Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 3
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hubungan dengan dalam keraton. Memang, hamba
bukanlah ayah Sekarsari....." suaranya terdengar lemah
terharu hingga Sekarsari maju menubruk padanya.
"Ayah..." Ki Galur mengusap-usap rambut anaknya
dan membiarkan gadis itu menangis sambil menyandarkan kepala di pundak ayahnya.
"Tujuh belas tahun yang lalu, ketika hamba dan bini
hamba sedang menjala ikan di bengawan pada senja
hari, tiba-tiba hamba mendengar tangis seorang anak
kecil. Ternyata anak itu berada dalam sebuah sampan
kecil yang hanyut terapung-apung di tengah bengawan.
Hamba berdua segera menolongnya dan ternyata dalam
sampan itu terdapat seorang anak perempuan berusia
kurang lebih satu tahun. Pada waktu itu juga hamba
hendak melaporkan hal itu kepada yang berwajib, tapi
bini hamba melarangnya karena kami memang tidak
punya anak dan dia sayang sekali melihat anak yang
cantik itu. Sayang sekali setahun kemudian bi ni hamba
terkena penyakit dan meninggal dunia, hingga hamba
harus memelihara anak itu seorang diri. Anak itu ialah
Sekarsari yang hamba anggap sebagai anak sendiri.
Sekali-kali hamba tidak tahu dan tidak ada persangkaan
bahwa anak itu datang dari keraton, kalau demikian
halnya tentu hamba takkan berani tinggal diam saja.
Maka ampunkanlah hamba, gusti."
"Tapi apakah buktinya bahwa Sekarsari adalah puteri
yang hilang itu" Bukankah itu hanya suatu hal yang
kebetulan saja?" tanya pangeran dengan penasaran.
"Aku juga tidak dapat yakin akan hal ini kalau tidak
terdapat bukti-bukti, Jarot. Dapatkah kau membuktikan
bahwa gadis ini benar-benar puteri yang hilang itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarot berpaling kepada Bratadewi dan berkata, "Gusti
Ayu, dapatlah kiranya paduka ingat tanda-tanda yang
ada pada tubuh puteri paduka yang hilang itu dan yang
kiranya dapat dijadikan bukti bahwa gadis inilah puteri
paduka" Dan tidakkah jiwa seorang ibu itu lebih dapat
merasakan untuk mengenal anak sendiri?"
Bratadewi termenung sambil memandang wajah
Sekarsari. Ia tak ragu-ragu lagi, tapi apakah buktinya" Ia
mengi ngat-ingat. Jarot berkata lagi, "Jika kiranya gusti
ayu tak dapat mencarikan tanda bukti, hamba masih
mempunyai jalan, yakni hamba akan menangkap
penculik-penculik itu dan memaksa mereka mengaku!"
Sambil berkata demikian Jarot memandang tajam ke
arah Tumenggung Suryawidura. Tumenggung tua itu
kebetulan memandang ke arah Jarot dan ketika mata
mereka bertemu pandang, Tumenggung Suryawidura
tiba-tiba menjadi pucat karena pandangan mata Jarot
menudingnya dengan kata-kata, "Kaulah penculiknya!"
Tumenggung Suryawidura menjadi gugup dan sambil
memandang lemah kepada Bratadewi ia berkata,
"Angger Bratadewi, cobalah ingat-ingat barangkali kau
masih ingat akan tanda-tanda anakmu dulu." Suara ini
bagi Bratadewi mengandung permohonan dan belas
kasihan. Tiba-tiba biung emban yang selalu berada di belakang
Bratadewi untuk melayaninya, berbisik perlahan, "Gusti
ayu, bukankah puterl kita dulu ada tanda tembong biru di
telapak kaki kirinya?" Maka teringatlah Bratadewi dan
cepat-cepat ia berkata kepada Sri Sultan.
"Puteri kita yang hilang dulu mempunyai tanda
tembong biru di telapak kakinya yang kiri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betulkah?" Wajah Sultan Agung menjadi gembira,
sementara itu Sekarsari yang sejak tadi mendengarkan
percakapan mereka dengan perhatian mendalam, tibatiba melepaskan dirinya dari Ki Galur dan langsung
berlutut memeluk kaki Bratadewi sambil menyebut
dengan suara gemetar,
"Kanjeng ibu........" alangkah sedapnya sebutan itu
bagi Sekarsari dan Bratadewi. Namun kesabaran
Bratadewi sudah cukup teruji selama belasan tahun itu
hingga ia tidak buru-buru mengutarakan perasaan
harunya, namun dengan halus ia pegang kaki Sekarsari
dan membalikkan telapak kaki kirinya. Betul saja, di
tengah telapak kaki itu terdapat tanda belang warna biru
yang bundar. Sekarang, Bratadewi tak dapat menahan
gelora hatinya lagi. Ia peluk Sekarsari dan menggunakan
kedua tangan untuk memegang kepala gadis itu,
menatapnya dan memandanginya bagaikan seorang
memandangi barang pusaka yang tak ternilai harganya.
Sekarsari membiarkan saja mukanya dipegang dan
dipandang oleh ibunya, ia balas memandang dan dua
wajah yang sama bentuknya itu saling pandang dengan
mesra. Perlahan-lahan dari dua pasang mata itu
mengalirlah air mata dan bagaikan tertarik oleh besi
sembrani mereka saling peluk dan saling cium sambil
menangis. "Anakku....... anakku..... berilah hormat kepada
ramamu." Sekarsari memandang Sultan Agung yang merasa
terharu juga. "Anakku, majulah ke mari...." kata Sri Sultan.
Sekarsari maju dan berlutut mencium ujung jari tangan
Sultan Agung yang diulurkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kanjeng rama,
hamba menghaturkan sembah
bakti....."
Sultan Agung dengan mesra mengusap-usap rambut
Sekarsari, sebagaimana tadi dilakukan oleh Ki Galur
yang kini memandang kesemuanya itu dengan bibir
gemetar dan air mata mengucur membasahi pipinya
yang kempot. "Amangkurat, tidak salah lagi, dia ini adikmu, dia
adalah Susilawati yang dulu hilang diculik orang. Ah,
baiknya Jarot segera datang membuka rahasia ini, kalau
tidak...."
Amangkurat menyembah. "Kanjeng rama, hampir saja
hamba membuat dosa besar. Ah, hamba menyesal dan
malu, rama, perkenankan hamba mengundurkan diri."
Ayahnya memberi perkenan dan calon pengantin yang
urung kawin itu kembali ke dalam kamarnya dengan
murung dan kecewa. Dendamnya kepada Jarot makin
menjadi, karena ia menganggap Jarot telah menghancurkan kebahagiaannya, menghalangi citacitanya. Sultan Agung berkata kepada Jarot, "Jarot, kini aku
tahu mengapa kau sampai berani berlaku kurang ajar
dan lancang. Ternyata kau benar dan kami berterima
kasih kepadamu. Tapi, tadi kau bilang bahwa kau dapat
menangkap penculik puteri kami, coba terangkan,
siapakah penculik-penculik hina di na itu?"
Jarot memandang Tumenggung Suryawidura yang
tampak gemetar ketakutan, tapi ketika ia mengerling ke
arah Bratadewi, ia melihat puteri itu menggelengkan
kepala. "Perlukah hamba menyebutkan nama-nama penculik
itu, gusti?" Biarpun pertanyaan ini ia ajukan kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sultan Agung, tepi sebenarnya ia maksudkan minta
perkenan dari Bratadewi. Puteri inipun tahu akan
maksudnya, maka segera ia berkata,
"Jarot, kurasa tak perlu kausebutkan nama mereka.
Janganlah kegirangan ini ternoda oleh pengaliran darah,
biarpun hanya darah penculik-penculik hina. Tuhan telah
memberi kurnia kepadaku dengan mempertemukan aku
dengan anakku. Kurnia sebesar ini harus dibalas de ngan
amal perbuatan, maka biarlah amal pertama kulakukan
dengan mengampuni mereka yang telah menculik
anakku beberapa belas tahun yang lalu!"
Sultan Agung kagum mendengar ucapan selirnya itu
dan menyetujui pendapatnya. Maka berdatanganlah para
selir dan pembesar memberi selamat kepada orang tua
dan anak yang telah bertemu kembali itu. Di antara
sekalian pemberi selamat, Tumenggung Suryawidura
dan anaknya yang juga menjadi selir Sri Sultan yaitu
Maduningrum, memberi selamat dengan mesra dan
terharu sekali. Bahkan Maduningrum memeluk dan
menciumi ibu dan anak itu. Ketika memeluk Bratadewi,
Maduningrum berbisik di telinganya, "Terima kasih,
Dewi." Hanya tiga orang saja yang tahu atau sedikitnya dapat
menduga bahwa Maduningrum dan ayahnyalah yang
dulu menculik Susilawati yang sekarang bernama
Sekarsari. Ketika itu Sultan Agung belum menjadi raja,
tapi sudah mempunyai beberapa orang selir. Di
antaranya yang paling dicinta adalah Bratadewi dan
Maduningrum. Tapi selir kedua ini terdesak ke pinggir
oleh Bratadewi karena terlahirnya seorang puteri.
Maduningrum merasa iri hati karena ia sendiri tidak
mempunyai anak. Ia khawatir kalau-kalau cinta suaminya
akan dicurahkan seluruhnya kepada Bratadewi dan ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilupakan. Maka timbullah niat buruk di hatinya. Dan
dalam hal i ni dibantu oleh ayahnya yang gila kedudukan.
Kebetulan pada waktu itu di situ terdapat seorang
perampok jahat bernama Surobalelo yang terkenal
karena perampok yang berani ini seringkali membawa
anak buahnya untuk mengacau di kota raja! Kesempatan
dengan adanya perampok ini digunakan oleh Maduningrum dan Tumenggung Suryawidura untuk
menyuruh kaki tangannya menyerang bi ung emban yang
mengasuh Susilawati dan menculik anak itu. Tentu saja
hal ini lalu dihubungkan dengan perampok Surobalelo
dan semua orang, termasuk Sultan Agung sendiri,
menyangka bahwa penculika n itu adalah perbuatan anak
buah perampok itu. Baiknya kaki tangan Suryawidura
yang disuruh menculik anak itu masih menaruh belas
kasihan dan tidak melempar tenggelam anak itu begitu
saja ke dalam bengawan tapi memasukkan anak itu ke
dalam sampan kecil dan melepaskan sampan bergerak
mengikuti aliran air. Akhirnya Ki Galurlah yang
menemukan dan memelihara anak itu.
Kemudian Sultan Agung berkata kepada Jarot, "Jarot,
semenjak kau datang banyak hal telah kaulakukan,
sayang sekali tidak semua hal itu baik. Kau telah
membela Mataram, kau telah berjasa dengan mempertemukan kembali kami dengan Susilawati, tapi
ada juga hal-hal kurang baik yang kauperbuat. Misalnya
perkelahia n-perkelahianmu itu sungguh menggelisahkan
kami. Paman tumenggung telah melaporkan kepadaku
akan hal perkelahianmu dengan Bahar hingga menewaskan jiwa Bahar. Namun, mengi ngat bahwa
Bahar tewas di ujung pusakanya sendiri, kami
berpendapat bahwa kau hanya membela diri, dan hal
inipun diperkuat pula oleh keterangan Maduraras adik
Bahar yang menjadi saksi perkelahian itu. Maka, melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikap Maduraras yang membelamu dan atas persetujuan
paman tumenggung, kami bermaksud memberikan
Maduraras untuk menjadi kawan hidupmu. Bagaimana
pendapatmu, Jarot?"
Jarot menggigit bibirnya dengan bingung dan diamdiam ia mengerling ke arah Sekarsari yang memandangnya tak acuh.
"Kau boleh menerima usul ini dengan gembira, Jarot,"
kata Bratadewi dengan ramah. "Aku dapat meyaki nkan
kau bahwa Maduraras adalah seorang gadis yang baik,
biarpun aku baru sekali bertemu dengan dia. Juga, untuk
jasamu mempertemukan aku dengan anakku, katakan
saja apa yang hendak kau minta, tentu akan kuberikan
padamu!" Untuk sesaat Jarot tak dapat menjawab, hanya
menundukkan muka dengan hati sedih. Kemudian ia
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyembah dengan hormatnya dan berkata perlahan,
"Hamba menghaturkan beribu terima kasih atas
perhatian dan budi kecintaan gusti sultan dan gusti ayu.
Sesungguhnya seorang gunung yang bodoh dan tak
berharga seperti hamba ini sekali-kali tidak pantas
mendapat kurnia paduka. Bukanlah hamba menampik
kurnia paduka yang hendak menjodohkan hamba
dengan puteri yang terhormat dari gusti tumenggung, tapi
sesungguhnya hamba tidak ada kei nginan untuk
beristeri. Juga kepada gusti ayu yang hendak memberi
hadiah kepada hamba, bukan hamba tidak menghargai
maksud yang mulia itu, tapi hamba tidak berani meminta
sesuatu karena sebenarnya jasa apakah yang telah
hamba lakukan" Sebaliknya hamba telah berdosa dan
menghalangi dan mengacaukan kebahagiaan puteri
paduka, Gusti Roro Sekar..... eh, Susilawati. Jika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperkenankan, hanya satu hal yang hendak hamba
ajukan sebagai permohonan."
"Apakah permintaanmu itu" Katakanlah," Sultan
Agung bertanya.
"Tak lain yang hamba mohon ialah keris pusaka
Margapati."
Sultan Agung terheran, "Jarot, mengapa kau suka
sekali akan keris itu" Mengapa kau tidak memilih lain
pusaka" Di sini banyak sekali pusaka-pusaka ampuh
yang lebih baik daripada keris Margapati itu."
"Memang tidak keliru sabda paduka, gusti. Tapi,
hamba berada di Mataram ini sebenarnya ada
hubungannya dengan keris itu. Hamba telah menerima
tugas untuk menjaga agar keris itu tidak menimbulkan
bencana di kerajaan paduka. Kini, karena hamba hendak
pergi, akan amanlah hati hamba jika keris maut itu
hamba bawa serta."
Mendengar kata-kata terakhir ini, Sekarsari memandang wajah Jarot dan pada matanya terbayang
kekecewaan besar.
"Pergi" Jadi kau hendak pergi meninggalkan Mataram,
Jarot?" "Betul, gusti. Besok pagi hamba hendak meninggalkan
Mataram dan pulang ke tempat asal hamba, jika paduka
perkenankan."
Sultan Agung menghela napas. "Aku tak dapat
menghalangi kehendakmu, Jarot, sungguhpun kusayangkan sekali kamu ini. Baiklah, besok pagi-pagi
akan kukirim keris Margapati padamu."
Setelah menyembah dan menghaturkan terima kasih,
Jarot pamit undur. Sekarsari memandang kepergian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu dengan mata mengembeng air mata. Hal ini
tidak terlepas dari pandangan mata Sultan Agung yang
waspada dan Bratadewi yang memperhatikan puterinya.
Keduanya bertukar pandang dengan penuh pengertian.
Pada saat itu, Ki Galur maju menyembah pula dan
mohon diri dengan kata-kata terharu, "Hamba..... hamba
juga mohon diperkenankan pulang, gusti, karena.....
karena hamba tidak..... tidak diperlukan lagi kiranya
dan..... dan hamba ingin berkumpul dengan gus Jarot
untuk saat terakhir ini....." Orang tua itu tak berani
memandang ke arah Sekarsari karena ia yakin bahwa
sekali pandang saja akan hancurlah hatinya dan ia takut
kalau-kalau ia takkan dapat mengendalikan perasaannya. Sultan Agung berkata ramah, "Baiklah kalau kau
hendak pulang dulu, tapi kau takkan kulepas begitu saja,
paman. Mulai besok, setelah Jarot berangkat, kau tinggal
saja di sini menjadi juru taman hingga kau akan selalu
dekat dengan Susilawati."
Mata orang tua itu bersinar dan ia memandang
kepada Sultan Agung dengan penuh rasa terima kasih.
Ketika Ki Galur menyembah lagi dan hendak mundur,
tiba-tiba Sekarsari memburu dan memeluknya, "Ayah.....
ayah....." bisiknya.
Ki Galur kebingungan. Ia ingin sekali memangku dan
memeluk gadis yang sejak kecil menjadi buah hatinya itu,
tapi tidak berani. Ia hanya berkata gagap, "Sudahlah, den
roro...... sudahlah..... biarkan hamba pergi....." Dan
dengan cepat ia melepaskan diri lalu mundur. Setibanya
di luar istana, orang tua ini tak dapat menahan lagi gelora
hatinya dan la berjalan pulang sambil menangis! Ia
merasa hancur hatinya karena mulai sekarang ia sudah
bukan ayah Sekarsari lagi! Buah hatinya itu telah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekar kedaton, menjadi puteri sultan yang berkedudukan
tinggi, dan ia yang sudah tua menjadi sebatangkara.
Kesedihannya bertambah karena Jarotpun hendak pergi
meninggalkannya,
sedangkan sejak pertemuannya pertama kali dengan pemuda itu, ia sudah mengharapharapkan untuk memungut mantu pemuda itu. Kini
semuanya gagal, Sekarsari masuk keraton, Jarot pulang
ke gunungnya dan ia..... ia hanya akan menyapu dan
mencangkul di tamansari dan harus cukup puas dengan
kadang-kadang melihat bayangan Sekarsari sebagai
gusti sekar kedaton, Den Roro Susilawati!
Ketika tiba di pondoknya, ia mendapatkan Jarot
tengah berdiri termenung sambil memeluk leher
Nagapertala yang menggunakan lidahnya menjilat-jilat
tangan pemuda itu. Hati Ki Galur makin terharu karena ia
tahu betapa hebat penderitaan batin pemuda itu.
"Gus Jarot......"
Jarot sadar dari lamunannya dan ia berpaling.
"Gus Jarot, percayalah, aku menyesal sekali hal ini
telah terjadi padamu, gus..."
Jarot memandang muka tua keriputan yang memandangnya dengan penuh bayangan iba hati itu,
dan tak terasa ia tersenyum getir. "Paman, kau sungguh
seorang mulia. Mengapa kau malahan kasihan padaku"
O, paman, bukankah aku yang telah menghancurkan
hatimu" Bukankah kau yang kehilangan anakmu" Aku
telah berdosa padamu, paman. Tapi, aku yaki n kau akan
dapat mengampuni aku, karena sungguh paman, sampai
matipun aku takkan membongkar rahasia Sekarsari
seandainya tak terjadi hal perkawinan itu. Betapapun
juga, aku tidak akan tinggal diam dan membiarkan
Sekarsari kawin dengan kakak sendiri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-hend-oO)
Jilid 5 Tamat KEMBALI ada dua butir air mata mengalir turun dari
mata Ki Galur ketika ia mengangguk-angguk. "Kau
benar, gus Jarot. Aku sendiri takkan tinggal diam kalau
kuketahui sebelumnya bahwa Sekarsari adalah puteri Sri
Sultan." "Tapi..... tapi aku penasaran dan heran, paman.
Bagaimanakah asal mulanya maka Sekarsari sampai
hendak kawin dengan pangeran" Dilamarkah ia" Dan
mengapa Sekarsari mau" Dipaksakah kalian oleh
pangeran?"
Suara Jarot terdengar mengandung ancaman. Ki Galur menggeleng-geleng kepala. "Semua karena
salah paham, gus. Karena salah paham, dan sebagian
besar karena... salahmu."
"Salahku" Apa maksudmu, paman" Dalam hal apaka h
aku bersalah?" Jarot bertanya penuh penasaran.
"Kalau saja dari dulu kaukawini Sekarsari. Kalau saja
dari dulu kaunyatakan perasaan hatimu terhadapnya....
ah, takkan begini jadi nya...." orang tua itu menghela
napas kecewa. "Tapi..... tapi aku pernah mengutarakan perasaan
hatiku padanya, paman dan dia... dia bahkan lari pergi
meninggalkan aku, dia.,,, dia menolak cintaku, paman."
Kembali Ki Galur menggeleng-geleng kepala dan
menghela napas. " Itulah kalau seorang muda seperti kau
tak mengenal hati wanita. Sekarsari telah mengaku terus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terang kepadaku dan ia ceritakan segala hal padaku.
Pernyataanmu padanya itu terlambat datangnya, gus
Jarot, ia sudah terlampau terluka hatinya, terlampau sakit
perasaannya."
"Terluka" Sakit" Mengapa?"
"Inilah pokok permasalahannya dan inilah biang keladi
segala perkara ini. Mengapa ia takkan terluka hatinya
melihat hubunganmu dengan Maduraras"
Ia menganggap kau telah lupa padanya dan bahwa kau
cinta kepada Maduraras!"
"Ooo..... demikiankah" Mengapa ia menyangka
demikian?"
Ki Galur dengan suara yang menyatakan penyesalannya lalu menceritakan betapa Sekarsari
melihat Jarot berkuda dengan Maduraras di depannya
dan melihat pula betapa Jarot membela Maduraras dari
tangan penjahat-penjahat yang dikepalai oleh Bahar.
Kini Jarot yang merasa kecewa dan penasaran.
"Tapi..... semua itu terjadi bukan karena aku mencinta
Maduraras, paman." Lalu ia menceritakan kepada orang
tua itu betapa Maduraras terluka hingga terpaksa
diboncengnya di atas kuda, dan bahwa ketika ia
berkelahi dengan Bahar dan kaki tangannya, bukanlah
karena menolong dan membantu Maduraras. Ia ceritakan
pula bahwa Maduraras adalah adik Raden Mas Bahar!
Maka jelaslah bagi mereka berdua duduknya persoalan
dan mereka hanya dapat menghela napas menyatakan
sayang dan sesal.
"Tapi, kalau hanya karena salah sangka, mengapa
Sekarsari tidak menyatakan dengan terus terang
padaku" Mengapa ia bahkan menerima lamaran
pangeran?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau agaknya belum mengenal betul watak Sekarsari,
gus Jarot. Ia memang seorang anak yang menurut dan
berbudi halus selama hatinya senang. Tapi, sekali saja
tersinggung perasaannya, maka timbullah keangkuhannya yang membuatnya keras kepala. Ini
rupanya adalah pembawaan darah ningratnya. Ketika ia
merasa bahwa kau sudah tidak suka padanya, ia menjadi
angkuh dan sama sekali tidak suka memperlihatkan
perasaan hatinya itu kepadamu walaupun di belakangmu
ia selalu menangis dengan hati hancur. Semua ini ia
ceritakan padaku dengan pesan agar aku tidak
menyampaika n hal itu padamu. Ia tidak mau mengalah,
lebih baik ia menderita daripada harus memperlihatkan
kelemahannya padamu. Melihat kau berkelahi yang
disangkanya membela Maduraras itu merupakan pukulan
terhebat baginya dan menghancurkan seluruh pengharapannya. Timbullah sakit hati dan bencinya
padamu dan ia menaruh dendam, ingin membalas dan
membikin sakit hati padamu seperti yang telah
kaulakukan padanya."
Jarot mengangguk maklum, hatinya sedih bukan main.
"Tapi, kalau hendak membalas....... mengapa justru
menerima pangeran yang dibencinya itu?"
"Itulah! Ketika kau pergi, agaknya pangeran menggunakan kesempatan untuk minta
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bantuan ramanya. Aku dipanggil oleh Gusti Sultan dan Sekarsari
dipinang dengan resmi. Tentu saja hal ini merupakan
kehormatan besar sekali terhadap aku, namun demikian,
hatiku sedih karena sesungguhnya kaulah orang yang
kuharap-harapkan untuk menjadi suami Sekarsari."
"Dan Sekarsari menerima pinangan itu?"
Ki Galur mengangguk. "Ya, dia menerima pinangan itu
dengan menangis sehari semalam tanpa berhenti. Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
katakan bahwa jika ia tidak mau, aku takkan
memaksanya dan tak seorangpun di dunia ini, biar Gusti
Sultan sekalipun, akan dapat memaksanya selama aku
masih hid up, tapi ia menerimanya! Ia berkata bahwa
setelah kau tidak menghendakinya lagi, bagi nya tiada
bedanya dikawin oleh laki-laki yang mana saja, dan ia
tambahkan bahwa demi kebaikanku, lebih baik berbesan
dengan Gusti Sultan daripada dengan orang lain."
Kembali Jarot mengangguk-angguk dan di dalam
hatinya yang tadinya marah dan sakit hati sekali kepada
Sekarsari, kini timbullah penyesalan kepada diri sendiri.
Marahnya terhadap gadis itu lenyap, terganti oleh rasa
sayang dan iba yang besar. Tapi apa yang dapat ia
lakukan" Kini Sekarsari sudah tidak ada lagi di dunia ini,
Sekarsari telah lenyap. Yang ada hanya Raden Roro
Susilawati, sekar kedaton Mataram yang agung, mulia
dan tak mudah didekati sembarang orang!
Demikianlah, hari itu Jarot duduk bercakap-cakap
dengan Ki Galur, hatinya pilu dan sedi h, lupa makan dan
lupa mandi. Sampai hari telah menjadi gelap mereka
masih saja bercakap-cakap tentang Sekarsari.
Semenjak kembali ke gedung tumenggungan, Maduraras tinggal bersama ayahnya. Sebenarnya,
Maduraras adalah anak dari isteri pertama Tumenggung
Suryawidura, seorang gadis kampung dari Sukowati.
Setelah mempunyai dua orang anak yakni Bahar dan
Maduraras, Suryawidura menceraikan isterinya itu dan
meninggalkan di Sukowati berdua dengan anaknya.
Tumenggung itu kawin lagi dan ia mendapat kedudukan
baik ketika Sultan Agung yang ketika itu belum menjadi
Sultan mengambil Maduningrum sebagai selir. Maduningrum ini adalah anak angkat Suryawidura yang
tadinya hendak diambil selir sendiri, tapi ia rela
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberikan gadis cantik itu kepada Sultan Agung,
karena ia mengharap kelak mendapat kedudukan yang
baik apabila Pangeran Mas Rangsang telah diangkat
menjadi sultan.
Namun seringkali Suryawidura datang menengok
kedua anaknya di desa Sukowati karena dari selir-selir
lain ia tidak mendapat anak. Setelah agak besar, Bahar
dibawa ke tumenggungan, tapi Maduraras tidak mau ikut
kakaknya, ia lebih suka tinggal dengan ibunya. Karena
Sukowati terpisah hanya dekat dari Karta, maka Bahar
seringkali datang mengunjungi ibu dan adiknya, hingga
hubungan kakak beradik itu erat sekali. Lebih-lebih
Maduraras, ia mencinta kakaknya hingga ketika ibunya
meninggal, ia menganggap Bahar sebagai orang tua pula
yang selalu ditaatinya, Namun ia tetap tidak mau ikut ke
tumenggungan karena isteri tumenggung sering menyakiti hatinya. Ia tetap tinggal di Sukowati. Ketika
Bahar datang minta pertolongannya untuk menggoda
Jarot, ia tak dapat menolak, walaupun dalam hati ia tidak
setuju akan perbuatan itu.
Setelah Bahar tewas dalam perkelahiannya dengan
Jarot, Maduraras di haruskan tinggal di tumenggungan
oleh ayahnya. Ketika dalam percakapan tentang Jarot
yang hendak diadukan kepada raja oleh tumenggung
terlihat betapa Maduraras membela pemuda itu, tahulah
Tumenggung Suryawidura apa yang terpendam dalam
gadisnya. Ketika didesak, mengakulah Maduraras bahwa
ia mencinta Jarot.
Kenyataan inilah yang mendorong Tumenggung
Suryawidura untuk meminjam tangan Sultan Agung
menjodohkan anaknya kepada Jarot, tapi sungguh di luar
persangkaannya, usul ini ditolak mentah-mentah oleh
Jarot. Maka ia pulang dengari wajah muram.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedatangannya disambut oleh Maduraras yang telah
mendengar tentang perkawinan Sekarsari. "Kanjeng
rama, bagaimana dengan perkawinan Sekarsari dan
gusti pangeran" Ramai dan indahkah?"
Tumenggung Suryawidura hanya menggeleng-geleng
kepala, wajahnya maki n muram.
"Apakah yang terjadi, kanjeng rama" Mengapa rama
bermuram durja?" Dengan cekatan dan manis Maduraras
menyiapkan minuman ayahnya.
Tumenggung Suryawidura menghela napas. "Tidak
ada perkawinan...."
"Apa..... apa maksudmu, rama?"
"Gadis yang kausangka Sekarsari itu, sebenarnya
ialah gusti sekar kedaton, Den Roro Susilawati!"
Maduraras terkejut dan memandang ayahnya dengan
matanya yang lebar itu terbelalak. "Sekar kedaton"
Bagaimana maksudmu, rama?"
"Jarot yang merusak segalanya. Perkawinan sedang
berlangsung, tiba-tiba saja dia datang mengacaukan
segala hal!" berkata tumenggung Itu dengan sebal.
"Kangmas Jarot?" Ia sudah kembali" Da n ia datang
ke pesta perkawinan Sekarsari" Ya, Gusti! Lalu apakah
yang terjadi, rama?"
"Jarot membongkar rahasia...... eh, rahasia Sekarsari
yang ternyata puteri dari Bratadewi, jadi puteri Gusti
Sultan sendiri dan masih adik sendiri dari pangeran.
Tentu saja perkawinan dibatalkan."
"Ya Jagat Dewa Batara! Jadi Sekarsari itu puteri Gusti
Sultan malah.... dan kangmas Jarot yang membongkar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia itu" Bagaimana ceritanya, rama?" Maduraras
sangat ingin tahu.
"Dulu, ketika masih berusia satu tahun lebih, puteri
Susilawati diculik berandal pengacau dan....... dan
dihanyutkan di bengawan dalam sebuah sampan.
Sampan itu ditemukan oleh Ki Galur yang lalu
memelihara anak itu dan diberi nama Sekarsari. Entah
bagaimana, Jarot dapat membongkar rahasia ini hingga
ia membatalkan perkawinan pangeran."
"Dan... dan di mana Sekarsari kini berada dan dimana
pula adanya kangmas Jarot?"
"Jangan kau sebut-sebut Sekarsari lagi, Raras. Dia
adalah Gusti Den Roro Susilawati. Tentu saja ia tinggal di
keraton dan Jarot...."
"Bagaimana kangmas Jarot, rama" Di mana dia?""
"Ah, anak kurang ajar itu! Ia........ ia menolak ketika
hendak dijodohkan dengan kau..... dan ia bahkan hendak
pergi meninggalkan Mataram besok!"
Wajah Maduraras memucat. "Apa" Ia hendak
meninggalkan Mataram" Meninggalkan Sekarsari?" Dan
gadis itu lari ke dalam kamarnya, diikuti pandang mata
heran dan kasihan dari ayahnya.
Di dalam kamarnya Maduraras menangis sedih. Ia
meratap menyebut nama ib u dan dewa. "Ampunkan
hamba, dewa yang agung, apakah yang telah hamba
perbuat?"" Ia memukul-mukul dada sendiri dengan
menyesal. "Aku telah mencelakakan kehidupan dua orang
manusia. Mas Jarot, kau benar-benar seorang, jujur. Kau
laki-laki setia dan jantan. Cintamu terhadap Sekarsari
suci dan mulia. Sekarang kau pergi membawa luka di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati yang mungki n akan mengantarmu ke lubang kubur!
Ah, semua ini karena aku, karena aku....."
Demikianlah, sampai hari telah gelap Maduraras tidak
keluar dari kamarnya, menangis dan menyesali perbuatan sendiri. Ketika ayahnya mengetuk pintu
kamarnya dan menyuruh ia makan malam, ia jawab
bahwa ia tidak mau makan dan mohon jangan diganggu
malam itu. Setelah hari menjadi gelap, Maduraras bangun dari
pembaringan, mengambil pusaka ibunya yang menewaskan Bahar dulu lalu menyelipkan keris itu di
sabuknya, lalu dengan hati-hati ia keluar dari jendela
kamarnya, lari ke dalam gelap! Gadis yang terdidik baik
dalam hal keperajuritan oleh Ki Ageng Bendomiri ng di
Sukowati itu lari di dalam gelap menuju ke alun-alun!
Setelah tiba di alun-alun dan hendak memasuki pintu
gerbang keraton, ia melihat dua orang penjaga di situ.
Dengan hati-hati Maduraras memutari tembok yang
mengelilingi keraton dan setibanya di belakang ia
mengeluarkan tali yang telah tersedia dan yang tadi
dibawanya. Ujung tali itu ia pasangi kayu bercabang
yang kuat kemudian ia ayun kayu itu ke atas tembok.
Beberapa kali kayu itu jatuh kembali hingga Maduraras
gemas dan menggigit bibirnya. Ia ulangi dan ulangi lagi
usahanya. Akhirnya ia berhasil dan kayu bercabang itu
dapat terkait di atas tembok. Ia tarik-tarik tambang yang
menggantung ke bawah dan mendapat kenyataan bahwa
kaitan itu kuat, ia lalu merayap
naik dengan menggunakan tambang itu! Hal ini mudah saja ia lakukan
karena ketika kecil ia bersama Bahar sering sekali
berlomba menaiki pohon melalui tambang, Dengan cara
demikian pula ia menuruni tembok itu dan kaki nya
mengi njak taman sari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, seperti halnya Jarot dan Maduraras,
Sekarsari juga merasa sedi h dan menyesal. Seperginya
Jarot, pesta dilangsungkan, hanya saja sifat pesta itu
berobah, dari pesta perkawinan menjadi pesta penyambutan untuknya. Para ledek yang terpandai
didatangkan untuk mengadaka n pertunjukan dan Sekarsari dihujani makanan-makanan lezat yang selama
hidupnya belum pernah dilihatnya, apa pula dirasainya.
Setelah pesta berakhir, ib unya mengajak ia mengaso di
tamansari. Bratadewi meminta anaknya menceritakan
segala pengalamannya dan Sekarsari walaupun merasa
sayang dan bahagia mempunyai ibu yang demikian
cantik dan bijaksana serta halus tutur katanya, tetapi
masih merasa canggung dan kaku dan sikapnya terlalu
menghormat hingga beberapa kali ditegur oleh Bratadewi. "Susilawati, ingatlah, aku ini ibumu, ibu kandung yang
selalu merindukan kau, nak. Jangan anggap aku seorang
priyayi agung yang harus kau hormati sedemikian itu,
Wati. Aku ibumu.... ibumu sejati....."
Dan untuk kesekian kalinya Bratadewi memeluk
anaknya dengan penuh kasih sayang hingga Sekarsari
merasa sangat terharu.
Dengan sikap yang halus Bratadewi bertanya, "Wati,
karena kau anakku dan aku ibumu, janganlah ada
rahasia di antara kita, nak. Katakan saja terus terang
padaku dengan hati yang berani dan yakin bahwa aku
selalu tentu akan membela dan menolongmu. Coba
katakan, nak, adakah, adakah kau mempunyai ......hubungan sesuatu dengan..... Jarot?"
Tiba-tiba tubuh Sekarsari menggigil dan wajahnya
pucat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, kanjeng ibu!" jawabnya
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tegas, lalu mengatupkan bibirnya erat-erat.
Bratadewi menatap wajah anaknya dengan pandangan tajam.
"Betul-betulkah, anakku" Ingat,, dalam hal ini, mata
orang tua lebi h tajam daripada mata anak muda, Wati.
Tidakkah kau menaruh..... cinta kepadanya?"
Biarpun dengan bibir gemetar, dapat juga Sekarsari
menjawab tegas, "Tidak, ibu! Kalau benar saya
mencintanya, mengapa saya mau menerima pinangan
Pangeran Amangkurat?"
Ibunya mengangguk-angguk,
tapi keningnya dikerutkan. "Aku lihat tadi bahwa kau sama sekali tidak
merasa bahagia ketika hendak dilakukan upacara
perkawinan," katanya perlahan.
Sekarsari tak menjawab, hanya menundukkan mukanya karena tanpa dapat ditahan lagi dua butir air
mata turut mengalir di kedua pipinya dan ia hendak
menyembunyikan air mata itu dari pandangan ibunya.
Biarpun cuaca telah mulai gelap, Bratadewi masih dapat
melihat keadaan puterinya, maka ia berdiri dan untuk
sesaat mengusap-usap rambut kepala Sekarsari, lalu
berkata, "Susilawati, anakku. Sudahlah kau mengaso. Kau
tentu lelah, kamarmu berada di sebelah kiri kamarku,
nak, itu yang dipasangi janur dan kembang di pintunya.
Aku sebagai ibumu hanya berdoa siang malam semoga
kau selalu berbahagia, nak."
Bukan main terharu hati Sekarsari mendengar katakata ini yang belum pernah didengarnya dari mulut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang ib u, maka ia menubruk ib unya dan memeluknya
sambil menyembunyikan mukanya di dada ibunya.
"Wati, jangan khawatir, anakku, apapun yang terjadi,
ibumu selalu berada di pihakmu. Nah, tidurlah, nak,
besok saja kita bercakap-cakap lagi."
Dan Sekarsari memasuki kamarnya yang serba indah
dengan sebuah pembaringan yang mewah dan empuk,
dihias alas yang indah dan ditaburi bunga-bunga harum.
Namun semua itu tak dapat melenyapkan kesedihan dan
keharuan yang memenuhi dadanya dan membuat ia
membanting diri di atas pembaringan sambil menangis
tersedu-sedu! Pada menjelang tengah malam belum juga ia dapat
tidur. Tiba-tiba terdengar pintu kamarnya berbunyi dan
dengan perlahan daun pi ntu itu terbuka. Sekarsari
menyangka bahwa yang datang tentu ib unya, maka ia
pura-pura meramkan mata dan tidur. Tapi alangkah
terkejutnya ketika ia merasa tangannya dipegang orang
dengan kuat-kuat dan orang itu memanggil dengan
perlahan tapi dengan tegas,
"Sari, bangunlah!"
Ketika ia membuka matanya hampir saja ia berteriak
karena heran dan kaget. Yang berdiri di situ dengan
tangan kanan memegang keris dan tangan kiri
memegang tangannya dan dengan wajah keren serta
mata berapi bukan lain adalah Maduraras!
"Kau..... kau..... Maduraras?""
Mulut Maduraras menyeringai dengan mengandung
hinaan. "Hm, kau masih mengenal aku" Hayo bangun dan ikut
dengan aku ke taman!" Sambil berkata demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maduraras menarik tangan Sekarsari dan memaksanya
keluar memasuki taman. Hawa pada malam itu dingin
dan bulan bersinar terang. Setelah berada jauh dari
kamar, Sekarsari bertanya,
"Maduraras, apa yang kau kehendaki?"
"Aku" Hm, aku datang hendak mengambil nyawamu!"
Tiba-tiba Sekarsari tertawa dengan suara tawa yang
membuat bulu tengkuk Maduraras berdiri. "Kau hendak
membunuhku" Mari, cepat-cepat, Maduraras, ini dadaku,
tusuklah dengan kerismu itu supaya cepat mengenai
jantungku. Kau yang telah merusak hid upku, yang telah
merampas kebahagiaan hidupku, yang telah membuat
aku bosan hidup, kaukira kau akan dapat menyiksa dan
menakuti aku dengan kematian" Ini, Maduraras,
bunuhlah aku, aku akan berterima kasih padamu!"
Sekarsari mengangkat-angkat dadanya dan mendekati
Maduraras yang bertindak mundur dengan heran dari
bingung. "Kau..... kau...... apa maksudmu, Sari?" Masih
cintakah kau kepada kangmas Jarot?"" '
"Jangan sebut-sebut nama Jarot lagi! Kau telah
merampasnya dariku! Kau telah memisahkan kami dan
kau telah berhasil menggagalkan cita-cita kami. Ha,
sekarang aku tahu, kau datang karena kau ditampik oleh
mas Jarot" Ha-ha-ha! Sungguh lucu! Kau memikat Jarot,
kau memisahkannya dariku, setelah kau berhasil, kini
kau sendiri ditampik olehnya! Ha-ha! Alangkah lucunya,
aku mendengar penampikan Jarot dengan telingaku
sendiri!" "Sari, jawablah terus terang! Kenapa kau menerima
pinangan Pangeran Amangkurat" Kalau kau benar masih
cinta kepada Jarot, mengapa kau terima pinangannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Butakah matamu bahwa Jarot tidak cinta padaku, bahwa
ia hanya mencinta kau seorang" Gilakah kamu maka kau
mau menerima pinangan orang lain" Tidak tahukah kau
bahwa hal itu menghancurkan hati mas Jarot" Ah, Sari,
di manakah kecerdasan otakmu?"
"Apa..... apa katamu?"
Mas Jarot tidak mencintamu?"
Tiba-tiba Maduraras melempar kerisnya ke tanah dan ia menangis.
"Aku..... akulah yang tak
tahu diri, Sari. Aku telah
berdosa. Berdosa karena
cintaku padanya. Aku.....
aku cinta padanya, Sari.
Maka aku tidak tahan
melihat ia sengsara, melihat dia hancur hatinya. Aku rela mengorbankan
kebahagiaanku sendiri asalkan dia bahagia, Sari. Kau
tahu, aku telah kehilangan kakakku yang kucinta, tapi
kematiannya di tangan mas Jarot tak dapat menghapus
cintaku kepadanya. Aku telah mengorbankan kakakku,
tapi ternyata mas Jarot tak dapat membalas cintaku,
buktinya dia telah menolakku. Kau.,.., kau seorang yang
dicintanya, tapi kau bahkan menyakiti hatinya. Ah,
mengapa hatimu sekejam itu, Sari?"
"Aku..... aku masih tidak percaya, Raras."
Tiba-tiba Maduraras meloncat bangun dan memungut
kerisnya, sikapnya menjadi keras dan beringas lagi.
"Sari, mudah saja bagiku untuk membunuhmu lalu
membunuh diriku sendiri di sini. Tapi apa gunanya" Mas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarot takkan bahagia karenanya. Bahkan mungki n ia
akan makin bersedih. Kau tidak percaya bahwa ia cinta
padamu" Ah, kau orang bodoh dan buta! Dia besok pagipagi hendak pergi, Sari. Pergi dengan membawa luka di
hati. Ayoh, ikutlah aku. Kau harus tolong padanya!"
"Ikut padamu" Di tengah malam begini" Ke mana?"
"Ke rumah Jarot!"
"Ah, aku tidak sudi merendahkan diri macam itu!"
Maduraras memutar tubuh dan tangannya melayang.
Sebuah tamparan keras memukul pipi Sekarsari. "Aduh
sombongnya. Sikapmu yang buruk macam inilah yang
menyakiti hati mas Jarot. Pendeknya, mau atau tidak,
kau harus ikut, biarpun aku harus menyeretmu seperti
domba!" Akhirnya dengan cemberut Sekarsari menurut juga.
Dengan susah payah Sekarsari merayap di tambang
dengan bantuan Maduraras dan mereka lalu berjalan
menuju ke kampung Ki Galur,
Setelah tiba di dekat pondok Ki Galur, tiba-tiba
Sekarsari berhenti. "Jalan terus, Sari." Maduraras
mendesak. "Tidak, Raras. Ka u harus terangkan dulu padaku. Apa
maksudmu membawaku ke sini" Apa yang harus
kulakukan di hadapa n mas Jarot?"
"Kau harus mencegah kepergian mas Jarot. Kau harus
menyatakan cintamu kepadanya dan kau harus
menerangkan alasanmu mengapa
kau menerima pinangan pangeran. Kau harus mengobati luka di hatinya
karenamu. Dan kalau dia berkeras hendak pergi, kau
harus menyatakan hendak ikut padanya ke mana ia
pergi!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, Raras.....;."
"Tidak ada tapi! Aku telah berdosa. Berdosa kepada
mas Jarot dan kepadamu. Aku telah memisahkan kalian,
maka sekarang aku harus memaksa kau untuk
memperbaiki hubungan kalian kembali. Siksaan hatiku
baru lenyap kalau kalian sudah bersatu kembali, Sari.
Turutilah permintaanku kali ini, Sari, demi kebaikanmu
sendiri, kebaikan mas Jarot, dan juga kebaikanku!"
Sekarsari berjebi dengan pandang menghina. "Hm,
kau hendak menebus dosa dengan jasa baik" Tapi
ketahuilah, Raras, usaha yang dipaksakan bukanlah jasa
baik lagi, dan dosamu takkan tertebus demikian mudah."
Maduraras menundukkan muka karena kata-kata itu
menikam jantungnya, kemudian ia menghela napas.
"Sari, kau benar. Aku memang ingin menebus dosa, ingin
melihat mas Jarot bahagia dan juga ingin melihat kau....
bahagia pula, Sari. Tapi, agaknya kau tidak suka, Sari.
Salahkah dugaanku bahwa kau mencintai mas Jarot"
Benar-benarkah kau begitu rendah budi dan lebih
memberatkan kedudukanmu sebagai sekar kedaton
daripada pertalian kasihmu dengan mas Jarot?"
Sekarsari menarik napas dalam. "Biarlah aku turuti
kehendakmu, Raras. Tapi aku akan malu sekali kalau
sampai mas Jarot tidak mau menerimaku dan kalau
demikian halnya, maka semua ini salahmu, Raras.
Percayalah, kalau sampai aku terhina kau akan lihat
bahwa Sekarsari bukanlah seorang gadis lemah
sebagaimana kau sangka, pembalasanku akan lebih
hebat dari segala pembalasan yang kauharapkan!"
Maka mereka berjalan lagi menuju ke pondok Ki
Galur. Dari jauh terlihat oleh mereka bahwa Jarot sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk seorang diri di atas bangku bambu di luar rumah,
duduk termenung sambil menopang dagu.
"Kebetulan dia duduk seorang diri, mungki n sedang
memikirkan kau, Sari. Pergilah kau menemuinya, aku
hendak bersembunyi!" kata Maduraras.
Sekarsari merasakan betapa dadanya berdebar keras.
Ketika ia melangkah maju, ia merasa kedua kaki nya
gemetar. Jarot agaknya tak tahu akan kedatangannya
dan pemuda itu tetap duduk tak bergerak bagaikan
patung batu. "Mas Jarot...!" bibir Sekarsari menggigil ketika
menyerukan panggilan ini. Jarot tersentak kaget lalu
menengok. Matanya terbelalak heran, lalu dengan kedua
tangannya ia kucek matanya karena ia tak percaya
bahwa yang berdiri di hadapannya itu benar-benar
Sekarsari. Kemudian ia berdiri dan sambil membungkuk
hormat ia berkata,
"Oh, Den-roro Susilawati! Mengapa paduka datang
pada waktu begini?" Pertanyaan ini diucapkan dengan
suara yang sangat menghormat hingga Sekarsari
meramkan mata karena kata-kata itu bagaikan keris
karatan menusuk hatinya, lebih-lebih sebutan De n-roro
itu! Ketika ia membuka kembali matanya, pandangan
matanya menjadi suram karena mata itu penuh dengan
air mata. "Mas Jarot.... jangan sebut aku seperti itu"aku.... aku
tetap Sekarsari, mas...."
Jarot tersenyum pahit. "Hamba tidak berani berlaku
kurang ajar. Paduka adalah sekar-kedaton dan puteri
Gusti Sultan. Sedangkan hamba.... hamba... hanya
seorang gunung."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mas Jarot, mengapa kau begitu kejam" Kau
menyakiti hatiku".."
"Hamba hanya berkata sebenarnya."
"Mas,
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kudengar kau hendak pergi" Pergi meninggalkan Mataram, meninggalkan aku?" Dari tadi
Sekarsari menahan-nahan air mata yang hendak turun,
kini titik-titik air mata itu tak dapat tertahan lagi, menuruni
kedua pipinya yang halus.
Jarot menelan ludah melihat gadis pujaan hatinya itu
menangis di hadapannya tapi ia menahan perasaan
hatinya sedapat mungkin.
"Ya, hamba hendak pulang ke gunung tempat asal
hamba." "Mas Jarot, jangan kau pergi, mas. Jangan kau
tinggalkan Sekarsari..... aku...."
Jarot tak dapat menahan gelora hatinya lebih lama
lagi. Ia maju selangkah dan berkata terharu,
"Sari.... benarkah kata-katamu ini" Benarkah kau
masih tetap Sekarsari bagiku" Benarkah kau menghendaki agar aku tidak pergi meninggalkanmu?"
"Benar, mas,.... aku.... takkan bahagia jika kau pergi,
mas..." Jarot maju dan memegang tangan Sekarsari. "Sari,
bilanglah terus terang. Cintakah kau padaku, Sari?"
Sekarsari menundukkan muka dengan wajah merah.
"Mas, belum pernah aku mencinta orang seperti aku
mencintamu; Aku.... aku terima pinangan pangeran
karena kukira.., karena...."
Jarot menggunakan telunjuknya menyentuh bibir
Sekarsari. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam, Sari. Aku sudah tahu semua itu. Tak perlu
kauulangi lagi."
Untuk sejenak mereka diam, kemudian Sekarsari
berkata, "Mas Jarot, berjanjilah bahwa kau takkan pergi
meninggalkan aku."
Jarot menghela napas. "Menyesal sekali hal ini tak
dapat kubatalkan, Sari. Aku telah mengajukan permohonan kepada Gusti Sultan untuk pergi dan telah
mendapat perkenan. P ula, untuk apa aku tinggal terus di
Mataram dan menyiksa hatiku dengan melihat kau
sebagai puteri sekar-kedaton dan aku seorang kawula
biasa?" Sekarsari melepaskan diri dari pelukan Jarot. "Tapi,
bukankah kita saling mencinta, mas" Aku akan minta
kepada kanjeng rama untuk menahanmu, di kota raja.
Apa salahnya kalau aku menjadi sekar-kedaton, mas?"
Jarot tersenyum pahit. "Lupakah kau bahwa di antara
kita ada dinding tebal dan tinggi yang menghalang, Sari"
Sebagai rakyat biasa, tak mungkin aku dapat
mendekatimu, dan hal ini hanya akan merupakan derita
dan siksa bagiku. Lebih baik aku pergi, Sari, pergi dari
sini dan tidak mengganggu penghidupanmu yang mulai
menanjak tinggi. Kaulupakanlah saja Jarot orang gunung
yang miski n itu."
"Tidak, mas, tidak! Kalau kau tetap hendak pergi, aku
akan ikut, mas. Bawalah aku serta ke gunungmu!"
Jarot menggeleng-geleng kepala. "Tak mungkin, Sari."
Tiba-tiba dari dalam gelap meloncat bayangan
seorang wanita dan wanita itu berkata keras, "Mengapa
tidak mungki n?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarot heran dan terkejut melihat Maduraras.
"Mengapa tidak mungkin?" sekali lagi Maduraras
mengulangi pertanyaannya. "Mas Jarot, mengapa kau
demikian pengecut" Sekarsari telah menyatakan cinta
sucinya kepadamu, bahkan ia bersedia mengikutimu ke
mana saja kau pergi. Mengapa kau tidak mau
membawanya" Takutkah kau" Demikian tipiskah rasa
cintamu kepada Sekarsari?"
Jarot terbelalak heran. Serasa mimpilah ia mendengar
kata-kata Maduraras ini. Mulai mengertilah ia mengapa
Sekarsari dapat keluar dari keraton pada tengah malam
itu. Tak tahunya semua ini adalah Maduraras yang
mendalangi di belakang! Tapi, mengapa Maduraras
membela mati-matia n kepada Sekarsari" Inilah yang
membuat ia tak mengerti sedikitpun.
"Kau, Maduraras" Kau datang bersama Sekarsari?"
"Ya, aku yang meminta Sekarsari menemuimu.
Karena aku tahu bahwa kau hanya mencinta Sekarsari
dan bahwa Sekarsari hanya mencinta padamu seorang!
Aku telah berbuat salah, aku telah berbuat dosa. Kini
bersihkanlah dosaku itu dan bawalah Sekarsari untuk
menjadi isterimu!"
Jarot mengangguk-angguk kagum. "Jadi kau.... kau
menculik Sekarsari dari dalam keraton" Kaulakukan itu
hanya untuk mempertemukan kembali Sari dengan aku?"
"Ya, dan sudahlah jangan banyak rewel lagi,
kaubawalah Sekarsari pergi ke tempat asalmu dan
hiduplah beruntung dengan dia di sana. Tentang
keributan di sini, biarleh aku yang menanggung. Akan
kuakui bahwa aku yang melarikan Sekarsari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan kalau mereka menanyakan di mana aku
berada?" Sekarsari bertanya heran.
Bibir Maduraras yang manis tersenyum mengejek.
"Apa susahnya" Aku bisa bilang bahwa aku telah
membunuhmu, telah membuang mayatmu di bengawan!
Apa sukarnya" Mereka takkan menyangka bahwa kau
ikut pergi dengan mas Jarot!"
"Tapi Raras! Mereka akan menghukummu! Mereka
akan membunuhmu untuk itu!"
Maduraras tersenyum, kini senyum getir. "Apa
salahnya" Aku.... aku hidup sebatangkara, biar aku
dihukum mati sekalipun, takkan ada orang yang
menangisiku, takkan ada orang yang kehilangan, bahkan
..... bahkan aku akan lebih cepat berjumpa dengan ibu
dan mas Bahar...." tiba-tiba di bawah mata gadis
pemberani itu tampak air mata menitik turun.
"Raras..... Raras...!" tiba-tiba Sekarsari menubruk dan
memeluknya dengan mesra. Kedua orang gadis itu
berpelukan dan lenyaplah segala ganjalan hati.
"Lihatlah,
mas Jarot. Tidak kasihankah kau kepadanya" Kalau kau meninggalkan dia, ah..... aku tak
tahu apa yang akan terjadi padanya. Bawalah dia serta,
mas Jarot....." Maduraras berkata dengan suara penuh
permohonan. Jarot menggeleng-geleng kepala dan menarik napas
panjang. "Raras, Sari, dengarlah baik-baik. Aku sangat
beruntung mendengar pernyataan Sari tentang kasi hnya
kepadaku, dan aku sangat terharu dan berterima kasih
atas pembelaanmu yang mulia, Raras. Tapi, untuk
membawa lari Sekarsari, ah, ini tak mungki n kulakukan.
Pertama kau akan terhukum dan tertimpa bencana
karenanya. Ked ua, Gusti Ayu Bratadewi akan sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehilangan dan hatinya akan hancur jika Sekarsari
lenyap. Ketiga, aku tak dapat melakukan hal ini karena
perbuatan melarikan Sekarsari ini sangat rendah dan
tidak menaruh hormat kepada Gusti Sultan, Padahal
Gusti Sultan sangat kupandang tinggi dan kuhormati
karena kebijaksanaannya. tidak, tidak! Aku tak sampai
hati melukai perasaan dan menyinggung kehormatannya."
"Kalau begitu pendapatmu, bagaimana baiknya, mas"
Lebih baik kau jangan pergi dan kau kawin dengan
Sekarsari di sini," kata Maduraras.
Jarot mengerutkan keningnya. "Kawin" Mudah saja
kau bicara. Kau tahu siapa Sekarsari dan siapa aku!
Kalau saja Sekarsari bukan sekar-kedaton dan aku
bukan orang gunung!"
"Biar aku akan membantu mengusahakan dan kalau
perlu, Sari bisa membujuk ibunya atau ramanya
sekalipun!" Maduraras mendesak.
"Tak mungkin demikian, Raras."
Kedua gadis itu menjadi gelisah dan putus asa,
mereka tak tahu harus berbuat dan berkata apa, maka
hanya isak mereka saja yang terdengar.
"Sudahlah, jangan kalian menangis dan bersedih.
Percayalah, Sari, kalau memang Dewa menghendaki dan
kalau memang kita berjodoh, pasti kelak kita bertemu
kembali. Sekarang kalian kembalilah, jangan sampai di
dalam keraton kehilangan kau, Sari. Jangan kau gelisah,
Sari, aku bersumpah bahwa selama hid up aku takkan
kawin dengan orang lai n dan bahwa aku takkan
melupakan kau, Raras. Ketahuilah, aku besok berangkat
pulang ke tempat asalku, ialah di desa Wangkai, di
Tengger utara. Di sana pasti aku dapat ditemukan. Nah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selamat berpisah sampai jumpa kembali, Sekarang
kalian kembalilah!"
Karena malam telah hampir berganti fajar, terpaksa
Sari dan Maduraras kembali, setelah memandang
kepada Jarot dengan sayu. Jarot mengikuti kedua gadis
yang berjalan dengan lemah itu dengan pandangan
matanya. Hatinya bagaikan disayat pisau ketika
terdengar betapa kedua orang gadis itu berjalan sambil
menangis. Pada malam hari itu tidak hanya terjadi hal-hal ganjil
seperti yang telah diceritakan di atas, tapi ada pula terjadi
hal-hal lai n yang tak kurang ganjilnya. Di dalam
kesunyian malam, tampak bayangan seorang laki-laki
berjalan dengan hati-hati dan dengan gerakan-gerakan
bagaikan seorang pencuri, memasuki kamar pusaka di
mana tersimpan kumpulan senjata dan pusaka Sri
Sultan. Bayangan itu ternyata adalah Pangeran
Amangkurat. Pangeran itu mengeluarkan sebilah keris
yang dicabutnya dari sarung keris, kemudian ia
menurunkan keris pusaka Margapati dari tempatnya dan
mencabut keris pusaka itu. Ternyata keris pusaka itu
bentuk dan warnanya sama benar dengan keris yang
dibawanya tadi. Dengan cepat ia menukar kedua keris
itu, keris pusaka Margapati ia masukkan ke dalam sarung
kerisnya sendiri yang terselip di pinggang, sedangkan
keris yang lai n ia masukkan ke dalam sarung Margapati!
Setelah melakukan hal yang ganjil itu, Pangeran
Amangkurat segera meninggalkan kamar itu dengan
senyum ib lis menghias di mulutnya.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, delapan
orang penunggang kuda datang mengunjungi pondok
Jarot. Mereka itu bukan lain ialah Senopati Ki Ageng
Baurekso, Tumenggung Suro Agul Agul, Adipati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mandurorejo, Adipati Uposonto, dan beberapa panglima
lain. Mereka datang untuk menghaturkan selamat jalan
kepada Jarot, pahlawan muda yang telah bertempur
membela Mataram dan yang telah berjuang bahumembahu dengan mereka. Hampir semua panglima
Mataram merasa suka kepada Jarot. Selain hendak
memberi selamat jalan, juga Ki Ageng Baurekso se ngaja
diutus oleh Sultan Agung untuk mengantarkan keris
pusaka Margapati kepada Jarot.
Kemudian Jarot menaiki kudanya, Naga pertala, dan
setelah sekali lagi menyatakan terima kasihnya kepada
mereka yang datang mengantar, ia membedal kudanya
menuju ke timur. Keris pusaka Margapati terselip, di
pinggangnya. Berbeda dengan ketika datang, kali ini
Jarot pergi dengan berkuda dan berpakaian gagah. Juga
di dalam dadanya telah terjadi perubahan hebat. Kalau
dulu ketika datang ia merupakan seorang pemuda yang
jenaka dan bahagia, adalah sekarang ia pulang
membawa hati yang luka.
Ketika ia melalui sepanjang tepi bengawan, ia berhenti
karena ia berniat untuk membuang keris pusaka maut itu
ke dalam kedung bengawan yang dalam dan angker
agar keris itu terbenam dan tiada kesempatan untuk
memuaskan hausnya akan darah manusia. Ia turun dari
kudanya dan mendekati kedung yang curam di mana
airnya tampak berputaran merupakan ulekan yang dalam
mengerikan. Ia mencabut keris pusaka Margapati dari
sarungnya. Tiba-tiba ia menjadi pucat dan menahan
napas. Ia pandang keris itu dengan tajam dan penuh
perhatian. Memang, keris itu sama benar dengan keris
Margapati, baik warna maupun bentuk dan pamornya
tapi dari mata keris itu tiada sinar kematian yang
bercahaya bagaikan api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Celaka, ini bukan Margapati !" Jarot merasa
penasaran dan marah. Ia lari dan mencemplak kudanya,
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tapi sebelum kudanya bergerak, ia meloncat turun lagi. Ia
meremkan mata dan bibirnya berkemak-kemik,
pikirannya menimbang-nimbang. Kemudian ia tersenyum
dan menarik napas panjang.
"Ah, memang sudah kehendak Dewata. Mataram
masih akan mengalami banyak malapetaka. Tapi aku
yakin bahwa Gusti Sultan Agung akan dapat menguasai
dan memusnahkan pengaruh jahat keris itu dengan
kebijaksanaan dan kesaktiannya. Hanya aku khawatirkan
kalau-kalau keris itu terjatuh ke tangan Pangeran
Amangkurat!" Demikian ia termenung dan memikir
seorang diri. Kemudian ia menaiki kudanya kembali dan
membalap menuju ke arah timur dari mana sang surya
mulai menampakkan dirinya. Ia berlomba dengan air
bengawan yang juga mengalir ke timur tiada hentinya.
Pada malam hari itu, setelah meninggalkan Jarot,
Sekarsari dan Maduraras kembali ke keraton. Kali ini
mereka melalui gerbang depan. Dua orang penjaga
mencegat mereka dengan bentakan, tapi ketika melihat
Sekarsari, segera mereka memberi hormat.
"Paman penjaga, biarkan kawanku ini masuk
bersamaku," kata Sekarsari dan kedua penjaga itu hanya
dapat memberi hormat dan tak berani bertanya,
sungguhpun mereka merasa heran sekali karena mereka
tak pernah melihat puteri itu keluar. Bilakah sekarkedaton itu keluar dan mengapa pada lewat tengah
malam baru kembali, dari mana dan ke mana" Tapi
mereka tahu akan diri dan kedudukan hingga mereka tak
berani meributkan persoalan yang menyangkut diri sekarkedaton yang baru saja diterima oleh Sri Sultan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, Sekarsari minta kepada
ibunya agar Maduraras diperkenankan tinggal bersama
ia sebagai kawan bermain. Tentu saja Bratadewi tidak
menaruh keberatan karena menurut pandangannya,
Maduraras adalah seorang gadis yang cukup baik dan
pandai membawa diri.
Baiknya Maduraras tinggal bersama Sekarsari, kalau
tidak, mungkin Sekarsari takkan dapat menahan
kesedihan hatinya. Demikianpun Maduraras. Dalam diri
Sekarsari ia mendapatkan seorang kawan yang agaknya
lebih mesra daripada seorang kakak sendiri. Diam-diam
mereka mempertebal perasaan kasih mereka satu
kepada yang lain dan mereka menganggap masingmasing bagaikan saudara sendiri. Lambat laun berkuranglah luka hati dan kesedihan mereka. Namun
sedikitpun mereka tak dapat melupakan Jarot dan boleh
dikata seharipun belum pernah mereka lupa untuk
membicarakan soal pemuda itu. Mereka gali semua
pengalaman ketika Jarot masih berada di situ dan semua
itu merupakan kenangan-kenangan indah dan bahan
godaan bagi Maduraras yang jenaka untuk menggoda
Sekarsari, seakan-akan Jarot masih berada di tempat itu
dan seakan-akan di situ masih terdapat banyak harapan
bagi Sekarsari untuk bertemu kembali dengan Jarot. Tapi
bilamana teringat bahwa Jarot telah pergi jauh dan belum
tentu mereka dapat bertemu kembali, menangislah
Sekarsari, dibantu oleh Maduraras yang tidak kalah
sedihnya. Hampir dua tahun kedua orang gadis itu hidup dalam
keraton dengan aman, di bawah lindungan Bratadewi.
Tapi keadaan segala apa di dunia ini tidak langgeng dan
selalu ada perubahan yang tak tersangka-sangka.
Selama itu, bala tentara Mataram, terus melanjutkan
penjelajahan ke timur, menaklukkan Pasuruan dan lainTiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain adipati atau bupati yang membangkang dan tidak
mau tunduk kepada Sultan Agung. Maka makin
banyaklah kini para adipati dan bupati yang mengunjungi
Mataram untuk menyatakan sembah sujud dan
hormatnya kepada Sultan Agung, raja sekalian raja yang
bijaksana itu. Di antara para adipati, bupati, dan lain panglima yang
mengunjungi Mataram, terdapat Raden Panjibagus,
keponakan adipati di Pasuruan yang menjadi panglima.
Ia adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah
perwira. Dalam pertempuran melawan tentara Mataram,
ia hanya dikalahkan oleh Senopati Ki Ageng Baurekso.
Raden Panjibagus ketika menghadap Sri Sultan,
dengan tak terduga dapat melihat sekar-kedaton, dan
pada saat itu juga jatuhlah hati terhadap Raden Roro
Susilawati yang cantik jelita itu. Ia menjadi gandrunggandrung, makan tak sedap tidur tak nyenyak, rindu dan
birahi kepada gadis juwita yang selalu terbayang di bulu
matanya. Maka pulanglah ia dengan menanggung sakit
rindu asmara yang berat hingga Adipati Pasuruan,
pamannya yang sayang kepadanya, menanyakan sebabsebabnya. Setelah mendengar akan hal kerinduan
Panjibagus, Adipati Pasuruan segera mengirim utusan
dan mengajukan pinangan.
Sultan Agung sedang menjalankan siasat mempersatukan semua adipati dengan Mataram, maka
pinangan itu diterimanya dengan senang hati. Apalagi
karena iapun suka akan pemuda yang tampan dan
perwira sebagai Panjibagus itu. Bratadewi tak berani
membantah kehendak Sultan Agung dan dengan halus ia
membujuk Susilawati. Tapi puterinya itu menolak dengan
keras dan menangis sedih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wati, anakku, Percayalah akan pandangan tajam dan
kebijaksanaan ramamu. Ia cukup waspada dan dapat
memilih, hingga tak mungkin pilihannya ini keliru. Aku
pun mendengar bahwa Raden Panjibagus adalah
seorang pemuda yang baik, tampan dan gagah. Wati,
turutilah kehendak ayahmu, karena akupun ingin sekali
melihat kau kawin dan berbahagia."
Susilawati makin sedih dan tak dapat menjawab,
hanya menangis saja.
"Wati, katakanlah terus terang, apakah ..... apakah kau
berat karena teringat kepada Jarot?"
Tanpa mengangkat mukanya, Susilawati menjawab,
"Ibu.... ampun, ibu.... anakmu tak dapat kawin dengan
lain orang.... aku .... aku telah saling berjanji dengan mas
Jarot untuk bersetia dan tidak kawin dengan orang lain."
Ibunya menghela napas dalam. "Aeh, mengapa
begitu, nak" Bukankah Jarot sudah kembali ke
negerinya?"
"Tapi..... tapi kami masih mengharap untuk saling
bertemu pada suatu waktu, ibu."
"Susilawati, ingatlah baik-baik. Janjimu dengan Jarot
itu hanyalah janji anak-anak yang dilakukan sewaktu kau
terharu atau dibuai perasaan. Pinangan Raden Panjibagus telah diterima ayahmu, maka hal ini tak dapat
dibatalkan lagi, nak. janganlah membikin ibu dan ramamu
bersedih, Wati, menurutlah saja. Ibumu yang akan
tanggung bahwa kau tentu akan hidup bahagia di
samping Panjibagus."
Namun Susilawati hanya menangis dengan sangat
sedihnya hingga ibunya berkali-kali menghela napas
dengan putus asa dan kehabisan akal. Susilawati lari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluar dan masuk ke kamar sendiri di mana Maduraras
telah menantinya. Maduraras melihat betapa Sekarsari
masuk kamar sambil menangis segera memeluknya.
"Sst, Sari. mengapa kau menangis seperti anak kecil?"
Maduraras yang biasa berjenaka itu mencoba menghiburnya dengan berkelakar, dan jika berada
berdua ia memang selalu menyebut Sekarsari.
Tapi Sekarsari tetap menangis sedih.
"Eh. eh, Sari, apakah yang telah terjadi" Percayalah,
betapapun sulit persoalan yang kauhadapi, selama
Maduraras masih dapat bernapas, tentu kesulitan itu
dapat dipecahkan!"
Terhibur juga hati Sekarsari. Dengan mata basah ia
pandang wajah kawannya, lalu memeluknya sambil
mengeluh, "Ah, Raras.... celaka nasibku, aku.... aku dipaksa
kawin!" "Apa" Kawin" Dengan siapa?"
"Dengan putera Kadipaten Pasuruan, namanya
Panjibagus."
Maduraras mengangguk-angguk. "Dan kau tidak
suka?" Sekarsari mengangkat mukanya dan memandang
Maduraras dengan tajam. "Kaukira demikian mudah aku
berubah?" "Maaf, Sari, aku hanya menggoda. Memang sudah
sepantasnya kau bersetia kepada mas Jarot, karena
betapa gagah dan tampanpun Panjibagus seperti yang
kudengar orang berkata, bila dibandi ngkan dengan Jarot,
ia masih tidak nempil!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Raras, jangan berkelakar saja, pikirlah keadaanku,
Raras. Apa yang harus kuperbuat" Aku tidak berani
membantah kanjeng rama, sedangkan ibupun telah
setuju dan memaksaku. Bagaimanakah, Raras" Aku
lebih baik mati daripada harus dikawinkan dengan orang
lain." Maduraras mengerutkan keningnya yang halus,
memutar otaknya yang cerdik. Sepasang mata bintangnya mengerling ke sana ke mari dengan gesit dan
bibirnya ditajamkan. Beberapa lama kemudian ia
melonjak dan tersenyum puas.
"Bagaimana, Raras" Dapatkah kau menolongku?"
"Sari, jalan satu-satunya bagimu tak lain ialah..... lari
minggat!" "Tak mungki n!" Sekarsari mundur dua tindak dengan
kaget mendengar usul berbahaya ini. "Kaukira mudah
saja melarikan diri" Kanjeng rama tentu marah sekali dan
mengerahkan semua perajurit untuk mencariku. Dan jika
aku tertangkap kembali, selain mendapat marah dan
merasa malu, akupun tetap harus menjadi isteri putera
Pasuruan itu. Sia-sia, Raras."
Maduraras tersenyum. "Kalau aku yang minggat dan
lenyap, tentu takkan ada yang mencariku, bukan?"
"Bisa jadi, karena bukan kau yang akan dikawinkan!"
jawab Sekarsari marah karena dianggapnya kawan itu
menggoda nya. "Nah, kalau begitu, kita bertukar tempat, Sari. Aku
menjadi engkau dan pergi mewakilimu diboyong ke
Pasuruan, sedangkan kau menjadi aku, lari minggat dan
takkan ada yang mencari dan mengejarmu. Bukankah
jalan ini baik sekali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Habis, kemana aku harus lari" Dan bagaimana
selanjutnya?" tanya Sekarsari yang masih khawatir dan
bingung. "Begini, Sari. Kau minggat dan bersembunyi di
Sukowati. Nanti kalau aku sudah diboyong ke Pasuruan
dan berhasi l lari dari sana, aku akan mencarimu, dan kita
sama-sama minggat dari tempat ini."
"Kau" Pasuruan bukan dekat dari sini, Raras. Kau
seorang perempuan, mana kau dapat melakukan semua
itu?" "Sari, kaukira semua perempuan selemah engkau?"
Maduraras berkata tertawa dan bangga. "Lupakah kau
bahwa ada seorang wanita bernama Srikandi?"
"Kau mau menjadi Srikandi kedua?" tanya Sekarsari
yang terpengaruh kejenakaan kawannya.
"Kalau Srikandi dapat berlaku gagah berani, mengapa
aku Maduraras tidak?"
"Hm, kalau kau Srikandi, habis aku siapa, Raras?"
"Kau..... kau Subadra, ya..... ya.... kau Subadra!"
Maduraras begitu gembira dengan sebutan ini hingga ia
bertepuk tangan.
"Hush, jangan keras-keras, Raras, Jadi, kau Srikandi
dan aku Subadra, ya" Ingatkah kau bahwa Srikandi
adalah madu Subadra?"
Merahlah wajah Maduraras mendengar ini. "Sari.....
bukankah kita juga seakan-akan..... madu, yakni dalam
kenangan?"
Sekarsari tiba-tiba melihat wajah Maduraras menjadi
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
muram dan bersedih. Segera dipeluknya gadis itu dan
dengan suara sungguh-sungguh Sekarsari berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Raras, percayalah, aku akan merasa berbahagia sekali
jika seandainya kau bisa menjadi maduku, seperti
Srikandi dan Subadra!"
Sejenak kemudian, setelah keharuan agak reda,
Maduraras berkata, "Bagaimana, Sari. Setujukah kau
akan rencanaku?"
"Terserah kepadamu saja, Raras. Aku bingung dan
takut. Tapi, kalau aku minggat, bagaimana dengan
kanjeng ib u" Tentu beliau akan sedi h sekali, dan beliau
sudah tua, Raras. Aku tidak tega..."
Maduraras menarik napas dalam. "Memang, sifat
Subadra juga sangat jujur dan berbakti, sama seperti
kau. Beginilah, Sari, hal ini terpaksa harus kuserahkan
kepadamu untuk mengaturnya, yaitu, kau harus dapat
membujuk ib umu hingga beliau itu suka membantu kita,
demi cintanya padamu."
"Akan kucoba, Raras."
Karena selalu dibujuk rayu oleh anaknya yang terkasi h
dan yang menyatakan bahwa jika dipaksa kawin tentu
akan bunuh diri, akhirnya Bratadewi menyerah kepada
kehendak Sekarsari. Maka mereka bertiga, Bratadewi,
Maduraras, dan Sekarsari mengatur rencana.
Hari perkawinan tiba. Keraton dipajang indah. Sejak
tiga hari sebelumnya, gamelan berbunyi terus sia ng
malam, Pada malam hari kawin, yaitu malam sebelumnya yang disebut malam midodaren, pengantin
perempuan mulai dirias. Dan pada malam hari itulah
terjadi hal yang ganjil. Di lain bilik, Maduraras dirias pula
oleh Bratadewi. Bratadewi demikian pandainya dalam hal
ini hingga wajah Maduraras hampir sama benar dengan
Sekarsari. Pada waktu tengah malam, Maduraras
memasuki kamar Sekarsari, sedangkan Sekarsari sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menanggalkan pakaian pengantin, lalu keluar dari kamar
itu. Ia berpelukan sebentar dengan Maduraras dan
dengan Bratadewi, kemudian dengan isak tertahan
Sekarsari keluar dari pintu belakang. Di tamansari telah
menanti Ki Galur, ayah angkatnya yang diberi tahu akan
hal ini dan yang bersedia membantunya biarpun dengan
taruhan jiwa demi kebahagiaan anaknya yang tercinta.
KI Galur dan Sekarsari tidak lari menuju Sukowati
sebagaimana yang direncanakan semula, karena
menurut perhitungan KI Galur, Sukowati terlalu dekat
dengan kota raja hingga sa ngat berbahaya bila Sekarsari
bersembunyi di situ. Maka oleh Ki Galur, Sekarsari
dibawa lari ke arah timur. Semalam itu mereka berjalan
terus keluar masuk hutan dan baru beristirahat setelah
malam berganti pagi. Demikianlah mereka berjalan terus,
sungguhpun perjalanan mereka tak dapat maju pesat
karena Sekarsari sering minta berhenti mengaso.
Setelah berjalan terus ke timur selama lima hari,
mereka tiba di dalam sebuah hutan yang besar dan liar.
Pohon-pohon tinggi besar yang sudah berusia ratusan
tahun memenuhi hutan itu dan suara segala macam
binatang liar memenuhi udara dan membuat Sekarsari
gemetar ketakutan. Tapi Ki Galur dengan sebatang
tombak di tangan menghib urnya.
"Jangan takut, Sari. Selama ayahmu ini masih ada di
sampingmu, kau takkan terganggu kecuali kalau dadaku
sudah pecah!" ucapan yang gagah ini sedikitnya
membuat Sekarsari merasa agak tenang.
Tapi pada saat itu terdengar teriakan dan suitan
nyaring. Sebelum rasa kaget mereka lenyap, dari semaksemak keluarlah belasan orang tinggi besar yang
berwajah buas dan bersenjata ruyung, dikepalai oleh
seorang pemuda tinggi besar yang bermata kejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He, paman tua, berhentilah!" teriak pemuda yang
menjadi kepala rampok itu.
Ki Galur menenangkan hatinya yang berdebar-debar
dan bertanya, "Saudara-saudara yang gagah, apakah maksud dan
kehendak kalian menghentikan dan mencegat kami"
Kami anak dan ayah hanya orang-orang melarat yang
sedang merantau mencari hid up di lai n tempat."
"Ha-ha-ha! Paman, kami takkan mengganggumu.
Kami orang-orang baik, bukan demikian, kawan-kawan?"
Empat belas orang anak buahnya tertawa dan
menyeringai sambil menggemakan pernyataan "Betul.....
betul...".
Ki Galur menarik napas lega. "Kami juga tahu bahwa
kalian orang-orang gagah dan baik. Nah; selamat
berpisah dan kami hendak melanjutkan perjalanan
sebelum malam tiba."
"Nanti dulu, paman," kepala rampok itu mencegah.
"Perkenalkan dulu, aku si Klabangkoro dan mereka
semua ini saudara-saudaraku,
juga pembantu- pembantuku. Kau dan anakmu sudah lewat di wilayahku,
maka aku tak mau berlaku kurang hormat, paman. Kami
persilakan paman dan anak paman yang cantik molek ini
untuk mampir di pondok kami."
"Sungguh cantik, sungguh jelita, sungguh manis."
Para anggauta rampok itu berkata campur aduk,
membuat Sekarsari makin takut dan Ki Galur makin
gelisah. "Terima kasih, saudara. Tapi kami sangat tergesagesa, biarlah lain kali saja kami mampir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba senyum di bibir pemimpin rampok itu
menghilang. "Apa" Paman berani menolak undangan
kami" Kalau begitu, biarlah kautinggalkan saja anakmu
ini. Kau sendiri boleh segera pergi!"
Ki Galur mempererat pegangannya pada tombaknya.
"Saudara, janganlah kau berlaku demikian. Kasihanilah
kami yang tak berdosa dan jangan ganggu anakku."
"Siapa yang mau mengganggu anakmu" Aku hendak
memuliakannya, hendak mengangkat ia menjadi ratu di
rimba ini, menjadi permaisuriku, bukan begitu, kawankawan?" Semua kawannya membetulkan sambil tertawa
riuh-rendah. Ki Galur timbul nekatnya. "Tidak bisa, saudara.
Terpaksa aku tidak mau memberikan anakku padamu."
"Apa katamu?" teriak kepala rampok itu. "Kawankawan, hayo serbu dan bunuh monyet tua ini!"
Tiga orang meloncat menerkam dengan ruyung di
tangan. Tapi Ki Galur meloncat ke kiri dan tombaknya
menyerang lambung seorang perampok. Namun perampok-perampok itu adalah orang-orang kasar yang
sudah biasa berkelahi, maka perlawanan Ki Galur itu tak
berarti. Melawan perampok-perampok itu, ia bagaikan
seorang kanak-kanak melawan orang-orang dewasa.
Pada saat itu terdengar suara gerutuan, "Tidak adil....
tidak adil..." dan dari belakang sebatang pohon besar
muncullah seorang kakek berbaju putih yang bercambang bauk berwarna putih pula.
Pada saat itu Ki Galur telah terpeleset dan rebah di
tanah sedangkan beberapa orang perampok telah
mengangkat ruyung untuk mengirim pukulan maut ke
arah kepala Ki Galur. Sekarsari duduk di bawah pohon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil menggigil dan menangis. Tiba-tiba terdengar
bentakan keras "Tahan.,.!!!" Bentakan ini demikian
berpengaruh hingga semua perampok menunda pukulan
mereka dan menengok ke arah datangnya suara. Ki
Galur menggunakan kesempatan Itu untuk merayap
bangun dan menghampiri lalu memeluk tubuh Sekarsari
yang menggigil ketakutan.
"He, kamu kakek tua mau mampus! Mengapa berani
ikut campur?" kepala rampok membentak.
"Anak-anak,
kenapa kalian demikian jahat" Lepaskanlah gadis dan ayahnya itu, jangan kalian
mengganggu orang yang tidak berdosa." Suara kakek itu
sabar dan lembut, tapi terdengar sangat berpengaruh.
"Aah, monyet tua jangan banyak mulut!"
Seorang anggauta perampok memaki lalu lari
menghampiri kakek itu dengari ruyung terangkat. Tapi
aneh, ketika ia sudah tiba dekat dengan kakek itu, tibatiba ia merasa seakan-akan mengi njak tanah becek yang
licin sekali hingga ia kehilangan keseimbangan badannya
dan tak ampun lagi ia jatuh terguling! Kakek itu hanya
menggeleng-geleng kepala dan menghela napas.
Kawan-kawan perampok yang jatuh itu menjadi marah
dan tiga orang dari mereka lari menyerbu kakek tua itu.
Tapi sungguh heran, seperti halnya orang pertama,
mereka ini ketiga-tiganya terpeleset dan roboh di depan
kakek itu dan merayap bangun dengan bingung.
Kini kepala rampok menjadi marah. Ia menudi ng
kakek itu lalu berteriak mengajak kawan-kawannya,
"Hayo kita serbu dan hajar sampai mampus monyet tua
ini!" Maka lima belas orang perampok yang bertubuh
tinggi besar dan dengan ruyung di tangan, maju perlahan
menghampiri seorang kakek lemah dengan sikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengancam dan nafsu membunuh di wajah mereka! Ki
Galur menahan napas dan Sekarsari menutup mukanya
dengan tangan. Tapi kakek itu tenang saja, bahkan ia tersenyum lalu
menggunakan telunjuknya menuding ke arah mereka
sambil berkata,
"Anak-anak, hati-hatilah kalia n, ular di tangan kalian itu
berbahaya!" Mendengar kata-kata ganjil ini, semua
perampok segera memandang ruyung di tangan mereka,
tapi ah, tiba-tiba mereka terbelalak dan mulut mereka
ternganga, sedangkan wajah mereka tiba-tiba menjadi
pucat dan mereka menahan tindakan mereka. Ki Galur
yang juga memandang ke arah tangan mereka menjadi
terkejut hingga beberapa kali ia mengucek-ucek mata
karena tidak percaya kepada apa yang dilihatnya. Ia
memegang lengan Sekarsari dan mengguncang tubuh
gadis itu. "Sari, Sari..... lihat ....!" bisiknya dengan suara gemetar.
Ternyata ruyung-ruyung di tangan kelima belas
perampok itu telah berubah menjadi ular. Kini ular itu
membalik dan sambil membuka mulutnya mereka
mendesis-desis hebat dan siap menerkam kepala orangorang yang memegang tubuh mereka. Tentu saja para
perampok itu menjadi takut sekali, tanpa diperintah lagi
mereka menggerakkan tangan untuk melempar ular itu.
Tapi celaka bagi mereka, ular-ular itu tak mau terlepas
dari tangan, seakan-akan telah melengket! Maka larilah
mereka tunggang-langgang ke dalam hutan sambil
berteriak-teriak ketakutan.
Kakek baju putih itu tertawa perlahan lalu menghampiri Ki Galur yang segera menarik tangan
Sekarsari untuk diajak berlutut dan menyembah. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek itu membangunkan mereka dan mengajak mereka
duduk di bawah pohon yang rindang.
"Bolehkah aku bertanya ke mana kalian hendak pergi"
Dan mengapa anak ini tampak sangat bersedih bagaikan
mengalami sesuatu hal yang malang" Katakanlah
padaku, barangkali aku dapat membantu."
Maka dengan menangis Sekarsari menceritakan
pengalamannya. Menghadapi kakek tua itu ia merasa
seakan-akan berhadapan dengan eyang sendiri hingga
ia tidak ragu-ragu atau malu-malu lagi untuk menuturkan
riwayatnya semenjak pertama sampai yang terakhir. Ia
menceritakan tentang dirinya, tentang Jarot, tentang
Maduraras, pendeknya tentang segala yang diketahuinya. Kakek itu mendengarkan dengan sabar
dan dengan senyum di bibir. Setelah habis bercerita,
Sekarsari berkata, "Eyang, saya kasihan sekali
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengenangkan nasib Maduraras. Kalau memang eyang
sudi menolong, tolonglah saja dia, eyang. Lepaska n dia
dari bencana dan biarkan Maduraras berkumpul lagi
dengan saya. Ia lebih-lebih daripada adik sendiri bagiku."
Kakek itu mengangguk maklum, lalu berkata kepada
Ki Galur, "Kau harus membantu memikirkan nasib anak
angkatmu ini. Maka sekarang kau pergilah ke tempat
kediaman Jarot dan rundi ngkan dengan ia tentang hal
Sekarsari. Biarlah aku akan mengantar Sekarsari
menjumpai Maduraras kembali."
Ki Galur bersangsi. "Tapi.... tapi..."
Kakek itu memandangnya tersenyum. "Semua akan
beres." Heran, mendengar kata-kata ini, Ki Galur merasa
hatinya demikian lega hingga semua kesangsian atau
keragu-raguan lenyap seketika
dari dadanya. Ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangguk dan menyembah lalu mempersilakan kakek
itu membawa Sekarsari pergi lebi h dulu.
"Marilah, nak," kakek itu berkata kepada Sekarsari.
Setelah Sekarsari mohon diri dari Ki Galur, kakek itu
memegang pergelangan tangan Sekarsari dan berkata
kepada Ki Galur,
"Nah, kami pergi!" Ketika Ki Galur memandang, lho!
Kakek itu dan Sekarsari sudah lenyap bagaikan ditelan
bumi! Ki Galur maklum bahwa ia telah bertemu dengan
seorang pertapa sakti yang menolong mereka, maka
sekali lagi ia menyembah, lalu berjalan menuju ke tempat
yang ditunjuk oleh pertapa itu, yakni lereng Gunung
Tengger, tempat tinggal Jarot.
Marilah kita mengikuti keadaan Maduraras, Srikandi
yang gagah berani membela Sekarsari dan rela
mengorbankan diri sendiri menghadapi bencana di
Kadipaten Pasuruan. Setelah berada seorang diri dalam
kereta yang membawanya ke Pasuruan, di sepanjang
jalan gadis itu menangis dan mau tak mau ia merasa
takut dan gelisah. Nasib bagaimanakah yang menantinya
di Pasuruan" Sikap bagaimanakah yang harus ia
perlihatkan di depan Panjibagus" Menyerah saja dan
mencoba memikat hati satria itu" Ah, ia tak sudi! Diamdiam ia telah bersumpah dalam hati bahwa hanya Jarot
seoranglah yang berhak memiliki dirinya, biarpun ia tahu
bahwa Jarot tidak cinta padanya. Habis, bagaimanakah
ia harus bersikap" Berkata terus terang" Ah, tentu satria
itu akan marah. Ia akan dibunuhnya. Biarlah, kalau
memang demikian nasibnya, ia akan menerima dengan
rela. Ia akan menganggap itu sebagai hukuman atas
dosanya telah memisahkan Jarot dengan Sekarsari dulu.
Empat hari kemudian rombongan yang membawanya
tiba di Pasuruan. Kadipaten itu telah dihias indah karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di situpun diadakan perayaan menyambut pengantin
yang terhormat karena pengantin itu datang dari keraton
Mataram. Sampai pada saat mempelai perempuan turun dari
kendaraan dan diarak masuk ke kamar di gedung
kadipaten, belum ada yang menyangka akan adanya
penggantian pengantin dan Maduraras dapat memasuki
kamar pengantin dengan selamat. Hal ini adalah karena
gadis itu selain di hias sama benar dengan Sekarsari,
juga karena ia memakai kerudung yang melambai
menutupi mukanya, dan karena perawakannya memang
sama benar dengan Sekarsari. Pula, hanya para
pengiring dan beberapa orang saja pernah melihat
pengantin perempuan yang asli.
Ketika tiba saatnya mempelai lelaki memasuki kamar
pengantin, barulah Maduraras merasa benar-benar takut
dan ngeri. Raden Panjibagus sebagai pengantin laki-laki
tampak benar-benar tampan dan gagah. Kalau saja hati
Maduraras tidak sudah penuh terisi bayang-bayang
Jarot, tentu gadis ini akan merasa kagum dan tertarik.
Tapi baginya tidak mungkin ada laki-laki yang dapat
mempesonakannya
lagi, betapapun tampan dan gagahnya laki-laki itu.
Melihat Panjibagus memasuki kamar, Maduraras
semakin menundukkan kepala dengan hati berdebar dan
kaki tangan terasa dingin. Panjibagus maju mendekat
dan duduk di atas pembaringan di sebelah Maduraras.
Dengan mesra dan halus ia memegang tangan gadis itu
dan terkejut karena dinginnya.
"Diajeng, takutkah kau" Malukah" Tanganmu dingi n
benar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alangkah halusnya suara Panjibagus yang diucapkan
dengan penuh perasaan. Maduraras tak dapat menahan
kekecutan hatinya lagi dan tiba-tiba ia menangis.
Panjibagus menggunakan tangan kiri menyingkap
kerudung di depan muka Maduraras. Ketika ia menatap
wajah gadis itu, ia tersentak kaget dan mundur tiga tindak
sambil mengucap,
"Ya Jagad Dewa Batara!" kemudian ia cepat maju
memegang lengan tangan Maduraras dengan erat sambil
bertanya keras,
"He, gadis. Siapa engkau dan dimana diajeng
Susilawati?"
Melihat bahwa tiada jalan baginya untuk bersembunyi
atau menyangkal pula, timbullah keberanian Maduraras.
Ia bangun berdiri dan dengan gagah berkata, "Susilawati
telah dengan diam-diam keluar dari keraton dan
membunuh diri di bengawan. Tak seorangpun mengetahuinya kecuali saya, dan kami telah bermufakat
untuk melakukan penggantian ini."
"Apa katamu?" Panjibagus bertanya dengan wajah
pucat. "Mengapa ia membunuh diri" Dan tahukah Gusti
Sultan akan hal ini?" suaranya mengandung penasaran
besar karena ia merasa tertipu.
"Tak seorangpun mengetahui kecuali saya. Bahkan
Gusti Ayu Bratadewi sendiripun tak mengetahuinya.
Susilawati tidak mau dikawinkan dengan engkau maka
dia membunuh diri."
"Dan kau.... siapakah kau yang berani menggantikan
tempatnya?"
"Aku bernama Maduraras dan kawan baik Susilawati.
Aku menggantikan tempatnya bukan karena aku ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diboyong ke sini dan menjadi isterimu. Tidak! Aku
melakukan ini hanya untuk memenuhi permintaannya.
Maka, jika engkau benar-benar seorang satria yang luhur
budi, biarkan aku pergi meninggalkan Pasuruan."
Melihat sikap Maduraras yang tidak menghormat
kepadanya itu, makin bertambahlah kemarahan Panjibagus. "Hm, keparat! Kau wanita rendah! Setelah
kau menipuku, kau minta aku melepaskanmu begitu
saja" Keparat engkau!" Raden Panjibagus lari keluar
memanggil pengawal. Dua orang penjaga datang berlari.
"Tangkap perempuan ini. Masukkan dalam tahanan!"
Kedua orang penjaga itu saling pandang dengan heran.
"Bagaimana, raden" Apa maksudmu..." Hamba
harus.... tangkap padanya" Masukkan dalam tahanan?""
Mereka berdua menyangka kalau-kalau Raden Panjibagus tiba-tiba menjadi gila!
Raden Panjibagus mengertak gigi dan membantingbanting kakinya. "Jangan banyak cakap! Tangkap dia
dan jebloskan dalam tahanan! Hayo cepat!!" ia berteriak
marah dan dengan heran dan takut kedua penjaga itu
memegang lengan Maduraras yang menurut saja dibawa
ke dalam tahanan. Ia tidak takut dan berjalan dengan
dada dan muka terangkat tinggi, gagah dan angkuh. Tapi
setelah ia didorong ke dalam sebuah kamar dari batu
yang tak berjendela dan hanya mempunyai pintu besi
yang kuat, ia terduduk di atas sebuah bangku batu dan
menangis tersedu-sedu. Ia merasa putus asa. Bagaimana selanjutnya dengan nasibnya" Apa yang
dapat ia perbuat" Ia tak berdaya sama sekali dan hanya
derita dan bencana menanti di depannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semalam penuh ia tidak dapat tidur sama sekali,
pikirannya digoda segala macam bayangan seram dan
ngeri. Akan diapakan orangkah dia"
Pada keesokan harinya, dua orang laki-laki setengah
tua memasuki kamar tahanannya. Mereka ini adalah dua
orang pemeriksa yang datang membujuk dan mengancamnya untuk mengaku dan menceritakan
keadaan sebenarnya.
"Aku telah mengaku dan menceritakan keadaa n
sebenarnya. Mengapa harus mengaku pula?"
"Kau bohong! Raden Panjibagus tak mudah kautipu
begitu saja! Kau tentu tahu di mana tempat puteri sekarkedaton. Kau tentu menyembunyikan dia. Mengakulah,
Maduraras. Kalau kau mengaku terus terang dan
memberi tahu tempat persembunyian sekar-kedaton,
maka jika puteri Susilawati telah ditemukan, tentu kau
akan diampuni. Mungkin kau akan diambil selir oleh
Raden Panjibagus, karena kau cukup cantik jelita.
Bukankah kau cinta pada Raden Panji" Bukankah
karena cintamu itu maka kau menggantikan tempat
sekar-kedaton?"
"Cih! Siapa yang tergila-gila padanya" Aku sudah
mengatakan berkali-kali. Susilawati tidak sudi menjadi
isterinya dan karenanya ia bunuh diri. Aku menggantikan
tempatnya hanya karena sudah berjanji padanya!
Sekarang terserah, mau kaubunuh, bunuhlah saja. Mau
dilepaskan, lakukanlah sekarang juga agar aku dapat
pergi dari neraka ini."
Kedua penyelidik itu tak berdaya. Mereka segera
meninggalkan Maduraras untuk memberi laporan kepada
Raden Panjibagus, setelah memperdengarkan ancamanancaman untuk memberi hukuman yang seberatTiraikasih Website http://kangzusi.com/
beratnya. Tapi Maduraras hanya ganda ketawa semua
ancaman itu. Pada malam hari kedua dari penahanannya, pintu
kamar tahanan terbuka dan Maduraras terkejut sekali
ketika melihat bahwa yang datang kali ini adalah Raden
Panjibagus sendiri! Ia merasa khawatir dan cemas sekali.
Wajah satria yang tampan dengan senyumnya yang
manis itu lebih menakutkannya daripada wajah para
pemeriksa yang kejam dengan ancaman-ancaman
mereka yang mengerikan!
"Maduraras, alangkah besar perbedaan kamar ini
dengan penghuninya," Panjibagus berkata dengan
senyum simpul dan kerling tajam penuh arti.
"Apa.... apa maksudmu, raden?"
"Kamar ini buruk dan gundul, sedangkan kau..... kau
begitu cantik. Heran aku memikirkan betapa gadis
secantik kau dapat berlaku sekejam itu terhadap aku."
Maduraras hanya menunduk dan diam saja.
"Maduraras, kalau kuperhatikan wajahmu dan bentuk
tubuhmu, kau tidak kalah cantik dan jelita dari Susilawati,
bahkan menurut pandanganku, kau lebih manis, lebih
berani dan lebih kenes menarik hati."
"Raden, katakan saja maksud kedatanganmu. Jangan
memutar-mutar lidah yang tak bertulang itu. Tiada
gunanya, raden."
Panjibagus tertawa. Suara tawanya merdu dan sedap
didengar. Maduraras berdebar ketika pemuda itu
mendekatinya dan hampir ia berteriak ketika tiba-tiba
Panjibagus memeluknya.
"Raden, lepaskan aku!" ia mencoba berontak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, takkan kulepas kau sebelum kauberi tahu
padaku di mana kausembunyikan Susilawati."
"Raden Panjibagus, jangan kaupaksa aku. Sia-sia,
raden. Aku tidak mempunyai keterangan lai n. Susilawati
telah mati, di dunia ini tidak ada Susilawati lagi, raden."
"Kalau begitu, biarlah..... kau saja yang menjadi
gantinya, Raras." Panjibagus memancing lagi dengan
bujukannya. Maduraras menggeleng-geleng kepala. "Aku tidak
sanggup menjalani, raden. Lebih baik lepaskan saja
aku."
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba timbul kemarahan dalam hati Panjibagus.
Dengan cepat tangannya menyambar dan sebuah
tamparan keras mengenai pipi Maduraras yang halus.
Darah mengalir dari ujung bibir Maduraras; tapi gadis itu
tetap tersenyum.
Melihat senyum itu Panjibagus menjadi menyesal
akan perbuatannya tadi, tapi kemarahan hatinya belum
lenyap. "Keparat benar kau, Maduraras. Kau sengaja hendak
menggoda dan menghinaku. Biarlah, kau telah menjatuhkan keputusan akan nasibmu sendiri. Besok
aku akan menyuruh orang menggantungmu, kecuali
kalau sebelum saat itu kau merobah pendirianmu!"
Setelah berkata demikian Raden Panjibagus keluar dari
kamar itu sambil berpesan kepada para penjaga agar
hati-hati menjaga gadis itu.
Menjelang tengah malam pikiran yang teraduk di
kepala Maduraras mulai menyuram. Tiba-tiba ia melihat
pintu kamarnya terbuka dan sebuah bayangan berkelebat memasuki kamarnya. Maduraras merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepalanya berat dan pandangan matanya kabur. Ia
hanya melihat sekilas betapa seorang kakek tua yang
berbaju putih dan berjenggot panjang putih pula
membungkuk, lalu mengangkatnya dan membawanya
terbang! Ya terbang, karena ia merasa betapa tubuhnya
terayun tinggi dan betapa angi n bersiutan di pinggir
telinganya. Tapi ia tak kuasa membuka mata lagi dan
segala gelap di sekitarnya.
Ketika membuka matanya, Maduraras mendapatkan
dirinya berada dalam sebuah bilik bambu yang terbuka
jendelanya. Ia memandang keluar jendela. Hari telah
siang dan dari jendelanya ia melihat sawah dan gunung.
Ia mengingat-ingat dan tiba-tiba ia mendengar suara
pintu berderit. Ia menengok dan melihat betapa pintu
kamarnya terbuka perlahan dari luar. Wajah seorang
wanita muncul dari balik daun pi ntu, menjenguknya, dan
serentak Maduraras meloncat bangun.
"Sari.....II!" Panggilan ini merupakan jerit yang keluar
dari lubuk hatinya, panggilan yang penuh diliputi
kegirangan besar.
Sekarsari maju dan memeluknya. "Maduraras, kau...
terima kasih, Raras..." Sekarsari tak dapat berkata-kata
lagi, hanya air matanya turun membasahi muka
Maduraras yang diciumnya.
"Sari, jangan tipu aku, Sari. Katakanlah sejujurnya,
tidakkah aku sedang mimpi?" Maduraras bertanya sambil
meramkan mata. "Tidak, Raras. Kau betul berada di samping Sekarsari.
Raras..... eyang begawan yang menolongmu telah
menceritakan kepadaku akan segala penderitaanmu,
Raras, akan segala pengorbanan yang kaulakukan
untukku. Terima kasih, Raras..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aah, jangan sebut-sebut itu lagi, Sari. Di mana eyang
itu" Aku harus menghaturkan terima kasih padanya."
"Ia sedang bersamadhi, Raras. Mari kuantar kau
menjumpainya." Dan keduanya lalu keluar dari kamar
sambil bergandengan tangan.
Seperginya dari Mataram, Jarot kembali ke desanya,
yaitu desa Wangkal di lereng Gunung Tengger sebelah
utara. Ayahnya, Panembahan Cakrawala, kedatangan
puteranya dengan girang tapi juga dengan cemas ketika
melihat betapa wajah puteranya itu pucat dan tubuhnya
kurus. Ia tahu bahwa puteranya sedang menderita sakit,
dan ia maklum pula bahwa itu adalah penyakit asmara
yang sukar diobatinya. Maka ayah yang waspada ini
tidak menanya sesuatu kepada Jarot mengenai
penderitaannya ini, hanya semenjak saat itu Panembahan Cakrawala tekun bersamadhi dan memohon kemurahan Yang Agung untuk menguatkan
batin puteranya itu.
Semenjak datang ke tempat asalnya, Jarot menjalani
tapa-brata dan tekun bersamadhi, melepaskan diri dari
segala ikatan dunia. Tubuhnya makin kurus, kumis dan
jenggotnya dibiarkan saja tak terawat. Namun, dasar
hatinya baik dan penuh sifat welas asi h, ketika ada
beberapa orang gunung datang minta pertolongannya
karena penyakit atau rintangan lain, Jarot tak tega untuk
membiarkan saja. la memberi pertolongan, baik berupa
obat maupun berupa nasihat dan petuah. Ternyata
bahwa pertolongannya selalu berhasil baik hingga
sebentar saja Jarot terkenal sebagai seorang pertapa
muda yang sidik dan waskita. Makin banyaklah orang
datang memohon pertolongannya.
Mendengar akan keadaan puteranya yang bertapa di
puncak sebelah timur itu, pada suatu hari Panembahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cakrawala mengunjungi puteranya. Jarot menyambut
kedatangan ayahnya dengan sembah.
"Puteraku Jarot, harapanku timbul kembali ketika
mendengar betapa kau mulai dengan berdarma-brata.
Tadinya aku khawatir kau akan bertapa-brata untuk
selamanya."
"Rama, memang sesungguhnya hamba sudah merasa
tawar dan bosan akan keadaan dunia ramai. Hamba
tadinya mengambil keputusan untuk memutuskan
hubungan dengan dunia ramai, tapi ternyata hamba tak
tega untuk menolak kedatangan para sahabat yang
minta pertolongan. Sanubari hamba tak mengijinkan
hamba diam berpeluk tangan saja melihat kesusahan
orang lai n sedangkan hamba masih kuasa menolongnya."
"Itu bagus, Jarot. Karena kau masih muda, masih luas
harapanmu untuk memajukan sesama, untuk membantu
peredaran maya dengan perbuatan
yang layak. Ketahuilah, Jarot, ayahmu ini walaupun bertubuh
pertapa, namun hatinya masih cukup mempunyai rasa
perikemanusiaan seperti orang lain dan karenanya masih
ingin memangku cucu. Kau suka menolong orang, Jarot,
maka tak dapatkah kau menolong ayahmu sendiri?"
"Pertolongan bagaimana, rama?"
"Tolonglah beri kesenangan sedikit pada ayahmu
sewaktu aku masih dapat melihat dengari mata jasmani
ini, Jarot. Kau carilah pasangan dan kawinlah agar aku
dapat menikmati kurnia Yang Agung dengan menimang
seorang cucu."
Jarot menghela napas dan menggeleng-geleng
kepala. "Sukar bagiku untuk mendapat pasangan, rama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayahnya memandang tajam. "Jarot, di manakah
hatimu tersangkut" Wanodya manakah yang demikian
besar kuasanya hingga dapat mematahkan engkau
seperti ini?"
"Jangan salah paham, rama. la seorang gadis baik
dan sempurna. Dan percayalah, rama, kalau memang
Yang Agung mengijinkan, pasti kami akan bertemu
kembali. Dan kalau datang saat itu, permintaanmu akan
terkabul, rama. Hanya itulah janjiku dan harap rama
habiskan pembicaraan tentang ini sampai sekian saja."
Ayahnya menggeleng-geleng kepala dengan kecewa.
"Jarot...... Jarot...."
Pada saat itu dari luar terdengar suara orang batukbatuk dan tak lama kemudian terdengar suara orang
minta pi ntu. Mendengar suara itu, baik Jarot maupun
ayahnya menjadi girang. Mereka bangkit berbareng dan
keluar menyambut, karena mereka kenal suara itu.
"Eyang...." Jarot berlutut menyembah.
"Paman begawan...." Panembahan Cakrawala pun
memberi hormat.
Tamu yang datang itu, seorang tua yang tampak
agung, berdiri tersenyum girang. Ia bukan lain ialah Kyai
Ageng Sapu jagat, guru Jarot, seorang pertapa suci yang
tak tentu tempat tinggalnya.
"Eyang, sungguh besar hati hamba menerima
kunjungan eyang hari ini. Silakan masuk dan duduk di
dalam, eyang."
Panembahan Cakrawala juga mempersilakan tamu
agung itu masuk, tapi Kyai Ageng Sapujagat menolak
sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku hanya menjenguk sebentar, tak perlu masuk, biar
kita ngobrol di sini juga sama saja. Jarot, kulihat kau
sudah mengenakan jubah pertapa dan kau mengikuti
jejak ramamu."
"Itulah yang mengesalkan hatiku, paman," kata
Panembahan Cakrawala.
"Mengapa kesal hatimu, Cakrawala" Kau ini seperti
anak kecil saja. Siapa yang heran melihat keadaan hati
seorang pemuda seperti Jarot ini" Ia masih muda, perlu
ia mengalami bermacam-macam perubahan dalam
hidup, ini namanya pengalaman. Biarkan sajalah, nanti
kalau sudah tiba masanya tentu ada perubahan lagi.
Mari, mari, Cakrawala, mari ikut aku jalan-jalan ke
puncak Tengger. Sudah lama kita tidak mengobrol. Jarot,
kami pergi dulu. Kulihat banyak orang datang mencarimu
untuk minta pertolongan. Mereka juga tamu, sama saja
dengan aku. Mereka lebi h penting, layanilah." Dan orang
tua yang suci itu sambil menggandeng tangan
Panembahan Cakrawala, lalu berjalan pergi, bercakapcakap sepanjang jalan.
Jarot memasuki pondoknya dan mempersilakan para
tamunya masuk seorang demi seorang. De ngan sabar
dan ramah ia melayani mereka, memberi jamu-jamu
yang telah disediakan olehnya, khusus untuk keperluan
itu, memberi nasi hat-nasi hat bagi mereka yang bersedih,
memberi peringatan-peringatan bagi mereka yang
tersesat, Semua tamunya menerima pertolongan yang
diberikan dengan hati ikhlas Ini dengan puas dan mereka
pulang dengan hati ringan.
Tamu yang masuk paling akhir adalah dua orang
gadis desa yang agaknya datang dari tempat jauh karena
mereka nampak lelah. Seperti biasa, tiap kali menghadapi tamu wanita muda, Jarot menundukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala dan meramkan mata. Sudah seringkali ia tergoda
oleh gadis-gadis, yang ingin memikatnya. Gadis-gadis itu
datang dari berbagai tempat, dan sengaja datang untuk
melihat pertapa muda yang tersohor tampan itu, dan tiap
kali mereka datang, tentu mereka menggunakan segala
macam akal untuk menarik perhatian Jarot. Menghadapi
godaan ini, Jarot merasa tak berdaya untuk berlaku
keras, maka untuk menolaknya ia hanya menerima
gadis-gadis muda yang berkunjung ke rumahnya dengan
menundukkan muka dan meramkan mata. Ada kalanya
seorang gadis datang dengan maksud benar-benar minta
pertolongan, tapi sebagian besar hanya karena ingin
bertemu dengan pertapa muda yang tampan ini.
Demikianlah, sekilas saja memandang tubuh mereka
ketika memasuki pi ntu pondoknya, Jarot maklum bahwa
lagi-lagi ada dua orang gadis kampung yang hendak
menemuinya, entah hendak minta pertolongan atau
hendak menggoda nya.
"Kulanuwun, mas kyai....." berkata seorang di antara
mereka. "Duduklah kalian dan pertolongan apakah yang dapat
kulakukan untuk kalian?" jawab Jarot tanpa mengangkat
mukanya. "Kami Dinah dan Dini kakak beradik, mas kyai, dari
desa Barat," jawab seo rang di antara mereka yang halus
tutur bahasanya.
"Apa kehendakmu?"
"Saya..... saya hanya mohon berkah, mas kyai."
"Yang Maha Agung akan memberkahimu."
"Bukan hanya itu, mas kyai, kami datang mohon diberi
obat!" tiba-tiba gadis kedua menjawab, suaranya lantang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan genit. Jarot menghela napas. Hm, lagi-lagi datang
penggoda, pikirnya. Tapi ia menjawab juga,
"Obat" Sakit apakah kalia n?"
"Obat untuk sakit di hati, mas kyai!"
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa maksudmu?" Jarot mengangkat muka, tapi
belum membuka matanya.
"Benar, mas kyai, kami menderita sakit rindu asmara,
mohon obatnya, mas kyai!" gadis pertama menyambung.
Tiba-tiba tubuh Jarot menggigil dan wajahnya
memucat. Ia serasa kenal akan suara ini. la membuka
matanya dan......
"Sari.....!! Raras....!!"
"Kang-mas Jarot....!!"
Mereka bertiga saling tubruk dan berpelukan. Air mata
tak dapat ditahan lagi, membanjir keluar membasahi
muka mereka. "Sari..... mengapa.... bagaimana kau bisa berada di
sini?" Setelah menceritakan semua pengalamannya, Sekarsari berkata,
"Mas Jarot, eyang Kyai Ageng Sap ujagat yang
menolong aku dan Raras dan membawa kami ke sini.
Mas, aku telah cukup menderita, telah cukup terhukum
karena ketidakpercayaanku kepadamu dahulu. Sekarang
aku datang, bukan sebagai puteri raja, mas. Aku datang
sebagai Sekarsari yang mohon belas kasihanmu.
Terimalah diriku mas, aku minta mondok di rumahmu,
ingin bersuwita padamu, mas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Jarot berseri. "Akhirnya kita berkumpul juga,
Sari.... Sari..." Jarot memeluk gadis itu dengan mesra
dan terharu. "Mas Jarot dan kau, Sari. Aku merasa berbahagia
sekali bahwa kalian telah bertemu dan berkumpul
kembali. Kini tugasku sudah selesai. Aku telah menebus
dosaku. Biarlah aku pergi, jangan sampai menjadi
pengganggu kalian lagi..... selamat tinggal, mas Jarot....
Sari...." dengan air mata mengalir di sepanjang pipinya
Maduraras lari meninggalkan mereka.
"Raras.... tunggu....!!" Sari meloncat mengejar dan
berhasil memegang lengannya dan terus saja ia
memeluk tubuh Maduraras.
"Raras.... jangan pergi, Raras...."
"Sari, aku pergi untuk kebaikan kita bersama. Aku
hanya akan menjadi pengganggu..."
"Kau takkan menjadi pengganggu, Raras?"
"Tapi..... tapi tegakah kau menyiksa hatiku, Sari"
Tegakah kau melihat aku menderita karena iri dan
sengsara...?"
"Tidak, tidak, Raras. Kau salah paham. Lupakah
bahwa kalau aku menjadi Subadra maka kau ialah
Srikandinya?"
"Apa.... apa maksudmu, Sari?"
"Maksudku sama dengan maksudmu, Raras. Cari saja
sendiri artinya, aku Subadra, kau Srikandi, dan mas Jarot
ialah Arjuna...."
"Jadi kau.... kau....."
"Ya, demikianlah kehendakku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau mas Jarot menolak bagaimana, Sari?"
"Tak mungkin! Aku tahu bahwa iapun kasi h
kepadamu. Tapi, kalau dia sampai berani menolak kau,
maka aku.... akupun akan menolaknya!"
Mata Maduraras terbelalak memandang Sari dan air
mata turun dari mata itu.
"Demikian baikkah hatimu kepadaku, Sari?"
"Tidak sebaik kau kepadaku, Raras..."
Jarot keluar dari pondok dan menghampiri mereka.
"Hayo, Raras, kita sambut Arjuna kita....." dan
Sekarsari menarik-narik tangan Maduraras yang memerah seluruh mukanya dan yang menggunakan
sebelah tangan menutupi mukanya karena malu!
Maka berbahagialah mereka bertiga di atas Gunung
Tengger. Adapun Pangeran Amangkurat setelah memalsu dan
mencuri Keris Pusaka Margapati, menjadi makin jahat
dan kejam. Sejarah menyatakan betapa ia kelak menjadi
Sunan Amangkurat I yang terkenal kejam, yang
membunuh banyak sanak keluarganya sendiri, yang
menjadi iblis karena cemburu. De ngan kejamnya ia
membunuh puluhan selir hanya karena menyangka
mereka itu membunuh seorang selir kekasi hnya yang
mati. Betapa jahatnya terbayang kepada catatan sejarah
ketika ia memperebutkan seorang wanita dengan
puteranya sendiri. Keris Pusaka Margapati memuaskan
nafsu dengan darah manusia, keris maut itu kenyang
akan darah dalam pegangan tangan Amangkurat yang
lalim dan yang membuat orang mengutuk kejahatannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah maka cerita ini diakhiri dengan peringatan
yang sering disabdakan para arif bijaksana bahwat siapa
menanam, ia sendiri yang akan memetik buahnya!
TAMAT Pendekar Cacad 18 Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Peristiwa Bulu Merak 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama