Ceritasilat Novel Online

Pahlawan Dan Kaisar 16

Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 16


untuk diam-diam menyusup ke perkemahan Liao atau Han utara." jelas Sun
Shulie. "Hm...."
kembali Yang Ying tidak menutur balik semua penjelasannya Sun.
"Jika saja ada adik kedua, maka kesulitan menebak hal seperti sekarang tidak akan pernah terjadi..."
Yang Ying terlihat menghela nafas panjangnya. Kemudian, dia mendongkakkan
kepalanya ke atas tenda perkemahan yang lumayan luas itu.
"Dalam lapangan peperangan, tiada hal yang berbeda sama sekali dalam 2
tahun terakhir. Hanya saja ada beberapa hal yang masih betul menjadi misteri
bagi kedua belah pihak. Baik itu pihak kita maupun pihak Liao."
"Betul adik seperguruan. Kita disini kehilangan adik kedua, adik ketiga dan tetua Zeng yang tiada kabar beritanya. Sedangkan Liao sepertinya kehilangan
Hikatsuka, Zhu Xiang, dan Yue Liangxu." tambah Yang Ying.
"Kemana mereka semua betul tiada yang tahu. Meski dalam zona peperangan,
banyak jago telah menghilang. Tetapi dalam dunia persilatan malah muncul
banyak jagoan yang luar biasa. Sungguh sangat mengherankan..." sahut Sun
Shulie alias Ming Ta sambil berpikir-pikir.
Yang Ying menatap adik seperguruannya cukup lama. Kemudian sambil
menyimpan kembali peta bumi daerah utara yang tadinya terpampang di meja,
dia menjawab. "Yang paling aneh adalah munculnya pendekar wanita bertopeng. Memang tiada orang yang tahu seberapa hebatnya ia. Tetapi sepak terjangnya betul-betul
sangat luar biasa. Jika dia punya niat membantu kita, alangkah baiknya dik..."
"Sungguh aneh ada hal sedemikian. Kenapa pendekar wanita itu baru muncul
dalam 1 tahun terakhir" Jika dia demikian hebatnya, kenapa tidak sejak dahulu
saja dia muncul. Aneh....." jawab Sun Shulie.
"Ada yang ingin kutanyakan kepadamu dik..." tutur Yang Ying kemudian kepada Sun Shulie. Sepertinya wajah kakak seperguruannya itu cukup serius melihatnya.
"Kakak seperguruan ingin menanyaiku tentang wanita muda itu" Kenapa dia
terus menginginkan jiwaku" Betul begitu?" tutur Sun sambil tersenyum.
"Betul... Kamu belum pernah menjelaskan kepadaku perihalnya..." sahut Yang Ying.
"Wanita itu tiada lain adalah seorang imam jahat yang pernah kulemparkan ke sungai Changjiang. Itu pun ada sebabnya, dahulu dia melakukan ritual dewa
sungai. Wanita cantik selalu dilemparkan ke sungai untuk menjadi isterinya
dengan alasan bahwa dewa sungai harus di sembahyangi setiap tahunnya." tutur Sun Shulie seraya mengingat kejadian sekitar lebih dari 2 tahun lalu itu.
"Ha" Memang ada hal sedemikian" Sungguh aneh......"
"Betul... Aku membebaskan totokan nadi tan zhongnya ketika kulemparkan ke
sungai. Tujuanku adalah melihat apakah dia pantas atau tidaknya untuk mati
karena dosanya. Ternyata dia malah tiada apa-apa..." tutur Sun sambil
tersenyum. "Dengan begitu, pantas saja dia selalu mencarimu. Tetapi yang herannya adalah kamu tidak membunuhnya" Apa jangan-jangan?"?"" kata Yang Ying sambil
terkejut dan tersenyum.
Sun Shulie menatap kakak seperguruannya dengan sambil tersenyum pula. Dia
hanya menggelengkan kepalanya saja untuk pertanyaan kakak seperguruannya
kali ini. *** Sebelah barat dari kota Yong-an, daerah timur dari propinsi Yi-Chou...
(Kota Yong-an adalah sebuah kota yang terletak sekira 200 li lebih sebelah timur dari kota Cheng-du)
Di daerah pegunungan yang cukup lebat hutannya, telah menanti beberapa
orang yang berpakaian aneh sekali.
Di atas kepala orang-orang tersebut terlihat memakai sorban, dari hidung ke
mulut ditutupi dengan kain pendek. Sedang pakaian mereka semua adalah
berwarna putih terang, dan terbuka sebelah kanan bahunya sampai ke daerah
rusuk. Sepertinya pakaian dari orang-orang tersebut tiada lain adalah pakaian khas dari India. Mereka berjumlah hampir 20 orang, dan sedang mengintai di pohon yang
cukup tinggi. Dari postur tubuh, dan tindakan mereka yang hati-hati. Sepertinya mereka
bukanlah lawan yang mudah untuk diajak bertarung.
Namun, kesemuanya seperti sedang menantikan orang. Kesemuanya sedang
bernafas sangat pelan, dan tiada seorang pun yang berani bergerak
sembarangan meski hanya untuk melap keringat sekalipun.
Sekitar tengah hari lewat...
Sepertinya apa hal yang ditunggu mereka akan membuahkan hasil. Sebab dari
jauh, sudah terdengar suara derap kaki kuda yang tergolong tidaklah cepat
larinya kuda itu.
Seseorang terlihat dari jauh mendatangi daerah yang sudah ditunggu mereka
sejak pagi tadinya.
Orang yang mendekati tempat tersebut ternyata berperawakan cukup aneh.
Dia naik di atas kuda berbulu putih, pakaiannya serba putih. Di pinggangnya
terselip sebuah tongkat yang sangat indah. Yang membuat orang merasa
merinding melihat perawakan orang tersebut adalah topengnya. Dia memakai
topeng yang sangat menyeramkan, berwarna putih terang dengan hiasan
berwarna merah di sekitar mulut topeng itu.
Dengan mengangkat tangannya pelan, seorang dari atas pohon lebat segera
memberi aba-aba. Semua orang di dekat tempatnya, segera mengangguk
perlahan sambil menahan nafas.
Kuda putih bersama penunggangnya telah sampai di daerah tanah yang tepat di
bawah beberapa pohon lebat yang mengelilinginya.
Lantas bersamaan dengan suara teriakan keras. Semua orang yang telah
menunggu di atas pohon, segera saja turun.
Hebatnya, kesemuanya seakan merapal sebuah tapak yang hebat untuk di
arahkan ke penunggang kuda putih itu.
Segera saja, cahaya terang telah melingkupi semua wilayah di hutan.
Suara ledakan dari tapak hebat mereka semua sepertinya berbuah hasil dengan
cukup baik. Ini terbukti ketika cahaya terang berwarna emas itu telah meredup
kembali. Di tanah berumputan terlihat sebuah benda besar yang telah berserakan dan bau
amis darah sungguh terasa di penciuman setiap orang.
Para penyerang ternyata terdiri dari 17 orang. Kesemuanya lantas melihat ke
arah sasaran mereka. Begitu mereka sudah mencari sesuatu di tanah yang
bercampur cairan berwarna merah darah. Tiada seorang pun yang tiada kaget
melihatnya. Kontan tanpa banyak bicara, ke- 17 orang langsung melihat ke atas ataupun ke
samping secara cepat.
"Apa yang kalian cari?"
Terdengar suara seorang wanita yang merdu.
Tetapi ke-17 orang seakan tiada percaya sepertinya menjadi orang yang linglung.
Mereka berpaling ke satu sama lainnya. Ada yang berpaling dengan teliti melihat setiap sudut yang bisa di jadikan tempat persembunyian.
"Setan........"
Terdengar suara seseorang di antara 17 orang yang kelihatan cukup gemetaran.
"Aku berada di belakangmu...."
Kembali suara itu terdengar.
Lantas tanpa aba-aba, kesemuanya kontan berpaling ke belakang untuk melihat
apa yang terjadi. Gerakan para pendekar bukanlah gerakan normal, kesemuanya
adalah pesilat yang tangguh sekali. Tetapi meski gerakan mereka sangat cepat,
tetapi terlihat disini tiada satupun yang bisa menangkap dari mana suara itu
berasal. Bersamaan dengan berpalingnya mereka, lantas tanah tempat penuh darah
langsung bergetar hebat sekali.
Tetapi sayangnya, sebelum mereka yang mengelilingi tempat tersebut hendak
berbalik ke belakang. Kesemuanya lantas telah terpental oleh sebuah hawa
energi yang luar biasa dahsyat ke depan.
Sungguh indah jika dilihat secara serentak.
Kesemua pendekar melayang ke segala arah, karena tadinya mereka sempat
berkumpul mengelilingi tanah yang penuh darah tersebut.
Kesudahannya, ada yang menabrak pohon hingga tumbang. Ada pula yang
terpental sungguh jauh ke belakang.
Singkatnya, kesemuanya telah terluka dalam sangat parah.
"Siapa kalian" Kenapa semuanya menguasai tapak buddha" Kalian berasal dari India?" tutur si topeng yang tadinya ternyata muncul dari dalam tanah.
Bajunya yang serba putih telah cukup menyeramkan jadinya. Bercak darah yang
berbau amis telah memenuhi hampir semua pakaiannya.
Tetapi tiada orang yang menjawab pertanyaan wanita tersebut, melainkan
semuanya melakukan hal yang sama secara serentak.
Mereka mencabut sesuatu benda yang panjangnya hanya 4 inchi dari dalam
kantung celana.
Lantas dengan cepat pula, kesemuanya menggunakan benda yang tipis dan
kecil itu untuk di arahkan ke leher masing-masing. Dengan secepat kilat juga,
kesemuanya lantas roboh.
Kontan terkejut, si topeng berniat menghentikannya.
Namun sudah terlambat, tiada satu pun orang yang mampu di cegahnya. Saat
dia menuju untuk melihat satu persatu, kesemuanya telah tidak bernyawa. Luka
di leher kesemuanya sungguh panjang dan dalam, darah bercucuran dengan
deras sekali seakan disemprotkan.
Tetapi si topeng tiada menyerah, dia berusaha membuka 1 per satu topeng dari
17 pendekar aneh tersebut. Ternyata memang benar perkiraannya, sebab
kesemuanya memiliki wajah yang cukup asing. Sepertinya mereka semua adalah
benar berasal dari India.
Si topeng yang terdiam menyaksikannya, beberapa saat terlihat menunduk dan
berpikir saja. "Sungguh aneh" Kenapa banyak pendekar India, Persia yang sampai kemari"
Apa tujuan mereka sesungguhnya" Betul adalah hal yang sangat aneh sekali..."
Begitulah si topeng berpikir tiada habis.
Namun, tiada lama terlihat dia membuka topengnya.
Sebuah wajah yang cantik luar biasa terpampang segera seiring terbukanya
topeng yang menyeramkan tersebut. Keanggunan dan kecerahan wajahnya tiada
berubah sama sekali. Matanya yang sungguh indah seakan membuat dunia
menjadi surga bagi siapapun yang menatapnya.
Ternyata wanita yang bertopeng selama 1 tahun terakhir tiada lain adalah Wu
Yunying, isterinya Xia Jieji.
Kemudian terlihat dia tetap berjalan ke arah barat meski kuda putihnya telah mati dengan tubuh berserakan.
Berjalan beberapa saat, Yunying terlihat kembali berpikir. Tetapi apa yang
dipikirkannya kali ini tidaklah sama dengan tadinya.
"Dimanakah dia sesungguhnya" Sampai sekarang di daratan China betul belum
ada kabar beritanya. Betul aneh... Apakah terjadi sesuatu dengannya" Hm....
Tidak mungkin... Tidak mungkin... Tetapi..."
Semua perkataan dalam lubuk hatinya seakan membuat bibir yang mungilnya
terasa menggemaskan karena apa yang sedang dipikirkannya itu hendak
dikeluarkan melalui bibirnya.
*** Kembali ke Persia...
Sebelah barat laut dari daerah selatan tempat tinggal Jieji dan Yumei semenjak 1
tahun yang lalu.
"Kakak kelima... Apakah benar terletak di sebelah sini?" tutur Yumei yang sudah 5 hari menempuh perjalanan bersama Jieji.
Jieji yang mendengar perkataan Yumei tidak langsung menjawabnya. Tetapi dia
menunjuk dengan jarinya ke depan.
"Lihatlah disana adik kecil..."
Yumei berpaling ke sebelah barat, yaitu arah yang ditunjukkan oleh Jieji.
Mereka berdua berada di tebing yang cukup curam ke bawah. Arah yang
ditunjukkan Jieji seakan-akan terlihat sebuah hawa. Sebuah hawa yang
seakan-akan berwarna ungu keluar dari daerah hutan yang sungguh lebat luar
biasa itu. "Apa benar" Apakah terlihat sama dengan hutan misteri?" tanya Yumei
kemudian kepadanya.
Jieji menggelengkan kepalanya.
"Daerah hutan misteri di Mongolia kuno jelas terlihat berbeda karena tiada hawa ungu. Mungkin juga hawa ungu disini adalah hawa yang melindungi daerah di
hutan sana. Karena di Tongyang dulunya juga ada hawa semacam ini di
makamnya Xufen."
"Kalau begitu, marilah kita melihatnya..." tutur Yumei sambil tersenyum.
Jieji langsung melarikan kudanya di kuti oleh Yumei dengan cukup cepat mencari
daerah turunan. Tetapi setelah dikelilingi beberapa saat, tiada tempat yang bisa lagi dilewati dengan berkuda.
Oleh karena itu, keduanya tentu turun dari kuda masing-masing. Sambil berjalan
kaki, keduanya berniat menyusuri tempat tersebut.
Perlu waktu sekitar 4 jam lebih juga untuk mendekati tempat yang tadinya
ditunjuk oleh Jieji.
Sekarang, keduanya sudah berada di tanah perhutanan yang luasnya sungguh
luar biasa. Jelas sangat berbeda dengan keadaan hutan misteri yang hutannya
tidak seberapa lebat itu.
Hawa disana telah terasa cukup dingin, selain itu bisa dikatakan cukup
menyeramkan. Meski hari sedang siang-siangnya sekitar jam 2-an. Tetapi matahari yang nan
terik tidak mampu menembus wilayah hutan yang lebat itu. Keadaan disana
sedang temaram-temaramnya.
"Ssssttt!!!!
Sepertinya ada orang di depan sana"
Tutur Yumei pada Jieji.
Jieji hanya mengangguk dengan pelan. Dengan tidak menarik atau
menghembuskan nafas secara kencang, keduanya berjalan sungguh pelan dan
hati-hati. Tidak lama, keduanya mencoba berlindung di sebuah pohon yang cukup besar
dan tinggi. Dengan mengintip, keduanya melihat ke sebuah tanah rerumputan
yang lapang. Di tengah, terlihat pemandangan yang cukup aneh dan belum pernah di saksikan
Jieji maupun Yumei. Sebuah benda besar yang terbuat dari batu dan berbentuk
persegi termpampang kokoh sekali. Sementara itu, sepertinya dari 8 penjuru
angin batu besar terdapat batu persegi yang lebih kecil yang tentu jumlahnya
adalah 8 sesuai arah mata angin.
Yang cukup aneh lagi adalah di sekitar tanah rerumputan terdapat 18 benda
berbentuk kotak kecil terbuat dari batu sebesar segenggam tangan yang
bentuknya satu sama lainnya adalah tidak sama.
Sebuah pemandangan yang kurang masuk akal bagi siapapun yang melihatnya.
Di bawah ini adalah gambar sederhana diagram tersebut.
[ kotak batu kotak batu kotak batu
kotak batu Batu besar kotak batu
kotak batu kotak batu kotak batu
Selain itu, terdapat 18 buah batu segenggam tangan yang mengelilingi semua
kotak batu ] Lalu Jieji segera melihat ke samping ujung.
Ternyata di sana memang telah berkumpul lumayan banyak orang, mungkin
jumlahnya hampir 20 orang lebih.
Dari pembawaan mereka, jelas adalah para pesilat. Rata-rata kesemuanya
menyandang senjata di pinggangnya, baik pedang, golok ataupun toya pendek,
cemeti dan lainnya.
Semuanya terlihat sedang berbicara satu sama lainnya dengan suara yang
lumayan pelan dan serius.
"Benda ini belum pernah dilihat siapa saja. Sungguh sebuah format yang aneh sekali."
"Bagaimana jika kita mencobanya?"
"Betul... Tidak mungkin setelah sampai disini, kita tidak melakukan apapun..."
tutur suara mereka satu persatu.
Tetapi semuanya tidak mengeluarkan suara yang keras. Yang mampu
mendengarnya dengan baik adalah Yumei saja. Dia tahu bahwa Jieji tidak
mampu mengeluarkan pendengaran istimewanya lagi. Maka dengan berbisik
sungguh pelan. Yumei memberitahu apa yang dikatakan mereka kepada kakak
kelimanya. Tidak lama, seorang pesilat yang berperawakan tinggi dan kurus telah muncul ke
arah batu besar. Dia diikuti 3 orang yang lainnya.
"Hm... Batu ini sungguh aneh... Tetapi sungguh besar kemungkinan adalah tempat
masuk dari Lin Qi."
tutur pendekar yang tinggi kurus tersebut.
"Kita coba saja. Di samping terdapat batu yang bisa diisi ke kotak 8 mengelilingi batu besar. Tetapi kesemuanya mempunyai corak yang cukup aneh. Lalu dimana
harus dimasukkan?"
"Sepertinya benda seperti begini pernah kulihat. Tetapi tidak kuyakinkan
sepenuhnya."
Tutur seorang yang bersuara cukup bijaksana. Orang ini berperawakan tinggi,
matanya bagai burung elang. Dia memiliki kumis yang panjang serta jenggot
yang indah. Jieji yang mendengar seseorang berbicara, langsung saja menoleh. Dia
mengenali pria yang barusan berbicara itu yang tiada lain adalah Kamus Kungfu,
Yan Jiao. "Lalu format apakah sesungguhnya ini?" tutur seorang yang lainnya yang berada di sampingnya.
"Ini adalah format 9 8 dari Iblis sejagad di zaman kuno. Namun tidak kuyakinkan sepenuhnya." sahut Yan Jiao.
Jieji yang mendengar bisikan Yumei, segera memutar otak. Dia mengingat
kembali sesuatu benda yang pernah dilihatnya di Koguryo. Sebuah buku kuno


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentang Iblis sejagad. Dia menutup matanya sambil berkonsentrasi untuk
mengingat. Dalam pikirannya terbersit sesuatu hal yang sudah dilupakannya sejak lama.
Yumei yang melihat ke arah Jieji yang sedang berkonsentrasi, lalu tersenyum
manis. Tidak lama kemudian, dia menanyai kakak kelimanya dengan cukup
pelan. "Kakak kelima...
Pernahkah kamu melihat hal seperti ini?"
Jieji lantas membuka matanya. Dengan berkata pelan, Jieji menjawabnya.
"Ini tiada lain benar adalah format dari Iblis sejagad. Atau bisa disebut sebagai 72
Iblis dengan kerajaannya."
Yumei segera tidak habis pikir mendengar kata-kata kakak kelimanya. Kembali
dia menanyainya.
"Aneh... Sungguh aneh... Kenapa diagram disini dibuat sesuai kerajaan iblis yang terdiri dari 72 mahkluk itu?"
"Inipun betul tidak kuketahui. Tetapi untuk membukanya, aku tahu caranya.
Hanya saja, tidak mungkin kita keluar untuk memberikan mereka jalan keluar.
Kita tunggu saja disini... Oya adik kecil, kamu tahu bagaimana cara memasukkan
batu yang berjumlah 18 biji itu ke 8 kotak di samping?" tutur Jieji seraya menanyainya dengan suara yang masih sangat pelan.
Yumei mengangguk pelan sambil tersenyum manis sekali.
Jieji yang melihat tingkah adik kecilnya, kontan tersenyum manis juga.
Ternyata Yumei memang seorang gadis yang sangatlah cerdas, dengan melihat
sekali saja. Dia sudah mampu memecahkan arti dari format yang sesungguhnya
membingungkan sekali itu.
Kembali, keduanya melihat ke arah para pesilat tadinya.
Pemuda tinggi kurus telah terlihat mengambil sebuah batu kecil di samping luar.
Dilihatnya dengan cukup serius bentuk batu itu. Ternyata di sini tergambar
sebuah Ular dengan kepala dua.
Lalu dengan berjalan perlahan, dia memasukkan ke kotak batu yang cukup besar
itu. Dengan letaknya batu pertama, tiada sesuatu yang sungguh berbeda. Lantas,
dengan mengambil batu lainnya dia mencoba memasukkan lagi ke kotak lainnya
yang totalnya berjumlah 8.
Ketika dia telah berhasil meletakkan kotak batu segenggam tangan itu ke kotak
terakhir. Sebuah fenomena yang menggetarkan hati setiap orang segera muncul.
Hawa ungu yang disekitarnya seakan berkumpul dengan luar biasa cepat ke
pemuda tinggi kurus itu.
Kesemua pesilat, Jieji dan Yumei yang menyaksikannya sungguh terasa
merinding bulu kuduknya.
Sementara itu, pria kurus tinggi tadinya terlihat mematung. Kedua mulutnya
ternganga keluar. Kakinya dan seluruh tubuhnya bergemetaran dengan sangat
hebat luar biasa.
Melihat penampakan seperti itu, para pesilat di sampingnya yang cukup jauh
langsung beranjak untuk menolongnya.
Tetapi malah kamus kungfu, Yan Jiao segera berteriak keras untuk menghalangi.
"Jangan kalian dekati dia!!! Ini racun pemusnah raga!!!"
Mendengar apa teriakan Yan Jiao, kesemua pesilat lainnya tentu terkejut sangat
luar biasa. Tiada perlu waktu lama. Orang yang terhisap hawa ungu tersebut langsung
roboh. Tubuhnya meski masih gemetaran, matanya melotot, dari 7 lubang
inderanya keluar darah dengan perlahan. Darah berwarna merah biru segera
telah membasahi semua wajah dan muka pria itu.
Para pesilat yang berada disana juga merinding tidak karuan melihat temannya
yang telah di ambang kematian. Bahkan beberapa sampai terlihat menutup
mukanya karena ngeri menyaksikan.
Dengan sebuah teriakan terputus, pria tinggi kurus telah tiada bernyawa.
Tetapi fenomena ini tidak berhenti sampai begini rupa. Dengan tewasnya si pria, hawa ungu kembali berpendar ke seluruh penjuru dan kembali membungkus.
Jieji tentu menyaksikan dengan sangat jelas kesemuanya. Sesaat, di wajahnya
terlihat kemurungan. Beberapa kali, terdengar dia menghela nafas panjang
sambil menggelengkan kepalanya.
Yumei menyaksikan sikap kakak kelimanya, menanyainya.
"Betulkah ini racun terhebat di jagad persilatan" Racun pemusnah raga itu?"
Jieji menganggukkan kepalanya pelan sambil menatap lurus.
Sesaat, pemandangan di tengah lantas telah berubah kembali. Tanah di tengah
seakan berbalik sekali dengan berputar. Getaran di sekitar tiada keras,
melainkan lemah. Bersamaan dengan sinar ungu terang, pemandangan di
tengah telah berbeda.
Ketika sinar ungu terlihat memancarkan sinar, para pesilat berusaha untuk
menutup matanya. Bahkan terang-nya sinar setan itu, Jieji yang berdiri cukup
jauh juga menutup mata dengan tangan bajunya.
Namun kejadian sinar itu hanya berlangsung sungguh sesaat saja. Tidak lama,
keadaan disana telah biasa kembali.
Tetapi yang anehnya adalah mayat pria tinggi kurus telah menghilang dari sana.
Semua pesilat yang melihatnya, kontan terkejut luar biasa. Tidak sedikit dari
mereka berkeringat dingin menyaksikan pemandangan di depannya.
Jieji juga tidak habis pikir bagaimana mayat pria itu bisa hilang. Tetapi sambil tersenyum, Yumei membisikinya.
"Tadi aku melihat tanah terbuka dengan sangat cepat sekali ketika sinar ungu muncul. Pria itu telah "ditelan" tanah di tengah."
Jieji melihat Yumei sambil tersenyum dan mengangguk.
Sebenarnya semenjak Jieji tidak mampu lagi mengeluarkan energinya sedikitpun
karena imbal balik energi itu bisa melukainya secara parah, maka tidak pernah
dia ingin berusaha melihat apa yang sedang terjadi.
Jika dalam bertarung, Jieji mengeluarkan tenaga dalam tanpa imbal balik, maka
dia masih bisa bertahan.
Tetapi adalah hal yang sangat mustahil jika bertarung dengan seseorang yang
cukup jago, bagaimanapun dia harus melayani lawannya lebih dari sejurus. Oleh
karena itu, imbal balik energi harus dilakukannya.
Singkatnya, Jika bertarung Jieji sanggup mengalahkan lawannya dengan tenaga
dalam sekali nafas tanpa menarik kembali maka dia tidak akan terjadi apa-apa
hal. Hal ini disadarinya ketika dia menerima siksaan dari Thing-thing dari partai bunga senja di penjara bawah tanah partainya. Memang tidak pernah dia mengerahkan
tenaga dalam untuk menahan siksaan selama 7 bulan itu. Tetapi ketika si nona
muda yang sadis telah menghentikan kegiatan siksaannya. Dengan sekali
hembusan tenaga dalam, Jieji telah pulih 50 persen. Maka meski dia sering
disiksa setidaknya dalam seminggu sekali, dia masih bisa tahan.
"Tuan Yan Jiao, apakah anda mempunyai solusi untuk membukanya?" tutur seorang pesilat setelah lama mereka terpaku.
"Disini kita tidak mempunyai petunjuk sama sekali. Tetapi jika kita menuju ke barat terujung, maka mungkin buku 72 iblis bisa kita dapatkan..." tutur Yan Jiao menjawab sambil memegang kumis indahnya itu.
"Baiklah...
Jika begitu, kita pergi saja dari sini. Bagaimana" Kita ke barat dahulu..." jawab seorang pesilat yang tidak dikenal tersebut.
Kesemuanya langsung mengiyakan. Mereka langsung saja beranjak dari tempat
nan aneh ini. Cukup lama, sengaja Jieji dan Yumei membiarkan mereka benar
pergi jauh terlebih dahulu.
Baru Jieji membuka suara.
"Ketika Xue Hung, sesepuh tua dari Mongolia kuno memberitahuku bahwa aku
harus ke sebelah barat terujung. Sekarang benar telah kumengerti."
Yumei yang mendengar kakak kelimanya, segera menanyainya.
"Maksud kakak kelima ada hubungan dengan buku 72 iblis" Kalau begitu, kita harus ke sana. Bagaimana?"
Sambil tertawa geli, Jieji menjawab pertanyaan adik kecilnya.
"Buku 72 iblis belum tentu ada di sebelah barat terujung. Maksud Xue Hung telah kuketahui dengan mendetail. Ini adalah maksud bahwa format disini
menggunakan format 72 iblis. Tetapi, bukankah aku telah kebal racun pemusnah
raga" Beberapa kali kucoba tentu tidak akan membuatku kehilangan jiwa..."
Yumei yang mendengar penjelasan kakak kelimanya, segera saja tertawa geli
juga sambil mengangguk.
BAB CVI : "Sinar Emas"
Lalu, seraya berjalan ke arah tengah format batu 72 Iblis. Dia mengamatinya
terlebih dahulu. Cukup lama, Jieji berdiri mematung saja sambil melihat sebuah
batu besar yang ukurannya mungkin 3 pelukan orang dewasa.
Terlihat sesaat dia telah serius benar.
Sambil mengelus ke bibirnya sendiri, kedua bola matanya bergerak cukup lama.
Pemikirannya saat itu juga telah berputar hebat sekali.
Yumei yang berada di belakang, hanya berdiri mematung saja mengikuti
gayanya. Dia tidak berani bertanya dahulu meski di dalam hatinya dia ingin sekali menanyainya.
"Aneh sekali, kenapa batu berbentuk kotak segenggam tangan bisa balik lagi ke posisinya?" tutur Jieji sambil tetap melihat ke depan yaitu arah batu besar di tengah.
"Tadi ketika sinar ungu muncul, sepertinya di dalam tanah telah terjadi
pergeseran hebat. Dan yang luar biasanya adalah kotak batu semuanya kembali
ke tempatnya masing-masing setelah pria kurus tinggi itu gagal." tutur Yumei.
Jieji terlihat mengangguk pelan saja membelakangi Yumei. Namun tetap dia
mengkonsentrasikan dirinya untuk melihat ke arah batu besar.
Tidak lama kemudian setelah melihat dengan serius, akhirnya Jieji berpaling
kepada adik kecilnya sambil menanyainya.
"Kamu tahu apa yang terdapat dalam batu besar ini" Apakah menurutmu ada hal yang janggal adik kecil?"
Yumei menatapnya dengan serius, namun terlihat dia menggelengkan kepalanya
saja. "Menurutku, mungkin disini adalah tempat dikuburnya wanita yang paling dicintai Qin Shih-huang seumur hidupnya."
Sahut Jieji sambil tersenyum tawar saja.
Dari pembicaraan kata-kata Jieji, Yumei bisa menangkap maksudnya beberapa
bagian. Oleh karena itu, dia menyahutinya.
"Kakak kelima merasa tidak enak karena telah mengganggu tempat
peristirahatannya orang yang paling disayangi oleh Qin Shih huang?" tutur Yumei sambil serius tetap melihatnya.
Jieji segera berpaling kembali ke arah batu besar, lalu terdengar suara helaan
nafasnya. Yumei adalah seorang gadis yang sangat cerdas, dia tahu bahwa inilah kuburan
orang yang paling di sayangi oleh Kaisar Qin yang paling kejam dan sadis luar
biasa itu selama hidupnya.
Begitu pula Jieji, bagaimanapun jika banyak orang yang berkumpul di tempat
dimakamkannya Xu Fen. Dia tentunya tidak akan senang.
Tetapi dasar si gadis cerdas luar biasa ini selalu saja mempunyai akal.
"Kakak kelima tahu kenapa disini dibuat format 72 iblis?" tuturnya sambil tersenyum menggoda kepadanya.
Xia Jieji yang masih galau sedikit hatinya, lantas menggelengkan kepalanya
dengan pelan. "Qin Shih huang bukanlah manusia biasa. Oleh karena kepandaiannya yang luar biasa, dia telah menciptakan Ilmu yang sungguh sangat rumit yaitu Ilmu
pemusnah raga. Lantas, kenapa dia membuat format 72 iblis ini?"
Sesaat, tuturan kata-kata Yumei menyadarkannya. Lantas sesegera, Jieji
berpaling ke arahnya. Dia terlihat menggelengkan kepalanya sambil menghela
nafas. Yumei terlihat mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Betul kata-katamu adik kecil. Qin Shih huang tentu tiada ingin ada orang yang mengganggu makam orang yang dicintainya itu untuk selamanya. Tetapi dia
sengaja membuat formatnya.
Tentu menurut dia, hanya untuk orang yang pantas yang bisa membuka
formatnya kembali. Bukan begitu adik kecil?" jawab Jieji sambil melihatnya terkagum-kagum.
Yumei tiada menjawab lagi kali ini. Senyum di wajahnya sama sekali tidak
terlepas. Dia terlihat menggangguk pelan sambil mengeluarkan suara gumaman.
Tanpa ragu lagi, kemudian Jieji mengambil langkah keluar dari format. Dengan
gerakan pelan saja, dia mengamati 18 buah batu sebesar genggaman tangan itu.
Sambil mengambilnya, Jieji melihat batu kotak di tangannya sambil berpikir pula.
Kotak batu di tangannya adalah bergambar manusia berkepala dua. Sedang
kedua manusia yang tergambar wajahnya sangat jelek bagaikan iblis. Dicoba
untuk diremasnya batu berbentuk kotak tersebut. Tetapi yang anehnya,
dirasakan batu memiliki energi untuk melawan. Kontan terheran-heran Jieji
segera mengurangi kekuatan remasan tangannya.
Kemudian dia berpaling ke arah Yumei dengan sambil tersenyum.
Yumei yang melihat sikap Jieji, lantas tersenyum.
"Apa kakak kelima ingin meminjam pedangku untuk membaginya?"
Jieji sambil tersenyum, menggeleng perlahan.
"Bukan, batu ini bukan batu biasa. Meski bisa membelahnya, maka batu menjadi tiada fungsi lagi sama sekali."
"Aneh... Apa betul batu itu mempunyai kekuatan tersembunyi?" tanya Yumei sambil
mengerutkan dahi.
Jieji tersenyum beberapa lama kembali, dia mengamati adik kecilnya.
"Sepertinya batu kotak tiada orang lain yang sanggup membukanya kecuali
dirimu adik kecil.."
Mendengar perkataan Jieji, Yumei seakan tiada percaya. Dia menggelengkan
kepalanya beberapa kali.
"Betul adik kecil... Sekarang ada sesuatu yang mesti kuberikan kepadamu. Kamu segeralah duduk bersila." sahut Jieji kepadanya.
Yumei memang kali ini tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh kakak
kelimanya. Tetapi sambil menurutinya, dia segera mengambil posisi bersila.
"Ingat dengan baik-baik adik kecil. Waktu kita memang tiada banyak. Mengenai hal ini kuharap adik kecil sanggup serius untuk menanganinya."
Yumei terlihat menganggukkan kepalanya perlahan, tetapi dia telah menutup
matanya untuk berkonsentrasi.
"Air tidak pernah mengalir dari tempat rendah ke tinggi. Sifat air adalah lunak dan sangat lunak. Perlahan-lahan air menetes, dari tempat tinggi meski volume air
sangat kecil. Lama-lama tiada tempat yang tidak pernah tidak mampu
ditelusurinya......" Begitulah Jieji memberikan lafalan melalui mulutnya.
Semuanya dikatakan dengan sangat pelan dan per kata dengan sangat jelas
sekali. Yumei mendengarnya segera mengalami hal yang luar biasa. Tenaga dalam dari
pusat tan-tien nya seakan bergolak. Meski dalam konsentrasi tinggi, Yumei juga
heran ketika dia mendapati dirinya seperti sedang disiram oleh tenaga dalam
yang pelan dan padat berisi itu.
"Tariklah nafas pelan dan tertahan dalam 3 hitungan. 3 hitungan kemudian,
alirkanlah energi yang meluber seperti air yang pelan namun menghancurkan..."
tutur Jieji kembali.
Berulang-ulang dia memberikan lafalannya selama 3 kali pula.
Setelah dia benar selesai, dia meminta Yumei untuk membuka matanya saja.
Sambil tersenyum melihat ke arah Yumei, Jieji menanyainya.
"Bagaimana rasanya adik kecil?"
Yumei yang baru saja terheran, sambil membuka matanya dia menanyai kakak
kelimanya. "Ini adalah latihan tenaga dalam. Entah untuk apa ilmu ini kakak kelima berikan kepadaku di saat genting seperti sekarang?"
"Hm..." Jieji hanya terlihat mengangguk pelan saja. Lantas dia meminta Yumei kembali menutup kedua matanya.
Kali ini dia memberikan lafalan lagi. Lafalan kali ini lebih rumit dari lafalan tadinya. Dia meminta Yumei untuk benar mengingatnya dengan baik.
Bagaimanapun untuk orang yang nan cerdas, lafalan sebegitu tiada sempat
merumitkannya. Seraya mengingat dan melafalnya dalam otaknya, gadis kecil
cantik tersebut kembali mendapatkan sebuah ilmu baru lagi. Tenaga dalamnya
seakan melonjak hebat keluar laksana tanggul jebol.
Tetapi ketika Yumei sendiri merasa bahwa ancaman kehilangan tenaga dalam
terjadi, Jieji kembali membimbingnya melalui lafalan baru lagi.
Demikianlah seterusnya. Yumei diminta mengingat lafalan baru lagi sampai yang
keempat kalinya.
Akhirnya dalam 2 jam kemudian, apa-apa hal yang perlu dilafalkannya sudah
dilaksanakan dengan sungguh baik sekali.
"Bagaimana adik kecil?" tutur Jieji kemudian setelah Yumei membuka kedua matanya.
Yumei terbangun dengan tubuh yang terasa sangatlah fit. Sepertinya dia seakan
telah tertidur bertahun-tahun. Ketika dirinya bangun, rasa capek ataupun apa-apa hal menghambat segalanya sirna. Semangatnya sungguh terbang ke langit
tingkat ketujuh.
"Aneh sekali kakak kelima. Lafalan kakak kelima tadi membuatku seakan
menjadi orang baru. Tidak disangka..." Tutur Yumei sambil melihat ke arah 2
tapaknya yang sedikit memerah.
"Hm... Sekarang cobalah pegang batu ini..." tutur Jieji kepadanya sambil tersenyum seraya menyerahkan kotak batu bergambar manusia jelek berkepala
2 itu. Yumei menjemput batu itu dengan kedua tangannya. Dia juga melihat bentuk
batu yang terkesan aneh ini.
"Sekarang, ingatlah lafalanku. Bersamaan dengan adanya tenaga dalam yang
keluar. Isikanlah ke batu yang kamu pegang, adik kecil.." kata Jieji.
Yumei mengangguk yang telah menyatakan siap. Sambil serius, kembali dia
menutup kedua matanya.
Jieji langsung saja melafalkan kembali lafalan barunya itu. Yumei yang
mendengar setiap kata lafalan Jieji kontan terasa perubahan luar biasa. Tenaga
dalamnya seakan sedang membakar keluar hebat.
Jieji juga melihat bagaimana perubahan energinya, langsung memintanya segera
menyalurkan ke batu yang di pegangnya.
Segera, dengan cepat energi Yumei yang masuk ke dalam kotak batu kecil itu
membuatnya terpecah menjadi 8 bagian.
Jieji girang mendapati hal ini, tetapi Yumei malah terkejut luar biasa.
"Ini sudah menjadi 8 bagian." tutur Jieji sambil tersenyum untuk meminta kembali batu yang telah terpecah menjadi 8 bagian tersebut. Lantas dengan cekatan, dia
berjalan mendekati 8 batu tempat diisikan batu kecil yang berdiri kokoh. Sambil memasukkan 1/8 bagian ke 8 arah batu, dia terlihat tersenyum saja.
"Setiap batu dari 18 batu kotak segenggam tangan dibuat menjadi 8 bagian. Jadi totalnya adalah 144 batu kecil yang masing-masing hanya 1/8 bagian.
Masing-masing semua kakak kelima masukkan ke 8 bagian kotak berdiri itu. Jadi
tentunya ke 18 kotak batu segenggam tangan telah terdapat masing-masing 1/8
dari 18 kotak batu kecil kan" Tetapi yang anehnya, bagaimana kakak kelima tahu
bahwa akulah yang sanggup memecahkan batu dengan tenaga dalam?" tanya
Yumei panjang lebar kepadanya.
[ Demikianlah penjelasannya :


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

18 batu segenggam tangan dibagi menjadi 8 bagian masing-masingnya.
Jumlahnya adalah 144 keping batu yang tidak sempurna lagi.
Kemudian setiap batu dari 18 bagian masing-masing (144 batu) diisi ke 8 kotak
batu yang berhadapan dengan 8 penjuru mata angin. Jika semua dilakukan,
maka dalam 1 kotak yang berdiri akan berisi 18 batu yang lain bentuk gambar
semuanya, tetapi yang ada hanya 1/8 bagian kotak batu yang terbagi saja dari
setiap batu.] Jieji terlihat tertawa kecil.
"Tadi aku memberikan kepadamu lafalan Tapak berantai, atau Ilmu telapak
pemusnah raga. Tetapi yang lain dari punyaku adalah Aku memberikan sebagian dari Ilmu
Shaolin Jing-gang yang pertama tadinya.
Setelah itu, aku memberikan kepadamu lafalan Ilmu tendangan Mayapada tetapi
hanya penguasaan tenaga dalam saja, dan Gerakan langkah ringan Tao adalah
ketika kamu menutup matamu untuk ketiga kalinya.
Tetapi yang keempat adalah penyempurnaan dari Ilmu jari dewi pemusnah, yaitu
satu jurus lainnya. Aku memintamu menggabungkan kesemuanya sehingga
menjadi jurus tapak berantai yang baru. Jika adik kecil rajin melatihnya, maka
perkembangan kung-fu mu akan pesat luar biasa." tutur Jieji dengan sabar dan panjang sambil tersenyum manis.
Bukan mainnya kaget Yumei mendengarnya. Di dalam dirinya terbesit rasa
senang bukan main. Dia lantas tersenyum sangat ceria menyahuti Jieji.
"Kakak kelima sungguh sangat baik padaku..."
Jieji hanya menggelengkan kepalanya beberapa saat.
"Sebenarnya, semenjak setahun yang lalu aku berniat memintamu
mempelajarinya. Tetapi melihat setiap hari kamu terlalu sibuk, dan keadaan
disana masih cukup aman, maka tidak pernah kuungkit padamu adik kecil.
Sekarang, sepertinya inilah saat yang tepat sekali."
Yumei mengangguk dengan penuh semangat sekali. Lantas dengan cepat, dia
mengambil batu yang lainnya kembali.
Lalu dengan sekali hembusan tenaga dalamnya, dia mengalirkan energinya.
Kontan batu di tangannya terpecah 8 bagian, dan dengan cepat juga dia
menyerahkan kepada Jieji.
Jieji tanpa ayal, langsung memasukkan dan menyusunnya sampai begitu pas
sekali ke kotak yang sengaja untuk dimuatkan batu tersebut.
Begitu sampai batu yang ke-144 diletakkan...
Hawa ungu yang menggantung cukup tinggi, terlihat menuju perlahan ke arah
tengah batu besar.
Yumei yang melihatnya tentu sangat girang, setidaknya fenomena seperti
demikian tidaklah sama dengan ketika si kurus tinggi melakukannya tadinya.
Sementara itu, sambil menegakkan kepalanya ke arah batu besar. Jieji terlihat
sangat serius memandanginya.
Tidak perlu waktu yang lama, maka batu besar telah diselimuti sepenuhnya oleh
hawa ungu yang lama kelamaan berubah menjadi sangat pekat.
Kemudian, hawa ungu telah menutupi semua batu paling tengah itu. Sehingga di
depannya, Jieji dapat melihat bahwa sebuah bentuk batu besar telah hilang,
melainkan berubah menjadi sebuah hawa energi yang berwarna ungu berdesir
hebat. Setelah ditunggu-tunggu, sepertinya tidak ada lagi fenomena baru yang bakal
muncul sedemikian lamanya. Hawa ungu tetap saja mendesir menggulung batu
besar itu. "Kakak kelima...
Apakah bisa membahayakan hal di depan itu?"
tutur Yumei yang merasa tidak tenang hatinya menyaksikan fenomena yang
sebenarnya sungguh tidak enak dilihat.
Jieji tidak menjawabnya. Melainkan dia mencoba berjalan mendekati.
Yumei yang melihat tingkah Jieji lantas beranjak maju juga mengikutinya. Tetapi dia dihentikan oleh gerakan tangan Jieji yang memintanya berhenti bergerak.
Jieji telah terpaut sekitar 1 kaki saja dengan hawa ungu yang luar biasa aneh
tersebut. Namun, dia tidak merasakan apa-apa hal setelah cukup lama berdiri mematung
di depan batu itu.
"Kakak kelima, apa kamu sudah benar yakin?"
Teriak Yumei yang cukup terkejut. Jika saja Jieji gagal disini, maka nyawa adalah taruhannya.
"Hanya ini saja caranya adik kecil. Aku harus mencobanya." tutur Jieji sambil membalikkan badannya menatap Yumei dengan tersenyum.
Yumei tahu benar, bagaimanapun dia tidak sanggup mencegah kehendak kakak
kelimanya itu. Lantas dengan hati berdegup kencang, dia berusaha
menganggukkan kepalanya perlahan saja. Tetapi dari wajahnya tertampak
buram, dahinya berkerut hebat serta bibirnya seperti bergetar-getar.
Dengan bermain taruhan, Jieji akhirnya menempelkan tangannya ke hawa ungu
membungkus itu.
Begitu telapak tangannya telah menyentuh hawa ungu yang sedang berdesir.
Kontan saja, semua hawa ungu terserap ke dalam tubuhnya.
Yumei amat terkejut sekali menyaksikannya. Dia berniat maju ke depan, tetapi
kembali Jieji mengangkat sebelah tangannya.
"Adik kecil...
Janganlah maju meski ada apapun hal yang terjadi padaku. Sepertinya ada
orang yang sedang menuju kemari. Berhati-hatilah....."
Tutur Jieji dengan suara yang serius sekali.
Memang benar...
Karena Yumei tidak berkonsentrasi ke daerah sekitar sana. Dia tidak mendapati
adanya suara langkah kaki yang sudah semakin mendekat. Hatinya yang kacau
menyaksikan keadaan kakak kelimanya membuatnya tidak sempat lagi
memikirkan hal di sekitarnya.
Sekarang mendapatkan peringatan dari kakak kelimanya, dia sudah insaf. Dia
merasakan sekitar puluhan pasang kaki sedang mendekati daerah mereka.
Oleh karena itu, sambil berbalik ke arah suara derap kaki, dia memandang serius untuk menunggu saja.
Sementara itu, hawa ungu di sekitar tubuh Jieji segera pecah. Digantikan dengan sinar emas yang melingkupi seluruh tubuhnya.
Yumei yang memandang membelakanginya, serasa heran sekali. Sebab tadinya
daerah tengah tersebut adalah di tutupi oleh hutan yang cukup lebat sehingga
cahaya matahari sukar tembus. Tetapi melihat di belakangnya telah terbit sebuah cahaya emas terang, mau tidak mau dia pun terkejut.
Namun sebelum dia sempat berpaling, dia telah mendapati mendekatnya cukup
banyak orang disana.
"Ha Ha Ha..............................."
Suara tawa panjang yang merindingkan bulu kuduk pertama kali sampai sebelum
sempat terlihat orangnya.
Suara ini dikenal dengan baik oleh Jieji yang cukup bingung mengatasi sinar
emas yang sedang melingkupi seluruh tubuhnya itu.
Yumei melainkan telah siap, dia mencabut pedang satria dan telah bersiap
benar. Orang yang bersuara tertawa keras tiada lain adalah Huo Xiang, ketua partai
bunga senja itu.
Jieji dan Yumei sudah melihat bahwa dia-lah orang yang pertama sampai di
daerah format 72 batu iblis ini. Tetapi, tidak lama dia diikuti belasan orang,
kesemuanya rata-rata berpakaian sama. Yaitu pakaian warna hijau tua, dan
mengikat kain berwarna hijau pula di kepalanya. Senjata yang dipakai semuanya
adalah tombak panjang yang berwarna coklat tua dengan rumbai berwarna hijau
tua juga. Sangat kontras pakaian mereka dengan tombak yang dipegang, sehingga
membuat "pasukan" dari Partai bunga senja terlihat angker.
Yang membuat Jieji maupun Yumei terkejut adalah beberapa orang di samping
yang tidak memakai baju hijau tua, kesemuanya yang terdiri dari 3 orang dikenal baik oleh Jieji.
"Apa kabar saudara Jieji?"
terlihat seorang yang berpakaian hitam pekat dan berjalan ke arah tengah.
Jieji mengenalinya, yang tiada lain adalah Zhu Xiang. Atau kakak
seperguruannya Wei Jindu. Tetapi cukup tidak habis pikir baginya, kenapa
pendekar dari Tibet ini bisa bersama dengan Huo Xiang, ketua partai bunga
senja. "Sungguh baik sekali..." jawab Jieji datar.
Tetapi bersamaan dengan jawabannya Jieji. Sinar emas di samping tubuhnya
bergolak hebat sekali. Siapapun di sekitarnya yang menyaksikan, cukup kaget.
Semua tahu bahwa "sinar emas" telah didapati oleh Jieji.
Dengan segera pula, sinar emas terlihat menuju ke pusat tan-thiennya. Kontan
sambil terkejut, Jieji berniat menahan laju sinar aneh itu. Tetapi bagaimanapun saking cepatnya sinar, dia tidak sanggup melakukannya.
Dan begitu sinar emas "merasuki" dirinya.
Jieji terlihat gemetar hebat.
Seluruh tubuhnya seakan terasa hendak meledak. Tenaga dalamnya sangat
kacau membuyar.
Tetapi, tenaga dalam Jieji bukannya membuyar keluar, melainkan unsur
energinya seakan sedang "memecah" satu sama lainnya.
"Benar dia adalah Xia Jieji. Menyesal dahulu tidak kubunuh secepatnya." tutur Huo Xiang yang melihat ke arah Xia Jieji yang sepertinya sangat kesakitan itu.
Seorang di sampingnya adalah wanita cantik, segera menyahutinya.
"Mereka hanya 2 orang saja, selain itu sepertinya Xia Jieji tidak sanggup lagi bertarung dengan kondisi seperti demikian. Maka hanya perlu 1 nona ini yang
bisa kita bereskan." tutur nona bernama Thing-thing itu dengan sorot mata penuh pembunuhan melihat ke arah Yumei.
Tetapi Yumei malah tidak menyahutinya, dia hanya terlihat memasang kuda-kuda
Ilmu pedang ayunan dewa sambil menyamping.
"Kau ingin bertarung dengan siapa?" tutur Huo Xiang sambil tersenyum kepada Yumei karena melihatnya telah siap sekali untuk menyerang.
"Monyet bukan tandinganku, suruh yang wanita untuk bertarung denganku." tutur Yumei dengan dingin ke depan.
Huo Xiang yang dimaki "monyet" tentu sangat gusar. Tetapi karena dia dimarahi oleh seorang wanita kecil saja, tidak mungkin dia meladeninya adu mulut.
Bagaimanapun jika dia marah, maka wibawanya di depan para murid serta Zhu
Xiang akan menurun. Oleh karena itu, dia hanya tersenyum saja tanpa
menjawab. Yumei yang melihat gaya ketua partai bunga senja, tentu dia tahu bagaimana hal
yang sedang dipikirkannya. Lantas, sekali lagi dia memaki dengan suara ringan.
"Aku lupa...
Monyet biasanya telah dihajar sekali. Tentu dia akan mencari cara untuk
membalasnya. Ini adalah dendam monyet bunga senja."
Mendengar sekali lagi makian dari mulut nona cilik, mau tidak mau dia telah
marah luar biasa.
"Kau belum pernah dikuliti monyet?" teriaknya sambil berteriak marah.
Melainkan tiada ngeri, Yumei malah tertawa keras mendengarnya.
"Lancang mulut kau itu!!!! Kenapa kau tertawa?"?"" teriak Huo Xiang kembali dengan tidak kalah kerasnya.
Sambil menghentikan tawanya. Yumei membalas perkataannya.
"Betul.. Betul..
Tidak kusangka julukan raja kera telah berubah menjadi raja monyet. Ini diakui
oleh ketua partai bunga senja sendirinya."
Semua murid di sampingnya, kontan mendongkol sangat hebat. Beberapa di
antaranya bahkan telah maju untuk menghajar gadis yang dinilai sangat kurang
ajar itu. Tetapi sebelum mereka bergerak 3 langkah ke depan. Kelima orang tersebut
kontan terpental hebat ke belakang sambil muntah darah. Semua sempat terkejut
melihat terlemparnya 5 orang yang tadinya ingin maju untuk menghajar Yumei.
Kelimanya yang melayang menabrak pohon, tiada satu lagi yang sanggup berdiri
dengan baik. Dan setelah ditilik, kelimanya ternyata telah tewas.
Huo Xiang-lah sendiri yang membunuh muridnya sendiri yang dinilainya lancang
bergerak sesuka hatinya.
Sikap Huo Xiang memang sangat kejam dan sangat angkuh luar biasa. Melihat
muridnya alias anak buahnya bergerak mendahuluinya, tentu dia sangat marah
luar biasa. Dengan satu gerakan, dia telah membunuh kesemuanya.
Berbareng itu, di tengah terlihat Jieji telah berteriak sangat keras. Tubuhnya
bergetar sangat hebat sekali. Yumei adalah orang pertama yang sangat terkejut
mendapatinya. Kontan dengan cepat sekali, dia bergerak mendekati Jieji.
Dilihatnya Jieji telah muntah darah sangat banyak, kondisinya sangat lemah
sekali. Tidak lama dia telah "tertidur".
Yumei yang melihat keadaan kakak kelimanya tentu tidak bisa tenang sama
sekali. "Nona kecil... Menyerah saja... Dengan demikian kita semua akan
mengampunimu.." tutur Thing-thing yang melihat kondisi pihak lawannya yang semakin tidak menguntungkan.
Melainkan tiada takut, nona kecil ini berdiri. Dia tetap siap dengan pedangnya.
"Hm.... Tidak disangka adik didikan Xia Jieji juga sama sepertinya.
Xia Jieji... Xia Jieji... Kamu betul orang luar biasa sekolong langit...."
tutur Zhu Xiang yang melihat sikap nona kecil cantik ini.
Sebelum pihak partai bunga senja maju untuk mengerubuti Yumei,
Terdengar kembali derap kaki yang lain mendekati dengan cepat.
Pihak bunga senja telah tahu bahwa lumayan banyak pendekar yang akan
sampai di sana.
Dengan tenang tetap menatap ke arah Yumei, kesemuanya tidak
mempedulikannya.
"Tidak ada satu pun orang yang bisa hidup keluar dari sini."
Huo Xiang terlihat sangat percaya diri sambil mengucapkan kata-katanya.
Bagaimanapun, dia sangat yakin dengan latihan tenaga dalamnya yang sudah 30
tahun lebih itu, di tambah tenaga dalam nan dahsyatnya Pei Nanyang alias Zeng
Qianhao. Maka tiada orang lagi di Persia yang sanggup menandinginya.
Menurutnya, sekarang dengan tidak sanggupnya Jieji mengeluarkan tenaga
dalamnya. Maka tandingan setimpalnya adalah Yue Liangxu dan Zhao Kuangyin
saja. Tetapi keduanya jelas tidak berada disini. Apalagi Yue Liangxu tentu berada di pihaknya.
Hal dalam pikirannya semua membuat dia tersenyum sangat sinis memandang
ke tengah sambil menengadah.
BAB CVII : Gadis Kecil Ber-Nyali Harimau
Tiada lama, sudah bermunculan kembali lumayan banyak orang di sana.
Semuanya tentu adalah para pesilat. Dari cara berjalan yang cukup lincah,
mereka setidaknya memiliki pegangan yang cukup hebat.
Rupa-rupanya, yang datang kali ini ternyata adalah pesilat-pesilat yang
sebelumnya telah beranjak pergi meninggalkan format panggung 72 iblis.
Tidak seperti Huo Xiang dan kawan-kawannya. Para pesilat daratan China ini
tidak dipimpin oleh seorang ketua. Entah apa maksud dan tujuan mereka semua
kemari. Yang jelas, semuanya juga ingin membuka format 72 iblis di tengah itu.
"Betul kata-kata anda tuan Yan Jiao. Ternyata tempat ini sudah banyak
orangnya..." tutur seorang pesilat yang maju paling depan. Tinggi pesilat adalah sekitar 6 kaki lebih. Tubuhnya terlihat berotot kasar, dengan rambut gondrong.
Matanya menonjol ke dalam membuat perawakannya angker.
Sementara itu, Yan Jiao yang "dipanggil" oleh pria ini, malah tidak menjawab. Dia hanya melihat ke arah orang di tengah. Orang yang cukup dikenalnya sedang
terbaring tidak sadarkan diri.
Yan Jiao memang cukup heran mendapati hal seperti demikian, Jieji yang
diketahuinya adalah pesilat no.1 di daratan China.
Bagaimana mungkin dia bisa terbaring tiada sadarkan diri" Apakah benar dia
telah kalah dalam pertandingan yang sebentar" Sebab bagaimanapun mereka
hanya meninggalkan tempat itu sekiranya 3 jam saja.
Sesaat, dia melihat ke arah nona kecil di depannya yang berdiri dengan pedang
istimewa dan telah siap. Tetapi ketika dipandangnya nona kecil ini agak lama, dia cukup terkejut.
Perubahan wajah Yan Jiao dilihat oleh Yumei, yang segera menanyainya.
"Kenapa tuan memandangku dengan begitu aneh" Dan sepertinya tuan
terkejut?"
Yan Jiao hanya diam. Di alisnya terlihat kerutan. Lantas dia maju untuk melihat dengan dalam dan menanyai Yumei.
"Nona kecil... Berapa umurmu tahun ini" Boleh kutahu namamu siapa?"
Pertanyaan Yan Jiao memang mengundang rasa geli semua orang.
Bagaimanapun Yan termasuk senior dunia persilatan, jika dia maju menanyai
seorang gadis dengan menanyainya nama dan umur maka sungguh
mengherankan sekali. Jika saat itu, Yan lebih muda 50 tahun mungkin adalah hal
yang wajar. Sebab nona kecil ini memang sangat sedap jika dipandang karena
wajahnya yang cantik serta bersinar terang.
Melainkan Yumei bukannya merasa risih. Dia tetap menjawabnya dengan sopan
pula. "Namaku Yumei, umurku tahun ini adalah 19 tahun lebih..."
Yan Jiao seraya menghitung jarinya seberapa lama. Kemudian dia menjawab.
"Maafkan aku nona kecil. Kamu terasa mirip anak kenalan lamaku. Tetapi nama dan umurmu jelas beda..."
Yumei yang mendengar jawaban Yan Jiao, segera menanyainya kembali.
"Anda merasa bahwa aku mirip sekali dengan anak kenalan tuan. Kalau begitu tentu aku bukanlah orang dimaksud.
Dari cara menghitung jari tuan, pasti gadis kecil itu sudah jauh tahun tidak pernah berjumpa lagi dengan anda.
Selain itu, orang yang memiliki wajah yang mirip kan cukup banyak."
Yan Jiao terkejut kagum. Dia lantas dengan penasaran menanyainya lagi.
"Dari mana kamu tahu bahwa cara menghitung jariku adalah cara menghitung
berapa tahun aku tidak berjumpa dengannya. Bukan menghitung umur kamu?"
"Jika hanya umur saja, tidak perlu anda menghitungnya dengan jari kan. Sebab dilihat dari penampilanku, setidaknya bisa anda tebak bahwa umurku adalah
berapa. Bukankah tadi ketika anda menanyaiku tentu sudah tahu bahwa umurku
tentu tiada jauh beda dengan umur anak dari kenalan anda." jawab Yumei
dengan tersenyum.
Perkataan Yumei yang lancar dan tegas mengundang rasa kagum semua orang
di sana tentunya dari kaum persilatan China daratan saja. Dan yang mengakui
kemampuan serta kepintaran Yumei dari pihak Bunga senja hanya seorang Zhu


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Xiang saja. Dia terlihat tersenyum melipat tangan sambil mengangguk perlahan.
Yan Jiao sambil menggelengkan kepalanya, lantas mengatakan.
"Aku lupa... Mungkin sudah terlalu tua diriku ini...
Teman lamaku tidak mempunyai anak perempuan."
Kontan, kata-kata Yan membuat semua orang dari partai bunga senja tertawa
terbahak-bahak mendengarnya.
Tetapi Yumei sambil marah melihat ke arah pesilat Persia, dia membentak.
"Apa ada yang lucu" Apa anak laki-laki ketika kecil tidak mirip dengan anak perempuan?"
Tuturan Yumei memang cukup masuk akal. Ketika anak kecil di daratan China
saat itu, cukup susah dibedakan. Karena pakaian anak laki-laki dan anak
perempuan cukup sama. Selain itu, anak laki-laki kecil tetap memelihara rambut
seperti layaknya anak perempuan.
Pesilat Persia yang mendengar makian keras Yumei, lantas menggertakkan gigi
mereka. Sepertinya semua pesilat Persia tidak akan membiarkan Yumei meninggalkan
tempat ini. Semua pesilat Persia takut gegabah maju, karena teman-teman
mereka tadinya telah tewas dihajar 1 pukulan oleh ketua mereka disebabkan
dinilai terlalu kurang ajar, lantas hanya bisa merasa geram saja mendongkol
hebat. Dengan diamnya semua pesilat beberapa saat. Kembali telah terbit sebuah
suara. "Kalian sampah dari daratan China jangan harap bisa keluar hidup-hidup dari sini...."
Tutur seorang kemudian dari arah belakang Huo Xiang.
Setiap pesilat melihat ke arahnya. Orang yang berbicara adalah orang yang
pendek. Tingginya hanya sekitar 5 kaki saja, jidatnya besar. Matanya menonjol
ke dalam dengan dagu yang berbentuk petak. Orang ini sangat jelek jika dilihat.
Huo Xiang tidak bersuara, melainkan dia hanya diam saja sambil melihat buas
tetap ke arah Yumei. Sepertinya Yumei betul kali ini dalam masalah besar. Ketua partai bunga senja ini bahkan tiada menggeser bola matanya dari arah Yumei.
Puterinya, Thing-thing mengerti dengan baik maksud ayahnya itu. Melihat sikap
ayahnya, lantas dia beranjak maju ke depan ayahnya.
"Ayo nona bau kencur tidak tahu malu... Mari kita selesaikan sekarang..."
Sambil menutup suaranya, dia mengambil tombak panjang yang sepertinya telah
di siapkan seseorang dari belakangnya.
"Memeluk pria ber-istri dan tidak dikenal, mengambil kesempatan dalam
kesempitan itulah hal yang memalukan betul..." Jawab Yumei dengan tertawa
sinis kepadanya.
Mendengar hinaan Yumei yang tepat ke sasaran ini membuatnya kontan marah
betul. Hawa panas telah menyebar dengan sangat cepat ke kepalanya.
Tangannya bergetar, matanya terkandung sinar buas menatap gadis di
depannya. Lalu tanpa banyak bicara lagi, Thing-thing wanita no.1 dari partai Bunga senja
langsung menyerang lurus dengan tombak panjangnya.
Yumei yang melihat tombak hampir mendekatinya itu segera bergerak dua
langkah ke samping dengan langkah sangat gemulai sekali.
Lantas meluruskan pedang ke depan, Yumei menyerang pula.
Sinar hijau muda yang cukup menyilaukan mata segera terlihat. Suara pedang
mengoyak udara sangatlah jelas terdengar di sana.
Thing-thing yang melihat perubahan gerakan lawannya, segera mengganti jurus.
Tombak yang tadinya hanya digunakan menusuk, sekarang di sambarkannya
dengan tangan kiri ke luar. Tetapi Yumei yang merasakan sambaran tombak
mendadak, segera berputar tubuh 180 derajat.
Yan Jiao melihat pertandingan silat dua nona yang cantik ini, merasa kagum.
Terlebih lagi dari gerakan mereka memang sangatlah gemulai. Bahkan keduanya
bersilat jika dilihat oleh pesilat biasa, maka mereka mengira keduanya sedang
menari. Yumei melakukan gerakan berputar setengah tubuhnya itu memang terlihat
sangat beresiko.
Bagaimana tidak, dalam posisi menyamping dia memutar tubuh. Maka
pertahanan punggungnya lantas terbuka.
Hal ini tentunya tidak di sia-siakan oleh Thing-thing yang termasuk jago
persilatan itu. Dengan gerakan menarik tombak, dia menusuk dengan keras ke
arah punggung nona kecil yang cerdas ini.
Tetapi... Ketika Yumei belum memutarkan penuh tubuhnya, sinar merah telah terbit.
Yan Jiao, Zhu Xiang dan Huo Xiang yang melihatnya tentu terkejut.
Huo adalah orang yang paling cemas, ketika Yumei terlihat sengaja
memperlihatkan daerah pertahanan "kosong" pada tubuhnya. Dia sudah tahu bahwa musuh bukanlah orang bodoh yang membiarkan tubuhnya tanpa
pertahanan diserang.
Tetapi ketika di sadarinya, telah terlambat. Sebab gerakan nona kecil ini adalah gerakan yang cepat sekali. Mata biasa susah melihat gerakan memutar
sederhananya itu.
Dan benar apa yang dikira oleh mereka bertiga.
Sinar merah yang keluar tiada lain adalah jurus Ilmu jari pemusnah yang sangat
termahsyur itu.
Thing-thing pernah mendapat "hadiah" jurus ini dari Jieji ketika dia dan dedengkotnya mengacau di Shaolin. Kali ini dengan sikap kaget yang sama, mau
tidak mau dia "memakan" hadiah itu kembali.
Tetapi bedanya adalah, kali ini dia sanggup memutar tombaknya untuk bertahan.
Sinar merah sempat melukai tangan kirinya dengan keras. Lantas, dengan
terpental nona bunga senja ini terdengar berteriak tertahan.
Ketika nona ini hampir menabrak pohon, dia tertahan oleh seseorang dengan
gerakan yang ringan dan gemulai menangkapnya.
Dengan berputar cukup indah, dia kembali meletakkan gadis kejam itu mendarat
tepat di sampingnya.
"Kamu tidak apa-apa?"
tutur penolong Thing-thing yang tiada lain tentu adalah Huo Xiang, sang ayahnya sendiri.
Dengan mengelus pergelangan tangannya, terlihat Thing-thing geram menatap
ke depan. Rupanya tulang pergelangan tangan nona cantik kejam ini telah retak.
Sebenarnya gerakan tombak dari Thing-thing adalah gerakan yang luar biasa
hebat. Tetapi dalam setahun terakhir, dengan meneliti gerakan tombak tersebut.
Jieji telah memberitahu Yumei beberapa kali.
Ilmu tombak pengejar nyawa tiada lain adalah Ilmu yang mencari lubang
kelemahan lawannya untuk bergerak menyantapnya. Tetapi, dengan gerakan
jurus "menipu" akhirnya Yumei malah menang.
Jika berbicara bertarung mati-matian dalam ratusan jurus, mungkin Yumei
tadinya dalam bahaya. Tetapi dia yakin akan kemampuannya sendiri, selain itu
dia sedang menggenggam pedang tajam yang hebat. Maka peluang menangnya
telah lebih besar.
"Kau bukan tandingan gadis kecil itu." tutur seorang di samping mereka berdua.
Semua orang menoleh kepadanya ketika dia berbicara.
"Kalau begitu betul aku akan turun tangan." tutur Huo Xiang membalas dengan cepat.
"Kau adalah ketua partai bunga senja. Mana pantas kau bertarung dengan
seorang gadis kecil " Apa kau tahu malu?" tutur seorang pria besar tadinya yang berasal dari pihak persilatan China daratan.
Mendengar kata-kata pesilat kekar, Huo Xiang lantas tertawa terbahak-bahak.
Yan Jiao lantas menangkap beberapa bagian maksud ketua keji ini.
"Sudahlah... Pantas atau tidaknya, kita tiada seorang pun yang bisa keluar dari sini hidup-hidup."
Huo Xiang lantas menghentikan tawanya. Dia tatap orang yang berbicara yang
adalah Yan Jiao.
"Dahulu kabarnya kau adalah sahabat sejati dari Ketua partai Surga menari.
Tetapi dia dimana sekarang" Kenapa semenjak perginya Sun Shulie, orang itu
tiada pernah muncul lagi?"
Yan Jiao tidak menjawab pertanyaan ketua partai bunga senja, melainkan dia
menatap ke arah Yumei. Lalu sambil tersenyum kecewa, dia mengatakan.
"Nona kecil...
Usiamu masih sangatlah belia. Kenapa dengan berani kamu telah mengganggu
ketenangan hati ketua partai bunga senja?"
Yumei hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Bukanlah kita yang mencari masalah, tetapi masalah selalu datang mencari kita.
Apa mau ketimbang habis nyawa secara sia-sia, maka lebih baik kita berusaha
melawannya."
"Aku akan menebus satu nyawa dengan nona ini, bagaimana ketua partai?" tutur Yan Jiao yang secara tiba-tiba memberi hormat dalam ke ketua partai, Huo
Xiang. Huo Xiang memang terlihat terkejut. Tetapi dia masih bisa menahan dirinya
mendengar permintaan Yan Jiao.
Namun, yang tidak habis pikir bagi para pesilat adalah bahwa Yan Jiao ternyata
malah meminta pengampunan 1 nyawa untuk gadis kecil cantik itu. Tiada yang
tahu maksud sesungguhnya dari Kamus Kungfu, Yan Jiao.
Mendengar permohonan ampunan nyawa untuknya, Yumei bukannya girang.
Lantas dengan wajah yang berubah kurang senang, dia menegur.
"Jika anda berpikir bahwa dia akan melepaskan dengan mengganti nyawa anda
denganku. Maka anda terlalu naif, tuan kamus kungfu."
Yan Jiao berpaling kepadanya. Tetapi sebelum dia sempat berkata-kata, dia
dipotong oleh Yumei.
"Kita tiada 1 orang pun yang sanggup menghindar dari bencana ini. Lantas,
nyawa anda sudah dimilikinya. Berdasarkan apa anda memohon ampun
bagiku?" Yan Jiao yang mendengar penuturan Yumei yang jelas, segera menggelengkan
kepalanya perlahan sambil menghela nafas panjang. Tuturnya dalam gumamam
kecil. "Induk harimau tiada pernah melahirkan anak anjing...."
"Raja monyet... Apa yang kau tunggu lagi" Keluarkanlah gaya monyet kencing di perutmu yang terkenal itu..." Tutur Yumei yang segera mengubah sikapnya
menjadi gusar. Huo Xiang yang mendengar makian yang keras dari Yumei, si gadis cantik ini
kontan saja melaju sangat cepat ke depan. Tanpa teriakan aba-aba, dia
menyerang dengan tapak hebat.
Jurus pertama Huo adalah hanya mencoba kemampuan sesungguhnya nona
kecil ini. Lantas dengan gerakan mundur dua langkah, Yumei menyiapkan
tapaknya untuk sengaja di adukan ke depan.
Segera saja, kedua tenaga dalam beradu sebentar saja tetapi suara kedua tapak
berlaga terdengar keras.
Satu gerakan mudah saja membuat Yumei menyeret kaki ke belakang sekiranya
10 langkah. Setelah dia berdiri dengan benar, semua melihat ke arah Yumei yang terpental
akibat tenaga dalam Raja kera itu.
Darah telah mengalir perlahan dari bibir nona cantik ini.
"Sungguh tapak yang hebat..."
tutur Yumei menatap ke depan.
"Jurus tapak mayapada rupanya juga dikuasai oleh anda..." Tutur Yan Jiao sambil menatap ke arah Huo Xiang.
"Aku lupa memberitahumu. Sekitar 10 tahun lalu, Dewa Bumi pernah tinggal
disini selama 2 bulan." tutur Huo Xiang membanggakan dirinya.
Yan Jiao hanya menghela nafasnya mendengarkan. Tetapi Yumei yang telah
terluka dalam bukannya merasa insyaf, makin lama dia makin menjadi.
"Ilmu tapak mayapada tidak ada apa-apanya. Buktinya ketika bertarung dengan kakak kelimaku, dia (Dewa Bumi maksudnya) tidak menang 1/3 jurus dari kakak
kelimaku."
Ketika pertandingan beberapa tahun lalu, memang benar adalah Dewa Bumi,
Manabu Hirai dan Fei Shan bertiga mengeroyok satu orang Jieji. Tetapi
ketiganya sanggup dilumpuhkan oleh Jieji dengan jurus tapak berantai tingkat
keempat. "Kau mengatakan tapak mayapada tiada apa-apanya, tetapi kenapa kau bisa
kalah dalam 1 jurus?" tutur Huo Xiang dengan sinis kepadanya.
"Itu karena kau licik, bedebah ***** . Nona kecil ini memaki dengan sangat hebat.
Layaknya dia adalah seorang lelaki yang tiada malu mengucapkan sumpah
serapah yang sangat terdengar kurang ajar sekali.
Mendengar makian Yumei, Huo langsung tidak tanggung lagi. Dia maju dengan
cepat seraya berteriak.
"Mulut nona ini sungguh busuk sekali!!!"
Kali ini dengan jurus tamparan, dia berniat menampar pipi gadis cantik yang
dinilainya sangat kurang ajar itu.
Gerakan kali ini adalah sangat cepat, lebih cepat sekitar 3 kali dari gerakan
pertamanya tadi.
Semua pesilat sangat terkejut melihat gerakan nan cepat dari ketua partai bunga senja ini. Sepertinya kali ini, Huo Xiang ingin membunuhnya dengan sesegera
mungkin. Adalah Yan Jiao yang terkejut tiada kepalang. Dia kontan berteriak keras dengan panjang.
"Hati-hati!!!!"
Entah ada ikatan batin apa antara Yan dan Yumei, sepertinya dia merasa sangat
cemas mendapati Yumei dalam bahaya.
Adalah Yumei melainkan tiada takut. Dia bergerak dengan gerakan sangat cepat
juga ke arah kanan.
Tetapi semua gerakan Yumei benar telah diperhatikan oleh Huo Xiang ketua
partai ini. Ketika terlihat gerakan Yumei telah benar menyamping dari sebelah
kirinya, dia segera melancarkan tapak yang tadinya belum disiagakan. Semua
melihat Yumei sekarang dalam bahaya besar.
Ketika tapak terlihat hampir menyentuh dadanya.
Dengan gerakan mundur selangkah sangat cepat, nona kecil ini bergerak
melingkar membelakangi Huo Xiang.
Kali ini Huo Xiang insaf.
Dia tidak pernah menyangka bahwa nona cerdik ini bisa melakukan hal seperti
demikian. Dengan arah membelakangi, Yumei segera merapal jurus pedang
ayunan dewa. Tetapi, Ilmu ini dirapalkan lewat pedang ksatria nan tajam yang sedang
dipegangnya. Dengan berbalik sangat cepat, Huo lantas menggabungkan tapaknya merapat
untuk menangkap pedangnya gadis kecil.
"Tap!!!"
Pedang benar tergenggam sangat baik oleh kedua telapak Huo yang
menyerempeti samping pedang. Tetapi, ketika pedang digerakkan dalam
gerakan nan cepat ini, pedang memang hanya terlihat menusuk cepat.
Adalah ketika pedang sudah menyerempet di telapak tangannya, sebuah sinar
merah terlihat muncul mendadak.
Terkejut tidak karuan Huo Xiang melihatnya. Dia tidak mampu berbuat banyak
lagi selain "angkat kaki". Tetapi ini masih dipenuhi resiko yang sungguh sangatlah besar. Jika dia terlambat saja mengatasi "sinar merah" itu maka resikonya terluka dalam bisa-bisa dengan parah.
Jika kali ini Huo Xiang kalah dan terluka dalam, maka martabatnya sebagai
manusia kesaktian no.1 di Persia akan punah. Apalagi dia dikalahkan gadis kecil yang namanya sungguh sama sekali tidak pernah terdengar dimanapun.
Dan tidak pernah disangkanya, bahwa gadis kecil ini dari tadi hanya memancing
kemarahannya saja. Karena kemarahannya yang sesaat, kali ini dia merasa
masuk dalam perangkap gadis cerdik itu.
Kontan tanpa aba-aba, ketua partai bunga senja ini bergerak mundur karena
melihat bahaya sedang mengintainya.
Sebuah sinar merah mengikuti secepat gerakan mundurnya ketua partai bunga
senja. Sebuah ide dadakan lantas muncul dalam otak ketua partai bunga senja ini. Dia
merasa hanya inilah cara untuk mengatasi bahaya di depannya.
Lantas dengan gerakan memutar tapaknya selingkaran penuh. Energi hawa
pedang nan dahsyat sepertinya berhasil dibelokkan dengan baik sekali.
Hawa pedang dibelokkan tepat di sebelah kirinya yang adalah sebuah pohon
besar dengan batang yang sangat kokoh.
Lantas terdengar suara terpecahnya kayu yang keras. Sesaat kemudian, tanah
serasa bergetar sekali.
Huo Xiang tetap menatap ke depan dengan sinar mata buas. Tetapi dari bibirnya,
juga mengalirkan darah segar.
Terlihat bahwa Huo terluka dalam, dan dia masih bisa berdiri dengan baik maka
tergolong luka dalam organ tubuhnya tergolong biasa saja.
*** Di sebelah hutan nan lebat itu, sekitar 1/4 Li (100 meter) dari tempat
pertarungan... Di sana telah berdiri 4 orang yang mematung sambil menyaksikan pertarungan.
Nafas keempat orang ini sangat teratur dan ringan sekali. Sehingga jika mereka
berdiri lebih dekat pun tiada orang yang sesungguhnya bisa merasakan
kehadiran mereka lagi. Disini telah terlihat bahwa keempat orang tiada lain
adalah manusia yang mempunyai kemampuan luar biasa.
"Puterimu benar-benar seorang yang memiliki tekad keras seperti besi..." tutur seorang tua yang tiada lain adalah Dewa Sakti.
Seorang pemuda tua berwajah alim dan terang dengan rambut yang pendek
putih terlihat sedang menggenggam sesuatu. Sesuatu tiada lain adalah topeng
yang berwarna putih corak kehitaman.
Dia tetap menatap ke depan saja tanpa menjawab. Matanya tetap dingin saja
seperti es. Orang ini termasuk manusia yang cukup langka.
"1 Bintang utara telah lenyap...
Raja tanpa sebuah tiang lurus...
4 Bintang selatan berkelap-kelip...
Berkumpul dan ditabrak Bintang juga...
Semuanya seperti binatang Fu Yi...
Tiada kesempatan... Tiada kesempatan...


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiada kesempatan...."
Suara seorang wanita terdengar membacakan puisi ini dengan lambat.
(Puisi ini tiada lain adalah puisi yang pernah dibacakan oleh Sang Puisi Dewa
ketika bertemu dengan Jieji di pantai Timur Xiapi sekitar 5 tahun lalu.
"Puisi ini memang telah benar 1/2-nya. Tetapi setengahnya mungkin tiada
gunanya lagi..." Jawab orang yang tidak dikenal tersebut membuka suara
akhirnya. "Mengapa begitu?" tutur Dewa semesta sambil terkejut mendengar penuturan orang ini.
"Yue Liangxu telah tewas. Ini sudah diluar dugaan perhitungan langit.
Bagaimanapun mungkin hal di atas bisa tidak sesuai kenyataan lagi." tutur Dewi Peramal yang terlihat menghitung jarinya.
"Hm... Dengan tewasnya Yue Liangxu, maka "bintang iblis" tentu akan digantikan pembunuhnya. 3 tahun lalu kita mengira bahwa Xia Jieji-lah orang yang
membunuhnya. Tetapi di saat terakhir, dia tidak melakukannya.
Sungguh persis seperti kakek guru Xue Yang...." Tutur Dewa Sakti.
Orang di tengah itu terlihat menggelengkan kepalanya. Dia memandang terus ke
tengah arena pertarungan antara Huo dengan Yumei.
"1 bintang utara telah lenyap artinya bahwa Manabu yang merupakan putera
kedua dari Hikatsuka Oda atau adik kandung Xia Jieji sendiri tewas. Berselang
itu, kata raja tanpa tiang lurus (Dari kata "Wang" / Raja jadi 3 (Shan)). Dalam 3
tahun, akan tewas berturut-turut 4 orang yang ada hubungannya dengan bintang
pahlawan." tutur Dewa Sakti kembali.
"Tetapi yang tidak sesuai dengan perkiraan langit adalah setelah tewasnya Hwa Yuemei, maka yang menyusul di tahun berikutnya di bulan tanggal yang sama
justru Yue Liangxu. Ini aneh sekali...." Jawab Dewi peramal seraya melihat ke arah Dewa Sakti.
"Yang paling aneh, perkiraan kita adalah Zeng Qianhao. Tetapi semuanya salah besar." tutur Dewa semesta sambil tersenyum.
"Sebab setelah 1 minggu tepat gugurnya Zeng Qianhao satu tahun lalu, Yue
mengalami nasib yang sama sepertinya...." tutur Dewi Peramal kembali.
"Sudahlah...
Sang puisi dewa pun tidak selalu benar. Keadaan alam selalu berubah-rubah.
Kita sebagai manusia hanya bisa mengamatinya tanpa bercampur tangan saja."
tutur orang di tengah.
Semuanya lantas mengangguk saja sambil tersenyum.
Sesaat, pandangan keempatnya segera mengalih ke tengah arena kembali.
BAB CVIII : Tewasnya Hikatsuka Oda
"Tipuan yang bagus sekali gadis kecil...."
Tutur Huo Xiang sambil tersenyum. Kali ini dia tidak terlihat marah.
Bagaimanapun ditipu oleh seorang gadis kecil memang sangatlah memalukan,
apalagi yang tertipu adalah ketua partai bunga senja yang termahsyur sekali di
Persia itu. Tetapi dengan marahnya karena tertipu, malah dengan otomatis akan
menurunkan wibawanya. Oleh karena itu ketua partai bunga senja hanya
tersenyum saja kali ini.
Yan Jiao yang menyaksikan gerakan terakhir dari Huo Xiang yang menahan Ilmu
jari dewi pemusnah segera berkomentar.
"Tidak disangka bahwa di Persia juga telah beredar Ilmu pemusnah raga."
Huo menatap sebentar ke arah Yan Jiao, lantas dia tersenyum sambil menjawab.
"Ilmu pemusnah raga-ku tiada lain adalah hadiah dari Saudara Zhu. Dia
membawa salinan Ilmu ini setengah tahun yang lalu."
Yan Jiao cukup terkejut mendengarnya.
"Jadi benar bahwa salinan ilmu ditukarkan?"
Huo Xiang kontan tertawa keras mendengar perkataan Yan Jiao.
Yumei yang dari tadi mendengar saja, segera berkata-kata.
"Tidak disangka dengan diberikannya salinan kitab, Binatang pemanjat pohon ini rela mengerahkan pasukan menggempur daratan China sebelah timur."
Tetapi kali ini mendengar perkataan Yumei, Huo Xiang tidaklah marah lagi. Dia
hanya diam. Dia tahu bahwa gadis cerdik ini hanya ingin memancing
kemarahannya. Semakin dia marah, maka jurusnya akan semakin kacau. Semakin kacaunya
jurus, maka semakin tidak menguntungkan dirinya. Atas gerakan jurus pertama
tadinya, dia telah sadar sepenuhnya.
Jika bertarung dengan Huo, Yumei tentu sama sekali bukanlah tandingannya.
Tetapi dengan menfaatkan situasi ketua partai bunga senja yang agak
tergoncang, maka dia sempat melukainya meski tiada seberapa luka dalam itu
dideritanya. "Kau tidak perlu berkata banyak lagi, sebab tupai tidak akan jatuh ke lubang yang sama." jawab Huo Xiang seraya senyum penuh keyakinan.
"Betul-betul binatang pemanjat pohon(maksudnya tupai karena diakui oleh Huo Xiang sendiri..." tutur Yumei menjawabnya dengan sinis.
Tetapi Huo tetap tidak marah. Dia menganggap seakan tiada sesuatu terjadi.
Melainkan anak buahnya tiada satupun yang tidak gusar mendapati kelakuan
gadis kecil ini.
"Nona kecil... Aku akan berurusan denganmu lagi nantinya. Harap sabar saja dan diam disana. Sebab bagaimanapun kau memancing kemarahanku, tidak akan
pernah berhasil..." tutur Huo Xiang sambil tersenyum.
Melihat tipuan untuk memancing kemarahan ketua partai bunga senja itu gagal.
Maka dia hanya terlihat menghela nafas.
Sesaat, terlihat dia berpaling ke belakang sebentar saja. Dia melihat kakak
kelimanya yang terpaut sekira 30 kaki dengannya tetap terbaring tiada sadarkan
diri seperti semula. Yumei berniat mendekatinya, tetapi karena dia harus
was-was selalu, maka tidak di lakukannya.
Tidak ada seorang pun yang menyadari perubahan dari diri Jieji, sebab
semuanya sedang tegang menghadapi segala kemungkinan di depannya.
Yumei kembali bersiap-siap kali ini. Keringat dingin terlihat menetes dari dahinya turun. Bagaimanapun ini kali, dia tidak yakin lagi bahwa dia sanggup bertarung
dengan ketua partai bunga senja itu.
"Kamu ingin bunuh diri saja atau bertarung sampai titik darah penghabisan?"
tutur Huo Xiang yang melihat sikap dari Yumei, si nona kecil itu.
Yumei sambil tersenyum menjawabnya.
"Kalau begitu, untuk apa kuda-kuda Ilmu pedang ayunan dewa ini kupasang?"
Huo Xiang tertawa terbahak-bahak mendengar tuturan gadis kecil itu.
Sementara itu, semua pesilat dari daratan China terlihat menggelengkan
kepalanya. Kali ini, Yumei tidak lagi menunggu Huo untuk menyerangnya. Langsung saja,
terlihat dia berlari cepat sambil mengarahkan tusukan pedang ke depan.
Huo Xiang yang melihatnya segera menarik sebatang tombak dari arah para
muridnya berdiri. Di genggamnya dengan sangat cekatan dan menyerang pula ke
depan dengan tusukan.
Bicara kemampuan bertarung, pengalaman, tenaga dalam tiada satupun Yumei
sanggup menang melawan Huo Xiang. Tindakan kali ini dari dia tiada lain adalah
tindakan untuk mencari mati. Baginya lebih bagus tewas daripada harus
menerima hinaan dari Partai bunga senja. Tetapi tanpa bertarung sampai titik
darah penghabisan, dia tetap tiada puas.
Gerakan tombak Huo memang sangatlah hebat. Lebih cepat, keras dan cekatan
dari puterinya itu. Yumei melayani-nya sampai sekitar 10 jurus lebih. Sampai dia merasa telah benar terdesak.
Meski Ilmu pedang ayunan dewa-nya dirapalkan sampai 2 jurus terakhir; Ilmu
pedang ayunan dewa musim semi dan musim gugur. Tetapi ternyata kedua jurus
ini pun cukup mudah dipatahkan oleh ketua partai bunga senja.
Di saat satu kesempatan, tombak meliuk dari Huo hampir mengenai dirinya.
Melihat gerakan tombak, semua pesilat ada yang terkejut dan semua orang dari
partai bunga tentu kegirangan melihat terdesaknya si gadis.
Dengan pedang mengarah ke pegangan tombak, Yumei kembali merapal Ilmu
pedang ayunan dewa musim gugur. Pedang berputar 1 lingkaran penuh,
sedangkan tubuh Yumei bergerak ke belakang.
Huo yang melihat adanya kesempatan, segera memutar tombak untuk
menghempaskan pedang. Dengan gerakan cepat, Huo segera merapal tapak
pemusnah raganya sambil mendekat sangat cepat.
Yumei yang melihatnya kontan sangat terkejut. Kali ini dia telah serba salah,
posisi mundurnya memang sangat jelek, apalagi dia dikejar cukup cepat oleh
Huo Xiang. Dengan cepat, dia berniat merapal Ilmu jari dewi pemusnahnya
dengan untung-untungan. Sebab bagaimanapun Huo Xiang menguasai Ilmu
pemusnah raga, maka untuk mementalkan hawa pedang jari memang tiada
susah baginya. Di saat yang sangat berbahaya bagi Yumei itulah, Huo merasa terkejut...
Sebab tahu-tahunya di sebelah sampingnya dia "kedatangan" sesuatu hawa penyerang yang dahsyat.
Maka dengan tidak mengejar ke depan, dia mengarahkan tapak yang
seharusnya mendarat di tubuh gadis di depan ke arah sampingnya.
Tapak terlihat berlaga dengan sesuatu benda yang sempat menghasilkan
perpendaran energi ke segala arah. Sungguh dahsyat bertemunya 2 energi
dahsyat itu sesaat.
Sehingga terlihat para pesilat dari daratan tengah maupun persia mengambil
sikap bertahan dan terdorong oleh energi perpendaran yang dahsyat itu.
Hanya seorang Zhu Xiang yang tiada mengapa saja dan tetap berdiri dengan
tegak. Sikap tenangnya tiada lain karena tingkatan tenaga dalamnya memang sangat
tinggi. Tetapi yang anehnya, Zhu malah terkejut sekali melihat siapa penolong gadis
kecil itu. Huo memang tidak mengenal siapa yang menggunakan jurus menahan
tapaknya, tetapi penyerangnya menggunakan tendangan.
Sedangkan Yan Jiao yang sempat terdorong ke belakang, melihat dengan serius
ke depan. Dia kemudian berkata.
"Ilmu tendangan mayapada?"
Begitu selesai berkata, dia melihat ke orang itu. Dan dia juga terkejut. Setelah keterkejutannya berhenti, dia sempat menoleh ke arah panggung 72 format iblis
itu. Dilihatnya pemuda masih terbaring tiada sadarkan diri.
Yang menolong Yumei tiada lain adalah seorang pemuda paruh baya yang mirip
sekali dengan Jieji. Yang berbeda adalah pemuda ini memelihara kumis dan
jenggot. Matanya bersinar sangat terang, tubuhnya kokoh seperti tidak dimakan
usia. "Hikatsuka Oda?"
tutur Zhu Xiang dengan nada yang sepertinya tidak percaya.
Huo Xiang dan semua pesilat disana terkejut. Terlebih-lebih lagi Yumei.
Dia tidak percaya orang yang menolongnya tiada lain adalah orang yang pernah
ingin membunuhnya 2 tahun lalu di dekat kota Tianshui.
"Paman" Kenapa?" tutur Yumei dengan nada tidak percaya.
Hikatsuka tetap melihat ke depan. Dia tidak menyahuti Yumei sedikitpun.
"Jadi kaulah Hikatsuka Oda dari Tongyang" Kabarnya kau adalah ayah dari Xia Jieji. Apakah benar?" tutur Huo Xiang sambil menatapnya serius.
"Betul.. Akulah Hikatsuka...
Dia memang puteraku..." jawabnya pendek tetap menatap serius ke arah Huo
Xiang. "Kenapa kau menolongnya?" tutur seorang di samping nya.
Hikatsuka yang mendengar suara itu, segera mengalihkan pandangan
kepadanya. Sambil tersenyum, dia menjawabnya.
"Aku punya janji tiada tertulis dan tiada melalui lisan untuk menolong anak ini."
Yang menanyainya tentu adalah Zhu Xiang. Dia merasa heran mendengar
kata-kata Hikatsuka Oda itu. Tetapi kemudian dia lantas menanyainya.
"Apakah benar" Puteramu di selamatkan olehmu" Bukankah kakak keduamu
memintamu untuk mengejarnya 2 tahun lalu saat dia pergi dari tembok kota
Beiping?" Hikatsuka yang mendengarnya lantas tetap tersenyum.
"Jika tidak, dari dulu aku sudah kembali..."
Mendengar kata-kata Hikatsuka, Zhu terlihat menggelengkan kepalanya saja.
"Baiklah, meski Hikatsuka disini pun tiada gunanya. Kau yakin sanggup
menang?" tutur Huo Xiang kepadanya.
"Aku tidak ada keyakinan. Tetapi semenjak diriku berada disini, maka untuk hal yang lain tidak pernah kuambil peduli lagi." sahut Hikatsuka melihat ke arah Huo sambil serius.
Yumei terkejut juga melihat tiba-tiba musuhnya itu malah membantunya. Entah
apa maksud ayahnya Jieji, tetapi dilihat dari cara bicaranya, sepertinya orang
paruh baya ini memang sedang memihak kepadanya.
Hikatsuka terlihat berjalan perlahan. Setelah beberapa langkah menyamping,
terlihat dia memungut pedang ksatria yang terjatuh akibat hempasan tombak-nya
Huo Xiang. Setelah memungutnya, dia beralih pandangan ke Yumei.
Dengan melemparkannya perlahan ke arah gadis dia berkata.
"Pedang ini harus disimpan baik-baik...
Pemilik pedang adalah seorang satria yang dihormati oleh Kaisar Tongyang.
Jangan sekali lagi kau menghilangkannya."
Setelah berkata-kata, Hikatsuka langsung berbalik. Dia melihat tajam ke arah
Huo Xiang. Yumei memberi hormat kepada Hikatsuka secara dalam.
"Terima kasih... Paman...."
Di dalam hatinya dia merasa terharu meski banyak pertanyaan sedang
menggaungi hatinya, tetapi melihat cara orang di depannya tentu membuatnya
kagum. Secara mendadak, Hikatsuka telah meningkatkan energinya.
Ini bisa dilihat dari desiran angin yang telah mengumpuli seluruh tubuhnya. Huo Xiang yang melihatnya tentu kegirangan. Dia merasa hari ini mendapat lawan
tangguh di depannya. Secara tak ayal, dia juga melakukan hal yang sama.
Pesilat yang melihat gaya mereka mengumpulkan energi, banyak yang beranjak
menjauh. Desiran angin makin lama telah makin kuat. Hawa disana segera saja berubah
menjadi tidak ramah.
"Kamu juga menguasai pemusnah raga... Kamu betul tandinganku..." tutur Huo Xiang yang melihat ke arah Hikatsuka secara tajam.
"Ilmu pemusnah raga-mu jauh lebih hebat daripada punyaku. Tidak disangka
benar bahwa Pei Nanyang telah tewas di tanganmu..." jawab Hikatsuka Oda.
Mendengar keterangan Hikatsuka, Huo tentu tertawa kegirangan.
"Kenapa tidak kita mulai saja?" tutur Hikatsuka.
Dengan cepat, dia mengambil kuda-kuda menyamping.
Huo yang melihat kesigapan Hikatsuka, langsung saja melesat cepat ke depan.
Dia ancangkan sebelah tapaknya ke depan dengan senyuman sinis.
Melainkan Hikatsuka, dia ternyata tidak memasang tapak. Malah dia maju
dengan tendangannya.
Tapak dan tendangan segera beradu dahsyat.
Sungguh sebuah pertarungan yang mengerikan.
Kedua pihak menggunakan ilmu pamungkas masing-masing. Satunya dengan
telapak dan satunya menggunakan tendangan.
Sesaat saja, puluhan jurus telah terlewati...
Tetapi keduanya masih tetap berimbang, sama-sama masih ngotot untuk
bertarung. Adalah sekitar jurus 80-an, Hikatsuka baru terlihat lelah. Sementara itu, Huo
Xiang masih tetap kuat. Nafsu bertarungnya masih-lah sangat tinggi sekali.
Sapuan tendangan mayapada-nya Hikatsuka makin lama terlihat makin lemah.
Hikatsuka meski menguasai Ilmu pemusnah raga, tetapi dia memilih tidak
menggunakan tapak. Karena lebih dari separuh hidupnya, dia selalu bertarung
menggunakan kedua kakinya. Oleh karena itu, setiap jurusnya dirapalkan melalui
tendangan. Yumei yang melihat sikap terdesaknya Hikatsuka, segera ingin merapal jurus Jari dewi pemusnah untuk mencari kesempatan melukai Huo Xiang.
Tetapi dari sikap Yumei, Hikatsuka sempat melihatnya. Oleh karena itu, dia
berteriak ke arahnya.
"Jangan kau gunakan cara licik!!"
Mendengar teriakan Hikatsuka, akhirnya Yumei menghentikan rapalan jarinya.
Dia hanya melihat ke depan dengan cemas saja.
Dengan bertarung lebih dari 20 jurus kemudian, Hikatsuka telah terdesak sangat.
Gaya kakinya telah berubah jalur kebanyakan.
Lalu memanfaatkan suatu kesempatan, Huo menyerang ke arah rusuk Hikatsuka
yang terbuka setelah jurus tendangannya terlihat ngawur.
Benturan keras segera saja terjadi. Suara patahnya tulang akhirnya mengakhiri
pertarungan dahsyat itu.
Dengan tubuh bagai layangan terlepas, akhirnya dia menabrak batu besar di
tengah. Tabrakan itu cukup keras yang mengakibatkan batu besar sebesar 3 pelukan
orang dewasa menjadi remuk.
Saat itu, Hikatsuka jatuh terjerembab dengan luka dalam yang sungguh
sangat parah. Semua pesilat di pihak Huo segera bergembira luar biasa, hanya seorang Zhu
Xiang yang terlihat menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas panjang.
Sementara itu para pesilat yang merasa "harapan" hidup mereka telah sirna, lantas menggelengkan kepala dengan sikap putus asa.
Yumei yang melihatnya kontan terkejut luar biasa, dia segera menuju ke arah
batu besar yang telah remuk itu dengan sikap yang khawatir luar biasa.
Dia segera menjatuhkan dirinya melihat keadaan Hikatsuka. Dia mendapati
bahwa beberapa tulang rusuk orang paruh baya ini telah remuk. Maka dengan
mengalirkan air mata, dia melihat dengan rasa iba.
"Kenapa paman" Kenapa?"?" teriaknya dengan menangis sejadi-jadinya.
"Aku... Berhutang... Selembar... Nyawa padanya...." Tutur Hikatsuka Oda yang terlihat sangat lemah sekali.
"Siapa" Siapa yang paman maksud?" tutur Yumei dengan spontan dan cepat.
"Jika... Kau belum.. Muncul... Kapan lagi kau?"?" tutur Hikatsuka Oda yang sepertinya makin melemah.
Saat Yumei ingin menanyainya lagi. Dia mendapati orang paruh baya ini telah
menghembuskan nafasnya yang terakhir.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kontan menangis deras, Yumei menggelengkan kepalanya beberapa kali.
Zhu Xiang yang melihat kawan seperjuangannya tewas dengan cara demikian
tentu membuat hatinya teriris-iris. Tetapi bagaimanapun memang kawan
seperjuangannya ini mengambil keputusan terakhirnya yang tidak bisa diganggu
siapa saja. "Kamu dahulu telah mengambil keputusan mengikuti Dewa Bumi, tujuanmu
adalah Ilmu nan sakti itu. Tetapi berkat puteramu sendiri, kamu mengingkari janji setiamu sendiri. Hikatsuka, pergilah dengan tenang..." tutur Zhu Xiang sambil mendongkakkan kepalanya ke langit.
Batu yang remuk tadinya tidak ada yang tahu apa yang terjadi kepadanya.
Ternyata setelah beberapa saat, mereka merasakan sesuatu yang aneh.
Hawa di belakang batu remuk seakan mengambang tinggi.
Sesegera, semua orang melihat ke arah hawa itu muncul. Hawa tiada lain
muncul dari tubuhnya Xia Jieji yang sedang tidur terlentang. Sebuah hawa ungu
yang pekat muncul dari dalam tubuhnya. Dan terasa mengumpul ke tengah
membungkus. Semua pesilat daratan China yang tahu bahwa hawa ungu ini mempunyai unsur
racun pemusnah raga segera bergerak menghindar ke belakang.
Beberapa pesilat dari Persia juga melakukan hal yang sama. Tiada orang yang
ingin mengalami nasib serupa dengan pemuda kurus tinggi tadinya.
Hanya Yumei seorang saja yang masih berlutut di depan mayatnya Hikatsuka.
Dia tidak mempedulikan sama sekali apa yang sedang terjadi.
Hawa ungu ini kembali membungkus batu remuk itu. Sama seperti tadinya, hawa
ungu mendesir kembali setelah membungkus semua batu besar itu.
Huo Xiang yang melihat fenomena ini juga tidak merasa takut. Dia berjalan ke
depan sambil melihat ke arah gadis kecil.
Tetapi kali ini, dia tidak berjalan tanpa persiapan. Melainkan telah siap sebuah jurus yang disiapkan tentunya untuk gadis kecil itu.
Perlahan, Huo berjalan. Hanya berselang 5 tindak, dia segera menarik nafas
dalam. Dengan satu telapak dia bermaksud mencabut nyawa gadis kecil itu.
Yan yang melihatnya sangat terkejut, dia sempat berteriak sangat terkejut.
Tetapi Yumei sepertinya tidak ingin melawannya lagi. Meski dia dalam posisi
berlutut dan melihat ke bawah tanah, dia tahu bahwa energi yang hampir sampai
di kepalanya adalah energinya "raja kera" itu untuk mencabut nyawanya.
Siapapun tahu bahwa jurus Huo itu pasti akan mengenai batok kepala gadis
kecil. Banyak orang yang menutup matanya ngeri menyaksikan gadis kecil cantik
akan kehilangan nyawanya dengan batok kepala yang hancur.
Huo telah yakin sekali tapaknya yang penuh energi itu akan mengambil nyawa
lawan di depannya. Tetapi di saat dia sudah yakin sekali bahwa tapaknya
mengenai kepala lawan.
Dia merasa heran sekali. Sebab tahu-tahu tapaknya melainkan mengenai tempat
yang kosong saja.
Sebuah hawa nan lembut sepertinya menarik gadis kecil ini untuk bergerak ke
belakang sungguh cepat dan membuatnya berdiri dengan sangat baik sekali.
Sebelum gadis ini keheranan sangat, dia sempat melihat ke arah depannya.
Terlihat seorang pemuda dengan rambut putih yang pendek dengan baju serba
putih sedang mengamati ke arah depan.
Sedang di belakangnya, dia sempat menoleh. Kesemuanya adalah orang yang
sudah tua dan berpakaian serba putih. Salah satunya adalah wanita.
Yan Jiao yang melihat kedatangan 4 orang disini, tentu sangat terkejut. Terlebih lagi seorang pemuda gagah dan kokoh yang berdiri paling depan itu. Dia lantas
tidak mampu berkata-kata, wajahnya dipenuhi ratusan bahkan ribuan
pertanyaan. Huo yang melihat pemandangan di depannya, mau tidak mau juga cukup
terkejut. Sebab ketika nona cantik itu di tarik dengan tenaga dalam mantap, dia bahkan tidak merasakannya.
Zhu Xiang mengenal 3 orang di belakang itu, tetapi tidak dengan orang yang
berdiri paling depan.
Lantas berjalan ke depan, dia membisiki Huo.
"3 orang di belakang adalah tetua dunia persilatan. Dewa Semesta, Dewa Sakti dan Dewi Peramal. Sedang yang di depan tidak kuketahui...."
Huo terlihat mengangguk pelan saja. Lantas melihat ke arah orang yang paling
depan dia menanyainya.
"Siapa anda?"
Orang terdepan itu menjawab dengan pelan saja.
"Kita pernah bertemu 5 kali dan inilah yang keenam. Tetapi kamu belum
mengenalku..."
Huo yang mendengar suara orang tua ini kontan terkejut. Dia mengerutkan
dahinya. "Kau tetua dari partai surga menari?"?""
"Terserah apa yang akan kau bilang. Tujuanku adalah meminta kalian semua
meninggalkan tempat ini." tuturnya dengan dingin.
"Kau tidak bisa sesuka hatimu..." jawab Huo pendek. Tetapi dimatanya terlihat sikap jerih juga menatap pria di depannya itu.
"Ini adalah taman peristirahatan Puteri Han Ming. Kau adalah ketua bunga senja.
Kau tahu betul ini adalah larangan kau berada disini?" tuturnya.
"Tujuanku kemari karena ingin menumpas semua orang yang berada disini
karena telah menganggu tempat istirahat leluhur kita..." jawab Huo Xiang.
Mendengar apa kata Huo yang licin, pemuda tua ini malah tertawa terbahak
bahak. Suaranya menggaung sangat tinggi.Beberapa pesilat disana terlihat
tergoncang mendengar suara nan hebat yang muncul.
"Akhirnya kau mengaku bahwa kita bersama berasal dari 1 leluhur. Kau tahu apa arti partai Bunga senja?" tutur pemuda tua kembali kepadanya.
Mendengar apa kata-katanya, Huo hanya terlihat menggelengkan kepalanya.
"Dahulu leluhurmu diminta menjaga "bunga senja". Bahkan kau sendiri tidak tahu arti "bunga senja"." jawab pemuda tua sambil menggelengkan kepalanya.
"Bunga senja artinya sinar emas." tutur suara seseorang yang berada di belakang.
Suara pemuda yang tidaklah asing di dengar semua orang disana. Pemuda itu
tadinya berada di daerah yang paling belakang. Sekarang dia sepertinya telah
berdiri dengan baik. Suaranya bahkan tidak kelihatan bahwa dia sedang
menderita ataupun apa.
Semua orang berbalik melihat. Sementara itu, para pesilat dari Persia maupun
China daratan hanya diperlukan melihat ke samping.
Yumei yang berbalik langsung menatap ke arah datangnya suara, tentu
sangatlah kegirangan sekali.
Pemuda yang berbicara tiada lain adalah Jieji adanya. Dia telah berdiri kokoh.
Tetapi kali ini dia tampak sungguh berbeda. Terutama adalah rambutnya yang
sebenarnya telah memutih, sekarang telah berubah menjadi hitam kembali.
Nafasnya teratur dan matanya penuh dengan sinar cerah.
Yumei yang kegirangan, segera beranjak ke arah Jieji.
"Kakak kelima, kau tidak apa-apa?"
tanyanya saking gembira.
Jieji hanya mengangguk perlahan. Lantas dia melihat ke arah depannya. Di
depannya terlihat berbaring seorang pemuda paruh baya yang telah putus nafas
itu. Dengan gerakan langkah perlahan dia tetap menatap ke arah bawah. Dari bola
matanya telah terlihat mengalir air mata.
"Ayah......."
Tuturnya sambil berlutut. Kemudian dia memberi hormat sebanyak 3 kali dengan
sangat hikmad. "Paman meninggal gara-gara menolongku...." tutur Yumei yang berjalan ke depan sambil menangis.
Jieji hanya diam saja sambil menatap ke arah ayahnya.
"Tidak... Dia merasa berhutang budi karena 2 tahun lalu aku tidak membunuhnya. Maka
daripada itu, dia membalasnya dengan sedemikian rupa.." tutur pemuda tua di tengah itu.
Mendengar pernyataan dari orang tua. Yumei baru menyadarinya. Meski dia tahu
bahwa orang tua inilah yang menyelamatkannya, tetapi gara-gara pemuda tua ini
tidak mencari masalah lebih lanjut dengannya. Maka Hikatsuka membalas
kebaikannya dengan bertarung mati-matian untuk menyelamatkannya.
Menyadari hal ini, Yumei kembali menangis deras.
Jieji yang hanya melihat ke ayahnya, segera membopong mayat sang ayahnya
ke pinggir yang agak jauh. Dia melakukannya dengan amat hormat. Setelah
benar di letakkan, dia mengamati ke arah Huo Xiang.
"Tidak ada seorang pun dari partai bunga senja yang boleh kembali hidup dari sini....."
Tuturnya dengan nada yang marah. Di matanya terlihat sinar pembunuhan
dahsyat. Kedua tangannya mengepal dengan keras. Hawa di sekitar tubuhnya
mengumpul seiring desiran angin yang memutar hebat.
BAB CIX : Xia Jieji Kontra Huo Xiang
Sikap Jieji yang terlihat marah dan pandangan mata yang dingin melihat ke arah
Huo dan kawan-kawannya tentu membuat mereka tergetar hatinya.
Mereka tidak menyangka setelah dia bangun, maka tenaga dalamnya bukan saja
bisa digunakan. Bahkan Zhu Xiang yang pernah melihat dan merasakan
bagaimana energi Jieji tentu merasa keder. Kali ini setelah dirinya berdiri dengan benar, bukan saja hawa energinya setingkat saat pertarungannya melawan Yue
Liangxu di tembok kota Beiping 2 tahun lalu. Melainkan dia merasakan energi
lawannya lebih hebat lagi.
Sesaat, hanya Zhu Xiang yang merasa tergoncang hatinya menyaksikan lawan di
depannya ternyata telah jauh di atasnya.
Jieji yang "emosi" sebab kematian ayahnya sepertinya tidak ambil peduli lagi atas segala hal. Apakah pesilat Persia semuanya bakal dibantainya disini"
*** Nun Jauh di arah Timur...
Perbatasan kota Chengdu, Sizhuan...
Yunying melanjutkan perjalanannya...
Dia ingin menuju ke arah barat. Beberapa gosip menyatakan bahwa banyaknya
pendekar daratan tengah telah menuju ke Persia. Di dalam hatinya dia berharap
bahwa sang suaminya memang benar berada di sana. Tetapi banyak hal pula
yang dipikirkannya. Salah satunya adalah mengapa Jieji tidak pulang ke daratan
China. Setidaknya baginya dia adalah seorang lelaki yang bersifat setia terhadap janji-janjinya. Dia merasa bahwa Jieji tentu tidak ingin melihat kakak pertamanya kesusahan menghadapi pasukan Liao yang ganas itu.
Tetapi setelah diingat-ingat, dia malah terlihat cukup putus-asa.
Justru karena sifatnya, maka tidak mungkin Jieji akan berpangku tangan saja
terhadap kesusahan orang yang betul dikhawatirkannya yaitu Zhao kuangyin
yang sebagai kakak pertamanya.
Dari sini dia merasa bahwa harapan hidup suaminya kembali sirna. Tetapi
nyonya Xia ini tidaklah menangis. Dia hanya mengerutkan dahinya sambil
berpikir berkeliling kota Chengdu yang lumayan luas itu.
Seraya berjalan, dia mengingat kembali kejadian 2 tahun lalu di bawah tembok
kota Beiping. Dia mengingat bagaimana Jieji dengan keji ingin membunuhnya
dengan jurus tapak berantai tingkat terakhir. Tetapi mendengar bahwa setelah
suaminya melukainya dengan parah, malah dia memberikan energinya untuk
membuat dia bertahan hidup.
Sesaat, dia juga merasa aneh saat-saat tersebut.
Namun setelah di rasakannya sendiri dengan pasti, dia berpikir bahwa selain
energi-nya. Jieji bahkan memberikannya salinan kitab Ilmu tapak berantai
kepadanya dalam pesan terakhir yang dikhususkan untuknya.
Justru pesan terakhir dari suaminya yang sungguh sangat mengkhawatirkannya.
Dia tahu bahwa sang suami selalu merencanakan sesuatu hal
secermat-cermatnya. Termasuk kepergiannya kali ini tentulah sudah
direncanakannya sangat matang. Entahpun dia kembali dengan selamat atau
tidak. Beberapa pikiran yang cukup rumit sedang menari-nari di otaknya.
Bagaimanapun dalam hatinya, dia ingin langsung menanyai Jieji sebenarnya apa
maksud dari keseluruhan tindakannya di bawah kota Beiping itu 2 tahun yang
lalu. Dari sinilah, Yunying memulai perjalanannya setelah 1 tahun lamanya
bergiat berlatih silat yang lebih dalam lagi di Tongyang.
Tenaga dalam pemberian Jieji dan Yue Liangxu keduanya mengandung unsur
pemusnah raga. Seperti yang telah diberitahukan sebelumnya, unsur tenaga
dalam pemusnah raga adalah pembelahan energi. Setiap belahan energi
masing-masing dikuatkan sehingga membuat Ilmu termahsyur itu termasuk Ilmu
yang tanpa tanding sejagad.
Tahapan tenaga dalam Ilmu pemusnah raga cepat berkembang tentunya
disebabkan tiada lain karena pemakai sendiri memiliki 4 energi yang berbeda.
Dan setiap saat pula, 4 energi selalu berkembang setiap saatnya. Apalagi Yue
Liangxu, selain memiliki 4 energi mendukung tenaga dalamnya. Dia masih
memiliki 4 energi pendukung 4 unsur utama. Sehingga dalam waktu selang
beberapa tahun saja Ilmunya telah meningkat sungguh pesat sekali.
Yunying yang telah memiliki tenaga dalam hebat itu tentu tidak susah untuk
mempelajarinya perbagian sebab pembelahan tenaga dalam(teknik tersusah)
telah ada pada dirinya.
Jadi di daratan China saat sekarang, Yunying telah termasuk seorang jago no.1
dan jarang bisa dibandingi lagi meski oleh Zhao kuangyin sekalipun.
Sikap cemas dan rasa susah telah tertampak dari wajahnya saat dia berkeliling
dalam kota. Beberapa orang yang melihat gadis yang cantik luar biasa melewati
mereka, banyak yang menolehkan pandangan kepadanya. Tetapi Yunying malah
tidak melihat mereka satu persatu. Perjalanan yang terlihat membingungkan
acap kali membawanya ke salah arah.
Hingga dia berjalan sampai sebuah sudut kota yang cukup sepi.
"Nona manis..."
terdengar suara seorang pria yang memanggilnya tiba-tiba.
Tetapi Yunying masih memikirkan banyak hal di otaknya. Tidak sedikitpun dia
menggubris panggilan orang tersebut. Dia malah berjalan dengan gerakan biasa
saja tanpa menoleh.
Tetapi pemanggil yang memanggilnya segera memanggilnya kembali dengan
agak keras. "Nona manis...."
Yunying kali ini mendengar seruan dari seorang pemuda. Tetapi dengan kepala
yang masih agak tertunduk, dia berjalan saja tanpa menghiraukan. Baginya, dia
sudah menjadi seorang nyonya, dan bahkan telah mempunyai seorang putera.
Mana mungkin ada yang memanggilnya nona lagi.
Tetapi hal semacam ini tentu tidak pernah diketahui siapapun, mengingat usia
Yunying memang masih tergolong muda. Paling saat ini dia hanya berusia sekitar
24 tahun saja. Tentu panggilan nona masih sangat wajar untuknya. Tetapi dengan tanpa
menggubris, dia berjalan terus.
Pemuda yang memanggilnya sepertinya kehilangan kesabaran. Dengan berjalan
perlahan, dia menguntit Yunying.
Tetapi Yunying benar tahu bahwa dia sedang di kuti. Oleh karena itu, dia berjalan tetap ke depan tanpa menggubris dan seakan tidak merasa diikuti.
Setelah berjalan cukup jauh di sudut kota itu...
Si penguntit dirasa sepertinya bukanlah orang biasa. Gerakannya teramat ringan
sekali. Untung saja Yunying adalah pesilat yang sungguh luar biasa tinggi
kungfunya. Dia mampu merasakan setiap gerakan penguntit itu. Penguntit
bergerak meski menginjak tanah, tetapi untuk mendengar suara langkah sudah
hampir tidak mungkin. Oleh karena itu, Yunying hanya mengkonsentrasikan
gerakan tubuhnya yang tersapu angin.
Tidak berapa lama, sampailah dia juga di sebuah lorong yang agak kecil. Lorong
di depannya adalah buntu adanya.
Akhirnya disini Yunying berhenti juga. Dia menoleh ke arah belakang untuk
melihat siapa yang menguntitnya. Tetapi baru saja dia menoleh, dia melihat
serbuk putih telah mengenai mukanya.
Serbuk putih yang mengenai mukanya yang putih dan halus itu tidak berlangsung
lama. Sebab pandangannya yang sebelumnya adalah serba putih, sekarang
telah terasa sungguh gelap.
Tanpa terasa olehnya, dia telah kehilangan kesadarannya. Dan jatuh
terjerembab. *** Persia... Di panggung format 72 Iblis...
"Kalian pergilah." seru pemuda tua itu yang menyaksikan kemarahan Jieji telah menjadi-jadi.
Mendengar seruan pemuda tua di tengah, Huo Xiang malah sepertinya tidak
ingin pergi. Meski beberapa pengikutnya telah mulai ketakutan dengan sikap
menterengnya Xia Jieji.
Huo berjalan ke tengah. Dia tetap memegang tombak dengan sikap angkuh dia
berjalan ke depan.
Jieji masih belum mengalihkan pandangan ke arah lain. Dia masih tetap
"melekatkan" pandangan matanya dalam-dalam ke arah Huo.
Melihat Huo telah siap juga, Yumei yang berada tidak jauh dari Jieji. Segera
berseru. "Kakak kelima. Tangkap pedang..."
Bersamaan dengan tutupnya suara Yumei. Pedang ksatria yang masih di
tangannya dia lemparkan ke arah Jieji.
Melihat Yumei beraksi, Huo cukup terkejut juga. Jika pedang nan tajam itu
dipegang oleh Xia Jieji. Maka dia tentunya makin menjadi. Oleh karena itu,
tentunya dia berniat benar untuk menghalanginya.
Bagaimanapun caranya, dia tidak akan membiarkan Jieji memakai pedang nan
tajam itu untuk bertarung dengannya. Tentu pertandingan ini tidak akan adil
sama sekali. Lantas saat pedang sedang melayang ke arah Jieji, Huo dengan gerakan cepat
luar biasa lantas ingin merebut pedang hebat itu.
Jieji tentu melihat gerakan lawannya secara pasti. Dia tahu benar bahwa lawan
sekarang bertujuan merebut pedang-nya. Dengan ancang-ancang, dia segera
mengayunkan kakinya untuk mengambil pedangnya sendiri.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua pendekar siapapun yang melihat keduanya bergerak demi 1 pedang,
tentu terkejut. Sebab kecepatan keduanya sungguh luar biasa. Tetapi gerakan
awalnya Huo adalah menusuk ke arah pedang dengan tombaknya.
Dia tahu dengan benar bahwa Jieji tentu tidak akan membiarkan pedang direbut
begitu mudah olehnya. Namun begitu pula Xia Jieji, dia berpikir bahwa Huo yang
ingin merebutnya tentu akan mencari cara menyerangnya terlebih dahulu. Oleh
karena itu, dia berlari ke arah pedang juga dengan persiapan yang baik.
Pedang terlihat melayang setinggi dada ke arah tengah.
Jieji yang melihat pedang cukup jauh untuk dijangkau. Sedangkan tombak tentu
akan lebih mudah menjangkaunya karena lebih panjang segera menyusun siasat
pertarungan. Ketika Huo Xiang merasa telah di atas angin dalam merebut pedang. Dia melihat
sebuah sinar terang.
Kontan dengan terkejut, dia segera mengelakkan tombaknya dan
menghujamkannya ke tanah.
Sinar terang berwarna merah segera menuju ke dirinya. Tetapi karena Huo
mempunyai jam terbang yang tinggi selain dari tenaga dalamnya yang hebat, dia
masih bisa bertindak cukup tangkas.
Dengan memutar tapaknya 1 lingkaran penuh, sinar merah segera melenceng
melalui bahunya.
Ilmu ini tiada lain tentu adalah tapak pemusnah raga tingkat pertama. Jieji-lah orang yang sering melakukan gerakan tapak ini beberapa kali.
Sinar merah memang telah tidak membahayakan dirinya, tetapi sebelum benar
dia melihat ke depan untuk mencari Xia Jieji, dia telah merasakan sinar lainnya telah menuju dirinya.
Kali ini yang datang bukanlah sinar merah.
Melainkan sinar kehijauan yang terang. Tiada lain sinar kehijauan adalah berasal dari pedang ksatria yang sedang dibacokkan ke arahnya dari atas.
Huo yang melihatnya tentu keringat dingin.
Semua pesilat Persia yang melihat gerakan Jieji turun dari atas seraya
membacok ke bawah tentu meneriak keras memberikan peringatan kepadanya.
Dengan cekatan, ketua partai bunga senja itu memutarkan tombaknya cepat ke
atas kepalanya. Inilah gerakan ilmu tombak pengejar nyawa tingkat terakhir.
Dengan gerakan biasa saja, Huo merasa tidak mungkin sanggup melawan jurus
yang dihempaskan dahsyat ke bawah itu.
Pusaran angin yang cepat segera membentuk benteng pertahanan dari bawah.
Suara berlaga senjata terdengar jelas. Jieji yang menghempaskan pedang ke
bawah, kemudian dengan cepat terlihat bersalto ke belakang.
Setelah turun, dia terlihat menyeret kaki sekitar 10 kaki ke belakang.
Hal ini sempat heran dilihat semua pesilat. Hanya beberapa orang seperti
pemuda tua, Dewa Sakti dan Dewa Semesta yang mengerti apa yang dilakukan
oleh Jieji. Huo yang melihat gerakan Jieji, segera tertawa terbahak-bahak.
"Kamu tahu kalau jurus ini akan bisa mencelakai nyawamu, oleh karena itu kau mengorbankan pedangmu kepadaku.."
Jieji hanya melihat ke depan. Di bibirnya segera timbul senyum.
Tetapi senyumnya tiada lama. Sesegera dia telah serius kembali. Sambil
berteriak keras dia maju.
"Kalau begitu, sekarang aku minta kembali pedangku."
Huo masih memutarkan tombaknya dengan cepat. Sementara pedang-nya Jieji
masih berputar terus mengikuti gerakan tombak 1 lingkaran penuh.
Melihat gerakan Jieji menuju ke arahnya, dia kontan menghempaskan pedang ke
arah Jieji dengan sangat cepat.
Pedang terlihat berbalik menyerang ke arah Jieji.
Semua pesilat kontan terkejut melihat kemampuan Huo membalikkan pedang.
Jieji sepertinya salah langkah kali ini. Dia tahu bahwa di belakangnya tiada lain adalah Yumei yang masih berdiri tegak.
Jika pedang tidak ditangkapnya, maka pedang kontan akan menuju ke arah adik
kecilnya itu. Tetapi bagaimanapun Jieji bukanlah pendekar sembarangan. Jurus Huo Xiang
yang sedemikian licik itu tentu belum sanggup benar menyulitkannya.
Pedang memang melesat sungguh cepat ke arahnya. Arah tiada lain dari
tubuhnya adalah ulu hatinya. Dengan memutar sangat pas, Jieji yang
membelakangi Huo segera menangkap pedangnya dengan tangan kirinya.
Huo sudah bisa menebak sebahagian besar tindakan lawannya itu. Maka melihat
punggung lawan sudah terbuka. Tentu tidak sukar baginya untuk melancarkan
serangan. Tanpa ayal, Huo segera menusukkan tombak ke depan dengan
berputar kencang untuk mengoyak.
Yumei adalah orang yang paling cemas menyaksikan serangan lawan yang
diarahkan sungguh tepat dan cepat ke arah kakak kelimanya. Dia-lah orang
pertama yang berteriak kaget.
"Awas!!!!"
Jieji dalam posisi jelek itu bukannya merasa gelisah. Tetapi malah terlihat dia tersenyum saja.
Pedang yang dipegang di tangan kirinya segera di putarkan arahnya melebar ke
luar. Karena ujung tombak sudah sangat dekat, Huo terlihat terkejut. Bagaimanapun
pedang lawannya itu sangatlah tajam. Jika di laga ke pedang, maka ujung
tombak tentu akan putus.
Kekhawatiran Huo ternyata tidaklah sia-sia. Memang benar, gerakan awal jurus
pedang no.1 sejagad telah membuahkan hasil.
Tombaknya Huo seperti sengaja di tusukkan pas ke bagian tajam pedang.
Dengan putus menjadi 3 bagian, tombak masih meluncur dengan cepat ke
depan. Sehingga bagian besi dari tombak telah terkoyak seperti kayu yang
menghantam pedang tajam.
Sesaat itu, Huo merasa terkejut sekali. Sehingga dengan gerakan menarik. Dia
terlihat menarik tombaknya untuk mengarah maju lagi.
Alhasil, tombaknya memang berhasil di selamatkan. Tetapi ketika Huo baru saja
ingin melihat ke depan.
Sebuah benda nan dingin telah mengarah cukup dekat dengan bola mata
sebelah kirinya.
"Ilmu pedang Surga membelah benar belum ada tandingannya sejagad dalam
hal ilmu senjata." tutur Orang tua di tengah itu sambil menghela nafas.
Huo yang merasa dirinya sedang di ancam dalam keadaan yang sungguh gawat
merasa keder. Kakinya gemetaran sekali melihat pedang yang jaraknya hanya
sekitar seinchi di bola mata kirinya itu.
"Ini kah Ilmu pedang surga membelah" Bagaimanakah kau bisa menguasainya?"
Tutur ketua partai bunga senja ini. Tetapi dia segera melihat ke arah pemuda tua itu.
Pemuda tua yang melihat Huo memandangnya itu. Segera menjawabnya.
"Mengenai ilmu ini, bahkan diriku hanya menguasai 5 jurus. Tetapi pemuda di depanmu telah menguasai 8 gerakan perubahannya."
Huo Xiang seakan tidak percaya mendengarnya. Dia pernah dipecudangi orang
tua di tengah itu ketika bertanding senjata sekitar 5 tahun yang lalu. Mendengar bahwa Jieji telah menguasainya lengkap, dia bahkan seakan tidak percaya.
Rasa takut telah menyelimuti dirinya seluruhnya. Nyawanya kali ini sepertinya
telah berada di ujung tanduk.
"Kumohon lepaskanlah ayahku....."
Kemudian terdengar seorang berteriak keras.
Suara tersebut membuat semua orang melihat ke arahnya. Nona muda yang
berteriak tadi terlihat rasa ibanya melihat ke arah Jieji.
Jieji yang melihatnya, segera menanyainya.
"Apakah dia juga melepaskan ayahku tadinya?"
Nona ini yang dijawab sedemikian rupa hanya diam seribu bahasa. Dia tidak
mampu menjawab pertanyaan Jieji.
Tetapi dari matanya segera mengalir air mata. Kemudian dia berteriak kembali.
"Kamu tahu" Bagaimanapun dia termasuk ayah mertua temanmu...."
Thing-thing meneriakinya kali ini dengan suara keras kembali.
Jieji cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa apa yang dikatakan nona ini.
Tetapi tanpa perlu berpikir lama dia sudah cukup mengetahui seluk beluknya.
Ternyata hubungan Sun Shulie dan Thing-thing sepertinya tidak sampai tahap
biasa saja. Yang mengherankan baginya, Sun tidak pernah menceritakan
kepadanya bahwa dia telah mempunyai seorang isteri disini.
Lantas dengan menoleh ke arah pemuda tua, Jieji memandangnya.
Pemuda tua itu menganggukkan kepalanya perlahan kepadanya. Sebenarnya
apa yang terjadi antara Sun Shulie dan Thing-thing"
Memanah Burung Rajawali 13 Petualang Asmara Karya Kho Ping Hoo Suling Emas Dan Naga Siluman 10

Cari Blog Ini