Ceritasilat Novel Online

Pedang Penakluk Iblis 12

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 12


katanya perlahan.
"Bedebah, lihat pedang!" Hui Lian yang sudah marah sekali karena merasa dihina dengan semua kata -kata Sin Hong yang
dianggapnya seorang penjahat besar pengganggu banyak wanita,
menggerakkan tangan kanan. Pedangnya ditarik ke belakang lalu
ditusukkan ke depan.
Sin Hong tidak bergeming, bergerak sedikit pun tidak. Akan
tetapi terdengar baju robek dan darah mengucur keluar dari pundak kirinya, membasahi bajunya yang putih. Sebentar saja baju Sin
Hong menjadi merah oleh darahnya sendiri!
"Mengapa kau selewengkan ke pundak, Nona?"
"Kau... kau... mengapa tidak mengelak...?" Hui Lian berdiri dengan muka pucat matanya terbelalak lebar, bibirnya gemetar dan tangan yang memegang pedang menggigil. Ngeri ia melihat darah
membasahi baju di dada Sin Hong.
"Sudah kukatakan tadi, aku takkan melawan. Aku rela mati di tangan Nona Go Hui Lian, seorang dara perkasa yang gagah dan
budiman...."
Dua titik air mata melompat keluar dari sepasang mata Hui Lian ketika ia mendengar suara yang halus ini. Akan tetapi ia menggigit bibir mengeraskan hatinya.
571 "Kau jahat dan aneh. Apa artinya sikapmu ini" Kau demikian jahat, mengapa sekarang kau berpura-pura baik" Biarpun memakai bulu domba bertopeng muka kelinci, harimau tetap harimau buas
dan liar. Siapa percaya kepadamu"
"Tidak ada yang percaya kepadaku, Nona. Oleh karena itulah maka harapanku satu-satunya kujatuhkan kepadamu. Aku
mengharapkan kau suka mendengarkan ceritaku dan... percaya
kepadaku..."
"Mengapa..." Mengapa kepadaku?"
Sin Hong tersenyum, menggcrakkan jari tangan kanan menotok
pundaknya sendiri untuk menghentikan darah yang mengalir. Hui
Lian memandang kagum melihat pemuda itu menerima tusukan
pedang dan menahan luka tanpa berkedip sedikit pun.
"Karena kau puteri Hwa I Enghiong. sudah semenjak kecil aku mendengar dari Gihu tentang Ayah Bundamu yang gagah perkasa
dan budiman. Karena itu aku percaya bahwa puterinya tentu juga seorang gagah dan budiman pula."
"Apa yang hendak kau ceritakan lagi" Bukti banyak, semua orang di dunia kang-ouw mengetahui bahwa..." Hui Lian tidak melanjutkan kata-katanya. Teringat akan segala perbuatan keji yang dilakukan oleh pemuda ini, perasaan terharu yang tadi menipis.
"Memang demikian, Nona. Aku dianggap jahat, dan sudah
banyak bukti-buktinya. Akan tetapi semua ini bukan atas
kehendakku sendiri, ada orang yang sengaja merusak namaku.
-oo0mch-dewi0ooJilid XXI "APA maksudmu?"
"Ada musuh rahasia yang sengaja melakukan semua perbuatan terkutuk dengan menggunakan namaku dan...."
"Bohong' Siapa bisa percaya" Wan Sin Hong, tak perlu kau
mengarang dongeng, apakah para locianpwe di dunia kang-ouw
semua sudah bodoh dan buta" Aku sendiri melihat kau mengejar
572 dan merobohkan... seorang gadis. Apa kau masih belum mati dan
mempunyai muka untuk menyangkal?"
"Sayang gadis itu terlepas lagi," Sin Hong menghela napas. "Dia itu kaki tangan musuh rahasiaku. Sudah tertawan terlepas lagi".."
Hui Lian tertegun. "Ceritakan semua!"
Sin Hong menengok dan menatap wajah yang cantik dan kini
tegang itu. "Nona, percayakah kau kepadaku?"
"Mengingat kau anak angkat Lie Bu Tek Pekhu, seharusnya aku percaya, akan tetapi mendengar nama busukmu dan melihat bukti
sendiri malam tadi"."
"Jadi kau juga tidak percaya kepadaku?"
Hui Lian menggelengkan kepalanya, sungguhpun agak ragu-ragu.
Sin Hong mengeluh, lalu duduk menghadapi apa lagi. "Kalau begitu tidak ada gunanya bagiku untuk bercerita. Kau boleh tusuk aku sampai mati atau... tinggalkan aku pergi!"
Hui Lian melengak, mukanya menjadi merah. Tangan yang
memegang pedang sudah menggigil lagi, akan tetapi bagaimana ia bisa membunuh orang yang membuat hatinya tidak karuan rasanya
ini" Orang yang membuat ia merasa bukan seperti diri sendiri,
merasa lemah dan tidak dapat menguasai hati dan pikiran, tak tentu pendirian" Hati dan pikirannya bertempur hebat. Menurutkan
kesadarannya sebagai seorang pendekar, ia harus membunuh
manusia jahat ini akan tetapi menurut suara hatinya... ia tidak tega, bahkan baru melukai pundaknya saja ia merasa menyesal bukan
main. Akhirnya, sambil mengeluarkan jerit tertahan, pedangnya
berkelebat dan robohlah sebatang pohon tak jauh dari situ,
tumbang oleh sabetan pedangnya! Kemudian, dengan suara aneh di kerongkongan, tangis bukan tawa bukan akan tetapi menyerupai
keduanya. Gadis itu mengerahkan tenaga dan lari meninggalkan Sin Hong yang masih duduk menghadapi api unggun bagaikan patung
batu! 573 Sin Hong benar-benar menderita hebat. Sudah hampir lima hari
ia sampai lupa makan lupa tidur saking marahnya kalau ia
mengingat betapa namanya dirusak benar-benar oleh musuh
rahasia itu. Selain marah, ia juga jengkel dan sedih. Pertemuannya dengan Tang Hwesio dan Hui Lian menambah kesedihan dan
kejengkelannya. Begitu bertemu, ia telah jatuh hati kepada Hui Lian, hal ini ia tak dapat menyangkal pula, sungguh ia sendiri belum sadar perasaan apa yang menyelinap di dalam sanubari terhadap gadis
itu. Akan tetapi yang pasti, ia merasa sedih sekali karena gadis itu pun menuduh dia seorang jahat bahkan membencinya dan hampir
saja membunuhnya.
Sin Hong adalah seorang yang amat kuat tubuhnya. Apalagi ia
seorang ahli pengobatan yang luar biasa, tahu cara bagaimana
menjaga diri. Akan tetapi, betapapun kuat tubuhnya, ia masih muda dan batinnya masih belum masak. Oleh karena itu, lima hari tidak makan tidur, ditambah dengan tekanan batin yang berat, kini
ditambah lagi dengan pukulan batin dalam pertemuannya dengan
Hui Lian, ia hampir tak kuat menahan. Setelah Hui Lian
meninggalkannya pergi membawa rasa benci, ia merasa pilu dan
sedih sehingga tanpa dirasa ia telah pingsan di dalam duduk bersila di depan api unggun! Kalau orang lain yang berhal seperti ini, amat berbahaya keadaannya karena kalau ia terguling ke dalam api
berarti akan menemui maut. Akan tetapi Sin Hong bukan seorang
biasa, tubuhnya telah terisi tenaga singkang yang hebat, yang dapat bekerja otomatis seperti bekerjanya paru-paru dan jantung. Biarpun ia dalam keadaan tidak sadar, namun tubuhnya tetap bersila seperti tadi!
Sin Hong sudah setengah siuman ketika ia mencium bau harum
sekali dan bagaikan dalam mimpi ia melihat seorang gadis sedang berlutut di dekatnya dan menaruh obat semacam koyo, ditempelkan pada pundaknya yang terluka oleh pedang.
"Aku gila... aku telah gila... aku gila"..!" Telinga Sin Hong mendengar gadis itu berbisik berulang kali sambil mengobati
pundaknya dengan jari-jari tangan gemetar. Semua ini terjadi
seperti dalam mimpi dan Sin Hong sampai tidak berani membuka
mata, khawatir kalau-kalau mimpi indah dan tak mungkin ini akan lenyap. Nona Go Hui Lian telah mengobati pundaknya, telah berlutut 574
di dekatnya dan rambut yang hitam halus dan harum itu demikian dekat dengan mukanya. Alangkah indah mimpi ini terlampau indah untuk dipercaya. Maka Sin Hong tidak berani membuka matanya
hanya mengintai dari balik bulu mata.
Tiba-tiba Hut Lian melompat berseru keras. "Suci, jangan...!"
Seruan ini ia susul dengan gerakan pedang, menangkis sebatang
pedang yang meluncur menyerang leher Sin Hong!
"Traang...!" Baik Hui Lian maupun penyerang itu terhuyung ke belakang saking kerasnya tenaga yang mereka keluarkan, satu
menyerang yang lain melindungi.
"Wan Sin Hong manusia biadab! telah merusak hidupku, kau
harus menebus dengan nyawamu!" Kembali gadis itu menyerang dan Hui Lian menjadi bingung. Ditangkisnya lagi serangan itu sambil berkata,
"Nanti dulu, Suci........ dia terrluka...." kata Hui Lian.
Gadis itu memang Soan Li adanya yang muncul di pagi hari dan
langsung menyerang Sin Hong. Dengan mata aneh Soan Li
memandang kepada Hui Lian, membentak, "Siapa berani membela maanusia keji ini?"
Hui Lian menjadi merah mukanya. memang amat janggal dan
sulit kedudukannya kalau ia membela seorang penjahat besar
seperti Sin Hong. Pula, kata-kata yang diucapkan oleh Soan Li
membuat Hui Lian merasa jantungnya seperti mau terlepas. Apakah gerangan yang telah diperbuat oleh Sin Hong terhadap Soan Li"
"Suci, apakah... apakah... kau menjadi korban...?"
Tiba-tiba Soan Li menangis! Selagi Hui Lian memandang dengan
pilu dan bingung, Soan Li melompat lagi dan marah-marah seperti orang mabok. "Wan Sin Hong, kau harus mampus!" Dengan pedang di tangan ia menubruk ke depan, melakukan serangan hebat sekali dengan menusukkan pedang ke dada pemuda itu! Kini Hui Lian
tidak mau bergerak menangkis. Mukanya berubah pucat sekali dan ia yakin apa yang telah terjadi atas diri Soan Li. Pasti kakak seperguruannya itu telah menjadi korban dari penjahat muda yang keji ini. Kalau tidak demikian tak mungkin sucinya akan bersikap 575
semarah itu dan sebenci itu terhadap Sin Hong. Kalau Sin Hong
sudah bertindak keji terhadap sucinya ia tak boleh melindunginya lagi, bahkan sudah seharusnya kalau ia membantu sucinya
membunuh manusia jahanam itu. Dengan. isak tertahan dan kedua
kaki menggigil Hui Lian meramkan mata dan menyerang Sin Hong
membarengi serangan Soan Li mengirim tusukan maut ke arah
lambung pemuda itu!
Di lain saat ketika Hui Lian membuka matanya karena
tusukannya mengenai angin, ia melihat tubuh Sin Hong berkelebat dan tahu-tahu Soan Li telah dikempit oleh pemucla itu. Ia
mendengar Sin Hong berkata.
"Tenang, Gak Siocia! Aku akan menyembuhkanmu...."
Di saat itu berkelebat bayangan orang dan sebatang pedang
yang cahayanya menyilaukan mata meluncur cepat menyerang Sin
Hong. Pemuda ini mengeluarkan seruan kaget dan cepat mengelak.
Hui Ilan juga kaget ketika mendengar kenyataan bahwa yang
menyerang kali ini adalah Liok Kong Ji. Selagi Hui Lian terheran, kembali berkelebat dua bayangan orang yang gerakannya
membuktikan bahwa mereka ini adalah ahli-ahli silat kelas satu.
Ternyata mereka ini adalah seorang hwesio gundul tinggi besar dan seorang kakek berambut panjang yang wajahnya menyeramkan.
Biarpun keduanya bertangan kosong, namun serangan mereka
terhadap Sin Hong bukan main hebatnya.
Sin Hong yang mengempit tubuh Soan Li agaknya tidak mau
melayani mereka, mungkin karena terhalang gerakannya oleh tubuh Soan Li yang dipondongnya. Akan tetapi ini tentu saja dalam
pandangan Hui Lian, padahal sebenarnya, pemuda ini yang sejak
pertemuannya dengan Soan Li di samping Kong Ji telah menaruh
curiga, tadi ketika diserang oleh Soan Li, ia cepat menyambar
pergelangan tangan gadis itu dan sekali tekan saja ia tahu bahwa di dalam tubuh Soan-Li mengalir darah yang kotor oleh racun! Maka terbukalah matanya dan tahulah ia bahwa ia berhadapan ngan Soan Li yang sudah terganggu jalan pikiran dan ingatannya oleh racun berbahaya. Tanpa membuang waktu lagi lalu menangkap Soan Li
dan bermaksud membawa pergi gadis int untuk diobati. Soal
pembalasan terhadap Ba Mau Hoatu hwesio gundul itu dan Giok
576 Seng Cu, kakek berambut panjang yang keduanya datang bersama
Kong Ji, dapat dilakukan kemudian, pikirnya.
Akan tetapi ada yang meragukan hati Sin Hong. ia melihat Kong
Ji bersama dua kakek jahat di situ. Tidak berbahayakah keadaan Hui Lian apabila ia pergi membawa Soan Li. Bagaimanakah hubungan
antara Hui Lian dan Kong Ji" Akan tetapi Kong Ji, Ba Mau Hoatsu, dan Giok Seng Cu tidak memberi banyak waktu kepadanya. Tiga
orang ini cepat menyerang dengan hebatnya, bahkan kini Ba Mau
Hoatsu telah mengeluarkan sepasang rodanya yang lihai dan Giok Seng Cu mengeluarkan Ilmu Pukulan Tin-san-kang.
Aku harus menyelamatkan Soan Li lebih dulu, pikir Sin Hong yang merasa tidak leluasa menghadapi gempuran tiga orang lihai ini.
Secepat kilat ia melompat dan melarikan diri.
"Bangsat rendah, lepaskan suciku...!" Hui Lian membentak marah ketika melihat Sin Hong melarikan diri sambil membawa pergi Soan Li.
"Hui Lian, Sumotku yang manis, mari kita bersama mengejar bangsat Wan Sin Hong...!" kata Kong Ji sambil melompat menyusul.
"Pergi' Siapa sudi bicara denganmu?" jawab Hui Lian sambil menyabetkan pedangnya ke arah Kong Ji. Pemuda ini tertawa dan
mengelak, akan tetapi saat itu dipergunakan oleh Hui Lian untuk mempercepat larinya mengejar bayangan Sin Hong yang sudah
jauh. Ia hanya mendengar Kong Ji tertawa bergelak, suara ketawa
yang dulu pernah membuat bulu tengkuknya berdiri, kemudian ia
mendengar suara kakek gundul. "Liok-sicu, mengapa tidak tawan saja Nona galak itu?"
"Tak usah, biarkan dia pergi mengejarnya," terdengar jawaban Kong Ji Hui Lian tidak mendengar lagi apa yang selanjutnya mereka ucapkan karena ia takut tertinggal jauh oleh Sin Hong. Dengan
cepat ia mempergunakan ilmu lari cepat mengejar bayangan Sin
Hong yang bukan main cepat larinya, akan tetapi jarak antara dia dan Sin Hong tidak berubah. Pemuda itu sambil memondong tubuh
Soan Li tetap saja berada di depannya. Hui Lian merasa
dipermainkan lalu mempercepat larinya. Namun, orang yang
577 dikejarnya juga mempercepat larinya sehingga tetap saja ia tidak menjadi makin dekat.
Mereka lari berkejaran sampai hampir setengah hari lamanya.
Matahari telah naik tinggi dan Hui Lian tidak tahu ia telah tiba di mana, karena agaknya Sin Hong sengaja mengambil jalan yang
tidak pernah dilalui manusia masuk hutan, keluar hutan, naik bukit turun bukit.
Tiba-tiba Sin Hong berhenti dan membalikkan tubuh, menanti Hui Lian yang mendatangi dengan muka penuh keringat dan napas agak terengah. Merah muka Hui Lian, merah karena panas darahnya dan juga karena malu dan marah.
"Jahanam keparat, kalau tidak kaulepaskan suciku, biar sampai mati aku takan berhenti mengejarmu!"
"Nona, kau benar-benar aneh. Tadi kau bersikap amat baik
kepadaku, obat pada lukaku ini masih menempel...."
Muka yang merah itu makin merah lagi dan untuk sejenak Hui
Lian tak berani menentang mata Sin Hong. Akan tetapi kepala yang ditundukkan itu tiba-tiba diangkat, sepasang matanya bersinar-sinar.
"Keparat, kau benar-benar seorang yang rendah budi, seorang kurang ajar yang curang! Kau hendak mempergunakan rasa kasihan demi peri kemanusiaan di dalam hatiku untuk alat mengejekku! Jadi tadi kau berpura pura pingsan, padahal kau sadar dan tahu bahwa aku mengobati luka di pundakmu" Keparat betul! Kalau aku tahu
demikian halnya, aku pasti akan membikin mampus padamu. Hayo
lepaskan Suci, mau apa kau menawan dan membawanya lari" Tak
tahu malu!"
Suara Sin Hong terdengar bersungguh-sungguh. "Go siocia tetap tak percaya kepadaku dan tetap menuduhku sebagai seorang jahat.
ternyata kau juga sebodoh orang-orang itu. Tak tahukah kau bahwa Sucimu ini dalam keadaan sakit berat" Bahwa Sucimu ini
mengeluarkan kata-kata menuduhku dalam keadaan tidak sadar"
Ingatannya telah berubah karena racun di dalam tubuhnya."
578 "Bohong besar! Tadi dengan jelas Suci menyatakan bahwa kau telah... telah merusak hidupnya, kau bangsat besar harus dibunuh...
kau... kau..." Hui Lian teringat akan semua ini dan aneh sekali, di samping nafsu amarah yang naik memenuhi dadanya, juga tanpa ia rasa air matanya mengucur keluar! Ia menggigit bibir dan di lain saat pedangnya telah menyerang Sin Hong.
"Suci sadar dan berontaklah, mari kita bunuh dia..." Hui Lian berseru akan tetapi Soan Li nampak lemas tidak sadarkan diri.
Sin Hong mengelak cepat dan menarik napas panjang. "Kau
keras kepala dan bodoh!" Kemudian disambungnya dengan
pandangan mata penuh perasaan. "Akan tetapi aku suka kepadamu, aku makin suka kepadamu!" Setelah berkata demikian, tubuhnya berkelebat cepat dan di lain saat ia telah lari jauh sekali. Hui Lian terkejut dan ternganga. Tahulah dia bahwa tadi Sin Hlong tidak mempergunakan ilmu larinya, maka ia masih dapat
inengimbanginya. Sekarang, andaikata ia mengejar, takkan ada
gunanya karena kecepatan lari pemuda itu benar-benar luar biasa sekali, tak kuasa ia menyusul. Dengan perasaan lelah lahir batin, Hui Lian menjatuhkan dirinya terduduk di atas rumput lalu... menangis!
Sakit sekali hatinya kalau membayangkan Sin Hong, pemuda
yang menggemaskan namun mendebarkan hatinya itu. Ia berusaha
sekuat tenaga untuk membenci Sin Hong, namun perasaan lain
yang amat kuat dan aneh membuat kebenciannva selalu buyar
sebelum membulat di hatinya. Ia tahu bahwa Sin Hong adalah
seorang pemuda biadab. Agaknya pemuda itu gila perempuan.
Buktinya malam hari itu mengejar dan menawan seorang gadis,
sekarang begitu melihat Soan Li, lalu menculiknya pula.
Akan tetapi perasaan aneh dan membantah jalan pikirannya
sendiri, lalu kalau dia benar gila perempuan dan mengganggu setiap orang perempuan yang dijumpainya, mengapa terhadapku dia tidak mengganggu"
Hui Lian menjadi bingung seakan-akan menghadapi teka-teki.
Kemudian teringat ia kepada Kong Ji suhengnya yang muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga. Siapakah dua orang kakek teman
suhengnya itu yang demikian lihai" Membayangkan semua ini,
kembali ia terkesan kepada Sin Hong. Alangkah hebatnya ilmu
579 kepandaian Sin Hong ini, biarpun sedang memondong tubuh Soan Li dan bertangan kosong, namun serangan tiga orang kosen itu tidak berhasil merobohkannya!
Tiba-tiba Hui Lian tersentak kaget. Pertemuannya dengan Liok
Kong Ji membuka ingatannya dan terbukalah rahasia yang selama
ini merupakan teka-teki baginya. Gadis yang pada tengah malam itu dirobohkan oleh Sin Hong, biarpun ia tidak melihat wajahnya
dengan jelas namun ia merasa sudah pernah melihatnya. Sudah
pernah melihat wajah yang memiliki kecantikan tersendiri itu,
potongan rambut yang dikuncir lurus ke belakang, kemudian bentuk tubuh yang langsing kecil, seorang gadis yang cantik akan tetapi kecantikannya membawa sesuatu yang ganjil, agaknya bukan
kecantikan gadis dusun biasa. Tadinya payah memikirkan di mana ia pernah melihat gadis itu. Sekarang, setelah bertemu dengan Kong Ji, tiba-tiba saja ia teringat. Tak salah lagi, gadis yang dikejar oleh Sin Hong di tengah malam itu, yang hampir saja "diculik" oleh Sin Hong, tentu Nalumei adanya! Puteri suku bangsa Neiman yang dulu ditaklukkan oleh Temu Cin, kemudian gadis itu, Lima Nalumei yang cantik dan bermata biru dihadiahkan kepada Kong Ji!
Berpikir sampai di sini, wajah Hui Lian memucat. Apa artinya
semua ini" Wan Sin Hong memang dikabarkan di dunia kang-ouw
sebagai penjahat muda yang suka mengganggu wanita, akan tetapi sekarang, justru ia sendiri melihat bukti buktinya, mengapa bukti-bukti itu kebetulan sekali ada hubungannya dengan Kong Ji"
Mengapa justru Nalumei dan Soan Li yang ditawan oleh Sin Hong.
Dan apa kata Sin Hong pada tengah malam itu" Pemuda itu
menangkap Nalumei karena dikatakan bahwa Nalumei adalah kaki
tangan musuh rahasianya! Dan sekarang, Sin Hong menyatakan
bahwa Soan Li terkena racun yang merampas ingatannya! Siapa
yang meracun Soan Li" Dan tiba-tiba muncul Kong Ji. Apa artinya semua ini" Apa hubungannya Kong Ji dengan kejahatan Sin Hong"
Hui Lian tak sanggup lagi memikirkan semua ini. Tidak kuasa ia membuka semua rahasia yang berbelit itu.
"Benar kata Tang Hwesio. Ayah dan Ibu harus turun tangan.
Andaikata benar Sin Hong penjahat keji, kelihaiannya hanya dapat ditandingi oleh Ayah! Kalau tidak dan di balik semua ini ada rahasia 580
lain, kiranya hanya Ayah dan Ibu yang dapat memecahkannya,"
demikian Hui Lian berpikir. Kermudian ia bangkit dari rumput,
membetulkan pakaiannya yang kusut, membereskan pula
rambutnya, ia menghai bekas-bekas air mata In ia berjalan menuju pulang ke Kim-bun-to.
-oo0mch-dewi0ooSin Hong memondong tubuh Soan Li dan lari dengan cepat. Ia
mengambil ke putusan untuk membongkar rahasia yang
dihadapinya dari Soan Li. Soan Li juga dijadikan korban untuk
memfitnah dirinya, pikirnya. Dan gadis ini ternyata telah diberi racun yang luar biasa, yang telah merampas ingatan gadis ini. Kalau aku bisa menyembuhkannya dan bisa menuturkan pengalamannya,
tentu akan terbuka kedok musuh rahasia itu.
Biarpun belum mendapatkan bukti dan belum berani
memastikan, namun sudah timbul bayangan Kong Ji di dalam hati
Sin Hong. Pemuda itu mencurigakan sekali, gerak-geriknya aneh
dan mengapa ia selalu muncul di saat-saat yang genting dalam
urusan pengrusakan namanya itu" Akan tetapi, dugaan ini ia bantah sendiri. Tak mungkin Kong Ji sampai hati melakukan semua itu, dan pula apakah latar belakangnya maka Kong Ji hendak merusak
namanya" Ia akan lebih percaya kalau sekiranya yang merusak
namanya itu orang-orang macam See-thiat Tok-ong atau Giok Seng Cu yang sudah ia ketahui kejahatannya dan kekejamannya.
Di tengah jalan, Sin Hong berdaya untuk menyadarkan Soan Li
dan keadaannya yang seperti bukan maunya sendiri, seperti orang kemasukan setan. Akan tetapi, tiap kali ia membebaskan totokan gadis itu, Soan Li langsung menyerangnya sambil memaki-makinya sebagai penjahat keji yang telah menghinanya, menodainya dan
merusak hidupnya.
Terpaksa Sin Hong membuatnya tidak berdaya dengan totokantotokan, kemudian mempergunakan jarum perak untuk menusuk
jalan-jalan darah yang penting. Ini perlu dilakukan untuk
mengembalikan kekuatan dan daya darah murni sehingga pengaruh
racun itu dapat dilawan. Kemudian ia mengurut-urut urat-urat besar 581
kecil di bagian kepala Soan Li. Semua ini dilakukan dengan amat hati-hati, karena kepala adalah bagian tubuh yang paling sukar dirawat dan diobati. Selain itu Sin Hong juga belum berpengalaman, dan terpaksa ia mengerahkan pikiran untuk mengingat kembali isi kitab peninggalan Kwa-siucai di bagian menyembuhkan orang dari pengaruh racun-racun berbahaya.
Beberapa pekan kemudian. Sin Hong baru dapat menghilangkan
sifat liar dan marah dari gadis itu. Kini Soan Li tidak lagi mengamuk dan menyerangnya, bahkan gadis ini seakan-akan lupa lagi siapa dia. Akan tetapi tetap saja gadis ini sering kali memaki-maki dan menangis, mengutuk perbuatan Wan Sin Hong atas dirinya dan
dengan suara mesra menyebut-nyebut nama Lam-ko atau Gong
Lam!

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin Hong merasa terharu bukan main. Jelas sekarang baginya
bahwa Soan Li jatuh cinta kepada Gong Lam dan membenci Wan
Sin Hong. Hal ini benar-benar aneh, benar benar lucu dan
membingungkan. Gong Lam adalah Wan Sin Hong dan Wan Sin
Hong juga Gong Lam. Bagaimana Soan Li bisa mencinta Gong Lam
dan membenci Sin Hong" Kalau memikirkan semua ini, makin
menghebat rasa marah dan penasaran di hati Sin Hong terhadap
musuh rahasia yang agaknya demikian benci kepadanya sehingga
berusaha sekuat tenaga untuk merusak namanya.
Sin Hong duduk melamun di pinggir jalan menunggu Soan Li
sadar dari tidurnya, hatinya penuh harapan. Sudah semenjak pagi tadi gadis ini tertidur. Kini perjalanan dapat dilakukan lebih leluasa, karena Soan Li biarpun keadaannya seperti orang gila, namun
kepandaiannya tidak hilang. Kepandaian silat yang sudah mendarah daging tidak terhapus lenyap oleh berubahnya ingatannya, maka
gadis ini masih dapat berlari cepat seperti biasa. Wataknya seperti anak kecil dan ia tidak ingat siapa-siapa lagi, yang diingatnya hanya Wan Sin Hong yang dibencinya dan Gong Lam yang dicintanya!
Menjelang tengah hari Soan Li menggeliat lalu membuka
matanya, berkedip-kedip karena matanya tertusuk cahaya matahari.
Sin Hong harus mengakui bahwa biarpun keadaannya seperti itu,
Soan Li tetap merupakan seorang gadis yang amat cantik dan
menarik. Akhirnya gadis itu membuka mata lagi, kini pandang
582 matanya bertemu dengan Sin Hong. Ia bangkit duduk, memandang
ke kanan lalu bertanya.
"Mana Lam-ko" Ke mana dia pergi" Mengapa dia meninggalkan aku" Ah, Lam-ko, bantulah aku mencari dan membalas dendamku
kepada manusia keparat Wan Sin Hong!"
Sin Hong menggeleng-geleng kepalanya. Ia tidak mau
memperkenalkan sebagai Lam-ko atau Gong Lam, karena dengan
jalan memperkenalkan diri sebagai Gong Lam, sama artinya dengan menyangkal bahwa dia sebenarnya Wan Sin Hong! Maka ia lalu
menghampiri Soan Li dan berkata membujuk.
"Gak-siocia, Engko Lam yang kaucari- cari itu sedang pergi mengejar Wan Sin Hong. Hari telah siang, marilah kita menyusul mereka, dan kita membuat Engko Lam menangkap Wan Sin Hong."
Bersinar mata Soan Li dan cepat sekali ia telah melompat
bangun. "Baik sekali, mari".!" katanya dan di lain saat ia telah berlari cepat.
"Gak-siocia, bukan ke sana jurusannya, ke sini".!" seru Sin Hong sambi memegang tangan gadis itu. Soan Li tidak membantah dan
memutar langkahnya, bersama Sin Hong lari ke kiri.
Sin Hong membawanya menuju ke Kim-ke-tho, karena ia ingin
gadis ini beristirahat di pulau itu, di mana gadis itu akan terjaga dan aman.
Selain itu, ia pun ingin bertemu dengan gihunya, karena
menghadapi urusan yang sulit itu ia perlu minta nasehat dan
petunjuk Lie Bu Tek ayah angkatnya.
Selain ini, ada satu hal yang membuat Sin Hong nampak bingung
dan juga membuat hatinya perih, kebenciannya memuncak. Ketika
ia memeriksa Soan Li lebih teliti untuk melihat sampai di mana racun itu menguasai tubuh gadis ini, ia mendapat kenyataan yang amat mengejutkan, yaitu bahwa Gak Soan Li ternyata telah
mengandung! Ia benar-benar merasa bingung sekali dan tidak
berani ia bertanya siapakah ayah anak yang dikandung oleh Soan Li, karena ia takut bayangan sendiri, takut mendengar jawaban yang sudah dapat diduga.
583 Soan Li pasti akan menjawab bahwa ayah anak itu kalau bukan
Wan Sin Hong tentu Gong Lam. Apa pun jawabannya, Sin Hong
atau Gong Lam berarti... dia sendiri! Benar-benar Sin Hong
menghadapi hal yang dapat membuat kepalanya berdenyut pusing.
Pada suatu hari Sin Hong dan Soan li tiba di dekat pantai dan
tiba-tiba Sin Hong melihat kakek pengemis tua datang dari depan.
"Cam-kauw Locianpwe...!" Sin Hong berseru memanggil ketika ia mengenal orang tua ini.
Memang benar pengemis tua itu adalah Cam kauw Sin Kai, kakek
yang sudah diangkat menjadi ketua dari Hek-kin-kaipang dan
tinggal di Pulau Kim-ke tho. Biarpun kalau bertempur, mata kakek pengemis ini masih awas sekali melebihi mata orang muda, akan
tetapi kalau mehhat jauh ia sudah kurang awas. Baru ia mengenaI Sin Hong setelah mendengar suaranya, maka cepat ia berlari
menghampiri. Wajahnya muram dan nampaknya ada sesuatu yang
amat penting sedang dipikirkan.
"Wan-sicu, selama ini kau dari mana saja dan siapa pula Nona ini?" tanyanya dengan suara keren dan juga pandang mata penuh kecurigaan.
Melihat sekelebat saja Sin Hong dapat menduga bahwa berita
tentang "kejahatannya" tentu sudah tersiar luas dan kiranya sudah sampai di Pulau Kim-ke tho. Maka ia tersenyum duka ketika
menjawab. "Sudahlah, Cam-kauw Locianpwe, aku benar-benar mengharap
kau orang tua tidak ikut-ikutan menyangka aku melakukan hal yang bukan-bukan. Aku sendiri sedang bingung memikirkannya siapa
iblisnya yang sudah merusak namaku dan aku banyak
mengharapkan bantuan Locianpwe untuk memecahkan rahasia ini."
Lenyap bayangan muram di wajah Cam-kauw Sin-kai. "Lohu
memang percaya penuh kepadamu, Sicu. Aku telah mencalonkan
Sicu sebagai bengcu, tak mungkin aku memilih keliru. Coba kau
katakan apa yang telah terjadi, dan siapa pula Nona ini?"
"Dia ini adalah Gak Soan Li Siocia, murid dari Hwa I Enghiong Go Ciang Le." Sin Hong memperkenalkan Soan Li yang berdiri
584 termenung tanpa memandang kakek itu dan seakan-akan tidak
mendengar semua percakapan tadi. Kemudian tanpa
menyembunyikan sesuatu, dengan singkat Sin Hong menuturkan
pengalamannya. "Di mana-mana aku mendengar tentang kejahatan kejahatan keji yang dilakukan oleh seorang penjahat bernania Wan Sin Hong. Aku sudah berdaya sekuatnya untuk mencari orang yang merusak namaku, namun sia-sia. Penjahat itu benar-benar lihai dan cepat gerakannya atau mungkin juga ia mempunyai banyak kaki
tangan sehingga selalu aku menangkap angin. Bahkan ia telah
menggunakan seorang gadis kaki tangannya untuk sengaja
mengaku telah kuganggu, mengadu di depan para locaianpwe dan
Ciangbunjin dari partai-partai besar. Dan Nona Gak ini, dia telah pula mengaku bahwa dia dirusak oleh Wan Sin Hong, ketika aku
memeriksanya ternyata dia telah dirusak ingatannya oleh racun
jahat. Oleh karena itu aku membawanya ke sini untuk mencoba
mengobatinya."
Cam-kauw Sin-kai mendengarkan semua itu dengan muka
berkerut. "Jahanam betul iblis itu!" makinya. "Dan keadaan untukmu buruk sekali, Sicu. Kalau sudah ada saksi yang mengaku menjadi korbanmu, mengaku di depan para ciangbunjin, hmm, hal ini bukan urusan kecil!" Kemudian ia berkata perlahan, "Kulihat Nona Gak ini seperti berada di bawah pengaruh sihir, biar aku akan mencoba
menghilangkan pengaruh itu kalau dapat."
Setelah berkata demikian, ia melangkah ke depan mcnghampiri
Soan Li, lalu memanggil dengan suara berpengaruh dan pandang
mata tajam menatap nona itu.
"Nona Gak Soan Li...!!"
Sin Hong merasa betapa besar wibawa yang terkandung dalam
suara panggilan ini, maka ia berdiri menonton dengan kagum. Tak disangkanya bahwa pengemis ini ternyata seorang ahli hoatsut
(sihir) yang memiliki Iweekang dan khikang tinggi.
Tadinya Soan Li seperti tidak memperdulikan sesuatu, namun
mendengar suara panggilan ini, tiba-tiba ia memutar tubuh
menghadapi Cam-kauw Sin-kai. Padahal biasanya ia telah lupa akan namanya sendiri! Cam-kauw Sin-kai kini memandang dengan mata
seperti mengeluarkan api, bibirnya berkemak-kemik, jari-jari
585 tangannya membuat gerakan-gerakan aneh ke arah Soan Li. Ajaib, nona itu berdiri bagaikan patung dan kedua matanya perlahan-lahan dipejamkan, tubuhnya bergoyang-goyang seperti pohon cemara
tertiup angin, seperti hendak roboh ke kanan ke kiri.
Setelah mengeluarkan kata-kata pelahan, kata-kata rahasia
dalam ilmu hoatsut yang tak dimengerti oleh Sin Hong Cam-kauw
Sin-kai lalu mengeluarkan kata-kata pertanyaan,
"Kau bernama Gak Soan Li. ingat kau bernama Gak Soan Li, Gak Soan Li...."
Suaranya demikian berpengaruh menyeramkan sehingga Sin
Hong sampai merasa kulit punggungnya dingin menebal.
"Aku Gak Soan Li...." Gadis ini menjawab dengan suara lemah menyerah.
"Kau murid Hwa I Enghiong Go Ciang Le...." kembali Cam-kauw Sin-kai menuntun untuk mengembalikan ingatan Soan Li.
"Aku murid Hwa I Enghiong Ciang Le Suhu...." gadis itu menjawab.
Cam-kauw Sin-kai berkemak-kemik matanya makin tajam
menatap wajah Soan Li, kemudian tangan kanannya diangkat dan
telunjuknya menuding, lalu katanya berpengaruh sekali.
"Nona Gak Soan Li, sekarang ceritakan apa yang telah kaualami, siapa yang telah merusak dan mengganggumu!"
Sin Hong merasa tegang, seluruh perhatiannya dicurahkan. Ingin sekali ia mendengar apa yang hendak diucapkan oleh gadis itu.
Gadis itu kembali tubuhnya bergoyang-goyang, wajahnya perlalahan menjadi pucat dan tiba-tiba mengeluarkan suara mengeluh dan
terisak sedih sekali! Sin Hong merasa kasihan dan hendak
melangkah maju, akan tetapi tangan kiri Cam kauw Sin-kai memberi isyarat menahannya. Kemudian terdengar Soan Li bicara, suaranya perlahan setengah berbisik, matanya masih meram dan tubuhnya
menggigil. "Gelap sekali... kepalaku pening... tubuhku lemas kedua pahaku masih sakit. Dia... jahanam keparat Wan Sin Hong... dia mengaku 586
bernama Wan Sin Hong, aku harus membunuhnya, harus membalas
dendam, mencuci noda dengan darahnya!" Soan Li nampak
bersemangat, kedua tangannya dikepalkan, tubuhnya menegang
kemudian ia nampak lemas dan lemah kembali, wajahnya berubah,
menjadi manis dan tersenyum-senyum berkata lambat-lambat,
"Lam-ko, kau oranglah yang baik terhadapku... biar pun rupamu agak berubah, karena kau bernama Gong Lam, aku... aku cinta
kepadamu... Lam-ko, tahukah kau... tak lama lagi kita mempunyai anak...!"
"Cukup!" Sin Hong membentak sambil melompat maju.
"Sicu, jangan...!" Cam-kauw Sin-kai melarang dan tangannya bergerak mendorong. Akan tetapi Sin Hong menyampok tangan ini
dan akibatnya Cam-kauw Si kai mencelat sampai dua tombak
terhuyung-huyung ke belakang!
Soan Li menjerit, pengaruh yang mencengkeram dirinya terlepas, tubuhnya terguling dan ia pingsan dalam pelukan Sin Hong!
"Wan-situ, mengapa kau menghalangi usahaku
menyembuhkannya?" tanya Cam kauw sambil memandang heran
kepada pemuda itu.
"Locianpwe, dia sudah menderita hebat, apakah masih perlu dia
harus membuka rahasianya yang memalukan?"
Cam-kauw Sin-kai mengangguk-angguk, lalu mengelus elus
jenggotnya dan berkata lambat, "Sudah jelas sekarang, Gak-Siocia telah dinodai oleh seorang penjahat yang ditempat gelap mengaku bernama Wan Sin Hong. Tentu seorang penjahat yang sengaja
menggunakan namanya untuk merusak namamu, Sicu. Di samping
itu, agaknya Gak-siocia mempuui kekasih bernama Gong Lam
dan...dan agaknya hubungan mereka itu mendalam sehingga Gaksiocia sampai " mengandung...." Ia mengerutkan kening. "Hanya aku masih heran dan tidak mengerti siapakah Gong Lam ini...."
Pada saat itu, Soan Li membuka matanya. ia berada di dalam
pelukan Sin Hong, tiba-tiba ia berteriak dengan suara girang,
587 "Lam ko...!" Soan Li kegirangan bukan main sampai ia memeluk leher Sin Hong -dan menciumi pemuda itu sambil bercucuran air
mata! Sin Hong terharu. "Gak-siocia, agaknya kau telah ingat
kembali...." Tiba-tiba Sin Hong melepaskan pelukannya
membalikkan tubuh memandang kepada Cam kauw Sin-kai dengan
muka kemerahan. Seperti telah diduganya, Cam kauw Sin kai berdin dengan mata terbelalak memandang pemuda itu, sinar matanya
memperlihatkan kemarahan.
"Jadi... jadi kaukah orangnya, Sicu..."
Sin Hong cepat mengangkat kedua lengannya dan menggoyanggoyangkan kedua tangan "Tidak, tidak, bukan aku, Locianpwe! Aku tidak pernah melakukan perbuatan terkutuk itu...!" Sin Hong menjadi bingung dan gagap. "Aku tidak pernah mengganggu Gak-siocia...."
Soan Li melompat dekat dan memegang lengan Sin Hong, "Lam-ko, bagai mana kau berkata demikian" Bukankah aku sudah menjadi isterimu..." Lam ko siapa Locianpwe ini" Dan mengapa kau bicara seperti itu?"
Sin Hong tak dapat menjawab karena Cam-kauw Sin-kai sudah
menjadi marah sekali mendengar kata-kata Soan Li dan sudah
menyerang Sin Hong dengan tongkatnya. Dan lagi, bagaimana ia
menjawab" ia berada dalam kedudukan yang amat sulit. Terpaksa
Sin Hong melayani Cam kauw Sin-kai karena serangan-serangan
kakek itu bukanlah serangan yang boleh dipandang ringan. Ilmu
tongkat kakek ini luar biasa sekali dan Sin Hong harus
mengeluarkan kepandaiannya kalau tidak ingin mendapat
kemplangan pada kepalanya atau bagian lain yang berbahaya.
Cam-kauw Sin-kai merasa kecewa jengkel, dan marah sekali.
Tadinya ia amat kagum kepada pemuda itu, dan sudah diambil
keputusan untuk memilih pemuda itu sebagai calon bengcu. Ia
kagum karena dalam usia sedemikian muda, pemuda itu telah
memiliki kepandaian luar biasa, dan sebagai ahli waris dari Pak Kek Siansu, memang sudah tepat kiranya kalau Wan Sin Hong menjadi
Bengcu, mengepalai seluruh orang gagah di dunia kang-ouw.
588 Bahkan ketika ia mendengar desas-desus tentang penjahat muda
yang baru muncul dan bernama Wan Sin Hong, ia merasa kaget
akan tetap masih tidak percaya. Oleh karena itu ia sengaja
meninggalkan Pulau Kim-ke-tho untuk menyelidikinya sendiri.
Ternyata kepercayaannya tidak sia-sia pemuda itu sama sekali
bukan penjahat dan ia percaya bahwa tentu ada musuh rahasia
yang sengaja merusak nama baik Wan Sin Hong. Akan tetapi siapa kira, tak tahunya pemuda itu ternyata merupakan seorang hidung belang, seorang rendah watak dan lemah iman sehingga sampai
hati merusak dan mempermainkan seorang gadis seperti Ga Soan Li yang berada dalam keadaan setengah gila! Apalagi kalau ia ingat bahwa Gak Soan Li adalah murid Hwa I Enghiong!
Saking kecewa dan marahnya, Cam-kauw Sin-kai mengerahkan
seluruh kepandaian untuk merobohkan pemuda ini, yang
melawannya dengan tangan kosong dan hanya main kelit saja.
"Locianpwe, kau salah sangka, hentikanlah seranganseranganmu," kata Sin Hong berkali-kali. Akan tetapi sebagai jawaban, tongkat yang lihai dan Iawannya itu meluncur cepat
menotok ke arah lehernya. Sebuah serangan yang amat berbahya.
Namun, dengan hanya mendoyongkan tubuh ke kanan dan
menyampok dengan tangan kirinya, Sin Hong dapat menghindarkan
bahaya dan tongkat itu menyeleweng. Akan tetapi Cam-kauw Sinkai menyerang terus, mengeluarkan jurus-jurus yang paling
berbahaya sehingga tongkatnya berubah menjadi gulungan sinar
yang membungkus tubuhnya dan yang menyambar-nyambar
mengurung Sin Hong.
Setelah mempelajari ilmu-ilmu yang tinggi dari kitab peninggalan Pak Kek Siansu, Sin Hong menjadi "keranjingan" ilmu silat. Kini menghadapi desakan Cam-kauw Sin-kai, ia menjadi gembira melihat ilmu silat yang aneh dan lihai ini, maka diam-diam ia
memperhatikan bahkan mempelajari dasar-dasar gerakannya sambil mengelak ke sana ke mari mengandalkan kegesitan tubuhnya yang
luar biasa. Soan Li tadinya menjadi bengong. Kini ingatannya mulai bekerja kembali dan seingatnya, Gong Lam adalah seorang pemuda yang
bodoh, tolol. Bagaimana sekarang dapat menghadapi serangan yang 589
demikian dahsyat dari kakek ini" Bukan main girang dan juga
terkejut campur kagum rasa hatinya melihat bahwa kekasihnya itu ternyata memiliki kepandaian silat yang amat tinggi. Melihat Sin Hong makin dikurung oleh sinar tongkat, ia lalu mencabut
pedangnya yang memang tidak diambil oleh Hong Ji dan masih
tersembunyi di balik bajunya, lalu melompat ke dalam kalangan
pertempuran sambil membentak,
"Jembel tua bangka, jangan ganggu suamiku!" Pedangnya
berkelebat dan menyerang Cam-kauw Sin-kai yang menjadi terkejut sekali karena serangan gadis itu memang cepat dan dahsyat. Hal tidak aneh karena Soan Li mempergunakan ilmu pedang warisan
gurunya yaitu berdasarkan Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang.
Melihat Soan Li turun tangan terhadap Cam-kauw Sin-kai, Sin
Hong menjadi makin bingung dan ia segera mundur. Ia merasa
jengkel sekali, jengkel terhadap Cam-kauw Sin-kai yang
menuduhnya yang bukan-bukan, juga marah terhadap Soan Li yang
mendadak menganggapnya sebagai suaminya! Lebih baik
kutinggalkan mereka, pikirnya dengan gemas. Akan tetapi tiba-tiba ia melihat bayangan tiga orang dan bukan main girang hatinya
ketika melihat bahwa seorang di antara mereka adalah Lie Bu Tek.
Dua orang lain adalah sepasang pendekar setengah tua yang amat gagah sikapnya. Yang wanita segera membentak.
"Soan Li jangaa kurang ajar! Hentikan seranganmu!"
Soan Li tersentak kaget mendengar suara ini. Ia menahan
pedangnya, menengok dan melihat sepasang pendekar itu, ia cepat menjatuhkan diri berlutut sambil menangis,
"Suhu".. suhu..."
Sementara itu, Lie Bu Tek menegur dengan suara yang tidak
enak sekali didengar. "Sin Hong, dari mana saja kau?"
Ketika Sin Hong memandang ternyata Lie Bu Tek dan sepasang
pendekar itu memandangnya dengan sinar mata marah dan ragu.
Sin Hong maklum apa yang mereka pikirkan. Tentu telah
mendengar berita tentang "kejahatannya," pikirnya. Dan ia dapat menduga siapa adanya sepasang pendekar itu setelah mendengar
sebutan Soan Li tadi. Inilah kiranya Hwa I Enghiong Go Ciang Le 590
dan isterinya, pendekar besar yang tiada taranya. Sin Hong
memperhatikan dan memandang tajam kepada Ciang Le. Dua
pasang mata yang tajam berpengaruh bertemu, dua pasang mata
dari dua orang murid Pak Kek Siansu.
Sementara itu, Soan Li yang berlutut dan menangis, tiba-tiba
menahan tangisnya dan memandang dengan pucat, sebentar ke
arah Lie Bu Tek lalu kembali kepada Sin Hong. Panggilan yang
diucapkan oleh Lie Bu Tek tadi membuatnya bingung dan kaget.
Mengapa Gong Lam disebut "Sin Hong" oleh orang tua buntung itu"
"Gihu, aku telah mengalami hal-hal yang amat pahit dan tidak menyenangkan," jawab Sin Hong kepada ayah angkatnya sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi.
Cam-kauw Sin-kai melangkah maju dan berkata dengan suara
keras, "Lie Bu Tek Taihiap, di dunia ini memang banyak terjadi hal-hal yang mengecewakan dan bertentangan dengan harapan kita.
Puteramu ini ternyata telah tersesat jauh sekali dan mengecewakan hati, sayang sekali.
Lie Bu Tek menjadi pucat, dan memandang kepada Sin Hong
dengan mata terbelalak. "Jadi benar-benarkah semua berita yang kudengar di mana-mana tentang dirimu"..?"
"Semua itu bohong, Gihu...!" kata Sin Hong dengan tenang dan tetap.
"Memang mungkin sekali dia tidak melakukan semua kejahatan itu, mungkin ada orang lain yang segaja merusak namanya. Akan
tetapi dia... ah, Sam-wi (Tuan Bertiga) tanya saja kepada Gak Siocia apa yang telah ia lakukan terhadap diri Gak-Siocia."
Kim Ciang Le yang membuka mulut, menghampiri Soan Li sambil
bertanya, suaranya tenang berpengaruh. "Soan Li, apakah yang terjadi" Apakah yang telah dilakukan oleh pemuda ini terhadapmu?"
Kembali Soan Li terisak menangis. Ia masih merasa pening
kepalanya, lagi dibingungkan oleh panggilan Lie Bu Tek terhadap pemuda yang dianggapnya bernama Gong Lam dan menjadi
"suaminya" itu. Ia makin bingung dan kwatir menghadapi pertanyaan gurunya, ia menangis.
591 "Suhu dan Subo... ampunkan dosa teecu..." Kemudian ia menyusut air matanya menekan perasaannya dan melanjutkan,
"dalam perjalanan teecu menemui bencana, teecu bertemu dengan Giok Seng Cu, bertempur dan kedua tulang paha teecu dipukul
remuk oleh Giok Se Cu."


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sampai di sini terdengar Liang Bi Lan berseru perlahan mengutuk Giok Se Cu, akan tetapi Ciang Le tenang-tenang saja, memandang kepada muridnya tanpa berkedip seakan-akan hendak menyelidiki
sampai di mana kebenaran cerita muridnya. "Teruskan!" katanya.
"Teecu tentu binasa kalau tidak ditolong oleh Lam-ko... oh, oleh pemuda itu yang bernama Gong Lam yang ternyata memiliki
kepandalan mengobati tulang patah." Ia menunjuk kepada Sin Hong yang berdiri sambil menundukkan muka. Semua orang memandang
kepada Sin Hong dengan kening dikerutkan, akan tetapi tidak ada yang membuka mulut karena ingin mendengar lanjutan penuturan
Soan Li. "Kemudian Engko Gong Lam ini meninggalkan teecu dan teecu diculik oleh Giok Seng Cu. Teecu melawan akan tetapi tidak berdaya karena kedua paha teecu masih luka. Teecu pingsan dan tahu-tahu teecu telah terjatuh ke dalam tangan penjahat Wan Sin Hong, teecu tak berdaya...."
Ciang Le dan Bi Lan saling pandang. Lie Bu Tek memandang
kepada Sin Hong dengan wajah sebentar merah sebentar pucat.
"Tenanglah dan lanjutkan penuturanmu," kata Ciang Le kemudian sambil mengerling ke arah Sin Hong. Pemuda itu masih
menundukkan kepalanya, agaknya amat memperhatikan cerita Soan
Li. Ia diam-diam girang sekali dapat mendengar penuturan yang
jelas setelah Soan Li pulih ingatannya, karena tadi Soan Li tak pernah dapat menceritakan pengalamannya ini.
"Kembali muncul Lam-ko ini. Soan Li menoleh ke arah Sin Hong, pandang matanya agak ragu-ragu, lalu melanjutkan, "entah
mengapa, teecu rasa pening sekali mungkin karena teecu merasa
sakit hati dan benci kepada penjahat Wan Sin Hong. Baiknya Engko Gong Lam berlaku amat... mencinta, merawat luka di paha teecu
sampai sembuh. Bukan itu saja, bahkan... bahkan dia masih tetap...
592 mencinta teecu sungguhpun teecu telah dinodai oleh penjahat Wan Sin Hong. Kemudian... kemudian teecu dan Lam-ko bersumpah
menjadi suami-isteri, kami saling mencinta dan... teecu telah telah mengandung. Suhu, Subo.... mohon ampun atas segala dosa teecu, dan mohon dibalaskan sakit hati teecu kepada Wan Sin Hong si
keparat jahanam!"
Sunyi di situ setelah Soan LI berhenti bercerita, hanya terdengar isak tangis Soan Li. Semua mata memandang Sin Hong, penuh
kebencian. "Nah, itulah!" kata Cam-kauw Sin-kai "Mungkin sekali ada orang memakai nama Wan Sin Hong, akan tetapi kalau ada pula yang
memalsu nama Gong Lam, ini tak masuk di akal"
''Sin Hong, apa jawabmu terhadap ini semua" Benarkah kau
menolong Nona Gak dengan mengaku bernama Gong Lam?" tanya Lie Bu Tek, suaranya gemetar saking menahan amarah.
Sin Hong mengangguk. "Memang betul, Gihu. Memang akulah
yang menolongnya dari ancaman Giok Seng Cu, aku pula yang
mengobati kedua pahanya. Akan tetapi selanjutnya, semua cerita itu bohong dan tidak betul! Harap diingatbahwa Nona Gak ini telah
diracun orang, ingatannya sampai hilang dan baru tadi saja ia ingat kembali setelah mendapat pengobatan sihir dari Cam-kauw
Locianpwe. Akan tetapi ingatannya masih belum baik betul dan ia bicara secara mengaco. Semua tidak betul!"
"Lam-ko...!" Soan Li berdiri dan menghampiri Sin Hong, memeluk pundaknya dan memandang mesra, tercampur gelisah. "Lam-ko...
kau suamiku mengapa bicara seperti itu" Bukankah kau telah
bersumpah bahwa apa pun telah terjadi dengan diriku, kau tetap mencintaiku" Lam-ko, ingat... anak kita...."
Sin Hong menggigit bibirnya. Ia marah dan jengkel sekali, akan tetapi tidak tega untuk melemparkan Soan-Li. Hanya dilepaskan
lengan tangan Soan Li yang memeluknya, dilepaskan dengan
perlahan. "Nona. kau tenang dan mengasolah baru kelak bercerita kalau kau tidak pusing. Pandanglah aku baik-baik, benar-benarkah aku orang yang kauanggap sebagai Gong Lam suamimu itu" Jangan kau
593 ikut-ikutan merusak namaku, Nona. Aku kasihan kepadamu, akan
tetapi kalau untuk menolongmu aku harus mengaku yang bukanbukan, nanti dulu...."
Soan Li menjerit dan melangkah mundur dengan muka pucat.
"Lam-ko...!" suaranya setengah berbisik, keadaannya amat memilukan.
Liang Bi Lan menggerakkan kedua kakiya dan bagaikan seekor
burung ia telah berada di depan Sin Hong.
"Orang muda, muridku sudah bicara jelas. Apakah kau begitu rendah untuk menyangkal pula?" bentaknya tegas. Sin Hong
menjura. "Sudah lama siauw-te mendengar kebesaran nama Hwa I Enghiong Go Ciang Le dan Sian-Li Liang Bi Lan, sepasang pendekar besar yang adil dan bijaksana. Mana siauw-te berani berlaku kurang ajar" Tentang Gak Siocia ini, dia memang benar-benar masih belum waras ingatannya, kalau tidak percaya siauwte dapat
membuktikannya." Kemudian Sin Hong menghampiri Soan Li dan bertanya halus,
"Nona, kau mengaku bahwa kau telah diganggu oleh Wan Sin
Hong, bukan?"
Soan Li mengangguk, memandang kepada Sin Hong dengan
sepasang mata terbelalak dan muka pucat, seperti orang terheran-heran.
"Dan kau mengaku telah menjadi isteri dari Gong Lam?"
"Lam ko, bagaimana kau bisa bertanya begini"......... Kau sendiri orangnya yang...."
"Dengarlah, Gak Siocia. Siapa kaukira aku ini" Aku adalah Wan Sin Hong tulen, orang yang kautuduh telah menodaimu! Kau bilang telah dinodai oleh Wan Sin Hong dan telah diperisteri oleh Gong Lam. Akulah Wan Sin Hong dan aku pula Gong Lam, akan tetapi
bukan orang yang menodaimu dan bukan aku pula orang yang
memperisterimu!" saking jengkelnya, lenyap rasa kasihan di hati Sin Hong dan pemuda ini membentak bentak marah.
594 Soan Li seperti disambar petir mengeluarkan suara ah-ah, uh-uh, memandang ke sana ke mari seperti kelinci ketakutan minta
perlindungan, bingung dan tidak mengerti, remuk rendam kalbunya dan akhirnya gadis yang bernasib malang ini menjadi lemas dan
roboh tak sadarkan diri!
Liang Bi Lan menolong muridnya dan Go Ciang Le maju
menghadapi Sin Hong. Kening pendekar ini berkerut tanda hatinya risau dan tak senang.
"Wan Sin Hong, aku telah banyak mendengar dari Lie Bu Tek
Toako tentang dirimu dan aku kecewa melihat kenyataannya. Kau
telah beruntung menjadi ahli waris kitab peninggalan Suhu Pak Kek Siansu akan tetapi sebagai murid Suhu kau mengecewakan. Dahulu mendiang Suhu sering kali berkata bahwa seorang laki-laki sejati tidak diukur dari kepandalannya, melainkan dari sikapnya, berani bertanggung jawab dan memikul akibat daripada segala macam
perbuatannya. Dengan menggunakan nama Gong Lam kau telah
menjatuhkan hati Soan Li dan memperlakukannya sebagai isteri,
bahkan dia telah mengandung calon anakmu. Akan tetapi kau tidak mau mengaku hmm, benar-benar rendah sekali."
"Suheng, siauwte masih terhitung adik seperguruanmu, maka siauwte menaruh rasa hormat terhadap Suheng seperti hormatku
kepada mendiang Suhu yang belum pernah siauwte lihat. Biarpun
masih muda dan bodoh, siauwte mengerti pula tentang pribadi dan kebenaran, tentang kegagahan dan keadilan. Siauwte benar benar tidak pernah melakukan semua perbuatan yang dituduhkan oleh
Nona Gak, bagaimana siauwte harus mengaku?"
"Soan Li semenjak kecil ikut dengan kami, dia seperti anak kami sendiri. Aku mengenaI betul wataknya. Dia bukan orang wanita
yang suka membohong, bukan pula seorang yang sudi memfitnah
orang lain. Apa yang ia katakan tentu benar. Kalau bukan kau
orangnya, mustahil dia mengaku kau sebagai orang yang telah
memperisterinya."
Sin Hong menentang pandang mata Go Ciang Le tanpa keder
sedikit pun bahkan ia pun memandang tajam karena merasa
penasaran sekali. "Jadi Suheng ikut pula menuduh" Betapapun juga, biarpun seluruh dunia menuduhku, aku tetap menyangkal karena
595 memang aku tak pernah melakukan hal itu!" katanya hampir
berteriak. "Buktikan kalau kau memang bersih dari dosa!" Ciang Le mulai marah, "Kalau tidak dapat membuktikan, biar aku mewakill
mendiang Suhu memberi hajaran kepadamu!"
`Bagaimana siauwte dapat membuktikan" Harap Suheng jangan
terlalu mendesak."
"Kalau kau tidak dapat membuktikan berarti kau bersalah dan kalau dalam kebodohanmu kau tidak mau mengaku...."
"Habis, kalau menurut Suheng, siauw-te harus bagaimana?" Sin Hong memotong penasaran.
"Kau harus bertanggung jawab, dan melihat keadaan Soan Li tidak ada jalan lain kecuali kau harus menikah dengan dia. Kalau kau menolaknya, berarti kau menghina keluarga kami dan terpaksa aku harus turun tangan menghajarmu."
"Suheng tidak adil! Suheng berat sebelah. Siauwte tidak merasa bersalah, terserah kepada Suheng, siauwte tetap menolak!"
"Aha, agaknya kau sudah merasa diri cukup kuat maka kau tidak menghargai suhengmu sendiri. Baiklah, barangkali saja aku takkan menang melawanmu, akan tetapi sebagai wakil Suhu, aku harus
nenghajarmu. Terimalah pukulan ini!"
Ciang Le menggerakkan tubuhnya ke depan memukul dengan
tamparan ke arah pipi Sin Hong. Ia sengaja berlaku Iambat untuk memberi kesempatan kepada Sin Hong bersiap dan mengelak, akan
tetapi ternyata pemuda itu tidak mengelak sama sekali.
"Plak?" pipi kiri Sin Hong terkena tamparan kulit pipinya menjadi merah sekali, akan tetapi dia tidak bergeming. Ciang Le kaget.
Tamparan tadi, biarpun tidak mempergunakan tenaga sepenuhnya
namun cukup berat dan tidak sembarang orang akan kuat
menahannya, apalagi dengan pipi. Akan tetapi bocah ini menerima tamparan begitu saja dan hanya kulit pipi yang menjadi merah,
sama sekali tidak kelihatan sakit.
596 "Eh, eh, kau menantang" Sin Hong jangan kau sombong. Hayo kaulawan aku!"
"Suheng tadi menyatakan bahwa Suheng mewakili mendiang
Suhu, bagaimana siauwte berani melawan" Terserah kepada
Suheng, mau pukul boleh pukul mau bunuh boleh bunuh!"
Ucapan Sin Hong ini sebetulnya memang sejujurnya, akan tetapi
diterima keliru oleh Ciang Le dan dianggap bahwa Sin Hong
memamerkan kepandaiannya dan sengaja membikin malu
kepadanya di depan orang banyak. Ia harus mengeluarkan
kepandaian karena kalau tidak ia benar-benar akan mendapat malu.
"Bocah kurang ajar, kalau begitu terimalah pukulanku!" ia mengayun tangan kiri, menepuk pundak kanan Sin Hong dengan
gerakan cepat dan mengerahkan lweekangnya. Tepukan ini bukan
sembarangan tepukan, melainkan ilmu pukulan, yang berbahaya
sekali. Ciang Le mengira bahwa kini Sin Hong tentu akan mengelak atau menangkis karena kalau kini Sin Hong benar-benar sudah
mempelajari Pak-kek Sin-ciang, tentu tahu bahwa serangan ini
adalah ilmu pukulan Pak-kek Sin-ciang jurus ke sebelas.
Namun kembali ia kecele. Alangkah kagetnya ketika melihat
pemuda itu sama sekali tidak menggerakkan pundaknya atau
tangannya untuk mengelak atau menangkis dan agaknya sengaja
menerima pukulannya begitu saja. Saking kagetnya, Ciang Le
sampai berseru dan cepat ia mengurangi tenaganya karena kalau
diteruskan, seorang yang kepandaian tinggi pun dapat roboh binasa terkena pukulan yang disebut Cun lui-tong-te (Geledek Musim Semi Menggetarkan bumi) ini, yang dapat menggetarkan jantung dan
melukai isi dada!
"Buk!" tubuh Sin Hong terhuyung dua langkah ke belakang namun ia masih tersenyum dan kini mukanya menjadi agak pucat.
"Terima kasih atas kebaikan hati Suheng yang telah mengurangi tenaga dalam pukulan tadi," kata Sin Hong, kembali dengan sejujurnya. Ia amat kagum menyaksikan gerak tipu Cun-lui-tong-te yang dilakukan dengan amat baiknya oleh suhengnya ini dan ia
maklum bahwa agaknya sinkangnya takkan dapat menahan, akan
tetapi tiba-tiba ia melihat gerakan tangan itu berkurang tenaganya 597
maka tak terasa ia mengucapkan terima kasih. Namun kembali
Ciang Le menjadi salah terima dan dikira Sin Hong mengejeknya.
Memang ia merasa terkejut dan heran. Biarpun ia sudah
mengurangi tenaganya, namun pukulan tadi berbahaya sekali. Dia sendiri kalau terkena pukulan itu, pasti akan roboh, biarpun belum tentu tewas. Maka merasa diejek, kemarahannya memuncak. ia
melangkah maju dua tindak dan rnengayun tangan kanan.
"Bocah jahat, terimalah yang terakhir ini!" Tangan kanannya menonjok lambat dan perlahan akan tetapi Sin Hong tahu bahwa
pukulan ini adalah jurus ke tiga belas dari Pak-kek Sin-ciang, jurus yang disebut Kong-ciak-te-ko (Merak Menotol buah) dan yang
berbahaya sekali karena pukulan ini langsung menyerang jantung!
Ia meramkan mata dan menahan napas, mengumpulkan seluruh
tenaga sinkangnya.
"Bukk...!!" Tubuh Sin Hong mencelat empat dua tombak, akan tetapi jatuh dalam keadaan masih berdiri. Matanya masih meram
dan bibirnya rapat akan tetapi dari kanan-kiri mulutnya keluar darah mengalir di antara celah bibirnya!
Sebaliknya Ciang Le mengelus-elus kepalan kanannya yang
terasa sakit ternyata telah bengkak!
Lie Bu Tek melihat keadaan putra angkatnya, cepat melompat
maju, pedang di tangan kiri. "Cukup, dia putera angkatku, bukan orang lain, aku sendirilah yang berhak membunuhnya!" Dengan air mata berlinang Lie Bu Tek menghampiri Sin Hong dengan pedang di tangan.
"Sin Hong," katanya berbisik dengan bibir gemetar, "Kalau kau tahu betapa dahulu aku mencinta Ibumu. Kalau kau tahu betapa
aku sayang kepadamu. Betapa aku telah banyak menderita karena
Ibumu dan karenamu. Batapa aku bertahan hidup hanya untuk
melihatmu dewasa".. sekarang kau menghancurkan hatiku. Sin
Hong, biar aku sendiri membunuhmu, kemudian kita bersama
menyusul ibumu...."
Sin Hong membuka matanya. ia melihat Lie Bu Tek berdiri
bagaikan mayat hidup di depannya, tangan kanan buntung, tangan 598
kiri memegang pedang itu tergantung saja di udara , agaknya orang tua tidak sampai hati menggerakkan pedang.
"Gihu...!" Sin Hong menubruk dan berlutut, memeluk kedua kaki Bu Tek. "Gihu, percayalah, anakmu tidak berdosa. Biarlah anak
bersumpah bahwa anak takkan pulang sebelum dapat menyeret
orang yang telah merusak nama anak, orang yang telah
menganiaya Gak-siocia, di bawah kaki Gihu...! Selamat tinggal, Gihu!"
Setelah berkata demikian, Sin Hong bangkit berdiri mengusap
darah yang mengalir dari
bibirnya dan dengan langkah
limbung ia pergi dari tempat
itu. Biarpun jalannya
terhuyung-huyung, akan tetapi
sebentar saja ia telah lenyap
dari pandang mata.
"Sin Hong, aku tidak sampai
hati mmbunuhmu, aku lemah
dan akulah yang melepas pergi
seorang penjahat besar. Biar
aku saja menggantikan kau
menebus dosa, Nak...!" Pedang
di tangan kiri Bu Tek
berkelebat ke arah lehernya
sendiri. "Cring...!" Pedang terlepas dari tangan dan Ciang Le memeluk pundak Lie Bu Tek.
'Toako, mengapa kau begini nekat?"
"Go-siauwte. aku malu... aku malu...."
"Jangan terburu nafsu, Toako. Terus terang saja, aku tadi pun terburu nafsu dan sekarang aku menyesal. Setelah melihat anakmu itu dengan terbuka menerima pukulan-pukulanku yang paling
berbahaya sehingga menderita luka di dalam, aku mulai ragu-ragu.
Tak mungkin dia begitu mudah menerima pukulan kalau dia
memang berdosa. Dugaanku sekarang bercabang dua. Kalau Wan
599 Sin Hong bukan seorang penjahat besar yang pandai bersandiwara, tentu dia seorang pendekar perkasa yang tiada taranya di dunia ini, yang memiliki pribadi luhur dan patut sekali menjadi pengganti mendiang suhu Pak Kek Siansu. Jangan kau putus harapan, Toako.
Biarlah kita sama menanti saja bagaimana akhirnya peristiwa ini."
Lie Bu Tek menundukkan mukanya dan ketika ia mengangkatnya
kembali, ia nampak jauh lebih tua. Mereka beramai lalu pergi ke Pulau Kim-ke-tho di mana Soan Li akan dirawat Cam-kauw Sin-kai.
Sin Hong pergi dengan tubuh sakit semua. Tiga pukulan Ciang Le yang diterimanya itu adalah pukulan-pukulan paling berat yang
pernah ia rasai. Tamparan pertama pada pipinya membuat mukanya terasa panas seperti dibakar. Pundaknya sampai sekarang masih
linu dan sakit. Akan tetapi yang paling hebat adalah pukulan yang mengenai dadanya. Pukulan ini sampai membuat ia muntah darah,
karena jantungnya memang tergetar hebat sekali. Baiknya tenaga sinkang di dalam tubuhnya sudah begitu kuat sehingga jantung itu tidak sampai rusak, hanya terguncang saja. Memang hampir saja
nyawanya direnggut maut dalam pukulan ketiga tadi. Ciang Le
benar-benar lihai sekali pukulannya. Namun semua itu tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan rasa sakit di hatinya. Ia
mendapat penghinaan besar. Namanya sudah rusak dan tidak
dipercaya orang. Bahkan ayah angkatnya sendiri sudah yakin bahwa dia menjadi orang jahat!
"Ini semua gara- gara musuh rahasia manusia terkutuk yang rendah budi dan curang itu!" Sin Hong menggigit bibir, kemudian ia menenteramkan hatinya karena dalam marahnya kembali darah
mengalir keluar dari mulutnya. Ia lalu mencari tempat sunyi, duduk bersila dan mengatur napas, mempergunakan sin-kang untuk
menyembuhkan luka pukulan. Di samping usaha ini, ia pun menelan tiga butir pel merah peninggalan Kwa Siucai, pel itu manjur sekali, apalagi ditambah oleh pengerahan hawa dalam tubuh, maka
sebentar saja kesehatannya sudah pulih kembali. Setelah merasa dadanya tidak sakit lagi, Sin Hong mulai memutar otaknya,
mengenangkan kembali apa yang telah dilihat dan didengarnya tadi.
Tak salah lagi, yang menyaru sebagai Gong Lam dan yang
memperisteri Soan Li tentu Kong Ji orangnya. Dahulu ketika
600 diserang oleh Kong Ji, ia melihat betapa Soan Li menyebut "Lam-ko"
kepada Kong Ji dan sikap Soan Li amat mesra. Tak salah lagi aku harus mencari Kong Ji dan menyeretnya di depan gihu, memaksa
dia mengaku. Demikian Sin Hong berpikir dan mengambil keputusan dengan hati gemas. Sayang ia masih belum dapat menentukan
siapa orangnya yang telah merusak namanya, yang telah
mempergunakan nama Wan Sin Hong untuk melakukan perbuatanperbuatan terkutuk. Sayang sekali dulu ia tidak dapat mcnangkap wanita yang dijadikan alat oleh musuh gelapnya itu. Sayang ia tidak dapat mengenal wajah wanita itu, karena ketika hendak
ditangkapnya, keadaan tidak begitu terang dan wanita itu agaknya sengaja menyembunyikan mukanya. Teringat akan wanita yang
hendak ditangkapnya di tengah malam itu, terbayanglah wajah Hui Lian dan tiba-tiba Sin Hong nampak berduka sekali.
-oo0mch-dewi0ooJilid XXII TIDAK hanya gadis itu yang menganggap jahat bahkan ayahbunda gadis itu pun menuduh ia melakukan perbuatan yang jahat.
Mereka semua membencinya! Hatinya menjadi panas. Baiklah, biar kelak mereka lihat bahwa mereka semua itu bodoh dan salah
sangka. Biarlah mereka semua lihat bahwa Wan Sin Hong bukanlah seorang jahat seperti yang mereka kira, dan pada suatu hari ia akan memperlihatkan siapa dia sebenarnya, orang macam apa! Dengan
pikiran yang memanaskan hatinya ini, Sin Hong melompat berdiri dan di lain saat ia telah lari seperti terbang cepatnya, memulai perjalanannya untuk menangkap Kong Ji dan menangkap orang
yang merusak namanya.
-oo0mch-dewi0ooSerombongan orang naik ke Bukit Luliang-san. Mereka ini terdiri dari seorang wanita dan tiga orang laki-laki. Melihat cara mereka berlari cepat mendaki gunung itu mudah diketahui bahwa mereka
adalah ahli-ahli silat kelas tinggi yang memiliki kepandaian lihai.
601 Orang takkan merasa aneh kalau sudah melihat dan mengenaI
mereka karena mereka itu bukan lain adalah Liok Kong Ji, Ba Mau Hoatsu, Giok Seng Cu dan Nalumei. Memang Kong Ji sudah
memesan kepada Ba Mau Hoatsu dan Giok Seng Cu untuk
mengadakan pertemuan di Gunung Luliang-san.
Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, Kong Ji
menyuruh Ba Mau Hoatsu dan Giok Seng Cu pergi mencari Seethian Tok-ong untuk mengadakan hubungan dan kalau mungkin
menarik See-thian Tok-ong untuk bekerja sama mencari kedudukan.
Adapun Kong Ji sendiri diam-diam mengikuti perjalanan Sin Hong, dan dia pula yang sudah mengatur agar Soan Li keluar pada saatnya untuk membunuh Sin Hong. Dia pula yang muncul untuk membantu
Hui Liang dalam menghadapi Sin Hong dan pada waktu itu, Giok
Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu belum meninggalkannya. Selelah kedua kakek ini pergi dan Kong Ji bersama Nalumei melanjutkan siasat mereka menyeret nama Sin Hong ke dalam lumpur kehinaan.
Semua peristiwa telah dituturkan di bagian depan dan kiranya tidak sukar diduga bahwa semua pengalaman Sin Hong itu sudah diatur
oleh Kong Ji yang licin dan cerdik sekali.
Kemudian, setelah melihat Sin Hong membawa lari Soan Li, Kong
Ji menjadi menyesal sekali. Diam-diam dia merasa sayang, karena selain Soan Li merupakan senjata yang ampuh untuk menjadi bukti akan kejahatan Sin Hong, juga ia telah merasa suka kepada bekas sucinya itu. Bahkan ia tahu bahwa Soan Li telah mengandung dan betapapun juga, ia merasa khawatir akan keselamatan Soan Li.
Andaikata ia tidak menaruh kasihan kepada Soan Li setidaknya ia memikirkan keadaan anak keturunannya yang dikandung oleh Soan
Li. "Sin Hong terlalu lihai," pikirnya, "kiranya aku sendiri tak dapat menangani kalau bertempur dengan dia." Timbul khawatirannya dan teringatlah ia akan kitab yang dulu pernah dilihatnya di dasar jurang di puncak Luliang-san, kitab peninggalan Pak Kek Siansu. Oleh
karena itu ia lalu pergi ke Luliang-san bersama Nalumei, bukan hanya untuk mengambil kitab, juga untuk mengadakan pertemuan
dengan Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu.
602 Pada waktu itu, Kong Ji telah menjadi seorang tokoh yang
banyak kaki tangannya. Ia telah menjadi seorang kaya dan dengan harta curiannya ia telah dapat memikat hati banyak orang kang-ouw di dunia, tentu saja orang-orang yang lemah. Pembantu-pembantunya banyak sekali dan boleh dibilang di setiap kota besar dan dusun yang ramai, ia menaruh orangnya untuk memata-matai
gerak gerik orang yang ia anggap berbahaya.


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah ia meninggalkan pesan bagi para pembantunya untuk
mengawasi gerak-gerik Sin Hong dan orang-orang yang
dianggapnya musuh seperti Go Ciang Le seanak isteri, Cam-kauw
Sin-kai dan semua anggauta Hek-kin-kaipang, juga Lie Bu Tek,
barulah Kong Ji pergi ke Luliang-san bersama Nalumei. Taklupa ia mengirim utusan menyusul Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu, minta kepada mereka untuk cepat pergi ke Luliang-san.
Berbeda dengan Kong Ji yang melakukan perjalanan seenaknya
bersama Nalumei, sekalian berpesiar bersama kekasihnya ini yang sudah banyak berjasa membantunya. Giok Seng Cu dan Ba Mau
Hoatsu melakukan perjalanan secepatnya begitu mendengar pesan
Kong Ji. Maka tidak mengherankan apabila empat orang ini dapat bertemu di kaki Bukit Luliang-san.
"Syukur Jiwi Suhu sudah datang!" Kong Ji menyambut gembira.
"Bagaimana hasilnya" Sukakah See-thian Tok-ong bekerja sama?"
"Orang seperti See-thian Tok-ong tidak mudah diajak berunding,"
Kata Giok Seng Cu. "Bahkan hampir saja ia membunuhku dan tidak mau melupakan urusan lama. Baiknya ada Ba Mau Hoatsu yang
menyabarkan hatinya dan dapat menuturkan maksud kedatangan
kami. Akhirnya mau juga ia mendengar kata-kata kami."
"Bagaimana" Sukakah dia?"
Ba Mau Hoatsu menggeleng kepalanya. "Sukar membujuknya.
Dia tentu saja tidak mau membantu sebelum melihat segi-segi
kebaikannya untuk dirinya sendiri. Dia seorang yang biasa berkuasa mana dia suka menurut kepada bekas muridnya sendiri?"
Merah wajah Kong Ji. "See-thian Tok-ong manusia keparat
sombong! Apa dia kira aku takut menghadapinya?"
603 "Bukan begitu, Liok-sicu. Dia tidak mengucapkan kata-kata menghina, hanya dia nyatakan bahwa kelak pada waktu pemilihan
Bengcu, dia akan hadir dan akan melihat gelagat. Banyak
kemungkinan dia dapat bekerja sama dengan kita demikian
janjinya."
Kong Ji merasa puas. Biarpun belum pasti, akan tetapi dengan
adanya janji ini, berarti ia telah menarik Pihak See-thian Tok-ong sebagai kawan, karena memang sesungguhnya bukan hal yang
amat baik kalau menjadikan tokoh barat itu sebagai lawan.
"Kalau begitu mari kita untuk sementara ini, selagi masih ada waktu beberapa bulan, kita beristirahat di puncak Luliang-san untuk memperdalam ilmu silat. Kita menghadapi pertentangan besar dan berat kelak di puncak Ngo-heng-san."
Kedua orang kakek itu setuju, oleh karena memang mereka tahu
bahwa Luliang-san adalah tempat yang amat indah dan amat baik
untuk bertapa dan untuk memperdalam ilmu silat. Kalau tidak
demikian, tak mungkin mendiang Pak Kek Siansu memilih tempat di situ. Gunung itu memiliki banyak puncak yang indah dan di
antaranya yang paling indah adalah bekas tempat kediarnan Pak
Kek Siansu, yakni Jeng-in-thia (Ruang Awan hijau).
Kong Ji bersama Nalumei menempati Jeng-in-thia dan dia tidak
membuang waktu sia-sia segera ia berusaha menuruni jurang di
puncak Jeng-in-thia. Akan tetapi, melihat jurang demikian curam hingga tidak nampak dasarnya, ia menjadi ngeri. Dicarinya akal, namun sia-sia belaka.
"Jurang macam ini tak mungkin dituruni dengan jalan biasa,"
kata Nalumei, gadis utara yang sudah biasa dengan jurang-jurang yang amat curam.
"Memang betul katamu," jawab Ko Ji, "Dahulu aku pernah menuruninya akan tetapi, dengan pertolongan seekor burung
rajawali." Dengan singkat ia lalu menceritakan pengalamannya dahulu ketika mengunjungi puncak ini bersama See-thian Tok-ong,
"sayang burung itu telah kutewaskan. Tanpa bantuan burung itu, agaknya sukar sekali untuk mengambil kitab itu."
604 "Akan tetapi, kurasa pasti ada jalan tembusan yang menuju ke gua itu. Kalau tidak demikian, bagaimana Pak Kek Siansu menaruh dan menyimpan kitab dan pedang di tempat itu?" kata Nalumei.
Kong Ji yang juga mempunyai kecerdikan luar biasa, sudah
mempunyai dugaan seperti itu, maka bersama Nalumei menyelidiki keadaan puncak itu. Sampai hampir dua bulan ia menyelidiki setiap hari, melakukan usaha dengan diam-diam dan tidak memberi tahu
kepada Giok Seng Cu atau Ba Mau Hoatsu, akan tetapi mereka
bukan orang-orang bodoh. Kedua orang kakek ini mengerti akan
kehendak Kong Ji mendatangi bukit itu, maka diam-diam mereka
berdua juga memasang mata. Bahkan di luar tahu Kong Ji,
keduanya berjanji hendak bekerja sama membiarkan pemuda itu
mencari kitab dan kalau sudah dapat mereka akan merampasnya
bersama. Kedua orang kakek ini tunduk kepada Kong Ji hanya
karena terpaksa dan kalah kepandaian. Dalam diri Kong Ji mereka melihat tenaga bantuan yang amat kuat yang akan melindungi
mereka dari musuh-musuh lain, dan yang mungkin akan dapat
mengangkat derajat mereka di tempat tinggi. Akan tetapi, kalau ada kitab peninggalan Pak Kek Siansu yang akan membuat mereka
memiliki kepandaian tertinggi di kolong langit, tentu saja mereka akan berusaha merampasnya dan tidak sudi lagi diperintah oleh
pemuda itu! Demiklanlah, masing-masing bersiap demi kepentingan sendiri,
dan kadang- kadang kedua orang kakek itu mengunjungi Kong Ji di Jeng-in-thia, bersikap seolah-olah tidak tahu apa-apa tentang usaha Kong Ji mencari jalan tembus ke tempat penyimpanan kitab.
Akhirnya Kong Ji dapat juga menemukan terowongan yang
menuju ke gua dasar 'jurang. Hal ini terjadi secara kebetulan saja.
Karena sia-sia mencari sampai berbulan-bulan, kesabarannya habis dan Kong Ji mulai marah-marah. Di dalam gua di mana terdapat
tempat tidur Pak Kek Siansu, ia memaki-maki kakek yang sudah
meninggal itu yang dikatakannya penipu dan pembohong besar.
Kemudian ia mencabut pedang Pak-kek Sin kiam dan dengan marah
ia mengamuk. Seperti orang gila ia membacok-bacok pembaringan
itu sampai tanpa disengaja pedang di tangannya membacok palang besi rahasia yang mengganjal di belaka pembaringan.
605 Terdengar suara berkerotokan dan ribut-ribut di belakang tempat tidur. Kong ji terkejut dan memandang penuh keheranan. Kemudian ia memanggil Nalumei yang menanti di luar gua. Wanita ini telah kenal baik akan watak Kong Ji yang kadang-kadang seperti iblis, maka ia pun tidak peduli ketika Kong Ji mengamuk dan merusak
kamar gua itu. Mendengar panggilan Kong Ji, ia cepat berlari masuk dan bukan main girangnya ketika ia bersama Kong Ji melihat sebuah pintu rahasia terbuka dan bergerak di belakang pembaringan!
"Ah, inilah pintu rahasianya!" kata Kong Ji sambil melompat dan mendorong dengan tangannya yang kuat. Pintu terdorong dan
terbukalah jalan terowongan. Kong Ji yang sudah tak sabar lagi melompat masuk, akan tetapi tiba-tiba legannya dipegang oleh
Nalumei. "Perlahan dulu! Bagaimana kalau nanti kedua orang tua itu datang mencari kita?"
Kong Ji menengok, tersenyum dan menowel pipi Nalumei. "Kau manis, hampir aku lupa." Ia lalu berlari cepat turun dari puncak dan mencari dua orang kakek itu di lereng. Setelah bertemu ia berkata.
"Jiwi Suhu, waktu untuk berkumpul di Ngo-heng-san sudah
hampir tiba, sekarang satu setengah bulan lagi. Oleh karena itu, kurasa lebih baik Jiwi Suhu turun gunung lebih dulu untuk
mengumpulkan kawan-kawan kita yang akan memperkuat dan
memperbanyak suara di sana. Juga penting sekali mencoba lagi
untuk menarik See-thian Tok-ong di pihak kita."
"Dan kau sendiri, apakah tidak turun gunung, Sicu" " tanya Ba Mau Hoatsu sedangkan Giok Seng Cu pura-pura tidak
mengacuhkan, akan tetapi sebetulnya ia menaruh perhatian besar dan merasa amat bercuriga.
"Aku dan Nalumei akan menyusul kemudian. Nalumei agak
kurang enak badan, harus beristtrahat beberapa hari lagi baru dapat berangkat. Harap Jiwi suka berangkat lebih dulu mengatur
persiapan," kata Kong Ji.
Dua orang kakek itu menyatakan baik lalu berkemas dan pergi
turun gunung. Kong Ji cepat kembali ke gua di mana Nalumei
menanti dengan tak sabar lagi. Dalam hal ini Kong Ji berlaku
606 sembrono dan ia sudah menaruh kepercayaan besar kepada dua
orang kakek itu. Padahal Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu
sebetulnya tidak terus turun gunung, melainkan berhenti, berunding kemudian keduanya secara diam-diam naik lagi ke puncak melalui lereng lain!
Dengan hati berdebar Kong Ji dan Nalumei mengikuti jalan
terowongan yang amat panjang dan gelap. Kong Ji berjaIan di
depan dan Nalumei memegang ujung bajunya di belakang,
sedangkan Kong Ji bersiap sedia dengan pedang di tangan menjaga kalau-kalau ada serangan dari depan. Jalan terowongan itu berliku-liku dan kadang-kadang menurun, karena gelap maka rasanya jauh sekali dan seakan-akan tiada habisnya.
Akhirnya mereka melihat cahaya dan tak lama lagi keluarlah
mereka dari terowongan dan tiba di tempat yang indah sekali, yakni di lereng gunung Luliang-san, lereng tersembunyi, tempat indah yang dulu menjadi tempat kediaman Wan-Sin Hong. Kong ji
mengenaI tempat ini dan segera ia berlari mencari gua tempat
penyimpan kitab peninggalan Pak-Kek Siansu.
"Di sinilah tempatnya!" katanya berkali-kali ke arah sebuah batu besar yang menutup mulut gua. Kong ji kelihatan gembira sekali dan tegang sehingga tidak memperhatikan keadaan lain di
sekitarnya. Ketika ia tidak mendengar jawaban Nalumei, ia menengok dan
melihat wajah kekasihnya itu pucat sekali.
"Kau kenapa?" tanyanya heran.
Nalumei menggeleng-geleng kepalanya. "Mungkin aku agak
pening setelah melalui terowongan yang gelap tadi. Baru saja aku seperti melihat berkelebatnya bayangan orang!"
Kong Ji melirik ke kanan kiri. "Tak mungkin, kalau kau sampai dapat melihat mengapa aku tidak" Setidaknya tentu aku mendengar kalau ada orang bergerak."
Memang Kong Ji amat mengandalkan kepandaiannya sendiri dan
tidak memandang mata kepada orang lain.
607 Nalumei tak berkata apa-apa lagi, melainkan ikut dengan Kong Ji yang sudah menghampiri batu besar yang menutup mulut gua.
Dengan tenaga Tin-san-kang yang sudah sempurna, sekali dorong
saja batu itu menggelinding ke samping. Tenaga Kong Ji benarbenar jauh bedanya dengan dulu ketika ia turun di tempat ini
bersama burung rajawali. Dulu ia harus mengerahkan tenaga untuk nenggeser batu, sekarang ia merasa amat mudah menggulingkan
batu itu. Dengan senyum bangga ia melangkah masuk diikuti oleh Nalumei
yang berjaIan di belakangnya. Kong Ji berlari, tak sabar lagi.
Alangkah girangnya ketika dari jauh ia sudah melihat peti itu, masih seperti dulu terletak di dalam kamar gua. Dihampirinya peti itu, dibukanya tutupnya dan dengan girang ia mengambil kitab kuno
yang terdapat di dalam peti. Sambil tertawa-tawa ia membaca huruf huruf yang menghias sampul kitab, yang berbunyi, PAK KEK SIN
CIANG HOAT PIT KIP.
"Mari kita memeriksa isinya di luar, di sini terlalu gelap," Kata Kong Ji pada Nalumei yang mendekat-dekat untuk ikut membaca.
Mereka berjalan sambil tertawa-tawa keluar dari gua, seperti dua orang anak kecil mendapatkan mainan baru yang menarik.
"Aku akan menjagoi dunia, aku akan menundukkan dunia kangouw. Ha, ha, ha, tunggu sebentar lagi kau Sin Hong. Aku akan
membekuk batang lehermu scperti kucing menangkap tikus. Ha, ha!'
Kong Ji tertawa bergelak dan suara ketawanya bergema
menyeramkan karena ia masih berada di dalam gua.
Setelah tiba di luar gua, Kong Ji cepat-cepat membalik-balik
lembaran kitab dan matanya terbentur lalu terpaku pada hurufhuruf besar di lembaran pertama. Mukanya menjadi pucat. Nalumei yang belum lama mempelajari huruf-huruf dari Kong Ji, membaca
tulisan itu lambat-lambat.
"Liok Kong Ji, apakah kau mau menjadi ahli sejarah?" Demikian bunyi huruf huruf itu ketika dibaca oleh Nalumei.
Kong Ji cepat membalik-balik lembaran berikutnya dan sekali
pandang saja, tahulah ia bahwa buku itu adalah sejarah kuno, dan hanya disampulnya saja ditulis bahwa kitab itu adalah kitab ilmu 608
silat! Ia telah ditipu orang! Siapa yang telah menipunya" Dan siapa dia yang telah tahu bahwa kitab itu akan terjatuh di tangannya sehingga berani menuliskan kalimat yang mengejeknya itu"
"Bedebah!" Kong Ji memaki sambil membanting kitab itu ke atas tanah.
Tiba-tiba terdengar suara ketawa dari jauh, seakan-akan
menjawab makian dan kemarahan Kong Ji, seakan-akan
mentertawakannya. Kemudian suara ketawa itu diikuti oleh
bentakan-bentakan dan suara orang bertempur. Kong Ji terkejut
mendengar suara Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu, maka cepat ia
melompat dan berlari cepat menuju ke tempat ribut-ribut itu yang agaknya timbul dari balik gunungan batu.
Ketika ia mengitari gunungan itu muncul di belakangnya, ia
melihat Giok Seng Cu merintih-rintih dan sedang merayap bangun.
Sedangkan Ba Mau Hoatsu yang tinggi besar itu tengah bertempur melawan seorang pemuda yang bukan lain adalah Wan Sin Hong!
Sepasang roda dari Ba Mau Hoatsu telah terlempar jauh dan pada saat Kong ji muncul Ba Mau Hoatsu telah terdesak hebat tiba-tiba hwesio tinggi besar ini menggerakkan kedua tangannya dan
memukul kepala Sin Hong dengan kedua tangan itu dengan sekuat
tenaga. Agaknya ia sudah berlaku nekat karena maklum takkan
menang menghadapi pemuda aneh ini. Sin Hong mengeluarkan
suara mengejek, kedua tangannya bergerak dan di lain saat kedua tangannya itu telah menangkap dua pergelangan lengan Ba Mau
Hoatsu. "Pendeta keparat yang keji, bersiaplah menghadap Ayah
Bundaku untuk menebus dosamu!" terdengar Sin Hong berkata dan pemuda itu mengerahkan sin-kangnya melalui jari-jari tangannya.
Tiba-tiba Ba Mau Hoatsu membelalakkan matanya, mengeluarkan
pekik menyeramkan sekali, tubuhnya seperti kaku dan rasa sakit menjalar dari pergelangan tangan, terus menembus jantung dan isi perutnya! Sin Hong membentak keras dan tubuh yang tinggi besar dari hwesio itu telah diangkatnya di atas kepala, lalu dibanting.
"Brukkk!" Ba Mau Hoatsu terguling-guling akan tetapi sudah tak dapat mengeluarkan suara lagi, karena sebelum diangkat dan
dibantingpun ia sudah tewas. Dengan tenaga dalam yang
609 mengerikan hanya menggencet pergelangan lengan, Sin Hong
sudah dapat menewaskan hwesio kosen ini, hwesio yang menjadi
pembunuh ayah bundanya, yang baru sekarang ia dapat
membalasnya. Ketika Sin Hong memandang ke depan, ternyata Giok Seng Cu,
juga Kong Ji dan Nalumei telah lenyap dan situ, Sin Hong mengejar ke dalam terowongan, akan tetapi tiba-tiba menyambar batu-batu besar yang disambitkan dari dalam. Sambitan ini dilakukan oleh orang-orang yang bertenaga besar, maka tentu saja amat
berbahaya dan terpaksa Sin Hong tidak dapat mendesak terus. Di dalam terowongan yang demikian gelap dan berbahaya, tentu saja ia tidak berdaya dan kalau ia nekat mendekati musuh- musuhnya ia mungkin akan terkena celaka oleh serangan gelap.
Bagaimanakah tahu-tahu Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu dapat
bertempur dengan Sin Hong" Mari kita mundur sebentar. Seperti
telah dituturkan di bagian depan, Sin Hong yang marah besar
mencari jejak Kong Ji, ingin sekali ia menangkap Kong Ji dan
menyeretnya ke depan Soan Li untuk membuat pengakuan.
Akhirnya ia mendengar bahwa Kong Ji berada di Luliang-san. Ia
menjadi girang sekali, karena ia tahu apa kehendak Kong Ji ke
Luliang-san. Tentu akan mengambil kitab peninggalan Pak Kek
Siansu, pikirnya. Oleh karena itu, dia diam ia mengejar ke puncak Luliang-san. Sambil bersembunyi ia mendapat kenyataan bahwa
biarpun di puncak Lulian-san, ternyata Kong Ji belum mendapat
tempat rahasia untuk masuk ke dalam jurang. Ia menanti dengan
sabar sampai tiba saatnya Kong Ji mendapatkan terowongan itu.
Dengan kepandaiannya Sin Hong mendahului masuk ke dalam
jurang dengan bantuan akan-akar seperti dahulu pernah ia lakukan ketika membawa gihunya ke dalam jurang. Dengan cepat ia lalu
menuliskan kalimat di lembar pertama dari kitab sejarah yang
sengaja ia taruh di situ menggantikan kitab ilmu silat peninggalan Pak Kek Siansu yang sebenarnya ia bakar habis.
Setelah itu, ia mengintai dari luar guha dan melihat betapa Kong Ji kecele. Pada saat itu ia melihat Ba Mau Hoatsu dan Giok Seng Cu muncul dari terowongan. Bukan main girang hati Sin Hong melihat musuh besarnya, Ba Mau Hoatsu, orang yang sudah membunuh
ayah bundanya. Saking girangnya ia tertawa bergelak, sebagian
610 untuk mentertawakan dan mengejek Kong Ji, sebagian pula untuk
menyatakan kegirangan hatinya mendapat kesempatan bertemu
dengan musuh besarnya.
Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu ketika melihat munculnya Sin
Hong secara tiba-tiba menjadi kaget sekali. Seperti telah kita ketahui, dua orang kakek ini diam-diam memasuki terowongan
mengikuti Kong Ji, bermaksud untuk merampas kitab peninggalan
Pak Kek Siansu apabila benar-benar terdapat di tempat rahasia itu.
Tak mereka sang sangka bahwa mereka akan bertemu dengan Sin
Hong di tempat itu. Giok Seng Cu sudah pernah merasai kelihaian Sin Hong, maka ia merasa agak gentar amat kaget. Sebaliknya, Ba Mau Hoatsu yang mengenaI Sin Hong sebagai bocah tolol yang dulu dijadikan kuda oleh Gak Soan Li, memandang rendah dan tidak
senang karena dianggapnya pemuda ini merupakan gangguan.
"Tolol, apa kerjamu di sini?" serunya dan cepat Ba Mau Hoatsu menendang ke arah perut Sin Hong dengan maksud sekali tendang
menewaskan pemuda itu agar selanjutnya jangan menjadi
gangguan. Akan tetapi, di lain saat tubuhnya terlempar dan jatuh berdebuk di atas tanah. Ia terkejut bukan main. Ketika menghadapi tendangan tadi, Sin Hong hanya menggerakkan tangan, menyambut
kakinya yang menendang lalu mendorong dan Ba Mau Hoatsu,
tokoh Tibet yang ditakuti banyak orang, terlempar dan terjengkang!
Sambil mengeluarkan gerengan marah Ba Mau Hoatsu
mengambil senjatanya yang lihai, yakni sepasang roda. Melihat Ba Mau Hoatsu hendak menyerang dengan senjatanya yang lihai, Giok Seng Cu merasa malu untuk tinggal diam. Apalagi ia melihat Ba Mau Hoatsu bersenjata dan ia tahu pula akan kelihatan kawan ini, maka ia pikir mustahil kalau mereka berdua tak mampu menewaskan
bocah aneh ini. Maka otomatis ia pun melompat dekat dan
berbareng pada saat Ba Mau Hoatsu menyerang dengan sepasang
roda ke arah kepala Sin Hong, Giok Seng Cu juga mengirim
serangan pukulan Tin-san-kang ke arah dada pemuda itu.
Serangan ini bukan main hebatnya. Sepasang roda dari Ba Mau
Hoatsu bagaikan dua ekor garuda liar menyambar-nyambar dari
atas dan sekali saja kepalanya terkena pukulan roda, pasti akan pecah dan isi kepala berantakan. Apalagi pukulan yang dilakukan 611
oleh Giok Seng Cu. Dia ini adalah pencipta Ilmu Pukulan Tin-sankang yang mempunyai tenaga ribuan kati, maka dapat dibayangkan betapa dahsyatrrya. Baru angin pukulannya saja sudah mampu
merobohkan seorang ahli silat kenamaan.
Akan tetapi Sin Hong yang juga maklum bahwa menghadapi dua
orang tokoh besar ini maju bersama, bukanlah hal yang ringan. Ia berlaku cerdik. Melihat betapa sepasang roda dari Ba Mau Hoatsu amat ganas, ia cepat berkelebat dan sekali melompat ia telah
menjauhi Ba Mau Hoatsu dan berada di depan Giok Seng Cu. Pada
saat itu, kakek rambut panjang ini tengah melakukan pukulan Tin-san-kang dan sambil melompat Sin Hong berpoksai membuat salto
sehingga hawa pukulan itu lewat di bawah tubuhnya dan ia telah mendahului Giok Seng Cu, mengirim pukulan balasan dari udara
sebelum kakek itu menarik kembali tangannya.
Giok Seng Cu mengeluarkan teriakan kaget. Cepat ia menangkis
dengan tangan kiri, namun terlambat. Gerakan pemuda itu terlalu cepat dan tidak terduga datangnya, maka lehernya telah terkena hawa pukulan dari atas dan ia menderita luka dalam dada. Ia
terhuyung dan roboh, mengeluh dan merintih-rintih karena pukulan yang dilakukan oleh Sin Hong tadi benar-benar luar biasa kuatnya.
Setelah merobohkan. Giok Seng Cu, Sin Hong menghadapi Ba
Mau Hoatsu. Dua kali tangannya tergerak, terdengar suara keras dan sepasang roda dari Ba Mau Hoatsu telah kena ia patahkan
dengan pukulan tangan. Sepasang roda itu terlempar ke atas tanah dan Ba Mau Hoatsu menjadi pucat. Hwesio tinggi besar ini tidak melihat jalan keluar, maka ia berlaku nekat dan menyerang Sin
Hong dengan tangan kosong.
Selanjutnya Ba Mau Hoatsu tewas di tangan Sin Hong seperti
telah diceritakan di depan. Akan tetapi, ternyata Kong Ji berlaku amat cerdik. Melihat betapa Giok Seng Cu terluka dan Ba Mau
Hoatsu sudah didesak hebat oleh Sin Hong, Kong Ji lalu menyeret tubuh Giok Seng Cu, bersama Nalumei ia melarikan diri keluar dari tempat itu melalui terowongan. Ketika Sin Hong mengejar ia
menghujani pemuda itu dengan batu-batu karang dari tempat
gelap. Juga Nalumei membantunya menyambitkan batu-batu ke
arah Sin Hong sehingga Sin Hong terpaksa mundur kembali. Dengan 612
cepat Kong Ji mengajak Nalumei dan Giok Seng Cu keluar,
kemudian ia menutup gua atau kamar di mana terdapat pintu
rahasia terowongan itu dengan batu karang yang besar. Tidak
hanya satu atau dua buah saja, akan tetapi puluhan banyaknya.
Dengan bantuan Nalumei, kemudian Giok Seng Cu yang sudah
mengatur napas dan mengobati lukanya juga membantu. Kong Ji
mematikan jalan keluar terowongan itu dengan menimbun batubatu karang yang amat banyak. Tak mungkin orang dapat
membongkar batu-batu karang yang ditumpuk-tumpuk itu dari
dalam terowongan dan kiranya Sin Hong takkan dapat keluar dari dasar jurang itu kalau tidak ada orang yang menolongnya dari luar!
Kong Ji tertawa bergelak. "Ha, ha, Sin Hong, sekarang kau telah dikubur hidup-hidup! Giok Seng Cu Suhu, sakit hatimu karena
terluka olehnya sudah balas. Dia tentu akan mampus kelaparan,
atau kalau tidak, dia akan menjadi penghuni dasar jurang itu selama hidupnya. Ha, ha, ha!"
"Sayang Ba Mau Hoatsu tewas...." hanya ini yang dapat diucapkan oleh Giok Seng Cu karena ia sedang memutar otak untuk menghadapi kecurigaan Kong Ji. Akhirnya yang dikhawatirkan itu terbukti juga, karena tiba-tiba Kong Ji menghentikan suara
ketawanya dan dengan pandang mata tajam ia bertanya,
"Aku masih merasa heran dan tidak mengerti mengapa jiwi Suhu yang kusangka sudah turun gunung seperti yang kita rencanakan, tahu-tahu bisa berada di tempat itu?"
Baiknya Giok Seng Cu telah lebih dulu mencari alasan, maka


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanpa ragu-ragu dan tidak gugup sedikitpun juga ia menjawab,
"Baru saja aku dan Ba Mau Hoatsu hendak turun gunung, di jalan kami melihat berkelebatnya bayangan orang. Kami mengejar dan
orang itu memasuki pintu rahasia di terowongan ini. Kami mengejar terus sampai di bawah dan di sanalah kami disambut oleh Wan Sin Hong. Kau turun ke sana hendak apakah Aha, aku ingat sekarang, tentu untuk mengambil kitab peninggalan Pak Kek Siansu, bukan?"
Kong jl teringat akan kitab yang telah dipalsu, maka ia merasa mendongkol sekali kepada Sin Hong, hanya mengangguk. Akan
613 tetapi Giok Seng Cu tentu saja tidak puas dengan jawaban ini, lalu mendesak.
"Sudah kaudapatkankah" Boleh melihat sebentar kitab
peninggalan Supek itu?"
Kong Ji cemberut. "Kitab apa" Bangsat itu tiada guna. Aku telah dipermainkan olehnya Si bedebah. Akan tetapi dia sudah dikubur hidup-hidup, puas sudah!"
"Apa..." Bagaimana...?" Giok Seng Cu memandang ragu dan curiga, akan tetapi matanya yang tajam dan berpengalaman itu
memang sudah tahu bahwa Kong Ji keluar dari tempat itu tidak
membawa kitab. "Apakah Suhu begitu bodoh hingga tidak dapat menduga" Dari mana bangsat Wan Sin Hong itu mendapatkan kepandaiannya yang
tinggi. Siapa gurunya" Bukankah semua itu kesalahan Suhu
semula?" Giok Seng Cu berubah air mukanya. "Kesalahanku" Apa
maksudmu?"
Kong Ji mengejek dengan nada suara kurang ajar. "Kalau Suhu dahulu tidak melemparkan Sin Hong ke dalam jurang dari puncak
Jeng-in-thia, bagaimana bocah itu bisa mewarisi kitab dari Pak Kek Siansu?"
Giok Seng Cu melengak. Kini tahulah ia mengapa tadi dalam
pertempuran hanya Ba Mau Hoatsu yang ditewaskan oleh Sin Hong
dan dia diampuni. Ini tadinya ia heran benar, akan tetapi sekarang baru ia ingat bahwa mungkin sekali Sin Hong mengampuninya
karena dialah yang sesungguhnya berjasa. Kalau dia dahulu tidak melemparkan Sin Hong ke dalam jurang, bagaimana bocah itu bisa menjadi seorang demikian sakti?"
"Akan tetapi sudahlah, sekarang Sin Hong tak mungkin dapat keluar dari kuburannya," kata Kong Ji. "Biarpun Ba Mau Hoatsu sudah tewas akan tetapi dengan kawan-kawan lain kita pasti akan berhasil dalam cita-cita kita. Apalagi kalau See-thian Tok-ong dapat didekati, siapa yang dapat melawan kita" Suhu mari bawa aku
614 menemui See-thian Tok- ong, biar aku sendiri yang bicara dengan dia."
Berangkatlah tiga orang itu. Kong Ji, Giok Seng Cu, dan Nalumei menuruni Gunung Luliang-san, meninggalkan Sin Hong yang
terpendam hidup-hidup di dalam jurang. Setibanya di kaki gunung Kong ji berkata kepada Nalumei,
"Nalumei,........ kekasihku......... Sekaranglah waktunya kawan-kawan dari utara bersiap sedia. Pemilihan bengcu di Ngo-beng-san sudah dekat waktunya, kita perlu menyiapkan bantuan. Lebih baik kau sekarang juga pergi ke utara dan membawa pasukan bantuan
kita ke Ngoheng-san. Biar kita berjumpa di sana."
Nalumei tidak membantah karena memang inilah cita-citanya.
Memimpin Suku bangsa yang masih setia kepadanya untuk mencari
kedudukan dan kalau mungkin kelak menumpas pasukan yang
dipimpin oleh Temu Cin sebagai pembalasan dendam. Juga karena
Ngo-heng-an letaknya di sebelah utara, maka dua tempat dimana ia akan bertemu dengan suku bangsanya tidak jauh lagi, hanya
kembali ke selatan beberapa ratus li saja. Dari kaki Gunung Luliangsan itu, berpencarlah mereka. Nalumei seorang diri menuju ke
utara, adapun Kong Ji dan Giok Seng Cu menuju ke barat untuk
mencari See thian Tok-ong dan mengumpulkan kawan-kawan, yakni
orang-orang kang-ouw yang sudah menjadi kaki tangan Kong Ji.
-oo0mch-dewi0ooPada masa itu, kerajaan bangsa Kin sudah hampir runtuh.
Kekuasaannya sudah mulai menyuram. Banyak gubernur propinsipropinsi di bagian selatan sudah memberontak, berdiri sendiri dan tidak lagi mengakui kekuasaan Kerajaan Kin. Namun, di kota raja sendiri, kerajaan ini masih berdiri karena terjaga kuat oleh bala tentara Kin yang memang tadinya merupakan pasukan-pasukan
gagah perkasa dan kuat sekali. Pemberontakan rakyat yang tiada hentinya semenjak barisan Kin menguasai Tiongkok, hanya dapat
bergerak di luar kota raja saja.
Keluarga Kerajaan Kin sudah dapat meraba dan menduga bahwa
kekuasaan mereka takkan dapat bertahan lama lagi. Oleh karena
615 itu, para pangeran dan bangsawan yang tadinya memegang Jabatan di daerah-daerah luar kota raja telah sama berkumpul atau
mengungsi di kota raja memperkuat kedudukan di kota pusat itu.
Oleh karena para bangsawan ini meninggalkan daerah sambil
membawa harta benda, maka keadaan di kora raja makin ramai
saja. Perdagangan makin menjadi dan keadaan kota makin mewah.
Penjagaan kota amat kuat. Mata-mata yang diambil dari barisan
pengawal disebar di seluruh kota, memeriksa dan menyelidiki siapa saja yang dicurigai juga ahli-ahli silat kelas tinggi yang menjadi pengawal-pengawal istana dan pengawal pribadi kaisar, berkumpul di istana setiap saat siap waspada menjaga keselamatan keluarga raja.
Kini setiap bangsawan gelisah. Berita tentang gerakan Temu Cin yang memimpin bangsa Mongol di utara sudah terdengar oleh
mereka. Ancaman dari selatan masih di ambang pintu, kini dari
pintu belakang datang pula ancaman yang lebih mengerikan lagi.
Setelah bahaya mengancam dari mana-mana, barulah kaisar dan
keluarganya maklum bahwa dalam keadaan bahaya, harta benda
tidak ada gunanya dan bahkan harta benda itulah yang memancing datangnya bahaya. Mereka segera berunding dan pada hari-hari
berikutnya, di mana-mana terpasang surat pengumuman yang
menyatakan bahwa kaisar membutuhkan pasukan baru. Dibutuhkan
orang-orang yang memiliki kepandaian silat tinggi untuk menjadi anggauta pasukan dengan bayaran yang amat tinggi, sepuluh kali lebih tinggi upah yang biasa terima oleh seorang anggauta pasukan pengawal!
Mengalirlah ahli-ahli silat yang tertarik oleh bayaran tinggi, karena memang pada masa itu, mencari uang bukanlah hal yang
amat mudah, apalagi bagi mereka yang kepandaiannya hanya
mainkan senjata. Pasukan pengawal dan barisan penjaga kota raja ditambah dengan seribu orang lebih, sebagian besar dari mereka ini adalah ahli-ahli silat. Ada pula orang-orang yang kepandaian
silatnya tinggi, diterima menjadi busu pengawal kaisar pribadi atau menjadi komandan-komandan pasukan penjaga keamanan. Dengan
adanya tambahan pasukan penjaga ini, kotanya makin terjaga kuat dan boleh dikata setiap orang penduduk atau tamu yang berada di 616
kota raja, mempunyai seorang pengawas atau penyelidik sendiri.
Pendek kata, mata-mata kaisar berserakan di kota raja sehingga ke mana juapun seorang pendatang kota raja berada, akan
bertumbukan dengan seorang mata-mata istana!
Akan tetapi, sungguh di luar persangkaan kaisar bahwa di antara sekian banyaknya busu, terdapat di antara mereka itu mata-mata dari utara, utusan-utusan dari Temu Cin yang sengaja mengirim
orang cerdik pandai menyelundup ke kota raja untuk menyelidiki keadaan kota raja musuh! Dan tidak ini saja, juga di antara mereka terdapat mata-mata dari rakyat pejuang atau rakyat yang semenjak dahulu bergerak untuk menumbangkan Kerajaan Kin. Dan para
mata-mata dari dua musuh ini bayak yang menjadi busu atau
pengawal istana! Ada pula di antatanya yang bercampuran dengan penduduk dan bekerja sebagai pedagang dan lain-lain. Pendek kata, kota raja di masa itu merupakan tempat yang aneh. Aneh dan
mengerikan, di mana kadang-kadang terdengar pekik di waktu
malam dan seorang dua orang lenyap. Ada kalanya yang lenyap
hanya nyawanya, kadang-kadang dengan tubuhnya sama sekali,
lenyap tak meninggalkan bekas. Kota raja di waktu itu sama dengan arena pertempuran di mana mata-mata mengadu siasat dan
berperang melawan pengawal istana.
Pada suatu hari itu, seorang gadis yang memasuki pintu gerbang kotaraja. Semua orang yang bertemu dengan gadis ini pasti
memandang dan menengok dengan kagum. Tidak saja wajahnya
cantik manis, juga sikapnya gagah sekali. Mudah saja diduga bahwa gadis ini tentu seorang ahli silat, tidak hanya kentara dari sikapnya yang gagah, juga terbukti oleh pedang yang tergantung di
pinggangnya. Gadis itu berjalan dengan langkah tegap dan gagah, memandang
lurus ke depan, sama sekali tidak menaruh peduli terhadap pandang mata kaum pria yang mengikuti setiap gerak-geriknya. Sudah terlalu banyak dan terlalu sering ia mengalami hal ini, dipandang dengan kagun dan penuh gairah oleh mata lelaki, maka kini hal itu
dianggapnya sudah jamak. Di dalam kamus hatinya sudah ia catat bahwa memang begitulah sifat mata kaum pria dan kalau ada mata yang tidak mengikuti dan mengagumi gerak-gerik seorang gadis
617 cantik baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, maka
bukan mata laki-laki itu!
Tak pernah ia membalas pandang mata orang. Kalau ada ia
memandang sesuatu, itu adalah papan nama toko dan rumahrumah, seperti mencari sesuatu. Memang, dia sedang mencari
sebuah rumah penginapan yang patut disewa kamarnya oleh
seorang gadis yang datang seorang diri.
Akhirnya gadis itu memasuki sebuah hotel yang nampaknya
bersih dan besar, yakni hotel Thian Lok Likoan. Seorang pelayan setengah tua yang berpakaian bersih dan bersikap sopan ramah
menyambutnya, melirik sedetik ke arah gagang pedang yang
tergantung di pinggang nona itu.
"Ada keperluan apakah, Nona?" tanyanya singkat akan tetapi sikapnya sopan, kedua tangannya menjura dan memberi hormat.
"Aku mau sewa kamar," jawab gadis itu singkat pula sambil matanya menyambar ke sekeliling ruangan depan yang nampak
sunyi, akan tetapi matanya yang tajam menangkap gerakangerakan orang di ruang dalam, agaknya banyak yang berada di
dalam gedung itu.
"Nona seorang diri-saja" Ataukah masih ada banyak orang?"
"Seorang diri. Sediakan kamar sedang untuk aku sendiri."
"Baiklah, Nona. Silakan Nona ikut ke kantor untuk mengisi nama lebih dulu."
Gadis itu mengerutkan kening dan sepasang alisnya yang hitam
dan indah bentuknya itu bergerak-gerak. Hatinya tidak senang. ia sudah lama merantau sudah banyak kota besar dijelajahi, dan
sering menginap di hotel besar, namun belum pernah ada aturan
macam ini. Akan tetapi karena ia sudah mendengar bahwa kota raja memang berlaku peraturan-peraturan keras, ia diam saja dan
berjalan tegap mengikuti pelayan itu ke ruang dalam.
Benar seperti diduganya tadi, di ruang dalam terdapat banyak
sekali orang. Hotel itu ternyata menerima banyak sekali tamu dan tamu-tamu inilah yang memenuhi ruangan tengah. Mereka terdiri
dari bermacam-macam orang, riuh rendah suara bicara mereka
618 dalam berbagai bahasa daerah. Melihat gadis itu masuk bersama
pelayan, semua suara berhenti dan semua mata memandang ke
arah gadis itu penuh gairah. Namun gadis itu tidak peduli, terus berjalan sambil mengangkat dada dan muka, bibir dirapatkan dan hidung agak diangkat mengejek.
Empat orang laki-laki yang kelihatan seperti tamu-tamu biasa,
berpakaian seperti pedagang, segera berdiri dan mengikuti gadis itu ke kantor. Mereka ini sebetulnya adalah mata-mata kota raja yang bertugas di ruang dalam itu, tugasnya menyelidiki para tamu dan diam-diam mendengarkan isi percakapan mereka.
Pelayan itu membawanya ke sebuah kantoran yang cukup besar
dan di situ terdapat tiga orang laki-laki yang duduk menghadapi meja besar. Seorang di antaranya adalah seorang juru tulis biasa yang memegang pit dan menghadapi buku tamu, sedangkan yang
dua lagi adalah orang-orang bertubuh tinggi, tegap pakaiannya
seperti biasa dipakai oleh tukang-tukang pukul! Makin tak enak dan tak senang hati gadis itu, namun pada mukanya ia memperlihatkan sikap tenang saja.
Juru tulis yang kurus kering dan bermata sipit itu mengangkat
muka memandang ke arah gadis itu. Bibirnya yang tipis kering
terbuka yang dimaksudkan sebagai senyum menarik, akan tetapi
jadinya hanya menyeringai memperlihatkan sederet gigi kuning
kehitaman. "Ah, Ciang lopek, ada tamu baru?" katanya kepada pelayan yang mengantarkan gadis itu. "Silakan, Nona, salahkan masuk dan duduklah. Siapa nama Nona berapa usia, dan di mana tempat
tinggal dari mana hendak ke mana?" Melihat kalimat yang keluar secara cepat otomatis ini, mudah diduga bahwa kalimat itu adalah penggunaan sehari-hari, setiap kali ada tamu masuk sehingga si cecak kering ini sudah menjadi hafal.
Gadis itu mendongkol bukan main. Kalau hanya ditanya nama
saja, masih mending. Akan tetapi cecak kering itu menanyakan usia, tempat tinggal segala macam! Ia mulai marah, kentara dari kulit mukanya yang putih halus itu kini merah dan sinar matanya menjadi tambah berkilat. Celakanya, ada orang yang menyiram minyak pada api, ada orang yang membikin kemarahannya menjadi-jadi. Orang
619 ini adalah seorang di antara tukang pukul yang tadi duduk
bercakap-cakap dengan Si Juru Tulis. Dia yang bicara ini selain bertubuh tinggi besar, juga matanya lebar seperti gundu dan
kumisnya tebal menghitam, membuat wajahnya nampak angker
menakutkan. "Pedang itu harus ditinggalkan di kantor, hanya akan
dikembalikan kalau Nona akan meninggalkan hotel kami. Tak
seorang pun boleh membawa-bawa senjata dalam hotel kami,"
katanya sambil menudingkan telunjuk yang besar ke arah pedang
gadis itu. "Dan pula," menyambung tukang pukul ke dua, yang juga tinggi besar, akan tetapi mukanya licin mengkilap seperti dipelitur dan sikapnya menunjukkan sifatnya yang mata keranjang dan ceriwis
"untuk apa sih Nona manis membawa- bawa pedang" Kalau terkerat pedang kan sayang?"
Nona itu menjadi makin marah. Hampir saja ia tak dapat
menahan kemarahannya, akan tetapi ia hanya melirik ke arah
tempat senjata yang berada di pojok kantoran itu, agaknya senjata para tamu yang dititipkan di situ. Juga ia melihat empat orang laki-laki berpakaian pedagang berdiri di luar kantor mendengarkan.
Sikap empat orang ini lebih menarik perhatiannya dan membuatnya bersikap hati-hati. Dua orang tukang pukul itu hanya bangsa
kasaran saja, mudah dihadapi. Akan tetapi empat orang pedagang yang berdiri memandang itu, gerak-gerak mereka bukan
sembarangan. Hm, benar-benar banyak orang pandai di kota raja, pikir gadis itu.
Ia menyapu wajah dua orang tukang pukul, juru tulis dan
pelayan itu dengan sinar mata tajam, kemudian sambil tersenyum-senyum ia berkata,
"Begitukah aturannya" Haruskah nama dan segala macam
dituliskan di buku tamu" Hm, kesinikan pit itu. Kau ini cecak kering mana bisa menulis dengan baik! Jangan-jangan salah namaku kau
tuliskan!"
Sebelum Juru tulis itu dapat menutup kembali mulutnya yang
celangap bengong mendengar kata-kata ini, pit di tangannya sudah 620
berpindah ke tangan gadis itu! Kemudian dengan tenang gadis itu mencelupkan pit ke dalam tinta hitam dan berkata,
"Namaku" Nah, inilah namaku, baca baik-baik!" Pitnya digerakkan dan ia menuliskan huruf besar yang berbunyi Go, yakni nama
keturunannya, akan tetapi bukan ditulis di atas buku, melainkan di atas muka Si Juru Tulis! Gerakannya demikian cepat sehingga juru tulis itu tidak sempat mengelak, hanya mulutnya ngeluarkan suara
"Uh... ah...!" dan... terjadilah huruf itu, besar dan jelas di mukanya dari papi kiri ke pipi kanan dan jidat sampai ke dagu!
"Nah, itulah namaku," kata gadis itu tersenyum manis, sambil berpaling kepada pelayan. "Eh. Lopek, apakah kau juga ingin mengetahui usiaku pula?" Pelayan itu menjadi pucat dan cepat-cepat menggeleng kepalanya.
"Tidak, Nona... tidak..." ia keluar dari kantoran dengan kaki gemetar. Setelah tiba di luar, pelayan ini berkata dengan suara memohon, "Nona, sudah menjadi peraturan untuk mengisi buku tamu, harap Nona tidak membikin susah kami..."
Nona itu memandang kepada dua orang tukang pukul yang
sudah berdiri marah. "He, kau monyet berkumis, nama nonamu akan kutulis di sini, baca baik-baik." Sambil berkata demikian, Nona itu menuliskan pit di atas meja kayu dan nampak guratan-guratan dalam di meja itu seperti digurat pisau! Tiga huruf GO HUI LIAN
tergurat di atas meja!
Dua orang tukang pukul tinggi besar yang tadinya berdiri marah, melihat demonstrasi tenaga lweekang dari gadis manis ini, menjadi tertegun. Sebagai ahlisilat mereka maklum bahwa gadis yang
remaja dan cantik ini bukan orang sembarangan, melainkan seorang gadis kang-ouw yang berkepandaian tinggi. Oleh karena itu, mereka berlaku hati-hati dan tidak berani bersikap sembrono. Penjaga yang kumisan segera menjura dengan hormat kepada Hui Lian dan
berkata, "Cukup, Go-lihiap. Sekarang kami tahu bahwa kau adalah
seorang pandai. Maafkan kalau kami bersikap lancang. Akan tetapi hendaknya kau tahu bahwa setiap orang tamu yang bermalam di
hotel kami, harus mendaftarkan nama dan alamat. Ini termasuk
621 peraturan dari istana yang harus ditaati oleh seluruh penduduk kota raja dan harus ditaati pula oleh kami."
Melihat sikap ini, kemarahan Hui Lian reda. Akan tetapi ia masih mendongkol, kini kemendongkolannya ditujukan kepada peraturan
kaisar yang memang tidak disukainya. Untuk memuaskan
kemendongkolannya, gadis ini berlaku sembrono dan tanpa
disadarinya ia berkata lantang,
"Hem, begitukah peraturan di kota raja" Bagus! Semua orang agaknya tidak percaya. Mau tahu alamatku" Baiklah cacat yang
jelas. Aku adalah Go Hui Lian, puteri dari Hwa I Enghiong Ciang Le yang bertempat tinggal di Ka bun-to. Masih kurang jelas?"
Dua orang tukang pukul yang menjaga kantoran hotel itu tibatiba mmenjadi pucat mendengar nama Hwa I Enghiong Ciang Le
disebut sebut, apalagi setelah tahu bahwa gadis ini adalah puteri dari tokoh besar pemberontak itu. Go Ciang Le adalah seorang
pemberontak besas yang pernah mengacaukan istana kotaraja
(Baca Pendekar Budiman).
"Ah, baik".. baik, Go lihiap. Harap kau ikut dengan pelayan untuk diantar ke dalam kamar terbaik di hotel ini. Maafkan kami...
dan harap saja Lihiap tidak marah-marah dan mengeluarkan
omongan keras karena kami benar-benar tidak mengharapkan
keributan di hotel ini," kata Si kumisan dengan sikap takut.
Hui Lian tersenyum mengejek. Hatinya panas karena dengan
mendengungkan nama besar ayahnya ia telah berhasil membikin
orang menjadi ketakutan. Tanpa menoleh lagi ia lalu mengikuti
pelayan tua yang tadi mengantarnya ke kantor hotel yang kini cepat mengantarkannya ke sebuah kamar kosong yang benar-benar
bersih menyenangkan.
Hui Lian masih terlampau muda sehingga kadang-kadang ia
menurutkan nafsu hatinya dan kehilangan sifat hati-hati. Apalagi ia memang tidak tahu akan keadaan kota raja di waktu itu, maka
secara sembrono saja ia memperkenalkan dari sebagai puteri dari Hwa I Enghiong. Kalau ia tahu, biarpun Hui Lian seorang dara
Kisah Pedang Bersatu Padu 1 Pedang Dan Kitab Suci Puteri Harum Dan Kaisar Karya Khu Lung Sepasang Pedang Iblis 13

Cari Blog Ini