Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 6

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 6


Thio Bo tersenyum tawar: "Hemm, engkau jangan mencari2 alasan saja, karena memang engkau tengah berusaha mengelak dari desakan adik seperguruannya itu, agar urusanmu itu dapat ditangguhkan!"
Tidak menanti sampai Thio Bo menyelesaikan perkataannya, tangan kanan Ban Tok Kui menyambar kearah ulu hati Thio Bo, kelima jari tangannya dipentang, ia mengulur akan mencengkeram. Bahkan angin serangan
itu memancarkan bau yang anyir dan amis sekali.
Thio Bo segera maklum, bahwa pada ujung kelima jari tangan Ban Tok Kui pasti mengandung racun yang dapat bekerja cepat. Tentu racun-racun itu terdapat pada ujung2 kuku jari tangan Ban Tok Kui, karena dilihatnya kuku-kuku jari tangan Ban Tok Kui panjang-panjang.
Tanpa menanti sampai tangan itu tiba dekat, Thio Bo mendorong dengan kedua telapak tangannya, ia telah merasakan, betapa kuatnya tenaga dalam Ban Tok Kui. Hanya saja, bisa terjadi ia tadi hanya mundur satu tindak kebelakang oleh desakan
sedangkan Ban Tok Kui kebelakang, hal itu hanya terjadi kubetulan saja, bahwa Ban Tok Kui waktu itu tengah mengerahkan seluruh perhatiannya kepada Kwang Tan, dan memang yang dilakukan Thio Bo begitu tiba2. sehingga ia jadi dapat menang angin.
Tetapi akibatnya justeru Thio Bo yang lebih parah, pergelangan tangan kanannya telah membengkak dan sakit sekali, cuma saja Thio Bo tidak mau memperlihatkan kelemahannya tersebut.
Jilid 9 SEKARANG Ban Tok Kui telah mengulurkan tangannya buat mencengkeram dengan kuku tangannya yang beracun, kalau sampai ulu hatinya kena dicengkeram, walaupun Thio Bo memiliki lwekang yang kuat dan tubuh yang kuat dan tubuh yang kebal, niscaya ia tidak akan sanggup menerima cengkeraman itu, sebab ulu hati merupakan bagian kematian buat seseorang.
tenaga dalam Ban Tok Kui, terhuyung beberapa tindakan
Thio Bo telah bergerak memiringkan tubuhnya dan kesamping, kemudian ia tangan kirinya meluncur
kepinggang Ban Tok Kui. ia menghindar dari cengkeraman tangan kanan lawannya, sambil diapun telah membarengi menyerangnya, Dengan demikian, Thio Bo hendak merebut keuntungan buat dirinya dari posisinya tersebut.
Tetapi Thio Bo gagal. Gerakan Ban Tok Kui memang luar biasa, begitu tangan kanannya gagal mencengkeram, tangan kanannya itu menyambar dengan cara menyimpang, meluncur terus kearah pundak Thio Bo.
Disamping itu bau anyir telah menusuk hidung Thio Bo. Bukan main kagetnya Thio Bo, diam2 ia berpikir: "Hemmm, memang hebat kepandaian orang ini, ia berbahaya sekali !"
Sambil berpikir begitu, Thio Bo tidak mau menghadapi dengan kekerasan, ia telah mencelat kesamping sehingga serangan Ban Tok Kui menyambar tempat kosong.
Bukan main mendongkolnya Ban Tok Kui ia berjingkrak marah, dan kemudian melompat menerjang lagi dengan kedua tangannya yang telah menyambar dengan serentak, Thio Bo pun tidak berani main2.
Kali ini ia sudah tidak bisa mundur, sepasang tangan Ban Tok Kui telah dekat sekali, ia ingin menang dengan mempergunakan kedua tangannya.
"Thio Locianpwe... jangan.,.!" Kwang Tan
memperingatkannya. Rupanya Kwang Tan yang sejak tadi menyaksikan cara bertempur kedua orang itu telah melihatnya, bahwa pada kedua tangan Ban Tok Kui memang mengandung racun yang hebat, dia bisa mengendus bau anyirnya, karenanya waktu melihat kedua
tangan Thio Bo hendak menangkis, diam2 Kwang Tan menguatirkan keselamatan Thio Bo. itulah sebabnya ia telah mencegahnya.
Dalam keadaan seperti ini membuat Thio Bo tersadar, Segera ia mengganti posisi tubuhnya yang berjongkok sedikit, lalu iapun menghantam dengan mempergunakan kedua tangannya.
Ia harus berlaku cepat sekali, disamping nekad karena ia sudah tidak memiliki kesempatan lagi buat menghindarkan kedua tangan Ban Tok Kui.
Dari kedua telapak tangan Thio Bo mengalir angin yang panas dan kuat sekali, menderu menerjang dadanya, Ban Tok Kui merasakan lawannya dengan bahwa ia tidak mungkin mendesak meneruskan penyerangan kedua
tangannya. Tetapi ia pun tidak mau melepaskan lawannya dan memberikan kesempatan kepada lawannya itu mengadakan persiapan tangannya diri, ia telah meneruskan meluncurnya kedua
tanpa memperdulikan angin serangan dari telapak tangan Thio Bo. hanya saja Ban Tok Kui telah mengerahkan tenaga dalamnya melindungi dadanya, ia bermaksud hendak menerima tenaga serangan itu dengan
dadanya, disamping mengharapkan sepasang tangannya dapat mencengkeramnya pundak dan dada Thio Bo.
Keadaan mengancam sekali keselamatan Thio Bo. Memang benar, ia akan dapat menghantam dada Ban Tok Kui, akan tetapi ia pun tidak urung akan kena dicengkeram
oleh kuku-kuku beracun dari jari-jari tangan Ban Tok Kui yang terkena angin.
Mereka akan sama-sama terluka. Ban Tok Kui yang terkena angin pukulannya akan terluka didalam namun
tidak akan parah, karena dadanya telah dilindungi oleh tenaga dalamnya seperti juga dadanya itu dilapisi oleh suatu lapisan kekuatan yang memisahkan dadanya itu dengan isi dadanya, yang membuat tenaga serangan Thio Bo tidak bisa merusak jantung paru-paru dan bagian anggota dalam tubuhnya yang lain.
Dengan demikian Ban Tok Kui tidak sampai menderita luka yang terlalu parah. Dan diwaktu itulah, justeru Thio
Bo sendiri akan menderita luka yang parah sekali, ia akan keracunan, malah terkena racun yang sangat berbahaya dan bekerja cepat.
Suma Lin Liang melihat keadaan seperti itu, sudah tidak bisa berdiam diri terus, Sambil bersiul panjang, pemuda ini
melompat melesat, tangan kanannya menghantam kearah pundak Ban Tok Kui.
Ban Tok Kui merasakan menyambarnya angin serangan itu, namun ia benar-benar nekad. Sama sekali ia tidak berusaha mengelakkan hantaman tangan Suma Lin Liang.
ia membiarkan punggungnya dijadikan sasaran hantaman tangan Suma Lin Liang, karena dia memang tidak mau menarik pulang tangannya yang hendak mencengkeram pundak dan dada Thio Bo.
"Bukkk !" Dada Ban Tok Kui telah kena dihantam oleh pukulan Thio Bo, disusul suara "Bukkk !" lainnya lagi, dimana pundak Ban Tok Kui pun kena dihantam oleh telapak tangan Suma Lin Liang, Namun justeru jari-jari tangan Ban Tok Kui telah berhasil mencengkeram pundak dan dada Thio Bo, kemudian dia memutar tubuhnya,
menarik tangan kanannya, diputarnya mengibas kepada dada Suma Lin Liang,
"Sreeetttt....!" baju dibagian dada Suma Lin Liang robek, terkena kuku-kuku Ban Tok Kui yang sangat tajam dan beracun, Bukan baju Suma Lin Liang saja yang pecah,
tetapi kulit dada sipemuda juga tergores oleh kuku-kuku Ban Tok Kui, sehingga menimbulkan luka yang bergaris panjang sekali, mengeluarkan darah yang cukup banyak, dan racun segera juga bercampur menjadi satu dengan darah, menerobos luka itu !
Suma Lin Liang telah meluncur turun, waktu kedua kakinya hinggap dibumi, tubuhnya itu terhuyung mundur seperti akan rubuh karena racun yang mengenai dirinya, yang berasal dari kuku-kuku jari tangan Ban Tok Kui, bekerja cepat sekali, muka Suma Lin Liang pun pucat pias, kehijau-hijauan.
Waktu itu Thio Bo tidak kurang parahnya tubuhnya lemas, sampai dia berdiri dengan lututnya, karena dia telah terkena racun tersebut, yang bekerja cepat. ia terluka lebih parah dibandingkan dengan Suma Lin Liang, sebab pundaknya dan dadanya kena dicengkeram dengan demikian, racun yang memasuki tubuhnya semakin banyak juga.
Keadaan Ban Tok Kui waktu itupun tidak kurang parahnya, karena dia dihantam dadanya oleh Thio Bo, kemudian punggungnya juga dihantam oleh Suma Lin
Liang, yang tidak kurang hebatnya sehingga walaupun dada dan punggungnya telah dilapisi oleh tenaga dalam yang melindungi bagian tersebut, tidak urung getaran yang terjadi itu membuat ia terluka didalam.
Cuma saja Ban Tok Kui tidak mau memperlihatkan kelemahan dirinya, ia bersikap seperti juga tidak terluka,
tetap berdiri tegak
ditempatnya. Dengan mata yang menyala bengis dia berkata dengan suara menggeram: "Hemmm, kini giliranmu....!" Dia maksudkan Kwang Tan, yang telah dihampirinya dengan langkah satu-satu, matanya memancarkan nafsu
membunuh yang sangat besar, Ban Tok Kui yakin bahwa ia dengan mudah akan dapat membunuh anak lelaki ini, sebab ia melihatnya Kwang Tan belum memiliki tenaga dalam cukup kuat, juga ilmu silat yang tadi diperlihatkan anak itu, walaupun memang ilmu silat sejati dari pintu perguruannya, tampaknya Kwang Tan belum melatihnya dengan sebaik2nya, dia yakin, begitu dia turun tangan satu atau dua jurus ia akan dapat membunuh Kwang Tan.
Saat itu Kwang Tan mengeluarkan seruan kuatir, karena melihat Thio Bo dan Suma Lin Liang terluka. Tanpa memperdulikan sikap dari Ban Tok Kui, Kwang Tan melompat kedekat Thio Bo, ia merogoh sakunya untuk mengeluarkan obat penawar racun.
Namun tubuh Ban Tok Kui pun bergerak tidak kalah cepatnya, seperti juga menyambar mangsanya, menghantam dahsyat sekali, menimbulkan angin yang menderu2..
Kwang Tan yang waktu itu tengah merogoh sakunya, mengetahui datangnya hantaman tersebut, ia terkejut juga, seekor burung garuda yang tangan kanannya meluncur dalam keadaan menekuk sedikit
tubuhnya tanpa hanya tubuh terdesak seperti
kaki kanannya, menggeser kedudukan kedua kakinya, bagian atas saja, tangan kanannya itu, tiba2 Kwang Tan kemudian ia memutar
menghantam kebelakang.
"Bakkk !" terdengar suara benturan yang keras sekali, disusul kemudian dengan jerit kesakitan.
"Aduhhhhhh !" jerit kesakitan yang tertahan, tubuh Ban Tok Kui tampak mundur beberapa langkah dengan muka yang pucat pias, matanya mendelik, dari mulutnya keluar darah merah yang menetes turun.
Sepasang alisnya mengkerut, tampaknya ia menahan perasaan sakit yang luar biasa. "Kau... kau....!" katanya dengan suara tersendat2, tubuhnya menggigil jelas sekali, ia mengerahkan tenaga dalamnya berusaha agar dirinya tidak sampai terjungkal dan dapat menahan rasa sakit yang hebat didadanya.
Ternyata dalam keadaan terdesak, Kwang Tan tanpa sesadarnya menghantam "guntur", ia telah mempergunakan tangan
dengan mempergunakan ilmu kanannya pukulan mempergunakan jurus "Petir Menyambar Bumi", yang menimbulkan angin serangan yang sangat panas seperti petir yang tengah menggelegar menyambar korbannya.
Sama sekali diluar dugaannya bahwa cara menghantam Kwang Tan begitu aneh dan hebat, karena jurus petir menyambar bumi merupakan salah satu jurus yang bisa menghanguskan apa yang diserangnya.
Beruntung bahwa Ban Tok Kui memang memiliki lwekang yang tinggi sekali dan terlatih baik, sehingga ia tidak sampai binasa disaat itu juga.
Hanya saja, yang membuat Ban Tok Kui heran bercampur kaget, karena ia tidak mengerti, mengapa anak lelaki ini, Sutenya yang tadi dilihatnya waktu bersilat tidak memiliki tenaga dalam yang berarti dan juga ilmu silat yang tinggi sekarang ini bisa menyerang padanya hanya satu kali gebrakan dengan ilmunya yang aneh itu.
Dan satu lagi yang membuat Ban Tok Kui jadi kaget, ia tidak menyangka bahwa adik seperguruannya ini memiliki ilmu simpanan yang luar biasa, yang diduga tentu ilmu simpanan gurunya, yang tidak diturunkan, tetapi diwarisi kepada Sute-nya, maka perasaan jelusnya kian berkobar2 juga, karena disini ia merasakan gurunya seperti memilih kasih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesungguhnya, masih beruntung bahwa Ban Tok Kui terserang oleh jurus pukulan "Guntur" sebelum Kwang Tan berhasil melatihnya dengan sempurna. Dengan demikian, serangannya itu, walaupun hebat, tidak sehebat jika ia telah melatihnya dengan mahir.
Juga, usia Kwang Tan masih terlalu muda, sedangkan keadaan tubuh Ban Tok Kui memang sudah terluka parah akibat pukulan Lin Liang dan Thio Bo, sehingga tenaganya telah banyak berkurang.
Jika satu atau dua tahun lagi dan Kwang Tan telah melatihnya dengan baik, jangan harap Ban Tok Kui masih
bisa bernapas terkena pukulan tersebut, niscaya ia akan menggelak dengan tubuh yang telah menjadi hangus hitam dan isi perutnya hancur.
Sedangkan Ban Tok Kui walaupun tidak binasa, keadaannya parah sekali. Untuk berkata-kata saja rasanya dia sudah tidak sanggup perasaan heran dan kaget itu malah akhirnya membuat dia ketakutan.
"Jika demikian jelas Suhu memang telah memberikan semacam kepandaian dan ilmu kepadanya agar dapat membinasakan aku..." hanya itu yang dipikir Ban Tok Kui,
maka tanpa mengatakan suatu apapun juga, dengan tubuh terhuyung dan kedua tangan memegangi dadanya, Ban Tok Kui memutar tubuhnya, ia berlari meninggalkan rumah Ciak Kwang Ie.
Melihat Ban Tok Kui ingin melarikan diri. Ciak Kwing Ie tidak mengejar atau berusaha menahannya, karena jika Ban Tok Kui telah pergi dari rumahnya, itupun telah membuat Ciak Kwing Ie bersyukur sekali.
Disaat itu, Ho Kongcu juga telah menghampiri Ciak Kwing Ie, dengan penuh perhatian dia tanya: "Ciak
Wangwe apakah... apakah engkau tidak kurang sesuatu apapun ?"
Ciak Kwing Ie tersenyum pahit, dan sahutnya: "Tidak, terima kasih atas kebaikan Ho Kongcu, yang tadi telah mempertaruhkan jiwa untuk melindungi kami! jika tidak ada Ho Kongcu, niscaya kami sudah tidak bernapas lagi !"
Ho Kongcu segera juga mengeluarkan kata-kata merendah, tampaknya Ho Kin An merasa senang ia telah dapat berusaha untuk merintangi Ban Tok Kui menurunkan tangan kematian kepada Ciak Kwing Ie dan puterinya itu.
Sedangkan Kwang Tan telah merogoh sakunya dan mengeluarkan obat bubuk, yang diberikannya kepada Thio Bo.
"Telanlah Thio Locianpwee....!" katanya kemudian. Thio Bo segera menelan obat itu, kemudian duduk bersemedhi buat mengatur jalan pernapasannya, segera juga Kwang Tan bekerja cepat menorehkan semacam obat bubuk lainnya kepada luka-luka dipundak dan dada Thio Bo.
Barulah kemudian dia menghampiri Suma Lin Liang yang tengah duduk bersemedhi mengatur jalan pernapasannya, sama halnya seperti yang dilakukan terhadap Thio Bo, ia pertama tama memberikan obat untuk dimakan oleh pemuda itu, baru kemudian menorehkan obat bubuk pada luka didada pemuda itu.
Selesai mengobati Thio Bo dan Suma Lin Liang, Kwang Tan menghela napas dalam2. Waktu tadi ia melihat hasil pukulannya dengan jurus ilmu pukulan "Guntur", ia sendiri menjadi takjub, ia tidak menyangka Ban Tok Kui yang begitu liehay, hanya dalam satu jurus saja telah dapat
dilukainya, malah ia pun telah berhasil membuat Ban Tok Kui jadi melarikan diri.
Padahal Kwang Tan sendiri belum mengetahui, jika saja kelak ia telah melatih ilmu pukulan "Guntur" itu lebih baik lagi, niscaya Ban Tok Kui jangan harap masih bisa bernapas jika terkena hantaman yang serupa seperti tadi, pasti ia akan segera terbinasa.
Kemudian setelah menghela napas beberapa kali, Kwang Tan menghampiri Ciak Kwing Ie, ia memeriksa nadi hartawan itu, lalu memberikan obat.
"Jika memang Lopeh beristirahat beberapa waktu lamanya, kesehatan Lopeh akan sembuh dan pulih sebagaimana biasa !" Kemudian juga Kwang Tan memberikan obat penawar racun kepada Ho Kin An, meminta pemuda she Ho itu menelannya, karena pemuda itupun telah terluka didalam, dan juga telah terkena goresan
kecil kuku Ban Tok Kui di luar sadarnya.
Disaat itu Kwang Tan juga telah memeriksa keadaan Ciak Siocia, puteri Ciak Kwing Ie, kemudian memberikan obat padanya. "Keadaan Ciak Kouwnio tidak terlalu
membahayakan, karena jika nona ini telah beristirahat beberapa hari, ia akan sembuh kembali!" menjelaskan Kwang Tan.
Bukan main girangnya Ciak Kwing Ie, ia telah mempersilahkan Kwang Tan bersama Thio Bo dan Suma Lin Liang untuk singgah dan berdiam beberapa hari dirumahnya, iapun menanyakan kepada Kwang Tan apakah ia perlu perintahkan pelayan2nya untuk mengangkat Suma Lin Liang dan Thio Bo kedalam rumah.
Tetapi Kwang Tan mencegahnya, karena Thio Bo dan Suma Lin Liang justeru tengah mengerahkan tenaga dalam mereka masing2, untuk mendesak racun yang mengendap didalam tubuhnya. Dan walaupun obat yang diberikan Kwang Tan adalah penawar racun, akan tetapi dengan pengerahan tenaga dalam seperti itu, kesembuhan itu tersebut dapat di peroleh lebih cepat lagi.
Ciak Kwing Ie telah menoleh kearah puterinya Ciak Sie Lan, ia melambaikan tangan memangginya: "Kemari Sie Lan, ada yang ingin kukatakan kepadamu!"
Ciak Sie lan yang kini merasakan tubuhnya agak segar, telah menghampiri ayahnya.
"Cepat kau haturkan terima kasihmu pada Ho Kongcu, karena jika tidak ada Ho Kongcu, kita pasti telah terbinasa ditangan iblis itu...karena dari itu, dengan adanya usaha Ho Kongcu yang berusaha menolong kita tanpa memperdulikan keselamatan jiwanya kita harus bersyukur."
Ciak Sie Lan mengiyakan, segera juga in menjura memberi hormat kepada Ho Kin An mengucapkan terima kasihnya, Ho Kin An ter sipu2 membalas hormat sigadis, pipinya berobah merah, karena waktu itu ia tengah mengagumi kecantikan sigadis, walaupun rambut Sie Lan tidak tersisir rapi, dalam keadaan yang agak kusut, karena tadi gadis itu telah bertempur begitu melelahkan, namun
dimata Ho Kin An betapa manis dan cantiknya puteri Ciak Kwing le.
Kwang Tan juga telah memberikan petunjuk kepada Ciak Wangwe dan puterinya, bagaimana cara mengatur dan mengendalikan tenaga dalam masing2, agar mereka bisa
memperoleh kesegaran dengan cepat, juga Kwang Tan telah memberikan beberapa macam obat yang harus dimakan Sie Lan dan ayahnya pada hari-hari mendatang.
Setelah bercakap-cakap sebentar, Kwang Tan memeriksa lagi keadaan Thio Bo dan Suma Lin Liang, Kedua orang itu telah dapat mendesak racun yang mengendap ditubuh
mereka kepermukaan kulit ditempat yang terluka, sehingga begitu racun terdesak, segera punah terkena obat penawar racun yang ditorehkan Kwang Tan disitu.
begitu, mereka telah pulih kembali, Namun belum boleh terlalu banyak bergerak, untuk jangan sampai peredaran darah mereka itu
Dengan keduanya
mencegah terlalu cepat, sehingga dapat menyebabkan luka mereka itu mengalami kelambatan buat sembuh dan mengering.
Ciak Wangwe telah menawarkan lagi agar mereka berdiam dulu dirumahnya beberapa saat, sampai Thio Bo dan Suma Lin Liang sembuh benar-benar, sehingga mereka
dapat melakukan perjalanan tanpa perlu mengalami kesukaran pula. Memang Kwang Tan menyetujui dan menerima tawaran dari tuan rumah.
Suma Lin Liang waktu" membuka matanya setelah bersemedhi, yang pertama2 diucapkan nya adalah:
"Sungguh berbahaya sekali iblis itu, itukah suhengmu?"
Ciak Wangwe dan Sie Lan maupun Ho Kin Au melihat sikap Suma Lin Liang yang agak lucu, mereka tersenyum. Tetapi mereka segera menunduk tidak berani memperlihatkan perasaan geli mereka, kuatir kalau2 Suma
Lin Liang tersinggung oleh sikap mereka.
Karena-nya, mereka telah menunduk tak berani memandang kepada pemuda itu, kuatir kalau2 mereka melihat terus dan semakin geli sehingga mereka jadi tertawa.
Waktu itu Kwang Tan telah memberitahukan kepada Thio Bo dan Suma Lin Liang bahwa tuan rumah menawarkan jasa baiknya agar mereka berdiam dulu dirumah Ciak Wangwe, setelah luka Suma Lin Liang dan Thio Bo dapat sembuh benar, barulah mereka melanjutkan
perjalanan buat mencari Ban Tok Kui.
"Dia telah terluka didalam yang parah, akibat pukulan "Guntur", pasti ia tidak akan berani berdiam disekitar tempat ini. Dia akan mencari suatu tempat yang tersembunyi buat menyembunyikan jejaknya. Karena itu, kukira memang tidak ada manfaatnya kalau kita mengejarnya dengan keadaan Thio Locianpwe dan Suma
Koko seperti ini. Kita berdiam dulu beberapa hari dirumah Ciak Wangwe....!"
Thio Bo dan Suma Lin Liang menyetujuinya, begitulah mereka menetap selama seminggu dirumah Ciak Kwing le. Selama itu Ciak Kwing Ie memperlakukan mereka dengan
ramah dan baik sekali. Demikian juga Ciak Sie Lan yang memperlakukan tamu2nya dengan terbuka.
Ho Kin An sendiri telah melaporkan peristiwa itu kepada ayahnya, maka diadakan penjagaan yang kuat sekali disekitar gedungnya Ciak Wangwe, juga ayah Ho Kin An
telah mengerahkan anak
buahnya buat melakukan pengejaran mencari jejak Ban Tok Kui. Hanya saja, kemana mereka harus mencari jejak iblis itu " Juga, jika mereka berhasil mencari jejak Ban Tok Kui, apa yang bisa mereka lakukan terhadap iblis yang liehay dan berkepandaian tinggi itu "
Ho Kin An sendiri setiap hari datang berkunjung kerumah Ciak Wangwe. Banyak yang dilakukannya, selain bercakap-cakap dengan Kwang Tan dan yang lainnya, ia pun selalu memperhatikan kesehatan Ciak Wangwe dan puterinya.
Dengan demikian, Ciak Sie Lan sendiri merasa berterima kasih. ia telah melihat, pemuda she Ho ini memiliki hati yang jujur juga waktu ia berusaha membela ayah dan dirinya dari tangan maut Bun Tok Kui, Ho Kin An seperti juga tidak memperdulikan lagi keselamatan jiwanya, ia
Setelah terjadi berlangsung lebih sepakat bahwa Ciak Wangwe sendiri tak keberatan buat berbesan dengan Ho Tiekwan, asalkan Ciak Sie Lan cocok dan menyukai serta mau menerima Ho Kin An sebagai suaminya.
Maka dari itu, segera juga dipanggil Ciak Sie Lan, yang ditanyainya urusan itu, dimana gadis tersebut dengan muka merah menyatakan persetujuannya, Maka diatur hari-hari untuk meresmikan perkawinan Ho Kin An dengan Ciak Sie Lan.
Gadis itu seorang yang memiliki jiwa dan hati yang bebas, karena sejak kecil dia sudah melatih ilmu silat, dengan demikian, ia jadi memiliki jiwa yang terbuka itulah sebabnya mengapa Ciak Wangwe telah memanggil langsung puterinya dan menanyakan soal "lamaran" Ho
Tiekwan sendiri, dan
puterinya pun telah memberikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti mempertaruhkan jiwanya buat melindungi Ciak Kwing Ie dan puterinya tersebut. Hubungan Ho Kin An dengan Ciak Sie Lan semakin erat dan mesra.
Malah, ketika Ho Tiekwan berkunjung ke rumah Ciak Wangwe atas permintaan puteranya, segera juga telah disinggung-singgung soal melamar, dimana Ho Tiekwan
telah mengungkapkan walaupun tidak keseluruhannya, puteranya itu sudah tiba waktunya berumah tangga, hanya saja belum bertemu dengan gadis yang cocok buatnya.
Ada seorang gadis yang disenanginya, tetapi ia kuatir gadis itu tidak menyukainya. Ketika Ciak Wangwe, yang
walaupun pun hati kecilnya telah mengetahui ke arah mana tujuan percakapan Ho Tiekwan, namun ia menanyakan juga siapa gadis itu, dinyatakan oleh Ho Tiekwan, gadis itu tidak lain dari puteri Ciak Wangwe sendiri.
pembicaraan basa-basi, pembicaraan
serius. Sampai akhirnya diambil kata
keputusannya dihadapan Ho Tiekwan juga calon mertuanya.
Disaat itu, Kwang Tan melihat Thio Bo dan Suma Lin Liang telah sembuh sesungguhnya mereka bermaksud hendak melanjutkan perjalanan dan pamit pada tuan rumah. Tetapi mereka justeru dikabari kabar gembira itu,
dimana Ciak Sie Lan dan Ho Kin An akan melangsungkan perkawinan dalam beberapa hari mendatang.
Dan tuan rumah mengharapkan sekali kehadiran mereka dalam pesta itu, yang juga sebagai pesta pernyataan terima kasih mereka yang telah menyelamatkan keluarga Ciak
tersebut dari tangan mautnya Ban Tok Kui.
Akhirnya Kwang Tan bersama Thio Bo dan Suma Lin Liang harus berdiam selama beberapa hari dirumah Ciak Wangwe, sampai akhirnya tibalah pada hari pesta
perkawinan Ho Kin
An dengan Ciak Sie Lan. Pesta perkawinan yang sangat meriah dan mewah sekali, Tampaknya Ho Kin An dan Ciak Sie Lan sangat berbahagia sekali. Sama sekali Ho Kin An tidak menyangka, bahwa ia telah mengalami bahaya yang bisa menyebabkan kematian buat dirinya beberapa waktu yang
lalu, membawa akibat dan ekor yang membahagiakannya dimana akhirnya ia berhasil mempersunting seorang isteri secantik Ciak Sie Lan, yang juga ilmu silatnya sangat liehay.
Malah, waktu mereka kasak kusuk berdua, seringkali Ho Kin An bersumpah, jika telah menjadi suami Ciak Sie Lan, ia akan giat berlatih diri untuk mempelajari ilmu silat, agar kelak ia bisa memiliki kepandaian berarti guna melindungi isteri nya dari segala macam ancaman bahaya.
Dan juga, Ho Kin An kuatir kalau sampai Ban Tok Kui kelak mendatangi mereka lagi buat balas dendam, jika terjadi begitu, dan ia tidak memiliki kepandaian apa-apa, pasti ia tidak bisa berbuat banyak. Dan Ciak Sie Lan pun girang bukan main mendengar sumpah dan keinginan Ho Kin An yang bermaksud hendak berlatih ilmu silat.
"Aku akan mengajarkan kepadamu, ayahku pun tidak akan keberatan buat mewarisi seluruh kepandaiannya kepadamu, bukankah engkau mantunya"!" kata Ciak Sie Lan setiap kali dalam kesempatan mereka kasak-kusuk diantara jalinan benang cinta.
Akhirnya pesta perkawinan itu usai, dan dua hari kemudian Kwang Tan bersama Thio Bo dan Suma Lin Liang telah pamitan, mereka melanjutkan perjalanannya. walaupun Ciak Kwing Ie bersama Ciak Sie Lan dan suaminya Ho Kin An, berusaha menahannya, memohon agar mereka berdiam bersama-sama selama beberapa waktu lagi, namun Kwang Tan bertiga sudah menolaknya dengan halus dan mereka tetap saja pamitan.
Begitulah, dipagi itu Kwang Tan bertiga Thio Bo dan Suma Lin Liang telah meninggalkan rumah Ciak Wangwe, Mereka melakukan perjalanan kearah selatan. Dan mereka memang bermaksud hendak mencari jejak Ban Tok Kui,
karena jika Ban Tok Kui dibiarkan dengan keganasannya, pasti akan menyebabkan dunia persilatan terancam.
Mereka telah melihatnya, betapa Ban Tok Kui, merupakan seorang yang haus darah dan kejam disamping tangannya sangat telengas sekali.
Disamping itu, terkandung maksud dihati mereka buat pergi ke Bu Tong Pay, karena Suma Lin Liang bermaksud hendak menghunjuk hormat kepada para pendekar Bu Tong, yang di ketahuinya memiliki hubungan yang dekat dengan Kauwcunya, Thio Bu Kie.
Selama itu Kwang Tan melatih ilmu "GUNTUR" nya dengan tekun, dibimbing oleh Suma Lin Liang dan Thio Bo yang banyak memberikan petunjuk padanya. Dengan demikian Kwang Tan telah memperoleh kemajuan yang pesat..
oo0O0oo Sekarang mari kita menegok dulu pada keadaan Thio Bu Kie, Kauwcu Bengkau, yang tampaknya tengah mengalami beberapa macam persoalan yang cukup rumit, disamping ia tengah berusaha menyelidiki perihal lenyapnya Thio Sam Hong yang tanpa kabar berita, juga ia tengah menghadapi
tindasan dari Kaisar Cu Goan Ciang, yang menghendaki kehancuran Bengkauw.
Disamping itu juga, beberapa orang utusan Bengkauw pusat di Persia telah berhasil dipengaruhi oleh Cu Goan Ciang, karena Kaisar itu telah mengarang sebuah cerita
bohong yang menyatakan betapa Thio Bu Kie adalah penyebab kehancurkan Bengkauw didaratan Tionggoan, karena memiliki maksud buruk yang ingin menguasai juga Bengkauw Persia.
Maka beberapa orang utusan dari Bengkauw pusat di Persia yang telah datang kedaratan Tionggoan, menjadi marah dan berusaha mencari Thio Bu Kie, buat menghukumnya.
Bengkauw di Persia pun telah mengirimkan lagi beberapa orang jagoan buat menangkap Thio Bu Kie, untuk dibawa menghadap ke Persia, disana ia akan diadili oleh Kauwcu Beng kauw pusat di Persia.
Tentu saja Thio Bu Kie menghadapi beberapa macam tantangan dari berbagai penjuru.
Waktu itu Bengkauw daratan Tionggoan yang dipimpinnya memang boleh dibilang sama sekali sudah tidak memiliki kekuatan, dan juga anggotanya sedikit sekali. Hal itu juga memang sengaja dilaksanakan oleh Bu Kie, karena Bu Kie tidak mau kalau sampai anggota Bengkauw nanti menerima nasib buruk akibat pergolakan yang ada.
Karena itu, Bu Kie telah membubarkan, Dengan demikian anggota Bengkauw yang telah dibubarkan itu tentu tidak dimusuhi Cu Goan Ciang, dan tidak terseret2 dalam pergolakan yang terjadi.
Hanya anggota2 inti Bengkauw saja yang tetap turut serta dengan Bu Kie, berdiam di Himalaya. Selama menerima berita dari murid Bu Tong Pay yang menyatakan Thio Sam Hong telah pergi dan sekian lama tidak kembali tanpa kabar berita, membuat Bu Kie kian
gelisah ia telah meminta bantuan beberapa orang tokoh Bengkauw guna menyelidikinya, namun tetap saja mereka tidak berhasil menemui jejak Thio Sam Hong, yang seperti lenyap kedasar bumi.
Memang untuk bicara soal kepandaian, guru besar itu sudah memiliki kepandaian yang sempurna sekali, dan sulit sekali mencari orang kedua yang bisa menandingi kepandaian guru besar tersebut.
Akan tetapi, justeru yang menggelisahkan Bu Kie, usia dari guru besar itu telah lanjut, dan juga memang Thio Sam Hong terlalu jujur, ia kuatir kalau2 Thio Sam Hong nanti terkena tipu muslihat licik dan jahat dari manusia2 rendah.
Begitulah, semakin lama Bu Kie jadi semakin dikelilingi oleh beberapa macam persoalan, ia telah melihatnya Cu Goan Ciang mendesaknya semakin hebat, dikaki gunung
Himalaya saja orang2 Bengkauw sering melihat pahlawan istana Cu Goan Ciang berkeliaran di sana.
Tetapi para pahlawan Kaisar itu belum berani untuk berlaku nekad naik kepuncak gunung Himalaya, rupanya mereka menyadari dipuncak Himalaya itu tokoh-tokoh Bengkauw yang semuanya
kepandaian sangat tinggi.
berkumpul memiliki Mereka hanya berkeliaran di kaki gunung Himalaya, seperti juga mereka tengah melakukan penyelidikan dan mencari2 kesempatan buat bergerak. Semakin hari, jumlah pahlawan Kaisar Cu Goan Ciang semakin banyak juga,
karena Kaisar Cu Goan Ciang memang telah mengeluarkan firmannya untuk menumpas Bengkauw Tionggoan.
Dan juga ia telah berhasil mengumpulkan data-data, Bengkauw kini semakin lemah dan hanya anggota2 intinya belaka yang menyembunyikan diri atau lebih jelasnya lagi,
hidup menyepi dipuncak gunung Himalaya, karena memang selalu dikejar perasaan takut, kalau2 Bu Kie suatu saat kelak kembali kekuasaan dan berhasil menghimpun Bengkauw menjadi kuat kembali, tentu itu merupakan ancaman tidak kecil buat Kaisar Cu Goan Cian.
Disebabkan itu pula mengapa Cu Goan Ciang demikian keras dalam mendesak Bengkauw, dan ia pun telah mengeluarkan anggaran yang cukup besar, buat membiayai pengejaran tersebut, dan mengerahkan ribuan jago2 istana, maupun jago rimba persilatan yang disewa buat kerajaan.
Karena Cu Goan Ciang tetap dengan tekadnya menghancurkan Bengkauw sampai ke-akar2nya. Kini, iapun telah mengirim beberapa orang kepercayaannya, buat menghubungi Bengkauw Persia, menemui Kauwcunya, untuk menghasut nya dan mengajak bekerja sama menumpas Bu Kie.
Dan usahanya itu tampak memperoleh kemajuan, dengan dapatnya dipengaruhi Bengkauw pusat di Persia dan datangnya beberapa orang jago2 terkemuka Bengkauw pusat Persia yang berusaha mencari Bu Kie.
Jika sebelumnya Bu Kie beranggapan puncak Himalaya merupakan tempatnya yang paling baik buat ia bersama tokoh2 Bengkauw lain nya hidup menyepi, menjauh diri dari kemelut dan pengejaran Cu Goan Ciang.
Namun sekarang menyaksikan perkembangan seperti itu, tentu saja Bu Kie baru tersadar, sebelum Cu Goan Ciang kandas harapannya untuk menumpasnya, maka ia selalu
akan dikejar2 juga, Dan selama itu pula Cu Goan Ciang bermaksud hendak menghancur leburkan Bengkauw sampai keakar2nya.
Selama sebulan terakhir ini Bu Kie sibuk sekali mengatur persiapan2, juga ia telah mengatur penjagaan bergilir buat para tokoh Beng kauw, dimana mereka secara bergiliran mengadakan penjagaan.
Karena jika mereka lengah dan tempat mereka kemasukan orang2nya Cu Goan Ciang, atau juga orang
yang menjadi utusan dari
Bengkauw Persia, akan menyebabkan kesulitan bagi mereka. Pada sore itu Bu Kie tengah duduk didepan mejanya dalam kamar perpustakaan, ia tengah memperhatikan selembar peta yang menggambarkan
puncak gunung Himalaya.
ia telah keadaan disekitar mengatur segala penjagaan dengan cermat, pos2 yang ditempatkan pada posisi Pat kwa Cit-sing dengan demikian tidak mudah seseorang buat memasuki tempat yang didiami oleh sisa2 anggota Beng kauw ini.
Dan Bu Kie pun telah mengaturnya sedemikian rupa, seseorang yang tidak mengerti peraturan dan peredaran Citsing, niscaya ia akan dapat masuk tanpa bisa keluar lagi, walaupun bagaimana tinggi kepandaiannya.
Tio Beng melihat Bu Kie tengah tekun mengawasi begitu cermat peta keadaan puncak Himalaya, tidak mau mengganggunya, dia keluar dan berjalan dengan kedua tangan tersandang kebelakang punggungnya, ia melangkah perlahan-lahan.
Sejauh mata memandang, keadaan yang terang dari kemilau salju, tampak indah sekali. Sebuah tempat yang seharusnya nyaman dan enak buat ditinggali. Namun sekarang tampaknya ancaman-ancaman dari segala penjuru
tengah mengintai, dan justeru jika mereka kurang waspada setiap saat bisa saja terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan.
Setelah berjalan cukup jauh meninggalkan perumahan Beng kauw, dan ia berada didekat sebuah danau buatan yang pinggirannya bertumpuk es dan salju yang tebal mengeras, Tio Beng menghela napas berulang kali, duduk digundukan salju dengan matanya tidak lepas mengawasi permukaan air danau, yang sebagian telah menjadi es.
Memang Tio Beng sangat cerdik, biasanya menghadapi urusan2 besar, ia dapat mengatasi dengan mengandalkan kecerdasan otaknya padanya tergantung itu, akan tetapi sekarang, justeru keselamatan jiwa dari sisa tokoh2
Beng-kauw, yang semua berkumpul dipuncak Himalaya, jika memang ia mengambil keputusan yang salah, dan Bu
Kie melaksanakannya, tentu bisa mendatangkan penyesalan yang sangat pada akhirnya.
Dulu sebelum menikah dengan Bu Kie, ia seorang yang sangat cekatan, berani dan tabah. Tetapi sekarang, setelah sekian banyak tahun menjadi nyonya Bu Kie, jiwanya
mengalami perobahan, Terkadang ia sering dihinggapi perasaan takut, takut mati, takut berpisah dengan Bu Kie, dan takut menghadapi kehancuran dan merasakan betapa perkawinannya dengan Bu Kie membawa kebahagian buat mereka.
Namun justeru tugas yang di pikul Bu Ki sangat berat sekali, mereka berdua seringkali merundingkannya dalam saat-saat dan kesempatan yang ada, bahwa mereka sesungguhnya sudah tidak mau menceburkan diri dalam kemelut kerajaan, berusaha untuk hidup menyepi dipuncak Himalaya buat hidup tenang, dan membiarkan Cu Goan Ciang dengan kekuasaan yang telah diperolehnya sebagai seorang Kaisar.
Hanya saja justeru Kaisar itu seperti tidak mau melepaskan mereka, tetap mengadakan pengejaran, tetap memusuhi mereka, dan tetap ingin menumpas sampai habis ke-akar2nya, inilah yang terkadang membuat mereka
seringkali marah, mendongkol dan tidak jarang tersirat hasrat hendak mengadakan perlawanan lagi. Namun korban yang akan berjatuhan tentu tidak sedikit itulah yang tidak diinginkan mereka.
Thio Beng duduk termenung sesaat lamanya disitu, angin yang berhembus dingin seperti tak dirasakannya, dan ia menghela napas saja.
Diwaktu itulah tiba-tiba ia mendengar suara "tring" seperti juga suara batu es yang saling bentur dengan batu es lainnya, semula Tio Beng menduga bahwa suara itu berasal
dari batu-batu es yang saling bentur diatas danau buatan. Namun "tring" tersebut, akhirnya didengarnya semakin jelas.
Suara "Tring" itu setelah didengarnya jelas, iapun yakin bukan suara benturan yang terjadi antara batu es dengan
batu-batu es lainnya, itulah suara yang aneh, yang baru pertama kali ini didengarnya.
Tio Beng berdiri, ia mengawasi sekelilingnya. Hanya tebing2 yang tinggi dengan gundukan es dan salju yang telah mengering. Hanya warna putih belaka yang dilihatnya, warna putih yang memenuhi sekitar tempat itu.
Dalam keadaan seperti itu, Tio Beng telah mengerutkan alisnya, memasang pendengarannya lebih tajam lagi, dia mengawasi sekitarnya. Diwaktu itulah dia telah melihatnya, jauh nun di sana, disebelah barat, di antara tumpukan saljusalju yang memutih, tampak dua sosok tubuh yang berdiri
tegak, dengan baju mereka yang berwarna kuning dan besar lebar, berkibar terhembus oleh angin gunung.
Tio Beng berusaha melihat lebih tegas, untuk mengetahui siapakah orang itu, Semula Tio Beng menduga bahwa kedua sosok tubuh yang tengah berdiri diatas tebing itu
adalah dua orang anak buah dari suaminya, yang kebetulan lewat disekitar tempat itu.
Namun setelah melihat jelas, segera juga Tio Beng mengetahui bahwa tidak seorangpun dari sekian banyak tokoh Bengkauw yang memiliki potongan tubuh seperti itu. Melihat dari cara berpakaian kedua orang itu, yang mengenakan jubah dimasukkan lewat lehernya, dan lebar sekali bukan merupakan pakaian yang biasa dikenakan didaratan Tionggoan, terlebih lagi setelah melihat wajah kedua orang itu berewokan dengan kulit yang putih, hidung
yang terlalu mancung, dan rambut yang dicukur dalam bentuk yang lain, potongan rambutnya bukan seperti biasanya orang2 Han.
Hati Tio Beng jadi diliputi tanda tanya, ia menduga2, entah siapa adanya kedua
orang itu. Namun sebagai seorang yang cerdas, Tio Beng tidak memperlihatkan sikap terkejutnya, ia berpura2 tidak memperhatikan kedua orang itu, sesungguhnya hati kecil Tio Beng telah dapat menduga tentunya kedua orang itu tidak bermaksud baik berkunjung kepuncak Himalaya ini.
Jika bukan orang2nya Cu Goan Ciang, tentunya kedua orang itu dari golongan sesat atau jago dari persia, utusan
Bengkauw pusat, karena itu, Tio Beng telah bersiap2 buat menghadapi segala kemungkinan.
Kedua orang asing yang berdiri di atas tebing bersalju itu, telah bergerak turun dengan loncatan2 yang ringan sekali. Setiap kali mereka melompat, terdengar suara "Ting" yang nyaring, semakin lama semakin dekat. Tetapi kali ini Tio Beng sudah tidak menoleh buat melihat mereka, karena Tio Beng memang ingin membawa sikap seperti juga tidak memperhatikan kedua orang itu, dia mengambil sikap bagaikan kehadiran kedua orang itu ditempat ini bukan
suatu hal yang terlalu aneh.
Setelah melompat beberapa saat lamanya kedua orang itu telah berada didekat danau buatan itu. Mereka ternyata dua orang asing, dengan hidung yang sangat mancung dan mata yang tidak sipit, Tubuh merekapun jangkung tinggi, besar dan tegap.
Mungkin juga ketinggian tubuh mereka berdua satu setengah dari ketinggian tubuh seorang Han yang wajar. "Hmm, wanita yang cantik ditempat indah seperti ini," menggumam salah seorang di antara mereka, dengan mempergunakan bahasa asing, bahasa Persia, dengan demikian segera juga Tio Beng mengetahui bahwa kedua orang ini benar2 orang Persia, Tio Beng mengerti baik bahasa Persia, karena itu, ia mengerti akan arti perkataan orang tersebut, ia segera menoleh dan tersenyum, kemudian
pura-pura memperlihatkan sikap heran.
"Ohhh, siapakah kalian "!" tanya Tio Beng dengan mempergunakan bahasa Han. Orang Persia yang tadi berkata2 telah menoleh kepada kawannya: "Dia tidak mengerti bahasa kita, hanya mengerti bahasa Han, ini ada baiknya buat kita !"
"Apa yang kau katakan itu "!" sengaja Tio Beng bertanya begitu memperlihatkan sikap terheran-heran. Kawan orang Persia itu telah menoleh dan juga berkata ragu kepada kawannya, "Kita harus hati2, karena kita sedang melaksanakan perintah dari Kauwcu, maka segala gangguan apapun juga tidak boleh mempengaruhi kita"!"
Dia berbicara dengan mempergunakan bahasa Persia, yang diduganya Tio Beng tidak mengerti Tio Beng dapat menerkanya siapa kedua orang ini sebenarnya, mereka tentunya dua orang utusan dari Bengkauw Persia.
Tetapi Tio Beng tetap tidak memperlihatkan perobahan apapun juga pada wajahnya. Dia telah memandang dengan sikap seperti ingin tahu, tanyanya "siapakah kalian " Apakah kalian tidak mengerti bahasa Han "!"
"Siapa kau nona "!" tanya salah seorang Persia itu, tetap mempergunakan bahasa Persia. Tio Beng memperlihatkan sikap seperti terheran2, ia memang berpura2 tetap tidak mengerti bahasa Persia, katanya kemudian ragu2 "Apa yang tuan katakan tadi?"
Orang Persia itu tersenyum, dia semakin yakin bahwa Tio Beng memang tidak mengerti bahasa Persia, ia menoleh kepada kawannya, katanya: "Kau jangan terlalu kuatir, Iris karena aku yakin, dia memang bukan orang Bengkauw..."
Kemudian orang Bengkauw itu telah batuk2 beberapa kali, dia memandang kepada Tio Beng, kemudian tanyanya: "Apakah kau penduduk disekitar tempat ini?"
Tio Beng memandang saja tanpa menyahut karena dia memang mengerti apa yang di katakan orang itu, namun tetap dia membawa sikap seperti tidak mengerti.
Melihat Tio Beng berdiam diri saja, orang Persia itu tersenyum, kemudian katanya, sekali ini mempergunakan bahasa Han yang kaku sekali, sepatah2: "Kau tidak usah takut pada kami, kami bukan manusia jahat! Kami hanya ingin mencari seseorang dan membutuhkan keteranganmu.
Maukah kau memberikan penjelasan kepada kami, nona manis"!"
Tio Beng segera mengangguk.
"Tentu, tentu saja !" sahutnya, "Tentu saja aku bersedia memberikan keterangan, tanyakan itu kumengerti !"
jika persoalan yang kalian Orang Persia itu engkau dipuncak Bengkauw ?"
tersenyum Himalaya lagi, katanya: "Tahukah ini tinggal orang-orang
Tio Beng mengangguk cepat. "Mengenai siapa adanya mereka, aku tidak tahu. Tetapi memang dipuncak Himalaya itu tinggal banyak sekali orang2 yang tampaknya aneh2, mereka seperti juga hantu2 yang bisa berkeliaran cepat sekali, memiliki tenaga yang
kuat. pokoknya orang2 yang berada dipuncak Himalaya itu bagaikan hantu atau mungkin juga manusia dewa, Mereka semuanya luar biasa sekali "!"
Orang Persia yang seorang telah mengerutkan alisnya, kemudian kepada kawannya dia berkata perlahan dengan mempergunakan bahasa Persia, "Gadis ini bisa berada dipuncak Himalaya seperti ini, yang tentunya memiliki jalan tidak mudah, tentunya memiliki kepandaian ilmu silat yang tidak rendah. Jika dia tidak mengerti ilmu silat, tidak nantinya dia bisa naiki sampai dipuncak Himalaya. Dan jika ia tidak memiliki hubungan dengan orang2 Bengkauw Tionggoan, yang sekarang berdiam di puncak Himalaya,
tidak mungkin dia dibiarkan untuk berkeliaran disekitar tempat ini..."
Tampaknya memang orang Persia yang seorang itu menaruh kecurigaan kepada Tio Beng, dia memang lebih cermat dan teliti.
Tetapi kawannya telah menggeleng perlahan, menyahuti dengan bahasa Persia juga: "Biarlah aku yang mengurusnya ! "
Waktu itu dia menoleh kepada Tio Beng, tanyanya: "Nona manis, dimana rumahmu "!" Karena orang Persia itu berbicara dengan mempergunakan bahasa Han, Tio Beng menunjuk kearah bawah gunung, Katanya kemudian "Aku tinggal disana, bersama ayah "!" "
"Hemmm, tentunya nona bisa berlari cepat dan memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi, karena nona bisa mencapai tempat ketinggian seperti ini !"
Tio Beng mengangguk "Sejak kecil aku sudah biasa ber lari2 ditempat ini, sehingga tidak ada
Ayahku seorang pemburu
dan sering kepuncak gunung ini. Dengan demikian kesukaran lagi! mengajak aku aku telah biasa melakukan perjalanan di puncak gunung ini, tidak ada kesulitan lainnya, apakah tuan2 hendak menanyakan jalan aku bisa memberitahukannya, karena memang seluruh keadaan dipuncak gunung ini kukenal dengan baik !"
"Apakah keterangannya itu bisa dipercaya !" menyelak
kawan orang Persia itu, bertanya dengan mempergunakan bahasa Persia. Dia mengerutkan sepasang alisnya dan mengawasi Tio Beng dalam2.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gadis pemburu itu mengatakan bahwa dia puteri seorang dikampung yang berada dikaki gunung ini. Kukira, puteri seorang pemburu tidak akan secantik seperti dia, tidak memiliki kulit sehalus dia. dan juga tidak akan mengenakan pakaian sebagus itu. Di-samping itu, kau perhatikan, perhiasannya yang sangat banyak dan mahal harganya tentunya !"
Kawannya mengangguk Memang diapun semakin memperhatikan Tio Beng, hatinya semakin jadi bercuriga. Akan tetapi tampaknya dia masih bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menonjolkan
malah telah bertanya: "Kami
kecurigaannya itu Dia
justeru ingin sekali
menanyakan perihal seseorang kepadamu, nona manis. Apakah kau kenal dengan Thio Bu Kie!"
"Thio Bu Kie"!" tanya Tio Beng dengan sikap memperlihatkan
keadaan tertegun, dia telah bertanya dengan sepasang alis yang dikerutkan: "Siapakah dia?" Kedua orang Persia itu saling pandang, mereka saling mengangguk Yang seorang kemudian kemudian
bertanya pula: "Atau memang nona belum pernah mendengar nama itu"!"
Tio Beng menggeleng. Dia kemudian bilang: "Mungkin kalian bisa menanyakannya kepada orang2 yang berada dipuncak gunung itu, mungkin mereka mengetahuinya! Jika memang tuan2 hendak pergi kesana dan tidak mengetahui jalan, aku bisa menunjukkannya!"
Memang luar biasa, Tio Beng sangat cerdik dan juga pandai sekali mengekang perasaannya, sesungguhnya waktu itu Tio Beng tengah tergoncang hatinya.
Dia kuatir kedua orang ini merupakan utusan resmi dari Beng-kauw pusat di Persia, jika Bu Kie bertemu dengan
mereka, niscaya Bu Kie
yang jujur dan polos, akan mematuhi peraturan yang ada, dan juga akan menghormati mereka, disamping itupun ia akan mengalah pada kedua orang ini tidak berani melawannya, itulah yang dikuatirkan Tio Beng.
Karenanya berusaha memikirkan cara dan daya buat menyingkirkan kedua orang ini. Namun ia cerdas, jika dia berpura-pura dengan cara biasa saja, kedua itu akan mencurigainya. Karenanya, ia membawa sikap seperti juga ia tidak memiliki hubungan apapun juga dengan orang2 Bengkauw itu. Dia malah telah
mengantarkan mereka
ke-puncak tersebut.
menawarkan untuk gunung Himalaya
Benar saja, kedua orang Persia itu kembali ragu2. Yang seorang telah berkata: "Jika gadis ini adalah salah seorang anggota Beng kauw, niscaya dia tidak akan menawarkan
jasa baiknya buat menunjukkan pada kita jalan menuju kesana! Tentu dia memang benar2 tidak memiliki hubungan dengan Bengkauw Tionggoan, Kita saja yang terlalu bercuriga!"
"Tetapi walaupun bagaimana tetap saja kita harus
berwaspada, tidak bisa mempercayai sepenuhnya kita selalu harus berhati-hati sebelum kita berangkat, bukankah Kauwcu telah berpesan, orang2 Tionggoan licik2, mereka bisa membinasakan lawannya dengan senyum, tanpa mempergunakan senjata! Dari pepatah itu bisa saja kita simpulkan bahwa mereka sangat licik sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawannya mengangguk dan menoleh kepada Tio Beng, kemudian katanya: "Baiklah! Kami memang ingin pergi kesana buat menanyakan perihal orang yang tengah kami cari itu kepada orang2 yang kau katakan berada dipuncak gunung Himalaya ini! Mudah2an saja mereka mengetahui!"
Sambil berkata begitu, tangan kanan dari orang Persia ini telah bergerak seperti tidak sengaja kesamping, kedekat iga Tio Beng, ia bermaksud hendak menguji Tio Beng dengan menotok salah satu jalan darahnya.
Tio Beng menyadari, bahwa serangan itu tidak mungkin membahayakan dirinya. Sebagai seorang yang sangat cerdas, ia telah dapat menangkap maksud orang itu, yang tentunya ingin menguji dirinya.
Maka dia telah berdiam diri saja tanpa berusaha berkelit atau menangkis serangan itu, Dia membiarkan jalan darah di pinggangnya itu ditotok, sehingga Tio Beng merasa
kesemutan pada pinggangnya.
Hal ini membuatnya jadi heran dan kaget, Dia tadi diam2 telah melindungi pinggangnya dengan lwekangnya mempergunakan ilmu tenaga dalam bersifat lunak, dia tidak memperlihatkan perlawanan, tokh dirinya terlindung baik
sekali, Akan tetapi justeru masih bisa kesemutan seperti itu, benar2 merupakan hal yang sangat mengejutkannya.
Dan Tio Beng mengetahui bahwa jalan darah yang ditotok adalah jalan darah "Ma-ie-hiat", jalan darah yang akan menyebabkan korban totokan itu terjungkel lemas. ia pun mengambil sikap seperti terjungkel, juga sepasang kakinya itu seperti lemas tidak bertenaga.
Belum lagi tubuhnya meluncur jatuh, orang Persia tersebut bergerak cepat sekali telah membuka totokannya dengan cara menotok jalan darah "Kie-su-hiat" diketiak"
Tio Beng, sehingga Tio Beng tidak terjungkal dan bisa berdiri tetap pula, Orang Persia itu tersenyum senyum saja, kepada kawannya dia bilang dalam bahasa Persia: "Dia benar2 tidak mengerti ilmu silat !"
Tio Beng menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang kaget.
"Ihhh, apakah terjadi gempa bumi" Ohh, mengapa aku tiba2 terhuyung seperti akan jatuh?" Sengaja dia bertanya seperti juga dia tidak melihat dan tidak mengetahui bahwa tadi dirinya telah ditotok dua kali oleh orang Persia tersebut.
Memang totokan yang dilakukan orang Persia itu sangat cepat sekali, dia menotok dengan gerakan yang tidak bisa diikuti oleh pandangan mata manusia biasa, Untuk mengelabui mata kedua orang Persia tersebut, Tio Beng berpura-pura tidak tanggung-tanggung.
Diwaktu itu terlihat kedua orang Persia itu tersenyum pada Tio Beng, salah seorang diantara mereka bertanya: "Apakah kau sakit, nona" Bisakah kau mengantarkan kami sekarang juga menunjukan jalan buat mencapai puncak Himalaya itu "!"
Tio Beng mengangguk, kemudian menggeleng2kan kepalanya, memperlihatkan sikap seperti dia tengah merasa pusing, lalu dia bilang: "Baiklah, mari kuantarkan....!"
Dan dia memutar tubuhnya, Sengaja dia memberatkan tindakan kakinya, sehingga dia seperti juga tidak memiliki
ginkang sedangkan kedua
orang Persia itu mengikuti dibelakangnya, mereka mengikuti sambil bercakap-cakap. "Gadis ini halus dan cantik sekali, Aku tidak mengerti di Tionggoan memang banyak sekali gadis2 yang cantik....!" "Ya, tetapi ini berusia tidak muda lagi, aku mau menduga dia berusia diatas dua puluh lima tahun, atau mungkin telah tiga puluh tahun.,.!" kata kawannya.
"Ya, akupun melihatnya begitu, tetapi ia sangat cantik sekali! Tentunya gadis2 lainnya pun sama cantiknya.
Hemm, jika saja aku tidak
sedang menjalankan tugas Kauwcu, tentu aku ingin sekali berkeliling seluruh daratan Tionggoan, untuk melihat keindahan yang ada di Tionggoan, yang kabarnya memang sangat luar biasa, Dan menurut apa yang kudengar pemandangan di Kanglam,
Souwciu, Hangciu dan beberapa tempat lainnya, memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa sekali!"
Kawannya hanya tersenyum, Namun ia jadi tidak sabar melihat Tio Beng berjalan lambat sekali.
"Nona... apakah boleh kami menggendongmu saja, agar mempercepat perjalanan kita"!" tanya orang Persia yang seorang itu.
Tio Beng memperlihatkan sikap kaget dan takut, dia berseru: "Jangan... ohh, mana boleh begitu ?"
Orang Persia itu tersenyum.
"Nona jangan takut, kami tidak bermaksud buruk, kami tak akan mengganggumu, Kami hanya menghendaki agar perjalanan ini bisa dipercepat...!"
Tio Beng menggeleng berulang kali, tangannya diulapulapkan. "Tidak! Tidak, Mana bisa begitu"! Biar lambat, tetapi tokh kita akan tiba juga disana! Memang tempat ini sangat berbahaya, kalau kita berjalan cepat2 dan kurang hati2, kita bisa tergelincir dan menemui bahaya. Karena itu, lebih baik kita berjalan per-lahan2 saja. Tidak jauh lagi, sebentar juga kita sampai..!"
Kedua orang Persia itu tertawa, mereka saling pandang dan mengangkat bahu. Kemudian yang seorang berkata: "Ya, jika begitu, mari kita melanjutkan perjalanan kita...!"
Tio Beng telah berjalan lagi, tetapi langkah kakinya tetap berat dan lambat, karena jika ia melangkah cepat dan
ringan, tentu dia tidak mungkin dapat mengelabui mata kedua orang persis itu, yang tampaknya memiliki kepandaian tinggi, Maka Tio Beng bersandiwara sungguh2 seakan juga benar2 ia memang tidak mengerti ilmu silat.
Setelah berjalan beberapa jauh, akhirnya kedua orang Persia itu tidak sabar lagi.
Mereka segera berkata hampir berbareng: "Nona.... masih jauhkah "!"
Tio Beng menunjuk keatas., sambil menyeka keringatnya, walaupun udara sangat dingin" Tio Beng purapura letih dan mengerahkan Iwekangnya mengeluarkan keringat "Itu, disana tidak jauh lagi !"
Kalau begitu biarlah kami pergi kesana, dan terima kasih atas bantuanmu yang menolong memberitahukan jalan buat menuju ke-puncak itu !" kata salah seorang Persia itu.
Tio Beng hanya mengangguk saja, katanya kemudian setelah kedua orang Persia itu hendak pergi: "Hati-hati, tempat disana banyak terdapat daerah yang licin sekali, bersalju yang setengah keras, yang mungkin bisa menyebabkan kalian tergelincir !"
Kedua orang Persia itu menoleh dan tersenyum, mereka kemudian mempergunakan ginkang mereka, setiap kali tubuh mereka bergerak, terdengar suara "Tinggg!" yang cukup keras, Dan gerakan mereka sangat ringan sekali, dalam waktu yang singkat mereka telah naik kepuncak itu puluhan tombak.
Sedangkan Tio Beng menantikan kedua orang itu berlari jauh, ia kemudian mengambil jalan memutar cepat sekali Tio Beng pun menuju kepuncak itu.
Kedua orang Persia tersebut telah berlari sampai kebagian yang tertinggi dari tebing yang memisahkan puncak utama gunung itu, Melakukan perjalanan beberapa
lie lagi tentu mereka akan tiba Bengkauw berkumpul.
Tio Beng dibagian lain telah ginkangnya untuk berlari
secepatnya, guna mendahului kedua orang itu tiba dipuncak. Namun ternyata, usahanya gagal Karena Tio Beng mengambil jalan yang memutar, maka dia mempergunakan waktu yang lebih lama.
Juga memang dia tidak menyangka sama sekali kepandaian dan ginkang kedua orang itu melebihi dari apa yang disangkanya. Karena begitu ia tiba dipuncak, dan akan melompat keluar dari sebungkah batu tebing yang menonjol justeru ia melihat kedua orang Persia itupun telah tiba disana.
Kedua orang itu telah memandang sekelilingnya, seperti tengah mencari sesuatu, sampai akhirnya salah seorang diantara mereka telah menunjuk kepada perumahan Bengkauw yang terpisah tidak begitu jauh.
"Disana!" kata orang Persia tersebut yang tubuhnya berkelebat cepat sekali. Setiap kali ia melompat, terdengar suara "Ting".
Kawannya segera menyusulnya, sedangkan Tio Beng tidak melompat keluar dulu, keadaan disana merupakan lapangan yang tertutup salju, tanpa ada pohon atau batu2, sehingga jika dia melompat keluar dari bungkahan batu tebing itu, niscaya kedua orang Persia tersebut dapat
ditempat tokoh-tokoh
mengerahkan seluruh melihatnya, karena memang tidak ada bagian yang bisa dipergunakan buat bersembunyi.
Setelah melihat kedua orang Persia itu berlari jauh. Tio Beng baru melompat keluar Namun baru saja kedua kakinya menginjak salju, tiba2 berkelebat empat sinar yang berkilauan.
"Tringgg, tringggg, tringgg, tringgg!" terdengar empat kali suara yang sangat nyaring. Untung saja Tio Beng memang bermata jeli dan juga memiliki ginkang yang tinggi, ia dapat menghindari
sambaran keempat batang paku perak itu yang menancap lenyap ditumpukan salju.
Kedua orang Persia itu telah berlari balik kembali kepada Tio Beng, mata mereka bersinar tajam dan bibirnya pun tersenyum manis.
"Hmmm, rupanya dugaanku memang tidak meleset, dia memiliki kepandaian yang tinggi, orang Bengkauw Tionggoan juga seorang diantara mereka.
"Ya, aku sama sekali tidak pernah menyangkanya, wanita secantik dia, begitu lembut dengan kulit tubuh yang halus, bisa memiliki ginkang begitu tinggi "!"
Rupanya, waktu Tio Beng melompat keluar justeru kedua orang
Persia itu tanpa menoleh lagi, karena mendengar suara yang lunak sekali. ketika kaki Tio Beng menyentuh salju, telah melontarkan masing2 dua batang paku perak, untung saja serangan tersebut tidak sampai melukai Tio Beng.
Dengan muka yang angker dan mata memandang tajam, salah seorang Persia itu telah menegur galak: "Akuilah terus terang, siapakah engkau sebenarnya "!".
tentunya merupakan
!" menggumam salah Tio Beng tenang sekali, melihat rahasianya telah terbuka, dia tersenyum. Katanya: "Sebenarnya aku hanya ingin mengelabui apa sesungguhnya yang hendak dilakukan kalian berdua, Hanya itu saja..!"
"Ohhh, engkau masih juga ingin berpura-pura !" kata orang Persia yang seorang itu dengan sengit, "Atau memang perlu kami yang memaksa keterangan itu keluar dari mulutmu dengan kekerasan "!"
Tio Beng tersenyum.
"Apa maksudmu ?" tanya Tio Beng memperlihatkan sikap seperti juga tidak mengerti apa yang dimaksudkan orang Persia tersebut.
Kedua orang Persia itu tidak menyahuti, mereka telah memandang kepada Tio Beng sejenak, kemudian salah seorang diantara mereka menghampiri dengan wajah yang memancarkan kekerasan hati, dimana matanya mengawasi terus dengan tajam pada Tio Beng, dan bibirnya tersenyum sinis.
Tio Beng sendiri berdiri tenang ditempatnya, sama sekali dia tidak bergerak dan telah memandangi saja kelakuan dari kedua orang Persia itu.
"Sudah kukatakan, terlebih baik engkau menjelaskan perihal dirimu tanpa perlu dipaksa !" kata orang Persia itu. "Atau memang engkau menginginkan kami menyiksa dirimu dulu baru engkau mau membuka mulut ?"
Tio Beng tersenyum.
"Aku tidak kenal dengan kalian berdua, aku bermaksud baik hati mengantarkan kalian berdua kepuncak gunung Himalaya ini, tetapi tampaknya kalian memiliki maksud tidak baik padaku ! Apakah ini merupakan suatu pembalasan untuk sebuah kebaikan ?"
Tetapi orang persia itu tidak menyahuti, tubuhnya tahu2 bagaikan seekor harimau kumbang, cepat sekali melesat kedepan Tio Beng, gerakan tubuhnya begitu lincah, dan badannya berkelebat bagaikan sesosok bayangan saja,
dengan kedua tangan yang meluncur secepat kilat ke diri Tio Beng.
Tio Beng tahu bahwa lawannya hendak menangkapnya, dia bergerak perlahan, dengan maksud keras dilawan keras, karena Tio Beng hendak melihat berapa tinggi tenaga dalam
orang Persia ini, Tio Beng mengangkat kedua tangannya keatas tinggi2, kemudian mendorongnya, Dorongan itu dilakukannya dengan mengerahkan tujuh bagian tenaga dalamnya.
Namun seketika Tio Beng jadi terkesiap dan kaget setengah mati, waktu tangannya mendorong kedepan, dia merasakan tenaga orang itu lunak sekali, tidak memperlihatkan reaksi apa pun. Dan tenaga Tio Beng seperti menyelonong kedepan. Namun sebagai seorang
yang memiliki kepandaian tinggi, dia berusaha menarik pulang tenaganya, sambil hendak membarengi melompat menjauhi diri dari orang Persia tersebut.
Terlambat, Apa yang dilakukan Tio Beng tidak secepat apa yang dilakukan orang Persia itu, karena begitu Tio Beng berusaha menarik pulang tenaganya, justru diwaktu
itu serangkum angin yang kuat sekali menerjang kepadanya.
Tidak ampun lagi tubuh Tio Beng terhuyung beberapa langkah, hampir saja dia mencium tanah, Beruntung bahwa Tio Beng sangat lincah, walaupun tanah pegunungan itu
ditimbuni oleh salju yang menyebabkan keadaan ditempat itu sangat licin, tokh dia masih bisa menguasai dirinya.
"Kau memiliki kepandaian yang lumayan dan kami yakin bahwa engkaupun tentunya orang Thio Bu Kie!" kata orang Persia itu. Kembali tangan orang Persia tersebut
bergerak, belum lagi Tio Beng bisa menguasai keadaan tubuhnya, angin serangan itu datang pula, membuat Tio Beng terhuyung lagi.
Sekali ini Tio Beng tidak tinggal diam saja. tangannya bergerak, Empat sinar kuning, menyambar kedada orang Persia secepat kilat, namun dapat dielakkan oleh orang
Persia itu yang tertawa bergelak.
Orang Persia tersebut telah berkata dengan suara yang dingin: "jangan membuat kesabaran kami habis, cepat katakan, siapa engkau yang sebenarnya "!"
Tio Beng berdiri memperbaiki kuda2 kedua kakinya, lalu bagaikan singa betina yang terluka dia melompat lincah sekali.
Tetapi berkelit, orang Persia itu sama sekali tidak berusaha dia berdiri menanti sampai tangan Tio Beng meluncur akan menotok beberapa jalan darahnya. Bagaikan belut, tahu2 orang Persia itu melejit kesamping dan disaat Tio Beng tengah terkejut dan heran, justeru punggungnya dihantam oleh orang Persia tersebut, sampai Tio Beng terjungkel lagi.
Seketika Tio Beng menyadari bahwa orang Persia itu memang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, karenanya ia tidak berani main2. Namun dia tidak mau menyerah, dia cerdas, segera terpikir akal olehnya.
Waktu dia merangkak bangun, dia meraup salju, yang disebabkan telapak tangannya panas oleh pengerahan tenaga dalamnya, salju itu mencair, Tio Beng juga meremas, dan salju yang telah mengeras tadi itu dan agak lunak karena mencair sebagian, karena diremas menjadi hancur.
Waktu itulah orang Persia yang menghantam punggung Tio Beng telah datang dekat. Dia ingin membekuknya dan memaksa Tio Beng buat mengaku. Secepat kilat tangan Tio Beng bergerak, dia menyebarkan hancuran salju itu.
Mata orang Persia tersebut rupanya kena tersambar beberapa butir pecahan salju itu, menimbulkan rasa sakit yang bukan main. Namun dia bukannya mundur, malah mengulurkan ke dua tangannya, memeluk Tio Beng kuat2.
Tio Beng secepatnya menggerakkan tangan kanannya menotok beberapa jalan
darah ditubuh orang Persia tersebut, tetapi orang Persia itu sama sekali tidak berusaha mengelakkannya malah dia tertawa bergelak2, masih tetap memeluk Tio Beng kuat sekali.
Tio Beng sendiri yang kaget, setiap kali jari telunjuknya menotok pada sasarannya, justeru totokannya itu seperti juga melejit membuat ia tidak bisa menotok dengan tepat, tubuh orang Persia itu bagaikan selicin belut.
Sedangkan orang Persia itu mempergunakan dagunya, dia menumbak pada pundak Tio Beng seketika tenaga Tio Beng lenyap, dia jadi lemas, tidak memiliki daya perlawanan pu!a. Dalam keadaan seperti itu, orang Persia yang seorangnya lagi telah menghampiri dan berkata
dengan bahasa Persia: "Kita bawa saja wanita itu, mungkin nanti ada gunanya buat kita ?"
"Ya, kukira memang begitu!" menyahuti kawannya, "Kita bisa mempergunakannya sebagai ancaman buat Thio Bu Kie, jika. memang wanita ini orangnya, agar Thio Bu Kie memperlihatkan diri. Ingat, kita tidak boleh
membinasakan lawan kita, karena yang kita perlukan hanya Thio Bu Kie, yang harus kita bawa pulang ke Persia, Jika memang Thio Bu Kie memajukan jago2nya, kita harus berusaha untuk tidak membunuh mereka..."
Kawannya mengangguk.
Segera juga, dengan mudah dan tampaknya ringan, kawan orang Persia itu mengulurkan tangannya menenteng Tio Beng, Kemudian mereka melanjutkan perjalanan pula menghampiri perumahan Bengkauw.
Berjalan tidak jauh, tiba2 tampak sesosok tubuh muncul dari balik tebing, dan telah berseru. "Berhenti! Siapa kalian"!"
Menyusul mana tampak beberapa sosok tubuh lainnya, Hanya saja orang2 itu segera berseru kaget, melihat Tio Beng berada ditangan kedua orang
berobah, memperlihatkan merekapun sangat.
Diwaktu Persia, Muka kekuatiran yang
itu terlihat salah seorang diantara mereka melompat turun dari atas tebing, gerakannya sangat lincah sekali. Dia menatap kedua orang Persia tersebut dengan tanda tanya dihatinya, namun dia pun telah dapat menduganya, tentunya kedua orang Persia tersebut tidak bermaksud baik, bukankah Tio Beng tertawan mereka.
Karena berpikir begitu, orang tersebut segera membentak bengis: "Mengapa kau mengganggu Thio Hujin?"
Kedua orang Persia itu tampak heran, mereka saling pandang satu dengan yang lainnya kemudian tanyanya: "Apakah wanita ini istri Thio Bu Kie?"
"Ya, itulah isteri Thio Kauwcu!" menyahuti orang tersebut.
Kedua orang Persia itu tiba2 saja tertawa. "Bukan engkau yang bertanya kepada kami, tetapi seharusnya kami yang bertanya kepadamu! Siapa kau" Apakah engkaupun anggota Bengkauw?"
Orang itu ragu2, namun mengangguk pada akhirnya, sahutnya: "Ya, aku Sin Hoan Cie, memang aku anggota Bengkauw!"
Muka kedua orang Persia itu tiba2 berobah angker, "Jika demikian, mengapa kau tidak segera berlutut untuk menerima petunjuk kami?"
Sin Hoan Cie terkejut, ia memandang ke dua orang Persia itu. Salah seorang tersebut telah merogoh diantara kedua orang asing
sakunya, dia mengeluarkan sepotong benda yang mirip dengan leng, yang dikenali oleh Sin Hoan Cie benda yang mirip dengan Seng Hwee Leng,
yang terbuat dari emas, berkilauan, dan juga ditengah2nya bertakhta butiran berlian yang berukuran besar sekali.
"Ini adalah tanda kekuasaan Pusat, mengapa melihat Leng dari Kauwcu Bengkauw ini engkau tidak segera
berlutut buat menerima perintah ?" Tegur orang Persia itu. Sin Hoan Cie mengerti, apa artinya semua ini. Ia kaget tidak terkira. Sebagai anggota Bengkauw, memang ia harus menghormati Seng Hwee Leng tersebut ia harus berlutut untuk menerima perintah, Karena Bengkauw pusat di
Persia masih berada satu tingkat diatas kekuasaan Bengkauw daratan Tionggoan karena Bengkauw didaratan Tionggoan pun berasal dari Persia.
Namun Sin Hoan Cie justeru menjadi ragu2, dia mengetahui orang yang paling dihormatinya adalah Thio Bu Kie Kauwcu-nya, dan sekarang isteri Kauwcunya
ditawan kedua orang Persia tersebut, malah sekarang dengan Seng Hwee Leng itu ia dipaksa tunduk dan berlutut.
"Apakah engkau tidak mau menghormati Seng Hwee Leng yang dikirim Kauwcu Pusat?" tegur orang Persia itu dengan bahasa Han yang kaku.
Tubuh Sin Hoan Cie tergetar, Sedang dia ragu-ragu seperti itu terdengar suara yang tenang dan sabar sekali dibelakangnya, menyusul munculnya Bu Kie: "Tidak tahunya kami menerima kunjungan kehormatan dari pusat !"
Dan Bu Kie telah menekuk kaki kirinya, ia memberi hormat dengan cara peraturan Beng-kauw yaitu dia sebagai seorang Kauwcu tingkat dibawah menghadapi Leng, kekuasaan, pada orang Persia itu, Bu Kie telah menjalankan penghormatan yang sepantasnya
Siauwjin Thio Bu Kie menantikan perintah.
"Hahaha !" kedua orang Persia tersebut bergelak2. "Bagus! Bagus! Rupanya engkau tertawa seorang
Kauwcu yang bertanggung jawab, Thio Kauwcu ! Kami
berdua datang kemari buat mengundang Thio Kauwcu, agar bersama2 kami pulang ke Persia !"
"Apakah persoalan yang menyebabkan Kauwcu mengirim utusan untuk memanggil Siauwjin "!" tanya Bu Kie, walaupun hatinya mendongkol melihat isterinya
ditawan oleh kedua
menahan hati yang
orang Persia tersebut disabarkan, karena ia namun dia mengetahui
sebagai utusan Kauwcu pusat, kepandaian kedua orang cabang yang memiliki kekuasaan Kauwcu kekuasaan satu
Pusat, Sekarang
Persia itu tentu tinggi sekali.
"Thio Kauwcu, engkau tidak perlu terlalu banyak bicara, Kauwcu telah memberikan kekuasaan penuh pada kami buat memanggil Thio Kauwcu pulang ke Persia. Dan tentunya, Thio Kauwcu tidak akan mempersulit kami, bukan" Dengan memandang Seng Hwee Leng ini, tentunya Thio Kauwcu akan mematuhi pemanggilan tersebut tanpa rewel!"
Bu Kie jika menghadapi persoalan ini pada sepuluh tahun yang lalu, tentu tanpa rewel akan ikut bersama kedua orang itu ke Persia.
Namun justeru sekarang, setelah menyaksikan kemelut yang terdapat didaratan Tionggoan, ia dikejar-kejar oleh Cu Goan Ciang, disamping itu juga pihak Bengkauw Persia seperti juga mencurigainya, maka ia berpikir untuk
menyelesaikan persoalan tersebut dengan tegas, jika ia ikut kedua orang Persia tersebut dan ternyata kedua orang Persia itu telah berhasil dihasut dan dibujuk oleh Cu Goan Ciang maka dia akan menghadapi kesulitan yang cukup besar, Segera Bu Kie memutuskan tidak akan menerima perintah itu, ia pun terus berdiri.
"Maaf, Thio Bu Kie tak dapat menerima perintah ! "kata Bu Kie kemudian tegas dan matanya walaupun memandang tajam, sikapnya tenang sekali.
Muka kedua orang Persia itu berobah. baru saja mereka ingin berkata lagi Thio Bu Kie telah bilang: "Maafkan, wanita yang berada ditangan kalian adalah isteriku, Dan kukira kalian tidak akan jual lagak di Tionggoan ini dengan menawan seorang wanita yang tidak berdaya.
"Thio Bo Kie, jadi kau ingin menentang perintah, dan melawannya "!" tegur salah seorang Persia dengan mengangkat tinggi2 Seng Hwee Leng.
sikapnya tenang sekali katanya: tengah memikirkan dengan cara Bu Kie tersenyum, "Justeru Thio
Bu Kie bagaimana sebaiknya Beng kauw Tionggoan dibubarkan ! seperti kalian lihat, praktis memang Bengkauw Tionggoan telah kami bubarkan... hanya tinggal beberapa orang sahabat saja !"
Orang Persia itu membanting kaki keras sekali, mukanya berobah angker dan bengis. "Bagus ! Rupanya apa yang diberitahukan Kaisar Cu
Goan Ciang kepada kami tidak meleset sama sekali, bahwa engkau merupakan anggota murtad, walau kau telah meraih kedudukan sebagai Kauwcu, justeru engkau menyeret Bengkauw ketepi jurang kehancuran....!" Justeru karena itu, walaupun bagaimana kami terpaksa harus membawa kau ke Persia bersama2 kami" berkata sampai disitu, orang Persia
tersebut telah melemparkan Seng Hwee Leng ditangannya itu ketengah udara. Luar biasa, Seng Hwee Leng yang tampaknya terbuat dari emas dengan takhta batu berlian yang berkilauan cemerlang itu, menciut ketengah udara menimbulkan suara mendesing yang sangat nyaring sekali, kemudian meluncur turun dan di tangkap oleh orang persia
itu, dimasukkan ke dalam sakunya kembali. Dia menghentak kaki nya, terdengar suara "iing!" nyaring sekali.
Kawannya juga telah ikut berkata dengan suara yang tawar: "Jika demikian,
terbukti Thio Bu Kie seorang anggota murtad dari Bengkauw dan hal ini harus dapat kita selesaikan secepat mungkin, buat membawanya menghadap Kauwcu di Persia !" Setelah berkata begitu, orang Persia itu memandang Bu Kie, katanya: "Thio Bu Kie, kami terpaksa harus mengambil tindakan tegas. Walaupun bagaimana engkau harus ikut serta dengan kami ke Persia !"
Setelah berkata begitu, orang persia tersebut melepaskan cekalannya pada Tio Beng, kemudian menyentil pundak kiri Tio Beng, untuk membuka totokannya.
Tio Beng sejak tadi memang mendongkol sekali, Melihat sekarang ia memiliki kesempatan begitu totokannya dibuka, secepat kilat tangan kanannya meraba, dia menarik dengan kuat sekali kaki orang Persia yang berada didekatnya, Orang Persia itu tidak menyangka bahwa Tio Beng akan melakukan gerakan seperti itu, dia telah kena diraba, tubuhnya terjungkel.
Namun orang Persia tersebut dapat bergerak lincah sekali, waktu tubuhnya menyentuh tanah, segera dia telah melompat berdiri pula, sambil menendang dengan kaki kanannya.
-oo00dw00oo Jilid10 TIO BENG waktu itu tertawa2 sambil melompat menjauhi diri.
"Hemm, jika tadi aku tidak merasa kasihan pada kalian, tentu kalian sudah kurubuhkan untuk dikubur didalam salju!" kata Tio Beng nyaring, "Aku tadi hanya berpura2 tertawan saja oleh kalian!"
Kedua orang Persia tersebut jadi gusar, mereka melompat akan membekuk Tio Beng lagi. Namun Tio Beng telah berada disamping Bu Kie, jangan kata baru dua orang Persia itu, sedangkan seribu orang lawan yang jauh lebih tangguh dari kedua orang Persia itu, jika Tio Beng berada disisi suaminya, tentu dia tidak akan gentar sedikit juga.
Bu Kie tidak mau membiarkan kedua orang Persia itu menawan Tio Beng, karena ia menyadari walaupun kepandaian Tio Beng cukup tinggi, tokh kepandaian kedua orang Persia itu berbeda sekali dengan ilmu silat Tionggoan.
Gerakan mereka sangat aneh, sehingga dengan mengandalkan ilmu mereka yang begitu aneh, Tio Beng tentu tidak mungkin dapat menghadapi kedua orang Persia itu.
Sedangkan Tio Beng telah meletakkan tangannya dipundak Bu Kie, ia berkata: "Nah, ini Thio Bu Kie.
bukankah kalian tadi mencari Thio Bu kie ?"
Bu Kie sendiri mengibaskan tangannya perlahan, dan dari kibasan tangan Bu Kie keluar serangkum angin yang luar biasa kuatnya, angin itu menyambar bukan keras, dan bukan pula lunak atau sejuk, tetapi panas sekali.
Kedua orang Persia yang tengah menerjang maju jadi kaget, mereka merasakan dada mereka sangat panas, seperti juga terbakar
Cepat2 salah seorang diantara mereka telah menangkisnya, namun dia berseru perlahan tangannya sakit sekali waktu saling bentur, kawannya tidak tinggal diam, telah menghantam kepada Bu Kie. Dengan begitu, dia bermaksud hendak mendesak Bu Kie.
Namun, mudah sekali Bu Kie mengelak, dan kemudian
memaksa kedua orang Persia itu mundur dengan serangan telapak tangannya yang memancarkan hawa yang panas sekali seperti api.
Bu Kie menyadari, bahwa kepandaian kedua orang Persia itu aneh2, sebagai Kauwcu Bengkauw, tentu saja ia mengerti sebagian ilmu silat Persia. Karena itu, ia tidak menjadi heran waktu melihat kedua orang Persia tersebut dengan gerakan yang sangat gesit dan tubuh me-liuk2 seperti ular, menerjang lagi padanya.
Bu Kie tidak melayani dengan kekerasan, juga bukan dengan totokan, ia menyadari, jika menotok tentu akan gagal, karena akan sia2 belaka, dia menotok tubuh yang licin tentunya.
Dan sebagai pembelaan diri, tubuh Bu Kie seperti angin cepatnya telah melesat kesamping, lalu mendorong pundak kedua orang Persia itu, hampir saja telapak tangan Bu Kie mengenai pundak kedua orang Persia tersebut, justeru
kedua orang Persia itu telah berhasil berkelit.
Begitulah, mereka bertiga akhirnya terlibat dalam pertempuran yang tampaknya seperti main2, sesungguhnya merupakan pertarungan yang sangat berbahaya yang sekali kena pada sasarannya, pasti akan dapat membinasakan !
Sedangkan Tio Beng telah melompat mundur menjauhi diri, ia berdiri didekat Sin Hoan Cie sedangkan beberapa anggota Bengkauw lainnya telah datang, mereka bersiap2, karena jika Bu Kie memerlukan bantuan mereka, segera mereka akan membantunya.
Ilmu silat dari Persia memang berbeda sekali dengan ilmu silat didaratan Tionggoan, Walau pun tidak terlalu melebihi ilmu silat asal Tionggoan, akan tetapi ada kelebihan yang dimiliki ilmu silat Persia, yaitu memiliki perobahan2 yang aneh sekali.
Harus gabungan demikian diketahui, bahwa ilmu silat Persia merupakan
ilmu gulat, tinju, dan juga Yoga, Dengan banyak sekali,kelainannya jika dibandingkan dengan ilmu silat Tionggoan.
Juga, memang ilmu silat Persia tidak jarang disertai dengan campuran ilmu sihir, dengan demikian membuat orang sulit sekali mengenali ilmu silat itu secara teratur.
Dan memang terlihat Bu Kie mengalami kesukaran yang harus diatasinya dalam mendesak kedua lawannya. Acap
kali jika Bu Kie menyerang sungguh2, maka ia seperti juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehilangan sasarannya, karena lawannya seperti dapat menduga kearah mana Bu Kie akan menyerang, sedangkan lawan yang seorangnya telah melancarkan pukulan yang tidak kalah hebatnya kepada Bu Kie.
Keadaan seperti ini malah membuat Bu Kie jadi terbendung sebagian besar tenaga dalamnya, karena selalu ia harus cepat2 menarik pulang tenaga dalamnya, buat menangkis serangan lawannya yang seorang itu.
Kedua orang Persia itu semakin lama bertempur bukannya menjadi letih justeru tampaknya malah lebih bersemangat mereka menyerang semakin aneh dan juga
tubuh mereka berkelebat2 seperti bangau. Sedangkan Bu Kie sendiri mulai dipengaruhi oleh semacam tenaga gaib, yang membuat gerakannya semakin lambat.
Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian tinggi sekali seperti Bu Kie, yang sesungguhnya sukar dijajaki, tentu saja Bu Kie memiliki alam pemikiran yang sadar, dan juga dapat mengendalikan pikirannya, sehingga walaupun ia dipengaruhi oleh semacam tenaga gaib yang membuat gerakannya semakin lambat justeru pikirannya masih dapat bekerja dengan baik sekali.
Ia merasa kaget juga karena gerakannya yang semakin lamban, walaupun Bu Kie telah mengerahkan dan mengempos kekuatan tenaga Lwekangnya, tetap saja dia gagal sehingga membuatnya berulang kali hampir terkena cengkeraman, hantaman atau tendangan dari kedua orang lawannya.
Beruntung bahwa tenaga dalam Bu Kie dan seluruh ilmu silat yang dipelajarinya itu berasal dari sumber yang lurus dan bersih, yaitu Bu Tong Pay, karenanya walaupun dirinya dalam keadaan tertindih oleh suatu pengaruh gaib
yang seakan juga mengisapkan mengendalikan tenaganya, Bu Kie masih bisa bertahan.
Dan yang luar biasa, jika diperhatikan dengan seksama, memang terlihat jelas sekali bahwa Bu Kie memiliki kepandaian tidak berada disebelah bawah kepandaian kedua orang Persia itu.
Hanya saja disebabkan kedua orang Persia tersebut mempergunakan ilmu yang aneh, yang berulangkali membingungkan juga Bu Kie. sementara itu belum ada suatu usaha yang bisa dilakukan oleh Bu Kie, Malah kian lama Bu Kie semakin tertindih oleh suatu pengaruh kekuatan gaib.
Bu Kie sendiri menyadari bahwa kedua orang itu bertempur dengan mencampur baurkan kepandaian ilmu silatnya dengan ilmu sihirnya, dengan demikian justeru ilmu sihir ke dua orang Persia itu yang membuat Bu Kie
terasa tertindih, tidak bisa bergerak leluasa.
Sebagai seorang yang telah memiliki tenaga dalam yang tinggi sekali, bathin yang kuat, tidak mudah ilmu sihir itu mempengaruhi secara keseluruhan pada Bu Kie. Namun ke dua orang Persia itu yakin jika saja pertempuran seperti ini
berlangsung setengah harian. dan juga Bu Kie masih tetap tidak bisa menembus lapisan ilmu sihir mereka yang menyelubungi pemuda itu, niscaya Bu Kie akhir nya akan dapat dirubuhkan.
Maka kedua orang Persia tersebut bertempur sambil tersenyum2, karena merekapun yakin akhirnya tokh dapat merubuhkan Bu Kie. itulah sebabnya mengapa mereka tidak tergesa-gesa dalam melontarkan setiap pukulan yang menentukan.
Sedangkan Bu Kie memutar otak untuk berusaha mencari jalan pemecahannya menghadapi ilmu sihir dari kedua orang Persia tersebut. Dia telah berusaha dengan berbagai cara, untuk mengingat-ingatnya dalam ilmunya yang terkadang memiliki perbentengan kuat guna menghadapi sejenis ilmu sihir.
Dan juga Kiu Yang Cin Keng yang dimilikinya sesungguhnya merupakan perbentengan yang sangat kuat sekali, hanya saja Bu Kie belum mengetahui, bagian mana yang dapat dipergunakan buat merubuhkan kedua orang lawannya atau setidak-tidaknya memunahkan ilmu sihir mereka.
Karena itu, Bu Kie masih terus mengasah otak mencari jalan untuk memunahkan ilmu sihir kedua lawannya, Namun masih juga belum berhasil.
Tio Beng yang sangat cerdik, yang sejak tadi mengawasi jalannya pertempuran itu telah melihat sesuatu. ia memperoleh kenyataan seharusnya ilmu silat kedua orang
Persia itu tidak sehebat kepandaian Bu Kie, karena masih berada satu tingkat dibawah kepandaian Bu Kie.
Hanya saja yang sejak tadi membuat Tio Beng jadi heran mengapa Bu Kie seperti tertindih dan tidak seperti biasanya dapat mengerahkan dengan leluasa tenaga dalamnya atau
ilmu silatnya, Karena itu, Tio Beng telah berusaha mencari kelemahan dari kedua orang Persia itu.
Memang Tio Beng pun telah dapat menduganya, pasti kedua orang Persia itu memiliki semacam ilmu sihir, yang telah menindih dan mempengaruhi Bu Kie, dan justeru cara
pemecahannya yang hendak dicarikan oleh Tio Beng. Sampai akhirnya dia telah melihat kelemahan kedua orang Persia itu.
Tio Beng melihatnya, setiap kali kedua orang Persia tersebut menyerang, mereka selalu berkomat kamit sambil membacakan sesuatu mantera. Dengan demikian, jelas ilmu sihir mereka itu sebagai seorang bekerja sama dengan ilmu silat. Dan
yang sangat cerdas, Tio Beng segera maklum, akan kelemahan kedua orang itu. "Tenggelam tapi mengambang, Berisi namun Kosong, Terapung tetapi berat!" teriak Tio Beng dalam suatu kesempatan.
Bu Kie waktu itu masih memeras ingatan untuk dapat mencari jalan keluar guna memunahkan pengaruh tabir ilmu sihir kedua orang Persia itu, karena walaupun
bagaimana memang ia bermaksud hendak memunahkan dulu ilmu sihir kedua orang Persia itu, barulah dia akan menerjang dengan seluruh kepandaiannya mendesak kedua lawannya.
Dan disaat bagaikan baru itulah dia mendengar teriakan Tio Beng, tersadar dari mimpinya Bu Kie berpikir:
"Benar"! Mengapa aku tidak berpikir sampai disana"!"
Bu Kie segera teringat, betapapun tingginya dan ampuhnya ilmu sihir, tetapi itu merupakan suatu kekuatan bathin yang akan menguasai lawan dengan segala khayalan, yang bertolak belakang dengan kenyataan, Justeru teriakan Tio Beng tadi telah menganjurkannya agar ia mengambil
sikap, berisi tampak kosong, mengambang tetapi berat, itulah suatu cara yang terbaik memang untuk menghadapi sejenis ilmu sihir...
Dengan demikian, ia akan mengambil sikap diam. Dan dengan berdiam seperti itu namun Bu Kie telah terisi dengan kekuatan bathinnya yang tinggi sekali. Malah Bu Kie segera melaksanakan taktik kosong tetapi berisi.
Seketika ia berhenti menyerang, sama sekali tidak mengacuhkan lagi serangan dari kedua lawannya, Dia berdiam dengan sepasang mata dipejamkan. Dengan begitu
ia tidak mungkin dapat dipengaruhi lagi oleh ilmu sihir kedua orang tersebut, karena ia pasti akan dapat mendengarkan sambaran angin pukulan kedua orang itu, demikian baru ia akan menangkisnya.
Dan tentu saja, dengan di dengarnya suara angin pukulan itu, berarti pukulan tersebut bukan pukulan tipuan atau kosong.
Kedua orang Persia itu menjadi heran melihat sikap Bu Kie seperti itu, mereka tertegun sejenak, namun segera melakukan serangan sehebat2nya. Kali ini mereka telah menghantam berbareng, tangan mereka meluncur bagaikan cakar-cakar burung rajawali.
Bu Kie merasakan sambaran pukulan tersebut, segera ia yakin inilah pukulan yang sesungguhnya, jadi kini Bu Kie memang tidak dipengaruhi ilmu sihir kedua orang tersebut.
Segera juga ia berseru nyaring, lalu menangkisnya dengan perlahan Bu Kie
mengambil sikap yang berdiri tegak ditempatnya, sama sekali dia tidak berusaha menggeser kedudukan kakinya.
Kedua orang Persia tersebut sama sekali tidak menyangka bahwa Bu Kie telah terhindar dari pengaruh ilmu sihir mereka, pikiran Bu Kie telah jernih. Dan mereka meneruskan hantaman dan cengkeraman tangan mereka, namun untuk kaget mereka justeru serangan mereka tertangkis dengan mudah.
Malah yang membuat mereka jadi terkejut sekali diwaktu itu mereka merasakan tangkisan Bu Kie kuat sekali, sehingga tangan mereka masing-masing bagaikan terbentur besi atau baja, malah mereka seperti terdorong oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, membuat mereka mundur beberapa langkah.
Dalam keadaan seperti ini tampak mereka mundur satu langkah lagi, kemudian saling pandang satu dengan yang lainnya, Keadaan jadi sunyi sekali.
Bu Kie tidak memperdulikan sama sekali Bu Kie sudah sekelilingnya,
sikap kedua lawannya,
tidak memperhatikan ia tetap berdiri diam ditempatnya tanpa bergerak, dengan sepasang mata terpejam


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan demikian, Bu Kie menantikan kembali serangan kedua lawan.
Setelah saling pandang sejenak, salah seorang diantara kedua orang Persia tersebut telah membuka mulutnya. ia tertawa dengan suara yang aneh sekali. Suara itu bagaikan ledakan petir dan guntur, memekakkan anak telinga, Bu Kie yang memang tengah memejamkan sepasang matanya, menyangka justeru waktu itu akan turun hujan yang lebat.
Suara tertawa orang Persia itu didengarnya seperti itu juga bunyi guntur dan angin yang gemuruh hebat, bagaikan akan ada badai,
Tetap saja Bu Kie tidak membuka matanya, sampai ia mendengar suara gemuruh itu, bagaikan ada sebungkah
batu besar yang meluncur turun akan menghantam kepalanya. Tentu saja Bu Kie terkejut, dengan gerakan yang secepatnya ia menyampok keatas, ingin menghantam batu itu menjadi hancur dan terpental ketempat lain.
Namun Bu Kie menghantam tempat kosong, Batu itu hanya timbul dalam khayalannya belaka, karena pengaruh dan suara tertawa orang Persia itu. Dengan demikian membuat Bu Kie kecele, Namun Bu Kie tetap tidak membuka matanya, dia masih mendengar suara gemuruh yang hebat, bagaikan diwaktu itu terjadi hujan badai yang sangat dahsyat sekali.
Dan juga disekelilingnya cuaca gelap sekali, itulah pengaruh suara tertawa dari orang Persia itu, Dan Bu Kie seperti juga merasakan adanya bayang2 penyerangan dari berbagai senjata tajam, seperti ada pohon yang tumbang dan bungkahan batu yang berjatuhan akan menghantamnya.
Tentu saja Bu Kie dengan segera menggerak-gerakkan kedua tangannya menghantam kesana kemari disamping itu juga ia telah melompat kesana kemari menghindarkan diri dari hantaman bungkahan batu itu.
Tio Beng dan orang2 Bengkauw lainnya jadi terperanjat, hati mereka terkesiap waktu melihat Bu Kie melompat kesana-kemari sambil menghantam dan menangkis mempergunakan kedua tangannya, seperti juga Bu Kie tengah menghadapi penyerangan yang gencar dari lawannya.
Dengan demikian Bu Kie bergerak seperti telah tertindih dan terpengaruh suara tertawa lawannya yang luar biasa itu, Sesungguhnya keadaan disekitar Bu Kie pada waktu itu masih terang benderang, juga tidak ada batu sepotongpun yang menyambar kepadanya, juga tidak ada penyerangan
pada dirinya, Bu Kie justeru merasakan dalam khayalnya dirinya tengah diserang beruntun oleh segala macam kekacauan yang ada, antara batu2 yang runtuh antara angin yang bergemuruh menumbangkan batang2 pohon itu akan menghantam dirinya.
"Bu Kie!" memanggil Tio Beng yang sudah tidak bisa menahan diri karena melihat keadaan Bu Kie berada dalam pengaruh ilmu si hir. Tio Beng menduga bahwa Bu Kie bersilat seperti itu tentunya dikendalikan suara tertawa orang Persia tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Malah, teriakan Tio Beng sendiri tidak bisa didengar oleh Bu Kie, karena suara panggilan Tio Beng seperti tertindih oleh suara tertawa orang Persia itu, sedangkan orang Persia yang seorangnya lagi, ketika melihat Tio Beng, memanggil Bu Kie, seakan juga hendak menyadarkan Bu Kie dari pengaruh sihir kawannya, segera bersiul. Aneh sekali suara
siulannya itu karena suara
siulannya itu seperti suara mendesing menyambarnya senjata-senjata rahasia itu. Memang Bu Kie terpengaruh semakin hebat oleh ilmu sihir tersebut, ia merasakan betapa dari sekeliling dirinya menyambar beruntun tak hentinya berbagai jenis senjata rahasia dan senjata tajam, bagaikan ada puluhan orang
yang dengan ganas tengah menyerangnya.
Namun yang membingungkan Bu Kie justeru setiap kali dia menangkisnya, justeru dia menangkis tempat kosong, belum pernah tangannya itu beradu dengan tenaga lawan atau juga senjata rahasia, Karena itu Bu Kie akhirnya
membuka matanya.
Dia jadi terkejut, karena keadaan masih terang benderang, dan juga disekitar dirinya tidak ada seorang
lawanpun juga, tidak ada batu yang runtuh, tidak ada batang pohon yang tumbang, tidak ada badai dan topan yang gemuruh.
Hanya dia melihat mengerahkan pengaruh tertawa dengan suara
bermacam2 suara
yang bergemuruh, sedangkan orang Persia yang satunya lagi bersiul, dengan suara siulannya seperti juga mendesingnya bermacam2 senjata tajam. Bukan main mendongkolnya Bu Kie, segera ia tersadar bahwa tadi dia untuk sementara waktu telah terjatuh dalam
pengaruh ilmu sihir
kedua orang itu, Dia seperti kedua orang Persia itu tengah ilmu sihir mereka, yang seorang yang begitu aneh, menimbulkan dipengaruhi atau dipaksa terpengaruh oleh khayalannya sendiri dengan hanya mendengarkan suara belaka sehingga timbul bayang2 yang menakutkan dan mengerikan, yang memaksa Bu Kie bersilat buat mengelak atau menangkis semua itu.
Bu Kie melihat kedua orang Persia itu masih tertawa terus menerus dan bersiul nyaring maka Bu Kie menyadari, ilmu sihir seperti itu harus ditindih dengan semacam ilmu tenaga dalam yang terdapat dalam Kiu Yang Cin Khie nya, karenanya, segera Bu Kie berdiri tegak ditempatnya, dia bertolak pinggang, kemudian berseru dengan suara yang cukup nyaring bergemuruh.
Tetapi suara seruan Bun Kie tidak mengandung tenaga yang menyakiti anak telinga. lembut mengalun, namun kuat dan berhasil menindih suara tertawa dan suara siulan yang dilancarkan oleh kedua orang Persia itu, dengan demikian
suara tertawa dan suara siulan dari kedua orang Persia itu tidak membawa hasil apa2.
Kedua orang Persia tersebut melihat usaha mereka kali inipun gagal. Diam-diam merekapun mengakuinya bahwa Bu Kie memang benar-benar liehay, di Persia, kedua orang
utusan Bengkauw Persia tersebut sesungguhnya memiliki nama yang sangat terkenal dan kepandaian mereka memang tinggi sekali.
Namun saat sekarang menghadapi Thio Bu Kie, walaupun mereka telah turun tangan berdua, juga telah mempergunakan ilmu sihir yang dicampur dalam ilmu silat mereka, kenyataannya mereka tidak berhasil buat merubuhkan Bu Kie.
Dengan demikian, mereka di samping penasaran-pun, jadi mengagumi akan keliehayan Bu Kie, Hanya saja kedua
orang Persia itu yakin, jika saja mereka turun tangan tetap berdua, niscaya mereka akan dapat merubuhkan Bu Kie pada akhirnya ! Karenanya mereka bermaksud hendak meneruskan usaha mereka untuk merubuhkan Bu Kie.
Sedangkan Bu Kie melihat kedua orang Persia itu telah berhenti tubuhnya menyerang, juga berhenti tertawa dan bersiul,
segera melayang ketengah udara, bagaikan
burung alap2 yang besar sekali, ini memang merupakan gerakan yang sulit diikuti oleh pandangan mata manusia biasa, karena terlalu cepat, sehingga membuat kedua orang Persia itu tertegun sejenak ditempat mereka.
Dan belum lagi kedua orang Persia itu dapat memikirkan dengan cara apa harus menghadapi serangan Bu Kie, diwaktu itu telapak tangan Bu Kie meluncur datang, Dan Bu Kie bukan menyerang melainkan dengan dua jari dengan telapak tangannya, telunjuknya, yang telunjuk
diluruskan sedangkan jari tengahnya ditekuk.
Jari telunjuknya menotok leher dari salah seorang Persia itu, jari tengahnya menggaet jalan darah Pie-tiong-hiat, dengan begitu, sekali menyerang Bu Kie telah menotok kedua jalan darah itu.
Hanya saja buat kagetnya Bu Kie, totokannya itu tidak membawa manfaat apa2 bagi dirinya, karena begitu jari tangannya mengenai sasarannya, ia merasakan tubuh orang Persia tersebut licin sekali seperti belut.
Malah jalan darah yang diincarnya bisa melejit pindah tempat, itulah kelebihan dari ilmu silat Persia, yang memang dapat merobah kedudukan jalan darah, Dan Bu Kie telah melupakan hal itu, karena ia bermaksud menotok tanpa mengingat lagi kemungkinan letak jalan darah yang ditotoknya sedangkan mempergunakan kesempatan tersebut menghantam lengan itu bisa berobah tempat dan kedudukan
orang Persia yang seorang lainnya malah Bu Kie, tubuh Bu Kie terhuyung mundur beberapa langkah, tetapi orang Persia itupun tidak kurang kagetnya, karena tubuhnya telah terpental satu tombak.
Sewaktu orang Persia tersebut menghantam, maka ia menerima tolakan tenaga membalik yang kuat sekali dari Bu Kie, dengan demikian membuatnya jadi terpental seperti itu.
Waktu itu, orang Persia yang seorangnya lagi, walaupun jalan darahnya dapat berpindah sehingga totokan Bu Kie meleset, tidak urung ia terluka didalam juga, walaupun
tidak terlalu parah. Hal
itu disebabkan totokan yang dilakukan Bu Kie, dengan cara menotok yang luar biasa, disamping jari telunjuk yang menotok, juga jari tengahnya menggaet menotok jalan darah yang lainnya. Cara menotok seperti itulah yang tidak diduga2 oleh orang Persia itu. dia hanya merobah satu jalan darahnya belaka, yang ditotok
oleh jari telunjuk Bu Kie, sedangkan totokan jari tengah Bu Kie yang menggaetnya tidak bisa dihindarkan dengan demikian membuatnya jadi terluka didalam cukup parah.
Bu Kie berdiri tegak ditempatnya, diam2 dia mengatur pernapasannya dibendung agar lainnya, ia berusaha untuk mempersatukan kekuatan tenaga dalamnya yang dapat buyar jika lukanya itu dibiarkan begitu saja.
Sedangkan kedua orang Persia itupun berdiri ditempat mereka dengan sikap mengancam Mereka terluka namun tampaknya kedua orang Persia tersebut tidak mau memperlihatkan bahwa mereka telah terluka, karenanya mereka tetap berdiri ditempat mereka dan ber siap2 ingin menerjang Bu Kie lagi.
agar luka didalam tubuhnya dapat
tidak sampai membawa akibat buruk "Lebih bijaksana jika engkau secara baik2 menerima firman Kauwcu untuk ikut kami ke Persia" Disana kau akan diperiksa, jika memang engkau tidak bersalah, engkau akan dibebaskan! Tetapi jika kau bersikeras dan juga berkepala batu tidak mau ikut bersama kami, terpaksa kami harus mengambil tindakan keras seperti yang telah diperintahkan
Kauwcu jika memang tidak
bisa mengajak kau dalam keadaan hidup, dalam keadaan matipun memang harus kami lakukan..."
Bu Kie tersenyum tawar, katanya: "Jangan kalian memaksa diriku untuk melanjutkan kekerasan seperti ini, karena sudah kukatakan bahwa kamipun sudah membubarkan Bengkauw, dengan demikian sudah tidak ada hubungan lagi antara kami dengan pihak Beng-kauw Persia."
Orang Persia yang satunya tertawa mengejek. "Hemmm, enak begitu saja kau ingin mengelakkan diri dari tanggung jawab yang harus kau pikul" Tanpa memberitahukan dan memberikan laporan lagi kepada Kauwcu dipusat, engkau berani membubarkan Bengkauw
di Tionggoan ini"
Hemm, Hemmm, itulah su satu kelancangan yang harus diimbali dengan hukuman yang setimpal." Berbareng dengan perkataannya itu, orang Persia tersebut telah melangkah menghampiri dan juga bersiap2
hendak mulai menyerang lagi, Bu Kie tetap berdiam ditempatnya dalam keadaan bersiap sedia, Demikian juga orang2 Bengkauw lainnya, bersiap2 hendak melompat maju, guna menolongi Kauwcu mereka, orang Persia yang satunya lagi, pun mulai melangkah maju mendekati Thio Bu Kie, mereka hendak mempergunakan ilmu mereka buat menindih dan merubuhkan Bu Kie.
Walaupun benar, Bu Kie memiliki kepandaian tinggi sekali, namun sudah dijelaskan di bagian depan, bahwa kepandaian kedua orang Persia tersebut memang memiliki jurus-jurus yang aneh disamping ilmu merekapun memiliki dasar yang berbeda dengan ilmu silat yang terdapat didaratan Tionggoan.
Karena itu, Bu Kie sendiri tidak yakin bahwa ia akan dapat merubuhkan kedua orang Persia itu dengan mudah. Dalam keadaan seperti sekarang ini, melihat orang Bengkauw bersiap-siap hendak maju menghampiri dirinya, malah Bu Kie berkuatir. Ketika melihat isterinya, Tio Beng juga melangkah maju hendak membantunya. Bu Kie cepat
mengulapkan tangannya mencegahnya:
"Berhenti, jangan kalian jangan maju. Biarkan aku yang menghadapi mereka !"
Tio Beng dan yang lainnya jadi menahan langkah kaki mereka, memandang dengan sorot mata yang ragu, karena mereka menyadari, kedua orang Persia itu memiliki ilmu yang agak luar biasa.
Memang Bu Kie tetapi rupanya Bu memiliki kepandaian sangat tinggi, Kie kurang begitu berhasil buat
menghadapi ilmu sihir kedua orang lawannya tersebut. Karenanya Tio Beng dan yang lain2nya berkuatir sekali. Sedangkan Bu Kie sendiri menguatirkan jika sampai orang2 Bengkauw itu maju, mereka akan bercelaka, sedangkan dia sendiri yang memiliki kepandaian tinggi
tidak dapat merubuhkan mereka dengan segera, itulah alasannya mengapa Bu Kie mengambil keputusan agar ia sendiri yang menghadapi kedua orang Persia itu. Namun didalam hatinya Bu Kie timbul keraguan, karena biasanya orang2 Bengkauw Persia, jika diutus oleh Kauwcu mereka,
tentu datang kedaratan Tionggoan bukan seorang dua orang belaka, mereka pasti datang dalam bentuk rombongan, Maka Bu Kie kuatir kalau2 masih terdapat jago2 Bengkauw Persia lainnya yang bersembunyi disuatu tempat yang tidak mereka ketahui, itulah pula mengapa Bu Kie berpikir keras, ia memang tidak mau dipengaruhi oleh kedua lawannya terlebih lagi jika harus ditawan mereka.
Memang mereka hanya mengatakan ia harus menghadap Kauwcu Bengkauw di Persia, dan jika nanti sudah diperiksa ternyata tidak memiliki kesalahan, ia akan dibebaskan kembali, namun mana mungkin Bu Kie bisa menerima kenyataan seperti itu " Dia memang bersedia untuk mati
dengan gagah perkasa, tidak mungkin dia
seperti itu, karena ia memaklumi
bersedia tentunya diperhina Bengkauw Ciang.
Bu Kie telah menepuk tangannya, menimbulkan suara yang cukup nyaring.
"Baiklah, mari kita meneruskan main-main ini !" kata Bu Kie kemudian.
"Apakah engkau tidak akan menyesal "!" tanya kedua orang Persia itu hampir berbareng, Bu Kie tersenyum tawar. "Mengapa harus menyesal " Sudah kukata kan, kami tidak memiliki hubungan lagi dengan Bengkauw, namun kalian terlalu memaksa dan kami tentu saja tidak bisa membiarkan bangsa asing buat menimbulkan kekeruhan pada diri kami..!" menyahuti Bu Kie tegas.
"Nah, jika memang telah demikian persoalannya, maka jalan satu2nya kita harus mengadu ilmu, sampai diantara kita ada yang rubuh..."
Setelah berkata begitu, Bu Kie bersiap2, namun sebelum dia bergerak untuk mulai menghadapi kedua lawannya itu, di Persia telah dapat dipengaruhi Cu Goan tiba2 telah melesat ringan sekali.
"Kauwcu, berilah sesosok tubuh dengan gerakan yang kesempatan kepadaku untuk mainmain dengan mereka, karena tidak pantas Kauwcu mainmain dengan kurcaci seperti itu !"
Berbareng dengan habisnya perkataan orang itu, nampak seorang pemuda telah berdiri menghadapi kedua orang Persia itu siap bertempur tanpa menantikan lagi keputusan Bu Kie.
Bu Kie melihat, orang itu tidak lain dari In Sin Gie. dan ia memang percaya Sin Gie memiliki kepandaian yang tinggi, walaupun belum bisa menandingi kepandaiannya, akan tetapi kepandaian Sin Gie pun tidaklah lemah, maka setelah ragu2 sejenak kemudian ia mengangguk.
"Baiklah tapi kau harus hati2, Sin Gie, mereka memiliki ilmu sihir...." pesan Bu Kie Sin Gie menganggukkan kepalanya, Diwaktu itu Bu Kie telah melompat kedekat Tio Beng dan Tio Beng dengan kuatir sekali menanyakan keadaan Bu Kie.
Ternyata Bu Kie memang terluka cukup parah, segera dia mengatur jalan pernapasannya didalam kesempatan tersebut Dan diapun cepat sekali dapat mendorong hawa kotor yang tadi telah menyebabkan ia terluka didalam, ke pori2 kulit sehingga ia bisa merasakan kesegarannya pulih kembali.
Sedangkan Sin Gie telah mengawasi kepada kedua orang Persia itu, kemudian katanya dengan suara yang tawar: "Mari, mari, aku ingin sekali berkenalan dengan ilmu silat dari orang Persia."
Kedua orang Persia itu mendongkol sekali karena Sin Gie menggantikan Bu Kie, untuk menghadapi mereka. "Hemmm, engkau hendak mencari mampus anak muda!" kata salah seorang diantara kedua orang Persia itu, "Iris hayo kita hajar adat kepada pemuda lancang itu!"
Orang Persia yang satunya, yang dipanggil namanya dengan sebutan Iris itu mengangguk.
"Ya, kita harus memperlihatkan kepada mereka bahwa utusan dari Bengkauw Persia bukan utusan yang bisa diremehkan!" Dan Iris malah menjejakan kakinya, tubuhnya telah melompat ringan kesamping kanan Sin-Gie.
Sedangkan orang Persia yang satunya pula telah melompat kesamping kiri, Sin Gie ber siap2 dengan segera, tangan kanannya mencabut keluar serulingnya, seruling yang merupakan senjata ampuhnya.
"Mari mari maju...." tantang Sin Gie tidak merasa jeri, malah dia telah mengawasi kedua lawannya itu dengan
sikap berwaspada
seruling ditangannya itu digoyang2kannya, seperti juga memperlihatkan bahwa seruling itu siap hendak dipergunakannya. Dalam keadaan seperti itu, disekitar tempat tersebut jadi hening sekali. Semua orang mengawasi dengan berdiam diri belaka, disamping perasaan tegang juga mereka
berwaspada. Mereka tadi melihat, Bu Kie yang memang memiliki kepandaian sangat tinggi, masih tidak bisa menundukkan kedua orang Persia tersebut. Terlebih lagi Sin Gie yang kepandaiannya kepandaian Bu masih berada satu tingkat dibawah
Kie, tentu akan menghadapi banyak kesukaran menghadapi kedua orang Persia tersebut, sehingga merekapun bersiap2, jika Sin Gie menghadapi bahaya, tentu mereka akan segera menerjang maju, tidak akan memperdulikan lagi peraturan Kangouw yang ada,
yang terpenting buat mereka membekuk kedua orang Persia itu,
Kedua orang Persia tersebut, Iris dan kawannya, tertawa bergelak, Dan sikap mereka angkuh sekali.
"Tidak kami sangka bahwa Kauwcu dari Bengkauw. hanya pandai bersembunyi dibelakang anak buahnya." ejek Iris dengan suara yang dingin. Namun Bu Kie tidak memperdulikannya, ia tetap mengatur jalan pernapasannya.
Sedangkan Sin Gie yang mengetahui bahwa ia tidak boleh membuang2 waktu, telah menggerakan serulingnya meluncur kearah tenggorokan Iris.
Gerakan seruling itu memang cepat sekali, segesit ular yang menyambar dengan demikian, akan mematok leher dari lawannya,
itulah serangan yang tidak boleh diremehkan.
Iris yang diserang, juga tidak tinggal diam. Matanya jeli, ia mengelak kesamping, lehernya itu batal terkena totokan ujung seruling. Sambil mengelak, telapak tangan Iris juga meluncur akan menepuk pundak Sin Gie.
Kawan Iris juga telah menghantam dari arah yang berlawanan. Dengan demikian ia menghadapi pukulan dari dua jurusan. Kawan Iris menepuk dari arah samping kiri dimana ia bermaksud menepuk batok kepala Sin Gie.
Tetapi Sin Gie memang telah melatih kepandaiannya akhir-akhir ini tekun sekali, pesat luar biasa kemajuan yang
dicapainya, karena itu, iapun dapat bergerak dengan lincah menghindarkan diri dari tepukan maut kedua lawannya, ia bergerak gesit dengan serulingnya tidak hentinya menyambar-nyambar mengincar bagian2 yang mematikan ditubuh kedua lawannya.
Seruling ditangan Sin Gie seperti juga seekor ular yang meliuk kesana kemari, sebentar mengancam, sebentar menangkis, sejenak lagi menotok, meluncur lurus kearah sasarannya, umumnya jalan darah kematian.
Dalam keadaan seperti itu, kedua orang Persia tersebut menjadi heran juga. kenyataan, walaupun Mereka melihat dan memperoleh baru beberapa jurus saja mereka
bertempur kepandaian dan tenaga dalam Sin Gie tinggi sekali, padahal usia pemuda ini masih muda sekali.
Berbeda dengan Thio Bu Kie, yang memang diketahui mereka sebagai Kauwcu Bengkauw, yang terkenal dengan kepandaiannya yang sangat tinggi, Tetapi Iris dan kawan2nya tidak pernah mendengar perihal Sie Gie, yang ternyata memiliki kepandaian tinggi sekali, walaupun belum bisa menyamai kepandaian yang dimiliki Bu Kie, akan tetapi memang kepandaian Sin Gie sangat berbahaya.
Terlebih lagi Sin Gie memperoleh satu keuntungan, bahwa kedua orang Persia itu telah terluka juga ditangan Bu Kie, maka walaupun kepandaian Sie Gie belum bisa menyamai kepandaian Bu Kie, toh kepandaian kedua lawannya itu banyak berkurang karena lukanya, tenaga mereka merosot banyak sekali.
Dikala itu tampak oleh Bu Kie, bahwa Sin Gie berulang kali berusaha mendesak kedua lawannya, serulingnya menyambar2 cepat dan lincah sekali.
Setiap jurus yang dipergunakan Sin Gie merupakan jurus yang berbahaya dan dapat merubuhkan lawannya jika saja lawannya itu berlaku lengah.
Memang Bu Kie telah mengetahui, Sin Gie telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali, karena selama
berdiam di Himalaya, Sin Gie berlatih diri giat sekali. Bahkan Bu Kie selalu memberikan petunjuk yang dibutuhkan Sin Gie.
Dengan demikian, bersama isterinya, Sin Gie memperoleh kemajuan yang sangat pesat. Dan sekarang disaat Sin Gie mengeluarkan ilmu andalannya serulingnya bergerak dengan jurus2 yang manis dan berbahaya itu,
barulah Bu Kie menyadari, bahwa ilmu ciptaan Sin Gie, ilmu serulingnya itu, merupakan ilmu yang sangat hebat, walaupun masih ada beberapa bagian dari ilmu Seruling tersebut yang memiliki kelemahan.
Jika nanti Bu Kie memberitahukan kelemahan 2 ilmu seruling Sin Gie itu, niscaya Sin Gie dapat menutupi kelemahan-kelemahan itu, tentunya ilmu seruling Sin Gie merupakan ilmu yang sangat hebat dan sulit dicari tandingan atau duanya lagi !
Sin Gie memang bersilat mempergunakan serulingnya itu dengan gerakan2 yang sulit diikuti oleh pandangan mata dan tubuhnya bergulung2 seperti juga sinar yang berpantulan kesana kemari, dikelilingi oleh serulingnya yang bergerak mengincar kesana kemari pada bagian2 yang berbahaya disekujur tubuh kedua orang lawannya.
Dengan demikian, membuat kedua lawannya itu, Iris dan kawannya, tidak berani terlalu memandang remeh kepada Sin Gie, juga yang terpenting sekali mereka tidak berani lengah. Sedikit saja mereka berayal, niscaya akan membuat mereka terluka oleh totokan atau juga pukulan
seruling Sin Gie yang mengalir kekuatan tenaga dalam yang kuat sekali.
Karena itu, Iris dan kawannya juga bergerak lincah kesana kemari dengan sepasang tangan yang menyambar2 dahsyat, Gerakan kedua orang itu sama gesitnya dengan
gerakan Sin Gie. Kalau saja mereka belum terluka oleh serangan Bu Kie niscaya mereka akan dapat mendesak Sin Gie lebih hebat.
Hanya saja mereka memang telah terluka didalam oleh Bu Kie, dengan demikian membuat Sin Gie memperoleh angin, sebab kedua lawannya itu belum dapat memulihkan luka didalamnya, dan juga tidak dapat mengerahkan
seluruh kekuatan yang ada padanya.
Seruling Sin Gie telah menyambar kearah kepala Iris, kemudian mengincar dada kawan Iris, Begitu bergantian seruling itu selalu meluncur pesat mengincar bagian2 yang bahaya. Dan Iris bersama kawannya selalu mengelak atau
berkelit dengan gerakan2 yang aneh dalam menghindarkan diri dari setiap ancaman seruling Sin Gie.
Sebagai orang2 yang berkepandaian tinggi dan juga memiliki berbagai macam ilmu yang juga luar biasa, bahkan
dinegeri mereka Iris dan kawannya itu terkenal sebagai jago2 yang memiliki kepandaian sangat hebat, maka mereka dapat melayani Sin Gie sebaik2nya.
Yang membuat mereka menyesal justeru mereka tengah terluka karena tadi telah saling mengadu kekuatan tenaga
dalam dengan Bu Kie,
membuat mereka tidak bisa mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka. Jika Iris dan kawannya memaksakan diri buat mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka untuk menghadapi Sin Gie tentu luka mereka akan bertambah berat juga. Sekali saja tenaga dalam mereka tidak bisa
dikendalikan lagi, niscaya akan menyebabkan luka didalam tubuh mereka itu merusak anggota dalam tubuh mereka, yang akan membuat mereka itu nantinya terluka kian parah, malah bisa membawa kematian.
Karenanya mereka telah beberapa kali berusaha mengelak saja tanpa membalas terjangan Sin Gie, karena mereka menyadarinya, bahwa mereka tidak dapat sembarangan mempergunakan tenaga mereka, keduanya mencari kesempatan dan kelemahan Sin Gie, baru nanti mereka hendak turun tangan. Dengan cara demikian berarti mereka tidak terlalu membuang tenaga mereka dengan siasia.
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan 7 Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Dendam Iblis Seribu Wajah 16

Cari Blog Ini