Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 9
memandangnya dengan bibir tersenyum. Adapun Soan Li setelah
mengerahkan tenaga dalam untuk mengusir rasa sakit pada kedua
pahanya, kini duduk tak bergerak dengan mata dipejamkan tanda
bahwa gadis ini dalam keadaan samadh atau setengah pingsan.
Hanya orang yang sudah matang latihan samadhi dan pengaturan
napas saja yang dapat duduk dan tidak roboh biarpun berada dalam keadaan setengah pingsan.
416 "Setan cilik, siapa kau?"
Pemuda Itu menjawab dengan suara yang halus dan tenang.
"Sudah tahu aku setan cilik mengapa kau bertanya lagi" Aku setan cilik yang datang mencegah iblis gede yang hendak
membunuh seorang gadis tak berdaya."
Dapat dibayangkan betapa marahnya Giok Seng Cu. Tokoh-tokoh
besar di dunia kang-ouw tidak ada yang berani main-main
dengannya, akan tetapi pemuda yang datangnya amat
mengherankan itu seperti setan yang datang tanpa menimbulkan
suara sehingga telinga Giok Seng Cu yang amat terlatih sekalipun tidak dapat menangkap sesuatu suara kini berani bicara main-main dengannya seperti seorang anak nakal kepada temannya.
"Kau sudah bosan hidup!" bentaknya marah dan biarpun pundaknya sudah terluka oleh tusukan pedang, Giok Seng Cu
memaksa diri mendorong pemuda ini dengan Ilmu Pukulan Tin-sankang! Dalam marahnya, ia hendak bikin mampus pemuda itu
dengan sekali pukul. Giok Seng Cu terkejut sendiri melihat pemuda itu sama sekali tidak bergerak untuk menangkis atau mengelak.
Pukulannya yang dahsyat itu diterima begitu saja dengan dada
terbuka! Akan tetapi, watak yang kejam dari Giok Seng Cu tidak membuat ia merasa menyesal atau mengurangi daya pukulannya. Ia hanya merasa geli akan ketololan pemuda itu.
"Buk'" dada itu kena pukul dan tubuh pemuda itu bagaikan sebuah bola karet terlempar jauh, bahkan terlemparnya agak ke
atas seperti bola ditendang. Giok Seng Cu merasa betapa kepalan tangannya mengenai dada yang empuk seakan-akan dada pemuda
itu tidak bertulang. Akan tetapi ia tidak peduli karena sudah merasa pasti bahwa dada itu tentu remuk sebelah dalamnya, maka tanpa
menengok lagi bagaimana keadaan pemuda yang telah dipukulnya
itu, ia melangkah maju hendak turun tangan terhadap Soan Li.
Akan tetapi, ia kembali menahan langkahnya dan hampir saja ia
mengelukan seruan kaget dan herannya. Entah kapan karena ia
tidak melihat gerakanya, tahu-tahu pemuda aneh yang dipukulnya tadi telah berdiri di hadapannya lagi sambil tersenyum-senyum!
417 "Setan gede, masih ada lagikah pukulan tahumu" Enak sekali rasanya, pingangku yang tadinya pegal-pegal menjadi sembuh
seketika. Terima kasih," kata pemuda itu.
Giok Seng Cu memandang dengan mata terbelalak. Kalau tidak
mengalaminya sendiri, pasti ia takkan dapat percaya. Ia biasanya membanggakan Tin-san-kang karena merasa yakin akan
keampuhan ilmu pukulan itu. Bahkan See-thian Tok-ong sendiri
takkan mampu menerima pukulannya tadi tanpa menderita luka.
Akan tetapi pemuda ini secara gaib telah datang lagi dan minta tambahan! Bahkan mendiang suhunya sendiri, Pak Hong Siansu,
takkan mungkin sanggup menerima Tin-san-kang tanpa terluka.
Entah kalau Pak Kek Siansu supeknya, karena ia tahu bahwa
supeknya itu memiliki sinkang yang hebat dan kesaktian seperti seorang dewa. Akan tetapi, mungkinkah pemuda yang belum dua
puluh tahun usianya ini dapat memiliki kepandaian seperti Pak Kek Siansu" Tidak mungkin! Barangkali ini hanya kebetulan saja dan mungkin tadi ia kurang tepat mengerahkan tenaganya. Ataukah
tenaga Tin san-kang-nya tiba-tiba bocor dan tidak ampuh lagi"
Giok Seng Cu menggerak-gerakkan kedua lengannya. Terdengar
suara berkerotokan dari tulang-tulangnya dan ia masih merasa
hawa panas mengalir di kedua lengannya, tanda bahwa hawa Tinsan kang dalam tubuhnya masih belum lenyap. Ia masih penasaran.
Dengan sembarangan kedua tangannya digerak-gerakkan ke kanan
kiri dan batu-batu yang berada di atas tanah menjadi pecah!
"Eh, setan gede. Apakah kau sedang menjual obat dan
memamerkan ilmu sulap?" pemuda itu mengejek lagi.
Giok Seng Cu menjadi mata gelap saking marahnya. ia
mengeluarkan bentakan keras dan kedua tangannya yang dikepal
kini sekaligus menghantam dada pemuda itu. Seperti tadi, pemuda itu tidak mengelak sama sekali. hanya kedua kakinya tiba-tiba
menegang dan ia memasang bhesi (kuda-kuda) yang kokoh kuat.
"Bukk!!" Suara bertemunya kedua kepalan tangan dan dada kini jauh lebih nyaring dari pada tadi dan akibatnya sungguh ajaib.
Bukan pemuda itu yang dadanya hancur atau tubuhnya mencelat,
sebaliknya cubuh Giok Seng Cu yang kini terpental seakan-akan
sehelai daun kering tertiup angin. Kemudian tubuhnya jatuh
418 berdebuk ke atas tanah, debu mengepul dan Giok Seng Cu duduk
dengan mata terbelalak memandang kepada pemuda itu. Kepalanya
bergoyang-goyang karena ia merasa pening sekali, telinganya
mendengar suara mengiang. Ia tahu bahwa ia telah terluka oleh
hawa pukulan Tin-san-kang. Ketika kedua tangannya bertemu
dengan pemuda itu, hawa pukulannya telah bertemu dengan tenaga yang luar biasa sehingga hawa pukulannya Tin-san-kang membalik lalu menyerang tubuhnya sendiri, senjata makan tuan! Giok Seng Cu cepat memejamkan mata dan mengatur pernapasan dan tidak lama
kemudian ia dapat mengatasi dirinya. Kalau ia terlambat melakukan usaha ini, pasti isi perutnya akan luka-luka dirusak akibat
membaliknya Tin-san-kang tadi.
Setelah dirinya terbebas dari ancaman maut, Giok Seng Cu
membuka mata dan menengok. ia melihat pemuda itu telah berlutut di dekat tubuh Soan Li yang kini telah berbaring telentang. Pemuda itu demikian sibuk menolong Soal Li sehingga sama sekali tidak mempedulikan lagi, seakan-akan sudah lupa kepadanya.
Giok Seng Cu berbangkit perlahan berdiri dan memandang ke
arah pemuda itu dengan muka menyatakan kengerian hatinya
seperti seekor tikus melihat kucing. Kemudian ia melompat dan lari tunggang langgang dari tempat itu.
"Siapa dia...?" pertanyaan ini berulang kali mengiang di telinga hati Giok Seng Cu. Baru kali ini selama hidupnya melarikan diri ketakutan melihat seorang pemuda yang tidak terkenal sama sekali.
Padahal pemuda itu sama sekali belum pernah menggerakkan jari
tangannya untuk menyerangnya.
"Sungguh memalukan'" Giok Seng Cu mengeluh kalau teringat akan keadaannya yang memalukan, "Siapa dia begitu lihai?"
Mengingat kembali akan wajah pemuda itu, senyumnya, matanya, ia merasa pernah bertemu dengan pemuda itu, entah di mana ia lupa lagi. Di dalam dunia ini sudah banyak sekali. ia bertemu orang, maka tidak ingat lagi di mana ia pernah bertemu dengan muka itu, dengan senyum yang mengejek dan membayangkan ketabahan
hati, dengan sinar mata yang demikian tajam menusuk kalbu. Siapa dia..."
419 Ya, siapa dia" Siapa pemuda yang sederhana dan sakti ini"'
Pembaca tentu dapat mengenalnya. Benar, dia bukan lain adalah
Wan Sin Hong, pemuda yang semenjak kecilnya menderita hebat
tiada hentinya. Banyak kaum arif bijaksana berkata bahwa
penderitaan pahit getir yang dialami di waktu kecil, akan
mendatangkan kebahagiaan di waktu tua. Bagi Wan Sin Hong yang
di waktu masih kecil menderita banyak kesengsaraan hidup, siksaan lahir batin dan beberapa kali nyawanya tergantung di sehelai
rambut, memang pada masa ini tak dapat dikatakan telah menemui bahagia. Akan tetapi tidak dapat disangkal pula bahwa ia telah mendapatkan keberuntungan yang luar biasa besarnya. Tidak saja ia telah mewarisi isi kitab Pak Kek Siansu dan telah mempelajari sampai sempurna betul isi kitab itu, yakni Ilmu Silat Pak kek Sinciang dan ilmu-ilmu lweekang sehingga di dalam tubuhnya telah
mengalir sinkang (hawa sakti) yang dahsyat tenaganya, akan tetapi juga ia telah matang dalam ilmu pengobatan setelah ia menjadi
murid dan ahli waris dari mendiang Kwa Siucai, raja pengobatan nomor satu di dunia pada waktu itu. Di samping itu semua,
sebagaimana telah dituturkan bagian depan dari cerita ini, Sin Hong keluar dari tempat pertapaan dan berhasil bertemu dengan Lie Bu Tek ayah angkatnya. Kemudian Lie Bu Tek yang sudah buntung
lengannya itu ikut dengan Sin Hong menuju ke puncak Luliang-san dan ikut pula memasuki gua rahasia sehingga kedua orang ini
berlatih dan bertapa di dalam tempat rahasia itu sampai bertahun-tahun, tanpa diketahui oleh orang lain.
Kurang lebih lima tahun Sin Hong dan Lie Bu Tek bersembunyi di tempat itu, yakni di dalam jurang tak berdasar yang berada di
puncak Luliang-san, yang sebetulnya merupakan lereng tersembunyi dari bukit itu. Kalau Sin Hong memperdalam latihan ilmu silat
berdasarkan Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang sehingga ia dapat
memperoleh kesempurnaan dalam ilmu silat itu, adalah Lie Bu Tek juga tidak tinggal diam. Di bawah petunjuk anak angkatnya yang kini memiliki kesaktian tinggi itu, Lie Bu Tek telah dapat merangkai Ilmu pedang baru yang tentu saja berdasarkan ilmu pedang Hoasan-pai, akan tetapi ilmu pedang ini sekarang jauh lebih kuat dan cepat, dan ilmu pedang ini adalah ilmu pedang yang khusus
dimainkan oleh seorang yang buntung sebelah tangannya. Setelah 420
lima tahun lewat, kini Lie Bu Tek sekarang bukan Lie Tek dahulu lagi.
Biarpun kini ia hanya mainkan pedang dengan tangan kiri dan
tangan kanannya yang buntung tidak dapat melakukan gerakan
sebagai imbangan, namun kalau dibandingkan dengan keadaannya
dahulu sebelum lengannya buntung, kiranya lima orang Lie Bu Tek dahulu dengan 1ima pasang lengan belum tentu akan dapat
menangkan seorang Lie Bu Tek sekarang dengan sebuah lengan kiri saja! Hal ini bukan karena ilmu pedangnya memang menjadi jauh
lebih kuat, akan tetapi juga sebagian besar karena tenaga lweekangnya sudah jauh lebih tinggi daripada dahulu.
Adapun kebaikan yang didapatkan oleh Sin Hong setelah ia
berkumpul kembali dengan gihunya, adalah pelajaran ilmu bathin dan nasihat-nasihat berharga yang ia terima dari ayah angkatnya, yang membuat jiwanya lebih masak lagi dan pandangannya lebih
jauh. Apalagi karena sekarang Lie Bu Tek menjalani hidup suci
seperti seorang pertapa, maka tentu saja ia mengajar anak
angkatnya tentang filsafat-filasafat hidup yang dalam dan amat penting bagi bekal hidup seorang muda.
"Sin Hong, pengaruh yang amat berbahaya dan yang perlu kita kekang dan kalahkan adalah pengaruh yang timbul dari dalam diri sendiri. Pengaruh perasaan dan nafsu amat jahatnya sehingga
orang-orang cerdik pandai jaman dahulu selalu menyatakan bahwa mengalahkan musuh tangguh bukanlah hal yang terlalu luar biasa, akan tetapi mengalahkan diri sendiri adalah hal yang patut dikagumi karena ini menandakan sifat seorang kuncu (budiman)."
"Apakah yang Gihu maksudkan dengan mengalahkan diri sendiri itu" tanya Sin Hong yang ingin tahu lebih jelas tentang filsafat.
"Mengalahkan diri sendiri berarti mengalahkan segala rasa dan pikiran yang ditunggangi oleh nafsu buruk. Rasa yang bersih adalah rasa perikemanusiaan yang tidak dipengaruhi oleh nafsu, dan
bertindak menurutkan rasa yang bersih itu adalah tugas seorang manusia karena rasa ini datangnya dari Thian Yang Maha Kuasa dan sifatnya suci. Rasa yang bersih ini sudah disaring oleh kesadaran sudah ditimbang oleh pertimbangan akal budi, sesuai dengan suara dan kehendak Thian yang selalu berkembang di dalam batin
421 seorang kuncu (budiman). Sebaliknya, kalau kita tidak dapat
mengekang dan mengendalikan nafsu sehingga rasa ditunggangi
oleh nafsu, tindakan kita akan menyeleweng. Nafsu membutakan
kesadaran melemahkan pertimbangan dan menutupi telinga batin
sehingga tidak mendengar kumandang suara Thian. Nah, karena itu ingatlah selalu, Sin Hong, bahwa musuh yang paling lihai di dunia adalah diri kita sendiri. Maka berhati-hatilah, karena musuh ini bekerja dengan halus, tidak peduli kau berada di mana, tiba-tiba saja ia akan menyerang tanpa dapat kau lihat atau dengar lebih dulu."
Sampai lama Sin Hong termenung untuk menangkap sari
pelajaran dari ayah angkatnya ini.
"Gihu, bagaimanakah kalau nafsu amarah timbul apabila kita melihat musuh besar kita" Bagaimana harus anak lakukan kalau ada orang telah menyakitkan hati kita?"
Lie Bu Tek diam-diam maklum ke mana maksud tujuan
pertanyaan ini. Bocah ini memang mendendam sakit hati yang amat besarnya. Ayah bundanya dibunuh orang, kemudian semenjak
kecilnya telah mengalami berbagai hal yang menimbulkan sakit hati.
Peristiwa di Hoa-san-pai, terbunuhnya Liang Gi Tojin, terbuntungnya lengan tangan Lie Bu Tek sendiri, lalu perbuatan Liok Kong Ji
sebagai siksaan yang diderita dan percobaan pembunuhan oleh
orang-orang Im-yang-bu-pai, kemudian usaha pembunuhan yang
dilakukan oleh Giok Seng Cu kepadanya, semua itu merupakan
pengalaman pahit getir yang tentu telah melukai hati anak ini, yang dapat menimbulkan dendam dan sakit hati yang amat mendalam.
"Sin Hong, dendam dan sakit hati juga timbul dari nafsu, atau lebih tepatnya itu adalah nafsu yang berganti rupa. Oleh karena itu, kita jangan terseret olehnya dan kita harus lebih mendengarkan suara batin yang disaring oleh kesadaran dan pertimbangan.
Menurutkan suara dendam dan sakit hati secara buta, sama halnya dengan menutup mata dan membiarkan kita terseret oleh seekor
kuda liar. Bagiku, kalau ada balas membalas yang harus dilakukan, maka hanya budi kebaikan saja yang kita harus balas. Budi kebaikan yang sudah dilepas orang kepada kita, harus kita ingat selalu dan kita balas sedapat mungkin. Ada pun tentang sakit hati, kalau
422 sekiranya kita yang disakiti orang dan hal itu sudah lampau, tiada gunanya kita balas dengan kejahatan pula."
Sin Hong nampak tidak puas. "Akan tetapi Gihu, apakah
perbuatan manusia manusia jahat yang dilakukan kepada kita itu tidak harus kita balas" Apakah kejahatan mereka itu harus
didiamkan saja" Kalau begitu akan tidak ada guna kita belajar ilmu kepandaian, Gihu."
Lie Bu Tek tersenyum, senyum ramah yang sekaligus
mendinginkan otak Sin Hong yang panas.
"Sin Hong. Nabi pernah berkata bahwa kebaikan harus kita balas dengan kebaikan pula, akan tetapi kejahatan harus ditindas dengan keadilan! Untuk menanggulangi kejahatan, tidak baik dipakai istilah membalas atau balas dendam. Kalau orang berbuat jahat kepada
kita lalu kita balas, bukankah itu berarti bahwa kita pun ketularan dan menjadi jahat" Tidak, Sin Hong. Kita harus sadar dan kita harus mempergunakan keadilan. Sudah tentu kewajiban orang gagah
adalah membasmi kejahatan, akan tetapi ingat perbuatan ini sama sekali lain artinya dengan pembalasan. Kalau kita membasmi
seorang penjahat tak baik kalau kita lakukan dengan dasar bahwa orang itu merugikan atau menjahati kita akan tetapi kita lakukan dengan dasar bahwa orang itu berbahaya untuk umum dan bahwa
membasmi orang itu akan berarti keamanan bagi umum. Sebaliknya kalau orang yang tadinya kita anggap jahat kemudian ternyata
bahwa ia telah berubah baik dan telah sadar akan kesesatannya, kita tidak berhak membunuhnya."
Sin Hong mengerti akan isi dari pada pelajaran ini, namun ia
masih bingung karena dalam mengajukan pertanyaan tadi, ia
teringat akan musuh-musuhnya yang demikian banyaknya.
"Gihu bagaimana pandangan Gihu tentang musuh?"
"Sin Hong yang punya musuh hanyalah negara. Bagi kita, tidak ada gunanya sama sekali. Thian melahirkan manusia- manusia
untuk saling bekerja sama dan bersatu. Oleh karena itu, bagiku, seribu orang sahabat baik masih terlampau sedikit, sebaliknya, seorang musuh sudah terlampau banyak. Kalau kita berjuang
membela negara kita memang sudah seharusnya membasmi musuh
423 negara, bukan berdasarkan kebencian kita terhadap mereka sebagai manusia terhadap manusia, melainkan berdasarkan tugas suci kita sebagai pembela negara (patriot) terhadap musuh negara. Dengan selalu mengekang nafsu, segala perbuatan kita tidak ditunggangi oleh nafsu, melainkan perbuatan yang dilakukan penuh kesadaran dan perhitungan."
"Anak mulai mengerti dan terbuka mata anak oleh uraian Gihu.
Akan tetapi, bagaimana aku harus bersikap terhadap seorang
seperti Ba Mau Hoatsu yang telah membunuh Ayah Bundaku?"
"Ba Mau Hoatsu semenjak dahulu memang jahat. Entah berapa banyak manusia tidak berdosa yang menjadi korban kejahatannya.
Kalau sampai sekarang dia tidak berubah dan masih jahat,
jangankan dia membunuh Ayah Bundamu, biarpun tidak demikian,
sudah menjadi kewajibanmu untuk membasmi dia demi menolong
orang-orang lemah yang selalu menjadi korban."
"Bagaimana dengan Kong Ji manusia hianat itu, Gihu?"
Lie Bu Tek menarik napas panjang. "Anak itu di waktu kecilnya memang telah memperlihatkan watak yang luar biasa kejamnya.
akan tetapi kita harus menaruh hati kasihan kepadanya. Kasihan bahwa sekecil itu ia telah tersesat. Memang kalau menurutkan nafsu hati, aku dan kau yang sudah menjadi korban kekejiannya di waktu kecil, sudah sepatutnya kalau kau membalasnya. Akan tetapi ini tidak tepat, berlawanan dengan kebajikan. Kalau kelak kau bertemu dengannya dan ia sudah menjadi pemuda dewasa yang baik dan
berwatak gagah sudah dapat merubah wataknya yang buruk, tidak
benarlah kalau kau masih menaruh dendam kepadanya. Kita harus
menyediakan banyak maaf kepada mereka yang memang patut
dimaafkan, dan boleh turun tangan kepada si jahat bukan untuk
kepentingan diri pribadi atau menurutkan nafsu hati sendiri,
melainkan untuk kepentingan umum."
Demikianlah, seringkali Sin Ho mendapat nasihat-nasihat dari Lie Bu Tek yang sudah banyak mengalami pahit-getir hidup. Sin Hong tahu akan kematangan pengalaman ayah angkatnya, karenanya ia
selalu mencatat semua pesan gihunya ini di dalam hati. Tentu saja sebagai seorang pemuda yang memiliki kecerdikan dan pandangan
luas, ia tidak menelan mentah-mentah semua nasihat ini, melainkan 424
ia olah di dalam kepala dan ia pertimbangkan untuk diambil mana yang dirasa tepat dan dipertimbangkan kembali mana yang dirasa kurang cocok. Sesuai pula dengan pendapat Lie Bu Tek di antara semua tugas dan keharusan, ia merasa berhutang budi kepada
Kiang Cun Eng ketua Hek-kin-kaipang.
"Budi kebaikan Kiang-pangcu terhatapmu itu harus selalu kau ingat di dalam hatimu, Sin Hong. Kewajibanmulah untuk mencari dia dan untuk membelanya seperti kau membela orang tuamu sendiri,"
demikian Lie Bu Tek sering kali berkata.
Setelah lima tahun bersembunyi di tempat itu dan Sin Hong
merasa bahwa pelajarannya sudah tamat, anak dan ayah angkat ini lalu keluar dari tempat tersembunyi itu dan turun gunung. Tugas pertama yang mereka lakukan adalah mencari keterangan tentang
Hek-kin-kaipang dan mencari tahu di mana tinggalnya Kiang Cun
Eng. Amat mudah mencari Hek-kin-kaipang oleh karena kumpulan
ini mempunyai anak buah banyak tempat. Dan Lie Bu Tek sudah
terkenal baik oleh para pengemis Hek kin-kaipang, maka ketika ia berjumpa dengan mereka diberi tahu bahwa tak lama lagi akan
diadakan pemilihan ketua baru. Karena Bi-nam-bun masih amat
jauh, kedua orang ini cepat-cepat melakukan perjalanan ke tempat itu agar jangan sampai terlambat menyaksikan pemilihan ketua
baru. Akan tetapi, betapapun pandai mereka mempergunakan ilmu
berlari cepat karena jarak antara Luliang-san dan Bi nam-bun masih dua ribu li lebih, mereka terlambat juga. Sebagaimana telah
dituturkan di bagian depan, mereka datang pada saat Giok Seng Cu mengejar-ngejar Gak Soan Li.
Setelah dekat dengan Bi-nam-bun dan mendapat kenyataan
bahwa mereka datang tepat pada hari diadakannya pemilihan ketua Hek-kin-kaipang, Sin Hong menjadi tidak sabar. Atas perkenan Lie Bu Tek, ia lalu mengerahkan kepandalanya dan sebentar saja ia
telah meningalkan Lie Bu Tek sampai jauh. Memang, dibandingkan dengan dulu, Lie Bu Tek sudah mendapat kemajuan luar biasa. Akan tetapi, kalau dibandingkan dengan Wan Sin Hong, dalam segala
bidang ilmu silat masih kalah jauh sekali.
425 Tubuh Wan Sin Hong berkelebat cepat dan sebentar saja Lie Bu
Tek sudah tak melihat bayangannya lagi. Pendekar yang buntung
lengannya ini menarik napas panjang dan bibirnya bergerak-gerak mendoa.
"Sin Hong telah memiliki kepandaian yang luar biasa. ia telah menjadi seorang sakti, kiranya lebih hebat danipada Ciang Le.
Semoga ia tidak akan tersesat dan dapat tetap mengikuti jalan
kebenaran,"
Demikianlah mengapa Sin Hong dapat bertemu dengan Giok
Seng Cu yang sedang menghajar Soan Li dan dengan
kepandaiannya yang istimewa Sin Hong berhasil mengalahkan Giok Seng Cu bahkan membikin kakek itu menjadi jerih dan lari
ketakutan! Sin Hong tidak tahu bahwa kakek itu adalah Giok Seng Cu yang
dulu melemparnya ke dalam jurang. Ia hanya menduga bahwa
kakek itu seorang jahat yang hendak membunuh gadis itu, maka ia turun tangan dan hanya mengusir kakek itu. Ia belum tahu akan
duduknya perkara mengapa kakek itu hendak membunuh Soan Li,
maka ia tidak berani berlaku lancang membunuh kakek tadi. Ketika kakek itu pertama kali memukul, ia mengerahkan tenaga dan hawa sinkang tubuhnya membuat dadanya menjadi lunak dan lemas.
Tenaga "Im" yang amat kuat telah menghisap pukulan Tin-san-kang sehingga biarpun tenaga pukulan itu membuat tubuhnya terlempar jauh namun ia tidak terluka sedikitpun. Sin Hong juga terkejut sekali menyaksikan tenaga pukulan yang demikian dahsyat dan ganasnya.
Ketika tubuhnya terlempar, cepat mempergunakan ginkang,
berpoksai (berjungkir balik) di udara dan meluncur cepat kembali menghadapi Giok Seng Cu.
"Kakek ini ganas sekali," pikirnya, "begitu bertemu telah tega memukulku dengan tenaga yang dapat mematikan siapa saja yang
terpukul." Oleh karena itu, ketika kakek itu memukul dadanya untuk kedua kalinya, ia sengaja mengerahkan tenaga "Yang" dan hawa sinkangnya yang sudah kuat sekali itu ternyata dengan mudah
dapat menahan tenaga Tin-san-kang lawan, bahkan dapat
mengembalikan tenaga pukulan itu kepada si pemukul sendiri!
426 Setelah melihat kakek itu terluka oleh pukulannya sendiri, Sin Hong menengok ke arah Soan Li. Pemuda ini setelah mewarisi
kepandaian dari kitab pegobatan dari Kwa Siucai, sekali pandang saja tahulah ia bahwa gadis yang duduk setengah ptngsan itu
menderita luka hebat. Cepat ia berlutut dan dengan halus ia
menolak tubuh Soan Lt sehingga gadis itu berbaring terlentang. Sin Hong memeriksa urat nadi, tahu bahwa gadis ini mendenta tulang patah di kedua paha.
Cepat ia menotok jalan darah di punggung nona itu untuk
mematikan rasa sakit pada kedua paha kemudian dengan mengurut
belakang leher, nona itu siuman kembali dari pingsannya dan
mengeluarkan suara keluhan.
Begitu ia membuka kedua matanya dan melihat seorang pemuda
berjongkok di dekatnya, pemuda yang tersenyum dan memiliki mata seperti bintang, dengan gerakan otomatis Soan Li menggerakkan
tubuh dan biarpun kedua kakinya sudah Iumpuh akan tetapi kedua tangannya masih dapat melakukan pukulan dahsyat ke arah dada
Sin Hong. Sin Hong cepat berseru, "Eh, jangan pukul, Nona. Aku hanya bermaksud menolong!" Sambil berkata demikian, ia memasang tenaga sinkang ke arah dada.
Kepalan tangan Soan Li yang hampir mengenai dada itu ditahan
oleh gadis ini setelah ia mendengar seruan Sin Hong akan tetapi ia hanya dapat mengurangi tenaga saja, sudah tidak keburu menarik pulang tangannya. Kepalan tangannya sudah menyentuh pakaian,
akan tetapi tiba-tiba kepalan tangan itu menyeleweng dan tidak mengenai dada orang yang dipukul. Soan Li terheran-heran, akan tetapi ia hanya mengira bahwa tenaganya yang sudah habis setelah menderita luka oleh Giok Seng Cu. ia sama sekali tidak menyangka bahwa pemuda yang bersahaja dan seperti seorang pemuda dusun
itu memiliki kepandaian.
Muka gadis itu menjadi merah sekali. "Maaf, aku sungguh bodoh
dan tak kenal budi. Di mana Giok Seng Cu?"
Sin Hong terkejut mendengar nama ini, akan tetapi ia dapat
menguasai perasaannya sehingga pada mukanya ia tidak tampak
427 perubahan sesuatu. ia memang tidak menyangka bahwa kakek tadi
dalah Giok Seng Cu.
"Giok Seng Cu?" tanyanya perlahan.
"Ya, manusia siluman yang tadi hampir membunuhku. Di mana dia?" Sin Hong menengok ke arah kakek tadi melarikan diri. Ia merasa kecewa sekali mengapa tadi ia membiarkan kakek itu lari.
Kalau ia tahu bahwa kakek tadi adalah Giok Seng Cu, tentu ia
takkan membiarkan musuh besar itu melarikan diri. Ia telah
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendapatkan alasan kuat untuk menewaskan Giok Seng Cu, yakni
karena kakek itu tadi hendak membunuh gadis ini.
"Kakek yang buruk rupa tadi?" katanya menjawab pertanyaan gadis cantik ini. "Dia telah melarikan diri"
Soan Li memandang dengan heran "Tidak bohongkah kau,
sobat?" "Bohong"' Aku..." Mengapa harus bohong?" Sin Hong
memandang dengan sinar mata tajam. Ditatap sedemikian rupa oleh pemuda yang bermata bintang ini, tiba-tiba Soan Li menundukkan mukanya. Ada sesuatu memancar keluar dari sepasang mata itu
yang membuat gadis ini berdebar hatinya.
"Maaf, bukan maksudku menghinamu. Akan tetapi orang macam Giok Seng Cu kiranya takkan melarikan diri dengan mudah. Dia
amat terlampau lihai untukku. Bagaimana dia bisa melarikan diri"
Siapa yang membikin dia lari'?"
Sin Hong mengangkat pundak. "Entahlah, mungkin ia takut dan menyesal akan perbuatannya sendiri setelah kau pingsan, Nona, dan ia melarikan diri melihat aku datang. Tentu ia takut kalau-kalau perbuatannya dilihat oleh orang lain." Keterangan yang sederhana ini terdengar lucu oleh Soan Li sehingga ia tersenyum. Sin Hong memandang kagum. Bagaimana dalam keadaan terluka hebat gadis
ini masih dapat tersenyum"
"Sobat, kau benar-benar belum tahu apa adanya kakek siluman tadi," kata Soan Li sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Manusia macam dia mana kenal rasa menyesal atas perbuatan 428
sendiri dan kenal takut" Membunuh manusia baginya seperti
membunuh semut saja."
"Hebat...." Sin Hong memperlihatkan muka ketakutan.
Soan Li menarik napas panjang. "Kau benar-benar tidak
mengenal dunia kang-ouw, sobat. Alangkah bahagaanya menjadi
seorang seperti engkau. Tak usah mengenal segala orang jahat, tak usah berurusun dengan segala kecurangan dan kekerasan, hidup
bertani dan musuhmu hanya sawah ladang dan tanah subur. Kau
tentu seorang petani, bukan" Bolehkah aku mengetahui namamu"'
Warna merah menjalar ke pipi Sin Hong. Diam-diam ia menjadi
geli, akan tetapi ia tidak ingin memperkenalkan diri, maka ia
mengangguk dan menjawab lirih,
"Aku seorang bodoh, aku... namaku dipanggil orang Gong Lam (Pemuda Tolol)."
Soan Li mengerutkan alisnya yang berbentuk indah. "Ah, terlalu sekali orang yang menyebutmu demikian. Wajahmu sama sekali
tidak kelihatan tolol."
"Memang aku tolol."
"Betul-betulkah kau tidak bisa apa-apa?"
Sin Hong menggeleng kepala dengan diam-diam ia kagum sekali
melihat betapa gadis yang sudah patah kedua tulang pahanya ini dengan segala kekerasan hati melupakan rasa sakitnya. ia maklum bahwa ia berhadapan dengan seorang gadis yang memillki kekuatan batin dan daya tahan yang luar biasa.
"Sayang," kata Soan Li, "kalau begitu kau tentu tidak bisa menolongku. Aku... aku terluka hebat dan tentu akan tewas di
tempat ini kalau tidak ada yang menolongku. Sedikitnya kau tentu bisa mencarikan orang lain yang dapat menolong bukan" Misalnya membawaku ke sebuah kota terdekat agar aku dapat berobat."
"Kau kenapakah?"
"Kedua tulang pahaku remuk...." Mau tidak mau biarpun ia sudah mengeraskan hatinya suara Soan Li agak gemetar ketika ia
mengucapkan kata-kata ini. Gadis mana yang takkan hancur hatinya 429
mengingat bahwa kedua tulang pahanya telah remuk dan mungkin
sekali selama hidupnya ia akan menjadi seorang gadis lumpuh.
"Aku akan mengobatinya, Nona."
Soan Li menggerakkan kepalanya cepat sekali. Ia memandang
dengan mata tajam bersinar, menatap muka yang tampan itu
sampai lama. Akan tetapi ia melihat muka itu tetap tenang dan
sederhana dan sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa pemuda
itu main-main atau berotak miring.
"Gong Lam-ko... kau tidak main-mainkah?"
Sin Hong dalam hatinya tersenyum merasa lucu mendengar
panggilan itu. Gadis ini menyebutnya Gong Lam-ko (Kakak Gong
Lam), tentu hanya untuk menyatakan hormat sebagaimana
layaknya seorang gadis yang tahu adat.
"Siapa berani main-main terhadapmu Nona" Ketahuilah, aku...
aku sudah semenjak kecil mempelajari kepandaian menyambung
tulang patah. Ini perlu sekali. Banyak kaki kerbau di dusun patah kakinya dan kalau seorang dusun tidak pandai menyambung tulang kerbau yang patah, ia akan menderita rugi besar.
-oo0mch-dewi0ooJilid XVI LENYAP rasa heran di dalam hati Soan Li, akan tetapi ia
menghela napas kecewa, "Tentu saja kau pandai menyambung
tulang kerbau yang patah. Akan tetapi, kakiku bukan kaki kerbau.
dan pula, kedua tulang pahaku bukan hanya patah, melainkan
remuk oleh pukulan lihai dari Giok Seng Cu. Tidak ada harapan
lagi..." Di hadapan orang lain, biar sampai mati Soan Li yang berhati baja ini takkan sudi menangis. akan tetapi di depan pemuda dusun ini, ia tidak malu-malu lagi dan bertitiklah dua butir air mata ke atas pipinya.
Sin Hong menjadi kasihan sekali. "Percayalah, Nona. Aku
sanggup mengobati kedua kakimu. Pernah dahulu kerbau
430 kampungku ada yang kakinya remuk dan aku pun berhasil
mengobatinya sampai sembuh sama sekali."
Soan Li tentu saja tidak percaya dalam hatinya, akan tetapi
melihat muka yang bersungguh-sungguh itu, ia tidak tega untuk
menyatakan ketidakpercayaannya. Ia tersenyum dan berkata,
"Kau baik sekali, Saudara Lam." tidak mau menyebut Gong Lam dan sengaja melenyapkan nama Gong yang yang artinya tolol.
Dengan menyebut Saudara Lam berarti Saudara Pemuda'
"Boleh aku mencobanya menyembuh kan kedua kakimu, Nona"
"Tentu saja boleh," kata Soan Li sambil memandang ke arah kedua kakinya yang dilonjorkan dan sama sekali tak dapat
digerakkan. Baru sekarang ia teringat dan merasa heran sekali
mengapa kedua kakinya tidak menderita rasa sakit yang hebat. ia mengerahkan tenaga dalam dan menyalurkan darah ke arah kaki,
akan tetapi tiba-tiba ia menjad pucat. Ia tidak berhasil dalam usahanya ini.
"Celaka..." dan gadis ini menangis!
"Eh, eh, kau kenapa Nona?"
"Kakiku... sepasang kakiku sudah mati. biarpun tulang-tulangnya dapat disambung, tiada gunanya lagi. Darahnya sudah tidak dapat mengalir ke bawah..."
Sin Hong tentu saja tahu mengapa demikian. Dia sendiri yang
tadi menotok jalan darah dan menghentikan alian darah besar ke arah kedua kaki sehingga biarpun kedua kaki itu masah dialiri darah, hanya melalui urat-urat kecil untuk menahan daya hidup daging dan kulit saja, akan tetapi menghilangkan segala kekuatan gerak.
"Seorang gagah tidak mudah putus asa..."
Soan Li tiba-tiba berhenti menangis, merasa terpukul dan malu
sekali. Dengan mata bersinar ia bertanya.
"Saudara Lam. kau tahu apa tentang orang gagah?"
Sin Hong merasa telah terlanjur bicara, maka ia segera
melanjutkan. "Aku hanya mendengar dari dongeng-dongeng orang kampung bahwa seorang gagah tak pernah mengeluarkan keluhan.
431 Pernah aku mendengar dongeng tentang orang gagah yang dibuka
kulit lengannva, diketok, kerik dan disambung tulang lengannya semua ini dakerjakan oleh tabib sedangkan orang gagah itu
mengobrol sambil minum arak dan ketawa-ketawa!"
"Kau benar, Saudara Lam. Aku pun dapat menahan rasa sakit.
Akan tetapi betul-betulkah kau sanggup mengobati kakiku?"
"Kita coba dan lihat saja, Nona."
"Baik, kau mulailah!"
Akan tetapa, ketika hendak turun tangan, San Hong nampak
ragu-ragu dan tiba-tiba mukanya menjadi merah sekali Melihat
keraguan ini, Soan Li curiga.
"Eh, mengapa kau tidak lekas-lekas mulai?"
"Aku... ak... ah, ketahuilah, Nona. Sebuah kaki kerbau tak pernah ditutup oleh celana sedangkan kakimu...."
Muka Soan ia juga mendadak berubah merah sekali sampai ke
telinganya. Akan tetapa ia memaksa diri tertawa dan berkata,
"Tolol dalam hal seperta ini, siapa peduli akan segala aturan yang sungkan?" Kemudian ia teringat akan sebutan dan ditambahkannya cepat-cepat, "Maaf, aku tidak maksudkan kau tolol..."
Sin Hong tersenyum. "Tidak apa, Nona. Memang aku tolol.
Memang benar kata-katamu, tidak seharusnya kita berlaku sungkan-sungkan, karena bukankah aku bermaksud mengobatimu" Nah,
maaf aku harus memegang kedua kakimu tanpa dihalangi oleh kain ini." Sambil berkata demikian, dengan kedua tangan yang cekatan ia mulai menggulung pipa celana dari kedua kaki gadis itu ke atas sampai di paha! Dalam melakukan ini, beberapa kali ia harus
mengerahkan tenaga batin untuk mengusir perasaan aneh dan
untuk menekan jantungnya yang hendak melakukan tarian loncatloncatan. Selama hidupnya belum pernah Sin Hong mengalami perasaan
seperti saat itu. Selama hidupnya pula baru pertama kali melihat sepasang kaki yang bentuknya mungil, kulit yang demikian putih dan halus. Apalagi ia terpaksa harus menjamahnya! Kalau saja
432 pemuda ini tidak memiliki tenaga batin yang kuat, kalau saja
lweekangnya tidak amat tinggi, tentu sepuluh jari tangannya akan gemetaran.
Sebaliknya, Soan Li juga mengalami hal yang selama hidupnva
belum pernah ia alami sekalipun dalam mimpi belum. pernah ia
merasa harus memperlihatkan kedua kaki sampai ke paha di depan mata seorang pemuda, apalagi harus dijamah dan bahkan dipijat-pijat!
Setelah memegang kedua paha gadis itu dan mendapat
kenyataan bahwa tulang kedua paha itu benar-benar telah remuk, Sin Hong tidak ragu-ragu lagi dan lenyap rasa malu dan
sungkannya. Ia cepat mempergunakan kepandaiannya yang ia
warisi dari Kwa Saucai untuk membereskan letak hancuran tulang-tulang paha itu sehingga pulih kembali biarpun masih dalam
keadaan retak-retak. Kemudian ia lalu mengeluarkan bungkusan
obat, mencampurnya dengan arak yang ia selalu bawa dalam guci
arak. Dengan obat campuran ini ia menggosok-gosok kedua paha
itu dan ketika ia melihat wajah Soan Li menjadi pucat, giginya menggigit bibir dan beberapa titik air mata membasahi pipi, Sin Hong kagum sekali. Ia tahu setelah menggosok paha itu, darah
mulai jalan kembali dan sakitnya bukan main. Akan tetapi tidak sedikit pun keluhan keluar dari mulut gadis itu. Benar-benar seorang gadis yang berhati baja pikirnya.
Setelah selesai, Sin Hong tanpa ragu-ragu lagi lalu merobek
sebuah bajunya yang dari buntalan, lalu membalutnya kedua paha itu dengan erat. Lalu dibantunya gadis itu menurunkan gulungan kaki celana kembali bahkan ia memasang sepatu yang tadi dilepas.
Wajah Soan Li sebentar merah sebentar pucat, merasa geli dan
seluruh bulu di tubuhnya meremang kalau ia mengingat bagaimana seluruh kakinya diraba-raba oleh pemuda tampan ini.
Setelah itu, Sin Hong lalu mengeluarkan obat bubuk,
dicampurnya dengan arak lalu disuruhnya Soan Li meminumnya.
Bagaikan seorang anak kecil Soan Li minum obat itu tanpa bertanya lagi. Ia segera merasa heran dan memandang kepada Sin Hong
dengan mata kagum, karena begitu minum obat, semua rasa sakit
433 lenyap dan kedua pahanya yang tadi terasa panas dan linu kini
menjadi dingin seperti dimasukkan dalam air dingin.
"Seperti juga kerbau-kerbau yang telah kautolong, aku
menghaturkan banyak terima kasih, Lam-ko. Kau benar-benar
seorang tabib yang pandai."
Sin Hong tersenyum. "Itu tandanya bahwa kau sudah menaruh kepercayaan besar sekali kepadaku, Nona. Padahal kau belum tahu apakah pengobatan ini benar- benar akan dapat menyembuhkan
kedua kakimu atau tidak."
"Aku percaya sepenuh hatiku. Kau bukan orang yang kelihatan seperti seorang penipu. Sampai berapa lamakah kiranya aku akan dapat berjalan kembali?"
"Tubuhmu kuat sekali. Nona. Dalam waktu dua minggu kau pasti akan dapat berjalan seperti biasa. Sekarang bolehkah aku
mengetahui namamu dan mengapa kau sampai bertempur dengan
kakek tadi?"
"Aku Gak Soan Li dan aku bertempur dengan Giok Seng Cu
karena melihat dia mengejar dan hendak membunuh seorang
pengemis yang sudah kalah olehnya. Seandainya aku tidak melihat dia mendesak orang tentu akan menyerangnya juga, karena dia
adalah musuh besar dari Guruku."
"Siapakah gurumu, Nona" Kau memiliki tubuh kuat, memiliki kepandaian tinggi, tentu gurumu seorang dewa."
Soan Li tersenyum. "Biarpun bukan dewa, guruku tentu akan dapat merobohkan Giok Seng Cu. Guruku adalah Hwa I Enghiong
Go Ciang Le."
Ketika itu, Sin Hong baru memberes-bereskan bungkusan obat.
Mendengar nama Go Ciang Le hampir saja guci arak yang sedang
dipegangnya terlepas dari pegangannya. Hatinya berdebar keras.
Tak disangkanya bahwa ia telah menolong nyawa murid dari Go
Ciang Le, pendekar besar yang selama ini disebut-sebut oleh Lie Bu Tek, pendekar besar yang menjadi murid Pak Kek Siansu dan yang boleh dibilang masih terhitung suhengnya juga. Dia mendengar
bahwa Go Cilang Le adalah murid terpandai Pak Kek Siansu. Biarpun 434
ia ingin sekali bertemu muka dengan suhengnya akan tetapi ada
sedikit tidak senang kepada pendekar ini, yaitu mengapa selama ini pendekar itu tidak muncul tidak membantu Hoa-san-pai dan Luliang-pai yang diobrak-abrik orang jahat.
"Kau sendiri hendak ke mana, Nona?"
"Aku seorang perantau yang tidak mempunyai tempat tujuan
tertentu. Akan tetapi karena selama dua minggu aku tak akan dapat bergerak, aku akan merasa berterima kasih sekali kalau kau mau mencarikan kendaraan atau pemikul tandu agar aku dapat dibawa
ke kota terdekat untuk beristirahat di dalam rumah penginapan,"
kata Soan Li. "Aku akan usahakan itu, Nona. Akan tetapi kau tunggulah
sebentar, aku akan memanggil Gihu yang menanti di luar hutan ini.
Baiknya kau menanti di bawah pohon itu agar jangan terserang
panas." Tanpa menanti jawaban Sin Hong lalu membungkuk dan memanggul tubuh Soan Li dipondongnya lalu diletakkan ke bawah
sebatang pohon besar.
Kembali berdebar hati Soan Li ketika ia dipondong oleh sepasang lengan yang kuat dan yang gerakannya halus dan sopan itu.
Seketika itu juga jatuhlah hatinya dan ia menyerahkan hatinya
bulat-bulat kepada pemuda dusun yang serhana ini. Ia merasa
begitu aman dan senang sehingga hampir saja ia menyandarkan
kepalanya di pundak Sin Hong. Hanya kesopanan yang
mencegahnya dan sebaliknya ia hanya memandang kepada Sin
Hong dengan mata penuh kasih dan hutang budi. Namun, mana Sin
Hong dapat mengerti ini semua" Dalam hal hubungan dengan
wanita, ia masih hijau dan tidak mengerti apa-apa.
Setelah menurunkan tubuh Soan Li sehingga duduk bersandar
pohon, Sin Hong lalu berjalan pergi, menuju ke tempat dimana Lie Bu Tek dan dia datang. Ia sudah merasa terheran-heran mengapa
ayah angkatnya belum juga tiba di tempat itu. Memang betul bahwa tadi ia meninggalkan Lie Bu Tek dan berlari cepat akan tetapi Lie Bu Tek juga bukan orang lemah dan kini ilmunya berlari cepat sudah amat maju. Hati Sin Hong mulai tidak enak dan setelah ia pergi agak jauh ia lalu mempergunakan ilmu lari cepat.
435 Baru saja tiba di luar hutan dari jauh ia sudah melihat
pemandangan yang membuat hatinya gelisah. Ia melihat gihunya
tengah bertempur hebat dengan seorang pengemis yang
mempergunakan tongkatnya secara istimewa sekali.
Baiknya gihunya telah memperdalam ilmu pedangnya selama
lima tahun di dalam dasar jurang di Luliangsan sehingga biarpun hanya bertangan kiri namun Lie Bu Tek dapat mendesak lawannya
yang aneh itu. Selama bertempur, pengemis itu mengeluarkan suara ah-ah uh-uh dan dari sini saja Sin Hong yang sudah mempelajari ilmu pengobatan tahu bahwa orang itu tentulah seorang yang bisu.
Bagaimana Lie Bu Tek tahu-tahu dapat bertempur dengan orang
itu" Para pembaca tentu dapat menduga bahwa orang itu adalah Ah Kai pengemis bisu yang merampas tongkat pusaka Hek-kin-kaipang dan yang baru saja terlepas dari desakan Giok Seng Cu, tertolong oleh Gak Soan Li. Memang demikinlah. Ketika Lie Bu Tek mengejar pureranya untuk segera tiba di Bi-nam-bun untuk mengunjungi
Kiang Cun Eng, tiba-tiba ia melihat seorang berlari cepat dari jurusan depan, nampaknya tergesa-gesa dan mencurigakan. Setelah mereka saling mendekati, Lie Bu Tek melihat longkat yang dipegang orang itu adalah tongkat pusaka Hek-kin-kaipang yang pernah ia lihat dahulu berada di tangan Kiang Cun Eng.
Timbul kecurigaan di hati Lie Bu Tek. Orang ini sudah membawa
tongkat pusaka perkumpulan pengemis itu, padahal yang
memegang tongkat hanya ketuanya. Andaikata orang ini, dipilih
menjadi ketua baru, tak mungkin sekarang berlari-lari seperti orang dikejar setan. Tak salah lagi orang ini tentu telah mencuri, atau merampas tongkat pusaka itu. Apalagi ketika ia lihat bahwa orang ini tidak memakai sabuk hitam sebagai tanda dari anggauta Hek-kin-kaipang. Cepat ia melompat dan menghadang Ah-Kai.
"Sahabat perlahan dulu! Siapakah sahabat dan mengapa berlari-lari membawa tongkat Hek-kin-kaipang" Kalau tidak dapat memberi jawaban yang tepat, terpaksa kau harus meninggalkan tongkat
pusaka itu kepadaku untuk kubawa ke Bi-nam-bun."
Ah Kai dapat mengerti ucapan orang biarpun ia sendiri tidak
dapat bicara. Memang ia bukan bisu tuli, kedua telinganya masih dapat bekerja baik. Mendengar ucapan Lie Bu Tek dan melihat
436 betapa orang ini hanya memiliki sebelah tangan ia menjadi curiga.
Disangkanya bahwa Lie Bu Tek tentu seorang tokoh kangouw yang
datang hendak memperebutkan kedudukan pangcu dari Hek-ki
kaipang. Ketika itu ia sedang terburu-buru untuk menjauhkan diri dan Giok Seng Cu. ia maklum bahwa biarpun tadi telah ditolong oleh seorang dara perkasa, namun dara itu bukan tandingan Giok Seng Cu dan tak lama kemudian Giok Seng Cu pasti akan melanjutan
pengejarannya. Ia tidak mau diganggu dan diperlambat larinya,
maka tanpa banyak cakap ia mengayun tongkatnya, memukul ke
arah pundak Lie Bu Tek.
Lie Bu Tek terkejut melihat gerakan serangan itu aneh dan cepat, maka segera melompat ke samping. Tahu bahwa pengemis itu
memiliki kepandaian tinggi, ia lalu mencabut pedang dengan tangan kirinya dan sebentar kemudian dua orang itu telah bertempur seru.
Kalau Lie Bu Tek merasa terheran-heran dan kagum akan
kelihaian ilmu tongkat lawannya, adalah Ah Kai menjadi penasaran dan gemas sekali. Tak disangkanya bahwa hari itu ia akan bertemu dengan demikian banyaknya orang pandai yang kepandaiannya
masih lebih tinggi daripada kepandaiannya sendiri. Berkali-kali ia mengeluarkan suara ah-ah uh-uh untuk mencegah Lie Bu Tek
mendesaknya, akan tetapi tentu saja pendekar buntung itu tidak mengerti dan bahkan mendesak cepat untuk mendapat kesempatan
merampas tongkat yang disangkanya telah dibawa lari oleh
pengemis ini. Pada saat Sin Hong tiba di tempat itu, Ah Kai dan Lie Bu Tek sudah bertempur delapan puluh jurus lebih dan Ah Kai makin lama makin terdesak karena ia merasa kalah dalam kekuatan lwe-kang
menghadapi pendekar buntung itu. Ia mengirim tusukan cepat ke
arah jalan darah maut di dada kira lawan dan ketika Lie Bu Tek mengelak ke belakang Ah Kai lalu melompat dan melarikan diri.
"Pencuri tongkat, kau hendak lari kemana?" Lie Bu Tek berseru dan mengejar.
Tiba-tiba Ah Kai membalikkan tubuhnya dan sebatang piauw
meluncur ke arah dada Lie Bu Tek. Pendekar Buntung ini
mengangkat tangan kiri dan menangkis dengan pedangnya, lalu
melompat dan mengirim serangan lagi secepat kilat. Ah Kai
437 mengeluarkan seruan kaget, tongkatnya bergerak laksana ular
terinjak ekornya. Gerakannya berlenggak-lenggok dan sukar sekali.
diikuti atau diduga ke mana arah serangannya sehingga tahu-tahu ujung tongkat pusaka itu telah meluncur mengancam leher Lie Bu Tek. Pendekar ini mengeluarkan seruan kaget dan cepat
merebahkan diri ke belakang dengan keringat dingin membasahi
jidat. Serangan si Bisu tadi benar-benar tak terduga dan hebat.
Ketika Ah Kai yang marah itu menubruk, Lie Bu Tek menangkis
dengan pedang dan mereka melanjutkan pertempuran.
"Gi-hu, mengapa kau serang dia?" Sin Hong berseru setelah is tiba dekat pertempuran.
"Tongkat itu adalah tongkat pusaka lek-kin-kaipang!" jawab Bu Tek.
Mendengar ini, Sin Hong membentak. "Lepaskan tongkat!" Ia menerjang maju dengan tangan kosong.
Ah Kai melihat lawannya mendapat bantuan menjadi makin
marah. Sekali membalikkan tubuh, tongkatnya menyambar kaki Sin Hong. Pemuda ini mengangkat kaki kanannya dan diam-diam ia pun memuji gerakan pengemis itu. Tadinya tongkat itu berada di tangan kanan, akan tetapi ketika menyerang Sin Hong, tahu-tahu tongkat itu telah berpindah ke tangan kiri. Pindahnya demikian cepat hingga takkan dapat terduga atau terlihat oleh lawan. Tentu saja Sin Hong yang sudah amat tinggi ilmunya dapat melihat pergerakan itu maka ia memuji. Sekali mengangkat kaki kanan tongkat itu meluncur
lewat di bawah kaki, akan tetapi Sin Hong mengeluarkan seruan
keras dan kakinya yang diangkat itu dengan cepat luar biasa
menyambar turun dan di lain detik tongkat itu telah diinjaknya!
"Lepahkan tongkat!" teriaknya sekali lagi sambil mengerahkan tenaga dan Ah Kai terpaksa melepaskannya karena tidak tahan
menghadapi tenaga injakan ini. Ia memandang kepada Sin Hong
dengan kedua mata terbelalak lebar saking heran dan kagumnya,
kemudian ia memandang kepada Lie Bu Tek dengan marah karena
dianggapnya Si Buntung itulah yang menghambat larinya sehingga kini ia bahkan kehilangan tongkat pusaka.
438 Sin Hong menjemput tongkat itu dan menyerahkan kepada Lie
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bu Tek. Lie Bu Tek menerimanya dan berkata kepada Ah Kai.
"Sekarang jelas bahwa tongkat ini nemang betul tongkat pusaka Hek-kin-kaipang. Dari manakah kau mendapatkan tongkat ini?"
"Gihu ,dia bisu dan tidak akan dapat bicara. Biar aku yang mengajaknya bicara," katanya. Ketika masih kecil dan dibawa
merantau oleh Lie Bu Tek, sebagai orang anak kecil, Sin Hong amat suka memperhatikan gerak-gerik orang-orang bisu yang
dijumpainya di jalan. Tentu saja ia berbeda dengan orang-orang tua dan tidak malu-malu untuk bercakap-cakap melalui gerak jari
tangan dan bersenda-gurau dengan orang bisu, maka sedikit banyak ia dapat mempergunakan bahasa tangan itu. Sekarang ia
menghampiri Ah Kai dan dengan jari tangan digerakkan dan
menunjuk ke arah tongkat, akhirnya ia dapat menjelaskan kepada Ah Kai tentang pertanyaan gihunya.
Dengan gerakan jari tangan pula, Ah Kai menunjuk ke arah
tongkat lalu merangkapkan kedua tangan, tanda bahwa ia
menghormati tongkat itu dan bersiap ,membelanya dengan nyawa.
"Jadi kau membela Hek-kin-kaipang?" tanya Sin Hong.
Ah Kai mengangguk-angguk dengan muka bangga.
"Di mana adanya Kiang Kaipangcu?" tanya Lie Bu Tek dan
melihat mata pengemis itu memandangnya penuh curi ia
menyambung cepat, "Ketahuilah Lie Bu Tek adalah sahabat baik Kiang-pangcu dan semua anggauta Hek- kin-kaipang adalah sahabat baikku!"
Mendengar ini, tiba-tiba Ah Kai menjura dengan hormat kepada
Lie Bu Tek lalu maju memeluk dan menangis terisak-isak tanpa
mengeluarkan air mata!
"Eh, lekas........ apa yang terjadi dengan Kiang-pangcu?"
Karena tidak bisa menjawab dan gerakan jari tangan-tangannya
demikian cepat sehingga Sin Hong sendiri tidak dapat menangkap artinya dengan jelas, Ah Kai lalu memegang ujung baju Lie Bu Tek dan menariknya, seakan-akan mengajaknya cepat-cepat ke tempat
Kiang pangcu. 439 "Gihu, dia mengajak kita pergi ke tempat Kiang-pangcu. Marilah!"
Tiga orang itu lalu berlari-lari ke dalam hutan.
"Gihu, harap kau berangkat dulu dengan sahabat ini. Aku hendak menolong seorang lihiap yang terluka oleh Giok Seng Cu di dalam hutan. Aku akan menyusulmu segera."
Mendengar ini Lie Bu Tek terkejut, akan tetapi karena tidak ada waktu untuk bercakap-cakap, ia hanya mengangguk dan menunda
pertanyaan yang sudah berada di ujung bibirnya. Bersama Ah Kai lalu berlari cepat menuju ke dusun Bi-nam-bun, sedangkan Sin Hong lalu menuju ke tempat di mana Soan Li menantinya.
Melihat datangnya pemuda ini, wajah Soan Li berseri dan ia
berkata girang.
"Lam-ko, kau cepat sekali datang. Mana kendaraan atau tukang pemikul tandu?"
"Di dalam hutan ini, dari mana bisa mendapatkan kendaraan atau pemikul tandu, Nona" Biarlah aku yang mengantar kau ke dusun Bi-nam-bun tak jauh dari sini dan di sana nanti akan kucarikan rumah penginapan untukmu. Jangan khawatir, aku akan menjaga dan
merawatmu sampai sembuh, Gak-siocia."
Soan Li kelihatan girang sekali dan tersenyum manis. "Ah, Lamko, kita baru saja bertemu akan tetapi kau telah melimpahkan budi bertumpuk-tumpuk. Bagaimana aku akan dapat membalasmu."
"Jangan berbicara tentang budi, Nona. Sudah kewajibanku untuk menolong sesama manusia yang menderita. Maukah... maukah kau
kupondong ke dusun Bi-nam-bun?"
Soan Li menjadi jengah dan malu, tak dapat mengeluarkan suara
hanya mengangguk. Melihat sikap ini, timbul sungkan dan malu
dalam hati Sin Hong.
"Kalau kau malu-malu apabila terlihat orang lebih baik kupanggul saja, Nona. Biar kau duduk di atas pundakku sehingga dengan
demikian tidak banyak bedanya dengan apabila aku memanggul
tandu yang kau duduki. Hanya, duduk di atas pundak seperti itu tidak mudah. Aku mendapat pikiran demikian karena aku percaya
440 bahwa kau berbeda dengan wanita umumnya, kau memiliki
kepandaian hebat maka kiranya akan mudah saja kamu duduk di
atas pundakku seperti itu.
"Bagaimana kau bisa menduga demikian" Kau tahu apakah
tentang ilmu silat, Im-ko?"
"Aku tidak tahu apa-apa. Hanya dahulu aku pernah melihat
rombongan tukang silat dan melihat seorang nona seperti engkau duduk di atas pundak kawannya, bahkan berjumpalitan di atas
pundak duduk dan terdiri dengan enaknya."
Soan Li tersenyum lalu berkata, "Sesukamulah. Dipondong atau dipanggul, bagiku sama saja karena aku sudah tahu betul bahwa
kau memiliki isi dada yang bersih dan mulia."
Senang hati Sin Hong mendengar pujian ini. Ia lalu berjongkok, dan Soan Li mempergunakan tenaganya menekan pundak pemuda
itu dan biarpun kedua kakinya lumpuh akan tetapi sekali mengayun tubuh ias telah duduk di atas pundak kanan pmuda itu!
Sin Hong berdiri dan melihat Soan Li duduk dengan anteng dan
enak sama sekali tidak usah dipegangi lagi, ia memang tidak merasa heran, akan tetapi mulutnya memuji.
"Gak-siocia, ternyata kau bahkan lebih pandai dari nona tukang silat itu. Kau duduk tidak bergoyang sedikitpun juga!"
Jari tangan Soan Li yang halus menyentuh pundak kiri Sin Hong.
"Lam-ko, bisa saja kau memuji. Sebaliknya kaulah yang memiliki tenaga besar mengagumkan. Kau seperti memanggul daun kering
saja." "Bukan aku yang amat kuat, sebaliknya kaulah yang amat ringan, Nona."
Demikianlah, dengan perasaan hati berdebar girang, Soan Li
membiarkan dirinya dipanggul oleh Sin Hong, sebaliknya Sin Hong merasa beruntung karena sudah dapat menolong seorang murid
dari Hwa I Enghiong Go Ciang Le. Ia membayangkan betapa akan
girangnya hati Lie Bu Tek kalau tahu bahwa ia telah menolong
murid pendekar besar itu. Akan tetapi, karena ingin
441 menyembunyikan kepandaiannya dari Soan Li, ia tidak berani
mempergunakan ilmu lari cepatnya, bahkan berjalan dengan gaya
seakan-akan ia merasa berat dan agak sukar. Berkali-kali Soan Li yang merasa tidak enak hati minta supaya ia beristirahat, akan tetapi Sin Hong menolaknya.
Ketika Ah Kai tiba kembali di tempat pertempuran atau tempat
pemilihan ketua baru dari Hek-kin-kaipang, ia disambut dengan
serbuan dan Kim-tung Teng Gai bersama kaki tangannya!
Sebagaimana telah dituturkan di depan, setelah Giok Seng Cu
mengamuk, Kim-tung Mo-kai merubah siasat dan mengekor kepada
Giok Seng Cu yang memang menjadi ketuanya di waktu mereka
masih bergabung dalam perkumpulan lm-yang-bu-pai. Dengan kerja sama ini, banyak anggauta Hek-kin-kaipang kena dirobohkan dan
yang lainnya lalu menakluk.
Akan tetapi ketika melihat Ah Kai datang bersama Lie Bu Tek
yang banyak dikenal oleh para anggauta Hek-kin-kaipang, para
pengemis yang tadinya menakluk lalu memberontak kembali. Terjadi perang hebat antara Ah Kai yang dibantu oleh Lie Bu Tek melawan Kim- tung Mo-kai yang bercita-cita membentuk perkumpulan Pek-kin-kaipang itu. Mereka rusak binasa oleh amukankan anggautaanggauta Hek-kin-kaipang, apalagi ketika Ah Kai dan Lie Bu Tek mengamuk.
Kim-tung Mo-kai sendiri mendapat lawan tangguh ketika ia
berhadapan dengan Lie Bu Tek. Setelah pertempuran hebat,
akhirnya dengan pedangnya Lie Bu Tek berhasil merobohkan orang jahat ini. Kaki tangan Kim-tung Mo-kai melarikan dan cerai-berai.
Ke mana perginya Giok Seng Cu" Mengapa ia tidak kembali untuk
membantu anak buahnya" Ternyata kakek ini tahu diri. Setelah ia bertemu dengan Sin Hong dan menyaksikan kelihatan orang muda
yang aneh dan sakti itu, ia menjadi ketakutan sekali. Ia pikir bahwa urusan menjadi ketua Hek-kin-kaipang tidak akan ada gunanya
kalau di dekat tempat itu muncul seorang pemuda seperti yang
dijumpainya tadi. Maka dari hutan itu ia langsung melarikan diri ke tempat jauh untuk mencari kedudukan yang lebih baik atau siasat lain untuk memperkuat kedudukannya.
442 Setelah orang-orang jahat yang hendak menghancurkan Hek-kinkaipang itu dapat diusir semua, para anggauta Hek-kin-kaipang lalu mencentakan kepada Lie Bu Tek dengan sedih apa yang telah
terjadi. Lie Bu Tek menggeleng- geleng kepalanya dan memandang ke arah jenazah Kiang Cun Eng. Tak tertahan pula air matanya
bercucuran ketika ia melihat wanita yang pernah menolongnya,
pernah pula menjadi kekasihnya, dan pernah pula menyelamatkan
nyawa Wan Sin Hong itu. Ia lalu membantu semua orang untuk
mengurus jenazah bekas ketua Hek-kin-kaipang ini dan juga
jenazah Yap Kong Ki tidak disia-siakan.
Di bagian lain dari dusun Bi-nam-bun, Sin Hong yang memanggul
tubuh Soan Li tidak berhasil mencankan rumah penginapan. Dusun itu itu terlalu kecil sehingga satu-satunva rumah penginapan kecil yang ada, telah penuh. Terpaksa Sin Hong membawa Soan Li ke
dalam sebuah kuil dan kuil tua yang hanya dijaga tiga orang hwesio tua itu dengan senang hati menerima Soan Li dan memberikan
sebuah kamar untuk wanita beristirahat dan berobat. Biarpun
mereka itu tidak mengenal ilmu silat, namun pengalaman tiga orang hwesio ini amat luas dan mereka menghormati pendekar gagah,
maka mendengar dari Sin Ho bahwa wanita itu adalah pendekar
wanita murid Hwa I Enghiong, mereka menghormati sekali dan rela untuk menolong.
Setelah mendapat tempat untuk Soan Li, Sin Hong berpamitan
kepada gadis itu untuk membereskan atau membantu urusan ayah
angkatnya. "Siapa ayah angkatmu dan mengapa dia tidak datang
bersamamu?" tanya Soan Li yang merasa kecewa akan di tinggalkan pergi lagi.
"Ayah angkatku itu seorang she Lie seorang yang baik hati dan sekarang sedang pergi ke perkumpulan pengemis. Aku takkan pergi lama, Nona, setelah urusan Gihu beres, tentu aku akan datang
kembali bersama dia dan memperkenalkan dia kepadamu."
"Tapi, kau akan... kembali, bukan?"
Wan Sin Hong tersenyum. Kalau saja ia lebih dewasa, tentu katakata ini akan dapat ia tangkap isinya. Akan tetapi ia tidak mengerti 443
dan hanya merasa senang melihat gadis itu benar-benar
membutuhkan pertolongannya dan takut ditinggalkan pergi.
"Jangan khawatir, sebagai pengobatmu, sebelum melihat kau sembuh dan dapat berjalan kembali, aku takkan berani
meninggalkan kau, Siocia." Soan Li memberi hadiah senyum manis untuk kata-kata ini dan pergilah Sin Hong dengan hati girang.
Dengan mudah saja ia dapat sampai di tempat pemilihan ketua Hek-in-kaipang. Akan tetapi, kedatangannya disambut oleh warta yang amat menyedihkan hatinya. Kiang Cun Eng, wanita yang dahulu
menyelamatkan nyawanya dari ancaman maut di tangan orangorang Im-yang-bu-pai, ternyata telah tewas secara mengerikan.
Tewas dalam tangan Giok Seng Cu!
"Keparat jahanam Giok Seng Cu!" katanya perlahan di depan Lie Bu Tek, "Kalau aku tahu akan hal ini, pasti akan kuhancurkan kepalanya!"
Sambil menangis Sin Hong bersembahyang di depan peti mati
Kiang Cun Eng dan berjanji di depan peti mati itu bahwa ia pasti akan membalaskan sakit hati penolongnya itu.
Setelah penguburan jenazah Kia Cun Eng dan Yap Kong Ki
selesai, semua anggauta Hek-kin-kaipang minta tolong dan
menyerahkan kebijaksanaan Lie Bu Tek untuk memilih seorang
pangcu baru bagi Hek-kin-kaipang. Pendekar Buntung ini berkata.
"Menurut pendapat siauwte yang bodoh, seorang pangcu harus berkepandaian tinggi dan bijaksana seperti mendiang Kiang-pangcu.
Di antara para saudara kulihat bahwa kepandaian Saudara Ah Kai boleh diandalkan, apalagi dialah yan telah menyelamatkan tongkat pusaka Hek kin-kaipang. Oleh karena itu, kiranya tepat sekali kalau Saudara Ah Kai diangat menjadi pangcu baru."
Para pengemis yang sudah menyaksikan kepandaian Ah Kai,
setuju dengan usul ini, akan tetapi dan wajah mereka, ie Bu Tek dapat menduga bahwa mereka itu bersangsi apakah seorang ketua ng bisu dapat bekerja baik.
"Sudah tentu Saudara Ah Kam perlu mendapat bantuan seorang saudara yang berpengalaman dan bijaksana. Dan dalam hal ini, baik sekali kalau Tan Lokai dipilih menjadi wakilnya, sedangkan
444 pembantu utama dari kedua pangcu ini adalah Tiat-ciang-eng Lai Sek yang terkenal jujur. Bagaimana pendapat Saudara sekalian?"
Orang-orang bersorak gembira, menyatakan setuju. Memang,
selain tiga orang ini, kiranya tidak ada yang lebih tepat untuk memegang pimpinan.
"Saudara sekalman telah tahu betapa besar jasa Sian-hud-tim Yap Kong Ki, oleh karena itu kita pun jangan melupakan jasanya.
Sudah menjadi tugas Hek-kin-kaipang untuk menjaga
peninggalannya, yakni Pulau Kim-te-tho. Alangkah baiknya kalau mulai sekarang Hek-ki kaipang mempergunakan pulau itu sebagai
markas besar."
Kembali para anggauta Hek-kin-kaipang menerima usul ini,
bahkan para pelayan dari mendiang Yap Kong Ki yang berjumlah
lima puluh orang lebih, menerima baik usul ini. Mereka ini sudah berkumpul di situ dan semenjak mendengar bahwa majikan mereka
tewas serentak mereka menyatakan diri menjadi anggauta Hek-kin-kaipang! Para pelayan di Pulau Kim-ke-tho ini sudah mengenaI baik akan sepak terjang Hek-kin-kaipang, maka mereka tidak ragu-ragu dan tidak merasa hina untuk menjadi anggauta perkumpulan
pengemis yang sifatnya mulia ini.
Akan tetapi, tiga orang pemimpin Hek-kin-kaipang yang baru itu dengan berkeras minta kepada Lie Bu Tek untuk sementara waktu
memimpin atau menjadi penasihat mereka. Apalagi Tan Lo-kai pada waktu itu masih mendenta luka berat dan belum dapat bekerja,
maka bantuan Lie Bu Tek amat dibutuhkan.
"Harap Lie Taihiap tidak menolak," kata Tan Lo-kai yang masih rebah di pembaringan, "setelah terjadi keributan ini, siapa tahu kalau-kalau pihak orang jahat akan datang mengganggu lagi.
Kuharap Taihiap sudi mengawani kami sampai beberapa lama dan
setelah keadaan aman kembali baru Taihiap meninggalkan Hek-kin-kaipang."
Sebelum Lie Bu Tek dapat menjawab, Sin Hong berkata, "Gihu, kiranya demikianlah yang terbaik. Hitung-hitung kita beristirahat di sini. Selain itu aku pun masih mempunyai urusan penting di sini yang harus kubereskan."
445 Mendengar kata-kata anak angkatnya ini, Lie Bu Tek maklum
bahwa tentu ada sesuatu yang menahan Sin Hong, maka ia lalu
menyetujui. Setelah mereka berada di dalam kamar berdua, Lie Bu Tek bertanya,
"Sin Hong, urusan apakah yang begitu penting sehingga kau perlu tinggal beberapa lama lagi di tempat ini?"
"Aku perlu merawat seorang yang terluka berat, Gihu."
Lie Bu Tek memandang anak angkatnya dengan mata
mengandung keheranaa. Tidak biasanya pemuda ini merahasiakan
sesuatu, akan tetapi mengapa sekarang seakan-akan segan
menceritakan tentang orang yang dirawatnya itu"
"Sin Hong, siapakah dia?"
"Gihu akan terkejut kalau mendengarnya, dia adalah murid dan Hwa I Enghiong dan namanya Gak Soan Li."
Lie Bu Tek benar-benar terkejut mendengar ini, akan tetapi juga wajahnya berseri girang. "Bagus! Kalau begitu dari dia kita akan dapat bertemu dengan Go Ciang Le!"
Sin Hong mengerutkan keningnya. "Bagiku sendiri, Gihu, aku tidak begitu ingin bertemu dengan Hwa I Enghiong."
"Kau ini bagaimana, Sin Hong" Ciang Le adalah sahabatku
terbaik, lebih kekal dari saudara sendiri. Dia seorang pendekar besar yang budiman, bahkan dia masih terhitung Suhengmu, karena dia
sendiri pun murid Pak Kek Siansu. Bahkan istennya adalah murid Hoa-san pai, jadi masih terhitung Sumoiku sendiri yang amat baik."
"Justru hubungan dekat itulah yang membikin aku segan
bertemu dengan mereka, Gihu. Kalau Hwa I Enghiong itu bukan
sanak dekat atau tidak mempunyai hubungan dengan kita, tentu
aku akan suka sekali bertemu dengan pendekar gagah itu. Akan
tetapi mengapa kalau dia mempunyai hubungan demikian dekatnya
dengan Gihu, selama ini dia sembunyi saja dan tidak mau tahu
sama sekali tentang segala macam kejahatan yang dilakukan orang-orang atas diri Gihu" Mengapa Hoa-san-pai dan Luliang-san di basmi orang begitu saja tanpa dia turun tangan membela?"
446 Lie Bu Tek menghela napas panjang. "Hal ini pun amat
mengherankan hatiku sampai sekarang, Sin Hong. Biasanya waak
Suhengmu itu tidak demikian. Akan tetapi, siapa tahu akan
keadaannya" Siapa tahu kalau-kalau ia berhalangan untuk
meninggalkan tempat tinggalnya?"
"Mungkin juga, Gihu. Baiklah, harap hal ini kita sama lihat saja nanti. Akan tetapi untuk sementara ini, aku tidak ingin
memperkenalkan diri kepada siapa juga. Oleh karena itu maka Gak-siocia itu tidak tahu siapa adanya aku, hanya tahu bahwa aku
adalah seorang pemuda dusun bernama Gong Lam yang kebetulan
mengerti ilmu pengobatan dan kebetulan pula bertemu dengan dia sehingga dapat menolongnya."
Kemudian Sin Hong lalu menuturkan tentang pertemuannya
dengan Gak Soan Li, betapa Soan Li menolong Ah Kai dari serbuan Giok Seng Cu sehingga gadis itu sendiri menjadi korban pukulan Ti san-kang dari Giok Seng Cu yang lihai.
"Gihu, aku sudah bertemu Giok Se Cu, dan pukulannya memang lihai bukan main. Juga, ketika aku dahulu pergi Hoa-san untuk
menjemput Gihu, aku telah bertemu dengan See-thian Tok-ong dan anak isterinya. Mereka bertiga itu memiliki kekejaman dan kelihaian yang lebih hebat dari Giok Seng Cu. Di samping ini masih ada
orang-orang sepert Ba Mau Hoatsu yang tangguh. Oleh karena itu, kupikir ada baiknya kalau untuk sementara ini Gihu beristirahat di pulau Kim-ke-tho, selain untuk memimpin dan membangun kembali
Hek-kin-kaipang agar kedudukannya kuat kembali, juga untuk
menjaga diri Gihu yang sudah dikenal oleh tokoh-tokoh jahat itu.
Adapun aku sendiri, setelah merawat sembuh kedua kaki Gak-siocia yang patah, akan kulakukan penyelidikan di mana adanya siluman-siluman itu. Terutama sekali aku hendak mencari Giok Seng Cu, dan Ba Mau Hoatsu. Kalau Gihu tinggal di Kim-ke-tho, mudah saja
bagiku untuk sewaktu-waktu datang apabila aku rindu kepadamu."
Lie Bu Tek tak dapat membantah. memang ia harus akui bahwa
Sin Hong ini biarpun amat penurut kepadanya, namun semua usul
yang dikeluarkan oleh anak ini mempunyai dasar yang kuat dan
menurutkan pertimbangan masak serta pandangan luas. Ia tahu
bahwa biarpun kini kepandaiannya sudah meningkat namun kalau
447 dibandingkan dengan kepandaian musuh-musuh besar itu, masih
disangsikan apakah ia akan dapat melawan mereka. Dengan
demikian maka akan berarti bahwa Sin Hong bukan mendapat
bantuannya, bahkan mungkin akan menghalangi pelaksanaan tugas
pemuda itu, pula kalau dipikir-pikir, memang tenaganya amat
dibutuhkan oleh Hek-kin-kaipang yang baru saja kehilangan
ketuanya. Demikianlah setelah berunding dengan Lie Bu Tek, Sin Hong lalu meninggalkan Pulau Kim-ke-tho dan cepat menuju kuil di mana ia meninggalkan Gak Soan Li.
-oo0mch-dewi0ooKetika Wan Sin Hong tiba di dalam kamar di mana Soan Li masih
rebah di atas pembaringan baru, ia disambut oleh Soan Li dengan wajah merengut dan marah-marah.
"Kenapa kau datang juga" Mengapa tidak tinggalkan saja aku biar mati di sini?" Soan Li berkata dengan suara marah dan aneh sekali, air matanya menitik keluar dari sepasang matanya. Gadis ini benar-benar di dalam hatinya merasa terheran-heran karena
sepeninggal Gong Lam, ia merasa sunyi dan gelisah. Apalagi setelah sehari semalam pemuda itu tidak datang, ia merasa berduka,
khawatir, kecewa dan bingung. Ia demikian bersedih sehingga
ketika pendeta kelenteng itu datang memberi makanan, ia tidak
mau makan. Ketika pada keesokan harinya pemuda nu muncul di
pintu kamarnya, hatinya sebenarnya girang bukan main, akan tetapi juga amat mendongkol karena sehari semalam ia merasa tersiksa, tidak tidur dan tidak mau makan. Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia berhal seperti ini. Belum pernah selama hidupnya Soan Li merasa seaneh ini. Memang pernah ia merasa berduka kalau ia teringat
akan ayah bundanya. Tadi sebelum Gong Lam datang, memang
perasaannya pada saat itu terkenang akan ayah bundanya yang
sudah meninggal dunia, akan tetapi tidak sama benar. Kalau ia
terkenang akan ayah bundanya, ia merasa berduka dan sunyi, akan tetapi di samping ini tidak ada ingatan atau keinginan dalam hatinya untuk menyusul mereka, bahkan ia merasa bahagia bahwa dalam
keadaan yatim piatu, ada keluarga Go yang menolong dan
448 mengangkatnya. Sebaliknya, ketika ia tadi ketakutan ditinggal pergi selamanya oleh Gong Lam, ia tidak saja merasa berduka dan sunyi, akan tetapi juga ingin kali menyusul, ingin sekali segera bertemu dan tidak akan berpisah selamanya. Ia merasa bahwa hidupnya
akan kosong dan tidak menyenangkan kalau berada jauh dari
pemuda dusun itu!
Aneh, memang aneh sekali perasaan orang yang hatinya
tertembus panah asmara. Tak boleh dikatakan bahwa Soan Li jatuh hati kepada Gong Lam karena ketampanan wajah, karena sudah
banyak Soan Li bertemu dengan orang-orang muda yang gagah dan
tampan, juga bukan karena tertarik oleh kepandaian karena
menurut pengertian Soan Li, pemuda dusun ini hanya pandai
mengobati tulang-tulang patah. Sudah tentu sekali ada sesuatu
dalam diri pemuda ini yang menarik dan menjatuhkan hati Soan Li, gadis yang keras dan tinggi hati, yang tidak menyerahkan hatinya kepada pemuda gagah dan tampan seperti Liok Kong .!
Kiranya tidak meleset jauh kalau diduga bahwa yang membuat
gadis itu jatuh hati, adalah karena sikap dari pemuda yang mengaku bernama Gong Lam itu. Memang, sikap berpengaruh besar sekali
terhadap hubungan antara manusia. Siapa yang pandai mengatur
sikap sehingga sesuai dengan siapapun juga, sesuai dengan
keadaan apapun juga, dia seorang yang berbahagia!
Sin Hong ketika melihat sambutan Soan Li, menjadi tercengang.
Akan tetapi ia masih terlalu muda untuk dapat menjenguk isi hati gadis itu. Ia hanya menganggap bahwa Soan Li adalah seorang
gadis yang gagah perkasa, keras hati dan juga agak aneh wataknya.
Maka ia lalu tersenyum dan menjura.
"Maafkan aku, Gak-siocia. Karena urusan Gihu belum beres dan aku harus membantunya, maka baru sekarang aku datang. Apakah
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siocia sudah makan" Apakah mendapat pelayanan baik dari para
Suhu di sini" Dan bagaimana dengan kedua pahamu, Siocia" Banyak baikkah?"
Mendengar pertanyaan yang penuh, perhatian serta melihat
wajah pemuda itu yang nampaknya bersungguh-sungguh ingin
mengetahui keadaannya, sekaligus lenyaplah kemendongkolan hati 449
Soan Li., Wajahnya yang cantik nampak berseri dan bibirnya
tersenyum manis.
"Mana bisa aku mendapat pelayanan baik" Sejak kemarin aku belum makan dan tidur sekejap mata pun!"
Sin Hong terkejut. "Eh, eh, mengapa begitu" Aku sudah pesan kepada para Suhu untuk memperhatikan keperluanmu, Siocia. Aku
akan menegur mereka."
"Sudahlah! Bukan mereka tidak memberi makan, aku sendiri
yang tidak mau makan. Tidak makan sehari semalam bagiku bukan
apa-apa tidak tidur satu malam saja sudah seringkali kulakukan, kau jangan ribut-ribut. Kedua pahaku tidak terasa sakit lagi, akan tetapi tak dapat digerakkan, sedikit saja bergerak, sakitnya bukan main.
Eh, mana itu Ayah angkatmu" Mengapa tidak ikut datang?"
"Gihu masih sibuk dengan urusannya, maka menyesal sekali tidak dapat datang berkunjung ke sini. ia hanya menyampaikan
hormatnya kepadamu, Siocia."
"Hm, Gihumu tentu orang baik."
"Mengapa kau berpendapat begitu, Siocia" Kau belum pernah bertemu dengannya."
"Kalau dia tidak baik, bagaimana bisa menjadi ayah angkatmu?"
Sin Hong tersenyum. ia suka kepada nona ini yang biarpun keras hati dan bisa mengeluarkan kata-kata terus terang dan keras,
namun jujur dan menyenangan.
"Memang Gihu adalah seorang yang berhati mulia, lagi seorang jantan."
"Lam-ko, kau pun seorang jantan. Biarpun belum kenal, kau telah menolongku, telah mengobati dan sampai sekarang masih
memperhatikan keadaanku."
Sin Hong seperti diingatkan. "Nona, untuk melihat apakah
sambungan tulang pahamu benar letaknya, terpaksa aku harus
memeriksanya sekali lagi. Amat tidak enak kau kelak ternyata
bahwa sambungannya tidak betul sehingga kakimu bengkokbengkok." 450 Soan Li menjadi merah mukanya dan ia mempergunakan tangan
untuk menutup mulut untuk menahan ketawanya "Mengapa mesti bilang terpaksa segala" Kenapa terpaksa" Bukankah kau ini tabibnya dan aku ini kerbaunya yang patah tulang kakinya" Mau periksa,
silahkan saja periksa, kapan saja kau suka." Sambil berkata demikian, gadis ini yang tadinya sudah bangun duduk, kini
membaringkan tubuhnya lagi tanpa menggerakkan kedua kakinya
yang selalu dilonjorkan.
Sin Hong menghampiri nona itu. Ia memang bersungguhsungguh dengan kata-katanya tadi. Ia tahu bahwa dalam waktu
sehari semalam ini, tulang-tulang itu mulai bertumbuh dan merekat.
Kalau gadis ini melakukan banyak pergerakan sehingga tulangtulang kakinya miring, tentu kelak paha gadis itu tidak benar
letaknya dan kakinya mungkin akan menjadi bengkok. Ia perlu
memeriksa lagi karena kalau terjadi demikian, sekarang masih
belum terlambat untuk membetulkan letaknya.
Dengan cekatan ia menggulung pipa celana itu ke atas. Biarpun
tidak sehebat kemarin akibatnya, tetap saja kedua tangannya masih gemetar dan dadanya berdebar aneh. Namun ia tidak mau
memperlihatkan perasaan aneh ini dan mempergunakan hawa batin
untuk menekan perasaannya. Sepuluh jari tangannya bergerak
penuh keahlian mengurut dan meraba kedua paha tanpa
melihatnya. Betapapun sigap, ia takut memandang kulit paha itu, takut kalau-kalau perasaannya akan mengganggu pekerjaan ini.
Dengan hati puas ia mendapat kenyataan bahwa pertumbuhan
tulang paha gadis itu ternyata baik dan diam-diam ia merasa kagum sekali. Gadis ini sehari semalam tidak makan dan tidak tidur, dan sedikit pun tidak menggeser dan menggerakkan kedua kaki, benar-benar gadis ini telah mengalami penderitaan yang amat hebat. Akan tetapi, sedikit pun tidak kelihatan sengsara.
"Bagus, pertumbuhannya baik sekali?" kata Sin Hong sambil menurunkan gulungan pipa celana. Ketika ia menbuka mata dan
memandang ke arah gadis itu, ia melihat Soan Li meramkan kedua mata, menggigit bibir menahan isak tangis, akan tetapi air matanya mengucur keluar dan membasahi kedua pipinya!
451 "Eh, kau kenapa Nona?" Sin Hong terkejut sekali sehingga ia menubruk maju, memegang pundak gadis itu dan mengangkatnya
sehingga Soan Li kini duduk dengan kedua kaki tetap dilonjorkan.
"Nona, kau merasa sakitkah?" Kegelisahan Sin Hong sewajarnya, karena sebagai seorang ahli pengobatan, murid Kwa Siucai, ia tahu bahwa kalau pertumbuhan tulang paha itu sampai ada yang salah, yakni kalau ada pecahan tulang yang menusuk daging dan merusak urat, berbahaya sekali keadaan Soan Li. Tadinya ia melihat gadis itu tenang-tenang saja maka ia sudah merasa lega. Kalau terjadi hal yang ia khawatirkan itu, tentu gadis itu akan, mengalami saksaan rasa nyeri yang luar biasa. Sekarang, melihat gadis itu tiba-tiba menangis dan menahan tangis dengan mengigit bibir, ia tentu saja terkejut dan mengkhawatirkan yang bukan-bukan.
Sebaliknya, ketika merasa pundaknya dipegang oleh Sin Hong,
Soan Li tak dapat menahan
tangannya dan ia terisak
dengan kepala disandarkan
di pundak pemuda itu!
Sin Hong terheran-heran.
Sekarang tahulah dia bahwa
gadis itu bukan menangis
karena rasa nyeri melainkan
menangis karena sedih'
"Eh, kau kenapakah, Gaksiocia" Mengapa kau
berduka dan menangis"
Percayalah, aku... Gong Lam
bertanggung jawab bahwa
kedua pahamu akan sembuh
dan pulih seperti sedia kala!
Percayalah padaku dan
jangan kau berduka."
Aneh sekali! Sin Hong sampai melongo dan memandang kepada
gadis itu dengan sepasang mata terbelalak bodoh. Gadis itu tiba-tiba tersenyum manis di antara air matanya'
452 "Lam-ko aku bersumpah bahwa selama hidupku, takkan ada
orang lain yang akan menyentuh pahaku'"
Masih saja Sin Hong tidak mengerti. "Tentu saja, Siocia,"
jawabnya terheran, "apalagi kalau yang menyentuhnya sampai mematahkan tulang-tulangnya, itu berbahaya sekali. Sekali lagi patah takkan ada obatnya!"
Senyum Soan Li melebar, akan tetapi sepasang matanya yang
masih basah itu nampak kecewa.
"Sekarang aku tahu mengapa kau disebut Gong Lam (Pemuda
Tolol), karena sesungguhnya kau memang tolol!"
Muka Sin Hong menjadi merah, betapapun juga ia merasa tidak
enak disebut tolol. Apa sebabnya ia dianggap tolol" Kesalahan
apakah yang ia lakukan, ataukah ada kesalahan dalam ucapannya
tadi" Akan tetapi, karena dia berusaha menyembunyikan keadaan
dirinya, sambil tertawa bodoh ia menjawab.
"Memang aku tolol, barang kali karena... karena terlalu sering aku berdekatan dengan kerbau."
Soan Li yang jarang tertawa itu kini menjadi geli dan tertawa
menutupi mulutnya. Benar-benar mengherankan. Kebodohan
pemuda ini tidak menjemukan atau menyebalkan hatinya,
sebaliknya, membuat ia gembira dan juga ia kasihan.
"Lam ko, jangan salah mengerti. Maksudku... kecuali engkau seorang, aku takan sudi membiarkan orang lain menyentuhku...
aku... ah, sudahlah. Sukar memang bicara dengan engkau yang
tidak mau mengerti...."
Sin Hong mengerutkan kening dan benar-benar tidak mengerti,
seperti menghadapi teka-teki yang sulit. ia lebih bingung lagi ketika melihat gadis itu seakan-akan marah dengan tiba-tiba.
"Sudahlah, Lam-ko, kalau diteruska akan naik darahku dan
penyakit di pahaku takkan menjadi sembuh. Lam-ko, sekarang
harap kau jangan kepalang tanggung menolongku. Bawa aku ke
dalam kota, dalam sebuah rumah penginapan yang besar dan
bersih." 453 "Gak-siocia, bukankah di sini juga bersih" Beristirahat lebih baik di tempat yang sunyi, bukan di kota yang hawanya buruk dan
suasana tidak tenang."
"Tapi di sini tidak ada restoran besar yang menjual makanan enak."
"Kalau kau ingin makanan enak, biar-aku carikan, Siocia."
"Lam-ko, mengapa berkeras" Aku hendak pindah ke kota, apakah kau tidak mau mengantarku" Kalau tidak mau, biarlah dengan
merayap menggunakan dua tangan aku dapat pergi sendiri'"
Melihat Soan Li bersikap marah, diam-diam Sin Hong menarik
napas paniang. Nona ini benar-benar pemarah sekali, agaknya
segala kehendaknya harus diturut. Dengan sikap apa boleh buat ia mengangkat kedua pundaknya.
"Baiklah, Nona. Kurang lebih tiga puluh li disebelah barat dusun ini ada sebuah kota yang cukup besar. Aku akan mengantarkanmu
ke sana. Bila kita berangkat?"
"Sekarang juga!" jawab gadis itu tegas, akan tetapi ia merasa ketertaluan dan menyambungnya cepat-cepat, "tentu saja kalau kau tidak keberatan, Lam-ko."
"Tentu tidak, Siocia. Kalau kau menghendaki sekarang, marilah."
Akan tetapi, pada saat itu terdengar suara ribut-rebut di luar kamar, dan dari suara itu, Soan Li dan Sin Ho maklum bahwa tiga orang hwesio kelenteng itu sedang bertengkar mulut dengan
beberapa orang.
Kemudian terdengar hwesio-hwesio itu berteriak kesakitan dan
lari cerai berai diikuti dengan tindakan kaki beberapa orang yang memasuki kelenteng dan langsung menuju ke kamar Soon Li. Sin
Hong cepat menengok dan ia melihat tiga orang pengemis datang di tempat itu. Tadinya ia merasa terheran karena mengira bahwa
anggauta-anggauta Hek-kin-kaipang yang datang, akan tetapi ketika ia melirik ke arah ikat pinggang mereka yang berwarna putih,
tahulah ia bahwa yang datang ini adalah pengemis dari golongan lain.
454 "Lam-ko, apakah yang terjadi di luar?" tanya Soan Li sambil menjulurka kepala hendak melongok keluar.
"Entah, Siocia. Ada tiga orang pengemis aneh datang menuju ke kamar ini."
"Agaknya para Suhu telah mereka paksa dan pukul, dan mereka
masuk dengan kekerasan."
"Hm, kau minggirlah, Lam-ko. Biar aku sendiri menghadapi
mereka. Eh, tolong kau ambilkan nasi dan sayur daging di meja itu, perutku lapar sekali."
Diam-diam Sin Hong merasa geli dan kagum. Nona ini belum
tahu siapa yang datang dan belum tahu pula sampai dimana
kelihatan lawan, akan tetapi ia hendak menyambut kedatangan tiga orang pengemis itu sambil makan! Akan tetapi, kemudian ia kagum kalau teringat bahwa gadis itu kedua kakinya belum dapat
digerakkan sehingga sukar untuk menghadapi mereka dengan ilmu
silat, maka sudah tentu mangkok terisi nasi dan sayur berikut
sepasang sumpit itu sengaja diminta oleh Soan Li untuk
dipergunakan sebagai senjata! Ia cepat mengambilkan mangkok
nasi dan sumpit yang diterima oleh Soan Li dengan senyum.
Pada saat Sin Hong melangkah minggir menjauhkan diri dari
pintu, terdengar suara tindakan kaki yang berat. Tak lama kemudian muncullah tiga orang pengemis setengah tua di ambang pintu
kamar itu. Pengemis yang tengah ternyata datang sambil
memanggul sebuah patung batu besar. Patung ini adalah patung
barongsai yang tadinya berada di ruang tengah dari kelenteng itu, sebuah barang kuno yang amat berat karena terbuat dan pada batu hitam. Dengan mengangkat dan memanggulnya sehingga tindakan
kakinya menjadi berat, tanpa terlihat sukar sama sekali
membuktikan bahwa pengemis ini memiliki tenaga yang besar.
Ketika melihat Soan Li duduk di atas pembaringan sambil makan
nasi dengan sepasang sumpit digerakkan ke mulut, pengemis itu
menurunkan patung itu. Ternyata bahwa ia telah membanting
patung itu ke atas lantai disertai tenaga hebat sehingga barang-barang yang berada di dalam kamar itu terpental ke atas. Bukan hanya barang-barang bahkan Sin Hong yang berdiri di dekat
455 pembaringan, juga, ikut terlempar ke atas sehingga pemuda ini
mengeluarkan seruan kaget. Akan tetapi, ketika pengemis itu
tertawa bergelak, ia melirik ke arah pembaringan yang diduduki oleh Soan . Seketika itu juga suara ketawanya berhenti dan wajahnya berubah. Tidak saja gadis ini seakan-akan tidak merasa sesuatu, bahkan empat kaki pembaringannya telah amblas ke dalam lantai!
Memang amat mengherankan. Getaran bantingan patung batu yang
amat berat itu telah membuat barang-barang lain terpental ke atas, akan tetapi pembaringan yang diduduki oleh Nona itu sebaliknya telah amblas ke bawah, ini sudah membuktikan bahwa Gak Soan Li memiliki tenaga lweekang yang amat mengagumkan. Tentu saja
akan lebih mengagumkan lagi kalau pengemis-pengemis tahu
bahwa gadis itu telah lumpuh kedua kakinya.
"Pengemis busuk, apa perlunya kalian datang mengganggu aku makan?" bentak Soan Li menunda makannya sambil memandang
dengan sepasang mata bersinar-mar. "Apakah hendak mengemis makanan?"
"Aha, Lihiap benar-benar hebat," pengemis yang tadi memanggul patung berkata dengan senyum sindir, "tidak salah apa yang dikatakan oleh Giok Seng Cu Locianpwe bahwa murid Hwa I
Enghiong benar-benar tangguh sekali. Tidak salah pula kata-katamu tadi bahwa kami datang hendak mengemis makanan, yakni kalau
saja Lihiap ada makanan enak. Ha, ha!"
Orang-orang kang-ouw memang sering kali mempergunakan
kata-kata dan kalimat atau istilah yang aneh-aneh Mengemis
makanan bisa diartikan minta petunjuk dalam ilmu silat, yakni
maksudnya mencoba kepandaian tinggi. Dengan kata-kata lain
pengemis itu menantang Soan Li untuk mencoba kepandaian kalau
saja gadis itu memiliki kepandaian tinggi! Benar-benar ucapan yang tidak saja mengandung tantangan akan tetapi juga ejekan.
"Hem, kalau kalian benar-benar sudah lapar sekali, nah,
terimalah ini dan makanlah!" Sambil berkata demikian, kedua tangan gadis itu bergerak cepat sekali dan secara bertubi-tubi.
Gerakan ini disusul oleh berteriaknya tiga orang pengemis itu yang bergulingan jatuh kemudian merayap bangun dan lari sipat kuping tanpa berani menengok lagi! Apakah yang terjadi" Gerakan kedua 456
tangan Soan Li tadi mengakibatkan menyambarnya butiran-butiran nasi yang cepat sekali menyambar muka tiga orang itu. Biarpun
hanya nasi, akan tetapi karena dilempar oleh tangan yang
mengandung tenaga sinkang tinggi, kalau mengenai kulit, nasi-nasi itu sama dengan pelor-pelor besi. Nasi-nasi ini disusul
menyambarnya sayur kemudian sepasang sumpit menyambar ke
arah dua orang pengemis di kanan kiri dan mangkok menyambar ke arah pengemis di tengah-tengah Akibatnya memang hebat.
Pengemis-pengemis itu selain dihajar oleh nasi dan sayur yang
mendatangkan rasa perih dan pedas di kulit muka, juga masih
terkena hajaran sepasang sumpit yang mengenai jalan darah di
pundak kedua pengemis, sedangkan mangkok itu dengan tepat
memukul dada pengemis yang di tengah-tengah. Pengemis ini
tadinya hendak mengerahkan tenaga dan menerima dengan
dadanya, akan tetapi ia kecele. Dadanya serasa terkena pukulan yang ribuan kati beratnya, membuat ia terhuyung-huyung dan
dengan ketakutan ia lalu melarikan diri diikuti oleh dua orang kawannya.
"Benar-benar mereka sudah kelaparan sekali. Begitu mendapat nasi dan sayur mereka berebut dan melarikan diri," kata Sin Hong, diam-diam ia memuji kepandaian Nona Gak ini.
Soan ia menoleh kepada Sin Hong "Lam-ko, kau tidak tahu.
Mereka itu mungkin sekali anak buah dari Giok Seng Cu yang
disuruh menyelidiki keadaanku. Kau tidak tahu bahwa mereka itu biarpun tidak usah dikhawatirkan karena kepandaian mereka tidak berapa hebat akan tetapi kedatangan mereka menjadi tanda bahwa Giok Seng Cu tidak pergi jauh. Kalau Giok Seng Cu yang keluar dan turun tangan sendiri, kiranya aku dan kau pada saat ini tidak dapat bercakap-cakap lagi dan barangkali sudah menjadi mayat."
Sin Hong memperlihatkan wajah kaget dan takut.
"Kaumaksudkan kakek yang buruk rupa itu, Gak-siocia" Aduh, habis bagaimana baiknya?" Ia memang ingin sekali mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh gadis ini selanjutnya.
Soan Li menarik napas panjang. "Bagaimana baiknya" Hm, kalau dia turun tangan, apa boleh buat, aku akan melawannya dengan
457 sekuat tenagaku. Aku takkan menyerah sebelum mati, apa lagi...
aku dekat dengan engkau, Lam-ko, aku tidak takut mati."
Kini hati Sin Hong berdebar aneh. ia mulai dapat merasa akan
sikap gadis ini terhadapnya, dan hal ini membuatnya malu dan tidak enak hati.
"Kalau dekat dengan aku mengapakah" Apakah yang dapat
kulakukan aku seorang lemah ini" Kalau kau sendiri tidak dapat mengalahkannya, apalagi aku?"
"Bodoh, kau pandai mengobati. Kalau Giok Seng Cu muncul dan ada beberapa tulang-tulangku patah lagi, aku takut apakah" Kau pasti akan dapat menyembuhkannya."
"Kalau aku dia pukul mampus, bagai mana aku dapat merawat luka-lukamu Nona'"
"Kalau kau dipukul mati, tentu aku pun mati. Mati berkawan seorang yang balk hati seperti engkau tidak mendatangkan
penasaran hati, Lam-ko." Setelah berkata demikian, dengan kedua tangan menekan pembaringan, tahu-tahu tubuh Soan Li telah
melayang ke arah pundak Sin Hong. "Awas, Lam-ko, sediakan pundak kananmu!"
Sin Hong memasang pundaknya dan tahu-tahu nona itu telah
duduk di atas pundaknya di sebelah kanan, tangan kiri nona itu menekan pundak kirinya seperti merangkul leher.
"Tidak berat, Lam-ko?"
"Tidak sama sekali. Heran benar kau seperti tidak ada lima kati badanmu Nona," kata Sin Hong. Tentu saja pemuda ini tahu bahwa Soan Li menggerakkan ginkangnya, maka sengaja ia memuji agar
disangka ia tidak mengerti sama sekali akan hal itu.
Maka berangkatlah dua orang itu meninggalkan kelenteng
menuju ke barat. Sin Hong tidak berani mempergunakan ilmu berlari cepat, akan tetapi ia juga segan untuk berjalan terlalu lambat. Maka ia lalu berjalan dengan langkah tegap dan lebar.
"Lam-ko, kau kuat sekali!" Soan Li memuji.
458 "Sebagai seorang gunung, aku sudah biasa berjalan kaki dan berlari, Nona. Kadang-kadang aku harus melalui puluhan li dengan pikulan berisi hasil bumi yang beratnya hampir seratus kati. Oleh karena itu, memanggulmu bukan beban yang berat bagiku, beratmu paling banyak beberapa belas kati saja."
"Orang gila, masa ada orang beratnya hanya belasan kati' Kalau aku mau, aku lebih berat daripada pikulanmu yang ratusan kati itu'"
Sin Hong merasa khawatir kalau-kalau nona ini benar-benar
membuktikan ancamannya. Kalau Soan Li mengerahkan tenaga dan
memberatkan tubuhnya, kedudukannya tentu serba sulit. Tentu saja ia takkan merasa berat dan betapapun juga, akan sanggup
memanggul tubuh Soan Li, akan tetapi kalau ia lakukan hal ini, berarti ia membuka rahasianya sendiri. Kalau gadis itu memberatkan tubuh, ia terpaksa harus "tidak kuat" dan hal ini akan membuat ia dan gadis itu roboh terpelanting.
"Jangan, Nona. Jangan main-main, kita bisa jatuh' Eh, lihat, bukankah ada orang-orang datang dan depan itu?" katanya untuk mengalihkan perhatian Soan Li.
-oo0mch-dewi0ooJilid XVII GADIS itu memandang ke depan dan terheran. Benar saja, dari
jauh datang lima orang penunggang kuda. Bagai-mana pemuda ini
bisa tahu akan kedatangan mereka itu" Kalau dia sendiri telah
memiliki sepasang mata terlatih dan juga ia duduk di pundak itu sehingga ia menjadi lebih tinggi. Akan tetapi bagaimana pemuda ini bisa mengetahui dulu akan kedatangan lima orang itu
"Eh, benar ada lima orang penunggang kuda datang dari depan.
Akan tetapi bagaimana kau bisa tahu, Lam-ko?"
Memang sebetulnya, tadi Sin Hong bukan secara kebetulan saja
menyatakan bahwa ada orang datang dari depan. Memang pemuda
ini telah memiliki penglihatan dan pendengaran yang lebih tajam daripada Soan Li, maka sebelum gadis itu melihat atau mendengar, ia lebih dulu telah mendengar derap kaki kuda dan melihat
459 bayangan lima titik depan. Kini ia terkejut dan menyesal sekali.
Otaknya yang cerdik diputar dan sebentar saja sambil tersenyum ia sudah menjawab senang.
"Mudah saja, Gak-siocia. Dan jauh mereka memang tidak tampak olehku akan tetapi debu yang mengepul itu sudah kelihatan dari jauh. Debu yang mengepul di atas jalan raya, sudah pasti
disebabkan oleh orang bukan oleh kerbau."
Soan Li tersenyum. Mengapa ia begitu bodoh" Memang alasan ini
kuat sekali Di belakang lima ekor kuda itu memang debu mengepul tinggi sehingga mudah di lihat dari jauh.
"Kau memang pandai, Lam-ko."
"Bukan pandai, hanya sudah biasa dengan kehidupan di tempat sunyi, Nona."
Sementara itu, lima orang penunggang kuda itu sudah tiba dekat dan mereka itu ternyata lima orang laki-laki. Han Sin Hong berdebar ketika inelihat bahwa dua orang di:antara mereka adalah dua orang pengemis yang pundaknya terkena totokan sepasang sumpit yang
dilemparkan oleh Soan Li di kelenteng tadi pagi. Hmm, agaknya
akan terjadi hal-hal tidak enak, pikirnya. Apalagi kalau ia lihat tiga orang lainnya yang kelihatannya bukan orang sembarangan. Yang
dua orang adalah orang-orang setengah tua dengan pakaian
piauwsu (pengawal barang kiriman), dan mereka ini kelihatan
sebagai ahli-ahli lweekeh karena sepasang mata kedua orang ini berkilat-kilat dan berpengaruh. Akan tetapi yang lebih
Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
niengkhatirkan hati Sin Hong adalah orang ketiga yakni seorang gundul yang seperti hwesio, akan tetapi mukanya memperlihatkan sifat jahat, sama sekali tidak patut seorang pertapa, apalagi
tubuhnya tinggi besar dan nampakm ia kuat bukan main,
sungguhpun usianya sudah amat tua.
Lima orang itu menghentikan kuda mereka dan dua orang yang
berpakaian seperti piauwsu itu tertawa bergelak ketika melihat Sin Hong dan Soan Li. Telunjuk mereka menuding ke arah Sin Hong dan mereka tertawa geli sampai memegang perut.
460 "Eh, kalian ini kenapa tertawa" Apa sih yang lucu?" Sin Hong menegur karena ia mendongkol sekali. ia dapat menduga bahwa
tentu dia yang ditertawai karena dia memanggul tubuh Gak Soan Li
"Ayaa..!" seorang di antara dua piauwsu itu berpura-pura kaget untuk melawak, "Kiranya kuda berkaki dua ini masih pandai bicara segala! He, kuda kaki dua, kau setiap hari makan rumput
ataukah...?"
Baru saja ia bicara sampai di sini, piauwsu ini melompat kaget dari kudanya yang meringkik dan mengangkat kedua kaki depan,
lalu meronta-ronta dan hendak minggat. Akan tetapi, sekali
menepuk pundak kuda itu dengan tangannya, piauwsu tadi dapat
membuat kuda itu tidak berdaya dan lemas! Kemudian piauwsu ini dengan muka berubah mencabut sebatang jarum halus dari leher
kudanya dan memandang ke arah Soan Li dengan muka merah.
Memang, ketika tadi ia mengganggu Sin Hong, Soan Li marah sekali dan sekali tangan kirinya bergerak, dua batang jarum menyambar ke arah depan, yang sebatang menyambar muka piauwsu yang baru
bicara mengejek Sin Hong, sedangkan jarum ke dua menyambar
leher kudanya. Piouwsu tadi memang lihai. ia dapat mendengar datangnya jarum
dan dapat cepat mengelak akan tetapi kudanya menjadi korban.
Baiknya ia memang berkepandaian tinggi sehingga ia dapat
membikin kudanya tak berdaya sebelum kuda itu melarikan diri dan dapat mencabut jarum yang menancap di leher kudanya.
Melihat ini, diam-diam Soan Li mengeluh. Ia menghadapi lawan
yang tangguh. Tentu saja ia tidak akan gentar menghadapi mereka ini kalau kedua kakinya dapat digerakkan. Akan tetapi dengan
duduk di atas pundak Gong Lam, ia dapat berbuat apakah"
"Inikah murid Hwa I Enghiong yang kalian maksudkan?" tanya piauwsu kedua yang lebih tua kepada dua orang pengemis di
sampingnya. Dua orang pengemis itu mengangguk. Piauwsu itu lalu mengangkat kedua tangan memberi hormat kepada Soan Li.
"Benar-benar murid Hwa I Enghiong hebat sekali. Tidak saja kepandaiannya tinggi, akan tetapi juga memilikt keberanian yang luar biasa pula. Sayangnva. kepandaian yang tinggi itu
461 dipergunakan untuk menghina dan merendahkan orang lain.
Sampai-sampai memaksa seorang pemuda tampan menjadi
kudanya. Ilmu ... memalukan benar!"
"Hei tutup mulutmu. kau kambing busuk! Aku memanggul Nona ini atas kehendakku sendiri, secara suka rela sama sekali tidak dipaksa! Juga aku bukan kuda, kau tahu" Enak saja kau bicara!" Sin Hong memaki-maki marah sambil tangannya menuding-nuding ke
arah piauwsu itu yang memang memiliki jenggot panjang meruncing seperti jenggot kambing. Pada saat itu, Soan Li juga sudah
menggerakkan tangannya mengirim tiga batang jarum ke arah
piauwsu itu. Piauwsu itu dengan senyum mengejek mengibaskan
lengan bajunya untuk menyampok runtuh tiga batang jarum tadi.
Akan tetapi tiba-tiba ia menjerit dan lengannya yang dipergunakan menyampok jarum-jarum tadi berdarah! Ketika ia melihat ternyata bahwa dua batang di antara jarum-jarum itu biarpun menancap
pada kulit lengannya, biarpun tidak begitu dalam, lengannya
berdarah dan perih. I benar-benar merasa heran karena tadi ia
sudah mempergunakan tenaga lweekang untuk menyampok jarumjurum itu, mengapa tiba-tiba tenaganya lenyap sebagian besar
sehingga jarum-jarum itu masih mengenai lengannya"
Tentu saja tak seorang pun menduga bahwa ini adalah
disebabkan oleh kedua telunjuk tangan Sin Hong yang digerakgerakkan menuding ke arah piauwsu itu ketika ia memaki-maki. Dari telunjuknya keluar hawa sinkang yang secara aneh telah dapat
memukul piauwsu itu sehingga ketika piauwsu itu mengibaskan
lengannya, tenaga lweekangnya lenyap terpukul oleh sinkang dari kedua telunjuk Sin Hong yang digerakkan! Bagi piauwsu itu, tentu mengira bahwa Soan Li memang memiliki kepandaian yang amat
tinggi, maka ia tidak berani banyak cakap dan mukanya berubah.
Sebaliknya Soan Li mengira bahwa piauwsu ini kepandaiannya
tidak berapa hebat. Ia lalu berkata dengan suara nyaring,
"Aku Gak Soan Li selama hidupku belum pernah bertemu dengan kalian, mengapa kalian mengambil sikap bermusuhan" Memang
betul bahwa aku adalah murid Suhu Go Ciang Le, habis kalian mau apakah?"
462 Dua orang pengemis itu sudah tahu akan kepandaian Soan Li,
maka mereka tidak berani banyak bicara. Adapun dua orang
piauwsu itu kini berpaling kepada hwesio tinggi besar tadi, seakan akan minta keputusan. Hwesio tinggi besar itu membuka mulut dan suaranya terdengar seperti desis ular ketika ia berkata,
"Kalian turun tangan dan coba tangkap dia!"
"Baik, Suhu!" Dua orang piauwsu itu berkata girang, lalu keduanya melompat turun dari kudanya dan bersama piauwsu
pertama melangkah maju menghadapi Soan l.i yang masih duduk di pundak Sin Hong.
"Nona Gak yang baik, kami adalah Po An Ci-heng-te (Kakak
Beradik she Ci dari Po An) yang menjadi piauwsu di Po An.
Tentunya kau sudah pernah mendengar nama kami berdua...."
"Eh, eh, kalian ini mau jual obat atau mau main wayang" Mau bicara lekas bicara ada keperluan apa pakai memperkenalkan nama segala! Mana Nona Gak mengenaI manusia-manusia seperti kalian?"
Sin Hong membentak marah. ia merasa sebal sekali melihat lagak dua orang piauwsu yang sombong itu. Soan Li menekan pundaknya
memberi tanda agar pemuda ini jangan naik darah karena gadis itu tidak berani bersikap sembrono. Ia maklum bahwa kalau dua orang muridnya saja sudah setangguh ini, apalagi hwesio tinggi besar itu, tentu memiliki kepandaian tinggi sekali.
"Kahan mau apakah?" tanyanya.
"Kau sudah mendengar sendiri bahwa Suhu menyuruh kami
menawanmu, Nona. Kami merasa sayang untuk membikin kau lelah,
juga tidak tega membiarkan kau terluka. Oleh karena itu lebih baik Nona menyerah saja tanpa perlawanan dan menurut saja kami
tawan untuk memenuhi perintah Suhu."
"Manusia-manusia rendah, siapa sudi mendengar omonganmu?"
bentak Soa Li dan kembali kedua tangannya bergerak. Empat
batang jarum yang sudah disiapkan menyambar ke arah dua orang
piauwsu itu. Akan tetapi kini kedua Ciheng-te itu sudah siap sedia, maka dengan mudah mereka dapat mengelak.
463 "Gadis keji, kau memang tidak patut dikasihani!" seru dua orang piauwsu itu yang mulai mendesak maju dengan sikap mengancam
sekali. "Lam-ko, ulur kedua lenganmu, biar, aku duduk di atas kedua lenganmu untuk melawan mereka!" kata Soan Li cepat.
Sin Hong maklum akan maksud gadis itu dan ia kagum atas
ketabahan hati Soan Li. Segera ia melonjorkan kedua lengannya ke depan dengan kedua siku mepet pinggang. Soan Li lalu bergerak
dan tubuhnya meluncur turun dari pundak ke atas lengan itu. ia duduk di atas kedua lengan Sin Hong seperti orang duduk di atas kursi. Tentu saja ia mempergunakan ginkangnya sebaik mungkin
agar tubuhnya tidak terlalu memberatkan pemuda yang
menyangganya. Diam-diam Sin Hong mengeluh. Kalau Soan Li
terlalu mengerahkan tenaga untuk meringankan tubuh, tentu ia
kurang kuat menghadapi lawan-lawannya. Bagi dia tentu saja tidak terasa berat, biarpun andaikata ditambah lagi dengan lima orang Soan Li menindih kedua lengannya.
Di lain pihak, Ci Kong dan Ci Kwan, dua kakak beradik dari Po An itu, memandang heran dan ragu-ragu untuk turun tangan. Apakah
gadis ini main-main ataukah memang sudah gila" Mana ada orang
berkelahi dengan cara macam itu"
"Nona, jangan kau main gila. Turunlah, mari kita bertempur sampai seribu jurus!" kata Ci Kwan.
Tangan Soan Li bergerak dan pedangnya sudah berada di tangan
kanan. "Tikus sawah, kalau kalian ada kepandiaan, majulah jangan banyak cerewet," jawab Soan Li.
Ci Kong dan Ci Kwan marah sekali. Mereka merasa dipandang
rendah oleh gadis ini. Dengan garang mereka lalu mencabut senjata mereka, yakni sebatang golok besar yang tergantung di pinggang.
"Kwan-te (Adik Kwan), kautusuk mampus kuda kaki dua itu, biar aku yang menawan Nona ini!" kata Ci Kong kepada adiknya.
Kemudian mereka serentak maju menyerang. Ci Kwan
menggunakan goloknya untuk menyerang lambung Sin Hong dan
464 samping, sedangkan Ci Kong mengerahkan tenaga membacok leher
Soan Li untuk mencegah gadis ini melindungi pemuda yang
menyangganya. Serangan ini hebat. Soan Li maklum bahwa untuk dapat
menghindarkan dua serangan ini, harus digunakan gerak tipu Hiu-po-liu-hong (Pancuran Air Dilngkungi Pelangi). Tentu saja ia dapat menggerakkan pedangnya melakukan gerakan ini, akan tetapi
bagaimana ia harus menggerakkan tubuhnya" Setelah duduk di atas kedua lengan Sin Hong sekarang ia tidak leluasa bergerak, boleh dibilang tubuh dan kedua kakinya telah dikuasai oleh pemuda yang menyanggahnya. Akan tetapi tiba-tiba ia menjadi girang dan juga terkejut heran karena pemuda yang menyangganya itu, yang
agaknya ketakutan melihat golok menyambar-nyambar telah
melangkah ke kiri dan tepat sekali ialah melakukan gerak kaki yang cocok betul dengan jurus Hia-po-liu-hong! Soan Li telah
menggerakkan pedangnya dan terdengar dua kali suara nyaring
ketika pedangnya menangkis serangan dua golok itu.
Ci Kong dan Ci Kwan terkejut sekali. hampir saja senjata mereka terlepas dari pegangan, demikian kuat tangan gadis itu. Mereka merasa heran sekali bagaimana serangan dari dua jurusan dapat
ditangkis sekaligus oleh Soan Li. Akan tetapi mereka tidak diberi kesempatan untuk memkirkan hal ini. Kini pedang Soan Li sudah
berkelebat menyambar ke arah mereka. Kesempatan ini
dipergunakan oleh Soan Li ketika Sin Hong mengajukan kaki ke
depan dan gerakan Sin Hong tepat sekali bagi Soan Li untuk
menyerang dengan gerak tipu Sianli-kai-in (Dewi Membuka Mega).
Demikian cepat gerakan pedang di tangan So Li sehingga biarpun Ci Kong dapat mengelak, namun Ci Kwan yang menggunakan golok
menangkis, tiba-tiba berseru kesakitan, goloknya terlepas dari pegangan dan tiga jari tangannya terbabat putus! Memang gerak
tipu yang dimainkan oleh Soan Li ini berbahaya sekali, sebuah jurus silat dari Ilmu Pedang Pak-kek Kiam-hoat yang lihai. Pedang di tangannya ketika bertemu dengan golok yang menangkis, bukan
terpental kembali, melainkan meluncur di sepanjang batang golok lawan yang memegang gagang golok. Akan tetapi ketika Soan Li
hendak maju untuk mengirim serangan maut kepada Ci Kwan, tibatiba Sin Hong melangkah ke jurusan lain! Soan Li merasa kecewa 465
sekali, akan tetapi ia tak dapat menyesal, karena bukankah Sin Hong memang tidak mengerti ilmu silat" Kalau tadi pemuda itu
melangkah ke jurusan yang tepat seperti yang ia kehendaki, adalah kebetulan saja.
"Ke kanan dua langkah!" Soan Li berkata lirih kepada Sin Hong.
Pemuda tadinya sengaja melangkah ke lain jurusun oleh karena
memang ia tidak suka melihat gadis itu menurunkan tangan maut
kepada Ci Kwan. Sekarang, setelah Ci Kwan melompat mundur ke
dekat hwesio tinggi besar itu, barulah ia menurut perintah Soan Li dan melangkah ke kanan dua kali. Ci Kong menyambutnya dengnan
sambaran golok. Ia marah sekali karena adiknva telah terluka pada gebrakan pertama dan ingin membalas dendam, maka serangan
goloknya bertubi-tubi dan cepat sekali datangnya. Namun ia
memang bukan tandingan Soan Li. Ke mana saja goloknya
menyambar, selalu senjata ini terpental kembali.
Soan Lt terus berkali-kali memberi aba-aba kepada Sin Hong
untuk mengatur gerakan tubuh seperti melangkah kekiri,
merendahkan tubuh, mirmgkan tubuh dan lain lain. Biarpun
gerakannya kelihatan kaku, namun anehnya selalu Soan Li nendapat kedudukan yang menguntungkan dalam pertandingan menghadapi
Ci Kong sehingga dalam jurus ke lima belas ia sudah berhasil
menusuk dan melukai pundak Ci Kong. Ci Kong penasaran dan
marah sekali, akan tetapi tiba-tiba hwesto tinggi besar itu
membentak, "Ci Kong mundur kau!"
Bentakan yang mengguntur ini membuat Soan Li dan Sin Hong
terkejut. Dalam bentakan ini terkandung tenaga khi-kang yang
besar sekali, tanda bahwa hwesio itu benar-benar bukan seorang yang boleh dipandang ringan.
"Hwesio tua bangka, kau seorang pendeta apakah tidak malu menghina seorang gadis muda! Tidak malukah kau melawan
seorang yang jauh lebih muda dari padamu" Kalau mau mencari
lawan carilah bangsa siluman dan pertapa, jangan mengganggu
Nona Gak!" Sin Hong mendamprat marah.
Soan Li merasa senang melihat sikap pemuda ini, akan tetapi
gadis ini adalah murid dari Go Ciang Le dan ia memiliki watak yang keras. Ia merasa malu karena ucapan Sin Hong tadi seakan-akan 466
menyatakan bahwa dia takut menghadapi hwesio ini, maka ia cepat berkata,
"Lam-ko, biarlah. Kalau dia berkeras hendak maju aku pun tidak takut!" Mendengar ini, diam-diam Sin Hong mengeIuh. Kulau saja kedua kaki Soan Li tidak lumpuh, kiranya ia masih percaya gadis itu akan dapat melawan hwesio ini. Akan tetapi dengan duduk di atas kedua lengannya, bagaimana Soan Li dapat melawan dengan baik"
Kalau ia terlalu membantu berarti membuka rahasianya sendiri,
maka ia menjadi serba salah.
"Hm, begitukah" Biarpun begitu, kalau hwesio raksasa gundul ini hendak menggunakan senjata, benar-benar ia seorang yang tak
tahu malu sama sekali. Ia lebih tua, lebih besar, lebih tinggi, pendeknya lebih kuat. Sedangkan Gak-siocia hanya duduk dan
membela diri mana bisa disebut adil?"
Hwesto itu tertawa bergelak. "Ha, ha, ha, bocah ini dahulu tentu seekor kuda yang setia, sehingga sekarang setelah menjelma
menjadi manusia, sifatnya masih sama. Kau beruntung sekali
mendapatkan seekor kuda kaki dua seperti dia, Nona. Biarlah
pinceng tidak akan mengeluarkan senjata dan akan menggunakan
kedua tangan untuk menangkapmu dan melempar pergi kuda kaki
dua ini." Sin Hong sudah merasa girang mendengar ini. Kalau hwesio ini
tidak bersenjata, kiranya pedang di tangan Soan Li masih akan
dapat menguasainya. Akan tetapi, tak disangkanya bahwa Soan Li selain memiliki watak yang keras, juga mempunyai sifat kegagahan dan pantang mundur, lagi tak mengenal takut. Melihat hwesio itu hendak maju dengan tangan kosong, ia merasa dipandang rendah
sekali, maka ia pun cepat menyarungkan pedangnya sambil berkata,
"Lo-suhu, kau memiliki dua lengan apakah aku tidak" Kau pandai bersilat tangan kosong aku pun bisa. Majulah!"
Hwesio itu tertawa lagi dan sambil berseru keras ia memukul
dengan kepalan tangannya yang besar, meninju ke arah kepala Sin Hong! Melihat hebatnya pukulan yang bersembunyi di balik kepalan tangan itu tidak kalah banyak oleh tenaga pukulan Tin-san-kang dari 467
Giok Seng Cu! Ia tahu bahwa kalau Soan Li menangkis, lengan gadis itu akan terluka.
Di lain pihak Soan Li sendiri pun kaget dan tahu bahwa lawannya ini benar-benar memiliki kepandaian tinggi. Akan tetapi melihat hwesio itu memukul pala Sin Hong, ia tidak rela membiarkan begitu saja. Ia tahu bahwa pemuda yang menyangganya tentu tak dapat
mengelak dari pukulan itu, maka dengan nekat ia mengangkat
tangan kanan menangkis pukulan hwesio itu.
"Plak...!" Tubuh Soan Li di atas kedua lengan Sin Hong bergoyang-goyang seperti setangkai bunga tertiup angin. Akan
tetapi yang aneh dan luar biasa sekali, tubuh hwesio tinggi besar itu terlempar dan terjengkang sampai tiga tombak lebih jauhnya! Soan Li tersenyum dingin menganggap bahwa hwesio itu ternyata hanya nampaknya saja gagah, akan tetapi tenaganya ternyata tidak sangat besar seperti yang ia khawatirkan tadi. Sebaliknya, hwesio tinggi besar itu berdiri dengan kedua mata terbelalak heran juga gentar melihat Soan Li. Baru menangkisnya sambil duduk saja, gadis telah berhasil membuatnya terlempar dan terjungkal! Hwesio itu bergidik dan berkata kepada empat orang kawannya.
Kilas Balik Merah Salju 5 Jangan Ganggu Aku Karya Wen Rui An Pendekar Pemetik Harpa 24
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama