Ceritasilat Novel Online

Pahlawan Dan Kaisar 12

Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 12


"Ini karena mereka telah kerasukan iblis hebat. Kamu tahu" Sebenarnya raja Yelu, ayahmu, Xia Rujian adalah saudara angkat?" tanya Dewa Manusia dengan mengerutkan dahinya.
Tentu hal ini membuat Jieji bagaikan disambar geledek. Dia tidak pernah tahu
bahwa mereka semua adalah saudara angkat. Tentu hubungan mereka akan
lebih kuat daripada hubungan-hubungan lainnya.
"Sebenarnya sejak kedatangan Hikatsuka kemari, dia telah kerasukan. Saat itu juga, sebenarnya dia tidak mampu lagi memegang pedang Ekor api. Dirinya telah
hilang entah kemana.
Ayahmu itu yang telah mengetahui asal-usul tempat tersebut, mengajak para
saudara angkatnya untuk meneliti kembali Ilmu pemusnah raga... Tetapi...."
Kata Dewa Manusia dengan pelan dan perasaan yang juga bercampur aduk.
"Tetapi Dewa Bumi tahu bahwa mereka semua ingin meneliti kembali ilmu
dahsyat tersebut. Lalu dengan licik, dia membuat mereka untuk bergabung...
Bukan begitu kek?" tanya Jieji.
"Betul... Sungguh beginilah kejadiannya.
Saat itu, dia mencari siasat. Dia sengaja melemparkan jarum ke arahmu yang
masih bayi. Saat itu, umurmu baru hampir 5 bulan. Tetapi mendapati hal
tersebut, ibumu sungguh sangat panik. Begitu pula Hikatsuka. Mereka berdua
menggendongmu mencariku di goa abadi. Saat itu juga, aku langsung berangkat
mencari Xue Hung. Karena hanya dia-lah orang yang kukenal dan mampu
mengobatimu..." tutur Dewa Manusia.
"Jadi begitu adanya...
Tetapi tetua Xue Hung mengutus 7 orang muridnya untuk mengobatiku dengan
menyalurkan tenaga dalam." jawab Jieji.
"Betul... Kelima orang tersebut bahkan telah berada disini..." kata Dewa Manusia.
Jieji segera mengarahkan pandangannya ke 5 orang yang sama sekali tiada
dikenalnya. Terlihat kesemuanya sedang tersenyum manis dan puas melihat Jieji.
Dengan tiada banyak berkata-kata, Pemuda tersebut berlutut dan menyembah
kesemuanya dengan air mata yang menitik.
"Hamba bukan seorang yang anda semua kenali. Tetapi dengan jauh-jauh, para tetua mengunjungiku dan mengobati-ku. Untuk masalah ini, seumur hidupku
tentu sudah banyak berhutang budi...."
Tetapi kelimanya segera maju serentak dan membimbingnya berdiri kembali.
Dari wajah mereka, senyumannya masih terasa sangat hangat.
"Betul... Saat itu, dan selanjutnya telah kamu ketahui dengan baik. Tetapi mengenai mengapa mereka semua membencimu, masih ada lagi alasannya.
Bagaimanapun sesungguhnya Xia Rujian sejak awal memang telah berencana
melakukan hal besar terhadapmu. Tetapi...." kata Dewa Manusia.
"Jadi memang benar sekali" Apa perkiraanku sudah menjadi kenyataan...." Kata Jieji sambil menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya.
"Betul cucuku...
Tetapi takdirmu benar belumlah habis. Untuk 3 bulan mendatang aku ingin kamu
berhati-hati benar. Janganlah terlalu bertindak mengikuti kata hati. Karena
kebenaran masih ada di atas segalanya..." kata Dewa Manusia dengan
pengertian kepadanya.
Jieji terlihat tersenyum cukup puas mendapati sikap kakeknya. Dia segera
menganggukkan kepalanya.
"Kek.. Boleh kutahu" Bagaimana kamu bisa meninggal disini?" tanya Jieji kembali dengan agak heran.
Dewa Manusia tersenyum juga mendengar apa pertanyaan cucunya. Tetapi, dari
sebelah seorang segera berjalan kepadanya pelan ke depan.
Jieji yang melihatnya maju, tentu sudah tahu maksudnya.
Li Zhu-lah orang yang maju mendekati Jieji tersebut. Tetapi sebelum dia
berkata-kata, dia telah dipotong dahulu oleh Dewa Manusia.
"Aku kalah dengannya disini...." katanya dengan wajah tersenyum puas.
"Begitu pula kita semua..." kata 5 orang tetua yang merupakan penolong Jieji ketika masih kecil saat dia masih berada di Dongyang.
Jadi semua telah jelas sekali.
Li Zhu membuat taruhan besar terhadap pendekar-pendekar disini. Dia ingin
membuka pintu tersebut kembali. Jadi menurutnya selain pedang, maka unsur
manusia hebat juga penting. Oleh karena itu, dia "memaksa" pesilat yang kalah padanya untuk menggabungkan unsur tenaga dalam disini. Tetapi
bagaimanapun setelah kematian seseorang, tentu semua rasa dendamnya telah
lenyap. Jadi terhadap masalah inipun Jieji tentu mengerti dengan baik.
"Sepertinya kita telah boleh meninggalkan tempat tersebut..." tutur Xue Yang.
Semuanya terlihat mengangguk saja dan tersenyum.
Tetapi bagaimanapun terlihat Jieji tidak ingin merelakan perjumpaan singkat
dengan tetua hebat tersebut. Namun dia sendiri sadar sekali, manusia dan roh
tentu ada batasnya.
Oleh karena itu, dia tidak menahan mereka semua lebih lanjut lagi. Tetapi, dia
mengambil sikap berlutut segera. Dan terlihat dia menyembah beberapa kali.
Begitulah perjumpaan mereka semua yang singkat sekali adanya...
Seaat... Fenomena gelap langsung "hilang" entah kemana.
Tetapi dengan tiba-tiba digantikan daerah panggung telah tertampak kembali.
Namun yang aneh, panggung yang tadinya temaran telah digantikan sesuatu
cahaya yang nan terang. Sepertinya tiba-tiba daerah itu menjadi "siang".
Saat Jieji berupaya melihat sekeliling, dia terkejut luar biasa.
Mayat-mayat para tetua yang melakukan meditasi telah hilang entah kemana.
Dan yang hebatnya, ketika dia memutarkan tubuhnya melihat ke belakang.
Disana terlihat jelas, bahwa mayatnya Li Zhu juga telah "raib" entah kemana.
Sesaat, dia langsung merasa heran luar biasa dan kaget.
BAB LXXXVI : Fenomena Panggung Hutan Misteri
Keanehan yang tertampak jelas masih bekerja dengan baik sekali. Terutama
adalah hawa "peperangan" yang tadinya terbentuk akibat tenaga dalam 4 unsur Xue Yang serta tenaga dalam 4 unsur baru dari Li Zhu sendiri berbaur dengan
hawa pendekar lainnya, namun hawa tersebut dirasa sedang berpendar. Dan
kemudian semua energi terasa jelas masuk ke tengah altar dimana disamping
altar tersebut adalah posisi colokan pedang.
"Aneh sekali kak.. Kenapa bisa terjadi hal sedemikian?" tanya Lie Xian yang merasa sangat kaget.
"Pintu tidak lama lagi akan terbuka..." jawab Jieji sambil memandang bengong ke tengah altar.
"Bagaimana bisa" Ada beberapa hal yang sungguh tidak kumengerti..." tanya Lie Xian kembali.
"Hm... Untuk beberapa hal sebenarnya aku sudah tahu artinya... Panggung ini beserta
misteri yang terdapat di dalamnya." kata Jieji sambil berpikir.
"Tetapi yang paling aneh adalah mayat-mayat tersebut. Kenapa semuanya
tiba-tiba menghilang tiada berjejak?"
"Ini karena semuanya telah berbaur. Panggung tersebut sebenarnya di bangun Oleh Qin She huang dengan tiada tujuan untuk membukanya lagi. Sebab semua
harta kekayaannya terdapat disini..." jawab Jieji.
"Tetapi yang aneh adalah kenapa dia sengaja memberikan "kunci" untuk membukanya kembali?"
Dengan berpaling pelan ke arah Lie Xian, dia terlihat tersenyum.
"Kamu tahu" Bagaimana jika kamu mempunyai harta tiada ternilai di dunia. Dan jika kamu telah tiada nantinya, apakah kamu berharap bahwa ada penerusmu
yang mengetahuinya?"
Mendengar apa kata-kata Jieji, Lie Xian segera tersadar. Sesaat dia terlihat
kegirangan. "Betul... Bagaimanapun seseorang yang menyembunyikan harta tak ternilai dan tidak ingin di ketahui orang. Maka yang penasaran pertama adalah orang
tersebut. Bukan begitu?"
"Betul... Kamu cerdas...
Begitu pula Kaisar Qin. Dia menyembunyikan harta tersebut, di samping dia takut diketahui. Di samping itu pula dia merasa penasaran. Dia ingin ada yang bisa
memecahkan misteri disini. Tetapi justru hal inilah yang akan mendebarkannya.
Ini seperti sebuah permainan saja...." jawab Jieji dengan menghela nafas.
"Tetapi kak... Perjumpaan kita dengan tetua tadinya ada beberapa hal yang
kurang kumengerti adanya. Jadi bisakah saya menanyaimu?" tanya Lie Xian
kepadanya dengan tersenyum.
Pemuda hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepadanya pula.
"Mengenai para tetua yang bermeditasi tersebut, ada hal yang dirasa sungguh janggal sekali. Dan begitu pula halnya pedang bumi berpendar milik Guo Lei.
Selain itu, kenapa pedang yang dimasukkin langsung bisa hilang begitu saja?"
tanya Lie Xian. Pertanyaan yang memang cukup aneh sebab para tetua sendiri
belum menyinggungnya ke sana tadinya. Tetapi si nona yakin bahwa pemuda
tersebut telah tahu dengan lumayan banyak.
Seraya mengelus dagunya, Jieji menjawab pertanyaan Lie Xian.
"Mengenai permeditasian para tetua, ini adalah keinginan Li Zhu. Meski
kungfunya telah tinggi sekali. Tetapi dia masih membutuhkan 4 unsur pelengkap
lainnya. Setahuku 4 unsur utama jika digabungkan dengan 4 unsur pelengkap,
maka kedahsyatannya sudah tiada tanding lagi.
Oleh karena itu, dia sengaja meminta para tetua untuk mengantarkan nyawa
sebagai pertaruhan permainan besar." jawab Jieji dengan berpikir.
"Jadi begitu" Lalu Huang Yuzong... Apa yang terjadi pada dirinya?"
"Huang pernah kemari. Dan tentunya mungkin saat itu kedatangannya adalah
yang pertama setelah ratusan tahun. Saat itu, dia datang sambil membawa
pedang cahaya berkumpul. Dialah yang pertama kalinya memasukkan pedang."
jawab Jieji. "Lalu saat itu, yang muncul adalah ilmu silat tertinggi?" tanya Lie Xian yang telah terlihat rasa penasarannya.
"Betul... Seperti kata-kata tetua Xue. Dia datang kemari dan mempelajari Ilmu pemusnah
raganya- Qin She Huang. Saat itu, dia telah menjadi seorang "iblis"."
"Tetapi.... Bukankah tetua Xue malah mengalahkannya?" tanya Lie Xian kembali.
"Betul... Bagaimanapun 8 unsur akan sulit dicerna pertama-tama. Mengingat tetua Xue
telah berpengalaman di dunia persilatan. Maka dalam 5 pertarungan hebat,
Huang terus kalah. Bukan karena kemampuan Huang di bawah kemampuan
tetua Xue sendiri. Tetapi tetua Xue memiliki jiwa kebenaran dan kemampuan
bertarung di atas segalanya.
Setelah merasa tetap kalah, Huang melakukan cara kotor. Dalam pertarungan
kelimanya, dia tidak datang sendirian. Melainkan berkumpul dengan para pesilat
serta anak buah Li Zhu, prajurit Dinasti Tang untuk mengeroyoknya yang hanya
sendirian."
"Jadi begitu" Berarti memang benar. Aku merasa Li Zhu dan Huang pasti
sekelompok..." kata Lie Xian.
"Memang benar. Tadinya mereka adalah dua orang yang menginginkan
kematian tetua Xue. Tetapi setelah bekerja-sama, dia merasa Huang mungkin
telah mengkhianatinya. Oleh karena itu, dia malah datang kesini sendirian guna
mempelajari jurus hebat tersebut. Tetapi dia membutuhkan pedang bumi
berpendar. Namun saat itu, Guo Lei telah tiada mampu ditemukannya. Meski
Guo sendiri tentu adalah cucu muridnya sendiri. Lalu..." jelas Jieji.
Namun penjelasan Jieji yang sampai setengah tersebut langsung dipotong Lie
Xian. "Dia memutuskan untuk menunggumu disini?"
"Betul...." jawab Jieji sambil tersenyum manis kepadanya.
Tetapi setelah itu, dia melanjutinya kembali.
"Memang sia-sia saja dia menantiku. Tetapi pada awalnya, dia hanya tahu kalau pedang Ekor api yang tercolok disini telah dibawa pergi oleh kakekku, Dewa
Manusia. Dan tentunya kakekku bisa menjadi korban disana pun karena Li
Zhu."jawab Jieji sambil menghela nafas.
"Betul juga.. Jadi begitulah adanya yah" Tetapi apa ilmu Li Zhu sendiri juga adalah Ilmu sejati dari pemusnah raga" Apa dia berhasil menggabungkan 4
unsur tambahan lainnya?" tanya Lie Xian.
"Tidak..." jawab si pemuda sambil menggelengkan kepalanya.
"Ilmu pemusnah raga dari Li Zhu sebenarnya sudah tiada tandingannya lagi
sungguh. Makanya kukatakan bahwa kemenanganku sesungguhnya hanya
untung-untungan. Dia juga menguasai 4 unsur utama sepertiku. Lalu 4 unsur
tambahan lainnya akan muncul jika dia mendapatkan salah satu pedang lagi
sebab pedang cahaya sudah berada disini." jawab Jieji.
"Tetapi...
Ada sesuatu lagi... Lalu Huang" Kenapa dia bisa mendapatkan 4 unsur
tambahan lainnya meski dia hanya memiliki 1 pedang saja" Inilah hal yang
aneh...." "Ha Ha......
Sebenarnya 4 unsur utama yang muncul di sana adalah 4 ilmu rahasia jagad.
Tetapi sebelumnya Huang telah menguasai 4 unsur utama. Jadi ketika dia
mencolokkan pedang pertama, ada juga hawa peperangan yang telah berada di
sini sejak lama sekali. Hawa 8 tenaga unsur menyatu dengan altar. Sehingga
ilmu mengerikan tersebut kembali muncul."
tutur Jieji. "Jadi... Jangan-jangan?"?" tanya Lie Xian yang sungguh heran.
"Betul... Hawa peperangan yang pertama tentu disebabkan bahwa mayat Kaisar pertama
Qin-lah yang berada disini. Dengan terbaurnya 8 unsur tenaga asli dari Ilmu
pemusnah raga. Tentu yang muncul disana juga ilmu silat terhebat. Tetapi dia
tidak pernah menyangka, ilmu yang muncul adalah ilmu 4 unsur utama tanpa 4
unsur tambahan, oleh karena setelah mempelajarinya dia telah masuk ke jalan
yang sungguh sesat." jawab Jieji sambil mengarahkan jarinya ke altar.
"Dan pedang ekor api...
Hm... Sungguh heran sekali, kenapa pedang Ekor api tidak sempat di lihat oleh Huang
yang telah berada disini" Bukankah pedang tersebut belum dimiliki oleh Dewa
Manusia saat itu?" tanya Lie Xian.
Memang sungguh pertanyaan yang sangat bagus sekali. Bagaimana mungkin
Huang Yuzong tidak pernah mencolokkan pedang Ekor api padahal saat itu
seharusnya pedang tersebut masih berada di altar dengan baik"
Sambil melihat ke arahnya dengan tersenyum, Jieji kembali menjawab.
"Mengenai pedang tersebut, mungkin telah dibawa pergi oleh seseorang
sebelumnya. Oleh karena itu, Huang tidak pernah mengetahui adanya. Tetapi
setelah dia tewas oleh kelima orang "Dewa", orang tersebut kembali menaruhnya kesini..."
"Jadi orang tersebut tentunya tiada lain adalah......." tutur Lie Xian.
"Mungkin dia adalah tetua Xue Hung. Dia adalah seorang ahli peramal yang
hebat, dan tentunya dia tahu sekali jika pedang Ekor api telah berada disini juga.
Maka 4 unsur tambahan jurus pemusnah raga akan juga ikut tampil dengan jelas
disini. Oleh karena itu, dia telah menyingkirkan pedang ke tempat aman terlebih dahulu..."
"Tetapi aneh juga...
Bagaimana pula dengan pedang es rembulan sendiri" Kenapa dia tidak bisa
mendapatkannya?" tanya Lie Xian kembali.
Jieji yang berpikir segera mengingat kembali gua es di Gunung Hua.
Dia segera sadar kenapa Huang tidak pernah ingin mencarinya. Sebab
bagaimanapun dia tahu lokasinya, dia tidak pernah akan mendapatkannya.
Sesaat, dia telah mengerti semuanya.
"Lokasi Gua pedang es rembulan sesungguhnya adalah gunung Hua Shan.
Gua tersebut adalah gua nan dingin dan terbentuk oleh es abadi. Dan tanpa
pedang Ekor api, gua tidak gampang dimasuki siapapun juga walaupun ilmu
silatnya sangat hebat." jawab Jieji.
"Jadi begitu"
Tentunya ketika Tetua Xue Yang masuk ke sana pun pasti dia membawa pedang
Ekor api. Setelah itu, dia meletakkan pedang Es rembulan ke sana.
Dengan begitu telah jelas adanya, pasti tetua Xue Hung-lah orang terakhir
sebagai pemilik pedang sebelum Dewa Manusia?" tutur Lie Xian.
"Betul....." jawab Jieji pendek dengan tersenyum manis kepadanya.
"Dan sekarang, pedang yang tercolok kesana telah 3 batang. Jadi fenomena apa yang akan muncul?" tanya Lie Xian.
Barusan mereka menutup mulut masing-masing.
Fenomena cahaya tadinya yang bersinar sungguh terang, sekarang telah
berkumpul ke arah altar. Sedangkan daerah di sekelilingnya malah telah sangat
gelap. Kecuali altar di sana yang jelas bersinar sungguh sangat terang.
Mereka berdua memandangnya sambil terkagum luar biasa.
Pemandangan seperti ini tiada pernah bisa diperlihatkan di luaran. Sungguh
sebuah hal yang menakjubkan sekali.
Tetapi setelah cahaya tersebut berkumpul...
Seakan seperti sinar, para cahaya menembakkan sinar ke arah panggung 7
batu. Sesaat, disana segera muncul tulisan yang sungguh luar biasa banyaknya.
Panggung batu yang hitam terlihat bersinar terang dengan tulisan aksara China
yang lumayan besar.
"Bagi manusia yang luar biasa...
Inilah ukiran cahaya dari Kungfu terhebat sepanjang masa. Setelah
mempelajarinya, harap putarkan-lah batu sesuai posisi Yin-Yang. Dengan begitu,
keabadian Hutan misteri bisa terjaga selama-lamanya."
Setelah membacanya, sinar tersebut seakan berpendar. Dan kembali berkumpul
dengan cepat sekali.
Batu panggung terlihat yang terujung segera berputar sampai ke belakang.
Cahaya segera menembak cepat dan telah membentuk sesuatu tulisan yang
baru disana. Tulisan tentunya adalah mengenai ilmu kungfu pemusnah raganya
Qin She Huang. Sekarang posisi 6 panggung batu telah menjadi sebuah kitab yang sungguh
besar adanya. Jieji memandang dengan cermat ke arah panggung batu itu satu persatu. Dan
membacanya dengan perlahan.
Sesaat... Dia merasa sungguh terkejut.
Ilmu yang muncul disini adalah ilmu terlarang di jagad. Dan yang hebatnya
adalah ilmu tersebut lengkap sekali. Sebab selain 4 unsur utama, juga terdapat


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengolahan tenaga dalam ilmu 4 unsur tambahan lainnya.
Tetapi... Dia langsung merasa ilmu tersebut sungguh sangatlah "sesat". Dengan tiada menghapalnya lebih lanjut, dia kembali berjalan ke tengah.
Sementara itu, Lie Xian melihatnya sungguh terbengong-bengong dan tampak
dia memandang ke arah tulisan dengan pandangan yang kosong sama sekali.
Kemudian dia terlihat menggumam dengan anehnya.
"Ilmu yang sesat luar biasa...
Tetapi ilmu ini terlalu hebat..."
Lie Xian sepertinya mengalami hal yang cukup sama dengan Jieji. Tetapi karena
dia membaca dengan cermat, tenaga dalam di tubuhnya sungguh bekerja tiada
teratur. Inilah ciri-ciri seorang yang akan kesurupan.
Melihat tingkah Lie Xian, Jieji sungguh terkejut.
Lalu dengan langkah cepat sekali, dia menuju ke salah satu panggung batu. Dan
dengan mengerahkan tenaga dalam, dia memindahkan batu tersebut.
Tak berapa lama, batu panggung berhasil di pindahkan.
Fenomena tulisan telah hilang sama sekali di panggung tujuh batu tersebut.
Cahaya yang tadinya sempat berpendar sekarang malah berkumpul kembali ke
tengah. Lie Xian segera sadar seakan dia telah bermimpi hebat sekali tadinya. Sesaat dia terkejut, dan merasa ngeri juga.
"Terima kasih kak Jie... Tadi aku hampir saja kesurupan..." tuturnya dengan cukup senang.
"Betul.. Hati-hati dik... Ilmu ini bukan bisa dipelajari oleh orang biasa saja. Dan terlalu mengerikan betul..." jawab Jieji sambil menghela nafas.
Tetapi cahaya yang tadinya sempat berkumpul ke tengah, kali ini kemudian
memunculkan kembali fenomena aneh...
Cahaya langsung kembali bersinar terang dan memantul ke arah 7 panggung
batu. Sekarang seperti keadaan yang pertama. Namun, pantulan sinar
memunculkan sesuatu aksara huruf dan gambar manusia yang berlatih kungfu.
Tetapi kali ini sungguh telah berbeda. Tadinya terdapat 6 panggung batu yang
bersinar terang pada saat terlihatnya Ilmu pemusnah raga yang lengkap,
sekarang malah yang tertampak hanya sinar terang di 5 panggung batu saja.
Lie Xian yang melihatnya segera menunduk, sebab dia takut akan terjadi lagi
fenomena ilmu sesat seperti tadinya.
Sementara itu, Jieji sangat gembira melihat ilmu latihan ukiran tersebut. Ilmu
tersebut cukup dikenalinya.
Ilmu yang muncul disini adalah Ilmu penyembuhan tenaga dalam Jing Gang-nya
Shaolin. Tetapi disini, terlihat 9 tingkatan tenaga dalam. Ilmu yang sudah hilang di jagad.
Bahkan sampai sekarang, Shaolin hanya memiliki 7 tingkatan tenaga dalam Jing
Gang tersebut. Dan hebatnya, Biksu Wu Huan kabarnya hanya menguasai 2
tingkatan tenaga dalam Jing Gang saja. Tetapi ilmu kungfu dan tenaga dalamnya
sungguh telah sangat tinggi sekali.
Dia segera memanggil Lie Xian.
"Dik Xian, kamu lihatlah ke arah panggung batu. Disini bukan-lah ilmu sesat yang muncul melainkan latihan tenaga dalam tingkat tinggi."
Lie Xian yang menunduk segera mengarahkan pandangannya ke arah panggung
batu sambil tersenyum malu.
Memang benar, ini adalah Ilmu yang dibawa oleh Ta Mo, sang Boddhi Dharma.
Beberapa isu menyebutkan bahwa Ta Mo adalah pendiri kuil Shaolin yang
sesungguhnya. Setelah dia wafat, ada juga beberapa orang yang melihatnya
berjalan ke arah utara. Oleh karena itu, disebutkan bahwa mayat Boddhidharma
tidak berada di makamnya sendiri. Melainkan dia berjalan ke utara.
Jieji yang melihatnya tentu cukup senang. Tidak disangka bahwa latihan
pengembangan tenaga dalam terdapat disini. Dengan cepat, dia berusaha untuk
menghafalnya. Sementara itu, Lie Xian yang melihat ke arah panggung sungguh takjub.
Tetapi ketika dia ingin menghafal jurus hebat tersebut, tiba-tiba dalam otaknya segera bercampur ratusan hal yang menganggunya. Dan setiap dia
mengulanginya, dia merasakan hal yang sama.
Oleh karena itu, dia tidak lagi ingin melihat ilmu hebat tersebut. Melainkan hanya diam dan melihat keseriusan Jieji saja.
Pandangan Jieji ke arah panggung batu sangat terkonsentrasi. Tenaga dalam
tubuhnya langsung bekerja hebat untuk mengobati luka dalamnya. Semua aliran
darahnya yang belum lancar tadinya segera bekerja menyembuhkan. Tentu dia
sangat senang mendapatinya, tidak disangkanya Ta Mo, sang Boddhi dharma
telah memberikan "petunjuk" kepadanya.
Terlihat, sebentar-bentar si pemuda menarik nafasnya.
Dan terlihat juga dia melingkarkan tangannya 1 lingkaran penuh sambil
menghembuskan nafasnya.
Hal ini membuatnya sungguh sangat girang sekali, sebab Ilmu dari Jing Gang
memang sangat menyembuhkan dirinya yang telah terluka dalam yang parah.
Tanpa perlu waktu yang lama, semua tingkatan ilmu Jing-gang telah dipelajari
oleh Jieji dengan benar.
Berbeda dengan jurus Jing-Gang, latihan tenaga dalam disini membutuhkan
tingkatan tenaga dalam yang sangat tinggi. Sementara itu, Jieji yang menguasai
5 tingkatan energi tapak berantai tentu mampu menguasainya dengan cukup
mudah. Meski dasar tenaga dalam Jing-Gang belum dipelajarinya, namun sudah cukup
sekali Ilmu tersebut baginya untuk menyembuhkan diri dan meningkatkan tenaga
dalamnya. Setelah dirasa cukup benar dalam pengolahan tenaga dalamnya kembali. Jieji
berpaling ke arah Lie Xian.
"Bagaimana Dik?" tanyanya sambil tersenyum.
"Sepertinya ilmu ini sungguh sangat tinggi, aku belum mampu mempelajarinya."
jawab Lie Xian dengan tersenyum.
"Aku akan mengubah kembali batu tersebut. Bagaimana?" tanya Jieji kembali.
"Baik kak...." kata Lie xian seraya menganggukkan kepalanya pelan.
Dia melangkahkan kakinya ke arah batu. Yang diincarnya kali ini adalah batu
berposisi di samping batu yang telah digesernya.
Dengan gerakan cepat, dia merapal tenaga dalam barunya. Batu yang tadinya
terasa cukup berat, sekarang terasa jauh lebih ringan.
Tentu hal ini membuatnya cukup girang.
Tetapi Jieji tidak pernah tahu. Penyembuhan yang terlalu cepat tersebut telah
membawanya ke dalam kondisi yang tidak begitu baik. Efek samping ilmu tapak
berantai tingkat kelima tidak lama lagi akan tampak padanya.
Sesaat, ketika batu kembali di geser ke arah terbalik. Cahaya yang memantul
tadinya kembali bersatu ke tengah altar.
Dan seperti yang tadinya. Cahaya tentu kembali berbalik untuk memantul lagi.
Kali ini terlihat pemantulan telah berlangsung. Dan tanpa perlu waktu yang lama kembali, di batu yang hanya terdapat 4 buah kembali disinari cahaya aksara
China. Jieji dan Lie Xian cukup terkejut melihat fenomena kali ini.
Yang muncul di sini adalah sebuah Ilmu silat. Ilmu silat pedang. Dan terlihat
adanya orang-orang yang berlatih. Semua aksara dan ukiran cahaya terlihat
sungguh hidup. Seakan di sana adalah seorang pendekar yang sedang
memantapkan jurus hebat.
Ukiran gambar tersebut terlihat seorang memegang pedang dengan tangan
kanan. Jurus yang dirapalnya adalah jurus yang sama sekali belum pernah dilihat Jieji maupun Lie Xian.
Memandangnya beberapa lama, Jieji telah merasa sangat heran sekali.
Namun hal ini juga berlaku untuk Lie Xian. Mengingat Lie Xian sendiri menguasai 7 tingkatan pedang ayunan dewa, selain itu juga dia pernah mempelajari
beberapa jurus pedang dari partai Hua Shan.
Jurus di dinding batu sungguh bukanlah jurus yang hebat. Jurus tersebut terlihat sungguh banyak kelemahannya, bahkan jurus-jurus tiada mengandung sifat
pertarungan. Dan yang lebih heran kecepatan pedang justru seperti tiada berarti meski untuk melawan pesilat biasa saja.
Hal yang tentunya membuat mereka sangat heran disini adalah jurus pedang
yang terlihat lemah tersebut malahan bisa terukir di dinding. Hal ini tentu
membuat mereka berdua tidak habis pikir ada kejadian aneh seperti itu.
"Ini jurus pedang yang tiada berguna sama sekali..." kata Lie Xian dengan kecewa.
"Betul... Sepertinya jurus pedang malah amburadul dan sungguh tiada
bertenaga. Kecepatannya malah sangat jelek sekali..." jawab Jieji.
Tetapi dia juga tertarik untuk menghapalnya, sebab jurus pedang ini tiada rumit baginya. Bahkan teori pedang ini tidak begitu susah untuk di hapalnya.
Jurus "aneh dan lemah" tersebut terdiri dari 8 tingkatan. Kesemuanya tiada tampak sungguh menarik. Dan juga tiada sulit untuk dilatih jika diinginkan. Jieji menatapnya cukup lama juga dan tiada banyak berkata-kata. Dia berusaha untuk
menghapalnya meski jurus seperti ini mungkin tiada gunanya.
"Baiklah... Bagaimana jika kita menggesernya kembali?" tanya Jieji setelah dia selesai menghapal semua jurus disini.
"Baik kak... Entah apa lagi yang akan muncul selanjutnya yah?" tanya Lie Xian.
"Hm... Kalau begitu kita lanjutkan saja dan melihatnya." tutur Jieji sambil tersenyum kepadanya.
Dengan cepat, dia melangkah kembali ke batu. Batu ketiga yang berada di
samping batu yang telah digesernya kali ini adalah sasarannya. Dengan
hentakan tenaga dalam, dia merapatkan tangannya ke batu. Sesaat, pergesaran
segera terjadi. Tetapi kali ini cukup dia terasa heran. Karena batu tersebut sangat berat. Meski tenaga dalamnya telah pulih lebih dari 5 bagian, tetapi batu besar yang ini memang terasa sungguh lain.
Pergeseran batu terasa masuk knot, dan berjalan kembali, sesaat terasa masuk
knot. Dan seterusnya. Saat telah mencapai knot terakhir, mereka berdua heran
mendapatinya. Sebab cahaya disana seperti biasa saja. Tiada ada sesuatu yang
sungguh sangat aneh daripadanya. Sepertinya pergesaran batu kali ini tiada
memunculkan hal apapun.
"Apa salah kak?" tanya Lie Xian.
Jieji telah berpikir sebelum Lie Xian menanyainya, sesaat dia menghapal
pergeseran pintu Yin-Yang. Tetapi dia heran juga sebab apa yang di hapalnya
sungguh sangat betul. Tetapi sebelum dia mulai berpikir lebih keras...
Keduanya tiba-tiba merasa sangat aneh.
Pijakan kaki ke tanah terasa telah bergetar pelan. Namun, makin lama getaran
semakin terasa keras. Bahkan keadaan sekarang adalah mirip dengan gempa
bumi. Hal ini mengejutkan keduanya. Mereka berpikir kenapa ada fenomena semacam
ini. Pergetaran tanah membuat es yang hampir cair semuanya menguap. Dan
tanah di bawah semakin terasa hangat.
Sepertinya kali ini, tanah tempat mereka berdua seakan tengah naik. Barusan
mereka ingin melihat ke bawah, cahaya silau segera tampak luar biasa terang.
Hal ini membuat Jieji dan Lie Xian menutup kedua matanya. Bahkan cahaya kali
ini sungguh menerangi tempat tersebut. Seakan cahaya tersebut ingin masuk ke
dalam mata mereka yang tertutup.
Karena sungguh masih sangat terang, keduanya tidak ingin membuka matanya
dahulu. Mereka hanya merasakan getaran tanah yang masih tetap kuat.
Selang beberapa saat kemudian...
Getaran tanah makin melambat. Sedangkan cahaya yang muncul telah mulai
redup kembali. Kali ini di gantikan dengan sesuatu benda berpijak yang telah terasa cukup
tinggi. Sepertinya tempat tersebut telah naik beberapa kaki dari tempat semula.
Ketika keduanya telah mulai membuka mata mereka masing-masing.
Mata keduanya langsung membelalak. Mereka mendapati sesuatu hal yang luar
biasa janggal. Tanah di sekitarnya memang telah tiada sama dengan yang
pertama. Tadinya adalah tanah es yang terdapat sedikit rerumputan dan tanah
basah. Tetapi...
Semua keadaan ini telah "hilang". Dan digantikan sebuah tanah lapang yang berwarna emas.
Sebuah tanah yang luasnya sekitar 1 Li. Semua keadaan tanah adalah emas.
Jieji langsung berjongkok ke bawah. Dia memegang tanah berwarna emas
tersebut. Sesaat, terlihat dia mengetokkan tangannya ke arah tanah tempat dia
berpijak. Langsung dia terkejut tiada karuan.
Karena tempat berpijaknya kali ini adalah emas sungguhan. Sungguh tiada
terbayangkan, tanah dengan luas 1 Li yang dibuat dengan emas sungguhan.
Berapa nilai sesungguhnya dari tanah tersebut.
Emas saja telah mahal, apalagi nilai teknologi dan nilai keindahannya. Sungguh
tempat "terkurung" ini adalah surga sesungguhnya.
Jieji dan Lie Xian melihatnya seolah tiada percaya. Bahkan keduanya merasa
seperti sedang bermimpi. Lie Xian bahkan terlihat mencubit-cubit tangannya
sendiri. Dia merasa tidak mungkin ada hal semacam ini di dunia.
"Ini adalah harta sesungguhnya dari Dinasti Qin. Sungguh luar biasa sekali..."
tutur Jieji sambil tersenyum.
"Luar biasa... Baru kali ini melihat hal semacam ini..." tutur Lie Xian seakan tidak mempercayai kenyataan tersebut.
"Kita akan lanjutkan lagi pemutaran batu tersebut. Bagaimana Dik?" tanya Jieji kembali setelah beberapa saat.
Lie Xian hanya mengangguk saja, sikap "terpana"-nya memang belum berakhir.
Tidak disangkanya di dunia masih ada hal semacam ini.
Dengan cepat kembali, Jieji berjalan ke arah batu lainnya.
Batu yang di tujunya kali ini adalah batu yang sempat "jebol" karena ilmu jari dewi pemusnahnya saat pertarungan dirinya melawan Li Zhu tadinya. Dia juga
berupaya menggesernya kembali seperti yang lainnya.
Batu kali ini tiada berat lagi, hanya seperti biasa.
Pergeseran sungguh terasa jauh lebih ringan dari ketika dia membuka harta
karun emas ini. Tetapi...
Setelah dia menggesernya sampai penuh ke belakang. Tiada sesuatu juga yang
muncul adanya. Mereka berdua bahkan menunggu cukup lama. Tetapi tiada hal yang "baru" akan pergeseran batu tersebut.
"Apa mungkin sudah kurusak akibat jurus Ilmu jari dewi pemusnah?" tutur Jieji dengan agak penasaran.
"Mungkin juga kak... Sepertinya kali ini kita harus mencoba batu sebelahnya lagi.
Dan kebetulan batu tersebut juga adalah batu yang telah jebol. Jika tidak
ditemukan lagi reaksi, mungkin batu telah rusak..." kata Lie Xian.
Jieji terlihat mengangguk pelan kepadanya. Lalu dia berjalan ke arah batu ke
enam. Batu yang juga dirusaknya tadi dalam pertarungan hebatnya. Kembali dia
menggesernya. Batu ini juga terasa sama dengan batu yang kelima tadinya.
Tiada rasa berat sama sekali.
Merasakan hal ini, Jieji telah tahu. Kemungkinan batu tersebut telah rusak
adanya. Memang benar, kembali mereka berdua mendapati hal yang sama. Batu
memang telah digeser hingga membelakangi panggung. Tetapi setelah
menunggunya sekian lama, batu tiada memunculkan lagi fenomena aneh
lainnya. "Memang benar sekali...
Sepertinya benar rusak..." kata Jieji seraya menggelengkan kepalanya.
"Masih ada batu terakhir kak...." kata Lie Xian dengan tersenyum kepadanya.
"Benar...."
Jawab Jieji. "Tetapi....
Mungkin batu ini tidak akan muncul fenomena lagi..."sambungnya.
"Kenapa kak?"" tanya Lie Xian dengan mengerutkan dahinya.
"Pedang es rembulan... Belum sempat kucolokkan di sana..." jawab Jieji sambil menunjuk ke arah colokan pedang terakhir itu.
Tetapi dia tetap menjalankan niatnya, dia terlihat berjalan santai ke arah batu ke-7. Perlahan dia menggeserkan batu tersebut. Dan seperti biasa, batu telah
berada membelakangi posisi panggung.
Mereka tetap menunggu seperti tadinya. Tetapi memang benar perkiraan Jieji.
Panggung batu tiada memunculkan lagi fenomena aneh. Tetapi kali ini cahaya
yang masih berkumpul di tengah segera menyorot panggung kembali dengan
pesat. Penyorotan cahaya yang berkilauan kali ini di sebabkan oleh cahaya emas yang
memantul dari tanah tempat mereka berpijak.
Keduanya segera menutup mata kembali karena silaunya cahaya tentu sangat
mengganggu mata.
Panggung batu yang di sinari oleh cahaya seakan bergetar.
Hal ini di rasakan oleh Jieji dan Lie Xian meski mereka menutup mata mereka
masing-masing. Fenomena ini sungguh tiada berjalan lama. Hanya beberapa
saat, sepertinya cahaya telah berpendar. Cahaya menembak ke seluruh arah
dan seakan telah membuyar.
Karena itu, mata mereka telah kembali merasa baikan.
Langsung dengan cepat, keduanya membuka mata mereka masing-masing.
Fenomena yang tertampak di mata mereka sungguh membuat mereka terkejut
sekali lagi. Kali ini, di antara 7 batu. Hanya tinggal 1 buah batu yang terakhir di geser oleh Jieji adanya. Dan yang paling di herankan adalah semua 6 batu tadinya telah
kembali balik lagi posisinya. Sepertinya inilah "buku" yang ukurannya sangat besar.
Setelah dibaca, maka "buku" tersebut tertutup kembali. Namun, hal ini tidak berlaku bagi batu ke 7, karena pedang es rembulan belum sempat di colokkan.
"Jangan-jangan batu terakhir adalah...." tutur Lie Xian sambil mengerutkan dahinya.
"Betul... Kemungkinannya adalah batu yang memunculkan "kekuasaan"...." tutur Jieji sambil menghela nafasnya.
"Jadi betul" Batu rusak adalah batu yang mengajarkan cara hidup awet muda
dan tidak mati?" tanya Lie Xian.
"Mungkin juga..." jawab Jieji kemudian.
Mereka segera melihat ke tanah lapang emas tersebut sambil kagum tiada
hentinya. Terlihat keduanya sering menarik nafas dan mengeluarkannya dengan
lega. Keduanya menikmati dengan sangat baik tempat nan langka ini.
Setelah beberapa saat merasa kagum akan tempat tersebut. Jieji kembali
memulai percakapannya.
"Dik Lie Xian, sepertinya kita sudah boleh keluar dari sini" Bagaimana?" tanya Jieji.
"Baik kak...." jawabnya mantap sambil tersenyum.
Jieji langsung menuju ke batu terakhir yang sempat di gesernya. Dengan tenaga
dalam, kembali dia memutarnya balik.
Sekarang posisi panggung telah seperti semula kembali. Hanya yang lain adalah
hawa peperangan dan mayat telah raib.
Jieji langsung berjalan ke arah lubang yang telah terbuka itu. Dia berjalan di
depan diikuti oleh Lie Xian. Lie yang memandangnya beberapa saat kemudian
dari arah belakang kontan merasa terkejut luar biasa.
"Kak... Berhenti dulu...."
"Ada apa?" tanya Jieji yang agak heran.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan berbalik...." kata Lie Xian.
Lie memintanya tetap pada posisinya dan membelakanginya. Dia berjalan ke
depan. Dengan tatapan mata serius dia memandang ke arah atas. Dia
memandang rambut si pemuda.
Tadinya, pemuda sedang menyamar sebagai seorang sastrawan. Oleh karena
itu, rambutnya diikat ke atas. Tetapi dia cukup merasa aneh akan rambutnya kali ini.
"Ada apa dik?" tanya Jieji yang telah merasa cukup heran.
"Rambutmu kak.... Rambutmu banyak memutih..." tutur Lie Xian dengan terkejut.
Sesaat, pemuda segera melepaskan ikal rambutnya.
Rambut segera terurai sampai ke bahunya. Dengan segera, dia mengambil
beberapa tumpukan rambutnya.
Sesaat... Dia langsung terkejut.
Memang benar, rambut Jieji telah memutih. Bahkan rambutnya yang seharusnya
hitam tersebut telah berubah warna agak keabuan.
Melihat hal ini, pemuda tersebut hanya menghela nafas dan menggelengkan
kepalanya beberapa kali.
"Apa yang terjadi sesungguhnya kak?"" tanya si nona dengan heran.
"Tapak berantai-ku yang terlalu di maksimalkan..." jawab Jieji.
"Tetapi... Apa benar inilah efek samping yang seperti dikatakan tetua Xue
Hung?" tanya Lie Xian.
"Betul.... Inilah... Dan yang paling membuatnya menjadi begini adalah pemulihan kondisiku..." kata Jieji seraya berpikir.
Dia ingat ketika dia telah mempelajari Ilmu tenaga dalam Jing-Gang. Memang
benar sesaat dia sembuh kemudian.
Namun hawa tenaga dalamnya yang telah melebihi batas kondisi tenaga dalam
di tubuhnya tidak mampu menerimanya. Sehingga terlihat dia telah menjadi tua.
"Tetapi tidak menjadi masalah bagiku...
Sepertinya masih akan terjadi beberapa kali lagi hal semacam ini..." tutur Jieji sambil tersenyum manis kepadanya.
Lie Xian hanya menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas.
Keduanya terlihat telah keluar. Dan tentu dengan mudah mereka mampu
mencapai pintu "selamat" hutan misteri.
Setelah 1 jam mereka meninggalkan hutan misteri.
Di panggung batu, ruangan "terkurung"...
Disini terlihat lumayan banyak orang. Orang-orang yang berpakaian pendekar.
Beberapa diantaranya telah cukup paruh baya. Semuanya terlihat sedang
bergembira karena telah sampai di tempat tersebut. Dan hebatnya, seorang
terlihat sedang memegang pedang "aneh".
Pedang yang cukup dikenal adanya. Dan tentunya pedang tersebut tiada lain
adalah pedang Es rembulan.
Sungguh aneh sekali...
Kenapa pedang yang tadinya terselip di pinggang Yunying malah bisa sampai di
tempat tersebut. Dan di pegang oleh seorang laki-laki dengan perawakan cukup
tinggi. Di bibirnya tersungging sebuah senyuman yang sungguh susah untuk di
mengerti. Terlihat 5 orang pemuda totalnya. Seorangnya adalah pemuda tampan. sedang 4
orang lainnya adalah pemuda paruh baya. Kelimanya sepertinya telah siap untuk
mencolokkan pedang.
Tentu kelima orang tersebut telah dikenal dengan sangat baik.
Yue Liangxu, Hikatsuka, Yelu Xian, Xia Rujian dan Zhu Xiang adalah kelima
orang tersebut.
Sepertinya mereka telah mendapatkan pedang Es rembulan. Entah bagaimana
nasib sesungguhnya dari Yunying dan Zhao kuangyin serta teman-temannya di
daratan China. Sungguh aneh sekali...
"Kamu tahu... Colokan pedang sebenarnya bukan untuk 4 pedang unsur
tambahan saja..." kata Hikatsuka kepada rekan-rekannya.
"Apa sesungguhnya maksudnya adik kedua?" tanya Yelu Xian kepadanya.
"Hm... Dulu ayahku pernah mengatakan, pedang yang memiliki 4 unsur saling bertolak
belakang dan saling melengkapi bisa di colokkan disini... Tetapi mengingat
pedang yang kita ketahui hanya adalah 4 pedang. Namun kesemuanya telah di
colokkan anakku itu. Sepertinya kali ini kita betul akan berhasil.... Ha Ha...." tutur Hikatsuka.
"Jadi begitu...
Kakak kedua memang hebat. Rencana penipuanmu juga berjalan sungguh
mulus sekali..." tutur Xia Rujian sambil tersenyum.
"Memang benar adanya... Hebat... Bahkan seorang Zhao kuangyin yang pintar
serta Pei Nanyang bisa mudah ditipu oleh siasatmu..." tutur Zhu Xiang kemudian.
"Apa kita harus berdiri dan diam menunggu disini saja?" tanya Yue Liangxu yang memotong pembicaraan mereka.
Sepertinya pemuda bermarga Yue tersebut telah sembuh akibat pertarungan
dadakannya dengan Jieji. Di matanya, bahkan sinar buas luar biasa telah
muncul. Kali ini sepertinya dia telah kerasukan sebelum mempelajari ilmu hebat.
Sungguh gawat sekali adanya.
BAB LXXXVII : Kesalahpahaman Terbesar
Dengan tiada berkata-kata lagi, lima orang segera menuju ke panggung. Pemuda
yang memegang pedang es rembulan tiada lain adalah Xia Rujian. Dengan tanpa
banyak komentar, dia mencabut pedang dari sarungnya segera. Sesaat, mereka
telah melihat sinar biru gemerlapan disana.
Tetapi ketika dia siap untuk mencolokkan pedang, tubuhnya telah terasa sangat
dingin secara tiba-tiba. Bahkan sepertinya hawa dingin pedang telah
merasukinya dengan cepat. 4 Orang lainnya yang melihat perubahan tersebut
yang tiba-tiba, segera menuju kepadanya dan mengalirkan tenaga dalam
masing-masing untuknya.
Sepertinya memang benar adanya. Pedang es rembulan telah "menolak"
pemegang pedang kali ini. Sebab dalam dirinya terdapat sifat rakus dan dengki
yang cukup dalam. Tetapi, keempat pesilat lainnya adalah pesilat kelas kakap,
dengan mengalirkan energi nan hangat sesegera. Maka Xia Rujian sepertinya
tiada mengalami masalah apapun lagi.
Dengan wajah yang tersenyum puas, segera dia mencolokkan pedang ke tempat
yang terakhir. Begitu pedang di colokkan...
Fenomena sinar kembali muncul. Bagaimanapun Hikatsuka pernah mendengar
secara lisan melalui Dewa Manusia bagaimana pintu tersebut seharusnya
dibuka. Selain itu, fenomena disini seratus persen sama dengan fenomena yang
sama dengan apa yang terjadi pada Jieji.
Pintu cahaya pertama adalah tulisan mengenai bagaimana cara memutar pintu
seharusnya. Sedangkan ketika pintu kedua terbuka. Keempatnya tentu sangat
girang mendapatinya.
Sebab yang muncul disini tentunya adalah Ilmu Pemusnah raga Asli. Tetapi lain
halnya dengan Yue Liangxu.
"Ilmu ini dangkal... Tidak ada gunanya..." tuturnya sambil tersenyum sangat sinis.
Entah apa maksud dari Pemuda tampan tersebut, tetapi keempat orang lainnya
langsung merasa sangat heran.
"Kenapa kau mengatakan ilmu seperti ini tiada gunanya?" tanya Xia Rujian dengan heran.
"Orang bilang Qin Shehuang sangat hebat. Tetapi melihat buah kalam silatnya di dinding, aku merasa ingin muntah. Dia cuma seekor lalat kacangan." jawab Yue.
Tetapi dari sinar matanya telah terlihat hal yang sungguh aneh. Sepertinya sifat liar luar biasanya langsung terpampang di sinar matanya.
Pemuda yang dulunya hanya merasa iri dan benci terhadap sesamanya,
sekarang betul telah berubah luar biasa banyaknya. Sinar mata si pemuda
bukanlah sinar mata seorang manusia lagi, melainkan sinar mata Iblis. Sungguh
sangat mengerikan...
"Ha Ha.....
Kenapa kau bisa menilainya dengan begitu?" tanya Hikatsuka yang tadinya juga sangat terpana melihat ukiran ilmu kungfu tersebut.
"Tiada lain...
Dulu kita semua berpikir dan meneliti dengan sangat baik.
Tetapi 4 unsur pembantu disini dipaksakan untuk menyatu. Bagaimana bisa
bertarung dengan orang" Pantas Kaisar Qin menjadi seorang pecundang saja...
Ha Ha....." tutur Liangxu dengan keyakinan tinggi.
Sebenarnya apa perkiraan Liangxu disini bukanlah mengada-ngada. Dengan
menggabungkan semua unsur menjadi 1 jurus adalah kebodohan yang luar
biasa. Dan inilah yang terjadi pada diri Li Zhu. Kenapa dia bisa kalah dalam jurus terakhir pada Jieji, meski melalui kungfu, tenaga dalam serta pengalaman. Jelas bahwa Li jauh lebih unggul dari Jieji.
Tetapi hanya melihat ukiran pelatihan kungfu di dinding, Liangxu telah melihatnya sungguh sangat jelas.
Dengan begitu, kemampuan berpikir Liangxu telah jelas jauh lebih maju daripada
mereka semua. "Betul juga...
Jadi begitu... Lalu apa ilmu ini harus kita pelajari juga?" tanya Yelu Xian kemudian kepada mereka semua.
"Tentu... Harus dipelajari, setidaknya menjadi referensi pengembangan ilmu silat." jawab Yue liangxu kepadanya sambil tersenyum.
"Lukamu sungguh telah sembuh?" tanya Hikatsuka kemudian kepadanya.
"Hampir 7 bagian tenaga dalamku telah pulih. Tetapi kita masih membutuhkan pertolongan seseorang..." jawab pemuda tampan ini dengan tersenyum sangat
buas. "Wah... Jadi kamu betul ingin mencari Xue Hung?" tanya Zhu Xiang kemudian
kepadanya dengan agak heran.
"Betul... Dialah penyumbang terbesar yang akan kita dapatkan..." tutur Yue.
"Ha Ha... Kamu sungguh telah pintar luar biasa. Tidak disangka, ternyata kamu telah
berubah sungguh banyak sekali..." tutur Hikatsuka kemudian kepadanya sambil tersenyum.
Yue Liangxu hanya mengangguk pelan.
Diingatnya kembali, ketika tenaga dalamnya telah pulih akibat ilmu pemberian
Zhao kuangyin untuk mengobati nadinya yang telah diputusin oleh Jieji.
Saat itu, dia kedatangan 5 orang pendekar. Mereka semua mengajaknya untuk
menuju gunung Qi. Disinilah bersama dewa Bumi, Manabu, Fei Shan dan 5
pendekar lainnya membuka Jagad kembali.
Jagad "iblis" hanya bisa dimiliki oleh seorang yang penuh dendam dengan orang yang menyandang bintang "Pahlawan".
Karena rasa dendam dan ke irian-nya telah sangat membludak. Mereka berlima
memutuskan memilih Yue Liangxu. Tentu tujuannya adalah mengangkat kembali
Ilmu yang telah hilang di jagad setelah beberapa ratus tahun kemudian.
Dahulu, Huang Yuzong memang adalah "iblis" setelah mempelajari ilmu 4 unsur utama dan di gabungkan dengan Ilmu 4 unsur nya sendiri. Sehingga iblis saat itu tidak jadi melainkan benar gagal total.
Tetapi sekarang telah berbeda sungguh. Semua jurus turunan Dewa Bumi,
Hikatsuka, Xia Rujian, Zhu Xiang benar diteliti dengan sangat baik sekali.
Bahkan setiap jurus hebat disini tidak dikuasai semua oleh Yue Liangxu,
melainkan beberapa jurus saja guna mengimbanginya.
Saat ini, Yue telah mempelajari 4 unsur utama dan 4 unsur pelengkap lainnya
dari semua jurus. Kesemua jurusnya bahkan adalah jurus menyerang, mungkin
hal inilah yang membuatnya menjadi kejam dan tidak mirip seorang manusia lagi.
Jurus pedang ayunan dewa 7 tingkatan (angin), Tinju mayapada 5 tingkat
(tanah), Ilmu Dewa penyembuh tenaga dalam (air), Tapak buddha tingkat ke 7
(api) adalah unsur pembentuk 4 unsur utamanya.
Sedangkan, Jurus Ilmu pembuyar tenaga dalam (kegelapan), Ilmu Golok belibis
jatuh(cahaya), Ilmu Pedang bulan sabit(rembulan), Tapak penghancur
jagad(matahari) adalah pembentuk 4 unsur tambahan lainnya.
Sekarang Yue Liangxu dalam tahap pengembangan tenaga dalamnya sendiri.
Tetapi karena hanya baru menguasainya. Yue tidaklah sehebat Jieji adanya.
Tetapi jika 8 unsur tersebut benar dimantapkan dalam jangka waktu 5 tahun dan
secara serius. Mungkin saat itu, Jieji bukan lagi tandingannya. Bahkan tidak ada setengah kemampuannya Yue.
Oleh karena itu, cara tercepat baginya adalah mencari "penyumbang" tenaga dalam guna mempermantap ilmu "iblis"-nya Yue Liangxu.
Ternyata tanpa perlu waktu yang lama, ke-empatnya telah menghafal jurus-jurus
di dinding. Mereka memutuskan untuk membaginya menjadi 4 tahapan dan
dihapal oleh masing-masing orang guna dicocokkan kembali.
Entah kenapa, keempat orang tersebut terlihat sungguh sangat tergesa-gesa
melakukannya. Tetapi yang jelas, pasti ada sesuatu hal yang benar harus di
usahakan secepatnya.
Mereka berlima juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Jieji.
Menggeser formasi batu sesuai dengan formasi Yin-Yang.
Fenomena apapun memang sungguh sama adanya dengan apa yang terjadi
dengan Jieji. Yang tidak mirip sama sekali adalah ketika dia menggeser pintu ke empat. Tadinya wilayah tersebut telah menjadi emas, dan tentunya tiada reaksi
sama sekali adanya ketika mereka menggeser pintu keempat tersebut.
Dengan cepat pula, terlihat mereka menggeser batu kelima dan keenam. Karena
batu telah rusak, maka reaksi apapun tentu tiada terjadi disini.
Tetapi... Ketika mereka telah menggeser pintu ketujuh.
Fenomena gaib kali ini muncul dengan segera. Dan daerah itu telah menjadi
sungguh sangat gelap.
Tentu hal ini membuat kelimanya cukup heran. Sebenarnya apa hal yang benar
terjadi disini"
Tetapi menunggu beberapa lama pun...
Disini tiada tampak hal yang baik adanya. Kegelapan terus berlanjut dengan
jangka waktu yang telah hampir 1 jam.
"Tidak bisa begitu... Kita harus keluar cepat...." tutur Hikatsuka kemudian.
"Tetapi bagaimana caranya?" tanya Yelu Xian yang telah cukup heran.
"Biar kulakukan saja....
Kalian bersemedi-lah..." jawab Yue Liangxu yang melihat keadaan.
Sesaat, dia menggabungkan tapak.
Meski tempat ini gelap, tetapi desiran angin segera terasa hebat sekali.
Keempatnya menuruti apa perkataan Yue Liangxu. Dengan mengambil posisi
bersila, mereka menghimpun tenaga dalam. Tetapi Yue Liangxu tanpa banyak
bicara lagi, segera menyilangkan tapaknya ke depan.
Dengan sangat cepat, energinya terasa telah berpendar ke delapan arah. Tanah
langsung telah bergetar sangat kuat. Kerasnya sesuatu suara segera muncul.
Dan diikuti oleh dentuman lainnya. Tetapi hebatnya, ilmu yang dikeluarkan oleh
Yue tidak melukai teman-temannya sendiri.
Dan ketika benar suara bergetar telah reda. Fenomena kegelapan tiada tampak
lagi. Dengan cepat, cahaya telah muncul dan cukup menerangi tempat gelap tadinya.
Keempatnya yang merasakan bahwa fenomena telah hilang, segera membuka
matanya. Diantara 4 orang ini, tiada orang yang tiada terbelalak menyaksikan pemadangan
di depan mereka. Mereka berempat bahkan terbengong-bengong melihat ke
kiri-kanan, bawah, atas.
Sungguh sebuah pemandangan yang telah lain sekali. Atap pintu terkurung
sepertinya telah hancur berantakan menyebar ke seluruh penjuru. Sedangkan
emas di bawahnya telah muncul retakan yang cukup dalam. Dan panggung
batu... Semua panggung batu telah hancur adanya. Dan tiada tersisa sama sekali.
Disini yang tersisa tiada lain adalah senyuman sinis pemuda tampan tersebut.
Tidak disangka, kungfu Yue telah maju luar biasa pesat. Dengan masuknya
unsur "Api" dari 7 tingkatan tapak Buddha Rulai. Kungfu si Yue telah maju sangat pesat, apalagi tenaga dalam dirinya adalah tenaga dalam beberapa pesilat kelas
tinggi. Pembauran membuat dirinya telah sangat sakti, mungkin dia telah bisa
menjadi selawan dan setingkat dengan Jieji sekarang.
Dan hebatnya adalah, daya rusak sepertinya tidak sehebat apa yang seharusnya
dialami. Ini menandai bahwa Yue telah mampu merapatkan energinya, sehingga
kerusakan yang tiada perlu dan pembuangan tenaga dalam sia-sia setidaknya
tidak lagi di alaminya.
Sungguh sebuah kemajuan kungfu yang terlalu pesat...
"Ha Ha... Tidak disangka kamu telah melebihi batas yang kita perhitungkan..." tutur
Hikatsuka dengan tertawa sangat girang.
"Tetapi....
Panggung batu itu...." tutur Yelu Xian dengan heran.
"Kenapa" Ilmu tenaga dalam Jing-gang tidak ada gunanya jika dipelajari oleh kita semua. Kalian ingat, penggabungan tenaga dalam telah seimbang, untuk apa
memperumit dengan menambah sesuatu yang baru dan hebat yang sebenarnya
tidak kita perlukan..." kata Yue dengan cermat.
"Betul.. Betul... Analisa-mu hebat..." jawab Xia Rujian.
"Bagaimana dengan jurus pedang?" tanya Zhu Xiang kemudian.
"Jurus itu tiada gunanya sama sekali. Dan terlihat seperti permainan konyol saja..." tutur Yue Liangxu.
Bagaimanapun, sesungguhnya panggung batu telah hancur.
Tiada lagi misteri di Hutan misteri sekarang. Semuanya telah dihancurkan oleh
Yue Liangxu. Sepertinya dia merasa bahwa tidak ada lagi sesuatu yang pantas
didapati lagi disini. Oleh karena itu, dia menghancurkannya.
Sebenarnya ada hal yang sesungguhnya hebat dan masih terdapat disini.
Terutama adalah Jurus pedang tersebut. Dan bahkan Jieji tidak mengerti
sungguh jurus pedang yang lemah tersebut nampaknya. Tetapi disini, jurus
pedang adalah ilmu pedang yang tiada tandingannya lagi.
"Apa kita akan keluar sekarang?" tanya Yelu Xian setelah beberapa saat.
"Tentu... Kita tidak bisa berlama-lama disini... Berbahaya..." jawab Yue Liangxu dengan tersenyum.
Dan disinilah kelima pendekar meninggalkan tempat terkurung dari hutan nan
aneh tersebut. Tiada orang yang betul mengetahui sesuatu yang telah terjadi
ketika mereka semua meninggalkan hutan misteri.
4 Unsur pedang yang telah menyatu di dalam altar segera memunculkan sinar
warna keemasan yang sungguh sangat terang. Dan dengan pesat pula, sinar
"emas" seperti ditembakkan altar menuju ke arah barat.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

[Hutan misteri dinamakan Qi Lin, ketika Qin Shehuang mendirikan tempat ini. Dia pernah menyusun sebuah teknologi yang terhebat sepanjang masa. Cahaya
"emas" tandanya adalah cahaya matahari. Sesuai yang kita ketahui, matahari terbit dari timur. Tetapi sinar emas menuju ke barat. Berarti adalah terbalik.
Kalimat Qi Lin jika dibalik akan menjadi "Lin Qi", sebuah tempat ternama dari wilayah Persia.]
*** Kembali ke tempat Jieji...
Dia dan Lie Xian telah berhasil keluar dari hutan misteri.
Dan juga mereka berdua bahkan telah sampai di Desa Jiamojin dengan
mengambil arah selatan.
Kepala desa, Akula yang keluar sendiri menyambut mereka berdua.
"Nak Jieji dan Xian... Kalian telah kembali...." tutur Akula dengan tersenyum puas karena mendapati mereka berdua tiada apa-apa.
Tetapi karena tadinya jauh, sekarang telah benar dekat. Dia cukup terkejut
melihat Jieji. Rambut pemuda tetap terurai sebahu, tetapi sepertinya pemuda telah berubah
agak tua. Bahkan penampakan rambutnya telah mirip orang yang telah berumur
hampir 50 tahunan. Hanya wajahnya yang masih bersinar terang dan tiada
berubah. "Apa yang terjadi nak Jieji?" tanya Akula yang sungguh heran mendapatinya.
"Ada beberapa hal yang tidak enak kutemui disana..." jawab Jieji seraya turun dari kudanya.
Mereka bertiga bersama para penduduk segera menuju ke tenda besar. Disana
mereka berdua menceritakan pertemuan mereka dengan Xue Hung, dan
bagaimana mereka sampai ke hutan misteri, dan mendapatkan banyak
keanehan luar biasa. Serta bagaimana pemuda bertarung dengan Li Zhu, kaisar
terakhir Dinasti Tang.
"Hm... Sungguh sebuah pengalaman yang bagus sekali meski baru 20 hari lebih kalian meninggalkan Jiamojin..." tutur Akula.
Tetapi hal ini sungguh sangat mengherankan keduanya pula.
"Apa?"
teriak mereka berdua secara bersamaan.
"Ada yang salah" Bukankah telah 20 hari lebih lamanya. Tepatnya 23 hari
semenjak kalian meninggalkan Jiamojin.." tutur Akula yang heran sekali juga.
Keduanya langsung terbengong tiada terkira. Bagaimana mungkin perjalanannya
yang hanya hampir tiga hari saja bisa disebut lebih dari 20 lebih lamanya.
Sungguh aneh sekali...
"Pak Akula... Hari ini tanggal berapa?" tanya Jieji langsung kepadanya.
"Bulan 10 tanggal 6... Memang ada yang salah?" tanya Akula kemudian dengan heran.
Sesaat keduanya tentu sangat terkejut sekali.
Mereka berdua tahu dengan benar bahwa pada bulan 9 tanggal 13 mereka
meninggalkan suku Jiamojin. Kenapa pula dengan sangat tiba-tiba waktu
berjalan dengan sangat cepat sekali.
Jieji berpikir keras...
Kemudian dalam pemikirannya dia teringat oleh Li Zhu. Seorang pemuda tua
yang tidak nampak ketuaannya sama sekali. Dan dia ingat dengan benar daerah
"terkurung" Hutan misteri.
"Jangan-jangan daerah terkurung itu...." tutur Jieji sambil melihat ke arah Lie Xian.
Lie Xian tiada habis berpikir, tetapi dia yakin akan apa yang dikatakan Jieji.
"Memang benar... Sepertinya ada perbedaan waktu di daerah panggung batu
itu..." tutur Jieji sambil menghela nafasnya.
"Apakah ada hal seperti itu di dunia?" tanya Akula tentunya dengan sangat heran.
"Mungkin juga mengingat daerah terkurung sebenarnya adalah daerah yang
benar-benar tertutup dari dunia luar..." jawab Jieji sambil berpikir. Tetapi tidak lama, dia telah terkejut. Dia kembali mengingat janjinya dengan Zhao Kuangyi.
"Gawat.... Aku harus kembali ke Dongyang sesegera mungkin..." sambungnya.
"Tetapi...
Nak Jieji.. 2 hari lalu, ada beberapa orang yang katanya datang dari Dongyang
dan mencari pemuda bernama Dekisaiko Oda... Apa nak Jieji mengenalnya?"
tanya Akula kemudian.
"Apa" Heran sekali.....
Pak tua... Bagaimana perawakan orang yang mencari Dekisaiko Oda?" tanya
Jieji kembali dengan sangat terkejut.
"Tepatnya ada 3 Pria dan seorang nona cantik serta 2 wanita tua...." kata Akula.
"Apa mereka mengenalkan diri mereka masing-masing?" tanya Jieji.
"Tidak... Mereka memang tamuku... Tetapi sepertinya mereka cukup
terburu-buru...." jawab Akula kembali.
"Apa di pinggang wanita cantik terselip pedang yang mirip Pedang Ekor api"
Apakah orang yang datang adalah seorang paruh baya dan seorang lagi seorang
tua yang berambut putih dan tingkahnya kocak?" tanya Jieji kemudian.
"Mengenai wanita cantik memang tiada kuketahui membawa pedang seperti itu, tetapi sepertinya wanita itu sangatlah marah luar biasa. Sedang ada seorang
paruh baya yang wajahnya agung. Seorang paruh baya lainnya adalah
sepertinya seorang pesilat. Sedangkan seorang tua seperti yang Nak Jieji bilang, dia sangat ribut dan kami bahkan kewalahan menghadapinya."jawab Akula
dengan heran. Jieji berpikir sesaat, dia tidak mengajukan pertanyaan dahulu kemudian pada
Pak Akula. Dia berpikir kenapa nona cantik tersebut terlihat marah-marah. Entah apa hal
yang sesungguhnya sedang terjadi.
"Tetapi 2 wanita paruh tua sepertinya 1 orang telah kehilangan sebelah tangan kirinya." tutur Akula kemudian.
Sesaat... Jieji langsung merinding tidak dibuat. Keringat dingin-nya langsung mengalir
cukup deras mendengar hal tersebut.
"Lalu apa pak tua mengatakan pada mereka kalau aku menyelipkan pedang itu di pinggangku" Mereka pasti menanyai tentang ciri-ciriku..." tanya Jieji kemudian dengan mengerutkan dahinya.
"Ada... Tetapi aku mengatakan kalau pemuda seperti itu telah menuju ke perumahan
asri di sana. Tepatnya di barat hutan misteri." kata Pak Akula kembali.
"Memangnya benar adalah istri kak Jieji dan teman-temannya disana?" tanya Lie Xian kepadanya yang melihat tingkahnya yang agak heran.
"Mungkin..." jawab Jieji sambil menghela nafasnya.
Di dalam hatinya, segera berkecamuk hal yang sungguh tiada teratur lagi.
Sedang dalam pemikirannya, sepertinya dia tidak lagi tenang adanya.
Dengan cepat, dia meninggalkan tempat tersebut dengan mencari kudanya guna menyusul
mereka semua dan menuju ke arah utara.
Melihat tingkah aneh Jieji, Pak Akula segera meminta cucunya, Lie Xian supaya
ikut dengannya untuk melihat keadaan.
Lie tidak keberatan, dia segera menyusul si pemuda untuk keluar.
Tetapi... Ketika kuda belum lama meninggalkan Jiamojin. Dia telah merasakan adanya
beberapa orang dari arah utara yang mendekatinya.
Jieji cukup terkejut. Sebab dia tahu dengan pasti beberapa orang yang akan
datang tersebut.
Dia terakhir hanya menunggu sambil memandang terus ke arah datangnya
beberapa orang ini. Di belakangnya, terlihat Lie Xian yang telah menyusulnya.
Karena melihat Jieji hanya diam dan melihat ke depan dengan serius, dia juga
tidak berkata apapun tetapi hanya diam juga untuk melihat keadaan.
Memang benar...
Beberapa orang yang datang kali ini adalah berkuda. Di paling depan, segera
telah tertampak seorang wanita cantik yang menunggang kuda yang tingginya
hampir 6 kaki. Kecepatan kuda sepertinya mengalahkan kuda-kuda yang lainnya.
Jieji girang mendapati wanita cantik tersebut.
Tetapi lain halnya dengan wanita cantik tersebut, sepertinya dari wajahnya
muncul sesuatu yang tidak pernah dilihatnya.
Meski masih terpaut sekitar 1/2 Li, Jieji bisa merasakan ada sesuatu hal yang
betul tidak beres.
Dia hanya diam, senyum di wajahnya telah hilang. Tetapi digantikan dengan
wajah yang sangat serius.
Tanpa perlu waktu lama...
Wanita tersebut telah sampai, dengan segera dia turun dari kudanya.
Wanita yang sungguh dicintainya. Wanita yang telah mewarnai hidupnya sejak
perjumpaan dengannya hampir 5 tahun itu telah berada tidak jauh darinya.
Tetapi, wajah wanita cantik sepertinya telah buram. Senyum hangat di wajahnya
sepertinya telah raib entah kemana.
Dan dengan tiba-tiba tanpa peringatan.
Wanita ini menyerangnya cepat.
Tentu hal ini membuat Jieji sungguh sangat terkejut sekali.
Kungfu wanita cantik sebenarnya cukup tinggi, dan terlihat disini dia tidak
main-main. Maka dengan cepat, tapak telah menuju ke arah ulu hati Jieji. Dengan cepat, dia berkelit dengan hebat di atas kudanya sambil bersalto ke depan.
Ketika dia betul telah turun, pemuda langsung meneriakinya.
"Ada apa denganmu Ying" Apa yang terjadi?" tanyanya dengan sangat heran.
"Kau bunuh seluruh keluarga Wu... Kau juga telah menyebabkan ibuku
kehilangan sebelah tangannya. Denganmu aku menjadi musuh bebuyutan...."
teriak Yunying kembali dengan menggertakkan giginya. Tetapi dari matanya
segera mengalir air mata yang deras.
"Apa"
Jadi Ayah telah tewas?" tanya Jieji yang sangat heran.
"Kau-lah pelakunya. Kau masih pura-pura..." bentak Yunying dengan sangat marah.
"Sungguh Ying... Tidak pernah kulakukan hal seperti itu... Aku difitnah...." jawab Jieji dengan sangat serius dan dalam keadaan yang sungguh mengherankannya.
"Fitnah?"?"
teriak Yunying seraya mengeluarkan sesuatu. Dan dengan cepat, dia lemparkan
ke tanah gersang.
Jieji hanya melihatnya. Dia telah tahu benda apa yang dilemparkan oleh istrinya yang tercinta.
Sebuah kipas...
Kipas yang terus dipegangnya saat pertarungan hebatnya di perbatasan utara
kota Ye. Tetapi dia menghilangkan kipas saat pertarungan hebat itu.
Sesaat, Jieji hanya bengong saja. Dia belum mampu berkata banyak.
"Lalu kau juga yang membuat ibuku kehilangan sebelah tangannya. Apa itu
benar?" tanya Yunying kembali kepadanya dengan sangat murka.
Jieji hanya diam saja.
Di wajahnya terlihat dia tiada punya cara untuk membela dirinya sendiri.
"Kau telah kerasukan iblis.
Setelah membunuh Yue Fuyan di kota Huiji, kau datang membunuh ayahku di
Wisma Wu. Sekarang aku menanyaimu, apa itu kerjaanmu?" tanya wanita cantik tersebut kemudian.
"Mengenai hilangnya kipas bisa kujelaskan, aku benar kehilangan benda itu di utara kota Ye pas di perbatasan. Dan mengenai sebelah tangan ibumu, memang
benar akulah pelakunya... Tetapi mengenai hal yang lainnya benar fitnah...." tutur Jieji dengan membela dirinya.
Tetapi meski hatinya sungguh kacau, dia sempat melihat kipas-nya sendiri. Dia
jongkok memungut benda tersebut. Kemudian melihatnya dengan sangat cermat.
Inilah kipas yang sempat ditulisi puisi olehnya.
Dan memang benar sekali, kipas disini adalah miliknya dan tidak bisa ditiru
siapapun. "Ying... Kamu merasa aneh" Kamu pikir, mana mungkin jika aku membunuh
Ayahmu dan sengaja menjatuhkan kipas?" tanya Jieji dengan pengertian.
"Lalu bagaimana kamu bisa menjatuhkannya di utara kota Ye pas perbatasan"
Bukankah kau menang dengan sangat gemilang disana..." teriak Yunying.
Memang benar apa perkataan Yunying.
Tidak mungkin bagi Jieji sengaja menjatuhkannya di wisma Wu di Hefei. Tetapi
juga tidak mungkin baginya seharusnya menjatuhkan kipas di utara Kota Ye
tersebut. Jadi disini telah terjadi hal yang sejalan dan membawa tiada jalan
keluar bagi keduanya.
Lie Xian segera maju karena melihat mereka berdua yang sepertinya sedang
bertengkar. "Kak Yunying...
Kipas memang dijatuhkan oleh Kak Jieji di pertarungan itu. Aku memang
melihatnya..." tutur Lie Xian untuk membela Jieji.
Karena dia tahu sifat pemuda ini sesungguhnya bagaimana, maka dia tahu Jieji
bukanlah pelakunya.
Tetapi hal ini bukannya menyenangkan Yunying. Malah dia tambah marah.
"Kau dan wanita ini... Ada hubungan apa?"?"
"Tiada hubungan apapun aku dengannya. Kenapa kamu bisa berubah menjadi
begitu Ying?" tanya Jieji yang sangat heran.
Tetapi sebelum mereka melanjutkan lebih lanjut, sepertinya orang-orang yang
tadinya ikut dengan Yunying telah sampai.
Jieji melihat kesemuanya. Dan semuanya bahkan sangat dikenalinya.
Sesaat, dia telah mengerti semuanya. Dia arahkan pandangannya ke arah
ibunya sendiri.
Beberapa kali dia terlihat menggelengkan kepalanya dan menghela nafas
panjang. Sedang sang Ibu sepertinya sangat tiada kuasa melihat putranya. Dia tentu tahu, apa yang terjadi padanya sekarang adalah akibat fitnahan mereka saja. Sang ibu
berpaling ke belakang dan seakan tiada melihatnya.
Seaat kemudian, dia memalingkan wajahnya ke arah sang kakak pertamanya.
"Kakak pertama...... Aku....." jawab Jieji dengan pelan.
"Adik kedua...
Apa benar kamulah pelakunya?" tanya Zhao kuangyin dengan serius kepadanya.
"Tidak benar kak... Memang hal yang kuakui adalah aku telah menyebabkan
putusnya lengan ibu mertuaku, sedang hal yang lain tidak pernah kulakukan...."
jawab Jieji. "Ini telah cukup...." Jawab Zhao sambil tersenyum kepadanya.
Zhao adalah orang yang sangat tahu akan masalah sesungguhnya, dia tahu
bahwa Jieji tidak akan pernah membohonginya. Jadi kali ini juga dia yakin akan
adik keduanya. Sementara itu, Wu Shanniang segera turun dari kudanya dan menghampiri
Yunying. Memang benar...
Wu Shanniang telah kehilangan sebelah tangannya. Baju yang dipakai Wu
Shanniang saja telah terlihat sangat jelas bahwa dia telah tiada berlengan.
"Ayok kita pergi saja...." katanya pelan kepada Yunying.
"Tidak.... Sebelum semua jelas...Aku tidak akan mengampuninya..." tutur Yunying yang masih emosi tinggi.
"Sudahlah Nak...
Sudah kukatakan untuk tidak mencari masalah lagi dengannya..." tutur Wu
Shanniang dengan sangat pengertian kepadanya.
Karena melihat bagaimana diri Wu Shanniang disana, dan perlakuannya pada
Yunying maka dia tidak tega untuk berteriak dan marah-marah kepada ibu
mertuanya. Karena bagaimanapun dia tahu, bahwa Yunying telah terjatuh dalam
perangkap mereka saja.
Oleh karena itu, Jieji diam seribu bahasa.
Yunying sepertinya bisa dikasih tahu oleh ibu-nya sendiri.
"Aku akan mengikutimu bu...
Kita pergi ke Hefei dahulu untuk berkabung..." katanya sambil menangis deras sekali. Sesaat, dia kembali "dendam" dengan Jieji. Dia memandang Jieji dengan sangat marah sekali.
Melihat hal tersebut, Jieji tidak bisa melakukan hal lain selain menggelengkan
kepalanya saja dan terlihat menghela nafas panjang dan seakan tiada percaya
hal barusan yang terjadi ini.
Tetapi, Ibu Jieji juga sepertinya segera menuju ke arah Wu Shanniang. Mereka
memutuskan untuk pergi.
"Kau ingat!!! Setelah perkabungan, akan kucari dirimu... Persiapkanlah dirimu baik-baik...." kata Yunying seraya membentaknya.
Jieji yang melihat tingkah istri yang sangat dicintainya segera merasa sakit sekali hatinya. Dia hanya diam dan memandang kepergian istrinya.
Tetapi... Sebelum benar mereka menggeprak kudanya. Terlihat Jieji langsung sadar akan
sebuah hal. Dia segera berteriak ke arah Yunying.
"Dimana kamu taruh pedang es rembulan?"?""
"Pedang sudah kuserahkan ke ibuku...." jawab Yunying seraya berteriak juga.
"Apa?""
Kauuuu!!!...." teriak Jieji yang terlihat sangat marah sekali sambil menunjuk ke arahnya.
"Kenapa?"" Sebilah pedang pun tidak akan kau serahkan?"" Tidak lama lagi
nyawamu akan kutagih......." teriak Yunying yang kembali marah luar biasa.
"Kau telah melakukan sebuah hal yang tidak bisa di terima langit....." kata Jieji sambil menghela nafas yang panjang.
Jieji telah tahu dengan sangat pasti. Jika pedang diserahkan kepada mereka.
Maka pintu pemusnah raga di Hutan misteri akan terbuka kembali.
Dan jika semua pendekar disana menguasai ilmu ini, maka dunia sungguh
sangat gawat sekali.
Beberapa kali dia terlihat menghela nafas panjang sambil menggelengkan
kepalanya dan terlihat penyesalannya telah timbul dengan hebat sambil
mengawasi kepergian istrinya yang tercinta.
BAB LXXXVIII : Jurus Pedang nan Aneh
"Adik... Kamu tidak apa-apa?" terdengar Zhao kuangyin menyapa kembali setelah beberapa lamanya.
Sambil memandang ke arah Zhao, dia menggelengkan kepalanya saja perlahan.
"Dik... Ada apa dengan rambutmu" Kenapa kau berubah sungguh banyak?" tanya Zhao
kepadanya karena cukup heran melihat perawakan adik keduanya. Meski Zhao
jauh lebih tua darinya, tetapi rambut kaisar Sung Taizu ini tidaklah se-"putih"
rambutnya Jieji. Bahkan disini bisa terlihat jelas bahwa Jieji telah tampak lebih tua darinya. Tentu hal ini sungguh mengherankan Zhao yang hanya sekitar 2
bulan tidak bertemu dengannya.
Lalu, sambil mengambil beberapa helai rambut dari kepalanya. Dia menjawab.
"Ini disebabkan pemaksaan kekuatanku yang terlalu maksimal, sehingga
berubah jadi begini..."


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi" Kamu bertarung dengan musuh hebat dalam beberapa hari ini?" tanya Zhao yang agak heran kepadanya.
"Betul kak...." jawab Jieji pendek sambil tersenyum pahit kepadanya.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi sesungguhnya?" Tanya Zeng Qianhao alias Pei Nanyang setelah sedemikian lamanya hanya diam mendengarkan.
"Ini mungkin bukan kejadian biasa saja...
Kalian sebenarnya ketemu dengan Wu Shanniang dimana?" tanya Jieji yang
agak heran. "Di utara Kota Ji ketika kita akan menuju kemari sekitar 1/2 bulan yang lalu."
jawab Zhao kuangyin.
Setelah itu, terlihat Jieji berpikir sambil mengelus dagunya.
Sesaat, dia merasa ada hal yang cukup janggal di dalamnya.
"Hm... Tetapi... Siapa yang memberitahu kakak dan Tuan Zeng bahwa aku ada disini?"
tanya Jieji setelah diam beberapa saat.
"Adik ketiga...
Di kota Ye, dia mendengar bahwa kamu sedang berada di utara gurun tua dari
beberapa pesilat yang sempat melihatmu..." jawab Zhao.
"Adik ketiga" Jadi dia berada dimana sekarang kak?" tanya Jieji yang terlihat terkejut berbareng girang.
Wajar saja, sejak pertemuan mereka lebih dari tiga tahun lalu di Wisma Wu. Jieji tidak pernah melihat adik angkatnya lagi, terlebih dia juga jarang ada kabarnya.
"Adik ketiga sekarang berada di kota Shandang. Kabarnya guru silatnya Ba Dao telah ada disana. Dia meminta izin denganku untuk berpisah dahulu. Setelah itu, dia akan datang kemari bersama guru Ba Dao..." jawab Zhao, setelah itu dia menjelaskan bagaimana Wei Jindu dan Xieling yang berada di Xizhang itu
kembali mendaratkan kakinya ke daratan China. Di ceritakannya juga bahwa dia
pernah mengunjungi Wu Quan yang masih hidup itu di Hefei. Beserta semua
pertemuannya dengan para pesilat secara lengkap kepada adik keduanya.
"Apa?"?" tanya Jieji yang terlihat sungguh terkejut sekali.
Dalam hati pemuda tersebut telah terbit sejumlah pertanyaan yang cukup
mengherankannya.
Terkejutnya Jieji tentu mengherankan Pei Nanyang dan Zhao kuangyin yang
berada disana. "Ada apa dik?"tanya Zhao kemudian dengan sangat heran.
"Apa dia hanya pergi sendiri bersama Xieling?" tanya Jieji kembali dengan wajah yang sangat penasaran sekali.
"Betul... Mereka pergi berdua. Tetapi 2 hari yang lalu, Dewa Ajaib kuminta untuk
menyusul adik ketiga." jawab Zhao yang terlihat sangat heran.
"Gawat!!! Kita telah tertipu mentah-mentah..." jawab Jieji dengan nada yang sangat menyesal.
"Kenapa begitu?" tanya Pei Nanyang yang juga terlihat sangat heran.
"Ini mudah saja dan sangat wajar sekali.
Kalian tahu" Kakak seperguruan dari adik ketiga, Zhu Xiang telah muncul di
perbatasan utara kota Ye. Bahkan aku sempat bergebrak 1 jurus dengannya. Dia
bersama dengan 5 pendekar lainnya, sepertinya dia juga sekelompok dengan
mereka." jawab Jieji. Tetapi belum sempat dia melanjutkan, dia dipotong oleh kakak pertamanya.
"Jadi Zhu Xiang juga muncul disana" Apa dia sehebat apa yang pernah
diberitakan dunia persilatan?" tanya Zhao yang langsung terlihat penasarannya.
"Betul... Dia memang hebat. Selain itu dia menguasai 8 jurus tapak Buddha Rulai. Tetapi
yang sangat mengkhawatirkanku bukanlah hal ini...." jawab Jieji sambil
menggelengkan kepalanya.
Wajahnya terlihat sebuah penyesalan kembali, di hatinya bahkan muncul ribuan
hal yang membuatnya untuk sulit bernafas dengan lega.
"Jadi"
Maksudmu adalah Ba Dao sesungguhnya tidak ada di kota Shandang" Ini hanya
sebuah pancingan untuk menyingkirkannya dari kita?" tanya Pei Nanyang yang sepertinya telah mengerti beberapa garis besar pikiran Jieji.
"Betul...." jawab Jieji.
"Jangan-jangan maksudmu dik..." Kelihatan langsung Zhao kuangyin juga sangat penasaran sekali.
"Betul kak... Kamu tahu" Tadi kakak mengatakan bahwa adik ketiga sempat
mengunjungi Ayahku" Tentu hal ini sangat berbeda sekali masalah waktu
tentang tewasnya ayahku(Wu Quan) di kediaman Wu." jawab Jieji sambil
menghela nafas panjangnya.
"Hm....Jadi begitu" Tidak kusangka...
Wu Shanniang-lah orang yang merencanakannya dengan masak-masak."jawab
Zhao dengan menghela nafas panjang juga.
Ternyata apa yang dipikirkan Jieji tentu telah benar sekali. Jika Wei Jindu tidak
"disingkirkan", maka sandiwara Wu Shanniang tidak akan berhasil. Mengingat Wei sendiri telah pernah berjumpa dengan Wu Quan yang masih hidup dengan
baik sekali. Dan yang paling hebatnya, saat Wu Quan bertemu dengan Wei
Jindu, Jieji sedang berada bersama anggota Kaibang di kota Puyang.
Jarak antara kota Hefei dengan Puyang adalah hampir 400 li jauhnya. Jadi
sungguh tidak mungkin sanggup ditempuh dalam waktu tidak sampai 1 hari. Dan
kembali lagi dalam waktu yang cepat. Sebab keesokan harinya setelah
pertemuan Kaibang adalah saat pertarungan Jieji dengan pesilat di utara
perbatasan kota Ye.
Semua rencana Hikatsuka Oda tentu sangatlah matang dan dipikirkannya
dengan seksama. Jika saja Wei ada di sana saat mereka bertemu dengan Wu
Shanniang. Maka Wei adalah saksi hidup bahwa Jieji tidak ada di tempat.
"Kalau begitu, mereka memanfaatkan kelemahan hatimu. Sepertinya lawanmu
bukanlah orang sembarangan..." tutur Zhao kuangyin yang telah mengerti
beberapa garis besar hal ini.
"Betul... Kamu tahu kak" Lima orang bertopeng yang menyerangmu itu siapa?" tanya Jieji dengan mata yang sayu.
Zhao yang melihat wajah adik keduanya, dia sempat menangkap beberapa hal.
Tetapi karena kurang yakin, dia terlihat menggelengkan kepalanya.
"Kesemuanya bahkan punya hubungan denganku.
Ayahku, Xia Rujian. Ayah kandungku Hikatsuka Oda dan Ibu kandungku. Wu
Shanniang dan Raja Yelu Xian.
Raja Yelu Xian sepertinya adalah kekasih lama dari Wu Shanniang. Aku sangat
khawatir memikirkan bahwa Raja Yelu adalah ayah kandung dari Xufen." jawab Jieji yang terlihat mengalirkan air matanya. Hatinya sebenarnya sudah sangat
sakit sekali karena istrinya, Yunying yang telah menfitnahnya sedemikian rupa.
Sekarang menceritakan tentang orang terdekatnya, tentu hal ini sangat menyiksa
hati Jieji yang sebenarnya sungguh lemah.
Bagai disambar petir Zhao kuangyin mendengarnya. Dia tidak pernah
mengetahui lima pendekar yang sempat mengeroyoknya di Istana Kaifeng
adalah kesemuanya orang yang dikenalnya. Bahkan Xia Rujian adalah pembantu
utamanya dalam perang menggabungkan negeri China. Tetapi, di wajahnya
terlihat seakan hal yang tidak dipercaya muncul. Dia berdiri dengan kaki yang
terasa gemetaran.
"Raja Yelu Xian benar tidak tewas dalam pertempuran kacau di utara kota Ye lebih dari 3 tahun lalu?" tanya Zeng yang juga sangat penasaran.
"Betul... Kalian tahu kalau Raja Yelu dari keluarga Singa utara menguasai kungfu yang
lumayan hebat. Meski tidak ada yang mengetahui seberapa hebat Yelu Xian.
Tidak mungkin dia tidak menguasai kungfu sama sekali dan terbunuh dengan
begitu mudah..." jawab Jieji sambil menghela nafasnya.
Keduanya berdiri seakan tiada percaya. Tetapi tidak lama, baik Zhao dan Zeng
telah mengetahui beberapa garis besar kejadian. Mereka berdua terlihat
mengingat kembali kejadian pertempuran 3 tahun yang lalu antara Sung
melawan Liao. "Oya dik...
Apa adik ketiga tidak berada dalam keadaan bahaya?" tanya Zhao kemudian
dengan terkejut setelah berpikir beberapa lama. Dia merasa telah melupakan
Wei Jindu yang mungkin dalam bahaya dan telah terpancing ke kota Shandang.
Jieji menatap kakak pertamanya dengan tersenyum pula.
"Tidak kak...
Tenang saja. Adik ketiga disana tidak ada sesuatu bahaya apapun. Hanya
saja..." Setelah menutup mulutnya, dia terlihat sedang mengerutkan dahinya dan berpikir
keras kembali. "Hanya apa adik kedua" Memang ada masalah lagi padanya disana?" tanya Zhao kembali.
"Tidak... Aku sedang memikirkan Zhu Xiang. Dulu aku pernah mendengar bahwa Ba Dao
tidak menurunkan ilmu silat tertinggi kepadanya. Dan dia bahkan hanya
diturunkan tidak lebih dari 5 jurus tapak Buddha Rulai, mengingat jurus kelima
keatas adalah bagi orang yang memiliki kesadaran akan kebenaran yang tinggi
saja layak mempelajarinya.
Dan...." tutur Jieji.
"Dan kamu mengatakan bahwa dia merapal tapak ke 8 dari Jurus tapak buddha
Rulai ketika menghadapimu di perbatasan?" tanya Zeng seraya memotong
pembicaraan. "Betul... Inilah hal yang sungguh mengherankanku...." jawab Jieji.
"Dengan begitu, berarti Ba Dao mungkin sudah tiada di dunia lagi. Karena tidak mungkin Ba Dao sendiri yang mengajarinya Ilmu tersebut..." tutur Zhao yang segera menghela nafas panjang, karena dia telah mengerti kekhawatiran adik
keduanya tadi. "Mungkin...
Dan 1 hal yang pasti... Saat ini, mungkin lawan-lawanku sudah ada di Panggung
pada Hutan misteri." tutur Jieji. Kali ini dia terlihat sungguh susah, hatinya bergejolak dengan hebat kembali. Wajahnya telah kelihatan sangat tua, sinar
matanya bahkan telah muncul sebuah penyesalan yang sangat kentara.
Lie Xian sedari tadi hanya diam saja. Dia menyaksikan serta mendengar semua
pembicaraan para pendekar disini. Tetapi, kali ini dia juga telah campur bicara.
"Kakak Jieji.. Apa mungkin mereka telah ada disana" Bagaimana jika kita
menyusul mereka sekarang" Mungkin masih sempat...."
"Betul... Kita masih sempat. Tetapi......" tutur Jieji kembali. Tetapi dia terlihat mengerutkan dahinya.
"Ada apa dik?" tanya Zhao kuangyin yang tentu cukup heran.
Dia merasa masih sanggup menghadapi mereka semua. Karena disini ada Jieji,
dan Pei Nanyang. Selain itu, kungfu dan tenaga dalamnya sendiri telah hampir
sembuh semuanya.
"Kita tidak akan sanggup melawan mereka. Sepertinya kepergian kita pasti
sia-sia saja selain mengantarkan nyawa...." tutur Jieji kemudian.
"Tidak mungkin... Apakah para pendekar disana sungguh sangat hebat?" tanya Pei Nanyang yang seakan tidak percaya.
Sedang Zhao terlihat sungguh terkejut mendengar apa kata-kata Jieji tersebut.
Dia tahu, jika mereka bertiga bergabung, Kungfu lawan sehebat apapun sudah
tiada masalah lagi. Tetapi Jieji disini berpikir sungguh sangat lain.
"Hm..."terlihat Jieji menganggukkan kepalanya.
"Kalian tahu" Yue Liangxu seorang saja meski kita bertiga menghadapinya
sekarang. Tentu tiada kemungkinan untuk menang..."
Penuturan Jieji sangat mengejutkan Zhao, Pei dan Lie Xian disana.
Terlebih lagi Pei dan Zhao. Mereka tidak pernah berjumpa lagi dengan pemuda
yang telah kehilangan kungfu dan tenaga dalamnya tersebut. Mereka berdua
tentu merasa tidak mungkin ada hal seperti itu di dunia.
Sungguh sangat mengherankan bagi keduanya...
"Tetapi jika Pendekar Yuan(maksudnya Li Yu, ketua Kaibang), Adik ketiga, serta Dewa Ajaib ada disini maka kemungkinan menang kita telah sangat besar...."
tutur Jieji sambil menengadahkan kepalanya.
"Tidak mungkin...
Bagaimana Yue Liangxu sebegitu kuat?" tanya Zhao kuangyin yang merasa
terheran. "Betul... Kakak tahu" Dia dikarunia Bintang kegelapan Huang Yuzong. Dia-lah orang yang
sanggup menguasai Ilmu pemusnah raga sejati. Sekarang, Zhu Xiang telah
bergabung dengan mereka. Maka Ilmu terakhir yang dipadukan telah lengkap
semuanya. Meski mungkin Yue Liangxu sekarang belum menguasainya dengan
benar... Aku telah yakin bahwa diriku telah jauh dibawahnya. Selain itu...
Aku juga telah terluka dalam yang cukup parah saat melawan Li Zhu di hutan
Misteri." tutur Jieji menjelaskannya.
"Li Zhu?" tanya Pei Nanyang pendek.
Li Zhu adalah paman guru dari Zeng Qianhao jika diurutkan hubungannya
dengan Dewa Bumi dan Lu FeiDan, guru silat Zeng sendiri.
"Maksudmu Li Zhu, Kaisar terakhir Dinasti Tang" Heran sekali..." tanya Zhao kuangyin.
"Betul... Dia-lah orangnya. Dia telah menguasai 4 unsur utama tenaga dalam dari Ilmu
pemusnah raga. Baik kungfu dan tenaga dalamnya lebih tinggi dariku. Aku hanya
menang untung-untungan darinya...." tutur Jieji yang langsung menjelaskan
pertarungannya dengan Li. Dan segala kejadian fenomena panggung juga
diceritakannya kepada mereka berdua.
"Tidak disangka di dunia masih ada hal semacam ini... Sungguh hebat..." kata Zeng Qianhao sambil tersenyum.
"Data dan catatan rahasian kerajaan memang ada juga mengungkit tentang harta karun Dinasti Qin. Tidak disangka memang benar ada di gurun tua utara hutan
misteri..." tutur Zhao kuangyin.
Kemudian terlihat keempat orang tersebut hanya diam dan semuanya sedang
berpikir. Sebenarnya langkah selanjutnya apa yang baik untuk dijalankan.
Setelah lumayan lama, Zhao kembali buka suara.
"Lalu bagaimana dengan adik ipar(maksudnya Yunying). Bukankah dia berada
dalam bahaya sekarang?" tanya Zhao dengan mengerutkan dahinya.
Jieji hanya diam beberapa saat. Dan tiada menjawab pertanyaan dari kakak
pertamanya. Sementara itu, Zeng Qianhao sepertinya telah memiliki beberapa
ide. Tetapi karena dia cukup ragu, dia tidak ingin mengatakannya terlebih dahulu.
"Kita tidak bisa pergi menolongnya. Tidak ada gunanya sungguh..." tutur Jieji sambil melihat ke arah Pei.
Pei sungguh terkejut, dia tidak menyangka Jieji telah membaca apa yang sedang
ada dalam pikirannya. Sejenak, dia kagum luar biasa akan pemuda ini.
"Betul... Sepertinya apa yang kita harapkan akan sia-sia saja..." tutur Zhao kemudian.
"Yunying sekarang telah salah paham terhadapku. Meski kita pergi kesana, kita tidak akan sanggup memintanya mengikuti kita. Dia adalah sandera yang sangat
berguna bagi mereka untuk menundukkanku..."Tutur Jieji.
"Betul... Jika begitu maka bahaya tidak lama lagi akan terbit.
Hmph...." kata Zhao seraya menghela nafas panjangnya.
"Jadi benar" Usaha mereka selain Pedang Es rembulan adalah menyandera
Yunying" Sepertinya masalah kali ini sangat besar. Aku akan berusaha
menghubungi muridku supaya mengikuti kita. Setidaknya masih bisa
berjaga-jaga...." tutur Pei Nanyang.
Terlihat mereka berdua menganggukkan kepalanya. Mereka tidak bersuara lagi
satu sama lain. Sambil berdiri beberapa lama, mereka menghadap ke arah utara.
Setelah itu, mereka kembali ke desa Jiamojin.
Malamnya... Terlihat Jieji duduk di kemahnya seorang diri.
Di tangannya terlihat dia sedang memegang Pit(pena China), dan terlihat disana
dia sedang menggoreskan sesuatu aksara di sana. Dengan cekatan, dan cepat
dia menulis sambil sesekali terlihat menghela nafas panjang.
Tidak berapa lama, kertas yang tadinya putih kosong sekarang telah penuh
dengan tulisan. Setelah menunggunya betul kering, dia memasukkan satu kertas
di satu kantung. Dan terlihat total kantong yang membungkus kertas ada 3 buah.
Setelah menyelesaikan sesuatu yang dikiranya sangat penting. Dia membawa
guci arak dan berjalan keluar untuk menikmati indahnya pemandangan malam
gurun. Di dekat sungai kecil, si pemuda terlihat meneguk araknya dengan lahap.
Beberapa kali terlihat dia membacakan beberapa puisi.
Lalu, diambilnya sebuah tongkat yang tidak panjang. Seperti sinting, dia merapal jurus pedang ayunan dewa untuk menari bersama puisi yang sedang
dibacakannya dengan hikhmad.
Tindakan Jieji yang aneh tentu mengundang Pei Nanyang dan Zhao kuangyin
yang hampir telah beristirahat tersebut keluar untuk melihat keadaan.
Mendapati tindakan Jieji, mereka berdua segera heran melihatnya sedang
berlatih kungfu di dekat aliran sungai Desa Jiamojin pada tengah malam buta.
Jieji sedang merapal jurus pedang ayunan dewa-nya yang tertinggi. Ilmu pedang
ayunan dewa musim semi dan musim gugur terlihat sungguh indah
diperagakannya. Kedua jurus pedang yang terlihat sangat sering berubah satu
sama lainnya sangat mengagumkan Pei maupun Zhao yang melihatnya. Sering
terlihat bahwa Jieji sedang melemparkan dan mengayunkan tongkatnya ke
depan. Lalu sambil "menari" dia menangkap pelan tongkat berputar 1 lingkaran tersebut. Saat ditangkapnya tongkat yang tadinya berada di udara, kembali
terlihat dia telah melingkarkannya lagi ke belakang. Sedang dari mulutnya dia
menghafal beberapa puisi tua. Puisi yang menceritakan kisah kepahlawanan dan
kesatriaan seorang lelaki sejati terdengar jelas dan empuk.
Tetapi... Ketika dia hampir menyelesaikan jurusnya yang terakhir. Dia mengalami sesuatu
hal yang sangatlah luar biasa.
Tangan kanannya tadi adalah sedang memegang tongkat. Ketika dia
melemparkannya ke atas, dia mengganti tangan untuk memegang guci araknya
yang sedang dipegang. Lalu dengan tangan kiri, Jieji bermaksud
menghempaskan tongkat ke tanah.
Ini adalah jurus terakhir pedang ayunan dewa, Ilmu pedang ayunan dewa Musim
gugur. Namun, baru saja dia menangkap tongkat dengan tangan kirinya. Dia terkejut
seperti disambar petir. Tadinya, dia hendak menghempaskan jurus itu ke tanah.
Tetapi entah kenapa dirinya yang berada di udara langsung merasakan sebuah
hal yang sangat aneh sekali.
Ini membuatnya terjatuh cukup keras ke tanah.
Zhao dan Pei yang melihatnya sungguh sangat terkejut.
Mereka berdua berpikir bahwa Jieji telah terluka dalam karena salah berlatih.
Lalu, dengan cepat keduanya langsung menghampirinya.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tak apa Dik?" tanya Zhao.
Jieji yang tadinya tidur di tanah, langsung mengambil posisi duduk. Pertanyaan
Zhao tidak dijawabnya. Melainkan dia terpikir sesuatu. Sesuatu yang sangat
menganggunya. Dari wajahnya tertampak senyuman masam.
Zhao dan Pei terlihat cukup cemas mendapati tingkah Jieji tersebut. Mereka
berpikir bahwa ada sesuatu yang telah terjadi dengan perkembangan tenaga
dalam Jieji yang belum-lah sembuh benar.
Tetapi seperti tidak melihat orang lain berada di sana. Jieji langsung berdiri. Dia berjalan ke arah tongkat yang berada di tanah. Dengan sedikit gerakan
mengayun kakinya ke atas, tongkat langsung terlempar.
Tentu hal ini membuat mereka berdua kembali sangat bingung sekali. Mereka
berpikir apakah Jieji benar telah tersadar, ataukah dia sedang bermimpi akan
sebuah hal. Tetapi... Tanpa perlu waktu yang cukup lama. Mereka telah terkejut kembali. Tetapi
keterkejutan kali ini bukanlah keterkejutan yang sama seperti yang tadi.
Keterkejutan kali ini disertai dengan rasa kagum yang luar biasa.
Tongkat yang terlempar ke atas tersebut segera dipegang dengan tangan kirinya.
Dengan ayunan yang sangat cepat, dia memperagakan sebuah jurus yang baru.
Jurus pedang yang sangat luar biasa hebat terlihat. Kecepatan pedang sangat
luar biasa, bahkan Ilmu pedang Ayunan Dewa-nya tadi sungguh tiada apa-apa di
banding jurus pedang ini.
Jurus pedang yang terlihat sungguh sangat sederhana. Tetapi di dalam-nya
terdapat sungguh banyak inti ilmu.
Kali ini dia tidak lagi menghafal-kan puisinya. Melainkan hanya berkonsenterasi terhadap Ilmu baru tersebut. Pemutaran tongkat sungguh sangat luar biasa. Dan
kecepatan tongkat seakan "melindungi" tuannya dari semua sisi. Serta
penyerangan Tongkat sangat rapat sekali terlihat.
Suara tongkat mengoyak udara sangat fasih dan tenaga dalam hebat segera
bekerja disini.
Berbeda dengan pedang Ayunan Dewa yang terlihat lembut. Jurus pedang ini
bahkan terlihat sangat kuat dan menjangkau ke seluruh sisi. Sungguh perubahan
yang sangat luar biasa.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Jieji"
Ketika dia berniat menghantamkan jurus terakhir ayunan dewa musim gugur, dia
teringat sesuatu. Sesuatu hal langsung bekerja sungguh cepat di otaknya.
Diingatnya, jurus pedang yang terukir di dinding panggung batu yang terlihat
sungguh sangat lemah.
Sekarang dia telah tersadar, jurus pedang tersebut tidak dilatih dengan tangan
kanan melainkan sebaliknya.
Rata-rata semua pesilat memakai pedang di tangan kanannya. Jika arah pedang
dari tangan kanan menuju kepadanya, maka semua jurus pedang sanggup
dipatahkan oleh jurus "lemah" tersebut.
Dan hal inilah yang membuat Jieji jatuh terjerembab saat dia merapal jurus
terakhir Ayunan dewa-nya.
Dia tidak pernah menyangka jurus ciptaannya yang telah tanpa celah tersebut
langsung sanggup dipatahkan dengan mudah sekali oleh Jurus "aneh" nan lemah ini. Dan hal inilah yang membuatnya sungguh tersadar akan
kekeliruannya. Pei dan Zhao belum pernah melihat jurus pedang yang sebegitu. Oleh karena itu,
keduanya sungguh sangat kagum berbareng heran. Mengapa pemuda ini bisa
menguasai jurus yang sangat tidak masuk akal ini. Keduanya kemudian hanya
diam saja menyaksikan rapalan jurus pedang dari Jieji.
Memang terlihat ada beberapa masalah yang penting disini. Jieji tidak pernah
melatih tangan kirinya untuk berlatih pedang. Oleh karena itu, jurus-nya terlihat cukup lambat meski kecepatan pedang adalah sekitar 10 kali lipat dari sekarang.
Namun setelah mendapati hal ini, dia kecewa berbareng sangat girang.
Kekecewaannya tentu sangat jelas, dia berpikir bahwa Ilmu pedang ayunan
dewanya yang telah ditambah telah tiada tanding di jagad. Tetapi jurus yang
diukir di dinding yang dikiranya lemah malah sangat luar biasa hebatnya.
Kegirangannya tentu sudah jelas sekali, sebab bagaimanapun jurus nan hebat
tersebut dia dapat dengan tiada sengaja.
Ingatan Jieji sangat baik.
Semua ukiran di dinding sangat diingatnya satu persatu meski Ilmu ini pada
mulanya dianggap sangat lemah.
Tanpa berapa lama, 8 tingkatan Ilmu "aneh" telah di rapalnya dengan baik melalui tangan kirinya.
"Adik... Jurus apa yang sesungguhnya kamu rapal" Kenapa sangat aneh dan
tiada hubungannya dengan Ilmu pedang ayunan Dewa?" tanya Zhao kepadanya
kemudian setelah dia betul menyelesaikan semua jurus pedang nan hebat ini.
"Aku tidak tahu nama jurusnya.
Kamu masih ingat kak" Fenomena panggung Hutan misteri yang kuceritakan
mengenai jurus pedang itu?" tanya Jieji kepadanya.
"Iya... Jangan-jangan....?""
"Betul... Inilah jurus pedang itu...." jawab Jieji sambil tersenyum.
"Hebat.... Sungguh sangat hebat....
Tidak disangka jurus seperti ini masih ada di dunia...." tutur Pei sambil terheran dan sangat kagum.
"Betul... Ini juga sangat mengherankanku. Mengingat aku belum pandai menggunakan
pedang dengan tangan kiri, maka kelemahan jurus sungguh masih sangat
banyak..."tutur Jieji pula dengan tersenyum.
Keduanya tentu kontan terkejut tiada percaya.
Mereka berdua berpikir bahwa sebelumnya Jieji telah menguasai pedang dengan
menggunakan tangan kiri. Tetapi kata-kata pemuda tentu membuat mereka tidak
percaya. Jika jurus pedang dimantapkan dengan tangan kiri beberapa tahun
lamanya, mungkin pengguna jurus benar tiada tandingannya lagi.
Lalu terlihat keduanya menggelengkan kepala sambil menghela nafas.
"Entah siapa pencipta jurus pedang ini..." Tutur Zhao kuangyin.
"Entah... Tetapi pencipta jurus pedang mungkin pendekar yang telah tiada
tandingannya lagi di dunia...." tutur Jieji sambil menghela nafasnya.
"Ohya dik... Ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu dan hampir saja
terlupa..." Tutur Zhao yang berubah cukup serius.
Jieji mengerutkan dahinya.
Dia tidak mampu menebak apa yang bakal di sampaikan kakak pertamanya itu.
Terlihat juga dia menatap kakak pertamanya dengan cukup serius.
"Tetua Xue Hung memintaku menyampaikan pesan. Katanya jika menemui
bahaya, pergilah ke arah barat sampai dunia terujung...." tutur Zhao kepadanya.
Jieji hanya terlihat menganggukkan kepalanya pelan.
Sepertinya dia mengerti akan kesusahan Tetua Xue Hung yang memikirkannya.
Bagaimanapun dalam diri si pemuda, dia telah mengerti beberapa hal dari
sesuatu yang bakal terjadi nantinya.
"Lalu esoknya kita harus kemana?" tanya Pei Nanyang.
"Kita kembali ke China daratan untuk menunggu saja, bagaimana kakak
pertama?" tanya Jieji seraya melihat ke arah Zhao.
"Baik... Hanya sekitar 1 bulan lagi Kuangyi akan bertemu denganku di Ibukota..." tutur Zhao sambil menengadah.
*** Kota Shandang...
Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan Wei Jindu"
Ketika mendengar bahwa gurunya, Ba Dao telah sampai ke kota Shandang dari
para pesilat di daerah sebelum gurun.
Dengan cepat dia segera menyusul gurunya terlebih dahulu, tujuannya adalah
untuk mengajak sang guru untuk ikut serta ke utara. Hatinya tentu cukup senang
dan terasa sangat tenang jika gurunya juga ikut membantu kakak pertamanya
yang telah "tersingkir" dari Ibukota kerajaan.
Dalam 5 hari saja, dia telah sampai ke kota Shandang.
Xieling seperti pulang kampung halamannya sendiri. Beberapa kali terlihat dia
mengalirkan air matanya. Sebab dia keluar sebatang kara dari sini telah
beberapa tahun. Terakhir dia juga kembali.
Tetapi Wei Jindu memang sangat baik dalam memperlakukannya. Dia sanggup
menghibur gadis cantik tersebut dengan kesabaran yang cukup tinggi.
Mereka langsung berusaha mencari kabar dari Ba Dao, tetapi setelah tinggal
selama 6 hari lamanya tidak didapati kabar tentang guru Ba Dao dari arah barat
sama sekali. Hal ini sangat membuat mereka berdua sangat pensaran.
Tetapi kedatangan mereka berdua ternyata telah diuntit oleh beberapa orang
sejak mereka sampai ke Shandang.
Keduanya tentu tahu dengan sangat baik, selain penguntit berkungfu yang cukup
tinggi. Namun mereka juga terlihat sangat waspada.
Suatu sore hari ke 6...
Dengan menunggang kuda, keduanya berjalan cukup pelan sambil menyadari
bahwa ada penguntit yang sedang mengikuti mereka berdua.
"Sepertinya ada sesuatu hal yang sedang dicari mereka." kata Jindu sambil berbisik pelan kepada Xieling.
"Betul... Kali ini dari arah tengah kota, mereka telah mengikuti kita sekitar 1 jam.
Apa sebaiknya kita menyapanya kak?" tanya Xieling juga dengan berbisik pelan.
"Baik.. Begitu saja...." kata Wei yang segera turun dari kudanya dan menghadap ke arah belakang.
Penguntit yang melihat tingkah Wei, langsung sangat terkejut. Mereka pura-pura
berpaling ke arah lain dan ada yang pura-pura jongkok di tepi jalan.
Wei yang melihat tindakan mereka segera mengenali orang-orang tersebut,
sebab dari perawakan mereka. Mereka adalah para pengemis. Wei juga berpikir
mereka adalah orang dari Kaibang.
Dengan berjalan gagah ke depan, Wei segera menyapa salah satu pengemis
yang paling dekat dengannya.
"Tuan... Ada apa kalian semua mengikutiku?" tanyanya dengan sopan.
"Tidak... Kami tidak mengikuti anda..." kata pengemis yang segera berbohong.
Namun melihat keadaan tidak menguntungkannya. Seorang pengemis dari arah
samping segera menyerang Wei. Wei yang merasakan hawa kelebat tongkat,
langsung menarik kaki mundur dengan cepat menghindari kelebat tongkat.
Begitu melihat tingkah dari salah satu temannya. Para pengemis segera maju
serentak untuk menyerangnya juga.
Jurus tongkat para pengemis bukanlah jurus rendah. Serangan kompak dari
tongkat para pengemis sungguh sangat luar biasa kelihatannya.
Sementara itu, Wei hanya terlihat menghindar saja. Tiada niat baginya untuk
bertarung, karena dia tahu bahwa para pengemis tersebut di bawah pimpinan
muridnya Zeng Qianhao, Pei Nanyang yang beberapa hari bertemu dengannya.
Telah ratusan jurus dikeluarkan oleh para pengemis. Namun hebatnya Wei tidak
tersentuh sama sekali. Dia hanya menghindar semua jurus dengan sangat
tenang sekali. Tetapi sebelum dia menghindar kembali dari jurus para pengemis.
Dia merasakan sesuatu hal yang aneh. Hawa tenaga dalam hebat telah
mendekat di area pertarungan mereka.
Dan dirasakan dengan pasti. Orang yang datang adalah pesilat kelas tinggi
dengan ilmu ringan tubuh yang sungguh hebat sekali. Sesaat, Wei cukup merasa
heran. Tentu pesilat kelas tinggi tidak perlu waktu lama untuk sampai kesini. Dan hanya beberapa saat saja, dia telah terlihat turun dari salah satu atap rumah penduduk kota Shandang ini.
Melihat seorang pemuda turun dari atap sebuah rumah, para pengemis kontan
terkejut mendapatinya. Semuanya terlihat menghentikan serangan dan langsung
berlutut ke arahnya.
"Ketua......" teriak mereka dengan serentak.
"Silakan berdiri..." tutur pemuda yang berusia sekitar 30 tahunan ini.
Wei yang melihat seorang pendekar hebat datang tentu merasa cukup girang.
Karena dia telah tahu bahwa pemuda ini tak lain adalah Ketua Kaibang, Yuan
Jielung yang namanya telah menggetarkan dunia persilatan. Selain itu, dia tahu
Yuan adalah anak murid dari Pei Nanyang satu-satunya.
Dengan tanpa banyak bicara, dia memberi hormat ringan ke arah Yuan.
Hormat dari Wei segera disambut oleh Yuan juga.
"Siapa anda?" tanya Yuan.
"Namaku Wei Jindu dari arah Xi Zhang..." tutur Wei dengan sangat sopan.
"Barat" Anak buahku melaporkan bahwa anda datang dari negeri Liao?" tanya Yuan yang terlihat cukup penasaran.
"Betul... Tadinya aku berada di utara menuju gurun, tetapi ada sesuatu hal yang
membuatku kemari." tutur Wei dengan jujur kepadanya.
"Tidak ketua.... Mungkin dia adalah mata-mata dari Liao. Tangkap dahulu saja baru diadili..." kata seorang pengemis yang berjenggot panjang.
"Tetua Huo... Dia bukanlah pemuda yang kita cari..."tutur Yuan Jielung.
"Tetapi...
Dia sangat mirip. Ketua bilang pemuda itu tampan dan sangat tinggi ilmu
kungfunya..." tutur tetua Huo yang agak penasaran.
"Yue Liangxu pernah kujumpai. Dan dia bukanlah orang itu..." tutur Yuan sambil tersenyum.
Tetapi sebelum dia benar tutup mulut, terdengar seseorang memanggil dengan
tenaga dalam yang sangat tinggi.
Suara orang tua terdengar sangat jelas. Tetapi tenaga dalam orang tua ini
tidaklah kalah dengan Wei maupun Yuan.
Wei yang mengenal suara tersebut segera girang tidak kepalang. Sementara itu,
Yuan malah merasa sangat heran. Dia tidak menyangka orang tua yang bakal
sampai tersebut sungguh hebat.
BAB LXXXIX : Sun Shulie, Pemuda Tangguh Dari Persia
"Dewa Ajaib?" teriak Wei dan Xieling bersamaan.
Dewa Ajaib dengan gerakan yang sangat cepat dan tidak mudah untuk dilihat
secara jelas oleh para pasukan Kaibang disana, telah turun dari udara dan
mendarat tepat di depan pemuda-pemudi tersebut.
"Anak-anakku... Ha Ha......" teriak Dewa Ajaib juga dengan cukup girang.
Semua pendekar Kaibang cukup aneh melihat kedatangan seorang tua yang
tingkahnya cukup mengherankan mereka semua.
Sementara Yuan malah kelihatan cukup bengong. Dia mengetahui adanya 5
pendekar sakti di seluruh jagad. Tapi, melihat Dewa Ajaib yang berpenampakan
agak konyol. Dia sendiri tentu tidak percaya seluruhnya bahwa dia-lah termasuk
5 jago yang tinggal di pegunungan agung.
Dewa Ajaib memang Dewa Ajaib. Sikap girang yang ditunjukkan pada Wei dan
Xieling tidak berlangsung lama. Karena begitu dia memalingkan wajahnya ke
arah Yuan, dia telah berubah drastis.
Kemarahan di wajahnya sungguh terlihat cukup angker saat dia melihat ke arah
Yuan. Kemudian kakek konyol ini berjalan dengan pelan ke arah para pendekar
Kaibang. Dengan tatapan mata yang sungguh angker dia melihat mereka satu
persatu. Kumis dan jenggot putihnya bahkan terlihat berdiri.
Yuan yang melihat tingkah kakek ini segera datang menyapa ke arahnya cukup
sopan. "Anda Dewa Ajaib yang sangat terkenal itu?"
Dewa Ajaib segera memalingkan wajah ke arah Yuan Jielung alias Li Yu.
Tatapan matanya masih cukup marah. Tetapi kali ini, Dewa ajaib tanpa banyak
berkata-kata lagi langsung mengancangkan tapak guna menyerangnya. Tentu
Yuan yang tidak siap sama sekali, segera terkejut.
Dengan gerakan yang sangat cepat juga, dia menahan tapak dari Dewa Ajaib
dengan sikunya. Sebab menahan dengan tapak tentu membuatnya tidak cukup
waktu karena tapak dari Dewa ajaib telah sangat dekat.
Hawa benturan energi segera terasa hebat disana. Benturan singkat membuat
keduanya terpental beberapa langkah ke belakang.
Wei dan Xieling tentu terkejut melihat tingkah Dewa Ajaib. Mereka tidak
menyangka orang tua "aneh" ini menyerang Yuan yang jelas adalah Ketua Kaibang.
Benturan pertama memang belum terlihat siapa yang lebih unggul. Oleh karena
itu, Dewa ajaib tentu tidak segera berhenti.
Tetua Huo yang sedari tadi hanya memegang tongkat bambunya hanya
terbengong melihat pertarungan singkat tersebut. Tetapi matanya yang masih
melihat ke depan, sesaat melihat sebuah bayangan dan hembusan angin yang
cukup sepoi. Ketika dia telah benar sadar, dia telah "kehilangan" tongkat di tangannya.
Barusan dia hendak mencari dimana tongkat yang masih dipegangnya itu, dia
telah merasakan hawa pertempuran di depannya.
Gerakan nan cepat Dewa Ajaib tidak disangka semuanya. Tetapi 1 hal yang
pasti, Dewa ajaib tidak bermain-main kali ini.
Dengan ilmu pedang ayunan dewa, Dewa ajaib masih tidak puas. Dia terus
merangsek ke depan untuk menyerang Yuan Jielung.
Melihat gerakan ayunan pedang dewa yang termasyur sedang mengarah
padanya, Yuan tentu tidak bermain-main. Dia melayani jurus hebat Dewa Ajaib
itu dengan tapak terkenalnya.
Pertarungan keduanya sungguh sangat mengagumkan bagi semua yang
melihatnya. Yuan terus mengelak semua ayunan tongkat yang mengarah
kepadanya. Dia tidak menahan 1 pukulan tongkat Dewa Ajaib pun. Sebab
menurutnya tongkat itu sama saja dengan pedang yang tidak mampu ditangkis.
Dewa Ajaib yang melihat lawan di depannya sangat tangguh tidak
menyia-nyiakan kesempatan emas. Dengan gerakan sangat cepat, dia telah
merapal jurus pedang ayunan dewa Musim semi-nya Jieji. Sesaat, Yuan sungguh
terkejut. Dia tidak menyangka orang tua ini juga telah menguasai Ilmu pedang


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sangat jarang mampu dilihat.
Sekarang, di depannya telah terayun beberapa puluh tongkat yang terlihat
sungguh sangat tiada teratur yang sedang menyerangnya.
Dengan gerakan yang sangat pasti, Yuan menghubungkan kedua tapak di
dadanya. Dalam satu gerakan pukulan tongkat yang sangat cepat, Yuan segera mengubah
tapaknya. Terdengarlah hentakan suara dari dalam yang keluar dengan dahsyat.
Melihat kejadian begitu, Dewa Ajaib segera menarik pukulan tongkatnya dan
menggantikan dengan tapak penuh tenaga dalam ke arah Yuan. Yuan tentu
melayani jurus tersebut dengan tenang saja.
Segera, tapak beradu dahsyat.
Lantai pijakan Yuan terlihat retak dengan pelan. Sungguh luar biasa kemampuan
Dewa Ajaib. Tetapi, lebih hebat pula kemampuan lawannya Yuan Jielung. Sebab, tenaga
dalam milik Dewa Ajaib bagi siapapun yang melihatnya tentu sangat tahu. Yuan
telah memindahkan energi tenaga dalamnya Dewa Ajaib ke tanah.
Wei adalah orang yang paling terkejut. Dia tahu dengan sangat, bahwa Dewa
Ajaib sekarang telah berada di bawah angin.
Yuan yang melihat tingkah orang tua ini dan menyadari bagaimana keadaannya,
segera menghentakkan tenaga dalamnya dengan ringan ke depan.
Sedangkan Dewa Ajaib yang masih berada di udara segera terpental ringan ke
belakang sambil bersalto.
Seturunnya Dewa Ajaib ke tanah dan berpijak dengan baik. Dia terlihat girang
luar biasa. "Tidak disangka si tua Pei itu hebat sekali. Bahkan muridnya pun tidak mampu ku lawan... Ha Ha........"
Mendengar kata-kata Dewa Ajaib yang agak urakan tersebut membuat para
murid Kaibang marah. Sedangkan Yuan terlihat tersenyum cukup manis
kepadanya. "Tidak berani aku yang masih muda melawan anda yang telah kesohor di
jagad..." tutur Yuan dengan sangat sopan kepadanya.
"Huh.... Satu Yuan Jielung, satu Pei Nanyang, satu Xia Jieji. Semuanya jauh lebih muda dariku. Tetapi satupun tidak mampu kulawan...." tutur Dewa Ajaib sambil mendongkol dan terlihat uring-uringan.
Semua orang disana tertawa saja mendengar apa unek-unek dari Dewa Ajaib
tersebut. Wei yang masih tersenyum, segera mendekati Dewa Ajaib yang kelihatan masih
mendongkol. "Tuan Dewa Ajaib... Kenapa kamu ada disini?" tanya Wei yang agak heran.
Dewa Ajaib yang ditanya begitu tentu baru tersadar.
Dia baru ingat akan tugasnya.
"Menurut penuturan kakak pertamamu kamu harus hati-hati." tutur Dewa Ajaib kemudian.
"Betul.. Untuk masalah itu, baru saja kusadari beberapa jam yang lalu." kata Wei juga sambil mengerutkan dahinya.
"Jadi benar... Ini adalah siasat untuk memancing harimau turun gunung..." kata Dewa Ajaib dengan mengerutkan dahinya.
"Kalau begitu, kita harus pulang secepatnya. Kita tuju saja wilayah gurun
kembali..." kata Xieling yang sedari tadi hanya mendengarkan saja.
"Betul.... Secepatnya adalah paling bagus. Mungkin kakak kedua telah disana menunggu kita..." tutur Wei dengan menganggukkan kepalanya.
Dewa Ajaib segera berpaling ke arah Yuan.
"Anak muda... Gurumu bersama kami di gurun. Apa ada niatmu untuk mengikuti kita juga kesana?"
Sambil memberi hormat, Yuan menjawabnya.
"Aku masih punya tugas yang maha penting disini. Mengenai masalah guru,
tolong sampaikan saja kabar baik dariku saja."
Dewa Ajaib segera menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum.
*** Di puncak Gunung Hua...
Dewa Sakti dan Dewi Peramal telah jauh hari berada di tempat tersebut.
Keduanya memang tiada kerjaan yang lain lagi selain melihat fenomena
perbintangan seperti biasanya.
Namun, kali ini keduanya telah dikejutkan sebuah benda aneh di langit.
Sinar pesat berwarna emas telah terbang sangat cepat ke arah barat. Tentunya
sinar emas ini adalah sinar yang datang dari panggung hutan misteri yang telah
dihancurkan oleh Yue Liangxu.
"Ini gawat....." tutur Dewi Peramal.
Dewa Sakti menjawabnya setelah beberapa lama.
"Sepertinya kita harus segera menyusul. Iblis tidak lama lagi akan muncul..."
"Apa kamu telah siap sepenuhnya?" tanya Dewi Peramal dengan wajah
mengerutkan dahi ke arah Dewa Sakti.
Dewa Sakti memandang istrinya dengan tersenyum puas.
"Untuk itulah kita hidup sampai begini tua."
Mendengar apa perkataan sang suami, Dewi peramal mengangguk juga dengan
pelan. Wajahnya yang tadinya sangat serius berubah menjadi sangat tenang
dengan senyum aneh yang tiada dapat terlukiskan dengan kata-kata.
Kedua orang tua sakti tersebut akhirnya meninggalkan gunung Hua yang asri
tersebut dengan cepat.
Sepertinya sesuatu telah terjadi bakalan. Keduanya tidak seperti biasa karena
biasanya mereka selalu berada dalam kekhawatiran yang besar jika melihat hal
seperti ini. Namun diluar dugaan, keduanya malah terlihat tersenyum sangat
puas. *** Di wilayah barat, Persia.
Seorang pemuda yang berusia sekitar 30 tahunan duduk dengan santai sekali di
dekat sebuah hutan yang sangat terasa hawa misterinya.
Air sungai dangkal yang mengalir dengan pelan di sampingnya selalu
dinikmatinya setiap malam.
Malam hari ini tidak nampak bintang ataupun rembulan. Langit sangatlah kelabu.
Meski begitu, dia tetap menikmati kesendiriannya yang telah belasan tahun
"menunggu" sesuatu disini.
Namun, hari ini terdapat sebuah perbedaan dari tingkah lakunya.
Dirinya yang selalu tidur di batu besar sangat terkejut ketika dia melihat sinar emas yang sangat berkilauan sedang "jatuh" menimpanya.
Sinar emas yang sungguh cemerlang dan entah dari mana telah memaksanya
untuk menutup matanya.
Sesaat, dia mendengar suara berbenturan yang sangat keras disana. Bahkan
dari arah barat hutan dimana dia duduk segera terasa perpendaran energi yang
sangat dahsyat.
Hal ini memaksanya untuk berdiri. Dengan segera dia memandang ke arah barat.
Tetapi, tiada sesuatu yang sungguh berubah dari hutan yang luasnya telah
mencapai ratusan Li dan kelihatan menutup langit ini.
Dia hanya terbengong menyaksikan hal tersebut beberapa saat. Kemudian,
terdengar dia mengeluarkan suara.
"Xia Jieji....
Dulu kau menolongku, meski terakhir kau tidak pernah tahu kenapa keluargamu
sendiri bahkan memusuhimu. Mungkin inilah takdirmu yang hidup di bawah
naungan bintang "Pahlawan".
Kakak seperguruan, kali ini kamu tidak perlu terlalu berkhawatir terlalu banyak.
Mungkin saat inilah aku akan kembali..."
Pemuda yang mempunyai tinggi badan sekitar 6 kaki terlihat sangat kokoh. Di
tangannya terlihat dia memegang sebuah pedang yang panjang yang berukiran
Naga di sarungnya. Dengan segera, dia memandang ke arah timur. Di wajahnya
terlihat senyuman yang puas.
*** Hutan misteri, altar panggung batu...
Pedang Asmara 9 Persekutuan Tusuk Kundai Kumala Karya Wo Lung Shen Harpa Iblis Jari Sakti 25

Cari Blog Ini