Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 20

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 20


memiliki salah apa2 dengannya, hanya kebetulan memang Kwang Tan cuma ingin menolongi nona Cin.
Wu Sin bukan sembarangan orang, ia pun berbakat disamping memiliki kepandaian tinggi. Dalam usia lima tahun ia telah dibawa oleh Tang Chin, tokoh rimba persilatan yang berpengaruh sekali dan ditakuti oleh segala macam golongan, dimana Wu Sin naik gunung dan mulai
kejahatan, tetapi ia cacatnya ialah sangat dididik ilmu silat.
Ia sedikit sekali melakukan kecipratan tabiat buruk
gurunya, membawa adanya sendiri, Jika ada sesuatu yang dia sukai, walaupun bagaimana sulit, pasti dia harus memperolehkannya, belum dapat belum juga ia mau sudah, seperti keinginannya ini.
Cin Siu Hoa, belum dapat dia belum mau berhenti. Belum lama ia berkenalan, lantas namanya dikenal dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimalui, bahkan disebabkan ia selalu mengenakan baju serba putih, juga mukanya tampan sekali, iapun memperoleh gelaran Giok Bian Pek Ie atau Muka Kumala Berbaju Putih.
Semua orang mengetahui bahwa Giok Biau Pek Ie Wu Sin adalah murid tunggal Tang Chian, yang sangat ditakuti dan disegani itu, semua orangpun jeri berurusan dengan guru sipemuda.
Disamping itu, Wu Sin sendiri memang lihay, Karena semua itu, menghadapi Kwang Tan, ia jadi penasaran. Segera ia menyerang lagi, sekarang sambil menatap
lawannya, ia mempergunakan pukulan "Cin San Khin Kang" atau "Menggetarkan Gunung." itulah pukulan yang hebat, yang dapat meremukkan tulang dan menghancurkan tubuh!
Setelah menyerang seperti itu, Wu Sin jadi heran, Akibat dari pukulannya ialah seperti kerbau2an tanah lempung yang kecemplung kedalam laut, serangannya itu tidak mendatangkan akibat apa2 buat Kwang Tan.
Sebaliknya ada angin rasanya dingin,
disusul yang menyambar kemukanya, dengan tenaga lemah menolak tubuhnya, tenaga mana lama-lamaan berobah jadi kuat semakin kuat dan semakin kuat!
Dia mau melawan, tapi sudah tidak keburu lagi, segera juga ia seperti ditindih gunung, kaki tangannya kaku,
mulutnya bungkam. tubuhnya-pun tertolak mundur perlahan2.
Bersamaan dengan itu, kaki mata, hidung, mulut, telinga dan lobang-lobang peluhnya, keluar darah tidak hentinya sehingga dia tidak lagi sipemuda yang tampan, ia mirip dengan hantu yang bermandikan darah, menyeramkan dan
menakutkan sekali. Pula mundurnya itu dari perlahan semakin lama jadi semakin cepat.
Akhirnya waktu Kwang Tan menarik pulang tangannya, maka tubuh Wu Sin jatuh terguling ditepi empang kepalanya masuk kedalam air.
Thian Tee Siang Mo kaget tidak terkira, mereka lompat untuk menolongi! Mereka memperoleh kenyataan kedua mata sipemuda tertutup rapat, mukanya pucat pias seperti kertas.
Darah yang tadi melumuri mukanya telah tercuci bersih oleh air, Yang paling mengejutkan, dada pemuda itu baik pakaiannya maupun kulit dia telah hangus, seperti terbakar api.
Kwang Tan sangat mendongkol untuk kejumawaan Wu Sin dan
kejahatannya terhadap Cin Siu Hoa, ia beranggapan orang akan merusak rimba persilatan malang melintang sekehendak hati mengandalkan kepandaiannya yang memang tinggi itu, karenanya Kwang Tan melayani dengan mempergunakan ilmu pukulan Gunturnya.
Mulanya, ia menangkis serangan, untuk dipunahkan lalu ia membalas ia menolak terus, sampai lawan itu mati daya, ia memang dapat menempel, menarik dan menolak, disamping menyentil dan meninjau dan yang hebat luar biasa itupun dapat dikendalikan dengan baik sekali oleh Kwang Tan.
Segera juga ia mendorong, dari perlahan jadi keras, maka rubuhlah Wu Sia yang tekebur itu. Thian Tee Siang Mo mengangkat tubuh Wu Sin, mereka menolong sebisa mereka, Wu Sin tetap tidak sadarkan diri, membuat mereka bertambah kaget dan berkuatir.
Yang bertahi lalat merah segera mengangkat kepalanya mengawasi Kwang Tan tajam, terus ia bilang dengan mulut menyeringai: "Tuan, kau telah menerbitkan onar besar! Aku siorang tua hendak mengantar Wu Sin pulang ke gunungnya, Jika Tang Chin menanyakan segala hal pada kami, bagaimana kami menjawabnya?"
"Hemm!" jawab Kwang Tan, "Siapa yang suruh kalian menyatroni orang dan menghinanya" Onar ini kalian sendiri yang mulai! Apakah kalian tidak dapat menjawab dari hal yang sebenarnya kepada Tang Chin?"
Orang tua itu tertawa menyeringai karena terpaksa sekali, jeri dan marah. "Walaupun demikian, Tang Chin, bukanlah orang yang gampang diajak bicara!" katanya, "Ketika Wu Sin mau berangkat kemari, kami sudah mencegah tetapi ia memaksa...!"
"Sudah, sudah, kau jangan bicara terus!" Kwang Tan memotong. "Aku tahu, kalian serba salah."
Sambil berkata pemuda ini menghampiri musuhnya, terus juga ia menotok di dadanya.
"Dilain jam ia akan tersadar." ia memberitahukannya, "Untuk sementara habislah tenaganya, maka janganlah sekali2 ia mempergunakan tenaganya. Dengan kepandaiannya Tang Chin, tidak sulit untuk dia memulihkan kesehatan muridnya. Tentang she dan
namaku, sulit untuk
aku memberitahukannya kepada kalian. Tapi aku mengharap juga agar nanti kalian membawa kata2ku. Nanti aku akan pergi pesiar ketempat Tang Chin, untuk berkenalan dengannya!"
Thian Tee Siang Mo menghela napas lega, wajah mereka tidak berkuatir lagi. "Tuan, cukup sudah kata2mu ini!" kata yang bermuka hitam. "Kami telah menerima budi, tetapi dikuatirkan sulit buat kami membalasnya!" Kemudian dia berpaling kepada Ang Cit Ku, untuk berkata sambil bersenyum:
"Orang tua she Ang, sampai bertemu lagi!" Segera ia bersama memondong tubuh Wu Sin, dibawa pergi kawannya.
Kwang Tan mengajak sahabat-sahabatnya kekamar mereka.
Ang Cit Ku tertawa dan berkata dengan sikap sungguh2 sekali: "Laote, aneh kepandaian yang kau miliki! jangan kata sekarang ini, mungkin di jaman dulu, orang belum pernah melihatnya!"
Sebagai orang tua dan akhli silat ternama juga Ang Cit Ku tidak pernah mengenal ilmu silat yang dipergunakan Kwang Tan, membuatnya jadi heran dan kagum bukan
main. Dulu maupun sekarang, mungkin tidak ada duanya orang yang memiliki kepandaian sehebat Kwang Tan. itulah sebabnya, walaupun usia Kwang Tan masih muda, namun Ang Cit Ku jadi tambah menghormatinya.
Sebagai pemuda yang pandai membawa diri, Kwang Tan segera tertawa dan iapun merendahkan diri, ia tidak melayani jago tua itu lagi, kemudian ia menoleh kepada Cin Siu Hoa.
"Nona Cin," katanya kemudian, "Dapatkah kau menceritakan hubungan apa yang ada antara kau dengan Wu Sin"!"
Cin Siu Hoa sangat membenci Wu Sin ia tidak berdaya, sebenarnya ia hendak menangis tetapi didepan banyak orang ia berhasil menahan diri dan mengeraskan hatinya, kembali sekarang ditanya si pemuda, tidak dapat ia mempertahankan air matanya lagi, segera juga ia menangis, air matanya mengucur deras.
Dengan itu, dapatlah ia melampiaskan kesengsaraan hatinya. Baru setelah sedikit memberikan keterangannya.
kekesalan dan reda, ia bisa Cin Siu Hoa ialah puterinya Cin Miao, seorang guru silat yang masih rendah kepandaiannya. Tidak dapat Cin Miao mengangkat nama, dirumah seorang terpaksa ia
hartawan bekerja sebagai dikampung centeng asalnya.
dikecamatan Hengyang, Shoasay.
Ia memiliki satu cacad, gemar sekali minum arak, sehingga seringkali ia lupa daratan dan mabok2an. Tapi ia berhati baik dan jujur, maka majikannya, si hartawan, menghargai sekali padanya. ia diberi dua ruangan rumah agar ia dapat bersama anak dan isterinya tinggal.
Maka dari itu, ia bekerja sungguh2 untuk majikannya. Waktu Cin Siu Hoa masuk usia tujuh tahunan diberikan pelajaran ilmu silat. Sayang sekali kepandaiannya rendah, ia tidak bisa mendidik puterinya itu jadi pandai, sebaliknya Cin Siu Hoa, ia tertarik sekali dengan ilmu silat, ia belajar rajin dan tekun sekali.
Pada suatu malam, tibalah saat malang. Malam itu Cin Miao minum banyak sekali, di waktu pulang kekamarnya, ia segera tidur nyenyak.
Justeru malam itu. beberapa puluh orang jahat datang menyerbu, Mereka masuk dengan melompati tembok pekarangan. Para penjahat itu merampok sambil membunuh. Lima orang penjahat masuk kekamar Cin Miao, ia kaget dan bingung, tapi belum apa2, ia sudah dibacok mati. Nyonya Cin Miao pun ikut dibunuh.
Cin Siu Hoa kaget, sampai ia pingsan. Ketika ia siuman, ia mendapatkan dirinya rebah dipembaringan. Kamar bukan lagi kamarnya. Didepannya berdiri seorang tosu atau imam tua yang tengah mengawasinya dan wajahnya juga luar biasa. Imam itu tengah tertawa dan bertanya: "Anak, kau sudah lapar atau belum"!"
Untuk pertanyaan itu, Siu Hoa hanya dapat mengangguk saja karena memang ia telah lapar. Dalam usia tujuh tahun, Siu Hoa sudah mengerti banyak juga, ia mendapatkan kenyataan ia berada diatas gunung yang penuh dengan pohon2. ia tidak menanyakan hal orang
tuanya, yang ia ketahui sudah terbinasa, ia hanya mengetahui imam ini pasti ada hubungannya dengan ayahnya.
Seterusnya Cin Siu Hoa berdiam digunung itu bersama si-imam. Setelah lewat lama, ia baru mengetahui bahwa imam itu bernama It San Tosu, sedangkan gunung itu pusatnya partai Kui Bwee Pang, Nama gunung adalah LuLiang San dan letaknya markas Kui Bwee Pang terletak diselat Ouw A Cui.
Sedangkan It San Tosu adalah suheng atau kakak seperguruan dari Tie Siang Kang, Pangcu atau ketua dari Kui Bwee Pang. Semua orang Kui Bwee Pang memiliki wajah yang bengis, tapi lama kelamaan sigadis terbiasa lagi melihat mereka itu.
It San Tosu menyukai Siu Hoa, ia mengajari ilmu silat sungguh2, ia menganggap Siu-Hoa sebagai anak, iapun telah minta agar ia dipanggil sebagai ayah angkat. Sepuluh tahun Siu Hoa berdiam diri diatas gunung, sampai ia berusia tujuh belas tahun.
Siu Hoa adalah seorang gadis yang cantik. Banyak orang Kui Bwee Pang yang tertarik padanya. Malang ada It San Tosu dan sigadis sendiripun bagaikan mawar berduri, tidak ada yang berani ganggu sigadis.
Sebenarnya It San Tosu jahat dan kejam, tapi ia melindungi Siu Hoa seperti juga anak nya sendiri, iapun sangat sayang sekali pada putri angkatnya ini.
Kemudian atas permintaan Tie Siang-Kang, yang disetujui oleh It San Tosu, maka Siu Hoa diberi pekerjaan sebagai penulis partai, untuk mengurus surat2. sedangkan It San Tosu tidak mencurigai sutenya, Adik seperguruannya.
Karena itu, setiap Siu Hoa berada berdekatan dengan Siang Kang, dan waktu luang cukup banyak bagi Siang Kang untuk mendekati sigadis. Segera juga terlihat, Siang Kang memang sangat menggilai sigadis, dimana Siu Hoa sendiri tidak menghiraukannya, pernah karena urusan sigadis, It San Tosu bentrok dengan sutenya, yang ditegurnya.
Masih juga Siang Kang mencoba terus mendekati membujuk sigadis. Karenanya, saking berduka, sering juga Siu Hoa menangis seorang diri dikamarnya. Lalu pada suatu hari, dikala Siu Hoa bekerja dikantornya, It San Tosu
datang bersama seorang pemuda tampan, yang diperkenalkannya kepada si gadis. Dialah Wu Sin, dan ia melihat bahwa pemuda ini memiliki tabiat yang kurang benar. Karena itu, Siu Hoa pun tidak menyukai pemuda yang tampan itu. Wu Sin sering mengajak Siu Hoa jalan2 ketempat yang indah, memang
digunung itu terdapat banyak sekali tempat2 yang indah pemandangannya.
Karena memandang kepada gurunya atau juga ayah angkatnya itu, Siu Hoa tidak menolak ajakan tersebut. Tapi suatu kali, si gadis telah diperdayakan oleh Wu Sin,
sehingga selanjutnya ia tidak mau bergaul dengan pemuda itu, bahkan ia takut didekati pemuda tersebut.
Siang Kang mengetahui kelakuan Wu Sin, ia menyindirnya. Wu Sin mendongkol dan berlalu dari Lu Liang San. Diwaktu ia hendak pergi meninggalkan gunung
itu, ia bersumpah bahwa ia belum mau sudah sebelum memperoleh si gadis Cin.
Tidak lama It San Tosu mendampingi putri angkatnya itu, karena kemudian ia jatuh sakit. Siu Hoa merawatnya siang dan malam.
Penyakit yang diderita oleh imam itu tidak mau juga sembuh sangat berat dan berkepanjangan. Maka suatu kali, Siu Hoa pegangkan tangan ayah angkatnya itu, yang sebentar sadar sebentar lagi pingsan.
It San Tosu telah balas menggenggam tangan anaknya, dimana ia menghela napas berulang kali kemudian dengan tertawa sedih ia bilang penuh kasih sayang:
"Anak Cin, aku tidak menikah, aku tidak memiliki turunan, tapi aku memperoleh engkau, aku juga seperti memiliki anak sendiri. Sayang aku sakit. dan usiaku sudah
lanjut. Aku kuatir jika kelak aku menutup mata, kau tidak ada yang lindungi. Mungkin setelah aku mati, kau akan diganggu suteku.
Maka sekarang sebelum aku mati aku mau mendayakan suatu akal dan usaha untuk mencegah hal itu terjadi.
Tempo hari sayang aku
terlambat, tidak dapat aku menolongi ayahmu, itu pula sebabnya aku membawa kau kegunung ini sebenarnya, mendapatkan sebatang pedang majikan ayahmu itu
mustika, hal itu telah diketahui oleh penjahat. Lantas saudagar itu dibunuhnya, dia dirampok dan dibunuh serumah tangga. Waktu aku
menyusul, aku terlambat, ayah dan ibu sudah mati...!"
Siu Hoa menangis, karena ia berduka sekali, guru merangkap ayah angkatnya itu telah mengungkap lagi peristiwa masa lalunya.
Diwaktu itu It San Tosu menghela napas, iapun berkata lagi: "Sudahlah anak, jangan menangis." ia membujuk. "Perkara sudah terjadi, menyesalpun sudah terlambat, Aku
menyesal dimana aku tersesat tapi aku beruntung, aku akan mati baik, Inilah sebabnya mengapa aku biasa membunuh tanpa sebab. Aku mau dulunya tidak merobah cara
hidupku, tapi aku mengalami kesulitan percobaan untuk merobah kelakuan dan jalan hidupku sukar sekali.
"Ada orang-orang yang membenciku. Adalah karena terpaksa, aku menumpang pada Siang Kang. Sudah sepuluh tahun aku tidak pernah turun gunung. Mungkin orang telah lupa kepadaku. Mungkin orang telah tidak mengingat lagi
padaku dan juga tidak ada
orang yang membenciku mencari terus jejak ku.... karena itu, sekarang aku puas juga..." It San Tosu berhenti sejenak, baru kemudian ia melanjutkan lagi, katanya:"Aku tahu kau ingin dapat membalas sakit hati ayah dan ibumu, tapi sulit kau
menyelidiki siapa dia.
Orang-pun tidak akan memberitahukan padamu, sekarang aku beritahukan kepadamu, dialah Bo Beng Sie, tongcu atau ketua cabang diSucoan Barat, setelah aku merawat kau, dia dipindahkan ke-Sucoan. Selama sepuluh
tahun belum pernah dia datang pula kesini, sekarang ini kepandaian kau masih belum bisa menandingi dia, maka dari itu, jika kau telah meninggalkan Lu Liang San, kau harus berguru pula pada guru yang pandai.
Barulah diwaktu itu kau dapat menuntut balas, Tadinya aku menginginkan kau menerima jodohmu dengan Wu Sin, sayang sekali justeru kau tidak penujui dia. Dalam hal jodoh, aku tidak mau memaksamu dan itu terserah kepada perjalanan nasibmu saja dan jodoh mu ini sehelai Leng-kie bendera perintah, kau simpan baik-baik!"
Ia kemudian menambahkan lagi. "Kukira aku tidak dapat tahan sampai lusa, maka itu baiklah besok malam kau minggat dari sini. Lengkie ini bisa menolong kau lolos. Kau boleh menyingkir kejurusan kotaraja. Selanjutnya, terserah pada peruntunganmu !"
Cin Siu Hoa menangis sedih sekali, ia malah sampai pingsan tidak sadarkan diri.
It San Tosu berduka, ia berdiam sambil memejamkan matanya saja.
Besok malamnya, benar2 keadaan It San Tosu jadi semakin buruk juga, Beberapa kali ia pingsan.
Paling belakang setelah sadar, ia desak Cin Siu Hoa agar si gadis cepat2 angkat kaki. Kali ini si gadis menurut, buntalannya, dan membekal ia segera mempersiapkan sedikit perak hancur, ia
minggat dengan membawa pedangnya.
Waktu mau berpisah, tiga kali Siu Hoa paikui pada imam yang menjadi guru dan merangkap sebagai ayah angkatnya merangkap itu. Ia pun berjanji, ayah angkat tersebut jika memang guru
punya umur panjang, suatu saat kelak ia akan menjenguknya. Dengan air mata
berlinang bercucuran, ia pun segera berlalu meninggalkan gunung itu.
Beruntung bagi Cin Siu Hoa, diwaktu ia minggat, ia dilihat Ang Cit Ku. ia segera diikuti. Dibeberapa tempat penjagaan, ia dirintangi dan dihalangi-halangi tapi dengan
alasan mau cari obat buat It San Tosu, ia dilepaskan juga.
Demikianlah setelah terang tanah, ia sudah tiba dikaki gunung, terus ia memasuki kota kecamatan Lie sek. Pada hari pagi ketiga, benarlah It San Tosu meninggal dunia dengan bibir tersenyum, karena ia puas telah dapat mati dengan baik, walaupun dulunya ia seringkali membunuh orang.
Heran sekali Siang Kang ketika memperoleh kenyataan Cin Sui Hoa tidak ada. Kecurigaannya segera timbul, iapun segera perintahkan anak buahnya agar pergi mencari kesegala penjuru, sekalian untuk memberitahukan berbagai cabang, guna bantu mencari si gadis yang harus ditangkap
hidup, sebab ia kuatir gadis itu kelak membuka rahasia partainya.
Didalam kota Lie sek, setelah istirahat, sambil bersantap, maka Cin Siu Hoa telah melanjutkan perjalanannya menuju ke-Kauw shia, melewati Thaygoan, keluar dari Ceng-keng, tiba di Ciohon.
Selama itu Ang Cin Ku tetap melindunginya, dan mengikutinya terus, sampai akhirnya ia terkejar juga oleh orang2 Kui Bwee Pang,
Bercerita sampai disitu, Cin Siu Hoa menangis.
Kwang Tan bertiga terharu.
"Sudahlah nona Cin, janganlah kau berduka!" Giok Bian San menghibur. "Nanti kami mengantarkan kau pada suhu kami. Setelah kau tamat pelajaranmu, jangan kuatir sakit hatimu tidak terbalas."
Siu Hoa mengucapkan terima kasih, ia terhibur juga, hatinya jadi lega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, anak2, kalian sudah bicara habis belum?" tiba2 Ang Cit Ku telah berteriak menegur. "Kalian tahu, ilarku ini sudah keluar!"
Kwang Tan tertawa. "Locianpwe tidak mengetahui bahayanya arak!" ia bilang
sambil tertawa, "Mari, aku buktikan dengan syair: "Kaisar Peng bercelak karena arak ada racunnya, Lie Thay Pek ditepi sungai rusak tubuhnya. Maka, tuan janganlah minum air tak berbudi, setelah mabok hati orang tidak sehat lagi!" itulah sajaknya locianpwe."
Kedua biji mata Ang Cit Ku mencilak tidak hentinya, terbuka lebar-lebar. "Kau tahu apa, laote!" katanya kemudian. "Kebaikan arak banyak sekali! Nanti aku si orang tua memberitahukan kepadamu! Arak itu dapat membantu sipendekar sampai
nyalinya menjadi besar dan
dapat membikin si pelajar tambah indah gubahannya, baik sajak maupun syairnya. Arakpun sangat baik untuk menggadangi sang Rembulan dan Bunga. Ada juga yang mengatakan, minum arak tidak dapat sinting, itulah yang paling menyenangkan. Maka itu, bagaimana mungkin bisa dibilang arak itu jahat."
Mendengar perkataan Ang Cit Ku itu, semua orang tertawa.
"Benar-benar locianpwe, kau benar!" kata Kwang Tan kemudian, "Nah, mari kita pergi kedepan untuk minum!"
-ooo0dw0ooo Jilid 32 SETELAH bersantap, hari sudah lewat tengah hari, Ang Cit Ku berempat masih asyik minum arak, sampai akhirnya Cin Siu Hoa diajak oleh Giok Bian San dan Bun Lay untuk berangkat, maka berpisahanlah mereka dari Ang Cit Ku dan Kwang Tan. Nona Cin telah mengucurkan air mata.
Kwang Tan segera memberitahukan kepada Ang Cit Ku, bahwa ia pun ingin pulang kerumah penginapan buat beristirahat, karena ia letih dan mengantuk.
"Pergilah kau beristirahat !" kata Ang Cit Ku tanpa curiga, "Aku belum minum cukup !" ia kembali keruang makan sedangkan Kwang Tan mengawasi sambil tersenyum.
Seorang diri Ang Cit Ku minum sampai matahari doyong kebarat, "Akh, heran bocah itu !" pikir Ang Cit Ku kemudian, "Dia tidur nyenyak sekali !" Segera ia bangkit, untuk pergi ke kamar Kwang Tan. Ketika ia menolak daun pintu, segera
juga ia mendapatkan kamar yang kosong, Diatas meja ada sehelai kertas, ia mengambilnya untuk dibaca.
Sekarang barulah ia ditinggal pergi, Kwang mengetahuinya, bahwa ia telah Tan menjelaskan mengapa ia memisahkan diri ialah karena ia harus cepat2 melakukan
perjalanan penting.
Ia pun Bengkauw, bertemu lagi dengannya kelak, dapat menyusulnya ke Bengkauw.
Ang Cit Ku menepuk meja cukup keras. "Setan cilik, kau berani menipuku!" serunya, ia segera berangkat ke arah Shoasay, untuk mencari Kwang Tan. Karena ia belum mau berpisah dengan pemuda yang
kepandaiannya dikaguminya itu.
pergi ke Kotaraja untuk melaksanakan tugas
memberitahukan dan jika Ang bahwa sesungguhnya ia dari Cit Ku bermaksud hendak Tapi, selanjutnya ia tidak berhasil
Kwang Tan, sehingga terpaksa ia Bengkauw, untuk mencari Kwang Tan. menemukan jejak bergegas pergi ke Tapi setelah bertemu dengan beberapa orang tokoh Bengkauw, ia pun diberitahukan bahwa Kwang Tan belum lagi kembali. Sehingga Ang Cit Ku berdiam bersama orang
orang Bengkauw beberapa saat lamanya. Ia tetap bertekad hendak menunggu sampai Kwang Tan kembali, Karena dari itu, mereka itu jadi banyak membantui Bengkauw, karena setelah ia mengetahui Kwang Tan berasal dari Bengkauw, Ang Cit Ku pun hendak bekerja buat
Bengkauw. Thio Bu Kie yang disampaikan maksud Ang Cit Ku, dengan senang hati meluluskan permintaannya dan memberikan tugas padanya.
Dan Thio Bu Kie sangat kagum atas kerja Kwang Tan, karena pemuda itu, yang diberikan tugas kekota raja, untuk menyelidiki keadaan disana, ternyata selama dalam perjalanan, telah berhasil menarik perhatian dan simpati maupun rasa kagum dari para pendekar gagah yang banyak telah menggabungkan diri dengan Bengkauw.
Dari jago yang menggabungkan diri, selain Ang Cit Ku, Bin Tian Ong, Khiam Lo Ang dan lain-lainnya, Bu Kie pun mendengar betapa sepak terjang Kwang Tan dengan kepandaiannya yang menakjubkan itu.
Diam-diam Bu Kie menghela napas dalam-dalam, ia pun berpikir: "Memang anak itu akan mencapai tingkat yang tinggi sekali dalam ilmu silatnya yang luar biasa hebatnya itu !
Kelak, jika ia berlatih selama sepuluh tahun lagi, mungkin didalam rimba persilatan sudah tidak ada orang yang bisa menandinginya ! Sayang sekali kalau suatu saat ia merobah pikirannya yang berbahaya kalau ia berpikir untuk bertindak sekehendak hatinya!
Kepandaian yang merupakan bahaya setinggi dimiliki Kwang Tan tidak kecil, kalau saja jiwanya terpengaruh dengan niat yang bukan2. Syukur saja dari
cerita2 semua orang yang telah pernah melihat sepak terjangnya, mengatakan, Kwang Tan memang memiliki pribadi dan jiwa yang sangat baik !
Memang Bin Tian Ong dan yang lainnya, yang telah menggabungkan diri dengan pasukan Bengkauw, menceritakan bahwa Kwang Tan
pendekar muda yang memiliki jiwa
sangat mereka kagumi.
merupakan seorang kependekaran yang
Membuat hati Bu Kie jadi tenang juga, karena kalau sampai Kwang Tan memiliki maksud tidak baik dan ingin menjagoi rimba persilatan, lalu sepak terjangnya lewat garis
dari kepantasan rimba persilatan, dengan kepandaiannya yang sangat tinggi itu, Kwang Tan tentu sulit diurus.
Namun kenyataannya, Kwang Tan dengan kepandaiannya yang begitu tinggi, juga memiliki
kepandaian yang tinggi,
sepak mementingkan keadilan! Dan ini
terjangnya, selalu memang merupakan sesuatu yang sangat menggirangkan sekali Thio Bu Kie dan tokoh2 Beng kauw lainnya.
Kwang Tan meninggalkan rumah untuk terus berangkat,
ia hanya penginapan lain yang lebih kecil, ia pun menjual kudanya, karena ia menyadari namanya sudah naik, kalau ia melakukan perjalanan dengan menunggang kuda, niscaya ia mudah menarik perhatian umum, ia mau melakukan perjalanan dengan berjalan kaki serta juga memotong jalan pegunungan.
penginapan bukan
pindah kerumah Dirumah penginapan yang baru, ia segera tidur, barulah ia bangun setelah menjelang sore, ia ingin menolongi Cin Siu Hoa tidak tanggung2, justeru ia ingin menyelesaikan urusan dengan Liong Hauw Pang, dimana perkumpulan itu telah diminta oleh pihak Kui Bwee Pang untuk menyelidiki
dirinya, dan juga memusuhi Kaypang yang dituduh membantunya dalam menghadapi orang2 Kui Bwee Pang itu.
Karena itu, Kwang Tan memutuskan, untuk memberikan hajaran pada Liong Hauw Pang, agar perkumpulan itu kelak tidak mempersulit Kaypang, juga tidak mengganggu Cin Siu Hoa pula.
Sore itu, ia telah salin pakaian untuk pergi keluar, Setelah mencari keterangan ia menuju ke Thian Ce Bio, yang letaknya di utara.
Diluar kota, dekat Cio Ke Cung, Pula kuil itu berdiri mencil sendiri itulah sebuah kuil yang sangat besar dan angker. Dia melihat sangat jarang orang berlalu lalang, ia berjalan cepat sekali. ia juga telah memakai topengnya.
Waktu tiba dikuil tersebut, Kwang Tan langsung lompat naik kepayon yang tingginya tujuh atau delapan tombak, Terus ia pergi kependopo. Diatas kuil itu ada beberapa pos penjagaan Liong Hauw Pang.
Kecuali angin bersuara santer, kuil tersebut sunyi sekali. Selain pos2 penjagaan diatas genting kuil juga diruang bawah terdapat banyak sekali pos2 penjagaan yang ketat dan rapat.
Tidak mudah orang melewati pos2 penjagaan yang ada. Untuk melewati pos penjagaan disebelah depan saja sulit apa lagi harus melewati pos penjagaan yang bersusun dan ketat itu.
Kwang Tan dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya bergerak sangat gesit, tubuhnya berkelebat seperti bayangan, sampai mata penjaga pos kabur. Seorang diantara mereka telah menggumam sendirian: "Benar2 aku melihat hantu! Rupanya kelelawar keluar membentur setan !"
Kwang Tan tertawa didalam hati, ia maju terus, sampai dipendopo besar. Disini ia mendapatkan empat orang yang berdiri dimuka pendopo Mereka membawa lentera yang mengeluarkan sinar kuning muda, yang setiap kali disorotkan keempat penjuru.
Maka ia menyembunyikan dirinya, ia mendengar suara seorang didalam pendopo itu. Untuk dapat mendengar dan melihat dengan jelas, ia mencari tempat, dimana ia berdiam tanpa berhasil dipergoki oleh penjaga.
Didalam pendopo itu berkumpul kurang lebih tiga puluh orang. Semua duduk dibangku bangku panjang. Dibangku sebelah kiri kebetulan berbicara orang yang nomor tiga, seorang tua dengan berjenggot kumis yang panjang, dan mukanya merah, yang matanya memancarkan sinar yang sangat tajam. Waktu itu ia berkata.
"Sebenarnya kita pihak Liong Hauw Pang tidak bermusuhan dengan si pelajar luar biasa itu, maka tidak perlunya kira mencari gara2. tetapi kita dengan pihak Kui Bwee Pang telah mengadakan perjanjian, kalau ada musuh didalam daerah kita, harus kita membantu padanya!
"Demikianlah kita mendapat permintaan dari Kui Bwee Pang itu, hanya kali ini dari cabangnya. Sebenarnya kita dapat menolak, sebab permintaan bukan langsung dari Pangcunya, yaitu Tie Siang Kang. Sekarang kebetulan hadir seorang locianpwe dari pihak kita, harus kita dengar suara
dan pendapatnya! Locianpwe kita itu adalah Lie Mang!"
Dari bangku sebelah kanan, seorang tua yang rambut dan kumisnya sudah putih, segera berkata. "Ohhh, locianpwe itu muncul lagi. Sepuluh tahun ia sudah tidak pernah terlihat dan muncul dalam kalangan Kangouw.
Kukira ia telah berdiam digunung dan tidak akan keluar lagi. Menurut yang kudengar ia lihay ilmu silatnya, terutama sekali ilmu silat meremukkan tulang. Kalau pukulan itu mengenai tubuh, segera akan menghancurkan tulang disekujur tubuh.
Dan juga anggota tubuh sebelah dalam dari pukulan tersebut akan hancur dan rusak, sekarang ia muncul lagi, pasti ia jauh lebih lihay dibandingkan dengan waktu-waktu yang lalu.
Mendengar perkataan itu, hati Kwang Tan tercekat, ia berpikir "Bukankah orang itu, yang katanya sangat lihay, adalah dedengkot penjahat dan iblis yang paling ganas
didalam rimba persilatan yaitu Lie Mang"!"
Dan memang Kwang Tan jadi teringat akan cerita dari beberapa orang rimba persilatan, bahwa Lie Mang merupakan iblis yang paling ditakuti dan disegani oleh orang2 rimba persilatan.
Bukan hanya kepandaiannya saja yang memang istimewa hebatnya, juga jiwanya sangat jahat, hatinya kejam, dan tangannya sangat telengas sekali, jarang sekali ia memberikan kesempatan hidup kepada orang yang bertempur dengannya.
Salah sedikit saja dan tidak menyenangkan hatinya, maka orang itu akan diambil jiwanya, entah telah berapa ratus korban yang jatuh mati dengan keadaan tubuh yang hancur ditangannya, membuat semua orang rimba persilatan kalau mendengar nama Lie Mang, akan menggidik tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh Auw Losu memiliki pendengaran yang sangat tajam sekali!" kata orang tua yang pertama. "Tidak kecewa Losu menjadi salah satu dari tokoh sakti rimba persilatan yang tergabung dalam Heng San Cit Sian (Tujuh-Dewa Dari Heng San)."
Ia berdiam sejenak, kemudian baru melanjutkan lagi kata2nya: "Dalam urusan ini, Pangcu bermaksud menolak permintaan Kui Bwee Pang, tapi Lie Mang Locianpwe menganjurkan menerima sambil ia bersedia melayani si pelajar aneh ini. Hanya heran, sampai sekarang ini. Lie Mang Locianpwe masih juga belum muncul!"
"Mungkin ia akan segera tiba!" berkata orang she Auw itu, yang katanya merupakan seorang dari Heng San Cit Sian, "Hanya saja, si pelajar aneh, diapun masih belum juga datang kemari sampai sekarang ini! Apakah boleh jadi berita yang dikirim tidak sampai ke pada alamatnya"!"
"Hemmm!" bersuara orang tua itu yang mukanya merah dan jenggotnya panjang, "Jika pihak Kaypang berani main gila, aku orang tua nanti mengobrak-abrik sarangnya yang butut."
"Besar sekali mulutnya orang tua ini!" pikir Kwang Tan. "Mengapa didalam rimba persilatan semua orang demikian jumawa dan sombong?"
Belum lagi selesai sipemuda berpikir, maka disana terlihat seseorang berlari masuk ke pondok besar, kepada orang tua muka merah ia memberikan laporan: "Tongcu, Lie Mang Locianpwe telah tiba."
Orang tua yang mukanya merah itu memperdengarkan suara, tanda telah mengetahui dan segera bangkit, untuk terus bergegas keluar.
Semua orang yang lainnya mengikutinya. Maka dilain saat, mereka sudah mengiringi masuk seorang tua yang mukanya keriputan
Kwang Tan mengawasi orang itu, didalam hatinya ia berkata: "Hemmm, memang tampaknya ia memiliki kepandaian yang tidak rendah!" Kwang Tan berpikir seperti
itu, karena ia melihat langkah kaki orang tua keriputan kulit mukanya tersebut sangat ringan, menunjukkan bahwa ilmu meringankan tubuhnya mahir sekali.
Tubuhnya juga tidak bergerak bagaikan dia maju tanpa melangkah lagi. Dan juga matanya itu memancarkan sinarnya yang sangat tajam, seperti mata pisau saja.
Lie Mang memakai baju warna biru, kepalanya hampir lanang, tinggal hanya dua tumpuk dipinggiran telinganya rambut yang begitu tebal, Karena giginya dikedua pinggiran sudah copot, dia jadi kempot sehingga mulutnya mirip
patuk burung, sepasang matanya kecil namun sinarnya yang tajam itu membuat orang tidak berani menentang tatapannya secara langsung.
Tampaknya dia licin dan licik sekali, Ditangannya dia memegang sebatang huncwe atau pipa panjang. Dikala mengawasi Huncwe itu. hati Kwang Tan telah berpikir lagi: "Hemmm, benar, memang dia, Lie Mang memang bersenjata huncwe! Dialah iblis yang paling ganas yang selalu mengancam keselamatan orang rimba persilatan tanpa kenal ampun lagi!
Dialah manusia berhati iblis, yang sudah tidak memiliki perikemanusian sedikitpun juga, yang selalu membinasakan lawan tanpa kenal ampun.
Jika ia dibiarkan hidup terus tentu bisa merepotkan rimba persilatan, juga Kaypang akan terancam..." Waktu itu Lie Mang sudah duduk gembira, menghisap Cerutunya yang panjang. Dia tampak jumawa dan angkuh sekali. Malah sikapnya, seperti juga ia tidak memandang sebelah mata kepada semua orang yang hadir diruangan tersebut.
"Auw Tongcu!" dia bilang kepada orang tua yang kumis dan jenggotnya telah memutih itu. "Apakah bocah itu belum tiba !"
Ia bertanya dengan sikap yang congkak sekali dan ia pun menghisap huncwenya dengan sikap keagung-agungan. Belum lagi habis perkataannya orang itu yang sikapnya jumawa ini mendadak ia merasakan hatinya tergetar. Segera juga huncwe ditangannya lenyap tanpa sebab.
Begitu dia mengangkat kepalanya, didepannya tampak seorang pemuda dengan pakaian hitam, yang wajahnya luar
biasa sekali. Apa yang aneh, orang tua itu tahu2 sudah kehilangan huncwenya dan si pemuda yang mukanya luar biasa berdiri didepannya dengan begitu tiba2, dengan tangannya mencekal pipa panjang miliknya!
Pemuda yang wajahnya luar biasa itu mengawasinya dengan tajam, dua kali tertawa dingin.
Semua orang yang hadir tersebut jadi heran bukan main. Sedangkan Lie Mang jadi pucat mukanya segera ia berobah menjadi guram dan penuh diliputi kemarahan. Cuma sejenak ia memandang sipemuda, tiba2, tubuhnya
melesat bangun dari bangku panjang, sampai sulit diikuti oleh pandangan mata manusia biasa.
Juga tubuhnya itu melesat demikian cepatnya dibarengi dengan kedua tangannya menyambar kepada pemuda itu, guna merampas kembali pipa panjangnya.
Dalam keadaan heran dan murka, ia ingin merampas huncwenya itu sambil menggempur pemuda itu terjengkang binasa, karena ia mengeluarkan tenaga dalamnya yang tidak ringan!
Belum lagi Lie Mang sampai pada sasaran nya, tubuh pemuda itu sendiri sudah melesat lagi kedepannya siorang tua dengan muka yang merah, dari mana ia mengawasi Lie Mang.
Dia menjadi kecele, tapi sekarang dia tidak melompat lagi, untuk mengulangi serangannya. hanya ia berdiri diam belaka. Dia tertawa dingin dengan matanya menatap tajam kepada perampas pipa panjangnya.
"Auw Tongcu." berkata si pemuda kepada orang tua dengan kumis dan jenggot yang telah memutih itu dengan suara yang nyaring. "Ada urusan apakah kau mengundang tuan mudamu?"
Waktu berbicara, sikap pemuda itu ayal2an, sengaja seperti hendak mengejek dan mempermainkan ketua bagian itu, dimana ia seperti tidak memandang sebelah mata.
Sedangkan orang tua itu, Tongcu tersebut, yang mukanya telah berobah seketika menjadi merah dan kumis jenggotnya tergetar, memandang kepada pemuda yang mukanya luar biasa itu, untuk sejenak ia tergugu, sampai ia berdiam saja.
"Apakah...tuan adalah orang yang tadi malam sudah..." tanyanya dengan sikap dan suara yang sulit tidak lancar. "Tidak salah !" menyahuti pemuda bermuka luar biasa itu tegas, "Tuan muda kalian ini adalah yang tadi malam sudah menjadi musuhnya Kui Bwe Pang ! Ada sangkutan apakah urusan kita itu dengan kaitan dari Liong Hauw Pang"!"
Auw Tongcu telah menjadi malu dan likat sekali. Memang benar kata2 sipemuda, tidak ada perlunya buat Liong Hauw Pang membantu Kui Bwee Pang dalam urusan seperti itu. Hanyalah, sebagai Tongcu, ia besar hatinya, dia segera dapat mengendalikan diri, Maka ia pun tertawa lebar.
"Kau telah menerbitkan onar dalam daerah pengaruh Liong Hauw Pang !" bentaknya. "Kami berhak untuk mencampuri dan mengetahui urusan itu!"
"Prakkk !" Segera terdengar suatu suara nyaring dari ditepuknya meja suci disamping si pemuda. Ditepuk oleh pemuda itu perlahan tapi hasilnya mengejutkan menimbulkan suara yang sangat nyaring dan juga meja itu sempal.
Malah pemuda itu, yang wajahnya luar biasa, telah tertawa terbahak-bahak, nadanya mengejek: "Angin busuk ! Negara ini negara raja, hak apa Liong Hauw Pang memiliki sehingga kalian berani Hauw Pang bukannya sebuah perkumpulan bangsat2 yang jahat ! Orang she Auw,
jika kau masih ngaco
dengan kejumawaanmu, maka heranlah andaikata tuan mudamu ini tidak menghajar kau!" mengatur dan melarang, Liong pembesar negeri, bahkan dialah
Meja suci pujaan sempal dan sebagian tangan pemuda itu bagaikan diukir, itulah tanda dari tenaga dalam yang benar2 lihay.
Maka itu, melihat demikian, semua orang jadi tercengang, sampai ada yang menyedot hawa dingin atau menggigil sendirinya, sedangkan Lie Mang berdiam sambil mengerutkan alis, tidak dapat ia mengucapkan sepatah katapun juga.
malaikat yang dihantam itu telah lagi telah tertinggal bekas telapak
Pemuda itu menepuk dengan tenaga biasa saja, sudah berakibat demikian hebat, terlebih lagi jika ia menepuk dengan tenaga yang besar dan kuat, niscaya meja itu akan ringsek dan pecah bolong dibagian yang ditepuknya.
Waktu itu seorang tua berkumis dan berjenggot panjang telah melangkah menghampiri Kwang Tan, pemuda yang bermuka dingin karena memakai topeng itu, sikapnya hormat dan bahkan ia menjura memberi hormat, kedua tangannya itu telah dirangkapkan dan sambil tertawa ia bilang:
"Siauwhiap, mari duduk, kita dapat bicara dengan perlahan2, sebenarnya semua hadirin disini sangat kagum sekali pada siauwhiap, maka juga mereka datang berkumpul agar dapat memandang. Aku Kwee Leng Kang, disini membuka rumah perguruan, karena kagum dengan ter-gesa2 aku datang kemari untuk belajar kenal dan bersahabat.
Dalam hal ini, Auw Tongcu tidak dapat dipersalahkan oleh karena ia tengah menjalankan tugas, dari itu aku mohon Siauwhiap mau memaafkannya.
"Kwee Losu, berat kata2mu
tertawa. "Sekarang aku hanya
itu !" kata Kwang Tan hendak bertanya, Auw
Tongcu hendak mengambil keputusan apa "!" Auw Tongcu hendak menjawab, waktu itu Lie Mang telah mendahului sambil mengeluarkan tertawa aneh: "Bocah, keputusan apa yang hendak diambil, lebih baik kau
menanyakan saja kepadaku siorang tua !"
Kwang Tan berpaling, Dengan sikap yang dingin ia berkata: "Lie Mang, kau jangan terlalu mengandalkan ilmu silatmu yang dinamakan Cit Sat Hun (Tujuh Kali Membunuh Arwah) dan kepandaianmu itu tanpa tanding."
Dimana tuan muda kau, kepandaianmu itu tidak ada artinya, tetapi jika tanganmu sudah gatal, kau tunggu sampai urusanku dengan Liong Hauw Pang selesai, sebentar kita mencari satu tempat sepi dimana tidak ada orang lain, untuk kita main2 sepuas hati !"
Lie Mang kaget, sampai hatinya terkesiap, ilmu silatnya itu hanya pernah dipergunakan tiga kali, dan selama lima belas tahun yang paling belakang, belum pernah dipergunakan lagi. Mengapa justeru si pemuda mengetahuinya.
Kwang Tan segera menatap Auw Tongcu, ia berdiam, tetapi ia agaknya menantikan jawaban dari Tongcu tersebut.
Auw Tongcu itu bernama Auw Ok, juga mengawasi sampai akhirnya terpaksa ia memberikan jawaban:
"Menurut peraturan rimba persilatan, yang menang ialah yang benar!" katanya, "Maka dari itu sekarang, tidak ada perlunya untuk banyak bicara lagi! silahkan pergi keluar pendopo, untuk aku meminta pengajaran dari kau. Andaikata aku siorang she Auw tidak dapat kemenangan, maka selanjutnya, untuk selamanya partaiku tidak akan
mencampuri lagi urusan ini !"
"Baiklah, jika memang demikian kita mengadakan janji !" kata Kwang Tan sambil memutar tubuhnya, untuk mendahului pergi keluar pendopo.
Diluar pendopo itu terdapat sebuah tempat pemujaan terbuat dari batu lebar dua puluh tombak lebih, disitu telah dipasang empat batang lilin besar, yang memberi penerangan luas keberbagai tempat dan penjuru di ruangan tersebut.
Auw Ok muncul bersama dengan delapan orang kawannya, yang lainnya berada ditempatnya masing2. ia merasa sulit karena pertanyaan si pemuda mengapa ia dari Liong Hauw Pang mencampuri urusan Kui bwee Pang. Dilain pihak, ia ingin sekali melihat kepandaian Lie Mang.
"Siauwhiap, silahkan!" ia berkata, terpaksa sekali, sambil tertawa dan merangkapkan kedua tangannya.
Kwang Tan tidak segera menyerang, ia mengambil keputusannya, Tidak ingin ia menanam bibit permusuhan. "Auw Tongcu," katanya tertawa, "Karena kita tidak bermusuhan, siapapun terluka dalam pertempuran ini, buat kedua pihak sama tidak baiknya, dari itu aku pikir lebih baik kita mengatur begini saja: kita sama-sama mempergunakan ginkang kita, Tongcu boleh menyerang aku, selama tiga puluh jurus, asal Tongcu dapat menyentuh bajuku, engkaulah yang menang, nanti aku menuruti
keinginanmu, untuk ikut pergi menemui pangcu kalian yang terhormat, jika Tongcu tidak dapat menyentuh bajuku, anggaplah kita seri, Bagaimana"!"
"Kau terlalu jumawa !" pikir Auw Ok, Dengan mengandalkan latihan selama lima puluh tahun, jika aku dalam waktu tiga puluh bajumu, itulah terlalu lucu!"
Walaupun demikian, jurus tidak dapat melanggar ia bersenyum, ia bilang: "Engkaulah yang menghendaki ini, siauwhiap, baik, aku menerimanya ! Kau jaga, aku mau segera memulainya."
Kwang Tan bersenyum, ia seperti tidak menghiraukan sesuatu di sekelilingnya. Sedangkan Auw Ok segera membuktikan perkataannya, ia menyerang dengan kedua tangannya, dalam sikap "Jit
Goat jip Hoay" atau "Matahari dan Rembulan Merangkul".
Dengan begitu ia mengancam dari kiri dan kanan, untuk mencegah orang berkelit kearah ke dua sampingnya. ia girang sekali. sebab ia merasa pasti akan berhasil.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi kurang lebih dua dim lagi tangannya akan menyentuh ujung baju luar mendadak tubuh Kwang Tang melesat bagaikan bayangan, tubuh itu menghilang, sehingga kedua tangannya beradu satu dengan yang lainnya, ia masih melihat tubuh Kwang Tan atau mendadak dia lenyap pula dari depan matanya, itulah ilmu meringankan tubuh yang sangat mahir.
Tanpa merasa ketua cabang Liong Hauw Pang
mengeluarkan peluh dingin, Tapi dalam herannya, ia jadi penasaran bukan main, maka dari itu, ia segera mengulangi serangannya. Walau gagal, ia mengulangi terus menerus, sampai belasan jurus.
Aneh sekali Kwang Tan. Tubuhnya setiap kali berkelebat, selalu bebas dari serangannya. Dia lihay luar biasa, maka setelah belasan jurus yang dahsyat itu, ketua cabang dari Liong Hauw Pang sendiri yang matanya jadi kabur berkunang2 kepalanya pusing.
"Celaka!" pusing Auw Ok pada akhirnya Lawan bagaikan hantu, kalau ia mencoba terus menerus, ia bisa rubuh sendirinya karena terlalu letih, ia segera berpikir untuk mempergunakan siasat melompat, inilah ilmu silat "Leng Khong Pok Kie" yaitu "Menerkam Dari Udara", Ialah cara yang berbahaya, yang di pandang sebagai pantangan.
Cuma saja, dalam keadaan terpaksa, orang sering mempergunakan tipu silat seperti itu. Dengan melompat, tubuh tadi jadi seperti kosong. Yang diandalkan hanyalah kegesitannya, untuk menang waktu.
Ia berani mencoba tipu silat ini, sebab Kwang Tan sudah berjanji tidak akan membalas. Maka mendadak ia berhenti menyerang, dengan tajam ia mengawasi.
Kwang Tanpun berdiam sambil memasang mata, agaknya ia menduga apa yang akan dilakukan lawannya. Justeru ia berdiam, disaat itu ia diserang.
Sambil berseru nyaring Auw Ok melompat tinggi untuk menubruk, kedua tangannya diulur panjang2, sepuluh jarinya mengancam bagaikan kuku2 tajam, Arahnya ialah kedua pundak lawan.
Kwang Tan tidak jadi kaget dengan terjangan dari udara itu, sebaliknya ia tertawa bergelak2. Sangat gesit seperti tadi, dia telah berkelit, maka juga ketua cabang Liong Hauw Pang jadi menubruk tempat kosong. Tepat ketika kedua kakinya menginjak tanah, ia melihat pemuda itu berdiri sambil tertawa didepannya.
Dengan gerakan yang serupa, pemuda itu meloloskan diri, ia hanya melompat tinggi untuk berkelit, lalu ia menyusul turun di depan Auw Ok, sulit dilihat dengan jelas gerakannya.
Semua orang jadi kagum bukan main. bersorak sorai memberikan pujian. Baru sekarang Auw Ok merasakan bahwa pemuda itu bukan sembarang orang, ia berhenti menyerang lebih jauh, ia memberi hormat sambil tertawa ia bilang dengan jujur:
"Tuan kau sangat lihay sekali, aku orang she Auw menyerah kalah! sekarang juga aku meminta diri. Jika kau sudi, begitu ada kesempatan harap kau sudi berkunjung ke tempat kami"
Kwang Tan tertawa.
"Auw Tongcu." katanya kemudian, "Tanpa bertempur tidak mungkin kita berkenalan. Baiklah, lain waktu aku akan berkunjung kepada tuan!" Lantas ia menoleh kepada Lie Mang untuk berkata dengan suara yang keras, berbeda dengan sikapnya ketika berhadapan dengan Auw Pok.
"Lie Mang, sekaranglah giliran kita mengambil keputusan." Dengan huncwe ditangannya, tidak hentinya tangannya itu diputar-putar.
Muka Lie Mang jadi merah padam, Jelas ia tengah dihina. Maka ia tertawa bergelak untuk mengejek. Setelah tertawa seperti itu, tubuhnya melompat maju untuk menyerang dengan dahsyat.
Kwang Tan tidak menyambut serangan, dengan menggeser kaki, ia berkelit. Adalah setelah berkelit terus sambil berputar Siauw Kok.
Jalan darah ia menyerang, menotok kejalan darah
itu berada di belakang telapak tangan, Dengan segera Lie Mang merasakan belakang tangannya kaku. Saking kaget, ia sampai melompat mundur, matanya menatap pemuda itu, sedangkan didalam hatinya ia berkata.
"Benar2 aneh dan luar biasa gerakan bocah ini !" Kwang Tan tidak maju menyerang, ia tertawa dan berkata: "Lie Mang, mari kita mencari tempat yang sepi
dimana kita boleh melanjutkan pertempuran kita, untuk mengadu jiwa, siapa mati dan siapa yang hidup."
Belum lagi Lie Mang menyahuti, Auw Ok menyela dan berkata "Jika tuan tuan tidak sudi kami melihat pertandingan kalian, Baiklah, kami akan mengundurkan diri!"
"Bagus?" Kwang Tan menjawab tanpa sungkan-sungkan dan tertawa.
Auw Ok benar2 menyingkir bersama rombongannya, sampai di situ hanya tinggal empat batang lilin yang besar. "Siluman tua!" bentak Kwang Tan dengan suara yang sangat keras dan bengis, "Engkau adalah Siluman yang paling jahat didalam rimba persilatan, engkau memiliki tangan yang telengas dan hati yang kejam, karena dari itu, tidak bisa engkau kubiarkan hidup lebih lama lagi! Kejahatan yang engkau lakukan telah melewati takaran."
Bukan main murkanya Lie Mang, darahnya meluap dari takarannya. menyerang. dengan segera ia melompat maju untuk
Ia benar2 hebat, tubuhnya berputar sangat pesat.
Kwang Tan menduga kepada ilmu silat "Bie Lie Hiao Heng Ciang" dengan ilmu silat itu orang akan dapat membuat tubuhnya tampak samar2. ia tidak kenal ilmu silat tersebut, ia hanya pernah mendengarnya belaka, ia dapat kenyataan, benarlah ilmu itu memang lihay!
Untuk melayaninya ia bersiul panjang, tubuhnya mencelat tinggi, inilah jurus "Sin Liong Soan Khong" atau Naga Sakti Berputaran Diudara.
Perlawanan semacam itu membikin Lie Mang terkejut sekali, dikala ia berkelit, segera juga ia merasakan sambaran
yang dahsyat, dan
panas kuat sekali, karena memang pemuda itu telah membarengi dengan hantaman pukulan Gunturnya. Benar2 Lie Mang kaget, sampai gentarlah hatinya. Tapi ia tidak takut, segera ia mengelak dan menangkis, ilmu silat yang dipergunakan oleh Kwang Tan merupakan gabungan
ilmu Pukulan Guntur dari jurus kedua dan disusul dengan jurus ketiga, merupakan cara menyerang yang paling hebat yang pernah dipergunakan oleh Kwang Tan.
Lie Mang telah melayani dengan Lie Bie Bauw Hian Ciang, tapi ketika kali ia harus mendongak untuk melihat musuhnya. Satu dua kali masih tidak apa, setelah diserang terus menerus ia jadi berkuatir juga. itulah berbahaya
untuknya, Pikirnya: "Celaka kau! Biasa aku terpedaya anak ini..."
Begitu ia berpikir seperti itu, maka ia melompat melesat, sebab justeru ia tengah diserang oleh ilmu Pukulan Guntur jurus keempat. ia bebas, tapi segumpalan rambutnya kena
terhantam, seketika tersiar bau hangus dan rambutnya itu terbakar.
Bukan main kagetnya Lie Mang dan kali ini tidak mengenai sasarannya, ia lalu menatap tajam sekali, sikapnya bengis.
Lie Mang mengawasi, bukan ia memusatkan perhatiannya, Sinar matanya bengis, kedua tangannya dipentang, semua jarinya ditekuk. Dari ubun2nya mengepul uap putih, Mukanya yang memang buruk itu semakin menakutkan.
Dan juga Kwang Tan dengan topeng-nya itu jadi mengerikan wajahnya yang memang mengerikan itu seperti juga mirip dengan mayat hidup yang baru dibongkar dari liang kubur.
Pemuda itu segera menduga didalam hatinya. "Dia tentu hendak mempergunakan Touw Sat Kang, baiklah, aku akan memancing dia!"
Segera juga Kwang Tan bertindak, ia mundur, melangkah selangkah demi selangkah, seperti lawannya itu yang mulai maju, setindak demi setidak. Kedua tangan orang she Lie itu mengeluarkan hawa yang dingin dan panas bergantian.
Terus juga Kwang Tan mundur, sampai diloteng dari tempat pemujaan. Disanalah, karena tidak ada tempat mundur lagi, ia tidak mundur lebih jauh, ia berdiri tegak, matanya mengawasi musuh.
Lie Mang maju terus, ia menduga sipemuda jeri, ia menyeringai, sehingga tampaknya bengis bukan main dan tidak sedap untuk di pandang.
Ia maju sampai terpisah dua tindak dari si pemuda dan se-konyong2 kerongkongannya memperdengarkan suara
nyaring serta bengis terus tubuhnya bergerak, untuk dengan kedua telapak tangannya menyerang kedada.
Kwang Tan mengelak dengan gesit, serangan Lie Mang tidak dapat ditarik pulang lagi, maka dengan satu suara
keras, loteng batu kena terhajar, sampai muncratlah lelatu apinya.
Akibatnya adalah berbekasnya dua telapak tangan, diantaranya ada tapak tangan yang melesak dalam sekali. juga kedua telapak tangan itu memang berukuran lebih
besar dari telapak tangan biasa, suatu bukti pukulan Lo Ouw Sat Kang memang dengan sendirinya membuat kedua telapak tangan itu menjadi melar.
Pemuda itu mengelak bukan untuk berdiam diri saja, dengan segera ia menggeser tubuhnya kebelakang lawan,
Dari sinilah ia melihat telapak tangan itu, sehingga segera juga darahnya bergolak, karena tadi waktu menyerang Lie Mang sudah tidak memiliki perikemanusian, menyerang telengas dan kejam.
Kalau tidak keburu berkelit, tentu ia akan terbinasa diwaktu itu juga. Seketika sinar mata Kwang Tan memancar tajam sekali.
Lie Mang merasa bahwa bahaya mengancam, karena gagal serangannya tersebut. Dengan sendirinya ia menjejak
tanah, untuk melompat menjauhi diri setombak lebih, setelah mana segera ia memutar tubuhnya untuk bersiap2 jika saja lawannya menyerang.
Ia melihat sipemuda tidak melompat, hanya maju setindak demi setindak, segera ia mendengar perkataan pemuda itu: "Anjing tua, kau sungguh2 seorang manusia kejam dan bertangan telengas...!"
Lie Mang tertawa dingin, ia merasakan hatinya tergetargetar melihat sinar mata pemuda itu, namun ia memberanikan diri, ia malah berkata:
"Hemmm, engkau tidak perlu banyak bicara, jika memang jeri, cepatlah kau menggelinding pergi, sebelum aku turun tangan yang lebih keras lagi! Aku masih bersedia memberikan kesempatan kepadamu untuk tetap merasakan nikmatnya hidup dalam usia muda."
Jelas dengan berkata begitu, sesungguhnya Lie Mang memang ingin cepat2 menyudahi pertempuran
mereka, karena Lie Mang merasakan betapa
diantara lihaynya
pemuda ini, jika diteruskan kemungkinan mereka bisa terluka bersama. Itulah sengaja Lie Mang memberi jalan untuk menyudahi pertempuran tersebut,
Kwang Tan mendadak tertawa perlahan, dingin sekali nadanya, seperti juga menangis seperti juga meraung, Tahu2 tubuhnya berkelebat sangat gesit sekali.
Waktu itu Lie Mang juga cepat2 mendahului untuk menyerang lagi, karena melihat pemuda itu bergerak hendak menyerangnya. Untuk terkejutnya orang she Lie tersebut, ia memperoleh kenyataan serangannya tertolak mundur dengan keras dan dikala ia kaget seperti itu, sampai ia belum sempat memikirkan sesuatu apa, ia merasakan matanya menjadi gelap.
Berbareng dengan mana tubuhnya tergempur hebat sekali. Tidak ada waktu lagi, ia terpental mundur, jatuh menimpa undakan tangga batu, ia memiliki tenaga dalam yang mahir, begitu rubuh, walaupun ia mengeluarkan suara tertahan, ia dapat segera mencelat bangun dengan gerakan "Ikan Gabus Meletik"
Hanya ia mencelat bukan untuk menghadapi pula lawannya, yang tadinya ia pandang ringan, ia bermaksud untuk menyingkirkan diri, buat angkat kaki.
Kwang Tan berlaku awas dan sebat, ia melesat maju untuk mengejar. Ternyata ia dapat bergerak lebih pesat lagi, Waktu ia mengulur kedua tangannya, bagaikan kilat cepatnya, ia dapat menyambar kedua pundak Lie Mang, maka dari itu, disitulah terdengar suara memetak yang mengakibatkan kedua tangan Lie Mang jadi terkulai turun bagaikan daun pintu terlepas engselnya.
Pemuda itu tidak berhenti sampai disitu dengan hantaman ilmu pukulan Gunturnya! Dalam sekejap itu saja, Lie Mang tidak bergeming lagi, dari hidung, mata, mulut, telinga dan pori-pori kulit, telah mengalir darah!
Dan jiwanya pun segera berangkat keakherat, dia telah menemui ajalnya dengan dada yang hangus hitam, bagaikan dadanya itu terbakar oleh sambaran api.
Tubuh si pemuda telah berkelebat dengan gesit sekali. menghilang dalam kegelapan malam. Kwang Tan memang merasa puas, sebab telah dapat menyelesaikan urusan yang menyangkut dengan Cin Siu Hoa, juga telah dapat memundurkan orang Liong Hauw Pang disamping itu menumpas seorang siluman tua yang tangannya paling telengas dan kejam sekali.
Suasana disekitar tempat itu jadi sunyi sekali, kecuali suara menyereces perlahan dari keempat batang lilin besar yang meleleh hampir habis.
Suara itu juga hanya sebentar, segera lenyap, lantas padamlah sang api, sehingga keadaan disitu sangat gelap, dengan mayat Lie Mang menggeletak tidak bernapas,
sepasang mata mendelik berlumuran darah, dada yang remuk hangus, keadaan mayat yang mengerikan sekali!
Sedangkan Kwang Tan telah kembali kerumah penginapan, untuk rebah dan tidur nyenyak. Puas bukan main hatinya, ia telah membasmi seorang iblis yang paling kejam di dalam rimba persilatan, juga urusan dengan pihak Liong Hauw Pang telah dapat diselesaikan.
Dengan demikian, waktu2 mendatang kelak nona Cin Siu Hoa tidak akan dipersulit oleh perkumpulan tersebut. Demikian juga halnya dengan Kui Bwee Pang, yang telah
kuncup nyalinya itu atas kehebatan yang diperlihatkan Kwang Tan.
Menjelang fajar muncul, Kwang Tan telah bangun dan melanjutkan perjalanannya.
Selama ini, telah beberapa kali perjalanannya tertunda, karena ia bertemu dengan urusan 2 yang tidak adil itu, sehingga namanya terpaksa ia turun tangan, tanpa disadarinya telah menjadi sangat terkenal sekali, menjadi
perhatian orang-orang rimba persilatan.
Karena itu Kwang Tan melakukan perjalanan dengan berjalan kaki saja, ia tidak mau menunggang kuda, yang dianggapnya bisa menarik perhatian.
Ia mengambil jalan memotong untuk dapat tiba dikota raja dengan cepat! Disana tentu ia harus bekerja sebaik2nya, ia harus dapat mengumpulkan keterangan2
yang diperlukan Thio Bu Kie, Kauwcu Bengkauw, yang tentunya merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Sebab di kota raja terdapat banyak sekali jago jago istana yang berkepandaian tinggi, disamping itu, kota raja dimana beradanya istana Kaisar berarti juga tempat ibarat
sarangnya naga atau goanya harimau, dimana Kwang Tan selain harus lebih waspada dan penuh perhitungan iapun harus dapat bekerja dengan rapi.
Pemandangan malam dijembatan Louw Kauw Kio dikotaraja adalah pemandangan alam yang indah, Kwang Tan tiba di kota raja diwaktu fajar, setibanya disana, sudah terang tanah. ia segera juga melihat kereta2 diatas jembatan itu. Tepat ia jembatan, terdengar suara dua orang, yang tertawa dan bercakap-cakap.
Kwang Tan memperhatikan kedua orang itu, seorang lelaki berusia lanjut, mungkin hampir tujuh puluh tahun, dengan jenggot dan kumis yang telah memutih, rambutnyapun telah berwarna perak semuanya, dengan mukanya yang kurus segi tiga seperti muka burung, disamping itu matanya yang sipit tampaknya kecil sekali, tengah berkata:
berlalu lintasnya menginjak ujung
"Sungguh rejeki yang baik! Kapan lagi kita bisa memperoleh rejeki sebagus ini" Hemmm, jika tugas kita berhasil, tentu kita akan diberi hadiah yang besar dari Tayjin..!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan temannya itu, kawannya yang berusia lebih muda, mungkin baru empat puluh tahun lebih, tubuhnya tegap dan kekar, tertawa dingin. dia bilang:
"Hemm-hmm, engkau bicara seenaknya saja, Siauw Toako! Apakah kita akan mudah begitu saja melaksanakan tugas ini" Justeru tugas yang kita terima ini merupakan
tugas yang sangat berat. Kalau memang tugas yang mudah dan pekerjaan gampang, tentu orang-orang dekat Tayjin sudah mendahului. Siapa sih yang tidak mau hadiah besar, dengan kemungkinan malah bisa naik pangkat"!"
"Sudahlah, engkau jangan kecil hati. Aku yakin, tugas ini akan dapat kita lakukan dengan mudah." kata yang tua sambil tertawa bergelak, sehingga kesunyian di pagi itu dipecahkan oleh suara tertawanya yang keras itu.
Kwang Tan segera juga mau menduga, tentunya kedua orang itu, Siauw Toako dan kawannya, adalah begundalnya
seorang pembesar negeri. Dan mereka pasti hendak melakukan sesuatu yang kurang baik. Karena itu, Kwang Tan memutuskan batal memasuki pintu kota, malah ia putar haluan, mengikuti kedua orang itu!
Jauh juga kedua orang itu berjalan meninggalkan pintu kota, mereka mengambil arah barat, dan rupanya mereka hendak pergi kesebuah kampung keluar kota yang terpisah tiga puluh lie lebih.
Mereka berjalan sambil bercakap2 gembira sekali, Terlebih lagi situa itu, Siauw Toako yang memang percaya tugas yang akan mereka lakukan itu pasti berhasil dengan baik.
Dan ia selalu membayangkan hadiah yang akan diterima oleh mereka tentunya suatu hadiah yang sangat menyenangkan hati.
Kwang Tau mengikuti mereka terus dalam jarak yang cukup jauh, karena ia tidak mau kalau kedua orang begundal pembesar negeri itu mengetahui diri mereka dikuntit si pemuda.
Dan juga, Kwang Tan memang memiliki pendengaran yang sangat tajam, walaupun terpisah cukup jauh, ia bisa mendengar jelas percakapan mereka.
Sedangkan kedua orang itu, Siauw Toako dan kawannya, telah pergi ke sebuah rumah penduduk yang cukup besar dan juga mewah, Mereka sebelum
menghampiri pintu rumah tersebut, berdiri saling memandang satu dengan yang lainnya.
Keduanya tersenyum dan juga telah berkata dengan suara yang pelahan sekali. "Kita mulai bekerja?" Dan saling mengangguk.
Kwang Tan bersembunyi dibalik sebatang pohon dan mengawasi gerak-gerik kedua orang itu, dilihatnya Siauw Toako dan kawannya menghampiri pintu rumah tersebut.
Pintu rumah diketuk cukup keras, waktu pintu rumah terbuka, tampak seorang lelaki tua, yang dilihat dari cara berpakaiannya tentu pelayan rumah tangga tersebut.
"Ada urusan apakah tuan-tuan"!" tanya pelayan itu dengan sikap ramah.
Tahu-tahu Siauw Toako telah mengulurkan tangannya, dia mencengkeram baju didada pelayan itu, kemudian ditariknya dengan keras sampai tubuh pelayan itu tertarik kedepan terhuyung2 dengan muka berobah pucat dan tubuh menggigil.
"Ampun, ada apakah tuan?" tanya pelayan itu menggigil kaget dan ketakutan. "Mana Cang Wanggwe?" bentak Siauw Toa ko itu dengan suara yang bengis, matanya mendelik, wajahnya juga menyeramkan sekali. Cekalan tangannya sangat keras, tampak ia memang hendak menggertak pelayan itu.
"Sabar tuan sabar..." kata pelayan tersebut dengan suara menggigil. "Sabar" Aku tanya, dimana Cang Wanggwe"!" bentak kawan Siauw Toako yang meng tangannya terayun, muka pelayan dengan keras, sampai nyaring dan kesakitan.
"Ampun... ampun tuan... jangan menyiksaku... aku tidak tahu apa2!" kata pelayan itu sesambatan.
"Katakan, dimana Cang Wanggwe"!" bentak Siauw Toako itu lebih bengis, "Atau engkau minta dihajar lebih keras lagi?"
Pelayan itu suara tergetar hampiri dan tahu2 itu ditempelengnya pelayan itu menjerit ketakutan bukan main, ia bilang dengan karena ketakutan, "Ampun tuan-tuan... ohhhh, aku akan bicara" Aku akan bicara!" ia mau menjawab pertanyaan orang yang galak ini, namun karena
ia tengah kesakitan hebat seperti itu, ia tidak bisa berkata dengan lancar.
"Cepat katakan, dimana Cang Wanggwe" bentak Siauw Toako itu dengan suara yang semakin bengis, sehingga
pelayan itu tambah
ketakutan, karena ia yakin, bahwa orang ini tidak akan main-main dengan perkataannya, ia pasti akan disiksa jauh lebih hebat lagi.
"Cang Wanggwe... Cang Wanggwe berada berada di dalam rumah!" kata pelayan itu kemudian dengan suara yang tergetar dan ia meringis, karena dirasakan dadanya sakit bukan main, seakan juga dadanya itu akan robek oleh cengkeraman tangan orang yang bengis itu.
"Hemmm!" mendengus Siauw toako itu dengan wajah yang berseri memancarkan kegirangan yang tidak kecil, "Aku berikan kesempatan hidup kepada kau, tapi jika kau berdusta, nanti kami akan membinasakan engkau dengan
cara yang paling menyenangkan sekali"
Sambil berkata begitu, tangannya melempar dan tubuh pelayan itu terlempar tinggi lalu terbanting di tanah dengan keras. Sampai pelayan itu menjerit kesakitan tulang tangan kanannya telah patah.
Siauw Toako dan kawannya, tanpa memperdulikan keadaan sipelayan, telah melangkah lebar memasuki rumah Cang Wanggwe.
Keadaan didalam rumah sunyi sekali dan sepi, tidak terlihat seorang
manusiapun juga, Mereka berdua melangkah masuk terus setelah saling memandang beberapa saat lamanya. Setelah memasuki ruangan tengah, yang luas dan penuh dengan barang2 yang serba mahal dan juga mewah, kedua
orang ini merandek, karena melihat seorang pelayan tengah menghampiri.
Siauw Toako tertawa dingin, sipelayan telah melihat mereka, lebar2, tampaknya ia heran dan bingung melihat dua orang asing didalam rumah.
Dan belum lagi sipelayan tahu apa2, maka disaat itulah terlihat betapa tubuh Siauw Toako telah melesat gesit sekali. Sipelayan cuma
bayangan, dan tahu2 ia
melihat berkelebatnya sesosok
menjerit kesakitan, tangannya
sedangkan waktu itu ia membuka matanya ditelikung kebelakang, ia mengeluh kesakitan dan berusaha
meronta. "Ohhh, kalian apakah perampok yang tidak takut pada hukum kerajaan! Aduhhh, Lepaskan! Lepaskan!" Teriak si pelayan sambil meronta terus, Tapi ia mana bisa melepaskan diri.
Siauw Toako malah telah melepaskan cekalannya membuat mencium lantai, hidungnya segera darah merah segar.
"Dimana Cang Wanggwe "!" bentak Siauw Toako dengan suara yang bengis, matanya mendelik menakutkan. Kawannya pun berdiri dengan wajah yang memancarkan kekejaman hatinya.
Pelayan itu ketakutan, semula ia hendak marah, tapi setelah mengetahui bahwa kedua orang itu adalah dua orang yang memiliki kepandaian dan galak sekali, segera juga nyalinya jadi kuncup dan katanya terbata2: "Jika memang kalian hendak mencari Cang Wanggwe, mengapa harus... harus menyiksaku...?"
Mendengar perkataan pelayan tersebut, kawan Siauw Toako telah menghampiri dan kaki kanannya tahu2 telah melayang, menendang muka orang itu, sehingga seketika si pelayan terjungkel rubuh dilantai.
"Mengapa kau tidak cepat2 menjawab, heh" Apakah
memang kau hendak merasakan siksaan yang lebih hebat lagi "!" tegur kawan Siauw Toako itu dengan suara yang tidak kalah bengisnya.
Diwaktu itu, tampak Siauw Toako menghampiri, ia tampaknya hendak turun tangan lagi, untuk menghajar
pelayan itu, sedangkan sipelayan, yang telah merangkak mendorongnya dan pelayan itu ngusruk
bocor mengeluarkan bangun, rupanya ketakutan sekali, ia segera juga berlutut dan berkata: "Ampun, jangan menyiksaku lagi aku akan memberitahukan... aku akan menjawab...!"
"Dimana Cang Wanggwe "!" bentak Siauw Toako dengan suara tidak kurang bengisnya.
"Ada... ada didalam !" menyahuti pelayan itu. "Di... dikamarnya !" Siauw Toako dengan kawannya tidak memperdulikan sipelayan lagi, mereka segera juga memasuki rumah tersebut dengan langkah lebar. Dari dalam tampak berlari
lari kecil mendatangi seorang lelaki tua berusia antara enam puluh tahun, memakai baju panjang warna biru dengan sikap yang bingung.
Ia rupanya Dilihat dari hartawan, ia pun telah melihat Siauw Toako dan kawannya itu, segera juga bentaknya:
"Siapa kalian, mengapa kalian lancang masuk kedalam rumahku "!"
Dibentak seperti itu, kedua orang tersebut Siauw Toako dengan kawannya, segera berkata dengan sikap yang dingin, dan jawaban yang hampir berbareng: "Kami datang kemari hendak meminta kepastian dari Cang Wanggwe, apakah lamaran Kie Taijin diterima "!"
Muka hartawan itu, yang ternyata tidak lain dari Cang Wanggwe, jadi berobah, Dengan sikap yang agak gugup dan kaget, ia bilang:
"Ini... ini mana bisa mempergunakan cara seperti ini" Tidak memakai aturan, jika memang Kie Taijin menginginkan jawaban, mengapa ia tidak mengirim orang secara baik2 "!"
telah mendengar suara ribut-ribut diluar.
cara berpakaiannya, tentunya ia seorang "Kami datang cukup baik !" menyahuti Siauw Toako dengan sikap yang congkak, iapun telah meneruskan perkataannya: "Jika memang kami datang tidak dengan cara baik2, tentu rumah ini telah kami bakar dibumi hanguskan dan kalian juga tidak seorang manusia pun yang masih bisa lolos dari kematian !"
Muka hartawan itu berobah. Ia tampaknya mulai takut, ia memandang sekelilingnya, rupanya ia hendak melihat apakah ada pelayannya.
Tapi keadaan ditempat itu cuma ia bersama kedua orang asing yang galak ini. "Bagaimana, apakah lamaran dari Kie Taijin diterima "!" tegur Siauw Toako lagi, "Telah cukup sabar Kie Taijin selama ini menanyakan jawaban yang tidak kunjung datang, karena itu, sekarang juga kau harus memberikan kepastiannya, Cang Wanggwe !"
Cang Wanggwe mengulap2kan tangannya. menggelengkan kepalanya, ia bilang: "Mana bisa begitu " Mana boleh begitu " Tentu lamaran itu harus dipertimbangkan, tidak bisa main paksa seperti sekarang, meminta kepastian dengan cara mengancam seperti ini !"
Siauw Toako tertawa dingin, kemudian katanya, "Hemmm, kami tidak mau tahu alasan apa yang hendak kau berikan, tapi yang kami inginkan jawabanmu. Lamaran Kie Taijin diterima atau tidak "!"
Sambil berkata begitu, Siauw Toako dengan kawannya mengawasi tajam kepada Cang Wanggwe. Benar2 Cang Wanggwe ketakutan, tapi ia tidak bisa berdiam diri saja, karena ia harus segera perintahkan kedua orang ini meninggalkan rumahnya:
"Hemm, baiklah! Kalian pulanglah Beritahukan kepada Taijin kalian, bahwa aku akan segera menghadap padanya, untuk memberitahukan keputusan kami...!"
Siauw Toako menggelengkan kepalanya. "Kami cuma diperintah buat mendengar jawaban dari kau, Cang Wanggwe, jika memang jawaban itu memuaskan, kami
baru diperbolehkan pulang, jika jawaban itu tidak memuaskan, kami telah diberi tugas lainnya...!"
Sambil berkata begitu, Siauw Toako tersebut telah melirik dengan sorot mata yang mengancam sekali, dan Cang Wanggwe menyadari bahaya yang mengancam dirinya.
"Sebenarnya yang akan menikah adalah puteriku, mana mungkin aku bisa memberikan jawaban sebelum puteriku itu diberitahu perihal lamaran Kie Taijin "!" Gugup sekali tampaknya Cang Wanggwe.
Siauw Toako tertawa dingin.
"Jadi jawaban yang dikehendaki Kie Taijin belum bisa diberikan "!"
"Ya!" mengangguk Cang Wanggwe. "Baiklah, jika demikian kami harus melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kie Taijin !" kata Siauw Toako, Dengan mengeluarkan suara "Srenggg..." ia telah menghunus goloknya, yang berkilauan.
Mata Cang Wanggwe terbuka lebar memandang ngeri, ia jadi ketakutan.
"Kalian... kalian... apa yang kalian ingin lakukan "!" tanya Cang Wanggwe dengan gugup.
"Kami diperintahkan menghabiskan seluruh keluarga Cang! Termasuk kau! Batok kepalamu harus kami bawa pulang guna dipersembahkan kepada Kie Taijin !" Bengis sekali.
Diwaktu Siauw Toako menyahuti seperti itu, suaranya perlahan, tapi mengandung hawa pembunuhan.
Muka Cang Wanggwe berobah pucat pias, ia juga menggigil ketakutan.
"Kalian.... kalian....!" katanya dengan suara tergagap. memperdulikan sikap menghampiri dengan Kemudian Siauw Toako tanpa
Cang Wanggwe, telah melangkah golok tersoren didepan dadanya, ia siap hendak membunuh Cang Wanggwe.
"Jadi jawaban yang diinginkan oleh Kie Taijin belum bisa diberikan "!?" tanyanya kemudian dengan suara yang dingin.
"Kami... kami belum bisa mengambil keputusan... kami belum lagi merundingkannya." menyahuti Cang Wanggwe ketakutan, dirasakan sepasang lututnya telah lemas.
"Hemmm, engkau sebagai ayah dari puterimu, kau yang berhak buat memberikan keputusan! Sekarang juga engkau
harus memberikan jawaban atas lamaran dari Kie Taijin, apakah diterima atau tidak" Jika memang engkau menolaknya lamaran itu, akan percuma saja sebab kami akan membawa puteri mu secara paksa !"
Tubuh Cang Wanggwe menggigil keras.
"Hemmm, kau tetap tidak bisa memberikan jawabannya"!" tanya Siauw Toako bertambah bengis.
Cang Wanggwe memaksakan diri untuk menjawab: "Nanti aku akan mengunjungi Kie Taijin... nanti...!" Tapi ia baru berkata sampai di situ, Siauw Toako telah menandakan mata goloknya pada leher Cang Wanggwe.
"Katakan, kau mau memberikan jawabannya atau tidak"!" bentak Siauw Toako dengan suara yang bengis dan sengaja menekan goloknya lebih keras, agar kulit Cang Wanggwe terluka dan mendatangkan rasa pedih.
"Tunggu... tunggu dulu...!" teriak Cang Wanggwe ketakutan .
"Cepat katakan!" bentak Siauw Toako bengis dan galak sekali.
"Aku....... aku akan mengatakannya, golokmu itu disingkirkan dulu...!" kata Cang Wanggwe dengan suara tergetar karena gugup dan ketakutan bukan main.
Tiba2 Siauw Toako yang baru saja ingin menekan goloknya lebih keras dan belum sempat membentaknya lagi, disaat itulah terlihat ia terpental sampai dua tombak lebih, rubuh terjengkang dan mengeluarkan jeritan.
Muka Cang Wanggwe tambah pucat, Kawan Siauw Toako tertegun sejenak, tapi segera ia jadi murka. "Ohhh, kau mau memberikan perlawanan!" bentaknya mengguntur. Tangan kanannya di angkat buat mencengkeram pundak Cang-Wanggwe.
Akan tetapi, belum lagi tangannya itu sempat mencengkeram, iapun menjerit, tubuhnya terjungkal rubuh bergulingan di lantai. Waktu itu ia merangkak bangun, Muka mereka berdua berlumuran darah.
Cang Wanggwe memandang heran, namun disamping itu ia jadi tidak mengerti, mengapa kedua orang itu bisa terpental sendirinya. Belum berpikir terlalu jauh, dan belum lagi Siauw Toako bersama kawannya itu sempat berdiri tetap, disaat itu berkelebat sesosok bayangan yang sangat gesit sekali.
Tahu2 telah berdiri disamping Cang Wanggwe, Siauw Toako dan kawannya mementang mata mereka lebar2 dan melihatnya bahwa orang yang baru datang itu tidak lain seorang pemuda berusia hampir dua puluh tahun, dengan tubuh yang tinggi dan tegap serta wajah yang tampan sekali.
"Kau.... kau yang telah membokong kami"!"Bentak Siauw Toako sambil memperlihatkan sikap hendak menerjang, guna menyerang sipemuda.
Tapi pemuda itu tertawa dingin, katanya: "Hemmm, seharusnya kalian tidak diampuni... mengapa tidak cepatcepat angkat kaki" Apa memang ingin minta mati"!"
Siauw Toako telah saling pandang dengan kawannya, kemudian diiringi bentakan bengis, tubuh Siauw Toako telah melambung ke tengah udara, tangan kanannya bergerak, goloknya menabas dengan kuat sekali. Angin
sambaran golok itu berkesiuran mendera deru, karena Siauw Toako hendak membacok batang leher pemuda itu.
Pemuda itu berdiri tenang disamping Cang Wanggwe yang menyaksikan hal-hal itu jadi menjerit karena ketakutan dan memejamkan matanya, menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Golok berkesiuran hanya terpisah tidak lebih dari tiga dim, barulah pemuda itu menggerakan tangan kanannya, ia menyentil pelahan sekali.
Hebat kesudahannya, Siauw Toako terlepas menimbulkan suara Kemudian Siauw Toako itu pun menjerit menyayatkan hati, tubuhnya terhuyung mundur dan telah rubuh terkulai dilantai dengan muka yang pucat pias.
karena diwaktu itu juga golok
terpental dan jatuh
berkontrangan yang
dilantai nyaring. Terdengar suara berkerotokan dari terlepasnya seluruh sendi2 tulangnya. Sebagai seorang yang mengerti ilmu silat, baik Siauw Toako sendiri, mau pun kawannya segera mengetahui dengan terdengarnya suara berkerotokan di sendi-sendi tulang Siauw Toako, berarti musnahlah seluruh kepandaian Siauw Toako.
Waktu itu kawan Siauw Toako mengawasi dengan muka yang pucat dan pandangan seperti tidak mempercayai apa yang terjadi Namun beberapa saat kemudian segera ia menyadari pemuda yang baru muncul ini seorang yang memiliki kepandaian tinggi.
Baru saja kawan Siauw tubuhnya, tubuh sipemuda sekali, sehingga tidak bisa di lihat jelas gerakannya, tahu2 ia telah menepuk pundak kawan Siauw Toako itu. Ia mengeluh dan kemudian rubuh terkulai dengan suara
berkerotokan dari sendi-sendi tulangnya yang terlepas.
Dan juga disaat itu, terlihat pemuda itu sama gesitnya, telah kembali ketempatnya sebelumnya, yaitu berdiri disisi Cang Wanggwe, Apa yang berlangsung beberapa detik
Toako hendak memutar telah melesat sangat cepat dilakukannya tadi, hanya saja dan telah berhasil
memusnahkan seluruh kepandaian Siauw Toako dan kawannya.
Kedua orang itu berdiri dengan muka pucat pias, pemuda itu membentak bengis: "Mengapa kalian tidak
cepat-cepat angkat kaki" Beritahukan pada Kie Taijin kalian, aku akan mengunjunginya!"
Siauw Toako dia kawannya menyadari bahwa mereka tidak mungkin berdiam lelah lama lagi disitu, kalau lebih lama lagi, tentu mereka akan menerima bencana yang lebih berat, kemungkinan bisa dibinasakan oleh pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, mereka lelah memutar tubuh dan berlari meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan waktu itu terlihat, mereka berlari perlahan dan lemah sekali, karena kepandaian mereka telah musnah, tenaga dalam mereka telah kandas dan mereka jadi manusia yang lebih lemah dari manusia yang tidak mempelajari ilmu silat.
Diwaktu itu terlihat pemuda itu sambil tersenyum, menggumam perlahan: "Hemm, manusia-manusia jahat yang cuma bisa membawa bencana buat rakyat!"
Cang Wanggwe sejak tadi memandang takjub seperti tidak percaya apa yang dilakukan oleh pemuda itu, yang dalam beberapa detik telah merubuhkan kedua orang galak itu.
Ketika ia tersadar dari tertegunnya, cepat-cepat ia menekuk kedua kakinya, berlutut dihadapan pemuda itu. "Terima kasih atas pertolongan Inkong!" katanya dengan suara bersyukur dan berterima kasih sekali. "Jika tidak ada Inkong, niscaya jiwa Lohu yang sudah tua ini melayang siang-siang."
Pemuda itu cepat-cepat membangunkan Cang Wanggwe, tapi hartawan itu tetap berlutut, ia malah sempat bilang: "Jika Inkong tidak keberatan, bolehkah Lohu mengetahui siapa nama besar Inkong"!"
"Ya, bangunlah Lopeh.... marilah kita bicara !" kata pemuda itu. Cang Wanggwe menurut juga, ia berdiri. "Sesungguhnya, aku yang muda she Kwang dan bernama Tan." Menjelaskan pemuda itu yang ternyata memang tidak lain dari Kwang Tan yang sebelumnya telah mengikuti Siauw Toako dengan kawannya itu.
Sebetulnya Kwang Tan hendak turun tangan menghajar Siauw Toako dengan kawannya itu, waktu mereka menganiaya si pelayan di luar pintu gerbang rumah.
Namun akhirnya ia menunda maksudnya itu karena ia hendak mengetahui duduk persoalannya. Cuma saja sebagai seorang yang cerdik, segera juga Kwang Tan dapat
menduga bahwa Siauw Toako dengan kawannya itu adalah sebangsa manusia yang jahat karena mereka memperlihatkan sikap yang garang dan bengis, tangan mereka telengas sekali, dengan demikian tentunya mereka datang mengunjungi rumah Cang Wanggwe mengandung maksud tidak baik.
Setelah mendengar tanya jawab antara Cang Wanggwe dengan Siauw Toako berdua maka Kwang Tan telah mengerti sedikit duduk persoalannya. Tentunya pembesar yang disebut-sebut sebagai Kie Taijin itu, yang merupakan
atasan Siauw Toako dengan kawannya itu, telah mengajukan lamarannya, Wanggwe belum lagi
dan sampai saat itu, Cang memberikan jawaban dan
keputusannya. Karenanya Kie Taijin telah mengutus kedua orangnya, buat memaksa Cang Wanggwe, Maka melihat Siauw Toako dan kawannya hendak menyiksa Cang Wanggwe, Kwang Tan tidak membuang2 waktu lagi, segera turun tangan.
Kali ini terhadap Siauw Toako dan kawannya itu, Kwang Tan turun tangan tidak kepalang tanggung, karena tanpa segan-segan ia menurunkan tangan berat memusnahkan kepandaian mereka.
Masih untung Kwang Tan ingat bahwa mereka berdua cuma orang suruhan belaka, Dan Kwang Tan bermaksud untuk mendatangi Kie Taijin itu.
Waktu itu Cang Wanggwe telah merangkapkan sepasang tangannya, membungkuk kan tubuhnya memberi hormat lagi kepada Kwang Tan, sikapnya menghormat sekali, juga ia telah bilang:
"Pertolongan Inkong benar2 telah menyelamatkan jiwa Lohu dan untuk budi kebaikan ini tentu Lohu tidak akan melupakannya.
Sambil berkata begitu, tampak Cang Wanggwe membungkukkan tubuhnya sampai tujuh kali, itulah penghormatan besar buat seseorang.
Kwang Tan cepat2 menyingkir kesamping, karena ia tidak mau menerima penghormatan besar seperti itu. Cang Wanggwe telah mempersilahkan tamunya duduk, ia sendiri yang melayaninya buat menyediakan minuman untuk tamunya ini yang menjadi tuan penolongnya.
Tampak Kwang Tan ragu2 sejenak, baru kemudian ia bertanya: "Jika memang aku tidak salah dengar, kedua orang itu menjadi utusan dari seorang pembesar negeri yang bejat moralnya. Benarkah begitu, Wanggwe"!"
Cang Wanggwe mengangguk.
"Ya, memang mereka utusan dari Kie Bun Taijin, seorang pembesar yang kejam dan jahat sekali, tapi ia memiliki kekuasaan yang sangat besar. Karena itu, kami tidak berdaya dan kami selalu tertindas! iapun seorang pembesar yang gemar muka licin disamping pinggul besar, tidak boleh melihat wanita cantik.
Sudah banyak gadis-gadis yang diboyong kerumahnya, dengan cara paksa pada umumnya.
Yang menentang tentu akan menemui kematian, begitu juga keluarga dari gadis yang menentangnya, disebabkan itu pula, tentu membuatnya jadi semakin ditakuti.
Umumnya jika pembesar itu telah penuju dengan salah seorang gadis, maka tidak ada yang berani menolak lamarannya. Namanya saja pembesar itu mengajukan
lamaran, tapi sebenarnya, ia melakukan permintaan dengan cara paksa, lamaran itu diterima atau tidak, tentu gadis itu akan diboyongkan dengan cara paksa.
Cuma bedanya, jika lamarannya itu disetujui maka keluarga gadis itu tidak akan ditimpa malapetaka, malah akan diberikan hadiah yang mahal2 dan uang yang cukup banyak. Namun jika ditentang, berarti kehancuran buat keluarga itu."
Kwang Tan mengangguk beberapa kali, kemudian ia bilang: "Jika
membasmi tersebut..!"
demikian, aku harus pergi kesana, untuk
pembesar bejat seperti Kie Bun Taijin "Tapi Inkong, ia memiliki banyak sekali kaki tangannya, yang semuanya memiliki ilmu silat yang tinggi. Kalau memang Inkong pergi kesana seorang diri, niscaya Inkong
akan menghadapi ancaman bahaya yang tidak kecil karena memang ia tidak segan-segan membunuh orang yang tidak disenanginya!
Yang Lohu kuatirkan justeru kalau Inkong sampai tertawan oleh orang-orangnya, tentu sulit meloloskan diri lagi...!"
Kwang Tan tersenyum.
"Untuk itu tidak usah Wanggwe kuatirkan, nanti bisa kuatur sebaik2nya...!" katanya.
"Tapi Inkong..."
"Jangan memanggilku dengan sebutan In-kong, Wanggwe!" memotong Kwang Tan. "Ya. ya, Kwang Siauwhiap, perlu kau ke tahui, bahwa orang dari Kie Bun Taijin merupakan jago2 rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi! Mereka
semuanya jadi tukang pukulnya. yang akan mengobrakabrik rumah dari keluarga gadis yang menentang keinginan Kie Bun Taijin.
Karena itu, waktu Lo hu menyatakan bahwa majikan menerima utusannya yang mereka hendak melamar
puteriku, Lohu benar2 bingung. Tidak bisa Lohu menolaknya dan hanya meminta waktu untuk memikirkan perihal lamaran tersebut.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi nyatanya Kie Bun Taijin rupanya memang sudah tidak sabar lagi, tadi ia telah mengirim dua orang tukang
pukulnya buat memaksa... Jika saja tidak ada Inkong, niscaya Lohu sekeluarga telah mengalami nasib buruk dan malapetaka yang tidak kecil.!"
"Hemmm!" Kwang Tan jadi gusar, ia sampai memukul tepi meja, karena geram, Tapi ia bilang "Pembesar bejat
seperti itu tidak boleh
dibiarkan terlalu lama dengan kedudukan dan pangkatnya, karena rakyat yang menjadi korban tentu semakin banyak!" Sambil berkata begitu, Kwang Tan menoleh kepada Cang Wanggwe, ia bilang: "Nah, Wanggwe, sekarang juga aku ingin pergi ke gedungnya Kie Bun Taijin... dapatkah
Cang Wang gwe memberitahukan dimana letak gedung pembesar itu "!"
Kwang Tan ingin cepat2 pergi mendatangi gedung Kie Bun Taijin, sebab ia memikirkan juga keselamatan dari Cang Wanggwe dan keluarganya.
Tadi ia telah menghajar dan memusnahkan kepandaian Siauw Toako dengan kawannya, tentu mereka telah melaporkan apa yang terjadi pada majikan mereka, Jika sampai Kie Bun Taijin mengirim tukang2 pukulnya buat mengobrak-abrik rumah Cang Wang gwe, hal ini tentu
merupakan peristiwa yang tidak
samping menggembirakan buat
keselamatannya dan Cang Wanggwe, di keluarganya terancam sekali. Karenanya, Kwang Tan bermaksud sekarang juga pergi menyatroni gedung dari Kie Bun Taijin.
Cang Wanggwe pun menjelaskan di mana letak dari gedung pembesar kerajaan tersebut, yang ternyata terletak dekat pintu kota sebelah barat, dan juga terpisah dari pintu kota tidak terlalu jauh, hanya beberapa rumah penduduk belaka. Boleh dibilang, gedung pembesar negeri itu yang terluas dan terbesar.
Di waktu itu, Cang Wanggwe berulang kali berpesan, agar Inkong atau tuan penolongnya tersebut membatalkan saja maksudnya pergi kegedungnya Kie Bun Taijin, namun Kwang Tan cuma tersenyum saja.
Sampai akhirnya, Cang Wanggwe telah maklum ia tidak mungkin bisa membujuk Kwang Tan agar membatalkan rencananya itu, ia cuma berpesan agar Kwang Tan berlaku hati-hati.
Dari rumah Cang Wanggwe, segera juga Kwang Tan pergi ke pintu kota sebelah barat, Tidak sulit buat ia
mencari gedung Kie
Bun Taijin, karena begitu ia menanyakan kepada penduduk, segera ia ditunjukkan gedung pembesar kerajaan tersebut. Sebuah gedung yang mewah mirip sebuah istana kecil, dengan pekarangan yang luas, dan yang menonjol sekali
justeru penjagaan yang ada digedung pembesar kerajaan itu sangat ketat sekali.
Di gerbang depan gedung itu, telah berdiri belasan orang penjaga, yang semuanya lengkap dengan senjata tajam mereka masing2. Rata-rata muka mereka itu bengis2 dan memandang kepada Kwang Tan dengan mata yang galak
sekali. Salah seorang diantara mereka telah melangkah maju menghampiri si pemuda, dengan garang ia membentak nyaring:
"Hei babi kecil, mengapa engkau berkeliaran di sini, apakah engkau tidak mengetahui tempat ini terlarang untuk umum?"
Kwang Tan bersikap tenang, ia mengawasi orang tersebut Tubuhnya tinggi besar, dengan kumis dan berewok yang tebal, ganas matanya dan juga bengis sikapnya. Ia tersenyum, sahutnya:
"Tempat ini adalah tempat umum, barang siapa yang hendak lewat di jalan ini siapa yang bisa melarangnya" Tempat ini bukan milik nenek moyang kalian, mengapa orang lain tidak boleh memakai jalan ini"!"
Bola mata orang tersebut mencilak tambah bengis, ia membentak berang: "Ohhh, kalau begitu memang engkau sengaja mencari mampus dan juga, aku tidak akan mensia2kan harapanmu !"
Setelah berkata begitu, segera tubuhnya melesat ke depan Kwang Tan. Senjata tajamnya, sebilah pedang panjang telah dihunusnya, ia telah menikam dengan kuat sekali, angin dari tikaman tersebut berkesiuran menuju kepada Kwang Tan.
"Telengas sekali tanganmu !" kata Kwang Tan mendongkol melihat kekejaman orang itu. jika orang yang diserang tidak memiliki ilmu silat yang cukup tinggi, bukankah orang itu akan tertikam mati ?"
Tanpa membuang waktu lagi, tahu2 tangan Kwang Tan bergerak merampas pedang orang itu, tangan kanannya menyelonong masuk menghantam dada orang itu, sehingga orang itu terjengkang kebelakang dengan mengeluarkan suara jerit kematian. Tubuhnya menggeletak tanpa bernapas lagi.
Kwang Tan memang sengaja menurunkan tangan keras seperti itu, sebab ia melihat tangannya telengas, maka ia memberikan pengampunan kepada orang ini, niscaya hanya bisa menimbulkan ancaman bencana buat penduduk setempat saja dikemudian hari.
Kawan-kawannya, tukang pukul dari Kie Bun Taijin yang lainnya jadi mengeluarkan seruan marah, mereka telah bergerak menerjang kepada Kwang Tan. Masing2 telah mengayun senjata mereka.
"Bocah keparat, kau berani mencelakai orang "!" bentak beberapa orang diantara mereka, senjata mereka pun telah orang tersebut kejam dan berpikir, jika memang ia
meluncur dengan kuat dan pesat sekali. Tapi Kwang Tan bersikap sangat tenang, berkelebat dengan lincah. Diwaktu itulah,
tangannya bergerak sangat sebat.
tubuhnya sepasang Dia telah berhasil merampas semua senjata dari kelima orang lawannya. Malah, tangan dan kakinya bekerja terus, maka kelima orang itu terjungkel rubuh ditanah tanpa berkutik lagi, pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sisa dari kawan2nya jadi kaget. Sekarang mereka mengetahui bahwa Kwang Tan memang bukan seorang biasa, ia memiliki kepandaian yang tinggi.
Orang2 itu umumnya adalah buaya dari kota tersebut, yang mempelajari ilmu silat pada batas kulitnya saja, yang selalu dipergunakan buat menindas penduduk dan manusia lemah yang tidak berdaya.
Menghadapi Kwang Tan, mereka tidak berdaya, malah mereka jadi bingung.
Tidak menyerang salah, menyerangpun salah.
Jika tidak menyerang, pamor mereka akan runtuh. Tapi jika menyerang, mereka kuatir akan mengalami nasib sama seperti kawan2 mereka.
Karena itu, buat sejenak mereka berdiri tertegun ragu ditempat masing2 sambil mencekal senjata mereka.
Kwang Tan tertawa dingin.
"Hemmm, mengapa kalian tidak maju "!" ejeknya dengan suara yang dingin.
Orang2 itu mengeluarkan menggerakkan seperti baru tersadar, segera juga mereka
suara bentakan mengguntur, masing2 senjata mereka dan menerjang kepada Kwang Tan. Mereka bermaksud mengeroyok dengan cara begitu bisa merubuhkan Kwang Tan. Atau jika mungkin, mereka pun hendak membinasakan pemuda itu.
-ooo0dw0ooo Jilid 33 KWANG TAN hadapi mereka dengan baik, setiap serangan dapat dihindarkan dengan mudah, malah, setiap kali tangannya bergerak, rubuhlah satu atau dua orang lawannya. Cuma beberapa saat saja, belasan orang lawan nya telah dirubuhkan.
Ketika tukang pukul dari Kie Bun Taijin mengeroyok Kwang Tan, disaat itu ada beberapa orang diantara mereka berlari masuk kedalam, mereka memberikan laporan
kepada kawan2nya yang lain, sebab tidak lama kemudian dari dalam gedung itu berlari keluar belasan orang lagi.
Berlari didepan adalah seorang bertubuh tinggi besar, gerakannya ringan dan tampaknya ia memiliki kepandaian yang paling tinggi dibandingkan dengan kawan-kawannya.
Pula, ia melihat berlari didepan, berulang kali berseru memberikan perintah, tampaknya orang ini adalah pemimpin dari tukang-tukang pukul Kie Bun Taijin.
Kwang Tan berdiri tenang ditempatnya, dengan bibir tersenyum, ia tidak gentar. "Hemmm, anjing budukan mana yang berani jual lagak disini!?" teriak orang bertubuh tinggi besar itu dengan suara yang garang sekali "Hemmm, Siauw Hauw akan membereskan nya!"
Sambil berseru begitu, kedepan Kwang Tan. tubuhnya cepat sekali maju Kepalan tangan kanannya
menyambar, dan angin pukulan itu berkesiuran dengan dahsyat.
Kwang Tan memandang datangnya kepalan tangan lawan, ia mengangkat tangan kanannya, dan menangkis "Bukkkk "Tubuh Siauw Hauw terpental sejauh empat tombak, tangannya patah dan karena terlalu kesakitan, iapun telah pingsan tidak sadarkan diri.
Kawan2nya kaget dan bercampur murka, mereka segera juga menerjang dengan senjata masing-masing, serangan mereka dilakukan begitu ganas.
Tubuh Kwang Tan berkelebat-kelebat seperti bayangan, setiap kali tangannya menepuk. Maka rubuhlah orangorang itu beruntun satu persatu, mereka dirubuhkan dengan
sekalian ilmu ilmu silat mereka telah dimusnahkan.
Maka tidak terlalu mengherankan mereka merangkak berdiri dengan lesu dan lemah, seperti juga sudah tidak memiliki tenaga lagi.
Kwang Tan tertawa dingin, dengan langkah lebar ia memasuki gedung itu. Dari dalam gedung menyerbu keluar puluhan orang yang berpakaian sebagai tentara kerajaan, mereka menyerbu dengan senjata masing2.
Kwang Tan tidak mundur, malah ia melangkah maju terus, sepasang tangannya bergerak-gerak dengan cepat sekali, tubuh orang-orang itu telah terpental dan Kwang Tan membuka jalan dengan caranya seperti itu, yaitu telah merubuhkan lawan2nya tersebut dengan sekalian
memusnahkan kepandaian dan tenaga mereka.
Sisanya yang beberapa orang segera menyingkir karena sekarang mereka insyaf bahwa lawan mereka, walaupun cuma seorang pemuda kepandaian yang sangat muda usia, ternyata memiliki tinggi. Mereka tidak mau jadi
korban tangan Kwang Tan. Sedangkan Kwang Tan menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat seperti bayangan, ia mencengkeram seorang tentara kerajaan.
"Dimana Kie Bun Taijin"!" bentaknya dengan suara dan sikap bengis.
Tentara kerajaan yang kena ditawannya jadi ketakutan, dan tubuhnya menggigil.
"Taijin ada didalam." katanya dengan suara sember gemetar.
Kwang Tan menenteng tubuh orang tersebut, iapun telah melangkah masuk kedalam gedung itu, dan memandang kesekelilingnya. Ada beberapa tentara kerajaan yang tengah berlari keluar, tapi mereka segera menyingkir dengan muka yang pucat, sebab mereka tampaknya jeri dan takut.
Disaat itulah Kwang Tan melompat masuk kedalam sebuah kamar. Didalam kamar cuma ada seorang wanita cantik yang tengah bersolek. Wanita cantik itu terkejut waktu pintu kamarnya terbuka, ia berseru marah, dan memaki.
Kwang Tan tidak memperdulikannya dan terus menenteng tentara kerajaan yang seorang itu, untuk memasuki kamar lainnya, Sama seperti tadi, kamar seorang wanita.
"Kamar mana yang merupakan kamar Kie Bun Taijin"!" bentak Kwang Tan sambil meremas dada tentara kerajaan tersebut.
Tentara yang telah kena ditawannya, jadi tambah ketakutan karena ia menderita kesakitan yang hebat. "Ho... itu kamar Kie Bun Taijin!" Dan ia menunjuk kepada pintu kamar berwarna kuning emas menyilaukan mata.
Tanpa bilang apa2, Kwang Tan menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat ketengah udara menerjang pintu itu. ketika pintu menjeblak, didalam kamar ada seorang pembesar yang bertubuh gemuk, tengah mengenakan topi nya. Rupanya ia mendengar suara ribut2.
Maka ia bermaksud keluar dari kamarnya, siapa tahu, Kwang Tan telah tiba lebih dulu dari dia yang bermaksud keluar, Kwang Tan mendorong tubuh tentara kerajaan itu terpelanting keluar kamar, dengan keras Kwang-Tan menutup daun pintu, lalu menguncinya dari dalam.
Muka Kie Bun Taijin, pembesar gemuk itu berobah pucat, ia segera membentak: "Manusia kurang-ajar! Berani mati sekali engkau memasuki kamarku"!"
Sambil berkata begitu, tangan kanannya meraih goloknya, ia telah menghunusnya. Tanpa membuang waktu lagi, berkelebat, Tangannya menyambar. "Plakkk!!" kepala pembesar ditempelengnya, sehingga batok
berantakan, peluh dengan
darah tubuh Kwang Tan kerajaan itu kena kepala itu hancur mengalir bercampur
menjadi satu, dan jiwanya telah melayang serta napasnya telah berhenti.
Kwang Tan menendang tubuh pembesar itu, sampai mayatnya terpental kesamping. Dengan ringan Kwang Tan menjejakkan kedua kakinya, keluar lewat jendela, Lalu ia berkelebat-kelebat meninggalkan gedung itu.
Semua itu dilakukannya dengan cepat sekali, dan semuanya berlangsung dengan sangat mudah. ia melakukannya demi keselamatan penduduk, karena itu, ia turun tangan tidak kepalang tanggung.
Dimana memang ia telah membinasakan Kie Bun Taijin, sebab ia tidak menghendaki kalau sampai kelak Kie Bun Taijin, seorang pembesar bermoral bejat itu melakukan kejahatan merugikan penduduk lagi.
Dengan terbunuhnya pembesar besar seperti Kie-Bun Taijin, tentu keselamatan rakyat akan terjamin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan telah meneruskan perjalanannya, ia memasuki kota raja, dan meminta sebuah kamar disebuah rumah penginapan, dimana iapun memesan santapan yang dapat mengisi dan mengenyangkan perutnya. Dengan lahap Kwang Tan telah menghabiskan empat mangkok nasi.
Kemudian Kwang Tan rebah dipembaringannya, ia tidur sampai besok paginya dengan nyenyak, karena memang ia letih sekali setelah melakukan perjalanan yang jauh, dan telah mengeluarkan tenaga yang tidak sedikit buat membasmi Kie Bun Taijin dan orang2nya, justeru sekarang iapun ingin memulihkan semangat dan tenaganya dengan tidur sepuas-puasnya.
Diwaktu itu, Kie Bun Taijin telah mati, dan peristiwa ini sangat menggemparkan kota-raja, segera juga pihak kerajaan melakukan penggeledahan terhadap rumah2 penduduk mencari jejak sipembunuh, penjagaan dikotaraja
pun sangat ketat sekali, dan pintu kota baik yang diTimur maupun yang diBarat, telah ditutup rapat. tidak seorangpun yang diperkenankan meninggalkan kotaraja.
Tapi jejak sipembunuh tidak berhasil dicari, karena Kwang Tan terus juga tidur sepanjang hari. Dan besok
paginya, dengan memborehkan sedikit
mukanya, pemuda ini telah berobah
obat bubuk pada
wajahnya, ia bisa menyamar dengan sempurna sekali, Sekarang tampaknya Kwang Tan sebagai laki2 berusia empat puluh tahun lebih... sehingga pula pagi itu ia
menyelidiki keadaan dikotaraja, ia bisa melaksanakan tugasnya dengan leluasa tanpa menemui kesulitan apapun juga.
-ooo0dw0oooBUKAN main murkanya Kaisar Cu Goan-Ciang waktu mendengar perihal kematian Kie Bun Taijin, karena Kie Bun masih terhitung sebagai keponakannya, karena dari itu Kie Bun bisa memiliki pangkat yang tinggi dan kekuasaan yang besar, bisa bertindak sekehendak hati dikotaraja, sebab memiliki tulang punggung yang kuat sekali, yaitu Kaisar Cu Goan Ciang.
Waktu pada pagi itu, Cu-Goan Ciang telah mendengarkan laporan perihal Kie Bun Taijin dibinasakan oleh seorang pemuda, dan tubuh Kaisar Cu Goan Ciang menggigil sebab murka.
"Cari pembunuh itu sampai dapat, mati atau hidup! Dan kerahkan seribu tentara serta lima belas orang pahlawan
istana untuk mencari jejak pembunuh!" Begitulah perintah Kaisar Cu Goan Ciang.
Kaisar Cu Goan Ciang waktu itu pada telah mempunyai prasangka bahwa pembunuh Kie Bun Taijin tentunya memiliki hubungan dengan Bengkauw.
Tentu salah seorang anggota Bengkauw yang melakukan perbuatan itu, untuk menimbulkan kekacauan. Dugaan itu semakin kuat, karena ia mendengar kepandaian pemuda itu tinggi sekali, sangat lihay dan juga tidak banyak bicara, tahu-tahu telah membunuh beberapa orang anak buah Kie
Bun Taijin dan juga telah membinasakan Kie Bun Taijin tanpa menanyakan sesuatu apapun juga.
"Bengkauw!" mendesis Kaisar Cu Goan Ciang dengan muka yang merah padam. "Memang Bengkauw harus dibasmi sampai keakar-akarnya!" Geram sekali Kaisar
waktu menggumam seperti itu.
Thio Kim, penasehat pribadi Kaisar, segera juga menghampiri, katanya dengan hati2:
"Bengkauw sekarang telah mengembangkan sayap, dan jika memang dibiarkan berlangsung terus seperti ini, dikuatirkan justeru rakyat akan berpihak pada Bengkauw, Hongsiang harus bertindak lebih tegas, karena Bengkauw sekarang ini telah berhasil merampas beberapa kota !"
Kaisar Cu Goan Ciang tidak menjawab, cuma memandang lurus kedepan dengan sepasang alis berkerut dalam2. Rupanya ia tengah berpikir keras. Sampai akhirnya ia bilang:
"Berikan perintah Tiro kepada Peng Po Siang Sie, agar mengerahkan pasukan yang lebih kuat untuk menumpas Bengkauw, Urusan persoalan nomor diutamakan!"
Setelah berkata mengambil alat tulisnya, menulis firman.
Sidang dibubarkan dengan hati Kaisar Cu Goan Ciang mangkel sekali.
Belakangan ini memang telah banyak masuk laporan penilai kegiatan Bengkauw.
Sejauh itu, Cu Goan Ciang yakin, kekuatan pasukan tentaranya pasti
berhasil menumpas dan menghadapi pasukan Bengkauw, Namun justeru laporan yang masuk akhir-akhir mengalami dan persoalan
dua, persoalan begitu, Kaisar lainnya dijadikan Bengkauw harus
Cu Goan Ciang ini menunjukkan pasukan banyak kerusakan dan kerajaan yang hancur dipukul Bengkauw, yang berhasil merebut beberapa kota.
Malah Cu Goan Ciang mendengar pula, Bu Kie telah duduk sebagai Kauwcu lagi, memimpin langsung perlawanan Bengkauw terhadap kerajaan.
"Heran, dengan cara seperti ini tentunya Bu Kie, sibocah tidak tahu diuntung itu, ingin memperalat Bengkauw untuk berhasil meraih tahta kerajaan... rupanya ia penasaran
diperintahkan penyelusupan takhta kerajaan telah jatuh kedalam tanganku...!" Begitulah pikir Kaisar Cu Goan Ciang.
Dan segera juga ia memanggil menghadap komandan Gie Lim Kun dan Kim Ie Wie, pada mereka semua untuk bekerja cepat, guna mengadakan masuk kedalam badan Bengkauw, dimana banyak pahlawan istana yang harus dikirim, guna menyamar dan menyelusup masuk kedalam barisan Bengkauw.
Orang-orang kepercayaan dari Kaisar Cu Goan Ciang, segera mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan untuk pergi menyikat Bengkauw dari dalam.
Memang Cu Goan Ciang terkenal sangat cerdik sekali, sebagai seorang Kaisar, memperkuat kedudukannya demi memperkokoh dan sebagai seorang raja yang
berkuasa penuh, Dan Cu Goan Ciang memang telah mengatur segalanya dengan baik. Tadinya, ia meremehkan sisa pasukan Bengkauw, itulah satu2nya kesalahan dan kelemahan yang dilakukan Kaisar Cu Goan Ciang. Ia menyangka, dalam waktu yang singkat, akan berhasil menumpas Bengkauw.
Tapi justeru, perkembangan terakhir yang terjadi, memperlihatkan Bengkauw memang sangat kuat dan telah bangun kembali. Terlebih lagi dengan Thio Bu Kie yang telah duduk sebagai Kauwcu lagi. Banyak pahlawan istana yang dikabarkan mati ditangan Bengkauw.
Memang yang jadi pemikiran Kaisar Cu Goan Ciang, Bengkauw memiliki banyak sekali orang2 pandai, tokoh2 rimba persilatan yang kepandaiannya tidak boleh diremehkan.
Belum lama yang lalu, Cu Goan Ciang sengaja telah mengadu domba antara Bengkauw Persia dengan Bengkauw Tionggoan sebagai diketahui bahwa Bengkauw Persia merupakan Bengkauw pusat, dan tentu saja dihasut oleh Cu Goan Ciang, yang diketahui oleh Bengkauw Persia
sebelumnya sebagai anggota Bengkauw juga, mereka mempercayai Thio Bu Kie bermaksud mengadakan pemberontakan hendak merebut kekuasaan Bengkauw Persia.
Dengan demikian telah membuat Bengkauw Persia mengutus beberapa tokohnya untuk datang ke Tionggoan, guna menghukum Thio Bu Kie.
Tapi, menyaksikan perkembangan yang ada, di mana sekarang Bengkauw semakin kuat, Cu Goan Ciang menyadarinya, bahwa ia tidak boleh berayal lagi, kekuatannya bertambah besar, dengan di dukung oleh
orang-orang rimba persilatan niscaya kedudukan takhta kerajaannya akan terancam.
Yang paling di takuti Cu Goan Ciang adalah Thio Bu Kie, Dulu saja Cu Goan Ciang merebut takhta kerajaan dari
tangan Thio Bu Kie, justeru
dengan mempergunakan muslihat dan tentunya Bu Kie bersakit hati, jika sampai Bengkauw bisa menang, musnah Cu Goan -Ciang dengan kerajaannya.
Itu pula alasannya mengapa Cu Goan Ciang perintahkan agar semua urusan di nomor duakan, dan persoalan
Bengkauw di nomor
satukan! Karena itu pula, tanpa memperhitungkan besar biaya yang harus dikeluarkan kerajaan Cu Goan Ciang telah perintahkan agar pasukan perangnya, yang di kirim buat memerangi Bengkauw, di besarkan kekuatannya menjadi empat kali, di tambah dengan seratus ribu orang tentara kerajaan.
Besar sekali keinginan Cu Goan Ciang untuk menumpas
Bengkauw sampai ke-akar2nya, menumpas bersih, agar tidak menimbulkan bahaya di kemudian hari. Bagi Cu Goan Ciang, adanya Bengkauw didaratan Tionggoan, sama saja dengan adanya duri didepan matanya.
Sebagai seorang Kaisar yang cerdik, Kaisar Cu Goan Ciang-pun telah berhasil dapat memilih beberapa orang panglima perangnya yang trampil dan cerdik, dimana semua panglima perang yang gagah dan juga pandai mengatur pasukan dalam peperangan telah dikirimnya kegaris depan buat menghadapi Bengkauw.
Tindakan yang terakhir dilakukan Ciang memang dapat membendung Bengkauw bahkan salah satu kota yang telah direbut oleh Bengkauw, berhasil dirampas pulang oleh pasukan kerajaan.
Hal ini disebabkan perbesar dan diperkuat Kaisar Cu Goan majunya pasukan
pasukan kerajaan yang telah di sampai empat kali, dan banyak panglima perang yang telah dikirim kegaris depan.
Disamping itu, juga telah dimasukkan para pahlawan istana kedalam tubuh Bengkauw, untuk mengadakan keonaran didalam, guna mengadakan usaha-usaha yang bisa menghancurkan Bengkauw dari dalam.
Bu Kie sendiri merasakan kemunduran yang diperoleh Bengkauw belakangan ini. Hampir satu tahun Bengkauw tidak bisa maju lebih jauh lagi, karena selalu memperoleh
perlawanan yang gigih dari pasukan kerajaan.
Banyak tokoh2 Bengkauw yang kalap dan nekad, bermaksud hendak mengadakan pasukan khusus, yaitu pasukan yang bersedia buat mati, dimana mereka yang akan maju guna membunuh sebanyak mungkin tentara musuh,
dengan mempertaruhkan jiwa mereka masing-masing.
Tapi pemikiran seperti itu tidak disetujui oleh Bu Kie, karena walaupun bagaimana Bu Kie masih menghargai jiwa seorang manusia, dalam peperangan menemui ajal, itu lain persoalannya. Tapi jika sengaja membentuk pasukan khusus, yang memang telah di tandai harus mati, hal ini tidaklah mengena dengan hati Bu Kie.
Cuma saja, belakangan ini yang membuat Bu Kie jadi heran serta bercuriga, diketahui oleh pihak setiap rencana Bengkauw, pasti musuh, sehingga beberapa kali
penyerangan yang dilancarkan pasukan Bengkauw kandas dan malah pasukan Bengkauw dapat dihancurkan oleh
pasukan musuh, karena tentara kerajaan seperti telah mengetahui rencana penyerangan tersebut.
Maka secara diam2 Bu Kie pun telah perintahkan kepada orang2 kepercayaannya, untuk mengamati lebih cermat dan teliti, apakah di dalam tubuh Bengkauw telah kemasukan orang-orang Cu Goan Ciang.
Memang penyelidikan itu dilakukan tidak secara terbuka, diadakan dengan cara diam2, tanpa menimbulkan kecurigaan dan menarik perhatian, sebab Bu Kie tahu, jika saja penyelidikan itu dilakukan dengan cara berterang,
niscaya musuh yang berhasil menyelusup masuk kebadan Bengkauw, akan segera mengundurkan diri dan lenyap tidak meninggalkan jejak.
Dan atas penelitian seperti itu Bu Kie menerima laporan, bahwa didalam Bengkauw memang telah menyelusup
masuk banyak orang2
yang dicurigai, mereka sebagai orang2 yang tidak dikenal dan tidak diketahui asal usulnya. Dan juga diduga keras mereka adalah kaki tangan Cu Goan Ciang.
Bu Kie perintahkan untuk sementara tidak mengambil tindakan dulu, membiarkan orang2 itu tetap berada didalam Bengkauw, Hanya saja, setiap gerak-gerik mereka diawasi dengan ketat.
Juga, Bu Kie sengaja telah mengadakan beberapa kali rapat memaparkan berikutnya. Hal ini
Ciang, yang diduga rencana
agar semua penyerangannya yang orang-orang Cu Goan
telah menyelusup kedalam tubuh Bengkauw akan memberikan laporan mereka kepada pihak kerajaan!
Padahal, penyerangan yang dilakukan Bu Kie akhirnya tidak sesuai dengan rencana semula, malah menjadi
kebalikannya, jika penyerangan di lakukan dari Timur, malah akhirnya penyerangan
Selatan, dari timur cuma
telah berasal dari sebelah buat membendung jalan
mundurnya musuh, yang telah berkumpul disitu buat menghadapi penyerangan.
Dengan salahnya informasi yang
kerajaan yang menyelusup masuk
diberikan orang2 kedalam tubuh Bengkauw, maka beberapa kali pasukan perang kerajaan mengalami kekalahan dan dapat dihancurkan.
Bu Kie gembira rencananya berjalan baik tetap saja ia perintahkan agar orang2 yang di curigakan sebagai kaki tangan Cu Goan Ciang di biarkan saja dulu, tidak di tangkap, karena memang Bu Kie malah hendak memperalat mereka, guna mengacaukan semua persiapan dari pihak kerajaan.
Tentu saja gerak-gerik mereka tidak pernah lepas dari pengamatan orang Bengkauw, sehingga Bu Kie tidak kuatir bahwa salah seorang di antara mereka bisa lolos dari pengamatan itu dilakukan sesuatu yang bisa merugikan Bengkauw.
Dengan adanya orang2 kerajaan yang menyelusup masuk kedalam tubuh Bengkauw, maka Bengkauw telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengaja untuk memberikan rencana2 yang salah, juga lewat anggota2 Bengkauw, mendekati orang2 itu dan mengajaknya bercakap2.
Dari hasil percakapan, memang dapat ditarik kesimpulan yang lebih jelas, karena orang2 yang di duga sebagai kaki tangan Cu Goan Ciang, setiap kali memiliki kesempatan,
tentu berusaha mempengaruhi pasukan Bengkauw dengan cerita angan-angan yang muluk, berusaha membujuk agar mereka menyeberang saja berpihak kepada kerajaan, karena pangkat dan harta menanti mereka di pihak kerajaan.
Jika memang telah diketahui dengan jelas dan pasti seperti itu, orang tersebut segera ditangkap. Dan dari mulut orang itulah banyak sekali keterangan yang bisa dikumpulkan Bu Kie, dengan demikian juga maka cukup banyak hal yang bisa dikerjakan Bu Kie dalam menghadapi tentara kerajaan.
Tidak terlalu mengherankan belakangan ini Bengkauw kembali dapat menerjang maju mematahkan perlawanan kerajaan. Dua kota telah berhasil dirampas kembali.
Dan juga Bu Kie telah merencanakan, untuk mengadakan penyerangan besar2an, cuma saja, waktunya yang belum tiba. secara besar2an
Dengan adanya rencana penyerangan itu, Bu Kie bermaksud hendak menemukan, apakah Bengkauw dapat merebut kembali kekuasaan di daratan Tionggoan.
Yang masih dinantikan Bu Kie adalah dukungan dari rakyat, Setiap rakyat yang dihubungi pasukan Bengkauw, pasti mereka menyetujui untuk mendukung Bengkauw, cuma saja Bu Kie yang bekerja sangat baik serta hati2, kuatir kalau2 diantara mereka ada yang bermuka dua. Karena itu pula, Bu Kie tidak bertindak sembarangan
Yang menggembirakan hati Bu Kie, banyak sekali, hampir seluruh dari orang2 rimba persilatan, mendukung Bengkauw, Kekuatan Bengkauw kali ini telah meningkat jadi beberapa kali lipat lebih besar dari sebelumnya.
Kemelut Di Majapahit 20 Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Alap Alap Laut Kidul 3

Cari Blog Ini