Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo Bagian 5
tidak setuju kalau putera tunggal mereka menikahi seorang
gadis pelayan. Terjadi pertentangan, akan tetapi Pangeran Ciu
Wan Kong tidak berani menentang ayah ibunya. Ketika Cui
Eng melahirkan seorang bayi perempuan, orang tua Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciu Wan Kong menjadi lebih marah dan kecewa. Andaikata
anak itu terlahir laki-laki, mungkin akan berbeda nasib Cui
Eng. Akan tetapi anaknya terlahir perempuan dan ia serta
ayahnya lalu diusir dari gedung itu!
Sesungguhnya Pangeran Ciu Wan Kong amat mencinta Cui
Eng, akan tetapi dia tidak berani menentang kehendak orang
tuanya. Dia hanya dapat diam-diam memberi bekal
secukupnya kepada Ciu Sam dan Cui Eng. Ayah, anak dan
cucu yang masih bayi itu terpaksa meninggalkan kota raja,
hendak pulang ke dusun kampung kelahiran mereka. Akan
tetapi ketika mereka naik perahu di Sungai Kuning yang ketika
itu sedang banjir, terjadilah musibah itu. Perahu mereka
terguling dan bayinya terlepas dari pondongannya! Ia hanyut
dan menjerit-jerit sekuatnya memanggil anak dan ayahnya
yang hanyut terpisah darinya. Akhirnya ia pingsan dan tidak
ingat apa-apa lagi!
Ketika ia s iuman, tahu-tahu ia te lah berada di pondok yang
berada di Puncak Bukit Kera ini. Ternyata ia telah
diselamatkan oleh seorang datuk besar persilatan, yaitu Bu
Beng Kiam-sian (Dewa Pedang Tanpa Nama) yang bertapa di
Bukit Kera. Datuk itu menyelamatkannya dari air sungai
Huang-ho, mengobatinya sehingga ia selamat dari maut, akan
tetapi berada dalam keadaan lupa ingatan dan sering pingsan.
Bu Beng Kiam-sian membawanya ke Bukit Kera dan sete lah
seminggu dirawat, barulah ia siuman dan sadar betul. Sambil
menangis ia menceritakan riwayatnya dan mohon kepada
penolongnya untuk mencarikan ayahnya dan bayinya yang
hanyut pula di Sungai Kuning. Bu Beng Kiam-sian segera pergi
ke Sungai Kuning untuk mencari Cui Sam dan bayi itu, akan
tetapi karena peristiwa itu terjadi seminggu yang lalu, dia
tidak dapat menemukan apa-apa. Akhirnya dia kembali ke
Bukit Kera dan menceritakan kepada Cui Eng bahwa
pencariannya tidak berhasil dan sedikit sekali kemungkinannya
ayah dan bayinya itu dapat selamat dari air sungai yang
sedang banjir itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, sejak itu Cui Eng yang sudah kehilangan
segala-galanya yang membuat ia terkadang bosan hidup,
akhirnya menjadi murid Bu Beng Kiam-sian yang merasa iba
kepadanya. Cui Eng seolah menjadi manusia baru. Kalau dulu
ia seorang wanita lemah, kini ia menjadi seorang wanita yang
sakti. Juga dari Bu Beng Kiam-sian ia mendapat banyak
pelajaran tentang hidup dan ini membuat ia dapat
melanjutkan kehidupannya. Akan tetapi ia telah menjadi
manusia lain. Ia membuang namanya dan sepuluh tahun
kemudian, setelah ia menjadi seorang wanita yang benarbenar tangguh, Bu Beng Kiam-sian memberinya nama Imyang Sian-kouw. Nama ini diberi mengingat bahwa ia adalah
seorang ahli ilmu Im-yang Kiam-hoat (Ilmu Pedang Im Yang)
dari Im-yang Posan (Ilmu K ipas Im Yang). Pada waktu itu, Bu
Beng Kiam-sian membawa pulang Si Han Bu, anak yatim piatu
yang ayah ibunya terbunuh oleh pasukan Wu Sam Kwi. Imyang Sian-kouw mendidik Si Han Bu menjadi muridnya sampai
sekarang. Kini, Bu Beng Kiam-sian telah meninggal dunia
karena usia tua selama hampir dua tahun yang lalu. Kini Imyang Sian-kouw tinggal berdua dengan Si Han Bu di Puncak
Bukit Kera, ditemani seorang wanita janda tua dari dusun di
kaki bukit. Ia telah berusia empat puluh satu tahun dan Si Han
Bu kini telah menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa
berusia sekitar dua puluh dua tahun!
Im-yang Sian-kouw terusik dari lamunannya ketika seorang
wanita tua berusia lima puluh tahun keluar dari dalam pondok
membawa sebuah baki berisi poci dan cawan teh.
"Silakan minum Sian-kouw," kata wanita pelayan itu.
Dengan suara lembut Im-yang Sian-kouw menjawab.
"Biarlah, kau taruh di atas meja dalam pondok dulu, Bibi Cong,
aku belum ingin minum."
Bibi Cong mengangguk lalu kembali ke dalam pondok.
Wanita ini sudah menjadi janda sejak berusia tiga puluh tahun
dan begitu Bu Beng Kiam-sian membawa Cui Eng pulang dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puluh tahun yang lalu, orang sakti itu lalu minta bantuan Bibi
Cong untuk merawat Cui Eng dan membantu pekerjaan
rumah. Sejak itu, Bibi Cong tidak pernah meninggalkannya
dan menjadi pembantu atau pelayan yang sudah dianggapnya
sebagai bibinya sendiri oleh Cui Eng atau Im-yang Sian-kouw.
Setelah kemunculan Bibi Cong tadi membuyarkan
lamunannya, kini Im-yang Sian-kouw mengenangkan ayah
dan bayinya. Apakah ayahnya, Cui Sam masih hidup" Dan
bagaimana dengan bayinya yang belum sempat ia beri nama
itu" Agaknya tidak mungkin bayi yang masih demikian kecil
dan lemah itu dapat bertahan hidup hanyut di sungai yang
sedang banjir. Ia menghela napas panjang.
"Aih, pagi-pagi begini Subo sudah melamun dan menghela
napas panjang! Subo, teecu (murid) ambilkan minum teh, ya?"
Im-yang Sian-kouw tersenyum dan memandang kepada
muridnya yang telah berdiri di depannya, pemuda gagah
perkasa dan tampan, tanpa memakai baju dan dadanya yang
bidang penuh dengan keringat sehingga berkilau terkena
cahaya matahari pagi. Segala sesuatu tampak cerah kalau
pemuda itu hadir di dekatnya. Melihat wajahnya saja yang
penuh senyum cerah, bukan hanya mulutnya yang tersenyum,
bahkan sinar matanya pun turut tersenyum, hati terasa
gembira. Muridnya inilah yang bagaikan sinar terang
terkadang mengusir kegelapan dari hati Im-yang Sian-kouw
yang timbul kalau ia teringat akan ayahnya dan puterinya.
"Han Bu, cepat pergi mandi dan bertukar pakaian. Jangan
bertelanjang baju seperti ini atau orang akan mengira engkau
monyet penghuni Bukit Kera ini."
"Wah, memang sudah ada yang memaki teecu sebagai
monyet, Subo."
"Eh, siapa yang berani memakimu sebagai monyet?" tanya
Im-yang Sian-kouw, penasaran juga mendengar muridnya
dimaki orang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa lagi kalau bukan Wan Kim Hui yang galak itu, Subo!
Akan tetapi teecu tidak marah lho, teecu malah senang dimaki
seperti monyet."
"Hemm, engkau senang dimaki seperti monyet karena yang
memaki itu gadis cantik jelita! Bukankah begitu?"
"Yah, bukan cuma itu, Subo. Akan tetapi jauh lebih baik
dimaki seperti monyet daripada seperti orang, bukankah
begitu" Seperti monyet berarti bukan monyet, akan tetapi
kalau dimaki seperti orang berarti bukan orang!"
Im-yang Sian-kouw tertawa, "He-heh, sudahlah, cepat
mandi sana. Setelah mandi dan berganti pakaian, baru engkau
boleh bawakan teh untukku dan aku ingin bicara penting
padamu." "Baik, Subo. Semua yang Subo ucapkan selalu amat
penting bagi teecu!" Dia lalu berlari menuju ke pancuran air
yang berada di belakang pondok, diikuti tawa gurunya. Imyang Sian-kouw amat sayang kepada muridnya itu. Si Han Bu
merupakan segala-galanya baginya. Ia telah kehilangan
ayahnya, kehilangan suaminya, kehilangan puterinya, kehilangan gurunya. Kini hanya tinggal Si Han Bu yang
merupakan pengganti dan ia menganggapnya sebagai
anaknya sendiri. Dan ia merasa puas dengan bakat yang
dimiliki Han Bu. Semua ilmunya yang ia dapatkan dari
mendiang Bu-beng Kiam-sian telah ia turunkan kepada Han
Bu. Bahkan juga ilmu pengobatan yang penting telah dikuasai
Han Bu. Anak itu pun walau tidak dapat dibilang ahli sastra,
namun pengertiannya cukup tentang kehidupan, dan yang
penting tidak buta huruf. Kiranya yang dimiliki pemuda itu
sudah dapat dipakai sebagai bekal atau modal untuk terjun ke
dunia ramai. Tak lama kemudian, Si Han Bu sudah muncul kembali
dalam keadaan segar, sudah mandi dan rambut serta
pakaiannya sudah rapi. Dia membawa baki berisi poci dan
cawan air teh itu dan dengan lincahnya dia meletakkan baki di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas meja batu di depan gurunya. Dia sendiri lalu duduk di
sebuah bangku batu lain yang lebih kecil, di seberang meja,
berhadapan dengan gurunya.
"Silakan minum air teh, Subo," katanya sambil menuangkan
air teh yang masih panas dari poci ke dalam cawan. Im-yang
Sian-kouw mengambil cawan itu lalu minum perlahan-lahan.
Memang sedap sekali minum air teh yang pahit sepat dan
sedap harum di waktu pagi seperti itu.
Setelah minum dua cawan kecil air teh, Im-yang Sian-kouw
memandang muridnya dan berkata dengan suara serius.
"Han Bu, ingatkah engkau, berapa lamanya engkau berada
di Puncak Bukit Kera ini dan mempelajari ilmu sejak engkau
dibawa mendiang Suhu Bu Beng Kiam-sian ke sini?"
Han Bu memandang gurunya dengan sinar mata heran,
akan tetapi dia merasakan kesungguhan dalam suara gurunya
itu, maka dia pun menjawab. "Subo setiap tahun baru yang
dirayakan penduduk di kaki bukit, teecu menghitung dan
sudah terjadi dua belas kali sejak teecu berada di sini. Berarti
sudah dua belas tahun, benarkah itu, Subo?"
Im-yang Sian-kouw mengangguk lalu bertanya lagi. "Jadi
kalau begitu, sekarang ini berapa sudah usiamu?"
"Dulu sepuluh ditambah dua belas, jadi dua puluh dua
tahun, Subo. Akan tetapi... mengapa Subo menanyakan umur
teecu" Apakah teecu mau di... kawinkan...?"
Im-yang Sian-kouw tersenyum geli. "Bocah tolol!" Ia
terpaksa memaki sayang. "Kalau kau kawin, cari sendiri
jodohmu. Setelah bertemu, baru aku akan mengurus
perkawinanmu. Jangan macam-macam, aku mau bicarakan
sesuatu yang penting padamu. Buka telingamu lebar-lebar dan
dengarkan baik-baik."
"Baik, baik, Subo! Teecu dengarkan!" Dia memiringkan
kepalanya dan menghadapkan telinganya kepada gurunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga melihat gaya ini, kembali Im-yang Sian-kouw tidak
dapat menahan tawanya,
"Beginikah, Han Bu. Engkau sekarang sudah cukup dewasa,
bukan anak-anak lagi. Maka sudah sepantasnya engkau turun
gunung, memasuki dunia ramai, memanfaatkan semua ilmu
yang telah kaupelajari di sini untuk bertindak sebagai seorang
pendekar pembela kebenaran dan keadilan. Tinggalkan
tempat ini, Han Bu, dan bersikap serta bertindaklah yang
benar, sesuai dengan semua ajaran yang kau terima dari
mendiang Suhu Bu Beng Kiam-sian dan dariku."
Mendengar keseriusan sikap dan suara gurunya, tiba-tiba
Han Bu bersikap lain. Lenyaplah semua kejenakaannya dan
dia lalu turun dari bangku batunya lalu menjatuhkan diri
berlutut di depan batu yang diduduki gurunya.
"Subo... bagaimana teecu dapat meninggalkan Subo sendiri
di sini" Apakah Subo... mengusir teecu" Lalu, ke mana teecu
akan pergi, Subo...?"
Im-yang Sian-kouw tersenyum, lalu mengetuk kepala
pemuda itu. "Anak bodoh, duduklah. Sudah kukatakan tadi, dengarkan
aku baik-baik dan jangan menyangka yang bukan-bukan.
Duduklah!" Pemuda itu bangkit dan duduk kembali, akan
tetapi wajahnya kehilangan kegembiraannya.
"Maaf, Subo. Nah, jelaskanlah mengapa teecu harus pergi,
Subo. Teecu akan mendengarkan dengan baik."
"Pertama, engkau telah dewasa dan tidak ada lagi yang
dapat kaupelajari di sini, maka sebaiknya engkau menambah
pengetahuanmu dengan menimba pengalaman dari luar. Ke
dua, sesuai dengan keinginan mendiang Suhu Bu Beng Kiamsian dan aku sendiri, engkau seyogianya menjadi seorang
pembela kebenaran dan keadilan dan untuk itu engkau harus
terjun di dunia ramai dan mengamalkan semua kepandaian
yang telah kaupelajari dengan susah payah selama sepuluh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun lebih ini agar tidak sia-sia bagi aku yang mengajar dan
engkau yang belajar. Dan ke tiga, aku ingin engkau dapat
menolong aku."
Mendengar alasan ke tiga ini, seketika Han Bu menjadi
bersemangat sekali. "Subo, tentu saja teecu selalu siap sedia
untuk membantu Subo. Cepat perintahkan Subo, apa yang
harus teecu lakukan untuk Subo?"
"Sebelumnya, dengarkan dulu riwayatku, Han Bu. Gurumu
ini dua puluh tahu yang lalu mengalami ma lapetaka yang
mengakibatkan aku kehilangan ayah, suami, dan seorang anak
perempuan yang masih bayi." Im-yang Sian-kouw menceritakan pengalamannya. Betapa ia dahulu sebagai
pelayan keluarga Pangeran Ciu telah diperisteri Pangeran Ciu
Wan Kong, akan tetapi setelah melahirkan seorang anak
perempuan, terpaksa pergi bersama ayahnya yang juga
menjadi pelayan di sana karena orang tua Pangeran Ciu tidak
setuju putera mereka menikah dengan seorang pelayan yang
melahirkan seorang anak perempuan! Kemudian betapa
bersama ayahnya yang duda ia membawa bayinya pergi
dengan niat pulang ke kampung halamannya, akan tetapi
perahu mereka terbalik di Sungai Kuning sehingga ia
kehilangan ayah dan anaknya.
Mendengar kisah ini, wajah Han Bu berubah merah dan
sambil mengepal tinju dia berseru. "Keparat pangeran itu!
Mengapa Subo tidak menghajarnya"!"
"Jangan memaki dia, Han Bu!" Im-yang Sian-kouw
menegur muridnya. "Pangeran Ciu Wan Kong sayang
kepadaku, akan tetapi dia lemah dan taat kepada orang
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tuanya. Pada waktu itu, aku adalah seorang wanita yang
lemah, tidak mampu melawan dan terpaksa pergi bersama
Ayah dan anakku. Akan tetapi... entah bagaimana nasib
ayahku dan anakku... ahh, kalau aku ingat, rasanya lebih baik
kalau pada waktu itu aku mati saja bersama mereka! Anakku
masih bayi, terseret air Sungai Huang-ho yang sedang banjir,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak dapat diharapkan dapat bertahan hidup...." Kedua mata
Im-yang Sian-kouw menjadi kemerahan dan basah.
Han Bu ikut merasa sedih dan terharu. "Kasihan sekali,
tidak teecu sangka nasib Subo dahulu demikian buruknya.
Subo menjadi sebatang kara...."
Im-yang Sian-kouw sudah dapat menguasai perasaannya
dan ia berkata. "Han Bu, kukira nasibmu juga tidak lebih baik,
engkau juga kehilangan ayah ibu dan menjadi sebatang kara.
Sekarang dengarkan ceritaku lebih lanjut. Ketika aku terseret
air Sungai Kuning yang sedang banjir, dalam keadaan tidak
sadar aku diselamatkan oleh mendiang Suhu Bu Beng Kiamsian dan sejak itu aku menjadi muridnya. Seminggu kemudian
setelah aku sadar dan menceritakan nasibku kepada Suhu,
Suhu pergi mencari anakku dan ayahku, akan tetapi hasilnya
sia-sia. T entu ayahku dan anakku sudah terseret air banjir itu
dan... dan mungkin mereka telah tewas...."
"Subo, apa yang dapat teecu lakukan untuk Subo"
Perintahkan, Subo, sekarang juga akan teecu taati dan
laksanakan!"
"Kalau engkau sudah turun gunung dan terjun ke dunia
ramai sebagai seorang pendekar, tolonglah aku, coba engkau
cari keterangan dan cari ayahku dan kalau mungkin anakku."
"Siapakah nama mereka, Subo?"
"Ayahku bernama Cui Sam, kalau masih hidup usianya
sekarang tentu sudah enam puluh enam atau enam puluh
tujuh tahun. Dia berasal dari dusun Kia-jung di sebelah selatan
Thian-cin. Carilah keterangan di sana."
"Baik, Subo. Dan puteri Subo itu, siapa namanya dan
berapa usianya sekarang?"
"Sekarang tentu berusia sekitar dua puluh tahun. Adapun
namanya, ahhh... ketika itu aku berada dalam keadaan sedih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bingung setelah diusir dari gedung Pangeran Ciu sehingga
aku belum sempat memberi nama kepada anakku...."
Melihat subonya sedih lagi, Han Bu cepat berkata. "Jangan
khawatir, Subo! T eecu akan menyelidiki tentang seorang gadis
berusia sekitar dua puluh tahun yang ketika bayi tercebur ke
air Sungai Kuning dan terseret arus air! Juga teecu akan
mudah mengenalnya kalau dapat bertemu dengannya, karena
ia pasti cantik jelita dan wajahnya seperti wajah Subo!" Han
Bu berhenti sebentar, memandang wajah gurunya lalu berkata
lagi. "Dan teecu akan mengunjungi Pangeran Ciu Wan Kong
itu!" Mendengar suara yang bernada mengancam dari muridnya,
Im-yang Sian-kouw berkata.
"Han Bu, ingat ini! Engkau boleh menyelidiki dan melihat
keadaan Pangeran Ciu Wan Kong sekarang. Usianya tentu
sekitar lima puluh tahun lebih. Akan tetapi sekali lagi
kuingatkan, dia sama sekali tidak membenciku, tidak bersalah,
maka jangan sekali-kali engkau mengganggunya! Lihat
keadaannya agar kelak engkau dapat menceritakan kepadaku."
"Subo," kata Han Bu terharu. "Dia sudah menyia-ny iakan
Subo, akan tetapi Subo masih penuh perhatian kepadanya.
Sungguh berbahagia sekali pangeran itu yang menerima cinta
kasih demikian murni dan besar seperti cinta kasih Subo
kepadanya."
Im-yang Sian-kouw menghela napas panjang. "Aku yakin
dia pun amat menderita, kehilangan isteri dan anaknya, Han
Bu. Karena itu, jadikanlah pengalaman gurumu ini sebagai
pelajaran. Jangan engkau mudah terperangkap dalam cinta,
harus kauselidiki dengan teliti lebih dulu apakah keadaan
orang yang kaucinta itu sesuai denganmu dan sudah tepat
benar untuk menjadi jodohmu. Cinta dapat membuat orang
hidup bahagia, akan tetapi juga dapat membuat orang
menderita. Nah, sekarang berkemaslah, Han Bu. Ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peninggalan Suhu Bu Beng Kiam-sian, kuberikan kepadamu
untuk bekalmu dalam perjalanan." Im-yang Sian-kouw
mengambil sebatang pedang dan sekantung uang emas yang
sudah ia persiapkan sebelumnya.
"Pedang Im-yang-kiam, Subo?"
"Benar, pedang pusaka ini dahulu ikut mengangkat nama
besar Kakek Gurumu di dunia kang-ouw. Karena itu, engkau
harus mempergunakan untuk membela kebenaran dan
keadilan sehingga berarti engkau menjunjung tinggi dan
mempertahankan nama besar dan kehormatan Kakek
Gurumu." Han Bu menerima pedang dan sekantung uang emas itu,
lalu masuk pondok membuat persiapan dan berkemas. Dia
membungkus pakaian dan sekantung uang itu dengan sehelai
kain kuning yang lebar, kemudian menggendong buntalan itu
di punggungnya. Pedang Im-yang-kiam itu dia gantungkan di
pinggangnya. Setelah keluar dia lalu menjatuhkan diri berlutut
di depan bangku batu yang diduduki gurunya.
"Subo, teecu pamit, mohon bekal dan doa restu dari Subo."
"Baiklah, Han Bu. Akan tetapi ada sebuah hal lagi yang
perlu kita bicarakan sebelum engkau berangkat. Ingat, jangan
sekali-kali engkau melibatkan diri dalam urusan negara dalam
perang. Orang tuamu tewas sebagai korban perang, maka
tidak semestinya engkau memusuhi Jenderal Wu Sam Kwi.
Juga tidak perlu engkau memusuhi Pemerintah Penjajah
Mancu. Jangan pula terlibat dan membantu para pemberontak. Pendeknya, jangan libatkan dirimu dalam
pertikaian perebutan kekuasaan. Engkau harus selalu
berpegang kepada kebenaran. Siapa pun dia, baik dari pihak
Wu Sam Kwi, dari pihak Pemerintah Mancu, atau pihak
pemberontak, kalau dia melakukan kejahatan terhadap rakyat,
harus kautentang! Akan tetapi siapa pun dia dari pihak mana
pun, yang bertindak dan diperlakukan tidak adil, patut
kaubela. Mengertikah engkau, Han Bu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Teecu mengerti, Subo. Sekarang teecu hendak berangkat.
Selamat tinggal, Subo. Harap Subo menjaga diri baik-baik."
"Selamat jalan, Han Bu dan jaga dirimu baik-baik."
Han Bu memberi hormat sambil berlutut, lalu bangkit
berdiri dan hendak pergi. Pada saat itu, nenek pelayan mereka
muncul. "Nak Han Bu, berhati-hatilah menjaga dirimu!" kata nenek
itu, suaranya mengandung isak tertahan. Maklum, nenek inilah
yang selalu bersama Han Bu sejak pemuda itu berada di situ
selama hampir dua belas tahun yang lalu.
"Selamat tinggal, Bibi Cong!" kata Han Bu, lalu pemuda itu
berlari cepat turun Puncak Bukit Kera. Bayangannya diikuti
pandang mata dua orang wanita itu sampai lenyap.
(Oo-dwkzoO) Ciu Thian Hwa memenuhi panggilan Kaisar Shun Chi
melalui ayahnya yang hari itu menghadap Sribaginda Kaisar.
Ia diminta datang seorang diri, akan tetapi Kaisar memesan
agar ia memasuki istana dengan diam-diam agar tidak
diketahui siapa pun.
Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa menggunakan ilmunya,
bergerak di malam hari itu, hanya bayangannya yang
berkelebatan sehingga tidak ada yang dapat melihatnya ketika
ia akhirnya memasuki ruangan di mana Kaisar Shun Chi sudah
menunggu seorang diri. Begitu Thian Hwa muncul, Kaisar
Shun Chi memberi isyarat agar gadis itu mengikutinya dan
melalui sebuah pintu rahasia, Kaisar Shun Chi mengajak Thian
Hwa memasuki sebuah ruangan rahasia.
Begitu berada dalam ruangan itu, Thian Hwa segera
menjatuhkan diri berlutut di depan Sribaginda Kaisar. Akan
tetapi Kaisar Shun Chi segera memegang kedua pundaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menyuruhnya bangkit dan duduk di atas kursi,
berhadapan dengan kaisar itu.
"Thian Hwa, engkau sengaja kami panggil untuk datang
seorang diri, karena kami menemui kesulitan untuk
melaksanakan rencana kami semula. Berita bahwa kami telah
meninggal dunia memang tidak sukar dilakukan, akan tetapi
yang amat sukar adalah lolosnya kami dari istana. Kiranya
amat sukar keluar dari istana tanpa diketahui orang, apalagi
kami mendapat tanda-tanda bahwa kepala Thaikam agaknya
patut dicurigai."
Thian Hwa terkejut. "Paduka maksudkan, Thaikam Boan
Kit?" Kaisar mengangguk, lalu menghela napas panjang. "Aih,
melihat ulah manusia-manusia yang lemah sehingga mereka
menghalalkan segala cara sesat untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan, sungguh menyedihkan sekali. Pantaslah
banyak orang meniru sikap Sang Buddha yang meninggalkan
semua kemewahan dan kesenangan duniawi yang amat
mempengaruhi jiwa menimbulkan kejahatan dan penderitaan,
pergi mengasingkan diri dari keramaian. Agaknya Boan
Thaikam telah dipengaruhi oleh mereka yang memperebutkan
tahta kerajaan. Gerak-geriknya mencurigakan sekali. Karena
itulah, aku sengaja memanggilmu secara diam-diam untuk
menjaga keamananku sebelum aku berhasil keluar dari istana
tanpa diketahui orang lain, T hian Hwa."
"Baik, Paman Kaisar! Hamba siap melakukan tugas karena
pada saat ini, penjagaan keselamatan Pangeran Mahkota
cukup kuat. Selain ada dua orang murid Siauw-lim-pai yang
membantu Paman Pangeran Bouw Hun Ki, juga pasukan
pengawal penjaga keamanan kini telah diperkuat."
"Bagus kalau begitu, akan tetapi aku tidak ingin mereka
yang berhati khianat mengetahui bahwa engkau melakukan
penjagaan di dalam istana, maka sebaiknya engkau menyamar
sebagai seorang prajurit pengawal pribadi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, Thian Hwa lalu menyamar sebagai seorang
prajurit pengawal muda, dibantu oleh seorang pelayan pribadi
Kaisar yang telah diyakini kesetiaannya. Thian Hwa sebagai
seorang pengawal pribadi tidak pernah jauh dari Sribaginda
Kaisar dan selalu waspada menjaga keselamatannya.
(Oo-dwkzoO) Tiga hari kemudian. Malam itu hawanya dingin sekali
menembus sampai ke dalam istana sehingga para penghuni
istana sudah memasuki kamar masing-masing mencari
kehangatan. Sribaginda Kaisar Shun Chi juga sudah memasuki
kamar dan duduk bersamadhi seperti yang biasa dia lakukan
setiap hari. Suasananya amat sunyi di dalam istana.
Ketika Thaikam Boan Kit yang menjadi kepala para Thaikam
bersama dua orang Thaikam lain berjalan melakukan
perondaan di bagian dalam istana, para pengawal yang
bertugas di dalam istana tidak menaruh curiga. Memang
sudah menjadi kewajiban dan kebiasaan kepala Thaikam itu
untuk mengadakan perondaan seperti itu.
Ketika Boan Thaikam berjalan menuju ke kamar Kaisar,
lima orang prajurit pengawal yang menjaga di luar kamar
segera bangkit dari duduknya dan berdiri tegak, berjajar lalu
memberi hormat kepadanya. Boan Thaikam dan dua orang
temannya menghampiri mereka.
"Bagaimana keadaan malam ini?" tanya Boan Thaikam
sambil mendekat.
"Baik-baik dan aman, Thaijin!" lapor seorang di antara lima
pengawal itu. Tiba-tiba sekali, Boan Thaikam dan dua orang pembantunya bergerak cepat bukan main dan lima orang
prajurit pengawal itu roboh tanpa dapat mengeluarkan suara.
Mereka telah tertotok dan pingsan. Boan Thaikam dan dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang pembantunya cepat menyeret mereka ke sebuah taman
kecil dekat situ dan menyembunyikan tubuh mereka di balik
semak-semak bunga. Sebelum meninggalkan kelima orang itu,
Boan Thaikam dan dua orang temannya menggunakan
pedang membunuh mereka. Setelah itu, mereka menghampiri
kamar Kaisar dan hampir tanpa mengeluarkan suara, Boan
Thaikam menggunakan tenaganya untuk membuka daun pintu
kamar. Kamar itu hanya remang-remang karena di meja hanya
bernyala sebuah lilin kecil yang ditutup warna kebiruan. Akan
tetapi mereka dapat melihat dengan jelas Kaisar yang duduk
bersila di atas pembaringan, tertutup tirai kelambu tipis dan
tembus pandang. Boan Thaikam menutupkan kembali daun
pintu kamar itu dengan rapat lalu memberi isyarat kepada dua
orang pembantunya untuk berdiri menjaga di sebuah pintu
tertutup yang menembus ke kamar itu. Tanpa mengeluarkan
suara, dengan gerakan kaki ringan, dua orang yang
berpakaian sebagai Thaikam itu lalu melangkah dan berdiri di
dekat pintu yang menembus ke kamar atau ruangan lain.
Tiba-tiba daun pintu tembusan itu terbuka dan sebelum
dua orang Thaikam itu sempat berbuat sesuatu, ada empat
sinar kecil putih menyambar ke arah mereka. Dua orang itu
roboh dan tak mampu bangun lagi karena tepat di dahi
mereka masing-masing telah menancap dua batang Pek-hwaciam (Jarum Bunga Putih) yang membuat mereka tewas
seketika. Pada saat itu, Boan Thaikam sedang menghampiri
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pembaringan Kaisar dan mengangkat pedangnya membacok
tubuh Kaisar yang duduk bersila.
Sesosok bayangan berkelebat cepat sekali dan sebatang
pedang menangkis pedang yang oleh Boan Thaikam
dibacokkan ke arah tubuh Kaisar di balik kelambu.
"Singg... tranggg...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boan Thaikam terkejut bukan main dan cepat dia melompat
ke belakang karena tangannya tergetar hebat ketika
pedangnya tertangkis tadi. Dia melihat seorang prajurit
pengawal muda bertubuh ramping dan berwajah tampan
berdiri di depannya, memegang sebatang pedang. Ketika dia
melihat dua orangnya menggeletak tak bergerak, dia menjadi
semakin panik. Akan tetapi Thian Hwa yang menyamar
sebagai prajurit pengawal itu tidak memberi kesempatan
kepadanya untuk melarikan diri karena ia sudah menerjang
dengan lompatan kilat. Boan Thaikam terpaksa melawan dan
mereka pun bertanding dengan seru dan mati-matian di kamar
Kaisar itu. Kaisar Shun Chi sadar dari samadhinya dan dia menonton
perkelahian itu. Dia tidak heran melihat Boan Thaikam
bertanding melawan Thian Hwa. Tentu Thaikam khianat itu
tadinya hendak membunuhnya dan Thian Hwa menghalanginya. Dia tetap duduk di atas pembaringan dan
menonton perkelahian itu. Jantungnya berdebar tegang,
khawatir kalau Thian Hwa kalah. Dia tidak khawatir dirinya
dapat terbunuh, melainkan mengkhawatirkan keselamatan
keponakannya itu. Akan tetapi kekhawatirannya lenyap ketika
dia melihat dua orang Thaikam telah menggeletak di dekat
pintu tembusan dan dalam perkelahian itu dia melihat dengan
jelas betapa Thian Hwa mendesak lawannya.
Boan Thaikam yang berusia sekitar lima puluh tahun itu
ternyata lihai juga. Ilmu pedangnya cukup hebat sehingga dia
mampu mempertahankan diri membuat perlawanan sengit
kepada T hian Hwa. Akan tetapi setelah Thian Hwa mengubah
ilmu pedang K wan-im Kiam-hoat menjadi Huang-ho Kiam-hoat
yang istimewa, pedangnya berubah menjadi sinar yang
bergulung-gulung bagaikan ombak Sungai Huang-ho, Boan
Thaikam menjadi terdesak hebat. Hal ini disebabkan pula
karena Boan Thaikam telah menjadi gentar dan panik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hyaattt...!" Thian Hwa menyerang dahsyat, pedangnya
berputar dan menyambar-nyambar ke arah kepala dan leher
lawan. Boan Thaikam yang tidak mampu balas menyerang,
hanya menangkis dan mengelak saja. Serangan hebat itu
membuat dia menjadi terhuyung ke belakang dan tiba-tiba
kaki kiri T hian Hwa mencuat dan menendang perutnya.
"Bukkk...!"
Tubuh Boan Thaikam terlempar dan terjengkang. "Tangkap dia!" terdengar Kaisar Shun Chi berkata kepada
Thian Hwa. Gadis itu melompat ke depan hendak menangkap
Boan Thaikam, akan tetapi Thaikam yang maklum bahwa dia
tidak mungkin dapat meloloskan diri lagi, tiba-tiba menggorok
leher sendiri dengan pedangnya dan tewas seketika!
Melihat ini, Thian Hwa berdiri bengong dan Ka isar Shun Chi
turun dari pembaringannya. Peristiwa itu terjadi dalam
kamarnya, tidak terdengar orang lain karena pintu kamar
tertutup rapat dan perkelahian tadi sama sekali tidak
menimbulkan suara gaduh.
Thian Hwa menyalakan dua batang lilin lain sehingga
kamar itu menjadi terang. Ia memandang ke arah mayat Boan
Thaikam penuh kebencian.
"Paduka benar, Pamanda Kaisar. Pengkhianat jahanam ini
benar-benar hendak berbuat jahat dan keji terhadap Paduka.
Biar hamba memanggil kepala pengawal agar semua orang
mengetahui akan pengkhianatan ini!"
"Jangan...!"
Thian Hwa memandang kaisar itu dengan heran.
"Dengarkan, Thian Hwa, ini kesempatan baik bagiku! Lihat,
bentuk tubuhnya hampir sama dengan aku. Kalau kita
memakaikan pakaianku lalu mengabarkan bahwa aku telah
terbunuh, maka mudah bagiku untuk meloloskan diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar menjelaskan rencananya dan Thian Hwa tidak berani
membantah. Kaisar itu lalu memanggil lima orang pelayannya
yang paling setia dan dipercaya, kemudian dibantu Thian Hwa,
mereka semua bekerja dengan cepat.
Menjelang pagi, selagi semua orang dalam istana masih
tidur dengan pulas karena hawa udara amat dinginnya, tibatiba terdengar jerit tangis disusul teriakan-teriakan nyaring.
"Pembunuhan! Pembunuhan! Sribaginda Kaisar dibunuh
orang!" Gegerlah seluruh istana. Mula-mula para prajurit pengawal
istana berlarian datang, lalu keluarga istana dan akhirnya
seluruh penghuni istana terbangun dan bergerombol di luar
kamar tidur Kaisar. Hanya orang-orang penting saja boleh
masuk kamar, di antaranya selain keluarga istana juga
komandan pengawal dan mereka yang berkedudukan tinggi di
istana. Mereka semua melihat jenazah kaisar di atas pembaringan.
Jenazah itu amat mengerikan karena mukanya penuh luka
bacokan sehingga tidak dapat dikenali lagi. Pakaiannya penuh
darah dan lehernya juga hampir putus! Selain jenazah Kaisar
Shun Chi, mereka juga melihat mayat dua orang Thaikam
dalam kamar itu. Karena hanya Thian Hwa yang menjadi saksi
peristiwa itu dan dapat menceritakan, maka ia lalu dituntut
oleh semua pejabat dan keluarga Kaisar untuk menceritakan
apa yang telah terjadi malam itu. Sebuah persidangan, dihadiri
oleh para pangeran dan pejabat tinggi. Tentu saja hadir pula
pangeran-pangeran adik Kaisar dan para putera Kaisar.
(Oo-dwkzoO) Di ruangan persidangan itu sudah berkumpul mereka yang
berhak menghadiri persidangan. Para pejabat tinggi termasuk
para panglimanya. Para pangeran adik Kaisar, di antaranya
Pangeran Ciu Wan Kong, Pangeran Bouw Hun Ki dan beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang pangeran lagi yang hanya merupakan saudara misan.
Kemudian para pangeran putera Kaisar, antara lain yang
terpenting adalah Pangeran Leng Kok Cun dan Pangeran Cu
Kiong. Adapun Pangeran Kang Shi ditahan oleh pamannya,
Pangeran Bouw Hun K i, karena dianggap belum dewasa untuk
membicarakan persoalan yang merupakan malapetaka itu, dan
agar anak itu tidak menjadi kaget mendengar cerita kematian
ayahnya yang mengerikan.
Ruangan persidangan yang biasa dipergunakan oleh Kaisar
untuk bersidang dengan para pejabat tinggi itu luas dan
semua yang hadir, lebih dari seratus orang banyaknya, telah
duduk di kursi masing-masing. Yang memimpin persidangan
itu adalah Pangeran Bouw Hun Ki. Dalam hal memilih
pimpinan persidangan ini pun terjadi kekacauan karena
Pangeran Leng Kok Cun tadinya berkeras mengatakan bahwa
dia yang paling berhak memimpin persidangan karena dialah
putera Kaisar yang tertua. Akan tetapi banyak suara memilih
Pangeran Bouw Hun Ki dengan alasan bahwa selain Pangeran
Bouw Hun Ki merupakan adik Kaisar yang tertua, juga dia
menjadi pelindung Pangeran Mahkota dan mewakili Pangeran
Kang Shi. Akhirnya Pangeran Leng kalah suara dan Pangeran
Bouw Hun Ki memimpin persidangan itu.
Setelah semua orang duduk dan suasana tertib dan diam,
Thian Hwa diberi kesempatan untuk menceritakan apa yang
telah terjadi semalam.
Thian Hwa lalu bercerita, sesuai dengan apa yang telah
direncanakan Kaisar Shun Chi. Ia bercerita bahwa ia
diperintahkan oleh "mendiang" Kaisar Shun Chi untuk
menyamar sebagai seorang prajurit pengawal karena Kaisar
telah mencurigai Thaikam Boan Kit. Ia harus menjaga
keamanan sebagai pengawal pribadi Ka isar.
"Nanti dulu! Mengapa Ayahanda Kaisar menaruh curiga
kepada T haikam Boan Kit?" tiba-tiba Pangeran Leng Kok Cun
bertanya dengan suara berwibawa, seolah hendak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjukkan bahwa dia putera sulung Kaisar dan karenanya
memiliki kekuasaan.
Thian Hwa menatap tajam wajah pangeran itu dengan bibir
tersenyum mengejek, teringat betapa ia pernah berurusan
dengan pangeran pemberontak ini. Melihat sinar mata Thian
Hwa mencorong tajam, Pangeran Leng menundukkan
pandang matanya, tidak tahan beradu pandang dengan gadis
pendekar yang dia tahu amat galak dan lihai itu.
"Kalau Sribaginda Kaisar menaruh kecurigaan, pasti ada
sebabnya! Orang yang mempunyai niat jahat dapat dilihat dari
gerak-gerik dan terutama suara dan sinar matanya!" jawab
Thian Hwa. Ia melanjutkan ceritanya.
JILID IX MALAM itu ia berada di ruangan yang bersebelahan dengan
kamar Kaisar, dihubungkan sebuah pintu tembusan. Malam itu
ia mendengar suara gaduh di kamar Kaisar. Ia cepat
membuka pintu tembusan dan ia dihadang dua orang Thaikam
yang menyerangnya. Ia berhasil merobohkan mereka dengan
sambitan Pek-hwa-ciam, akan tetapi ia terlambat menyelamatkan Kaisar. Ia melihat bayangan Thaikam Boan Kit
melarikan diri me lalui pintu. Karena ingin me lihat keadaan
Kaisar, ia tidak sempat mengejar dan ternyata ia mendapatkan
Kaisar telah tewas dengan luka-luka bacokan pada leher dan
mukanya sehingga tak dapat dikenali lagi. Ia mencoba untuk
melakukan pengejaran namun Thaikam Boan telah lenyap,
maka ia lalu berteriak dan memanggil para prajurit pengawal
dan membangunkan seluruh penghuni istana.
"Demikianlah apa yang terjadi malam tadi!" Thian Hwa
mengakhiri ceritanya dan ia menceritakan juga bahwa lima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang prajurit pengawal juga ditemukan mati di taman tak
jauh dari kamar Kaisar dan mereka adalah lima orang
pengawal yang malam itu bertugas jaga di depan kamar
Kaisar. Mudah diduga bahwa mereka tentu dibunuh pula oleh
Thaikam Boan Kit dan dua orang pembantunya yang tewas
oleh Thian Hwa.
Tentu saja kejadian yang sesungguhnya tidak demikian.
Setelah wajah mayat Boan Kit dirusak dengan bacokanbacokan pedang agar tidak dapat dikenal, mayat itu lalu diberi
pakaian Kaisar yang seperti pakaian pendeta dan dilumuri
darah, kemudian mayat itu diletakkan di atas pembaringan
Kaisar. Setelah itu, dengan kepandaiannya, Thian Hwa
menyelundupkan Kaisar keluar dari istana, bahkan keluar dari
pintu gerbang kota raja. Setelah tiba di luar kota raja, dua
orang pelayan yang setia sudah menunggu lebih dulu dan
Kaisar yang mengenakan jubah pendeta Buddha dan
menggunduli rambut kepalanya itu lalu pergi menjauh dari
kota raja. Setelah itu, baru Thian Hwa kembali ke istana dan
bersama para pelayan yang setia mereka menjerit-jerit
sehingga membangunkan seluruh penghuni istana.
Tentu saja cerita T hian Hwa ini dipercaya oleh semua orang
pendengarnya, apalagi terbukti adanya jenazah raja. Mereka
tidak dapat mengenali wajah jenazah itu, akan tetapi dari
bentuk tubuhnya tidak ada yang ragu bahwa itu adalah
jenazah Kaisar Shun Chi yang sudah dirawat dan dimasukkan
peti mati. "Sudahlah, malapetaka itu sudah terjadi. Mudah saja nanti
kita berusaha untuk mengejar dan menangkap Thaikam Boan
Kit dan menghukumnya. Sekarang, yang terpenting, kita tidak
boleh membiarkan kerajaan tanpa kaisar! Hal ini dapat
menimbulkan kekacauan dan akan memancing datangnya
musuh negara untuk menyerang kerajaan yang sedang
lowong tidak ada pemimpinnya. Maka, aku mengusulkan agar
sekarang juga ditentukan siapa yang berhak menggantikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedudukan kaisar, menggantikan mendiang Ayahanda Kaisar!"
kata Pangeran Leng Kok Cun penuh semangat.
"Ah, baik sekali itu! Aku juga akan mengusulkan begitu!"
kata Pangeran Cu Kiong, tidak kalah bersemangatnya.
Pangeran Bouw sebagai pimpinan sidang menoleh kepada
Ciang Taijin, pembesar tinggi yang paling tua, usianya sudah
lebih dari tujuh puluh tahun dan dia dikenal sebagai tua-tua
dan penasihat di istana. Melihat Pangeran Bouw menoleh dan
memandang kepadanya, pejabat tinggi yang sudah tua dan
setia ini segera bangkit berdiri dan berkata dengan suaranya
yang halus dan tenang.
"Soal pengganti kedudukan Kaisar, hal itu kami rasa tidak
menjadi masalah dan tidak perlu dibicarakan lagi. Bukankah
mendiang Sribaginda Kaisar telah mengangkat seorang
Pangeran Mahkota" Menurut hukum yang berlaku, kalau
Kaisar meninggal dunia, sudah barang tentu yang
menggantikan kedudukannya adalah Pangeran Mahkota,
dalam hal ini Pangeran Mahkota Kang Shi!"
"Akan tetapi Ayahanda belum pernah meresmikan
pengangkatannya sebagai pengganti kedudukan Kaisar!"
bantah Pangeran Leng Kok Cun. "Karena itu, aku sebagai
putera Ayahanda yang sulung, akulah yang berhak
menggantikan kedudukannya sebagai kaisar!"
"Tidak benar dan tidak bisa!" Teriak Pangeran Cu Kiong.
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kakanda Pangeran Leng Kok Cun, biarpun paling tua, akan
tetapi merupakan putera selir ke tujuh! Menurut kepantasan,
yang berhak menggantikan kedudukan Kaisar dilihat dari
urutan kedudukan para isteri Ayahanda! Memang yang paling
berhak adalah Adinda Pangeran Kang Shi karena dia adalah
putera dari Ibunda perma isuri, akan tetapi dia masih terlalu
kecil untuk menjadi kaisar dan memang benar, Ayahanda
belum meresmikan dia menjadi penggantinya. Urutan yang ke
dua adalah keturunan se lir ke dua, akan tetapi Ibunda selir ke
dua hanya mempunyai anak perempuan. Maka urutan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berikutnya adalah anak Ibunda yang menjadi selir ke tiga.
Jadi, kalau mau menurut aturan dan kepantasan, akulah yang
berhak menggantikan kedudukan kaisar!"
"Pendapat Pangeran Cu Kiong itu tidak benar!" bentak
Pangeran Leng Kok Cun.
"Pendapat Kakanda Pangeran Leng Kok Cun lebih tidak
benar lagi!" Pangeran Cu Kiong juga membentak marah.
Kedua orang pangeran ini sudah bangkit berdiri dan saling
pandang dengan mata merah melotot.
"Harap Ananda berdua tenang! Ketahuilah para anggota
keluarga kerajaan dan para pejabat tinggi, kami telah
menerima surat wasiat yang ditulis dan ditinggalkan oleh
mendiang Kakanda Kaisar Shun Chi. Akan saya bacakan surat
wasiatnya."
"Nanti dulu!" bentak Pangeran Leng Kok Cun. "Surat wasiat
seharusnya dipegang oleh orang yang dapat mewakili
Ayahanda Kaisar. Pamanda Pangeran Bouw Hun Ki tidak
mempunyai kekuasaan itu!"
"Benar, Pamanda Pangeran Bouw tidak berhak!" teriak pula
Pangeran Cu Kiong.
"Aku yang berhak!" tiba-tiba terdengar suara nyaring
seorang wanita. Semua orang memandang dan yang bicara
adalah Ciu Thian Hwa. Ia sudah bangkit berdiri dengan tegak
dan sikapnya gagah sekali. "Akulah yang menjadi wakil
mendiang Pamanda Kaisar Shun Chi, dan inilah tanda
kekuasaanku!" ia mengeluarkan Tek-pai tanda kekuasaan
yang diberikan Kaisar Shun Chi itu dan melihat ini, para
pejabat tinggi cepat membungkuk untuk memberi hormat
karena pemegang Tek-pai itu seolah menjadi wakil kaisar
sendiri. Melihat ini, Pangeran Leng Kok Cun dan Pangeran Cu
Kiong diam, tidak berani membantah lagi. Mereka memang
sudah mendengar bahwa gadis liar yang berjuluk Huang-ho
Sian-li yang pernah menentang mereka dahulu itu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puteri Pangeran Ciu Wan Kong, jadi masih keponakan kaisar
dan juga keponakan Pangeran Bouw, bahkan masih menjadi
saudara mereka sendiri. Mereka tahu pula bahwa Thian Hwa
telah menyelamatkan nyawa Kaisar Shun Chi ketika diserang
lima orang pembunuh dahulu, maka tidak mustahil kalau kini
gadis itu membawa Tek-pai pemberian Kaisar.
Melihat tidak ada yang berani membantah, Thian Hwa
menerima surat wasiat itu dari tangan Pangeran Bouw Hun Ki
lalu berkata dengan lantang.
"Akulah yang menerima dari tangan mendiang Pamanda
Kaisar Shun Chi, Tek-pai dan surat wasiat ini, maka aku pula
yang berhak membacanya. Siapa yang berani menentang
pesan terakhir mendiang Pamanda Kaisar Shun Chi, silakan
maju, aku berhak atas nama Kaisar untuk menghukumnya!"
Ucapan itu demikian berwibawa dan tidak ada yang berani
membantah. Pangeran Leng dan Pangeran Cu tentu saja
merasa jengkel dan marah, akan tetapi mereka maklum
bahwa kalau mereka berani membantah kenyataan ini, semua
orang yang berada di situ pasti akan menentangnya.
Melihat tidak ada yang berani membantah, Thian Hwa lalu
membaca surat wasiat itu yang maksudnya, Kaisar Shun Chi
menyatakan bahwa dia mengangkat Pangeran Mahkota Kang
Shi menjadi penggantinya, yaitu menjadi kaisar baru kalau dia
sudah tidak ada. Setelah ia selesai membacakan surat wasiat
itu, T hian Hwa duduk kembali.
Kini Pangeran Bouw Hun Ki bangkit berdiri. "Kami yakin
bahwa kita semua pasti menghormati dan mentaati perintah
terakhir dari mendiang Kakanda Kaisar Shun Chi. Nah, kini
sudah dipastikan bahwa Pangeran Mahkota Kang Shi yang
akan dinobatkan menjadi Kaisar Kerajaan Ceng kita.
Pelaksanaannya akan dilakukan setelah lewat masa perkabungan seratus hari dari kematian Kakanda Kaisar Shun
Chi, kami kira hadirin semua merasa setuju dan tidak ada
yang merasa keberatan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Pangeran Leng Kok Cun bangkit berdiri dan bicara
dengan lantang. "Paman Pangeran Bouw Hun Ki, mengingat
bahwa Adinda Pangeran Kang Shi baru berusia sepuluh tahun,
masih kanak-kanak, tidak mungkin dia dapat mengatur
pemerintahan. Sudah tentu dia membutuhkan seorang
pendamping atau penasihat yang dapat dipercaya! Nah, aku
sebagai kakaknya yang tertua berhak untuk menjadi
pendamping dan penasihatnya, maka dalam sidang ini aku
minta agar hal ini dibicarakan dan disetujui semua yang
hadir!" Mendengar ini, Pangeran Cu Kiong cepat memberi
tanggapan. "Aku tidak setuju dengan pendapat Kakanda Pangeran
Leng Kok Cun! Dia sudah terlalu tua untuk mendampingi
Adinda Pangeran Kang Shi! Yang paling tepat untuk
mendampinginya adalah aku sebagai calon pewaris ke dua
setelah Pangeran Mahkota, dan usiaku jauh lebih muda dari
Kakanda Pangeran Leng sehingga dapat bergaul lebih baik
dengan Adinda Pangeran Kang Shi."
Kembali semua orang bicara sendiri, ada yang mendukung
Pangeran Leng, ada pula yang membenarkan Pangeran Cu.
Agaknya kedua orang pangeran ini memiliki pendukung
masing-masing di antara para pejabat tinggi yang hadir.
Melihat keadaan menjadi ribut, Thian Hwa bangkit lagi dan
berkata dengan nyaring. "Harap Cu-wi (Anda Sekalian)
tenang! Saya sebagai pemegang kekuasaan yang diberikan
mendiang Pamanda Kaisar, menyatakan bahwa perebutan
kedudukan pendamping Kaisar yang baru itu tidak tepat.
Seorang pendamping Kaisar seyogianya merupakan seorang
yang paling dekat dengan Kaisar, dalam hal ini Adinda
Pangeran Mahkota Kang Shi. Oleh karena itu, sepantasnya dia
sendiri yang akan memilih, nanti setelah dia dinobatkan
menjadi Kaisar. Dia sendiri yang akan memilih siapa yang akan
menjadi pendamping dan penasihatnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti tadi, ucapan Thian Hwa itu pun tidak ada yang
berani membantahnya karena ucapan itu memang pantas dan
cukup adil. Pangeran Bouw Hun Ki lalu bangkit berdiri dan berkata.
"Kami kira keputusan itu sudah tepat sekali. Nanti sete lah
lewat perkabungan selama seratus hari, Pangeran Mahkota
Kang Shi akan dinobatkan menjadi Kaisar dan dia yang akan
memilih siapa yang menjadi pendamping dan penasihatnya.
Sekarang, kami minta Adinda Ciu Thian Hwa sebagai
pemegang Tek-pai untuk menunjuk seorang yang akan
menjadi pejabat Kaisar sementara sebelum Pangeran Mahkota
dinobatkan menjadi Kaisar."
Ciu Thian Hwa bangkit berdiri lagi. "Mengingat bahwa
selama ini yang paling dekat dengan mendiang Pamanda
Kaisar Shun Chi adalah Pamanda Pangeran Bouw Hun Ki
sehingga beliau diberi kepercayaan untuk mendidik Pangeran
Mahkota, maka atas nama Kaisar saya menunjuk Pamanda
Pangeran Bouw Hun Ki untuk menjabat kedudukan kaisar
sementara!"
Pangeran Bouw Hun Ki cepat menanggapi. "Aku tidak
keberatan, akan tetapi hanya dengan satu syarat, yaitu aku
harus didampingi Ananda Ciu Thian Hwa sebagai pemegang
kuasa yang diberikan oleh mendiang Kaisar sendiri."
"Saya menerima syarat itu. Apakah ada di antara Cu-wi
yang tidak setuju?" kata Thian Hwa. Kembali tidak ada yang
berani menolak karena memang semua yang diajukan itu
masuk akal dan sesuai dengan aturan. Seorang pemegang
Tek-pai seolah menjadi pribadi Kaisar sendiri yang semua
ucapannya merupakan perintah yang tidak boleh dibantah
oleh siapa pun.
Demikianlah, persidangan itu selesai. Semua orang merasa
puas dan lega, kecuali tentu saja Pangeran Leng Kok Cun dan
Pangeran Cu Kiong!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-jTn-oO)
Pangeran Cu Kiong dalam perjalanan pulang dari
menghadiri persidangan, berjalan dengan wajah muram.
Tentu saja dia merasa kecewa dan penasaran sekali akan
keputusan yang diambil dalam persidangan itu bahwa selain
Pangeran Kang Shi ditentukan menjadi pengganti Kaisar dan
akan dinobatkan sebagai kaisar baru dan dia yang berwenang
memilih pendamping atau penasihatnya, juga ditentukan
bahwa pejabat kaisar selama seratus hari ini adalah Pangeran
Bouw Hun Ki. Dan dia sama sekali tidak dapat membantah
karena Ciu Thian Hwa memegang Tek-pai! Dia semakin benci
kepada Huang-ho Sian-li itu! Dia pernah tertarik, bahkan
pernah saling mencinta dengan Huang-ho Sian-li, akan tetapi
dia bermaksud memanfaatkan kelihaian gadis itu untuk
tujuannya merebut tahta kerajaan. Kini gadis itu, yang
kemudian ternyata puteri Pangeran Ciu Wan Kong, malah
membela Pangeran Mahkota Kang Shi, berarti menjadi
musuhnya! Pangeran Cu Kiong merasa kecewa, penasaran
dan marah sekali.
Tiba-tiba dia merasa ada gerakan orang di belakangnya
dan ketika dia menengok, dia melihat seorang wanita muda
tersenyum kepadanya dan berjalan melewatinya lalu membalik
dan menghadapinya.
"Maafkan saya, apakah Paduka yang bernama Pangeran Cu
Kiong?" gadis itu bertanya, suaranya merdu, gayanya memikat
dengan sinar mata yang berkilat tajam dan bibir mungil
tersenyum manis sekali.
Pangeran Cu Kiong mengamati gadis itu. Gadis itu sudah
matang, berusia sekitar dua puluh tiga tahun dan yang
menarik adalah payung merah yang dipegang gagangnya
dengan tangan kiri dan payung itu melindungi wajahnya dari
terik matahari siang itu. Bentuk tubuhnya menarik, ramping
padat dan matang, wajahnya bulat dan mata serta mulutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggairahkan seperti menantang. Bajunya berkembangkembang merah dengan celana sutera hijau. Kecantikannya
agak asing, tidak seperti kecantikan wanita Han, juga tidak
seperti wanita Mancu, melainkan kecantikan wanita dari
daerah selatan yang khas. Pangeran Cu Kiong segera tertarik
sekali melihat kecantikan yang berbeda dari wanita lain itu.
"Benar, aku Pangeran Cu Kiong. Engkau siapakah, Nona?"
tanyanya, tertarik bukan hanya karena kecantikan gadis itu,
juga karena dari wajah dan logat bicaranya, jelas bahwa gadis
ini datang dari selatan.
"Saya dikenal sebagai Ang-mo Niocu (Nona Payung Merah),
dan saya sengaja datang menjumpai Paduka membawa pesan
dari Raja Muda Wu Sam Kwi."
Cu Kiong terkejut mendengar disebutnya nama Wu Sam
Kwi. Dia memang telah beberapa lamanya mengadakan
kontak hubungan dengan Jenderal Wu Sam Kwi yang kini
disebut Raja Muda itu. Kiranya gadis ini seorang utusan dari
Wu Sam Kwi. Kalau sampai ada orang mengetahui bahwa dia
berhubungan dengan Jenderal Wu Sam Kwi, bisa gawat dan
berbahaya baginya. Maka cepat dia berkata lirih.
"Nona, datanglah nanti ke istanaku, jangan terlalu
mencolok karena suasananya sedang genting." Setelah
berkata demikian dia cepat melanjutkan langkahnya pulang ke
gedungnya. Ang-mo Niocu, gadis cantik genit yang pernah kita jumpai
ketika ia bertemu dengan Kong Liang dan Thian Hwa itu,
maklum akan ucapan Sang Pangeran, maka ia pun cepat pergi
ke lain jurusan agar tidak ada yang tahu bahwa ia tadi
menghubungi Pangeran Cu Kiong.
Sore itu Ang-mo Niocu datang berkunjung ke gedung
Pangeran Cu Kiong yang megah seperti istana. Ia disambut
oleh Thio Kwan dan Yu Kok Lun, yaitu dua orang di antara
Kam-keng Chit-sian (T ujuh Dewa dari Kam-keng). Empat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain dulu telah tewas oleh Ciu Thian Hwa dan Ui Yan Bun,
sedangkan yang seorang lagi, Ciang Sun, telah pergi
meninggalkan kota raja.
Dua orang jagoan pembantu Pangeran Cu Kiong itu
memang mendapat perintah dari Sang Pangeran untuk
menyambut kalau gadis dari selatan, utusan Jenderal Wu Sam
Kwi itu datang berkunjung.
Thio Kwan dan Yu Kok Lun adalah dua orang jagoan yang
tidak pernah sembuh dari watak mereka yang sombong. Baru
julukan mereka saja, ketika masih bertujuh, menunjukkan
kesombongan mereka, yaitu memakai julukan Tujuh Dewa!
Sejak dulu mereka sombong dan merasa paling hebat sendiri,
apalagi karena mereka menjadi jagoan seorang pangeran.
Biarpun kini mereka tinggal berdua, namun tetap saja mereka
berkepala besar dan dengan sendirinya mereka memandang
rendah ketika me lihat bahwa utusan Jenderal Wu Sam Kwi itu
hanya seorang gadis cantik yang membawa payung merah!
Memang Ang-mo Niocu sama sekali tidak tampak seperti
seorang kang-ouw yang pandai ilmu silat. Ia cantik manis,
pakaiannya berkembang dan sama sekali tidak tampak
membawa senjata.
Begitu tiba di pintu gerbang gedung besar yang mempunyai
halaman depan luas itu, Ang-mo Niocu dihadang dua orang
jagoan ini yang sudah menunggu di gardu penjagaan sejak
tadi. Belasan orang prajurit berada dalam gardu dan hanya
menonton sambil tersenyum kagum melihat seorang gadis
cantik memakai payung memasuki pintu gerbang. Mereka
sudah dipesan oleh dua orang jagoan itu agar diam saja dan
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membiarkan mereka berdua yang menyambut tamu yang
dinantikan oleh Sang Pangeran. Para prajurit itu mengharapkan memperoleh tontonan menarik karena mereka
semua maklum bahwa dua orang jagoan itu pasti akan
menggoda dan mengganggu seorang gadis cantik seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thio Kwan yang berusia sekitar lima puluh dua tahun,
tinggi kurus dan mukanya pucat seperti mayat, berdiri bertolak
pinggang menghadapi Ang-mo Niocu, sedangkan temannya,
Yu Kok Lun yang berusia lima puluh tahun lebih dan bertubuh
gemuk pendek bermuka hitam, hanya tersenyum-senyum di
samping rekannya.
"Apakah Nona yang disebut Nona Payung Merah?" tanya
Thio Kwan sambil tersenyum mengejek, memandang rendah.
Ang-mo Niocu mengenal laki-laki kurang ajar macam ini.
Akan tetapi ia bersabar mengingat bahwa orang-orang ini
tentu anak buah Pangeran Cu Kiong yang tadi ia jumpai di
jalan dan yang menarik hatinya karena pangeran yang masih
muda itu memang tampan dan gagah sekali.
"Benar, aku Ang-mo Niocu hendak bertemu dengan
Pangeran Cu Kiong."
"Nanti dulu, Nona. Logat bicara Nona terdengar asing.
Benarkah menurut keterangan Pangeran Cu bahwa Nona
datang dari Y unnan-hu yang berada jauh di selatan?"
Ang-mo Niocu mengerutkan alisnya. Pembantu pangeran
ini cerewet benar. Ia merasa tidak perlu untuk memperkenalkan diri lebih banyak terhadap Si Muka Pucat ini,
maka ia cepat menjawab.
"Benar aku dari selatan. Jauh-jauh aku datang untuk
bertemu Pangeran Cu Kiong. Cepat kalian laporkan
kepadanya."
"Aih, Nona. Kenapa Nona jauh-jauh datang dari selatan
seorang diri saja" Nona seorang gadis yang cantik jelita begini
melakukan perjalanan jauh seorang diri?" kata Yu Kok Lun
yang tidak dapat menahan keinginan hatinya untuk bicara
dengan gadis yang amat menarik ini. Setelah bicara, memang
Ang-mo Niocu tampak menggairahkan sekali. Sepasang
bibirnya yang berbentuk indah dan kemerahan itu seolah
dapat bergerak-gerak dengan manis dan menantang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, Nona. Kalau kami tahu, tentu akan kami jemput
Nona di selatan sehingga Nona dapat melakukan perjalanan
bersama kami. Tentu lebih aman dan menyenangkan!" kata
Thio Kwan. Dua orang jagoan itu bersikap berani mengganggu karena
mereka memang mendapat pesan dari Pangeran Cu Kiong
untuk menguji kelihaian utusan Jenderal Wu Sam Kwi ini.
Ang-mo Niocu bukan seorang gadis yang tidak biasa
bergaul dengan pria. Kalau yang menggodanya itu pemudapemuda tampan, pasti ia tidak akan marah malah menjadi
gembira sekali. Akan tetapi digoda dua orang jagoan yang
bertampang buruk, yang seorang bermuka pucat seperti
mayat dan yang seorang lagi mukanya hitam seperti pantat
kuali, ia menjadi marah. Akan tetapi mulutnya masih
tersenyum ketika ia menjawab.
"Hemm, diantar dan ditemani dua orang kuli pelayan
macam kalian hanya akan membikin aku ma lu karena muka
kalian begitu buruk dan menjijikkan! Sudahlah, cepat laporkan
kepada Pangeran Cu Kiong bahwa aku telah datang dan ingin
berjumpa dengannya. Aku tidak ingin berurusan dengan kalian
dua orang monyet jelek ini!"
Belasan orang prajurit pengawal yang berada dalam gardu
hampir tidak dapat menahan tawa mereka mendengar ucapan
yang amat mengejek dan menghina kepada dua orang jagoan
yang biasanya bersikap sombong itu. Mereka melihat betapa
dua orang itu terbelalak mendengar ucapan gadis berpayung
merah. Thio Kwan marah sekali, akan tetapi tentu saja dia tidak
berani menyerang tamu majikannya karena Pangeran Cu
hanya berpesan agar dia menguji kelihaian tamu ini.
"Pangeran memang mengutus kami menjemputmu, akan
tetapi tidak sopan kalau engkau memasuki gedung dengan
memakai payung. Serahkan payungmu!" katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang-mo Niocu menutup payungnya
yang tadinya berkembang. "Payung ini tidak boleh terlepas dari tanganku!"
"Hemm, terpaksa aku akan merampasnya!" Setelah berkata
demikian, dengan cepat Thio Kwan menggerakkan tangan
kanannya dan dia sudah menangkap payung yang berada di
tangan kiri gadis itu.
Thio Kwan adalah seorang ahli lwee-keh (ahli tenaga
dalam) yang memiliki tenaga kuat sekali. Dia merasa yakin
bahwa sekali renggut saja dia akan mampu merampas payung
itu dari tangan Ang-mo Niocu. Akan tetapi alangkah kagetnya
ketika dia merasa betapa payung itu sama sekali tidak dapat
dia tarik karena seolah melekat dan berakar pada tangan kiri
gadis itu. Dia mengangkat muka memandang wajah gadis itu
dan dengan penasaran sekali dia melihat gadis itu tersenyumsenyum dan mengedipkan mata kepadanya! Jelas bahwa gadis
itu menganggap dia ringan sekali. Maka Thio Kwan
mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik. Namun tetap
sia-sia. Karena marah, dia lalu menggerakkan tangan kirinya
untuk mencengkeram pergelangan tangan kiri gadis itu. Akan
tetapi cepat bagaikan kilat tangan kanan Ang-mo Niocu sudah
mendahuluinya menotok ke arah tangan kanannya yang
memegang payung. Seketika dia merasa lengan kanannya
lemas dan pedangnya terlepas. Dengan marah dia
melanjutkan cengkeraman tangan kirinya, kini tidak ke arah
pergelangan tangan kiri lawan, melainkan ke arah pundaknya!
"Plakk!" Ang-mo Niocu menangkis dan tenaga saktinya
demikian kuatnya sehingga Thio Kwan merasa lengan kirinya
nyeri sampai menembus tulang.
"Pergilah!" Ang-mo Niocu berseru dengan bentakan
nyaring, kakinya mencuat ke arah perut Si Muka Mayat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukkk...!" Tubuh tinggi kurus itu terlempar dan masih
untung Thio Kwan mampu mengatur keseimbangan tubuhnya
sehingga jatuh berjongkok, tidak sampai terbanting!
"Wah, hebat juga engkau, Nona! Coba hadapi siang-kiam
(sepasang pedang) ini!" Yu Kok Lan sudah mencabut siangkiam dari punggungnya karena dia hendak menguji kelihaian
gadis itu dalam bertanding senjata. "Keluarkan senjatamu!"
tantangnya, dan dia sudah memasang kuda-kuda dengan
menyilangkan sepasang pedangnya di atas kepala sehingga
tampak garang dan gagah sekali.
Ang-mo Niocu tersenyum. Kini ia dapat menduga bahwa
dua orang ini agaknya memang disuruh oleh Pangeran Cu
Kiong untuk mengujinya. Pangeran itu yang mengadakan
kontak dengan Jenderal Wu Sam Kwi tentu ingin merasa yakin
akan kelihaian utusan Jenderal Wu Sam Kwi. Maka ia pun
tersenyum menghadapi Y u Kok Lun yang tampak gagah itu. Ia
menudingkan payungnya yang sesungguhnya merupakan
pedang ke arah lawan dan berkata.
"Majulah, aku akan melawan sepasang pedangmu dengan
payungku ini."
Tentu saja Yu Kok Lun merasa dihina dan dipandang
rendah. Masa siang-kiamnya yang tersohor sehingga dia
dijuluki Siang-kiam-sian (Dewa Sepasang Pedang) hanya akan
dilawan dengan sebuah payung merah, oleh seorang gadis
muda" Ini namanya keterlaluan!
"Nona, memalukan kalau aku dengan sepasang pedangku
melawan engkau yang hanya memegang sebuah payung.
Biarlah aku menggunakan sebelah pedangku saja!" Setelah
berkata demikian Yu Kok Lun menyimpan pedang kirinya dan
hanya memegang pedang kanannya.
"Terserah, engkau mau menggunakan sebatang, dua
batang, atau sepuluh batang pedang. Aku tetap cukup
menggunakan payungku ini saja!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yu Kok Lun mulai marah. "Sambutlah pedangku ini!"
bentaknya, dan dia pun sudah menyerang dengan dahsyat
karena dia sudah menggunakan jurus paling ampuh dan
berbahaya karena dapat menduga bahwa lawannya bukan
seorang lemah. Pedangnya berkelebat dengan jurus serangan
Kilat Menyambar Atas Kepala. Pedang yang bergerak cepat
sekali itu berubah menjadi sinar putih yang menyambar ke
arah kepala Ang-mo Niocu dengan bacokan dari atas, seolah
hendak membelah kepala itu menjadi dua!
"Wuuuss...!" Pedang itu hanya membelah udara kosong
karena dengan gerakan yang ringan dan cepat sekali Ang-mo
Niocu sudah mengelak ke samping. Yu Kok Lun menjadi
penasaran melihat betapa serangannya yang dahsyat tadi
dapat dielakkan dengan amat mudah oleh gadis itu.
Pedangnya sudah menyambar lagi, kini membabat dari
samping ke arah pinggang lawan. Pinggang yang kecil
ramping itu agaknya akan dapat terbabat putus oleh
sambaran pedang yang dahsyat itu karena pedang itu
digerakkan dengan jurus Giok-tai-wi-yiauw (Sabuk Kemala
Melilit Pinggang)! Serangan ke dua ini cukup berbahaya, maka
Ang-mo Niocu menggerakkan payungnya menangkis.
"Tranggg...!" Y u Kok Lun hampir berteriak saking kagetnya
ketika pedangnya hampir terlepas dari tangannya karena
terpental oleh tangkisan yang amat kuat, bahkan kini ada
sinar merah menyambar pundaknya. Dia cepat mengelak dan
"brett...!" baju di bagian pundaknya robek tertusuk ujung
payung yang runcing!
Maklum bahwa payung itu ternyata merupakan senjata
yang ampuh, Yu Kong Lun yang masih merasa penasaran
cepat mencabut pedang ke dua dan kini dia menyerang
dengan menggerakkan siang-kiam itu secara cepat sekali.
Akan tetapi semua serangannya sia-sia karena begitu gadis itu
menggerakkan payungnya, payung itu menjadi perisai yang
kuat sekali. Ternyata bahwa payung itu terbuat dari semacam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulit yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi
lentur namun amat kuat, mampu menahan senjata tajam
tanpa robek sedikit pun. Begitu sepasang pedang menyerang,
payung berkembang dan begitu sepasang pedang lawan
terpental, payung menutup dan ujung payung itu menyerang
dengan tusukan seperti sebatang pedang!
Sebentar saja Yu Kok Lun menjadi kewalahan dan terdesak,
kebingungan. Maka Ang-mo Niocu tidak menyia-ny iakan
kesempatan, selagi lawan bingung oleh serangan payung
berpedang, ia mengayun kakinya dan seperti juga apa yang
dirasakan Thio Kwan tadi, perut Yu Kok Lun terkena
tendangan kaki Ang-mo Niocu sehingga tubuhnya terlempar
dan dia jatuh berdebuk di atas tanah.
Dua orang jagoan itu kini harus mengakui kelihaian Ang-mo
Niocu, maka mereka tidak berani ma in-ma in lagi. Thio Kwan
lalu maju memberi hormat dengan mengangkat kedua tangan
di depan dada, diikuti Y u Kok Lun dan dia berkata.
"Li-hiap (Pendekar Wanita), maafkan kami karena
sesungguhnya kami diutus Pangeran Cu Kiong untuk menguji
kelihaianmu. Sekarang mari kami antarkan Li-hiap menghadap
Pangeran Cu Kiong yang sudah lama menunggu kedatanganmu."
Ang-mo Niocu tersenyum mengejek. "Beginikah cara
Pangeran Cu Kiong menyambut utusan sahabatnya" Aku
mengerti akan maksudnya mengujiku, akan tetapi yang
menyebalkan adalah kalian bukan hanya menguji, akan tetapi
juga menghinaku dengan kekurangajaranmu. Maka kalian
perlu mendapat hajaran agar lain kali tidak berani
menggangguku! Sambut ini!" Tiba-tiba kini Ang-mo Niocu
menyerang dengan tusukan payungnya yang tertutup. Ujung
yang runcing itu meluncur dan menusuk ke arah pundak Thio
Kwan. Orang itu terkejut dan cepat mengelak, tusukan itu
luput akan tetapi tetap saja dia roboh dan mengeluh
kesakitan. Kemudian ujung payung itu menyerang Yu Kok Lun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ahli siang-kiam yang masih memegang pedangnya ini cepat
menangkis. "Trangg...!" Payung itu tertangkis, akan tetapi anehnya, Yu
Kok Lun juga terkulai roboh dan merintih sambil memegangi
pundaknya. Ternyata pundak kedua orang ini terkena tusukan
jarum yang terasa panas dan pundak mereka sampai lengan
menjadi kaku dan lumpuh! Jarum beracun! Jarum-jarum itu
keluar dari ujung payung dan merupakan senjata rahasia yang
amat ampuh dari gadis suku Yao yang lihai ini. Hal ini tidak
mengherankan karena Ang-mo Niocu adalah murid Lam-hai
Cin-jin. Datuk Selatan yang sakti.
"Nah, mari antar aku menghadap Pangeran Cu Kiong!" kata
Ang-mo Niocu. Dua orang itu bangkit dengan wajah pucat dan
mereka menyeringai karena pundak mereka terasa nyeri
bukan main, panas dan ngilu, juga kaku dan lumpuh sampai
ke ujung jari tangan. Mereka tidak berani membantah dan
mendahului menuju ke gedung besar yang megah itu. Ang-mo
Niocu mengikuti mereka dari belakang dan tetap bersikap
waspada. Siapa tahu Pangeran Cu Kiong yang tampan gagah
itu masih akan mengujinya lagi!
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi tidak ada rintangan lagi dan setelah mereka
memasuki ruangan tamu, Pangeran Cu Kiong bangkit dari
kursinya, tersenyum ramah menyambut gadis cantik dari
selatan itu. Akan tetapi dia mengerutkan alisnya ketika melihat
dua orang jagoannya masuk dengan wajah pucat dan
menyeringai kesakitan dengan sebelah tangan tergantung
lumpuh. "Ada apa dengan kalian" Apa yang telah terjadi?" tanyanya
dan karena dua orang jagoannya menundukkan kepala tanpa
menjawab, dia memandang wajah Ang-mo Niocu dengan sinar
mata bertanya. "Pangeran, Paduka tanyakan kepada mereka berdua saja
apa yang menyebabkan mereka menderita luka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Cu Kiong memandang dua orang jagoannya dan
mereka berdua yang menjadi ketakutan mengingat betapa
mereka telah menggoda gadis itu sehingga menjadi marah
dan melukai mereka, lalu menjatuhkan diri berlutut di depan
Pangeran Cu Kiong.
"Pangeran, hamba berdua mengaku bersalah. Hamba kalah
dan terluka oleh Li-hiap ini...," kata Thio Kwan.
Pangeran Cu Kiong merasa kagum akan tetapi juga tak
senang kepada gadis itu. Memang ia lihai sekali mampu
mengalahkan dua orang jagoannya, akan tetapi mengapa
harus melukai mereka sedemikian beratnya.
"Ang-mo Niocu, mereka hanya kami suruh mengujimu,
mengapa engkau melukai mereka?" Pangeran Cu Kiong
menegur, biarpun ucapannya halus.
Ang-mo Niocu tersenyum. "Pangeran, mereka melanggar
perintah Paduka, mereka bukan sekadar menguji akan tetapi
juga bersikap tidak sopan kepada saya. Karena itu saya
melukai mereka dengan Ang-tok-ciam (Jarum Racun Merah).
Kalau tidak saya beri obat pemunah, lengan mereka yang
sebelah akan mati selamanya. Biar mereka tidak berani
melanggar perintah Paduka lagi!"
Gadis itu memang cerdik. Ia menghukum dua orang itu
dengan alasan karena mereka melanggar perintah Pangeran
Cu Kiong, bukan karena mereka mengganggunya. Hal ini
berarti bahwa ia bertindak untuk membela pangeran itu!
Mendengar ini, hati Pangeran Cu Kiong merasa senang dan
kini dia membentak dua orang jagoannya itu.
"Hayo cepat kalian minta ampun kepada Ang-mo Niocu!"
Dua orang itu tadi mendengar bahwa mereka terluka oleh
jarum beracun, menjadi semakin panik dan mereka lalu
berlutut di depan kaki Ang-mo Niocu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mohon ampun, Li-hiap. Kasihanilah kami dan mohon diberi
obat pemunahnya!" Mereka memohon bergantian.
Ang-mo Niocu memandang kepada Pangeran Cu Kiong.
"Bagaimana, Pangeran?"
Pangeran itu mengangguk. "Berikanlah obatnya, Niocu.
Bagaimanapun juga, mereka adalah pembantu-pembantuku
yang setia kepadaku."
Ang-mo Niocu lalu menghampiri mereka, menggunakan sinkang (tenaga sakti) menyedot dua batang jarum itu dari
pundak mereka menggunakan telapak tangannya, kemudian ia
menyerahkan dua butir pel berwarna merah kepada mereka.
"Telan ini dan kalian akan sembuh."
Thio Kwan dan Yu Kok Lun cepat menerima pel itu dan
langsung menelannya. Benar saja, mereka merasa betapa
kekakuan dan rasa nyeri panas di pundak mereka berkurang.
"Sekarang keluarlah dan pesan kepada semua prajurit jaga
agar kunjungan Li-hiap ini tidak sampai diketahui orang luar.
Kalau sampai beritanya bocor, ini tanggung jawab kalian dan
hukumannya akan berat sekali!"
Dua orang itu membungkuk lalu keluar dari ruangan tamu.
Pangeran Cu Kiong lalu menutupkan daun pintu sehingga
mereka dapat bicara berdua dengan aman, tanpa ada yang
dapat melihat atau mendengar mereka.
"Silakan duduk, Niocu. Sekarang lebih dulu buktikanlah
bahwa engkau memang benar utusan dari Jenderal Wu Sam
Kwi," kata Pangeran Cu Kiong sambil menatap wajah cantik
itu. Ang-mo Niocu tersenyum manis sekali, tampak deretan
giginya yang putih dan rapi, lalu ia duduk dan mengeluarkan
sepucuk surat dari balik bajunya di bagian dada!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran, saya sengaja minta surat dari Raja Muda Wu
Sam Kwi agar Paduka tidak ragu lagi."
Pangeran Cu Kiong menerima kertas yang masih hangat
karena lama berada di dada gadis itu. Dia memang seorang
laki-laki yang sudah biasa bergaul dan merayu wanita, maka
sambil tersenyum dia mendekatkan kertas surat itu ke
hidungnya, mengendusnya lalu berkata.
"Ahh... harumnya...!"
Ang-mo Niocu juga bukan seorang gadis yang belum
pernah dirayu orang, maka ia tidak menjadi malu, malah
senyumnya melebar dan sinar matanya berkilau karena
senangnya. "Saya simpan surat itu baik-baik agar jangan sampai dilihat
orang lain, Pangeran."
Pangeran Cu Kiong membaca surat itu. Surat dari Wu Sam
Kwi itu menyatakan bahwa pihaknya sudah siap untuk bekerja
sama dengan Pangeran Cu Kiong dan untuk memperlancar
hubungan, dia mengirim Ang-mo Niocu sebagai utusan dan
gadis itu sudah diberi wewenang penuh untuk mengatur
rencana bersama Sang Pangeran. Pangeran Cu Kiong merasa
kagum dan juga heran bagaimana seorang gadis muda seperti
ini sudah diberi kekuasaan penuh oleh Jenderal atau kini Raja
Muda Wu Sam Kwi!
"Niocu (Nona), dalam surat ini Jenderal Wu Sam Kwi telah
memberi kekuasaan sepenuhnya kepadamu untuk berunding
dan mengatur rencana bersamaku. Niocu, apakah kedudukanmu di sana maka dia begitu percaya kepadamu?"
Kembali gadis yang kedua pipinya merah tanpa yanci
(bedak pemerah) tersenyum manis. Tentu saja ia tidak mau
mengaku bahwa walaupun ia tidak mau dijadikan selir, namun
ia adalah seorang kekasih dari Wu Kan, seorang dari para
putera Raja Muda Wu Sam Kwi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran, saya adalah murid dari Lam-hai Cin-jin. Datuk
Selatan yang menjabat sebagai Koksu (Guru Negara,
Penasihat) Raja Muda Wu Sam Kwi. Karena Suhu sendiri
mempunyai banyak kesibukan dan tidak mungkin terlalu lama
meninggalkan jabatannya, maka Suhu minta kepada Raja
Muda Wu untuk mengirim saya dan Raja Muda Wu
menyetujuinya."
Pangeran Cu Kiong mengangguk-angguk. Dia sudah
mendengar tentang kesaktian Lam-hai Cin-jin. Tidak
mengherankan kalau gadis ini demikian lihai, kiranya murid
Lam-hai Cin-jin! Dia merasa girang sekali bahwa Jenderal Wu
mengirim utusan yang merupakan seorang gadis cantik manis
dan lihai ilmu s ilatnya.
"Baik, kami dapat menerimamu sebagai utusan Raja Muda
Wu Sam Kwi. Nah, sekarang lebih dulu kauceritakan apa
kesanggupan Raja Muda Wu untuk membantu kami dan apa
pula syarat-syaratnya."
"Pangeran, Raja Muda kami telah menerima berita dari
Pangeran dan beliau setuju untuk membantu Paduka agar
dapat merebut tahta kerajaan. Beliau sudah mengambil
keputusan untuk mengirim dua orang sakti yang dapat
diandalkan, yaitu Guru saya sendiri Lam-hai Cin-jin dan
Susiok-couw (Kakek Paman Guru) Ngo-beng Kui-ong (Raja
Setan Lima Nyawa) yang memiliki kesaktian tinggi. Saya kira,
dengan adanya mereka yang akan datang ke sini dalam bulan
ini juga akan dapat mengalahkan semua musuh Pangeran.
Saya juga akan membantu Paduka sekuat tenaga."
"Hemm, Jenderal Wu Sam Kwi bersungguh-sungguh
hendak membantu kami. Padahal dia membenci bangsa
Mancu kami. Tentu bantuan itu diberikan bukan dengan
percuma. Apa imbalan yang dimintanya?" tanya pangeran itu
secara langsung dan terus terang.
"Aih, senang bicara dengan Paduka yang terbuka dan jujur.
Menurut Raja Muda kami, beliau hanya menghendaki agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuasaan beliau diakui oleh Kerajaan Ceng dan daerah
kekuasaan beliau diperluas sampai ke daerah selatan Sungai
Yang-ce." Pangeran Cu Kiong terdiam. Permintaan yang terlalu
berlebihan, pikirnya. Masa minta perluasan daerah yang lebih
besar daripada yang telah dikuasai Jenderal Wu Sam Kwi
sekarang" Akan tetapi dia membutuhkan bantuan yang amat
kuat. Mudah saja nanti menghadapi Wu Sam Kwi kalau sudah
tercapai ambisinya, menjadi Kaisar Kerajaan Ceng! Pula, kalau
dia menolak, otomatis gadis itu tentu akan pergi, bahkan akan
memusuhinya. Padahal ia demikian cantik jelita dan sikapnya
begitu menantang! Dia merasa yakin benar bahwa tidak akan
sukar untuk menikmati kesenangan bersama gadis ini! Baru
pandang mata dan senyum bibirnya itu saja sudah
mengandung tantangan yang menggairahkan.
"Baiklah, kami menerima permintaan imbalan itu. Kalau
kami sudah berhasil menjadi Kaisar sebagai pengganti
mendiang Ayahanda Kaisar, pasti permintaan itu kami
penuhi!" "Nah, sekarang sebaiknya Paduka menceritakan segala
keadaan di kota raja, siapa musuh-musuh Paduka, apa yang
telah terjadi, agar kita dapat merundingkannya dan mencari
jalan terbaik, mengatur rencana yang tepat untuk mencapai
kemenangan."
Pangeran Cu Kiong tentu saja tidak tahu apa yang terdapat
dalam benak Ang-mo Niocu pada masa itu. Dia tidak tahu
bahwa gadis itu adalah pengikut Wu Sam Kwi yang setia dan
diam-diam membenci Pemerintah Ceng, yaitu Pemerintah
Mancu yang menjajah hampir seluruh daratan Cina. Ia tentu
saja mendukung Wu Sam Kwi yang tidak pernah mau takluk
kepada Pemerintah Ceng, bahkan selalu bercita-cita untuk
mengusir penjajah Mancu dari tanah air. Akan tetapi yang
dibencinya adalah Pemerintah Ceng, kalau pribadi Pangeran
Cu Kiong yang begitu gagah dan tampan, tentu saja membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia tertarik dan ia tidak akan melewatkan kesempatan baik
untuk bersenang-senang dengan pria muda setampan dan
segagah itu begitu saja. Seorang pangeran lagi! Dan dari sikap
dan sinar mata pangeran itu, Ang-mo Niocu yang sudah
berpengalaman itu maklum benar bahwa ia tidak bertepuk
sebelah tangan!
Pangeran Cu Kiong membutuhkan waktu untuk yakin benar
bahwa tidak ada bahayanya dia menceritakan segala yang
terjadi dan semua keadaannya kepada gadis yang baru
dijumpainya itu, walaupun ia membawa surat dari Jenderal
Wu Sam Kwi. Maka ia lalu tersenyum dan berkata.
"Niocu, sebaiknya engkau mengaso dulu, mandi dan
berganti pakaian, engkau tampak lusuh dan lelah, maklum
baru saja berkelahi. Setelah engkau mandi dan berganti
pakaian, kita makan. Nah, setelah itu, kita bersantai dan nanti
akan kuceritakan semuanya sehingga kita berdua dapat
membuat rencana dengan lebih nyaman."
Pangeran Cu Kiong bertepuk tangan sebagai isyarat
memanggil pelayan. Dua orang pelayan wanita memasuki
ruangan tamu itu dengan cepat. Mereka masih muda-muda
dengan wajah dan bentuk tubuh cukup menarik.
"Persiapkan sebuah kamar tamu yang terbaik untuk Nona
ini. Dan layani kalau ia ingin mandi dan berganti pakaian.
Setelah selesai, antarkan ia ke kamar makan dan suruh para
pekerja di dapur menyiapkan pesta kecil untuk menghormati
Nona ini. Nah, sekarang antarkan ia ke kamar tamu." Dia
bangkit dan berkata kepada Ang-mo Niocu. "Silakan, Niocu.
Sampai jumpa nanti di kamar makan."
Gadis itu tersenyum, membungkuk sebagai penghormatan
lalu mengikuti dua orang pelayan itu dengan langkah
berlenggang-lenggok lemah gemulai. Pangeran Cu Kiong
mengikuti dari belakang dengan pandang matanya dan dia
tersenyum senang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mandi, berganti pakaian dan bersolek sehingga ia
tampak semakin cantik, Ang-mo Niocu diantar seorang
pelayan memasuki ruangan makan yang luas. Di situ telah
menanti Pangeran Cu Kiong yang juga sudah mandi dan
berganti pakaian sehingga tampak tampan sekali. Mereka lalu
duduk berhadapan terhalang meja yang sudah penuh dengan
hidangan masakan bermacam-macam,
semua masih mengepulkan uap sehingga baunya yang sedap membuat
perut menjadi semakin lapar.
Mereka semakin akrab dan makan minum dengan gembira.
Pangeran Cu Kiong senang sekali mendapat kenyataan bahwa
gadis itu pun kuat sekali minum arak. Mereka saling
menyulangi sampai menghabiskan beberapa cawan arak dan
setelah hawa arak memasuki kepala mereka, keduanya
semakin akrab, makan minum sambil tertawa-tawa gembira.
Setelah selesai makan, Pangeran Cu Kiong mengajak gadis
itu bicara di dalam ruangan tertutup. Dia lalu mulai
menceritakan semua yang telah terjadi di kota raja, tentang
gerakan Pangeran Leng Kok Cun yang menjadi saingannya
paling berat. Kemudian tentang kematian Kaisar Shun Chi
yang terbunuh oleh Thaikam Boan Kit, akan tetapi T haikam itu
sempat melarikan diri dan tidak tertangkap.
"Hemm, mengapa Thaikam Boan membunuh Kaisar?"
"Dia juga kaki tangan Pangeran Leng Kok Cun!" kata
Pangeran Cu gemas. "Pembunuhan sia-sia, karena sebelum
mati, Ayahanda Kaisar telah meninggalkan surat wasiat
kepada puteri Pamanda Pangeran Ciu Wan Kong yang
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bernama Ciu Thian Hwa. Bahkan Thian Hwa telah menerima
Tek-pai dari Ka isar karena ia te lah menyelamatkan Kaisar dari
serangan lima orang pembunuh yang juga tentu dikirim oleh
Pangeran Leng. Maka, setelah Kaisar wafat, T hian Hwa yang
memegang Tek-pai dapat mempengaruhi semua orang yang
terpaksa harus tunduk. Lalu menurut surat wasiat itu,
Pangeran Mahkota Kang Shi yang akan diangkat menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaisar baru. Pengangkatannya akan dilakukan setelah lewat
masa perkabungan seratus hari. Sungguh keadaan ini tidak
menguntungkan sama sekali!"
"Hemm, gadis bernama Ciu Thian Hwa itu lihai juga.
Padahal ia adalah puteri seorang pangeran."
"Ya, ia puteri Pamanda Pangeran Ciu Wan Kong, jadi masih
terhitung saudara sepupu dengan aku. Ia sebelumnya
memang terpisah dari ayahnya dan hidup di dunia kang-ouw
sebagai seorang pendekar berjuluk Huang-ho Sian-li."
"Apa..."!" gadis itu terkejut sekali.
"Eh" Engkau mengenalnya, Niocu?"
Ang-mo Niocu mengangguk, "Saya pernah bertemu
dengannya, Pangeran, bahkan pernah bertanding dengannya."
"Engkau kalah...?"
"Ah, tidak mungkin saya kalah oleh Huang-ho Sian-li,
Pangeran!" kata Ang-mo Niocu bangga. "Akan tetapi sebelum
kami berkelahi lebih lanjut, ada yang melerai. Dia itu murid
Siauw-lim-pai bernama Bu Kong Liang."
"Bu Kong Liang" Hemm, dia termasuk orang yang
membantu Pamanda Pangeran Bouw Hun Ki yang melindungi
Adinda Pangeran Kang Shi." Dia lalu menceritakan tentang
hasil s idang yang diadakan setelah kaisar wafat.
"Selain Kaisar Kang Shi yang masih anak-anak itu
ditetapkan menjadi kaisar menurut surat wasiat, juga
pendamping atau penasihatnya ditentukan nanti sete lah
Pangeran Kang Shi menjadi kaisar. Aku berani memastikan
bahwa dia akan memilih Pamanda Pangeran Bouw yang telah
melindungi dan mendidiknya sejak kecil. Menggemaskan
sekali!" "Tenanglah, Pangeran. Mari kita melihat posisi Paduka.
Jelas sekarang bahwa di sini ada tiga pihak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertentangan. Pertama tentu saja pihak Pangeran Bouw yang
melindungi Pangeran Mahkota, calon kaisar baru. Pihak ke dua
adalah Pangeran Leng, dan pihak ke tiga adalah Paduka
sendiri. Benarkah gambaran saya itu?"
"Benar."
"Nah, sekarang mari kita melihat kekuatan semua pihak.
Pertama kekuatan Pangeran Bouw. Harap Paduka gambarkan
kekuatan pihak ini."
"Pangeran Mahkota sendiri baru berusia sekitar sebelas
tahun dan dia tidak ada artinya. Pangeran Bouw Hun Ki juga
seorang yang lemah, seorang sastrawan. Mereka didukung
beberapa orang panglima dengan pasukannya, akan tetapi
tidak semua. Akan tetapi Pangeran Kang Shi berada dalam
lindungan yang amat kuat. Isteri Paman Pangeran Bouw
adalah seorang wanita sakti, kabarnya dahulu ketika muda ia
juga seorang pendekar berjuluk Sin-hong-cu. Mereka
mempunyai dua orang anak, yang pertama bernama Bouw
Kun Liong dan yang ke dua bernama Bouw Hwi Siang.
Pemuda dan gadis saudara-saudara sepupuku ini pun amat
lihai karena digembleng oleh ibu mereka sendiri. Selain
mereka, ada pula Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa itu, dan
dibantu pula oleh dua orang murid Siauw-lim-pai, yaitu Bu
Kong Liang dan Gui Siang Lin. Sudah terbukti bahwa
kedudukan mereka amat kuat dan tempat perlindungan
Pangeran Mahkota Kang Shi sulit ditembus."
"Lalu bagaimana dengan kekuatan pihak Pangeran Leng
Kok Cun?" "Menurut para penyelidikku, sebetulnya kekuatan Kakanda
Pangeran Leng Kok Cun tidak berapa hebat lagi. Dia memang
telah mempunyai dukungan berupa beberapa orang pejabat
tinggi dan panglima, akan tetapi kekuatannya itu rontok
setelah Thaikam Bong melarikan diri karena membunuh
Ayahanda Kaisar sehingga dia tidak lagi memiliki sekutu yang
berpengaruh di dalam istana. Aku juga heran mengapa dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu gegabah menyuruh Boan Thaikam membunuh Kaisar.
Setahuku, kini orang-orang sakti yang mendukungnya tidaklah
begitu mengkhawatirkan. Mereka hanyalah Pat-chiu Lo-mo,
Hui-eng-to Phang Houw, dan Liong-bu-pangcu Louw Cin
dengan anak buahnya, para anggota Liong-bu-pang."
"Hemm, kalau begitu, dia bukan merupakan saingan berat,
Pangeran."
Pangeran Cu Kiong menghela napas panjang. "Bagi kami
dia tetap berbahaya karena sekarang kami tidak lagi
mempunyai pendukung yang kuat. Dahulu kami mempunyai
Kam-keng Chit-sian, akan tetapi kini tinggal dua orang saja,
yaitu Thio Kwan dan Yu Kok Lun yang telah kaurobohkan tadi.
Juga para pejabat tinggi yang mendukungku tidak sebanyak
mereka yang mendukung Pangeran Leng. Karena itulah maka
kami menghubungi Jenderal Wu Sam Kwi dan mengajak
bekerja sama."
Melihat wajah pangeran itu tampak muram, Ang-mo Niocu
berkata ramah dan menghibur. "Jangan putus asa, Pangeran.
Tidak percuma Paduka mengajak kami bekerja sama. Saya
kira, hal yang terpenting bagi Paduka sekarang adalah
menyingkirkan Pangeran Leng. Kalau dia sudah tidak menjadi
penghalang lagi, maka kita dapat mencurahkan semua tenaga
dan perhatian untuk menghadapi Pangeran Mahkota yang
dilindungi Pangeran Bouw. Kita tunggu saja kedatangan Suhu
dan Susiok-couw. Percayalah, semua pasti beres dan akhirnya
Paduka pasti akan menang dan dapat menguasai tahta
Kerajaan Ceng."
Hati Pangeran Cu menjadi lega dan girang sekali. "Ah,
Niocu, kalau benar kata-katamu dan aku dapat mencapai citacitaku menjadi Kaisar menggantikan Ayahanda, aku tidak akan
melupakan jasamu yang besar dan apa pun yang kau minta,
pasti akan kupenuhi!"
Mendengar ini, tentu saja Ang-mo Niocu menjadi girang
sekali. Pangeran ini lebih gagah dan lebih tampan dibanding
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wu Kongcu atau Wu Kan putera Raja Muda Wu Sam Kwi,
apalagi kalau Pangeran Cu dapat menjadi kaisar, tentu
kedudukannya menjadi yang paling tinggi.
"Benarkah janji itu, Pangeran?"
"Tentu saja benar, dan janji seorang calon kaisar pasti tidak
akan dilanggar. Katakan, apa yang kauminta kalau kelak
perjuangan kita berhasil?"
"Maaf, Pangeran, tentu Paduka sudah mempunyai isteri,
seorang calon permaisuri, bukan?" tanya gadis itu sambil
mengerling tajam penuh arti dan tersenyum manis.
Pangeran Cu Kiong tertawa. "Ha-ha, aku belum mempunyai
isteri, hanya ada beberapa orang selir, Niocu. Apa maksudmu
menanyakan hal itu?"
Wajah yang manis itu berubah kemerahan. "Aih, tidak apaapa, Pangeran, saya hanya... eh, saya juga belum menikah...."
"Ha-ha-ha! Benarkah itu yang kelak kauminta itu" Engkau
ingin menjadi isteriku, menjadi calon permaisuri?"
"Seorang manusia harus memiliki cita-cita yang tinggi,
Pangeran. Kalau Paduka bercita-cita menjadi kaisar, apa
salahnya kalau saya juga bercita-cita menjadi permaisuri?"
Pangeran Cu Kiong gembira sekali. Dia bangkit dan maju
merangkul gadis itu dan menciumnya. Ang-mo Niocu tidak
menolak bahkan membalas dengan mesra.
"Jangan khawatir, Niocu... eh, siapakah namamu, manis?"
"Nama saya Yi Hong, Pangeran."
"Yi Hong, aku berjanji bahwa kalau kelak engkau berhasil
membantu aku menjadi kaisar, engkau akan kuangkat menjadi
permaisuriku. Mari kuperkenalkan dengan para selir dan
pelayan di istanaku ini, Hong-moi (Dinda Hong)!" Cu Kiong
menggandeng tangan gadis itu dengan mesra dan diajaknya
masuk ke bagian dalam gedung itu. Dia memperkenalkan Yi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong atau Ang-mo Niocu kepada lima orang selirnya yang
kesemuanya masih muda dan cantik, dan memperkenalkan
pula kepada para pelayan dan pengawal sebagai tunangannya! Dia memerintahkan kepada mereka semua agar
menghormati dan menaati semua perintah gadis itu.
"Semua perintah Niocu harus ditaati seperti perintahku
sendiri," katanya. "Siapa melanggar akan dihukum berat."
Diam-diam Thio Kwan dan Yu Kok Lun menjadi terkejut
sekali. Tadi mereka bersikap kurang hormat kepada gadis itu
dan untung mereka tidak menerima hukuman berat.
Tentu saja Ang-mo Niocu Yi Hong sendiri tidak pernah
menduga bahwa pangeran yang tampan dan cerdik itu hanya
hendak memanfaatkan dirinya
sebagai kekasih yang
menggairahkan dan sebagai pembantu yang memiliki ilmu s ilat
tinggi. Sedikit pun tidak ada niat di hati Pangeran Cu Kiong
untuk mengambil seorang gadis kang-ouw yang liar dan kasar
sepertinya, apalagi yang bersuku bangsa Yao, menjadi
permaisuri kelak kalau dia berhasil menjadi kaisar!
(Oo-dwkz-jTn-oO)
Belasan hari kemudian. Suasana berkabung masih meliputi
kota raja. Dalam masa perkabungan selama seratus hari itu
tidak ada penduduk yang berani mengadakan pesta dan
bersenang-senang. Bahkan mereka yang hendak mengadakan
perayaan pernikahan anak mereka pun terpaksa diundur
sampai lewatnya masa perkabungan kematian kaisar itu.
Pangeran Leng Kok Cun, seperti juga Pangeran Cu Kiong,
merasa penasaran dan marah sekali. Semua usahanya telah
gagal sama sekali. Memang, usahanya membunuh ayahnya
sendiri yang dilakukan Thaikam Boan, berhasil. Kaisar
terbunuh dan Thaikam Boan dapat melarikan diri sehingga
tidak tertawan dan tidak membongkar rahasianya, akan tetapi
hasilnya sama saja. Sama sekali tidak menguntungkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginya. Malah lebih payah lagi. Ternyata ayahnya
meninggalkan surat wasiat yang mengangkat Pangeran Kang
Shi menjadi pengganti Kaisar! Dan lebih celaka lagi, dia tidak
dapat memaksa agar dirinya dijadikan pelindung dan
pendamping adiknya, Pangeran Kang Shi yang masih kecil itu.
Yang menjadi halangan adalah Pangeran Bouw Hun Ki, dan
tentu saja Ciu Thian Hwa! Sialan, ayahnya sebelum mati
memberi Tek-pai kepada Ciu Thian Hwa sehingga gadis itu
dapat mempengaruhi semua orang yang takut kepada
pemegang Tek-pai. Dan dia pun kembali tidak berdaya! Kini,
harapan menjadi pengganti Kaisar lenyap, bahkan harapan
menjadi pendamping adiknya pun sia-sia! Dia marah sekali
dan memutar otak untuk mencari jalan yang baik agar
ambisinya tercapai.
Malam itu gelap sekali. Tidak ada bulan, ditambah adanya
awan mendung membuat malam itu gelap gulita karena tiada
bintang yang tampak. Langit merupakan kehitaman pekat dan
hanya sekali-kali saja tampak cahaya halilintar disusul suara
guntur yang terdengar lapat-lapat saking jauhnya.
Pangeran Leng Kok Cun mengadakan rapat dengan para
pembantunya di ruangan tertutup dalam gedungnya. Yang
hadir adalah Pat-chiu Lo-mo, kakek berusia enam puluh tiga
tahun yang tubuhnya kurus bongkok dan mukanya buruk. Patchiu Lo-mo ini bernama Cio Kiat, seorang tokoh sesat dunia
kang-ouw di bagian Utara. Senjatanya adalah sebatang
tongkat, sebuah Yang-liu-san (Kipas Cemara) dan beberapa
buah hui-to (pisau terbang) terselip di pinggangnya. Tokoh ini
memang merupakan pembantu setia sejak dulu dari Pangeran
Leng dan dialah yang mencarikan jagoan-jagoan yang mau
mendukung Pangeran Leng dengan janji yang muluk-muluk
kalau usaha pangeran itu berhasil.
Orang kedua yang hadir adalah seorang pembantu baru.
Tokoh ini seorang datuk besar yang amat lihai, berjuluk Bu-lim
Sai-kong (Kakek Singa Rimba Persilatan). Usianya sekitar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
enam puluh tahun, tubuhnya tinggi besar seperti raksasa,
rambut kepalanya kemerahan terurai sebagian menutupi
mukanya yang merah sehingga muka itu mirip muka seekor
singa. Di pinggangnya tergantung sebatang golok gergaji
besar dan Bu-lim Sai-kong ini selain memiliki tenaga besar dan
ilmu goloknya berbahaya sekali, juga dia memiliki tenaga
besar dan ilmu goloknya berbahaya sekali, juga dia memiliki
sin-kang yang kuat dan mahir pula menggunakan ilmu sihir.
Dia amat dihormati Pat-chiu Lo-mo yang berhasil menariknya
untuk membantu Pangeran Leng karena Pat-chiu Lo-mo yang
lihai itu maklum bahwa tingkat kepandaian Si Muka Singa ini
jauh lebih kuat dan lebih tangguh daripada tingkat
kepandaiannya sendiri! Adapun dua orang lagi yang hadir
adalah Phang Houw yang berjuluk Hui-eng-to (Golok Garuda
Terbang) karena dia terkenal dengan ilmu goloknya Hui-engto-hoat yang cukup dahsyat. Tubuhnya gemuk pendek dengan
wajah bundar kekanak-kanakan, akan tetapi gerak-geriknya
sombong. Dan seorang bertubuh tinggi kurus, usianya sebaya
dengan Phang Houw, sekitar empat puluh empat tahun. Si
Tinggi Kurus ini bernama Louw Cin dan dia adalah ketua
perkumpulan Liong-bu-pang dari kota Tui-lok. Dia pun sudah
lama bergabung dengan Pat-chiu Lo-mo, bahkan mengerahkan anak buahnya para anggota Liong-bu-pang
sebanyak kurang lebih lima puluh orang yang selalu bersiap
membantu Pangeran Leng. Louw Cin ini terkenal dengan
senjata ruyung besinya
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang berduri dan tampak menyeramkan. Mereka berlima duduk mengelilingi sebuah meja besar,
berunding sambil minum-minum. Pangeran Leng sudah
mengambil keputusan nekat. Malam itu dia akan mengerahkan
para pembantunya untuk membunuh Pangeran Bouw Hun Ki
dan Ciu Thian Hwa, karena dua orang inilah yang merupakan
penghalang utama sehingga dia tidak dapat menguasai
kerajaan dengan menjadi pendamping dan penasihat adiknya
yang diangkat menjadi kaisar, yaitu Pangeran Kang Shi yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih kecil. Kalau dia dapat menjadi pelindung atau
pendamping calon kaisar yang masih kanak-kanak itu, sama
saja dengan dia sendiri yang menjadi kaisar dan memimpin
pemerintah. Kalau sudah begitu, segala hal dapat dia atur
sesukanya, bahkan mudah saja untuk kemudian melenyapkan
Kaisar Kang Shi yang masih kanak-kanak sehingga dia sebagai
kakaknya tentu dapat menggantikannya menjadi kaisar,
apalagi kalau dia sudah menjadi pendamping kaisar!
Perebutan kekuasaan terjadi di mana-mana. Setiap orang
memiliki keinginan untuk mendapat kekuasaan, baik hal itu
terjadi di dalam keluarga, di dalam masyarakat, perkumpulan,
perusahaan, di antara karyawan, sampai ke para pembesar
dan pejabat. Untuk memperebutkan kekuasaan, manusia
dapat bertindak apa saja. Tujuan menghalalkan segala cara!
Untuk mencapai tujuan itu, segala cara licik dan kejam
dilakukan orang. Bahkan terjadi saling bunuh antara saudara,
antara bangsa, sampai menjalar kepada perang antar bangsa.
Semua demi memperoleh kekuasaan! Yang menang itu
berkuasa, dan yang berkuasa itu pasti benar dan senang. Jadi,
memperebutkan kekuasaan itu pada hakekatnya untuk
mencari kesenangan dan kesenangan biasanya bisa diperoleh
dengan uang. Dengan sendirinya, permusuhan, perang,
perebutan kekuasaan itu tiada lain hanyalah memperebutkan
harta karena harta mendatangkan kesenangan!
Andaikata kekuasaan yang diperebutkan itu tidak
mendatangkan uang, adakah kiranya orang yang memperebutkannya" Kedudukan atau kekuasaan sebagai
pengurus perkumpulan sosial yang biasanya tidak mendatangkan keuntungan uang, tidak pernah diperebutkan,
bahkan dia yang ditunjuk mencari berbagai alasan untuk
menolaknya. Akan tetapi sebuah kedudukan atau kekuasaan
yang akan mendatangkan banyak uang, pasti menjadi
rebutan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kekuasaan dapat membuat seseorang menjadi gila
kekuasaan. Merasa dirinya paling atas dan biasanya hal ini
mendatangkan ketinggian hati dan melahirkan tindakan
sewenang-wenang. Terutama sekali, orang yang memegang
kekuasaan selalu dirubung penjilat-penjilat yang ingin
mendapatkan bagian dari keuntungannya berupa harta.
Kenyataan seperti ini terdapat di sepanjang jaman dan terjadi
pada para penguasa, sejak jaman dahulu sampai sekarang.
JILID X PANGERAN Leng Kok Cun sering membayangkan betapa
senangnya kalau dia menjadi kaisar. Segala keinginannya pasti
terkabul, segala perintahnya pasti ditaati orang. Kehormatan,
kemuliaan, kemewahan, akan berlimpah memenuhi kehidupannya setiap hari. Ingin memuaskan mata menikmati
pemandangan indah, tinggal perintah dan para pembantunya
akan menyediakannya. Ingin memuaskan telinga menikmati
pendengaran merdu, ingin memuaskan penciuman menikmati
harum-haruman, ingin memuaskan mulut menikmati makanan
apa saja, semua tinggal perintah dan pasti akan terlaksana.
Ingin wanita cantik yang mana pun, tinggal menggapai pasti
akan dimilikinya. Membayangkan segala kesenangan ini
membuat Pangeran Leng semakin bernafsu untuk meraihnya,
kalau perlu dengan jalan apapun juga. Membunuh atau
menyuruh bunuh ayah kandung sendiri pun sudah dia
lakukan! Pangeran Leng lupa atau buta akan kenyataan, seperti
semua orang yang sedang dilanda nafsu keinginan
mendapatkan sesuatu, bahwa bayangan dan kenyataan itu
berbeda jauh, seperti bumi dengan langit. Lupa bahwa segala
macam bayangan kesenangan itu akan hilang tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
artinya kalau dia terserang penyakit yang paling sederhana
sekalipun, seperti misalnya sakit gigi, kepala pening, sakit
perut, sakit mata, dan sebagainya. Semua kesenangan itu
tidak akan dapat dinikmati lagi, kalah oleh kesengsaraan
sebuah penyakit yang paling sederhana! Juga lupa bahwa
segala macam bentuk kesenangan, baik itu yang dinikmati
melalui mata, telinga, hidung, mulut dan indera lainnya, akan
mendatangkan kebosanan. Yang paling dapat menikmati
sesuatu adalah dia yang belum memiliki sesuatu itu, dinikmati
benar melalui pikiran yang membayangkannya. Akan tetapi
kalau sesuatu itu telah dimilikinya, maka yang datang adalah
kebosanan. Semua kesenangan duniawi, kesenangan badani
pasti mendatangkan kebosanan karena nafsu keinginan itu
menjangkau yang lain lagi, yang belum dimilikinya! Yang
sudah terdapat menjadi bosan dan yang tampak nikmat dan
indah adalah sesuatu yang belum didapat! Beginilah ulah
nafsu keinginan!
Berbahagialah orang yang dapat menikmati APA ADANYA,
menikmati saat demi saat, apa pun yang terjadi padanya, apa
pun yang diperolehnya, yang selalu bersukur dan memuji
nama Yang Maha Kasih atas apa saja yang terjadi padanya
dan menerimanya sebagai karunia yang dianugerahkan
kepadanya, tanpa memperhitungkan untung rugi atau enak
tidak enak! Seperti yang telah disepakati, menjelang tengah malam,
Pat-chiu Lo-mo, Bu-lim Sai-kong, Hui-eng-to Phang Houw,
Louw Cin dan sekitar lima puluh orang anggota Liong-bu-pang
berangkat menuju gedung tempat tinggal Pangeran Bouw Hun
Ki. Tugas mereka adalah untuk membunuh Pangeran Bouw
Hun Ki dan Huang-ho Sian-li Ciu T hian Hwa!
Semula Pangeran Leng Kok Cun memang merasa ragu. Dia
maklum betapa kuatnya mereka yang berada di gedung
Pangeran Bouw Hun Ki. Akan tetapi Pat-chiu Lo-mo
menghiburnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan khawatir, Pangeran. Dengan adanya Bu-lim Saikong, yakinlah bahwa malam nanti Pangeran Bouw Hun Ki
pasti akan mampus! Adapun tentang diri Huang-ho Sian-li,
biarpun ia merupakan lawan yang cukup tangguh, namun
saya yakin kami berdua pasti sanggup membunuhnya. Pula,
siasat kita akan membuat mereka itu terpencar sehingga
menjadi lemah."
"Hoa-ha-ha! Pangeran, percayalah kepada saya! Sekali Bulim Sai-kong bergerak, pasti musuh akan terpenggal lehernya
oleh golok saya ini, ha-ha-ha!"
Mereka berangkat dengan terpencar, kegelapan malam itu
melindungi mereka sehingga mereka dengan mudah dapat
tiba di luar tembok pagar gedung tempat tinggal Pangeran
Bouw Hun Ki. Sesuai dengan siasat yang sudah mereka atur
dan rencanakan sebelumnya secara masak, Pang Houw dan
Louw Cin memimpin kurang lebih lima puluh orang anak buah
Liong-bu-pang. Sebagian, dipimpin oleh Pang Houw, melepas
anak panah berapi ke arah belakang, kanan dan kiri gedung
sehingga tak lama kemudian terjadi kebakaran di tiga tempat
itu. Setelah terjadi kebakaran dan terdengar kegemparan di
sebelah dalam, Louw Cin memimpin anak buahnya untuk
menyerbu ke pintu gerbang. Diserang secara serentak dalam
kegelapan itu, para prajurit yang melakukan penjagaan di
gedung itu menjadi panik juga. Jumlah para petugas yang
bergilir hanya sekitar tiga puluh orang, ini pun dibagi. Ada
yang bertugas di pintu gerbang, ada yang bertugas di
sekeliling rumah dan ada yang meronda. Maka sekitar lima
belas orang yang bertugas jaga di pintu gerbang, tentu saja
terkejut ketika diserbu puluhan orang yang bersenjata ruyung
semua. Memang semua anggota Liong-bu-pang bersenjata
ruyung seperti ketua mereka.
Seluruh isi gedung Pangeran Bouw Hun Ki menjadi sibuk.
Sebagian prajurit memadamkan kebakaran di tiga bagian, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sisanya menyambut serbuan musuh. Kini, anak buahnya yang
dipimpin Phang Houw, sudah membantu kawan-kawan
mereka pula, menyerbu di pintu gerbang sehingga terjadi
pertempuran yang tidak seimbang. Lima puluh orang
mendesak lima belas orang prajurit!
Akan tetapi, tiba-tiba muncul empat orang muda yang amat
dahsyat gerakan mereka. Mereka adalah Bu Kong Liang yang
mengamuk dengan siang-kek (sepasang tombak pendek
bercagak) didampingi Bouw Kun Liong yang bersenjata siangkiam (sepasang pedang), dan Bouw Hwi Siang yang
bersenjata siang-kiam pula didampingi Gui Siang Lin yang juga
bersenjata siang-kiam. Munculnya empat orang muda lihai ini
membuat para penyerang menjadi kocar-kacir.
Dengan marah Pang Houw menerjang dengan goloknya.
Dia disambut Bu Kong Liang yang sudah menggerakkan
sepasang tombak pendeknya. Tombak kiri menangkis bacokan
golok, dan tombak kanan membalas dengan tusukan ke arah
perut. Phang Houw terkejut ketika merasa betapa tangannya
yang memegang golok tergetar hebat oleh tangkisan itu dan
cepat dia melangkah mundur dan memutar tubuh untuk
menghindarkan diri dari tusukan tombak pendek. Goloknya
lalu berkelebat menyambar lagi namun selalu serangannya
dapat ditangkis oleh Bu Kong Liang. Segera mereka berdua
bertanding dengan mati-matian.
Liong-bu-pangcu Louw Cin juga penasaran. Bagaimanapun
juga dia mengandalkan jumlah anak buahnya yang lebih
banyak. Tadi dia mengamuk, akan tetapi melihat di pihak
musuh muncul dua orang gadis dan dua orang pemuda yang
lihai gerakannya, dia cepat maju untuk membantu Phang
Houw. Akan tetapi ruyungnya bertemu dengan sebatang
pedang di tangan kiri Bouw Kun Liong.
"Tranggg...!" Bunga api berpijar dan Louw Cin terdorong
mundur dua langkah. Dia terkejut sekali karena dari tangkisan
tadi dia maklum bahwa lawan ini seorang pemuda yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki tenaga yang amat kuat. Akan tetapi dia tidak diberi
kesempatan untuk berdiam diri karena sepasang pedang di
tangan Bouw Kun Liong kini menyambar-nyambar bagaikan
dua ekor naga mengamuk. Louw Cin melawan sekuat tenaga
dan mereka berdua pun bertanding dengan seru dan matimatian. Sementara itu, dua orang gadis cantik yang gagah perkasa
itu, Bouw Hwi Siang dan Gui Siang Lin, mengamuk bagaikan
dua ekor harimau betina yang dikeroyok banyak anjing srigala.
Mereka menubruk ke kanan kiri dan depan, terkadang
memutar tubuh dan pedang mereka membentuk-sinar
bergulung-gulung. Terkadang ada lawan terkena sambaran
sinar itu dan dia roboh mandi darah. Pertempuran itu terjadi di
pekarangan yang hanya diterangi lampu gantung di depan
gardu sehingga cuacanya remang-remang. Hal ini ma lah
menyukarkan bagi para pengeroyok karena gerakan dua orang
gadis itu lincah dan cepat sekali.
Pada saat itu, di sebelah dalam gedung, di ruangan yang
luas terjadi pula perkelahian yang tidak kalah hebatnya. Tadi,
melihat anak buahnya sudah berhasil melakukan pembakaran
dan menyerbu pintu gerbang, Pat-chiu Lo-mo dan Bu-lim Saikong segera melompati pagar tembok dan mereka berhasil
memasuki gedung dari atas atap. Akan tetapi saat itu semua
penghuni gedung sudah terbangun oleh keributan itu.
Pangeran Bouw Hun Ki yang maklum bahwa ada penjahat
menyerbu dan mereka itu tentu bermaksud membunuh
Pangeran Mahkota, cepat mengajak Pangeran Kang Shi
memasuki sebuah ruangan rahasia yang sengaja dibangun
untuk menyembunyikan Pangeran Mahkota dari ancaman
bahaya. Pangeran Bouw Hun Ki tinggal di situ, bersembunyi
bersama Pangeran Mahkota. Akan tetapi Bouw Hujin dan Ciu
Thian Hwa menduga bahwa yang diincar para penyerbu itu
sudah pasti Pangeran Mahkota Kang Shi, maka keduanya
cukup membiarkan Bu Kong Liang, Bouw Kun Liong, Gui Siang
Lin, dan Bouw Hwi Siang berempat membantu para prajurit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal menghadapi serbuan para penjahat, sedangkan
mereka berdua siap dan waspada menjaga ruangan tengah
yang luas di mana terdapat pintu tembusan rahasia ke tempat
persembunyian Pangeran Kang Shi.
Dua orang wanita perkasa ini sama sekali tidak mengira
bahwa dugaan mereka sekali ini keliru. Bukan Pangeran Kang
Shi yang menjadi sasaran pembunuhan, melainkan Pangeran
Bouw Hun Ki dan Ciu Thian Hwa yang dianggap sebagai
penghalang tercapainya niat Pangeran Leng untuk menjadi
pendamping adiknya, Pangeran Kang Shi kalau nanti
dinobatkan sebagai kaisar!
Ketika ada dua sosok bayangan melayang turun dari atas
atap dan memasuki ruangan yang luas itu, Bouw Hujin dan
Thian Hwa masih mengira bahwa dua orang itu tentu hendak
mencari Pangeran Kang Shi. Thian Hwa segera mengenal
seorang dari mereka yang bukan lain adalah Pat-chiu Lo-mo,
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
musuh lama yang pernah ia lawan ketika ia dahulu membantu
Pangeran Cu Kiong yang pada waktu itu disangkanya seorang
yang baik budi. Bahkan dalam pertandingan yang seru, ia
berhasil mengalahkan Pat-chiu Lo-mo walaupun tidak sampai
membunuhnya. Adapun orang ke dua yang muncul bersama
Pat-chiu Lo-mo sama sekali tidak dikenalnya. Laki-laki berusia
enam puluh tahun itu tampak menyeramkan dengan mukanya
yang seperti muka singa, rambut merah riap-riapan, tubuh
tinggi dan kekar. Juga Bouw Hujin yang dahulu seorang
pendekar wanita, belum pernah melihatnya.
"Pat-chiu Lo-mo jahanam busuk! Engkau tentu utusan
Pangeran Leng untuk melakukan kejahatan, akan tetapi
sekarang aku tidak akan mengampuni dan membiarkanmu
hidup!" Thian Hwa membentak marah dan menudingkan
pedangnya ke arah muka kakek kurus bongkok itu.
Pat-chiu Lo-mo merasa jerih terhadap Huang-ho Sian-li Ciu
Thian Hwa yang sudah dia kenal kelihaiannya. Dia lebih
memandang rendah kepada Nyonya Bouw Hun Ki. Walaupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia sudah mendengar bahwa isteri Pangeran Bouw ini juga
seorang wanita yang memiliki kepandaian silat tinggi, namun
dia menganggap mustahil kalau ia lebih lihai daripada Huangho Sian-li. Maka dia memberi isyarat kepada Bu-lim Sai-kong
agar kawannya itu menghadapi Huang-ho Sian-li dan dia yang
akan melawan Bouw Hujin.
Akan tetapi Bu-lim Sai-kong yang berwatak sombong sekali
dan menganggap bahwa di dunia ini dialah yang paling hebat,
memandang rendah dua orang wanita itu dan dia tertawa.
Suara tawanya juga aneh, mirip singa mengaum, kepalanya
didongakkan, mulutnya dibuka lebar dan terdengar auman
yang menggetarkan jantung. Karena auman itu merupakan
pengerahan kekuatan sihir atau ilmu hitam yang menggunakan tenaga berasal dari roh jahat, dan sengaja
dikerahkan dan ditujukan kepada Bouw Hujin dan Thian Hwa,
maka dua orang wanita itu tiba-tiba merasa betapa isi dada
mereka terguncang dan kepala mereka menjadi pening dan
kacau! Hampir saja Thian Hwa terpengaruh dan terbawa ikut
tertawa dan kalau hal ini terjadi, maka berarti ia akan tunduk
di bawah pengaruh Sai-kong itu. Akan tetapi tiba-tiba Bouw
Hujin berseru nyaring.
"Segala ilmu setan tidak akan dapat mengganggu batin
yang bersih!"
Mendengar ini, Thian Hwa sadar bahwa dirinya diserang
melalui suara tawa itu dengan ilmu sihir, maka cepat ia
mengerahkan tenaga saktinya, memusatkan perhatian
menolak pengaruh itu dan seketika pengaruh itu pun
menghilang. Bu-lim Sai-kong merasa penasaran melihat dua orang
wanita itu tidak dapat dia pengaruhi, maka dia cepat
berkemak-kemik membaca mantera, lalu mengangkat kedua
tangannya ke atas seperti kedua kaki depan biruang hendak
menerkam. Matanya mencorong seperti mengeluarkan api dan
dia berkata dengan suara yang menggelegar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian dua orang wanita lemah, hayo berlututlah di depan
Bu-lim Sai-kong!" Dari kedua tangannya itu seolah keluar
hawa yang bergetar kuat.
Kembali Huang-ho Sian-li merasa seolah-olah kedua
lututnya gemetar dan hampir saja
ia benar-benar menjatuhkan diri berlutut. Kekuatan sihir Bu-lim Sai-kong
memang hebat. Ia harus mengerahkan seluruh tenaga untuk
melawan pengaruh yang amat kuat itu. Untung baginya
bahwa Bouw Hujin berada di situ. Nyonya Bouw ini jauh lebih
berpengalaman dibandingkan Thian Hwa dalam menghadapi
serangan sihir macam itu.
Ketika Bu-lim Sai-kong menyerang dengan sihir untuk
kedua kalinya, Bouw Hujin tidak sabar lagi.
"Pergilah!" bentaknya, dan dari tangannya menyambar tiga
sinar putih ke arah Sai-kong itu. Ternyata jalan pikiran Nyonya
Bouw sama dengan Thian Hwa karena Huang-ho Sian-li ini
juga sudah menyambitkan Pek-hwa-ciam ke arah Pat-chiu Lomo. Hampir berbareng, tiga buah Gin-seng-piauw (Piauw
Bintang Perak) dan tiga batang Pek-hwa-ciam (Jarum Bunga
Putih) meluncur ke arah Bu-lim Sai-kong dan Pat-chiu Lo-mo!
Akan tetapi dua orang kakek itu juga bukan orang
sembarangan. Pat-chiu Lo-mo sudah berhasil menyampok
atau mengebut tiga batang jarum yang dilepas Thian Hwa
dengan Yang-liu-san (Kipas Cemara) yang berada di tangan
kirinya. Sedangkan Sai-kong itu pun sudah berhasil menangkis
tiga buah Gin-seng-piauw dengan golok besar di tangan
kanannya. Melihat ilmu sihirnya tidak mampu menundukkan dua orang
wanita itu, baru Bu-lim Sai-kong menyadari bahwa dia
berhadapan dengan dua orang wanita yang lihai, terutama
Nyonya Bouw. Maka setelah menangkis Gin-seng-piauw, dia
langsung saja menyerang nyonya itu. Bouw Hujin juga
sengaja menghadapi kakek muka singa ini karena dia dapat
menduga bahwa Si Muka Singa inilah yang merupakan lawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbahaya. Mungkin kalau bertanding ilmu silat, belum tentu
Thian Hwa akan kalah karena tingkat kepandaian gadis Dewi
Sungai Kuning itu tidak jauh selisihnya dengan tingkat
kepandaiannya sendiri. Akan tetapi agaknya T hian Hwa belum
begitu kuat menghadapi serangan ilmu sihir. Maka melihat
Sai-kong itu menggerakkan goloknya yang menyeramkan,
golok yang besar dan berat dengan punggung golok
berbentuk gergaji, Bouw Hujin cepat memainkan sepasang
pedangnya dengan Bu-tong Kiam-sut (Ilmu Pedang Bu-tongpai) yang terkenal indah dan juga lembut namun kuat sekali.
Menghadapi golok besar yang digerakkan tenaga raksasa itu,
Bouw Hujin cepat memainkan kedua pedangnya dengan ilmu
pedang Thai-kek-kiam dari Bu-tong-pai.
"Mampus kau!" Bu-lim Sai-kong membentak, bentakan
yang tetap mengandung getaran hebat ilmu sihir yang sudah
merupakan serangan pendamping, lalu goloknya menyambar
dari kanan ke kiri mengarah ke leher Bouw Hujin.
Bouw Hujin bergerak cepat, menggunakan jurus Yancupok-cui (Burung Walet Menyambar Air), ia merendahkan
tubuhnya, agak membungkuk, pedang kanan melintang depan
kedua kakinya, pedang kiri diacungkan ke atas, lalu pedang
kanan cepat menyambar ke atas membalas dengan tusukan
dari bawah ke arah tenggorokan lawan sambil berdiri dengan
kaki kanan, kaki kiri mengangkat lututnya.
Gerakannya lembut namun mengandung tenaga sin-kang
dan tahu-tahu pedangnya sudah meluncur ke arah
tenggorokan Bu-lim Sai-kong. Kakek muka singa ini cepat
menangkis sambil mengerahkan seluruh tenaga untuk
membuat pedang itu terpental. Namun, seperti hidup pedang
itu mengelak sehingga tidak sampai terpukul golok yang besar
dan berat. Perkelahian berlangsung seru dan menegangkan.
Gerakan Bu-lim Sai-kong bagaikan seekor harimau yang kuat
dan kasar, menubruk dan mencengkeram, akan tetapi Bouw
Hujin bergerak perlahan, seolah tanpa tenaga, terkadang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam, bagaikan seekor ular yang menghadapi serangan
harimau yang kasar. Biarpun gerakannya perlahan, namun
waspada dan semua serangan dapat dihindarkan dengan baik,
bahkan serangan balasannya terjadi cepat dan tidak terdugaduga sehingga sering kali Bu-lim Sai-kong berseru kaget.
Sementara itu, Thian Hwa yang marah sekali melihat
musuh besarnya, sudah menerjang Pat-chiu Lo-mo dengan
ilmu pedang Huang-ho Kiam-hoat (Ilmu Pedang Sungai
Kehidupan Para Pendekar 6 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Kisah Si Rase Terbang 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama