Ceritasilat Novel Online

Pendekar Budiman 4

Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


Ciang Le berlari cepat di sebelah kakek bongkok. Ia merasa betapa cengkeraman tangan kakek ini benar benar kuat. Baiknya ia sendiri memiliki ilmu lari cepat yang sudah mencapai tingkat tinggi sehingga ia dapat mengimbangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecepatan si bongkok. Kalau tidak, tentu ia akan terseret dan tangannya akan terasa sakit.
Setelah berlari lari beberapa lama akhirnya kakek bongkok itu berhenti di depan sebuah rumah gedung yang penuh tanaman kembang di halaman depan. Rumah gedung itu tidak terlalu besar, akan tetapi benar benar mungil dan cantik sekali. Nampak demikian bersih terpelihara.
Ketika kakek bongkok itu hendak memasuki halaman gedung ini, Ciang Le merasa sangsi dan berkuatir kalau kalau ia akan terjebak. Sambil mempergunakan Ilmu Sia kut hoat, ia membetot tangannya dan sekali tarik, saja tangannya yang digenggam oleh kakek bongkok telah terlepas! Si bongkok memandangnya dengan kagum dan perlahan lakan mukanya menjadi merah. Ia telah kena dipermainkan oleh pemuda ini. Melihat bahwa pemuda ini pandai Ilmu Sia kut hoat, kalau tadi tadi pemuda ini menghendaki tentu sudah dapat melepaskan tangannya yang terpegang!
"Hwa I Enghiong, apakah kau takut memasuki rumah kami?" tanya nenek yang sudah berada dibelakang mereka pula bersama, kakek buntung.
Ciang Le tertegun. Tidak saja ia mendapat kenyataan bahwa nenek dan kakek buntung itupun memiliki ilmu lari cepat yang hebat juga ia merasa aneh melihat betapa tiga orang ketua Hek kin kaipang ini dapat tinggal di dalam sebuah gedung yang demikian indah yang agaknya hanya patut ditinggali seorang bangsawan tinggi! Akan tetapi, karena nenek itu menyangkanya takut, ia menjadi panas hati. Betapapun tiaggi kepandaian tiga orang aneh ini belum cukup untuk mendatangkan rasa takut dalam hatinya! Ia menjawab dengan gagah, "Mengapa aku harus takut"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya orang bersalah saja yang dapat takut dan dalam hal ini, aku tidak merasa bersalah."
Kemudian dengan langkah tenang dan dada terangkat, Ciang Le mengikuti mereka memasuki rumah indah itu.
Seorang pelayan dengan pakaian bersih dan sikap sopan sekali membuka pintu dan membungkuk dengan hormat sekali seakan akan yang datang bukanlah seorang pemuda dan tiga orang pengemis, melainkan orang orang bangsawan agung !
Tiga orang tua itu membawanya menuju ke sebuah ruangan di bagian kiri gedung, sebuah ruangan yang amat luas. Melihat betapa keadaan ruangan ini berlantai bersih dan datar juga bangku bangkunya dan meja terletak di sudut sehingga di bagian tengah kosong, Ciang Le dapat menduga bahwa ini tentulah ruang bermain silat.
Pada saat itu, tiba tiba Ciang Le mendengar suara kim (
alat musik bertali ) yang dipukul dengan merdunya.
Kembali ia tertegun karena suara ini memang amat pantas terdengar dari sebuah gedung indah, tanda bahwa penghuninya adalah seorang seniman terpelajar. Akan tetapi mengapa tiga orang pengemis tua ini bersikap seakan akan mereka yang menjadi tuan rumah" Selagi ia menikmati suara kim yang merdu itu, tiba tiba terdengar suara lain, suara yang jauh berlainan dengan suara tetabuhan itu. Kali ini yang terdengar datang dari arah belakang, yakni suara orang orang berkeluh kesah, menangis, mengerang, pendeknya suara banyak orang sedang menderita sedih dan sakit! Akan tetapi, suara kim yang terdengar dari sebelah kanan gedung itu masih saja berbunyi, seakan akan mengiringi tangis dan keluh kesah itu yang dianggap oleh penabuh kim sebagai nyanyian yang enak didengar agaknya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat keheranan Ciang Le, nenek itu tertawa terkekeh kekeh. "Anak muda, kau menjadi tamu agung kami, dan agaknya kau tertarik oleh bunyi dan suara itu. Apakah kau ingin menyaksikan dengan mata sendiri ?"
Biarpun ia tidak suka dianggap sebagai seorang yang lancang dan ingin mengetahui keadaan rumah orang, namun tangis dan keluh kesah itu membuat Ciang Le curiga kalau kalau di dalam rumah ini terjadi kejahatan, maka ia lalu menganggukkan kepalanya.
Kakek bongkok dan kakek buntung itu agaknya tidak setuju kemudian menggerakkan tangannya akan tetapi mereka itu dibantah oleh nenek tadi dengan kata kata,
"Sebagai seorang calon pasangan pangcu, tentu saja berhak mengetahui segalanya." Kemudian ia lalu mendahului dan mengajak Ciang Le masuk ke ruangan belakang. Ciang Le mengikuti nenek ini dan di belakangnya, dua orang kekek itupun berjalan sehingga ia seakan akan dikurung di tengah tengah. Biarpun mereka bertiga tidak memperlihatkan sikap yang mencurigakan, diam diam Ciang Le maklum bahwa dia dijaga keras oleh tiga orang aneh ini.
Setibanya di belakang, nenek itu lalu melompat ke atas dinding tembok. Ciang Le ikut melompat pula dan di belakang tembok itu ia menyaksikan pemandangan yang aneh dan juga menawan hati. Di belakang dinding itu ternyata merupakan sebuah taman yang cukup indah dan luas sekali. Banyak macam bunga bunga mekar semerbak di situ. Akan tetapi yang amat aneh adalah banyaknya orang orang yang bekerja di situ. Biasanya untuk sebuah taman bunga, dua atau tiga orang tukang kebun saja sudah cukup.
Akan tetapi di dalam taman ini nampak orang orang yang jumlahnya sampai tiga puluh orang lebih! Mereka ini bekerja mengurus taman bunga dan ketika Ciang Le memperhatikan, ternyata bahwa keadaan mereka amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengsara. Pakaian mereka pecah pecah dan tambal tambalan, dan biarpun ada yang pakaiannya cukup baik, namun rata rata mereka itu pucat pucat bahkan ada beberapa orang yang menderita luka tanpa diobati !
Ketika orang orang itu melihat nenek dan dua orang kakek tadi berdiri di atas dinding tembok bersama seorang pemuda, tiba tiba saja semua tangis dan keluh kesah itu lenyap dan berhenti. Semua orang lalu sibuk bekerja, nampaknya mereka takut sekali menghadapi tiga orang tua itu !
"He, orang she Kwe! Kau kembali menangis, ya" Awas, sekali lagi kumendengar kau meraung raung seperti anjing hukumanmu akan kutambah sepuluh tahun lagi! Ini, rasakan untuk peringatan!" nenek itu berseru keras dan tangan kirinya bergerak kearah seorang yang sedang berdiri di dekat sebatang pohon bunga sambil membuangi daun daun kering. Ciang Le melihat sinar hitam melayang dari tangan nenek itu dan orang tadi terjungkal. Sebatang touw kut teng (paku penembus tulang) telah menancap pada pundak orang itu yang biarpun meringis meringis kesakitan sambil memegangi pundaknya, namun sama sekali tidak berani menangis atau mengeluarkan suara!
Ciang Le terkejut dan marah sekali. "Kau kejam sekali!"
teriaknya, akan tetapi nenek itu memandang kepadanya dengan mata mendelik dan menudingkan jari tangan ke arah lehernya.
"Kejam" Apakah artinya pundak tertancap paku dengan luka di leherku ini" Tahukah kau bahwa luka ini ditimbulkan oleh guratan golok sehingga leherku hampir putus?"
Ciang Le tertegun karena ia tidak mengerti apakah artinya semua ini. Tiga orang tua itu melompat turun ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat tadi dan terpaksa Ciang Le ikut melompat turun pula. Ia tadi telah melihat bahwa air muka orang orang yang berada di dalam taman bunga itu menunjukkan watak orang orang yang kurang baik kelakuannya. Akan tetapi tetap saja ia merasa penasaran mengapa orang orang itu disiksa seperti itu dan mengapa pula mereka dikumpulkan di tempat itu. Lagi pula, di antara orang orang itu ia juga melihat pengemis pengemis berikat pinggang hitam, anggauta anggauta Hek kin kaipang.
"Sam wi pangcu (tiga saudara ketua), apakah artinya pemandangan itu" Siapakah mereka dan mengapa mereka berada di tempat itu?" tanya Ciang Le karena pemuda itu tak dapat menahan hatinya lagi.
"Mereka itu orang orang hukuman!" jawab nenek itu sambil menyeringai.
"Orang orang hukuman" Apa kesalahan mereka dan mengapa dihukum di sini?"
"Hwa I Enghiong, dari siapakah kau belajar menyelidik keadaan dalam rumah tangga lain orang?" Si bongkok tiba tiba menegurnya dan merahlah wajah Ciang Le.
Sesungguhnya, taman bunga itu masih menjadi bagian dari gedung ini dan apa yang terjadi di dalam taman Itu masih merupakan peristiwa dalam rumah tangga lain orang
"Sekarang marilah kau menyaksikan dengan mata sendiri suara lain yang datang dari bangunan sebelah kanan itu,"
kata nenek itu pula. Memang suara kim yang ditabuh itu masih terdengar dengan nyaring dan amat merdunya. Ciang Le mengikuti tiga orang itu menuju ke arah datangnya suara.
Mereka tiba di sebuah ruangan yang luas akan tetapi pintu yang lebar terbuka itu tertutup oleh tirai yang halus sehingga dari luar orang dapat melihat bayangan di sebelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam. Tercenganglah Ciang Le ketika melihat keadaan bagian ini. Ruangan itu amat indah dan bersih, dihias dengan perabot perabot rumah yang serba indah dan mahal.
Juga dari tirai halus itu semerbak bau yang amat harum.
Ketika ia memandang ke dalam, tiba tiba matanya terpaku pada sebuah pemandangan yang amat menarik hati. Di sudut ruangan itu, duduk di atas lantai yang ditilami kasur beralaskan sutera merah muda, nampak seorang gadis yang cantik jelita. Gadis ini kelihatan seperti seorang bidadari saja dari luar tirai, berpakaian hijau berkembang yang indah sekali dan cara duduknya amat luwes dan. menarik hati. Di depannya terletak sebuah alat tetabuhan kim yang dimainkannya dengan asyik. Sepuluh jari tangannya yang runeing bergerak gerak dan mukanya tunduk memandang alat tetabuhan itu.
Tiba tiba gadis itu mengangkat muka, seakan akan pandang mata yang penuh kekaguman dari Ciang Le terasa olehnya. Sepasang mata yang lebar dan jeli menatap ke arah tirai dan Ciang Le segera menundukkan mukanya yang berobah merah. Benar benar ia merasa malu karena sungguh tidak sopan memandang seorang gadis di dalam kamarnya ia lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi dari pintu, diikuti oleh tiga orang pengemis tua itu yang tersenyum senyum.
"Dia cantik jelita bukan" Pernahkah kau melihat seorang gadis yang secantik dia?" tanya nenek itu.
"Siapakah dia ?"" tanya Ciang Le.
Nenek itu tertawa cekikikan. "Heh heh, kau tergila gila kepadanya bukan" Heh heh heh, laki laki mana yang takkan tergila gila melihat dia" Kau boleh menyebut dia pangcu, Siocia atau Sianli (Ketua, Nona, atau Dewi)!"
"Pangcu" Nona itu ketua dari apakah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini si buntung tertawa geli. "Anak bodoh, dialah pangcu dari perkumpulan kami!"
Bukan main herannya hati Ciang Le mendengar ini.
Nona pemain kim tadi ketua dari Hek kin kaipang"
Sungguh sukar untuk dapat dipercaya!
Sementara itu, mereka telah tiba kembali di ruang pertama, yakni ruang lian bu thia. Nenek itu lalu berkata.
"Sekarang bersiaplah kau, orang muda. Tidak sembarangan orang boleh memasuki rumah ini. Dalam pandangan kami, kau cukup memenuhi syarat, kecuali sebuah lagi, yakni kau harus dapat menghadapi kami bertiga selama lima puluh jurus lebih!"
Ciang Le mengerutkan kening. "Apakah artinya ini" Aku datang atas undangan cuwi, bukan kehendakku sendiri dan aku sama sekali tidak hendak mencari permusuhan dan pertempuran."
"Ha ha ha, kau takut ?" tanya si kakek buntung.
"Siapa bilang aku takut" Aku hanya hendak mencegah pertempuran tanpa alasan."
"Tanpa alasan katamu?" si bongkok membentak, "Kau telah mengacau kota Taigoan telah merobohkan banyak anak buah kami dan para penjaga kota, dan kau bilang tanpa alasan" Anak muda, kami masih belum
membunuhmu boleh dibilang sudah cukup baik dan sabar.
Kalau tidak Bi Mo Ii (Setan Wanita Cantik) ini yang membuat gara gara hendak menjadi comblang, sudah semenjak tadi kau mampus! Hayo kau boleh
memperlihatkan kepandaianmu!" Setelah berkata demikian, si bongkok ini lalu menggerakkan tongkat pendeknya untuk menyerang dengan sebuah totokan ke arah ulu hati pemuda itu. Berbareng pada saat itu, sambil tertawa tawa, nenek itupun telah menyerang dengan siang kiam (sepasang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang) dan si kakek buntung telah menggerakkan kedua tongkatnya!
Ciang Le terkejut bukan main. Ia cepat menggerakkan tangan ke arah punggungnya dan tiba tiba berkelebat sinar emas ketika Kim kong kiam berada di tangannya dan cepat ia menggerakkan pedang itu untuk menangkis senjata lawan. Terdengar suara nyaring diikuti oleh bunga api berpijar. Tiga orang pengemis tua itu mengeluarkan seruan kaget dan mereka menahan senjata masing masing.
"Kau pernah apa dengan Thian Te Siang mo ?"" teriak nenek itu dengan wajah pucat.
"Thian Te Siang mo adalah guruku," jawab Ciang Le dengan tenang dan diam diam ia merasa girang karena agaknya, seperti kakek pemelihara ular itu, tiga orang tua ini sudah pernah bertemu dengan kedua orang suhunya dan agaknya jerih menghadapi pedangnya yang dahulu menjadi senjata dari Te Lo mo, gurunya ke dua. Akan tetapi rasa girang ini berobah menjadi gelisah ketika ia melihat sikap nenek itu. Tiba tiba saja nenek ini memaki maki.
"Thian Te Siang mo, keparat terkutuk! Sekarang aku mendapat kesempatan untuk mencincang hancur tubah muridmu!" Setelah berkata demikian, sepasang pedangnya bergerak dengan ganas dan cepatnya, dibantu pula oleh dua orang kakek itu.
Terpaksa Ciang Le melayani mereka dan sebentar saja ia terkurung rapat rapat. Pemuda ini harus mainkan Kim kong Kiam sut dengan cepat dan sungguh sungguh, karena, serangan serangan tiga orang lawannya ini benar benar hebat dan lihai. Diam diam ia memikir dengan heran siapakah mereka ini dan mengapa agaknya nenek itu membenci kedua orang gurunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti telah disebutkan di bagian depan, tiga orang tua ini adalah pemimpin pemimpin Hek sin kaipang tingkat satu, yakni tingkat tertinggi. Nenek itu berjuluk Bi Mo li (Setan Wanita Cantik), kakek bongkok itu berjuluk Beng san kui (Setan Ganung Sakti), dan kakek yang buntung kaki kirinya itu berjuluk Siang tung him (Biruang Bertongkat Dua).
Melihat cara tiga orang tua itu menyerangnya, Ciang Le diam diam menjadi sibuk juga. Tiga orang tua itu kini bukan lagi hendak mencoba kepandaian, melainkan menyerang dengan mati matian! Agaknya karena ia murid Thian Te Siang mo, tiga orang ini menjadi benci kepadanya dan hendak membunuhnya, terutama sekali nenek yang lihai itu. Ilmu pedang dari nenek itu benar benar lihai sekali dan ditambah pula dengan permainan tongkat si bongkok dan sepasang tongkat si buntung, benar benar Ciang Le terdesak hebat. Pemuda ini tidak mau mengalah begitu saja, tadinya memang ia terdesak karena ia memang tidak membalas serangan serangan mereka dengan sungguh sungguh, kuatir kalau kalau melukai mereka. Sekarang melihat betapa tiga orang tua itu menyerangnya dengan sungguh sungguh dan mati matian, terpaksa iapun membalas dengan serangan yang amat lihai dari Ilmu Pedang Kim kong Kiam sut.
Ilmu Pedang Kim kong Kiam sut yang ia pelajari dari Te Lo mo ini memang benar benar luar biasa sekali. Pedang di tangannya lenyap berobah menjadi segulungan cahaya kekuningan seperti emas dan merupakan benteng kuat sekali yang melindungi seluruh tubuhnya dari serangan senjata senjata lawannya. Bahkan kadang kadang gulungan sinar pedang itu mendesak hebat sekali sehingga setiap kali senjata lawan terbentur, lawan lawannya mengeluarkan suara kaget! karena merasa telapak tangannya tergetar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebat! Kalau sekiranya tidak dikeroyok tiga, sudah dapat dipastikan bahwa Ciang Le tentu akan dapat dirobohkan lawannya Biarpun dalam hal lweekang dan ginkang tidak boleh dikatakan kepandaian dan tingkatnya lebih tinggi, namun dengan Ilmu Pedang Kim kong Kiam sut, ternyata ia menjadi lebih unggul dari pada semua lawannya.
Akan tetapi, karena tenaga dan kepandaian tiga orang pengemis tua yang aneh itu tergabung dan mereka ternyata dapat bekerja sama dengan baik dan teratur sekali, maka Ciang Le akhirnya menjadi kewalahan dan terdesak hebat !
Betapapun juga, berkat daya tahan Kim kong Kiam sut yang rapat dan kuat, ia masih dapat mempertahankan diri dan agaknya tidak akan mudah bagi tiga orang tua itu untuk mengalahkannya. Berbeda dengan mereka yang sudah tua sekali, Cian Le masih muda dan tenaga serta napasnya kuat.
Seratus jurus telah lewat dan tiga orang tua itu menjadi penasaran sekali. Kalau saja pemuda ini tidak mengaku sebagai murid Thian Le Siang mo, agaknya nenek itu menjadi makin kagum dan suka kepada pemuda ini yang dianggapnya betul betul berharga menjadi jodoh Siocianya.
Tiba tiba bayangan hijau melayang keluar dari pintu kanan, dan terdengar bentakan halus akan tetapi nyaring dan amat berpengaruh,
"Kalian bertiga mundurlah!"
Sungguh mengherankan Ciang Le, karena tiga orang tua itu bagaikan tentara tentara mendengar perintah seorang atasan yang berpangkat tinggi, serentak lalu melompat mundur dan menahan senjata mereka. Kemudian mereka bertiga memandang ke arah orang yang baru muncul ini dengan sikap penuh hormat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adapun Ciang Le ketika melihat siapa orangnya yang datang mukanya menjadi merah dan iapun memandang dengan kagum. Ternyata bahwa orang itu adalah nona berbaju hijau berkembang yang tadi menabuh kim di dalam kamar bertirai itu, nona yang kini nampak lebih cantik dari pada tadi. Nona ini bertubuh ramping dan berisi, kini memakai pakaian yang ringkas. Rambutnya yang hitam dan panjang itu digelung ke atas dan diikat dengan pengikat rambut terbuat daripada permata yang berkilauan. Di belakang pundaknya nampak gagang siang to (sepasang golok) terbuat daripada emas yang terhias permata hijau pula. Sepatunya yeng tinggi berwarna hitam. Bukan main gagah dan cantiknya nona ini, dan kulit mukanya yang putih kemerah merahan itu demikian halus sehingga seakan akan amat tipis. Diam diam Ciang Le harus akui bahwa selama hidupnya belum pernah ia melihat seorang gadis yang lebih cantik dari pada nona ini. Karena ia teringat akan penuturan nenek tadi bahwa nona manis ini adalah ketua dari Hek kin kaipang, maka cepat Ciang Le menjura kepada nona itu dengan hormat setelah menyimpan pedangnya.
"Pangcu (ketua), harap kau suka maafkan padaku telah berani datang ke rumahmu yang indah dan membikin ribut. Percayalah aku hanya terpaksa oleh tiga orang tua yang berkepala batu ini!"
Nona itu tersenyum dan sepasang matanya berseri gembira, Ciang Le melihat sederetan gigi yang putih bagaikan batu kemala di lingkungan bibir yang berbentuk manis dan berwarna merah.
"Hwa I Enghiong, aku paling benci disebut ketua, sungguhpun aku memang menjadi pemimpin Hek kin kaipang. Namaku Kiang Cun Eng, bukankah lebih sedap didengar kalau kau menyebut namaku saja tanpa segala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebutan sungkan dan pangcu pangcuan?" Kembali ia tersenyum manis sekali dengan lesung pipit di pipi kanannya, sedangkan sepasang matanya yang lihai itu mengerling melebihi tajamnya pedang Kim kong kiam!
Melihat gerak bibir, lirikan mata, dan gerak gerik wajah nona ini, yakinlah Ciang Le bahwa benar benar ia berhadapan dengan seorang gadis yang luar biasa cantiknya. Akan tetapi cara gadis itu mainkan bibir dan mata mendatangkan rasa jengah dan tidak enak dalam hati Ciang Le dan berbareng menimbulkan rasa tidak suka.
Gadis ini memiliki sifat tidak baik dan genit, pikir Ciang Le, dan sekaligus berkuranglah kekagumannya.
Akan tetapi ketika ia memandang kepada gagang golok di belakang pundak gadis itu, teringatlah ia akan sesuatu dan diam diam ia menjadi gelisah. Baru menghadapi keroyokan tiga orang pemimpin tingkat satu tadi saja ia sudah kewalahan. Gadis cantik ini sebagai ketua sudah tentu saja memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari pada kepandaian tiga orang pengemis tua itu. Kalau saja harus menghadapi gadis ini saja, ia boleh mengerahkan seluruh kepandaiannya dan mustahil kalau ia akan kalah. Akan tetapi bagaimana kalau dikeroyok empat"
Kemudian gadis itu yang melihat Ciang Le diam saja, lalu berkata kepada tiga orang pembantunya, "Bi Mo li, bersihkan kamar tamu sebelah barat! Beng san kui, perintahkan kepada restoran yang paling besar untuk mengirim hidangan hidangan yang paling baik, dan kau, Siang tung him beritahukan kepala daerah bahwa urusan dengan Hwa I Enghiong sudah beres dan malam ini diadakan perjamuan untuk menghormatinya di sini, minta dia datang!"
Tidak saja Ciang Le yang menjadi tercengang
mendengar ini, bahkan tiga orang pembantunya itupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi tertegun. Apalagi nenek itu, ia kelihatan tidak senang sekali.
"Nona, ketahuilah bahwa orang ini adalah murid Thian Te Siang mo musuh musuh besar kita!" kata nenek itu.
Akan tetapi Beng san kui dan Siang tung bini tidak membantah perintah nona ini.
"Baik, pangcu!" jawab Beng san kui.
Aku pergi, nona." kata Siang tung him dan dua orang kakek ini sekali berkelebat saja sudah melompat keluar dari ruangan itu Kini Kiang Cun Eng, ketua Hek kin kai pang itu menoleh kepada Bi Mo li dan pandangan matanya yang tadinya lunak dan mesra itu berobah menjadi ganas.
"Bi Mo li, sudah berapakali kau selalu membantah perintahku" Apakah kau ingin melihat golokku bergerak lebih keras lagi " Hwa I Enghiong adalah tamu agung bagiku yang harus kuhormati. Aku suka padanya tidak perduli ia putera siapa dan murid siapa! Hayo lekas jalankan perintahku!"
Bi Mo li masih mengerutkan keningnya dan memandang kepada Ciang Le dengan mata berapi, akan tetapi sekali saja Kiang Cun Eng menggerakkan kedua tangannya
kebelakang, tahu tahu sepasang golok yang putih berkilauan saking tajamnya telah berada di kedua tangan yang kecil halus itu!
"Bi Mo li, lekas pergi! Jangan tunggu sampai tanganku melakukan gerakan ke dua!"
Kini Ciang Le melihat betapa Bi Mo li menjadi pucat mukanya, dan setelah mengerling sekali lagi ke arahnya dengan penuh kebencian, nenek itu lalu pergi terhuyung huyung ke belakang, untuk melakukan perintah ketua yang cantik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciang Le benar benar merasa terkejut dan heran.
Alangkah besar kekuasaan dan pengaruh nona ini Tiga orang tua yang memiliki kepandaian demikian tinggi seakan akan tiga ekor anjing peliharaan saja yang merangkak rangkak ketakutan di depan kakinya.
"Pangcu"."
Muka manis yang tadinya berubah seram dan ganas, kini melembut dan pandangan matanya mesra lagi ketika ditujukan kepada wajah Ciang Le yang tampan.
"Hwa I Enghiong, ingat namaku Kiang Cun Eng."
"Kiang pangcu (ketua Kiang)...."
"Jangan menyebutku ketua!"
Ciang Le menghela napas. Nona ini benar benar aneh,
"Kiang siocia (nona Kiang)," katanya kewalahan, "harap kau jangan berlaku sungkan. Aku bukanlah tamu agung dan aku tidak ingin tinggal lama lama di rumahmu dan mengganggu kalian. Sudahlah, biarkan aku pergi saja. Lain kali aku akan menghaturkan terima kasih atas kemurahanmu terhadapku."
Kiang Cun Eng menggeleng geleng kepalanya. "Tidak bisa, tidak bisa! Apakah kau ingin menghinaku" Kau datang dan kuanggap sebagai tamuku, hidangan sudah disiapkan, bahkan kepala daerah Taigoan sudah kupanggil. Jangan kau membikin malu aku, Hwa I Enghiong. Apa akan kata orang kalau mendengar bahwa undangan yang ramah tamah dan penuh sikap persahabatan dari ketua Hek kin kaipang ditolak mentah mentah oleh Hwa I Enghiong?"
Ciang Le beripikir cepat. Memang tidak baik kalau ia memaksa meningagalkan dan menolak undangan itu. Ketua ini telah berlaku manis padanya. Melihat betapa ketua ini dapat memanggil kepala daerah dan betapa tadi ketika ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur menghadapi anggauta anggauta Hek kin kaipang para penjaga kota juga membantu perkumpulan pengemis itu, tahulah dia bahwa perkumpulan ini mendapat dukungan dari pemerintah setempat! Hal ini benar benar amat aneh dan ia harus dapat menyelidikinya. Apa lagi tentang orang orang yang berada di taman bunga di belakang gedung ini.
"Baiklah, nona. Aku tidak berani mengecewakan hatimu, sungguhpun aku terlampau dihormati dan merasa sungkan sekali "
Gadis itu tertawa dengan manis sekali. Ia nampak girang bukan main dan seperti seorang anak kecil, tangannya menyambar dan memegang tangan Ciang Le. Gerakan ini cepat sekali sehingga sebelum pemuda itu dapat mengelak, tangannya sudah terpegang dan ditarik tarik.
"Hwa I Enghiong, hayo ikut aku. Aku akan mainkan kim dan bernyanyi untukmu." Dengan gaya menarik, genit dan manja sekali nona cantik itu membetot betot tangan Ciang Le.
Tentu saja wajah Ciang Le menjadi merah seperti kepiting direbus! Ia merasa betapa jari jari tangan yang halus menekan tangannya dengan mesra dan wajah gadis itu menatapnya berseri seri dan sinar matanya penuh arti!
Untuk melenyapkan rasa jengahnya, Hwa I Enghiong tersenyum dan berkata, "Kiang siocia, aku sudah mendapat kehormatan mendengarkan kau mainkan kim yang benar benar merdu sekali tadi ketika aku dibawa datang oleh tiga orang tua itu."
"Aku tahu, akan tetapi yang kumainkan tadi adalah lagu sedih. Lagu dari seorang puteri kaisar yang meratapi nasibnya karena tak dapat mendekati pemuda ksatria yang menjadi idaman hatinya! Sekarang aku hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyanyikan kisah pertemuan kedua teruna remaja itu, lagu yang gembira!" Sambil berkata demikian, ia terus menarik tangan Ciang Le ke arah ruang di sebelah barat yang tertutup tirai halus itu.
Ciang Le benar benar merasa amat jengah, sungkan, dan serba salah. Ia tadi telah mengerahkan lweekangnya agar tangannya yang dipegang itu dapat terlepas tanpa menyinggung nona itu, akan tetapi ia merasa betapa jari jari tangan itupun mengerahkan lweekang yang tinggi sehingga mereka bahkan seperti saling menekan dengan mesra! Oleh karena ia melihat mata nona itu memandangnya dengan penuh arti seakan akan menegur "kenakalannya", ia tidak berani lagi menarik tangannya dan membiarkan saja dirinya dituntun seperti kerbau ke dalam kamar yang menyiarkan bau harum itu.
Kamar itu selain semerbak harum, ternyata juga indah sekali. Ciang Le berdiri seperti seorang murid bodoh yang dihukum oleh guru sekolah dan disuruh berdiri di muka kelas. Ia merasa bingung, malu dan tidak enak. Kalau ia menggunakan kekerasan, pergi dari tempat itu, Sebentar saja ia tentu akan dikeroyok dan amat tidak enak menanamkan bibit permusuhan dengan perkumpulan yang kuat ini hanya karena ia merasa malu berada di dalam kamar seorang gadis cantik.
"Silakan duduk, eh, siapa pula namamu?" tanya Kiang Cun Eng sambil tertawa dan gadis ini dengan gaya menarik, lalu menjatuhkan diri duduk di atas lantai yang di tilami kasur dan bersih.
Ciang Le terpaksa mengambil tempat duduk pula di atas lantai bertilam itu, sejauh mungkin dari nona rumah dan duduknya amat tidak leluasa, seakan akan kasur bertilam sutera yang empuk itu adalah arang membara!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku she Go bernama Ciang Le." Demikian katanya singkat sambil melayangkan pandang kepada dinding kamar yang terhias lukisan lukisan indah dan sajak sajak terkenal. Hem, selain cantik dan gagah, gadis ini agaknya ahli pula dalam hal kesusasteraan, pikirnya dan diam diam ia merasa kagum. Sukarlah mencari seorang gadis seperti ini, sayang sekali ia demikian genit dan manja.
Ketua Hek kin kaipang itu yang sudah mengambil alat tetabuhannya lalu mulai membunyikannya dan berkata,
"Go enghiong, sekarang dengarkanlah aku bernyanyi untukmu." Suaranya diucapkan dengan lagak dibuat buat dan matanya mengerling penuh arti. Kemudian, diiringi suara kim yang indah bernyanyilah gadis itu. Kembali Ciang Le tertegun dan kagum karena suara gadis ini benar benar merdu sekali.
Akan tetapi ketika ia mendengar kata kata dalam nyanyian itu, wajahnya yang sudah merah menjadi makin merah dan Ciang Le tidak berani memandang gadis itu.
Gadis in bernyanyi tentang pertemuan seorang puteri dengan kekasihnya, memuji muji kecantikan puteri itu, memuji muji ketampanan wajah pemuda kekasihnya, kemudian tentang pertemuan yang mesra dan romantis itu dengar kata kata yang tidak kenal malu lagi! Kalau saja bukan Ciang Le yang mendengar nyanyian ini keluar dari mulut seorang gadis yang demikian menggiurkan dan cantik, kalau saja pemuda pemuda biasa yang
mendengarnya, tentu hatinya akan jatuh dan akan berlututlah dia di depan kaki Kiang Cun Eng memohon belas kasihan dan cinta kasih. Tentu akan berkobarlah api nafsu birahi dalam dada pemuda yang mendengarnya bagaikan api disiram minyak. Akan tetapi Ciang Le adalah keturunan seorang pahlawan sejati, keturunan Go Sik An seorang bun bu cwan jai yang terpelajar dan gagah perkasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pula dia adalah murid dari sepasang manusia kembar yang sakti, murid dari Thian Te Siang mo yang sudah menggemblengnya semenjak ia masih Kecil sehingga pemuda ini memiliki kekuatan batin yang cukup teguh.
Maka biarpun mukanya menjadi makin merah sampai ke telinganya karena ia merasa jengah dan malu, namun di dalam hatinya terasa kemuakan dan kejemuan mendengar nyanyian yang tidak kenal kesopanan dan melanggar susila itu.
Kiang Cun Eng mengakhiri nyanyiannya dengan kata kata.
"Selagi muda tidak mencari kesenangan dunia.
Sesudah tua, menyesalpun tiada guna !"
Ia mengakhiri nyanyian dan sambil tersenyum senyum dan sepasang matanya setengah dikatupkan, napasnya agak terengah engah, gadis itu lalu mendorong kimnya ke samping, kemudian ia menggeser duduknya, mendekati Ciang Le!
Wajah pemuda itu yang tadinya kemerah merahan, tiba tiba menjadi pucat dan dengan suara kaku dan kening berkerut ia berkata.
"Aku tidak setuju dengan kata kata dalam nyanyianmu itu."
"Eh, Go kongcu yang manis, apakah kau menganggap suaraku tidak merdu?" Kiang Cun Eng telah berada dekat sekali dan kulit mukanya kemerah merahan menambah manisnya.
"Suaramu merdu sekali, kau memang pandai
bernyanyi," terus terang Ciang Le menjawab. Gadis itu meramkan matanya dan mengeluarkan suara seperti seekor kucing dibelai kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aai, kau tidak saja tampan dan gagah akan tetapi juga pandai memuji dan merayu seorang wanita, kongcu yang baik. Atau......... bolehkah aku menyebutmu koko saja"
Lebih sedap didengar...." Tangan gadis itu diulur dan hendak merangkul leher Ciang Le.
Ciang Le menganggap hal ini sudah keterlaluan sekali, maka ia lalu bangkit berdiri. "Kiang pangcu, aku tidak sependapat denganmu. Selagi muda mencari kesenangan dunia adalah perbuatan yang sebodoh bodohnya. Aku juga mempunyai peribahasa yang berbunyi Selagi muda bersuka suka, sudah tua banyak menderita, atau selagi muda beriman kuat, sudah tua akan selamat ! Oleh karena itu, sudah cukuplah kiranya hiburan ini dan perkenankanlah aku sebagai seorang sahabat yang sama sama menjunjung tinggi perikebajikan dan keadilan, memberi nasihat dan minta sesuatu darimu."
Gadis itupun berdiri dari tempat duduknya dan sepasang matanya kini bersinar terang, tidak seperti tadi yang setengah dikatubkan ketika dirinya dikuasai oleh nafsunya sendiri.
"Nasihat apa yang hendak kauberikan kepadaku dan permintaan apa yang hendak kauajukan?"
"Nasihatku kepadamu seperti yang patut kunasihatkan kepada seorang adik perempuanku. Amat tidak baik perlakuanmu kepadaku, pangcu. Tidak selagaknya seorang gadis muda seperti engkau ini membawa seorang pemuda ke dalam kamarnya dan kemudian kau bersikap menarik hatinya seperti yang kaulakukan tadi. Adapun permintaanku kepadamu, berlakulah murah hati terhadap orang orang yang terkurung di dalam taman bunga di belakang rumahmu itu. Apapun juga kesalahan mereka, kau tidak berhak mengurung dan menyiksa mereka di tempat itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkilat kedua mata Cun Eng mendengar kata kata ini.
"Nasihatmu itu tidak ada artinya bagiku, Go enghiong. Aku bukan anak anak lagi, usiaku sudah dua puluh lebih, dan seperti kunyatakan dalam nyanyian tadi, selagi muda aku takkan menyia nyiakan saja kesenangan yang datang menjelang! Adapun permintaanmu itu, ah, jadi tiga orang tua bangka tolol itu telah membawamu ke belakang?"
Ciang Le hanya mengangguk dan keningnya berkerut. Ia tidak tahu apa yang hendak dilakukan oleh wanita cantik ini, dan merasa lebih berbahaya menghadapi si cantik ini dari pada menghadapi musuh musuh lainnya. Kalau disuruh pilih, ia tentu lebih suka menghadapi keroyokan tiga orang pemimpin Hek kin kai pang tingkat satu yang lihai itu daripada harus menghadapi gadis ini di dalam kamarnya!
"Go enghiong, mari kau ikut denganku. Aku hendak memperlihatkan sesuatu!" Setelah berkata demikian, air muka gadis itu berubah cepat sekali, kini menjadi sungguh sungguh dan kekejaman membayang pada wajahnya yang cantik. Tiba tiba ia menggerakkan kedua tangannya dan siangto (sepasang golok) tadi telah berada di tangannya.
Kemudian ia melambaikan goloknya mengajak Ciang Le sambil melompat keluar. Sungguhpun Ciang Le diam diam menaruh hati curiga, akan tetapi ia tidak mau memperlihatkan sikap takut. Ia pun lalu menggerakkan kedua kakinya dan melompat mengikuti gadis itu.
Ternyata Cun Eng memnawanya ke belakang dan seperti tiga orang pemimpin tingkat satu dari Hek kin kaipang tadi, kini gadis itupun melompat ke atas pagar tembok yang menutup taman itu.
Kalau tadi ketika berada di situ dengan Bi Mo li dan kedua orang kawannya. Ciang Le melihat pemandangan yang aneh karena orang orang di dalam taman itu nampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketakutan seperti melihat iblis, sekarang ia melihat pemandangan yang lebih aneh lagi. Begitu melihat Cun Eng berdiri di atas tembok dengan sepasang golok di tangan, orang orang yang tadinya asyik bekerja itu tiba tiba menjatuhkan diri berlutut semua dan mereka membentur benturkan jidat di atas tanah seakan akan menghormat kedatangan seorang puteri raja!
"Toa Sam dan Tangan Seribu, majulah!" terdengar bentakan nyaring dari Cun Eng.
Dari rombongan orang itu muncul dua orang. Yanp bernama Toa Sam bertubuh tinggi besar, bermuka brewok dan matanya sipit, mulutnya mengejek selalu. Orang kedua yang disebut Tangan Seribu adalah seorang yang kurus kecil tubuhnya akan tetapi tindakan kakinya cepat dan gesit sekali. Dua orang itu berdiri lalu berjalan menuju ke depan rombongan orang yang berlutut. Di situ mereka juga berlutut. Si Tangan Seribu menundukkan mukanya, akan tetapi Toa Sam kadang kadang mengerling ke arah Cun Eng dan Ciang Le.
"Sudah kami pertimbangkan tentang dosa dosamu dan sekarang hukuman itu akan di jatuhkan. Bersiaplah kalian
!" Baru saja kata kata ini habis diucapkan, Toa Sam tertawa dan berkata, "Sayang aku tidak tampan seperti pemuda itu.
Kalau aku tampan, sudah tentu Sianli (Dewi) akan mengampuni kesalahanku !" Akan tetapi ia tidak diberi kesempatan untuk bicara lebih lanjut, karena pada saat itu, dari atas telah menyambar Cun Eng. Benar saja seperti yang diduga Ciang Le, gadis itu memiliki kepandaian yang luar biasa sekali, terbukti dari gerakannya yang cepat dan ringan bagaikan seekor burung walet.
Akan tetapi, kepandaian gadis itu tidak amat mengejutkan hati Ciang Le, yang membuat ia benar benar terkejut dan memandang dengan mata terbelalak adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika ia melihat sinar putih dari kedua batang golok di tangan Cun Eng itu berkelebat dan tahu tahu menyembur darah hidup yang mengerikan sekali. Ternyata ketika ia memandang dengan penuh perhatian, kepala Toa Sam telah terpisah dari tubuhnya dan Tangan Seribu telah putus tangan kanannya sebatas siku! Darah mengalir membasahi rumput di taman itu. Tubuh Toa Sam menggeletak tak bergerak, hanya darah yang menyembur nyembur dari lehernya saja yang bergerak Tangan Seribu menggigit gigit bibir dengan muka pucat, boleh dipuji sekali orang ini karena biarpun tangannya dibuntungi, ia tidak mengeluarkan sedikit suara keluhan!
Ciang Le menjadi marah sekali dan hendak melompat turun dan menegur gadis yang ganas dan kejam itu, tahu tahu Cun Eng telah melayang dan berdiri di atas tembok di sebelahnya lagi. Kejadian itu hanya terjadi sekejap mata saja, sehingga benar benar sukar dipercaya.
Cun Eng merogoh saku bajunya, mengeluarkan
sebungkus obat lalu melemparkan obat itu kepada Si Tangan Seribu. "Pakai obat ini dan balut ujung tanganmu baik baik. Kau sudah menerima hukuman, lekas kau pergi dari sini!"
Kalau dibicarakan sungguh aneh sekali. Orang yang baru saja tangannya dibikin buntung dan kini diberi obat lalu disuruh pergi, kini berlutut menghaturkan terima kasih kepada gadis yang telah membuatnya bercacad selama hidupnya itu! Kemudian, dengan sebuah lompatan yang cukup membuktikan bahwa Si Tangan Seribu itu memiliki kepandaian lumayan, orang itu telah mengambil bungkusan obat lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Orang orang yang berada di situ masih berlutut dan kini mereka nampak menggigil seluruh tubuh mereka. Biasanya, kalau Hek kin kai pangcu (ketua Hek kin kaipang) sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang dengan sepasang goloknya di tangan, dia takkan pergi sebelum "membagi bagi" hukuman dengan cara yang amat ganas dan kejam. Siapa lagi yang akan menjadi korban"
Sementara itu, Ciang Le menyambut kembalinya nona itu di atas pagar tembok dengan mata bersinar marah. Ingin sekali ia memukul dan menyerang wanita yang kejam ini, akan tetapi baiknya pemuda itu masih dapat mengendalikan diri dan ingat bahwa ia adalah seorang tamu dan juga bahwa sebelum tahu jelas duduknya perkara tidak baiklah kalau ia bertindak secara sembrono.
"Kiang pangcu, mengapa kau seganas itu" Membunuh orang begitu saja dan membuntungi lengan orang pula"
Apakah artinya semua ini?"
"Go enghiong, kau kasihan kepada mereka?" tanya Kiang Cun Eng sambil tersenyum dan kalau dia tersenyum, lenyaplah bayangan kejam dan ganas pada mukanya yang cantik. "Orang orang ini adalah penjahat penjahat yang melakukan pelanggaran di wilayah yang kujaga! Tahukah kau mengapa aku menghukum mati kepada Toa Sam" Dia adalah seorang jai hwa cat (penjahat cabul) yang merusak dan mempermainkan banyak sekali anak bini orang di kota ini! Kepala daerah telah percaya kepada kami sebagai pencegah terjadinya kejahatan bukankah perbuatannya itu merupakan tamparan bagi nama kami" Apakah hukuman mati tadi kauanggap tidak sudah sepatutnya bagi seorang macam dia" Adapun Tangan Seribu itu, dia adalah seorang pencuri ulung yang datang dari luar kota dan ia kurang ajar sekali. Coba pikir, dia berani mencuri di dalam rumah kepala daerah sendiri! Inipun merupakan tamparan bagi kami dan sudah sepatutnya aku membikin buntung tangannya !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru tahulah Ciang Le dan diam diam ia pun mengakui bahwa hukuman hukuman yang dijatuhkan itu tentu akan membikin kuncup hati para penjahat. Namun ia masih penasaran dan menganggap bahwa perbuatan seorang gadis cantik dengan hukuman hukuman kejam itu amat keterlaluan.
"Hm, kau bukan algojo, mengapa membunuh orang seperti membunuh ayam saja?"
"Habis, kalau menurut pendapatmu, Go enghiong yang budiman dan berhati mulia, apakah aku harus
memperlakukan orang orang jahat itu dengan lemah lembut dan melepaskan mereka semua berkeliaran melakukan kejahatan tanpa diganggu?" suara gadis ini mengandung ejekan sehingga muka Ciang Le menjadi merah.
"Bukan demikian, hanya hukuman itu terlalu kejam dan ganas seperti perbuatan iblis saja! Bukan hakmu untuk menjatuhkan hukuman kepada mereka ini. Apakah tidak ada rasa kasihan dalam hatimu ?"
Gadis itu menahan ketawanya dan tersenyum lebar.
"Aha, jadi kau benar benar merasa kasihan kepada mereka"
Baiklah, Go enghiong, kebaikan hatimu ini akan kusampaikan kepada mereka. Memandang mukamu
sebagai tamuku, hari ini aku akan menurunkan semua hukuman mereka." Cun Eng lalu mengangkat tangan kanannya yang memegang golok dan berkata dengan nyaring kepada semua orang yang masih berlutut, "Hai, kalian dengarlah baik baik! Hari ini aku kedatangan tamu agung yang berhati mulia, yakni Hwa I Enghiong, pemuda gagah dan budiman ini! Atas permintaannya dan melihat mukanya, baiklah aku mengurangi hukuman kalian dan memotong setengahnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang orang yang tadinya berlutut dan menundukkan mukanya, kini mengangkat muka dengan girang sekali.
Dengan wajah terharu dan berseri seri mereka lalu mengangkat kedua tangan di atas kepala, menyembah ke arah Hwa I Enghiong untuk menyatakan terima kasih.
Ciang Le yang berdiri dengan gagah di sebelah kiri Cun Eng lalu mengangkat tangan kirinya ke atas.
"Kalian dengarlah baik baik! Sesungguhnya tidak seharusnya aku membela orang orang seperti kalian yang telah melakukan kejahatan, baik kejahatan kecil maupun besar. Orang orang seperti kalian ini wajib dihukum.
Sekarang Kiang pangcu telah berlaku baik untuk mengurangi hukuman kalian, bukan sekali kali karena jasaku. Kepada pangcu inilah kalian harus berterima kasih.
Kemurahan hati pangcu ini hendaknya kalian jadikan pedoman untuk kemudian hidup dengan jalan baik dan menebus dosa. Ingatlah bahwa kalau lain kali kalian masih saja melakukan perbuatan terkutuk, aku sendiri bahkan akan membantu Kiang pangcu untuk menangkap kembali dan memberi hukuman yang seberat beratnya!"
Cun Eng tersenyum manis mendengar ini dan ia lalu mengajak pemuda itu turun kembali meninggalkan tempat itu setelah berpesan kepada orang hukuman itu untuk mengubur jenazah Toa Sam di tempat kuburan umum.
Sambil menanti datangnya malam hari di mana akan diadakan perjamuan untuk menghormat tamu. Ciang Le dilayani oleh Cun Eng dengan segala keramahan. Pemuda ini benar benar merasa amat sungkan akan tetapi oleh karena ia telah menerima sambutan perjamuan itu, terpaksa ia menyabarkan diri, bahkan ia menggunakan kesempatan itu untuk bertanya dan bercakap cakap dengan Cun Eng tentang keadaan perkumpulan Hek kin kaipang yang aneh.
Adapun ketua perkumpulan Pengemis Sabuk Hitam itupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agaknya sudah "jatuh hati" betul betul terhadap Ciang Le yang tampan, karena tanpa ragu ragu lagi Cun Eng menceritakan semua hal dan bahkan menceritakan pula siapa adanya tiga orang tua yang menjadi pembantu pembantu itu.
Cun Eng adalah puteri tunggal dari Kiang pangcu, ketua dan pendiri dari perkumpulan Hek kin kaipang, seorang tokoh kang ouw yang amat terkenal karena ilmu silatnya yang tinggi dan biarpun Kiang pangcu pernah menjadi seorang bajak tunggal, namun setelah berusia tua, ia mencuci tangan, bahkan lalu membentuk perkumpulan Hek kin kaipang yang sifatnya mengumpulkan semua pengemis dan menjaga keamanan kota di mana mereka tinggal!
Nama Kiang pangcu amat tersohor sebagai ketua perkumpulan Hek kin kaipang. Akan tetapi, lebih terkenal lagi adalah nama tiga orang pembantunya, yakni pertama tama Bi Mo li yang sebenarnya menjadi juga bini mudanya, setelah ibu dari Cun Eng meninggal dunia, Bi Mo li menjadi kekasih Kiang pangcu. Orang ke dua Siang tung him, seorang yang tampan dan gagah, bekas perampok tunggal yang menjadi sahabat baiknya pula. Akan tetapi, bukan merupakan rahasia lagi bahwa di antara Bi Mo li dan Siang tung him, terdapat perhubungan rahasia. Bahkan Kiang pangcu sendiri juga tahu akan hal ini, akan tetapi ia diam saja karena kalau ia bertindak, berarti ia akan melemahkan kedudukannya. Baik Bi Mo li maupun Siang tung him merupakan pembantu pembantu yang cakap dan lihai.
Akan tetapi orang yang merasa marah dan sakit hati melihat kejadian ini adalah Cun Eng! Gadis ini telah mewarisi kepandaian ayahnya. Beberapa kali ia mengatakan kepada ayahnya untuk turun tangan memberi hajaran kepada ibu tirinya dan Siang tung him yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggap mencemarkan nama ayahnya dan bahkan dianggap menghina ayahnya. Akan tetapi ayahnya bahkan mencegahnya. Sebaliknya, diam diam Kiang pangcu menderita tekanan batin hebat dengan menyelewengnya Bi Mo li yang sudah menjadi bini mudanya itu Ia terlalu mencinta Bi Mo li dan juga sayang kepada Siang tung him berhubungan rahasia itu merupakan pukulan batin dan akhirnya Kiang pangcu yang sudah tua itu jatuh sakit. Di dalam sakitnya, mengingau dan tanpa disadarinya ia memaki maki Bi Mo li dan Siang tung him.
Mendengar igauan ayahnya ini larilah Cun Eng keluar, mencari Siang tung him dan menyerangnya. Pertempuran hebat terjadi, akan tetapi akhirnya Siang tung him kalah dan roboh. Dengan ganas sekali Cun Eng lalu
menggunakan siangtonya (golok sepasang) untuk membuntungi kaki kiri Siang tung him yang tampan itu!
Setelah itu, Cun Eng lalu mencari ibu tirinya, Bi Mo li juga tidak menyerah begitu saja karena iapun memiliki ilmu silat yang tinggi. Namun, ilmu kepandaian Cun Eng telah meningkat tinggi, bahkan mungkin tidak kalah oleh ayahnya sendiri, maka setelah bertempur dengan hebatnya akhirnya juga Bi Mo li dapat dirobohkan! Tadinya Cun Eng hendak menenggal leher wanita itu. Bi Mo li menjerit minta ampun sehingga golok di tangan gadis itu hanya menggurat sekitar leher bi Mo li yang menjadi ketakutan dan pingsan karena mengira bahwa lehernya akan di babat ! Ketika ia siuman kembali, ternyata bahwa kulit lehernya sudah digurat sekelilingnya agak dalam, sehingga, untuk selamanya kulit lehernya akan menjadi cacad!
Adapun Beng san kui, kakek bongkok itu tadinya adalah seorang tokoh kang ouw yang menaruh hati dendam kepada Kiang pangcu. Ia datang hendak membalas dendam, akan tetapi ia mendapatkan musuh besarnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggal dunia dan kedatangannya disambut oleh Cun Eng yang menggantikan ayahnya menjadi ketua dan kakek bongkok ini juga roboh di tangan Cun Eng, bahkan kemudian diangkat menjadi pembantu!
Ciang Le yang mendengar semua penuturan ini, diam diam menarik napas panjang dan merasa sayang bahwa gadis seperti Cun Eng terlahir di tengah tengah lingkungan orang orang kasar dan jahat seperti itu. Tidak mengherankan bahwa gadis ini menjadi seorang yang ganas, kejam, genit dan tak tahu malu, di samping sifatnya yang baik, yakni memberantas kejahatan.
"Aku mendengar Bi Mo li menyatakan bahwa guru guruku, Thian Te Siang mo, adalah musuh musuh besar kalian. Benarkah ini, dan mengapa demikian?" tanya Ciang Le.
"Kau benar benar tabah dan berani sekali mengajukan pertanyaan ini, Go enghiong. Keberanian inilah agaknya yang membuat aku amat tertarik kepadamu. Kedua orang gurumu itu pernah mengganggu ayahku, dan
ayah telah dikalahkan oleh mereka. Juga, belakangan ini, Thian Te Siang mo pernah pula bentrok dengan Bi Mo li dan kedua orang pembantuku. Soalnya mudah saja diduga, karena Bi Mo li memang menaruh hati dendam kepada guru gurumu, karena ". karena sesungguhnya gurumu Te Lo mo itulah yang membuka rahasia tentang perhubungan rahasia antara Bi Mo li dan Siang tung him kepada mendiang ayahku!"
Ciang Le mengangguk angguk. Kini tahulah ia mengapa Bi Mo li demikian benci kepada guru gurunya.
Malam itu tiba dan perjamuan yang dijanjikan itu diadakan di ruang tengah yang telah diterangi oleh banyak sekali api lilin. Di situ hadir Cun Eng, Bi Mo li, Siang tung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
him Beng san kui, dan kepala daerah Taigoan, seorang gemuk bermuka ramah, she Lo dengan seorang kepala pengawalnya, seorang yang berpakaian sebagai guru silat yang bernama Lai Sui. Lai Sui ini merupakan bayangan dari Lo taijin, ke mana juga Lo taijin berada, tentu Lai Sui berada di sampingnya!
Hidangan yang dikeluarkan adalah masakan masakan yang paling istimewa, sedangkan arak yang mengalir di tenggorokan mereka juga arak yang termahal dan wangi.
Tidak mengherankan apabila Lo taijin sebentar saja telah menjadi setengah mabok. Sambil mengelus elus perutnya yang makin gendut karena daging, ia berdiri dan mengisi sendiri cawan arak yang telah kosong di depan Cun Eng lalu berkata,
"Sungguh aku orang she Lo amat berbahagia dapat duduk makan semeja dengan Kiang pangcu atau Kiang siocia yang perkasa dan cantik jelita, pelindung kota Taigoan yang ternama. Harap siocia sudi menerima penghormatanku secawan arak!"
Dipuji puji oleh kepala daerah ini, Cun Eng hanya tersenyum dan segera mengangkat cawan araknya dan diminum kering. Pipinya yang memerah itu menjadi makin kemerahan dan menarik hati sekali. Dari percakapan yang terjadi selagi mereka makan minum, tahulah Ciang Le bahwa perhubungan antara kepala daerah dan pemimpin pemimpin Hek kin kaipang ini erat sekali dan Hek kin kai pang benar benar dipandang tinggi dan dihormati oleh kepala daerah Taigoan.
Semua orang kecuali Bi Mo li yang selalu muram dan cemberut atau kadang kadang mengerling ke arah Ciang Le dengan penuh kebencian, dan Ciang Le yang bersikap tenang tenang saja, nampak bergembira Cun Eng bicara dengan wajah berseri seri, mata bersinar sinar, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senyumnya murah sekali, Sian tung him yang berwajah tampan itu pun tersenyum senyum, demikian pula si bongkok dan Lai Sui pengawal Lo taijin. Mereka semua telah dipengaruhi oleh wajah pangcu yang cantik itu dan oleh arak wangi yang keras.
Ciang Le membatasi dirinya dalam minum arak, karena ia tidak mau kalau sampai menjadi mabok dan lupa daratan. Akan tetapi sambil tersenyum, Cun Eng menggerakkan ujung sabuknya yang berwarna hitam terbuat dari sutera lemas dan yang melambai di depan tubuhnya. Sabuk sutera hitam itu melayang di atas meja dan bagaikan lengan yang lemas dari seorang puteri juita, ujung sabuk itu membelit guci arak yang besar dan berat, kemudian begitu Cun Eng mengerakkan tangan nya yang memegang sabuk itu, ujung sabuk lalu bergerak mengangkat guci itu ke atas. Sambil mengerling ke arah Ciang Le dengan sepasang matanya yang bening dan indah, barengi senyumnya yang manis, Cun Eng lalui menggunakan ujung sabuk itu yang telah membelit guci untuk menuangkan guci itu dan memenuhi cawan Ciang Le! Pemuda ini terkejut sekali melihat demonstrasi lweekang yang tinggi ini. Sabuk sutera itu lemas saja, akan tetapi di dalam tangan nona ini dapat menjadi hidup. Dengan lweekangnya yang tinggi, nona itu dapat mempergunakan sabuk itu seperti orang mempergunakan lengan tangannya sendiri. Dari sini saja dapat dilihat, bahwa selain sepasang goloknya, nona ini tentu seorang ahli dalam permainan senjata istimewa, yakni sabuknya.
"Go koko (engko Go), marilah kita minum untuk kebahagiaan pertemuan ini," kata Cun Eng dengan nona ini menggigit bibir bawah dengan sikap genit sekali.
Bi Mo li memandang kepada ketuanya dengan sinar mata tajam penuh pertanyaan "Koko"." Apa pula ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanyanya. Memang sebagai ibu tiri, Bi Mo li ini kadang kadang bersikap sebagai seorang tua terhadap puterinya kepada Cun Eng.
Dalam keadaan biasa mungkin sekali kata kata ini dapat menimbulkan kemarahan Cun Eng. Akan tetapi pada saat itu gadis ini sedang bergembira, maka sambil tertawa ia berkata, "Hwa I Enghiong adalah seorang pemuda yang gagah perkasa dan budiman. Tidak patutkah ia menjadi kokoku?"
Bi Mo li hanya menjebikan bibirnya dan berkata.
"Hm"!" Akan tetapi tidak berkata apa apa lagi hanya menenggak araknya di dalam cawan dengan hati gemas sekali. Ciang Le tak dapat menolak suguhan arak yang dilakukan secara istimewa oleh ketua Hek kin kai pang itu.
Ia tidak mau menunjukkan kelemahannya. Sambil mengangguk dan mengucapkan terima kasihnya, ia lalu memegang cawannya yang penuh tanpa mengangkat cawan itu, lalu tangannya menekan meja sambil mengerahkan lweekangnya. Meja sedikit bergetar akan tetapi arak di dalam cawan itu bergelombang lalu memercik ke atas bagaikan sebuah pancuran air dan semua arak itu masuk ke dalam mulutnya. Tidak setetes arakpun tumpah di atas meja!
Melihat demonstrasi yang dilakukan oleh Cun Eng dan Ciang Le, Lo taijin terbelalak memandang dengan penuh kekaguman. "Ah, benar benar hebat. Hwa I Enghiong memang pantas sekali menerima penghormatan dari Kiang pangcu." Ia lalu menoleh kepada pengawalnya dan menepuk bahunya, "Eh, Lai suhu, kaupun harus memberi hormat kepada Hwa I Enghiong yang gagah ini!"
Pembesar ini biarpun tidak mengerti ilmu silat, namun ia selalu dikawal oleh Lai Sui yang ilmu silatnya cukup tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka melihat orang orang mendemonstrasikan


Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaiannya, ia tidak mau kalah muka dan ingin pula memamerkan kepandaian pengawalnya. Lai Sui mengerti akan hal ini. Sebetulnya dia sendiri tidak berani sembarangan memperlihatkan kepandaian karena ia tahu bahwa kepandaian dari nona ketua itu masih lebih lihai daripada kepandaiannya sendiri, akan tetapi oleh karena majikannya mendesak, ia tidak berani menolak atau membantah. Sambil tersenyum sungkan ia lalu berdiri dari menjadi kecil itu kedalam mulutnya. Akan tetapi ketika ia mencabut sepasang sumpit itu dari mulutnya, sumpit itu telah patah dan potongannya tertinggal di dalam mulut!
Ciang Le makan daging itu dengan enaknya dan Lo taijin sampai melongo memandangnya karena mengira bahwa pemuda itu telah makan potongan sumpit gading!
Akan tetapi tiba tiba Ciang Le meniup ke atas dan dua potongan sumpit gading itu melayang lalu menancap di tiang melintang yang berada di atas kepala mereka!
Kemudian Ciang Le mengangkat cawannya yang masih ada sedikit araknya, lalu diminumnya. Juga ketika mengangkat cawan ini, seakan akan ia tidak tahu bahwa cawan itu telah amblas sampai setengahnya.
Bukan main kagumnya semua orang yang berada di situ, termasuk Cun Eng, Gadis ini menjadi makin kagum dan suka kepada Ciang Le dan kerlingnya makin tajam menarik.
"Bi Mo li, kau belum memberi hormat !" kata Cun Eng yang menghendaki agar semua orang memberi hormat kepada pemuda yang telah menjatuhkan hatinya itu.
Bi Mo li sudah setengah mabok seperti yang lain, dan kebenciannya terhadap pemuda itu membuat dia makin marah saja ketika disuruh memberi hormat. Ia memegang cawan araknya yang terbuat dari pada perak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggenggamnya lalu tertawa dan melemparkan cawan kosong itu ke depan Ciang Le. "Murid Thian Te Siang mo hanya patut dihormati di dalam peti mati !"
Ketika semua orang melihat, ternyata bahwa cawan perak yang digenggamnya tadi kini telah menjadi hancur berkeping keping di atas meja depan Ciang Le!
-oo0dw0oo- Jilid IV DENGAN mata terbelalak heran, Bi Lan melihat gurunya memperlihatkan kepandaiannya. Dengan siul dan desis yang aneh, gruunya ini dapat memerintah kepada ular ular yang makin lama makin banyak muncul di tempat itu.
Ular ular itu dapat diperintah untuk berbaris, untuk mengangkat leher dai menari nari di depannya, kemudian dengan barisan yang rapih sekali merayap rayap mengelilingi Raja Ular itu. Dan semua ini hanya dilakukan dengan desis dan siulan yang amat kuat bunyinya dan juga amat tinggi sekali hingga Bi Lan dapat menduga bahwa suara suara itu hanya dapat dikeluarkan dengan tenaga khikang yang hebat. Senang juga melihat binatang binatang itu dapat dipermainkan sekehendak hatinya oleh Coa ong Sin kai. Akan tetapi, diam diam Bi Lan merasa makin geli dan jijik, apa lagi setelah ia melihat betapa Coa ong Sin kai mengambil seekor ular kecil panjang yang dikalungkan pada lehernya dan seekor pula yang lain melibat libat di sekitar tubuhnya. Ia tidak suka mempelajari ilmu menaklukkan ular ini. Ia akan bisa mati kaku kalau ular itu harus melilit tubuh dan lehernya seperti itu! Bi Lan bergidik dan meram matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, pendengaran Bi Lan yang terlatih dan tajam dapat mendengar suara orang bersorak dari jauh.
Ternyata Coa ong Sin kai juga telah mendengar suara ini.
Suara orang orang itu makin lama makin dekat dan tak lama kemudian, Bi Lan dan gurunya melihat banyak binatang hutan berlari larian dan burung burung beterbangan ketakutan.
"Hm, agaknya manusia manusia kejam merajalela di hutan ini," tiba tiba Coa ong sin kai berkata. "Mari kita lihat." Bi Lan mengikuti suhunya menuju ke arah suara itu dan dari balik pohon mereka melihat lima orang laki laki yang berpakaian sebagai pemburu berjalan di dalam hutan itu. Dua orang memanggul bangkai harimau yang agaknya tadi dikejar kejar oleh mereka, dan yang tiga orang masing masing memanggul bangkai kelinci yang gemuk. Mereka memegang tombak di tangan kiri dan di pundaknya nampak pula busur dan anak panah.
"Kurang ajar, benar benar manusia manusia kejam!"
kata Coa ong Sin kai perlahan. "Lihat siauw niau, kaulihat baik baik betapa setia nya ular ularku itu!" Setelah berkata demikian, kakek ini menggerakkan bibirnya dan keluarlah suara mendesis yang terputus putus akan tetapi tajam sekali, persis suara ular yang sedang marah.
Lima orang pemburu itu ketika mendengar suara ini, menjadi terkejut sekali dan berdiri diam.
"Ada ular!" kata seorang diantara mereka cepat ia mencabut golok yang tergantung di pinggangnya. Juga kawan kawannya bersiap sedia, karena memang binatang ular ini yang paling ditakuti oleh para pemburu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba tiba, diantara daun daun dan batang batang pohon, juga dari bawah rumput, keluar belasan ekor ular besar kecil menerjang ke lima orang pemburu itu. Para pemburu itu terkejut sekali karena belum pernah mereka mengalami hal yang aneh seperti ini, diserbu belasan ekor ular yang agaknya demikian marah kepada mereka. Bi Lan juga memandang dengan mata terbelalak. Ia melihat betapa suhunya dengan wajah berkilat karena berpeluh mata berseri dan mulut diruncingkan, terus mengeluarkan suara desisan yang ternyata merupakan panggilan kepada ular ular itu. Makin lama makin banyaklah ular ular itu datang mengeroyok para pemburu itu. Lima orang itu telah menurunkan bawaan masing masing dan kini mereka mengamuk dengan mata terbelalak ngeri. Golok mereka diobat abitkan membacok ular ular itu, akan tetapi makin lama makin bertambah juga jumlah ular ular itu sehingga akhirnya mereka kena juga digigit dan dibelit tubuh mereka.
Terjadilah pergulatan yang maha hebat dan yang amat mengerikan Bi Lan menjadi pucat dan tak terasa pula ia memekik ngeri, lalu melompat ke tempat pertempuran itu.
Ia telah mengambil sebatang ranting kecil dan dengan ranting ini ia menghajar ular ular itu. Sekali sabet dengan ranting saja, pecahlah kepala seekor ular, atau kalau terkena perutnya, maka pecahlah perut itu dan putus tubuh ular itu menjadi dua! Kehebatan ranting kecil ini lebih besar dari pada sebatang golok atau pedang! Ular ular itu menyerang Bi Lan, akan tetapi gadis ini dengan cepatnya dapat merobohkan mereka sehingga kini bangkai ular bertumpuk tumpuk dan tubuh mereka menggeliat geliat menggelikan.
"Siauw niau, kau gila" " tiba tiba Coa ong Sin kai membentak dan muncul dari tempat sembunyinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu, Kau tidak boleh menyuruh ular ular ini menyerang manusia!" Bi Lan membentak marah. Akan tetapi ketika ia menengok ke arah lima orang yang tadinya bergulingan meronta ronta mencoba melepaskan ular yang melilit leher mereka, ternyata lima orang itu kini telah tak bergerak lagi karena mereka telah menjadi biru! Mereka telah tewas karena tak dapat bernafas.
"Suhu"!" Bi Lan terisak, kemudian ia melemparkan rantingnya dan melompat pergi dari situ.
"Siauw niau" ke mana kau?" " teriak Coa ong Sin kui.
Akan tetapi Bi Lan tidak menjawab, bahkan mempercepat larinya. tidak sudi lagi berdekatan dengan gurunya yang kejam dan ganas, yang lebih menyayangi nyawa binatang dari pada jiwa manusia. Kalau gurunya mengejar, ia akan melawan mati matian. Akan tetapi ternyata Coa ong Sin kai tidak mengejar, bahkan terdengar kakek itu mengeluh dan menangis menyesali kematian begitu banyak ular ularnya yang tersayang.
"Tidak ada manusia yang ingat budi?" suara kakek itu terdengar jelas oleh Bi Lan yang melarikan diri, "kalian lebih baik, ular ularku!"
Gadis itu diam diam merasa terharu juga. Gurunya berlaku sedemikian aneh bukan karena wataknya memang jahat, melainkan karena pikirannya sudah rusak dan gila.
Akan tetapi ia tidak perduli lagi. Tidak mungkin ia harus berkumpul terus dengan guru yang kadang kadang membuatnya merasa serem dan ngeri itu. Kadang kadang gurunya ini berlaku luar biasa manjanya minta dicari kutu kutu rambutnya yang tidak boleh dibunuh, minta dipijiti seluruh tubuhnya. Ah, siapa tahu kalau kalau di luar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesadarannya, kakek itu akan melakukan sesuatu yang jahat terhadap dia. Ia masih ingat betapa karena membunuh seekor kutu rambut saja, gurunya sudah tega
menamparnya! Betapapun juga, ia harus berterima kasih kepada Coa ong Sin kai. Kakek gila itu sudah menurunkan banyak ilmu silat yang tinggi dan luar biasa kepada nya.
Tidak hanya Ouw wan ciang yang tiga puluh enam jurus itu dan Sin coa kiam hwat yang hebat telah dipelajarinya, bahkan iapun telah dapat melakukan Pi ki hu hiat dan I kiong hoan hiat yang tak sembarang orang dapat melakukan!
Sekarang ke mana ia hendak pergi" Kembali ke Hoa san" Ah, pengemis sakti yang gila itu telah membawanya jauh ke utara. Maka teringatlah Bi Lan akan penuturan Tan Seng, kong kongnya atau lebih tepat sukong nya (kakek gurunya), yaitu guru daripada mendiang ayahnya. Ayahnya telah tewas dalam pertempuran melawan orang orang Bangsa Kin yang juga menjadi sebab kematian ibunya. Dan sekarang Bangsa Kin masih menjajah di Tiongkok bagian utara, yakni di sebelah utara Sungai Huai dan juga di daerah Celah Tasan kuan di Shensi. Aku harus membalas dendam ayah bundaku, pikir gadis ini. Dengan hati tetap ia lalu melanjutkan perjalanannya dengan cepat menuju ke utara!
Seperti telah diceritakan di bagian depan, semenjak tahun 1141, Kerajaan Sung Selatan dengan amat terpaksa telah mengadakan perdamaian dalam keadaan amat terhina dengan orang orang Kin yang memiliki barisan kuat itu.
Selain Kerajaan Kin mendapat bagian tanah di sebelah utara Sungai Huai dan di Celah Tasan kuan di Shensi, juga setiap tahun pemerintah Sung harus mengirim upeti tanda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bakti kepada pemerintah Kin berupa dua puluh lima laksa tail perak dan dua puluh lima laksa lain sutera halus!
Betapapun juga, pemerintah Sung Selatan ternyata pandai mengatur pemerintahannya sehingga keadaan penghidupan rakyat jelata tidak begitu tertekan. Pertanian dan perdagangan mendapat kemajuan lumayan dan biar pun harus diakui bahwa penghidupan para petani tak dapat dibilang makmur, namun keadaan mereka jauh lebih baik dari pada keadaan rekan rekan mereka di sebelah utara. Di bagian utara, yakni di wilayah yang diduduki oleh pemerintah Kin, keadaan rakyat jelata Bangsa Han benar benar payah dan tertindas. Bala tentara Kin telah menghancurkan banyak kota dan desa, membunuh dan menyiksa rakyat, merampok harta bendanya sehingga setelah perdamaian diadakan, keadaan rakyat di utara sudah amat miskin dan habis habisan. Lebih lebih karena daerah ini diberikan kepada Kerajaan Kin, maka keadaan rakyat benar benar menyedihkan. Keluarga keluarga pembesar Kerajaan Kin menjadi majikan majikan mereka, sedang rakyat Han menjadi hamba hamba yang
kehidupannya lebih berat dari pada penghidupan binatang ternak! Pada waktu itu, seorang pembesar bangsawan Bangsa Kin sampai mempunyai hamba sebanyak seratus lebih Bangsa Han, yang boleh diperlakukan sesuka hati mereka seperti orang boleh memperlakukan apa saja terhadap binatang peliharaan mereka. Banyak pula yang dipaksa mengerjakan sawah ladang yang keseluruhannya dibagi bagikan kepada pembesar pembesar dan bangsawan bangsawan Kin, dengan hanya mendapat upah makan sekedarnya untuk menjaga jangan sampai mereka kelaparan saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja rakyat yang diperlakukan seperti hewan ini mengandung kebencian yang mendalam sekali.
Pemberontakan meletus dimana mana. Orang orang gagah memimpin rakyat untuk melakukan perlawanan dan tuntutan perbaikan nasib.
Biarpun sejarah mencatat bahwa akhirnya
pemberontakan pemberontakan itu berhasil juga dan Kerajaan Kin makin lama makin menjadi lemah untuk akhirnya runtuh dan lenyap, namun dalam tahun tahun pertama, keadaan Keajaan Kin amat kuatnya. Kerajaan ini mempunyai banyak sekali orang kuat, terdiri dari pembesar pembesar bu (militer) yang memiliki kepandaian tinggi.
Selain itu, masih ada juga tiga orang gagah yang oleh kaisar Kin dianggap sebagai tiang negara atau penasihat kaisar.
Tiga orang gagah ini adalah Bangsa Kin yang terkenal memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dikabarkan orang bahwa guru mereka adalah seorang pertapa Bangsa Thian tok (India) yang berilmu tinggi. Mereka ini setelah menduduki pangkat tinggi sebagai orang orang yang paling berpengaruh dalam Kerajaan Kin di bawah kaisar sendiri, lalu memilih nama yang cukup keren dan gagah, yakni yang tertua bernama Kim Liong Hoat ong, yang ke dua Gin Liong Hoat ong dan yang ke tiga Tiat Liong Hoat ong. Mereka ini adalah saudara saudara seperguruan dan selain mereka bertiga, Sam thai koksu (Tiga guru negara besar) ini masih mempunyai suheng (kakak seperguruan) yang menjadi pendeta di Tibet dan bernama Ba Mau Hoatsu yang kabarnya memiliki kepandaian paling tinggi diantara mereka.
Sam thai koksu inilah yang berhasil menggagalkan pemberontak pemberontak dan orang orang gagah yang mencoba menghancurkan pemerintah Kin yang menjajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanah air mereka. Jarang ada orang kang ouw yang dapat menandingi kegagahan Sam thai koksu. Apa lagi akhir akhir ini Sam thai koksu mendatangkan suheng mereka dari Tibet, dan Ba Mau Hoatsu selain tinggi sekali ilmu silatnya, juga memiliki ilmu hoatsut (sihir) yang menakutkan orang.
Kini para orang gagah hanya berani melakukan gerakan secara tersembunyi saja, yakni mengganggu pembesar pembesar yang terlalu menindas rakyat di kota kota yang jauh dari kediaman Sam thai koksu.
Di dalam perjalanannya menuju ke utara, setelah menyeberangi Sungai Huai, yakni tapal batas antara wilayah Sung dan Kin, Bi Lan lalu menuju ke kota Sucouw.
Melihat kemelaratan para petani yang miskin, hati dara perkasa ini memberontak. Memang ada diantara orang orang Han yang hidup mewah dan makmur yakni mereka yang memang tadinya orang orang hartawan dan kemudian setelah pemerintah Kin berdiri, mereka dapat mengadakan hubungan yang baik dengan pembesar pembesar Kin, melakukan penyogokan. Harta yang hartawan ini sekarang hidup seperti raja yang terjamin keselamatannya oleh pembesar pembesar Kin. Dan untuk mengisi kantong para pembesar Kin yang tidak ada dasarnya itu hartawan hartawan ini lalu melakukan pemerasan sehebat hebatnya kepada para petani dan buruhnya. Setiap orang buruh tani diharuskan bekerja lebih berat dari pada kerbau hanya untuk dapat mengisi perut setiap hari!
Semenjak menyeberangi Sungai Huai Bi Lan mulai melakukan kewajibannya sebagai seorang pendekar wanita, sesuai dengan pesan dari semua gurunya di Hoa san pai.
Dan semenjak Bi Lan memasuki wilayah pemerintah Kin, di daerah ini muncullah seorang pendekar wanita yang menggemparkan di samping orang orang gagah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang banyak mengadakan perbuatan perbuatan yang membela rakyat. Di sepanjang perjalanannya, Bi Lan mendatangi pembesar pembesar Kin di waktu malam, mengancamnya, menggurat muka dengan pedang atau bahkan membabat putus sebelah telinganya dengan ancaman agar supaya pembesar itu tidak memeras kepada rakyat.
Kemudian ia mengambil banyak perak dan emas dari pembesar pembesar ini dan pada malam itu juga, orang orang yang hidup miskin dan hampir kelaparan, tiba tiba saja menemukan potongan potongan perak atau emas di dalam kamar mereka! Juga banyak orang orang hartawan yang didatangi oleh Bi Lan dan diancam untuk dicabut nyawanya apabila tidak ingat akan kesengsaraan bangsanya dan tidak mengulurkan tangan untuk menolong.
Semua perbuatan mulia ini dilakukan Bi Lan dengan diam diam, dan karena gerakannya amat lincah, cepat dan ginkangnya sudah tinggi, maka semua petani miskin yang hanya melihat bayangan seorang gadis muda yang cantik jelita dan berpinggang langsing lalu memberi julukan kepada Bi Lan. Julukan ini adalah Sian li Eng cu (Bayangan Bidadari). Akan tetapi, para pembesar Kin yang tentu saja merasa penasaran dan marah, juga membenci gadis pendekar ini, memberi julukan Mo li Eng cu (Bayangan Iblis Wanita) kepadanya. Akan tetapi, Bi Lan yang mendengar julukan julukan ini untuknya, hanya tersenyum gembira dan tidak ambil perduli sama sekali.
Beberapa pekan kemudian tibalah Bi Lan di kota Cin an, kota terbesar di Propingi San tung. Di kota ini pemerintah Kin mendirikan kantor yang besar, bahkan di sinilah letak pusat kubu kubu atau benteng pertahanan tentara Kin. Oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena itu, jarang sekali ada orang gagah berani main main di tempat ini, karena di kota Cin an ini terdapat banyak sekali perwira perwira Kin yang gagah perkasa. Bahkan tidak jarang Sam thai koksu mengunjungi tempat ini.
Ketika Bi Lan memasuki kota yang besar ini,
perhatiannya tertarik oleh pengumuman yang ditempel di mana mana. Ia berhenti dan membaca pengumuman itu dan makin tertariklah dia. Ini bukanlah sebuah pengumuman, melainkan sebuah undangan untuk orang orang gagah di dunia kang ouw! Karena ingin membaca dengan jelas, Bi Lan lalu mendesak maju dan beberapa orang yang sedang membaca surat undangan itu memberi jalan dan memandang kepada Bi Lan dengan heran.
Pengumuman undangan ini tertulis dengan huruf huruf yang indah dan bergaya kuat dan berbunyi seperti berikut :
PARA ORANG GAGAH DI SELURUH PENJURU.
Kami, Sam Thai Koksu dari Kerajaan Kin dengan ini mengumumkan bahwa pada nanti malam bulan purnama kami hendak mengadakan pesta hiburan menghormat para orang gagah di dunia kang ouw. Pesta itu diadakan di kebun raya di luar benteng dan di sana disediakan hidangan yang paling lezat dan arak paling baik untuk para enghiong.
Dengan ini kami mengundang kepada para orang gagah di seluruh penjuru untuk datang dan beramah tamah dengan kami untuk membersihkan segala sesuatu yang nampak keruh.
Kami percaya bahwa cuwi (tuan tuan sekalian) tentu akan berani datang dan mengingat bahwa kita adalah orang orang yang menjunjung tinggi kegagahan dan keberanian, cuwi tentu percaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh bahwa kami takkan melakukan penangkapan atau tindakan lain yang mengecewakan dan merusak nama baik kami sendiri.
Menanti dengan hormat,
SAM THAI KOKSU.
Bi Lan baru membaca setengahnya ketika tiba tiba terdengar orang tertawa dan surat pengumuman yang tertempel di atas tembok itu tiba tiba tertiup angin yang kuat dan tempelannya terlepas lalu melayang ke kiri!
Bi Lan terkejut karena maklum bahwa yang meniup itu, bukanlah angin sewajarnya, melainkan tiupan khikang yang kuat dari orang pandai. Timbul hati penasaran dalam dada gadis ini karena ia belum membaca habis, maka sekali ia mengulurkan tangannya, ia telah dapat menangkap kertas itu. Dengan tenang, Bi Lan lalu menempelkan kertas itu di tembok. Akan tetapi karena lemnya telah kering, kertas itu tidak mau menempel, Bi Lan menjadi mendongkol dan ia menggunakan ibu jarinya untuk menekan kepada empat ujung kertas itu pada tembok. Dengan mengerahkan sedikit lweekangnya, ia telah dapat membuat kertas itu melesak ke dalam tembok, sehingga kertas itu dapat menempel!
Terdengar suara ketawa lagi, akan tetapi Bi Lan tidak mau menengok atau memandang hanya melanjutkan membaca pengumuman itu sampai habis. Orang orang di sekitarnya tentu saja dapat melihat semua ini dan diam diam mereka menjadi tegang karena dapat menduga bahwa gadis muda cantik jelita ini tentulah seorang tokoh kang ouw yang berilmu tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah selesai membaca, barulah Bi Lan menengok ke arah orang yang meniup tadi. la melihat dua orang kakek yang rambutnya sudah putih dan diikat ke atas, jenggotnya terurai ke bawah tak terpelihara, demikian pula pakaian mereka amat sederhana Yang mengherankan adalah persamaan wajah kedua orang kakek ini, sehingga sukar untuk membedakan antara mereka. Bi Lan tidak mengenal kedua kakek ini, maka setelah membaca, ia lalu pergi dari situ mencari tempat penginapan. Kedua orang kakek yang sederhana itu memandang kepadanya sambil tersenyum dan Bi Lan merasa betapa dua pasang mata itu berkedip kedip seakan akan memberi isyarat "tahu sama tahu". Di sepanjang perjalanan mencari hotel, ia mengingat ingat siapa adanya dua orang kakek ini yang tiupannya demikian kuat sehingga dari jarak jauh dapat melepaskan kertas itu tanpa terasa anginnya oleh semua orang.
Setelah mendapat kamar di hotel, Bi Lan beristirahat sambil berpikir. Malam ini bulan sudah hampir penuh, jadi undangan itu dimaksudkan besok malam. Aku harus datang pula untuk melihat apa sebenarnya maksud tiga orang guru besar pemerintah Kin itu, pikir Bi Lan. Memang sudah lama ia mendengar nama Sam Thai Koksu dan kini mendengar tentang undangan mereka terhadap orang orang gagah, tentu saja hatinya amat tertarik. Apakah akan ada perobahan sikap yang baik dari pemerintah Kin terhadap rakyat jelata" Dan siapa pula dua orang kakek yang kembar itu" Apakah mereka juga datang untuk memenuhi undangan Sam Thai Koksu" Tentu saja Bi Lan tidak tahu bahwa surat undangan seperti yang dibaca tadi, oleh pemerintah Kin telah disebar di seluruh wilayahnya. Setiap kota besar tentu disebari undangan ini karena memang Sam Thai Koksu mempunyai rencana yang amat baik, yang sudah disetujui oleh kaisar sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telah lama Sam Thai Koksu merasa pening kepala karena gangguan orang orang gagah di dunia kang ouw yang melakukan pemberontakan pemberontakan kecil.
Biarpun tiga orang guru besar ini dengan kepandaiannya dapat mengerahkan perajurit untuk membasmi setiap pemberontakan, namun perlawanan rakyat yang terus menerus itu menggelisahkan juga Mereka tahu bahwa rakyat takkan berani bangkit tanpa dorongan dari orang orang gagah di dunia kang ouw. Melakukan kekerasanpun sukar karena orang orang gagah itu tak mungkin dapat dicari dan dibasmi semua. Pemberontakan pemberontakan itu akan melemahkan kedudukan negara, maka kini Sam Thai Koksu hendak mengambil jalan halus. Mereka hendak menggunakan siasat mengambil hati orang orang gagah untuk menarik mereka agar mau membantu pemerintah dengan hadiah hadiah besar dan juga janji janji muluk demi kebaikan penghidupan rakyat! Maka diadakanlah undangan itu yang maksudnya untuk mengambil hati orang orang gagah itu.
Sampai malam Bi Lan tak dapat pulas, la telah mengambil keputusan untuk datang menghadiri pesta itu besok malam dan melihat gelagat. Kalau kiranya Sam Thai Koksu ternyata mempunyai maksud buruk, ia takkan berlaku kepalang dan hendak menyerang tiga orang besar itu! Apabila dia dapat membinasakan tiga orang yang dianggap sebagai guru besar negara Kin ini, maka itu merupakan jasa yang tidak kecil artinya bagi seluruh bangsanya yang tertindas! Bi Lan sekarang telah menemukan kembali sifatnya yang dahulu, yakni percaya penuh akan kepandaiannya sendiri. Dulu ketika berada di puncak Hoa san, iapun telah memiliki kepercayaan besar terhadap kepandaian sendiri sampai datang Tiauw It Hosiang yang mengecewakan hatinya karena ia tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengalahkan hwesio itu dengan mudah. Kemudian setelah ia terculik oleh Coa ong Sin kai, ia menjadi makin kecewa karena merasa betapa kepandaiannya masih jauh dari pada memuaskan. Akan tetapi, setelah ia mendapat latihan dari Coa ong Sin kai dan merasa betapa kepandaiannya telah maju pesat sekali, kini ia merasa bahwa kepandaiannya telah cukup tinggi dan agaknya ia akan dapat membinasakan tiga orang koksu yang terkenal itu!
Bi Lan memang masih terlalu muda untuk dapat mengerti bahwa di dunia ini banyak sekali terdapat orang orang yang berkepandaian tinggi sekali dan bahwa betapapun tinggi kepandaian seseorang, tentu ada orang yang akan mengatasinya. Pula ia masih kurang pengalaman sehingga kadang kadang timbul sifatnya yang
membanggakan kepandaian sendiri sehingga ia kehilangan kewaspadaannya.
Ketika ia hampir pulas di atas pembaringannya, tiba tiba ia mendengar suara kaki menginjak genteng di atas kamarnya. Suara injakan kaki itu amat perlahan, menandakan bahwa orang di atas kamar itu telah mempunyai ginkang yang tinggi. Bi Lan tersenyum mengejek, kemudian dengan sekali menggerakkan tangan ke arah lilin yang bernyala di atas meja, api lilin itu padam oleh tiupan hawa pukulannya.
Agaknya orang yang di atas genteng dapat melihat pula betapa api di dalam kamar tiba tiba padam, karena terdengarlah suara berbisik dari atas, "Lihiap (nona yang gagah), aku datang dengan maksud baik. Harap kau suka keluar untuk bercakap cakap!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Lan memang seorang dara muda yang tabah sekali.
Biarpun ia tahu bahwa orang di atas itu tidak boleh dipercaya, akan tetapi ia tidak merasa takut sama sekali.
Malah ia menduga bahwa mungkin sekali orang itu adalah seorang diantara kakek yang dilihatnya siang tadi. Ketika ia mendengar tindakan kaki dua orang melompat turun dari atas genteng, dugaannya makin kuat bahwa tentu dua orang kakek kembar itulah yang datang mengunjunginya. Setelah meringkaskan pakaiannya, Bi Lan lalu membuka jendela kamar dan sekali tubuhnya berkelebat, ia telah berada di luar kamar. Ia melihat dua bayangan orang menanti di tempat agak jauh dari hotel sambil melambaikan tangan, maka ia lalu berlari ke tempat itu sambil memperlihatkan ilmu berlari cepatnya yang lihai.
Ia kecele karena dua orang itu sama sekali bukan dua orang kakek yang dilihatnya siang tadi, melainkan seorang laki laki berusia kurang lebih empat puluh tahun dan seorang wanita yang tinggi besar dan cantik juga, usianya kurang lebih empat puluh tahun akan tetapi masih nampak cantik dan selain pakaiannya mewah, juga masih menggunakan bedak tebal dan yanci (alat pemerah pipi) dan gincu bibir! Dua orang itu nampak kagum melihat cara Bi Lan berlari, maka
buru buru mereka
memberi hormat dengan
menjura. "Maaf kalau kami
telah mengganggu lihiap
yang sedang tidur," kata
wanita pesolek itu
sambil tersenyum
ramah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tidak apa," Bi Lan terpaksa menjawab sambil tersenyum manis, "tidak tahu siapakah jiwi dan ada keperluan apakah dengan aku yang muda" " Memang Bi Lan berwatak nakal. Ucapannya yang terakhir itu, yang menegaskan bahwa dia jauh lebih muda dari pada wanita itu, diam diam merupakan sindiran bahwa wanita itu sebetulnya sudah terlalu tua untuk demikian genit dan demikian mewah. Akan tetapi wanita itu agaknya tidak merasa sama sekali akan sindiran ini, bahkan tertawa makin ramah.
Aku bernama Coa Kim Kiok dan dia ini adalah
suhengku yang bernama Kwa Cu Bi. Kami adalah anak anak murid dari Go bi pai. Melihat betapa siang tadi kau memperlihatkan kepandaianmu ketika menempelkan kertas pada tembok, kami menjadi amat tertarik karena kami merasa bahwa antara kau dan kami tentu terdapat persamaan tujuan datang di kota ini. Kau siapakah nona dan mewakili perguruan mana" Tentu kedatanganmu ini ada hubungannya dengan undangan dari Sam Thai Koksu, bukan" "
Bi Lan tentu saja sudah mendengar tentang perguruan silat Go bi pai, sungguhpun guru gurunya di Hoa san pai seringkali meragukan dan menyatakan bahwa di Pegunungan Go bi san yang amat luasnya itu, banyak sekali terdapat orang orang pandai yang membuka perguruan silat sendiri sendiri sehingga yang disebut Go bi pai (partai Go bi san) sungguh amat kabur dan sukar ditentukan mana yang aseli. Akan tetapi dia belum pernah mendengar nama Coa Kim Kiok maupun Kwa Cu Bi. Para pembaca mungkin masih ingat akan nama Coa Kim Kiok ini. Dia adalah wanita bertubuh tegap yang dahulu ikut mengeroyok Tan Seng dan murid muridnya ketika hendak mengambil dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merampas jenajah Go Sik An. Coa Kim Kiok sudah semenjak bala tentara Kin menyerang ke selatan, telah menjadi kaki tangan Kerajaan Kin, bersama dengan orang orang gagah Bangsa Han lain seperti San mo Liong kui, Kwa Sun Ok dan yang lain lain. Kwa Cu Bi yang mengawani Kim Kiok pada waktu ini adalah adik kandung dari Kwa Sun Ok.
Tentu saja Bi Lan tidak tahu bahwa dua orang yang dihadapinya itu, selain merupakan mata mata dan kaki tangan dari Sam Thai Koksu, juga merupakan dua orang yang benar benar cocok sekali. Kim Kiok semenjak muda terkenal sebagai seorang perempuan jahat yang bertabiat cabul. Adapun Kwa Cu Bi yang bermuka putih dan halus serta termasuk orang tampan itu dengan sikapnya yang lemah lembut seperti seorang laki laki banci, sebenarnya adalah seorang jai hwa cat besar. Maka sekarang sepasang manusia bermoral bejat ini menjadi sahabat, tentu, amat cocok bagaikan sampah busuk di keranjang bobrok. Ketika ia ditanya nama dan mewakili pergurun mana, Bi Lan menjadi agak bingung Karena sebetulnya ia datang bukan karena surat undangan dari Sam Thai Koksu itu dan tidak mewakili perguruan manapun juga. Akan tetapi karena sudah ditanya, ia menjawab juga, "Namaku Bi Lan, she Liang. Aku mewakili Hoa san pai!"
Coa Kim Kiok nampak terkejut, akan tetapi hanya sebentar karena ia segera tertawa dan berkata girang. "Ah, tidak tahunya kau adalah seorang anak murid Hoa san pai.
Pantas saja demikian lihai! Adik yang baik, kebetulan sekali kita dapat bertemu, maka bagaimana pikiranmu kalau besok malam kita pergi bersama ke kebun raya itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagi Bi Lan tentu saja tiada halangannya untuk pergi bersama, apa lagi memang dia tidak mempunyai kenalan dan merasa asing di tempat ini, maka ia menganggukkan kepala, "Boleh saja kalau jiwi suka mengajakku pergi bersama."
"Bagus, sekarang selamat tidur, adik Bi Lan. Besok siang kami akan datang menemuimu dan bercakap cakap.
Maafkan kalau kami datang mengganggu."
Setelah memberi hormat, kedua orang itu lalu berlompat pergi dan Bi Lan mendapat kenyataan bahwa kepandain mereka sebetulnya tidak demikian hebat. Ia lalu kembali ke kamarnya dan gangguan ini melenyapkan nafsunya untuk tidur. Ia berpikir pikir dengan hati merasa tegang juga.
Tidak disangkanya bahwa undangan dari Sam Thai Koksu itu telah menarik orang orang dari Go bi pai yang demikian jauhnya. Diam diam ia merasa heran sekali mengapa kedua orang anak murid Go bi pai ini demikian baik kepadanya, padahal ia pernah bertempur melawan Tiauw It Hosiang, orang yang dianggap sebagai tokoh ke tiga dari pada perguruan Go bi pai. Tentu mereka itu dari perguruan Go bi san yang lain lagi dengan Tiauw It Hosiang, pikirnya dan kemudian setelah menjelang fajar, dapat juga ia pulas. Pada keesokan harinya, baru saja Bi Lan bangun, mandi dan tukar pakaian, seorang pelayan mengetuk pintu dan memberitahukan bahwa di ruang tamu telah menanti dua orang. Gadis ini makin heran karena ia dapat menduga bahwa dua orang itu tentulah Kim Kiok dan Cu Bi yang malam tadi datang mengunjunginya. Ia segera keluar dan benar saja, Coa Kim Kiok menyambutnya dengan senyum di mukanya. Juga Cu Bi yang pagi ini mengunjunginya, berpakaian mewah dan tersenyum senyum manis
kepadanya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, adik Bi Lan yang manis! Kau baru bangun" Mari kita sarapan, sudah kusediakan semenjak tadi!" Kim Kiok memberi tanda kepada pelayan yang cepat datang mengantarkan hidangan yang masih mengebul hangat.
"Ah, enci Kim Kiok, kau sungguh membikin aku menjadi sungkan dan malu saja. Mengapa pagi pagi sudah repot repot" "
"Nona Liang, mengapa harus berlaku sungkan"
Bukankah kita adalah orang orang segolongan yang tak perlu malu malu lagi" " kata Kwa Cu Bi dengan ramah sambil tersenyum.
Bi Lan tak dapat menolak lagi dan makanlah mereka bertiga sambil bercakap cakap.
"Apakah jiwi kemarin tidak melihat dua orang tua yang berpakaian seperti tosu" "
Kim Kiok dan Cu Bi merenung dan mengingat ingat, akan tetapi mereka menggeleng kepala. "Tosu yang mana"
Aku tidak melihat dua orang kakek yang berpakaian seperti tosu," kata Kim Kiok.
"Bukankah engkau kemarin melihat aku membaca surat undangan di tembok kota itu" " tanya Bi Lan.
"Betul, akan tetapi kami tidak melihat dua orang tosu.
Siapakah mereka" " tanya Cu Bi dengan pandang mata tajam menyelidik.
Bi Lan diam diam merasa heran. Bagaimana kedua orang ini tidak melihat dua orang kakek yang lihai, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempergunakan tiupan khikang sehingga kertas undangan itu lepas dari tembok" Akan tetapi karena mereka tidak mengetahuinya, iapun lalu tersenyum dan berkata, "Mereka kulihat diantara orang orang yang membaca surat undangan. Ah, kalau kalian tidak melihat mereka, sudahlah. Kiraku mereka itupun hanya orang orang biasa saja yang tertarik oleh surat undangan itu. O, ya" hampir aku lupa bertanya Jiwi adalah murid murid Go bi pai, kenalkah dengan hwesio yang bernama Tiauw It Hosiang" "
"Kau maksudkan It ci sinkang Tiauw It Ho siang" " Cu Bi mengulang, sambil memandang dengan girang. Ketika Bi Lan mengangguk, ia berkata, "Tentu saja kenal, karena ia terhitung masih susiok (paman guru) kami. Kenalkah nona kepadanya" "
Bi Lan tersenyum dan mengangguk. "Kami pernah bertemu satu kali. Akan tetapi sungguh aneh bagaimana dia yang masih muda bisa menjadi susiok dari jiwi. Kukira usianya tidak lebih dari padamu,"
"Memang betul demikian, It ci sinkang semenjak kecil telah menjadi hwesio di Gobi san dan karena semenjak kecil sudah mendapat latihan ilmu silat dari sukong (kakek guru) kami, yaitu Kian Wi Taisu, maka ilmu
kepandaiannya luar biasa sekali. Suhu kami adalah suhengnya dan usia suhu jauh lebih tua dari pada It ci sinkang. Pada waktu ini, boleh dibilang It ci sinkang Tiauw It Hosiang menduduki tempat ke tiga dalam tingkat kepandaian, di bawah guru kami Bu It Hosiang dan sukong kami. Akan tetapi entahlah kalau sekarang terdapat perobahan karena sudah lama sekali kami tidak pernah menghadap suhu di Go bi san, karena terlalu jauh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Lan mengangguk angguk maklum, akan tetapi tentu saja ia tidak tahu bahwa dua orang di hadapannya ini sebenarnya tidak memberi keterangan yang tepat, bahkan banyak membohong. Kwa Cu Bi memang betul adalah murid dari Bu It Hosiang, akan tetapi dia dan kakaknya, Kwa Sun Ok, telah diusir dari perguruan Go bi pai, karena diketahui melakukan, perbuatan jahat. Adapun Coa Kim Kiok sama, sekali bukan murid Go bi pai, melainkan seorang murid dari pendeta Pek lian kauw yang cabul! Kim Kiok dan Cu Bi yang menjadi kaki tangan Sam Thai Koksu mendapat tugas untuk menyelidiki orang orang kang ouw yang datang di kota Cin an dan sedapat mungkin diperintahkan membujuk orang orang gagah agar suka bekerja sama dengan pemerintah Kin, atau setidak tidaknya memberi kesan kesan baik dan benar benar murid keponakan dari orang orang gagah. Dan usaha kedua orang ini memang banyak berhasil. Sudah banyak orang gagah yang dapat mereka bujuk dan kini melihat Bi Lan yang masih muda dan memiliki ilmu kepandaian tinggi, mereka sedang berusaha untuk membujuk Bi Lan. Akan tetapi di samping itu. seperti biasa dan sesuai dengan wataknya yang cabul dan kotor, diam diam ia tergila gila melihat kecantikan dan kemudaan Bi Lan yang amat menggiurkan hatinya dan ia telah mengambil kepastian untuk menjadikan gadis muda ini sebagai korbannya!
"Di manakah kau bertemu dengan susiok kami itu, adik Bi Lan" " Kim Kiok bertanya dengan gaya seakan akan ia memang benar benar kenal Tiauw It Hosiang.
"Ah, begitu saja, katika ia datang mengunjungi Hoa san setengah tahun yang lalu," jawab Bi Lan dengan dingin, karena ia tidak ingin menceritakan tentang pertempurannya menghadapi It ci siokang Tiauw It Hosiang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian, kedua orang itu mulai dengan tugas mereka.
Dengan gaya menarik dan bergantian mereka menceritakan tertang kebaikan kebaikan pembesar pembesar Kin, terutama Sam Thai Koksu terhadap orang orang gagah.
"Sam Thai Koksu adalah orang orang berilmu tinggi yang menghargai orang orang gagah," kata Kim Kiok.
"Apakah kau kenal baik dengan mereka" " Bi Lan bertanya, "Memang aku mengenal mereka sebagai orang orang yang amat tinggi kepandaiannya dan sebagai orang orang yang dapat menghargai kepandaian orang. Mereka itu ingin sekali bekerja sama dengan orang orang gagah untuk dapat bersama sama mengamankan negeri dan menenteramkan kehidupan rakyat jelata. Sungguh orang orang tua yang boleh dipuji."
Bi Lan mengerutkan keningnya. "Mungkin benar bahwa mereka bekepandaian tinggi karena aku sendiripun sudah mendengar nama mereka. Akan tetapi tentang niat menenteramkan kehidupan rakyat........ ah, enci Kim Kiok, hal ini tidak cocok dengan kenyataan!"
Diam diam Kim Kiok dan Cu Bi saling bertukar pandang.
"Kau salah sangka, nona," kata Cu Bi. sambil memainkan alis matanya, lagak yang amat "genit" bagi seorang laki laki. "Memang harus diakui bahwa banyak rakyat kecil yang miskin keadaannya, akan tetapi hal inilah yang justeru hendak dirobah oleh Sam Thai Koksu. Dengan adanya kerusuhan dan pemberontakan dimana mana, bagaimana keadaan rakyat bisa diperbaiki" Oleh karena ini pula, untuk merundingkan tentang cara dan usaha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperbaiki keadaan penghidupan rakyat, maka Sam Thai Koksu mengadakan pertemuan dengan orang orang gagah."
Bi Lan diam saja, berpikir dalam dalam. "Baiklah, kita sama dengar saja apa yang hendak mereka katakan malam nanti, dan kita sama lihat apa yang akan terjadi selanjutnya," akhirnya dia berkata.
Menghadapi sikap Bi Lan yang dingin dan tawar ini, Kim Kiok dan Cu Bi merasa tidak enak. Mereka lalu berpamit dan Kim Kiok berkata.
"Adikku yang manis. Malam nanti kita bersama mengunjungi tempat pesta. Kautunggu saja, kami akan menjemputmu."
"Tidak usahlah, enci Kim Kiok. Baik kita bertemu di sana saja, karena sebelum pergi ke kebun raya, aku hendak jalan jalan dulu melihat lihat keadaan kota yang besar ini."
jawab Bi Lan. Cu Bi nampak kecewa, akan tetapi Kim Kiok lalu berkata dengan ramah, "Begitupun baiklah. Aku akan memberitahukan kepada Sam Thai Koksu tentang kedatanganmu. Seorang wakil dari Hoa san pai perlu disambut baik baik!" Setelah berkata demikian, Kim Kiok dan Cu Bi lalu meninggalkan Bi Lan.
Dara ini harus mengakui bahwa ia amat sebal melihat kedua orang itu. Kim Kiok dianggapnya terlalu genit dan mewah, serta memiliki gaya dan gerak gerik yang menjemukan. Sedangkan Cu Bi, biarpun harus diakui jarang ada seorang setua dia masih memiliki wajah yang tampan menarik, namun ia merasa sebal dan muak melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cara laki laki itu memandangnya, cara dia tersenyum dan memainkan alis matanya. "Mereka itu bukan orang orang baik, aku harus hati hati," bisiknya seorang diri. Kesadaran ini bukan timbul karena kecerdikannya, akan tetapi karena suara hati dan perasaannya. Ia masih belum berpengalaman untuk menghadapi orang orang jahat yang pandai mempergunakan lidah.
Malam hari itu udara bersih sekali. Tak nampak bintang di langit karena sinar sinar bintang itu tertutup dan kalah oleh cahaya bulan yang, dingin dan terang. Angin malam bertiup perlahan, membuat suasana menjadi sejuk sekali.
Akan tetapi, cahaya bulan itu masih kalah oleh terangnya lampu lampu yang dipasang di bawah pohon pohon dalam kebun raya, yakni sebuah kebun atau taman bunga yang biarpun disebut kebun raya, namun sesungguhnya adalah taman bunga khusus diperuntukkan bagi bangsawan bangsawan Kin dan beberapa orang hartawan terkemuka saja. Tempat mereka minum arak dan mendengarkan nyanyian gadis gadis penyanyi dan tempat mereka bersenang senang!
Akan tetapi pada malam hari itu, biarpun bulan sudah cukup terang namun tempat itu masih diterangi pula oleh lampu lampu yang digantungkan dicabang cabang terendah dari pohon pohon. Bahkan di tengah tengah kebun raya yang besar dan luas itu dipasangi tenda tenda tempat orang masak dan tempat orang menaruhkan alat alat keperluan pesta malam hari ini.
Penduduk berduyun duyun menonton dan berdiri di sekeliling taman bunga itu, karena biarpun mereka tidak boleh masuk, namun dari luar saja mereka dapat pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat pesta yang meriah itu. Tamu tamu mulai masuk ke dalam ke kebun raya, melalui sebuah pintu besar yang terjaga oleh penjaga penjaga berpakaian militer dan yang memberi hormat dengan gagahnya pada setiap orang yang memasuki taman itu. Tamu tamu yang masuk ini semua terdiri dari tokoh tokoh kang ouw, ada orang orang berpakaian sebagai piauwsu, (guru silat), ada pula yang berkepala gundul karena dia adalah hwesio, ada pula tosu, bahkan ada pula yang berpakaian sebagai seorang pengemis. Ada pula beberapa orang wanita tua muda yang menggantungkan pedang di punggung!
Sam Thai Koksu sendiri menyambut kedatangan para tamu di pintu keluar yakni pintu yang tak berdaun, hanya merupakan jalan masuk terbuka dari lingkungan pagar pohon bunga yang mengelilingi taman luas itu. Tiga orang guru besar ini memang amat gagah. Tubuh mereka tinggi besar dan tegap dengan dada yang bidang menandakan bahwa mereka rata rata bertenaga besar. Pakaian mereka sederhana potongannya, seperti biasa pakaian orang orang ahli persilatan, ringkas dan pendek, akan tetapi terbuat dari pada sutera yang paling mahal. Kim Liong Hoat ong yang tertua berusia kurang lebih enam puluh tahun, Gin Liong Hoat ong lima puluh tahun lebih, akan tetapi Tiat Liong Hoat ong yang termuda paling banyak berusia empat puluh lima tahun. Akan tetapi mereka masih kelihatan segar sehat dan muda, bahkan Kim Liong Hoat ong sendiri masih kelihatan muda dan pesolek.
Di samping tiga orang guru besar dari Kerajaan Kin ini masih ada lagi pembesar kepala daerah sendiri yang menyambut datangnya para tamu. Benar benar merupakan satu kehormatan yang besar sekali!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Lan juga memasuki pintu dan disambut dengan hormat oleh penjaga penjaga pintu yang mau tidak mau memandang kepadanya dengan mata menyatakan kagum kepada nona yang cantik sekali ini. Kemudian Bi Lan disambut oleh Sam Thai Koksu dengan menjura. Bi Lan membalas penghormatan ini dengan kaku.
"Ah, kalau tidak salah, nona yang disebut Liang lihiap (pendekar wanita Liang) dan yang mewakili Hoa san pai" "
tanya Kim Liong Hoat ong kepada Bi Lan sambil memandang dengan mata berseri girang.
"Aku yang bodoh memang murid Hoa san pai," jawab Bi Lan. Jawaban ini bukan berarti ia membohong, karena menghadapi tiga orang yang kelihatan gagah perkasa ini, ia merasa tidak enak membohong. Lagi pula, ia tidak merasa takut sama sekali, mengapa harus membohong" Terhadap Kim Kiok lain lagi, karena kalau ia tidak membohong tentu wanita itu akan banyak bertanya tentang dirinya dan hal ini ia tidak suka.
"Silakan masuk, Liang lihiap, silakan memilih tempat duduk sesuka hatimu," Kim Liong Hoat ong
mempersilakan dan Bi Lan lalu menyatakan terima kasih dan memasuki taman itu. Yang sudah masuk ke dalam taman itu kurang lebih ada dua puluh orang tamu dan keadaan di dalam taman memang meriah. Di sudut kiri terdapat serombongan penabuh gamelan yang dimainkan terus menerus hingga suasana makin ramai. Meja meja dipasang di dalam taman itu, di dekat bunga bunga yang sedang mekar dan lampu lampu teng yang tergantung di pohon pohon dihias kertas berwarna warni menimbulkan pemandangan yang indah menggembirakan. Akan tetapi hati Bi Lan tidak gembira. Ia tidak melihat orang orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kelihatan memiliki kepandaian tinggi, seperti, misalnya kekek pengemis yang berpakaian tambal tambalan dan yang kini duduk melenggut di atas tanah mengikuti irama gamelan. Ada pula wanita tua yang kepalanya diikat dengan saputangan putih seperti orang berkabung dan yang duduk menghadapi meja bersama seorang wanita muda dan seorang laki laki muda pula. Juga terlihat seorang hwesio tua yang bertubuh kekar pendek dengan kepalanya yang licin bersih itu menghadapi meja pula seorang diri. Dalam pandangan mata Bi Lan yang tajam, tiga orang ini tentu memiliki kepandaian yang tinggi, berbeda dari tamu tamu lain yang nampaknya seperti ahli ahli silat biasa saja.
Bi Lan tidak memilih tempat duduk, sebaliknya ia lalu berjalan jalan dan mengagumi kembang kembang yang memenuhi tempat itu. Ketika ia tiba di sudut kanan taman itu, tiba tiba saja ia mendengar suara orang ketawa dan ketika ia mengangkat muka, ternyata di dekat sebuah meja di situ berdiri dua orang kakek yang memandangnya dengan tertawa tawa. Melihat betapa dua orang kakek itu mengajak tertawa kepadanya, Bi Lan yang memang berwatak gembira itu tak dapat menahan untuk tidak bersenyum! Padahal gadis ini tersenyum untuk menyembunyikan rasa heran dan kagetnya karena dua orang kakek ini adalah mereka yang siang kemarin dilihatnya. Sepasang kakek kembar yang pernah memperlihatkan kelihaian mereka dengan meniup kertas pengumuman di tembok itu.
"Kalau kau benar benar mewakili Hoa san pai, benar benar Liang Gi Tojin tolol sekali menyuruh bocah seperti kau datang ke tempat semacam ini, akan tetapi kalau tidak mewakili siapa siapa, kau benar benar bernyali besar. Ha ha ha!" seorang diantara sepasang kakek kembar ini berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu tertawa terkekeh kekeh, akan tetapi matanya memandang dengan seri gembira kepada Bi Lan. Kakek yang seorang lagi hanya mengangguk anggukkan kepala dan juga tertawa.
Sebelum Bi Lan dapat menjawab, kedua orang kakek itu menggerakkan ujung lengan baju dan sekali berkelebat mereka lenyap dari depannya! Bi Lan terkejut sekali dan selagi ia bengong melihat ke depan, tiba tiba terdengar orang menegur, "Adik Bi Lan, semenjak tadi aku mencarimu di mana mana. Aku sudah kuatir kalau kalau kau tidak akan datang" " Bi Lan menengok dan ia melihat Kim Kiok berlari menghampirinya. Wanita ini sekarang memakai pakaian sutera yang indah dan bedaknya lebih tebal dari pada biasa.
"Enci, apakah baru saja kau melihat dua orang kakek itu" " tanyanya karena pikirannya masih penuh dengan bayangan dua orang kakek aneh tadi.
Kim Kiok memandang ke kanan kiri dan mengerutkan kening, "Dua orang kakek" Yang mana" Aku tidak melihat mereka."
Bi Lan makin kagum dan heran Bagaimanakah dua orang tua itu dapat bergerak sesukanya tanpa diketahui dan dilihat orang" Siapakah mereka" Dan perlu apa mereka datang ke tempat ini dengan sembunyi sembunyi" Diam diam Bi Lan berpikir dan hatinya berdebar.
"Eh adik Bi Lan, mengapa engkau termenung saja"
Apakah baru saja kau melihat setan" " Kim Kiok tertawa menggoda dan ucapan ini menyadarkan Bi Lan yang segera tersenyum kepadanya.
Hati Budha Tangan Berbisa 3 Panji Sakti Karya Khu Lung Pendekar Aneh Dari Kanglam 1

Cari Blog Ini