Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 21
Bu Kie sebagai seorang pemimpin yang berwibawa, memiliki kepandaian tinggi dan juga memang sangat cerdik, dibantu oleh Tio Beng isterinya, ia bisa bekerja dengan baik sekali. Cuma saja penyerangan secara besar2an belum lagi dilakukan Bu Kie, sebab ia masih menantikan laporan dari Kwang Tan.
Jika saja Kwang Tan kembali dan telah berhasil mengumpulkan
mengumpulkan data2 yang diperlukan, berhasil
keterangan yang lebih memungkinkan Bengkauw bisa memperoleh kemenangan, tentu Bu Kie akan segera mengumumkan penyerangan secara besar2an itu.
Justeru selama dua tahun lebih ini, Kwang Tan belum juga kembali, entah apa yang tengah dilakukan Kwang Tan tidak diketahui Bu Kie. Dengan sabar ia menanti.
Cuma saja, sambil menanti, Bu Kie-pun perintahkan pasukan Bengkauw maju terus, untuk merebut kota demi kota yang dilewatkan pasukan Bengkauw.
Dengan bertambahnya kota rampasan oleh Bengkauw, maka kekuatan Bengkauw jauh lebih kuat, sekarang mereka telah memiliki perbentengan yang kuat sekali menghadapi Cu Goan Ciang, karena mereka seperti juga sebuah pasukan
kerajaan lain, yang mengerahkan pasukan dalam jumlah besar, dengan daerah kekuasaan yang sangat luas, hampir meliputi dua propinsi.
Inilah yang benar2 sangat menguatirkan Cu Goan Ciang dan jika Bengkauw berhasil menguasai tiga propinsi maka Cu Goan Ciang akan terancam sekali kedudukannya, walaupun bagaimana kuatnya pasukan perang kerajaan.
Jika memang Bengkauw berhasil merebut tiga propinsi, maka sulit sekali buat membereskan dan membasmi Bengkauw, apa lagi buat meruntuhkannya.
Dan kemungkinan besar malah Bengkauw yang akan dapat meruntuhkan dan menghancurkan Cu Goan Ciang dengan kerajaannya itu.
Dan Cu Goan Ciang sudah tidak memperdulikan lagi betapa besar biaya peperangan yang harus dikeluarkan oleh
pihak kerajaan, yang terpenting buat Cu Goan Ciang adalah menghancurkan Bengkauw dan juga membasminya sampai habis.
Justeru biaya peperangan yang disedot oleh Cu Goan Ciang dengan mengeluarkan beberapa pajak baru, membuat rakyat semakin tidak menyukainya.
Jika dulu, Cu Goan Ciang mempergunakan tangan besi. tapi tindakannya itu didukung oleh dihapusnya beberapa macam pajak yang membebaskan rakyat, dengan begitu, rakyat masih bisa mendukungnya dan juga tidak terlalu memihak kepada Bengkauw.
Namun sekarang, dengan
ditimbulkannya beberapa pajak baru, akibat dibutuhkannya biaya untuk peperangan tersebut, membuat rakyat jadi semakin tidak menyukainya dan akhirnya banyak yang memihak kepada Bengkauw.
Dengan pasukan Bengkauw semakin kuat, sedangkan Cu Goan Ciang semakin terancam kedudukannya. Apalagi belakangan ini disebabkan kekalapannya, Cu Goan Ciang mempergunakan tangan besi yang semakin menjadi2. Orang2 yang dicurigai sebagai anggota Bengkauw, boleh dihukum mati oleh pembesar setempat.
Dengan adanya pembesar kerajaan mereka. Jika ada orang yang tidak di senangi mereka, tentu akan dijatuhi hukuman mati.
Dengan demikian telah membuat banyak rakyat yang menjadi korban dan bersengsara.
peraturan seperti itu, maka banyak yang menyalah gunakan kekuasaan
Sedangkan dengan tentara berkepanjangan bertahun2
ooooo)OdwO(ooooo
peperangan antara pasukan Bengkauw kerajaan masih terus juga berlangsung KWANG TAN yang telah berada di kota raja, sesungguhnya banyak telah melakukan dan melaksanakan tugasnya, seperti yang diperintahkan Thio Bu Kie.
Tiga tugas pokok Kwang Tan. Pertama, ia harus menyelidiki berapa besar kekuatan yang dimiliki kerajaan dalam menghadapi peperangan, dan untuk tugas yang pertama ini, Kwang Tan harus menyelidiki berapa banyak harta dan anggaran yang masih tersedia dalam kas negara.
Lalu tugas yang kedua, jika memang memungkinkan Kwang Tan pun boleh membunuh Kaisar Cu Goan Ciang, Untuk tugasnya yang kedua ini, jelas Kwang Tan sulit melakukan, walaupun ia memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Sebab betapapun lihaynya ia, namun di istana Kaisar terdapat penjagaan yang ketat, Cu Goan Ciang sendiri memang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi.
Untuk tugas yang ketiga adalah Kwang Tan harus membasmi para pembesar yang korup dan jahat. Dengan membunuh pembesar jahat sebanyak-banyaknya, tentu kemungkinan rakyat terhindar dari penindasan, dan tentu saja penggantinya merupakan pembesar yang belum di ketahui tabiatnya. jika memang sebagai pembesar jahat lagi, maka Kwang Tan harus membunuhnya pula.
Disamping itu, jika memang Kwang Tan bisa melakukannya, ia harus mempengaruhi beberapa orang
menteri, agar terdapat jalanan kerjasama diantara mereka dengan Bengkauw, nanti mereka sebagai orang2 Bengkauw yang menyambut dari dalam.
Kwang Tan menyadari tugas yang tengah dilakukannya itu semuanya merupakan tugas yang berat. Akan tetapi, ia bersedia melaksanakannya, walaupun bagaimana beratnya tugas itu, karena Kwang Tan memang ingin mencobanya dulu. sebelum ia menyatakan bahwa ia tidak sanggup.
Bu Kie memilih Kwang Tan, karena pemuda ini disamping mengerti ilmu pengobatan yang sangat tinggi
sekali, yang bisa dipergunakan sebagai salah satu jembatan mendekati para pembesar kerajaan atau para menteri kerajaan sebab jika ada salah seorang mereka yang sakit berat dan tabib istana sudah tidak sanggup mengobatinya, maka Kwang mengobatinya.
Jika berhasil Tan bisa mendekati dan berusaha
menyembuhkan menteri yang sakit itu, niscaya Kwang Tan bisa berhubungan baik dengan menteri itu, berarti juga, terus Kwang Tan bisa mempengaruhinya.
Lalu prihal ilmu silat Kwang Tan yang memang tinggi serta lihay, dengan begitu, membuat Bu Kie yakin Kwang Tan bisa menjaga keselamatan dirinya dengan baik.
Kwang Tan sendiri telah hampir setengah bulan berada di kota raja, ia melihat suasana di kota raja tidak ada tanda2 seperti kerajaan tengah menghadapi peperangan.
Semua berlangsung ramai dan gembira, penduduk sibuk dengan pekerjaan mereka. Yang dagang, tetap berdagang dengan gembira dan bersemangat sedangkan yang mencari hiburan, tetap saja datang ke-tempat2 pelesiran bermain dengan bunga raya.
Juga musik dan tertawa wanita cantik selalu terdengar sepanjang malam hari di kota raja. Sebagai seorang yang memiliki mata sangat jeli dan tajam, Kwang Tan bisa melihat bahwa di balik dari semua kegembiraan dan keramaian di kota raja, sesungguhnya penjagaan sangat ketat sekali.
Banyak pahlawan istana, yang penduduk biasa, yang berkeliaran. menyamar sebagai Mereka semuanya
umumnya memiliki kepandaian sangat tinggi.
Kwang Tan mengetahui hal itu, karena ia di kala tengah berjalan jalan di kota raja, seringkali bertemu dengan penduduk yang langkah kakinya sangat ringan.
Segera juga Kwang Tan mengetahuinya, bahwa itulah bukan seorang penduduk biasa, Dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, tentunya ia seorang akhli silat tingkat tinggi.
Jika memang hanya bertemu satu atau dua orang saja seperti itu, tentu Kwang Tan menduga mereka itu cuma orang2 kangouw belaka. Tapi justeru acapkali ia bertemu dengan orang2 seperti itu, yang
puluhan orang, dengan demikian bahwa kotaraja memang terjaga ketat sekali.
Belum lagi, ditempat2 tertentu ditempatkan penjagaan pasukan kerajaan, baik dari Kim Ie Wie dan Gie Lim Kun, yang banyak berkeliaran.
jumlahnya meliputi
telah memperlihatkan Cuma saja, sebagai kotaraja yang selalu ramai dan diliputi oleh kesibukan dan segala macam hiburan, maka Kwang Tan pun bisa melihat segala macam ulah dari penduduk.
Kwang Tan sangat hati-hati sekali, sedikit saja ia menimbulkan kecurigaan, niscaya dirinya bisa memperoleh kesulitan yang tidak kecil. Maka dari itu, Kwang Tan pun masih tetap menyamar sebagai seorang laki2 setengah baya, yaitu yang berusia hampir empat puluh tahun.
Gerak-geriknya pun diusahakan agar tampak lemah, tidak terlihat bahwa ia memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Sore itu, Kwang Tan duduk di sebuah rumah makan yang cukup besar, pengunjung rumah makan itu ramai sekali, terdiri dari orang2 bermacam golongan.
Pelayan yang melayani Kwang Tan, melihat laki2 setengah baya ini sebagai pelajar yang lemah gemulai, yang tampaknya tidak memiliki tenaga dan jika tertiup angin tentu bisa rubuh, maka ia tidak melayani dengan sikap menghormat ia tampaknya acuh tak acuh dan seganseganan, karena ia benar-benar tidak memandang mata
pada tamunya yang lemah ini.
Dan ia pun tahu, tentunya dilihat dari pakaiannya yang sederhana itu, Kwang Tan tidak akan menghadiahkan padanya tip yang besar.
Kwang Tan tidak memperdulikan sikap pelayan tersebut, ia bersantap perlahan2, tampak nya ia memang seorang pelajar yang lemah, tapi sebenarnya matanya telah mengawasi sekitar rumah makan itu, mengawasi semua tamu yang berada di dalam ruangan tersebut.
Walaupun yang berada dalam ruangan makan tersebut merupakan orang2 yang berpakaian sebagai penduduk biasa, tokh Kwang Tan mengetahui diantara mereka ada orang2 yang berkepandaian tinggi.
Hal ini diketahui Kwang Tan dari sikap dan sinar mata mereka yang tajam. juga mereka memandang secara diam2, selalu memperhatikan sekitar ruang tersebut.
"Aneh!" berpikir memang didalam sehingga selalu diadakan penjagaan seketat ini! Dilihat dari
gerak-gerik mereka,
tentunya mereka adalah sebangsa pahlawan istana Kaisar, yang menyamar sebagai penduduk biasa. Tapi mereka tidak bisa melenyapkan tangan dan kaki mereka yang selalu bergerak sangat ringan !"
Kwang Tan berpikir seperti itu, dari luar masuk dua orang laki2 berusia pertengahan. berpakaian sebagai penduduk biasa, dengan
Tengah melangkah Merekapun Kwang Tan didalam hati. "Apakah kotaraja sering terjadi kerusuhan,
rambut digulung keatas dan diikat oleh sehelai angkin warna kuning dan yang seorangnya lagi oleh warna hijau. Mereka telah menuju kesebuah meja yang masih kosong.
"Kurang ajar sekali!" menggumam salah seorang diantara mereka, "Jika malam ini kita tidak bisa mencari jejak si pembunuh, kita akan dihukum !"
"Stttt !" Yang seorang telah memperingati agar kawannya itu hati2 dalam berkata-kata, "Jangan terlalu ceroboh!"
Kawannya tersadar dengan segera, dan ia segera juga memandang sekitarnya, Kemudian tersenyum. "Umumnya kawan2 kita juga...!" katanya kemudian dengan suara yang perlahan, namun Kwang Tan masih juga mendengarnya dengan jelas, karena mereka duduk di meja
yang terpisah tidak begitu jauh, disamping itu memang telinga Kwang Tan sangat tajam sekali.
"Walaupun mereka terdiri dari kawan, namun kita tetap harus hati-hati!" memperingati kawannya. Mendengar percakapan kedua orang itu, yang
selanjutnya membicarakan soal makanan yang mereka gemari, segera juga Kwang Tan bisa menarik kesimpulan bahwa dugaannya, bahwa orang2 yang menyamar sebagai penduduk biasa itu, yang diduganya adalah orang2 yang memiliki kepandaian tinggi, ternyata tidak meleset. Mereka adalah orang2 yang bekerja pada menyamar.
kerajaan dan tengah
Hanya yang membuat Kwang Tan heran, mengapa mereka dikerahkan dalam jumlah yang demikian banyak, selain menyamar, juga mereka harus melakukan tugas mengamati keadaan di sekitar tempat itu.
Kwang Tan memasang telinga terus, sampai akhirnya salah seorang diantara kedua orang itu, yang mengenakan pita warna hijau, telah berkata: "Apakah engkau telah mendengar berita baru "!"
Kawannya menatapnya, menggeleng sambil senyum. "Untuk apa " Tidak ada gunanya ! Tugas kita saja belum lagi bisa diselesaikan !" katanya kemudian "Lebih baik kita curahkan perhatian buat melakukan penyelidikan dan mencari jejak si pembunuh!"
"Kukira sulit buat menyelidiki jejak si pembunuh, mungkin juga pembunuhnya telah pergi jauh meninggalkan kotaraja, maka akan sia-sia belaka usaha kita !" bilang yang seorangnya.
"Hemmm, mendengar apa yang dikatakan oleh majikan kita, pembunuh itu adalah orang Bengkauw!" bilang yang seorang.
Hati Kwang tercekat, ia jadi lebih teliti dalam memasang telinga, ia berusaha memperhatikan setiap kata yang diucapkan kedua orang itu.
"Ya, memang menurut dugaan, besar kemungkinan pembunuh itu adalah orang Bengkauw, pertama kepandaiannya yang sangat tinggi..."
"Juga memusuhi orang kerajaan...?" menimpali kawannya dengan suara yang perlahan. "Hemmm, jika jejak si pembunuh telah berhasil kita temui, tentu biarpun ia memiliki sayap, jangan harap bisa meninggalkan kotaraja!" bengis suaranya, walaupun ia berkata-kata dengan suara yang perlahan sekali.
Kawannya nyengir dia bilang: "Kau bicara enak saja, Kau sendiri yang bilang, kepandaiannya sangat tinggi dan ia bergerak seperti bayangan belaka, tidak bisa dilihat jelas, Diwaktu itu, kepandaian Kie Bun Taijin sangat tinggi sekali, mungkin berimbang dengan kepandaian kita. Maka,
jika memang kita yang menghadapi si pembunuh, jika kita kurang waspada tentu dalam satu atau dua jurus, kitapun akan terbinasa.."
"Hemmm, tapi Hongsiang telah mengerahkan hampir seribu pahlawan istana! Mustahil dengan kekuatan seperti
itu, sipembunuh yang hanya seorang diri tidak bisa kita ringkus?" kata kawannya seperti juga meremehkan.
Mereka bersantap, dan Kwang Tan telah dapat menduga, tentu pembunuh yang tengah mereka cari adalah dirinya sendiri. Mereka mencari jejak Kwang Tan yang telah membunuh Kie Bun Taijin.
Cuma saja yang membuat Kwang Tan heran, mengapa Kie Bun Tai-jin tampaknya seorang penting, sehingga kematiannya
mengerahkan membuat Kaisar sendiri yang telah
seribu pahlawan istananya buat mencari pembunuh itu?"
Tengah Kwang Tan berpikir seperti itu, di dengarnya lagi kata2 dari salah seorang kedua orang itu, yang bilang: "Jika kita yang berhasil melacak jejak si pembunuh, tentu kita memperoleh hadiah yang tidak sedikit !"
"Kau bermimpi saja," kata kawannya.
"Aku tidak bermimpi, aku bicara sungguh-sungguh, kalau memang aku bisa menemui jejak pembunuh, hemm, hemm, akan kupuntir kepalanya, untuk mematahkan batang lehernya kemudian mempersembahkan kepalanya itu pada Hongsiang.!" Sebelum berkata begitu orang tersebut tertawa tergelak-gelak.
Kwang Tan mendongkol melihat sikap jumawa orang itu, diam-diam dia mengambil sebutir bakso, Kemudian disentilnya.
Bakso itu telah meluncur masuk kedalam mulut orang itu, ia memang melihat meluncurnya bakso itu, Tapi ia tidak keburu mengelakkannya, iapun tengah tertawa bergelak2, mulutnya terbuka lebar, ia tidak keburu menutupnya lagi mulutnya.
Maka dari itu, seketika bakso itu telah meluncur masuk kedalam lehernya, sehingga dia keselak dan kelabakan melompat berdiri dari duduknya.
"Kurang ajar!" makinya kalang kabutan setelah bakso itu dapat ditelannya masuk.
Kawannya memandang heran, Tadi dia tengah menunduk, dia tidak melihat, menyambarnya bakso yang disentil Kwang Tan, maka dari itu ia heran melihat sikap kawannya.
"Mengapa engkau seperti monyet yang terbakar ekornya?" tanyanya kemudian dengan suara yang tawar. Kawannya yang diejek, seketika mukanya berobah merah.
"Ada orang yang membokongku!" menyahuti kawannya. "Ihhh!" sahutnya terkejut, ia memperhatikan kawannya dengan sepasang mata terpentang lebar, "Ada yang membokong kau?"
"Ya!"
"Kau bisa mengelakkannya?"
"Tidak !"
"Terluka"!"
"Tidak !"
"Ahhh, kau ini bagaimana, kau mengatakan tidak bisa mengelakkan, tapi juga engkau tidak terluka. Kau tengah
bergurau, kawan" Ayo,
teruskan makanmu.... nanti makanan ini dingin tentu tidak enak lagi !" dan dia ingin memakan lagi santapannya.
Tapi kawannya telah berkata sengit: "Aku sungguh2 telah dibokong seseorang..."
"Mana dia senjata gelapnya itu?" tanyanya.
"Telah tertelan..."
"Tertelan?" kawannya tambah heran.
"Ya, kukira, sebutir bakso..." menyahuti orang yang tadi mulutnya telah memasukkan bakso. Kawannya memandang heran lagi, kemudian tertawa: "Sudahlah, mungkin engkau hendak mempermainkan aku. Mengapa kita tidak karuan harus bergurau seperti ini, padahal kita tengah menghadapi tugas berat, karena kalau sampai besok kita tidak bisa mencari jejak sipembunuh, kita akan dijatuhi hukuman berat?"
Kawannya itu mendelik. dia bilang. "Orang yang membokongku pasti berada didalam ruangan ini!" Dan dia mengawasi sekitarnya. Tapi tidak mengetahui siapa orang yang telah membokongnya, karena semua tengah menikmati santapan mereka.
Dan terakhir, orang tersebut memperhatikan setiap meja. ia mencari-cari, kalau saja ada tamu yang tengah makan baso.
Dan tidak ada, Cuma di meja Kwang Tan, masih terlihat semangkok baso. Muka orang itu berobah merah, ia melangkah menghampiri dengan langkah lebar. Kemudian ditepuknya keras sekali meja Kwang Tan sampai beberapa mangkok terbalik.
Kwang Tan tenang saja mengangkat senang. "Sahabat! kepalanya, Mengapa kemudian tegurnya tidak engkau tidak hujan tidak angin membalikkan barang santapanku" Atau engkau tengah mabok dihari sore seperti ini?"
Orang itu tengah gusar, ia mendelik, katanya: "Kau telah membokongku "!" "Membokongmu"!"
"Ya!"
"Membokong dengan apa?"
"Dengan bakso"!"
Kwang Tan tertawa terbahak2. sedangkan beberapa orang tamu yang menyaksikan peristiwa tersebut, segera juga tertawa bergelak-gelak. Mereka anggap apakah orang yang satu ini tengah mabok atau memang sinting.
"Jangan tertawa!" bentak orang itu dengan suara yang bengis dan menepuk meja Kwang Tan lagi. "Aku bersungguh2. Dan diruangan ini, cuma engkau yang bersantap dengan bakso, ini mangkoknya."
"Aneh." kata Kwang Tan, "tidak hujan tidak angin, tidak tahu urusan apa2 aku telah dituduh membokongnya. Sungguh menggelikan Sekali...!"
Kawan orang itu juga telah bangun dan menghampiri, menarik tangan kawannya.
"Ayo maju!" bisiknya perlahan.
Orang itu tampaknya penasaran sekali, karena memang benar2 ia telah dipermainkan orang, diserang membokong dengan sebuah benda yang lunak2, yang diduganya adalah bakso karena bentuknya yang bulat itu, ia belum bisa membuktikan siapa yang telah membokongnya, ia baru bisa
menuduh Kwang Tan, karena justeru dimeja Kwang Tan terdapat semangkok bakso, tapi ia tidak bisa membuktikannya.
Akhirnya ia menurut saja seretan kawannya, kembali kemeja mereka, Matanya tetap mengawasi tajam kepada Kwang Tan.
Kwang Tan sambil tersenyum menggeleng-gelengkan kepala, pelayan telah datang dengan cepat dan merapihkan meja.
Sedangkan kawan orang yang tadi kena di serang membokong oleh meluncurnya bakso yang masuk tenggorokannya, telah berkata perlahan: "Kau ini ada-ada saja...!"
"Ada-ada bagaimana" Memang aku diserang secara menggelap oleh orang yang belum kuketahui siapa." kata orang itu penasaran bukan main.
Ia menceritakan, tadi waktu ia tengah tertawa, telah meluncur sebutir benda bulat sebesar bakso, Namun ia tidak keburu menutup mulutnya, sehingga benda itu meluncur masuk kedalam mulutnya, Cuma saja benda itu lunak dan
telah membuat dia keselak tidak terlalu lama, ia bisa menelannya.
Kawannya mengawasi heran dan bingung.
"Jadi kau bersungguh2?" tanyanya.
"Siapa yang bilang aku tengah bergurau?"
"Lalu, siapa yang menyerangmu?"
"Mana aku tahu! Jika memang aku mengetahui, tentu akan kuremukkan batok kepalanya itu!" menyahuti orang itu berang.
Kawannya menghela napas panjang2. "Sudahlah, mari kita habiskan santapan, dan kita harus segera berlalu dari sini, karena kita harus pergi mencari jejak sepembunuh.
"Hemmm! kalau saja aku bisa membuktikan laki2 itu yang menimpukku, tentu aku akan membunuhnya, agar dia tahu siapa aku, Coa Toa!"
Waktu berkata begitu, ia hendak mengerling kepada Kwang Tan. Tapi ia agak kaget, karena tahu2 dilihatnya sebutir benda bulat tengah meluncur kearah matanya, ia melihat benda bulat itu menyambar datang semakin besar, semakin besar, semakin besar dan kaget.
"Aduh..." ia menjerit kesakitan, karena di rasakan matanya sakit bukan main, ternyata benda bulat yang juga lunak itu, telah menghantam mata kanannya.
Seketika ia melompat berlari. Kawannya juga telah melihat benda bulat itu yang jatuh diatas meja, Ternyata sebutir bakso. Dan iapun telah melompat berdiri, Dari arah datangnya bakso tersebut, maka bisa memperkuat dugaan orang itu, yang menyerang adalah Kwang Tan, sebab menyambarnya bakso tersebut memang dari jurusan Kwang Tan berada.
Tanpa berkata apa2, dengan mata yang masih pedih dan sakit, orang itu melompat ke depan meja Kwang Tan, diikuti oleh kawan2nya.
"Akan kuremukkan batok kepalamu!" teriak orang itu kalap dan murka. Iapun bukan berteriak saja, sebab tangan kanannya telah meluncur hendak menghantam balok kepala Kwang Tan, yang ingin dihancurkan.
Kwang Tan tertawa dingin, ia telah menyingkir kesamping, sehingga tangan orang itu meluncur menghantam meja.
"Brakkk..!" meja itu remuk dan hancur berantakan Kwang Tan telah melompat kesamping. "Sudah kuduga bahwa engkau yang mempermainkan aku !" bentak Coa Toa dengan suara yang dingin dan bengis, karena ia sangat murka, mukanya merah padam, dengan tubuh yang menggigil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan sekarang aku akan membunuhmu, sebagai imbalan perbuatanmu! Nah, Kim Lin, ayo maju !" Kawannya mengiyakan, segera juga tubuhnya melesat kedekat Kwang Tan, ia membuka serangan, membarengi Coa Toa yang menghantam kepada Kwang Tan.
Hantaman kedua orang itu bukan sembarangan pukulan, karena bisa meremukan sasaran yang dihantamnya, mereka memiliki gwakang atau tenaga luar yang kuat dan terlatih baik sekali, kepalan tangan mereka mengandung kekuatan yang bisa meremukan dan menghancurkan tubuh lawannya.
Kwang Tan melesat kesamping, Tahu-tahu Coa Toa dan Kim Lin kehilangan jejak. Mereka mengeluarkan seruan heran. Belum lagi mereka tahu apa2, maka dirasakan baju di punggung mereka kena di cengkeram kuat sekali, di barengi dengan kata2:
"Kalian hanya menimbulkan keonaran belaka!"
Tahu2 tubuh kedua orang itu terlontar keluar lewat pintu rumah makan itu terbanting di tengah jalan.
Itulah cara melontarkan yang sangat lihay, karena sekaligus dan berbareng melontarkan dua orang, malah melemparkannya sejauh enam tombak lebih. Tentu saja membuktikan hal itu bahwa Kwang Tan memiliki tenaga dalam yang sangat kuat.
Orang lainnya, yang tadi di awasi Kwang Tan dan di duga memiliki kepandaian tinggi berpakaian sebagai penduduk biasa, bangun, mereka berjumlah sembilan orang, yang semuanya telah menyerbu kedekat Kwang Tan dengan muka yang bengis bukan main.
walaupun hanya telah melompat Malah salah seorang diantara mereka telah berkata: "Hemm, engkau, rupanya hendak menimbulkan keonaran di kota raja ! Rupanya kawan kami tadi tidak berdusta, bahwa ia telah diserang oleh kau dengan cara membokong mempergunakan bakso!"
Tangan kanannya di ulurkan, ia bermaksud menangkap lengan Kwang Tan.
Namun Kwang Tan bergerak cepat sekali. Tangan orang itu malah di sambuti oleh tangannya. Bukan tangan Kwang Tan yang kena di cengkeram,
justeru pergelangan tangan orang tersebut yang kena di cengkeram Kwang Tan.
Malah Kwang Tan telah menariknya dengan segera, tubuh orang itu terpental sama seperti yang dialami Coa Toa dan Kim Lin keluar rumah makan.
murka sekali, semuanya Delapan orang kawannya mencabut senjata mereka. Tanpa menantikan mereka bergerak menyerangnya, Kwang Tan menjejakkan kakinya, Tubuhnya melesat
ketengah udara, kedua kaki dan kedua tangannya bergerak sebat sekali.
Segera juga mereka tumbang seperti pohon yang di terjang angin, delapan orang itu jungkir balik di lantai, Mereka juga mengeluarkan suara jerit kesakitan.
Waktu mereka merangkak bangun, maka mereka tidak melihat Kwang Tan lagi, yang entah telah pergi kemana. Mereka memaki dan mengutuk sambil berlari keluar buat mengejar. Tapi mereka cuma melihat ketiga orang kawan mereka, termasuk Coa Toa dan Kim Lin, sedangkan
Kwang Tan sudah tidak terlihat bayangan lagi.
Karena itu, mereka segera juga melakukan pengejaran, walaupun hati mereka masing2 merasa gentar buat mengejar jejak si pelajar setengah baya tersebut, sebab mereka telah menyaksikannya, betapa tingginya kepandaian Kwang Tan mereka sebelas orang di buat tidak berdaya dalam beberapa gebrakan saja.
Waktu tengah melakukan pengejaran, hati Coa Toa pun telah terpikir sesuatu.
"Apakah tidak mungkin dialah si pembunuh yang kita cari" Bukankan ia memiliki kepandaian yang tinggi"!"
Kim Lin segera tercekat hatinya, ia pun berpikir sama seperti Coa Toa.
"Tepat! Pasti dia! Ayo kejar!" Dan ia mempercepat larinya.
"Tunggu dulu!" teriak Coa Toa waktu yang lainnya pun hendak berlari mengejar lebih cepat lagi. Semuanya berhenti, mengawasi Coa Toa.
"Mengapa ?" tanya Kim Lin.
"Kita harus segera memberikan laporan, bahwa pembunuh Kie Bun Taijin telah berhasil kita temui jejaknya, ia masih berada dikotaraja, karena itu, semua pintu kotaraja harus ditutup, mencegah dia melarikan diri keluar kotaraja, kita kemudian meminta bantuan pasukan kerajaan mengadakan pemeriksaan terhadap semua rumah penduduk !"
Usul itu dibenarkan kawan2nya, segera juga mereka berlari pergi ke markas mereka, karena memang mereka semua ternyata adalah para pahlawan istana yang tengah bertugas buat mencari jejak pembunuh Kie Bun Taijin, dan
mereka melakukan penyamaran sebagai penduduk biasa saja, untuk mempemudah tugas dan pekerjaan mereka.
Seketika itu juga, keadaan didalam kotaraja agak sibuk, karena pintu kotaraja segera di tutup, semuanya berjumlah delapan pintu dan semua itu telah ditutup, dan penduduk dilarang masuk ataupun keluar, Dan ditutupnya pintu
kotapun tidak diumumkan sebelumnya, dilakukan begitu tiba2 sekali, juga tidak diumumkan kapan akan dibuka kembali pintu2 itu.
Pasukan kerajaan pun segera mengadakan pemeriksaan dari rumah penduduk yang satu ke rumah penduduk yang lainnya.
Begitu ketatnya pemeriksaan tersebut, sehingga setiap tempat tidak ada yang lolos.
Tapi Kwang Tan seperti telah lenyap ke-dalam perut bumi, sebab ia sama sekali tidak terlihat bayangannya pula. Semua ini membuat para pahlawan istana jadi penasaran bukan main, Mereka mengadakan pemeriksaan sampai menjelang pagi hari, Dari sore sampai pagi hari, satu malaman suntuk mereka bekerja, tapi tanpa hasil.
Namun Kaisar yang diberitahukan peristiwa itu, segera juga perintahkan kepada Komandan Gie Lim Kun dan Komandan Kim Ie Wie membantu dengan mengerahkan anak buah mereka, disamping itu mereka berduapun harus membantu mencarikannya.
Dikala itu, tampak semua pahlawan istana yang seluruhnya berjumlah hampir seribu orang, yang telah ditugaskan untuk mencari jejak pembunuh Kie Bun Taijin, telah bekerja dengan tekun, mereka berusaha menemukan jejak Kwang Tan.
Tapi pelajar setengah baya yang tadi tampaknya begitu lemah gemulai dan tidak bertenaga, telah lenyap tanpa meninggalkan setitik jejak sedikitpun.
-ooo0dw0ooo KEMANAKAH perginya Kwang Tan" ternyata pemuda itu dari rumah makan tersebut segera kembali kerumah penginapan. ia segera mengunci pintu kamarnya, ia pun telah menghapus mukanya dengan air. sehingga bubuk halus buat penyamarannya telah dihapus.
Sekarang ia merupakan seorang pemuda yang sangat tampan sekali, ia bersemedhi untuk mengatur jalan pernapasannya, Tidak lama kemudian ia mendengar ribut2 diluar rumah penginapan.
Dari seorang pelayan ia diberitahukan bahwa pihak kerajaan hendak mengadakan pemeriksaan
penginapan tersebut, Kwang Tan tersenyum
dirumah pasukan
kerajaan yang berjumlah belasan orang, telah melakukan pemeriksaan
Akhirnya tiba pada giliran kamar Kwang Tan, dengan tenang Kwang Tan membuka pintu kamarnya. Setelah melihat penghuni kamar tersebut adalah seorang pemuda tampan yang belum lagi berusia dua puluh tahun, para tentara kerajaan itu berlalu dengan menggerutu, sebab mereka tidak berhasil menemui jejak orang yang tengah dicarinya.
Para tentara kerajaan itu telah menerima perintah buat mencari laki2 setengah baya, dengan wajah dan keadaan dirinya digambarkan menurut apa yang diceritakan Coa Toa.
Dan sekarang Kwang Tan telah menghapus bubuk halus penyamarannya, dengan demikian ia berobah menjadi seorang yang muda belia.
Tentu saja para tentara kerajaan itu tidak mengetahui bahwa orang yang mereka tengah cari adalah Kwang Tan, yang waktu itu ada di depan mata mereka.
Setelah menutup pintu kamarnya, Kwang Tan tertawa keras, karena telah mempermainkan Coa Toa, ia pun kemudian mengatur jalan pernapasannya.
Setelah agak malam, Kwang Tan tidur dengan nyenyak. Waktu besok pagi ia terbangun dari tidurnya, ia segera merencanakan apa yang harus dilakukannya hari itu.
Dan Kwang Tan ketika keruang bawah rumah penginapan itu, mereka itu sudah tidak melihat kesibukan pemeriksaan lagi. Rupanya para tentara kerajaan itu sudah bubaran, karena mereka tidak berhasil mencari jejak orang buruan mereka.
Kwang Tan merapihkan pakaiannya, kemudian meninggalkan rumah penginapan itu, ia berjalan dengan menundukkan kepalanya, agar tidak menarik perhatian orang2 yang pernah melihat dia beberapa waktu yang lalu, dalam keadaan menyamar merupakan seorang pemuda mukanya dan tidak menyamar, namun ia kuatir ada yang mengenali akan potongan tubuhnya.
Setelah berjalan kesana kemari, ia tiba di pasar. Pasar di Kotaraja merupakan pasar yang besar dan ramai sekali. Sesak dan juga yang berdagang ramai menjajakan barang dagangan mereka.
Tiba2 Kwang Tan merasakan bahunya di bentur seseorang. Kwang Tan memiliki kepandaian yang tinggi sekarang walaupun ia tampan, tanpa memoles maka dengan segera waktu bahu orang itu akan membenturnya, ia telah dapat membuat pundaknya melejit. Tapi masih juga terbentur sedikit. biar pun Kwang Tan melakukan gerakan itu sangat cepat.
Kwang Tan segera menoleh, tapi ia terlambat, orang itu telah berhasil menyelinap kedalam orang ramai, dan ia
segera menghilang. Orang itu mengenakan baju kuning.
Kwang Tan segera mengejarnya. ia ingin tahu, entah siapa orang yang sengaja hendak membentur bahunya, jika memang orang itu tidak sengaja membentur pundaknya, tentu benturan pada pundak Kwang Tan terjadi tidak keras
dan tidak mendatangkan perasaan sakit seperti tadi.
Sedangkan tadi Kwang Tan merasakan betapa pundak orang itu mengeluarkan angin yang kuat, menunjukkan bahwa orang itu berkesiuran sangat bermaksud hendak
membentur pundaknya dengan kekuatan yang tidak kecil. Kwang Tan berhasil juga mengikuti orang itu. Tapi jarak mereka terpisah telah cukup jauh. Dilihatnya orang yang berpakaian baju kuning itu tengah menyelinap kesana kemari di antara orang ramai, gerakannya lincah dan gesit sekali.
Kwang Tan tidak membuang2 waktu lagi, segera iapun menyelinap diantara orang ramai untuk menyergapnya. Tiba2 orang yang dikejarnya itu, yang memakai baju kuning, telah menghentikan larinya ia malah memutar
tubuhnya. Dialah seorang lelaki bermuka kasar, bertubuh tegap, dengan kumis dan jenggotnya yang kasar memenuhi wajahnya.
Ia telah bersiul nyaring sekali, suara siulannya bergema disekitar tempat itu, sebab ia bersiul bukan dengan siulan
biasa belaka, melainkan bersiul dengan disertai sin kang yang kuat, sehingga siulan tersebut bisa terdengar jauh.
Kwang Tan ketika melihat orang itu berhenti berlari, iapun bermaksud memperlambat larinya, akan tetapi tahu2 orang2 yang ada disekelilingnya telah mengepungnya, mengurung Kwang Tan di tengah2, jumlah mereka
mungkin hampir dua
puluh orang lebih, semuanya berpakaian serba penduduk biasa. Kwang Tan cerdik, ia segera bisa menerka apa yang sebenarnya terjadi, Bahwa ia ternyata telah tertipu pandang, yaitu semula ia menyangka orang2 yang ada disekelilingnya
adalah penduduk kotaraja, padahal mereka adalah para pahlawan istana Kaisar yang tengah menyamar!
Kwang Tan memandang tajam pada mereka, matanya memancarkan sinar yang berkilauan terang.
Orang yang memakai baju kuning tertawa bergelak. "Tidak salah! Memang dia!" Dia bilang sambil menunjuk Kwang Tan dengan sikap yang angkuh, mukanya juga bengis sekali.
Kwang Tan mengerutkan alisnya sedangkan salah seorang dari pengepungnya telah berkata: "Ya memang dia. .telah kuduga memang pasti dia..."
"Tidak salah lagi. Memang dia!" tiba2 terdengar orang lainnya telah berseru nyaring, Kwang Tan menoleh. Dilihatnya orang tersebut tidak lain dari Siauw Toako.
Cuma saja ia berdiri agak jauh, mungkin disebabkan ia telah dimusnahkan kepandaiannya, sehingga ia menjadi lemah dan tidak bisa ikut mengepung.
Kwang Tan yang cerdas segera dapat menerka apa yang sebenarnya terjadi, iapun mengetahui, tentunya Siauw Toako itu telah melihatnya, namun belum merasa pasti bahwa Kwang Tan sebagai pembunuh dari Kie Bun Taijin,
Maka orang yang memakai baju kuning itu, yang tidak lain dari salah seorang pahlawan istana Kaisar, telah mencobanya, mengujinya dengan membenturkan pundaknya. Dengan cara seperti itu, ia mengetahui Kwang
Tan memiliki kepandaian ilmu silat atau tidak.
Ternyata memang Kwang Tan lihay, ia telah berusaha membentur Kwang Tan dengan kuat dan cepat, akan tetapi Kwang Tan dapat mengelakkan diri dan hanya terbentur sedikit saja, memang di waktu itu, ia sengaja berlari dengan
cepat, Kwang Tan bisa mengejarnya tidak kalah cepatnya. Jika saja waktu itu tidak dalam keadaan ramai, tentu ia telah kena dikejar oleh Kwang Tan.
Maka tidak sangsi lagi orang berpakaian kuning itu, bahwa Kwang Tan lah orang yang tengah mereka cari,
sedangkan pada waktu itu Kwang Tan telah berkata dengan suara yang dingin:
"Mengapa kalian mengepungku" Dan mengapa kau telah sengaja membentur pundakku?" Kata-kata yang terakhir itu ditujukan kepada orang yang memakai baju kuning itu.
Disaat itu terlihat betapa pun juga, orang-orang yang mengepungnya merasa jeri, karena mereka telah mendengar pembunuh Kie Bun Taijin seorang pemuda yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan lihay sekali, karena itu,
mereka berwaspada, tidak
berani sembarangan turun tangan.
Orang yang memakai baju kuning telah berkata dengan suara yang bengis dan dalam
"Hmmm, kau mengakuinya bahwa engkaulah pembunuh Kie Bun Taijin bukan"!"
Mata Kwang Tan mencilak. "Kalian jangan sembarangan menuduh." katanya dengan tersenyum dingin, "Apa buktinya yang bisa kalian kemukakan, bahwa aku ini adalah pembunuh dari orang yang kau sebutkan itu"!"
Orang berpakaian baju kuning tersebut tertawa dingin, katanya tetap bengis, "Jika memang engkau tidak mau mengakui tetap saja engkau harus kami tawan!"
Kwang Tan tiba2 tertawa bergelak, "Bagus! Bagus! Dengan demikian sudah jelas, engkau dan kawan2mu itu adalah orang2 kerajaan... dan kalian dalam keadaan menyamar bukan" Nah, dengarlah baik2, bahwa aku memang telah mengirim Kie Bun Taijin ke neraka, karena ia tidak pantas buat hidup terus di dunia, dimana ia hanya akan mengganggu dan membuat rakyat tersengsara dengan tingkah lakunya yang buruk, bejat moral!"
Muka orang berpakaian baju kuning itu berubah bengis, ia mendengus beberapa kali, dan bilang, "Memang tidak ada salah yang kami duga, akhirnya kami berhasil juga mencari jejak si pembunuh!"
Dan sambil berkata begitu, iapun telah mengeluarkan senjatanya Ternyata senjatanya merupakan dua bandulan segi tiga, yang tampaknya berat dan memiliki rantai besi yang panjang sekali.
Waktu itu, orang2 yang mengepung Kwang Tan juga telah mengeluarkan senjata mereka masing2, bermacammacam, ada golok, ada yang memakai pedang, ada yang bersenjata poan-koan-pit, ada juga yang bersenjata patung, Mereka bersiap sedia buat serentak maju mengepung Kwang Tan.
Dengan mengeluarkan suara berkesiuran menderu-deru dahsyat, orang yang memakai baju kuning itu telah memutar2 bandulannya, kedua bandulan itu berputar bergantian.
Dengan demikian, telah membuat kawan2nya melompat mundur, membuka kalangan lebar, sedangkan orang2 lainnya, penduduk kotaraja yang kebetulan lewat ditempat itu, segera menyingkirkan diri, karena mereka ngeri dan kuatir kalau2 mereka nanti terkena sasaran dari kemarahan para pahlawan istana Kaisar karena memang sering terjadi peristiwa seperti itu, dimana para pahlawan istana Kaisar, menyamar sebagai penduduk biasa.
Diwaktu itu Kwang Tan tetap berdiri tenang-tenang ditempatnya. ia berusaha bersikap dengan tenang, karena walaupun ia menghadapi musuh2nya yang memiliki kepandaian tidak terlalu tinggi, tokh jumlah mereka sangat
banyak sekali, jika ia tidak tenang, kemungkinan dirinya yang bisa kehabisan tenaga dan kena dicelakai mereka.
Terlebih lagi dilihatnya orang yang memakai baju kuning itu, yang memiliki kepandaian cukup tinggi kemudian berseru nyaring: "Kau bersiaplah, aku Ifoan Lung, akan segera menghancurkan batok kepalamu..."
Salah satu bandulannya telah menyambar kearah kepala Kwang Tan.
Kwang Tan cuma berkelit
Tapi bandulan yang satunya telah menyambar lagi cepat sekali ke arah pundak Kwang Tan.
Kwang Tan menyampoknya dengan disertai sinkang pada tangannya.
"Blesss" Dia jadi kaget sekali, karena bandulan itu bukan terbuat dari besi atau juga benda logam keras lainnya, sebab tangan Kwang Tan malah jadi melesak begitu terkena bandulan tersebut.
Belum lagi Kwang Tan sempat menarik pulang tangannya, bendulan lawannya yang satu telah menyambar lagi.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kwang Tan tidak sempat memikirkan perihal bandulan itu terbuat dari bahan apa, yang bisa lunak dan bisa menjadi keras jika dikehendaki sipemiliknya, karena ia harus cepat2 menghindar.
Dan sekarang Kwang Tan cepat seperti bayangan,
Karena tubuhnya tahu2 berkelebat lenyap dari hadapan orang berbaju kuning itu.
"Bagus" Engkau memang harus dihajar juga !" tiba2 orang berpakaian baju kuning itu mendengar suara Kwang Tan disisi telinganya membuatnya jadi kaget tidak terkira.
Dan belum lagi ia memutar tubuhnya, tangannya telah mendahului menyerang kebelakangnya, tahu2 ia merasakan pundaknya sakit bukan main, ia sampai menjerit diluar kehendaknya.
Dan tubuhnya juga terhuyung kedepan, ia memuntahkan darah segar, mukanya pucat, dan kemudian terguling rubuh. Waktu ia berusaha bangun, untuk berdiri, tubuhnya menggigil keras sekali, matanya terbuka lebar2, dimana ia menunjuk kepada Kwang Tan sambil katanya:
"Kau... kau..."!" Lalu ia rubuh lagi, karena dari sepasang mata, hidung, mulut, telinga dan pori2 kulitnya, telah mengalir keluar darah merah..... napasnya telah putus disaat itu juga.
Kwang Tan tadi telah menyaksikan betapa orang yang memakai baju kuning ini memiliki tabiat yang sangat kejam, tangannya telengas dengan melihat dua kali cara menyerang orang itu, segera ia mengetahuinya bahwa orang tersebut memiliki hati yang sangat kejam dan tidak memiliki perikemanusian, karena waktu menyerang yang diincarnya selalu jalan darah kematian ditubuh Kwang Tan.
Itulah sebabnya Kwang Tan menurunkan tangan berat, membunuh orang tersebut. Terutama sekali memang ia pun
hendak menggempur hati orang2 yang mengepungnya, menciutkan nyali mereka.
Disaat itu, orang2 yang mengepung Kwang Tan memang kaget dan takjub, mereka sampai tertegun beberapa saat lamanya, namun akhirnya ketika mereka tersadar, segera
juga mereka jadi murka, dengan disertai suara bentakan bengis, tampak mereka menyerbu menyerang Kwang Tan dengan segala macam senjata mereka.
Kwang Tan tertawa panjang, tubuhnya berkelebat kesana kemari lincah sekali, Tahu2 terdengar beberapa kali suara jeritan. Ternyata dalam keadaan kacau dimana mereka menyerang serabutan seperti itu, Kwang Tan telah berkelebat lenyap.
Sehingga senjata mereka justeru mengenai kawan sendiri,
mereka mereka maka mereka pada menjerit kesakitan Ketika mengawasi mencari-cari dimana Kwang Tan, tidak melihat bayangan sipemuda, Entah telah
lenyap kemana, Dan salah seorang diantara mereka yang tersadar paling dulu, segera juga berteriak:
"Kejar ! Kejar !"
Merekapun segera juga berpencar keberbagai penjuru, untuk mengejar Kwang Tan. Tetap saja mereka tidak berhasil menemui jejak Kwang Tan, sebab pemuda itu seperti telah lenyap masuk kedalam bumi. Bayangan nya juga tidak terlihat.
Kemana Kwang Tan " ia telah rebah diatas pembaringannya di dalam rumah penginapan ia tersenyum2 sendiri, membayangkan kejadian tadi, karena ia merasa lucu, betapa para pahlawan istana kerajaan yang biasanya dibangga-banggakan ilmunya, ternyata sekarang dapat di permainkan nya begitu mudah.
Tapi, tiba2 Kwang Tan mengerutkan alisnya, karena ia mendengar suara sesuatu pada depan kamarnya. Suara yang sangat perlahan sekali.
Namun memang Kwang Tan memiliki pendengaran yang sangat tajam, maka ia mendengarnya bahwa itu adalah suara langkah kaki manusia ! Dan suara langkah kaki itu, yang didengarnya di depan pintu kamarnya, tentunya orang yang memiliki ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang tinggi.
Kwang Tan cuma melirik kepintu kamarnya, ia tidak bergerak dari tempat tidurnya, ia hanya berwaspada saja. Waktu itu Kwang Tan telah bersiap2. Jika dari luar menerobos masuk seseorang, dan menyerangnya, maka ia akan menghantam orang itu dengan pukulan Gunturnya.
Tapi keadaan sunyi pula. Suara langkah kaki itu lenyap tidak terdengar lagi. Kwang Tan agak lama berdiam diri mengawasi pintu kamarnya, ia tidak melihat pintu di dorong orang. Akhirnya, karena kesunyian itu masih berlangsung, Kwang
Tan yang jadi tidak sabar. ia turun dari pembaringannya, dan melesat kedekat pintu.
Membarengi dengan itu, tangannya di ulurkan buat menarik daun pintu, agar terbuka.
Akan tetapi, Kwang Tan kaget tidak terkira, belum lagi tangannya menyentuh daun pintu, tahu2 daun pintu itu telah ambruk dan jebol akan menimpa dirinya, seperti di dorong dan di hantam oleh suatu kekuatan tenaga dalam yang dahsyat. Dan daun pintu itu akan menindihnya.
Segera juga Kwang Tan melesat ke samping, ia menghindarkan diri dengan segera. Beruntung bahwa Kwang Tan gesit, maka dengan mudah ia bisa menghindar. Daun pintu ambruk jatuh dilantai dan menimbulkan suara yang berisik,
Beberapa orang tamu dirumah penginapan telan berlari2 mendatangi, disertai oleh pelayan2 rumah penginapan itu,
Kwang Tan itu diri telah
mengawasi tajam kedepan kamarnya, persis ditempat pintu kamarnya tadi, berdiri seorang yang tinggi besar, berpakaian sebagai lhama, dengan sepasang tangan dirangkapkan, seorang
seperti tengah membaca liam-keng, matanya memandang tajam kepada Kwang Tan, berdiri tegak tanpa bergeming.
Rupa nya dialah yang telah menghantam rubuh daun pintu. Cuma saja luar biasa, justeru ia menghantam pintu tanpa menimbulkan suara, dan daun pintu itu telah rubuh akan menimpa Kwang Tan.
Padahal Kwang Tan memiliki pendengaran yang sangat tajam, dengan tidak menimbulkan sedikitpun suara daun pintu itu dapat dihantam rubuh, benar2 sinkang orang itu sangat mahir sekali.
Kwang Tan segera juga lebih waspada, ia melihat orang yang berpakaian sebagai lhama itu bukan seperti bangsa Han melainkan seorang asing, yang memiliki sepasang mata ke-biru2an, dengan hidung yang mancung, sekujur tubuh yang tumbuh bulu, dan kulit yang ke-hitam2an.
Segera juga Kwang Tan menduga, apakah tidak boleh jadi lhama ini adalah seorang Persia " Berpikir seperti itu, segera juga Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat dia telah bertanya. "Siapakah Taisu?"
Lhama itu berdiam diri, cuma mulutnya tampak bergerak perlahan, memuji kebesaran sang Buddha. Melihat lhama itu berdiam diri saja seperti tidak mengacuhkan dirinya, Kwang Tan jadi mengawasi lebih tajam, ia tidak menyukai sikap lhama tersebut.
Waktu Kwang Tan tengah mengawasi seperti itu, mendadak pemuda tersebut merasakan berkesiuran angin yang sangat perlahan sekali menyambar padanya. Kwang Tan mengerutkan alis, dia mengetahui dirinya diam2 tengah diserang oleh
membuat Kwang Tan
lhama tersebut. Hanya saja yang
heran, mengapa tenaga serangan lhama tersebut perlahan sekali.
Tetapi tengah Kwang Tan heran melihat pendeta asing tersebut bukan menyerang dengan hebat padanya, justeru ia merasakan semakin lama tenaga serangan itu semakin besar, bergelombang semakin kuat.
Kwang Tan tidak berani berayal, segera juga ia mengibaskan tangannya, ia bermaksud menangkisnya. "Wutt..." Angin serangan itu tidak bisa di tangkis oleh Kwang Tan, karena tenaga serangan itu begitu perlahan sekali.
Kwang Tan kehilangan keseimbangan tubuhnya, karena menangkis tempat kosong, tanpa mempunyai bobot membendung kekuatan tenaganya. Tapi tengah Kwang Tan terhuyung seperti itu, tenaga serangan dari si lhama telah meningkat jadi semakin kuat.
Terancam sekali keselamatan Kwang Tan, tapi ia pun tidak bodoh membiarkan dirinya dipermainkan lhama tersebut, ia segera bisa menerkanya, bahwa lhama tersebut tentunya menguasai sinkang aliran lunak, yang bisa di pergunakan tanpa lawannya merasa dirinya di serang, padahal angin serangannya hebat luar biasa.
Dan orang yang bisa melakukan penyerangan seperti itu adalah seorang yang sinkangnya telah mencapai tingkat yang sangat tinggi, sebab orang baru bisa mempelajari cara menyerang seperti itu kalau sinkangnya benar2 telah mahir.
Kwang Tan cepat-cepat mengeluarkan seruan yang nyaring sekali, tanpa memperdulikan tenaga serangan si lhama yang menerjang kepadanya, tangan Kwang Tan
menghantam hebat dengan salah satu jurus ilmu Pukulan Gunturnya.
"Ihhhh!" Lhama itu mengeluarkan seruan tertahan, rupanya ia kaget, karena jika sebelumnya ia meremehkan Kwang Tan, yang dilihatnya masih begitu muda dan tidak di pandang sebelah mata.
Sekarang justeru ia merasakan terjangan tenaga pukulan Kwang Tan sangat kuat sekali juga betapa istimewanya ilmu pukulan itu, yang menderu2 panas bukan main.
Lhama itu tidak berani berdiam diri terus, cepat sekali ia bergerak menyingkir kesamping.
-ooo0dw0ooo Jilid 34 KWANG TAN menyusuli dengan hantaman lainnya, hal itu buat membikin si Lhama tidak memiliki kesempatan mendesaknya.
"Hemmm!" Lhama tersebut mendengus segera tangannya mengibas. Hawa yang panas telah berkesiuran kesana kemari, menerjang kepada para tamu yang berkumpul cukup jauh. Tidak urung mereka menjerit, karena mereka panas luar biasa.
Lhama itu mendelik, katanya: "Siapa kau?"
Kwang Tan tertawa dingin.
"Seharusnya bukan kau yang bertanya, aku yang musti bertanya kepadamu, siapa engkau adanya, yang telah merusak pintu dikamarku, dan juga telah menyerangku secara licik seperti tadi?"
Muka Lhama itu berobah merah, rupanya ia jengah, pemuda ini mengetahui bahwa ia tadi mengharapkan memiliki kesempatan bisa merubuhkan Kwang Tan dengan cara menghajarnya secara terselubung, yaitu mempergunakan sinkang yang lunak.
Tapi siapa tahu justeru ia sempat di bikin jadi kelabakan oleh penyerangan Kwang Tan, Rupanya Lhama ini memang seorang lhama yang berkepandaian tinggi, dan ia jarang sekali memperoleh tandingan, membuatnya jadi angkuh, dan selalu tidak memandang sebelah mata kepada lawannya, sekarang dia sampai kelabakan diserang dua kali
oleh Kwang Tan, pemuda yang berusia masih muda seperti itu, membuatnya benar2 jadi malu berbareng murka bercampur dengan penasaran juga.
"Bocah, coba kau terima ini. . .!" sambil berkata begitu, ia mengibaskan tangannya, menyambar kemuka Kwang ujung jubahnya telah
Tan. Angin kibasan itu berkesiuran sangat kuat sekali, membuat Kwang Tan mencelos hatinya, karena aneh bukan main, sepasang tangannya tahu2 seperti terkunci dan tidak bisa digerakkan bagaikan kedua tangannya itu telah terbendung oleh sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan yang menguasainya sehingga ia tidak bisa menggerakkan menuruti keinginan hati kecilnya. Tapi Kwang Tan tidak percuma telah melatih dan memperoleh ilmu silat kelas tinggi, di samping itu ia pun telah memperoleh petunjuk langsung dari Thio Sam Hong dan Thio Bu Kie.
Dalam keadaan detik-detik berbahaya seperti itu, Kwang Tan cepat2 menutup beberapa jalan darah besarnya iapun menghirup udara segar dalam2.
Dan terakhir ia merangkapkan kedua tangannya satu dengan yang lain, seluruh kekuatan sinkangnya disalurkan pada dadanya, Didadanya itu telah disaluri seluruh sinkangnya, sehingga jika sampai dadanya tergempur hebat, namun ia akan dapat melindungi dadanya dengan sinkangnya itu.
Hal ini ditempuh Kwang Tan karena ia dalam keadaan tidak biasa, ketika tangannya tidak bisa dipergunakannya. "Bukkkk!" Terdengar suara yang nyaring sekali, angin serangan si lhama menghantam dada Kwang Tan. Tapi tubuh Kwang Tan tidak bergeming, ia tetap berdiri tegak ditempatnya, cuma mukanya yang agak berobah.
Lhama itu mengeluarkan seruan "Ihhh.... !" Dan belum lagi habis seruannya itu, justeru Kwang Tan telah berhasil menggerakkan sepasang tangannya. Jika sebelumnya ia tidak bisa menggerakkan kedua tangannya disebabkan
sepasang tangannya
bagaikan terkunci Begitu dadanya terkena serangan, tenaga mengunci dari lhama itu buyar, maka ia membarengi dengan menghantam mempergunakan jurus Pukulan Gunturnya, angin yang sepanas sambaran kilat telah menyambar kepada lhama itu.
"Ihhh!" kembali lhama itu telah berseru nyaring, in
berusaha menghindar dengan segera. Gagal! Lengannya kena terserempet serangan dari Kwang Tan. "Aduh," pendeta asing itu mengeluarkan suara seruan kaget kesakitan, mukanya berobah pucat merah dan ungu kehijau-hijauan. kemudian dibarengi dengan suaranya yang
aneh, sepasang tangannya bergerak beruntun menghantam Kwang Tan.
Kali ini Kwang Tan tidak berani berlaku ayal, ia segera juga telah mengelak kesana ke mari, mengandalkan ginkangnya. Hal ini disebabkan Kwang Tan tidak mau
sampai terjadi lagi sepasang tangannya terkunci oleh kekuatan tenaga dalam lhama itu.
Tadi walau pun ia berhasil menerima gempuran tenaga tangan si-lhama dengan dadanya akan tetapi tetap saja hal itu mendatangkan perasaan sakit yang hebat pada dadanya,
jika saja ia tidak berusaha menyalurkan tenaga dalamnya dengan tepat dan keburu menutup beberapa jalan darahnya, maka ia akan terluka didalam.
Walaupun sekarang ia tidak sampai terluka di dalam, Kwang Tan tidak mau terulang lagi diserang seperti itu,
karena dua atau tiga kali lagi ia terserang seperti itu, bagaimana kuatnya tenaga dalam Kwang Tan, niscaya ia akan terluka didalam yang cukup parah.
Lhama itu sudah tidak sabar, ia beruntun menyerang hebat. ilmu silatnya aneh sekali, karena bukan seperti ilmu silat di daratan Tionggoan. Setiap jurus yang
aneh dan juga jurus2nya dipergunakannya begitu membingungkan.
Untuk jurus2 pertama Kwang Tan tidak membalas menyerang, karena ia lebih banyak mengelakkan diri, hal ini disebabkan memang ia tidak mau sembarangan turun tangan sebelum mengetahui ilmu silat macam apa yang di pergunakan Lhama itu.
Setelah lewat dua-puluh jurus lebih, waktu itulah Kwang Tan telah bisa melihat, bahwa ilmu silat Lhama itu merupakan ilmu silat yang mementingkan "lunak menghancurkan keras" maka Kwang Tan segera merobah
cara bercampurnya, ia mencoba dengan menghantam bertubi2 mempergunakan pukulan Gunturnya.
Hawa panas dari pukulan itu sempat membuat Lhama itu jadi kelabakan.
Kekuatan tenaga serangan Kwang Tan tidak begitu membingunkannya, namun justeru hawa napas itu membuat lhama tersebut sulit menghadapinya.
Setelah beberapa kali menyerang, Kwang Tan sekarang memperoleh angin.
Lhama tersebut menyambut dua jurus lagi, kemudian ia merangkapkan tangannya.
"Menakjubkan! Usiamu masih muda, tapi engkau memiliki kepandaian yang tinggi. .! Selamat tinggal. Nanti kita bertemu lagi." Kemudian lhama itu telah menjejakkan kedua kakinya dimana tubuhnya biarpun tinggi besar, namun ia bisa mencelat dengan ringan meninggalkan tempat itu.
"Tunggu dulu..." Kwang Tan coba mencegah, tapi lhama itu tidak memperdulikannya dan berlalu dengan cepat. Kwang Tan tidak mengejarnya.
Kepada pelayan di perintahkan nya agar memperbaiki pintu kamarnya, setelah itu Kwang Tan rebah dengan memikirkan siapakah sebenarnya lhama itu. Namun besar dugaan-nya, bahwa lhama itu tentunya orangnya Cu Goan Ciang.
"Tampaknya kedatanganku dikotaraja mulai disorot dan menjadi perhatian dari pihak kerajaan. Aku harus semakin waspada, karena tampaknya yang muncul sekarang mulai orang-orang yang berkepandaian tinggi seperti lhama itu." Dan Kwang Tan mulai memikirkan rencana selanjutnya dalam menjalankan tugasnya ini.
Malam itu Kwang Tan tidur tidak terlalu nyenyak, karena ia kuatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, musuh akan datang pula, Namun malam itu berlalu tanpa terjadi sesuatu. Malam dingin sekali dan sepi. Dan tidak terlihat tanda2 bahwa akan terjadi sesuatu. Ketika matahari
fajar muncul, maka tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Kwang Tan segera salin pakaian, pagi itu ia keluar dari kamar buat bersantap. ia pun ingin sekali melihat apakah ada sesuatu yang mencurigakan di depan rumah penginapan.
Tidak ada sesuatu yang mencurigakan, dan pelayan rumah penginapan melayani Kwang Tan dengan sangat menghormat Kemarin ia telah menyaksikan betapa Kwang Tan merupakan seorang pemuda yang memiliki kepandaian sangat tinggi.
Sedang Kwang Tan makan, tiba2 pelayan menghampirinya. ia memberikan secarik kertas, Kwang Tan mengerutkan alisnya. "Siapa yang memberikan surat ini "!" tanyanya kemudian sambil melirik kepada surat yang dilipat empat itu,
"Tadi seorang gadis !" menyahuti pelayan itu.
"Dimana gadis itu sekarang !"
"Telah pergi lagi, ia hanya berpesan agar memberikan surat ini kepada Kongcu !" "Bagaimana keadaan gadis itu "!"
"Ciri2nya merupakan gadis yang memiliki wajah bentuk lonjong telur, dengan rambut yang dikonde dua, dan berpakaian serba merah, ia membawa pedang pada punggungnya !" menjelaskan pelayan tersebut.
Kwang Tan mengangguk2, ia merogoh sakunya, mengeluarkan satu tail perak diberikan pada pelayan itu. "Tidak, jangan Kongcu, terima kasih?" menolak pelayan itu sambil menggeleng2kan kepalanya. Kwang Tan memandang heran, Dia baru pertama kali ini mengalami ada pelayan yang menolak hadiah dari seorang tamu.
"Mengapa "!" tanyanya. "Nona itu tadi telah berpesan, agar aku tidak menerima upah dari Kongcu, ia telah memberikan satu tail emas kepadaku."
Menerangkan pelayan itu dengan wajah berseri-seri, dan ia merogoh satunya mengeluarkan uang yang disebutnya itu, yang berwarna kuning berkilauan.
Kwang Tan memandang lebih heran. Terbuka sekali tangan gadis itu, Aneh bukan main. Mengantarkan surat saja sampai dihadiahkan satu tali emas, "Itulah sebabnya mengapa kau menolak pemberianku"!"
"Ya, karena berulang kali
demikian, jika memang aku
gadis itu telah berpesan berani menerima hadiah
Kongcu, maka ia akan datang lagi buat... buat...!" pelayan itu ragu-ragu buat meneruskan perkataannya.
"Buat apa ?"
"Buat membunuhku !" menyahuti pelayan itu setelah ragu-ragu sejenak.
Kwang Tan tertegun "Begitu "!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan itu mengangguk, dan memutar tubuhnya buat meninggalkan Kwang Tan. Perlahan2 Kwang Tan membuka lipatan surat itu. Di hatinya ia menduga2, entah apa isi surat tersebut, karena ia sendiri tidak bisa menduganya, entah siapa adanya gadis yang telah menitipkan surat tersebut kepada pelayan, yang
di antarkan kepadanya dengan memberikan hadiah sebesar satu tail emas kepada pelayan itu.
Begitu surat tersebut terbuka, segera juga Kwang Tan membaca cuma beberapa huruf: "Hati2, datang ke Ping-gay !"
Benar2 Kwang Tan tidak mengerti, ia seorang yang cerdas, tapi bunyinya surat itu terlalu singkat.
Segera dipangginya pelayan yang tadi. si pelayan menghampiri dengan sikap takut2.
"Dimana letak Ping-gay "!" tanya Kwang Tan setelah pelayan berada didepannya. Mata pelayan itu terbeliak. "Ping... Ping-gay "!" suaranya tergetar, mukanya berobah pucat, tampaknya ia jadi ketakutan.
Kwang Tan jadi tambah heran, "Kau tahu letak Ping-gay "!" tanya Kwang Tan lagi menegaskan.
Pelayan itu mengangguk sambil menelan air liurnya, mukanya tetap pucat.
"Apakah Kongcu ingin pergi kelembah itu "!" tanyanya kemudian dengan suara masih tergetar, menggigil takut. Kwang Tan mengangguk.
"Apakah ada sesuatu yang luar biasa dilembah itu "!" Tanya Kwang Tan. Pelayan itu memandang sekelilingnya, waktu melihat tidak ada orang yang mengawasi kearah mereka, segera juga pelayan itu bilang:
"Lebih baik Kongcu jangan pergi kesana, walaupun urusan penting bagaimana pun, lebih baik Kongcu membatalkan maksud kepergian Kongcu kesana !"
"Memangnya kenapa "!" tanya Kwang Tan. "Karena... karena siapa saja yang pergi kesana, kelembah itu, jangan harap bisa pulang dengan masih bernapas. Tentu nyawanya melayang dan hanya pulang nama belaka !"
Kwang Tan tambah heran. ia telah menerima titipan surat, buat datang ke Ping-gay, berarti ia memang harus datang kesana. Bunyi surat itu memang aneh dan juga tidak diketahuinya siapa yang mengirimnya. Tapi Kwang Tan justeru ingin sekali mengetahuinya, siapa sebenarnya gadis yang mengirim surat seperti itu kepadanya.
Didalam surat tersebut pun telah dikatakan, agar ia hati2. Dengan demikian tentu saja membuatnya benar2 jadi heran dan tanda-tanya dihatinya tidak terjawab.
"Sudah banyak orang yang pergi ke lembah itu "!" tanya Kwang Tan. Pelayan mengangguk.
"Cukup banyak !" sahutnya. "Umumnya mereka adalah orang2 rimba persilatan." "Hemm, kalau begitu biarlah aku pergi kesana! Sekarang
kau beritahukan, arah mana yang ditempuh agar tiba disana "!" tanya Kwang Tan.
Pelayan itu menjelaskan Ping-gay atau Lembah Es tidak terlalu jauh dari kotaraja. Dinamakan sebagai Lembah Es, karena disana terdapat sebuah bangunan yang dibuat
seluruhnya dari kaca,
sehingga dari jauh tampaknya bangunan itu seperti sebuah rumah es. karena nya lembah tersebut diberi nama Ping-gay. Hanya terpisah tiga puluh lie lebih dari kotaraja, Kwang Tan menghabisi santapannya, dan kemudian berangkat menuju kelembah itu.
Perjalanan ke Ping-gay memang tidak terlalu jauh. Dengan menuruti petunjuk yang diberikan pelayan, ia berhasil tiba di Ping-gay dua jam kemudian.
Itulah sebuah lembah yang tidak begitu subur. Banyak pohon2 yang kering, ia memandang sekelilingnya. Sepi, tidak terlihat seorang manusia pun juga.
Diam2 Kwang Tan jadi heran, ia berpikir entah siapa yang mengundangnya agar datang ke Ping-gay, sebab ia tidak kenal siapa gadis itu, ia pun tidak pernah melihatnya, dan tidak mengetahui apa maksud gadis itu mengundang nya ke Ping gay.
Yang menjadi tanda-tanya dihati Kwang Tan juga, mengapa gadis itu tidak menemuinya langsung, hanya menitipkan sepotong surat kepada sipelayan agar menyampaikan kepadanya"
Tengah Kwang Tan berdiam diri memandangi sekelilingnya, tiba2 ia melihat sesuatu, ia memiliki mata yang jeli, maka dari itu, ia melihat dikejauhan tampak sesuatu yang bergerak perlahan. Segera juga Kwang Tan berlari menghampiri.
Ternyata diatas batu gunung yang tinggi sekali, hampir empat puluh tombak, berdiri seorang laki2 berusia pertengahan baya, dengan tubuhnya yang tinggi besar dan hanya mengenakan celana tanpa sehingga terlihat dadanya yang
tangannya. memakai baju atas, berbulu dan otot2
Yang membuat Kwang Tan tertegun, ia melihat laki laki itu berdiri dengan sepasang tangan terangkat keatas, tengah menyanggah sepotong batu berukuran sepelukan tangan yang sangat besar sekali, manusia. mungkin seberat
seribu kati. Dan Kwang Tan segera menyadari, laki2 ini tentunya bukan sembarangan orang, karena ia bisa mengangkat batu itu, niscaya merupakan seorang yang memiliki tenaga yang sangat kuat. ia segera juga melompat ke atas batu besar itu sambil berseru: "Jangan kuatir aku akan membantu melepaskan Lopeh dari batu itu."
Tangan kanan Kwang Tan bergerak menyanggah batu tersebut, kemudian menyusul tangan kirinya, ia tahu, jika orang itu, biar pun kuat, tapi melihat ia telah berkeringat dan juga tubuhnya tampak sering bergerak2, ia tidak mungkin bisa bertahan lama, jika lebih jauh ia masih bisa
meletakkan batu itu, berarti ia akan tergelincir jatuh dari atas batu besar itu, dan ia pun akar tertimpa batu yang di sangganya.
Karenanya Kwang Tan melompat untuk menolonginya, membantunya menyanggah batu itu, Kwang Tan yakin,
dengan bantuannya itu, lelaki setengah baya tersebut tentu bisa meletakkan batu itu lebih mudah, agar terlepas dari beban yang tidak ringan itu.
Laki-laki setengah baya itu mendengus dingin. Wajahnya sekilas tampak kejam, ia melepaskan kedua tangannya menyanggah
menyanggah batu itu, sehingga Kwang Tan yang harus terus batu besar tersebut sedangkan laki2 setengah baya tersebut melompat turun dari batu besar itu. Kwang Tan terkejut, ia harus mengerahkan tenaganya menyanggah terus batu itu.
"Hei lopeh, mengapa kau pergi begitu saja" Ayo cepat bantu untuk menurunkan batu ini!" teriak Kwang Tan, yang jadi mendongkol bukan main.
Laki2 setengah baya tersebut tertawa dingin.
"Engkau yang harus menyanggah batu itu seumur hidupmu!".katanya dengan suara yang dingin, iapun telah memandang dengan muka yang bengis. Diam2 Kwang Tan jadi gusar, karena ia segera mengetahui bahwa dirinya telah salah mata menolongi manusia jahat, yang telah membalas budi dengan kejahatan.
Karena itu, segera Kwang Tan memusatkan tenaga dalamnya pada kedua tangannya, ia memperkokoh kuda2 kedua kakinya, sambil mengeluarkan suara bentakan nyaring, kemudian ke dua tangannya diturunkan sedikit, dengan men dadak sekali dia mendorong keatas.
Tenaga yang di pergunakan Kwang Tan sangat kuat
sekali, batu besar itu terlontar ketengah udara, dan waktu akan meluncur turun menimpah Kwang Tan, pemuda itu telah sempat melompat turun.
Begitu kakinya hinggap di tanah, segera ia menjejak lagi,
tubuhnya melesat terengah udara. Lebih jauh lagi beberapa tombak memisahkan diri dari batu besar itu.
Batu yang beratnya ribuan kati itu telah turun meluncur keras menghantam batu besar. kemudian menggelinding turun. Menyaksikan peristiwa yang tidak pernah diduganya, laki-laki setengah baya itu kaget tidak terkira karena batu
berat itu pun meluncur justeru menuju kearah tempat di mana ia berdiri. Tidak membuang waktu, ia pun menjauhi diri.
Batu yang beratnya ribuan kati itu telah meluncur turun dengan cepat dan kemudian menghantam sebatang pohon, di muka lembah itu, sampai batang pohon itu tumbang, Namun batu besar itu pun tidak menggelinding lebih jauh.
Kwang Tan dengan gusar telah menatap kepada laki laki setengah baya itu katanya:
"Hemm, manusia tidak mengenal budi! Ternyata engkau hendak mencelakai aku!" Laki2 setengah baya tersebut telah menyahuti dengan sikap yang bengis: "Memang aku ingin Dan bukan cuma berkata, melainkan membunuhmu!" tubuhnya telah
melesat menerjang kepada Kwang Tan.
Cuma saja, disebabkan ia menyaksikan tadi, betapa Kwang Tan bisa melontarkan batu itu, dan kemudian melepaskan diri dari batu tersebut, yang sangat berat sekali, ia berlaku hati-hati, sebab ia tahu Kwang Tan tentunya lihay, pukulan tangannya itu merupakan pukulan yang kuat
sekali, dan iapun memukul pada tempat kematian ditubuh Kwang Tan.
Kwang Tan tertawa dingin, kemudian dia bilang dengan suara yang tawar: "Manusia seperti engkau tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama dipermukaan dunia ini! Karena
jika tadi yang bermaksud menolongimu adalah orang yang tidak memiliki kepandaian berarti, tentunya ia akan mati dengan kecewa!"
Dan sambil berkata begitu Kwang Tan-pun telah menangkis pukulan tersebut. Cara menangkis Kwang Tan tampak perlahan, hanya saja, benturan kedua tangan mereka sangat keras dan nyaring sekali.
Berbareng dengan itu tampak Kwang Tan telah mengulurkan tangannya yang lain buat menepuk pundak orang tersebut seketika ia laki2 setengah baya itu
mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya jadi lemas, dari mulutnya mengeluarkan darah dan tubuhnya terhuyung.
"Hemmm, sekarang kau katakan, apa alasanmu ingin membunuhku" "tanya Kwang Tan dengan suara yang dingin.
Laki2 setengah baya itu terluka didalam yang tidak ringan, oleh tepukan tangan Kwang Tan, kepandaian silatnya ataupun tenaga Iwekangnya telah musnah, ia berdiri dengan muka yang pucat pias, dengan sulit ia menyahuti: "Kau.,.kau memang harus....harus dibunuh!
Kwang Tan tertawa dingin, kemudian dengan sikap yang galak ia bilang, "Baiklah, rupanya engkau minta dihajar lebih keras lagi!"
Sambil berkata begitu, tampak Kwang Tan telah menghampiri laki2
setengah baya tersebut. Tangannya tahu-tahu bergerak, dan ia menotok beberapa jalan darah ditubuh laki-laki setengah baya itu. Seketika tubuh laki-laki setengah baya tersebut terjungkal rubuh bergulingan ditanah.sambil menjerit-jerit kesakitan, karena ia merasakan kesakitan yang sangat perih.
Kwang Tan berdiri sambil tersenyum mengejek. Diwaktu itu, laki2 setengah baya itu, sambil menjerit, iapun telah bilang: "Ampun... ampun,.. bebaskan aku dari totokanmu aku akan segera bicara..."
Kwang Tan ujung kakinya tertawa dingin, ia menghampiri, dengan ia menendang beberapa jalan darah, terbebaslah laki2 setengah baya itu dari siksaan totokan Kwang Tan.
"Sebenarnya.... sebenarnya.... akkh..." Tiba2 laki2 setengah baya itu mengeluarkan suara jerit kematian yang menyayatkan hati, sebab sebatang pisau kecil telah melesat menancap dalam sekali didadanya, menembus kejantungnya, ia menggeletak tidak bergerak lagi, sebab napasnya telah putus.
Kwang Tan sendiri tercekat hatinya, karena ia memang mendengar suara berkesiuran menyambarnya pisau kecil itu, yang halus sekali Tapi ia tidak keburu turun tangan menolongi jiwa laki-laki setengah baya tersebut sehingga orang itu terbunuh oleh sambaran pisau kecil itu.
Gesit sekali Kwang Tan melesat kearah tempat dari mana menyambarnya pisau kecil itu, Di lihatnya dari balik batu yang tertimbun cukup tinggi, sesosok bayangan berkelebat lenyap di balik gerombolan pohon. Orang itu memakai baju warna biru.
Sambil berseru: "Berhenti...!?" Kwang Tan mengejarnya dengan cepat, Kwang Tan memang memiliki ginkang yang tinggi, dengan demikian membuatnya jadi bisa mengejarnya dengan cepat. ia segera menyerbu kegerombolan pohon itu, karena ia tidak mau melepaskan orang buruannya.
Namun orang yang dikejarnya nampaknya memiliki kepandaian yang tidak lemah, ia bisa berlari begitu cepat, sehingga ia masih tidak bisa dikejar oleh Kwang Tan dalam waktu yang singkat.
Pada saat itu terlihat orang tersebut telah berlari terus menuju kedalam lembah, Dan Kwang Tan mengempos semangatnya mengejar terus.
Setelah mengejar sekian lama Kwang Tan dapat memperpendek jarak pisah diantara mereka. Dikala itu, Kwang Tan pun mengayunkan tangan kanannya, dia menghantam dari jarak jauh dengan mempergunakan pukulan Gunturnya, pukulan itu menimbulkan angin yang
panas sekali, seperti juga sambaran petir belaka.
Rupanya orang yang tengah berlari keras itu, yang berusaha menyembunyikan jejaknya dari kejaran Kwang Tan, merasakan sambaran hawa panas itu, ia terkejut. Dan iapun terpaksa menghentikan larinya, berkelit ke-samping.
Karena berkelit untuk beberapa detik itu Kwang Tan sempat mengejar semakin dekat.
Melihat Kwang Tan telah datang dekat, orang itu tidak berusaha menyingkirkan diri lagi. Dia seorang lelaki berusia antara tujuh puluh tahun, wajahnya panjang dan kurus, tubuhnya juga kurus, jubahnya yang warna biru tampak kebesaran. Hanya matanya yang seperti mata kucing itu
memancarkan sinar yang sangat tajam.
Kwang Tan tiba cepat sekali dihadapannya. Orang tua berjubah biru itu mendengus berkata dingin: "Hemmm, kau berani memasuki lembah ini, berarti engkau memiliki kepandaian tinggi! Baiklah, aku akan melihat berapa tinggi
kepandaianmu...!" Setelah berkata begitu, ia bersiap-siap hendak menyerang Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan waktu itu telah tertawa tawar, ia bilang: "Membunuh orang dengan membokong bukanlah pekerjaan yang patut dipuji."
Waktu itu orang tua tersebut telah menggerakkan tangan kanannya, ia menghantam dengan dahsyat, pukulan yang dilakukannya menderu-deru menimbulkan angin yang tidak lemah, dan bisa menghancurkan batu atau menumbangkan pohon besar.
Kwang Tan juga memaklumi akan hal itu, ia bisa mengetahui jika saja ia menangkis
tanggung-tanggung, niscaya akan
menderita kerugian tidak kecil.
dengan tenaga yang
membuat ia yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karenanya Kwang Tan mengempos semangatnya, ia menyambuti, lalu balas menghantam kedada orang tua itu, disusul dengan totokannya juga.
Orang tua itu memang lihay, ia melayani setiap serangan Kwang Tan. Malah iapun selalu menyerang dengan gencar, Mereka berdua dalam waktu yang singkat sekali telah
terlibat dalam pertempuran yang seru sekali telah melewatkan lebih dari dua puluh jurus.
Diam2 Kwang Tan berpikir "Di lembab ini ternyata banyak sekali orang yang berkepandaian tinggi! Lalu siapa gadis yang menyuruhku datang kemari" Mengapa ia sendiri tidak memperlihatkan batang hidungnya?"
Namun Kwang Tan tidak bisa berpikir terlalu lama, karena waktu itu orang yang mengenakan jubah warna biru telah menyerangnya gencar sekali, membuat Kwang Tan harus menghadapinya dengan lebih sungguh2.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali telah dilewatkan lagi belasan jurus. Kini orang tua itu yang mengetahui bahwa Kwang Tan tidak mudah untuk dirubuhkannya, mulai bergelisah.
Tampaknya ia mulai memikirkan cara untuk melepaskan diri dari libatan Kwang Tan, karena berulang kali ia telah mendesak Kwang Tan, hendak mempergunakan kesempatan dikala Kwang Tan mengelak ia ingin melepaskan diri dari libatan Kwang Tan.
Namun Kwang Tan sama sekali tidak mau mengendorkan penyerangannya, Setiap kali di serang, maka ia selalu membalas dengan serangan yang sama dahsyatnya.
Semakin lama orang tua berjubah biru itu semakin gugup, keringat juga telah mulai menitik dari kening dan
sekujur tubuhnya. Kwang Tan telah melihatnya, maka ia memperhebat setiap gempurannya.
"Hemm, sekarang telah tiba waktunya aku harus menyerangnya lebih hebat!" berpikir Kwang Tan didalam hatinya.
Sambil berpikir begitu, Kwang Tan mengempos semangatnya dan ia menyerang dengan mempergunakan Pukulan Gunturnya. Setiap serangannya mengandung kekuatan yang sangat dahsyat dan panas sekali, inilah cara bertempur yang membuat orang tua itu jadi kelabakan juga.
Berobahnya cara bertempur Kwang Tan mengejutkan orang tua itu, apa lagi memang ia merasakan betapa dirinya diterjang oleh tenaga serangan Kwang Tan yang selain sangat dahsyat juga mendatangkan angin yang panas seperti sambaran api.
Malah beberapa kali ia mengelak dari pukulan itu, ia tambah kaget. Angin serangan yang tidak berhasil menghantamnya dan telah
menyebabkan batang pohon
petir, dan tumbang dengan
memukul batang pohon
itu hangus seperti disambar keadaan yang kering hitam seperti arang.
Orang tua itu berobah mukanya jadi pucat, dan ia melompat mundur sambil berseru: "ilmu pukulan Guntur...!"
Kali ini Kwang Tan tidak meneruskan serangannya, ia berdiam diri mengawasi orang tua itu sambil tertawa dingin.
"Ya, memang itulah ilmu pukulan Guntur!" menyahuti Kwang Tan dengan suara yang dingin, "Kau katakan, apa sebabnya engkau memusuhi diriku! Siapa engkau adanya"!"
Orang tua itu mengawasi Kwang Tan agak gugup, sampai akhirnya ia memandang sekelilingnya dan berkata: "Aku.,., aku hanya menerima perintah dan melaksanakan tugas, Sesungguhnya, antara aku dengan engkau sama sekali tidak terdapat sangkutan apapun juga, tidak ada permusuhan atau dendam, namun aku harus menjalankan perintah guna membinasakan dirimu..!"
"Siapa yang perintahkan kau membunuhku?" tanya Kwang Tan sambil mangerutkan sepasang alisnya.
Orang tua itu semakin ragu2, ia berdiam diri beberapa saat, barulah kemudian ia bilang:
"Sulit buat aku menjelaskannya! "katanya kemudian dengan sikap yang gugup dan bingung.
Kwang Tan mendesis.
"Hemm, baiklah, jika memang engkau tidak mau menjelaskan apa sebabnya kalian memusuhi diriku, mari kita bertempur terus, sampai salah seorang diantara kita ada yang sampai mati !"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan bersiap-siap hendak menyerang lagi dengan pukulan Gunturnya.
Akan tetapi orang tua berbaju biru itu telah menggoyanggoyangkan tangannya, ia telah bilang: "Jangan... hentikan!" Kwang Tan menatap tajam padanya, dia bilang: "Apakah engkau ingin bicara terus terang?"
Orang tua itu tambah ragu2, dia bilang dengan sikap yang bingung: "Sebenarnya... sebenarnya... sebenarnya...." "Ayo katakan, siapa yang perintahkan kau membunuhku"! Mengapa engkau harus bimbang seperti itu"!" bentak Kwang Tan sudah tidak sabar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku... sebenarnya yang memerintahkan aku untuk membunuhmu adalah...adalah..." Tapi orang tua itu tidak meneruskan perkataannya, biji matanya mencilak kesana kemari karena ketakutan, kemudian dengan sikap yang bingung sekali telah memutar tubuhnya, dia bermaksud melarikan diri.
Kwang Tan memang telah berwaspada sejak tadi, melihat laki2 tua itu bermaksud melarikan diri, segera juga ia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat cepat sekali, sambil mengulurkan kedua tangannya, ia bermaksud mencengkeram pundak orang tua itu.
Tapi orang tua itu memang bukan berkepandaian lemah, ia mendengar menyambarnya angin dari tangan Kwang Tan, maka ia berkelit sambil terus lari sekuat tenaganya.
Kwang Tan benar2 habis sabar, dengan di iringi suara bentakan nyaring tahu2 tangan kanannya telah dipergunakan buat menghantam dengan mempergunakan ilmu pukulan gunturnya. Serangan yang dilakukannya kali ini benar-benar hebat dan memberikan hasil.
Sebab mereka terpisah dalam jarak yang tidak terlalu jauh, dan Kwang Tan melakukan pukulan itu dengan delapan bagian tenaga dalam nya. Orang tua itu tidak keburu berkelit lagi tahu2 ia merasakan punggungnya dingin seperti juga ditemploki es.
Padahal, itulah hawa yang sangat panas sekali, karena terlalu panas akibat pukulan guntur, ia merasa seperti dingin sebab waktu itu baju di punggungnya telah koyak dan hangus terbakar, begitu juga di kulit punggungnya, malah kemudian hawa dingin itu berobah jadi panas pedih sekali, orang tua itu mengeluarkan jerit kesakitan, tubuhnya jadi bergulingan di tanah, karena ia terluka didalam yang
parah sekali, di mana isi
dadanya telah hangus juga. Napasnya memburu, mukanya pucat mengalir keluar dari sekujur tubuhnya. "Aku terpaksa menyerangmu dengan pias, keringat serangan keras seperti itu, semua ini di sebabkan engkau yang cari penyakit sendiri." kata Kwang Tan dengan suara yang dingin.
"Jangan.... jangan membunuhku, aku sebetulnya sebetulnya..." Suara laki2 tua itu sangat lemah sekali, ia tampaknya ketakutan
"Hemmm, katakan terus, aku ingin mendengar pengakuanmu yang jujur, jika sekali saja engkau berdusta, jangan harap aku bisa mengampuni jiwamu!"
Orang tua itu telah merintih kesakitan, mukanya meringis menahan sakit tidak terkira.
Sampai akhirnya ia bisa berkata2 lagi. "Sebetulnya....aku ini diperintahkan oleh.... oleh...!" Dan berkata sampai disitu, tubuhnya mengejang, dia menahan sakit.
"Oleh siapa!" desak Kwang Tan tidak sabar lagi, karena ia tahu orang tua itu cuma hendak mengulur-ngulur waktu belaka.
"Oleh...oleh..." berkata sampai disitu, orang tua itu bergelinjang gelisah dan kesakitan, suara tidak terdengar lagi, dari kejauhan terdengar suara seruling yang terhembus angin, suara seruling itu halus. tapi hebat buat orang tua itu.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mukanya jadi ketakutan bukan main, dia merintih tidak hentinya, dan juga keringat lelah membasahi tubuhnya. "Itu... itu dia datang... itu dia datang... Ooh, habislah jiwaku, suara seruling itu telah terdengar berarti kematian buatku..." Dan ia menggelinjang lagi karena menahan sakit yang tidak terhingga.
Kwang Tan jadi mengangkat kepalanya, karena ia mencari-cari orang yang meniup seruling itu.
Dilihat dan sikap orang tua berbaju biru itu, tampaknya ia memang sangat ketakutan sekali. Tentunya sipeniup
seruling itu seorang
yang ditakuti dan hebat sekali kepandaiannya, disamping tentunya sangat kejam dan bertangan telengas. Kwang Tan mengawasi terus sekelilingnya. Tapi ia tidak bisa melihat orang yang meniup seruling itu, karena disekitar tempat itu sama sekali tidak terlihat seorang manusiapun juga.
memandang heran, kemudian
ia memandang sekelilingnya, Kwang Tan memasang pendengarannya baik-baik, ia mendengar suara seruling itu berasal dari sebelah timur lembah itu, ia mengawasi kearah sana, tapi tetap saja tidak terlihat seorang manusiapun mendatangi.
Suara seruling tersebut masih juga terdengar mengalun, semakin lama semakin menyayatkan hati, seperti tangisan seorang perawan yang ditinggalkan kekasih, atau seperti seorang ibu yang tengah menangisi kematian anaknya.
Bulu kuduk Kwang Tan bangun berdiri, ia merinding sendirinya Tapi tidak lama kemudian, setelah ia tersadar dan cepat2 mengerahkan Sinkangnya, ia dapat menguasai diri tidak terpengaruh oleh suara seruling itu.
Ternyata, suara seruling tersebut mengandung sinkang dan semacam ilmu hitam, yang bisa mempengaruhi orang yang mendengarnya, mempengaruhi perasaannya, sehingga orang itu akan berada diluar kesadaran alam yang sebenarnya, terjatuh kedalam bawah alam sadar, sehingga dengan begitu akan mudah di kuasai oleh peniup seruling tersebut.
Hanya saja, disebabkan Kwang Tan memiliki sinkang yang terlatih, juga memang ia menerima petunjuk langsung dari Thio Sam Hong dan Thio Bu Kie, dengan begitu jelas membuatnya jadi tidak dapat terpengaruh oleh bunyinya seruling tersebut.
Dalam keadaan seperti itu, suara seruling juga mendadak lenyap, Keadaan sunyi sekali Dan di susul kemudian dengan kata2 seseorang.
"Hemmm, cukup tinggi sinkangmu
berhembus angin yang sangat kuat, ?" Dan kemudian yang membawa semacam harum semerbak. Kwang Tan mengendus hawa yang harum semerbak itu, mendadak hatinya tercekam itulah angin yang mengandung racun.
Dan mencium baunya saja Kwang Tan telah mengetahuinya bahwa itulah racun Sip-tok (sepuluh racun), yang diolah dari sepuluh macam racun binatang berbisa, seperti ular, kala jengking, tawon Thian-san, dan bisa lainnya.
Semua itu di campur menjadi satu, dan dapat dipergunakan bersamaan dengan tenaga menyerang, sehingga lawan tidak mengetahui bahwa telah tertebar
racun disekitar dirinya.
Dengan demikian lawan akan keracunan tanpa ia sadari, dimana akhirnya ia akan seketika itu juga menemui ajalnya, dua atau tiga menit setelah mengendus hawa beracun tersebut.
Tidak berayal lagi Kwang Tan menutup jalan pernapasannya, ia pun telah mengerahkan tenaganya buat melawan mendesaknya hawa racun yang telah keburu dihirupnya waktu tadi ia belum menutup pernapasannya.
Tangannya juga mengambil sesuatu dari kantongnya, ia memasukkan kedalam mulutnya, segera, itulah obat pemunah racun menelannya dengan yang sangat ampuh,
Sebagai tabib yang digelari Tabib Dewa, tentu saja Kwang Tan bisa menghadapi racun yang terselubung dalam hembusan angin pukulan tersebut
Begitu Kwang Tan menelan pil tersebut, mendadak terdengar jeritan yang menyayatkan hati. Laki2 tua itu menjerit. Sambil menjerit ia memegangi lehernya, seperti juga orang tercekik dia telah membuatnya seperti sulit
bernapas, ia bergulir beberapa saat dengan wajah yang mengerikan, akhirnya tubuhnya bergerak semakin perlahan, semakin perlahan, diam tidak bergerak lagi, Napasnya telah putus, arwahnya telah terbang ke neraka !
Menggidik Kwang Tan melihat dahsyatnya racun itu, ia
memang pernah mendengar tentang kedahsyatan racun tersebut, karenanya begitu ia menduga bahwa hawa yang harum itu adalah racun Sip-tok. segera ia tidak berayal telah memakan pil pemunah racun nya.
Dengan begitu, ia bisa melindungi dirinya. Coba kalau tidak, niscaya ia akan mengalami nasib yang sama seperti laki2 tua itu.
Dikala itu, terdengar lagi orang yang berkata dengan suara yang dingin: "Hemm, rupanya engkau memang mengerti juga soal menghadapi racun, Bagus! Engkaulah seorang pemuda yang agak luar biasa dan ada harganya
menghadapi aku.... ! jarang sekali aku keluar menampakkan diri kepada orang2 yang tidak pantas melihatku, tapi kukira, engkau cukup ada harganya buat melihat diriku !" setelah berkata begitu, tampak berkelebat sesosok bayangan, semakin lama sosok bayangan itu semakin dekat juga.
Kwang Tan bayangan itu merupakan gumpalan warna kecoklat-coklatan muda belaka, dan tidak lama kemudian tampak sosok bayangan itu semakin dekat.
Tadi waktu mendengar orang itu berkata2 dengan suara yang dingin, itulah suara seorang wanita, maka Kwang Tan menduga, tentunya orang itu adalah seorang wanita.
Benar saja, setelah bayangan itu berlari dekat padanya, dia tidak lain dari pada seorang wanita berusia antara tiga puluh tahun, sangat cantik luar biasa, Rambutnya tumbuh
panjang dan hitam ikal, dibiarkan terurai menutupi bahunya.
Tapi yang luar biasa sekali, justeru
mengenakan pakaian, tidak
memakai wanita itu tidak sehelai benang sekalipun juga! ia dalam keadaan bertelanjang bulat! Kulit tubuhnya yang begitu putih bagaikan salju di biarkan saja terbuka tanpa ada penutupnya, sama sekali ia tidak memperlihatkan perasaan canggung atau malu!
Kwang Tan sampai kaget, ia memejamkan matanya, kemudian membukanya lagi buat memandang, ia menduga mungkin matanya yang telah salah memandang. Tapi tetap saja wanita yang ada dihadapannya sekarang ini, tidak lain seorang wanita cantik tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya, bahkan semua alat yang penting di tubuh nya tidak ditutupi, dengan gamblang bisa dilihatnya, ia berdiri
malah dengan sikap menantang sekali, dengan seruling tercekal ditangan kiri.
"Sudah kukatakan, engkau memang cukup berharga buat melihatku!" kata wanita itu, yang memang luar biasa, dan tampaknya sangat genit sekali ketika ia berkata2.
mementang mata nya, ia melihat sosok
berlari sangat cepat sekali, sehingga Kwang Tan tidak mau membuka matanya lagi, sambil memejamkan matanya, ia telah memutar tubuhnya, memukul dengan tangan kanannya buat mencegah wanita itu menyerang dia.
"Hemmm, engkau sudah kukatakan cukup berharga melihatku, tapi mengapa engkau begitu tolol tidak mau
melihat ?" Suara wanita itu terdengar merdu dan nyaring.
Sedangkan tangan wanita itu bergerak, serangan Kwang Tan ditangkisnya, Dan waktu itulah tampak betapa ia telah melesat kedepan Kwang Tan. ia berdiri dengan sikap menggiurkan.
Kwang Tan serba salah, jika ia tidak membuka matanya maka kemungkinan ia bisa diserang dengan cara membokong. Tapi jika memandang ia membuka matanya niscaya ia akan menyaksikan pemandangan yang memalukan sekali.
Tengah pemuda ini bimbang, wanita ini tertawa. Suara tertawanya itu suaranya itu demikian aneh, dan kemudian berubah,
seperti juga suara men-deru2nya angin serangan.
Kwang Tan yang masih memejamkan matanya mendengar berkesiuran angin serangan, ia segera juga menangkisnya. Tapi ia selalu menangkis tempat kosong.
"Hemm, kau akan kuserang dengan hebat jagalah serangan ini !" berseru wanita itu.
Benar saja, kesiuran angin yang hebat menuju kepada Kwang Tan, membuat pemuda ini harus bersilat dengan cepat sekali menghindar kesana kemari.
Tapi ia selalu menangkis tempat kosong, disamping itu, iapun selalu bergerak seperti tidak memperoleh benturan tenaga lawan, tidak ada angin serangan yang menyentuh dirinya, karena ia hanya mendengar suara men-deru2 angin serangan belaka.
Akhirnya ternyata Kwang Tan membuka matanya. Maka diperoleh kenyataan wanita itu masih berdiri diam di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun juga.
Rupanya ia hanya memperdengarkan suara dari mulutnya, karena ia pandai sekali memperdengarkan suara yang mirip dengan angin serangan. Dan juga ia rupanya mengerti ilmu hitam, sehingga ia bisa mempengaruhi jalan pemikiran seseorang terutama lawannya, (Sekarang ini menyerupai ilmu hipnotis.)
Di waktu itu tampak Kwang Tan tidak mau membuka matanya lama2, ia memejamkan lagi matanya sambil menjejakkan kakinya, karena ia hendak meninggalkan tempat itu secepat mungkin, walaupun bagaimana melihat seorang wanita yang telanjang bulat di hadapannya,
merupakan hal yang sangat memalukan sekali.
Tapi wanita itu sangat gesit, Kepandaian nya juga memang tidak lemah. ia bisa bergerak sama cepatnya, karenanya Kwang Tan selalu dibayangi.
Malah suatu kali, Kwang Tan mendengar suara seperti runtuhnya bukit batu, dan merasakan bahwa ada sebungkah batu gunung yang besar sekali tengah meluncur turun akan menimpahnya.
Kwang Tan cepat2 menangkisnya, menyampok dengan sinkang ilmu menyaropok pukulan Guntur. Tapi ia menangkis atau tempat kosong, karena itu ia membuka
matanya. Ternyata tidak ada bukit yang rubuh dan juga tidak ada batu yang menyambar kepadanya.
Segera juga Kwang Tan menyadari bahwa wanita itu memiliki ilmu hitam dan memang sengaja hendak memaksa agar Kwang Tan tidak memejamkan matanya.
Jika Kwang Tan memejamkan matanya, tentu ia akan dipengaruhi oleh khayalnya yang dikendalikan oleh wanita itu, yang selalu dapat meniru bunyikan dari berbagai benda
dari juga angin serangan. ini karena bisa membuat Kwang memang membahayakan,
Tan akhirnya kehabisan tenaga.
Karena itu, Kwang Tan terpaksa membuka matanya, tidak memejamkan pula matanya, dengan demikian ia tidak akan tertipu lagi oleh suara2 itu.
Tapi dengan membuka matanya, Kwang Tan jadi bisa melihat jelas lagi wanita yang bertelanjang bulat itu....
Wanita itu telah tertawa di hadapan Kwang Tan, dengan sikap yang genit, sambil menggoyang-gayangkan seruling ditangan kirinya,ia bilang: "Ya. ya, sekarang engkau harus memandang sepuas hatimu!"
Dan telah berkata begitu, dengan cepat sekali, tampak ia telah melangkah maju menghampiri Kwang Tan,
sedangkan Kwang Tan telah mundur, tapi berwaspada.
Wanita itu sambil tersenyum telah melangkah terus menghampiri sampai akhirnya dari mulutnya terdengar suara desis yang aneh.
Kwang Tan mengerutkan sepasang alisnya karena ia tidak mengerti mengapa wanita itu mendesis seperti itu. Namun akhirnya, ia jadi kaget sendirinya karena di waktu itu ia merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, sesuatu yang membuat dia tergoncang hatinya.
Semakin lama perasaan itu semakin bergolak dan ia merasakan mukanya jadi panas memerah, ia merasa seperti juga berahinya telah memuncak.
"Celaka!" mengeluh Kwang Tan, karena ia menyadarinya bahwa itu adalah di sebabkan pengaruh dari ilmu hitam wanita tersebut. Karenanya, ia segera mengempos sinkangnya!
Usaha Kwang Tan tidak berhasil dengan baik, karena pengaruh yang merasuki dirinya begitu kuat!
Berulang kali Kwang Tan gagal guna mengempos semangatnya untuk
mengusir perasaannya yang tidak karuan itu, sampai akhirnya merasakan betapapun juga, memang wanita itu tangguh sekali, terutama dengan ilmu hitamnya.
Terlihat wanita tersebut telah melompat maju mendekati Kwang Tan, seruling ditangan kirinya telah bergerak, dia bermaksud menotok
Kwang Tan tengah menindih perasaannya memusatkan sinkangnya buat yang tidak keruan itu, sampai akhirnya telah menyambar datang totokan wanita tersebut,
Hati Kwang Tan tercekat, ia segera berteriak sekuat suaranya, kemudian menghantam dengan telapak tangan kirinya mempergunakan pukulan Guntur.
Hantamannya kali ini dahsyat sekali, karena Kwang Tan
mempergunakan seluruh kekuatan yang ada padanya, Tidak terlalu mengherankan jika wanita itu kaget bukan main, dimana ia melompat mundur dengan segera sambil mengeluarkan seruan tertahan, karena ia merasakan tubuhnya seperti terbakar oleh api yang sangat panas
Beruntung dia masih bisa menghindarkan diri, sehingga tubuhnya yang putih mulus itu tidak sampai terbakar dan menjadi hangus karenanya.
Diwaktu itu Kwang Tan tidak mau mem buang-buang waktu lagi, maka segera ia melompat bermaksud akan berlalu dari tempat itu disaat wanita itu terpisah cukup jauh
darinya. Waktu ia melompat, empat tombak lebih telah dilewatkannya.
Tapi wanita itu berseru: "Tunggu jangan pergi dulu!" Malah disusul dengan tubuhnya yang seperti terbang mengejar Kwang Tan.
Kwang Tan tidak berani menoleh, dia mengempos seluruh ginkangnya buat berlari secepat2nya, kedua kakinya seperti juga tidak menginjak tanah, tubuhnya seperti terbang melesat dalam bentuk gumpalan warna pakaiannya.
Tapi wanita itu juga gesit, karena ia segera bisa mengejar dekat, sama sekali dia tidak memperdulikan bahwa ia waktu itu tengah bertelanjang bulat. Malah, ketika tiba diluar mulut lembah, tangan kanannya bergerak.
Terdengar suara "Siungggg!" yang nyaring sekali, serulingnya telah menyambar cepat sekali melesat sambil mengeluarkan suara yang aneh itu, menuju kearah punggung Kwang Tan.
Kwang Tan mendengar suara yang aneh itu, juga merasakan menyambarnya angin serangan yang tajam. ia telah mengibas kebelakang, karena ia menyampok jatuh seruling itu.
Gerakannya itu tidak menolong, seruling bermaksud itu seperti memiliki mata. Hal ini disebabkan memang wanita itu mempergunakan ilmu menimpuk yang luar biasa, yaitu
tenaga menimpuknya itu seperti telah diperhitungkan, jika tidak bertemu dengan rintangan, akan terus menuju pada sasaran.
Tapi begitu Kwang Tan menangkis, maka begitu angin kibasan tangannya mengenai sedikit saja seruling itu seruling tersebut telah terlompat keatas dan berputar,
kemudian menukik menuju kearah batok kepala Kwang Tan.
Kwang Tan mengeluarkan seruan, tubuhnya cepat-cepat menyingkir kusamping, dan ia telah berhasil mengelakkan diri dari sambaran seruling itu.
Hanya saja disebabkan gerakannya Kwang Tan jadi terhenti berlari Kesempatan itu dipergunakan oleh menyusulnya yang tahu2 telah berada dihadapannya.
Cepat sekali tampak wanita itu telah menyerang beruntun dengan tangannya yang silih berganti. Gerakan2 yang dilakukannya merupakan gerakan yang mendesak dengan hebat karena ilmu pukulan yang dipergunakannya merupakan ilmu pukulan yang bisa sekaligus membinasakan lawannya, kalau saja satu kali pukulan itu mengenai pada sasarannya.
Kwang Tan mengeluh didalam hatinya, ia segera menyadari bahwa wanita ini bukan wanita sembarangan dan memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Karena itu ia harus menghadapinya dengan sebaikbaiknya dan waspada.
Dikala itu terlihat wanita tersebut sambil menyerang gencar, juga lelah berkata dengan suara yang genit: "Hemm, lebih baik engkau kembali kedalam lembah.!"
Dan ia berkata begitu menganjurkan namun kedua tangannya tidak pernah berhenti bergerak, malah itu menyebabkan beberapa detik. wanita itu buat serangannya tidak kurang gencarnya, ia telah menyerang terus.
Kwang Tan mengempos semangatnya. Tadi ia tampaknya terdesak karena ia sering memejamkan mata dan beranggapan tidak pantas ia menurunkan tangan keras kepada seorang wanita.
Namun melihat wanita itu memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan setiap dengan dahsyat mematikan, karenanya Kwang Tan tidak serangannya menyambar juga berbahaya sekali,
sungkan2 lagi. Apa lagi tampaknya tangan wanita itu memang telengas.
Segera juga ia bersilat dengan mempergunakan jurus2 ilmu pukulan Guntur, setiap jurus yang di pergunakannya sangat hebat, waktu kedua tangannya bergerak, segera juga terdengar suara berkesiuran yang santer sekali, juga di sekeliling tempat itu diliputi oleh hawa yang sangat panas.
Wanita itu kembali kaget. Tapi ia tertawa dingin, ia pun telah bilang: "Hemmm, ilmu yang cukup tinggi!" Dan ia pun merobah cara bertempurnya. Tubuhnya tahu2 berkelebat kelebat kesana-kemari dengan lincah. Setiap gerakan yang dilakukannya merupakan gerakan yang
memiliki kecepatan luar biasa di samping kedua tangannya juga setiap saat meluncur ke bagian-bagian yang mematikan di tubuh lawannya, membuat Kwang Tan benar-benar jadi terdesak hebat.
Dengan begitu Kwang Tan juga harus memasang matanya dengan baik-baik, karena jika ia tidak berwaspada, niscaya tentu akan kecolongan dan akan diserang wanita itu.
Dengan mengandalkan Pukulan Gunturnya Kwang Tan bisa membuat wanita itu tidak dapat mendekatinya Untuk melengkapi ilmu silatnya itu, Kwang Tan telah mempergunakan sinkangnya menurut petunjuk yang diberikan Thio Sam Hong dan Thio Bu Kie, sehingga benar2 tubuhnya terlindung oleh angin serangan yang hebat sekali, yang tidak mungkin dia bisa mendesak lebih dekat, jika memang wanita itu berlaku nekad hendak menerjang
maju lebih dekat, niscaya ia akan hangus terkena pukulan Gunturnya itu.
Dikala itu Kwang Tan sendiri tidak mau membuka matanya terus menerus. ia yakin bahwa dengan mempergunakan ilmunya tersebut tentu wanita itu tidak
akan dapat menerobos pertahanannya karenanya ia bertempur sambil memejamkan matanya, ia muak sekali melihat tubuh wanita yang bertelanjang itu. ia bersilat terus, sampai akhirnya ia jadi kaget sendirinya, sebab segera juga ia teringat sesuatu, ia membuka lagi matanya, benar saja
diwaktu itu siwanita cantik itu sudah tidak menyerang dirinya, tengah berdiri diam sambil tersenyum-senyum saja. Kwang Tan mendongkol bukan main.
Jika memang ia bersilat terus seperti itu dengan mata terpejam, sedangkan siwanita cantik itu tidak
menyerangnya, akhirnya
Kwang Tan bisa kehabisan tenaganya dan wanita cantik itu tetap terpelihara tenaganya, inilah yang bisa membahayakan dirinya. Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan menjejakkan kedua kakinya, in bermaksud meninggalkan tempat itu lagi. Namun wanita cantik itu menyerang dan merintanginya
pula. Sekarang ini Kwang Tan bertempur mempergunakan taktik lain, ia melayani wanita itu sambil terus menggeser tidak mau terlibat terus ditempat itu, ia hendak kedudukan dirinya, karena ia bertempur dengan wanita
itu meninggalkan lembah, karena ia yakin, biarpun wanita itu terus merintanginya, akan tetapi jika ia bisa menyingkir meninggalkan tambah tersebut cukup jauh, sehingga mereka berada ditempat yang ramai, niscaya wanita itu akan merasa malu, dengan sendirinya dia tidak mungkin merintangi Kwang Tan terus.
Karena berpikir seperti itu, Kwang Tan telah menggeser terus kedudukan kedua kakinya ia memang terus melayani setiap serangan yang dilakukan wanita itu.
Dalam keadaan seperti itu, wanita cantik tersebut juga telah dapat menerka apa yang tengah dipikirkan Kwang
Tan. Karenanya ia menyerang semakin hebat. Ia bermaksud akan merintanginya agar Kwang Tan tidak bisa meninggalkan mulut lembah lebih jauh lagi. Cara menyerangnya juga telah berobah.
Didetik itu, wanita itu telah mengeluarkan ilmu andalannya, ia tidak menyerang langsung kepada Kwang Tan, melainkan ia selalu menepuk kedua tangannya.
Tepukan tangannya menimbulkan suara yang nyaring, bergema disekitar tempat mengandung lwekang itu, Dan suara tepukan yang
tinggi itu, seperti hendak memecahkan gendang telinga Kwang Tan. dan anehnya,
hati Kwang Tan tergoncang, tubuhnya seperti diterjang oleh suatu kekuatan yang tidak tampak oleh mata.
Maka terlihat Kwang Tan mulai terdesak. Karena ilmu Pukulan Gunturnya seperti sudah tidak berdaya buat menghadapi wanita itu, di mana wanita itu tidak perlu
berada dekat-dekat dengan Kwang Tan, dia menyerang dari jarak jauh, yaitu dengan menepuk tangannya belaka. Dengan begitu, Kwang Tan semakin terdesak.
Yang membuat pemuda ini tambah panik justeru wanita itu telah mempergunakan juga ilmu hitamnya, sehingga setiap kali ia menepuk tangannya, Kwang Tan merasakan betapa hatinya tergoncang dikuasai oleh perasaan aneh.
Dan birahinya juga telah terbangun kembali. Sebagai seorang pemuda, juga memang di hadapannya berdiri seorang wanita cantik jelita dalam keadaan telanjang bulat, disamping itu dipengaruhi oleh ilmu hitam wanita itu,
benar2 Kwang Tan menghadapi percobaan yang tidak ringan.
Kwang Tan menyedot hawa udara dalam2 dia memutar otak dengan keras dan hati yang gelisah sekali, ia
bermaksud hendak menguasai dirinya dan menindih perasaan yang tidak keruan itu, ia juga bermaksud mencari jalan, guna dapat merubuhkan wanita itu dan meninggalkan lembah ini secepat mungkin.
Teringat olehnya, betapapun juga, memang kata-kata Thio Sam Hong, yang memberitahukan kepadanya, bahwa seorang akhli silat dilihatnya dikala kelas satu, yang pertama-tama harus menghadapi lawan tangguh adalah
ketenangan. Dengan ketenangan itu, tentu bisa dihadapi berbagai macam terjangan dan tipu muslihat musuh. Maka Kwang Tan berusaha memusatkan ketenangan dirinya, karena ia menyadari, dengan ketenangan yang ada, tentu ia bisa menguasai dirinya, tidak akan terpengaruh lagi oleh ilmu hitam wanita itu.
Segera juga ia mengerahkan sinkangnya menuruti petunjuk dari Thio Sam Hong. Dia telah membuka matanya lebar2, ia beranggapan seperti juga tidak melihat wanita bertelanjang bulat, melainkan melihat seorang musuh yang tangguh dihadapannya.
Karena itu, per-lahan2 ketenangan hatinya pulih, ia malah bisa mengendalikan sinkangnya jauh lebih baik. Dikala itu wanita cantik tersebut menepuk kedua tangannya berulang kali semakin gencar, karena dilihatnya Kwang Tan perlahan lahan mulai tenang dan bisa menguasai diri.
Tapi usaha dari wanita yang luar biasa itu ternyata telah gagal dan tidak dapat menguasai Kwang Tan lagi. Sedangkan Kwang Tan begitu berhasil mengendalikan perasaan hatinya, tahu-tahu menjejakkan sepasang kakinya,
Bagaikan seekor burung
rajawali, tubuhnya melesat ketengah udara, dan tangan kanannya menghantam tidak kalah hebatnya. Dengan cara seperti itu, telah membuat wanita cantik itu di hantam beruntun dua kali oleh gempuran hawa yang
sangat panas mengelakkan tangannya. sekali, sehingga mau tidak mau ia harus diri, Dan ia terus juga masih menepuk
Kwang Tan telah menukik turun, tapi ia membarengi dengan menghantam dua kali lagi ketika kakinya
menyentuh tanah, memaksa wanita itu ia melompat mundur.
Tanpa membuang waktu dan tidak memperdulikan segala apapun juga, Kwang Tan memutar tubuhnya, ia melesat meninggalkan tempat itu dengan mengerahkan seluruh ginkang nya.
Wanita itu tersenyum, ia kemudian menghela napas, wajahnya berobah muram jika ia hendak melibat terus Kwang Tan, seharusnya ia bisa melakukannya, ia bisa
mengejar dan terus melibat
pemuda itu.Tapi sekarang justeru dia tidak mengejarnya dia membiarkan Kwang Tan angkat kaki meninggikan tempat itu. Cuma saja pada wajahnya justeru terlihat betapa ia sangat menyesal sekali.
Kwang Tan membuka langkahnya selebar mungkin, karena ia ingin segera bisa meloloskan diri, Biar bagaimana dia mengakui tadi dirinya menghadapi ancaman bahaya yang tidak kecil dari wanita yang luar biasa dan aneh tersebut.
Karena dia telah berlari mengerahkan seluruh kemampuannya agar dapat melepaskan diri dari libatan wanita cantik yang porno itu.
Setelah memburu, tempatnya berlari sekian lama, napas Kwang Tan agak
dia telah berhenti berlari dan berdiri di memandang kearah dari mana tadi dia meninggalkan lembah itu.
Dia tidak melihat wanita itu mengejarnya. Dia menghela napas dalam dalam dan lega. lantas dia mengeluh perlahan, "Wanita yang sangat luar biasa sekali dan berbahaya!" Dan Kwang Tan menggidik waktu teringat betapa apa yang tadi di alaminya.
Kemudian dia duduk dibawah sebatang pohon, karena Kwang Tan bermaksud untuk beristirahat, melepaskan lelah dan jaga mengatur tenaganya, hendak memulihkan semangatnya, ia tahu, tentunya wanita itu tidak mengejarnya disebabkan dia dalam keadaan telanjang bulat. jika memang dia mengejar terus, niscaya akan membuat dia
malu bertemu dengan penduduk disekitar tempat itu. itulah sebab utama mengapa wanita itu tidak mengejarnya lagi.
Setelah mengasoh sekian lama, dan semangatnya pulih, Kwang Tan melanjutkan perjalanannya, ia bermaksud akan kembali ke rumah penginapan.
Tapi baru saja ia melangkah beberapa tindak, justeru diwaktu itu ia mendengar suara orang yang berkata dengan suara yang perlahan, disertai tertawanya: "Hihihi, sungguh seorang pemuda yang tidak tahu malu dan kurang ajar! Engkau telah menyaksikan pemandangan yang sangat menggembirakan bukan "!"
Kata2 itu disusul dengan melesat keluar sesosok bayangan putih, dimana seorang gadis berusia dua puluh tahun lebih, dengan baju yang lebar dan berwarna putih, berdiri dengan seruling ditangan kanannya, di gerak2kan, tengah memandang tersenyum kepada Kwang Tan.
Kwang Tan tercekat hatinya, dia mengeluh karena menyangka wanita yang tadi telah mengejarnya, setelah mengenakan pakaian dan hendak melibat dirinya lagi.
Tapi setelah dia memperhatikan wanita itu, dia segera mengenalinya bahwa wanita itu tidak dikenalnya dan bukan wanita yang tadi melihatnya. Dia jadi bertanya2 didalam hati, entah siapa wanita berpakaian serba putih ini, dan juga, apakah ada hubungannya dengan wanita yang luar biasa itu.
Setelah dia berdiam diri kedua tangannya memberi katanya: "Nona, siapakah nona "!"
Gadis berpakaian serba putih itu tertawa tawar, ia bilang dengan sikap yang genit dan bola mata memain tidak
hentinya: "Siapa aku
" Untuk apa engkau tahu" Yang terpenting aku hendak bertanya kepadamu, apakah pemandangan tadi mengasyikkan sekali "!"
Muka Kwang Tan berobah merah.
"Nona jangan bergurau.... itu merupakan urusan yang tidak sengaja kusaksikan, karena memang wanita itu tidak sejenak, dia merangkapkan hormat kepada wanita itu, tahu malu!" kata Kwang Tan dengan mata yang terpentang lebar dan muka yang berobah merah panas.
Gadis itu tertawa dingin, dia bersiul, barulah dia bilang: "Bukan hanya aku seorang saja yang sempat mengintip
engkau begitu cabul bermain2 dengan wanita cabul itu. hemmm, justeru kawan2ku juga sempat menyaksikannya dan semua ini akan kami siarkan seluas2nya didalam rimba persilatan."
Bukan main kagetnya Kwang Tan.
"Nona, kau jangan bergurau !"
"Aku bukan tengah bergurau...!"
"Tapi..,. tapi..."
Belum lagi Kwang Tan menyelesaikan perkataannya, diwaktu itu telah berkelebat lagi beberapa sosok tubuh, yang bergerak sangat lincah sekali. Dan juga, orang2 yang bara muncul itu, mengenakan baju warna putih dan semuanya merupakan gadis2 cantik yang rata2 berusia antara dua puluh tahun lebih sedikit.
Kwang Tan telah memandangi mereka dengan mata terbeliak kaget dan heran. Kaget karena melihat bahwa wanita itu berkata benar, bahwa ia tidak sendirian dan juga tentunya mereka semua telah sempat menyaksikan Kwang Tan berhadapan dengan wanita yang bertelanjang bulat itu.
Hal ini tentu sangat memalukan sekali jika sampai tersiar didalam rimba persilatan disamping itu, juga akan menjatuhkan nama Kwang Tan.
Walaupun memang benar, peristiwa itu terjadi diluar dari kekuasaan Kwang Tan buat mencegahnya, namun tokh para gadis-gadis ini bisa menceritakannya dan menyiarkannya di dalam rimba persilatan dengan memutar balikan kenyataan.
Heran. karena melihat para gadis itu, yang berjumlah semuanya tujuh orang, mengenakan baju warna putih. Mereka juga cantik-cantik,
Murid siapakah mereka dan mengapa bisa berada di sini, Dan tangan mereka masing-masing mencekal sebatang seruling rupanya mereka memang bersenjatakan seruling, sama seperti wanita bertelanjang bulat itu.
Cuma saja di dengar dari kata-kata gadis yang seorang itu tampaknya mereka ini membenci sekali wanita bertelanjang bulat itu, Jika memang mereka ada hubungannya dengan wanita bertelanjang bulat itu, tentunya mereka tidak mengeluarkan kata-kata kasar yang di tujukan kepada wanita bertelanjang bulat itu.
Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, dia bilang : "Nona, kau jangan bergurau, bicaralah yang sebenarnya !"
Gadis itu tertawa tawar,
"Bicara yang bersungguh2" Bergurau katamu" Mengapa kau menyangka aku bergurau" Aku telah bicara dari hal yang sebenarnya !" bilang gadis itu, dengan sikap yang tawar.
Kwang Tan jadi mendongkol, dia bilang dengan suara agak marah: "Jika memang benar2 kalian telah menyaksikan apa yang tadi terjadi, tentu kalian melihatnya bahwa aku berusaha beberapa kali buat meninggalkan tempat itu dari wanita... wanita yang tidak tahu malu itu, tapi dia yang selalu melibat aku."
Gadis itu tertawa dingin, sedangkan gadis2 lainnya juga memperdengarkan suara mendesis mengejek. "Hemmm!" mendengus gadis itu dengan suara yang dingin, "Jika memang engkau tidak melayaninya, tentu tidak akan terjadi urusan seperti itu! Namun berhubung engkau sama saja dengan dia, bejat moral, maka terjadi urusan seperti itu! Hahaha, bayangkan
pemuda yang mengaku dirinya sebagai saja, seorang seorang yang
terhormat, tidak tahunya selalu berurusan dengan wanita yang bertelanjang bulat," "Mulutmu terlalu kotor, nona!" bentak Kwang Tan sengit bukan main, mukanya memerah karena marah, "Kau menuduh yang tidak2"
"Kami bukan menuduh!" tiba2 gadis lainnya telah berkata dengan suara yang dingin. "Justeru kami telah menyaksikannya sendiri dan kami memang akan menceritakannya kepada seluruh sahabat2 rimba persilatan! Kami ingin melihat, apakah engkau masih punya muka atau tidak"!"
Amanat Marga 11 Kisah Sepasang Bayangan Dewa 8 Jurus Lingkaran Dewa 2 Karya Pahlawan Kisah Pedang Bersatu Padu 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama