Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 17
sehingga terdengar suara "Sraatt!" yang nyaring.
Sin Hong menggeleng-gelengkan kepalanya, kecewa dan
berduka. "Nasibku yang buruk. Nona, sebelum kau membunuhku, maukah
kau memberi tahu kepadaku apa sebabnya kau dan kawankawanmu ini begitu membenci Wan Sin Hong?"
"Bangsat besar jangan coba berpura-pura! Kau telah
mengganggu Cun Eng dan ".."
"Nanti dulu...! Siapa itu Cun Eng...?"
Siok Li Hwa marah bukan main, pedang hijaunya berkelebat
menyerang. Sin Hong tidak bergerak hanya berkata. "Kau ini
seorang nona cantik jelita yang lancang dan ceroboh!" Pedang hijau itu terhenti di tengah udara tidak jadi menusuk dada.
"Kau".. kau setan... kau berani bilang aku lancang dan
ceroboh?" bentak Hui eng Nio-cu Siok Li Hwa saking marahnya
mendengar makian ini, sampai tadi ia menunda gerakan pedangnya dan lupa untuk menyerang lagi.
Sin Hong mengangguk. "Memang kau lancang dan ceroboh, dia
inilah buktinya! Kalau kau tidak lancang dan ceroboh dan kau mau mempergunakan sedikit pertimbangan dan akal budi, masa kau
828 sampai salah tangan melukai orang yang tidak berdosa" Sekarang tanpa penyelidikan lagi, kau sudah memastikan harus membunuhku, yakin betulkah kau bahwa aku benar-benar orang berdosa terhadap orang yang kau namakan Cun Eng" Bagaimana kalau sampai kau
salah tangan lagi?"
Li Hwa nampak ragu-ragu. "Habis kau... kau bernama Wan Sin
Hong, dan kami memang mencari penjahat Wan Sin Hong'"
Kini Sin Hong menarik napas panjang "Sudah terlampau banyak
perbuatan-perbuatan keji dan jahat dilakukan oleh seorang bernama Wan Sin Hong. Aku yang bernama Wan Sin Hong sama sekali tidak
tahu-menahu tentang kejahatan-kejahatan itu. Hal ini mempunyai dua kemungkinan. Pertama, ada seorang penjahat yang namanya
betul-betul sama dengan namaku dan kemungkinan kedua, ada
seorang jahat yang sengaja memakai namaku dengan maksud
memburukkan namaku. Kemungkinan kedua inilah yang kurasa
tepat dan sekarang sedang kuselidiki. Sekarang, melihat wajah
orang ini yang serupa betul dengan aku, dan yang juga diserang orang karena disangka Wan Sin Hong, aku sengaja merampasnya
dan mengobatinya karena siapa tahu kalau-kalau benar orang ini yang selama ini memakai nama Wan Sin Hong dan membikin cemar
namaku. Kalau betul demikian, dia harus hidup dulu untuk
membuka semua rahasia dan untuk mengaku mengapa ia begitu
benci kepadaku dan melakukan segala macam kejahatan atas
namaku. Akan tetapi, aku masih ragu-ragu. Orang dengan wajah
seperti ini tak mungkin jadi penjahat !"
Tiba tiba muka Sin Hong menjadi merah, ketika ia melihat
pandang mata Li Hwa. Gadis ini memandang kepadanya dengan
mata berseri dan mulut tersenyum.
Semua ucapan Sin Hong termakan betul oleh hatinya dan
dianggap penuh cengli. Akan tetapi kata-kata terakhir tadi
mendatangkan geli pada hatinya, tak tertahan lagi gadis ini tertawa.
Karena semenjak kecil ia hidup di tempat terasing, ketawanya tidak seperti gadis-gadis lain yang selalu malu-malu dan bersopan-sopan dengan menutupi mulut dengan tangan. Gadis ini tertawa dengan
bebas, memperlihatkan gigi yang putih dan berbaris rapi.
"Kenapa kau mentertawaiku?" Sin Hong mengerutkan alisnya.
829 "Kau manusia sombong, memuji-muji diri sendiri. Kiranya di
dunia ini tidak pernah ada orang memujimu, maka memuji diri
sendiri" "Aku" Memuji diri sendiri" Bagaimana maksudmu?"
"Bukankah kau tadi bilang bahwa orang dengan wajah seperti dia itu tidak mungkin jadi penjahat?"
Tiba-tiba Sin Hong tertawa. Kini mengertilah dia. Memang,
dengan mengatakan demikian, karena wajah orang itu serupa benar dengan wajahnya, sama artinya dengan menyatakan bahwa orang
dengan wajah seperti wajahnya sendiri, tak mungkin jadi penjahat!
"Nona, ketahuilah. Di dunia ini terdapat seorang iblis jahat yang sepak terjangnya selain keji sekali, juga ia licin dan berbahaya.
Salah satu di antara kecurangannya adalah penggunaan namaku
untuk perbuatan-perbuatan jahatnya. Aku sedang mengumpulkan
keterangan dan bukti-bukti dan sekarang tiba saatnya aku membuka kedoknya. Nona siapakah dan coba kauceritakan perbuatan apakah yang dilakukan oleh penjahat yang mempergunakan namaku itu?"
Sekarang Siok Li Hwa mulai percaya kepada pemuda ini. Memang
ia pikir tidak mungkin pemuda yang bersikap seperti ini seorang penjahat keji. Ia menceritakan peristiwa yang terjadi atas diri Cun Eng itu dan memperkenalkan diri.
Sin Hong mengerutkan alisnya. "Hemm, keparat jahanam betul
iblis itu. Di mana sekarang Nona Cun Eng?"
"Dia sudah meninggal dunia, membunuh diri." Li Hwa lalu
menuturkan bagai-mana Cun Eng telah membunuh diri di puncak
Ngo-heng-san. "Apakah dia tidak mengenal muka penjahat itu?"
"Tidak, karena di dalam gelap, hanya penjahat itu mengaku
bernama Wan Sin Hong."
"Hemmm, seperti yang sudah-sudah juga begitu. Dan di antara
kalian adakah yang sudah pernah melihat si penjahat itu?"
Li Hwa menggelengkan kepala.
830 "Kalau begitu lebih-lebih lagi kau tidak boleh sembarangan
menyerangku, Nona. Masih baik kalau benar-benar dugaanmu
bahwa akulah orang jahat itu. Akan tetapi kalau keliru, bagaimana"
Seorang gagah tidak berlaku sewenang-wenang, apalagi merupakan pantangan besar bagi seorang gagah untuk mencelakai orang yang tidak berdosa."
"Wan Sin Hong, kalau benar kau bernama Wan Sin Hong dan
tidak merasa berdosa, kau sendiri yang harus dapat mencuci
namamu yang sudah dikotori orang. Kalau memang kau tidak
melakukan perbuatan-perbuatan jahat, kau harus dapat menangkap orang yang memalsukan namamu. Setelah penjahatnya tertangkap
baru aku dapat percaya bahwa kau tidak berdosa. Kalau tidak ada bukti itu, bagaimana aku bisa percaya?"
"Kau kira aku enak-enak saja" Berbulan-bulan aku sudah
menyelidiki dan mengikuti jejak penjahat itu dan kiranya sekarang sudah dekat. Aku minta pertolongan beberapa orang anak buahmu
untuk menjaga saudara ini di sini dan marilah kita naik ke puncak.
Kiranya, kalau tidak meleset perhitunganku, di puncak itulah akan dapat kubongkar semua rahasia ini."
Demikianlah Sin Hong dan Li Hwa lari menuju ke Puncak Ngoheng-san pada saat Liok Kong Ji sedang berhadapan dengan Go
Ciang Le dan pemuda itu telah mendesak Ciang Le dengan katakata.. Di sepanjang jalan menuju ke puncak, Sin Hong minta
keterangan dan Li Hwa tentang keadaan dipuncak. Gadis itu yang makin lama makin tertarik dan suka kepada Sin Hong, menceritakan semua dengan jelas, betapa Cam-kauw Sin-kai terluka hebat dan
lain lain. "Kau pun dipilih oleh Cam-kauw Sin-kai menjadi seorang calon
bengcu." katanya sebagai penutup penuturannya, "dan aku pun
masuk mencalonkan diri!" Kata-kata ini diiringi suara ketawanya yang merdu.
Sin Hong memandang kepadanya sambil tersenyum. "Gadis ini
luar biasa dan amat menarik hati", pikir Sin Hong. Akan tetapi ia merasa khawatir mendengar betapa Cum-kauw Sin-kai terluka oleh 831
Ngo-tok Mo-jiauw, juga mendengar pengemis tua itu memilihnya
sebagai calon bengcu. "Agaknya di antara semua tokoh itu, hanya kakek pengemis ini yang masih menaruh kepercayaan padaku", pikir Sin Hong. Ia lalu mengajak Li Hwa mempercepat perjalanan ke
puncak. Setelah tiba di puncak, tanpa memperdulikan semua orang yang
memandang kepadanya, ada yang terheran heran, yang kaget, dan
ada yang marah-marah. Ia langsung berlari mendekati Cam-kau
Sinkai yang masih rebah dan dirawat oleh Hui Lian, Bi Lan dan Hong Kin. Bi Lan melompat dan memandang kepada Sin Hong dengan
mata penuh selidik. Hui Lian mukanya berubah sebentar pucat
sebentar merah ketika melihat pemuda, sedangkan Hong Kin
menjadi bengong dan mukanya pucat sekali. Mimpikah dia Pemuda
yang baru datang yang dipanggil Wan Sin Hong ini, mengapa begitu serupa dengan Pangeran Wanyen Ci Lun"
Hong Kin amat setia dan mencinta Pangeran Wanyen Ci Lun,
maka begitu melihat Wan Sin Hong ia bertanya,
"Di mana Wanyen Siauw-ongya?"
Sin Hong menoleh kepadanya, tak mengerti apa yang
dimaksudkan. "Siapa?"
"Pangeran Wanyen Ci Lun, yang tadi dibawa pergi oleh orang
muka merah, dia" serupa benar dengan engkau..."
"Ah... jadi dia itu pangeran?" Hanya ini saja yang diucapkan oleh Sin Hong dan dadanya berdebar, apalagi ia mendengar bahwa
pangeran itu mempunyai nama keturunan Wanyen, yakni nama
keturunan ayahnya, "Wanyen Kan! Dia masih saudaraku" pikirnya.
Akan tetapi pada saat itu seluruh perhatiannya dicurahkan kepada Cam- kauw Sin-kai dan tanpa mempedulian yang lain-lain, ia cepat berlutut dan memeriksa keadaan Cam-kauw Sin-kai.
"Kau...?" Kakek itu berkata lemah. Napasnya sudah empasempis dan mukanya tidak karuan, ada tanda tanda warna hitam,
merah. hijau dan warna lain lagi. Inilah kehebatan racun dari Ngo-tok Mo-jiauw"
832 "Locianpwe, aku tidak berani mendahului kehendak Thian. Akan
tetapi menurut pendapatku yang bodoh, lukamu tak dapat
disembuhkan lagi. Racun yang mengandung hawa Im dan racun lain yang mengandung hawa Yang sudah memasuki darah. Kalau tidak
kuobati, dalam waktu sehari semalam kau akan tewas. Dengan
pengobatanku juga hanya dapat memperpanjang waktu sampai tiga
hari tiga malam. Bagaimana" Apakah aku harus mengobatimu?"
Kakek pengemis itu menggeleng kepalanya. "Tak usah... sehari
semalam sudah cukup lama... kau bereskan saja urusan ini". jaga baik-baik jangan sampai orang lain menjadi bengcu... Wan-sicu
maukah kau bersumpah bahwa penjahat Wan Sin Hong itu bukan
kau orangnya?"
Sin Hong cepat mengeluarkan pisau perak kecil dan mulai
memotong urat-urat yang akan menghambat perjalanan racun ke
jantung. Juga ia menotok sana sini sehingga akhirnya kakek itu tidak merasa sakit sama sekali. Kemudian baru ia menjawab. "Tak perlu bersumpah, Locianpwe. Apa artinya sumpah kalau tidak ada bukti-bukti" Tetap saja tidak dicaya orang. Biarlah, sekarang juga aku hendak membongkar bukti-buktinya!" Sambil berkata begitu ia masih asyik menotok dan memijit tubuh kakek pengemis itu.
"Wan Sin Hong penjahat terkutuk. Menyerahlah untuk
kubelenggu, jangan menanti aku menurunkan tenaga besi!"
Bentakan ini diucapkan oleh Bu Kek Siansu ketua Bu-tong-pai
yang sudah berada di situ bersama Leng Hoat Taisu. Akan tetapi Wan Sin Hong yang asyik merawat Cam-kauw Sin-kai itu tidak
peduli sekali atas bentakan Bu Kek Siansu, melirik pun tidak.
Bu Kek Siansu melangkah maju dan menggunakan dua jarinya
menotok pundak Sin Hong, dengan maksud membuat pemuda itu
tidak berdaya. Juga Sin Hong tidak peduli, melirik pun tidak.
Pundaknya terkena totokan jago tua dari Bu tong-pai itu.
"Duk!"
"Ayaaa...!" Bukan Sin Hong yang terguling, melainkan tosu
berjenggot panjang yang bertubuh tinggi kurus itu yang melompat ke belakang dan cepat ia mengurut-urut dua batang jari tangannya yang tadi dipakai menotok karena dua jari tangan itu telah menjadi 833
salah urat. Bagaimana bisa begini" Tak lain karena Bu Kek Siansu berlaku ceroboh dan tadi melihat pemuda itu tidak melakukan
perlawanan, lalu berlaku sembarangan karena ia pun tidak mau
melukai pemuda yang tidak melawan. Maksudnya hanya akan
membikin pemuda itu tak berdaya. Akan tetapi siapa kira setelah dua batang jari tangannya menyentuh kulit pundak, pundak ini dari sebelah dalam mengeluarkan hawa panas dan agak di goyang
sedikit sehingga jari tangan kakek itu terserang tenaga yang luar biasa membuat tenaga totokan membalik dan membuat urat-urat
dalam jari tangan itu terpukul sendiri! Inilah kelihaian hawa sinkang yang sudah tinggi sekali.
Tadinya Bu Kek Siansu dan Leng Hoat Taisu yang duduknya di
bagian lain, melihat munculnya Wan Sin Hong, menjadi marah
karena mengira bahwa penjahat muda yang lihai ini tentu akan
membikin onar. Maka tanpa berpikir panjang mereka lalu
mendatangi tempat itu dan Bu Kek Siansu lalu menyerangnya. Akan tetapi ketika Leng Hoat Taisu melihat bahwa pemuda yang berlutut itu sebetulnya sedang mengobati suhengnya, Cam-kauw Sin-kai,
menjadi tercengang dan tidak bergerak, terpaku di situ saking
herannya. Sebaliknya Bu Kek Siansu yang merasa ia dibikin malu, tidak
melihat hal ini saking malu dan marahnya. Tangan kirinya sudah memegang pedang dan sambil membentak, "Penjahat keji lihat
pedangku!" ia lalu menyerang
"Trangg...!" Pedangnya tertangkis oleh sinar hijau yang ternyata adalah pedang hijau yang dipegang oleh Siok Li Hwa. Gadis ini tadi melihat segala yang terjadi dan merasa penasaran menyaksikan
kakek Ketua Bu-tong pai yang bertindak sembrono saja itu.
"Kau membela penjahat ini?" bentak Bu Kek Siansu marah, juga
kaget dan heran karena tadi ia saksikan sendiri betapa Ketua Hui-eng-pai ini amat benci kepada Wan Sin Hong dan mencarinya untuk dibunuh.
"Sabarlah kakek tua. Kalau kau tidak sabaran dan mudah marahmarah usia tak dapat panjang!" jawab Li Hwa. "Memang betul dia ini Wan Sin Hong, akan tetapi tunggu sampai dia membuktikan
bahwa dia tidak berdosa dan bahwa namanya dipergunakan oleh
834 orang lain. Aku sendiri pun sedang menunggu pembuktian ini. Selain itu, tidakkah kaulihat, bahwa dia tengah mengobati Cam-kau Sin-kai yang terluka berat?"
Sementara itu, Cam-kauw Sin-kai yang sudah tidak merasa sakit
lagi, cepat bangkit dan duduk bersila, lalu berkata kepada Sin Hong.
"Wan-sicu, lekas kau bereskan semua ini!"
Sin Hong kini membungkus alat-alat pengobatannya, kemudian
perlahan bangkit berdiri. Matanya menyapu orang-orang yang
berada di situ dan melihat Lie Bu Tek berdiri di dekat Ciang Le, ia lalu menghampiri pendekar buntung itu dan menjatuhkan diri
berlutut di depan Lie Bu Tek.
"Gihu, harap selama ini kau dalam sehat saja," kata-katanya
amat mengharukan hati Lie Bu Tek. Ingin sekali pendekar buntung ini memeluk anak angkatnya yang amat dikasihinya akan tetapi ia menahan perasaan hatinya dan hanya kedua matanya dikejap-kejapkan menahan runtuhnya air mata. Akhirnya ia dapat juga
mengeluarkan kata-kata yang terdengar berat dan serak.
"Buktikan dulu kebersihanmu, baru kau datang kepadaku."
Wan Sin Hong memberi hormat lalu berdiri, untuk sejenak
berpandangan dengan ayah angkatnya, dua pasang mata
memandang penuh rindu dan akhirnya Sin Hong memeluk ayah
angkatnya. "Mohon berkahmu, Gihu...." ia melepaskan pelukannya dan
berjalan dengan langkah tenang dan lambat ke tengah lapangan.
matanya selalu ditujukan kepada Kong Ji. Lie Bu Tek mengikuti
putera angkatnya dengan mata digenangi butir air mata,
mengikutinya dengan pandang mata penuh kasih sayang.
"Benar-benarkah dia tidak berdosa?" kata-kata ini terlepas dan mulut Ciang Le yang terharu juga menyaksikan sikap Sin Hong
terhadap Lie Bu Tek.
Lie Bu Tek menggerakkan pundaknya. "Kita sama-sama lihat
saja!" 835 Juga Bi Lan berbisik di dekat puterinya. "Pemuda itu aneh sekali.
Benar-benarkah dia seorang penjahat besar dan keji?"
Tak terasa Hui Lian mengepal tangannya dan berkata, "Entahlah, Ibu, akan tetapi aku pernah melihat dia mengejar dan mencoba
menculik seorang gadis cantik." Terdengar suara menggetar penuh kekecewaan dan kegetiran dalam suara ini dan terbayanglah semua pengalamannya dengan Wan Sin Hong.
Sementara itu, Cam-kauw Sin-kai memanggil Go Ciang Le dan
isterinya. Tentu saja Ciang Le merasa heran dan cepat-cepat bersama Bi
Lan ia mendekati kakek yang bersila itu, lalu berlutut dan duduk bersila pula.
"Go-taihiap dan Lihiap, tak lama lagi aku mati. Sebelum itu, aku hanya ingin bicara sedikit untuk penghabisan kali karena kalau pembicaraan ini selesai, aku hendak menghabiskan sisa hidupku
menikmati cara bagaimana pemuda she Wan itu menyelesaikan
semua perkara ini. Go-taihiap, kau dan isterimu sudah melihat
muridku, Coa Hong Kin. Dia seorang yang baik dan melihat
hubungannya dengan puterimu, biarpun sekarang bukan saat yang
tepat dan bukan di tempat sang patut, mengingat usiaku tak
panjang lagi, aku mengajukan lamaran kepada putrimu agar
menjadi calon jodoh murindku Hong Kin."
Ciang Le dan istennya saling pandang, sukar untuk memutuskan
perkara yang muncul tiba-tiba ini. Sebagai suami isteri yang saling mencinta, kedua orang ini saling dapat mengerti perasaan hati
masing-masing hanya dengan saling pandang saja, tadi mereka
sudah menyaksikan ketulusan dan kebaikan hati Hong Kin yang
tidak segan-segan mengakui Soan Li sebagai isterinya hanya untuk memberikan muka keluarga Go Ciang Le, maka di dalam hati kedua suami iste ri ini memang sudah ada perasaan suka kepada Hong
Kin. Apalagi Hong Kin adalah murid terkasih dari Cam kauw Sin-kai dan pemuda itu selain memiliki pribadi baik juga wajahnya tampan dan kepandaian silatnya lumayan. Apalagi yang menjadi halangan"
Ciang Le dan Bi Lan saling memberi tanda dengan mata. Mereka
harus memberi keputusan sekarang karena usia kakek pengemis itu takkan lama lagi.
836 Ciang Le menoleh kepada Cam kau Sin-kai dan berkata,
"Pinanganmu kami terima, Lo-enghiong. Semoga muridmu dapat
membahagiakan hidup puteri kami."
Cam-kauw Sin-kai berseri wajahnya dan dengan tangannya ia
melambai kepada Hong Kin, pemuda ini cepat menghampiri suhunya dan alangkah kagetnya ketika suhunya berkata,
"Lekas kau memberi hormat kepada calon gakhu (ayah mertua)
dan gakbo-mu mertua)!" Karena suhunya menudingkan jari kepada
Ciang Le dan Bi Lan, maka dengan hati berdebar girang Hong Kin lalu menjatuhkan diri berlutut memberi hormat kepada Ciang Le dan Bi Lan sebagai calon- calon ayah dan ibu mertuanya!
Saking girangnya dan ingin menikmati saat yang terakhir, Camkauw Sin-kai timbul kegembiraannya dan dipanggilnya Hui Lian.
"Nona mantuku, lekas kau mendekat. Aku ingin memberi berkah
kepadamu dalam saat terakhir ini!"
Tentu saja Hui Lian yang sejak tadi miemperhatikan Wan Sin
Hong, tidak mengerti maksudnya dan mengira kakek yang
menderita luka berat ini sudah berubah ingatannya. Akan tetapi Bi Lan membantunya dan berkata. "Mendekatlah, Lian-ji, dan lakukan permintaan Cam-kauw Lo-enghiong. Ketahuilah, bahwa telah diikat tali perjodohan antara kau dan Coa Hong Kin."
Merah sekali wajah Hut Lian mendegar ini dan ia memandang
kepada Hong Kin dengan lirikan matanya, kemudian pandang
matanya menyapu wajah ayah bundanya dan Cam-kauw Sin-kai.
Dan dibayangkan betapa hati dan perasaan gadis ini tergoncang
hebat dan pikirannya menjadi bingung. Seperti kilat cepatnya
pikirannya melayang dan terbayanglah wajah Sin Hong wajah
Pangeran Wanyen Ci Lun dan wajah Hong Ki Kemudian teringat pula akan semua kebaikan yang telah dilakukan oleh Hong Kin. Ketika matanya melirik kepada wajah ayah bundanya, ia dapat
membayangkan kepastian yang tak dapat dibantah lagi.
Tak terasa lagi dua butir air mata menggenangi sepasang mata
yang jeli itu dan dengan kedua kaki gemetar Hui Lian lalu berlutut di depan Cam-kauw Sin kai. Kakek pengemis ini lalu meletakkan ke
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
837 dua tangan ke atas kepala Hui Lian, mulutnya berkemak kemik
membaca doa. Sementara itu, di lereng Bukit Ngo heng-san terjadi hal lain yang hebat juga.
Orang muda yang terluka oleh jarum-jarum beracun, dan yang
menggeletak di dalam hutan dan ditolong orang bermuka merah,
sebetulnya adalah Pangeran Wanyen Ci Lun. Seperti telah
diceritakan di bagian depan, Pangeran Wan-yen Ci Lun berpamit
kepada kaisar untuk pergi sendiri menyelidiki keadaan pemilihan bengcu di puncak Ngo-heng- san. Dengan menyamar sebagai orang
biasa, Pangeran Wanyen Ci Lun pergi ke Ngo heng-san. Pangeran
ini sebetulnya juga bukan seorang yang lemah. Sejak kecil, di
samping pelajaran ilmu sastera yang tinggi, dia juga mempelajari ilmu silat dari para busu yang tinggi kepandaiannya sehingga
pangeran ini memiliki ilmu yang lumayan juga.
Karena ia melakukan perjalanan cepat ia dapat selalu mengamatamati perajalanan See-thian Tok-ong dan juga dapat mengawasi Hui Lian dan Hong Kin. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat betapa Hui Lian dan Hong Kin tertawan oleh Kong Ji dan kawan-kawannya.
Dengan amat cerdik, Wanyen Ci Lun dapat menyelundup ke
dalam rombongan orang-orang Kwan-cin -pai yang pakaiannya
macam-macam itu setelah mereka tiba di puncak Ngo-heng san.
Dengan hati-hati ia lalu berusaha untuk menolong dan
membebaskan Hui Lian dan Hong Kin dan seperti telah dituturkan di bagian depan, usaha ini berhasil setelah diam-diam mendapat
bantuan orang yang tidak memperlihatkan diri.
Scbetulnya, seperti pembaca telah dapat menduga, penolong
tersembunyi itu adalah Wan Sin Hong sendiri. Kemudian setelah
Wanyen Ci Lun keluar dari rombongan orang-orang Kwan-cin pai
bersama Hui Lian dan Hong Kin, dan terkena jarum beracun,
muncullah orang tersembunyi atau Wan Sin Hong itu yang ternyata telah mengenakan obat pengganti warna muka sehingga mukanya
menjadi merah sekali. Wan Sin Hong menolong Wanyen Ci Lun dan
membawanya lari sampai kemudian meninggalkan pangeran itu
setelah mengobatinya, di bawah penjagaan sepuluh orang anggauta Hui eng-pai.
838 Pangeran Wanyen Ci Lun tidak begitu sembrono dan bodoh
untuk melakukan perjalanan yang berbahaya dan jauh itu seorang diri saja tanpa kawan. Sebetulnya, diam- diam ia pun telah
mengerahkan pasukan kepercayaannya yang terdiri dari tiga puluh orang, untuk menyusul perjalanannya dan menjaga di lereng Ngoheng-san, menjaga kalau-kalau ada terjadi sesuatu yang
memerlukan bantuan mereka. Sungguh tidak tersangka sama sekali bahwa ia baru menyelundup ke dalam pasukan Kwan-cin-pai dan
akhirnya terluka, maka hal ini tidak ketahuan oleh pasukan
pengawalnya yang datang belakangan.
Demikianlah, setelah ia diobati oleh Wan Sin Hong dan
ditinggalkan di dalam hutan, akhirnya ia siuman dan alangkah
herannya ketika ia mendapatkan dirinya berbaring di atas rumput dan dijaga oleh sepuluh orang gadis yang cantik-cantik dan
kelihatan gagah-gagah.
"Mimpikah aku...?" bisiknya, kemudian ia teringat bahwa ia telah terluka dan pundaknya terasa sakit bukan main.
"Ah... tentu aku sudah mati dan kalian ini bidadari-bidadari
sorga...."
Karena Pangeran Wanyen Ci lun memang tampan wajahnya,
mendengar kata-kata ini para gadis penjaga itu saling pandang dan tertawa cekikikan.
"Nona-nona manis, jangan ganggu aku. Ceritakanlah di mana
aku berada. Benar-benar matikah aku?"
Seorang di antara para gadis itu menjawab. "Belum, kau belum
mati, baru hampir. Apakah namamu Wan Si Hong?"
"Bukan, namaku Wanyen Ci Lun." meraba pundaknya yang sakit
dan melihat obat yang tertempel di situ ia segera bertanya.
"Siapakah yang menolongku" Apakah kalian yang mengobati lukalukaku ini?"
Gadis-gadis itu menggeleng kepala mereka yang cantik. "Kau
ditolong oleh seorang bernama Wan Sin Hong, dan yang mukanya
sama benar denganmu....
"Ke mana dia sekarang"
839 "Ke puncak sana bersama Niocu."
"Siapakah itu Niocu?"
"Ketua kami, sudahlah, kau harus istirahat di sini dan kami
ditugaskan menjagamu."
Karena memang tubuhnya masih lemas dan pundaknya masih
amat sakit rasanya, Wanyen Ci Lun tidak banyak membantah. Tiba-tiba terdengar bentakan-bentakan nyaring.
"Lepaskan Siauw-ongya...!"
Muncullah tiga puluh orang pengawal yang baru sekarang tiba di situ dan melihat pangeran itu dijaga oleh sepuluh orang gadis, mengira bahwa majikan mereka ditawan. Sebaliknya sepuluh orang gadis itu tentu saja tidak membiarkan orang mendekati pemuda
yang diserahkan penjagaan mereka. Cepat mereka mencabut
pedang dan segera meyerang! Memang gadis-gadis ini boleh
dibilang setengah liar, hidup di dalam hutan di puncak gunung, tak pernah bergaul dengan dunia ramai, maka watak mereka keras
sekali. Sebaliknya, para pengawal yang menduga bahwa gadis- gadis ini
tentulah sebangsa penjahat wanita, lalu melakukan perlawanan,
maka terjadilah pertempuran hebat. Para pengawal adalah orangorang pilihan yang berkepandaian tinggi akan tetapi di lain pihak para gadis pun merupakan orang-orang kepercayaan Siok Li Hwa,
merupakan anggauta anggauta Hui-eng-pai yang sudah tinggi
ilmunya, maka pertempuran itu bukan main serunya.
Tiba-tiba di antara gerombolan pohon berkelebat bayangan
orang dan tahu-tahu seorang gadis cantik yang berwajah pucat
menerobos masuk memandang wajah Pangeran Wanyen Ci Lun
yang menggeletak di atas tanah, kemudian secepat kilat ia
menyambar tubuh itu dipondongnya dan dibawa lari!
"Lepaskan Siauw-ongya...!" lima orang pemimpin pasukan
pengawal itu membentak dan cepat mengejar, sedangkan
pengawal-pengawal yang lain masih ramai bertempur melawan
gadis Hui-eng-pai.
840 Akan tetapi gadis bermuka pucat yang membawa lari tubuh
Wanyen Ci Lun itu memiliki ginkang yang luar biasa. Biarpun ia memondong tubuh seorang muda, akan tetapi para pengejarnya ia
dapat menyusulnya. Makin lama makin jauh dan akhirnya lenyap
dari pandangan mata para pengejarnya!
Demikianlah peristiwa yang terjadi di lereng gunung dan biarlah kita meningalkan pertempuran antara gadis-gadis Hui-eng-pai
melawan para pengawal pribadi Pangeran itu, dan mari kita
menengok lagi ke atas, ke puncak Gunung Ngo-heng-san di mana
terjadi peristiwa yang lebih hebat.
Di puncak bukit, Wan Sin Hong berjalan perlahan ke tengah
lapangan. Semua mata memandang ke arahnya. Tiba-tiba didahului oleh Liok Kong Ji, orang-orang di situ berseru. "Tangkap penjahat Wan Sin Hong! Bunuh penjahat Wan Sin Hong!"
"Bu Kek Siansu, kau sebagai pemimpin pertemuan ini, apakah
tidak bisa menenteramkan mereka" Wan Sin Hong seorang calon,
dia berhak bicara!" kata Cam-kauw Sin-kai.
Terpaksa Bu Kek Siansu berlari ke tengah lapangan dan dengan
kedua tangan diangkat ke atas ia berseru mengerahkan
lweekangnya. "Cuwa-enghiong, bukan begitu caranya membereskan perkara.
Andaikata benar Wan Sin Hong seorang penjahat keji yang harus
dibasmi, akan tetapi pada saat ini dia adalah calon bengcu yang di pilih oleh Cam-kauw Sin-kai. Oleh karena itu, dia berhak bicara sebagai calon bengcu untuk membela diri"
Keadaan menjadi reda dan Wan Sin Hong menjura kepada Bu
Kek Siansu selaku ucapan terima kasih. Akan tetapi Bu Kek Siansu tidak mempedulikan, bahkan lalu meninggalkan tempat itu. Wan Sin Hong tidak merasa sakit hati karena maklum bahwa kakek Ketua
Bu-tong- pai itu tentu masih menganggap ia seorang penjahat
besar. Ta tersenyum pahit, kemudian ia memandang kepada Liok
Kong Ji dengan sinar mata menyala nyala. Lalu disapunya semua
hadirin dengan pandang matanya sebelum ia bicara. Suaranya
tenang dan lantang.
841 "Cuwi-enghiong yang mulia. Memang benar bahwa aku adalah
Wan Sin Hong dan aku mengaku pula bahwa selama beberapa
bulan ini, di dunia muncul seorang penjahat yang melakukan segala macam perbuatan kotor dan keji dan penjahat itu mengaku
bernama Wan Sin Hong!"
"Sudah terang dosa-dosamu, penjahat besar, masih banyak
omong lagi?" Kong Ji berteriak. "Manusia macam kau harus
dibunuh!" Teriakan ini disambut oleh anak buahnya, "Bunuh...! Bikin
mampus penjahat Wan Sin Hong!"
Sin Hong tersenyum dan mengangkat kedua tangannya.
"Pernahkah di antara para hadirin melihat sendiri penjahat ini"
Bukankah aneh sekali bahwa setiap kali penjahat itu melakukan
kejahatannya ia sengaja meninggalkan nama Wan Sin Hong tanpa
berani memperlihatkan mukanya" Di antara yang hadir, tadinya ada dua saksi yang pernah bertemu muka dengan penjahat itu, yang
pertama adalah Nona Cun Eng anggauta Hui-eng- pai. Sayang dia
sudah membunuh diri karena tidak tidak tahan mendengar
penghinaan yang diucapkan oleh seorang yang hadir di sini" Setelah berkata demikian Sin Hong menatap wajah Kong Ji dengan tajam.
Akan tetapi Kong Ji hanya menyeringai dan membalas
pandangan dengan penuh ejekan. "Orang ke dua adalah Nona Gak
Soan Li murid dari pendekar besar Hwa I Enghiong. Akan tetapi
sayang Nona Gak Soan Li juga sudah turun gunung, sama saja
halnya, tidak tahan mendengar kata-kata yang keluar dari mulut busuk seorang yang hadir di sini!"
"Bohong...! Penjahat Wan Sin Hong mencari alasan kosong
untuk membersihkan diri. Serbu dan bunuh saja!" Kong Ji berteriak.
Sin Hong mengangkat tangan. "Tahan...!" Orang-orang yang
tadinya sudah siap menyerbu, tertegun karena suara itu
mengandung pengaruh yang luar biasa sehingga Ciang Le sendiri
diam-diam terkejut sekali. "Semua keributan dipelopori oleh Liok Kong Ji. Eh, Kong Ji, apakah kau sekarang sudah menjadi seorang pengecut besar" Kalau kau memang berani, tunggulah, nanti akan tiba saatnya kita berhadapan satu sama lain tanpa tangan kaki-842
tanganmu! Cuwi enghiong, aku adalah seorang calon bengcu, aku
berhak memberi keterangan sejelasnya!" Keadaan menjadi tenang
kembali dan pada wajah Kong Ji terbayang kecemasan.
"Aku ulangi lagi, kalau saja Nona Gak Soan Li tidak terpengaruh oleh racun berbahaya, tentu dia akan menjadi saksi utama akan
kebinatangan seorang yang selalu menggunakan nama Wan Sin
Hong untuk mengelabuhi mata orang lain dan sekalian untuk
merusak namaku. Kalau saja Nona Soan Li berada di sini, kiranya aku akan dapat mencoba menyembuhkannya agar ia dapat
membuat pengakuan sejujurnya. Kalau sudah terjadi demikian,
dunia akan terbuka matanya dan akan mengalihkan pandangan
menuntut dari aku kepada orang itu!" Dengan telunjuknya Sin Hong menuding ke arah Liok Kong Ji yang menjadi pucat sekali.
"Bohong! Omong kosong!" katanya gagap.
Giok Seng Cu tampil ke depan. "Wan Sin Hong, bisa saja kau
mempengaruhi orang-orang di sini dengan lidahmu yang berbisa.
Aku sendiri menjadi saksi dan mau bersumpah bahwa aku pernah
melihatmu bersama Nona Gak Soan Li. Kau hendak menggunakan
Nona itu sebagai saksi" Ha, ha, ha, tentu saja akan membelamu.
Pernah aku melihatmu betapa engkau memijat-mijat kedua
pahanya. Ha, ha, ha, aku masih merasa muak dan malu sekali kalau teringat akan pemandangan itu!"
Hui Lian dan Bi Lan mengeluarkan suara tertahan. Sebagai
wanita-wanita sopan mereka merasa tertusuk sekali mendengar
kata-kata ini. Sebaliknya, Li Hwa hanya memandang kepada Wan
Sin Hong saja, penuh perhatian karena hendak melihat bagaimana pemuda itu membela diri terhadap tuduhan yang amat memalukan
ini. Akan tetapi Wan Sin Hong hanya tersenyum, tetap tenang.
Hanya suaranya saja terdengar menggeledek ketika menjawab.
"Giok Seng Cu, setelah menjadi anjing dari Liok Kong Ji, kau
ternyata pandai sekali bicara. Di waktu aku masih kecil kau mencoba membunuhku di puncak Luliang-san. Kemudian ketika kau bertemu
dengan Nona Gak Soan Li kau telah memukul kedua pahanya
dengan pukulan Tin-san-kang sehingga dua paha nona itu remuk
843 tulang-tulangnya. Baiknya aku keburu datang dan menolong
mengobati kedua pahanya yang kau katakan memijit-mijit itu.
Hemm, semua orang yang mengerti ilmu pengobatan tentu akan
tahu bahwa menyambung tuang patah masih mudah, akan tetapi
membenarkan tulang-tulang yang remuk akibat pukulanmu tidaklah mudah. Aku memijit-mijit pahanya untuk mengobati, apakah
salahnya" Kemudian kau pula menculiknya dan tentu kau telah
bersekongkol dengan Liok Kong Ji. Kau ini orang tua yang sudah bejat batinmu, sungguh memalukan sekali kalau mendiang Pak
Hong Siansu mendengar tentang sifat pengecut dari muridnya."
Belum habis Sin Hong bicara, Giok Seng Cu sudah mengeluarkan
suara geraman seperti singa dan tiba-tiba ia menerkam dengan
pukulan Tin-san-kang kearah dada Sin Hong. Pemuda ini tidak
berkisar dari tempatnya melainkan menggerakkan kedua tangan
yang kiri dari atas yang kanan dari bawah.
Aneh sekali, hawa pukulan Tin-san-kang yang biasanya
membunuh orang dari jauh tanpa tangan yang memukul menyentuh
kulit, kini musnah kekuatannya bahkan nampak kakek itu seperti dibetot ke depan dan tahu-tahu lehernya telah dicekal oleh tangan kiri Sin Hong dan tangan kanan pemuda itu sudah memegang ikat
pinggangnya. Kemudian dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, tanpa menggerakkan kedua kaki, tubuh kakek itu sudah diangkat ke atas dibanting ke bawah.
"Brukkk...!" Saking kerasnya bantingan dan saking kuatnya
tubuh Giok Seng Cu, tubuh bagian bawah dari kaki sampai ke paha amblas ke dalam tanah!
Wan Sin Hong tersenyum. "Itu tadi adalah pukulan Tin-san-kang
yang sudah mematahkan kedua paha Nona Gak Soan Li. Dan
beginilah nasib orang jahat, Giok Seng Cu, aku masih belum begitu tega untuk menewaskanmu, mengingat bahwa kau masih terhitung
murid keponakan dari Suhu Pak Kek Siansu. Pergilah!"
Kembali tangan kiri pemuda itu bergerak dan tahu-tahu tubuh
Giok Seng Cu telah "tercabut" dari tanah dan kini dilemparkan ke arah Liok Kong Ji. Kong Ji menerima tubuh Giok Seng Cu yang
pingsan dan sekali melihat ia tahu bahwa kakek itu telah patah 844
kedua tulang kakinya! Wan Sin Hong kembali bicara kepada orang banyak seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu.
?"Setelah berbulan-bulan melakukan penyelidikan dengan susah
payah, bahkan telah mengalami usaha-usaha membunuhku yang
dilakukan oleh penjahat yang merusak namaku, di antaranya aku
dicoba untuk dikubur hidup- hidup di lereng gunung Luliang-san, akhirnya berhasil jugalah usahaku dan ternyata bahwa iblis jahat yang selama ini merusak namaku bukan lain adalah Liok Kong Ji!"
"Jahanam bermulut jahat!" Kong Ji membentak dan di lain saat
pedang Pak kek Sin-kiam sudah berada di tangannya. Akan tetapi ia didahului oleh Bu Kek Siansu yang diiringi oleh Leng Hoat Taisu ketua Thian-san-pai dan Tai Wi Siansu ketua Kun-lun-pai yang kini sudah dapat memulihkan kekuatannya. Tadi Tai Wi Siansu telah
terluka hebat oleh Kong Ji, akan tetapi berkat obat dari Kun-lun-pai dan tenaga lweekangnya yang tinggi, biarpun lukanya belum
sembuh betul, akan tetapi tenaganya sudah pulih. Kini mendengar ucapan Wan Sin Hong, tiga orang tua tokoh besar kang-ouw ini
cepat datang karena menganggap keterangan itu amat penting dan perlu dibuktikan kebenarannya.
"Wan Sin Hong bukti-bukti bahwa kau tidak berdosa belum ada,
mengapa kau bahkan menimpakan semua kesalahan kepada Liok
Kong Ji. Apakah bukti dari tuduhanmu ini," tanya Tai Wi Siansu.
Pertanyaan ini kalau didengar begitu saja seakan-akan Tai Wi
Siansu membela Liok Kong Ji. Akan tetupi sebetulnya dia dan dua orang kawannya cepat bertindak untuk mencegah Kong Ji
menyerang Wan Sin Hong sebelum rahasia dibuka, dan untuk
memberi kesempatan kepada Sin Hong menjelaskan tuduhannya.
"Sam-wi Locianpwe, apakah Samwi masih belum tahu bahwa di
dalam permilihan bengcu ini pun, jahanam Kong Ji telah
mempergunakan siasat busuk" Apakah di sini terdapat tokoh-tokoh semua partai" Apakah semua ketua partai belum hadir di samping Sam wi Locianpwe?"
"Semua hadir, biarpun bukan ketuanya, akan tetapi partai-partai lain mengirimkan wakil masing-masing."
"Betulkah itu" Adakah wakil dari partai Teng-san-pai di sini?"
845 Kong Ji yang tidak mengira bahwa Sin Hong sudah tahu akan
pemalsuan wakil ini, berkata keras, "Tentu saja ada! Mereka inilah wakilnya dengan membawa surat kuasa. Partai-partai besar,
termasuk Teng-san-pai telah memilihku!" Kong Ji berkata demikian untuk menjatuhkan Sin Hong atau untuk membuat pemuda itu
kecele. Akan tetapi, Sin Hong bergerak cepat dan sekali berkelebat ia
telah dapat menangkap seorang di antara wakil-wakil Teng-san-pai itu. Ta mengangkat orang itu tinggi-tinggi dan biarpun orang itu hendak memukul, namun ia tidak bergeming di dalam cengkeraman
tangan kiri Sin Hong yang amat kuat.
"Samwi Locianpwe, lihatlah baik-baik. Dia ini bukan wakil dari Teng-san-pai Wakil dari Teng-san-pai telah dibunuh di tengah
perjalanan, surat kuasanya dirampas dan diganti oleh anjing-anjing ini. Semua ini tentu pekerjaan orang she Liok si iblis jahat!"
Mendengar ini, Kong Ji menjadi makin pucat dan diam-diam ia
telah memberi isyarat kepada anak buahnya untuk bersiap sedia
menyerbu. Adapun Tai Siansu dan kawan-kawannya menjadi kaget
setengah mati. Bu Kek Siansu merampas orang itu dari tangan Sin Hong, membantingnya ke bawah lalu mengancamnya.
"Betulkah itu" Hayo kau mengaku terus terang sebelum
kuhancurkan kepalamu!"
Tiba-tiba orang itu menjerit dan roboh terguling dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Dia telah terkena pukulan Tin-san-kang dari jauh yang dilakukan oleh Kong Ji.
Sin Hong tertawa. "Tentu orang lain tidak tahu bahwa kau yang
membunuhnya, akan tetapi aku tahu bahwa orang itu terbunuh oleh pukulan Tin-san-kang, pukulan yang telah meremukkan tulang paha Nona Soan Li, yang sudah melukai Tai Wi Siansu Locianpwe!"
Tai Wi Siansu kaget sekali akan ketajaman mata Sin Hong yang
sekali pandang saja sudah tahu bahwa ia terluka oleh Pukulan Tin-san-kang. "Sam-wi sekarang tentu tahu dan dapat menduga bahwa
partai-partai lain yang menyokong Kong Ji, bukanlah wakil-wakil yang sesungguhnya, melainkan orang-orang palsu yang merampas
surat kuasa!"
846 Semua orang kini memandang kepada Kong Ji. Pemuda ini
membusungkan dada dan berkata lantang, "Kalian orang-orang
bodoh, mudah saja ditipu oleh penjahat besar Wan Sin Hong. Mana buktinya semua tuduhannya kepadaku itu. Kalau aku yang menjadi penjahatnya, apa buktinya dan siapa saksinya" Kalau dia sudah
banyak bukti perbuatannya yang terkutuk. Apakah kalian buta dan tidak dapat melihat bahwa hal itu menipu?"
Tai Wi Siansu, Bu Kek Siansu, Leng Hoat Taisu adalah tokohtokoh besar yang tidak mau bertindak sembarangan dan tidak mau mereka begitu saja percaya kepada Sin Hong. Teringat akan
pertemuan mereka dahulu dengan Sin Hong, Tai Wi Siansu berkata pada pemuda ini.
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wan Sin Hong, tentang keadaan Liok Kong Ji bisa kami selidiki nanti, akan tetapi tentang kau sendiri yang hendak membebaskan diri dari tuduhan. Apa jawabanmu tentang gadis yang mengaku
telah kau ganggu dan yang dahulu membunuh diri dengan
melempar diri ke dalam jurang?"
Sin Hong tersenyum. "Bagus, Tai Wi Siansu, memang segala apa
harus secara terang-terangan, adil dan tidak berat sebelah. Tentang itu tentu saja aku sudah menyelidiki dan ketahuilah bahwa aku
dapat membongkar rahasia ini, sebagian adalah karena gadis itu.
Aku sudah bertemu dengan dia dan sebentar Samwi ini semua
Enghiong yang berada di sini akan mendengar sendiri keterangan dari mulutnya."
Kong Ji terkejut bukan main dan pada saat itu terdengar pekik
yang nyaring pekik yang sudah didengar oleh semua orang yang
berada di situ, yakni pekik seperti suara burung garuda, tanda dari Hui-eng-pai. Mendengar pekik ini dari lereng gunung, Siok Li Hwa lalu membalas dengan pekiknya yang lebih nyaring dan gadis ini lalu berlari cepat sekali. Sin Hong mengerutkan kening dan setelah
berpikir sejenak ia berkata,
"Sam-wi Locianpwe, aku harus pergi sebentar!" Baru saja katakatanya habis diucapkan, tubuhnya sudah berkelebat lenyap
menyusul Li Hwa.
847 Ternyata bahwa yang mengeluarkan pekik tadi adalah para
anggauta Hui-eng-pai yang sedang bertanding melawan para
pengawal pribadi Pangeran Wanyen Ci Lun. Melihat betapa seorang gadis pucat yang cantik dan cepat gerakannya, telah memondong
dan melarikan Wanyen Ci Lun dan mereka sendiri tidak berdaya,
mengejar, para gadis Hui-eng-pai ini lalu memberi tanda kepada ketua mereka.
Sebaliknya, para pengawal pangeran itu mengira bahwa gadis
cantik yang melarikan Pangeran Wanyen Ci Lun adalah kawan dari para gadis yang bertempur dengan mereka maka mereka terus
mendesak dan menyerang dengan hebat. Para gadis Hui eng-pai itu benar-benar lihai karena sebentar saja sudah ada beberapa orang lawan yang roboh terkena pedang. Akan tetapi mereka terdesak dan terkurung karena kalah banyak.
Ketika Li Hwa tiba di situ, ia masih marah sekali melihat anak buahnya dikeroyok. Sekali pedang hijau berkelebat, robohlah dua orang pengawal. Li Hwa hendak mengamuk terus, tiba-tiba lengan kanannya ada yang memegang dan terdengar suara Sin Hong,
"Nona, perlahan dulu. Lebih baik kita kita selidiki siapa mereka ini."
Li Hwa mencoba untuk mengerahkan tenaga, meronta dan
melepaskan lengannya, akan tetapi sia-sia saja sehingga diam-diam ia kagum bukan main akan kelihaian pemuda ini. Adapun Sin Hong setelah melepaskan lengan Li Hwa, lalu menghadapi orang-orang itu yang kini berdiri bengong dan memandangnya seperti orang melihat setan. Bagaimana mereka tidak terheran-heran kalau kini tiba-tiba saja melihat Pangeran Wanyen Ci Lun yang tadi terluka dan dibawa lari gadis pucat itu kini tiba-tiba sudah berdiri di hadapan mereka dengan pakaian berbeda" Melihat betapa pangeran ini mempunyai
hubungan baik dengan para gadis cantik, para pengawal menjadi
ketakutan, takut kalau dimarahi karena penyerangan mereka tadi.
Maka cepat-cepat mereka lalu menjatuhkan diri berlutut dan
seorang di antara mereka berkata,
"Siauw-ong-ya mohon ampun atas kelancangan hamba sekallan
karena sesungguhnya hamba tadi melihat Siauw-ongya terluka...
hamba kira Siauw-ong-ya perlu bantuan...."
848 Sin Hong bertukar pandang dengar Li Hwa dan pemuda itu
menarik napas, "Sudah nasibku selalu ditukar dengan lain orang..."
Kemudian dengan gemas membentak orang-orang itu.
"Cukup ini semua! Aku bukan Pangeran Wanyen Ci Lun!" Para
pengawal terkejut dan seorang demi seorang berdiri. Setelah
memandang tegas, baru mereka melihat perbedaan antara majikan
mereka dengan pemuda ini.
"Kau... kau siapa?" tanya seorang pemimpin mereka.
"Aku siapa bukan soal," jawab Sin Hong, "yang penting sekali,
Pangeran Wanyen Ci Lun tadi terluka dan dijaga oleh Nona-nona ini.
Mengapa kalian datang menyerbu" Kalian ini siapa?"
"Kami adalah pengawal-pengawal pribadi Pangeran Wanyen,
dan kami kira bahwa dia tadi...."
"Celaka, kalian ceroboh sekali! Dimana Pangeran Wanyen Ci Lun
sekarang?"
Dengan suara riuh para gadis dan para pengawal itu menuturkan
bagaimana seorang gadis cantik yang berwajah pucat membawa lari pangeran itu. Seorang di antara gadis Hui-eng-pai berkata kepada ketuanya.
"Kami sedang sibuk mengalami pengeoyokan orang-orang tolol
ini, maka tidak sempat memperhatikan dan tidak sempat melihat
siapa adanya gadis yang membawa lari pangeran itu."
"Sudahlah, kita selidiki hal itu nanti," kata Sin Hong, "Kalian para pengawal boleh mencoba untuk mengejar dan mencari majikan
kalian di sekitar gunung ini. Kami hendak kembali ke puncak."
Setelah berkata demikian, Sin Hong meagajak Li Hwa dan anak
buahnya kembali ke puncak di mana orang-orang sedang
menantinya. Orang-orang yang berada di puncak Gunung Ngo-heng- san
sudah ramai membicarakan tentang munculnya Wan Sin Hong.
Keadaan sekarang jauh berbeda dengan tadi, kini penuh
ketegangan. Tanpa diketahui oleh orang-orang lain, secara diam-diam Liok Kong Ji sudah berunding dengan kawan-kawannya dan
mengatur siasat. Gentar juga hati pemuda yang biasanya tabah dan 849
penuh akal ini, terutama sekali karena melihat pembantunya yang paling boleh diandalkan, yakni Giok Seng Cu, sudah tak berdaya sama sekali. Juga See-thian Tok-ong yang tadinya diharapkan untuk menjadi kawan dan pembantu, kini sudah bersila dalam keadaan
terluka oleh tendangan Hwa T Enghiong Go Ciang Le tadi.
Akan tetapi Kong Ji berbesar hati. Pembantu-pembantunya
banyak sekali jumlahnya, merupakan pasukan-pasukan besar yang
akan membelanya dengan setia. Apalagi semua tuduhan Wan Sin
Hong tadi tak dapat dibuktikan sama sekali. Ia takut apakah" Kata-kata Sin Hong tadi seakan-akan membayangkan bahwa Sin Hong
sudah bertemu dengan Nalumei. Tak mungkin, pikirnya. Bukankah
Nalumei sedang ke utara dan mungkin waktu ini sudah berada di
sekitar Ngo-heng-san bersama pasukannya"
Dia dahulu menyuruh Nalumei kembali ke utara dengan alasan
mengumpulkan pasukan untuk membantunya, sebetulnya hanya
mengandung maksud untuk menyingkirkan Nalumei saja.
Nalumei sudah cukup membantunya, bahkan Nalumei sekarang
merupakan bahaya karena pernah menjadi saksi atas semua
perbuatannya, di samping ini, sekarang Nalumei mulai rewel dan sering cemburu. Lebih-lebih lagi, karena ia memang sudah bosan dan jemu dekat dengan wanita suku bangsa Naiman itu. Ia
mengirim Nalumei ke utara seperti menyuruh kelinci memasuki
hutan sarang harimau karena ia maklum bahwa di utara, pengaruh dan kekuasaan Temu Cin sudah demikian meluas sehingga tak
mungkin lagi Nalumei dapat mencari sisa suku bangsanya yang
tidak takluk kepada Temu Cin. Andaikata benar Sin Hong telah
bertemu dengan wanita itu, tak mungkin Nalumei mau
mengkhianatinya, demikian pikir Kong Ji.
Akan tetapi, semangatnya sudah terbang rasanya ketika ia
melihat Sin Hong muncul lagi bersama Li Hwa dan anak buah Huieng-pai dan di sebelah kiri Sin Hong berjalan seorang perempuan cantik yang pakalannya menunjukkan bahwa dia itu bukanlah
seorang wanita Han.
"Nalumei...!" Kong Ji berseru perlahan demi melihat wanita ini dan wajahnya berubah pucat.
850 Sin Hong tersenyum dan menghadap Tai Wi Siansu dan tokoh
lain. "Tai Wi Siansu, kenalkah Locianpwe kepada wanita ini?" Tentu
saja tokoh-tokoh besar yang berada di situ mengenalnya, yakni
mereka yang dahulu mendengar pengakuan nona ini dan kemudian
melihat sendiri betapa gadis itu membuang diri ke dalam jurang.
Akan tetapt bagaimana gadis ini masih hidup dan berpakaian seperti orang asing"
"Bukankah dia ini nona yang dulu menuduhmu, kemudian
membuang diri ke dalam jurang?" kata Tat Wi Siansu.
Hui Lian yang melihat gadis itu pun berbisik kepada ibunya.
"Ibu gadis itulah yang dulu kulihat diserang dan dikejar oleh
Wan Sin Hong dan aku bersama Tang Hwesio membantunya
sehingga ia dapat melarikan diri" Gadis ini benar-benar merasa heran dan ingin sekali melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Benar, Loctanpwe, dia inilah nona yang dulu membuang diri
dan nona ini pula yang bernama Nona Nalumei, puteri kepala suku bangsa Naiman di utara yang telah menjadi korban Liok Kong Ji, kemudian bahkan dipergunakan untuk membantunya dalam siasat
memburukkan namaku."
Kong Ji melangkah maju, memandang kepada Nalumei dengan
mata tajam lalu berkata, "Nalumei apakah yang telah dilakukan oleh penjahat Wan Sin Hong ini kepadamu?"
Kong Ji sama sekali tidak tahu bahwa telah terjadi perubahan
hebat dalam pikiran Nalumei. Seperti telah diceritakan di bagian depan, nona ini menuju ke utara untuk mengumpulkan pasukan
seperti yang diminta oleh Kong Ji. Akan tetapi setelah tiba di utara, ia melihat bahwa semua suku bangsanya telah menjadi pembantu
setia dari Temu Cin. Bahkan Nalumei bertemu dengan pamanpamannya, dan dengan seorang pemuda Naiman bekas kekasihnya
sebelum menjadi kekasih paksaan dari Kong Ji, dan oleh mereka
inilah Nalumei dicuci otaknya. Baru ia merasa betapa ia selama ini menjadi permainan Kong Ji, bahwa sebetulnya Kong Ji adalah
seorang manusia berhati iblis yang amat keji.
851 Mendengar penuturan Nalumei tentu semua pengalamannya
dengan terus terang, paman paman dan bekas kekasih Nalumei,
juga suku bangsanya, menjadi kecewa dan memandang rendah
bekas puteri kepala ini. Bahkan paman-paman Nalumei mengusir
gadis yang mereka anggap telah mengotori nama baik bangsa
Naiman sebagai bangsa yang gagah berani.
Dengan hati hancur Nalumei kembali ke selatan tanpa membawa
seorang pun kawan. Timbul marah dan sakit hatinya, kepada Kong Ji, apalagi kalau ia teringat akan kebiadaban Kong Ji terhadap gadis-gadis lain seperti Gak Soan Li dan banyak lagi gadis muda yang menjadi korbannya. Ia akan ke Ngo-heng-san sesuai dengan
kehendak dan pesan Kong Ji, akan tetapi sama sekali bukan untuk membantunya, melainkan untuk membalas dendam untuk
membunuhnya! Kebetulan sekali, ketika ia tiba dekat Gunung Ngo-heng san, ia bertemu dengan Wan Sin Hong. Pemuda ini cepat memegang
pergelangan lengannya, dan berbeda dengan dahulu, Nalumei tidak melawan, tidak memberontak, bahkan tersenyum duka sambil
berkata, "Wan Sin Hong, aku memang sudah berdosa terhadapmu. Akan
tetapi kau dan aku ini hanya menjadi korban orang lain. Kau lihai, kalau kau sakit hati terhadap aku bunuhlah, aku tidak penasaran.
Hanya aku tidak akan mati meram sebelum dapat membelek dada
iblis Liok Kong Ji" Setelah berkata demikian Nalumei menangis
terisak-isak. Sin Hong melepaskan pegangannya dan dari gadis ini ia mendengar semua rahasia tentang cara-cara Kong Ji merusak
namanya. Gadis itu mengaku pula betapa atas perintah Kong Ji, ia pernah mengadakan pengakuan palsu di hadapan para tokoh kang-ouw
bahwa ia telah menjadi korban kekejian penjahat Wan Sin Hong.
Kemudian, atas siasat yang diatur oleh Kong Ji pula, ia melompat dan melempar diri dari atas jurang. Tentu saja ia tidak menghadapi bahaya karena di bawah telah menanti Kong Ji yang siap
membantunya. Inilah sebabnya maka Sin Hong tidak dapat
menemukan gadis itu di bawah jurang.
852 Sin Hong berterima kasih sekali dan berjanji akan membawa
Nalumei ke atas puncak setelah selesai urusannya dengan Kong Ji.
Ketika ia kembali ke puncak bersama Li Hwa, ia sengaja menjemput Nalumei yang dibuat tak berdaya oleh sikap lemah lembut pemuda ini, dan bersama gadis Naiman itu ia kembali ke puncak seperti telah dituturkan di bagian depan.
Nalumei mengangkat muka memandang kepada Kong Ji dengan
mata penuh kebencian, kemudian ia mengangkat dada
mengumpulkan keberanian dan menghadapi Tat Wi Siansu dan
yang lain-lain sambil berkata nyaring.
"Tidak salah apa yang dikatakan oleh Wan Sin Hong. Semua
perbuatan keji yang selama ini dilakukan atas nama Wan Sin Hong, sebetulnya adalah perbuatan jahanam Liok Kong Ji yang
mengunakan nama Wan Sin Hong!"
"Bohong" Nalumei, kau sudah gila...." Kong Ji berseru marah dan heran sambil melangkah maju.
"Memang aku telah gila semenjak aku percaya omonganmu. Aku
lebih dari gila, mempercayai seorang iblis seperti engkau dan
meninggalkan suku bangsaku. Kau keji dan buas menyuruh aku
pura-pura membuat pengakuan telah diperkosa oleh Wan Sin Hong, padahal kau sendiri yang merusak hidupku! Biarpun aku tidak
menyaksikan sendiri apa yang kau perbuat terhadap diri Gak Soan Li dan banyak pula gadis lain, aku dapat menduganya kau... kau...
jahanam...." Setelah berkata demikian tiba-tiba Nalumei melompat dan menerkam Kong Ji dalam usahanya menyerang hebat.
Sin Hong kaget sekali, namun ia terlambat. Ia sama sekali tidak mengira bahwa Nalumei akan melakukan serangan nekad. Sejak
tadi hanya memperhatikan Kong Ji, sehingga kalau andaikata Kong Ji menyerang Nalumei biar secara menggelap sekalipun, pasti Sin Hong akan melihatnya dan dapat melindungi Nalumei. Akan tetapi sekarang terjadi sebaliknya daripada yang ia khawatirkan, bukan Kong Ji menyerang Nalumei, bahkan gadis bangsa Naiman itu yang menyerang Kong Ji. Ia menjadi tertegun sejenak, dan waktu yang amat singkat ini sudah cukup bagi Kong Ji untuk bertindak. Pedang Pak-kek Sin-kiam berkelebat dan Nalumei menjerit roboh dengan
853 mandi darah yang mengucur keluar dari dadanya yang tadi
ditembus pedang Pak kek Sin-kiam"
Tai Wi Siansu dan tokoh-tokoh lain menjadi marah sekali. Mereka sudah siap menyerbu pemuda iblis itu, akan tetapi Sin Hong
mendahului mereka sambil berseru."Cuwi Locianpwe, serahkan saja jahanam ini kepadaku!" Dengan gerakan lincah Sin Hong sudah
melompat dan menghadapi Kong Ji dengan pedang di tangan. Dua
orang pemuda ini, sekarang berhadapan satu lawan satu. Kong Ji memandang penuh kebencian kepada Sin Hong, sebaliknya Sin
Hong hanya tersenyum mengejek. Kong Ji marah bukan main,
sepasang matanya mengeluarkan cahaya berapi-api, giginya
berkerot-kerot. Dalam diri Kong Ji ia melihat seorang musuh besar yang menjadi penghalang cita-citanya, maka kini nafsu membunuh memenuhi dadanya.
"Sin Hong...." dengusnya dengan suara mendesis melalui celah
bibirnya, "Alangkah bencinya melihatmu... lihat, sebentar lagi akan kupenggal lehermu, kuminum darahmu, kucincang hancur
tubuhmu!" "Kong Ji semenjak kecil kau sudah jahat, sekarang kau menjadi
iblis. Sudah menjadi tugasku membasmi seorang iblis jahat."
Dengan mata marah Kong Ji menyapu para tokoh kang- ouw
yang kiranya tidak akan membantunya, lalu berkata suaranya
menyeramkan. "Aku Tung-nam Tai bengcu Liok Kong Ji, sekarang sebagai calon
bengcu besar hendak mengadu kepandaian dengan seorang calon
lain, siapakah ada maksud hendak mengeroyokku" Awas, kalau ada yang membantu lawanku secara sembunyi aku pun mempunyai
banyak sekali kawan berkumpul di sini yang akan sanggup
membasmi kalian!"
-oo0mch-dewi0ooJilid XXXI KINI semua orang tersenyum mengejek mendengar kata-kata ini
bahkan Hui-eng Niocu Siok Li Hwa berkata setelah tertawa nyaring.
854 "Wan Sin Hong, jangan bunuh dia dulu, biarkan aku yang
membunuhnya! Atau, kalau kau bunuh juga, jangan diganggu
lehernya ingin aku memenggal batang lehernya dan mengambil
kepalanya untuk menyembahyangi roh dari Cun Eng!"
Sin Hong tersenyum, lalu menantang. "Kong Ji, sudah cukupkah
kau mengobrol ?"
Kong Ji tidak menanti sampai Sin Hong menghabiskan kata
katanya. Cepat sekali dia menyerang dengan Pak-kek Sin-kiam yang diputar cepat dan beberapa serangan secara bertubi-tubi telah
menyambar ke arah bagian-bagian tubuh yang berbahaya dari Sin
Hong. Sin Hong maklum bahwa ilmu silat dari Kong Ji memang amat lihai ditambah lagi dengan Pak-kek Sin-kiam di tangan, pemuda itu merupakan lawan yang amat berbahaya. Cepat ia mengelak dan di
lain saat dua orang pemuda itu sudah bertempur hebat. Kong Ji
berlaku nekad, mendesak terus sambil mengeluarkan segala
kepandaiannya. Tidak hanya pedang pusaka Pak-kek Sin-kiam yang menyambar-nyambar sebagai tangan maut, juga tangan kirinya
tiada hentinya mengirim pukulan Tin-san-kang sehingga debu
berhamburan terkena sambaran hawa pukulan yang dahsyat ini.
Di lain pihak, Sin Hong dapat mengimbangi kecepatan Kong Ji
dan tidak terdesak oleh lawannya. Akan tetapi tidak berani mengadu pedang, karena maklum bahwa betapapun baik pedangnya takkan
kuat bertahan menghadapi ketajaman dan keampuhan Pak-kek Sin
kiam. Ia selalu mempergunakan kehebatan ilmu pedangnya untuk
menghindarkan bertemunya kedua pedang, dan berusaha untuk
merobohkan Kong Ji dengan serangan balasan. Namun ternyata
bahwa Kong Ji juga bertempur amat hati-hati. Pemuda ini maklum akan kehebatan yang biarpun hanya memegang pedang biasa,
namun sekali terkena serangan Sin Hong berarti ia akan kalah.
Oleh karena itu, ia tidak berani memandang rendah dan berkelahi penuh perhatian dan amat teliti menjaga diri sehingga tiap kali pedang Sin Hong berkelebat membalas serangannya, ia sudah siap untuk membabat pedang lawan itu. Tentu saja setiap kali Sin Hong menarik kembali serangannya, karena kalau dilanjutkan ada bahaya pedangnya terbabat putus.
855 Seratus kurus lebih telah lewat dan pertempuran ini menjadi
makin seru. Semua orang dari kedua pihak menonton dengan hati
berdebar. Beberapa kali terdengar Hui-eng Niocu Siok Li Hwa
mencela Sin Hong sebagai seorang "terlalu sabar", terlalu mengalah dan sebagainya.
Tentu saja nona ini berpendapat demikian karena dia sendiri
memiliki pedang pusaka Cheng-liong kiam yang tidak takut
menghadapi Pak-kek Sin-kiam. Akan tetapi Ciang Le berpendapat
lain. Pendekar besar ini maklum mengapa Sin Hong seakan-akan
mengalah dalam pertempuran itu, akan tetapi diam-diam ia harus mengakui bahwa Kong Ji lihai bukan main dan merupakan lawan
yang sulit dikalahkan.
Tiba-tiba terdengar suara keras disusul oleh suara ketawa
menyeramkan dari Liok Kong Ji. Gerakan dua orang muda itu terlalu cepat hingga amat sukar diikuti oleh pandangan mata. Ketika semua orang memperhatikan, ternyata bahwa pedang di tangan Sin Hong
tinggal gagangnya saja, pedang itu sendiri sudah terbabat putus oleh Pak kek Sin-kiam yang ampuh dan tajam!
"Ha, ha, ha, Wan Sin Hong! Bersiaplah kau untuk menjadi setan
neraka. Ha, ha, ha!" Kong Ji tertawa bergelak dan pedangnya kini makin cepat menyambar dengan serangan bertubi-tubi sehingga Sin Hong terpaksa harus melompat ke sana ke mari untuk
menghindarkan diri dari pedang yang tajam itu.
Sementara itu, Siok Li Hwa Ketua Hui-eng pai membantingbanting kakinya, mencabut Cheng-liong-kiam, menggerak-gerakkan pedangnya itu sambil berseru. "Wan Sin Hong! Kalau kau tidak bisa bertempur, mundurlah, biar aku menghadapi Siauw-koai (Setan
Cilik) itu!"
Sin Hong kelihatannya gugup dan bingung menghadapi desakan
pedang Pak kek Sin-kiam, gerakannya kacau balau dan ia melompat ke sana ke mari tanpa berdaya membalas. Selalu terancam oleh
sinar pedang. Akan tetapi ia masih sempat menjawab. "Biarlah Hui-eng Niocu, aku masih penasaran!"
Kong Ji tertawa lagi, pedangnya digerak-gerakkan seperti
seorang dewasa mengancam dan menakut-nakuti seorang anak
856 kecil, sikapnya memandang rendah sekali. Kemudian ia menoleh ke arah Siok Li Hwa.
"Hui-eng Niocu, Nona manis. Kau bersabarlah. Biar aku
menyembelih anjing kurus ini dulu, nanti kita bermain-main
sepuasnya ha, ha, ha!"
Li Hwa mendongkol dun gemas seperti cacing terkena abu panas.
Ta membanting-banting kaki, menyabet-nyabetkan pedang di
tengah udara sambil memaki-maki Sin Hong sebagai seorang tolol, bodoh dan tidak tahu bagaimana harus berkelahi. Sebaliknya
memaki-maki Kong Ji sebagai seorang sombong, kepala batu,
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjemukan dan lain-lain. tentu saja dua orang muda yang sedang bertempur mati-matian itu tidak
menghiraukannya.
Tidak seorang pun tahu, juga
Kong Ji sendiri tidak, bahwa Sin
Hong telah mengatur siasat. Ta
maklum bahwa kepandaian Kong
Ji benar-benar lihai sekali,
ditambah dengan pedang Pakkek Sin-kiam, kiranya tidak
mudah baginya untuk
merobohkannya. Apalagi kalau
Kong Ji bertempur demikian hatihati menjaga dirinya dengan
pedang pusaka itu. Maka Sin
Hong lalu mencari akal. Ta harus
membikin besar hati Kong Ji,
menimbulkan kesombongan
lawan ini sehingga memandang rendah kepadanya. Hanya kalau dia berhasil dalam hal ini baru Kong Ji akan kurang waspada, akan
kurang kuat penjagaannya dan hanya akan mengerahkan tenaga
dan perhatian dalam serangan-serangannya. Oleh karena itu,
dengan gerakan indah tidak kentara seakan-akan ia terdesak dan tidak ada jalan lain untuk menghindarkan sebuah sabetan pedang Kong Ji kecuali menangkis, ia lalu menangkis yang mengakibatkan pedangnya terbabat putus. Gerakan ini sewajarnya, membuat Kong Ji tertawa bergelak saking girangnya, dan membuat Ciang Le
857 mengerutkan keningnya. Biarpun pendekar ahli pedang ini sendiri pun tidak tahu akan siasat Sin Hong dan mengira bahwa Sin Hong memang kalah karena Kong Ji berpedang pusaka.
Memang siasat Sin Hong berhasil baik. Apalagi ketika ia
mengambil sikap bingung dan sengaja mengacaukan gerakannya
ketika ia mengelak dan berloncat-loncatan menghindarkan serangan Kong Ji seakan-akan ia sudah terdesak betul-betul. Kong Ji makin memandang rendah kepadanya. Kong Ji terlalu menyombongkan
kepandaian sendiri dan ia memastikan bahwa kali ini Sin Hong akan mati di tangannya, maka ia memperhebat serangannya dan tak
lama kemudian ia telah mengeluarkan seluruh kepandaian
mengerahkan seluruh tenaga dan perhatian dalam menyerang Sin
Hong. Inilah saat yang dinanti-nanti oleh Sin Hong setelah bertempur selama seratus tiga puluh jurus lebih. Setelah yakin Bahwa seluruh perhatian Kong Ji mulai ditujukan untuk menyerang, ia memanaskan hati lawannya dengan cara berloncatan ke kanan kiri membuat
pedang lawan hanya menyerempet sedikit saja ujung bajunya. Kong Ji gemas, berseru keras dan tiba-tiba sinar hitam meluncur ke arah leher Sin Hong, disusul oleh pukulan Tin-san-kang dan dibarengi dengan sebuah tusukan pedang ke arah lambung. Inilah serangan
tiga jurusan yang hebat bukan main. Sinar hitam itu adalah jarum-jarum Hek-tok-ciam yang dilepas oleh Kong Ji dalam saat Sin Hong sudah amat terdesak.
Jarum-jarum Hek-tok-ciam itu sudah lihai, akan tetapi pukulan
tangan kirinya ke arah dada lebih berbahaya, karena pukulan Tin-san-kang ini dapat menghancurkan isi dada Sin Hong. Akan tetapi yang paling hebat adalah tusukan pedang itu, sebuah gerak tipu dari Ilmu Pedang Pak-kek-sin-kiam-sut yang dicuri oleh Kong Ji dari Ciang Le melalui tipuannya kepada Hui Lian.
Semua orang terkejut, juga Cia Le berdebar karena ia sendiri tak dapat melihat jalan keluar dari tiga serangan sekaligus ini.
Akan tetapi Sin Hong tenang-tenang saja. Ia hendak mencari
keuntungan dari keadaan bahaya ini. Tanpa melepaskan
perhatiannya kepada kedua tangan lawan, ia hanya miringkan
kepala dan leher sedikit saja agar jalan darah di lehernya jangan 858
sampai terkena Hek-tok ciam. Akan tetapi tetap saja pundak dan kulit lehernya tergores dua batang Hek tok-ciam yang amat berbisa itu. Memang Sin Hong sengaja membiarkan dirinya terserang Hek-tok-ciam agar tidak membuang waktu.
Pada saat yang sama, dua tangannya bergerak cepat, yang
kanan menyambut pukulan Tin-san-kang, yang kiri mencengkeram
pergelangan tangan kanan lawan yang memegang pedang. Gerakan
Sin Hong ini cepat bukan main dan dilakukan dengan pengorbanan pundak dan leher jadi sasaran Hek-tok-ciam sehingga Kong Ji
menjadi lalai karena tidak menduga sebelumnya. Di lain saat, dua pasang tangan telah bertemu.
Kong Ji kaget sekali dan ia mengerahkan seluruh tenaga sinkang yang disalurkan pada dua lengannya untuk melukai lawan dan
terutama sekali untuk merampas kembali pedangnya. Namun,
alangkah kagetnya ketika ia merasa kedua pergelangan tangannya seperti patah-patah, sakitnya terasa sampai di ulu hatinya. Akan tetapi Kong Ji tetap berkeras, tidak mau melepaskan Pak-kek Sinkiam, bahkan sekali lagi ia mengerahkan tenaga berbisa, yakni Hek-tok-ciang.
Ia melihat wajah Sin Hong menjadi pucat dan lehernya
kehitaman akibat serangan jarum berbisa tadi, akan tetapi tenaga yang keluar dari sepasang tangan Sin Hong makin besar saja. lnilah kehebatan sinkang dalam tubuh Sin Hong yang dapat menampung
tenaga lawan dan mengembalikannya sebagai senjata makan tuan.
Adu tenaga ini memakan waktu lama sampai keduanya kelihatan
menggigil seluruh tubuhnya dan akhirnya Kong Ji tidak dapat
menahan lagi dan harus mengaku bahwa Sin Hong lebih unggul dari padanya. Sambil mengeluarkan pekik mengerikan Kong Ji terlempar tiga tombak ke belakang, jatuh berguling dan pedang Pak-kek Sinkiam kini telah berada tangan Sin Hong!
Akan tetapi Sin Hong sendiri juga payah keadaannya karena
dalam pengerahan tenaga tadi, racun Hek-tok-ciam dari lehernya menjalar ke bagian lain. Ta tidak mengejar Kong Ji, melainkan
cepat-cepat mengambil obat dari sakunya dan menelan beberapa
butir pel biru, kemudian dengan jarum perak ia menusuk beberapa bagian jalan darah di leher dan pundaknya.
859 Barulah keadaannya tidak mengkhawatirkan dan ia memandang
ke arah Kong Ji yang sementara itu sudah bangun kembali.
Kong ji menyeringai, rambutnya awut-awutan, mukanya sebentar
pucat sebentar merah, matanya merah dan melotot akan tetapi
agak basah. Seperti anak kecil yang kehilangan barang
kesayangannya, ia hampir menangis dan marah- marah, kemudian
ia melompat lagi menghadapi Sin Hong, mengirim pukulan Tin-sankang dengan tangan kanan dan pukulan Hek-tok-Ciang dengan
tangan kiri. Akan tetapi dengan kebutan ujung lengan baju, kedua pukulan
ini dapat dipunahkan oleh Sin Hong dan sekali kaki Sin Hong
bergerak kembali tubuh Kong Ji melayang sampai empat tombak
jauhnya. "Binasakan saja iblis itu'" terdengar teriakan-teriakan dari pihak yang pernah dirugikan oleh Kong Ji dengan menggunakan nama
Wan Sin Hong. "Kong Ji, bersiaplah untuk mati oleh Pak-kek-sin-kiam!" Sin Hong berseru dan kini dia yang mengejar.
"Wan Sin Hong, biar aku yang menamatkan riwayatnya!" dari
lain jurusan datang Li Hwa mengejar dengan pedang pusaka Cheng liong-kiam di tangannya.
Dengan demikian dua orang mengejar dan seakan-akan
berlumba untuk membunuh Kong Ji.
Liok Kong Ji melihat datangnya dua orang yang sama-sama
lihainya itu dari kanan kiri dengan pedang-pedang pusaka di tangan, timbul takutnya. Ia lalu melompat bangun dan berlari cepat
menghampiri Ciang Le yang berdiri, didampingi oleh Bi Lan, Hui Lian, Lie Bu Tek, Coa Hong Kin dan Cam-kauw Sin-kai yang masih bersila di atas tanah.
"Suhu... mohon pertolongan Suhu.. tolonglah nyawa teecu!" ia
meratap dengan wajah pucat, takut setengah mati. Ciang Le merasa muak perutnya menyaksikan sikap pengecut pemuda ini "Aku tidak mempunyai murid macam kau!" bentaknya marah.
860 "Suhu, lupakah kau bahwa tadi aku telah menyelamatkan nyawa
Sumoi Go Hui Lian?" Suara Kong Ji makin ketakutan karena Sin
Hong dan Li Hwa sudah mengejar dekat.
"Apa kau bilang...?" Ciang Le membentak lagi sambil
mengerutkan kening mukanya berubah marah.
"Suhu dan Subo, apakah kalian begitu tak kenal budi" Tidak mau membayar kembali hutang nyawa anakmu?" Kong Ji mendesak.
Ciang Le bergerak maju dan berhasil menangkis pedang di
tangan Sin Hong yang menyerang Kong Ji dari belakang. Di saat
berikutnya, Bi Lan juga memutar pedangnya menangkis serangan
pedang Li Hwa yang kalah dulu oleh Sin Hong.
"Kami membayar hutang nyawa. La rilah, lain kali kami akan
bantu membinasakan kau!" Cing Le membentak kepada Kong Ji
yang sudah bersembunyi di belakangnya. Pemuda ini melihat
siasatnya berhasil, tidak mau menyia- nyiakan kesempatan itu terus melarikan diri turun gunung dengan cepat sekali. Ta tidak takut dikejar orang. Terhadap orang lain ia tidak usah takut, sedangkan orang yang ia takuti, yakni Sin Hong dan Li Hwa, sudah dihadang oleh Ciang Le dan Bi Lan.
Sin Hong marah sekali, demikian pula Li Hwa. "Kong Ji jangan
lari" seru Sin Hong.
"Bangsat, kau hendak lari ke mana?" seru Li Hwa. Dua orang
muda ini hendak mengejar, akan tetapi Ciang Le da Bi Lan dengan pedang di tangan menghadang mereka.
"Apa artinya ini" Apakah Suheng hendak melindungi iblis jahat
itu?" tanya Sin Hong, sepasang matanya memandang tajam kepada
Ciang Le. Ciang Le tidak dapat menahan pandang mata pemuda ini, teringat betapa ia dahulu pernah menghajar pemuda yang ternyata tidak berdosa dan kini bahkan ia sendiri melindungi bekas muridnya yang jahat dari kejaran Sin Hong.
"Untuk saat ini dia berada dalam perlindungan kami." jawab
Ciang Le tenang, "setelah ia pergi dari gunung ini, terserah kau mau kejar dan bunuh dia."
861 "Dia muridnya, tentu saja dilindungi!" kata Li Hwa mengejek dan gadis ini mempedulikan hadangan Bi Lan, sudah hendak lari
melanjutkan pengejaran. Juga Sin Hong mendengar ini hendak
melanjutkan pengejaran. Melihat ini Ciang Le menjadi bingung.
Apakah dan isterinya harus menyerang dua orang muda itu" Kalau sampai terjadi demikian, dia akan ditertawai oleh seluruh orang gagah di dunia ini. Sebaliknya kalau sampai dua orang muda ini dibiarkan saja mengejar Kong Ji sampai tersusul lalu terbunuh di daerah Ngo-heng-san berarti ia tidak dapat memegang janjinya
untuk membayar hutang nyawa kepada Kong Ji.
"Nanti dulu!" serunya dan tubuhnya sudah bergerak dan
menghadang. "Kalian berdua adalah calon-calon bengcu, demikian pula aku. Karena sekarang calon-calon bengcu hanya tinggal kita bertiga, aku tantang kalian untuk mengadu ilmu dan menentukan
siapa yang berhak menjadi bengcu "
Sin Hong yang cerdik maklum bahwa ini hanya alasan untuk
memberi waktu dan kesempatan kepada Kong Ji agar dapat
melarikan diri.
"Aku tidak ingin menjadi bengcu, kalau Suheng mau, silakan
menjadi bengcu, tak usah berpibu dengan aku." Kembali ia hendak lari, akan tetapi tiba-tiba Ciang Le menyerangnya dan berkata. "Apa kau menjadi takut karena harus melawanku" Pengecut, lihat
pedang!" Bagi orang gagah, biar bagaimana sabar dan mengalah
sekalipun, sebutai "takut" adalah pantangan besar dan merupakan penghinaan, maka Sin Hong tanpa banyak bicara lalu menyambut
serangan itu dan di lain saat Sin Hong sudah bertempur hebat
melawan Ciang Le. Li Hwa yang hendak melanjutkan pengejarannya kepada Kong Ji juga disambut oleh Bi Lan yang berkata.
"Biar aku mewakili suamiku mencoba kepandaianmu, Hui-eng
Niocu!" Li Hwa mengeluarkan suara ketawa mengejek dan di lain saat
dua orang wanita itu pun bertempur hebat.
Pertempuran kali ini benar-benar hebat, sama seru dan
tegangnya dengan pertempuran antara Sin Hong dan Kong Ji tadi.
862 Ciang Le yang menghadapi Sin Hong mengeluarkan pedangnya Pakkek Sin-kiam-hwat yang luar biasa lihainya. Tidak saja ia harus melindungi Kong Ji seperti yang sudah ia janjikan, akan tetapi juga ia harus melindungi nama besarnya. Soal pemilihan bengcu baginya bukan soal besar, karena Ciang Le juga tidak ingin menjadi bengcu, akan tetapi sebagai seorang pendekar pedang yang sudah terkenal di seluruh dunia kangouw, tentu saja ia tidak mau menyerah kalah menghadapi bocah yang masih terhitung sutenya sendiri ini.
Pedang di tangan Ciang Le biarpun bukan pedang pusaka, akan
tetapi cukup kuat dan kalau tidak terkena secara tertindih, belum tentu dapat terbabat putus oleh Pak-kek Sin-kiam. Apalagi karena ia mengerahkan tenaga lweekangnya. tersalurkan pada, pedang
sehingga tiap serangan maupun tangkisan mengandung tenaga
yang dahsyat sekali. Akan tetapi. segera jago pedang ini terheran-heran dan kagum bukan main.
Biarpun di tangannya terdapat pedang Pak-kek Sin-kiam
sehingga kalau diumpamakan scekor harimau ia telah mendapat
sepasang sayap, namun Sin Hong terang-terangan tidak mau
mempergunakan keuntungan ini untuk merusak pedang Iawannya.
Semua serangan jurus Ilmu Pedang Pak-kek Sin-kiam hwat
disambutnya dengan baik sekali membuat Ciang Le kadang-kadang
terbelalak heran, apalagi ketika pemuda itupun menghadapinya
dengan ilmu pedang yang sama, namun yang lebih Iengkap.
Percayalah Ciang Le bahwa pemuda ini tentulah ahli waris dari
suhunya, Pak Kek Siansu dan diam-diam ia merasa makin kagum.
Setelah beberapa kali mengukur tenaga dan ilmu pedang, Ciang
Le tahu bahwa kalau Sin Hong menghendaki, pemuda itu akan
dapat merobohkannya tanpa banyak kesulitan.
Akan tetapi pemuda ini tidak mau melakukan hal ini, dan
membuktikan bahwa pemuda ini menjaga nama baik suhengnya.
Teringat akan ini Ciang Le menjadi makin terharu dan suka kepada Sin Hong.
Di lain pihak, pertandingan antara Li Hwa dan Bi Lan juga hebat sekali. Bahkan pertandingan antara wanita ini jauh lebih indah ditonton. Orang-orang kagum bukan main melihat gerakan-gerakan Sian-li Eng-cu Liang Bi Lan, yang masih tangkas dan lincah sekali 863
tiada bedanya dengan ketika ia masih muda. Gerakan-gerakannya
cepat dan ilmu pedangnya mempunyai banyak perubahan dan
banyak perkembangan sehingga kadang-kadang Li Hwa menjadi
agak bingung karenanya.
Akan tetapi ternyata bahwa Li Hwa juga memiliki ilmu pedang
yang lihai, sifatnya garang dan ganas, apalagi ilmu pedang ini dimainkan dengan pedang Cheng-liong-kiam, dahsyatnya bukan
main, dan setelah lima puluh jurus telah lewat, Bi Lan mulai
terdesak. Sementara itu Cam-kauw Sin-kai sudah membuka matanya dan
sambil bersila ia menonton pertempuran itu. Matanya berseri
gembira dan berkali-kali ia ber kata,
"Hebat! Sebelum mati menyaksikan Pak-kek Kiam-hoat
dimainkan sedemikian rupa, benar-benar mati pun tidak penasaran!"
Kemudian melihat betapa Ciang Le terdesak, Lie Bu Tek lalu
melompat maju dan membentak Sin Hong.
"Bocah lancang! Apakah kau tidak lekas menghentikan
kekurangajaranmu terhadap Go-taihiap ?"
Mendengar ini, Sin Hong melompat mundur dan Ciang Le sambil
tersenyum memperlihatkan bagian bajunya di dekat dada yang
bolong sambil berkata kepada Lie Bu Tek.
"Aku mengaku kalah. Kalau menghendaki apa sukarnya
membunuhku?"
Sementara itu melihat suaminya berhenti bertempur. Bi Lan yang sudah terdesak pun tidak malu mengaku kalah. Ia melompat
mundur dan memuji. "Hui -eng Niocu, kepandaianmu tinggi sekali.
Aku tidak kuat melawanmu!"
Melihat betapa Ciang Le dan Bi Lan mengaku kalah, Lie Bu Tek
menjadi makin marah kepada Sin Hong.
"Bocah tak tahu diri! Kau begitu sombong menjatuhkan nama
Go-taihiap. Kalau begitu coba kau melawanku!"
Pendekar bertangan buntung ini dengan tangan kirinya lalu
mencabut pedang menghadapi Sin Hong.
864 Sin Hong kaget melihat sikap gihunya, tidak hanya kaget akan
tetapi juga girang sekali karena dengan sikapnya ini berarti bahwa Lie Bu Tek sudah mau mengaku ia sebagai anak lagi!! Ia lalu
menjatuhkan diri berlutut di depan Li Bu Tek dan berkata,
"Gihu, anak mengaku salah dan menanti hukuman."
Ciang Le dengan muka merah lalu memegang lengan kiri Lie Bu
Tek dan berkata.
"Lie-twako,
sudahlah, jangan kau terlalu menekan
Sin Hong."
"Sin Hong, hayo kau cepat
mohon ampun kepada mereka"
Lie Bu Tek berkata lagi kepada
Sin Hong sambil menunjuk ke
arah Ciang Le dan Bi Lan. Sin
Hong hendak berlutut kepada
dua orang ini, akan tetapi
Ciang Le cepat mencegahnya
dan berkata. "Lie-twako, jangan begitu,
bukan dia yang harus mohon
ampun, sebaliknya akulah
yang harus minta maaf karena
pernah memukulnva tanpa
dosa. Aku merasa menyesal
sekali... lebih-lebih karena muridku pernah ditolongnya...."
Setelah pendekar besar itu mengakui kesalahannya, baru legalah hati Lie Bu Tek. Memang tadi ia berpura-pura marah kepada Sin
Hong dan memperlihatkan sikap kasar menyuruh pemuda itu minta
ampun kepada Ciang Le adalah suatu sikap yang mengandung
sindirin kepada Hwa I Enghiong berhubung dengan perbuatannya
dahulu terhadap anak angkatnya itu. Sekarang Bu Tek menyimpan
pedangnya memandang kepada putera angkatnya dengan mata
basah, penuh perasaan girang, bangga, dan terlaru.
865 Sin Hong adalah seorang yang sangat cerdik sekali, maka yang
mengerti akan maksud sikap Lie Bu Tek tadi selain Ciang Le dan Bi Lan, juga pemuda ini mengerti baik. Maka lalu memeluk ayah
angkatnya dan kedua orang ini saling peluk, penuh perasaan girang dan terharu.
"Bagus, Sin Hong, kau telah membersihkan namamu, juga
sekaligus menghidupkan api hidupku, terima kasih anakku ...." bisik Lie Bu dekat telinga anak angkatnya yang hanya terdengar oleh Sin Hong sendiri.
Pada saat itu terdengar suara ribut ribut ternyata bahwa pasukan Kong Ji telah bergerak dengan tiba-tiba menyerang rombongan
yang memusuhi Kong Ji.
Seperti diketahui, rombongan yang mendukung Kong Ji amat
banyak jumlahnya. Mereka ini adalah pasukan- pasukan dan
perkumpulan-perkumpulan lm-yang bu-pai, Bu-cin-pang, Kwan-cinpai, Shan Si Kai-pang, Twa-to Bu-pai dan lain-lain. Melihat ini, Sin Hong melompat ke depan dan dengan suara yang amat nyaring
berpengaruh ia membentak.
"Kalian ini orang-orang gagah di dunia kang-ouw mengapa
berlaku demikian memalukan" Apa artinya semua keroyokan ini"
Tahan senjata dan biar para ketua rombongan bicara dengan aku!"
Sambil berkata demikian, beberapa kali Sin Hong mendorong
dengan kedua tangan ke arah gelombang manusia itu dan bagaikan terbawa angin, belasan orang yang menyerang di depan telah
terlempar ke belakang menimpa kawan-kawan sendiri. Kehebatan
gerakan pemuda ini menggentarkan hati para penyerbu dan ia
memperkuat teriakannya sehingga ribut-ribut itu berhenti.
Berlompatan keluarlah tokoh-tokoh kang-ouw yang menjadi
ketua perkumpulan-perkumpulan itu, mereka yang mendukung
Kong Ji, antaranya Giam-ong Ma Ek ketua Bu- cin-pang, seorang
kakek tinggi kurus yang terkenal lihai karena siang-pian, yakni senjata berupa sepasang ruyung sehingga ia dijuluki Siang-plan Giam-ong (Raja Maut Bersenjata Sepasang Ruyung). Orang kedua
yang termasuk orang lihai adalah ketua Kwan-cin-pai, yakni Mokiam Siangkoan Bu, akan tetapi kakek ahli pedang ini, sudah terluka oleh Tai Wi Siansu sehingga ia tidak begitu menakutkan lagi ketiga 866
adalah Sin-houw Lo Bong ketua dari perkumpulan pengemis di
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Shansi, yakni Shansi Kai-pang. Lo Bong amat lihai dengan ilmu
silatnya Hauw-jiauwkun-hwat (Ilmu Silat Cakar Harimau) merupakan orang terkuat di Shansi, bahkan nama besarnya setingkat dengan pengemis sakti Cam-kauw Sin-kai. Orang keempat adalah Twa-to
Kwa Seng (Si Golok Besar Kwa Seng) ketua dari Twa-to Bu-pai,
yakni Perkumpulan Golok Besar yang amat ditakuti karena pasukan ini memang selain amat kuat juga pengaruhnya besar sekali.
Sin-houw Lo Bong mewakili kawan-kawannya menghadapi Sin
Hong dan berkata.
"Sudah kami lihat tadi bahwa Hwa I Enghiong juga sudah kalah
sehingga kini tinggal dua orang lagi calon bengcu.
Kami hendak mempergunakan hak sebagai orang kang-ouw
untuk menguji sampai di mana kepandaian bengcu yang terpilih. Di antara kau dan Hui eng Niocu, siapah yang terpilih?"
Nama Sin-houw Lo Bong bukan tidak terkenal. Dia seorang
ciangbunjin partai persilatan besar, sungguhpun perkumpulannya itu hanya perkumpulan pengemis, maka Sin Hong tidak mau
memandang rendah, lalu menjura ia dan berkata.
"Tentu saja semua orang berhak menguji, akan tetapi tidak
secara keroyokan seperti tadi! Semua pibu yang diadakan bersifat mencoba kepandaian, bukan bermusuhan. Tentang siapa yang
menjadi bengcu, hal itu aku sendiri tidak tahu-menahu dan boleh ditanyakan kepada yang bertanggung jawab dalam hal ini."
Tai WI Siansu melangkah maju. "Seperti sudah diketahui oleh
semua orang, calon bengcu yang masih saling mengadu kepandaian adalah Wan Sin Hong Sicu, Lihiap Hui-eng Niocu dan ke tiga Hwa I Enghiong Go Ciang Le. Pertempuran yang tadi terjadi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pibu pemilihan beng-cu...."
Tiba-tiba Ciang Le berkata nyaring.
"Tidak demikian! Biarpun tadinya pertempuran itu tidak
bermaksud untuk memilih calon bengcu, akan tetapi tetap saja
berlaku, Aku sudah gugur sebagai calon bengcu, dan kedudukan ini kuserahkan kepada orang yang muda-muda. Selain itu, harap Cuwi 867
Enghiong suka maafkan, aku tidak mempunyai waktu untuk
menghadiri pertemuan ini lebih lama lagi. Hanya diminta
menggunakan kesempatan selagi Cuwi berkumpul, kami
mengundang kepada Cuwi untuk menghadiri perayaan pernikahan
puteri kami dengan Coa Hong Kin yang perjodohannya ditentukan di tempat ini oleh kami dan Cam kauw Sin-kai. Kami menanti
kedatanga Cuwi di Pulau Kim-bun-tho pada hari kelima belas bulan depan."
Setelah berkata demikian, Ciang Le menjura ke empat penjuru,
lalu meninggalkan Puncak Ngo-heng-san, diikuti oleh Liang Bi Lan dan Go Hui Lian dan serta mengajak Lie Bu Tek. Lie Bu Tek nampak ragu-ragu dan memandang kepada Sin Hong, akan tetapi tahu
bahwa putera angkatnya itu masih menghadapi banyak urusan, ia
lalu berkata Iirih.
"Sin Hong, aku menanti kau di Kim-bu-tho. Harap tak lama lagi
kita dapat bertemu di sana."
Sin Hong mengangguk seperti orang kehilangan semangat.
Kemudian ia menghampiri Cam-kauw Sin-kai yang sudah dipondong
oleh muridnya, Coa Hong Kin, menyerahkan sebungkus obat sambil berkata,
"Cam-kauw Sin-kai Locianpwe, harap kau sudi menggunakan
obat ini untuk menahan sakit."
Pengemis tua itu tersenyum dan menerima bungkusan itu. "Wansicu, biarpun aku sebentar lagi akan mampus, akan tetapi aku
merasa puas dan girang bahwa hanya aku seorang yang
mengangkatmu menjadi calon bengcu. Demi keselamatan
persaudaraan kang-ouw, harap kau terima kedudukan itu. Sicu.
Terima kasih atas usahamu menyelamatkan nyawaku, akan tetapi,
andaikata kau dewa sekalipun, siapa dapat membantah kehendak
Thian?" Kakek itu lalu tertawa bergelak dan memberi isyarat kepada Hong Kin untuk berangkat menyusul rombongan Ciang Le. Suara
ketawanya masih bergema dari lereng bukit setelah rombongan itu lenyap. Semua orang kagum melihat kakek gagah yang menghadapi
maut dengan ketawa-ketawa gembira.
868 Ciang Le sebetulnya merasa malu sekali sehingga ia mengambil
keputusan untuk segera pergi saja. Ia malu dan merasa tidak enak hati terhadap Sin Hong. Kekalahannya terhadap Sin Hong tidak
begitu hebat baginya, sudah jamak dalam dunia persilatan orang suka kalah atau menang, juga tidak aneh karena setelah bertempur melawan pemuda itu, ia tahu bahwa Sin Hong telah mewarisi
seluruh ilmu silat peninggalan Pak Kek Siansu.
Yang membuat ia merasa tidak enak hati adalah karena dahulu ia telah menuduh Sin Hong berbuat yang tidak patut, bahkan ia telah menurunkan tangan maut, menghajar Sin Hong. Kalau pemuda itu
tidak memiliki kepandaian tinggi, hajaran-hajarannya dahulu itu tentu sudah merenggut nyawa pemuda itu. Kalau sampai terjadi
demikian, berarti membunuh orang yang bukan saja tidak berdosa, bahkan yang telah berjasa dengan menolong Soan Li. Inilah yang membuat Ciang Le merasa amat tidak enak hati dan begitu
mendapat kesempatan, ia lalu meninggalkan tempat itu.
Adapun Sin Hong, ketika mendengar bahwa Hui Lian telah
ditunangkan dengan Coa Hong Kin dan akan menikah sebulan lagi, tiba-tiba menjadi pucat mukanya dan bibirnya tersenyum pahit.
Akan tetapi ia dapat menekan perasaannya dan memindahkan
perhatiannya kepada Cam-kauw Sin-kai yang masih terdengar suara ketawanya.
"Kasihan orang tua itu, nyawanya hanya dapat ditolong dengan
sehelai daun dewata berwarna merah. Akan tetapi di dunia ini,
siapakah yang memiliki daun itu?" kata-kata Sin Hong ini diucapkan sebagai keluhan sebagian untuk memberi kesempatan kepada
dirinya untuk mengeIuh akibat penyesalan mendengar tentang
pernikahan Hum Lian, kedua kalinya untuk maksud tertentu, karena sambil berkata demikian ia memandang tajam kepada See-thian
Tok-ong yang masih berada di situ pula.
See-thian Tok-ong yang sudah terluka karena tendangan Ciang
Le, masih asyik duduk bersila mengobati diri sendiri
Ia tertawa tanpa mengeluarkan suara karena tidak mau
membuang-buang tenaga dalamnya ketika ia mendengar keluhan
Sin Hong ini. 869 "Wan Sin Hong, kalau hatimu demikian penuh welas asih,
bagaimana kalau kau menukar sehelai daun yang kaumaksudkan itu dengan kedudukan bengcu kepadaku."
Sin Hong tersenyum biarpun hatinya mendongkol sekali. ia
mengerti baik akan maksud kakek gundul ini, akan tetapi ia pura-pura bertanya.
"See Chian Tok-ong, apakah kata katamu tadi?"
"Yang menjadi calon bengcu tinggal kau dan ketua Hui-eng-pai.
Kalau kau mengalahkan dia, berarti kau yang menang. Aku sanggup memberi sehelai daun yang kau butuhkan tadi kalau kau mau
menyerahkan kedudukan bengcu kepadaku."
"Itu tidak mungkin!" Tai Wi Siansu membentak.
"Kedudukan bengcu tak mungkin diberikan seperti hadiah! Tak
mungkin pula bengcu ditukar-tukar seperti orang menukar baju!
Kalau Wan sicu yang menang, harus dia yang menjadi bengcu,
bagaimana bisa diganti oleh orang lain?"
See-thian Tok-ong tersenyum mengejek. "Tat-wi Siansu, kalau
Wan Sin Hong sudah memberikan kedudukan itu kepadaku, yang
penasaran boleh maju dan kalau aku kalah tentu saja aku dengan sendirinya akan mengundurkan diri'"
Kata-kata ini beralasan juga, karena kalau Wan Sin Hong, Siok Li Hwa, Liok Kong Ji dan Go Ciang Le tidak menjadi bengcu, kiranya yang paling kuat diantara lain-lain calon hanyalah See-thian lok-ong seorang!
Tiba-tiba terdengar suara ketawa nyaring dan merdu. Siok Li Hwa yang tertawa ini, tertawa dengan bebasnya memperlihatkan deretan gigi yang putih berkilau seperti mutiara. Semua orang memandang dan melihat gadis ini mengeluarkan tiga helai daun merah dari saku bajunya, memberIkan itu kepada seorang gadis anggauta
perkumpulannya dan memberI perintah. Gadis itu menganguk
angguk dan di lain saat gadis itu sudah berkelebat dan cepat sekali mengejar rombongan Cam-kau Sin-kai!
Kembali Li Hwa tersenyum mengejek kepada See-thian Tok-ong.
870 "Setan gundul, kau kira hanya kau saja yang memiliki daun
dewa" Tangan sudah melukai orang dan kau memiliki alat
penawarnya, akan tetapi tidak mau menolong. Sungguh kau kejam
sekali dan lebih kejam dari serigala-serigala yang berkeliaran di gunungku. Ingin aku diberi kesempatan membuntungi dua
tanganmu dengan pedangku!" Sambil berkata demikian Li Hwa
mencabut pedang hijaunya dan berdiri dengan sikap menantang
sekali. Kalau saja See-thian Tok-ong dan anak isterinya belum terluka
dan belum kalah di tempat itu, tentu akan bangkit dan menyambut tantangan gadis itu. Kini ia hanya mengeluarkan suara menggereng seperti harimau kejepit, merasa kecewa dan malu dan di lain saat ia telah berlalu pergi diikuti oleh Kwan Ji Nio dan Kwan Kok Sun. Para pengikutrya menjadi bingung karena tidak mungkin mereka dapat
menyusul tiga orang yang berlari seperti terbang menuruni puncak itu. Terpaksa mereka lalu turun gunung pula untuk kembali ke kota raja dan membuat laporan.
Sin Hong dan Li Hwa saling pandang. tinggal mereka berdua saja calon bengcu.
"Hui-eng Niocu, banyak terima kasih. Kau benar-benar seorang
yang berhati mulia. Mudah-mudahan lain kali aku akan membalas
budimu tadi."
Hui-eng Niocu Siok Li Hwa memandang kepada Sin Hong dengan
senyum lucu dan sepasang matanya yang tajam bersen. "Wan Sin
Hong, kau memang orang aneh. Aku memberi daun kepada Cam
kauw Sin-kai, mengapa kau yang berterima kasih" Laginya, daun itu bukan aku yang menanam, hanya tumbuh sendiri di hutan dan aku
cuma memetiknya maka jangan bicara tentang budi."
Dari gerak-gerik dan kata-kata Siok Li Hwa, Sin Hong mengerti
bahwa gadis ini amat terbuka hatinya dan jujur serta masih bersih daripada adat istiadat sehingga nampaknya agak kasar, seakan-akan sebuah bunga mawar tumbuh di hutan, bebas dan belum
tersentuh oleh siapapun juga.
Sementara itu, Sin-houw Lo Bong menjadi tidak sabar. "Wan Sin
Hong den Hui-eng Niocu. Kalian ini anak kecil, tak tahu aturan hayo 871
sambut tantangan kami. Tai Wi Siansu, kau ini yang menjadi
pemimpin pertemuan ini bagaimana?"
Tai Wi Siansu menjawabnya karena baik Sin Hong maupun Li
Hwa kelihatan tidak mau mempedulikan ketua Shansi Kai-pang itu.
"Shansi Kai-pangcu, memang menurut aturan sekarang yang
menjadi calon bengcu tinggal dua orang, yakni Wan sicu dan Siok-Lihiap. Untuk menentukan siapa bengcu yang menang, keduanya
tentu akan menguji kepandaian. Adapun kau dan kawan-kawanmu
kalau masih penasaran, tentu saja kalian boleh menguji mereka, pilih saja yang mana!"
Tai Wi Siatisu memang maklum dan percaya penuh akan
kepandaian Sin Hong dan Li Hwa, maka ia tidak khawatir akan
ancaman orang-orang bekas pendukung Kong Ji ini. Yang ia
khawatirkan hanya mengenai diri Hui-eng Niocu Siok-Li Hwa. Sudah tentu saja Tai Wi Siansu, juga tokoh- tokoh lain, mengharapkan Sin Hong yang menjadi bengcu, karena sudah terbukti bahwa pemuda
ini selain kepandaian yang tinggi, juga berhati bersih dan
membuktikan kecerdikannya dalam hal membongkar rahasia Kong
Ji. Akan tetapi, Li Hwa seorang gadis yang kelihatan berilmu tinggi juga, apalagi kalau diingat bahwa gadis ini murid tunggal mendiang Pat-jiu Nio-nio yang dahulu terkenal ganas dan galak. Bagaimana kalau Sin Hong kalah oleh Nona ini"
Sementaia itu Sin-houw Lo Beng yang datang ke puncak itu
selaln mendukung Kong Ji, juga hendak menguji kepandaian sendiri di gelanggang pertemuan orang-orang gagah. Tadi memang ia
gentar menghadapi tokoh-tokoh besar perti Hwa l Enghiong, Camkauw Sin kai dan See- thian Tok-ong dan mereka ragu-ragu untuk mengajukan diri mencoba kepandaian. Akan tetapi sekarang,
melihat bahwa sisa bengcu hanya tinggal dua orang muda itu,
biarpun ia tahu bahwa mereka berdua adalah orang-orang muda
dengan kepandaian tinggi, namun ia merasa penasaran dan di
dalam hatinya sanggup menangkan mereka. Mustahil dia yang
sudah mempunyai pengalaman puluhan tahun, akan kalah oleh
bocah yang baru muncul"
872 "Wan Sin Hong, mari kita main-main sebentar!" Tantangnya
sambil menghadapi pemuda itu.
Tadinya Sin Hong sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk
menjadi bengcu. Akan tetapi setelah melihat semua orang gagah
mengundurkan diri dan melihat suasana di dunia kangouw,
terutama sekali setelah ia mendengar pesan terakhir dari Cam-kauw Sin-kai, pikirannya berubah. Ia melihat perlunya ia membela
kedudukan bengcu agar jangan terjatuh ke dalam tangan orangorang jahat. Kalau ia masih berpendirian seperti tadi, yaknt tidak mau menerima pengangkatan bengcu, tentu ia pun tidak sudi
melayani tantangan orang-orang seperti Lo Bong dan yang lain-lain.
Sekarang, ia maklum bahwa ia harus menyingkirkan orang-orang
bekas pendukung Kong Ji ini, sekalian memperkenalkan diri melalui ilmu silatnya agar lain kali jangan ada orang jahat berani berbuat sewenang- wenang. Maka dengan senang ia lalu melangkah maju
menghadapi Sin-houw Lo Bong, berkata perlahan,
"Lo-enghiong ini siapakah, harap memperkenalkan diri agar aku
yang muda bertambah pengetahuan."
Melihat sikap Sin Hong yang ramah dan sopan Lo Bong
mengurangi kekakuan sikapnya. "Aku adalah Shansi Kai- pangcu,
Sin-houw Lo Bong dari Shansi."
"Ah kiranya ketua Shansi Kai-pangcu yang terkenal. Silahkan,
Pangcu aku sudah siap menerima pelajaran."
"Lihat serangan!" Lo Bong berseru sambil membuka serangan
pertama yang dahsyat. Kedua lengannya ditekuk, jari-jari tangan dipentang seperti kuku harimau, kemudian lengan itu bergerak
cepat pergi datang, melakukan serangan bertubi-tubi dan
bergantian, mencakar dada, perut, leher, dan muka.
Sin Hong cepat melangkah mundur. Serangan itu hebat sekali.
Dari kedua tangan itu menyambar angin pukulan yang cukup kuat, menandakan bahwa serangan-serangan itu dilakukan dengan
tenaga lweekang yang tinggi. Biarpun Sin Hong berkepandaian
tinggi, akan tetapi ia kurang pengalaman dan belum pernah melihat ilmu silat macam ini. Memang ia pernah mendengar dari gihunya
bahwa di dunia ini terdapat ilmu bertempur yang tak dapat dihitung 873
banyak macamnya, dan terhadap seorang lawan yang
mempergunakan Ilmu bertempur yang belum dikenalnya, ia harus
berlaku hati-hati sekali. Ia belum tahu bagaimana perubahan
serangan ini dan di mana letak kelihaiannya, maka biarpun didesak terus, ia main mundur dan mengelak saja.
Dua puluh jurus terlewat dan Lo Bong menjadi marah. ia merasa
dipermainkan oleh pemuda itu yang selalu mengelak, bahkan
menangkis satu kali pun belum pernah. Padahal ia amat
mengharapkan tangkisan pemuda itu agar dapat mempergunakan
ilmunya, mencengkeram lengan pemuda itu! Inilah sebuah di antara keistimewaan ilmu silatnya.
Begitu dua lengan bertemu dalam tangkisan, dengan gerakan
dan kecepatan yang tak dapat diduga lawan, ia dapat membalikkan lengan dan menggunakan cengkeramannya menangkap lengan
lawan dan cclakalah lawan yang dapat ia tangkap lengannya!
Karena Sin Hong tidak mau menangkis dan gerakan pemuda itu
memang gesit sekali sehingga amat melelahkan bagi Lo Bong yang sudah tua, tiba-tiba kakek ini mengeluarkan suara gerengan
harimau dan tubuhnya lalu mencelat naik, menubruk ke arah Sin
Hong seperti seekor harimau tulen! Ini merupakan keistimewaan
kedua dari ilmu silatnya Houw jiauw-kun ini. Tubrukannya demikian cepat, kedua lengan dan kaki dipentang, bahkan kini kedua kakinya juga bergerak seperti mencakar sehingga dalam sedetik Sin Hong diancam oleh empat cakar yang berbahaya!
"Lihai sekali...!" Sin Hong berseru kaget. Tentu saja ia dapat menghantam lawannya ini selagi ia masih di udara menggunakan
tenaga lweekang. Akan tetapi Sin Hong tidak sekejam itu. bahkan menggulingkan tubuhnya untuk menghindarkan diri dari terkaman
lawan. Tak disangkanya bahwa gerakan Lo Bong memang luar biasa.
tubuh yang tinggi besar dan yang sedang melompat di tengah udara itu tiba-tiba bergerak dan berganti haluan, kini menyambar ke arah Sin Hong dengan dua tangan mencengkeram pundak dan leher.
874 Cepat sekali serangan ini sehingga bagi Sin Hong tidak terdapat kesempatan untuk mengelak lagi. Terpaksa pemuda ini menangkis
dengan kedua tangannya.
"Plat" Plak!" Sin hong mengalami hal aneh. Biarpun ia menangkis dengan teori ilmu silat, yakni dengan gerakan dikepretkan atau dikipatkan, tetap saja kedua lengannya dapat ditangkap oleh dua telapak tangan kakek itu, lekat tak dapat terlepas lagi seakan-akan pada telapak tangan itu perekat yang amat kuat!
"Wan Sin Hong, lebih baik mengundurkan diri dari kedudukan
bengcu, kalau tidak kedua lenganmu akan patah-patah," kata Lo
Bong sambil tertawa. ia merasa yakin bahwa pemuda itu akan
mengaku kalah, karena siapakah dapat membebaskan diri dari
kedua cengkeramannya"
Akan tetapi baru saja kata-katanya habis, ia meringis kesakitan dan terpaksa mengendurkan cengkeramannya karena kedua telapak
tangan yang mencengkeram lengan tangan pemuda itu merasa
panas sekali dan sakit seperti ditusuk jarum. Di lain saat, lengan yang tadinya mengeras dan panas sekali dan bulu-bulu lengan
berdiri dan keras bagaikan jarum-jarum baja yang menusuk telapak tangannya tiba-tiba menjadi lemas dan licin bagaikan tubuh seekor belut dan sekali tarik dua lengan pemuda itu telah terlepas!
Lo Bong sampai berdiri melongo. Tak disangkanya bahwa
pemuda ini memiliki lweekang yang sedemikian hebatnya.
Mengerahkan tenaga sehingga lengan menjadi panas seperti api dan bulu-bulu lengan menjadi berdiri tegak dan mengeras seperti jarum, adalah ilmu lweekang yang hanya pernah didengarnya saja akan
tetapi belum pernah disaksikannya. Tadinya Lo Bong mengira
bahwa di dunia tak mungkin ada orang yang lweekangnya setinggi itu, kecuali mungkin Pak Kek Siansu yang sudah lama meninggalkan dunia. Tak disangkanya sekarang ini bertemu dengan orangnya.
seorang yang masih begini muda.
Tiba-tiba Lo Bong mengeluarkan seruan kaget karena tanpa
sebab kedua tangannya terasa sakit sekali, tulang tulang jari
tangannya mengeluarkan suara kerotokan dan di lain saat Lo Bong mengeluh dengan muka pucat dan keringat mengucur, memijit-mijit pergelangan tangan berganti-ganti. Inilah akibat pukulan membalik 875
dari tenaga cengkeramannya yang dihantam oleh sinkang yang
disalurkan melalui lengan Sin Hong yang ditangkapnya tadi.
Melihat Lo Bong tak berdaya dan seperti cacing terkena abu
memijit-mijit kedua tangannya, Siang-plan Giam-ong Ma Ek Ketua Bu-cin-pang melompat maju dan memutar sepasang ruyungnya.
"Wan Sin Hong, lihat senjata!" Ucapannya ini belum habis,
ruyungnya sudah menyambar-nyambar seperti dua ekor burung
garuda yang mengamuk. Melihat gerakan ini, tahulah Sin Hong
bahwa kepandaian ketua dari Bu-cin-pai ini tidak berapa hebat, hanya mengandalkan tenaga besar saja. Ia sendiri belum mengenal siapa kakek ini, karena tidak sampai sempat bertanya nama, maka mengira bahwa yang menyerangnya bukan seorang penting. Sin
Hong cepat menggerakkan kedua tangan dan di lain saat sepasang ruyung telah dapat dirampasnya dan Ma Ek terjungkal karena
lututnya kena disentuh oleh ujung kaki Sin Hong.
Dalam satu gebrakan saja Siang-pian Giam-ong Ma Ek sudah
roboh, hal ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang
mengherankan dan tak dapat dimengerti oleh para tokoh di situ.
Tak seorang pun mengenal gerakan Sin Hong tadi, semacam
gerakan yang nampaknya mudah dan sederhana akan tetapi yang
hasilnya demikian luar biasa. Tidak mengherankan kalau tidak ada yang mengenalnya karena gerakan tadi adalah gerakan dari jurus llmu Silat Pak-kek sin-Ciang-hoat yang belum pernah dimainkan di muka dunia ini oleh siapapun juga. Pak Kek Siansu yang mencipta ilmu silat ini belum pernah mempergunakan di depan umum dan
selain Sin Hon belum pernah ada yang, menerima pelajaran ilmu
silat ini. Biarpun sudah terbukti kelihaian pemuda ini setelah mengalahkan dua orang tokoh besar, namun Twa-to Kwa Serg tidak menjadi
gentar. Sebagai seorang tokoh besar yang sudah amat terkenal
namanya, ia tidak mundur sebelum merasai sendiri keunggulan
lawan. Sambil memutar-mutar golok di atas kepala ia berkata.
"Wan Sin Hong, kaucobalah kalahkan golok dari Twa-to Kwa
Seng!" Wan Sin Hong memandang tajam, lalu berkata tenang. "Majulah"
876 Akan tetapi sebelum Twa-to Kwa-Seng mulai dengan
serangannya, Li Hwa melompat ke hadapannya dan berkata kepada
Sin Hong. "lni tidak adil! Wan Sin Hong, apakah kau ingin borong semua
agar kelihatan paling pandai dan dipilih menjadi bengcu" Sekarang giliranku." Setelah berkata demikian, dengan pedang hijau di
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangannya ia menantang Twa-to Kwa Seng dengan senyum sindir
dan pandang matanya yang penuh ejekan.
Sin Hong tersenyum lalu mundur. Adapun Kwa Seng melihat
lagak Li Hwa menjadi marah. Baginya memang sama saja, melawan
Sin Hong atau gadis ini, karena kedua-duanya adalah calon bengcu.
"Bocah sombong, jaga dirimu baik baik," serunya dan goloknya
menyambar mengeluarkan angin bagaikan sampokan sayap burung
garuda besar. "Tua bangka pemotong babi! Kaulah yang harus menjaga diri
baik-baik agar pisau pemotong babimu itu tidak melukai tubuhmu sendiri!" kata Li Hwa sambil mengelak ke samping dan membalas
serangan lawan dengan pedangnya.
Cepat sekali gerakan Li Hwa sehingga Kwa Seng terkejut tidak
sempat membalas ejekan nona itu. Goloknya di ayun dan dengan
tenaganya yang besar mengandalkan goloknya yang tebal dan berat ia hendak menangkis pedang agar terlepas dari pegangan gadis itu.
Akan tetapi Li Hwa terlalu lincah, namun membiarkan pedangnya
yang tipis itu di hantam oleh golok besar. Juga gadis ini tidak mau mengandalkan ketajaman pedangnya untuk membabat golok.
karena golok setebal dan seberat itu, biarpun andalkata dapat
dibabat putus tenta akan merusak pedangnya, atau ada bahayanya kalau ia kalah tenaga, pedangnya akan terlepas dari pegangan.
Dengan gerakan cepat dan lincah sekali Li Hwa mulai
nempermainkan lawannya.
Payah juga Kwa Seng mengikuti gadis itu yang bagaikan seekor
burung walet menyerang seekor gajah yang berat tubuhnya. Gadis itu berlompatan ke sana ke mari, kadang kadang tahu-tahu berada di belakang Kwa Seng, atau ada kalanya melompat tinggi di atas kepala dan menyerang dari atas. Semua ini dilakukan sambil
877 tertawa-tawa mengejek sehingga Kwa Seng merasa kepalanya
pening sekali. Akhirnya dengan gerakan indah sekali, Li Hwa berhasil
menggores lengan tangan Kwa Seng dan cepat mengirim tendangan
ke arah jari-jari tangan yang memegang golok. Karena sakit
lengannya tergores pedang. pegangan pada gagang goloknya yang
amat tidak begitu kuat tapi maka ketika jari-jari tangannya terkena tendangan, golok itu terlempar membalik dan melukai pahanya
sendiri. Darah mengucur dari paha dan Kwa Seng berlompat- lompatan
ke belakang menahan sakit.
Li Hwa tertawa nyaring. "Apa kata ku tadi" Tua bangka
pemotong babi mulai memotong kakinya sendiri, dikira kaki babi..."
Akan tetapi kata-kata ini terputus oleh sorak-sorai dan ketika Li Hwa dan Sin Hong serta yang lain lain menengok mereka terkejut sekali karena puncak itu telah terkurung oleh pasukan yang ribuan orang banyaknya! Inilah pasukan- pasukan dari Perkumpulan Imyang-bu pai, Bu-cin-pang, Kwa-cin-pai, Shan-si Kaipang, Twa-to Bupai, dan lain-lain yang telah dikerahkan oleh Kong Ji. Mereka itu kesemuanya telah memegang senjata lengkap dan mengurung
tempat itu dengan sikap mengancam! Ketua-ketua perkumpulan
yang tadi sudah kalah cepat-cepat lari masuk ke dalam barisan
masing-masing. Di ujung barisan itu tiba-tiba muncul seorang yang tertawa
bergelak, suara ketawanya menyeramkan. Semua orang yang
terkurung memandangnya dengan penuh kebencian karena orang
ini ternyata bukan lain adalah Liok Kong ji! Pemuda yang amat licik ini diam-diam telah mengatur semua pasukan pendukungnya untuk
mempergunakan kesempatan selagi semua orang lengah dan
memperhatikan pertempuan antara ketua-ketua pasukannya dengan
calon-calon bengcu, mengatur pengepungan itu. Kini ia berdiri
sambil tertawa di dekat barisan lm-yang-bu-pai, lalu suaranya
terdengar lantang.
"Wan Sin Hong manusia sombong, lihatlah baik-baik di
sekelilingmu! Kau mau tahu berapa banyaknya" Lima ribu orang,
878 sobat! Apakah kau masih mau menyombongkan kepandaianmu dan
sanggupkah kau membobolkan kepungan kami?" kata-kata ini
disusul suara ketawa bergelak, sama sekali pemuda itu tidak
kelihatan malu karena kekalahannya tadi.
Di puncak gunung itu masih terdapat banyak orang. Di samping
Sin Hong dan Siok Li Hwa, di situ masih terdapat ciangbunjin dari tiga partai besar yakni Tai Wi Siansu ketua dari Kunlun-pai Leng Hoat Taisu ketua Thian-san-pai, Bu kek Siansu ketua Bu-tong-pai, dan beberapa belas orang tokoh kang-ouw yang tidak ikut
mendukung Kong Ji. Para wakil palsu dari Siauw-lim-pai, Go-bi-pai, Teng-san-pai, Hong-san-pai dan lain lain yang sesungguhnya masih kaki tangan Kong Ji juga, sejak tadi sudah mengundurkan diri dan menggabungkan diri dengan para ketua pasukan pendukung Kong
Ji. Selain ketua-ketua partai besar dan tokoh-tokoh kang-ouw,
masih ada anak murid Kun-lun-pai, Bu-tong-pai dan Hui-eng-pai
yang masing-masing berjumlah kurang lebih dua puluh orang
sehingga jumlah semua orang yang terkepung itu hanya ada seratus orang lebih. Akan tetapi, begitu muncul di situ, Liok Kong Ji hanya menyebut nama Wan Sin Hong, maka dapat diduga bahwa ia
memang melakukan pengepungan itu untuk mengancam Sin Hong.
"Kong Ji manusia berhati iblis, tak perlu kau memutar-mutar
omongan, kata-kan saja apa maksudmu dengan perbuatan curang
dan tak tahu malu ini?" kata Sin Hong, sedikit pun tidak takut, bahkan memperlihatkan senyum mengejek.
"Monyet rawa, kau yang sudah kalah bertanding dan dipukul Iari seperti anjing apakah sekarang hendak mengandalkan orang banyak untuk merebut kedudukan bengcu" Sungguh tak tahu malu sekali!"
Siok Li Hwa memaki Kong Ji, karena gadis ini sekarang dapat
menduga dan hampir yakin bahwa yang menyebabkan matinya Cun
Eng tentulah Liok Kong Ji.
Kong Ji tidak marah dimaki oleh LI Hwa, hanya tersenyum manis
dan menjawab dengan suara halus, jawaban yang sekaligus
menjawab pertanyaan Sin Hong dan Li Hwa.
"Sin Hong, kalau aku mau, sekarang juga aku dapat menumpas
kau dan semua orang di puncak ini. Akan tetapi hatiku tidak
sekejam itu. Aku menghargai persahabatan di dunia kang-ouw. Ada 879
peribahasa bilang bahwa siapa kuat dia menjadi raja. Sekarang aku menawarkan pembebasanmu dan semua orang di puncak ini
dengan hanya ditukar dua macam barang, yakni kitab warisan PakKek Siansu dan pedangku Pak-kek Sin kiam kau kembalikan!"
Sin Hong maklum bahwa ancaman pemuda itu bukan main-main.
Ketika menyapu orang-orang yang mengurung tempat itu dengan
kerling matanya, ia mendapat kenyataan bahwa ancaman itu bukan ancaman kosong belaka. Kalau terjadi pertempuran, kiranya seratus orang betapapun lihainya takkan mungkin dapat mengundurkan
lima ribu orang!
"Kalau aku menolak" tanyanya memancing.
Kong Ji tertawa mengejek mendengar pertanyaan ini. "Ha, ha,
ha, manusia bodoh. Kalau kau menolak, kau menderita rugi besar karena kau dan semua orang yang berada di puncak ini akan
kubinasakan semua. Sebaliknya, aku untung besar karena selain
kitab dan pedang pusaka tetap menjadi milikku setelah kau
mampus, juga para anggauta Hut-eng-pai itu... hemmmm, mereka
cantik-cantik! Tentu mereka tidak termasuk orang-orang yang harus dibinasakan, bahkan sebaliknya!" Kembali pemuda ini tertawa
terbahak-bahak.
"Jahanam Liok Kong Ji, manusia tak tahu malu! Kalau kau
memang laki-laki, mari kita bertempur seribu jurus sampai semua orang di antara kita menggeletak tak bernyawa di situ!" Li Hwa melompat dengan pedang di tangan. Pasukannya juga bergerak dan semua gadis anak buahnya yang rata-rata menjadi merah mukanya
dan marah sekali mendengar kata-kata Kong Ji tadi, telah mencabut pedang, siap sedia menanti perintah ketua mereka untuk menyerbu.
"Nona, aku tidak hendak bermusuhan dengan kau dan anak
buahmu, bahkan aku ingin menjadi sahabatmu, sahabat yang baik
sekali...." kata Kong Ji sambil memandang dengan mata penuh arti, pandang mata yang kurang ajar sekali.
"Keparat, jadilah setan tak berkepala!" Li Hwa berseru dan
Pendekar Pemetik Harpa 32 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Dendam Iblis Seribu Wajah 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama