Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 3
"Nah, begini, pijit dan pelurutlah yang kuat akan tetapi jangan terlalu kuat agar tidak putus, keluarkan tanah dari dalamnya."
Sulastri mengangguk dan dengan perasaan jijik juga dia meniru perbuatan gurunya itu, memotong kepala dan ekor setiap cacing, memijit dan mengeluarkan isi tubuhnya yang seperti tanah dan ada sedikit darahnya. Cacing-cacing itu mati dan tinggal seperti kulit panjang yang sudah tidak ada isinya lagi.
"Sekarang sediakan bumbunya, bawang, garam dan merica yang agak banyak! "kakek itu memerintah. Sulastri menurut dan menyediakan apa yang diminta gurunya.
"Nah, sekarang goreng! Jangan sampai gosong, akan tetapi http://kangzusi.com
juga yang kering agar kemripik!"
Kembali Sulastri menelan ludah. Gurunya ini benar-benar seorang gila. "Masa cacing digoreng dan dimakan" Tapi eyang"cacing bukan makanan"menjijikan"!"
"Hush!" Kakek itu mendelik dan matanya amat
menakutkan, sebesar jengkol dan seperti mau meloncat keluar dari rongga mata, akan tetapi pandangnya tajam bukan main.
"Siapa bilang menjijikkan" Bangkai tetap bangkai, biar bangkai sapi,bangkai ayam atau bangkai cacing! Yang enak kan 119
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bumbunya! Bodoh, kau kira tidak enak goreng cacing" Kau belum pernah memakannya?"
Sulastri menggeleng kepala.
"Bodoh, kau masih harus banyak belajar. Hayo goreng, aku akan mencari lauk lainnya lagi!"
Terdengarlah bunyi srang-sreng-srang-sreng ketika Sulastri menggoreng cacing-cacing yang sudah diredam bumbu itu.
Dia memandang jijik melihat cacing-cacing itu agak mekar ketika terkena minyak panas, akan tetapi sungguh aneh, cacing-cacing yang digoreng itu mengeluarkan bau yang gurih!
Akan tetapi dia hampir berteriak saking jijik dan ngerinya ketika kakek itu datang dan kedua tangannya menggengam banyak sekali binatang kelabang dan luwing!
Sulastri agak takut melihat kelabang karena maklum bahwa binatang-binatang ini berbisa, dan sejak dulu dia memang jijik melihat luwing karena binatang ini memang menjijikan, kakinya banyak sekali dan selalu melingkar kalau disentuh!
"Itu" itu kelabang dan luwing juga di" dimakan eyang?"
"Wooohhh, ini paling enak, bodoh!" kakek itu berkata, membunuhi binatang-binatang itu dengan meremukkan
kepalanya sekali tekan dengan kukunya, kemudian dia http://kangzusi.com
menggunakan air panas merendam bangkai-bangkai kelabang dan luwing itu. Tak lama kemudian, dia menguliti bangkai binatang-binatang itu dan setelah terkena air panas, ternyata kulit kelabang dan luwing itu dapat dikupas dengan mudah dan tinggal hanyalah dagingnya yang putih kemerahan seperti daging udang.
"Nah, goreng juga ini!" katanya kepada Sulastri. Anak itu menelan ludah menahan muak, lalu digorengnya daging kelabang dan luwing itu. Dan kembali dia terheran-heran 120
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika mencium bau yang gurih lagi, seperti bau udang digoreng!
"Wah, hayo makan, Sulastri. Mumpung masih panas-panas.
Hemm, itu di dalam bungkusan daun jati, masih ada beberapa butir lombok rawit, bawa sini ! "
Kakek itu makan di layani oleh Sulastri. Akan tetapi anak itu hanya mengambil nasi saja, lalu mengambul sejumut garam untuk makan dengan garam saja.
"Eih, ini gorengannya, hayo dimakan!"
Sulastri menggeleng kepala.
"Ushhh, bodoh, hayo makan. Enak sekali ini!" kakek tidak mendesak.
"Aku" aku tidak doyan", eyang" biarlah aku makan
dengan garam saja, dan itu"untuk eyang saja. "
"Mana bisa begitu" Kau yang sudah payah menggoreng, masa aku saja yang makan" Dan kau makan dengan garam saja, mana enak" Hayo cobalah, engkau belum pernah makan ini, kan" Lihat, betapa lezatnya!" Kakek itu mengambil seekor cacing goreng dan memakannya. Terdengar suara keremus-keremus seperti orang makan goreng usus ayam dan kakek itu kelihan menikmati makanan ini.
"Bukan main! Gorenganmu ternyata amat sedap!
http://kangzusi.com
Bumbunya pas, gorengannya juga sedang. Kalau aku yang menggoreng, selalu gosong dan terlalu asin! Ha-ha, kata orang kalau masak terlalu asin tandanya kepingin kawin. Ha-ha! Nah, ini daging kelabang, menguatkan badan dan
membuat kita tahan racun. Enak sekali dan ini" daging luwing banyak gajihnya. Hemm, sedap!" Kakek itu kini makan dengan daging kelabang dan daging luwing, memang kelihatan enak daging kedua binatang ini,seperti daging udang yang sudah dibuang kulitnya, putih kemerahan dan baunya gurih bukan main.
121 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri tidak berani menolak, takut kalau-kalau gurunya marah dan tersingung.
Dengan hati ngeri dia lalu mengambil seekor cacing goreng yang bengkak-bengkok itu, lalu dengan mata terpejam dia memasukkan ke mulutnya bersama nasi.
"Kriakkk..kriak?" Dan Sulastri membuka lebar matanya.
Ternyata enak! Gurih sekali, seperti"hampir seperti kulit ayam goreng. Gurih dan baunya pun sedap! terus saja dimakannya cacing itu dan mendengar gurunya tertawa, dia memandang gurunya ikut pula tertawa.
"Nah, enak, kan?"
"Enak, eyang. Tak kusangka seenak ini goreng cacing!"
Sulastri mengambil seekor lagi dan mulai makan nasi dengan goreng cacing.
"Ah, coba kau makan goreng kelabang dan terutama
goreng luwing itu, cobalah dan kau akan lebih terheran-heran lagi!"
Dengan agak memaksa diri Sulastri mengambil sepotong kelabang goreng dan memakannya. Benar, saja! Tiada
ubahnya udang goreng! Tanpa ragu-ragu lagi kini dia memakan sepotong luwing goreng dan mulutnya mengecap-ngecap. Bukan main!
http://kangzusi.com
Seperti udang goreng tetapi lebih berminyak dan manis!
Maka lenyaplah rasa ragu dan muaknya dan anak itu
makan dengan lahapnya dan durunya juga kelihatan girang, tertawa-tawa dan sebentar saja nasi dan semua gorengnya habis sama sekali!
Kakek itu mengelus perutnya yang agak gendut dan minum air teh panas. "Cruupp! Ahhh, air tehnya pun sedap kalau kau yang membuat. Waduh untung sekali aku mempunyai murid seperti engkau, Sulastri. Sekarang kita ngomong-omong, akan tetapi harus mencari kutu. Kepalaku gatal bukan main!"
122 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri berlutut di belakang gurunya yang kembali
merebahkan dirinya, dan mulailah anak itu mencari kutu rambut di kepala kakek itu. "Pantas saja kepalamu gatal-gatal, eyang. Habis kutunya banyak benar!" Sebentar saja Sulastri sudah mendapatkan kutu rambut yang cukup besar.
"Kesinikan!" kata kakek itu dan setelah muridnya
meletakkan kutu itu ke atas telapak tangannya, dia lalu menggunakan lidahnya menjilat dan terdengar suara "Tess!"
ketika kutu itu digigitnya!
"Ihh, kau apakan kutu itu, eyang?"
"Aku balas gigit dia!" kurang ajar, habis-habis kulit kepalaku digigitnya!"
Sulastri geli hatinya. Gurunya ini orang aneh sekali. Akan tetapi kalau sampai kutu rambut digigit dan ditelan seperti itu, dia tidak akan menirunya.
"Sekarang kau ceritakan riwayatmu, Sulastri."
Anak itu lalu menceritakan riwayatnya dengan sejelasnya, bagaimana dia hidup berdua saja dengan kakaknya, kemudian betapa dia pernah ditolong oleh Adipati Ronggo Lawe kemudian betapa kakaknya membunuh diri membela pati karena cintanya kepada Ronggo Lawe. Betapa dia ditangkap oleh dua orang perwira Mojopahit itu karena dipaksa untuk mengaku di mana dia menyembunyikan mayat kakaknya.
http://kangzusi.com
"Dan kau memang menyembunyikan mayatnya?" tanya
kakek itu. "Sudah kukuburkan mayat mbakayuku, eyang."
"Kenapa kau tidak memberi tahu mereka?"
"Mereka itu jahat. Aku khawatir mereka akan membongkar kuburan itu, maka aku tidak mau mengaku."
"Hemm, kau anak luar biasa." Kakek itu mengangguk dan tidak mau bertanya lebih lanjut lagi sehingga anak itu pun 123
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mau bercerita tentang kundolo mirah yang tergantung di lehernya dan tetang keris pusaka yang sama-sama terkubur jenazah kakaknya.
"Dan siapakah nama eyang" Masa mempunyai guru tidak tahu namanya!"
"Aku" Ha-ha-ha, aku adalah Ki Jembros dan orang bahkan menyebutku Setan Jembros,ha-ha-ha!"
"Di manakah rumah eyang?"
"Rumahku" Rumahku di mana-mana, langit itu atapku,
gunung-gunung itu dindingku,dan bumi ini lantaiku, ha-ha-ha !
Kau mau ikut aku terlantar dan berkeliaran tak tentu tujuan ?"
"Tentu saja bukankah aku murid eyang" Asal eyang jangan lupa mengajarkan kesaktian kepadaku!"
Demikianlah, anak kecil itu semenjak saat itu ikut bersama kakek aneh itu, hidup penuh dengan kesukaran dan
kekurangan, hidup seperti jembel yang tidak pernah
mengemis, tidur di sembarang tempat, makan seadanya, akan tetapi penuh dengan kebenasan yang aneh.
-o0odwo0o- Sudah terlalu lama kita meninggalkan keluarga janda Galuhsari yang kita kenal di dalam permulaan cerita ini.
Seperti telah dituturkan di bagian terdepan dan cerita ini, nyi http://kangzusi.com
Galuhsari, janda cantik isteri mendiang panglima Mojopahit Lembu Tirta, setelah mengalami penghinaan digagahi secara keji di depan anaknya oleh Panewu Progodigdoyo, mengalami nasib yang mengeraikan. Rumahnya terbakar dan dia terbakar hidup-hidup di dalam rumahnya di mana terjadi kemaksiatan yang dilakukan oleh Progodigdoyo itu.
Seperti kita ketahui, Lestari, perawan remaja yang cantik itu setelah hampir pingsan saking ngerinya menyaksikan ibunya diperkosa oleh Progodigdoyo, lalu diculik dan dilarikan oleh Panewu yang telah gila oleh nafsu berahi itu. Ada pun 124
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak ke dua janda itu, Sutejo, sejak tadi sudah rebah pingsan karena pukulan Panewu Progodigdoyo.
Ketika rumah itu terbakar, yang terancam maut adalah dua orang, yaitu Sutejo yang masih pingsan dan ibunya, janda Galuhsari. Justru karena pingsan, Sulastri belum dimakan, tidak seperti ibunya yang berusaha mengejar Panewu
Progodigdoyo,malah kesambar api, kejatuhan atap yang ambruk dan lebih dahulu dimakan api,terbakar hidup-hidup.
Namun, kiranya hanya tinggal menanti saatnya saja bagi kematian Sutejo karena diapun sudah terkurung api dalam keadaan pingsan. Pada saat yang amat berbahaya bagi keselamatan anak itu, tiba-tiba ada bayangan berkelebat dan tahu-tahu seorang kakek berpakaian putih, dengan rambut, kumis dan jenggotnya juga sudah putih, tahu-tahu telah berada di dalam rumah tang terbakar itu.
Pada saat itu Sutejo siuman dari pingsannya. "Ibuuuu"!"
Dia berteriak dan bangkit dengan binggung. "Mbakayuuu"!"
Dia berteriak lagi ketika melihat api berkobar mengurung dirinya. Teringatlah dia akan segala peristiwa yang dialaminya, maka hatinya menjadi gelisah. Tiba-tiba dia melihat kakek berpakaian putih itu dan dia berteriak,
"Eyanggggg"tolonglah"tolonglah ibu dan mbakayu?"
Dengan satu gerakan saja kakek itu telah berada di
dekatnya, dan memegang tangannya. "Berpeganglah padaku, http://kangzusi.com
angger. Kita harus cepat keluar dari tempat ini !"
-o0-d-w-0o- Jilid 09 "Tidak, tidak"eyang, harap eyang suka menolong ibu dan mbakayuku"! Biar aku nanti saja, yang perlu adalah
mereka"!" Sutejo berteriak pula dan melepaskan tangannya.
125 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu tersenyum dan memandang dengan sinar
matanya yang halus. "Ibu dan kakakmu tak dapat ditolong lagi, kulup dan aku datang sengaja untuk menyelamatkanmu.
Marilah"!" Kakek itu memegang tangan Sutejo dan anak ini tidak jadi membantah karena dia sudah terkejut dan ngeri ketika merasa betapa tubuhnya meluncur dengan amat
cepatnya menerjang api! Dia hanya merasakan hawa panas menyambar, akan tetapi tahu-tahu dia telah berada di luar rumah, kemudian dengan cepat sekali tubuhnya terasa dibawa meluncur oleh kakek itu seperti terbang saja cepatnya meninggalkan rumahnya yang masih terbakar dan menyala-nyala dengan dahsyatnya.
"Eyang" lepaskan aku" aku ingin menolong ibu dan
mbakayu..!" Suteko berteriak-teriak dan meronta-ronta.
Mereka telah tiba di sebuah hutan. Rumah terbakar itu sudah tidak tampak lagi dan kakek itu terhenti, lalu mngelus kepala Sutejo. Elusan ini demikian mesra,demikian halus sehingga seolah mendatangkan kesejukan luar biasa ke dalam kepala Sutejo, membuat anak itu menjadi tenang dan tidak meronta lagi.
"kehendak Hyang Widhi Wisesa tak mungkin dirobah oleh siapa pun juga, angger. Ibumu telah tewas atas kehendak Hyang Widhi melalui kekuasaan Hyang agni (Dewa Api)."
"Ibuuuu"!!" Sutejo menutupi mukanya, menjatuhkan
http://kangzusi.com
dirinya berlutut dan menangis.
"Tidak perlu dan tidak ada gunanya lagi ditangisi, kulup.
Ibumu sudah sempurna dan terbebas dari penderitaan."
"Akan tetapi"bagaimana ibu bisa tewas dan" dan
bagaimana pula rumah itu bisa terbakar, eyang"!" Sutejo bertanya dengan hati penasaran.
Kakek itu menarik napas panjang. "Kelak akan tiba saatnya engkau mengetahui sendiri, angger, sekarang bukan waktunya engkau mengetahui hal itu."
126 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi"mbakayu Lestari"di mana dia dia eyang"
Apakah dia juga ter" bakar?""
Kakek itu menggeleng kepala "Hanya ibumu yang tewas, dan tentang kakakmu kelak engkau dapat mencarinya sendiri.
Sekarang sebaiknya engkau ikut bersamaku ke tempat
pertapaanku, angger. Hanya inilah jalan satu-satunya yang kulihat agar engkau dapat menyelamatkan diri dari pengejaran panewu Progodigdoyo."
"Si keparat itu! Si jahanam itu! Tentu dia yang telah membakar rumah kami!" tiba-tiba Sutejo bangkit berdiri dan mengepal tinjunya, matanya mengeluarkan sinar seolah-olah berapi-api. "Eyang aku akan kembali ke sana, aku akan mencari panewu keparat itu,aku?" sutejo lalu mencabut keris yangterselip di pinggangnya, kemudian hendak lari pergi.
Kakek itu memegang lengannya dan berkata halus,
"Angger, apakah dayamu terhadap seorang seperti panewu itu
" Engkau masih kecil dan dia adalah seorang panewu yang selain digdaya, juga mempunyai banyak anak buah, dia adalah kepercayaan Sang Adipati Ronggo Lawe. Apakah kau hendak mengantar nyawa dan menentangnya" Itu bukan perubahan gagah berani namanya, melainkan suatu kebodohan dan kesombongan belaka, berarti engkau akan membunuh diri."
Ucapan yang halus ini menyadarkan anak yang baru
berusia sepuluh tahun itu dan tiba-tiba Sutejo menjatuhkan http://kangzusi.com
diri berlutut di depan kakek itu sambil menangis.
Kakek itu membiarkan saja Sutejo menangis, hanya
mengangguk-angguk dan beberapa kali menarik napas
panjang. "Eyang"kumohon kepada eyang"sukalah eyang
membantunya untuk membalaskan kematian ibu, untuk
membalas kepada Progodigdoyo!"
"Oho, bocah bagus"permintaanmu itu tidak masuk akal.
Bagaimana mungkin aku dapat membunuh seorang manusia 127
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain, biar pun manusia itu sejahat Progodigdoyo sekalipun"
Tidak, angger, seorang seperti aku tidak mungkin mau membunuh"!"
Sutejo sudah sering kali mendengar dongeng ibunya
tentang orang-orang sakti dan orang-orang yang hidupnya mengasingkan diri, bertapa dan tidak mau mencampuri urusan perang dan bunuh membunuh. Kata ibunya, mendiang
ayahnya dahulupun seorang murid dari pertapa sakti seperti itu. Maka dia teringat akan cerita ibunya dan dia lalu menyembah.
"Kalau begitu, eyang, saya mohon sudilah eyang menerima saya sebagai murid eyang?"
"Ho-ho, bocah bagus, tanpa kau minta sekali pun engkau memang telah menjadi cucu muridku, angger."
Sutejo terkejut dan cepat dia menengadah, memandang wajah yang sudah amat tua dan yang tersenyum ramah dan mata itu memandang mesra. "Kalau begitu"apakah eyang ini"eyang Penembahan Ciptaning seperti yang sering
diceritakan oleh ibu?""
Kakek itu mengangguk ramah. "benar, cucuku. Aku telah mendengar akan kematian ayahmu?"
"Keparat Progodigdoyo?"
http://kangzusi.com
"Sttt", tidak bijaksana menanam kebencian cucuku."
"Akan tetapi dia manusia jahat, eyang! membunuh ayah dengan curang, kemudian dia menghina ibu dan"tentu dia pula yang menyebabkan kematian ibu, dan mbakayuku?"
"Seorang ksatria bertindak bukan untukm kepentingan diri pribadi, angger! Kalau engkau kelak menghadapi
Progodigdoyo karena kebencianmu kepadanya disebabkan dendam pribadi, maka engkau berbeda banyak dari
Progodigdoyo sendiri! Akan tetapi seorang kstaria akan menghadapi dan menentang bulu, dan tanpa membedakan 128
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah dia itu Pegodigdoyo ataukah keluargamu sendiri sekali pun. Yang jahat haruslah ditentang tau diingatkan, angger."
Sutejo tidak berani membantah. Dia maklum bahwa eyang gurunya ini adalah seorang yang guntur tapa, seorang yang memiliki kesaktian hebat disamping juga seorang yang berbudi dan tidak mau mencampuri urusan duniawi yang serba ruwet oleh tingkah laku manusia. Maka dia yang merasa bodoh tidak berani lancang membantah,melainkan dengan masih berlutut dia berkata, "Eyang, saya mohon petunjuk."
Tanpa disadari oleh Sutejo, fajar telah menyingsing dan sinar matahari pagi kemerahan membakar langit di ufuk timur.
Sang panembahan memandang ke angkasa disebelah timur dan dia sejenak takjub akan keindahan pemandangan itu.
Langit yang terbakar merah itu menciptakan penglihatan yang sukar dituturkan dengan kata-kata, awan-awan yang beraneka warna, ada warna merah tang bermacam-macam,warna biru yang bermacam-macam bercampur warna kuning yang
bermacam-macam pula,diselang-seling sinar keemasan, semua itu begitu indah, membuat setiap kelompok awan menciptaa bentuk-bentuk yang amat laur biasa, keindahan yang hening,keindahan yang baru, keindahan yang merepesap kedalam jiwa dan pada saat itu sang begawan sudah
kehilangan dirinya, si aku yang menjadi sumebr segala macam kemaksiatan dan kesengsaraan serta permusuhan. Dia seolah-http://kangzusi.com
olah merasa menjadi satu dengan semua keindahan itu, dari keindahan sinar lembayung dan keemasan di angkasa, sampai keindahan ujung rumput yang terhias mutiara embun
berkilauan tersenyum cantiknya.
Kemudian kembali dia menarik napas-napas kelegaan yang memasukkan hawa murni di dalam tubuhnya, dan dia
menunduk, memandang kepala cucu muridnya sambil berkata lirih, "tengoklah ke angkasa timur, cucuku. Lihat, setiap pagi matahari muncul can mulai hidup baru. Engkaupun harus demikian, cucuku. Tinggalkan semua kenangan lalu, semua itu 129
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah mati dan tiada gunanya mempertahankan yang mati.
yang kemarin sudah mati. sekarang inilah hidup."
Anak berusia sepuluh tahun itu tentu saja tidak dapat menangkap arti dari wejangan yang sederhana namun
mengandung arti amat mendalam itu. Sang panembahan lalu berkata lagi, "Bangkitlah, mari kita duduk di atas batu itu, mengaso dulu karena keindahan seperti ini jarang kita temui angger, maka sudah selayaknya jika kita menikmatinya,"
Sutejo bangkit dan bersama kakek gurunya dia lalu duduk diatas sebongkah batu,berhadapan dengan kakek itu.
"Kesempatan ini akan kupergunakan untuk mendongeng
kepadamu, angger, tentang Sang Prabu Yudistira, atau yang juag biasa dicebut dengan nama Samiaji, raja dari Ngamarta, dan yang sulung diantara lima saudara Pendawa Lima. "
Pertapa tua itu lalu mendongengkan tokoh pewayangan yang amat terkenal itu, didengkarkan oleh Sutejo dengan penuh perhatian. Beginilah dongeng yang mengandung arti amat baik itu.
Pada suatu hari Yudistira melihat empat orang adik-adiknya telah tewas di tepi sebuah sumber air, mati setelah minum air beracum itu. Tentu saja Yudistira berduka sekali, dan tiba-tiba di amendengar suara tanpa rupa, yaitu suara setan penjaga mata air atau sumber air itu.
http://kangzusi.com
"Heh, Yudistira, aku akan menghidupkan lagi seorang di antara saudara-saudaramu ini jika engkau dapat menjawab pertanyaan-pertanyaanku dengan tepat."
Yudistira dengan tenang menjawab, "Ajukanlah
pertanyaanmu, Yakso (sebutan untuk bangsa raksasa atau setan), aku akan mencoba untuk menjawabnya. "
"Apakah yang lebih berat daripada bumi" Apakah yang lebih tinggi daripada langit"
130 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah yang lebih cepat daripada angin" Apakah yang lebih baik daripada binatang?"
"Ibu lebih berat daripada bumi. Ayah lebih tinggi daripada langit. Jiwa lebih cepat daripada angin. Pikiran lebih baik daripada binatang. "Jawab Yudistira tanpa berpikir lagi karena jawaban-jawabannya bukanlah berdasarkan hasil pemikiran, melainkan merupakan jawaban langsung karena melihat kenyataan.
"Siapakah teman terbaik dalam perjalanan" Siapakah
teman terbaik di dalam rumah" Siapakah teman terbaik di waktu sakit" Siapakah teman terbaik di waktu mati?"
"Kafilah adalah teman terbaik dalam perjalanan. Isteri adalah teman terbaik di dalam rumah. Tabib adalah teman terbaik di waktu sakit, dan kedermawaan adalah teman terbaik di waktu mati."
"Musuh apa yang paling sukar dikalahkan" Penyakit apa yang sukar disembuhkan" Orang apakah yang disebut baik"
Orang apa pula yang disebut tidak baik?"
"Wahai, raja yang arif bijaksana! Apakah yang dinamakan buta" Apakah yang artinya sombong" Apakah yang
dimaksudkan dengan terlambat" Dan apa pula penderitaan itu?"
"Yang sesungguhnya bisa adalah buta akhlak. Kecongkaan http://kangzusi.com
merasa diri pandai adalah yang dinamakan orang sombong.
Tidak mengenal diri saat ini juga adalah suatu keterlambatan, dan kebodohan adalah penderitaan yang paling besar."
"Apakah yang disebut ketetapan hati" Apakah keberanian itu" Apakah kedermawaan itu" Dan apakah sebenarnya yang dinamakan seorang Brahmana sejati?"
"Pelaksanaan kebenaran dalam hidup adalah ketetapan hati. Menyadari keburukan diri pribadi lahir batin adalah 131
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedermawaan sesungguhnya. Dan pertanyaanmu yang
terakhir itu memerlukan jawaban yang agak panjang, Yakso."
"Duhai, sang raja yang budiman, jawablah dan hamba akan mendengarkan!" Suara yang tanpa rupa itu terdengar
menggetar. "Brahmana yang sejati bukan terletak dalam keturunan atau asal usulnya, bukan pula karena dia pandai membaca kitab-kitab Weda, bukan pula karena kepandaiannya,bukan pula karena nama besar dalam riwayatnya, bukan pula karena nama besar dalam riwayatnya. Brahmana sejati adalah yang mengutamakan hidup hidup dalam kebenaran, yaitu
kebaiakan. Selama hidupnya belum bercacat, dan dia tidak akan bercacat pula. Orang yang tidak dapat melenyapkan hawa nafsu sendiri, biar pun dia mengaku seorang yang cerdik pandai, sesungguhnya dia hanyalah seorang gila dan sama sekali tidak patut disebut seorang Brahmana sejati. Dia tidak pantas disebut Brahmana biar pun dia hafal akan isi semua kitab Weda utama yang empat jumlahnya, hafal diluar kepala, apabila munafik dan bertindak durjana di dalam hidupnya, dan orang begini derajatnya tidak lebih tinggi daripada seorang sudra! Dia yang bersih lahir batinnya, batinnya selalu hening dan lahirnya selalu mengatasi nafsu-nafsunya, dialah Brahmana sejati, Yakso!"
Mendengar semua jawaban ini, sang Yakso menjadi kagum http://kangzusi.com
dan tunduk, maka diberilah kesempatan kepada Yudistra untuk memilih siapa di antara saudaranya yang harus dihidupkan kembali.
Saudara kandung Yudistra adalah Bima dan Arjuna.
Sedangkan yang dua lagi, Nakula dan sadewa adalah saudara tiri, satu ayah lain ibu. Kalau menurutkan kepentingan di aku pribadi, sudah tentu dia akan memilih seorang di antara adik kandungnya.
Akan tetapi Yudistira adalah seorang manusia yang sudah tipis atau bersih dari cengkaraman keaku-annya. Dia lebih 132
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mementingkan keadilan daripada kesenangan pribadi, maka yang dipilihnya adalah seorang di antara dua orang adik tirinya!
Sang Yakso mengerti akan isi hati Yudistira, maka dia menjadi makin kagum dan tunduk, dan dihidupkan keempat adiknya yang telah mati keracunan itu!
"Demikianlah, Sutejo, cucuku. Kebijaksanaan selalu akan menghasilkan kembang dan buah yang baik." Sang
panembahan mengakhiri ceritanya. "Oleh karena itu, di dalam kehidupanmu, jangan engkau dibuai oleh cita-cita, oleh harapan-harapan,leh tujuan-tujuan. Semua itu adalah kosong, hampa dan khayali belaka. Yang lebih penting adalah cara hidup, sepak terjangmu dalam hidup, pada saat ini, pada hari ini, pada setiap detik. Kalau caranya benar, maka akhirnya pun tentu benar! Sebaliknya, kalau engkau selalu
mementingkan tujuan, banyak kemungkinan engkau akan tersesat mengambil jalan yang keliru, mengambil cara yang sesat, angger. Tujuan atau cita-cita dapat membutakan matamu sehingga engkau tidak melihat lagi bahwa cara yang kau tempuh adalah jahat dan sesat, matamu akan buta dan silau oleh cita-cita yang kelihatannya amat menarik dan indah."
Sutejo mendengarkan dengan penuh perhatian, mencatat semua itu di dalam benaknya.
http://kangzusi.com
Dia masih terlalu kecil untuk menangkap semua inti sari wajangan itu, namun nalurinya membisikkan dia sehingga membuka kesadarannya, menambah kewaspadaannya.
Tiba-tiba terdengar suara banyak orang dan lapat-lapat terdengar suara orang berkata, "Agaknya dia lari ke sini.
Kawan-kawan hayo kita kejar dan cari sampai dapat, kalau tidak gusti panewu tentu akan marah."
"Heran sekali, rumah itu terbakar habis, mengapa anak itu dapat menghilang" Jangan-jangan dia sudah menjadi abu!"
133 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mana mungkin! Tulang-tulang ibunya yang hangus masih dapat dikenal, tak mungkin dia habis sama sekali. Tentu dia dapat melarikan diri, atau ada orang yang menolongnya!"
Mendengar ini, Sutejo terkejut dan cepat dia meloncat turun dari atas batu,kedua tangan dikepal. Dia sama sekali tidak takut, hanya mengkhawatirkan keselamatan". Kakek gurunya! "Eyang, harap eyang bersembunyi", kalau ketahuan eyang menolong saya, tentu eyang akan celaka. Mereka itu orang-orangnya Panewu Progodigdoyo!"
Kakek itu tersenyum dan menggandeng tangan Sutejo.
"Tenanglah, angger. Tenanglah dan mari kau ikut denganku pergi dari sini."
Sutejo menurut dan sekarang barulah ia teringat bahwa kakek gurunya adalah seorang sakti! Kakek gurunya itu membawa berjalan menuju ke arah suara orang-orang itu!
Jantung di dalam dada Sutejo tergetar dan berdebar keras saking tegangnya.
Dia hanya mendengar eyangnya itu berkemak-kemik dan terengar suara bisikannya berulang kali, "Hong Iiaheng Awignam Astuna Masidam".!!"
Kini mereka berpapasan dengan sepasukan perajurit Tuban yang terdiri dari dua losin orang. Mereka itu mencari ke sana-sini, menengok ke kanan kiri, akan tetapi sungguh aneh, http://kangzusi.com
mereka itu membiarkan kakek itu dan Sutejo lewat di depan mereka seolah-olah mereka tidak melihat kakek itu, atau andai kata melihat juga,seolah-olah mereka itu menganggap sudah semestinya kakek dan bocah itu lewat di situ, tanpa mereka ganggu sedikit pun!
Tentu saja Sutejo menjadi terheran-heran dan makin
kagum kepada kakek itu,karena dia mengerti bahwa eyangnya itu telah mempergunakan aji kesaktiannya sehingga para perajurit Tuban itu tidak dapat melihat dia dan eyangnya yang lewat begitu dekat dengan mereka!
134 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah jauh Sutejo bertanya, "Eyang, apakah artinya ucapan eyang tadi" Saya sudah hafal eyang! Hong Iiaheng Awignam Astuna Masidam!"
"Itu hanyalah mantaram sebagai doa untuk mohon
Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keselamatan, angger. Akan tetapi jangan mengira bahwa setiap orang akan dapat memanfaatkan mantera ini, karena mantram apa pun juga di dunia ini hanya berguna dan menjadi sakti bagi orang-orang yang telah menghayati kebenaran di dalam hidupnya. Kalau setiap saat, setiap kata-kata ucapan, setiap pikiran, dan setiap perbuatan selalu beelandaskan kebenaran, maka kesaktian telah berada di dalam dirinya angger."
Demikianlah, mulai hari ini, Sutejo diajak oleh eyang gurunya, yaitu Panembahan Ciptaning, pergi ke lereng Gunung Kawi, selain untuk menghindarkan pengejaran
Panewu Progodigdoyo, juga untuk mempelajari ilmu kesaktian dan hidup sebagai seorang petani di lereng pegunungan yang hawanya dingin sejuk dan udaranya bersih itu.
*d-w* Dara itu menangis sesenggukan dengan hati pilu di dalam kamar yang indah itu.
Cuping hidungnya yang mancung dan sepasang matanya
http://kangzusi.com
yang bening sampai menjadi merah karena banyak menangis.
Dia menelungkup di atas pembaringan, tidak menghiraukan dan bujukan dua orang emban (pelayan) yang berlutut di depan pebaringan.
"Sudahlah, den roro" tiada gunanya lagi menangis" setiap hari berduka saja sampai tubuh paduka menjadi kurus"." kata emban yang hidungnya pesek.
"Diamlah, gusti, diamlah, nanti hanya akan membikin marah gusti panewu saja. Beliau amat mencintai paduka", 135
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihat ini, hamba disuruh memberikan pakaian yang serba indah dan baru?" kata emban ke dua yang mulutnya lebar.
?" dan ini hamba sudah menyediakan makanan dan buah-buahan untuk paduk," sela si hidung pesek.
Akan tetapi dara remaja itu menggeleng-geleng kepala, bahkan ketika pakaian baru itu ditumpuk di dekatnya, dia lalu mengibaskan tangan sehingga tumpukan pakaian itu
berantakan ke atas lantai.
"Eihh-eihhm bagaimana ini" Sayang, den roro, pakaian mahal dan bagus"!" Si hidung pesek mengambil pakaian itu.
Dara itu bengkit duduk. Mukanya pucat dan agak kurus, akan tetapi tidak menyembunyikan wajahnya yang cantik jelita. Bahkan tambutnya dan pakaiannya yang kusut itu membuat kecantikannya makin aseli dan menonjol. Hidungnya yang kecil mancung menjadi merah ujungnya, matanya yang bening dan bersinar tajam itu sampai agak membengkak karena terlalu banyak menangis, kulitnya putih kuning dan kedua lengannya padat dan mulus. Seorang perawan yang cantik. Dia ini bukan lain adalah Lestari, puteri janda Galuhsari yang dilarikan oleh Panewu Progosigdoyo dan dikeram di dalam sebuah kamar di gedungnya. Kamar itu dijaga ketat oleh sepasukan pengawalnya dan selain dara remaja itu tidak diperkenankan keluar dan seperti orang hukuman dikurung di dalam keputren itu, juga tidak ada seorang pun boleh http://kangzusi.com
memasuki tempat ini kecuali dua orang emban itu yang memang ditugaskan untuk membujuk perawan itu.
Namun Lestari tetap menolak cinta kasih Panewu
Progodigdoyo yang amat dibencinya.
Biar pun dia belum diganggu oleh panewu itu yang sibuk menghadapi perang dengan Mojopahit, dan biar pun dia dilayani dengan penuh keramahan oleh para emban,tetap saja lestrai merasa berduka dan setiap hari hanya menangis.
Betapa hatinya akan hancur kalau dia mengingat ibunya dan 136
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adiknya" Mereka mati terbakar! Dan bukan itu saja! yang membuat dara ini kadang-kadang seperti ingin menjerit-jerit ketakutan adalah kalau di mengenangkan betapa sebelum kebakaran rumah ibunya,dia diharuskan melihat ibunya digagahi oleh panewu itu, digumuli dan diperkosa di atas pembaringan, di depan matanya! Betapa dia melihat ibunya bercucuran air mata, menggigit-gigit bibir menahan
penghinaan itu demi untuk mempertahankan kehormatan puterinya! Teringat dan membayangkan ini semua, Lestari mengalami guncangan batin yang hebat dan ketika dia menutupi mulutnya untuk menahan mulutnya menjerit-jerit, dia menganguk, kemudian duduk termenung seperti orang kehilangan semangat!
Setelah perang terjadi dan Tuban dikalahkan oleh
Mojopahit, seperti telah diceritakan di bagian depan, Panewu Progodigdoyo yang pandai bermuka-muka dan pandai
menjilat-jilat itu melaporkan kepada para pembesar di Mojopahit betapa dialah orangnya yang selalu berusaha untuk mencengah pemberontakan Ronggo Lawe.
Kemudian dia pulalah yang memerintahkan semua pasukan Tuban untuk tunduk dan takluk, agar tidak melanjutkan perlawanannya terhadap Mojopahit.
Dalam usahanya mencari muka dan menjilat ini, dia
memperoleh bantuan banyak dari Sang Resi Mahapati!
http://kangzusi.com
Mengapa demikian" Hal itu tidaklah aneh karena
sesungguhnya Sang Resi Mahapati yang menjadi seorang pembesar di istana Mojopahit itu masih terhitung paman gurunya sendiri. Panewu Progodigdoyo adalah murid Empu Tanjungpetak, seorang empu yang digdaya di pertapaan atau pesanggrahan Tanjungpetak di pantai Laut Jawa, tak jauh dari Tuban. Ada pun Empu Tanjungpetak ini adalah kakak
seperguruan dari Resi Mahapati!
Progodigdoyo juga maklum akan cita-cita sang resi di istana Mojopahit itu, maka di antara keponakan dan paman guru ini 137
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara keponakan dan paman guru ini terjalinlah kerja sama yang baik, maka tidaklah mengherankan kalau Resi Mahapati membantu murid keponakannya ini sehingga di dalam
penumpasan pemberontakan Ronggo Lawe, Progodigdoyo
dianggap "berjasa", bahkan dia lalu memperoleh kepercaaan untuk sementara menjabat "adipati" di Tuban, menggantikan kedudukan Ronggo Lawe sementara Tuban kosong dari
seorang pejabat.
Dapat dibayangkan betapa besar kepala bekas panewu ini!
Dia masih bersikap hormat kepada keluarga Ronggo Lawe, apa lagi kepada aryo Wirorojo yang dia tahu merupakan seorang terhormat dan berpengaruh di lingkungan istana Mojopahit.
Terhadap mereka ini dia masih bersiap hormat sebagai seorang bekas pembantu Ronggo Lawe yang "setia".
Memang demikianlah sifat-sifat manusia yang terlalu tebal sifat akunya. Demi kepentingan pribadi yang selalu haus mengejar kesenangan, dia tidak malu-malu untuk melakukan apa saja! Demi mencapai cita-citanya, cara apa pun akan ditempuhnya. Dan seperti yang sudah menjadi anggapan umum yang biar pun hampa dan salah namun sejak dahulu sampai kini manjadi semacam pegangan mutlak adalah bahwa kesenangan ialah kedudukan, kemuliaan, kehormatan atau nama, dan harta benda! Demi untuk mencapai tiga macam http://kangzusi.com
"kesenangan" ini, seringkali manusia menjadi lebih kejam dan lebih ganas daripada binatang! Apa pun akan
dilakukannya,dan semua cara ini, betapa pun kejamnya, dianggapnya benar karena semua itu dilakukan untuk
mencapai cita-citanya ! Pemujaan cita-cita itu lalu hanya mementingkan si cita-cita, tanpa menghiraukan lagi cara yang ditempuhnya, karena si cara itu hanya dianggap sebagai penyeberangan belaka. Padahal, bukan cita-citalah yang penting, melainkan cara itu sendiri! Cara inilah yang menentukan baik-buruknya,benar dan sesatnya. Cara ini pula 138
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menentukan akibat dan akhirnya. Di dalam benih yang ditanam itulah tercakup nilai buahnya kelak! Cara inilah yang penting,yang nyata yang harus kita perhatikan setiap saat agar tidak sampai menyeleweng!
-o0o-d^w-o0o- Jilid 10 Namun demi si aku yang selalu mengejar kesenangan,
manusia menjadi lupa, seperti halnya Progodigdoyo. Dia merasa bangga sekali dengan kedudukannya. Masih berdebar kalau dia teringat akan peristiwa yang terjadi sebelum pemberontakan pecah, yaitu peristiwa di dusun Kembangsari.
Tanpa disengajanya dia telah membunuh Galuhsari, janda mendiang sahabat baiknya, Lembu Tirta, dan hatinya berdebar menjadi agak gelisah kalau dia mengigat bahwa mayat anak laki-laki Lembu Tirta tidak dapat ditemukan di dalam rumah terbakar itu, juga usaha pencarian oleh pasukannya tidak berhasil. Akan tetapi, debar jantungnya ini lenyap dan berganti dengan debar kegembiraan yang penuh dengan bangkitnya gairah nafsu berahinya kalau dia mengingat akan Lestari, perawan mungil cantik jelita yang telah berada di tangannya. Makin dipandang, makin mirip perawan itu dengan ibunya di waktu muda, dengan Galuhsari, yang telah
http://kangzusi.com
dirindukannya semenjak masih gadis dahulu, akan tetapi dalam memperebutkan cinta kasih gadis Galuhsari itu,dia kalah oleh Lembu Tirta. Tidak mengapa, ibunya pun setelah janda terdapat olehnya, biar pun tidak memenuhi selera hatinya. Kini anaknya yang menjadi gantinya. Lebih muda, lebih cantik, dan masih perawan!
"Ha-ha-ha, Lestari, tidak begitu risau lagikah hatimu, manis?"
Panewu Progodigdoyo memasuki kamar itu dan agaknya
lega hatinya melihat perawan itu tidak menangis lagi seperti 139
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah-sudah. Sudah tiga bulan lamanya dia mengeram dara itu, akan tetapi setiap hari dara itu hanya menangis saja, makan pun hanya setengah dipaksa oleh para emban karena takut dara itu akan mati kelaparan, dan mengganti pakaian dan mandi juga dilakukan dengan setengah paksa.
Malam hari ini, gadis itu duduk termenung, tidak menangis lagi!
Melihat kedatangan Progodigdoyo, dua orang emban itu dengan kenesnya, sambil tersenyum-senyum dan saling lirik, meninggalkan kamar itu, membiarkan sang panewu yang kini menjadi pejabat adipati itu berdua saja dengan si perawan denok.
Progodigdoyo yang sudah berusia empat puluh tahun itu duduk di atas kursi yang ditariknya sehingga dia berhadapan dengan Lestari yang duduk bersimpuh di atas pembaringan.
Sejenak dia menatap wajah yang menunduk itu dan dia tersenyum,terpesona karena perawan itu benar-benar mirip sekali dengan Galuhsari di waktu masih gadis! Betapa cantiknya! Sinom rambut yang berikal itu semrawut berjuntai di atas dahi yang yang melengkung dan halus. Alisnya seperti dilukis saja,melengkung hitam panjang kecil seperti bulan muda baru mlai tampak. Hidungnya kecil menggemaskan, cupingnya yang kemerahan bergerak-gerak menyentuh
perasaan. http://kangzusi.com
Pipinya berkulit putih kuning halus kemerahan, segar dan mengar-mangar, dan mulutnya! Seperti setangkai mawar.
Matanya dihias bulu mata yang panjang melengkung.
Pandang mata Progodigdoyo menurun, ke leher, ke dada yang tampak membusung kecil itu, ke pinggang yang ramping dan tanpa disadarinya tangan kanannya naik ke kumisnya yang panjang melintang, memutir-mutir kumisnya dengan keasyikan yang penuh gairah, membayangkan betapa akan nikmat dan senangnya kalau perawan ini mau menyerahkan diri kepadanya dengan suka rela. Matanya yang lebar ini 140
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersinar-sinar dan hidungnya yang mbengol (besar tidak mancung) kembang-kempis, hidung yang bentuknya menjadi ciri laki-laki yang gila perempuan, dan mulutnya bergerak-gerak dengan senyum dikulum.
"Lestari, cah ayu" malam ini" hemm, kau tentu sudah insyaf dan mau melayani aku,bukan" Engkau akan kujadikan selir terkasih, atau"hemm, kalau kau menyenangkan hatiku, mungkin saja akan kucerai isteriku, atau kulorot dia menjadi selir tua dan engkau menjadi isteri adipati! Ha-ha-ha, engkau menjadi permaisuriku! Mau ya,manis?" bujuknya, seperti seorang tua membujuk seorang anak-anak yang akan
dihadiahi kembang gula. Dan memang sikap ini tidak dibuat-buat oleh Progodigdoyo karena memang Lestari itu seorang perawan kecil, masih setengah kanak-kanak maka otomatis sikapnya seperti kepada seorang kanak-kanak!
Sudah bosan dan muak Lestari mendengar ucapan ini yang merupakan bujukan yang selama berbulan-bulan ini hampir setiap malam didengarnya, baik keluar dari mulut wajah yang amat dibencinya ini atau keluar dari mulut para emban. Akan tetapi saat itu dia menoleh dan merasa amat lucu mendengar ucapan itu, yang selama ini dibencinya! Dia teringat akan masa lalu, di waktu pria ini masih menjadi sahabat ayahnya, bahkan seperti seorang adik kandung ayahnya sendiri.
Pria ini selalu bersikap manis terhadap dia dan ibunya, dan http://kangzusi.com
Sutejo, bahkan sering kali di waktu di masih kecil suka memangkunya, memondongnya. Dan diapun suka kepada
paman Progo ini! Teringat akan semua itu, Lestari menjadi binggung dan merasa lucu! Konflik jiwa berkecambuk di dalam batin perawan ini dan dia mulai berkata dengan kata-kata halus, jauh berbeda dengan hari-hari kemarin di mana dia selalu berteriak-teriak tidak sudi dan marah-marah. sambil menangis.
"Paman" paman Progo?"
141 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir terlonjak laki-laki itu saking girangnya. Ingin dia menubruk dan mendekap perawan itu dan menciuminya
saking bungah hatinya, akan tetapi sebagai seorang laki-laki yang sudah banyak pengalamannya dengan wanita, entah sudah berapa puluh kali dia mendapatkan wanita-wanita muda, baik dan halus mau pun kasar,dengan suka rela mau pun dengan paksa, dia menahan kesabarannya dan berkata girang "Lestari, sayang, apakah yang kau hendaki manis?"
"Paman Progodigdoyo, bukankah paman adalah sahabat
baik dari mendiang ayahku Lembu Tirta?"
Pertanyaan yang halus dan keluar dari bibir yang manis itu sungguh-sungguh tak pernah disangkanya, akan tetapi dengan wajah berseri Progodigdoyo menjawab halus,"Tentu saja, denok, tentu saja. Mendiang ayahmu adalah sahabat baikku, sahabat karib."
"Kalau sahabat baik, kenapa engkau membunuh ayahku, paman?"
Mata Progodigdoyo terbelalak. Akan tetapi karena hal itu sudah diketahui pula oleh perawan ini, dia pikir menyangkal pun tidak ada gunanya. "Karena kami berebutan, manis, memperebutkan ibumu. Karena aku cinta ibumu dan
kemudian ayahmu yang berhasil memperisteri ibumu."
"Paman mencinta ibuku?"
http://kangzusi.com
"benar, benar , sayang. Aku cinta pada ibumu."
"Kalau paman Progo mencinta ibu, mengapa paman
melakukan" melakukan itu kepada ibu dahulu itu?"" Dia membayangkan peristiwa pemerkosaan itu dan matanya
terbelalak. Wajah Progodigdoyo menjadi merah sekali. Dia menjadi binggung sehingga tidak melihat perobahan pada wajah Lestari. Akan tetapi dengan lancar dai menjawab pula," ahh, kau maksudkan aku menggauli ibumu" Karena aku cinta 142
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padanya, itulah! Karena aku cinta padanya, Lestari, seperti aku cinta padamu. Kau mirip sekali dengan ibumu di waktu muda, malah lebih manis, maka aku tergila-gila kepadamu,aku cinta padamu."
"Kalau cinta bukan begitu, paman."
"Habis bagaimana?" Progodigdoyo menyerigai.
"Kalau paman mencinta ibu, tentu paman membiarkan ibu hidup berbahagia dengan ayah. Kalau paman mencintaku, tentu paman akan membebaskan aku."
Progodigdoyo menjadi jengkel. Kira-kira anak ini bersikap tenang hanya untuk membantah pula!
"Lestari, jangan kau membikin aku kehilangan
kesabaranku!" Dia bangkit berdiri.
"Aku cinta padamu, tahukah kau" Karena kau mirip ibumu, karena kau lebih manis dari ibumu. Kalau aku tidak cinta padamu, apa kau kira aku sabar menunggu-nunggu dan
membujuk-bujuk sampai berbulan-bulan lamanya" Kalau aku tidak cinta padamu,tentu sudah sejak malam pertama itu kau kupaksa. Apa kau kira aku bisa memaksamu,he" Lihat ini!"
Progodigdoyo menggerakkan tangannya dan di lain saat dia sudah mendekap tubuh Lestari, kedua tangan Lestari ditekuk ke belakang tubuh sehingga dada dara itu membusung ke depan. Lalu dengan buasnya Progodigdoyo menciumi kedua http://kangzusi.com
pipi itu, hidung itu, dan mengecup bibirnya lama-lama serta mengggigitnya.
"Nah, kalau aku mau memaksamu, apa sukarnya" Tinggal merobek-robek pakaianmu!" dia mendengus dan mendorong tubuh anak dara itu sehingga jatuh terlentang di atas pembaringan. Muka Lestari pucat sekali, matanya terbelalak lebar bibirnya berdarah karena digigit dengan gemasnya oleh laki-laki yang sudah kesetanan itu.
Napas Progodigdoyo terengah-engah.
143 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau kau tidak mau melayaniku, aku tunggu sampai
besok, hemm" terpaksa aku akan memperkosamu, akan
memaksamu dan akan membuat engkau menjadi barang
permainanku! Akan tetapi kalau kau menyerahkan diri dengan suka rela, engkau akan menjadi isteriku yang terhormat.
Mengertikah engkau?" bentaknya.
Lestari memandang dengan mata terbelalak tanpa
berkedip, kemudian dia bangkit duduk, lalu menudingkan telunjuk kanannya ke arah muka Progodigdoyo dan tiba-tiba perawan ini tertawa!
"Heh-heh-hi-hi-hi, kau"kau lucu", paman Progo! Ha-ha, mukamu lucu seperti" seperti tikus werok" ha-ha! Kau cinta pada ibuku dan kau membunuhnya" Kau cinta padaku dan kau ingin melihat aku menderita, ingin mempermainkan tubuh ini"
Heh-heh-hi-hi-hi,kau" kau gila, paman Progo! Aku sudah bersumpah bahwa sekali saja engkau menodai diriku, aku akan bunuh diri!"
Progodigdoyo memandang dengan mata terbelalak.
Tahulah dia bahwa perawan itu mengalami tekanan batin, guncangan batin yang hebat sehingga ada bahayanya akan menjadi gila. Akan tetapi ucapan terakhir dari Lestari itu membuatnya marah.
"Kau mau membunuh diri" Huh, kau kira mudah" Para
emban selalu menjaga dan aku mencegah kau membunuh
http://kangzusi.com
diri!" Perawan itu tertawa lagi dan suara ketawannya membuat Progodigdoyo bergidik.
Kini Lestari turun dari pembaringan dan menudingkan telunjuknya ke arah muka Progodigdoyo sambil
menghampirinya. Progodigdoyo bergidik dan melangkah mundur.
"Kau kira aku tidak mampu" Hi-hi-hik, Progodigdoyo, dengan mengigit putus lidahku sendiri pun aku akan mati.
144 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa bisa mencegah aku menggigit lidahku sendiri" Akan tetapi sebelum mati, aku akan lebih dulu membunuhmu, ha-ha-ha!"
Melihat keadaan perawan itu, lenyaplah nafsu berani Progodigdoyo yang tadi berkobar setelah dia mendekap tubuh yang gempal hangat dan mencium mulut yang manis itu. Kini dia menjadi ngeri dan khawatir. Celaka, pikirnya. Lestari telah mulai gila!
"Emban!" Teriaknya dan dua orang emban yang tadinya mendengarkan di depan pintu sambil mesem-mesem
mengharapkan untuk mendengarkan suara yang "mesra"
seperti telah mereka bayangkan, terkejut dan cepat-cepat mendorong daun pintu dan masuk!
"Jaga dia baik-baik, layani baik-baik!" katanya dan bergegeas Progodigdoyo meninggalkan kamar itu diiringi suara ketawa Lestari yang membuat kedua orang meban itu
melongo. Betapa banyaknya manusia menyalahgunakan dan
mengotori kata "cinta" yang sesungguhna amat indah dan suci itu! Hampir semua orang mempunyai pandangan
Progodigdoyo, hanya saja bedanya, ada yang bersikap halus dan ada pula sebagian orang yang bersikap kasar seperti Progodigdoyo. http://kangzusi.com
Cinta yang kita dengung-dengungkan selama ini, benarkah itu cinta namanya" Kalau kita berani bersumpah bahwa kita mencinta seseorang, selalu kita menginginkan agar orang yang kita cinta itu pun membalas cinta kita, bahkan lebih dari itu,kita menginginkan bahwa orang yang kita cinta itu menyenangkan kita, melayani kita, memenuhi hasrat kita dan juga kita menghendaki agar orang yang kita cinta itu jangan menoleh kepada orang lain! Kalau semua keinginan ini dilanggar satu saja, tidak dipenuhi satu saja, "cinta" kita itu berubah menjadi kebencian yang penuh dengan cemburu dan kekecewaan! Apakah ini cinta" Ataukah ini hanya merupakan 145
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suatu cara untuk memenuhi keinginan hati kita, yaitu memenuhi kesenangan, baik kesenangan batin maupun lahir"
Di dalam urusan yang kita namakan "cinta" itu, selalu kita arahkan atau maksudkan kepada hubungan Sex (kelamin)!
Seolah-olah dalam persoalan cinta kasih antara pria dan wanita, hanya sex itulah isinya semata-mata! benarkah ini"
Ada pula yang mengatakan bahwa cinta kasih adalah
pengorbanan, atau kewajiban, dan lain-lain sebutan lagi. Ada pula yang menganggap bahwa tanpa cemburu, tidak ada cinta kasih! Banyaklah anggapan-anggapan kacau-kacau
dikemukanan dan semua anggapan itu hanya mempunyai satu dasar, yaitu untuk membela kepentingan si aku yang
mengejar kesenangan! Mengapa kita tidak berani membuka mata melihat segala kepalsuan kita sendiri" Mengapa" Tanpa adanya kesadaran akan kepalsuan kita sendiri, betapa mungkin kita akan dapat mengalami perobahan"
Jelaslah bahwa nafsu birahi thok bukanlah cinta kasih, juga bahwa cemburu, kekecewaan, kebencian, dendam,
kesengsaraan, permusuhan, semua ini tidak terkandung dalam cinta kasih dan bkan cinta kasih! Untuk dapat mengalami cinta kasih, semua penghalang berupa camburu, kebencian,
kepentingan pribadi atau pengejaran kesenangan diri pribadi, semua ini haruslah lenyap sama sekali!
Hubungan Sex (kelamin) bukanlah sesuatu yang jahat, http://kangzusi.com
bukanlah sesuatu yag kotor!
Sama sekali bukan. Bahkan merupakan sesuatu yang amat indah, sesuatu yang amat wajar, sesuatu yang amat suci apabila dilandasi oleh cinta kasih! Akan tetapi,apabila hubungan sex dijadikan pujaan, maka sesuatu yang murni itu akan berobah menjadi sesuatu yang amat kotor! Seperti halnya Progodigdoyo! Dia menjadi hamba dari nafsu berahi, didorong oleh nafsu berahinya, yaitu untuk mengulang-ulang lagi kesenangan dan kenikmatan yang dialaminya dari nafsu berahi ini, maka mulailah dia mengejar-ngejar dan dalam 146
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengejaran kesenengan inilah terjadi kemaksiatan, terjadi CARA-CARA yang sesat dan kotor!
Di dalam cinta kasih yang murni tidak ada tidak ada unsur pendorong untuk kepentingan si aku, bahkan sama sekali tidak ada lagi si aku, tidak ada lagi pengejaran kesenangan untuk aku. Bukan berarti bahwa kita menolak kesenangan atau kenikmatan. Sungguh sama sekali tidak demikian.
Bahkan siapa yang tidak lagi mengejar-ngejar kesenangan, dia penuh dengan kesenangan. Siapa yang tidak mengejar-ngejar kenikmatan, dia sudah penuh dengan kenikmatan!
Setelah tiba kembali di dalam kamarnya sendiri,
Progodigdoyo disambut oleh isterinya, seorang wanita yang cukup cantik akan tetapi bagi Progodigdoyo si hamba nafsu, perempuan ini kelihatan membosankan. Dari isteri ini dia memperoleh dua orang anak, seorang laki-laki berusia dua belas tahun dan seorang perempuan berusia sembilan tahun.
Akan tetapi adanya dua orang keturunan ini tidak mempererat hubungan batin antara Progodigdoyo dengan isterinya itu.
Isterinya sudah mendengar bahwa suainya mengambil
seorang selir baru, yang bernama Lestari, akan tetapi dia tidak tahu bahwa Lestari adalah puteri mendiang Lembu Tirta,tidak tahu pula bahwa suaminya telah memperkosa bahkan
menyebabkan kematian janda Lembu Tirta, yaitu Galuhsari.
Disangkanya bahwa Lestari, perawan berusia lima belas tahun http://kangzusi.com
ini, adalah seorang perawan dusun yang cantik. Maka sebagai isteri seorang bangsawan, isteri ini pun tidak berani membantah, bahkan ketika melihat suaminya datang, dia menyongsong dengan pertanyaan lembut, "Sudah berhasilkah paduka mempersunting gadis itu, kakangmas" "
Berkerut alis Progodigdoyo, karena pertanyaan yang
sejujurnya dan setulusnya ini diterimanya sebagai suatu ejekan!
"Diam, perempuan cerewet!" bentaknya dan dia
menghempaskan dirinya di atas kursi.
147 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Isteri terkejut lalu cemburu. "Ditanya baik-baik malah marah," gerutunya sambil pergi dari kamar menuju ke kamar anak-anaknya. Suaminnya akhir-akhir ini berobah sikapnya dan dalam keadaan seperti ini, ibu ini mencari hiburan pada anak-anaknya.
Di dalam hatinya Progodigdoyo malah girang melihat
isterinya pergi meninggalkan seorang diri. Dia memutar otak, mencari akal. Dia memang tergila-gila kepada kecantikan Lestari yang mirip Galuhsari, akan tetapi setelah perawan itu memperlihatkan gejala penyakit gila, dan mengingat akan ancaman perawan itu,lenyaplah seleranya.
"Baik, aku tidak bisa menikmatinya untukku sendiri, akan tetapi aku harus dapat memanfaatkannya!" akhirnya dia mengepal tinjunya karena dia teringat kepada paman
gurunya, Resi Mahapati! Dia tahu bahwa paman gurunya itu, di samping ketamakan akan kedudukan dan kemuliaan, juga tak pernah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan
perawan-perawan muda dan cantik. Dan dengan
kepandaiannya,tentu paman gurunya itu akan dapat
"menjinakkan" Lestari, pikirnya. Di samping dia dapat menyenangkan hati paman gurunya yang diharapkan untuk dapat menyokong dan mendukungnya agar dia dapat diangkat menjadi adipati di Tuban, menggantikan Ronggo Lawe, juga kalau dia teringat akan lenyaplah putera Lembu Tirta atau adik http://kangzusi.com
Lestari, di amenjadi agak khawatir, Oleh karena itu, kalau Lestari dia berikan kepada Mahapati untuk menjadi selirnya, kelak adik lestari kalau sampai menimbulkan keributan, tentu akan berhadapan dengan paman gurunya itu. Setelah
memperoleh akal ini, lapanglah dada Progodigdoyo dan bergegas dia utusan seorang kepercayaan untuk
menyampaikan undangan kepada Resi Mahapati ke Tuban dengan pesan Khusus bahwa dia mempunyai hidangan
istimewa untuk paman gurunya itu.
148 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua pekan kemudian, datanglah Resi Mahapati berkunjung ke Tuban. Sebagai paman guru Progodigdoyo, tentu saja kunjungan ini tidak menimbulkan kedurigaan kepada aryo Wirorojo yang masih dalam keadaan berkabung sungguhpun puteranya, Ronggo Lawe, telah gugur hampir empat bulan lalu. Tidak ada pula yang menduga yang bukan-bukan di dalam istana Progodigdoyo, padahal malam itu terjadi hal yang akan membikin marah hati setiap orang yang masih percaya akan kebenaan dan kebajikan hidup.
Tepat seperti yang dibayangkan oleh Progodigdoyo, begitu melihat Lestari, Resi Mahapati menjadi tergila-gila dan dia merasa girang sekali atas "budi kecintaan" murid
keponakannya yang telah memberinya "hadiah hidangan"
sehebat itu! Lestari sendiri ketika dihadapkan dengan kakek bandot ini, merasa takut sekali, akan tetapi segera perawan ini menjatuhkan diri berlutut dan menyembah ketika dia
terpengaruh oleh sihir ilmu hitam yang diterapkan oleh sang resi! Dan pada malam hari itu, Lestari dalam keadaan seperti orang hilang ingatan, menyerahkan segala-galanya kepada sang resi! Terjadilah malam yang penuh kemaksiatan dan kekejian di dalam kamar itu dan pada keesokan harinya, barulah Lestari menangis sejadi-jadinya.
Namun semua telah terlambat.
Resi Mahapati merangkul dan menghiburnya. "Bocah ayu, http://kangzusi.com
mengapa menangis" Engkau akan menjadi selirku yang
terkasih, engkau akan menjadi puteri terhormat dan hidup mulia di Mojopahit, engkau kelak akan mejadi selir terkasih dari orang yang berkedudukan paling tinggi di Mojopahit.
Bergembiralah atas nasibmu yang baik karena engkau
berkenan menggembirakan hati Resi Mahapati."
Tentu saja hiburan ini tidak ada artinya bagi Lestari dan dia tentu sudah membunuh diri kalau saja Resi Mahapati tidak membuatnya tidak berdaya di bawah pengaruh sihir dan ilmu hitamnya sehingga Lestari menjadi seperti seekor domba yang 149
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurut saja digiring ke pejagalan! Bahkan dia tidak membantah lagi ketika tiga hari kemudian dia diboyong ke Mojopahit oleh sang resi sebagai selir barunya yang tercinta!
Demikianlah, mulailah kehidupan baru bagi Lestari dan peristiwa yang menghancurkan hatinya ini bahkan
membuatnya menjadi matang! Setelah beberapa bulan
kemudian, Resi Mahapati tidak perlu lagi menggunakan ilmu hitamnya karena kini Lestari bukan lagi Lestari beberapa bulan yang lalu! Wanita muda ini sekarang malah kelihatan girang, setiap hari bersolek dan kini dialah yang menyihir Resi Mahapati dengan segala kecantikannya dan kemudaannya!
Lestari telah mengorban seluruh perasaan hatinya, dan kini dia melihat terbukanya kesempatan baginya untuk membalas kepada semua orang yang telah menghancurkan keluarganya, melalui Mahapati! Oleh karena itu, lebih dulu dia harus menundukkan kakek ini dan biar pun dia tadinya hanya seorang perawan hijau dan bodoh, namun berkat anugerah alam yang dimilikinya berupa wajah cantik jelita dan tubuh muda,denok montok menggairahkan tidaklah terlalu sukar baginya untuk membuat Resi Mahapati yang sakti
mandaraguna itu bertekuk lutut kepadanya.
*d-w* Memang banyak peristiwa mengerikan dan menyedihkan
terjadi di dunia ini. Semua itu ditimbulkan oleh ulah tingkah http://kangzusi.com
manusia yang selalu menuruti hawa nafsu pementingan diri sendiri, pengejaran kesenangan yang sesungguhnya hampa.
Dunia berputar terus dan peristiwa demi peristiwa terjadilah!
Aryo Wirorojo atau Aryo Adikoro, lebih terkenal dengan sebutan banyak Wide,bekas Bupati Sumenep yang telah banyak berjasa terhadap Kerajaan Mojopahit,semenjak jaman Sang Prabu Kertanegara dia telah menjadi pengawal
terpercaya bahkan dianggap murid oleh Sang Prabu
Kertanegara, sampai ketika Raden Wijaya memperjuangkan raja bergelar Kertarajasa Jayawardhana, di waktu mana Aryo 150
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wirorojo juga memiliki jasa yang amat besar sekali. Karena jasa-jasanya yang amat besar itulah, maka di waktu Raden Wijaya menjadi raja, beliau pernah berjanji bahwa kelak dia akan memberikan sebagian dari bumi Mojopahit kepada Aryo Wirorojo.
Setelah puteranya gugur dalam peristiwa pemberontakan atau lebih tepat dalam peristiwa pertikaian puteranya dengan Patih Nambi, Aryo Wirorojo menjadi kendur semangatnya.
Maka pada suatu hari, menghadaplah Aryo Adikoro atau Aryo Wirorojo ini ke hadapan Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana dan mengingatkan sang prabu akan janjinya itu.
Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana menerima
peringatan ini dengan hati iklas.
Semenjak gugurnya Ronggo Lawe, hati sang prabu, selalu merasa menyesal dan berduka. Apalagi kalau dia teringat akan jasa Aryo Wirorojo dan ronggo Lawe sendiri, dan mengingat pula betapa dalam peristiwa itu, biar pun puteranya sampai gugur, Aryo Wirorojo tidak pernah memperlihatkan sikap melawan Mojopahit atau membela puteranya. Bahkan Lembu Sora, senopati yang menjadi adik Aryo Wirorojo, juga membela Mojopahit dan menentang keponakannya sendiri.
Kini,mendengar peringatan Aryo Wirorojo, sang prabu menerimanya dengan hati terbuka dan segera
dikumpulkannya semua pembantu dan penasihatnya dan
http://kangzusi.com
beliau segera mengumumkan pembagian bumi Mojopahit!
Wilayah Kerajaan Mojopahit sebelah timur,terus ke selatan sampai ke Laut Kidul, diserahkan kepada Aryo Wirorojo atau Aryo Adikoro atau Banyak Wide!
Maka berangkatlah Aryo Wirorojo membawa semua
keluarganya, termasuk cucunya,Kuda Anjampiani atau juga disebut Raden Turonggo, ke Lumajang yangdijadikan kota raja dan di mana dia berdiri sendiri sebagai seorang adipati atau seorang raja muda yang merdeka. Dia tidak lagi menjadi kawula Mojopahit dan tidak lagi diharuskan menghadap Sang 151
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prabu Kertarajasa Jayawardhana! Betapa pun juga Aryo Wirorojo selalu bersikap baik dan hormat kepada Mojopahit sehingga selama dia menjadi Adipati Lumajang, tidak pernah terjadi keributan antara dia pribdi dan raja di Mojopahit.
Peristiwa pembagian tanah di Mojopahit ini merupakan penghindaran malapetaka karena andaikata Sang Prabu Mojopahit tidak bijaksana, maka bahaya pemerontakan kiranya tak dapat dihindarkan lagi! Maka setelah aryo Wirorojo memboyong keluarganya ke Lumajang dan menjadi Adipati Lumajang, kelihatan keadaan Kerajaan Mojopahit menjadi tentram dan penuh damai, seolah-olah tidak pernah terjadi pemberontakan Tuban dan tidak akan terjadi sesuatu untuk selamanya.
Akan tetapi, ketentraman itu hanyalah kelihatannya saja.
Tanpa ada yang mengetahuinya, awan gelap sedang
berkumpul mengancam kecerahan udara di atas Kerajaan Mojopahit! Awan tebal ini muncul dari dalam gedung tempat kediaman Resi Mahapati! Sebagai seorang di antara kepala-kepala agama, yaitu agama pemuja Dewa Syiwa, seperti kepala-kepala agama cabang lain, Resi Mahapati telah mendapatkan kedudukan yang cukup tinggi. Akan tetapi cabang agama pemuja Dewa Syiwa ini bukan merupakan
rolongan yang terbesar dan kuat, maka Resi Mahapati tidaklah puas dengan keduduka yang dipeolehnya. Diam-diam dia http://kangzusi.com
menanam cita-cita yang amat besar, yaitu untuk memperoleh kedudukan tertinggi di bawah kekuasaan sang
prabu,mengatasi para ponggawa yang lain. Akan tetapi, dia melihat betapa kuatnya kedudukan para senopati di
Mojopahit, dan betapa sulitnya mencapai cita-citanya kalau masih ada para tokoh Mojopahit yang setia dan tentu akan menghalangi semua cita-citanya itu.
Oleh karena itulah, maka di dalam peristiwa
pemberontakan Ronggo Lawe, Resi Mahapati memegang
peranan penting dan dia telah mempergunakan akalnya yang 152
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
licik,tipu muslihat mengadu domba dengan cara yang curang, yaitu mempergunakan Maruto yang menjadi orang
kepercayaannya. Seperti telah diceritakan di bagaian depan,Maruto ini membakar hati Ronggo Lawe, kemudian melaporkan kepada sang prau menyamar sebagai seorag perajurit penjaga tapal batas. Kemudian, karena tahu bahwa Maruto bukan seorang yang boleh dipercaya sepenuhnya, agar rahasiannya itu tidak ampai ada yang tahu, dengan kejamnya dia membunuh Maruto, pembantunya ini.
Sekarang, dengan mempergunakan kedudukannya dan
Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terutama ilmu kepandaian yang tinggi, Resi Mahapati berhasil menghimpun banyak pembantu yang memiliki kepandaian tinggi. Mereka ini siap melakukan segala macam perintahnya dan Resi Mahapati dengan gerombolannya ini merupakan kekuatan rahasia yang bersembunyi di dalam kerajaan Mojopahit.
-o0odw-o0o- Jilid 11 Di antara para pembantunya, murid keponakannya sendiri, Progodigdoyo merupakan orang yang paling dipercayakannya.
Juga dalam rangka pelaksanaan cita-citanya itulah Resi Mahapati berjuang dan akhirnya berhasil mendukung murid http://kangzusi.com
keponakannya itu sehingga dapat diangkat menjadi Bupati Tuban!
Pada suatu malam, tanpa diketahui oleh siapapun juga, di dalam sebuah hutan di tepi Sungai Tambakberas, didalam rumah besar yang tampaknya hanya rumah seorang petani biasa, terjadilah pertemuan-pertemuan yang kalau ketahuan orang lain tentu akan menimbulkan keheranan karena yang hadir di situ adalah orang-orang penting dari Mojopahit!
153 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara para pembantunya, murid keponakannya sendiri, Progodigdoyo merupakan orang yang paling dipercayanya.
Juga dalam rangka pelaksanaan cita-citanya itulah Resi Mahapati berjuang dan akhirnya berhasil mendukung murid keponakannya itu sehingga dapat diangkat menjadi Bupati Tuban!
Pada suatu malam, tanpa diketahui oleh siapa pun juga, di dalam sebuah hutan di tepi Sungai Tambakberas, di dalam rumah besar yang tampaknya hanya rumah seorang petani biasa, terjadilah pertemuan-pertemuan yang kalau ketahuan orang lain tentu akan menimbulkan keheranan karena yang hadir di situ adalah orang-orang penting dari Mojopahit! Yang memimpin pertemuan itu adalah Resi Mahapati sendiri,dibantu oleh Bupati Tuban, Progodigdoyo dan tampaklah Senopati Mojopahit yang bernama Singosardulo yang juga sudah terjaring oleh pengaruh Resi Mahapati, lalu nampak pula bebrapa orang tumenggung yang juga sudah menjadi anak buah resi.
Tidak ketinggalan Klabang Curing, tangan kanan
Progodigdoyo hadir pula beserta beberapa orang yang kelihatan serem-serem dan jelas memiliki kepandaian yang tinggi.
"Tidak ada jalan lain, Si Sora harus dilenyapkan dari Mojopahit, kalau tidak,dia merupakan orang yang berbahaya."
http://kangzusi.com
"Akan tetapi, kedudukannya amat kuat, paman Resi!"
Tumenggung Singosardulo membantah. "Dia merupakan
seorang tokoh lama, seorang demang yang terkasih oleh sang prabu. Mana mungkin main-main dengan dia?"
"Ha-ha-ha!" Resi Mahapati tertawa sambil mengelus
jenggotnya yang masih hitam. "Engkau tidak tahu,
Tumenggung Singosardulo. Nyawa dia berada di dalam
genggaman tanganku! Betul tidak, Progodigdoyo?"
154 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bupati Tuban itu tertawa gembira dan menganggukangguk. "Kakang Tumenggung Singosardulo harap jangan ragu-ragu, percayalah kepada paman resi!"
"Akan tetapi?" Singosardulo masih penasaran karena
hatinya memang miris kalau harus ikut-ikut menggangu Lembu Sora yang selain berkedudukan tinggi, juga merupakan seorang tokoh yang disegani karena wataknya yang jujur dan keras, dan juga terutama sekali karena kedigdayaanya.
"Reksosuro! Darumuko!"
"Hamba siap, sang resi!" dua orang itu sudah cepat maju dan memberi hormat dengan sikap gagah.
"Reksosuro, engkau berhadapan dengan orang-orang
sendiri, sekarang ceritakanlah apa yang kalian saksikan di Sungai Tambakberas ketika terjadi pertandingan antara Ronggo Lawe dan Kebo Anabrang."
Dengan bangga Reksosuro lalu bercerita. "Ketika itu, hanya hamba berdua tadi Darumuko saja yang masih
memperhatikan mereka berdua tenggelam. Semua prajurit sudah bertempur kembali karena mengira mereka keduanya tewas dan tenggelam. Akan tetapi hamba berdua yang ketika itu aling bertaruh untuk kemenangan seorang di antara mereka, mengenal siapa adanya Senopati Kebo Anabrang yang terkenal ahli didalam air dan kabarnya kuat menyelam di http://kangzusi.com
dalam air sampai setengah jam lamanya. Benar saja, mereka muncul dan Adipati Rnggo Lawe berada dalam keadaan lemas karena kehabisan napas dan kepalanya dibentur-benturkan batu kali sampai pecah!"
Reksosuro menceritakan peristiwa itu dengan menggerak-gerakkan tangannya sehingga semua orang tertarik karena memang pertandingan antara dua orang senopati yang gagah perkasa itu selalu menjadi buah percakapan orang dengan kagum. "Kemudian hamba berdua terkejut dan cepat
bersembunyiketika hamba melihat ada orang berloncatan di 155
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas batu-batu kali sambil membawa sebatang keris terhunus.
Orang itu dengan sigapnya meloncat ke belakang Senopati Kebo Anabrang. Kemudian menusukkan kerisnya ke belikat senopati itu sampai tembus dada. Hamba melihat sendiri, melihat betapa darah muncrat-muncrat dan Senopati Kebo Anabrang menoleh,terbelalak lalu terkulai di atas batu, lengannya masih memiting leher Ronggo Lawe yang juga sudah tewas! Mengerikan sekali!"
"Siapa orang itu" Siapa yang membunuh Kebo Anabrang dari belakang?" Singosardulo membentak dengan penasaran dan terkejut bukan main.
"Bukan lain adalah Gusti Demang Lembu Suro"."
"Ahhhh"!!" Singosardulu melompat dan kelihatan tidak percaya.
"Duduklah, Tumenggung singosardulo?" Resi Mahapati
menenangkannya dengan gerakan tangan. " Sudah jelas, mengapa engkau tidak percaya" Dan sebabnya mudah sekali diduga. Lembu Sora menyaksikan betapa Ronggo Lawe
dianiaya, disiksa oleh Kebo Anabrang, maka dia menjadi tidak tega, mata gelap karena amarahnya lalu membunuh Kebo Anabrang. Apakah anehnya itu?"
"sekarang aneh" dan hebat?" Singo sardulo masih
penasaran dan belum hilang kagetnya. Berita ini baru saja http://kangzusi.com
didengarnya dan memang mengejutkan.
"Sekarang sudah tiba waktunya membuka rahasia ini,"
kata Resi Mahapati. "Maka kita harus membagi-bagi tugas, Tumenggung singosardulo, andika merupakan seorang yang dekat dengan Lembu Sora. Untuk menghilangkan
keraguanmu, maka sebaiknya ansika menemui Lembu Sora, mengajaknya bercakap-cakap kemudian coba kemukakan
berita yang andika dengar tentang pembunuhan yang
dilakukan atas diri Kebop Anabrang. Lihat saja bagaimana 156
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
reaksinya! Kalau sudah yakin hatimu, nah,sebarkan berita itu secara berbisik-bisik di anatara para ponggawa kerajaan."
Singosardulo mengangguk-angguk, merasa setuju karena dia tadinya khawatir kalau dia disuruh menyebarluaskan berita yang belum tentu benar itu. Kalau berita itu palsu dan dia menyebarkannya, berarti fitnah dan melakukan fitnah atas Demang Lembu Sora bukan main-main ! Akan tetapi kalau dia boleh menjajangi dulu,bertanya lagsung, dia percaya bahwa seorang gagah perkasa seperti Lembu Sora tidak akan mengingkari perbuatannya.
"Selain itu ada satu hal lagi uang amat penting, "kata Resi Mahapati kemudian. "Pusaka Kolonadah milik Ronggo Lawe belum juga dapat ditemukan. Sungguh aneh sekali mengapa mayat Sri Winarti itu lenyap begitu saja. Ini gara-gara dua monyet ini yang tidak becus menangkap Reksosuro dan Darumuko".
"Maafkan hamba berdua, bagaimana hamba berdua dapat berdaya setelah bertemu dengan Setan jembros?" bantah Darumuko dengan muka membayangkan kengerian.
"Setan" eh, maksudmu Ki Jembros?" tanya seorang
tumenggung lain yang sejak tadi hanya mendengarkan saja.
Nama Ki Jembros sudah terkenal maka mendengar nama
manusia yang sakti dan aneh seperti setan itu disebut-sebut, dia terkejut. Hanya Progodigdoyo yang sudah diceritakan oleh http://kangzusi.com
paman gurunya yang tidak merasa heran.
Juga Tumenggung Singosardulo memandang dengan mata
terbelalak. "Benar, gusti tumenggung," kata Reksosuro yang suka sekali menceritakan hal-hal yang menarik. "Ki Jembros sendiri yang menolong bocah itu dan hamba berdua dibuat main-main, hampir dibunuh!" Dia bergidik kemudian menceritakan pengalaman mereka.
157 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung singosardulo dan para pembantu Mahapati
yang lain, yang belum mendengar tentang peristiwa itu, mendengarkan dengan mata terbelalak penuh kengerian.
"Akan tetapi kita tidak perlu takut menghadapi Ki Jembros,"
kata Mahapati membesarkan hati para pembatunya. "Apalagi karena ternyata dia hanya mempermainkan Reksosuro dan Darumuko, buktinya dia tidak membunuh mereka ini. Aku sendiri ingin sekali waktu bertemu dan melihat sampai di mana kesaktiannya,apalagi aku akan mengundang kakak seperguruanku, yaitu Empu Tanjungpetak yang bertapa di pantai Laut Jawa. Dengan adanya kakak seperguruanku itu, biar ada lima orang Ki Jembos, aku tidak takut! Pula, dalam pelaksanaan tugas-tugas kita yang berat, kita haraus memperoleh bantuan banyak orang pandai. Betapapun
juga,Kolonadah harus dapat kumiliki. Menurut penyelidikanku, pusaka Kolonadah itu diciptakan oleh Empu Supamandrangi khusus untuk seorang raja! Siapa yang memiliki Kolonadah akan kuat menjadi raja!"
"Akan tetapi, paman Resi Mahapati. Kalau memang pusaka Kolonadah sebuah pusaka untuk seorang raja, mengapa Ronggo Lawe yang baru berpangkat adipati saja sudah tewas?" bantah Tumenggung Singosardulo.
"Ha-ha, betapapun ampuh dan saktinya sebuah pusaka, namun yang menentukan adalah sepak terjang si manusia http://kangzusi.com
sendiri. Aku percaya, dengan Kolonadah di tangannya,tentu akhirnya Ronggo Lawe akan terus menaik kedudukannya, tidak hanya menjadi Adipati Tuban. Akan tetapi dia murka, dia hendak menentang sri baginda secara berterang, maka sebelum keampuhan pusaka itu mengangkatnya, dia telah tersandung oleh kelakukan sendiri. Pendeknya, aku percaya akan kesaktian Empu Supamandrangi dalam menciptakan keris pusaka itu dan aku takkan menghantikan usahaku mencari Kolonadah sampai dapat. Eh, Progodigdoyo! Karena lenyapnya Sri Winarti dan pusaka Kolonadah terjadi di Sungai 158
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tambakberas yang menjadi daerahmu, maka aku
menyerahkan tugas menemukan kembali Kolonadah ini
kepadamu. Sebarlah orang-orangmu untuk menyelidiki dan mencari pusaka itu sampai dapat."
"Baik, paman resi. Akan saya usahakan sampai berhasil."
Jawab Progodigdoyo.
Setelah mengadakan percakapan semalam suntuk,
membagi-bagi tugas, dan mengatur rencana "Perjuangan"
mereka, menjelang pagi Resi Mahapati kembali ke
Mojopahit,diiringi oleh beberapa orang pengawalnya. Setelah tiba di gedungnya, dia membubarkan pengawal-pengawal itu dan langsung memasuki kamarnya.
Lestari yang berdandan rapi menyambutnya dengan
senyum yang cerah, secerah matahari pagi itu. Biar pun wanita muda ini telah beberapa bulan menjadi selirnya yang tidak pernah terpisah lagi setiap hari, namun untuk ke sekian kalinya Resi Mahapati terpesona oleh kecantikan dan kemudaan wanita ini, oleh sinar mata yang agaknya penuh dengan cinta dan kemesraan terhadapnya itu.
Langsung saja dirangkulnya Lestari dan dikecup pipinya.
"Aduh diajeng" sungguh makin cantik saja engkau!"
Lestari tersenyum manis dan dengan sikap manja
melepaskan diri dari pelukan,lalu dengan lenggat-lenggut http://kangzusi.com
seperti anak manja dia menjauhkan diri dari Resi Mahapati yang duduk di atas pembaringan yang harum itu.
"Ke sinilah manis, cah ayu, cah denok" aku rindu padamu, Lestari. Aih, berpisah satu malam saja denganmu rasanya seperti berpisah satu tahun ! Kesinilah,Lestari, aku cinta padamu?" Resi yang usianya sudah setengah abad itu
ternyata masih pandai merayu. Tentu saja dia tidak mau menggunakan sihir sekarang, karena wanita yang ditundukkan dan menyerahkan diri kepadanya di bawah kekuatan sihirnya tidak wajar dan tidak memuaskan hatinya. Berbeda kalau 159
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita itu menyerahkan diri dengan suka rela, seperti yang dilakukan oleh Lestari selama ini. Penyerahan diri wanita muda belia ini secara suka rela tanpa pengaruh sihir lagi, membuat sang resi menjadi bangga, karena hal itu dianggapnya bahwa biar pun usianya sudah tua namun dia masih cukup "jantan"
untuk menundukkan wanita dan meraih cinta kasihnya.
Dengan lenggang-lenggok yang dapat mencabut sukma
pria, Lestari enggan mendekat,malah cemberut dan melerok, akan tetapi sikap ini malah menambah kemanisan wajahnya dalam pandang mata Mahapati yang benar-benar di luar kesadarannya telah terpesona di bawah kekuatan "sihir"
kecantikan wajah, kemanjaan sikap, dan kepadatan tubuh muda itu.
"Ahh, siapa percaya rayuan pria" Di mulut menyatakan cinta, akan tetapi hatinya mengenangkan wanita lain yang semalam menemaninya tidur!" kata Lestari manja,sikapnya seperti seorang wanita yang kecewa karena pria yang dicintanya tidak setia kepadanya.
"Wah-wah" bagaimana kau bisa bilang begitu, diajeng Lestari" Ah, bagaimana sih kau ini" Dicinta orang, dirindukan setengah mati, sampai semalam suntuk badanku kesemutan semua karena rindunya akan sentuhanmu, eh, kau malah menyangka yang bukan-bukan."
"Ahhhh, kakangmas resi tidak perlu membohong kepadaku.
http://kangzusi.com
Ke mana saja perginya seorang pria sampai meninggalkan kekasihnya semalam suntuk kalau tidak menemui wanita lain yang menjadi kekasih barunya" Paduka semalam bersenang-senang, tidur hangat dan nikmat, akan tetapi aku kedinginan dan kesepian, hanya bantal guling menyaksikan tangisku?"
Sepasang mata yang indah itu mulai menjadi merah, tanda bahwa air matanya sudah hampir keluar.
"Diajeng" Lestari kekasihku, pujaan hatiku, aku
bersumpah tidak mempunyai kekasih lain kecuali engkau, manis. Aku bersumpah demi Hyang Bathara Syiwa, biar aku 160
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikutuk kalau aku membohongimu." Mahapati berkata dan dia sudah turun dari pembaringan, menghampiri Lestari dan merangkulnya dengan penuh kasih sayang.
"Ah, kakangmas, siapa yang tidak tau bahwa sumpah
seorang pria di depan wanita adalah seperti halilintar tanpa hujan."
"Eh, apa maksudmu, nimas?"
"Hanya keras suaranya, mengesankan, akan tetapi tidak ada ada buktinya. "
"Wah-wah apakah kau tidak percaya kepadaku" Marilah, nimas, jangan mengodaku,aku benar-benar sudah rindu setengah mati." Resi Mahapati menarik selirnya terkasih itu ke arah pembaringan.
Lestari tidak menolak, akan tetapi ketika dia sudah duduk di atas pembaringan dan sang resi hendak memeluknya, dia menggeser pinggulnya menjauhi lagi.
Sikapnya seperti jinak-jinak merpati sehingga menambah gairah di hati sang resi yang seolah-olah mulai dibakar oleh nafsu berahinya.
"Lestari?" suaranya gemetar penuh getaran nafsu.
Lestari menggoyang-goyang pundak dan kepala dengan
manja. "Aku masih belum percaya, kakangmas resi. Kau tentu http://kangzusi.com
main gila dengan perempuan lain semalam, maka engkau tidak pulang!"
"Ah, sungguh sumpah tujuh turunan! Aku pergi untuk
urusan yang amat penting,nimas, sama sekali tidak bertemu dengan seorang pun perempuan. "
"Mana aku bisa percaya" Paduka harus menceritakan dulu kepada saya tentang apa yang paduka lakukan semalam, baru saya percaya?"
161 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mahapati menarik napas panjang, merasa bahwa dia sama sekali tidak berdaya menghadapi selirnya ini. "Baiklah, baiklah, sayang. Aku pergi ke Tuban?"
"Oh, ke Tuban" Kenapa saya tidak diajak, kakangmas resi?"
"Ah, ada urusan penting, urusan negara, mana bisa
mengajak wanita?"
Lestari merajuk lagi, "Ceritakan kakangmas. Urusan apa yang demikian pentingnya itu. Ceritakan semua agar hati saya puas dan lega."
"Tak usah kuceritakan sejelasnya. Aku bertemu dengan Progodigdoyo, dengan teman-teman lain untuk membicarakan urusan negara, urusan kaum pria. Kuceritakan engkau tidak akan mengerti."
Lestari cemberut. "Pasti urusan perempuan! Kalau tidak mengapa paduka enggan menceritakan?"
Mahapati hendak mencium bibir yang cemberut penuh
masu itu, akan tetapi Lestari sengaja membuang muka sehingga hanya pipinya saja yang kena dicium. "Eh, kau tidak suka dicium, Lestari?"
"Paduka tahu bahwa saya suka sekali, akan tetapi paduka menyimpan rahasia terhadap saya. Bukankah sudah sering kali saya katakan bahwa saya adalah milik paduka, bahwa saya http://kangzusi.com
menyerahkan jiwa raga saya kepada paduka" Kita dua badan satu hati, mengapa paduka menyimpan rahasia" Paduka hanya menyerahkan kepala akan tetapi masih memegangi ekornya, tidak sama sekali menaruh kepercayaan kepada saya."
Mahapati kehabisan akal, lalu dirangkulnya wanita itu. "eh, ini rahasia, cah ayu. Rahasia, cah ayu. Rahasia besar!"
"Apakah kakangmas resi tidak percaya kepada saya" Saya yang sudah menyerahkan segala-galanya" Sungguh kejam?"
162 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan kini Lestari membiarkan air matanya menetes-netes menuruni kedua pipinya.
"Eh-eh", jangan menangis, sayang." Mahapati memeluk dengan penuh iba. "Baiklah kuceritakan. Akan tetapi" hemm, apa upahnya?"
Lestari menoleh, memandang, matanya masih basah akan tetapi mulutnya tersenyum dan dia lalu mengambung pipi yang ada cambangnya melintang itu. "Upahnya cium?"
bisiknya manja.
"Hanya itu?"
"Selanjutnya terserah, apa pun yang paduka minta akan saya penuhi?" Ucapan ini disertai senyum dan kerling mata penuh janji.
"Ah, kekasihku, bagaimana aku dapat membohongimu"
Kau begini cerdik?" Mahapati lalu merangkul dan menarik tubuh kekasihnya itu untuk rebah di atas pembaringan.
Sambil merangkul leher Lestari dan rebah miring saling berhadapan, dia berbisik, "Karena rahasia, kita harus hati-hati.
Nah, dengarlah?" Sambil bebisik-bisik,tanganya sibuk menggerayangi dan membelai tubuh kekasihnya, kadang-kadang menciumi mulut, hidung, mata dan pipi yang
sedemikian dekatnya, dengan suara tersendat-sendat didesak nafsu birahi yang makin memuncak, Sang Resi Mahapati lalu http://kangzusi.com
menceritakan semua peristiwa dan semua rencana yang di bicarakan di dalam pertemuan semalam kepada Lestari! Tidak ada satu pun yang dirahasiakan terhadap wanita ini, karena dalam keadaan didesak nafsu yang menuntut pelepasan itu dia ingin cepat-cepat menyelesaikan ceritanya dan menuntut hadiahnya. Sampai lama mereka saling bisik-bisik dan terbukalah semua rahasia yang kalau terdengar orang lain amat berbahaya itu, semua dituturkan tanpa ragu-ragu lagi kepada Lestari yang mencatat hal-hal yang penting di dalam hatinya. Matahari telah naik tinggi ketika kamar itu menjadi 163
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sunyi untuk beberapa lamanya, kemudian terdengar suara mendengkur dari Resi Mahapati yang rebah pulas dalam keadaan lelah dan puas, dengan dahi masih berkeringat.
Perlahan-lahan Lestari turun dari pembaringan, menghapus keringatnya dari dahi dan leher dengan ujung tapih (kain), digosoknya muka dan lehernya kuat-kuat seperti orang hendak membersihkan kotoran, lalu mengerling ke arah Resi Mahapati yang tidur mendengkur itu dengan sinar mata penuh kebencian. Tentu resi itu akan terkejut sekali kalau dapat melihat sinar mata ini, yang bagaikan bumi dan langit bedanya dari pada sinar mata wanita itu ketika melayani cumbuannya.
Tak lama kemudian, setelah mandi dan bertukar pakaian, Lestari sudah duduk kembali di dalam kamar itu, wajahnya segar kemerahan, akan tetapi pandang matanya kepada tubuh yang masih rebah terlentang di atas pembaringan itu masih penuh kebencian dan kemukaan yang ditahan-tahan, lalu dia duduk di atas kursi,termenung. Kadang-kadang dia mengepal tinju, kadang-kadang mengerutkan alisnya yang berbentuk indah seperti dilukis, kadang-kadang dia tersenyum seorang diri,senyum yang membayangkan kemenangan.
"Bagus" " bisik hatinya." Ayahku, ibuku, adikku,
mengalami penasaran, tewas oleh si jahanam Progodigdoyo perwira Mojopahit di Tuban, dan tidak ada seorang pun pejabat dan penguasa Mojopahit yang peduli! Sekaranglah http://kangzusi.com
tiba saatnya aku membalas dendam, aku tumpas habis semua penguasa Mojopahit, akan kudatangkan kemelut di Mojopahit sebagai balas dendam hancurnya keluargaku, melalui si tua bangka Mahapati! Setelah itu, akan kuhancurkan si
Progodigdoyo, baru kemudian si Mahapati! Hidik, ya, begitulah, dan usahaku pasti berhasil baik! Ayah" Ibu" adik Sutejo" tenang-tenanglah kalian di alam baka" jangan mengira Lestari akan diam saja! Tidak percuma aku
mengorbankan tubuhku dan perasaanku, menerima
perghinaan dan pemerkosaan dengan memaksa senyum di 164
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bibir! Kelak akulah yang akan tertawa dan kalian, manusia jahanam di Mojopahit, kalian yang akan menangis!" Lalu terdengar isak tangis wanita muda itu. Akan tetapi hanya sebentar saja dia menangis karena begitu dia mendengar Sang Resi Mahapati menggeliat di atas pembaringan, dia lalu menghampiri dan mengambung pipi sang resi dengan
hidungnya yang mancung, bibirnya tersenyum menyeringai dan mata yang basah itu berkilat
-o0dwo0- Lembu Sora mengelus jenggotnya yang seperti jenggot Sang harya Werkudara itu, kemudian dia tenang kembali seperti memang telah menjadi sifatnya, lalu dengan suara halus, dia berkata, "Dimas tumenggung, coba kau ulangi kembali desas-desus yang kau dengar itu."
Dengan lebih hati-hati tumenggung itu menjawab. "Desas-desus terbawa angin yang saya dengar itu adalah bahwa kematian Kebo Anabrang bukanlah karena smpayuh (mati bersama) dengan Ronggo Lawe, melainkan ada yang
membunuhnya, ada yang menusukkan kerisnya dari belakang pada saat Kebo Anabrang membentur-benturkan kepala
Ronggo Lawe yang sudah kepayahan itu di tengah Sungai Tambakberas."
"Hemmm..., dan sudah jelas siapa yang membunuh Kebo Anabrang dengan tusukan keris itu?" kini lembu Sora menatap http://kangzusi.com
tajam sehingga sang tumenggung menunduk,tidak kuat
menahan sinar mata tajam penuh selidik itu.
Singosardulo mengangguk. "Manurut bunyi desas-desus itu, andaikanlah kakangmas Lembu Sora yang membunuh Kebo Anabrang."
"hemmm..." Lembu Sora sama sekali tidak kelihatan kaget.
"Karena khawatir akan desas-desus berbahaya itu, maka saya lalu cepat-cepat menjumpai andika untuk bertanya, kakangmas demang. Kalau berita itu hanya fitnah belaka, 165
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka andika harus bertindak untuk memberantasnya. Kalau sampai berita ini terdengar oleh sang prabu, tentu tidak akan baik jadinya!" Dia berhenti sebentar, lalu bertanya hati-hati,
"Sungguh pun saya sendiri tidak percaya akan isi desas-desus itu, akan tetapi belum lega hati saya kalau tidak mendengar sendiri jawaban andika, kakangmas demang. Benarkah desas-desus itu bahwa andika membunuh Kebo Anabrang?" Kini singodardulo yang memandang penuh selidik karena untuk itulah sesungguhnya dia datang menghadap demang yang sakti ini.
"Sebelum aku menjawab, katakanlah apakah desas-desus itu menyatakan bahwa perbuatan Kebo Anabrang itu ada yang melihatnya?"
"Ada. Kabarnnya ada dua orang ponggawa yang ketika itu sedang berperang, yang melihat sendiri perbuatan itu.
Kakangmas demang, jawablah bahwa berita itu bohong, bahwa andika tidak melakukan hal itu."
Lembu Sora menunduk dan menarik napas panjang, lalu berkata, "aku tahu bahwa kenyataan tidak mungkin ditutup-tutupi. Seorang ksatria harus berani
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ya benar, adimas tumenggung. Akulah yang membunuh kebo Abarang!"
"Ahh...!" Tumenggung Singosardulo benar-benar terkejut sekali mendengar pengakuan yang tidak disangka-sangka ini http://kangzusi.com
dan dia memandang dengan mata terbelalak. "akan tetapi mengapa..." Bukankah andika sendiri yang memimpin
pasukan menghadapi barisan Tuban" Bukankah andika sendiri yang membela Mojopahit dan menentang Ronggo Lawe?"
-o0o-dw-o0o- 166 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 12 "Benar, dan aku pun agaknya tidak akan mencampuri
pertandingan antara mereka. Buktinya, sampai Ronggo Lawe kalah pun aku tidak membantunya. Hanya saja, aku melihat kecurangan yang dilakukan Kebo Anabrang dalam
pertandingan itu. Dia sengaja memancing Ronggo Lawe ke tengah sungai Tambakberas dan mengandalkan
kepandaiannya di dalam air, dia menyeret Ronggo Lawe ke dalam air dan menanamkannya, kemudian menyiksanya.
Hatiku tidak kuat menyaksikan itu, maka kubunuh dia.
Andaikata pertempuaran itu terjadi sewajarnya, di darat seperti seorang gagah menghadapi lawannya, biar pun bagaimana aku tidak nanti akan mencampurinya."
Tumengung singosardulo masih belum hilang kagetnya.
"Akan tetapi... desas-desus itu mulai terdengar ke mana-mana, bagaimana kalau terdengar oleh sang prabu...?"
Dengan tenang Lembu Sora menjawab, "Aku sudah berani berbuat, tentu berani pula menangung segala akibatnya, dimas tumenggung. Hal itu sudah terjadi, dan apa pun yang akan menjadi akibat, akan kuhadapi sendiri."
Tumenggung Singosardulo lalu berpamit dan tergopohgopoh dia menghubungi Resi Mahapati untuk menyampaikan berita penting tentang pengakuan Lembu Sora itu.
http://kangzusi.com
Resi Mahapati tertawa girang. "Nah, kau tunggu apa lagi, Tumenggung Singosardulo"
Sekarang engkau telah mendengar sendiri dari mulut
Lembu Sora. Nah, sebarkanlah berita ini ke lingkungan istana.
Ha-ha-ha, Lembu Sora nyawamu telah berada di tanganku, ha-ha!"
Akan tetapi, Tumenggung Singosardulo masih merasa
segan terhadap Deman Lembu Sora, maka dia bertanya,
"Paman resi, untuk memperoleh kedudukan tinggi saya kira 167
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semestinya kalau kita menyingkirkan Patih Nambi, akan tetapi mengapa kakangmas Demang Lembu Sora?"
Tiba-tiba Resi Mahapati menghentikan ketawanya dan
memandang bengis ke arah tumenggung itu. "Singodardulo Engkau hanya tahu membantuku dan kelak akan kebagian kedudukan yang baik, mengapa banyak cerewet?"
Tumenggung itu terkejut. Dia memang takut kepada resi ini dan sudah berada di bawah pengaruhnya, maka cepat dia berkata, "Harap maafkan, paman resi..."
Resi Mahapati tersenyum, lalau berkata, suaranya berubah halus, "Kau percayakanlah saja kepadaku, Tumenggung Singosardulo. Bukan semata-mata aku memusuhi Lembu Sora tanpa sebab yang kuat. Sudah kuperhitungkan masak-masak.
Kau tahu, andaikata kita berhasil menyingkirkan Patih Nambi, siapa yang menjadi calon terkuat untuk menggantikan kedudukan patih itu" Bukan lain si Lembu Sora itulah! Karena itu, dia harus disingkirkan lebih dulu karena kita mempunyai alasan kuat setelah dosanya itu berada di tangan kita. Untuk menyingkirkan nambi masih belum begitu mudah karena belum ada alasanya. Nah, sekarang berangkatlah dan
sebarkan berita tentang pengakuan Lembu Sora membunuh Kebo Anabrang itu."
Setelah tumenggung itu pergi, Resi Mahapati kembali ke kamarnya di mana telah menunggu Lestari dan seperti biasa, http://kangzusi.com
kini resi itu menuturkan segala percakapannya dengan Tumenggung Singosardulo tanpa menyembunyikan sesuatu.
Semenjak rayuan Lestari malam sekembalinya dari Tuban itu, Resi Mahapati mempercayai selirnya ini, bahkan dia mendapat kenyataan akan kecerdikan selirnya yang masih amat muda ini dalam mengatur siasat, maka dia tidak segan-segan untuk mendengarkan pendapat dan nasehat selirnya yang tercinta.
168 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas resi," kata Lestari setelah dia mendengarkan penuturan tentang pengakuan Lembu Sora itu. "Saya
mendengar bahwa Lembu Sora adalah seorang yang amat kuat kedudukannya, disayang oleh sang prabu dan
mempunyai banyak pengikut.
Oleh karena itu, paduka harus hati-hati, kakangmas dan sebaliknya jangan menentang secara berterang."
Resi Mahapati mendengarkan dengan kagum dan
merangkul selirnya dengan hati bangga dan penuh
kemesraan. "Kalau menurut pendapatmu bagaimana baiknya, Lestari?"
"Sebaiknya kalau paduka bekerja ditempat gelap dan hanya dengan cara mengadu domba saja maka siasat paduka akan berhasil. Bukankah mendiang Kebo Anabrang mempunyai putera yang sudah dewasa?"
"Benar, namanya Joko Taruno," jawab Mahapati.
"Nah, rahasia kematian Kebo Anabrang ini harus
disampaikan kepada Joko Taruno itu agar bangkit dendamnya terhadap Lembu Sora."
"Akan tetapi, apakah yang dapat dilakukan oleh Joko Taruno itu agar bangkit dendamnya terhadap Lembu Sora."
"Setidaknya dia dapat menyalakan api permusuhan
http://kangzusi.com
terhadap Lembu Sora, kakangmas resi. Dan sebaiknya kalau paduka membayangkan kepada sang prabu bahwa para
ponggawa mereka tidak puas melihat betapa sang parbu bersikap baik terhadap Lembu Sora yang telah berkhianat dan membunuh Kebo Anabrang. Pendeknya, tentu paduka dapat mengorbankan kemarahan di hati sang prabu terhadap Lembu Sora. Di lain pihak, paduka dapat mengusik hati Lembu Sora dengan mengatakan bahwa putera Kebo Anabrang dibantu oleh Nambi akan membalas dendam. Pendeknya, dengan cara mengaduk sana-sini, tentu menimbulkan kekeruhan suasana itu, kiranya akan mudah saja untuk menyingkirkan Lembu 169
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sora atau membuat Lembu Sora memberontak terhadap
Mojopahit."
"Hebat..., hebat...!" Resi Mahapati girang sekali dan mengelus rambut kepala yang hitam halus dan berbau harum itu. "ah, agaknya Hyang Bathara Syiwa telah memberkahi aku dengan munculnya seorang seperti engkau dalam hidupku, Lestari. Engkau cantik jelita, cerdik pandai... ah, betapa bahagia hatiku."
"Saya hanya ingin melihat paduka memperoleh kedudukan yang tertinggi dan saya akan ikut merasakan kemuliaan paduka, kakangmas resi."
Hati sang resi makin menjadi girang dan dia segera
mempersiapkan segala sesuatunya untuk menjalankan siasat yang direncanakan bersama selirnya itu.
Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dikumpulkannya para pembantunya yang setia dan dikirim banyak mata-mata untuk menyelidiki gerak-gerik orang-orang yang menjadi sasarannya, terutama sekali gerak-gerik Patih Nambi, Joko Taruno dan Lembu Sora.
Resi Mahapati tidak bertindak tergesa-gesa. Jaring itu mulai dipasangnya dengan teliti dan rapat, karena dia ingin agar sekali bertindak akan memperoleh hasil yang sebaiknya. Dia maklum bahwa dia sedang mainkan suatu pekerjaan yang amat berbahaya dan kegagalan berarti bunuh diri, maka dia http://kangzusi.com
memperhitungkannya masak-masak dan tidak mau bertindak secara sembrono, menanti saat dan kesempatan yang sebaik mungkin.
Sementara itu, secara halus pula, tidak kentara dan tidak menyolok sehingga tidak ada yang tahu atau menduga bahwa sumbernya dari dia, Tumenggung Singosardulo mulai
menyebarkan berita tentang rahasia kematian Kebo Anabrang yang sesungguhnya tewas di tangan Lembu Sora. Hebat sekali desas-desus ini,seperti api dikipas angin, melanda seluruh istana, bahkan seluruh penduduk kota raja dalam waktu 170
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa bulan saja sudah membicarakannya dengan bisik-bisik dan dengan penuh ketegangan, kemudian berita itu menjalar ke luar kota raja.
Akan tetapi, tidak ada yang berani membicarakan desas-Lembu Sora sendiri yang tahu akan adanya desas-desus itu, hanya tenang dan dengan sikap gagah dan menanti akibat daripada perbuatannya itu. Bahkan untuk menjaga segala kemungkinan, tak lama kemudian, yaitu kurang lebih dua tahun setelah kematian Ronggo Lawe dan beberapa bulan setelah Aryo Wirorojo pindah ke Lumajang dan menjadi adipati di sana, Lembu Sora lalu mengungsikan keluarganya ke Lumajang sungguh pun dia sendiri masih tetap berada di Mojopahit dan setiap pertempuran selalu menghadiri di hadapan sang prabu dengan setia.
*d-w* "Paman empu dan paman resi, matahari mulai condong ke barat, kita harus mempercepat perjalanan kalau tidak kita akan kemalaman di hutan itu," kata Reksosuro yang jangkung bermata juling itu.
Mereka itu semua naik kuda. Reksosuro, pembantu resi Mahapati dan lima orang pengawal lain yang ke semuanya memiliki kepandaian tinggi. Enam orang ini mengiringkan dua orang kakek yang juga menunggang kuda dan melihat dua orang kakek itu menjalankan kuda perlahan-lahan sambil http://kangzusi.com
bercakap-cakap Reksosuro yang takut kemalaman di hutan itu membujuk mereka berdua agar mempercepat perjalanan.
Dua orang kakek itu adalah Empu Tanjungperak dan Resi Harimurti. Empu Tanjungperak adalah kakak seperguruan dari Resi Mahapati. Dia adalah seorang pertapa di pertapaan Tanjungperak yang terletak di Pantai Laut Jawa, di sebelah barat laut Tuban. Beberapa hari yang lalu, Reksosuro bersama lima orang kawannya datang menghadap kepada Empu
Tanjungperak menyerahkan surat undangan Resi Mahapati untuk kakak seperguruannya ini. Kebetulan sekali pada waktu 171
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, di pertapaan Tanjungperak sedang kedatangan seorang tamu, yaitu Resi Harimurti,seorang sahabat baik Empu Tanjungpetak, bahkan sudah mengenal pula Resi Mahapati dengan baik. Oleh karena itu, Empu Tanjungpetak lalu mengajak Resi harimurti untuk bersama-sama pergi
mengunjungi Resi Mahapati di Mojopahit.
Demikianlah, dua orang kakek yang terkenal memiliki kesaktian ini lalu diiringi oleh Resksosuro dan lima orang temannya, menuju ke Mojopahit dan pada sore hari itu mereka telah tiba di kaki Gunung Kendeng yang kaya akan hutan-hutan liar.
Bagi Reksosuro dan kawan-kawannya, perjalanan itu terlalu lamban, akan tetapi agaknya dua orang kakek itu lebih suka melakukan perjalanan lamban sambil menikmati
pemandangan alam yang indah di sepanjang perjalanan sambil bercakap-cakap.
"Reksosuro apa halangannya kalau kemalaman di dalam hutan?" Empu Tunjungpetak menjawab. "Melewatkan malam di hutan lebih menyenangkan. Kalian pergilah lebih dulu ke hutan itu, menanti kami di sana kalau perjalanan kami terlalu lambat bagi kalian."
"Baik, paman empu," jawab Reksosuro yang memang tidak sabar mengikuti perjalanan yang seenaknya dan perlahan-lahan itu. Dia memberi isyarat kepada teman-temannya dan http://kangzusi.com
menggeprak kudanya, maka membedalnya enam ekor kuda itu di depan, ke arah hutan yang nampak bergerombol dari situ. Sebentar saja mereka telah jauh meninggalkan dua orang kakek itu.
Setelah tiba dihutan, Reksosuro dan teman-temannya
meloncat turun dari atas panggung kuda masing-masing membiarkan tunggangan-tunggangan mereka makan rumput dan mereka sendiri duduk beristirahat melepaskan lelah.
172 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, sialan!" Reksosuro mengomel. "Mengikuti orang tua bangka itu sungguh menjemukan. Tidur di hutan, makan seadanya dan kita sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk mengaso dan bersenang-senang. Celaka, sekarang kita harus bermalam di dusun kan kita bisa mencari anak perawan yang boleh disuruh memijati tubuh yang lelah."
"Yang ada di sini hanya lutung (monyet hitam)!" kawannya mengomel.
"Kalau kau telah boleh menangkap lutung betina, suruh memijati..." seorang teman menggoda.
"Memijati hidungmu!" Reksosuro memaki "Aku heran sekali mengapa Sang Resi Mahapati mengudang kakek-kakek seperti itu!"
"Eh, kakang Reksosuro, apa kau lupa bahwa Sang Resi Mahapati sendiri juga seorang kakek-kakek?"
"Ah, kalau beliau lain lagi," bantah si jangkung juling. "Biar pun usianya sudah lanjut, akan tetapi tenaga dan
semangatnya melebihi orang muda. Lihat saja,kalau tidak begitu masa selirnya yang cantik itu menjadi begitu tunduk dan mencinta" Wah, beliau hebat sekali... ha-ha!" Dan mereka semua tertawa oleh kata-kata yang mengandung arti
kecabulan itu. "Siapa tahu kalau yang dua ini pun hebat!"
http://kangzusi.com
"Mestinya begitu karena paman Empu Tanjungpetak adalah kakak seperguruan Sang Resi Mahapati. Akan tetapi
kelihatannya begitu loyo dan lemas, tidak seperti sang resi."
Mereka bercakap-cakap sambil melepaskan lelah dan
menanti datangnya dua orang kakek yang tertinggal jauh sekali dan masih kelihatan jauh sekali dan masih belum kelihatan bayangannya itu. Tiba-tiba enam orang itu terkejut dan menoleh ke dalam hutan penuh perhatian, wajah mereka mendadak tidak lesu lagi, bahkan bersemangat. Mereka 173
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar suara orang, suara wanita! Suara wanita yang merdu menembang! Tembang Asmaradana yang mengisahkan Prabu Ramawijaya menangis,meratap, mengeluh karena
kehilangan Dewi Shinta.
Enam orang itu saling pandang dan mereka kagum sekali karena suara itu memang merdu dan terdengar amat janggal di dalam hutan yang lebat dan liar itu. Akan tetapi wajah mereka tegang dan gembira. Wanita yang dapat bertembang semerdu itu tentulah masih muda, dan sepantasnya cantik!
"Wah, dia tentu muda dan cantik...!" Reksosuro berkata mengutarakan suara hatinya yang menduga-duga.
"Belum tentu, kakang Reksosuro. Sudah sering sekali aku keliru, mendengar suara yang amat merdu akan tetapi orangnya jelek!" bantah temannya.
Akan tetapi tidak ada yang menanggapi karena semua
mata kini memandang ke dalam hutan. Suara tambang itu telah berhenti karena telah habis, akan tetapi kini muncul seorang dara remaja yang membuat enam orang itu menahan napas. Dara remaja itu usianya kurang lebih empat belas tahun dan tubuh yang dibungkus pakaian sederhana itu seperti buah mangga yang sedang ranum, matang belum akan tetapi mentah pun tidak, sedang segar-segarnya untuk dimakan dengan sambal pedas!
http://kangzusi.com
Kulitnya kuning langsat dan halus, akan tetapi di balik kulit tipis halus bersih itu mengandung kepadatan yang berisi, dengan urat-urat merah halus membayang di balik kulit.
Kakinya yang telanjang kelihatan bersih, seolah-oleh tidak pernah menginjak tanah becek. Tangan kirinya memondong seikat kelapa muda dan pisang,sedangkan tangan kanannya membawa setangkai bunga mawar merah yang besar dan
segar. Wajahnya bulat lebat dan panjang merupakan mahkota hidup yang indah menghias wajahnya. Sepasang matanya berkilat dan pandangnya tajam sekali,hidungnya kecil mancung dan mulutnya yang berbibir merah semringah itu 174
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu tersenyum. Pembawaan dara ini gembira dan jenaka, dapat dilihat dari senyum bibirnya dan sinar matanya, akan tetapi segala sesuatu di depannya, senyum sinis yang hanya dapat timbul dari seorang manusia yang telah banyak menderita kepahitan dan kekecewaan dalam hidupnya. Sukar mengatakan apakah dara remaja ini cantik dan manis, apakah ayu. Pendeknya semua itu ada padanya! Pada lehernya nampak seuntai kalung emas yang disambung dengan tali lawe sehingga tergantung panjang, dan hiasan kalung tersembunyi di antara buah dadanya yang mulai membusung tersembunyi di balik kain.
Enam orang yang memang selama dalam perjalanan
diutus ke Tanjungpetak itu telah merasa kesepian dan kehilangan hiburan wanita yang ketika di kota raja hampir setiap malam mereka nikmati, tentu saja memandang ke arah dara remaja itu seperti pandang mata orang-orang kehausan melihat air sejuk jernih. Pandang mata mereka seolah-olah hendak menelan dara itu bulat-bulat!
"Amboii... cantiknya!"
"Ayu manis dan mulus...!"
"Denok montok menggairahkan!"
"Manis, mari ikut dengan aku dan aku akan menceraikan biniku!"
http://kangzusi.com
"Sayang, menembanglah lagi... suaramu merdu..."
Enam orang itu ribut memuji-muji, akan tetapi dara remaja itu seperti terpesona oleh Reksosuro dan sejak tadi dia terus memandang kepada si jangkung juling ini,bahkan kini dia melangkah perlahan menghampiri. Langkahnya ini membuat mereka menelan ludah karena begitu lemah gemulai
lenggangnya sehingga menonjolkan lekuk lengkung tubuhnya yang ranum dan belum matang benar namun setiap seginya menjanjikan bentuk-bentuk yang tentu amat mempesonakan dalam beberapa tahun lagi.
175 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini dara itu berdiri dekat Reksosuro, wajah laki-laki itu terus diamatinya penuh perhatian, penuh selidik dan tak pernah berkedip sejak tadi setengah terbuka mengulum senyum, bergerak ketika bicara dan nampaknya sekilas deretan giginya yang kecil putih teratur rapi. "Bukankah andika ini Reksosuro!" teriak seorang pengawal dengan kagum dan iri.
Reksosuro membusungkan dadanya yang kerempeng,
mengurut kumisnya dengan bangga dan matanya yang juling itu sukar dikatakan melihat atau melirik ke mana karena mata ini selalu melirik ke arah yang tidak sedang dipandangnya.
Kemudian dia berkata dengan suara digagah-gagahkan. "ah, bocah ayu kuning... kiranya engkau telah mengenal namaku"
Ha-ha, wajahmu yang manis ini memang tidak asing
bagiku,akan tetapi aku telah lupa lagi di mana aku pernah bertemu dengamu, perawan ayu!"
"ah, benarkah engkau telah lupa, Reksosuro" Dan mana kawanmu itu yang bernama Darumuko?"
"Eh, kau mengenal dia juga" Siapa kau dan mau apa kau mencari kami?" Reksosuro mengingat-ingat akan tetapi tetap saja dia lupa.
Dara itu tersenyum manis bukan main melebihi
madumongso, lalu dia melangkah maju mendekat ke depan reksosuro sehingga pria ini menjadi makin tertarik. "Aku ingin http://kangzusi.com
memberi hadiah ciuman!" teriak seorang temanya.
"Dan jangan pelit, kakang Reksosuro, beri bagian sedikit-sedikit kepada kami!"
Reksosuro yang sudah kegirangan itu menggerakkan
tangan menyuruh teman-temannya diam, lalu dia bertanya,
"Cah ayu, hadiah apa yang hendak kau berikan kepadaku?"
Dara itu menggerakkan setangkai bunga mawar yang
dipegang di tangan kanannya,lalu berkata, "Hadiah ini..."
176 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"kembang...?"
Tiba-tiba dara itu menggerakkan tangan kanannya yang memegang bunga mawar dan tangan yang berkulit halus mulus dan bentuknya kecil mungil dengan jari-jari tangan panjang meruncing itu menyambar dengan kecepatan kilat ke arah muka reksosuro.
"Prakkkk...! Aduhhhh!!" Tubuh reksosuro terpelanting dan dia terbanting roboh,mengaduh-aduh dan memegangi
rahangnya yang ternyata telah pecah terkena sambaran tangan kecil itu. Tulang rahangnya patah dan bibirnya pecah-pecah berdarah!
"Itu untuk penghinaanmu kepadaku, jahanam. Dan kini nyawamu kucabut untuk membalaskan penghinaanmu atas jenazah mbakayuku!" Dara itu berkata.
Sekarang teringatlah Reksosuro dan matanya yang juling itu tebelalak dan makin menjuling. Inilah Sulastri, adik Winarti yang dulu ditangkapnya akan tetapi ditolong oleh Setan Jembros itu!
"Bocah setan...!" Dia memaki sambil memegangi rahangnya dan suaranya menjadi pelo. "Kawan-kawan... tangkap dia!"
Reksosuro menahan rasa nyeri pada rahangnya dan dia sudah meloncat bangun. Lima orang pengawal yang menjadi anak buah Reksosuro terkejut bukan main melihat gadis cantik itu http://kangzusi.com
Memanah Burung Rajawali 23 Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Dendam Iblis Seribu Wajah 23
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama