Ceritasilat Novel Online

Pedang Medali Naga 7

Pedang Medali Naga Karya Batara Bagian 7


sudah mendekati mereka kakek inipun buru-buru mengangkat
tangannya "Siauw-cut, tolonglah aku. Di bawah itu ada kitab
pelajaran pedang dan sebuah pusaka, Pedang Naga dari Y ueh.
Kau masuklah ke sana dan lari lewat terowongan bawah
tanah. Kau akan muncul kembali di bawah bukit di mana batu
hitam pertama kaugunakan untuk tempat bersembunyi ... !"
Tapi Siauw-cut menggeleng. Dia tetap tidak mau, dan
sementara Kun Seng mengeluh penuh kecewa dan marah
pada anak ini maka So-beng dan tiga orang temannya muncul.
"Bu-tiong kiam, kau tak dapat melarikan diri dari kami.
Serahkan kitab dan Pedang Naga ... !"
Mu Ba juga membentak, "Dan serahkan anak laki-laki itu
kepadaku, Bu-tiong-kiam. Aku ingin menghirup dan menikmati
sumsum tulang belakangnya!"
Kun Seng tak dapat melarikan diri lagi.
Tempatnya sudah dikepung, satu-satunya jalan adalah
lubang di bawah kaki mereka itu. Tapi maklum memasuki
lubang dengan musuh di atas terlalu berbahaya bagi jiwa
mereka berdua mendadak kakek ini menendang Siauw-cut
hingga terpelanting ke dalam lubang. "Siauw-cut, lakukan
perintahku. Ambil kitab dan pedang di bawah dan larilah ... !"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-cut terbanting. Dia terjeblos ke lubang itu, gelap
sekelilingnya kecuali di atas. Tapi anak yang bandel dan tak
mau mengikuti petunjuk kakek itu sudah merangkak keluar
dan menggigit bibirnya, melihat betapa Kun Seng berhadapan
dengan empat orang lawannya dengan kepala tegak dan dada
terangkat sementara tangannya tiba-tiba melolos sebatang
pedang lentur yang disarungkan di ikat pinggang!
"Singg ... "
Semua orang tertegun Mereka melihat sebatang pedang
bergetar melentur di tangan kakek itu, pedang yang lemas
tapi tajam bagai pisau cukur! Dan Kun Seng yang tak dapat
berpura-pura lagi setelah semuanya dibongkar lawan akhirnya
membentak dengan suara penuh wibawa, lenyap sikapnya
yang ketolol-tololan dan suka main-main itu, "So-beng. Mayat
Hidup, kalian terlalu mendesakku. Aku akan mempertahankan
diri dan membasmi kalian ... !"
So-beng dan tiga orang temannya terbelalak. Mereka
melihat sikap yang penuh kejantanan dari kakek itu, sikap
seorang pendekar sejati yang gagah dan garang. Tapi Sobeng yang tersenyum mengejek tiba-tiba mendengus dan
mencabut cakar bajanya, senjata maut yang telah membunuh
Ta Bhok Hwesio di Pegunungan Ta-pie-san!
"Bu-tiong-kiam, tak perlu kau menggertak kami dengan
segala ancaman kosongmu. Kami bukan anak kecil. Kau
menyerahlah baik-baik, atau kami akan merampas pedang dan
kitabmu secara paksa!"
"Hm, aku tak pernah menyerah sebelum bertanding, iblis
keji. Aku tak akan memenuhi permintaan kalian sampai maut
mencabut nyawaku!"
"Bagus!" Mu Ba tiba-tiba membentak."Kalau begitu kita
bunuh saja kakek ini, teman-teman. Lempar dan buang
tubuhnya ke dalam jurang ... !" lalu, mendahului dan
menggereng dahsyat tiba-tiba raksasa tinggi besar itu
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menubruk ke depan dengan kedua lengan mencengkeram
kepala pendekar pedang ini, bermaksud meremas kepalanya
sampai hancur. Tapi Kun Seng yang mengeluarkan bentakan
tinggi sudah menggeser kaki dan tiba-tiba merendahkan
tubuh, mengelak sekaligus menggerakkan pedangnya. Lalu
begitu pedang berkelebat dan membacok dari bawah ke atas
tiba-tiba Mu Ba menjerit ketika lengannya terluka disambar
pedang! "Crett ... !"
Mu Ba melompat mundur. Raksasa itu mendesis,
menggeram tapi terbelalak memandang pedang di tangan
lawan yang ketajamannya benar-benar seperti pisau cukur.
Dan Mayat Hidup yang melihat temannya kaget dan sedikit
terluka oleh gebrakan pertama ini sudah batuk-batuk dan
memberi peringatan, "Mu Ba, jangan gegabah. Jago pedang
itu layak mendapat kehormatanmu untuk mencabut senjata ...
!" Mu Ba menggereng. Dia membanting kaki, dan mengumpat
dengan penuh kemarahan tiba-tiba raksasa ini mencabut
senjatanya yang mengerikan, dua tengkorak anak kecil yang
diberi kelenengan. Lalu bersiap dan melotot pada pendekar itu
raksasa ini membentak, "Bu-tiong-kiam, jangan sombong. Aku
akan membalas mata pedangmu yang melukai lenganku!"
"Hm, aku siap melayani kehendakmu, Mu Ba. Maju dan
gerakkan senjatamu itu ... !"
Mu Ba marah. Raksasa ini memekik, suaranya parau dan
serak. Tapi begitu dia menerjang maju tiba-tiba dua tengkorak
kecil di tangan kanannya itu berdengung. Suaranya mirip
bocah menangis, atau setan yang merintih. Dan begitu
raksasa ini menyerang dengan tengkoraknya yang mengerikan
itu tiba-tiba angin menderu-deru dengan amat dahsyatnya.
Sepak terjang raksasa ini buas bukan main, mirip seekor
beruang yang kelaparan. Tapi Kun Seng yang menggerakkan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang melayani terjangan iblis tinggi besar ini sudah
membentak dan mengikuti semua gerakan lawan.
Maka terjadilah pertandingan seru di antara dua orang
tokoh itu. Mu Ba memekik-mekik dan mengayunkan tengkorak
kecilnya yang mengaung-aung itu sementara Kun Seng
melayani sepak terjang lawan yang buas dengan gerakan
silang-menyilang dari pedang lenturnya. Keduanya belum ada
yang terdesak, Kun Seng masih mengikuti permainan
tengkorak si raksasa dengan mata sesekali mengerling ke kiri
kanan, mengerutkan alis melihat tiga orang iblis yang lain
belum maju mengeroyok karena tampaknya sedang
mempelajari permainan pedangnya! Maka pendekar yang
gemas serta marah hatinya ini tiba-tiba membentak,
"So beng, Mayat Hidup, kenapa kalian nonton saja"
Majulah, kita selesaikan urusan ini secepatnya."
Tapi Mayat Hidup tersenyum, batuk-batuk. "Kami belum
melihat saatnya, orang she Kun. Sabarlah dan biarkan kami
menjagamu agar tidak melarikan diri!"
Kun Seng geram. Dia tak banyak bicara lagi, maklum apa
yang dipikirkan tiga iblis yang ada di pinggiran itu. Selain
menonton juga ingin menguras tenaganya! Tapi Kun Seng
yang tetap tenang melayani lawannya ini membiarkan Mu Ba
menyerang dirinya semakin hebat. Dia tetap memasang
kewaspadaan, maklum sewaktu-waktu bisa terjadi perobahan.
Dan ketika Mu Ba semakin ganas dan gencar menyerang
dirinya mulailah pendekar ini mengambil s iasat.
Dia melihat Mu Ba belum sepenuhnya mengeluarkan
kepandaian. Terbukti dari desing tengkorak di tangan raksasa
tinggi besar itu. Karena meskipun tengkorak itu sendiri
mengeluarkan bunyi mengaung yang tampaknya mengerikan
namun suara kelenengan di dalam tengkorak itu belum
sekalipun terdengar. Ini aneh! Tapi Kun Seng yang cukup
makan asam garam pertandingan maklum apa yang
kelihatannya ganjil ini. Mu Ba masih menyimpan kepandaian,
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum mengeluarkannya semua. Dan jago pedang yang
tersenyum mengejek di balik kelebatan sinar pedangnya itu
tiba-tiba mendengus.
Dia juga belum mengeluarkan semua kepandaiannya.
Terutama tujuh jurus inti ilmu silat pedang yang disimpannya
itu. Tapi melihat Mu Ba masih menahan diri dan tak mau
mengeluarkan semua kepandaiannya tiba-tiba pendekar
pedang ini membentak dan melengking tinggi. Dia membuat
perobahan, sinar pedangnya tidak lagi silang-menyilang
melainkan bergulung-gulung naik turun, membungkus bagai
mega yang kian lama kian tebal. Dan begitu kakek ini
mengerahkan ginkangnya berkelebat semakin cepat mendadak tubuhnya lenyap dibungkus gulungan sinar
pedangnya yang melebar bagai asap, mengeluarkan uap
berhawa dingin mirip kabut di puncak sebuah pegunungan!
"Ah, Bu-tiong Kiam-sut (Ilmu Pedang Kabut) ... !"
Mu Ba berteriak kaget. Dia kehilangan lawannya, tak
diketahui di mana arahnya karena bersembunyi di bilik kabut
yang kian tebal dan bergulung-gulung itu. Dan sementara Mu
Ba tertegun dan bingung melancarkan serangan mendadak
dari balik gulungan sinar pedang yang berkabut ini mencuat
cahaya putih menusuk perutnya.
"Mu Ba, awas ... !"
Raksasa tinggi besar itu mencelos. Mayat Hidup
meneriakinya, kaget melihat temannya bengong dan disambar
sinar putih yang menyambar dari balik gulungan pedang
berkabut ini. Dan Mu Ba yang terkesiap oleh serangan
mendadak ini secepat kilat membabatkan tengkorak mautnya.
"Sing-pletak ... !" Mu Ba membanting tubuh. Dia berteriak
kaget ketika tiba-tiba tengkorak di tangannya pecah sebuah,
dibabat sinar putih yang amat ganas itu. Dan sementara
raksasa ini menjerit panjang sekonyong-konyong sinar putih
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu menukik dan memburunya, kali ini menyambar dada
dengan kecepatan kilat.
"Ah ... !" raksasa ini membentak. Dia menggerakkan
kembali tengkorak maut yang tinggal satu-satunya itu, dan
maklum menangkis tanpa membalas adalah terlalu berbahaya
baginya maka raksasa tinggi besar itu melancarkan pukulan
telapak kirinya ke gulungan sinar yang membungkus tubuh si
jago pedang itu.
"Plak-dess ... !"' Mu Ba menjerit. Dia kalah cepat, karena
tusukan pedang yang menyambar dadanya itu hanya berhasil
dipapak tali tengkorak yang dia ikatkan di lubang mata, putus
dibabat pedang dan terus menusuk ulu hatinya. Dan Mu Ba
yang menjerit kaget oleh sambaran cahaya putih ini tak dapat
bertindak lain kecuali mengerahkan sinkangnya. melindungi
diri secepat kilat sambil membanting tubuh.
"Crat ... !"
Dan Mu Ba mengeluh. Raksasa tinggi besar itu tergulingguling, darah mengucur di dada yang terluka dua senti, tak
sanggup sepenuhnya mengebalkan diri dengan kekuatan
sinkangnya akibat ketajaman pedang di tangan Bu-tiong-kiam.
Dan Mayat Hidup yang melihat Mu Ba masih dikejar cahaya
putih yang berkeredep ke punggung kawannya tiba-tiba
mendesis dan membentak,
"Bu-tiong-kiam, lepaskan pedangmu ... !"
Kun Seng jelas tak mau menarik serangannya. Dia
membiarkan saja Mayat Hidup itu menolong temannya, dan
begitu pedang mengejar Mu Ba tahu-tahu jari Mayat Hidup
menangkis dari samping.
"Tak!" Mayat Hidup terkejut. Dia sudah membungkus
jarinya dengan kulit badak, melindungi diri dari ketajaman
pedang Bu-tiong-kiam yang dia maklum amat tajam itu. Tapi
bahwa pedang masih terus membabat dan kulit badaknya
robek hingga jarinya terluka digores pedang maka iblis ini jadi
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaget bukan main dan secepat kilat membanting tubuh
bergulingan, berseru keras sambil berjungkir balik lima kali di
udara! "Sing-singg ... !" pedang di tangan jago pedang itu masih
mengeluarkan suara mengerikan. Mu Ba dan Mayat Hidup kini
sudah melompat bangun, terbelalak dan pucat memandang
sinar putih yang bergulung-gulung itu. Tapi dua iblis yang
marah dan saling memberi tanda ini tiba-tiba membentak,
maju dan menerjang berbareng dengan pekik mereka yang
tinggi melengking.
"Bu-tiong-kiam, kami masih akan mencoba kepandaianmu
... !" Jago pedang itu tak menjawab. Dia menggerakkan pedang
masih sama gencar, bergulung-gulung naik turun membentuk
tabir asap, membungkus dirinya dari segala penjuru dengan
hawa dingin yang berdesing-desing itu. Mirip tembok cahaya
yang tak dapat ditembus! Dan Mu Ba serta Mayat Hidup yang
penasaran oleh kehebatan jago pedang ini sudah menerjang
dengan penuh kemarahan. Mu Ba dengan tengkoraknya yang
tinggal sebuah sedang Mayat Hidup dengan Jari Penusuk
Tulangnya yang bercuitan.
Tapi dua orang iblis ini menggigit bibir. Mereka tak melihat
bayangan lawan yang lenyap dibungkus gulungan sinar
pedangnya itu. Hal yang tentu saja membuat mereka kesulitan
untuk mengarahkan serangan. Terutama serangan maut yang
harus dilakukan pada titik-titik tertentu yang dapat membuat
lawan roboh dengan sekali pukulan, seperti misalnya daerah di
bawah batang tenggorok atau ulu hati. Dan Mayat Hidup yang
diam-diam mencaci kelihaian jago peding ini yang otomatis
membuat semua tusukan jarinya "macet" di tengah jalan
karena tak menemui sasaran jadi marah dan gusar bukan
main. Dia sudah menyerang sana-sini, melakukan tusukan
sana-sini di seluruh tubuh peadekar itu. Tapi karena tubuh si
jago pedang terbungkus gulungan sinar pedangnya maka
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap kali itu pula semua tusukannya bertemu sinar pedang
yang bergulung-gulung membungkus tubuh Bu-tiong-kiam ini.
Terpental balik dan tak ada satupun yang berhasil menyentuh
tubuh lawannya!
Maka, Mayat Hidup yang mulai bingung dan semakin naik
pitam itu akhirnya mencari akal. Dia bersama Mu Ba
menyerang di kiri kanan. Lalu, tak berhasil dengan serangan
macam ini diapun merobah kedudukan, muka belakang. T api,
ketika semua cara itu tetap gagal akhirnya iblis ini menjadi
mendongkol kepada dua orang temannya yang masih
menonton, So-beng dan Sin-yan Mo-li! Dan begitu dia teringat


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dua orang yang masih berdiri di pinggir ini akhirnya Mayat
Hidup berteriak,
"So-beng, Mo-li, demikiankah cara kalian mengawasi
musuh" Melotot saja di pinggir tak segera merobohkan jago
pedang ini?"
Sin-yau Mo-li terkekeh. "Jangan seperti anak kecil, Mayat
Hidup. Kalian belum roboh, untuk api kubantu?"
"Keparat, tapi jago pedang ini harus kita tangkap hiduphidup, nenek iblis. Aku tak berani tanggung kalau aku
kelepasan tangan!"
"Hi-hik, kelepasan tangan apanya, cecak kering" Kau tak
dapat melepaskan pukulan Jari Penusuk Tulangmu itu. Kau
kewalahan minghadapi lawanmu itu!" Sin-yan Mo-li mangejek,
maklum apa yang sesungguhnya terjadi pada pertempuran itu
dan kagum bukan main pada si jago pedang ini.
Dan Mayat Hidup yang mencak-mencak oleh ejekan nenek
itu akhirnya mendelik dan memaki-maki, "Sin-yan Mo-li, kau
tua bangki keparat. Mampuslah kalau aku sudah menyelesaikan pertandingan ini!"
"Heh-heh, kalian berdua tak mampu merobohkan jago
pedang itu, Mayat Hidup. Dia tak dapat diserang kalau
gulungan sinar pedangnya belum dipecahkan!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mayat Hidup memekik. Dia jadi marah dan gusar pada
nenek ini, tapi Mu Ba yang membanting kakinya tiba-tiba
menggeram. "Mayat Hidup, tak perlu kauhiraukan nenek
siluman itu. Kau cobalah Ilmu Setan Anginmu itu dan aku
membunyikan kelenengan ... !"
Mayat Hidup terkejut. Dia rupanya sadar, dan melengking
dengan suara tinggi mendadak iblis ini merobah gerakan dan
menjejakkan kakinya. Dia berjungkir balik, turun dan tiba-tiba
berpusing pusing bagai angin putaran seraya menendangkan
kedua kakinya bertubi-tubi ke depan, mengiringi tusukan
jarinya yang bercuitan menyambar gulungan pedang di muka
Bu-tiong-kiam itu. Dan Mu Ba yang sudah menggereng sambil
mengikuti gerakan temannya mendadak meledakkan tengkorak dengan tepukan tangan kirinya.
Dan aneh. Kelenengan di dalam tengkorak kecil itu
bersembunyi. Mula-mula perlahan, tapi tak pernah berhenti.
Dan ketika Mu Ba memutar seraya menampar tengkorak itu
berkali-kali maka tiba-tiba saja suara kelenengan itu menjadi
keras dan memekakkan telinga!
Bu tiong-kiam terkejut. Dia merasa pendengarannya
terganggu, bising bagai mendengar orang membunyikan
kelenengan onta di dekat telinga. Dan ketika suara bising itu
kian menghebat dan semakin nyaring tiba-tiba pendekarini
terkesiap ketika merasa gerakan pedangnya mengendur! Ada
semacam getaran aneh dari suara kelenengan itu yang
membuat tenaganya tersedot, terhisap atau tergetar oleh
bunyi kelenengan yang keras dan memekikkan telinga itu. Dan
ketika sadar gulungan pedangnya menyempit dan tusukan jari
si Mayat Hidup tiba-tiba menerobos kabut bayangan pedang
mengenai pundaknya tiba-tiba pendekar ini mengeluh dan
terdesak! Mu Ba dan Mayat Hidup girang. Mereka berhasil memecah
bayangan pedang itu, me lihat betapa musuh mereka tampak
kembali di balik gulungan cahaya pedangnya yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengendur, terdesak dan terbelalak kepada mereka. Dan Mu
Ba yang girang lawannya dapat diatasi sudah tertawa bergelak
dengan suaranya yang gemuruh, "Bu-tiong-kiam, kami akan
membunuhmu. Kau tak dapat meloloskan diri ... !"
Raksasa ini mempergencar suara kelenengannya. Dia
gembira dan buas memandang pendekar itu, yakin akan
keunggulannya. Dan Bu-tiong-kiam yang terus terdesak
hingga mundur di tepi puncak tiba-tiba berkilat matanya
dengan mulut dikatup rapat. Dia memang terdesak, tetapi
belum kalah. Dan maklum bahwa suara kelenengan di
tengkorak lawannya itu menjadi sebab utamakendornya
tenaga sekonyong-konyong pendekar ini melengking. Dia
merobek baju, menggulung dan menyumpal lubang telinganya
rapat-rapat. Lalu begitu suara tak mengganggu dan
berpengaruh lagi tiba-tiba secepat kilat pendekar ini
mengelebatkan pedang menusuk dan membabat.
Mu Ba terkejut. Dia melihat pedang di tangan lawannya itu
tiba-tiba ganas kembali, membungkus dan menutup rapat
tubuh lawannya, bergulung naik turun dengan angin dingin
yang menyambar-nyambar. Dan sementara dia tertegun oleh
perobahan pendekar ini sekonyong-konyong dua sinar putih
menyambar leher dan perutnya.
"Mu Ba, awas ... !"
Raksasa itu mencelos. Dia menggerakkan tengkorak
menangkis, hilang bunyi kelenengannya karena kaget oleh
tusukan kilat yang dilancarkan si jago pedang. Dan begitu dia
menangkis dengan tengkorak menyambar tahu-tahu tali
tengkoraknya putus dibabat mata pedang di tangan si jago
pedang itu. "Tas!" raksasa ini terkesiap. Dia berseru keras, membanting
tubuh dan melengking tinggi menyambar kepala tengkorak
yang mencelat di udara. Tapi Mu Ba yang kurang hati-hati
untuk serangan kedua yang menyambar perutnya tak dapat
mengelak ketika pedang Bu-tiong-kiam menggores kulitnya.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak ayal, raksasa ini menjerit dan Mayat Hidup yang menolong
temannya dari samping tiba-tiba menusukkan jari ke
punggung Bu-tiong-kiam.
"Bret-plak ... !"
Mayat Hidup terkejut. Dia melihat lawannya itu membalik,
tak meneruskan tikaman ke arah Mu Ba melainkan membacok
jarinya yang membokong di belakang, satu hal yang tidak
disangka karena dilakukan dengan gerak yang luar biasa
cepat. Dan begitu jari menusuk disambar pedang kontan iblis
ini menarik dan menendangkan kaki kirinya ke pinggang
lawan. Tapi Mayat Hidup terlempar. Dia masih kalah cepat,
jarinya terbabat. Dan meskipun jarinya sudah dilindungi
lapisan kulit yang dirangkap tebal tetap saja iblis ini menjerit
ketika jarinya terpotong dan kutung dibabat pedang!
"Crat-ahh ... !" Mayat Hidup meraung tinggi. Dia sudah
melempar tubuh bergulingan, kaget dan marah oleh sambaran
pedang yang mengutungi jarinya, jari telunjuk. Dan Kun Seng
yang masih mengejar iblis ini dengan sinar pedangnya yang
bergulung-gulung tiba-tiba mendengar bentakan So-beng
yang menggerakkan cakar bajanyamenangkis serangan
pedangnya. "Bu-tiong-kiam, jangan bertindak keji ... !" dan cakar baji
yang menyambar dari kiri menangkis sambaran pedang Butiong-kiam tiba tiba mengeluarkan suara nyaring ketika
bentrok dan mengeluarkan bunga api.
"Trangg!"
Kun Seng terkejut. Dia merasa tenaga yang luar biasa
hebatnya membentur senjatanya yang tertolak ke belakang,
melihat betapa cakar baja di tangan iblis berkedok ini sudah
menyambarnya bertubi-tubi, menolong Mayat Hidup yang
hampir celaka di tangan si jago pedang. Dan So-beng yang
rupanya maklum akan kelihaian jago pedang ini sudah
membentak ke arah Sin-yan Mo-li,
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mo-li, kau bantu kami. Urusan tak dapat ditunda lagi ... !"
Tapi nenek iblis itu tersenyum. Dia masih menonton,
tampaknya ogah-ogahan. Dan So beng yang terus
melancarkan serangan ke arah lawannya ini tiba-tiba
mengincam. "Mo-li. kalau kau tidak membantu kami jangan
harap kedudukan di istana akan kauperoleh. Aku akan
melapor kepada sri baginda bahwa kau adalah musuh, bukan
sahabat!" Nenek ini terkejut. Ia rupanya terpengaruh juga, terbeliak
dan berobah mukanya oleh dengus temannya itu. Maka
meledakkan cambuk dan tertawa masam nenek ini melompat
maju. "So-beng, kau manusia licik. Aku tak takut pada
ancamanmu tapi segan pada sri baginda. Baiklah, kalau istana
membutuhkan bantuanku biarlah kuikut membunuh jago
pedang ini, heh-heh ... tar-tarr!" dan nenek iblis yang sudah
menjeletarkan cambuk dengan mata bersinar-sinar itu tibatiba menubruk ke depan mengeroyok pendekar ini.
Tapi dua bayangan berkelebat dari bawah. Mereka itu
bukan lain Phoa-lojin adanya Han Hok Sun. dua orang guru
dan murid yang tadi ditinggal lawan-lawan mereka karena
Mayat Hidup dan Mu Ba tak mau kehilangan si jago pedang,
mengejar dan kini mengeroyok pendekar yang amat lihai itu.
Dan kakek Phoa yang berkelebat ke puncak bukit melihat
pertempuran berjalan seru di tempat ini seketika tertegun
ketika melihat bahwa yang dikeroyok itu adalah benar Butiong-kiam Kun Seng yang dia temui di kota Wu-kian, laki-laki
yang tak mengakui dirinya itu jago pedang yang dia kejar
hingga memasuki sebuah kelenteng! Maka, melihat jago
pedang itu kini dikeroyok empat iblis yang mengembut dengan
bentakan-bentakan mereka yang tinggi menyeramkan
sekonyong-konyong kakek ini tertawa dan menghambur ke
arah Sin-thouw-liong Mu Ba.
"Bu-tiong-kiam, apa katamu sekarang setelah semuanya ini
terjadi" Masihkah kau menyembunyikan diri tak mau
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengaku" Ha-ha, aku tak mengerti jalan pikiranmu, Kuntaihiap. Tapi jangan khawatir, aku akan membantumu
menghadapi iblis ini ... hyah!" dan kakek Phoa yang sudah
menggerakkan papan caturnya menghantam kepala Temu Ba
segera disambut gerengan raksasa tinggi besar ini yang
marah. "Phoa-lojin, keparat kau ... " dan Mu Ba yang terpaksa
menangkis serangan lawan dengan telapak tangannya yang
lebar tahu-tahu mengerahkan tenaga dan membanting
kakinya. "Brak!" papan catur itu meledak, tapi tidak pecah. Dan
kakek Phoa yang terdorong oleh tangkisan hebat raksasa
tinggi besar ini sudah terkekeh dan berseru pada muridnya,
"Hok Sun, kauhadapi si Mayat Hidup itu. Biar Kun-taihiap
menghadapi yang lain ... !"
Hok Sun mengangguk. Dia memang sedang menentukan
siapa kira-kira yang akan dia hadapi. Mayat Hidup ataukah Sobeng dan Mo li. Tapi melihat Mayat Hidup sudah terluka dan
tampak meringis membalut jarinya yang kutung pemuda ini
sudah mengincarkan matanya menghadapi iblis itu. Maka
begitu gurunya berteriak dan dia sudah menetapkan pikiran
tiba-tiba pemuda ini menggerakkan jarum peraknya
menerjang lawan.
"Mayat Hidup, lepaskan Kun-taihiap. Jangan curang ... !"
Mayat Hidup melengking. Dia marah oleh gangguan guru
dan murid itu. Tapi melihat Hok Sun menyerangnya ganas
iapun melejit dan menyambut. Dan begitu dua orang ini
bergebrak maka pertandingan tiba-tiba menjadi pecah tiga
bagian. Hok Sun menghadapi iblis yang kurus kering ini
sedangkan Kun Seng dan Phoa-lojin menghadapi So-beng dan
dua iblis yang lain. Masing-masing seorang lawan seorang,
kecuali jago pedang yang dikeroyok dua itu, Kun Seng yang
harus menghadapi So-beng dan Sin-yan Moli sekaligus, dua
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan baru yang masih segar dan belum mengeluarkan
tenaga! Dan begitu pertandingan pecah menjadi tiga bagian maka
masing-masing pihak merasakan tekanan yang sama
hebatnya. Tak ada yang ringan. Tapi Hok Sun yang
merupakan orang termuda dari tiga kelompok itu rupanya
yang paling berat menghadapi lawan. Mayat Hidup bukan
tokoh Sembarangan, kepandaiannya setingkat mendiang
Cheng-gan Sian-jin. Dan biarpun jarinya terluka oleh pedang
Bu-tiong-kiam namun iblis ini masih terlalu lihai bagi murid
kakek Phoa itu. Maka, setelah berkali-kali jarum peraknya
ditangkis Mayat Hidup dan benturan-benturan di antara
mereka menunjukkan iblis itu memiliki s inkang yang lebih kuat
maka Hok Sun tiba-tiba saja terdesak.
Bagaimanapun dia bukan lawan Mayat Hidup. Dan ketika
pertandingan berjalan limapuluh jurus tiba-tiba Hok Sun mulai
menerima kepretan-kepretan jari lawan yang mengenai
tubuhnya. Mula-mula mampir di pundak, lalu dada dan
akhirnya leher. Dan ketika tamparan ke empat mengenai
pangkal lengannya mendadak Hok Sun terpelanting roboh!
Hal ini tentu saja mengejutkan kakek Phoa. Dan kakek
yang masih serang menyerang dengan Sin-thouw liong Temu
Ba yang garang dan buas itu menjadi cemas. Dia tak tahan
melihat muridnya empat kali terpukul, maka ketika Hok Sun
terpelanting untuk tamparan terakhir kontan kakek ini
berteriak. "Hok Sun, pergunakan kipasmu. Hindari tamparan kuku jari
Mayat Hidup yang beracun ... '"
Tapi Hok Sun tak sempat mencabut kipasnya. Dia terlalu
gegabah menghadapi lawannya ini dengan sebatang jarum
perak melulu, tak mercabut kipas karena berpikir lawan sudah
cukup dihadapinya dengan cara itu mengingat lawannya
sudah terluka. Maka, ketika empat kali dia dikepret dan kepala
mendadak terasa pusing barulah pemuda ini menjadi kaget
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tetkesiap. Dia tak menyangka kuku Mayat Hidup itu
beracun. Tapi mencium bau yang sangit tidak enak dan


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

samar-samar uap hijau mengepul dari jari-jari lawannya itu
sadarlah pemuda ini bahwa dia terlalu memandang rendah.
Sembrono! Maka, ketia dia terpelanting roboh dan Mayat Hidup
memburunya untuk kepretan terakhir tiba-tiba pemuda ini
menyambitkan jarum peraknya ke dada lawan. Tapi Mayat
Hidup mendengus, menggerakkan kakinya menendang jarum
perak yang ditimpukkan itu hingga mencelat entah ke mana.
Lalu membentak dan menusukkan jarinya sekonyong-konyong
iblis ini berkelebat ke depan.
"Orang she Hok, mampuslah!"
Hok Sun mencelos. Dia melompat bangun, mencabut kipas
dan secepat kilat menangkis sambil melempar tubuh
bergulingan. Tapi kepala yang pusing dan sukar diangkat
mendadak membuat pemuda ini mengeluh dan kaget bukan
main. Dia tak sempat mengelak, baru melompat tahu-tahu
sudah roboh kembali, akibat pengaruh racun!
Dan Mayat Hidup yang sudah tertawa mengejek
menusukkan jarinya tahu-tahu meneruskan serangannya ke
dahi pemuda ini.
"Hok Sun, awas ... !"
Tapi terlambat. Kakek Phoa melihat pemuda itu mengeluh,
dan kaget bahwa muridnya terancam bahaya mendadak kakek
ini me lontarkan papan caturnya menangkis tusukan jari si
Mayat Hidup. "Brakk ... !" papan catur itu pecah. Tapi jari si Mayat Hidup
yang sudah terlampau dekat dengan pemuda ini tak dapat
dielakkan lagi ketika menembus dahi. Hok Sun mengeluarkan
keluhan tertahan, lalu begitu terjengkang dan roboh dengan
dahi berlubang maka pemuda itupun tewas
tanpa mengeluarkan keluhan lagi!
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah ... !" kakek Phoa tertegun. Dia terhenyak oleh peristiwa
yang demikian cepat berlangsung, tak ada kesempatan
baginya untuk me lompat ke tempat muridnya itu. Tapi
sementara ia tertegun oleh kejadian ini sekonyong-konyong
Hok Lian muncul dari bawah bukit, menubruk ayahnya.
"Ayah ... !"
Kakek Phoa jadi kaget untuk kedua kalinya. Dia sungguh
tak menyangka munculnya Hok Lian itu, yang datang
berkelebat dari bawah bukit menuju ke puncak. Dan maklum
cucunya ini menyongsong bahaya dengan mendekati Mayat
Hidup tiba-tiba kakek ini mencelat dan menendang anak
perempuan itu. "Hok Lian, minggir ... !"
Tapi Mu Ba sudah menggereng di belakangnya. Raksasa
tinggi besar ini mendorongkan lengannya menghantam
punggung kakek itu. Dan persis Hok Lian terlempar oleh
tendangan kakeknya maka Phoa-lojinpun ikut terlempar oleh
pukulan dahsyat si raksasa tinggi besar.
"Bres-bress ... !"
Phoa-lojin dan cucunya terguling-guling. Dua-duanya
terlempar di sisi bukit, menggelinding menuruni puncak bagai
bola yang tergelincir di lereng curam. Dan kakek Phoa yang
sudah menyambar cucunya dengan mulut dikatup rapat
menahan sakit akibat pukulan si raksasa tinggi besar tiba-tiba
mendengar seruan si jago pedang, seruan yang dikeluarkan
dengan ilmu jarak jauh Coan-im-jip-bit,
"Phoa-lojin, tak perlu kau membantu aku. Pergilah, tempat
ini akan kuledakkan ... !"
Kakek itu tertegun. Dia sudah jatuh sepuluh tombak dari
tempat pertempuran, jauh di atas sana. Tapi teringat jenazah
muridnya mendadak kakek ini melayang naik dengan muka
pucat, berseru pula dengan ilmunya mengirim suara, "Tunggu
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu, aku akan mengambil jenazah muridku, Bu-tiong kiam.
Jangan korbankan muridku yang sudah menjadi mayat ... !"
Tapi kakek Phoa terkejut. Dia mendengar, bentakan si jago
pedang itu di atas puncak, lalu persis dia melayang naik
sekonyong-konyong jenazah muridnya ditendang ke bawah,
menimpa kepalanya disertai jawaban Kun Seng yang tergesagesa, "Tak usah jangan naik kembali ke sini, Phoa-lojin.
Kukirim jenazah muridmu ini kepadamu, terimalah !" dan
mayat Hok Sun yang sudah terlempar menimpa kepalanya
tahu-tahu disambut kakek Phoa yang berseru kaget,
berjungkir balik turun kembali dan secepat kilat menyambar
lengan Hok Lian untuk dibawa lari menuruni Bukit Pedang!
"Hok Lian, menyingkir ... !"
Maka pertempuran di atas itupun tak diketahui lagi
bagaimana kesudahannya. Phoa-lojin sudah menarik lengan
cucunya ini dengan amat buru-buru. Pertama karena dia ingin
menyelamatkan Hok Lian sedang ke dua karena dia
mendengar seruan si jago pedang itu, juga karena kematian
muridnya yang amat tiba-tiba. Tewasnya Hok Sun yang
membuat dia tertegun dan pucat itu. Sementara Kun Seng
yang bertanding di puncak bukit dengan pedang yang
bergulung-gulung membungkus dirinya itu memang sudah
menyiapkan sebuah rencana.
Sesungguhnya, apa yang terjadi di puncak ini" Apa
sesungguhnya yang dialami jago pedang itu" Sebuah kejutan.
Sebuah pengalaman yang membuat pendekar ini kaget dan
terbelalak matanya. Karena begitu So-beng maju dan
menggerakkan cakar bajanya menyerang dirinya tiba-tiba
pendekar pedang ini terkesiap. Ada gerakan-gerakan aneh
yang luar biasa pada gerakan cakar baja lawannya itu, sebuah
gerakan yang rasanya dia kenal tapi lupa-lupa ingat. Dan
ketika So-beng mulai me lancarkan pukulan pukulan sin-kang
yang beruap merah di tangan kiri untuk membantu cakar
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bajanya di tangan kanan tiba-tiba saja pendekar pedang ini
terbelalak. Dia merasa gerakan gerakan itu berasal dari gaya Go-bi,
tapi yang bercampur dengan pukulan lain dari aliran hitam.
Dan ketika So-beng mencacarnya dengan serangan-serangan
gencar yang semakin aneh tapi dahsyat mendadak pendekar
ini teringat akan seorang sahabatnya dari partai Go-bi. Pek-kut
Hosiang yang sakti itu. Hwesio kosen yang dulu pernah
mengobrak-abrik sarang perkumpulan Gelang Berdarah
dengan Pendekar Kepala Batu dan yang lain-lain. Maka begitu
teringat hwesio ini dan melihat Iblis Penagih Jiwa itu mainkan
ilmu s ilat gaya Go-bi mendadak jago pedang ini tertegun.
Dia teringat peristiwa sepuluh tahun yang lalu. Di mana
waktu itu Pek-kut Hotiang mengejar-ngejar seorang iblis yang
mencuri kitab pusaka Go-bi-pai, kitab peninggalan Bu-tek-thipah-ong yang hebat luar biasa. Dan Pek-kut Husiang yang
pernah menunjukkan dasar-dasar ilmu silat peninggalan jago
tanpa tanding Butek-thi-pah-ong itu kepadanya pernah
mendemonstrasikan beberapajiurus ilmu silat itu. Satu dua
jurus yang samar-samar mirip dengan apa yang dilihatnya
sekarang ini. Ilmu silat gaya Go-bi yang dima inkan So-beng!
Kalaubegitu, siapa iblis ini" Benarkah ada bubungannya
dengan Go-bi-pai"
Melihat gerakan-gerakan kaki yang aneh bergeser-geser itu
rasanya ada dugaan memang betul lawannya ini anggauta Gobi-pai. Murid atau calon murid yang bukan hwesio. Tapi
melihat uap merah di tangannya yang ganas itu bagaimana
dugaannya bisa betul" Seorang murid Go-bi-pai pasti bukan
orang jahat ... Kalau jahat pasti murid yang murtad atau ...
Bu tiong-kiam tiba-tiba tergetar. Dia tak melanjutkan jalan
pikirannya itu, dugaan yang membuat dia terbelalak dan
teringat satu orang yang mungkin merupakan satu-satunya
pihak yang cocok untuk dituduh. Karena So-beng yang sudah
menyerangnya dengan pukulan bertubi-tubi itu tak memberi
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan lagi padanya untukberpikir panjang. Iblis Penagih
Jiwa ini mencecar, cakar bajanya menyambar-nyambar
diselingi ledakan cambuk Sin-yan Mo-li yang menjeletarjeletar. Dan ketika dua orang lawannya itu memekik dan
merangsek hebat sekonyong-konyong cakar baja di tangan
iblis Penagih Jiwa itu nyelonong menyambar lehernya,
"masuk" ketika gulungan s inar pedangnya mengendur. Sedikit
lengah akibat berpikir-pikir tadi.
"Bret ... "
Untuk pertama kalinya Bu-tiong-kiam tersentak. Dia
berhasil menyelamatkan diri, melempar kepala dan baju di
pundaknya ganti tersambar, robek ditusuk cakar baja yang
ganas menyambar itu. Dan sementara dia memperbaiki posisi
dengan memutar kembali gulungan sinar pedangnya untuk
melindungi diri pada saat itulah Hok Sun roboh di tangan si
Mayat Hidup! Jago pedang ini terkejut. Dia tentu saja tersentak kaget,
sadar bahwa selama ini dia seakan "lupa" bahwa kakek Phoa
dan muridnya datang membantu. Maka melihat Hok Sun
roboh dan seorang anak perempuan datang menubruk murid
Phoa-lojin itu dan menjerit dengan panggilan ayah .. ayah
tiba-tiba jago pedang ini menggigit bibir. Dia memutar
gulungan sinar pedangnya, melengking dan mendesak mundur
lawan. Lalu melihat Phoa-lojin terguling guling dihantam Temu Ba
diapun menendang mayat Hok Sun sambil melontarkan ilmu
Coan-im-jip bitnya itu, menyuruh kakek Phoa pergi karena dia
akan meledakkan puncak!
Dan, begitu Phoa-lojin memenuhi permintaannya dan turun
ke bawah bukit tiba-tiba saja pendekar pedang ini
mengeluarkan bentakan tinggi yang menggetarkan puncak.
Saat itu Mu Ba dan Mayat Hidup mengeroyoknya, maju
berbareng setelah kakek Phoa terlempar, tak mengganggu lagi
karena harus menyelamatkan cucu perempuannya dan lari
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawa jenasah Hok Sun. Dan begitu melihat tak ada lagi
yang dijadikan beban pikiran mendadak pendekar ini
melengking dan me lempar tubuh ke udara, berjungkir balik
dan melakukan jurus pertama dari ilmu silat intinya yang tujuh
jurus itu, Tit-te-pai-seng! Dan begitu jago pedang ini
membentak seraya melenting tahu-tahu pedangnya berkelebatan menyambar bagai kilat yang sambungmenyambung tak ada hentinya, mencuat dan membabat serta
menusuk sampai bercuitan di antara gulungan cahaya yang
membungkus tubuh pendekar pedang itu. Hebat dan luar
biasa sekali! "Ah ... !" keempat orang iblis ini berseru kaget. Mereka tak
melihat lagi bayangan lawannya itu, dan sementara terbelalak
oleh perobahan luar biasa yang dilakukan pendekar pedang ini
sekonyong-konyong empat sinar memecah menyambar dada
mereka masing masing.
"Mu Ba, awas ... !"
"Mayat Hidup hati-hati, ... !"
Tapi semuanya tak ada guna. Empat sinar itu menyambar
mereka semua, susul-menyusul bagai deret cahaya petir yang
meledak di tengah gulungan awan pedang. Dan begitu
keempatnya berteriak saling memperingati tahu-tahu Mu Ba
dan Mayat Hidup roboh terjungkal!
"Crat-ah ... !" dua iblis ini terguling-guling. Mereka menjerit
keras, dada mereka terluka. Dan Sin yan Mo-li yang juga
menjerit karena cambuknya putus ketika menangkis tahu-tahu
ikut terjengkang ketika pedang menggores dadanya dari atas
ke bawah. Hanya So beng yang selamat, merendahkan tubuh
dan menggerakkan cakar bajanya menangkis. Tapi senjata
yang terlempar dalam benturan keras dengan pedang di
tangan Bu-tiong-kiam
itu tahu-tahu sudah disambar
pemiliknya dengan sigap, berjungkir balik di udara mengejar
senjata yang terlempar lalu menangkis begitu jago pedang ini
menyusuli serangannya dengan satu sinar putih yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkelebat memotong, bermaksud menggagalkan iblis Penagih
Jiwa itu mendapatkan senjatanya!
"Trangg ... !" dan kali ini pedang di tangan Bu-tiong-kiam
patah! Pendekar itu terkejut, mencelat mundur namun tibatiba dibokong Mu Ba yang ada di belakang, menggerakkan
tengkorak mautnya dengan pekik dahsyat. Dan sementara
Kun Seng mencelos oleh bokongan ini mendadak Mayat Hidup
melempar tujuh logam bergerigi ke arah tubuhnya dari atas ke
bawah, disusul pula oleh belasan jarum hitam si nenek iblis
Sin-yan Mo-li yang menyerangnya dari depan! Dan Kun Seng
yang tak dapat mundur lagi oleh hujan serangan dari segala
penjuru ini akhirnya membentak dan membanting tubuh.
Tapi tengkorak Mu Ba masih mengenai punggungnya. Kun
Seng mengeluh ketika tengkorak itu meledak, menghamburkan puluhan pelor kecil yang sama sekali tidak
diduganya berada di dalam senjata maut itu. Dan sementara
dia terguling-guling dengan muka kesakitan tahu-tahu dua
jarum si nenek iblis dan sebuah logam bergerigi Mayat Hidup
tak dapat dihindarkan. Tiga senjata rahasia ini menancap, satu
dipinggang kiri sedang dua yang lain amblas di bawah kulit
pundak! Maka jago pedang yang kesakitan oleh senjata-senjata
gelap itu me lengking. Dia mengeluarkan bentakan dahsyat,
dan sementara tubuhnya bergulingan menjauhkan diri tibatiba tangannya menepuk sebuah batu di atas lubang, di mana
waktu itu Siauw-cut terbelalak memandang semua kejadian
ini. Dan batu yang menekan alat rahasia di bawah tanah
dengan ujung bahan peledak itu tiba-tiba mengeluarkan suara
menggelegar ketika mengguncang puncak bukit.


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mayat Hidup, awas dinamit ... blarr!"
Empat iblis itu terkejut. Mereka merasa guncangan yang
amat dahsyat itu, guncangan bagai gunung meletus yang
membuat tanah yang mereka pijak bagai dilanda gempa. Dan
sementara mereka
berteriak kaget tahu-tahu tubuh http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keempatnya sudah terlempar di udara bagai bola yang
dilempar anak kecil.
"Bres-! Bress ... "
So-beng dan teman-temannya terbanting. Mereka menggelundung ke bawah bukit, puncak sudah terbelah mirip
jurang yang menganga. Dan begitu keempatnya bergelindingan bagai batang pisang yang dilontar tangan
raksasa merekapun sudah terbanting dan babak belur dengan
muka pucat. Tapi empat orang ini memang manusia manusia
luar biasa. Mereka tak pingsan oleh ledakan yang melempar
mereka dari atas bukit itu, hal yang seharusnya sudah
membuat seseorang tewas atau terluka berat! Dan So beng
yang melompat bangun mendahului teman-temannya tiba-tiba
tertegun. Ternyata Bukit Pedang sudah tak berwujud lagi. Puncak
bukit ini longsor, ditimbuni batu-batu besar yang runtuh ketika
terlempar oleh ledakan itu. Dan So beng yang melihat lubang
di mana Siauw cut tadi menyembunyikan diri sudah rata
tertutup tanah dan batu akhirnya mengepal tinju dan
menggigit bibir.
Dari keadaan ini dapat dipastikan bahwa anak dan jago
pedang itu terkubur di dalam lubang, tertimbun hidup-hidup
oleh batu-batu besar yang menutupi lubang ini. Dan bahwa
Bu-tiong-kiam sudah terluka oleh senjata-senjata gelap milik
teman-temannya maka mudah ditarik kesimpulan bahwa
keselamatan jago pedang itu beserta anak lelaki yang ikut
mendampinginya pasti tak dapat dipertahankan lagi. Tewas!
Maka iblis Penagih Jiwa yang menghela napas dengan mata
berkilat itu akhirnya pergi meninggalkan Bukit Pedang. Dia
menyuruh Mayat Hidup dan teman-temannya datang ke
istana, kalau mereka mau. Lalu pergi dengan muka penuh
kecewa iblis inipun berkelebat lenyap.
(Oo-dwkz-rhg-oO)
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya, apa yang terjadi dengan pendekar pedang itu"
Dan bagaimana Siauw-cut" Benarkah tewas seperti yang
diduga iblis Pengih Jiwa itu" Kalau So beng tahu apa yang
sesungguhnya terjadi mungkin pendekar ini benar-benar
tewas seperti yang diperkirakan iblis Penagih Jiwa itu. Tapi
bukan tewas oleh runtuhan batu-batu besar melainkan tewas
dibunuh iblis ini karena Kun Seng masih hidup!
Seperti diceritakan di depan, sebelum pertempuran terjadi
kakek ini lelah memberitahukan pada Siauw-cut agar
mengambil kitab dan pedang di bawah tanah, melarikan diri
lewat terowongan bawah tanah sementara dia melindungi
anak itu melawan empat iblis yang datang mengganggu. Tapi
karena Siauw-cut tidak mau dan Kun Seng terpaksa melayani
empat orang musuhnya dengan pikiran kalut maka semuanya
itu-pun terjadi bertentangan dengan kehendak pendekar
pedang ini. Lubang di mana Siauw-cut bersembunyi sesungguhnya
merupakan lubang dari sebuah terowongan panjang, lubang di
bawah tanah yang berliku-liku di perut Bukit Pedang. Lubang
yang akhirnya menembus jalan keluar di bukit di mana Siauwcut mula-mula bersembunyi, yakni di batu hitam di mana
Mayat Hidup dan Mu Baberkumpul untuk menanti kedatangan
jago pedang itu.
Tapi karena tak ada yang tahu perihal semuanya ini maka
rahasia itu hanya diketahui Kun Seng seorang. Entah
bagaimana kakek itu bisa menemukan, mungkin waktu isengiseng menyelidiki bukit. Dan Kun Seng yang jatuh ke tempat
ini sete lah meledakkan puncak langsung saja menyambar
Siauw-cut yang kaget ketika bunyi menggelegar meruntuhkan
puncak, daerah itu langsung ambrol, tanahnya pecah, batubatu berguguran setelah terlempar ke udara oleh ledakan
yang dahsyat itu. Menutup lubang hingga mereka terkubur
hidup-hidup. Tak dapat keluar! Tapi Kun Seng yang sudah
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membanting diri bergulingan menjauhi mulut lubang akhirnya
melompat bangun ketika berada di tempat yang luar biasa
gelap, tanah datar yang sedikit becek dengan tangan
mencengkeram Siauw-cut. Dan pendekar yang mengeluh
dengan kaki menggigil ini tiba-tiba bicara, gemetar suaranya,
"Nyalakan api, Siauw-cut ... ambil geretan di saku bajuku ...
!" Siauw-cut tertegun. Dia harus meraba-raba pakaian
pendekar itu. Tetapi mendapatkan apa yang dimaksud kakek
ini diapun menyalakan sebatang lilin yang tersedia juga di
saku pendekar itu.
Lalu terbelalak memandang pendekar ini Siauw-cut
bertanya, "Ke mana kita pergi, locianpwee?"
Pendekar itu menuding, "Ke kiri, Siauw-cut. Belok ke sana
dua kali untuk mengambil dulu pedang dan kitab ... !"
Kemudian, menggigit bibir dan tertatih-tatih menahan sakit
pendekar ini mengajak Siauw-cut ke sebuah ruangan yang
dingin. Di s ini Siauw-cut tertegun. Kalau tidak ada penerangan
di tangannya tentu dia tak tahu bahwa jalan itu berkelokkelok, naik turun dan beberapa di antaranya ada tangga dari
batu. Dan Kun Seng yang sudah berhenti di tempat ini tibatiba me lepaskan cengkeramannya dari pundak anak itu,
terhuyung ke tengah ruangan dan tiba-tiba roboh ketika
menyentuh sebuah peti besi dan sebatang pedang yang
tergeletak di atas tanah!
"Locianpwe ... !"
Siauw-cut terkejut. Dia langsung berteriak, melompat maju
dan mengangkat bangun pendekar ini. Tapi begitu Kun Seag
roboh dan dia melihat punggung pendekar ini yang penuh luka
oleh puluhan pelor kecil yang berduri mengerikan tiba-tiba
anak itu tertegun. Sekarang baru dia tahu bahwa temannya ini
terluka. Luka yang amat mengerikan karena hampir sekujur
punggung penuh oleh pelor-pelor berduri itu, pelor yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menancap bahkan ada yang amblas ke dalam daging! Dan
Siauw-cut yang bengong oleh kejadian ini tiba-tiba saja tak
mampu bicara. Tenggorokannya kering!
Tapi keluhan Kun Seng mendadak menyadarkan anak ini.
"Siauw-cut, ambilkan obat di kantung bajuku ... dekatkan
kemari lilin itu ... !"
Siauw cut menelan ludah. Tergesa-gesa dia memenuhi apa
yang diminta pendekar itu. lalu bertanya dengan suara
gemetar dia meraba punggung pendekar ini, "Locianpwe, apa
yang harus kulakukan" Punggungmu penuh luka. Puluhan
pelor berduri menancap di situ ... !"
Jago pedang ini mendesis. "Biarkan dulu, Siauw-cut.
Jangan dicabut! Aku minum obat dulu, tolong ambilkan air ...
!" "Air?" Siauw-cut terkejut. "Di mana ada air di tempat ini,
locianpwe?"
"Di sudut, di sebelah kananmu itu, Siauw-cut ... di situ ada
tempayan air dari sebuah guci kecil ... !"
Siauw-cut girang. Dia melihat apa yang dikatakan kakek ini,
maka melompat dan membawa guci itu dia sudah membantu
pendekar ini meminumkan air, mendorong obat yang baru
saja ditelan kakek itu. Dan Kun Seng yang tampak kehitaman
mukanya tiba-tiba menepis tangan Siauw-cut yang hendak
mencabut pelor-pelor berduri itu.
"Jangan. Bungkus dulu tanganmu dengan kain, Siauw-cut.
Pelor-pelor itu beracun ... !''
Siauw-cut terkejut. Dia merobek bajunya, melindungi diri
seperti apa yang dikatakan kakek ini. Tapi Kun Seng yang
bangkit duduk dengan susah payah tiba-tiba mengeluh dan
terjerembab lagi ketika hendak membantu dirinya sendiri!
"Ah, tubuhku lemah, Siauw-cut ... aku kehilangan tenaga ...
!" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-cut terbelalak. "Kalau begitu tak perlu duduk,
locianpwe. Biar aku yang membantumu dari sini "
"Baik, tapi ... " kakek ini batuk-batuk. "Penuhkah luka di
punggungku itu, Siauw-cut" Berapa jumlah pelor yang
menancap di situ?"
Siauw-cut bingung. "Jumlahnya banyak sekali, locianpwe.
Aku tak dapat menghitung!"
"Kalau begitu cabut hati-hati, Siauw-cut. Letakkan di
mukaku biar aku yang menghitungnya!"
Siauw-cut tertegun. Dia merasa tubuh pendekar ini panas
sekali, tapi maklum dia harus melakukan tugasnya dengan
baik maka anak ini menganngguk dan menggigit bibir. Dengan
hati-hati namun cepat dia mulai mencabuti pelor-pelor berduri
yang kecil itu, satu-persatu diletakkan di depan pendekar ini
yang tengkurap sambil berkali-kali mendesis, menahan sakit.
Dan setelah semuanya tercabut maka terhitung jumlah pelor
itu yang banyaknya delapanpuluh tujuh buah!
"Ah, Mu Ba benar-benar iblis yang luar biasa jahat,
locianpwe. Dia harus dibunuh kalau ketemu lagi!"
Kun Seng tertawa, hambar suaranya. "Tapi yang melukaiku
bukan hanya raksasa tinggi besar itu Siauw-cut. Mayat Hidup
dan Sin-yau Mo-li juga memberiku tiga hadiah lain!"
Siauw-cut terkejut. "Di mana, locianpwe?"
"Di sini," Kun Seng menunjuk pinggang dan pundaknya.
"Aku merasa nyeri di tiga tempat ini, Siauw-cut. Tapi
ketiganya tak kalah ganas dengan delapanpuluh tujuh pelor
berduri yang dilepas Mu Ba!"
Siauw-cut melihat warna kehijauan di pundak dan pinggang
pendekar itu. Dan kaget bahwa pendekar itu masih
mempunyai tiga luka yang tak diketahui olehnya maka tibatiba anak inipun berlutut dan mencabut logam yang menancap
di pinggang kiri. Kun Seng mengeluh, melihat logam yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerigi itu. Tapi ketika Siauw-cut hendak mencabut jarum
yang amblas di kulit pundaknya anak laki-laki ini tertegun.
"Hm, bagaimana mencabut jarum di daging pundakmu itu,
locianpwe?"
"Tak dapat, Siauw-cut. Kecuali disedot!"
"Disedot?"
"Ya."
"Kalau begitu akan kulakukan, locianpwe. Kau bersandarlah
dulu di sini!" Siauw-cut sudah mengangkat bangun pendekar
ini, menyandarkannya di dinding ruangan tapi tiba-tiba ditolak
pendekar itu. "Tak usah ... tak perlu kaulakukan ini, Siauw-cut. Itu terlalu
berbahaya!"
''Bahaya apanya, locianpwe?"
Tapi pendekar ini tak menjawab. Dia sudah menggigit bibir
dengan muka berkeringat, tampak menahan sakit yang luar
biasa. Lalu memejamkan mata dengan tubuh gemetar tibatiba pendekar ini mengangkat lengannya. "Siauw cut, jangan
ganggu aku. Aku akan bersamadhi mengobati lukaku dari
dalam ... !" dan bersandar dengan muka pucat pendekar
itupun benar-benar mengheningkan ciptanya memusatkan
konsentrasi untuk duduk bersamadhi.
Siauw cut tak dapat berbuat apa-apa. Dia kecewa oleh
kebodohannya ini, tapi melihat pendekar itu mengobati dirinya
dengan pengerahan sinkang iapun menarik napas dan duduk
takjauh dari pendekar itu. Sama sekali tak tertarik oleh kitab
dan pedang yang menggeletak di dekat mereka. Dan Kun
Seng yang memusatkan perhatiannya untuk mengobati lukalukanya dari dalam akhirnya berobah menjadi patung hidup
yang tak bergerak-gerak lagi.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi jago pedang ini harus mengalami siksaan hebat. Dia
dibakar oleh jarum beracun yang mengeram di pundaknya,
jarum Sin yan Mo-li yang amblas di kulit daging. Dan pendekar
yang sudah mencoba untuk mengempos semangat supaya
jarum keluar atau naik di kulit pundaknya gagal setelah tiga
jam dia bersamadhi tanpa berhasil!
Kun Seng mengeluh. Ada beberapa hal yang membuat
kegagalannya ini. Pertama karena tenaganya lemah dan dia
tak sanggup menjalankan pernapasannya secara wajar sedang
yang lain adalah karena jarum itu tak segera dikeluarkan.
Sebab kalau jarum dikeluarkan tentu dengan mudah dia dapat
"membakar" sisa-sisa racun yang ada di tubuhnya,
mengarahkan sinkang untukmengobati luka lukanya dari
dalam. Tapi karena jarum tak segera dikeluarkan padahal
racun dari jarum itu terus beredar di dalam tubuhnya maka
tiga jam kemudian pendekar ini mengaduh ketika pundaknya
kejang! Kun Seng membuka mata. Wajah pendekar ini merah, lalu
putih dan akhirnya berobah hijau. Tanda kegagalan dari
sinkangnya yang tak dapat berjalan sempurna. Dan pendekar
pedang yang batuk-batuk dan mendesis menahan sakit itu
tiba-tiba memandang Siauw cut, gemetar dan menggigil
seluruh tubuhnya. Diancam maut!
"Siauw cut, dapatkah kau menolongku ... ?"
Siauw cut melompat bangun. "Apa yang harus kulakukan,


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

locianpwe" Apa yang kau minta?"
Pendekar ini mengigit bibir. "Aku gagal, Siauw-cut ... aku ...
aku tak dapat menolong diriku sendiri. Racun telah beredar
memasuki darahku, aku akan tewas dalam beberapa jam lagi
... !" Siauw-cut terkejut bukan main. Dia terbelalak memandang
pendekar ini, tak dapat mengeluarkan suara. Tapi Kun Seng
yang batuk-batuk dengan suara serak tiba-tiba menggapaikan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya, lemah sekali. "Kau dapat melolongku, Siauw-cut ...
?" Anak laki-laki ini terisak, ia tak dapat menahan haru melihat
keadaan pendekar itu. maka menubruk dan berlutut di kaki
orang Siauw-cut tiba-tiba menangis. "Locianpwe, apa yang
kau minta" Apa yang harus kulakukan?"
Pendekar ini tersenyum, senyum pahit. "Kau tolonglah aku
dalam satu hal, Siauw-cut. Yakni kau berikanlah pedang dan
kitab di peti itu pada orang yang kau anggap tepat. Jadikanlah
dia pewaris tunggal ilmuku. Kau berikan dua benda itu
kepadanya dan suruh menyebut suhu di atas makamku kelak,
di tempat ini ... !"
Siauw cut tertampar. Dia terpukul hebat oleh permintaan
pendekar pedang ini. Maklum bahwa diam-diam pendekar itu
kecewa kepadanya. Tak mau diambil murid! Dan Siauw-cut
yang tegak dengan muka pucat memandang pendekar ini tibatiba melihat pendekar itu roboh dan muntah darah!
"Siauw cut, kau dapat memenuhi permintaanku, bukan?"
Siauw-cut mencucurkan air mata dengan deras. Permintaan
orang yang kembali diulang pada saat dia roboh dan batukbatuk membuat anak ini hancur perasaannya, remuk bagai
dirajam pedang. Dan Siauw-cut yang mengangguk di depan
laki-laki tua ini akhirnya tak tahan lagi untuk mengeluh dan
menyebut suhu! "Suhu, kaumaafkan aku ... aku yang akan mempelajari ilmu
pedangmu ... aku yang akan membalas sakit hatimu terhadap
empat orang iblis itu ... !"
Kun Seng tertegun. "Apa katamu, Siauw-cut?"
"Teecu yang akan membalas sakit hatimu, suhu. Teecu
(murid) yang akan mempelajari ilmu silatmu dan menjadi
pewaris tunggal!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah ... !" Kun Seng terbelalak. "Kau tidak salah bicara,
Siauw-cut" Telingaku tidak salah dengar ... ?"
"Tidak, teecu ... teecu ... " Siauw-cut mengguguk. "Teecu
yang akan mewarisi semua kepanduanmu, suhu. Teecu yang
akan membalas semua penderitaanmu ini kalau kau sudi
mengangkatku sebagai murid ... !"
Kun Seng mengeluh, bangkit duduk dengan susah payah.
"Tapi kau telah menetapkan bu-beng Sian-su sebagai calon
gurumu, Siauw-cut. Mana bisa kau merobah sikap?"
Siauw-cut tersedu-sadu. "Itu dulu, suhu. Bagaimanapun
hari ini teecu telah merobah keputusan untuk mewarisi
kepandaianmu yang agaknya tak kalah dengan kepandaian
manusia dewa itu!"
Jago pedang ini tertegun. Dia agaknya tak menyangka
jawaban anak itu, tapi tertawa bergelak tiba-tiba jago pedang
ini melompat bangun dan berdiri dengan kaki terhuyung,
menyambar kitab di dalam peti dan pedang yang tiba-tiba
dilolos dari sarungnya!
"Srit ... !" pedang berkeredep menyilaukan mata. "Kau
sungguh-sungguh bicara dengan hati yang tulus. Siauw cut"
Kau tidak menipuku s i tua bangka yang siap mampus ini?"
Siauw cut menjatuhkan diri berlutut. "Saat ini juga teecu
bersumpah, suhu. Bahwa teecu sedia menjudi muridmu kalau
kau suka!" dan Siauw-cut yang sudah melakukan
penghormatan di depan kaki suhunya tiba tiba membenturkan
jidat delapan kali di kaki kakek itu, tanda dari kesungguhan
hatinya yang tidak main-ma in. Dan Kun Seng yang tertawa
bergelak dengan muka berseri-seri mendadak mengayun
pedang membacok pundaknya.
"Baik, kalau begitu aku akan melawan maut, Siauw-cut.
Aku akan mendidikmu biarpun harus kutebus lenganku sendiri
... crak!" dan pedang yang sudah membuntungi lengan kanan
pendekar pedang ini seketika disambut muncratnya darah
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segar yang keluar dari babatan pedang dipundak jago pedang
itu, tepat di mana dua jarum beracun Sin-yan Mo-li
mengeram! Dan Kun Seng yang roboh dengan luka mengucur
deras akibat bacokan pedang ini seketika terjerembab dan
berseru peudek,
"Siauw cut, balut lukaku ... !"
Dan pendekar itupun pingsan! Siauw-cut terbengong oleh
kejadian ini, tapi sadar dan kaget oleh semuanya itu tiba-tiba
anak inipun menjerit dan menubruk gurunya. Seketika dia
menggerung-gerung, menangis dan meratapi nasib gurunya
yang tidak dinyana itu. Tapi me lihat darah mengalir dengan
amat derasnya diapun merobek baju dan membalut pundak
yang buntung itu, ngeri melihat betapa darah hitam mengalir
membasahi lantai. Darah beracun yang keluar dari buntungan
lengan itu! Dan Siauw cut yang akhirnya kehabisan air mata
oleh semua kesedihan ini tiba-tiba melihat pendekar itu
siuman kembali.
"Siauw-cut, kau telah membalut lukaku ... ?"
Anak laki laki ini menggigil. "Sudah, tetapi ... tetapi kenapa
kaulakukan itu suhu" Kenapa kau membuntungi lenganmu
sendiri ... ?"
Jago pedang ini menyeringai. "Karena aku ingin hidup,
Siauw-cut. Aku ingin mendidikmu setelah kau menyatakan diri
mau menjadi muridku!"
"Tetapi kau bilang hidupmu tinggal beberapa jam lagi, suhu
... kenapa harus membacok lengan sendiri sebelum ajal"
Apakah ... apakah ini berarti ... " Siauw-cut berhenti,
terbelalak matanya. "Kau lolos dari maut, suhu" Kau dapat
menyelamatkan diri?"
Kun Seng mengangguk, dan begitu Siauw-cut melihat
pendekar ini tersenyum padanya mendadak anak ini mengeluh
dan menjerit girang. "Suhu, syukur pada Thian Yang Maha
Kuasa. Semoga kau tidak menipuku ... !" dan Siauw-cut yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menangis di pangkuan gurunya ini mengguguk dengan
penuh kegembiraan, terguncang-guncang bahunya tapi tak
ada air mata lagi yang keluar. Habis! Dan Kun Seng yang
mengelus rambut anak ini dengan tangan kirinya yang utuh
mendesis penuh haru,
"Sudahlah, sesungguhnya asal jarum itu tak mengeram lagi
keadaanku dapat diselamatkan, Siauw-cut. Tapi karena aku
putus asa pada hidup aku berpikir untuk lebih baik mati saja!"
Siauw-cut tertegun. "Kalau begitu aku tadi dapat
menyedotnya, suhu. Kenapa tak kauperintahkan hal itu?"
"Hm, menyedot jarum berarti menyedot racun, Siauw-cut.
Kau dapat tewas bila melakukan itu!"
"Jadi karena itu kau melarangku, suhu?"
"Ya."
"Ah ... !" dan Siauw-cut yang bengong oleh cerita suhunya
ini tiba-tiba terisak, menubruk suhunya itu penuh haru. "Suhu,
kenapa tak kaukatakan sejak semula" Bukankah aku siap
berkorban untuk menolongmu" Kau berkali-kali memikirkan
jiwaku, suhu. Bagaimanapun aku ingin membalas budi baikmu
yang menggunung ini!"
"Hm, jadi kau rela mati dengan menyedot racun di
pundakku itu?"
"Kalau kutahu itu satu-satunya cara, suhu!"
"Bodoh! Ka lau begitu bukankah aku kehilangan murid yang
selama ini kuidam-idamkan" Tidak, Siauw-cut. Aku tak mau
kau melakukan itu. Lebih baik aku yang kehilangan nyawa
daripada kau yang masih muda ini!"
Siauw-cut mengusap air matanya pada baju di pundak
pendekar ini. "Suhu, aku tak mengira demikian besar
perhatianmu kepadaku. Apakah sebabnya semuanya ini
kaulakukan?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, karena aku melihat kaulah satu-satunya harapan
terakhir bagiku, Siauw-cut. Kaulah yang kuharap mengobati
kekecewaanku selama tahun-tahun belakangan ini."
"Kenapa begitu, suhu?"
"Karena aku tak mempunyai siapa-siapalagi, Siauw-cut. Aku
tak mempunyai keluarga dan hidup sebatangkara seperti
dirimu itu!"
"Suhu ... "
"Ya, jangan potong dulu kalimatku ini, Siauw cut. Aku
betul-betul bicara dari kepedihan hati yang nyata. Aku tak
mempunyai keluarga. Aku tak memiliki sanak-saudari!"
"Ah, kalau begitu kau tak pernah kawin, suhu" Kau tidak
mempunyai anak barang seorangpun?"
Pendekar ini tersenyum pahit, menghela napas dan tibatiba menitikkan dua butir air mata yang jatuh di lantai. "Siauwcut, aku tentu saja mempunyai anak. Aku pernah berumah
tangga. Tapi nasib buruk yang menimpaku pada tahun-tahun
terakhir telah membuat kegoncangan jiwa yang hebat bagiku.
Anakku tewas, dan rumah tangga kemudian yang kubangun
kembali juga mengalami kegagalan total yang mengecewakan
hatiku!" "Ah, bagaimana mulanya, suhu" Berapa orang anakmu?"
"Aku hanya mempunyai seorang anak, Siauw-cut, anak
tunggal laki-laki yang tak kusangka demikian pendek
umurnya. Dia mati akibat ulah orang jahat, dan aku yang
membangun sebuah rumah tangga baru dengan seorang
wanita ternyata tak menghasilkan seorang keturunanpun
untuk pengganti anak tunggalku itu!"
Siauw-cut tertegun. "Kalau begitu kau menikah untuk yang
kedua kalinya, suhu?"
"Ya."
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan di mana isterimu itu sekarang?"
"Kutinggal di kampung halamannya, Siauw-cut. Aku kecewa
dan meninggalkannya pergi begitu saja!"
"Ah ... !" Siaow cut terbelalak. "Kenapa kaulakukan itu,
suhu" Bukankah ia bakal merana?"
"Hm, kekecewaan demi kekecewaan telah menghimpitku
sedemikian rupa, Siauw-cut. Aku tak perduli lagi ia merana
atau tidak!"
"Tapi ia pasti akan mencarimu, suhu. Ia tentu seorang
wanita gagah perkasa seperti dirimu ini!"
Kun Seng tiba-tiba tertawa, tertawa pahit. "Kau salah.
Siauw-cut isteriku itu tak mungkin mencariku kalau bukan aku
sendiri yang pulang. Ia tak berani pergi jauh. Ia bukan
seorang wanita gagah seperti yang kau bayangkan tapi wanita
dusun yang lemah dan tidak pandai s ilat!"
Anak ini bengong. "Kau tidak main-ma in, suhu?"
"Siapa main-ma in?" pendekar ini mengerutkan alis. "Aku
sudah tak tahu harus berpikirbagaimana lagi, Siauw-cut. Aku
terlampau kecewa dan tak dapat berpikir jernih lagi pada saat
itu. Aku bingung. Karena itu kupilih saja gadis dusun itu untuk
kunikahi."
"Ah ... " Siauw-cut tertegun. "Jadi kau mendapatkan
seorang gadis, suhu" Kau kawin dengan wanita yang tak
sebaya umurnya denganmu?"
Pendekar ini merah mukanya. "Terpaksa, Siauw-cut. Karena
kebetulan dialah satu satunya wanita yang mencintai aku."
Anak ini melenggong. Dia mau bertanya lagi, sudah
menggerakkan bibir namun urung ketika suhunya itu semburat
mukanya dan tampak jengah, malu oleh pengakuan itu tadi.
Tapi Kun Seng yang mengangkat muka dan tersenyum getir
tiba-tiba sudah memeluk pundak anak ini.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siauw-cut, maukah bila kau kuangkat sebagai anak?"
Siauw-cut terkejut. "Apa, suhu?"
"Kita menjadi keluarga kecil, Siauw-cut. Aku sebagai ayah
angkatmu dan kaupun sebagai anak angkatku!"
"Ah ... !" Siauw-cut membelalakkan mata, terlampau kaget
oleh pertanyaan yang tiba-tiba ini. Tapi terisak dan
menundukkan muka dengan suara gemetar dia berbisik,
"Suhu, apalagi yang hendak kauberikan padaku" Bukankah
hubungan guru dan murid ini sudah mengangkat derajatku
sedemikian rupa" Kau telah memberikan kepercayaan
kepadaku, suhu, kebanggaan tersendiri sebagai murid dari
seorang jago pedang ... !"
"Tapi kita sama-sama sebatangkara, Siauw-cut. Kita samasama tak bersanak-kadang lagi di dunia ini."
"Tapi ... tapi ... "
"Hm, kau tak setuju, Siauw-cut" Kau keberatan" Kalau
begitu sudahlah, aku juga tak memaksamu!" pendekar ini
mengalihkan pandang, rupanya terpukul oleh keinginannya
yang mungkin tak disetujui anak itu. Tapi Siauw-cut yang
sudah bangkit berdiri dengan muka pucat tiba-tiba menangis
dan tersedu-sedu.
"Suhu, teecu ... teecu anak hubungan gelap dari seorang
wanita dan pria yang tak bertanggung jawab. Mana mungkin
menerima anugerah sebesar ini" Ah, tidak ... jangan memukul
teecu dengan permintaan yang seberat itu, suhu ... teecu
tidak sanggup ... !"
Kun Seng terbelalak. Dia melihat anak laki-laki ini tiba-tiba
menangis dengan suara demikian menyedihkan, mengguguk
dan gemetar di bawah kakinya. Dan kaget bahwa untuk
pertama kalinya muridnya itu bicara tentang rahasia dirinya
mendadak pendekar ini bangkit duduk dan berdiri tegak.
"Siauw-cut, kiranya sedemikian hebat kau menyimpan derita"
http://dewi-kz.info/


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ah, tak perlu gelisah, anak baik. Tak perlu kau berduka lagi
dengan segala kejadian yang menimpamu itu. Aku tak perduli
kau anak hasil hubungan gelap atau terang. Aku tak perduli
semuanya itu dan tidak merobah keinginanku bila kau suka
menjadi anak angkatku!"
Siauw-cut terbelalak. "Kau tidak merasa hina dengan
keputusanmu itu, suhu?"
"Apanya yang hina?"
"Tentang nasib teecu ini ... kedudukan teecu sebagai anak
haram jadah!"
"Ah, aku tak perduli haram jadah atau bukan, Siauw-cut.
Yang penting aku tertarik dan suka kepadamu! Kau tak
keberatan, bukan?"
Siauw-cut mengeluh. "Suhu ... "
"Hm, tak perlu ragu-ragu, Siauw-cut. Aku sudah terbiasa
menghadapi pukulan-pukulan
hidup. Kauanggukkanlah
kepalamu kalau kau setuju dan gelengkanlah kepalamu kalau
kau tak suka!"
Siauw-cut akhirnya mengangguk. Dengan rinihan panjang
seperti ayam dicabut bulunyaanak ini mengeluh, menubruk
gurunya itu. Dan Kun Seng yang girang oleh anggukan anak
ini tiba-tiba jatuh terduduk, dan tertawa bergelak.
"Ha-ha, kalau begitu namamu harus dirobah, Siauw cut.
Kau pakailah nama keluarga Kun sejak saat ini!"
Siauw-cut tertegun.
"Kau tidak suka?"
Dia terkejut. "Tidak ... tidak begitu, suhu. Itu semuanya
terserah padamu!"
"Eh, kenapa masih menyebut suhu?" Kun Seng tertawa.
"Kau harus menyebutku ayah, Siauw-cut. Dan karena hari ini
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
resmi kita menjadi ayah dan anak angkat maka hari ini pula
namamu adalah Kun Houw! Ya, namamu adalah Kun Houw,
Siauw cut ... Houw (harimau) dari keluarga Kun. ha-ha ... !"
Kun Seng tertawa bergelak. Dia dilanda kegembiraan yang
meluap-luap, memeluk dan mendekap anak itu ketat sekali di
dadanya. Tapi ketika dia tersedak dan batuk-batuk mendadak
pendekar ini jatuh tersungkur dan pingsan.
"Ayah ... !" Siauw-cut atau yang kini berganti nama Kun
Houw itu menjerit. Dengan seruan tartahan dia menolong
ayahnya itu, ayah angkatyang baru saja "meresmikan" diri.
Tapi Kun Seng yang sebentar saja siuman tidak membuka
matanya, batuk-batuk dan tersenyum memandang anak lakilaki itu, anak angkatnya yang baru saja "diresmikan"!
"Kun Houw, apa yang terjadi pada dirikuini?"
Siauw-cut atau Kun Houw tertegun. "Apa yang kaurasakan,
ayah" Kenapa kau tiba-tibaroboh?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 11 "AKU merasa tenagaku habis, Kun Houw. Aku merasa
tenagaku dilolosi dari dalam dan seakan lumpuh!"
Kun Houw terkejut. Dia merasa was-was, melihat muka
ayahnya yang berkerut-kerut itu. Lalu ketika jago pedang ini
mencoba bangkit mendadak tubuhnya terjerembab kembali
dan roboh di atas lantai.
"Ah, aku lumpuh, Kun Houw ... !"
Kun Houw kaget bukan main. Dia melihat ayahnya tak
dapat bangkit lagi, susah menggerakkan kaki dan tangan. Tapi
Kun Seng yang tersenyum padanya tiba-tiba menghela napas
pendek. "Houw ji (anak Houw), perhitunganku sedikit meleset.
Racun ternyata tak seluruhnya keluar dari luka yang kubuat.
Otot-ototku diserang kelumpuhan .. !"
Kun Houw terisak. Dia membuktikan ayahnya itu benarbenar tak dapat bergerak lagi, artinya tak dapat duduk atau
berdiri. Hanya sanggup menggulingkan tubuh ke kiri atau ke
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan. Itupun dengan susah payah. Dan Kun Houw yang
menangis melihat keadaan guru atau ayah angkatnya itu tibatiba menggumuli dan memeluk pendekar ini.
"Ayah, apa yang harus kulakukan" Benar-benarkah
kelumpuhan menyerang dirimu?"
"Hm, aku benar-benar tak berdaya lagi, Kun Houw.
Sungguh tak kuduga sisa racun masih berada di dalam
tubuhku." "Kalau begitu akan kubalas kelak perbuatan nenek iblis itu,
ayah. Akan kulumpuhkan dan kubunuh dia!"
"Sudahlah, itu urusan nanti, Houw ji. Yang jelas masih
untung aku tidak binasa Thian rupanya menghukum sisa-sisa
dosaku dengan kejadian ini," lalu tersenyum dan tertawa pahit
pendekar ini membalikkan tubuh. "Houw-ji, sejak saat ini aku
akan mendidikmu secara teori. Kau ambillah pedang dan kitab
itu!'' Kun Houw mengangguk. Dia mengambil kitab di dalam
peti, menyerahkannya pada ayahnya itu beserta pedang. Tapi
ketika dia melihat pedang di tangannya itu mengeluarkan sinar
kebiruan dan berhawa dingin mendadak dia keder dan
tertegun dibuatnya.
"Ayah, inikah Pedang Naga itu?"
"Ya, itulah pedang yang diminta empat iblis tadi, Kun
Houw. Kalau saja sejak semula aku membawa pedang ini
tentu mereka dapat kukalahkan semuanya!"
Kun Houw terbelalak. Dia teringat pedang ayahnya yang
lentur itu, pedang lemas yang akhirnya patah bertemu cakar
baja di tangau So-beng. Dan heran bahwa ayahnya
menyembunyikan pedang yang berwarna kebiruan ini tiba-tiba
dia tak tahan untuk bertanya, "Ayah, dari manakah
kaudapatkan Pedang Naga ini" Benarkah milik kerajaan
Yueh?" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar itu tersenyum. "Memang benar, Houw-ji. Dan
pedang itupun kudapatkan secara aneh!"
"Secara aneh apa maksudmu, ayah?"
"Artinya kudapatkan pedang ini dalam tempat yang tidak
wajar, Houw-ji. Dia menancap di utas wuwungan istana ketika
aku tertarik melihat cahayanya yang kebiruan itu!"
"Ah ... !" Kun Houw terbelalak. "Siapa yang menancapkannya, ayah?"
"Hm, mana aku tahu, Houw-ji" Tapi menurut kepercayaan
pedang itu me lesat sendiri dengan kekuatan-gaibnya. Dia
pedang keramat yang entah kenapa sedang menunjukkan
kemarahannya pada Pangeran Kou Cien yang kini menjadi raja
muda di kerajaan Yueh itu!"
Kun Houw tertegun. Dia tertarik pada keanehan cerita
pedang ini, sedikit merasa seram tapi tidak takut lagi. Bahkan
tiba-tiba merasa dekat dengan pedang ini. Pedang yang
katanya sedang "marah" pada majikannya, seperti dia yang
marah pada musuh-musuhnya yang dibenci! Dan Kun Houw
yang melihat badan pedang diukir dengan lukisan naga yang
indah kemilau tiba-tiba saja bersinar matanya.
"Ayah, pedang ini benar-benar indah sekali. Lukisan liongnya (naga) tampak demikian hidup!"
"Ya, tapi pedang ini bukan melulu pedang yang indah saja,
Houw ji. Tapi dia juga pedang keramat yang tajamnya
melebihi segala ketajaman benda di muka bumi ini. Dia
melebihi ketajaman pedang lenturku yang patah bertemu
cakar baja di tangan iblis Penagih Jiwa itu!"
Kun Houw terkejut. "Begitukah, ayah?"
Pendekar ini mengangguk. "Coba kaubuktikan," katanya.
"Lempar bajumu itu di udara dan bacoklah dengan pedang ini
dalam jarak dua meter, Houw-ji. Pasti akan robek disambar
angin pedangnya yang tajam luar biasa!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun Houw berseri. Dia segera membuktikan hal ini, dan
begitu baju dibacok sesuai jarak yang dikatakan ayahnya tibatiba baju itu terpapas disambar angin bacokan pedang ini.
"Bret ... !" Kun Houw melenggong. Dia melihat bajunya itu
kutung, robek menjadi dua padahal belum disentuh pedang!
Dan Kun Houw yang terbelalak oleh kehebatan pedang ini
tiba-tiba mendesis dan berseru penuh kagum.
"Ah, pedang ini benar-benar luar biasa, ayah. Kalau
seandainya sejak mula kau telah memegang pedang ini tentu
keempat orang musuhmu itu sudah roboh binasa!"
"Benar, tapi mereka mahluk hidup, Houw-ji. Mereka dapat
mengelak atau menangkis kalau terpaksa!"
"Ya, tapi bagaimanapun pedang ini tentu dapat banyak
membantumu, ayah. Kalau tidak kau tak mungkin roboh dan
dicurangi mereka!"
"Sudahlah, semuanya sudah lewat, Houw-ji. Tak perlu
mengandai-andaikan persolan yang sudah terjadi. Kau
bersiaplah, hari ini juga aku akan menggemblengmu secara
teori.. !" dan Kun Seng yang menyuruh anak itu membuka
kitab hari itu juga mulai melatih Siauw-cut atau yang kini kita
sebut Kun Houw itu dengan sungguh-sungguh dan keras.
Kun Houw tak diberi kesempatan lagi untuk bertanyatanya, digembleng dan dilatih silat oleh guru atau ayah
angkatnya itu. Dan karena Kun Seng adalah seorang pendekar
yang lihai dalam permainan pedang hingga mendapat julukan
si jago pedang maka ilmu silat pedang itulah yang diberikan
kakek ini pada anak lelaki itu. Kun Houw dididik dengan penuh
disiplin, terus-menerus tak kenal lelah. Dan karena jago
pedang ini memiliki ilmu silat pedang yang disebut Bu-tiongkiam-hoat (Ilmu Pedang Dalam Kabut) maka tentu saja ilmu
itulah yang diajarkan pada Kun Houw, disusul kemudian
dengan tujuh jurus intinya yang sebagian sudah diserap Kun
Houw, ketika mereka bertemu di dusun Lo. Dan Kun Houw
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang juga tekun mempelajari ilmu silat pedang kakek ini
melalui kitab dan petunjuk-petunjuk gurunya yang lumpuh di
atas pembaringan ternyata tak mengecewakan jago pedang
itu. Tapi Kun Seng keadaannya memburuk. Jago pedang ini
diserang penyakit batuk, sebuah penyakit yang sama sekali
tidak diduga sebenarnya berasal dari logam bergerigi s i Mayat
Hidup, tokoh sesat yang juga batuk-batuk seperti orang tbc,
itu senjata rahasia yang kejangkitan "baksil" penyakit menular
ini. Dan karena Kun Seng sejak awal kelumpuhannya tak
memiliki daya tahan yang kuat lagi maka jadilah pendekar itu
diserang batuk-batuk yang membuat keadaannya kian lemah.
Tapi jago pedang ini memang hebat. Kemauannya yang
kuat luar biasa untuk mendidik muridnya dan bertahan hidup
cukup membuat orang kagum. Kemauan yang membuat
semangat dari jiwanya bangkit, membaja dan berkobar-kobar
seolah menentang maut yang siap membayanginya sewaktuwaktu. Dan Kun Seng yang tak kenal lelah dalam
menggembleng muridnya untuk menguasai seluruh kepandaiannya lewat kitab memang akhirnya hampir berhasil
secara sempurna.
Namun maut hari itu datang juga! Sembilan tahun sete lah
menggembleng muridnya dengan susah payah hari itu Kun
Seng muntah darah. Pendekar pedang ini rusak paru-parunya,
tak kuat lagi bertahan setelah diteror sembilan tahun lamanya.
Dan pendekar pedang yang sudah sekarat dengan muka
kebiruan itu batuk-batuk lagi dengan amat hebatnya.
"Kun Houw ... coba kauulangi semua pelajaran pedang ...
aku ingin melihatnya sebelum ajal ... !"
Kun Houw tertegun. Dia tentu saja menolong gurunya itu,
tapi Kun Seng yang melotot padanya membentak, "Kun Houw,
murid macam apa kau ini" Kenapa tidak segera menjalankan
perintah?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun Houw menarik napas. Dia sekarang bukan bocah
seperti dulu lagi, anak laki-lakiyang berusia sepuluh tahun itu.
Tapi gurunya yang masih suka membentak-bentak seperti
menghadapi seorang bocah membuat "anak" ini tersenyum
pahit. Kun Houw sekarang adalah Kun Houw yang gagah dan
tampan. Tubuhnya tegap, dadanya bidang. Sementara sinar
matanya yang tajam berkilat menunjukkan bahwa "anak" ini
benar-benar sudah dewasa dan matang. Pemuda yang
usianya hampir duapuluh tahun!
Tapi Kun Houw mengangguki juga. Dia mencabut pedang,
lalu berdiri di tengah ruangan diapun mulai mengkonsentrasikan diri. Tapi Kun Seng yang kembali batukbatuk dengan amat hebatnya membuat pikirannya terganggu.
"Ayah, aku tak dapat memusatkan perhatianku. Aku harus
menolongmu dulu ... '" Kun Houw terpaksa menyimpan
pedang, menghanpiri ayahnya itu dan tak tahan melihat
penderitaan orang tua ini. Tapi Kun Seng yang melotot gusar
berteriak, "Tidak, kau harus jalankan dulu perintahku, Kun Houw. Aku
dapat menahan batuk ini dan menontonmu!"
Dan Kun Seng benar-benar mengendalikan batuknya. Jago
pedang itu menggigit bibir, mukanya penuh keringat, tampak


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali memaksa diri menahan batuknya, membuat urat di
dahinyamenonjol biru! Dan Kun Houw yang sedih melihat
penderitaan ayahnya itu terpaksa mencabut pedang, kembali
ke tengah ruangan dan berkata gemetar,
"Ayah, kau jangan paksakan diri. Kalau kau batuk kembali
aku akan menghentikan permainanku!"
"Tidak, jangan, aku dapat melawan batukku, Houw-ji.
Kautunjukkanlah permainan pedangmu sampai selesai ... !"
Kun Houw menggigit bibir. Dia mulai mainkan ilmu s ilatnya,
mula-mula perlahan karena mata melirik ke tubuh tua yang
kurus itu, siap berjaga-jaga untuk menolong begitu ayahnya
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batuk-batuk kembali. Tapi Kun Seng yang melotot padanya
karena mengerti maksud pemuda ini sudah membentak
marah, "Houw-ji, jangan perdulikan aku. Pusatkan perhatian pada
permainan pedangmu!"
Maka pemuda yang mulai mempercepat permainan
pedangnya ini terpaksa mengangguk. Dia memusatkan
pikiran, dan begitu pedang berkelebat dengan kesiur anginnya
yang dingin tajam tiba-tiba pedang sudah berobah menjadi
segulung sinar biru yang berkelebatan membungkus pemuda
ini. Kun Houw mainkan Bu-tiong kiam-hoat dengan baik sekali.
Tapi ketika tiba pada tujuh jurus inti yang siap
dilaksanakannya mendadak Bu-tiong-kiam batuk-batuk!
"Ah, aku harus menolongmu, ayah ... !" Kun Houw
menghentikan permainannya, melompat mendekati ayahnya
itu tapi mendadak batuk ayahnya hilang!
"Tidak, kauteruskan perma inanmu, Houw-ji. Aku tidak apaapa!" Kun Houw tertegun. "Tapi ... "
"Tapi apanya" Kau membantah, anak setan?"
Kun Houw menggigit bibir. Dia jadi tak tenang melihat
keadaan ayahnya itu, tapi Kun Seng yang menyemprot pedas
mendelik padanya, "Kun Houw, kau tak mau mengiringi
kematian ayahmu dengan irama permainan pedang" Kau ingin
aku direnggut maut sebelum menyaksikan semua kemahiranmu" Cepat kaujalankan perintah ini, anak bodoh.
Aku tak mau ajal mendahuluiku sebelum selesai semua
permainan silat pedangmu ... !"
Kun Houw mengeraskan hati. Dia terpaksa mengulang lagi
ilmu silatnya, melirik ayahnya yang tiba-tiba tersenyum. Lalu
membentak dan memutar pedang sekonyong-konyong
tubuhnya lenyap dibungkus gulungan sinar pedangnya seperti
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi. Mula-mula masih perlahan. Maklum, dia was-was melihat
keadaan ayahnya yang memprihatinkan itu, orang tua yang
keras kepala dan mulai terengah. Tapi melihat ayahnya
tersenyum dan tiba-tiba terkekeh mendadak Kun Houw
bangkit semangatnya dan mainkan Bu tiong-kiam-hoat dengan
sungguh-sungguh.
Dia mulai terbawa perma inan pedangnya sendiri, hanyut
dalam putaran pedang yang bergulung-gulung naik turun,
membentuk kabut saking cepatnya gerakan pedang. Lalu tiba
pada permainan inti yang tujuh jurus itu mendadak pemuda
ini mengeluarkan bentakan keras. Sekarang Kun Houw benarbenar lenyap. Sinar pedangnya berdesing dan mengeluarkan
suara bercuitan yang kian lama kian meninggi, melengking
bagai suara suling ditiup. Lalu ketika suara ini lenyap dan
pedang tak mengeluarkan suara, lagi tiba-tiba Kun Seng
batuk-batuk dan berteriak,
"Stop, hentikan dulu, Houw-ji. Aku ingin bertanya ... ughugh ... !"
Kun Houw terkejut. Dia sedang berada dalam permainan
puncak, mana mungkin dihentikan begitu saja" Maka ketika
ayahnya berteriak dan pedang masih bergulung-gulung tanpa
suara mendadak pemuda ini me lontar senjata dan
membanting tubuh, "mematahkan" daya putar yang membuat
tubuhnya hanyut sekaligus bergulingan di lantai.
"Bres-plak ..!"
Kun Houw membentur dinding. Dia mengeluh oleh
benturan yang keras itu, merasa kepalanya pecah tapi
melompat bangun dengan tubuh terhuyung. Dan Kun Seng
yang terbelalak memandang muridnya ini tiba-tiba berseru
sambil menatap Pedang Naga yang amblas di langit-langit
ruangan. "Houw-ji, dari mana kau melatih tenaga sinkang yang luar
biasa ini?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun Houw tertegun, "Tenaga sinkang apa, ayah" Apa
maksudmu?"
Kakek itu gemetar. "Kau ... hm, selama ini aku hanya
melatihmu ilmu silat pedang, Houw-ji. Bagaimana kau
mendapatkan tenaga sakti demikian hebat" Lihat, putaran
pedangmu sudah tak mengeluarkan suara lagi ... dan, ah, lihat
itu, Pedang Naga amblas sepenuhnya di atap ruangan! Siapa
yang melatihmu tenaga sakti ini, Houw ji ... ?"
Kun Houw akhirnya menunduk. "Itu ... aku mempelajarinya
dari Bu-beng Sian-su, ayah Manusia dewa itu memberiku
pelajaran Menghimpun Seribu Naga. Itukah yang kau
maksud?" Kakek ini batuk-batuk. "Benar, ah pantas sekali ... aku
sejak mula sudah curiga, Houw-ji. Tapi sungguh tak kukira
bahwa sinkang yang kau latih itu dari Bu-beng Sian-su! Ah,
kalau begitu apalagi yang kurang" Ha-ha, aku puas. Houw-ji
... kau lebih hebat daripada gurumu sendiri ... aku ... aku ...
ugh ... " Kun Seng batuk-batuk lagi. Kakek ini tampaknya terkejut,
tapi gembira dan akhirnya berseri-seri dalam mukanya yang
pucat membiru itu. Dan Kun Houw yang melihat gurunya
batuk-batuk demikian hebatnya lalu menotok punggung
ayahnya ini. "Ayah. kautekanlah gejolak hatimu. Kalau aku salah sukalah
kau mengampuniku. Aku tak pernah memberi tahumu tentang
ini karena kau tak pernah bertanya!"
Kun Seng terengah. "Tak apa ... anak baik ... aku ... aku
sengaja tak melatihmu tenaga sinkang karena kulihat sorot
matamu yang aneh. Sorot mata seseorang yang mulai melatih
tenaga dalam ... !"
Kun Houw terkejut. "Jadi kau tahu, ayah?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh heh, kenapa tidak, anak bodoh" Aku cukup
pengalaman tentang ini ... aku dapat membedakan sorot mata
seseorang yang berisi atau kosong ... !" lalu batuk-batuk
dengan susah payah kakek ini menuding, "Kun Houw, ambil
pedang itu. Berlatihlah kembali khusus permainan inti yang
tujuh jurus itu. Aku hendak memberi pelengkapnya!"
Kun Houw heran. "Pelengkap apa, ayah?"
Tapi kakek itu batuk-batuk, tak sanggup bicara. Dan baru
setelah Kun Houw menotoknya kembali dapatlah kakek ini
bicara, "Houw-ji, ilmu silatmu yang tujuh jurus itu masih
kurang sempurna. Bagian terakhir kedudukan kakimu salah
..!" "Ah, begitu ayah" Bukankah kau sendiri yang mengajarkannya?"
"Heh-heh, itu memang betul, Houw-ji. Tapi kalau dipakai
menghadapi Pendekar Kepala Batu atau Pendekar Gurun
Neraka pasti kau roboh. Mereka orang-orang lihai, tujuh jurus
ini sengaja kucipta untuk mengalahkan mereka .. ugh-ugh ...
!" Kun Houw terkejut. "Pendekar Kepala Batu, ayah?"
"Ya, pendekar yang menjadi gak-hu (mertua laki-laki)
Pendekar Gurun Neraka itu, Houw-ji. Aku dulu pernah
dirobohkan olehnya. Dia hebat, tapi angkuh dan luar biasa
keras kepalanya ... !"
Kun Seng batuk-batuk lagi. Dia muntahkan darah segar,
dan Kun Houw yang cemas oleh keadaan ayahnya ini sudah
berbisik khawatir, "Ayah, jangan mengeluarkan kata-kata lagi.
Kau semakin lemah dan harus beristirahat ... !"
Kun Seng tiba-tiba berontak, menggelengkan kepalanya
kuat-kuat. "Tidak ... tidak, Houw-ji. Aku justeru ingin
memberimu petunjuk tentang jurus ke tujuh ... !" dan
membalikkan tubuh dengan susah payah pendekar ini berseru,
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Houw-ji, ulang kembali perma inan pedangmu. Lakukan jurus
Sin liong-hoan-kin (Naga Sakti Memindah Tenaga) itu ...
cepat!" Kun Houw ragu-ragu. Dia memandang khawatir ayahnya
ini, tapi Kun Seng yang mendelik padanya membentak,
"Houw-ji, kau ingin aku tak mati meram" Kau tak cepat-cepat
memenuhi permintaanku?"
Pemuda ini menarik napas. Dia berat memenuhi
permintaan itu, tapi belum dia mencabut pedang mendadak
ayahnya mengeluh. Pendekar itu berkelojotan, mendelik dan
menuding-nuding pedang. Dan Kun Houw yang bingung oleh
isyarat tak jelas itu seketika kelabakan. "Apa yang kau minta,
ayah" Apa yang kau kehendaki?"
Kun Seng berkata, hampir tak terdengar suaranya, " ... am
... ambil pedang itu, Houw ji ... mainkan cepat tujuh jurus inti
yang kumaksud itu ... cepat, aku ingin mati dengan iringan
suara pedangmu ... !" dan Kun Houw yang tak dapatlagi
menolak untuk permintaan terakhir ini tiba-tiba melompat.
Pedang Naga yang menancap di langit langit ruangan segera
dicabut, lalu begitu membentak dan mengeraskan hati
sekonyoug konyong pedangnya sudah dimainkan dengan
hebat dan luar biasa sekali.
Kun Seng mengeluarkan kata-kata tak jelas. Orang tua ini
rupanya memuji, mengangguk dan tertawa dengan mulut
ditarik menyeringai. Rupanya menahan sakit dan nyeri yang
amat sangat di dalam dadanya. Maklum, paru parunya sudah
rusak dan parah sekali, tak dapat lagi mengambil dan
mengeluarkan napas dengan sempurna. Dan Kun Houw yang
mainkan pedang dengan ilmu silatnya Bu tiong-kiam-sut itu di
dalam gulungan cahaya pedang tak diketahui seorangpun
bahwa diam-diam telah menangis mencucurkan air matanya
dengan deras sekali!
Kun Houw merasa hancur perasaannya. Hampir mengeluh
dengan bibir dikatup kuat-kuat. Maka untuk pelepas semua
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaannya yang tidak karuan ini tiba-tiba pemuda itu
melengking. Lengkingnya sebetulnya merupakan jerit yang
mirip pekik orang yang penuh kecewa oleh keadaan yang tak
dapat diatasinya, keadaan dari ayah angkatnya tak tertolong
lagi. Dan maklum ayahnya itu sudah diujung maut dan hanya
merasa gembira dengan "iringan" suara pedangnya maka
pemuda ini memusatkan seluruh
perhatiannya pada
permainan pedang, menghanyutkan diri dan berkonsentrasi
penuh pada gerakan pedangnya yang mulai melengking bagai
suara suling ditiup. Dan begitu pedang mengeluarkan lengking
tinggi yang halus namun tajam tiba-tiba pemuda ini lenyap
dalam gulungan sinar pedangnya.
Kun Seng mengeluarkan keluhan tak jelas. Orang tua itu
berkejap-kejap gembira, tampaknya bangga dan puas melihat
permainan pedang muridnya. Tapi ketika jurus ke tujuh
hampir selesai dima inkan mendadak kakek ini melontarkan
darah segar begitu batuknya menyerang lagi. Untuk yang
terakhir kali kakek ini mencoba bertahan, tapi maklum maut
sudah membayang di pelupuk matanya tiba-tiba kakek itu
mendesis. Darah yang dilontarkan dari mulutnya tiba-tiba
digores, membentuk huruf atau pesan kepada muridnya. Lalu
begitu menyeringai dan berkelojotan dua kali mendadak kakek
ini terkulai dan tewas dengan mulut tertawa!
Kun Houw kini sudah menyelesaikan perma inannya. Dia
menghentikan gerakan pedang, mengusap peluh dan air mata
yang bercucuran membasahi pipinya, membuat pandangannya
buram selama bersilat. Tapi begitu menoleh dan melihat
ayahnya tak bergerak lagi dengan tubuh membujur kaku tibatiba pemuda ini mengeluh.
"Ayah ... !"
Kun Houw sudah menubruk mayat ayahnya itu. Dia
tersedu-sedu memeluk tubuh tua yang penuh derita ini, lalu
mengguguk dan tak dapat menahan dukanya. Kun Houw
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah membenamkan mukanya di dada jago pedang itu.
Terisak dan menangis bagai anak kecil.
Tapi Kun Houw menggigit bibir. Dia menghentikan
tangisnya, maklum bahwa semuanya itu memang bakal
terjadi. Dan sadar bahwa ayahnya telah meninggal dengan
tenang diapun mengusap air mata dan menekan kedukaannya. Bagaimanapun ayahnya itu telah lepas dari
segala penderitaan. Tak diganggu lagi oleh suara batuk yang
gencar memilukan rasa. Dan Kun Houw yang bangkit melepas
jenasah ayahnya lalu mengubur kakek ini di ruangan itu. Dia
bersamadhi semalam suntuk, duduk bersila di samping makam
ayahnya itu. Tapi ketika hendak meninggalkan terowongan


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada keesokan harinya mendadak Kun Houw tertegun. Dia
melihat pesan ayahnya itu, pesan yang ditulis di atas lantai
dengan darah yang sudah mengering.
Dan Kun Houw yang mengerutkan alis melihat pesan ini
segera membaca :
"Houw ji, maaf aku tak dapat memberimu petunjuk.
Rahasia dari gerakan kaki untuk jurus Sin-liong-hoan-kin itu
ada di Medali Naga. Kau carilah. Ada di tanganmu, bukan?"
Kun Houw mendelong. Dia sungguh terkejut oleh pesan
ayahnya itu. Pesan yang menyebut-nyebut Medali Naga. Dan
Kun Houw yang bengong dan nanar membaca pesan ini tibatiba tertegun. Betapa tidak, Medali Naga yang di sangka
ayahnya ada di tangannya itu telah dirampas si Mayat Hidup.
Sembilan tahun yang lalu! Maka Kun Houw yang menjublak
oleh pesan ini seketika mengepalkan tinju.
Tapi Kun Houw berlutut di makam ayahnya itu. Dan
berjanji serta bersumpah untuk memenuhi permintaan
gurunya itu pemuda ini bangkit berdiri dengan satu tekad.
Mencari musuh-musuh gurunya dan juga musuh pribadinya :
Pendekar Gurun Neraka! Maka Kun Houw yang keluar dari
terowongan bawah tanah segera meninggalkan tempat itu
setelah bersoja tiga kalidi depao makam ayahnya.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-rhg-oO)
Pagi itu Pendekar
Kepala Batu duduk di
taman. Dia menyaksikan dua anak
laki-laki berlatih silat.
memandang mereka dengan muka berseri
dan mata bersinar- sinar. Dua orang cucu
dari puteranya pertama. Ceng Han.
Dan ketua Beng-san
yang masih gagah dengan kepalanya yang
gundul mengkilap itu
kelihatan gembira sekali. "Han Ki, gerakan tanganmu jangan terlalu kaku. Putarlah
pinggang dan buang lenganmu yang kiri itu ke samping!"
pendekar ini berseru, memberi petunjuk pada anak laki-laki di
sebelah kanannya yang bermuka putih, Han Ki atau Souw Han
Ki putera pertama dari Ceng Han dengan Cui Ang, puteri si
Belut Emas Cui Lok itu. Dan berseru pula pada anak laki-laki
ke dua yang ada di sebelah kirinya pendekar itu mengangkat
tangannya. "Dan kau jangan menggeser kakimu, Han Bu. Tapi
angkat tumit dan meloncat ... !"
Han Ki dan Han Bu mengangguk. Mereka dua orang kakak
beradik yang sama-sama tampan, mirip ayah mereka yang
tenang dan sedikit pendiam, kecuali Han Bu yang banyak
bicara seperti ibunya. Dan Han Bu yang bertelinga lebar
dengan mata yang bulat hitam sudah mengangkat tumitnya
untuk meloncat seperti yang dikata kakeknya, tidakmenggeser
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaki lagi dan mainkan ilmu s ilat yanng diajarkan kakek mereka
itu dengan muka bersungguh-sungguh dan serius. Tapi ketika
mereka sedang asyik berlatih silat di bawah bimbingan ketua
Beng-san-pai itu mendadak dua bayangan muncul, berkelebat
melompati pagar tembok dan me layang turun mengejutkan
dua orang anak ini.
"Ayah ... !"
"Bibi ... !"
Ternyata mereka adalah Ceng Han dan Ceng Bi, kakak
beradik yang monjadi putera ketua Beng-san-pai itu. Dan Han
Ki serta Han Bu yang sudah berteriak girang menyebut ayah
dan bibi mereka ini segera menubruk dan memeluk manja.
"Bibi, mana adik Sin Hong dan Bi Lan?"
"Ayah, mana oleh-oleh untuk ibu?"
Ceng Han tersenyum. Han Bu yang menegur oleh-oleh
untuk ibunya disambut tepukan di pundak, sementara Han Ki
yang menanyakan Sin Hong dan Bi Lan disambut muka
muram oleh bibinya ini. "Bi Lan ada di rumah, Ki-ji. Tapi Sin
Hong lenyap dibawa orang ... !"
Han Ki dan Han Bu terkejut. Mereka mau bertanya, tapi
Ceng Han yang mengangkat lengannya memberi kedipan. "Kiji, Bu-ji, kalian masuklah. Panggil ibumu ke mari."
Dua orang anak ini mengangguk. Merekamaklum ada
sesuatu yang tidak beres, pembicaraan orang-orang tua yang
tidak boleh didengar mereka. Maka Han Ki dan Han Bu yang
melompat ke dalam segera memanggil ibu mereka.
Dan Ceng Bi sudah menghadapi ayahnya. "Ayah, aku
membawa berita penting ... !"
Ciok-thouw Taihiap bangkit berdiri. Dia terbelalak
memandang puterinya ini, puteri satu-satunya yang amat
disayang, bahkan jauh lebih disayang lagi sete lah http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahannya dulu "membunuh" Ceng Bi (baca : Pendekar
Kepala Batu ). Dan ketua Beng-san yang berdebar melihat
mulut puterinya yang cemberut tidak senang itu tiba-tiba
mengebutkan baju dan melangkah lebar.
"Bi-ji, berita apa yang kaubawa?"
Ceng Bi tak segera menjawab. Dia memandang ayahnya
itu, tajam dan lekat hingga ketua Beng-san ini sampai gugup
dibuatnya. Khawatir salah tingkah menghadapi puterinya yang
kalau marah benar-benar bisa membuat dia kelabakan itu!
Dan Ceng Bi yang akhirnya membanting kaki tiba-tiba
menegur, "Ayah, apa yang telah kaulakukan terhadap Sin
Hong" Tahukah kau bahwa anak itu lenyap dibawa orang?"
Pendekar ini terkejut. "Aku sudah mendengar tadi, Bi-ji.
Tapi benarkah anak itu lenyap" Siapa yang membawa?"
"Hm, yang membawa adalah si Naga Bongkok, ayah. Tapi
yang menjadi gara-gara dari semuanya ini adalah kau!"
Ciok-thouw T aihiap tersentak. "Naga Bongkok" Pertapa dari
Hima laya itu?"
"Ya, dan kau yang menjadi biang keladinya, ayah. Kau
membuat keributan di antara anak-anak kami!"
"Eh, tuduhan apa ini, Bi-ji" Keributan apa yang kulakukan?"
Tapi Ceng Han tiba-tiba menarik napas, menggamit lengan
adiknya menyuruh sedikit bersabar. Lalu memandang ayahnya
dengan kening berkerut putera Pendekar Kepala Batu ini
bicara, "Ayah, ada dua hal yang hendak kami sampaikan
kepadamu. Pertama tentang dibawanya Sin Hong dan ke dua
adalah berita kematian Ta Bhok Hwesio lo-suhu!"
Ciok-thouw Taihiap terbelalak kaget. "Kematian Ta Bhok
Hwesio, Han-ji" Apa yang terjadi?"
"Dia dibunuh orang, ayah. Tewas di tangan iblis yang
berjuluk So-beng (Iblis Penagih Jiwa)!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat ... !" Ciok-thouw Taihiap tiba-tiba menggeram.
"Siapa iblis itu, Han-ji" Kenapa aku belum pernah mendengar
namanya?" Ceng Han menghela napas. "Kami juga tidak tahu, ayah.
Tapi kabar burung menyatakan iblis itu lihai sekali dan ada
hubungan dengan kerajaan Wu!"
"Hm...!" Ciok-thouw Taihiap mengepal tinju, berkilat
matanya. "Kalau begitu kita cari di kerajaan itu, Han-ji. Ingin
kugempur dan kupecahkan kepalanya yang busuk itu!"
Tapi Ceng Han mengangkat tangan. "Tidak, jangan
terburu-buru, ayah. Yap-twako telah merencanakan sesuatu
untuk menghadapi urusan ini. So-beng bukan seorang diri. Dia
dilindungi dan bersembunyi di balik kekuatan besar pasukan
kerajaan Wu!"
Ciok-thouw Taihiap tiba-tiba membentak, "Aku tidak takut,
Han-ji. Aku tidak takut biar dia bersembunyi dan dilindungi
pasukan siluman sekalipun!"
"Ya, aku tahu keberanianmu, ayah. Tapi Yap-twako telah
melarang kita untuk bekerja sendiri-sendiri. Iblis itu
tampaknya berbahaya, juga cerdik. Karena itu tak boleh kau
melabrak seorang diri di kerajaan Wu!"
Ciok-thouw Taihiap me lotot. "Mantuku itu berani me larang
orang tua" Pendekar Gurun Neraka hendak menggurui aku
yang bebas bertindak apapun?"
Ceng Han tersenyum kecut. "Tidak, bukan begitu, ayah.
Kau jangan salah paham untuk urusan ini. Yap-twako sama
sekali tidak menggurui kita namun memesan dengan sangat
supaya kita tidak melakukan suatu Kecerobohan yang
mungkin membawa akibat buruk bagi orang banyak!"
"Hm, apa maksudmu?"
"Begini, ayah," Ceng Han terpaksa menjelaskan. "Seperti
yang tadi telah kukatakan padamu bahwa hubungan So-beng
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kerajaan Wu ini barulah merupakan kabar burung
orang lain. Kita tidak tahu benarkah berita itu atau tidak.
Kalau tidak, dan kau telah menyerbu istana bukankah
Pangeran Kou Cien bakal kena getahnya" Ingat, kerajaan
Yueh masih di bawah kekuasaan kerajaan Wu, ayah. Dan
kalau kau menyerbu dengan begitu saja padahal So-beng tak
ada hubungannya dengan kerajaan Wu tentu Yueh bakal
digempur mengingat kau adalah simpatisan kerajaan Yueh.
Dan sekali Yueh diserbu dalam keadaan yang masih lemah
begini tentu Wu tidak akan memberi ampun dan membasmi
habis-habisan dengan tuduhan kau disuruh membuat onar
oleh Yueh! Nah, bukankah ini gawat, ayah" Urusan
perorangan bisa berobah menjadi urusan negara yang
berakibat membawa malapetaka pula bagi rakyat Yueh yang
tidak tahu apa-apa!"
Ciok-thouw Taihiap tertegun. Dia dapat menerima
penjelasan ini, dan sadar bahwa dia dilanda emosi akhirnya
ketua Beng-san ini manggut-manggut dan berdehem. "Baik,
kau benar, Han ji. Lalu apa rencana Pendekar Gurun Neraka
itu" Apa yang hendak dikerjakan mantuku itu" Kenapa dia
tidak kemari?"
Ceng Han melirik adiknya. "Aku tidak tahu, ayah. Karena
Bi-moi buru-buru mengajakku ke mari!"
Ciok-thouw Taihiap memandang puterinya, tersenyum
kecut. "Bi ji, apa yang hendak kau omongkan kepadaku"
Kenapa tampaknya mau marah?"
Ceng Bi membanting kaki. "Karena kau orang tua yang
tidak betul, ayah. Kau membuat malu padaku atas sikapmu
kepada Sin Hong!"
"Eh, ada apa dengan sikapku" Ada apa dengan anak itu?"
Ciok-thouw T aihiap terkejut.
Dan Ceng Bi yang gemas memandang ayahnya ini tiba-tiba
bertanya, "Ayah, benarkah beberapa waktu yang lalu Kau
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurunkan sebuah ilmu silat baru pada Bi Lan" Benarkah
kau memesan agar supaya anak itu merahasiakan persoalan
ini?" Ciok-thouw Taihiap kaget. Dia tampak terkejut oleh
pertanyaan puterinya itu, mukanya berobah. Tapi ketua Beng
san yang batuk-batuk ini tiba-tiba menyeringai. "Itu ... itu
persoalan pribadiku, Bi ji. Untuk apa kau tanya ini?"
"Hm, urusan ini bukan urusan pribadi lagi, ayah. Tapi
urusan keluarga yang tidak perlu disembunyikan lagi!
Benarkah Bi Lan kau larang untuk memberitahukan pada
orang lain" Benarkah kau memberinya sebuah ilmu baru pada
cucumu itu?"
Ciok-thouw Taihiap tak segera menjawab, terbelalak
memandang puterinya itu. Dan Ceng Bi yang sengit oleh
perbuatan ayahnya tiba-tiba membanting kaki. "Ayah, kau
selamanya mengajarkan kepada kami untuk bersikap gagah.
Kenapa untuk pertanyaan ini kau tak bisa menjawab"
Salahkah pertanyaan itu?"
Ketua Beng-san ini akhirnya batuk-batuk, batuk buatan.
Tapi menganggukkan kepala dengan sikap kecut dia
menjawab, "Ya, aku telah melakukan semuanya itu, Bi-ji. Tapi
salahkah aku terhadap anakmu" Bukankah Bi Lan cucuku
sendiri?" Dan di sinilah Ceng Bi melotot, "Benar, Bi Lan memang
cucumu, ayah. Tapi sikap berat sebelahmu yang tidak adil
terhadap Sin Hong membuat aku malu pada anak itu dan
ibunya!" Lalu memberondong dengan mata berapi-api nyonya muda
ini me lanjutkan, "Dan perbuatanmu itu diketahui si Naga
Bongkok, ayah. Sin Hong dibakar kakek ini untuk memusuhi
adiknya sendiri Bi Lan diserang, lalu mengetahui adiknya itu
benar-benar mendapatkan warisan ilmu darimu Sin Hong
akhirnya tak mau tinggal di rumah dan mengikuti kakek itu
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesuai siasat si Naga Bongkok! Kini enci Hong menangis
sepanjang malam. Di samping kematian gurunya yang tidak
terduga juga karena ditinggal pergi anak kesayangannya. Nah,
apa yang hendak kaukatakan, ayah" Masihkah perbuatanmu
ini tidak boleh dibilang terlalu dan membuat aku tak enak
pada enci Hong" Masihkah ada muka bagiku kalau kau tidak
minta maaf pada ibu dan anak?"
Ciok-thouw Taihiap tertegun. Dia terpaku mendengar
semuanya ini, tapi mengibaskan lengan ketua Beng-san ini tak
mau kalah, dasar keras kepala!


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bi-ji, kukira itu bukan salahku mutlak. Aku memberi pada
cucuku sendiri kenapa dilabrak dengan cara begini" Bukankah
Sin Hong bukan darah keturunanku" Dia sebenarnya bukan
apa-apa bagiku, Bi-ji. Di tubuh Sin Hong tak ada aliran darah
dari keluarga Ciok-thouw T aihiap!"
Ceng Bi melotot. "Tapi Sin Hong putera Yap-koko, ayah.
Dan Sin Hong kuanggap sebagai anak kandungku sendiri!"
"Ah, anggapan boleh tinggal anggapan, Bi-ji. Tapi yang
jelas Sin Hong bukan cucuku asli!"
Ceng Bi menjerit, "Ayah, kau tidak betul. Pikiranmu kacau
dan tidak sehat! Kau memecah belah keluargaku kalau caramu
begitu ...!"
"Eh, apanya yang tidak sehat" Bukankah omonganku betul"
Sin Hong bukan kau yang melahirkan, Bi-ji. Dan ini kenyataan
yang tidak dapat kaubantah!" Ciok-thouw Taihiap akhirnya
membentak, bangkit kemarahannya dan meradang oleh sikap
puterinya. Dan Ceng Han yang melihat suasana mulai
meruncing tiba-tiba melangkah maju.
"Ayah, apa yang kaukatakan memang tidak salah. Tapi apa
yang diutarakan Bi-moi juga betul. Bagaimana kalau kita
bicarakan persoalan ini dengan pikiran jernih?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciok-thouw Taihiap mulai uring-uringan. "Aku tidak mau
dituduh berat sebelah, Han-ji. Karena aku merasa benar
dengan apa yang kulakukan!"
"Baik, tapi sikapmu membuat aku tertampar, ayah. Karena
bagaimanapun juga aku dan enci Hong sudah bukan seperti
orang lain!"
Ceng Bi melengking, memprotes ayahnya yang melotot
padanya itu. Dan Ceng Han yang melihat dua-duanya naik
darah tiba-tiba merangkul adiknya ini, menghadapi ayah
mereka dengan sikap tegas.
"Ayah, aku tak mau persoalan ini diperdebatkan dengan
cara keras. Aku mohon kalian berdua sama-sama menahan
diri!" lalu melihat ayah dan adiknya memandang kepadanya
pemuda inipun menarik napas, bertanya pada ayahnya itu,
"Ayah, siapakah yang sebetulnya lebih kau sayang, Bi Lan
ataukah Bi-moi?"
Ciok-thouw Taihiap tertegun. "Kenapa kau-tanyakan ini,
Han-ji?" dia balik bertanya.
Dan Ceng Han yang melihat ayahnya terbelalak tak
mengerti segera mengangkat tangannya, memberi jawaban.
"Begini, ayah. Sebelum aku menjawab pertanyaanmu itu
sebaiknya kaujawab dulu pertanyaanku. Siapakah yang lebih
ayah cintai, Bi-moi ataukah Bi Lan!"
Ciok-thouw Taihiap merengut. "Tentu saja kedua-duanya
sama kucinta, Ceng Han. Aku tak mau mencintai yang lain
lebih dari yang satunya. Mereka sama-sama darah
keturunanku!"
"Kalau begitu ayah tidak mencinta Bi Lan lebih dari
ibunya?" "Tentu saja. Bukankah mereka anak dan cucuku sendiri?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, kalau begitu kau harus bersikap adil, ayah. Yakni bila
kau memperhatikan Bi Lan maka tak seharusnya pula kau
mengenyampingkan Bi-moi. Tapi yang kaulakukan justeru
berlawanan dengan apa yang kaukatatan, ayah. Kau tidak
konsekwen dengan apa yang kauomongkan tadi!"
"Eh, omongan apa?" Ciok-thouw Taihiap mendelik. "Aku
tidak mengganggu atau menyusahkan adikmu itu. Ceng Han.
Adikmu itu tak kuperlakukan dengan cara yang tidak adil!
Konsekwen apa yang kau maksud?"
Ceng Han mengeraskan dagu. "Begini, ayah. Kalau benar
kau mencintai B i-moi sama seperti kau mencintai Bi Lan maka
ayah haras bertindak adil. Kau tak boleh memperhatikan
perasaan satunya dengan mengenyampingkan perasaan yang
lain. Karena, kalau ayah bilang Bi-moi tak merasa terganggu
akibat perbuatanmu itu tapi apa buktinya yang dialam i Bi-moi
sekarang" Bi-moi merasa kaususahkan, ayah. Dan justeru
karena itu ia datang ke mari untuk mengajukan protes!"
"Tapi aku me latih cucuku sendiri, Ceng Han. Aku melatih
darah dagingku sendiri karena Sin Hong bukan darah
keturunanku!"
"Baik. Tapi tahukah ayah siapa ibu Sin Hong itu" Tahukah
ayah bahwa Pek Hong bagi adikku Ceng Bi ini tiada ubahnya
dengan encinya sendiri" Tahukah ayah bahwa hubungan
mereka jauh lebih akrab daripada kakak beradik" Kau harus
berani melihat kenyataan ini, ayah. Kau harus mengakuinya
secara jantan! Pek Hong bagi Bi-moi sudah bukan orang lain.
Dan justeru pernikahan wanita itu kau yang melamarnya!"
Ciok-thouw Taihiap tertegun. "Tapi yang meminta itu
adalah adikmu sendiri, Ceng Han, Ceng Bi memaksaku untuk
melamar murid Ta Bhok hwesio itu pada gurunya, bukan aku
dari hati keinginan pribadi!"
"Itulah!" Ceng Han menukas. "Justeru itulah yang membuat
kita harus mengakui kenyataan ini, ayah. Bahwa Ceng Bi
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menganggap murid Ta Bhok Hwesio itu lebih dari sekedar
jiwanya. Bi-moi sanggup berkorban untuk wanita yang
menjadi ibu Sin Hong ini!"
Ciok-thouw Taihiap terhenyak. Dia terbelalak memandang
puteranya itu, melotot karena tiba-tiba dia merasa "dimusuhi"
dua orang anaknya sekaligus. Tapi melihat Ceng Han
mengemukakan hal yang tidak dapat dibantah tiba-tiba dia
menjadi bingung dan marah pada dirinya sendiri. Teringat
peristiwa sepuluh tahun yang lalu di mana diam-diam dia
merasa penasaran karena kalah oleh menantunya itu.
Pendekar Gurun Neraka yang memang hebat luar biasa! Dan
begitu ingatan ini membayang kembali di pelupuk matanya
tiba-tiba ketua Beng-san-pai ini menjadi sengit.
Sebenarnya, masalah yang terjadi itu adalah berpangkal
pada penasaran jago tua ini. Betapa Ciok-thouw T aihiap "sakit
hati" pada menantunya itu. Kekalahan yang dideritanya pada
sepuluh tahun yang lalu ketika mereka mengadu kepandaian
di bawah gunung, yakni ketika saat itu pertandingan ini
disaksikan beberapa orang tokoh yang merupakan sahabatsahabat mereka juga, Thian Kong Cinjin dan Bu W i Hosiang
serta Ta Bhok Hwesio. Dan meskipun dalam pertandingan itu
dia tak sampai roboh secara menyolok namun tenaga Luikong-yang-sin-kang yang dimiliki Pendekar Gurun Neraka
ternyata sempat membuat "penilaian".
Karena, seperti diketahui waktu itu pendekar tua ini harus
mengakui keunggulan lawan, terdesak dan kalah seusap. Tapi
Ciok-thouw Taihiap yang keras kepala dan tak mau sudah ini
tetap ngotot dan bersikeras memaksa lawan untuk tidak
menghentikan pertandingan, ingin sama-sama roboh atau
sampyuh. Karena, kalau ia lewas dalam adu kepandaian itu
tentu Pendekar Gurun Nerakapun setidak-tidaknya luka berat.
Jadi, tak perlu menanggung malu pada lawannya itu karena
lebih baik binasa sekaligus sebagai orang "gagah" daripada
hidup tapi selalu penasaran pada lawannya itu, meskipun
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Gurun Neraka kini adalah menantuuya sendiri! Dan
Ciok-thouw Taihiap yang tak dapat menghilangkan kesan
kekalahannya itu ternyata diam-diam masih memendam
semacam "sakit hati" pada menantunya itu, dengan akibat
melatih Bi Lan yang masih cucu dalamnya itu tapi tidak
melatih Sin Hong karena dianggap orang "luar".
Demikianlah, berpangkal pada hal inilah sebetulnya
peristiwa itu terjadi. Rasa tak mau kalah dari Pendekar Kepala
Batu yang memang keras kepala dan keras hati. Dan karena
Pendekar Gurun Neraka sudah menjadi menantunya sendiri
maka tentu saja ketua Beng-san-pai itu tak dapat
"menantang" untuk menebus kekalahannya yang lalu.
Akibatnya jago tua ini mencari jalan keluarnya sendiri. Dan
karena Bi Lan adalah cucunya sendiri yang "orisinil" masa
lewat jalan itulah dia menyalurkan rasa penasarannya yang
sekian tahun sudah dipendam tanpa mendapat pelampiasan.
Dengan maksud, kelakkalau Bi Lan sudah mahir benar
mainkan Soan-hoan ciang yang diciptakannya itu dia akan
"mengadu" Bi Lan dengan Sin Hong, anak laki-laki yang
melulu mendapat latihan dari Pendekar Gurun Neraka itu. Dus,
ilmu silatnya yang diwariskan pada Bi Lan dapat diadu kelak
dengan ilmu silat Sin Hong yang warisan ayahnya itu,
Pendekar Gurun Neraka yang diam-diam membuat dia gemas
dan penasaran itu!
Tapi tak disangka, baru setahun dia me lakukan perbuatan
itu ternyata hari ini puterinya datang, marah-marah dan
melabrak dirinya. Dan bahwa Sin Hong tiba-tiba dibawa si
Naga Bongkok yang berasal jauh dari Pegunungan Hima laya
itu mendadak pendekar ini geram. Seketika kemarahannya
ditumplak pada kakek bongkok itu. Orang yang usil dan
membuat dia "dimarahi" puterinya sendiri. Dan Ciok-thouw
Tai-hiap yang bersinar matanya dengan penuh Kemarahan
mendadak membanting kaki dan melompat pergi.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Naga Bongkok, kau yang menjadi gara-gara semuanya
ini!" pendekar itu menggereng, meninju telapaknya sendiri
dan meninggalkan Ceng Bi serta Ceng Han dengan muka
merah. Tapi Ceng Bi yang masih sengit pada ayahnya ini tibatiba menyusul dan berseru.
"Ayah, kauharus menyelesaikan dulu urusan ini ..!" dan
Ceng Bi yang sudah menghadang di depan ayahnya seketika
mengangkat tangan menahan ayahnya itu.
Pendekar Kepala Batu terkejut. "Urusan apa lagi yang harus
kuselesaikan" Bukankah aku sudah kalah?"
Pendekar Wanita Penyebar Bunga 12 Jago Kelana Karya Tjan I D Kisah Sepasang Rajawali 7

Cari Blog Ini