Ceritasilat Novel Online

Pedang Asmara 1

Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pedang Asmara Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Penerbit : CV. Gema 2001, Solo
Djvu dibuat oleh : Syaugy_ar
Convert : Dewi KZ, editor Budi Santoso Bandung (trims) Final Edit & Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com & http://dewikz.com
http://kang-zusi.info
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Daftar Isi Pedang Asmara Jilid I Jilid II Jilid III Jilid IV Jilid V Jilid VI Jilid VII Jilid VIII Jilid IX Jilid X Jilid XI Jilid XII Jilid XIII Jilid XIV Jilid XV Jilid XVI Jilid XVII Jilid XVIII TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid XIX Jilid XX Jilid XXI Jilid XXII Jilid XXIII Jilid XXIV Jilid XXV Jilid XXVI Jilid XXVII Jilid XXVIII Jilid XXIX Jilid XXX Jilid XXXI Jilid XXXII Jilid XXXIII Jilid XXXIV ~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid I Debu dan pasir mengepul tinggi ketika seorang pria muda membalapkan kudanya melintasi padang pasir Itu.
Dia seorang pemuda yang berusia baru kurang lebih lima belas tahun, menunggang seekor kuda yang tinggi besar dan kokon kuat. Pemuda itu sendiri memiliki tubuh seperti orang yang telah dewasa benar, tinggi besar dan kokon kuat pula. Mukanya yang nalus tak berkumis atau berjenggot itu bukan muka seorang pemuda remaja, melainkan wajah seorang muda yang sudah matang. Muka itu berbentuk persegi empat, dengan dahi lebar, telinga, yang panjang dan lebar seperti telinga patung Buddha. Sepasang matunya tidak sipit, mata yang memerikan sinar yang akan membuat orang bergidik ngeri karena sinarnya mencorong seperti mata harimau dalam gelap. Hidungnya mancung dan lurus, di atas mulut yang membayangkan kekerasan hati dan ketabahan besar. Pakaiannya serba ringkas, pakaian seorang pemuda bangsa Mongol dan kepalanya tertutup kain kepala berwarna biru.
Dia terus membalapkan kudanya menuju ke sebuah bukit di ujung gurun pasir itu. Bukit itu cukup subur, nampak kehijauan ditumbuhi pohon pohon dan disana nampak pula dusun dengan rumah rumahi yang berdinding putih. Ke lereng bukit itulah dia kini membalapkan kudanya. Peluh mengalir di leher kudu dan lener penunggangnya karena sejak pagi tadi mereka berdua sudah membiarkan diri disengat sinar matahari dan melakukan perjalanan cepat tanpa berhenti sampai kini matahari telah naik tinggi.
Di dalam dusun di lereng bukit itu sendiri nampak adanya kesibukan, sekelompok suku bangsa Mongol
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdiam didusun itu, berdiam untuk sementara karena memang suku bangsa Mongol merupakan suku nomad yang suka berpindah pindah. Mereka hidup berkelompok, dengan keluarga mereka, merantau dan berpindah pindah mencari tempat yang lebih tepat dan lebih subur. Mereka bukan petani-petani yang baik, melainkan peternak dan pemburu yang amat cekatan. Mereka bukan hanya membutuhkan tumbuh-tumbuhan untuk mereka sendiri, juga untuk ternak mereka dan karena tidak pandai bercocok tanam, maka begitu suatu daerah yang mereka tinggali telah menjadi gundul karena tumbuh-tumbuhan di sana habis mereka makan bersama ternak mereka, maka kelompok itu lalu mencari tempat lain yang lebih baik untuk ditinggali.
Akan tetapi kelompok suku bungsu Mongol yang kini tinggal di lereng bukit di ujung gurun pasir itu telah menetap di situ selama beberapa tahun dan mereka belum juga pergi. Hal ini adalah karena bukit itu memang memiliki tanah subur dan ada sumber air besar di sana. Dan kelompok yang tinggal di situ merupakan kelompok yang sudah mempunyai pengetahuan lumayan tentang bercocok tanam. Tanah bukit yang amat subur itu memudahkun hidupnya tanaman dan mereka dapat bertahan sampai lama di tempat itu sehingga kelompok keluarga mereka makin lama menjadi semakin besar dengan adanya anggauta keluarga yang menikah dan anak beranak di situ.
Karena kelompok ini dipimpin oleh seorang kepala kelompok yang terkenal disegani oleh para kelompok lain, maka sebentar saja dusun di bukit itu terkenal di antara para suku bangsa Mongol. Nama Galasing, kepala dusun itu, cukup terkenal sebagai seorang pria yang tangkas dan pandai di antara suku bungsa Mongol.
Pada waktu itu, daerah Mongolia ini dihuni oleh berbagai suku bangsa yang dikenal sebagai suku bangsa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nomad atau oleh mereka yang merasa diri lebih pandai dan lebih "beradab", suku bangsa yang berkeliaran sebagai bangsa nomad di daerah Mongolia disebut suku "liar"!
Banyak sekali suku bangsa yang kecil-kecil dan di antara mereka, yang paling besar jumlahnya dan dianggap paling kuat hanya tiga suku bangsa. Mereka adalah suku bangsa Mongol sendiri, suku bangsa Naiman dan suku bangsa Kerait. Mereka ini sesungguhnya merupakan bangsa dengan darah campuran. Ada pengaruh bangsa Nepal dan India di barat, bangsa Eskimo di dekat kutub, dan bangsa
"beradab" di selatan. Di antara tiga suku bangsa yang sering kali berperang karena mereka saling memperebutkan pengaruh kekuasaan, yang paling kuat adalah suku bungsu Kerait dan Naiman. Bahkan suku bangsa Mongol sendiri, yang merupakan suku bangsa pribumi, pada permulaan abad ke dua belas tunduk kepada suku bangsa Kerait yang banyak dipengaruhi olen darah bangsa Nepal.
Karena merasa tertekan oleh suku bungsa Naiman dan terutama suku bangsa Kerait, maka suku bangsa Mongol berpencaran dan diam-diam mereka ini menaruh dendam dan penasaran bahwa sebagai suku pribumi mereka itu sampai harus tunduk kepada suku bangsa pendatang atau peranakan. Mulailah suku bungsa Mongol berusaha untuk mengadakan persatuan di antara mereka sendiri dan yang mereka butuhkan sekarang adalah seorang pemimpin yang cakap dan yang mampu membawa bangsa mereka menjadi bangsa yang jaya kembali, yang menjadi tuan dari tanah air mereka sendiri!
Pada siang hari itu, di dusun lereng bukit itu, terjadi, kesibukan karena dusun itukedatangan tamu dari kelompok-kelompok lain yang berdatangan ke situ untuk mengadakan pemilihan seorang kepala suku di antara mereka. Pemilihan seorang kepala suku ini penting sekali
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagi mereka. Dengan adanya seorang kepala suku yang ditaati oleh semua kepala kelompok, maka hal ini akan mencegah terjadinya pertikaian antara kepala kelompok sendiri dan kalau sudah ada persatuan di antara kepala kelompok, di bawah pimpinan seorang kepala suku, maka barulah seluruh suku bangsa Mongol akan dapat dipersatukan dan dari sini muncul kekuatan yang dahsyat yang akan mampu membuat bangsa Mongol kembali jaya.
Tidak kurang dari sembilan orang kepala kelompok suku bangsa Mongol sudah berdatangan dan berkumpul di dusun lereng bukit itu. Mereka datang bersama kelompok mereka yaog terdiri dari puluhan orang berkuda datang dari tempat-tempat yang cukup jauh karena mereka itu memang tinggal berpencaran dalam jarak yang cukup jauh agar tidak sampai terjadi perebutan daerah penggembalaan ternak mereka.
Selain pasukan kecil, mereka membawa pula calon-calon mereka, yaitu seorang yang mereka pandang cukup cakap untuk menjadi calon kepala suku.
Di antara sembilan orang itu, hanya dua orang saja yang membawa calon bukan kepala kelompok mereka sendiri, sedangkan yang tujuh kelompok mengajukan kepala kelompok mereka untuk menjadi calon ketua suku. Tentu saja kepala kelompok yang tinggal di dusun itu, Galaslng, sibuk bukan main menyambut rekan-rekannya. Mereka harus disambut dengan pesta, karena kalau tidak begitu, mereka tentu akan merasa tersinggung dan hal ini bukan mustahil akan mendatangkan pertikaian, permusuhan dan perkelahian bunuh membunuh antara mereka sendiri Para gadis penghuni dusun itu dikerahkan untuk melayani para tamu, domba-domba disembelih dan dagingnya dimasak atau dipanggang. Suara musik dibunyikan untuk menyatakan kegembiraan. Galasing dan kelompoknya dalam menyambut para kepala kelompok yang hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengadakan pemilihan calon ketua suku itu. Kelompok dusun itu sendiri tidak mempunyai pilihan lain, mengajukan Galasing sebagai calon mereka walaupun sebagian besar di antara mereka tadinya ingin memilih Temucin, keponakan Galasing untuk menjadi calon.
Temucin adalah seorang pemuda anggauta kelompok yang dipimpin Galasing. Akan tetapi Temucin yang baru berusia lima belas tahun itu tidak suka tinggal diam saja di dusun itu. Dia lebih suka merantau, menunggang kudanya dan pergi berburu. Dia seorang pemuda yang tangkas, pemberani dan kuat sehingga dia dikagumi oleh semua penghuni dusun. Tidak ada seorangpun berani menentangnya karena dia memang kuat sekali, Juga pandai ilmu berkelahi karena perantauannya membuat dia bertemu dengan orang-orang pandai dan pemuda ini memang selalu haus akan ilmu kejantanan. Galasing sendiri sebagai pamannya, tidak mampu menguasainya, bahkan diam-diam Galasing khawatir kalau-kalau pada suatu hari pemuda itu akan menjatuhkannya dan mengangkat diri menjadi pemimpin kelompok. Galasing tidak mencalonkan Temucin, karena biarpun pemuda itu keponakannya sendiri, diam-diam Galasing tidak menyukai watak Temucin yang keras itu.
Demikianlah, pada siang hari itu, Galasing menyambut sembilan orang rekannya yang datang berkumpul di dusun itu untuk bersama-sama mengadakan pemilihan calon, kepala suku. Yang menjadi pemenangnya, akan menjadi calon kepala suku yang akan diadakan di utara beberapa bulan lagi, mewakili calon kepala suku yang datang dari daerah selatan. Semua ini sudah direncanakan dan diatur di antara para kepala kelompok dalam usaha mereka menegakkan kembali kejayaan bangsa Mongol,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah menjamu semua tamunya dengan hidangan daging domba panggang dan semacam roti dari gandum sambil menikmati pertunjukkan tari-tarian para gadis cantik diiringi musik suling, tambu dan siter, akhirnya dimulailah pertandingan yang menjadi sayembara pemiliha calon ketua suku daerah selatan. Kini sepuluh orang calon sudah berdiri d tempat yang disediakan, yaitu di tanah lapang di sebelah utara dusun. Pertandingan itu akan dipimpin oleh seorang kepala kelompok tertua yang dihormat oleh semua calon.
Pertandingan pertama adalah ketangkasan berkuda sambil menombak sasaran. Sasaran itu berupa seekor tikus besar yang dilepas pada saat seorang calon melarikan kudanya dan tikus itu harus dirobohkan dengan lemparan tombak. Lalu seekor burung dilepas dan penunggang kuda itu harus mampu menjatuhkan burung dengan anak panahnya. Hanya mereka yang dapat menjatuhkan kedua ekor binatang itu yang dinyatakan lulus dan dapat mengikuti pertandingan selanjutnya.
Seorang demi seorang dari sepuluh orang peserta itu maju. Delapan orang sudah mengikuti ujian ketangkasan berkuda dan mempergunakan tombak dan anak panah itu.
Lima orang berhasil dan yang tiga orang gagal sehingga otomatis mereka yang gagal itu dinyatakan gugur dan tidak boleh mengikuti pertandingan atau ujian selanjutnya.
Peserta nomor sembilan dipanggil dan majulah Galasing.
Tentu saja semua anggauta kelompok yang dipimpinnya, yaitu penghuni dusun itu, menyambutnya dengan sorak-sorai dan tepuk tangan gembira. Mereka hendak memberi semangat kepada kepala kelompok mereka.
Galasing lalu melepaskan tali pengikat kudanya. Sikap orang bertubuh tinggi kurus berusia kurang lebih lima puluh tahun ini tenang saja dan dia tersenyum gembira oleh sambutan anak buahnya. Akan tetapi selagi dia menerima
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebatang tombak dan memasangkan gendewa dan anak panah di pundaknya, tiba-tiba semua orang dikejutkan oleh datangnya seekor kuda yang berlari cepat, di tunggangi oleh seorang pemuda yang tadi nampak membalapkan kuda memasuki dusun itu. Debu mengebul tinggi ketika kuda itu memasuki tempat pertandingan dan kuda itu berhenti di depan Galasing yang masih menuntun kuda. Pemuda, yang berada di atas punggung kudanya itu lalu melemparkan sebuah benda yang berat dan besar, yang tadi ditaruh di atas punggung kuda, di depan tubuhnya.
"Brukkk!" Benda itu terbanting di depan kaki Galasing dan kepala kelompok ini memandang dengan mata terbelalak. Ternyata benda itu adalah seekor harimau kumbang yang -besar. Binatang itu sudah tewas, di lehernya terdapat luka yang masih memerah, mata bangkai binatang itu terbuka, juga mulut yang penuh dengan taring yang tajam meruncing itu terbuka. Teringatlah Galasing akun percakapannya dengan keponakannya, Temucin pemuda penunggang kuda itu dua hari yang lalu! Temucin telah menyatakan keinginannya kepada Galasing bahwa dia ingin mengikuti pemilihan calon kepala suku itu, sebagal wakil dari kelompoknya. Akan tetapi karena di lubuk hati Galasing sendiri pun ada keinginan itu, dan dia merasa tidak enak menolak begitu saja permintaan keponakannya yang berhati baja, dia lalu menemukan akal yang agak licik.
Dia minta kepada Temucin untuk mendapatkan seekor harimau kumbang. Kalau pemuda itu berhasil membunuh seekor harimau kumbang dalam perburuannya, barulah pemuda itu akan diperbolehkan mewakili kelompoknya.
Hal ini dikatakannya adil karena dia sendiri pernah menangkap seekor harimau kumbang, maka Temucin juga harus memperlihatkan dan membuktikan kemampuannya dengan membunuh seekor harimau kumbang. Padahal, Galasing maklum bahwa hanya di suatu hutan yang amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jauh saja mungkin dapat ditemukan seekor harimau kumbang, dan bahwa amatlah berbahaya dan sukar untuk dapat membunuh seekor harimau kumbang seorang diri saja. Dia pernah membunuh seekor harimau, akan tetapi hal itu terjadi secara kebetulan saja ketika mereka pergi berburu beramai-ramai dan seekor harimau kumbang lari ketakutan dan kebetulan lewat di depannya lalu dirobohkannya dengan anak panah. Tentu saja jauh bedanya dengan pergi mencari dan berburu seorang diri.
Temucin pergi dan dia hanya mempunyai waktu dua hari saja. Akan tetap ternyata kini dia berhasil! Seekor hari mau kumbang yang amat besar, jantan dan muda lagi, kini telah menggeletak didepan kakinya, menjadi bangkai yang dagingnya dan darahnya masih segar.
"Ah, engkau telah, berhasil, Temucin! katanya," agak gugup. "Akan tetapi.. perlombaan sudah dimulai dan sebagai wakil kelompok kita, aku sudah mengajukan diriku.... "
"Paman Galasing," kata pemuda itu dengan suara yang tenang sekali, akan tetapi justeru dalam suara yang tenang dan dalam ini terkandung sesuatu yang berwibawa dan membuat jantung Galasing berdebar. "Seorang laki-laki baru disebut jantan kalau dia memegang semua janjinya, kalau dia tidak menelan kembali air ludah yang sudah keluar dari mulutnya. Hal ini tentu Paman ketahui. Kulihat Paman belum mengikuti perlombaan, maka belum terlambat untuk mengganti numa Paman dengan namaku!"
Berkata demikian, Temucin melompat turun dari kudanya, mengambil bangkai harimau dan memanggulnya sambil menuntun kudanya ke pinggir, ke arah para penghuni dusun itu berkelompok. Mereka menyambut pemuda yang memanggul bangkai harimau kumbang besar itu dengan penuh kegembiraan dan kebanggaan. Bahkan para tamu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memandang pemuda itu dengan sinar mata kagum. Tidak sembarang orang mampu membunuh seekor harimau kumbang sebesar itu seorang diri saja dan mereka menduga-duga siapa adanya pemuda bertubuh tinggi besar yang gagah perkasa itu.
Sementara itu, Galasing berdiri termenung sambil memegangi tombak dengan tangan kiri, dan kendali kuda dengan tangan kanan. Belum juga ditungganginya kuda itu dan dia termenung. Teringat dia kepada kakaknya yang telah meninggal dunia, ayah dari Temucin. Pemuda itu sungguh mirip benar dengan ayahnya, mirip dengan kakaknya yang ketika hidup juga merupakan seorang kepala kelompok yang gagah perkasa, juga memiliki kekerasan hati membaja. Kalau dia tidak menuruti keinginan hati Temucin, berarti dia menanamkan kebencian dalam hati orang muda itu dan hal ini amat berbahaya. Pula, dia akan mendapat malu besar karena melanggar janjinya sendiri.
Dengan langkah lebar dia lalu maju ke depan dan dengan suara lantang dia membuat pengumuman.
"Karena keponakan kami, Temucin, sudah pulang, maka aku mengundurkan diri sebagai wakil kelompok kami dan mengangkat Temucin sebagai wakil kelompok dan calon kepala suku!"
"Hidup Temucin.....!"
Dengan hati lega dan girang karena pamannya memegang janjinya, Temucin lalumenghampiri Galasing untuk menerima tombak, anak panah dan gendewa, juga kuda itu, seekor kuda milik Galasing yang merupakan kuda terbaik milik kelompok itu. Dengan singkat Galasing menerangkan kepada keponakannya tentang ujian yang akan diadakan, dan Temucin mengangguk maklum. Dia harus melarikan kudanya melalui padang terbuka itu, yang sudah diberi rintangan-rintangan, dan harus mampu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merobohkan seekor tikus besar dengan tombaknya dan seekor burung dengan anak panahnya. Hal seperti itu tidak asing dan tidak sukar bagi seorang pemburu perkasa seperti dia.
Sekali melompat, Temucin sudah berada di punggung kuda hitam tinggi besar itu, kendali kuda di tangan kiri dan tangan kanan memegang tombak, anak panah dan gendewa tergantung di punggung. Dia sudah siap siaga dan pengatur pertandingan sudah pula menerima pergantian calon ini, lalu dia memberi aba-aba dengan teriakannya yang panjang melengking. Temucin menendang perut kudanya. Kuda itu meloncat ke depan dengan cepat dan setelah melompati dua rintangan tinggi dan lebar, seorang pembantu melepaskan seekor tikus besar hitam dari samping. Melihat ini, Temucin siap dengan tombaknya dan begitu kudanya melompat dan dia sudah membidik, tombaknya diluncurkan ke depan.
"Ceppp!" Tombak itu menancap di atas tanah dan tergetar gagangnya, dan tikus hitam besar itu terpantek pada tanah. Tepuk tangan riuh menyambut keberhasilan ini dan memang semua orang harus mengakui betapa tangkasnya Temucin menunggang kuda dan betapa loncatan tombaknya tadi pun cepat, kuat dan tepat sekali.
Kini Temucin sudah mempersiapkan gendewa dan anak panahnya. Begitu dari samping ada yang melepaskan seekor burung gagak, Temucin membidik sambil menunggang kuda yang berlari congklang.
"Wirrrrr..... singgggg.....!" Sebatang anak panah meluncur ke udara mengejar titik hitam itu dan tak lama kemudian burung itu pun jatuh ke bawah, tubuhnya ditembusi anak panah tepat pada perutnya! Kembali terdengar tepuk tangan dan sorak-sorai riuh rendah menyambut kehebatan pemuda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Biarpun dia sendiri meresa bangga atas keberhasilannya, namun Temucin tetap bersikap tenang saja dan dia lalu melarikan kudanya menuju ke pinggir lapangan di mana para peserta lain berkumpul. Peserta terakhir, nomor sepuluh, maju akan tetapi dia gagal menjatuhkan burung dengan anak panahnya. Dengan demikian, hanya empat orang calon, termasuk Temucin yang berhasil. Mereka berempat inilah yang berhak untuk melanjutkan pertandingan sampai terpilih seorang yang terbaik di antara mereka.
Pertandingan atau perlombaan ke dua adalah
memanggul seekor binatang yak, sejenis lembu yang berambut panjang sambil berlari mengelilingi lapangan itu tiga kali. Pertandingan ini bukan ringan! Seekor binatang yak beratnya melebihi berat manusia dewasa, dan memanggulnya saja sudah membutuhkan tenaga yang kuat, apalagi sambil berlari mengitari lapangan yang cukup luas itu! Hal ini membutuhkan daya tahan yang kuat, napas yang panjang.
Tidaklah mengherankan apabila padal akhir
pertandingan ini, hanya dua orang saja yang kuat mengitari lapangan sampai tiga kali, yaitu Temucin sendiri dan Yubikai, seorang jagoan dari timur, juga dari suku Yakka Mongol yang sudah peranakan dan usianya sudah empat puluh tahun lebih.
Dua orang inilah yang disambut sorak-sorai ketika mereka berdua berhasil mengakhiri putaran ke tiga dalam waktu yang hampir bersamaan. Temucin kalah cepat beberapa tombak, akan tetapi setelah mereka berdua menurunkan binatang Yak dari punggung, Yubikai nampak terengah-engah dan keringat membasahil seluruh tubuhnya.
Temucin juga berkeringat, akan tetapi napasnya tidak terengah-engah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tinggal dua orang peserta yang masih dapat melanjutkan perlombaan itu, pertandingan terakhir yang berupa pertandingan gulat! Sebuah papan panggung telah dibuat untuk keperluan ini dani orang-orang sudah siap menonton dengan duduk memutari panggung itu. Dua orang peserta itu diperbolehkan mengaso sebentar karena lomba memanggul yak sambil berlari mengitari lapangan itu memang sudah merupakan perlombaan yang amat berat.
Dua orang jagoan itu beristirahat sambil duduk di atas tanah di dekat panggung. Peluh membuat tubuh yang tak berbaju itu mengkilat. Hanya cawat saja yang menutupi tubuh mereka. Tubuh Yubikai tetap gempal dengan otot melingkar-lingkar, agak pendek. Temucin bertubuh ramping dan sedang, agak tinggi untuk usianya yang baru lima belas tahun itu.
Biarpun Temucin baru berusia lima belas tahun, namun Yubikai tidak memandangnya sebagai anak-anak. Yubikai maklum dengan siapa dia berhadapan. Dia mengenal baik mendiang ayah dari Temucin, yang bernama Yesukai.
Yesukai ini seorang "khan", yaitu semacam raja kecil atau kepala suku dari suku Yakka yang berjumlah besar, seorang yang gagah perkasa sekali dan pernah dikagumi oleh Yubikai. Maka, kini melihat betapa lawan tunggalnya adalah Temucin, putera mendiang raja suku itu, dia sama sekali tidak berani memandang ringan. Bahkan mereka berdua bercakap cakap seperti dua orang yang saling mengagumi seperti dua orang kawan baik yang saling menghargai kegagahan masing-maslng. Temucin menurunkan sebuah kantung dari pinggangnya, kantung yang masih terisi sisa "kumiss" yang dibawanya untuk bekal berburu kemarin. Kumiss adalah susu yang disimpan dalam kantung sampai mengeluarkan ragi. Makanan in sehat dan menguatkan tubuh, akan tetapi karena meragi maka dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memabukkan dan menjadi makanan orang dewasa. Dengan adanya kantung kumiss di pinggangnya sebagai bekal perjalanan saja sudah menunjukkan bahwa Temucin sudah di terima sebagai laki-laki dewasa di antara kelompok sukunya! Dibukanya kantung kumiss itu ditawarkan kepada Yubikai tanpa kata. Yubikai mengangguk dan mengambil sedikit kumiss yang berwarna putih kekuningan, lalu memakannya. Temucin juga mengambil sedikit dan makan kumiss.
Setelah makan kumiss, Temucin memandang calon lawannya. Kebetulan Yubikai juga memandang kepadanya dan keduanya tersenyum. "Aku takkan menang melawan engkau yang kuat dan pandai kata Temucin sambil mengamati kedua lengan lawan yang penuh otot melingkar-lingkar itu. "Aku tahu bahwa engkau adalah juara gulat di kelompokmu."
Yubikai menggeleng kepala dan mengerutkan kedua alisnya. "Aku meragukan apakah aku akan mampu mengalahkan putera mendiang Yesukai yang gagah perkasa." Dia lalu menggeleng-geleng kepala penuh kesangsian karena biarpun calon lawannya masih muda, namun sudah jelas memperlihatkan sifat-sifat gagah dari mendiang ayahnya, khan dari suku Yakka yang terkenal itu.
Kini pemimpin pertandingan meniup terompet tanduk sebagai tanda bahwa pertandingan terakhir akan dimulai.
Temucin dan Yubikai bangkit berdiri, keduanya menaiki panggung. Semua mata ditujukan kepada dua orang jagoan ini dan suasana menjadi hening penuh ke tegangan. Sukar menentukan siapa yang akan menang dalam pertandingan ini. Kalau melihat usia dan keadaan tubuh, agaknya Yubikai yang akan menang. Dia seorang ahli gulat, penuh pengalaman dan bertenaga raksasa pula. Akan tetapi, Temucin yang muda itu dikenal sebagai seorang pemuda
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang berwatak jantan, pantang mundur dan tidak pernah mau mengaku kalah, memiliki tekad membaja.
Kedua orang jagoan itu kini saling berhadapan, berdiri dengan tubuh agak membungkuk, kedua tangan siap menerkam lawan, dua pasang mata saling mengincar dan mengerling dari muka yang agak ditundukkan. Tiba-tiba keduanya membuat gerakan ke depan, bagaikan dua ekor biruang saling terkam dan sepasang lengan mereka saling cengkeram, kemudian mereka mulai mengerahkan tenaga untuk saling angkat atau saling dorong, agar lawan terpelanting. Namun, keduanya amat kuat dan kokoh kuat, sukar untuk dirobohkan. Otot-otot melingkar-lingkar di leher dan kedua lengan Yubikai dan karena dia memang seorang ahli gulat, dia pandai membuat gerakan-gerakan tipuan yang membuat Temucin yang masih kurang pengalaman itu hampir saja terpelanting. Namun, pemuda yang cekatan ini mampu mempertahankan diri dan tidak sampai terbanting jatuh, hanya terhuyung saja. Namun, bayangan kemenangan ini saja sudah cukup membuat para pendukung Yubikai bersorak gembira.
Temucin juga berusaha merobohkan lawan, namun dia mendapat kenyataan bahwa Yubikai memang kuat bukan main. Latihan ilmu gulat membuat tubuh lawan ini licin bagaikan belut, dan kedua kakinya bagaikan berakar pada tanah, sukar untuk diangkat dan dirobohkan. Namun, dalam perantauannya, Temucin sudah mempelajari banyak macam ilmu. Dia pernah bertemu dengan seorang pertapa di Pegunungan Go-bi dan dari pertapa itu dia telah mempelajari ilmu menotok jalan darah. Karena dia tahu bahwa dalam hal tenaga, dia hanya mampu mengimbangi saja lawannya, bahkan mungkin kalah kuat sedikit, dan dalam ilmu gulat dia pun mungkin kalah, maka Temucin hendak mempergunakan ilmu yang pernah dipelajarinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Ketika Yubikai mengerahkan tenaga mengungkit ke kiri sambil menarik lengannya dan hendak merobohkan Temucin lewat pundak yang direndahkan, dengan cerdik Temucin juga merendahkan diri dan menyuruk ke samping yang berlawanan sehingga lengannya yang terpentang itu terlepas.
Bagaikan dua ekor biruang marah, mereka sudah saling terkam lagi, akan tetapi sekali ini, Temucin mengerahkan tenaga pada jari tangannya dan seperti tidak disengaja, seperti hendak menangkap dengan tangan terbuka seperti lajimnya dalam adu gulat, dua jari tangannya menotok ke arah jalan darah di dekat siku kanan lawan. Begitu terkena totokan. di siku kanannya, Yubikai terkejut karena lengan kanan itu seketika seperti lumpuh, tidak ada tenaganya lagi, maka ketika Temucin menangkapnya dan memuntirnya, dia tidak mampu bertahan dan sekali Temucin menjegal kakinya dan membanting, tubuh Yubikai terbanting.
Temucin cepat menubruk dan menghimpit Yubikai di atas tanah sehingga lawan iti terlentang dan tidak mampu bergerak melepaskan diri lagi. Tentu saja Temucin dinyatakan sebagai pemenang dan kini semua orang bersorak menyambut kemenangan Temucin. Bahkan kelompok lain juga memuji karena Yubikai terkenal sebagai seorang jago gulat yang pandai namun dalam waktu singkat saja telah dibuat tidak berdaya oleh Temucin. Yubikai sendiri merangkul Temucin dan berkata,
"Aku bangga sekali dikalahkan oleh putera Yesukai Khan!"
Tentu saja kemenangan Temucin ini menggembirakan dan membanggakan hati semua anggauta kelompoknya dan kemenangan itu dirayakan dengan pest pora. Beberapa ekor sapi dan domba disembelih dan hal ini merupakan pesta besar bagi suku bangsa itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Temucin memang bukan orang sembarangan. Ayahnya yang bernama Yesukai terkenal gagah perkasa dan pernah menjadi khan dari suku Yekka, mengepalai suku yang amat besar jumlahnya. Sampai ratusan ribu orang suku Yakka tunduk dan mengakui Yesukai sebagai raja mereka. Ibunya bernama Holun, seorang wanita suku Mongol yang amat cantik. Ketika Holun masih gadis, ia sudah ditunangkan dengan orang lain, akan tetapi ketika ia dikawinkan dan sedang diarak sebagai pengantin wanita menuju ke rumah pengantin pria, di tengah perjalanan pengantin wanita ini dirampas oleh Yesukai! Holun yang berhati keras itu tadinya hendak menolak, namun akhirnya dia tunduk pula kepada Yesukai yang gagah perkasa dan menjadi isterinya yang pertama. Temucin menjadi putera dan anak sulung dari Yesukai Khan dan dia banyak mempunyai adik tiri yang lahir dari banyak isteri muda Yesukai.
Yesukaiberasaldarisebuahsuku Mongol yang terkenal sebagal suku yang lebih tinggi kebudayaan dan peradabannya dibandingkan suku lain, yaitu suku Borcikun yang berarti "orang bermata kol labu". Nenek moyang Yesukai juga merupakan tokoh-tokoh terkenal, mengepalai kelompok-kelompok besar dan disebut khan. Bahkan menurut dongeng, ada seorang nenek moyangnya yang bernama Kabul Khan yang. dalam kemarahannya berani mencabut jenggot kaisar negeri Kathai. Sebagai akibat dari perbuatannya ini, Kabul Khan tewas diracuni!
Mendiang Yesukal Khan juga merupakan orang besar.
Biarpun dia hanya merupakan kepala suku Yakka, namun dia bersahabat karib dengan Togrul Khan raja suku Kerait yang merupakan suku terkuat di antara semua suku yang mendiami Gurun Go-bi yang luas.
Dua tahun yang lalu, ketika Temucin berusia tiga belas tahun, ayahnya meninggal dunia secara menyedihkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika itu, Temucin yang baru berusia tiga belas tahun ikut bersama ayahnya berkunjung ke perkemahan seorang kepala suku lain di luar daerah mereka dan disambut dengan hormat oleh kepala suku itu dani dijamu sebagal seorang tamu yang dipandang tinggi. Dalam perjamuan ini hadir pula seorang anak perempuan yang usianya kurang lebih sepuluh tahun. Anak perempuan ini adalah puteri kepala suku tuan rumah dan ia bernama Bortay. Melihat anak perempuan ini, hati Temucin tertarik sekali. Biarpun usianya sendiri baru tiga belas tahun, namun kehidupan yang keras di gurun pasir membuat dia cepat dewasa seperti anak-anak Mongol lainnya. Tanpa rasa malu dia lalu berbisik kepada ayahnya bahwa dia suka kepada gadis cilik itu dan kalau boleh, Ingin menjadi suaminya"
Yesukai tersenyum dan dia pun memandang anak perempuan itu, lalu berkata, "Ah, ia masih terlalu kecil."
"Ayah, kalau kelak ia sudah dewasa, tentu ia cantik sekali dan cocok untuk menjadi isteriku." Ucapan ini merupakan dorongan kepada ayahnya untuk membicarakan urusan ikatan jodoh agar gadis cilik itu terikat kepadanya sebagai seorang tunangan.
Yesukai mengangguk-angguk dan diam-diam dia pun kagum akan ketajaman mata puteranya. Memang tak dapat diragukan lagi, kelak Bortay tentu akan menjadi seorang gadis yang cantik rupawan. Maka, dia pun mengajukan pinangan kepada tuan rumah.
"Akan tetapi, anakku ini masih kecil sekali," kata tuan rumah, akan tetapi dengan gembira dia menerima pinangan itu dan merasa bangga bahwa puterinya akan menjadi mantu keluarga yang terhormat dan menjadi khan yang berpengaruh itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sesuai dengan adat kebiasaan setempat, sebagai seorang calon mantu, Temucin diharuskan tinggal beberapa pekan lamanya di rumah calon mertuanya. Hal ini selain untuk mempererat hubungan, agar kedua orang anak itu dapat saling berkenalan, juga tentu saja memberi kesempatan kepada calon mertua untuk menilai perangai calon mantunya. Maka berangkatlah Yesukai meninggalkan putera sulungnya itu di rumah ayah Bortay.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Beberapa hari lamanya Temucin tinggal di rumah calon mertuanya yang bernama Karugai atau juga Munlik. Dia semakin suka kepada Bortay yang ternyata selain cantik mungil, juga pemberani dan cerdik. Sekecil itu Bortay telah pandai menunggang kuda, bahkan pandai pula
mempergunakan gendewa dan anak panah. Juga wataknya jujur dan hal ini amat menyenangkan hati Temucin.
Karugai atau Munlik, kepala kelompok suku yang menaruh harapan besar atas diri calon mantunya, membiarkan puterinya bergaul dengan Temucin, bahkan memberi kesempatan kepada dua orang anak-anak itu untuk berduaan saja. Pada suatu hari, Temucin dan Bortay menunggang kuda mendaki sebuah bukit. Bortay yang lincah itu sambil tertawa-tawa mengajak Temucin untuk berlomba naik kuda.
"Kita turun dari bukit dan menuju ke bukit di depan itu!"
ajaknya dan tanpa menanti jawaban, ia sudah membalapkan kuda yang ditungganginya. Kuda itu milik ayahnya, merupakan kuda pilihan dan biarpun kuda yang ditunggangi Temucin juga seekor kuda yang baik, namun masih kalah dibandingkan kuda yang ditunggangi Bortay itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Temucin tersenyum dan dia pun menendang perut kudanya, membalapka kuda itu mengejar. Dua orang anak itu kini berkejaran, akan tetapi kuda yang ditunggangi Temucin tak pernah dapat menyusul kuda di depan.
Melihat betapa kudanya menang, anak perempuan itu tertawa-tawa gembira dan beberapa kali menoleh. Temucin merasa penasaran dan makin membalapkan kudanya, akan tetapi karena memang kudanya kalah kuat dan kalah cepat larinya, tetap saja dia tertinggal.
Selagi mereka membalapkan kuda mendaki bukit, tiba-tiba mereka melihat debu mengebul di depan, dan ada beberapa orang penunggang kuda sudah lebih dahulu membalapkan kuda mereka ke puncak bukit. Bortay menahan kudanya sehingga Temucin dapat menyusulnya dan anak perempuan itu berkata dengan heran sambil menunjuk ke depan.
"Temucin, seorang di antara mereka itu adalah ayahku!"
Temucin juga merasa heran mendengar ini. "Kalau begitu, mari kita pulang saja, jangan sampai mendapat marah ayahmu."
"Tidak, ayah tidak pernah marah kepadaku karena aku pergi denganmu dan ayah sudah menyetujui. Tidak seperti Bailun yang malang. Aku kasihan kepadanya."
"Siapakah Bailun?"
"Ia saudara sepupuku, keponakan ayah dan sejak kecil ia sudah yatim piatu, ikut ayah. Ia bergaul dengan seorang pemuda putera kepala kelompok di sebelah barat.
Sebetulnya ayah tidak berkeberatan kalau Bailun berjodoh dengan pemuda itu, akan tetapi, keluarga pemuda itu tidak setuju karena Bailun bukan puteri ayah, melainkan seorang gadis yatim piatu. Karena pihak keluarga Harkai, nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemuda itu, tidak setuju, tentu saja ayan pun melarang Bailun bergaul dengan dia."
"Sekarang kita hendak ke mana?" tanya Temucin melihat Bortay melompat turun dari atas punggung kudanya dan mengikatkan kendali kuda pada sebatang pohon. Dia pun melompat turun.
"Aku ingin tahu apa yang akan di lakukan ayah dan para pembantunya itu di atas bukit. Mari, kita tambatkan kuda di sini dan kita mendahului mereka ke puncak."
"Mana mungkin" Dengan berkuda pun kita akan ketinggalan, apalagi dengan jalan kaki."
Gadis cilik itu berdiri bertolak pinggang di depan Temucin, alisnya berkerut dan sikapnya lincah dan cerdik sekali "Temucin, engkau memandang rendah padaku! Aku tidaklah demikian tolol. Kalau aku mengajakmu mendahului mereka dengan jalan kaki, itu berarti bahwa aku mempunyai cara yang baik. Mari ikutilah aku!"
Bortay segera berlari dan Temucin mengikutinya. Anak perempuan itu turut naik jurang dan agaknya ia hafal sekali akan jalan setapak di bukit ini. Biarpm rombongan ayahnya berkuda, namun rombongan itu harus mengambil jalan yang memutar, maka tentu saja Bortay dapat mendahului mereka dengan memotong jalan yang langsung melalui jurang.
"Di puncak sana terdapat sebuah pondok kecil yang dibuat ayah untuk mengaso setelah berburu di bukit ini.
Hayo kita ke sana."
Sementara itu, di puncak bukit, dalam sebuah pondok yang berdiri di tempat sunyi itu, terdapat sepasang muda-mudi ing saling menumpahkan berahi masing-masing.
Bisik-bisik dan cumbu rayu mereka bagaikan gelombang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang menggetarkan pondok sunyi itu. Mereka adalah Harkai dan Bailun, dua orang muda mudi yang saling mencinta, namun yang menemui rintangan dari pihak keluarga Harkai. Pemuda itu berusia dua puluh tahun.
tinggi tegap dan gagah perkasa, wajahnya tampan. Adapun Bailun adalah seorang gadis enam belas tahun yang manis dan berkulit putih mulus.
Setelah saling menumpahkan berahi cinta mereka di pondok sunyi itu, kini keduanya lalu berlutut, menghadup dipan kayu di mana mereka tadi berlangen asmara (bermain cinta) dan kini di atas dipan itu terdapat sebuah benda yang mengeluarkan cahaya kehijauan. Benda itu sebesar lengan seorang manusia, bulat panjang, seperti semacam batu yang bercahaya.
"Marilah kita bersumpah, Bailun ke kasihku. Kita bersumpah disaksikan oleh Baja Dewa Hijau ini, bahwa kita takkan berpisah lagi dan hanya kematian yang akan memisahkan kita!"
"Baiklah, Harkai. Aku telah menyerahkan jiwa ragaku kepadamu dan mati hidup aku harus selalu berada di sisimu. " jawab Bailun dengan kedua mata basah karena gadis ini merasa terharu dan berbahagia. Keduanya sambil berlutut lalu bersumpah.
Kemudian mereka duduk bersanding di atas dipan.
Benda bercahaya kehijauan berada di pangkuan mereka, melintang dan Bailun mengusap-usap benda itu penuh keheranan.
"Harkai, sesungguhnya apakah Baja Dewa Hijau ini dan bagaimana dapat menjadi milikmu?"
"Aku menemukannya dua tahun yung lalu secara aneh, Bailun. Ketika itu aku sedang berburu ke utara dan aku berhasil melukai seekor biruang jantan yang besar dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anak panahku. Anak panah itu menancap di dadanya dan binatang itu melarikan diri. Aku mengikutinya terus sampai malam tiba dan ternyata ia masuk ke dalam sebuah goa besar. Karena gelap, aku tidak berani sembarangan masuk, hanya merangkak ke atas goa dan menanti sampai keesokan harinya. Setelah matahari, menyinari permukaan goa, baru aku berani mengintai ke dalam dan ternyata di situ terdapat dua ekor biruang. Seekor biruang betina sedang menjilati luka di dada biruang jantan, dan anak panah itu telah tercabut. Mereka itu nampak mesra sekali, bahkan kemudian kedua binatang itu bermain cinta. Dan yang lebih mentakjubkan lagi, dalam goa itu nampak ada cahaya kehijauan yang aneh. Aku menanti sampai dua ekor binatang itu selesai bermesraan, dan mereka lalu keluar dari goa sambil berangkulan, agaknya hendak mencari obat luka berupa daun-daunan di dalam hutan. Aku tidak berani menyerang dua ekor biruang besar, apalagi yang seekor telah terluka. Terlalu berbahaya bagiku. Setelah mereka keluar, aku lalu masuk ke dalam goa dan aku menemukan benda ajaib ini, setengah terpendam di dinding goa.
Kubongkar dinding itu dan kuambil benda ini, kubawa pulang."
"Menarik sekali," kata Bailun sambi mengelus benda itu.
"Akan tetapi kenapa namanya Baja Dewa Hijau?"
"Seorang kakek tua di dalam kelompok kami ketika mendengar ceritaku tentang benda ini lalu datang memeriksa dan dialah yang bercerita bahwa benda ini adalah semacam benda mustika yang langka, disebut Baja Dewa Hijau atau juga disebut Batu Asmara."
"Batu Asmara?"
"Benar, katanya benda ini yang berupa batu bercampur logam memiliki khasiat yang amat hebat, dapat melekatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dua hati yang saling mencinta, membuat orang awet muda dan setia terhadap cintanya."
Wajah Bailun menjadi merah. "Aih, seperti kita....."
Kalau begitu, apakah cinta kita dipengaruhi oleh benda ini?"
Harkai merangkul leher kekasihnya dan mencium kepalanya. "Hushhh, tanpa benda ini pun kita sudah saling mencinta. Hanya kita berdoa semoga khasiat benda ini akan lebih mempererat ikatan batin antara kita."
Pada saat itu, terdengar derap kaki kuda dan kedua orang muda itu terkejut. "Ada yang datang....." bisik Bailun sambil merangkul pundak kekasihnya.
"Jangan khawatir, ada aku di sini."
"Tapi..... hatiku merasa tidak enak, Harkai, aku..... aku takut."
"Jangan takut, ingat, bukankah kita sudah bersumpah takkan saling berpisah lagi?"
Tiba-tiba terdengar suara bentakan dari luar pondok itu.
"Harkai.....! Keluarlah!"
"Itu suara ayah," bisik Harkai kepada kekasihnya. "Mari kita keluar."
Harkai membawa Baja Dewa Hijau di tangan kanannya sedangkan tangan kiri merangkul pinggang kekasihnya, lalu rnereka pun keluar dari pondok. Biarpun di tahu bahwa ayannyatidak menyetuju hubungannya dengan Bailun dan tentu ayahnya akan marah sekali melihat dia berada di situ bersama kekasihnya itu namun Harkai bersikap tenang dan sudah mengambilkeputusan untuk menentang ayahnya kalau ayahnya melarang dia hidup bersama Bailun yang dicintanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seperti telah diduganya, begitu ayah Harkai melihat puteranya keluar dari dalam pondok bersama Bailun, wajahnya menjadi merah padam dan matanya
mengeluarkan sinar marah. Dia merasa malu sekali, terutama terhadap empat orang yang datang bersama dia.
Seorang diantara mereka adalah sahabatnya yang akan ditariknya sebagai besan. Putera sahabatnya itu cantik dan pandai, dan mengingat akan kedudukan sahabatnya yang menjadi kepala kelompok di selatan dekat Tembok Besar, yang hanya mempunyai seorang anak saja, dia lebih condong untuk menikahkan puteranya dengan gadis itu.
Akan tetapi sekarang, calon besan itu melihat sendiri betapa puteranya berduaan saja dengan seorang gadis lain! Dia sama sekali tidak mengira akan menemukan Harkai bersama gadis yatim piatu itu, ketika tadi dia kedatangan tamu sahabatnya kemudian mengajak sahabatnya sama-sama mencari puteranya yang dia tahu suka naik ke puncak bukit ini.
"Harkai! Apa artinya ini?" bentaknya dengan suara gemetar saking marahnya.
Harkai sudah siap menghadapi kemarahan ayahnya dan dia mempererat rangkulannya ke pinggang Bailun, bahkan menarik gadis itu mendekat dan merapat dengannya.
"Artinya, Ayah, bahwa aku dan Bailun telah menjadi suami isteri. Bailun ini adalah isteriku dan mantumu, Ayah, dan sekarang juga akan kuajak pulang."
"Tidak!!" Bentakan ini nyaring sekali dan mata orang tua itu mendelik. "Engkau tidak boleh membawa pulang perempuan yatim piatu ini! Aku melarang ia menginjakkan kakinya yang sial ke tempat kediaman kita! Engkau harus pulang sendirian, meninggalkan perempuan ini."
"Aku tidak bisa, Ayah. Sampai mati aku tidak bisa berpisah dari Bailun."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Keparat! Engkau harus meninggalkannya! Kalau perlu engkau akan kubelenggu dan kuseret pulang, dan perempuan ini kubunuh. Lebih baik aku melihat engkau mati daripada harus menikah dengan perempuan ini, atau engkau baru dapat memperisteri ia kalau sudah melangkahi mayatku!"
Wajah Harkai menjadi pucat mendengar ucapan ayahnya itu. Dia memandang kepada Baja Dewa Hijau yang berada di tangan kanannya, menarik napas panjang lalu mengangkat muka memandang ayahnya, dan terdengar suaranya sedih dan lirih, "Baiklah, Ayah. Kala Ayah lebih suka melihat aku mati, dari pada Ayah yang harus mati, lebih baik aku. Selagi hidup, aku tidak mungkin dapat dipisahkan dari Bailun." Tiba-tiba dia mengangkat benda hijau itu, dipukulkan ke atas kepalanya sendiri.
"Prokkk.....!" Harkai roboh terkulai dan kepalanya pecah, darah dan otak muncrat dan membasahi benda bercahaya hijau itu!
Bailun memandang dengan mata terbelalak, mukanya pucat sekali dan melihat betapa kekasihnya roboh dengan kepala berlumuran darah, dia lalu menjerit, "Harkaiiiii.....!"
dan menubruk tubuh kekasihnya, merangkul lalu pingsan!
Temucin dan Bortay melihat semua peristiwa ini dari tempat persembunyian mereka, di belakang batu besar tak jauh dari pondok. Kedua orang anak ini terkejut dan tak mampu bergerak melihat peristiwa hebat itu. Pada saat itu, terdengar bunyi kaki kuda dan bermunculanlah Karugai, ayah Bortay bersama sembilan orang pengikutnya. Karugai memang hendak berangkat berburu dan seperti biasa, dia berburu di daerah ini dan selalu melewati pondok yang dibangunnya itu. Melihat ada ribut-ribut di depan pondoknya, dia mempercepat larinya kuda dan diikuti sembilan orang anak buahnya, dia pun tiba di situ. Dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat Harkai menggeletak dengan kepala pecah, dan ayah pemuda itu bersama empat orang lain, berdiri termangu manguseperti orang terkejut dan berduka. Kemudian dia melihat pula Bailun yang menggeletak pingsan di atas mayat Harkai.
"Apakah yang telah terjadi di sini?" tanyanya dengan heran dan juga penasaran.
Melihat munculnya ayah angkat atau paman dari gadis yang menyebabkan puteranya membunuh diri, ayah Harkai mengerutkan alisnya dan memandang Karugai dengan marah. "Apa yang telah terjadi" Lihat, keponakanmu itu, perempuan yatim piatu itu, telah menyebabkan kematian puteraku ! "
Tiba-tiba terdengar jerit menyayat hati dari Bailun.
"Harkai....., kau tunggu aku.....!" Dan sebelum pamannya dapat mencegahnya, gadis itu telah mengangkat Baja Dewa Hijau dengan kedua tangannya dan mengnantamkannya sekuat tenaga ke atas kepalanya.
"Prakkkkk!" Ia pun terkulai dan roboh di atas mayat kekasihnya dengan kepala pecah. Untuk ke dua kalinya, Baja Dewa Hijau itu berlepotan darah dan otak yang muncrat dari kepala itu.
"Bailun. ..!" Karugai berteriak, namun terlambat karena gadis itu telah tewas!
Kini ayah Harkai dan Karugai saling pandang dengan mata merah. Diam-diam ayah Harkai merasa lega melihat gadis itu membunuh diri pula. Agak mereda kemarahannya dan melihat betapa perkelahian tidak akan
menguntungkannya karena Karugai datang bersama sembilan orang anak buah, dia pun segera mengangkut jenazah puteranya, dibantu teman-temannya dan tanpa banyak cakap lagi ia membawa pergi jenazah itu. Karugai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sejenak termenung memandang jenazah keponakannya, lalu menarik napas panjang dan menyuruh para pengikutmyn untuk mengangkat jenazah itu, dibawa pulang ke perkampungan kelompoknya. Dia tidak jadi pergi berburu.
Setelah dua rombongan itu pergi, dan suasana di depan pondok kembali sunyi, barulah Temucin dan Bortay keluar dari tempat persembunyian mereka. Keduanya masih merasa tegang sekali dan ikut terharu menyaksikan peristiwa tadi. Mereka menghampiri depan pondok dan masih nampak darah di situ, di atas tanah dan pasir.
Kemudian Temucin melihat benda yang bercahaya kehijauan itu, berlepotan darah dan otak. Dia menghampiri dari diambilnya benda itu. Benda itu ternyata-cukup berat, pantas saja sekali pukul membuat kepala pecah! Melihat Temucin mengambil benda itu, Bortay bergidik.
"Untuk apa, kauambil benda mengerikan itu" Buang saja, Temucin!" kati Bortay.
"Ah, jangan memandang benda ini Bortay. Benda ini sama sekali tidak mengerikan, bahkan dia telah berjasa besar bagi sepasang kekasih tadi."
"Berjasa" Dia telah membunuh Bailun dan Harkai!"
"Itulah jasanya yang besar. Bayangkan saja kalau dua orang itu tidak mati tentu mereka akan dipaksa untuk saling berpisah dan hidup menderita selamanya. Akan tetapi sekarang, setelah mereka itu tewas dengan menggunakan benda ini, biarpun tubuh mereka berpisah, namun nyawa mereka akan dapat berkumpul dan tidak ada seorangpun manusia yang mampu melarang mereka. Nah, bukankah benda ini berjasa sekali" Heiii, aneh sekali!".
"Apa yang aneh?" Bortay mendekati dan ia melihat Temucin menimang-nimang, dan memeriksa benda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lihat, benda ini semakin mencorong cahayanya! Dan anehnya, ketika noda darah itu hendak kubersihkan, ternyata tidak dapat, seolah-olah darah ini sudah melekat dan masuk ke dalam. Lihat, bukankah darah itu seperti menembus kedua sisinya" Dan baunya..... harum-harum aneh!"
Bortay ikut memeriksa dan menciumi dan memang benar. Darah itu pada permukaan benda itu sudah kering sama sekali dan biarpun digosok dengan batu tidak dapat lenyap, dan baunya harum dan aneh, bukan bau amis atau busuk.
Melihat betapa Temucin menyimpan benda itu
diselipkan di pinggang di balik bajunya, Bortay semakin heran. Temucin, untuk apa kausimpan benda itu" Apa gunanya?"
"Entah mengapa, Bortay, akan tetapi aku suka sekali kepada benda ini. Benda ini mengingatkan aku akan cinta kasih antara dua orang manusia, cinta kasih pria dan wanita yang penuh dengan kesetiaan dan pengorbanan. Peristiwa tadi amat mengharukan hatiku dan aku ingin memiliki benda ini. Kuharap saja ada pertalian cinta seperti itu antara kita."


Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kembali wajah anak perempuan itu menjadi merah. Ia menunduk tanpa menjawab, akan tetapi jantungnya berdebar mieh. ia masih terlalu muda untuk dapat mengerti tentang cinta, akan tetapi ia telah merasa betapa hatinya penuh dengan rasa aman dan percaya kepada lemucin.
Ketika mereka berdua kembali ke perkampungan Karugai, mereka disambut dengan wajah yang serius dan mengandung duka oleh Karugai dan keluarganya. Tadinya Bortay mengira bahwa kedukaan yang terbayang di wajah ayah ibunya adalah karena kematian Bailun. Akan tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ternyata bukan. Karugai segera mengatakan kepada Temucin bahwa tadi telah datang seorang utusan dari Yesuki Khan, ayah Temucin yang membawa berita bahwa Yesukai menderita sakit parah dan agar Temucin segera pulang.
Mendengar berita ini, Temucin terkejut sekali dan hatinya diliputi kekhawatiran besar. Tanpa membuang waktu lagi dia segera berpamit dari keluar Karugai dan membalapkan kudanya menuju pulang. Dia melakukan perjalanan secepatnya, memacu kudanya sekuatnya dan tidak pernah berhenti.
Pada sore harinya dia tiba di ordo (perkemanan) kelompok suku yang dipimpin ayahnya. Dan dia terlambat!
Ayahnya, Yesukai yang gagah perkasa itu yang beberapa hari yang lalu masih melakukan perjalanan bersama dia, telah meninggal dunia! Ketika dengan hati sedih dan penasaran Temucin bertanya tanya, dia mendengar bahwa begitu pulang, Yesukai menderita sakit yang amat hebat dalam perutnya. Menurut pemeriksaan tabib, diduga keras bahwa ayahnya telan keracunan. Ayahnya telah makan atau minum sesuatu yang mengandung racun, yang mungkin disuguhkan oleh orang yang mendendam dan memusuhinya secara diam-diam.
Setelah Yesukal meninggal dunia, terjadilah perubahan besar di antara para kelompok. Sebagian besar kepala kelompok yang tadinya menganggap Yesukai sebagai pemimpin suku, kini melepaskan diri untuk mencari pelindung baru bagi kelompok mereka. Mereka sudah mendengar bahwa Yesukai memiliki banyak orang putera, dan yang sulung adalah Temucin, yang mungkin menggantikan kedudukan ayahnya. Akan tetapi Temucin masih kanak-kanak dan mereka tidak percaya dia akan mampu melindungi kelompok mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Holun, ibu Temucin yang cantik dan berwatak gagah, ketika mendengar bahwa banyak kelompok yang hendak melepaskan atau memisahkan diri, segera membawa pasukan kecil untuk melakukan pengejaran, ia membawa panji dari kelompoknya yang terdiri dari Sembilan buah ekor yak (lembu berbulu), lalu mengejar mereka. Setelah ada yang tersusul, ia membujuk mereka itu untuk kembali dengan ternak dan keluarga mereka. Usaha wanita yang gagah ini ada pula hasilnya walaupun tidak semua kelompok mau kembali.
Ketika melihat ibunya menangis di depan jenazah ayahnya karena kegagalannya membujuk semua kepala kelompok yang melepaskan diri, Temucin mendekai ibunya.
"Ibu," katanya dengan suara yang tegas, "harap ibu jangan cemas. Aku yang kelak akan mengumpulkan kembali mereka semua. Aku akan memimpin mereka, bukan hanya suku Yakka, melainkan seluruh suku bangsa yang berada di permukaan Gurun Go-bi! Aku akan membangkitkan kebesaran dan kejayaan Mongol!" Ucapan pemuda cilik berusia tiga belas tahun ini ternyata kemudian bukan hanya cetusan hati sekejap mata saja melainkan membakar semangat Temucin dan kelak ternyata bahwa semua keinginannya itu terbukti!
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Memang telah terjadi perubahan besar dalam hubungan antara kelompok suku bangsa di Gurun Pasir Go-bi setelah Yesukai meninggal dunia. Bukan hanya para kepala kelompok yang lalu meninggalkan kelompok pimpinan Yesukai, melainkan terjadilah perebutan kekuasaan karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak yang berlomba untuk menggantikan kedudukan Yesukai, yaitu memimpin semua kelompok suku Yakka.
Kekuasaan mendiang Yesukai meliputi daerah utara Gurun Go-bi, daerah yung luas dan di bagian ini terdapat banyak daerah yang baik dan subur. Di atas tanah yang terbentang luas antara Danau Haikal dan Pegunungan Khing-an di sebelah timur terdapat banyak tanah subur, yaitu sepanjang dua batang sungai yang mengalir di daerah itu, yaitu Sungai Kerulon dan Sungai Onon. Selain air dari dua batang sungai itu, juga air yang berasal dari salju di gunung-gunung membuat daerah itu menjadi daerah subur.
Bukit-bukit ditumbuhi hutan lebat dan padang rumput terdapat di mana-mana, sangat baik untuk memelihara ternak dan kebutuhan makan keluarga. Karena itu tidak mengherankan apabila daerah kini menjadi rebutan para kepala kelompok setelah Yesukai, pemimpin yang segani itu meninggal.
Kebutuhan hidup suku bangsa Mongol amat sederhana, dan daerah yang subur itumenghasilkan segala yang mereka butuhkan. Padang rumput membuat ternak mereka sehat dan gemuk dan ternak ini merupakan sumber penghidupan mereka.Bulu-bulu ternak dapat mereka pilih dan pintal menjadi tali-tali yang mereka butuhkan untuk mengikat kemah dan lain-lain, tulang-tulang binatang peliharaan itu dapat dijadikan mata anak panah, kulit ternak dapat dibuat pelana kuda, pakaian kuda dan kantung-kantung penyimpan barang dan makanan, terutamamenyimpan susu yang setelah membeku dan meragi dinamakan Kumiss.
Juga suhu udaranya tidak begitu keras di waktu musim dingin tidak terlampau dingin. Di sungai-sungai itu pun terdapat banyak ikan yang merupakan bahan makanan yang cukup menyehatkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kematian Yesukai memang merupakan pukulan hebat bagi kelompoknya. Bahkan para kepala kelompok yang tidak melepaskan diri dari kelompok Yesuki, kini menghentikan kebiasaan mereka mengirim macam upeti kepada kelompok itu. Mereka agaknya merasa ragu dan juga segan untuk tunduk kepada seorang bocah berusia tiga belas tahun seperti Temucin. Maka, mulailah keluarga Temucin yang terdiri dari Holun, ibunya, dan beberapa orang saudaratirinya, hidup terasing, mengnadapi masa suram, bahkan terancam oleh bekas musuh-musuh Yesukai.
Adik-adik Temucin masih kecil, dan di antara mereka ada dua orang yang dapat diharapkan tenaganya untuk membantunya, yaitu Kassar yang pandai sekali dalam ilmu memanah, dan Belgutai yang amat setia dan patuh kepada Temucin.
Karena tidak adanya lagi upeti-upeti, maka keluarga Temucin mulai hidup menderita dan serba kekurangan.
Terpaksa mereka makan hasil buruan yang biasanya dianggap rendah dan hina, seperti daging marmot atau tikus gunung. Tidak ada lagi daging biri-biri dan makanan yang paling enak kini hanyalah kalau mereka berhasil mendapatkan ikan. Kesengsaraan makin hebat ketika seorang yang bernama Targoutai, juga keturunan suku Bourcikum yang bermata kelabu mengangkat diri menjadi pengganti Yesukai dan menyatakan bahwa dialah yang sekarang berkuasa di bagian utara Gurun Go-bi, menggantikan kedudukan Yesukai yang baru saja meninggal dunia. Targoutai adalah seorang yang licik dan berani, penuh kekejaman, dan biarpun dia mengaku sebagai keturunan darah suku Bourcikum, namun dia kini menjadi kepala kelompok suku Taljut yang sejak lama bermusuhan dengan bangsa Mongol. Memang pengaruhnya besar dan dia memiliki banyak sekutu, kepala-kepala kelompok yang tunduk kepadanya. Kini dengan pengaruhnya, dia berhasil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pula membujuk sebagian besar kepala-kepala kelompok yang tadinya memisahkan diri dari kelompok Yesukai untuk memihak kepadanya dan menjadi sekutunya. Makin besar kekuasaannya dan mulailah Targoutai mengerahkan orang-orangnya untuk mencari Temucin, kepala suku Mongol yang menggantikan kedudukan ayahnya itu, untuk dibunuhnya. Seperti seekor serigala mengejar anak srigala, Targoutai mulai melakukan serbuan pada kelompok-kelompok Mongol yang tidak mau tunduk, merampok ternak dan wanita, membunuh mereka yang melawan dan terus mencari Temucin dan keluarganya.
Mulailah Temucin dan keluarga ibunya melarikan diri.
Ibunya, Holun yang gagah berani, mengepalai para madunya untuk melarikan diri membawa ternak dan anak-anak mereka yang paling besar, biarpun baru berusia belasan tahun namun sudah bersikap dewasa dan gagah.
Mereka berdua inilah yang kadang-kadang melindungi keluarga itu dengan melepaskan anak-anak panah ke arah para pengejar.
Setelah mereka tiba di kaki bukit dan melihat betapa para pengejar semakin dekat, Temucin berkata kepada rombongannya. "Mereka itu mencari aku. Mereka tidak akan mengganggu kalian. Oleh karena itu, di tempat ini sebaiknya kita berpencar. Ibu dan para ibu yang lain dan adik-adik kecil membawa ternak melanjutkan perjalanan, mencari perlindungan pada kelompok yang masih bersahabat. Aku dan Kassar akan berpisah dan mencari jalan masing-masing untuk menyelamatkan diri. Hanya aku dan Kassar yang akan mereka bunuh.
"Tapi, anakku. Bagaimana kalau engkau tertawan mereka?" Holun, ibunya berkata khawatir.
"Tidak ada tapi, Ibu! Perintahku itu harus dilaksanakan karena itulah yang terbaik!" kata Temucin dan di sini, di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hadapan ibunya, telah nampak jiwa kepimpinannya. Ibunya sendiri yang juga berhati keras, melihat sikap puteranya ini, diam-diam merasa bangga dan iapun tidak banyak membantah lagi. Maka bepencarlah keluarga itu. Holun memimpin keluarganya untuk melanjutkan pelariannya dan memang benar seperti yang telah diperhitungkan Temucin, ketika para pengejar itu melihat Holun dan para madunya, juga anak-anak yang masih kecil, mereka tidak mengganggunya. Yang dicari oleh Targoutai hanyalah Temucin dan Kassar, yang dianggap sebagai ancaman bagi kedudukannya di kemudian hari. Mereka cepat melakukan pengejaran dengan berpencar, maklum bahwa Temucin dan Kassar melarikan diri meninggalkan kelompok ibunya.
Orang-orang Gurun Pasir Go-bi memang merupakan pemburu-pemburu yang pandai. Mereka biasa berburu binatang dan pandai melacak jejak kaki buruan mereka.
Kini, mereka pun dapat melacak jejak kaki Temucin dan mereka melakukan pengejaran secepatnya.
Temucin melarikan diri kc atas bukit yang penuh dengan hutan dan goa. Dia bersembunyi ke dalam sebuah goa yang tertutup semak belukar. Pandai dia menghilangkan jejaknya dengan cara memasuki goa itu dari atas, merangkak dengan hati-hati tanpa meninggalkan jejak, tidak menginjak semak belukar.
Para anak buah Targoutai mencari terus tanpa hasil.
Namun karena Targoutai merasa yakin bahwa Temucin bersembunyi di bukit itu, maka mereka belum meninggalkan tempat itu dan terus menanti sampai keluarnya Temucin. Sampai tiga hari tiga malam lamanya Temucin bersembunyi di dalam goa. Karena dia tidak membawa bekal makanan, mak dia menderita kelaparan dan kehausan dan pada hari ke empat, dia tidak tahu lagi lalu keluar dari dalam goa. Tidak ada jalan lain baginya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kecuali nekat berusaha menerobos kepungan para anak buah Targoutai. Berdiam terus di goa berarti mati kelaparan!
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid II Dengan nekat, pemuda remaja berusia tiga belas tahun lebih ini mencoba untuk lari menerobos kepungan, akan tetapi dia diketahui, dikejar dan akhirnya ditangkap.
Temucin dihadapkan Targoutai yang menjadi girang bukan main melihat orang yang dianggap musuh besar itu tertangkap. Orang Mongol pada umumnya memiliki keangkuhan dan Targoutai juga ingin memamerkan keberhasilannya itu kepada orang banyak. Karena tu, Temucin tidak dibunuhnya, melainkan di tawan dan dikalungi kang di lehernya. Kang adalah papan tebal yang diberi lubang sebesar leher, kemudian dipasangkan di leher Temucin dan dengan kang di leher, seseorang tentu saja tidak mungkin dapat melarikan diri dengan bebas. Selain papan yang persegi lebar itu menjadi penghalang gerakan, juga semua orang akan melihat bahwa dia adalah seorang pelarian, dan para pengejarnya juga akan mudah mendapatkan dan menangkapnya kembali, Targoutai bermaksud membawa pulang Temucin untuk dipamerkan kepada semua kepala kelompok, dan kemudian
dibunuhnya. Kalau para kepala kelompok menyaksikan sendiri bahwa putera mendiang Yesukai telah ditangkap maka kekuasaan dan pengaruhnya terhadap mereka akan menjadi semakin besar, dan hal ini akan memungkinkan membesarnya kekuasaan denganmenggabungnya kepala-kepala kelompok yang lain.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah, Temucin lalu digiring mengikuti para perajurit Targoutai dan dibiarkanberjalan kaki setelah diberi makan agar tidak mati kelaparan. Karena harus berjalan kaki menempuh jarak jauh maka ketika pasukan itu berhenti keadaannya sedemikian lemah tak berdaya sehingga dia dibiarkan saja, ditinggalkan bersama seorang perajurit penjaga sedangkan seluruh pasukan bersuka ria merayakan kemenangan dan keberhasilan mereka menangkap Temucin.
Temucin, anak yang usianya belum genap empat belas tahun itu, amatlah cerdik. Melihat betapa dia ditinggalkan bersama seorang penjaga saja, di malam gelap itu, dia lalu cepat memejamkan mata dan membuat tubuhnya lemas seolah olah dia berada dalam keadaan pingsan atau setengah sadar. Beberapa kali ia mengeluarkan rintinan dan keluhan betapa nyeri-nyeri semua tubunnya, betapa lemas kedua kakinya dan betapa pening kepalanya. Mendengar keluhan-keluhan ini, tentu saja penjaga yang hanya seorang itu merasa lega. Tawanan yang harus dijaganya hanyalah seorang pemuda yang belum dewasa, seorang bocah yang sudah dipasangi kang pada lehernya, dan dalam keadaan lemah dan tak berdaya. Hal ini membuat dia lengah dan dia pun duduk melenggut melepaskan lelahnya dan juga kedongkolan hatinya karena dia yang ditunjuk menjaga anak tawanan ini, padahal semua kawannya sedang bersuka ria di luar sana!
Dalam keadaan duduk bersandar batu dalam kemah itu setengah rebah, sepasang mata Temucin yang lebar dan mencorong itu mengintai dari balik bulu matanya. Tak pernah dia berhenti mengikuti gerak-gerik penjaganya, dan telinganya juga memperhatikan keadaan di luar kemah.
Dari suara ketawa tawa tahulah dia bahwa orang-orang di luar itu sedang berpesta pora dan mungkin telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memperoleh beberapa orang tawanan wanita karena terdengar pula jerit wanita diseling ketawa kasar orang orang suku Taijut itu. Dan suara ketawa itu pun menunjukkan bahwa di antara mereka banyak yang sedang mabuk minuman keras. Akan tetapi Temucin tidak tergesa-gesa karena penjaganya masih duduk dengan tubun tegak, tanda bahwa penjaganya masih sadar sepenuhnya. Dia lalu melamun dan membayangkan betapa ibu kandungnya, para ibu tiri dan adik-adiknya yang masih kecil, kini tentu sudah berada di lingkungan kelompok yang mau menerima dan melindungi mereka, mengingat akan hubungan baik mereka dengan mendiang ayahnya. Semua milik keluargaiya telah diserahkan kepada ibunya, termasuk benda kesayangannya, yaitu Baja Dewa Hijau. Ketika membawa benda itu ke kelompoknya dan dia bertanya kepada orang anggauta kelompok yang tua dan berpengalaman, kakek itu terkejut dan kagum melihat benda itu.
"Ini adalah Batu Asmara, Tidak keliru lagi! Ah, selama hidupku baru dua kali ini aku melihat batu ajaib ini, yang pertama hanya sebesar kepalan tangan dan itu pun cukup ampuh dnn berhasil menyehatkan kembali ratusan orang.
Dan engkau telah mendapatkan sebesar dan sepanjang ini.
Ah, kalau dibuat menjadi senjata, tentu hebat bukan main."
demikian antara lain kakek itu berseru. Karena itu, Temucin makin sayang kepada benda itu dan ketika keluarganya melarikan diri dan dia memisahkan diri, dia menyerahkan benda itu kepada ibunya dengan pesan agar ibunya menyimpannya baik baik untuknya.
Dia pasti akan kembali kepada ibunya. Dia pasti akan berhasil menjadi pemimpin besarbangsanya kelak, agar bangsanya tidak terhina oleh tikus tikus macam Targoutai ini! Akan tetapi untuk itu, dia sekarang harus dapat membebaskan diri terlebih dahulu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Penjaga itu kini sudah melenggut, kepalanya terangguk-angguk dan tubuhnya sudahmiring. Inilah kesempatan baik, pikir Temucin dan dia mulai memperhitungkan, bagaimana dia akan dapat merobohkan orang ini. Tanpa
merobohkannya, kalau hanya melarikan diri begiti saja, akan berbahaya. Akan tetapi, dia tidak membawa senjata dan kalau mememukul dengan tangan saja, dia khawatir tidak akan mampu membuat orang itu roboh pingsan atau mati. Tiba-tiba dia tersenyum! Kang yang tergantung dilehernya ini! Terbuat dari papan yang tebal, keras dan berat. Masih ada rongga di antara tepi lubang dan lehernya dan dapat dia masuki jari-jari tanganuya. Kalau dia memukul tepat di kepala orang itu dengan pinggiran papan, terutama sudut yang runcing, tentu akan berhasil. Ah, kalau menggunakan akal, apa pun ada gunanya, bahkan kang yang membelenggu lehernya itu pun dapat berguna, pikirnya gembira dan dia pun bangkit perlahan-lahan, matanya tak pernah melepaskan tubuh penjaga yang duduk melenggut membelakanginya itu!
Temucin adalah seorang anak Mongol tulen yang sejak kecil telah hidup dalam cara hidup yang keras, penuh bahaya dan tantangan. Juga ayahnya adalah seorang kepala kelompok yang gagah berani dan yang mendidik puteranya menjadi calon seorang jantan yang gagah perkasa.
Gemblengan hidup membuat Temucin menjadi seorang remaja yang bertubuh kuat dan berhati tabah. Kedua tangannya sama sekali tidak gemetar ketika memegang kang, di sela-sela antara leher dan pinggir lubang alat penjepit leher itu. Kemudian dia memasang kuda-kuda, dan melompat sambil mengarahkan ujung tepi papan kang itu ke arah kepala orang.
"Dukkk!" Keras sekali ujung papan itu menghantam kepala si penjaga, tepat di atas tengkuk dan orang itu pun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terpelanting roboh dan tidak sempat mengeluarkan keluhan sedikit pun. Melihat orang itu roboh dan tak bergerak, Temucin tidak peduli apakah orang itu mati atau hanya pingsan saja. Dia lalu cepat menyelinap dan meninggalkan kemah itu menghilang ke dalam bayang-bayang pohon dan kemah-kemah yang gelap. Ternyata bulan telah muncul, menyinari pohon-pohon dan perkemahan para anggauta pasukan Targoutai yang masil nampak berpesta pora di antara pohon-pohon. Temucin cepat menyelinap di balik semak belukar dan menuju ke sungai yang dilalui rombongan itu siang tadi.
Akan tetapi, belum satu jam dia meninggalkan kemah, seorang perajurit datang memasuki kemah untuk menggantikan tugas jaga. Alangkah kagetnya melihat rekannya roboh pingsan dengan kepala berdarah dan tawanan itu telah lenyap! Dia segera berteriak-teriak dan gegerlah keadaan di situ. Targoutai menjadi marah sekali.
"Cari dia! Tangkap dan belenggu kaki-tangannya.
Tangkap dia, hidup atau mati!" teriaknya dengan berang.
Para perajurit lalu bergegas pergi mencari dengan berpencaran. Tak lama kemudian tibalah mereka di tepi sungai, akan tetapi tidak nampak seorang pun manusia.
Bayangan Temucin tidak nampak seolah-olah pemuda cilik itu telah lenyap tertelan bumi!
Ke manakah perginya Temucin" Dia bersembunyi di dalam air di tepi sungai yang airnya tenang. Di tepi sungai itu tumbuh banyak ilalang dan Temucin menyelam, hanya nampak kepalanya saja di antara ilalang sehingga tidak mudah nampak dari atas. Temucin melihat betapa banyak perajurit lewat di tepi sungai itu tanpa melihatnya. Akan tetapi seorang perajurit yang berjalan menyendiri, ikut mencari, tiba-tiba berhenti di atas tebing sungai dan menjenguk ke bawah! Temucin melinat betapa mata orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu dapat melihat. Perajurit itu kelihatan terkejut, lalu menoleh ke kanan kiri, akan tetapi tidak mengeluarkan suara. Setelah para perajurit yang lain sudah jauh, barulah perajurit itu berbisik, "Kamu Temucin?"
Temucin tidak dapat mengelak lagi, maka dia pun menjawab dengan bisikan pula, "Benar, aku Temucin."
"Demi mendiang Yesukai Khan, aku akan menolongmu.
Kalau sudah sepi pergilah ke hutan di sana itu, aku menantimu di sana." Setelah berkata demikian, perajurit itu pun pergi meninggalkan Temucin.
Masih berdebar jantung Temucin. Dia nyaris tertawan kembali. Kalau saja orang itu sampai berteriak, tentu dia tidak akan mampu lolos lagi dan sekali tertangkap, dia tidak dapat mengharapkan hidup lebih lama lagi. Dia tahu betapa Targoutai menghendakl nyawanya. Timbul keraguan di hatinya. Apakah dia akan melarikan diri setelah terbuka kesempatan baik ini! Ataukah menuruti permintaan orang tadi" Bagaimana kalau orang yadi menangkapnya" Ah, tidak mungkin. Kalau hendak menangkapnya, tentu tadi pun sudah dapat menangkapnya dengan mudah. Dan melarikan diri dengan kang masih mengurung leher, sungguh merupakan hal yang sukar sekali, bahkan muslahil dia akan berhasil. Para perajurit anak buah Targoutai tentu akan mencari terus dan tidak sukar mencari yang memakai kang di lehernya. Apalagi dia tidak berkuda, hanya berjalan kaki dikejar oleh pasukan berkuda! Agaknya orang itu mempunyai rencana yang lebih baik maka menyuruh dia pergi ke hutan itu.
Setelah keadaan menjadi sunyi sekali dan sudah agak lama terdengar suara orang-orang yang mengejarnya itu menjauh sehingga tidak terdengar suara mereka lagi, barulah Temucin keluar dari dalam air dan segera menuju ke hutan yang ditunjuk tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perajurit itu telah berada di situ, membawa gergaji kang itu sehingga terbelah dan terbebaslah Temucin dari belenggu kang.
"Sobat, terima kasih! Siapakah engkau dan mengapa engkau membebaskan aku?"
Orang itu menarik napas panjang. "Ketahuilah bahwa aku bukan orang Taijut. Aku orang Mongol dan aku pernah menjadi bawahan ayahmu yang gagah perkasa. Kebetulan saja aku kini menjadi anggauta suku Taijut karena aku menikah dengan wanita Taijut. Akan tetapi aku tidak dapat membiarkan engkau, putera Yesukai yang gagah perkasa, menjadi korban keganasan Targoutai. Namaku Hassou."
"Baik, terima kasih sekali lagi dan aku Temucin tidak akan melupakan jasamu, Hassou. Sekarang biarkan aku pergi....."
"Nanti dulu, Temucin. Kalau engkau pergi begitu saja, tentu engkau akan dapat dikejar dan disusul dan kalau sampai tertawan, celakalah engkau. Targoutai tidak akan mengampunimu lagi. Aku ada akal, marilah kau ikut dengan aku, bersembunyi di dalam gerobakku sampai mereka itu tidak lagi mengejar dan mencarimu."
Temucin menurut dan dibawalah Temucin oleh Hassou menuju ke perkemahan pasukan Targoutai. Dengan menyelinap di bawah bayangan-bayangan gelap, Hassou berhasil menyembunyikan Temucin di dalam gerobak yang memuat bulu domba.
Dapat dibayangkan betapa sengsaranya bersembunyi di dalam tumpukan bulu domba yang panas itu. Apalagi ketika para perajurit yang masih penasaran dan mencari-cari Temucin, menusuk-nusukkan lembingnya ke dalam gerobak sehingga sebuah tusukan lembing sempat melukai kaki kiri Temucin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah pasukan itu mencari dengan sia-sia sehingga akhirnya Targoutai menjadi putus harapan dan memerintahkan pasukan meninggalkan tempat itu, baru Hassou mengeluarkan Temucin dari dalam gerobak. "Hati-hatilah engkau, Temucin. Ingat, kalau tadi mereka menemukan engkau di sini, aku dan seluruh keluargaku tentu dibunuh oleh Targoutai. Sekarang pergilah dengan cepat dan cari keluarga ibumu." Dia memberikan bekal daging kering, susu dan gendewa lengkap lengan anak panahnya.
Temucin lalu melarikan diri, tidak khawatir dikejar karena pasukan itu telah siap meninggalkan tempat itu, kembali ke perkampungan mereka. Ketika dia kembali ke perkemahannya yang dulu, ternyata perkemahan itu telah rusak binasa, dibakar oleh musuh dan tidak tertinggal sepotong pun barang ynng ada harganya. Dia pun segera berangkat mencari dan menyusul rombongan ibunya Setelah melacak jejak mereka dan bertanya-tanya, akhirnya Temucin dapa pula menemukan keluarga ibunya.
Pertemuan Itu amat mengharukan Holun, wanita yang masih nampak cantik jelita, keras hati dan gagah perkasa itu merangkul putera sulungnya, tidak menangis walaupun ia menggigit bibir dan tidak mengeluarkan kata-kata. Hanya pelukannya terasa oleh Temucin dan debar jantung ibunya menunjukkan betapa ibunya amat berduka, kehilangan suami dan kini kehilangan kemuliaan sebagai isteri seorang khan yang dihormati. Sebaliknya, kini keluarga mereka menjadi keluarga pelarian yang dikejar-kejar musuh tanpa ada yang melindungi mereka!
"Ibu, tenangkanlah hatimu, Ibu. Aku berjanji, kelak aku akan mengangkat kembali derajat Ibu, jauh melebihi yang sudah-sudah. Akan kutunjukkan kepada dunia bahwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keturunan ayah Yesukai akan menegakkan kembali kejayaan keluarga nenek moyang kita!"
Mendengar ini, Holun tersenyum dan ia mengusir dua titik air mata dengan punggung tangannya, tersenyum penuh kebanggaan. "Aku percaya, anakku." bisiknya seperti doa restu.
"Ibu, tentu Ibu masih menyimpan Batu Asmara itu, bukan?"
Ibunya mengangguk. "Ada kusimpan baik-baik, anakku."
"Simpanlah, Ibu. Akan kuminta kalau aku membutuhkannya kelak."
Demikianlah, keluarga Temucin tinggal berpindah-pindah dari kelompok ke kelompok sampai akhirnya mereka tinggal di kelompok yang berada di bawah kekuasaan Galasing, yang masih terhitung pamannya yang jauh. Galasing menerima mereka dengan baik sebagai anggauta kelompoknya.
Temucin tiada hentinya menghubungi kelompok-kelompok, membicarakan tentang kebesaran mendiang ayahnya dan betapa dia berusaha untuk mempersatukan para kelompok itu menjadi kelompok yang besar dan kuat untuk menentang kekuasaan Targoutai, kepala suku Taijul yang memusuhi orang-orang Mongol itu. Di mana-mana Temucin mendapat sambutan gembira. Orang-orang masih ingat akan kegagahan Yesukai, akan tetapi tentu sajamerekamasih menyangsikan apakah pemuda yang masih remaja, usianya baru empat belas lima belas tahui ini akan mampu menjadi seorang pemimpin.
Temucin tidak putus asa. Dibantu oleh dua orang adiknya yang sudah semakin besar, yaitu Kassar si ahli panah dan Belgutai yang amat setia kepadanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Temucinmulaimembuatnama besar dengan perbuatan yang gagah berani baik dalam perburuan maupun dalam menghadapi perampok-perampok yang berani mengganggu kelompok mereka. Oleh karena ini, nama Temucin mulai dikenal dan dikagumi.
Ada satu hal lagi yang amat mengagumkan dalam watak Temucin. Dalam keadaan demikian sengsara, dia tidak cengeng. Watak ibunya menurun kepadanya. Dia tidak cengeng dan tidak mau banyak mengeluh. Juga dia memiliki keangkuhan dan harga diri yang besar. Kalau dia mau, sesungguhnya ada dua sumber yang akan dapat menolong keadaan Keluarga ibunya. Yang pertama adalah kepala kelompok Karugai atau yang juga dikenal.dengan nama Munlik, yaitu ayah dari Bortay tunangannya. Tentu mereka itu akan menerima keluarga ibunya dengan senang hati dan akan mengulurkan tangan membantu, karena bukankah keluarga itu masih menunggunya dan menganggap dia sebagai calon suami Bortay" Akan tetapi dia mempunyai harga diri yang tinggi dan merasa malu untuk minta pertolongan kepada calon ayah mertuanya.
Sumber ke dua adalah kepala suku Kerait yang sudah lanjut usianya dan amat besar pengaruhnya itu. Kepala suku Kerait ini adalah seorang kulit putih yang tadinya adalah seorang pendeta Kristen bernama Pendeta Yohanes kemudian terkenal dengan nama Toghrul, kepala suku Kerait yang berkuasa penuh. Kepala suku Kerait yang berkedudukan kuat ini bersahabat baik sekali dengan mendiang Yesukai, bahkan mereka telah menjadi saudara angkat dan saling bersumpah setia! Ikatan yang amat kuat ini saja membuat Temucin menjadi anak angkat dari Tohrul, dan sudah barang tentu kedatangan dia dan keluarga ibunya akan disambut dengan baik seandainya Temucin mau membawa keluarga ibunya ke sana. Akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi, jiwa Temucin terlalu besar untuk melakukan hal itu.
Ketika ada di antara adik tirinya yang mengingatkan dia akan hal itu, yaitu minta pertolongan kepala suku Kerait yang besar, Temucin bahkan menghardiknya.
"Kalau orang datang kepada teman dengan tangan kosong dan bersikap seperti seorang pengemis, dia akan dihina dan tidak akan disambut dengan sikap bersaudara."
Temucin tidak mau datang sebagai orang yang minta-minta belas kasihan dari siapapun juga. Dia keras hati, akan tetapi juga menghargai kegagahan, membenci kecurangan dan ketidaksetiaan, menjauhi sifat pengecut dan melanggar janji.
Selama dalam keadaan hidup sengsara ini, Temucin juga tidak pernah berhenti mengumpulkan ilmu-ilmu yang berguna baginya. Dia mendatangi kepala-kepala kelompok yang tua dan berbincang-bincang tentang ilmu berburu atau ilmu perang, juga mendatangi jago-jago gulat yang terkenal, ahli-ahli bermain lembing, pedang atau anak panah, menimba pengalaman dan ilmu dari mereka, Lalu melarih diri tiada hentinya dan dengan tekun sekali. Bahkan dalam perantauannya mencari ilmu, dia mengunjungi para pertapa di Pegunungan Go-bi, dan berhasil bertemu dengan pertapa-pertapa yang pandai ilmu silat. Dari mereka inilah dia memperoleh banyak petunjuk tentang ilmu bermain pedang, bahkan ilmu menotok jalan darah dan ilmu bersilat tangan kosong. Para pertapa itu kagum melihat pemuda Mongol yang demikian tangkas, gagah berani dan bersemangat tinggi sekali. Para pertapa yang berpemandangan tajam dapat melihat bahwa pemuda Mongol ini berbakat untuk menjadi orang besar, dan ada cahaya tertentu nampak padanya yang menandakan bahwa kelak dia akan menjadi seorang raja!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Juga kedua orang adiknya Kassar dan Belgutai, meniru contoh yang diberikan kakak mereka itu. Kassar yang berbakat baik sekali dalam ilmu memanah, memperdalam ilmunya itu sehingga kelak di menjadi seorang ahli panah yang paling terkenal di seluruh Mongol. Belgutai juga pandai bermain silat tombak dan otaknya cerdik sekali.
Demikian pula, adik-adik Temucin yang lain memperoleh contoh baik dari kakak-kakak mereka sehingga mereka pun tumbuh menjadi pemuda-pemuda remaja yang gagah.
Demikianlah, riwayat singkat dari Temucin sampai diadakannya pemilihan calon kepala suku yang diadakan di perkemahan kelompok Galasing. Seperti yang telah diceritakan di bagian terdepan dari kisah ini. Temucin yang baru berusia lima belas tahun itu. berhasil keluar sebagai pemenang. Kemenangannya disambut dengan perasaan gembira oleh para kepala kelompok, dan mereka teringat akan kegagahan mendiang Yesukai Khan, ayah kandung pemuda yang kini menjadi wakil mereka, calon tunggal untuk pemilihan ketua suku di seluruh Mongol, menguasai seluruh daerah utara dari Gurun Go-bi. Melihat ketangkasan pemuda berusia lima belas tahun itu, para kepala kelompok kini tidak ragu-ragu lagi. Mereka maklum bahwa Temucin, biarpun masih muda sekali, sudah memiliki kemampuan hebat yang dapat diandalkan! Hanya seorang saja yang diam-diam merasa murung, yaitu Galasing! Kini makin bertambah kekhawatirannya bahwa suatu hati, Temucin akan merampas kedudukannya, dan bukan putera kandungnya yang kelak akan
menggantikannya, melainkan Temucin!
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
"Temucin, engkau telah menjadi pemenang dan engkaulah calon satu-satunya dari kelompok-kelompok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
daerah ini yang akan mewakili kami memperebutkan kedudukan kepala suku. Karena engkau harus
memperjuangkan kedudukan itu dan engkau akan banyak meninggalkan keluarga ibumu, sebaiknya kalau mulai sekarang ibumu tinggal bersama kami di sini." kata Galasing kepada Temucin dengan sikap ramah.
Temucin tidak dapat melihat pamrih yang tersembunyi di balik senyum manis Galasing itu. Sudah lama Galasing merindukan Holun, janda Yesukai yang cantik Jelita dan gagah itu. Namun, selama ini dia menahan berahinya karena di tidak ingin mempergunakan kekerasan khawatir kalau sampai bermusuhan dengan putera-putera Yesukai yang berani dan tangkas, sedangkan dengan cara halus, kiranya tidak mungkin menundukkan hati janda yang keras dan berani itu. Kini, bukan sekedar berahi akan janda yang masih nampak muda dan cantik itu saja yang
mendorongnya bersikap baik terhadap Temucin, juga ada pamrih lain yaitu agar dia menjadi ayah tiri Temucin.
Kedudukan sebagai ayah inilah yang hendak dia pergunakan untuk menundukkan Temucin, kalau perlu melalui ibu kandung pemuda itu!
"Terima kasih, paman Galasing sungguh baik hati sekali.
Kalau ibu suka, aku pun tidak keberatan, bahkan merasa lebih aman meninggalkan ibu karena ada Paman yang melindungi keluarga ibu." demikian jawab Temucin.
Janda Holun menerima baik penawaran Galasing, dan berpindahlah keluarga itu ke dekat perkemahan Galasing.
Semenjak itu, Temucin dan adik-adiknya merasa lebih bebas untuk merantau dan menambah ilmu pengetahuan atau mengunjungi kepala-kepala klan atau kelompok untuk membuat persekutuan dengan mereka untuk memperkuat diri dan mencari dukungan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada suatu hari Temucin minta Baja Dewa Hijau atau yang juga dinamakan Batu Asmara oleh para tokoh Mongol dari ibunya, lalu berpamit kepada ibunya untuk merantau.
"Mungkin kepergianku kali ini aka agak lama, Ibu."
katanya. "Aku hendak membuatkan sebatang pedang dari Batu Asmara ini, juga aku hendak berangkat mengikuti pemilihan kepala suku di utara. Harap Ibu menjaga diri baik-baik di sini. "
Ibunya tidak banyak bertanya, hanya merangkul puteranya dan membisikkan doa restunya. Berangkatlah Temucin meninggalkan perkemahan kelompok yang dipimpin oleh Galasing itu. Beberapa hari yang lalu dia telah melakukan penyelidikan dan mendengar bahwa di dekat Danau Baikal terdapat seorang ahli pembuat pedang yang amat pandai. Taktamuka, demikian nama ahli pembuat pedang itu, merupakan seorang ahli pembuat pedang yang paling terkenal di seluruh Gurun Go-bi.
Wataknya amat aneh. Kalau dia tidak sedang senang hati, biar dijanjikan hadiah besar, atau diancam sekalipun, dia tidak akan mau mengerjakan suatupesanan. Bahkan kabarnya pernah dia berani menolak pesanan Raja Tartar, hanya karena dia merasa tidak senang diperlakukan dengan sikap menghina oleh utusan raja itu! Dan biarpun ia berani mati menantang semua ancaman, sampai lanjut usianya, belum ada yang pernah mau mengganggunya. Hal ini adalah karena semua orang, tak terkecuali, masih mengharapkan untuk sekali waktu mendapatkan sebatang senjata buatan kakek ini. Kabarnya, selain buatannya bagus, juga senjata buatan kakek ini mempunyai keampuhan yang luar biasa! Kabarnya, menurutdesas-desus tahyul, pembuatan senjata oleh kakek ini dibantu oleh dewa-dewa dan senjata yang dibuatnya itu mempunyai "isi"
seperti benda hidup.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar berita tentang ahli pembuat pedang ini, berangkatlah Temucin ke Danau Baikal, membawa Batu Asmara atau Baja Dewa Hijau yang amat disayangnya itu.
Di sepanjang perjalanan yang jauh ini. Temucin menggunakan kesempatan itu untuk berkunjung ke perkemahan kelompok-kelompok Mongol lainnya, untuk memperkenalkan diri sebagai putera mendiang Yesukai Khan dan menceritakan bahwa dia yang akan melanjutkan pimpinan atas kelompok sukunya dan dia menawarkan persekutuan dengan mereka, mengingat akan makin berkuasanya suku Taijut yang dipimpin Targoutai yang selalu memusuhi bangsi Mongol. Pemuda ini memang pandai bicara dan dia berhasil membujuk banyak kepala kelompok yang melihat kenyataan betapa setelah Yesukai Khan meninggal dunia dan banyak kepala kelompok yang menjadi korban kebuasan suku Taijut. Hanya dengan persatuan yang kokoh kuai saja maka bangsa Mongol akan menjadi kuat dan jaya, demikian antara lain Temucin mengemukakan pendapatnya. Dan dalam tindakannya, dia pun tidak serakah, dia tidak menuntut apa-apa dari para kepala kelompok, melainkan hanya persekutuan dan persatuan, saling bantu membantu dalam menghadapi musuh dan kesukaran lain. Dia tidak menuntut upeti yang dipaksakan seperti para pimpinan lain, melainkan hanya menuntut kerja sama, saling bantu dan setia kawan. Karena yang ditawarkan adalah keuntungan bersama, maka banyak kepala kelompok menyambutnya, apalagi ketika mereka mendengar bahwa pemuda ini telah memenangkan pilihan calon kepala suku dan menjadi wakil untuk pemilihan seluruh suku Mongol yang akan diadakan di utara.
Aknirnya, tanpa halangan yang penting di dalam perjalanan, tibalah Temucin di Danau Baikal. Tidak sukar baginya untuk mencari tempat tinggal ahli pembuat pedang itu karena semua orang yang tinggal di daerah itu tahu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belaka di mana tempat tinggal Taktamuka. Sebuah pondok di lereng bukit yang sunyi dan menyendiri.
Dari jauh Temucin sudah mendengar berdentingnya besi bertemu besi, suara yang biasa terdengar dari dalam bengkel seorang pandai besi. Dia mempercepat larinya kuda yang ditungganginya dan ketika dia tiba di depan pondok itu, dia melihat seorang kakek sedang bekerja, memukul besi merah dengan kedua kaki terpentang lebar dan membelakanginya.
Temucin meloncat turun dari kuda, mengikat kendali kuda di kayu tambatan yang berada di luar, kemudian dia melangkah ke pintu dan memberi salam dengan suara nyaring. Kakek itu menghentikan pekerjaannya, membalikkan tubuh dan melinat banwa yang datang adalah seorang pemuda yang bertubuh tinggi tegap, dengan mata yang lebar dan mencorong tajam, wajah yang
membayangkan semangat yang menyala-nyala seperti nyala api dalam perapian bengkelnya. Dia tertarik sekali dan segera meninggalkan pekerjaannya, melangkah ke pintu dan sejenak mengamati pemuda itu dari kepala sampai ke kaki.
Pemuda sederhana dan jelas menunjukkan bahwa dia datang dari jauh.
"Engkau siapakah, orang muda" Siapa nama, dari mana dan apa keperluanmu datang mengganggu orang tua yang sedang bekerja?"
Diam-diam Temucin juga memperhatikan kakek itu.
Seorang kakek yang usianya tentu enam pulun tahun lebih, namun tubuhnya yang tinggi besar itu masih kokon kuat, kedua lengannya yang telanjang itu masih dilingkari otot-otot yang besar, dan matanya juga tajam. Sikapnya demikian kaku dan sama sekali tidak bermanis muka, berbeda dengan adat kebiasaan orang Mongol yang selalu menyambut tamunya dengan manis budi walaupun selalu bercuriga. Kakek ini menyambut orang tanpa upacara dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
matanya seperti menembus dada menjenguk isi hati.
Mengingatkan Temucin akan mata seorang dukun sihir yang pernah dilihatnya di perkemahan sebuah suku di barat. Mengerikan! Akan tetapi karena dia datang dari tempat jauh dengan maksud baik, yaitu hendak membuatkan sebatang pedang tanpa pamrih lain yang buruk terhadap orang aneh ini, dia pun bersikap tenang ketika menjawab lantang.
"Aku bernama Temucin, putera mendiang Yesukai Khan yang gagah perkasa. Aku datang dari selatan, jauh ke tempat ini menemui Paman yang mulai dengan satu niat saja, yaitu hendak membuatkan sebatang pedang dari Batu Asmara yang kumiliki."
Sepasang mata yang sipit itu terbelalak, mengandung kekagetan dan keheranan. "Batu Asmara" Dan engkau putera Yesukai Khan" Sudah kudengar nama besarnya.
Hemmm, kalau seorang putera Yesukai Khan yang datang, apalagi memiliki bahan yang amat baik, sepatutnya kalau kulayani. Akan tetapi aku ingin melihat dulu bahan itu, apakah benar baik dan cukup berharga untuk kuolah menjadi pedang pusaka."
Tanpa ragu lagi Temucin mengeluarkan Batu Asmara yang disimpannya di balik bajunya, terselip di pinggang.
Nampak cahaya kehijauan ketika benda itu diambilnya dan diserahkannya kepada kakek Taktamuka. Kakek tinggi besar itu menerimanya dan mengamatinya, matanya makin dilebarkan dan wajahnya berseri-seri.
"Baja Dewa Hijau tulen Batu Asmara....." Ha-ha-ha, benar sekali, memang Batu Asmara, dan benda ini memang ampuh dan hebat, langka pula. Akan tetapi sayang, orang muda. Baja ini sedemikian kerasnya sehingga tidak dapat dihancurkan lewat api, betapapun panasnya. Aku..... aku tidak dapat membuatkan pedang dari benda ajaib ini..... "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Suaranya agak gemetar seolah-olah dia sendiri merasa kecewa mengapa dia tidak mampu menangani bahan yang luar biasa baiknya itu.
Temucin mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, Paman yang baik. Aku mendengar bahwa Paman Taktamuka adalah orang pembuat pedang yang tiada bandingnya di dunia ini! Bagaimana mungkin kini mengatakan bahwa Paman tidak sanggup membuatkan pedang dari benda ini"Kalau begitu, apa artinya nama besar Paman sebagai pembuat pedang nomor satu di kolong langit?"
Kakek itu menatap wajah Temucin dan dia melihat betapa sepasang mata yang lebar itu mengeluarkan sinar mencorong dan dia pun diam-diam bergidik. Pemuda ini sama luar biasanya dengan benda mustika ini, sama langkanya, demikian dia berpikir. Sungguh aneh, seorang pemuda seperti ini memiliki benda pusaka seperti itu pula, seperti pedang pusaka dengan sarungnya yang serasi sekali!
Seolah-olah memang sudah diciptakan berdua untuk saling memiliki! Dia pun merasa heran mengapa dia tidak marah mendengar ucapan itu, ucapan yang menyangkal kebesaran namanya. Karena ucapan itu mengandung kebenaran, bukan celaan atau hinaan.
"Dengar baik-baik, Temucin. Aku mengatakan bahwa aku tidak sanggup melaksanakannya karena memang benda ini pernah dibawa ke sini oleh seseorang. Aku sudah mengerjakannya. Sampai lima hari lima malam benda ini kuletakkan dalam api yang bernyala, akan tetapi tidak pernah dapat melunak!"
Kerut merut di antara kedua alis Temucin makin mendalam. "Akan tetapi, kurasa bukan ini benda itu, Paman. Cobalah periksa baik-baik dan coba pula bakar, siapa tahu sekali ini Paman akan berhasil."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm, membuang waktu sia-sia saja..... akan tetapi tunggu....!" Dia lalu mengamati kembali benda itu, terutama di ujungnya di mana terdapat warna merah yang menembus baja atau batu itu, dan membawanya ke hidung, mencium bau harum aneh itu. "Ah..... an, aneh sekali!
Akan tetapi siapa tahu.....! Engkau benar, orang muda.
Sebelum kucoba lagi, siapa tahu apakah aku tidak mampu sekali ini! Aku pun penasaran sekali, Temucin. Akan tetapi, ketahuilah bahwa aku sudah tua dan hidup menyendiri.
Kalau pembakaran benda ini sia-sia lagi, lalu siapa yang akan memelihara hidupku?"
Temucin mengerti. "Paman, aku bukan orang yang tidak mengenai budi. Kerjakanlah pesanku itu dan aku akan mencarikan semua kebutuhan makan minum untukmu, selama Paman membuatkan pedang itu."
Kakek itu tersenyum dan mengangguk-angguk. Dia percaya kepada pemuda ini. Orang besar seperti raja kulit putih bernama Taghrul Khan itu saja, yang menjadi kenalan baiknya dan beberapa kali pernah datang hanya untuk bercakap-cakap dengan dia, memuji-muji nama Yesukai Khan sebagai seorang yang gagan perkasa. Tentu puteranya pun bukan orang sembarangan. Tanpa banyak cakap lagi dia lalu memasuki pondoknya, menuju ke bengkel. Pondok itu tidak besar separuh dipakai sebagai bengkel kerja yang separuh lagi tempat dia makan dan tidur. Sederhana sekali, namun kokoh kuat sehingga dapat menahan serangan angin dan hawa dingin, kalau musim salju tiba.
Kakek Taktamuka membuat api yang besar dan
menggerakkan puputan, sedangkan Temucin tanpa diminta mulai memeriksa perbekalan makanan yang ada di dalam pondok itu. Memang benar kakek itu. Persediaan pangan tinggal sedikit, kalau dimakan dua orang paling-paling bertahan selama tiga hari saja. Pembuatan sebatang pedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pusaka tentu akan makan waktu yang cukup lama. Dia lalu keluar dari dalam pondok itu. Dalam perjalanannya ke tempat itu, pagi tadi dia melewati sebuah bukit yang dihuni banyak binatang rusa. Ke sanalah harus pergi untuk berburu. Dia menjenguk ke dalam dapur atau bengkel kakek itu melihat kakek itu sedang membual api besar.
"Paman, aku pergi mencari bahan makanan!' katanya.
Kakek itu tidak menjawab. Menoleh pun tidak dan ketika Temucin memandang dengan penuh perhatian, dia mendapat kenyataan bahwa kakek itu sedang bekerja sambil memejamkan mata seperti orang bersamadhi! Temucin mengangguk-angguk lalu keluar dari dalam pondok itu.
Setibanya di luar, dia menengadah. Banyak sudah dia mendengar keterangan orang-orang cerdik pandai, dari mulut ayahnya sendiri kemudian dari mulut para tokoh besar yang berilmu tinggi, tentang kebesaran dan kekuasaan Raja di Langit. Raja dari sekalian dewa yang menguasai alam ini. Dialah sumber segala ilmu, sumber segala berkah, sumber segala kemenangan! Tidak ada sesuatu pun, yang nampak maupun yang tidak nampak, yang tidak tunduk di bawah kekuasaanNya. Bahkan nyawa setiap orang manusia, betapapun pandai dan saktinya, berada di dalam telapak tanganNya! Tiada kekuasaan yang dapat melawan kekuasaan Tuhan, Raja di langit! Dan kini, kakek Taktamuka agaknya juga mohon kekuatan dari Tuhan dalam pembuatan pedang pusaka yang dipesannya! Entah bagaimana, di lubuk hatinya, dia selalu percaya akan adanya kekuasaan Tertinggi ini, pencipta badai dan halilintar, pencipta bulan, matahari dan bintang-bintang.
Dan hatinya pun merasa lega. Kakek itu pasti akan berhasil sekali ini, pikirnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Temucin lalu meloncat ke atas punggung kudanya setelah melepaskan kendali dari tambatan kuda, dan dia melarikan kudanya ke arah bukit yang dilaluinya pagi tadi.
Bagi orang biasa berburu rusa merupakan pekerjaan yang tidak mudah, bahkan amat sukar. Binatang ini gesit dan tangkas bukan main, tajam penciumannya, tajam pendengarannya, dan tajam pula nalurinya. Kalau dia sudah tahu akan adanya manusia yang hendak
memburunya, jangan harap akan dapat mengejar dan menangkapnya. Dia akan lari seperti angin cepatnya. Akan tetapi, Temucin adalah seorang anak Mongol tulen, keturunan pemburu yang mahir dan cakap. Dia tahu benar bagaimana harus berburu rusa. Dia harus mengintainya dari tempat yang lebih tinggi, harus mendekati dari arah yang berlawanan dengan angin, dan dia harus mampu merayap seperti seekor ular tanpa mengeluarkan suara. Semua ini didapatkannya bukan melalui pelajaran, melainkan melalui keadaan hidup yang sukar dan keras.
Di Gurun Go-bi, terutama di kalangan bangsa Nomad yang berpindah-pindah, nyawa manusia seakan-akan tiada harganya. Keadaan tanahnya demikian sulit dengan dataran yang amat tinggi sepert bukit-bukit berjajar tiada putusnya, selalu diselubungi awan dan dihembus angin kuat. Banyak daerah yang tandus, dan yang subur menjadi rebutan sampai banyak darah tertumpah dan nyawa melayang. Sebuah petak rumput yang diperebutkan untuk makanan ternak dapat menyebabkan matinya beberapa orang!. Bagian dunia itu jauh dari peradaban, orang-orang tidak mengenal baca tulis, tidak mengenal benda-benda yang terdapat di dunia barat atau selatan, dunia yang beradab. Ketahyulan muncul dengan kuatnya karena ketidaktahuan mereka. Cahaya sinar kutub utara yang nampak di malam hari musim dingin, memperkuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketahyulan mereka bahwa di sana menjadi kerajaan bangsa jin dan.peri.
Terutama sekali kehidupan anak-anak, sungguh amat menderita, sengsara dan keras sekali. Anak-anak Mongol sejak kecil sekali sudah harus mengalami kesukaran dan selalu menghadapi kekerasan. Mereka, anak-anak itu, selalu kebagian yang paling akhir. Di dalam kemah, di waktu hawa di luar teramat dinginnya sehingga menyusup tulang, orang-orang sekeluarga berkumpul dekat api unggun. Yang berhak duduk paling dekat api adalah para pria dan para tamu. Baru kemudian para wanita yang duduk di sebelah kiri, agak jauh dari api unggun. Dan anak-anak boleh mencari tempat sendiri-sendiri, di bagian paling belakang!
Dalam pembagian makanan juga demikian. Yang berhak memilih dan mengambil daging adalah kaum pria lebih dahulu, karena bukankah mereka yang bersusah payah; berburu dan mendapatkan binatang buruan. Setelah kaum pria, barulah giliran kaum wanita dan juga orang-orang tua yang sudah tidak mampu berburu lagi. Anak-anak hanya mendapatkan sisanya berupa tulang dan urat-uratnya.
Dan betapa sulitnya mendapatkan makanan, kadang-kadang mereka harus berpuasa berhari-hari, hanya makan susu yang sudah membeku dan meragi! Dalam musim semi keadaannya masih lumayan. Banyak dihasilkan susu kuda dan susu sapi, dan biri-biri pun pada musim semi gemuk-gemuk karena mudah mendapatkan makanan. Binatang buruan juga mudah didapat, umumnya rusa dan kalau untung baik kadang-kadang mereka dapat membunuh seekor biruang besar. Hasil buruan ini lalu dimasak dan dagingnya dibagi-bagi. Akan tetapi, di musim dingin, mulailah keadaan hidup yang serba kekurangan dan sengsara sekali. Ternak mereka kurus-kurus kekurangan makanan. Susu segar tidak ada karena kuda dan sapi tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengeluarkan susu, terpaksa hanya makan kumiss, yaitu susu yang sulah meragi dan memabukkan itu. Dalam keadaan demikian itu, di mana daging tidak ada, mereka makan apa saja yang ada, dan pada umumnya mereka makan juwawut rebus sekedar menahan lapar dan menyambung nyawa.
Ini semua masih ditambah lagi dengan pertikaian dan pertempuran yang terjadi antara kelompok. Karena kekurangan dan dorongan perut lapar, seringkali terjadi perampokan persediaan pangan dan terjadilah pertempuran yang mengorbankan banyak nyawa.
Memang suatu keadaan hidup yang amat keras dan sengsara. Sejak baru pandai berjalan, anak-anak, terutama anak-anak lelaki sudah terbiasa belajar berburu tikus, marmut dan sebagainya, menggunakan tongkat atau anak panah. Mereka belajar menunggang kuda. Kekerasan dan perkelahian merupakan permainan mereka sehari-hari dan kematian bukan merupakan suatu hal yang mengerikan bagi mereka karena sudah terbiasa. Temucin sendiri ketika dilahirkan, ayahnya Yesukai sedang berperang melawan musuh. Pertempuran ini berhasil baik dan membawa kemenangan bagi Yesukai, dan musuhnya yang dipimpin oleh seorang kepala kelompok yang gagah bernama Temucin, dapat dibinasakan. Maka, karena kagum kepada musuhnya itu, ketika puteranya lahir, diberinya nama Temucin, nama bekas musunnya itu.
Temucin teringat akan semua pengalaman di waktu kecil ini ketika dia merangkak-rangkak dari ketinggian bukit itu dengan hati-hati karena dia melihat sekelompok rusa, ada tujuh ekor banyaknya, sedang makan daun-daun dengar sikap mereka yang selalu hati-hati dan penuhkecurigaan terhadap sekeliling mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Busur dan anak panah sudah siap di tangannya dan Temucin makin mendekati kelompok rusa itu,
membidikkan anak panahnya ke arah seekor rusa muda yang besar dan gemuk. Tiba-tiba dia bangkit berdiri sambil mengeluarkan suara melengking nyaring. Pada saat rusa-rusa memanjangkan leher dengan kaget, mengangkat leher tinggi-tinggi sebelum kaki mereka meloncat, anak panah sudah dilepas oleh Temucin. Anak panah itu meluncur dan tepat menancap di dada, di bawah pangkal leher. Tepat sekali anak panah itu menembus jantung dan ketika enam ekor rusa yang lainnya sudah berloncatan tinggi dan jauh, rusa jantan yang menjadi sasaran itu roboh, menggelepar sebentar lalu terdiam mati. Dengan hati penuh rasa bangga dan gembira, Temucin lari menghampiri, lalu memanggul rusa itu kembali ke tempat di mana dia meninggalkan kudanya, dan tak lama kemudian dia sudah melarikan kudanya kembali ke pondok kakek Taktamuka dengan bangkai seekor rusa di punggung kuda, melintang di depannya. Bukan hanya daging rusa ini yang dapatkan untuk bekal makanan mereka berdua, juga dia mencari air dan memasaknya, mencari daun-daun dan tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan sayur. Sementara itu, kakek Taktamuka mulai membakar Batu Asmara dan betapa heran dan gembiranya ketika Baja Dewa Hijau atau Batu Asmara itu menjadi merah setelah dibakar setengah hari lamanya! Padahal dahulu, benda ini tidak dapat merah sama sekali setelah dibakar selama lima hari lima malam!
Tahulah kakek yang berpengalaman ini bahwa seperti yang pernah didengarnya dalam dongeng, benda ini baru dapat dibakar, dan menjadi lunak setelah disiram oleh darah sepasang merpati, sepasang kekasih yang saling mencinta!
Dan dia pun dapat menduga banwa warna merah yang menembus benda berwarna kehijauan itu pastilah darah yang dimaksudkan itu. Akan tetapi dia tidak mau bertanyaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanya hanya bersorak di dalam dapurnya hingga Temucin menjadi tertarik menjenguk ke bengkel atau ke dapur itu
"Berhasil! Aku akan dapat membuatkan sebatang pedang dari baja aneh itu sekarang!" Kakek itu berseru dengan gembira dan bangga. Tidak ada kebanggaan dan kesenangan yang lebih besar dari seorang seniman daripada melihat karyanya berhasil baik! Ada semacam kepuasan dan kebanggaan diri yang bukan kesombongan, bangga bahwa dia telah terpilih untuk menjadi pelaksana kekuatan dan kemampuan yang langka itu.
Kakek itu memang luar biasa. Dia bekerja siang malam tanpa berhenti, kecuali kalau perutnya lapar sekali dan dia perlu makan, dilayani oleh Temucin. Hubungan mereka menjadi akrab. Taktamuka merasa kagum kepada pemuda itu yang benar-benar telah memegang janji dan menyediakan segala keperluannya, sebaliknya Temucin juga kagum kepada kakek itu, kagum melihat
kepandaiannya, kemampuannya dan juga semangatnya yang amat besar. Seorang dengan semangat seperti itu akan mampu melakukan apa saja untuk membuat usahanya berhasil dan diam-diam dia mencatat dalam hatinya untuk mencontoh semangat kakek itu.
Biarpun kakek Taktamuka bekerja siang malam dengan tekun, namun setelah sebulan lamanya, barulah pedang itu jadi! Sebatang pedang yang sinarnya berkilauan, mengeluarkan cahaya kehijauan dan tajam kedua matanya, juga runcing dan terutama sangat keras. Kalau disentil dengan kuku jari, mengeluarkan bunyi seperti emas atau perak aseli. Akan tetapi Taktamuka hanya ahli membuat pedang dan tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk membuat sarung pedang itu hanya pekerjaan para tukang hias demikian pendapatnya sehingga ketika dia menyerahkan pedang itu kepada Temuci hanya pedangnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang indah, akan tetapi gagang pedang dan sarungnya terbuat dari kayu sederhana saja.
"Orang muda yang gagah, aku mengucapkan selamat kepadamu telah memiliki pedang ini. Aku sendiri sudah merasakan getaran pengaruhnya yang ampuh sekali.
Tidakkah engkau juga merasakan selama berada di sini sebulan lamanya ini?"
Temucin mengangguk, karena memang perasaan itu membuatnya sering termenung mencari sebabnya. Kiranya hawa pedang ini yang menjadi sebab!
"Apa yang kaurasakan?" Kakek itu bertanya, ingin meyakinkan.
"Entah mengapa, selama beradu di sini aku merasa tenteram dan damai, dan yang ada hanya perasaan kagum dan suka kepadamu, Paman. Seolah-olah lenyap semua kekerasaan yang berada dalam hatiku, dan aku merasa hidup begini indah dan penuh kedamaian."
"Itulah hawa pedang ini yang memengaruhi kita, anakku! Pedang ini memang pantas dinamakan Pedang Asmara, dan sekarang aku mengerti mengapa Baja Dewa Hijau ini oleh bangsa Mongol dinamakan Batu Asmara.
Kiranya memang mengandung hawa yang melunakkan hati manusia, tentu mendekatkan perasaan cinta antara dua orang berlawanan kelamin, dan mendatangkan kedamaian dalam hati orang yang dekat dengannya. Sebatang pedahg pusaka yang tiada keduanya! Semoga engkau berbahagia dengan pusaka ini, Temucin. Akan tetapi, ingin sekali sekarang aku mengetahui, apakah warna merah yang menodai Batu Asmara itu sehingga dia dapat dilunakkan dalam api?"
Dengan singkat Temucin menceritakan tentang Harkai dan Bailun yang membunuh diri dengan Batu Asmara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena perjodohan mereka dihalangi, dan betapa batu yang berlumur darah itu dibiar menggeletak tanpa dipedulikan orang maka lalu diambil dan disimpannya berapa tahun lamanya.
Mendengar itu kakek Taktamuka mengangguk-angguk.
"Sudah kuduga..... kiranya kekebalannya terhadap kobaran api ditawarkan oleh darah sepasang kekasih, dan darah sepasang kekasih itu memperkuat hawa cinta yang tersebar dari benda itu! Simpanlah pedang ini baik-baik, anakku, dan jangan salah gunakan. Kalau pedang itu terjatuh ke dalam tangan seorang pria yang suka mempermainkan wanita, akan berbahaya sekali dan setiap orang wanita akan mudah ditundukkan olehnya. Akan tetapi kulihat engkau bukan pria seperti itu, engkau seorang yang gagah perkasa dan pantas menjadi seorang besar, bukan seorang laki-laki hamba nafsu berahi."
Temucin menerima pedang sambil memberi hormat.
"Paman, aku seorang yang miskin. Pembayaran apakah yang dapat kuberikan untuk membalas jasamu ini?"
Kakek itu tertawa. "Pembayaran" Aku tidak mengharapkan imbalan jasa darimu, orang muda, karena aku sudah menerima imbalan yang teramat besar dengan melihat pekerjaanku berhasil baik! Tidak tahukah engkau bahwa hawa pedang itu pula yang telah membuat aku suka mengerjakan pekerjaan itu dengan sukarela tanpa minta imbalan jasa" Hawa pedang itu bukan hanya mengandung dorongan kasih sayang dan berahi, namun juga melunakkan hati seseorang dan menghilangkan ketamakan dan kejahatan."
Memanah Burung Rajawali 34 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Harpa Iblis Jari Sakti 29

Cari Blog Ini