Ceritasilat Novel Online

Pedang Penakluk Iblis 19

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 19


demikian bodoh sehingga percaya akan hasutan See- thian Tok-ong dan Liok Kong Ji sehingga ia mengirim pasukan ke sini, biarlah kita akan melawan mati-matian."
Mendengar ini, diam-diam Sin Hong memuji suhengnya ini, yang
benar-benar gagah berani sungguhpun di dalam hatinya mencela
karena sikap suhengnya terlampau keras kepala dan kurang
bijaksana. Dalam hal ini, yang bersalah besar bukanlah Kaisar, melainkan See thian Tok-ong dan Liok Kong Ji. Mengapa harus
melakukan perlawanan terhadap pasukan Kaisar" Hal ini hanya akan memberi kesan kepada Kaisar bahwa fitnahan yang dilontarkan oleh See-thian Tok-ong dan Liok Kong Ji kepada Hwa I Enghiong,
terbukti! Akan tetapi Sin Hong tahu orang macam apa adanya suhengnya
itu, yakni orang yang memiliki kekerasan hati dan keangkuhan,
orang yang akan rela mengorbankan keselamatan serumah tangga
untuk menjaga namanya. Suhengnya menghadapi pesta pernikahan
dan tamu-tamu dari tempat jauh sudah mulai berdatangan, tak
mungkin pesta itu dibatalkan atau diundurkan hanya karena takut akan serbuan pasukan dari kota raja. Diam-diam Sin Hong lalu
meninggalkan pulau itu dengan cepat untuk mengatur siasat.
Sebagai seorang bengcu, di mana-mana ia diterima dengan
hormat oleh para orang gagah dan sebentar saja Sin Hong sudah
berhasil mengumpulkan banyak orang gagah dari pelbagai
933 perkumpulan, dibantu oleh gihunya, yakin Lie Bu Tek. Hanya kepada Lie Bu Tek, Sin Hong bebas mengutarakan semua isi hatinya dan
dengan gihunya ini ia berunding untuk mengatur siasat menghadap ancaman itu.
Akan tetapi, setelah Sin Hong dan Lie Bu Tek berhasil
mengumpulkan tiga ratus lebih kawan-kawan yang siap sedia
melakukan barisan pendam di tepi pantai untuk mencegah pasukan See-thian Tok-ong menyeberang dan mengganggu keluarga Go,
mereka menanti sampai tengah hari belum juga terjadi sesuatu, Sin Hong dan Lie Bu Tek sudah merasa kecele sekali dan di antara para kawan yang berada di situ sudah menganggap, kekhawatiran Sin
Hong tidak akan terjadi, karena siapakah yang berani mengganggu Hwa l Enghiong"
"Heran sekali, mengapa mereka tidak juga muncul?" Lie Bu Tek
bertanya kepada anak angkatnya.
Sin Hong mengerutkan kening. "Inilah yang menggelisahkan hati, Gahu. Kalau mereka segera muncul, mudah bagi kita untuk
menahan mereka. Akan tetapi sekarang mereka tidak muncul, ini
berbahaya sekali. See- thian Tok-ong bukan orang biasa dan sepak terjangnya selalu diliputi keanehan. Apalagi dia dibantu oleh Kong Ji manusia iblis yang mempunyai banyak tipu muslihat licik.
Menghadapi musuh yang bergerak dan kelihatan tidaklah berat,
akan tetapi menghadapi musuh yang diam saja dan tidak kelihatan, ini menggelisahkan."
Sementara itu, di Pulau Kim-bun-to upacara pernikahan sudah
dilangsungkan dengan meriah. Sepasang pengantin bersembahyang
dan menerima ucapan selamat dan para tamu. Pengantin pria
tersenyum, mukanya berseri gembira. Pengantin wanita tadinya
menitikkan air mata, akan tetapi kemudian dapat tersenyum pula.
Para tamu makan minum sambil tertawa-tawa, semua bergembira
tidak tahu akan datangnya awan hitam mengancam. hanya Ciang
Le, Bi Lan, Cam-kauw Sin-kai, dan kedua pengaintin saja yang diam-diam merasa heran mengapa Wan Sin Hong dan Lie Bu Tek tidak
muncul dalam upacara pernikahan itu.
Orang-orang yang berpesta di Pulau Kim-bun-to itu sama sekali
tidak tahu bahwa di pantai daratan seberang pulau terjadi
934 pertempuran hebat. Setelah menanti-nantikan, muncullah
serombongan pasukan kaisar yang dipimpin oleh Li Kong Ji sendiri!
Pasukan ini jumlahn tidak kurang dari lima ratus orang bersenjata lengkap dan berbaris rapi. Wan Sin Hong cepat maju menghadang
bersama kawan- kawannya.
"Liok Kong Ji manusia busuk, Kau datang membawa pasukan
pemerintah mempunyai maksud apakah?"
Liok Kong Jl tertawa dan berkata nyaring, "Wan Sin Hong
pemberontak hina dina! Aku datang membawa surat kuasa Kaisar
untuk menangkap kau dan semua kawanmu yang ikut
memberontak. Hayo lekas berlutut terhadap firman Kaisar!"
"Kong Ji, mengapa kau begitu pengecut dan tidak tahu malu"
Kalau kau memang laki-laki dan kalau kau memang berani, mari kita tinggalkan semua ini dan kita mencari tempat sunyi, bertempur
sampai seorang di antara kita menggeletak tak bernyawa. Mengapa dalam pertentangan kita kau membawa-bawa Kaisar dan bala
tentaranya?"
Akan tetapi Liok Kong Ji tidak memperduhkannya dan cepat
memberi ababa. "Serbu dan tangkap dia, mati atau hidup ... !!"
Wan Sin Hong melompat sigap dan melakukan serangan kepada
Kong Ji. Akan tetapi alangkah herannya ketika ia melihat Kong Ji menyelinap dan melenyapkan diri di dalam pasukannya. Sejak tadi Sin Hong sudah merasa heran. tidak hanya suara Kong Ji agak
berbeda, akan tetapi juga mengapa Kong Ji sekarang menjadi
demikian penakut"
Biarun Kong Ji takkan dapat menang terhadap dia akan tetapi
kalau hanya beberapa puluh jurus saja belum tentu akan dapat
merobohkan Liok Kong Ji, kenapa sekarang belum diserang sudah
lari" Akan tetapi Sin Hong tidak mendapat kesempatan berpikir
tentang itu karena barisan istana itu telah menyerbu dan terjadilah pertempuran hebat antara barisan kota raja melawan kawan-kawan yang membela Sin Hong. Juga Lie Bu Tek dengan tangan kirinya
mengamuk dengan pedangnya sehingga gentarlah para perajurit
Kaisar melihat pendekar, buntung ini.
935 Adapun Sin Hong sendiri, ia tidak mau merobotikan para perajurit Kaisar itu, sebaliknya ia mencari Kong Ji. Akan tetapi heran sekali, ia tidak dapati melihat Kong Ji yang agaknya sudah lenyap ditelan bumi. Pertempuran berjalan makin sengit dan kedua pihak sudah
banyak yang roboh. Akan tetapi tentu saja pihak perajurit Kaisar yang lebih banyak menjadi korban, karena kawan-kawan Sin Hong
adalah anggauta-anggauta partai yang pandai ilmu silat. Sin Hong lalu berlari ke arah sebuah perahu nelayan yang mempunyai tiang layar tinggi. Ta melompat dan dengan cepat sekali melalui tali-temali layar ia dapat, mencapai puncak dan berdiri dengan sebelah kaki di situ. Dan tempat tinggi ini dapat melihat sampai jauh, dan dari situ dicarinya di mana gerangan adanya Liok Kong Ji dan di mana pula adanya See-thian Tok-ong seanak isteri yang sejak tadi tidak dilihatnya.
Akan tetapi tetap saja ia tidak dapat melihat bayangan mereka.
Tanpa disengaja Sin Hong menoleh ke belakang. Padahal tidak
semestinya kalau ia mencari musuh- musuhnya itu di belakang,
karena di belakangnya adalah lautan. Begitu ia menoleh, ia
mengeluarkan seruan kaget. Dan situ kelihatan asap bengulunggulung naik di Pulau Kim-bun-to! Tanda bahwa di sana terjadi
kebakaran hebat dan ketika ia memandang lebih lama lagi,
kelihatanlah layar perahu-perahu besar di pantai pulau itu sebelah kanan"
Cepat Sin Hong melompat turun dan berlari menghampiri Lie Bu
Tek yang masih mengamuk. "Gihu, celaka, agaknya Kim-bun-to
diserbu dari lain jurusan!"
Sementara itu, para perajurit sudah terdesak hebat dan akhirnya mereka melarikan diri tunggang langgang, meninggalkan lebih dan lima puluh orang yang terluka atau tewas.
"Jangan mengejar...! Sin Hong berseru keras melihat beberapa
orang kawannya yang masih penasaran hendak melakukan
pengejaran, "Tinggalkan lima puluh orang di sini untuk merawat kawan kawan yang terluka dan mengurus mayat-mayat ini, yang
lain ikut kami ke Kim-bun-to!"
Serentak mereka lalu menggerakkan perahu-perahu mereka dan
meminjam perahu-perahu nelayan dan tak lama kemudian dua
936 puluh lebih perahu-perahu besar kecil meluncur ke Pulau Kim-bun-to.
Apakah yang telah terjadi di Kim-bun-to" Memang tidak salah
dugaan Sin Hong. Pulau itu telah diserang dari dua jurusan, oleh pasukan-pasukan yang datang menggunakan perahu-perahu besar.
Perahu-perahu itu datang dari jurusan utara dan timur dan lebih dari seribu orang perajurit menyerbu ke jurusan rumah Hwa I
Enghiong Go Ciang Le yang masih ramai berpesta.
Mula mula yang datang hanya beberapa orang yang disambut
oleh para pelayan karena Ciang Le, Cam-kauw Sin-kai dan yang
lain-lain sedang sibuk melayani tamu di sebelah dalam karena pesta sudah berjalan setengah jalan, mereka mengira takkan ada tamu
lagi dan menyerahkan penyambutan di luar kepada para pelayan.
Beberapa orang tamu yang datang itu menyerahkan sebuah
bungkusan besar kepada pelayan penyambut dengan pesan supaya
diberikan kepada tuan rumah. Tentu saja para pelayan itu lalu
membawa bungkusan sumbangan ini kepada Ciang Le yang
menerima dan membawa tulisan di luar bungkusan. Bukan main
herannya ketika melihat tulisan di luar bungkusan itu hanya
menyebut nama "Keluarga Go" saja tanpa menulis nama
pengirimnya, hanya situ terdapat tulisan merah dengan huruf-huruf besar . HARAP DIBUKA SEKARANG JUGA"
Ciang Le bukan seorang penakut. Dengan mendongkol dan
marah ia menggunakan tenaganya dan terdengar suara keras.
Tahu-tahu bungkusan itu telah hancur dan isinya berada di
tangannya. Yang melihat benda itu mengeluarkan suara tertahan.
Akan tetapi Bi Lan, Hui Lian, Coa Hong Kin dan Cam-kauw Sin-kai menjadi marah sekali. Kebetulan mereka sedang berkumpul di
kamar pengantin.
"Jahanam, siapa berani menghina kita?" Bi Lan sudah merah
telinganya dan hendak berlari keluar. Akan tetapi Ciang Le
memegang lengannya dan menarik kembali isterinya itu, minta
supaya bersabar. Kemudian Ciang Le memandang kepada benda itu
dengan kening berkerut. Orang telah menyumbang sepasang
belenggu! Ini berarti bahwa orang atau orang-orang yang
menyumbang itu bermaksud menjadikan mereka sebagai tawanan.
937 "Biar aku sendiri menghadapi mereka," katanya perlahan, dan
hatinya mulai tidak enak karena teringat akan penuturan Wan Sin Hong tentang keputusan Kaisar hendak menangkap dan
menghukum mereka.
Dengan langkah lobar Ciang Le lalu keluar untuk melihat
siapakah mereka yang mengantar sumbangan sepasang belemggu
tadi. Tak lupa ia menyambar pedangnya dan digantungkan di
punggungnya. Setelah ia tiba di pintu luar tepat seperti yang ia duga di dalam hatinya, berhadapan dengan Liok Kong Ji, See-thian Tok-ong, Kwan Ji Nio, Kwan Kok Sun! Ketika empat orang ini melihat munculnya Go Ciang Le, mereka terseyum mengejek dan See-thian Tok-ong
mengeluarkan suara keras sebagai tanda untuk pasukannya.
Bagaikan gelombang laut pasang, terdengar derap kaki bergemuruh dan seribu orang pasukan dengan gagah berbaris dari beberapa
jurusan rumah itu!
Tentu saja para tamu menjadi panik melihat hal ini. See- thian Tok-ong mengeluarkan leng-ki (bendera utusan kaisar) dan
mengangkatnya tinggi ke atas.
"Kami adalah utusan-utusan Kaisar, semua harus berlutut
terhadap lengki Kaiser!" seru See-thian Tok-ong dengan suara
nyaring. Bendera lengki dari Kaisar memang merupakan tanda kekuasaan
yang tinggi dan hal ini semua orang tahu. Oleh karena itu, sebagian besar para tamu lalu menjatuhkan berlutut menghadapi bendera.
"Para hohan, dengarlah baik-baik!" tiba-tiba Liok Kong Ji berseru nyaring., "Kami berdua, yakni See-thian Tok-ong Locianpwe ini dan aku Tung-nam Thaibengcu Liok Kong Ji, mendapat kepercayaan dari Hongsiang (Kaisar) dan menjadi utusan untuk menangkap keluarga Go Ciang Le karena dianggap memberontak terhadap kekuasaan
Hongsiang yang mulia. Cuwi (Tuan-tuan Sekalian) harap tenang saja karena hanya untuk menangkap dia sekeluarga dan kaki tangannya, orang- orang lain takkan diganggu kecuali kalau
938 mereka membela kaum pemberontak. Go Ciang Le, kedosaanmu
telah nyata, hayo lekas berlutut untuk kami belenggu dan kami
bawa ke kota raja dalam keadaan hidup- hidup sekeluargamu!"
Bukan main marahnya Ciang Le mendengar ucapan ini.
"Manusla berhati iblis Liok Kong Ji, hari ini kalau bukan kau tentu aku yang putus nyawa!" bentaknya sambil menyerang dengan
pedangnya. Kong Ji melompat ke belakang dan See-thian Tok-ong
memberi aba-aba.
"Hayo serbu! Yang melawan bunuh saja, bakar rumah ini!"
Kong Ji kini mencabut Pak-kek Sin-kiam dan membalas serangan
Ciang Le sehingga di lain saat mereka telah bertcmpur sengit. Dari dalam menyerbu keluar Liang Bi Lan dan Cam-kauw Sin-kai yang
disambut oleh See-thia n Tok- ong, Kwan Ji Nio dan Kwan Kok Sun.
juga Hui Lian sudah melepaskan pakaian pengantin dan bersama
suaminya menyerbu keluar dengan senjata di tangan.
"Jangan bunuh calon pengantinku ini!" Kwan Kok Sun berseru
sambil menghadapi Hui Lian.
Di antara para tamu, banyak juga utusan dan partai partai
persilatan besar dan banyak pula di antaranya adalah orang-orang kang-ouw yang bersemangat dan berjiwa gagah. Melihat keadaan
ini mereka lalu mencabut senjata dan mereka membela tuan rumah, tidak peduli akan ancaman Liok Kong Ji tadi. Yang bergerak ini tidak kurang dari lima puluh orang banyaknya, sedangkan yang lain diam-diam sudah lari pergi menjauhkan diri dari situ.
Sebentar saja rumah yang tadinya penuh kegembiraan itu
menjadi medan pertempuran yang hebat. Mangkok piring
beterbangan, meja meja terbalik dan suara senjata memekakkan
telinga. Tak lama kemudian darah mulai mengalir dan nyawa
melayang. Pertempuran menjadi kacau balau karena ruangan itu
terlalu sempit untuk tempat pertempuran orang banyak itu. Maka sebagian pula sudah keluar dari rumah dan melanjutkan
pertempuran di halaman depan.
Tiba- tiba nampak api berkobar di kanan kiri dan belakang rumah diberengi pekik sorak para perajurit yang membakar rumah itu. Para 939
pelayan menjerit jerit, keadaan makin panik dan ribut. Para
penduduk Kim-bun-to menjadi geger. Toko-toko ditutup, pintu-pintu ditutup, dan mereka yang mempunyai perahu sendiri cepat-cepat
membawa anak isterinya pergi dari pulau itu melarikan diri ke
daratan. Akan tetapi, banyak di antara mereka yang menjadi korban periampokan. Saking banyaknya pasukan yang dibawa oleh See-thian Tok-ong, sebagian besar dari mereka ini tentu saja tidak dapat ikut bertempur dan mereka itu mencari musuh para penduduk Kim-bun-to, tentu saja dengan maksud hanya untuk merampas,
mengganggu, dan membunuh dengan dalih membasmi kaum
pemberontak, Memang di seluruh dunia beginilah macamnya
serdadu penjajah.
Pertempuran antara Ciang Le dan Kong Ji hebat bukan main.
Mereka ternyata memiliki kepandaian yang seimbang. Ilmu pedang dari Hwa I Enghiong Go Ciang Le memang hebat sekali, yakni
sebagian dari Pak-kek-kiam-sut. Akan tetapi Kong Ji yang pernah mencuri ilmu ini dari Hui Lian, dasar otaknya cerdas, sudah dapat menangkap intinya dengan ditambah pula dengan ilmunya sendiri
yang tinggi, ia bahkan dapat mendesak Ciang Le dengan serangan-serangan pedang dan dibarengi pukulan-pukulan Tin san- kang yang diganti-ganti dengan Pukulan Hek-tok-ciang" Kalau saja ia tidak memegang Pak-kek-sin-kiam, kiranya belum tentu ia dapat
mendesak Hwa I Enghiong.
-oo0mch-dewi0ooJilid XXXIV PEDANG pusaka ini memegang bagian penting dari
kemenangannya karena Ciang Le yang maklum akan keampuhan
pedang pusaka itu, tidak berani mengadu pedangnya secara
langsung. Akan tetapi dengan ilmu pedangnya yang tinggi, ia dapat membuat pertahanan yang kuat sekali sehingga semua desakan
Kong Ji tidak mendatangkan hasil dan selalu dapat ditolaknya.
Karena dua orang ini kepandaiannya sudah tinggi sekali sehingga gerakan-gerakan ilmu silat mereka sukar diikuti dan diduga, maka orang-orang lain, baik pihak Kong Ji maupun pihak Ciang Le, tidak ada yang berani turun tangan membantu.
940 Bi Lan mendapat lawan See-thian Tok-ong. Sebentar saja Bi Lan
merasa betapa berat dan tangguhnya lawan ini. Akan tetapi
semenjak masih gadis dahulu, Liang Bi Lan adalah seorang yang
tidak pernah mengenal takut. ia kini menghadapi seorang yang ilmu silatnya seperti iblis dahsyat dan jahatnya, akan tetapi nyonya ini pun pernah menjadi murid seorang yang seperti iblis, maka biarpun amat terdesak, ia tidak merasa gentar dan melakukan perlawanan mati-matian dengan pedangnya. Juga dalam pertandingan ini, tak ada yang berani membantu.
Hui Lian dan Hong Kin bertempur melawan Kwan Ji Nio dan
Kwan Kok Sun, dan segera terdesak hebat. Cam-kauw Sin-kai
membantu Hui Lian, akan tetapi oleh karena kakek ini masih belum sembuh benar dari luka-lukanya yang hebat, gerakannya lemah
sekali dan bantuannya tidak berarti banyak. Bahkan dua puluh jurus kemudian, Cam- kauw Sin-kai roboh terkena totokan ranting di
tangan Kwan Ji Nio.
Kakek itu tanpa mengeluarkan suara sedikit pun roboh tak
bernapas lagi. Totokan ranting di tangan Kwan Ji Nio bukan
sembarangan totokan. Setiap serangan ranting selalu mengancam
jalan darah kematian. Hui Lian dan Hong Kin, sepasang pengantin baru ini menjadi marah dan nekad. Bersama-sama mereka lalu
mendcsak dan mengeluarkan seluruh kepandaian untuk membalas
serangan-serangan lawan.
Sementara itu, puluhan orang yang membantu tuan rumah, tidak
kuat mengadapi desakan ratusan orang yang menyerbu dengan
ganasnya. Biarpun pihak pasukan Kaisar juga banyak yang roboh
binasa, namun seorang demi seorang, para enghiong yang membela tuan rumah ini mulai roboh.
Melihat ini, Ciang Le mulai gelisah. ia tidak khawatir akan nasib diri sendiri, yang membikin ia gelisah adalah keadaan Hui Lian yang juga amat terdeak. Anaknya itu baru saja merayakan hari
pernikahannya dan sekarang sudah terancam bahaya maut..
"Hui Lian, Hong Kin, larilah!"
Juga Bi Lan yang amat terdesak oleh See-thian Tok-ong, tidak
mempedulikan keselamatan diri sendiri. Dilihatnya beberapa orang 941
yang tadinya menjadi tamu, sudah roboh menggeletak mandi darah di kanan kirinya. Tiba-tiba See-thian Tok-ong mengeluarkan seruan keras sekali sambil menubruknya dengan Pukulan Hek-tok-ciang
yang dahsyat. Bi Lan tahu akan kehebatan pukulan ini, cepat
mempergunakan ginkang mengelak. Seorang tamu yang berada di
belakang Bi Lan bertempur melawan para perajurit, menjadi sasaran hawa Pukulan Hek tok-ciang, menjerit ngeri dan roboh, dihujani pukulan senjata oleh para perajurit.
Bi Lan menoleh dan melihat Hong Kin terdesak hebat oleh Kwan
Ji Nio. Lebih hebat lagi, Kok Sun sudah mengeluarkan ularnya, dan kini Kok Sun mendesak Hui Lian dengan ularnya itu. Hui Lian
kelihatan pucat sekali, biarpun gadis ini pemberani seperti ibunya, namun ia ngeri dan geli menghadapi serangan ular di tangan Kok Sun. Baiknya
Kwan Kok Sun tidak bermaksud membunuh atau melukainya,
melainkan hendak menangkapnya hidup-hidup. Kalau Kok Sun mau,
kiranya ular sudah dapat melukai atau menggigit Hui Lian.
Adapun Hong Kin yang bertempur dengan Kwan Ji Nio, tentu saja
ia bukan lawan nyonya lihai. Napas Hong Kin sudah terengah-engah karena ia dikocok oleh Kwan Ji Nio yang amat cepat gerakannya dan amat cepat pula rantingnya menyambar-nyambar. Baiknya Hong Kin memiliki Ilmu Tongkat Cam-kau-tung-hwat sehingga dengan
tongkatnya itu ia dapat melindungi dirinya sehingga beberapa
totokan ranting yang mengenai tubuhnya melesat dan hanya
merobek baju dan kulit saja.
Keadaan keluarga Go benar-benar telah terancam hebat. "Hui
Lian, ajaklah suamimu lari!" Bi Lan menjerit pada saat nyonya yang gagah ini dapat menghindarkan diri lagi dari serangan See thian Tok-ong. Pukulan Hek-tok-ciang dan senjata kuku setan Ngo-tok-mo-jiauw sudah mengurungnya sedemikian hebat sehingga terpaksa Bi Lan menggulingkan diri membiarkan pundaknya kena hajaran
Hek-tok-ciang dan ia terus menggelundung sampai di dekat tempat Hong Kin terdesak oleh Kwan Ji Nio.
See-thian Tok-ong mengejar terus dan kembali, pukulan jarak
jauh Hek-tok ciang mengenai pinggang Bi Lan. Nyonya ini menjerit dan tiba-tiba tubuhnya melayang ke depan dan di lain saat
942 pedangnya telah menembus lambung Kwan Ji Nio. Akan tetapi, berbareng dengan robohnya Kwan Ji Nio, Bi Lan juga roboh tak
berkutik lagi. "Ha, ha, ha, ha!" Melihat isterinya dan Bi Lan roboh, See-thian Tok-ong yang berwatak luar biasa itu tertawa bergelak. Akan tetapi pada saat itu menyambar sinar pedang yang cepat bagaikan kilat.
See thian Tok-ong menyampok dengan kedua Ngo-tok-mo-jiauw,
akan tetapi dua cakar setan itu terbabat putus dan masih terus membabat, tepat mengenai perutnya dan merobek bagian tubuh ini sehingga isi perutnya berantakan keluar! Sambil mengeluarkan
suara ketawa yang menyeramkan sekali, See-thian Tok-ong.
terhuyung-huyung roboh.
"Hui Lian dan Hong Kin, larilah biar aku yang menahan mereka!"
teriak Ciang Le sambil memutar pedangnya karena I.iok Kong Ji
sudah menyerangnya dengan hebat. Kong Ji marah sekali melihat


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

See-thian Tok-ong dan Kwan Ji Nio tewas, maka serangannya
penuh dengan kemarahan dan dahsyat. Ciang Le terpaksa
menangkis dan terdengar suara nyaring ketika pedang di tangan
Ciang Le tinggal sepotong, buntung terbabat Pak-kek-sin-kiam!
Akan tetapi Hwa I Enghiong yang gagah perkasa tidak menjadi
gentar. Dengan pedang sepotong ia masih lihai sekali dan Kong Ji tetap, tak dapat merobohkannya, hanya mampu mendesak makin
hebat. "Hui Lian, larilah...!" kembali Ciang Le berseru. Dalam keadaan seperti itu, ia hanya ingat keselamatan anaknya.
Akan tetapi, mana Hui Lian mau melarikan diri" ia marah sekali melihat Ibunya tewas, maka dengan penuh kegemasan ia
menerjang Kwan Kok Sun, tidak peduli lagi akan bahaya ular di
tangan pemuda gundul itu. Hong Kin membantunya dan kini Kwan
Kok Sun dikeroyok dua. Akan tetapi, beberapa orang perwira busu segera maju membantu Kwan Kok Sun sehingga lagi-lagi pihak Hui Lian yang terkurung dan terdesak hebat.
Gelombang serbuan dari pasukan Kaisar yang demikian
banyaknya tak tertahankan lagi. Para tamu yang membantu Ciang
Le kini tinggal dua puluh lebih, yang lain sudah tewas. Banjir darah di rumah Hwa l Enghtong. Ciang Le sendiri makin lama makin
943 terdesak oleh Kong Ji yang benar-benar amat lihai itu, apa lagi sekarang pedang di tangan Ciang Le tinggal sepotong.
Tiba-tiba barisan Kaisar menjadi kacau balau. Terjadi
pertempuran hebat di luar gedung. Ternyata bala bantuan datang, yakni Wan Sin Hong dan dua ratus orang kawannya. Wan Sin Hong
sendiri menggunakan kepandaiannya menerobos ke dalam.
"Suheng, jangan khawatir, siauwte datang membantu!" seru Sin
Hong. Melthat kedatangan pemuda ani, Ciang Le, Hui Lian dan Hong
Kin besar semangatnya dan melakukan perlawanan lebih hebat lagi.
Akan tetapi Ciang Le berpikir lain. Kalau perlawanan dilanjutkan tetap saja pihaknya akan kalah biarpun mendapat bantuan Sin
Hong, karena kalah banyak jumlah orangnya.
"Sin Hong, tolonglah... bawa lari Hui Lian dan Hong Kin...
selamatkan mereka...."
Kata-kata ini disambung dengan keluhan. Ketika bicara,
perhattan Ciang Le agak terpecah dan pedang Pak-kek- sinkiam
menembus dadanya, tusukan itu dilakukan oleh Kong Ji dengan
kecepatan yang tak dapat dielakkan lagi.
"Jahanam keji...!" Sin Hong menubruk dan mengirim pukulan
dahsyat. Kong Ji cepat mengelak dan membabat dengan
pedangnya. Sin Hong tidak menghentikan pukulannya dan tangan
kiranya dikibaskan ke arah pedang Pak-kek-sin-kiam. Pedang itu terkena hawa pukulan tangan kiri ini, menyeleweng ke samping.
Bukan main kagetnya hati Kong Ji. Cepat ia menangkis karena
pukulan tangan kanan Sin Hong masih mengancamnya. "Dukk...."
Kong Ji menjerit dan tubuhnya terlempar sampai tiga tombak
lebih. ia jatuh tunggang langgang di tengah-tengah kawankawannya. Sin Hong mengejar dengan melompati kepala orang
orang yang menghadang di jalan. Akan tetapi Kong Ji sudah lenyap dari situ dan telah menyelinap di antara pasukannya yang ratusan orang itu. Sukar mencari orang dalam keadaan seperti itu.
Sin Hong mendongkol bukan main. Kemudian ia teringat akan
keadaan Hui Lian dan Hong Kin, dan teringat akan permintaan Ciang 944
Le tadi. Cepat ia melompat ke arah dua orang muda yang masih
sibuk menghadapi desakan-desakan Kwan Kok Sun dan beberapa
orang busu istana. Sepasang pengantin baru ini tubuhnya sudah
penuh luka ringan yang mengucurkan darah.
Sambil mengeluarkan suara keras Sin Hong menyerbu. Kaki
tangannya bergerak cepat dan enam orang busu terpelanting tak
dapat bangun lagi. Me!ihat munculnya pemuda ini, Kok Sun cepat menyelinap dan melenyapkan diri di antara para perajurit. Sin Hong mengamuk terus. Kembali enam orang pengeroyok roboh tak
berdaya. "Hui Lian, Hong Kin, mari kita lari!" seru Sin Hong, karena pihak lawan yang ratusan orang jumlahnya itu benar-benar sukar dilawan.
"Tidak! Biar aku mati bersama Ayah Ibu di sini, harus kubasmi
semua jahanam. Mana keparat Kong Ji...!" Hui Lian mengamuk
terus, tidak menghiraukan bujukan Sin Hong.
Melihat ini, Sin Hong menggerakkan tangan kanannya dan Hui
Lian roboh lemas, tertotok jalan darahnya.
"Hong Kin, bawa isterimu ini. Mari kita lari dari selatan! Biar aku membuka jalan?"
Sin Hong menyerbu ke depan dilkuti oleh Hong Kin yang sudah
memondong tubuh isterinya. Semua orang gentar menghadapi Sin
Hong, karena siapa saja yang berani mencoba menghalangi
majunya, pasti roboh atau terlempar jauh"
Setelah merobohkan puluhan orang perajurit, akhirnya Sin Hong
berhasil mencapai pantai selatan Pulau Kim-bun- to.
"Sin Hong, kesini".!" terdengar seruan orang dalam gelap.
Penyerbuan pasukan Kaisar itu terjadi pada sore hari dan
pertempuran hebat itu terjadi sampai hari menjadi malam!
Sin Hong mengenal suara gihunya. Memang tadi, ketika ia
menyerbu dengan dua ratus orang kawan-kawannya, Bu Tek sudah
berjanji untuk menyiapkan perahu-perahu di sebelah selatan pulau.
ia segera mengeluarkan pekik nyaring dan tinggi yang mengatasi semua suara ribut-ribut. Inilah pekik yang menjadi tanda bagi
kawan-kawannya untuk mengundurkan diri. ia engulangi pekik ini 945
berkali-kali sambil menyuruh Hong Kin dan Hui Lian memasuki
perahu dan kepada Hong Kin ia berkata.
"Hong Kin, berangkatlah kau dengan isterimu. Untuk sementara
waktu kau harus pandai menyembunyikan diri, mengganti nama.
Ini, bawalah untuk bekal. Selamat jalan!" Sin Hong melemparkan sekantung uang emas kepada Hong Kin yang menerima ini dengan
air mata berlinang. Dapat dibayangkan betapa duka hati pengantin pria ini karena pesta pernikahannya ternyata berubah menjadi pesta maut yang mengorbakan nyawa kedua mertuanya, juga nyawa
gurunya, dan banyak lagi orang-orang gagah lain yang membantu
keluarga isterinya.
Akan tetapi ia maklum bahwa saat itu bukan waktunya untuk
banyak ragu-ragu. Cepat ia mendayung perahunya yang menghilang ditelan gelap malam di atas air laut.
Hanya seratus lebih kawan-kawan Sin Hong yang masih dapat
melarikan diri bersama Sin Hong dan Lie Bu Tek, yang lain-lain tewas. Pasukan Kaisar itu mengamuk terus, kini bahkan membunuhi penduduk pulau itu dan membakar semua rumah. Pulau Kim-bun-to
menjadi lautan api berkobar-kobar!
Dari atas perahunya, Sin Hong berdiri tegak memandang pulau
yang telah menjadi lautan api itu. ia mengerutkan gigi dan
mengepal tinjunya.
"Liok Kong Ji kau yang menjadi gara-gara ini. Awas, akan tiba
saatnya kau terjatuh ke dalam tanganku."
Kali ini, akibat perbuatan Kong Ji beratus orang memenuhi
kematiannya dalam sebuah pulau yang tadinya makmur berubah
menjadi lautan api.
Di dekat Sin Hong, Lie Bu Tek duduk di dalam perahu sambil
menutupi muka dengan tangan kirinya. Kakek buntung ini tak dapat menahan kedukaan hatinya menyaksikan kehancuran sahabat
karibnya Go Ciang Le dan ia telah menangis tersedu-sedu.
"Harap Gihu jangan terlampau berduka," Sin Hong
menghiburnya, "Suheng dan keluarganya tewas sebagai ksatriaksatria gagah perkasa. Dan Hui Lian bersama suaminva telah dapat 946
meloloskan diri, setidaknya keturunan Suheng masih ada yang
selamat. Di samping itu, kita pun berhasil menewaskan See-thian Tok-ong dan isterinya dan banyak pula serdadu Kaisar yang lain, Kaisar yang begitu mudah ditipu oleh manusia macam Liok Kong Ji!"
Kaisar merasa girang sekali mendengar laporan Liok Kong Ji
tentang berhasilnya penyerangan ke Kim-bun-to. Saking girangnya Kaisar lalu menaikkan pangkat Liok Kong Ji. Juga Kaisar menyatakan kecewa dan menyesalnya bahwa
See-thian Tok-ong dan isterinya tewas dalam menjalankan tugas
itu. Padahal diam-diam Kaisar merasa gembira sekali. Karena Kaisar pada hakekatnya tidak suka melihat See- thian Tok-ong. Di
belakang See-thian Tok-ong, Kaisar mengatur siasat dengan kepala busu yang semenjak dahulu menjadi orang kepercayaannya, yaknt
Liok to Mo-ong Wie It. Memang menjadi rencana Wie It dan Kaisar untuk mengadu domba semua orang-orang gagah bangsa Han agar
kedudukan kaisar tidak terancam. Memang sebaiknya kalau dapat
mempergunakan tenaga orang-orang gagah ini untuk menghalau
musuh yang datang menyerang, akan tetapi kalau sekiranya mereka ini tak dapat dipergunakan tenaganya, lebih baik mereka ini dibasmi agar tidak merupakan ancaman. Memang harus diakui bahwa
orang- orang gagah di dunia kang-ouw ini selalu berbahaya sekali dan tidak mudah diduga dan diketahui sepak terjangnya. Cara
terbaik untuk membasmi mereka hanyalah cara mengadu domba
antara mereka sendiri. Cara, ini selain praktis, juga murah!
"Sayang sekali bahwa hamba tidak berhasil menawan atau
membunuh pemberontak besar Wan Sin Hong, karena ia keburu
melarikan diri, harap Hong-siang sudi mengumumkan kepada semua pembesar supaya mengejar penjahat-penjahat itu, yakni terutama sekali Wan Sin Hong, kedua Coa Hong Kin, dan ketiga Go Hui Lan."
Kaisar merasa suka kepada Kong Ji mendengar usul yang
dianggapnya tepat ini, maka ia lalu memerintahkan seorang
punggawa untuk mengerjakan usul itu, yakni mengirim berita
kepada seluruh pembesar di daerah-daerah untuk mengumumkan
pengejaran terhadap pemberontak- pemberontak itu.
947 Dengan hati puas Kong Ji lalu kembali ke tempat tinggalnya,
yakni bangunan indah di kompleks bangunan sebelah kiri, dekat
tempat tinggal Liok to Mo-ong Wie It.
Gedung ini adalah hadiah dari Kaisar, sebuah gedung indah
berikut perabot rumah lengkap dan pelayan-pelayan cantik!
Akan tetapi, Kong Ji adalah seorang yang selalu tidak pernah
merasa puas akan keadaan dirinya. Sesungguhnya, kedudukan yang sekarang ia peroleh adalah kedudukan yang tinggi, namun baginya tidak ada artinya sama sekali, bahkan menambah nafsunya untuk
mencapai kedudukan yang paling tinggi. Oleh karena itu, diam-diam ia telah mengadakan hubungan dengan orang orang yang menjadi
mata-mata dari Temu Cin yang banyak berkeliaran di dalam kota
raja. Kong Ji memiliki kecerdikan luar biasa, dan ia mempunyai banyak sekali kaki tangan maka mudah baginya untuk menghubungi orang-orang kepercayaan temu Cin ini.
Ketika ia tiba di gedungnya, pelayan-pelayan menyambutnya dan
seorang di antaranya melaporkan bahwa semenjak tadi ada seorang tamu telah menunggunya.
"Siapa dia?" tanya Kong Ji.
"Menurut pengakuannya, dia saudagar kuda dan Pak-couw yang
akan menawarkan kuda yang baik, Tai- ciangkun," kata pelayan itu yang menyebut Tai-ciangkun (Panglima Besar) kepada Kong Ji.
Mendengar ini, Kong Ji cepat menuju ke kamar tamu. Seorang
laki laki pendek gemuk, berpakaian mentereng, usianya setengah tua, telah menantinya di situ. Laki-laki ini segera bangkit berdiri dan memberi hormat kepadanya. Untuk sejenak Kong Ji mernandang
tajam, mengingat-ingat di mana kiranya ia pernah melihat muka ini.
Akhirnya ia teringat bahwa orang ini adalah seorang di antara
panglima Temu Cin yang dahulu pernah dijumpainya.
"Hm, kau saudagar kuda yang hendak menawarkan kuda
kepadaku" Bagus, kalau kudamu memang baik, kau akan kuberi
hadiah. sebaliknya kalau kudamu jelek, kau mengganggu waktuku
dan akan kuberi hukuman!"
Orang itu tersenyum. "Kuda baik sekali, Tai-ciangkun!"
948 Kong Ji lalu membawanya ke dalam ruangan sebelah dalam
untuk bercakap-cakap. Setelah mereka berada berdua saja, sikap Kong Ji berubah. Sekali bergerak ia sudah menangkap pundak orang itu dan kata-katanya mendesis dari bibirnya.
"Apa niatmu datang di sini" Sekali saja kau membuka mulut
busuk, nyawamu akan rnelayang!" Orang itu nampak ketakutan.
"Tidak, Talhiap. Hamba datang membawa surat dari pemimpin
hamba, Khan Muda yang besar!"
Kong Ji melepaskan pegangannya. "Apa maksudmu" Temu Cin
mengutusmu?"
Orang itu meringis-ringis dan memijit-mijit pundaknya yang sakit.
"Bukankah Taihiap yang mengadakan hubungan dengan mata-mata
kami" Nah, pemimpin kami telah menerima laporan tentang
kedudukan Taihiap di sini, oleh karena itu Khan Muda yang besar telah mengutus hamba menyerahkan tanda persahabatan ini berikut surat pengantarnya."
Orang itu mengeluarkan dari sakunya sebuah bungkusan kuning
dan dengan jari tangan penuh gairah dibukanya bungkusan ini,
isinya ternyata sebuah patung kuda terbuat dari batu giok yang luarbiasa indahnya. Tubuh patung itu terbuat dari batu giok putih dan kebiru-biruan, di bagian ekor dan kepalanya, sedangkan
sepasang mata patung itu terbuat dari batu giok merah. Indah
bukan main. Kong ji memandang kagum dan matanya yang tajam dapat
menaksir harga puluhan ribu tail untuk benda ini. Kemudian ia
membawa suratnya. Suratnya itu panjang lebar dan isinya mengajak ia bersekutu dan mengharapkan bantuannya dari dalam apabila
Temu Cin bergerak menyerang Kerajaan Kin. Tentu saja di situ
dijanjikan pangkat yang tinggi bahkan Temu Cin tanpa ragu-ragu hendak mengangkat Kong Ji menjadi raja muda!
Dengan surat ini Kong Ji melihat anak tangga yang akan
membawa naik dalam kedudukan yang akan mendekatkan ia pada
cita-citanya yakni menduduki pangkat yang paling tinggi. Dengan wajah berseri ia lalu masuk ke dalam, lalu memasuki sebuah kamar di mana terdapat seorang laki-laki muda yang sedang melatih diri 949
bersilat dengan cepat. Kong Ji memandang sebentar menganggukangguk. "Bagus, kau sudah ada kemajuan, lanjutkan sebaik- baiknya,"
katanya. Laki-laki itu terus saja bersilat, nampaknya girang
mendengar pujian ini. Selanjutnya Kong Ji tidak mempedulikannya dan mencari alat tulis, menulis surat balasan untuk Temu Cin yang maksudnya menerima baik persekutuan minta Temu Cin bersabar
dan menanti saat yang baik. Kelak Kong Ji akan memberi kabar
kalau saat baik itu sudah tiba.
Tak lama kemudian Kong Ji keluar kembali dan menutupkan
pintu kamar di mana orang laki-laki itu masih terus berlatih
menemui kembali tamunya dan menyerahkan surat balasan
kepadanya. "Sampaikan terima kasihku kepada Temu Cin Taijin," katanya,
kemudian disambungnya cepat-cepat. "Dan hati- hatilah jangan
sampai ada yang melihat surat ini." Orang nu mengangguk-angguk dan tersenyum, kemudian keluar diantar oleh Kong Ji sampai di
ruangan depan. "Tai-ciangkun, terima kasih atas penerimaan yang baik ini. Akan hamba carikan pesanan Ciangkun," kata utusan Mongol itu,
kemudian sambil membongkok-bongkok ia keluar dari situ. Para
pelayan yang melihatnya pasti akan mengira bahwa benar-benar ia seorang saudagar kuda karena memang mereka semua tahu bahwa
panglima muda yang baru ini sedang mencari kuda yang baik dan
kuda yang sudah tersedia di situ semua dicela dan dinyatakan
kurang baik. Adapun Kong Ji setelah melihat mata-mata Mongol itu pergi,
rnerasa tidak enak hati. Orang itu membawa suratnya kepada Temu Cin. Kalau ada orang melihat surat itu... celakalah dia, semua cita-citanya akan hancur. Padahal ia sedang mendapat berita dari kaki tangannya yang ia angkat menjadi pembantu-pembantunya di
lingkungan istana, bahwa Gak Soan Li berada di istana Pangeran Wanyen Ci Lun.
Ia makin tidak senang kepada pangeran itu dan menganggap
pangeran itu sebagai sebuah penghalang yang berbahaya dan yang 950
harus cepat-cepat disingkirkan. Sekarang, selagi ia belum sempat menjalankan siasatnya menyingkirkan Pangeran Wanyen Ci Lun, ia harus hati-hati, harus dapat mengambil hati Kaisar dan sedapat mungkin mencari kesalahan Pangeran Wanyen Ci Lun. Akan tetapi
tiba-tiba muncul mata-mata itu dan kalau sampai Pangeran Wanyen Ci Lun mengetahui tentang suratnya kepada Temu Cin.!
Makin tidak enak hati Kong Ji, maka ia pun lalu keluar dari
gedungnya. Maksudnya ia hendak menyusul dan mengawani matamata itu sampai keluar dari kota raja dengan aman. Akan tetapi hati Kong Ji berdebar cemas ketika melihat ke depan, mata-mata itu
tengah bicara dengan Pangeran Wanyen Ci Lun!
Entah bagaimana pangeran itu tiba-tiba saja muncul di satu
tikungan dan menegur mata-mata itu.
"Siapakah kau" Aku belum pernah melihatmu!"
Mata-mata itu bukan seorang bodoh ia dapat melihat bahwa
yang menegurnya tentu seorang bangsawan tinggi, maka cepat ia
memberi hormat dan berkata,
"Hamba Tan Sam pedagang kuda, baru saja hamba mendapat
pesanan kuda tunggangan dari utara yang berbulu putih dipesan
olah Tai-ciangkun yang muda...." ia menoleh dan menuding ke arah gedung Kong Ji, kemudian ia melihat Kong Ji, maka disambungnya kata-katanya. "Ah, kebetulan sekali. Tai-ciangkun keluar menuju ke sini. Beliau yang memesan kuda."
Pangeran Wanyen Ci Lun tersenyum ketika Kong Ji sudah tiba di
situ, kata nya,
"Liok Kong Ji Sicu memesan kuda tunggangan yang baik,
kebetulan sekali aku pun membutuhkan seekor. Tan Sam," mari kau ikut aku ke gedungku, kaulihat-lihat semua kudaku di situ dan
bicara tentang pesanan kuda. Aku ingin mendapatkan kuda utara
yang baik, akan tetapi yang lebih baik daripada semua kudaku yang berada di sini."
Mata-mata itu ragu-ragu. Kong Ji berubah air mukanya.
"Siauw-ongya, aku masih belum percaya bentul kepadanya.
Kebanyakan tukang kuda suka membohong. Biar dia buktikan dulu
951 kuda yang kupesan, kalau baik, biarlah aku mengalah dan
memberikan kuda itu kepada Siauwongya!" kata Kong Ji.
"Liok sicu, mengapa begitu" Tak usah repot-repot, biar aku
memesan sendiri kepadanya. Tan Sam, mari ikut aku. Eh, mengapa kau ragu-ragu" Bukankah kau tukang kuda dan akan melayani
pesanan siapapun juga?" Aku berani membayar mahal daripada janji Liok-sicu ini kepadamu!"
"Ampunkan hamba, Siauw-ongya. Biarlah lain kali hamba akan
menghadap dan membawa beberapa ekor kuda terbaik. Sekarang
hamba tidak ada waktu lagi, dan harus pergi cepat untuk
mencarikan kuda pesanan Liok-ciangkun."
"Kau tukang kuda berani
membantah perintahku?"
Wanyen Ci Lun membentak
dan mengulur tangan
kanannya untuk menangkap
pundak Tan Sam. Akan tetapi
Tan Sam sudah lebih dulu,
menjatuhkan diri dengan
gerakan yang gesit sekali
selanjutnya Tan Sam hendak
melarikan diri.
"Berhenti kau!" Wanyen Ci
Lun melangkah maju dan
menyerang dengan tangan
mencengkeram. "Siauw-ongya, untuk apa


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertengkar dengan tukang
kuda yang hina!" kata Kong
Ji dan pemuda ini diam-di am mengerahkan tenaga Tin-san-kang,
memukul ke arah lengan tangan Wanyen Ci Lun yang
mencengkeram pundak Tan Sam.
Akan tetapi alangkah heran hati Kong Ji ketika melihat pangeran itu masih melanjutkan cengkeramannya dan di lain saat Tan Sam
sudah kena dicengkeram pundaknya sehingga mata-mata itu
952 mengeluh kesakitan dengan muka pucat, sedangkan Pangeran
Wanyen Ci Lun seakan-akan tidak merasa apa-apa dan seolah-olah Pukulan Tin-san-kang dari Kong Ji tadi sama sekali tidak pernah ada"
Wanyen Ci Lun menyeret Tan Sam menuju ke gedungnya, dan
Kong Ji berdiri dengan muka pucat sekali. Bagaimana Wanyen Ci
Lun dapat menahan Pukulan Tin- san-kangnya tanpa merasa
sedikitpun juga" Kong Ji mengayun tangannya itu ke bawah dengan tenaga Tin-san-kang dan... "Brakk!" sebuah batu hancur terkena Pukulan Tin-san- kang!
"Apakah aku sedang mimpi...?" ia berbisik kepada diri sendiri
lalu cepat-cepat ia berlari ke gedungnya.
Betulkah Kong Ji sedang mimpi" sama sekali tidak. Kejadian tadi sama sekali tidak ada keanehannya, karena Pangeran Wanyen Ci
Lun yang tadi kuat menerima pukulan Tin-san-kang sebetulnya
adalah pangeran palsu. yakni Wan Sin Hong sendiri" Dalam
pengejarannya terhadap Kong Ji, Sin Hong telah menyelundup
kedalam kota raja dan bersembunyi di gedung Wanyen Ci Lun.
Biarpun di mana- mana telah diumumkan pengejaran dan
penangkapan baginya, namun di istana ini ia malah aman! Dengan pakaian yang sama dengan pakaian Pageran Wanyen Ci Lun, ia
bebas pula mengawasi gerak-gerik Liok Kong Ji.
Di dalam sebuah kamar besar, di mana berkumpul Pangeran
Wanyen Ci Lun, Lie Bu Tek, Go Hui Lan dan Coa Hong Kin yang juga telah menyelundup mencari perlindungan dan keamanan di gedung
Pangeran Wanyen Ci Lun, Sin Hong melempar tubuh pendek gemuk
dari Tan Sam. Tan Sam berlutut dan tidak berani berkutik lagi. Sin Hong
memperlihatkan surat yang sudah dirampasnya dari saku baju Tan Sam, yakni surat dari Liok Kong Ji kepada Temu Cin. Membaca surat ini, muka Wanyen Ci Lun menjadi merah padam.
"Keparat besar Liok Kong Ji itu. Biar kubawa surat ini kepada
Kaisar agar ia ditangkap dan dihukum!"
Akan tetapi Sin Hong mencegahnya. "Nanti dulu Siauw- ongya.
Tak perlu tergesa-gesa, karena hal itu akan percuma saja. Sebelum Siauw-ongya menyerahkan surat kepada Hongsiang tentu penjahat
953 itu akan turun tangan lebih dulu. Apa lagi ia mengira hamba tadi sebagai Siauw-ongya, maka dengan pancingan mata-mata hina ini, dia pasti akan datang untuk merampas kembali suratnya. Nah,
biarlah kita pancing dia datang dan kalau dia muncul, biar hamba yang akan menangkapnya. Dengan demikian, tidak saja akan aman
bagi Siauw-ongya, juga mudah bagi kita untuk mendakwanya di
depan Kaisar. Harus diingat bahwa mungkin sekali di dalam istana ini, kaki tangan Kong Ji sudah banyak sekali. Kita harus berlaku rahasia dan berhati-hati."
Wanyen Ci Lun menyetujui usul ini, maka mata-mata itu setelah
ditotok lalu dilempar ke dalam kamar tahanan dan sambil duduk di atas kursi, Sin Hong dengan pakaian seperti Wanyen Ci Lun
menjaganya. Sengaja tidak dilakukan penjagaan di luar kamar itu, dan tubuh Tan Sam diikat pada tiang.
Malam itu sunyi, Para pengawal istana yang melakukan
perondaan, selalu yang dijaga hanya sekeliling tembok istana saja, karena siapakah yang akan meronda ke dalam lingkungan istana"
Yang tinggal di situ hanya para pangeran dan pembesar yang
dipercaya penuh. Akan tetapi pada malam hari itu, beberapa belas bayangan hitam bergerak- gerak cepat sekali dan ringan laksana Iblis-Iblis malam gentayangan di atas genteng-genteng rumah yang tinggi- tinggi dan besar. Mereka mi adalah Liok Kong Ji dan sebelas orang kawan-kawannya yang menjadi kaki tangannya yang pada
siang hannya bekerja sebagai pelayan-pelayannya, bahkan ada yang menyelundup menjadi busu! Tentu saja mereka ini dapat bekerja di sini atas petunjuk Liok Kong Ji yang sudah mendapat kedudukan
dan kepercayaan dari Kaisar.
Sebelum berangkat, Kong Ji sudah mengatur siasat sehingga kini tanpa banyak suara lagi dua belas orang ini berpencar, Kong Ji bersama dua orang menuju ke istana Wanyen Ci Lun melalui
belakang, delapan orang lain dipecah dua, empat orang masingmasing dari kanan kiri dan seorang yang gerakannya gesit, masih muda dan pakaiannya sama dengan Kong Ji bergerak seorang diri
menyelinap di antara pohon-pohon menghampiri rumah gedung itu
dari bawah. 954 Di dalam kamar tahanan, Tan Sam masih diikat pada tiang di
pojok kamar itu. Wan Sin Hong masih duduk di kursi, menyamar
sebagai Pangeran Wanyen Ci Lun. Biarpun gerakan Kong Ji dan dua orang kawannya amat hati-hati dan perlahan, namun mereka tidak terlepas dari pendengaran Sin Hong yang amat tajam.
"Tan Sam, kau masih juga tidak mau mengaku?" Sin Hong tibatiba membentak Tan Sam sambil bangkit dari kursinya menghampiri tawanan itu. "Ceritakan, rencana apalagi yang diatur oleh Liok Kong Ji!"
Akan tetapi, Tan Sam telah ditotok urat gagunya, mana dapat
menjawab" Memang maksud Sin Hong bukan minta jawaban, hanya
untuk menipu Kong Ji agar ia benar-benar disangka Wanyen Ci Lun.
Tiba-tiba dari atas genteng terdengar sedikit suara, disusul
menyambarnya sinar hitam yang membuat pelita di kamar itu
bergoyang-goyang apinya dan di lain saat, leher Tan Sam menjadi lemas karena beberapa batang jarum hitam telah menembusi leher dan dadanya, membuat ia tewas seketika itu juga!
Sin Hong pura-pura kaget dan melangkah mundur sampai tiga
tindak dan matanya terbelalak memandang tiga bayangan orang
yang melayang turun dengan gerakan seringan burung-burung
walet. Kong Ji yang paling dulu turun sudah mencabut Pak-kek-sinkiam dan dengan pedang ini ia menodong dada Sin Hong.
"Pangeran Wanyen Ci Lun, kembalikan suratku yang
kautemukan di dalam saku Tan Sam!": ancamnya dengan suara
perlahan, ujung pedang Pak-kek-sin-kiam sudah menyentuh kulit
dada Sin Hong. Perbuatan ini saja sudah menjadi bukti bahwa Kong Ji sama
sekali tidak tahu bahwa yang dihadapinya bukan Wanyen Ci Lun,
melainkan Wan Sin Hong. Kalau ia tahu bahwa yang dthadapinya itu Sin Hong, belum tentu ia berani turun tangan. Atau kalaupun ia berani turun, sudah pasti sekali ia tidak berani menodong Sin Hong dengan Pak-kek-sin-kiam seperti itu. Perbuatan ini berbahaya sekali dan bukan merupakan pasangan ilmu silat yang baik.
Sin Hong melihat kesempatan amat baik ini, mana mau menyianyiakannya" Dengan gerakan yang cepat sekali, tubuhnya miring
955 sehingga ujung pedang meleset dari dadanya, tangan kiri memukul pangkal lengan kanan Kong Ji, tangan kanan merampas pedang dan kaki menendang lutut!
Kong Ji kaget setengah mati. Gerakan yang dilakukan oleh Sin
Hong adalah gerakan ilmu silat yang tinggi dan tidak disangkanya sama sekali pangeran yang ditodongnya itu dapat melakukan hal ini.
Ta masih belum menyangka jelek, maka sambil tersenyum
mengejek ia hanya mengelak dari tendangan lawan dan pukulan
tangan kiri pada pangkal lengannya di biarkan saja. Akibatnya hebat sekali, terdengar bunyi "krak!" dan tulang lengannya telah patah-patah dan di lain saat Pak-kek-sin-kiam sudah berpindah tangan!
"Celaka...!" Kong Ji melompat ke belakang sambil meringis
karena lengan kanannya sakit tak dapat digerakkan lagi. Otomatis tangan kirinya menyambit dengan beberapa Hek-tok-ciam seperti
yang tadi telah ia lakukan untuk membunuh Tan Sam. Akan tetapi, sambil tersenyum mengejek Sin Hong menyampok jarum-jarum itu
hanya dengan kebutan lengan baju tangan kiranya.
"Kong Ji apakah kau sudah buta tidak mengenal lagi padaku?"
katanya mengejek.
"Kau... kau Sin Hong...." kata-kata Kong Ji ini menyatakan putus asa. Pada saat itu, dua orang kawannya yang melihat Kong Ji
dilukai, dengan berbareng lalu menerjang maju dengan golok
mereka. Sin Hong tidak mau membuang waktu melayani segala macam
kaki tangan Kong Ji. Yang ia butuhkan adalah Kong Ji, mati atau hidup. Maka ia cepat memutar Pak-kek-sin- kiam dan golok itu
menjadi putus kedua-duanya! Akan tetapi dua orang itu bukanlah orang-orang biasa saja, melainkan anggauta-anggauta Twa-to Bupai yang sudah tinggi ilmu silatnya.
Mereka cepat menggulingkan diri dan sambil bergulingan mereka
menyerang Sin Hong dengan golok buntung mereka! Seranganserangan ini berbahaya juga, terpaksa Sin Hong melayani mereka dalam lima jurus barulah ia berhasil menusuk paha mereka,
membuat mereka lumpuh tak berdaya. Akan tetapi ketika ia
mengangkat muka, ternyata Liok Kong Ji sudah lenyap dari situ!
956 Sin Hong melompat keluar dari kamar tahanan itu, akan tetapi
keadaan amat gelap. Kong Ji ternyata telah memadamkan semua
penerangan di luar gedung dan penjahat itu tidak kelihatan lagi bayangannya. Tiba-tiba Sin Hong tertarik oleh suara orang-orang bertempur di ruangan tengah. Cepat ia menyerbu kesitu dan melihat Lie Bu Tek, Hui Lian dan Hong Kin tengah bertepur dikeroyok oleh delapan orang yang kepandaiannya tinggi. Sin Hong menyerbu
dengan pedangnya dan sebentar saja dua orang pengeroyok telah
roboh. Pada saat itu, terdengar bentakan nyaring dari suara wanita di sebelah dalam gedung.
"Gihu, Hui Lian dan Hong Kin, bantu sebelah dalam, biar aku
menundukkan anjing-anjing ini!" Sin Hong berseru sambil memutar pedangnya yang segera mengurung enam orang pengeroyok itu dan
tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk balas menyerang
atau melarikan. Seorang demi seorang roboh bagaikan rumput
dibabat. Setiap kali senjata mereka bertemu dengan Pak-keksinkiam, tentu patah-patah dan tubuh mereka menyusul terluka oleh pedang pusaka itu.
Sementara itu, Hui Lian dan Hong Kin, dan Lie Bu Tek cepat
berlari ke dalam. Hui Lian tadi mengenal suara Soan Li yang
memaki-maki, maka cepat ia lari ke kamar Soan Li yang sudah
diketahui di mana letaknya. Benar saja, dari kamar itu terdengar suara pedang berkali-kali, tanda bahwa di dalam kamar itu terdapat orang yang sedang bertempur.
"Jahanam Liok Kong Ji, mampuslah kau!" terdengar suara Soan
Li memaki marah. Tiga orang ini kaget sekali mendengar suara Soan Li cepat mereka menerjang pintu dan melompat masuk. Apa yang
mereka lihat" Pemandangan yang mengherankan juga
menggembirakan mereka.
Menyusul bentakannya tadi, ternyata Soan Li yang sedang
bertempur melawan Liok Kong Ji, telah berhasil menusuk
tenggorokan musuh besar itu sehingga pedangnya menembusi leher Liok Kong Ji yang menggeletak mandi darah dan tewas di saat itu juga. Yang mengherankan tiga orang ini adalah bagaimana Soan Li mengalahkan Kong Ji yang terkenal pandai itu, akan tetapi yang 957
menggembirakan adalah karena Kong Ji manusia iblis itu telah
tewas. Soan Li membanting pedangnya, menutupi mukanya dan
menangis terisak-isak. "Aku sudah dapat membunuhnya... aku
sudah berhasil membunuh si jahanam... tinggal anaknya, anak
durhaka itu harus kubunuh pula...!"
Hui Lian segera memeluk sucinya itu yang kemudian roboh
pingsan. Agaknya pertempuran tadi terjadi lama juga karena tubuh sucinya penuh peluh dan nampaknya lelah sekali. Selain kelelahan tubuh, juga rupanya Soan Li menerima pukulan batin yang hebat, maka ia roboh pingsan.
Pada saat itu. Sin Hong dan Wanyen Ci Lun muncul. Pangeran ini memang oleh Sin Hong diminta jangan keluar sebelum orang-orang jahat itu pergi, agar kehadirannya di rumah pangeran itu tidak ketahuan orang. Yang paling heran melihat Kong Ji menggeletak
tidak bernyawa di kamar Soan Li adalah Sin Hong. Ta melongo
beberapa lama, kemudian ia menghampiri mayat Kong Ji,
membungkuk dan meraba lengan kanan mayat itu. ia berdiri lagi, menarik napas panjang dan sambil menelan ludah tiga kali ia
berkata perlahan.
"Liok Kong Ji manusia jahanair telah mampus!"
Padahal di dalam hatinya, Sin Hong tahu betul, bahwa orang
yang menggeletak ini, biarpun air muka dan bentuk tubuhnya sama benar dengan Kong Ji, sebetulnya bukanlah Liok Kong Ji yang
sesungguhnya karena Kong Ji yang aseli telah patah tulang lengan kanannya, dan Kong Ji yang aseli biarpun telah patah lengannya, kiranya tak mungkin akan dapat dikalahkan oleh Gak Soan Li. Akan tetapi Sin Hong maklum bahwa dengan kematian Kong Ji, Soan Li
akan dapat "hidup" kembali, akan merasa puas dan selanjutnya
dapat hidup bahagia bersarna Wanyen Ci Lun yang mencintanya.
Akan tetapi tadi ia mendengar seruan Soan Li tentang anak yang hendak dibunuhnya, maka ia mendekati Hui Lian dan bertanya.
"Bagarmanakah dengan anak itu?"
"Anak itu selamat, berhasil dibawa lari oleh inang pengasuhnya dalam sebuah perahu dan sekarang berada di tempat aman. Anak
958 itu akan kami asuh, kami anggap sebagai anak kami sendiri," kata Hui Lian dengan terharu.
"Bagus," kata Wanyen Ci Lun setelah menyuruh pelayan
membawa Soan Li ke dalam kamar lain yang bersih. "Terima kasih atas kebaikan hatimu itu, Go-lihiap. Tentang Soan Li, jangan
khawatir, selama ia suka tinggal di sini, aku akan melindunginya dan aku akan mendatangkan bahagia dalam hidupnya. Adapun tentang
kalian bertiga dengan Wan- taihiap, aku akan menghadap Kaisar
dan mintakan supaya ancaman terhadap kalian dihapuskan
mengingat bahwa kalian yang telah berhasil membasmi pengkhlanat Liok Kong Ji yang mempunyai mat bersekutu dengan musuh
menggulingkan kerajaan."
Demikianlah sambil memperhatikan surat bukti tulisan Liok Kong Ji kepada Temu Cin, Pangeran Wanyen Ci Lun berhasil meyakinkan kebersihan hati Wan Sin Hong. Coa Hui Lian clan Coa Hong Kin dan membebaskannya, bahkan mengirim sejumlah uang untuk
membangun kembali Pulau Kim-bun-to yang telah rusak. Hui Lian
dan suaminya kembali ke pulau itu untuk membangun kembali
tempat tinggal mereka dan membawa anak laki-laki dari Soan Li
yang mereka anggap sebagai anak sendiri.
Adapun Sin Hong tahu bahwa sesungguhnya Liok Kong Ji masih
belum meninggal, diam-diam meninggalkan kota raja, dan biarpun ia tidak secara terang-terangan mencari Kong Ji yang ia sendiri sudah mengabarkan tewas namun diam-diam ia selalu memasang
telinga untuk melihat kalau- kalau manusia iblis itu muncul kembali.
Di samping itu, Sin Hong mulai aktip dengan tugas yang ia pimpin, yakni menjadi bengcu dan semua orang kung-ouw, meliputi seluruh partai di dunia persilatan. Pemuda ini pergi ke Luliang-san dan bertempat tinggal di sana sambil memperdalam ilmu pedangnya.
Setelah Pak-kek-sin-kiam terjatuh kedalam tangannya, kini ia
dapat memperdalam ilmu pedangnya, karena memang ilmu pedang
yang ia warisi dari mendiang Pak Kek Siansu, hanya dapat sempuma kalau dimainkan dengan pedang Pak kek-sin-kiam.
-oo0mch-dewi0oo959 Sementara itu, di daerah utara, nampak seorang pemuda
berjalan di jalan raya yang sunyi, menuju ke utara. Pemuda ini tinggi kurus bermuka pucat dan mukanya yang agak muram itu
mencerminkan kekesalan hati. Kadang-kadang ia mengerutkan
giginya dan berbisiklah ia,
"Awas kau Sin Hong! Awas kau Kerajaan Cin! Akan datang
masanya Liok Kong Ji kemball membalas dendam!"
Memang, pemuda nu bukan lain adalah Liok Kong Ji yang
sebenarnya memang tidak mati. Orang yang mati terbunuh oleh
Soan Li adalah Kwee Tiong Sek seorang penjahat muda yang
mempunyai muka dan bentuk tubuh sama dengan Kong Ji.
Sebenarnya bukan sama betul, hanya karena pandainya Kong Ji
mencari ahli untuk merubah sedikit bentuk muka dan rambut Kwee Tiong Sek, maka memang sepintas lalu saja orang takkan dapat
membedakan. Kong Ji memang sengaja menggunakan Kwee Tiong
Sek untuk menjaga-jaga kalau ia gagal dalam siasat dan
rencananya, ia dapat menghilang dan meninggalkan Kwee Tiong
Sek sebagai gantinya. Memang siasatnya ini juga berhasil, karena sekarang di dunia ini, kecuali Sin Hong, tidak ada yang tahu bahwa Liok Kong Ji sebenarnya masih hidup dan sekarang sedang menuju ke utara dengan niat hendak mencari dan mengadakan hubungan
dengan Temu Cin!
Dan sampai di sini tamatlah cerita PEDANG PENAKLUK IBLIS (Sin
Kiam Hok Mo) ini, dan pengalaman selanjutnya dari tokoh di dalam cerita ini akan dapat dijumpai kembali dalam ceritera yang lebih hebat daripada Sin Kiam Hok Mo, ceritera yang sengaja dikarang oleh Asmaraman S. Kho Ping Hoo sebagai lanjutan daripada Sin
Kiam Hok Mo, yaitu ceritera serem indah memikat "SI TANGAN
GELEDEK". TAMAT 960 Pendekar Pemetik Harpa 30 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Pendekar Remaja 8

Cari Blog Ini