Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Bagian 4
Akibatnya, Ciu Sian harus pontang-panting menyelamatkan diri dari serangan membadai itu.
Tetapi dengan langkah sakti pengemis mabuknya, dia
masih sanggup menyelematkan dirinya, tetapi itupun
dilakukan dengan sangat susah payah. Apalagi, belum tegak benar Ciu Sian Sin Kay berdiri, terjangan dari atas dan bawah sudah tiba-kembali. Mau tidak mau pemgemis sakti ini kembali berkelabat, tetapi kemanapun dia menghindar selalu
sedikitnya 3 pedang menyerangnya dan 2 pedang menghalau serangan balasannya.
"Barisan 7 pedang menutup langit di pintu selatan" kembali terdengar suara Jin Siam memberi komando.
"Pendeta alim, enak saja kamu berteriak-teriak dari sana, maju juga sekalian jika berani" Tantang Ciu Sian yang
disambut tertawa ringan dari Jin Siam melihat kedongkolan Ciu Sian.
Tapi Ciu Sian Sin Kay tidak mungkin berlama-lama bicara, karena kembali serangan membadai mengarah ke sisi kiri
tubuhnya dan nyaris tanpa jalan keluar.
Tanpa pikir panjang akhirnya dikeluarkannya jurus-jurus ampuh dengan tenaga terukur dari Tah Kau Pang Hoat, tetapi meskipun jurusnya ampuh, tetap saja dia keteteran
menghadapi serangan tujuh pedang tersebut yang sanggup
bekerjasama sama baiknya dalam menyerang maupun
bertahan. "Barisan 7 pedang bersama menggugurkan langit" kembali
komando dari Jin Siam Tojin. Tapi pada saat itu, sambil terkekeh-kekeh, Ciu Sian meneguk araknya dan kemudian
juga menyelingi serangannya dengan tangan kiri
menggunakan Pek Lek Sin Jiu dan tangan kanan dengan Tah Kauw Pang Hoat.
Ciu Sian sadar betul bahaya menggempur barisan itu, baik bagi ke-7 pendeta itu, maupun bagi dirinya sendiri. Karena itu, diapun mulai menggunakan Pek Lek Sin Jiu untuk menahan
gempuran membadai dari barisan tersebut.
Tetapi dengan pukulan halilintar yang memang sakti
dipergunakan menghadapi ilmu pukulan, hanya sanggup
melencengkan pedang lawan, tetapi tak sanggup menahan 5
batang pedang lainnya yang harus dia hadapi dengan Tah
Kauw Pang Hoat dan sisanya dihindari.
Ciu Sian memang sanggup menahan serangan membadai
tersebut, tetapi nampaknya semakin lama dia akan semakin kepayahan, padahal pertandingan mereka bila dihitung sejak awal sudah mendekati 70 jurus, dan Ciu Sian Sin Kay nampak semakin terdesak.
"Barisan 7 pedang menantang bianglala"
Barisan Pedang kemudian bergerak semakin cepat dan
menghadirkan cahaya gemilang dalamnya, dan segera
membuat Ciu Sian Sin Kay menyadari bahaya dibalik cahaya gemilang itu. Dengan cepat dia kemudian mainkan langkah sakti pengemis mabuk tetapi dalam penggunaan jurus-jurus andalannya Hang Liong Sip Pat Ciang yang mampu bergerak cepat, keras dan handal.
Kembali benturan-benturan dan saling menghindar terjadi, jurus barisan tersebut sanggup dihadapi oleh Ciu Sian Sin Kay, bahkan kemudian mencoba membarengi dengan Ciu Sian Cap
Pik Ciang yang mencampurkan Hang Liong Sip Pat Ciang
dengan Pek Lek Sin Jiu. Bahkan langkah kakinya yang aneh tetapi mantap, mulai membingungkan barisan pedang.
Dan melihat itu, tiba-tiba Jin Siam Tojin berteriak, Barisan 7
Pedang mundur, dan dengan cepat dia mencelat menggempur Ciu Sian yang masih bersilat dengan Ciu Sian Cap Pik Ciang.
Melihat serangan Jin Siam, kedua sahabat itu sambil
tersenyum kemudian saling serang dengan serunya. Ciu Sian terdengar mengomel:
"Barisan 7 pedang bu Tong nyaris membuatku gila dan
kehilangan kewaspadaan. Sialan kau pendeta alim"
"Makanya terpaksa aku yang maju, sebelum ada yang
terluka karena benturan berat itu" jawab Jin Siam Tojin.
Tokoh ini sadar, bahwa baik Ciu Sian maupun Barisan
Pedang mereka bakal terluka kalau dilanjutkan, karena yang memainkannya adalah murid tingkat pertama. Bila yang
memainkannya para murid utama, maka Jin Siam Tojin
tidaklah akan mengkhawatirkannya.
Kembali sebuah pertempuran dahsyat terjadi, kali ini antara kedua murid dari legenda-legenda persilatan yang masih
hidup. Murid Wie Tiong Lan menghadapi murid Kiong Siang Han.
Hanya, Jin Siam Tojin sadar, bahwa dari perguruannya
yang nempil menghadapi Ciu Sian justru adalah sutenya,
sementara dia sendiri dengan toa suhengnya masih seusap dibawah kedua tokoh ini. Tetapi Ciu Sian yang memang
senang bertempur, membentur-benturkan ilmunya, baik Pek Lek Sin Jiu maupun Hang Liong Sip Pat Ciang dengan Thai Kek Sin Kun dan Bu Tong Kiam Hoat yang dikuasai dengan sangat sempurna oleh Jin Siam Tojin.
Bahkan langkah sakti pengemis mabuk yang lihai juga bisa diimbangi dengan cio-siang-hui! Ilmu lari terbang dari Bu Tong Pai yang disempurnakan oleh Wie Tiong Land an diturunkan bukan hanya kepada murid-muridnya, tetapi juga diturunkan kepada tokoh-tokoh utama Bu Tong Pay.
Sudah lebih 50 jurus kedua kakek sakti ini bertukar jurus dan pukulan, tetapi keadaan masih tetap seimbang. Bahkan ketika Jin Siam Tojin mainkan Thai kek Sin Kiam, dan bahkan juga Liang Gie KIam Hoat, Ciu Sian Sin Kay yang memilih memainkan Tah Kauw Pang Hoat tetap bisa mengimbangi.
Tubuh keduanya yang bergerak berdasarkan langkahlangkah sakti dari perguruan masing-masing jadi seperti bayangan yang saling belit membelit. Meskipun hanya
membekal buli-buli dan belum menggunakan ranting, tetapi Ciu Sian sanggup mengimbangi kedua ilmu sakti dari Bu Tong Pay tersebut. Tetapi untuk itupun si pengemis sudah dengan berkali-kali mereguk arak dari buli-bulinya yang selalu menambah semangat dan kekuatan, terutama kelincahannya
menggunakan Langkah Sakti Pengemis Mabuk.
Dengan arak, Ciu Sian Sin Kay memang menjadi lebih
bersemangat, terutama dalam menjalankan langkah kaki
menurut Ilmunya "Langkah Sakti Dewa Mabuk". Langkahlangkah sakti yang aneh namun ajaib yang cocok dengan
keadaan dirinya yang pemabuk dan aneh, tetapi kokoh dan sangat efektif.
"Ji Suheng, ijinkan aku mencoba Ciu Sian Cap Pik Ciang
pengemis angin-anginan ini" Tiba-tiba sebuah suara
berdenging di telinga Jin Siam.
Jin Siam Tojin sangat gembira mendengar kedatangan
sutenya yang sudah puluhan tahun raib dan tak bertemu itu.
Sekaligus tertegun, bila sutenya muncul berarti ada sesuatu yang maha penting yang mungkin akan dan sedang
berlangsung di Bu Tong San.
Tidak mungkin sutenya itu muncul tiba-tiba tanpa alasan satupun. Dan untuk hal yang satu ini, dia sudah teramat mengenal sutenya yang juga sangat mencitai Bu Tong Pay ini.
Karena itu dengan tiba-tiba dia melejit tinggi, melontarkan sebuah serangan tajam dari Liang Gie Kiam Hoat yang
kemudian mampu memaksa Ciu Sian Sin Kay untuk mundur
berkelit, dan kemudian Jin Siam Tojin mengundurkan diri sambil berkata:
"Ciu Sian masih tetap digdaya, tapi biarlah suteku akan menemanimu bermain-main selanjutnya" Dan belum selesai
dia bicara di depan Ciu Sian sudah berdiri seorang kakek lainnya, yang nampaknya belum setua Jin Siam Tojin, tetapi yang dikenal baik olehnya.
Ini dia, Sian Eng Cu Taihiap, murid Wie Tiong Lan yang
selalu bertanding seurat dan seimbang dengannya. Entahlah, apa juga sebabnya hingga saat ini keduanya masih belum
sanggup saling mengalahkan alias selalu seimbang dan
setanding. Bukan baru sekali mereka bertanding, baik berlatih, maupun terbawa emosi keduanya untuk saling membuktikan
kepandaian. Tetapi, pertarungan mereka selalu berakhir sama kuat.
Sementara itu, Ciangbunjin Bu Tong Pay dan beberapa
anak murid Bu Tong Pay sudah menjura memberi hormat
kepada salah seorang sesepuh mereka yang sudah sekian
lama menghilang dari dunia ramai itu. Tetapi, Sian Eng Cu Tayhiap yang terkenal itu, sedang memusatkan perhatiannya kepada Ciu Sian Sin Kay.
"Susiok, terimalah salam hormat kami" Ciangbunjin malah yang mendahului memberi hormat.
"Sudahlah Ciangbunjin sutit, lupakanlah penghormatan itu.
Biarkan aku mencoba-coba urat-urat liat pengemis pemabuk ini. Entah dia masih sekuat dulu atau sudah melempem"
Jawab Sian Eng Cu Tayhiap sambil melirik Ciu Sian Sin Kay.
Keduanya memang sejak dulu saling menyegani dan tahu
betul batas kekuatan masing-masing. Hanya, Ciu Sian Sin Kay berpikir, setelah menyempurnakan Pek Lek Sin Jiu sampai mendekati kemampuan suhunya dan bahkan menekuni Ciu
Sian Cap Pik Ciang, apakah Sian Eng Cu masih sanggup
menandinginya?"
Padahal, sementara itu, Sian Eng Cu Tayhiap sendiri
sedang berpikir dengan cara yang sama dengan Ciu Sian Sin Kay. Apakah setelah semakin matang mendalami Liang Gie
Sim Hwat dan menyempurnakan semua Ilmu-Ilmu Bu Tong
Pay warisan gurunya.
Dan bahkan sama dengan Ciu Sian Sin Kay juga menekuni
ilmu baru yang idenya datang dari gurunya dan
dikembangkannya sendiri yakni Sian-eng Sin-kun (Silat Sakti Bayangan Dewa) dengan memadukan sari dari Thai Kek Sin
Kun dan Beberapa gerak sakti dari Liang Gie serta ilmu gerak Cio Siang Hui, masihkan Pengemis Sakti ini mampu
menandinginya. Meskipun keduanya sudah tahu bahwa lawan masingmasing sudah dan sedang menekuni ilmu baru, tetapi
keduanya belum pernah saling bertanding lagi dengan bekal ilmu baru masing-masing. Padahal, baik Ciu Sian Sin Kay maupun Sian Eng Cu, sudah hampir mampu mematangkan
ilmu gurunya masing-masing.
Ciu Sian sudah hampir mampu mematangkan Pek Lek Sin
Jiu pada tingkat ke-7, sementara Hang Liong Sip Pat Ciang sudah sanggup dia mainkan dengan sempurna, hanya sayang dia kurang mampu menyempurnakannya karena pernah
menikah. Sementara dilain pihak, Sian Eng Cu juga sudah sanggup menyempurnahkan Liang Gie Sim Hwat, meski masih belum nempil dengan capaian gurunya.
Disaat-saat saling menilai dan saling menghormat di
kalangan Bu Tong Pay itu, Ciu Sian Sin Kay memecahkan
kebuntuan: "Li Koan, nampaknya tidak sedikit kemajuan yang kau capai selama menghilang dari dunia ramai"
"Ah, dengan Ciu Sian Cap Pik Ciang, tentu pengemis
pemabuk tidak merasa takut denganku lagi" Sian Eng Cy
Tayhiap atau namanya Tong Li Koan menjawab Sin Kay.
"Baik, jika tidak dicoba bagaimana lagi. Padahal sudah lebih 10 tahun kita tidak bergebrak lagi. Rasanya sudah rindu dengan kepalan tanganmu, asal saja kamu tidak benar-benar menjadi bayangan dan menjadi terlalu cepat bagiku" Demikian Ciu Sian sambil bersiap menyerang.
"Mari, akupun sudah siap" sambut Sian Eng Cu yang juga
merasa senang mendapatkan lawan yang sepadan, lawan
yang sudah tahunan tidak lagi pernah dijumpai dan ditempur.
Benturan pertama dengan tenaga Sinkang menunjukkan
bahwa Ciu Sian Sin Kay masih bisa mengimbangi kekuatan
Sian Eng Cu, bahkan nampaknya masih menang seusap.
Tetapi dalam hal bergerak atau ilmu gerak, nampaknya Ciu Sian memangnya masih sanggup menandingi, meskipun sadar bahwa dia kalah seusap.
Dari gerak dan benturan pertama, masing-masing sudah
tahu kelebihan dan kekurangannya. Ciu Sian nampak akan
banyak bergantung pada Ciu Sian Cap Pik Ciang dan Pek Lek Sin Jiu, sementara Sian Eng Cu akan terus memaksa bergerak dan bergerak sesuai dengan kelemasan ilmu dan ilmu
geraknya yang membuatnya memperoleh julukan Sian Eng Cu Tayhiap.
Keduanya sadar, sungguh bukan pekerjaan mudah untuk
saling mengalahkan. Apalagi, ilmu-ilmu lama sudah saling kenal mengenal, baik kegesitan, keampuhan pukulan dan gaya menghindar. Maka seperti memiliki kesamaan pikiran,
keduanya dengan cepat melakukan pertukaran ilmu untuk
sekedar saling menjajaki kemampuan, dan keduanya saling mengagumi karena penguasaan ilmu-ilmu perguruan masing-masing yang semakin sempurna dan meningkat tajam.
Baik Ciu Sian maupun Sian Eng Cu sadar bahwa keduanya
ternyata tidak menyia-nyiakan waktu dalam memperdalam
Ilmu Perguruan masing-masing, benturan hanya akan
berakibat sia-sia bagi keduanya.
-0o~Marshall~DewiKZ~0oCiu Sian Vs Sian Eng Cu
Bahkan ketika Ciu Sian meledakkan petir-petir dari
tangannya dengan ilmu Halilintar, Sian Eng Cu juga melakukan gerak-gerak luar biasa gesit dari Liang Gie Kiam Hoat,
melawan kekerasan dengan kelemasan.
Petir menyambar kemana-mana, tetapi tidak sanggup
menangkap bayangan Sian Eng Cu yang bergerak lemas,
bahkan kadang menerima lecutan petir itu dengan telapak tangannya dan tidak terbakar. Bahkan benturan itu
menyebabkan keduanya meringis.
Maklum, tenaga keduanya memang berimbang, hanya
berbeda tipis saja. Ledakan-ledakan dahsyat itu memekakkan telinga semua penonton di Bu Tong Pay yang menyaksikan
pertandingan persahabatan yang langka ini. Untungnya latihan dan pertandingan ini tidak dilakukan di dalam ruangan, jika demikian, maka sudah pasti dinding ruangan akan melepuh dengan sengatan petir yang menyambar-nyambar dari tangan Ciu Sian Sin Kay. Sementara bayangan Sian Eng Cu Tayhiap, sudah sulit ditangkap oleh mata telanjang banyak orang.
Juga ketika Siang Eng Cu menyerang dengan Pik Leng
Ciang atau Tangan Kilat menandingi Pek Lek Sin Jiu, maka nampaklah ledakan-ledakan yang hampir sama dengan
kecepatan yang berbeda. Hanya, bila petir yang menyambar dari tangan Ciu Sian Sin Kay, maka Tangan Kilat Sian Eng Cu digunakan dengan kecepatan yang tinggi, dan hanya terlihat bagaikan kilatan tangan yang mengejar dan mengancam Ciu Sian Sin Kay.
Api dan dan kecepatan kilat seperti menyambar-nyambar
dan membuat penonton dengan terpaksa harus lebih menjauh lagi. Bahkan Ciangbunjin Bu Tong Pay terkagum-kagum
dengan kedua Pendekar Sakti yang sedang mengadu ilmuilmu langka dari kedua perguruan terbesar masa itu.
Keduanya seperti mencerminkan guru masing-masing yang
bertanding dimasa mudanya, sama kuatnya, sama uletnya dan saling tidak mau mengalah. Keduanya menghabiskan waktu
bertempur dengan menggunakan semua ilmu perguruan
masing-masing, dan keduanya, seperti biasa tidak nampak ingin saling mengalah.
Maklum, karena keduanya menyertakan gengsi guru dan
gengsi perguruan masing-masing. Pertempuran ini, nampak bahkan lebih seru dibandingkan dengan Jin Siam Tojin
melawan Ciu Sian, karena keduanya bersahabt dengan baik.
Tetapi dengan Sian Eng Cu, keduanya sudah lama saling
bersaing di bawah pintu perguruan yang berbeda, karenanya keduanya nampak tidak mau saling mengalah. Bahkan bila
bisa menang, mengapa harus kalah"
Ketika kemudian Ciu Sian mundur, sama dengan Sian Eng
Cu mengambil jarak dan nafas, nampaknya keduanya akan
memasuki taraf menggunakan kepandaian baru yang samasama sudah meyakininya selama 10 tahun terakhir. Ciu Sian meneguk arak dan menyiapkan Ciu Sian Cap Pik Ciang,
sementara Sian Eng Cu menyiapkan Sian-eng Sin-kun (Silat Sakti Bayangan Dewa).
Perbawa kedua ilmu ini sudah bisa dibayangkan, karena
merupakan sari dari pintu perguruan yang berbeda dan
dibawa bertarung oleh kedua tokoh utama dewasa ini dari kedua pintu perguruan. Sehingga meskipun sebetulnya hanya merupakan pertandingan persahabatan, tetapi gengsi yang dipertaruhkan didalamnya tidaklah kecil, karena itu keduanya nampak berkonsentrasi penuh di bawah tatapan khawatir Jin Siam Tojin.
Tojin ini mengenal kedua orang tersebut dengan baik, yang satu adalah sahabat akrabnya, sementara yang satu adalah adik seperguruannya. Tentu dia berharap pintu perguruannya menang, tetapi diapun tidak ingin sahabat baiknya kemudian terluka parah. Menghentikan juga sudah sulit karena keduanya sudah berada dipuncak pengerahan ilmu masing-masing.
Dan Jin Sim Tojin tahu dan paham benar kemampuan
kedua orang yang sedang mempersiapkan diri masing-masing untuk memasuki tahapan penggunaan Ilmu-ilmu baru mereka.
Dan selagi Jin Siam Tojin berkhawatir dan tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukannya, tiba-tiba terdengar suara bentakan-bentakan yang dikeluarkan masing-masing masing-masing
oleh Ciu Sian Sin Kay dan Tong Li Koan Sian Eng Cu Tayhiap:
"Hiyaaaaat " blaaaar" dan setelahnya nampak Ciu Sian
seperti pontang panting ke kiri dan kekanan, sementara dari tangannya menderu-deru petir berganti-ganti dengan pukulan bagaikan Naga mengamuk.
Tetapi, disekelilingnya berkelabat-kelabat bayangan yang juga menyambar-nyambar dengan pukulan dan lebih banyak
dengan berkelit dan lalu balas memukul. Keistimewaan Ciu Sian Cap Pik Ciang berada pada langkah kaki dan pukulan-pukulan berhawa keras, sementara Sian Eng Sin Kun terletak pada kelemasan dan kecepatan melontarkan pukulan hawa
lemas atau im. Akibatnya ledakan-ledakan keras terjadi diselingi pukulan-pukulan dengan hawa mendesis-desis tetapi dengan
ketajaman yang mengerikan, tidak kalah merusak dengan Pek Lek Sin Jiu.
Jika perbawa Pek Lek Sin Jiu dan Hang Liong Sip Pat Ciang nampak dari ledakan dan hawa keras berpusing yang
dihasilkannya, maka Sian Eng Sin Kun terletak pada angin pukulan yang mendesis-desis tajam dan sanggup memotong
daun bagaikan pedang yang menabasnya.
Keistimewaan keduanya benar-benar dinampakkan dalam
pertandingan kali ini, dan seperti juga 10 tahun sebelumnya, tiada dari kedua orang ini yang mampu mengendalikan
pertempuran. Alias tiada yang bisa menarik keuntungan bagi kemenangannya.
Meskipun Sian Eng Cu memiliki gerak yang lebih mantap
dan berkali-kali memperoleh peluang menyerang, tetapi
pukulan-pukulan keras yang bertiup terus menerus membuat pakaiannya seperti berkibar-kibar. Terlebih keduanya harus berkonsentrasi menyalurkan kekuatan batin untuk mengisi perbawa lebih hebat pada kedua pukulan dan jurus yang
dikembangkan. Semakin lama, pukulan petir semakin mencengkram,
semakin kuat ledakan dan daya rusaknya, karena nampaknya dalam jurus Ciu Sian Cap Pik Ciang, selingan penggunaan pukulan petir sudah dituntaskan pada tingkatan ketujuh meski belum sempurna benar.
Sementara Sian Eng Sin Kun juga sudah dimainkan sampai
pada puncak penggunaannya oleh Sian Eng Cu. Akibatnya
penonton harus semakin menjauh dan menjaga jarak, selain angin pukulan yang menusuk, juga menghindari perbawa yang lebih merusak karena tekanan tenaga batin yang menyertai pukulan-pukulan tersebut.
Bukan hanya telinga dan mata yang sakit dengan
kecepatan gerak dan sambaran petir, tetapi juga efek dari ledakan-ledakan petir memang mengerikan.
Pada puncak penggunaan kedua ilmu tersebut, nampak Ciu
Sian bergerak semakin lamban, terhuyung-huyung dan
dikejar-kejar bayangan Sian Eng Cu. Sementara Sian Eng Cu sudah tidak kelihatan bayangannya mengelilingi Ciu Sian, tetapi benturan sudah makin jarang terjadi, nampaknya angin pukulan yang dimanfaatkan oleh masing-masing untuk
memenangkan pertandingan.
Lingkaran pertarungan semakin meluas, penonton semakin
menjauh kecuali Jin Siam tojin dan Ci Hong Tojin. Sementara itu nampaknya kedua bayangan tersebut semakin samar, Ciu Sian terhalang oleh petir yang mengelilingi tubuhnya,
sementara Sian Eng Cu terus mengelilinginya bagaikan
bayangan maut yang mengintai nyawanya.
Tetapi, seperti yang sudah-sudah, nampaknya tidak akan
ada yang sanggup dengan telak memenangkan pertempuran,
keduanya sadar akan hal tersebut, tetapi sudah sulit untuk menahan diri. Sebab siapa yang duluan menarik hawa pukulan akan menderita kerugian yang tidak kecil.
Akibatnya keduanya saling melibas dan saling melibat tanpa kemampuan lagi untuk memisahkan diri, bila memaksakan diri justru merugikan, tapi jika diteruskan, juga hampir dipastikan keduanya akan terluka sangat parah.
Keadaan menjadi sangat mengkhawatirkan bagi keduanya,
dan nampak Jin Siam Tojin juga mulai merasa khawatir.
Tetapi, dia sadar bahwa dia tidak berkemampuan untuk
menghentikan mereka. Karena untuk menghentikan
pertempuran ini, dibutuhkan kesaktian yang melampui kedua orang yang sedang bertanding itu.
Dalam keadaan yang sangat genting bagi keduanya, karena bisa dipastikan keduanya akan segera menderita luka dalam akibat pengerahan tenaga sampai pada puncaknya dan telah saling melibat, tiba-tiba berhembus angin pukulan yang luar biasa hebatnya.
Tenaga lembut menggempur Ciu Sian Sin Kay sehingga
terpental kebelakang, sementara tenaga keras mendorong
Sian Eng Cu ke belakang, tetapi keduanya tidak terluka. Mata tajam keduanya hanya sanggup dan sempat melihat sesosok bayangan berkelabat cepat dan kemudian menghilang dibalik gunung dengan memondong seorang anak kecil, nampaknya
perempuan. Tetapi, baik Jin Siam maupun Sian Eng Cu mendapatkan
bisikan mendenging di telinganya:
"Berjaga di Bu Tong Pay, jangan tinggalkan Gunung,
bangunkan Suheng kalian dari semedinya. Tunjukkan tanda ini (tiba-tiba di tangan keduanya sudah ada bunga seruni kecil, pengenal guru mereka). Kalian berdua temui aku di belakang gunung, jangan katakan kepada siapapun aku di belakang
gunung, termasuk jangan kepada Ciangbunjin".
"Luar biasa, kekuatan seperti ini hanya mungkin dimiliki generasi guru kita Li Koan" desis Ciu Sian Sin Kay setelah menyadari bahwa ada orang yang bisa memisahkan mereka
dalam puncak pertarungan mereka barusan.
"Benar, jika bukan Kiong Locianpwe yang menolong kita,
kemungkinan adalah Suhu sendiri. Aku terdorong oleh
kekuatan yang kang yang luar biasa besar, yang bisa
melakukannya hanyalah Kiong Locianpwee"
"Tapi aku terdorong oleh tenaga im kang, yang hanya
mungkin dilakukan Kiang Locianpwee atau Wie Locianpwee"
Ciu Sian Sin Kay menarik nafas dengan tetap menduga-duga, siapa gerangan yang menolong mereka".
"Masih adakah tokoh misterius lainnya yang menyamai
kekuatan 4 manusia dewa rimba persilatan?" Jin Siam
menengahi, tentu dengan berusaha untuk menyamarkan
bahwa gurunya sudah muncul dan tepat seperti dugaannya, sutenya muncul bukan tanpa alasan.
Nampaknya memang muncul bersamaan atau setidaknya
mendahului guru mereka di Bu Tong Pay. Ada apakah
gerangan" Adakah sesuatu yang hebat akan terjadi"
-0o~Marshall~DewiKZ~o0Ciu Sian Sin Kay tidaklah berlama-lama di Bu Tong Pay,
dengan didampingi oleh Jin Siam Tojin dan Sian Eng Cu, dia mendiskusikan apa yang dipercakapkannya dengan Kiang
Hong di Markas Besar Kay Pang.
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan nampaknya, Bu Tong Pay sudah sangat tanggap
dengan keadaan terakhir dunia persilatan, bahkan mendukung penuh langkah yang diupayakan oleh Kiang Hong, yakni
memperkuat Gunung (Bu Tong) dan kemudian mencoba
menghubungi Lam Hay Bun untuk menjernihkan keadaan.
Mengenai perjalanan ke Lam Hay Bun, nampaknya Bu Tong
Pay agak kesulitan menetapkan tokoh yang bisa mendampingi Kiang Hong dan Ciu Sian Sin Kay. Terutama karena Kay Pang telah mengerahkan sesepuh sekelas Ciu Sian, sehingga
harusnya dari Bu Tong Pay juga adalah tokoh yang sejajar dengan Ciu Sian.
Dan saat itu, harusnya Sian Eng Cu atau Jin Siam yang
tepat untuk menemani mereka, tetapi baik Jin Siam maupun Sian Eng Cu, nampaknya berkeberatan untuk menemani
rombongan ke Lam Hay. Terutama karena keduanya
menyadari bahwa Guru mereka secara tiba-tiba balik ke Bu Tong San dan maknanya tentu tidaklah biasa, pastilah dengan alasan yang luar biasa.
Karena itulah akhirnya Ci Hong Tojin akhirnya menugaskan wakil Ciangbunjin, seorang pendeta tua seangkatan
dengannya yakni Ci Siong Tojin, yang masih terhitung sutenya untuk menemani Ciu Sian Sin Kay dan Kiang Hong menuju
Lam Hay. Yang aneh, Bu Tong Pay tidaklah sangat antusias untuk
menemukan Pedang Bunga Seruni. Kendatipun kehilangan itu sangat memalukan mereka. Bahkan dalam percakapan dengan Ciu Sian Sin Kay, tidaklah terkesan Bu Tong Pay ngotot
mencari Pedang Pusaka tersebut (Belakangan diketahui
karena Wie Tiong Lan telah membisiki murid2nya bahwa
sudah ada yang akan bertugas mendapatkan kembali Pedang tersebut).
Ciu Sian Sin Kay masih tinggal selama 2 hari di Gunung Bu Tong San, bercakap banyak dengan Jin Siam serta juga
dengan Ciangbunjin Bu Tong Pay, bahkan juga mendiskusikan Ilmu Silat dengan Sian Eng Cu.
Baru setelah banyak bercakap dengan Jin Siam Tojin serta juga dengan Ciangbunjin Bu Tong Pay mengenai rencana
menjaga perdamaian di Dunia Persilatan, akhirnya kemudian pada hari ketiga Ciu Sian Sin Kay meninggalkan Bu Tong Pay dan bersama Ci Siong Tojin.
Mereka kemudian berjalan menuju selatan untuk
bergabung dengan Kiang Hong dan rombongan dari Lembah
Pualam Hijau. Dan nampaknya perjalanan mereka, Kiang Hong dan rombongan, Ciu Sian Sin Kay, Ci Siong Tojin dan Kong Hian Hwesio yang menantang bahaya menuju Lam Hay,
adalah perjalanan mereka yang terakhir.
Perjalanan mereka ke Selatan juga menandai dan
mengawali puncak kekisruhan dunia persilatan. Karena
mereka kemudian tidak pernah sampai ke Lam Hay Bun, tetapi juga tidak ketahuan jejaknya di Tionggoan. Dan untuk waktu yang lama tokoh-tokoh ini malah menghilang tak tentu
rimbanya. Peristiwa tersebut, memukul sendi utama dunia persilatan di Tionggoan.
Kepanikan melanda banyak pihak. Dan bahkan rasa aman
akibat tampilnya ke-4 Perkumpulan Silat utama tersebut
menjadi sirna berganti rasa takut dan rasa seram. Karena ternyata perusuh dunia persilatan kali ini sungguh sangat mesterius, bergerak di kegelapan dan bahkan sanggup
mencelakai tokoh tokoh utama rimba persilatan dewasa itu.
Jika para tokoh utama yang diandalkan masih bisa
dicelakai, bagaimana pula dengan yang lainnya"
Perjalanan yang tak pernah diketahui apakah dilakukan
atau tidak, sampaikah mereka ke Lam Hay Bun atau tidak, dimana jejak tokoh-tokoh itu jadinya, bagaimana nasib dunia persilatan kelak" Merupakan pertanyaan pertanyaan yang
untuk waktu yang sangat lama menjadi misteri dunia
persilatan. Dan akibat misteri ini, dunia persilatan kehilangan
pegangan. Kekisruhan semakin menjadi-jadi dan mulailah
kelompok misterius yang awalnya bergerak dibalik samaran, jadi bergerak semakin berterang. Mereka yang membangkang, siapa saja, apakah perguruan silat, perusahaan ekspedisi, perkumpulan atau apapun, akan dengan cepat dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan mereka.
Bersamaan dengan itu, nama besar 4 Perguruan Silat
terbesar tercoreng atas hilangnya beberapa tokoh utama
Perguruan Silat tersebut pada waktu bersamaan. Bahkan Kay Pang yang ahli mencari jejak, juga tak mampu mengendus
kemana para tokoh utama itu pergi, atau dimana mereka
disembunyikan, atau apakah gerangan yang menimpa mereka.
Rahasia ini, sama seramnya dengan dunia persilatan yang mulai terang-terangan dikangkangi para durjana. Empat
Perkumpulan Utama kelimpungan, sibuk dengan urusan dalam masing-masing. Dan juga dipusingkan oleh kehilangan
beberapa tokoh utama mereka masing-masing. Terlebih
Lembah Pualam Hijau.
-0o~Marshall~DewiKZ~0oEpisode 7: Naga-Naga Muda
Membersihkan Kay Pang
Hari itu, memasuki akhir bulan kesembilan, meskipun masih musim rontok, tetapi udara mulai terasa dingin menggigit.
Karena itu, wajar apabila kemudian warung arak, warung teh ataupun rumah makan menjadi tempat yang sangat digemari orang, apalagi terutama warung arak.
Pada musim-musim dingin, biasanya warung arak bisa
dijejali para pejalan kaki maupun kaum pengembara dari luar kota. Dan pada hari itu seorang pemuda yang berwajah
tampan dan nampak selalu riang gembira, wajahnya seperti selalu tersenyum, berbadan sedang sedang memasuki Kota
Cin an di lembah Sungai Kuning.
Pemuda itu sendiri nampak aneh, meskipun berpakaian
tambal-tambalan ciri khas pengemis Kay Pang, tetapi pakaian tersebut nampak bersih. Bahkan kulit tubuhnya juga bersih.
Dan nampaknya pemuda berwajah riang dan tampan tersebut langsung mencari sebuah Warung Arak.
Dan tidak lama berselang, dia nampak sudah duduk dalam
warung dan menghadapi sepoci arak dimejanya.
Hari memang mulai menjelang sore, dan karena itu
banyaklah pengunjung warung arak di kota Cin-an ini. Pemuda Pengemis berwajah riang itu nampak duduk disebuah sudut, dan tidak henti-hentinya menyebar senyum kepada siapa saja yang memandangnya.
Senyumnya itu memang menghadirkan rasa nyaman dan
simpatik bagi siapapun yang memandangnya. Terlebih dengan menggunakan pakaian pengemis namun yang bersih, orang
mengira bahwa Pemuda berwajah riang itu tentulah tokoh dari Kay Pang.
Tetapi meskipun kesimpatikannya mendatangkan rasa
nyaman bagi yang memandangnya, tetapi tidak sanggup
menghilangkan rasa tegang dan rasa takut di kalangan kaum persilatan yang berada di warung tersebut. Bahkan
nampaknya rasa saling curiga antar para kaum persilatan nampak tersirat dari cara pandang satu dengan yang lain. Dan hal itu tidak bisa disembunyikan.
Di sebuah meja sudut yang sejajar dengan pemuda
pengemis berwajah riang tadi, duduk empat orang yang dari dandanannya nampaknya adalah kaum rimba persilatan.
Mereka masing-masing membekali diri dengan Pedang, kecuali salah seorang diantaranya nampak membekal sebuah Golok.
Mereka nampak bercakap-cakap dengan serius, dan
sepertinya sedang membahas keadaan dan kondisi terakhir dunia persilatan. Terdengar mereka kemudian bercakap-cakap seputar keadaan rimba persilatan:
"Tan Hengte, apakah kau orang berpikir bahwa keadaan
yang buruk ini sudah tiada harapannya lagi?" Seorang yang berwajah brewokan dan berbadan tegar nampak berbisik
sambil bertanya kepada orang yang dia panggil dengan nama she Tan tadi.
"Saudara Si, coba kau bayangkan, bahkan seorang Kiang
Bengcu yang sakti mandraguna lenyap tak ketahuan jejaknya.
Kuil Siauw Lim Sie di Siong San kecolongan kitab pusaka Tay Lo Kim Kong Sin Kiam, Pedang Bunga Seruni bisa dicolong dari Bu Tong Pay, sementara Kay Pang sendiri berhasil dibelah menjadi 2 aliran yang saling bermusuhan. Apa kau pikir ada perkumpulan lain yang nempil melawan 4 perkumpulan
terbesar ini?" jelas orang yang dipanggil she Tan tersebut.
"Tapi apakah keadaannya memang sudah tak ketulungan
lagi" Tanya seorang yang lain, yang duduk tepat didepan orang she Tan itu. Nampak dari tampangnya dia juga sangat penasaran.
"Bahkan kekuatan Kun Lun Pay, Tiam Jong Pay, Hoa San
Pay, terus menerus dirongrong untuk menyatakan takluk.
Selebihnya, Go Bie Pay bahkan tercerai berai dan baru mulai seorang penerusnya tampil untuk menyatukan dan
menegakkan kembali Go Bie Pay. Adakah kemungkinan
melawan kekuatan kekuatan yang semakin mencengkeram
dunia persilatan sekarang ini", sulit untuk dikatakan"
"Jika demikian, apakah tampaknya keadaan ini akan
dibiarkan dan tidak ada lagi perlawanan?" Tanya si brewok she Si kembali, nampaknya selain penasaran, dia juga sangat berangasan, tetapi jelas penuh semangat.
"Apakah masih ada kekuatan yang nempil dengan kekuatan
yang sekarang begitu menghadirkan rasa takut itu?" SI orang she Tan, malah balik bertanya kepada kawan-kawannya.
"Siauw Lim Sie kan masih berdiri, Bu Tong dan Kay Pang
juga, Lembah Pualam Hijau meski menutup diri tapi masih banyak jagonya" tambah Brewok she Si, tetap penasaran.
"Tapi ingat, setengah Kay Pang terutama di bagian utara mereka miliki dan kuasai. Setelah itu, masih ada juga
kekuatan Lam Hay Bun yang mulai memasuki Tionggoan
melalui penguasaan sungai Yang Ce yang nyambung ke laut, belum lagi kabarnya juga ada jago-jago dari Tang ni (Jepang) yang juga ikut berduyun masuk ke Tionggoan dan lebih
banyak bergabung dengan kelompok perusuh tersebut. Dan
adalagi konon 2 jago dari India yang akan berusaha mencari Kiang Cun Le. Benar, meskipun mereka tidak bermusuhan
dengan kaum persilatan, tetapi lebih condong bersekutu
dengan Lam Hay Bun" jelas si orang she Tan.
"Benar-benar memang sangat runyam jika demikian" keluh
seorang yang satu lagi yang sejak tadi diam saja.
Sementara itu, si pemuda berwajah riang nampak terus
dengan santai menikmati araknya. Meskipun demikian semua percakapan di meja sudut sejajar dengannya diikutinya
dengan saksama.
Bahkan tiada satupun yang terlewatkan oleh telinganya
yang sangat tajam itu. Tetapi, ditutupinya dengan seolah olah terus sibuk dengan makanannya.
Kembali terdengar si orang she Tan melanjutkan, sambil
mengomentari keluhan kawannya yang terakhir;
"Benar, memang sangat runyam. Bahkan mereka sekarang
sudah mulai berani mengganggu secara langsung dan terang-terangan. Baik terhadap Bu Tong Pay maupun Siauw Lim Sie"
"Maksudmu?" tanya si Brewok she Si yang malah
bertambah penasaran.
Nampak si manusia she Tan menarik nafas masygul dan
kemudian menerangkan;
"Sekarang ini, mereka sudah berani berlawanan terangterangan dengan Bu Tong Pay dan Siauw Lim Sie. Beberapa bulan lalu, terjadi bentrokan antara Pendeta Kong Hian Hwesio dengan beberapa tokoh dari kelompok perusuh ini. Begitu juga dengan Bu Tong Pay, sudah berani mereka tempur
secara terang-terangan"
"Benar-benar mereka sudah sangat berani saat ini" keluh orang yang di depan manusia she Tan itu.
"Ya bahkan konon merekapun membangun kerjasama
dengan Kerajaan Cin di Pakkia (Peking), terutama melalui Patih kerajaan utara itu. Itu juga sebabnya Kay Pang sekte utara bisa direbut dan terpisahkan dari Kay Pang di bagian Selatan. Dan dukungan itu jugalah yang membuat kelompok perusuh ini bisa menjadi lebih berani berhadapan dengan Kay Pang, Siauw Lim Sie dan bahkan Bu Tong Pay dan Lembah
Pualam Hijau"
"Tapi anehnya, menurut selentingan kabar, tidak ada
seorangpun yang tahu dimana sebenarnya markas kelompok
ini. Begitu rahasia" sela orang yang di depan she Tan tadi.
"Benar, mereka memang masih tetap misterius, meskipun
mereka kini bekerja terang-terangan. Mereka sudah punya cabang di hampir semua kota besar di Sung Selatan maupun Cin di utara" papar orang she Tan.
Sedang seru-serunya dan nikmatnya setiap orang
menikmati araknya, dan sedang seru-serunya mereka
bercakap-cakap, baik bisik-bisik maupun dengan seuara keras dan tawa ngakak, tiba-tiba berdesing sebuah piauw.
Dan tepatnya di tengah-tengah warung, di meja paling
tengah, telah menancap sebuah tanda pengenal. Tanda
pengenal seekor naga tertera di tengah piauw tersebut. Dan tidak sampai hitungan 5, hampir semua meja yang memang
tidak banyak, sudah dikosongkan.
Semua pengunjung dengan segera membayar rekeningnya
dan dengan tergesa-gesa meninggalkan warung tersebut,
termasuk juga 4 orang yang tadinya bicara dengan bisik-bisik dan suara lirih seputar keadaan dunia persilatan. Tetapi, ke-4
orang dari dunia persilatan ini nampak rada heran melihat seorang pemuda berjubah pengemis tapi bersih masih tetap santai dengan araknya.
Bahkan wajahnyapun tetap tersenyum-senyum seperti tidak terjadi satu apapun. Si Brewok yang terkesan dengan
keramahan dan senyum pemuda itu masih sempat
mengingatkan, "Orang muda, tanda pengenal Thian Liong (Naga Langit)
sudah muncul, lebih baik segera menyingkir supaya tidak menjadi korban" katanya sambil bergegas keluar warung.
Dan memang, tidak lama setelah warung itu kosong
dengan sangat cepat, muncul 5 orang yang begitu menerobos memasuki warung, segera menyapu keadaan warung dengan
mata beringas. Dan semakin beringas ketika melihat seorang pemuda menyapa mereka dengan senyuman simpatik. Si
Pemuda bersikap seakan tiada sesuatu yang luar biasa yang sedang terjadi.
Tetapi senyuman itu ternyata tidak cukup ampuh
melunakkan hati kelima orang beringas itu. Malah sebaliknya.
"He kongcu miskin, apakah engkau tidak melihat tanda
pengenal Thian Liong itu?" Tanya seorang dari kelima orang beringas itu
Si pemuda memandang sebentar kepada si penanya yang
bersikap beringas itu, dan menyahut:
"Ach, mataku khan belum buta, jadi jelas kulihat" jawab si pemuda tetapi tetap dengan senyum.
"Apakah kau tahu arti dari tanda tersebut" seorang yang lain dari kelima pendatang beringas itu bertanya berang.
"Tidak, bisa tuan jelaskan?" tanya si pemuda santai
"Dimana tanda pengenal thian liong muncul, maka
siapapun dilarang untuk berada di dekatnya"
"Maaf, tapi aku belum tahu. Dan karena kebetulan warung ini sudah kosong, silahkan kalian menempati kursi-kursi yang kosong saja, rasanya tidak enak minum arak sendirian" si pemuda tetap santai dan senyum
"Kurang ajar, kamu belum mengenal Thian Liong rupanya?"
seorang dari 5 pendatang beringas itu bertanya, tetapi
sekaligus sudah langsung menyerang dengan sebuah tepukan kearah bahu kanan si pemuda.
Tapi si pemuda seperti tidak sadar dan tetap melanjutkan menunjuk-nunjuk kursi kosong yang tersedia di ruangan
warung tersebut. Tetapi, gerak-gerak menunjuk sembarangan itu sudah mampu membuat tepukan si orang beringas luput.
Bahkan ketika melanjutkan tepukan menjadi pukulanpun,
dengan gaya seakan sudah waktunya duduk di kursi, pukulan itupun luput dengan sendirinya. Bahkan si pemuda
menunjukkan wajah seakan tidak tahu jika dia baru saja
diserang 2 kali. Bahkan kemudian terdengar dia berkata:
"Bagaimana, apakah kalian tidak ingin menggunakan kursi-kursi kosong itu untuk menikmati arak di sore yang dingin ini?"
tanyanya tetap dengan nada biasa, riang dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya.
Tetapi si penyerang tadi menjadi semakin gusar. Maka
sambil menggeram, dia kemudian melangkah maju untuk
menyerang lebih dahsyat lagi. Tetapi belum sempat pukulan yang lebih dahsyat dikerahkan, tiba-tiba dia merasa seperti ada sebuah tenaga yang menahannya untuk bergerak lebih
jauh. Bahkan kemudian tenaga yang menahannya itu, diiringi
dengan kumandang sebuah suara bentakan. "Tahan", dan
dipintu masuk sudah berdiri dengan keren seorang yang
bertubuh besar dan kekar. Orang itu berjubah hitam dan
nampak gagah menyeramkan.
Sementara di belakangnya, juga berdiri 3 orang lain yang berdandanan hampir sama. Hanya saja, mereka memiliki
perbawa yang kurang dibanding orang yang didepan mereka.
Jelas bahwa orang yang berwibawa dan berteriak menahan
serangan tadi adalah pemimpin para pendatang yang baru
tiba itu. "Jit Hui Houw (Tujuh Harimau Terbang), kalian harus lebih sopan melayani sahabat. Biarkanlah lohu minum-minum arak sebentar dengan anak muda yang perkasa ini" Si pendatang yang rupanya pemimpin dari rombongan yang ingin menikmati arak ini, menegur Tujuh Harimau Terbang.
Kebetulan dari ketujuh orang, yang saat itu hadir hanya berlima, karena 2 yang lain sudah tewas terbunuh dalam
tugas-tugas yang dibebankan sebelumnya.
"Baik tancu (pemimpin Cabang)" Seru si penyerang.
Nampak jelas dia sangat menghormat orang yang baru datang itu.
"Kalau begitu, silahkan tancu mengambil tempat di meja
tengah saja" Salah seorang yang nampaknya pemimpin dari Harimau Terbang mempersilahkan si Pemimpin. Tempat
duduk sang tancu, baik kuris maupun meja dibebenahi. Dan kemudian sang Tancu mengambil tempat duduk di meja
tengah ruangan warung arak itu. Setelah itu, si Pemimpin kemudian duduk dan berpaling kepada si Pemuda riang, dan terdengar seperti menawarkan:
"Entah saudara muda bersedia menemani lohu untuk
menikmati air kata-kata ini ataukah tidak?" sebuah tawaran yang tentu saja sangat simpatik dan berbeda 180% dengan Jit Hui Houw yang tinggal lima orang itu.
"Ditawari oleh orang yang lebih tua dan terhormat,
sungguh tidak sopan untuk ditolak" si Pemuda sambil tertawa riang kemudian berjalan dan bergabung bersama si pemimpin cabang. Dan kemudian dengan tidak canggung dia duduk
tepat berhadapan dengan si pemimpin.
Si pengundang, yang ternyata tancu atau pemimpin cabang daerah Cin an, memandang kagum si pemuda. Sungguh
sportif dan berani, tidak mengenal takut.
"Hahahaha, sungguh seorang yang berani dan selebihnya
sangat menghormati orang tua, kagum, sungguh lohu kagum"
"Sungguh tidak menyenangkan bila menolak undangan
orang yang lebih tua dan terhormat" balas si pemuda.
"Keberanianmu untuk tidak menyingkir dari tempat dimana tanda pengenal Thian Liong hadir, sungguh mengagumkan" si pemimpin berdesis. Sementara semua Hek Houw sudah
menempati meja di sudut, demikian juga para pengawal si pemimpin sudah menempati meja di belakang si pemimpin.
Tentu mereka memang harus menjaga keselamatan sang
tancu. "Ach, aku hanya sayang saja, arakku belum habis terus
harus ditinggal pergi. Kan namanya tidak menghormati arak dan tidak menghargai uang yang dibayarkan untuk arak itu" Si Pemuda riang tetap bicara dengan penuh senyum di wajah.
"Dan apakah kalau tidak salah tecu sedang berhadapan
dengan Hek-tiauw Lo-Hiap (Pendekar Tua Rajawali Hitam)
seorang tancu Thian Liong dari Koita Cin an ini"
"Sungguh tajam mata kongcu, sementara lohu malah sama
sekali belum mengenalmu" Si pemimpin sedikit tersentak, tetapi tetap tenang. Toch hanya seorang muda pemberani, dan nampaknya sedikit membekal kepandaian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Apalah artinya nama, tapi bilapun Hek Tiauw Tancu
membutuhkan namaku, maka sebutlah Si-yang-sie-cao, begitu orang-orang memanggilku" si Pemuda riang akhirnya
menyebutkan namanya.
"Hm, kiranya engkau yang disebut orang dengan Si-yangsie-cao (matahari bersinar cerah), seorang pengemis muda yang baru-baru ini angkat nama".
"Ach, orang memang mengada-ada . Mungkin karena
siauwte senang tersenyum dan jarang marah, maka kawankawan sering menyebut ada matahari diwajahku, jadinya
orang senang berkawan denganku"
"Hebat, hebat, semuda ini sudah angkat nama di kalangan pengemis, sungguh patut diucapkan selamat dengan secawan arak" Hek Tiauw Tancu mengangkat cawan menghormati Si-yang-sie-cao. Si Pengemis bermuka riang tentu tergopohgopoh menyambut ucapan selamat berkenalan itu.
Si Yang Sie Cao
Setelah beberapa cangkir arak berpindah ke perut, akhirnya Hek Tiauw berkata perlahan:
"Sungguh senang memiliki sahabat seriang Si-yang-sie-cao.
Tetapi sayangnya peraturan perserikatan kami mengharuskan lohu memberi 2 kemungkinan atau pilihan kepada kongcu"
Wajah si pengemis yang menyebut panggilannya Si yang
sie Cao itu tidak berubah, tetap riang tetapi dengan heran bertanya:
"maksud tancu?"
"Berlaku aturan di kalangan Thian Liong Pang, bahwa siapa yang telah melihat tanda pengenal Thian Liong dan tidak menyingkir, maka bagi yang anggota bila tidak menyambut dengan hormat, akan dihadiahi kematian. Dan bagi yang
bukan anggota, hanya diberikan 2 (dua) pilihan....." Jelas Hek Tiauw Tancu.
"Hm, pilihan apa gerangan tancu?"
"masuk bergabung dengan Thian Liong Pang, atau kalau
tidak, dengan terpaksa harus dilenyapkan alias dibunuh"
"Hahahahaha, sungguh aturan yang aneh. Sayangnya
sudah tidak mungkin bagi Si-yang-sie-cao untuk berpindah perguruan"
"Ya, sudah bisa lohu duga. Justru karena itu, pilihan kedua sungguh sangat memberatkan lohu. Terlebih karena harus
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertindak atas orang yang begitu simpatik semacam kongcu"
"Tidak ada yang perlu disesalkan Tancu. Hanya, bila tidak keberatan, bolehkah pelaksanaan pilihan kedua itu dilakukan di lain tempat?"
"Tentu, tentu. Bagi orang sesimpatik Kongcu, biarlah lohu banyak memberi kelonggaran, dan harap tidak disesalkan.
Biarlah kita bertemu setengah jam lagi di pintu utara, lohu percaya kongcu akan datang"
Kedua orang yang membicarakan pilihan mati hidup dan
bertarung dalam suasana persahabatan sungguh sangat
mengherankan. Tentu sungguh aneh. Bagi Hek Tiauw Lo Hiap, pekerjaan
membunuh bukan pekerjaan yang asing. Sebaliknya malah,
karena dia sudah banyak dan terlalu sering membunuh orang.
Karena itu, membicarakan pembunuhan dan kematian
bukanlah barang asing dan baru baginya.
Dan dia bisa atau sanggup membicarakannya tanpa
perasaan. Tetapi, memang dia merasa simpatik terhadap Si-yang-sie-cao. Bahkan merasa suasana yang aneh dengan
sikap dan ekspresi bersahabat pemuda pengemis itu.
Tetapi, diapun tidak merasa keberatan untuk melaksanakan kewajiban bagi pelanggar tanda kepercayaan Thian Liong
Pang. Sebuah tanda yang hanya dimiliki petinggi Thian Liong tingkat Tancu ke atas, dan harus ditegakkan wibawanya. Jika tidak, dia yang akan kehilangan bukan hanya jabatan, tetapi bahkan kepalanya.
Dan tentu, dia lebih memberatkan kepalanya ketimbang
kepala orang lain.
Sementara bagi Si-yang-sie-cao, membicarakan
pertarungan dan dibunuh, anehnya juga seperti sebuah hal yang biasa. Bahkan dia masih menunjukkan rasa humor dan riang gembiranya. Padahal dia terancam di bunuh oleh Hek Tiauw, seorang tancu Thian Liong Pang di Cin-an.
Bahkan dengan bantuan 5 orang dari Jit Hui Houw dan 3
orang lain dari Thian Liong Pang, nampaknya membunuh
seorang Si-yang-sie-cao bukanlah perkara yang terlalu sulit.
Setidaknya demikian dalam perhitungan Hek Tiauw. Tetapi sayang, kali ini Hek Tiauw sudah salah hitung.
Dia mengira Si-yang-sie-cao adalah seorang pengemis
muda yang dengan empuk dapat ditaklukkannya, dihukum
dan kemudian dibinasakannya seusai aturan perkumpulan. Dia menyangka bahwa anak muda atau pengemis muda ini
terlampau dibesar-besarkan namanya pada 2 bulan terakhir ini.
Dia sama sekali buta dengan latar lain dari pengemis muda riang gembira ini. Dan kesalahannya, dia tidak pernah
berusaha menyelidiki latar belakang pemuda ini. Jika dia tahu, dia akan berpikir seribu kali untuk mengganggunya.
Setidaknya dengan kekuatan yang terkesan pas-pasan.
Hek Tiauw Lo Hiap adalah seorang pendekar tua yang
berdiri bebas, bisa melakukan kejahatan dan bisa pula
melakukan kebaikan. Perbuatannya sering didasarkan atas mood atau suasana hatinya. Kebetulan, moodnya sedang
bagus ketika bertemu Si-yang-sie-cao, karena itu dia suka bergurau dan banyak bercakap.
Selain, memang Si-yang-sie-cao sendiri orang yang supel, pandai bergaul dan memiliki kemampuan menarik simpati
orang lain melalui senyum dan gaya bicaranya. Dan sekarang, keduanya berdiri berhadapan karena Hek Tiauw memang
harus menegakkan wibawa perkumpulannya, dan Si-yang-sie-cao tentu tidak ingin mati konyol.
Anehnya, ketika akan membuka pertarungan, keduanya
masih dalam suasana bersahabat. Wajah penuh senyum Si
yang sie Cao masih belum hilang dari wajahnya. Wajah Hek Tiauw juga tidak diliput bara dan amarah untuk
membinasakan lawan. Sungguh suasana yang kontras dan
membingungkan. "Haiit", Hek Tiauw Lo Hiap akhirnya memutuskan membuka
serangan, dan sesuai dengan namanya jurus andalannya
adalah Hek Tiauw Kun Hoat. Nampaknya dalam bertarung dia tidak mengenal basa-basi, begitu menyerang langsung ingin menamatkan riwayat mangsanya.
Cakar-cakar yang nampak menyeramkan ditambah dengan
jubah hitamnya membuat gerakan Hek Tiauw jadi nampak
mengerikan. Tangannya bergerak cepat, terulur pesat untuk mencengkram peipis kanan si anak muda. Tetapi sayang, yang dihadapinya kali ini adalah seorang Pengemis Muda yang sakti.
Dengan langkah-langkah santai, Si-yang-sie-cao
menghindari semua serangan yang dilakukan Hek Tiauw.
Bahkan kibasan lengannya beberapa kali menghalau
serangan-serangan Hek Tiauw bila datang terlampau dekat.
Dan bahkan pada kibasan ketiga, terjadi benturan yang cukup keras:
"Blaar, desss" Hek Tiauw terdorong ke belakang, sementara Si-yang-sie-cao tetap tersenyum ditempatnya.
"Sudahlah Tancu, perkelahian ini tidak ada gunanya" desis Si-yang-sie-cao yang juga sebenarnya merasa sayang kepada Hek Tiauw. Tetapi Hek Tiauw Lo Hiap mana mau terima, dia malah menyerangnya semakin ganas, semakin cepat dan
semakin berbahaya.
Beberapa kali cakar rajawalinya menyambar dan berusaha
menjangkau tempat tempat mematikan ditubuhnya.
Serangannya menjadi lebih berisi dan lebih mengerikan.
Sementara Si-yang-sie-cao masih melawannya dengan santai, terkadang menangkis pukulan dan terkadang menghindarinya.
Dari benturan tenaga, dia segera mengerti bahwa Hek
Tiauw masih dibawahnya, masih jauh malah. Sementara soal kegesitan dan ginkang, apalagi. Karena itu Si-yang-sie-cao paham bahwa tidak perlu dia mengeluarkan ilmu-ilmu
ampuhnya untuk mengalahkan Hek Tiauw.
Kemanapun arah dan sasaran amukan Hek Tiauw dengan
mudahnya dipunahkan Si-yang-sie-cao, bahkan beberapa kali Hek Tiauw terseret oleh gerakan menyedot yang
dilakukannya. Menyadari bahwa dia sulit menang, akhirnya Hek Tiauw
yang tadinya optimist menjadi khawatir dan terkejut. Meski dia menduga Si-yang-sie-cao memiliki kepandaian, tetapi diluar sangkanya jika kepandaiannya ternyata bahkan jauh
melampaui dirinya sendiri.
Setelah mengeluarkan banyak kepandaian andalannya, Siyang-sie-cao nampak masih santai-santai saja. Bahkan anak muda itu, belum sekalipun menyerangnya dengan sungguh-sungguh. Karena itu, watak kependekarannya sirna dan
dengan keras dia memerintahkan anak buahnya untuk maju
mengeroyok. Tidak tanggung-tanggung, kali ini baik 5 orang sisa dari Jit Hui Houw dan 3 orang lain pengawalnya maju menyerang
dengan pedang dan golok. Begitu mengepung Si-yang-sie-cao, langsung mereka menghujaninya dengan gempuran dan
serangan, baik dengan tangan kosong maupun dengan
senjata tajam. Si-yang-sie-cao menyadari keadaan berbahaya, karena itu dengan cepat tangannya menggait sebuah ranting pohon dan memainkannya secara lihai. Semua serangan lawan dengan
sangat mudah dipunahkannya, bahkan beberapa dari
pengeroyoknya menerima lecutan ranting kayu ditangan yang segera terasa pedih.
"Tah Kauw Pang Hoat Kay Pang" berdesis Hek Tiauw
khawatir. Benar saja, tidak sanggup mereka bersembilan
untuk menembus permainan ranting Si-yang-sie-cao, ranting itu seperti berada dimana-mana.
Bahkan ranting itu tidak putus ditabas pedang, sebaliknya malah mementalkan pedang dan membuat tangan
pemegangnya menjadi perih. Untungnya Si-yang-sie-cao tidak menganggap mereka musuh besar. Karena itu dia tidak
berniat menjatuhkan tangan keras atas orang-orang ini.
Tetapi, kekesalan karena mengusir banyak orang dari
warung tetap dijadikan alasan untuk menghukum kelompok
takabur ini. Terlebih terhadap 5 Harimau yang rada kurangajar itu. Setelah bergerak dengan cepat beberapa kali, tiba-tiba terdengar lengkingan dari mulut Si-yang-sie-cao, diiringi gerakan yang cepat, dia kemudian memutar ranting di
tangannya, dan beberapa saat kemudian semua senjata tajam di tangan 5 orang Hui Houw dan 2 pedang di tangan pengawal Hek Tiauw melayang entah kemana.
Bahkan tidak lama kemudian, terdengar bunyi "duk, duk", dan Hek Tiuaw serta pengawal yang satu lagi tergetar mundur sambil mendekap dada yang terkena sodokan Si-yang-sie-cao.
Bahkan, kelima harimau beringas itu sudah terduduk karena terkena gempuran si anak muda.
Nampaknya mereka terluka. Semua lawannya diberi
persenan yang berbeda-beda. Dan setelah itu, semuanya
hanya sempat mendengar suara Si-yang-sie-cao.
"Lain kali, jangan tunjukkan kegarangan kalian di hadapan Si-yang-sie-cao. Kali ini aku tidak sedang muram dan banyak kerjaan, biarlah gebukan kali ini menjadi peringatan bagi kalian".
Begitu lenyap suara itu, Si-yang-sie-cao pun lenyap dari pandangan mereka. Begitu cepat anak muda itu bergerak dan bagaikan menghilang dari hadapan mereka. Berita munculnya seorang pengemis muda bernama Si yang sie Cao dengan
cepat menyebar di Cin an, bukan hanya kaum pengemis yang sibuk, tetapi Thian Liong Pang juga menjadi sibuk. Karena mereka sudah dipermalukan si anak muda.
-0o~Marshall~DewiKZ~o0"Anak muda awas" Sebuah serangan tiba-tiba mencegat Siyang-sie-cao, si pengemis muda. Tapi karena si penyerang memperingatkan Si-yang-sie-cao terlebih dahulu. Karena itu si anak muda masih mampu mengantisipasi serangan dengan
baik. "Blar", terdengar benturan tangan yang keras terjadi. Si-yang-sie-cao si anak muda segera maklum lawan kali ini jauh lebih kuat dari rombongan tancu Than Liong yang dihadapinya barusan.
Dan sekarang dihadapannya berdiri seorang yang
nampaknya tidak terlalu besar, malah agak kurus. Orang ini memiliki suara yang agak melengking nyaring, tetapi tubuhnya diselubungi dengan kain hitam, kecuali bagian wajahnya.
Si-yang-sie-cao terkesiap melihat wajah dan kepala yang riap-riapan seperti tak terurus dari penyerangnya. Tetapi dia tidak memiliki waktu yang lama untuk meneliti lebih detail karena si penyerang kembali menghantamnya. Kali ini malah lebih berat, karena itu dia tidak berani main-main lagi. Secepat penyerangnya bergerak, secepat itu pula dia bereaksi.
Dan karena menyadari penyerangnya kali ini lebih hebat, maka kali ini dia memutuskan menyambut keras lawan keras.
"Duar", kembali terjadi benturan keras. Si-yang-sie-cao yang telah mengerahkan setengah bagian tenaganya merasa bahwa tenaga penyerangnya cukup mampu
mempengaruhinya. Terlebih ketika kemudian benturan demi benturan terjadi, dan diapun terpaksa menambah tenaganya sampai 6 bagian.
Tetapi, semakin lama dia diserang dan menyerang, segera nampak keanehan dari gerakan lawannya. Terutama ketika
dengan terpaksa dia terus menyerang lawannya dengan jurus-jurus ampuh dari Tah Kauw Pang Hoat, unsur-unsur
pergerakan yang sama juga dilakukan oleh lawannya.
Lama-kelamaan diapun maklum bahwa lawannya tidak
berniat melukainya. Tetapi juga belum berniat menghentikan penyerangan, bahkan kemudian mainkan Hang Liong Sip Pat Ciang yang juga dikenalnya baik. Akhirnya serang menyerang terjadi, karena menggunakan 2 ilmu yang sama,
perkelahianpun terkesan menjadi sebuah latihan.
Kematangan nampak ditunjukkan oleh si penyerang, tetapi variasi dan pengenalan kedalaman ilmu justru ditunjukkan oleh Si-yang-sie-cao si anak muda. Berganti-ganti Tah Kauw Pang Hoat dan Hang Liong Sip Pat Ciang dimainkan oleh si penyerang dengan hebat.
Tetapi tetap tidak mampu mengalahkan Si-yang-sie-cao
yang juga menggunakan ilmu yang sama. Akhirnya si
penyerang tertawa, tawa yang khas, dan kemudian
menghentikan gerakannya sambil berkata;
"Dari tokoh Kay Pang mana engkau memperoleh
kepandaianmu" Tanya si penyerang sambil melepas jubah
hitamnya. Dan tampaklah pakaian sebenarnya yang
merupakan pakaian pengemis penuh tambalan dan nampak
sangat dekil. "Memberi hormat kepada sesepuh Kaypang" Ujar Si-yangsie-cao yang kemudian memberi hormat bahkan kemudian
bersujud. Karena dia sadar di hadapannya adalahs eorang tokoh Kay Pang. Dan memang, dia sedang berhadapan
dengan si Pengemis yang ternyata adalah Pengemis Tawa
Gila, Hu Pangcu Bagian Luar dari Kay Pang. Seorang yang menerima tugas khusus dari Kay Pang Pangcu, sebelum sang Pangcu menghilang.
"Hm, siapakah engkau, dan dari siapa kamu belajar" Tanya si Pengemis Tawa Gila.
"Siauwte Tek Hoat, she Liang, memberi hormat kepada Hu
Pangcu, sekaligus penolong tecu dan adik tecu" Sahut Si-yang-sie-cao yang ternyata adalah Liang Tek Hoat. Tentu pembaca masih ingat sepasang anak Pangeran Liang Tek
Hong yang diselamatkan Pengemis Tawa Gila waktu kecil,
tetapi yang kemudian menghilang. Peristiwa yang membuat Pengemis Tawa Gila dan Kong Hian Hwesio dari Siauw Lim Sie kalang kabut.
Dan anehnya, ketika dicari tidak diketemukan, tetapi ketika tidak dicari malah nongol sendiri. Sebuah kejutan bagi
Pengemis Gila Tawa.
"Hahahahahaha, dicari tidak kedapatan, tidak dicari malah muncul sendiri. Mari bangunlah anak muda" Si Pengemis Tawa Gila sambil tertawa, tawa khasnya, kemudian mendekati Tek Hoat sambil membimbingnya berdiri.
"Luar biasa, kamu segagah ayahmu, malah lebih hebat lagi dengan kepandaianmu itu. Tapi, siapakah gurumu, apakah
sesepuh Ciu Sian yang pemabuk" Dimana pula adikmu
sekarang ini, dan sudahkah engkau menemui orang tuamu?"
Banyak sekali pertanyaan si Pengemis.
Terlebih karena dia kagum melihat Tek Hoat yang sudah
bahkan melampaui kemampuannya. Dan juga mengagumi
watak gagahnya yang tidak turun tangan kejam atas kawanan Thian Liong Pang tadi waktu diintipnya.
"Kepada Hu Pangcu, biarlah tecu berterus terang. Suhu
Kiong Siang Han mengangkatku menjadi murid penutup, dan
.... eh, Hu Pangcu, kau" Tek Hoat kebingungan, karena ketika menyebut gurunya adalah Kiong Siang Han, Pengemis Tawa
Gila justru menjura memberi hormat kepadanya sambil
berkata: "Maaf, lohu salah melihat sesepuh Pang kita"
"Ach, dengarlah dulu Hu Pangcu, suhu mengangkatku
menjadi murid penutup dan meminta segera membantu Kay
Pang. Siauwte diminta membantu sebagai anggota Kay Pang dan mendengarkan perintah Pangcu dan Hu Pangcu. Dan
sekali-kali tidak boleh menempatkan diri sebagai sesepuh seperti Suheng Ciu Sian dan Sai Cu Lo Kay.
Bahkan suhu meminta tecu mencari Hu Pangcu untuk
berangkat ke utara, karena menurut suhu yang paling paham keadaan di utara adalah Hu Pangcu".
"Ach, bila Hiongcu Kiu Ci Sin Kay locianpwe masih hidup dan mengutusmu, tentu dia sudah menyiapkan segalanya.
Tapi, di markas besar kita hanya tertinggal Sai Cu Lo Kay, bersama Hu Pangcu bagian dalam. Padahal sementara ini,
para pengganas semakin berani menyerbu kita, juga
menyerbu baik Bu Tong Pay, Lembah Pualam Hijau dan Siauw Lim Sie"
"Jangan khawatir Hu Pangcu, suhu sudah mengirim Cap It
Sin Kay (11 Pengemis Sakti) suheng, yang dilatih khusus selama lebih 10 tahun oleh suhu untuk menjaga Markas kita"
menjelaskan Tek Hoat yang ternyata selama beberapa bulan berkelana sudah dinamai kaum persilatan dengan nama yang bagus Si cang sie Cao.
Mendengar penjelasan Tek Hoat, nampak berseri wajah Hu
Pangcu Pengemis Gila Tawa. Dia bisa memastikan bahwa ke-11 Pengemis Sakti gemblengan sesepuhnya, sudah pasti
bukan tong kosong tak berguna.
"Baiklah, jika demikian kita tuntaskan urusan di Cin-an ini, kemudian kita menuju ke Utara" katanya dengan
bersemangat. Di Sarang Musuh
Tidak terasa hampir 10 tahun sudah berlalu. Terhitung
sejak Tek Hoat bersama 4 anak lainnya diangkat dari sungai yang sedang meluap oleh 4 tokoh gaib pada masa itu.
Liang Tek Hoat yang dibawa pergi oleh Kiong Siang Han Kiu Ci Sin Kay, sudah tumbuh menjadi pemuda berusia hampir 18
tahun setelah selama 9 tahun digembleng hebat oleh Kiu Ci Sin Kay. Murid penutup ini, yakni Liang Tek Hoat, bahkan menerima warisan seluruh kepandaian Sin Kay secara lengkap.
Apalagi karena memang dia sengaja disiapkan menjadi
pewarisnya melawan murid 3 tokoh gaib lainnya. Selain
disiapkan untuk mengatasi badai dunia persilatan yang sejak 10 tahun sebelumnya tanda-tandanya sudah ditemukan dan
diantisipasi olehnya bersama rekan seangkatannya.
Sebagai tokoh tertua dari 4 tokoh gaib Tionggoan yang
sudah berusia di atas 100 tahun, Kiu Ci Sin Kay
menggembleng Tek Hoat habis-habisan. Dan dia sungguh
bangga karena muridnya memiliki bakat yang sangat baik, bahkan melebihi ke-2 muridnya terdahulu.
Lebih dari itu, Tek Hoat bahkan memiliki kepandaian bu
dan bun pada saat diambilnya sebagai murid. Sejak menjadi muridnya 9 tahun lalu, Tek Hoat sudah dilatih menghimpun tenaga sakti melalui siulian. Kemudian bahkan melalui
pengetahuan akan benda-benda sakti dan mujarab, Kiu Ci Sin Kay membantu pemupukan tenaga dalam muridnya.
Tidak heran, bila dalam waktu 7 tahun pertama saja, dia sudah sanggup mengimbangi dan bahkan mengalahkan 11
Pengemis Sakti yang dilatih khusus oleh Sin Kay ini untuk menyelamatkan Kay Pang.
Pengemis Sakti ini tidak keberatan, dan malah bersemangat memburu benda-benda berkhasiat tinggi hingga ke Gunung
Kun Lun San dan Himalaya. Semua dilakukannya hanya untuk memperkuat tulang-tulang Tek Hoat dan meningkatkan
kemampuan tenaga sinkangnya.
Dia memburu ular api berusia ribuan tahun, memburu
jinsom pengganti tulang dan darah dan bahkan memburu ikan ajaib berjambul merah api di hulu sungai Yang Ce. Tapi dari semua benda ajaib yang diburunya, dia hanya berhasil
menemukan Ular Api berusia 1000 tahun setelah sebulan lebih menungguinya di sebuah goa di pegunungan Himalaya.
Khasiat ular sakti itulah yang membuat Tek Hoat menjadi kebal racun dan bahkan kemudian meningkatkan kemampuan
tenaga dalamnya secara ajaib. Ular aneh ini, hanya dikenali oleh orang-orang aneh pula. Di ketinggian yang membekukan, gua ular ini malah tidak terdapat es, karena bisa dicairkan oleh hawa panas dari tubuh ular itu.
Padahal panjangnya cuma 1,5 meter belaka. Tetapi
warnanya merah api dan sungguh menyeramkan. Dengan
meminum darah ular api dan memakan dagingnya, Tek Hoat
seperti mendapatkan kekuatan tenaga hasil latihan 30 tahun, seusai ular itu darah dan dagingnya diramu oleh gurunya secara khusus.
Pada saat itu usianya baru menginjak 15 tahun, dan
memang ramuan itu sengaja disiapkan baginya untuk
mewarisi kepandaian khusus Kiu Ci Sin Kay dengan Sinkang yang memadai. Sejak meminum khasiat ular api itu, selama sebulan lebih Tek Hoat berlatih mengendalikan tenaga sakti hasil latihannya.
Dan kemudian membaurkannya dengan khasiat yang
ditimbulkan oleh darah ular api. Sinkang Kiu Ci memang
berhawa "yang" atau keras, dan cocok dengan khasiat ular api yang juga berjenis "yang" berhawa panas dan keras. Saking panasnya, goa sarang ular ini tidak pernah membeku meski diketinggian yang sudah mampu membekukan air.
Setelah mampu menyatukan dan meleburkan khasiat ular
api dengan tenaganya, maka Tek Hoat baru kemudian dilatih dengan Ilmu Pamungkas Kiu Ci Sin Kay. Baik Hang Liong Sip Pat Ciang yang juga berjenis "keras", dan juga Ilmu Pukulan Halilintar atau Pek Lek Sin Jiu yang diciptakannya dan menjadi salah satu ciri khasnya.
Bisa dibayangkan, bahwa memang kakek ini sangat
mengasihi dan mengandalkan murid terakhirnya ini. Usaha keras ini dilakukannya, karena melihat bahwa murid Kiang Sin Liong telah berbekal lebih dari cukup waktu ditemukan. Luar biasa malah. Itulah yang memotivasi Kiong Siang Han mencari Ular Api.
Ketika memainkan Hang Liong Sip Pat Ciang, Tah Kauw
Pang dan Pek Lek Sin Jiu, Tek Hoatpun bingung dan ngeri dengan hasil yang dicapainya. Semua meningkat begitu pesat setelah meminum darah ular itu. Dari tangannya menderu
angis keras yang sangat tajam ketika bermain Hang Liong Sip Pat Ciang.
Sementara Petir menyambar dan meledak serta
menghasilkan suara memekakkan telinga bila dia memainkan Pek Lek Sin Jiu. Selama 6 bulan lebih dia membiasakan diri memainkan dan mematangkan ilmu-ilmu pusaka Kay Pang
tersebut. Tentu sambil terus menerus memupuk kekuatan dan
meningkatkan kemampuannya dalam latihan Sinkang.
Meskipun Kiu Ci Sin Kay masih belum membuka rahasia
percakapan-percakapan dan peleburan ilmu saktinya sebagai pendalaman diskusinya dengan Kiang Sin Liong.
Karena dia merasa tanpa pengalaman memadai, latih
tanding yang cukup, sangat sulitlah bagi muridnya ini untuk memahinya.
Pada 2 tahun terakhir sebelum diutus turun gunung, Tek
Hoat menerima ilmu-ilmu ciptaan baru dari Kiong Siang Han.
Yang pertama adalah penyempurnaan dari Ilmu Ciu Sian Cap Pik Ciang, Ilmu yang diciptakan muridnya Ciu Sian Sin Kay.
Tetapi ilmu tersebut kemudian disempurnakannya selama
10 tahun terakhir dan dinamakannya Sin Liong Cap Pik Ciang (Delapan Belas Pukulan Naga Sakti). Sebagaimana juga ide muridnya Ciu Sian, Kiu Ci Sin Kay memadukan kehebatan
Hang Liong Sip Pat Ciang dengan Pek Lek Sin Jiu, hanya saja dia tidak meniru gerak langkah Dewa Mabuk, tetapi mengikuti jejak langkah naga sakti.
Perbedaan mendasarnya adalah, bila Ciu Sian Sin Kay
menciptakan Lang kah Sakti Pengemis Mabuk yang cocok
dengan dirinya yang suka mabuk, maka Kiu Ci Sin Kay yang tidak gemar arak menyempurnakan gerak langkah kakinya
dalam ilmu Tian-liong-kia-ka" (naga langit menggerakkan kakinya).
Keistimewaan lainnya adalah, dalam jurus ini, juga bisa diselipi dengan Tah Kauw Pang Hoat apabila lawan yang
dihadapi menggunakan senjata, maka yang dipadukan adalah bisa Hang Liong Sip Pat Ciang dengan Tah Kauw Pang atau Pek Lek Sin Jiu dengan Tah Kauw Pang.
Gerak Tian-liong-kia-ka" (naga langit menggerakkan
kakinya) juga menjadi gerak ginkang maha sakti yang
ditemukan dan diciptakan Kiu Ci Sin Kay pada masa-masa
tuanya saat menggembleng muridnya yang terakhir.
Ilmu terakhir yang diciptakan tokoh gaib yang sudah tua renta ini adalah Sin-kun Hoat-lek (Ilmu Sihir Silat Sakti), sebuah Ilmu Silat yang dimaksudkan untuk menghadapi
Kekuatan Sihir. Ilmu ini sebenarnya adalah kembangan dan ciptaan baru sebagai hasil percakapan dengan Kiang Sin Liong yang menciptakan Soan Hong Sin Ciang yang dibarengi
kekuatan Batin.
Karena itu, selama 2 tahun terakhir, dengan meningkatnya kekuatan Sinkang Tek Hoat, diapun mulai melatih kekuatan batin dan kekuatan sinkangnya secara bersamaan. Kekuatan Batin sangat ditentukan oleh kekuatan Iweekang.
Semakin kuat kekuatan Iweekang, maka kekuatan batin
dan mental juga dapat meningkat tajam. Sementara bagi Tek Hoat, dengan meminum darah ular api, kemajuannya dalam
latihan Sinkang bagaikan meluncurnya bola salju, sungguh luar biasa.
Tetapi, kepada Tek Hoat, juga dipesankan bahwa
penguasaan sempurna atas ilmu Sin Kun Hoat Lek akan
tergantung kemampuannya memadukan kekuatan "Yang" dan
"Im". Kesempurnaan Sin Kun Hoat Lek yang dimiliki Kiu Ci Sin Kay sangat berbeda dengan Tek Hoat, karena Kiu Ci Sin Kay sudah mampu memadukan kekuatan Im dan Yang dalam
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tenaga saktinya, meski dominan kekuatan Yang, mirip dengan Kiang Sin Liong yang dominan kekuatan Im.
Setelah menamatkan pelajaran selama lebih kurang 9
tahun, Tek Hoat kemudian ditugaskan untuk membantu
penyelesaian kericuhan di Kay Pang. Bahkan Tek Hoat dibekali dengan tanda pengenal nomor 1 pada saat itu, yakni Kiam Pai emas, Kiu Ci Kim Pay.
Tanda pengenal Kiong Siang Han yang bisa membuat Tek
Hoat bertindak sebagai Kay Pang Pangcu apabila Pangcu
berhalangan. Selain itu, Tek Hoat diminta untuk meluaskan pengalaman, karena tanpa pengalaman bertanding, maka
Ilmu Silat juga bisa mubazir.
Dan sebagaimana janji pertemuan 10 tahun, Tek Hoat juga diharuskan datang ke Tebing Pertemuan 4 Tokoh Gaib dimana mereka menemukan pewaris masing-masing. Dan perjalanan
Tek Hoat menandai awal dari perjalanan para Naga Muda nan sakti dalam rimba persilatan Tionggoan yang sedang gonjang-ganjing.
Yang mengherankan dan mengharukan Kiong Siang Han
adalah, Tek Hoat sebagai putera seorang pangeran, ternyata bersedia dan tidak risih berkehidupan sebagai pengemis.
Memilih kehidupan dengan mengikuti keadaan seperti
gurunya. Tidak ada tanda anak itu tertarik kemewahan.
Dan anak itu sangat jelas menunjukkan sikap jantan dan
gagah, bahkan sangat menghormatinya. Itulah sebabnya sang Guru tidak pernah merasa menyesal telah melakukan banyak hal, malah melampaui apa yang dia lakukan kepada kedua
murid pendahulu.
Tetapi kematangan dan kekuatan batin Kiong Siang Han
tidak ditampakkan ketika melepas kepergian muridnya. Tidak ke markas besar Kay Pang, tetapi langsung disuruh mencari Pengemis Gila Tawa untuk memperoleh informasi lengkap
seputar kericuhan di Utara.
Sementara pada saat bersamaan, diapun melepas dan
menugaskan ke 11 Pengemis Sakti untuk atas namanya
menjaga Markas Kay Pang.
-0o~Marshall~DewiKZ~o0Malam itu nampak 2 sosok bayangan bergerak cepat
mendekati sebuah kuil bobrok sebelah selatan Kota Cin-an di Propinsi Shantung. Sementara di dalam kuil yang ternyata merupakan markas Kaipang cabang Cin-an, pusat Kay Pang di Propinsi Shantung nampaknya sedang diadakan sebuah
jamuan makan. Tetapi yang aneh, jamuan makan di markas Kay Pang,
nyaris tidak ada tokoh pengemis yang berada di meja jamuan.
Lebih aneh lagi, ternyata Hek Tiauw Lo Hiap malah menjadi undangan dalam jamuan makan itu, tidak nampak tokoh-tokoh pengemis di dalam.
"Hahahaha, kionghi jiwi susiok. Tugas kita mengambil alih Kay Pang cabang Cin-an nampaknya berjalan sukses"
terdengar suara Hek Tiauw.
"Tugas kita di Cin-an boleh dibilang sudah selesai. Tidak ada salahnya kita saling menyulang untuk sukses yang kita capai" Seorang kakek tinggi kekar dengan wajah penuh
brewok berkata.
"Benar, tidak ada salahnya kita bersenang-senang untuk
malam ini" sahut seorang Kakek lainnya disamping si
Brewokan yang dipanggil susiok oleh Hek Tiauw Lo Hiap.
Sementara mereka saling bersulang, kedua bayangan yang
mendekati kuil bobrok tersebut nampak menyebar. Sosok
yang lebih tua berpakaian pengemis penuh tambalan dan
dekil, nampak berbelok ke belakang kuil bobrok tanpa
mengeluarkan suara.
Sementara pengemis lainnya yang nampak masih muda,
dengan gerakan yang lebih manis hinggap di wuwungan kuil tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dan tidak beberapa lama kemudian dia menjadi tertegun dan kaget ketika
mendengar percakapan di meja perjamuan yang tepat berada di bawahnya;
"Untuk selanjutnya, kita harus berusaha memperluas
penguasaan Thian Liong Pang atas cabang-cabang Kay Pang di Selatan ini. Karena itu..." suaranya terputus dan tiba-tiba mengayunkan tangannya keatas, sebuah senjata rahasia
dengan pesat mengarah ke tempat dimana si pengemis muda menguping.
Tetapi, dengan cepat dan cekatan, si pengemis mudah
sudah berpindah tempat, dan senjata rahasia yang dilontarkan ke atas tidak mengenai sasaran. Tetapi yang pasti, suasana di ruangan perjamuan menjadi gaduh.
"Siapa yang begini berani mati menguping percakapan Kay Pang?" Sebuah suara berat terdengar.
"Sobat, silahkan unjukkan diri, jangan seperti kelompok kaum pengecut yang gemar bergerak dari kegelapan"
sambung suara kakek lainnya.
Tek Hoat secara tidak sengaja lalai, bukan karena
mengeluarkan suara di wuwungan kuil. Tetapi karena
menghalangi sinar bulan yang lagi bersinar penuh, tepat di meja perjamuan depan kedua kakek yang dipanggil susiok
oleh Hek Tiauw.
Tahu bahwa kedatangannya sudah konangan, anak muda
ini secara tiba-tiba malah menunjukkan dirinya;
"Hahahaha, selamat berjumpa para locianpwe. Dan kau
Hek Tiauw Lo Hiap, ternyata kau termasuk perusuh Thian
Liong Pang yang mau merebut kuasa di Kay Pang. Hm, pantas tidak kutemukan tokoh-tokoh Kay Pang di Cin-an, rupanya sedang diserang dari luar" Begitu masuk dan memberi salam, Tek Hoat sudah langsung menegur orang.
Kehadirannya sungguh menggemparkan, membuat banyak
orang dalam ruangan mau tidak mau mengagumi keberanian
si anak muda. "Sungguh berani", desis beberapa orang yang memandang
kagum atas keberanian si anak muda.
Hek Tiauw yang memang agak jerih dengan Tek Hoat
setelah pertempuran tadi siang, menjadi lebih berani karena mengandalkan kedua susioknya. Karena itu dengan tenangnya dia berkata:
"Bila tadi kami gagal menghukummu, maka rasanya belum
terlambat bila dilakukan saat ini"
Tek Hoat hanya meliriknya sebentar kemudian terdengar
dia berkata dengan suara jenaka:
"Apakah sekarang dengan mengandalkan kedua locianpwe
ini kemudian engkau tiba tiba menjadi berani lagi Hek Tiauw?"
"Kedua susiokku tentu akan mengerahkan kekuatan Kay
Pang di Cin-an untuk membekuk pengemis muda pengganggu
macam engkau"
"Hahahahaha, apa kau pastikan Kay Pang di Cin-an akan
berani menyerangku?" Tek Hoat sambil tertawa-tawa gembira.
Sementara Hek Tiauw Lo Hiap dengan wajah mulai kelam
dan merasa malu, memandangnya dengan gemas. Sampai
kemudian salah seorang dari kedua susioknya menyela:
"Orang pengemis muda inikah yang kau maksud tidak
dapat kalian hukum hari ini" bertanya si Brewok.
"Iya susiok, ternyata dia sangat tangguh" sahut Hek Tiauw meninggikan Tek Hoat agar kekalahannya tidak terdengar
sangat memalukan.
"Tapi mungkinkah anak ingusan begini menjatuhkanmu
yang sudah cukup matang ilmumu itu?" si Jangkung bertanya, dan jelas dia merasa kurang percaya atas perkataan Hek
Tiauw Lo Hiap. Kedua susiok Hek Tiauw Lo Hiap ini memang jauh lebih
tangguh darinya, bahkan masih lebih tangguh dari gurunya.
Mereka dikenal dengan nama Hek-Pek-Tiauw-to-sim (Rajawali Hitam-Putih Penyambar Jantung), dan sudah lama menebar
pengaruh di sekitar Sungai Kuning.
Keduanya terkenal sebagai tokoh yang lebih dekat dengan dunia hitam dan tidak jarang merampok orang. Tetapi setelah makin tua dan makin liahy, akhirnya mereka hidup dari anak murid mereka, termasuk dari Hek Tiauw Lo Hiap yang angin-anginan dan tidak berpendirian.
Pada akhirnya, mereka semua dengan rela menakluk dan
mengabdi kepada Thian Liong Pang yang terus bertumbuh
dan mengepakkan sayapnya nampak berambisi hingga ke
langit. Dan kebetulan ambisi Thian Liong Pang mencocoki selera orang-orang itu.
-0o~Marshall~DewiKZ~0oPembersihan di Cin An
Hek-Tiauw-to-sim (Rajawali Hitam Menyambar Jantung)
yang brewokan nampak lebih temberang dibandingkan PekTiauw-to-sim (Rajawali Putih Menyambar Jantung) yang agak jangkung. Karena itu, dengan segera dia berkata:
"Jika begitu, biarlah aku mencoba pengemis muda ini".
Tangannya yang berbentuk cakar dengan cepat menyerang
pundak Tek Hoat, seakan ingin meremukkannya dengan sekali terjangan. Tetapi, tidak memalukan Tek Hoat menjadi pewaris salah satu tokoh gaib rimba persilatan.
Meskipun serangan Hek Tiauw To Sim lebih cepat, lebih
kuat dan lebih segalanya dibanding Hek Tiauw Lo Hiap, tetapi masih belum cukup untuk menggetarkannya. Dengan langkah ringan satu dua, dia sudah sanggup membebaskan dirinya dari sergapan Hek Tiauw To Sim, bahkan jika mau bisa
mengirimkan serangan balasan. Bukannya membalas, Tek
Hoat kemudian berkata:
"Karena ada kesediaanmu untuk sejenak membimbing Kay
Pang di Cin-an, maka biarlah kuhormati kau orang tua dengan mengalah 3 jurus serangan"
Hek-Tiauw-to-sim menggereng murka dan kembali
menerkam, kali ini dengan kecepatan dan kekuatan yang
berlipat. Bahkan dari serangan cakarnya seperti berhembus angin serangan yang tajam menusuk.
Melihat Hek-Tiauw-to-sim meningkatkan kekuatan dan
kecepatannya, Tek Hoat mulai sedikit nampak serius
menghadapinya. Jika sebelumnya dia berayal dalam bergerak, maka sekarang pada serangan kedua dia tidak berani angin-anginan.
Serangan Hek-Tiauw-to-sim dengan cepat dan manis
dielakkannya, bahkan jurus ketiga yang lebih cepatpun tidak sanggup menggoyahkan dan mendekatinya. Selepas jurus
ketiga itu, bukan lagi gerakan menghindar yang
diperagakannya, tetapi sebuah gerakan dari Hang Liong Sip Pat Ciang, jurus pertama dikeluarkan.
Dengan segera semua serangan Hek-Tiauw-to-sim bisa
dibendung, bahkan jurus balasan dari ilmunya sempat
menghadirkan angin ancaman di rusuk sebelah kiri Hek-Tiauw-to-sim.
"Hang Liong Sip Pat Ciang" dengus Hek-Tiauw-to-sim, dan nampak dia menjadi sedikit gentar.
"Hebat juga kau bisa mengenalinya orang tua" ejek Tek
Hoat sambil tersenyum. Senyum khasnya yang riang dan
gembira. "Karena kalian berani mengusik Kay Pang, maka biarlah
jurus ampuh Kay Pang yang mengajari kalian untuk tidak
usilan" tambahnya masih dengan senyum nakal. Sembari
kemudian dikeluarkannya rangkaian ilmu Hang Liong Sip Pat Ciang, sampai jurus ketiga Hek-Tiauw-to-sim masih mampu mengelak dengan tergesa-gesa.
Tetapi pada jurus serangan ke-4, pahanya terlanggar
"Gerakan Ekor Naga Mengibas" dan segera terdengar
"prakkk", pahanya nampak terlanggar keras dan Hek-Tiauw-to-sim terdorong keras hingga terjengkang. Meskipun bisa berdiri kembali, tetapi jelas sudah sulit baginya melanjutkan pertandingan.
Setidaknya tulang pahanya retak, dan bila memaksakan diri cederanya bisa tambah parah. Jatuhnya Hek-Tiauw-to-sim
mengejutkan Pek-Tiauw-to-sim, orang tertua dari Perguruan Rajawali Sakti itu. Dengan segera dia maju kedepan, tetapi sambil mengeluarkan perintah mengepung: "Kepung dia"
Tiba-tiba dari luar ruangan menyerbu banyak anggota Kay Pang. Benar mereka mengepung orang, tetapi bukannya Tek Hoat yang dikepung, sebaliknya justru Hek Tiauw Lo Hiap, Hek-Pek Tiauw To Sim dan gerombolannya yang dikepung.
Menjadi lebih mengejutkan karena diantara pengepung
nampak tokoh-tokoh Kay Pang Cin-an yang mereka sekap ikut serta dalam pengepungan itu. Bahkan tidak lama kemudian disusul dengan masuknya Pengemis Tawa Gila, Hu Pangcu
Bagian Luar dari Kay Pang yang kesaktiannya sudah mereka kenal.
Seketika mereka sadar, bahwa keadaan sudah kasip bagi
mereka. Ruangan sudah dikuasai anggota Kay Pang, dan
nampaknya gerombolan mereka yang kurang dari 10 orang
yang berjaga diluar, juga sudah dijinakkan oleh Kay Pang.
Pada saat itu, Pengemis Tawa Gila kemudian berkata:
"Para pengacau Kay Pang kami perintahkan menyerahkan
diri, jika tidak jangan salahkan kami Kay Pang bertindak kasar"
"Hahahaha, kami memasuki Kay Pang dengan
menggunakan kekuatan. Bila keluar juga harus menggunakan kekuatan yang sama" Pek Tiauw To Sim bersuara.
"Mungkin anda orang tua beranggapan mampu melewati
jurus ke-5 dan ke-6 dari Hang Liong Sip Pat Ciang, tapi bila jatuh di jurus yang lebih tinggi, maka cacatmu kelak akan jauh lebih parah dibandingkan dia" Tek Hoat berkata sambil
menunjuk Hek Tiauw To Sim.
Sementara itu, anggota Kay Pang yang mengepung di
dalam ruangan setidaknya ada 20an orang, belum yang
berada dan bersiaga di luar ruangan, bisa dipastikan lebih banyak lagi.
Pek Tiauw To Sim nampak bergidik membayangkan
perbawa Hang Liong Sip Pat Ciang. Tetapi seorang disamping Hek Tiauw Lo Hiap yang sejak awal berdiam diri nampak
bicara dengan suara dingin:
"Hang Liong Sip Pat Ciang memang hebat, bagaimana bila
lohu yang menghadapinya" desisnya. Meskipun mendesis,
tetapi semua orang mendengar dengan jelas. Pengemis Tawa Gila tercekat, ternyata masih ada seorang tangguh lain dalam ruangan itu. Ditatapnya orang tersebut, dan dari cirri-cirinya kemudian dia berkata:
"Jika tidak salah, anda adalah salah seorang Lhama
pelarian dari Tibet. Hm, tidak salah dugaan banyak orang bahwa beberapa pelarian lhama di Tibet bersembunyi di
sebuah Organisasi rahasia di Tionggoan"
"Sungguh tajam pengamatan mata Pengemis Tawa Gila"
gumam si lhama pelarian dari Tibet.
"Jika demikian, baiklah. Pek Tiauw sudah menantang adu
kekuatan untuk menentukan mereka layak di hukum atau
tidak. Silahkan maju bila memang itu yang dikehendaki.
Biarlah Kay Pang menunjukkan bagaimana kejantanannya
menghadapi kalian"
"Baiklah, biarlah diawali dariku menantang Pengemis Tawa Gila" Pek Tiauw To Sim maju meladeni Pengemis Tawa Gila.
Dia cukup cerdik, dari pengamatan tadi dia sadar belum
tandingan Tek Hoat. Anak muda itu dengan santai
menjatuhkan Hek Tiauw To Sim.
Dengan Pengemis Tawa Gila, meski dia tahu kesaktiannya
tetapi masih memiliki harapan. Padahal, harapan itupun
sebenarnya tidaklah tepat. Hu Pangcu bagian luar yang
sedang murka karena Kay Pang diacak-acak meladeni Pek
Tiauw To Sim dengan keras.
Pengemis Tawa Gila mempunya keunikannya sendiri, meski
tidak sempurna menguasai Tah Kauw Pang Hoat dan Hang
Liong Sip Pat Ciang, tetapi dia mempunyai ilmu khas yang dinamakannya Pay-san Sin-ciang (Tangan Sakti Menolak
Gunung) dan bahkan menimba ilmu Tertawa mengikuti Sai Cu Ho Kang yang dipelajarinya dari Kong Hian Hwesio.
Karena marahnya, Pengemis Tawa Gila langsung
menghadapi Pek Tiauw dengan Pay San Sin Ciang yang berat, yang lebih dikuasainya dengan sempurna bahkan pernah
memperoleh petunjuk Kiong Siang Han. Karena itu,
pertarungan mereka nampaknya tidak akan berjalan lama.
Permainan ilmu cakar rajawali Pek Tiauw To Sim sudah
kacau balau, dan benar saja dalam jurus ke-30, sebuah
sodokan Pengemis Tawa Gila dengan telak mengenai dada
sebelah kiri Pek Tiauw To Sim.
Biarpun tidak merenggut nyawanya, tetapi sudah tentu
akan mengalami kesulitan di kemudian hari untuk
mengerahkan Ilmu Silat dan Sinkang, bisa dipastikan Ilmunya musnah.
"Hm, Pek Tiauw To Sim sudah memperoleh hukuman
setimpal. Terserah, kamu masih mau berada disini atau ingin segera merat" jengek Pengemis Gila Tawa yang selanjutnya tidak lagi memperhatikannya. Selanjutnya pandangan
matanya dialihkan kepada Hek Tiauw Lo Hiap dan Lhama
Pelarian dari Tibet;
"Kalian telah memanfaatkan kekisruhan di Kay Pang untuk menimbulkan keonaran. Silahkan kalian memilih, menghukum diri sendiri, ataukah ingin dihukum. Cukup kalian pahami, bahwa kekuatan kalian diluar sudah kami lucuti semuanya"
Pengemis Tawa Gila menegaskan.
"Jika demikian, perkenankan aku menggunakan kekerasan
untuk keluar dari tempat ini" Sambil berbicara, Lhama dari Tibet tersebut sudah mengenjotkan kakinya dan tiba-tiba melayang keatas menerjang wuwungan kuil untuk melarikan diri. Disaat yang bersamaan, tubuh Hek Tiauw Lo Hiap juga mengapung mengikuti jejak Lhama pelarian dari Tibet.
Tetapi, ketika keduanya menjejakkan kaki di luar, bukannya kepungan anggota Kay Pang yang mereka temukan, tetapi
Tek Hoat yang telah menghadang mereka dengan senyum
simpatiknya. "Ach, kalian kan belum membayar hutang masing-masing,
untuk apa cepat-cepat merat dari sini?"
"Anak keparat, rasakan ini" Lhama dari Tibet menyerang, bahkan diikuti oleh serangan dari Hek Tiauw Lo Hiap. Tetapi Tek Hoat yang menyadari bahwa lawannya dari Tibet ini lebih kuat, dengan cepat menghindari pukulan Lhama tersebut.
Sebaliknya sebuah pukulan dari Hang Liong Sip Pat Ciang, Naga Mengamuk Menggelorakan Sungai dengan cepat
menyongsong serangan Hek Tiauw Lo Hiap. Tidak dalam
hitungan ketika, sebuah suara mengerikan terdengar dari mulutnya sambil menyemburkan darah segar, Hek Tiauw Lo
Hiap tersungkur dan jatuh pingsan.
Sementara itu, Lhama dari Tibet yang melihat peluang
ketika Tek Hoat memusatkan pukulan menjatuhkan Hek Tiauw Lo Hiap segera memanfaatkan momentum. Pukulan-pukulan
berat dari Lhama Tibet segera dikerahkannya tidak tanggung-tanggung. Sekitar 7 pukulan beruntun diberondongkannya ke semua bagian mematikan Tek Hoat seakan tidak memberi
jalan keluar. Jurus-jurus Budha aliran Tibet seperti Kong-jiu cam-liong (Dengan Tangan Kosong Membunuh Naga) dan bahkan
sejenis ilmu Tam Ci Sin Thong (Selentikan Jari Sakti)
bergantian dihamburkan. Sayang, bahkan Ilmu Budha yang
lebih lihaipun seperti Selaksa Tapak Budha, Kim Kong Ci dan Tay Lo Kim Kong Ciangpun pernah diadu dengan Hang Liong Sip Pat Ciang.
Karena itu semua serangan dan pukulan beruntun tersebut, masih sanggup ditangani Tek Hoat, meskipun menjadi
kehilangan ketika untuk melakukan serangan balasan. Lhama Tibet yang bernama Hoat Ho Lhama ini, memang memiliki
kedudukan yang cukup tinggi di Tibet. Artinya dia memang memiliki kemampuan Ilmu Silat yang sangat tinggi, tetapi sayang menjadi seorang pemberontak.
Kekuatan ilmu itulah yang kemudian digunakannya
bersama 4 tokoh hebat Tibet lainnya yang melarikan diri ke Tionggoan dan bersembunyi.
Tek Hoat menyadari bahaya yang berada di balik pukulanpukulan berat dan sentilan jari sakti Lhama Tibet ini. Bahkan, Pengemis Tawa gila yang sudah menyelesaikan tugasnya, juga memandang kagum akan kehebatan Lhama ini.
Dia sadar bahwa melawan Lhama ini nampaknya paling
tidak dia hanya akan bertarung seimbang, tetapi Tek Hoat nampaknya meski sedang terserang, tetapi tidak mengalami kerepotan. Padahal, Ilmu yang digunakan menyerangnya
adalah Ilmu-Ilmu Pilihan dari Lhama di Tibet.
Sentilan Jari Sakti bahkan beberapa kali menutuk pohon
hingga berlubang ketika dielakkan Tek Hoat. Bahkan jurus Menaklukan Naga dan Harimau membawa pengaruh yang
tidak kalah dengan Hang Liong Sip Pat Ciang.
Untunglah Tek Hoat masih cetek pengalaman
bertarungnya, jika tidak, sebetulnya Lhama Tibet ini tidak akan bertahan sekian lama. Apalagi karena dalam diri bocah belasan tahun ini tersembunyi sejumlah Ilmu Silat yang
mengerikan. Bahkan untuk menggunakan Pek Lek Sin Jiu yang menggetarkan, Tek Hoat masih belum sampai hati.
Selain diapun masih belum sanggup secara sempurna
memainkan jurus atau tingkat ke-7, Sejuta Halilitar
Merontokkan Mega. Tetapi nampaknya lambat tapi pasti Tek Hoat mulai menyelami jurus permainan lawannya.
Masih dengan Hang Liong Sip Pat Ciang, dia kemudian
menggerakkan tangannya dan mulai memainkan jurus
serangan dari jurus ke-7, Naga Menggelorakan Air Menerjang Ombak, dengan segera serangan membadai Hoat Ho Lhama
tertahan. Bahkan kemudian mulai tersedia ketika yang cukup bagi
Tek Hoat untuk mendesak lawan. Jurus ke 8 dan kesembilan kemudian menempatkan Lhama itu dalam kesulitan, dan tidak sampai jurus ke sebelas, sebuah kibasan tangan penuh hawa pukulan tidak sanggup ditahan pinggang Hoat Ho Lhama yang segera terjungkal dengan luka di tubuhnya.
Dan seketika dia melenting bangun sambil mengeluarkan
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebuah pukulan dorongan hawa Sinkang. Tek Hoatpun
menyambutnya dengan hawa pukulan keras, tetapi kekurang pengalamannya memberi kesempatan Hoat Ho Lhama untuk
menyingkir. Ketika benturan terjadi, Tek Hoat tiba-tiba sadar tenaga tolakan atau dorongan kerasnya memang dipancing
lawan buat melontarkannya lebih jauh untuk kemudian
melarikan diri.
Hoat Ho Lhama yang melarikan diri dibiarkan saja oleh
Pengemis Tawa Gila. Baginya Hek-Pek Tiauw To Sim dan Hek Tiauw Lo Hiap sudah lebih dari cukup untuk memberi
pelajaran balik kepada Thian Liong Pang. Bahkan esoknya, markas Thain Liong Pang di Cin-an kemudian diserbu dan
dihancurkan oleh Kay Pang tanpa perlawanan berarti.
Dan sejak saat itu, pertarungan terbuka antara Thian Liong Pang yang misterius dengan Kay Pang dimulai. Setelah
pembersihan Kai Pang di Shan Tung, Pengemis Gila Tawa dan Tek Hoat kemudian melanjutkan upaya pembersihan mereka
di beberapa propinsi di Selatan, seperti di Se Cuan dan tentu di sekitar Kota Raja Hang Chouw.
Ada sekitar 2 bulan mereka berkeliling melakukan inspeksi dan pembersihan untuk kemudian keduanya menghilang dari Selatan. Dan keduanya menuju kearah Utara menyusuri jejak Pangcu Kay Pang Kim Ciam Sin Kay yang menghilang ketika melakukan pembersihan ke utara.
Tugas yang harus secepatnya dilakukan, mengingat tinggal beberapa bulan waktu yang diberikan suhunya untuk
berkelana dan diwajibkan datang ke Tebing pertemuan 4
Tokoh Gaib. -0o~Marshall~DewiKZ~0oEpisode 8: Dara Sakti Dari Bengkauw
Pendekar Kembar
Daerah Bing lam sangat terkenal terutama sebagai daerah penghasil teh. Bahkan terkenal di dunia persilatan bahwa jika ingin mencicipi teh terbaik, datanglah ke warung teh di daerah Bing lam. Ada banyak jenis dan variasi cara menyeduh teh disana.
Baik teh yang diseduh kental dan pahit, maupun yang
terasa ringan dan halus. Bahkanpun, ada aturan dan tata minum teh yang dianggap etis di Bing lam ini, berbeda dengan tata cara minum teh di tempat-tempat lain.
Di daerah ini, minum teh sebaiknya dan dipandang
seharusnya dengan cawan-cawan kecil. Apabila minum teh
dengan menggunakan cawan besar, dianggap sebagai orang
dungu, bodoh dan masih kurang beradab.
Variasi rasa juga luar biasa banyaknya, ada yang pahit, ada yang tidak berasa, ada yang terasa harum hingga yang terasa sedikit manis. Bahkan belakangan ada juga rasa-rasa buah, seperti rasa mangga, rasa nenas ataupun rasa papaya.
Sementara ada lagi variasi lainnya, yakni yang diminum
terasa ringan dan mendatangkan hawa hangat di perut, ada lagi yang ketika diminum tidak terasa apa-apa di lidah, tetapi perut terasa hangat.
Bahkan ada yang ketika diminum terasa pahit, tetapi
dimulut lama-kelamaan terasa menyiarkan bau wangi dan
harum dan tidak hilang dalam waktu yang lama.
Pendeknya, datanglah ke Bing lam untuk mencicipi sejuta variasi rasa dan jenis teh. Dijamin tidak akan kehabisan jenis dan rasa selama sebulan melanglang di daerah Bing lam.
Apalagi, menjadi kebiasaan penduduk sekitar Bing Lam
untuk bersosialisasi di warung teh pada setiap sore menjelang malam, bahkan terkadang sampai jauh malam di warung teh tertentu. Menemukan warung teh di daerah Bing lam sungguh mudah, karena warung teh hampir bisa ditemukan di banyak tempat dan sudut kota maupun desa di daerah itu.
Bahkan menikmati teh yang berkualitas baikpun, kadang
bisa dengan hanya bertamu ke rumah-rumah penduduk yang
akan dengan rela hati menjamu tamunya dengan teh terbaik yang mereka miliki. Karena teh Bing lam memang menjadi
trade mark dan alat pengenal bagi mereka yang berasal dari Bing lam.
Daerah Bing lam ini, untuk waktu yang panjang nyaris
kurang tersentuh oleh gejolak rimba persilatan. Tetapi bukan berarti Bing lam tidak menghasilkan tokoh-tokoh terkenal di dunia persilatan.
Setidaknya, Pendekar-pendekar jebolan Keluarga Lim yang selalu menunjukkan prestasi di dunia Kang ouw berasal dari Sian yu, kota terbesar di daerah Bing lam. Selain rumah keluarga Lim yang termashyur dari Bing lam, ada lagi satu tempat yang dianggap keramat di daerah ini.
Tempat itu adalah Kuil Siauw Lim Sie di Poh Thian, yang bisa ditempuh kurang dari setengah hari berkuda dari Sian Yu.
Keberadaan Kuil Siauw Lim Sie cabang Poh Thian ini cukup menguntungkan Bing lam, karena bersama dengan keluarga
Lim yang terkenal dari daerah ini, membuat keamanan Bing lam menjadi terjamin.
Siang itu dua orang anak muda berbadan kokoh tegap
nampak sedang dalam perjalanan menuju kota Sian yu, tetapi nampaknya keduanya tidaklah sedang tergesa-gesa.
Malahan nampaknya seperti sedang melancong atau
menikmati keindahan alam Bing lam. Karena salah seorang anak muda berkali-kali berhenti dan bergumam menikmati
keindahan alam. Sementara anak muda yang lainnya lagi,
tidak memprotes atau bahkan membiarkan kawan
seperjalanannya menikmati keindahan pemandangan di
sepanjang perjalanan mereka menuju kota Sian yu.
Sesekali dia juga ikut menikmati keindahan alam menemani kawan seperjalanannya. Dari gelagatnya, keduanya nampak masih asing dengan daerah Bing lam. Mungkin baru sekali ini menginjakkan kaki mereka di alam permai bermandikan
perkebunan teh yang luas ". Bing lam.
Bila diteliti lebih jauh, kedua anak muda ini nampak agak istimewa. Keduanya berbadan kokoh kekar, meski tidak
terlampau besar, tetapi membayangkan tubuh yang berisi.
Tetapi bukan kekokohan dan kekekaran tubuhnya yang
menarik, tetapi bila dipandang lebih teliti, keduanya sungguh nampak mirip, baik rambutnya, alisnya, wajahnya, matanya.
Akan sangat sulit bagi orang lain untuk membedakan
keduanya. Bilapun ada yang berbeda, maka nampaknya hanya sorot
mata belaka dan warna pakaian yang dikenakan keduanya.
Sorot mata kedua pemuda tersebut agak berbeda, yang
mengenakan pakaian berwarna putih agak kelabu bersorot
mata lembut dan kalem, membayangkan sosok pria yang
lembut dan perasa.
Sementara yang mengenakan warna hijau, sorot matanya
nampak agak cerah dan ceria, serasi dengan warna cerah
pakaian yang dikenakannya. Umur kedua anak muda ini,
paling-paling dibawah 20 tahunan, mungkin sekitar 18 atau 19
tahunan, tetapi jejak langkah mereka sungguh sangat ringan dan sepertinya menunjukkan gelagat pemuda yang berisi,
berilmu tinggi.
Kedua anak muda ini memang sulit dibedakan karena
keduanya memang anak kembar. Anak muda yang berpakaian
putih dengan sorot mata lembut dan penuh kasih bernama
Souw Kwi Beng dan merupakan kakak dari adik kembarnya
yang berpakaian hijau cerah yang bernama Souw Kwi Song.
Kedua anak kembar yang gagah ini memang bukan lagi
orang biasa, meskipun asal-usul mereka tidak ada yang luar biasa sama sekali. Bahkan sebaliknya mereka berasal dari keluarga miskin di sebuah desa miskin bernama Kim Chung yang warganya habis disapu bersih oleh banjir bandang
kurang lebih 10 tahun sebelumnya.
Kedua anak kembar istimewa ini, secara kebetulan, dan
karena nasib baik, mereka justru ditolong oleh seorang tokoh gaib rimba persilatan. Dan bahkan kemudian mendidik mereka dan mempersiapkan anak-anak ini untuk menghadapi kemelut rimba persilatan.
Siapa lagi tokoh ini jika bukan bekas Ciangbunjin Siauw Lim Sie yang sangat terkenal pada masa lalu yang bernama Kian Ti Hosiang itu"
Di bagian awal sudah diceritakan bagaimana kedua anak
yang sedang bermain-main di sungai terbawa oleh banjir
banding dan diselamatkan oleh Kian Ti Hosiang yang
kemudian mengangkat mereka menjadi muridnya. Saat
bersamaan dengan Tek Hoat yang ditolong dan diangkat
menjadi murid dan pewaris terakhir Ilmu bekas Pangcu Kay Pang yang kesohor, Kiong Siang Han.
Sebagaimana Tek Hoat, kedua anak muda ini sudah
ditempa habis-habisan oleh Kian Ti Hosiang selama hampir 10
tahun. Seusai masa penempaan yang dilakukan di belakang gunung Siong San, tempat rahasia dimana Kian Ti Hosiang menyepi, kedua anak muda ini kemudian diutus secara rahasia oleh Kian Ti Hosiang menemui Ciangbunjin Siauw Lim Sie. Dan seterusnya diminta mengembara mencari pengalaman.
Tujuan mereka, sebagaimana disampaikan oleh Kian Ti
Hosiang adalah mengunjungi Kuil Siauw Lim Sie di Poh Thian, karena mata batin Kian Ti Hosiang melihat adanya kabut tebal di Poh Thian. Itulah sebabnya, kedua anak muda yang sangat mengejutkan hati Kong Sian Hwesio ketika menghadapnya
atas perintah Kian Ti Hosiang, hanya beristirahat sejenak, 2
hari di kuil dan langsung menuju ke Poh Thian.
Kedua anak kembar ini, sekarang sudah tumbuh demikian
gagah, meskipun sudah disadari oleh Kian Ti Hosiang sejak awal, bahwa meskipun keduanya anak kembar, tetapi dengan pembawaan dan karakter mereka berbeda. Karakter itupun
menentukan pilihan keduanya dalam menggemari Ilmu Silat yang diajarkan oleh Kian Ti Hosiang.
Dan untungnya, keduanya, meskipun anak keluarga biasabiasa saja, tetapi sejak kecil terlatih di sungai dan membentuk tulang-tulang yang sangat cocok untuk berlatih Ilmu Silat.
Bahkan anak bungsu, yakni Souw Kwi Song, memiliki
kecerdikan tersendiri dengan kemampuan menggubah langkah maupun kembangan jurus yang diajarkan gurunya. Berbeda
dengan kakaknya yang sangat kokoh dan selalu taat dengan ajaran yang disampaikan gurunya.
Meskipun menggunakan kata-kata halus "mempersiapkan
anak-anak ini untuk melawan badai di dunia persilatan", tetapi Kian Ti Hosiang paham belaka. Dan dia yakin rekan-rekannya juga paham, bahwa perlombaan 10 tahunan nampaknya akan
dilanjutkan oleh generasi anak-anak yang mereka tolong ini.
Meskipun perlombaan dan kompetisi mereka dilakukan
secara pribadi, tetapi gengsi yang dipertaruhkan menyangkut pintu perguruan masing-masing. Karena itu, Kian Ti Hosiang, sebagaimana juga Kiong Siang Han, berlaku tidak tanggung-tanggung dalam mempersiapkan dan mendidik anak-anak ini.
Tidak berbeda dengan Kiong Siang Han, Kian Ti Hosiang
juga memanfaatkan obat-obatan yang dikenalnya dan yang
bahkan ikut diolahnya di Siauw Lim Sie. Bahkan juga
menggunakan pil-pil mujarab yang dimiliki Siauw Lim Sie untuk memperkuat anak-anak tubuh dan tulang anak anak ini.
Bahkan, tidak jarang Guru Besar Siauw Lim Sie ini turun tangan mengurut, membuka jalan darah dan memperkuat
kekuatan sinkang kedua anak muridnya ini. Tidak heran,
waktu 9 tahun yang digunakan menempa kedua anak ini,
malah melahirkan tokoh yang bahkan melampaui muridmuridnya terdahulu.
Karena dia mendidik mereka secara tekun dari hari kehari, dan bahkan menggunakan tenaganya sendiri dan juga
menggunakan obat-obatan mujarab yang mampu
menghadirkan kekuatan sinkang istimewa dalam melatih dan memperkuat Sinkang muridnya.
Sesuatu yang dulu tidak dilakukannya kepada muridmuridnya yang lain, tetapi saat ini dilakukan karena
perlombaan dan karena antisipasi kekeruhan dunia persilatan.
Alasan yang lebih dari tepat.
Tidak heran apabila kemudian kedua anak kembar ini
menjadi begitu mahir dengan ilmu-ilmu kelas atas Siauw Lim Sie. Tentu mereka mahir memainkan Lo Han Kun Hoat, Siauw Lim Kun Hoat yang menjadi dasar dan ciri khas Ilmu Siauw Lim Sie.
Tetapi, mereka juga bahkan sudah mahir dengan Ilmu-Ilmu Berat Tay Lo Kim Kong Sin Ciang, Tay Lo Kim Kong Sin Kiam, bahkan mahir pula dengan Tam Ci Sin Thong (Sentilan jari Sakti) yang setanding dengan It Yang Ci (Ilmu Totokan
tunggal, khas dari keluarga kerajaan di Tayli) dan tentu Selaksa Tapak Budha yang dalam 100 tahun terakhir hanya mampu dikuasai seorang Kian Ti Hosiang.
Bahkan, sebagaimana seorang Wie Tiong Lan juga
menciptakan Ilmu khusus berdasarkan diskusi dengannya,
Kian Ti Hosiang juga menciptakan Ilmu khusus yang
merupakan penggabungan kelemasan dan kekuatan dan
dimaksudkan untuk melawan Ilmu Sihir.
Keduanya, seperti juga Kiang Sin Liong dan Kiong Siang
Han, memang menemukan bahwa jalan kesempurnaan dalam
ilmu mereka, memungkinkan melalui membuka rahasia
pendalaman kekuatan yang dipupuk masing-masing.
Sebagaimana diketahui aliran Bu Tong Pay mengutamakan
kelemasan "im" sebagaimana dilihat dari Thai Kek Sin Kun dan juga rahasia melatih hawa melalui Liang Gie Sim Hwat.
Sementara Ih Kin Keng Siauw Lim Pay yang menjadi basis
ilmu Siauw Lim Sie berdasarkan banyak pada hawa "yang".
Dengan menelaah lebih dalam kekuatan masing-masing,
kemudian baik Wie Tiong Lan maupun Kian Ti Hosiang
menciptakan Ilmu khusus. Kian Ti Hosiang kemudian
menciptakan Pek-in Tai-hong-ciang (Tangan Angin Taufan
Awan Putih). Ilmu ini hanya mungkin dimainkan secara sempurna oleh
seseorang yang sudah mahir dalam Ih Kin Keng, tetapi
menyempurnakannya harus dengan menemukan intisari hawa
"im". Dan, Kian Ti Hosiang, sebagaimana Wie Tiong Lan,
menyerahkan kepada nasib, peruntungan dan kecerdasan
murid-murid mereka untuk menemukan kesempurnaan
tersebut. Toch, tenaga sakti mereka masih akan terus berkembang.
Dan apabila sebagaimana mereka berdua sanggup saling
membuka, maka murid-murid mereka juga diharapkan
melakukan hal yang sama untuk menyempurnakan apa yang
mereka pelajari.
Semua Ilmu yang diturunkan Kian Ti Hosiang, kecuali ilmu ciptaannya yang tidak lagi murni Siauw Lim Sie tetapi yang harus terus disempurnakan, telah dicerna dan dilatih tuntas oleh kedua anak kembar ini. Hasilnya memang seperti yang sudah diduga oleh Kian Ti Hosiang.
Souw Kwi Beng akan bergerak sangat kokoh dan kuat,
memiliki keaslian Ilmu yang luar biasa karena dia memang sangat berpegang pada aturan dan kemurnian yang diajarkan gurunya. Sementara Souw Kwi Song, akan bergerak sangat
lincah, memiliki variasi dan tipuan yang dikembangkannya sendiri hingga membuat gurunya kagum.
Apabila Souw Kwi Beng memiliki keunggulan dalam
kematangan tenaga Sinkang maka Souw Kwi Song memiliki
keunggulan dalam variasi jurus serangan dan jurus
kembangan serta kelincahan bergerak, meski dasar ginkang keduanya sama.
Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song yang berjalan lambat
karena sambil menikmati keindahan alam Bing lam, akhirnya mulai mendekati kota Sian yu. Saat itu hari mulai menjelang senja dan biasanya hari mulai gelap. Ketika akhirnya mereka mendekati gerbang sebelah timur kota, akhirnya hari memang sudah benar-benar gelap.
Tetapi belum sempat mereka menikmati kegirangan karena
akan memasuki kota, tiba-tiba terdengar bentakan:
"Bangsat penculik, berhenti" terdengar bentakan
melengking, nampaknya dari seorang anak dara. Tetapi
bersamaan dengan itu, anak dara yang nampak mengejar
sesosok bayangan yang memondong anak gadis yang
tertotok, ditahan oleh 2 orang penyerang.
Tapi anak gadis itu nampak sigap. Dia membentur kedua
orang yang menahannya dan terdengar benturan cukup keras
".. "blaaar", bersamaan dengan itu, kedua sosok manusia yang menahannya terlempar. Tetapi rupanya tidak
sembarangan terlempar. Karena segera setelah tubuh mereka terlempar, meminjam tenaga dorongan si gadis, keduanya
kemudian berkelabat lenyap kearah hutan.
Berbeda arah dengan si penculik yang justru berkelabat
menyeberangi tembok kearah kota. Tanpa bicara, kedua anak kembar yang memang seperti sehati ini, Souw Kwi Beng
maupun Souw Kwi Song berkelabat mengerahkan ginkang
memburu si penculik yang menghilang di balik tembok.
-0o~Marshall~DewiKZ~0oSiangkoan Giok Lian
Keduanya menjadi sedikit kaget ketika menyadari ternyata ginkang si gadis yang mengejar ternyata tidak berada dibawah mereka. Tetapi, nampaknya seperti juga mereka berdua, si gadis yang mengenakan pakaian ringkas berwarna biru, tidak begitu mengenal tata letak kota.
Karena itu, agak kesulitan baginya untuk mengejar si
penculik. Si Penculik kadang berlari di atas wuwungan rumah dan terkadang berlari menyusup-nyusup di sela-sela rumah dan lorong-lorong untuk menghindari keramaian.
Akibatnya, baik si gadis maupun Souw Kwi Beng dan Souw
Kwi Song kesulitan mengejar si penculik. Bahkan pada
akhirnya si penculik menghilang di halaman sebuah rumah yang nampak terjaga sangat ketat. Si gadis, sebagaimana juga kedua anak kembar itu mengelilingi rumah besar dengan
halaman sangat luas itu dari belakang, dan mereka yakin si penculik menghilang dan bersembunyi dalam rumah itu.
Tapi masalahnya, rumah itu tidak mereka kenal pemiliknya; dan kedua, penjagaan rumah itu nampak cukup ketat. Dan
bahkan ketika mereka tiba di depan rumah, mereka menjadi sangat kaget karena melihat bahwa rumah itu termasuk
keramat dan dihormati di Sian yu
Rumah gedung itu adalah Rumah KELUARGA LIM. Nampak
si gadis termangu-mangu memandang papan nama merek
rumah itu. Pastinya, si gadis, seperti juga kedua bersaudara kembar itu, kaget sekali.
Keluarga Lim dari Bing lam terkenal gagah dan memiliki
reputasi sangat harum di dunia persilatan, kenapa sekarang justru menjadi sarang penculik anak gadis orang" Adakah sesuatu yang sedang menimpa keluarga Lim dari Bing lam ini sehingga keanehan itu bisa dijelaskan"
"Koko, menurut suhu, Keluarga Lim dari Bing lam
merupakanb keluarga terhormat dan gagah. Mengapa
sekarang seperti kekurangan pekerjaan dan malah tempat
bersembunyi penculik anak gadis orang?" Kwi Song berdesis perlahan kepada Kakanya.
"Nampaknya ada sesuatu yang mencurigakan. Kita awasi
dulu, nampaknya penasaran yang sama juga dialami nona itu"
bisik kakanya. "Nampaknya nona itu berniat menyusup koko, lihat dia
bergeser dan bergerak ke sisi kanan, nampaknya mencari sisi yang penjagaannya kurang" lanjut Kwi Song antusias.
"Ya, kita lihat situasinya dulu, jika mendesak kita harus menolong nona itu"
"Mari, kitapun bergerak ke sisi kanan. Nampaknya disana memang yang paling mungkin memasuki rumah keluarga Lim
ini" Kwi Beng kemudian bergerak tanpa menimbulkan suara sama sekali, diikuti dengan cara yang sama oleh adik
kembarnya. "Koko, dia melompat ke wuwungan. Hebat sekali
gerakannya, sungguh indah" Kwi Song bergumam kagum
melihat gaya meloncat si gadis, yang sempat menginjak
dedaunan pohon yang tumbuh di sebelah barat sebelum
meloncat ke wuwungan rumah.
Tetapi, nampaknya si gadis masih belum menyadari kalau
semua yang dilakukannya diintai dan diikuti oleh 2 orang pemuda kembar ini. "Ya, ayo kita mengintai dari pohon yang agak rindang itu" Kwi Beng kemudian meloncat kesebuah
pohon rindang yang memberinya pemandangan yang leluasa
kedalam halaman gedung keluarga Lim.
Sementara itu si Gadis muda yang berada di wuwungan
sebelah barat kebingungan memulai dari mana
pengintaiannya. Berkali-kali dia celingukan mencari jendela buat mengintip, dan setelah beberapa kali mengintip melalui lubang jendela dan genteng, nampaknya dia yakin jika
penculik tidak berada di gedung sebelah barat.
Tetapi, ketika kemudian si gadis melompat ke gedung
utama, tiba-tiba terdengar bentakan: "Ada penyusup" diikuti oleh sebuah bayangan yang sangat pesat yang kemudian tidak lama telah berdiri di atas wuwungan.
Si Gadis yang sudah konangan, masih berusaha untuk
berlari kearah timur. Tetapi bentakan tadi sudah menyadarkan semua penjaga, dan bahkan semua orang di dalam rumah itu bahwa ada yang tidak beres di luar. Karena itu, ketika berada di wuwungan timurpun, jejak si gadis dengan mudah
ditemukan. Dan orang yang berhasil menyadari kehadiran si gadis yang menyusup di wuwungan gedung utama sudah dengan cepat
menyusul ke timur. Tetapi alangkah kaget dan herannya
ketika orang yang berusia pertengahan umur ini kemudian menyadari bahwa si penyusup hanyalah seorang remaja gadis yang masih berusia ingusan, paling belasan tahun.
"Kouwnio, ada urusan apakah malam-malam begini
mengintip-intip gedung orang?" tanya si orang tua dengan nada yang sangat penasaran, tetapi yang jelas kurang senang.
Meski ditahan-tahan.
"Jika aku tidak melihat seorang penculik anak gadis orang berlari memasuki gedung, ini dan tidak keluar lagi, maka aku tidak akan mengintip-intip begini" jengek si gadis tidak takut.
"Nona, apakah engkau memandang begitu rendah kami
keluarga Lim dari Sian yu?"
"Keluarga Lim yang kudengar adalah kumpulan pendekar
gagah, bukan kelompok penculik anak gadis orang"
Hebat tangkisan si Gadis, membuat si orang pertengahan
umur menjadi terhenyak dan sulit menemukan jawaban.
"Dan, gedung keluarga Lim yang kudengar, bukanlah
sarang orang-orang kasar seperti yang sedang berkumpul saat ini" tambah si Nona.
"Nona, siapakah kamu sebenarnya?" bertanya si orang
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertengahan umur berubah menjadi tidak menyenangkan.
"Siapa aku bukan soal, yang penting adalah, dimana nona yang diculik itu?" si gadis berkeras dengan tuduhannya.
"Tahukan nona kalau sudah melanggar pantangan
menuduh orang tanpa bukti?"
"Buktinya sudah jelas. Dengan mata kepalaku sendiri
menyaksikan si penculik memasuki pekarangan rumah ini dan menghilang. Dan dengan penjagaan ketat begini, mustahil seseorang yang masuk dengan memondong anak gadis bisa
tidak diketahui keluarga Lim disini?"
"Maksud nona sebenarnya?"
"Serahkan gadis yang diculik, maka aku akan berlalu"
"Nona, engkau terlalu memandang rendah keluarga Lim
kami. Bila sangat terpaksa, maafkan bila kami menahan nona sekalian" jengek si orang pertengahan umur.
"Bicara bolak-balik, akhirnya ketahuan belangnya. Tapi
jangan kalian kira Siangkoan Giok Lian takut dengan ancaman kalian" jengek si Gadis berani.
"Hm, she Siangkoan. Apa hubungan nona dengan
Siangkoan Tek, Bengkauw Kauwcu?" Tanya si orang
pertengahan umur tercekat. Pada saat bersamaan beberapa orang lagi sudah berkelabat disamping si orang pertengahan umur. Dari ginkangnya, nampak kedua orang ini bukanlah
orang lemah. Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song menjadi
semakin berkhawatir dengan keselamatan si nona yang
pemberani itu. "Aku tidak akan menggunakan pengaruh nama kong-kong
(kakek) untuk menyelamatkan diri" dengus si gadis.
"Keluarga Lim kami tidak punya ganjalan apa-apa dengan
Bengkauw kalian, buat apa nona mengganggu kami?" Tanya
seorang yang baru datang dengan penasaran.
"Sudah kukatakan, ini bukan urusan Bengkauw, ini
urusanku yang melihat penculik anak gadis orang memasuki halaman gedung yang terjaga ketat ini" tegas si gadis.
"Nona, Keluarga Lim mungkin tidak sehebat Bengkauw,
tetapi kami tidak tahan dihina semacam ini" bentak orang kedua yang baru datang dengan marah.
"Terserah, aku tetap meminta anak gadis yang diculik itu untuk dilepaskan" si gadispun berkeras.
Sementara perdebatan di wuwungan rumah berlangsung
terus, di sebelah bawah Kwi Song berkelabat cepat
menghindari para penjaga gedung. Tetapi, yang
mengherankannya, gedung ini tidak seperti gedung keluarga pendekar kenamaan.
Selain para penjaga berwajah garang dan buas di beberapa sudut, juga di beberapa kamar yang dilaluinya dia mendengar bisik-bisik dan desahan-desahan perempuan yang sedang
bermain cinta. Mustahil gedung ini gedung maksiat, tetapi nampaknya memang seperti itu gambarannya.
Tetapi karena maksudnya memang mencari gadis yang
diculik, maka dia mengabaikan kamar kamar yang
mengeluarkan desahan menggairahkan itu. Tanpa suara dia terus melanjutkan usahanya untuk menemukan ruangan
dimana si gadis yang diculik disekap.
Sebagaimana gadis yang berada di atas wuwungan gedung
ini, diapun yakin anak gadis yang diculik itu masih berada di gedung keluarga Lim ini dan entah sedang disekap di kamar mana.
Di atas wuwungan, pertikaian semakin memuncak.
Sedangkan Kwi Beng, seperti juga Kwi Song semakin
meragukan kependekaran keluarga Lim. Kekasaran yang
ditunjukkan, peronda yang berwajah buas, semakin
melunturkan penilaiannya atas ketokohan keluarga Lim di dunia persilatan.
Perlahan namun pasti, dia sudah menetapkan akan
membela dan menolong si gadis Bengkauw. Karena selain dia melihat banyak tokoh sakti di tempat itu, diapun mengagumi kekerasan hati si gadis yang bersedia berjibaku menolong gadis tak dikenal yang diculik itu.
Pada akhirnya, keluarga Lim yang menjaga kehormatan
atas tuduhan menculik atau menyembunyikan penculik gadis, menjadi semakin murka. Hanya karena masih segan dengan
latar belakang si gadis yang luar biasa yang membuat mereka ragu bertindak keras.
Tetapi, di tengah keraguan mereka, tiba-tiba terdengar
suara yang dingin dan sangat angker, nampaknya datang dari bawah: "Usir saja gadis tidak tahu aturan itu".
Kitab Pusaka 8 Musuh Dalam Selimut Karya Liang Ie Shen Hati Budha Tangan Berbisa 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama