Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 14
"Dengan berkata begitu, ibu juga ingin mengatakan bahwa aku masih kecil tak mengerti urusan"!" kata Ho Tiat kemudian dengan mulut dimonyongkan dan muka cemberut.
Ibunya tersenyum.
"Jangan mengambek seperti itu Tiat-jie, memang apa yang ibu katakan tadi yang sebenarnya, walaupun engkau dijelaskan tentu engkau tidak akan mengerti."
"Mengapa begitu ?" tanya Ho Tiat.
0ooo0dw0ooo0 Jilid 22 "KARENA urusan kerajaan merupakan yang sangat berbelit2.... urusan politik yang sulit diketahui dan juga dimengerti oleh manusia biasa..!" Honghauw berusaha memberitahukan.
Tetapi Ho Tiat menggeleng. "Tidak ibu, jika memang ayah memberitahukan kepada Tiat-jie, tentu Tiat-jie akan mengerti dan mengetahui dengan cara bagaimana urusan yang memusingkan kepala itu dapat diselesaikan !"
Ibunya tersenyum. melihat puterinya kini cantik dan manja sekali.
Honghauw mengelus-elus rambut puterinya, kemudian katanya: "Anak manis... dengarlah... ayahmu memiliki banyak sekali urusan. Terlebih lagi belakangan ini dimana2 timbul pemberontakan sehingga ayah harus memerintahkan memberi tugas pada para panglima untuk pergi menumpas pemberontakan itu, terutama sekali justeru Bengkauw, yang
dipimpin oleh Thio Bu
Kie. yang bermaksud untuk meruntuhkan ayahmu dari takhtanya..?"
Gembira sekali hati Honghauw telah menjelang dewasa, sangat Ho Tiat memandang dengan mata terbuka lebar2,
kemudian katanya: "Mama... siapakah sebenarnya Thio Bu Kie" Dan apa maksudnya ingin mengadakan pemberontakan untuk meruntuhkan ayah dari takhtanya"!"
Honghauw telah tersenyum.
"Seperti tadi telah ibu katakan, walaupun dijelaskan, engkau tidak akan mengerti....!" kata Honghauw sambil tersenyum.
Ho Tiat telah menggelengkan kepalanya. "Tidak dijelaskan, bagaimana mungkin Tiat-jie mengerti" Tetapi jika memang Tiat-jie dijelaskan, tentu Tiat-jie akan dapat mengerti seperti sekarang ini, dengan ibu menceritakan hal itu, adanya pemberontakan2, maka Tiatjie dapat menduga, tentu Thia telah mengeluarkan suatu peraturan yang tidak menggembirakan hati rakyat, sehingga timbullah pemberontakan2 seperti itu!
Terutama sekali apa yang ibu katakan, Thio Bu Kie yang memimpin Bengkauw tentunya Thia telah memiliki suatu kesalahan dalam melaksanakan kekuasaannya, sehingga Thio Bu Kie dengan para pengikutnya bermaksud hendak merubuhkan ayah dari takhtanya...!"
Honghauw kaget tidak terkira mendengar perkataan puterinya tersebut, dia telah memandang Ho Tiat dengan sepasang mata yang terbuka lebar2. Sampai akhirnya dia bilang:
"Kau "!"
Ho Tiat tersenyum.
"Bukankah apa yang dikatakan Tiat-jie memang benar, ibu "!" katanya.
Sang ibu menggeleng, Honghauw kaget puterinya bisa berpikir seperti itu.
"Jangan sekali2 engkau berpikir seperti tidak terkira itu Tiat-jie ! Tugas seorang Kaisar sangat berat, harus memimpin rakyat nya yang terdiri dari orang2 yang berlainan sifat dan
tabiatnya. Karena dari itu,
Kaisar harus tegas dan mengeluarkan peraturan untuk kepentingan menyeluruh. Dan tentu saja, setiap keputusan dari Kaisar akan membawa kegembiraan buat segolongan besar orang yang memang merasa kepentingannya dilindungi Kaisar, tetapi segolongan kecil dari rakyat yang merasa tidak puas dengan
keputusan itu, menyatakan bahwa keputusan Kaisar sangat merugikan rakyat.
Padahal apa yang disebut dengan perkataan rakyat itu, hanya segolongan kecil diantara mereka yang memang merasa tidak puas dengan keputusan Kaisar !"
Tetapi Hotiat telah menggeleng, "Salah ibu...!" kata Hotiat kemudian. "Salah"!" tanya Honghauw sambil mementang matanya
lebar-lebar kepada anaknya yang dipandangnya dengan tajam.
"Ya!" mengangguk Ho Tiat. "Salah...apa yang dikatakan ibu sangat salah!"
"Mengapa salah"!" tanya Honghauw. "Karena memang dalam urusan ini, pasti terdapat sesuatu yang salah pada Thia-thia. jika memang Thia-thia seorang Kaisar yang baik dan bijaksana, tentu Thia-thia dapat mengatur segalanya dengan sebaik-baiknya, sehingga perasaan tidak senang dari segolongan yang kecil itupun dapat dilenyapkan dengan disesuaikan peraturan yang lebih
baik lagi! inilah sebabnya, mengapa Ho Tiat mengatakan salah, karena Thia-thia hanya lebih mementingkan pada titik tolak kekuasaan.
Dengan memiliki kekuasaan dan juga untuk kepentingan umum, ia telah mengeluarkan perintah tanpa memperdulikan rasa tidak puas! Kita harus ingat, biarpun golongan yang merasa tidak puas itu berjumlah sedikit
sekali, namun kita tidak boleh melupakan, justeru dari yang sedikit itu akan menjadi banyak pada akhirnya."
Bukankah kita pun jika ingin menaiki tangga kita harus melangkah dari tingkat undakan yang pertama. Begitu juga, jika orang-orang yang merasa tidak tidak puas dengan
keputusan ayah, lalu menjadi bertambah banyak tentu akan membahayakan juga kedudukan Thia-thia, apakah yang dikatakan Tiat-ji ini salah, ibu "!"
Honghauw menghela napas dalam-dalam kemudian katanya: "Ternyata engkau sangat cerdik sekali anakku!"
kata Honghauw kemudian tertawa dan merangkul puterinya.
Diwaktu itu terlihat Ho Tiat masih tidak puas karena belum lagi mengutarakan seluruh apa yang terkandung didalam hatinya, dia telah bilang "Dengarlah ibu, dalam hal
ini tentu Thia-thia harus cepat2 merobah keputusan yang ada, harus merangkul dan mendekati orang2 yang merasa tidak puas.
Seperti Thio Bu Kie yang tadi ibu katakan itu, dia harus dirangkul bersama dengan anak buah dan pengikutnya, dan juga Bengkauw harus diberikan kesempatan hidup, jangan
mengambil tindakan dan memusnahkan para pengikutnya, semakin bertekad ditindas. Jika memang Thia-thia kekerasan berusaha menindas
Bengkauw serta Thio Bu Kie dengan mereka yang merasa tertindas malah
dengan semangat menyala untuk meruntuhkan ayah!
Karenanya... jika saja ayah bersedia untuk berunding denganku.. akh, tentu urusannya akan dapat dipertimbangkan lagi dengan sebaik2nya."
Honghauw telah tertawa mendengar perkataan puterinya tersebut.
"Anakku yang manis, rupanya engkau memang sangat cerdik sekali, jika kelak engkau telah dewasa, tentu engkau cocok sekali menjadi Kunsu atau penasehat ayahmu..." kata Honghauw kemudian.
Ho Tiat tersenyum.
"Tiat-jie tidak bercita-cita ingin menjadi kunsu dari Thiathia, karena dengan menjadi Kuncu saja sudah lebih mulia dari kedudukan manapun juga.... tetapi yang terpenting justeru memang Tiat-jie menghendaki agar ayah terhindar dari kesulitannya, jangan selalu murung dan bermuram durja..!"
"Anak yang baik, nanti kata-katamu itu akan ibu sampaikan kepada Thia-thia-mu....!" kata ibunya. "Sekarang kau beristirahatlah... tampaknya engkau juga letih sekali. Dan selanjutnya, engkau jangan bermuram dan
berduka lagi, engkau selalu harus gembira. Gadis seusiamu ini, tentu saja harus menghirup kegembiraan dan kebahagian...!"
Ho Tiat mengangguk kemudian memberi hormat kepada ibunya, dia telah meninggalkan tempat itu.
Sedangkan Honghauw memperhatikan puterinya yang tengah berjalan meninggalkan tempat itu sambil geleng2 kepalanya, dia juga menggumam, "Anak yang sangat cerdas sekali... sungguh cerdas!"
Tetapi diam2 didalam hatinya jadi timbul perasaan takut, ia kuatir justeru jika kelak setelah dewasa, Ho Tiat memiliki pikiran yang bertentangan dengan Thia thianya, sehingga akan menanamkan suatu perbentengan dan dinding antara hubungan mereka sebagai anak dengan ayah.
Karena dari itu, Honghauw jadi menghela napas. Memikirkan hal seperti itu, dia jadi bergidik sendirinya. Memang benar, peruntungannya sangat baik sekali, sekarang dia telah menjadi Honghauw permaisuri seorang Kaisar yang berkuasa penuh atas seluruh daratan Tionggoan, kedudukan yang sangat mulia dan agung.
Tetapi justeru yang dikuatirkan jika salah seorang dari keturunannya kelak nanti memiliki pertentangan dengan Kaisar, inilah yang tidak diharapkan oleh Honghauw, dan dia diam2 jadi berdoa, agar kelak Ho Tiat tidak memiliki pikiran yang bertentangan dengan Kaisar.
Tadi saja telah terlihat bahwa jalan pikiran dari Ho Tiat sangat bertentangan sekali dengan Cu Goan Ciang, Kaisar
yang selalu menanamkan kekuasaan dan keangkeran seorang Kaisar dimata rakyatnya.
Sedangkan Ho Tiat justeru menganjurkan ayahnya itu mengambil sikap lunak, dimana harus merangkul rakyat, dan juga mendekati orang2 yang merasa tidak puas dengan
kekuasaannya ayahnya itu. Dengan begitu, menurut apa yang dikatakan Ho Tiat tadi, ayahnya akan dicintai oleh seluruh lapisan rakyatnya.
Honghauw menghela napas lagi. Memang tadi dia berjanji kepada Ho Tiat bahwa ia ingin menyampaikan apa yang dikatakan puterinya tersebut kepada Cu Goan Ciang, itu hanya janji kosong. Mana mungkin dia menyampaikan apa yang dikatakan puterinya itu kepada suaminya "
Ho Tiat sendiri telah pergi keistana diruangan kedelapan, yang menjadi istana pribadi nya. Dia telah memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamarnya. Berdiam didalam kamarnya beberapa saat, sampai akhirnya dia merasa bosan. Belasan tahun dia hidup didalam istana. Tidak pernah bebas keluar meninggalkan istana untuk melihat keramaian dan keindahan diluar istana. Melihat tata cara hidup rakyat yang dipimpin ayahnya.
Keinginannya buat menyaksikan segala apa yang terdapat diluar istana, seperti apa yang telah didengarnya dari gurunya, merupakan rangsangan yang tidak kecil di jiwanya.
Hanya saja Ho Tiat sendiri belum memiliki keberanian untuk memohon langsung ijin dari ayahnya, untuk pergi keluar istana, guna melihat perikehidupan rakyat yang dipimpin ayahnya.
Karena dari itu, dia hanya mendengarkan semua cerita dari gurunya belaka, yang menceritakan keadaan diluar istana, juga mengenai orang2 rimba persilatan, yang semuanya memiliki jiwa kepahlawanan dan juga mereka semuanya memiliki berbagai ilmu silat yang tangguh sekali.
Dengan begitu, rangsangan buat Ho
istana, untuk menyaksikan apa yang istananya, kian hari kian besar juga.
Tiat keluar dari terdapat diluar Teringat kepada gurunya, akhirnya Ho Tiat telah keluar dari kamarnya. Dia memandang sekelilingnya, hanya melihat beberapa orang pengawal istana yang tengah
melakukan tugasnya. Sebal sekali hati Ho Tiat melihat mereka, yang mengadakan penjagaan dengan berdiri tegak dipos masing2.
Segera Ho Tiat pergi ke kamar lima, dimana istana kecil itu khusus dipergunakan oleh gurunya, sebagai tempat kediamannya.
Waktu tiba disana, Ho Tiat melihat keadaan sangat sepi sekali, Tidak tampak seorang pengawalpun juga. Keadaan seperti itu malah lebih menyenangkan hati Ho Tiat, Memang gurunya sendiri yang telah meminta dulu ketika pertama kali ia diterima untuk menjadi guru Ho Tiat bahwa tempat dia berdiam bebas dari penjagaan. Dan
memang Kaisar menyetujui dan tempat itu tidak ditempatkan pengawal istana.
Sedangkan Ho Tiat sendiri memang lebih banyak menghabiskan waktunya dikamar dan di istana gurunya tersebut.
Waktu itu pintu kamar itu tertutup, Ruangan istana kecil ini terdiri dari tiga kamar yang berukuran cukup luas, Namun Ho Tiat mengetahui gurunya mengambil tempat dikamar kedua, kamar tengah. Ho Tiat telah langsung pergi kesana. Dan dia telah menghampiri pintu.
"Suhu...!" panggilnya sambil mengetuk daun pintu. Terdengar suara sahutan dari dalam, suara seorang laki2 yang parau dan menyuruh Ho Tiat masuk dan menyatakan pintu tidak dikunci.
Ho Tiat mendorong daun pintu, dan memang benar bahwa pintu itu tidak terkunci. Diwaktu itu juga terlihay didalam ruangan itu tidak terdapat perabotan apapun juga, selain lantai digelari oleh sebuah alas yang berukuran pat kwa.
Segera Ho Tiat menghampiri dan telah berlutut dihadapan seorang laki2 berusia setengah baya, bertubuh tinggi besar yang tengah duduk bersila diatas alas itu. Dia berlutut memberi hormat tiga kali sambil memanggil "Suhu, tecu datang menghunjuk hormat!"
Lelaki setengah baya itu tersenyum, mukanya kurang enak dilihat karena memancarkan kebengisan yang cukup mengerikan. Hanya saja, disebabkan memang dia telah biasa melihat muka gurunya seperti itu, sama sekali Ho Tiat tidak merasa jeri.
"Duduklah !" kata sang guru dengan suara yang tawar, "Tentu engkau datang kemari buat mendengar ceritaku lagi bukan"!"
"Ya !" mengangguk Ho Tiat, "Tecu bermaksud untuk mendengar cerita Suhu lebih jauh !"
"Hemmm cerita2 yang telah kuceritakan kepadamu merupakan cerita2 mengenai keadaan didalam rimba persilatan ! Dan juga memang dalam keadaan seperti sekarang, didalam rimba persilatan telah muncul banyak sekali tokoh muda! seperti halnya Suteku saja, ia berusia jauh lebih muda dariku, mungkin sekarang baru berusia
tujuh belas tahun, tetapi justeru kepandaiannya berada diatas kepandaianku.
Karena dari itu jika kelak engkau telah mempelajari seluruh ilmu silatku, engkau harus tekun dan rajin melatih
diri, agar engkau tidak mengecewakan dan memalukan, karena harapanku kelak engkau menjadi seorang gadis yang memiliki kepandaian tinggi sekali dan tidak mudah ditandingi oleh siapapun juga! jangan dilihat dari kedudukan mu sebagai puteri Kaisar, karena jika memang engkau berlatih dengan para pahlawan istana, niscaya
mereka tidak ada
seorangpun yang berani untuk merubuhkan dirimu, mereka akan pura2 mengalah, dan mereka tentu tidak berani menjengkelkan hatimu! Mereka akan selalu membuat engkau senang dan gembira,
dilukai Mereka bersedia menerima hantamanmu atau oleh
mu, asal engkau dapat keluar sebagai pemenang, Dengan cara bertanding seperti itu tentu saja tidak dapat dibilang sebagai latihan yang sesungguhnya...!" Ho Tiat yang mendengarkan kata2 gurunya, telah mengangguk berulang kali.
"Benar apa yang dikatakan oleh Suhu, sebab para pahlawan istana umumnya hanya berusaha menyenangkan hati tecu belaka, sehingga tecu tidak mengetahui dengan baik dan pasti, sampai berapa jauhkah kemajuan yang telah dicapai oleh tecu...!"
Sang guru telah tersenyum, katanya: "lnilah sangat baik, jika memang engkau paling baik adalah sesungguhnya.
telah menyadarinya. Latihan yang
bertempur dengan lawan yang Dalam pertempuran itu, dimana kalian saling berusaha merubuhkan satu dengan yang lainnya, tentu saja kau akan
mempergunakan seluruh kepandaianmu, demikian juga dengan lawan mu ! Dan kau bisa melihat telah berapa jauh kemajuan yang engkau peroleh itu !"
Dan setelah berkata sampai disitu, sang guru mendehem beberapa kali, lalu melanjutkan kata-katanya lagi:
"Sesungguhnya, aku sendiri ingin sekali mengajak engkau berkelana didalam kalangan kangouw, tetapi kukira ayahmu tentu tidak akan mengijinkan !
Walaupun bagaimana, Hongsiang tentu tidak akan mengijinkan engkau berkelana didalam rimba persilatan !
Engkau sebagai puteri raja, kedudukanmu sangat penting sekali dan mulia, karena dari itu, aku memperoleh kesulitan buat mengajak engkau berkelana...!"
Ho Tiat memperlihatkan sikap tertarik bukan main, malah dengan
bersungguh2 dia bilang: "Suhu, sesungguhnya memang Tiat-jie ingin sekali pergi berkelana dan jika saja Suhu mau mengajak tecu untuk pergi berkelana didalam rimba persilatan tentu tecu akan ikut serta dengan senang hati, mengenai Thia-thia biarlah nanti saja tecu.. tecu akan berusaha membujuknya, ibu tentu akan dapat membantu tecu membujuk Thia.!"
Sang guru tersenyum, dia menggelengkan kepalanya perlahan-lahan.
"Tidak mudah untuk melemahkan hatinya sehingga ia mengijinkan engkau pergi berkelana." "Bukan kah pergi berkelana bersama2 dengan Suhu" Dengan adanya Suhu, tentu Thia tidak perlu kuatir akan
keselamatan diri tecu,karena tecu tentu akan terlindung oleh Suhu, dimana didalam rimba persilatan tentu akan jarang sekali ada orang yang bisa menandingi kepandaian Suhu. Thia tadipun telah memuji bahwa kepandaian Suhu memang sangat luar biasa dan Thia sangat kagum sekali !"
Sang Guru tetap saja menggelengkan kepalanya, sampai akhirnya dia bilang: "Jika memang begitu, semakin sulit sekali aku mengajak engkau berkelana, ayahmu tentu telah mengetahui bahwa aku seorang tokoh rimba persilatan,
yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dengan demikian, jelas akan membuat ia semakin berkuatir saja melepaskan puterinya buat berkelana bersama-sama denganku.
Engkau ketahuilah bahwa orang yang berkelana didalam rimba persilatan, tentu acapkali harus bentrok dan bertempur dengan orang2 rimba persilatan yang memiliki urusan dengannya, dan tentu saja banyak musuhnya yang selalu mengincarnya. Hemmm, ayahmu sendiri memiliki kepandaian yang tinggi, Dia seorang Kaisar, tetapi sebelum menjadi Kaisar, dia telah mempelajari ilmu silat Siauw Lim Sie.
Hingga sekarang, dia masih tetap memiliki kepandaian yang tinggi! jika harus bertempur menghadapi ayahmu itu saja, belum tentu aku bisa menandinginya......! Jika seandainya memang ayahmu itu mengijinkan engkau ikut bersama denganku guna pergi berkelana, tentu saja, kita harus disertai pengawalan yang ketat dari para pahlawan
istana ! Akh, dan itu merupakan suatu impian yang tidak mungkin terjadi.Karena dari itulah, kita tidak usah membicarakan lagi !" Setelah berkata begitu, tampak guru tersebut menghela napas dalam2.
Selama gurunya berbicara, Ho Tiat lelah memperhatikan muka gurunya, dihatinya memang telah terdapat banyak pertanyaan yang belum lagi berani ditanyakan sampai akhirnya dia telah bilang dengan hati2:
"Suhu... suhu jangan sampai marah, dapatkah suhu memberitahukan siapakah suhu sebenarnya?"
Sang guru balas menatap kepada Ho Tiat kemudian katanya: "Hal itu ada baiknya jika namaku tidak diketahui olehmu !"
"Mengapa begitu Suhu?" tanya Ho Tiat yang jadi semakin penasaran. "sebagai murid sah dari Suhu, tentu saja selayaknya tecu mengetahui nama besar Suhu dan juga gelaran suhu..."
Tetapi sang guru telah menggelengkan kepalanya berulang kali, dimana dia tersenyum saja, Diapun telah bilang: "Jika memang aku memberitahukan hal itu akan memancing urusan yang tidak akan ada habisnya !"
Mendengar jawaban gurunya seperti itu, maka Ho Tiat telah berdiam diri, Sampai akhirnya dia menggumam sendiri: "Jika memang demikian sudahlah! Mungkin nanti Suhu akan mau menerangkan siapa namanya Suhu yang sebenarnya...!"
Sang guru telah mengangguk saja.
Ho Tiat kemudian memandang kepada gurunya, katanya: "Suhu, ada seseorang yang hendak kutanyakan kepada suhu, entah Suhu kenal dengan orang itu atau tidak..."
"Apakah seseorang dari rimba persilatan?" tanya sang guru yang balas menatap muridnya. "Ya," mengangguk Ho Tiat, "Dia seorang rimba persilatan malah menjadi orang penting yang tentu sangat terkenal sekali, dia she Thio dan bernama Bu Kie..."
"Thio Bu Kie?" berseru sang guru dengan wajah yang berobah.
"Ya," mengangguk Ho Tiat.
"Hemmm, dia dialah seorang yang sangat luar biasa...dia adalah Kauwcu dari Bengkauw..." kata sang guru itu kemudian. "Darimana engkau mengetahui prihal orang luar biasa itu?"
"Dari ibu. ..!" menyahuti Ho Tiat, "Tadi ibu telah menceritakan bahwa Thio Bu Kie tengah menghimpun
orang2 gagah, dimana dia telah menggerakkan Bengkauw buat menggulingkan Thia dari takhtanya..."
Muka guru Ho Tiat berobah lagi mendengar keterangan seperti itu, kemudian dia telah bilang dengan suara raguragu: "Apakah Thio Bu Kie masih memimpin Bengkauw..."
Apa yang kuketahui, belum lama yang lalu memang dia telah mengundurkan diri dan tidak mencampuri lagi urusan Bengkauw namun sekarang mengapa ia bisa muncul kembali dan menggerakkan Bengkauw "!"
"Siapakah Thio Bu Kie sebetulnya, Suhu?" tanya Ho Tiat kemudian dengan sikap ingin mengetahui.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sesungguhnya, dia seorang yang sangat luar biasa sekali, jika memang bukan peruntungan ayahmu memang sangat besar, tentu ayahmu tidak memiliki kesempatan buat menjadi seorang Kaisar, karena diwaktu dulu, ayahmu bekerja dibawah perintah Thio Bu Kie, Dan Thio Bu Kie diwaktu itu telah dicalonkan sebagai Kaisar.
Dengan demikian, tidak ada orang yang akan dapat menggantikan kedudukannya. Entah mengapa, akhirnya Thio Bu Kie telah menghilang, sehingga ayahmu. yang waktu itu memang memiliki kekuasaan besar, telah naik takhta dan menjadi Kaisar.!"
"Ohhhh !" Ho Tiat telah mendengarkan cerita gurunya dengan sepasang mata terpentang lebar2. "Dan juga Thio Bu Kie memiliki ilmu silat yang sangat tinggi sekali, karena dia memang memiliki sinkang yang luar biasa, Di-samping itu, diapun memang memiliki otak
yang sangat cerdik! Ada yang lebih cerdas dari dia, yaitu isterinya, yang bernama Tio Beng seorang puteri bangsawan dari kerajaan Kim."
Setelah bercerita sampai disitu, tampak guru Ho Tiat menghela napas beberapa kali, sedangkan sang guru telah meneruskan ceritanya: "Dan juga jika sekarang Thio Bu Kie memang menggerakkan Bengkauw lagi, inilah urusan yang benar2 sangat menguatirkan buat ayahmu, karena sekali saja dia membuka mulut maka seluruh orang2 rimba persilatan, orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi
akan patuh pada setiap
perintahnya, mereka akan berhimpun dan merupakan suatu kekuatan yang bukan main dahsyatnya, yang tentu saja akan sulit sekali dibendung dan digempur hancur oleh ayahmu..!
Memang benar, ayahmu merupakan Kaisar yang
berkuasa penuh di daratan Tionggoan ini, dan juga memang dia memiliki pasukan perang yang sangat besar. Namun untuk menghadapi Thio Bu Kie dengan orang2nya, tentu saja bukan merupakan urusan yang sangat mudah.
Dalam keadaan sekarang, ayahmu memang harus mulai bersiap-siap, jika saja telah kebobolan, jangan harap ayahmu dapat mempertahankan takhta kerajaan."
Bercerita sampai disitu, guru Ho Tiat telah menghela napas berulang kali, dia memperhatikan muridnya, katanya lagi.
"Jika memang apa yang engkau bahwa Thio Bu Kie
tengah menggerakkan Bengkauw lagi, inilah katakan itu benar, menghimpun dan merupakan urusan
yang tidak bisa diremehkan, karena dari itu, hasratku buat mengajak engkau meninggalkan istana, untuk berkelana didalam rimba persilatan semakin besar juga! Tetapi sulitnya, ayahmu tentu tidak akan mengijinkan !"
Dan setelah berkata begitu, dengan sikap kecewa dan murung, guru Ho Tiat telah menghela napas berulang kali. Ho Tiat sendiri jadi bingung, "Jadi menurut Suhu, jika memang Thio Bu Kie
telah menggerakkan Bengkauw, maka kedudukan ayah akan terancam "!" tanya Ho Tiat kemudian.
Gurunya mengangguk.
"Ya, karena sekali saja Thio Bu Kie menggerakkan Bengkauw, dia akan berhasil menghimpun semua kekuatan dari segala lapisan Rakyat, para hohan dan juga para pejuang Bengkauw! Dengan demikian, ayahmu akan menghadapi urusan yang tidak kecil, jika memang menghadapi pemberontakan kecil2an saja, ayahmu masih bisa menindas dengan mengerahkan kekuatan pasukan
angkatan perangnya, juga
mengerahkan para pahlawan istananya, tetapi semua itu tidak bisa dilakukan pada Thio Bu Kie. Bukan aku memandang rendah kepada para pahlawan istana tetapi memang kenyataannya jika saja mereka yang di kirim, tentu akan membuat mereka menghadapi kesulitan, semua orang2 Bengkauw terdiri dari orang2 yang
memiliki kepandaian yang tinggi, tidak mudah mereka hadapi, kemungkinan mereka itu akan menemui ajalnya."
Karena telah berkata seperti itu, guru Ho Tiat kemudian menyambunginya: "Dan jika memang engkau menginginkannya, aku bisa mengajakmu keluar dari istana
ini, tetapi justeru kita harus meninggalkan istana dengan cara diam-diam..!"
Ho Tiat mengawasi gurunya, dia memandangi dengan wajah yang memperlihatkan keragu2an. Matanya terbuka lebar-lebar.
"Tetapi nanti ayah akan murka....!" kata Ho Tiat kemudian.
"Jelas, ayahmu akan murka, Yang terpenting adalah diriku sendiri, yang akan dijatuhi hukuman mati, yang telah mengajak engkau secara diam2 meninggalkan istana.... karena dari itu, jika memang engkau tidak keberatan aku bersedia mengajakmu buat pergi meninggalkan istana, paling tidak ayahmu akan mengirim para pahlawannya buat mencari kita !"
Setelah berkata begitu, tampak guru Ho Tiat telah memandang kepada Ho Tiat dengan mata yang bersinar sangat tajam, tampaknya dia tengah menantikan keputusan dari muridnya itu.
HoTiat akhirnya menghela napas.
"Suhu, jika memang kita ingin meninggalkan istana, kita harus meminta ijin kepada ibu !" katanya kemudian. "Dengan meminta ijin kepada ibumu, tentu saja hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin, karena akan membuat engkau dilarang dan juga tidak mungkin diijinkan buat ikut bersama denganku berkelana didalam rimba
persilatan dan jika memang engkau bersedia ikut denganku meninggalkan istana dengan cara diam-diam, aku akan melindungi dirimu dan kau jangan kuatir, orang-orang yang akan dikirim oleh ayahmu tidak mungkin dapat mencari jejak kita! jika tokh mereka berhasil mencari jejak kita, tentu mereka tidak bisa berbuat banyak !"
Setelah berkata begitu, guru Ho Tiat mengibarkan tangan kanannya, katanya: Ho Tiat, aku adalah gurumu dan kau sebelum mengangkat aku sebagai gurumu, telah bersumpah bahwa engkau akan mematuhi semua perintahku ! Dan engkau masih ingat akan sumpahmu itu ?"
Muka Ho Tiat berobah, Memang waktu pengangkatan guru dan murid, Ho Tiat telah bersumpah, bahwa ia selalu akan patuh terhadap perintah dari gurunya tersebut.
Tetapi sekarang ini justeru tidak dapat dia memenuhi keinginan gurunya itu, karena dia tidak mau jika harus meninggalkan istana secara diam-diam diluar tahu ayah dan ibunya. Tentu mereka akan berkuatir sekali dan menjadi panik.
Guru Ho Tiat telah berkata lagi, dengan sikap yang berwibawa dan angker, malah mukanya yang memang agak bengis, bertambah angker mengerikan, katanya: "Ho Tiat, kau boleh memikirkan hal ini selama tiga hari. Dalam tiga hari aku ingin mendengar keputusanmu...!"
Ho Tiat segera berlutut, menyatakan bahwa ia akan mempertimbangkan ajakan gurunya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi ingat!" pesan gurunya lagi, "Eng kau tidak boleh mengatakan hal ini kepada siapapun juga, termasuk ibu maupun ayahmu! Hanya engkau dan aku berdua saja yang mengetahui urusan ini, dan aku tidak akan mengampuni dirimu, kalau urusan ini jadi bocor!"
Ho Tiat mengiyakan sambil menganggukkan kepalanya tiga kali, kemudian dia telah bangun dari berlututnya. Diwaktu itu gurunya telah berkata lagi, "Selama tiga hari kau tidak usah datang kemari. Dihari ketiga, kau baru datang menghadap untuk menyatakan keputusanmu...!"
Ho Tiat hanya mengiyakan, karena waktu itu dia jadi bingung sekali. Dan ketika rebah diatas pembaringan didalam kamarnya, dia jadi rebah dengan pikiran yang pusing dan bingung, karena dia tidak mengetahui keputusan apa yang harus diambinya, atas ajakan gurunya meninggalkan istananya
secara diam-diam.
Tetapi memang hati kecilnya Ho Tiat ingin sekali keluar dari istana, untuk berkelana.
Terlebih lagi memang berkelana dengan gurunya, tentu dia bisa berkelana dengan aman dimana gurunya akan dapat melindunginya.
Hanya saja justeru yang membuat dia jadi tidak tenang, gurunya melarang dia menyampaikan hal itu kepada ayah maupun ibunya! Dengan demikian, kalau saja dia
meninggalkan istana dengan cara diam2 tentu akan membuat ayah dan ibunya itu berkuatir dan panik.
Sedangkan Ho Tiat sangat mencintai ayah dan ibunya, yang selalu memanjakannya. Juga dia tidak tega berpisah dengan ketiga orang kakaknya.
Karena dari itulah, dia telah rebah dengan hati yang bingung, dia tidak mengetahui keputusan apa yang harus diambinya.
Sebagai seorang puteri Kaisar, setiap-harinya dia hidup dalam lingkungan mewah dan serba kecukupan, Tetapi juga timbul perasaan ingin tahunya untuk melihat keadaan
diluar istananya, dimana ia pernah mendengar dari gurunya itu, banyak terjadi penduduk dan rakyat dari tempat yang kering dan tandus, kelaparan. Untuk dapat makan satu kali satu harinya saja yang sudah sulit.
Dorongan untuk mengetahui keadaan diluar istananya demikian kuat, membuat Ho Tiat benar-benar ingin sekali ikut bersama gurunya. Hanya saja, dia masih berat buat berpisah dengan ayah ibu dan ketiga orang kakaknya.
Malam itu dilewatkan Ho Tiat dengan hati gelisah. Dan dia gulak-gulik di pembaringannya dengan hati yang resah
sekali. Sampai akhirnya karena terlalu bingung, dia menangis.
Hari kedua telah lewat lagi.
Sejauh itu Ho Tiat masih belum bisa mengambil keputusan, dia belum lagi bisa menentukan apakah dia ingin ikut gurunya atau memang menolak ajakan gurunya buat meninggalkan istana secara diam2....
Hari ketigapun telah tiba.
Malam itu Ho Tiat telah datang keistana tempat berdiam gurunya, Waktu sampai di hadapan gurunya, dia telah berlutut memberi hormat dengan menganggukan kepala sebanyak tujuh kali. Kemudian dia berkata dengan suara yang penuh ragu: "Suhu, sampai sekarang ini Tecu belum bisa lagi untuk memutuskan, apakah tecu ingin ikat serta dengan suhu atau... atau....!"
Berkata sampai disitu, Ho Tiat tidak bisa meneruskan perkataannya, karena dia telah berlutut saja.
"Kau bermaksud hendak menolak ajakan ku?" tanya gurunya, suaranya biasa saja.
Ho Tiat mengangkat kepalanya dia bertambah ragu, "Suhu..."
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Sesungguhnya tecu ingin sekali berkelana." kata Ho Tiat kemudian.
"Lalu mengapa engkau masih ragu2"!" "Karena... karena tecu harus pergi tanpa pamit pada ayah ibu dan ketiga orang kakak tecu....!" kata Ho Tiat dengan sejujurnya.
"Hemm... jika memang kita pergi meninggalkan istana dengan berpamitan, tentu akan memancing banyak persoalan ! Engkau tidak mengerti urusanku, karena itu, engkau tidak mengetahui betapa kita akan memperoleh banyak kesulitan jika saja kita pergi meninggalkan istana ini dengan berterus terang, dimana selain ayahmu maupun
Honghauw keberatan buat melepaskan engkau, dan seandainya mereka itu mengijinkan itupun tentu akan memancing urusan lainnya !
Engkau belum mendengar riwayatku, engkau belum lagi mengetahui siapa adanya aku ini. karena dari itu muridku,
jika memang engkau bersedia buat meninggalkan istana dengan cara diam-diam tanpa pamitan kepada ayah dan ibumu, barulah aku akan mengajakmu keluar dari istana, tetapi jika memang engkau tidak mau tentu saja akupun tidak bisa memaksanya...!"
Setelah berkata begitu guru Ho Tiat menghela napas berulang kali, sampai akhirnya perkataannya waktu melihat Ho
dia meneruskan Tiat masih berlutut berdiam diri saja:
"Sebetulnya, didalam urusan ini memang engkau masih terlalu kecil buat mengambil keputusan seperti itu, dan aku memaklumi juga perasaan beratmu buat berpisah dengan kedua orang tuamu, disamping itu dengan ketiga orang saudaramu!
Tetapi tahukah engkau Ho Tiat, bahwa seseorang yang mempelajari ilmu silat, harus memiliki hati yang keras membaja dan juga harus memiliki ketegasan ?"
Setelah berkata begitu, tampak guru Ho Tiat telah mengawasi Ho Tiat dengan sorot mata yang sangat tajam sekali, memandang dengan penuh tanda tanya dan sikap mendesak, membuat Ho Tiat yang telah mengangkat
kepalanya buat memandang kepada gurunya, tidak berani bentrok mata dengan gurunya dan telah menundukkan kepalanya lagi, dia hanya tetap berlutut dengan berdiam diri saja, Waktu itu gurunya telah bertanya lagi:
"Bagaimana Ho Tiat, apakah memang engkau tetap mau berdiam didalam istana ini" Aku hanya bisa mendampingimu untuk satu tahun lagi, setelah lewat satu tahun, gurumu harus pergi dari sini..!"
"Mengapa begitu Suhu"!" tanya Ho Tiat kemudian dengan sikap terkejut. Sang guru tidak segera menyahuti, kemudian katanya. "Hemm, jika memang engkau perlu kuceritakan mengenai riwayat hidupku tentu engkau baru mengerti akan duduk persoalan yang sebenarnya! Baiklah! Aku akan memberitahukan siapa adanya diriku ini! Tahukah engkau siapa adanya diriku"!"
Ho Tiat menggeleng.
"Suhu belum pernah menceritakan riwayat Suhu ! kata Ho Tiat segera, "Mana mungkin tecu bisa mengetahui riwayat suhu..."
"Benar!" guru Ho Tiat telah mengangguk "Memang aku belum pernah menceritakan riwayatku....,.tetapi sekarang ini aku akan memberitahukan siapa adanya aku! Aku adalah Ban Tok Kui!"
"Ban Tok Kui?" tanya Ho Tiat dengan hati agak tergetar oleh perasaan ngeri, Hebat sekali nama gurunya itu. Laksaan Setan Beracun!
"Ya, memang namaku Ban Tok Kui!" dalam rimba persilatan semua orang merasa gentar padaku, mereka umumnya menaruh hormat dan jeri. Aku telah malang melintang, aku telah membuat mereka tidak berani mengangkat kepala jika berhadapan denganku!
Tidak perduli tokoh mana saja! Namun disamping itu juga memang terdapat suatu kelemahanku, yaitu yaitu belum mewarisi seluruh kepandaian dan ilmu guruku, dengan demikian ketika guruku mengetahui bahwa aku
telah malang melintang tanpa tanding.
Dan juga telah membinasakan banyak sekali orang-orang yang tidak kusenangi, maka guruku telah menerima seorang murid lagi, sebagai Suteku! Dan suteku itu masih berusia muda. Sekarang saja mungkin dia baru berusia tujuh belas tahun!
Hemm, beberapa waktu yang lalu Suteku ini turun gunung mencariku, berusaha menasehatiku dengan kurang ajar, kami telah bertempur! Namun sayang, aku telah dirubuhkannya! Hal itu bukan disebabkan Suteku ini
memiliki ilmu silat yang jauh lebih tinggi dari ilmu silatku, namun memang dia telah memiliki kepandaian khusus yang diwarisi oleh guruku ilmu yang khusus itu, sama sekali tidak tahu-menahu, dan suteku itu justeru diajarkan ilmu pukulan yang khusus memang dapat dipergunakan buat menindih dan juga merubuhkan diriku."
Ilmu silatku yang beraneka ragam seperti juga tidak bisa dipergunakan menghadapi ilmu pukulan khusus suteku itu! inilah yang membuat hatiku jadi gusar dan penasaran sekali karena aku telah mengetahui bahwa guruku itu telah memilih kasih!
Aku telah melarikan diri dalam keadaan terluka cukup parah! Dan luka itu malah membuat otot2 penting ditubuh sebagian telah terputuskan. Dan aku membutuhkan tempat yang tenang untuk dapat menyembuhkan lukaku!
Siapa tahu, kita bertemu! Aku telah pingsan didepan istana, dan juga kau telah melihatku, sehingga engkau telah
perintahkan pengawal istana buat membawaku ke ruangan dalam, dalam rawatannya, sehingga aku memperoleh ijin juga dari Kaisar, untuk berdiam didalam istana ini, dengan demikian, aku telah sembuh, akupun telah berlatih diri
dengan giat, karena aku masih ingat benar akan ilmu silat suteku yang khusus itu, dan aku berusaha untuk menciptakan ilmu yang bisa menindih kelemahannya.
Siapa tahu, aku telah didesak oleh ayahmu untuk menerima engkau sebagai muridku! Sebetulnya! aku ingin menolak, namun mengingat akan budi kebaikan kalian,
ayah dan anak, juga aku menghormati ayahmu sebagai Kaisar, maka aku menerima juga menjadi gurumu !"
"Jadi jika memang telah hendak mencari sute suhu gurunya sambil mengawasi gurunya dengan penuh tanda tanya.
keluar dari istana ini suhu
itu." tanya Ho Tiat kepada "Ya....!" mengangguk Ban Tok Kui.
"Mengapa Suhu tidak bersedia jika kita berangkat meninggalkan istana dengan berterang, meminta ijin kepada ayah dan ibuku, juga kepada kakak2ku "!" tanya Ho Tiat semakin tidak mengerti.
Ban Tok Kui menghela napas dalam-dalam kemudian dengan wajah yang murung dia berkata: "Aku bukan jeri pada suteku itu, tetapi dulu memang aku banyak sekali mencelakai orang, jumlahnya bukan ratusan orang saja tetapi ribuan orang, yang semuanya telah kulukai dengan mempergunakan racun.
Dengan demikian, tentu saja telah membuat sanak ataupun kawan mereka semuanya memusuhi diriku dan setiap saat mereka akan menantikan kesempatan yang baik, untuk dapat membinasakan diriku, membalas sakit hati mereka!
Karena dari itu pula, memperlihatkan diri secara persilatan! Sebelum aku aku sengaja tidak mau
berterang didalam rimba bisa membunuh dan membinasakan suteku itu, untuk memuasi hatiku, hemmm, aku akan menghindar dari orang2 dan musuh2ku yang lain,
jika kelak memang aku telah berhasil membunuh sute ku itu, barulah aku membereskan orang2 itu!"
"Hemmmm, suteku itu telah menerima warisan ilmu pengobatan dari guruku, dimana dia pandai sekali
mengobati luka terkena racun yang bagaimana hebat sekalipun Sampai diapun telah menggantikan kedudukan guru kami, dengan gelaran Tabib Dewa! Dan jika memang aku melayani musuh2ku yang lain, hanya akan mempersulit diriku sendiri....
Hemmmm, biarpun aku melukai mereka dengan racun2ku yang terhebat, sekali saja mereka mencari suteku itu, tentu mereka akan disembuhkan dengan mudah, maka dalam keadaan seperti sekarang ini, aku hanya ingin mencurahkan seluruh perhatianku untuk membinasakan suteku dan aku juga bermaksud untuk menghadapi dia seorang saja...... karena itu pula, aku tidak mau berterang untuk berkelana didalam rimba persilatan, aku hanya ingin
menyelidiki dimana jejak suteku itu, dan kelak jika memang aku telah berhasil membinasakannya, barulah aku memberantas musuh2ku yang lainnya. Di waktu itu aku akan mengumumkan bahwa aku adalah satu2nya jago tanpa tanding, Tee It Eng Hiong!" Waktu terucap seperti itu, tampak Ban Tok Kui bersemangat sekali, matanya
memancarkan sinar yang tajam bersinar2.
Ho Tiat memandang gurunya dengan mata tidak berkedip, dia melihat semangat gurunya yang menyala2 dan tampaknya memang gurunya memiliki cita2 untuk menjadi seorang jago tanpa tanding didalam rimba persilatan.
Ban Tek Kui setelah berkata dengan bersemangat seperti itu, jadi menghela napas, tampak semangatnya menurun lagi, dia menggumam perlahan: "Akan tetapi sulitnya, sebelum aku berhasil membinasakan Suteku, tentu engkau menghadapi kesukaran yang tidak kecil !"
Sedangkan ketika itu tampak Ho Tiat tidak mau berdiam diri lebih lama lagi, dia telah berkata. "Suhu, jika tecu menyampaikan sesuatu, apakah Suhu tidak marah?"
"Katakanlah!" kata Ban Tok Kui, "Sebenarnya,....apakah
tidak lebih baik jika Suhu meminta bantuan ayah... dengan didukung oleh ayah, tentu Suhu akan lebih mudah menguasai rimba persilatan Jika memang ayah menginginkan agar Suhu duduk sebagai panglima perang, yang memimpin pasukannya dalam jumlah yang besar
tentu Suhu akan mudah mempergunakan kekuasaan yang ada, untuk membujuk orang2 rimba persilatan itu tunduk dan berlutut di hadapan Suhu ...!"
Muka Ban Tok Kui berobah, dia bilang dengan suara yang tawar: "Engkau menghendaki agar aku menjadi boneka ayahmu ?" tanyanya.
"Bukan begitu Suhu... bukan begitu Suhu !" kata Ho Tiat cepat, "sesungguhnya memang hal ini, tecu menyatakan dari yang sebenarnya! Jika saja Suhu mengijinkan tentu ayah dapat memberikan kedudukan dan pangkat yang pantas buat Suhu, dan dengan demikian, bukan seorang diri saja Suhu menguasai rimba persilatan! Bukankah bekerja
seorang diri lebih sulit dibandingkan jika memang Suhu dibantu oleh para pembantu yang bisa diandalkan" Dengan demikian tentu Suhu akan dapat menghadapi Sute dan musuh2 Suhu !"
Setelah berkata begitu, Ho Tiat menunduk karena dia tidak berani membalas tatapan mata dari gurunya, yang memancarkan sinar sangat tajam sekali memandang kepadanya.
"Tiat jie, apakah engkau memang bermaksud aku terikat seumur hidupku pada ayahmu" Hemmm, terus terang saja kukatakan, jika memang kau harus tunduk dan juga selalu menghormat pada ayahmu, itulah yang tidak dapat dilakukan! Aku selalu ingin bebas dan melakukan sesuatu yang menurut caraku"
Hmmm, jika saja seandainya aku menjadi panglima
kerajaan, berada di bawah kekuasaan ayahmu, tentu ini akan mengekang diriku malah yang tak kuinginkan, jika memang begitu dan terjadi aku menerima pangkat dari ayahmu, seumur hidupku tidak dapat melepaskan diri lagi, aku harus tetap bersetia dan juga selalu berjuang untuk
kepentingan ayahmu... sekali saja aku
membuat suatu kesalahan, tentu aku-akan dijatuhi hukuman oleh ayahmu, dengan cap sebagai penghianat! Hemmm, seorang Kaisar dengan kekuasaan penuh atas rakyatnya, merupakan seorang yang tidak baik! Dan aku pun memang bukan seorang yang baik! Malahan aku didalam rimba persilatan dicap sebagai iblis yang sangat
ganas. Akan tetapi justeru seorang Kaisar, dengan kedudukannya yang mulia, lebih ganas dan bengis dibandingkan dengan seorang iblis besar seperti diriku ini!"
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dengan senyumnya ia akan dapat mematahkan batang leherku ini..." "Suhu jangan salah mengerti." kata Ho Tiat dengan segera, "Percayalah, ayah tidak akan melakukan sesuatu yang bisa melukai hati Suhu !"
"Ho Tiat!" kata Ban Tok Kui kemudian "Engkau belum lagi mengenal dan mengetahui pergolakan yang ada didalam rimba persilatan. Terlebih lagi sekarang ini, disana Thio Bu Kie telah menghimpun kekuatan yang dapat digerakkannya bersatu dalam Bengkauw, tentu saja keadaan didalam kalangan Kang-ouw akan bergolak hebat sekali. Dan juga ayahmu tidak akan ditariknya dengan pancingan
harta dan pangkat. Karena dari itu banyak sekali orang yang berlomba untuk mengambil muka kepada ayahmu! itulah yang kuinginkan karena aku tidak mau jika aku harus menjilat ditelapak kaki ayahmu itu."
"Tetapi jika memang suhu menghendaki, dapat nanti tecu memberitahukan kepada
kedudukan sebagai Kunsu atau
ayah agar Suhu diberi
juga kedudukan sebagai panglima Besar angkatan perang !" Ban Tok Kui menggeleng.
"Tidak! Aku hendak mencari suteku itu dengan seorang diri belaka, aku akan berusaha membinasakannya, dan setelah itu baru aku akan menundukkan semua jago2 rimba persilatan diseluruh daratan Tionggoan !" kata Ban Tok Kui kemudian, "sudahlah Tiat-jie.jika memang engkau tidak mau ikut denganku pergi berkelana akupun tidak akan memaksa.
Mungkin aku hanya memiliki waktu satu tahun lagi berdiam disini Setelah latihan, sinkangku ini benar2 rampung, aku harus berpisah denganmu..!"
Ho Tiat memandang gurunya dengan wajah yang muram.
"Suhu.... apakah Suhu tega meninggalkan tecu "!" tanya Ho Tiat.
"Ya, aku telah mewarisi kepandaian yang cukup kepadamu, Jika memang
engkau rajin-rajin dan tekun belajar, tentu engkau akan memiliki kepandaian yang tinggi! Dan selama setahun itu engkau dapat berlatih diri dengan giat dan bersungguh2, aku akan mengajari engkau seluruh kepandaianku itu, dan engkau hanya membutuhkan
latihan yang tekun. Hasil yang akan engkau peroleh, tergantung dari ketekunan engkau mempelajari ilmu silat itu.!" Ho Tiat tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, terlebih lagi setelah gurunya itu perintahkan dia pergi meninggalkan
tempat tersebut. Dengan hati yang resah, gadis kecil ini telah kembali ke kamarnya.
Sampai menjelang tengah malam, dia masih tidak bisa tertidur, akhirnya dia melompat turun dan pembaringan dan bersilat.
Setiap kali tangannya digerakkan berkesiuran angin yang kuat. Memang ia baru berlatih selama setahun lebih dibawah bimbingan Ban Tok Kui, akan tetapi memang Ho Tiat cepat sekali memperoleh kemajuan. Dia sangat cerdas dan telah dapat menguasai setiap jurus ilmu silat yang diwarisi gurunya.
Dengan demikian, iapun telah mulai dapat menguasai hawa murni didalam tubuhnya karena diapun telah diwarisi latihan sinkang dari gurunya.
Malah, setelah bersilat, pada malam itu Ho Tiat duduk diatas pembaringannya. Dia telah bersila dengan mengatur
pernapasannya. Dari atas kepalanya tampak mengepul asap yang sangat tebal sekali, asap itu membumbung naik tinggi, dan kemudian buyar.
Namun dari kepala Ho Tiat terus juga mengepul asap tidak hentinya, Hal ini memperlihatkan lwekang dari gadis
cilik ini telah memperoleh kemajuan pada tingkat yang sudah boleh diandalkan.
Memang jarang sekali ada seseorang yang mempelajari ilmu silat baru setahun lebih, sudah memiliki lwekang dan kemahiran seperti yang dimiliki Ho Tiat pada saat itu,
karena hal ini disebabkan Ho Tiat memiliki kecerdasan yang luar biasa, sehingga dia telah dapat menerima setiap pelajaran yang diwarisi gurunya dengan se baik2nya dan sangat cepat sekali.
Juga Ho Tiat selalu berlatih dengan bersungguh2. Dengan demikian, dia telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Ada satu faktor lainnya yang perlu diingat Bahwa Ho Tiat adalah puteri Kaisar, yang setiap hari tidak pernah melakukan suatu apapun juga.
Semua kebutuhan Ho Tiat telah dilayani oleh para dayang istana. Karena dari itu, Ho Tiat memiliki waktu yang berlebihan, dan waktunya yang berlebihan itu, dimana sepanjang hari dia hanya berdiam diri saja tidak melakukan suatu apapun juga, dipergunakan Ho
menerus ilmu silat
yang diwarisi Tiat melatih terus gurunya, dengan demikian, membuat Ho Tiat dapat memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Cara berlatih diri yang dilakukan oleh Ho Tiat memang menggembirakan hati Ban Tok Kui, sehingga dia semakin bersemangat saja untuk mewarisi kepandaian dan ilmunya.
Dan sesungguhnya, Ban Tok Kui menyukai gadis kecil ini, Kuncu, si tuan puteri, tetapi justeru diapun memiliki urusan pribadi, sehingga dia tidak bisa mendidik lebih lama lagi.
Dia memperkirakan, dalam satu tahun lagi tentu didalam Kalangan Kangouw diluar dinding istana, akan terjadi pergolakan yang hebat, dimana Bengkauw tentunya telah dikerahkan oleh Bu Kie. Karena dari itu, dia telah menemukannya, jika memang terjadi demikian, barulah dia akan keluar mencari jejak sutenya.
Disaat itu, diapun telah merencanakan, sekali saja dia berhasil dengan usahanya, untuk membinasakan sutenya, barulah dia akan menanamkan kewibawaan dan keangkerannya, untuk menaklukan seluruh tokoh2 rimba persilatan.
Dan setelah menjadi Tee It Eng Hiong, dia baru akan meminta pangkat dan kedudukan pada Kaisar Cu Goan Ciang, Tentu saja bukan pangkat dan kedudukan biasa saja, dia menghendaki setidak-tidaknya sebagai orang yang sangat diandalkan oleh Kaisar Cu Goan Ciang. Sebagai Tee
It Eng Hiong, tentu saja ia akan dapat mengerahkan seluruh jago2 rimba persilatan yang telah ditundukkannya, buat bergerak menghantam dan Bengkauwnya, semua itu gemilang dan Cu Goan Ciang juga akan menghormatinya.
Malah, Ban Tok Kui telah berpikir juga, jika kelak memiliki kesempatan, bahkan ingin merampas kedudukan dari tangan Kaisar yang seorang itu, membunuh Cu Goan Ciang dan memproklamasikan dirinya sebagai Kaisar.
Itulah cita2 yang sangat muluk, memang merupakan sesuatu khayalan yang rasanya sulit dicapai oleh seseorang seperti Ban Tok Kui. Namun dia memiliki keyakinan bahwa dia akan berhasil dengan usahanya itu, dia akan dapat memperoleh hasil yang rencananya.
Justeru sengaja dia membujuk bersama2 dia berkelana didalam rimba persilatan. Karena dengan membawa Ho Tiat bersamanya, dia bisa memperalat tuan puteri itu untuk maksud2nya, dengan mengendalikan orang2 kerajaan, atau para pembesar di kota2 yang disinggahinya.
Sebagai seorang yang telah berpengalaman, Ban Tok Kui menyadari, sekali saja muridnya meminta ijin kepada ayah dan ibunya, maka pasti Ho Tiat akan di "pingit" dengan ketat dikawal dan kemungkinan, dilarang belajar silat lagi pada Ban Tok Kui.
Dan ia yakin, permintaan muridnya, untuk ikut dia berkelana didalam rimba persilatan akan ditolak oleh Kaisar.
Itu pula sebabnya
mengijinkan muridnya
mengapa Ban Tok Kui tidak meminta ijin dulu kepada ayah
ibunya, Dan ia lebih senang jika muridnya itu ikut begitu saja meninggalkan istana secara diam2.
menggempur Bu Kie dengan akan berhasil dengan sukses
memuaskan dalam Ho Tiat buat ikut
Memang Ban Tok Kui juga telah memperhitungkan dengan cara seperti itu dia menempuh bahaya yang tidak terlalu kecil, Yaitu Kaisar tentu akan mengerahkan para pahlawannya buat mencari puteri tunggal tersayangnya tersebut.
Namun dia yakin, tentu dia bisa mempengaruhi Ho Tiat, dimana gadis itu akan membelanya, dan dia tidak mungkin dijatuhi hukuman terlalu berat oleh Kaisar Cu Goan Ciang, jika memang usahanya itu gagal.
Tetapi justeru Ho Tiat memang keberatan jika harus pergi secara diam-diam seperti itu. Dia bermaksud untuk meminta ijin dulu kepada ayah dan ibunya, juga berpamitan kepada ketiga orang saudaranya, Dengan demikian gadis kecil itu akan dapat berangkat dengan hati yang tenang.
Memang Ho Tiat setiap hari diliputi oleh perasaan ingin tahu keadaan diluar istana di sana setiap saat dia hanya terkurung didalam istana, walaupun dia hidup dalam kemewahan dan segala hormat yang diberikan oleh dayang dayang istana, tokh memang dia tetap merasa tidak puas. Itulah sebabnya, dia selalu bermaksud untuk melihat keadaan diluar istana.
Cuma saja, justeru gurunya menghadapi ia menempuh jalan yang kurang baik, yaitu meninggalkan istana secara diam-diam, membuat gadis kecil itu menjadi pusing dan bingung sendirinya.
Jika ia menolak seperti tadi, hal itu hatinya tidak tenang, karena ia kuatir Bukankah waktu upacara pengangkatan guru dan murid itu dia telah bersumpah, bahwa ia akan mematuhi setiap perintah yang diberikan gurunya.
hanya membuat gurunya murka.
Tetapi sekarang justeru dia telah menolak ajakan gurunya, yang sama saja dengan menolak perintah gurunya, karena Ban Tok Kui sendiri telah mengingatkan dia akan sumpahnya itu.
Dasarnya memang Ho Tiat masih berusia kecil dan jalan pemikirannya belum dewasa, akhirnya tokh dia memutuskan juga, akan ikut dengan gurunya.
Dia telah merasakan, pergi keluar istana, dengan didampingi gurunya, pasti merupakan hal yang sangat menggembirakan, perasaan seperti itulah yang jauh lebih kuat tumbuh dihatinya, sehingga besok paginya dia telah
menemui gurunya dan menyatakan kesanggupannya untuk pergi berkelana bersama-sama gurunya.
Bukan main girangnya Ban Tok Kui.
"Kita berangkat malam ini !" kata Ban Tok Kui kemudian "Kita persiapkan dulu barang2 yang perlu kita bawa, kita harus hati2, jangan sampai ada seorangpun yang mengetahui maksud kepergian kita....!"
Ho Tiat mengangguk mengiyakan, Dan di waktu itu, dia telah mempersiapkan segala sesuatunya, sampai akhirnya,
menjelang tengah malam, dengan digendong gurunya, mereka telah keluar dari istana.
Biarpun istana dijaga ketat oleh para pengawal istana, namun mereka mana bisa mengetahui kepergian Ban Tok Kui yang ilmunya sudah mencapai tingkat yang hebat itu.
Mudah sekali Ban Tok Kui membawa muridnya itu keluar dari istana, Dan mereka telah melakukan perjalanan malam.
Ho Tiat ketika berada berada diluar istana, telah menyaksikan bangunan rumah2 penduduk dan dia telah memandang sepuas hati, karena baru pertama kali ini dia melihat keadaan diluar istana.
Terlebih lagi setelah guru nya mengajak meninggalkan kotaraja, sehingga dia melihat keindahan yang menarik sekali, yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya.
Diwaktu itu, Ban Tok Kui mengajak muridnya melakukan perjalanan secepat mungkin. Dia telah menggendong Ho Tiat, yang dibawa lari dengan pesat sekali. semalaman itu mereka lelah melakukan perjalanan hampir seratus lie.
Sedangkan Ho Tiat memejamkan matanya rapat2, dia telah berdiam diri menggemblok dipunggung gurunya. Sampai akhirnya dia merasakan gurunya sudah tidak berlari lagi, dia membuka matanya.
Waktu menyinari itu sinar matahari fajar telah menyingsing bumi, dan keadaan disekitar tempat mereka
berada itu sangat terang benderang.
"Kita berada dimana Suhu "!" tanya Ho Tiat ketika gurunya menuruninya.
"Kita telah meninggalkan kota raja cukup jauh, kita perlu beristirahat dulu disini, hanya sejenak saja, kita harus melakukan perjalanan lagi, karena jika kita terlambat dan membuang waktu, begitu pagi ini ibu dan ayahmu mengetahui engkau telah hilang dari istana, akan mengirim orang-orangnya buat melakukan pencarian !"
Ho Tiat hanya mengangguk.
Ban Tok Kui mengeluarkan makanan kering yang dibawanya, mereka berdua telah memakannya.
Diwaktu itu Ho Tiat makan dengan wajah yang murung, karena gadis kecil ini dalam keadaan bimbang bukan main. Ia telah meninggalkan istana, ia merindukan ayah dan ibunya, juga saudara2 nya.
Ban Tok Kiu bukannya tidak melihat sikap muridnya tersebut, dia tertawa.
"Tiat-jie, engkau jangan bimbang, untuk sementara ini kau tidak usah memikirkan tentang kedua orang tuamu, juga saudara2mu ! Bukankah kita hendak berkelana, dan dengan demikian disamping engkau akan bertambah pengalaman juga akan dapat melihat apa yang selama ini belum engkau ketahui!
Dengan berkelana seperti sekarang, engkau akan menyaksikan orang2 rimba persilatan juga engkau akan melihatnya betapa ilmu silat mereka yang beraneka ragam.
Yang terpenting lagi, justeru engkaupun dapat melihat berapa jauh kemajuan yang telah engkau peroleh dengan
berlatih diri selama ini,
karena engkau akan dapat bertempur dengan lawanmu dan juga engkau dapat mempergunakan ilmu silatmu buat bertanding dengan orang2 yang nanti kutunjuk!"
Dan setelah berkata begitu, tampak Ban Tok Kui menghabisi seluruh makanannya. Dia juga telah beberapa kali berusaha untuk meyakinkan muridnya tersebut agar muridnya itu tidak berbimbang lebih jauh, karena jika saja ia berbimbang juga, maka murid itu akan mengalami banyak kesukaran."
Sedangkan Ho Tiat disaat itu sama sekali berdiam diri saja. ia menghabisi juga makanannya, sampai akhirnya dia telah melihatnya bahwa apa yang dikatakan gurunya memang benar.
Bukankah setelah ia ikut gurunya berkelana selama satu tahun atau dua tahun atau tiga tahun, ia akan dapat kembali keistana dan hidup didalam istananya" Ayah dan ibu tentu akan memaafkannya.
Diwaktu itu terlihat betapapun juga, Ban Tok Kui berusaha agar muridnya ini dapat melihat kedepan, dimana dia akan berkelana didalam rimba persilatan. Dan juga dengan begitu, akan membuat muridnya ini bertambah
pengalaman. Dia berusaha juga untuk memperlihatkan apa yang dilakukannya memang untuk kepentingan muridnya itu.
Sedangkan dibalik dari semua itu, Ban Tok Kui memang tengah gembira, karena ia yakin akan dan dapat memanfaatkan puteri Kaisar ini untuk tujuan dan citacitanya.
Selesai makan ia mengajak Ho Tiat untuk melanjutkan perjalanan mereka, Dan juga diwaktu itu tampak jelas, bahwa Ban Tok Kui telah berusaha untuk dapat melakukan
perjalanan yang secepat mungkin.
Setelah melakukuan perjalanan selama beberapa bulan mereka memang telah meninggalkan kota raja cukup jauh, Dan juga setelah berada dalam jarak yang terpisah begitu jauh, tentu saja orang2 Kaisar tidak akan dapat mengejar dan mencari jejaknya.
Perjalanan menuju Sucoan tidak jauh lagi, tujuan dari Ban Tok Kui adalah salah satu kota yang terletak di Sucoan. Dimana ia memperkirakan tentu para orang gagah akan berkumpul dan juga akan mengadakan pertemuan
disana, demi membela Bengkauw.
Karena memang ia mengetahui digerakkannya Bengkauw oleh Thio Bu Kie, tentu hal ini akan membuat para orang2 gagah berkumpul untuk berhimpun dengan
Bengkauw, Dan juga
Ban Tok Kui telah memperhitungkannya, dengan demikian sutenya pun tentu akan bergaul dengan orang2 Bengkauw itu.
Selama dalam perjalanan, Ban Tok Kui tetap menurunkan dan mewarisi kepandaian kepada muridnya, hanya saja, ia selalu berusaha mengelakkan pertempuran dengan siapapun juga, karena dia tidak mau jika sutenya
mendengar perihal dirinya, niscaya sutenya itu akan melakukan pengejaran lagi kepadanya.
Dan inilah yang tidak diinginkannya, karena memang dia bermaksud untuk mencari jejak sutenya itu, kemudian mencari kelemahan sute-nya, barulah dia akan tampil memperlihatkan diri.
Selama dalam perjalanan, diapun telah banyak memberikan keterangan kepada murid nya.
Ho Tiat telah berulang kali mengatakan kagumnya menyaksikan pemandangan yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya, karena memang ia selamanya terkurung didalam istana.
Sekarang dia bisa bebas berkelana bersama gurunya diluar istana, dengan demikian membuat dia jadi girang dan juga berkurang akan kebimbangannya.
Dia yakin, suatu saat kelak jika ia kembali keistana, tentu dia akan dapat diterima dengan gembira dan rindu oleh ayah dan ibunya. sedangkan ayahnya sebagai Kaisar, tentu saja akan melakukan penyambutan besar-besaran padanya penuh penghormatan.
oooOdwOooo KWANG TAN yang telah menjadi tabib Bengkauw secara resmi dan juga selalu mendampingi Thio Bu Kie, memperoleh kenyataan Thio Bu Kie memang benar2 seorang yang luar biasa.
Karena dia melihat bagaimana cara dari Thio Bu Kie mengatur orang2 nya, memupuk orang2 yang resmi menjadi anggota Bengkauw dengan nasehat dan pelajaran ilmu silat kelas tinggi.
Sengaja Thio Bu Kie mengajarkan semua anggota resmi Bengkauw untuk mempelajari ilmu silat, karena memang ia menghendaki semua anggota Bengkauw bisa memiliki kepandaian yang lebih tinggi. Dengan memiliki kepandaian yang tinggi, tentu orang2 Bengkauw akan dapat melakukan pekerjaan besar yang lebih baik lagi.
Diwaktu itu Kwang Tan juga telah banyak sekali menerima petunjuk dari Thio Bu Kie. Ia memperbandingkan antara petunjuk yang diberikan Thio Sam Hong padanya, Memang secara tidak langsung, Thio
Sam Hong sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, telah menurunkan seluruh inti dari ilmu silat Bu Tong Pay.
Dan sekarang, memperoleh petunjuk langsung dari Bu Kie, kepandaian Kwang Tan memperoleh kemajuan yang pesat.
Sebagai Tabib resmi dari Bengkauw, tentu saja Kwang Tan tidak terlalu sibuk, dia hanya mengobati anggota Bengkauw yang menderita sakit.
Pertempuran tidak pernah terjadi, dengan demikian dia tidak perlu bersusah payah mengobati orang2 yang terluka, Dan juga diapun hanya mengikuti Thio Bu Kie, sepanjang hari untuk menilik anggota2 Bengkauw yang menderita sakit.
Penyerangan kepada beberapa kota disekitar kaki gunung Bu Tong San memang menyebabkan jatuhnya cukup banyak korban2 yang terluka dan Kwang Tan dengan keakhliannya, telah berhasil mengobati mereka dengan baik.
Semua orang memuji akan keberhasilan dari Kwang Tan, yang selalu dapat mengobati orang2 yang terluka itu cepat dan mempergunakan obat yang manjur sekali.
Sedangkan Bu Kie sendiri telah memuji itu juga, bahwa Kwang Tan benar2 berhasil, tabib yang dapat diandalkan. Dan dia memang pantas memakai gelarnya sebagai tabib
Dewa karena setiap orang yang terluka, selalu dapat diobatinya dengan baik, biarpun orang yang terluka itu sangat parah, tokh dia bisa mengobatinya dengan mudah, sehingga orang itu memperoleh kesembuhannya dalam waktu yang singkat.
Kwang Tan bekerja bersungguh2, dimana dia telah bekerja sebaik mungkin, untuk menyembuhkan orang Bengkauw yang terluka.
Dan juga, orang-orang Bengkauw yang gugur dalam pertempuran itu, telah dikebumikan dengan pantas, dengan upacara Bengkauw.
Kwang Tan setiap hari mempergunakan waktu luangnya untuk berlatih diri, sehingga dia memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali.
Sebagai seorang yang sangat cerdas, dan dia telah menerima petunjuk dari Thio Sam Hong. disamping telah memperoleh petunjuk langsung dari Thio Bu Kie, cepat luar biasa dia memperoleh kemajuan yang benar-benar sangat menakjubkan, Bu Kie sendiri menyaksikan kemajuan yang telah dicapai oleh Kwang Tao jadi kagum bukan main.
"Jika anak itu berlatih dengan tekun lima tahun lagi, sulit mencari tandingan buatnya...!" memuji Bu Kie, waktu suatu kesempatan menyaksikan Kwang Tan berlatih diri. Kata2 pujiannya itu ditujukan kepada Tio Beng, isterinya.
Tio Beng juga telah membenarkan pujian dari suaminya. dia bilang, memang dalam keadaan seperti sekarang, sulit mencari orang yang sehebat Kwang Tan, yang memiliki kecerdasan luar biasa, dimana dia telah berhasil untuk berlatih diri dalam waktu yang singkat untuk memperoleh kemajuan yang begitu pesat.
"Bu Kie Koko, jika memang Kwang Tan berlatih diri selama beberapa tahun lagi dengan tekun, tentu engkau sendiri sulit buat menandinginya !" kata Tio Beng.
Bu Kie mengangguk.
"Ya benar, memang apa yang kau katakan Bengmoay sangat tepat ! Tetapi ini merupakan suatu urusan yang sangat menakjubkan sekali, karena anak itu telah bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi dalam usia demikian muda! Dulu aku saja, walaupun aku telah memperoleh bimbingan dari pada suhu dan guru2 lain2nya, dalam usia seperti dia, belum bisa memiliki kehebatan seperti itu."
"Tetapi Bu Kie Koko, orang secerdas Kwang Tan harus diperhitungkan matang2. Dia bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi, jika saja dia tidak dibimbing dengan baik untuk jalan dijalan yang lurus dan murni, demi kebaikan,
tentu dia jadi merupakan bibit yang sangat berbahaya didalam rimba persilatan kalau saja dia memang melakukan hal-hal kurang terpuji.
Karena sekarang saja dia telah memiliki kepandaian yang begitu tinggi dan juga kelak dia niscaya akan memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi lagi...karenanya sekali saja dia bermaksud untuk menyeleweng, akan sulit sekali membendung dan mengatasinya!"
Bu Kie tersenyum.
"Engkau berpikir terlalu jauh, kukira Kwang Tan tidak akan berbuat sejauh itu! Kita telah melihatnya bahwa dia seorang anak yang sangat baik sekali!"
"Tetapi, ini juga belum tentu, Bu Kie Ko ko jika memang kelak dia bergaul dengan orang-orang yang tidak beres dari kalangan hitam, sehingga dia dapat dipengaruhi, tentu sifatnya yang sekarang ini dapat berobah, dan waktu itu,
tentu sulit sekali mencari orang sekiranya dapat menandingi kepandaiannya itu."
Bu Kie hanya mengangguk2 saja. Didalam hatinya dia membenarkan apa yang dikatakan oleh istrinya memang tepat.
Kwang Tan sendiri memang memperoleh kemajuan yang sangat pesat dan juga didalam waktu yang sangat singkat sekali dia berhasil untuk dapat memiliki kemampuan yang seimbang dengan Bu Kie.
Hanya ada satu kekurangannya, yaitu latihan dan Kwang Tan memang untuk memperoleh pengalamannya, karena dari itu, masih membutuhkan waktu kesempurnaan kepandaiannya.
Biarpun sekarang ini Kwang Tan telah memiliki kepandaian kelas satu dari ilmu silat tingkat tinggi, tokh dia masih membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menambah pengalaman dan juga latihannya.
Dan diwaktu itu, jika memang sejak sekarang Kwang Tan telah berlatih diri dengan tekun, niscaya dia bisa memiliki kepandaian yang sutit memperoleh tandingan.
Begitulah, Kwang Tan melewati hari2nya dengan berlatih terus. Karena, telah berhasilnya Bengkauw merebut beberapa kota yang letaknya paling dekat dengan Bu Tong San, membuat Kwang Tan selalu harus berada didekat Bu Kie, dimana Bu Kie setiap harinya selalu berpindah2 dari kota yang satu ke kota yang lainnya.
Dengan demikian telah membuat Kwang Tan juga selalu dikejar kesibukan untuk mengobati orang-orang Bengkauw yang terluka.
Dan kesibukan yang ada sekarang ini memang jauh lebih banyak dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu. Dan juga, dalam hal ini Kwang Tan harus mengeluarkan seluruh kemampuan ilmu Bengkauw yang terluka disamping itu juga terkena racun yang daya kerjanya sangat cepat dan dahsyat sekali.
pengobatannya, banyak orang
dengan luka yang aneh-aneh Namun memang pada dasarnya Kwang Tan memiliki ilmu pengobatan yang sangat tinggi warisan dari gurunya, dia bisa mengobati semua orang Bengkauw yang terluka itu. Dan juga dia bisa menambah kesegaran mereka, hanya
dalam beberapa hari saja.
Bu Kie telah memberikan perintah juga kepada Kwang Tan, agar sering2 pergi ke medan bagian depan, untuk melihat apakah ada orang-orang penting Bengkauw yang terluka dan membutuhkan pertolongannya.
Karena memang Kwang Tan akhir ini seringkali pergi kegaris depan, dia telah diliputi kesibukan yang bukan main. Digaris depan dari pasukan Bengkauw yang telah maju terus keselatan, membuat Kwang Tan selalu bertemu dengan orang-orang Bengkauw yang terluka, ada yang
sebagian tengah melakukan perjalanan untuk kembali kemarkas besar untuk memperoleh pertolongannya.
Cuma saja, disebabkan Kwang Tan sendiri yang telah meninjau garis depan membuatnya jadi dapat mengobati langsung disitu.
Ribuan orang Bengkauw yang telah ditolongnya, dan selama itu, Kwang Tan tetap tidak melupakan latihan ilmu silatnya. Setiap ada waktu senggang tentu dia akan melatih diri.
Cuma saja, belakangan ini dia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Suma Lin Liang, sehingga dia tidak pernah melihat Suma Lin Liang yang entah telah diperintah bertugas dimana.
Pasukan Bengkauw yang telah berhasil merebut empat kota, yaitu Shia King Kwan, Ciu-yen, Cin-kang dan Ciu
ling, telah menempatkan kekuatan mereka pada keempat kota itu. Sebagian dari pasukan Bengkauw maju terus.
Mereka menuju kepropinsi Sucoan dan memang mereka bermaksud untuk merebut semua kota dibilangan propinsi itu, dengan demikian tentu mereka akan dapat mendesak pasukan Kaisar Cu Goan Ciang menuju ke kota-raja.
Kwang Tan waktu itu tengah bersiap-siap hendak ikut bersama pasukan yang akan meninggalkan Ciu-ling, untuk pergi menyerbu ke-kota berikutnya yaitu Kang-wie.
-ooo0dw0ooo Jilid 23 KOTA Kang-wi sebuah kota yang sangat besar dan juga diperlengkapi oleh penjagaan pasukan tentara kerajaan yang sangat kuat. Karena Cu Goan Ciang yang telah menerima laporan mengenai majunya tentara Beng-kauw, segera menempatkan pasukan yang besar jumlahnya dikota Kangwi, untuk membendung majunya pasukan Bengkauw tersebut.
Namun Bu Kie yakin, bahwa Bengkauw akan dapat merebut kota tersebut. Jika saja Kang-wie dapat direbut, tentu lebih mudah untuk maju terus kedepan. Kota2 selanjutnya merupakan kota2 kecil belaka dan kurang baik letaknya bagi peperangan buat kerajaan, karenanya, jika memang Kang-wi jatuh kedalam tangan Bengkauw, niscaya Cu Goan Ciang lebih terdesak lagi.
Cu Goan Ciang telah menempatkan orang2 nya di Kang Wi yang dijadikan benteng pertahanan mereka. Dan walaupun bagaimana Kang wi dipertahankan sebaik mungkin, agar pasukan Bengkauw tidak bisa menerobos melewati kota itu.
Disamping pasukannya, menggempur itu, panglima Kie Yen telah mengirim
sebagian menyerbu kekota Ciu-ling untuk Beng-kauw, Dengan demikian, sengaja panglima itu hendak memecah perhatian Bengkauw.
Ternyata perhitungan Bu Kie lebih tajam dan lebih cermat, karena begitu pasukan Beng-kauw telah menyerbu, dalam waktu setengah bulan saja, Kang-wi telah jatuh kedalam tangan orang2 Bengkauw, dengan demikian membuat pasukan kerajaan mundur kekota berikutnya.
Akan tetapi penjagaan dari pasukan kerajaan tidak sekuat di Kang-wi dan Bu Kie yakin, begitu dia mengerahkan orangnya niscaya kota demi kota berikutnva dapat direbutnya.
Dikala itu terlihat jelas sekali, Bu Kie dengan pasukannya memperoleh kemenangan yang gemilang.
Bahkan mereka didukung oleh rakyat, sehingga kekuatan dari Bengkauw kian bertambah juga.
Dengan didukung oleh penduduk setiap kota yang telah berhasil diduduki Bengkauw, yang mereka semuanya, kaum laki-laki, tua muda, telah ikut memanggul senjata, dan kaum wanitanya membantu dibagian dapur, membuat
bengkauw kian besar juga kekuatannya.
Ancaman dari pasukan Bengkauw ini memang menguatirkan juga pada Cu Goan Ciang.
Memang sejak pertama kali dia telah memperhitungkan begitu Bengkauw bergerak dan tidak berhasil ditumpas, maka kerajaannya sangat terancam dan dia mungkin bisa turun dari takhta kerajaan.
Tanpa memperdulikan berapa besar anggaran yang harus dikeluarkannya, Cu Goan
Ciang telah memusatkan kekuatan angkatan perangnya buat membendung pasukan Bengkauw dan dia telah mengerahkan kekuatan yang ada, sebagian besar buat menghadapi pasukan Beng kauw.
Dari beberapa daerah telah didatangkan bala bantuan, hanya saja, disebabkan kota demi kota telah berhasil direbut
oleh Bengkauw, sehingga ransum dari kerajaan dapat dirampas juga, membuat Bengkauw malah semakin kuat saja.
Diwaktu itu, Kwang Tan yang memang telah bersiapsiap untuk pergi ke medan perjuangan dibagian garis depan,
menyaksikan perjuangan yang begitu gigih dari para orang gagah, pasukan tentara kerajaan seperti juga sudah tidak memiliki arti, Pasukan Bengkauw yang maju terus seperti gelombang yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
Bu Kie memang telah berhasil untuk mengatur segalanya dengan baik, membuat Bengkauw memperoleh kemenangan yang gilang gemilang.
Pada hari itu, Kwang Tan tengah duduk2 dimuka sebuah warung arak dikota Kang-wi, Kota ini telah direbut oleh Bengkauw, dan kemudian kepada penduduk kota tersebut
diperintahkan membuka usaha mereka seperti biasa.
Juga diatur sedemikian rupa, sehingga tampak tidak seperti tengah dalam peperangan. Apa yang telah rusak diperbaiki sehingga keadaan didalam kota tampak tetap hidup dan ramai.
Terutama sekali orang2 Bengkauw, mereka telah memenuhi kota tersebut, sebagian berdiam diluar kota, karena mereka kuatir dengan berkumpulnya mereka didalam kota akan menyebabkan rakyat menjadi panik.
Perekonomian dikota itu berlangsung dan berjalan dengan baik dan tetap lancar, Yang membuka rumah makan, toko, warung arak dan lainnya telah berusaha dagang seperti sebelumnya, mereka malah merasa lebih aman dengan adanya pasukan Bengkauw disekitar kota mereka, karena memperoleh kenyataan pasukan tentara
Bengkauw sama sekali tidak mengganggu rakyat.
Berbeda dengan tentara kerajaan, yang selalu mengganggu rakyat, dengan mempergunakan kesempatan dalam keadaan peperangan seperti itu, mereka bertindak sewenang-wenang, memperkosa dan rakyat.
merampas harta Dan sekarang setelah pasukan Bengkauw yang menguasai kota mereka, semua penduduk malah merasa lebih aman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan duduk termenung didepan warung arak itu karena teringat kepada Suma Lin Liang. Entah dimana beradanya Suma Lin Liang, karena memang dia sendiri tidak pernah mendengar perihal kawannya itu.
Dikala Kwang Tan tengah duduk termenung seperti itu, tiba-tiba sekali dari arah pintu kota sebelah barat telah
mendatangi seekor kuda yang mencongklang cepat sekali, dan telah menimbulkan debu yang mengebul sangat tinggi.
Penunggang kuda itu adalah seorang lelaki yang tidak terlihat jelas mukanya, karena dia menunggang kuda itu dengan menengkurap dan juga
kudanya, seperti juga orang itu terluka yang parah.
terlungkup dipunggung tengah dalam keadaan
Kwang Tan cepat2 melompat bangun dari duduknya, dia menghampiri kearah datang nya kuda itu.
Dengan gerakan yang lincah sekali Kwang Tan telah mengulurkan tangannya, dia menyambar pelana kuda, dan memegang juga lesnya, kemudian mengerahkan tenaga dalamnya.
Seperti juga ditahan secara mendadak oleh suatu kekuatan yang sangat besar, kuda itu tiba2 saja telah berhenti berlari, dan juga telah mandek diam, hanya meringkik dengan mengangkat kedua kaki depannya.
Karena gerakan kuda itu, membuat penunggangnya yang tertelungkup itu terlempar dari atas punggung kuda.
Cuma saja Kwang Tan dapat bergerak sangat cepat dan gesit sekali waktu tubuh orang itu terpental dari kudanya, dan sebelum terbanting diatas tanah, dia telah menyambut orang itu.
Dengan demikian orang tersebut tidak sampai jatuh terbanting diatas tanah. Kwang Tan lantas membawa orang itu ke tepi jalan. Telah datang beberapa orang Beng kauw, yang ingin mengetahui apa yang terjadi. Dan mereka melihat bahwa orang yang terluka itu adalah seorang laki2 setengah baya.
"Toan Kie !" Seru beberapa orang diantara mereka yang segera mengenali orang setengah baya itu, yang tidak lain dari salah seorang anggota Bengkauw juga.
Kwang Tan juga segera mengetahui, bahwa orang yang terluka ini adalah anggota Beng-kauw, karena pada pergelangan tangan kanannya terdapat secuil secarik kain merah yang berukuran segi tiga.
Segera Kwang Tan memeriksa lukanya.
Tetapi setelah memeriksa luka orang itu, wajah Kwang Tan jadi berobah.
Ternyata orang itu, telah terluka oleh sejenis racun yang hebat sekali. Yang membuat Kwang Tan kaget justeru bukan hebatnya racun tersebut, tetapi dia seperti mengetahui siapa orangnya yang biasa mempergunakan racun tersebut.
Setelah termenung sejenak, Kwang Tan cepat-cepat mengeluarkan obatnya. Dia telah mengobati luka orang itu. Pertama-tama dengan mempergunakan pedang pendek dia membelek luka orang itu, mengeluarkan darah yang telah hitam, dan juga menyiarkan bau yang tidak sedap, barulah setelah darah yang mengalir keluar itu memerah bening,
Kwang Tan memborehkan obat tersebut pada lukanya, Dan kemudian dia membungkusnya.
Orang tua itu masih dalam keadaan pingsan, ketika
tersadar, dia telah memandang dengan sorot mata yang redup tidak bersinar. Dia telah memandang kepada Kwang Tan dengan bibir yang bergerak2.
Namun tidak ada sepatah perkataanpun juga yang meluncur dari bibirnya. Kwang Tan membiarkan orang itu beristirahat, dia tidak menanyakan sesuatu, Malah kemudian Kwang Tan memerintahkan anggota Bengkauw lainnya pergi jangan berkerumun di situ.
Kwang Tan sendiri yang telah mengangkat orang tersebut ke tempat
Bengkauw, Kwang
kediamannya, dimarkas orang-orang
Tan memang memperoleh tempat disebuah rumah yang sangat besar, dimana dia mendiami sebuah kamar yang paling depan.
Maka orang itu telah diletakkan diatas pembaringan, dia membiarkan orang tersebut beristirahat tanpa ditanya, Dan orang itu memejamkan matanya beberapa saat. Namun akhirnya karena luka yang dideritanya menimbulkan rasa sakit yang bukan main, orang itu telah merintih tidak hentinya.
Kwang Tan memeriksa lagi luka orang itu, dan dia segera memberikan obat pula.
Setelah ditambah dengan obat makan, orang itu tidak merintih pula, dia jauh lebih tenang, walaupun wajahnya memang masih pucat pias. Rupanya rasa sakit yang dideritanya telah berkurang.
Sedangkan Kwang Tan duduk di tepi pembaringan menunggui orang tersebut. Dan dilihatnya bahwa orang itu per-lahan2 membuka matanya.
"Bagaimana, apakah rasa rasa sakit telah berkurang?" tanya Kwang Tan. "Ya terima kasih." kata orang itu mengucapkan kata2 terlalu banyak, dirasakan masih keluh dan kaku. pada lukamu itu
yang belum bisa karena lidahnya Kwang Tan menghela napas dalam2. Dia seperti juga dapat menduga orang yang melukai orang itu, tentunya seseorang yang tengah dicarinya.
"Siapa yang telah melukai kau dengan mempergunakan racun itu?" tanya Kwang Tan beberapa saat berselang,
walaupun dia telah menduga seseorang, tokh dia masih bertanya seperti itu, karena dia masih ragu-ragu.
"Orang itu... orang itu... orang itu... sangat ganas sekali, dia bersama seorang gadis kecil, orang itu bertangan telengas sekali." Suara orang itu tegagap dan belum bisa bicara dengan lancar.
"Jadi engkau tidak mengetahui siapa adanya orang yang telah melukai dirimu ini?" tanya Kwang Tan kemudian. "Dan juga, siapa-siapa saja kawannya, berapa jumlah kekuatan mereka?"
Orang yang terluka itu telah mengerang perlahan, baru kemudian berkata: "Dia...dia mengatakan bahwa dirinya adalah Ban Tok Kui !"
"Ban Tok Kui !" berseru Kwang Tan dengan suara yang nyaring, dia kaget tidak terkira, namun juga terselip
perasaan girang, karena memang telah sekian lama dia mencari jejak Ban Tok Kui dan selama itu tidak pernah didengarnya.
Siapa tahu, sekarang dia telah memperoleh petunjuk dari orang ini, bahwa Ban Tok Kui berada disekitar tempat tersebut.
Orang itu mengangguk perlahan, kepalanya itu tampak bergerak perlahan, gerakan pada kepalanya itu justeru telah mendatangkan rasa sakit yang tidak terkira pada lukanya, karena gerakan itu telah menggerakkan lukanya.
Dengan demikian perasaan sakit yang dideritanya membuat orang tersebut jadi mengerang.
Sedangkan Kwang Tan dengan sikap yang jadi tidak sabar bertanya: "sekarang dia berada dimana "!"
Orang itu menggeleng perlahan, katanya dengan suara yang susah payah: "Dia... dia berada diluar kota... entah dimana, bersama dengan gadis kecil itu, gadis kecil yang sangat lincah sekali gerakannya, gadis kecil itu memangginya dengan sebutan Suhu, tentu dia murid Ban Tok Kui...!"
"Hemmmm, mengapa engkau bisa bentrok dengan dia "!" tanya Kwang Tan lagi. "Kami tengah mengadakan pemeriksaan pada semua penduduk diluar kota karena memang kami ingin mengadakan pengecekan apakah ada orang2 Cu Goan
Ciang yang telah menyelusup kedaerah ini.
Dan ketika tiba giliran pada Ban Tok Kui, justeru dia tidak bersedia diperiksa, Dia malah marah dan telah mengamuk. Dia melukai diriku. Dengan hanya
menyentilkan kaku pada ibu
jarinya belaka, aku telah terluka demikian hebat, menderita kesakitan yang dahsyat, sehingga aku berusaha melarikan diri, entah bagaimana dengan kawan2 lainnya, aku sudah tidak mengetahuinya!"
"Terpisah jauhkah tempat peristiwa itu terjadi dari sini ?" tanya Kwang Tan.
"Hanya belasan Lie disebelah tenggara!" kata orang tersebut "Baiklah, engkau boleh beristirahat dengan tenang, engkau telah kuberikan obat, dan kau dapat beristirahat
dengan tenang, karena dari itu,
sebelum aku kembali, lukamu itu
engkau jangan turun tidak boleh tergerak2 dulu, aku akan pergi melihat kesana dan engkau jangan kuatir, lukamu itu telah kuberikan obat !"
Orang itu mengangguk saja sambil merintih perlahan. Kemudian tubuh Kwang Tan telah melesat keluar dari kamarnya, dia telah menaiki seekor kuda berbulu hitam, yang dibedalnya menuju keluar kota.
Menurut keterangan orang Bengkauw yang telah dilukai Ban Tok Kui, tempat terjadinya peristiwa itu hanya terpisah belasan lie, dan dengan menaiki kuda, tentu dia bisa tiba ditempat itu dengan cepat, pasti Ban Tok Kui belum lagi pergi terlalu jauh.
Dan benar saja, setelah dia telah melarikan kudanya belasan lie, ketika tiba didepan sebuah permukaan hutan, dilihatnya beberapa sosok tubuh menggeletak tidak bernapas lagi, itulah beberapa orang anggota Bengkauw.
Bukan main gusarnya Kwang Tan, dia dapat menduga tentu yang membunuh orang-orang Bengkauw itu tidak lain dari Ban Tok Kui.
Waktu Kwang Tan melompat turun dari kudanya, dia memeriksa beberapa sosok mayat itu, dilihatnya mereka
semuanya terluka dan luka mereka memang mengandung racun, sehingga membuat mereka terbinasa.
Karena dari itu, Kwang Tan telah melompat keatas punggung kudanya, dia telah melarikan kudanya segera, memeriksa keadaan disekitar tempat itu. Dia yakin Ban Tok Kui pasti belum pergi.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi walaupun Kwang Tan telah berputar2 disekitar tempat itu, sejauh belasan lie, tetap saja dia tidak bisa bertemu dengan Ban Tok Kui, orang itu seperti telah lenyap, entah kemana.
Dan menurut keterangan dari orang yang terluka itu, justeru Ban Tok Kui melakukan perjalanan dengan seorang gadis kecil. Cuma saja yang membuat Kwang Tan jadi heran, Ban Tok Kui dalam waktu yang singkat itu telah dapat menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Sampai menjelang sore, barulah Kwang Tan kembali kedalam kota dengan tangan kosong, dia tidak berhasil mencari jejak Ban Tok Kui dan gadis kecil itu yang diduga adalah muridnya.
Malamnya dia memeriksa keadaan luka orang itu, dan dia memberikan obat lagi. Dengan demikian, cepat sekali
orang tersebut memperoleh kesembuhannya, dan juga telah dilihatnya, bahwa wajah orang itu tidak terlalu pucat pula.
Sedangkan saat itu memang Kwang Tan tengah tidak tenang, Dan sedang memikirkan Ban Tok Kui. Dia yakin, tentunya memusuhi seorang yang rendah dan hina dina, yang merupakan orang yang tidak tahu malu, tentu dia telah menerima harta dan pangkat dari kerajaan, dan kemudian bekerja untuk kepentingan kerajaan.
Terbukti dengan dibinasakannya beberapa orang anggota Bengkauw, Karena dari itu, Kwang Tan bertekad untuk mencari Ban Tok Kui secepat mungkin, karena jika terlambat, tentu akan membuat Ban Tok Kui melakukan tindakan yang lebih jauh lagi mencelakai orang2 Bengkauw lebih banyak jumlahnya.
Setelah makan malam, Kwang Tan dengan menunggangi kudanya itu telah mengelilingi kota tersebut. Setiap pos penjagaan orang mereka berhati2 bengis bersama seorang gadis kecil. Ban Tok Kui bekerja buat tentara kerajaan
Bengkauw, karena memang Ban Tok Kui Bengkauw jika bertemu telah diberitahukan agar dengan seorang bermuka
sekali, karena disaat tidak mungkin dapat ternyata dia telah bertemu dengan orang yang tengah dicarinya.
Dilihatnya dipunggung Ban Tok Kui menggemblok seorang gadis berusia lima belas tahun yang mungkin dalam keadaan tertidur, Dia melompat turun dari kudanya.
Dan memesan agar mereka berlaku lebih waspada, menghindarkan pertempuran dengan orang itu, dan berusaha untuk melaporkan kepada Kwang Tan.
Setelah meninggalkan pesan kepada semua pos orang Bengkauw, Kwang Tan mempergunakan kudanya untuk mengelilingi tempat diluar kota itu.
Dan diwaktu itu. tampak bahwa Kwang Tan berusaha untuk mencari jejak Ban Tok Kui dan gadis kecil itu, Dia telah mengelilingi dengan garis lingkar sejauh dua puluh lie lebih, namun Ban Tok Kui tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Akhirnya Kwang Tan orang2 Bengkauw buat tengah melarikan kuda hitam nya buat kembali kedalam kota, justeru diwaktu itulah dia melihat didepannya berkelebat sesosok bayangan.
Sosok bayangan itu memakai baju kuning dan dipunggungnya menggemblok sesosok tubuh lainnya,
Segera Kwang Tan mengejarnya.
Mendengar suara derap kaki kuda, tampak orang itu telah menghentikan larinya, dia menantikan Kwang Tan. Segera Kwang Tan tiba dihadapan orang itu, dan diapun jadi girang, karena dia mengenali orang tersebut tidak lain dari Ban Tok Kui ! inilah hal yang terjadi secara kebetulan
dia tengah berputus asa dan yakin
mencari jejak dari Ban Tok Kui,
memutuskan untuk menyebar bantu menyelidiki. Ketika dia "Suheng... apa khabar?" tegur Kwang Tan sambil tersenyum. Ban Tok Kui yang mendengar dirinya dipanggil dengan sebutan suheng (kakak seperguruan), dan juga melihat orang yang melompat turun dan kuda itu, jadi terkejut, mukanya berobah hebat.
Namun segera dia dapat mengendalikan perasaan dan goncangan hatinya, dia berkata dengan sikap yang angkuh: "Hem rupanya engkau" Apakah engkau memang hendak mencari urusan lagi denganku?"
Kwang Tan telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat. "Mana berani aku berlaku kurang ajar terhadap suheng" Hanya saja, yang sute ingin tanyakan, apakah memang suheng telah memikirkan apa yang dipesan oleh suhu?" tanya Kwang Tan.
Muka Ban Tok Kui berobah pula, dia memperdengarkan suara tertawa engkau terlalu mengadu kekuatan lagi."
Kwan Tan tertawa.
"Suheng jangan berkata begitu, bukankah kita berdua saudara seperguruan! jika memang suheng mau insyaf dan juga menuruti pesan terakhir dari suhu, tentu suheng akan dapat bergaul dengan baik bersamaku, dan juga kembali kejalan yang lurus !"
"Kau terlalu banyak bicara!" kata Ban Tok Kui, yang kemudian membangunkan Ho Tiat yang tertidur menggemblok dipunggungnya, katanya: "Tiat jie turunlah dulu, aku ingin membereskan dia!"
Ho Tiat yang sebenarnya tengah layap2 tertidur, segera melompat turun, sedangkan Ban Tok Kui dengan sikap dingin, kemudian mendesak diriku! katanya: "Hemmmm, Baiklah! Mari kita mengancam telah menghadapi Kwang Tan. Diwaktu itu tampak Ban Tok Kui dengan sorot mata yang sangat tajam telah menegur Kwang Tan:
"Mari mulai, jangan kau kira dengan diberikan jurus ilmu silat yang lebih banyak oleh suhu, maka engkau bisa berkepala besar dihadapanku... Majulah, aku akan memperlihatkan kepadamu, bahwa aku Ban Tok Kui akan membuat engkau bertekuk lutut..!"
Dan setelah berkata cepat sekali tangannya, dari kibasan tangannya dia mengebaskan lelah menyambar
segulung angin serangan yang sangat dahsyat pada diri Kwang Tan. Malah Kwang Tan merasakan dalam kesiuran angin kibasan tangan itu mengandung hawa yang amis sekali, yang menunjukkan bahwa kibasan tangan dari Ban Tok Kui sangat beracun sekali.
Diwaktu itu Kwang Tan juga tidak mau tinggal diam, Walaupun sekarang dia telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali pada ilmu silatnya, namun dia tidak berani memandang rendah kepada kakak seperguruannya.
Biarpun bagaimana, tentunya Ban Tok Kui telah berlatih diri terus, dan telah memperoleh kemajuan juga selama belakangan ini.
Cepat sekali Kwang Tan telah berkelit ke samping, dan dia masih berseru "Suheng, dengarlah dulu perkataanku!"
teriakannya itu disusul dengan tubuhnya yang melesat kesamping mengelakan diri lagi, karena dia berusaha untuk menghindar dari serangan susulan yang dilakukan Ban Tok Kui.
Gerakan yang dilakukan Kwang Tan sangat gesit sekali, dia telah bergerak dengan lincah sekali. Biarpun kemudian Ban Tok Kui telah menyerangnya selama enam jurus secara beruntun, tokh kenyataannya tidak ada serangan yang berhasil mengenai sasarannya.
Dalam keadaan seperti itu, terlihat jelas sekali, bahwa memang Ban Tok Kui bernafsu sekali untuk membinasakan Kwang Tan, dia tidak setengah hati, setiap kali menyerang,
dia menghantam dengan mempergunakan ilmu pukulan andalannya. Dan setiap serangannya, jika saja mengenai sasarannya, niscaya akan membuat Kwang Tan terbinasa disaat itu juga.
Diwaktu itu tampak Kwang Tan rupanya telah habis sabar, Setelah berkelit kesana kemari beberapa kali, tubuhnya telah melompat ketengah udara, kemudian sepasang tangannya dirangkapkan, dibarengi dengan seruan nyaring waktu tubuhnya tengah tangannya dikepalkan dan dia dahsyat.
meluncur turun, kedua
menghantam dengan "Bukkk !" angin serangan itu telah membuat tubuh Ban Tok Kui jadi terhuyung, karena dia menangkisnya, dan tangkisan itu malah membuat dia kaget tidak terkira, karena dia merasakan tangannya itu jadi panas sekali, sangat
pedih, dan kemudian
diapun telah melihatnya, bahwa Kwang Tan telah melompat untuk menghantam lagi. Didalam keadaan seperti itu, segera juga Ban Tok Kui teringat akan sutenya ini telah mempergunakan ilmu pukulan khususnya, karenanya dia telah melompat dengan
pesat kesamping, kemudian membarengi waktu tubuh Kwang Tan tengah meluncur turun, dia telah menghantam dengan hebat sekali, mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya.
Sebetulnya jarang sekali Ban Tok Kui menyerang lawannya dengan mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya, karena dia jarang sekali bertemu dengan lawan yang bisa menandingi enam bagian dari tenaga dalamnya, sekarang dia telah mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya, sehingga membuat Kwang Tan pun tidak berani memandang ringan.
Ban Tok Kui tidak mau memberikan sedikitpun juga, dengan beruntun dia telah kesempatan menyerang puluhan jurus. Setiap serangannya itu saling susul, sehingga berulang kali Kwang Tan harus berkelit kesana-kemari.
Begitulah, selama puluhan jurus mereka berdua telah mengadu kekuatan tenaga dalam mereka. Dan setelah lewat lagi beberapa jurus, dilihatnya Ban Tok Kui masih juga mendesak dan menyerang dia dengan serangan yang tidak hentinya, maka Kwang Tan telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, lalu menyerang dengan salah satu jurus dari ilmu Pukulan Gunturnya.
Belum lagi angin serangan itu tiba pada sasarannya, Ban Tok Kui telah merasakan betapa kulitnya seperti terbakar. Dia sampai berseru dengan suara yang perlahan karena kagetnya, lalu menghindar dengan membuang dirinya bergulingan diatas tanah.
Justeru angin serangan dan pukulan Guntur yang dilakukan Kwang Tan telah menghantam tempat dimana tadi Ban Tok Kui berada, sehingga terdengar suara menggelegar yang sangat dahsyat, dan tanah tempat dimana tadi dia berada menjadi hangus.
Ho Tiat menyaksikan hebatnya tenaga pukulan Kwang Tan, kaget tak terkira, gurunya, dia berseru tinggalkan orang itu !"
Dia menguatirkan keselamatan dengan suara nyaring. "Suhu, Tetapi Ban Tok Kui seperti tidak mendengar seruan muridnya, dia telah bergerak dengan lincah sekali, balas menyerang juga kepada Kwang Tan.
Dengan demikian mereka berdua, dua orang bersaudara seperguruan telah terlibat dalam pertempuran yang hebat, dan keduanya juga telah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang mereka miliki.
Sekarang Kwang Tan pun sudah tidak banyak bicara, dia tidak berlaku sungkan2 lagi, dia telah menyaksikan, betapapun juga Ban Tok Kui selalu berusaha untuk membinasakannya, karena dari itu diapun balas menyerang
dengan pukulan gunturnya yang telah menghanguskan beberapa tempat disekitar pertempuran mereka.
Ban Tok Kui merasakan dari sekujur tubuhnya telah mengalir keringat yang deras sekali.
Kwang Tin sendiri merasakan tenaganya mulai berkurang, karena dalam menyerang dan mendesak kakek seperguruannya itu, dia telah mengempos dan mempergunakan seluruh kekuatan sinkangnya.
Hanya saja disebabkan lawannya itu memang bukan
seorang yang lemah, dengan sendirinya tidak dapat dia mendesak terlalu hebat dan setiap serangannya selalu dapat digagalkan dan dia tidak bisa merubuhkan lawannya dalam waktu yang singkat.
Maka Kwang Tan telah berusaha mencari kelemahan dari suhengnya itu. Diam2 didalam hatinya dia mengakui bahwa kepandaian suhengnya memang mengagumkan, karena biarpun dia tidak menerima seluruh warisan kepandaian dari gurunya, tokh kenyataannya kepandaian dari Ban Tok Kui demikian tangguh.
Terlebih lagi jika dia menerima seluruh warisan dari guru mereka, niscaya akan membuat dia bertambah liehay juga. Dalam keadaan seperti itulah Kwang Tan beberapa kali mengeluarkan suara seruan yang sangat nyaring dia telah mengempos semangat untuk pada kedua tangannya yang menyalurkan lwekangnya
menyerang Ban Tok Kui dengan jurus2 pukulan Gunturnya. Angin serangan itu seperti juga menyambarnya kilat dan petir menggelegar dan waktu Ban Tok Kui menghindar dengan segera, terdengar suara menggelegar yang lebih dahsyat, dimana tempat berpijaknya itu telah menjadi
hangus dan juga mengeluarkan asap yang tebal.
Hal itu memperlihatkan bahwa memang angin pukulan guntur yang dipergunakan Kwang Tan luar biasa dahsyatnya, Ban Tok Kui sendiri sampai menggidik, dia membayangkan, kalau saja dia terkena serangan itu dengan
jitu, niscaya akan membuat tubuhnya menjadi hangus dan terbakar, berarti akan terbinasa disaat itu juga.
Biar bagaimana Ban Tok Kui menang pengalaman dia menyadari dirinya terdesak, jika mereka bertempur lebih
lama lagi, akhirnya dia
yang akan runtuh dan jatuh ditangan sutenya itu. Karenanya dia telah mengeluarkan suara siulan nyaring, tahu2 tubuhnya telah melompat kebelakang, disusul dengan bentakannya: "Tahan !"
Kwang Tan memang tidak menyerang lebih jauh, karena dia telah menahan tangan kanannya yang hendak dipergunakan menghantam itu, Memang luar biasa sekali, disaat dia tengah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, diwaktu itulah dia harus menahannya biarpun sebetulnya, kalau hal itu dilakukan dengan cara yang salah, berarti akan membahayakan dirinya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tersenyum lebar, Kwang Tan telah berkata: "Apa yang hendak dikatakan oleh Su heng !" "Aku memang menerima ilmu yang tidak sepenuhnya dari Suhu, karena suhu memang memilih kasih dan engkau telah memperoleh kelebihan dari berbagai ilmu, hemmm, dengan demikian tidak terlalu mengherankan kalau engkau
lebih tangguh diriku! Lalu apa yang engkau inginkan dariku "!"
"Hanya meminta Suheng mematuhi pesan terakhir dari Suhu, yaitu mematuhinya untuk kembali kejalan yang lurus dan benar !" menyahuti Kwang Tan.
"Hemmmm, suhu telah memilih kasih, dengan demikian telah memperlihatkan bahwa suhu tidak menyayangi diriku! Dan engkau, yang telah menerima sepenuhnya ilmu silat dan kepandaian suhu, engkau masih berusaha mendesak diriku sebagai suhengmu, apakah hal itu memang pantas "!"
Ditegur begitu, Kwang Tan tersenyum. "Tentu saja aku tidak berani berlaku tidak hormat kepada suheng, karena biar bagaimanapun juga, aku tidak berani untuk memaksa suheng melakukan sesuatu. Dan justeru
sekarang ini, dalam
keadaan demikian aku hanya menyampaikan amanat dari suhu. Maka kalau memang suheng mau mematuhi perintah suhu yang terakhir berarti suheng masih memandang muka kepada suhu almarhum, dan juga sute tidak akan keberatan jika harus memberitahukan kauwhoat dari ilmu silat perguruan kita
yang belum lagi diperoleh suheng !"
Mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu, bola mata Ban Tok Kui jadi memain tiada hentinya, dia telah menegasi dengan segera "Benarkah itu?"
Kwang Tan melihat sikap kakak seperguruannya, telah mengangguk. "Mana berani aku mendustai dan mempermainkan suheng" jika memang benar2 suheng bermaksud mematuhi pesan terakhir suhu, dengan sendirinya aku harus menghormati suheng dan harus patuh terhadap semua
perintah suheng !" menyahuti Kwang Tan dengan segera.
Ban Tok Kui berdiam diri sejenak, sampai akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah, aku tidak akan melakukan kejahatan lagi! Jika memang aku melakukan kejahatan lagi, biarlah tubuhku kelak hancur dan tidak akan diterima oleh langit dan bumi."
Sambil berkata begitu, tampak Ban Tok Kui melirik Kwang Tan.
Girang hati Kwang Tan, dia tersenyum sambil merangkapkan kedua tangannya.
"Selamat...!" katanya kepada Ban Tok Kui.
"Nah Sute, sekarang kau beritahukan semua kauwhoat dari ilmu khusus yang kau pahami itu, yang dapat menghanguskan orang yang dijadikan sasaran !" minta Ban Tok Kui.
Sesungguhnya Kwang Tan tengah gembira begitu mendengar
melengak, permintaan suhengnya tersebut, dia jadi
karena biar bagaimana memang tampaknya keadaan seperti
ini tidak seperguruannya tentu hanya
sewajarnya, dan kakak berpura2 berjanji hendak
kembali ke-jalan yang benar, dia begitu bernafsu untuk memperoleh kauwhoat dari ilmu silat yang belum diperolehnya.
Dengan begitu jelas hal ini akan menimbulkan bahaya yang tidak kecil di kemudian hari, kalau saja suhengnya itu tetap melakukan kejahatan, dan pasti sulit sekali dibendung.
Karena berpikir begitu. sambil tetap tersenyum, Kwang Tan telah bilang: "Jika memang demikian, nanti Sute akan memberitahukan semua Kauwhoat yang dikehendaki
Suheng. Tetapi tentu saja dalam kesempatan yang tepat."
Mendengar jawaban Kwang Tan seperti itu, muka Ban Tok Kui jadi berobah, dia telah berkata dengan sikap tidak senang: "Jadi... jadi memang engkau hendak
mempermainkan aku,
engkau hendak mendustai aku, dimana engkau sengaja hendak mengulur2kan waktu belaka" Bukankah sekarang pun dapat engkau beritahukan kauwhoat dari ilmu silat itu "!"
Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya, katanya. "Mana berani Sute mempermainkan Suheng...
memang sesungguhnya, Sute akan memenuhi permintaan Suheng, tetapi tidak sekarang! Tentu saja Sute harus melihat lebih jauh, apakah benar2 Suheng telah meninggalkan jalan yang lama dan kini mengambil jalan yang baru dan lurus ?"
"Jika tidak ?""
"Tentu saja Sute tak bisa menurunkan ilmu itu" menyahut Kwang Tan tegas. "Hemmm, jadi dengan cara seperti itu, engkau hendak mempergunakan kauw-hoat itu buat mengendalikan diriku "!" kata Ban Tok Kui marah.
"Bukan mengendalikan..." menyambung Kwang Tan segera. "Tetapi yang jelas memang suheng harus membuktikan dulu, bahwa suheng memang benar2 telah kembali ke jalan yang lurus, seperti bunyinya pesan terakhir dari suhu ?"
Bola mata Ban Tok Kui memain tidak hentinya, sampai akhirnya dia mengibaskan tangannya. "Baiklah! Kau pergilah! Nanti engkau akan mendengar sepak terjangku. Dan diwaktu itu engkau boleh membuktikan apakah aku telah merobah cara bertindak dan berbuatku, aku akan kembali kejalan yang benar dan jika
telah tiba waktunya nanti, aku meminta kauwhoat ilmu yang akan mencari mu buat
belum diajarkan suhu kepadaku."
Kwang Tan mengangguk.
"Begitupun baik !" kata Kwang Tan. "Dan juga, memang aku mengharapkan sekali, suheng dapat membantu Bengkauw dalam menghadapi Cu Goan Ciang !"
"Apa"!" Ban Tok Kui seperti terkejut,
"Ya, Bengkauw kini tengah bergerak untuk meruntuhkan raja lalim itu, dan sute telah membantu Bengkauw, untuk keadilan dan perikemanusian, karenanya jika memang suheng tidak keberatan, sudi kiranya suheng pun membantu anggota2 Bengkauw yang bertemu dengan suheng kelak dikemudian hari...!" kata Kwang Tan.
Ban Tok Kui terdiam sejenak, sampai akhirnya dia telah mengibaskan tangannya: "Sudahlah, aku tidak mencampuri urusan begituan...!" Dan dia telah menghampiri Ho Tiat.
Ho Tiat mendengar perkataan Kwang Tan yang terakhir, ketika Ban Tok Kui telah menghampirinya, dia bertanya:
"Apakah dia orang Bengkauw, suhu" Apakah dia musuh ayah "!"
"Jangan banyak bertanya!" sahut Ban Tok Kui singkat, dan dia telah perintahkan murid nya buat naik kepundaknya.
Ho Tiat tidak berani banyak bertanya, diwaktu itu dia telah menggemblok lagi dipunggung gurunya.
Sedangkan Kwang Tan hanya mengawasi saja kepergian suhengnya.
Setelah bayangan suhengnya lenyap, dia menghela napas, sesungguhnya Kwang Tan sendiri belum lagi yakin bahwa suhengnya akan kembali kejalan yang benar, seperti perintah suhu mereka pada pesan terakhirnya itu.
Namun Kwang Tan tidak memiliki pilihan lainnya, terpaksa dia telah menerima saja syarat dari kakak
seperguruannya, karena dia memang hendak menilai dulu sepak terjang dari suhengnya selama belakangan ini.
Jika terbukti bahwa suhengnya itu telah kembali kejalan yang benar, dia akan memberikan kauwhoat yang dikehendaki suheng itu.
Tetapi jika memang kelak ternyata suheng nya masih tetap melakukan sepak terjang yang tidak terpuji, maka dia akan menahan kauwhoat itu malah jika tetap suhengnya melakukan kejahatan, dia yang akan membasminya.
Dengan langkah kaki per-lahan2 dia telah menghampiri kuda hitamnya, dia melompat ringan sekali kepunggung kudanya dan melarikan kembali kedalam kota.
Ketika dia kembali didalam kota dan tiba didepan rumah besar tempat dia berdiam bersama anggota Bengkauw lainnya, Kwang Tam kaget tidak terkira, karena dilihatnya
beberapa sosok tubuh menggeletak diam didepan rumah itu, sudah tidak bernapas dan digelimangi oleh darah merah yang mulai mengering.
Kwang Tan mengeluarkan seruan tertahan dia lantas melompat turun dari kudanya.
Setelah memeriksa sosok2 tubuh yang diam menggeletak tidak bernapas lagi, dia bertambah anggota2 Beng-kauw, Bukan main kaget, karena itulah gusar dan herannya
Kwang Tan, cepat dia melompat kedalam.
Didalam rumah itu juga menggeletak banyak sekali mayat yang malang melintang. Semuanya adalah anggota Bengkauw, Dengan demikian membuat Kwang Tan sejenak lamanya telah berdiri ditempatnya mengawasi mematung.
Entah siapa yang telah melakukan pembunuhan sekeji ini" Dilihat dari korban yang berjatuhan begitu banyak, tentu orang yang datang membinasakan orang2 Bengkauw tersebut bukanlah seorang diri, mereka tentu datang
berombongan. Diwaktu itu tampak Kwang Tan memeriksa lagi keadaan dibelakang rumah.
Sama seperti didepan dan ruangan tengah rumah itu, mayat2 telah menggeletak tidak bernapas. Dan orang yang tadi telah dilukai oleh Ban Tok Kui dan telah diobati oleh Kwang Tan sehingga mendekati kesembuhannya, ternyata menggeletak di pembaringannya
tidak bernapas lagi, Hal ini membuat darah Kwang Tan meluap.
Dia berlari keluar, dan memanggil pengawal yang terdekat posnya. Berduyun-duyun mereka datang kegedung itu, tetapi mereka tidak seorangpun yang mengetahui apa yang terjadi.
Kwang Tan seperti buntu akal, sesungguhnya dia seorang yang sangat cerdas sekali, Dia menduga tentunya orang2 Cu Goan Ciang yang telah datang melakukan pembunuhan besar2an seperti itu.
Hanya saja dilihat cara pembunuhan seperti itu, pasti orang2 Cu Goan Ciang yang datang memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Kwang Tan segera berlari keluar, "Cepat lakukan penyelidikan dan memberikan laporan!" teriaknya kepada belasan orang anggota Bengkauw.
Mereka menyatakan terima perintah dan semua memencarkan diri kesegala penjuru, Namun satu jam kemudian mereka telah berkumpul tidak ada yang berhasil untuk menemui jejak si pembunuhnya.
Kwang Tan benar2 tidak mengerti, mengapa orang2
Bengkauw yang demikian banyak jumlahnya dan juga rata2
mereka memiliki ilmu silat yang tinggi, dapat dibinasakan sedemikian rupa oleh sipembunuh gelap.
Tengah Kwang Tan termenung berusaha memecahkan persoalan tersebut, tiba2 ada seorang Bengkauw yang melaporkan, dari sekian banyak mayat, belasan mayat, ada seorang yang masih hidup.
Hanya saja, orang itu sudah tidak bisa bicara, dan ia tampaknya terluka sangat parah sekali, tidak lama lagi tentu akan menghembuskan napasnya yang terakhir.
Bagaikan terbang, cepat sekali Kwang Tan telah menerobos masuk. Dan juga telah dilihatnya apa yang dilaporkan tidak salah, seorang diantara korban2 itu masih bernapas. Hanya saja keadaannya sangat gawat dan juga
parah sekali, luka pada batang lehernya, tenggorokan dan dadanya, membuat dia tidak bisa bersuara.
Kwang Tan telah dijuluki sebagai Tabib Dewa, dengan sendirinya dia mengetahui apa yang harus dilakukannya. Dia telah mengeluarkan obat selaksa Tahun, dimana dia segera mencekoki kepada orang itu.
Tidak lama kemudian orang tersebut tersadar kembali dan keadaannya lebih segar, karena obat yang diberikannya itu benar2 mujarab, seseorang yang berada di ujung rambut mendekati kematiannya, jika memang diberikan obat ini, tentu sedikitnya dapat bertahan sampai tiga hari.
Dan orang itu telah bicara dengan bibir yang bergerak perlahan-lahan, Cuma saja, suaranya tidak bisa ditangkap, karena hanya ha-ha-hu-hu belaka. Dan juga tidak ada katakata yang dapat ditangkap dengan baik.
Kwang Tan dengan sabar telah duduk di samping orang itu, dia menotok dan menguruti beberapa jalan darah ditubuh orang itu, guna menambah tenaga orang tersebut. Sampai akhirnya orang itu memang memperoleh kembali kesegarannya.
"Siapa yang menyerbu waktu melihat orang itu kemari...?" tanya Kwang Tan membuka matanya, namun berdiam diri saja dengan muka meringis.
"Mereka... mereka....!" dan tidak jelas lagi kata katanya. Dengan sabar Kwang Tan menanti dan juga bertanya terus menerus, sampai akhirnya orang itu dapat bicara lebih
banyak dari semula: "Sesungguhnya.... orang... orang itu.... orang itu adalah.... orang Cu Goan Ciang.... kita telah kebobolan.... mereka menyelusup masuk kedalam Bengkauw kita.... dan mereka.... mereka.... mereka tersebar diseluruh tempat.... mereka semuanya telah diterima resmi sebagai anggota Bengkauw... dan harus hati-hati mereka
mereka akan bergerak disembarang waktu dan jika memperoleh kesempatan....!"
Kemudian kata-kata orang itu sudah tidak jelas lagi terdengar, karena suaranya semakin lirih.
Kwang Tan telah menguruti jalan darah ditubuh orang tersebut juga dia telah memberikan lagi obat Selaksa Tahun, dimana dia telah memberikannya lebih banyak, sehingga orang itu memiliki daya tahan lebih kuat.
Melihat luka yang dideritanya, memang orang itu sudah tidak memiliki harapan hidup terus, karena dia telah terluka parah sekali, tentu orang ini tidak lama lagi akan menghembuskan napas terakhirnya.
Kwang Tan sebagai Tabib Dewa, hanya berusaha mempertahankan jiwa orang itu beberapa saat, karena dia membutuhkan keterangan orang ini.
Dan apa yang telah diberitahukan oleh orang itu, walaupun kata2nya itu tidak lancar dan susunan kata2nya tidak baik, namun telah dapat ditangkap artinya, membuat Kwang Tan dan orang2 Bengkauw lainnya kaget tidak terkira.
Karena mereka baru menyadari bahwa orang2 Cu Goan Ciang ternyata telah berhasil menyelusup kedalam tubuh Bengkauw, dimana mereka telah menyamar sebagai anggota Beng kauw, dengan demikian, mereka bekerja jika memang benar2 memiliki kesempatan yang baik!
Dilihat dari apa yang terjadi pada waktu itu, telah jatuh korban belasan orang yang sangat segera Kwang Tan dapat menarik mengenaskan sekali,
kesimpulan bahwa orang2 Cu Goan Ciang yang menyelusup kedalam Bengkauw bukan hanya satu atau dua orang belaka. Karena biar
bagaimana, tentu jumlah mereka sangat banyak sekali.
Maka Kwang Tan telah memperhatikan semua orang Bengkauw yang berkumpul ditempat itu, seorang demi seorang diperhatikannya dengan seksama. Dan semua
anggota Bengkauw yang
berkumpul disitu hanya menundukkan kepala belaka. Bagaimana mungkin buat mencari orang2 Cu Goan Ciang yang berhasil menyamar sebagai anak buah Bengkauw, malah kata dari orang yang telah terluka begitu parah, orang2 Cu Goan Ciang itu justeru telah diterima sebagai anggota resmi Bengkauw.
Inilah merupakan musuh dalam selimut yang sangat berbahaya sekali, karenanya telan membuat Kwang Tan merasa perlu harus segera mengirimkan kurir kepada Thio Bu Kie, untuk meminta pertimbangannya, apa yang harus dilakukannya.
Namun mengirim kurirpun tidak mudah jika saja orang yang ditunjuk sebagai kurir adalah salah seorang musuh yang telah menyelusup menjadi anggota Bengkauw, bukankah pemberitahuan Kwang Tan tidak akan tiba pada alamat yang tepat "!
Kwang Tan berdiam diri beberapa saat, Kemudian dia telah mengumpulkan semua komandan regu, dan berpesan karena telah berhasilnya orang2 Cu Goan Ciang menyelusup kedalam tubuh Bengkauw, mereka dipesan untuk selalu berwaspada, sedangkan Kwang Tan sendiri akan memberikan laporan kepada Bu Kie, dimana dia akan
pergi sendiri buat melaporkan peristiwa yang baru saja terjadi itu. Dan memang diwaktu itu terlihat Kwang Tan tidak bisa menyerahkan persoalan tersebut kepada anggota Bengkauw lainnya, dia telah bertindak sendiri untuk pergi melaporkannya langsung kepada Bu Kie dan meminta
Bukit Pemakan Manusia 19 Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Pukulan Naga Sakti 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama