Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Bagian 12
PULUHAN kupu-kupu, ratusan kupu-kupu, ribuan kupukupu, pu-luh-an ribu kupu-kupu yang muncul dari segala arah,
dari tepi jurang, dari balik bukit batu, dari balik bunga rumput,
bahkan seolah-olah muncul begitu saja di udara di hadapanku
di atas kepalaku di belakangku di kiri kananku di ba-wahku,
dari mana saja, mula-mula satu dua, tetapi lambat laun
kemudian menjadi selaksa.
Maka semula aku bergerak sesuai dengan jumlah kupukupu itu. Setiap kupu-kupu kubelah tepat di tengah dengan
pedang tipisku, sehingga jatuh ke tanah tepat menjadi dua.
Begitulah maka semula aku melayang ke sana kemari dengan
ringan dan begitu ringannya seperti kupu-kupu itu juga, tetapi
kemudian setelah kupu-kupu itu menjadi semakin banyak,
tentunya aku pun harus bergerak lebih cepat, sangat amat
cepat, bahkan lebih cepat dari cepat, agar dapat
menyelamatkan nyawaku dari keindahan yang sangat
membunuh itu. Untunglah bahwa dalam Kitab Perbendaharaan Ilmu-ilmu
Silat Ajaib dari Negeri Atap Langit yang pernah kubaca di
Negeri Atap Langit terdapat juga penjelasan mengenai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
serangan yang kuhadapi ini. Seperti diketahui bahwa seperti
juga yang sedang kulakukan sekarang, terdapat suatu
pendekatan dalam penciptaan jurus-jurus baru ilmu s ilat, yakni
rujukan penciptaan gerak berdasarkan suatu pemikiran
filsafat. Agak sulit diperiksa bagaimanakah caranya suatu
bentuk gerak dapat ditimba dari gagasan tak berbentuk, tetapi
kecenderungan semacam inilah yang menarik untuk kutekuni,
dan ternyata aku memang tidak sendirian. Jawaban atas
persoalan dalam gerakan jurus-jurus ilmu silat dicari dari
pemikiran filsafat yang bukan hanya menjadi latar belakang,
melainkan justru sumber gagasan penciptaan geraknya.
Dari kitab yang kubaca itu dikisahkan terdapatnya seorang
filsuf yang hidup sekitar 400 tahun lalu bernama Zhuangzi.
Terdapat suatu kisah, entah benar entah tidak, tentang sang
filsuf yang berbunyi seperti ini:
pada suatu hari setelah matahari terbenam
Zhuangzi tidur mendengkur
dan mimpi berubah jadi kupu-kupu
ia mengepakkan sayapnya
dan yakin sekali
betapa dirinya kupu-kupu
betapa senangnya mengepak kian kemari
sampai lupa dirinya adalah Zhuangzi
meskipun segera disadarinya
kupu-kupu bahagia itu
adalah Zhuangzi yang bermimpi jadi kupu-kupu,
atau kupu-kupu bermimpi dirinya Zhuangzi!
mungkinkah Zhuangzi adalah kupu-kupu
dan kupu-kupu itu adalah Zhuangzi"
Seorang pendekar dari Negeri Atap Langit semasa itu telah
mengaduk-aduk cerita ini sebagai jurus silat yang tidak akan
pernah diketahui jurus mana merupakan tipuan dan jurus
mana yang mengarah ke sasarannya. Ter-masuk dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menciptakan kekaburan antara gambaran kupu-kupu dan
dirinya. Jika kupu-kupu itu dikatakan tidak nyata karena
ketidakmungkinannya hadir begitu saja, dalam kenyataannya
sentuhan sayapnya, bahkan serbuk melayang dari kepakan
sayapnya itu, sangat beracun dan dapat membunuh seketika.
Namun jika kupu-kupu itu dikatakan nyata, mana mungkin
lama kelamaan dapat jadi selaksa dan memenuhi udara"
Aku melayang-layang mengerahkan seluruh kemampuan
untuk menghindari serbuk racun tak terduga dan membabati
kupu-kupu itu dengan kecepatan lebih dari kecepatan cahaya,
tepat di tengah, terbelah dua, sehingga tiada mungkin
sepasang sayapnya terkepakkan lagi, oleh angin maupun
daya-daya yang masih tersembunyi. Bahaya serbuan kupukupu ini belum seberapa jika mengingat bahwa tentunya
seseorang entah di sebelah mana sedang mengawasi dan
menanti ke-sempatan mencabut nyawa, dengan sambaran
mematikan yang juga telah menyelesaikan riwayat ketujuh penyoren pedang itu.
MAKA harus kupecahkan persoalan filsafat dalam Impian
Kupu-Kupu dari Zhuangzi yang terkenal itu, agar mendapatkan
jalan keluar yang saat ini jelas nyaris buntu. Pertama,
ingatanku atas kalimat dalam cerita itu haruslah tepat, karena
kitab lain dalam bahasa aslinya, yang tidak berhubungan
dengan ilmu silat, seperti yang pernah kugunakan sebagai
bahan pelajaran membaca bahasa Negeri Atap Langit di Kuil
Pengabdian Sejati, tampaknya agak sedikit berbeda, dan
sedikit perbedaan saja dalam kata-kata sangat mungkin
membawa penafsiran berbeda.
Suatu ketika Zhuangzi bermimpi ia menjadi kupu-kupu,
seekor kupu-kupu yang terbang dan berkepak berkeliling,
bahagia dengan dirinya sendiri dan melakukan apa pun yamg
disukainya. Ia tak tahu dirinya adalah Zhuangzi. Mendadak ia
terbangun, dan di sanalah ia, dapat dipegang dan tak mungkin
salah sebagai Zhuangzi. Namun ia tak tahu apakah ia adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Zhuangzi yang bermimpi dirinya kupu-kupu, ataukah kupukupu yang bermimpi dirinya adalah Zhuangzi. Antara Zhuangzi
dan seekor kupu-kupu pasti terdapat sejumlah perbedaan!
Inilah yang disebut Perubahan Segala Sesuatu.
Tentulah ini agak berbeda. Jika cerita pertama diakhiri
pertanyaan, maka cerita kedua diakhiri pernyataan.
Mengingatnya berurutan, yang kedua bagaikan jawaban bagi
yang pertama, meski jika yang pertama berdiri sendiri juga
bisa ditafsirkan menjadi pernyataan yang kedua. Dalam suatu
perbincangan, kisah Zhuangzi ini ditafsirkan seperti berikut:
pertama, ketika Zhuangzi bermimpi tentang kupu-kupu, ini
adalah suatu mimpi biasa, ketika kupu-kupu itu dikiranya
dirinya sendiri; kedua, memasuki tahap mimpi pada saat
sadar, seperti tahap penghubung antara bermimpi dan
terbangun, saat tak diketahuinya apakah ia sedang bermimpi
tentang kupu-kupu atau sebaliknya, kupu-kupu yang bermimpi
bahwa dirinya Zhuangzi; ketiga, saat ia berada pada tahap
pemahaman filsafat, betapa ia telah menyimpulkan mimpi itu
sebagai gagasan atas perubahan segala sesuatu.
Dalam ketegasan perbedaan antara Zhuangzi dan kupukupu, terdapat kekaburan keduanya untuk menegaskan
perbedaan masing-masing, karena yang satu merasa dirinya
yang lain, yang berarti juga menunjukkan perubahan segala
sesuatu itu. Namun mengingat mustahilnya manusia menjadi
kupu-kupu dan sebaliknya, maka segenap pemahaman itu
berlaku bukan untuk manusia dan kupu-kupu sebagai makhluk
hidup, melainkan manusia dan kupu-kupu sebagai hubungan
antara manusia dan segala sesuatu yang dipikirkannya, yang
bisa disebut juga segala makna. Misalnya betapa manusia
dapat menempatkan dirinya dalam sudut pandang seekor
kupu-kupu, dan dalam sudut pandang seekor kupu-kupu yang
menempatkan dirinya jadi manusia.
Kemungkinan ini ditimba bagi peluang lahirnya jurus-jurus
persilatan baru, yang bukan sekadar memanfaatkan gerak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kelincahan kupu-kupu, melainkan kekaburan perbedaan antara
manusia dan kupu-kupu ketika manusia merasa dirinya kupukupu dan kupu-kupu merasa dirinya manusia; dalam
pertarungan tiadalah lawan dapat membedakan di sebelah
mana jurus tipuan dan di sebelah mana jurus pembunuhan
yang sebenarnya. Inilah kemudian yang disebut Jurus Impian
Kupu-Kupu, yang akan membuat siapapun yang menguasainya dapat bergerak dengan ringan dan lincah
seperti kupu-kupu, sementara pedangnya membabat cepat
secepat kepakan sayap kupu-kupu itu.
Begitu hebatnya jurus silat ini, sehingga kelebat bayangan
pedang dan daya batin penggunanya dapat membentuk
pembayangan seekor kupu-kupu, seribu kupu-kupu, bahkan
selaksa kupu-kupu, masih ditambah pengaburan hubungan
kupu-kupu dengan manusia yang sangat menipu, karena
ketika nanti tampak seseorang menyerang, saat ditangkis dan
diserang balik ia bagai memecahkan diri jadi seribu kupu-kupu
yang sedang menyerang dari segala penjuru.
Jurus silat itu bukanlah ilmu sihir, melainkan daya
pengelabuan dalam siasat pertarungan biasa, tetapi yang
dikuasai dengan tingkat kemahiran yang amat sangat tinggi.
Jurus Impian Kupu-Kupu ini mendasarkan jurus-jurusnya pada
pemikiran: jika kesadaran dirumuskan sebagai kemampuan
menyatakan, dan karena itu perbedaan tahap kesadaran
hanyalah perbedaan tahap kewaspadaan, sehingga terdapat
dua tahap kesadaran dalam perjalanannya, yakni impian dan
kebangunan. Aku dapat kemungkinan digunakannya jurus ini
sejak memeriksa mayat-mayat ketujuh penyoren pedang itu.
Dari serbuk-serbuk beracun maupun cara bekas luka
sayatannya tertoreh, dapat dibaca bukan hanya senjata apa
yang digunakannya, tetapi juga ilmu silat yang dikuasainya.
Itulah sebabnya aku telah waspada sejak matahari membuat
lapangan rumput keemasan dan kupu-kupu beterbangan
muncul dari segala penjuru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini bagaimana caranya kuatasi dan kupunahkan serangan
semacam ini" Aku bersyukur sempat membaca perihal
Zhuangzi ini, dan bukan sekadar perihal filsafat Impian KupuKupu itu, melainkan juga perkara yang lain. Zhuangzi diduga
hidup pada masa pemerintahan raja Hui dari Liang dan raja
Xuan dari Qi, dalam kurun waktu lebih dari seribu tahun lalu.
Ia berasal dari Kota Meng atau Meng Cheng di Negara Bagian
Song, Henan, dan nama aslinya adalah Zhou. Ia juga dikenal
sebagai Meng Zhuang. Filsafatnya disebut sebagai filsafat
yang bersifat ragu-ragu, menalarkan bahwa hidup manusia
sangat terbatas, tetapi menghendaki segala sesuatu tanpa
batas. Menggunakan yang terbatas untuk memburu yang
takterbatas adalah bodoh. Bahasa dan pengenalan manusia
mensyaratkan suatu dao tempat masing-masing orang
bertindak sesuai masa lalu yang berarti juga sebagai jalannya.
Dengan begitu manusia harus waspada dan sangat hatihati mempertimbangkan kesimpulan, yang tampaknya akan
salah arah jika masa lalunya berbeda lagi. ''Pikiran dan jiwa
kita terlengkapi bersama seluruh tubuh kita,'' ujarnya.
Penempatan alam atas perilaku tergabungkan dengan yang
diperoleh, termasuk pembagian dalam penggunaan namanama, untuk menyetujui atau tidak menyetujui berdasarkan
nama-nama dan untuk berlaku sesuai dengan ketentuan yang
sudah terbentuk. Berpikir dan memilih langkah dalam dao
ditentukan oleh keputusan alam yang lain daripada yang lain
atau yang tersendiri.
Pemikiran Zhuangzi juga dapat dipertimbangkan sebagai
perintis cara-cara keberbagaian nilai. Keberbagaian nilainya
bahkan membuat ia meragukan dasar penalaran atas guna,
yang menjadi sebab tindak tersedia dalam hidup manusia,
karena ini mengandaikan bahwa hidup itu baik dan mati
adalah buruk. Dalam bab 18 bagian keempat ''Kebahagiaan
Besar'', dikisahkan betapa ia menyatakan rasa kasihan atas
tergeletaknya sebuah tengkorak di tepi jalan. Zhuangzi
meratapi kenyataan betapa tengkorak itu sekarang mati,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi tengkorak itu menjawab, ''Bagaimana kau tahu bahwa
mati itu buruk"''
Terdapat dua kisah yang menjadi contoh bahwa tiada
ukuran bagi keindahan, dan tentunya menyatakan tidak ada
nilai yang berlaku sama bagi segalanya, apalagi untuk
selamanya, yang terdapat bab 2, berjudul ''Tentang Menata
Segala Sesuatu'':
Kata orang Puteri Qiang dan Puteri Li sangat cantik, tetapi
jika ikan-ikan melihatnya akan menyelam ke dasar arus; jika
burung-burung me lihatnya akan terbang pergi, dan jika rusa
melihatnya juga akan mendadak lari. Dari empat keadaan ini,
siapa yang tahu cara menetapkan ukuran keindahan di dunia"
NAMUN filsafat keberbagaian itu oleh semacam kepekaan
atas keutuhan dan kesatuan dunia ini dalam ba-gian yang
disebut "Kebahagiaan Ikan":
Zhuangzi dan Huizi sedang berjalan-jalan di bendungan Air
Terjun Hao ketika Zhuangzi berkata, "Li-hatlah ikan-ikan kecil
yang melompat dan melesat sesukanya! Itulah yang sangat
membahagiakan ikan!"
Huizi berkata, "Dikau bukan ikan, bagaimana dikau tahu
apa yang disukai ikan?"
Zhuangzi berkata, "Dirimu bukan diriku, jadi bagaimana
dikau tahu diriku tak tahu apa yang disukai ikan?"
Huizi berkata, "Diriku bukan dirimu, jadi daku tentu ta
ktahu apa yang kamu tahu. Di s isi lain, dikau jelas bukan ikan,
jadi itu masih membuktikan dirimu ta ktahu apa yang disukai
ikan!" Zhuangzi berkata, "Mari kita kembali kepada pertanyaan
semula. Dikau bertanya bagaimana daku tahu apa yang
disukai ikan. Jadi dirimu sudah tahu betapa diriku
mengetahuinya ketika dikau mengajukan pertanyaannya.
Daku mengetahuinya dengan berdiri di s ini di tepi Hao."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jika kisah kedua ini dimaksudkan sebagai gagasan tentang
keutuhan dan kesatuan, maka gagasan tentang keutuhan dan
kesatuan ini jelas tidaklah menghapuskan keberbagaian sama
sekali, karena jika aku menjadi Huizi yang berada di dekat
Zhuangzi dalam peristiwa itu, aku akan menyatakan dengan
tegas bahwa meskipun aku yang bertanya bagaimana sang
filsuf mengetahui betapa ikan suka berlompatan dan me lesat
di bawah arus, itu bukanlah karena diriku percaya ia mengerti
perihal kebahagiaan ikan secara mutlak, melainkan justru
mempertanyakannya.
Pertanyaan bagai-mana
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak membuktikan kepercayaan betapa yang ditanya mengetahuinya, apalagi bahwa yang ditanya itu memang
mengetahuinya. Saat itulah di antara kepak seribu kupu-kupu sebilah
pedang tipis mendadak saja terarah ke jantungku. Aku
berkelebat melejit ke atas, tetapi tidak turun lagi karena telah
kugunakan ilmu meringankan tubuh yang membuat diriku
menjadi lebih ringan dari kapas, melayang-layang terbawa
angin. Berikut inilah penalaranku dalam memecahkan persoalan
menghadapi Jurus Impian Kupu-Kupu.
Telah diuraikan betapa kekaburan yang berlangsung antara
apakah Zhuangzi merasa dirinya kupu-kupu dan kupu-kupu
merasa dirinya Zhuangzi atau Zhuangzi merasa dirinya kupukupu yang merasa di-rinya Zhuangzi, telah diperjelas sebagai
perjalanan kesadaran mulai dari mimpi, bangun dan terjaga
dalam keadaaan setengah sadar, dan bangun sepenuhnya
dengan kesadaran terdapat perubahan segala sesuatu.
Adapun kesadaran akan perubahan segala sesuatu itu bukan
kebetulan membawa-bawa makhluk kupu-kupu, karena
bukankah memang kupu-kupu itu berasal dari ulat yang
lamban dan buruk tetapi setelah menjadi kepompong lantas
menjelma kupu-kupu yang lincah beterbangan kian kemari"
Saat itu tidakkah kupu-kupu tersebut masih ingat betapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dirinya dulu adalah seekor ulat, ataukah ia merasa dirinya ulat
yang sedang bermimpi jadi kupu-kupu"
Cerita tentang makhluk-makhluk yang lari me lihat putri
cantik menunjukkan tiada ukuran yang sama bagi segala
sesuatu, yang juga berarti segala sesuatu memiliki ukurannya
sendiri-sendiri; dan cerita kedua menegaskan betapa
keberbedaan segala sesuatu yang mutlak sebenarnyalah bisa
diatas i dengan penalaran. Di satu pihak kupu-kupu
membedakan dirinya dengan mutlak dari ulat, di pihak lain
pena-laran dapat memandang keduanya takterpisahkan sama
sekali. Jadi aku sebaiknya melihat kupu-kupu beracun yang
beterbangan banyak sekali ini sebagai bagian dari manusia
yang menyerang dengan pedang; jika aku hanya mengandalkan kecepatan aku takdapat mengatasi kupu-kupu
dan manusia sekaligus mereka bergerak dengan satu jiwa dan
satu pikiran, tetapi yang telah memecahkan tubuhnya menjadi
takterhitung lagi.
Namun dengan menyadari keadaan ini tidak berarti aku
sudah menemukan cara mengalahkannya, karena sulit sekali
melawan dan mengelabui jumlah yang banyak dengan satu
jiwa dan satu pikiran.
HANYA kuketahui betapa Jurus Impian Kupu-Kupu ini
sangat mengandalkan keberadaan kupu-kupu. Adapun
keberadaan kupu-kupu yang beterbangan ini adalah hasil
pengerahan daya seperti yang telah mengubah ulat menjadi
kupu-kupu. Aku hanya tak tahu apakah kiranya yang dapat
menjadi kupu-kupu sebanyak ini jika tidak ada sesuatu pun
yang tampak dapat dikerahkan dayanya untuk menjelma
kupu-kupu. Betapapun dengan suatu cara aku harus dapat
melenyapkan segenap kupu-kupu itu, tetapi dalam waktu yang
sama juga melumpuhkan orangnya. Keberbagaian diterima
sebagai kesatuan, dan karena itu harus dilawan dengan
keberbagaian sebagai kesatuan juga. Begitulah ilmu s ilat yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersumber dari filsafat dihadapi dengan pemecahan filsafatnya
lebih dulu sebelum menemukan jurus terbaik untuk
mengatasinya. Kuingat betapa aku menyoren tujuh pedang, sedangkan
yang satu telah kupegang. Dari atas kulihat sosok yang
memegang pedang tipis karena pedang itu berkilatan
memantulkan cahaya matahari. Busananya kain warna-warni
seperti sayap kupu-kupu sehingga tiada dapat dibedakan
sama sekali dari warna-warni sayap kupu-kupu yang
beterbangan terlalu banyak dan menyambar-nyambar itu.
Dengan gerakan begitu ringan di antara begitu banyak kupukupu beterbangan niscaya mustahil lawan manapun dapat
menghadapinya pada setiap arah dengan serentak.
Maka kuberatkan tubuhku kembali, langsung menuju ke
arahnya. Begitu berat tubuhku itu karena kugunakan bukan
ilmu meringankan tubuh, melainkan ilmu memberatkan tubuh,
yang jika menimpanya nanti akan membuat tubuhnya menjadi
pipih. Tentu aku tahu betapa sosok berbusana kain warnawarni itu akan menghindar. Memang tubuhku yang menjadi
sekeras batu dengan berat selaksa kati jatuh menghajar
permukaan bumi yang membuat lapisan teratasnya berhamburan. Tubuhku melesak masuk bumi sementara
pecahan batu-batu kecil yang berhamburan itu semburat
melesat-lesat ke segala penjuru sedikit banyak juga
membuyarkan serangan mengerikan kupu-kupu impian
Zhuangzi itu. Tak cukup melesak aku melejit keluar lubang sebagai tujuh
orang yang keluar serentak dengan tangan masing-masing
memegang pedang. Inilah Jurus Naga Kembar Tujuh yang
merupakan bagian dari Ilmu Pedang Naga Kembar, yang
setelah kugabungkan dengan Ilmu Naga Berlari di Atas Langit
membuat dapat bergerak begitu cepat sehingga tampak di
mana-mana bagaikan diriku berubah menjadi 7.000 orang.
Dapatkah dibayangkan betapa cepatnya pergerakanku itu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam dunia ilmu silat, segala sesuatu memang berlangsung
amat sangat cepat, bahkan lebih cepat dari pikiran, dan tentu
jauh lebih cepat dari penulisan maupun pembacaan tercepat.
Demikianlah persoalan filsafat dipecahkan secepat kilat, segala
catatan yang kutuliskan sebetulnya ingatan sekelebat, dan
memang begitulah segala sesuatu berlangsung, bahwa
siapapun yang kalah cepat terjamin segera menjadi mayat.
(Oo-dwkz-oO) Episode 155: [Jurus Naga Kembar Tujuh]
DENGAN diriku menjadi tujuh penyoren pedang yang setiap
orangnya bergerak begitu cepat bagaikan terdapat seribu
orang bergerak serentak, maka Pendekar Kupu-Kupu itu
bagaikan menghadapi lawan ta kkurang dari 7.000 orang,
tetapi hanya perlu satu diriku untuk memburunya sementara
6.999 lainnya bertarung melawan kupu-kupu beracun tak
terhitung. Kupusatkan diriku yang satu untuk menghadapi dan
melumpuhkan Pendekar Kupu-Kupu yang bukan hanya
busananya berwarna-warni seperti kupu-kupu sehingga begitu
sulit dilacak dan diikuti, melainkan juga pergerakannya yang
sangat ringan dan cepat sekali. Dengan begitu memang tak
pernah dapat kulihat sosoknya secara tegas, hanya kelebat
sosok warnap-warni seperti sayap kupu-kupu, yang membuatnya begitu baur dan hablur di tengah hamburan
selaksa sayap-sayap beracun di sekitarku. Setiap kali
pedangku menetak ia menghilang, tetapi setiap kali
menghilang itulah pedangnya menetakku. Tetak menetak
sambar menyambar kejar mengejar tangkis menangkis kini
membuat suara benturan logam berdentang-dentang dan
bergema dan memantul dari lembah ke lembah dari tebing ke
tebing dari jurang ke jurang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jurus Impian Kupu-Kupu yang tidak pernah memberi
kepastian mana sosok sebenarnya mana bayangan memang
paling tepat dihadapi dengan Jurus Naga Kembar T ujuh yang
membuat sosok sebenarnya dihadapi dengan sosok
sebenarnya dan bayangan dihadapi dengan bayangan,
termasuk juga ketika tiada pernah dapat dipastikan karena
memang dikaburkan mana sosok sebenarnya dan mana
bayangan. Ketika Jurus Impian Kupu-Kupu dihadapi dengan
Jurus Naga Kembar Tujuh sebenarnya yang berlangsung
adalah pertarungan kekaburan me lawan kekaburan dalam
wujud bayangan warna-warni melesat-lesat saling menghindar
dan saling menyerang dengan bayangan kelabu yang
terbungkus cahaya putih tujuh pedang yang berputar seperti
baling-baling. DALAM tabir bayangan kabur yang melesat-lesat tak
terlihat maut bagaikan merayap dengan pelahan menuju urat
leher tanpa kepastian apakah dapat dihindari. Bagiku maupun
baginya maut hanya seujung rambut jaraknya bagaikan tiada
yang lebih tipis lagi dalam jarak antara kehidupan dan
kematian. Seperti kupu-kupu gerakannya begitu tak terduga
dan seperti gerakan sayap kupu-kupu serangan pedangnya
yang tak dapat sekadar ditangkis dan dihindari dengan
sembarang jurus biasa. Denting benturan pedang terdengar
sebagai rentetan ribuan dentang dalam sekejap mata
bersamaan dengan semburatnya ribuan pijar cahaya nyaris
seketika. Ia dapat menyerang sekaligus ke kiri dan ke kanan
bagai ingin membuntungkan tangan, sehingga mesti
kumiringkan tubuhku sembari menggerakkan pedang ke atas
dalam lingkaran yang jika tidak berhasil dihindarinya tentu
tubuhnya akan terbelah menjadi dua bagian. Dalam kekaburan
bayangan berlesatan maut mengancam dari segala penjuru.
Diriku yang 6999 telah berhasil mengurangi jumlah kupukupu yang senyatanya adalah senjata rahasia dan bukan
bayangan sihir palsu. Bahwa senjata rahasia itu berwujud
seperti kupu-kupu ataukah merupakan kupu-kupu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang sebenarnyalah hidup tiada kutahu, karena Jurus
Impian Kupu-Kupu tidak memungkinkan lawan untuk
mengetahui. Namun memang seekor demi seekor kupu-kupu
beracun itu oleh 6999 bayangan diriku yang adalah diriku dan
bukan bayangan sihir palsu karena bergerak amat sangat
cepatnya, bahkan lebih cepat dari kilat maupun pikiran,
berhasil dilumpuhkan dengan cara membelah tubuhnya
menjadi dua bagian. Selama masih punya sayap berpasangan
kupu-kupu itu masih dapat mengepak-ngepak dan melayanglayang terbawa angin sama seperti ketika masih hidup. Jadi
memang mesti dibelah dua, karena dengan sebelah sayap
tiada lagi yang dapat dilakukan kupu-kupu itu dalam
kenyataan maupun dalam impian.
Setiap bayangan dari yang 6999 itu bergerak dengan cepat
di antara celah sempit hamburan kupu-kupu beterbangan
yang menyerang. Tiada lagi yang dapat dilakukan terhadap
segenap kupu-kupu yang indah itu selain pembunuhan dalam
pembelahan, karena jika tidak maka segenap pesona
keindahan hanya akan memberikan kematian mengerikan.
Meski seiring pembelajaranku terhadap filsafat Nagarjuna
maka ilmu racun yang terwariskan dari Raja Pembantai dari
Selatan dalam diriku menyusut, tetapi pengetahuan tentang
racun itu tidak akan pernah hilang, sehingga kuketahui bahwa
dalam kerumunan kupu-kupu sebanyak ini adalah pantang
bagi siapapun yang tak ingin teracuni untuk bersentuhan.
Maka bisa dimaklumi seberapa banyak kecepatan dibutuhkan,
agar dapat bergerak lebih cepat dari kepungan kupu-kupu dan
memberlangsungkan pemusnahan.
Kemudian Pendekar Kupu-Kupu itu menyerang dengan dua
pedang. Luar biasa serangannya karena meski tangannya
memegang dua pedang masih berhamburan senjata rahasia
jarum-jarum beracun ke arahku, entah bagaimana cara
mengambil dan menghamburkannya ke arahku dengan
seketika. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun tentu saja Jurus Naga Kembar Tujuh yang
membuatku bagaikan terpecah menjadi tujuh orang dan setiap
orangnya dapat bergerak bagaikan terdapat seribu orang
bergerak nyaris bersamaan, membuat diriku tidak usah terlalu
khawatir dengan serangan seperti ini. Sesosok bayangan,
yang tak lain adalah diriku sendiri, merontokkan seluruh jarum
beracun itu cukup dengan sisi lebar pedangnya, sementara
pedangku sendiri bergerak secepat kilat menggulungnya
dengan cahaya keperakan. Meskipun begitu masih juga
Pendekar Kupu-Kupu itu mampu melejit ke luar dari gulungan
cahaya pedang dan bahkan menyerang. Ditetak ke sini
melesat ke sana, disambar di sana menyambar kemari. Suara
pedang berbenturan terdengar terus menerus dan meledakledak semakin keras karena pengerahan tenaga dalam yang
semakin lama tingkatnya semakin tinggi.
Jurus Impian Kupu-Kupu bukan hanya dahsyat tetapi
sangat indah. Pendekar Kupu-Kupu me layang-layang dengan
ringan bagaikan sedang menari dengan riang betul-betul
seperti merasa dirinya seekor kupu.
Apakah aku Zhuangzi yang bermimpi jadi kupu-kupu
ataukah aku kupu-kupu yang bermimpi jadi Zhuangzi bagaikan
pertanyaan yang terwujudkan dalam segenap gerakan
Pendekar Kupu-Kupu, yang seolah berada di mana-mana
dalam ruang waktu yang sama seketika padahal satu jua
orangnya. Aku merasa sedih harus
berpikir untuk memunahkan keindahan yang sepintas lalu begitu rapuh
serapuh sayap kupu-kupu, meski kutahu gerakan ringan
seperti itu sangatlah amat menipu.
SEMBARI berkelebat menghindari serangan dahsyat
sepasang pedang tipis yang arahnya tak pernah bisa diduga,
bagaikan baru kusadari hari ini betapa pesona keindahan
memang semu dan dapat menjadi berbahaya. Adapun bahaya
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu dapat berarti kita lupa keindahan hanyalah sesuatu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semu, tetapi juga berarti bahaya karena merupakan bagian
dari gerak pembunuhan!
Kuingat ketujuh penyoren pedang yang sedang bersujud
ketika terbunuh itu. Bersujud dan terbunuh ketika memohon
agar diterima sebagai muridku.
Sepasang pedang tipis lagi-lagi ingin membuat kedua
tanganku buntung sejak pangkal lengan. Namun kupu-kupu
sudah banyak sekali berkurang setelah Jurus Naga Kembar
Tujuh seolah menghadapinya dengan 6999 orang yang
menggunakan pedangnya seperti penampel lalat. Setiap kali
seekor kupu-kupu terpental dan menggelepar di udara karena
tampelan, saat itu pula tubuhnya terbelah jadi dua oleh
sambaran cahaya.
Semua itu hanyalah gerakan satu orang yang dijelmakan
langsung dari dalam pikiran, yang kecepatannya sama sekali
tiada berkurang setelah jumlah kupu-kupu menyusut, karena
penyusutan itu sama sekali bukanlah penunjuk bahwa bahaya
sudah berkurang. Dalam Jurus Impian Kupu-Kupu apa pun
yang terlihat tiada dapat dipercaya, dan karenanya suatu
gerak pemusnahan harus dilakukan tanpa keraguan dan tanpa
ampun. Tidak kukurangi sama sekali kecepatanku, tetapi kujaga
agar cukup tujuh bayangan yang membawa tujuh pedang
mereka yang terbunuh itu terus menerus berkelebat
menggempur Jurus Impian Kupu-Kupu tersebut. Memang
tujuh pedang, tetapi hanya satu manusia sebenarnya, yakni
diriku jua yang bergerak lebih cepat dari cepat menyambar
pedang yang semuanya berada di udara bergantian dalam
setiap kali serangan.
Betapapun Jurus Naga Kembar Tujuh sebagai bagian dari
Ilmu Pedang Naga Kembar adalah jurus yang tepat untuk
mengatasi Jurus Impian Kupu-Kupu. Kuselingi sebentar Ilmu
Pedang Naga Kembar ini dengan Jurus Bayangan Cermin
untuk menyerap Jurus Impian Kupu-Kupu tersebut sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
milikku, lantas kutancap kembali Jurus Naga Kembar Tujuh
yang menggunakan tujuh pedang para korban itu.
Tujuh diriku mengepungnya dan menyerang satu persatu
dari segala arah dengan kecepatan pikiran yang tak tertangkis
lagi. Dalam sekelebat tujuh pedang berturut-turut menancap
di tubuhnya. "Ini pedang korbanmu yang pertama!"
Kuharap ia berasal dan mengenal bahasa Negeri Atap
Langit yang kuucapkan tanpa kuketahui benar salahnya itu,
tetapi kalau pun ia takberasal dari sana, sudah semestinyalah
di wilayah perbatasan ini setiap orang mengenal serbasedikit
bahasa Negeri Atap Langit.
"Ini pedang korbanmu yang kedua!"
"Ini pedang korbanmu yang ketiga!"
"Ini pedang korbanmu yang keempat!"
"Ini pedang korbanmu yang kelima!"
"Ini pedang korbanmu yang keenam!"
"Ini pedang korbanmu yang ketujuh!"
Ketujuh pedang itu menancap takterelakkan dalam waktu
nyaris bersamaan. Aku sudah tidak memegang apa-apa lagi
ketika kusaksikan tubuh yang bersimbah darah itu masih
berdiri, dengan pedang yang menancap saling menyilang,
menembus tubuh dari segala arah.
Busananya yang ketat melibat dan semula berwarna-warni,
kini merah karena darah. Pendekar Kupu-Kupu itu kemudian
ambruk dengan ketujuh pedang dari ketujuh orang yang
dibunuhnya ketika sedang bersujud. Kurasakan betapa cara
kematiannya itu setimpal dengan cara yang dilakukannya
untuk mengajakku bertarung. Rupa-rupanya Pendekar KupuKupu itu sangat khawatir bahwa diriku tiada akan bersedia
diajaknya bertarung. Tampaknya ia telah mengamati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kecenderunganku
jauh sebelumnya. Barangkali telah disamarkannya dirinya di antara para penyamun yang
mengendap-endap di balik batu, karena dengan menguasai
Jurus Impian Kupu-Kupu sudah pasti dikuasainya juga ilmu
meringankan tubuh luar biasa yang dapat membuat tubuhnya
berkelebat seringan kupu-kupu.
Bersama dengan ambruknya tubuh yang ditembus pedang
dari segala arah itu, hilang pula segala sesuatu yang muncul
bersama datangnya kupu-kupu. Cahaya matahari melenyap
dan menyurut ditelan kabut yang pelahan tetapi pasti
membuat dunia kembali menjadi kelabu. Puncak-puncak
gunung batu dengan jalan melingkar-lingkar di pinggangnya
yang sempat berkilauan sejenak keemas-emasan kembali
menjulang dalam diam, menembus kabut dan mega-mega
kekelabuan yang setiap saat siap berubah menjadi hujan.
Namun tidak selalu mega-mega yang ditembus akan menjadi
hujan, tidak jarang dalam sapuan mega-mega tubuhku hanya
menjadi basah, tetapi bukan basah kuyup, melainkan sekadar
basah karena titik-titik air yang begitu ringan mengambang
sebagai kabut yang berjalan-jalan.
KUTINGGALKAN mayat-mayat
bergelimpangan dunia persilatan yang memang sudah menjadi pilihan. Bukankah di
sungai telaga persilatan kematian bisa datang mendadak
setiap saat karena serangan gelap" Demi sebuah pertarungan
tidak selalu diperlukan tantangan, karena langsung menyerang
secara gelap maupun berterang-terang tidaklah ditabukan
sebagai bagian dari pilihan, sehingga serangan dengan senjata
rahasia tidaklah harus dianggap serangan gelap kaum
penjahat, melainkan memang serangan bersifat rahasia,
serangan terbaik untuk menguji tingkat ilmu silat seorang
pendekar. Jika bahkan hanya langkah seorang pendekar
begitu jelas menunjukkan ketinggian ilmunya, dan karena itu
membuat seseorang berminat mengadu ilmunya sendiri,
bukankah itu memang berarti maut bagaikan debu
beterbangan dalam kehidupan seorang pendekar"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sembari melangkah menuju kedai di tepi jurang yang
kembali muncul dan hi-lang dan muncul lagi dalam kabut,
kembali pula segala persoalan yang bagiku masih jauh dari
selesai, bahkan yang menunjukkan kecenderungan secara
taklangsung berhubungan denganku!
Memang tidak kuketahui maksud dan tujuan perjalanan
kedelapan penyoren pedang itu, tetapi telah diakui betapa
saudara seperguruan mereka yang malang itu memang
seorang mata-mata yang bekerja untuk suku Uighur. Adapun
ketika delapan penyoren pedang itu berangkat dengan keledai
beban mereka yang lamban, apakah perjalanan mereka
terhubungkan dengan tugas saudara seperguruannya atau
tidak" Mungkin pertanyaan ini bisa dijawab oleh isi keranjang
beban yang mereka angkut dengan susah payah mendaki
lautan kelabu gunung batu, tetapi apakah diriku berhak
membukanya"
Sesampai di kedai,
bapak pemilik kedai,
sambil membereskan kedai masih seperti tidak terjadi suatu apa,
berkata kepadaku.
''Tuan, ketujuh orang itu telah mengaku guru kepada Tuan,
kini setelah mereka ma-ti, harta bendanya sah menjadi milik
Tuan.'' Tujuh, bukan delapan, karena satu orang bunuh diri.
''Namun saya kira harta dari yang mati bunuh diri itu lantas
menjadi milik saudara-saudaranya, Tuan, jadi berhak juga
menjadi milik T uan.''
Bukanlah masalah warisan dari orang-orang yang mati
terbunuh ini tentunya yang menjadi perhatianku. Melainkan
bagai-mana caranya aku mengetahui sesuatu supaya aku
dapat membaca keadaan, karena perjalananku kali ini pun
adalah suatu perjalanan dalam tugas rahasia. Pertama, aku
ingin mendapatkan kejelasan tentang siapa yang bertanggung
jawab atas kematian Amrita, dan itulah sebabnya aku harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunggu untuk mengikuti Harimau Perang dengan diamdiam dari Celah Din-ding Berlian. Kedua, jika benar Hari-mau
Perang dipanggil atas kemampuannya dalam membangun
jaringan mata-mata un-tuk mengatasi pemberontakan, maka
tugas yang dihadapinya tentu berhubungan dengan kebijakan
perimbangan kekuasaan, dalam siasat Wangsa Tang
menghadapi Kerajaan Tibet di perbatasan timur maupun sukusuku pengembara, termasuk Uighur, di sebelah utara Gurun
Gobi, yang mungkin saja terhubungkan dengan urusan para
murid perguruan ilmu pedang yang semuanya sudah mati
terbunuh ini. Aku mengembara bukan untuk me libatkan diri ke dalam
banyak persoalan, tetapi dalam urusanku yang sederhana ini,
agaknya banyak persoalan harus dipertim-bang-kan untuk
mendapat kejelasan. La-gipula, belum juga dapat kupastikan,
apa-kah Harimau Perang itu memang suatu sos-ok, atau suatu
jaringan. Kuketahui serba-sedikit tentang perma inan dunia
mata-mata yang penuh rahasia dan tipu daya, bahwa tiada
sesuatu pun yang sepintas lalu tampak-nya tidak perlu
dipertanyakan lagi, da-pat diterima begitu sebagai sesuatu
yang pasti. Kupandang delapan kuda Uighur serba bagus yang sedang
makan rumput itu, di dekatnya sekitar dua puluh keledai juga
makan rumput dengan beban yang masih berada di
punggungnya. Bapak kedai itu menyela.
''Tuan telah membunuh Pendekar Kupu-Kupu, hati-hatilah.
Setelah melewati Celah Dinding Berlian nanti, itulah wilayah
kekuasaan Perguruan Kupu-Kupu.''
''Perguruan Kupu-Kupu"''
''Ya, mereka mengembangkan ilmu silat berdasarkan
pendalaman atas Kitab Zhuangzi.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku mengerti. Kitab Zhuangzi adalah sebuah nama yang
tidak harus berarti merupakan pemikiran Zhuangzi, melainkan
segala sesuatu yang dihimpun oleh Kuo Hsiang, seorang
pengulas pemikiran Zhuangzi yang hidup seribu tahun lalu,
dan karena itu takdapat dipastikan bagian kitab mana saja
yang ditulis Zhuangzi sendiri. Namun sudah jelas betapa kitab
itu berisi pemikiran Kaum Dao, baik dari tahap pertama,
kedua, maupun ketiga. Hanya pe-mikiran yang dianggap
sebagai tahap ketiga disebut merupakan pemikiran Zhuangzi
sendiri, tetapi yang betapapun telah ditulis ulang oleh para
pengikutnya. Tampaknya menarik sekali mengikuti cara belajar
Perguruan Kupu-Kupu itu, tetapi perhatianku masih tercurahkan kepada keranjang-keranjang
beban pada punggung keledai tersebut. Benarkah aku berhak membukanya" Aku tahu bahwa dengan membukanya aku
harus menerima kemungkinan untuk terlibat ke dalam suatu
percabangan cerita yang baru. Jalan hidup bisa dibelokkan
oleh sebutir kerikil di tengah jalan. Bukankah perjalanan
semacam itu pula yang telah kualami selama ini" Jika aku
sudah memilih untuk hidup mengembara, bukan berarti aku
hanya akan berjalan menuruti langkah kaki, melainkan juga
rela terlibat persoalan yang menyeretku. Meski aku sudah
bersepakat dengan diriku sendiri bahwa sebaiknya aku
menghindari persoalan apapun, rupa-rupanya mengembara
tanpa persoalan di dunia persilatan adalah suatu kemewahan.
Apa pun persoalan yang dihindarinya, seorang pendekar tak
boleh menghindar untuk membela mereka yang lemah dan
tertindas. Aku telah berada di depan sebuah keranjang yang masih
terpasang di punggung seekor keledai. Agaknya kedelapan
murid perguruan ilmu pedang itu memang tidak bermaksud
berhenti terlalu lama. Namun mereka ternyata berhenti di sini
untuk selama-lamanya. Apakah kiranya isi karung dalam
keranjang itu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 156: [Nasib Malang Seorang Kebiri]
Tidak terlalu jelas bagiku mengapa aku merasa sangat
ragu-ragu membuka karung itu. Setelah mengamatinya
dengan cermat, karung-karung itu ternyata bukan hanya
diikat, melainkan juga disegel dengan cap kerajaan. Simpul
talinya ditindas lilin warna merah, dan pada dataran itu
terdapat cap Wangsa Tang. Artinya karung itu sebetulnya
hanya boleh dibuka oleh pejabat kerajaan, itu pun pejabat
yang menjadi tujuan pengiriman karung-karung ini. Seberapa
jauh peraturan itu berlaku bagiku"
Bapak kedai muncul dari belakang dan meraba-raba segel
itu. ''Setidaknya ada dua perkara dengan karung-karung ini,''
ujarnya, ''pertama, pengiriman resmi kerajaan ke Daerah
Perlindungan An Nam biasanya dilakukan melalui laut, karena
lebih murah dan lebih aman; kedua, petugas yang mengawal
kiriman resmi yang disegel seperti ini seharusnya juga petugas
kerajaan.'' Bapak kedai lantas memperhatikan segel itu lagi.
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
''Segel ini asli,'' katanya, ''tapi pengirimannya tidak resmi,
karena mayat delapan orang itu sudah kugeledah dan tidak
ada bukti apa pun yang menunjukkan bahwa mereka petugas
kerajaan.'' Jadi dia sudah menggeledah mayat itu, pikirku.
''Mungkin mereka petugas pengantar barang, tetapi bukan
dari kerajaan, karena jika tidak mengenakan seragam,
setidaknya terdapat surat jalan yang menjelaskan diri mereka
siapa dan bahwa mereka sedang menjalankan tugas negara.''
''Petugas pengantar barang"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Ya, itu usaha menjual jasa yang berkembang sekali
sekarang. Nanti Tuan akan menyaksikan gardu-gardu negara
yang disediakan untuk mereka, karena pemerintahan
mengakui pentingnya hubungan antarwilayah yang diliputi
pekerjaan para pengantar barang itu.''
Aku mengerti. Para pengantar barang harus memiliki ilmu
silat tinggi untuk menjaga titipan apa pun yang dipercayakan
kepadanya. Ada kalanya mereka mengantar barang. Ada
kalanya mereka mengantar orang. Seperti pernah kualami
dalam perjalanan bersama para mabhasana di Jawadwipa,
pekerjaan mengawal barang dan orang dalam perjalanan
adalah tugas yang penting. Perjalanan jauh pada masa kini
selalu mengandung ancaman bahaya, karena negara yang
manapun dalam kenyataannya tidak mampu menjamin
keamanan warga pada setiap jengkal wilayahnya. Di kota
besar terdapat perbentengan dengan pengawalan dan
perondaan ketat, sementara di desa-desa terdapat penjaga
keamanan yang mengenal wilayahnya dengan sangat baik.
Namun di daerah yang sulit dihuni maupun didatangi
berkeliaran orang-orang dan gerombolan yang menjauhi
hukum, dan sebagai gantinya di wilayah seperti ini berlakulah
hukum rimba. Suatu keadaan yang semakin sah adanya di
daerah tak bertuan. Keadaan semacam ini menuntut peranan
para pengantar barang dan pengawal perjalanan, yang dalam
keadaan negara terlibat peperangan dari saat ke saat takdapat
dipenuhi oleh para pengawal dan petugas kerajaan. Maka
kebutuhan atas jaminan keamanan ini pun dipenuhi oleh
berbagai perguruan ilmu silat, yang mengerahkan muridmuridnya untuk mengisi lowongan. Keadaan semacam ini juga
memberi kesempatan bagi mereka yang belajar ilmu s ilat agar
mendapat pekerjaan sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya.
Jika menjadi prajurit adalah pengabdian, menjadi pendekar
adalah pengembaraan, maka hanyalah pengantar barang dan
pengawal perjalanan yang tampak seperti pekerjaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggunakan ilmu silat dengan kemungkinan menghasilkan
uang. PEKERJAAN ini kadang hanya memerlukan sedikit orang,
jika wilayah yang dilewati dianggap aman, dan tidak
memerlukan orang-orang berilmu terlalu tinggi; tetapi tak
jarang memerlukan tenaga sampai lima puluh orang, terutama
jika dipastikan melalui wilayah dengan para pemukim yang
sikapnya ber-musuhan terhadap Wangsa Tang. Tentu
tingginya tingkat bahaya me-nentukan pula tuntutan atas
tingginya ilmu silat para pengawal. Jumlah orang sebetulnya
bukanlah satu-satunya ukuran, karena dalam beberapa hal
jumlah pengawal yang sedikit justru menunjukkan keyakinan
atas tingginya tingkat ilmu silat yang menjadi andalan.
Selain para pengawal seperti ini, kudengar pula cerita
tentang para pengantar surat cepat, tentunya mengantarkan
surat-surat penting, yang akan membawa surat sendirian saja
di atas kuda yang dipacu laju, jika perlu berganti kuda baru
setiap kali melewati gardu negara yang satu ke gardu negara
yang lain. Seperti juga para pengantar barang dan pengawal
perjalanan, para pengantar surat cepat ini terandaikan pula
memiliki ilmu silat yang tinggi, demi meng-atasi segala
marabahaya dalam perjalanan melewati berbagai wilayah yang
sedang bergolak dengan pemberontakan. Dalam suasana
kekacauan, juga tidak mudah dibedakan antara pemberontak,
penyamun, ataukah regu-regu penyusup musuh, seperti dari
Tibet maupun suku-suku pengembara, yang sengaja membuat
kekacauan. Para pengantar surat cepat dengan begitu selain
memiliki keberanian dan daya tahan berkuda luar biasa, juga
harus memiliki ilmu s ilat tinggi.
Sebagai murid-murid perguruan ilmu pedang yang
menunggangi kuda Uighur, delapan penyoren pedang itu
memenuhi syarat untuk semua kebutuhan tersebut. Tidak
jarang pula negara mempercayakan keperluan dan kepentingannya kepada mereka yang menjual kemampuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersilat ini, sehingga jika karung-karung bersegel lilin merah
kerajaan itu terdapat pada mereka adalah pe-nyamaran yang
bagus pula kiranya.
''Jangan ragu-ragu membuka karung itu, T uan,'' ujar bapak
kedai itu lagi, ''karena dengan begitu kita akan tahu, apakah
mereka terlibat, atau tidak tahu menahu dengan sesuatu yang
tampak seperti disembunyikan ini.''
Aku tidak tahu mengapa orang tua ini begitu bersemangat.
Untuk mencari dan mendapatkan benda-benda berhargakah"
Ataukah untuk sesuatu yang bersifat lebih rahasia lagi" Aku
belum lupa tentang apa yang kupi-kirkan tentangnya, bahwa
gerak-ge-rik-nya bagiku menunjukkan dirinya sebagai orang
yang mengerti ilmu silat. Namun aku juga sadar, betapa di
dunia persilatan pun tiada kurang yang berpikir demi
keuntungan dirinya sendiri.
Akan kubuka atau tidak karung-karung di dalam keranjang
ini" Aku belum lupa betapa betapa perjalanan hidup dapat
berbelok di luar rencana karena peristiwa tak terduga. Namun
apalah artinya perjalanan hidup yang berbelok di luar rencana
bagi seorang pengembara, yang mestinya tidak mempunyai
rencana apa pun dalam hidupnya"
Pada setiap keledai terdapat dua keranjang beban di kiri
dan kanan. Apakah harus kubuka satu per satu empat puluh
karung dalam keranjang itu" Kubuka ikatan karung. Dengan
membuka segel itu, aku sah untuk dianggap melanggar
peraturan kerajaan, dan karena itu boleh ditangkap, tetapi
tetap kubuka segel itu. Aku da-pat menganggap diriku
seorang pe-ngembara yang terganggu oleh perbuatan warga
Negeri Atap Langit di daerah takbertuan, dan karena itu hukum Negeri Atap Langit tidak ber-laku bagiku.
Di bagian atas karung itu bertum-puk jeram i untuk
melindungi barang-barang porselen yang sangat mahal.
Kuangkat salah satu kundika dengan hiasan kembang
berwarna biru. Kulihat juga yang lain-lain. Kadang kembang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kadang ikan, kadang sulur-sulur tetumbuhan menjulur
mengitari tembikar yang disebut piring. Ka-dang terdapat
gambar kuil di tengah piring dengan seseorang berdiri di
depannya mengenakan baju bagus dan tangan disembunyikan
ke bela-kang. Semua itu juga berwarna biru. Apakah yang bisa
diterima sehingga barang pecah belah semacam itu ha-rus
melewati jalan terjal yang berat, dengan kemungkinan besar
menjadi pecah dan belah"
Tembikar yang rapuh seperti itu tidak akan dibawa dengan
keledai naik turun menyeberangi lautan ke-labu gunung batu,
apalagi jika terda-pat porselen putih yang merupakan temuan
pembakaran baru. Barang seperti itu dibawa dengan kapal,
yang kadang-kadang memang diterjang badai dan tenggelam
ke dasar lautan bersama segenap barang bawaan, tetapi
membawanya dengan kapal tetaplah merupakan kelaziman
dan bukannya dengan karung dalam keranjang keledai beban
di jalan terjal berbatu-batu seperti ini.
KUPERIKSA karung pada keledai lain, ternyata isinya
tumpukan kertas yang bertuliskan puisi. Kuambil, kuraba, dan
kucium benda yang mengagumkan itu. Kudengar kertas ini
dibuat dari bubuk kayu, dan tulisan di atasnya ditorehkan
dengan tinta. Lantas orang dapat memindahkan tulisan itu
kepada suatu papan kayu, dan papan kayu itu kemudian
digunakan untuk mencetak ulang tulisan di atas kertas itu
sebanyak-banyaknya. Teringat betapa berat penyalinan kitab
dengan lontar yang digurat pengutik, aku segera tahu
bagaimana bangsa yang menjadi warga Negeri Atap Langit ini
bisa mendapatkan pengetahuan melalui bahan bacaan dengan
jauh lebih cepat dan mudah.
Sepintas kutengok, hampir semua penyair semasa Wangsa
Tang ada di karung ini, seperti Li Ba i, Du Fu, Wang Wei, Wang
Zhihuan, Meng Haoran, He Zhizang, Song Zhiwen, Cen Can,
bahkan juga para penyair masa sebelumnya, seperti Qu Y uan
dari masa Negeri Berperang dan T ao Yuan Ming dari masa Jin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Timur. Aku belum memasuki satu kota pun di Negeri Atap
Langit, tetapi pernah kudengar kegemaran warganya untuk
memasang kertas bertuliskan puisi di dinding rumah. Tentu
saja puisi terbaik karya para penyair terbaik. Para penulis
aksara puisi itu pun tidak dilakukan oleh sembarang orang,
melainkan juga penulis aksara terbaik yang dibayar dengan
harga mahal. Dalam karung lain terdapat tumpukan sutera, kayu harum,
busana perempuan, dan perhiasan, juga patung-patung batu
giok yang kecil, yang semuanya merupakan barang-barang
dagangan. Terdapat pula kitab-kitab gulungan sutra ajaran
Buddha yang biasa terdapat di dalam kuil. Senua itu tidak ada
yang mencurigakan, kecuali bahwa jalur perjalanannya tidak
dapat diterima untuk barang-barang semahal itu, pun atas
nama kepentingan istana. Barang-barang yang diangkut
dengan keledai beban menyeberangi lautan kelabu gunung
batu seperti ini bukanlah yang akan terlalu penting bagi
urusan istana, sehingga perlu disegel segala. Barang angkutan
yang umum hanyalah barang yang penting dipertukarkan
antara kedua desa, seperti hasil bumi atau binatang buruan,
kadang juga ternak; atau juga barang-barang dagangan dari
kota yang dibawa seorang pedagang keliling, tetapi itu pun
barang-barang kebutuhan sehari-hari sahaja, seperti baju
sederhana setiap pergantian musim atau alas kaki yang
disebut sebagai sepatu.
Namun masih ada satu karung yang belum dibuka. Dari
luar sudah terlihat bentuknya berbeda, seperti seharusnya
tidak muat tetapi tetap dipaksakan juga. Kami segera
membukanya, dan... Ah!
Sebenarnya aku sangat ingin menceritakannya dengan
rinci, karena dibanding dengan isi karung-karung yang lain, isi
karung terakhir ini luar biasa. Bagaimana menceritakannya"
Betapapun telah kusaksikan begitu banyak pemandangan
mengenaskan di berbagai medan tempur yang penuh dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembantaian, belum pernah kualami rasa mual karena melihat
manusia -tepatnya tubuh manusia- diperlakukan begini rupa.
Barulah kusadari betapa tubuh manusia memang benar
merupakan suatu keutuhan. Bahkan ketika jiwa tiada lagi
menggerakkan tubuh itu berdasarkan kehendaknya, dalam
keutuhan tubuh yang tidak lagi bergerak itu tetap terpandang
dalam suatu penjiwaan, karena keutuhan tubuhnya tetap
memberikan kesan atas jejak-jejak kehidupannya. Namun
menatap tangan hanya sebagai tangan, kaki hanya sebagai
kaki, dan kepala hanya sebagai kepala sangatlah berbeda,
karena memang tetap menyiratkan kesan dari suatu jejak
kehidupan, tetapi yang segera terasingkan dan terhancurkan
oleh kesadaran yang mengingatkan betapa semua ini hanya
potongan. Aku merasa mual, terutama jiwaku yang mual. Mereka
yang hidup dalam dunia persilatan memang selalu hidup
dalam pertaruhan nyawa, tetapi kematian yang berlangsung
karenanya dianggap puncak pencapaian, tidak dapat
disamakan dengan sekadar pembunuhan. Bahkan pembunuhan sebagai bentuk keliaran dan kebuasan, segera
akan berhenti setelah nyawa pergi, maka apakah yang harus
dikatakan tentang pembunuhan yang dilanjutkan dengan
pemotongan tubuh secara rinci" Waktu kulihat wajah dari
kepala yang terpisah dan terbenam di antara potongan
sebelah tangan dan sebelah kaki di tempat yang tidak
semestinya, bagaikan tertoreh luka panjang kedukaan yang
dalam. Seperti ada rasa pedih, seperti ada rasa perih, tetapi
tidak dapat diucapkan...
Namun bapak kedai rupanya berhati dingin.
''Jangan pergi dulu,'' katanya, ''kita harus memeriksanya
satu per satu.''
Aku tidak menjawab, meski suatu petunjuk memang harus
dicari. Apakah hubungannya kedelapan penyoren pedang itu
dengan karung-karung yang dibawanya ini" Apakah mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengetahui isinya" Apakah mereka tidak mengetahui isinya"
Apakah mereka sendiri yang mengisinya"
MENGINGAT terdapatnya segel lilin merah bercap Wangsa
Tang, dan sikap mereka yang tidak terlalu peduli kepada
barang-barangnya, aku menduga mereka tidak mengisinya
sendiri, dan diberi tahu apa saja isinya, kecuali tentang tubuh
terpotong-potong. Pendapat ini kuambil, karena untuk tidak
menimbulkan pertanyaan, sebaiknya isinya memang dinyatakan, yang juga biasanya merupakan ketentuan dalam
perjanjian atas penggunaan jasa mengantar barang. Tentu
para pengawal barang tidak memiliki hak apa pun apabila
terdapat segel Wangsa Tang seperti itu dan hanya wajib
mengantar saja. Namun jika hal semacam ini dilakukan,
mengingat tugas resmi menyeberangi lautan kelabu gunung
batu tidak merupakan kelaziman, daripada memancing rasa
penasaran, lebih baik isinya diberitahukan, tanpa menyebut itu
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mayat yang bernasib malang.
Kuduga, dan memang hanya dugaan, itu-lah yang memang
terjadi, meski tentu te-tap perlu diberikan alasan sendiri bagi
me-re-ka, agar bisa menerima kenapa barang-ba-rang pecah
belah harus naik turun pegunungan batu serbacuram dan
serbaterjal seperti ini. Alasan ini kiranya penting, karena
mayat terpotong-potong tentunya adalah persoalan besar
yang dalam kenyataannya harus ditutupi. Kedelapan penyoren
pedang itu mengetahui atau tidak mengetahui, perjalanan
mereka jelas adalah juga suatu perjalanan rahasia.
"Lihatlah Tuan! Lihat!"
Bapak kedai yang kuduga seorang pendekar yang sengaja
mengundurkan dari dunia persilatan itu, telah meneliti satu
per satu potongan tubuh dan seperti berusaha menyatukan
kembali potongan-potongan tersebut terbentuklah sebuah
sosok manusia terpotong-potong di atas rerumputan.
Waktu aku tiba, bapak kedai menunjuk ke salah satu
potongan tubuh itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku semula tidak mengerti.
"Lihat!"
Ia menunjuk ke arah kemaluan. Ter-da-pat luka potongan,
tetapi bukan luka baru, itu sayatan tajam hati-hati yang sudah
lama sekali. "Orang kebiri!"
Orang kebiri" Wajahku mungkin tampak tidak menunjukkan
pengertian tertentu.
"Orang kebiri! Mereka inilah yang menguasai segala
jaringan di istana dan sangat dibenci! Sekarang menjadi jelas
teka-teki segel ini. Seorang kebiri telah dibunuh oleh orang
dalam istana, sehingga karung ini bisa keluar tanpa diperiksa
lagi!" Bapak kedai kemudian menjelaskan perihal keberadaan
orang-orang kebiri di dalam istana.
(Oo-dwkz-oO) Episode 157: [Jaringan Kebiri di Istana]
Gao Lishi adalah orang kebiri yang hidup dari 684 sampai
762. Peranannya dalam pemerintahan Wangsa Tang
diceritakan bapak kedai yang belum kuketahui namanya
dengan sangat hidup, tetapi sayang sekali aku tidak dapat
menceritakan kembali dengan sama hangatnya. Bahasa Negeri
Atap Langit yang kukuasai masih sangat terbatas, sehingga
membatasi pula kemampuanku menghidupkannya. Mohon
Pembaca sudi memaafkan diriku.
"Di istana ia mencapai kedudukan tinggi sebagai Pemangku
Qi, pejabat semasa Wangsa Tang maupun Wangsa Zhou yang
sebentar saja didirikan Wu Zetian, tetapi peranan
terpentingnya adalah semasa kekuasaan Maharaja Xuanzong.
Gao Lishi diyakini berperan dalam banyak keputusan, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seharusnya menjadi tanggungjawab maharaja selama tahuntahun terakhir Xuanzong. Konon ia jauh lebih kaya dari para
bangsawan masa itu. Meskipun begitu ia sering dianggap
sebagai contoh yang baik atas keterlibatan orang kebiri dalam
permainan kekuasaan, terutama karena kesetiaannya kepada
Maharaja Xuanzong, yang ternyata kemudian membahayakan
dirinya sendiri dalam masa kekuasaan selanjutnya, yakni
semasa pemerintahan Maharaja Suzong, putera maharaja
sebelumnya. "Ancaman bahaya itu datang dari kecemburuan orang
kebiri yang lain, Li Fuguo, yang kemudian membuangnya,
meski saat akhir pemerintahan Suzong itu kehadiran Gao Lishi
taklagi berpengaruh kepada berbagai kebijakan istana. Ia
diberi pengampunan pada 762 setelah Xuanzong maupun
Suzong meninggal. Konon karena berduka, Gao Lishi menjadi
sakit dan ikut meninggal pula.
"Ia berasal dari daerah Pan, nama keluarga asalnya adalah
Feng, dan katanya memang cucu-buyut pejabat pemerintahan
Wangsa Tang masa awal, Feng Ang. Pada 698, seorang
pejabat setempat, Li Qianli, mempersembahkan dua kebiri
muda kepada Wu Zetian, saat perempuan itu meng-angkat
dirinya menjadi penguasa; yang pertama adalah Lishi, yang
waktu itu belum mengambil nama Gao, dan yang kedua
bernama Jin'gang. Ternyata Wu Zetian lebih menyukai Lishi
karena kecerdasannya dan mempertahankannya sebagai
orang kebiri yang harus selalu berada di dekatnya. Kemudian
hari, Lishi melakukan kesalahan kecil, dan setelah itu Wu
Zetian takpernah sudi melihatnya lagi.
"SEORANG kebiri tua, Gao Yanfu, lantas mengangkatnya
sebagai anak, dan dari situlah nama Gao didapatnya. Adapun
karena Gao Yanfu sebelumnya melayani keponakan Wu Zetian
yang juga sangat berkuasa, yakni Wu Sansi, seorang
pangeran dari Liang, maka ia dapat memasukkan Gao Lishi
untuk melayaninya. Setahun kemudian, Wu Zetian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memanggilnya kembali ke istana dan sekali lagi Gao Lishi
melayaninya. Ia telah tumbuh menjadi orang kebiri yang
tinggi, dan karena sikapnya yang selalu berhati-hati, maka ia
diberi tugas mengumumkan maklumat resmi istana, sebelum
akhirnya dinaikkan pang-katnya sebagai gongwei cheng,
jabatan tinggi bagi orang kebiri.
"Dengan kembalinya Maharaja Zhong-zong, Gao Lishi
menjalin persahabatan dengan Li Longji, keponakan maharaja,
pa-ngeran dari Linzi yang menjadi anak Li Dan, pangeran dari
Xiang. Li Dan adalah saudara Maharaja Zhongzong yang juga
per-nah menjadi raja. Pada 705, setelah ke-matian mendadak
Maharaja Zhong-zhong, Li Longji dan saudara perempuan
Zhong-zong, Puteri Taiping, menggulingkan kedudukan
permaisuri Zhongzong yang sangat berkuasa, Maharani Wei,
dan me-ngembalikan Li Dan ke atas tahta. Li Longji menjadi
putera mahkota dan Gao menjadi salah seorang pejabat di
bawahnya. "Pada 712, Li Dan yang telah menjadi Maharaja Ruizong
menyerahkan takhta kepada Li Longji, yang kemudian
bergelar Maharaja Xuanzong, meski tetap saja Li Dan
memanfaatkan kedudukannya sebagai taishang huang atau
purnamaharaja untuk mempengaruhi pemerintahan, dibantu
Puteri Taiping yang memang memanfaatkan Li Dan demi
kepentingannya sendiri. Pada 713, disebutkan bahwa lima dari
tujuh perdana menteri ditentukan oleh sang puteri, seperti
Dou Huaizhen,Cen Xi, Xiao Zhizhong, Cui Shi, dan Lu
Xiangxian, meski yang terakhir ini bukanlah pengikutnya.
"Dalam persaingan kekuasaan antara Maharaja Xuanzong
dan Puteri Taiping, Zhang Shuo dari wilayah tugasnya di
Luoyang, mengirim utusan yang mempersembahkan sebuah
pedang kepada Maharaja Xuanzong, yang merupakan pesan
bahwa sudah waktunya mengambil tindakan menentukan.
Disebutkan bahwa Puteri Taiping, Dou, Cen, Xiao, dan Cui,
bersama para pejabat seperti Xue Ji, Li Jin pangeran dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Xinxing cucu Li Deliang keponakan Maharaja Gaozu pendirin
Wangsa Tang, Li You, Jia Yingfu, Tang Jun, maupun para
panglima seperti Chang Yuankai, Li Ci, dan Li Qin, bahkan
termasuk rahib Huifan, berkomplot untuk menggulingkan
Maharaja Xuanzong.
"Dikatakan lagi, bahwa mereka membicarakan dengan
seorang dayang, Puan Yuan namanya, untuk meracuni obat
perangsang chijian yang biasa diminum Maharaja Xuansong.
Ketika rencana ini dilaporkan kepada Maharaja Xuansong oleh
Wei Zhigu, sang maharaja yang telah menerima nasihat dari
Wang Ju, Zhang Suo, dan Cui Riyong untuk bertindak cepat
pun segera melakukannya. Ia mengundang saudarasaudaranya nya, Li Fan dan Li Ye, masing-masing pangeran
dari Q i dan Xue, bersama para pendukungnya, panglima Wang
Maozhong, pejabat Jiang Jiao dan Li Lingwen, saudara iparnya
Wang Shouyi, orang kebiri Gao Lishi, dan pemimpin pasukan
Li Shoude, lantas memutuskan langsung bertindak.
"Pada hari ke-29 bulan ketujuh tahun itu, Wang Maozhong
mengerahkan 300 pasukan ke bagian penjagaan istana untuk
memenggal kepala Chang dan Li Ci. Kemudian Jia, Li You,
Xiao, dan Cen ditahan dan akhirnya juga dipenggal. Dou dan
Puterin Taiping memilih untuk bunuh diri. Purnamaharaja
Ruizong akhirnya menyerahkan kekuasaan istana sepenuhnya
kepada Maharaja Xuansong, dan tidak lagi terlibat dalam
keputusan-keputusan penting.
"Sebagai akibat keterlibatan Gao Lishi dalam tindakan
terhadap Putri T aiping dan komplotannya, Maharaja Xuanzong
menganugerahinya jabatan panglima pengawal istana, yang
juga menjabat neishi sheng atau kepala bagian orang-orang
kebiri. Penugasan ini membuat Gao Lishi menjadi orang kebiri
pertama dalam sejarah Wangsa Tang yang mencapai tingkat
ketiga dari tatacara sembilan tingkat, dan inilah awal
bangkitnya peranan orang-orang kebiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maka Gao pun menjadi orang kepercayaan terdekat
Maharaja Xuansong, dan adalah Gao itu yang akan diutus
untuk menyampaikan kehendaknya kepada para pejabat
penting. "Ketika pada 713 perdana menteri Yao Y uanzhi mula-mula
terkejut dan cemas saat maharaja menolak untuk membahas
tugas-tugas para pejabat rendahan ber-samanya, Gao
berbicara kepada maharaja dan diberitahu bahwa alasannya
bukanlah karena maharaja tidak berkenan terhadap Yao,
melainkan karena Yao sendiri sebagai ketua penanggungjawab
istana mempunyai wewenang yang harus dijalankan. Setelah
Gao memberi tahu Yao soal ini, maka kekhawatiran Yao pun
memudar. "Pada 726, ketika Zhang Suo dituduh menggelapkan uang
untuk memperkaya dirinya sendiri dan ditahan, adalah Gao
yang diutus untuk melihat apa yang dilakukannya, dan adalah
berdasarkan campur tangan Gao selanjutnya bahwa hukuman
Zhang pun diringankan.
"Pada 730, ketika Maharaja Xuanzong mulai gelisah perihal
kekuasaan dan keangkuhan Wang Maozhong, adalah Gao
yang menyarankan agar bertindak lebih dulu, dan pada musim
semi 731 sang maharaja pun mengasingkan Wang bersama
para pembantunya, bahkan kemudian dipaksanya Wang agar
melakukan bunuh diri.
"Dikatakan bahwa Gao memang sangat dipercaya oleh
Maharaja Xuanzong, yang menyatakan, 'Jika Gao Lishi berada
di sini, daku bisa tidur nyenyak.' Gao sendiri memang sangat
jarang pulang ke rumahnya sendiri, dan suatu permohonan
yang diajukan kepada maharaja terlebih dahulu harus disaring
oleh Gao sebelum meneruskannya kepada Maharaja
Xuanzong, dan Gao menangani sendiri perkara-perkara yang
kurang penting, yang membuat kekuasaannya dengan cepat
meningkat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Banyak tenaga dicurahkannya untuk membantu orangtua
angkatnya, Gao Y anfu dan istrinya. Ia juga meminta jiedushi
atau kepala pasukan di Lingkaran Lingnan mencari ibu
kandungnya Puan Mai dan mengirimnya ke Kotaraja Chang'an,
supaya ia bisa membantunya juga. Ketika Puan Mai meninggal
dunia, panglima Cheng Boxian dan pejabat Feng Shaozheng
yang sudah angkat sumpah persaudaraan dengan Gao Lishi
sangatlah berduka.
"Ketika Gao masih sangat berkuasa, disebutkan ia sangat
hati-hati dan juga rendah hati, yang membuatnya terus
menerus dipercaya Maharaja Xuansong. Di antara para
pejabat dan panglima yang tercatat menjilat dan mengambil
muka, serta telah membuat ia membantu kenaikan pangkat
mereka adalah Yuwen Rong, Li Linfu, Li Shizi, Gai Jiayun, Wei
Jian, Yang Shenjin, Wang Hong, Y ang Guozhong, An Lushan,
An Sishun, dan Gao Xianzhi. Para cendekiawan saat itu
menyalahkan Gao atas kenaikan pangkat sejumlah pejabat
haus kekuasaan, selain juga mengenali bahwa setiap kali
pejabat yang terhubungkan dengannya dituduh melakukan
kejahatan, ia tidak akan gegabah campurtangan menyelamatkan mereka."
Sampai di sini bapak kedai itu berhenti. Hari menjelang
gelap. "Mengapa tidak kita masukkan dulu semua ini ke dalam
karung, Tuan" Sahaya pikir segel kerajaan dan kenyataan
bahwa orang bernasib malang ini seorang kebiri adalah tandatanda yang cukup jelas untuk melacak jejak selanjutnya."
Aku hanya mengangguk, membiarkan ia menjalankan
peran pura-pura bodohnya. Setidaknya ia ingin aku tampak
percaya, jadi biarlah ia percaya. Di samping aku tahu, betapa
aku tentunya tidak akan terlalu bahagia memasuk-masukkan
potongan tubuh dan badan itu berdesak-desak ke dalam
karung. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Betapapun sepintas terlihat bagian yang membuatnya
disebut orang kebiri. Bapak kedai yang rupanya melihat
bagaimana tidak enaknya perasaanku, bukannya membicarakan masalah lain, tetapi berkisah tentang serbaserbi pengebirian itu sambil terus mendesak-desakkan
potongan tubuh ke dalam karung.
"Tuan tahu bagaimana alat kelam in mereka dipotong"
Mula-mula mereka diletakkan dalam keadaan setengah
berbaring di ranjang yang rendah, lantas mereka ditanya
untuk terakhir kalinya, apakah akan menyesal jika dikebiri.
Jika jawabnya 'tidak', seseorang akan menjepitnya di sekitar
pinggang, sementara dua orang membuka kakinya dan
menekannya kuat-kuat untuk mencegah segala gerakan.
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan pembalut mengikat erat sekitar paha dan perut
bawah, calon orang kebiri ini diberi minum teh yang akan
membuat urat syarafnya terbius, dan alat kelam innya dibuat
mati rasa dengan siraman air merica panas. Semuanya lantas
dipotong habis dengan pisau kecil serapat mungkin. Sebuah
sumbat logam segera dimasukkan ke saluran kencing, dan
segenap luka ditutup dengan kertas yang dibasahi, lantas
dibalut dengan hati-hati."
Aku menunjukkan wajah tidak suka dan melangkah ke
kedai, tetapi rupanya bapak kedai yang sementara itu telah
selesai memasukkan kembali potongan-potongan tubuh ke
dalam karung, dan memasukkan pula karung itu ke dalam
keranjang, ternyata cepat sekali menyusulku dan terus bicara.
"Segera setelah itu, si orang kebiri sudah diminta berjalan
di sekitar kamar selama dua atau tiga kali penanakan nasi,
dibimbing oleh para pemisau tadi di kiri dan kanan, sebelum
akhirnya boleh berbaring. Ia tidak boleh minum cairan apa
pun selama tiga hari, dan selama itu ia akan sangat menderita
karena haus dan kesakitan luar biasa, juga tak bisa buang air
kecil. Setelah tiga hari balut dilepas, sumbat dikeluarkan, dan
diharapkan penderita sudah bisa mengurangi kesakitannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan mengalirnya air seni. Saat itulah ia diberi selamat dan
dianggap lepas dari bahaya. Jika pemotongan ini membuatnya
tak bisa buang air, karena merekatnya saluran air seni dan
kulit, ia terkutuk untuk mati dengan sangat menderita."
KUKIBASKAN tanganku karena tidak tahan lagi.
''Lanjutkan cerita yang tadi saja Bapak,'' kataku.
''Sabarlah sebentar Tuan, lebih baik sahaya masak dahulu,
karena sebentar lagi waktu makan.''
Akhirnya kami berada di dalam kedai lagi. Artinya aku
tertahan semalam di sini jika tetap tinggal. Aku berpikir
tentang Hari-mau Perang yang tentu jaraknya telah semakin
dekat. Jika ia muncul ketika aku masih di s ini, tentulah segala
rencana untuk mengikutinya diam-diam bisa batal. Aku
merasa harus pergi secepatnya agar tidak tersusul, tetapi aku
juga merasa wajib mendengarkan cerita bapak kedai itu
sampai habis. Meski belum kudapatkan titik terang, betapapun
seluruh urusan rahasia istana berhu-bungan dengan peranan
jaringan orang kebiri di dalam istana.
Setidaknya aku merasa tidak terlalu keliru menduga, jika
perjalanan Harimau Perang yang dirahasiakan itu tentu
diketahui juga oleh jaringan orang kebiri tersebut. Tentu saja
masih terlalu jauh menghu-bung-kan mayat kebiri terpotongpotong dalam karung itu dengan tugas rahasia Harimau
Perang yang belum kuketahui, tetapi bahwa saudara
seperguruan kedelapan penyoren pedang itu tewas di wilayah
penugasan rahasia Harimau Perang membuatku penasaran.
''Jadi apalagi ceritamu itu Bapak"''
Kutanya ia setelah menanak nasi dan me-manaskan lauk,
baunya sungguh me-rang-sang perutku di udara yang sangat
dingin ini. Aku belum tahu apa yang bisa kulakukan dengan barangbarang dalam karung di keranjang keledai beban itu. Meskipun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku sangat tertarik dengan puisi-puisi maupun gulungan kitabkitab agama yang ada di sana, kukira tidak mungkin aku
membawanya, karena hanya akan membuatku terlibat lebih
dalam kesulitan, terutama dengan terdapatnya segel dengan
cap Wangsa Tang tersebut.
Bapak kedai itu, setelah menyorongkan ekor rusa yang
direbus dalam kuali, melanjutkan ceritanya.
''Pada 737, selir Maharaja Xuanzong yang paling disayang,
Wu, berusaha membuat putranya, Li Mao Pangeran dari Shou,
menjadi putra mahkota, membuat tuduhan palsu kepada Putra
Mahkota Li Ying, seperti juga tuduhan kepada dua pangeran
yang lain, Li Yao dan Li Ju. Mereka bertiga diberhentikan dan
dipaksa untuk mela-kukan bunuh diri.
''Yang Diperistri Wu meninggal bela-kangan tahu itu juga.
Namun ketua penanggung jawab, Li Linfu, yang bersekutu deng-annya, meneruskan pendekatan demi ke-pentingan Li Mao.
Meskuipun begitu, Maharaja Xuansong telah mempertimbangkan putra-nya yang lebih tua, Li Yu Pangeran
dari Zhong, tetapi ia tak dapat memilih segera, dan tertekan
oleh masalah itu seperti juga dengan pembunuhan ketiga putranya sendiri. Ia tak dapat tidur maupun makan enak. Gao
mempertanyakan alasannya, dan ia menjawab, 'Kamu adalah
pela-yan lamaku. Tidakkah dirimu bisa menga-ta-kannya"' Gao
menjawab, 'Apakah itu tentang kedudukan putra mahkota
yang belum ditentukan"'. Dijawab, 'Ya.' Gao pun berkata,
'Sang Maharaja tidak perlu bersusah hati. Pilih saja yang
tertua, dan tidak akan ada yang mempersoalkannya.'
Maharaja ke-mudian memantapkan dirinya, dan me-milih Li Y u
yang nanti namanya berganti sebagai Li Heng, sebagai putra
mahkota. ''Sementara itu, sudah menjadi adat bahwa para maharaja
Tang akan menggilir tem-pat tinggal antara Kotaraja Chang'an
dan ibukota wilayah timur, Luoyang, ter-gan-tung dari
besarnya panen tahun itu, karena lebih mudah mengirim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahan pa-ngan ke Luoyang daripada Chang'an. Beta-papun,
sejak Maharaja Xuansong terakhir kali kembali ke Chang'an
dari Luoyang pada 736, ia tidak mengunjungi Luoyang lagi. Li
Linfu tahu betapa sang maharaja,
seiring dengan meningkatnya usia, yakni 49 pada 736 itu, telah menjadi lelah
dengan penggiliran tersebut, dan karena itu meng-gi-atkan
usaha membangun penyediaan pangan di dalam wilayah
Guanzhong, de-ngan pemusatan di sekitar Chang'an. Pada
744, suatu ketika Maharaja Xuansong berujar kepada Gao:
'''Sudah sepuluh tahun sejak kutinggal-kan Chang'an,
alamnya damai, membuatku ingin beristirahat dan tidak
melakukan apa pun, menyerahkan pemerintahan kepada Li
Linfu. Apa pendapatmu"'
''Gao yang tidak mempercayai Li Linfu, menjawab:
'''Sejak zaman kuna, telah menjadi adat bagi Putra Surga
untuk mengunjungi ber-bagai tempat sepanjang perjalanan di
te-ngah alam. Juga, kuasa pemerintahan tidak dengan mudah
diberikan kepada orang lain. Jika kekuasaannya dikukuhkan,
siapa yang berani melawannya"'
"MAHARAJA Xuanzong kurang berkenan, dan Gao
membungkuk hormat serta menyatakan, 'Hamba gila, hamba
tak tahu apa yang hamba katakan, dan hamba harus dibunuh.'
Maharaja Xuanzong berusaha membuat suasana menjadi
ringan dengan mengadakan perjamuan untuk Gao, tetapi Gao
tidak bernyali membahas masalah pemerintahan lagi sete lah
itu. "Pada 746, terdapat kejadian ketika selir kesayangan baru
Maharaja Xuanzong, yakni Yang Yuhuan, menimbulkan
amarah maharaja karena bersikap cemburu dan kasar
terhadapnya, sehingga dikirimnya ke gedung keponakan selir
itu, Yang Xian. Keadaan itu membuat perasaan kacau
sehingga maharaja tidak bisa makan, dan para pelayan
mengalami kemurkaannya meski hanya membuat kesalahan
kecil saja. Gao mengerti bahwa sebenarnya maharaja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merindukan Yang Yuhuan, dan Gao memohon agar harta
benda di istana Y ang dikirimkan kepada selirnya itu. Maharaja
Xuanzong setuju, dan lebih jauh mengirimkan pula hidangan
istana kepadanya. Malamnya, Gao meminta agar Maharaja
Xuan-zong menerima kembali Yang Yu-huan di istana, suatu
permintaan yang dengan mudah disetujui. Setelah itu, Yang
bah-kan semakin disayang, dan tiada selir lain dapat memikat
perasaan sang maharaja.
"Sementara, dikatakan bahwa Li Linfu tidak memiliki
hubungan yang baik dengan Putra Mahkota Li Heng. Gao
sering melindungi Li Heng dari kasak-kusuk, meski betapapun
kedudukan Li Heng tidak pernah benar-benar terancam.
Sebagai hasilnya, Li Heng menempatkan Gao sebagai saudara
tua. Para pangeran dan kaum bangsawan di istana
menempatkannya sebagai orangtua, atau tepatnya 'ayah', dan
menantu Maharaja Xuansong menyebutnya 'guru'. Pada 748 ia
mendapat pangkat yang sangat tinggi bagi seorang panglima,
yang disebut piaoqi da jiangjun dan juga bergelar Yang
Dipertuan dari Bohai."
"Pada 750, terdapat kejadian lain ketika Yang menyerang
Maharaja Xuanzong dengan kata-kata, dan maharaja pun
mengirimnya kembali ke marganya. Pejabat Ji Wen
mengatakan kepada maharaja bahwa tindakannya berlebihan,
dan Maharaja Xuansong pun menyesali tindakannya. Maka
dikirimkannya lagi hidangan istana kepadanya, dan menangislah Yang sembari mengaku kepada orang kebiri yang
mengirimkannya.
"'Kekurangajaranku layak dihukum dengan kematian dan
betapa baik nasibku karena Yang Mulia tidak menghukum mati
diriku, tetapi sebagai ganti pengembalian diriku kembali
kepada marga, daku akan meninggalkan istana untuk selamalamanya. Segenap emas, zamrud,
dan harta telah
dianugerahkan kepadaku oleh maharaja, dan adalah tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sopan untuk mengirimkannya kembali. Hanya terhadap
pemberian orangtuaku diriku punya nyali menawarnya.'
"Yang pun memotong sebagian rambutnya dan mengirimkannya kepada Maharaja Xuanzong, yang kemudian
mengirimkan Gao untuk mengawalnya kembali ke istana,
untuk semakin dicintainya sepenuh hati."
Aku menghela napas. Luar biasa nian pengaruh orang
kebiri di istana ini. Bapak kedai masih bercerita sambil makan.
"Pada 752, ketika komplotan Wang Han, saudara Wang
Hong, merencanakan pengkhianatan dan membangkitkan
pemberontakan di dalam Kotaraja Changian, pasukannya
dipimpin Yang Guozhong, saudara selir Yang Yuhuan, dan
Wang Hong takberdaya menundukkan komplotan Wang Han,
maka bertindaklah Gao dengan pasukannya untuk menghancurkan para pemberontak itu sampai tuntas.
Selanjutnya, ketika Wang Hong memohon pengampunan bagi
saudaranya, Yang Guozhong pun menuduhnya terlibat,
sehingga Wang Han maupun Wang Hong dihukum mati.
"Kemudian di akhir tahun itu, ketika Maharaja Xuanzong
melihat bahwa pemimpin pasukan W ilayah Longyou, Geshu
Han, hubungannya buruk dengan An Lushan, pemimpin
pasukan Wilayah Fanyang, maupun An Sishun, pemimpin
pasukan Wilayah Shuofang yang pamannya adalah ayah tiri
An Lushan, dan ingin agar hubungan ketiganya membaik,
segera memanggil mereka bertiga dan meminta Gao menjamu
mereka. Namun alih-alih maksud maharaja mendamaikan
mereka, Geshu dan An Lushan terlibat pertengkaran, yang
hanya berhenti setelah Gao menatap tajam ke arah Geshu,
agar berhenti menjawab maki-makian An Lushan.
"PADA 754, Yang Guozhong yang sudah menjadi
penanggungjawab istana, mulai sering menuduh An Lushan
merencanakan pemberontakan, dan menyatakan bahwa kalau
Maharaja Xuanzong me-manggil An itu datang ke kotaraja,
pastilah An tidak akan datang. Ternyata, ketika Maharaja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Xuanzong menitahkannya datang awal 754, An Lushan
muncul, dan maharaja mempertimbangkan agar ia diberi
jabatan penanggungjawab istana juga. Meski pejabat Zhang
Ji, putera Zhang Shuo, sempat menulis maklumat karenanya,
hal itu tidak terjadi. Saat An siap kembali ke Fanyang,
maharaja menugaskan Gao mengadakan perjamuan bagi An
sebagai ucapan selamat jalan. Setelah usai, Gao melaporkan
kepada maharaja bahwa tampaknya An Lushan tidak terlalu
senang, mungkin karena semula ia mengira akan diberi
jabatan tetapi ternyata tidak. Maharaja Xuanzong, yang
percaya bahwa Zhang Ji dan saudara-saudaranya, Zhang Jun
dan Zhang Shu, telah membocorkan berita itu, memindahkan
dan menurunkan jabatan mereka semua.
"Ketika peristiwa itu terjadi, sedang berlangsung pertempuran di wilayah barat daya antara pasukan Wangsa
Tang mela-wan pasukan Nanzhao, dan kedudukan sangat
buruk bagi Wangsa Tang yang sudah kehilangan 200.000
prajuritnya. Yang Guozhong menutupi kenyataan tersebut dari
pengetahuan maharaja, dan sebaliknya menyatakan bahwa
mereka mendapatkan sejumlah kemenangan.
"Maka berkatalah maharaja kepada Gao, 'Daku sudah tua
sekarang, daku percayakan masalah pemerintahan kepada
para penanggungjawab istana dan daerah perbatasan kepada
para panglima. Daku tidak khawatir terhadap mereka.'
"Gao, yang melihat kekacauan mulai menyeruak, pun
menjawab, 'Hamba mendengar bahwa mereka menderita
kekalahan berulangkali di Yunnan, dan di perbatasan para
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
panglima terlalu berkuasa. Ba-gai-mana mungkin Yang Mulia
memegang kendali atas keadaan" Jika suatu pemberontakan
meletus, tidak ada jalan meng-hentikannya. Bagaimana
mungkin Yang Mulia tidak merasa perlu khawatir"'
"Maharaja Xuanzong baru mulai memperhatikan, tetapi
tidak melakukan tindak-an apa pun, selain berujar, 'Jangan bica-ra lebih jauh, biarlah daku pikirkan masalah ini.'
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pada saat yang sama, Yang Guozhong juga tidak
melaporkan terjadinya bencana banjir besar kepada maharaja.
Ketika sedang sendirian, maharaja berkata kepada Gao, 'Hujan
tidak akan berhenti, katakanlah apa kehendakmu.' Gao
menjawab, 'Sejak Yang Mulia mempercayakan kekuasaan
kepada para penanggungjawab istana, penghargaan dan
penghukuman tidak berada di tangan, dan yin serta yang
berada di luar kesejajaran. Bagaimana mungkin hamba
lancang bicara"
"Yang Guozhong sementara itu terus berusaha memancing
dan mendorong An Lushan agar berontak, termasuk dengan
cara menangkap dan menghukum para pembantu utamanya
di gedung An di Chang'an, yang akhirnya membuat An Lushan
memang memberontak pada 755. Setahun kemudian, pada
756, pasukan Geshu dikalahkan pasukan An, setelah dipaksa
oleh Yang Guozhong untuk menghadapi An. Bahkan Terusan
Tong, pertahanan besar terakhir melawan pasukan An,
akhirnya jatuh juga. Yang Guozhong menyarankan agar
mengungsi ke Chengdu, ibukota wilayah Jiannan, tempat Yang
Guozhong menjadi kepala pasukan.
"Pada tanggal 14 bulan ketujuh, Maharaja Xuanzong,
sambil tetap meraha-siakan berita itu dari penduduk Chang'an,
membawa pengawal istana untuk melindungi dirinya, selir
Yang dan keluarganya, dan keluarga dekat marganya, keluar
dari Chang'an menuju Chengdu. Bersamanya ikut pula Yang
Guozhong, sesama penanggungjawab istana Wei Jiansu,
pejabat Wei Fangjin, panglima Chen Xuanli, dan sejumlah
orang kebiri serta dayang yang dekat dengannya, termasuk
Gao. "Sehari kemudian kereta Maharaja Xuanzong mencapai
gardu Mawei. Para pengawal istana tidak mendapat makanan
dan marah kepada Yang Guozhong. Panglima Chen juga yakin
jika Yang Guozhong yang menyebabkan malapetaka ini dan
berencana menangkapnya. Ia memberitahukan maksudnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada Li Heng, melalui orang kebiri bawahan Li Heng yang
bernama Li Fuguo, tetapi Li Heng ragu-ragu dan tidak
memberikan persetujuan. Sementara para utusan dari Tufan
yang menyertai Maharaja Xuanzong ke selatan, bertemu
dengan Yang Guozhong dan juga mengeluh karena tidak ada
makanan. Para pengawal istana mengambil peluang ini untuk
menyatakan bahwa Yang Ghuozong merencanakan pengkhianatan bersama para utusan dari Tufan, dan
membunuhnya bersama puteranya, Yang Xuan, puteri-puteri
dari Han dan Qin, maupun Wei Fangjin. Adapun Wei Jiansu
juga nyaris terbunuh, tetapi dihindarkan pada saat-saat
terakhir dengan luka yang parah.
"PARA prajurit lantas mengelilingi pesanggrahan Maharaja
Xuanzong, dan menolak untuk berpencar meskipun maharaja
telah berusaha menenangkan mereka dan memerintahkan
mereka menyebar. Chen menyatakan secara terbuka agar selir
Yang Yuhuan dihukum mati, yang langsung ditolak oleh
maharaja. Setelah putra Wei Jiansu yang bernama Wei E dan
Gao bicara lebih jauh, maharaja memenuhinya dengan
mengirim selir Yang ke sebuah kuil Buddha, dan di sanalah
Gao menjalankan tugas untuk mencekiknya."
"Mencekiknya?" tanyaku.
"Ya, mencekiknya."
"Di sebuah kuil Buddha?"
"Ya, begitulah catatan yang kubaca di tempat penyimpanan
naskah di istana."
Aku menggelengkan kepala. Orang kebiri Gao Lishi ini,
apalah yang tidak dapat dilakukannya"
Bapak kedai yang rupanya rajin membaca dan hafal luar
kepala segala rinciannya itu meneruskan cerita.
"Setelah mayat selir Yang diperlihatkan kepada Chen dan
para panglima pengawal istana, pasukannya barulah bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disebar dan bersiap menghadapi gerakan lebih jauh. Pasukan
pengawal istana akhirnya mengiringi Maharaja Xuanzong ke
Chengdu, dan Gao tetap siap sedia di sampingnya. Atas
kesetiaan Gao ini, Maharaja Xuanzong mengangkatnya
sebagai Yang Dipertuan atas Qi.
"Li Heng kemudian memisahkan dirinya dari rombongan
maharaja dan menuju Shuofang, lantas menyatakan dirinya
sebagai Maharaja Suzong pada 756. Suatu pernyataan yang
diterima oleh Maharaja Xuanzong, karena dirinya sendiri
menerima gelar purnamaharaja atau taishang huang dengan
kekuasaan sangat terbatas.
"ada 757, Maharaja Suzong merebut kembali Chang'an dan
menyambut Maharaja Xuanzong kembali ke Chang'an. Gao
Lishi menemani Maharaja Xuanzong kembali ke kotaraja dan
mendapat penghargaan gelar kehormatan Kaifu Yitong Sansi.
"Di Chang'an, Maharaja Xuanzong tinggal di Istana
Xingqing, yang telah dialihkan berdasarkan penghuniannya
menjadi istana pangeran. Gao dan Chen Xuanli tetap
dipekerjakan kepadanya, seperti juga adik perempuannya, Li
Chiy ing Putri Yushen, dayang-dayang Ru Xianyuan, orangorang kebiri Wang Cheng'en dan Wei Yue. Adapun orang
kebiri Li Fuguo kemudian menjadi sangat berkuasa, tetapi
para pengikut Maharaja Xuanzong tidak merasa perlu
menghormatinya. Untuk membalasnya, Li Fuguo mulai
berusaha meyakinkan Maharaja Suzong bahwa Maharaja
Xuanzong dan para pembantunya merencanakan untuk
merebut kembali kekuasaan.
"Pada 760, dengan persetujuan diam-diam Maharaja
Suzong, meski tidak dinyatakan, suatu ketika saat Maharaja
Xuanzong sedang keluar berkuda, Li Fuguo mencegat dan
memaksanya kembali ke istana. Bahkan terhadap peristiwa
itu, betapapun, Gao tidak sudi menyerah kepada Li Fuguo,
dan membentak agar Li Fuguo turun dari kudanya dan
mengawal Maharaja Xuanzong dengan berjalan kaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersamanya. Segera setelah Maharaja Xuanzong dengan
paksa dipindahkan, Li Fuguo juga memaksa Chen untuk
berhenti, Li Chiy ing yang sejak 711 telah menjadi biarawati
Kaum Dao agar kembali ke kuilnya, dan mengasingkan Gao,
Wang, Wei, dan Ru. Dalam hal Gao, ia diasingkan ke wilayah
Fu. "Pada musim semi 762, Maharaja Suzong sakit berat dan
menyatakan pemaafan umum. Gao Lishi diizinkan kembali ke
Changian dan segera melakukan perjalanan. Dalam perjalanan
kembali itu, pada hari kelima bulan lima, Maharaja Xuanzong
berpulang, yang segera disusul Maharaja Suzong pada hari
keenambelas bulan yang sama. Ketika tiba di wilayah Lang ia
mendengar meninggalnya kedua maharaja dan menangisi
Maharaja Xuanzong dengan penuh kepahitan, sampai
meludahkan darah, lantas segera meninggal juga.
"Putra Maharaja Suzong, yakni Maharaja Daizong, yang
menggantikannya
segera setelah kematian ayahnya, mengetahui kesetiaan dan pengutamaan melindungi maharaja
yang selama ini dilakukan Gao, mengembalikan nama baik dan
segenap tanda kehormatan Gao. Bahkan Gao kemudian juga
dimakamkan berdekatan dengan Maharaja Xuanzong.
"Selain Gao Lishi dan Li Fuguo, masih ada Yu Chao'en
yang..." Sampai di s ini aku segera berdiri.
"Terim akasih atas semua ceritanya Bapak, tetapi saya
harus pergi, berapakah harga makanan dan minuman yang
harus saya bayar?"
BAPAK kedai terperangah, mungkin ia tidak mengira bahwa
aku akan pergi justru setelah malam tiba dan hari sudah
menjadi gelap. "Sungguh-sungguhkah Tuan ingin pergi sekarang" Angin
dingin sangat ganas di pegunungan batu ini, banyak binatang
buas, belum lagi para penyamun, dan orang-orang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menuntut balas. Perguruan Kupu-Kupu berada di balik gunung
itu." Hmm. Apakah Perguruan Kupu-Kupu akan menuntut bela
atas pertarungan yang adil dan laz im berlaku dalam dunia
persilatan"
"Lantas bagaimana dengan keledai dan kuda dengan segala
karung dalam keranjang itu" Apakah Tuan akan membawanya
juga?" Mungkin bukan keledai dan kuda itu benar yang
dimaksudnya, tetapi harta benda serbamahal di dalam karungkarung itu, gulungan kitab, tumpukan kertas bertuliskan puisi,
dan bagaimana pula dengan mayat orang kebiri yang
terpotong-potong itu"
Namun aku tidak mau tertahan lebih lama lagi, karena
semenjak bertarung melawan Pendekar Kupu-Kupu sebetulnya
aku selalu teringat Harimau Perang. Mereka akan menjadi
masalah baru jika melihat dan mengenali diriku. Bahkan masih
menjadi masalah besar bagi rencanaku jika mereka dapat
membaca segala sesuatu yang telah terjadi.
"Semua itu untuk Bapak, karena saya tak mungkin
membawanya. Sudilah membuatnya tidak menjadi perhatian
orang banyak."
Ia memandangku dengan tajam sejenak, tetapi lantas
tersenyum. "Akan saya lakukan Tuan, tentu akan saya lakukan, tetapi
mohon Tuan pelajari masalah orang kebiri dari catatan yang
akan saya bawakan, karena tanpa memahaminya Tuan bisa
terjebak urusan yang sulit T uan pahamkan."
Benarkah begitu" Aku sebetulnya terkejut karena ia bisa
membaca pikiranku, yang merasa memang ingin mengetahui
lebih lengkap tentang orang kebiri, karena betapapun kini
termasuk ke dalam wilayah penyelidikanku, jika jaringan orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebiri ingin kulihat kemungkinannya untuk terhubungkan
dengan jaringan rahasia Harimau Perang. Adapun yang
membuat aku terkejut, kurasa tidak semestinyalah seorang
pemilik kedai di tempat terpencil seperti ini dapat menduga
sejauh itu. Siapakah kiranya pemilik kedai yang sudah jelas tampak
sebagai orang persilatan yang mengasingkan diri itu"
(Oo-dwkz-oO) Episode 158: [Melaju ke Celah Dinding Berlian]
Malam gelap, dingin, dan berangin. Meskipun musim dingin
telah berlalu, tetapi ketinggian gunung tetap memberikan
suhunya sendiri. Kutinggalkan bapak kedai dengan segala
harta benda istana di dalam karung di atas punggung keledaikeledai itu, yang keberadaannya ternyata hanya untuk
mengelabui terdapatnya mayat orang kebiri yang terpotongpotong tersebut.
Telah kuminta bapak kedai menyempurnakan mayat
tersebut, mau dikubur atau dibakar aku tidak terlalu peduli.
Betapapun ia harus me lakukan sesuatu, juga terhadap mayatmayat delapan penyoren pedang yang bergeletakan di
lapangan rumput itu, karena jika siapa pun yang lewat
menyaksikannya, besar kemungkinan akan segera menaruh
kecurigaan. "Jangan khawatir Tuan, segalanya akan saya bereskan,"
katanya. Tentu, karena jika petugas kerajaan yang melihatnya, ia
bisa mendapatkan kesulitan. Betapapun aku sendiri memang
berpendapat bapak kedai tersebut bukan sekadar orang
persilatan yang mengundurkan diri dari dunia ramai untuk
mencari ketenangan. Tidakkah rawan mengurus sebuah kedai
di tengah lautan kelabu gunung batu yang setiap gunungnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sarang gerombolan penyamun" Ia tidak mungkin
hidup tenang dalam kesendirian di sana tanpa gangguan,
karena bukanlah adat para penyamun untuk membiarkan
siapa pun yang lewat untuk berlalu dengan tenteram, apalagi
jika bahkan berani tinggal di daerah kekuasaan mereka tanpa
memberikan kepada mereka suatu keuntungan.
Bahwa gerak ringan langkahnya menunjukkan dirinya
sebagai salah seorang penyoren pedang dari dunia persilatan,
tidak menjamin hak macam apa pun untuk dapat tinggal
ongkang-ongkang. Siapa pun ia betapapun saktinya akan
selalu digempur oleh para penyamun bagaimanapun caranya.
Jika lawan tak bisa dikalahkan satu per satu mereka akan
melakukan pengeroyokan. Jika pengeroyokan tak juga
menundukkan lawan, tetap juga tiada kata menyerah dari
para penyamun yang akan terus melakukan gangguan. Aku
memang telah menghancurkan setidaknya dua gerombolan
penyamun dari dua gunung, tetapi aku terus bergerak cepat
dan pergi; jika aku tetap tinggal dan membangun gubuk
seperti ini, belum tentu aku akan dapat bahagia hidup
bersama segala gangguan yang diusahakan dengan penuh
tipu daya. MAKA aku merasa tidaklah terlalu keliru untuk mencurigainya justru sebagai bagian dari gerombolan
penyamun itu. Bagian dari kawanan yang mana aku tidak
tahu, karena dari gunung yang satu ke gunung yang lain, para
penyamun ini tidak jarang saling bermusuhan, meski
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesepakatan atas kedaulatan wilayah masing-masing biasanya
tetap terjaga. Sebagai pemilik kedai, kurasa ia dapat menjual
keterangan setidaknya tentang orang atau rombongan yang
mampir di kedainya. Kedudukan kedai itu di depan lapangan
rumput luas yang menghubungkan dua jalan sempit dan
curam berkelak-kelok panjang, membuat rombongan manapun yang kelelahan akan merasa lega tiba di sana, dan
akan menikmati kelegaannya lebih dengan makan dan minum,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau perlu berma lam pula, sebelum mengarungi jalanan
sempit di antara dinding dan juram itu lagi.
Para pengembara yang berkuda sendirian lebih dapat
dijamin tidak memiliki benda berharga, meski tentunya adalah
bapak kedai tersebut yang diandalkan untuk memastikannya,
karena di antara para penunggang kuda yang berjalan
sendirian bukan tak mungkin terdapat seorang pengantar
surat-surat rahasia, yang selain dibayar mahal juga membawa
bekal uang yang banyak. Rombongan yang dikawal orangorang bersenjata, apalagi yang tampak membawa keledaikeledai beban, lebih merangsang untuk dicegat, dirampok,
dan dijarah, tetapi jika tidak dipastikan juga akan membuang
tenaga sia-sia, karena yang disangka harta karun bisa saja
hasil bumi, bahan makanan, atau kitab-kitab agama, ilmu
filsafat, dan karya sastra. Bagi para penyamun semua itu tidak
ada gunanya. Bahkan aku sebetulnya juga merasa layak menduganya
bukan sekadar sebagai penjual keterangan, melainkan juga
bagian dari para penyamun itu. Mengapa pula aku tidak harus
menduga betapa dirinya adalah pemimpin salah satu kawanan
di balik gunung sana" Mengingat riwayat para penyamun
bukan sebagai penjahat kambuhan,
melainkan para pecundang dalam perang dari sebuah pemberontakan yang
gagal, peran mata-mata demi kepentingan mereka bukan tak
mungkin pula. Para pecundang, mereka yang terkalahkan
dalam perang, masih menyimpan semangat tinggi bahwa
suatu hari akan mampu melakukan pembalasan. Mereka
terkumpul bukan
hanya dari sisa
pasukan sebuah pemberontakan, melainkan dari berbagai pasukan dalam
berbagai pemberontakan dari masa ke masa.
''Bawalah kitab penjelasan tentang orang-orang kebiri ini
Tuan,'' ujarnya sekali lagi ketika aku melompat ke atas
kudaku, ''sahaya merasa belum tuntas menyampaikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penjelasan, sedangkan hal ini penting untuk memahami
persoalan.'' Kuterima saja gulungan kitab itu, yang berarti tidak terlalu
banyak digandakan, jika bukan satu-satunya, karena sejak
ditemukan cara pembuatan kertas yang lebih kuat ditindas alat
pencetak, penggandaan dengan penulisan ulang telah menjadi
semakin berkurang. Jadi ia menyerahkan sebuah kitab yang
bukan saja langka, tetapi juga sangat berharga.
''Saya tak tahu bagaimana bisa membalas budi Bapak,''
kataku. ''Jangan begitu, Tuan, barangkali kami semua nanti yang
berutang budi kepada Tuan.''
Saat kuda Uighur yang kutunggangi melaju tanpa perlu
kukendalikan ke dalam kegelapan malam, aku tidak menyadari
terdapatnya kata-kata 'kami semua' di situ. Sekarang dalam
kegelapan dan dingin malam, segala kesunyian tak dapat
menjawab pertanyaanku, apakah kami semua adalah para
penyamun, sebagai para pecundang tersingkir yang menuntut
keadilan, ataukah sesuatu yang lain"
Lagipula apakah kiranya yang dimaksudkan sebagai
'memahami persoalan'" Apakah ia mengetahui tugas yang
sedang kujalankan, ataukah ia menganggap diriku terlibat dan
telah mengetahui persoalannya yang sebenarnyalah tak
kuketahui meski hanya sebagai dugaan" Mungkin memang
harus kubaca kitab yang kukalungkan dalam karung di leher
kudaku itu lebih dahulu, tetapi tentu tidak bisa kulakukan
sekarang. Sembari melaju dalam kegelapan malam kadang terlihat
juga di baliknya sosok-sosok puncak batu menjulang. Dalam
kegelapan, puncak-puncak menjulang hanya bisa dibedakan
dari langit yang menjadi latar belakangnya dari tebal tipisnya
kehitaman. Apakah bedanya hitam yang tebal dan hitam yang
tipis" Atau apakah bedanya hitam yang tidak terlalu tebal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan hitam yang tidak terlalu tipis" Tentu aku pernah
tinggal sepuluh tahun di dalam gua, yang segala pengalaman
di dalamnya belum pernah kubongkar sampai takbersisa,
tetapi setidaknya penghayatan atas perbedaan antara berada
dalam kegelapan dengan mata terbuka dan berada dalam
kegelapan dengan mata tertutup ternyata dapat membantu
pembedaan. MAKA malam gelap menjadi tidak terlalu gelap lagi bagiku.
Segalanya memang tetap menghitam, tetapi dapat kutandai
pemandangan yang masih selalu sama. Kutandai gerigi
puncak-puncak menjulang yang curam, tegak ke angkasa
dalam embusan angin dingin. Angin dingin yang dalam
kekencangan tiupannya itu lantas terdengar bagaikan sebuah
siulan, berbunyi bagaikan rintihan panjang, meliuk-liuk di
antara celah tonggak-tonggak batu menjulang ke angkasa
bagaikan menopang langit. Mengikuti cara angin meliuk di
antara celah, terbayang olehku seekor naga yang berkelebat,
tetapi mendengarkan suara angin yang seperti siulan dan
berbunyi bagaikan rintihan panjang, terbayang olehku seorang
perempuan yang duduk bersimpuh dengan rambut panjang
menutupi wajah dalam ratapan.
Namun tiada seorang manusia pun dalam dingin malam
seperti ini. Hanya angin, dan memang hanya angin bertiup
dingin, begitu dinginnya sehingga selalu terbayang olehku
arak panas yang pernah disediakan di dalam kedai itu, yang
mengingatkan kembali ingatanku kepada bapak tua itu.
Siapakah dia sebenarnya sehingga memilih jalan seperti itu,
ataukah kiranya lebih tepat dikatakan: jalan apakah kiranya
yang telah dia tempuh, sehingga membuat ia berada di
tempat seperti itu"
Demikianlah kudaku membawa diriku menempuh kembali
jalan setapak di pinggir jurang, yang dalam kegelapan hanya
dapat kuraba dindingnya sebagai pengukur lebar jalan. Jika
teraba dinding oleh tangan kiriku, berarti jurang sudah berada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di bawah rentangan tangan kananku. Kudaku yang cerdas
sudah lebih tahu dari aku mengenai jalan-jalan setapak di
pinggir jurang, jadi ia tahu kapan berjalan pelan penuh kehatihatian dan kapan bisa melaju menembus malam dengan
kencang. Aku tak bisa lagi berhenti, dan tak perlu, karena memang
aku ingin mencapai Celah Dinding Berlian secepatnya setelah
terus-menerus mendapat halangan. Tidaklah pernah kukira
tentunya, bahwa rencana membuntuti Harimau Perang yang
tampak sederhana, yakni mendahuluinya dan menunggu di
Celah Dinding Berlian harus mengalami lebih dahulu begitu
banyak peristiwa yang selalu diiringi tercabutnya nyawa.
Angin masih bertiup seperti siulan, lagu siulan yang seperti
bercerita tentang dunia yang penuh malapetaka. Meskipun
angin tak kelihatan tetapi kurasakan kehadirannya seperti
nagasalju yang melaju tanpa putus, seperti makhluk hidup,
seperti kehidupan tersendiri di balik malam kelam yang
menyusup ke balik angan-angan. Aku menggigil kedinginan di
atas kudaku yang terus melaju, kadang lambat, kadang cepat,
tergantung tiupan angin yang tidak jarang memang begitu
kuatnya sehingga bukan tak dapat mementalkan seseorang
dari punggung kuda. Kadang kudaku berhenti di balik celah,
kadang cepat melaju di antara celah karena angin pun bukan
tak kenal istirahat. Kadang cepat kadang lambat tergantung
lebar sempit ruang di antara celah dan tonggak pada puncakpuncak nan menjulang.
Apakah penyamun juga bergerak pada malam yang ganas
seperti ini" Kukira mestinya tidak, tetapi mengapa tidak" Maka
menghadapi hantaman angin dingin yang begitu kuat bersiulsiul di antara celah aku tidak menghilangkan kewaspadaanku.
Sebagai orang yang pernah menggenggam ilmu racun
bersama ilmu sihir dalam diriku kutahu bagaimana serbuk
ditebarkan dalam angin untuk membunuh penduduk bukan
hanya satu kampung tetapi berkampung-kampung di sebuah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wilayah yang luas, amat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa
lebih luas, sebagai teluh yang mematikan, membunuh dan
memusnahkan, tak hanya orang tetapi juga binatang,
tanaman, dan siapa tahu bahkan juga jiwa-jiwa penasaran
yang masih gentayangan.
Jika bukan racun tentunya bisa juga senjata rahasia, bukan
dilempar tetapi cukup diulurkan kepada angin dengan mantra,
maka angin yang seperti punya mata akan membawanya
melesat ke arah sasaran yang menjadi tujuan untuk segera
menjadikannya korban. Mungkin bukan sekadar penyamun,
melainkan orang-orang persilatan yang ajaib, yang memang
benar menamakan diri pendekar tetapi bukan pendekar yang
membela orang-orang lemah dan tertindas, karena para
pendekar jenis ini hanya peduli kepada kemajuan ilmu silatnya
sendiri. Mata mereka tajam dan telinga mereka peka terhadap
berita, betapa suatu ketika di suatu tempat terdapat pendekar
ternama, kepada siapa mereka akan mengujikan kepandaian
ilmu silatnya. Ketika tiada lagi lawan yang mampu
mengatasinya, mereka akan mengundurkan diri ke tempat
sepi untuk memperdalam dan meningkatkan ilmu, dengan
kesiapan betapa suatu kali ada saja lawan tangguh yang layak
mereka tantang dan serang untuk melibatkannya ke dalam
pertarungan. ITULAH dua jenis lawan yang mungkin saja kuhadapi
sementara kudaku masih terus melaju dalam gelap malam
menembus angin dingin yang terus berhembus membekukan
badan; jika bukan gerombolan penyamun yang sungguh
tangguh untuk keluar sarang menerkam mangsa yang
tentunya memang menghadapi kesulitan dengan alam,
pastilah para pendekar dengan ilmu silat yang telah menjadi
sangat sulit dikenal karena dikembangkan dan diolah di
tempat terpencil dengan lawan yang hanya berujud bayangan.
Namun tanpa kedua jenis bahaya yang datang dari sesama
manusia itu pun alam ini sudah sangat berat untuk diatasi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan hanya karena dingin udara yang membekukan tulang,
tetapi kekuatan luar biasa embusan angin yang berdaya
membentur-benturkan
apa saja ke dinding dan menjatuhkannya ke jurang. Betapa malam menjadi sangat
amat ganas, tetapi aku mantap dengan pilihanku untuk tetap
meneruskan perjalanan, taklebih dan takkurang agar cepat
sampai ke Celah Dinding Berlian dan memperlebar jarak
dengan rombongan Harimau Perang. Dalam perkiraanku
rombongannya tidak akan berjalan dalam keadaan alam
seperti sekarang, apalagi jika mereka sudah sampai ke kedai
tempat pemiliknya pasti menawarkan daging ayam hutan
bakar dan arak panas.
Meski begitu, tidakkah seorang Harimau Perang memiliki
ketangguhan yang tak begitu mudah lekang oleh tantangan,
dan mungkinkah kiranya selama dalam perjalanan tidak
memutar otak-nya menghadapi segala kemungkinan"
Meskipun seluruh jejak pertarunganku melawan para
penyamun itu sudah tersapu bersih, kukira Harimau Perang
tetap mempertimbangkan segala kemungkinan seandainya
perjalanan rahasia itu diketahui orang. Jika tidak dipertimbangkannya
kemungkinan dibuntuti, tidak mungkinkah dipertimbangkannya pula kemungkinan dicegat"
Ia tidak mungkin mengubah arah perjalanan karena sebelum
Celah Dinding Berlian ini hanya satu-satunya jalan, tetapi jika
ada sesuatu tanda yang dapat dibacanya, bukan takmungkin
ia memecahkan rombongan berdasarkan kecepatannya. Ada
yang bergerak sangat cepat untuk mengamankan jalan di
depan dan ada yang berjalan sangat lambat untuk menjaga
kemungkinan di belakang.
Saat itulah kudengar teriakan yang bagiku sangat
mengejutkan. ''Pendekar Tanpa Nama!''
Teriakan itu diucapkan dalam bahasa Viet. Tidak terlalu
keras. Namun karena untuk beberapa lama telah kubiasakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diriku tak dikenal, ucapan itu terasakan bagai ujung belati
yang terarah ke leher.
Dalam udara dingin dan gelap ma-lam, bersama embusan
angin yang kuatnya bukan alang kepalang berkelebatlah dari
belakang sebuah sosok dengan pedang lurus panjang
menyambar tengkukku. Jika aku diam saja, nama Pen-dekar
Tanpa Nama yang sebenar-nya-lah bukan suatu nama,
mungkin justru akan menjadi suatu nama. Ya, jika aku diam
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja kepalaku akan meng-ge--linding dan sebelum tubuhku
ambruk akan ditendangnya dari atas kuda ke dalam jurang
pula. Aku pun berkelebat menyatukan diri de-ngan angin
sementara kubiarkan ku-daku terus melaju tanpa aku. Angin
yang sungguh kuat, sangat amat terlalu kuat, segera
membawaku melayang ke atas jurang tanpa aku harus
mengerahkan daya tambahan. Maka ketika bayangan yang
berkelebat dengan meminjam tenaga angin itu mendekatiku,
kami segera bertarung sambil terus dibawa angin yang
berembus kuat entah sampai ke mana. Aku berputar seperti
gasing menghindari sambaran pedangnya yang berputar
seperti baling-baling. Sekali waktu angin menabrakkan kami
berdua ke tonggak batu, yang segera menjadi rompal terkikis
baling-baling putaran pedangnya yang penuh daya. Namun
angin tak selesai di sana karena memang terus menerbangkan
kami entah ke mana.
Dengan tangan kosong, hanya dapat kutunggu agar titik
lemahnya terbuka. Maka sambil berjungkir balik ke udara,
kuperagakan Jurus Penjerat Naga, yang ternyata langsung
mengena. Pedangnya menyambar ke suatu titik yang dikiranya
tanpa sengaja terbuka, tetapi saat itu pula pedang lepas dari
tangannya, karena kuambil dan kutancapkan ke punggungnya
sendiri sampai tembus ke depan. Saat itu angin menabrakkan
kami sekali lagi ke tonggak batu, menancapkan pula pedang
yang menembus tubuhnya itu melesak di sana. Susah payah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku mengambil jarak dari tubuhnya karena tekanan angin
yang sungguh luar biasa, tetapi setidaknya aku justru harus
mencabut pedang itu dengan segera.
Alangkah beratnya mencabut yang melesak di batu setelah
menembus tubuh itu, bagaikan batu dan tubuh sama-sama
mencengkeram pedang, padahal aku harus mencabutnya jika
tidak ingin mati ma lam ini di sini, karena dalam kegelapan
berangin kencang ini telah kupasang ilmu pendengaran
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dan kutangkap
sosok berpedang yang melesat secepat kilat ke arahku.
Akhirnya pedang itu berhasil kucabut dan langsung
kutusukkan ke belakang.
Hugh! ANGIN yang sangat amat dingin masih sangat amat
ributnya di puncak-puncak gunung batu menjulang ini. Tak
kudengar kata-kata apa pun dari mulutnya yang tertutup kain
tebal itu, yang kini telah bersimbah darah karena muntahan
darah segar dari mulutnya, tetapi matanya masih menatapku,
dalam kegelapan sempat kusaksikan kilat cahaya terakhir
kehidupannya. Pedang yang kucabut telah membunuhnya,
sedangkan pedangnya luput dan terpental entah ke mana.
Kugeledah sebentar kedua mayat dalam kesulitan berat di
dinding tonggak menjulang ini, dan segera kutemukan pisau
melengkung beracun seperti yang digunakan kelompok
rahasia Kalakuta.
Angin tak kunjung berhenti jua. Aku harus segera mencapai
Celah Dinding Berlian. Kedua anggota kelompok rahasia
Kalakuta itu tentu berasal dari rombongan Harimau Perang.
Mereka diperintahkan bergerak ke depan untuk melacak
segala kemungkinan. Bagi kelompok rahasia, membaca jejak
adalah bagian dari keahlian. Mungkin tak mereka temukan
mayat-mayat para penyamun, karena semuanya berjatuhan ke
jurang dalam untuk segera dihanyutkan arus sungai deras ke
jeram. Namun mungkin saja mereka menemukan sesuatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang mencurigakan tanpa dapat kuketahui kiranya apa.
Sedangkan aku pun tak dapat menghilangkan segala jejak
sampai sekecil-kecilnya. Segala pertarungan berlangsung
sangat cepat, bahkan lebih cepat dari kilat, sementara aku dan
kudaku hampir terus menerus menderap dan melaju, tentulah
tidak akan sempat kutegakkan kembali setiap helai rumput
yang terinjak. Mendadak mayat yang semula menempel pada batu dan
pedangnya kucabut untuk kutancapkan kepada penyerang
kedua itu lepas melayang terbawa angin. Penyerang kedua
masih tertancap pedang penyerang pertama yang tadi
kutusukkan seperti dengan begitu saja ke arah belakang.
Namun angin seperti punya tangan yang menyeret dan
menarik-nariknya sementara aku tidak punya kepentingan
lebih lama untuk menahannya karena sudah mengetahui
darimana keduanya berasal. Mayat penyerang kedua segera
melayang terbawa angin yang begitu kuatnya, sangat amat
kuatnya, bagaikan tiada lagi yang mungkin lebih kuat darinya,
sehingga dalam sekejap segera hilang dari pandangan ditelan
kegelapan malam.
Aku masih menempel pada sebuah tonggak menjulang
yang seolah-olah berada di lorong angin, sebuah tonggak di
antara banyak tonggak-tonggak batu alam yang menjulang di
puncak-puncak lautan kelabu gunung batu. Aku bertahan
dengan ilmu cicak agar tetap dapat menempel pada tonggak
itu, tetapi aku takdapat terus menerus bertahan karena takkan
pernah kutahu kapan angin berhenti dan apakah akan pernah
berhenti...Mungkinkah aku kembali melawan arus angin yang
masih terus bersiul-siul ganas sepanjang malam" Sementara
kuda Uighur itu telah melaju entah sampai di mana karena
Petualang Asmara 9 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Misteri Kapal Layar Pancawarna 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama