Sariwuni, dan bahwa dia mencintai Sulastri, bahwa dia bersalah terhadap Sulastri dan dia harus menaati semua kehendak Sulastri untuk menebus dosanya.
Baru sekarang dia "tahu" bahwa Sulastri juga bernama Sariwuni, puteri Adipati Nusabarung! Mari kita mengikuti perjalanan Sulastri yang asli, atau Bromatmojo yang tulen.
798 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan muka agak pucat, wajah muram dan mata merah
karena banyak menangis, tubuh agak kurus karena kurang tidur dan kurang makan, Sulastri melakukan perjalanan seorang diri ke selatan, menuju ke Kadipaten Puger untuk menyusul dan menolong dua orang sahabatnya yang
tertawan, yaitu Joko Handoko dan Roro Kartiko.
Perjalanan ini amat melelahkan dan amat sukar melaui pegunungan kapur yang memanjang dari timur ke barat, memalui hutan-hutan liar yang penuh pohon-pohon raksasa dan semak-semak belukar.
Kalau teringat kepada Sutejo, bermacam perasaan
menyakitkan hatinya. Dia mencinta Sutejo, dan hatinya sakit karena duka bahwa dia terpaksa harus berpisah dari pria yang dicintainya itu. Penyesalan dan kekecewaan memenuhi hatinya ketika teringat betapa Sutejo telah diperalat oleh Mahapati sehingga pemuda itu sampai hati untuk membantu Mahapati menyebabkan kematian gurunya. Padahal,gurunya yang
pertama, Ki Jembros, juga tewas di tangan Mahapati yang mengeroyoknya. Kini Gurunya ke dua yang amat disayangnya pula, Empu Supamandrangi, juga mati di tangan orang-orang Mahapati. Dan Sutejo mambantu Mahapati! Hal ini amat menyakitkan hatinya.
Akan tetapi ketika dia tiba di tepi daerah Kadipaten Puger, melihat penduduk dusun-dusun yang termasuk wilayah Puger, http://kangzusi.com
dia melupakan penderitaan batinnya sendiri karena
perhatiannya kini tertuju untuk menyelamatkan Joko Handoko dan Roro Kartiko. Bagaimanakah keadaan mereka, pikirnya.
Bagaimanakah sesungguhnya keadaan kakak beradik yang telah tertawan oleh dua orang kakak beradik kembar dari Puger itu" Seperti telah kita ketahui, Joko Handoko dan Roro Kartiko, juga tujuh orang anggota Sriti Kencana, semua tertawan oleh pasukan ang dipimpin oleh Murwendo dan Murwanti, kakak beradik kembar dari Puger itu. Mereka itu tergila-gila kepada Joko Handoko dan Roro Kartiko dan setelah 799
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil manawan dua orang muda ini dan tujuh orang wanita anggota Sriti Kencana, Murwendo dan Murwanti lalu bergegas pulang ke selatan, ke Kadipaten Puger yang terletak di pantai Laut Selatan.
Setelah pasukan tiba di Puger, Murwendo dan Murwanti langsung membawa tawanan mereka ke dalam istana
kadipeten, menghadap ayah mereka dengan wajah berseri.
Mereka menurunkan tubuh tawanan yang mereka panggul itu ke atas lantai dalam keadaan terbelenggu, lalu berlutut menyembah kepada ayah dan ibu mereka.
Raja di Puger, memandang dengan mata terbelalak kepada kedua orang anaknya,demikian pula permaisurinya. Raja ini usianya sudah enam puluh tahun, rambutnya putih dan gerak-geriknya halus. Permaisurinya berusia empat puluh lima tahun, masih cantik jelita dan seperti juga suaminya, wanita ini halus gerak-geriknya.
Para pengawal dan pelayan yang berada di ruangan itu juga memandang dengan terheran-heran ketika putera dan puteri raja itu datang memanggul seorang dara dan seorang pemuda yang cantik dan tampan.
Sang Prabu Bandardento, Raja Puger itu, sudah mengenal keadaan putera-puterinya.
Raja yang cukup bijaksana ini maklum bahwa ada sesuatu http://kangzusi.com
yang tidak wajar pada dua orang anak kembar ini. Melihat kedatangan mereka membawa tawanan, Sang Prabu lalu
cepat memberi isyarat kepada semua pengawal dan pelayan untuk meninggalkan ruangan itu. Para pengawal dan pelayan menyembah dan cepat keluar dari situ, meninggalkan Sang Prabu dan permaisurinya berdua saja menghadapi Murwendo, Murwanti dan dua orang tawanan itu. Setelah semua orang pergi, barulah Sang Prabu bangkit dari kursinya.
800 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa artinya ini" Darimana kalian berdua dan siapa yang kalian bawa sebagai tawanan ini?" Di dalam suaranya Sang Prabu Bandardento terkandung kemarahan dan teguran.
"Kanjeng Romo, ini adalah Roro Kartiko, calon mantu Paduka," kata Murwendo.
"Dan ini adalah Joko Handoko, juga calon mantu Paduka, Kanjeng Romo dan Kanjeng Ibu," sambung Murwanti sambil meraba pundak Joko Handoko yang rebah miring dan tidak mampu bergerak karena kaki tangannya terbelenggu.
Sang Prabu saling pandang dengan permaisurinya, alisnya berkerut dan jantungnya terasa perih. Kedua orang anak kembarnya itu sudah mendekati kegilaan, pikirnya.
Sakit sekali perasaannya kalau diingat. Dia tidak pernah mempunyai keturunan.
Permaisurinya yang belasan orang selirnya tidak pernah ada yang mempunyai keturunan. Hanya seorang selir saja yang mempunyai keturunan, yaitu melahirkan anak kembar ini! Akan tetapi, selir itu meninggal dunia ketika melahirkan Si Kembar ini, dan Sang Prabu tahu bahwa anak kembar ini bukanlah keturunannya! Si kembar ini lahir karena selir itu mengadakan hubungan rahasia, berzina dengan seorang juru taman. Seorang yang rendah dan hina! Namun, untuk
menjaga kehormatan, diam-diam Sang Prabu menyuruh
http://kangzusi.com
pengawal membunuh juru taman itu. Kini pembuat aib itu, baik yang wanita maupun pria, telah mati semua hingga dia dapat menerima Si Kembar sebagai anaknya!
Betapa dia sayang kepada dua orang anak kembar itu
karena Sang Prabu tidak pernah dapat menikmati perasaan seorang ayah. Dilupakannya kenyataan bahwa Si Kembar itu bukan darah dagingnya. Disayang dan dimanja oleh Sang Prabu,permaisuri dan semua selir, dua orang kembar malah menjadi rusak! Ataukah mungkin sudah terdapat dalam darah mereka"
801 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mula-mula Sang Prabu hanya melihat gejala buruk itu ketika melihat anak kembar itu bersikap kejam dan keras terhadap ponggawa dan pelayan. Apalagi setelah mereka mepelajari ilmu kedigdayaan, mereka suka bertindak
sewenang-wenang. Hanya terhadap Sang Prabu saja mereka tunduk dan taat, akan tetapi mereka tidak lagi tunduk kepada ibu-ibu mereka, apalagi kepada para ponggawa!
Akhirnya kenyataan yang amat pahit mulai manusuk hati Sang Prabu ketika Beliau menerima bisikan dari para pengawal penyelidik bahwa Murwendo dan Murwanti mengadakan
hubungan sebagai suami isteri! Dua orang anak kembar itu telah mulai dewasa, telah melakukan perjinaan! Hal ini sungguh merupakan pukulan berat bagi raja itu. Akan tetapi, dia sendiri tidak tahu bagaimana harus menghadapi keadaan itu. Menegur mereka" Peristiwa itu sudah terjadi, sudah terlanjur. Marah-marah"
Kalau umum mengetahui, akan menimpa aib dan noda
yang lebih hebat lagi daripada noda yang ditimbulkan oleh selirnya yang berzina dengan juru taman dahulu!
Didiamkan saja" Juga makan hati!
Diam-diam raja ini menderita tekanan batin dan rasa sayangnya terhadap dua orang anak kembar itu mulai
menipis. Biarpun dua orang anak kembar itu kini menjadi seorang pemuda dan seorang dara yang berwajah tampan http://kangzusi.com
dan cantik, namun dia tahu benar bahwa watak mereka amat tidak baik, selain kejam juga rendah dan hina.
Hanya ada satu hal yang merupakan hiburan besar di
dalam hati Sang Prabu bahwa dua orang anak itu bukanlah keturunannya. Dan selain dia sendiri, yang tahu akan hal itu hanyalah permaisurinya, dan tentu saja orang-orang
kepercayaannya, yaitu pengawal-pengawal pribadinya yang dua orang, Si Sulung Hitam Padas Gunung dan Si Demit Kinang Pragalbo. Kedua orang tokoh Puger inilah yang dulu 802
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disuruhnya membunuh juru taman dan mereka berdua itulah yang tahu akan rahasia Murwendo dan Murwanti.
Ketika Sang Prabu melihat dua orang anak kembar itu pulang membawa dua orang tawanan, dia terkejut dan
merasa tidak senang. Dan jawaban mereka bahwa pemuda dan dara yang ditawan itu merupakan calon-calon mantunya, membuat wajahnya menjadi merah sekali. Betapa tidak tahu aturan adanya dua orang anaknya ini!
Mana mungkin mencari jodoh seniri dengan paksa itu, seperti dua orang liar,tanpa minta dulu pendapat dan perkenannya.
Ingin Sang Prabu membentak-bentak marah, akan tetapi dia menahan diri, hanya bertepuk tangan membari isyarat kepada pengawal. Cepat sekali pengawal kepala datang memasuki kamar itu dan menghadap Sang Prabu.
"Cepat panggil Padas Gunung dan Pragalbo ke sini!" teriak Sang Prabu suaranya jelas mengandung kemarahan. Pengawal itu cepat berlalu memenuhi perintah Sang Prabu yang segera duduk kembali dan memandang ke arah dua orang tawanan itu sambil mengelus jenggot. Harus diakuinya bahwa pemuda tawanan itu tampan dan gagah, sedangkan dara itu pun cantik dan seperti puteri istana. Makin tidak enaklah rasa hatinya Melihat keadaan mereka, tentu pemuda dan dara itu bukan orang-orang sembarangan di Mojopahit dan perbuatan dua http://kangzusi.com
orang anaknya itu berarti menanam bibit permusuhan hebat dengan Mojopahit. Perbuatan yang amat berbahaya!
Dia melihat betapa Murwendo mengusap rambut di dahi tawanan wanita itu dengan mesra, dan melihat sianr mata penuh kebencian dari dara tawanan itu yang cepat membuang muka. Demikian pula, pemuda yang menjadi tawanan itu membuang muka ketika Murwanti mengelus pundaknya
dengan sikap mesra dan tak tahu malu. Betapa jauhnya sikap sepasang tawanan itu dengan sikap dua orang anaknya!
803 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padas Gunung dan Pragabo, dua orang tokoh Puger yang memiliki kepandaian tinggi itu, kini sudah datang menghadap.
Sang Prabu memandang kepada mereka dengan sikap marah, kemudian terdengar dia membentak, "Padas Gunung dan Pragalbo! Apa saja yang kalian lakukan bersama Pangeran dan Puteri" Mengapa kalian menawan dua orang muda ini?"
Padas Gunung yang bermuka kuning itu tidak dapat bicara dan hanya menunduk dengan sikap bingung dan dia
menyerahkan jawabannya kepada Pragalbo yang memang
lebih pandai bicara daripada dia. Namun, menghadapi junjungannya yang sedang marah itu, Pragalbo juga kelihatan gugup dan dia cepat menyembah lalu berkata.
"Mohon beribu ampun apabila hamba berdua melakukan
hal yang tidak berkenan di hati Paduka, Gusti. Sesungguhnya, hamba berdua dan pasukan hanya melaksanakan perintah dari Gusti Pangeran dan Gusti Puteri. Pemuda dan gadis ini, juga tujuh orang wanita lain yang menjadi anak buah mereka, adalah orang-orang Lumajang,dan karena Gusti Pangeran dan Gusti Puteri menghendaki, maka hamba berdua terpaksa lalu menangkap mereka dan...."
"Hayo cepat lepaskan belenggu kaki tangan mereka!" Sang Prabu menghardik marah dan hatinya menjadi makin khawatir mendengar bahwa mereka itu adalah orang-orang Lumajang!
Dia sudah mendengar bahwa Lumajang kini tidak tunduk http://kangzusi.com
kepada Mojopahit,dan hal ini amat menguntungkan Puger, karena Lumajang dapat menjadi perisai atau benteng yang akan dapat menghadang gerakan Mojopahit kalau-kalau kerajaan itu hendak meluaskan wilayah ke timur. Sebelum Mojopahit berkesempatan menyerbu Puger, haruslah lebih dulu membobolkan pertahanan Lumajang. Oleh karena itu, sungguh tidak baik untuk menanam permusuhan dengan
Lumajang. 804 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perintah yang dikeluarkan dengan bentakan marah ini, dua orang pengawal yang juga menjadi senopati itu cepat menghampiri dua orang tawanan itu.
Murwendo dan Murwanti juga tidak berani menghalangi dan mereka mundur dan duduk bersimpuh sambil memandang kepada dua orang tawanan itu dengan sinar mata penuh kemesraan. Setelah dibebaskan dari belenggu, Joko Handoko dan Roro Kartiko menggosok-gosok pergelangan tangan dan kaki mereka yang terasa sakit setelah kini darahnya berjalan lancar kembali. Kemudian Joko Handoko memandang kepada raja yang berambut putih dan bersikap agung itu. Dia segera menyembah, diikuti oleh adiknya yang seperti juga kakaknya merasa lega bahwa raja itu kiranya tidaklah sejahat kakak beradik kembar itu.
Melihat sikap pemuda dan dara itu, Sang Prabu
Bandardento menjadi makin kagum dan makin keras
dugaannya bahwa memang mereka ini bukan orang
sembarangan. Yang jelas mereka itu tahu akan susila, maka dengan suara halus dai lalu bertanya kepada Joko Handoko,
"Orang muda, maafkanlah perlakuan yang tidak patut dari putera dan puteri kami. Sebelum mendengar keterangan dari pihak putera-puteri kami, lebih baik dulu kami mendengar darimu, siapakah engkau dan gadis ini, dan bagaimana sampai menjadi tawanan anak-anak kami?"
http://kangzusi.com
Karena Joko Handoko maklum bahwa dia berhadapan
dengan raja yang bijaksana dan berkuasa di Puger, dia menyembah lagi sebelum menjawab, "Hamba bernama Joko Handoko dan ia ini adalah adik kandung hamba yang bernama Roro Kartiko. Mendiang ayah hamba berdua adalah bekas bupati di Tuban yang karena menentang Mojopahit telah terhukum mati dan hamba berdua bersama ibu hamba telah mengungsi ke Lumajang dan....."
"Maksudmu Bupati Ronggo Lawe?" tanya Raja Puger itu.
805 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan, Sri Baginda. Mending Ayah hamba adalah
pengganti Beliau dan bernama Progodigdoyo. Kini hamba berdua tinggal di Lumajang dan telah diterima menjadi perwira pengawal oleh Sang Adipati di Lumajang."
"Pengawal Lumajang" Hemmm..." Hati Raja itu menjadi makin khawatir. "Lalu bagaimana Andika berdua sampai tertawan oleh pasukan kami?"
Joko Handoko bukan orang bodoh. Raja ini adalah ayah dari dua orang kembar yang aneh itu, maka mengadu kepada raja ini merupakan hal yang sia-sia belaka,sungguh pun raja ini kelihatan bijaksana dan halus. Dia menjadi serba salah dan bingung juga, akan tetapi dengan hati-hati pemuda ini lalu menjawab, "Maaf, Sri Baginda, sesungguhnya hamba berdua juga masih merasa heran. Berdua saudara Murwendo dan Murwanti, yang baru sekarang hamba ketahui adalah putera-puteri Paduka tadinya adalah rekan-rekan hamba setelah mereka berhasil pula memasuki sayembara dan diangkat menjadi perwira pengawal seperti hamba. Akan tetapi,selagi hamba berdua dan teman-teman hamba yang sedang
melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Sang Adipati Lumajang, mereka berdua mengajak hamba untuk ikut ke Puger. Hamba dan adik hamba menolak dan mereka
menggunakan paksaan sehingga terjadi perkelahian. Hamba berdua dikeroyok dan tertawan."
http://kangzusi.com
Wajah Sang Prabu Bandardento menjadi merah. Dia
merasa malu sekali atas perbuatan dua orang putera
kembarnya itu. Akan tetapi, membebaskan dua orang muda ini pun tidak baik karena tentu mereka akan kembali ke Lumajang dan Adipati Lumajang tentu akan marah dan
memusuhi Puger kalau mereka mendengar bahwa perwira-perwiranya diganggu oleh Puger, apa lagi kalau mendengar bahwa putera-puteri Puger telah menyelundup ke Lumajang dan menjadi penggawal. Tentu akan menimbulkan sangkaan yang tidak baik. Maka dia lalu berkata kepada Joko Handoko 806
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Roro Kartiko dengan suara yang halus namun tegas, "Dua orang putera kami telah melakukan kekasaran terhadap Andika berdua, harap Andika berdua tidak menaruh dendam.
Setelah Andika berdua barada di sini, kami menganggap Andika berdua sebagai tamu-tamu terhormat dan kami minta sukalah kiranya Andika berdua menjadi sahabat-sahabat putera-puteri kami dan mengajarkan kesusilaan dan kebajikan kepada mereka."
"Tapi, Kanjeng Romo, hamba ingin menikah denga Roro Kartiko!" tiba-tiba Murwendo berkata.
"Hamba juga, kawinkan hamba sekarang juga dengan Joko Handoko, Kanjeng Romo!" kata Murwanti.
"Diam....!!!" Sang Prabu Bandardento membentak, marah dan malu bukan main. "Awas, kalian tidak boleh menggunakan paksaan! Padas Gunung dan Pragalbo, aku perintahkan kalian untuk mengawasi dan menjaga agar pangeran dan puteri tidak memaksa dan mengganggu dua orang tamu kita dan tujuh orang pengiring mereka itu! Murwendo dan Murwanti, perjodohan tidak boleh dipaksakan. Kalau memang mereka berdua ini suka menjadi jodohmu tanpa paksaan, aku akan merasa senang dan bangga sekali mempunyai mantu seperti mereka. Akan tetapi, kalau kalian melakukan paksaan dan kotor, aku sendiri akan menentangmu!" Setelah berkata demikian, Sang Prabu membubarkan persidangan dan Joko http://kangzusi.com
Handoko bersama Roro Kartiko dipersilakan keluar oleh Padas Gunung dan Pragalbo. Dua orang kakak beradik ini terkejut dan bingung, akan tetapi mereka tidak diberi kesempatan untuk membantah lagi. Maka mereka terpaksa untuk
sementara menerima nasib, karena bagaimana pun juga, keputusan raja itu membuat mereka terlepas daripada ancaman saudara kembar itu.
Mereka diperbolehkan bebas di Puger dan diberi rumah pemondokan yang cukup baik bersama tujuh orang anak buah Sriti Kencana, namun mereka maklum bahwa untuk lolos dari 807
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat itu adalah tidak mungkin karena siang malam mereka selalu diawasi.
Murwendo dan Murwanti memang tidak berani melanggar pantangan ayah mereka.
Mereka berdua tidak berani menggunakan paksaan, apalagi karena mereka berdua maklum bahwa Joko Handoko dan Roro Kartiko bukanlah orang-orang lemah yang dapat dipaksa begitu saja. Dahulu pun kalau tidak ada bantuan Padas Gunung dan Pragalbo, tidak mungkin mereka mampu
menawan kakak beradik yang membuat mereka tergila-gila itu. Sekarang, dua orang tawanan itu telah menjadi tamu-tamu yang terhormat dan bebas, bahkan diawasi selalu oleh Padas Gunung dan Pragalbo yang mereka tahu amat setia kepada ayah mereka sehingga dua orang tokoh yang juga menjadi guru-guru mereka itu tentu tidak akan segan-segan menentang mereka untuk mentaati perintah junjungan
mereka kalau mereka berdua berani mengganggu Joko
Handoko dan Roro Kartiko. Murwendo dan Murwanti merasa penasaran sekali, namun mereka hanya dapat menimbun rasa kekecewaan mereka di dalam hati saja. Mereka berdua bersikap manis dan berusaha memikat hati dua orang muda itu dengan cara halus, akan tetapi Joko Handoko dan Roro Kartiko sama sekali tidak pernah mau melayani mereka setiap kali dua orang saudara kembar itu muncul, Joko Handoko dan http://kangzusi.com
adiknya tentu meninggalkan mereka dan mengunci diri dalam kamar masing-masing,sedikit pun tidak mau bicara dengan mereka! Hal ini tentu saja membuat Murwendo dan Murwanti merasa tersiksa sekali. Dan kalau sudah begini, yang menjadi bulan-bulan kemarahan mereka tentulah para abdi yang melayani mereka, dipukul, ditendang dan dimaki hanya karena kesalahan yang kecil saja. Dan untuk menghibur diri dari kekecewaan, kakak beradik kembar ini saling menumpahkan rasa rindu dan tergila-gila mereka itu satu kepada yang lain, dan makin berlarut-larutlah hubungan gelap, perjinaan yang 808
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat mencemarkan Kadipaten Puger antara dua orang kakak beradik kembar yang agaknya mempunyai kelainan batin ini.
-o0od*wo0o- Jilid 57 Sesungguhnya hidup ini sempurna, menjadi tidak sempurna karena kita sendiri yang membuatnya. Sesungguhnya hidup ini bahagia, menjadi tidak bahagia karena kita menganggapnya demikian. Sesungguhnya kebahagiaan tidak pernah
meninggalkan kita,melainkan kitalah yang meninggalkannya untuk mengejar bayangannya! Mengapa kita tidak pernah menghadapi segala sesuatu yang terjadi pada kita sebagai sesuatu kewajaran, menghadapinya tanpa sorak kemenangan atau keluh kekalahan" Selalu kita nilai dengan keuntungan atau kerugian sehingga tentu saja menimbulkan kepuasan atau kekecewaan, kesukaan atau kedukaan. Dan terseretlah kita ke dalam lingkaran setan yang tiada putusnya,
tenggelamlah kita ke dalam gelombang suka duka, di mana dukanya lebih banyak daripada sukanya, di mana apa yang dinamakan kebahagiaan hanya kadang-kadang saja bercahaya seperti kilat di musim hujan yang selalu penuh awan gelap.
Bagi seorang biasa yang melihat Sang Prabu Bandardento sebagai seorang yang paling berkuasa dan paling mulia di http://kangzusi.com
Puger, tentu menganggapnya sebagai ukuran tertinggi orang yang hidup bahagia. Akan tetapi apa kenyataannya bagi Sang Prabu Bandardento sendiri" Tidak ada bedanya dengan orang-orang yang paling miskin di puger. Tetap saja dilanda kecewa dan kedukaan. Hal-hal yang dianggapnya sebagai sumber bahagia oleh orang-orang kecil, seperti kekayaannya, kekuasaannya kini sama sekali tidak dirasakan sebagai keadaan berbahagia oleh raja yang sudah memiliki semua itu semua! Dan demikian pula keadaan kehidupan kita semua!
Kita melihat orang lain yang memiliki kelebihan daripada kita 809
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai orang yang berbahagia, akan tetapi kenyataanya tidak demikian karena orang yang kita anggap beahagia itu pun akan meliah orang lain dan menganggap orang lain itu berbahagia sedangkan dia tidak! "Mengapa demikian?" karena kesalahan yang satu ini kita miliki bersama, yaitu kesalahan membayang-bayangkan selalu bahwa kebahagiaan berada DI SANA, sama sekali tidak pernah meneliti dan menyelidiki keadaan DI SINI atau saat ini!
"Ah, kami merasa kuat bertanggung jawab atas perpisahan dua pasang merpati," kata Sang Prabu Bandardento kepada Joko Handoko dan Roro Kartiko pada suatu senja ketika dia dan permaisurinya memanggil dua orang kakak beradik itu dalam taman sari. "Kami akan berusaha untuk mendatangkan tunangan-tunangan kalian, Joko dan Roro. Katakanlah, siapakah tunangan kalian itu?"
Wajah Joko Handoko dan Roro Kartiko menjadi merah
sekali mendengar pertanyaan ini. Mereka saling pandang dan dalam sinar mata mereka berdua, kakak beradik ini sama-sama mengerti bahwa untuk menghindarkan diri dari harapan Sang Prabu untuk menjodohkan mereka dengan Si Kembar, memang sebaiknya kalau mengaku saja rahasia hati mereka secara terbuka. Joko Handoko maklum pula akan isi hati adiknya, maka dia lalu menyembah dan berkata, "Harap Paduka maafkan karena hamba berdua pun tidak tahu di http://kangzusi.com
mana mereka sekarang. Akan tetapi kalau Paduka ingin mengetahui, pujaan hati hamba itu adalah seorang dara yang cantik jelita dan gagah perkasa yang bernama Sulastri."
"Hemm, Sulastri" Dan dia pun gagah perkasa seperti
Roro?" tanya Sang Permaisuri.
"Seperti hamba" Ah, hamba tidak ada seperempatnya!"
kata Roro Kartiko. Sulastri adalah murid dari puncak Bromo, murid Empu Supamandrangi...."
810 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahh.....!" Adipati Puger itu kelihatan terkejut sekali.
"Pantas dia gagah perkasa......, dan di manakah dia sekarang, Joko Handoko?"
Pemuda itu menarik napas panjang. "Hamba tidak tahu, Gusti. Ketika itu, dia dan hamba berdua sedang diutus oleh Adipati Lumajang untuk menyelidiki pusaka ke Mojopahit, akan tetapi muncul pasukan dari Puger dan hamba berdua ditawan....."
"Menyelidiki pusaka" Pusaka apakah itu?"
"Keris pusaka Kolonadah...."
"Ahhh....!" Kembali Sang Prabu Bandardento berseru kaget dan mengangguk-angguk,lalu dia bertanya kepada Roro Kartiko, "Dan Engkau, Nini" Siapakah pujaan hatimu itu, yang membuatmu tidak mau menerima cinta kasih Murwendo?"
Roro Kartiko terkejut dan dia menundukkan mukanya.
Kedua pipinya menjadi kemerahan, bibirnya tersenyum malu-malu dan beberapa kali bibir itu bergerak,namun tidak mampu mengeluarkan suara! Melihat ini, Sang Prabu Bandardento tertawa bergelak dan Sang Permaisuri berkata, "Ah, tentu saja dia malu untuk mengaku."
"Joko Handoko, Andika sajalah yang menceritakan, siapa pujaan hati Adikmu itu" Apakah dia juga seorang yang sakti mandraguna" Agaknya di mojopahit banyak sekali orang-http://kangzusi.com
orang muda yang digdaya."
"Sesungguhnyalah, Gusti. Pria yang menjadi pujaan Roro adalah seorang pemuda yang kesaktiannya bahkan melebihi kesaktian Sulastri. Namanya adalah Sutejo, putera dari mendiang Senopati Mojopahit yang bernama Lembu Tirta,"
kata Joko Handoko.
"Hebat! Dan Murid siapakah dia?"
"Kalau tidak salah, dia adalah murid Panembahan
Ciptaning...."
811 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertapa di lereng Gunung Kawi" Hebat sekali.... luar biasa....! Dan di mana dia sekarang?"
Dengan alis berkerut karena kecewa mengenang
sahabatnya ini, Joko Handoko berkata, "Dia menjadi hamba di Mojopahit."
"Ah, sayang.... kalau dia berada di sini, juga Sulastri itu...."
Tiba-tiba Adipati itu menghentikan kata-katanya karena tiba-tiba muncul beberapa orang pengawal yang tugasnya
menjaga di sekitar tamansari.
"Harap Paduka mengampuni hamba kalau hamba
mengganggu...." kata seorang di antara mereka dengan napas terengah-engah. Pada saat itu, Sang Prabu Bandardento, Permaisuri dan dua orang muda itu telah pula mendengar suara ribut-ribut yang terdengar di sebelah depan istana kadipaten.
"Apa yang terjadi, pengawal?" tanya Sang Prabu
Bandardento dengan sikap tenang.
"Di pendapa istana ada seorang wanita mengamuk, dia digdaya sekali, banyak pengawal yang sudah roboh dan sekarang Ki Padas Gunung dan Ki Pragalbo sedang berusaha menandinginya, Gusti."
"Diajeng, kau kawal Gusti Puteri ke dalam, biar aku melihat siapa pengacau itu!" kata Joko Handoko yang kemudian http://kangzusi.com
berkata pula kepada Sang Prabu Bandardento, "Harap Paduka suka menanti saja di dalam, hamba akan menangkap
pengacau itu."
Sang Prabu Bandardento mengagguk dan tersenyum girang menyaksikan sikap pemuda itu. Lalu dia bersama permaisuri memasuki istana dari pintu belakang, dikawal oleh Roro Kartiko dan beberapa orang pengawal. Setelah mengawal raja dan permaisuri sampai ke dalam dengan selamat, Roro Kartiko juga cepat lari keluar untuk membantu kakaknya menangkap pengancau.
812 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah yang terjadi di luar" Ketika itu, malam telah mulai tiba dan lampu-lampu di sekitar istana kadipaten telah dinyalakan oleh para perajurit penjaga. Akan tetapi, ketika dua orang perajurit sedang sibuk memasang lampu besar yang tergantung di tengah ruangan pendopo, tiba-tiba ada sinar hitam menyambar.
"Pyarrrr....!!" Lampu itu pecah berantakan terkena sabitan batu hitam yang menyambar tadi.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua orang perajurit itu terkejut bukan main dan ketika mereka melihat ada bayangan orang melompat masuk ke ruangan pendopo, mereka terkejut dan cepat menyerang.
"Maling!" teriak mereka, akan tetapi teriakan mereka itu terhenti di tengah karena dua kali tamparan yang amat cepat datangnya membuat tubuh mereka terpelanting dan mereka roboh pingsan seketika!
Para perajurit penjaga lainnya mendengar suara pecahnya lampu penerangan itu dan melihat pula robohnya dua orang teman mereka. Cepat mereka berlari-larian menuju ke ruangan pendopo itu dan di situ, di dalam cuaca yang remang-remang, nampak berdiri sesosok tubuh manusia ramping dan terdengar suara halus seorang wanita yang berteriak nyaring, "Murwendo dan Murwanti, keluarlah kalau kalian memang gagah!"
http://kangzusi.com
Mendengar wanita itu menantang pangeran dan puteri, tentu saja par perajurit yang jumlahnya tujuh orang itu cepat menerjang dengan marah. Akan tetapi wanita itu
menggerakkan kaki tangannya dan para pengeroyoknya roboh terpelanting ke kanan kiri. Terdengar teriakan-teriakan disusul robohnya tubuh mereka.
Kini para pengawal yang mendengar suara ribut-ribut, berlarian keluar dan sebentar saja lebih dari dua puluh orang perajurit pengawal mengurung pendopo itu.
813 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengacau gila, hayo kau menyerah sebelum mampus
dalam pengeroyokan kami!" bentak seorang perwira
pengawal. Wanita itu berdiri sambil bertolak pinggang di tengah ruangan, memandang kepada para pengepung dan melihat betapa beberapa orang yang sudah dia robohkan itu terseret keluar, lalu dia berkata, "Babo-babo, majulah semua orang Puger kalau Si Kembar pengecut Murwendo dan Murwanti tidak berani menandingi aku!"
Tentu saja para pengawal menjadi marah dan mereka
serentak maju, kini dengan keris dan tombak karena mereka menganggap wanita ini seorang pengacau yang amat
berbahaya dan yang mengencam keselamatan pangeran dan puteri. Akan tetapi, tiba-tiba tubuh wanita itu berkelebat dan pandang mata pengeroyok menjadi kabur. Cuaca remang-remang itu membantu kecepatan gerakan wanita itu yang seolah-olah pandai menghilang dan tahu-tahu para
pengeroyok di sebelah kirinya mawut diterjang oleh tamparan-tamparan dan tendangan-tendangan kakinya sebelum mereka sempat menggerakkan senjata mereka. Teriakan-teriakan terdengar disusul robohnya mereka dan senjata mereka beterbangan berjatuhan di atas lantai.
Para pengeroyok mendesak maju dari belakang, akan
tetapi, tiba-tiba wanita itu membalikkan tubuh dan tangannya http://kangzusi.com
bergerak. Sebatang tombak yang telah dirampasnya
menyambar dan membabat dari samping.
"Des-des-plakk!" Tiga orang rubuh dan tangkai tombak itu patah-patah, kemudian wanita itu melanjutkan amukannya dengan gerakan yang amat kuas tangkas dan cepat.
Gerakannya seolah-olah di pandai terbang, seperti seeekor burung srikaan menyembari kupu-kupu dan setiap kali tangannya bergerak manampar, tentu ada seorang
pengeroyok yang terpelanting. Dalam waktu singkat saja lebih dari sepuluh pengeroyoksudah roboh! Akan tetapi, lebih 814
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak lagi perajurit pengawal datang dan sebagian di antara mereka membawa obor sehingga ruangan pendopo yang luas itu kini menjadi terang benderang.
Para pengawal terkejut dan heran bukan main bercampur kagum ketika sinar obor menerangi wajah dan tubuh wanita yang mengamuk itu. Ternyata yang mengamuk itu adalah seorang dara yang amat cantik dan masih muda belia! Akan tetapi, beberapa orang pengawal yang dulu ikut dalam pasukan yang dipimpin oleh Padas Gunung dan Pragalbo, mengenal dara itu dan mereka berseru, "Dia orang
Lumajang!"
Dara perkasa itu memang Sulastri adanya. Dengan hati tertekan penderitaan yang amat berat, Sulastri manuju ke Puger dan melakukan penyelidikan. Dari penduduk dia mendengar bahwa Adipati Puger, yang berjuluk Sang Prabu Bandardento, adalah seorang raja yang amat bijaksana dan baik. Akan tetapi menurut berita itu,putera Sang Prabu yang kembar tu, Pangeran Murwendo dan Puteri Murwanti,
memang terkenal sebagai orang-orang muda yang aneh dan kadang-kadang suka melakukan hal-hal yang tidak terpuji, bahkan mendekati kekejaman. Tentu saja dia tidak dapat benyak memancing berita tentang kejahatan saudara kembar itu. Akan tetapi dia mendengar pula akan adanya tawanan-tawanan yang kini bereda di istana, kabarnya di antara para http://kangzusi.com
Senyuman Dewa Pedang 4 Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Pendekar Kembar 1

Cari Blog Ini