Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear Bagian 1
Pendekar Asmara Tangan Iblis
Karya : Lovely Dear
EPISODE 1: PUSAKA PARA DEWA (Kiu-Sian I-Sin-Kang)
DHUAAAAAAAARRRRRRRR ...!!!
Bunyi ledakan yang maha dahsyat terdengar memekakkan telinga disalah
satu lembah yang penuh dengan hawa halimun tipis di lembah pengunungan
yang terletak diantara puncak-puncak Thai San yang menjulang tinggi.
Tubuh seorang pemuda berusia enam belas tahunan tampak sedang
melayang turun dengan perlahan di atas rerumputan basah setinggi
setengah jengkal. Anehnya, walaupun rerumputan tersebut diinjak oleh kaki anak itu tapi kalau diperhatikan lebih teliti, ternyata rumput tersebut tidak bengkok ataupun bergoyang, atau lebih tepatnya, anak itu sedang berdiri di ujung rumput dengan ringan sekali.
Pemuda itu bertelanjang dada, dan nampak gagah. Yang mengherankan
adalah tubuh anak itu diselimuti cahaya tipis keemasan yang kemudian,
menghilang dengan perlahan.
Hohoho ...! Sian Kongcu, hebat ...! Hebat! Akhirnya kau dapat menguasai
pukulan Kiu Sian I Sinkang dengan sempurna! Hahaha ... ! Hebat ...!
Hebat ...! Si kakek setengah bongkok itu tertawa mendekati pemuda yang dipanggil
Sian Kongcu (Tuan Muda Sian) itu sambil bertepuk tangan.
Anehnya, pemuda tersebut justru kelihatan tidak gembira, matanya
menyorot tajam bagai pedang sambil menatap tebing dihadapannya yang
berlubang sebesar kerbau, sedalam tujuh inci dihadapannya, namun di balik sorotan tajam itu ada sinar ketidak puasan yang dalam.
Sampai lama akhirnya sinar mata yang tajam itu perlahan mulai lembut dan
mulutnya mengguman perlahan, Hemmnnn, belum sempurna ...! Sama
sekali belum sempurna ...!
Eh, Kongcu, apa maksudmu belum sempurna" Tidakkah kau lihat tebing
batu cadas itu berlubang sebesar kerbau" Sangat jarang ada pemuda enam
belas tahunan bisa melatih tenaga dalam sampai ke tingkat itu, bahkan
tokoh-tokoh tingkat satu di Kang Ouw belum tentu dapat menyamaimu"
Kakek bongkok itu terdiam sejenak kemudian melanjutkan dengan
bersemangat, Apa" Tidak percuma Kongkong-mu mengoperkan tenaganya
padamu sebelum beliau mati!
Akhh ...! Paman Hou, Kongkong memang telah banyak berkorban dengan
mengoperkan Sinkang-nya padaku, apalagi dengan adanya darah mujizat It
Kak Liong (Naga Tanduk Satu) dan tiga buah pil penambah tenaga
pemberian Yok Sian Sianjin seharusnya hasil yang aku capai lebih dari pada hanya membuat lubang besar ini"
Maksud Sian Kongcu, Kiu Sian I Sinkang bisa bisa berbuat lebih dari ini"
Paman Hou, paman tidak memahami ilmu ini, karena paman tidak pernah
belajar silat, tapi sebenarnya Kiu Sian I Sinkang mempunyai sembilan
tingkatan yang terbagi dalam tujuh unsur yang berdiri sendiri-sendiri tapi bisa saling menunjang, yaitu, Tanah, Angin, Besi, Air, Api, Awan, Petir, Getaran dan Kekosongan ! Tadi aku memang mengerahkan tingkat kesembilan, tapi
hanya sampai unsur Awan, kalau aku sudah mencapai tingkat Kekosongan
sesuai kehendak, maka barulah aku dapat merasa puas!
Setelah berkata demikian, pemuda itu tertunduk sambil termenung.
Sian Kongcu, memangnya apa kelebihannya kalau sudah sampai tingkat
kekosongan" Desak kakek bongkok itu sambil menunjukkan wajah
penasaran. Perlahan pemuda itu mengangkat kepalanya dan sambil tersenyum misteri
dia menjawab kalem, Tak terbayangkan paman! Tak terbayangkan ...!
Terus saja Sian Kongcu melangkah meninggalkan tempat itu menuju ke
sebuah guha yang besar agak tersembunyi di lereng lembah itu, beberapa
saat kemudian kakek itu pun berlalu dengan menggeleng-gelengkan kepala.
Ketika pemuda itu telah berada di dalam gua, segera dia menuju kearah peti besar di sudut sebelah kiri, setelah berlutut dan menyembah tiga kali, dia mendorong peti besar tersebut, sehingga nampaklah lorong panjang dengan
anak tangga yang menurun ke bawah.
Pemuda itu berjalan ke bawah, terus mengikuti alur jalan yang berkelokkelok hingga sampailah dia di tempat yang paling dalam dan jarang
udaranya. Ternyata itu adalah sebuah kuburan kuno yang terletak sangat jauh di dalam bumi.
Di dalam kuburan itu ada kerangka tiga orang yang sedang duduk bersila.
Dan di depan ketiga tengorak tersebut ada satu peti yang terbuka,
didalamnya ada tiga jilid kitab kuno yang sudah lusuh warnanya.
Pemuda itu merongoh kantong sakunya dan mengeluarkan sejilid kitab lain
yang terbuat dari bahan sama bertuliskan Kiu Sian I Sinkang (Tenaga Jubah Sakti Sembilan Dewa ), lalu berlutut dengan sebelah kaki sambil tangannya meletakkan kitab itu menjadi satu dengan kitab-kitab lainnya.
Samwi Suhu, Teecu Han Sian mengembalikan ketiga kitab ini untuk
disimpan kembali ... Ijinkan Teecu menguburkan Samwie Suhu dengan
layak. Setelah berkata demikian, Han sian mengangkat tangan kanannya dengan
lima jari terbuka dipukulkan ke Langit-Langit guha dengan perlahan, tapi
hasilnya sungguh diluar dugaan, guha itu bergetar keras dan ambruk.
Di lain saat tubuh Han sian melesat dengan langkah-langkah aneh namun
cepat sehingga hanya dalam dua kali kedipan mata, dia telah berada diluar, di pinggir lembah sambil membelakangi guha yang hancur dan menutupi
mulut guha. Siapakah sebenarnya Han Sian ini" Dia sendiri pun tidak mengetahui
dengan jelas akan keadaannya.
Sejak umur lima tahun Han Sian sudah ikut dengan seorang kakek tua renta
yang dia panggil dengan nama Bhok Kongkong.
Kakek itu sudah tua sekali, berusia 80 tahunan. Selama ini kakek itu sering bepergian, dan hanya muncul pada sore sampai menjelang pagi saja untuk
melatihnya ilmu silat.
Namun sayang hampir tiga tahun yang lalu kakek itu telah meninggal dunia
setelah selesai membantu mengalirkan Tenaga Inti Petir Murni pada Han
Sian selama tiga jam.
Hal ini membuat penyesalan yang amat dalam bagi anak muda ini, tapi
menurut Kongkong-nya itu adalah hal yang wajar karena ilmu Inti Petir Murni yang dia latih, memang harus melalui mengoperan tenaga Sinkang seperti
itu. Sesaat sebelum Kongkong-nya meninggal, Han Sian hanya diberi tahu
tentang sebuah goa penyimpanan pusaka yang tersimpan di dalam kuburan
kuno yang letaknya di dasar bumi.
Menurut Kongkong-nya, selama ini tidak ada orang yang mengetahui tempat
itu selain dia dan pembantunya, yaitu si kakek bongkok yang membesarkan
Han Sian, karena mereka berdua memang bertugas menjaga tempat itu
hanya saja dilarang untuk memasukinya.
Dari situlah Han Sian mendapatkan ketiga kitab peninggalan para tokoh
dewa yang telah hilang dari dunia persilatan selama 500 tahun lebih.
Tapi menurut petunjuk, Han Sian hanya boleh mempelajari isi kitab itu
selama dua tahun dan kemudian harus menguburkannya bersama dengan
kerangka-kerangka dalam kuburan kuno tersebut.
Keempat kitab pusaka yang ditemukan oleh Han Sian berisi tiga rahasia Ilmu silat tingkat tinggi dan dua Ilmu pusaka gaib yang sudah hilang dari dunia persilatan selama kurang lebih 500 tahun lalu.
***** Tebing Langit adalah suatu puncak yang menjulang ke atas diantara jajaran
Puncak Thai San. Puncak dari tebing ini sangat tinggi sehingga sangat sukar sekali untuk ditempuh, kecuali oleh orang yang memiliki tenaga sakti yang amat kuat saja.
Disanalah Han Sian berdiam selama ini bersama dengan seorang kakek
bongkok yang selalu menemaninya.
Hari telah lewat tengah hari dan mulai menjelang sore, keadaan di atas
puncak itu hampir tanpa udara sama sekali namun sudah biasa bagi Han
Sian dan kakek bongkok yang selalu menemaninya.
Segera setelah berpamitan dengan pengasuhnya itu, yang melepas
kepergiannya dengan berat hati, Han Sian mulai bersiap menuruni Tebing
Langit. Selama dua tahun terakhir ini Han Sian tidak pernah menuruni Tebing Langit tersebut. Setelah memandang sekilas ke bawah yang nampak hanya seperti
titik kecil saja, Han Sian mulai mengerahkan tenaga kearah kaki dengan
pengerahan ilmu Thian In Hui Cu (Terbang Menunggang Awan Langit), dan
perlahan-lahan tubuhnya terangkat ke atas dan kemudian meluncur ke
bawah dengan ringan.
Sekian lama tubuh Han Sian meluncur ke bawah dan ketika hampir
mencapai bumi, tangannya dipukulkan ke bawah dengan perlahan dan
muncul segulungan kabut berbentuk awan di bawah kakinya yang menahan
laju tubuhnya sampai mendarat perlahan di tanah.
Han Sian lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan dia terkagum
menyaksikan keindahan pemandangan yang nampak.
Namun mata Han Sian tertarik dengan suara riak air yang segar dari sungai kecil di sebelah kirinya. Dan dalam sekejap dia telah menceburkan dirinya tanpa melepaskan pakaian.
Hati Han Sian senang sekali, seperti burung yang baru lepas dari
sangkarnya. Sampai lama tubuhnya terendam dalam air dengan posisi
terlentang sambil tiduran.
Hebat, ternyata Han Sian memiliki kekuatan menahan napas yang luar biasa
sampai berjam-jam.
Sampai lama Han Sian tidur terlentang di dasar sungai sambil menikmati
keindahan isi sungai, tiba-tiba matanya terbeliak dengan sinar mata terkejut.
Ternyata mata Han Sian menangkap gerakan ikan besar yang sedang
berenang, namun bukan ikan, karena yang satu ini memiliki keunikan ganjil yang belum pernah Han Sian lihat sebelumnya.
Ikan besar itu mirip seperti dia, memiliki dua kaki dan dua tangan yang
bergerak-gerak indah meraup air sambil meluncur ke depan.
Saat Han Sian memperhatikan lebih seksama, hatinya berdebar keras.
Kedua kaki itu nampak indah dan padat, bergerak-gerak teratur memukul air disekelilingnya.
Yang lebih membuat Han Sian terbelalak ialah kedua tangan dan kaki itu
ternyata milik sebuah tubuh yang indah, polos tanpa pakaian sama sekali
sehingga setiap lekuk dari sela paha, pinggang yang ramping dan dada yang bulat serta padat itu terlihat nyata sekali.
Bagaikan tersihir, seluruh tubuh Han Sian tiba-tiba menegang dan
mengeluarkan hawa panas yang segera membuat air di sekitarnya serasa
mendidih. Hal mana tentunya menarik perhatian gadis yang sedang berenang tersebut.
Sekejap si gadis memasukkan kepalanya ke dalam air dan ini membuatnya
sangat terkejut sekali.
Han Sian melihat dengan mata terbelalak mulut gadis itu terbuka seperti
hendak mengatakan sesuatu. Dengan gerakan kilat tak lama kemudian
gadis itu sudah naik ke darat.
Dengan perlahan Han Sian membiarkan tubuhnya terangkat sampai mumbul
di permukaan. Dilihatnya gadis yang bertelanjang sudah mengenakan
kembali bajunya dengan agak sedikit awut-awutan. Sementara Han Sian
hanya memandang dengan kagum, gadis itu berdiri membelakanginya.
Tubuh Han Sian kemudian melayang mendekat. Baru saja dia hendak
menyapa, tiba-tiba dia mendengar suara berdesing pedang yang tajam
menyambar kearah kepalanya. Tentu saja dia terkejut, tapi dengan hanya
menggeser kakinya setengah langkah, pedang itu lewat di samping.
Eh ... eh ... nona tung !
Dasar, laki-laki ceriwis, hidung belang ! Rasakan pedangku !
Sambil terus memaki si gadis menyerang lebih ganas lagi. Kali ini ujung
pedangnya membuat tiga kali tusukan berantai dengan jurus Tiga Tikaman
Berantai, salah satu dari tujuh belas ilmu sakti warisan Kun Lun Pay.
Tapi dengan mudah kembali Han Sin menghindarinya.
Eh, nona, apakah salahku" Mengapa engkau begitu bernafsu mau
membunuhku"
Merasa dipermalukan, dan menyadari dirinya tidak dapat berbuat apa-apa
kepada pemuda yang ada didepannya itu, gadis itu tiba-tiba melemparkan
pedangnya ke tanah, kemudian dia menangis terisak sambil kedua tangan
menutup ke muka.
Huuuu ...! Huuu ...! Huuu ! Kau menghinaku dengan melihat tubuhku, tapi
masih juga mau mempermainkanku! Huuu ...! Huuu .. !
Demi mendengar hal itu dan melihat nona itu menangis, Han Sian kemudian
maju perlahan sambil tangannya bergerak ke kanan, kearah pedang gadis
tersebut, dan dalam sekejap pedang itu sudah melayang perlahan
ketangannya. Nona, maafkan kalau aku sudah bersalah kepadamu! Sungguh aku tidak
sengaja, sudah satu jam setengah aku tiduran di dasar sungai sambil
menikmati keindahan dasar sungai sampai !
Dengan sedikit ragu Han Sian lanjutkan, Sampai nona muncul ... dan
sekarang kalau nona mau menggunakan pedang ini, silahkan ...! Saya tidak
akan melawan atau menghindar!
Berkata demikian Han Sian mengacungkan pedang pendek itu kearah gadis
itu sabil terus memandang dengan penuh penyesalan.
Gadis itu perlahan menurunkan tangannya dan memandang kearah
pedangnya dengan terbelalak.
Sungguh indah mata dan wajah yang ayu itu dalam pemandangan Han Sian
sehingga dia tertegun sambil menatap kagum.
Kau, benarkah kau tidak akan melawan ..." Tanya gadis itu dengan
pandangan penuh selidik untuk memastikan sambil meraih pedangnya dan
mengangkat tinggi di atas kepala.
Ya nona, kalau kau suka, kau boleh berbuat apa saja ...! Aku tidak akan
melawan! Sambil berkata demikian, Han Sian balas menatap mata itu penuh kagum.
Cantik sekali, mungkin ini pertama kalinya Han Sian bertemu dengan gadis
secantik ini diusianya yang sudah enam belas tahun tersebut.
Tangan gadis itu yang memegang pedang yang terangkat tinggi tiba-tiba
lemas ke bawah. Dia sendiri tidak habis mengerti, dan walau dia coba untuk mengerti tetap juga tidak mengerti.
Pemuda didepannya ini menatapnya dengan tajam, namun lembut. Sudah
banyak kali dia melihat tatapan mata para pria hidung belang yang kurang
ajar, tapi tatapan ini pada hakekatnya lain dari yang lain. Tidak ada sinar kekurang ajaran, tatapan yang tajam namun penuh penyesalan itu
menampakkan kekaguman dan membawa kehangatan.
Eh bagaimana nona " Han Sian bertanya lembut.
Tak dapat disangkal muka Han Sian memerah, saat melihat tatapan gadis
itu yang menatapnya bengong.
Mengapa nona tidak melanjutkan serangan ..."
Seperti baru bangun dari sihir, gadis itu tersentak, sekejap mukanya
memerah. Yah, hakikatnya dia tak dapat berkata apa-apa. Seharusnya dia
marah, tapi entah mengapa, perasaan marah tadi telah sirna dan hilang
tanpa bekas. Ohh ..." Tidak ...! Tidak ...!
Berusaha menyembunyikan perasaan hatinya, si gadis melanjutkan,
Hmmm ...! Engkau telah mengakui, lagi pula itu memang bukan salahmu,
aku saja yang lagi sial!
Sekejap kemudian gadis itu telah membalikkan diri dengan kepala tertunduk.
Diam sambil menunggu, tanpa mengeluarkan suara, dan memang tidak ada
yang perlu Han Sian katakan lagi, tindakannya itu saja sudah lebih dari
cukup. Han Sian berdiri perlahan sambil tersenyum, kemudian bertanya perlahan,
Nona, terima kasih atas kebaikan hatimu, namaku Han Sian, aku baru saja
turun gunung dan masih kurang pengalaman. Bolehkah aku mengetahui
nama nona"
Gadis itu mengangkat kepala. Dalam hatinya sebenarnya berterima kasih
atas sikap pemuda itu yang memecahkan kekakuan diantara mereka.
Aku ... aku Cu In Lan, Pendek saja, namun diiringi senyuman yang manis.
Senyuman yang mengatasi semua kebekuan dan menjadikan suasana lebih
hangat serta menyenangkan.
PERKUMPULAN PEDANG TUNGGAL
Angin dingin semilir bertiup mewarnai suasana mencekam di lembah Kiam
Kok, salah satu lembah yang cukup terkenal karena menjadi sarang dari It
Kiam Pang (Perkumpulan Pedang Tunggal).
Perkumpulan ini didirikan salah satu anak perguruan dari Hoa San Pay yang murtad, seorang jagoan pedang yang ahli, berjuluk Hui Thian It Kiam Tang
Kai (Pedang Tunggal Terbang Ke Langit) yang sebenarnya adalah bekas
Sutee dari Ciangbun jin Hoa San Pay, Ceng Sim Tojin, tapi telah diusir
karena melakukan kejahatan dengan bersekutu dengan Im Yang Kauw,
yaitu salah satu dari empat partai sesat di dunia.
Dengan langkah ringan yang pasti, Han Sian memasuki mulut lembah
tersebut. Hanya kebetulan saja dia melewati tempat itu dalam
pengembaraannya.
Pakaian Han Sian tidak terlalu bagus namun rapi dan membayangkan
kegagahan seorang pemuda yang sedang bertumbuh. Mulutnya
menyungging senyum dengan lekuk dagu yang menggambarkan keteguhan
hati namun menawan.
Suasana mencekam di It Kiam Pang saat ini bukanlah suatu hal yang biasa.
Saat langkah Han Sian menuntunnya memasuki lembah ini, keningnya
berkerut. Betapa tidak" Walaupun dia mau berdiam diripun susah.
Darah berceceran dimana-mana. Nampak satu mayat laki-laki telanjang
bergelimpangan dihampir setiap jarak sepuluh langkah.
Han Sian tertarik. Langkah kakinya dipercepat memasuki lembah tersebut
sehingga dalam sekejap saja dia sudah berada di pintu gerbang It Kiam
Pang. Sambil meningkatkan kewaspadaannya, Han Sian mengembangkan
Ginkang-nya, dalam sekejap tubuhnya melesat masuk lebih dalam ke
lembah. Ternyata ditengah-tengah lembah tersebut nampak berdiri dengan
gagahnya sebuah perkampungan yang megah. Tiap bangunannya rata-rata
Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memiliki atap yang lancip ke atas mirip sebuat pedang terhunus. Mungkin
keunikan inilah yang menyebabkan tempat ini dinamakan Lembah Pedang,
seperti tulisan yang terpampang dengan gagah di pintu gerbang Intana itu.
Telinga Han Sian yang tajam mendengar suara tertawa yang halus di
sebelah dalam. Tidak nampak penjaga di gerbang, seolah-olah memang di
tempat itu, tidak peduli atau takut kalau-kalau ada orang tak dikenal
menyantroni tempat itu.
Dengan hati-hati Han Sian mengenjotkan sebelah kakinya, seketika itu juga tubuhnya melayang mengikuti arah angin dan lain saat tubuhnya hinggap di
atap salah satu bangunan yang tinggi tanpa bersuara. Sesaat matanya
tertarik dengan pandangan di dalam.
Suara yang Han Sian dengar tadi ternyata adalah suara seseorang yang
berpenampilan aneh. Tingginya hampir dua meter dengan wajah yang
kurang jelas karena tertutup rambut panjang yang dibiarkan terurai setengah menutupi muka.
Pakaian orang itu, yang entah pria atau wanita, berwarna putih. Tangannya panjang dengan kuku-kuku yang panjang juga.
Yang membuat han Sian mengerutkan keningnya tatkala melihat tangan kiri
pria tersebut mencengkeram tengkuk seorang gadis muda yang berpakaian
serba hijau, tapi nampak tak berdaya sama sekali.
Sementara dihadapan pria aneh tersebut, ada pria setengah baya dengan
tubuh luka-luka, setengah bertelut dengan tangan yang kanan memegang
pedang dan tangan kiri memeluk tubuh seorang wanita yang sudah tidak
bernapas yang hampir sama umur dengannya.
Heh Tang Kai ! Masihkah kau tidak mau juga menunjukkan dimana rahasia
Pusaka Iblis tersebut" Jangan habiskan kesabaranku atau aku akan
menghabisi nyawa anakmu tersayang juga !
Suara itu begitu datar, dingin dan membawa hawa yang kejam.
Pria yang dipanggil Tang Kai itu tetap dia, tatapannya menyiratkan
kebencian yang amat dalam, Song Bun Mo Ong! Engkau melanggar
kesepakatan kita ...! Sampai matipun aku takkan mau tunduk padamu ...!
Sesudah berkata demikian, tubuh Tang Kai yang dari posisi setengah
berjogkok itu tiba-tiba melesat ke depan dengan tubuh berputaran seperti
gasing. Hampir menyentuh tanah sangking cepat dan kuatnya. Sementara
ujung pedangnya berubah menjadi banyak mengarah ke keluruh titik
kematian dari pria aneh berjuluk Song Bun Mo Ong (Raja Iblis Mayat Hidup) tersebut.
Hakikatnya Tang kai ini sudah nekat dan tidak peduli lagi akan nyawanya,
maupun nyawa putrinya yang ada dalam cengkraman lawan. Mungkin inilah
jurus maut terakhirnya yang dikerahkan dengan pengerahan seluruh tenaga
sisa yang ada. Huh, keras kepala ...! Song Bun Mo Ong hanya mendesis lirih seperti ular, tiba-tiba tangannya yang berkuku panjang, terulur ke depan sambil
mengeluarkan suara mencicit tajam dan bau amis darah.
Lima larik sinar merah keluar dari ujung-ujung kuku Song Bun Mo Ong yang
menghantam dengan sangat kuat kearah bayangan pedang tersebut, dan
dilain saat tubuh Tang Kai terlempar tanpa mengeluarkan suara dengan
pedang yang patah tiga dan tubuh berlubang.
Sial ...dasar keras kepala! Song Bun Mo Ong terlihat gusar karena maksud
hatinya tidak kesampaian juga. Sesaat kemudian dia melirik kearah gadis
berusia dua puluhan tahun yang sedang diam tak berkutik disamping Tang
Kai. Mata gadis itu merah dan penuh air mata, namun tiada daya membebaskan
diri. Tee Sun Lai, kemari kau ...! Seketika keluar bentakan dari mulut Song Bun Mo Ong, dan dalam beberapa detik disampingnya telah berdiri seorang
pemuda tampan. Mudah diduga, pasti pendatang baru ini adalah murid dari si Mayat Hidup
ini. Teecu disini Suhu, Sahut pemuda itu dengan wajah gembira. Yah, pada
dasarnya dia sudah tahu pekerjaan apa yang akan ditugaskan oleh Suhunya. Lakukan disini! Sekarang juga ...! Buat sampai gurumu puas ...!
Di lain saat tubuh gadis berpakaian hijau tersebut sudah melayang kearah
Tee Sun Lai yang menyambutnya dengan wajah menyeringai.
Tee Sun Lai tersenyum. Sudah biasa dia lakukan ini. Gurunya memang
mempunyai kelainan. Dia sangat suka melihat orang bercinta di depan
matanya. Breeet ! Perlahan Tee Sun Lai membaringkan gadis yang dalam keadaan tertotok itu
sementara tangannya bergerak merobek pakaian gadis tersebut di bagian
dada. Gadis itu terbelalak ketakutan, namun sayang dia tidak dapat berbuat apaapa selain pasrah dengan bencana yang akan terjadi atas dirinya. Perlahan dia memejamkan matanya.
Sementara tangan Tee Sun Lai bergerak cepat. Dalam sekejap gadis itu
telah berada dalam keadaan tanpa pakaian sama sekali.
Tee Sun Lai Terbelalak. Gadis dihadapannya ini memang cantik bukan
main. Tubuhnya langsing padat dengan dada yang bulat membusung,
sangat menantang. Segera dia menundukkan kepala untuk mencium bibir
gadis itu, tapi tiba-tiba
Tahan sobat! Tak pantas kau mempermalukan seorang gadis seperti itu ...!
Suatu suara yang lembut namun bertenaga terdengar.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya Tee Sun Lai tatkala dihadapannya
sudah berdiri seorang pemuda yang usianya mungkin jauh lebih muda
darinya. Lebih-lebih Song Bun Mo Ong. Betapa tidak. Dia adalah salah satu dari tiga tokoh rahasia dari Im Yang kauw. Sangat jarang ada orang yang dapat
menandinginya, bahkan dengan ketua Im Yang kauw yang terkenal sebagai
satu dari lima Iblis Bumi pun, dia hanya kalah seusap saja. Tapi ternyata seorang pemuda yang masih bau kencur tiba-tiba sudah berdiri
dihadapannya tanpa dia ketahui dari mana datangnya. Setengah tak
percaya, tapi nyata. Tak dapat Song Bun Mo Ong menyangkal. Namun
dengan mata setengah menyipit, dia memperhatikan lebih seksama dan
menanti. Tee Sun Lai yang melihat bahwa gurunya hanya diam saja, juga tidak mau
peduli. Dengan setengah kesal, kembali dia mengalihkan perhatiannya pada
kelinci montok yang sedang terbaring dengan tubuh indah menantang itu.
Tee Sun Lai percaya bahwa dengan adanya gurunya, maka semua
persoalan akan beres. Dan sayangnya, karena terlalu percaya, maka dia
harus menelan pill pahit.
Buuk ! Arrgh ...! Tubuh pemuda mesum itu terlempar dan terjengkang dua tombak ke
belakang. Di pundak kirinya tampak tergores oleh senjata tajam. Menembus
sampai ke punggungnya dan rasanya seperti terbakar.
Tee Sun Lai terluka, luka dalam yang cukup parah. Sambil meringis
menahan sakit, dia hanya memandang hampir tak percaya pada pendatang
baru yang baru muncul ini.
Sungguh terkejut Song Bun Mo Ong dan juga tidak habis pikir. Muridnya
dilukai di depan matanya tanpa dia sanggup berbuat apa-apa. Tahulah di,
anak muda ini cukup berisi.
Anak tengik, terima ini ...!
Belum habis suara Song Bun Mo Ong, tangan kanan Song Bun Mo Ong
dengan jari-jari lurus kedepan dengan kuku panjang telah menyerang
dengan ganas. Sasarannya mengarah ke kepala Han Sian. Hawa pukulan yang dikeluarkan
pukulannya yang dilandasi Iweekang tinggi mengeluarkan angin berkesiutan
dengan bau amis yang memuakkan.
Dengan tenang Han Sian mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan
tengah lurus menotok pukulan yang datang. Keduanya tidak menarik tenaga
mereka. Rupanya mereka memutuskan untuk mengadu tenaga.
Dhuuuukkkk ! Aikhh ...! Song Bun Mo Ong terkejut setengah mati. Kuda-kudanya tergempur sampai
melesak ke tanah sedalam dua dim.Song Bun Mo Ong tak habis percaya ...
Iweekang-nya adalah hasil latihan puluhan tahun, tapi tidak selisih jauh
dengan anak muda di depannya ini.
Sesaat Song Bun Mo Ong tertegun sambil mengdengus marah, tiba-tiba
mulutnya mengeluarkan suara tangisan tertahan, setengah tertawa.
Tangannya berubah merah sampai ke siku dan dari tubuhnya keluar asap
kemerahan yang mengelilingi tubuhnya dan mengeluarkan bau mayat yang
menyengat. Tak pelak lagi, Song Bun Mo Ong telah mengerahkan ilmu kebanggaannya
Song Bun Hiat Jiu (Tangan Darah Mayat Hidup).
Tubuh Song Bun Mo Ong berkelebat cepat, namun terlihat kaku seperti
mayat. Tangannya mengeluarkan suara mengerikan, menyerang Han Sian
dengan gencarnya.
Han Sian tentu saja tidak tinggal diam. Segera dia memainkan Pukulan Inti Petir Murni. Dia tahu, pukulan lawam sangat beracun, tapi tidak masalah
baginya karena tubuhnya dilindungi khikang istimewa yang cukup kuat dan
dapat menolak semua hawa asing dari luar.
Pertempuran terus berlangsung. Sudah lewat dua puluh jurus.
Sebenarnya Han Sian belum lama turun gunung. Dan berbicara soal
pengalaman maupun kematangan bertempur, dia kalah jauh namun
kedahsyatan ilmu silatnya yang walaupun belum dikuasainya sempurna.
Namun sebegitu jauh pertempuran berlangsung, belum ada tanda-tanda
Han Sian terdesak. Ini membuat Song Bun Mo Ong tambah penasaran.
Segera dia mengerahkan tenaganya sampai ke puncak. Memukul dengan
jurus Mayat Hidup Pembunuh Dewa.
Tubuh Song Bun Mo Ong melompat ke atas. Dari atas ke sepuluh jari
tangan dipukulkan ke depan terus menerus, dan dari ujung kuku-kukunya
keluar larikan-larikan sinar merah yang menyerang dahsyat setiap titik pusat di tubuh Han Sian.
Melihat ini, Han Sia tidak menjadi gugup. Sekejap dia mengeluarkan
pekikkan nyaring, sambil tubuhnya berputaran seperti gasing saking
cepatnya. Dari tubuh Han Sian keluar cahaya kuning keemasan yang
melindungi dan mementalkan semua larik-larik sinar lawan.
Sementara saat tubuh Han Sian berputaran, tiba-tiba dari dalam pusaran ini menyambar selarik sinar keemasan seperti pedang yang amat tajam,
mengarah kearah Song Bun Mo Ong yang sedang di udara.
Haaii iit! Aakhh !
Song Bun Mo Ong berteriak kaget.Tubuh Song Bun Mo Ong terlempar ke
belakang. Sambil berjumplitan untuk mematahkan tenaga balik yang dahsyat
dari Han Sian, dia mendarat sempoyongan ke belakang.
Kita pergi ..! Dengan mendengus, tubuh Song Bun Mo Ong berbalik dan berlalu dari situ.
Sinar matanya membayangkan dendam yang amat sangat terhadap Han
Sian. Song Bun Mo Ong, tidak banyak bicara lagi, yah , karena memang
dasarnya dia tidak bisa mengeluarkan suara banyak, sebab luka dalamnya
sangat parah. Mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan untuk
menyembuhkan dirinya.
Tee Sun Lai juga bangkit dengan terseok-seok mengikutinya, sambil
mukanya tersenyum aneh namun penuh kebencian.
Han Sian memejamkan matanya, menarik napas panjang sejenak dan
menghembuskannya perlahan sambil mengatur sirkulasi tubuhnya. Tadi Han
Sian mengerahkan salah satu ilmu yang dipelajarinya dari kitab kuno di
Tebing Langit. Itulah ilmu Bu Tek Chit Kiam Ciang (Pukulan Tujuh Jari
Pedang Tanpa Tanding) yang dahsyat. Jurus ini memiliki tujuh jurus yang
memiliki tingkat terpisah .. Sayang dia masih jauh dari sempurna dalam
penguasaan ilmu itu.
Perlahan Han Sian membuka matanya kemudian mendekati gadis yang
sejak tadi memandanginya dengan penuh rasa terima kasih. Dari jauh Han
Sian mengerahkan tenaganya dan membebaskan totokan dari tubuh gadis
itu. Merasakan dirinya terbebas dari pengaruh totokan, sang gadis segera
meloncat berdiri dan segera mengenakan pakaiannya. Wajahnya memerah
karena menahan malu. Namun hatinya kebat kebit menahan haru.
Setelah selesai, dia segera membalikkan badannya. Dilihatnya pemuda itu
masih saja menghadap kearah lain. Baru saja dia hendak membuka mulut.
Bagaimana keadaanmu Enci, apakah kau tidak apa-apa"
Gadis itu tertegun, Enci " Katanya dalam hati, tapi matanya yang masih
nampak bekas-bekas air mata, mengamati dengan seksama. Dia mendapat
kenyataan ternyata pemuda yang telah menolongnya itu lebih muda tiga
tahun darinya. Eh ..." Oh ...! Ya ...! Ya ...! Ya! Aku tidak apa-apa! Hanya ...
Sekilas nampak wajah gadis itu murung sambil melirik kearah ke-dua mayat
di sebelahnya. Perlahan dia mendekati dan berlutut sambil menangis
sesegukan. Ayah dan ibumu-kah mereka, Enci ..."
Gadis itu menggelang kepala, Bukan ... Terdiam sejenak dia melanjutkan
dengan suara lirih, Tapi mereka yang membesarkanku dan merawatku sejak
dari kecil ... Han Sian terus membiarkan saja Gadis itu menangis sampai sekian lama.
Setelah reda, Han Sian membantu nya untuk menguburkan semua mayatmayat yang ada.
Dari gadis itu dia mengetahui namanya Tang Hui Si. Lebih lanjut dia juga
mendapat keterangan. Memang Hui Thian It Kiam Tang Kai (Pedang
Tunggal Terbang Ke Langit) adalah seorang yang telah dianggap murtad
oleh Hoa San Pay dan bersekutu dengan partai sesat. Tapi Tang Kai
menempuh jalan sesat tersebut sebenarnya adalah karena terpaksa karena
ada rahasia yang besar di balik semua ini.
Walaupun menjadi murid Hoa San Pay, tapi Tang Kai adalah murid
perantauan yang tidak terikat dengan partai.
Kurang lebih lima belas tahun yang lalu Tang Kai tiba-tiba saja mengakhiri kesukaannya merantau dan memilih untuk tinggal di Lembah Pedang dan
akhirnya berhasil mendirikan perkumpulan Pedang tunggal tersebut.
Puluhan tahun Tang Kai berusaha menyembunyikan dan menjaga rahasia
tersebut, bahkan sampai rela bersekutu dengan golongan hitam untuk
menutupi kedoknya. Namun rupanya, isu tentang adanya suatu rahasia di
lembah pedang itu akhirrnya didengar juga oleh para sekutunya, dan mereka berusaha untuk mengetahuinya. Bahkan tak pelak lagi, ini menarik perhatian banyak pentolan tokoh-tokoh sesat dunia hitam lainnya
Sayangnya Gadis itu tidak mengetahui rahasia apa gerangan yang
disembunyikan oleh ayah angkatnya selama ini tentang lembah Pedang
tersebut. Bu-Tek Chit-Kiam-Ciang
Hari sudah menjelang malam, ketika Han Sian selesai menguburkan semua
mayat tersebut.
Sejak tadi Han Sian hanya membiarkan saja gadis itu berdiam diri di depan kuburan kedua orang tua angkatnya. Tak lama kemudian terlihat dia
bergerak perlahan. Mungkin karena duduk berjam-jam membuat berdirinya
tidak kokoh, sehingga gadis itu sempoyongan hampir jatuh.
Hui Si Cicie, kau kenapakah ..."Tahu-tahu Han Sian telah berdiri disamping Tang Hui Si dan menahan bahunya.
Uuhhk, tidak ... tidak apa-apa! Berusaha menguatkan hatinya, Tang Hui Si
berusaha berdiri tegap, tapi justru lebih parah. Kepalanya jadi pusing dan lain saat dia sudah terkulai pingsan.Kalau saja Han Sian tidak segera
menggendongnya, niscaya tubuh dara ayu yang aduhai itu akan terbanting
ke tanah. Han Sian menggendong gadis itu dengan kedua tangannya. Setelah
memastikan susana disekelilingnya sejenak, dia berjalan kearah sebuah
rumah di sebelah kirinya yang paling besar. Agaknya itulah rumah yang
dijadikan tempat Tang Kai sekeluarga.
Setelah memasuki sebuah kamar yang bersih, dibaringkannya tubuh gadis
itu. Hatinya terkagum. Tanpa terasa dipandanginya wajah yang cantik
namun agak kepucat-pucatan itu.
Ahh, kasihan engkau, Enci Hui Si ..! Begitu berat pukulan batin yang kau
terima ...! Malam itu dilewati dengan tenang sampai keesokan harinya. Ketika ayam
mulai berkokok, Han Sian tersadar dari semedinya. Perlahan dia membuka
matanya dan menengok ke kiri. Tapi tubuhnya segera meloncat berdiri
tatkala didapatinya gadis itu tidak berada di pembaringannya lagi.
Sekali berkelebat, tubuh Han Sian segera melesat keluar, tiba-tiba ...
Ehh ... Tubuhnya yang melesat cepat itu berpapasan dengan tubuh gadis
itu. Tidak keburu baginya untuk menghentikan laju tubuhnya. Kakinya
menutul perlahan ke lantai sambil tubuhnya tiba-tiba bergerak aneh, melejit seringan kapas. Tapi tahu-tahu, sudah berada di sebelah belakang gadis itu.
Segera Hui Si membalikkan tubuh menghadapi pemuda tersebut sambil
tersenyum manis. Manis sekali sampai Han Sian terbeliak, terpesona.
Betapa tidak, gadis didepannya sungguh sangat cantik. Sekejap pikirannya
tiba-tiba teringat dengan Cu In Lan. Hanya bedanya gadis di depannya ini
nampak lebih dewasa beberapa tahun dan lebih masak dari Cu In Lan.
Hai Sian te, maaf sudah membuatmu terkejut"
Eh " Iya ! Iya eh tidak apa-apa ...! Oh syukurlah kalau Hui Cicie sudah tidak apa-apa ...!
Sedikit ragu Han Sian memandang rupa orang, tapi segera keraguannya
lenyap karena tidak didapatinya sinar kesedihan lagi di wajah yang ayu
didepannya ini.
Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Marilah, kau ikut denganku ...! Ajak Tang Hui Si dengan mulut masih
tersenyum, Apa kau pernah mendengar tentang Kolam Pedang Asmara"
Hemm, tidak ... kolam apakah itu"
Kolam itu adalah pusaka lembah ini yang tidak diketahui siapapun selain
ayah dan aku. Tapi aku belum pernah memasuki tempat tersebut kaarena
menurut ayah sangat berbahaya bila dimasuki oleh seorang wanita.
Eh, kalau berbahaya, kenapa Hui Cicie berkeras mau memasukinya"
Gadis itu tertunduk, sahutnya lirih, Ayah sudah tiada, lagi pula sudah lama memang aku ingin melihat tempat itu ... dan ... Berhenti sejenak, kemudian sahutnya dengan muka merah, Dan lagi ada kau disini, takut apa"
Segera Tang Hui Si membalikkan tubuh dan berjalan ke depan mendahului
Han Sian yang hanya terbengong saja mendengarnya. Akhirnya kaki Han
Sian pun melangkah mengikuti dari belakang.
Kira-kira hampir setengah jam mereka berjalan menuruni lereng terjal
bagian belakang lembah pedang tersebut sampai di sebuah guha kecil yang
sebenarnya lebih mirip sumur. Mulut sumur itu hanya kecil dan hanya bisa
dimasuki satu tubuh saja.
Tanpa ragu Hui Si memasukki mulut sumur itu, di kuti Han Sian. Ternyata
hanya mulut sumur itu saja yang kecil, sedangkan semakin ke dalam
semakin lebar dan bercahaya.
Lima menit kemudian tibalah mereka di bagian dalam yang membuat
mereka berdua terbeliak kagum.
Ruangan itu sangat luas. Di depan mereka ada aliran kolam kecil berair
jernih berwarna agak kebiruan dengan ukiran pinggiran kolam yang indah.
Di atas kolam tersebut ada patung dua orang pria dan wanita yang sedang
bercinta, sangat hidup, seolah-olah nyata. Tapi yang aneh di tangan kiri
patung pria itu memegang sebuah pedang berwarna perak tipis yang
ujungnya ditusukkan ke buah pinggang kiri dari patung wanita yang
ditindihnya.Dari buah pinggang kiri patung wanita cantik itulah keluar aliran air jernih berwarna kebiruan itu.
Sementara keadaan dalam ruangan itu terang oleh gemerlap Langit Langit
yang ternyata terbuat dari marmer putih yang dapat memantulkan cahaya.
Han Sian mengagumi keadaan di dalam ruangan itu. Matanya melirik
sekilas pada Hui Si untuk melihat reaksi gadis itu. Tapi dia tertarik karena melihat pandangan Hui Si tertuju pada sebuah ukiran kecil yang indah di
bawah kedua patung yang sedang bercinta itu, hampir tidak kelihatan:
Bila asmara Langit bumi menyatu
Tak Terhindar sumpah dan kutuk
Jodoh Pedang Asmara dan
Kitab Ilmu Pedang Iblis Bumi.
Hanya sekilas Han Sian membacanya, tapi tidak mengerti, dilihatnya Hui Si juga hanya mengerutkan kening saja. Diapun tidak memperhatikan lagi.
Matanya justru tertari kepada salah satu sumur tua diarah kiri. Perlahan dia melangkah mendekati.Ternyata dari dalam guha itu mengeluarkan asap tipis
yang tidak bau. Dan asap ini memenuhi seluruh ruangan, tapi hanya sedikit saja.
Baik Han Sian maupun Hui Si sama sekali tidak menyadari pengaruh dari
asap tersebut yang mempengaruhi nafsu mereka perlahan-lahan. Hanya
saja mereka berdua adalah orang-orang muda yang berhati lurus dan
memang belum pernah mengalami hal-hal yang lebih intim, maka pengaruh
asap itu bekerja sangat lambat.
Han Sian membalikkan tubuhnya menghadap Hui Si, tapi apa yang dia
temukan sungguh sangat mengejutkan. Darahnya berdesir. Betapa tidak"
Gadis itu sekarang berdiri membelakanginya nyaris tanpa pakaian.
Perlahan namun sangat pasti, Han Sian menyaksikan betapa gemulai
sepasang tangan gadis itu melepaskan baju pakaian terakhir yang melekat
ditubuhnya. Tubuh gadis itu terpampang di depan matanya. Dari belakang dia bisa
melihat kulit yang putih mulus, dengan tubuh yang ramping padat. Apalagi
bentuk paha dan pinggul yang bulat itu. Han Sian tak tahan, segera ia
memejamkan mata. Namun bayangan tubuh itu tetap tidak mau hilang dari
pikiran Han Sian.
Perlahan gadis itu melangkah memasuki kolam dan semakin lama tubuhnya
semakin tenggelam sampai sebatas leher, dan akhirnya kepala dengan
rambut yang panjang itupun tidak kelihatan lagi.
Hui Cicie ...! Teriak Han Sian khawatir ketika membuka mata, dan tidak
melihat Hui Si. Segera dia memburu ke tepi kolam.
Saat Han Sian hendak menjulurkan tangannya menyibak air kolam, tiba-tiba
sebuah tangan yang putih mulus keluar dari dalam air dan menangkap
tangannya. Han Sian tertegun sejenak.
Hui Cicie, apakah ..." Kalimat Han Sian terpotong ketika kepala pemilik
tangan itu tersembul keluar ...
Sian te, airnya sangat nikmat, menyegarkan ... kau ... kau temanilah aku!
Tanpa melepaskan tangannya, Tang Hui Si keluar perlahan dari air sampai
sebatas pinggang. Tubuhnya nampak mengkilat bagaikan pualam.
Tidak dapat tidak, Han Sian memandangi gadis cantik di depannya ini, kali ini berhadapan, sehingga dengan jelas dia dapat melihat keindahan tubuh
yang langsing padat, dengan dua buah dada yang besar dan kencang itu.
Sungguh gadis yang telah benar-benar matang.
Sesaat kemudian, kedua tangan gadis itu, entah kapan telah merangkul erat leher pemuda yang baru jaya-jayanya dalam pertumbuhan ini sehingga bibir
mereka menyatu. Sampai lama mereka berciuman. Naluri kelaki-lakiannya
mulai mengerjakan bagiannya yang memang menjadi sifat alami setiap
insan di dunia yang berlainan jenis ini.
***** Han Sian dan Hui Si sudah tidak mengetahui lagi sudah berapa lama
mereka bergumul dan entah sudah berapa kali mereka melakukannya,
namun sampai kapanpun itu mereka lakukan selalu diakhiri dengan senyum
kepuasan yang amat sangat.
Namun malang tak dapat ditolak taktala untuk ke sekian kalinya mereka
bercinta, mereka, bahkan Han Sian yang sedang terlena sendiripun, tidak
menyadari bahwa di ruangan itu sudah bertambah tiga orang yang anehaneh. Hehehe ...! Song Bun Mo Ong, inikah pemuda yang kau katakan hebat itu "
Kenapa yang ku lihat tidak lebih dari budak nafsu saja."
Betapa terkejutnya Han Sian saat menyadari akan hal ini, tapi baru saja dia hendak melepaskan pelukannya, tiba-tiba dia merasakan pelukan Hui Si
mengencang dan memaksanya membalikkan tubuh sehingga posisi Hui Si
berada di atas.
Saat itulah mukanya menjadi pucat seketika, namun terlambat ...pukulan
maut Song Bun Hiat Jiu yang dahsyat sudah bersarang di punggung dan
pinggang gadis itu yang hanya mampu mengeluarkan keluhan pendek.
Dilain saat tubuh mereka berdua terlempar menabrak sumur di sudut
sebelah diri ruangan itu hingga hancur.
Rupanya Song Bun Mo Ong yang sudah mengetahui kehebatan Han Sian,
tidak mau berlaku ayal. Mengambil kesempatan selagi kedua orang muda itu
tidak siap, dia sudah melancarkan pukulan dengan seluruh tenaganya.
Sayang Hui Si yang terlebih dahulu melihat ini, tidak mau membiarkan
pukulan itu mengenai Han Sian, dan segera bertindak pada detik-detik
terakhir. Han Sian tersadar, namun akibat pengaruh pukulan keji tersebut, dia juga
telah mengalami luka yang cukup parah. Walaupun dia tadi sempat
mengerahkan tenaga, tapi itu tidak berarti banyak. Han Sian terlalu
kelelahan selama beberapa waktu ini.
Sambil menahan sakit, Han Sian memeluk tubuh Tang Hui Si yang sudah
tak bernyawa lagi.
Hui Cicie ...! Mata Han Sian jadi merah karena marah dan sedih yang
bercampur menjadi satu. Perlahan dia meletakkan tubuh Tang Hui Si.
Segera Han Sian mengerahkan tenaganya. Tenaganya hanya bisa
dikeluarkan setengahnya. Namun dia tetap berusaha. Sampai lama,
akhirnya dia muntah darah segar. Kenapa" Ternyata dia berusaha untuk
mengerahkan Kui Sian I Sinkang tapi tidak bisa, dalam sekejap Han Sian
coba lagi dengan Bu Tek Chit Kiam Ciang, tapi juga tidak bisa, karena
tenaganya tidak cukup sehingga membuat lukanya lebih parah.
Sebenarnya Han Sian telah mencoba mengerahkan ilmu ketiganya yang dia
pelajari dari kitab-kitab sakti di Tebing Langit tapi juga tenaganya tetap tidak cukup.
Sementara Han Sian termenung, Salah satu dari dua orang yang ikut
datang mendampingi Song Bun Mo Ong, mendengus, Anak muda, engkau
menyerah saja, agar tidak perlu membuatku mengotori tangan ...!
Berkata demikian, tangannya berbentuk cakar dipukulkan kearah Han Sian
dengan mengeluarkan suara berdesing ...Itulah Hek Coa Tok Sin Ciang
(Pukulan Sakti Racun Ular Hitam).
Tiada waktu buat Han Sian untuk berpikir panjang. Diapun belum ingin mati.
Segera terdengar dengusan tajam dari hidungnya. Tangannya memapaki
pukulan lawan dengan ilmu Inti Petir Murni dengan sisa-sisa tenaga
terakhirnya. Dhuuaaar ! Kembali benturan keras terjadi. Orang yang memukul itu terdorong ke
belakang empat langkah, sedangkan Han Sian merasakan tubuhnya
terlempar dan melayang sampai lama dan membuat dia tidak sadarkan diri.
Tanpa dia sadari, tubuhnya melayang masuk ke dalam sumur tua yang
entah berapa dalamnya.
Sementara itu salah satu dari tiga pendatang tersebut, ternyata adalah Tee Sun Lai. Dia tidak memperdulikan keadaan ketiga orang yang sedang
bertempur. Matanya tertarik melihat kearah patung pria dan wanita yang
sedang bercinta itu.Tee Sun Lai terpaku memandangi patung itu sampai
akhirnya dia mendengar suara gurunya.
Sun Lai ayo kita pergi!
Suhu, ijinkanlah Teecu tinggal beberapa lama disini. Pahatan patung ini
sangat menarik Hehehe ...! Guru dan murid sama saja, dasar memuakkan ...! Orang yang
memiliki pukulan Hek Coa Tok Sin Ciang itu menyahut. Sebenarnya dia
sudah terluka dalam. Hanya dia gengsi dan tidak mau menunjukkan kepada
rekannya, sehingga walaupun kedua patung itu juga menarik perhatiannya,
tapi yang lebih utama dia pikirkan adalah menyembuhkan lukanya dahulu.
Hahaha ...! Hek Coa Sin Kay, sekarang kau sudah rasakan kehebatan
pemuda itu bukan, dalam keadaan terluka saja dia masih sanggup
menggempurmu empat langkah. Lebih baik kau tidak usah mencampuri
urusan kami guru dan murid, mari kita pergi ...! Berkata demikian Song Bun Mo Ong membalikkan tubuh dan berlalu dari situ.
Sementara itu, Tee Sun Lai yang masih terpaku pada patung itu seperti
tersihir, melompat ke atas patung itu. Sekali tangannya bergerak, dia telah melemparkan patung pria yang menindih patung wanita itu ke tanah hingga
hancur.Ternyata kedua patung itu tidak menyatu seperti kelihatannya.
Seperti orang gila Tee Sun Lai memeluk patung wanita cantik tersebut dan
menggumulinya. Sampai lama, semakin dia menggumuli, semakin kuat
tenaga saktinya dikerahkan di seluruh tangan sampai akhirnya terdengar
suara retak.Patung wanita cantik itu retak dan hancur.
Tee Sun Lai tersadar dan segera meloncat turun. Melihat patung itu hancur, terbersit juga rasa penyesalan di hatinya. Tapi hatinya tertarik ketika
matanya melihat sesuatu bungkusan kain hitam diantara hancuran patung
tersebut. Segera Tee Sun Lai mengenjotkan tubuh kembali ke atas dan tangannya
menyambar bungkusan hitam itu.
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu untuk melihat isinya. Hatinya
berdebar-debar. Setelah dibuka, matanya memancarkan sinar kegirangan.
Isi bungkusan itu adalah sebuah kitab hitam yang sudah usang dan tua
sekali. Tee Sun Lai coba membuka-buka halaman kitab itu. Dia tidak mengerti
tulisan-tulisan yang tertera di kitab tersebut, tapi betapa senangnya ketika dia menemukan gambar-gambar orang yang bersilat dengan ilmu pedang
tingkat tinggi yang amat dahsyat.
Tee Sun Lai kemudian tertawa terbahak-bahak seolah anak kecil yang baru
mendapat mainan baru.
Segera Tee Sun Lai menyembunyikan kitab itu di balik baju dan bangkit
berdiri. Dari pecahan patung pria yang dibuang tadi, dia temukan lagi satu kitab mengenai sejarah dan rahasia membaca tulisan kuno tersebut.
Setelah membaca sejenak, dia mengetahui ternyata kitab itu adalah warisan Iblis Pedang yang berjaya kurang lebih 250 lalu. Itu adalah ilmu pedang Tee Mo Kiam Sut.
Buukk ! Akhirnya tubuh Han Sian mendarat di tanah. Setelah sekian lama
melayang-layang di udara. Sekian lama, yang ada hanya keheningan. Entah
berapa lama keheningan ini berlangsung.
Ketika Han Dian tersadar, dia mendapati seluruh tubuhnya tidak bisa
digerakkan, sakit dan tulang-tulangnya nyeri.
Han Sian segera sadar bahwa luka-lukanya sangat parah. Dia keracunan
hebat karena adanya dua macam hawa pukulan beracun bersarang
ditubuhnya. Perlahan dia teringat Ilmu ke tiga yang dilatih dari kitab-kitab kuno di Tebing Langit. Ilmu mujizat Hui Im Hong Sinkang (Tenaga Sakti Burung Hong Api
Dingin). Puncak tertinggi dari ilmu tersebut adalah peleburan tenaga sakti Api
Dingin. Dimana pada taraf yang tertinggi sanggup menghasilkan tenaga
penyembuh mujizat dalam sekejap sehingga pemilik ilmu tersebut sangat
susah ditaklukkan tapi juga menjadikan ilmu tersebut sebagai ilmu terlarang karena daya penghancurnya yang sangat dahsyat.Tapi sayang, walau Han
Sian sudah berusaha sekuat mungkin untuk memahami rahasia ilmu ini tapi
tetap masih menemukan kesulitan.
Saat-saat yang cukup kritis dalam hidupnya ini, Han Sian coba
mengerahkan ilmu itu dan ternyata berhasil dibangkitkan. Ternyata syarat
untuk melatih ilmu ini, dia harus terluka parah terlebih dahulu.Dalam
keadaan tidak bergerak, Han Sian memahami rahasia mengerahkan ilmu ini
dan menyembuhkan luka-lukanya.
Tubuh Han Sian terasa tersiksa sekali.Selama tiga hari-tiga malam Han
Sian berada dalam keadaan tidak bergerak ini. Semua ilmu yang pernah
dilatihnya, bergantian dikerahkan dan tenaganya bergerak ke sana kemari
menetralisir racun dan menjebol semua penghambat di tubuhnya.
Akhirnya pada hari ke tiga, Han Sian merasakan tubuhnya sudah mulai
bereaksi. Perlahan tubuhnya terangkat melayang ke atas setinggi dada.
Han Sian membuka matanya, seluruh tubuhnya dirasakan dipenuhi tenaga.
Bahkan sinar keemasan memancar dari sekeliling tubuhnya.
Sungguh luar biasa. Dia dapat merasakan gerakan tenaga yang dahsyat
bergerak seolah olah ingin menerobos keluar. Segera dia menyalurkan
tenaganya memainkan delapan Tingkat dari Ilmu tersebut dengan baik tanpa
kesulitan seperti dahulu.
Bahkan ketika Han Sian memainkan Kiu Sian I Sinkang dan Bu Tek Chit
Kiam Ciang serta ilmu Pukulan Inti Petir Murni, semuanya dia lakukan tanpa kesulitan sama sekali.
Setelah bersilat hampir setengah hari, tiba-tiba Han Sian menarik kembali tenaganya dan berhenti bersilat. Keadaan dalam Guha yang cukup lebar itu
nampak-porak poranda hampir tak berbentuk lagi.
Tapi bukan itu yang menjadi perhatiannya. Mata Han Sian menangkap
bayangan peti mati besar dari besi hitam yang berdiri disalah satu sudut
guha tersebut. Peti itu telah hancur sebagian terkena terjangan hawa
pukulannya. Pasal 2 : Pusaka Iblis Pemusnah Tanpa Bayangan
Dengan tertarik Han Sian mendekati peti tersebut kemudian membukanya
perlahan. Ternyata didalamnya dia menemukan sesosok kerangka yang
sedang duduk bersila. Di tangannya ada secarik kain yang terbuat dari
bahan khusus yang tidak mudah rusak dan dilapisi kulit kambing. Di atasnya ada tulisan yang berbunyi:
Puluhan tahun malang-melintang di dunia Kang Ouw, Iblis Pemusnah
Tanpa Bayangan si Penantang Dewa akhirnya mati dalam kekosongan.
Pewaris yang berjodoh, hanya boleh menggunakan ilmu ini untuk
membersihkan nama busuk dari sang pemusnah!
Han Sian tertegun sesaat demi mengetahui riwayat sang tokoh yang tinggal
tulang belulang ini.
Segera dia bermaksud mengangkat tulang-tulang tersebut untuk
dikuburkan, tapi saat dia menyentuhnya, kerangka itu kemudian hancur jadi abu. Di tempat di mana kerangka itu berada Han Sian menemukan tiga
belas batu hitam segi delapan. Ternyata disitulah terukir tiga belas jurus sakti Seribu Bayangan Iblis Pemusnah yang amat dahsyat tapi juga
mengerikan. Demikianlah mulai saat itu Han Sian tinggal di dalam guha tersebut sambil melatih semua Ilmu-ilmunya. Saat dia teringat mayat Hui Si, Han Sian
menjadi sangat sedih. Teringat dia betapa gadis yang sangat cantik itu telah menghabiskan waktu berhari-hari menikmati kenikmatan cinta dengannya.
Suatu hal yang dia belum pernah rasakan sebelumnya.
Sejak saat itu Han Sian memutuskan untuk berkabung selama satu tahun
penuh, dan dia tidak akan keluar sebelum habis masa berkabungnya. Saat
yang sama juga dia mempergunakan waktu satu tahun tersebut untuk
mematangkan semua Ilmu-ilmu yang dia miliki.
JIT GOAT KAUW Waktu dua tahun berlalu dengan cepatnya. Dunia Kang Ouw gempar
dengan munculnya seorang tokoh dunia hitam yang berjuluk Jit Goat Mo
Ong. Momok ketakutan membayang di mata para kaum tua dunia persilatan.
Mengapa tidak! Siapapun sangat mengetahui bahwa tokoh ini adalah salah
satu tokoh yang sudah lama menghilang dari dunia Kang Ouw.
Kalaupun benar yang diceritakan oleh kakek dan nenek mereka, maka
berarti umur tokoh sesat ini sudah mencapai dua ratusan lebih. Tidak ada
yang pernah melihat sepak terjang tokoh ini secara langsung. Hanya
diketahui bahwa Tokoh ini bergerak dibalik sebuah perkumpulan yang
sangat kuat yang dikenal sebagai Jit Goat Kauw.
Keberadaan Jit Goat Kauw ini sangat hebat.
Betapa tidak, sedangkan dua belas Raja Iblis-pun harus mengaku tunduk
dan mengabdi pada Jit Goat Kauw ini. Mereka memiliki pengikut lebih dari
Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lima ratus orang.
Dengan adanya dukungan tokoh-tokoh hitam yang sakti ini, Jit Goat Kauw
terus melebarkan sayapnya untuk menguasai dunia Kang Ouw.
Pembantaian terjadi dimana-mana bahkan tak banyak para tokoh aliran
putih yang dibantai.
Sejauh ini masih tersisa lima perguruan besar yang masih belum digempur
secara terang-terangan oleh Jit Goat Kauw ini.
Partai-partai yang belum takluk ini yang bahkan sangat gencar mengadakan
perlawanan pada Jit Goat Kauw meskipun tidak secara langsung. Mereka
adalah Siauw Lim Pay, Bu Tong Pay, Kun Lun Pay, Hoa San Pay dan Thai
San Pay. Meskipun tidak secara berterang dan terkesan menutup diri, namun kelima
perguruan ini sejak dua tahun terakhir ini telah berusaha sehebat mungkin mempersiapkan jago-jago unggulan mereka. Bahkan mereka melatih murid-murid mereka dengan berbagai cara untuk peningkatan dalam penguasaan
Ilmu-ilmu dari pintu perguruan mereka.
SAM CI CIANG Sore hari ... di belakang puncak pegunungan Hoa San Pay. Seorang gadis
berusia tujuh belas tahun sedang berlatih ilmu pedang Hoa San Kiam Sut
melawan lima orang tosu berpakaian serba putih.
Dihadapannya tampak bersila seorang kakek berambut putih yang sudah
ubanan yang berusia sekitar 80 tahunan.
Gadis yang cantik dan mengiurkan itu bukan lain adalah Cu In Lan.
Pertemuan pertamanya dengan Han Sian memberikan berkah yang tidak
sedikit padanya.
Selama tujuh hari Han Sian menyatakan rela menebus kesalahannya
dengan mengajarkannya Ilmu Thian In Hui Cu (Terbang Menunggang Awan
Langit) dan Pukulan Inti Petir Murni.
Saat dia kembali ke Hoa San Pay, kebetulan dia bertemu dengan salah satu
sesepuh partainya yang sudah lama mengasingkan diri. Yaitu yang lebih
dikenal dengan nama Hoa San Siang Jin.
Hoa San Siang Jin ini sebenarnya adalah Toa Susiok (Paman Guru tertua)
dari Ciangbun Jin Hoa San Pay yang sekarang.
Begitu melihat bakat yang dimiliki oleh Cu In Lan, dan karena turut juga
merasakan gejolak dunia Kang Ouw yang ada, maka Hoa San Siang Jin
berkenan mengambil anak dara ini untuk menjadi murid penutupnya.
Sementara kelima orang yang mengeroyoknya itu adalah kelima orang Sute
dari Pek Mau Sian Jin, yaitu ketua Hoa San Pay.
Pertempuran berlangsung dengan dahsyat. Tubuh kelima orang tosu itu
berkelebat memainkan Hoa San Kiam Tin yang ampuh. Pedang mereka
berkelebat membentuk sinar panjang dan tebal mengurung In Lan.
Namun yang hebatnya, Cu In Lan tidak nampak terdesak, meskipun
nampaknya sangat sulit untuk menang dengan cepat Dia memainkan ilmu
pedang ciptaan gurunya yang bernama Pat Liong Kiam Li Hoat(Tarian
Pedang Delapan Naga) sambil mengerahkan Thian In Hui Cu. Sementara
tangan kiri Cu In Lan dengan tiga jari terbuka selalu memuntahkan ledakan-ledakan dengan ilmu Inti Petir Murni yang sudah digubah dan
disempurnakan oleh gurunya agar selaras dengan ilmu Sam Ci Ciang
(Pukulan Tiga Jari) dari Hoa San pay.
Setelah lebih dari 150 jurus berlalu, akhirnya terdengar suara kakek itu.
Cukup ! Lan-jie, cukup ...! Engkau sudah lulus!
Terlihat senyuman yang senang dari wajah gadis itu tatkala mendengar
seruan gurunya. Bersamaan dengan Hoa San Kiam Tin yang menarik
serangan mereka, gadis inipun melejit ke atas sambil berputaran tiga kali dan turun dihadapan Suhu-nya dengan tanpa suara.
Suhu, apakah itu berarti bahwa murid sudah boleh turun gunung" Kembali
Cu In Lan bertanya lembut tapi wajahnya harap-harap cemas.
Betapa tidak. Cukup lama Cu In Lan berlatih keras. Siang malam hampir
tanpa henti. Meskipun mulutnya tidak berucap, namun hatinya tiada henti
selalu merindukan suatu nama Han Sian dalam hatinya. Dan sekarang
kesempatan yang dia nanti-nantikan untuk turun gunung telah tiba.
Itulah sebabnya saat gurunya meminta kelima Suheng-nya untuk
mengujinya, Cu In Lan berupaya mengerahkan segala kemampuannya, dan
sekarang dia dinyatakan lulus. Betapa senang hatinya.
Baiklah, Lan-jie, kau boleh turun gunung setelah tiga hari dari sekarang ...!
Malam nanti datanglah menghadap untuk menerima petunjuk terakhir!
Belum lenyap suaranya, tubuh orang tua itu sudah berkelebat cepat sekali
dan lenyap juga dari tempat itu.
Setelah kelima orang Suhengnya kembali. Cu In Lan tinggal sendirian.
Segera dia kembali ke pondoknya dan beristirahat.Baru saja dia hendak
melangkahkan kakinya, firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak
beres. Segera dia membalikkan tubuhnya. Dan benar saja, dihadapannya
nampak dua orang kakek yang aneh.
Meskipun Cu In Lan merasa penasaran, tapi sebagai seorang yang
mengerti tata krama, dia segera menyapa lembut, Akhh, maafkan karena
tidak menduga akan kedatangan Jiwi Locianpwe ...
Hehehe ! Hek Hoat Mo Ong, tampaknya gadis ini cocok untuk dijadikan
hadiah buat Kauwcu ya kita, bagaimana menurutmu ..." Kata kakek yang
bermuka codet di mata kiri.
Hemmnn ... aku sependapat! Tapi tampaknya ilmunya juga tidak lemah.
Apalagi kalau dia murid Hoa San Sian Jin ...! Kau harus berhati-hati! Sahut kakek yang satunya lagi
Hah ...! Hati-hati" Kau lihat saja ...! Sambil berkata demikian kakek itu melangkah maju.
Kesinilah dara manis, serahkan dirimu baik-baik ...! Tangannya membentuk
cakar tiba-tiba terulur panjang, duakali panjang lengannya. Yang satu
mencengkram kearah lengan kanannya, sedang tangan yang lain kearah
dadanya yang menonjol indah.
Iii khh ...! Dasar kakek cabul! Tidak tahu malu ...! Cu In Lan memekik marah.
dilain saat bergerak mundur dua tindak ke belakang, sedang tangannya
memukul sambil memapaki serangan lawan.
Haiiit ...! Dhuukkk! Keduanya sama terdorong mundur. Hanya bedanya Cu In Lan terdorong
tiga langkah sedangkan orang itu hanya satu langkah.
Eh ..." Kakek codet itu kaget setengah mati. Gadis itu mampu menghindar
bahkan berani menangkis pukulannya. Tahulah dia bahwa tidak mudah
baginya untuk meringkus gadis ini dengan cepat.
Bagus, kau berani melawan ...! Tapi itu tidak akan lama! Belum selesai
ucapannya, Kakek codet itu telah menyerang dengan gencar dengan Ilmuilmunya yang aneh, yaitu selalu menyerangnya dengan gerakan-gerakan
aneh mirip monyet. Tak salah lagi, itulah Hek Wan Tok Hoat (Pukulan
Beracun Lutung Hitam).Segera Cu In Lan memainkan Ilmu Hoa San kun
Hoatnya. Tapi baru lima jurus dia hampir kecundang di bahu kirinya.
Hehehe ! Kalau kau mengandalkan Hoa San Kun Hoat, itu tak akan berarti
banyak, anak manis ...!
Cu In Lan gusar setengah mati. Segera dia memekik nyaring dan
megerahkan Thian In Hui Cu dan kedua tangannya membentuk totokan tiga
jari yang dilandasi Tenaga Inti Petir Murni, mencecar lawan dengan sebat.
Kedua tangannya, mengirim serangan enam kali kearah enam titik kematian
di tubuh lawan. Gerakannya cepat dan dalam enam kali serangan itu dia
tidak menyentuh tanah sama sekali.
Haiaaaa ! Galak hebat amat, apa ini yang namanya Sam Ci Ciang ..." Tapi
kenapa tidak sama ..." Kakek codet itu kaget setengah mati. Soal tenaga dia menang tapi soal kecepatan, dia kalah jauh. Tapi belum sempat dia
memperbaiki posisinya, terdengar suara datar ...
Huh, Hek Wan Sin Mo, kau terlalu lama ...! Kakek yang satu segera terjun
ke tengah pertarungan dan memukul kearah kepala Cu In Lan.
Cu In Lan kaget, dan mengangkat tangan menangkis, tapi aneh, dia tidak
merasakan tenaga apa-apa. Segera dia curiga, namun sayangnya
kecurigaannya itu terlambat.Segera Cu In Lan merasakan kepalanya pusing.
Dilain saat tubuhnya terkulai lemas dan langsung disambar oleh Hek Wan
Sin Mo. Hehehe ! Hek Hoat Mo Ong, sepertinya Racun pelemah semangatmu
benar-benar sangat manjur ...! Pada hari Pertemuan nanti, Kauwcu Yaa
pasti akan puas, hahaha !
Dalam waktu singkat kedua tokoh hitam itu sudah berlalu dari tempat itu
sambil membawa Cu In Lan.
Pertemuan Jit Goat Kauw & Munculnya Pangeran Pedang Iblis
Salah satu hutan lebat yang terletak di antara pertemuan sungai-sungai
kecil yang mengalirkan airnya ke sungai Yang-ce, tampaknya tidaklah sunyi seperti biasanya. Hari menjelang malam ketika nampak bayangan orang-orang berkelebatan di antara pepohonan. Nyata kalau mereka bukan orangorang biasa atau paling tidak mereka punya sesuatu yang bisa di andalkan
sampai berani datang ke tempat itu.
Pertemuan rahasia para tokoh-tokoh aliran hitam. Untuk alasan inilah
sebenarnya pertemuan rahasia ini di adakan. Undangan yang di sebarkan
dari mulut ke-mulut oleh orang-orangnya Jit-Goat-Kauw ternyata menarik
minat yang tidak sedikit bagi para tokoh hitam yang merasa mempunyai
kemampuan cukup.
Agendanya, adalah untuk membicarakan strategi menghadapi Pertemuan
Besar Orang-Orang Gagah dari golongan putih tiga bulan mendatang dan
merayakan kembali bangkitnya pemimpin dunia hitam yang sudah lama
hilang tersebut.
Tampaknya pertemuan ini sangat di rahasiakan sehingga yang hadir tidak
begitu bayak. Dan memang semua yang telah hadir saat ini hanyalah para
pemimpin tiap-golongan dari setiap daerah kekuasaan mereka. Meski
demikian ternyata jumlah mereka tidaklah sedikit, hampir mencapan 200an
orang. Di antara mereka, para anggota Jit-Goat-Kauw juga hanya terlihat beberapa orang saja, itupun hanya ke 10 orang dari 12 Raja Iblis Lembah Neraka yang sakti yang menggetarkan jiwa karena kesaktian mereka yang terhitung
tokoh-tokoh angkatan tua dunia hitam. Ditengah-tengah mereka tampak
seorang pemuda tampan pesolek yang memegang sebuah kipas sutra dari
baja murni. Tampak di antara mereka juga ada para tokoh angkatan tua lain yang
berjuluk 7 Siluman Langit, 4 Ketua dari 4 partai sesat, dan masih ada empat orang aneh lainnya yang tidak di kenal.
Di dalam hutan yang lebat itu ternyata telah di bersihkan dan telah berdiri sebuah panggung yang cukup besar. Ditengah-tengah panggung tersebut
nampak 32 kursi yang di atur mengelilingi sebuah meja segi delapan yang
berat dan besar. Sementara para pemimpin-pemimpin yang lebih rendah
mereka berdiri mengelilingi di sekitar panggung.
Menjelang tengah malam, saat semua orang sedang menunggu, tiba-tiba
terdengar suara tertawa yang rada-rada mirip kera. Saat semua orang
menoleh ke arah suara, tampak dua orang yang aneh keluar dari balik
pepohonan. Salah satunya memanggul sebuah karung besar. Siapa lagi
kalau bukan Hek-hoat-Mo-ong dan Hek-wan-sin-mo yang datang sambil
memanggul tubuh Cu In Lan.
Melihat ini, salah seorang yang duduk dekat si pemuda tampan pesolek itu
segera menegur kesal: Hemm, jika kalian terlambat saja beberapa menit
lagi, mungkin Kauw-cu-ya akan segera memisahkan kepala kalian...
Hahaha...kami terlambat karena sedang mempersiapkan satu hadiah
khusus buat Kauw-cu-yaa. Berkata demikian, Hek-hoat-Mo-ong meletakkan
karung besar itu dan sekali tangannya bergerak, robeklah karung tersebut.
Mata semua orang yang ada di situ terbeliak kaget tatkala melihat seorang gadis yang cantik sedang terikat, bahkan banyak yang kemudian berseru-seru dengan suara yang bernada kotor yang hanya di sambut dengan gelak
tawa dari sana-sini.
Kauw-cu-yaa yang tadi hanya duduk angkuh dengan mata yang di
pejamkan juga membuka matanya dan tertegun melihat kecantikan. Dia
banyak mempermainkan dan menikmati tubuhgadis-gadis cantik, tapi yang
ini lain-dari yang lain.
Namun suasana hatinya jengkel ketika mendengarkan suara-suara kotor di
sekitar. Sinar matanya tiba-tiba mencorong dan memandang ke arah kiri.
Beberapa detik kemudian, berkelebat sebuah bayangan dengan cepat dan
di lain saat terdengar jerit kematian 5 orang dengan leher terkuak leber.
Semua orang terdiam dan suasana jadi sunyi seketika. Ternyata salah satu
dari 12 Raja Iblis Lembah Neraka, yaitu Hek-Tok-Jiauw-Ong telah bergerak
mengantar kematian 5 orang tersebut sesaat setelah melihat sinar mata
mencorong Kauw-cu-yaanya yang di tujukan kepada orang-orang yang
berumur pendek tersebut.
Hemm...Mulai sekarang aku akan mengambil gadis ini sebagai selirku,
siapapun yang berani kurang ajar padanya akan bernasib sama dengan ke
lima orang tersebut... Perlahan namun pasti, suara yang datar namun
terdengar angkuh, keluar dari mulut Pemuda tampan pesolek itu.
Di lain saat, ketika karung itu telah terbuka, Cu In Lan telah sadar
sepenuhnya, hanya saja karena tubuhnya tertotok, maka dia tidak dapat
berbuat apa-apa. Tapi dia menyaksikan semua peristiwa itu.
Pemuda itu bangkit dan mendekatinya. Di lain saat, tubuhnya telah di angkat dalam pondongan pemuda tersebut yang hanya tersenyum-senyum aneh.
Cu In Lan merasa tubuhnya panas-dingin, ini pengalaman pertamanya.
Perasaan ketakutan yang amat sangat dia rasakan tapi apa dayanya saat
ini. Namun itu tidak berlangsung lama, dan yang terjadi selanjutnya segera saja membuat dia merasa lega.
Ambil tandu! Tiba-tiba pemuda itu berkata kalem. Nona manis, sekarang
aku ada urusan besar, kau sabar saja...setelah selesai, kauw-cu-ya mu ini akan segera menikmati tubuhmu yang indah ini...hahaha... Beberapa saat
kemudian, 4 orang berbadan kekar berjubah hitam dengan gambar
matahari-bulan di dada muncul sambil membawa tandu.
Pemuda itu melemparkan tubuh gadis itu yang melayang masuk dalam
tandu dengan posisi duduk. Jaga dia seperti kepalamu...! sahut pemuda itu dengan suara keren. Keempat pengusung tandu itu mengangguk, dan
sesaat kemudian telah melesat meninggalkan tempat itu menuju ke arah
selatan. Setelah terdiam sejenak, pemuda itu kemudian membalikkan badan
menghadapi meja tersebut.
Lo-Mo, apa semua sudah siap"...
Maaf Kauw-cu-ya, hanya tinggal 5 Iblis Bumi yang belum kelihatan
bayangan mereka..., tapi sepertinya kita tidak bisa menunggu mereka lagi.
Seorang Kakek Tua bermata satu menyahut. Agaknya dialah yang di sebut
sebagai Lo-Mo (Iblis Tua) tersebut.
Pemuda itu mengangguk. mulailah sahutnya dingin.
Iblis Tua mengangguk kemudian mengedarkan pandangannya ke segala
arah. Saudara sekalian, Yang pertama, malam ini saya mewakili Tai-Kauwcu dan Kauw-cu-ya, menyampaikan selamat bertemu. Sebagaimana yang
kita sama tahu, bahwa sebantar lagi akan segera di adakan Pertemuan para
Enghiong dari golongan putih. Kita tidak boleh membiarkan hal,ini terjadi.
Kalau mereka tidak bersatu, maka akan lebih mudah bagi kita untuk
menghabisi mereka
Berhenti sejenak, sambil menarik nafas dia melanjutkan: yang ke-dua,
Tanggal 15 bulan depan, adalah merupakan hari ulang tahun tokoh
junjungan kita yang ke 115 tahun yaitu Yang termulia dan Yang tersakti Tai-Kauw-cu Jit-Goat-Mo-Ong, Beliau menginginkan kita semua, di bawah
pimpinan Kauw-cu-ya, boleh berjasa baginya dengan mempersembahkan
satu orang satu kepala dari para manusia-manusia sombong golongan putih.
Suasana masih tetap hening, Semua orang sedang berpikir. Tiba-tiba salah
seorang yang duduk di meja di antara ke-4 Ketua Partai sesat, yaitu HekLiong Sin-Mo dari Hek-Liong-Pai berdiri dan berkata dengan suara nyaring.
Hemmm...kami di undang oleh Jit-Goat Mo-Ong untuk datang. Dengan
memandang muka beliau, kami dari Hek-Liong-Pai segan dan tau diri, tapi
kalau orang yang kau sebut Kauw-cu-ya, sehebat apakah dia"...
Benar, Kami dari Im-Yang-Kauw, tidak pernah menerima perintah siapapun
dan tidak akan pernah menghambakan diri seperti ke-12 Iblis kalian...kecuali kalau kau bisa menandingi kepalanku.... Dengan suara yang tak kalah
lantang Im-Yang Hek-mo bangkit dan berseru.
Sombong... Salah seorang dari ke12 Iblis bangkit dan berseru marah. Diikuti rekan-rekannya yang lain. Seketika itu juga suasana menegang dan tak
bersahabat. Im-Yang Hek-mo tersenyum sinis. Hahaha, Siang-Tok Sian-li, kita sudah
pernah bertempur, dan rasanya kalaupun hal itu harus terulang, sudah jelas siapa yang akan jadi pemenangnya.
Panas hati Siang-Tok Sian-li bergerak, namun baru saja dia hendak
bergerak menyerang, terdengar suara dingin dari samping.
Ku beri kesempatan sekali padamu untuk memukul sekali, kalau kau tak
dapat merobohkanku, maka kau harus menjilat sepatuku... Ternyata pemuda
yang di sebut Kauw-cu-ya itu yang berkata.
Im-Yang Hek-mo terbeliak dan dongkol atas kejumawaan orang. Baik,
sambutlah... Belum habis perkataannya pukulannya telah menderu tiba di
ikuti dua hawa pukulan Im-Yang yang berwarna merah dan putih.
DAAAARR... Hoek.... Im-Yang Hek-mo memuntahkan darah segar dari
mulutnya sedangkan Kauw-cu-ya dengan kedua tangan bersilangan di
depan dada hanya terdorong 2 langkah kebelakang.
Sungguh semua orang kaget, terlebih Hek-Liong Sin-Mo yang melihat
betapa rekannya luka parah. Dalam hati dia bersyukur bahwa bukan dia
yang mengalaminya. Namun demikian, tak urung hatinya kebat-kebit juga
saat Kauw-cu-yaa memandang kepadanya dengan sinar mata mencorong
tajam. Menyadari gelagat jelek, segera dia menekuk lutut dan berseru. Kami dar
Hek-Liong-Pay akan mau bergabung dalam satu bendera dengan Jit-GoatKauw. Melihat ini, pemuda pesolek itu hanya mendengus saja sedangkan matanya
kemudian beralih ke arah Im-Yang Hek-mo yang sedang merangkak
Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendekatinya. Yah, dia telah di kalahkan dengan telak.
Demikianlah suasana kembali reda, setelah berbincang-dan mengatur
berbagai strategi sampai hampir pagi, maka semua orang itu kemudian
bubar untuk memulai gerakan bawah tanah yang akan menimbulkan
malapetaka bagi dunia persilatan.
------------ Sampai lama para pengusung tandu itu berlari-larian, melompati tebingtebing, menyusuri jalan-jalan sempit, sampai lama juga Cu In Lan berjuang membebaskan diri dari totokannya. Diam-diam dia bersyukur, untung saja
pemuda pesolek itu belum mengetahui kalau dia memiliki kepandaian tinggi.
Namun baru saja dia berusaha menjebol totokan terakhir di bagian
punggungnya, tiba-tiba di rasakannya tandu berhenti. Terdengar suara
garang: Siapa kau, berani mati menghalangi orang-orang Jit-Goat-Kauw..."
Huh, segala macam kantong sampah seperti itu mau kau unggulkan di
depanku...1 Terdengar suara berat dan tajam. Saat tirai tersingkap di tiup angin, In Lan bisa melihat wajah penghadang tersebut.
Seorang pemuda tampan. Berusia hampir 30 tahun, dengan sebatang
pedang dengan gagang berukir indah di punggungnya. Pakaiannya serba
kuning dengan ikat pinggang merah dan biru.
Para pengusung tandu ini marah melihat kesombongan penghadang ini.
Segera mereka menurunkan tandu dan dua di antara mereka bergerak
mengurung. Satu dari antara mereka segera menyerang:
Anak muda, kalau kau tidak mau minggir, maka mampuslah... pekiknya
marah sambil mendorong tangannya dengan pengerahan tenaga dengan
maksud menjatuhkan lawan.
Pemuda itu hanya diam saja sambil terus menatap tanah. Tapi tiba-tiba,
tatkala pukulan lawan mendarat di tubuhnya, justru pukulan orang itu
membalik dan mementalkannya.
Ai ii hhhk.... Aaaakhh... Hampir berbareng ke empat pengusung tandu itu
berteriak. Di lain saat tubuh tiga lainnya telah meloncat sambil mengibaskan tangan memukul dengan Jit-Goat- Tok-Ciang. Ternyata para pengusung
tandu ini sudah dilatih Jit-Goat-Tok-ciang tingkat 1 oleh Kauw-cu mereka.
Namun mereka keliru kalau menganggap lawan kali ini adalah mangsa yang
empuk. Saat tubuh mereka masih melayang di udara. Tiba-tiba pemuda itu
mendesak maju sambil tangannya bergerak sekali. Tampaklah sinar tipis
berkelebat dan tanpa mengeluarkan suara, atau tanpa mereka menyadari,
kepala mereka telah terpisah dari badan.
Pengusung tandu yang satu lagi, hanya memandang terbelalak dengan
wajah pucat. Ampun...tai-hiap....ampun Sahutnya ketakutan dengan tubuh gemetar.
Pemuda itu menggerakkan tangan kirinya ke arah dada pengusung tandu
itu yang segera menjerit pingsan. Tanpa dia ketahui di dadanya telah terukir nama yang tidak dapat di hilangkan: Pangeran Pedang Iblis.
Perlahan namun pasti, pemuda itu melangkahkan kakinya ke arah tandu.
Apa yang dia lihat dalam tandu tersebut segera membuatnya tersenyum
simpul penuh arti. Tampaknya nama ini merupakan pendatang baru dalam
dunia persilatan yang namanya mulai melejit dalam Setengah tahun
belakangan ini. Sayangnya dia juga bukanlah seorang yang baik-baik.
Hakikatnya Cu In Lan itu keluar dari mulut harimau tapi masuk kembali ke
mulut naga. Hui-Kut-Tok-Im-Ciang
Sudah terlalu lama kita tinggalkan Han Sian yang sedang menempa diri
sambil berkabung selama satu tahun.
Satu tahun lebih Han Sian tinggal dalam sumur di lembah pedang tersebut.
Sambil terus berlatih tanpa kenal lelah. Berbekal semua ilmu-ilmu dewa
yang dia telah miliki sebelumnya, membuat Han Sian dapat melatih Ilmu
Seribu Bayangan Iblis Pemusnah dengan sempurna. Sebenarnya ilmu ini
sangat ganas sekali dan tak kenal ampun. Kalau saja ilmu ini jatuh ke
tangan orang jahat, pastilah malapetaka bagi dunia persilatan.
Namun, dengan kecerdikannya, dia dapat membuang pengaruh-pengaruh
yang menyesatkan dari ilmu tersebut dan menggabungkannya dengan ilmuilmu yang dia sudah miliki sebelumnya. Meski demikian perbawa ilmu itu
masih tetap mengerikan dan bahkan lebih dahsyat.
Di samping itu dia juga sudah berhasil melatih 2 ilmu gaib yang dia
dapatkan bersama dengan ke tiga kitab kuno di Tebing Langit, yaitu Sinar
Sakti Mata Pedang yang memiliki tenaga penghancur yang tak tertandingi.
Ilmu ini dapat di salurkan lewat mata, tapi hanya boleh dikerahkan 2 kali dalam 300 hari karena sangat menguras tenaga murni. Ilmu ke dua adalah
Pat-Sian-Sin-Hoat yaitu Ilmu penguasaan tenaga batin tingkat tinggi yang
dapat mewujudkan pengembangan ilmu sihir.
Setelah setahun lewat. Han Sian keluar dari lembah tersebut. Menghirup
udara segar dunia bebas kembali membuat dia senang. Tapi sayang,
pengaruh peristiwa kematian Hui Si merubah watak aslinya yang tidak suka
membunuh menjadi sebaliknya. Sepak terjangnya tidak segan-segan
menurunkan tangan maut dan telengas terhadap orang-orang yang di
temuinya berbuat jahat. Nampaknya ini pertanda buruk bagi dunia Hek-to.
Disamping itu pengalamannya yang luar biasa dalam lautan cinta bersama
Hui Si, meninggalkan bekas yang menjadikan pemuda ini nampak sangat
romantis dan membuka tangan kepada semua wanita yang dekat
dengannya. Ini juga pertanda yang kurang baik bagi dunia asmara.
Dari sejak dia keluar lembah, Han Sian telah melakukan perjalanan yang
cukup jauh, bahkan memakan waktu berbulan-bulan sampai akhirnya tibalah
dia di sekitar tembok besar. Saat dia memasuki sebuah dusun, hatinya
tertarik karena telinganya mendengarkan suara tangis meraung-raung
beberapa orang penduduk.
Segera kakinya berbelok mengarah ke pekarangan salah satu rumah
terdekat di mana dia menemukan seorang petani dusun yang sedang
merangkul seorang wanita yang tampaknya adalah istrinya yang terus
menangis sedih.
Maaf paman, saya pendatang baru di sini, bolehkah saya tau apa yang
telah.....Ehh..."! Han Sian Terkejut. Belum selesai perkataannya tiba-tiba wanita yang ada dalam rangkulan suaminya itu sudah bangkit berdiri dan
berlari menyambutnya sambil mencakar-cakar seperti orang gila...
Kau...kau...penculik bayi....kembalikan...kembalikan anakku... teriaknya
...kembalikan anakku...
Dengan tenang HanSian memegang pergelangan tangan wanita itu dan
segera wanita itu menjadi lemas tak bertenaga.
Anak muda jahat, kau pastilah penculik bayi kami"...Aku akan mengadu
jiwa denganmu... Laki-laki tersebut, begitu melihat istrinya terjatuh lemas, tak dapat menahan hatinya lagi, langsung menyambar cangkul di sampingnya
dan menyerang Han Sian dengan cangkul tersebut.
Tapi apalah artinya seorang petani kasar yang kerjanya sehari-hari hanya
mencangkul di sawah" Dia tidak tahu kenapa, tiba-tiba gagang cangkulnya
patah di tengah bagian tengah...
Maaf paman, saya adalah seorang pelancong yang kebetulan lewat di sini
dan saya tidak bermaksud jahat....mungkin saya bisa membantu paman
Petani itu menatap pemuda di depannya dengan tatapan menyelidiki. Orang
muda, kau pergilah dari sini. Kalau kau bukan orang yang kami maksud,
lebih baik pergi dari sini... Sambil berkata demikian petani itu membalikkan tubuh dan kembali merangkul istrinya tanpa memperdulikan Han Sian.
Han Sian penasaran, namun dia tidak mau memaksa orang. Sambil
menarik nafas panjang, dia melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan
rumah tersebut.
Dia melewati beberapa penduduk yang tampaknya juga mengalami
masalah yang sama. Tapi anehnya mereka tetap menutup mulut. Saking
jengkelnya Han Sian terus melangkah dengan muka masam sampai tibalah
dia di pinggir sebuah sungai.
Seketika hatinya senang. Kakinya melangkah mendekati sungai tersebut.
Tapi segera telinganya menangkap bunyi yang tidak beres dan segera
menuju asal suaratersebut. 5 orang lelaki kekar dan berewok sedang
tertawa-tawa senang di sela-sela jeritan ketakutan suara 2 orang wanita
muda yang manis.
Jangan...ohh...jangan seru seorang gadis sambil berusaha melepaskan diri
dari pegangan dua orang di kanan-kirinya. Sedangkan ketiga orang pria
yang lain sedang bergantian memegang dan menindih gadis yang satunya
lagi yang sudah tidak berdaya dan hanya mengeluarkan suara rintihan lirih sambil menggigit bibirnya yang berdarah.
Melihat hal ini, seketika Han Sian menampakkan diri.
Huhh, sungguh kalian manusia-manusia tak layak hidup dan patut
mampus... Ke lima orang itu terkejut dan segera melompat berdiri. Siapa kau, apa
urusanmu mencampuri urusan kami"... bentak salah satu dari mereka.
Han Sian tidak memperdulikan mereka. Nona, jawablah pertanyaanku,
Nona...apakah kau melayani mereka dengan rela"... Ini memang
pertanyaan, namun hakikatnya tidak perlu di tanyakan. Tapi kalaupun itu di tanyakan hanyalah untuk menemukan alasan yang kuat saja untuk
bertindak. Gadis itu tertegun sejenak... Tidak...kami tidak mau...mereka memaksa
kami Kelima orang itu, merasa diri mereka tidak di tanggapi menjadi semakin
marah. Pemuda lancang. Segera mereka bermaksud menyerang. Tapi
belum sempat mereka bergerak tau-tau terdengar suara mencicit tajam dari
tangan Han Sian dan di lain saat ke lima orang tersebut terpental
kebelakang dengan dada hancur berlubang tersambar hawa pukulan dari
jari-jari tangannya..
Iiihhhh... Gadis yang masih sadar itu menjerit lirih dan sesaat kemudian dia telah pingsan.
Han Sian segera mengangkat ke dua gadis yang malang tersebut menjauh
dari tempat itu.
Tak lama kemudian, setelah di urut-urut, kedua gadis tersebut sadar. Tapi gadis yang telah di perkosa tadi sudah tidak sanggup berdiri lagi.
Han Sian menatap mereka berdua kemudian bertanya kepada gadis yang
satunya lagi. Nona...kalau bo... Yan-er, panggil saja aku Yan-er potong gadis itu. Hal ini membuat Han Sian terdiam sesaat.
Baiklah, nona Yan, kalau boleh ku tau, apakah yang terjadi di sini..."
Gadis itu menunduk dengan sedih. Sambil terisak dia menjawab lirih, Inkong, entah malapetaka apa yang menimpa kami. Sudah hampir se bulan ini
semua bayi-bayi di bawah satu tahun hilang di culik orang dan kami tidak tau siapa yang melakukan hal ini... setelah dia berhenti sejenak apalagi
gerombolan para perampok yang mengetahui keadaan kami ini uga
memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan...
Hemm...Apakah ada kecurigaan, siapa dalang semua ini"
Mendengar pertanyaan ini, wajah gadis itu seketika berubah. Dia melirik
kesana-kemari dengan ketakutan.
Jangan khawatir nona, Aku akan menjamin keselamatanmu...
Ba...baiklah in-kong, aku tidak takut, lagipula hidup kami kau yang
selamatkan. Sejenak dia menarik nafas panjang, Dusun ini, juga beberapa
dusun lainnya yang berdekatan berada di sekitar lembah Rawa Hijau.
Dahulu tempat itu tidak berpenghuni, tapi sekarang sudah ada. Namun kami
tidak tau apa hubungannya yang lebih jelas.
-----------------------------Hari menjelang malam di pinggir sebuah rawa lumpur yang luas di dekat
tembok besar. Suasana di pinggir rawa itu sepi-sepi saja. Namun bagi Han
Sian, yang memang mempunyai maksud untuk datang ke tempat tersebut.
Segera meningkatkan kewaspadaannya.
Sekali mengenjotkan tubuhnya, dia mengerahkan Thian-In Hui-cu
(Menunggang Awan Langit). Tubuhnya melayang di atas pepohonan
mendekati bagian terdalam dari lembah Rawa Hijau.
Tidak ada halangan. Tampaknya para penghuninya, kalaupun ada, sangat
terlalu percaya diri. Dalam sekejab Han Sian sudah melihat sekumpulan
orang yang sedang berkumpul di tengah lembah tersebut. Jumlah mereka
ada 3 orang laki-laki tua. Anehnya, ketiga orang ini tampak berjungkir balik dengan kepala di bawah.
Sementara tangan mereka memegang tengkorak-tengkorak kepala bayi.
Saat mereka mulai mengerahkan tenaga yang berhawa panas, kepalakepala bayi tersebut mengeluarkan asap dan perlahan-lahan mulai
menyusut. Asap-asap tersebut tidak lari kemana-mana tapi masuk ke dalam
mulut mereka. Sampai berapa lama mereka berlatih dan akhirnya ketiganya kembali
berjumplitan ke udara dengan sebat. Dilain saat mereka telah saling
menyerang dengan pukulan-pukulan dahsyat yang berhawa keji. Itulah HuiKut-Tok-Im-Ciang (Pukulan Racun Dingin Tulang Api).
Sementara ketiga orang ini terus berlatih dengan hebat, tiba-tiba terdengar suara mendengus.
Huh, ternyata kalian penyebab malapetaka bagi para penduduk di sekitar
sini..."! Ketiga orang itu segera menghentikan serangan mereka, dan memandang
penuh selidik Siapa kau..."
Heh, siapapun aku adanya kalian tidak perlu tahu. Aku hanya datang untuk
menghentikan perbuatan-perbuatan kalian yang jahat dan membawa kepala
kalian kepada para penduduk di sekitar yang telah kalian rugikan.
Hoaahahahahah... ketiga orang itu tertawa, salah satunya yang tertua
berkata: Kau bocah ingusan yang tidak tahu tingginya langit, berani mencari mati di sini...tahukah kau siapa kami"...
Han Sian diam saja sambil terus menatap tajam ke arah mereka.
Dengarlah orang muda, kami adalah Tee-Tok-Sam-Kwi, kami adalah salah
satu dari 5 Iblis Bumi yang sakti. Orang yang termuda yang meneruskan
penjelasan kakaknya dengan suara angkuh sambil berharap pemuda di
depannya ini akan kedar dan ciut nyalinya.
Tapi kembali dia kecelik. Yah, keistimewaan dari tiga orang ini memang
terletak dari keberadaan mereka yang selalu bersama-sama. Meskipun
demikian dalam urutan 5 Iblis mereka tetap di hitung satu dan menempati
urutan ke empat dalam susunan para iblis tersebut.
Namun untuk berharap Han Sian akan takut, maka masih jauh dari kata
mungkin karena pada dasarnya Han Sian memang belum pernah
mendengar nama mereka.
Aku tidak tahu dengan nama Iblis kalian. Aku hanya ingin membawa kepala
kalian saja. Eh, sombongnya anak ini..."! Berkata demikian, Orang ke dua di antar
mereka segera menyerang Han Sian yang segera di elakkan pemuda itu
dengan mengengoskan tubuh ke samping sambil memapaki pukulan lawan
dengan kedua jari yang di luruskan. Dari tangannya keluar berkas pedang
yang terbuat dari asap berwarna merah. Itulah salah satu jurus dari Bu-Tek Chit-Kiam-Ciang, yaitu Ang-In-Kiam-cu (Jalur Pedang Awan Merah).
Aiaaaaaa..... Orang kedua dari ketiga iblis tersebut menjerit dan segera
melontarkan tubuhnya ke belakang. Tak di sangkanya ilmu lawan
sedemikian dahsyat. Untung dia cepat menarik tangannya. Kalau tidak
pastilah sudah menjadi korban hawa pukulan tajam yang sangat kuat tadi.
Serang sama-sama Segera terdengar suara komando dari yang tertua.
Maka mulailah mereka mengurung Han Sian dan menyerangnya dengan
pukulan andalan mereka yaitu Hui-Kut-Tok-Im-Ciang.
Malam yang dingin itu, terjadi pertempuran yang dahsyat. Tigapuluh jurus
telah berlalu, namun sejauh itu belum juga ketiga Iblis itu dapat mendesak Han Sian. Bahkan justru pemuda itu yang terus mendesak mereka dengan
jurus-jurus jari pedangnya yang aneh.
Lewat lima jurus kemudian, tiba-tiba Han Sian merobah permainannya.
Tangan kirinya tetap memainkan jurus Ang-In-Kiam-Cu sedangkan tangan
kanannya bersilat dengan jurus ke dua yaitu Hoa-jian-Kiam-Cu (Jalur
Pedang Seribu Bunga).
Dari jarinya keluar hawa pedang tanpa ujud yang mengeluarkan bau harum
bunga, tapi sangat dahsyat. Menghadapi serangan-serangan tersebut.
Ketiga orang ini tak sanggup berbuat banyak. Hingga akhirnya merekapun
jatuh terpukul.
Han Sian tidak berhenti sampai di situ saja. Sekali dia menggerakkan Thian-In Hui-cu, tubuhnya tiba-tiba lenyap dari pandangan lawan, dan di lain saat terdengar jeritan orang pertama-dan ke dua yang meregang putus nyama
mereka dengan kepala terpisah dari badan.
Perlahan dia turun ke tanah sambil matanya memandang tajam ke arah
orang ke tiga. Orang yang di tatapnya itu nampak pucat pasi, akhirnya tanpa dapat di cegah lagi dia terjatuh dengan lutut gemetar ketakutan tanpa dapat bersuara.
Hemmn, aku beri kau kesempatan untuk menebus dosamu, bawa kepala ini
dengan kedua tanganmu, dan akui semua perbuatan terkutuk kalian, kau
hanya boleh mengerahkan tenaga agar tidak mati dari penganiayaan
mereka...Ingat! bilamana aku melihat kau melawan...maka tanganku akan
menjadi tangan iblis yang akan membuat matimu matimu lebih mengerikan
dari kedua saudaramu, mengerti..."
Iblis ke tiga itu hanya mengangguk saja dan melakukan apa yang di
perintahkan Pemuda sakti di hadapannya ini.
Akhirnya menjelang pagi, Orang ke tiga dari Tee-Tok-Sam-Kwi yang sangat
terkenal sakti ini berjalan lesu menuju ke arah perkampungan dan mengakui perbuatannya dan saudara-saudaranya.
Para penduduk desa yang menginterogasinya kemudian mendengar
pengakuannya dan ceritanya bahwa dia serta kedua saudaranya di kalahkan
oleh seorang yang bertangan Iblis. Para penduduk kemudian melampiaskan
dendam mereka. Dengan tenaganya yang sisa setengah, dia melindungi tubuh bagian
dalamnya agar tidak mati. Tapi setiap kali dia mau melawan, matanya
menangkap kilatan sinar mata yang mengancam dari jauh yang membuat
hatinya keder dan takut untuk melawan.
Sementara itu Han Sian nampak puas dengan dengan pekerjaannya.
Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil menikmati udara pagi. Dia merebahkan dirinya di bawah sebuah
pohon yang rindang. Namun beberapa saat kemudian dia menangkap suara
langkah-langkah kecil mendekat. Dia membuka matanya saat langkahlangkah kaki itu tiba di depannya.
Tampak gadis cantik yang di tolongnya dari lima orang di pinggir sungai itu di hadapannya. Gadis itu paling banyak berusia 17 tahun, dan nampak
segar. Walaupun hanya gadis biasa namun kecantikan alamiahnya memang
cukup menawan dengan lekuk tubuh yang padat berisi.
Maaf In-Kong, saya tahu bahwa budi pertolongan In-Kong yang
membalaskan sakit hati desa kami sangat besar. Dan saya tahu bahwa
orang yang sakti seperti In-Kong pasti juga tidak mengharapkan balasan
apa-apa, tapi... Gadis itu terdiam sejenak dengan wajah ragu-ragu dan muka merah...
Nona Yan, katakanlah, aku tidak akan marah...
Be..benarkah In-Kong tidak akan marah..." tandasnya masih ragu-ragu.
Iya, aku tidak akan marah. Sahut Han Sian lembut. Dia tidak habis pikir,
mengapa gadis ini menjadi seperti ini.
Mmm...kalau saya melakukan sesuatu, apakah In-Kong tetap tidak akan
marah..." tanyanya lagi dan kali ini dengan wajah yang lebih memerah..
Han Sian jadi geli hatinya. Segera dia memejamkan matanya, menaruh
tangan kirinya di belakang sementara tangan kanannya di angkat sejajar
bahu dengan dua jari teracung keatas berbentuk V.
Benar nona Yan, aku bersumpah bahwa aku sama sekali tidak
akan......hmmmmpps.. Tiba-tiba Han Sian tidak dapat melanjutkan katakatanya. Matanya terbelalak. Betapa tidak" Bibir gadis itu sudah menempel dan menyumbat mulutnya.
Sesaat dia terkejut, tapi naluri kelaki-lakiannya berbicara lain. Apalagi dia sudah tidak asing lagi dengan hal tersebut. Otomatis tubuhnya bereaksi
memberikan sambutan terhadap tubuh gadis yang nampak pasrah itu.
Tangan Han Sian bekerja dengan cepat sehingga dalam sekejap saja tidak
satupun pakaian gadis itu yang masih menempel di badan. Maka terjadilah
pergumulan yang hangat dari kedua insan yang menikmati nikmatnya
permainan cinta. Apalagi tatkala Han Sian Mulai menggerak-gerakkan
pinggangnya menekan sesuatu yang keras keluar-masuk dengan kuatnya
yang di sambut dengan rintihan-rintihan serta erengan lirih dan nikmat dari Yan-Er, sampai akhirnya:
"Aakkkhhhh....oohhhhh..." Gadis itu terkulai lemas, tak kuasa menahan lagi ketika pada puncaknya dia merasakan kenikmatan yang amat...amat
sangat...ini terus di ulang oleh Han Sian dan berlangsung selama 2-3 kali.
Waktu berlalu dengan cepat. Hari menjelang sore ketika Han Sian berdiri di pinggir sungai dengan berpakaian lengkap. Di belakangnya gadis itu baru
saja habis membetulkan pakaiannya.
In-Kong, sekarang apa rencanamu"
Han Sian berbalik dan menghadap pada gadis itu sambil memandang
dengan penuh selidik
Nona Yan, apakah nona menyesal dengan semua yang telah terjadi"
Akhh, tidak...bisa menyenangkan orang yang telah menjadi penolongku,
justru sangat menyenangkan hatiku...hanya... sebelum berpisah, bolehkah
aku mengetahui nama In-Kong" Menyelesaikan kalimatnya, Yan-Er
mengangkat wajahnya dan memandang dengan tersipu.
Han Sian membalas senyuman itu sambil mencubit dagu gadis itu. Dilain
saat Tubuhnya sudah melayang menyeberangi sungai itu sampai ke
seberang dan lenyap dengan cepat.
Tuan..." Yan-er berteriak sambil menatap hampa bayangan pemuda itu.
Tapi tiba-tiba terdengar suara yang menggema di telinganya.
Namaku Han Sian, Tee-Tok-Sam-Kwi menyebutku Tangan iblis, maka
biarlah mulai sekarang aku pakai nama itu... perlahan suara itu lenyap.
Yan-er tertegun, dengan lirih mulutnya mengulangi nama yang baru saja
sirna dari telinganya: Tangan Iblis...ya...ya...Pendekar Asmara Tangan
Iblis.....Pendekar Asmara Tangan Iblis...
Entah bagaimana caranya beberapa bulan kemudian, dunia kang-ouw telah
mengenal nama julukan ini sebagai salah satu dari beberapa pendatang
muda yang sakti di dunia kang-ouw.
Tangan kanan "Iblis" penguasa Kim-Liong-Pay
Beberapa bulan kemudian, seiring dengan melejitnya nama Pendekar
Asmara Tangan Iblis yang sakti, nama yang lain juga mengikuti dengan tidak kalah tenarnya: Pangeran Pedang Iblis yang memiliki kedahsyatan ilmu
pedang yang tidak ada tandingan.
Kedua nama ini masih dalam bayangan misterius dari dunia persilatan.
Tidak jelas berada di pihak mana mereka. Yang jelas, kaum kang-ouw sama
tau bahwa kedua orang ini tidak se jalan dengan Jit-Goat Mo-ong yang
mereka takuti. Han Sian berjalan memasuki kota Cheng-Du di propinsi Se-Chuan.
Langkahnya santai, sambil menikmati pemandangan alam yang indah dia
kemudian memasuki sebuah rumah makan yang cukup besar dan
mengambil tempat duduk di bagian sudut kiri ruangan. Nampak hanya ada
enam orang di situ, termasuk dirinya sendiri, tapi mereka tidak
memperhatikannya. Dari sudut itu dia dapat melihat ke seluruh ruangan
bahkan sampai ke-luar.
Seorang pelayan, mendekatinya: Tuan mau makan apa"
Hemm, berikan saja nasi, sayur asam dan 2 potong ayam goreng. Han Sian
membalas tersenyum sambil tangannya menyerahkan potongan kecil uang
perak. Baik tuan, silahkan menunggu... Kata pelayan tersebut kemudian berlalu
dari situ. Tak lama kemudian pesanan di antar dan Han Sian makan dengan
lahapnya Beberapa saat kemudian nampak bayangan 2 orang memasuki rumah
makan itu. Tampaknya mereka adalah dua orang muda-mudi yang baru saja
habis melakukan perjalanan jauh. Dari wajah mereka nampak kusut. Sang
wanita berusia sekitar 17 tahun dan memiliki wajah yang amat cantik serta tubuh yang indah dan menggairahkan dengan baju warna merah muda yang
nampak serasi sekali dengan kulitnya yang putih mulus. Sementara yang
pria berusia 21 tahun dan juga tak kalah gagahnya.
Han Sian mengamati sejenak kedua orang yang menyapu ruangan tersebut
dengan pandangan mata menyelidik. Ketika sinar matanya berbenturan
dengannya, tahulah dia bahwa kedua muda-mudi ini bukanlah orang lemah,
paling tidak mereka memiliki tenaga setara para pendekar-pendekar tingkat satu. namun dia tidak melihat lebih lanjut.
Kedua orang itu mengambil tempat tepat 2 meja di sampingnya dan
kebetulan pula sang wanita duduk menghadap ke arahnya. Kembali dua
mata mereka bertemu. Kali ini sinar kekaguman terpancar dari mata Han
Sian, sementara wanita itu hanya tersipu sambil kemudian menunduk-kan
mukanya. Setelah memesan makanan pada pelayan yang menyambut mereka, sang
gadis berkata dengan suara merdu dan setengah berbisik:
Kim-Toako, berapa lama lagikah perjalanan kita" Apakah mungkin kita
menemukan susiok Ui-I-Liong-Jin (kakek Naga Jubah Kuning) yang kita
tidak tahu dimana keberadaannya"
Lian-moi, kau tenanglah...jika mengandalkan informasi suhu sebelum beliau mengembuskan nafas terakhir, maka pasti kita akan menemukannya lagi di
sekitar propensi Se-Chuan ini! Kita harus menemukannya Lian-moi, hanya
dia yang dapat menyelamatkan Kim-Liong-Pay dari malapetaka dan
cengkraman iblis itu Pemuda yang di panggil Kim-Toako itupun membalas
dengan suara perlahan.
Namun semuanya itu tdk lepas dari telinga Han Sian yang tajam.
Sebenarnya tidak ada maksudnya mendengarkan pembicaraan orang, tapi
dasar telinganya yang terlalu tajam, dia tidak dapat berbuat apa-apa selain menguping semuanya.
Hatinya tertarik sekali. Siapa yang di maksud Iblis tersebut" Tapi walaupun dia menunggu sampai penasaran, kedua orang tersebut hanya diam saja
sampai habis makan.
Tak lama kemudian selesailah kedua orang itu makan. Selang sejenak
merekapun lalu berdiri dan melangkah menuju pintu keluar. Sampai di luar, mereka berjalan cepat mengarah ke pintu gerbang selatan. Setelah melawati penjagaan, kedua orang muda itu mengembangkan gin-kang mereka dan
berlari cepat mengarah ke sebuah hutan yang jaraknya sekitar 10 li dari
pinggir kota. Namun ketika mereka hampir tiba di pinggir hutan, lari mereka terhenti. Di hadapan mereka telah menghadang 5 orang laki-laki berusia sekitar 40-50an tahun. Berpakaian putih dan memakai ikat kepala berwarna putih dengan
ukiran naga kuning. Di pinggang mereka tampak menggantung sebatang
pedang panjang.
Kalian sudah cukup jauh berjalan, karena itu kalian tidak akan kemanamana lagi... Salah seorang yang tampaknya adalah pemimpin mereka
menegur dengan suara datar. Junjungan menginginkan kalian pulang untuk
menerima hukuman...
Sejenak kedua orang muda ini tertegun sejenak, tapi mereka juga tidak
kaget terhadap kehadiran 5 orang ini. Hanya yang membuat mereka tidak
habis pikir ialah perkataan junjungan yang baru saja mereka dengarkan.
Hok-Tancu, apa maksudmu..." Menegas suara pemuda bernama itu.
Hem...Kim Tin Lee, kau tahu maksud kami, mulai sekarang Kim-Liong-Pay
akan menjadi lebih kuat dengan adanya junjungan kita yang sakti
itu...apakah kau mengerti" Orang yang di panggil Hok-tancu membalas,
tetap dengan suara datar.
Bangsat...jadi inikah hasil kesetiaan kalian selama ini terhadap suhu yang sudah menolong dan mengangkat kalian dari kesengsaraan...Baik, hari ini
aku, Kim Tin Lee akan adu jiwa untuk membasmi kalian... Berkata demikian, dengan wajah yang penuh amarah, dia mencabut pedangnya dan langsung
menerjang ke arah Hok-tancu dengan dahsyat. Di lain saat dia telah
memainkan Kim-Liong-Kiam-Sut.
Hok-tancu melentingkan tubuh ke belakang sambil mencabut pedangnya,
dan bersiap dalam posisi menunggu dalam kuda-kuda yang kokoh. Di lain
saat mereka telah bergebrak dengan hebat. Ternyata keduanya memiliki
dasar ilmu yang sama.
Sementara itu sang gadis yang melihat rekannya sudah bergebrak, segera
pula mencabut pedangnya dan menyerang penghadang yang lain tak kalah
sebetnya. Setelah dua puluh jurus tampak Hok-Tancu mulai terdesak hebat. Ketiga
rekan lain yang masih menonton dari tadi saling pandang dan di lain saat
mereka telah bergerak membantu. Satu membantu Hok-Tancu sedang yang
dua membantu mengerubut si gadis tersebut.
Tampak bahwa memang mereka mau segera menangkap si gadis hiduphidup. Hal ini bukannya tidak di sadari juga oleh Kim Tin Lee, hanya saja dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan dirinya. Apa lagi saat dia melihat si gadis yang beberapa kali mengeluarkan suara menjerit kecil ketika bajunya mulai robek sana-sini sehingga mengganggu perhatiannya sehingga
permainan pedangnya menjadi kacau.
Dengan nekat, akhirnya Kim Tin Lee memekik nyaring, tubuhnya melesat ke
atas setinggi tiga tombak, pedangnya di gerakkan dengan 7 kali serangan
beruntun yang mematikan di tubuh lawan. Serangan ini ganas, namun
hakikatnya ia tidak memperdulikan nyawa lagi karena jurus ini menyerang
tanpa bertahan. Inilah jurus Sin-liong-chit-kiam (Tujuh pedang naga sakti) yang ampuh.
Hok-Tancu dan rekannya yang terkejut melihat ini, mereka tahu lawan mau
Memanah Burung Rajawali 12 Wanita Gagah Perkasa Karya Liang Ie Shen Pendekar Sadis 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama