Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Bagian 3
Dalam jarak satu tombak Puspa Dewi berhenti dan berdiri
di depan ayahnya, memandang laki-laki yang masih berlutut
dan menangis tanpa suara itu. Air mata semakin deras keluar
dari kedua matanya, mengalir di atas kedua pipinya.
"Ayah. . bangunlah.. ." katanya lirih.
166 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prasetyo atau Senopati Yudajaya menurunkan kedua
tangannya, mengangkat mukanya yang pucat dan basah air
mata itu memandang kepada Puspa Dewi dan dengan kaki
gemetar dia bangkit berdiri. Ayah dan anak ini sejenak saling
pandang. "Engkau. . engkau Puspa Dewi, anak Lasmi.. . kau.. .
anakku.. ."
"Ayah. . ! " Mereka saling tubruk dan saling rangkul,
keduanya menangis. Prasetyo mendekap kepala itu ke
dadanya, menengadah dengan mata basah.
"Duh Gusti. . terima kasih atas anugerah yang
membahagiakan ini.. .! Puspa Dewi, anakku, engkau mau
memaafkan Ayahmu ini?"
Puspa Dewi tidak dapat menjawab dengan suara karena
keharuan serasa mencekik lehernya, la hanya mengangguk
dalam rangkulan ayahnya.
"Ibumu di mana?"
Sebelum Puspa Dewi menjawab. Tumenggung Jayatanu
berkata. "Sebaiknya kita masuk dan bicara di dalam. Tidak
enak dan tidak leluasa bicara di sini."
Prasetyo teringat bahwa di situ banyak perajurit yang kini
memandang ke arah mereka dengan heran.
167 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari, Anakku, kita bicara di dalam."
Puspa Dewi tidak membantah dan membiarkan dirinya
digandeng ayahnya memasuki gedung tumenggungan itu.
Tumenggung Jayatanu dan Niken Harni mengikuti dari
belakang. Hati kakek dan cucunya ini merasa lega bahwa
Puspa Dewi tidak jadi mengamuk seperti yang mereka kira.
Nyai Tumenggung menyambut dan ketika ia mendengar
bahwa gadis yang datang itu adalah puteri Prasetyo dan
Lasmi, ia memegang kedua tangan Puspa Dewi dan berkata
lembut. "Ah, Cicuku! Engkau Cucuku juga karena sudah lama
Ayahmu mencari-carimu sehingga kami juga merasa prihatin
sekali." Pada saat itu, seorang wanita berusia sekitar tiga puluh
enam tahun yang berwajah lembut muncul. Ketika ia
mendengar bahwa gadis itu adalah Puspa Dewi, ia
merangkulnya dan suaranya serak karena terharu ketika
bicara. "Aduh, Anakku! Kami semua bingung memikirkan Ibumu.
Ayahmu selalu merasa menyesal dan berduka kalau teringat
kepada Ibumu dan engkau. Mengapa Mbakyu Lasmi tidak
mau tinggal di sini" Di mana adanya Mbakyu Lasmi sekarang
dan mengapa ia tidak ikut datang ke sini?"
168 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Dewi merasa terharu dan diam-diam ia harus
mengakui bahwa keluarga Tumenggung Jayatanu adalah
orang-orang yang baik hati, tidak seperti yang semula ia duga.
Biarpun mereka adalah orang-orang bangsawan, namun sama
sekali tidak angkuh, bahkan ibu tirinya yang tadinya ia benci
karena ia anggap wanita itu merebut ayahnya dari samping
ibunya, bersikap demikian ramah dan baik.
Mereka kini duduk mengitari sebuah meja bundar.
Keharuan sudah mereda dan mereka dapat bersikap biasa,
bahkan Prasetyo kini sudah berseri wajahnya, jelas dia
berbahagia sekali dapat bertemu dengan puterinya.
Tumenggung Jayatanu masih merasa penasaran dan dia
berkata. "Wah, aku telah salah sangka. Kukira tadi bahwa engkau
adalah puteri Kerajaan Wura-wuri yang dulu membantu
persekutuan pemberontak dan kini datang untuk melakukan
kekacauan!" katanya sambil tersenyum lebar. "Tentu hanya
merupakan persamaan nama yang kebetulan saja."
"Eyang tidak salah sangka. Memang sayalah Sekar
Kedaton Wura-wuri itu, Eyang."
"Apa.. ?"" Tumenggung Jayatanu berseru kaget sambil
bangkit berdiri dari kursinya. Juga Niken Harni, Dyah Mularsih,
dan Nyai Tumenggung terkejut dan memandang kepada
169 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Dewi dengan mata terbelalak. Akan tetapi Prasetyo
atau Senopati Yudajaya tetap tenang bahkan dia tertawa dan
berkata. "Kanjeng Rama dan semua saja harap jangan kaget dan
khawatir. Saya telah mendengar dari Gusti Patih Narotama
bahwa Puspa Dewi yang tadinya mewakili Wura-wuri
bersekutu dengan pemberontak itu telah mengubah sikap,
berbalik membela Kahuripan dan menentang persekutuan
pemberontak. Bahkan, Gusti Patih memerintahkan kepada
saya dan pasukan khusus untuk menyelidiki di mana adanya
Puspa Dewi dan mengundangnya ke istana karena Gusti
Sinuhun berkenan ingin bertemu dengannya. Tadinya saya
mengira bahwa tentu Puspa Dewi yang dimaksudkan sebagai
puteri Wura-wuri itu bukan anak saya, tentu hanya persamaan
nama yang kebetulan saja. Akan tetapi, baru saja Puspa Dewi
mengaku bahwa Sekar Kedaton Wura-wuri itu memang ia
orangnya! Nah, Puspa Dewi Anakku, engkau telah membuat
kami semua menjadi heran, bingung dan bertanya-tanya.
Apakah.. apakah.. " wajah Prasetyo berubah, jelas ia tampak
rikuh dan segan mengajukan pertanyaan selanjutnya.
"Apakah apa, Ayah?" Puspa Dewi mendorongnya.
"Apakah. . maaf, apakah Ibumu kini menjadi permaisuri di
Wura-wuri?"
170 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Dewi menggeleng kepalanya. "Sebelum aku memberi penjelasan dan menceritakan pengalaman Ibu dan saya, saya harap Ayah suka menceritakan dulu bagaimana dan mengapa Ayah dan Ibu sampai berpisah."
Prasetyo memandang kepada isterinya dan Dyah Mularsih berkata dengan lembut dan tenang. "Kakangmas Prasetyo, tidak perlu sangsi dan bimbang, ceritakan saja semuanya.
Anakmu Puspa Dewi memang berhak untuk mengetahui segalanya agar terhapus semua sangkaan yang keliru."
"Benar kata-kata isterimu itu. Keterbukaan itu penting sekali bagi sebuah keluarga agar terdapat saling pengertian.
Kesalahan yang terlanjur dilakukan dapat! ditebus dengan penyesalan dan pengakuan secara jujur." kata'Tumenggung Jayatanu
Mendengar ucapan ibu tiri dan kakek tirinya itu, Puspa Dewi menjadi rikuh dan merasa tidak enak hati. Mereka begitu terbuka dan sikap mereka membayangkan bahwa mereka adalah keluarga yang terhormat dan baik budi.
"Baiklah, Puspa Dewi. Begini ceritanya. Aku menikah dengan Lasmi, Ibumu itu dan kami hidup berbahagia di kota raja ini di mana aku bekerja sebagai seorang perwira pengawal. Ketika Ibumu mengandung, ia minta pulang ke dusun Munggung agar kalau ia melahirkan, ia akan dekat 171
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Ibunya yang akan merawatnya. Aku mengantarnya
pulang ke Munggung."
"Ibu telah bercerita tentang itu kepada saya. Setelah Ibu
tinggal di Munggung sampai saya terlahir, Ayah telah menikah
lagi..." Puspa dewi memandang kepada Dyah Mularsih dan
merasa rikuh. "Maaf, Ibu. . saya tidak bermaksud menuntut,
hanya menceritakan yang sebenarnya."
Dyah Mularsih tersenyum. "Tidak mengapa, Anakku,
memang sudah semestinya begitu. Kami saling mencinta dan
ketika aku mendengar bahwa Ayahmu telah beristeri, aku
yang sudah terlanjur saling jatuh cinta, dapat menerima untuk
menjadi isteri kedua."
"Begitulah, Puspa Dewi." Prasetyo melanjutkan.
"Sesungguhnya, tidak ada niatku semula untuk tidak setia
kepada Lasmi. Akan tetapi, berbulan-bulan aku hidup seorang
diri di kota raja, dan pada suatu hari, secara kebetulan aku
menolong Ibumu ini, Dyah Mularsih, yang terancam bahaya
karena kuda yang ditungganginya kabur dengan liar. Aku
berhasil menyelamatkannya dan sejak saat itu, kami saling
jatuh cinta. Akhirnya, karena akrab dengannya, aku harus
bertanggung jawab menikahinya. Aku mengajak Ibumu yang
telah melahirkan untuk kuboyong ke sini, akan tetapi Ibumu
tidak mau, berkeras ia menolak untuk kuboyong ke rumah ini."
172 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu benar, Puspa Dewi. Bahkan aku sendiri yang
mendesak Ayahmu agar Mbakyu Lasmi diboyong ke sini dan
hidup satu keluarga dengan kami. Akan tetapi ia selalu
menolak." "Ibu juga telah menceritakan hal Itu. Ibu menolak karena
merasa malu kalau harus tinggal di sini yang dianggapnya
mondok di rumah madunya. Ia rela dimadu, akan tetapi Ibu
yang merasa sebagai orang kecil yang miskin, tidak mau
merendahkan diri. Saya kira hal ini tidak buruk karena kalau
seorang wanita dusun yang miskin tidak memiliki harga diri,
lalu apa yang ia miliki?"
an, Cucuku!" kata Tumenggung Jayatanu. "Ibumu seorang
wanita yang berhati keras. Ia berkeras tidak mau pindah ke
sini sehingga tentu saja amat sukar bagi Ayahmu memiliki dua
orang istrri yang tempat tinggalnya jauh terpisah. Setelah jelas
Ibumu tidak mau pindah dan Ayahmu menjadi bingung, aku
lalu minta Ayahmu mengambil keputusan dan bertanggung
jawab. Tidak mungkin dia mempunyai dua orang isteri yang
terpisah jauh tempat tinggalnya. Maka jalan satu-satunya
adalah Ayahmu harus memilih salah satu, yaitu menceraikan
Dyah Mularsih dan hidup bersama Ibumu, atau
"Ya, itulah yang menjadikan persoalan, cucuku " kata
Tumenggung Jayatanu "Ibumu seorang berhati keras. Ia
bersikeras tidak mau pindah kesini, sehingga tentu saja amat
173 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sukar bagi ayahmu memiliki dua isteri yang tempatnya jauh
terpisah. Setelah jelas ibumu tidak mau dan ayahmu menjadi
bingung, aku lalu minta ayahmu mengambil keputusan dan
bertanggung jawab. Tidak mungkin dia mempunyai dua isteri
yang terpisah jauh tempat tinggalnya. Maka jalan satu-satunya
adalah ayahmu harus memilih salah satu, yaitu menceraikan
Dyah Mularsih dan hidup bersama ibumu, atau menceraikan
Ibumu dan hidup dengan kami di sini."."
"Ya, demikianlah, Puspa Dewi. Aku menjadi bingung sekali.
Aku mendatangi Diajeng Lasmi dan kuceritakan hal itu.
Kuceritakan bahwa aku merasa berat untuk menceraikan
salah seorang, apalagi kedua orang isteriku sama-sama telah
mempunyai anak. Lasmi mempunyai engkau dan Dyah
Mularsih mempunyai Niken Harni ini. Aku menjadi serba salah
dan aku masih seringkali berkunjung ke Munggung, bahkan
ketika engkau baru berusia beberapa hulan, Ibumu diganggu
dan hendak dikawin dengan paksa oleh Darsikun putera
seorang demang. Ibumu menolak dan Bapak mertuaku, yaitu
Ayah dari Ibumu, membela Lasmi akan tetapi dia malah tewas
dibunuh. Pada saat itu aku datang dan kubunuh Darsikun dan
dua orang tukang pukulnya. Setelah terjadi hal itu, tak lama
kemudian, Nenekmu Ibu mertuaku, sakit-sakitan dan
meninggal dunia pula. Kemudian, tanpa memberitahu
kepadaku, Ibumu mengajak engkau pergi. Tidak ada orang
174 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui kemana perginya dan percayalah, kami berusaha
mencari Ibumu akan tetapi gagal, Ibumu seolah-olah hilang
tak meninggalkan jejak, dan tak tentu rimbanya." Prasetyo
berhenti dan memandang kepada anaknya dengan sedih.
"Mbakyu Puspa Dewi, sejak aku dapat mengingat, Ayahku
selalu berduka mengingat Ibu Lasmi dan engkau sehingga
aku, Ibu, Kakek dan Nenek juga ikut bersedih. Semua
keluarga mengharapkan dapat bertemu dan mengajak Ibu
Lasmi dan engkau hidup bersama kami di sini." kata Niken
Harni yang tadi ikut pula mengeluarkan air mata karena haru
melihat ayahnya dan kakek tirinya.
"Nah, sekarang tiba giliranmu, Puspa Dewi. Ceritakanlah,
apa yang terjadi dengan Ibumu dan engkau setelah
meninggalkan Munggung?" tanya Prasetyo.
Daun pintu diketuk dan percakapan terhenti. Setelah
diperbolehkan masuk, seorang pelayan datang membawa
Baki (nampan) berisi cangkir-cangkir minuman. Setelah
menaruh minuman di atas meja, Nyai Tumenggung memberi
isyarat dengan tangannya agar pelayan itu cepat pergi
meninggalkan ruangan itu.
"Baiklah, sekarang saya akan menceritakan semua, akan
tetapi dengan singkat saja karena sesungguhnya amat tidak
menyenangkan menceritakan semua pengalaman buruk itu.
175 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut penuturan Ibuku, setelah meninggalkan Munggung
Ibu membawa saya merantau dan selalu menyembunyikan
nama agar tidak mudah dilacak ke mana Ibu pergi. Akhirnya,
setelah merantau dengan susah payah, mengalami banyak
penderitaan, berpindah-pindah dari satu dusun ke dusun lain,
selalu memilih dusun yang sunyi terpencil, Ibu tinggal di dusun
Karang Tirta, ketika itu saya berusia sekitar enam tahun."
"Kasihan Diajeng Lasmi." kata Prasetyo terharu.
'Ketika itu Ibumu sih muda, mengapa tidak menikah lagi?"
tanya Tumenggung Jayatanu.
"Kata Ibu, selama itu memang banyak laki-laki yang
meminangnya sebagai isteri, akan tetapi semua Ibu tolak
karena Ibu hanya ingin hidup berdua dengan saya dan tidak
ingin diganggu dengan kehadiran orang lain. Kami tinggal di
Karung Tirta dan Ibu merasa tenteram dan tenang di sana
sehingga sampai bertahun-tahun kami tidak pindah lagi.
Ketika saya berusia tiga belas tahun, terjadilah peristiwa yang
mengubah sama sekali kehidupan Ibu dan saya. Saya diculik
dan dibawa lari Nyi Dewi Durgakumala."
"Aduh! Nyi Dewi Durgakumala, datuk sesat dari Wura-wuri
itu?" kata Tumenggung Jayatanu kaget.
"Benar, Eyang. Saya tidak boleh meninggalkannya dan
kalau saya nekat tentu saya akan dibunuhnya. Akan tetapi, ia
176 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersikap baik sekali kepada saya. Ia mengambil saya menjadi
muridnya dan mengajarkan aji kanuragan kepada saya."
"Wah, pantas engkau digdaya sekali, Mbakayu Puspa
Dewi!" seru Niken Harni. "Engkau harus mengajarkan
kesaktianmu kepadaku!"
"Niken, biarkan Mbakayumu melanjutkan ceritanya dulu!"
kata Prasetyo, menegur puterinya.
"Akan tetapi, Nyi Dewi Durgakumala terkenal sebagai
seorang datuk wanita yang amat jahat dan kejam.. ." kata
Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tumenggung Jayatanu dengan suara meragu sambil menatap
wajah Puspa Dewi, seolah dia khawatir mendengar gadis itu
mempunyai guru sejahat itu.
"Memang benar. Eyang, la jahat sekali dan melakukan
banyak kekejaman sehingga seringkali bentrok dengan saya.
Akan tetapi, ia menyayang saya dan menganggap saya
sebagai anaknya sendiri sehingga sering juga ia mendengar
omongan saya dan membatalkan perbuatan jahatnya.
Kemudian, Nyi Dewi Durgakumala menjadi isteri Adipati
Bhismaprabhawa dari Wura-wuri. Karena saya telah diakui
sebagai anak oleh Nyi Dewi Durgakurnala, maka dengan
sendirinya saya menjadi Sekar Kedaton Kerajaan Wura-wuri.
Sebagai puteri angkat Permaisuri Wura-wuri, saya dijadikan
utusan yang mewakili Wura-wuri dalam persekutuan para
177 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kadipaten yang bergabung dengan pemberontak di Kahuripan,
untuk menjatuhkan Sang Prabu Erlangga yang mereka
musuhi." "Lalu engkau diselundupkan ke istana Sang Prabu
Erlangga sebagai pelayan pribadi Selir Mandari, begitu yang
kudengar sehingga aku mengira engkau tentu memusuhi
Kahuripan. Baru sekarang aku mendengar dari Prasetyo tadi
bahwa engkau malah membela Kahuripan dan menentang
para pemberontak." kata Tumenggung Jayatanu.
"Saya tidak dapat menolak perintah Adipati
Bhismaprabhawa dan Nyi Dewi Durgakumala maka saya lalu
berangkat ke Kahuripan dan secara rahasia bergabung
dengan persekutuan itu. Akan tetapi setelah saya .bertemu
dengan Ki Patih Narotama dan Sang Prabu Erlangga, saya
menjadi tahu bahwa Kahuripan dipimpin orang-orang yang
bijaksana, sebaliknya persekutuan itu terdiri dari orang-orang
yang jahat dan sesat. Maka setelah menyadari hal itu, saya
membalik, membela Kahuripan dan menentang persekutuan
itu dapat dihancurkan, tentu saja saya tidak berani kembali ke
Wura-wuri karena mereka tentu akan memusuhi saya yang
telah mengkhianati mereka."
"Engkau sama sekali bukan pengkhianat, Puspa Dewi."
kata Prasetyo. "Engkau adalah Anakku dan Lasmi. Kami
berdua adalah kawula Kahuripan, maka engkau juga kawida
178 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan yang sudah semestinya membela Kahuripan dan
menentang mereka yang memusuhi Kahuripan. Akan tetapi,
bagaimana dengan Ibumu?"
Puspa Dewi merasa tidak enak sekali untuk menceritakan
ibunya. Akan tetapi ia tidak dapat mengelak dan memang
lebih baik berterus terang, la pun siap membela ibunya kalau
dianggap bersalah.
"Sampai saya berusia tiga belas tahun, selama itu Ibu tidak
mau menjadi isteri orang karena Ibu ingin hidup berdua
dengan saya tanpa ada gangguan seorang suami yang tentu
akan menjadi Ayah tiriku. Akan tetapi saya diculik Nyi Dewi
Durgakumala. Ibu menjadi bingung dan kehilangan pegangan.
Saya adalah satu-satunya orang yang dekat dengannya dan
menjadi tumpuan harapannya akan tetapi saya hilang tanpa
ada yang mengetahui ke mana saya dilarikan penculik. Dalam
keadaan bingung, gelisah, duka yang membuat Ibu putus asa
itu, datang uluran tangan dari Ki Lurah Suramenggala, lurah
dusun Karang Tirta."
"Ah, Lurah Suramenggala yang dipecat oleh Gusti Patih
Narotama itu?" Tumenggung Jayatanu berseru.
"Jadi Eyang sudah mengetahui hal itu?"
"Aku hanya mendengar bahwa Gusti Patih telah memecat
Lurah Karang Tirta yang dianggap nyeleweng dan Ki
179 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suramenggala beserta seluruh keluarganya diusir keluar dari
dusun Karang Tirta. Lalu bagaimana selanjutnya dengan
Ibumu?" Dalam keadaan gelisah, bingung dan putus asa itu Ibu
dihibur oleh Ki Lurah Suramenggala. Sikap lurah itu baik sekali
kepada Ibu, bahkan menjanjikan akan mencari saya sampai
dapat ditemukan. Tentu saja dalam keadaan seperti itu,
datang uluran tangan, Ibu berterima kasih sekali dan.. dan Ibu
tidak dapat menolak ketika Ki Suramenggala mengambilnya
menjadi selirnya." Puspa Dewi menghentikan kata-katanya
dan mengamati wajah ayahnya dengan penuh selidik untuk
mengetahui bagaimana tanggapan batin pria itu terhadap
cerita tentang ibunya.
Sepasang alis Prasetyo berkerut, dia mengangkat muka
setelah tadi menunduk, memandang kepada Puspa Dewi dan
menghela napas panjang. "Diajeng Lasmi berhak untuk
menikah lagi dengan pria mana pun yang ia sukai, malah
sebetulnya hal itu sudah sejak dulu ia lakukan."
Yang lain-lain diam saja tidak memberi komentar karena
maklum bahwa urusan itu rawan dan peka sekali bagi
perasaan Prasetyo dan terutama Puspa Dewi.
Melihat sikap dan mendengar ucapan ayahnya, Puspa
Dewi merasa lega. Ayah kandungnya ini ternyata seorang
180 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bijaksana. Andaikata ayahnya menyambut cerita itu
dengan memperlihatkan kemarahan, ia tentu akan menegur
ayahnya untuk bercermin dan melihat bahwa keadaan ibunya
itu dialah yang menjadi sebabnya. Kini, melihat sikap ayahnya,
Puspa Dewi juga menghela napas panjang
"Sayang sekali, Ibu yang sedang kebingungan karena
kehilangan saya itu, ternyata salah lihat, dan salah pilih. Lurah
itu bagaikan musang berbulu ayam atau srigala bermuka
domba. Dia menolong Ibu bukan karena dia merasa iba,
bukan karena kebaikan hatinya, melainkan karena memang
sejak dulu dia menaksir Ibu. Maka dapat dibayangkan betapa
kesengsaraan Ibu semakin parah, sudah kehilangan saya,
bertambah lagi menjadi selir orang yang ternyata berwatak
buruk dan jahat."
"Duh Gusti. . kasihan Diajeng Lasmi, terlunta-lunta dan
semua itu gara-gara aku. ." Prasetyo mengeluh.
"Yang bersalah adalah aku." kata Dyah Mularsih sambil
menundukkan mukanya. "Aku telah merampas Kakangmas
Prasetyo dari Ibumu, Puspa Dewi."
"Tidak, Akulah yang bersalah!" kata Tumenggung
Jayatanu. "Kalau aku membiarkan Prasetyo tinggal di
rumahnya sendiri, tentu hal ini tidak berlarut-larut."
181 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi rumah sebesar ini, apakah harus ditinggali kita
berdua saja?" Nyai Tumenggung membantah suaminya, lalu
berpaling kepada Puspa Dewi. "Puspa Dewi, aku tidak tahan
untuk berpisah dari Anakku Dyah Mularsih adalah Anakku
satu-satunya, bagaimana mungkin kami membiarkan ia pergi
ikut suaminya pindah ke rumah lain membiarkan kami berdua
orang tua kesepian dalam rumah sebesar ini" Aku memang
bersalah, karena akulah yang membujuk Eyangmu untuk
melarang agar Dyah Mularsih jangan pindah meninggalkan
kami." Mendengar ucapan mereka dan melihat betapa mereka itu
bersungguh-sungguh merasa bersalah dan menyatakan
penyesalan mereka dalam suara mereka, Puspa Dewi
menghela napas panjang dan berkata, "Sesungguhnya, Ibuku
juga bersalah, la terlalu keras hati dan berkukuh tidak mau
diboyong Ayah ke sini, andaikata ketika itu ia mau, tentu tidak
timbul persoalan lagi."
Tiba-tiba terdengar suara tawa yang tentu saja terdengar
janggal dan memecahkan suasana haru dan serius tadi. Suara
tawa merdu dari mulut Niken Harni.
"He-he-he-hi-hik! Semua orang mengaku salah. Eyang
Kakung (Kakek) bersalah, Eyang Puteri (Nenek) bersalah,
Ayah bersalah, Ibu bersalah, dan menurut Mbakayu Puspa
Dewi, Ibu Lasmi juga bersalah! Mbakayu Puspa Dewi, lalu kita
182 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdua ini bagaimana" Apakah kita berdua sebagai Anakanak mereka juga bersalah?"
Puspa Dewi tertawa dan semua orang tertawa sehingga
suasananya berubah gembira. Ternyata pengakuan bersalah
dari dirinya sendiri itu mendatangkan kelegaan yang
membangkitkan kegembiraan!
"Yah, beginilah seharusnya. Dunia penuh pertikaian,
permusuhan, semua itu dikarenakan setiap orang merasa
benar sendiri dan mencari-cari kesalahan orang lain sehingga
saling menyalahkan yang menimbulkan permusuhan. Kalau
saja kita masing-masing mencari dan menemukan lalu berani
mengakui kesalahan sendiri masing-masing, dunia ini tentu
akan damai dan tenteram. Pertaubatan dan pembaharuan
langkah hidup dimulai dengan pengakuan kesalahan diri
sendiri." kata Tumenggung Jayatanu. Semua orang terdiam
dan ucapan itu mendatangkan kesan mendalam.
"Puspa Dewi, lalu bagaimana dengan Ibumu" Bagaimana
keadaannya sekarang dan di mana ia berada?" tanya
Prasetyo atau Senopati Yudajaya.
"Tadi Eyang Tumenggung sudah menceritakan bahwa
Gusti Patih Narotama membikin pembersihan di dusun Karang
Tirta. Ki Lurah Suramenggala dipecat dan diusir dari Karang
Tirta. Ibu menggunakan kesempatan ini untuk membebaskan
183 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri dari Ki Suramenggala dan tidak mau ikut dia pergi. Ibu lalu
diterima oleh Ki Pujosaputro beserta keluarganya. Ki
Pujosaputro adalah lurah baru Karang Tirta hasil pilihan
penduduk dusun itu dan disahkan oleh Gusti Patih Narotama.
Semua yang terjadi itu saya ketahui dari penuturan Ibu. Ketika
saya berada di sana, pada suatu hari datang lima orang
senopati Wura-wuri yang diperintahkan Adipati
Bhismaprabhawa untuk menangkap saya. Tentu saja saya
tidak mau dan terjadi perkelahian. Saya dikeroyok lima orang
senopati itu. Kemudian mereka bertindak curang. Seorang di
antara mereka menangkap Ibuku dan mengancam saya untuk
menyerah, kalau tidak mereka akan membunuh Ibuku."
"Wah, licik! Curang! Kalau aku berada di sana, tentu aku
akan membantumu, Mbakayu Puspa Dewi!" teriak Niken Harni
sambil bangkit berdiri dan mengepal kedua tangannya!
"Niken, biarkan Mbakayumu melanjutkan ceritanya." kata
Prasetyo dan Niken Harni duduk kembali.
"Pada saat yang gawat karena saya meragu harus berbuat
apa, dan Ibu berteriak agar aku tidak menyerah, tiba-tiba
muncul seorang kakek yang sakti mandraguna dan dia
membuat lima orang Wura-wuri itu ketakutan dan melarikan
diri. Kakek itu lalu pergi begitu saja. Saya merasa kagum dan
penasaran. Saya kejar dia dan akhirnya setelah kami
berkejaran semalam suntuk, kakek itu mengalah dan berhenti.
184 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beliau lalu memberi pelajaran kepada saya selama tiga
bulan." "Mbakayu Puspa Dewi, siapakah Kakek itu" Kalau dia
begitu sakti mandraguna, saya pun ingin menjadi muridnya!"
"Nama beliau adalah Sang Maha Resi Satyadharma dari
Gunung Agung di Bali-dwipa."
"Jagad Dewa Bathara.. .!" Tumenggung Jayatanu berseru
dengan kagum dan heran. "Maha Resi Satyadarma" Beliau
adalah guru Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama!"
"Benar, Eyang. Beliau juga memberitahu saya akan hal itu."
"Waduh! Hebat engkau, Mbakayu! Engkau menjadi saudara
seperguruan Gusti Sinuhun dan Gusti Patih!"
"Ah, mana bisa dikatakan begitu, Niken. Kedua Beliau itu
adalah murid-murid Eyang Maha Resi Satyadharma selama
bertahun-tahun, sedangkan aku hanya mendapat polesan
selama tiga bulan saja."
"Niken, jangan memotong cerita Mbakayumul" Nyai
Tumenggung menegur cucunya.
"Baik.. baik.. !" Niken cemberut manja. "Nah, silakan melanjutkan ceritamu, Mbakayu Dewi."
"Setelah membimbing saya selama tiga bulan, Eyang Resi
lalu berpisah dari saya dan saya langsung pergi ke kota raja
185 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mencari Ayah dan menceritakan segala hal mengenai
Ibu. Sungguh menyesal sekali kedatangan saya menimbulkan
kekacauan, Eyang. Mohon diampuni kelancangan saya."
Tumenggung Jayatanu, isterinya, juga Prasetyo dan Dyah
Mularsih, merasa terharu mendengar ucapan terakhir Puspa
Dewi itu. "Ah, itu hanya kesalahpaharhan di pihak kami, Puspa
Dewi." kata Tumenggung Jayatanu.
"Niken Harni, engkau mendengar semua cerita Mbakayumu
tadi" Nah, contohlah sikap dan sepak terjang Mbakayumu itu,
jangan sekali-kali bersikap tinggi hati dan manja."
Niken cemberut. "Aih, Ibu.. ! Siapa sih yang tinggi hati dan
manja?" "Jadi sekarang Diajeng Lasmi masih berada di Karang
Tirta?" "Benar, Ayah. Di rumah Ki Lurah Pujosaputro."
"Kalau begitu, kita berangkat ke sana, sekarang juga untuk
menjemputnya!"
"Aku ikut, Ayah!" kata Niken Harni.
"Sebaiknya kita semua pergi ke sana beramai-ramai
menjemput Mbakayu Lasmi. Dengan begitu ia tentu maklum
186 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan maksud baik kita dan mau ikut ke sini." kata Dyah
Mularsih. "Isterimu benar, Prasetyo. Akan tetapi sebelum kita pergi ke
Karang Tirta, aku ingin lebih dulu menghadapkan Puspa Dewi
kepada Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama karena
memang aku pernah ditugaskan untuk mencari Puspa, Dewi
dan membawanya menghadap ke istana. Puspa Dewi, engkau
tidak keberatan untuk menghadap kedua Beliau itu, bukan?"
"Tentu saja tidak, Eyang. Kalau memang Gusti Sinuhun
dan Gusti Patih memanggil saya, saya akan menghadap
dengan senang hati."
Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Puspa Dewi diterima oleh keluarga Tumenggung Jayatanu
sebagai keluarga sendiri sehingga ia merasa senang. Apalagi
kalau membayangkan bahwa ibunya akan diterima pula,
bersatu dengan ayahnya, hatinya merasa gembira sekali.
Setelah tinggal semalam di gedung tumenggungan itu, pada
keesokan harinya Tumenggung Jayatanu mengajak Puspa
Dewi untuk menghadap Ki Patih Narotama di kepatihan.
Kebetulan sekali Ki Patih berada di rumah sehingga
mereka dapat diterima langsung. Ki Patih Narotama menerima
mereka di ruangan depan dan wajahnya berseri ketika dia
mengenal siapa yang datang bersama Tumenggung Jayatanu.
187 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kiranya Paman Tumenggung Jayatanu yang datang.
Dan ini... bukankah Puspa Dewi..." Silakan duduk, mari
silakan duduk di sini." Ki Patih menerima sembah mereka dan
mempersilakan duduk di atas kursi, berhadapan dengan dia.
Ki Patih Narotama memang bersikap lembut dan ramah
kepada para pamong praja yang menjadi bawahannya. Dia
tidak mau kalau dia dihormati secara berlebihan seperti
seorang raja dan selalu menerima para bawahannya dengan
sama-sama duduk di atas kursi.
"Paman Tumenggung, saya merasa gembira sekali Paman
datang membawa Puspa Dewi."
"Sesungguhnya, Gusti Patih, saya juga merasa berbahagia
sekali dapat bertemu dengan Cucu saya ini dan membawanya
ke hadapan Paduka."
"Cucu" Apakah Puspa Dewi ini cucumu, Paman?"
"Benar, Gusti, ia adalah Cucu saya, maksud saya Cucu tiri,
karena dia adalah anak kandung mantu saya Senopati
Yudajaya dari isteri yang pertama."
"Hemm, benarkah ini, Puspa Dewi" Setahuku Andika
adalah murid Nyi Durgakumala, bahkan kemudian Andika
menjadi Sekar Kedaton Wura-wuri ketika Gurumu yang
mengangkatmu sebagai anak Itu menjadi permaisuri wura
188 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wuri! Bagaimanakah sebetulnya semua ini" Coba jelaskan
agar aku tidak menjudi ragu dan bingung."
Puspa Dewi menyembah, la pernah bertemu dengan Ki
Patih Narotama ini. Bahkan ketika itu, ia mencari Ki Patih
Narotama untuk membunuhnya atas perintah gurunya, Nyi
Dewi Durgakumala yang mendendam kepada patih itu. Akan
tetapi, selain ia tidak mampu menandingi Ki Patih Narotama
yang sakti mandraguna, juga sebaliknya patih itu memberi
wejangan-wejangan yang menyadarkan pikiran dan membuka
mata batinnya bahwa gurunya adalah seorang yang amat
sesat. Pertemuannya dengan Nurseta, dan terutama dengan
Ki Patih Narotama inilah yang membuat ia sadar dan
mendorongnya untuk membela Kahuripan dan menentang
persekutuan pemberontak yang berusaha menggulingkan
Sang Prabu Erlangga dari tahta. Maka, gadis ini amat
menghormati Ki Patih Narotama dan sebelum menjawab
pertanyaan tadi, ia lebih dulu menyembah dengan hormat.
"Memang riwayat hamba agak ruwet, Gusti. Hamba sendiri
baru saja mengetahui siapa Ayah hamba dan bahwa Eyang
Tumenggung ini adalah Eyang hamba. Ketika hamba masih
kecil, Ibu hamba berpisah dari Ayah hamba dan tinggal di
dusun Karang Tirta."
"Hemm, sekarang aku ingat. Ketika aku melakukan
penyelidikan ke Karang Tirta, aku mendengar bahwa Ki
189 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suramenggala mempunyai dua orang anak yang digdaya,
puteranya sendiri adalah Si Linggajaya yang jahat itu dan
puteri tirinya adalah Puspa Dewi. Kemudian setelah aku
mengusir Ki Suramenggala, aku melihat Nyi Lasmi yang tidak
mau ikut dan menangis, menceritakan bahwa ia terpaksa
menjadi selir Ki Suramenggala yang hidup sewenang-wenang
sebagai lurah di Karang Tirta. Nyi Lasmi itukah Ibumu?"
"Benar, Gusti. Hamba diaku sebagai anak oleh guru
hamba, Nyi Dewi Durgarkumala dan setelah guru hamba
menjadi permaisuri Kerajaan Wura-wuri hamba menjadi Sekar
Keraton. Maka hamba tidak dapat menolak ketika hamba
diutus menjadi wakil Wura-wuri untuk bergabung dengan
kadipaten lain yang berusaha untuk menjatuhkan Sang Prabu
Erlangga dari tahta. Akan tetapi setelah melihat kenyataan
bahwa Kahuripan berada di pihak benar dan para kadipaten
yang bersekutu dengan pemberontak Pangeran Hendratama
adalah pihak yang sesat, hamba mengambil keputusan untuk
berbalik membela Kahuripan dan menentang persekutuan itu."
"Ya, untuk itu Sang Prabu Erlangga dan aku merasa
gembira dan berterima kasih kepadamu, Puspa Dewi. Maka
para senopati termasuk Paman Tumenggung Jayatanu
dipesan agar mencarimu dan kalau bertemu denganmu,
mengajak engkau datang menghadap. Lanjutkan ceritamu."
190 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setelah perang usai, hamba kembali ke Karang Tirta dan
mendengar bahwa Ibu hamba telah dapat terbebas dari Ki
Suramenggala, hamba merasa lega karena sesungguhnya
hamba juga tidak suka mempunyai Ayah tiri seperti Ki
Suramenggala yang kejam dan jahat. Ketika itu, Ibu hamba
berterus terang kepada hamba bahwa Ayah kandung hamba
sesungguhnya belum mati seperti yang ia ceritakan
sebelumnya. Setelah ia menceritakan tentang Ayah kandung
hamba, hamba lalu mencarinya ke kota raja dan akhirnya
hamba bertemu dengan Ayah kandung hamba, juga dengan
Eyang Tumenggung Jayatanu dan semua keluarganya. Nah,
demikianlah Gusti Patih dan atas kehendak Eyang
Tumenggung, sekarang hamba dibawa menghadap Paduka."
191 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid V KI PATIH NAROTAMA mengangguk-angguk. "Bagus
sekali, dan aku ikut merasa gembira bahwa akhirnya engkau
dapat bertemu kembali dengan Ayahmu Senopati Yudajaya
dan keluarganya dan lebih senang lagi bahwa engkau telah
menyadari bahwa sudah semestinya engkau membela
Kahuripan karena engkau kawula Kahuripan mengingat
bahwa Karang Tirta adalah wilayah Kahuripan, Puspa Dewi.
Sekarang, marilah engkau dan Paman Tumenggung kuantar
menghadap Gusti Sinuhun."
Mereka bertiga lalu pergi ke istana dan seperti biasa, Ki
Patih Narotama adalah satu-satunya pembantu Sang Prabu
Erlangga yang dengan mudah dapat keluar masuk istana
tanpa pengawasan atau pertanyaan. Ketika pengawal dalam
keraton melaporkan, Sang Prabu
Erlangga dengan gembira siap menerima Ki Patih
Narotama yang membawa Tumenggung Jayatanu dan Puspa
Dewi datang menghadap.
Sang Prabu Erlangga juga menyatakan kegembiraan
hatinya, dan berterima kasih kepada Puspa Dewi akan apa
yang pernah ia lakukan ketika ia membela Kahuripan dan
menentang persekutuan di mana ia tadinya menjadi wakil.
Akan tetapi ketika Sang Prabu Erlangga menawarkan
192 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedudukan sebagai perwira pengawal wanita yang menjaga
keselamatan para penghuni istana bagian keputren, Puspa
Dewi menolak halus dengan sembah.
"Mohon beribu ampun, Gusti. Bukan hamba semata
menolak anugerah yang Paduka berikan kepada hamba.
Hamba menghaturkan banyak terima kasih dan hamba
merasa berbahagia sekail atas kemurahan hati Paduka
kepada hamba. Akan tetapi, Gusti, pada waktu ini hamba
masih ingin bebas dari semua ikatan. Hamba ingin merasakan
kebahagiaan hidup berkumpul dengan kedua orang tua
hamba, hal yang sejak kecil hamba rindukan. Walaupun
hamba tidak menjadi seorang punggawa, namun setiap saat
hamba siap membela kerajaan Paduka apabila ada pihak
yang mengganggu, Gusti."
Sang Prabu Erlangga mengangguk-angguk, tersenyum.
"Kami dapat memaklumi pendirianmu itu, Puspa Dewi.
Baiklah, kami pasti akan menghubungimu apa bila kami
membutuhkan bantuan.
Sekarang terimalah hadiah dari kami ini. Pusaka yang
berbentuk patrem Ini disebut Sang Cundrik Arum, hasil
tempaan Sang Empu Ramahadi di jaman Jawa Kandha.
Pernah menjadi pusaka ageman (pakaian) Sang Permaisuri
Bathari Nawangsih dari Kerajaan Medang Kamulan. Pusaka
193 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, selain ampuh dan memiliki daya pelindung dan
penyembuhan, juga dengan memegang pusaka ini
Andika dapat memasuki istana kami sewaktu-waktu
sebagai seorang kepercayaan kami, Puspa Dewi."
Puspa Dewi merasa senang, bangga dan terharu menerima
pusaka yang tak ternilai harganya itu. Ia berlutut menyembah,
menerima pusaka berbentuk patrem atau cundrik itu sambil
menghaturkan banyak terima kasih. Setelah menerima hadiah
lain berupa beberapa perangkat pakaian berikut perhiasan
yang serba indah, Puspa Dewi diperkenankan mundur
bersama Tumenggung Jayatanu, sedangkan Ki Patih
Narotama masih tinggal di istana untuk berbincang-bincang
dengan Sang Prabu Erlangga.
Dapat dibayangkan betapa bahagianya hati Puspa Dewi.
Senopati Yudajaya atau Prasetyo, ayah Puspa Dewi dan
seluruh keluarga Sang Tumenggung ikut merasa senang.
Kemudian keluarga itu berkemas dan pada hari yang sudah
mereka pilih dan tentukan, berangkatlah keluarga yang terdiri
dari Tumenggung Jayatanu, Nyai Tumenggung, Senopati
Yudajaya, Dyah Mularsih, Niken Harni, Puspa Dewi dan
selosin perajurit pengawal berikut kusirnya, dalam dua buah
kereta, menuju ke dusun Karang Tirta. Dusun Karang Tirta kini
194 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan dusun yang jauh lebih makmur dibandingkan
tahun-tahun yang lalu.
Rumah-rumah para penduduk telah diperbaiki semua. Juga
melihat pakaian mereka dan keadaan kesehatan tubuh
mereka, mudah diketahui bahwa seluruh penduduk dusun itu
sudah terangkat dari lembah kemiskinan. Setidaknya mereka
sudah tercukupi kebutuhan sandang-pangan-papan (pakaian,
makan, dan rumah tinggal). Semua ini terjadi dengan cepat
berkat kebijaksanaan Ki
Lurah Pujosaputro, pengganti Ki Lurah Suramenggala yang
dicopot oleh Ki Narotama kemudian diusir dari dusun Karang
Tirta. Tak dapat disangkal kenyataan bahwa kemakmuran tidak
jatuh begitu saja dari langit! Kebutuhan hidup manusia tidak
begitu saja disediakan Sang Hyang Widhi, walaupun jelas
bahwa semua bahannya memang hasil ciptaan Yang Maha
Pencipta. Sang Hyang Widhi menciptakan tanah, air, hawa
udara, sinar matahari, juga benih tanaman-tanaman. Semua
benda ini tidak dapat dibuat oleh manusia dan memang sudah
dianugerahkan kepada manusia untuk kepentingan hidup
manusia. Namun, semua benda itu tidak ada gunanya kalau
tidak diolah, dikerjakan, diusahakan oleh manusia sendiri.
Jasmani kita, berikut hati akal pikiran, juga merupakan ciptaan
Yang Maha Kasih, dan setiap bagian tubuh kita sudah dibuat
195 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedemikian rupa sehingga cocok dan tepat untuk dikerjakan
demi kesejahteraan hidup kita. Berkat dari Yang Maha Kasih
Itu tidak dapat dipisahkan dengan usaha kita, merupakan dwitunggal yang tidak dapat dipisahkan dan harus bekerja sama
untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup kita.
Semua bahan yang telah disediakan oleh-Nya itu tidak
akan ada gunanya kalau tidak kita olah dan kerjakan, yaitu kita
cangkul, kita airi, kita pupuk, kita pelihara dan rawat dengan
baik. Sebaliknya, betapa hebat pun kita berusaha, tanpa
adanya satu saja dari semua bahan yang sudah disediakan
oleh-Nya itu, juga tidak akan dapat menghasilkan apa-apa.
Itu merupakan tugas pribadi untuk mempertahankan hidup,
yaitu bekerja! Akan tetapi kita hidup bermasyarakat,
bernegara, berpemerintahan, terdiri dari banyak orang. Para
penduduk Karang Tirta terdiri dari ratusan orang. Masyarakat
perlu diatur, dengan hukum-hukum agar tidak kacau dan
saling berebut. Jelas bahwa kehidupan rakyat diatur oleh
hukum, agar tertib, agar adil dan membawa rakyat kepada
kemakmuran atau kesejahteraan seperti yang di damkan
setiap orang di mana pun di dunia ini.
Apakah adanya peraturan hukum menjamin datangnya
kemakmuran rakyat" Hukum adalah barang mati! Karena itu,
tangan-tangan yang memegang dan menguasai pelaksanaan
hukum itulah yang sepenuhnya diserahi wewenang dan tugas
196 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk memakmurkan rakyatnya. Jelas, ditangan para
pemimpinlah terletak kunci untuk membuka pintu kemakmuran
bagi rakyatnya.
Di Karang Tirta, orang pertama yang paling berkuasa
adalah Sang Lurah. Sesungguhnya, di tangannyalah
tergenggam nasib para penduduk Karang Tirta.
Ketika Ki Lurah Suramenggala menjadi lurah, dia bukan
merupakan seorang pemimpin yang baik. Dia menggunakan
semua sumber hasil tanah dan sumber tenaga manusia
menjadi sumber penghasilan yang berlimpahan untuk dirinya
sendiri, untuk dia dan keluarganya.
Rakyat diperas habis-habisan sehingga kehidupan
penduduk Karang Tirta berada di bawah garis kemiskinan,
sedangkan kehidupan Sang Lurah dan orang-orang yang
dekat dengannya, sanak saudara dan para pembantunya,
hidup bermewah-mewah dan berlebihan, kaya raya dan
makmur. Padahal Ki Suramenggala dan para pembantunya
selalu menganjurkan agar penduduk Karang Tirta berprihatin,
hidup hemat dan serba kekurangan demi pembangunan
Karang Tirta untuk kemakmuran kehidupan anak cucu kelak!
Semua pembantu lurah, dari carik sampai jagabaya dan
Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pamong yang paling rendah pangkatnya, tidak ada yang jujur.
Semua memeras rakyat de-ngan dalih pembangunan dusun,
akan tetapi uangnya mereka kantongi sendiri. Para jagabaya
197 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang semestinya menjaga keamanan penduduk, bahkan
menjadi penggangu keamanan. Hukum yang dilaksanakan
adalah hukum lurah dan para pembantunya, mudah saja
memutar-balikkan fakta, menyalahkan yang benar dan
membenarkan yang salah demi keuntungan para penguasa
itu. Semua ini terjadi karena Ki Lurah Suramenggala tidak
menjadi tauladan yang baik sebagaimana seharusnya seorang
pemimpin. Dia sebagai orang nomor satu di Karang Tirta,
bertangan kotor melakukan penindasan, mengandalkan
kekuasaan untuk melaksanakan segala kehendaknya,
menumpuk harta tanpa memperdulikan kemiskinan penduduk.
Kalau pemimpin tertinggi di dusun Karang Tirta itu bertangan
kotor, bagaimana mungkin para pembantunya, para pamong
praja, dapat bertangan bersih" Mereka juga melakukan segala
macam kejahatan demi menum-puk harta. Atasannya tidak
mungkin berani menegur karena atasan itu, sendiri tangannya
kotor,demikian atasannya lagi sampai kepada yang paling
atas di dusun itu, yakni Ki Lurah Suramenggala! Jadilah
semua pamong itu bertangan kotor!
Untunglah bahwa Kerajaan Kahuripan dipimpin Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama yang bertangan bersih,
berhati jujur dan bersikap bijaksana.
198 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Patih Narotama yang bertangan bersih, ketika melihat
seorang bawahannya, yaitu Ki Lurah Suramenggala,
bertangan kotor, langsung saja dia berani memberantasnya.
Dia melakukan pembersihan tanpa sungkan karena dia sendiri
bertangan bersih! Atas pilihan penduduk, disetujui oleh Ki
Patih Narotama, dusun Karang Tirta kini dipimpin oleh Ki
Lurah Pujosaputro.
Lurah Pujosaputro ini adalah seorang lurah yang baik,
pemimpin yang bijaksana. Dia selalu ingat bahwa dia menjadi
lurah karena ada rakyat yang memilihnya, dan rakyat
memilihnya karena rakyat percaya bahwa dia akan menjadi
pemimpin yang baik, yang memperhatikan kesejahteraan
rakyat dusun Karang Tirta. Dan ternyata harapan penduduk
Karang Tirta tidak sia-sia.
Ki Lurah Pujosaputro benar-benar mendahulukan
kepentingan penduduk daripada kepentingan diri dan
keluarganya sendiri. Dia tidak mau menumpuk harta dari
perasan keringat rakyat, tidak mau memperkaya diri sendiri
dan hasil tanah pedusunan dinikmati penduduk yang
mengolahnya. Ki Lurah Pujosaputro sekeluarga nya hidup
biasa saja, tidak berlebihan dan tentu saja sebagai lurah, juga
tidak kekurangan. Karena kebijaksanaannya ini, penduduk
suka dan hormat kepadanya. Ada saja yang mengirimi hasil
palawija, buah-buahan dan hasil usaha lain kepada keluarga
199 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lurah. Kehidupan penduduk Karang Tirta meningkat
dengan pesat dan semua orang merasa gembira. Kini
penduduk Karang Tirta tidak merasa iri kepada dusun-dusun
lain yang makmur karena kebijaksanaan lurah masing-masing.
Karena lurahnya bertangan bersih, bawahannya, para
pamong, tidak ada yang berani bermain kotor dan karena
pamong prajanya jujur dan adil, rakyatnya juga senang dan
menaati semua peraturan dan hukum yang diberlakukan sama
rata, bukan untuk menindas yang bawah dan memenangkan
yang atas. Akan tetapi, menjadi sebuah kenyataan yang membuat
kebanyakan orang, terutama yangimannya kurang penuh,
menjadi penasaran, betapa banyaknya terjadi orang-orang
yang dalam hidupnya dikenal sebagai orang yang baik budi,
mengalami bencana dan kesengsaraan, sebaliknya orang
yang angkara murka dan mementingkan diri sendiri dan suka
melakukan perbuatan jahat, hidupnya bergelimang
kesenangan dan kemuliaan! Tentu saja ini sebetulnya hanya
menurut pandangan jasmaniah belaka.
Pada suatu malam, belasan orang yang berpakaian serba
hitam dan bersikap sombong dan bengis memasuki dusun
Karang Tirta. Ketika empat orang pemuda dusun yang
bertugas jaga malam menghadang dan bertanya karena
melihat betapa dua belas orang itu tidak mereka kenal dan di
200 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara mereka terdapat dua orang yang berpakaian mewah,
rombongan itu tanpa banyak cakap lagi menyerang dan
merobohkan empat orang pemuda itu sehingga mereka tidak
mampu bangkit kembali karena setelah dipukul pingsan!
Rombongan terdiri dari dua belas orang itu lalu melangkah
lebar dan cepat menuju rumah Ki Lurah Pujosaputro. Dua
orang pemimpin rombongan yang berpakaian mewah itu
adalah Wirobento yang tinggi besar bersenjata pecut berujung
besi-besi kecil dan Wirobandrek yang juga tinggi besar
dengan senjata sepasang kolor merah.
Kakak beradik ini merupakan sepasang warok yang
terkenal sesat, berusia sekitar tiga puluh dua dan tiga puluh
tahun. "Adi Bandrek, bagaimana kalau gadis sakti Puspa Dewi itu
berada di Karang Tirta ini?" kata Ki Wirobento dengan suara
yang membayangkan perasaan gentar.
"Kakang Bento, mengapa khawatir" Hal ini tidak mungkin
karena para penyelidik sudah melaporkan dengan jelas bahwa
saat ini gadis itu tidak berada di sini. Kita aman! Pula,
bukankah ia telah menjadi Sekar Kedaton Wura-wuri?"
"Hemm, tidak mungkin ia dapat diterima di Wura-wuri
setelah ia mengkhianati persekutuan di mana Wura-wuri juga
terlibat itu. Aku khawatir kalau-kalau para penyelidik salah
201 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duga dan ia nanti akan melakukan pengejaran terhadap kita.
Ia sakti mandraguna, Bandrek, kita sama sekali bukan
tandingannya."
"Ah, Kakang Bento, tidak perlu takut. Asalkan kita sudah
dapat meringkus Nyi Lasmi, Puspa Dewi tidak akan berani
berkutik. Kita jadikan Ibunya itu sebagal sandera dan kita lihat
saja, apa yang akan dapat ia lakukan!"
"Kamu benar, Bandrek. Mari kita bereskan mereka dan
tangkap Nyi Lasmi sesuai dengan pesan Ki Suramenggala!"
Setelah tiba di rumah Ki Lurah Pujosaputro, dua belas
orang itu lalu menyerbu. Mereka mendobrak dan menjebol
pintu lalu menerjang ke dalam rumah besar itu. Lima orang
pemuda yang sedang berjaga di samping rumah, cepat berlari
mendatangi, akan tetapi mereka berlima segera roboh
disambut serangan orang-orang yang rata-rata memiliki
kedigdayaan itu. Dua belas orang itu lalu mengamuk. Sesuai
dengan perintah yang mereka terima dari Ki Suramenggala
yang kini telah berada di Kerajaan Wengker sebagai orang
yang tinggi kedudukannya sebagai ayah Sang Adipati
Linggawijaya, mereka membacok siapa saja yang mereka
temukan di dalam rumah kelurahan itu. Ketika Ki Pujosaputro
dan isterinya muncul dari kamar, mereka berdua disambut
bacokan golok yang membuat mereka tewas seketika. Ketika
mereka menemukan Nyi Lasmi, mereka meringkusnya dan Ki
202 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wirobandrek segera memanggul wanita yang telah di kat kaki
tangannya itu di atas pundaknya dan dua belas orang itu
berusaha mencari orang-orang lain yang menjadi penghuni
rumah Itu. Tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan gaduh di luar
kelurahan dan dua belas orang itu ketika melihat betapa
puluhan, bahkan mungkin seratus lebih pemuda dusun datang
sambil membawa segala macam senjata dengan sikap
mengancam, mereka menjadi gentar juga.
Mereka hanya dua belas orang dan sungguhpun mereka
merupakan jagoan-jagoan tangguh, namun menghadapi
demikian banyak orang mereka menjadi ketakutan dan segera
dua belas orang itu melarikan diri sambil memutar senjata
mereka untuk menjaga diri.
Para pemuda dusun Karang Tirta, setelah mengetahui
bahwa gerombolan itu melakukan pembunuhan terhadap para
penghuni rumah Ki Lurah, segera melakukan pengejaran
sambil membawa obor. Akan tetapi, dua belas orang itu telah
lenyap dalam hutan yang lebat. Terpaksa mereka kembali
dengan tangan hampa.
Seluruh penduduk dusun Karang Tirta berduka setelah
mengetahui bahwa Ki Lurah Pujosaputro yang mereka
sayangi dan hormati telah dibunuh. Juga semua keluarganya
203 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan para pelayan. Hanya ada seorang pelayan wanita yang
lolos dari maut karena ia bersembunyi di tempat gelap sambil
mengintai ketakutan. Gerombolan itu tidak melihatnya maka ia
selamat. Setelah mereka mengadakan penelitian, ada enam
orang pemuda yang berjaga malam tewas, lainnya luka-luka,
dan penghuni rumah kelurahan itu hanya seorang yang
selamat, yang lainnya, Ki Lurah Pujosaputro dan isterinya
serta keluarganya yang berjumlah sembilan orang berikut
pelayan, semua tewas! Mereka juga mendapat kenyataan
bahwa Nyi Lasmi lenyap, dan ada yang melihat malam tadi
bahwa wanita itu diculik, dipanggul dan dilarikan penjahat.
Gegerlah dusun Karang Tirta! Semua penduduk wanita
menangisi musibah itu, dan yang laki-laki marah dan
penasaran, akan tetapi mereka tidak mampu berbuat sesuatu
karena ada yang mendengar percakapan para gerombolan itu
bahwa mereka adalah orang-orang Kerajaan Wengker, anak
buah Ki Lurah Suramenggala yang datang untuk membalas
dendam dan menculik Nyi Lasmi yang dulu menjadi selirnya
kemudian tidak mau ikut ketika Ki Sura-menggala terusir
keluar dari Karang Tirta.
Para penduduk yang berkabung itu hanya dapat merawat
semua jenazah dan menguburkannya. Ki Lurah Warsita, lurah
dari Karang Sari yang terletak dekat Karang Tirta dan
merupakan lurah yang baik dan menjadi sahabat Ki Lurah
204 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujosaputro, begitu mendengar musibah itu, cepat datang dan
mengatur sendiri semua urusan di Karang Tirta. Juga Ki Lurah
Warsita lalu mengumpulkan para pemuda Karang Tirta dan
karang Sari untuk bersatu melakukan penjagaan terutama di
waktu malam untuk melawan kalau-kalau para pengacau itu
datang lagi. Dia juga segera mengirim laporan tentang
musibah itu ke kota raja Kahuripan. Utusan ke kota raja ini
terdiri dari tiga orang, di pimpin oleh Ki Tejomoyo, seorang
kakek yang dianggap sebagai sesepuh Karang Tirta.
Akan tetapi baru melakukan perjalanan setengah hari,
utusan ini bertemu dengan rombongan terdiri dari dua kereta
yang dikawal selosin perajurit.
Melihat ini, tiga orang dusun Karang Tirta itu mengenal
bahwa seregu perajurit itu adalah perajurit Kahuripan, maka
mereka berhenti di tepi jalan dengan membungkuk hormat
karena orang yang berada di kereta dan dikawal pasukan itu
pasti seorang priyagung (bangsawan).
"Paman Tejomoyo.. !"
Tiba-tiba seorang gadis melompat turun dari dalam kereta
yang sudah berhenti dan begitu Tejomoyo mengenal siapa
gadis yang mengenalinya itu, dia segera menghampiri, lalu
berjongkok dan menangis.
205 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, Nakayu Puspa Dewi... !" Dia tidak dapat
melanjutkan karena sudah menangis mengguguk sambil
mendeprok dan menutupi muka dengan kedua tangan.
Dua orang temannya yang juga mengenal siapa gadis itu,
memberi hormat dan juga tidak berani bicara, tidak sampai
hati menyampaikan berita yang amat menyedihkan itu.
"Paman, ada apakah" Mengapa Paman bersikap begini"
Berdirilah Paman dan ceritakan dengan tenang." Puspa Dewi
memegang kedua bahu kakek itu dan membantunya bangkit
berdiri. Ki Tejomoyo berusaha menenangkan hatinya dengan
menghela napas panjang berulang kali. Akhirnya dia dapat
tenang dan menghentikan tangisnya.
"Malapetaka menimpa Karang Tirta. ."
"Apa yang terjadi" Puspa Dewi, siapa orang itu dan apa
yang terjadi?"
Tumenggung Jayatanu keluar pula dari keretanya dan
melihat seorang laki-laki berpakaian bangsawan tinggi, Ki
Tejomoyo dan dua orang temannya segera berjongkok dan
menyembah. "Eyang, ini adalah Paman Tejomoyo dan dua orang
temannya itu saya kenal sebagai penduduk Karang Tirta pula.
206 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paman Tejomoyo ini adalah Eyang Tumenggung Jayatanu,
maka ceritakan apa yang terjadi, jangan membuat kami
bingung dan penasaran."
"Ampunkah hamba bertiga, Gusti Tumenggung. Hamba
tidak tahu bahwa Paduka yang lewat maka hamba tidak
menyambut dengan hormat." kata Ki Tejomoyo dengan sikap
hormat. "Tidak mengapa, Ki Tejomoyo. Sekarang ceritakan apa
yang telah terjadi di Karang Tirta sehingga Andika sampai
menangis sedih."
"Aduh, katiwasan, Gusti! Baru kemarin malam terjadinya.
Segerombolan orang berjumlah belasan datang menyerbu
rumah Ki Lurah Pujosaputro dan mengamuk, membunuhi
penghuni rumah kalurahan.. "
Puspa Dewi menyambar lengan Ki Tejomoyo dan bertanya
dengan nyaring,
"ibuku.. ! Bagaimana dengan Ibuku.. ?"
Prasetyo atau Senopati Yudajaya yang juga sudah turun
Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan menghampiri mereka berkata. "Dewi tenanglah. Engkau
menyakiti lengan Paman ini." Puspa Dewi sadar dan
melepaskan. Lengan Ki Tejomoyo yang meringis kesakitan
karena lengannya serasa dijepit besi!
207 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nyi Lasmi.. diculik gerombolan.. "
Puspa Dewi berkelebat dan lenyap dari situ. Ia telah
menggunakan ilmunya berlari cepat seperti terbang menuju
dusun Karang Tirta. Prasetyo berkata kepada Ki Tejomoyo.
"Paman, ceritakan dengan ringkas apa yang telah terjadi."
Dia pun merasa khawatir sekali akan keselamatan Nyi Lasmi.
Dengan singkat Ki Tejomoyo menceritakan tentang
penyerbuan gerombolan yang membunuh seluruh penghuni
rumah Ki Pujosaputro dan hanya seorang pelayan wanita
yang lolos dari maut.
Juga Nyi Lasmi lenyap diculik gerombolan.
Tumenggung Jayatanu marah sekali. Wajahnya yang
gagah itu menjadi kemerahan. "Keparat! Akan kuhajar
mereka! Hayo, Prasetyo, kita cepat membalapkan kereta
menyusul Puspa Dewi ke
Karang Tirta! Dan Andika, Ki Tejomoyo, tadinya hendak
pergi kemanakah?"
"Hamba diutus Ki Lurah Warsita dari Karang Sari untuk
pergi melaporkan peristiwa itu ke kota raja."
"Kalau begitu lanjutkan perjalananmu dan setelah tiba di
sana laporkanlah peristiwa ini kepada Gusti Patih Narotama."
"Baik, Gusti Tumenggung."
208 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua buah kereta itu dijalankan lagi dengan cepat menuju
Karang Tirta dan tiga orang utusan dari Karang Tirta itu
melanjutkan perjalanan mereka ke kota raja Kahuripan
Sementara itu Puspa Dewi telah memasuki pintu gerbang
dusun Karang Tirta. Semua orang yang melihatnya
menyambut dengan wajah sedih dan segera mengikuti gadis
yang cepat lari menuju ke rumah kelurahan itu.
Jerit tangis para wanita menyambut kedatangan Puspa
Dewi di rumah itu. Puspa Dewi dikepung banyak orang. Wajah
gadis itu agak pucat, akan tetapi ia tetap tenang, lalu ia
mengangkat kedua tangan memberi isyarat agar semua orang
menghentikan tangis dan suara mereka yang bising.
"Kuharap Andika sekalian berhenti menangis dan saling
bicara sendiri. Aku sekarang ingin mendengar keterangan
yang sejelasnya tentang peristiwa ini. Siapa yang lebih
mengetahui akan peristiwa ini" Aku mendengar Bibi Katmi
lolos dari maut, tentu ia lebih mengetahui. Mana Bibi Katmi?"
Nyi Katmi yang tadinya menangis di sudut lalu maju
menghampiri Puspa Dewi. la dipersilakan duduk berhadapan
dengan Puspa Dewi, sedangkan orang-orang lain tidak gaduh
lagi, mendengarkan dengan penuh perhatian.
209 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, Bibi Katmi, hapuskan air matamu dan tenanglah.
Sekarang ceritakan dengan rinci apa yang telah terjadi
kemarin malam."
Nyi Katmi lalu menceritakan dengan suara terharu dan
sambil menahan tangisnya. "Malam itu saya mendengar
teriakan-teriakan kesakitan. Ketika saya keluar dari kamar
saya melihat belasan orang berpakaian serba hitam
membunuhi semua penghuni rumah dengan kejam. Mereka
menggunakan klewang (golok). Karena takut, saya terkulai
dan jatuh menelungkup dalam keadaan setengah pingsan.
Akan tetapi saya masih dapat melihat Mas Ajeng Lasmi
dipanggul seorang penjahat dengan kaki tangan terikat dan
mendengar ia menangis dan memaki-maki. Karena tidak
tahan melihat banjir darah yang terjadi malam itu, saya tidak
dapat bangun dan hanya dapat pura-pura mati sambil
menahan tangis. Mungkin mereka mengira bahwa saya telah
mati, maka tidak ada yang mengganggu saya."
"Apakah engkau mendengar mereka bicara yang
menunjukkan siapa mereka?" tanya Puspa Dewi.
"Saya mendengar percakapan singkat dua orang di antara
mereka. Yang memanggul Mas Ajeng Lasmi berkata; 'Wah,
wanita ini masih denok lembut!" Lalu orang ke dua menjawab,
'Awas, ia itu selir Bendoro Menggung Suramenggala, jangan
main-main!' Hanya itulah yang saya dengar."
210 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Puspa Dewi menjadi merah sekali dan ia mengepal
tangan kanannya. "Jahanam Suramenggala yang melakukan
ini, keparat!"
Tiba-tiba seorang laki-laki yang usianya sekitar dua puluh
enam tahun berkata, "Saya juga mendengar percakapan dua
orang tinggi besar yang memimpin gerombolan itu, Mas
Ayu.. " Orang ini menderita luka serangan gerombolan dan lengan
kanan dan paha kirinya masih dibalut.
"Hemm, bagus, Kakang Canang. Cepat ceritakan!" kata
Puspa Dewi sambil memandang pemuda itu.
"Ketika itu saya dan teman-teman melakukan penjagaan di
gapura desa ketika dua belas orang berpakaian hitam itu
menyerbu masuk. Sebelum dapat berbuat banyak, kami telah
mereka serang dan saya pun menderita luka-luka dan roboh.
Pada saat itu, saya mendengar dua orang pemimpin mereka
bicara. Yang seorang berkata, 'Kita harus berhasil, kalau tidak
Gusti Adipati Linggawijaya tentu akan marah kepada kita'.
Kemudian orang ke dua berkata, 'Bukan hanya Gusti Adipati,
akan tetapi terutama sekali Tumenggung Suramenggala, ayah
Gusti Adipati itu, tentu akan menghukum kita. Kabarnya dia
lebih kejam dibandingkan puteranya'. Nah, itulah percakapan
mereka." 211 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Dewi mengerutkan alisnya mendengar keterangan itu. Adipati Linggawijaya" Setahunya, adipati di Wengker bernama Adipati Adhamapanuda. Ah, tentu Linggajaya kini telah menjadi adipati di Wengker dan Ki Suramenggala sekarang menjadi Tumenggung Suramenggala karena dia Ayah Linggajaya. Tidak salah lagi. Tentu Ki Suramenggala dan Linggajaya yang mendalangi pembantaian keluarga Ki Lurah Pujosaputro dan menculik Ibunya.
Puspa Dewi lalu meninggalkan pesan kepada mereka yang berada di situ untuk melaporkan kepada Tumenggung Jayatanu dan Senopati Yudajaya yang akan tiba di dusun itu tak lama lagi bahwa ia langsung melakukan pengejaran terhadap para pembunuh dan penculik Ibunya ke Kerajaan Wengker. Setelah meninggalkan pesan itu, Puspa Dewi segera melesat lenyap dan sudah berlari dengan cepat sekali keluar dusun Karang Tirta menuju ke kota raja atau kota Kadipaten Wengker.
Menjelang sore, dua buah kereta yang ditumpangi keluarga Tumenggung Jayatanu tiba di dalam dusun Karang Tirta.
Para penduduk menyambut dengan hormat. Setelah Tumenggung Jayatanu dan Senopati Yudajaya mendengar keterangan para penduduk tentang penyerbuan orang-orang Wengker dan membantai keluarga Ki Lurah dan menculik Nyi Lasmi, mereka menjadi marah sekali. Terutama Senopati
212 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yudajaya selain marah juga merasa sedih dan iba kepada Nyi
Lasmi, isterinya yang hidup terlunta-lunta setelah berpisah
darinya. Menurut gejolak hatinya. Ingin ia langsung menyusul Puspa
Dewi yang oleh para penduduk dikabarkan melakukan
pengejaran ke Kadipaten Wengker. Akan tetapi Tumenggung
Jayatanu mencegahnya.
"Sungguh tidak bijaksana kalau engkau menyusul puterimu
ke sana sekarang." kata Kakek itu. "Kadipaten Wengker
mempunyai banyak sekali orang sakti dan mereka juga
mempunyai pasukan yang kuat. Engkau akan mencelakai diri
sendiri dan tidak akan dapat menyelamatkan Nyi Lasmi kalau
mengejar sendiri."
"Akan tetapi, Kanjeng Rama! Lasmi dan Dewi berada di
sana! Saya harus membela mereka!"
"Tentu saja kita harus membela mereka, akan tetapi bukan
seorang diri. Kita melaporkan ke kota raja dan mengerahkan
pasukan untuk melakukan pengejaran ke pedalaman
Wengker. Mengenal isterimu Lasmi dan puterimu Puspa Dewi,
jangan terlalu dikhawatirkan. Penculik itu tidak akan
membunuh Lasmi karena kalau demikian halnya, tentu ia
sudah dibunuh bersama anggauta keluarga Ki Pujosaputro,
tidak perlu susah-susah diculik. Dan tentang Puspa Dewi,
213 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak usah khawatir. Puterimu itu adalah seorang yang sakti
mandraguna, tidak sembarang orang dapat mengganggunya.
Ia Pasti dapat menjaga diri, bahkan tidak mustahil ia akan
mampu menolong Ibunya."
Tiba-tiba terdengar teriakan Nyai Tumenggung, "Aduh,
cucuku Ken Harni menghilang...! "
Tumenggung Jayatanu dan Prasetyo cepat berlari
memasuki rumah dan Nyai tumenggung dengan wajah pucat
memberitahukan bahwa sejak tadi ia tidak melihat Niken
Harni. Dicari-cari juga tidak dapat ditemukan.
"Tadi ia bersamaku, lalu bilang hendak keluar berjalan-jalan
sebentar," kata Dyah Mularsih yang juga kebingungan dan
khawatir. "Akan tetapi sampai sekarang ia tidak kembali!"
Prasetyo atau Senopati Yudajaya cepat berlari ke belakang
di mana kuda dan kereta berada. Akan tetapi kusir dan para
Prajurit juga tidak melihat Niken Harni.
Dia berlari keluar dan bertanya-tanya kepada semua orang
yang dijumpai di dusun Itu. Akhirnya seorang pemuda yang
berada dekat pintu gapura melaporkan bahwa tadi dia melihat
gadis bangsawan itu berlari cepat meninggalkan dusun
Karang Tirta. 214 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan jantung berdebar tegang dan hatinya gelisah
sekali, Prasetyo kembali kepada mertuanya. "Ada yang
melihat Niken berlari meninggalkan dusun!" katanya.
"Aduh, bocah ngeyel (tidak penurut) itu! Ia tentu pergi
menyusul Puspa Dewi! Ia memasuki gua harimau, sungguh
berbahaya sekali!" Tumenggung Jayatanu berseru.
"Ah, bagaimana ini?" Nyi Tumenggung menangis.
"Kakangmas Prasetyo, Paduka harus cepat menyusul anak
kita!" Dyah Mularsih mendesak suaminya.
"Tentu saja!" jawab Prasetyo. "Aku akan menyusul mereka sekarang juga, bahaya apa pun akan kutempuh untuk
menyelamatkan mereka bertiga!"
Baru saja Prasetyo melangkah hendak keluar,
Tumenggung Jayatanu memegang lengan mantunya. "Nanti
dulu, Prasetyo. Sebagai seorang senopati, engkau tidak boleh
sembrono. Semua harus diperhitungkan dengan matang agar
dapat mengatur siasat sehingga usaha kita tidak gagal. Kalau
engkau nekat hendak memasuki Wengker engkau bawalah
selosin perajurit pengawal itu. Mereka adalah perajuritperajurlt yang cukup terlatih dan tangguh. Sementara itu, aku
akan cepat minta bantuan ke Kahuripan agar dikirim pasukan
yang kuat dan aku akan memimpin sendiri pasukan itu
menyusul ke Wengker."
215 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prasetyo mengangguk. "Sendika dhawuh (siap
melaksanakan perintah), Kanjeng Rama!" Dia lalu
memandang kepada isterinya. "Jangan khawatir, Diajeng, aku
pasti akan dapat membawa pulang anak kita."
"Bukan hanya Niken yang kuharapkan akan dapat ditolong,
Kakangmas, akan tetapi juga Puspa Dewi dan Ibunya." kata
Dyah Mularsih. Prasetyo lalu mengumpulkan selosin orang perajurit
pengawal lalu dia memimpin mereka naik kuda dan menuju ke
selatan, ke arah Kadipaten Wengker yang dianggap daerah
berbahaya. Sementara itu, Tumenggung Jayatanu cepat mengirim
utusan yang menyusul perjalanan Tejomoyo dan dua orang
temannya untuk minta bantuan kepada Ki Patih Narotama.
Sambil menanti datangnya pasukan, Nyai Tumenggung, Dyah
Mularsih dan Tumenggung Jayatanu sendiri bermalam di
dusun Karang Sari yang dekat dari Karang Tirta, di rumah Ki
Lurah Warsita. *** Ki Suramenggala yang usianya sekitar lima puluh satu
tahun itu tertawa bergelak. Tubuhnya yang tinggi besar
terguncang, matanya bersinar-sinar ketika dia tertawa senang.
216 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha! Lasmi, akhirnya engkau datang juga untuk
melayani suamimu dengan penuh kesetiaan dan kasih
sayang! Lasmi, wong ayu denok, betapa aku rindu
kepadamu!"
Nyi Lasmi yang tadi diturunkan ke atas lantai dalam
ruangan itu oleh Ki Wirobandrek yang segera keluar dari
ruangan itu, duduk bersimpuh dan menggosok-gosok
pergelangan tangannya yang terasa nyeri karena terlalu lama
di kat dan baru saja dilepaskan setelah ia dibawa ke depan Ki
Suramenggala. Diam-diam ia merasa heran sekali. Rumah di
mana ia dihadapkan bekas suaminya itu merupakan sebuah
gedung mewah sekali, dan Ki Suramenggala mengenakan
pakaian seperti seorang bangsawan tinggi! Tidak ada orang
lain di ruangan itu karena memang Ki Suramenggala
menghendaki demikian.
Biarpun di dalam hatinya Nyi Lasmi merasa penasaran dan
bersedih sekali mengingat akan pembantaian yang dilakukan
terhadap Ki Lurah Pujosaputro sekeluarga, dan ia maklum
pula bahwa dirinya berada dalam cengkeraman laki-laki yang
jahat itu, namun ia sama sekali tidak merasa takut. Ia tahu
benar bahwa Ki Suramenggala amat menyayangnya dan pasti
tidak akan menyakitinya. Cinta laki-laki itu kepadanya
hanyalah cinta berahi yang didorong nafsu semata.
217 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari, Lasmi, ke sinilah kupeluk kupondong untuk
melepaskan rinduku yang sudah menulang-sumsum!" Ki
Suramenggala melangkah maju dan membungkuk hendak
meraih tubuh Nyi Lasmi. Akan tetapi Nyi Lasmi menepiskan
tangannya dan bangkit berdiri, agak terhuyung karena kedua
kakinya juga terasa kaku kejang karena terlalu lama di kat.
"Jangan sentuh aku!" bentaknya ketus. "Aku bukan isterimu lagi!"
"Ah, jangan begitu, manisku. Jangan bersikap jual
mahal.. !" laki-laki itu menggoda sambil menyeringai dan
matanya bersinar-sinar penuh gairah nafsu memandang tubuh
Nyi Lasmi yang masih tampak padat dan denok itu.
"Ki Suramenggala, aku bukan isterimu lagi dan tidak sudi
melayanimu. Andika seorang yang berhati kejam dan jahat!
Andika menyuruh anak buah Andika membunuhi Ki Lurah
Pujosaputro sekeluarga, padahal mereka tidak bersalah.
Mereka adalah orang-orang yang baik budi dan Andika
membantai mereka. Alangkah kejamnya!"
"Wah, Lasmi, sayangku. Jangan berpendapat seperti itu.
Siapa bilang dia tidak bersalah" Dia merampas kedudukanku
Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai Lurah Karang Tirta."
"Dia menjadi lurah karena pilihan penduduk Karang Tirta,
dan Andika dipecat bukan olehnya, melainkan oleh Gusti Patih
218 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama! Seharusnya kepada Gusti Patih itu Andika
membalas dendam, bukan kepada Ki Lurah Pujosaputro
sekeluarga!"
"Ha-ha-ha, akan tiba saatnya aku membunuh Narotama
dengan kerisku! Sudahlah mari kita bersenang-senang, yayi
(Adinda) Lasmi! Sekarang derajatmu akan meningkat tinggi
sekali. Kalau dulu engkau hanya selir lurah, sekarang menjadi
selir tercinta seorang tumenggung! Ketahuilah, manis, aku
sekarang adalah Tumenggung Suramenggala dan anakku
Linggajaya itu sekarang menjadi raja, menjadi Adipati
Linggawijaya dari Kerajaan Wengker ini, ha-ha-ha!"
Diam-diam Nyi Lasml menjadi terkejut dan heran. Sukar
membayangkan Linggajaya kini menjadi raja! Akan tetapi,
mendengar bahwa Ki Surameng-gala kini menjadi
tumenggung, tidak membuat ia senang menjadi selirnya.
Sebetulnya, beberapa bulan saja setelah diambil sebagal selir
oleh Ki Suramenggala, ia sudah merasa tidak suka kepada
orang yang berwatak kejam dan congkak ini.
Kalau dulu ia bertahan, hal itu karena terpaksa, ia
kehilangan puterinya dan Ki Suramenggala amat
menyayangnya dan laki-laki itu menjadi satu-satunya orang
yang dapat dijadikan tempat ia berlindung dan bersandar.
Akan tetapi, setelah ia terbebas dari cengkeraman orang itu,
219 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apalagi setelah melihat betapa kejamnya Ki Suramenggala
mengirim anak buahnya membantai Ki Lurah
Pujosaputro sekeluarga, kini ia merasa muak dan benci
kepadanya. "Ki Suramenggala, tidak ada gunanya Andika membujuk
rayu padaku. Aku tidak sudi menjadi selirmu, tidak sudi
melayanimu. Andaikata Andika menjadi raja besar sekalipun
aku tidak ingin nunut mukti (ikut menikmati kemuliaan)
denganmu. Andika jahat dan kejam sekali, dan aku benci
padamu!" "Hemm, apa yang kau andalkan maka engkau berani
bersikap seperti ini kepadaku, Lasmi" Puterimu Puspa Dewi
pun tidak akan mampu berbuat sesuatu dan kalau ia berani
muncul, ia pasti akan menjadi tawanan kami pula! Apa kaukira
engkau akan dapat melepaskan diri dariku" Dapat melawan
kehendakku?"
"Aku seorang yang lemah dan tidak akan mampu melawan
manusia berwatak iblis seperti engkau, Ki Suramenggala.
Akan tetapi aku tidak sudi menyerah dan kalau engkau
memaksaku, aku akan bunuh diri!"
Ki Suramenggala menjadi marah sekali. Kalau saja wanita
lain yang berani menolak keinginannya dan merendahkannya
220 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti itu, tentu sudah dihantamnya seketika dan membunuh
atau menyiksanya.
Akan tetapi, dia memang amat mencinta Nyi Lasmi,
sungguhpun cintanya itu terdorong oleh gairah nafsunya. Dia
tidak jadi menyentuh Nyi Lasmi, lalu duduk di atas kursi dan
menggebrak meja di depannya.
"Brakkk.. !"
Wajah Ki Suramenggala berubah merah seperti udang
direbus. Dia menahan kekecewaan dan kemarahannya.
Tadinya ia membayangkan bahwa melihat dia kini menjadi
tumenggung, ayah dari Raja Wengker, Nyi Lasmi pasti akan
senang dan bangga hatinya dan akan melayaninya dengan
manis, menyerahkan diri sebulatnya kepadanya. Akan tetapi
ternyata kenyataannya sungguh amat berlawanan. Wanita itu
bukan hanya menolak dan tidak sudi melayaninya, bahkan
membencinya dan merendahkannya.
"Keparat engkau, Lasmi! Tidak tahu disayang orang,
manusia tak mengenal budi! Keras kepala kau! Baik, aku akan
melunakkan kekerasan hatimu itu!" Ki Suramenggala lalu
bertepuk tangan dan dua orang perajurit pengawal memasuki
ruangan itu dan berdiri dengan sikap hormat.
"Bawa wanita ini dan masukkan dalam kamar tahanan di
belakang! Awas, perlakukan ia baik-baik dan jangan ada yang
221 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggunya! Cukupi semua kebutuhannya akan tetapi
jangan sekali-kali memberi makan padanya. Aku sendiri yang
akan memberi makan. Kerjakan!"
"Sendika (siap melaksanakan perintah), Gusti
Tumenggung!" jawab pengawal dan mereka segera
memegang lengan Nyi Lasmi dari kanan kiri dengan halus.
Akan tetapi Nyi Lasmi menepiskan kedua tangan yang
memegang lengannya itu dan dengan sikap tegak ia berjalan
keluar dari ruangan dikawal dua orang perajurit yang
membawanya ke dalam sebuah kamar tahanan di bagian
belakang gedung katumenggungan itu.
Nyi Lasmi dikeram dalam kamar sebagai tahanan. Ia
memang diperlakukan dengan hormat dan baik oleh para
pengawal dan pelayan, akan tetapi sama sekali tidak diberi
makan. Setelah sehari semalam ia tidak makan, pada
keesokan harinya Ki Suramenggala sendiri memasuki kamar
dan menyerahkan sepiring nasi bersama lauk-pauknya
kepada Nyi Lasmu Tentu saja di dalam makanan ini telah di si
kekuatan sihir untuk melunakkan dan menundukkan hati
wanita yang masih amat dicinta oleh Ki Suramenggala itu.
Akan tetapi dengan penuh kebencian dalam sinar matanya.
Nyi Lasmi memandang piring yang disodorkan oleh Ki
Suramenggala itu dengan alis berkerut.
222 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak sudi makan suguhanmu! Lebih baik mati
kelaparan!" wanita itu membentak ketus dan tangannya
menampar piring sehingga terlepas dari tangan Ki
Suramenggala dan isinya berserakan di atas lantai.
Ki Suramenggala terkejut sekali, tidak menyangka Nyi
Lasmi akan berbuat demikian. Dia sudah mengepal tinju, siap
memukul saking marahnya. Nyi Lasmi berdiri tegak dan
menanti pukulan dengan mata terbuka, penuh tantangan.
Melihat wajah itu, Ki Suramenggala tidak tega memukul dan
dia hanya menghela napas panjang lalu keluar dari kamar itu.
Pelayan segera datang membersihkan lantai.
Ki Suramenggala menemui puteranya di istana Kerajaan
Wengker. Kebetulan sekali pada waktu itu, Linggajaya yang
kini menjadi Adipati Linggawijaya, raja Kerajaan Wengker,
sedang bercakap-cakap dalam ruangan pribadinya dengan
isterinya, Permaisuri Dewi Mayangsari, dan Sang Resi
Bajrasakti. Mereka sedang membicarakan tentang permusuhan
mereka dengan Kahuripan, atau lebih tepat kebencian mereka
yang membuat mereka selalu memusuhi Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama.
Sejak menjadi raja di Wengker, Adipati Linggawijaya tidak
pernah melupakan kebenciannya terhadap raja dan patih
223 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan itu, bersama semua satria yang membela
Kahuripan. Dia ingin sekali menundukkan Kahuripan, karena
kalau dia dapat menguasai Kahuripan, dia akan menjadi raja
besar yang akhirnya dapat menguasai seluruh Nusantara!
Sang Adipati Linggawijaya tampak berbeda dengan ketika
dia masih menjadi Linggajaya pemuda Karang Tirta putera Ki
Lurah Suramenggala. Memang, sejak dahulu dia merupakan
seorang pemuda pesolek dan tampan. Akan tetapi sekarang
dia mengenakan pakaian kebesaran yang serba gemerlapan
dan tampak anggun berwibawa sekali, sungguhpun usianya
masih amat muda, baru sekitar dua puluh satu tahun!
Di sampingnya duduk Dewi Mayangsari yang kini menjadi
permaisurinya. Wanita ini pun berpakaian serba indah dan harus diakui
bahwa ia cantik sekali dan sungguhpun usianya sudah sekitar
dua puluh sembilan tahun, namun ia tidak tampak lebih tua
daripada Adipati Linggawijaya! Kulitnya yang agak hitam
namun halus bersih itu membuat ia tampak semakin manis.
Tidak akan ada yang menyangka bahwa dalam tubuh yang
ramping padat, wajah cantik manis dengan sinar mata dan
senyum genit ini, terdapat kekuatan yang amat dahsyat
karena ia yang tadinya memang sudah digdaya ini mendapat
tambahan banyak ajian yang serba hebat dari gurunya yang
baru, yaitu Nini Bumigarbo. Seperti kita ketahui, Nini
224 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bumigarbo yang sakti mandraguna itu amat membenci Sang
Maha Resi Satyadarma karena Sang Resi ini telah memberi
wejangan kepada Ekadenta sehingga Ekadenta mengambil
keputusan untuk menjadi Brahmacari (pantang menikah).
Padahal Ekadenta, kakak seperguruannya Itu adalah juga
kekasihnya dan sebelumnya mereka berdua yang saling
mencinta telah bersepakat untuk menjadi suami isteri.
Keputusan Ekadenta untuk tidak menikah selama hidupnya
tentu saja membuat Gayatri, yaitu nama Nini Bumigarbo ketika
masih gadis muda, berduka sekali dan ia membenci Sang
Maha Resi Satyadharma. Akan tetapi ia tidak berani
melampiaskan kebenciannya kepada pendeta yang sakti
mandraguna itu. Ia tahu bahwa ia tidak akan pernah menang
melawan Sang Maha Resi.
Maka, ia lalu berusaha untuk membunuh dua orang murid
terkasih dari Maha Resi Satyadharma, yaitu Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama. Akan tetapi, sungguh
menjengkelkan hatinya,
Ekadenta selalu menentangnya dan bekas kakak
seperguruan dan juga kekasihnya itu membela raja dan patih
itu. Beberapa kali ia bertanding, namun selalu kalah oleh
Bhagawan Ekadenta yang juga bernama Bhagawan
225 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oitendrya. Akhirnya Nini Bumigarbo mengambil Dewi
Mayangsari, permaisuri Kerajaan Wengker sebagai murid. Ia
menurunkan kepandaiannya kepada permaisuri itu dengan
maksud agar melalui muridnya ini, ia akan dapat
melampiaskan sakit hatinya dengan menyerang dan kalau
mungkin membunuh Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama. Berhadapan dengan suami Isteri pimpinan Kerajaan
Wengker itu, duduk Sang Resi Bajrasakti, kakek yang berusia
sekitar lima puluh enam tahun, bertubuh tinggi besar dengan
muka penuh brewok dan berkulit hitam arang.
Seperti kita ketahui, Resi Bajrasakti ini sejak dulu menjadi
tokoh Wengker dan dia adalah guru Adipati Linggawijaya.
Setelah muridnya itu menjadi Adipati Wengker, Resi Bajrasakti
diangkat menjadi Guru Kerajaan atau penasihat pribadi Sang
Adipati. Kedudukan ini amat tinggi dan dia memiliki kekuasaan
besar, hanya di bawah kekuasaan Sang Adipati dan Sang
Permaisuri. Mereka bertiga sedang berbincang-bincang membicarakan
keinginan mereka untuk menggempur Kahuripan. Mereka
bertiga memang sama-sama membenci Kahuripan. Resi
Bajrasakti membenci
226 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan karena sejak dulu ia memang menjadi tokoh
Wengker yang selalu memusuhi Kahuripan, akan tetapi dia
sering kali kalah bertanding melawan para tokoh Kahuripan.
Permaisuri Dewi Mayangsari membenci Sang Prabu Erlangga
dan Ki Patih Narotama karena selain sejak dulu menjadi
musuh bebuyutan, ditambah lagi desakan Nini Bumigarbo
agar ia menyerang dan membunuh raja dan patih Kahuripan
itu. Adapun Adipati Linggawijaya sendiri, dia ingin merampas
kedudukan sebagai maharaja di Kahuripan yang memiliki
wilayah luas sekali.
Selagi mereka bercakap-cakap, datanglah Tumenggung
Suramenggala. Sebagai ayah Sang Adipati, tentu saja para
pengawal tidak berani melarangnya untuk kapan saja
memasuki Istana.
Melihat kedatangan ayahnya, Adipati Linggawijaya
mempersilakan Tumenggung Suramenggala duduk di sebelah
Resi Bajrasakti. Dia memandang wajah ayahnya yang tampak
keruh. "Kanjeng Rama, apakah yang menyusahkan hati Rama?"
Adipati Linggawijaya bertanya. Semenjak dia menjadi adipati
dan ayahnya menjadi tumenggung, dia mengubah
panggilannya. Kalau dulu memanggil ayahnya cukup bapak
227 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja, sekarang menjadi kanjeng rama, tentu saja untuk
disesuaikan dengan kedudukannya!
Tumenggung Suramenggala menghela napas. "Siapa lagi
yang dapat menyusahkan hatiku kalau bukan Ibunda, Nyi
Lasmi itu" Ia berkeras tidak mau kembali sebagai keluarga
kita." Wajah bekas lurah itu menjadi merah dan alisnya
berkerut. "Bukan saja ia menolak, bahkan menghina dan
setelah sehari semalam tidak diberi makan, tadi ia menolak
dan menampar tumpah nasi yang kubawakan untuknya. Ah,
perempuan itu sungguh keras kepala!"
"Kanjeng Rama, mengapa Andika bersedih hanya karena
penolakan seorang perempuan dusun seperti itu?" kata Dewi
Mayangsari. "Kalau Andika menghendaki selir baru, saya
dapat mencarikan seorang perawan cantik untuk Andika!"
"Benar sekali apa yang dikatakan Yayi Ratu Dewi
Mayangsari, Kanjeng Rama. Untuk apa memusingkan
penolakan perempuan itu" Ia bukan apa-apa bagi keluarga
kita, bahkan selama menjadi selir Kanjeng Rama, ia tidak
menurunkan anak. Sebaiknya dibunuh saja perempuan itu!"
kata Adipati Linggawijaya.
"Baik sekali usul itu, Kanjeng Rama." kata Dewi
Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mayangsari. "Memang sebaiknya dibunuh saja perempuan
sombong tak tahu diri itu! Seorang perempuan dusun, janda
228 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi, berani menolak untuk menjadi selir Kanjeng Rama
Tumenggung?"
Mendengar ucapan puteranya dan mantunya itu,
Tumenggung Suramenggala termenung, alisnya berkerut. "Ah,
aku.. aku tidak tega untuk membunuhnya.. "
"Ah, itu mudah saja, Kanjeng Rama" Biar kita suruh saja
seorang perajurit pengawal untuk membunuhnya. Kalau
Kanjeng Rama tidak tega ia dibunuh di sini, biar ia dibawa
keluar istana, ke dalam sebuah hutan lalu dibunuh."
Tumenggung Suramenggala menghela napas panjang
beberapa kali lalu mengangguk-angguk. "Agaknya tidak ada
jalan lain..."
"Saya tidak setuju kalau Nyi Lasmi dibunuh!"
Tiga orang itu memandang Resi Bajrasakti yang
mengeluarkan kata-kata itu. Adipati Linggawijaya tertawa.
"Ha-ha-heh-heh, agaknya Bapa Resi tertarik kepada Nyi
Lasmi?" tanyanya.
Resi Bajrasakti juga tertawa. "Ha-ha-ha, Ananda Adipati,
lima orang selir yang masih muda-muda itu sudah cukup
banyak bagi saya, untuk apa menambah lagi dengan seorang
perempuan yang sudah setengah tua" Bukan itu maksud
saya." 229 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, kalau begitu, mengapa Bapa Resi tidak setuju kalau ia dibunuh?"
"Ingat, wanita itu adalah Ibu kandung Puspa dewi!"
"Kami tidak takut!" kata Adipati Linggawijaya dan Dewi Mayangsari berbareng. Adipati Linggawijaya menyambung.
"Biar ia datang ke sini kalau ia berani, kita akan tangkap gadis liar itu!"
"Bukan begitu maksud saya! Akan tetapi kita pun tahu bahwa Puspa Dewi adalah Sekar Kedaton Wura-wuri yang sudah mengkhianati Wura-wuri. Mengapa kita tidak menggunakan Nyi Lasmi untuk berjasa terhadap Wura-wuri sehingga kita papat bekerja sama semakin erat dengan Kerajaan Wura-wuri" Adipati Bhimaprabhawa, terutama permaisurinya, Nyi Dewi Durgakumala, pasti marah sekali kepada Puspa Dewi dan ingin sekali menangkap gadis itu.
Nah, lebih baik kita serahkan Nyi Lasmi kepada mereka.
Wura-wuri dapat memancing datangnya Puspa Dewi dengan Ibu kandung gadis itu sebagai sandera dan akhirnya mereka dapat menangkapnya. Dengan demikian sekali tepuk kita mendapatkan dua keuntungan, karena Wura-wuri tentu akan berterima kasih kepada kita."
Adipati Linggawijaya dan permaisurinya mengangguk-angguk senang. "Gagasan yang baik sekali itu, Bapa Resi!
230 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana, Kanjeng Rama, apakah Andika juga setuju
dengan usul itu?"
Tumenggung Suramenggala menghela napas panjang.
"Terserah, aku sudah pusing memikirkan kekerasan hati Nyi
Lasmi. Biarlah, kalau ia tidak mau melayani aku, masih
banyak wanita yang bersedia melakukannya dengan senang
hati." "Tentu saja, Kanjeng Rama. Saya akan mencarikan
pengganti Nyi Lasmi, seorang gadis muda yang cantik jelita
untuk menghibur hati Kanjeng Rama." kata Dewi Mayangsari.
Setelah mengakhiri percakapan itu, Adipati Longgawijaya
lalu membuat sepucuk surat kepada Adipati Bhismaprabhawa
dan Nyi Dewi Durgakumala, yang isinya menyerahkan Nyi
Lasmi, ibu kandung Puspa Dewi, kepada Wura-wuri sebagai
tanda persahabatan karena Wengker juga merasa penasaran
akan pengkhianatan Puspa Dewi terhadap Wura-wuri dan
persekutuan mereka bersama sehingga usaha mereka
menghancurkan Kahuripan gagal.
*** Perjalanan dari Wengker ke Wura-wuri tidak dekat, dengan
berkuda pun akan memakan waktu sedikitnya lima hari. Maka,
Adipati Linggawijaya lalu mengutus dua orang jagoan
Wengker yang berjasa menculik Nyi Lasmi dari Karang Tirta,
231 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu Wirobento dan Wlrobandrek, memimpin selosin orang
perajurit pilihan, untuk mengawal Nyi Lasmi dan
mengantarkannya ke kota raja Wura-wuri.
Berangkatlah rombongan itu setelah untuk yang terakhir
kalinya Tumenggung Suramenggala membujuk Nyi Lasmi
untuk menyerah kepadanya daripada dibawa ke Wura-wuri
akan tetapi Nyi Lasmi berkeras menolak. Empat belas orang
pengawal itu menunggang kuda dan Nyi Lasmi terpaksa juga
menunggang kuda karena kalau ia berkeras tidak mau, ia
akan diboncengkan oleh Wirobandrek di atas seekor kuda.
Wanita itu memilih menunggang kuda sendiri, dan ia memang
sudah terbiasa menunggang kuda dahulu ketika menjadi selir
Ki Suramenggala di Karang Tirta.
0o0 Pemuda Cina itu berusia sekitar dua puluh tujuh tahun.
Pakaiannya sederhana dan dari pakaiannya yang sama
dengan pakaian pemuda pribumi dapat diketahui bahwa
pemuda Cina itu tentu sudah lama berada di Nusa Jawa
sehingga sudah dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
penduduk pribumi. Tubuhnya tinggi agak kurus, mukanya
pucat kuning. Matanya yang sipit mengandung sinar tajam. Di
punggungnya terselip siang-to (sepasang golok). Bahkan
rambutnya pun digelung ke atas model rambut para pria
pribumi. Yang membuat orang dapat menyangka bahwa dia
232 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang asing adalah kekuningan kulitnya dan kesipitan
matanya. Juga kalau dia bicara, walaupun fasih bicara daerah,
tetap saja masih agak cadel (pelo).
Pemuda Cina itu adalah seorang pemuda dari Negeri Cina
yang melarikan diri ke Nusa Jawa karena ia dikejar-kejar
beberapa orang jagoan yang hendak membunuhnya.
Sekitar tujuh tahun yang lalu pemuda Cina yang bernama
The Jiauw Lan ini tinggal di sebuah dusun dekat kota raja
Nan-king. Sejak muda dia telah pandai bermain silat dan hidup
sebagai seorang pendekar yang menentang kejahatan.
Pada suatu hari dia melihat Bong Kongcu (Tuan muda
Bong), putera seorang pembesar kota raja bersama beberapa
orang jagoannya mengganggu seorang gadis. The Jiauw Lan
marah dan menghajar pemuda bangsawan dan jagoanjagoannya itu dan menyelamatkan gadis yang diganggu. Akan
tetapi ternyata peristiwa Itu mendatangkan malapetaka besar
bagi The Jiauw Lan. Ketika dia tidak berada di rumah,
serombongan anak buah Bong Kongcu menyerbu rumahnya
dan ayah ibunya dibunuh. Adiknya, seorang gadis remaja
yang ketika itu berusia sekitar tiga belas tahun hilang entah ke
mana. The Jiauw Lan menjadi marah sekali. Dia membalas
dendam, menyerbu rumah Bangsawan Bong dan berhasil
233 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh Bong Kongcu dan beberapa orang jagoannya.
Perbuatan ini tentu saja menggemparkan kota raja dan dia
terpaksa melarikan diri dan menjadi orang buruan. Pembesar
Bong tidak mau menerima begitu saja dan dia menyuruh para
pembunuh bayaran untuk mencari dan mengejar Jiauw Lan
untuk dibunuh. Belum puas dengan ini, Pembesar Bong juga memaksa
kekasih Jiauw Lan yang bernama Mei Hwa yang sudah
bertunangan dengannya, untuk menjadi selir Bangsawan
Bong. Hal ini dilakukan pembesar Itu bukan sekedar
memuaskan nafsunya, akan tetapi terutama sekali untuk
membalas dendam kepada Jiauw Lan yang telah membunuh
puteranya. Demikianlah, Jiauw Lan terpaksa melarikan diri berlayar ke
selatan karena daratan Cina merupakan tempat yang tidak
aman baginya. Setelah tiba di Nusa Jawa, dia merantau,
berpindah-pindah tempat dan akhirnya dia mengasingkan diri
di Danau Sarangan, di lereng Gunung Lawu.
Sungguh di luar dugaannya, Pembesar Bong yang masih
mendendam kepadanya, berhasil membujuk gurunya yang
berjuluk Pek I Kiam-sian (Dewa Pedang Baju Putih) bernama
Souw Kiat untuk mencarinya sampai ke Nusa Jawa.
234 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gurunya itu masih ditemani dua orang paman gurunya
yang bernama Gan Hok dan Giam Lun.
Kurang lebih dua tahun yang lalu, secara kebetulan The
Jiauw Lan menyelamatkan Puteri Listyarini, Isteri Ki Patih
Narotama yang diculik penjahat.
Ki Patih Narotama datang untuk menjemput isterinya yang
diselamatkan Jiauw Lan. Akan tetapi kedatangan Ki Patih
Narotama agak terlambat sehingga kedahuluan munculnya
guru dan dua orang paman guru Jiauw Lan. Percuma saja
Jiauw Lan melawan. Dia terluka dan dirobohkan bahkan
menerima Hwe tok-dang (Tangan Racun Api) dari Pek I Kiamsian yang hendak membuat bekas muridnya itu cacat dan
kehilangan tenaga saktinya sebagai hukuman.
Akan tetapi, Ki Patih Narotama yang sakti mandraguna,
mempergunakan tongkat pusakanya Tunggul Manik yang
dapat memunahkan racun dari tubuh Jiauw Lan sehingga
pemuda Cina itu selamat.
Jadilah dia sahabat baik Ki Patih Narotama yang berterima
kasih, bahkan Listyarini menganggap dia sebagai saudara.
Akan tetapi Jiauw Lan menolak ketika hendak diajak ke
Kahuripan. Dia lebih suka mengasingkan diri dan merantau.
Sejak pertemuan dan perkenalannya dengan Listyarini yang
menganggap dia sebagai kakak angkat, Jiauw Lan
235 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan nama Tejoranu. Listyiarini tidak dapat
menyebut nama The Jiauw Lan dan menyebutnya Tejoranu!
Demikianlah sedikit riwayat singkat The Jiauw Lan yang kini
bernama Ki Tejoranu. Beberapa bulan yang lalu dia bertemu
dengan seorang Cina lain di kaki Gunung Lawu. Kebetulan
sekali dia mengenal laki-laki itu yang bernama Tan Sek. Dari
Tan Sek Inilah dia memperoleh berita yang mengejutkan,
mengherankan akan tetapi juga menyenangkan. Kenalannya
itu bercerita banyak tentang The Kim Lan, adik perempuannya
yang hilang ketika ayah Ibunya terbunuh dan ketika itu berusia
tiga belas tahun. Menurut penuturan Tan Sek, adiknya itu kini
telah menjadi seorang gadis yang amat lihai setelah berguru
kepada seorang hwesio (Pendeta Buddha) dari Kuil Siaw Lim.
Yang menggembirakan adalah berita bahwa The Kim Lan,
adiknya yang kini menjadi seorang gadis berusia sekitar dua
puluh tahun, menyusulnya ke Jawa dan kini sedang
mencarinya. "Sejak dua bulan ini, Adikmu, The Kim Lan itu berada di
sekitar Gunung Kawi." demikian Tan Sek, temannya itu
bercerita. Mendengar cerita temannya itu, Ki Tejoranu merasa
gembira sekali dan dia segera melakukan perjalanan menuju
Gunung Kawi! 236 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tiba di daerah Gunung Kawi, dia merantau di
sekitar gunung itu untuk mencari adiknya yang menurut Tan
Sek berada di situ. Akan tetapi sampai hati itu, dia belum juga
dapat menemukan The Kim Lan.
Pagi hari itu dia berjalan dengan penuh semangat karena
malam tadi, di sebuah dusun di mana dia bermalam, dia
mendengar dari seorang penduduk yang melihat seorang
gadis Cina berjalan menuju ke barat. Mendengar ini, pagi-pagi
sekali Ki Tejoranu berangkat ke barat untuk menyusul gadis
Cina itu, hampir yakin bahwa gadis itu tentu adiknya karena
pada waktu itu langka menemukan seorang gadis Cina di
pedalaman. Kalaupun ada wanita Cina, yang belum begitu
banyak, mereka itu tentu berada di kota-kota di pesisir utara.
Selagi dia berjalan sambil dengan teliti memandang ke
sekeliling untuk menemukan jejak adiknya, dia mendengar
derap kaki kuda dari belakang. Ki Tejoranu cepat menyelinap
di balik pohon besar untuk mengintai siapa yang datang itu.
Dia melihat lima orang menunggang kuda lewat di jalan
yang kasar itu. Mereka adalah dua belas orang perajurit yang
dipimpin dua orang laki-laki tingg besar berpakaian mewah.
Yang mengherankan hatinya adalah ketika dia melihat
seorang wanita di antara mereka. Wanita itu pun menunggang
kuda, diapit oleh dua orang pemimpin pasukan. Melihat wanita
237 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu berwajah sedih, bahkan jelas tampak bahwa ia habis
menangis, kedua matanya agak merah membengkak, hati Ki
Tejoranu tertarik. Timbul jiwa kependekarannya. Dia mencium
keadaan yang tidak wajar, tentu ada yang tidak beres dalam
rombongan itu. Siapa tahu, wanita itu membutuhkan
pertolongan. Maka Ki Tejoranu cepat berlari mengikuti
rombongan berkuda itu. Jalan itu memasuki sebuah hutan.
Matahari mulai naik tinggi dan Ki Wirobente yang
memimpin pasukan bersama Ki Wirobandrek mengantar Nyi
Lasmi ke Kerajaan Wura-wuri, memberi aba-aba untuk
berhenti. Dia memerintahkan berhenti ketika melihat Nyi Lasmi
tampak lemas dan duduknya mulai miring-miring hampir jatuh.
"Kita berhenti mengaso di sini. Nyi Lasmi, turunlah, Andika
boleh beristirahat menghilangkan lelah." katanya kepada Nyi
Lasmi. Dengan tubuh lemas karena kelelahan dan kelaparan,
Nyi Lasmi turun dari atas punggung kudanya dan terkulai,
duduk mendeprok di atas tanah.
Wirobandrek lalu menghampiri Nyi Lasmi yang masih
duduk mendeprok di atas tanah, menjulurkan tangan
menawarkan tempat minuman dan sebungkus makanan.
"Nih, makan dan minumlah dulu, Nyi Lasmi, agar engkau
tidak lemah dan sakit."
238 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Nyi Lasmi menggeleng kepalanya. "Biarkan aku
mati saja, aku tidak ingin menjadi sandera untuk memancing
Anakku.. ."
"Kakang Bento, kalau perempuan ini tidak mau makan dan
mati kelaparan di jalan, kita tentu akan dipersalahkan oleh
Tumenggung Suramenggala."
"Benar, Adi Bandrek. Gusti Adipati Linggawijaya tidak akan
mengampuni kita. Maka, paksa saja ia makan!"
239 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid VI KI WIROBENTO lalu memegang kedua lengan Nyi Lasmi, ditelikung ke belakang dan Ki Wirobandrek mulai memaksa Nyi Lasmi makan dengan menjejalkan nasi ke mulut wanita itu. Nyi Lasmi mengatupkan mulutnya dan membuang muka ke kanan kiri untuk menghindarkan jejalan makanan pada mulutnya.
Ki Tejoranu marah sekali melihat hal ini. Akan tetapi sebelum dia melompat keluar untuk menolong wanita itu, tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.
Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Orang-orang jahat!" Dan berkelebatlah bayangan orang
dan tahu-tahu muncul seorang gadis berpakaian serba biru.
Sekali pandang saja orang dapat mengetahui bahwa ia tentu
seorang gadis Cina. Hal ini dapat dikenal dari bentuk
pakaiannya, dan gelung rambutnya ke atas. Gadis ini berusia
sekitar dua puluh tahun, bertubuh ramping padat dan
wajahnya manis, berkulit putih kuning. Di punggungnya
tergantung sebatang pedang.
Begitu muncul, gadis itu telah melompat dekat Nyi Lasmi
dan cepat sekali tangan kanannya menghantam ke arah tubuh
Wirobento dan kaki kirinya menendang ke arah tubuh
Wirobandrek. Dua orang jagoan Wengker ini bukan orang
lemah. Melihat betapa pukulan dan tendangan itu
240 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangkan angin serangan yang kuat, mereka maklum
bahwa mereka diserang seorang yang digdaya, maka mereka
cepat berlompatan ke belakang untuk mengelak.
Gadis itu lalu berkata dengan suara nyaring namun
ucapannya cadel (pelo).
"Bibi, jangan takut! Aku akan menghajar mereka!" Setelah
berkata demikian, gadis Cina itu sudah mencabut pedangnya
dan tampak sinar berkelebat ketika pedangnya tercabut.
Ki Tejoranu membelalakkan matanya yang sipit.
Jantungnya berdebar kencang dan hatinya merasa terharu
sekali. Sukar untuk mengenali gadis Cina itu, akan tetapi dia
masih teringat bahwa mata dan mulut gadis itu adalah mata
dan mulut The Kim Lan, adik perempuannya yang ketika
mereka berpisah masih merupakan seorang gadis remaja cilik
berusia tiga belas tahun.
Tentu saja dia tidak berani menegur gadis itu sebagai
adiknya, takut kalau kalau dugaannya salah, maka dia hanya
mengintai saja dan siap siaga kalau-kalau gadis itu
membutuhkan bantuan.
Dua orang kakak beradik jagoan Wengker itu marah bukan
main ketika mereka melihat seorang gadis asing menyerang
mereka. Melihat gadis itu sudah mencabut pedang, Ki
Wirobandrek berteriak kepada anak buahnya.
241 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan bosan hidup berani mencampuri urusan kami!
Kawan-kawan, bunuh perempuan itu!"
Dua belas orang perajurit Wengker yang rata-rata bertubuh
tinggi besar dan berwajah bengis itu segera mencabut golok
mereka dan mereka maju menghampiri gadis itu. Gadis Cina
itu tidak ingin Nyi Lasmi ikut terkepung sehingga
membahayakan keselamatannya, maka ia berlari menjauhi
sehingga ketika ia terkepung, Nyi Lasmi tidak ikut dikepung, ia
berdiri dengan gagahnya dalam kepungan dua belas orang itu,
berdiri dengan kedua kaki agak terpentang dan kedua lutut
ditekuk, tangan kiri terbuka dan lurus miring di depan dada,
sedangkan pedang di tangan kanan melintang di atas
kepalanya. Tubuhnya tidak bergerak, akan tetapi sepasang
matanya yang tajam itu mengerling ke kanan kiri. Sikapnya
tenang seolah ia sama sekali tidak gentar menghadapi
pengepungan selosin perajurit Wengker itu.
Ki Tejoranu mengenal sikap itu sebagai kuda-kuda ilmu
pedang Siauw-lim-pai, maka semakin yakinlah hatinya bahwa
gadis itu tentu adiknya yang sedang dia cari-cari. Bukankah
Tan Sek menceritakan bahwa adiknya itu telah berguru
kepada seorang hwesio Siauw-lim-pai"
Tiba-tiba, dua orang pengepung yang berdiri di belakang
gadis itu, setelah mendapat isyarat kedipan mata dan Ki
Wirobento, segera menggerakkan golok menyerang gadis itu
242 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari belakang, tanpa memberi peringatan. Dua batang golok
menyambar, yang satu membacok kepala, yang kedua
menusuk punggung!
Akan tetapi gadis itu agaknya telah memiliki tingkat
kepandaian tinggi. Biarpun kedua matanya tidak dapat melihat
datangnya penyerangan dari belakang, namun
pendengarannya yang sudah terlatih tajam, dapat menangkap
gerakan serangan Itu. Tubuhnya tiba-tiba membalik,
pedangnya berkelebat bagaikan kilat menyambar.
"Cring. . trangg.. .!" Bunga api berpijar dan dua orang
penyerang itu terpelanting dan mengaduh karena setelah
pedang tadi menangkis golok mereka, pedang itu mencuat
dengan kecepatan kilat dan tidak terduga-duga, merobek baju
dan kulit dada mereka sehingga tergores panjang, cukup
dalam sehingga mereka terluka parah.
Sepuluh orang perajurit yang lain menjadi marah dan
mereka segera menyerbu dan menyerang membabi-buta dan
tidak teratur lagi. Dengan kacau mereka membacok dengan
golok mereka. Akan tetapi tiba-tiba mereka menjadi bingung karena tubuh
gadis yang mereka keroyok itu berkelebatan amat cepatnya,
merupakan bayang-bayang biru yang berkelebatan terlindung
gulungan sinar pedangnya yang seperti kilat.
243 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar suara berkerontangan berulang-ulang disusul
golok-golok terpental dan tubuh para pengeroyok
berpelantingan! Lima orang pengeroyok roboh dan sisanya,
lima orang lagi menjadi gentar.
Melihat ini, Ki Wirobento dan Ki Wirobandrek berseru
nyaring dan mereka berdua sudah menerjang maju membantu
para anak buah yang tinggal lima orang itu.
Ki Wirobento sudah menggerakkan pecutnya yang
ujungnya dipasangi paku-paku atau besi-besi kecil yang
runcing tajam. Hebat sekali senjata ini, yang menyambarnyambar dahsyat. Sementara itu, Ki Wirobandrek
menggunakan senjata andalannya yang merupakan senjata
pusaka para warok, yaitu sepasang ujung kolor berwarna
merah. Ujung kolor yang lemas ini sama sekali tidak boleh
dipandang ringan karena sudah dirajah (dipasangi mantra)
dan mengandung racun yang amat kuat.
Setelah dua orang jagoan Wengker ini maju mengeroyok
dan senjata mereka bergulung-gulung sinarnya, menyambar
dengan dahsyat dari semua jurusan, gadis itu tampak kaget
dan mulailah ia terdesak dan main mundur walaupun putaran
pedangnya membentuk gulungan sinar yang melindungi
tubuhnya. 244 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun dua orang jagoan Wengker dan sisa anak buahnya yang tinggal lima orang itu sukar untuk dapat menembus perisai gulungan sinar pedang itu, namun gadis itu pun sama sekali tidak memperoleh kesempatan untuk balas menyerang.
Melihat ini, Ki Tejoranu sudah tidak dapat menahan hatinya lagi. Dia melompat keluar sambil mencabut siang-to (sepasang golok) dan berseru dengan nyaring.
"Adikku, jangan khawatir. Aku datang membantumu!"
Ucapan itu menggunakan bahasa Cina. Gadis itu cepat melompat ke belakang dan menoleh. Matanya yang tajam terbelalak dan mulutnya berteriak girang.
"Koko (Kakak) Jiauw Lan.. . !"
Ki Tejoranu sudah menyerbu dan kini mereka berdua menyambut pengeroyokan tujuh orang itu. Setelah Ki Tejoranu maju, walaupun tingkat kepandaiannya tidak lebih tinggi daripada tingkat gadis itu, namun tentu saja Ki Wirobento dan Ki Wirobandrek kini terkejut dan terdesak mundur. Bahkan dalam waktu singkat, dua orang anak buahnya sudah roboh lagi.
Maklum bahwa mereka tidak akan mampu menandingi gadis Cina dan orang yang muncul membantunya itu, Ki Wirobento dan Ki Wirobandrek lalu melarikan diri, di kuti dua 245
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belas orang anak buah mereka yang saling bantu dan kabur
dengan kuda mereka.
Gadis itu tidak mengejar dan kini ia berhadapan dengan Ki
Tejoranu, saling pandang dengan penuh perhatian. Kemudian,
seperti digerakkan tenaga gaib, dua orang itu saling tubruk
dan saling rangkul.
"Lan-ko (Kakak Lan).. . ahh.. . Lan-ko.. .!" Gadis itu
menangis dalam rangkulan Ki Tejoranu. Laki-laki itu pun tidak
dapat menahan tangisnya, walaupun tanpa mengeluarkan
suara. Laki-laki yang sudah tergembleng bertahun-tahun dalam
kepahitan dan kesengsaraan itu tidak dapat menahan
keharuan dan kebahagiaan hatinya dapat bertemu dengan
adik kandungnya, hal yang sama sekali tidak pernah dia
impikan! "Kim Lan, Adikku.. .!"
Nyi Lasmi bangkit berdiri dan memandang kepada dua
orang itu dengan heran. Ia tahu bahwa dua orang itulah yang
telah membebaskannya dari tangan orang-orang Wengker
tadi. Gadis Cina itu demikian gagah dan tangkas,
mengingatkan ia akan Puspa Dewi, puterinya. Melihat betapa
dua orang itu saling rangkul sambil menangis, ia merasa
terharu pula walaupun ia tidak mengerti siapa mereka dan
246 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa mereka menangis karena ia tidak dapat mengerti
bahasa mereka. Yang jelas baginya adalah bahwa mereka
orang-orang baik yang telah menolongnya.
Biarpun Ki Tejoranu atau The Jiauw Lan dan The Kim Lan,
kakak beradik itu sedang tenggelam ke dalam kebahagiaan
yang mengharukan namun mereka memiliki pendengaran dan
perasaan yang sudah terlatih baik. Maka keduanya segera
dapat mengetahui ketika Nyi Lasmi menghampiri mereka.
Mereka saling melepaskan rangkulan dan Ki Tejoranu berkata
lirih kepada Kim Lan dalam bahasa Cina.
"Adikku, nanti saja kita bicara tentang kita. Sekarang kita
bicara dulu dengan wanita ini." Setelah berkata demikian,
keduanya menghadapi Nyi Lasmi sambil menghapus air mata
mereka dan tersenyum kepada Nyi Lasmi.
Senyum yang tulus karena keduanya memang sedang
merasa senang sekali dapat saling bertemu.
"Maafkan kami. . karena kami hampir melupakan Andika...
eh, perkenalkan, saya bernama Ki Tejoranu dan ini Adik
kandungku, namanya The Kim Lan.. " Ki Tejoranu
memperkenalkan dirinya dan adiknya.
Nyi Lasmi terharu. Dua orang penolongnya ini sungguh
aneh! Mereka malah minta maaf kepadanya!
247 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya yang minta maaf kepada Andika berdua, Kisanak,
karena saya telah merepotkan Andika berdua. Andika telah
menolong saya terlepas dari bahaya yang bagi saya lebih
mengerikan daripada maut." Suara Nyi Lasmi tergetar.
"Saya bernama Lasmi.. " Baru sampai sekian Nyi Lasmi
bicara, ia yang sejak tadi menahan diri sekuatnya kini tidak
dapat menahan lagi dan ia terkulai dan pingsan dalam
rangkulan The Kim Lan.
Ia tentu sudah roboh kalau tidak cepat dirangkul gadis Cina
itu. Kelelahan yang luar biasa karena selama tiga hari sama
sekali tidak makan, ditambah kekhawatiran dan ketegangan
membuat ia pingsan setelah mendapat kebebasan.
"Koko, ia pingsan." kata Kim Lan sambil merebahkan tubuh
Nyi Lasmi ke atas tanah.
Ki Tejoranu cepat memeriksa denyut nadi pergelangan
tangan Nyi Lasmi.
"Hemm, kasihan sekali wanita ini, Lan-moi (Adik Lan).
Menurut denyut nadinya, ia lemah sekali, agaknya ia
menderita kelaparan, juga batinnya tertekan dan ketakutan.
Engkau mempunyai sedikit makanan dan minuman?"
Kim Lan mengambil buntalan yang tadi ia tinggalkan di
bawah pohon dan mengambil beberapa ketela merah bakar
dan seguci air.
248 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini air bersih, Koko. Sebaiknya ia diberi minum, akan tetapi
harus dibikin sadar dulu.".
"Engkau dapat melakukannya?"
Gadis itu mengangguk. "Aku pernah mempelajari beberapa
ilmu pengobatan dari suhu (guru)." Setelah berkata demikian,
Kim Lan lalu menekan beberapa bagian tubuh Nyi Lasmi
dengan jarinya sambil mengerahkan sin-kang tenaga sakti),
yaitu di antara pangkal ibujari dan telunjuk, lalu di bibir atas
tepat di bawah hidung, dan mengurut punggung. Sebentar
saja Nyi Lasmi mengeluh dan membuka kedua matanya. Ia
bergerak hendak bangkit. Kim Lan membantunya sehingga ia
dapat duduk. Suara gadis Cina itu lembut akan tetapi cadel sekali
sungguhpun cukup dapat dimengerti Nyi Lasmi.
"Bibi, tenangkan hatimu dan minumlah air ini lebih dulu."
Setelah berkata demikian, Kim Lan mendekatkan cawan yang
sudah di si air ke mulut Nyi Lasmi yang tidak membantah dan
minum air di cawan itu sampai habis.
Ketika ia hendak bicara, Kim Lan mencegahnya. "Nanti saja
kita bicara, Bibi. Sekarang, makanlah dulu ubi bakar ini. Maaf,
kami hanya mempunyai makanan ini dan tidak memberi yang
lebih baik. Bibi perlu makan agar menjadi kuat kembali."
249 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Lasmi juga tidak membantah. Ia tahu benar bahwa
gadis asing ini bermaksud baik, tadi telah menyelamatkannya.
Apalagi perutnya memang lapar sekali, maka tanpa malu-malu
lagi ia menerima ketela bakar itu dan memakannya.
Setelah menghabiskan tiga potong ketela bakar dan minum
lagi dua cawan air, Nyi Lasmi merasa sehat dan segar
kembali. Ia memandang kepada dua orang kakak beradik itu,
lalu menghela napas panjang dan berkata.
"Ah, orang-orang tadi sungguh kejam dan jahat.. ."
Kuda Binal Kasmaran 4 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Hikmah Pedang Hijau 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama