Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 2

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 2


"Hemm, jika dilihat sikap kalian, tentu yang melukai dan menganiaya wanita itu dan membunuhnya, tentunya dilakukan oleh kau!" kata anak laki-laki itu sambil menunjuk kepada Lam-san Kiam Liong.
Rupanya Lam-san Kiam Liong sudah tidak bisa menyangkal lagi akan hal itu, dia telah mengiakan, bilangnya: "Benar... benar..." tampaknya dia semakin gelisah saja.
Anak laki2 itu berobah wajahnya, dia telah tanya dengan suara yang tawar. "Hemmm, apa yang pernah kau janjikan kepadaku?"!"
Muka Lam-san Kiam Liong menunduk dalam-dalam.
"Memang aku bersalah..." berobah lagi, ia telah
katanya dengan sikap mengandung penyesalan.
"Hemm, apakah begitu mudah meminta maaf, hm jiwa seseorang yang telah terbinasa di begitukan saja." tanya anak laki 2 tersebut.
Tubuh Lam-san Kiam Liong jadi gemetaran, tiba2 sekali dia telah menekuk kedua kaki-nya, dia berlutut di hadapan anak laki2 tersebut sambil memanggut2kan kepalanya berulang kali, kemudian katanya: "Harap dimaafkan, harap
diampuni, lain kali aku tentu tidak akan melakukan hal2 seperti itu lagi dan aku juga tidak akan melanggar janji yang pernah kuberikan !"
Setelah berkata begitu, Lam-san Kiam Liong meng angguk2kan kepalanya tidak hentinya. Disaat mana
tampaknya dia tengah diliputi kegelisahan yang sangat.
Sedangkan anak lelaki belasan tahun tersebut telah tertawa dingin, dia bilang: "Hemm, seenakmu begitu saja, setelah membinasakan seseorang, kau lalu meminta maaf dan ampun, padahal engkau telah melanggar janjimu
sendiri Hemm! Hemmm Apa yang kau katakan waktu kau memohon2 agar jiwamu diselamatkan?"
Muka Lam-san kemudian berobah Kiam Liong berobah jadi pucat, lagi menjadi merah, tampaknya dia tengah diliputi oleh kegalisahan dan kekuatiran.
"Aku berjanji, sekali ini benar2 tidak akan melanggar janjiku sendiri, untuk waktu2 selanjutnya aku tidak akan melakukan penganiayaan hebat terhadap seseorang lainnya!"
"Hemm, justru aku telah ragu2 akan kebenaran janjimu itu ! Waktu jiwamu tengah terancam kematian, engkau dengan berbagai cara meminta pertolonganku agar jiwamu itu diselamatkan akan tetapi sekarang, hemmm, seenakmu saja engkau melanggar janjimu itu!"
Muka Lam-san Kiam Liong jadi berobah semakin memerah, sampai akhirnya dia berkata: "Jika memang kau tidak bersedia mengampuni dan memaafkanku, biarlah aku meninggalkan tempat ini saja !"
"Hukuman yang hendak kujatuhkan bukan hanya untuk sekedar meninggalkan tempat ini saja, karena aku akan
meminta kerelaanmu untuk
melakukan suatu hukuman yang harus kau terima atas sikapmu yang kejam dan bengis terhadap seseorang serta telah seenaknya saja melanggar janjimu.." kata anak lelaki itu dengan suara yang dingin.
"Jadi... jadi aku tetap akan dihukum "!" tanya Lam-san
Kiam Liong dengan wajah yang berobah semakin memucat dan memerah bergantian.
Anak itu mengangguk berulang kali,
dingin tidak mempelihatkan perasaan, dengan sikap yang ber sungguh2 dia telah berkata: "Benar, engkau harus menjalankan hukumanmu...!"
wajahnya tetap karena sekarang "Kalau begitu... kalau begitu...!" kata Lam-san Kiam Liong dengan suara tergagap.
"Hmmm, apa yang kau hendak bilang lagi "!" tanya anak lelaki itu.
"Tetapi... ini... ini... kurang... yang kurang...!" Kiam Liong tak lancar. merupakan hal... hal... yang
tergagap dan suara Lam-san
"Yang tidak adil maksudmu "!" tanya anak lelaki itu kemudian
Lam-san Kiam Liong tidak mengiyakan dan tidak menyahuti, dia hanya mengangguk saja. "Ya...!" mengatakan anak lelaki itu dengan disertai senyuman "Kau memang bisa mengatakan begitu, akan tetapi justru aku bertindak demi keadilan ! Dirimu yang
akan terkena hukuman ini,
dan jelas kau mengatakan bahwa aku menjatuhkan keputusan tidak disertai keadilan, tapi apa yang akan dikatakan oleh wanita itu di akherat, jika saja dia mengetahui bahwa aku tidak menghukummu " Tentu dia mengatakan bahwa keadilan itu tidak ada, sebab dia sampai dibinasakan olehmu begitu rupa dengan serta
dianiaya hebat lagi, masih
tidak dibela dan kau tidak memperoleh hukuman !" Mendengar dari perkataan anak lelaki tersebut, rupanya Lam-san Kiam Liong menyadari bahwa dirinya tidak akan luput dari hukuman yang akan dijatuhi anak lelaki itu.
Karenanya dia telah berdiri dan tiba 2 dengan wajah yang berobah bersungguh2, katanya: "Jika memang demikian keputusanmu, akupun tidak berani memaksa untuk merobahnya lagi, akan tetapi kau sama saja memaksa agar aku menjadi seorang yang put gie Put Houw...!"
Dengan mengatakan Put Gie Put Houw seperti itu. ternyata Lam sam Kiam liong maksudkan tidak berbudi dan tidak berbakti.
Anak lelaki itu tersenyum, sikapnya tetap tidak memperlihatkan bahwa dia merasa jeri kepada Lam-san
Kiam Liong, dia juga sangat tenang sekali.
"Semua itu karena disebabkan engkau yang melakukannya, dan jika memang engkau tidak berbudi dan tidak berbakti, akupun tidak bisa memaksanya semua itu terserah kepadamu sendiri! Dan akupun tidak menginginkan baktimu, juga tidak ingin kau melepaskan
budimu karena dari itu. semuanya terserah kepadamu! Akan tetapi beberapa waktu yang lalu, waktu kau menangis2 dihadapanku, memohon agar aku menolongi jiwamu, bukankah engkau sendiri yang menyatakan bahwa engkau tidak akan melupakan budiku yang sangat besar dan
akan berbakti kepadaku" Semua itu bukan permintaanku, hanya engkau yang mengatakannya. Dan jika sekarang engkau menarik pulang janjimu itu, akupun tidak akan menahannya !"
Bola mata Lam-san Kiam Liong men-cilak2 memandang tajam sekali kepada anak lelaki itu, setelah ragu2 sejenak, barulah dia bilang:
"Kau memang benar2 liehay dalam ilmu pengobatan, tetapi engkau sama sekali tidak mengerti ilmu silat. Dunia kita berlainan Memang aku pernah ditolong satu kali oleh
kau, dan akupun bukannya siorang yang tidak berbudi yang akan melupakan budi kebaikanmu begitu saja aku tetap akan mengingatnya
Jika suatu saat kau mempunyai kesukaran dan menginginkan aku menolongmu, aku akan menolong dan membantu sepenuh hati dan tenagaku, akan tetapi jika kau hendak betindak seperti seorang raja yang ingin menghukum diriku, hal ini tidak bisa kuterima, walaupun bagaimana tetap saja aku bukan tunduk padamu disebabkan aku jeri padamu, hanya aku merasa berhutang budi belaka...
Hemm, hemm, dengan demikian engkau seperti memaksa aku agar menjadi seorang yang Put Gie dan Put Ceng, dimana aku sama sekali didesak olehmu agar menjadi seorang yang tidak pernah menghargai kebaikan orang lain! Hanya saja, untuk mencegah agar kita tidak terlibat dalam pertengkaran2 yang tidak ada artinya, biarlah aku akan pergi saja meninggalkan tempat ini."
Setelah berkata begitu, Lam-san Kiam Li-ong memutar tubuhnya, dia melangkah dengan maksud hendak berlalu dari tempat tersebut.
"Tunggu dulu !" mencegah anak kecil itu, Lam-san Kiam Liong memutar tubuhnya dia batal untuk melangkah terus. Diwaktu itulah, dengan sikap bersungguh-sungguh, anak lelaki tersebut telah berkata: "Tidak gampang kau hendak pergi berlalu begitu saja, setelah membinasakan seorang
manusia dengan aniaya yang demikian hebat!"
Mendengar perkataan anak lelaki tersebut muka Lam-san Kiam Liong jadi berobah tidak enak dilihat.
"Jadi, apa yang kau kehendaki dariku?" tanyanya.
"Hemmm aku hendak menghukummu !" tetap anak lelaki itu berkata demikian.
"Hemmm, bisakah kau menghukum diriku !" tanya Lamsan Kiam Liong mulai meluap darahnya.
Anak lelaki itu mengangguk "Bisa !" sahutnya dengan pasti. "Walaupun engkau memiliki ilmu silat yang tinggi tetap saja aku dapat menghukummu !"
Muka Lam-san Kiam Liong berobah semakin hebat, dan dia telah bilang. "Baiklah jika begitu, hukuman apa yang hendak dijatuhkan kepadaku "!"
Anak lelaki tersebut telah tersenyum. "Hukuman yang ringan saja yaitu harus memusnahkan kepandaian ilmu silatmu, tidak memiliki kebisaan sehingga dilain waktu-engkau apa2 lagi buat menganiaya
seseorang yang tidak berdaya !"
Mendengar perkataan anak lelaki itu, Lam san Kiam Liong mendengus beberapa kali mengejek. dia telah naik darah dan marah, karena dia tidak senang dan terdesak lagi. Jika sebelumnya dia merasa malu, maka dari perasaan malunya itu menjelma menjadi perasaan gusar.
Waktu itu terlihat betapa anak lelaki itu telah melangkah menghampiri Lam-san Kiam Liong dan berani sekali, sikapnya tenang sekali.
Sedangkan Ang Ho dan Tang Ku berdiri diam saja, mengawasi kearah anak lelaki tersebut dan mereka ingin melihatnya apa yang akan dilakukan oleh anak lelaki tersebut.
Sedangkan Lam-san Kiam Liong waktu melihat anak lelaki itu menghampiri dirinya, dia telah mengawasi dengan sorot mata yang tegang, karena walaupun bagaimana tampaknya dia memang menghormati anak lelaki tersebut.
Karenanya, sekarang walaupun dia dalam keadaan marah, tokh hatinya masih tergetar juga. Hanya satu yang menghibur hatinya, ia mengetahui benar bahwa anak lelaki
ini tidak memiliki kepandaian silat dan tidak mengerti sama sekali ilmu silat.
Sedangkan Tang Ku dan Ang Ho juga memandang dengan hati yang berdebar, Mereka mengetahui siapa adanya anak lelaki tersebut.
Walaupun mereka berdua merasa jeri dan juga menaruh hormat kepada anak lelaki itu, tokh mereka tidak mengetahui juga apa yang akan dilakukan oleh anak lelaki itu, karena mereka mengetahuinya bahwa anak lelaki tersebut memang tidak memiliki kepandaian ilmu silat, bagaimana caranya ia hendak menghukum Lam-san Kiam Liong "
Belasan orang lainnya juga jadi memandang dengan hati berdebar Mereka melihat anak lelaki tersebut berusia masih muda belia, dan juga tidak mungkin menghukum Lam-san Kiam Liong, kepandaian begitu tinggi.
dia sanggup buat
yang memiliki Karenanya, semua orang jadi memandang dan mengawasi dengan hati bertanya-tanya.
Sedangkan anak lelaki tersebut telah meng hampiri dekat sekali pada Lam-san Kiam Liong, yang waktu itu juga telah bersiap2 dengan mengerahkan tenaga dalamnya, Jika saja anak lelaki ini mengambil tindakan sesuatu yang sekiranya bisa membahayakan keselamatan jiwanya, maka Lam-san Kiam Liong telah memutuskan untuk turun tangan lebih dulu menghantam binasa anak lelaki tersebut.
Sedangkan anak lelaki itu yang tetap memperlihatkan sikap yang tenang, telah berkata dengan suara yang tawar: "Beberapa waktu yang lalu engkau pernah berjanji, tidak akan melakukan perbuatan yang biasa merugikan orang lain, dan jika aku telah menolong mu, engkau berjanji akan
menjadi manusia baik-baik ! Akan tetapi sekarang engkau ternyata memiliki perangai dan tangan yang kejam dan telengas sekali, demikian bengis dan kejamnya sehingga kau membinasakan orang seenak hatimu saja !"
Setelah berkata begitu, anak lelaki tersebut merogoh sakunya, Dia mengeluarkan sesuatu. Ternyata itu adalah sebuah bungkusan warna merah, entah terbuat dari
binatang apa, yang memiliki warna merah seperti itu.
Lam-san Kiam Liong yang melihat keadaan seperti itu cepat2 telah menggerakkan tangan kanannya, Dia menyadarinya bahwa anak lelaki ini akan melakukan suatu tindakan yang bisa membahayakan dirinya, karenanya ia
bermaksud mendahului buat memukul binasa anak lelaki tersebut.
Karena dari itu, dengan kekuatan tenaga lwekang sepenuhnya dia telah menghantamkan telapak tangannya pada kepala anak lelaki tersebut.
Gerakan yang dilakukan Lam-san Kiam Liong sangat cepat sekali, akan tetapi anak lelaki itu tetap saja berdiam ditempatnya dengan tenang, sama sekali tidak terlihat maksud untuk menghindarkan diri.
Cuma saja, begitu tangan Lam-san Kiam Liong bergerak kearah kepalanya, membuka kantong waktu itulah anak tersebut telah
berwarna merah tersebut dikibaskan kepada Lam -san Kiam Liong.
Apa yang dilakukan oleh anak lelaki tersebut diluar dugaan Lam-san Kiam Liong, akan tetapi tokh dia tidak perduli, karena dia yakin, paling tidak didalam kantong warna merah tersebut hanya berisi senjata2 rahasia. Dia meneruskan gerakan tangannya dengan maksud menghantam hancur kepala anak tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, begitu dia mencium sesuatu yang harum, seketika ada perobahan pada dirinya disaat mana terlihat betapa tubuh Lam-san Kiam Liong bergetar dengan getaran yang cukup keras, dan juga terlihat betapa tangannya yang tengah digerakkan buat menghantam batok kepala anak lelaki tersebut telah menjadi lemas tidak bertenaga lagi, sehingga tangan nya itu jadi turun sendirinya.
Dalam keadaan seperti itu, Lam-san Kiam Liong dengan terkejut dan mati2an meng empos tenaga dan semangatnya, dan dia berusaha buat mengempos semangatnya, guna menyerang lagi, Akan tetapi tetap saja tenaganya itu seperti
lenyap tertelan sesuatu, sehingga dia tidak memiliki tenaga lagi, membuat dia jadi panik sekali.
Lam-san Kiam Liong pun berusaha menutup pernapasannya, agar ia tidak menghisap lebih jauh lagi bau harum yang bisa melenyapkan tenaganya tersebut. Namun apa yang dilakukannya itu terlambat, karena waktu itu, tenaganya benar2 telah habis, karena dia telah terlanjur tadi mencium bau harum dari dalam kantong berwarna merah ditangan anak lelaki tersebut.
Seketika tidak bisa ditahan lagi tubuh Lam-san Kiam Liong terjungkel rubuh diatas tanah, dan dia tidak bisa bergerak, hanya bola matanya saja yang men-cilak2 tidak hentinya mengandung perasaan marah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu.
Disaat itu terlihat anak lelaki tersebut telah memasukkan kembali kantong berwarna merahnya, yang ternyata memiliki kemujijatan bisa merubuhkan Lam-san Kiam Liong yang sebetulnya memiliki kepandaian sangat tinggi sehingga Lan-san Kiam Liong tidak berdaya dan telah rubuh, tanpa dapat memberikan perlawanan sedikitpun
juga. "Hemmm, sudah kukatakan, jika memang engkau mengingikari janji yang pernah kau ucapkan dihadapanku, engkau akan memperoleh bencana....!" kata anak lelaki tersebut sikapnya tetap tenang dan suaranya juga tawar.
Sedangkan Tang Ku dan Ang Ho telah memandang dengan sepasang mata masing2 terpentang lebar, Waktu itu benar2 mereka seperti takjub menyaksikan pemandangan dan kejadian seperti itu, karena memang mereka tidak menyangka, Lam-san Kiam Liong yang memiliki kepandaian begitu tinggi, mungkin berada diatas kepandaian mereka, ternyata telah bisa dirubuhkan begitu
mudah oleh anak lelaki tersebut, tanpa Lam-san Kiam Liong bisa berbuat sesuatu apapun juga.
Anak lelaki itu tidak memperdulikan Tang Ku dan Ang Ho yang tengah mengawasi dengan terheran2, dan juga belasan orang lain nya yang tengah memandang dengan
tatapan mata yang takjub dan terheran2, diwaktu itu dia telah menghampiri Lam-san Kiam mengeluarkan semacam bubuk dari bubuk mana yang berwarna kuning
Liong kemudian ikat pinggangnya, bercampur dengan
bubuk warna hijau telah dimasukan kedalam mulut Lamsan Kiam Liong secara paksa.
Akhirnya Lam-san Kiam Liong terpaksa menelan bubuk halus tersebut. Semula Lam-san Kiam Liong bermaksud mengeluarkan bubuk itu dari dalam mulutnya meludahkan kembali. Namun lidahnya seperti juga menjadi kelu dan
tidak bisa bergerak, bahkan dengan bantuan air ludahnya itu bubuk tersebut jadi tertelan.
Mencelos hati Lam-san Kiam Liong, karena waktu itu dia segera menyadari bahwa dirinya tengah menghadapi ancaman bencana yang hebat sekali. Dia memang
mengetahui anak lelaki ini tidak mengerti ilmu silat, akan tetapi diapun menyadari siapa adanya anak lelaki tersebut.
Karena dari itu, walaupun rubuh Lam-san Kiam Liong tidak bisa digerakkan, tokh dia jadi menggigil juga, dan karena menggigil dengan tubuh yang tidak bisa digerak dengan bebas, dimana tenaganya seperti telah punah semuanya, maka membuat Lam-san Kiam Liong akhirnya menjadi pingsan tidak sadarkan diri.
Anak lelaki tersebut telah bangkit dari duduknya, dia meninggalkan Lam-san Kiam Liong dan kemudian berdiri menghadapi Ang Ho dan Tang Ku.
"Kalian berduapun telah menimbulkan kerusuhan ditempat ini, jelas kalian pun harus bertanggung jawab." Tang Ku dan Ang Ho telah menekuk kedua kaki mereka berlutut dihadapan anak lelaki tersebut. Dia telah berkata dengan suara yang tawar waktu melihat kelakuan Ang Ho dan Tang Ku: "Hemm, kalian hendak meminta pengampunan buat jiwa kalian!"
"Ya, mohon agar kau mau mengampuni kami, In-kong dan... dan kami berjanji tidak akan menimbulkan kerusuhan apapun juga di Lam-san ini !" janji Tang Ku dengan suara yang gemetar.
Dan anehnya, Tang Ku memanggil anak lelaki tersebut dengan sebutan In-kong, yaitu tuan penolong. Demikian juga halnya dengan Ang Ho, yang telah mengangguk2kan kepalanya berulang kali tidak hentinya, dia telah memohon pengampunan pada anak lelaki tersebut.
Kelakuan kedua orang tersebut telah membuat belasan orang yang berkumpul ditempat itu jadi terheran-heran, dan memandang tidak mengerti, bahwa seorang anak lelaki seperti itu bisa miliki pengaruh seperti ini, tokoh-2 yang
memiliki kepandaian tinggi, seperti Tang Ku dan Ang Ho bisa ketakutan, bahkan Lam-san Kiam Liong telah dibuat tidak berdaya sama sekali.
Anak lelaki itu menghela napas.
"Memang aku bersedia mengampuni kalian berdua, karena tidak terkandung maksud di hatiku buat mencelakai kalian! Bahkan orang yang telah bercelaka, umumnya aku akan turun tangan menolongnya... Hemm, akan tetapi justeru aku kuatir janji dan kata2 kalian ini tidak bisa dipercaya..!" setelah berkata begitu segera juga anak lelaki tersebut menghela napas dalam-dalam.
Tang Ku dan Ang Ho jadi tambah ketakutan, mereka tampaknya berkuatir sekali jika memang mereka berdua akan diperlakukan sama seperti juga halnya dengan Lamsan Kiam Liong. Karena dari itu, segera juga mereka mengangguk2kan kepala berulang kali.
"Ampunilah kami. kami
mempergunakan kepandaian
berjanji tidak akan kami buat membunuh seseorang atau juga mencelakai orang yang tidak bersalah. kami berjanji dari dasar hati dan tidak akan mengingkarinya!" berjanji kedua orang itu dengan ketakutan.
Sedangkan anak lelaki itu telah mengawasi lagi sekian lama pada Tang Ku dan Ang Ho kemudian mengibaskan tangan kanannya, katanya: "Baiklah, jika memang benar2 kalian akan menepati janji kalian, pergilah kalian!"
Tang Ku dan Ang Ho seperti juga memperoleh hadiah yang menggembirakan hati, mereka segera juga bangun berdiri dan menjura dalam2 memberi hormat kepada anak lelaki tersebut, dimana mereka segera memutar tubuh, lalu berlalu dengan segera tanpa menoleh lagi.
Sedangkan anak lelaki itu telah menoleh kepada belasan orang yang berkumpul disitu. Belasan orang tersebut yang telah menyaksikan betapa Lam-san Kiam Liong, Tang Ku dan Ang Ho, tiga orang yang memiliki kepandaian begitu tinggi, akan tetapi merasa segan dan takut pada anak lelaki tersebut, juga tidak berani
bertindak kurang ajar, mereka tidak berani meremehkan anak lelaki tersebut, segera juga mereka menunduk begitu diawasi anak lelaki tersebut.
Malah beberapa orang diantara mereka ada yang menekuk kakinya berlutut dihadapan anak lelaki tersebut. Anak lelaki itu setelah mengawasi sekian lama, akhirnya bertanya : "Apa maksud kalian datang ke Lam-san ini "!" tanyanya dengan suara lebih sabar dari yang sebelumnya, tampaknya dia pun heran dan belasan orang yang berada tidak mengerti, mengapa
dihadapannya ini dalam
keadaan terluka parah seperti itu. Malah ketika dia melihat salah seorang diantara belasan orang tersebut, yang sepasang matanya tampak guram, dan juga selaput pada kelopak matanya memancarkan sinar yang gelap, telah membuat dia cepat2 melambaikan tangannya.
"Kemari kau !" panggilnya. Orang itu adalah seorang laki2 berusia empat puluh tahun lebih.Dia tengah ketakutan dan kuatir kalau2 anak lelaki tersebut akan menganiaya mereka juga karenanya begitu melihat anak lelaki tersebut melambaikan tangannya
memangginya, dia jadi tambah ketakutan, dengan tubuh yang menggigil, dia menghampirinya.
"Apakah... apakah aku yang dimaksudkan olehmu "!" tanyanya
"Ya !" mengangguk anak itu.
"Ada... ada apakah Kongcu "!" tanya orang tersebut dengan suara yang menggigil karena menahan rasa takut. Sedangkan anak lelaki tersebut tidak segera menyahuti, dia telah mengawasi sekian lama.
Lelaki itu jadi tambah ketakutan. Dia memang tengah terluka, sekarang dalam ketakutan dan berkuatir seperti ini, membuat tubuhnya jadi menggigil keras sekali.
Menyaksikan itu, anak lelaki tersebut tersenyum.
"Kau tidak perlu takut !" katanya kemudian dengan suara yang sabar "Menurut apa yang kulihat, tampaknya engkau tengah terluka disebabkan terkena racun... benarkah itu?"
Lelaki itu mengangguk.
"Be... benar !" sahutnya.
"Kau dalam keadaan terluka seperti ini, akan tetapi kau masih tidak berdiam disuatu tempat dan baik2 mengobati lukamu itu, malah telah berkeliaran di Lam san ini, apa maksudmu?" tanya anak lelaki itu.
Lelaki tersebut segera juga menekuk kedua kakinya, berlutut sambil mengangguk2an
"sebenarnya... sebenarnya aku
perjalanan buat mendaki gunung
kepalanya, katanya:
tengah melakukan ini, untuk menemui seseorang dan meminta pertolongannya !"
"Ingin menemui seorang dipuncak Lam San ini, siapakah orang
itu "!" tanya anak lelaki itu "Dan pertolongan apa yang kau harapkan dirinya "!" "Orang itu katanya bisa menyembuhkan segala macam penyakit yang bagaimana berat sekalipun juga, karena dari itu, dengan tidak memperdulikan luka yang kuderita ini, segera juga aku melakukan perjalanan kemari, akan tetapi... akan tetapi...."
"Akan tetapi kenapa "!" tanya anak lelaki tersebut sambil mengawasi dengan tajam. "Akan tetapi..,. tampaknya kami tidak bisa menemui orang itu, karena orang yang mengetahui tempat kediaman orang itu, yaitu Sam-toa, telah lenyap !"
"Hemmm, siapa Sam-toa "!" tanya anak lelaki tersebut lagi. "Sam-toa sama keadaannya seperti kami, dia tengah terluka parah juga, malah lebih parah dari kami, hanya saja yang mengetahui tempat kediaman orang yang bisa
menolongi kami itu... akan tetapi, tadi Sam-toa telah lenyap tanpa meninggalkan jejak sama sekali, sehingga habislah harapan kami untuk menemui tempat kediaman dari orang itu yang bisa menolong kami dari luka luka yang kami derita ini...!" menjelaskan lelaki itu dengan sikap putus asa.
"Hemmm, kutanyakan kepadamu, siapa orang yang tengah kalian cari itu "!" tanya anak lelaki tersebut lagi. "Tentang namanya kami memang tidak mengetahuinya, akan tetapi menurut orang yang memberitahukan kepada kami, bahwa orang itu biasa disebut sebagai Tabib Dewa !"
"Tabib Dewa "!" dan anak lelaki itu telah mendengus beberapa kali, wajahnya berobah dan dia memperlihatkan sikap yang tawar sekali, sampai akhirnya dia berkata: "Apa yang kalian harapkan darinya " pertolongan untuk mengobati luka2 kalian itu " Hemmm, kukira semua itu
akan sia2 belaka, karena tidak mungkin permintaan kalian akan diluluskannya, karena dari itu, jika saja memang kalian tidak bermaksud untuk mengadu jiwa dengan sia-sia, dengan mengadu peruntungan kalian melakukan perjalanan kepuncak gunung ini, yang tentu masih jauh dan sulit untuk didaki, maka jika memang kalian ingin mendengar
nasehatku, pergilah kalian pulang kerumah dan baik2 merawat penyakit kalian !"
Waktu berkata begitu, anak lelaki tersebut memperlihatkan sikap yang tawar, sedangkan orang2 yang berjumlah banyak tersebut, telah memandang dengan sikap berkuatir dan juga saling pandang satu dengan yang
lainnya, dimana mereka telah putus harapan.
"Apakah memang tabib Dewa itu tidak pernah mau menolong seseorang yang tengah dalam keadaan terluka parah dan membutuhkan bantuan dan pertolongannya?"
tanya beberapa orang diantara mereka dengan suara yang gemetar, karena mereka tampaknya tengah diliputi oleh perasaan kecewa dan juga-disamping itu berputus asa.
Orang2 tersebut jadi ragu2 dan mereka telah berdiam diri beberapa saat, saling pandang satu dengan yang lainnya, rupanya mereka benar2 diliputi keraguan, buat
menyebutkan orang yang telah memberitahukan pada mereka perihal Tabib Dewa tersebut.
Akan tetapi akhirnya setelah mengulangi pertanyaannya tersebut anak lelaki tersebut maka salah seorang diantaranya telah
menyahuti: "Orang....orang yang memberitahukan kepada kami perihal tabib Dewa itu adalah... Ban Tok Kui..."
Sepasang alis dari anak lelaki tersebut terangkat, dia mengawasi dengan mata yang bersinar sangat tajam sekali. "Ban Tok Kui!" dia mengulanginya, akan tetapi kemudian dia telah menghela napas. "Hemmm, ternyata dia selalu masih berusaha menggangguku, hemm, aku walaupun bagaimana harus memusnahkan kepandaian ilmu racunnya itu, sehingga
orang2 yang dicelakainya tidak semakin banyak saja, dan korban-korban berikutnya bisa dicegah !"
Mendengar gumaman dari anak lelaki tersebut, belasan orang tersebut jadi terheran2, mereka tidak mengerti dan juga telah berdiam diri hanya mengawasi saja, sampai akhirnya, dia telah berkata lagi dengan suara menggumam,
seperti juga anak lelaki itu berkata2 kepada dirinya sendiri: "Suhu, walaupun bagaimana aku harus menurunkan tangan yang agak keras kepada Suheng. Maafkanlah Suhu, karena jika Suheng dibiarkan terus dengan semua tindakan dan perbuatannya itu, pasti akan menyebabkan banyak korban2 yang berjatuhan!"
Belasan orang itu hanya mengawasi saja, dan lama sekali anak lelaki itu berdiam diri, sampai akhirnya anak lelaki itu telah menghela napas dalam-dalam.
"Jadi yang melukai kalian adalah Suheng ku "!" tanya anak lelaki tersebut.
Belasan orang tersebut jadi terkejut, karena mereka juga tidak mengerti. "Jadi . . jadi Ban Tong Kui itu adalah Su heng dari
Kongcu ?" tanya mereka serentak, dengan suara yang ragu2 dan mengandung kekuatiran, seketika perasaan takut mereka menyelinap semakin hebat ke hati masing2.
Sebab sekarang mereka baru mengetahui bahwa anak lelaki ini adalah Sute atau adik seperguruan dari Ban Tok Kui. Jelas, tentu sang Sute ini akan berpihak kepada
Suhengnya. Karena dari itu, belasan orang tersebut jadi semakin tambah ketakutan
-ooo0dw0ooo Jilid 3 TERLEBIH lagi memang tadi mereka telah menyaksikan betapa anak lelaki ini walaupun masih berusia demikian muda, tokh dia bisa menundukkan Lam-san Kiam Liong dan Tang Ku maupun Ang Ho.
Dengan demikian, jika memang anak lelaki ini, Sute dari Ban Tok Kui bermaksud mencelakai mereka, niscaya mereka tidak akan berdaya menghadapinya.
Bukankah Tang Ku, Ang Ho dan Lam-san Kiam Liong demikian ketakutan dan tampaknya mereka tidak bisa berdaya apa-apa menghadapi anak ini" Bahkan Lam-san Kiam Liong telah dibuat tidak berdaya dan pingsan menggeletak ditanah dengan hanya kibasan dari bungkusan merah itu saja"
Belasan orang tersebut jadi berdiri gemetaran. Dan juga mereka semuanya sudah tidak sanggup berdiri, dimana mereka telah cepat-cepat menekuk kedua kaki mereka dan berlutut dihadapan anak lelaki tersebut sambil menghiba-hiba agar mereka diampuni dan tidak dibunuh.
Sedangkan anak lelaki itu yang melihat keadaan belasan orang tersebut, telah mengerti apa yang tengah dirasakan dan ditakuti oleh belasan orang ini. Dia menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya: "Kalian tidak perlu merasa takut kepadaku! Dengarlah, walaupun aku Sute dari
Ban Tok Kui, akan tetapi aku mencela dan tidak menyetujui tindakannya.
Bahkan memang aku telah menerima pesan dari guruku. agar berusaha mengendalikan suhengku itu... karena dari itu, kalian tidak perlu takut atau kuatir nanti aku berpihak
pada suhengku dan mencelakai kalian!"
Mendengar tersebut agak perkataan anak lelaki itu, belasan orang lega, dan mereka segera menganggukanggukkan kepala dalam keadaan berlutut seperti itu.
"Terima kasih! Terima kasih!" kata mereka.
Salah seorang diantara mereka malah telah bertanya dengan suara yang ragu-ragu: "Dapatkah Kongcu menolong kami?"
"Menolong bagaimana"!" tanya anak lelaki itu. Orang itu ragu-ragu, akan tetapi kemudian menyahuti: "Ada yang ingin kami tanyakan mengenai... mengenai Tabib Dewa. Dapatkah Kongcu memberitahukan dimanakah tempat berdiamnya Tabib Dewa itu?"
Anak lelaki itu terdiam sejenak, kemudian menghela napas dalam-dalam.
"Orang yang kau cari adalah aku !" katanya kemudian, "Akulah orang yang tengah kalian cari!" Belasan orang itu jadi memandang takjub. Dan mereka juga seakan-akan tidak mempercayai apa yang mereka dengar, tidak mempercayai perkataan anak lelaki itu.
Anak lelaki tersebut tersenyum. "Akulah orang yang kalian cari dan kebetulan sekali memang aku tengah turun gunung untuk mencari beberapa macam obat dan daun-daun yang bisa dipergunakan buat ramuan obat-obatan. Siapa sangka aku bisa bertemu dengan kalian dan tiga orang-orang tadi!"
Belasan orang tersebut memandang dengan sikap yang tetap tidak mempercayainya. Walaupun mereka telah menyaksikannya betapa tadi anak lelaki tersebut telah memperlihatkan kehebatannya dengan membuat Lam-san Kiam Liong tidak berdaya dan Tang Ku maupun Ang Ho jadi ketakutan dan telah berlalu dengan segera.
Anak lelaki itu kemudian katanya: menghela napas dalam-dalam lagi, "Jika memang kalian memerlukan sesuatu, katakanlah apa yang bisa kubantu"!"
Belasan orang tersebut masih berdiam diri beberapa saat, kemudian baru salah seorang diantara mereka, dengan sikap masih berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya, telah bilang: "Sesungguhnya... sesungguhnya kami ingin meminta pertolonganmu Tabib Dewa dan kami
memohon agar kami ditolong
dari luka-luka kami ini, karena kami telah dilukai dengan racun yang hebat oleh Ban Tok Kui..." "Hemmm !" Anak lelaki itu hanya mendengus perlahan, kemudian tanpa mengatakan apapun juga, ia telah melangkah mendekati salah seorang dari belasan orang
tersebut, dia mencekal pergelangan tangan orang itu, lama sekali. Dia memeriksa denyut nadi orang tersebut.
Akhirnya anak lelaki tersebut telah mengangguk-angguk beberapa kali, baru kemudian dia bilang: "Hemmm,
memang kalian terluka oleh racun yang cukup hebat. baiklah, aku akan memberikan obat penawarnya !" Orang itu jadi girang bukan main, tidak hentinya dia bersyukur dan mengucapkan terima kasihnya pada anak lelaki itu.
Sedangkan anak lelaki tersebut telah merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah botol kecil warna hitam, kemudian mengeluarkan dua butir pil yang berwarna hitam juga, diangsurkan kepada orang itu.
"Kau telanlah yang sebutir, dan yang sebutir lagi kau telan setelah lewat satu minggu !" Orang itu berulang kali mengucapkan terima kasihnya, Dan juga tidak hentinya bersyukur Disamping itu, memang terlihat jelas pada wajahnya, betapa dia memiliki harapan baru pula untuk memperjuangkan hidupnya.
Setelah memeriksa orang itu, kembali anak lelaki tersebut memeriksa yang lainnya, seorang demi seorang dan semuanya Dan obat telah dibagi-bagikan bermacam-macam obat. yang diberikan kepada belasan orang tersebut
semuanya tidak sama, karena ada yang berwarna merah, hijau, kuning, hitam dan ungu.
Setelah belasan orang itu selesai diperiksa dan diberikan obat-obat yang diperlukan mereka, anak lelaki itu mengibaskan tangannya
"Nah, sekarang kalian boleh pergi meninggalkan tempat ini!" kata anak lelaki tersebut.
Akan tetapi belasan orang tersebut ragu-ragu, mereka memandangi anak lelaki itu berulang kali dengan diselingi kepala tertunduk seakan-akan ada sesuatu yang hendak mereka katakan.
Melihat sikap belasan orang tersebut, anak lelaki itu telah tersenyum.
"Mengapa kalian masih belum berlalu"!" tanyanya. "Apakah ada sesuatu yang hendak kalian katakan lagi?" Belasan orang tersebut tidak segera menyahuti, mereka tetap dalam keraguan. Sampai akhirnya salah seorang diantara mereka telah berkata: "Apakah....setelah memakan obat In-kong, kami akan sembuh keseluruhannya, In-kong "!"
Anak lelaki itu tiba-tiba tertawa. "Luka yang diderita oleh kalian memang hebat, dan juga merupakan racun yang dahsyat, akan tetapi percayalah, setelah kalian memakan obat yang kuberikan itu, kesehatan kalian tidak akan terganggu lagi, racun itu akan punah! ...Nah, sekarang kalian pergilah... tidak seharusnya kalian berlama2 di Lamsan ini ! Sebenarnya, memang sudah menjadi larangan buat orang2 disekitar gunung Lam-san ini sekehendak hati berkeliaran digunung ini ! Akan tetapi aku bisa memaklumi,
betapa kalian tengah terluka dan membutuhkan pertolongan, maka aku bisa memaafkannya, dan sekarang pergilah !" Setelah berkata begitu, anak lelaki itu mengibaskan tangannya lagi.
Belasan orang tersebut tidak berani berayal, karena
mereka telah menyatakan terima kasih dan bersukur, barulah kemudian mereka memutar tubuh dan berlalu.
Anak lelaki itu hanya mengawasi saja belasan orang itu berlalu, dan dia mengawasi sekian lama, sampai belasan orang tersebut lenyap dari pandangannya.
Anak lelaki itu menghela napas dalam2. "Ternyata Suheng tetap mengumbar ketelengasannya dengan kepandaian yang dimilikinya, ini harus dicegah dan aku harus menjalankan perintah suhu sebaik mungkin !" Dan anak lelaki tersebut menghela napas lagi beberapa kali.
Kemudian dia melirik kepada Lam-san Kiam Liong yang masih menggeletak dilihatnya Lam-san ditanah. Dia menghampirinya,
Kiam Liong telah tersadar dan keadaannya masih lemah sekali.
"Hemmm, sekarang seluruh urat2 pening ditubuhmu telah disumbat oleh pengaruh obat yang tadi kuberikan, dengan demikian engkau tidak bisa mempergunakan tenaga dan hawa murnimu, untuk selanjutnya engkaupun tidak bisa mempergunakan ilmu silatmu. Dengan lenyapnya tenagamu, berarti engkau juga kehilangan ilmu silatmu !
Nah, jika nanti kau telah pulih semangatmu, silahkan kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan Lam-san ini....!" setelah berkata begitu, anak lelaki tersebut mengibaskan tangannya, melangkah untuk meninggalkan tempat tersebut.
Lam-san Kiam Liong dalam keadaan tidak berdaya, karena dia tampaknya begitu lemah dan seluruh tenaga dan kekuatannya seperti juga telah meninggalkannya. Waktu ia melihat anak lelaki itu memutar tubuhnya buat
meninggalkan tempat tersebut, Lam-san Kiam Liong hanya dapat mengawasi saja. Dan setelah lewat beberapa saat, kemudian berusaha menggerakkan tangan dan kakinya.
Lam-san Kiam Liong gagal dengan tindakannya itu, karena tangan dan kakinya tetap saja tidak bisa bergerak, dimana dia tetap tidak bertenaga.
Karena dari itu, Lam-san Kiam Liong jadi mengeluh lagi, dia menyadari bahwa tenaga dan kepandaiannya telah lenyap sama sekali.
Didalam hati Lam-san Kiam Liong bergolak perasaan amarah, mendongkol penasaran dan berkuatir, dan yang membuat dia berkuatir adalah selanjutnya dia akan menjadi manusia biasa tanpa memiliki kepandaiannya pula, dimana seluruh kepandaiannya seperti juga telah lenyap.
Dalam keadaan seperti itu segera juga tampak Lam-san Kiam Liong berulang kali berusaha mengatur jalan pernapasannya. Akan tetapi dia tetap gagal.
Seperti apa yang telah dikatakan oleh anak lelaki itu, yang tidak lain dari Tabib Dewa tersebut, bahwa di seluruh pembuluh jalan darah terpenting di tubuh Lam-san Kiam Liong telah tersumbat. Dengan demikian, setiap kali Lamsan Kiam Liong mengerahkan tenaga dalamnya, maka dia selalu gagal untuk menerobos dan menembus sumbatan tersebut.
Setelah mencoba berulang kali, akhirnya Lam-san Kiam Liong mengeluh dengan penuh kekecewaan. Dia telah berlatih diri selama puluhan tahun, akan tetapi kenyataan yang ada sekarang dia telah dibuat bercacad dengan di musnahkan seluruh kepandaian dan tenaganya oleh anak lelaki itu, (Tabib Dewa) tanpa dia berdaya mengadakan perlawanan.
Disaat itu cuaca telah gelap sekali, dimana sang malam telah larut benar dan keadaan d sekitar tempat itu sepi sekali, tidak terlihat seorang manusiapun juga.
Sebenarnya Lam-san Kiam Liong bukanlah seorang yang berkepandaian rendah, dia memiliki nama yang cukup terkenal didalam rimba persilatan. Akan tetapi sekarang ia telah dirubuhkan begitu mudah oleh tabib dewa tanpa mempergunakan tenaga dan ilmu silat, hanya mempergunakan pengaruh dari obat biusnya belaka, dan dia telah terjatuh begitu mengenaskan sekali.
Dan dalam murkanya, karena tidak bisa melampiaskan murkanya itu, Lam-san Kiam Liong jatuh pingsan lagi tidak sadarkan diri.
Hawa udara ditempat itu dingin sekali menusuk tulang dan sangat sunyi.
OoO SIAPAKAH sebenarnya anak lelaki yang menamakan dirinya sebagai Tabib Dewa itu " Dan mengapa dia memiliki kepandaian yang begitu menakjubkan dalam hal pengobatan, sehingga tampaknya Tang Ku maupun Ang Ho, dua tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi menaruh segan dan jeri pada anak lelaki tersebut.
Ternyata anak lelaki tersebut memang masih berusia muda sekali, baru dua belas tahun, Dia she Kwang dan bernama Tan, Dalam usia sekecil itu, Kwang Tan memang telah menguasai ilmu pengobatan kelas satu didalam dunia ini, karena dia telah mewarisi kepandaian ilmu pengobatan diri gurunya, yaitu Yok Sian Peh Hu (Raja Obat Seratus
Arwah), yang memiliki ilmu pengobatan tidak ada duanya didalam dunia ini.
Karena telah mewarisi seluruh kepandaian gurunya tersebut, maka Kwang Tan dapat memiliki ilmu pengobatan yang luar biasa hebatnya, Malah anak lelaki ini menyukai
ilmu pengobatan tersebut, ia sendiri telah berusaha mencari daun2 obat dari berbagai jenis yang paling sulit diperoleh, untuk diolah dan menjadi beberapa macam obat yang paling mujarab.
Ada suatu perbedaan antara Kwang Tan dengan gurunya, karena Yok Ong Peh Kun dengan tidak pernah mau menolong seseorang yang membutuhkan pertolongannya, Akan tetapi Kwang Tan justru sebaliknya, ia akan menolong siapa saja yang terluka dan memerlukan pertolongannya.
Karena dari itu, banyak orang yang mencarinya untuk meminta pertolongan. Umumnya orang2 yang mencari Kwang Tan merupakan orang2 rimba persilatan yang terluka hebat dan bermaksud menemui Yok Ong Peh Hun, guna meminta pertolongannya.
Akan tetapi yang mereka temukan dipuncak gunung Lam-san tersebut hanya Kwang Tan, sehingga akhirnya setelah Kwang Tan mengobati luka mereka, ternyata anak lelaki ini memang akhli dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali dalam ilmu pengobatan tersebut, maka dia telah memperoleh julukan sebagai Tabib Dewa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya saja dalam menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, Kwang Tan memiliki syarat. Jika orang yang ditolongnya itu adalah seorang yang berasal dari aliran Hek-to, orang tersebut harus berjanji bahwa dia tidak melakukan kejahatan lagi. Barulah Kwang Tan akan menolongnya, tetapi jika yang akan ditolongnya
seorang dari aliran putih dan lurus, maka orang itu akan ditolongnya dengan ber -sungguh2 tanpa syarat.
Begitulah, setelah ribuan orang yang ditolong Kwang Tan, dan memang setiap pengobatannya berhasil dengan baik menyembuhkan orang2 tersebut, julukannya sebagai
Tabib Dewa telah cepat
sekali tersiar didalam rimba persilatan. Sebenarnya Kwang Tan ingin berdiam terus dipuncak Lam-sam, akan tetapi banyak orang yang mencarinya buat
meminta pertolongannya sehingga Kwang Tan akhirnya memilih sebuah tempat dipuncak sebelah selatan dari gunung Lam-san tersebut, untuk dapat menghindarkan diri dari orang2 itu, dimana dia harus juga melatih ilmu pengobatannya. Hanya saja jika memang ada orang2 yang beruntung bisa bertemu dengannya, maka Kwang Tan baru menolongnya.
Akan tetapi walaupun jejak Kwang Tan sulit sekali dicari, tokh ratusan orang selalu mencarinya buat memohon pengobatan padanya.
Guru Kwang Tan, yaitu Yok Ong Peh Hun telah setahun lebih meninggal dunia, sang guru ini telah mewarisi seluruh kepandaiannya dan membuat Kwan Tan juga ilmu simpanannya, sehingga
lebih berhasil lagi menguasai ilmu pengobatannya mencapai puncak kesempurnaannya.
Sebelum meninggal dunia, Yok Ong Peh Hun juga telah menceritakan bahwa sesungguhnya Kwang Tang memiliki seorang suheng, dimana suhengnya itu, Ban Tok Kui, telah memiliki kepandaian yang tinggi, disamping menguasai juga ilmu tentang racun.
Sayang sekali Ban Tok Kui memiliki perangai yang sangat buruk dan kejam, tangannya telengas. Karena dari itu, banyak korban yang telah rubuh binasa ditangannya,
sehingga Ban Tok Kui juga ditakuti oleh orang2 rimba persilatan, selain memang sangat dibenci.
Sedangkan Yok Ong Peh Hun telah dua kali turun gunung mencari muridnya tersebut, akan tetapi ia gagal menemui jejak murid itu.
Ban Tok Kui selalu berusaha menghindarkan diri dari muridnya, dia tidak pernah menampakkan diri, dan melenyapkan jejaknya apabila gurunya mencarinya.
Dan karena putus asa dan tidak bisa menemui jejak Ban Tok Kui untuk dinasehati, akhirnya Yok Ong Peh Hun telah menceritakan hal Ban Tok Kui tersebut kepada muridnya yang bungsu ini.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jika memang suhengmu itu tidak mau dengar nasehatmu, agar dia kembali ke jalan yang benar, kau boleh mengambil tindakan kekerasan dan kau boleh memusnahkan seluruh kepandaiannya... hal ini demi keselamatan orang2 lainnya pada umumnya!"
Kwang Tan telah memberikan janjinya akan
memperhatikan pesan terakhir gurunya, sedangkan Yok Ong Peh Hun setelah menceritakan bentuk dan keadaan Ban Tok Kui maka iapun menghembuskan napasnya dan untuk selanjutnya dunia telah kehilangan seorang akhli pengobatan yang pandai.
Hanya saja beruntung bahwa kepandaian Yok Ong Peh Hun ada yang mewarisi, yaitu Kwang Tan. sehingga ilmu pengobatan yang hebat itu tidak menjadi punah.
Kwang Tan diambil oleh Yok Ong Peh Hun sebagai murid terjadi waktu anak lelaki itu berusia tiga tahun, dia telah dirawat, dengan baik dan diberi minum obat-obat
yang bisa menambah kuat otot2nya dan juga tenaganya.
Disamping itu, Yok Ong Peh Hun telah berusaha menggembleng kekuatan tubuh anak itu sekuat baja, dengan memberikan ramuan-ramuan yang sangat langka dan juga istimewa sekali.
Memang sejak kecil itu, Kwang Tan telah memperlihatkan sikap dan keinginannya yang selalu tekun mempelajari ilmu pengobatan.
Terlebih lagi memang anak itu sangat cerdik dan cerdas sekali.Hanya dalam waktu yang singkat, tidak lebih dari tiga tahun, dia telah berhasil mempelajari seluruh ilmu pengobatan dari Yok Ong Peh Hun, Karena dari itu, yang perlu sekali buat Kwang Tan hanyalah dia memperdalam pengetahuannya tersebut untuk dapat menyempurnakan kepandaiannya.
Sedangkan gurunya yang melihat kecerdasan yang dimiliki Kwang Tan, juga memang anak itupun selalu tekun mempelajari ilmu pengobatan itu, disamping itu, sifatnya yang jujur dan baik, maka Yok Ong Peh Hun telah mewarisi seluruh kepandaian dan pengetahuannya dibidang
pengobatan. Juga Kwang Tan pun sangat dimanjakan sekali oleh gurunya, dia telah menerima seluruh kepandaian sang guru tersebut.
Waktu dia berusia sebelas tahun itulah sang guru telah meninggal dunia, dengan meninggalkan pesan agar dia mau mengurusi tindak tanduk dari Suhengnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Kwang Tan memang belum pernah bertemu dengan Suhengnya itu, akan tetapi ia telah berjanji dihadapan gurunya waktu gurunya itu menghadapi detik2 penghabisannya, bahwa ia akan berusaha untuk menasehati Suhengnya, agar suhengnya tersebut dapat kembali kejalan benar dan tidak mempergunakan kepandaiannya yang akhli
dalam mempergunakan racun buat mencelakai orang yang tidak bersalah.
Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan telah bertanya2 kepada dirinya sendiri, sesungguhnya telah berapa tinggilah kepandaian dari suhengnya itu. Berbeda dengan Ban Tok Kui.
Maka kepada Kwang Tan, Yok Ong Peh Hun sama sekali tidak mewarisi ilmu
Menurut Yok Ong Peh Hun
dan kepandaian silatnya,
jika memang Kwang Tan berhasil mempelajari dengan sempurna ilmu pengobatan
tersebut, ia akan dapat merubuhkan jago2 kelas satu dalam rimba persilatan dengan mudah, dengan hanya mempergunakan ilmu pengobatan tersebut.
Karena dari itu. Kwang Tan jadi bersemangat sekali buat melatih terus ilmu pengobatannya itu. Dan memang benar
apa yang dikatakan oleh gurunya, bahwa dia akan dapat merubuhkan lawannya dengan hanya mempergunakan keakhliannya dalam hal pengobatan.
Dan semua itu telah dibuktikannya, dimana dia bisa merubuhkan Lam-san Kiam Liong dengan mudah, dengan hanya mempergunakan semacam obatnya, sama sekali dia
tidak mempergunakan tenaga. Dan kenyataan yang ada bahwa Lam-san Kiam Liong bisa dibuat jadi tidak berdaya sama sekali, sehingga dengan mudah diapun bisa dilenyapkan tenaga dan ilmu silatnya.
Kwan Tan sebenarnya seorang anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya, Waktu Yok Ong Peh Hun menemuinya disaat anak itu baru berusia dua tahun lebih, tengah menangis didalam hutan dilamping gunung Lam-san tersebut.
Ditanya oleh Yok Ong Peh Hun, siapa orang tua anak itu. Kwang Tan hanya menggeleng. Dia sama sekali tidak bisa menjelaskan siapa dirinya atau juga siapa kedua orang tuanya, atau darimana asal usulnya, hal ini disebabkan dia memang masih berusia kecil sekali.
Dan akhirnya, yang bisa diberitahukan oleh Kwang Tan adalah namanya belaka.
Setiap kali dia membahasakan dirinya, dia menyebut dirinya dengan sebutan Kwang Tan.
Disebabkan itu akhirnya Yok Ong Peh Hun telah memberikan nama pada Kwang Tan dengan nama Kwang Tan saja.
Karena tidak jelas asal-usul anak ini dan tidak mengetahui siapa kedua orang tuanya, dimana kampung dan tempat tinggalnya, Yok Ong Peh Hun telah mengambil Kwang Tan sebagai murid penutupnya.
Sesungguhnya waktu itu memang Yok Ong Peh Hun telah mendengar sepak tegangnya Ban Tok Kui, yang terlalu ganas, akan tetapi disebabkan ia tidak mengetahui dimana tempat berdiamnya, dan jejaknya dari Ban Tok Kui
tersebut, membuat Yok Ong Peh Hun tidak turun gunung lagi buat mencarinya.
Hanya saja, karena memang melihat Kwang Tan sangat cerdas dan juga cerdik, sebagai muridnya, yang dia telah mengambil anak itu dididiknya bersungguh2, untuk
memenuhi harapannya, agar kelak Kwang Tan dapat menguasai dan mengendalikan suhengnya itu.
Sedangkan Kwang Tan memang merasakan betapa ia sangat disayang oleh gurunya, sangat dimanjakan sekali, sehingga dia berterima kasih sekali pada Yok Ong Peh Hun!
Walaupun dia telah tersesat didalam hutan itu disaat dia berusia masih terlalu kecil, namun dia telah dapat mengetahui betapa sejak ditemui oleh Yok Ong Peh Hun, dia telah diperlakukan sebagai anak kandung sendiri penuh kasih sayang dan juga dengan penuh kemanjaan sebagai
seorang murid. Karena dari itu, dia telah mempelajari semua ilmu yang di warisi gurunya dengan penuh perhatian dan bersungguh-sungguh.
Tidak terlalu mengherankan jika seluruh kepandaian Yok Ong Peh Hun berhasil diwarisinya. Justeru urusan soal kakak seperguruannya itu baru diceritakan oleh Yok Ong Peh Hun di saat sang guru ini akan menghembuskan napas nya yang terakhir...
Sejak gurunya meninggal dunia, Kwang Tan hidup seorang diri dipuncak gunung Lam san.
Tempat berdiam sebenarnya sebuah goa, Hanya saja bentuk goa tersebut benar2 sangat aneh, karena memberi kesan bahwa goa tersebut berbentuk kepala Tengkorak manusia, lengkap dengan mata, hidung dan gigi2nya. juga
memang keadaan disekitar goa tersebut dikelilingi oleh jurang dan tebing yang tinggi sekali, sulit bukan main untuk seseorang mendaki. Jika memang tidak mengetahui jelas tempat berdiamnya Kwang Tan, maka jangan harap dapat mencari tempat berdiamnya itu didalam waktu satu dua hari.
Dilihat diri bentuk depan goa tempat kediaman Kwang Tan, memang menimbulkan kesan yang agak mengerikan. Akan tetapi didalam goa tersebut justru merupakan tempat yang sangat sejuk sekali, disamping itu sangat luas.
Kwang Tan menyukai tempat tersebut, karenanya dia tidak bermaksud buat meninggalkan tempat ini, dia akan tetap berdiam ditempat tersebut.
Hanya saja yang membuat Kwang Tan seringkali merasa terganggu kalangan, adalah kedatangan orang2
yang keadaan terluka parah dari berbagai dan mencari2
gurunya, Yok Ong Peh Hun, Waktu diberitahukan bahwa
gurunya telah menutup mata, ada diantara orang2 itu sampai menangis karena kecewa dan juga diliputi ketakutan penyakit dan lukanya yang begitu hebat.
Karena dari itu dia merasa kasihan dan juga telah turun tangan menolong mereka, mengobati luka dan juga berusaha untuk memunahkan racun yang mengendap ditubuh mereka.
Hanya saja, setelah terlalu banyak orang yang disembuhkan nya, Kwan Tan akhirnya diberi julukan
sebagai Tabib Dewa, dan juga dia sebagai satu-satunya orang yang memiliki ilmu pengobatan yang sangat hebat sekali.
Kwang Tan sendiri semakin kewalahan orang mencarinya jadi semakin banyak jumlahnya, sehingga boleh dibilang hampir setiap hari ada saja orang yang mencarinya..
Yang lebih luar biasa, umumnya orang2 yang datang mencarinya buat minta ditolong dan diohati itu adalah orang2 yang terluka karena serangan racun.
Dan waktu kepada mereka ditanyakan siapa yang telah melukai mereka, jawabnya semua-satu dan sama, yaitu Ban Tok Kui.
Semula Kwang Tan merasa heran mengapa Ban Tok Kui melukai orang itu dan memberitahukan begitu jelas kepada korban2nya tempat kediamannya tersebut.
Namun sebagai seorang yang cerdas, justru Kwang Tan akhirnya menyadari bahwa Ban Tok Kui bermaksud meminjam orang2 tersebut buat mengetahui apa yang terjadi ditempat kediaman gurunya yaitu Yok Ong Peh Hun.
Waktu Ban Tok Kui mengetahui bahwa gurunya telah menutup mata, maka dia jadi berani untuk mendatangi tempat itu, dia telah berusaha mencari kitab2 wasiat peninggalan gurunya tersebut.
Siapa sangka, justru dia berurusan dengan adik seperguruannya yang masih kecil itu, sehingga beberapa kali usahanya jadi gagal.
Yang lebih luar biasa, justru Kwang Tan seperti juga telah menerima petunjuk yang sangat tangguh sekali dari
gurunya dalam hal menguasai suhengnya tersebut, dengan mengatur juga jalan didalam goa tersebut dengan cara dan kedudukan Pat-kwa.
Dengan demikian maka Ban Tok Kui tidak bisa mendesak dan mengancamnya, sehingga gagallah Ban Tok Kui buat memperoleh kitab wasiat peninggalan dan warisan dari guru mereka, dan dan dia tidak bisa membunuh Sutenya itu.
Karena murka dan penasaran, sebab Ban Tok Kui akhirnya beranggapan bahwa gurunya memilih kasih dan telah mendidik Sutenya lebih baik lagi dengan mewarisi seluruh kepandaiannya, dimana sehingga sekarang dia tidak berdaya untuk menghadapi Sutenya tersebut maka Ban Tok Kui telah melukai orang2 rimba persilatan, yang setelah dilukainya dengan mempergunakan racun dan pukulan tenaga lwekangnya yang
terluka yang hebat sekali
membuat korban-korbannya
akhirnya Ban Tok Kui telah
memberitahukan agar korban tersebut pergi kepuncak gunung Lam-san buat menerima pengobatan dari Kwang Tan.
Dalam keadaan seperti itu, memang Kwang Tan yang memiliki jiwa pemurah dan juga sangat baik sekali, selalu
tidak tega melihat korban-korban keganasan dari Ban Tok Kui, maka dia selalu mengobati dan memenuhi keinginan orang2 yang memohon pertolongannya.
Karena Kwang Tan selalu memberikan dan membagikan obat2 yang diperlukan oleh orang2 yang terluka tersebut hal ini membuat persedian obatnya jadi semakin menipis.
Memang menjadi tujuan dan maksud dari Ban Tok Kui, ia sengaja selalu melukai orang2 rimba persilatan dan setelah melukai korbannya tersebut, dia memberitahukan bahwa orang yang bisa mengobati mereka hanyalah Tabib Dewa yang berdiam dipuncak Lam-san tersebut.
Dengan demikian. Ban Tok Kui berkeinginan agar persedian obat dari Kwang Tan habis.
Ban Tok Kui yakin, bahwa obat-obat yang dimiliki Kwang Tan tentunya
merupakan obat-obat warisan gurunya. Jika memang Kwang Tan telah memakai habis obat tersebut, niscaya akhirnya dia tidak mungkin dapat membuatnya lagi.
Dengan begitu pula, selanjutnya dia tidak akan ada yang dapat kendalikannya, Namun Kwang Tan sebenarnya dapat membuat sendiri obat2- itu. Dia memang telah mewarisi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seluruh kepandaian gurunya dan telah berhasil untuk menciptakan beberapa macam obat baru. Karena dari itu, walaupun Ban Tok Kui telah melukai korbannya sangat banyak, tokh semua itu tidak bisa mempersusut persedian obat Kwang Tang.
Akan tetapi Ban Tok Kui sama sekali tidak mengetahui bahwa persedian obat dari Kwang Tang masih ada, dia hanya menduga bahwa persedian obat dari Kwang Tan mulai menipis, karenanya, dia telah dalam beberapa waktu lagi akan seperguruannya itu.
Dia yakin. jika saja dia bisa melukai adik seperguruannya itu, sedangkan persedian obat pada diri Kwang Tan telah habis, tentu adik seperguruannya itu akan menemui ajalnya.
Dalam melukai korban2nya Ban Tok Kui juga selalu mempergunakan cara dan racun yang berbeda-beda, Dia tidak pernah melukai lawannya dengan cara yang sama atau racun yang sama. Hal ini untuk melihat juga, obat apa yang dipergunakan Kwang Tan buat memunahkan racun itu.
Dan setiap kali korbannya yang telah ditolong oleh Kwang Tan selalu dihubungi oleh Ban Tok Kui, dan kepada mereka dipaksa untuk menjelaskan keadaan ditempat Kwang Tan.
Karena Ban Tok Kui bermaksud hendak menarik keterangan dari mereka. Walaupun Ban Tok Kui tidak mendatangi sendiri tempat Kwang Tan, akan tetapi secara garis besarnya ia mengetahui keadaan adik seperguruannya tersebut.
mengatur rencana,
menyatroni adik Hanya saja, Kwang Tan belum pernah mengajak orang2 yang hendak ditolongnya itu ke dalam goa tempat menetapnya, ia selalu menolong orang2 yang terluka itu ditempat dimana mereka berada, Dengan demikian, Ban Tok Kui sama sekali buta dan tidak mengetahui keadaan didalam goa dengan bentuk seperti kepala tengkorak manusia itu.
Demikianlah, Ban Tok Kui tetap penasaran dan ia akan tetap melukai orang2 yang akan dijadikan korbannya, guna diutus pergi ke puncak Lam-san guna meminta pertolongan kepada Kwang Tan.
-ooo0dw0ooo TEMPAT itu sunyi sekali, angin berhembus dingin, menjelang malam hari tempat didekat puncak gunung Lamsan tersebut agak mengerikan, karena jauh didekat mulut sebuah lembah yang letaknya agak tersembunyi tampak sebuah goa dan bentuknya yang agak luar biasa, bentuk mulut goa itu seperti juga potongan muka tengkorak kepala mulut goa itu seperti juga potongan muka tengkorak kepala nya merupakan batu2 yang bertonjolan berukuran besar.
Ditempat itu, yang boleh dibilang jarang sekali dikunjungi orang, karena letaknya yang sangat terpencil dan juga memang merupakan tempat yang sulit didalangi oleh orang sembarangan, adalah tempat kediaman Kwang Tan, anak yang memperoleh gelar sebagai tabib dewa.
Sekarang Kwang Tan tinggal seorang diri digoanya yang istimewa tersebut, karena guru nya telah meninggal dunia. Goa yang diperlengkapi dengan berbagai jalan dan peralatan rahasia untuk mencegah suheng dan Kwang Tan
memasuki goa tersebut,
telah diperlengkapi oleh guru Kwang Tan, agar suheng dari Kwang Tan tidak mudah memasuki goa tersebut semua itu diatur untuk keselamatan Kwang Tan juga, karena usianya yang masih terlalu kecil dan juga ia tentunya masih kalah pengalaman dari Ban Tok Kui, sang suheng itu.
Sekarang setelah gurunya meninggal dunia, Kwang Tan masih menetap digoanya, karena Kwang Tan telah bertekad, bahwa ia tidak akan meninggalkan goanya itu, akan menetap terus disitu.
Jika Kwang Tan keluar dari goanya, itu hanya untuk keperluan mencari daun dan akar-akar obat, untuk diramunya dan dijadikan berbagai macam obat.
Dalam kesunyian menjelang malam, tampak sesosok bayangan kecil berdiri tegak diatas-mulut goa itu. jatuhnya tepat diatas kepala tengkorak kepala manusia dengan bentuknya yang besar itu, Ternyata bentuk tengkorak kepala manusia tersebut terdiri dari batu2 gunung yang
telah terbentuk karena kekuasaan alam yang telah memberikan bentuk bagaikan tengkorak kepala manusia.
Dan sesungguhnya semua itu hanyalah batu-batu gunung yang termakan oleh siliran angin dan sebagian telah runtuh dan gugur, menyebabkan ada bagian-bagiannya yang
berlobang dan juga menonjol. Dan
justru bentuk dari mulut goa itu
sungguh luar biasa menyerupai kepala
tengkorak manusia.
Sedangkan sosok bayangan kecil itu tetap berdiri tegak ditempatnya, membiarkan dirinya diterpa oleh siliran angin malam yang dingin, ia seperti tidak memperdulikan pakaiannya yang berkibar2 terhembus oleh siliran angin sedangkan matanya terpejamkan ia berdiri dengan kaki tunggal, yaitu kaki kanannya saja, sedangkan kaki kirinya di tekuknya.
Dengan mengambil sikap seperti itu, anak kecil tersebut seperti juga tengah bersemedhi dengan cara berdiri mempergunakan kaki kanannya belaka.
Lama juga anak lelaki tersebut, yang tidak lain dari Kwang Tan berdiri dengan sikap nya seperti itu, sampai akhirnya ia menghela napas sambil menurunkan kaki kirinya, diapun telah membuka matanya.
Dia memandang sekelilingnya dengan wajah yang muram, tampak ia tengah memikirkan sesuatu dan kemudian Kwang Tan. menghela napas dalam2 pula.
"Sayang... sayang... sekali ini aku telah gagal pula !" menghela napas Kwang Tan.
"Dan... kukira dalam sebulan mendatang aku belum lagi berhasil menembusnya..."
Dia setelah menggumam begitu, Kwang Tan menghela napas dalam-dalam lagi. malam menyebabkan Keheningan dipegunungan menimbulkan
menyambung, bagaikan tersebut suara
terdengar "ngung2an" suara siliran angin santeran sekali, yang sambung dikejauhan tengah terjadi pesta yang meriah sekali dengan segala alat musik dan tabuh2an dibunyikan serentak.
Kwang Tan lama juga berdiri ditempatnya mengawasi sekitar tempat itu, gelap dan sunyi. Akhirnya Kwang Tan ingin melompat turun dari atas kepala "tengkorak" itu.
Akan tetapi belum lagi Kwang Tan menjejakkan kedua kakinya buat melompat turun, diwaktu itulah tampak sesosok bayangan mendatangi.
Sosok bayangan tersebut berbentuk bulat dan juga terdengar darinya suara mendengus. Kwang Tan mengerutkan sepasang alisnya, ia mengawasi dengan tajam, selama berdiam dipuncak Lamsan, Kwang Tan memang telah memiliki penglihatan yang tajam, karena ia terbiasa berada ditempat-tempat gelap selama berdiam didalam goanya, dan juga gurunya telah
memberikan kepadanya obat
yang bisa mempertajam pandangan daya lihat mata, juga memang diajarkan cara melatih agar mata menjadi tajam daya penglihatannya. Setelah melihat sejenak, Kwang Tan bisa mengetahui bahwa sosok tubuh itu
adalah seekor babi hutan yang berukuran besar sekali, dengan sepasang taringnya yang panjang mencuat keluar dari kedua sudut mulutnya. Babi hutan itu berlari-lari keras sekali sambil memperdengarkan suara dengusnya yang tidak hentinya.
Lama juga babi hutan itu berlari berputar disekitar tempat itu, sekali-kali
terdengar suara mengerangnya. Tampaknya babi hutan tersebut ganas sekali. Dan Kwang Tan yang melihat dengan jelas, ia mengetahui bahwa babi hutan itu tengah terluka cukup parah, sehingga babi hutan itu tidak bisa tenang dan berlari terus menerus berputar2 disekitar tempat didepan goa istimewa dari Kwang Tan.
Ternyata perut babi hutan itu terluka dengan kulit yang robek dan darah mengucur deras sekali dari perutnya, jika babi hutan itu tidak segera ditolong, tentu akan membuat dia kehabisan tenaga dan kekurangan darah, yang akhirnya bisa2 menyebabkan kematian.
Kwang Tan menghela napas. "Jika dilihat keadaan babi hutan ini, tampaknya ada seseorang yang telah melukainya, karena luka di perutnya itu memperlihatkan luka terkena goresan mata pedang yang tajam sekali. Entah siapa yang telah melukai nya " berpikir
Kwang Tan. Dan anak laki2 ini telah menjejakan kakinya tubuhnya melompat turun dengan gesit.
Akan tetapi babi hutan yang tengah menderita luka dan tampaknya tengah kesakitan itu mendengar suara keresekan dibelakangnya walaupun perlahan sekali namun ia telah
memutar tubuhnya, dengan disertai suara erangan yang sangat ganas ia telah menyeruduk menerjang pada Kwang Tan.
Serangan babi hutan ini demikian tiba2 dan ganas sekali, Kwang Tan tidak pernah menyangkanya. Akan tetapi anak ini juga tidak tinggal diam, dia telah melompat kesamping gesit sekali.
Babi hutan itu rupanya tengah kalap, waktu dia menyeruduk tempat kosong dan calon mangsanya telah melompat kesamping cepat2 dia menahan gerak kakinya
berhenti berlari
menerjang lagi memutar tubuhnya sedikit
kepada Kwang Tan, dengan kemudian dua ujung
taringnya yang hendak dihujamkan pada Kwang Tan.
Kwang Tan tersenyum.
"AKU tidak bermaksud buruk padamu!" kata Kwang Tan kemudian dengan sabar, "Justeru aku hendak menolongimu, untuk mengobati luka yang engkau derita itu..!"
Akan tetapi babi hutan tersebut mana mengerti perkataan Kwang Tan, dengan dengus
yang mengerikan, dari mulutnya keluar juga liur yang kental, ia tetap menyeruduk kearah Kwang Tan. Namun kali ini Kwang Tan tidak mengelakkan diri dari
serudukan babi hutan tersebut dia telah memperhatikan sesaat lamanya sampai babi hutan itu telah menyeruduk dekat padanya, tiba2 sekali Kwang Tan mengangkat tangan kanannya, tahu2 dia memukul babi hutan tersebut.
"Plakkk!" tamparan tangan Kwang Tan mengenai telak sekali dikepala babi hutan tersebut, seketika babi hutan itu merasakan kepalanya pusing dan tubuhnya terjerembab pingsan tidak sadarkan diri.
Kwang Tan waktu menampar dengan memperhitungkan benar2 tenaga yang dipergunakannya, karena memang anak ini tidak menginginkan babi hutan itu bercelaka ditangannya. ia hanya bermaksud membuat babi hutan itu tidak sadarkan diri.
Segera jaga Kwang Tan memeriksa luka diperut babi hutan tersebut, ternyata memang di perut babi hutan yang berukuran sangat besar itu memang terluka oleh goresan mata pedang yang tajam sekali. Luka itu pun sangat lebar dan besar.
Kwang Tan merogoh sakunya, ia mengeluarkan semacam obat bubuk, yang kemudian ditaburkannya pada luka babi hutan tersebut.
Dia juga melakukan pengurutan sekedarnya disekitar luka pada perut babi hutan itu. barulah kemudian Kwang Tan berdiri sambil menggumam: "Hemmm, darah yang keluar terlalu banyak, jika besok pagi engkau berhasil untuk berlari seperti tadi, berarti engkau masih dapat hidup terus, akan tetapi jika memang kekurangan darah telah
mempengaruhi dirimu,
berarti engkau akan menemui kematianmu, dan dagingmu dapat dikeringkan untuk persedian makananku...!" Lalu Kwang Tan menghela napas lagi beberapa kali.
Sedangkan babi hutan itu tetap tidak sadarkan diri, akan tetapi dia tidak mati. hanya tidak ingat akan keadaan dirinya, pingsan dihantam oleh pukulan Kwang Tan yang tenaga pukulannya telah diperhitungkan dengan baik.
Kwang Tan telah menoleh kekirinya sambil memetik beberapa daun2an didekat sela batu, kemudian daun2 itu diremasnya menjadi satu sampai mengeluarkan cairan yang berwarna hijau, Mempergunakan daun2 yang telah diremas
nya menjadi satu, Kwang Tan kemudian menutupi luka diperut babi hutan tersebut.
Sedangkan babi hutan itu masih tetap tidak sadarkan diri dan Kwang Tan yang telah menolongi dan mengobati lukanya, telah memutar tubuhnya ia bermaksud hendak
masuk kedalam goa istimewanya.
Waktu itu, tiba2 sekali terdengar suara orang tertawa dingin:
"Itukah yang disebut sebagai Tabib De-wa"!" menggumam seseorang
dengan suara yang dingin menyeramkan sekali?" parau dan mengandung nada yang bengis.
"Ya... mungkin dia yang selama ini disebut sebagai Tabib Dewa..!" terdengar suara lainnya.
"Hemm, justeru aku ingin melihatnya, berapa tinggikah kemampuan anak itu.!" terdengar lagi suara yang bengis itu dingin tidak berperasaan.
Kwang Tan menoleh kearah dari mana datangnya suara orang bercakap-cakap itu. Ia tidak melihat seorang manusiapun juga. Diwaktu itu hanya terlihat pohon dan batu2 gunung belaka diantara kegelapan malam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya, dia memberi hormat kearah dari mana datangnya suara2 tersebut.
"Siapakah kalian" silahkan keluar untuk bertemu dengan Siauwte... tentunya ada urusan penting dimalam selarut ini kalian datang mengunjungi Siauwte "!" sabar suara Kwang
Tan juga sangat tenang, ia tidak memperlihatkan perasaan takut sedikitpun juga.
Hemm, anak yang berani ! Seorang anak yang pemberani !" begitulah terdengar suara orang berkata dengan nada yang bengis dan dingin, "Hemmm, kau ingin bertemu
dengan kami " Meminta agar kami keluar menampakkan diri " Bagus ! Bagus ! Memang kami datang kemari dari tempat yang jauh ingin sekali bertemu dengan orang yang disebut sebagai Tabib Dewa."
Menyusul dengan suara orang itu, segera juga terdengar suara "ngunggg.... ngunggg....!" yang ramai sekali, semakin lama semakin mendekat dan terdengar jelas oleh Kwang Tan.
Kwang Tan membuka matanya lebar2 hendak menembus kegelapan malam guna melihat entah binatang apa yang mengeluarkan suara "Ngungg, ngungg!" seperti itu. Akan tetapi tidak ada sesuatu apapun juga yang dilihatnya.
Sedangkan suara "ngungg, ngungg." itu terdengar semakin dekat dan jelas. Dan disaat Kwang Tan tengah terheran2 karena mendengar suara "ngung, ngung" seperti itu, namun tidak melihat ada manusia atau binatang yang keluar dari balik batu atau pohon tersebut.
Diwaktu itulah tiba2 Kwang Tan terkejut dan mengeluarkan seruan
tertahan karena kaget, sebab dia melihat sinar2 yang bertitik2 terang diudara, yang bergerak kearahnya, sebagai seorang anak yang cerdas, seketika ia menyadarinya bahwa benda2 yang berkilau tengah terbang kearahnya adalah sebangsa tawon! Bahkan, kini yang terbang menuju kearahnya bukan hanya seekor atau dua ekor, akan tetapi ratusan ekor!
Dugaan Kwang Tan memang tidak meleset, bahwa yang terbang kearahnya adalah serombongan tawon yang tengah menghampiri dan menyerbu kepadanya, Kwang Tan yang melihat keadaan seperti itu cepat2 mengibaskan tangannya, ia menyampok kearah rombongan tawon tersebut.
Akan tetapi binatang serangga yang berukuran kecil itu, dalam kegelapan malam, terus juga terbang kembali kearahnya setelah buyar kemudian menggabungkan diri dalam-rombongan yang banyak sekali jumlahnya.
Kwang Tan terkejut juga, entah siapa majikan dari tawon2 tersebut, yang telah menjinakkan binatang2 kecil namun beracun itu.
Sedangkan ditempat lain terdengar suara orang tertawa yang sangat keras sekali dan mengandung nada yang bengis sekali.
"Hahaha, aku ingin melihat apa yang bisa dikerjakan Si Tabib Dewa dalam menghadapi tawon2 peliharaanku itu"!" terdengar orang itu berkata dengan nadanya yang mengejek.
Namun Kwang Tan yang mengerti bahaya yang bisa dihadapinya, jika sampai ia diserbu oleh tawon2 tersebut, yang tentu sangat beracun, telah cepat2 merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah botol berwarna kuning yang dibuka tutupnya dengan segera.
Seketika disekitar tempat itu tersiar bau harum semerbak, dan bau harum semerbak tersebut justeru telah membuat tawon2 ini jadi lemas dan seperti juga masing2 tidak memiliki kekuatan lagi pada sayapnya rombongan tawon tersebut telah berjatuhan keatas tanah diam tidak bergerak lagi !
Walaupun tawon2 itu tidak mati, akan tetapi tawon2 itu akan rebah di tanah satu harian, dan akan menjadi santapan dari binatang-binatang hutan lainnya.
Terdengar seruan kaget dan bercampur marah dari dua orang yang tengah menyembunyikan diri, kemudian disusul bentakan: "Kurang ajar, kau telah memusnahkan tawon2 peliharaanku itu, heh "!"
Dan terdengar lagi suara "ngungg. ngung" yang jauh lebih santer dan jelas, karena rupanya rombongan tawon yang sekali ini tengah terbang menuju kearah Kwang Tan jauh lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan sebelumnya.
Akan tetapi Kwang Tan tetap berdiri tenang ditempatnya, Dia telah menyaksikan betapa tawon2 yang tadi menyerbunya telah bisa diruntuhkannya tidak berkutik lagi karena pengaruh obatnya itu. Maka tutup botolnya terus juga dibukanya.
Diwaktu itu, dari arah tempat gelap, dibalik batu gunung, tiba-tiba terdengarlah suara: "Serrrrr. serrrrr, serrrr" yang nyaring sekali.
Karena sesuatu telah menyambar cepat sekali ke arah tangan Kwang Tan. Kwang Tan menduga tentunya pemilik tawon -tawon itu telah melontarkan batu buat menjatuhkan botol obatnya, agar terlepas dari cekalan tangannya.
Cepat-cepat Kwang Tan ingin mengelakkan tangannya dari sambaran benda itu. Akan tetapi terlambat, Kwang Tan merasakan tangannya disampok sesuatu yang dingin dan lunak, namun cukup keras juga melanggar pergelangan tangannya.
Tapi disebabkan Kwang Tan mencekal botol obatnya kuat-kuat, maka botol itu tidak sampai jatuh.
Diwaktu itu, yang lebih mengejutkan Kwang Tan, justru benda yang telah menyampok tangannya, telah melilit pergelangan tangannya, benda itu lunak berlendir, dan juga memperdengarkan suara "sssss, ssssss" segera juga Kwang Tan terkejut, karena biasa bermain dengan obat-obatan, ia mengerti apa artinya suara desis itu disamping bau anyir
yang dikeluarkan dari benda tersebut. Tidak lain dari seekor ular yang berukuran cukup besar.
Kwang Tan cepat-cepat telah mengibaskan tangannya dia bermaksud akan mengebas ular itu dari tangannya, agar pergelangan tangannya tidak dililit terus.
Disaat itu juga, diapun telah mempergunakan tangan kirinya buat merogoh sakunya, guna mengeluarkan semacam obat yang bisa memusnahkan racun ular.
Ternyata Kwang Tan kurang cepat dalam menggerakkan tangannya, dari balik batu yang gelap itu telah meluncur lagi benda yang mendesis, dua ekor ular telah meluncur dengan pesat yang cepat sekali kepadanya, sambaran dari kedua ekor ular tersebut juga mengincar leher dan dadanya.
Kwang Tan sudah tidak bisa berdiam diri terlebih lama lagi, karena dengan segera dia telah menyampok dengan tangan kirinya yang mengambil sebotol obat lainnya, tenaga sampokannya tersebut memang berhasil menyebabkan kedua ekor ular itu jatuh diatas tanah.
Ular2 itu segera juga memperoleh makanan lezat, yaitu tawon2 yang tadi telah dirubuhkan Kwang Tan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sedangkan waktu itu tampak ular yang melibat ditangan Kwang Tan telah bergerak dengan kepala terangkat ingin mematuk dan menggigit pergelangan tangan Kwang Tan.
Dalam detik-detik yang menentukan itu, segera juga Kwang Tan telah bergerak
kirinya. Apabila seekor ular
buat mengulurkan tangan
yang hendak menyerang ditangkap dengan tangan terulur lurus kepadanya, niscaya akan digigit dan dipagutnya, akan tetapi justru Kwang Tan yang memang telah memperoleh pelajaran dari gurunya, segera juga melakukan gerakan tangan kiri yang melingkar2 sehingga kepala ular itu ikut bergerak2 karena binatang berbisa ini tidak mengetahui kearah mana sasaran tangan
itu yang hendak menyambarnya.
Dalam keadaan seperti ini. segera juga Kwang Tan telah menggerakkan tangan kirinya menjepit leher dan kepala ular tersebut, sekali berseru, dan juga dibarengi dengan tangan kirinya yang menggentak, maka ular itu telah dapat
dicampakkannya jauh2.
"Ihhhh !" terdengar suara orang berseru karena terkejut bercampur marah, disusul juga dengan bentakan nyaring, dan menyusul datang dua sosok tubuh yang melompat keluar dari balik batu-batu gunung.
Sedangkan serombongan tawon yang terbang kearah Kwang Tan tidak berdaya lagi melawan uap hawa obat ditangan Kwang Tan, yang menyiarkan bau yang harum semerbak. Segera juga rombongan tawon itu telah
berjatuhan keatas tanah, dan kedua ekor ular yang tadi telah dilemparkan oleh sampokan tangan kiri Kwang Tan berpesta pora dengan tawon2 tersebut sebagai santapan mereka, Malah ular yang seekor lagi, yang belakangan di lontarkan oleh Kwang Tan dan tadi sempat melihat
pergelangan tangan anak itu, telah ikut berpesta dengan makan tawon2 tersebut.
Kwang Tan telan mementang matanya lebar-lebar, dilihatnya kedua orang yang baru melompat keluar dari tempat persembunyian-mereka dibelakang batu gunung itu tidak lain dari dua orang laki2 tua yang memiliki potongan tubuh sangat aneh sekali, karena yang seorang berukuran pendek, jauh lebih pendek dari potongan tubuh Kwang Tan, sedangkan yang seorangnya lagi memiliki potongan
tubuh yang tinggi besar. Tinggi orang tersebut melebihi dari laki2 dewasa yang manapun juga.
Melihat keadaan dua orang yang potongan tubuhnya begitu ganjil, telah membuat Kwang Tan sejenak lamanya tidak bisa bertanya apa2 hanya mengawasi saja.
Sedangkan orang yang bertubuh pendek telah berkata dengan suara yang bengis: "Hemm, tubuhmu harus dirobek dan dibeset hancur, karena engkau telah memusnahkan tawon2 peliharaanku...."
Rupanya orang yang bertubuh pendek inilah yang memiliki nada suara begitu parau menyeramkan, sedangkan orang yang berpotongan tubuh tinggi besar itu juga ikut berkata dengan suara yang bengis: "Hemmm, engkau harus dicincang hancur, engkau harus menerima kematian atas
kelakuan mu yang begitu kurang ajar, kurang ajar berani memusnahkan tawon2 peliharaan kami."
Sambil berkata begitu, orang yang berpotongan tubuh tinggi jangkung tersebut telah melangkah menghampiri kearah Kwang Tan dengan sikap yang mengancam.
Sedangkan yang bertubuh pendek itu juga telah melangkah dengan tindakan kaki yang perlahan, akan tetapi matanya memancarkan sinar yang sangat tajam, mengandung hawa pembunuhan.
Dalam saat2 seperti itu Kwang Tan mengetahui dan menyadarinya bahwa tidak bisa ia berdiam diri saja, karena jika kedua orang memiliki potongan tubuh luar biasa tersebut sempat turun tangan lebih dulu, niscaya akan menyebabkan dia teraniaya dan terjatuh ditangan mereka tanpa daya, sebab walaupun bagaimana tentu lwekang dan kepandaiannya tidak menandingi kedua orang itu.
Karenanya, cepat dan gesit Kwang Tan telah menutup botol yang merubuhkan dimasukkan beracun harum semerbak yang berhasil
rombongan tawon terebut, kemudian kedalam sakunya, dia telah mengeluarkan botol lainnya yang berwarna hijau.
"Orang yang berpotongan pendek itu telah berkata dengan suara yang dingin menyeramkan: "Hemm, engkau ingin mempergunakan obatmu buat merubuhkan kami" Hihihi, kau jangan bermimpi, kami akan menghajarmu sampai puas, agar semua orang2 rimba persilatan mengetahui Tabib Dewa sesungguhnya seorang bocah yang tidak punya guna."
Sambil berkata begitu, tanpa menanti Kwang Tan sempat membuka botol tersebut, segera juga orang berpotongan tubuh pendek itu telah melompat menerjang kepada Kwang Tan, rupanya ia bermaksud ingin merampas botol obat
ditangan anak tersebut.
Akan tetapi Kwang Tan tanpa menantikan orang bertubuh pendek cebol tersebut sempat tiba didekatnya, ia telah menyingkir. Gerakan yang dilakukannya sangat cepat, walaupun tidak secepat gerakan dari sipendek itu.
Orang bertubuh jangkung tinggi itupun tidak berdiam diri saja, karena diapun telah melompat dengan gerakan yang sangat lincah, kedua tangannya yang berukuran panjang telah diulurkan, dia hendak menghantam pundak Kwang Tan dengan tangan kanannya, sedangkan
tangannya yang satunya menghantam kearah perut Kwang Tan,
Dengan gerakan seperti itu, kedua orang ini, si pendek dan sijangkung, bermaksud hendak menghantam Kwang Tan dengan satu kali gebrakan dapat merubuhkannya.
Kwang Tan juga tidak berani berayal, segera dia membuka tutup botolnya. Dari dalam botol itu telah terpancar bau harum yang kurang sedap, itulah semacam obat yang bisa melumpuhkan seringkali dipergunakan oleh manusia, seperti juga
Kwang Tan dalam menghadapi orang2 yang memiliki kepandaian tinggi.
Kwang Tan waktu membuka tutup botol tersebut yakin, begitu kedua orang ini, sipendek dan si jangkung menghirup mencium bau obat didalam botol tersebut niscaya mereka akan lemas dan lenyap tenaganya, juga keduanya akan segera rubuh terkulai tanpa daya.
Namun harapan Kwang Tan ternyata hanya merupakan harapan yang nihil saja, sebab kedua orang itu tidak mengalami hal-hal yang merugikan mereka, walaupun sipendek dan si-jangkung telah mencium bau obat dari botol Kwang Tan, akan tetapi mereka tetap segar bugar, malah
tangan mereka yang terulurkan dengan hantaman kuat kearah Kwang Tan tetap meluncur.
Mengetahui bahwa obatnya gagal mempengaruhi sijangkung dan sipendek, yang malah tetap menyerangnya, bukan main kagetnya Kwang Tan, segera juga ia bermaksud hendak menjauhi diri.
Akan tetapi dia bergerak terlambat, karena tangan kiri sijangkung telak sekali menghantam pundak dan perutnya dengan serentak.
Seketika itu juga tubuh Kwang Tan telah terpental dan rubuh bergulingan diatas tanah, diapun merasakan pandangan matanya jadi gelap, sehingga dia tidak ingat orang lagi .
Hanya samar2 mendengar suara
belum pingsan, ia masih sempat tertawa terbahak2 sipendek, yang
nadanya begitu bengis dan juga sangat menyeramkan mengandung hawa pembunuhan yang mengerikan.
oooooOdwOooooo WAKTU Kwang Tan sadar dari pingsannya, yang pertama2 didengarnya adalah suara tertawa menyeramkan dari sipendek.
"Kita hancur leburkan tubuhnya, kita lumatkan agar selanjutnya tidak ada orang yang disebut sebagai Tabib Dewa." waktu itu si-pendek tengah berkata2 dengan nada yang dingin sekali.
"Jangan !" mencegah sijangkung. "Jika dia telah tersadar dari pingsannya, maka kita siksa agar dia mau memberitahukan semua rahasia pengobatan yang
dimilikinya, dengan begitu bukankah kita akan memiliki tambahan pelajaran yang berguna sekali, yang tidak ada celanya, bukankah anak ini seorang yang pandai sekali mengobati segala macam luka racun dan juga luka didalam tubuh. Aku jamin, dengan siksaanku, niscaya anak itu tidak
akan tahan dan akan membuka seluruh rahasia kepandaian ilmu pengobatan yang dimilikinya!"
Tidak terdengar jawaban sipendek, untuk sejenak lamanya tempat itu menjadi hening, sedangkan Kwang Tan tetap rebah diam di tempatnya, dia tidak bergerak sedikitpun juga sebab dia ingin berpura-pura tetap pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan menyadari, kalau saja dia diketahui telah tersadar dari pingsannya, niscaya dirinya akan segera mulai disiksa. Karena dari itu, Kwang Tan tetap memejamkan matanya tidak bergerak sama sekali, dia berpura-pura tetap pingsan.
Setelah lewat lagi sekian lama keheningan itu, terdengar si pendek menghela napas dalam dalam, disusul dengan kata-katanya: "Sesungguhnya, kita harus berhati-hati dalam melaksanakan tugas ini, karena jika anak ini bisa memiliki kesempatan meloloskan diri dan kebetulan memang dia berhasil terlepas dari tangan kita, maka bahaya akan timbul
dikelak kemudian hari buat
kita sangat besar sekali! Terlebih lagi, tugas yang kita terima ini merupakan tugas besar dan sangat penting sekali, sekali saja kita gagal, berarti kita akan menerima hukuman dari Yu-ong !"
Si jangkung telah tertawa kecil. "Mana mungkin anak ini bisa meloloskan diri dari tangan kita " Bukankah sekarang kita telah menotoknya sehingga jangankan untuk melarikan diri, sedangkan buat bergerak saja dia tidak mampu " jika kita telah mengorek keterangan mengenai ilmu pengobatan yang dimilikinya, barulah kita membinasakannya, maka
disamping kita melaksanakan tugas sebaik mungkin, juga kita telah memperoleh manfaat yang tidak kecil buat tambahan kepandaian kita juga..! Tidakkah itu merupakan hal yang sangat bagus sekali "!"
Sipendek rupanya bimbang, namun akhir nya terdengar dia mengiakan juga. "Akan tetapi, walaupun bagaimana kita harus bersiap dan berwaspada, agar dia tidak sampai terlepas dari tangan kita...!" kata si-pendek menambahkan perkataannya, karena dia rupanya sangat kuatir kalau2 Kwang Tan bisa lolos dari tangan mereka berdua.
Begitu keadaan disekitar tempat itu jadi hening lagi, karena kedua orang tersebut telah berdiam diri, Rupanya mereka menantikan sampai Kwang Tan tersadar dari pingsannya, sedangkan Kwang Tan tetap saja berdiam diri pura2 masih pingsan.
Dikala itu sijangkung telah melangkah mendekati Kwang Tan, dia memperhatikan muka anak itu. "Hati Kwang Tan berdebar juga, karena dia kuatir matanya yang dipejamkannya itu akan bergerak2 dan bisa menimbulkan kecurigaan buat sijangkung.
Akan tetapi sijangkung rupanya tidak menaruh kecurigaan apa2, dia telah kembali duduk disamping kawan nya, sambil katanya: "Dia masih pingsan....!" bilangnya.
"Mungkin engkau memukulnya terlalu kuat...!" kata sipendek.
"Tidak, aku hanya menghantam dengan mempergunakan tiga bagian dari tenagaku, jika memang aku menghantam lebih kuat lagi, apakah anak itu masih bisa bernapas sampai saat sekarang ini " sedangkan dengan dihantam oleh kekuatan tiga bagian saja dari tenagaku,
tulang2 didalam tubuhnya kuyakin akan hancur remuk, maka jika tokh dia kelak bisa meloloskan diri dari tangan kita, dia akan menjadi seorang manusia yang bercacad."
Kwang Tan kaget bukan main, karena dia tidak menyangka bahwa kedua orang ini memiliki hati yang


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

begitu kejam dan tangan telengas sekali. Diam2 Kwang Tan berusaha menyedot hawa udara, dia ingin mengetahui apakah memang benar apa yang dikatakan oleh sijangkung, bahwa dia telah kena dihantam sampai tulang2 didalam tubuhnya hancur berantakan "
Waktu Kwang Tan menyedot hawa udara dalam2, dia merasakan dadanya sakit sekali membuat dia hampir saja berteriak.
Untung saja Kwang Tan masih bisa menahan diri, sehingga dia tidak sampai menjerit dan mengeluarkan
teriakan, dan dia masih tetap dapat berpura-pura pingsan.
"Hemmm, ternyata aku telah terluka didalam !" berpikir Kwang Tan dengan berkuatir, disamping itu diapun merasa gusar dan mendongkol.
"Aku tidak bermusuhan dengan tampaknya mereka itu sangat mereka. Akan tetapi memusuhiku dan menghendaki jiwaku, Ada seseorang yang telah memerintahkan mereka buat membinasakan diriku ! Lalu siapakah Yu-ong itu " Dan apa maksudnya Yu-ong menghendaki kematianku "!"
Benar-benar Kwang Tan tidak mengerti mengapa kedua orang ini, dan juga orang yang memerintahkan mereka, yaitu Yu-ong, menghendaki jiwanya !
Kwang Tan diam2 membuka sedikit kelopak matanya, dia mengintainya.
Sipendek dan si jangkung masih tetap duduk ditempatnya dengan berdiam diri, tampaknya kedua orang itu sudah tidak sabar menantikan Kwang Tan siuman dari pingsannya sedangkan si jangkung sendiri telah berulang kali mondar mandir melihat keadaan kalau-kalau Kwang Tan telah tersadar dari pingsannya.
Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan juga berpikir keras, dia bermaksud hendak meloloskan diri dari kedua orang berhati kejam tersebut.
Sipendek yang rupanya sudah habis kesabarannya, berkata dengan suara yang menyeramkan sekali: "Biarlah kita pergunakan air buat menyiramnya, mustahil dia tidak siuman "!!"
"Jangan !" mencegah sijangkung.
"Mengapa "!" tanya sipendek.
"Kita biarkan saja dulu, sampai dia ter sadar dengan sendirinyal jika kita melihat dia akan segera siuman, maka kita menyembunyikan diri, Kita lihat apa yang ingin dilakukan bocah ini ?"
Sipendek ragu2, akan tetapi kemudian mengangguk menyetujui juga, walaupun mulutnya masih mengoceh:
"Paling tidak dia hanya akan masuk kedalam goanya itu."
"Ya, tetapi kita bisa mengintainya dan menyaksikan apa yang akan dilakukannya guna menyembuhkan lukanya itu. Dan kita akan segera keluar agar dia terkejut, kemudian memaksa dia untuk memberitahukan rahasia ilmu
pengobatan yang dimilikinya !"
Sipendek tidak mau membantah keinginan sijangkung, dia hanya- bilang: "Akan tetapi jika terjadi sesuatu hal yang tidak kita inginkan sehingga bocah itu lolos dari tangan kita, engkau yang akan bertanggung jawab terhadap Yu ong l Apakah engkau bersedia ?"
Si jangkung tertawa bergelak-gelak. "Lucu Lucu ! Semua ini untuk kepentingan kita juga berdua! Jika untuk memperoleh untungnya, engkau bersedia menerimanya, akan tetapi untuk menerima kerugian, engkau menyerahkan
tanggung jawabnya kepadaku! Sebenarnya jika memang ingin memenuhi tugas dan kewajiban kita seperti yang diperintahkan Yu-ong, dapat saja kita mencincang tubuh anak kita ini, maka habislah urusan ini, namun justru yang
menarik perhatianku
adalah ilmu pengobatan yang dimilikinya, tentu saja ilmu pengobatan itu merupakan ilmu yang sangat hebat sekali dan juga sangat dalam, karena itu dia sampai menerima gelar sebagai Tabib Dewa. Jika kita bisa memperoleh ilmu pengobatan tersebut, apakah hal itu tidak menyebabkan kita merasa beruntung "!"
Sipendek diam lagi, kemudian dia mengomel dengan suara yang perlahan.
Kwang Tan yang tengah berpura2 pingsan tidak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh sipendek itu, hanya saja dia mengetahui bahwa sipendek menghendaki agar dia dibinasakan secepat mungkin, akan tetapi sijangkung justru menghendaki ilmu pengobatan yang di
milikinya. Dengan begitu, terdapat pertentangan keinginan diantara kedua orang itu.
Sedangkan si jangkung telah menghampiri Kwang Tan lagi, dia memperhatikan muka anak tersebut.
"Aha, tampaknya tidak lama lagi dia tentu akan tersadar dari pingsannya !" berseru si jangkung dengan suara yang nyaring diiringi tertawanya.
Sipendek melompat mendengar perkataan sijangkung cepat2 menghampiri sijangkung, kemudian memperhatikan Kwang Tan. "Ya, tampaknya memang dia tidak lama lagi akan segera tersadar dari pingsannya kita harus bersiap-siap..." kata sijangkung kemudian.
Sedangkan si jangkung telah menoleh kepada sipendek, dia bilang: "Jika memang dia akan siuman, maka kita harus segera menyembunyikan diri...!"
Sipendek hanya mengangguk saja.
Begitulah, sipendek dan sijangkung telah memperhatikan dengan mata yang tajam sekali kepada Kwang Tan. Hati Kwang Tan berdebar-debar, sebab sekali saja kedua orang berhati kejam dan bengis tersebut mengetahui bahwa dia telah siuman dan hanya pura2 tetap dalam keadaan pingsan, tentu mereka akan segera turun tangan telengas buat menyiksanya.
Karenanya, Kwang sepasang matanya dan Tan tetap saja memejamkan berusaha agar dia tetap dalam
keadaan seperti pingsan dengan tubuh yang tidak berani bergerak sedikitpun juga.
Akan tetapi tiba2 sekali si jangkung telah berseru dengan suara nyaring: "Hai, lihatlah! Kelopak matanya bergerakgerak! Dia pasti sudah tidak pingsan, hanya saja ia tengah berpura-pura seperti tengah pingsan."
Mendengar seruan si
jangkung itu, bukan main terkejutnya Kwang Tan, ia rasakan semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya.. Sedangkan si Pendek juga telah memperhatikan lebih teliti lagi pada muka Kwang Tan dia memperhatikan mata anak tersebut.
Hati Kwang Tan semakin berdebar sedangkan keadaan pada waktu itu jadi sepi sekali. "Hemm.... benar... lihatlah kelopak matanya bergerak2 !" berseru si pendek dengan suara yang menyeramkan "Hahaha, pandai sekali bocah ini berpura2 pingsan."
Sedangkan Kwang Tan berusaha agar kelopak matanya itu tidak bergerak namun tengah ia mencoba untuk mengusahakan kelopak matanya itu tidak bergerak, justru waktu itu dia merasakan kepalanya sakit sekali, dihantam oleh tangan kanan sipendek.
"Plakk... kau jangan berpura2 lagi !" bentak si pendek yang rupanya telah menghantam dengan tangan kanannya kepada kepala Kwang Tan.
Kwang Tan menyadari bahwa ia sudah tidak mungkin berpura2 lagi, dia telah membuka kelopak matanya dan pura-pura baru saja sadar dari pingsannya.
"Ehm, dimana aku sekarang ?" tanya Kwang Tan kemudian sikap seperti tengah bingung, padahal otaknya tengah berpikir keras mencari jalan berusaha agar dapat mengulur waktu.
Tetapi si pendek yang mengetahui bahwa Kwang Tan memang sudah tidak pingsan telah menyambar tangan kanan Kwang Tan, yang di puntirnya kebelakang.
"Katakan, apakah kau mau menurut setiap perintah kami atau tidak?" bentak sipendek dengan bengis.
Kwang Tan merasakan tangannya bagaikan patah, sakit luar biasa, Namun anak ini tidak sampai mengeluh, hanya dengan susah payah dia bertanya: "Apa.... apa yang kalian inginkan"!"
"Katakan dulu, apakah engkau akan menuruti perintah2 kami atau tidak"!" bentak si pendek dengan suara yang tetap bengis.
"Hemmm, ya, aku-akan menuruti perintah kalian! Katakanlah, apa
yang hendak kalian perintahkan"!" menyahuti Kwan Tang mengalah, sebab ia menyadarinya, percuma saja ia bersikeras, karena ia akan disiksa, disamping itu, iapun belum lagi mengetahui apa maksud kedua orang ini.
Sipendek tertawa bergelak-gelak nyaring dan bengis sekali.
"Hahahaha, ternyata kau demikian lunak..."
Si Jangkung sendiri telah mengawasi Kwang Tan dengan tajam, disaat mana Kwang Tan telah menoleh kepadanya. "Bagaimana" Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kalian tidak
sekarang kawanmu
akan menyiksa diriku! Mengapa
ini masih juga mencekal dan menelikung tanganku?" kata Kwang Tan kemudian.
Si jangkung tersenyum.
"Ya, kau harus menjawab dulu semua pertanyaan kami, jika terbukti engkau menjawabnya dengan jujur, barulah engkau akan di bebaskan dan cekalan kawan ku itu akan dilepaskan. Akan tetapi jika engkau menjawabnya dengan semau hatimu dan juga berdusta, niscaya engkau akan kami siksa hebat.!"
Kwang Tan tertawa tawar akan tetapi saat ini menyadari percuma saja ia bersikeras. Karenanya diapun telah bertanya dengan menahan perasaan mendongkol dihatinya: "Nah, apa sebenarnya yang hendak kalian tanyakan"!"
"Kau jawab dulu, apakah kau memahami seluruh ilmu pengobatan yang diwarisi gurumu" " tanya si jangkung dengan suara dingin.
Ditanya begitu Kwang Tan teringat sesuatu. Dia segera dapat meraba apa maksud dari kedua orang tersebut.
"Ya!" dia mengangguk dengan segera.
"Bagus!" berseru si Jangkung, "Jika demikian, kau jelas dapat memberitahukan kepada kami mengenai ilmu pengobatan itu bukan"!"
Kwang Tan mengangguk lagi- Dia sudah memperoleh akal dalam waktu yang singkat itu. "Benar!" sahutnya. "Namun aku tidak ingat semua ilmu pengobatan itu, jika aku ingin meramu semacam obat, aku harus melihat dan berpatokan pada kitab ilmu pengobatan yang diwarisi guruku."
-ooo0dw0ooo Jilid 4 MUKA si jangkung dan si pendek jadi berseri 2, segera juga si jangkung telah berseru: "Bagus ! Bagus ! Rupanya memang itulah yang kami harapkan, Ternyata inilah rejeki kami yang baik sekali ! Gurumu meninggalkan kitab ilmu
pengobatannya itu " Cepat serahkan kitab ilmu pengobatan itu kepadaku !" Kwang Tan menggeleng.
"Kitab itu tidak ada padaku !" katanya.
"Tidak ada padamu "!" tanya si jangkung dengan suara yang bengis.
Kwang Tan mengangguk "Ya!" sahutnya dengan pasti, sikapnya tenang sekali, walaupun sebenarnya dia tengah kesakitan, sebab tangannya masih dicekal keras dan ditelikung oleh si pendek.
"Dimana kitab ilmu pengobatan itu "!" tanya si jangkung dengan sikap yang mendesak dan matanya mendelik bengis. "Ya, cepat katakan, atau tanganmu ini akan kupatahkan dulu"!" bentak sipendek tidak ketinggalan.
Kwang Tan telah menoleh kearah goanya, dia menunjuk dengan tangannya yang satu, yang masih bebas.
"Berada didalam goaku itu..." kata Kwang Tan kemudian,
"Disimpan didalam goa itu"!" tanya si Jangkung,
Kwang Tan mengangguk. "Bagus! Bagus! Nah, kau tetap tunggui anak ini, jika sibocah tidak berdusta, tentu aku bisa menemui kitab ilmu pengobatan itu! Akan tetapi, jika aku tidak berhasil menemui kitab ilmu pengobatan itu, kita siksa dia dengan hebat!" setelah berkata begitu, si jangkung menoleh kepada
Kwang Tan: "Kau
telah dengar bukan, jika engkau berdusta, maka engkau akan disiksa oleh kawanku dengan hebat!"
Kwang Tan tersenyum, dia tidak memperlihatkan perasaan takut.
"Baik, aku akan pergi mengambilnya!" kata si jangkung sambil memutar tubuhnya. Kwang Tan tidak mencegah, begitu juga si pendek, yang tetap mencekal keras sekali tangan Kwang Tan, yang tetap ditelikung kebelakang.
Sedangkan si jangkung telah menghampiri goa istimewa yang berbentuk seperti tengkorak kepala manusia. Ketika tiba dimulut goa itu, yang berbentuk seperti gigi2 tengkorak manusia. si jangkung berdiri ragu2 sejenak buat langsung memasukinya, karena ia merasa ngeri juga melihat bentuk goa yang luar biasa ini.
Setelah menoleh Kwang Tan ,yang kemudian melanjutkan langkahnya, dia telah memasuki goa itu,
Kwang Tan tetap memperlihatkan sikap tenang sekali, dia menoleh kepada sipendek setelah si jangkung memasuki goanya yang istimewa itu katanya: "Apakah orang yang jangkung itu saudaramu "!"
Sipendek hanya mendengus saja.
dan melirik kepada si tengah mengawasinya pendek dan si jangkung "Mengapa "!" akhirnya si pendek telah bertanya juga
waktu dia melihat Kwang Tan hanya mengawasi dia sambil tersenyum.
"Apakah kau tidak mencurigainya "!" tanya Kwang Tan kemudian.
"Mencurigainya ! Hahaha, kenapa?" tanya si pendek. "Apakah dia saudaramu "!" tanya Kwang Tan mengulangi pertanyaannya yang tadi.
"Apakah jawabannya sangat penting buatmu"!" tanya sipendek.
"Bukan untukku, akan tetapi buat kau!" menyahuti Kwang Tan.
Sipendek telah mengawasi Kwang Tan lebih tajam, tanyanya: "Untukku" Apa maksud mu"!"
"Untuk kepentinganmu, karena jika orang yang bertubuh jangkung itu telah berhasil menemui kitab ilmu pengobatanku itu, tentu ia akan memiliki hati yang serakah dan sirik, ia akan menyerakahi kitab tersebut, tidak mungkin akan diperlihatkan kepadamu! Dan bisa saja,
walaupun dia telah memperoleh kitab itu, dikatakannya tidak ditemuinya! Bukankah engkau tidak akan mengetahuinya"!"
Mendengar perkataan Kwang Tan yang terakhir, hatinya sipendek tergerak. Akan tetapi dia masih berkata: "Akh,
mana mungkin... ku kira... tidak mungkin dia akan menyerakahi kitab itu....!!"
"Siapa tahu" Hati orang siapa yang tahu"!" Kwang Tan. Hati sipendek tambah bimbang, sampai akhirnya dia telah berkata: "Baiklah, jika begitu mari kitapun ikut masuk kedalam goa itu!"
Girang Kwang Tan mendengar perkataan sipendek, dia mengangguk. "Ya, kukira itulah caranya yang karena walaupun kawanmu itu bermaksud buat menyerakahi kitab ilmu pengobatanku, akan tetapi dengan adanya engkau disitu, tentu dia tidak mungkin bisa menyerakahinya...!"
Sedangkan si pendek telah tambah bimbang dan akhirnya tetaplah keputusannya, akan mengajak Kwang Tan memasuki goa tersebut.
Segera juga Kwang Tan ditariknya buat diajak masuk kedalam goa istimewa itu.
Goa itu gelap, dan juga dibagian dalamnya lebih gelap lagi, sehingga untuk melihat tangan sendiri saja sudah sulit. "Ini..... ini.....I" kata si pendek kemudian ragu2, karena ia kuatir kalau2 Kwang Tan akan menipunya. "Mengapa " Bukankah kawanmu berada didalam "!" tanya Kwang Tan. "Jika kau berayal, niscaya dia telah sempat menemui kitab ilmu pengobatan itu !"
Kebimbangan sipendek telah sirna, segera juga dia menyeret Kwang Tan memasuki goa itu lebih dalam lagi. Keadaan didalam goa semakin gelap, Si pendek tidak bisa melihat leluasa, sehingga dia melangkah satu2 dan matanya dipentang lebar2 seakan juga ingin menembus kegelapan itu.
Namun bagi Kwang Tan lain. Dia memang telah terbiasa ditempat gelap, diapun kenal baik sekali jalanan didalam goa itu. Di samping itu mata Kwang Tan telah terlatih bisa melihat ditempat gelap. Dia bisa melihat segala sesuatunya dengan jelas.
Si pendek tengah perlahan-lahan, sampai merasakan kesempatan perlahan "Lihatlah itu dia kawan mu itu...!" menuntunnya dan suatu saat waktu telah tiba buatnya, melangkah
Kwang Tan dia berseru
"Ma.... mana?" tanya sipendek, "Aku... aku tidak bisa melihatnya...."
"Itu dia..!" kata Kwang Tan lagi. Sambil berkata begitu, waktu sipendek tengah berusaha mementang matanya semakin lebar, Kwang Tan menghentak tangannya mendadak sekali,
sehingga dia bisa menarik lepas tangannya dari cekalan sipendek.
Tanpa membuang waktu lagi. Kwang Tan telah berlari menjauhi diri dari sipendek, dia memasuki goa itu.
Sipendek terkejut bercampur marah.
"Heh, mau kemana kau" Atau engkau ingin mampus"." bentak sipendek. Dan dia bukan hanya sekedar membentak belaka, sebab tangan kanannya cepat dan kuat sekali telah menghantam, dia memukul sekenanya ke berbagai jurusan.
Akan tetapi Kwang Tang yang bisa melihat ditempat gelap, telah menjauhi si pendek.
Dengan perasaan marah yang meluap dihatinya, sipendek melangkah maju setindak demi setindak, sambil kedua tangannya digerakak tidak hentinya memukul kesana kemari, sehingga angin pukulan itu menggugurkan batu2 dan dinding goa tersebut, menimbulkan suara yang berisik sekali.
Kwang Tan tanpa memperdulikan sikap si pendek, terus juga berlari memasuki goa itu. Dan goa tersebut bukan memiliki jalan yang lurus, melainkan berliku-liku.
Waktu itu, suara yang berisik itu terdengar oleh si Jangkung, dia telah memandang kearah jurusan keluar goa itu. Dia memperhatikannya beberapa saat. Sampai akhirnya dia membentak: "Siapa " Apakah kau Laote ?" tanya si jangkung kemudian, suaranya menggema didalam goa itu.
Sesungguhnya Kwang Tan telah berada de kat dengan si Jangkung, hanya saja gi jangkung tidak bisa melihatnya, sebaliknya Kang Tan bisa melihatnya dengan jelas, dan dimana Kwang Tan memperoleh kenyataan si jangkung tengah mengawasi kesana kemari dengan sikap ragu2 dan juga rupanya dia tengah bimbang.
Kwang Tan melangkah per-lahan2 mendekati si Jangkung, dia berusaha agar suara langkah kakinya tidak terdengar. Jarak mereka hanya terpisah tiga tombak lebih lagi.
" Laote, engkau kah disitu "!" si jangkung telah suaranya terdengar bergema di tempat berserunya lagi, tersebut. Kwang Tan merogoh sakunya mengeluarkan semacam botol yang berbentuk kecil, yang dibuka tutupnya.
tetap melangkah maju, diapun telah
Maka disekitar tempat itu jangkung nampak terkejut, pernapasannya, akan tetapi terlambat, dia telah mencium bau harum itu.
Seketika si jangkung merasakan betapa matanya berkunang2 dan tenaganya seperti berkurang banyak, dia menjadi lemas, bukan kepalang kagetnya si Jangkung, dia sampai mengeluarkan seruan marah bercampur kaget, malahan dia berusaha menghantam dengan tangan kanannya, disusul dengan tangan kirinya.
tercium bau harum, Si
dia berusaha menahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Angin serangan tersebut menyambar dengan dahsyat sekali.sehingga banyak batu2 yang berguguran, jika saja mengenai sasarannya, tentu Kwang Tan tidak akan sanggup menerima serangan sijangkung tersebut, untung saja, setelah membuka tutup botol tersebut, Kwang Tan segera merebahkan dirinya ditanah goa tersebut, dengan hati2, dia tidak kena serangan dari sijangkung.
Setelah memukul beberapa kali, sijangkung kehilangan tenaganya, dia menjadi lemas dan tidak bisa bergerak lagi, tubuhnya terkulai dan rebah tidak bergerak pula, pingsan tidak sadarkan diri.
Sedangkan Kwang Tan yang melihat si jangkung sudah tidak membahayakan dirinya lagi dan juga telah pingsan, segera berdiri, sekarang dia berjalan menuju kearah luar goa, untuk menghampiri sipendek.
Setelah membelok beberapa kali, Kwang Tan melihatnya betapa si pendek tengah melangkah per-lahan2, setindak demi setindak tengah berusaha memasuki goa itu lebih jauh.
Hanya saja berhubung goa tersebut sangat gelap, membuatnya jadi tidak
bisa berjalan dengan cepat. Sedangkan Kwang Tan telah membuka tutup botolnya itu, dan bau yang harum itu telah tersiar disekitar tempat itu lagi.
Sipendek rupanya dapat mencium bau harum tersebut, ia terkejut "Ihhh....!" dia berseru kaget sesuatu, Cepat2 sipendek pernapasannya.
Sama halnya seperti sijangkung, dia terlambat menutup pernapasannya, dia telah terlanjur menghirup udara yang karena segera teringat berusaha menutup bercampur dengan bau harum berasal dari obat didalam botol yang berada ditangan Kwang Tan.
"Bangsat cilik..." mendesis sipendek dengan suara yang parau mengandung kemarahan, sepasang tangannya juga digetarkan buat menghantam sekenanya, karena dia menduga Kwang Tan tentu berada di sekitarnya.
Akan tetapi hanya batu2 belaka yang berguguran terkena tenaga hantamannya itu. Dan empat kali memukul, akhirnya tubuh sipendek telah lunglai lemah dan rubuh terkulai ditanah goa tersebut,
kemudian setelah mengeluarkan suara "Ihhh...." yang menyerupai suara keluhan. akhirnya sipendek telah pingsan tidak sadarkan diri lagi.
Kwang Tan menanti sekian lama dan setelah dia melihat sipendek benar-benar pingsan tidak menyadarkan diri dan
tubuhnya tidak bergerak
lagi, barulah dia berani mendekatinya. Segera juga Kwang Tan bekerja dengan cepat, dia mengeluarkan beberapa macam pil, dan pil itu bermacam2 warna, ada yang putih, ada yang hijau, ada yang merah, dan ada yang ungu.
Sebutir demi sebutir Kwang Tan memasukkan pil itu kedalam mulut si Pendek, Dan dengan cara memegang rahang si Pendek dengan tangannya yang satu, kemudian menggunakan tangan lainnya, Kwang Tan menyebabkan butir2 obat itu tertelan oleh si Pendek, walaupun si Pendek dalam keadaan pingsan.
Obat yang diberikan Kwang Tan kepada sipendek itu ternyata merupakan obat campuran untuk membuat seseorang yang memakannya akan menjadi lemas tidak bertenaga selama empat puluh hari, jauh lebih lemah dari orang2 biasa yang tidak pernah melatih ilmu silat.
Setelah memasukkan obat2 itu kedalam mulut si pendek dan merasa yakin bahwa obat2 tersebut telah tertelan semuanya, barulah Kwang Tan menghampiri si Jangkung.
Sama seperti si Pendek, si jangkung inipun telah diberikan berbagai macam obat pil tersebut, sebutir demi sebutir telah dimasukkan kedalam mulutnya, dengan dipijit rahangnya walaupun si Jangkung dalam keadaan pingsan, tokh telah menelan pil tersebut.
Begitulah Kwang Tan bekerja cepat sekali dan dia telah berhasil memasukkan obatnya kepada kedua orang ini, yang semula sangat berbahaya sekali.
Sekarang Kwang Tan bisa bernapas lega, karena dia tidak merasa takut lagi kepada ke dua orang ini, si Pendek dan si Jangkung. Dengan diberinya obat itu, berarti nanti setelah si jangkung dan si pendek siuman dari pingsannya, mereka tidak membahayakan pula, sebab tenaga mereka
akan lenyap dan mereka selama empat puluh hari akan merasa lemas tidak bertenaga lagi.
Karena dari itu, Kwang Tan sekarang hanya menantikan sampai kedua orang itu siuman dari pingsannya
Waktu itu Kwang Tan tersenyum, ia berpikir: "Hemmm, kedua orang ini mengincar jiwaku dan mereka seakan2 bernafsu
memiliki sekali hendak membunuhku, tentunya mereka maksud-maksud tertentu, disamping memang
tengah menjalankan perintah seseorang yang mungkin juga memiliki persoalan yang cukup penting dengan diriku!" Sebagai seorang anak yang cerdas, jelas Kwang Tan telah bisa melihatnya, betapa juga orang yang telah mengutus si jangkung dan si pendek ini tentunya memiliki maksud2 yang tidak baik padanya, Akan tetapi melihat begitu
bernafsunya kedua orang
itu, yang hendak membinasakannya atas perintah dari seseorang, tentunya orang yang memerintahkan kedua orang ini adalah seorang yang memiliki urusan penting dan besar sekali, jadi bukan urusan biasa saja.
Yang menjadi tanda tanya dari Kwang Tan ialah siapakah sebenarnya
panggilan Yu-ong itu
orang yang disebut-sebut dengan
" Dan Yu ong itulah yang telah memerintahkan si jangkung dan si Pendek ini agar membunuhnya.
"Dilihat dari cara mereka bicara dan menyebut perihal orang yang dipanggil dengan sebutan Yu ong itu, tentunya orang itu adalah orang penting dan berkuasa sekali, karena
si jangkung dan si Pendek ini tampaknya begitu patuh!" berpikir Kwang Tan lebih jauh.
Sedang Kwang Tan berpikir begitu, dilihatnya si Pendek bergerak perlahan. Akan tetapi kemudian diam tidak bergerak lagi, masih tetapi dalam keadaan pingsan.
Disaat itu, sijangkung juga bergerak per-lahan. Dan dia berbeda dari kawannya, karena sijangkung telah tersadar dengan mengeluarkan suara keluhan perlahan.
Kwang Tan segera menghampirinya dengan langkah perlahan, agar tindakan kakinya itu tidak didengar oleh sijangkung.
Sijangkung juga tengah merayap buat berdiri, dia telah memandang sekelilingnya. Segala apa yang dilihatnya semuanya gelap, tidak ada yang bisa dilihatnya, dengan
mementang matanya lebar2
tampak sijangkung telah berusaha menembus kegelapan tersebut, namun tidak ada yang bisa dilihatnya, sedangkan untuk melihat jari2 tangannya saja tidak bisa.
"Oh, apa yang terjadi...."!" mengeluh si jangkung itu dengan suara yang lemah. Karena waktu ia ingin bangkit, dia merasakan sepasang kakinya lemas tidak bertenaga dan bergemetaran disamping tenaganya seperti telah sirna dari tubuhnya, dia bagaikan sudah tidak memiliki tenaga buat menggerakkan kaki mau pun tangannya.
Kwang Tan mendengarkan suara tertawa perlahan, disusul kemudian dengan kata2nya, "Sebenarnya, apa yang kau inginkan" Katakanlah jika tidak, seumur hidupmu kau akan cacad!"
Si jangkung berseru perlahan karena kaget dan marah. "Bocah... biadab kau... kau... kau telah mempergunakan akal licik buat mencelakai aku..!" mendesis si jangkung menyeramkan
"Jangan galak2, jika aku tidak memberikan obat pemunahnya, jangan harap bisa
kesehatanmu, jelas akan mengganggu
pulih kembali latihan tenaga dalammu dan juga kepandaianmu..!" kata Kwang Tan. Si jangkung tertegun sejenak, dia berusaha menembus kegelapan itu, coba mencari2 di mana beradanya Kwang Tan. Karena didalam goa, maka ia tidak bisa mengetahui dengan pasti Kwang Tan berada disebelah kanan atau kiri
Kemelut Di Majapahit 12 Kemelut Di Cakrabuana Karya A Merdeka Permana Seruling Gading 8

Cari Blog Ini