Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo Bagian 6
Kuning) yang khas. Ilmu pedang ini gubahan Thian Bong
Sianjin, merupakan perkembangan dari Kwan-im Kiam-hoat
(Ilmu Pedang Dewi Kwan Im). Pat-chiu Lo-mo yang memang
sudah merasa jerih menghadapi Thian Hwa, segera terdesak
hebat walaupun dia sudah me lawan mati-matian dengan
tongkatnya dan kipasnya. Kakek kurus bongkok ini bahkan
merasa terkejut karena dibandingkan sekitar dua tahun yang
lalu, gadis ini ternyata kini jauh lebih lihai lagi! Dia tentu saja
tidak tahu bahwa gadis ini telah memperdalam lagi ilmu
silatnya di bawah gemblengan gurunya yang juga menjadi
kakek angkatnya!
Lebih panik lagi hatinya ketika dia sempat melirik ke arah
temannya, ternyata Bu-lim Sai-kong yang amat dia andalkan,
yang sudah membuka mulut besar meyakinkan hati Pangeran
Leng bahwa mereka berdua pasti dapat membunuh Pangeran
Bouw Hun Ki dan Huang-ho Sian-li, sekarang juga terdesak
hebat oleh Bouw Hujin yang agaknya tidak kalah lihai
dibandingkan Huang-ho Sian-li!
Setelah bertanding selama tiga puluh jurus lebih dan
mereka berdua semakin terdesak, Pat-chiu Lo-mo maklum
bahwa tugasnya telah gagal dan kalau mereka tidak cepat
pergi, akan berbahaya sekali bagi mereka.
"Sai-kong, kita pergi!" katanya dan dia membanting sebuah
benda seperti bola yang meledak dan mengeluarkan asap
hitam bergumpal-gumpal!
"Tahan napas dan kejar!" Bouw Hujin berseru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Hwa maklum dan ia pun cepat menerjang asap dan
melakukan pengejaran bersama Nyonya Bouw. Melihat dua
bayangan kakek itu lari ke arah taman, mereka mengejar
terus. Tiba-tiba ada dua sinar menyambar ke arah Bouw Hujin
dan Thian Hwa. Ternyata itu adalah hui-to (pisau terbang)
beracun yang disambitkan Pat-chiu Lo-mo. Namun dengan
mudah dua orang wanita perkasa itu menangkis dengan
pedang mereka, lalu seperti diingatkan oleh serangan hui-to
tadi, mereka menyerang sambil mengejar, menyambitkan
senjata rahasia mereka dengan gencar. Pek-hwa-ciam yang
disambitkan Thian Hwa menjadikan Pat-chiu Lo-mo sebagai
sasaran, sedangkan Gin-seng-piauw dari Nyonya Bouw
menyerang Bu-lim Sai-kong.
Tiba-tiba Pat-chiu
Lo-mo berteriak
dan tubuhnya terpelanting. Melihat kawannya roboh, Bu-lim Sai-kong cepat
menyambar tubuh kawannya yang terluka dan melemparkan
dengan tenaga yang kuat sekali ke arah kedua orang wanita
yang mengejarnya!
Bouw Hujin dan Thian Hwa terkejut. Cepat mereka
mengelak dan pedang mereka berkelebat. Tubuh Pat-chiu Lomo roboh dan tewas karena terbabat pedang dua orang
wanita perkasa itu. Akan tetapi bayangan Bu-lim Sai-kong
sudah hilang dalam kegelapan malam. Mereka maklum bahwa
tidak ada gunanya mengejar dalam gelap, maka mereka lalu
cepat berlari ke arah dalam istana dan kemudian ke halaman.
Ternyata para penyerbu itu sudah roboh semua. Banyak yang
tewas dan yang tertangkap mengaku bahwa mereka adalah
anak buah Liong-bu-pang yang dipimpin oleh Phang Houw dan
Louw Cin yang juga tewas di tangan Bouw Kun Liong dan Bu
Kong Liang. Tadi, Bouw Hwi Siang dan Gui Siang Lin juga
mengamuk bagaikan dua ekor naga betina, merobohkan
banyak penyerbu. Di pihak Pangeran Bouw, terdapat beberapa
orang prajurit yang tewas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa memaksa mereka yang
tertawan untuk mengaku, siapa yang mengirim mereka dan
apa maksud serbuan itu. Mereka tidak berani menyangkal lagi
dan mengatakan bahwa penyerbuan itu adalah siasat yang
direncanakan Pangeran Leng Kok Cun bersama Pat-chiu Lomo, Bu-lim Sai-kong, Phang Houw dan Louw Cin dengan
maksud membunuh Pangeran Bouw Hun Ki dan Huang-ho
Sian-li Ciu Thian Hwa!
"Hemm sekarang kesempatan bagiku untuk menangkap
pengkhianat itu!" kata Thian Hwa marah di depan Pangeran
Bouw yang sudah keluar dari persembunyiannya, dan yang
lain-lain. Gadis ini marah sekali.
"Akan tetapi engkau harus membawa Tek-pai itu agar dia
mau menyerahkan diri tanpa harus menggunakan kekerasan,
Thian Hwa," kata Pangeran Bouw Hun Ki.
"Baik, Paman Pangeran," kata Thian Hwa lalu malam itu
juga ia pergi seorang diri dengan cepat menuju ke gedung
tempat tinggal Pangeran Leng Kok Cun. Bouw Hujin tidak
melarang karena wanita ini percaya akan kemampuan Thian
Hwa. Para prajurit lalu dikerahkan mengurus mayat-mayat dan
membawa musuh yang masih hidup menjadi tawanan ke
penjara. (Oo-dwkz-jTn-oO)
Pada malam hari itu, sebelum kaki tangan Pangeran Leng
Kok Cun menyerbu gedung Pangeran Bouw, di gedung
Pangeran Cu Kiong, pangeran itu bersama Ang-mo Niocu yang
sudah menjadi kekasih barunya mengadakan pesta makan
minum menyambut kedatangan dua orang penting utusan
Jenderal Wu Sam Kwi. Mereka adalah Lam-hai Cin-jin, guru
Ang-mo Niocu, dan seorang lagi yang bernama Ngo-heng Kuiong. Mereka sengaja datang sebagai utusan Jenderal Wu Sam
Kwi, menyusul Ang-mo Niocu yang berangkat lebih dulu, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka ditugaskan membantu Pangeran Cu Kiong yang kini
menjadi sekutu Jenderal Wu Sam Kwi.
Lam-hai Cin-jin, Datuk Selatan ini adalah guru Ang-mo
Niocu. Dia seorang laki-laki berusia sekitar enam puluh tahun
dan dia menjadi orang kepercayaan Wu Sam Kwi, bahkan
memiliki kedudukan sebagai Koksu (Guru Negara) dari
pemerintahan Wu Sam Kwi yang berada di Yunnan-hu. Lamhai Cin-jin ini bertubuh pendek dengan perut gendut sekali,
mukanya kekanak-kanakan. Akan tetapi sesungguhnya dia
adalah seorang yang sakti dan lihai, memiliki ilmu pukulan
beracun yang disebut Hek-tok-ciang (T angan Racun Hitam).
Selain ahli racun yang pandai, Lam-hai Cin-jin juga memiliki
ilmu silat tinggi dan tenaga sin-kang yang kuat. Senjatanya
berupa ruyung berduri amat berbahaya dan dahsyat.
Orang ke dua yang berjuluk Ngo-beng Kui-ong (Raja Setan
Lima Nyawa) lebih menyeramkan lagi. Usianya sudah sekitar
delapan puluh tahun dan dia adalah susiok (paman guru) dari
Lam-hai Cin-jin. Wajahnya kurus dan pucat seperti mayat
hidup, tubuhnya yang tinggi kurus itu dibungkus kain serba
putih. Kakek tua renta ini tampaknya lemah, akan tetapi
sesungguhnya dia memiliki ilmu yang tinggi. Ilmu silatnya
aneh dan dahsyat karena mengandung tenaga sihir dan
tenaga sakti, dan dalam hal racun, dia ma lah lebih lihai
daripada Lam-hai Cin-jin.
Setelah mendengar semua penjelasan Ang-mo Niocu
tentang keadaan di kota raja Kerajaan Ceng, dan tentang
rencana yang telah diatur oleh gadis itu dan Pangeran Cu
Kiong, dua orang kakek itu menjanjikan bahwa malam itu
mereka pasti akan membunuh Pangeran Leng yang menjadi
penghalang utama cita-cita Pangeran Cu Kiong. Pangeran Cu
Kiong lalu menjamu dua orang itu dan mereka sedang makan
minum dengan gembira ketika mereka mendengar bahwa para
jagoan pembantu Pangeran Leng bersama anak buahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam itu menyerbu gedung Pangeran Bouw Hun Ki di mana
terdapat Pangeran Mahkota Kang Shi.
"Aha, ini kesempatan yang amat baik!" Pangeran Cu Kiong
berseru. "Pangeran Leng tentu mengerahkan seluruh
jagoannya ke gedung Pangeran Bouw Hun Ki dan dia berada
sendirian di gedungnya. Kesempatan baik sekali bagi kita
untuk membunuhnya. Aku sendiri akan ikut ke sana!"
Demikianlah, mereka semua pergi ke gedung Pangeran
Leng. Pangeran Cu Kiong diikuti Lam-hai Cin-jin, Ngo-beng
Kui-ong, Ang-mo Niocu, dan tidak ketinggalan Thio Kwan dan
Yu Kok Lun. Setelah tiba di pintu gerbang rumah gedung Pangeran Leng
Kok Cun, mudah saja mereka masuk. Selain para prajurit
penjaga mengenal dan takut kepada Pangeran Cu Kiong, juga
mereka yang menentang dengan mudah dirobohkan oleh Thio
Kwan dan Yu Kok Lun yang selalu memperlihatkan
"kegagahan" dan kegarangannya kalau berhadapan dengan
lawan yang lemah.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Pangeran Leng
Kok Cun ketika dia melihat Pangeran Cu Kiong dan para
pengikutnya memasuki ruangan di mana dia duduk dengan
gelisah, menanti berita hasil penyerangan orang-orangnya ke
gedung Pangeran Bouw Hun Ki. Dia melompat berdiri dan
menyambar pedang yang berada di atas meja.
"Dinda Pangeran Cu Kiong! Apa maumu datang memasuki
rumahku dengan rombongan seperti perampok ini"!"
bentaknya marah.
Pangeran Cu tersenyum mengejek. "Pangeran Leng Kok
Cun," katanya tanpa menyebut kakanda lagi. "Aku datang
untuk menangkapmu. Engkau pengkhianat yang mengirim
orang-orang untuk membunuh Adinda Pangeran Mahkota
Kang Shi di rumah Paman Pangeran Bouw Hun Ki!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Pangeran Leng menjadi merah sekali saking
marahnya. "Jahanam! Engkau sendiri bagaimana" Engkau
juga ingin merebut tahta, engkau lebih pengkhianat, dan
engkau hendak menangkap aku?" Setelah berkata demikian,
dia menerjang maju hendak menyerang adik tirinya dengan
pedangnya. Pangeran Cu Kiong cepat melompat ke belakang
Lam-hai Cin-jin untuk berlindung karena dia maklum bahwa
dalam hal ilmu silat, dia tidak akan menang melawan kakak
tirinya ini yang jauh lebih lihai daripadanya.
Ketika Pangeran Leng hendak mengejar, tiba-tiba Ang-mo
Niocu melompat ke depan dan cepat sekali tangannya
digerakkan untuk memukul pundak Pangeran Leng. Pangeran
ini marah dan cepat menggerakkan pedangnya untuk
membabat putus lengan gadis itu. Akan tetapi, Ang-mo Niocu
yang lihai ma lah menangkap pedang itu dengan tangannya
dan pedang dalam genggamannya itu seperti melekat kuat
pada telapak tangannya. Kemudian, selagi Pangeran Leng
terkejut dan berusaha menarik lepas pedangnya, tangan
kanan gadis itu bergerak menotok ke arah dada Pangeran
Leng. Tanpa dapat mengeluarkan suara Pangeran Leng
terkulai roboh dan tidak mampu bergerak lagi karena sudah
tertotok jalan darahnya!
Pada saat itu terdengar suara ribut-ribut di luar ruangan
itu. Mendengar ini, cepat Pangeran Cu Kiong keluar untuk
melihat apa yang terjadi. Dia merasa bahwa sebagai seorang
pangeran dia akan dapat menguasai keluarga Pangeran Leng
agar tidak melakukan perlawanan. Akan tetapi, setelah tiba di
luar, dia melihat kejadian yang membuat wajahnya berubah
pucat. Din melihat Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa sedang
mengamuk, dikeroyok oleh belasan orang prajurit pengawal.
Dalam waktu sebentar saja semua pengeroyok itu roboh di
tangan gadis yang gagah perkasa itu. Pangeran Cu cepat
kembali ke ruangan tengah dan memberi-tahu para
pembantunya akan kedatangan Huang-ho Sian-li.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kebetulan ia muncul, mungkin ingin menangkap Pangeran
Leng. Ji-wi Locianpwe (Dua Orang Tua Gagah), tolong
tangkap hidup-hidup gadis itu!"
Ang-mo Niocu menyentuh lengan pangeran itu. Dengan alis
berkerut ia berbisik, "Pangeran, agaknya Paduka tertarik oleh
kecantikan Huang-ho Sian-li?"
"Ih, tidak begitu, Niocu. Ia mempunyai Tek-pai, ingat" Kita
harus memanfaatkannya. Locianpwe Ngo-beng Kui-ong,
tolong tangkaplah gadis itu hidup-hidup. Kami mempunyai
rencana yang baik sekali untuk keuntungan kita!"
Ngo-beng Kui-ong saling pandang dengan keponakan
muridnya dan Lam-hai Cin-jin memandang muridnya. Ang-mo
Niocu mengangguk sebagai isyarat bahwa ia setuju dengan
permintaan Pangeran Cu.
"Mundurlah, Pangeran. Biar kami menangkapnya dan
tunggu sampai ia masuk ke sini, dengan demikian ia tidak
akan mampu meloloskan diri," kata Lam-hai Cin-jin.
Pangeran Cu lalu menyeret tubuh Pangeran Leng yang
tidak mampu bergerak atau bersuara itu ke sudut ruangan,
ditemani Ang-mo Niocu, Thio Kwan, dan Y u Kok Lun. Adapun
Lam-hai Cin-jin dan Ngo-beng Kui-ong dengan tenangnya
menanti dan bersembunyi di dekat pintu. Mereka tidak
menanti lama. Setelah merobohkan semua pengeroyoknya,
Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa berkelebat dan melompat
masuk ke dalam ruangan besar itu, hendak mencari Pangeran
Leng Kok Cun. Begitu tiba dalam ruangan itu, pandang matanya tertarik ke
arah Pangeran Cu Kiong yang berdiri di sudut bersama Angmo Niocu, gadis berpayung merah yang pernah dijumpainya,
dan dua orang pengawalnya yang juga sudah dikenalnya,
yaitu Thio Kwan dan Yu Kok Lun. Ia merasa heran sekali
bagaimana bisa menemukan Pangeran Cu Kiong di gedung
Pangeran Leng Kok Cun. Akan tetapi ia lalu melihat tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Leng menggeletak di atas lantai, di belakang
Pangeran Cu Kiong.
Ia tidak dapat terlalu lama berheran-heran, juga tidak
sempat bicara karena pada saat itu angin yang kuat sekali
menyambar dari belakangnya dan ternyata ia diserang oleh
seorang kakek pendek gendut yang gerakannya kuat sekali.
Kakek itu mencengkeram ke arah pundaknya, agaknya hendak
menangkapnya. Thian Hwa cepat mengelak dengan cepat
maju ke depan, memutar tubuh dan pedangnya sudah
menyambar dengan tusukan ke lambung lawan. Lam-hai Cinjin yang tadinya memandang ringan, terkejut sekali dan cepat
dia pun melompat ke samping untuk menghindarkan diri. Akan
tetapi dengan gerakan yang indah namun cepat Thian Hwa
sudah menyerang lagi dengan sabetan pedangnya. Begitu
dihindarkan dengan elakan, ia menyerang terus secara
beruntun dan sambung menyambung!
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ehhh...?" Lam-hai Cin-jin terhuyung dan terdesak. Dia lalu
mencabut senjatanya tongkat atau ruyung berduri dan ketika
sinar pedang kembali menyambar, dia menangkis dengan
pengerahan tenaga saktinya untuk membuat pedang gadis itu
terlepas dan terpental.
"Trangggg...!" Bunga api berpijar menyilaukan mata ketika
pedang bertemu ruyung. Akan tetapi pedang itu sama sekali
tidak terlepas dari tangan Thian Hwa dan ketika terpental,
malah membuat gerakan melengkung ke bawah dan kini
membabat kaki Lam-hai Cin-jin! Kembali ruyung itu
menangkis, akan tetapi pedang Thian Hwa terus membuat
serangan bertubi-tubi. Betapa pun lihainya, Lam-hai Cin-jin
memegang senjata yang berat sehingga gerakan ruyungnya
tentu saja tidak dapat mengimbangi kecepatan gerakan
pedang. Maka untuk menangkis terus, tentu saja dia tidak
sempat dan dia harus berloncatan ke sana-sini untuk
menghindarkan diri dari sambaran pedang yang amat dahsyat
itu! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lam-hai Cin-jin sama sekali tidak mengira bahwa Huang-ho
Sian-li Ciu Thian Hwa sedemikian lihainya. Pangeran Cu Kiong
memang sudah memberitahu bahwa gadis itu lihai sekali, akan
tetapi melihat bahwa ia hanya seorang gadis muda yang
sepatutnya menjadi cucunya, dia menganggap pujian
Pangeran Cu Kiong itu terlalu dilebihkan. Kini dia mendapat
kenyataan pahit bahwa gadis itu benar-benar mampu
menandingi dan mengimbanginya, bahkan ketika bertanding
senjata membuat dia kerepotan! Mulailah dia merasa
penasaran dan malu terhadap Ngo-beng Kui-ong dan yang
lain-lain, rasa malu yang berubah menjadi kemarahan. Dia
lupa bahwa dia diminta untuk menangkap gadis ini hiduphidup. "Huahhhh...!" T iba-tiba dia membentak dan tangan kirinya
memukul dari jarak jauh dengan dorongan telapak tangannya
yang berubah hitam sekali!
Thian Hwa maklum bahwa lawannya menyerang dengan
tenaga sakti yang mengandung hawa beracun, maka cepat ia
mengerahkan semua tenaga saktinya dan menyambut
serangan itu dengan dorongan tangan kirinya pula. Hawa
dingin yang menyambar keluar dari telapak tangannya
menyambut hawa panas yang menyambar keluar dari tangan
Lam-hai Cin-jin.
"Wyuuuuttt... blarrr...!" Tubuh Thian Hwa terhuyung ke
belakang, akan tetapi tubuh Lam-hai Cin-jin juga mundur
sampai lima langkah! Ternyata tenaga sakti mereka pun
seimbang! Akan tetapi dalam keadaan terhuyung tadi,
terdengar suara tawa meringkik seperti suara tawa seekor
kuda dan Ngo-beng Kui-ong telah bergerak maju. Tangan
kanannya bergerak dan Thian Hwa yang berada dalam
keadaan terhuyung dan masih tergetar oleh pertemuan tenaga
sakti yang dahsyat tadi, tidak mampu lagi menghindarkan diri
karena gerakan tangan kakek yang seperti mayat hidup ini
demikian ringan dan lembut seperti angin berhembus dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu-tahu pundaknya telah ditotok. Thian Hwa mengeluh dan
roboh terkulai, lemas. Pedangnya segera dirampas oleh Lamhai Cin-jin dan diserahkan kepada Pangeran Cu Kiong.
"Bukan main... hebat juga gadis ini..." Lam-hai Cin-jin
memuji. "Sudah kami ceritakan bahwa ia amat lihai, Locianpwe,"
kata Pangeran Cu Kiong sambil menghampiri Thian Hwa dan
mengambil kantung berisi Pek-hwa-ciam yang tergantung di
pinggang gadis itu. Kemudian pangeran itu memerintahkan
Thio Kwan dan Yu Kok Lun untuk membelenggu kedua
pergelangan kaki dan tangan Thian Hwa karena dia khawatir
kalau gadis yang amat lihai itu dapat meloloskan diri. Atas
permintaannya, Ngo-beng Kui-ong menambahi totokan yang
membuat Thian Hwa selain tidak mampu bergerak karena
lemas, juga tidak mampu mengeluarkan suara!
"Niocu, geledah ia dan ambil Tek-pai yang pasti ada
padanya," kata Pangeran Cu Kiong. Sebagai seorang
pangeran, selain sudah biasa memerintah, juga dia tidak mau
bertindak kasar dan tidak sopan untuk menggeledah dan
meraba-raba sendiri tubuh seorang gadis. Ang-mo Niocu
menghampiri Thian Hwa yang sudah terbelenggu dan rebah
telentang. Melihat mata Thian Hwa memandang kepadanya
dengan sinar mencorong, Ang-mo Niocu tersenyum. Gadis ini
pernah menghinanya dan tidak mau bekerja sama kiranya
sekarang bahwa Huang-ho Sian-li adalah puteri seorang
pangeran Mancu! Ia cepat menggerayangi tubuh Thian Hwa
dan akhirnya ia menemukan Tek-pai itu yang berada di dalam
ikat pinggang. Thian Hwa memang membawa Tek-pai itu yang
tadinya ia maksudkan untuk dipergunakan menangkap
Pangeran Leng tanpa harus menggunakan kekerasan.
"Bagus sekali!" Pangeran Cu Kiong menerima Tek-pai itu
dengan gembira. Kemudian ia mengambil tiga batang Pekhwa-ciam dari kantung senjata rahasia yang tadi dia ambil dari
pinggang Thian Hwa, lalu dia menghampiri Pangeran Leng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih menggeletak telentang di atas lantai. Tiga kali
tangan Pangeran Cu bergerak dan dia sudah menyambitkan
jarum-jarum itu dari jarak dekat dan tepat mengenai ulu hati,
tenggorokan, dan dahi Pangeran Leng Kok Cun. Tubuh
pangeran itu berkelojotan sejenak lalu tewas!
"Mengapa engkau lakukan itu, Pangeran?" tanya Ang-mo
Niocu dengan sikap manja kepada Pangeran Cu Kiong.
Melihat sikap gadis ini, tahulah Thian Hwa bahwa Ang-mo
Niocu telah bergaul akrab dan bukan aneh kalau kini ia
menjadi kekasih pangeran itu. Ada rasa panas di hatinya,
tanda bahwa ia masih mempunyai rasa cemburu karena
bagaimanapun juga, pangeran itu merupakan orang atau pria
pertama yang menjatuhkan hati Huang-ho Sian-li Ciu Thian
Hwa. Akan tetapi kini perasaan cemburu itu bahkan
memperbesar rasa bencinya terhadap Pangeran Cu Kiong.
"Mengapa aku melakukan ini" Ha-ha, kini Huang-ho Sian-li
datang membunuh Pangeran Leng Kok Cun dan aku sebagai
adiknya telah menangkap Si Pembunuh. Bagus, bukan?"
"Ha-ha-ha, siasat yang bagus sekali!" Lam-hai Cin-jin juga
tertawa memuji kecerdikan pangeran itu.
Melihat ini semua, diam-diam Thian Hwa terkejut dan
merasa ngeri menyaksikan kekejaman dan kejahatan yang
terjadi di depan matanya tanpa ia mampu berbuat apa-apa.
Demi mencapai keinginannya yang sesat, yaitu menguasai
tahta kerajaan, Pangeran Cu Kiong ini agaknya telah
bersekutu dengan Jenderal Wu Sam Kwi, buktinya Nona
Payung Merah itu bersamanya. Dan yang lebih keji lagi,
dengan tangannya sendiri dia membunuh Pangeran Leng Kok
Cun, kakaknya sendiri satu ayah berlainan ibu!
Kini Pangeran Cu Kiong melanjutkan rencananya. Dia
segera berteriak-teriak! "Pembunuhan! Pembunuhan...!"
diikuti pula oleh Thio Kwan, Yu Kok Lun, dan juga Ang-mo
Niocu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gegerlah para penghuni di gedung itu. Keluarga Pangeran
Leng, para pelayan pembantu dan para pengawal berlari-lari
ke ruangan itu. Para selir Pangeran Leng dan isterinya, juga
beberapa orang anaknya, segera merubung jenazah itu dan
mereka menangis hiruk pikuk. Ketika keluarga itu mendengar
bahwa pembunuhnya adalah Ciu Thian Hwa yang sudah
tertangkap oleh Pangeran Cu Kiong, mereka hendak
menyerang gadis yang sudah terbelenggu kaki tangannya itu.
Akan tetapi Pangeran Cu Kiong mencegah mereka.
"Jangan diganggu. Ia sudah kami tangkap dan akan kami
ajukan dalam persidangan! Ia harus dihukum berat sebagai
pembunuh Kakanda Pangeran Leng Kok Cun dan diusut siapa
yang menyuruh ia melakukan pembunuhan terkutuk ini!"
Karena Pangeran Cu Kiong adalah adik Pangeran Leng Kok
Cun, bahkan yang telah menangkap pembunuhnya, biarpun
biasanya kedua orang kakak beradik ini tidak akrab hubungan
mereka, maka para keluarga Pangeran Leng menurut saja
ketika diatur oleh Pangeran Cu Kiong.
(Oo-dwkz-jTn-oO)
Kota raja gempar! Ada dua berita yang menggemparkan
para pejabat dan keluarga kerajaan, bahkan yang
menggegerkan penduduk, yaitu pertama, berita tentang
penyerbuan puluhan orang ke gedung Pangeran Bouw Hun Ki
yang menjadi pelindung Pangeran Mahkota Kang Shi dan
akhirnya semua penyerbu tewas atau tertawan. Adapun berita
kedua adalah terbunuhnya Pangeran Leng Kok Cun dan
pembunuhnya, yaitu Huang-ho Sian-li, telah tertangkap!
Pada keesokan harinya, pagi-pagi semua pejabat tinggi dan
keluarga kerajaan telah berkumpul di pendapa gedung
Pangeran Leng Kok Cun yang luas. Jenazah Leng Kok Cun
berada dalam sebuah peti mati yang belum tertutup. Di antara
para anggota keluarga Pangeran Leng yang berkumpul di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dekat peti, tampak juga Pangeran Cu Kiong yang bersikap
keren. Pada pagi hari itu pendapa menjadi tempat pelayatan
dan juga perundingan. Sidang darurat diadakan atas
permintaan Pangeran Cu Kiong, dan Pangeran Bouw Hun Ki
sebagai pejabat kaisar sementara terpaksa memenuhi
permintaan itu karena peristiwa itu mendatangkan kegemparan dan amat gawat. Apalagi dengan tertangkapnya
Thian Hwa yang dituduh sebagai pembunuh Pangeran Leng.
Persidangan diadakan di ruangan yang pintunya menembus
ke pendapa. Yang menghadiri persidangan ini adalah semua
pejabat tinggi dan para pangeran, seperti yang diadakan
ketika mereka membicarakan tentang diangkatnya Pangeran
Mahkota Kang Shi sebagai calon kaisar baru.
Setelah semua berkumpul dan suasana sunyi karena semua
orang dengan tegang memandang kepada Pangeran Bouw
Hun Ki yang duduk di kursi pimpinan sidang, Pangeran Bouw
lalu menceritakan terjadinya peristiwa semalam.
"Serombongan orang melakukan pengacauan di tengah
malam, mereka melakukan pembakaran di rumah kami
dengan melepas anak panah berapi, kemudian menyerbu ke
dalam. Kami melakukan perlawanan dan akhirnya semua
penyerbu yang jumlahnya sekitar lima puluh orang itu dapat
ditumpas, sebagian besar tewas dan ada pula yang tertawan.
Mereka dipimpin oleh empat orang tokoh sesat, dan tiga di
antara mereka dapat terbunuh. Hanya seorang di antara
semua penyerbu yang dapat meloloskan diri. Dari mereka
yang tertangkap hidup kami mengetahui bahwa pimpinan
mereka adalah Pat-chiu Lo-mo, Phang Houw, dan Louw Cin
yang telah tewas. Seorang lagi berjuluk Bu-lim Sai-kong yang
sempat melarikan diri. Dan mereka itu ternyata diperintahkan
Pangeran Leng Kok Cun untuk mengacau melakukan
pembunuhan terhadap kami, dan bukan tidak mungkin juga
mereka bermaksud membunuh Pangeran Mahkota Kang Shi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak mungkin!" tiba-tiba Pangeran Cu Kiong berdiri dan
berseru nyaring. "Kakanda Pangeran Leng Kok Cun tidak
memusuhi Adinda Pangeran Kang Shi. Kami adalah kakak
beradik, tidak mungkin akan saling bermusuhan dan saling
bunuh. Mungkin yang dimusuhi adalah Pamanda Pangeran
Bouw Hun Ki dan wanita jahat Huang-ho Sian-li karena
mereka telah menghalangi kami semua putera-putera
mendiang Ayahanda Kaisar Shun Chi memegang tampuk
pemerintahan membantu Adinda Kang Shi! Buktinya, malam
tadi ketika kami berkunjung ke rumah Kakanda Pangeran Leng
Kok Cun, kami melihat perempuan jahat Huang-ho Sian-li
berada di sana. Kami terlambat karena ia telah berhasil
membunuh Kakanda Pangeran Leng Kok Cun. Akan tetapi
kami dapat menangkap penjahat keji itu!"
"Pangeran Cu Kiong!" Tiba-tiba Pangeran Ciu Wan Kong
bangkit berdiri dan berseru marah kepada keponakannya itu.
"Engkau sebut-sebut Huang-ho Sian-li penjahat keji, padahal
ia adalah saudara sepupumu sendiri, puteriku bernama Ciu
Thian Hwa! Aku yakin semua ceritamu itu fitnah belaka! Aku
menuntut agar puteriku dihadirkan dalam persidangan ini!"
"Tidak mungkin, Paman Pangeran Ciu! Biarpun saudara
sepupuku, kalau ia demikian jahat dan kejam membunuh
Kakanda Pangeran Leng, sudah seharusnya kami tangkap dan
kami tahan. Berbahaya sekali, dan aku khawatir kalau dia
dihadirkan di sini, akan membikin onar dan s iapa tahu, temantemannya akan mencoba untuk membebaskannya! Ia harus
diseret ke dalam pengadilan, atau kami sendiri yang akan
menghukumnya! Kami berhak membalas atas kematian
saudara tua kami!"
"Pangeran Cu Kiong, engkau tidak boleh bertindak
sewenang-wenang menghukum puteriku!" teriak Pangeran Ciu
Wan Kong marah. "Pengadilan harus melakukan dengan
seadil-adilnya! Semua tuduhan yang tidak ada bukti-bukti dan
saksi-saksinya, hanyalah fitnah belaka!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Fitnah" Siapa yang mengatakan fitnah" Bukti dan saksi
sudah lebih dari cukup. Buktinya" Mari kita lihat bersama!
Kakanda Pangeran Leng Kok Cun tewas karena diserang jarum
oleh Huang-ho Sian-li. Apakah itu bukan bukti yang amat
kuat" Siapa lagi yang memiliki senjata rahasia jarum bunga
putih selain Huang-ho Sian-li?"
"Mari kita lihat bersama!" Pangeran Bouw Hun Ki yang
merasa penasaran menyetujui.
Maka berbondong-bondong mereka yang bersidang itu
keluar dari ruangan itu dan menghampiri peti jenazah yang
masih terbuka. Tampak jelas bahwa ada tiga batang jarum
bunga putih menancap di dahi antara kedua alis, tenggorokan,
dan menembus baju tepat di ulu hati jenazah itu.
Mereka lalu kembali ke ruangan sidang. "Nah, bukankah
sudah terbukti bahwa Kakanda Pangeran Leng Kok Cun tewas
oleh tiga batang jarum Pek-hwa-ciam milik Huang-ho Sian-li"
Dan tentang saksi, seluruh keluarga Kakanda Pangeran Leng
menjadi saksi bahwa yang membunuhnya adalah Huang-ho
Sian-li!" "Bohong! Bukti itu dapat saja dibikin dan para saksi adalah
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keluarga Pangeran Leng yang memang memusuhi puteriku!"
Pangeran Ciu Wan Kong membantah. Terjadi ketegangan dan
Pangeran Bouw Hun Ki yang bijaksana cepat menengahi.
"Cukup! Kami sebagai pejabat kaisar sementara, memerintahkan kalian semua agar menghentikan perbantahan
ini. Amat tidak bersusila untuk ribut-ribut membuat
pertengkaran di rumah duka. Kita harus menghormati jenazah
Pangeran Leng Kok Cun. Urusan ini, nanti kita putuskan
dengan mengadakan persidangan yang dihadiri semua pejabat
tinggi di dalam istana! Pangeran Cu Kiong, walaupun engkau
sudah dapat memperlihatkan bukti kematian Pangeran Leng
Kok Cun, akan tetapi engkau tidak berhak untuk menghakimi
sendiri. Semua harus diserahkan kepada pengadilan untuk
memutuskan salah atau tidak dan untuk menjatuhkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hukuman. Siapa pun yang bersalah pasti akan dihukum.
Sekarang, persidangan darurat ini dibubarkan."
"Nanti dulu!" teriak Pangeran Ciu Wan Kong. "Karena
puteriku ditahan oleh Pangeran Cu Kiong, maka aku tekankan
bahwa dia harus bertanggung jawab atas keselamatan
puteriku Ciu Thian Hwa sampai ia dihadapkan di pengadilan!"
Cu Kiong, pangeran muda yang merasa dirinya sudah
memegang kunci kemenangan itu, tersenyum. "Jangan
khawatir, Paman Pangeran Ciu Wan Kong. Aku bukan orang
jahat, dan aku hanya hendak menuntut pembunuh Kakakku
agar diadili. Huang-ho Sian-li tidak akan diganggu sebelum ia
diadili di pengadilan!"
Semua orang bubar dan setelah jenazah Pangeran Leng
Kok Cun dimakamkan, Pangeran Bouw Hun Ki memanggil
semua kerabat keluarga istana dan para pejabat tinggi untuk
mengadakan persidangan di
istana. Sebagai pejabat
sementara persidangan itu pun dipimpin oleh Pangeran Bouw
Hun Ki berunding dengan isterinya, kedua anaknya Bouw Kun
Liong dan Bouw Hwi Siang, dan dua orang murid Siauw-limpai yang membantu mereka, yaitu Bu Kong Liang dan Gui
Siang Lin. Empat orang muda yang merasa kagum kepada Ciu
Thian Hwa dengan penuh semangat mengusulkan untuk
menyerbu rumah Pangeran Cu Kiong dan membebaskan Thian
Hwa. Akan tetapi Pangeran Bouw Hun Ki melarang mereka.
"Amat tidak bijaksana kalau kita melakukan hal itu.
Kekerasan itu bahkan akan melemahkan pihak kita di sidang
pengadilan, dan menguatkan kedudukan Pangeran Cu Kiong,"
katanya. "Ayah kalian benar," kata Bouw Hujin kepada dua orang
anaknya. "Kalau kita melakukan kekerasan membebaskan
Thian Hwa, hal itu amat merugikan. Pertama, Thian Hwa tentu
disembunyikan dan dijaga ketat sehingga tidak mudah untuk
membebaskannya. Kedua, kalau Thian Hwa sampai tertawan,
pasti ada orang sakti di pihak Pangeran Cu Kiong yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjaganya sehingga pembebasan itu tidak akan mudah
dilakukan. Ketiga, kalau kita berkeras membebaskannya, bisa
saja Pangeran Cu Kiong yang kejam itu ma lah langsung
membunuhnya. Masih ada lagi hal-hal penting lain, misalnya
Tek-pai yang dibawa Thian Hwa. Maka sebaiknya kita
menunggu sampai diadakannya persidangan di istana itu di
mana kita dapat melihat apa yang sesungguhnya dikehendaki
Pangeran Cu Kiong. Aku sendiri tetap tidak percaya bahwa
Thian Hwa membunuh Pangeran Leng Kok Cun. Bagaimana
mungkin demikian kebetulan, orang-orang Pangeran Leng
menyerbu ke sini dan ketika Thian Hwa pergi hendak
menangkap Pangeran Leng, di sana terdapat Pangeran Cu
Kiong" Tentu benar seperti dikatakan Adinda Pangeran Ciu
Wan Kong tadi. Puterinya itu tentu difitnah, dan sudah jelas
bahwa Thian Hwa tertawan dan dijadikan kambing hitam
sebagai pembunuh Pangeran Leng."
"Akan tetapi, Ibu. Bagaimana mungkin Enci Thian Hwa
yang demikian tinggi ilmu s ilatnya dapat ditawan Pangeran Cu
Kiong?" tanya Bouw Hwi Siang penasaran.
"Seperti kukatakan tadi, Pangeran Cu Kiong agaknya
mempunyai pembantu yang amat lihai. Aku teringat sekarang
akan pemberitahuan dari Thian Bong Sianjin ketika dia
berkunjung ke rumah kita. Dia menceritakan bahwa Pangeran
Cu Kiong bersekutu dengan Wu Sam Kwi dan bahwa Raja
Muda Wu Sam Kwi mengirim dua orang yang sakti ke kota
raja." "Hemm, aku juga teringat, ketika aku datang melayat di
rumah Pangeran Leng, ada dua orang kakek yang aneh duduk
tidak jauh dari Pangeran Cu. Yang seorang bertubuh pendek
gendut berwajah kekanak-kanakan, berpakaian mewah,
sedangkan orang ke dua yang tampak tua sekali berpakaian
serba putih, tinggi kurus dan seperti mayat hidup. Agaknya
mereka itulah orang-orang sakti yang kini membantu
Pangeran Cu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, kita perlu berhati-hati. Aku kira Pangeran Cu tidak
akan berani mengganggu Thian Hwa sebelum diadakan
persidangan di istana karena hal itu pasti membuat sebagian
besar pejabat tinggi menjadi marah. Semua orang tahu bahwa
Thian Hwa adalah pemegang Tek-pai, maka ia dihormati
semua orang. Padahal melihat rencananya menguasai tahta
kerajaan, Pangeran Cu Kiong membutuhkan simpati dan
dukungan para pejabat tinggi," kata Pangeran Bouw dan
mendengar ini, hati mereka yang muda seperti Bouw Kun
Liong, Bouw Hwi Siang, Bu Kong Liang, dan Gui Siang Lin
menjadi lebih tenang.
(Oo-dwkz-jTn-oO)
"Hai, Paman Lu, sepagi ini engkau sudah bekerja di ladang
sambil bersenandung! Paman, jawablah, apakah Paman
merasa bahagia?" tanya seorang pemuda berpakaian serba
putih, berwajah tampan gagah, menggendong buntalan
pakaian yang memanjang, kepada seorang petani setengah
tua yang mencangkul di ladang.
"Bahagia" Apa sih bahagia itu?" jawab Si Petani, menunda
pekerjaannya dan memandang pemuda itu dengan heran.
"Semua orang mencari bahagia. Mengapa Paman malah
tidak mengerti apa bahagia itu?" pemuda itu bertanya heran.
"Lho, aku memang tidak mengenal dan bahkan tidak butuh
bahagia! Untuk apa sih" Apa kaumaksudkan bahagia itu
senang" Rasa hati senang, tidak susah" Yang penting bukan
mencari rasa senang, akan tetapi menyelidiki mengapa hati
tidak senang. Kalau hati merasa tidak senang kita lalu mencari
agar perasaan hati senang. Dalam keadaan hati tidak senang
mana mungkin mengubahnya menjadi rasa senang?"
"Hem, kalau begitu, bagaimana agar hati bisa senang,
Paman?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kukira tidak ada caranya mencari rasa senang itu, karena
perasaan itu muncul dengan sendirinya. Yang terpenting
adalah menghilangkan perasaan tidak senang atau susah itu.
Seperti orang sakit mencari sehat, mana mungkin" Yang
penting mencari tahu apa yang menyebabkan sakit itu dan
menghilangkannya. Orang sakit memang ingin sekali sehat.
Akan tetapi kalau orang tidak sakit, apakah membutuhkan
sehat" Kalau ada kelilip di mata, jangan mencari mata agar
nyaman, tapi cari dan buang kelilip itu."
"Kalau begitu, engkau orang bahagia, Paman." Pemuda itu
tertawa lalu pergi.
Dia itu Si Han Bu. Seperti kita ketahui, pemuda ini oleh
gurunya, Im Yang Sian-kouw, disuruh turun gunung
memanfaatkan semua ilmunya untuk berjuang menegakkan
kebenaran dan keadilan sebagai seorang pendekar silat. Selain
itu, juga Han Bu dipesan oleh gurunya yang dia hormati dan
sayangi seperti kepada ibunya sendiri, untuk mencari ayah
gurunya yang bernama Cui Sam, dan mencari puteri ibunya
yang belum sempat diberi nama karena ketika masih bayi
lenyap terbawa arus air Sungai Huang-ho yang sedang banjir.
Dia pun sudah mendengar semua riwayat gurunya dan tahu
bahwa gurunya dahulu menikah dengan seorang pangeran,
yaitu Pangeran Ciu Wan Kong di kota raja. Karena dia tidak
tahu di mana adanya Kakek Cui Sam yang menurut gurunya
berasal dari dusun Kia-jung di sebelah selatan Thian-cin, juga
sama sekali tidak tahu di mana adanya puteri gurunya yang
tanpa nama itu, dia mengambil keputusan untuk pergi saja ke
kota raja. Mencari Pangeran Ciu Wan Kong tentu jauh lebih
mudah! Apalagi Pangeran Ciu Wan Kong dalam keadaan sehat
ketika ditinggalkan oleh gurunya secara paksa, sedangkan
Kakek Cui Sam dan bayi itu terpisah dari gurunya dalam
keadaan terseret arus air dan sedikit sekali kemungkinan
masih hidup. Maka berangkatlah dia ke kota raja. Bukan
mustahil kalau Pangeran Ciu Wan Kong mengetahui di mana
adanya ayah mertua dan puterinya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, dengan menunggang kuda yang dibelinya di
jalan dan selalu diganti dan ditukar-tambahkan dengan kuda
baru kalau kudanya yang lama sudah terlalu letih, Si Han Bu
dapat tiba di kota raja dengan cepat.
Karena sejak kecil tinggal di puncak Bukit Kera dan paling
jauh dia pergi ke dusun-dusun di kaki pegunungan, maka
selama dalam perjalanan, kalau melewati kota besar, Han Bu
tiada hentinya mengagumi rumah-rumah tembok besar dan
toko-toko yang penuh dengan barang beraneka macam. Akan
tetapi begitu memasuki kota raja dia sering dibuat bengong
melihat keindahan gedung-gedung istana para pangeran,
bangsawan tinggi dan pejabat tinggi. Dia seperti seorang
pemuda dusun masuk kota raja, berjalan perlahan-lahan
menengok ke kanan kiri dengan bengong dan bingung.
Kudanya telah dia jual ketika memasuki pintu gerbang kota
raja. Selain kuda itu sudah terlalu letih, juga dia tidak merasa
perlu menunggang kuda dalam kota raja.
Orang-orang yang bertemu dengannya tidak menaruh
perhatian. Dia adalah seorang pemuda tinggi besar gagah dan
tampan. Pakaiannya serba putih dengan sedikit garis dan
kembang biru, akan tetapi potongan baju itu biasa saja
sehingga tidak mencolok. Dia menggendong buntalan pakaian
yang agak memanjang karena dia menyembunyikan
pedangnya dalam buntalan pakaian pula. Gurunya memberitahu bahwa kini pemerintah me larang orang
membawa senjata, maka dia harus menyembunyikan
pedangnya itu dalam buntalan.
Ketika matanya melihat papan nama dengan tulisan besar
SIN AN LIKOAN (Penginapan Sin An), dia berhenti melangkah.
Sebuah rumah penginapan yang tampaknya tidak begitu besar
namun cukup teratur rapi dan bersih. Tentu tidak terlalu
mahal, pikirnya. Hari sudah sore dan lebih baik kalau lebih
dulu mendapatkan sebuah kamar, pikirnya. Dia lalu memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah penginapan itu dan seorang pelayan berusia sekitar
tiga puluh tahun menyambutnya.
"Kongcu (Tuan Muda) hendak menyewa kamar?" tegurnya
dengan sikap kurang acuh.
"Benar, aku ingin menyewa sebuah kamar."
"Untuk Kongcu sendiri atau...?"
"Sendiri, tentu saja."
"Kongcu, malam ini dingin sekali. Apakah tidak sebaiknya
kalau saya carikan teman?"
Han Bu memandang heran. "Teman" Apa maksudmu" Aku
tidak ingin sekamar dengan tamu laki-laki yang tidak kukenal."
"Aih, Kongcu. Tentu saja bukan laki-laki. Ada gadis-gadis
manis, Kongcu boleh pilih...."
Han Bu mengerutkan alisnya. Dia tidak mengerti akan
tetapi merasa tak senang. Bagaimana mungkin ada orang
menawarkan gadis untuk menemaninya dalam kamar"
"Eh, sobat, apakah engkau mabok" Atau agak begini,
barangkali?" Han Bu menaruh jari telunjuknya melintang di
depan dahi, yang biasanya digunakan orang untuk
menandakan bahwa orang itu otaknya miring alias gila.
Pelayan itu me lototkan matanya. Akan tetapi pada saat itu
muncul seorang laki-laki berpakaian mewah seperti pakaian
seorang hartawan. Usianya sekitar empat puluh tahun,
mukanya hitam akan tetapi agaknya dia mencoba untuk
mengurangi kehitamannya dengan bedak!
"Aih, selamat sore, Loya!" pelayan itu menyambut sambil
membungkuk-bungkuk penuh hormat dan Han Bu hampir
tertawa karena sikap pelayan itu seperti seekor anjing yang
menyambut tuannya dengan mengibas-ngibaskan ekornya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tamu itu mengerling kepada Han Bu dengan sikap
congkak, lalu berkata kepada pelayan itu dengan nada
memerintah. "He, Lo Kaw, persiapkan untukku kamar besar,
sediakan santapan malam yang paling mewah lalu panggil A
Bwe dan A Mei untuk melayaniku semalam. Setelah itu jangan
ada yang ganggu aku, aku hendak bersenang-senang malam
ini!" "Ah, baik... baik, Loya. Silakan, kamar besar sudah siap
untuk Loya pakai sewaktu-waktu." Sambil berbongkokbongkok pelayan itu mengikuti tamu itu masuk. Setelah tiba di
pintu dia agaknya teringat kepada Han Bu lalu menoleh dan
berkata perlahan.
"Orang muda, kautunggu sebentar di sini, aku melayani
dulu Loya ini."
Han Bu merasa mendongkol sekali. Dia melihat hal-hal
aneh yang membuatnya merasa heran akan tetapi juga
penasaran dan dongkol. Sejak memasuki kota raja, dia
menyaksikan hal-hal yang amat menyakitkan hati. Rumahrumah gedung bertingkat mewah dan dari gang-gang sempit
dia dapat melihat rumah-rumah seperti gubuk kumuh di
belakang gedung-gedung itu. Juga gubuk-gubuk kumuh di tepi
sungai dan di bawah jembatan-jembatan, jelas merupakan
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat tinggal mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Dan di depan gubuk-gubuk itu menjulang tinggi dan besar
gedung-gedung yang seperti istana yang hanya dapat dimiliki
oleh mereka yang hidupnya berada di atas garis kaya, bahkan
berlebihan. Gedung-gedung seperti itu adalah milik para
bangsawan dan hartawan. Juga dia melihat orang-orang yang
berkereta indah, berkuda besar, berpakaian mewah sekali, di
samping orang-orang berpakaian lusuh dan bahkan terdapat
pula para pengemis dengan pakaian butut penuh tambalan.
Dia merasa heran sekali. Di dusun-dusun daerah pegunungan
tempat tinggal gurunya, orang-orang berpakaian sederhana,
namun tidaklah butut penuh tambal-tambalan. Juga rumahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah di dusun, tidak ada yang demikian mewah, akan tetapi
juga tidak ada yang demikian kumuh dari kotor. Perbedaan
antara si kaya dan si miskin di kota raja ini demikian jauh
seperti langit dengan bumi! Dan kini dia melihat keanehan lain
lagi. Pelayan yang menjilat-jilat tamu kaya dan memandang
rendah tamu miskin, bahkan gadis-gadis yang ditawarkan
untuk melayani tamu laki-laki! Ah, agaknya segala sesuatu
bisa didapatkan dengan uang di tempat ini! Dia bergidik lalu
cepat meninggalkan rumah penginapan itu.
Akhirnya dia menemukan rumah penginapan merangkap
rumah makan yang sederhana. Pelayannya juga sopan,
seorang laki-laki setengah tua berusia lima puluhan yang
mengantarnya ke sebuah kamar yang sederhana namun
cukup bersih. "Tuan Muda, engkau tentu datang dari tempat jauh.
Engkau membawa buntalan pakaian, kelihatan letih dan
pakaianmu penuh debu," kata pelayan itu setelah membawa
Han Bu memasuki sebuah kamar.
"Benar, Paman. Aku ingin mandi kemudian makan, bisakah
aku memesan makan di kamar ini" Aku letih dan lapar sekali."
JILID XI PELAYAN itu tersenyum mengangguk-angguk. "Tentu saja
bisa, Kongcu. Makanan apa yang harus saya sediakan dan
antarkan ke sini?"
"Nasi dengan masakan sayur dua macam saja untuk dua
orang, Paman."
Pelayan itu mengerutkan alisnya. "Untuk dua orang"
Kongcu membawa teman?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tidak, Paman. Aku hanya seorang diri."
"Akan tetapi mengapa makanannya untuk dua orang" Ah,
saya mengerti! Maafkan saya, Kongcu, tentu Kongcu letih dan
lapar sekali sehingga perlu makan lebih banyak dari biasanya."
Han Bu tertawa. Suara tawanya demikian riang gembira
sehingga pelayan itu tak dapat menahan diri dan ikut pula
tertawa. Mereka berdua tertawa akan tetapi dengan sebab
yang berlainan. Kakek pelayan itu tertawa karena merasa lucu
akan keadaan pemuda itu yang gembul dan karena
dugaannya tepat. Akan tetapi Han Bu tertawa karena merasa
lucu mendengar dugaan pelayan itu ngawur.
"Bukan begitu, Paman. Aku makan biasa saja, pesananku
itu memang untuk dimakan dua orang."
"Tapi Kongcu tadi bilang tidak membawa teman?"
"Temannya adalah engkau, Paman. Aku mengundang
Paman makan bersamaku karena aku ingin makan sambil
bercakap-cakap. Maukah, engkau, Paman?"
Belum pernah selama belasan tahun menjadi pelayan di
situ dia mengalami hal seperti ini. Diajak makan oleh tamunya!
Kembali pelayan itu mengangguk-angguk seperti ayam makan
beras. "Tentu saya merasa terhormat dan senang sekali, Kongcu.
Masakannya tadi dua macam sayuran" Apakah Kongcu sedang
melaksanakan Ciak-jai (vegetarian)?"
"Tidak juga, Paman. Hanya aku sudah terbiasa makan
sayur-sayuran, jarang makan daging sehingga aku tidak
begitu suka. Kalau sedikit saja bolehlah."
"Bagus, bagus sekali! Pantas Kongcu bersikap begini
lembut namun gembira, kiranya seorang yang hidupnya
bersih. T entu tidak minum arak pula, bukan?"
"Minum juga, akan tetapi tidak sampai mabok, Paman."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, Kongcu. Sekarang mandilah, saya akan mempersiapkan pesananmu." Setelah berkata demikian,
dengan wajah berseri pelayan itu pergi meninggalkan kamar.
Baru sekarang dia merasa senang berhadapan dengan
seorang tamu yang sikapnya demikian akrab dan baik.
Biasanya, para tamu bersikap angkuh dan memandang rendah
para pelayan. Setelah mandi dan bertukar pakaian, tak lama kemudian
pelayan tadi datang membawakan makanan yang dipesan Han
Bu. Mereka segera makan minum dengan gembira karena Han
Bu bicara dengan jenaka dan lucu. Dia mau pula minum arak
yang dituangkan pelayan itu ke dalam cawannya, akan tetapi
hanya mau minum dua cawan saja. Setelah makan minum,
Han Bu mengajak pelayan itu bercakap-cakap. Karena
sesungguhnya itulah yang dikehendaki pemuda ini. Dia ingin
mencari keterangan tentang Pangeran Ciu Wan Kong dari
kakek pelayan ini.
"Paman, tadi Paman mengatakan bahwa sejak kecil tinggal
di kota raja. Tentu Paman mengetahui segala yang terjadi di
kota raja dan tahu pula akan para pangeran yang berada di
sini. Nah, aku ingin tahu, apakah Paman mengetahui adanya
seorang pangeran bernama Pangeran Ciu Wan Kong?"
"Wah, tentu saja, Kongcu. Dia itu orangnya begini!" Dia
mengacungkan jempolnya. "Tidak seperti bangsawan lain.
Pangeran Ciu itu sikapnya halus, tidak suka menghina kaum
kecil yang melarat, juga suka menolong mereka yang
membutuhkan pertolongan dan berani minta kepadanya. Eh,
Kongcu, mengapa Kongcu bertanya tentang beliau" Apa
hubungan Kongcu dengan beliau?" Pelayan itu memandang
dengan alis berkerut.
"Hei, Paman! Mengapa tiba-tiba Paman memandangku
seperti itu" Aku tidak berniat jahat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, Kongcu. Sekarang ini jaman gila, apalagi para
pembesar dan bangsawan itu agaknya sedang dilanda wabah
penyakit gila."
"Kenapa Paman berkata begitu?"
"Habis, banyak kejadian-kejadian aneh dan gila. Maka saya
menjadi curiga ketika Kongcu menanyakan Pangeran Ciu Wan
Kong, takut kalau-kalau Kongcu juga memusuhinya."
Han Bu cukup cerdik. Melihat betapa pelayan ini memujimuji kebaikan hati Pangeran Ciu Wan Kong, tentu saja dia pun
harus memperlihatkan sikap baik terhadap pangeran itu.
"Jangan curiga, Paman. Aku mempunyai seorang guru yang
menjadi sahabat baik Pangeran Ciu Wan Kong dan sebelum
aku menghadapnya untuk menyampaikan salam dari guruku,
aku lebih dulu ingin mengetahui keadaannya."
"Hemm, bagus kalau begitu. Seperti saya katakan tadi,
para bangsawan tinggi itu sedang dilanda penyakit gila.
Terjadi saling permusuhan di antara para pangeran. Apalagi
setelah Sribaginda Kaisar tewas dibunuh orang jahat,
keadaannya menjadi semakin kacau dan sungguh kasihan
sekali nasib Pangeran Ciu Wan Kong yang baik hati...."
Diam-diam Han Bu terkejut. Kaisar dibunuh orang" "Aih,
aku baru datang di kota raja ini, Paman, dan tidak tahu sama
sekali tentang semua itu. Maukah Paman menceritakan
kepadaku?"
"Sribaginda Kaisar tewas dibunuh orang jahat. Beliau
meninggalkan wasiat, mengangkat Putera Mahkota menjadi
penggantinya. Dan terjadilah kekacauan itu. Mula-mula
gedung tempat tinggal Pangeran Bouw Hun Ki, oaman yang
melindungi Putera Mahkota, diserbu penjahat akan tetapi
semua penjahat dapat ditumpas. Pangeran Bouw Hun Ki
memang mempunyai isteri dan putera-puteri yang amat lihai,
apalagi mereka dibantu oleh Huang-ho Sian-li yang sakti!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huang-ho Sian-li" Siapakah itu, Paman?"
"Aih, Kongcu belum mendengar namanya yang terkenal
sebagai seorang pendekar yang amat hebat" Pendekar wanita
itu berjasa kepada Sribaginda Kaisar, bahkan ia diberi Tek-pai
dan ia yang ikut melindungi Pangeran Mahkota. Ia seorang
gadis pendekar yang selain cantik jelita, juga amat gagah
perkasa. Ia masih keponakan Sribaginda Kaisar sendiri karena
ia adalah puteri tunggal dari Pangeran Ciu Wan Kong."
Kalau saja pelayan itu memperhatikan, tentu dia akan
melihat perubahan muka pemuda itu. Han Bu merasa betapa
jantungnya berdebar dengan tegang. Dia mulai mendengar
berita tentang Pangeran Ciu Wan Kong, suami gurunya dan
sekarang malah berita tentang puteri tunggal Pangeran Ciu
Wan Kong, berarti puteri gurunya! Ingin sekali dia bertanya
lebih dan mendesak keterangan pelayan yang ramah itu, akan
tetapi dia takut kalau desakan itu akan menimbulkan
kecurigaan sehingga akibatnya malah pelayan itu tidak mau
bercerita sama sekali. Maka dia bertanya dengan suara sambil
lalu. "Apa yang terjadi kemudian, Paman" Sebagai seorang yang
baru datang, ceritamu sungguh menarik sekali."
"Ah, sungguh menyedihkan dan membingungkan, Kongcu.
Telah terjadi hal yang sama sekali tidak disangka orang dan
yang amat membingungkan. Baru-baru ini, terdengar berita
bahwa Huang-ho Sian-li kini ditangkap dan akan diajukan ke
dalam sidang pengadilan kerajaan."
"Ah, kenapa, Paman" Bukankah ia dianugerahi Tek-pai dan
berjasa besar kepada kerajaan seperti kauceritakan tadi?" Han
Bu benar-benar merasa heran dan terkejut. "Mengapa ia
ditangkap" Apa kesalahannya?"
"Kabarnya Huang-ho Sian-li telah membunuh Pangeran
Leng, yaitu seorang putera kaisar yang paling tua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, aneh sekali. Mengapa ia malah membunuh
seorang pangeran?"
Pelayan itu menoleh ke kanan kiri, lalu berbisik lirih. "Kami
tidak heran kalau Pangeran Leng Kok Cun dibunuh karena dia
memang terkenal seorang pangeran yang jahat dan suka
bergaul dengan orang-orang sesat. Kalau benar-benar Huangho Sian-li membunuhnya, saya yakin tentu pendekar wanita
itu mempunyai alasan yang kuat!"
"Apakah ia benar-benar membunuhnya?"
Pelayan itu menghela napas panjang. "Agaknya tidak bisa
disangkal lagi karena setelah membunuh Pangeran Leng,
Huang-ho Sian-li ditangkap oleh Pangeran Cu Kiong di tempat
itu, dengan mengerahkan banyak anak buahnya yang terdiri
dari orang-orang sesat yang kabarnya menjadi saksi. Akan
tetapi rakyat juga tidak merasa heran seandainya Huang-ho
Sian-li benar-benar membunuh Pangeran Leng Kok Cun,
karena semua orang mengetahui bahwa yang menjadi sumber
keributan adalah Pangeran Leng Kok Cun dan Pangeran Cu
Kiong. Kabar angin mengatakan bahwa dua orang pangeran
itu diam-diam bersaing untuk menjadi kaisar menggantikan
ayah mereka."
"Paman, lalu bagaimana dengan Pangeran Ciu Wan Kong"
Guruku memesan agar aku menyampaikan salam kepadanya.
Akan tetapi kini ada urusan menyangkut puterinya. Siapa saja
yang berada di istananya sekarang" Isterinya atau keluarga
lain?" Han Bu memancing.
Pelayan itu menggelengkan kepalanya. "Saya hanya
seorang kecil, Kongcu, tidak mengetahui akan keadaan para
bangsawan besar seperti para pangeran itu. Hanya menurut
kabar, Pangeran Ciu Wan Kong tidak pernah menikah, tidak
mempunyai isteri. Kemudian, tahu-tahu orang mengabarkan
bahwa dia mempunyai seorang puteri yang terkenal dengan
julukan Huang-ho Sian-li."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman, menurut keterangan guruku, katanya dahulu
Pangeran Ciu Wan Kong mempunyai seorang pelayan
bernama Cui Sam, benarkah itu?"
"Saya tidak tahu, Kongcu."
Keterangan itu cukup bagi Han Bu. Malam itu dia pergi
berjalan-jalan dan sengaja dia melewati depan gedung tempat
tinggal Pangeran Ciu Wan Kong, juga dia melewati gedung
tempat tinggal Pangeran Leng Kok Cun yang kelihatan sepi,
lalu melewati gedung tempat tinggal Pangeran Cu Kiong yang
terjaga ketat dan nampak menyeramkan.
(o-dwkz-jTn-o) Pada keesokan harinya, setelah matahari naik tinggi, Han
Bu berkunjung ke gedung Pangeran Ciu Wan Kong. Empat
orang prajurit yang berjaga di depan pintu gerbang, bertanya
siapa dia dan ada keperluan apa datang ke tempat itu. Melihat
sikap empat orang prajurit itu sopan dan tegas namun tidak
sombong, Han Bu merasa senang. Sikap anak buah itu dengan
sendirinya mencerminkan watak atasannya. Pangeran Ciu Wan
Kong sudah pasti seorang yang bijaksana maka para
prajuritnya yang menjaga di luar gedungnya bersikap
demikian sopan.
"Harap dilaporkan kepada Pangeran Ciu Wan Kong bahwa
saya, Si Han Bu, mohon untuk menghadap beliau untuk
menyampaikan salam dan pesan dari guru saya yang dahulu
menjadi sahabat baik Pangeran Ciu Wan Kong," katanya.
Kepala jaga itu, seorang prajurit yang usianya sekitar
empat puluh tahun, mengamati keadaan pemuda itu penuh
perhatian. Dia melihat seorang pemuda yang berusia sekitar
dua puluh dua tahun, tinggi besar, gagah dan tampan,
berpakaian serba putih dan sikapnya sopan, wajahnya juga
membayangkan kejujuran, kelembutan namun gagah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang muda, lebih dulu engkau harus memperkenalkan
siapa gurumu yang menjadi sahabat Pangeran dan di mana
tempat tinggalnya."
"Guruku adalah kenalan lama Pangeran Ciu, namanya
adalah Im Yang Sian-kouw yang bertapa di Beng-san."
"Baiklah, harap tunggu sebentar akan kami laporkan ke
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam," kata kepala jaga yang lalu masuk ke dalam gedung.
Tak lama kemudian dia sudah kembali lagi dan berkata
dengan suara dan sikap sungguh-sungguh.
"Pangeran Ciu mengatakan bahwa beliau tidak pernah
mendengar namamu dan nama gurumu, akan tetapi beliau
ingin mendengar apa yang hendak engkau sampaikan itu.
Engkau diperkenankan masuk, akan tetapi, orang muda, kami
harap engkau suka meninggalkan pedangmu di s ini. Ini sudah
merupakan peraturan bagi tamu yang belum dikenal."
Karena permintaan itu sopan dan masuk akal, Han Bu lalu
melepaskan ikatan sarung pedangnya Im-yang-kiam dan
menyerahkan pedang berikut sarungnya kepada para prajurit.
Kemudian dia mengikuti kepala jaga memasuki gedung, di
mana dia diterima menghadap Pangeran Ciu Wan Kong di
ruangan tamu. Pada saat itu, Pangeran Ciu Wan Kong sedang berada
dalam keadaan risau dan bingung karena puterinya, Ciu Thian
Hwa, ditawan Pangeran Cu Kiong, dituduh membunuh
Pangeran Leng Kok Cun dan Pangeran Cu Kiong bersikeras
menghadapkan Ciu Thian Hwa ke depan pengadilan agung di
istana. Memang dia tidak merasa putus asa, karena masih
banyak bangsawan tinggi dan berpengaruh yang berpihak
kepada Thian Hwa dan s iap menolong, seperti Pangeran Bouw
Hun Ki dan lain-lain. Akan tetapi tetap saja dia merasa
khawatir karena dia tahu benar bahwa Pangeran Cu Kiong
mendendam dan membenci Thian Hwa yang selalu
menentangnya. Tentu pangeran itu akan berusaha untuk
mencelakai Thian Hwa. Dalam keadaan seperti itu, ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjaga melaporkan bahwa ada seorang tamu, murid Im Yang
Sian-kouw yang katanya merupakan sahabat baiknya, hendak
menghadap, dia segera mengabulkannya. Kunjungan teman
mana pun, walau dia merasa tidak mengenal nama itu,
merupakan hiburan baginya.
Setelah Han Bu memasuki ruangan dan memberi hormat
dengan merangkap kedua tangan depan dada lalu
membungkuk di depan Pangeran Ciu Wan Kong, pangeran itu
memberi isyarat kepada pengawal untuk keluar dari ruangan
itu. Para pengawal itu menanti dan menjaga di luar ruangan.
Gedung Pangeran Ciu Wan Kong sekarang mempunyai
sepasukan pengawal yang tidak berapa banyak, dan hal ini
adalah kehendak Thian Hwa yang ingin menjaga keamanan
gedung ayahnya mengingat bahwa di luar terdapat banyak
orang jahat yang diam-diam memusuhi ayahnya.
"Orang muda, silakan duduk," kata Pangeran Ciu Wan
Kong. Han Bu duduk di atas sebuah bangku di depan pangeran itu
dan mereka saling pandang. Han Bu melihat bahwa pangeran
itu adalah seorang laki-laki berusia sekitar lima puluh tahun
lebih, bertubuh tinggi sedang, wajahnya masih tampak
tampan walaupun pada saat itu sinar matanya redup dan
wajahnya tampak muram. Pakaiannya tidak terlalu mewah
seperti para pangeran lainnya, namun rapi dan bersih.
Sebaliknya, Pangeran Ciu Wan Kong merasa suka melihat
pemuda yang berwajah lembut dan cerah ini.
"Orang muda, siapakah engkau dan siapa pula gurumu
yang bernama Im Yang Sian-kouw yang mengaku mengenalku
itu" Aku sungguh tidak ingat pernah mengenal nama itu."
Han Bu merasa terharu. Jadi inikah suami gurunya yang
sebetulnya amat mencinta gurunya namun yang terlalu lemah
sehingga tidak mampu menolak kehendak orang tua agar dia
berpisah dari Cui Eng yang sudah menjadi isterinya dan
melahirkan seorang anak perempuan" Akan tetapi dia masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa penasaran karena hati pemuda ini merasa sakit kalau
dia memikirkan betapa gurunya yang baru saja melahirkan
diusir dari rumah ini. Biarpun hal itu dilakukan orang tua
Pangeran Ciu Wan Kong, namun pangeran ini sama sekali
tidak membela isterinya yang katanya dicintanya, juga tidak
membela puteri kandungnya sendiri.
"Begini, Pangeran. Sesungguhnya, saya adalah murid Im
Yang Sian-kouw dan Subo mengutus saya untuk menghadap
Pangeran. Subo mengetahui akan seorang wanita she Cui
yang pernah bekerja di gedung ini bersama ayahnya yang
bernama Cui Sam."
Pangeran Ciu Wan Kong melompat bangkit berdiri, matanya
terbelalak. "Kaumaksudkan... Cui... Cui Eng..." Benarkah" Ia
masih hidup" Ahh... di mana ia... di mana...?"
Melihat ini, Han Bu semakin terharu. Tak dapat disangsikan
lagi, pangeran ini mencinta subonya, masih mencinta isterinya
yang diusir orang tuanya itu.
"Nanti dulu, Pangeran. Subo pesan kepada saya bahwa
saya harus yakin dulu sebelum menceritakan tentang wanita
she Cui yang dikenal Subo itu."
Ciu Wan Kong lalu bertepuk tangan tiga kali. Dua orang
pengawal muncul dari pintu dan pangeran itu berseru, "Cepat
undang Cui Loya (Tuan Tua Cui) ke sini, cepat!"
Dua orang pengawal itu berlari keluar dan tak lama
kemudian seorang kakek berusia sekitar enam puluh tujuh
tahun memasuki ruangan itu dengan tergesa-gesa.
"Engkau memanggilku, Pangeran" Ada urusan apakah"
Bagaimana dengan Thian Hwa?"
"Duduklah, Gak-hu (Ayah Mertua). Perkenalkan, pemuda ini
adalah... adalah... siapa namamu, orang muda?"
"Nama saya Si Han Bu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Si Han Bu ini mengaku murid seorang bernama Im Yang
Sian-kouw dan katanya gurunya itu mengenal dan mengetahui
di mana adanya Cui Eng...."
"Ahh...! Benarkah, orang muda" Di manakah adanya
anakku Cui Eng...?" Cui Sam bertanya dengan suara
menggetar penuh harapan dan keharuan.
"Ya, katakanlah, Si Han Bu. Di mana adanya Cui Eng
sekarang?" tanya Pangeran Ciu Wan Kong.
"Nanti dulu, Pangeran. Subo memesan kepada saya agar
lebih dulu yakin apakah saya berada di alamat yang benar.
Subo sudah mendengar apa yang diceritakan oleh wanita she
Cui itu apa yang terjadi dengan dirinya di sini. Maka, harap
Paduka menceritakan lebih dulu apa hubungan wanita she Cui
itu dengan Paduka dan apakah benar bahwa Kakek ini adalah
ayahnya." Pangeran Ciu Wan Kong menghela napas panjang. Dia lalu
menceritakan tentang Cui Eng dan ayahnya, Cui Sam yang
tadinya bekerja sebagai pelayan di rumah keluarga orang
tuanya. Betapa kemudian terjalin hubungan cinta antara dia
dan Cui Eng sampai Cui Eng mengandung dan melahirkan
seorang anak perempuan. Akan tetapi orang tuanya tidak
setuju bahkan mengusir Cui Eng tanpa dia dapat berbuat
sesuatu. Cui Sam dan Cui Eng yang membawa bayinya yang
belum diberi nama pergi meninggalkan gedung itu. Kemudian
muncul Ciu Thian Hwa yang berjuluk Huang-ho Sian-li, yang
ternyata adalah anaknya, bayi yang dulu dibawa pergi Cui
Eng. Ketika menceritakan ini semua, kedua mata Pangeran Ciu
Wan Kong menjadi basah air mata.
"Aku telah dapat berkumpul kembali dengan ayah
mertuaku dan puteriku, akan tetapi... selama ini kukira bahwa
Cui Eng, isteriku tercinta itu... telah tewas hanyut di air Sungai
Kuning. Akan tetapi, kini engkau muncul, Si Han Bu, dan
menceritakan bahwa gurumu mengetahui di mana Cui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada. Aih, kalau saja hal ini sungguh benar... alangkah
bahagia hatiku...." Pangeran itu menangis.
"Semua yang diceritakan Pangeran Ciu Wan Kong ini
memang benar, orang muda. Aku sebagai ayah kandung Cui
Eng menjadi saksinya. Kasihan mantuku ini, biarpun engkau
membawa berita dan harapan yang membahagiakan, tetap
saja dia berada dalam kedukaan dan kekhawatiran besar
karena puterinya, cucuku Ciu Thian Hwa, Huang-ho Sian-li,
kini menjadi tahanan Pangeran Cu Kiong yang jahat...."
Pangeran Ciu Wan Kong dapat mengatasi kesedihannya
dan dia menceritakan apa yang terjadi dengan diri T hian Hwa
yang difitnah membunuh Pangeran Leng Kok Cun.
"Sekarang ceritakan, Si Han Bu, di mana adanya Cui Eng"
Aku akan segera pergi menjemputnya bersama ayah
mertuaku," kata Pangeran Ciu Wan Kong.
"Benar, orang muda. Di mana sekarang anakku Cui Eng
tinggal" Kami ingin segera menemuinya!" kata pula Cui Sam.
Han Bu menghela napas panjang. "Pangeran, saya tidak
diberi tahu di mana adanya wanita bernama Cui Eng itu.
Hanya Subo yang mengetahuinya. Karena itu, sebaiknya
Pangeran bertanya sendiri kepadanya kelak kalau Subo datang
ke kota raja seperti yang beliau janjikan. Sekarang, yang
terpenting adalah urusan mengenai puterimu. Saya akan
mencoba untuk menyelidiki, kalau mungkin saya akan
membebaskannya."
"Akan tetapi hal itu tidaklah mudah, Han Bu. Pangeran Cu
Kiong itu mempunyai banyak sekali pembantu yang amat lihai,
kedudukannya kuat sekali karena dia adalah putera Kakanda
Kaisar Shun Chi. Kiranya amat sukar untuk membebaskan
Thian Hwa, kecuali melalui pengadilan di mana banyak
pejabat tinggi tentu akan membela Thian Hwa."
"Jangan khawatir, Pangeran. Saya akan dapat menjaga
diri." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Ciu Wan Kong mencoba untuk menahan Si Han
Bu dan menganjurkan pemuda itu bermalam dan tinggal di
gedungnya, akan tetapi Han Bu menolak dan akan merasa
lebih bebas kalau tinggal di rumah penginapan. Dia lalu
berpamit dan menjanjikan untuk memberitahu kepada
gurunya tentang keadaan Pangeran Ciu Wan Kong dan Ciu
Thian Hwa, juga tentang Kakek Cui Sam.
(o-dwkz-jTn-o) Para pejabat tinggi yang terpenting, para pangeran dan
keluarga kerajaan hadir dalam ruangan persidangan istana
yang amat luas itu. Mereka semua datang untuk menyaksikan
persidangan yang akan mengadili Ciu Thian Hwa atau Huangho Sian-li yang dituduh telah membunuh Pangeran Leng Kok
Cun. Di antara sekian banyaknya pejabat tinggi dan para
keluarga kerajaan, terbagi menjadi tiga bagian. Sebagian dari
mereka adalah orang-orang yang tidak memihak sana sini,
hanya ingin me lihat keadilan ditegakkan dalam persidangan
itu. Ada pula sebagian dari mereka yang mendukung Pangeran
Cu Kiong dan menyalahkan Huang-ho Sian-li yang membunuh
Pangeran Leng Kok Cun. Selebihnya adalah mereka yang setia
kepada Kaisar dan yang diam-diam tidak percaya bahwa
Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa membunuh Pangeran Leng
Kok Cun. Di antara mereka ini tentu saja terdapat Putera
Mahkota Kang Shi sendiri, Pangeran Bouw Hun Ki dan para
pendekar yang membela Pangeran Mahkota, juga para
panglima dan pejabat tinggi yang setia kepada kaisar dan
karena mereka semua menghargai Ciu Thian Hwa sebagai
pemegang Tek-pai, maka tentu saja mereka berpihak kepada
Huang-ho Sian-li.
Pangeran Bouw Hun Ki yang dalam sidang yang lalu telah
diangkat dan ditetapkan menjadi pendamping dan wakil calon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaisar yang masih muda dan kini menjadi pemimpin sidang,
datang lebih dulu dalam ruangan persidangan yang luas itu.
Akhirnya Pangeran Cu Kiong dan rombongannya yang telah
ditunggu-tunggu datang ke rumah persidangan. Semua orang
memperhatikan. Pangeran yang masih muda dan berpakaian
mewah ini diiringkan para "pengawal" yaitu Si Tinggi Kurus
Thio Kwan, Si Gemuk Pendek Yu Kok Lun, Ang-mo Niocu Yi
Hong yang cantik dan genit, lalu ikut pula gurunya yaitu Lam
Hai Cin-jin Datuk Selatan yang amat lihai itu.
Pangeran Bouw Hun Ki dan para pendukungnya
mengerutkan alis karena mereka tidak melihat Pangeran Cu
Kiong membawa tawanannya, yaitu Huang-ho Sian-li Ciu
Thian Hwa yang akan diadili dalam persidangan itu. Suasana
menjadi ribut karena hampir semua orang bertanya-tanya
mengapa gadis yang akan diadili itu tidak dihadirkan di situ.
Diam-diam muncul perasaan khawatir dalam hati Pangeran
Bouw Hun Ki, terutama dalam hati Pangeran Ciu Wan Kong
karena timbul dugaan jangan-jangan puterinya mengalami
kecelakaan. Siapa tahu Pangeran Cu Kiong yang curang dan
jahat itu diam-diam membunuhnya! Ketika dia membisikkan
kekhawatirannya ini kepada Pangeran Bouw Hun Ki, pangeran
itu menggelengkan kepala dan berkata lirih.
"Harap tenang, Adinda Pangeran Ciu. Kuyakin Pangeran Cu
Kiong tidak akan begitu bodoh me lakukan hal itu karena
semua pejabat pasti akan menentang kebodohan itu."
Setelah semua orang berkumpul, Pangeran Bouw Hun Ki
sebagai pimpinan sidang dan sudah duduk di belakang meja
pimpinan, bangkit berdiri dan mengangkat kedua tangannya
memberi isyarat kepada semua yang hadir agar berdiam diri.
Pangeran Kang Shi yang berusia sepuluh tahun itu duduk
dengan tenangnya di sebelah kanan Pangeran Bouw Hun Ki.
Biarpun usianya baru sepuluh tahun lebih, namun calon kaisar
ini tampak anggun dan berwibawa, wajahnya serius ketika dia
memandang kepada semua orang yang hadir di situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah semua orang berdiam diri dan suasana menjadi
tenang Pangeran Bouw Hun Ki berkata dengan nyaring. "Cu-wi
(Anda Sekalian) yang terhormat, atas nama Paduka Pangeran
Mahkota, kami mengucapkan selamat datang dan menyatakan
bahwa persidangan ini dibuka! Akan tetapi sebelum
persidangan dimulai, kami minta kepada Pangeran Cu Kiong
sebagai penuntut agar menghadirkan terdakwa Ciu Thian Hwa
alias Huang-ho Sian-li di ruangan persidangan ini!"
Pangeran Cu Kiong bangkit berdiri dan suasana menjadi
sunyi karena mereka semua ingin sekali mendengarkan apa
yang akan diucapkan pangeran muda itu.
"Kami sengaja menahan terdakwa dan tidak menghadirkannya di sini. Kami harap sidang pengadilan ini
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat dimulai tanpa hadirnya terdakwa. Cukup dibicarakan
dan dihadirkan saksi-saksi untuk menentukan kesalahan dan
dosa yang telah dilakukan terdakwa yang telah membunuh
Kakanda Pangeran Leng Kok Cun secara kejam!"
Kembali terdengar para hadirin bicara sendiri memberi
tanggapan atas ucapan Pangeran Cu Kiong sehingga
suasananya menjadi riuh kembali. Pangeran Bouw Hun Ki
mendiamkannya keadaan itu sejenak, lalu dia bangkit lagi dan
mengangkat kedua tangan ke atas.
"Harap Cu-wi tenang. Kami hendak bertanya kepada
Pangeran Cu Kiong sebagai pendakwa, bagaimana mungkin
mengadili seorang terdakwa tanpa menghadirkan terdakwa itu
ke dalam sidang pengadilan?"
"Kenapa tidak bisa" Kesalahan terdakwa Huang-ho Sian-li
sudah jelas, buktinya sudah ada yaitu kematian Kakanda
Pangeran Leng Kok Cun dan saksinya juga banyak. Ada saya
sendiri yang menyaksikan dan para pengawal saya, bahkan
semua keluarga dan penghuni rumah Kakanda Leng Kok Cun
juga menjadi saksi. Saya tidak merasa perlu menghadirkan
terdakwa ke sini karena mengingat bahwa ia adalah seorang
yang berbahaya sekali, liar dan ganas. Saya tidak ingin melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia memberontak dan dapat melepaskan diri di tempat ini.
Melihat cara ia membunuh Kakanda Pangeran Leng, kami
bahkan berkesimpulan bahwa dahulu yang membunuh
Ayahanda Kaisar juga wanita itu!"
"Bohong besar!" Pangeran Ciu Wan Kong berseru nyaring.
"Anakku Ciu T hian Hwa malah menyelamatkan Kakanda Kaisar
dari serangan penjahat sehingga anakku diberi anugerah Tekpai oleh mendiang Kakanda Kaisar. Ia bukan pembunuh!"
"Hemm, mungkin saja Ayahanda Kaisar dikelabuhi olehnya.
Gadis itu licik sekali, licik dan kejam. Rasanya tidak mungkin
Ayahanda memberi anugerah Tek-pai kepada seorang gadis
yang tidak dikenal asal-usulnya sama sekali!"
"Pangeran Cu Kiong, jangan bicara sembarangan!"
Pangeran Bouw Hun Ki membentak dengan teguran. "Sudah
jelas bahwa Ciu T hian Hwa adalah puteri Adinda Pangeran Ciu
Wan Kong, maka ia adalah anak keponakan mendiang
Kakanda Kaisar sendiri dan engkau berani menghina dan
mengatakan ia tidak dikenal asal-usulnya sama sekali?"
"Saya tidak bicara sembarangan, Paman Pangeran Bouw
Hun Ki! Siapa yang tidak tahu bahwa Paman Pangeran Ciu
Wan Kong tidak pernah beristeri dan tidak mempunyai anak"
Semua orang tahu benar akan hal ini dan tiba-tiba saja ada
seorang gadis liar dunia kang-ouw yang berjuluk Huang-ho
Sian-li muncul mengaku sebagai puterinya! Nah, karena
khawatir gadis liar itu meloloskan diri kalau dihadirkan di sini,
maka sengaja saya menahannya dengan pengawalan ketat.
Kita sidangkan perbuatannya di sini dan kalau kita sudah
memutuskan hukuman apa yang akan kita jatuhkan
kepadanya, baru saya akan melaksanakan hukuman itu di
depan umum."
Pangeran Bouw Hun Ki menjadi marah, akan tetapi dia
masih dapat mengendalikan diri dan dia berkata lantang. "Cuwi yang terhormat. Karena terdakwa tidak dapat dihadirkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam persidangan ini, maka persidangan ini ditunda sampai
tiba saatnya yang tepat. Persidangan ditutup sampai di s ini!"
Orang-orang menjadi riuh bicara sendiri sehingga protes
yang diteriakkan Pangeran Cu Kiong tenggelam ke dalam
suara banyak orang itu. Apalagi Pangeran Bouw Hun K i sudah
mengawal Pangeran Mahkota Kang Shi bersama pasukan
pengawal dengan ketatnya meninggalkan ruangan persidangan memasuki bagian dalam istana di mana kini
Pangeran Mahkota tinggal dan se lalu ditemani Pangeran Bouw
Hun Ki yang diperkuat oleh Nyonya Bouw, Bouw Kun Liong,
Bouw Hwi Siang, Bu Kong Liang dan Gui Siang Lin. Selain
mereka, Pangeran Bouw Hun Ki juga memerintah tiga orang
panglima yang setia mengerahkan pasukannya untuk
memperkuat penjagaan di istana.
Sementara itu, pagi tadi selagi para pejabat tinggi
berbondong-bondong menuju ke ruangan persidangan di
istana, T hian Hwa berada dalam sebuah kamar tahanan yang
kokoh kuat. Bukan hanya pintu besi kamar itu yang amat kuat,
juga di luar kamar tahanan yang dindingnya terbuat dari baja
itu terdapat lima orang prajurit yang membawa gendewa dan
anak panah. Mereka adalah ahli-ahli panah yang pandai dan di
atas sebuah bangku tampak seorang kakek tua yang seperti
mayat dengan pakaian serba putih rebah telentang dan
mendengkur. Dia adalah Ngo-beng Kui-ong yang usianya
sudah delapan puluh tahun, susiok dari Lam Hai Cin-jin.
Pangeran Cu Kiong yang menghadiri persidangan di istana
sengaja meninggalkan pendukung paling kuat yang dikirimkan
Jenderal Wu Sam Kwi itu agar menjaga tawanan karena dia
tidak ingin Thian Hwa dapat lolos dari situ. Hanya Ngo-beng
Kui-ong yang akan sanggup mengalahkan Huang-ho Sian-li.
Thian Hwa duduk bersila di atas dipan yang berada di
dalam kamar tahanan itu. Ia tidak dibelenggu karena ketika
dimasukkan ke dalam kamar tahanan, ia berada dalam
keadaan tertotok sehingga tidak mampu bergerak. Ia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar bahwa ia berada dalam bahaya, dituduh sebagai
pembunuh Pangeran Leng Kok Cun! Andaikata ia dihadirkan
dalam persidangan, tentu saja ia dapat membela diri dan
menceritakan yang sebenarnya, yaitu bahwa Pangeran Leng
dibunuh oleh Pangeran Cu Kiong sendiri. Akan tetapi apa
buktinya dan mana saksinya" Buktinya, Pangeran terbunuh
oleh tiga batang jarum senjata rahasianya Pek-hwa-ciam dan
saksinya yang ketika itu berada di situ, bahkan semua
keluarga Pangeran Leng tentu saja percaya bahwa ia yang
telah menjadi pembunuhnya.
Thian Hwa tidak mau menggunakan kekerasan mencoba
untuk meloloskan diri. Akan sia-sia belaka. Ia tahu betapa
kuatnya kamar tahanan itu. Baru dihujani anak panah oleh
lima orang itu dari luar kamar tahanan saja rasanya sukar
baginya untuk meloloskan diri, apalagi di sana masih ada
kakek yang tidur mendengkur itu. Kakek tua renta yang lihai
bukan main dan yang ia tahu ia takkan mampu
mengalahkannya.
Tiba-tiba lima orang prajurit yang duduk berjajar di atas
bangku itu serentak bangkit berdiri dengan gendewa dan anak
panah siap di tangan. Mereka memandang kepada seorang
prajurit pengawal yang melangkah datang dengan gagah dari
istana pangeran bagian dalam menuju ke tempat tahanan
yang berada di belakang itu.
Prajurit yang masih muda dan tampan gagah ini memberi
hormat atau salam secara militer kepada lima orang rekannya
itu, lalu berkata dengan tegas.
"Saya menerima tugas dari Pangeran Cu Kiong untuk
membawa tawanan ke istana. Perintah ini penting sekali dan
harus segera dilaksanakan!"
Lima orang prajurit pengawal itu saling pandang dan
mengerutkan alisnya. "Ah, mana mungkin Yang Mulia
Pangeran mengutus seorang prajurit pengawal semuda
engkau ini untuk membawa tawanan yang amat penting ini ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sana" Bagaimana mungkin engkau akan mampu menguasainya?" kata seorang.
"Kami pun tidak bisa percaya begitu saja karena kami tidak
mengenal siapa engkau," kata yang lain.
Prajurit muda itu memandang dengan mata mencorong.
"Tidak tahukah kalian bahwa saat ini Pangeran Cu Kiong
mendatangkan banyak sekali jagoan lihai untuk mendukungnya" Aku baru kemarin tiba dan sudah mendapat
kepercayaan untuk membawa tawanan penting, ini membuktikan bahwa Pangeran Cu percaya kepadaku! Dan
kalian ini pengawal-pengawal biasa berani mencurigaiku?"
Prajurit muda itu segera mengeluarkan sehelai surat perintah
yang ada cap dari Pangeran Cu Kiong. Di situ tertulis bahwa
dia harus mengambil tawanan bernama Huang-ho Sian-li dan
membawanya ke persidangan di istana kaisar!
Melihat ini, lima orang prajurit tentu saja percaya dan
takut. Cap dari pangeran itu tidak meragukan lagi dan seorang
dari mereka segera mengeluarkan kunci besar untuk
membuka pintu kamar tahanan.
"Hati-hati, kawan. Ia lihai sekali, jangan-jangan ia akan
mengamuk dan dapat meloloskan diri," kata lima orang itu
sambil memasang anak panah pada gendewa mereka,
bersiap-siap mencegah kalau Huang-ho Sian-li mengamuk.
Akan tetapi prajurit muda itu berkata, "Hemm, jangan
khawatir, kawan-kawan. Aku sudah biasa menghadapi lawanlawan tangguh dan Pangeran Cu juga sudah percaya
kepadaku. Aku akan menotoknya dan membuat tawanan ini
tidak akan mampu mengamuk."
Thian Hwa mendengarkan semua itu dan dengan heran ia
memandang wajah prajurit muda yang tampan itu. Pada saat
mereka bertemu pandang, Thian Hwa me lihat prajurit muda
itu mengedipkan sebelah mata kepadanya. Ia merasa heran
dan jantungnya berdebar tegang. Prajurit muda ini pasti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berniat menolongnya. Ia tidak boleh gegabah mengamuk
karena di sana ada Ngo-beng Kui-ong yang amat lihai, dan
mendengar ucapan pemuda itu serta isyarat kedip mata itu,
Thian Hwa mengambil keputusan untuk menurut saja. Setelah
daun pintu dibuka dan prajurit muda itu dengan lompatan
yang amat ringan dan cepat mendekatinya lalu menotok
kedua pundaknya, Thian Hwa merasa semakin heran. Ia sama
sekali tidak merasakan apa-apa, tidak merasa lemas karena
totokan itu. "Nah, ia sudah kutotok dan kubuat tidak berdaya!" kata
prajurit muda itu dan Thian Hwa segera membuat dirinya
sendiri terkulai lemas!
"Nah, aku akan memondongnya dan membawanya ke
istana di mana Pangeran Cu Kiong sudah menanti!" kata
prajurit muda itu kepada lima orang rekannya.
Prajurit muda itu bukan lain adalah Si Han Bu. Setelah
bertemu Pangeran Ciu Wan Kong dan Cui Sam, suami dan
ayah kandung gurunya, dia merasa gembira sekali. Akan
tetapi mendengar betapa Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa,
puteri kandung gurunya, kini difitnah membunuh seorang
pangeran dan berada dalam tahanan Pangeran Cu Kiong, dia
merasa khawatir sekali. Dia mengambil keputusan untuk
menolong dan membebaskan gadis itu, demi gurunya! Puteri
kandung gurunya itu hanya harus dia tolong dan dia
bebaskan. Demikianlah, pagi-pagi sekali hari itu dia menyelidiki
gedung istana milik Pangeran Cu Kiong dan setelah melihat
Pangeran Cu Kiong dan para pengikutnya meninggalkan
gedung, dia melompat masuk melalui pagar tembok di
belakang. Setelah mengintai cukup lama akhirnya dia melihat
kesempatan baik. Dia dapat menyusup ke dalam dan dapat
menemukan kamar tidur Pangeran Cu Kiong yang kebetulan
kosong. Di atas meja dalam kamar itulah dia menemukan cap
pangeran itu. Cepat dia membuat surat perintah dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membubuhi cap itu untuk membawa pergi tahanan bernama
Huang-ho Sian-li! Kemudian, dia dapat menangkap seorang
prajurit yang bentuk tubuhnya sama dengannya, melucuti dan
dia lalu mengenakan pakaian prajurit itu. Tubuh prajurit yang
sudah ditotoknya lumpuh itu lalu disembunyikan di balik
sebuah almari dan dia lalu cepat mencari tempat tahanan di
bagian belakang kompleks gedung istana itu. Setelah dia
menemukan tempat itu dia berlagak seperti seorang prajurit
kepercayaan Pangeran Cu Kiong untuk mengambil tawanan,
"menotok" Thian Hwa dan memanggul tubuh yang "lemas" itu
keluar dari dalam kamar tahanan.
Akan tetapi ternyata seorang di antara lima prajurit penjaga
itu merasa curiga dan dia membangunkan Ngo-beng Kui-ong.
Ketika kakek itu terbangun dan melihat tawanannya
dipondong seorang prajurit, dia mengeluarkan suara bentakan
marah. "Tahan...!"
Melihat kakek itu mengeluarkan sebatang tongkat ular yang
tiba-tiba seperti hidup, Han Bu dapat menduga bahwa kakek
itu tentulah seorang lawan yang sakti dan tangguh sekali.
Maka dia melepaskan Thian Hwa dari panggulannya dan
berbisik. "Nona, kita robohkan mereka!"
Tanpa dikomando lagi, begitu mendengar bentakan Ngobeng Kui-ong, Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa sudah siap
melawan. Ia melompat dari atas panggulan pundak Han Bu
dan begitu ia menggerakkan kedua tangan kakinya, tiga orang
prajurit yang belum siap menggunakan anak panah mereka
telah roboh dan tidak dapat bangkit kembali. Han Bu juga
menggunakan pedangnya dan dua orang prajurit lainnya
roboh! Akan tetapi, terdengar suara orang-orang di luar
tempat tahanan itu dan hal ini berarti bahwa para prajurit lain
agaknya mendengar keributan itu dan sedang mendatangi
tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, cepat pergi lapor ayahmu, jangan sampai engkau
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tertawan lagi!" kata Han Bu sambil menghadapi kakek yang
seperti mayat hidup itu.
Thian Hwa meragu. Biarpun ia tidak mengenal pemuda ini,
akan tetapi pemuda ini telah menolongnya dan membebaskannya dari tahanan. Bagaimana mungkin kini
harus meninggalkannya seorang diri menghadapi tengkorak
hidup yang ia tahu amat lihai itu" Akan tetapi Han Bu yang
lebih mengkhawatirkan gadis itu karena banyak prajurit
mendatangi, segera berkata.
"Nona Huang-ho Sian-li, ayahmu menanti-nantimu. Cepat
pergilah. Aku akan menahan mereka di sini. Ingat engkau
harus selamatkan Pangeran Mahkota!"
"Dan engkau sendiri?" tanya Thian Hwa ragu.
"Ha-ha, jangan pikirkan aku!"
Pada saat itu, Ngo-beng Kui-ong membentak nyaring dan
dia sudah me lemparkan tongkat ularnya ke udara dan tongkat
itu kini berubah menjadi ular hidup yang meluncur ke arah
tubuh pemuda itu.
Dengan mengeluarkan suara mendesis-desis dan menyemburkan uap hitam, ular itu meluncur dan menyerang
ke arah kepala Han Bu. Akan tetapi dengan tenangnya Han Bu
sudah mengelebatkan pedangnya, menyerang dan membacokbacok ke arah ular itu. Ular itu pun agaknya tidak mau
terbabat pedang dan gerakannya cepat sekali, seolah menjadi
seekor burung yang pandai terbang, dan tetap menyambarnyambar sambil menyemburkan uap hitamnya. Akan tetapi,
biarpun Thian Hwa sudah menduga bahwa uap hitam itu tentu
beracun, agaknya pemuda itu sama sekali tidak merasakannya. Ia tidak tahu bahwa pemuda itu adalah murid
Im Yang Sian-kouw atau cucu murid Bu Beng Kiam-sian yang
selain terkenal sebagai Dewa Pedang, juga merupakan
seorang ahli pengobatan yang pandai. Sebagai cucu murid
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang ahli pengobatan tentu saja Han Bu juga mempelajari
ilmu itu dan kini, berhadapan dengan Ngo-beng Kui-ong yang
dia duga kemungkinan besar suka mempergunakan racun, dia
sudah membekali dirinya dengan menelan sebutir pel kebal
racun sehingga ketika tongkat ular itu mengeluarkan asap
hitam beracun, dia sama sekali tidak terpengaruh.
Bahkan tongkat ular yang tidak berani bertemu sambaran
pedang itu menjadi repot menghindarkan diri dari bacokan
pedang dan akhirnya, ketika Ngo-beng Kui-ong berseru,
tongkat itu terbang kembali ke tangannya. Melihat betapa
pemuda itu cukup lihai menghadapi Ngo-beng Kui-ong dan
melihat pula betapa belasan orang prajurit kini menyerbu dan
memasuki tempat tahanan itu, Huang-ho Sian-li cepat
memungut pedang milik prajurit yang sudah ia robohkan tadi
lalu mengamuk dan menerjang keluar! T erjadilah pertempuran
hebat di mana Huang-ho Sian-li mengamuk dikeroyok lima
belas orang prajurit pengawal.
Thian Hwa teringat akan seruan
pemuda yang menolongnya itu agar ia me lapor kepada ayahnya. Hal ini
berarti bahwa pemuda itu sudah bertemu ayahnya dan
mungkin saja ayahnya yang menyuruhnya menolongnya, juga
pemuda itu berseru agar ia menyelamatkan Pangeran
Mahkota. Apa yang terjadi dengan Pangeran Mahkota" Apa
yang terjadi dengan keluarga Bouw Hun Ki" Pemuda itu benar
juga. Ia harus lebih dulu dapat meloloskan diri dan melihat
keadaan di luar tempat tahanan ini, baru ia akan berunding
dengan Pangeran Bouw Hun Ki dan yang lain-lain apa yang
harus dilakukannya. Maka ia mempercepat gerakan pedang
rampasannya dan empat orang pengeroyok roboh mandi
darah. Yang lain terkejut dan mundur dengan jerih melihat
kelihaian gadis itu. Kesempatan ini dipergunakan oleh Thian
Hwa untuk melompat keluar dari tempat itu, dan terus lari ke
tembok taman lalu melompat dan keluar dari lingkungan
gedung tempat tinggal Pangeran Cu Kiong!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, melihat Thian Hwa sudah lolos, Han Bu
merasa lega. Kelegaan yang hanya sebentar karena dia segera
diserang oleh Ngo-beng Kui-ong dan mendapat kenyataan
bahwa kakek yang seperti mayat hidup ini ternyata lihai bukan
main! Juga para prajurit yang ditinggalkan Thian Hwa dan
tidak berhasil mengejarnya, kini mengepung pemuda yang
memakai pakaian prajurit itu sehingga sama sekali tidak ada
jalan bagi Han Bu untuk me loloskan diri. Kini setelah tongkat
ular itu berada di tangan Ngo-beng Kui-ong, kakek itu berani
mempergunakannya untuk diadu dengan pedang Im-yangkiam dan ternyata tongkat itu kuat sekali karena didukung
tenaga sakti yang dahsyat dari Si Mayat Hidup. Maka Han Bu
berada dalam keadaan gawat. Dia baru tahu bahwa lawannya
yang tampaknya lemah ini ternyata memiliki tenaga sakti yang
amat kuat dan ilmu silat yang amat aneh dan tinggi tingkatnya
sehingga agaknya gurunya sendiri pun belum tentu akan
mampu menandingi kakek ini!
"Hei, kakek tua, tahan dulu!" T iba-tiba Han Bu berseru dan
melompat ke belakang. Akan tetapi para prajurit sudah
menghadang di belakangnya.
"Hoa-ha-ha, kau mau lari ke mana?" Ngo-beng Kui-ong
tertawa. "Siapa mau lari" Aku hanya ingin tahu dulu siapa yang
menjadi lawanku agar aku tidak sampai membunuh orang
tanpa kukenal siapa yang menjadi korban pedangku ini!"
"Ha-ha, memang baik sekali agar engkau mati sete lah
mengenal namaku. Aku adalah Ngo-beng Kui-ong. Nah,
engkau pun jangan mati tanpa nama. Siapa namamu sebelum
aku membunuhmu!"
"Aku tidak akan mati, maka tidak perlu meninggalkan
nama," kata Han Bu dan tiba-tiba saja dia menyerang dengan
terjangan dahsyat. Pedangnya berputar dan menusuk ke arah
muka lawan, lalu siap menoreh ke bawah ke arah ulu hati
kalau tusukannya gagal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tranggg...!" Tongkat ular itu menangkis pedang dan
sejenak Han Bu tidak mampu menarik kembali pedangnya
yang menempel pada tongkat. Kakek itu mengamati pedang
yang berwarna separuh hitam separuh putih itu. Dia berseru
kaget, mendorongnya sehingga tenaga yang amat kuat
membuat Han Bu terpaksa mundur tiga langkah dan kakek itu
berseru. "Dari mana engkau mendapatkan Im-yang Po-kiam ini"
Bukankah Im-yang Po-kiam ini pedang milik Im Yang Siankouw dari Beng-san?"
Han Bu merasa heran dan juga bangga. Agaknya kakek
lihai ini mengenal gurunya! Maka sambil membusungkan
dadanya dia berkata lantang.
"Dengarlah baik-baik, wahai Ngo-beng Kui-ong! Aku
bernama Si Han Bu dan Im-yang Sian-kouw adalah Guruku!
Subo menghadiahkan pedang ini kepadaku!"
"Ha-ha-ha, bocah sombong! Murid Im-yang Sian-kouw,
cucu murid mendiang Bu Beng Kiam-sian, berani melawan
aku, Ngo-beng Kui-ong! Heh, bocah ingusan, tahukah engkau,
Bu Beng Kiam-sian adalah teman seperjuanganku! Dan Imyang Sian-kouw, heh-heh, janda cantik itu, sombong sekali
berani menolak aku. Sekarang, engkau berani menantangku"
Ho-ho, sudah bosan hidupkah engkau?"
"Engkau yang sudah bosan hidup karena sudah tua renta,
Ngo-beng Kui-ong. Hendak kulihat bagaimana daya tahan
seorang yang sudah mendekati ajal sepertimu, tentu saja
kalau engkau tidak begitu pengecut untuk mengeroyokku!"
"Huh, bocah sombong. Siapa yang akan mengeroyokmu"
Sambut ini!" bentak Ngo-beng Kui-ong marah. Han Bu
memang sengaja berlagak sombong untuk membuat
penasaran hati kakek itu dan mengalihkan perhatian sehingga
kakek tua renta itu lupa bahwa ta wanan yang dijaganya te lah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lolos. Dan usaha Han Bu ini berhasil baik. Ngo-beng Kui-ong
agaknya sudah lupa sama sekali akan tawanannya!
Melihat serangan yang amat dahsyat itu, Han Bu tidak
berani ma in-ma in. Dia cepat mengerahkan seluruh tenaganya
dan memainkan ilmu pedang Im-yang Kiam-sian dengan
tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memainkan Imyang Po-san, yaitu senjata kipasnya yang juga amat lihai.
Para prajurit hanya berani mengepung, tidak berani turun
tangan karena mereka semua maklum bahwa kakek itu
memiliki watak yang amat aneh dan keras. Mengeroyok tanpa
diperintah bisa saja berakibat mereka dibunuh sendiri oleh
kakek itu. Pertempuran berjalan cukup ramai. Hal ini karena Ngobeng Kui-ong tidak ingin membunuh Han Bu, melainkan ingin
menangkapnya hidup-hidup. Dia mempunyai sebuah rencana
bagi pemuda itu. Dahulu, kakek ini memang seorang sahabat
dari Bu Beng K iam-sian. Mereka sama-sama mempelajari ilmu,
saling menukar ilmu, hidup sebagai datuk-datuk yang gagah
perkasa dan patriotik. Ketika Im-yang Sian-kouw yang dulu
bernama Cui Eng menjadi murid Bu-beng Kiam-sian, Ngo-beng
Kui-ong sempat tergila-gila kepada janda muda itu dan
beberapa kali dia membujuk rayu dan meminang agar Cui Eng
menjadi isterinya dan dijanjikan akan diberi semua ilmu yang
dikuasainya. Pada waktu itu Ngo-beng Kui-ong berusia hampir
enam puluh tahun dan masih gagah, tidak seperti sekarang.
Akan tetapi Cui Eng menolak dan Ngo-beng Kui-ong tidak
berani memaksa karena tentu saja dia merasa sungkan
kepada Bu Beng Kiam-sian yang melindungi Cui Eng. Juga dia
sendiri bukanlah orang yang suka memaksakan kehendak
memenuhi nafsunya.
Kemudian, ketika pasukan Mancu menyerang dan
menduduki Cina, Ngo-beng Kui-ong ikut melakukan perlawanan. Setelah Jenderal Wu Sam Kwi me larikan diri ke
selatan dan membentuk pemerintahan sendiri lalu masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan perlawanan mati-matian terhadap pemerintah
penjajah Mancu, dengan sendirinya Ngo-beng Kui-ong
condong membantunya, apalagi muridnya, Lam-hai Cin-jin,
menjadi Koksu (Guru Negara), penasihat Jenderal Wu Sam
Kwi. Walaupun dia sudah tua dan tidak secara langsung
membantu Wu Sam Kwi, namun ketika muridnya, Lam-hai Cinjin minta bantuannya mewakili Wu Sam Kwi dalam
persekutuannya dengan Pangeran Cu Kiong, dia tergerak dan
berangkat juga.
Demikianlah, ketika kini tiba-tiba dia berhadapan lawannya,
seorang pemuda yang mengaku sebagai murid Im-yang Siankouw, Ngo-beng Kui-ong memiliki rencana bagi pemuda itu.
Dia hendak menangkapnya hidup-hidup untuk kelak
menyenangkan hati Im-yang Sian-kouw. Walaupun andaikata
wanita yang membuatnya tergila-gila itu tetap tidak mau
menjadi isterinya, setidaknya Im Yang Sian-kouw dapat
diharapkan bantuannya mendukung pemerintah Jenderal Wu
Sam Kwi! Ketika melihat betapa pemuda itu memang sudah mewarisi
ilmu pedang dan ilmu kipas yang lihai dari Bu-beng Kiam-sian
melalui gurunya, yaitu Im-yang Sian-kouw, maklumlah Kuibeng Kui-ong bahwa untuk merobohkan pemuda ini tanpa
melukai tidaklah mudah dan jalan satu-satunya hanyalah
menggunakan tenaga sakti dibantu kekuatan sihirnya.
Maka, setelah berkemak-kemik membaca mantera, dia
mendorongkan tangan kirinya ke arah Han Bu sambil berseru.
"Robohlah engkau!"
Hawa dorongan itu dahsyat bukan main. Angin yang
menyambar bagaikan badai dan di dalamnya terkandung pula
wibawa yang mempengaruhi diri Han Bu. Ada sesuatu yang
seolah memaksa dirinya untuk kehilangan daya tahannya dan
biarpun dia mencoba untuk bertahan, tetap saja dia
terpelanting dan sebelum dia dapat mengatur keseimbangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya, kakek itu melompat dan menotoknya sehingga
pemuda itu tidak mampu bergerak lagi.
Para prajurit kini berlompatan mendekat dan mereka sudah
menggerakkan golok dan pedang untuk membunuh Han Bu.
Akan tetapi Han Bu berseru.
"Ngo-beng Kui-ong, apa engkau tidak berani membunuh
aku sendiri dan menyuruh anjing-anjingmu ini mengeroyok
aku yang sudah tidak mampu bergerak" Pengecut besar!"
Mendengar ini, Ngo-beng Kui-ong menggerakkan tangannya dan angin menyambar amat kuatnya membuat
beberapa orang prajurit yang menghampiri Han Bu
berpelantingan!
"Tidak ada yang boleh membunuh pemuda ini! Mundur
kalian semua!"
Para prajurit ketakutan dan mundur, mengepung dari jarak
jauh. "Ngo-beng Kui-ong, sekarang engkau hendak membunuh
aku yang kaubuat tidak berdaya dengan ilmu iblismu" Huh,
tak tahu malu. Kalau memang kau gagah, hayo jangan
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pergunakan ilmu setan dan tewaskan aku dalam perkelahian
adu ilmu silat yang jujur dan adil, kalau kau berani!"
"Ho-ho, jangan berlagak, bocah sombong! Engkau
ketakutan maka engkau berlagak pemberani."
"Ha-ha-ha, kakek tua bangka! Siapa takut mati" Aku adalah
murid Subo Im-yang Sian-kouw dan cucu murid Sukong Bu
Beng Kiam-sian, mana mungkin takut mati" Berarti engkau
bohong dan belum mengenal kegagahan mereka!"
"Huh, bagaimanapun juga, aku akan membunuhmu. Akan
tetapi mengingat akan persahabatanku dengan Janda Im-yang
Sian-kouw yang menjadi gurumu, biarlah aku memberi
kelunakan padamu. Engkau boleh memilih sendiri cara
kematianmu. Kalau pilihanmu benar, engkau akan mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehormatan mati di tanganku. Kau tahu, mati di tangan Ngobeng Kui-ong merupakan kehormatan besar bagi seorang
kang-ouw! Akan tetapi kalau pilihanmu tidak benar, engkau
akan kuserahkan kepada para anjing ini biar mereka yang
mengeroyokmu sampai engkau mampus dengan cara rendah
dan hina! Nah, engkau boleh pilih!"
Han Bu adalah seorang pemuda yang lincah jenaka,
pemberani dan banyak akalnya. Mendengar ucapan itu, dia
memutar otaknya, mencari akal. Kemudian, dengan wajah
cerah, dalam keadaan rebah telentang dan tidak mampu
menggerakkan kaki tangannya, dia bertanya.
"Ngo-beng Kui-ong, apakah engkau ini benar-benar
seorang datuk ilmu silat yang terkenal dan dapat dipercaya
janjinya" Ataukah hanya seorang Siauw-jin (Manusia Rendah)
yang suka menjilat ludah sendiri, mengingkari janjinya?"
"Bocah setan! Tentu saja aku selalu memegang teguh
ucapan dan janjiku!"
"Hemm, kau tadi bilang bahwa aku boleh memilih dan
kalau pilihanku tepat, maka aku akan mati terhormat di
tanganmu, sebaliknya kalau pilihanku keliru, aku akan mati
dikeroyok anjing-anjing ini. Benarkah demikian janjimu?"
"Benar sekali dan aku tidak akan mengingkarinya!"
"Berani engkau bersumpah bahwa engkau tidak akan
melanggar janjimu sendiri" Ingat, janjimu disaksikan Bumi dan
Langit, juga didengarkan oleh belasan anak buahmu ini.
Sebagai seorang datuk besar, tentu engkau tidak akan
menjilat ludahmu sendiri!"
Ngo-beng Kui-ong marah sekali. Dia merasa dipermainkan
anak yang pantas menjadi cucunya, bahkan cucu buyutnya!
"Bocah setan! Siapa hendak mengingkari janji" Tidak sudi aku
bersumpah, akan tetapi biar semua orang ini menjadi saksi
bahwa kalau engkau memilih benar, engkau akan mati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhormat di tanganku, sebaliknya kalau engkau memilih
keliru, engkau akan mati dikeroyok anak buah ini!"
Han Bu mengerutkan alisnya. Wah, tidak enak semua! Akan
tetapi, lebih baik, seratus kali lebih baik mati sebagai seekor
harimau yang mati-matian membela diri daripada sebagai
seekor babi yang hanya menguik-nguik menghadapi kematian
tanpa melawan hanya berkaok-kaok ketakutan!
"Ngo-beng Kui-ong, satu hal lagi. Kalau aku memilih benar
sehingga aku mati di tanganmu, aku minta agar aku
dibebaskan dari totokan sehingga aku dapat melawanmu dan
mati karena kalah dalam perkelahian. Bagaimana?"
"Tentu saja! Kalau pilihanmu benar, engkau akan
melawanku sampai mati, akan tetapi kalau pilihanmu keliru,
dalam keadaan tertotok engkau akan dihabisi mereka. Nah,
jangan banyak cerewet lagi seperti seorang nenek bawel,
cepat lakukan pilihanmu!"
Setelah memutar otaknya dan menahan napas, dengan
nekat Han Bu lalu berkata lantang sehingga terdengar oleh
semua prajurit yang berada di situ.
"Aku, memilih mati di tangan prajurit ini!"
Mendengar ini, para prajurit tertawa riuh, dan Ngo-beng
Kui-ong juga tertawa. "Ha-ha-ha-ha, kiranya engkau hanya
seorang pengecut dan takut melawan aku, maka memilih mati
seperti seekor tikus! Baik, kalau itu pilihanmu, engkau akan
mampus dicincang para prajurit ini dan arwahmu tidak boleh
menyalahkan siapa pun karena ini merupakan pilihanmu
sendiri!" Dia tertawa lagi terbahak. "T idak kusangka murid Imyang Sian-kouw setolol ini!"
Para prajurit sudah gatal tangan dan siap untuk
mencincang tubuh pemuda pengacau itu dengan golok dan
pedang mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahan!" Han Bu berseru. "Ngo-beng Kui-ong, bukan aku
yang tolol, akan tetapi engkau yang hendak menjilat ludahmu
sendiri. Datuk macam apa engkau hendak mengingkari
janjimu, hah?"
Kakek itu terkejut dan marah. "Bocah setan, siapa
mengingkari janji?"
"Coba pergunakan otakmu yang tumpul karena sudah
terlalu tua itu. Apa pilihanku tadi?"
"Engkau memilih mati di tangan para prajurit!"
"Benar, dan engkau sekarang hendak melaksanakan itu,
menyuruh para prajurit membunuhku" Kalau begitu berarti
pilihanku benar! Padahal kalau pilihanku benar, aku tidak
harus dibunuh para prajurit, melainkan melawan sampai mati.
Nah, masih ingat, bukan" Ataukah engkau sudah pikun dan
pura-pura lupa?"
Ngo-beng Kui-ong tertegun dan bengong seperti orang
bodoh, dan para prajurit saling pandang lalu menganggukangguk. Mereka dapat melihat kebenaran omongan pemuda
itu. Pemuda itu memilih mati di tangan mereka, kalau hal ini
dilaksanakan, berarti pilihannya benar dan kalau pilihannya
benar, seperti dijanjikan kakek itu, dia tidak seharusnya mati
di tangan para prajurit!
Agaknya Ngo-beng Kui-ong akhirnya dapat menyadari
kebenaran ini. Tidak, anak muda itu tidak boleh mati
dikeroyok prajurit karena kalau hal itu terjadi, maka pilihannya
benar dan kalau pilihannya benar, menurut janji dia akan
mendapat kehormatan melawannya dan mati di tangannya.
"Ah, benar juga, aku keliru, Si Han Bu. Baiklah, sekarang
aku akan membebaskan dan memberi kesempatan kepadamu
untuk bertanding melawan aku sampai mati!" Kakek itu
hendak melawan Han Bu dan sekali tangannya berkelebat, dia
sudah membebaskan pemuda itu dari totokan yang ampuh.
Han Bu melompat berdiri dan segera berseru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahan dulu, Ngo-beng Kui-ong! Engkau tidak jadi menjilat
ludah yang ini, akan tetapi siap untuk menjilat ludahmu yang
lain. Sungguh tidak tahu malu. Aku tidak sudi bertanding
melawanmu karena itu menyalahi apa yang telah kaujanjikan!"
"Lho! Apa lagi ini" Aku melanggar janji yang mana?"
"Dasar sudah pikun dan bodoh! Apa janjimu tadi" Kalau
aku salah pilih aku akan mati di tangan para prajurit, bukan"
Nah, apa yang kupilih" Aku memilih mati di tangan para
prajurit, kalau sekarang aku harus mati di tanganmu, berarti
pilihanku tadi salah dan kalau salah, tidak semestinya aku mati
di tanganmu! Seharusnya mati di tangan para prajurit!"
Kakek itu melongo dan menghitung-hitung. Kalau pemuda
yang memilih mati di tangan para prajurit itu dibiarkan mati
dikeroyok, berarti pilihannya benar dan tidak boleh mati
dikeroyok. Sebaliknya kalau mati di tangannya, berarti
pilihannya keliru dan seharusnya mati dikeroyok.
"Lho, bagaimana ini...?" Kakek itu menggeleng-geleng
kepalanya dengan bingung. "Menyuruh para prajurit
membunuhmu salah, aku sendiri yang membunuhmu juga
salah! Lalu bagaimana?"
Para prajurit juga geleng-geleng kepala karena bingung
dan mereka semua baru menyadari bahwa mereka telah
diakali oleh pemuda itu! Akan tetapi Ngo-beng Kui-ong tidak
berdaya karena tentu saja dia tidak mau melanggar janjinya
sendiri yang disaksikan demikian banyaknya prajurit.
"Memang tidak semestinya engkau membunuhku, Ngobeng Kui-ong. Kalau betul engkau dahulu sahabat kakek
guruku mendiang Bu Beng Kiam-sian dan juga sahabat ibu
guruku Im-yang Sian-kouw, bagaimana engkau akan dapat
bertemu mereka kalau engkau membunuh aku?"
Selagi kakek itu kebingungan tak mampu menjawab,
terdengar suara berisik di luar bangunan itu, Ngo-beng Kuiong cepat menotok Han Bu yang tidak siap sehingga pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu terkulai lumpuh kembali. Kakek itu lalu mengangkat tubuh
Han Bu dan dimasukkan ke dalam kamar tahanan yang tadi
dipergunakan untuk menawan Huang-ho Sian-li. Setelah
melemparkan pemuda itu ke dalam kamar tahanan, pintunya
lalu ditutup dan digembok dari luar.
Han Bu merasa lega. Setidaknya dia gembira karena
pertama, dia dapat meloloskan Huang-ho Sian-li, dan ke dua,
dia dapat mengakali Ngo-beng Kui-ong sehingga kakek itu
menjadi serba salah dan tidak dapat membunuhnya. Akan
tetapi, dalam keadaan telentang dan tertotok, rebah di atas
pembaringan kayu, kini dia melihat munculnya beberapa
orang yang membuat dia dapat merasakan bahwa keadaan
dirinya tetap saja gawat.
Yang muncul adalah Pangeran Cu Kiong sendiri bersama
Lam-hai Cin-jin, Thio Kwan, Yu Kok Lun, dan Ang-mo Niocu
yang cantik genit.
"Locianpwe Ngo-beng Kui-ong, apa yang kami dengar dari
laporan para pengawal itu" Bagaimana Huang-ho Sian-li Ciu
Thian Hwa dapat lolos dari tahanan?" Pangeran Cu Kiong yang
masih marah karena persidangan itu gagal dan ditunda, kini
mendengar bahwa Huang-ho Sian-li musuh yang paling
berbahaya baginya itu telah lolos dari tempat tahanan! T entu
saja dia menjadi marah sekali, matanya terbelalak merah dan
kalau saja bukan Ngo-beng Kui-ong yang melakukan
penjagaan dan bertanggung jawab atas lolosnya tawanan,
tentu dia sudah turun tangan membunuhnya!
JILID XII "AH, aku tertidur ketika Huang-ho Sian-li ditolong dan
dikeluarkan oleh bocah ini. Sekarang dia yang meloloskan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Huang-ho Sian-li telah kutangkap!" kata kakek itu, sama sekali
tidak merasa menyesal karena dia yang sudah tua tidak begitu
mementingkan tentang rencana Pangeran Cu Kiong. Dia
datang ke kota raja hanya sebagai utusan Jenderal Wu Sam
Kwi untuk membantu murid keponakannya, yaitu Lam-hai Cinjin. Mendengar bahwa ada orang telah meloloskan Huang-ho
Sian-li dari tawanan, dan orang itu kini sudah tertangkap,
Pangeran Cu Kiong bertanya, marah.
"Mana Si Jahanam yang telah membikin lolosnya Huang-ho
Sian-li?" Ngo-beng Kui-ong sambil menyeringai menuding ke arah
dalam kamar tahanan. "Itu dia orangnya!"
"Keparat, biar kubunuh dia!" Pangeran Cu Kiong sudah
mencabut pedangnya, hendak menyuruh buka pintu kamar
penjara karena dia ingin melampiaskan kemarahannya kepada
orang yang telah mengeluarkan Huang-ho Sian-li dari
tahanan. "Eitt, nanti dulu, Pangeran. Jangan bunuh dia!" Ngo-beng
Kui-ong mencegah dan berdiri menghadang di depan pintu
kamar penjara. Pangeran Cu Kiong menjadi marah sekali dan Lam-hai Cinjin juga khawatir akan s ikap susioknya (paman gurunya) yang
sudah tua renta dan suka bersikap ugal-ugalan tanpa pandang
bulu itu. "Susiok, mengapa Susiok melarang Pangeran Cu untuk
membunuh orang muda itu" Bukankah dia telah bersalah
besar membebaskan Huang-ho Sian-li yang menjadi tawanan
penting?" Lam-hai Cin-jin menegur paman gurunya.
"Ho-ho-ho, engkau tidak tahu, Cin-jin. Kau tahu siapa
pemuda ini" Dia ini murid Im-yang Sian-kouw, cucu murid
mendiang Bu Beng Kiam-sian. Kau ingat mereka itu dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah sahabat-sahabatku. Sekarang aku dapat menangkap
murid Im-yang Sian-kouw, ini merupakan senjata baik sekali
untuk memaksa ia suka membantu Raja Wu Sam Kwi! Nah,
amat menguntungkan, bukan" Kalau dibunuh begitu saja, apa
untungnya bagi kita" Pangeran Cu Kiong, hati boleh panas,
akan tetapi kepala harus tetap dingin sehingga dapat berpikir
dengan baik. Kita pertimbangkan untung ruginya! Aku tetap
mempertahankan hidup pemuda ini karena aku mengharapkan
gurunya akan mau mendukung Raja Wu Sam Kwi yang
membutuhkan banyak bantuan tenaga orang sakti."
Lam-hai Cin-jin tersenyum masam. Tentu saja dia maklum
bahwa alasan yang dikemukakan paman gurunya itu walaupun
ada benarnya namun sesungguhnya bukan itulah tujuannya.
Dia tahu bahwa dahulu paman gurunya itu pernah tergila-gila
kepada Im-yang Sian-kouw dan pernah merayu dan berkalikali meminang janda muda cantik itu untuk menjadi isterinya.
Akan tetapi Im-yang Sian-kouw sudah mengambil keputusan
untuk menjanda selama hidupnya, maka bujuk rayu dan
pinangan itu ditolaknya. Kini agaknya Ngo-beng Kui-ong yang
sudah berusia delapan puluh tahun lebih, makin tua semakin
bergairah, dan agaknya hendak mempergunakan murid Imyang Sian-kouw yang ditawannya untuk memaksa janda itu
mau menjadi isterinya!
Pangeran Cu Kiong menjadi marah dan kecewa sekali.
Huang-ho Sian-li bebas dari tahanan dan tentu akan
menimbulkan banyak kesulitan baginya. Biarpun dia merasa
marah dan benci sekali kepada pemuda yang telah
membebaskan Huang-ho Sian-li, namun me lihat Ngo-beng
Kui-ong berkeras tidak membiarkan pemuda itu dibunuh, dia
pun tidak berani mendesak. Akan rugi sekali kalau dia bentrok
dengan kakek tua renta yang sakti itu. Pula, tidak begitu
penting artinya baginya kalau pemuda itu dibunuh ataukah
tidak. Yang terpenting sekarang dia harus membuat rencana
secepatnya untuk menguasai keadaan sebelum Huang-ho
Sian-li membuat kesulitan baginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka dengan muka masih merah karena marah dan mulut
bersungut-sungut, Pangeran Cu Kiong memberi isyarat kepada
para pembantunya untuk mengadakan perundingan di dalam
Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kamar rahasia. Sekali ini, dia membuat pertemuan terakhir,
maka dia mengundang semua pendukungnya. Selain para
pembantu tetapnya, yaitu Thio Kwan dan Yu Kok Lun, dan
para pendukung tetap, yaitu para utusan Jenderal Wu Sam
Kwi seperti Lam-hai Cin-jin, Ang-mo Niocu Yi Hong, Mong Lai
orang Mongol yang membantu Wu Sam Kwi, dan Ngo-beng
Kui-ong, juga hadir pula para panglima dan pejabat tinggi
yang sudah dapat dipengaruhi Pangeran Cu Kiong yang kini
menggunakan Tek-pai yang dirampasnya dari Huang-ho Sianli! Dengan Tek-pai itu, banyak panglima dan pejabat tinggi
tertarik dan terbujuk olehnya.
Dalam ruangan rahasia yang tertutup itu kini dipenuhi
mereka yang mengadakan perundingan dengan serius,
dipimpin oleh Pangeran Cu Kiong yang penuh semangat dan
berapi-api. "Kita harus bertindak sekarang juga atau akan terlambat
dan tidak akan ada kesempatan lagi! Tek-pai berada di
tanganku dan dengan Tek-pai ini aku dapat bertindak atas
nama Kaisar, Ayahku, sedangkan kaisar baru belum diangkat,
berarti aku memiliki kekuasaan mutlak. Para pejabat tinggi
tentu akan tunduk kepada pemegang Tek-pai. Sekarang aku
hendak bertanya, bagaimana ketiga Ciangkun, apakah kalian
bertiga sudah mempersiapkan pasukan kalian dan setiap saat
sudah siap untuk mengepung istana dan menguasainya?"
Berkata demikian, Pangeran Cu Kiong memandang kepada
tiga orang panglima perang yang terbujuk olehnya dan
menjadi pendukungnya, tentu saja dengan janji akan
mendapatkan kedudukan yang jauh lebih tinggi kalau
Pangeran Cu Kiong kelak menjadi kaisar.
"Kami sudah siap, Pangeran!" serentak mereka menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Gui-ciangkun, bagaimana hasil penyelidikanmu
tadi" Apa yang dilakukan Pangeran Bouw Hun Ki dan di mana
adanya Pangeran Kang Shi?" tanya Pangeran Cu Kiong kepada
panglima yang ditugaskan sebagai kepala para penyelidik.
"Menurut hasil penyelidikan para anak buah yang kami
sebar di mana-mana, tidak tampak banyak gerakan oleh
Pangeran Bouw Hun Ki. Pangeran Mahkota Kang Shi masih
berada di sana dan semua kegiatan juga dilakukan di sana.
Istana masih sepi dan kabarnya, sebelum terjadi pelantikan
kaisar baru, maka Pangeran Kang Shi masih akan tinggal
bersama Pangeran Bouw Hun Ki. Para panglima yang setia
kepada Kaisar juga belum kelihatan mengadakan persiapan
apa pun. Jadi menurut hamba, saat ini memang tepat dan
baik sekali apabila Paduka membuat gerakan yang pasti akan
berhasil baik selagi pihak musuh sedang lengah."
"Bagus! Sekarang, aku ingin mendengar pendapat Lam-hai
Cin-jin, bagaimana langkah yang sebaiknya harus kita ambil."
"Hemm, Pangeran, pada saat ini, kerajaan sedang kosong,
belum ada kaisar baru, maka memang saatnya paling tepat
untuk bergerak. Satu-satunya yang menjadi penghalang bagi
Pangeran untuk dapat naik tahta hanyalah Pangeran Kang Shi.
Akan tetapi Pangeran itu masih kecil, jadi bukan dialah yang
menjadi penghalang terbesar, melainkan pelindungnya dan
pendampingnya, yang bukan lain adalah Pangeran Bouw Hun
Ki. Maka, sebaiknya Pangeran mengerahkan semua kekuatan
untuk menyerbu ke gedung Pangeran Bouw Hun Ki dan
membinasakan semua keluarga dan pengikutnya, termasuk
Huang-ho Sian-li."
"Saya setuju sekali dengan pendapat Lam-hai Cin-jin," kata
Thio Kwan si tinggi kurus muka pucat. "Terutama sekali
Huang-ho Sian-li, kita harus sekali ini dapat membunuhnya.
Tidak ada gunanya menawannya hidup-hidup, lebih cepat ia
tewas lebih baik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang tepat sekali," kata Yu Kok Lun yang pendek
gemuk. "Gadis itu berbahaya sekali dan kiranya setelah ia
pernah kita tawan, tidak akan mudah lagi menawannya karena
ia tentu akan berhati-hati. Maka sebaiknya digunakan siasat
yang cerdik. Bagaimana kalau kita tangkap ayahnya"
Pangeran Ciu Wan Kong seorang lemah, kalau kita dapat
menangkapnya, saya kira Huang-ho Sian-li dapat kita
tundukkan."
"Bagus, bagus! Semua usul itu baik sekali dan harus segera
dilaksanakan! Dan sekarang, apakah ketiga Ciangkun sudah
membuat rencana apa yang akan dilakukan dan sudah
membagi tugas kepada pasukan masing-masing?"
"Pangeran, kami bertiga telah membagi-bagi tugas. Tiga
pasukan kami sudah kami rencanakan untuk bergerak sebagai
berikut. Pasukan pertama akan menghadang di pintu gerbang
dan mencegah masuknya pasukan dari luar kota raja yang
hendak membela Pangeran Mahkota. Pasukan kedua kami
perbantukan usaha penyerbuan ke gedung Pangeran Bouw
Hun Ki dan menghancurkan semua kekuatannya, kemudian
pasukan ke dua membantu pasukan ke tiga yang mengepung
istana dan kemudian menyerbu setelah saatnya tiba, yaitu
kami menunggu komando dari Pangeran."
Pangeran Cu Kiong menggosok-gosok kedua tangannya
dengan wajah girang. Dia seolah sudah yakin bahwa usahanya
pasti berhasil!
"Bagus, sekarang kita tentukan rencana gerakan besok
pagi-pagi sekali seperti berikut. Malam ini, Gui Ciangkun harap
bekerja keras memata-matai semua gerakan di gedung
Pangeran Bouw Hun Ki dan di istana sehingga kalau terjadi
Pendekar Sadis 14 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Harpa Iblis Jari Sakti 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama