Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 10
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurunkannya di pantai Sungai Siak, tak jauh dari Selatpanjang. Di seberangnya berlabuh sebuah kapal perang Belanda, jelas dengan mudah melihat kapal motor yang menurunkan berbagai senjata itu. Tentara Belanda yang ada di kapal itu pun jelas sekali kelihatan. Tidak usah dengan mempergunakan teropong. Begitulah dekatnya jarak antara kapal perang musuh dengan perahu bermotor kita yang melakukan penyelundupan senjata itu. Tetapi orang muda berilmu itu melaksanakan tugasnya dengan lancar. Tanpa gangguan apa pun.
"Kalau begitu kucing itu bisa masuk ke mana saja tanpa ada yang melihatnya?" tanya Subandrio.
"Tidak masuk akal. Tetapi bukankah kita sendiri sudah melihatnya. Bagaimana kita mau membantah kenyataan yang kita alami sendiri," kata dr Anton yang banyak tertarik dengan ilmu mistik sejak Sumarta dan sahabatnya Daeng Mapparuka dengan kucing mereka mengobati dan menyembuhkan Jaya Wijaya.
Dan, mendadak saja, seperti hendak memperagakan kemampuannya kucing suruhan Sumarta sudah ada pula di sana. Kali ini nyonya Subandrio terpekik. Karena terkejut dan takut. Mengapa dia kembali" Apakah karena dirinya dibicarakan" Bukankah tidak ada cerita buruk mengenai dirinya. Sekali lagi Sati memandang nyonya Subandrio dan suaminya silih berganti dengan sorot mata tajam. Setelah itu, dengan kelembutan seekor kucing biasa yang ingin dimanja, ia duduk ke pangkuan dr Anton, seolah-olah ingin mengatakan, bahwa dokter itu orang yang disukai dan merupakan sahabatnya. Sebenarnya dokter itu kaget juga disertai perasaan ragu-ragu dan tanda tanya. Karena belum pernah Sati berbuat begitu. Untunglah dia bisa menahan, tidak memperlihatkan rasa heran atau takut. Dia ingat Erwin pernah mengelus-elus kucing itu. Dan ia kini juga melakukannya.
Ternyata kucing itu pun memperlihatkan rasa senangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Subandrio dan nyonya hanya bisa melongo melihat adegan itu. Kucing apa ini sebenarnya" Apakah dokter itu juga menguasainya, dapat bicara dan menyuruh dia" Dalam hati kedua suami isteri itu juga bertanya-tanya apakah dr Anton termasuk komplot Sumarta yang sengaja memperlihatkan kebolehan Sati" Untunglah dokter itu datang atas permintaan.
Kalau atas kemauan-nya sendiri, kira-kira keluarga Subandrio akan menuduh dirinya sebagai orang yang membantu Sumarta dalam membuat Christine tergila-gila pada tukang buah itu.
Rupanya kucing suruhan itu ingin menimbulkan kesan lebih besar pada Subandrio dan isterinya. Ia berdiri dan menjilat-jilat leher dokter Anton. Dia tidak merasa jijik, tetapi geli.
Belum pernah dijilati kucing. Apalagi di leher pula. Tetapi dia membiarkan. Sati mengeong, mungkin mau mengatakan. "Ya, begitu dong. Kerjasama." Dan memang Subandrio dan nyonya amat kagum. Kucing yang tadi mendengus dan memandangi mereka dengan sikap marah, bisa selembut itu terhadap orang lain. Dalam hal ini dokter Anton. Sampai timbul keraguan-keraguan sebentar dalam hati mereka. Benarkah ini kucing yang sama. Atau hanya rupanya yang sama, tetapi bukan kucing yang datang pertama tadi"
"Dia sahabat dokter?" tanya Subandrio.
"Begitulah barangkah. Nampaknya dia menyukai saya,"
kata dokter Anton. Masih mempergunakan perkataan
"barangkali," sebab dia tidak mempunyai hubungan langsung dengan kucing pak Sumarta itu.
Suasana menimbulkan rasa aneh, tetapi tidak tegang lagi.
Karena kucing itu memperlihatkan kenormalan dirinya. Sama saja dengan kucing-kucing lain. Rupanya ia memang benar-benar mau meninggalkan perasaan tak menentu pada orang tua Christine yang jatuh cinta pada majikannya melalui kekuatan guna-guna. Dalam hal mana ia sendiri turut pegang peranan, sampai-sampai naik ke atas genteng rumah orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk meletakkan suatu kekuatan gaib. Sati mengeong sekali, lalu melompat ke lantai. Dan ia pergi. Berjalan pelan-pelan seperti kucing biasa saja. Subandrio dan istermya tambah menduga dan mendekati yakin, bahwa ini memang kucing biasa. Tetapi sampai ke dekat pintu ia berhenti, duduk sambil memandang ke tempat ketiga orang itu duduk. Subandrio dan nyonya buang muka melihat sorot mata kucing itu. Tidak mau atau tidak kuat menentangnya. Lalu, kucing suruhan itu berjalan lagi ke arah mereka.
"Dia datang lagi," kata dr Anton, karena dia tahu, bahwa kedua orang itu tidak mau lagi memandang Sati. Ucapan ini mengagetkan Subandrio lagi. Begitu pula isterinya. Dan keduanya serentak memandang ke arah pintu. Benar, ia datang lagi dengan langkah santai. Seolah-olah di rumahnya saja. Kemudian ia melompat ke atas meja. Subandrio dan isterinya tidak mau memandang secara langsung, hanya selayang-selayang. Sati mengeong lembut. Dan suaranya itu menggerakkan hati orang tua Christine untuk melihatnya. Sati mengeong lembut lagi. Dan memandangi kedua orang itu silih berganti. Tidak lagi dengan sorot mata tajam. Barangkali hendak mengatakan kepada kedua orang itu agar tidak usah takut. Sikap dan pandangan Sati memang menimbulkan simpati bagi siapa pun yang tidak pembenci kucing. Tetapi kucing suruhan ini rupanya juga punya sifat suka "ngeledek"
atau mengganggu. Mendadak dia hilang, entah ke mana.
Tidak ada lagi di atas meja.
"Kucing aneh," kata nyonya Subandrio tanpa dapat menahan keheranannya. "Baru sekali ini saya melihat keajaiban begini." Suaminya tidak mengomentari, karena baginya juga baru pertama kali.
"Rupanya pemiliknya itu hebat sekali," kata Subandrio.
"Tukang sihir," lanjutnya tanpa maksud buruk. Begitulah juga pendapat isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah dokter sudah lama kenal dengan pak Sumarta ini"
Berapa umurnya, bagaimana asal mula perkenalan dokter dengan dia?" tanya nyonya Subandrio.
Dr Anton menerangkan yang sebenarnya. Bertambah kagumlah kedua orang tua wanita pujaan pemilik kucing itu.
"Dia menyembuhkan orang yang tidak dapat ditolong oleh banyak dokter spesialis?" tanya ibu Christine. Pada waktu itu ia teringat pada seorang kemenakannya yang sudah empat tahun sakit jiwa. Sementara orang berpendapat bahwa penyakitnya sudah sampai tingkat yang dikatakan gila.
Memang sudah banyak dokter mencoba tanpa hasil!
Apakah Sumarta ini dapat menolong. Pada waktu itu, untuk sesaat ia lupa, bahwa Sumarta inilah yang membuat anaknya jadi tergila-gila dan menimbulkan rasa malu bagi keluarga mereka yang dikenal terpelajar dan kaya pula lagi.
"Barangkali dia dapat menolong Susanti Pa," kata nyonya Subandrio kepada suaminya. Dia tidak segera menjawab.
Mereka sekeluarga memang kasihan sekali melihat nasib Susanti yang amat fanatik, lebih cantik dari Christine, tetapi berpenyakit gila. Dia tertawa-tawa dan ngomong-ngomong sendiri. Kadang-kadang pergi ke dapur, dengan sengaja membanting piring, gelas atau apa saja yang dilihat serta dapat dijangkaunya. Tidak tiap hari dilakukannya, tetapi bila penyakitnya sedang memuncak maka gelas, piring dan segala macam barang keperluan makan dan minum itulah yang jadi sasarannya. Bilamana ia telah selesai dan orang bertanya kepadanya, mengapa ia memecahkan benda-benda itu, maka dengan muka heran ia akan berkata: "Kalian semua gila!
Kalian yang memecahkan, kalian tanya mengapa aku melakukannya. Bukankah itu gila. Periksakanlah diri ke dokter, barangkali kalian diserang gangguan syaraf!" Setelah berkata begitu, ia mengambil majalah, koran atau buku, membaca.
Betul-betul membaca. Dia tahu apa yang dibacanya, bahkan bertanya tentang apa yang dibacanya itu. Itu kalau sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waras. Dia bahkan akan mendebat, kalau jawab orang tidak sesuai dengan pendapatnya. Lalu dia memberikan argumentasinya. Tampak bahwa dia punya otak cemerlang.
"Kami punya seorang kemenakan yang kadangkadang gila, tetapi diwaktu waras tampak jelas bahwa ia sangat cerdas,"
kata Subandrio kepada dr Anton. Dikatakannya pula, bahwa sejumlah dokter ahli jiwa tidak berhasil. Dia masih malu bertanya, apakah Sumarta barangkali dapat menolong. Dan dokter itu mengerti apa yang dirasa oleh Subandrio. Lalu ia berkata, apakah tidak mau coba-coba minta pertolongan Sumarta. Mendengar ini Subandrio dan isterinya saling pandang tanpa buka suara. Mereka berperang dengan perasaan yang terpendam selama ini. Kebencian pada laki-laki tukang buah yang menguasai hati anak mereka. Minta tolong kepada orang yang begitu dibenci" Sanggup" Apa tidak malu"
Kalau pertolongannya dipinta, bagaimana nanti dengan Christine" Minta pertolongan sambil membenci dirinya, mana mungkin. Kalau sampai mereka melakukan itu, maka mau tidak mau, mereka harus memperlunak pendirian dan sikap terhadap dukun itu. Dukun yang mereka anggap akan menyebabkan malu yang amat besar bilamana sampai bisa menikah dengan Christine.
Tetapi, cerita tentang kehebatan pengobatan gaib Sumarta itu telah membuat Subandrio dan isterinya tidak lagi meneruskan percakapan dengan dokter Anton agar ia tolong menyadarkan tukang buah itu. Tanpa diketahui yang empunya diri, Sumarta sudah dapat kemenangan beberapa angka atas orang tua Christine yang tidak menyukai dirinya sebagai menantu.
Setelah dokter itu pergi, barulah kedua suami isteri yang ingin kepulihan semula Susanti berunding mengenai kemenakan mereka itu. Pembicaraan berjalan seret, karena keduanya mempunyai harga diri dan mereka juga orangnya yang sangat kasihan melihat nasib Susanti. Kalau kebolehan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta diceritakan kepada orang tua Susanti, pasti mereka memaksa untuk mohon bantuan dukun yang diyakini amat pintar itu. Dan bagaimanapun dirahasiakan, pasti Sumarta akan tahu bahwa Susanti adalah saudara misan Christine. Ia akan dengan senang hati mencoba, kalau ia mampu. Tetapi dia tahu, bahwa dia bukan dukun yang berarti. Kejatuhan Christine adalah berkat bantuan Daeng Mapparuka yang telah tiada. Itu pun dalam bidang guna-guna, bukan pengobatan.
Sedangkan penyembuhan Jaya Wijaya, bukan karena kepandaiannya dan almarhum Daeng, tetapi karena kesaktian Sati. Tetapi kesembuhan itu mungkin karena dialah yang menggigit Jaya Wijaya. Dalam hal Susanti, bukan kucing itu yang membuat dia jadi gila.
Semua ini akan jadi pikiran berdasar kenyataan bagi Sumarta, kalau pada suatu hari keluarga Susanti dan Christine sampai meminta bantuannya.
"Apakah kita relakan Christine, karena dia sudah jatuh cinta," kata Subandrio.
"Cintanya itu bukan cinta sebenarnya," jawab Subandrio mempertahankan anaknya. "Tetapi mungkin dia dapat menolong, dan kita ingin kesembuhan Susanti.
Diwaktu itulah Christine keluar lagi. Dokter Anton merasa lebih baik pergi. Ia mohon diri.
*** "BARANGKALI kau dapat minta bantuan kekasihmu Sumarta untuk menyembuhkan Susanti," kata Subandrio.
Christine merasa heran. Ini angin baru. Apakah orang tuanya sudah dapat menerima Sumarta yang sangat mereka benci itu"
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TUJUH PULUH SATU
TANPA berbelat-belit Christine bertanya apakah orang tuanya kini sudah bersikap baik terhadap kang Sumarta. Baik ibu maupun ayahnya tidak memberi jawaban positip. Hanya diam.
"Kenapa mendadak mama dan papa mau minta bantuannya?" tanya wanita itu. Ia benar-benar ingin suatu penegasan.
"Karena mungkin dia dapat membantu. Kasian Susanti yang sudah sekian lama menderita. Barangkali dia dapat menyembuhkan!" jawab ibunya.
"Apakah ini juga berarti, bahwa mama dan papa tidak benci lagi kepadanya?"
Kedua orang tuanya tidak menjawab. Hanya mengulangi, bahwa mereka ingin melihat kesembuhan Susanti.
"Kau mau mengatakannya kepada Sumarta, Tin?" tanya ibunya.
"Boleh saja. Tetapi mungkin dia akan menilai ini sebagai suatu perubahan sikap ibu. Dia bisa berpikir, bahwa kini mama dan papa sudah tidak keberatan menerima dirinya sebagai anggota keluarga."
Sekali lagi ayah dan ibunya tidak menjawab. Dalam hati mereka tetap tidak mau menerima laki-laki yang hanya tukang buah dan dukun itu jadi menantu, tetapi mereka juga menyadari, bahwa mereka membutuhkan pertolongannya.
Atas mufakat bersama, kedua orang tua Susan-ti dipanggil untuk musyawarah. Ibu Susanti adalah adik kandung ibu Christine, sehingga kedua wanita itu bersaudara misan atau sepupu. Susanti lebih muda tiga tahun dari Christine. Rupanya lebih cantik, belum pernah nikah. Dalam pada itu Christine yang sudah janda punya daya tarik tersendiri. Misalnya matanya yang selalu seperti bicara dan lesung pipit di kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belah pipinya. Susanti bermata redup, penuh pesona. Seperti punya daya magnetis. Keredupan matanya itu mudah menundukkan hati pria. Sayang, beberapa tahun belakangan ini ia telah berubah. Tidak selalu waras, walaupun tidak terus menerus menunjukkan gejala-gejala sakit jiwa.
KEDATANGAN Hamidy dan isterinya tanpa Susanti disambut tiga beranak. Subandrio langsung saja menerangkan tentang adanya seorang dukun yang konon amat pandai. Dapat menyembuhkan penyakit yang sudah tidak terhadapi oleh dokter. Dia ceritakan tentang penyakit aneh yang menerjang Jaya Wijaya. Sejumlah dokter sudah angkat tangan, menyatakan tidak sanggup. Tetapi dukun yang satu ini dapat menyembuhkannya sampai sempurna. Ia tidak menceritakan adanya sakit hati mereka kepada Sumarta, karena menurut keyakinan dukun itu telah mengguna-gunai dan menguasai Christine.
"Kakak mengenalnya?" tanya nyonya Hamidy yang bernama Estu kepada nyonya Subandrio yang kakak kandungnya dan bernama Sumi.
"Kenal-kenal begitulah. Christine yang lebih kenal," katanya sesuai kenyataan. Membuat Estu dan suaminya heran, mengapa pula Christine jadi lebih kenal sama seorang dukun.
Terlintas di hati kedua paman dan tante itu apakah Christine sudah main-main dukun. Di zaman ini memang ada sejumlah besar wanita main dukun. Tidak heran. Sebab pejabat tinggi juga konon banyak mempergunakan dukun untuk kepentingan karir mereka.
"Bagaimana kau jadi mengenal dukun itu Tin?" tanya tantenya polos. Orangnya memang tak suka berbelat-belit.
Merah juga muka Christine, tetapi ia masih dapat segera mengatasi. Bukan mengatakan yang sebenarnya, tetapi berdalih, bahwa ia pernah diajak kawannya ke rumah orang itu. "Kawanku itu membutuhkan pertolongannya dan ia memang dapat membantu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mau membawa tante dan oommu ke sana" Kata ibumu dia mungkin dapat menyembuhkan Susanti. Kasihan adikmu itu. Hidupnya jadi seperti tak berarti," kata tentenya.
"Sebaiknya tante dan oom pergi ke sana bersama mama.
Saya tidak pandai bicara," kata Christine. Ia berpendapat, bahwa ibunya yang sombong itulah yang seharusnya berhadapan sendiri. Supaya dia menyadari, orang yang dianggap rendah pun kadangkala besar sekali gunanya bagi orang kaya dan terpelajar. "Jadi dapat menceritakannya lebih jelas," sambung Christine menguatkan alasannya.
Atas mufakat bersama, diputuskanlah, petang itu Subandrio dan isteri beserta orang tua Susanti akan pergi ke rumah Sumarta. Bagi Hamidy dan isterinya tidak apa-apa, bahkan disertai harapan, semoga kunjungan itu tidak akan sia-sia.
Merekalah manusia paling berbahagia, kalau anak mereka Susanti sampai dapat sembuh kembali seperti sediakala. Lain halnya dengan Subandrio dan isterinya. Langkah terasa sangat berat dan muka terasa merah padam berganti pucat. Betapa tidak. Mereka mati-matian membenci Sumarta yang diduga keras telah mengguna-gunai anak mereka. Telah melakukan berbagai daya upaya untuk menjauhkan Christine dari tukang buah itu. Kini, mereka yang datang ke rumahnya, hendak mohon kemurahan hati Tolong mengobati kemenakan mereka yang diserang penyakit jiwa, yang kadangkala sudah dapat dikatakan setengah gila.
Kedatangan mereka memang disambut dengan perasaan heran dan cemas oleh Sumarta yang sedang menggendong-gendong kucingnya di halaman. Kecut hati Subandrio dan Sumi melihat kucing yang sudah mereka kenal itu.
Kedua pihak sama-sama menaruh curiga. Apakah Subandrio hendak menegur dirinya, sebagai orang yang tidak tahu diri, tanya Sumarta di dalam hati. Sebaliknya suami isteri Subandrio yakin, bahwa kucing itu bisa disuruh menyerang mereka, kalau Sumarta menghendakinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah memberi salam, Subandrio bertanya apakah mereka boleh bertamu untuk ngomong-ngomong.
"Silakan," kata Sumarta masih penuh tanda tanya apa maunya keempat tamu ini. Siapakah pula yang dua orang lagi.
Tetapi jawaban itu segera diperolehnya setelah mereka berada di rumah Sumarta yang amat sederhana. Subandrio memperkenalkan adik isteri dan suaminya.
Setelah basa-basi sekedarnya, menanyakan tentang dagangan Sumarta dan memuji kucingnya yang cantik, Hamidy memulai: "Kami ini datang hendak minta tolong!"
Tolong apa, pikir Sumarta. Tolong melepaskan Christine dari pengaruhnya. Berarti melepaskan wanita yang diharapnya akan segera jadi isterinya itu"
"Begini," sambung Hamidy. "Kami sudah mendengar banyak tentang pak Marta!"
Wah, tamu ini, yang baru sekali itu dilihatnya, sudah mengenal nama dirinya. Apakah dirinya betul begitu terkenal"
"Kami punya seorang anak," ujar Estu meneruskan. "Anak perempuan. Kira-kira sembilan belas tahunlah," kata Estu.
Selebihnya Hamidy yang meneruskan. Bagaimana anak mereka itu beberapa tahun yang lalu jadi berubah. Kadangkadang seperti kurang waras. Ketawa-ketawa sendiri dan kadang-kadang juga memecahkan apa saja yang dapat dipecahkannya.
Gangguan syaraf, setengah, gila, pikir Sumarta.
Tentu mau minta tolong, karena keberhasilannya terhadap Jaya Wijaya terdengar oleh mereka ini. Dia mulai merasa tidak enak, gelisah. Dia belum pernah mengobati orang sakit ingatan. Ia pun bersandar pada Sati! Tinggal Sati saja. Kalau dulu, masih ada Daeng Mapparuka untuk dimintai nasehat dan pertolongan. Sedangkan mengguna-gunai Christine juga hanya berhasil dengan bantuan Daeng dan kucing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suruhannya. Dirinya sendiri" Huh, dia tidak punya kemampuan apa-apa. Tapi entahlah kalau Sati mau dan dapat menolong.
"Pak Marta tentu tahu maksud kunjungan kami ini. Kasihan anak kami itu. Tolonglah. Kalau perkara biayanya, berapapun kami bayar," kata Hamidy. Lagi-lagi orang menyodorkan uang.
Tidak cinta, tidak bangsa sendiri. Kalau banyak duit dan butuh pertolongan, terus saja menawarkan uang. Dunia ini memang sudah berkiblat ke duit saja. Sebenarnya dia sendiri pun perlu banyak uang untuk keperluan calon isterinya. Apa yang terbaik dikatakannya"
"Maukah pak Sumarta menolong kami" Kami akan berbahagia sekali kalau anak kesayangan kami itu dapat sembuh. Dia dulu selalu terpintar di kelasnya. Bayangkanlah kalau bapak punya anak yang bernasib malang seperti anak kami," pinta nyonya Hamidy.
"Pak Sumarta mau menolong kami, bukan?" tanya nyonya Subandrio dengan mengenyampingkan semua perasaan malu.
"Kita hidup di dunia ini untuk saling tolong menolong," kata Sumarta. Tidak tahu dia, apa yang lebih baik harus dikatakan.
"Jadi, mau?" tanya ibu Susanti dengan penuh harapan.
"Tentu saja, tetapi berhasil atau tidaknya tentulah terpulang kepada yang maha menentukan. Saya sekedar berusaha." Memang itulah yang harus dikatakan. Mau menolong, tetapi berhasil atau tidak, bukan urusannya. Bukan dia yang menentukan. Dalam hati dia yakin, kalau hanya bersandar pada kemampuannya, ia pasti tidak akan berhasil.
Apa sih sebenarnya ilmu yang dimiliki" Tidak ada, atau hampir tidak adalah. Semua berkat kesaktian kucing suruhannya dan bantuan Daeng Mapparuka. Yang sekarang sudah tidak ada lagi.
"Ya, memang begitu. Kita manusia hanya berusaha, yang menentukan Tuhan jua," kata Hamidy. Tetapi isterinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambung: "Tetapi kami yakin, kalau pak Sumarta sungguh-sungguh, pasti anak kami itu akan sembuh kembali.
Nama pak Marta sudah terkenal ke mana-mana."
Sumarta hanya menelan air liur saja mendengar pujian itu.
Pujian yang akan membuat dia lebih tenggelam, kalau dia tidak berhasil.
"Bagus sekali kucing bapak ini," kata Hamidy melihat Sati yang selalu duduk dekat dengan tuannya. Subandrio dan isterinya hanya saling pandang.
"Siapa namanya?" tanya nyonya Hamidy.
"Sati, saya namakan dia Sati," jawab Sumarta. Dan Kucing itu mengeong.
"Kalau tak salah, Sati itu dalam bahasa Minang artinya Sakti," kata Hamidy yang memang asal Sumatra. Sumarta hanya tersenyum.
"Siapa nama anak Tuan yang sakit itu?" tanya Sumarta sekedar mengisi kekosongan.
"Susanti," jawab Hamidy dan isterinya serentak.
"Hari apa dan. jam berapa lahirnya?" tanyanya lagi. Juga sekedar tanya saja. Daripada kelihatan seperti orang bodoh tak minta data-data tentang orang yang mau diobati.
"Kamis jam enam petang, menjelang magrib," kata nyonya Hamidy. Senang hatinya. Kalau sudah bertanyakan itu, tentu dia akan mengerjakannya. Dukun-dukun hebat memang tidak banyak tanya. Sekedar yang perlu. Pak Marta ini mempunyai sifat-sifat itu. Betapa beruntungnya mereka nanti, kalau Susanti sudah sembuh oleh kepandaian Sumarta. Nyonya Subandrio dan suaminya tak banyak tanya. Tapi banyak rasa malu
Hamidy bertanya apa syarat-syarat yang diperlukan untuk pengobatan. Berapa biaya. Tetapi Sumarta tidak meminta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biaya apa pun. Dan tidak ada syarat-syarat. Dia hanya berkata: "Saya akan usahakan."
Dalam perjalanan pulang, Sumarta jadi pokok pembicaraan.
Dukun yang tidak minta baiaya. Pun tidak minta jarum, pisau lipat atau bunga. Tidak minta emas sebagai pengeras pengobatan agar manjur.
"Inilah baru dukun," kata Hamidy. Isterinya pun menguatkan.
Subandrio dan isterinya pun sependapat dan dalam hati berkata bahwa sudah pastilah ilmu guna-guna Sumarta sangat hebat, sampai anaknya tak berkutik.
Setibanya di rumah, nyonya Hamidy berkata kepada kemenakannya: "Memang hebat dia Tin. Hanya bertanyakan nama dan hari serta jam lahir. Itulah dukun yang sebenarnya, sekali lihat, aku sudah percaya kepadanya," katanya. Dan suaminya melirik tajam. Subandrio dan isterinya saling pandang. Sama menguatkan bahwa Sumarta memang bukan sembarang dukun. Tetapi sama sekali tidak berarti, bahwa mereka setuju dengan pernikahan Christine terpelajar dan cantik dengan orang hanya tukang buah kampungan itu.
*** SUMARTA kelimpungan seorang diri. Jangankan mengobati orang sakit ingatan. Sedangkan menyembuhkan orang demam saja dia tidak bisa. Paling-paling dia tumbuh dua tablet aspirin sampai halus dan pura-pura dijampi lalu suruh si sakit meminumnya. Seolah-olah itu obat buatannya sendiri.
Mungkin akan sembuh. Tapi orang sakit syaraf atau setengah gila, mau dikasih apa"
"Sati, kau dapat menolong orang sakit ingatan ini"
Namanya Susanti, lahir hari Kamis pukul enam sore menjelang magrib?" tanyanya kepada kucingnya. Eh, kucing itu mengeong sambil menggeleng berkali-kali. Tandanya tidak sanggup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diwaktu dia dalam kepusingan, sahabatnya Erwin masuk.
Dia sudah tidak curiga lagi sama anak muda ini.
"Wah, saya lagi bingung ni Erwin. Untung kau datang!"
kata Sumarta dan dia menceritakan secara singkat apa yang telah terjadi. Dia pun lalu mengatakan, bahwa dia pasti tidak sanggup.
"Aku mendengar bahwa Erwin pernah mengobati gadis yang telah jadi ular oleh buatan orang. Pernah menyembuhkan orang gila. Tolonglah. Yang sakit ini tak kurang dari saudara sepupunya
Christine. Mereka menyangka aku bisa mengobati, padahal aku tidak punya pengetahuan apa pun di bidang itu. Tapi aku juga tidak menolak. Sati pun sudah mengatakan tidak sanggup. Dan kita sudah tidak banyak waktu. Karcis ke Muangthai sudah siap."
*** TUJUH PULUH DUA
ERWIN menjelaskan, bahwa semua telah selesai, tinggal menunggu hari keberangkatan. Mereka akan menginap di Singapura satu malam, kemudian baru meneruskan ke Bangkok. "Kalau tiada halangan apa-apa," kata Erwin menambahkan. Dengan banyaknya rintangan selama ini, terutama dari pihak Jaya Wijaya, ia sendiri kurang yakin, apakah mereka dapat meninggalkan Jakarta dengan aman.
Tiga hari lagi memang tidak lama, tetapi dalam satu jam saja pun aneka macam bencana bisa terjadi.
"Aku ingin menolong calon mertuaku Erwin. Tetapi kau tahu, aku tak kan mampu. Kau suka menolongku?" tanya Sumarta.
"Maksudmu mengobati kemenakan keluarga Subandrio?"
tanya Erwin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, tetapi," Sumarta tak meneruskan kalimatnya. Berat lidahnya.
"Tetapi apa" Katakanlah, A aku tidak mengerti!"
Setelah diam sejurus, Sumarta berkata, bahwa berat baginya mengatakan.
"Kita bersahabat, akan sama-sama pula ke Muangthai. Tak ada yang perlu kau segankan. Katakan saja."
"Aku ingin berjasa bagi calon mertuaku. Tetapi aku tidak sanggup mengobati kemenakan mereka. Kebolehanku sangat terbatas Erwin. Kupikir kau pun tahu, bahwa kemampuanku dalam pengobatan sangat terbatas. Ilmuku hanya secuil jika dibandingkan dengan punyamu yang segunung!"
Erwin mengerti apa yang diingini kawannya itu. Suatu keinginan wajar. Seseorang ingin berbuat baik terhadap calon mertuanya. Supaya di-suka dan disayang. Supaya sang mertua merasa berhutang budi. Tetapi bagaimana melakukannya. Dia sendiri pun belum tentu pula akan berhasil jika dicobanya mengobati Susanti. Dia pernah dimintai pertolongan oleh keluarga Subandrio dan dia telah menolaknya. Mengapa dia kini tanpa dipinta hendak coba mengobati Susanti. Akan timbul curiga mereka. Dijelaskannya kepada Sumarta. Dan Sumarta mengerti, bahwa keinginannya itu sukar dilaksanakan. Erwin juga merasa malu. Seolah-olah mempermainkan Hamidy dan isterinya. Juga mengibuli Subandrio dengan isterinya.
"Kau tak mau menolong Erwin" Menyembuhkan seorang wanita yang tak waras. Sekaligus menolong kawanmu yang hanya ingin kelihatan berjasa?" Iba juga hati Erwin mendengar rengek pemilik kucing suruhan itu. Sati yang berada di sana memandang Erwin, seperti orang yang memohon pula. Pandai sekali kucing ini membuat muka minta dikasihani. Padahal bukan untuk dirinya. Seolah-olah ia meminta kepada Erwin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar suka membantu majikannya yang sudah kehilangan akal tetapi tetap ingin berbakti itu.
"Kau tak mau menolong tuanmu sati?" tanya Erwin. Kucing itu hanya mengeong. Tidak mengangguk dan tidak menggeleng.
"Kau dapat menolongnya, bukan?" tanya Erwin lagi. Kini Sati menggeleng. Ia mengatakan tak sanggup.
"Mustahil Sati. Kalau kau mau tentu kau dapat," kata Erwin.
Sekali lagi Sati menggeleng.
"Mengapa?" tanya si manusia harimau itu.
Kucing itu menjawab lagi dengan satu gelengan kepala.
"Kau ingin aku mencoba?"
Kucing suruhan mengangguk. Semua didengar dan dilihat oleh Sumarta. Dengan hati berdebar, tetapi juga dengan penuh harap.
"Aku mau mencoba kang Marta, tetapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Kalaupun aku tahu caranya, belum tentu pula aku berhasil. Bagaimanapun aku hanyalah manusia biasa seperti kang Marta. Hanya bisa mencoba dan meminta kepada Tuhan. Yang menentukan tetap Dia, mau mengabulkan permintaan hambaNya atau tidak.
"Aku heran," kata Erwin beralih ke cerita lain. "Kakang sanggup menundukkan Christine dengan ilmu pekasih kakang," katanya menebak dengan penuh keyakinan, "tetapi tidak dapat menyembuhkan orang yang sakit ingatan. Tidak sembarang orang bisa membuat guna-guna seperti kang Marta," kata Erwin lagi memuji. Erwin seenaknya mengangkat dan menghempaskan pemilik kucing suruhan itu.
"Itu jodoh Erwin. Sebagian besar pekerjaan Daeng dan Sati. Aku hanya membonceng saja," katanya berterus terang.
Dan Erwin senang dengan kejujuran tukang buah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimanapun dia sudah berhasil membuat kagum sejumlah dokter dan membuat Christine tergila-gila kepadanya.
"Baiklah. Aku akan mencoba. Berdoalah supaya kita berhasil. Besok pagi kita lakukan. Maksudku kita coba.
Memintalah kang Marta semalaman nanti supaya niat baik ini dikabulkan Tuhan. Ini memang usaha baik. Menyembuhkan orang sakit sudah pasti pekerjaan yang amat mulia. Namun begitu, orang hanya bisa sembuh, kalau Tuhan mengizinkan.
Tanpa izin Tuhan tidak akan berhasil. Sebab hasil dari tiap usaha yang baik itu adalah berkat kemurhan Allah dan akibat pekerjaan jahat adalah karena menurutkan bisikan iblis." kata-kata Erwin yang jauh lebih muda dari dirinya itu membuat Sumarta pada saat itu sadar, betapa kecilnya dia dibandingkan dengan Erwin.
*** LAIN halnya dengan Subandrio dengan isterinya. Keduanya merasa malu telah mengunjungi Sumarta yang mereka anggap begitu hina. Terasa benar, bahwa orang "hina" pun pada waktu tertentu bisa jadi begitu penting, tempat orang
"hebat" meminta bantuan. Itulah suatu bukti, bahwa di dunia ini pada saat yang tidak diduga, siapa pun bisa jadi orang amat penting dan dibutuhkan. Bahwa diri orang yang biasanya dinilai tak berarti bisa jadi begitu menentukan. Itulah pula bukti dari keadilan Tuhan yang merata di antara hambaNya.
"Kalau ia sampai berhasil menyembuhkan Susanti, Bagaimana mas?" tanya isteri orang kaya itu.
"Kita jadi berhutang budi. Tetapi siapa tahu, setelah melihat Susanti, cintanya pindah kepada kemenakanmu itu,"
kata Subandrio yang bangkit egoismenya. Baginya, kalau terpaksa memilih, tentu saja dia lebih suka kemenakannya yang kawin dengan tukang buah itu ketimbang anak kesayangannya yang sewajarnya hidup berdampingan dengan seorang terpelajar dan penting. Walaupun sekiranya terkenal koruptor kaliber raksasa jahanam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ee, isterinya juga seharapan dengan dia. Mudah-mudahan Sumarta berpaling pada Susanti Bagaimanapun begitu lebih baik, daripada dia yang mesti bermenantukan dukun itu.
Dan perempuan itu tidak dapat menahan sukacitanya, walaupun baru sampai ke tingkat harapan. "Aku harap juga begitu mas. Lebih baik Susanti daripada anak kita. Apa mas pikir dukun itu bisa jatuh hati padanya!"
"Lho, kenapa tidak. Kalau dinilai secara jujur, kan Susanti masih di atas Christine kecantikannya. Perawan lagi," kata Subandrio.
Tetapi celaka. Baru saja dia habis mengucapkan kalimat itu, kucing cantik tetapi menyeramkan kepunyaan Sumarta sudah menampakkan diri pula di sana. Dia benar-benar membuktikan, bahwa dia selalu tahu apa yang dikatakan orang tentang pemiliknya. Kalau tak berkenan di hatinya pasti dia memperlihatkan diri. Kedua suami isteri memandanginya penuh curiga. Mau apa dia" Untunglah datang Christine yang kenal baik dengan Sati.
"Ada apa Sati?" tanya Christine ramah. Dan kucing itu menjawab dengan satu ngeongan yang lembut.
"Bagaimana hasilnya ma?" tanya Christine.
"Oh, dia bersedia menolong. Besok dia akan datang, katanya," jawab nyonya Subandrio. Hatinya tetap tidak tenang oleh kehadiran Sati secara mendadak. Kalau tidak ada maksud atau kemauannya, mustahil dia tiba-tiba hadir di sana. lalu terjadilah peristiwa yang amat mengejutkan perempuan itu.
Sati mendadak melompat. Bukan ke atas punggung atau ke mukanya. Melainkan persis di antara kedua pangkal pahanya bagian depan. Kukunya ditariknya dari atas ke bawah sehingga kain Bugis yang dipakainya robek lurus sepanjang kakinya. Bukan satu sobekan. Melainkan dua. Sejajar.
Perempuan itu menjerit karena terkejut, karena takut dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena malu. Setelah itu, tanpa tergesa-gesa kucing itu pergi meninggalkan mangsanya.
Christine terdiam. Malu. Karena bagaimanapun ia merasa turut bertanggung jawab. Karena kucing itu milik Sumarta yang telah disukainya. Walaupun gairah hatinya kini tidak lagi seperti dulu. Tetapi masih tetap hangat, masih tetap disayanginya.
"Mengapa dia seperti dengan sengaja merobek kain mama?" tanya Christine. "Adakah kata-kata mama yang salah?" tanyanya lagi, ingin menjelaskan, bahwa Sati tidak akan berbuat kasar, kalau dirinya atau tuannya tidak disinggung.
Baik mama maupun papanya tidak memberi jawaban. Malu mengatakan apa yang mereka katakan tadi.
"Pasti ada yang mama rahasiakan! Sati tidak pernah marah kepada siapa pun yang tidak punya salah terhadap dirinya dan majikannya."
Dengan kepala ditundukkan oleh rasa malu Subandrio dan isterinya menceritakan apa yang mereka harapkan dan katakan.
"Kalau begitu salah mama dan papa sendiri," kata Christine lalu ia pergi. Diam-diam dia pun mempunyai rasa takut kepada Sati. Karena rasa cintanya kepada laki-laki itu dirasakannya tidak sebesar dulu lagi. Apakah pada saatnya kucing itu juga akan menyerang dia"
SESUAI dengan mufakat, Erwin mengatur usaha pengobatan terhadap Susanti. Dengan mengikutsertakan Sati.
Bagi Erwin tidak jadi soal, apakah Sumarta yang mendapat nama, walaupun dia yang mengobati. Kalau gadis yang sakit ingatan itu bisa sembuh, dia sudah akan sangat gembira. Dia akan turut senang, kalau keluarga Subandrio jadi menaruh simpati dan hormat kepada Sumarta. Cinta oleh kekuatan guna-guna biasanya memang tidak bisa bertahan selamaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamanya. Tetapi cinta yang semula bangkit karena guna-guna bisa juga berubah menjadi cinta sesungguhnya kalau selama hidup berdua ada keserasian yang menumbuhkan kasih sayang normal. Karena Erwin memandang Sumarta sebagai kawan, maka dia pun akan senang sekali kalau kelak ia bisa hidup bahagia dengan Christine.
*** PADA pagi itu pergilah kedua orang itu dengan membawa Sati. Hamidy sekeluarga telah menanti dengan persiapan seperlunya. Lebih dari persiapan adalah harapan mereka bahwa Susanti yang telah tiga tahun sakit itu akan pulih semula menjadi seorang gadis cerdas dan cantik.
Kedatangan Sumarta dan Erwin disambut dengan hormat, dipersilakan duduk di lantai beralaskan permadani. Subandrio dan isteri, begitu pula Christine pun hadir di sana atas permintaan Hamidy.
"Maaf, saya datang dengan pembantu saya," kata Sumarta membuka percakapan. "Kami seperguruan, dalam penyakit-penyakit seperti ini dinasehatkan guru agar dihadapi berdua."
Subandrio dan Hamidy beserta isteri-isteri mereka mengangguk-angguk, tetapi Christine heran, mengapa pula Erwin sampai ikut-ikutan* Baru sekali ini dia mendengar bahwa mereka seperguruan. Aneh, tetapi bukan mustahil, bahwa memang benarlah mereka seperguruan. Masa iya, seorang dukun kawakan mau berbohong. Dukun yang bohong pasti tidak akan manjur dalam pengobatannya.
Sesuai dengan pesan Erwin di rumah, Sumarta meminta untuk melihat si sakit. Hamidy membawa mereka ke sebuah kamar lain. Mereka lihat punggung seorang wanita, duduk di sebuah kursi menghadapi meja.
"Boleh papa masuk Santi?" tanya Hamidy lembut.
Perempuan itu menoleh. Aduh mak, cantiknya! Walaupun punya iman lumayan tersirap juga darah Erwin. Apa lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta. Si tukang main guna-guna itu. Meskipun tergila-gila pada Christine dia segera dapat melihat bahwa yang ini lebih cantik dari wanita pujaannya.
Susanti menyahut: "Papa boleh masuk," lalu memandangi kedua tamu itu dari atas ke bawah. Dan sebagai terpukau Erwin dan Sumarta berdiri di sana menunggu lampu hijau dari Susanti untuk masuk.
"Tukang sampah yang dua ini mau apa! Kenapa papa bawa kemari!" kata Susanti tiba-tiba dengan suara keras dan dia berdiri berkacak pinggang. Kedua dukun itu terkejut, muka jadi merah tak kuasa buka mulut. Hamidy sendiri pun turut berubah warna. Malu.
"Santi, bapak yang dua orang ini bukan tukang sampah.
Mereka orang pintar dan baik!" kata Hamidy.
"Papa dikibuli! Aku melihat mereka kemarin menarik gerobak sampah!" kata Susanti sama kerasnya seperti tadi.
Lalu tertawa terbahak-bahak.
Para keluarga yang mendengar semua merasa malu.
Entah apa yang menggerakkan Erwin berkata: "Ya nona, memang kemarin kami menarik gerobak sampan!"
*** TUJUH PULUH TIGA
HAMIDY dan Christine yang sudah turut masuk ke dalam untuk melihat sendiri bagaimana caranya mengobati orang tidak waras, sangat heran mendengar Erwin mengaku begitu.
Ia tertanya-tanya di dalam hati, benarkah orang ini menarik gerobak sampah" Apakah itu tidak mustahil" Ia hanya mengetahui, bahwa laki-laki yang menarik perhatiannya itu tidak bekerja dan menumpang sebagai sahabat di rumah dokter Anton. Itu pun atas permintaan dokter itu sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di mana nona melihat saya menarik gerobak itu kemarin"
Apakah baru sekali itu melihat atau sudah seringkah" Apakah karena itu saya sekarang harus keluar dari kamar nona yang bagus ini, yang tentu saja tidak layak dimasuki seorang tukang sampah?" tanya Erwin.
Semua yang hadir, termasuk pula nyonya Hamidy yang sudah ikut masuk, kian heran, bagaimana dukun-dukun ini merangkap pekerjaan tukang sampah. Tetapi yang paling heran di antara mereka tak lain daripada Sumarta sendiri, yang merasa sangat dihina. Dia tukang jual buah memang, tetapi belum pernah sampai jadi tukang pembersih sampah.
Hanya karena mengetahui, bahwa Susanti seorang yang tak waras, tidak terlalu panas hati. Dia juga heran, mengapa kawannya mengaku menarik gerobak sampah. Apakah memang itu salah satu pekerjaannya" Kalau tidak benar, mengapa pula dia menguatkan tuduhan wanita itu.
Setelah mendengar pengakuan Erwin, wanita yang sedang diterjang gangguan syaraf itu terdiam. Dipandangnya laki-laki itu dengan sorot mata tajam, tetapi tukang sampah itu pun memandanginya dengan sorot yang tak kalah tajamnya.
Melihat tantangan orang yang dikatakannya tukang sampah itu, rupanya Susanti marah juga. Dia, yang anak orang kaya, yang diketahuinya begitu cerdas, ditantang oleh orang yang hanya semacam Erwin.
"Hei, kau berani menantang aku! Kau tahu, aku siapa?"
tanyanya. "Ya, kau gadis kaya yang amat rupawan sedangkan aku hanya penarik sampah yang berani masuk ke kamarmu."
Setelah diam sejurus, Erwin berkata dengan suara lantang sehingga mengejutkan semua orang yang ada di situ. "Tapi jangan kau kira aku suka masuk istanamu ini. Aku datang karena dipinta oleh ayahmu. Mengerti kau, perempuan sombong. Biar pun kau kaya dan cantik, bahkan sangat cantik,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagiku yang hanya tukang sampah katamu, kau sama sekali tidak punya makna!"
Sedang orang terkejut bercampur takut oleh amarah sang dukun, Erwin berbalik untuk ke luar dari kamar itu. Tetapi aneh, dan lebih mengherankan semua manusia keluarga Susanti dan Sumarta, Susanti mengejar dan memegang bajunya.
Erwin membalik dan memandangi si cantik yang tidak waras. Susanti tersenyum: "Kau bisa juga marah ya! Kukira kau takut padaku. Karena aku dikatakan keluargaku gila!
Kalau orang gila marah, mestinya orang takut, kan! Tetapi kau tidak. Kau hebat, dukun."
"Aku bukan dukun, aku tukang sampah!" kata Erwin, tetapi dengan suara tenang dan lembut.
"Gila," kata Susanti kini, "Setan mana yang berani mengatakan kau tukang sampah. Mana dia orangnya biar kuajar peraturan. Binatang betul. Betul, aku bilang orang itu binatang. Walaupun aku baru sekali ini melihatmu, dari wajahmu saja aku bisa baca, bahwa kau orang baik. Sangat baik hati. Kau telah banyak menolong orang. Kau tak pernah mau menyakiti orang, baik pisik maupun natinya. Aku tahu itu, jangan kau kata pula bahwa aku berlebih-lebihan. Dan aku sama sekali bukan memujimu. Tiada sebab bagiku untuk memuji dirimu. Kau mau jadi sahabatku" Eh, namamu siapa ya?"
Erwin tidak menyahut. Gadis cantik itu memandanginya dengan mata manja. Lalu tanyanya lagi: "Aku tak boleh tahu namamu?"
"Untuk apa?" kata Erwin. Dengan suara sedikit ketus.
"Dua sahabat kan boleh saling mengetahui nama.
Bukankah begitu papa Hamidy?" Membuat ayahnya malu, karena namanya disebut oleh anaknya. Apakah tidak cukup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan papa saja. Kemudian dia ingat, anaknya itu tidak sepenuhnya waras.
"O, tentu," kata Hamidy.
"Kau dengar, ayahku sangat berkenan kita bersahabat!
Ataukah kau tak suka bersahabat dengan aku. Kau lebih suka melihat dia, ya!" katanya sambil memandang ke arah Christine. Wajah wanita itu memerah, begitu pula Sumarta yang merasa Christine milik pribadinya yang sudah tidak boleh diganggu gugat. "Menurut pandanganmu, kakak misanku itu lebih cantik dari aku?"
Christine tambah tidak enak, begitu juga Sumarta. Bertanya lagi dia pada hatinya, apakah si Erwin ini memang benar-benar jatuh hati pada kekasihnya. Mau coba menyaingi dia!
Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau kau rasa aku ini tidak terlalu hina untuk dijadikan sahabat, aku mau jadi sahabatmu," kata Erwin.
"Bagiku semua manusia sama. Yang hina adalah mereka yang penipu, penjahat, koruptor uang negara dan perusak hati wanita. Kulihat, kau bukan manusia semacam itu. Nah,"
katanya mengulurkan tangan. "Mulai saat ini kita bersahabat.
Jangan kau percaya kata-kata mereka, bahwa aku ini gila.
Yang mengatakan aku gila, tidak bisa dibikin kawan.
Merekalah yang gila. Bukankah begitu?"
Tetapi pada saat berikutnya Susanti berkata: "Tetapi barangkali memang ada sedikit kelainan pada diriku!"
"Tidak, tidak ada. Orang yang mengatakan ada kelainan pada dirimu tidak bisa dibikin kawan!" kata Erwin.
"Kian terbukti bahwa kau sahabat yang teramat baik Erwin!"
Dalam pada itu Erwin telah mulai membaca-baca mantera.
Dan pada saat itulah Susanti menjerit: "Bangsat, kau mau mengusir aku dari rumahku?" Yang hadir pada terkejut lagi.
Muka Susanti yang tadi begitu ramah, mendadak jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beringas. Dia berdiri dalam jarak satu meter dari Erwin yang memandanginya dengan tenang sedangkan Susanti membelalakkan mata pertanda marah teramat sangat.
Kemudian Erwin memejamkan mata. Mulutnya terkatup rapat, tidak mengatakan suatu apa pun, bahkan tidak kumat-kamit beberapa waktu lamanya. Tetapi mukanya mulai berkeringat, kemudian mengalir bagaikan sungai-sungai sangat kecil membasahi bajunya. Bukan hanya keluarga Susanti, melainkan Sumarta pun turut merasa tegang dan cemas.
Orang yang mengenal ilmu kebatinan akan mudah mengetahui, bahwa antara Erwin dan penghuni diri Susanti sedang berlangsung pertarungan mati-matian. Dan penghuni diri Susanti sudah pasti suatu kekuatan gaib yang dikirim oleh seseorang yang berkepandaian tinggi.
Tetapi yang lebih menakjubkan semua hadirin di kamar itu adalah diri Susanti sendiri yang juga mulai bermandi peluh.
Matanya yang sangat galak tadi telah mengendur, berdirinya tidak setegap tadi.
"Kau benar-benar hendak bertanding denganku dan kawanku seperguruan ini, kang Marta yang belum pernah ditaklukkan oleh jin dan syaitan dari gunung dan lembah mana pun?" tanya Erwin dengan nada biasa. Yang disebut namanya jadi terkejut. Kenapa dirinya dibawa-bawa, kapan dia bertanding dengan jin dan syaitan" Untunglah dia segera ingat, bahwa yang sebenarnya harus menghadapi dan mengobati Susanti adalah dia, bukan Erwin. Hanya keadaan yang membuat Erwin jadi pemegang peran. Kekagetan Sumarta berubah jadi rasa hormat dan malu. Orang dari Mandailing ini tak pernah lupa mengangkat namanya sebagai dukun yang dikatakan sangat kawakan. Suatu macam penipuan. Karena, dia bisa apa"
"Pulanglah kau sebelum aku marah," kata Susanti. Tetapi suaranya tidak membentak lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau menggertak aku, iblis! Coba bentak aku lagi, kalau benar-benar kau merasa hebat. Kalau kau bentak, aku akan pulang!" tantang Erwin. Tetapi Susanti tidak melakukannya, sebaliknya, matanya kian kuyu.
Kini Erwin membuka kembali matanya. Dia menoleh ke kiri dan meminta kepada Hamidy agar menyediakan kursi bagi Susanti. Begitu kursi tersedia di belakangnya, Erwin memerintah dengan suara lembut: "Duduklah, nanti kau jatuh!" Dan gadis muda berwajah cantik tetapi memperlihatkan kelainan itu duduk tanpa menyanggah!
Semua orang sangat kagum. Sumarta bukan hanya heran tetapi terlebih-lebih lagi merasa sangat malu dan dirinya jadi tidak berarti dibandingkan dengan Erwin yang tidak punya tunangan cantik seperti yang dimilikinya.
"Sapu mukanya kang Marta. Bikin dia lebih jinak. Kakang lebih mampu urusan pengelusan wajah!" kata Erwin.
Sumarta jadi kaget setengah mampus, padahal tadi dia sudah mulai tenang. Sekarang disuruh menyapu muka perempuan itu. Ya Tuhan, kenapa si Erwin ini jadi begini"
Mengapa harus dia yang menyapu wajah Susanti. Tetapi kemudian dia teringat lagi, bahwa maksud Erwin tentu tak lain daripada mau memperlihatkan kepada hadirin, bahwa dia, yang digilai Christine, memang bukan pula dukun sembarangan. Kalau baru jin atau syaitan yang masuk diri Susanti, dengan jampi-jampi saja pasti bisa diusir.
Dengan hati yang diherani dan diyakinkan disapunya muka Susanti. Seluruh puji untuk Tuhan dan terima kasih kepada Erwin. Karena kemurahan Tuhan melalui permintaan Erwin ah makanya Susanti lalu menyandarkan kepalanya dan matanya terkatup. Sumarta jadi orang paling berbahagia pada saat itu.
Dia bangga, karena hadirin tentu kagum. Tetapi yang paling penting adalah kekaguman Christine. Wanita itu tentu berterima kasih sekali, karena Sumarta telah memperlihatkan kebolehannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena tiada perintah lain dari Erwin, maka Sumarta berdiri di sampingnya. Tak akan coba berlagak pandai. Bisa celaka.
Pokoknya, kalau tidak ada instruksi dari Erwin dia tidak akan mau berbuat apa pun.
"Kiriman orang," kata Erwin singkat. Keluarga Susanti tahu apa makna perkataan itu. Kiriman orang berarti ada orang yang telah menjahili Susanti. Sudah tentu dari orang yang tidak menyukainya, Dan tidak suka bisa terjadi oleh berbagai macam sebab. Karena Susanti menyombongkan
kecantikannya. Pernah menyakiti hati orang. Menolak lamaran yang mencintai atau sekurang-kurangnya ingin padanya. Ingin karena kasih sayang atau ingin oleh dorongan nafsu belaka.
"Siapa orangnya?" tanya Hamidy yang merasa sakit hati.
"Belum tahu. Belum tentu dilakukan oleh orang yang tidak menyukainya dikarenakan beberapa sebab. Boleh jadi orang itu mempergunakan tangan orang lain," jawab Erwin.
"Tolong bapak balas," kata Hamidy yang kian panas.
"Berapa pun upahnya akan saya bayar!" Lagi-lagi cerita bayaran yang sudah sekian kali ditawarkan orang kapadanya dan selalu membuat dia malah jadi marah. Dirinya hanya dinilai dengan uang. Bagi orang-orang semacam itu, main dukun artinya main uang! Sekali lagi pula Erwin merasa dirinya dihina.
Erwin menatap muka Hamidy. Lalu katanya: "Tuan orang kaya. Berapa pun bisa bayar. Kami orang miskin, memang tidak punya uang." Setelah diam sejenak ia meneruskan: Tetapi jangan kira, bahwa kami mau melakukan apa saja demi duit!" Tampak kebencian pada wajahnya. Ia benar-benar muak mendengar orang-orang kaya yang selalu saja menyombongkan uangnya.
Hamidy yang segera mengerti, bahwa dukun ini lain, cepat-cepat memperbaiki kekeliruannya. Katanya: "Maafkan saya.
Bukan maksud saya menilai bapak dengan uang. Saya hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud mengatakan, bahwa saya sangat dendam pada orang yang merusak anak saya ini. Barangkali saya tidak dapat membalas, karena saya tidak memiliki ilmu semacam bapak. Tapi, saya benar-benar dendam sama orang itu!"
Mendadak Hamidy seperti dilemparkan ke atas lalu jatuh lagi ke lantai dengan suara berdebab. Tak tampak makhluk yang mengangkat lalu membanting Hamidy. Dan dia tentu tidak terlempar lalu terbanting dengan sendirinya. Bersamaan dengan peristiwa itu tiba-tiba tampak kucing Sumarta sudah hadir di sana. Pemiliknya merasa senang. Sekali ini tanpa permintaan Erwin ia mengangkat kucingnya lalu membisikkan sesuatu ke telinganya. Sati melompat lalu hilang, membuat semua orang yang hadir terheran-heran. Kemudian mereka berpikir, bahwa kucing itu tentu suruhan Sumarta. Suami isteri Hamidy dan Subandrio sangat heran, tetapi juga merasa serem. Mereka benar-benar berhadapan dengan dua dukun yang bukan kepalang tanggung.
"Baringkanlah dia di tempat tidur, biar dia istirahat. Dia belum benar-benar bebas," kata Erwin.
"Tetapi pembalasan dendam itu, bagaimana?" tanya Hamidy. Membuat Erwin semakin kesal dan balik bertanya:
"Mana yang tuan ingini, kemungkinan anak tuan sembuh semula ataukah membalas orang yang tuan benci itu?"
"Kedua-duanya," jawab Hamidy. Entah tanpa pikir, entah sekedar mengatakan kata hati atau karena tidak dapat memilih mana yang terpenting diantara keduanya.
Kucing suruhan yang belum lama pergi, mendadak telah kembali. Dan mereka semua terkejut, ketika melihat bahwa keadaannya kini tidak seperti ketika dia tiba-tiba menghilang tadi.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TUJUH PULUH EMPAT
MULUT kucing suruhan itu tidak seperti biasa. Disekitarnya berwarna merah. Tak diragukan lagi, bekas darah. Darah tikus barangkali.
Tetapi terkaan itu segera sirna, ketika Sumarta bertanya:
"Kau bunuh dia Sati?" Kucing itu menggeleng, lagi-lagi menimbulkan rasa takjub bercampur ngeri. Sekali lagi Sumarta meminta penegasan: "Tidak kau bunuh dia?" Kucing itu menggeleng lagi lalu memandang majikannya. Dan Hamidy memandang Sumarta. Mulutnya memang tidak bersuara, tetapi matanya itu jelas bertanya, apakah yang mereka bicarakan.
"Dia tidak membunuhnya tuan," kata Sumarta.
"Membunuh siapa?" tanya Hamidy. "Dukun yang membuat tuan terangkat dan terbanting tadi. Rupanya kucingku hanya menggigitnya sebagai pelajaran. Sebab tuan pun tidak sampai ditewaskannya," kata Sumarta berterus terang.
"Apakah dia juga orang yang membuat anakku jadi kadang-kadang gila?" tanya ayah Susanti lagi.
"Belum dapat dipastikan," kata Erwin. "Barangkali dia juga, tetapi mungkin juga ada dua orang. Melihat keadaan Susanti, dukun yang membuatnya tidak waras sedang kepayahan, mungkin mengumpulkan tenaga. Mungkin perlawanannya belum selesai. Dan dukun yang mengangkat serta membanting tuan tadi kawannya. Besar kemungkinan mereka juga berdua."
"Apakah anakku ini sudah sembuh?" tanya nyonya Hamidy.
"Belum nyonya. Tidak akan semudah itu menaklukkannya.
Mungkin juga, ini hanya taktik perjuangannya. Dia mau membuat kami lalai dan diwaktu kami lalai itulah dia nanti akan memberi pukulan!"
"Pukulan apa dan siapa yang dipukul?" tanya Subandrio.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang akan dipukul kami, sebab kami yang mengusirnya dari tubuh Susanti. Kalau mereka sangat kuat, kami bisa mati.
Atau, sekurang-kurangnya tidak mampu mengusirnya," jawab Erwin.
Mendengar jawaban yang belum mengandung kepastian ini, Hamidy jadi kuatir lagi. Dia sangka anaknya bisa tertidur karena iblis atau jinnya sudah keluar dan hanya tinggal lemasnya saja.
"Saya akan mengerahkan seluruh kemampuan bersama pak Marta untuk menaklukkannya. Kau mau membantu, Sati?"
tanya Erwin. Kini kucing itu mengangguk. Apa yang terjadi di sana seperti khayalan seorang pengarang, tetapi sesungguhnya semua itu merupakan kenyataan yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
"Biarkan dia tidur. Letakkan kunyit, bang-le dan lada hitam di bawah bantalnya," kata Erwin kepada Hamidy yang segera pergi sendiri ke dapur untuk melaksanakan perintah Erwin.
Pada waktu itu dia merasa, bahwa orang semacam Erwin pun pada saat tertentu bisa memerintah orang sekaya Hamidy dengan kedudukan yang terpandang pula lagi di dalam sebuah instansi.
"Bagus," kata Erwin, bagaikan mandor yang memperhatikan pekerjaan bawahannya. "Sekarang gantungkan sepotong kunyit dengan sedikit inggu di atas semua pintu!" Hamidy menurut lagi dengan patuh. Tetapi inggu tidak sedia di rumah, harus dibeli dulu. Dan inggu tidak di semua kedai tersedia.
Dipersaksikan oleh semua yang hadir, Susanti pelan-pelan membuka kelopak matanya. Lalu memandang Erwin yang berdiri di samping ranjangnya.
"Kau siapa dan mau kau apakan aku?" tanyanya pelan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau sakit, aku ingin mengobatimu kalau Tuhan mengizinkan. Supaya kau sembuh dan selalu ceria seperti dulu!"
"Tetapi aku tidak sakit. Apanya yang mau kau obati. Kau menduga atau mengatakan, bahwa aku dulu selalu ceria?"
tanyanya. Kalimat itu membuktikan bahwa ia sangat cerdas.
"Aku mengatakan," kata Erwin tegas. Yang lain-lain memperhatikan dengan penuh minat.
"Kau sok tau, ah!" kata Susanti dan dia tersenyum kecil.
Yang mendengarkan pun turut merasa geli. Sejak tadi penuh ketegangan dan kecemasan. Kini mendadak saja suasana jadi berubah begitu menggelikan.
"Aku bukan sok tau nona Susanti," kata Erwin, "aku tahu!"
"Kau bangsa keras kepala juga. Berani memastikan sesuatu, yang sebenarnya kau tidak tahu. Bagaimana mungkin kau tahu, sedangkan kita baru sekali ini bertemu. Namamu saja aku belum tahu!"
"Tadi kau sudah tahu. Kau pura-pura lupa. Kalau aku keras kepala, maka kau manusia yang suka berpura-pura. Kau tadi mengusir aku, ingat!"
"Mengusir kau" Kenapa kau begitu gila. Bagaimana pula mungkin aku mengusir orang yang sebaik kau ini. Aku betul-betul gila kalau mengusir kau pak dukun, eh, siapa namamu tadi" Erwin, ya Erwin, aku tidak akan lupa lagi. Dari mana kau beli namamu itu" Omong-omong kau sudah tahu namaku"
Susanti. Bukan nama yang bagus, tetapi tidak terlalu jelek ya"
Termasuk lumayan. Aku beli dari maniaku yang cerewet itu!"
kata Susanti sambil menunjuk dengan memoncongkan bibirnya ke arah ibunya. "Mama cerewet, kan?" Perempuan setengah baya itu menyahut dengan muka merah: "Ya, mama memang cerewet. Karena terlalu sayang padamu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau dengar itu Erwin," kata Susanti pula. "Katanya dia cerewet, karena dia terlalu sayang." "Aku belum pernah melihat di dalam kamus mana pun, bahwa cerewet itu sama artinya dengan sayang!" Mereka semua jadi tidak bisa menahan senyum. Erwin melihat, bahwa dalam keadaan normal, wanita cantik itu pasti pintar sekali.
Diam-diam Christine agak kurang senang melihat Susanti yang gila jadi begitu akrab dengan Erwin. Celakanya, Sumarta pun melihat, bahwa Christine kurang senang. Pikirannya jadi terumang ambing, sebentar curiga melihat Christine yang kelihatannya punya perhatian terhadap Erwin, tetapi juga merasa bahwa laki-laki itu berbuat banyak untuk mengangkat namanya di hadapan keluarga Subandrio yang direncanakan akan jadi mertuanya itu.
Sebagai biasa Erwin mengatakan, bahwa pengobatan lebih lanjut atas diri Susanti akan dilakukannya dari rumah. Ia minta Hamidy melaporkan segala kejadian mengenai Susanti.
Perubahan sikap, kata-katanya dan permintaannya.
Erwin mohon pulang, tetapi begitu dia membalik dan mulai melangkahkan kaki, tiba-tiba Susanti terduduk dan berkata:
"Hei, mau ke mana kau" Katamu mau mengobati aku, yang katamu sakit. Salahmu sendiri mengatakan orang segar bugar sedang sakit. Aku mau kau mengobati aku di sini. Di rumah ini. Di kamarku ini. Supaya aku dapat melihat apa yang kau lakukan. Jangan sampai kau mengguna-gunai aku. Banyak dukun juga pandai guna-guna. Membuat wanita bertekuk lutut padanya. Jangan kau coba membuat aku sampai merangkak memeluk lututmu. Lalu minta disayangi dan dikasihani.
Mengguna-gunai wanita adalah pekerjaan yang sangat jahat dan besar dosanya," kata Susanti seenaknya. Dia sama sekali tidak punya maksud menyindir, tetapi muka Sumarta jadi merah padam. Dia merasa bahwa sindiran dan pukulan itu diarahkan kepadanya. Sampai-sampai ia berpikir, apakah betul Susanti ini berpenyakit gila. Atau bahkan pandai membaca
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikiran orang, termasuk pikirannya yang sudah mengguna-gunai Christine.
Erwin memandang gadis itu. Matanya sangat memohon.
Lalu ia melihat ke orang tua Susanti tanpa tanya.
"Kalau bisa turutilah keinginan hatinya. Kami sangat ingin ia lekas sembuh," kata ibu Susanti.
"Baiklah, akan kuturut keinginanmu," kata Erwin.
"Ngomong-ngomong Erwin, kakak misanku beberapa hari yang lalu berkata bahwa ia dan beberapa sahabat akrabnya akan ke Muangthai. Betulkah itu?" tanya Susanti.
"Kurasa betul."
"Kau juga ikut?" tanya gadis yang mengatakan dirinya tidak sakit itu.
"Barangkali begitu. Mereka yang mengajak. Macam aku ini mana punya uang!"
Mendadak wajah Susanti berubah girang. Katanya: "Mama, karena aku pasiennya Erwin, maka aku juga mesti ikut! Aku kuatir, kalau ditinggalnya aku tidak akan jadi sembuh,"
lanjutnya walaupun ia tadi mati-matian mengatakan, bahwa dia sama sekali tidak sakit.
Mendengar ini hati Christine berdebar. Mengapa pula si sakit ini mau ikut. Dia menyesal telah menceritakan rencana kepergian itu beberapa hari yang lalu. Sekarang dia ingin ikut.
Tentu karena Erwin pergi. Pasti dia sudah tertarik pada Erwin.
Aneh. Kok bisa senang sama dukun. Tetapi kemudian dia sendiri merasa malu. Dirinya bagaimana" Bukankah Sumarta tukang buah merangkap dukun. Dan bukankah Erwin "yang tanpa diketahuinya telah mulai jadi pikirannya" juga dukun"
Memang banyak manusia munafik. Dan dirinya, Christine merupakan salah satu dari orang-orang munafik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin membalik lagi, mendekati Susanti. Dipandangnya mata gadis itu. Dan Susanti juga menatap matanya. Semua orang memperhatikan. Apakah sebenarnya yang sedang terjadi" Gadis sakit ingatan karena dihinggapi syaitan atau wanita cantik yang berpura-pura sakit" Keheranan dan keterkejutan mereka meningkat, ketika Susanti menjabat jari-jari Erwin. Dukun muda ini membiarkan. Dia pun sedang tertanya-tanya, apakah maknanya semua ini"
"Kau tidak akan meninggalkan aku, bukan" Aku ini sakit Erwin, dan aku merasa bahwa hanya kau yang dapat menyembuhkan. Kau benar, aku sakit." Dan dia tersenyum.
Mata yang pandai melihat, akan dapat membaca, bahwa Susanti yang sakit mulai senang pada sang dukun. Dan dia benar-benar tak mau ditinggalkan. Dan kedua orang tuanya yang tadi sudah penuh keyakinan bahwa anaknya akan segera sembuh, kini menghadapi masalah serta pertanyaan yang lebih pelik. Jatuh cintakah Susanti pada Erwin" Sebagaimana Christine telah tergila-gila pada Sumarta yang juga dukun dengan kelebihan memiliki kucing suruhan. Erwin sendiri pun, yang tadi begitu berharap akan dibantu Tuhan menyembuhkan sang gadis kini jadi kebingungan dan merasa serba tak menentu!
Sebab dia mengerti arti jabatan jari dan pandangan Susanti. Dan dia sama sekali tidak merasa berbahagia. Bahkan mulai merasa malu. Lalu kian malu. Terasa olehnya bahwa mukanya berubah warna. Apa akan kata mereka. Dia ini mengobati atau mengguna-gunai" Betapa malunya kalau dia disangka, kemudian dituduh mengguna-gunai" Christine yang tadinya hanya jengkel dan agak cemburu, kini malah jadi panas. Panas pada Erwin dan benci pada Susanti yang semula diharapnya segera sembuh.
"Tuan Hamidy, saya tidak bisa tinggal di sini. Saya akan usahakan mengobatinya dari rumah," kata Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan kasi dia pulang papa, kalau papa ingin aku sembuh!" kata Susanti. Rasain. Sekarang sang ayah disuruh menahan sang dukun. Mau apa" Menolak dengan konsekwensi Susanti tidak jadi sembuh" Ataukah dengan segala usaha menahan dia di rumah agar anak tersayangnya sembuh. Atau kian mati-matian jatuh cinta" Dia memandang ke isterinya, kemudian ke Subandrio, isterinya dan Christine. Semuanya diam. Tidak ada yang mau memberi komentar. Apalagi Sumarta.
"Lanjutan pengobatanmu tidak bisa dari sini Susanti," kata Erwin. Di dalam dirimu masih ada kekuatan yang tidak dapat diterangkan. Kini Erwin jadi bimbang. Betulkah Susanti jadi tertarik padanya, atau kekuatan gaib musuhnya membuat dia jadi begitu, agar dirinya dituduh sebagai tukang guna-guna.
Penipu! Supaya semua keluarga Susanti tidak mempercayainya dan mengusir dia dari sana.
Mengherankan, Susanti berkata: "Tidak ada kekuatan dari mana pun yang membuat aku meminta Erwin mengobatiku di sini saja. Semua ini kemauan hatiku sendiri. Aku dan hati kecilku mau begitu. Tidak ada pengaruh siapa pun. Dan jangan sekali-kali kalian sangka dia mengguna-gunai diriku.
Dia bukan orang sehina itu!" Kini muka Sumarta bertambah merah. Yang tukang guna-guna itu, dia! Itu pun dengan bantuan almarhum Daeng Mapparuka dan kucing suruhannya.
"Saya harus pergi," kata Erwin. Kejadian di Surabaya dulu terbayang lagi di ruang matanya. Isteri orang kaya yang diobatinya akhirnya jatuh cinta pada dirinya. Sehingga dia harus melarikan diri.
Tetapi begitu dia bergerak, Susanti bangkit dari ranjangnya dan berkata: "Kalau kau pergi aku ikut!"
Suasana di rumah itu jadi tak menentu. Termasuk Sumarta yang telah mengguna-gunai Christine dan gila setengah modar pada wanita itu, kini dimasuki syaitan. Matanya melihat Susanti jauh lebih cantik daripada Christine dan dia iri hati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa wanita itu tertarik pada Erwin yang tidak punya apa-apa. Tinggal pun hanya di rumah dokter Anton atas belas kasihan orang itu. Sedangkan dia, yang tadi menyapu wajah Susanti dengan tangannya sehingga tertidur tenang, bukan hanya memiliki kucing keramat yang bisa disuruh, tetapi juga punya sejumlah uang. Boleh dikata tidak seberapa, tetapi toh puluhan juta juga banyaknya.
Kucingnya yang masih berlepotan darah, menggeram.
Marah. Kali ini marah pada Sumarta.
*** TUJUH PULUH LIMA
SUMARTA terkejut. Untuk pertama kali kucing itu memperlihatkan rasa tak senang dengan menggeram.
Pertanda bahwa dia marah. Tetapi mengapa, tanya Sumarta di dalam hati. Baru beberapa saat yang lalu ia melaksanakan tugas dengan baik. Apakah mungkin ia dari seekor kucing suruhan yang sangat patuh, mendadak jadi pembangkang atau pemarah" Harus ada sebabnya. Dan sebab itu pasti terletak pada dirinya. Apakah ia menyinggung perasaan atau menyakiti hati kucingnya.
Erwin pun merasa heran mendengar geram Sati yang sudah diketahuinya sangat sayang dan setia pada majikannya.
"Ada apa Sati sayang?" tanya Sumarta perlahan-lahan mendekatkan mulutnya ke telinga Sati. Kucing itu menggeram lagi.
"Kau marah padaku Sati?" tanyanya. Sekali lagi Sati menggeram, lalu melompat dan hilang dari pandangan. Ia meninggalkan Sumarta dalam keadaan bengong dan penuh tanda tanya. Bahwa kucing itu marah kepadanya, sudah tidak usah disangsikan lagi. Yang jadi pertanyaan, apakah yang menjadi sebab" Kemudian ia coba membuang perasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang enak itu. Diperhatikannya Susanti yang menaruh simpati besar atas diri Erwin. Wajah amat menarik itu kembali membuat perasaan Sumarta bergejolak. Darahnya tersirap dan ia dapat merasakan bahwa dia inginkan wanita itu.
Memang dia lebih cantik dari Christine yang selama hari ini dinilainya sebagai wanita yang paling mempesona dan membangkitkan selera. Dan sebenarnyalah hatinya yang tergila-gila pada Christine hampir seluruhnya disebabkan nafsunya untuk memiliki dan selalu dapat menikmati wanita itu. Mana masuk akal seorang semacam dia jatuh cinta pada seorang kaya dan terpelajar seperti Christine. Tetapi kalau tertarik dan ingin menikmati, itu wajar. Dalam hal itu bukan hati, tetapi nafsulah yang bicara. Hati baru bisa bicara setelah berkenalan dan bergaul selama waktu yang lumayan panjang.
Kalau begitu melihat lantas ingin memiliki atau sangat tertarik, maka penyebabnya hanyalah mata, selera atau nafsu. Bukan hati.
Sumarta memandang Christine. Mendadak ia merasa, bahwa ia tidak terlalu tertarik lagi pada wanita ini. Dan pada saat itu perasaan kurang tertariknya itu ditunjang pula oleh pikiran, bahwa besar kemungkinan Christine juga bukan Christine yang dulu. Wanita itu sekarang sudah mulai, bahkan barangkali sudah lebih tertarik kepada Erwin. Betul-betul sialan laki-laki ini, pikirnya. Kenapa perempuan begitu suka padanya. Apakah dia pun telah mengguna-gunai Christine dan telah pula melakukan hal yang sama terhadap Susanti.
sebelum ia datang mengobatinya" Kalau tidak begitu, bagaimana pula mungkin wanita secantik Susanti bisa begitu tiba-tiba jatuh hati pada Erwin yang bukan apa-apa itu.
Kembali dugaan buruk terhadap Erwin menguasai dirinya.
Tetapi pada saat itu pulalah Sati mendadak hadir lagi di sana, berdiri di hadapannya. Kini matanya menyorot tajam dan dia menggeram lagi.
Sumarta sangat terkejut. Tetapi sekaligus ia mempunyai dugaan kuat, bahwa kucing ini tahu apa yang dipikirnya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia marah, kalau jalan pikirannya menyimpang. Seperti jatuh hati pada Susanti dan kebencian pada Erwin.
Sementara Sumarta tak tenang oleh gangguan pikiran dan kucing suruhannya, Susanti terus saja memandangi Erwin dan memohon supaya dia mengobatinya di rumah itu.
"Aku yakin aku akan sembuh semula kalau kau obati di sini.
Aku memang mimpi dua malam yang lalu kedatangan seorang laki-laki. Orang itu mengatakan bahwa aku sakit dan dia akan mengobati. Mula-mula aku tak mau, tetapi kemudian aku yakin bahwa laki-laki dalam mimpiku itu berkata benar. Lalu aku menurut. Dan aneh, muka laki-laki itu persis seperti kau.
Aku rasa memang kaulah orangnya yang datang di dalam mimpiku itu!" kata Susanti.
Orang tua Susanti gelisah mendengar. Anaknya sudah ngawur. Mungkinlah seperti diduganya tadi, sambil mengobati dukun ini juga mengguna-gunai. Christine juga mendengar.
Tambah benci pada Susanti yang semula dikasihaninya.
Sumarta tambah sakit hati. Dan dalam benaknya telah memikirkan jalan untuk mencegah Susanti sampai jatuh ke tangan Erwin. Ia yang berhak, atau katakanlah, dia yang lebih berhak. Ia mendekatkan kepalanya ke kucingnya hendak membisikkan sesuatu. Tetapi Sati kembali menggeram, bahkan kini mengangkat kaki depan sebelah kanan, siap untuk mencakar muka Sumarta. Laki-laki itu mundur. Hatinya agak takut. Pada kucing yang biasa menurut perintahnya.
"Pulanglah sayang!" katanya pelan-pelan. Tetapi kucing itu menatapnya dengan pandangan berang. Ia tidak bergerak, bahkan kemudian duduk. Dia membangkang dan ingin supaya majikannya itu tahu, bahwa ia benar-benar tidak mau menurut perintah.
"Mengapa kau jadi begini" Kau membuat aku malu Sati,"
katanya lagi. Juga dengan suara pelan supaya jangan didengar keluarga Susanti yang sedang mengikuti adegan Susanti dengan Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sati mendengus lagi. Tidak mau beranjak dari tempatnya duduk.
*** ERWIN yang menyadari betapa keras hati Susanti menahani dia dan yakin bahwa cerita tentang mimpi itu hanya omong kosongnya, tidak melihat cara lain daripada coba menenangkan dan menidurkan wanita itu dengan mantera.
Dan untunglah ia berhasil. Susanti tertidur dan ia mohon diri dengan janji akan mengusahakan segala yang mungkin dalam percobaan menyembuhkan Susanti. Hati Hamidy dan isterinya jadi lega, karena dukun itu ternyata tidak mempergunakan permintaan Susanti untuk tinggal di sana. Ia telah membuat Susanti tertidur dengan tenang dan mereka berharap agar usaha Erwin akan membuahkan hasil.
"Mari kita pulang kang Marta," kata Erwin dan laki-laki yang diam-diam membencinya itu menurut. Karena tiada jalan lain baginya selain daripada menurut. Kalau dia minta untuk tinggal di situ guna keselamatan Susanti kalau kemasukan setan lagi, toh dia tidak akan dapat berbuat apa-apa, andai sampai terjadi sesuatu yang gawat. Jangankan mengusir setan kiriman. Sedangkan menyuruh kucingnya saja pun ia kini tak mampu. Kucing itu kini tidak mau menurut perintah. Dia masih penasaran, kenapa binatang yang biasanya amat patuh itu mendadak jadi melawan! Ia akan menanyainya di rumah nanti. Tetapi dia juga akan menanyai Erwin. Dia merasa disaingi, bahkan seperti disingkirkan.
*** SUMARTA yang pada waktu itu dapat digolongkan manusia tak tahu diri, tak kuasa menanti lebih lama. Ia merasa begitu tersiksa, sehingga setibanya di rumah ia segera pergi lagi untuk menemui Erwin yang tinggal di rumah dokter Anton. Ia diterima baik oleh Lydia, karena Erwin sedang mandi sementara dokter Anton pergi melaksanakan tugas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mempersilakan masuk, Lydia langsung bertanya bagaimana keadaan Christine. Tanpa mengangkat muka, ia menjawab: "Entah, saya tidak tahu. Tetapi Erwin pasti mengetahui."
Tentu saja Lydia jadi heran mendengar jawaban itu.
Mengapa pula jadi Erwin yang lebih tahu, sedangkan sepanjang tahu mereka semua, Christine tergila-gila pada Sumarta dan begitu pula sebaliknya.
"Jawaban pak Marta kedengaran aneh. Bolehkah saya mengetahui apa sebenarnya yang telah terjadi?" tanya Lydia.
"Tidak saya sangka," kata Sumarta. Tanpa meneruskan kalimatnya sehingga Lydia bertanya lagi, apakah yang tidak disangkanya itu.
"Saya kira dia sahabat yang teramat baik. Saya merasa hormat padanya. Saya semula menilai dirinya sebagai orang yang sangat setia-kawan. Kiranya," dan dia lagi-lagi tidak meneruskan kalimatnya.
"Saya jadi semakin ingin tahu. Sebab menurut pandangan saya, Erwin sangat baik. Jujur dan benar-benar setia-kawan seperti yang pak Marta katakan tadi. Ia mau mempertahankan kawan dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri!"
Sumarta memandang Lydia, lalu katanya: "Itu hanya muslihat. Saya pun menyangka seperti itu. Tetapi kini saya sudah tahu belangnya."
"Belang apa" Saya rasa pak Marta salah sangka. Dia orang baik. Tak mungkin lain daripada apa yang kita lihat."
"Nona belum tahu saja. Atau belum tiba waktunya. Saya kuatir dokter Anton pun nanti mengalami nasib seperti saya.
Ditipu. Ia penggunting dalam lipatan. Saya sudah mengalaminya."
"Tak mungkin. Erwin bukan orang seperti yang pak Marta katakan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada waktu itu Erwin yang telah siap berpakaian, keluar.
Langsung bertanya, apakah Sumarta sudah lama tiba. Dan laki-laki yang tukang guna-guna merangkap tukang jual buah itu tidak menjawab. Sehingga Erwin jadi heran, tetapi tidak bertanya apa-apa. Ia turut duduk, menunggu apakah yang ingin dikatakan oleh orang yang sedang jengkel atau bahkan marah itu.
Rupanya dalam sama-sama diam beberapa saat itu, Sumarta mampu menguasai diri sedikit. Ia bertanya: "Saya datang ingin penjelasan. Sebab di dalam otak saya timbul berbagai macam pertanyaan yang tak dapat saya jawab."
"Pertanyaan apa kang Marta?" tanya Erwin.
"Kau berpura-pura Erwin. Kau mengetahuinya, tetapi belagak tidak tahu!"
Erwin memandang heran. Dia tidak mengerti sama sekali apakah yang dimaksud Sumarta sebenarnya. Dalam hal apa dia berpura-pura" Rasanya dia sudah berbuat segala yang mungkin untuk menyelamatkan muka Sumarta yang dianggap keluarga Susanti dapat menyembuhkan penyakit gadis yang dilanggar kiriman jahil sehingga selalu tidak normal.
Erwin bertanya tenang: "Apakah kesalahanku pada kang Marta. Aku pikir kita bersahabat baik. Aku selalu kagum pada kang Marta yang kulihat amat bahagia! Kalau aku ini bukan aku, barangkali aku bisa iri hati, mengapa aku tidak sebahagia kang Marta. Mengapa aku selalu dirundung malang!"
Rupanya, sedikit banyak kata-kata ini punya pengaruh.
Sumarta tidak langsung menyerang lagi. Benarkah apa yang dikatakan Erwin" Bahwa dia selalu ditimpa kemalangan dan dia ingin bahagia seperti Sumarta" Ataukah hanya muslihatnya belaka. Orang yang curang selalu pandai bicara. Akhirnya ia curiga juga pada Erwin. Katanya: "Kau pandai bicara Erwin.
Kau tentu mengetahui, bahwa Christine telah menaruh hati padamu. Dan aku merasa bahwa dia mulai menjauhi diriku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
. Terheran-heran Erwin berkata: "Aku tidak merasakan itu.
Kau salah sangka kang Marta. Dia tidak punya perhatian yang begitu. Aku melihat dia amat sayang pada kang Marta!"
"Ya," potong Sumarta, "pada mulanya memang begitu, tetapi sejak kau berkenalan pula dengannya, tidak lagi. Dia berubah. Aku merasakan perubahan itu, Erwin. Aku kini yakin, bahwa kau telah mengguna-gunainya!"
Walaupun mulai marah, Erwin masih berkata sambil tertawa: "Kang Marta terburu nafsu. Jangan menuduh aku begitu. Seumur hidup aku belum pernah melakukan perbuatan yang kuanggap jahat itu! Dan mau percaya atau tidak, aku tidak akan pernah melakukannya. Lagi pula, aku sama sekali tidak punya sifat untuk menokok kawan seiring kang Marta."
Muka Sumarta merah karena mendengar bahwa Erwin menganggap mempergunakan guna-guna sebagai suatu kejahatan. Tetapi dia pun tidak; mau mundur. Walaupun malu, hatinya belum menjadi dingin. Berkata Sumarta: "Itu puri tidak mengapalah. Kalau dia memang suka padamu.
Diam-diam aku sudah merelakannya. Tetapi," dan Sumarta lagi-lagi tidak meneruskan.
"Tetapi apa?" tanya Erwin, "katakan saja, bukankah kita bersahabat. Jangan ada yang disimpan di dalam hati. Tidak baik buat kita. lebih baik berterus terang. Aku sangat percaya pada kang Marta. Jangan ada tuduhan yang disimpan dan sebenarnya tidak benar. Teruskan kalimat kang Marta tadi.
Tetapi apa kang Marta" Aku jadi ingin sekali mengetahui, apa yang kang Marta pikir tentang diriku!"
Sumarta tak kuat menahan emosi tetapi dia juga merasa suatu pukulan atas batinnya: "Tetapi tadi wanita itu pun jelas-jelas jatuh hati padamu!"
Erwin jadi tidak bisa menahan tawa. Hampir saja dia menganggap Sumarta sebagai seorang badut. Dia tahu, wanita mana yang dimaksud Sumarta. Katanya: "Perempuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sakit kang Marta. Dia gila. Kang Marta sendiri tahu, dia gila. Dan kita ke sana untuk mengobatinya. Bukankah begitu"
Bukankah kang Marta tadi yang menyapu mukanya supaya dia tenang!"
Setelah diam sejenak, Sumarta berkata: "Tetapi dia jatuh cinta padamu. Aku melihatnya. Pandangan matanya padamu, pegangan jarinya tadi pada tanganmu, bukan pandangan dan pegangan orang gila. Itu pandangan dan pegangan orang yang benar-benar jatuh cinta!" Sumarta menarik napas dan tanpa menunggu jawab Erwin dan tanpa pamit dia meninggalkan Erwin dan Lydia. Ia pergi. Yang pasti, membawa kemas-gulan.
Yang ditinggal, Lydia dan Erwin saling pandang. Seperti terbengong-bengong. Kalau Lydia saja yang tak mengerti dan jadi bingung, masih mudah dimengerti. Tetapi kalau Erwin sendiri yang tersangkut secara langsung di dalam hal ini juga jadi sama sekali tidak mengerti, maka situasi boleh dimasukkan dalam kategori gawat. Mengapa "kang" Sumarta yang tergila-gila dan digilai wanita cantik terpelajar dan kaya itu jadi begini"
*** TUJUH PULUH ENAM
DALAM perjalanan pulang, Sumarta dihantui oleh berbagai macam perasaan. Tiada satu pun yang menyenangkan.
Kecurigaan, kebencian, keraguan, iri hati dan dendam. Tetapi juga penyesalan! Sekian banyak perasaan di dalam satu manusia pasti amat menyiksa dan membingungkan. Manakah yang benar" Harus curiga" Mesti membalas" Ataukah mesti malu dan menyesal" Apakah sebenarnya yang telah terjadi.
Manusia bagaimanakah sebenarnya yang bernama Erwin ini"
Mengapa dia jadi begini. Ia seperti tidak mengenal dirinya sendiri lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiba di rumah, pihak iblis mencapai keunggulan. Ia yakin, bahwa Erwin hanya manusia penuh kepalsuan, pandai membalut diri dengan kata-kata yang manis dan perbuatan yang baik tetapi tidak ikhlas. Sekedar menutupi keaslian dirinya.
Lalu Sumarta mengambil suatu keputusan. Yang amat berani dan jahat. Bagaimanapun Erwin harus ditiadakan.
Sebagaimana Daeng Mapparuka dulu pernah menganggap dia membuat dunia menjadi sempit, maka begitulah kini Sumarta menilai Erwin sebagai satu-satunya manusia yang akan merebut bahkan sudah mulai menyirnakan kebahagiaannya di permukaan bumi ini. Orang begitu harus dienyahkan. Ditiadakan. Atau dia meniadakan diri! Tetapi jika dia yang menyingkir, sama artinya dia mengalah untuk menderita sepanjang umur. Kalau dia ambil jalan pintas dengan jalan membunuh diri, maka ia melakukan perbuatan sesat. Dia berhak hidup bahagia di dunia ini. Kalau dia membunuh Erwin maka ia melakukannya semata-mata untuk membela diri, membela hak azasinya untuk hidup tenang dan bahagia. Dan dia tidak akan bisa dituntut untuk perbuatan terkutuk itu. Ia mempunyai Sati. Yang dapat disuruh apa pun juga. Bukankah dia dulu yang menggigit Jaya Wijaya sehingga terkapar berbulan-bulan di rumah sakit. Yah, betul. Orang macam Erwin ini harus di Jaya Wijaya-kan. Dibikin gila dengan mulut ternganga tanpa sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Baru dia nyahok, pikirnya dengan ke-sundaannya.
Dicari kucing suruhannya yang tidak kelihatan hadir menantikan dia di sana. Lalu dipanggilnya dengan suara lembut: "Satiii, di mana kau sayang?" Tiada sahutan, biasanya ia langsung datang atau sedikit-dikitnya mengeong.
Diulanginya. Tiada jawaban atau kedatangan kucing suruhan yang telah banyak jasa-jasanya itu.
Setelah agak lama tiada juga datang, Sumarta jadi agak gelisah. Masih marahkah dia" Ataukah, ataukah ia sampai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu benci sudah kepadanya sehingga Sati pergi meninggalkannya. Masa iya. Bukankah Sati miliknya.
Bukankah ia pernah menyelamatkan Sati ketika hampir mati disiksa kanak-kanak dulu. Paling-paling dia ngambek, katanya membujuk hatinya sendiri. Nanti juga tentu kembali.
*** SEMENTARA Sumarta gelisah dan harap-harap cemas di rumahnya, Sati bertenang-tenang menemani Erwin dan Lydia, seolah-olah di situlah tempat tinggalnya.
'Ttau marah pada tuanmu Sati?" tanya Erwin.
Kucing itu memandang Erwin, kemudian menundukkan matanya kembali. Barangkali dengan cara itu ia tidak mengiyakan, tetapi juga tidak membantah.
"Kasian dia Sati," kata Erwin lagi, "engkau satu-satunya teman yang benar-benar dicintainya, mungkin dia sedang panik. Ataukah dia sedang terkena buatan dukun yang amat pintar sehingga seperti berubah perangai hari ini?"
Kucing itu menggeleng, mengatakan, bahwa ia sama sekali tidak dimakan ilmu jahat.
"Lalu, mengapa dia begitu?" tanya Erwin lagi, walaupun ia tahu bahwa kucing itu tidak akan dapat menjawab. Pandainya hanya mengeong mengangguk dan menggeleng. Dan kucing itu mengeong.
"Kau tahu Sati, aku tidak pernah punya niat buruk terhadap majikanmu." ujar Erwin lagi yang disambut dengan anggukan oleh Sati.
Lydia mengikuti pembicaraan antara manusia dengan kucing itu sambil bertanya-tanya apakah sebenarnya yang telah terjadi sehingga Sumarta begitu kalap.
"Sati," kata Erwin, "aku ingin bertanya. Apakah kang Sumarta benci dan punya niat buruk terhadapku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aneh memang, kucing yang biasanya amat setia pada pemiliknya itu memandang Erwin, kemudian mengangguk.
"Mengapa bang Sumarta itu jadi marah?" tanya Lydia.
"Kukira hanya soal salah faham dan curiga yang tidak pada tempatnya. Dia mengatakan, bahwa aku hendak atau sudah merebut kekasihnya si Christine itu sehingga tidak sayang lagi padanya. Itu tidak benar Lydia. Tidak mungkin. Kau percaya, bukan, tidak mungkin!" Lydia tidak menjawab.
"Lydia, kau tidak menjawab pertanyaanku. Bukankah tidak mungkin Lydia. Untuk hidup sendiri saja aku menumpang pada dokter Anton. Bagaimana pula mungkin aku memikirkan seorang wanita, sekaya dan seterpelajar Christine. Hanya laki-laki gila yang bisa begitu. Dan aku tidak gila Christine!"
"Dengar Erwin. Perempuan juga bisa diam-diam jatuh cinta pada orang yang sama sekali tidak atau belum memikirkan dia. Kau mengerti" Maksudku, mungkin saja Christine tertarik padamu. Walaupun kau tidak punya apa-apa. Apa kau kira perempuan hanya bisa tertarik pada lelaki yang banyak duitnya, ganteng rupanya, tinggi kedudukannya dan terpandang di dalam masyarakat" Tidak, kan" Kau pun tentu tahu. Dan kalau wanita yang kalian obati itu pun misalnya jatuh hati padamu, bukanlah suatu hal yang mustahil."
"Tetapi aku jadi susah Lydia. Aku dibenci oleh orang yang justru ingin aku tolong karena aku simpati kepadanya."
"Itu soal lain lagi. Akibat dari suatu kenyataan!" kata Lydia.
"Aku tidak menghendaki akibat ini Lydia."
"Banyak orang tidak menghendaki akibat. Tetapi mereka tidak dapat mengelakkannya, sebab akibat hanya produk dari sebab. Kau mengerti kan, tiada akibat tanpa sebab," kata Lydia. Kata-kata wanita yang bijak itu membuat Erwin terdiam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lydia, aku tidak menaruh perhatian pada mereka. Seperti kukatakan tadi, tak mungkin aku bisa berpikir ke sana. Aku orang yang tahu diri Lydia. Menyangka aku jatuh hati pada Christine atau Susanti sama saja dengan mengatakan aku tidak tahu diri. Mengatakan orang tidak tahu diri sama halnya dengan menghina dia. Kau dapat memahami maksudku?"
"Tentu. Kau sangat peka. Itu baik. Tetapi jangan berlebihan, sebab bilamana sudah berlebihan ia akan jadi buruk. Aku menyalahtafsir-kan kata-kata orang. Dan selalu menjurus kepada buruk tafsir."
Erwin diam sejenak. Kata-kata Lydia itu masuk benar di dalam benaknya.
"Aku rasa kau benar. Tetapi aku tetap menyesal, kalau kang Marta sampai begitu buruk menilai diriku."
"Pada waktunya dia akan melihat, bahwa dia keliru," kata Lydia.
Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dan pada waktu itu mungkin sudah terlambat."
"Maksudmu?"
"Mungkin dia sudah membalaskan dendamnya yang keliru.
Bukankah itu terlambat, barangkali sudah tiada gunanya lagi!"
"Terlambat masih lebih baik daripada tidak pernah sama sekali, Erwin."
Barangkali kau tidak sepenuhnya menangkap maksudku.
Memang ada kalanya terlambat melihat suatu kesalahan masih lebih baik, ada gunanya. Tetapi dalam hal yang amat sial, keterlambatan itu membuat kesadaran tiada gunanya.
Misalnya saja aku mati oleh pembalasan dendamnya. Baru dia tahu, bahwa aku tidak pernah menghendaki Christine. Juga tidak pernah menghendaki Susanti. Maksudku, keadaanku tidak memungkinkan aku untuk menginginkan seorang wanita.
Kau harus mengakui itu Lydia. Bukankah kau sendiri melihat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk makan sendiri saja pun kelabakan Itu suatu kenyataan Lydia!"
"Aku senang mendengar pikiranmu yang ter akhir.
Keadaanmu saat ini tidak memungkinkan kau untuk menginginkan seorang wanita. Tetapi hari esok bisa lain sama sekali daripada hari ini! Kau akui atau tidak," kata Lydia seperti dua orang yang saling menguji kelihayan masing-masing dalam berkata atau berdalih. Ia tambah senang pada Erwin yang sejak semula diyakini mempunyai kepribadian dan hati yang amat baik. Menyadari kenyataan dan mengetahui keadaan diri. Dan peka. Suatu sifat yang harus dimiliki oleh tiap manusia, kalau dia tidak mau dikatakan "berkulit badak"
atau ber "muka tembok."
"Aku jadi tertarik pada cerita kang Marta itu dari segi lain,"
kata Lydia serius.
"Segi mananya?"
"Dia mengatakan tadi, bahwa Christine tertarik padamu.
Dan dia juga kesal melihat Susanti yang sakit itu terpikat oleh daya tarikmu. Kita bersahabat. Kau mau terbuka padaku, bukan?"
"Tentu," jawab Erwin meyakinkan.
"Dan kau tidak akan tersinggung atau marah?"
Heran, Erwin berkata: "Aku tak punya banyak kawan. Apa lagi sekarang, jumlah sahabat malah menyusut. Aku tidak akan tersinggung atau marah kepada seorang kawan sepolos dan sebaik kau Lydia. Sungguh mati, aku ini tidak mudah marah." Tapi dalam hati ia berdebar dan sangat ingin tahu, apa gerangan yang akan dikatakan atau ditanyakan perempuan Siam yang cantik dan simpatik ini.
"Kau pakai ilmu pekasih?" tanya Lydia. Sepolos kain tak berkembang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin tertawa. Ringan, santai. Jelas benar, tertawa tanpa dosa, tidak menyembunyikan sesuatu.
"Uh, untuk apa itu Lid," jawab Erwin akrab. "Supaya semua orang suka, senang dan bersahabat!"
"Jadi, untuk mempengaruhi! Aku tidak suka yang begituan.
Aku mendengar dan sedikit-sedikit mengetahui, karena pernah diajarkan. Tetapi aku tidak pernah mempergunakannya dan tidak akan! Aku suka yang wajar saja. Suka atau tidaknya seseorang pada kita harus tergantung pada kita dan orang itu sendiri. Tidak menyandarkan diri pada kekuatan ilmu. Aku anggap itu tidak murni! Kenapa kau tanyakan itu?"
"Tidak apa-apa. Sekedar ingin tahu. Sebab aku heran mendengar keluhan dan derita yang menimpa diri bang Sumarta tadi. Lagi pula..." kata Lydia tanpa meneruskannya.
"Dan lagi. apa?"
"Kalau pakai ilmu, kan bisa-bisa aku juga jatuh cinta pula padamu. Mengerikan, kan" Dengan saingan yang begitu banyak," kata Lydia tertawa.
Erwin turut tertawa sambil berkata: "Dan kalian akan ramai-ramai mati kelaparan, karena aku tidak akan sanggup memberi makan!"
Ketika mereka menyebabkan suasana gembira itu dr Anton kembali dan segera saja turut senang dan mereka langsung membicarakan peristiwa Sumarta. Membuat mereka merasa kasihan, geli, tetapi juga jadi serius oleh akibat yang mungkin ditimbulkannya.
*** KETIKA kucing suruhannya pulang dengan langkah santai, Sumarta langsung mengangkat dan menggendongnya.
"Kau jangan marah lagi padaku sayang. Kita hanya berdua di dunia ini. Kau dan aku. Nasibmu dan aku, kita berdua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentukan. Sati, aku membutuhkan pertolonganmu lagi.
Kalau kau suka melihat aku hidup bahagia, kau tentu bersedia menolong," kata Sumarta merayu.
Kucing suruhan itu memandang tuannya, seolah-olah mau tahu apa lagi yang dikeluhkannya. Apalagi yang kurang.
Dagang buahnya sudah lebih besar, uangnya puluhan juta, rumahnya cukup layak. Sudah mendapat hati Christine yang begitu digilainya. Mau apa lagi orang serakah ini. Dia benci pada majikannya, karena ia punya pikiran buruk terhadap Erwin. Ia tambah benci lagi, ketika mengetahui, bahwa Sumarta sudah berpindah hati ke Susanti. Sudah mendapat Christine secara tak wajar, bukan jadi bersyukur, tetapi malah jadi mata keranjang, pikir Sati. Dasar manusia, tak pernah kenal puas. Pada saat itu kucing suruhan menilai, bahwa banyak hewan lebih baik dari sementara manusia.
"Si Erwin itu orang palsu. Ia mau merusak hidupku. Kau tidak merelakan dia berbuat begitu, bukan" Jalan tersingkat dan termudah untuk menyelamatkan diri kita ialah dengan cara meniadakannya. Kau pun tentu tahu. Jangan percaya mulut manisnya. Kau telah mengambilkan perempuan bernama Christine itu untukku. Karena aku mencintainya dan dia pun sangat mencintaiku. Kau telah membuat aku berbahagia sekali Sati. Tetapi dia telah merebut hati wanita itu. Dia bahkan berbuat lebih lagi daripada itu," kata Sumarta.
Setelah diam sejenak ia berkata lagi: "Kau tentu tak suka hasil kerjamu itu dirusaknya. Ia jahat sekali terhadap diriku Sati.
Karena itulah aku amat membutuhkan bantuanmu. Singkirkan dia Sati. Tak usah matikan. Bikin seperti si Jaya Wijaya itu saja."
Dengan amat mengejutkan Sumarta, kucing suruhannya menggeram. Tetapi kemudian ia merasa lega. Ditafsirkannya geram Sati karena benci pada Erwin. "Kau marah kepadanya, kan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah kucing itu diam, berkata lagi Sumarta: "Pergilah sekarang. Binasakan dia. Untuk kebahagiaanku. Untuk ketenteraman kita."
Kucing itu memandang majikannya, mendengus, lalu melompat dan menghilang.
Syukur, pikir Sumarta girang. Akhirnya kucing itu mengerti dan sependapat dengan dia. Sati tentu pergi untuk melaksanakan tugasnya. Menyerang Erwin sehingga terkapar berbulan-bulan. Dengan mulut ternganga. Tanpa dapat dikatupkan lagi. Tanpa kuasa bicara.
*** TUJUH PULUH TUJUH
SUMARTA berbaring dengan kepala berban-talkan tangan, berharap dan berkhayal. Sebentar menyelinap perasaan menyesal, mengapa ia memberi perintah begitu kejam kepada kucingnya terhadap seseorang yang diketahuinya berbuat baik tetapi kemudian disangkanya sebagai insan yang merenggutkan kebahagiaan dari dirinya. Bahwa Erwin pernah menyelamatkan dirinya dari ancaman orang-orang bayaran Jaya Wijaya adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah. Bahwa laki-laki itu telah menyelamatkan mukanya dalam usaha menyembuhkan Susanti juga suatu fakta. Karena dia mengetahui benar, bahwa ia sama sekali tidak mempunyai kesanggupan untuk mengobati gadis itu. Hanya karena ia kemudian menduga keras, bahwa Christine dan Susanti jatuh hati kepada Erwin, makanya ia menarik kesimpulan bahwa orang inilah penyebab dari sedih berkepanjangan yang telah mulai menimpa dirinya. Lalu ia dendam dengan keputusan yang menyangkut kelanjutan hidup dari satu manusia yang pernah berbuat baik terhadap dirinya. Mengapa tidak menanyai Erwin terlebih dulu. Mengapa langsung menuduh dengan prasangka yang dapat membawa akibat fatal!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak ia jadi gelisah oleh keputusan yang diambilnya sendiri. Bagaimana kini" Sati telah pergi untuk melaksanakan perintahnya.
Sumarta bangkit dari tempatnya berbaring, kemudian bergegas ke jalan raya, hanya mengenakan kaus singlet dengan kain sarung, tanpa alas kaki. Melihat kiri kanan tiada kendaraan untuk ditumpangi, ia mulai berlari-lari, tak peduli lagi akan cukup banyak mata tetangga dan orang berlalu lalang melihat dirinya yang berbuat aneh itu. Bagaikan orang tidak waras. Padahal semua tetangga mengenal dia sebagai laki-laki yang selalu rapi, bahkan kadang-kadang perlente, walaupun ia hanya tukang buah kaliber kecil. Setelah cukup letih berlari dengan perasaan cemas, barulah ia berpapasan dengan kendaraan beroda tiga yang kebetulan kosong.
Setelah memperhatikan dirinya dengan tanda tanya dari atas ke bawah, akhirnya penarik sedan rakyat kecil itu mau membawa dia ke tempat tujuan. Ke rumah dokter Anton, tempat Erwin menumpang berteduh dan makan. Sumarta memohon kepada pengemudi agar memacu kendaraannya dengan janji akan membayar dua kali lipat.
Setiba di depan rumah dokter Anton, ia langsung melompat turun dan berlari masuk pekarangan, dikejar oleh pengemudi yang menyangka penumpang itu hendak menipu dirinya.
Untunglah berpapasan dengan pemilik rumah sendiri Ia berkata tergugup-gugup, "Tolong bayar dulu dokter, dua kali lipat. Bayar saja berapa dia minta, nanti saya ganti!" Heran melihat cara kedatangan orang yang sudah dikenalnya itu, dokter yang baik hati itu memenuhi, sementara dia sendiri kemudian masuk lagi ke rumah. Dan di sana ia melihat Sumarta yang terengah-engah, berdiri terpaku bagaikan orang bengong, karena tidak percaya akan kenyataan yang dilihatnya. Kucing suruhannya sedang duduk di pangkuan Erwin, dielus-elus oleh laki-laki yang dianggap sebagai saingan beratnya. Bukan membinasakannya sesuai dengan perintah. Ia menjadi malu sekali. Malu pada diri sendiri, malu melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenyataan. Mengapa semua jadi berbalik membenci dan menentang dirinya" Sampai-sampai Sati yang mestinya mematuhi segala perintah kini jelas-jelas membangkang!
Bahkan lebih daripada itu. Ia menantang, seolah-olah berkata dengan perbuatannya itu, "Aku tidak sudi menurut suruhmu walaupun aku hanya binatang suruhan. Kau mau apa?"
Erwin dan Lydia yang sangat terkejut dan heran melihat keadaan Sumarta, mempersilakannya duduk. Dan laki-laki tukang buah merangkap tukang pasang guna-guna yang belum punya cukup keterampilan itu menggelosoh terduduk di lantai tempat ia tadi berdiri. Kakinya tak kuat lagi menahan tubuhnya. Lemas oleh amukan aneka perasaan yang kesemuanya menyedihkan dan mengecewakan. Kenyataan ini menyebabkan Erwin dan Lydia tambah heran. Mendadak sakitkah orang yang tadi marah-marah dan ngambek ini"
Serangan jantungkah agaknya" Sumarta tidak mampu mengangkat muka untuk memandang semua orang yang sudah dikenalnya itu. Matanya hanya memandang loyo ke bawah, tanpa semangat, tanpa sedikit pun kemauan yang dapat memberi tenaga kepadanya.
Dokter Anton memeriksa Sumarta. Kemudian bersama Erwin membaringkannya di atas sebuah dipan. Dia memang lemas sekali. Dokter itu merasa perlu memberinya satu suntikan pemulihan tenaga.
Beberapa saat kemudian Sumarta bagaikan orang yang hidup kembali dari alam keputusasaan. Air mata membasahi kedua pipinya yang tampak memucat.
"Apakah yang telah terjadi Kang Marta?" tanya Erwin pelan.
"Adakah sesuatu yang dapat kulakukan" Kalau ada kesulitan kita hadapi bersama. Kakang tahu, orang buruk Erwin ini tidak akan pernah meninggalkan sahabatnya yang dalam kesusahan." Erwin keliru dengan dugaannya bahwa kata-kata ini akan mengembalikan semangat Sumarta. Ia malah jadi menangis terisak-isak. Sangat terharu, menjadi lebih malu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih menyesal. Ia telah mempunyai niat begitu jahat terhadap manusia yang sebaik ini.
Lydia menganjurkan Erwin supaya membiarkan tamu yang sedang diterjang emosinya itu. Tidak ada faedah bicara dengan orang yang benaknya sedang dipenuhi aneka rupa perasaan, termasuk penyesalan.
Benarlah, setelah agak lama reda, Sumarta berkata, "Aku telah amat berdosa padamu, bahkan memerintah kucingku untuk membinasakanmu. Tetapi dasar aku manusia tak tahu diri, Tuhan berkehendak dan menentukan lain. Sati yang biasanya begitu setia padaku ternyata sedang bermesraan dengan kau. Aku khawatir, kasihnya padaku pun telah berpindah kepada dirimu sehingga aku tidak mempunyai suatu apa pun lagi yang menyayangi diriku. Aku menjadi orang yang termalang di dunia ini, Erwin." Lalu ia menangis lagi. Tersedu-sedu. Erwin yang mestinya marah, berbalik jadi kasihan.
"Christine milikmu. Kami semua sudah tahu. Dan kami senang, bilamana kalian telah menikah dan bahagia. Bila hari perkawinan?" tanya Erwin.
Sumarta diam. Bagaimana tidak! Dia sekarang bukan inginkan Christine lagi, dia menghendaki Susanti. Bagaimana mengatakannya kepada Erwin" Ini baru dirinya saja yang tahu, jadi masih sangat rahasia. Susanti saja pun tentu tidak sadar kalau dia sudah digilai oleh Sumarta yang tadinya bersusah payah menundukkan hati Christine.
"Kang Marta tentunya sayang sekali sama Christine, ya,"
kata Lydia. "Dan saya jamin kalian pasti akan sangat senang di negeri saya nanti. Itu memang tempat berduaan bagi orang berkasih sayang," katanya lagi dengan keramahan khas Thai.
Sumarta masih diam. Ia malu pada dirinya. Mengapa dia mendadak jadi memilih Susanti yang belum tentu akan menyukainya. Sedangkan Christine sebenarnya sudah di dalam tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana kalau nikah di negeri saya" Di sana juga ada kaum Islam. Akan lebih asyik bukan. Ke sana sebagai dua orang saling mencinta. Pulangnya sudah menjadi tuan Sumarta dan nyonya!" kata Lydia lagi menyenangkan hati tamunya yang tampak belum normal itu.
Maksud menghibur malah jadi membuat Sumarta merasa kian terpojok. Kawin dengan Christine di Muangthai sedangkan ia ingin hidup berdampingan dengan Susanti yang tidak akan turut menyertai perjalanan mereka.
"Jarang orang dengan sengaja pergi nikah ke luar negeri, tetapi Pak Marta mendapat kesempatan yang begitu baik,"
kata dr Anton menukas. Membuat Sumarta jadi tambah kelabakan.
Tukang buah itu tidak tahu mau berkata apa. Yang jelas mukanya sama sekali tidak memperlihatkan tanda gembira.
Mau mengatakan, bahwa ia kini mengingini Susanti" Kan malu!
Tanpa ada maksud lain, Lydia bertanya kepada Erwin, bagaimana nasib Susanti yang diobatinya bersama Kang Marta.
"Mudah-mudahan jin bandel itu dapat kita minta pergi,"
kata Erwin. Berkesan pada Sumarta, karena ia sebenarnya tidak berbuat apa-apa dalam usaha penyembuhan perempuan itu. Lydia pun menyangka, bahwa ia turut pegang peranan.
Semua itu berkat kemurahan hati Erwin.
"Bagaimana kalau dia diajak ke Muangthai, Er?" tanya dr Anton. Bukan tanpa maksud lain. Dia mau melihat kesan pertanyaan kepada Sumarta dan Erwin sendiri. Enak juga berbuat begitu. Menikmati orang lain yang barangkali jadi salah tingkah. Dan memanglah Sumarta memperlihatkan tanda-tanda kegelisahan yang bisa dua macam sebabnya.
Ingin gadis itu mau ikut atau takut, kalau-kalau ia mau ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kesempatan seperjalanan itu dipergunakan Erwin untuk menguasai hatinya.
"Bagaimana Kang Marta?" Erwin balik bertanya kepada Sumarta.
Tukang buah yang diam-diam sudah jatuh cinta pula lagi, kaget mendengar pertanyaan diajukan kepadanya. Mereka sudah mengetahui rahasia hatinya yang baru" Dan diam-diam di dalam hati menilai dia sebagai orang kurang beres atau sedikitnya tidak tahu diri. Betapa tidak, dulu kena hati sampai mempergunakan guna-guna segala untuk menguasai Christine yang menurut ukuran sehari-hari sama sekali tidak pantas untuk jadi isterinya. Berhasil. Kini sudah jatuh cinta pula pada seorang wanita sakit ingatan yang baru pertama kali dilihatnya.
"Bagaimana kang Marta. Kang Marta suka kalau Susanti ikut ke negeri Nona Lydia?" tanya Erwin, membuat muka Sumarta jadi kian merah saja. Dia ingat kini, sejak ia tiba di rumah dokter Anton, perbuatan dan sikapnya serba aneh dan membuat dia merasa sangat malu. Agak lama kemudian Sumarta menjawab juga, "Buat saya sih, bagaimana saja.
Saya bukan orang yang menentukan apa-apa." kata-katanya menimbulkan kesan, seolah-olah dia mulai tahu diri kembali.
Tetapi sebenarnya di dalam hati dia ingin menentukan.
Susanti jangan ikut dan dia pun tidak akan ikut. Dia mau mengurus cita-cita atau lebih benar selera hatinya yang baru.
Kalau terpaksa dengan guna-guna lagi. Tetapi, bagaimana"
Seperti dia dulu menundukkan hati Christine" Dia bingung dan sedih. Yang mengguna-gunai dulu bukan dia sendiri, melainkan Daeng Mapparuka yang telah tidak ada lagi. Dia yang memberi bunga, dia yang menjampi-jampi. Yang menanamkan guna-guna itu kucing suruhannya. Dia sendiri hanya menyebut-nyebut nama Christine Julianty Subandrio ratusan kali, sesuai dengan petunjuk Daeng. Itu pun ia hanya menyebut "Juli," karena terlalu sukar baginya untuk menyebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Christine, apalagi kalau menyebutnya secara lengkap.
Mengingat itu, hati Sumarta jadi kecil. Bukan "cintanya"
mengendur. Dia jatuh hati, sebagaimana dia dulu jatuh hati pada Christine. Itu dia rasakan betul. Dia bukan berkhayal, dia merasa. Dengan hati, dengan jantung, dengan darah. Dengan seluruh apa yang ada pada dirinya. Tetapi bagaimana perempuan itu" Apakah dia juga menerima" Sumarta yang mudah dihempaskan cinta itu lalu termenung sedih. Dia melihat sendiri, bagaimana jari-jari lentik dan indah wanita itu menjabat tangan Erwin. Bagaimana ia dengan penuh kasih memandang Erwin yang tidak punya usaha buah dan tidak punya duit itu. Dia tidak berotak lagi, tetapi air matanya mengalir. Sepertinya sudah dapat dikatakan "menganak sungai."
Mereka membiarkan Sumarta melepaskan sedihnya. Jalan terbaik untuk meredakan orang yang dilanda duka adalah membiarkan dia menyalurkannya melalui tangis.
Setelah laki-laki itu tenang kembali, lembut Erwir; bertanya,
"Ada apa sebenarnya, Kang Marta" Kakang cinta pada Christine, bukan?"
Sumarta kini mampu mengaku. Ia menggeleng. Ia tidak cinta pada Christine. Tidak lagi, rupanya. Dan mereka yang melihat gelengan itu merasa heran, saling pandang. Digilai, diguna-gunai dan kini sudah tidak disukai lagi. Semua begitu cepat berganti musim. Cuaca pun tidak begitu.
"Tetapi ada apa, Kang Marta?" tanya Lydia lembut.
Sumarta menggeleng lagi. Dia sudah tidak suka lagi, habis perkara. Orang lain tidak perlu tahu! Dia yang punya diri, dia yang menentukan kehendak dan pilihan hatinya.
Dr Anton menyela, agar Susanti diajak, kalau keadaannya mengizinkan, orang tuanya tidak keberatan dan perjalanan begitu bisa merupakan selingan yang meringankan. Entah mengapa dokter itu berkata begitu. Mungkin juga hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelami perasaan Sumarta. Kalau itu yang dimaksud, Maka ia mencapai tujuan. Sebab kontan laki-laki itu menyahut,
"Jangan, jangan bawa dia!" Rupanya dia sudah tidak kuasa menahan emosi.
Suasana jadi hening. Dan akhirnya Sumarta juga yang memecah keheningan itu. Katanya, "Erwin, aku mencintainya!
Terbongkarlah rahasia hati. Sampai sekian saja rupanya daya simpannya. Dan dia diam.
Lydia berkata lembut, "Kasihan Christine, Kang Marta.
Bagaimana dia yang mencintai Kang Marta?"
Pelan tukang buah itu menyahut, "Dia tidak mencintaiku lagi. Dia sudah membuka hatinya untuk orang lain!" Lalu dia diam lagi.
Kisah Para Pendekar Pulau Es 8 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama