Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Bagian 5
Tiong Pay rubuh dalam keadaan penasaran sekali.
Waktu itu Bin An berdiri menghadapi si Toasuko dari murid
cie Tiong Pay. "Engkau katakan terus terang, siapa kah di antara muridmurid
cie Tiong Pay yang melukai dan membinasakan Lok Kie
Sicng ?" "Kau ?" suara Toasuko itu terdengar agak tergetar,
tampaknya ia kaget, walaupun ia dalam keadaan tertotok.
namun ia bisa bicara.
"Apakah engkau mengetahui siapa kelima murid cie Tiong
Pay yang telah membinasakan Lok Kie Siong dan isterinya ?"
tanya Bin An lagi.
"Siapa kau sebenarnya ?" tanya Toasuko itu dengan suara
tertahan kaget.
"Aku hanya seorang yang tidak bernama, tetapi hanya ingin
membuka tabir pembunuhan diri Lok Kie Siong..." menyahuti
Bin An- "Jika memang demikian, tentunya engkau... engkau...
memiliki hubungan dengan Lok Kie Siong ?"
"Benar... jika memang engkau berkata begitu, aku tidak
bermaksud menyangkalnya, Yang terpenting engkau harus
memberitahukan siapa kah kelima murid cie Tiong Pay yang
harus mempertanggung jawabkan kematian Lok Kie Siong...?"
"Aku... aku tidak tahu...."
"Jika memang engkau tidak bersedia menunjukkan siapa
adanya kelima murid cie Tiong Pay, maka engkau sendiri yang
akan mempertanggung jawabkannya... karena engkau akan
kusiksa..."
"Sungguh aku tidak tahu, sungguh aku tidak
mengetahuinya " kata Toasuko itu dengan suara yang
tergagap karena ia jadi ketakutan sekali mendengar ancaman
yang diberi kan Bin AnTetapi Bin An memang merupakan seorang yang sangat
pandai mengatur kata- kata, ia bilang: "Jika memang engkau
mau memperlihatkan siapa-siapa adanya kelima orang murid
cie Tiong Pay yang membunuh Lok Kie Siong, tentu engkau
akan kubebaskan dan tidak akan mengalami siksaan apapun
juga , namun jika memang engkau hendak melindungi kelima
orang murid cie Tiong Pay yang bersangkutan maka engkau
sendiri yang akan bersengsara "
Kemudian Bin An melangkah maju setindak demi setindak
mendekati Toasuko itu. Muka Toasuko dari para murid cie
Tiong Pay tersebut berobah pucat. "Aku... aku sungguhsungguh
tidak mengetahuinya "
"Hemmm, jika engkau tetap tidak ingin
memberitahukannya, terpaksa aku akan turun tangan tidak
kenal kasihan lagi " dan setelah berkata begitu, Bin An
melangkah lebih mendekati.
Dan waktu itu, Toasuko tersebut tampaknya kian ketakutan
Bin An telah melihatnya.
"Dan jika memang engkau tetap menutup mulut, aku akan
menotok beberapa jalan darah mu, kelak engkau akan
bercacad dan menderita "
Mendengar ancaman yang diberikan Bin An, tubuh Toasuko
itu jadi gemetaran, karena ia membayangkan, jika sampai
jalan darah terpenting ditubuhnya ditotoki oleh Bin An, tentu
akan membuat ia bercacad seumur hidup,
"Aku... aku... sungguh-sungguh tidak mengetahuinya...
engkau bisa menanyakan langsung kepada ciangbun kami..."
Waktu Toasuko tersebut tengah berkata2 demikian, dari
dalam rumah yang menjadi markas cie Tiong Pay tersebut,
keluar belasan orang murid cie Tiong Pay. Dan mereka
melangkah perlahan mendekati Bin An seCara diam2, dengan
senjata terhunus ditangan, kemudian merekapun telah
melancarkan tikaman dan tabasan yang kuat.
Bin An mendengar berkesiuran angin serang yang tajam
dan cepat sekali, ia berkelit dengan ringan.
Waktu tangan Bin An ber-gerak2, maka tubuh murid2 cie
Tiong Pay tersebut telah terpental keras sekali, sehingga
tampaknya mereka seperti juga daun2 kering saja yang
berterbangan diudara, kemudian rontok ambruk ditanah.
Keadaan seperti ini membuat hati Toasuko itu jadi ciut saja,
karena semula ia mengharapkan murid2 cie Tiong Pay
tersebut berhasil menolongi dirinya dengan melancarkan
serangan membokong kepada Bin An- Namun ia jadi keCele,
karena justru semua murid cie Tiong Pay tersebut telah dibuat
terpental oleh Bin AnSedangkan Bin An sendiri telah menghadapi Toasuko itu,
katanya dengan suara mengandung ancaman "cepat engkau
katakan, apakah memang ciangbunjin kalian yang mengetahui
urusan ini ?"
Toasuko itu mengangguk. "Benar..." katanya.
Bin An menendangkan kaki kanannya ke-pinggang Toasuko
tersebut membuka totokan urat darah kakunya.
"Kau pergilah melaporkan kepada ciang bunjinmu dan
minta ia keluar menemui aku.... jika memang benar apa yang
kau katakan, maka engkau akan kubebaskan dari totokan
yang mematikan, tetapi jika memang engkau berbohong,
maka totokan yang masih terdapat dibeberapa jalan darahmu
itu tidak akan kubuka, selain dari aku sendiri yang
membukanya, tentu tidak ada orang lain yang sanggup
membukanya "
Toasuko tersebut jadi terkejut sekali, dengan ketakutan ia
berlari memasuki gedung markas cie Tiong Pay dan kemudian
melaporkan segalanya kepada ciangbunjinnya.
Tidak lama kemudian ia keluar lagi dengan diiringi seorang
lelaki tua yang sudah lanjut usianya, tetapi tubuhnya masih
gagah dan juga mukanya masih merah segar, walaupun
usianya telah lanjut.
Waktu tiba diluar, orang tua tersebut merangkapkan
tangannya, ia menjura memberi hormat.
"Kongcukah yang mencariku siorang tua ?" tanyanya. Bin
An menganggukkan kepalanya.
orang tua itu, yang menjadi Ciangbunjin dari cie Tiong Pay
tersebut tersenyum.
"Aku siorang tua she Bun sangat heran melihat bahwa
engkau mencariku, ada urusan penting apakah yang hendak
engkau sampaikan-...?" tanya orang tua itu lagi, suaranya
Cukup sabar. "Hemm, aku hanya hendak menanyakan siapakah kelima
murid cie Tiong Pay yang telah membinasakan Lok Kie Siong
suami isteri ?" orang tua itu telah merangkapkan kedua
tangannya lagi.
"Siapakah sebenarnya Kongcu dan masih terdapat
hubungan apakah dengan keluarga Lok Kie Siong ?" tanyanya
dengan suara yang tetap sabar.
"Aku tidak memiliki hubungan apa2 dengan orang she Lok
itu, aku hanya ingin menegakkan keadilan karena mereka
suami isteri telah dianiaya dengan kejam sampai menemui
kematiannya, menurut murid kepalamu itu, ia mengatakan
engkau yang mengetahuinya . . . "
ciangbunjin dari cie Tiong Pay membawa sikap yang
tenang. "Benar . . . memang Lohu yang mengetahuinya dan juga
dalam hal ini tentunya Kongcu tidak mengerti dan belum
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya."
"coba kau Ceritakan, aku nanti mempertimbangkannya "
kata Bin AnTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Jika memang engkau mengetahui duduk persoalannya,
tentu engkau tidak akan mempersalahkan pihak kami..." kata
ketua dari cie Tiong Pay tersebut, sikapnya tetap tenang. Bin
An mengawasinya.
"Urusan sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian ?"
tanya Bin An- "Dan mengapa orang2 cie Tiong Pay
menurunkan tangan begitu kejam pada Lok Kie Siong bersama
istrinya tersebut ?"
"Kami sebenarnya tidak bermaksud menurunkan tangan
kejam padanya, tetapi justru sayangnya mereka berdua suami
isteri sama sekali tidak mau mengerti dan tidak mau
mengembalikan kitab pusaka kami, sehingga kami terpaksa
menurunkan tangan keras pada mereka, barulah kitab pusaka
kami bisa diambil dari tangan mereka..."
Waktu berkata begitu, orang tua tersebut yang menjadi
ketua cie Tiong Pay mengawasi Bin An dengan sorot mata
yang tajam, Bin An tersenyum.
"Tetapi justru menurut pengakuan yang diberikan oleh Lok
Kie Siong, bahwa kalian yang menginginkan kitab pusakanya
dan merampasnya dengan kekerasan dan kekejaman..."
katanya. Mendengar demikian, orang she Bun yang menjadi
ciangbunjin dari cie Tiong Pay tersenyum.
"Memang urusan bisa diputar balik . . ." katanya
"Tetapi yang pasti, bahwa orang2 cie Tiong Pay
menurunkan tangan terlalu keras dan kejam pada Lok Kie
Siong dan isteri nya.... bukankah kitab pusaka itu masih bisa
diambil pula dengan Cara lain yang lebih bijaksana...?"
"Hmm, anak muda, engkau masih tidak mengerti betapa
pentingnya kitab pusaka kami itu .. . . " kata orang she Bun
tersebut "Jika memang demikian, maafkanlah, justru aku hendak
diberitahukan siapakah kelima murid dari cie Tiong Pay yang
menurunkan tangan begitu kejam pada Lok Kie Siong dan
isterinya "
ciangbunjin dari cie Tiong Pay itu berkata sambil tertawa
tawar: "Sayang sekali, aku tidak bisa memenuhi
permintaanmu itu..."
"Kalau memang demikian, tentu engkau yang bersedia
menanggung semuanya..." kata Bin An.
"Dengan senang hati Lohu akan menanggung semuanya
itu, dan memang Lohu juga tidak mengerti, mengapa kau
telah mengobrak abrik murid- murid ku itu ?"
"Aku hanya hendak mengetahui siapakah diantara muridmurid
cie Tiong Pay yang menurunkan tangan kejampada Lok
Kie Siong, tidak lebih dari itu...." menyahuti Bin An-"Nah, jika
memang engkau tidak keberatan untuk menanggung
semuanya itu, baiklah aku yang muda terpaksa meminta
pengajaran dari kau si orang tua....." Sambil berkata begitu,
Bin An mengambil sikap menantang.
orang she Bun yang jadi ciangbunjin dari cie Tiong Pay
memperdengarkan suara tertawa perlahan lalu katanya: "Anak
muda, apakah engkau tidak akan menyesal karena
mencampuri urusan yang bukan menjadi urusanmu ?"
Bin An menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak akan menyesal, demi keadilan aku tetap dengan
pendirianku....." kata Bin An.
orang she Bun itu menghela napas.
"Baiklah, Lohu akan main beberapa gebrakan denganmu,"
dan orang she Bun itu telah mempersiapkan diri dengan kedua
tangan direntangkan.
Melihat orang akan segera melancarkan serangan, diwaktu
itu Bin An juga telah memusatkan sinkangnya pada kedua
telapak tangannya.
Gerakan yang dilakukan oleh orang she Bun itu tidak hanya
sampai disitu, dengan di barengi suara bentakannya yang
Cukup nyaring kemudian tangan kiri dan tangan kanannya
bergerak berbareng akan mencengkeram. Bin An segera
mengelak. Tiga kali Bin An mengelak dari Cengkeraman tangan orang
she Bun tersebut. Setiap gerakan yang dilakukan oleh
Ciangbun tersebut memang cukup berbahaya dan bisa
mematikan, namun Bin An selain memiliki sinkang yang tinggi, juga ia
memiliki ginkang yang cukup lihay.
Dengan demikian ia bisa bergerak dengan lincah sekali,
berulang kali menerobos kekiri dan ke kananorang
she Bun itu terkejut juga , karena ia melihat gerakan
Bin An yang begitu cepat, di samping tubuhnya yang
berkelebat-kelebat dengan ringan sekali.
Setiap tenaga cengkeraman ciangbunjin cie Tiong Pay itu
memang cukup kuat, namun Bin An mengandalkan
kegesitannya ia dapat berkelit kesana kemari dengan lincah.
orang she Bun itu semakin lama jadi semakin penasaran,
karena melihat beberapa kali usahanya untuk dapat
mencengkeram lawannya gagaL
Ia telah merobah cara menyerangnya, kini tangannya
bergerak2 akan menotok beberapa jalan darah ditubuh Bin
An- Namun seperti tadi, Bin An tetap bergerak gesit dan tidak
mudah untuk dirubuhkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian mereka telah bertempur sebanyak
belasan jurus, Tetapi selama itu Bin An lebih banyak hanya
mengelakkan diri saja, karena ia ingin melihat dulu sampai
berapa tinggi sesungguhnya kepandaian yang dimiliki orang
she Bun yang jadi ciangbunjin dari pintu perguruan Cie Tiong
Pay tersebut. Setelah bertempur sesaat lamanya pula, Bin An sudah
memutuskan bahwa ia harus mempergunakan tenaga
sinkangnya untuk memberikan perlawananKetika orang she Bun tersebut tengah melancarkan
terjangan lagi, Bin An tidak mengelak.
hanya waktu tenaga terjangan lawannya hampir tiba, Bin
An memapak dengan mempergunakan sinkangnya, dan dia
berhasil menghalau tenaga serangan yang dilancarkan oleh
ciangbunjin dari cie Tiong Pay tersebut.
Setiap gerakan yang dilakukan oleh mereka selain sama2
cepat, juga mengandung kekuatan sinkang yang sama
tangguhnya. Tetapi setelah bertempur lagi sebanyak dua puluh jurus,
akhirnya terlihat bahwa orang, she Bun dari cie Tiong Pay
tersebut terdesak oleh Bin An- Tidak jarang orang she Bun itu
hampir terkena serangan Bu Bin Anorang
she Bun itu mati2an mengerahkan tenaganya,
Namun disebabkan tenaga sinkang Bin An lebih tinggi
setingkat akhirnya orang tua she Bun tersebut menjadi
kewalahan juga .
Perlahan2, keadaan telah berobah dengan cepat, dan orang
she Bun itu beberapa kail melompat mundur dengan gelisah.
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Toasuko dari para murid cieTieng Pay yang melihat
keadaan ciangbunjinnya, mengawasi jalannya pertempuran itu
dengan hati yang gelisah.
Hal ini disebabkan ia yakin, tidak lama lagi ciangbunjinnya
akan segera dapat dirubuhkan Bin An, sedangkan saat itu saja
telah terdesak dengan hebat membuat orang she Bun itu
beberapa kali harus berusaha membendung tenaga terjangan
Bin An- "Engkau lebih baik mengatakan dan menunjukkan saja
siapa2 diantara murid cie Tiong Pay melakukan pembunuhan
terhadap Lok Kie Siong, agar mereka bisa mempertanggung
jawabkan perbuatannya . . . "
Tetapi sebagai seorang ciang bunjin sebuah pintu
perguruan, bagaimana orang she Bun tersebut bisa
menyebutkan murid2nya itu " Walaupun terdesak terus
menerus, namun ia tetap mempertahankan tidak membuka
mulut. Keadaan orang she Bun tersebut benar2 telah terancam,
karena semakin lama Bin An melancarkan terjangan yang
semakin kuat. Suatu kali, dengan melompat ketengah udara, tubuh Bin An
berjumpalitan sambil meluncur turun, kaki kanannya
menendang punggung orang she Bun itu.
Tendangannya itu meluncur secepat kilat sehingga orang
she Bun itu sama sekali tidak bisa mengelakkan diri. "Bukkk "
Tubuh orang she Bun itu terjungkel rubuh dan bergulingan
di atas tanah, dia mengeluarkan suara jerit kesakitan. Waktu
bangkit berdiri lagi, ia memuntahkan darah segar dua kali.
Muka orang she Bun itu jadi pucat,
"Kau... kau...." katanya dengan suara yang tergagap.
Bin An tersenyum sambil katanya: "Apakah engkau tetap
tidak hendak memberitahukan siapa-siapa kelima murid cie
Tiong Pay yang telah menganiaya dan membinasakan Lok Kie
Siong dan isterinya ?"
"Hemmm, engkau binasakanlah diriku, aku tidak akan
membuka mulut " menyahuti orang she Bun tersebut
Melihat sikap keras kepala yang terdapat pada diri
ciangbunjin cie Tiong Pay tersebut, Bin An tertawa dingin,
katanya dengan suara yang tawar: "Hemmm, baiklah, aku
ingin melihat apakah kelak engkau akan membuka mulut atau
tidak " Dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak tubuh
Bin An bergerak cepat sekali, ia menggerakkan kedua
tangannya dengan Cara di silang seperti menggunting,
sedangkan kedua kakinya ditekuk sedikit.
Dari kedua telapak tangan Bin An mengalir keluar kekuatan
tenaga sinkang yang luar biasa kuatnya, sehingga membuat
orang she Bun tersebut jadi terdesak mundur sebanyak empat
langkah. Kemudian pemuda ini menyusuli lagi dengan totokan jari
tangannya. Tapi dengan mati2an orang she Bun itu bisa
meloloskan diri dari Bu Bin AnSekarang, ciangbunjin cie Tiong Pay tersebut juga tidak
tinggal berdiam diam. Beberapa kali ia menggerakkan kedua
tangannya dan membalas menolak kedepanTenaga yang dipergunakannya memang tidak sekuat
tenaga menolak Bin An, namun ia berhasil membendung
lwekang Bin An yang menerjang dirinya.
Dalam keadaan demikian terlihat betapa Bin An berusaha
untuk melumpuhkan perlawanan ciangbunjin cie Tiong Pay,
karena kelak ia ingin mengorek keterangan dari mulut orang
she Bun tersebut.
Tetapi sebagai seorang ciangbunjin cie Tiong Pay,
tampaknya orang she Bun tersebut memang benar2 keras
kepala. Waktu itu terlihat, betapa tenaga yang dipergunakan
ciangbunjin cie Tiong Pay semakin lama jadi semakin lemah
dan perlahan, sedangkan terjangan yang dilakukan oleh Bin
An semakin lama semakin cepat dan juga semakin kuat,
tenaganya berkesiuran tidak hentinya.
Bin An beberapa kali mencoba untuk menundukkan orang
she Bun tersebut dengan mempergunakan kelunakan, yaitu
bermaksud hendak membujuknya, agar memberikan saja
keterangan yang diinginkannya.
Namun kenyataannya memang orang she Bun tersebut
terlalu keras kepala, ia tidak pernah mau menyerah dan tetap
memberikan perlawanan walaupun tenaganya mulai habis
karena terlalu banyak dikurasnya.
Bin An yang berusaha beberapa kali gagal membujuknya,
akhirnya karena sengit dan darahnya meluap melihat keras
kepalanya ciangbunjin cie Tiong Pay tersebut, ia menampar
dengan telapak tangan kanannya.
Kali ini Bin An mengerahkan tenaga lwe-kangnya sebanyak
enam bagian- Dengan mengeluarkan suara jeritan yang cukup keras,
tubuh orang she Bun itu terpental ketengah udara setinggi
empat tombak Toasuko dari murid cie Tiong Pay yang melihat tubuh
ciangbunjinnya meluncur akan terbanting, berusaha untuk
menanggapinya. Tetapi ketika tubuh ciangbunjinnya jatuh dalam
pelukannya, mereka berdua terguling diatas tanah. Bin An
tersenyum. "Apakah kalian masih tetap tidak mau memberitahukan
siapa2 adanya kelima murid cie Tiong Pay yang melakukan
pembunuhan kejam itu?"
orang she Bun tersebut dengan kedua tangan yang terasa
sudah tidak bertenaga, bangkit berdiri dan menghela napas
dalam2. ia melirik kepada si Toasuko, murid kepalanya itu,
dan baru berkata kepada Bin An"Jika memang hendak dibicarakan, kami benar2 mengalami
penasaran-.." katanya dengan suara yang mengandung sesal
dan penasaran- "Mengapa begitu...?" tanya Bin An"Karena kami telah difitnah dan justru engkau lebih kuat
dari kami, malah telah menekan kami "
"Hemmm, tetapi kukira, persoalan kitab pusaka yang
diperebutkan itu tidak begitu penting jika dibandingkan
dengan pembunuhan terhadap diri Lok Kie Siong dan
isterinya.."
"Tetapi, kami memang akan tetap dengan-pendirian kami,
tidak akan melayani kau karena engkau tidak memiliki
hubungan dengan keluarga Lok tersebut... sedangkan kitab
yang kami perebutkan itu memang kitab pusaka kami."
"Jika memang demikian, terpaksa aku akan mengambil
tindakan kekerasan, karena itu akupun akan mempergunakan
berbagai cara untuk memaksa engkau bicara.."
"Sayang sekali aku tidak bersedia untuk membuka mulut,
walaupun bagaimana sebagai seorang ciangbunjin, jelas aku
harus melindungi murid2 cie Tiong Pay, yang menjadi muridku
" dan setelah berkata begitu, orang she Bun tersebut
menghela napas berulang kali.
Sedangkan Bin An tertawa dingin"Baiklah, jika memang begitu keputusanmu terserah, tetapi
aku akan berusaha terus membuka tabir pembunuhan diri Lok
Kie Siong dengan caraku...jagalah seranganku "dan sambil
berkata begitu, Bin An menggerakkan tangan kanannya
dengan tubuh yang didoyongkan ke depanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Luar biasa kuatnya angin serangan yang menyambar
kearah orang she Bun itu, sehingga tanpa sempat
menangkisnya, tubuh orang she Bun tersebut terpental keras
sekali dan terb anting diatas tanah. orang she Bun itu bangkit
kembali. "Apakah engkau tetap tidak mau memberi tahukan siapa
kelima murid cie Tiong Pay yang telah membinasakan Lok Kie
Siong dan isteri- nya ?"
orang she Bun itu mengawasi Bin An dengan sorot mata
yang tajam, tetapi wajahnya puCat.
"Bunuhlah aku..." katanya dengan suara yang tidak begitu
jelas. "Mengapa engkau yang harus dibinasakan orang2 yang
melakukan kejahatan dan ketelengasan adaiah kelima orang
murid mu, maka mereka yang harus mempertanggung
jawabkan perbuatannya itu..."
"Hemmm, jika memang demikian, mengapa harus engkau
mendesak aku demikian rupa, bukankah urusan Lok Kie Siong
telah selesai..."
"Memang benar telah selesai, mereka telah binasa, tetapi
dalam hal ini tentu saja mereka dengan hati penasaran dan
harus dicarikan pembalasan terhadap pembunuh mereka,
setidaknya harus diketahui juga siapa yang telah berlaku
begitu kejam padanya dan juga apa sebabnya.."
orang she Bun tersebut menghela napas lagi.
"Engkau terlalu usil mencampuri urusan orang lain "
katanya, "Benar, tetapi justru ini demi keadilan, Maka jika engkau
hendak membela keadilan, engkau harus menunjukkan siapasiapa
adanya kelima murid cie Tiong Pay yang menurunkan
tangan begitu kejam pada Lok Kie Siong dan isterinya..."
orang she Bun itu semakip pucat wajahnya.
"Baiklah," katanya kemudian, "Perlu kujelaskan, walaupun
tubuhku hancur, aku tidak akan memberitahukan siapa
adanya mereka, karena mereka semua melakukan hal itu atas
perintahku, maka dengan demikian berarti aku yang harus
mempertanggung jawabkannya "
Dan setelah berkata begitu, orang she Bun tersebut
membusungkan dadanya, katanya lagi:
"Nah, jika memang engkau hendak membinasakan diriku,
bunuhlah "
Tetapi Bin An tertawa mengejek.
"Aku tidak akan semudah itu membinasakan dirimu,"
katanya, "sekarang justru memang aku hendak memaksamu,
walaupun bagaimana engkau harus memberitahukan siapa ke
lima murid mu yang melakukan pembunuhan itu.."
Dan sebelum kata- kata nya itu habis diucapkan, Bin An
menggerakkan tangannya.
"Wutttt "dari telapak tangannya menyambar angin yang
kuat sekali. orang she Bun itu berusaha mengelakkan diri, namun
gagal, kembali tubuhnya terpental.
Begitulah beberapa kali, ia terpental dan bangun kembali,
tetapi ia tetap tidak mau membuka mulut.
Bin An kewalahan juga oleh sikap keras kepala ciangbunjin
Cie Tiong Pay tersebut.
"Kalau memang terpaksa, aku akan mempergunakan cara
lain untuk mengorek keterangan darimu," ancam Bin An. Bun
ciangbun tersebut menghela napas.
"Sayang sekali engkau memusuhi cie Tiong Pay tanpa
mengetahui urusan yang sebenarnya " katanya, "Dan tentunya
urusan kali ini tidak akan disudahi begitu saja oleh orangorang
cie Tiong Pay"
Tetapi Bin An tidak jeri oleh gerta kan tersebut, ia berkata :
"Aku sengaja datang kemari untuk menemui sebagai ketua cie
Tiong Pay, namun sayang engkau sebagai seorang ciangbunjin
dari sebuah pintu perguruan tidak memiliki pengertian dan
kebijaksanaan, maka dari itu walaupun bagaimana, aku akan
menghadapi apapun yang akan terjadi.."
Muka orang she Bun memperlihatkan sikap sungguhsungguh.
"Tetapi engkau akan menghadapi tetua-tetua cie Tiong
Pay, yang kebetulan sekarang ini tidak berada ditempat...
dengan demikian bukankah engkau membuka kesempatan
untuk menimbulkan kekaCauan ?" Bin An tersenyum.
"Justru aku menginginkan pengertian dari kau sendiri. Jika
memang engkau mau menyebutkan siapa-siapa kelima murid
cie Tiong Pay tersebut, dan juga bersedia menghukum mereka
dengan peraturan yang terdapat dalam pintu perguruanmu,
aku tidak akan mencampuri urusan ini lagi "
MENDENGAR perkataan Bin An yang terakhir orang she Bun
tersebut berpikir sejenak lamanya, wajahnya murung sekali.
Namun akhirnya ia menyahuti:
"Baiklah", katanya. "Jika memang demikian halnya, aku
akan menuruti keinginanmu.." dan setelah berkata begitu, ia
bertanya lagi : "Maksudmu, agar kami pihak cie Tiong Pay
yang menghukum murid2 kami itu " Dan juga dalam hal ini
tentunya engkau juga tidak akan mencampuri urusan kami
lagi ?". Bin An mengangguk.
"Tepat...jika saja pihak perguruan cie Tiong Pay memang
melakukan tindakan demi keadilan dan juga menghukum
murid2-nya dengan peraturan yang terdapat dalam pintu
perguruan ini, tentu aku Bin An tidak akan mencampuri urusan
ini lagi, semuanya kuserahkan kepada kau atau pintu
perguruanmu...".
orang she Bun tersebut menghela napas lagi, ia berkata
dengan suara yang tawar: "Baiklah, engkau akan menyaksikan
bagaimana nanti cie Tiong Pay mengadili kelima murid nya "
Lalu orang Bun tersebut perintahkan murid kepalanya agar
pergi mengambil semaCam obat, Tidak lama kemudian murid
kepala itu telah keluar lagi dengan membawa semaCam obat
pulung, yang diberikan kepada gurunya, yang segera ditelah
oleh orang she Bun tersebut.
obat ini memang untuk mengurangi rasa sakit akibat
terluka didalam, dimana ia berulang kali terserang oleh
telapak tangan Bin An-"Mari ikut aku kedalam..." kata orang
she Bun tersebut kepada Bin An- Bin An mengangguk dan
mengikuti ciangbunjin tersebut dari belakang.
Ketika tiba diruang dalam dari markas cie tiong Pay, Bin An
melihat sebuah ruangan yang mewah dan luas, dimana
terlihat dua buah meja tersusun rapih, Bahkan ketika orang
she Bun yang jadi ciangbunjin cie Tiong Pay memerintahkan
agar mempersiapkan hidangan di atas kedua meja tersebut.
Selama itu Bin An hanya berdiam diri saja dan telah
mengawasi semua yang ada, karena ia yakin bahwa orang she
Bun tersebut tentu tidak akan mau mengadili kelima orang
muridnya itu. Setelah hidangan siap. orang she Bun tersebut
mempersilahkan Bin An untuk bersantap.
Waktu itu orang she Bun tersebut berkata dengan suara
yang mengandung sesal dan penasaran: "Seharusnya, dipintu
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perguruan cie Tiong Pay tidak terdapat orang luar yang
mencampuri urusan didalam pintu perguruan kami, tetapi
karena memang telah terlanjur aku menyanggupi untuk
menyidangkan kelima orang murid Cie Tiong Pay yang
melakukan pembunuhan terhadap Lok Kie Siong suami isteri,
aku bersedia mempersilahkan Kongcu untuk menyaksikannya,
siapakah nama selengkapnya dari Kongcu ?"
"Aku she Bu dan bernama Bin An-" menjelaskan Bin An
tanpa bermaksud menyembunyikan she dan namanya.
"Bu Kongcu, kelima orang murid kami itu semuanya dari
tingkat ketujuh " kata ciangbunjin tersebut dengan suara yang
datar. Bin An mengangguk.
"Aku telah mengetahuinya, memang mereka semuanya
berlima merupakan murid cie Tiong Pay tingkat ketujuh..."
Mendengar ini orang she Bun tersebut tampaknya terkejut,
wajahnya juga memancarkan keheranan yang sangat, sampai
akhirnya ia bertanya: "Dari mana Bu Kongcu mengetahui hal
tersebut.. apakah ada salah seorang murid kami yang
memberitahukan kepada Bu Kongcu ?"
Bin An menggeleng.
"Bukan, bukan murid cie Tiong Pay yang memberitahukan
tetapi justru Lok Kie Siong sendiri memberitahukan
kepadaku..."
"ohhh..." dan orang she Bun tersebut menghela napas,
sampai akhirnya ia berkata: "Jika memang demikian halnya,
baiklah... mari kita mulai..."
"Tunggu dulu, Bun ciangbunjin... siapakah adanya kelima
murid cie Tiong Pay yang melakukan pembunuhan terhadap
Lok Kie Siong dan isterinya ?"
"Mereka menduduki tingkat ketujuh semuanya memakai
kata cit didepan nama mereka masing2, mereka bernama cit
Lung Kie, cit Bun, cit Liang dan cit Kong. Kelima murid itulah
yang telah kuperintahkan untuk merebut kitab pusaka kami
dari tangan Lok Kie Siong, tetapi dengan pesan agar mereka
berusaha sedapat mungkin merebut kitab itu sebaik2nya, yaitu
tanpa menimbulkan korban, Namun bukan berarti aku tidak
mengijinkannya, jika memang mereka dalam keadaan
terdesak. mereka. boleh saja melakukan pembunuhan untuk
membela diri... jadi seluruh tanggung jawab yang ada pada
mereka ditanggung olehku semuanya.." Bin An tersenyum.
"Baiklah, apakah kelima murid cie Tiong Pay itu telah
memberikan laporan selengkapnya mengenai hasil yang
mereka Capai itu?" tanya Bin An kemudian-orang sheBun
tersebut mengangguk.
"Ya... memang mereka telah memberitahukan bahwa
mereka berhasil merebut kitab pusaka dengan melukai suami
isteri tersebut, namun... mereka tidak melaporkan bahwa
pasangan suami isteri itu binasa ditangan mereka.."
Bin An kembali tersenyum, sikapnya tenang sekali.
"Justru mereka terbinasa dengan cara yang mengenaskan
sekali, dimana mereka terluka parah dan tubuh mereka penuh
oleh luka... dengan demikian, tentu saja hal ini mendatangkan
perasaan tidak mengerti dihati Siauwte, mengapa murid cie
Tiong Pay bisa melakukan urusan yang demikian kejam.."
Dan sambil berkata begitu, Bin An telah menyapukan
matanya kepada orang2 cie Tiong Pay yang berkumpul disitu,
sedangkanBun ciang bunjin telah menghela napas sambil
katanya: "Baiklah, mari kita mulai.."
Dengan segera orang she Bun itu menoleh kepada murid
kepalanya, Toasuko dari murid cie Tiong Pay, sambil katanya:
"Pergi engkau memanggil mereka berlima..."
Toasuko dari murid2 cie Tiong Pay mengiyakan, dan telah
berlalu cepat sekali, Tidak lama kemudian ia kembali bersama
lima orang murid cie Tiong Pay, yang namanya tadi
disebutkan sebagai cit Lung Kie, cit Bun, Git tiong-sie, cit Liang
dan cit Kong. Mereka berlima merupakan lima orang yang berusia
disekitar tiga puluh tahun, tubuh mereka gagah dan
tampaknya sehat sekali, namun justru sikap mereka
memperiihatkan perasaan kuatir.
Kemudian kelima orang tersebut berlutut memberi hormat
kepada ciangbunjinnya.
orang she Bun itu tersenyum, sambil katanya: "Baiklah,
kalian telah memberikan laporkan kepadaku, bahwa kalian
melukai Lok Kie Siong bersama lsterinya, berhasil merebut
kitab pusaka kita...tetapi mengapa kalian tidak
memberitahukan bahwa mereka terbinasa ?".
Muka kelima orang murid cte Tiong Pay tersebut pucat dan
takut2. "Kami... kami terpaksa menurunkan tangan keras, karena
mereka berdua memberikan perlawanan yang gigih, Maka dari
itu, dengan demikian kami terlepasan dan terlanjur
menurunkan tangan keras kepada mereka."
Sedangkan orang she Bun tersebut berkata dengaA suara
yang tawar, "Kalian memang bukan dipersalahkan seluruhnya,
hanya justru kalian tidak melaporkan bahwa kalian telah
terlanjur membinasakan kedua orang itu... seharusnya urusan
ini di tanggung olehku, karena aku yang telah mengutus
kalian-.. tetapi sayangnya sekarang aku tidak sanggup untuk
melindungi kalian, terpaksa aku menuruti permintaan dari Bu
Kongcu untuk mengadili kalian "
Muka kelima murid cie tiong Pay tersebut berobah tambah
pucat, "Bun ciangbun... dalam hal ini... kami.... kami
melaksanakan perintah dari Ciangbun belaka... dan... kami.."
Tetapi belum lagi mereka berkata habis, waktu itu Bin An
berkata dengan suara yang dingin, katanya: "Jika memang
kalian memiliki hati dan sifat yang baik, tentu engkau
semuanya tidak akan menurunkan tangan sekejam itu... tetapi
karena memang kalian berlima memiliki sifat yang buruk dan
kejam, tanpa segan2 kalian telah menurunkan tangan begitu
kejam pada Lok Kie Siong dan isterinya, oleh sebab itu pula
kalian harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian-.."
Waktu berkata demikian, Bin An memperlihatkan sikap
yang sengit, dari matanya yang memancarkan sinar tajam
membentur kelima pasang mata dari kelima murid cie Tiong
Pay tersebut. Kelima murid cie Tiong Pay menundukan kepalanya,
mereka tidak berani menentang mata Bin An"Nah, kita mulai dengan cit Lung Kie, kau yang waktu itu
bertindak sebagai pemimpin... karena itu segalanya harus
dipertanggung jawabkan oleh kau.. tentu saja hukuman yang
akan engkau terima jauh lebih berat dari keempat orang
kawan seperguruanmu. . . "
Muka cit tiong Kie berubah pucat, tetapi ia telah
menganggukkan kepalanya sambil berlutut, katanya: "TeCu
(murid) menantikan perintah ciangbunjin.."
"Baiklah, karena kalian berlima telah melenyapkan dua jiwa
manusia, kalian harus menerima hukuman dikurung selama
dua tahun tidak boleh keluar dari kamar kurungan...
sedangkan keempat Saudara Seperguruanmu, yaitu cit Bun,
cit tiong Sie, cit Liang dan cit Kong, harus mendekam dalam
kamar tahanan selama satu tahun setengah.."
Mendengar disebutnya hukuman yang akan diterima oleh
kelima murid cie Tiong Pay, Bin An tertawa bergelak-gelak.
"ohh sungguh sandiwara yang baik Sandiwara yang baik
sekali" katanya kemudian-Muka orang she Bun berobah
merah. "Mengapa Bu Kongcu berkata begitu" Apakah hukuman
yang kujatuhkan kepada muridl cie Tiong Pay kami ini kurang
berat..." "Apa manfaatnya hukuman itu jika memang hanya untuk
dikurung sebab melenyapkan dua jiwa manusia" tentu saja
hukuman kurungan seperti itu tidak ada artinya, oleh karena
ini, sekarang juga aku yang akan menjatuhkan hukuman
kepada mereka."
Muka Bun ciangbun jadi berubah, ia bilang: "Seumur hidup
Lohu Bun Shang Lie tidak pernah diperhina sampai demikian
rupa... jika memang kau telah mendesak diriku, hemm,
hemm, aku tentu tidak bisa terus menerus menerimanya
keinginanmu. Kukira hukuman yang kujatuhkan kepada kelima
murid kami ini telah lebih dari pantas, mengingat bahwa kitab
pusaka yang direbutnya itu adalah kitab pusaka milik kami."
Bin An tertawa tawar.
"Aku tidak bisa mempercayai kata2 dan tindakanmu, Bun
ciangbun-.. engkau ternyata berat sebelah dalam menjatuhkan
hukuman- Maka aku hanya hendak minta kepadamu agar
diberikan kesempatan untuk menghukum mereka berlima
dengan caraku..."
Muka orang she Bun itu berubah. "Mana boleh begitu?"
katanya. "Terserah kepada Bun ciangbun.." kata Bin An- "Jika
memang Bun ciangbun keberatan dengan permintaanku tentu
urusan kita akan ber-larut2."
"Hemmm, jika demikian terpaksa aku tidak bisa menerima
keinginanmu.."
"Kalau saja memang terdapat pertentangan diantara kita,
jelas hal ini akan membuat pihak kita berdua tidak enak..."
Tetapi orang she Bun tersebut tersenyum.
"Aku telah mengalah cukup banyak. selaIu menuruti
keinginan Bu Kongcu... namun kenyataannya Bu Kongcu selalu
mengajukan permintaan yang berlebih2an."
Dengan demikian, timbul perdebatan yang menjurus
kepertengkaran lagi.
Sedangkan muka Bun Shang Lie dari cie Tiong Pay berobah
jadi merah padam, ia memang telah mengalah banyak. dan
menurut pantasnya, ia memang harus dihormati. Dan menurut
perasaannya, tindakan yang dilakukan oleh Bu Bin An
merupakan tindakan yang berlebihan yang terlalu mendesak
dirinya. Bin An waktu itu berkata lagi:
"Jika memang Bun ciangbun tidak bisa menyetujui usulku
itu, terpaksa aku akan mengambil jalanku sendiri lagi" kata Bin
An dan kemudian sambungnya: "Apakah Bun ciangbun tidak
akan menyesal jika kelak ada murid cie Tiong Pay yang harus
jatuh menjadi korban-..?"
Dan karena mendengar perkataan Bu Bin An yang
mengandung ancaman seperti itu, tampak Bun Shang Lie
semakin tidak senang.
Mungkin disebabkan amarahnya, tahu-tahu iamenggerakkan
tangan kanannya, ia telah menepuk meja
dengan keras, sehingga Cawan dan mangkok beterbangan
keatas. "Bu Kongcu keterlaluan " katanya kemudian, "Dengan
mendesak kami terus menerus seperti ini, berarti Bu Kongcu
memang sengaja tidak hendak memberi muka kepada kami,
pihak cie Tiong Pay "
Bin An tertawa.
"Kukira justru Bun ciangbun sendiri yang mencari-cari
urusan jadi berbelit demikian sesungguhnya jika saja Bun
ciangbun mau menjatuhkan hukuman yang pantas, kepada
kelima murid cie Tiong Pay, jelas aku tidak akan memberikan
tentangan apa-apa kepada pihak kalian. Sekarang, coba
bayangkan kelima orang pembunuh itu adalah murid2 cie
Tiong Pay yang memang melakukan perintah dari kau sendiri,
dan sekarang engkau yang mengadilinya, jelas mereka
memperoleh keringanan yang banyak sekali. Tetapi biarpun
demikian, jika memang hukuman yang engkau jatuhkan itu
cukup pantas, aku tidak akan menimbulkan banyak keributan.." Bun Shang Lie rupanya sudah tidak bisa menahan sabarnya
lagi, ia berkata dengan berang: "Lalu tindakan apa yang
dikehendaki oleh Bu Kongcu?"
"Tentu saja agar kelima orang pembunuh itu menerima
hukuman yang pantas.." menyahuti Bin An"Apakah hukuman yang kujatuhkan itu kurang pantas ?"
tanya Bun Shang Lie.
Bin An menggeleng, "Ya " katanya.
"Jika demikian, apa yang dikehendaki oleh Bu Kengcu?"
tanya Bun Shang Lie pula.
"Aku yang ingin mengadili mereka.."
"Hukuman apa yang hendak dijatuhkan oleh kau terhadap
kelima murid itu..?"
"Memusnahkan ilmu silat mereka..." menyahuti Bin An
dengan suara yang tegas.
"Memusnahkan ilmu silat mereka ?"
Muka Bun Shang Lie jadi berobah merah dan pucat
bergantian, sambil katanya kemudian dengan suara
mengandung kemarahan.
"Jika memang demikian halnya, tentu Bu Kongcu bertindak
keterlaluan sekali "
Bin An tersenyum tawar.
"Untuk keselamatan orang banyak. agar kelima orang yang
bertangan telengas ini tidak melakukan kejahatan lagi "
menyahuti Bin An"Mengapa harus begitu, bukankah dengan memberikan
hukuman kepada mereka, dikurung didalam kamar tahanan
selama dua tahun, itu sudah merupakan pelajaran yang cukup
untuk mereka " Dengan demikian tentu kelak ia tidak akan
melakukan kejahatan lagi ?"
"Hmmm, justru aku tidak ingin mempercayainya begitu
saja, yang kukehendaki adalah memusnahkan kepandaian
mereka, sehingga suatu saat kelak jika mereka bermaksud
melakukan perbuatan jahat pula, mereka tidak mungkin bisa
melakukannya "
Wajah Bun Shang Lie jadi murung, ia bingUng juga
keputusan apa yang harus diambil nya, karena justru untuk
melawan Bu Bin An, ia sudah tidak memiliki kesanggupan,
sedangkan untuk menentang keputusan Bin An pun ia tidak
bisa lakukan, karena pertempuran akan segera terjadi, berarti
pihaknya yang akan mengalami kerusakan yang cukup parah.
Untuk menerima usul Bin An iapun tidak mau, karena merasa
kasihan kepada kelima orang muridnya.
Dalam keadaan seperti ini, benar2 Bun shang Lie jadi
diliputi keraguan. Bin An tertawa.
"Bagaimana Bun ciangbun, apakah engkau menyetujui
pendapatku ?" tanya Bin An-Bun Shang Lie mengawasi Bin An"Hemmm, untuk memusnahkan seluruh kepandaian dari
kelima murid kami itu, yang telah dipelajari dan dilatih mereka
dengan bersusah payah, merupakan urusan yang keterlaluan
sekali... jika memang Bu Kongcu ingin bertindak bijaksana,
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentu akupun tidak akan keberatan untuk menuruti..."
"Bijaksana bagaimana...?" tanya Bin An kemudian"Lebih bijaksana untuk menjatuhkan hukuman yang jauh
lebih ringan-.. karena merekapun tidak terlalu berdosa."
"Hemmm." Bin An mendengus.
Bun Shang Lie dan murid2 cie Tiong Pay mengawasi Bin An
dengan sorot mata yang tajam. sedangkan kelima murid cie
Tiong Pay mengawasi dengan sikap takut-takut.
Bun Shang Lie telah berkata dengan suara yang
disabarkan: "Apakah Bu Kongcu bersedia menjatuhkan
hukuman buat mereka yang lebih ringan ?"
Bin An menggeleng.
"Maafkan, sayang sekali aku sudah tidak bisa merobah
keputusanku itu...".
Muka Bun Shang Lie berobah.
"Jadi Bu Kongcu tetap akan memusnahkan ilmu silat
mereka ?" tanyanya.
Bin An mengangguk.
"Jika memang demikian halnya, baiklah^.." kata orang she
Bun tersebut, "Jika Bu Kongcu tidak mau memberikan
sedikitpun muka terang kepadaku, biarlah kita mengambil
jalan apa saja untuk menyelesaikan urusan ini." Bin An
tersenyum. "Apakah Bun ciangbun tidak akan menyesal?" tanya nya.
Bun Shang Lie tertawa menyeringai.. "Mengapa harus
menyesal ?" katanya.
Bin An tetap tersenyum.
"Jika demikian halnya, akupun terpaksa harus mengambil
jalanku sendiri."
Mereka saling tatap.
Untuk seklan lamanya diruang ini sunyi sekali tidak
terdengar suara apapun juga , jika andaikata ada sebatang
jarum yang jatuh kelantai, tentu akan terdengar suaranya.
"Jika begitu, baiklah dengan cara apa yang dikehendaki
Bun ciangbun "
"Justru kami tidak bisa mengambil keputusan, karena pihak
kami dari cie Tiong Pay telah mengambil keputusan yang kami
kira cukup adil, hanya dari pihak Bu Kongcu sendiri yang
belum juga mau mengerti " Bin An tertawa.
"Jika memang demikian halnya, aku tetap dengan
keputusanku untuk memusnahkan kepandaian mereka,
walaupun tidak sampai melenyapkan tenaga mereka, seluruh
kepandaian mereka harus lenyap "
"Kami akan melindungi mereka" kata ketua cie Tiong Pay
tersebut. "coba kita lihat siapa yang berhasiL, Aku atau memang
kalian yang hendak melindunginya "
Sedangkan kelima murid cie Tiong Pay yang tengah
dipersoalkan itu, telah mengawasi dengan keadaan bersiap
siaga, karena mereka justru menyadarinya, bahwa dalam hal
ini jiwa mereka terancam, Dan juga jika sampai kepandaian
mereka dilenyapkan bukankah hal itu merupakan kejadian
yang cukup hebat buat mereka sendiri "
Bu Bin An mengawasi kearah kelima orang itu, lalu
tanyanya "Apakah kalian sudah bersiap ?"
Kelima murid cie Tiong Pay tersebut berkata hampir
berbareng: "Jika Bu Kongcu tidak memiliki hubungan dengan Lok Kie
Siong suami isteri, mengapa Bu Kongcu mendesak kami
demikian hebat ?"
"Justru demi keadilan-."
"Baiklah jika memang demikian, kami hanya bisa
mempertahankan diri sedapat mungkin menurut kemampuan
kami saja.."
"Hemmm, kalau saja hal ini merupakan urusan yang kecil
tidak ada artinya, tentu akupun tidak akan mendesak kalian
semua, namun justru disebabkan urusan ini merupakan
urusan jiwa dari Lok Kie Siong suami isteri, aku tidak bisa
berdiam diri saja.."
selesai berkata tampak Bu Bin An tertawa ber-gelak2,
sedangkan orang2 cie Tiong pay mengawasi dengan perasaan
kuatir, Waktu itu Bun Shang Lie telah mengerahkan tenaga
Iwekangnya ketelapak tangannya. Tiba2 Bu Bin An melompat
ketengah udara, tubuhnya berkelebat bagaikan bayangan
saja. Waktu sedang melayang, tahu2 tubuhnya berputar
ditengah udara.
Dan disaat itulah kedua tangannya bekerja sehingga kelima
murid cie Tiong Pay itu tertotok semuanya, terkulai tidak
memiliki tenaga lagi.
Kelima murid cie Tiong Pay itu menggeletak
memperdengarkan suara rintihanBun Shang Lie dan murid2 cie Tiong Pay yang ingin
memberikan pertolongan sudah tidak keburu lagi. Belum
sempat mereka bergerak. Bin An telah kembali duduk
ditempatnya. Semua yang terjadi itu demikian Cepat sekali, dan juga
diwaktu itu Bin An telah memperhatikan ilmunya yang luar
biasa, Hanya dalam segebrakan saja ia berhasil melakukan
totokan sekaligus kepada kelima orang murid cie Tiong Pay.
Dengan tertotok begitu, kelima murid cie Tiong Pay
tersebut tergempur urat dan jalan darahnya, sehingga
musnahlah kepandaian mereka, karena tenaga murni mereka
telah tertotok buyar.
Keadaan demikian menimbulkan perasaan sakit yang
sangat disekujur tubuh mereka, sehingga mereka semuanya
merintih kesakitanBun Shang Lie yang melihat bahwa kelima muridnya telah
ditotok dan tidak berdaya melindunginya, ia menghela napas
dan dengan wajah yang muram ia mengawasi saja kepada Bu
Bin-An dengan sorot mata yang tajam.
"Sekarang urusanku telah selesai dan Siauwte bermaksud
hendak pamitan..." kata Bin An sambil bangkit dari duduknya.
Bun Shang Lie juga bangkit dari duduknya belum sempat ia
berkata, justru diwaktu itu Bin An berkata lagi : "Jika, memang
urusan ini kurang menyenangkan hati pihak cie Tiong Pay,
Siauwte bersedia untuk mempertanggung jawabannya..."
"Hemm, sesungguhnya perbuatan yang dilakukan oleh Bu
Kongcu sangat keterlaluan sekali, tetapi memandang pada
kematian Lok Kie Siong dan isterinya, kami mau menghabisi
urusan sampai disini saja...." dan setelah berkata begitu, Bun
Shang Lie menyebutkan tangannya, mempersilahkan sang
tamu berlalu. Bu Bin An sambil tertawa merangkapkan sepasang
tangannya memberi hormat, lalu ia memutar tubuhnya dan
berlalu meninggalkan ruangan itu, pemuda ini telah
melanjutkan perjalanannya.
Ketika sampai dipintu kota, ia melihat ada sebuah rumah
penginapan maka ia bermalam disitu karena memang hari
telah larut malam.
Keesokan paginya, barulah Bu Bin An melanjutkan
perjalanannya untuk berkelana pula.
Begitulah, setiap tiba disebuah tempat dan menemui
kejadian yang tidak adil, selalu Bin An berusaha membereskan
urusan tersebut
-oo0dw0oo- Jilid 9 MATAHARI pagi tampak baru memancarkan sinarnya yang
belum begitu kuat. Dan waktu itu dijalan Sie-cung antara kota
Ming-kwan dan kota Miu-te, tampak serombongan pasukan
tentara negeri tengah ber-iring2an panjang sekali, karena
jumlah mereka mungkin hampir seribu orang.
Dimuka barisan itu tampak seorang panglima perang yang
berpakaian perang gagah sekali, menunggang seekor kuda
berwarna kuning, tengah berjalan dengan tenang dan
wajahnya yang angker memperlihatkan bahwa ia bukanlah
seorang panglima yang lemah, karena tentunya ia memiliki
kepandaian dan kekuatan yang berarti.
Dimuka sekali dari barisan tersebut, terpisah lima tombak
dari panglima perang itu, terdapat seorang tentara yang
membawa sebuah panji, yang bertulisan "Barisan Kerajaan."
Dengan adanya bendera tersebut, memang hendak
dimaklumi agar para penjahat yang sering melakukan
pekerjaan berdagang tanpa modal, tidak mengganggu barisan
kerajaan tersebut.
Diwaktu itu salah seorang tentara negeri yang berjalan
diluar barisan, telah ber-lari2 menuju kesebuah kereta
berkuda yang sedang mereka kawal, yang berada di-tengah2
barisan. Tentara ini, yang berpakaian ringkas menyoren sebatang
golok. tampak gagah dan dari tindakan kakinya, ia memiliki
kepandaian yang tidak rendah.
Disingkapnya tirai jendela kereta tersebut, ia melongok
kedalam, dan tersenyum puas, karena rupanya isi kereta itu
masih tetap utuh.
Tentara ini kembali ketempatnya dibelakang kereta,
sedangkan barisan itu berjalan terus dengan iring2an yang
panjang. Dan waktu itu, tampak barisan itu hendak dibagi
menjadi dua rombongan, karena memang mereka menjaga
kalau2 timbul gangguan dari para perampok yang ingin
merampas kereta kawalan mereka.
Setelah tiba disebuah tikungan jalan yang cukup luas,
barisan tersebut memecah diri menjadi dua bagian, yang
sebagian melingkari kereta tersebut, sedangkan yang sebagian
lagi berjalan mengiringi dari belakang, dan sebagian kecil
berjalan lebih dulu dimuka.
Hal ini diambil oleh panglima perang tersebut, karena
ditempat ini memang sering terjadi perampokan.
Sedangkan tentara yang tadi membuka tirai jendela dari
kereta berkuda itu, telah berjalan disisi kereta dengan
tangannya ber-siap2 mencekal batang goloknya, yang siap
untuk dicabut dan dipergunakan jika menghadapi bahaya.
Dilihat dari sikap barisan tentara kerajaan tersebut,
tampaknya kereta yang tengah mereka kawal merupakan
kereta yang memiliki isi penting sekali. Dan disamping itu,
memang tampaknya kereta tersebut merupakan
pengangkutan barang yang sangat mereka utamakan, di mana
barisan tersebut merupakan barisan tentara negeri yang
panjang sekali.
Sedangkan panglima perang yang berpakaian baju perang
lapis besi itu, bersikap lebih waspada, sikapnya yang tenang
seperti tadi tidak terlihat lagi, karena sepasang matanya telah
mengawasi sekelilingnya dengan mencilak kesana kemari
dengan sikap berwaspada.
Keadaan seperti ini memperlihatkan barisan tentara
kerajaan itu rupanya tengah mempersiapkan diri dari tangan2
kotor para perampok. walaupun mereka tidak yakin ada kaum
Liok-lim yang berani membentur barisan mereka, namun
kewaspadaan seperti itu tidak mereka lenyapkan, karena
mereka kuatir kalau-kalau mereka gagal mengawal kereta
tersebut, yang bisa membuat mereka celaka menerima
hukuman yang berat dari pihak atasan mereka.
Barisan kerajaan ini telah melewati tikungan jalan yang
cukup tajam. Diwaktu itu, dari kejauhan jurusan depan
mereka, berlari seekor kuda berbulu putih, yang mendatangi
dengan cepat sekali.
Diatas punggung kuda itu tampak menggemblok seorang
pemuda berusia dua puluh tahun lebih, berpakaian serba
putih, seperti seorang siaucai (pelajar)
"Buka jalan... buka jalan..." teriak pemuda baju putih itu
sambil melarikan terus kudanya cepat sekali.
Pasukan kerajaan yang melihat ini jadi curiga, mereka
segera berwaspada sambil bersiap siap untuk menghadapi
sesuatu. sebagian dari mereka memang membuka jalan,
namun terpisah jaraknya cukup jauh dari kereta yang tengah
mereka kawaL Kuda putih itu lewat dengan cepat sekali, dan waktu
melewati barisan tersebut, pemuda berpakaian serba putih
tersebut memperdengarkan suara tertawanya yang perlahan
dan sinis, matanya juga melirik kepada kereta yang tengah
dikawal oleh tentara kerajaan.
Melihat ini, panglima perang itu yang berusia belum begitu
tua, jadi curiga, ia berkata kepada bawahannya yang berada
didekatnya. "Kita harus hati-2, tampaknya pemuda baju putih
itu utusan dari kaum Lioklim..."
Bawahannya segera menyampaikan pesan pimpinan
mereka kepada pasukan lainnya.
Segera mereka bersiap siaga menjaga kereta tersebut, dan
juga waktu itu mereka sebagian telah mencabut senjata
masing2, untuk bersiap siaga.
Perjalanan dilanjutkan.
Tetapi baru jalan dua lie lebih, kembali dari arah depan
mereka berlari seekor kuda lagi, Kuda itu berbulu coklat tua,
dan penunggangnya seorang gadis berusia dua puluh tahun,
berpakaian cukup mewah.
Sambil melarikan kudanya dengan cepat dan pesat sekali,
gadis tersebut berteriak2: "Buka jalan... buka jalan..."
panglima perang yang menjadi pemimpin barisan tersebut
jadi mendongkol sekali, karena segera ia yakin bahwa wanita
inipun merupakan mata2 dari kaum Lioklim yang tengah
memperhatikan dan menyelidiki kekuatan dari barisan tentara
kerajaan tersebut.
Tetapi karena gadis itu memang melarikan kudanya cepat
sekali, dengan sendirinya tidak bisa ditahan. juga barisan dari
kerajaan tersebut telah membuka jalan.
Gadis itu waktu lewat disamping kereta telah menoleh
kepada kereta itu dan memperdengarkan suara tertawa
tawarnya. Sebetulnya jika memang panglima perang itu
memerintahkan anak buahnya mengepung gadis itu, bisa saja
ia menahannya, namun justru ia kuatir nanti timbul bentrokan
dengan kaum Lioklim lebih keras dan sulit diatasi. Maka itu
dibiarkannya gadis tersebut berlalu, lenyap dengan kuda
tunggangannya. Sedangkan iring-iringan kerajaan tersebut telah melakukan
perjalanan mereka lagi. Dalam keadaan demikian, mereka
semakin berwaspada.
Tidak berapa lama kemudian, telah lewat lagi beberapa
orang penunggang kuda, dengan sikap yang sama, yaitu
selalu mengawasi kereta yang dikawal itu sambil
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperdengarkan suara tertawa yang manis.
juga tidak jarang orang yang telah lewat itu kembali lagi
dari arah belakang barisan tersebut.
Dengan cara mereka yang mondar ma ndir seperti itu tentu
saja membuat panglima perang dan barisannya tambah curiga
dan berwaspada. Sedangkan barisan kerajaan ini telah tiba di
mulut sebuah lembah.
Segera panglima perang pemimpin barisan itu memberikan
perintahnya, untuk mengatur bentuk dan kedudukan barisan
itu, dengan demikian jika terjadi sesuatu, bisa melindungi
kereta yang mereka kawal
Dan barisan tersebut telah dipecah menjadi delapan lapis,
mereka telah mempersiapkan diri untuk menerima terjangan
dari kaum Liok lim manapun juga , Dengan delapan lapis
seperti itu, jelas sulit sekali orang menerjang masuk kedalam
lingkaran dari kereta yang dilindungi. Terlebih lagi dibarisan
paling depan dilengkapi dengan panah.
Namun dilembah tersebut tidak terjadi sesuatu apapun juga
, tidak terlihat ada seorang manusiapun selain barisan iringiringan
tentara kerajaan itu.
Dalam kesunyian dilembah itu, terdengar samar2 suara
seruling yang mengalun membawakan sabuah lagu yang
lemah gemulai, lagu percintaan.
Mendengar suara seruling itu, wajah panglima perang
tersebut jadi berobah, ia memang telah cukup berpengalaman
dan sebelum memasuki tentara kerajaan, ia merupakan
seorang tokoh Kangouw (sungai telaga) yang memiliki banyak
pengalaman. Mendengar suara seruling itu, ia mengetahui bahwa pihak
perampok akan segera mulai bekerja.
Maka ia memerintahkan bawahannya untuk ber-siap2 lebih
ketat lagi, dan melarang mereka tidur, semuanya harus
berada dalam keadaan siap sedia.
Menjelang tengah malam, di lembah tersebut, dimana
pasukan kerajaan ini beristirahat tampak sunyi dan sepi sekali,
hanya terdengar suara ringkik dari kuda-kuda yang tengah
mengamuk atau memakan rumput.
Waktu itu, angin sangat dingin, malam kian larut dan gelap.
Banyak tentara kerajaan yang telah menyalakan api, untuk
menerangi keadaan disekitar tempat tersebut, Tetapi sinar api
itu tidak cukup menerangi luas lembah itu.
Sehingga sebagian tempat masih gelap pekat dan tidak
terlihat seorang manusiapun juga .
Tiba-tiba terdengar kembali suara seruling yang semakin
nyaring dan nyata. Irama seruling itutetap merupakan lagu
percintaan- Dengan demikian, panglima perang yang memimpin
barisan tersebut mengetahui, bahwa kaum Lioklim yang
tengah mengincer kereta iring-iringan mereka kian dekat juga
dan mereka mungkin akan segera turun tangan.
Belum lagi selesai ia mengatur anak buah nya, justru
diwaktu itu terlihat betapa dua orang penunggang kuda telah
berlari mendatangi
Dan waktu itu pula, terdengar salah seorang diantara
mereka berteriak dengan suara yang nyaring: "Jika memang
kalian ingin meninggalkan lembah ini masih dalam keadaan
hidup, tinggalkan kereta itu..."
Panglima perang tersebut tidak menyahuti, hanya
mengangkat tangannya memberi isyarat kepada beberapa
orang bawahannya, maka tampak beberapa orang
penunggang kuda dari pasukan kerajaan itu melarikan
kudanya mengejar kedua orang tersebut, yang telah
membalikkan kuda mereka berlari kearah jurusan dari mereka
mendatangi. Setelah mengejar sekian lama, belasan tentara negeri itu
kehilangan jejak dan mereka kembali kepasukan mereka
memberikan laporan- Tampak panglima perang tersebut telah
membanting2 kakinya.
"Tampaknya kita memang harus berurusan dengan para
perampok..." katanya kemudian-Dan segera ia memerintahkan
semua anak buahnya mempersiapkan senjata masing2.
Pengawal kereta kawalan mereka diperketat dan juga telah
dijaga dengan penuh perhatian, sulit untuk seekor nyamukpun
menembus penjagaan itu.
Setelah mengadakan penjagaan sekian lama, akhirnya
tampak beberapa orang penunggang kuda mendatangi
dengan cepat. Terpisah dari jarak yang cukup jauh, mereka berteriak
nyaring: "Jika kalian masih ingin hidup meninggalkan lembah
ini, kalian harus meninggalkan kereta itu..."
Tetapi ketika barisan tentara negeri melakukan pengejaran,
justru mereka telah melarikan kuda tunggangan mereka
dengan cepat. Keadaan demikian membuat tentara negeri itu jadi
penasaran dan melakukan pengejaran terus.
Namun akhirnya mereka kehilangan jejak terpaksa mereka
kembali keinduk pasukan-Sebab jika mereka mengejar terus,
mereka kuatir nanti diserang membokong oleh para perampok
itu. panglima perang tersebut jadi tambah mendongkol, ia
yakin bahwa para perampok tersebut akan bekerja malam ini
juga . Maka dengan mengadakan penjagaan yang ketat, ia
bersedia menerima serbuan dari para perampok tersebut.
Keadaan seperti ini akhirnya membuat panglima perang itu
bersama dengan pasukannya mengadakan penjagaan dengan
penuh kekuatiran.
Sebab jika sampai mereka lengah dan pasukan dari kaum
perampok yang tentunya merupakan orang2 memiliki
kepandaian silat yang tinggi, akan menyerbu dengan mudah.
Dalam kesunyian malam, suara seruling terdengar semakin
jelas, Dan dari atas tebing, tampak berdiri sesosok tubuh
ditepi tebing itu, dengan pakaiannya yang ber-kibar2 tertiup
angin, sikapnya agung sekali, dalam kesamaran malam, orang
tersebut tampaknya mengenakan pakaian seperti seorang
siucai, namun wajahnya tidak bisa dilihat dengan jelas.
Suara seruling lenyap. pelajar diatas tebing menggerak2kan
seruling yang dipegang oleh tangan kanannya. sambil katanya
dengan suara yang nyaring : "Dengarlah baik2, jika memang
kalian ingin meninggalkan lembah itu dengan selamat, kalian
harus meninggalkan kereta tersebut. Aku memberikan
kesempatan kalian meninggalkan lembah sebelum menjelang
fajar." suara orang itu terdengar jelas sepatah demi sepatah,
seperti menggema didalam lembah tersebut, walaupun ia
terpisah ditempat yang jauh dan tinggi, namun disebabkan ia
bicara dengan disertai tenaga Iwekangnya, sehingga bisa
terdengar dengan jelas.
Panglima perang tersebut memperdengarkan suara
tertawanya yang nyaring, ia menyahuti: "Aku Khuang ciu Hun
tidak mengetahui bahwa Tai-ong (raja rampok) berdiam
ditempat ini sehingga belum datang mengunjuk hormat, harap
sikap kami ini dimaafkan-.. tentu setelah selesai melakukan
tugas, aku Khuang cau Hun akan melaporkan segala kebaikan
Tai-ong kepada Kaisar.."
Pelajar diatas tebing itu memperdengarkan suara
tertawanya yang cukup nyaring, katanya: "Tidak perlu kalian
mengunjuk hormat lagi padaku, tetapi yang terpenting kalian
pergi meninggalkan lembah ini tanpa membawa serta kereta
berkuda.. itupun telah lebih dari cukup karena kami hanya
menghendaki kereta berkuda itu..."
"Tetapi Tai-ong..." Khuang ciu Hun dengan suara yang
bimbang. "Hemm, tidak perlu banyak bicara, jika kalian terlambat
meninggalkan lembah itu menjelang fajar, kalian akan binasa
semuanya... di-seluruh lembah aku telah pasang delapan
puluh alat peledak. . "
Mendengar perkataan pelajar itu, dengan mempergunakan
iwekangnya, Khuang ciu Hun menyahuti: "Apakah kalian tidak
takut terkena amarah Kaisar, dimana kalian berani
mengganggu barisan kerajaan..^ bukankah dengan demikian
kalian seperti juga pemberontak.."
"Jangan berkata begitu, tidak ada gunanya, kami tidak bisa
digertak oleh kalian dengan menjual nama Kaisar kalian- Kami
menginginkan kereta berkuda itu. Titik. Dan kalian harus
meninggalkan lembah itu sebelum menjelang fajar, Terserah
kepada kalian, jika memang ingin hidup terus dan menikmati
keindahan alam bumi ini, kalian harus meninggalkan kereta
berkuda itu, tetapi jika memang kalian sudah bosan hidup,
silahkan kalian membawa kereta tersebut, tetapi jika terjadi
begitu, yang jelas kalian tidak seorangpun yang akan hidup "
Mendengar ancaman seperti itu, jelas membuat Khuang ciu
Hun jadi mendongkol.
la juga memiliki kepandaian yang tinggi, karena itu waktu
ia memasuki barisan tentara kerajaan, ia segera memperoleh
kedudukan yang tinggi, sekarang ia merupakan salah seorang
pengawal istana yang paling diandalkan oleh Kaisar.
Dengan kepandaiannya yang tinggi itu, maka ia diserahi
tugas untuk memimpin iring2an dari pengawal kereta berkuda
tersebut. "Baiklah," kata Khuang ciu Hun. "Jika memang demikian
keinginan kalian, katakan, apa yang kalian inginkan dan siapa
kalian sebenarnya, dari golongan mana dan ada hubungan
apa dengan orang yang didalam kereta berkuda itu.."
Dan setelah bertanya begitu, tampak Khuang ciu Hun
mengawasi dengan sorot mata yang tajam. Sedangkan pelajar
diatas tebing itu berkata dengan suara yang nyaring:
"Semua itu tidak perlu kau ketahui, yang pasti kalian harus
meninggalkan lembah ini sebelum menjelang fajar " Khuang
ciu Hun tertawa dingin"Apakah kalian tidak kuatir akan menerima hukuman dari
kerajaan ?" tanyanya dengan suara yang dingin.
"Eng kau tidak perlu me-nakuti2 kami dengan gertakan
seperti itu. karena kami sebelum bekerja telah memikirkannya
jauh2 dan matang sekali, tidak mungkin kami bekerja jika
memang kami jeri terhadap Kaisar kalian "
Mendengar perkataan orang itu, Khuang ciu Hun berkata
sengit : "Baik, mari kau turun, mari kita bercakap-cakap dulu "
"Tidak perlu " menyahuti orang itu. "Yang terpenting aku
telah menjelaskan duduk persoalannya, jika memang kalian
belum meninggalkan kereta berkuda itu dan berlalu dari
lembah sebelum menjelang fajar,jiwa kalian sulit kami
pertanggung jawabkan "
"Waktu berkata sampai disitu, si pelajar diatas tebing
tersebut mengangkat serulingnya, ia mulai meniupnya,
melagukan Sebuah lagu perCintaanIrama seruling itu demikian lembut dan nyaman dalam
keheningan malam yang ada, tetapi didalam nada yang
lembut seperti itu terdapat nada kekerasan, mengandung
hawa nafsu membunuh.
Khun ciu Hun berdiri menjublek sejenak lamanya, jika
dilihat dari gerak-gerik dan kata kau pelajar itu, tampaknya
memang rombongan perampok tersebut telah menyusun
kekuatan yang besar, karena mereka rupanya tidak jeri
menghadapi barisan tentara kerajaan yang berjumlah seribu
orang lebih ini.
Segera Khuang ciu Hun memanggil orang2 yang menjadi
kepercayaannya, yaitu lima orang tentara yang menduduki
tingkat cukup tinggi dan terutama sekali mereka yang memiliki
kepandaian silat yang lumayan.
Masing2 merupakan orang2 rimba persilatan yang
memasuki barisan tentara negeri guna memperoleh psngkat
dan harta. Sedangkan saat itu tampak disebelah atas tebing telah
membubung asap yang tinggi sekali dan tebal, disusul oleh
kobaran api yang memerah. Muka Khuang cie Hun berobah.
"Mereka mulai bekerja, . ." katanya.
Diwaktu itu tampaknya memang mereka telah ber-siap2
menerima terjangan dari para perampok.
Tetapi yang dikuatirkan oleh Khuang ciu Hun adalah
ancaman yang diberikan oleh pelajar itu yang mengatakan
bahwa didalam lembah tersebut telah dipasang bahan
peledak. Dengan demikian telah membuat Khuang ciu Hun harus
berpikir dua kali untuk membentuk barisan pengawalan yang
ketat mengadakan pertahanan dilembah tersebut.
Tetapi sebagai seorang Kangouw yang berpengalaman, ia
menduga bahwa pelajar itu hanya ingin mempergunakan
gertakan belaka, karena jika memang pelajar itu dan
orang2nya memiliki kekuatan yang bisa menandingi kekuatan
pasukan kerajaan yang dipimpinnya, tentu mereka telah
menyerbu dan tidak mengancam seperti itu. Dengan
kekerasan mereka akan menyerbu merebut kereta berkuda
itu. Keadaan seperti ini membuat Khuang ciu Hun akhirnya
memutuskan untuk berdiam terus dilembah ini. Karena begitu
mereka keluar dari lembah, pertahanan mereka akan lemah,
sebab mulut lembah yang satunya itu tidak begitu luas, berarti
pasukannya harus melakukan perjalanan dengan ber-iring2an,
dengan demikian kereta berkuda itu dikawal hanya dua lapis
saja. Semua pasukan kerajaan telah mempersiapkan senjata
mereka masing2 dan memandang sekeliling mereka dengan
sikap yang berwaspada, karena sewaktu2 bisa orang2 Lioklim
itu muncul dari tempat yang tidak terduga dan akan menyerbu
mereka. Waktu berjalan terus... dan sang fajar akan segera
tiba. Sedangkan beberapa orang tentara negeri yang menjadi
bawahan Khuang ciu Hun selalu bergiliran menyingkap tirai
jendela kereta itu untuk melihat apakah orang yang berada
didalam kereta tersebut masih ada, setelah melihat bahwa
tidak kurang suatu apapun didalam lembah itu, maka mereka
tersenyum puas, walaupun mereka tetap diliputi ketegangan,
karena memang diwaktu itu tampaknya segera akan terjadi
pertempuran yang sengit, begitu gerombolan para perampok
melancarkan serangan.
Waktu berlalu terus dengan tetap dan pasti dan diufuk
timur terlihat sinar yang memerah menunjukkan bahwa tidak
lama lagi fajar akan menyingsing. Justru waktu itu, dari
kejauhan terdengar suara ledakan yang cukup nyaring. Hal itu
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengejutkan Khuang ciu Hun dan bawahannya, mereka
mengawasi kesekelilingnya.
Dalam detik2 itu pula dari empat penjuru tampak
berkelebat2 ratusan sosok tubuh dengan gerakan yang cepat
sekali ada yang turun dari tebing tinggi, ada yang melompat
keluar dan tempat-tempat yang gelap, mereka semuanya
mempergunakan senjata tajam dan melakukan penyerangan,
suara mereka berisik sekali.
Daiam waktu sekejap mata telah terjadi pertempuran, sinar
senjata tajam ber-kelebat2 dengan cepat sekali, dan juga
dalam waktu yang singkat telah berjatuhan korban yang
cukup banyak. Suara jeritan dan bentakan terdengar terus- menerus
dengan riuh sekali.
Khuang ciu Hun sendiri dengan mempergunakan sebatang
golok telah mengamuk.
Dalam waktu singkat ia berhasil merubuhkan sembilan
orang lawannya, yang rebah berlumuran darah.
Bagaikan seekor singa yang terluka, ia mengamuk terus
dengan goloknya itu.
Para perampok yang menyerbu datang itu umumnya
orang2 rimba persilatan yang memiliki kepandaian yang tinggi,
sehingga membuat pertempuran itu menjadi arena
pertandingan yang menimbulkan korban banyak sekali dan
banjir darah dilembah itu.
Pertempuran itu berlangsung terus dalam waktu yang
cukup lama, kedua pihak mempertahankan diri, Pihak satunya
berusaha untuk merebutnya, menguasai kereta kawalan itu.
Pertempuran itu menelan korban ratusan orang, yang
mengalami kerusakan parah sekali adalah pasukan tentara
negeri itu umumnya hanya mengerti ilmu perang dan tidak
mengerti silat.
Dengan cepat para perampok yang berjumlah ratusan
orang itu berhasil merubuhkan ratusan orang tentara negeri.
Khuang ciu Hun melihat, jika memang pertempuran ini
berkepanjangan terus, tentu berakibat buruk untuk
pasukannya. Ia mengeluarkan perintah untuk mempertahankan diri saja
disekitar kereta berkuda itu, dengan barisan pemanah
didepannya. Mereka telah membagi diri menjadi delapan lapis bentuk
lingkaran disekitar kereta kawalan mereka.
Dengan demikian telah membuat para perampok itu
memperoleh kesulitan untuk menerobos mendekati kereta itu.
Sedangkan pertempuran masih berlangsung terus, setiap
anak panah yang dilepaskan oleh pasukan tentara negeri,
tentu dapat dihalau oleh senjata para perampok.
Tetapi ada juga beberapa orang perampok yang terluka
oleh anak panah, sehingga mereka tidak bisa menggerakkan
senjata mereka lagi.
Korban2 masih berjatuhan terus dan diwaktu itu memang
keadaan benar2 gawat sekali untuk pihak kerajaanJika sampai pertempuran seperti itu berlangsung terus,
tentu yang akan rusak adalah pihak kerajaan, dimana korban
berjatuhan semakin banyak. Terlebih lagi memang para
penyerbunya itu merupakan orang-orang persilatan ang
masing-masing memiliki kepandaian silat cukup tinggi.
Dalam keadaan genting itu, segera Khuang ciu Hun
mengeluarkan perintah untuk mengadakan perbentengan tiga
lapis, yaitu perbentengan pertama melindungi kereta berkuda,
sedangkan pertahanan kedua adalah mengawal disebelah luar
dari kereta, dan barisan yang ketiga harus berusaha
membendung serbuan lawanDengan Cara seperti itu, Khuang ciu Hun berusaha
meninggalkan lembah dengan membawa serta kereta berkuda
tersebut. Rupanya usaha Kbuang ciu Hun diketahui oleh para
perampok itu. Sehingga beberapa orang perampok telah ber-teriak2
memberikan isyarat kepada kawan2 dan mereka melakukan
pengejaran dan mendesak terus, tampaknya memang para
perampok tersebut bermaksud merebut kereta berkuda itu.
"cepat keluar... cepat keluar.." teriak Khuang ciu Hun
dengan suara yang keras.
Sedangkan waktu itu, dari antara rombongan para
perampok. tampak sipelajar yang meniup seruling, ia berseru:
"Kepung terus, jangan sampai lolos..." Membarengi
teriakannya itu tampak tubuhnya melompat ketengah udara.
Sekejap mata saja telah tiba di hadapan Khuang ciu Hun.
Sambil menggerakkan seruling nya menotok. pelajar itu
berkata: "Lebih baik kalian menyerah saja..."
Tanpa mengucapkan apa2 Khuang ciu Hun menggerakkan
goloknya, ia melancarkan bacokan yang cepat dan kuat.
Pelajar itu melihat mata golok menyambar kearah
pinggangnya, ia berkelit kesamping kanan dan secepat kilat ia
menotok dengan serulingnya.
Terpaksa Khuang ciu Hun harus menarik pulang goloknya,
karena jika ia meneruskan serangannya, nisCaya totokan
seruling pelajar itu akan mengenai dirinya dengan tepat. Jika
sampai ia tertotok. nisCaya ia akan rubuh tidak berkutik lagi.
Jalan satu2nya adalah menarik pulang goloknya dan
kemudian menghindarkan diri dari totokan itu.
Kemudian Khuang ciu Hun membalas dengan bacokan
goloknya sekaligus tiga jurus. Dalam sekejap mata saja, ia
telah berhasil membuat pelajar itu jadi terdesak mundur.
Sipelajar beberapa kali harus mengelakkan diri, karena ia
tidak mau membiarkan golok lawannya mengenai tubuhnya.
Dengan cepat ia memutar serulingnya, untuk menangkis golok
Khuang ciu Hun. sehingga terdengar beberapa kali suara
benturan yang keras, membuat Khuang ciu Hun maupun
pelajar itu harus melompat mundur memisahkan diri.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" dalam suatu kesempatan
Khuang ciu Hun bertanya sengit.
"Aku adalah aku, tidak perlu engkau mengetahui. Tetapi
jika memang engkau bersama anak buahmu ingin selamat,
tinggalkan kereta berkuda itu..."
Perkataannya tersebut telah dibarengi dengan gerakan
serulingnya, ia melancarkan totokan yang cepat sekali bertubi2.
Mata serulingnya itu menyambar2 dengan kuat, disertai
tenaga iwekangnya.
Terlihat betapa seruling dari pelajar itu seperti menari2
menyambar kekiri dan kekanan tiada henti2nya.
Ujung seruling itu selalu mengincar jalan darah yang
mematikan, membuat Khuang ciu Hun tidak berdaya untuk
menangkisnya, ia hanya mengelakkan diri kesana kemari
dengan kelabakan.
Dalam hal ini memang tampak jelas sekali, betapa
kepandaian Khuang ciu Hun masih terpaut satu tingkat
dibawah lawannya.
Semakin lama mereka bertempur, maka semakin terlihat
jelas, betapa senjata lawannya lebih ampuh dibandingkan
dengan goloknya,
Tiba2 ketika ia tengah memutar goloknya, justru mata
seruling sipelajar menyambar masuk menotok iganya.
Khuang ciu Hun mengeluarkan suara kesakitan ia
terhuyung mundur dengan wajah yang memucat.
Sedangkan napas sipelajar mulai memburu karena iapun
mulai letih juga .
Khuang ciu Hun mati2an memutar kembali goloknya,
karena jika ia berlaku ayal, nisCaya akan membuat ia jadi
sasaran empuk seruling lawannya lagi. Serangan demi
serangan telah lewat, belasan jurus telah berlangsung pula.
Sedangkan pasukan Khuang ciu Hun dan juga para
perampok itu telah saling menyerang dan menerjang dengan
membabi buta dan juga pertempuran yang terjadi sangat
kaCau sekali, karena mereka merupakan lawan2 yang sama
banyak jumlahnya.
Tetapi yang terlihat menderita paling parah adalah pasukan
tentara kerajaan, karena terlihat jelas, betapa diantara mereka
banyak yang telah jatuh menjadi korbanDiwaktu itu, sipelajar beberapa kali melompat ketengah
udara, ia melakukan totokan beberapa kali, lalu suatu ketika ia
membawa seruling kemulutnya.
Segera terdengar lagu merdu dari seruling itu, sambil
meniup serulingnya ia menari-nari kesana kemari. Dilihat
sepintas lalu memang merupakan sebuah tarian, namun
kenyataannya gerakannya itu merupakan gerakan yang sulit
sekali untuk diterka dan diikuti oleh pandangan mata, sebab
setiap bacokan golok dari lawannya selalu berhasil
dielakkannya dengan mudah.
Beberapa kali Khuang ciu Hun berusaha melancarkan
serangan yang ber-tubi2, karena ia ingin merebut
kemenangan dikala lawannya itu meniup serulingnya, namun
semua serangan jatuh ditempat kosong tidak menemui
sasarannya. Keadaan seperti ini membuat Khuang ciu Hun
benar-benar penasaran.
Baru saja ia bersiap-siap ingin memusatkan tenaga
iwekangnya, diwaktu itu justru terlihat betapa sipelajar
meniup serulingnya dengan nada yang meninggi, dan
menusuk pendengaran telinga, sehingga mengejutkan Khuang
ciu Hun. Sebagai seorang yang telah kenyang berkelana dalam
rimba persilatan, tentu saja ia mengetahui apa artinya nada
meninggi seperti itu, yaitu suara seruling yang disertai oleh
tenaga lwekang yang kuat sekali, dimana waktu juga terlihat
betapa serangan dari tenaga lwekang itu memiliki kekuatan
yang benar2 sanggup merubuhkan orang tanpa perlu
menyentuh tubuh orang bersangkutanPerlahan2 tampak beberapa orang tentara kerajaan yang
dipimpin oleh Khuang ciu Hun telah terpengaruh oleh suara
seruling tersebut. Mereka menari2 dan kemudian jatuh lemas
sendirinya. Melihat ini Khuang ciu Hun jadi sibuk sekali, ia
mengetahuinya kalau sampai ia membiarkan pelajar itu
meniup seruling terus menerus, pasukannya yang akan
mengalami kerusakan hebat.
Segera Khuang ciu Hun memusatkan tenaga Tan Tiannya
(tenaga dari jantung), lalu ia membuka mulutnya lebar2 untuk
berteriak. Dengan suara teriakannya Khuang ciu Hun berhasil
menindihkan suara seruling pelajar itu sehingga ia berhasil
menolongi beberapa orang tentara pemimpinnya.
Diantara suara seruling dan juga suara teriakan Khuang ciu
Hun, terlihat mereka masih terlibat dalam pertempuran yang
mati2an. Begitu juga anak buah kedua belah pihak saling
melancarkan terjangan tidak mengenai takut dan kuatir,
mereka menggerakkan senjatanya masing-masing.
Kedua pihak sesungguhnya telah mengalami kerusakan
yang tidak kecil, korban yang jatuh juga tidak sedikit, karena
mereka bertempur cukup kalut dan sulit sekali diatur.
Terlebih lagi untuk pasukan kerajaan yang tidak mengerti
ilmu silat, mereka hanya mengerti cara berperang biasa,
dengan sendirinya banyak diantara mereka yang cepat sekali
jatuh sebagai korban senjata lawan- lawannya.
Gerakan mereka umumnya lambat, hanya mengerti taktik
belaka, namun justru para perampok itu memiliki kepandaian
silat yang cukup tinggi, maka cepat sekali para perampok itu
berhasil kuasai medan pertempuran tersebut, sedangkan
pasukan tentara kerajaan hanya bisa bertahan saja, dan
mereka dalam waktu yang singkat tentu tak bisa
mempertahankan diri lagi.
Khuang ciu Hun berulang kali ber-teriak2 dengan suara
yang nyaring, ia juga berusaha menindih suara seruling
lawannya. Sayangnya suara Khuang ciu Hun semakin lama jadi
semakin perlahan dan serak, karena tenaga Iwekangnya
semakin lama semakin lemah, sedangkan suara seruling
sipelajar tetap mengalun dengan nyaring.
Waktu itu, sipelajar berkata dingin: "Jika memang kalian
masih ingin hidup, masih ada kesempatan, engkau ajaklah
pasukanmu berlalu dari lembah ini dengan meninggalkan
kereta berkuda itu, Kami akan membiarkan kau untuk pergi
tanpa menemui kesulitan apapun juga "
Khuang ciu Hun mengeluarkan suara teriakan mengandung
marah yang bukan main-"Jika memang engkau terlalu
terdesak. walaupun kami harus mempertaruhkan jiwa, hal itu
bukan berarti apa2 buat kami, namun kelak pihak Kaisar tentu
akan melakukan pengejaran pada kalian-.."
Setelah berkata begitu, Khuang ciu Hun menggerakkan
goloknya pula untuk menyerang diri sipelajar bersuling itu.
Rupanya pelajar itu akhirnya habis kesabarannya
menyudahi tiupan serulingnya dan mengeluarkan suara
tertawa yang panjang.
Saat itu golok dari Khuang ciu Hun tengah menyambar
datang, tampak sipelajar menggerakkan serulingnya
mengebut golok lawannya.
"Tranggg ..." terdengar benturan yang kuat dan keras
sekali.Tahu-tahu golok dari Khuang ciu Hun telah terlontar dari
tangannya. Muka Khuang ciu Hun jadi berobah merah dan pucat
bergantian, cepat2 ia melompat mundur beberapa langkah
kebelakang. karena ia menyadari jika ia terlambat sedikit saja,
niscaya jiwanya akan melayang diujung seruling lawannya
yang liehay ini.
Pelajar itu mengeluarkan tertawa dingin, tubuhnya
bergerak melancarkan totokan lagi, tetapi kembali gagal,
karena Khuang ciu Hun berhasil mengelakkan kembali.
Begitulah, Khuang ciu Hun selalu berusaha mengelak dan
berkelit tidak hentinya, disamping itu ia juga berpikir keras
mencari jalan guna menghadapi lawannya tersebut, karena
jika keadaan ini terus menerus demikian, tentu ia juga yang
akan Celaka. Pelajar itu mengeluarkan suara seruan panjang beberapa
kali, dan juga serulingnya selalu me-nyambar2 tidak hentinya.
Khuang ciu Hun mengeluh didalam hatinya waktu ia datang
dalam keadaan terdesak seperti itu, tiga orang pembantunya
telah menerjang datang. Ketiga orang itu dari Khuang ciu Hun
merupakan tiga orang tentara yang memiliki kepandaian
cukup tinggi, namun mereka semuanya mudah sekali dipukul
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mundur oleh sipelajar yang memiliki kepandaian liehay, dan
serulingnya yang lincah sekali selalu berusaha untuk menotok
jalan darah terpenting dari setiap lawan yang berada dekat
dengannya. Tetapi dengan dibantu oleh ketiga orang pembantunya
tersebut, Khuang ciu Hun jadi bisa bernapas sedikit, ia bisa
memberikan perlawanan yang lebih berarti.
Pertempuran yang serupun masih bergolak antara anak
buah Khuang ciu Hun dan anak buah perampok tersebut,
tampaknya memang sulit untuk menyudahi pertempuran
tersebut, karena korban2 telah berjatuhan terus tidak
hentinya. Dalam keadaan seperti ini, tampaknya pihak perampok itu
yang menang diatas angin, karena mereka berhasil mendesak
terus barisan pengawal kerajaan, yang mengawal kereta
berkuda tersebut.
Bahkan jumlah dari anak buah Khuang ciu Hun semakin
lama jadi semakin sedikit juga dimana mereka hanya bisa
membentuk barisan pertahanan dan sudah tidak bisa
melancarkan desakan pada rombongan perampok yang
memang masing2 memiliki kepandaian yang tinggi.
Khuang ciu Hun sambil bertempur juga telah melihat bahwa
jumlah anak buahnya semakin menyusut dan sedikit,
disamping itu tampaknya anak buahnya tidak lama lagi akan
dapat dihancurkan oleh rombongan perampok itu.
Hati Khuang ciu Hun jadi gelisah sendirinya, jika keadaan
demikian dibiarkan berlangsung terus dan mereka tidak
mengundurkan diri, jelas mereka akhirnya akan hancur,
Tetapi jika ia dan anak buahnya menarik diri, melarikan diri
meninggalkan kereta tersebut, tentu mereka akan
memperoleh hukuman dari atasan mereka, karena telah
melakukan tugas yang gagal sama sekali, padahal kereta
berkuda itu sangat penting sekali artinya, dimana didalamnya
memang terdapat seorang tawanan yang sangat penting.
Dengan adanya pemikiran tersebut, Khuang ciu Hun jadi
gelisah sekali, Dan iapun beberapa kali berusaha mendesak
pelajar yang menjadi lawannya, begitu juga ketiga orang anak
buah Khuang ciu Hun berusaha mendesak pelajar tersebut.
Dalam suatu kesempatan, Khuang ciu Hun berusaha
mengambil sebatang golok yang terCeCer ditanah, kemudian
dengan mempergunakan golok tersebut ia memperhebat
serangannya pada pelajar itu.
Namun beberapa jurus lagi, golok ditangannya tersebut
kembali kena ditangkis terpental dibarengi dengan terlepasnya
golok tersebut, yang mental dan jatuh diatas tanah, malahan
Khuang ciu Hun telah didesak terus menerus oleh lawannya,
dengan totokan2 ujung seruling. Untung saja Khuang ciu Hun
walaupun telah letih, ia masih bisa bergerak dengan lincah
mengelakan totokan2 seruling sipelajar.
Karena melihat dirinya sudah tidak mungkin menghadapi
pelajar itu, walaupun dibantu oleh ketiga orang kawannya,
akhirnya ia mengeluarkan teriakan: "Mundur.." sambil tubuh
nya melompat cepat sekali, ia berusaha untuk melarikan diri.
Anak buah Khuang ciu Hun yang mendengar teriakan dari
pimpinan mereka itu, seperti berlompat telah berlari
meninggalkan lembah tersebut, mereka kucar-kacir keempat
penjuru, untuk menyelamatkan jiwanya masing2.
Melihat pihak lawan mengundurkan diri, pihak perampok
tersebut tidak mengejarnya, karena mereka memang bukan
bermaksud untuk mencelakai Khuang ciu Hun dengan orang2.
buat mereka yang terpenting adalah kereta berkuda
tersebut. Setelah semua orang Khuang ciu Hun berlalu, sipelajar
yang rupanya jadi pemimpin dari perampok tersebut,
mengumpulkan anak buahnya. Mereka kemudian menuju
kekereta berkuda tersebut.
Sipelajar perintahkan salah seorang anak buahnya untuk
menyingkap tirai jendela kereta tersebut, untuk melihat
apakah isi kereta yang mereka inginkan masih terdapat disitu.
Namun waktu orang ini mengangkat tirai jendela kereta itu
bisa diangkatnya habis, tiba2 ia menjerit sambil tubuhnya
terpental ke belakang, ambruk ditanah dan terbinasa dengan
leher yang mengalirkan darah segar amat banyak.
Muka sipelajar jadi berobah menyaksikan ini, anak buahnya
juga mengeluarkan seruan kaget, Mereka memandang
tertegun pada kereta berkuda itu.
Sipelajar sambil menggerakkan serulingnya yang
diputarnya dengan mempergunakan tenaga Iwekangnya,
melompat ingin mendekati tirai jendela kereta tersebut.
Dengan tangan kanan masih memutar serulingnya, tangan
kirinya diulurkan untuk membuka tirai itu, Berbareng dengan
ini terlihat menyambar sebilah pedang dari dalam kereta
tersebut kearah tenggorokan sipelajar bersuling.
Tetapi karena telah bersiap sedia, dengan sendirinya
pelajar ini yang memang memiliki kepandaian tinggi juga,
tidak bisa dibokong, Cepat sekali serulingnya mengebut
pedang itu, sehingga benturan itu memperdengarkan suara
"Tranggg...!" yang nyaring.
Namun pedang tersebut hanya tergetar dan tertahan
seruling sejenak lamanya, setelah itu kembali bergerak turun
menyambar kedada sipelajar.
Pelajar tersebut memang memiliki kepandaian yang tinggi,
ia tidak gentar menghadapi pedang lawan yang berada dalam
kereta itu. Diantara berkesiurnya angin serangan yang me-nyambar2
tidak hentinya, tampak pelajar ini berusaha untuk menangkis
pedang itu dengan sulingnya, Gerakan yang dilakukannya
memang merupakan gerakan ilmu pedang kelas tinggi,
walaupun ia mempergunakan seruling, tetapi bisa
dipergunakan sebagai pengganti pedang, disamping ia pun
bisa melakukan totokan.
Jurus demi jurus telah berlangsung dengan cepat, Tetapi
orang yang berada didalam kereta itu masih belum dilihat oleh
sipelajar. Jika sipelajar mendekati dan mempergunakan tangan
kirinya untuk menyingkap tirai jendela kereta tersebut, pedang
itu menyambar kearah dirinya.
Tetapi jika ia berdiam diri, pedang itupun berhenti
menyerang, seperti menantikan. Selama itu tidak terlihat siapa
orang lihay tersebut, yang bersembunyi didalam kereta.
Akhirnya setelah menggerakkan serulingnya dua kali,
tampak sipelajar berseruling itu melompat mundur, ia
merangkapkan sepasang tangannya, kemudian menjura
dalam2, katanya: "Siauwte Cun Liong To memberi hormat,
harap orang berada didalam kereta keluar memperlihatkan
diri." katanya.
"Hemm..!" terdengar suara orang mendengus dengan
suara yang dingin sekali. Disamping itu juga tampak betapa
tirai jendela tersebut bergoyang perlahan, rupanya orang
didalam kereta itu tengah mengintai keluar.
"Bolehkah Siauwte mengetahui she dan nama yang mulia
dari pendekar lihay yang berada dalam kereta ?" tanya
sipelajar. Tetapi tetap orang yang didalam kereta itu tidak
memperdengarkan suara sahutan, ia hanya memperdengarkan
suara "Hemmm!" saja.
Habislah kesabaran sipelajar, kembali ia melompat
mendekati jendela kereta itu.
Namun belum lagi ia mengulurkan tangan kirinya
menyingkap tirai jendela kereta tersebut, justru dari dalam
kereta itu telah meluncur serangkum angin serangan yang
hebat sekali, bergemuruh mendorong kuat kepada dada
sipelajar. Kali ini yang menyambar kepada pelajar itu bukan pedang,
melainkan tenaga lwekang yang kuat, ber-gulung2 menerjang
pelajar itu. Sipelajar yang lihay juga menyadari bahwa angin serangan
tersebut jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan pedang
lawan, karena justru angin serangan ini disertai kekuatan
tenaga sinkang, sehingga kalau sampai terkena pada
sasarannya, niscaya akan membuat korban serangan tersebut
patah tulangnya dan terluka didalam.
Untuk mengelakkan diri dari samberan angin serangan
yang kuat itu, sipelajar menikam dengan serulingnya, dan
kemudian tubuhnya ikut berputar setengah lingkaran,
sehingga tubuhnya jadi berdiri miring dengan kedua kaki yang
di tekukkan. Dengan gerakan seperti itu, ia berhasil memunahkan
tenaga serangan lawannya.
Dari dalam kereta tersebut juga terdengar suara seruan
tertahan. Rupanya orang didalam kereta itu kaget jUga, ia heran
mengapa serangannya yang begitu cepat dan memiliki
kekuatan sinkang yang hebat, dapat dielakkan juga pelajar
tersebut. Sedangkan sipelajar, yang tadi menyebut namanya sebagai
Cun Liong To, kembali memperdengarkan suara tertawanya
yang tawar, dibarengi dengan kata2nya:
"Jika memang orang pandai yang berada didalam kereta
tidak mau memperlihatkan diri, kami akan mengambil
tindakan menurut jalan dan cara kami sendiri. Keluarlah
perlihatkan diri...!"
Waktu berkata begitu sipelajar mengawasi kereta tersebut
dengan dengan sorot mata yang tajam.
Tetapi dari dalam kereta itu kembali terdengar suara
"Hemmm." saja, tanpa terdengar sedikitpun juga suara kata2,
rupanya orang didalam kereta tersebut sama sekali tidak
bermaksud untuk melayani perkataan sipelajar. Habislah
kesabaran sipelajar, ia mengeluarkan suara siulan, tangannya
dikebutkan ketengah udara.
Bersama anak buahnya melompat mengurung kereta itu,
sedangkan sisanya yang berjumlah masih ratusan orang,
hanya berdiri diam mengawasi saja.
Namun biarpun demikian, mereka semuanya dalam
keadaan siap sedia, tangannya masing-masing mencekal
senjata mereka, Dengan sorot mata tajam semuanya
mengawasi kereta itu.
"Apakah orang pandai didalam kereta tetap tidak mau
memperlihatkan diri ?" tanya sipelajar.
Dan sambil bertanya seperti itu, tampak serulingnya
diangkat ketengah udara, bersiap untuk melancarkan
serangan. Keadaan seperti ini membuat orang didalam kereta itu jadi
berpikir dua kali, ia memaklumi bahaya yang tengah
mengancam dirinya.
Akhirnya terdengar juga suara orang yang menyahuti,
suaranya parau sekali:
"Jika memang kalian merupakan pendekar pendekar gagah
yang bekerja untuk keadilan, bukan seperti perampok lain
yang hanya membutuhkan harta rampokan, lepaskan kami !"
terdengar suara orang itu berkata dengan suara yang tenang.
"Soal itu bisa kita bicarakan nanti !" kata si pelajar, "Yang
terpenting adalah kau keluar dulu memperlihatkan diri !"
"Hemmm, apakah kalian bisa dipercaya ?" tanya orang
didalam kereta.
"Kalau memang engkau tidak mau keluar juga, tokh kami
akan segera memaksa engkau keluar dengan mempergunakan
cara kami sendiri..!"
"Tetapi...!"
"Keluarlah... mari kita bicara empat mata...!" kata sipeIajar.
Itulah tawaran yang baik sekali, karena dengan demikian
memperlihatkan bahwa pelajar itu memang tidak bermaksud
mengganggu-nya.
Akhirnya dari dalam kereta itu terdengar suara menghela
napas, dan sesosok tubuh telah melompat keluar dengan
menyingkap tirai jendela kereta.
Sesosok tubuh itu merupakan seorang lelaki bertubuh
tinggi besar, memiliki berewok yang lebat sekali dan juga
ditangan-nya tercekal sebatang pedang yang tajam sekali.
Matanya bersinar tajam, mengawasi kearah si-pelajar dengan
sikap yang berwaspada sekali.
Sedangkan pelajar itu waktu melihat orang tersebut, ia
memperdengarkan seruan tertahan.
"Kau...?" tegurnya dengan suara tersendat
ditenggorokannya.
Orang itu tersenyum.
"Ya Toako... memang aku Liu Cung Kiat...!" menyahut
orang tersebut.
"Mengapa engkau berada didalam kereta itu....?" tanya
sipelajar ini kemudian sambil mengawasi tajam kepada orang
yang bernama Liu Cung Kiat itu... tetapi kemudian disusul
dengan kata2nya yang mengandung nada tidak senang:
"Apakah engkau bekerja untuk kerajaan melindungi kereta
berkuda ini ?"
Muka Liu Cung Kiat berobah merah, tampaknya ia jengah
sekali. Akhirnya ia mengangguk juga, katanya. "Benar Toako...
terpaksa aku bekerja pada-kerajaan, untuk memperoleh
sedikit pencarian yang tetap..!"
"Tetapi engkau hendak menghianati kami?" tanya sipelajar
berseruling itu.
Orang itu cepat2 menggelengkan kepalanya.
"Sama sekali tidak, Toako... aku hanya digaji untuk bantu
melindungi kereta berkuda ini, yang didalamnya terdapat
tawanan penting dari pihak kerajaan..!"
"Baiklah, memandang persahabatan kita yang cukup lama
dan cukup baik, tentunya engkau tidak keberatan
menyerahkan tawanan itu kepada kami..?"
Muka Liu Cung Kiat berobah merah, dan ia berdiri bimbang.
Namun akhirnya dengan wajah yang memperlihatkan ia
memiliki kesulitan, digelengkannya kepalanya.
"Sayang sekali aku tidak bisa memenuhi keinginan Toako...
karena dalam urusan ini justru terdapat tanggung jawab yang
berat !" Muka pelajar itu berobah, ia memperdengarkan suara
tertawa tawar. "Apakah engkau tidak melihat bahwa seluruh orang2
kerajaan telah melarikan diri dan hanya tinggal engkau
seorang " jika memang engkau berkeras ingin melindungi
terus kereta berkuda ini, tentu engkau akan menghadapi kani
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang berjumlah demikian banyak, walaupun selama empat
tahun kita tidak saling bertemu, dan engkau bisa melatih diri
dengan baik sehingga memiliki kepandaian yang lebih tinggi
dari yang dulu, kukira engkau tetap tidak mungkin bisa
menghadapi jumlah kami yang demikian banyak !"
Muka Liu Cung Kiat berobah lagi jadi merah dan pucat
bergantian, ia memang membenarkan perkataan sipelajar itu,
tetapi cepat-cepat ia berkata:
"Dan Toako, dengan memandang persahabatan kita,
kuharap saja Toako mau bermurah hati kepadaku, jangan
membalikkan mangkok nasiku."
"Hemmm, jika memang demikian halnya, baiklah aku
memberikan saran kepadam...!" kata pelajar itu.
"Saran apa Toako....?"
"Jika memang engkau kuatir akan kehilangan pekerjaanmu
jika menyerahkan orang tawanan yang berada didalam kereta
itub, baikah engkaud menggabungkan adiri kembali debngan
kami, bukankah dengan demikian engkau tidak akan
kekurangan suatu apapun juga. Aku yakin, akan bisa
memberikan engkau penghidupan yang berkecukupan..."
-oo0dw0oo- Jilid 10 LIU CUNG KIAT merangkapkan kedua tangannya dengan
mata pedang turun menghadapi bumi, katanya cepat2 dengan
sikap yang ber-sungguh2:
"Dalam hal ini bukanlah menyangkut penghasilanku saja,
namun juga menyangkut nama baik dan tanggung jawab yang
diberikan kerajaan. Jika aku menyerahkan tawanan ini
kepadamu Toako, maka untuk selanjutnya sulit aku kembali
kekota raja... karena jika aku kembali, tentu pihak atasanku
akan menjatuhkan hukuman yang berat untuk kesalahan dan
dosa2ku ini...!"
"Hemmm, jadi engkau masih memberatkan jabatanmu itu "
Dan engkau tidak mau memandang mukaku ?" tanya sipelajar.
"Aku Cun Liong lo memang selalu bersikap lunak, tetapi jika
engkau bersikeras kepala seperti itu, dan tidak mau
mendengar nasehatku, tentu engkau sendiri yang akan
menderita kerugian..!"
Muka Cung Kiat berobah ketika mendengar perkataan Cun
Liong To, ia berkata dengan sikap yang sabar: "justru dengan
memberanikan diri Siauwte ingin meminta kebaikan dan
kemurahan hati Toako, agar mau mengampuni dan
mengijinkan aku mengawal kereta berkuda ini sampai
ditempat tujuannya. Jika memang kelak aku sudah
menyerahkan tawanan ini kepada pihak atasan, maka semua
itu terserah kepada Toako, ingin bekerja diwaktu itu juga aku
tidak akan mencampurinya lagi !
Tetapi sekarang ini justru tanggung jawab berhasil atau
tidaknya tawanan ini tiba ditempat tujuan berada dipundakku,
dan aku telah dipesan ber-kali2, bahwa tawanan ini sangat
penting dan harus tiba ditempat tujuan, dengan demikian
tanggung jawab yang begitu besar jelas tidak berani
kuterlantarkan!"
Muka Cun Liong To berobah jadi merah dan ia tampaknya
mendongkol sekali, katanya sengit:
"Baiklah, aku ingin melihat sampai dimana engkau ingin
memperlihatkan gigi mempertahankan terus tawanan itu,
walaupun kepandaianmu tinggi, tetapi kukira dengan hanya
seorang diri seperti ini, tentu engkau tidak akan berhasil untuk
mempertahankan tawanan ini !"
"Tetapi Toako...!"
"Begini sajba, kau katakan ddengan tegas, maau berpihak
padba kami atau pada kerajaan..?"
Liu Cung Kiat jadi bimbang, ia berdiri diam saja
ditempatnya dan tidak mengatakan suatu apapun juga.
Tetapi disaat itu, dua orang anak buah dari sipelajar she
Cun berkata sengit: "Sudah disikat saja, Toako... biar kami
yang membereskannya..!"
Namun pelajar she Cun tersebut mengulapkan tangannya,
ia berkata sabar: "jangan... biarlah urusan ini diselesaikan
olehku..!"
Dan setelah berkata begitu, sipelajar she Cun tersebut
menoleh kepada Liu Cung Kiat sambil tanyanya: "Bagaimana "
Apakah kau menerima usulku....?"
Namun Liu Cung Kiat menggelengkan kepalanya.
"Sayang sekali Toako... tugas ini menuntut tanggung jawab
yang berat.... dan menyesal sekali justru aku tidak
mengetahuinya bahwa kita akan berhadapan sebagai lawan."
Orang she Cung tersebut menggerakkan serulingnya sambil
tertawa tawar, tanyanya: "Apakah engkau rela jika
persahabatan kita hancur hanya disebabkan oleh urusan ini ?"
Liu Cung Kiat merangkapkan sepasang tangannya, ia
berkata dengan sikap bersungguh-sungguh: "justru dengan
memandang pada persahabatan kita dulu itu, harap Toako
bermurah hati kepadaku, ijinkanlah aku menyelesaikan tugas
ini sampai ditempat tujuan, setelah itu barulah Toako bekerja,
Diwaktu itu aku berjanji akan lepas tangan dan tidak
mencampuri lagi, karena sudah bukan menjadi kewajibanku
lagi..!" Muka sipelajar she Cun tersebut berobah jadi merah padam
karena semakin lama ia jadi hilang sabar dan menjadi marah,
serulingnya beberapa kali telah dikibaskan sambil katanya:
"Baiklah... jika memang engkau berkeras dengan
keputusanmu seperti itu, aku juga tidak bisa mengatakan
apa2... tetapi yang pasti, kami harus berhasil merebut
tawanan itu... Kami bukan tidak ingin memberikan muka
terang kepadamu, tetapi justru kami terpaksa sekali, karena
didalam urusan ini terdapat urusan yang besar dan penting
sekali, Maafkanlah... maafkanlah...!"
Waktu berkata bregitu, sipelajatr she Cun terseqbut
merangkapkarn kedua tangannya, ia menjura memberi
hormat. Melihat sikap sipelajar she Cun tersebut Liu Cung Kiat
segera menyadarinya bahwa pelajar she Cun tersebut akan
segera bertindak.
Dengan demikian, ia jadi bersiap sedia.
Dalam detik2 seperti itu, mereka saling pandang beberapa
saat, barulah kemudian ia berkata dengan suara yang sabar:
"Toako,benar2kah engkau tidak mau memberi muka terang
kepadaku?"
"Sayang sekali dalam hal ini memang aku tidak bisa
bertindak sendiri, urusan ini urusan pribadiku, sehingga
dengan demikian berarti aku tidak bisa memutuskan sendiri
seenaknya. Seperti engkau lihat, disini telah berkumpul
ratusan orang sahabat, dengan demikian, berarti keputusan
bersama yang harus dipegang, untuk kepentingan semuanya!
Menyesal sekali, aku harus mengorbankan perasaan pribadi
dan harus berusaha melaksanakan tugas. Sama seperti
engkau yang memiliki tugas dan tanggung jawab.... maka
akupun tengah bertugas dan bertanggung jawab !"
Muka Liu Cung Kiat memperlihatkan sikap yang menyesal,
ia berkata dengan suara yang tawar: "Apakah benar2
persahabatan kita harus rusak hanya sampai disini?"
Cun Liong To menghela napas dalam2, dengan
memperlihatkan sikap menyesal ia berkata: "Baiklah... baiklah,
jika memang demikian, kita mulai saja mengambil keputusan!"
Liu Cung Kiat tertawa pahit, katanya dengan suara yang
agak perlahan: "Apakah memang benar2 Toako tidak mau
memberikan muka sedikitpun kepadaku..?"
Cun Liong To menggeleng perlahan, katanya: "Menyesal
sekali memang tidak bisa aku meluluskan permintaanmu guna
melepaskan engkau begitu saja dengan "barang dagangan"
mu, maka dari itu, jika dari pihakmu tidak mau memberikan
pengertian kepada kami, bagaimana kami bisa memberikan
juga sesuatu kelonggaran untuk dirimu! persahabatan yang
telah kita pupuk begitu lama, jika memang engkau hendak
memandang akan persahabatan tersebut, tentu engkaupun
tidak akan menghalangi kami untuk mengambil kereta
tersebut guna menyelamatkan tawanan yang berada dalam
kereta itu."
Liu Cung Kiat tersenyum sambil menahan sabar, katanya:
"Baiklah Toako, ada petunjuk apa untukku ?"
"Mungkin selama ini engkau telah memperoleh kemajuan
yang pesat pada ilmu silatmu, maka aku hendak main2
beberapa jurus dengan kau...!"
"Baiklah...!" kata Liu Cung Kiat yang sudah tidak memiliki
pilihan lainnya, "Jika memang demikian, aku tidak bisa
menampik lagi dan terpaksa menerima petunjuk2 dari
Toako.!" Setelah berkata begitu Liu Cung Kiat merangkapkan
sepasang tangannya sambil sikap memberi hormat, padanya
telah ditujukan kearah tanah, mata pedang digetarkan
ternyata Liu Cung Kiat telah menyalurkan kekuatan tenaga
lwekangnya pada pedangnya tersebut,
Sedangkan Cun Liong To pun ber-siap2 untuk melakukan
pertempuran dengan menggunakan serulingnya, ia bersiapsedia
untuk menerima terjangan dari lawannya, yang pernah
menjadi sahabatnya itu.
"Silahkan engkau melancarkan serangan...!" kata sipelajar
she Cun tersebut.
"Maaf..!" kata Liu Cung Kiat, dan tahu2 pedangnya telah
bergerak menjurus kearah dada Cun Liong To dengan cepat,
ia bermaksud akan menikam dengan gerakan yang benar2
sulit sekali diikuti oleh pandangan mata biasa.
Tetapi Cun Liong To memang memiliki kepandaian yang
tinggi, ia tidak gentar terhadap tikaman seperti itu,
serulingnya telah diangkat untuk dipergunakan menangkis.
Gerakan yang dilakukannya tidak kalah cepatnya, dimana
serulingnya ber-gulung2 dan cepat sekali menyambar
kesamping dan terus menotok kearah rusuk lawannya.
Liu Cung Kiat mengeluarkan suara seruan, ia menggeser
kedudukan kakinya, pedangnya di sabetkan kesamping, dan
meluncur ke pinggang Cun Liong To.
Terpaksa Cun Liong To harus melompat lagi menjauhi diri.
"Hebat kepandaian yang telah engkau capai !" puji Cun
Liong To. Tetapi Liu Cung Kiat tidak menyahuti, cepat sekali
pedangnya menyambar ber-tubi2.
Cun Liong To juga melayani dengan serulingnya, mereka
jadi saling terjang dengan gerakan-gerakan yang cepat sekali,
dimbana sinar pedandg dan seruling ayang bergulung bitu
seperti mengurung diri mereka berdua.
Angin dari kedua senjata tersebut juga berkesiuran dengan
keras, sehingga debu berterbangan, membuktikan bahwa
tenaga lwekang yang mereka pergunakan telah cukup tinggi.
Orang-orang Cun Liong To menyaksikan jalannya
pertempuran tersebut dengan berdiri di luar gelanggang,
mereka hanya memandang diam saja dengan sikap bersiap
sedia untuk segera menerjang maju, jika saja Cun Liong To
memang terdesak oleh Liu Cung Kiat.
Tetapi dilihat dari cara bertempur kedua orang tersebut,
telah memperlihatkan bahwa mereka memang berimbang,
dimana kepandaian mereka seperti juga sama tinggi dan sama
liehay-nya. Setelah bertempur tiga puluh jurus lebih, tampak Cu Liong
To memutar serulingnya lebih cepat lagi, dimana ia ber-tubi2
melakukan penotokan, memukul dan gerakan untuk menggaet
pedang lawannya. Gerakan2 yang dilakukannya itu cepat
sekali, dan mengandung kekuatan lwekang yang benar2
dahsyat. Liu Cung Kiat tidak berani main2, karena lwekang yang
dipergunakan lawannya memang kuat dan juga gerakannya
disamping aneh pun cepat sekali.
Dia juga memutar pedangnya dengan cepat, sehingga sinar
pedang itu ber-gulung2 seperti juga perbentengan yang kuat
sekali mengelilingi tubuhnya. Dengan demikian, seruling
lawannya tidak bisa menerobos memasuki pertahanannya
tersebut. Kedua orang tersebut memang memiliki kepandaian yang
sama tinggi, sehingga sulit sekali bagi mereka untuk
mendesak lawan mereka masing2.
Setelah bertempur sekian lama dan mereka tetap
berimbang, akhirnya Cun Liong To telah merobah cara
bertempurnya, serulingnya tidak di-putar2 seperti tadi, tetapi
ia melakukan totokan-totokan dengan gerakan yang tidak
terduga, sebentar kekiri sebentar kemudian kekanan, sehingga
cukup membingungkan Iawannya.
Dan waktu Liu Cung Kiat tengah bingung untuk
mengelakkan diri dari totokan yang dilakukan oleh lawannya,
diwaktu itulah Cun Liong To telah mempergunakan
kesempatan tersebut untuk melompat tinggi sekali ketengabh
udara, tubuhndya bersalto dana kedua tangannyba dipentang,
lalu meluncur turun dengan serulingnya yang menyambar
cepat sekali. Samberan seruling yang cepat dan bertenaga itu benar2
membuat Liu Ceng Kiat tidak berani berayal. Cepat sekali ia
mengeluarkan suara bentakan sambil memusatkan kekuatan
lwekangnya, Dan bersamaan dengan itu pedangnya telah
menikam sambil menabas kesamping.
"Wutttt....!" angin serangan itu terdengar sangat jelas
sekali, dimana tampak sinar putih ke-perak2an dari pedang Liu
Cung Kiat telah menyambar dengan kuat sekali mengancam
perut Cun Liong To.
Waktu itu tubuh Cun Liong To tengah meluncur turun
dengan gerakan yang cepat sekali, sehingga ia tengah berada
dalam posisi yang tidak begitu baik, dimana lawannya sempat
untuk melakukan penyerangan ditempat kelemahan yang
terdapat pada saat itu, sehingga jalan satu2 nya hanyalah
mengerahkan Iwekangnya pada kakinya, dan ujung
serulingnya kemudian diinjak oleh ujung kakinya, tahu2
tubuhnya telah melambung lagi keatas.
Gerakan yang dilakukan memang benar2 sangat
mengagumkan karena ia telah memperlihatkan ginkang atau
ilmu meringankan tubuh yang sempurna, dimana tubuhnya
melambung seperti juga sehelai daun yang tertiup angin
keudara, sehingga selamatlah Cun Liong To dari samberan
mata pedang Liu Cung Kiat.
Begitulah, mereka berdua telah bertempur dengan jurus2
yang aneh, dan setiap jurus yang mereka pergunakan
merupakan jurus yang benar-benar mengandung maut, sekali
Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja mereka berlaku ayal dan terlambat mengelakkan diri dari
tikaman maupun totokan, maka mereka akan celaka.
Angin serangan pedang dan seruling itu telah berkesiuran
terus tanpa berkesudahan, sampai akhirnya Cun Liong To
menggerakkan serulingnya menyabet kesamping dengan
gerakan melintang, maka pedang Liu Cung Kiat telah terkena
dorongan yang kuat, hampir saja terlempar terlepas dan
cekalan tangannya.
Liu Cung Kiat melompat mundur dua langkah dengan wajah
yang berobah, sedangkan Cun Liong To juga telah mreIompat
kebelaktang dengan geraqkan yang cepat rsambil katanya:
"Tahan..!"
Liu Cung Kiat telah mencekal kuat2 pedang nya dan
mengawasi Cun Liong To dengan sorot mata yang tajam, lalu
katanya. "Toako, apakah kita harus saling bermusuhan lebih
jauh!" "Justru ini bukan persoalan pribadi... ini menyangkut
urusan dengan tugas dan kewajiban dimana kita berdua
memang masing2 memiliki tugas dan kewajiban yang
berbeda. Engkau tengah bertugas untuk menjaga tawanan
didalam kereta itu, sedangkan aku tengah berusaha untuk
dapat merebut tawanan tersebut... dengan demikian, kita
akan terus terlibat dalam persoalan yang tidak berkesudahan,
tetapi jika memang Liu Hiante bermaksud untuk bergabung
kembali dengan kami, tentu urusan ini akan dapat diselesaikan
dengan baik..!"
Mendengar bujukan Cun Liong To, Liu Cung Kiat tersenyum
pahit lalu katanya: "Sayang sekali aku tidak bisa melakukan,
kepercayaan yang telah diberikan kepadaku... tugas yang
tengah kulaksanakan ini harus dapat diselesaikan dengan sebaik2nya...!"
Muka Cun Liong To berobah sedikit, tetapi kemudian
katanya sambil tersenyum: "Jika memang demikian berarti kita
harus saling tempur terus tanpa berkesudahan, sampai
akhirnya salah seorang diantara kita ada yang terluka atau
terbinasa !"
"Aku sendiri tidak tahu cara apa yang harus dipengunakan
selain cara itu ?" kata Liu Cung Kiat, "Dan tentunya aku
hendak meminta belasan kasihan dari kau Toako, agar tidak
berlaku terlalu keras dan menurunkan tangan terlalu kejam
pada adikmu ini !" dan setelah berkata begitu, Liu Cung Kiat
bersiap-siap untuk menerima serangan kembali.
"Apakah engkau benar2 tidak mau mengalah sedikitpun
kepada kami ?" tanya Cun Liong To dengan suara yang datar.
"Menyesal sekali Toako.....terpaksa adikmu harus
mempertahankan tugas yang telah diberikan dan dipercayakan
kepada adikmu ini !"
Cun Liong To memandang tajam, kemudian menghela
napas, ia memasukkan per-lahan2 serulingnya pada ikat
pinggangnya, kemudian katanya: "Baiklah, aku akan mencoba
melayanimu dengan tangan kosong !"
Liu Cung Kiat memperlihatkan sikap tegang karena ia
menyadari bahwa dengan bertangan kosong, seperti Cun
Liong To akan jauh lebih lihay, karena tentunya ia akan
mempergunakan ilmu pukulan andalannya dinamakan "Bian
Hun Ciang" atau "Ilmu pukulan Wajah Arwah".
IImu pukulan itu merupakan ilmu pukulan telapak tangan
kosong yang sulit sekali dilawan, karena memang Cun Liong
To telah menjagoi rimba persilatan dengan mengandalkan
ilmu pu kulan telapak tangan kosongnya tersebut.
Liu Cung Kiat hendak menyimpan pedangnya, tetapi Cun
Liong To telah berkata: "Engkau boleh mempergunakan terus
pedangmu..!"
Liu Cung Kiat tersenym tawar.
"Terima kasih atas kemurahan hati Toako...!" katanya.
Dan ia mengibaskan pedangnya sampai memperdengarkan
suara mendengung.
Keduanya telah bersiap sedia untuk bertanding lagi, dimana
pedang akan menandingi kedua telapak tangan kosong, tetapi
Liu Cung Kiat sendiri kuatir, kalau2 ia tidak akan sanggup
menandingi kepandaian ilmu pukulan andalan dari Cun Liong
To, yaitu Bian Hun Ciang.
Cun Liong To telah mengangkat kedua telapak tangannya
sampai dekat dadanya, Gerakan yang dilakukannya sangat
lambat, tetapi bagi orang2 rimba persilatan yang memiliki
kepandaian tinggi tentu mengetahui bahwa gerakan yang
dilakukannya itu mengandung tenaga lwekang yang dahsyat.
Dengan demikian, setiap pukulan telapak tangan itu akan
berakibat berat sekali buat lawannya.
Liu Cung Kiat juga telah melinbtangkan pe angndya, bersiap2
uantuk menerima sberangan dari lawannya.
Setelah mengawasi sekian lama, akhirnya Cun Liong To
mengeluarkan suara seruan nyaring, tubuhnya tampak
melompat dengan gerakan yang gesit sekali, dan sambil
menerjang begitu, kedua telapak tangannya telah melakukan
pukulan beruntun dengan mempergunakan tenaga "Im"
(lunak) dan "Yang" (keras).
Menyaksikan lawannya melakukan penyerangan dengan
mempergunakan kekuatan yang mengandung dua unsur yang
berlainan sifatnya, Liu Cung Kiat bersikap jauh lebih ber-hati2.
Pedang nya juga telah diangkat agak tinggi, dan waktu
serangan dari Cun Liong To menyambar datang, ia
mempergunakan pedangnya itu untuk mengancam perut Cun
Liong To. Sehingga Cun Liong To harus cepat2 berkelit dan
membatalkan serangannya.
Jurus demi jurus berlalu dengan cepat sekali, dan diwaktu
itu, tampak gerakan dari Cun Liong To semakin lama jadi
semakin cepat, dan angin dari kedua telapak tangannya juga
menyambar semakin kuat, dengan demikian membuat Liu
Cung Kiat jadi sibuk untuk melompat kesana kemari
mengelakkan diri, sebab pedang ditangannya kini seperti
sudah tidak berdaya apa2 untuk melakukan serangan balasan
ataupun mendesak lawannya.
Hebatnya, Cun Liong To walaupun hanya mempergunakan
kedua telapak tangan kosong, namun bisa menandingi iimu
pedang Liu Cung Kiat, yang didesaknya terus menerus,
dengan demikian membuat Liu Cung Kiat harus memutar otak
keras sekali, guna mencari jalan agar bisa menandingi dan
mengimbangi pukulan2 lawannya.
Didalam hatinya Liu Cung Kiat juga memuji akan hebatnya
pukulan Bian Hun Ciang yang dimiliki Cun Liong To, karena ia
kagum melihat betapa Cun Liong To berulang kali dapat
mendesak dirinya ber-tubi2.
Semakin lama gempuran yang dilakukan oleh Cun Liong To
semakin kuat, dimana dia mempergunakan hampir delapan
bagian dari kekuatan lwekang yang dimilikinya. Angin yang
ber-gulung2 dari jurus2 yang dipergunakannya merupakan
angin kematian untuk lawannya.
Sekali saja Liu Cung Kiat gagal mengelakkan diri atau
menangkis serangan lawannya, berarti dia akan mengalami
luka berat ataub kematian.
Dengdan demikian, tearpaksa Liu Cungb Kiat harus
memusatkan seluruh perhatiannya, guna mengadakan
perlawanan yang gigih, pedangnya dicekal kuat2 dan dia
mengeluarkan ilmu pedang andalannya, yaitu Tui Hong atau
ilmu Pedang Mengejar Angin.
Seratus jurus telah berlalu, dan mereka semakin terlibat
dalam pertempuran yang menentukan antara hidup dan mati.
Tetapi disaat kedua orang itu tengah bertarung dengan
serunya, justru dikejauhan terdengar suara orang berseru
kaget dan kemudian tampak sesosok tubuh yang bergerak
cepat sekali mendatangi.
Sosok tubuh itu bergerak demikian gesit dan juga lincah
sekali, dalam sekejap mata telah melewati orang2nya Cun
Liong-To, kemudian tiba ditengah gelanggang.
Dan orang yang baru datang itu tidak mau ia berdiam diri
saja, ia menggerakkan kedua tangannya, yang tahu2 telah
berhasil mencekal tangan Cun Liong To dengan tangan kanan,
dan tangan Liu Cung Kiat dengan tangan kirinya.
"Hentikan..!" kata sosok tubuh itu dengan suara yang
nyaring, "jangan meneruskan pertempuran ini...!"
Cun Liong To dan Liu Cung Kiat jadi terkejut bukan main,
karena mereka merasakan waktu tangan mereka dicekal
tangan orang tersebut, pergelangan tangan mereka seperti
dijepit kuat sekali.
Dan waktu tubuh mereka didorong untuk dipisahkan satu
dengan yang lainnya mereka juga merasakan dorongan yang
sangat kuat sekali, sehingga mereka ter-huyung2 mundur
kebelakang. Dengan demikian telah membuktikan bahwa kekuatan
lwekang yang dimiliki orang yang baru datang tersebut
memang lebih tinggi dari mereka.
Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk memisahkan dua
orang jago yang tengah bertarung dan masing2 memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi orang yang baru muncul itu
tampaknya begitu mudah saja memisahkan mereka. Dengan
demikian membuat kedua orang tersebut, Cun Liong To dan
Liu Cung Kiat jadi terkejut bercampur kagum.
Dan mereka lebirh heran dan kagtet lagi waktu mqelihat
tegas barhwa orang yang memisahkan mereka tidak lain dari
seorang pemuda belia, yang berusia tidak lebih dari dua puluh
tahun. Cun Liong To segera dapat menguasai perasaannya, ia
merangkapkan tangannya.
"Siapakah Kongcu... bolehkah kami mengetahui she dan
namamu yang mulia ?" tanya nya.
Liu Cung Kiat mengawasi saja dengan hati ber-tanya2,
karena ia hampir tidak mempercayai bahwa pemuda semuda
ini bisa memisahkan mereka yang tengah bertempur dengan
mempergunakan kepandaian yang begitu tinggi.
Sedangkan pemuda yang baru datang dan telah
memisahkan kedua orang yang tengah bertarung ini, telah
memandang dengan tersenyum manis, katanya dengan suara
yang sabar: "Siauwte she Bun dan bernama Bin An."
"Dan.... " kata Cun Liong To. "Ada keperluan apakah
Kongcu telah memisahkan kami?"
Pertanyaan itu bernada manis, namun mengandung
teguran untuk pemuda tersebut, yang tidak lain memang Bu
Bin An. Bu Bin An merangkapkan sepasang tangannya memberi
hormat, ia berkata dengan suara yang sabar: "Maaf.... bukan
Siauwte hendak mencampuri urusan kalian, tetapi justru
Siauw te kebetulan lewat ditempat ini dan menyaksikan kalian
tengah bertempur begitu rupa, seperti juga tengah
mempertaruhkan jiwa untuk saling membunuh... tidak ada
persoalan yang tidak bisa diselesaikan, maka jika memang
kalian hendak mengambil jalan tengah, tentu segalanya bisa
diselesaikan...!"
Mendengar perkataan Bu Bin An, Cun Liong To tersenyum
tawar. "Tetapi urusan kami justru merupakan urusan yang cukup
penting dan harus ditentukan oleh kami berdua, dimana salah
seorang di antara kami harus terkalahkan dalam pertempuran
ini, guna menentukan apakah kami memang berhak untuk
memperoleh kereta itu..!" sambil berkata begitu, Cun Liong To
menunjuk ke arah kereta yang memang tengah diperebutkan.
Liu Cung Kiat yang sejak tadi berdiam diri, telah ikut
Golok Yanci Pedang Pelangi 6 Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Pedang Dan Kitab Suci 21
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama