Pendekar Misterius Karya Gan K L Bagian 7
"Ada dua orang," jawab Wi Ko kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jun-yan mengangguk dan tidak menanya lagi.
Tidak lama mereka sampailah diatas Ciok yong-hong,
ternyata disitu sudah bertambah beberapa puluh orang lagi, hingga seluruhnya ada lebih dua ratus orang yang hadir.
Mereka tersebar bebas sendiri-sendiri, ada yang duduk-duduk pasang omong, ada yang lagi main catur, dan macam-macam jalan untuk melewatkan tempo senggang.
Jun-yan mencoba mencari A Siu diantara orang banyak itu, tapi tidak ketemu. Diam-diam dia heran, menurut watak A Siu yang pendiam itu, tidak mungkin suka keluyuran kemana-mana, lantas kemana gadis itu " Jangan-jangan terjadi apa-apa atas dirinya"
"Marilah kita mencari tempat duduk yang cocok," tiba2 Wi Ko berkata padanya terus menyusur diantara orang-orang banyak itu.
Ketika semua orang melihat datangnya Kah lotoa bersama Wi Ko, diam2 mereka sama melengak, Wi Ko sudah mereka kenal karena keonarannya siang tadi, kini berkomplot pula dengan seorang Kah-lotoa yang jahil belum lagi si Kah-loji yang masih belum muncul.
Melihat sorot mata semua ditujukan kepada mereka, Jun-yan sama sekali tidak ambil pusing. Dengan lagak "Locianpwe" ia terus berjalan kedepan dengan lagak leher dan membusung dada.
Sampai didepan satu meja, disitu hanya berduduk satu orang lelaki setengah umur yang tidak mereka kenal. Untuk maju lagi sudah tidak banyak tempat lowong. Selagi Wi Ko belum ambil ketetapan apakah duduk saja dimeja yang masih kosong itu tiba2 terdengar suara "brak" ada orang menggebrak meja sambil memaki : "Hm, macam apa "
Lagaknya melebihi Bu-lim cianpwe!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera Jun-yan berpaling, ternyata yang memaki itu bukan lain dari pada lelaki setengah umur yang duduk sendirian itu, dengan mata melotot ia sedang menatap Jun-yan.
Tidak kenal dan tanpa sebab dimaki, kontan saja Jun-yan hendak balas "unjuk gigi", tapi keburu dicegah Wi Ko, katanya dengan tersenyum : "Saudara Kah, tidak salah juga teguran kawan ini, marilah kita duduk saja disini !"
Sudah tentu Jun-yan penasaran dimaki orang, malahan
hendak duduk bersama satu meja dengan orang itu. Tapi belum ia membantah Wi Ko sudah menariknya buat duduk dihadapan lelaki setengah umur itu.
Diluar dugaan, tiba2 lelaki itu membentak pula : "Enyah, disini bukan tempatmu !"
Karuan Jun-yan hampir meledak dadanya oleh kekurang
ajaran orang. Kontan makian2 yang lebih kotor hendak dikirim kealamat si-lelaki setengah umur itu, kalau tidak keburu terdengar suara Liok-hap-tongcu Li Pong dari meja samping:
"Tuan rumah sebentar akan keluar, maka para hadirin suka menghormatinya, janganlah bikin ribut dahulu. Harap kawan dari Pi-lik-pay suka tenang !"
Baru sekarang tahu sebab musababnya. Kiranya orang ini adalah dari golongan Pi-lik-pay, pantas sengaja cari-cari hendak bikin gaduh, sebab Ong Lui dari golongan "pukulan geledek" itu pernah dijatuhkan A Siu ditengah perjalanan tempo hari. Dalam pada itu Wi Ko sudah duduk dihadapan orang Pi-lik-pay itu terpaksa Jun-yan ikut duduk.
"Cayhe she Wi nama Ko, dan saudara ini Kah-lotoa,"
dengan tertawa Wi Ko lantas perkenalkan pada orang itu.
"Dan entah siapa nama Saudara yang terhormat?"
Karena yang bertanya adalah Wi Ko pula ditegur oleh Li Pong tadi maka orang itu tidak enak hendak umbar
amarahnya lagi, sahutnya, "Cayhe she Thio, bernama Tiong-pat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, kiranya sobat Thio," ujar Wi Ko.
Dan baru selesai dia berkata, se-konyong2 anak murid Pi-lik-cio In Thian-sang yang bernama Thiong-pat itu menjerit sekali, kedua tangannya yang menahan diatas meja sambil melototi Jun-yan tadi tahu2 terpental kebelakang, sampai balok kursi yang buat kursi duduknya juga ikut mencelat hampir menindih orang lain.
Perubahan ini benar2 datangnya sekonyong-konyong,
jangankan orang lain tak tahu apa-apa yang sudah terjadi, sampai Jun-yan pun tidak mengerti duduknya perkara.
Sebaliknya Wi Ko terus berkata lagi dengan tertawa : "Ah, kenapa kawan Thio kurang hati-hati !" Habis berkata, ia kebas lengan bajunya, Jun-yan ditariknya untuk menuju kemeja yang lain.
Karena Wi Ko membuka suara, barulah orang lain tahu
dialah yang menyebabkan Thio Tiong-pat terpental, tapi cara bagaimana melakukannya, orang2 itu sama bingung. Hanya tokoh2 seperti Thi-thau-to, Cio Ham, Boh-hoat Suthay, dan lelaki jelek yang mengaku bernama Hwe Tek serta Li Pong yang paham apa sebabnya Thio Tiong-pat roboh terpental, wajah mereka rada berubah dan saling berpandangan, nyata mereka dapat melihat ketika berduduk tadi, Wi Ko telah menahan meja juga dengan sebuah tangannya. Pasti pada saat itulah lwe-kangnya yang hebat terus melontarkan untuk menghantam Thio Tiong-pat hingga terpental oleh tenaga dalam yang maha hebat itu. Sungguh susah dipercaya
seorang muda sudah memiliki Lwekang setinggi itu. Dalam pada itu Thio Tiong-pat telah merangkak bangun, mukanya merah padam, mungkin sekarang sudah tahu rasa ia tak berani tinggal lama lagi, cepat saja ia lari turun gunung kangzusi.com sipat kuping.
Maka dengan lagak yang dibuat2, sengaja Jun-yan
mengerling sekelilingnya dengan jumawa. Ternyata diantara hadirin sebanyak itu, tak dilihatnya sang guru, yaitu ThongTiraikasih Website http://kangzusi.com/
thian-sin-mo Jiau Pek-king. Begitu pula A Siu masih tak kelihatan bayangannya. Segera iapun menanya Li Pong:
"Numpang tanya, Liheng, kenapa diantara hadirin sebanyak ini masih kurang lagi seorang tokoh yang terkenal ?"
"Siapakah yang Kah-laute maksudkan?" tanya Li Pong.
"Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king dari Jing-sia," sahut Jun-yan.
"O, kiranya Kah-laute kenal dengan Lau Jiau ?" ujar Li Pong.
"Ah, kami hanya sobat lama saja," kata Jun-yan sengaja membual. "Malahan banyak diantara kepandaian Lau Jiau diyakinkan ketika saling tukar pikiran dengan aku.'' meski bilang tukar pikiran waktu belajar, tapi dibalik kata2 itu seakan-akan bermaksud Jiau Pek-king yang belajar dari dia.
"O, kiranya begitu!" seru Li Pong, tapi diam-diam dalam hati ia merasa geli, ia pikir Kah Lotoa ini selalu suka menggoda orang, kini sengaja pula membual atas namanya Thong thian-sim mo Jiau Pek-king, pasti nanti kau akan tahu rasa.
Ternyata pikiran Li Pong itu bukannya tidak beralasan, sebab si lelaki bermuka jelek yang duduk diseberang Jun-yan yang dikenal sebagai Hwe Tek itu, sebenarnya Jiau Pek-king dalam penyamaran. Ilmu penyamaran Jun-yan dipelajari dari sang guru, sudah tentu penyamaran Jiau Pek-king itu jauh lebih susah dikenali Jun-yan. Sebaliknya Jiau Pek-king pun tidak nyana bahwa si Kah-lotoa yang jahil itu adalah muridnya, terutama si gadis itu berteman A Siu yang aneh.
Sementara itu karena kata2 tadi rupanya sangat menarik perhatian orang banyak, Jun-yan semakin mendapat angin, segera ia menyambung lagi; "Padahal Siau Jiau pakai julukan Thong thian-sin-mo, sebenarnya rada berlebihan, kata2
Thong-thian (mencakup jagat) masakan begitu mudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digunakan dia, sedangkan Tok-poh-kiang gun Lau Ki juga cuma menyebut dirinya "Gi thian" (kebanggaan jagat) saja !"
Sungguh terlalu berani pembualan Jun-yan, ia telah
menyebut Jiau Pek-king sebagai "Siau jiau" kecil, sebaliknya menyebut Ki Go-Thian sebagai Lau Ki atau Ki tua.
Karuan semua orang ikut tersentak oleh mulutnya yang besar itu.
Meski geli, akhirnya Hwe Tek alias Jiau Pek-king tulen itu, tidak tahan juga, katanya dengan dingin: "Entah kawan Kah ini berusia berapa sekarang, kenapa menyebut Thong-Thian sin-mo itu sebagai Siau Jiau?"
Memangnya sejak bertemu ditengah jalan Jun-yan sudah sirik terhadap lelaki bermuka jelek ini, kini orang lain tidak berani menanya, justru orang yang dibenci inilah yang buka suara, maka sahutnya dengan melirik hina : "Soal umur kenapa mesti heran" Dikalangan Bu-lim Sutit lebih tua dari Susiok juga tidak sedikit."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, jadi tingkatan saudara tentunya lebih tinggi dari Thong-thian-sin-mo ?" tanya Jiau Pek-king sengaja.
"Memang," sahut Jun-yan,"tingkatan kini memang selisih satu angkatan!"
Ternyata jawabannya ini ada benarnya juga. Dia
memangnya adalah muridnya Jiau Pek king, dan tingkatannya mereka jadi selisih satu angkatan. Cuma dari lagu suara jawabannya ini, bagi pendengaran orang lain menjadi seperti dialah yang lebih tua setingkat.
"Aha, jika begitu tentu saudara benar2 orang Bu-limcianpwe," kata Jiau Pek-king menjengek. "Marilah, biar kusuguh secawan sekedar sebagai penghormatanku."
Habis berkata, poci teh diatas meja terus diangkatnya, menyusul sedikit poci bergerak, tahu-tahu seutas air teh terus mancur dengan cepat dan kerasnya kesuatu cawan kosong diatas meja Jun-yan. Tenaga dalam yang diunjukkan oleh Jiau Pek-king ini, sungguh diantara hadirin itu tiada yang mampu melakukannya.
Karuan sekaranglah Jun-yan baru terkejut dan insaf
menghadapi seorang kosen. Pantas hari itu A Siu sudah memperingatkannya bahwa orang ini mempunyai Lwekang
yang tinggi. Kalau melihat kepandaiannya menyemburkan air dalam poci dengan tekanan tenaga dalamnya, terang ilmu kepandaiannya ini tidak dibawah gurunya sendiri, yaitu Thong-thian-sin-mo.
Teringat pada sang guru, hati Jun-yan menjadi tergerak.
Baru sekarang dia insaf kata2 bualannya benar-benar rada keterlaluan. Cepat ia berpura-pura berjongkok dan sekilas melirik ke kuduk kepala lelaki jelek itu.
Sungguh tak kepalang terkejutnya Jun-yan, ternyata
dikuduk kepala orang itu ada sebutir andeng-andeng merah besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Andeng2 demikian itu diketahuinya terdapat juga pada kuduk kepala sang guru. Maka teranglah tidak mungkin didunia ini ada dua orang yang serupa, tidak usah disangsikan lagi pasti orang yang dihadapannya ini adalah gurunya sendiri.
Apalagi bila sebentar sang guru juga hendak mengujinya dengan Lwekang, tentu celakalah baginya.
Sedang Jun-yan kerupukan sendiri, tiba2 terlihat tuan rumah yaitu Jing-ling-cu, sedang keluar dari kuilnya dengan wajah muram. Karena itu suara ramai tadi menjadi sirap, sebagai gantinya semua pandangan dipusatkan kepada imam itu.
Sudah sampai di-tengah2 orang banyak, Jing-ling-cu
memandang sekelilingnya, ia mendehem sekali, lalu dengan suara yang berat ia berkata. "Lebih dulu banyak terima kasih atas kedatangan para sobat. Adapun undangan Pinto kali ini tujuannya yalah supaya kita be-ramai2 mengenal sobat aneh dari Bu-lim yang luar biasa. Muka sobat ini sudah rusak dan sukar dikenali, entah tergoncang soal apa, sampai pikirannya juga kurang waras, malahan tak bisa bicara dan tak bisa melihat. Untuk ini Pinto telah minta dua bantuan dari tabib pandai yang kita sudah sama-sama mengenalnya; yaitu Cok-kak seng dan Siang Tim diantaranya berdua, akan tetapi kedua ahli ini kinipun angkat tangan tak berdaya, sekarang jalan lain tidak ada kecuali sobat ini dihadapkan pada para hadirin untuk bantu mengenalinya!"
Sebenarnya tanpa diminta semua hadirin itu pun sudah tahu maksud tujuan undangan Jing-ling-cu kepada mereka itu.
Yang mereka herankan yalah betapa hebatnya orang aneh itu, hingga kedua tokoh pertabiban seperti Ciok-kak-seng dan Siang Tim juga tak berdaya mendapatkan tanda2 asal-usul orang aneh itu.
Sementara itu dari dalam kuil tampak keluarlah seorang yang mukanya sangat menyeramkan, dibelakangnya ikut dua orang, yang satu lelaki dan yang lain wanita, mereka adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua tabib tersohor yang disebut tadi. Sedang orang berwajah jelek itu bukan lain adalah si orang aneh itu yang memiliki ilmu silat yang tinggi, tapi asal-usulnya masih menjadi pertanyaan itu.
Diam2 semua orang tercengang melihat muka orang aneh itu, mereka heran oleh sebab apakah hingga muka orang berubah begitu macam " Dan karena sudah begitu rupa, dengan sendirinya juga susah untuk dikenali lagi.
Sejenak kemudian terdengar Jing-ling-cu berkata pula dengan menghela napas: "Sobat aneh ini, bukan saja
Lwekangnya sudah sangat sempurna, bahkan terhadap ilmu tunggal dari golongan lain juga diyakini dengan baik. Cuma sayang, mukanya justru telah rusak begini rupa. Kini jalan lain tidak ada kecuali mesti minta bantuan para hadirin, mungkin diantara siapa2 yang dapat mengenalinya?"
Akan tetapi meskipun ucapan Jing-ling-cu itu diulang lagi, tetap tiada seorangpun yang tahu asal usul orang aneh itu.
Hanya Jiau-pek-king yang menyamar sebagai Hwe Tek itu, tampak berkedip dengan sinar mata yang berkilau, seperi tertarik oleh sesuatu.
Sampai lama sekali keadaan tetap hening, ketika tiba-tiba terdengar seorang berseru: "Tentang diri sobat aneh ini, barang kali aku tahu sedikitnya tahu persoalannya!"
Semua orang tercengang oleh seruan orang itu, pandangan mereka seketika diarahkan pada orang yang bersuara itu, ternyata ia bukan lain adalah si binal Lau Jun-yan.
Jing-ling-cu menjadi girang, tanyanya cepat: "Eh, jadi Kah-heng mengetahui seluk beluk sobat aneh ini, silahkan menerangkan lekas!"
Tapi Jun-yan sengaja jual mahal, dia melantur-lantur jauh dulu, habis itu baru bercerita apa yang pernah didengarnya dari A Siu tentang Ang Jin kin hingga ayah A Siu ikut tewas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedang Siang Hiap yang mukanya serta ditutupi selapis kain itu tanpa sengaja telah disingkap ibu A Siu dan dalam kagetnya Siang Hiap terus minggat entah kemana perginya.
"Darimana kau bisa tahu semua itu ?" tiba2 Jiau Pek-king menanya dengan sorot mata curiga.
Namun Jun-yan masih berlagak serba tahu, dengan ogah-ogahan baru dia menjawab : "tentu saja aku tahu, malahan aku tahu Ang Jing kin yang meninggalkan sang suami mencari obat akhirnya tewas ditepi sebuah kolam, disebelah lagi terdapat tiga kerangka tulang yang tak dikenal, dan pula tiga macam senjata aneh."
"Senjata macam apa ?" tanya Jiau Pek-king dan Li Pong berbareng.
"Katanya berbentuk gada yang disebut Tui hong-hoan,"
sahut Jun-yan. "He, itulah senjata tunggal milik Bong-san sam-sia !" seru beberapa orang diantara hadirin.
"Ya, jika begitu, apakah mungkin Ang Jing kin tewas
ditangan Bong-san-sam-sia itu ?" ujar Jing-ling-cu ragu-ragu.
"Benar, pasti begitulah soalnya," tiba-tiba dua orang Piauthau she Giam ikut menimbrung. "Dahulu ketika ditengah jalan, dalam suatu pengawalan Hunlam, pernah kami melihat Siang Hiap dan Ang Jing-kin berdua di-uber2 empat orang, kecuali Bong san-sam-sia, ada lagi yang kukenal sebagai Siau-yau-ih-su Cu-Hong-tin!"
Baru sekarang semua orang ingat pada Cu Hong-tin.
Aneh juga semua orang yang diundang semua sudah hadir, kenapa Siau-yau-ih-su itu tidak tampak batang hidungnya "
"Jika begitu, apakah sobat aneh ini adalah Sam-siang sin tong Siang Hiap"'' ujar-Jing-ling cu ragu-ragu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau mengingat kepandaian Siang Hiap, rasanya belum setinggi sobat aneh ini."
Pendapat Jing ling cu ini membikin semua orang ikut
bersangsi. Memang kalau melihat ilmu silat yang dimiliki orang aneh ini, terang tidak mungkin dapat dicapai oleh Siang Hiap yang mereka kenal. Dan selagi Jing-ling cu hendak menanya pula, tiba2 terdengar suara bentakan orang yang sangat keras seperti bunyi guntur: "Mana orangnya begitu berani menghina Pi-lik-pay kita " Sungguh celaka murid semacam kau ini, bikin malu melulu."
Menyusui mana, muncullah dari bawah tiga orang, dua
diantaranya bukan lain ialah Ong Lui dan Thio Tiong pat yang telah dibikin keok oleh A Siu dan Wi Ko itu, sedang seorang lagi sudah lanjut usianya, kepalanya botak, jidatnya lebar, matanya bersinar.
Melihat orang tua ini, seketika semua para hadirin hampir semua berdiri menyambut dengan hormat sambil menyapa :
"In locianpwe!"
"In-luheng!", "In-laupek!" dan macam2 panggilan lagi.
Kiranya dia bukan lain adalah Ciangbunjin dari pada Pi-lik-pay yaitu gurunya Ong Lui yang terkenal dengan pukulan geledeknya In Thian-sang.
Ia tidak begitu pusing akan panggilan2 orang itu, tapi hanya mengangguk-angguk acuh tak acuh. Habis itu terus menghampiri Jing-ling-cu, katanya sambil kiongchiu: "Jing-ling Totiang, maafkan atas kedatanganku yang ceroboh ini. Tapi betapapun aku anggap Toheng takkan berpeluk tangan nama baik adikmu ini dihina orang." Habis ini tiba2 ia membentak kepada Ong Lui berdua, "Mana orangnya yang coba-coba hendak menghancurkan pamor Pi-lik-pay kita" Kenapa kalian bungkam saja?"
Sambil celingukan kian kemari Ong Lui mendapatkan Jun-yan dalam penyamaran itu, katanya pada sang guru. "Inilah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keparat itu ! masih ada lagi seorang lebih muda, entah sembunyi kemana batang hidungnya sekarang tak kelihatan!"
"Ya, dan ini pula yang satu yang telah main bokong itu!"
sahut Thio Tiong-pat.
Kiranya In Tiang-sang ini sangat dihargai didalam Bu-lim berhubung budi luhurnya, cuma ada satu kekurangan yalah suka membela orang sendiri peduli salah atau benar. Sampai anjing piaraannya tidak boleh disentuh orang. Apalagi kini dua muridnya yang dihina dan dikecundang orang, karuan ia sangat murka.
"Hm, kiranya hanya demikian ini macamnya," jengeknya kemudian kearah Jun-yan dan Wi Ko. "Jika kalian sudah berniat akan menghancurkan nama baik Pi-lik-pay, marilah kenapa tidak lekas ikut kebawah gunung sana?" Nyata ia masih mengindahkan Jing-ling-cu sebagai tuan rumah dan tidak mau mengacaukan pertemuan orang banyak itu, maka menyuruh Jun-yan berdua ikut kebawah gunung untuk
membikin perhitungan.
Namun Jing-ling-cu mencoba melerainya, katanya: "Inheng, harap sabar ! Kedatanganmu ini sangat kebetulan, mungkin kau akan membantu mengenali sobat aneh itu
sebagai Sam-siang-tong Siang Hiap dahulu ?"
"Siang Hiap ?" mau tak mau In Thian-sang menegas dengan heran. "Mana mungkin mukanya berobah begini ?"
"Ya, air mukanya sebab apa telah menjadi begitu rupa,"
kata Jing-ling-cu. "Tapi sobat ini benar-benar luar biasa, berbagai ilmu silat dari segala aliran yang paling lihay dimilikinya. Boleh jadi pukulan geledek dari In-heng juga dipelajarinya."
"Ah, omong kosong," sahut In-thiang-san, "Sudahlah, silahkan kalian urus persoalanmu sendiri. Aku sendiri biar bikin perhitungan dulu dengan kedua bocah ini, maafkan kalau aku mesti bikin ribut didepanmu ini!" Habis itu, tiba-tiba ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menatap Jun-yan dan Wi Ko pula sambil membentak:
"Binatang kecil, kenapa tak lekas turun gunung "''
Betapapun sabarnya Wi Ko, akhirnya ia mendongkol juga.
Sambil mengkerut kening, segera ia menyindir: "In-locianpwe, dengan kedudukanmu di kalangan Bu-lim yang terhormat, kenapa kelakuanmu pun seperti tukang pukul gembereng dijalan raya ?"
In Thian-sang menjadi murka oleh olok2 itu, bentaknya gusar: "Kurang ajar benar! Kalau aku tidak memberi hajaran padamu, tentu kau belum kenal tingginya langit dan tebalnya bumi!"
Habis bersuara, tahu-tahu orangnya sudah menubruk maju.
Namun Wi Ko dan Jun-yan sudah siap siaga, cepat mereka yang menjadi sasaran menghindar, "krak, krak", kursi-kursi itu seketika hancur kena gabrukan tangan ln Thian-sang yang luar biasa itu.
"Eh, eh, kiranya In-locianpwe hendak membawa kursi
kebawah gunung" Silahkan!" masih Jun-yan berolok-olok sambil tertawa dingin.
Tapi tiba2 angin pukulan geledek telah menyambar lagi kearahnya, ternyata In Thian-sang telah melontarkan pukulan pula. Baiknya Wi Ko keburu menarik Jun-yan kepinggir, sekali ini meja besar dihadapan mereka yang menjadi korban terus mencelat persis ketempat duduknya Jiau Pek-king.
Begitu hebat dan keras samberan meja itu, orang lain kalau tidak mampus, tentu akan babak belur ketimpa meja nyasar itu, namun tanpa menoleh sedikitpun, begitu meja itu mendekat, Jiau Pek-king hanya jentikkan jarinya ke samping hingga meja itu menyambar kembali ke arah In Thian-sang.
Lekas2 jago tua ini memukulkan kedua tangannya, maka terdengarlah suara gedubrakan yang keras, meja itu telah hancur kena dipukul geledeknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
In Thian-sang terkesiap, ia memandang sekejap kearah Jiau Pek-king, ia heran seorang bermuka jelek itu memiliki Lwekang sebegitu tingginya. Rasanya selama ini tak pernah didengar dan dikenalnya. "Hm, hebat juga kepandaian
saudara, sebentar lagi bila perlu akupun akan belajar kenal,"
jengeknya kemudian.
Lekas2 Jing-ling-cu mendekati In Thian sang dan
membisikinya; "In-heng, harap kau jangan salah mata, dia adalah samaran Lau Jiau, masakan sobat lama tak dikenal lagi
?" Mendengar itu In Thian-sang menjadi kaget, la pandang sekejap pula kearah Jiau Pek-king lalu bungkam tak berani garang lagi. Betapapun asemnya In Thian-seng terhadap momok seperti Thong-thian-sin-mo itu, mau tak mau iapun rada jeri.
Dalam pada itu Jing-ling-cu lantas bertanya pula pada Jun-yan: "Jika menurut cerita Kah-heng tadi jadi sobat ini adalah Siang Hiap. Tetapi sebab apa mukanya menjadi begitu rupa, apakah Kah-heng juga dapat memberi keterangan?"
Tapi belum juga Jun-yan menjawab sekonyong-konyong
wajah Jing-ling-cu berubah, begitu pula Jiau Pek-king, Li Pong, In Thian-sang dan gembong gembong lainnya.
Kiranya pada saat itulah, dari bawah gunung tiba-tiba terdengar semacam suara yang sangat aneh, suara itu
panjang melengking lambat tapi nyaring sekali, hingga seperti bunyi suara ditepi telinga yang mendengarnya.
Segera para gembong persilatan itu dapat menduga bahwa gerungan suara siapakah itu. Tentu bukan lain adalah Tok-poh-kian-gun Ki Go-thian.
Terpengaruh oleh suara itu segera ada beberapa orang yang bernyali kecil hendak mengeloyor pergi. Tapi belum sampai mereka melangkah, tiba2 terdengar suara bentakan :
"Siapapun tidak boleh angkat kaki !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyusul mana dari bawah gunung muncul seorang Thauto yang bertubuh tinggi besar dengan lagak congkak. Begitu melihat, Jun-yan menjadi geli sebab segera dikenalinya Thauto itu bukan lain adalah Ngo seng yang pernah digodanya tempo hari. Diam2 ia metertawai lagak Ngo-seng yang tengik itu, ia pikir sebentar lagi Thauto itu kudu diberi rasa lagi supaya kapok. Tapi iapun teringat akan komplotan Ngo-seng bernama Ki Go-thian yang akan datang ke Ciok-yong-hong. Terutama kepandaiannya Ki Go-thian yang sudah diketahuinya itu, mau tak mau hatinya menjadi kebat kebit.
Sementara itu ia lihat Ngo-seng sedang sesumbar pula :
"Nah, dengarlah semua orang! Sebentar lagi Ki Go-thian, Ki-locianpwe akan tiba, beliau suruh aku datang memberitahukan lebih dulu, supaya kalian bersiap-siap menyambut atas kedatangannya !"
Melihat murid durhaka seperguruannya sekarang unjuk
lagak sedemikian menjemukan di hadapan orang banyak, Thi-thau-to dari Ngo tai san ini menjadi murka, bentaknya :
"...Ngo-seng, tutup bacotmu ! Kau masih kenal aku tidak "
Sejak kau merat, aku sangka akan insaf kejalan yang benar, siapa tahu kau justru makin mengganas. Hari ini biarlah aku membikin pembersihan lagi perguruan sendiri!" sambil berkata, ia terus mendekati Ngo-seng.
Mendengar suara itu bukan lain adalah Suhengnya sendiri yang selama ini menjadi musuh besarnya, Ngo-seng malah bergirang, ia pikir tibalah sekarang saatnya melampiaskan rasa dendamnya. Maka dengan bergelak tertawa segera ia balas mengejek : "Hahaha kiranya kau Lauti. Benar juga ucapanmu tadi memang sudah waktunya bikin pembersihan pada
perguruan kita, cuma tergantung siapakah yang harus
dibersihkan " Marilah maju !" Habis berkata, ia ber-siap2
untuk menyerang.
Sebagaimana sudah diceritakan, Ngo-seng dan Thi-thau-to sebenarnya adalah saudara seperguruan. Kalau bicara tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bakat, Ngo-seng masih jauh lebih tinggi dari Suheng, yaitu Thi-thau-to. Tetapi sebelum tamat belajar, guru mereka sudah dapat mengetahui jiwa Ngo seng yang jahat. Maka tidak seluruh kepandaiannya diajarkan padanya. Hal inilah
menimbulkan rasa dendamnya Ngo seng, begitu suhunya
wafat, ia mengambil lari kitab pusaka perguruan, yaitu ilmu Tay-lik-eng-jiau-hoat, cakar elang bertenaga raksasa, yang diandalkan Ngo-tay-pay itu.
Setelah berhasil diyakinkan ditempat terpencil, maka makin mengganaslah Ngo-seng didunia Kangouw.
Kini dihadapan sang Suheng yang dipandang bukan
tandingannya itu, apalagi sebentar lagi Ki Go-thian akan tiba juga, sama sekali Ngo-seng tidak gentar.
Sebaliknya mendengar sesumbarnya Ngo-seng tadi, Thithau-to tak bisa menahan gusarnya lagi, segera ia mendahului menghantam ke dada, Ngo-seng berkelit kesamping kiri. Tapi tak terduga perubahan serangan Thi-thau-to sangat cepat, sekali pukul tidak kena, sedikit melangkah maju, segera sikut kanan dibuat menyikut kelambung musuh lagi.
Serangan Thi-thau-to itu disebut "Jian-kian jun-tui" atau sikutan seribu kati, kalau kena mungkin tulang iga Ngo-seng akan ambrol semua. Namun Ngo-seng sekarang bukan lagi Ngo-seng dahulu, mendadak ia mengegos sedikit, berbareng kelima jari tangan kiri terus mencengkeram kepundak Thi thauto dengan kecepatan luar biasa.
Begitulah kedua seteru bekas saudara seperguruan itu serang menyerang dengan sengit. Kekuatan kedua orang ternyata seimbang, tapi Thi thau-to juga memusatkan
keunggulannya pada menyerang, maka terjadilah keras lawan keras.
Sewaktu Ngoseng hendak melontarkan hantamannya pula
kepundak lawan, tapi secepat itu pula Thi-thau-to ayun tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memapak kedepan maka terjadilah tangan beradu tangan dan dua orang sama2 tergetar mundur beberapa tindak.
Dan Ngoseng hendak menubruk maju lagi, tiba2 sesosok bayangan berkelebat, tahu2 dihadapannya sudah
menghadang seorang bermuka jelek. Tanpa pikir Ngo-seng telah mencengkeram pula sekuatnya kepinggang orang
dengan maksud sekaligus menundukkan perintang itu.
Tak terduga gerak orang itu ternyata cepat luar biasa, seakan2 Ngo-seng merasa pergelangan tangan sendiri
kesemutan, tanpa diketahui bagaimana cara orang itu
menggerakkan tangannya, tahu-tahu "Yang Kok-hiat"
dipergelangan tangan terjentik hingga tenaga cengkeraman tadi seketika tak bisa dikeluarkan lagi.
Sungguh tidak kepalang terkejutnya Ngo-seng, belum sekali gebrak dirinya sudah diatasi seorang lelaki jelek itu, sedangkan Ki Go-thian yang menjadi andalannya entah kapan baru akan unjukkan diri. Namun begitu, segera ia membentak
: "Siapa kau ?"
"Siapa diriku, tidak perlu tahu," sahut orang itu yang bukan lain dari Jiau Pek-king, "Yang kuhendak tanya yalah kau tadi bilang Ki Go-thian akan berkunjung kemari, lalu apa tujuan dan pesannya kepadamu ?"
Mendengar orang bertanya tentang Ki Go-thian, hati Ngoseng menjadi besar lagi, jawabnya segera: "Hm, kiranya kaupun mengerti tentang Ki-locianpwe. Dia bilang sebentar datang, kalian harus menyambutnya dengan berlutut dan angkat dia sebagai "Bu-lim-ci-cu" (yang dipertuan agung dari dunia persilatan ) !"
-o0dw.kz-hendra0oTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10 TAK ia duga, belum lama lenyap suaranya tahu2
pandangannya menjadi kabur, insaf keadaan bakal celaka, maksudnya ia segera hendak angkat tangan menangkis, tetapi sudah terlambat, "plak-plak-plak", pipinya telah kena diberondong beberapa kali tamparan oleh Jiau Pek-king.
Memangnya Jiau Pek-king sudah benci akan
kesombongannya Ki Go-thian, tetapi juga gentar pada
kepandaiannya yang memang tiada bandingannya. Kini
melihat cecunguk macam Ngo-seng, juga berani main gila dihadapan orang banyak, segera hawa amarahnya
ditumplekan atas diri Ngo-seng dan memberi persen beruntun yang disebut "Bu-heng-jiu" atau pukulan tanpa kelihatan, yaitu cepat, jitu dan keras.
Karuan Ngo-seng seperti sigagu menelan getah, menderita tak bisa bicara. Begitu kesakitan pipinya yang terkena tamparan itu matanya se-akan2 berkunang dan kepalanya pusing tujuh keliling.
Dalam keadaan begitu Ngo-seng menjadi kalap, ia
mengerung seperti orang gila, kedua tangannya terus
mencengkeram serabutan kedepan sambil memejamkan mata menahan rasa sakit di pipi. Akan tetapi meskipun dua tangannya meraup tiada hentinya kedepan, toh ujung baju lawannya saja tak bisa disentuhnya.
Saat itulah dia dengar suara ter-bahak2 banyak orang geli bila ia membuka mata, ia sendiri menjadi jengah. Kiranya Jiau Pek-king sudah berdiri dua meter jauhnya disana sebaliknya dia masih terus mencengkeram serabutan tentu saja seperti orang gila hingga menjadi buah tertawaan orang.
Dari malu Ngo-seng menjadi murka, kembali dia
merangsang maju lagi, tangan kanannya mencakup dari
samping dan tangan kiri mencengkeram. Tapi dengan gesit Jiau Pek-king memberosot lewat dibawah bahunya, malahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teIah ayun kakinya mendepak sekali kebebokongnya hingga kembali Ngo-seng terhuyung2 kedepan hampir-hampir
mencium tanah. Karuan bergemuruh lagi seketika suara tertawa geli orang banyak.
Alangkah murkanya Ngo-seng karena dibikin malu begitu rupa oleh Jiau Pek-king, mendadak ia balik tubuh, dari bajunya dilolosnya sepasang benda hitam gelap, dengan sorot mata berapi ia membentak: "Keparat! biarlah aku adu jiwa denganmu."
Waktu semua orang menegas, kiranya benda hitam gelap itu adalah sepasang Eng-jiau atau cakar elang terbuat dari besi yang panjang besar, cakar elang itu tajam terbuka.
Dipangkal cakar itu terdapat sebagian gagang untuk
pegangan. Melihat cakarannya yang gilap lain dari yang lain itu, terang telah terendam dengan racun yang sangat jahat.
Dalam pada itu Ngo-seng telah menyerang pula dengan
geramannya, sebelah cakar elang besi itu dicakupkan keatas kepala Jiau pek-king, sedang senjata lainnya terus menyodok keperut.
Melihat senjata yang aneh dan berbisa ini, Jiau Pek-king tak berani gegabah, lekas ia melompat menghindar.
"Jiau-heng, waktu sudah mendesak, tak perlu menggoda tikus lebih lama lagi !" seru Li Pong tiba2.
Dengan peringatan itu, Jiau Pek-king dapat mengerti sudah hampir waktunya Ki Go-thian akan tiba, hatinya tergerak tiba2, serunya : "Coba pinjam golokmu !" Tapi belum Li Pong menyahut, mendadak Jun-yan telah mendahului berteriak,
"Pakailah pedangku saja!"
Menyusul mana melirik sinar hijau terus berkelebat
menyamber kearah Jiau Pek-king. Sekali tangan Jiau Pek-king
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meraup, tahu2 tangannya sudah memegang sebatang
pedang, itulah Tun-kau-kiam milik Jun Yan.
Pada saat itu tepat Ngo-seng lagi menyerang pula dengan cakar elangnya dari atas kepala, tanpa pikir lagi Jiau Pek-king ayunkan pedangnya menangkis keatas. "Cring !" tahu2 senjata andalan Ngo-seng itu terasa enteng, untuk sedikit Ngo-seng terkesima, tapi segera dapat dikenali pedang itu seperti senjata yang pernah digunakan Jun-yan tatkala ber-sama2 A Siu melawan Ki Go-thian tempo hari. Tanpa merasa,
tercetuslah makian dari mulutnya : "Lou Jun-yan, kiranya kau budak hina-dina inipun berada di sini!"
Sebenarnya maksud Jun-yan hendak melemparkan pedang
kepada sang guru, maksudnya agar Jiau Pek-king bisa lekas2
bereskan pengacau itu, tak terduga rahasianya malah kena dibongkar oleh Ngo-seng, karuan hatinya tercekat.
Benar saja demi mendengar Ngo-seng menyebut namanya
Jun-yan, segera Jiau Pek-king pun tersadar, ia melotot sekali kearah Jun-yan dan mengomel : "Hm, kau budak setan ini, sungguh besar amat nyalimu!"
Habis itu, ia cepat sekali tusukan kearah Ngo-seng. Lekas2
Ngo-seng menangkis dengan cakar elangnya yang panjang.
Dalam keadaan begitu, yang dia harap hanyalah selekasnya Ki Go-thian bisa datang untuk melepaskan dia dari ancaman bahaya. Akan tetapi, semakin hatinya gopoh, semakin kacau pikirannya. la menjadi lupa barusan cakar elangnya itu kena terpapas oleh pedang lawan, sekarang dibuat menangkis, karuan untuk kedua kalinya senjatanya terkutung sebagian lagi. Dalam kagetnya Ngo-seng terus melompat mundur
setombak lebih.
Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat betapa tajamnya pedang itu, Jiau Pek-king
sendiripun terpesona, diam2 iapun memuji : "Pedang bagus !"
Ia tidak lantas merangsek lagi, meskipun Ngo-seng telah melompat mundur, sebaliknya ia telah menyentil batang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedangnya hingga mengeluarkan suara nyaring gemerincing, ketika ia memeriksa huruf2 yang terukir digagang pedang, seketika ia terkesima dan berdiri terpaku ditempatnya seperti patung.
Sesudah melompat mundur tadi, sebenarnya Ngo seng
terus hendak melarikan diri untuk menyongsong datangnya Ki Go-thian. Tapi dilihatnya Jiau Pek-king seperti orang linglung sambil memandangi pedang yang dipegangnya sendiri dan berdiam kaku seperti orang lupa daratan, ia menjadi girang, sudah tentu kesempatan itu tak di-sia2kan, se-konyong2 ia melompat maju lagi, sebelum senjata cakar elangnya yang masih ada itu terus mencengkeram keatas kepalanya Jiau Pek-king.
Semua orang cukup kenal dengan ilmu silatnya Jiau Pek-king untuk menandingi seorang Ngo-seng terang masih ber-lebih2an. Tapi merekapun heran ketika melihat iblis persilatan itu mendadak terpesona oleh tulisan diatas pedang, sementara itu serangan Ngo-seng sudah dekat dibatok kepalanya, dan dia masih ter-menung2 seperti tidak berasa. Baru sekarang semua orang terkejut, terutama Liok-hap-tong-cu Li Pong yang paling karib hubungannya dengan Jiau Pek-king menjadi kuatir. Akan tetapi untuk maju menolong terang tidak keburu lagi, jalan satu2nya, cepat ia meloloskan golok pusakanya
"Pek-lin-sin-to" terus ditimpukkan kearah Ngo seng.
Tak tersangka, baru saja goloknya melayang terlepas dari tangan, mendadak ada suara bentakan seorang yang keras, satu bayangan telah melesat kedepan secepat kilat, sampai ditengah jalan, Pek-lin-to telah disambernya ditangan dan orangnya masih melesat maju terus.
Diam-diam Li Pong mengeluh, golok yang ditimpukkan
untuk menolong Jiau Pek-king itu telah kena disambar orang, pasti sekali ini Lau Jiau Pek-king tak bisa terhindar nasib malang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diluar dugaannya, sekonyong-konyong sinar tajam
berkelebat, menyusul terdengarnya "cring cring" yang nyaring, pada saat cakar elang Ngo seng sudah hampir berkenalan dengan batok kepalanya Jiau Pek-king, tahu-tahu sesosok bayangan berikut sinar golok terus tiba menubruk, sekali sinar golok berkelebat, tahu-tahu cakar elang Ngo-seng terkutung pula. Malahan terus terdengar suara jeritan ngeri, sesosok tubuh kontan terpental pergi hingga jauh dan jatuh telentang tak berkutik.
Tubuh yang terpental itu adalah bukan lain Ngo-seng
sendiri. Waktu orang mengawasi bayangan orang tadi, kiranya
bukan lain adalah Wi Ko.
Baru sekarang Li Pong menghela napas lega. Apabila ia pandang Jiauw Pek-king pula, ia lihat iblis itu masih tetap berdiri terkesima di tempatnya sambil meng-amat2i
pedangnya yang dipegang itu. Apa yang terjadi disampingnya barusan itu seperti sama sekali tidak diketahuinya.
Wi Ko sendiri terus mendekati Ngo-seng yang menggeletak kena tendangannya tadi, ia lihat paderi durhaka itu napasnya sudah kempas-kempis tinggal menunggu ajalnya. "Ngo-seng, inilah ganjaranmu yang setimpal dari pada semua kejahatan yang pernah kau lakukan !" jengek Wi Ko kemudian.
Belum lagi suaranya lenyap, tiba2 didengarnya Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2nya sama berseru kaget : "Lo-mo-thau, apa yang telah kaulakukan!"
Waktu Wi Ko menoleh, ia menjadi kaget sekali, kiranya pada saat itu Jiau Pek-king sedang memburu kearah Lou Jun-yan sembari ayun pedangnya untuk dipergunakan menusuk.
Melihat gerak serangan Jiau Pek-king itu bukan gertakan belaka, Wi Ko terkejut, cepat ia melesat memburu dan mendahului menghantam kepunggungnya Jiau Pek-king.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun mendadak Jiau Pek-king memutar tubuhnya,
beruntun-runtun pedangnya menusuk dan membabat tiga kali hingga Wi Ko terpaksa ayunkan Pik-lin-to tadi untuk
menangkis. Kontan saja Wi Ko tangannya merasa kesemutan, sekejap itulah Jiau Pek-king sempat melompat ke depan lagi mendekati Jun-yan sambil mcncengkeram dengan sebelah tangannya.
Untuk mencegah, terang-tidak keburu, maka para jagoan yang menyaksikan itu tinggal melongo saja. Jun-yan sendiri terkesima saking kagetnya, ketika melihatnya kelima jari tangan sang guru sudah merangsang tiba, tanpa merasa ia terus berteriak : "Suhu, aku akulah Jun....."
"Ya, aku tahu kau siapa," sahut Jiau Pek king, "dan akupun ingin tahu pedangmu itu berasal dari mana "!"
Sambil meringis kesakitan karena pundaknya dicengkeram sang guru, Jun-yan menjawab terputus-putus :
"Diwilayah......wilayah Biau kangzusi.com ".."
Tapi baru sekian ucapannya, tiba2 suara melengking tajam yang berkumandang tadi bergema pula dengan kerasnya
hingga telinga semua orang seakan-akan pekak.
Mau tak mau Jiau Pek-king melepas tangan dahulu. Ia tahu sebentar lagi Ki Go-thian tentu akan muncul. Ketika ia berpaling memandang Jing-ling-cu dan lain2, ia lihat semua tokoh itu berwajah tegang, Hanya si orang aneh yang air mukanya sudah rusak itulah yang tidak menunjukkan suatu perasaan.
Dan selagi hendak membuka suara, se-konyong2 suatu
bayangan berkelebat, dari bawah telah meloncat seseorang.
Karena datangnya orang itu mendadak sehingga semua
orang terkejut, mengira kalau Ki Go-thian yang telah tiba.
Ternyata orang yang datang mendadak ini bukan lain
daripada Siau-jau-ih-su Cu-hong-tin. Yang paling mengejutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yalah seluruh badan Cu-hong-tin berlumuran darah, suatu tanda terluka sangat parah.
Dengan sempoyongan Cu Hong-tin paksakan diri berjalan maju, ia celingukan kian kemari, ketika melihat orang aneh itu, cepat berlari mendekati seperti orang kesetanan. Tapi belum lagi mendekat, ia sudah tidak tahan dan ngusruk jatuh sembari memuntahkan darah.
"Cu-toheng, kau..." Jing-ling-cu menanya.
Tapi belum habis ucapannya, tiba2 terlihat Cu Hong-tin paksakan diri merangkak terus merayap kehadapan orang aneh itu, katanya dengan suara tak lampias : "Siang....Siang heng....maafkan atas dosaku....ini karena cemburu akan cintamu pada....Jing Kin, maka aku telah....telah bersekongkol dengan Bong-san-sam-sia dan mencelakai kau
hingga.....hingga begini rupa, tetapi.....tetapi toh aku tidak mendapatkan.....mendapatkan Jing-kin....hahaha,..hehehe"
sampai disini, tiba2 napasnya menjadi lemah, sekali kepalanya menunduk, maka putuslah nyawanya.
Cepat Jing-ling-cu mendekati dan memeriksa, tapi jiwa Cu Hong-tin memang sudah melayang.
"Sungguh aneh," ujar Li Pong. "Jika menurut kata2 Cu Hong-tin tadi, jadi dia sudah kenal dengan sobat aneh ini sebagai Sam-siang sin-tong Siang Hiap, tapi tempo dulu waktu bertemu kenapa sama sekali tak dikatakannya."
"Li-heng, bukankah kau mendengarkan pengakuannya tadi bahwa dia yang mencelakai sobat aneh ini dengan sekongkol bersama Bong san-sam-sia tentu saja dia tak berani mengaku waktu itu," kata Jing-ling-cu.
"Benar," timbrung Jun-yan. "Makanya tempo dulu waktu berkumpul disini, secara tiba-tiba Cu Hong-tin itu terus melarikan diri dengan ter-gesa2 kiranya memang ia telah berbuat dosa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh rendah kelakuan manusia demikian ini !"
dampratnya Wi Ko sambil mendekati mayat itu terus didepak kebawah jurang.
"Tendangan bagus," tiba2 seorang berseru memuji dengan nadanya yang melengking.
Karena suara yang lain daripada yang lain itu, seketika semua orang berpaling. Dan mereka menjadi kaget ketika tahu2 melihat ada seorang setengah umur dengan dandanan yang sangat necis sudah berduduk disatu kursi. Orang itu duduk tenang dengan wajahnya yang senyum bukan, gusar tidak, matanya setengah meram melek, tapi menyorotkan sinar tajam.
Sungguh tidak terkatakan terkejutnya semua orang, sebab bagi Jing-ling-cu, Li Pong, Jiau Pek-king dan jago2 kawakan sama mengenali orang itu bukan lain adalah Tok-poh-kian gin Ki Go-thian yang menggentarkan itu.
Dibawah pengaruh perbawa Ki Go-thian, suasana menjadi sunyi senyap, tiada seorangpun berani buka suara, bahkan bernapaspun ditahan.
Dalam pada itu sinar mata Ki Go-thian yang tajam itu telah menyapu rata semua orang yang hadir disini, katanya
kemudian : "Hm, banyak juga yang datang, ada beberapa muka baru tampaknya! Dan dimanakah Siau Jiau?"
Rupanya dia tak mengenali Jiau Pek-king yang sudah
menyamar itu. Dan beberapa muka baru yang dimaksudkan itu dengan sendirinya meliputi Jiau Pek-king dan Lou Jun-yan yang menyamar, serta Wi Ko. Nyata daya ingatan Ki Go-thian memang sangat kuat, meskipun berselang puluhan tahun, namun muka-muka lama seperti In Thiang-sang, Thi-thauto dan lain-lain yang pernah dilihatnya masih belum terlupa, dari ini dapat dimaklumi kalau memang dia mempunyai otak tajam.
Sedangkan yang ditanya melulu olehnya Jiau Pek-king sendiri, suatu tanda orang-orang lain sama sekali tak terpandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelah mata olehnya, hanya Jiau Pek king saja sedikitnya masih dihargainya.
Dilain pihak Jing-ling-cu, Li Pong diam-diam berdebar-debar, mereka tidak sanggup membayangkan entah apa yang akan terjadi dengan datangnya iblis besar itu.
Benar saja segera terdengar Ki Go-thian mulai buka suara dengan sikap yang angkuh dan sombong : "Jing-ling-cu, kabarnya kau yang menjadi promotor mengundang semua
orang Bu-lim ini kemari, tentu kau sengaja hendak
menghadapi kedatanganku ini bukan ?"
Diam-diam Jing-ling-cu berkeringat dingin, tidak diduga bahwa orang bisa menanya demikian padanya. Namun begitu, meskipun jeri pada Ki Go-thian, Jing-ling-cu bukan manusia pengecut, walaupun nanti akan menerima segala akibat buruk tapi sebagai seorang ksatria, Jing ling-cu rela menghadapinya.
Maka dengan gagah berani segera iapun menjawab :
"Pertanyaan Ki-locianpwe ini membikin Cayhe tidak mengerti.
Adapun berkumpulnya para kawan ini disini adalah memang atas undanganku, tetapi dikatakan untuk menghadapi
kedatangan Ki-locianpwe, inilah yang agak mengherankan?"
Jun-yan menjadi geli mendengar tanya jawab itu, sebab dia tahu kedatangan Ki Go-thian keatas Ciok-yong-hong ini tak lain tak bukan adalah gara2nya tempo hari bersama A Siu.
Sudah tentu Jing-ling-cu merasa bingung oleh dakwaan Ki Go-thian itu.
Dalam pada itu Ki Go-thian telah berkata pula : "Hal itu sementara ini tak perlu aku usut lebih jauh. Yang pasti sekarang yalah maksud kedatangan tentulah sudah kalian ketahui. 30 tahun yang lalu aku telah berjanji untuk muncul kembali pada Siau Jiau, dan sekarang dia sendiri ketakutan sampai batang hidungnya tidak kelihatan. Baiklah, untuk menepati janji itu, sekarang juga aku memberi kesempatan kepada siapa2 diantara kalian untuk maju unjukkan
kepandaian apa yang dimilikinya, apabila tiada nilainya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat kupandang, hayolah lekas kalian berlutut menyembah padaku sebagai Bu lim-ci-cun !"
Sungguh tidak kepalang mendongkolnya Jing ling-cu hingga mukanya merah padam. Tapi sebelum ia menyahut, disebelah sana tiba2 seorang yang sedang tertawa terkekeh-kekeh.
"Siapa kau ?" bentak Ki Go-thian dengan murka. "Apa yang kau tertawakan ?"
"Ah, cayhe hanya seorang Bu-beng-siau-cut (Perajurit tak bernama) rasanya tiada harganya untuk dikenal Ki locianpwe,"
sahut orang itu bukan lain dari pada Wi Ko. "Tentang gelaran Ki-locianpwe tadi yang menganggap diri sendiri Bu-lim ci-cun, Cayhe menjadi heran siapakah yang menganugerahkan pada Ki locianpwe. Padahal menurut pengetahuanku sejak dulu kala hingga kini, sampai Tat-mo Cuncia, Thio Sam-hong dan tokoh-tokoh lain yang menjagoi dijamannya juga tiada yang berani menerima gelaran itu. Maka Ki locianpwe sukalah memikir lebih panjang akan soal ini."
Gusar sekali Ki Go-thian ada orang yang berani
membangkang keinginannya. Tetapi lahirnya tenang2 dan dingin2 saja, sahutnya kemudian dengan kalem: "Jadi
menurut kau, aku tidak sesuai untuk memperoleh gelar Bulim-ci-cun itu ?"
Namun Wi Ko hanya tersenyum saja tidak menjawab.
Karuan Ki Go-thian bertambah murka. "Keparat," ia memaki, "bolehlah kau mencoba apakah aku sesuai menjadi Bu-lim-ci-cun atau tidak ?"
Habis berteriak, mendadak orangnya bersama kursinya
terus meloncat keatas hingga membawa samberan angin
santar, ketika kursinya menurun dan tegak diatas tanah lagi, jaraknya dengan Wi Ko sudah tinggal beberapa kaki saja jauhnya. Menyusul mana sebelah lengan bajunya Ki Go-thian mendadak mengebaskan kedepan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wi Ko insyaf apabila terkena oleh tenaga kebasan gembong persilatan itu, pasti tubuhnya akan me-layang2 kebawah jurang seperti layangan putus benangnya. Maka ia tidak berani menahannya berhadapan, lekas2 ia mengiser kesamping hingga samberan angin kebasan itu menyerempet lewat diatas kepalanya. Begitu keras angin itu hingga muka Wi Ko sampai merasa panas pedas.
Lekas2 Wi Ko hendak berlindung dengan meng-aling2kan tangan kemukanya sendiri, tapi terdengar Ki Go-thian tertawa dingin sekali, menyusul kebasan lengan baju yang lain sudah tiba lagi.
Sungguh tidak diduga Wi Ko bahwa kebasan lawan bisa
begitu cepat lagi luar biasa kekuatannya, ketika hendak berkelit pula, tak urung tubuhnya tergoncang pergi hingga lebih setombak jauhnya.
Melihat Wi Ko terancam, terpaksa jago-jago lainnya tidak bisa tinggal diam, segera Li Pong dan Boh-hoat Taysu memburu maju, sekali Li Pong memutar goloknya Pek-lin-to, seketika sinar kemilauan berhamburan keatas kepalanya Ki Go-thian.
Sedangkan Boh-hoat Taysu pun ayun kebutnya hingga bulu kebut itu mekar bagaikan setangkai bunga raksasa terus mencakup kemuka Ki Go-thian. Begitu hebat dan cepat
serangan kedua tokah Khong-tong-pay dan Go-bi-pay, bagi orang lain, pasti susah menghindarkan diri dari serangan berbareng itu. Tetapi Ki Go-thian memang tidak malu sebagai seorang gembong yang disegani, mendadak ia tertawa
panjang, tahu-tahu orangnya berikut kursinya terus membal kebelakang, hingga susah diketahui cara bagaimana ia dapat menembus sinar golok dan kebut itu mengurung keatas
kepalanya itu. "Hahaha!" Ki Go-thian tertawa sesudah menurun kembali ditempatnya semula, katanya; "Hanya dengan kepandaian seperti kalian ini mau melawan aku" Haha lebih mirip seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
capung menubruk cagak belaka. Namun sebagai seorang yang dipertuan agung didunia persilatan, tidak mau aku
sembarangan turun tangan, biarlah kalian yang mesti menilai kekuatan masing-masing sendiri. Bila mau, tiada seorangpun diantara kalian yang sanggup menahan sekali hantamanku.
Sekarang apa yang akan kalian katakan lagi" Kenapa tidak lekas menyembah padaku?"
"Keparat, jahanam!" se-konyong2 terdengar suara makian orang. Menyusul diantara orang banyak telah melompat keluar seorang laki2 tinggi besar bersenjata sebilah kapak besar terus menubruk Ki Go-thian.
Begitu lelaki kasar itu melompat keluar segera Jing-ling-cu, Li Pong dan jago2 lain sama mengetahui kepandaian orang, tiada artinya kalau berani menyentuh Ki Go-thian artinya sama dengan hantar jiwa belaka. Sebab itulah segera Jing-ling-cu berseru : "Tahan dulu saudara mundurlah!"
Akan tetapi lelaki itu terus merangsang maka terpaksa Jingling-cu melesat maju sembari lolos pedangnya, begitu pula Thay-jing-sian-cu Cio Ham pun lekas2 melompat kedepan, dan tanpa berjanji, kedua pedang mereka terus menusuk kearah Ki Go-thian dari belakang.
Meskipun serangan dari belakang itu dilakukan dua jagoan terkemuka, tapi Ki Go-thian harus berhadapan dengan silelaki kasar yang merangsangnya dulu dari depan itu. Maka
serangan dari belakang itu sama sekali tak digubrisnya sebaliknya dia tunggu ketika kapak lelaki itu sudah sampai di atas kepalanya, mendadak ia ulur sebelah tangannya dan tepat berhasil merampas kapak besar itu, sekali gertak lelaki itu orangnya berikut kapaknya kena digotai kebelakangnya.
Cepat dan tepat sekali gerakan Ki Go-thian itu hingga begitu tubuh silelaki itu diayunkan dibelakang, kedua pedang Jingling-cu dan Cio Ham juga persis tiba, jadi sekarang bukannya tubuh Ki Go-thian yang mereka tusuk, tetapi silelaki kasar itulah yang dipakai sebagai tameng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Jing-ling-cu berdua kaget, lekas-lekas mereka hendak tarik kembali senjatanya, namun sudah terlanjur, pundak lelaki itu tetap kena tusukan hingga berdarah, cuma aneh sama sekali lelaki itu tidak bersuara. Menyusul mana, disertai gedebukan yang keras, lelaki itu telah terbanting ketanah disamping, dan tidak berkutik lagi. Kiranya ketika kapak lelaki itu kena terpegang Ki Go thian berbareng Ki Go-thian sudah salurkan Lwekangnya yang maha hebat itu hingga lelaki itu sudah tergetar putus jantungnya hingga sebelum tertusuk pedang, sebenarnya orangnya sudah tak bernyawa.
Karuan Jing-ling-cu dan Cio Ham sangat terkejut. Mereka sudah menduga bahwa jiwa lelaki itu pasti akan korban percuma, tidak menyangka kalau bisa mati begitu cepat dan mudah. Maka lekas-lekas mereka melompat mundur lagi.
"Hm apa maumu sekarang" Kalian mau menyembah atau
tidak ?" kembali Ki Go-thian mendesak.
Untuk sesaat itu keadaan menjadi sunyi, tiada seorangpun yang berani buka suara dan semua keder oleh ancaman itu.
Jun-yan coba memandang Jing-ling-cu, ia lihat imam itu wajahnya merah padam, tapi bersitegang pantang menyerah.
Anehnya ia lihat Jiau Pek-king juga tidak mengunjuk sesuatu reaksi apa-apa, melainkan terus membudeg dan membuta saja. Ketika Jun-yan berpaling, tiba-tiba dilihatnya si orang aneh itu duduk jauh di sisi sana dengan kaku, tiba2 hatinya tergerak, katanya segera : "Ki-locianpwe, kau suruh semua orang menyembah padamu, tetapi sudah jelas dan terang dihadapanmu ada seorang yang sejak tadi diam saja, bahkan berdiripun tidak ketika kau datang, tapi kau suruh orang berlutut menyembah segala ?"
Memang benar. Sejak datangnya Ki Go-thian tadi, orang aneh itu terus duduk saja tanpa bergerak. Karena memandang sepele pada semua orang, dengan sendirinya Ki Go-thian tidak ambil perhatian pada seorang yang tak menarik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini mendengar ucapan Jun-yan itu, barulah ia berpaling kearah yang ditunjuk itu. Benar juga ia lihat ada seorang sedang duduk tenang dengan sikap acuh tak acuh seperti apa yang terjadi tadi sama sekali tak diambil pusing olehnya.
Tentu saja Ki Go-thian menjadi murka. Sebegitu jauh belum pernah dilihatnya ada seorang yang berani begitu memandang remeh padanya. Kalau kata-katanya sekarang ada yang tidak mengindahkan, bagaimana nanti dirinya bisa menundukan yang lain.
"Berdiri!" mendadak ia membentak dengan suara bagai guntur kerasnya.
Tapi sama sekali orang itu tidak terkejut sedikitpun, mungkin suara bentakan itu saking kerasnya, maka kepalanya tampak sedikit mendongak dan matanya yang buram itu ber-kedip2 beberapa kali. Lalu menunduk pula, se-akan2 tidak perduli apa yang dikatakan Ki Go-thian.
Melihat gelagatnya Jun-yan menduga apabila Ki Go-thian dapat dipancing bergebrak dengan orang aneh itu, sekalipun akhirnya orang aneh itu tidak bisa menang, toh paling tak akan bertahan sampai sepuluh jurus, mengingat ilmu silat sobat aneh itupun serba mahir dan tinggi.
Memikir begitu diam2 dia mengisiki Jing-ling-cu dan Li Pong: "Jing-ling Totiang sukurlah bila sebentar sobat itu diterjang oleh Ki Go-thian, kesempatan itu harus kita pergunakan untuk mengerubut maju untuk melenyapkan
seorang durjana persilatan ini, dalam keadaan terpaksa kita tidak peduli lagi tentang etiket persilatan segala." Dalam pada itu diam2pun Jun-yan menyayangkan A Siu yang entah berada dimana saat itu, bila ada tentu akan bertambah seorang kawan yang terkuat, Namun begitu ia tetap percaya sang guru Jiau Pek-king pasti akan mendampingi sobat aneh itu bila jadi gebrakan dengan Ki Go-thian. Anehnya ia melihat gurunya sampai saat itu masih tetap diam saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Ki Go-thian bertambah sengit demi nampak orang yang dibentaknya itu sama sekali tidak ambil pusing padanya, tiba2 ia sambar kaki meja itu menjadi patah terus ditimpukannya kearah orang aneh itu.
Jarak mereka ada beberapa tombak jauhnya, kaki meja
yang bulat tengahnya hampir sebesar lengan manusia itu menyambar kedepan dengan pelahan kelihatannya tapi
membawa suara menderu yang sangat mengejutkan, suatu tanda betapa hebat Lwekang Ki Go-thian yang dimilikinya.
Kalau mula2 kaki meja itu menyambar perlahan, tapi
sampai akhirnya mendadak bisa cepat sekali terus menyambar kemuka orang aneh itu. Luar biasa caranya orang aneh itu menyambut serangan itu, begitu kaki meja itu sudah dekat dan lagi yang menyaksikan sudah menjerit kaget tahu2
sebelah tangannya membalik ke atas sambil kepalanya itu dengan sedikit miring, maka kaki meja itu telah kena dipegangnya dengan tepat. Cuma saja orangnya berikut kursi yang didudukinya itu terus memberosot beberapa kaki
jauhnya kebelakang.
Maka terdengarlah suara "uh-uh" yang tak lampias dari tenggorokan orang aneh itu sambil kepalanya miring2 seperti ingin mendengarkan sesuatu. Agaknya ingin mengetahui siapakah gerangannya yang memiliki tenaga dalam selihay itu hingga melalui sebatang kaki meja yang dipegangnya itu dapat menumbuknya sampai meluncur kebelakang beberapa kaki jauhnya !
Kalau orang aneh itu heran dan terkejut, adalah Ki Go-thian lebih2 heran dan terkejut. Kalau menurut perhitungannya, dijagat ini belum pernah ada orang yang sanggup menyambut timpukan sebatang kaki mejanya seperti tadi itu, andai kata sekarang ada, sedikitnya orang-orang itu akan terjungkal roboh dan terluka dalam oleh Lwekangnya yang lihay, namun sekarang orang aneh itu hanya tergoncang mundur dengan kursinya, sedangkan orangnya tak kurang suatu apapun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguh tidak kepalang kagetnya, ia coba meng-amat2i orang aneh itu, tapi kecuali wajahnya yang jelek rusak hingga usianya yang sebenarnya susah diduga, tanda-tanda pengenal lainnya tidak dilihatnya.
"Boleh juga kepandaianmu agaknya?" katanya kemudian mengejek. "Kalau ada seorang Siau Jiau, rupanya sekarang muncul seorang seperti kau, rasanya kalau sekarang Siau Jiau berada disini, diapun takkan melebihi kau. Hai, siapa kau ?"
Akan tetapi mata orang aneh yang buram itu tetap
berkedip-kedip saja tanpa menjawab dan tidak menggubris.
Ki Go-thian jadi hilang sabarnya, perlahan-lahan ia
berbangkit dan melangkah maju, sesudah setombak jauhnya dari orang aneh itu, mendadak ia membentak lagi: "Apa benar kau tidak mau berdiri "!"
Karena sudah naik darah, maka bentakannya ini telah
dikerahkan sepenuh tenaga dalamnya. Benar juga, tidak saja orang aneh itu melompat bangun karena tersentak kaget, bahkan Li Pong, Jing-ling-cu dan lain-lainnya jago juga berjingkrak terkejut, lebih jago2 yang sedikit rendah kepandaiannya, banyak yang bergetar roboh dan ada yang ter-kencing2.
Walaupun begitu, keadaan sudah kelihatan memuncak
genting, segera Jing-ling-cu dan lain-lain terus mengambil tempat kedudukan mengepung untuk siap sedia membantu sobat aneh itu bila sudah mulai bergebrak.
Tindakan Jing-ling-cu itu bukannya tidak diketahui Ki Go-thian, tetapi ia hanya melirik saja dengan tersenyum dingin, lalu melangkah maju lagi dengan perlahan.
Meskipun orang aneh tadi melonjak bangun terkejut oleh bentakan Ki Go-thian, tapi secepat itu pula ia dapat bersikap tenang dan tampak ter-heran2 suara apakah yang telah membikin kaget padanya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk sejenak Ki Go-thian curahkan seluruh perhatiannya kepada orang aneh itu, mendadak ia angkat tangannya terus memukul kedepan dengan perlahan, pukulan ini mula2
memang dilihatnya perlahan, tetapi sesudah dekat, tiba2
menjadi cepat luar biasa.
Sebab pukulan itu datangnya mula2 tanpa suara, maka
orang menduga pasti orang aneh itu akan dirobohkan segera, siapa tahu sekonyong-konyong orang aneh itupun angkat sebelah tangannya memapak pukulan yang sudah dekat itu, maka terdengar suara "plak" yang keras, disusul oleh suara suitan Ki Go-thian yang panjang.
Kiranya waktu itu Ki Go-thian lontarkan tenaga dalam pada pukulannya itu, ketika mendadak merasa semacam tenaga besar menumbuk ketelapak tangannya, segera ia kerahkan tenaganya lagi lebih besar. Maka sehabis kedua tangan saling beradu, Ki Go-thian masih tetap berdiri ditempatnya, sebaliknya orang aneh itu mengeluarkan suara "uh" dan orangnya tergetar dua tindak.
Nyata dengan adu tenaga tadi, sudah kelihatan Tok-pohkian-gun Ki Go-thian lebih unggul dari pada si orang aneh itu.
Karuan Ki Go-thian makin mendapat angin, sikapnya lebih jumawa dengan sinar mata mengejek ia mengerling
sekitarnya. Saat itu, karena melihat orang aneh itu rupanya juga tidak sanggup menandingi Ki Go-thian, maka Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2 sudah mulai merubung maju. Tapi tertatap sinar kerlingan mata Ki Go-thian itu seketika mereka merandek jeri.
"Hm, apakah kalianpun ingin maju berbareng?" ejek Ki Go-thian dengan senyuman sinis, "Tapi menurut aku, kalian tak ada gunanya. Siapakah bala bantuan aneh yang kalian undang ini " Orang yang sanggup menyambut sekali pukulanku dari depan, diseluruh jagat ini mungkin hanya dia ini saja !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, belum pasti benar!" tiba2 suara seorang mengejek.
Dialah Wi Ko. Ki Go-thian menjadi gusar, ia memutar tubuh dan hendak membentak siapa yang sanggup melawannya lagi. Tak
terduga pada saat itu juga, si orang anehpun mendadak mungkur hingga membelakangi Ki Go-thian, habis itu tiba2
sikutnya menyerang kepinggang orang.
Karena tak ber-jaga2, hampir saja Ki Go-thian termakan, namun dia bukan jagoan kalau begitu mudah diserang, begitu merasa angin menyambar, segera ia mengisar kesamping, berbareng kelima jarinya bagai cakar terus mencengkeram sikut orang aneh itu.
Tapi orang aneh itupun cepat luar biasa, sekali tangannya ditarik kembali, orangnya terus memutar lagi dan berbalik kelima jarinya juga hendak menjangkau pergelangan tangan Ki Go-thian.
"Haha, tampaknya kedua matamu sudah buta, biarlah aku mengalah beberapa jurus padamu!" Ki Go-thian tertawa.
Berbareng itu juga dengan bajunya terus mengebas.
Tenaga yang ditimbulkan kebasan bajunya Ki Go-thian itu, tadi Wi Ko, Li Pong dan Boh Hoat Sutay sudah merasakan lihaynya. Kini orang aneh itu dekat jaraknya, mereka menduga pasti susah menghindarkan diri.
Diluar dugaan, tiba-tiba orang aneh itu hanya miringkan tubuhnya kesamping, sedangkan kakinya masih tetap
melengket ditempatnya, maka tenaga kebasan Ki Go-thian yang maha besar itu hanya nyamber lewat disampingnya.
Ketika orang aneh itu menyikut tadi, Ki Go-thian telah dapat mengenalinya sebagai ilmu "Jian-kin-jun-tui" atau sikutan beribu kati dari Ngo-tay-pay, ia menjadi sangsi apakah orang ini barangkali adalah angkatan tua dari Ngo-tay-pay.
Kini melihat lawan menghindarkan tenaga kebasan dengan tubuh miring, tapi kaki tetap melengket ditanah, itulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan "Lip-the-seng-kin" atau berdiri ditanah tumbuh akar, yaitu ilmu kepandaian tunggal dari Khong tong pay. Ia menjadi heran dan terkejut sekali. Maka iapun tidak berani memandang enteng lagi bentaknya pula, "Bagus kiranya kau kangzusi.com mahir dari berbagai cabang kepandaian ini, terima lagi pukulanku !" Berbareng itu kembali telapak tangannya memukul lagi kedepan.
Pukulan ini dahsyat luar biasa dan berbeda dengan pukulan pertama tadi yang mula2 perlahan dan keras belakang. Tapi sekali ini begitu dilontarkan segera menimbulkan tenaga maha besar. Sekalipun In Thian-sang yang terkena dengan pukulan geledeknya, kalau dibandingkan pukulan Ki Go-thian ini, mau tak mau ia harus kagum dan mengaku asor.
Merasa pukulan sehebat itu, orang aneh itu mundur
setindak dahulu, habis itu "blang" iapun memukulkan sebelah telapak lengannya yang keras, hingga kembali kedua tangan saling beradu. Maka tertampaklah sesosok tubuh mencelat jauh ke belakang, sesudah berjumpalitan diudara, kemudian menurun lagi ditanah.
Yang mencelat itu ternyata si orang aneh lagi. Tampak ia celingukan pula kian kemari dengan sikap terkejut dan heran oleh tenaga pukulan lawan tadi.
"Bagus, ternyata kau sanggup menerima dua kali
pukulanku secara berhadapan," seru Ki Go-thian, habis itu, kedua lengan bajunya berterbangan, segera ia merangsang maju lagi.
Nampak suasana lagi meruncing, diam2 Li Pong menaksir sobat aneh itu betapapun pasti bukan tandingannya Ki Go-thian. Kepandaian orang aneh itu sudah pernah disaksikannya, yaitu ketika ditengah jalan bertemu dengan Lou Jun-yan, dan orang aneh itu telah merebut golok pusakanya.
Teringat akan itu, hatinya tergerak, ia pikir kalau orang aneh itu diberi pinjaman golok pusaka Pek-lin-to yang juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandai memainkan Liok-hap-to-hoat itu, mungkin akan dapat melawan Ki Go-thian.
Maka dengan cepat Pek-lin-to disiapkannya ditangan, ketika melihat orang aneh sedang kececer, segera ia hendak
angsurkan golok ketangannya. Akan tetapi keburu Ki Go-thian merangsang maju lagi dengan hantamannya yang hebat,
angin pukulannya begitu hebat hingga Li Pong terpaksa melompat mundur, gagal memberikan golok pada orang aneh itu.
Nyata, pertarungan diantara dua tokoh raksasa itu berbeda daripada pertandingan jago silat biasa, setiap gerak gerik mereka selalu membawa tenaga maha besar hingga susah didekati orang luar. Terpaksa Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2
hanya bisa menonton belaka dengan hati kebat kebit, jalan lain tidak ada kecuali nanti bila memang benar si orang aneh sudah kewalahan, barulah mereka akan mengerubut maju mati2an.
Dalam pada itu, pertarungan kedua orang itu semakin seru.
Walaupun orang aneh itu kalah dalam hal penglihatan, tetapi gerak geriknya ternyata cukup tangkas dan gesit, hingga dapat melawan Ki Go-thian yang terus melancarkan serangan hebat. Begitu sengit dan luar biasa pertarungan mereka itu, hingga sekalipun jago2 kawakan seperti Jing-ling-cu dan lain2
ikut ternganga karena kesima, lebih2 Lou Jun-yan, sama sekali tak menduga bahwa kedatangan Ki Go-thian ke Ciok-yong-hong ini sebenarnya gara-gara pancingannya dengan
mencatut nama dua paderi sakti yang katanya tinggal
dipegunungan Khong-tong-san. Siapa tahu kini si orang-aneh itulah yang harus menandingi Ki Go-thian sendirian. Bila Jun-yan berpaling kearah Jiau Pek-king, ia lihat sikap sang guru itu sangat aneh juga sejak tadi masih tinggal diam2 saja, hanya perhatiannya se-akan2 dicurahkan untuk mengamat-amati setiap gerak gerik si orang aneh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertandingan sengit itu terus berlangsung hingga berpuluh jurus, sampai akhirnya mendadak terdengar suara "plak" yang sangat keras, kedua orang itu tahu-tahu berpisah, orang aneh itu tampak terhuyung-huyung kebelakang hingga beberapa tindak seperti orang kena terpukul, tetapi tampaknya toh tidak terluka, mungkin hanya tergetar mundur oleh tenaga pukulan Ki Go-thian saja.
Sesudah tergetar mundur, dari tenggorokan orang aneh itu kembali mengeluarkan suara tak lampias seperti ingin berkata sesuatu, namun tak terucapkan, sebaliknya Ki Go-thian terus membentak : "Bocah hebat, mampu kau bergebrak tujuh
puluh dua jurus dengan aku. Hari ini kalau aku tidak membunuh kau bagaimana jadinya kelak kalau lewat
beberapa tahun lagi?"
Nyata, karena wajah orang aneh itu sudah rusak hingga susah diketahui dengan pasti umurnya, maka Ki Go-thian menaksir orang hanya setengah tua saja. Sebab itulah, habis berkata, kembali ia merangsak maju lagi.
Ketika orang aneh itu tergetar mundur, Li Pong merasa kesempatan baik itu jangan disia-siakan, maka cepat ia melompat maju pula untuk mengangsurkan goloknya sambil berseru; "Terima senjata ini!"
Tetapi bukannya menerima sebaliknya orang aneh itu
malah mundur setindak lagi. Dan pada saat itulah, tahu2 Ki Go-thian sudah mendekat, Li Pong merasa semacam tenaga maha besar se-akan2 menindih keatas dadanya, tanpa pikir lagi goloknya dia babatkan kesamping dengan gerakan Lam-tau-liok-sing atau enam bintang dilangit selatan.
Namun sungguh sangat cepat gerak tubuhnya Ki Go-thian, belum lagi serangan Li Pong mencapai sasarannya atau pukulan Ki Go-thian sudah mendahului menyambar, dimana pukulan anginnya sampai, seketika ujung golok Li Pong menceng kesamping. Golok yang tadinya membabat kearah Ki Go-thian, kini berbalik membacok kepala orang aneh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karuan Li Pong terkejut, lekas2 ia hendak menarik kembali, namun betapa besar samberan angin Ki Go-thian itu, terang tidak keburu lagi tampaknya sekejap saja pasti orang aneh itu akan terbelah menjadi dua, siapa duga sekonyong-konyong orang aneh itu telah mengisar sedikit kesamping, berbareng sebelah tangannya terus memapak pergelangan tangan Li Pong yang memegang golok itu.
Begitu cepat perubahan itu hingga Li Pong merasa
pergelangan tangannya tergencet, habis itu, golok Pek-lin-to sudah berpindah tangan kena dirampas oleh orang aneh itu.
Semula Li Pong terperanjat, tapi bila dipikir lagi, ia menjadi girang. Memangnya ia hendak meminjamkan goloknya itu kepada si orang aneh, kini senjata itu benar2 sudah ditangan orang, apakah itu bolehnya disambut atau dirampas,
bukankah serupa saja "
Sebaliknya demi orang itu sekarang memegang senjata
gara2 Li Pong, Ki Go-thian menjadi murka, ia memburu maju dan menyerang tapi terhalang oleh sinar golok yang telah diputar oleh si orang aneh, maka gerak gerik serangannya itu terus kesampok kesamping menuju Li Pong.
Untuk menghindar terang tidak sempat lagi, dalam keadaan terpaksa, mau tak mau Li Pong harus bertahan, lekas2 ia kerahkan seluruh tenaga pada kedua tangannya terus
memapak kedepan. Namun tiba2 terasa dadanya menjadi
sesak napasnya se-akan2 putus, matanya ber-kunang2 dan telinga mendenging.
Melihat Li Pong terancam bahaya, tanpa berjanji, In Thian sang dan Cio Ham telah melesat maju berbareng. In Thian-sang terus memukul dengan pukulan geledeknya, sedang Cio Ham menusuk dengan pedangnya.
Tenaga pukulan Ki Go-thian yang menyebabkan Li Pong
terluka parah itu ternyata belum reda sehingga masih saling bentur dengan pukulan In Thian-sang yang sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilontarkan. Maka dua tenaga keras seketika bertemu, tahu-tahu In Thian-sang yang menjerit, orangnya terpental pergi lebih setombak jauhnya, darah segarpun kontan menyembur keluar dari mulutnya. Nyata luka yang dideritanya terlebih parah dari pada Li Pong.
Selama hidupnya entah sudah berapa banyak In Thiansang menghadapi pertarungan besar, tetapi belum pernah ia dikalahkan dalam hal tenaga pukulan. Tetapi kini belum lagi sejurus ia sudah keok dibawah tangannya Ki Go-thian hingga muntah darah. Maka dapatlah dibayangkan betapa hebat ilmu Ki Go-thian, kalau bukan martabatnya yang rendah dalam hal ilmu silat, sebenarnya ia tidak malu bila disebut yang dipertuan agung dipersilatan.
Dalam pada itu tusukan pedang Cio Ham tadi juga sudah tinggal beberapa senti dari perutnya, namun tiba2 Ki Go-thian menjentikkan jarinya kebawah, alangkah terkejutnya ketika tahu2 Cio Ham merasa pedangnya patah menjadi dua. Dalam kagetnya ia cepat melompat mundur dengan terkesima.
Pada saat Cio Ham menyerang itu, Tai-lik kim-kong Tong Po tidak mau ketinggalan, sekali membentak, dengan perisai bajanya yang antap itu terus mengepruk keatas kepalanya Ki Go-thian, tepat pada saat itulah Cio Ham kaget melompat mundur, maka kepalan Ki Go thian terus dipindahkan
memapak perisainya Tong Po.
Segera terdengar suara gemerontang yang sangat keras, tubuh Tong Po yang besar itu terpental pergi menggeletak ditepi jurang, hampir2 saja terperosot kebawah, dan tidak berkutik lagi.
Lekas2 Cio Ham mendekat sang suami, tapi ia
mendapatkan Tong Po sudah tak bernyawa pula. Rupanya tergetar oleh Lwekang Ki Go-thian yang maha hebat itu hingga seketika jantungnya berhenti berdenyut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karuan air mata Cio Ham bercucuran dengan murkanya ia memutar tubuh terus hendak adu jiwa juga pada Ki Go-thian, sukur Jing-ling-cu dan Boh-hoat Suthay keburu mencegahnya, ujar mereka: "Sabarlah Tay-jing-sian-cu. Hari ini kaum Bulim kita sedang menghadapi saat hidup atau mati, bila kita keburu napsu bertindak tanpa berpikir, bukankah akan korban sia2."
Sungguh lihay luar biasa Ki Go-thian itu hanya dalam sekejap saja orang aneh itu didesak mundur, Li Pong
disampok terluka, In Thian sang terbentur hingga muntah darah, Cio Ham dipatahkan pedangnya dan Tong Po malahan melayang jiwanya.
Kini jagoan yang terkemuka yang tinggal disitu antara lain adalah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa.
Diam2 Wi Ko membisikkan Jun-yan: "Sebentar bila perlu biar kita ber-ramai2 mengerubut maju, terhadap seorang iblis laknat macam Ki Go-thian ini, kita tidak perlu lagi bicara tentang etiket segala. Cuma kau harus berhati hati2 !"
"Ai, semua gara-garaku !" ujar Jun-yan sambil menghela napas.
"Sebab apakah ?" tanya Wi Ko heran.
"Ya, sebab akulah yang memancing Ki Go thian kesini
dengan menyatakan bahwa dua paderi sakti dari pegunungan Khong-tong-san yang tersohor namanya, tapi belum pernah dilihat orangnya itu, akan hadir kemari. Siapa tahu, Ki Go-thian datang benar2, dan kedua paderi sakti itu tentu saja takkan terdapat disini."
"Memang kedua paderi sakti itu takkan datang kesini lagi !"
Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tukas Wi Ko. "Eh, dari mana kau tahu " Apakah kau kenal mereka ?"
tanya Jun-yan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku kenal mereka, malahan kenal baik sekali," ujar Wi Ko dengan perlahan. "Mereka bukan lain adalah guruku yang berbudi itu. Tapi sayang, mereka sudah wafat tahun yang lalu, dengan sendirinya takkan datang kesini lagi."
Jun-yan terkesiap oleh keterangan itu. Dan selagi hendak menanya pula, se-konyong2 terasa samberan angin yang sangat keras, tahu2 dirinya telah ditarik melompat kesamping oleh Wi Ko.
Kiranya pada saat itu si orang aneh telah ayun golok Pek-lin-to membabat kearah Ki Go-thian, tetapi dapat dihindarkan, sebaliknya serangan yang masih nyamber dengan hebatnya itu hampir2 mengenai Jun-yan yang berdiri disamping.
Kebetulan tempat yang mana Wi Ko berpijak itu tepat
dibelakangnya Ki Go-thian. Pikiran Wi Ko tergerak, cepat ia dorong Jun-yan kepinggir lagi, lalu ia sendiri kerahkan seluruh tenaga terus melontarkan pukulan ke-punggung iblis itu.
Tak terduga, mendadak Ki Go-thian mendak kebawah
menghindarkan serangan golok si orang aneh yang saat itu lagi membabat pula, berbareng itu tubuhnya memutar sambil kebaskan lengan bajunya hingga daya pukulan Wi Ko tadi kena dipatahkan. Malahan sebelah tangannya itu terus menghantam kearah Wi Ko sembari membentk: "Ha, bocah berani membokong !"
Sungguh terkejut sekali Wi Ko atas kesempatan lawan, dia menduga dirinya takkan sanggup menangkis pukulan orang yang maha hebat itu, cepat2 ia berkelit, maka terdengarlah suara "blang" yang keras, sebuah batu besar dibelakangnya telah hancur kena tenaga pukulan Ki Go-thian.
Dilain pihak, si orang aneh itu telah mencecar Ki Go-thian pula dengan permainan goloknya yang lihay. Yang aneh yalah gerak serangan golok itu bukan lagi merupakan ilmu golok tetapi lebih mirip ilmu pedang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Li heng itu toh bukan Liok-hap-to-hoat golonganmu?"
Tanya Jing-ling-cu pada Li Pong.
"Ya, bukan Liok-hap-to-hoat," sahut Li Pong. "Jing-ling Tothiang, kau adalah akhli pedang tentu kau dapat menyelami sedikit gaya permainan golok itu."
"Sungguh memalukan aku sendiripun tidak tahu," sahut Jing-ling-cu.
Tiba2 Thay-jing-siancu membisiki mereka; "Ilmu permainan golok sobat aneh itu kenapa mirip benar dengan ilmu pedang Khong Siau-lin dari Siangyang dahulu?"
Hati semua orang tergerak mendengar nama Khong Siaulin disebut. Jago angkatan tua itu terkenal sebagai gurunya Jiau Pek-king yang selisih usianya tidak banyak, dan telah menghilang lebih tiga puluh tahun yang lalu ketika dalam suatu perjalanan jauh sama Jiau Pek-king.
Sedang men-duga2 diri sobat aneh itu, pada saat itulah tiba2 Jiau Pek-king menggerang sekali, berbareng orangnya terus maju, sekali Tun-kau-kiam bergerak, segulung sinar hijau segera mengurung keatas kepala Ki Go-thian. Jadi sekarang Ki Go-thian dikeroyok dua.
Melihat Jiau Pek-king sudah bertindak, Wi Ko pun tidak mau ketinggalan lagi, kembali ia pun menerjang maju dengan pukulan yang cukup lihay.
Ketika merasa serangan pedang Jiau Pek-king menyambar, Ki Go-thian sempat menghindarkan bacokan si orang aneh berbareng tubuhnya meluncur kesamping dan tangannya
membalik, hendak merebut pedangnya Jiau Pek-king, sedang lengan baju sebelah lain terus mengebas mendesak Wi Ko kebelakang. Sekali bergerak menghalau tiga serangan.
Melihat Jiau Pek-king yang sejak tadi diam saja, dan kini mendadak ikut menyerbu maju, Jing-ling-cu dan lain-lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi heran, tetapi merekapun lantas bersiap-siap menanti kesempatan baik untuk menerjang.
Dalam pada itu ketika Ki Go-thian harus menghindarkan diri lagi dari suatu serangan si orang aneh yang dipandangnya paling tangguh diantaranya tiga lawan itu, diluar dugaan tusukan pedang Jiau Pek-king menyusul tiba juga, lekas-lekas ia meloncat setinggi dua tombak ke atas, habis itu terus menubruk kebawah mengarah Wi Ko yang dianggap lawan
terlemah. Namun begitu, tidak urung lengan bajunya sudah
berlubang tertusuk pedangnya Jiau Pek-king. Maka berserulah Ki Go-thian sembari menubruk kebawah: "Aha, Siau Jiau kiranya sudah berada disini. Tapi kenapa kau menjadi penakut begini, diam2 menyamar lalu mengeroyok?"
"Benar, memang aku sudah ada disini," sahut Jiau Pek-king dingin. "Tetapi apakah kau pun tahu sobat aneh ini siapa?"
"Siapa dia" katakan lekas !" bentak Ki Go-thian sambil menyerang.
"Siapa dia" Apakah kau tidak kenal ilmu pedangnya yang dimainkan dengan golok itu," sahut Jiau Pek-king dengan berkelit. "Dia bukan lain adalah Siang-yang-kiam-sin (jago pedang sakti dari Siangyang) Khong Siau-lin!"
"Ha, Khong Siau-lin?" seru Ki Go-thian terkejut. "Bukankah sudah berpuluh tahun Khong Siau-lin hilang tak diketahui mati hidupnya?"
"Ya, dan sekarang Khong-kiam-sin itu telah menjelma
kembali!" kata Jiau Pek-king sambil tersenyum.
Diam2 Ki Go-thian memikir, apabila benar orang aneh ini adalah Khong Siau-lin, maka pastilah merupakan seorang lawan yang tangguh, untuk menangkan dia masih belum
berani yakin. Apalagi kini lawan dibantu Jiau Pek-king dan Wi Ko, kalau melihat keadaannya, orang aneh ini seperti kurang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waras. Jalan satu-satunya aku harus membinasakan orang aneh ini lebih dulu, habis itu satu persatu aku akan bereskan yang lain.
Setelah mengambil ketetapan itu, segera ia pusatkan
serangannya kepada orang aneh itu, keroyokan Jiau Pek-king dan Wi Ko yang dipandang enteng itu hanya sekali-dua ditangkisnya atau cukup dengan tenaga kebasan lengan bajunya akan membikin kedua orang itu terpaksa mundur.
Suatu ketika si orang aneh itu membabat dengan goloknya sembari meloncat keatas mengelakkan serangan itu,
berbareng Ki Go-thian terus menabok dengan telapak tangan kanannya kebatok kepala lawannya. Begitu cepat dan lihai serangan itu hingga tampaknya kepala orang aneh itu pasti akan remuk kena digaplok.
Syukurlah dari samping Jiau Pek-king dan Wi Ko cepat bertindak. Jiau Pek-king menusuk dengan pedangnya,
terpaksa Ki Go-thian tarik kembali serangannya itu, sedang Wi Ko terus melontarkan serangan dengan kedua tangannya, dengan maksud menahan tenaga gaplokan Ki Go-thian keatas kepala orang aneh itu.
Ternyata babak ini adalah babak yang menentukan. Ki Go-thian sudah ambil keputusan sekali pukul harus bereskan orang aneh itu meskipun ia harus terima resiko pengeroyokan dari Jiau Pek-king.
Namun begitu dia masih sempat depakkan kakinya
kebatang pedang Jiau Pek-king yang menusuk kearahnya itu, begitu besar tenaga depakannya hingga meski pedangnya yang didepak, tapi tidak urung Jiau Pek-king kena digetarkan roboh.
Dipihak lain gerakan si orang aneh juga tidak kalah
sebatnya, sedikit Ki Go-thian ayal karena kaki dan tangannya meski bekerja semua goloknya telah diputarnya kembali dan dengan gaya pedang terus menusuk keperut Ki Go-thian yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mulai menurun dari atas. Sebaliknya pukulannya Ki Go-thian tadi masih digablokkan keatas kepala si orang aneh, cuma tenaganya sudah berkurang karena rintangan Wi Ko tadi.
Maka terdengarlah suara "crak", disusul dengan suara gedebukan badan manusia beberapa kali. Saking ngerinya dan luar biasa adegan itu sampai Jing-ling-cu dan lain2nya sama menjerit dengan pejamkan mata, mereka menduga sekali ini pastilah tamat riwayatnya dengan terbinasanya si orang aneh yang mereka andalkan itu.
Diluar dugaan, ketika mereka membuka mata ternyata Ki Go-thian sudah menggeletak tanpa berkutik pula, ulu hatinya berlubang memancurkan darah, sedangkan orang aneh itupun terguling ditanah tak sadarkan diri. Wi Ko termangu2 kaku ditempatnya, dan Jiau Pek-king tampak sedang merangkak bangun dari jatuhnya tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya terbinasalah Ki Goan-thian itu disebabkan tusukan golok si orang aneh ketika kakinya menjejak pedangnya Jiau Pek-king, sebaliknya orang aneh itupun terjungkal pingsan oleh samberan angin pukulan Ki Go-thian, untung Wi Ko mendahului hantamkan kedua tangannya hingga tenaga
pukulan Ki Go-thian telah banyak dipatahkan, bila tidak, pasti batok kepala orang aneh itu sudah pecah berantakan.
Dan sesudah merangkak bangun serta melihat keadaan
disekitarnya, segera Jiau Pek-king menubruk ketempat orang aneh itu, ia pegang urat nadi orang dan mendapatkan
keadaannya baik2 saja, cepat ia mengurut badan orang aneh itu hingga sejenak kemudian orang itu tampak siuman
kembali. Tapi demi orang aneh itu membuka matanya, seketika
memancarkan sinar mata yang berkilat2. Berbeda sekali dengan sorot matanya yang buram tadi. Karuan Jiau Pek-king sangat girang, segera ia pegang pundak orang dan
dibangunkan, saking terharunya sampai ia tidak sanggup ber-kata2.
Semua orang menjadi bingung oleh kelakuan Jiau Pek-king itu. Sebaliknya orang aneh itu ikut heran ketika melihat Jiau Pek-king berada dihadapannya dan disamping masih terdapat kawan2 yang sebagian besar tak dikenalnya.
"Pek...Pek King, kiranya kau!" tiba-tiba orang aneh itu dapat bersuara.
"Ya suhu, memang murid adanya," sahut Jiau Pek-king terharu.
Tercenganglah semua orang mendengar itu. Orang itu
dipanggil suhu oleh Jiau Pek-king, jadi dia itulah Khong Siau-lin, dan bukan Siang Hiap yang mereka sangka.
Lantas mengapa sebelum ajalnya Cu Hong tin telah berlutut minta ampun kepada orang aneh itu dan menyebutnya
sebagai Siang Hiap "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya pada waktu semua pada datang ke Ciok-yong-hong Cu Hong-tin juga sudah tiba. Cuma waktu melihat Jiau Pek-king juga hadir dengan menyamar sebagai Hwe Tek, sebagai orang pengecut, cepat ia tinggal pergi lagi. Tapi malang baginya, ditengah jalan ia kepergok Ki Go-thian hingga kena dilukai, maka kembali ia berlari keatas Ciok-yong-hong dan akhirnya terbinasa disitu.
Mengenai Siang Hiap mendadak bisa berubah menjadi
Khong Siau-lin, hal itu memang yang tidak tahu duduknya perkara menjadi heran dan bingung. Sebaliknya sejak mula Jiau Pek-king memang sudah meragukan orang aneh itu
sebagai Siang Hiap ketika setiap gerak-geriknya mirip sang guru yang sudah sangat dikenalnya itu.
Dahulu waktu mereka berkelana kedaerah Biau, secara
kebetulan Khong Siau-lin juga telah ikut memperebutkan Seng-co suku Biau yang kedelapan dan berhasil
mendudukinya. Karena tujuan mereka kedaerah Biau hendak menyelidiki rahasia kitab Siau-yang-chit-kay, maka Jiau Pek-king coba minta sang guru membatalkan niatnya menjadi Seng-co.
Tapi Khong Siau-lin berlainan pendapat, ia anggap dengan menduduki suku Biau itu akan memudahkan penyelidikannya.
Sebab pertentangan pendapat itu, kemudian Jiau Pek-king kembali kedaerah Tionggoan sendiri dan bungkam seribu bahasa tentang sang guru itu.
Sehabis menjabat Seng-co kedelapan, pada suatu hari, selagi Khong Siau-lin mengadakan penyelidikan ditengah gunung didaerah Biau itu, dipergoki seorang berlari2 diantara hutan belukar itu seperti orang linglung. Segera ia
memburunya, tapi sesudah dekat, ia dapatkan muka orang sudah rusak membusuk. Kiranya orang itu bukan lain dari pada Siang Hiap yang melarikan diri dari rumah penduduk Biau itu ketika ditinggalkan sang isteri, yaitu Ang Jing-kin yang pergi mencari obat baginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena racun luka dimukanya itu sudah terlalu hebat, Siang Hiap tidak tahan lagi, ia roboh pingsan. Waktu Khong Siau-lin berusaha menyadarkannya, tapi napasnya sudah lemah, ia hanya sempat mengeluarkan kata2 Jing-kin ber-ulang2 sambil menunjuk kearah pegunungan lalu menghembuskan napas
yang terakhir. Si orang cakap ganteng yang digilai banyak gadis diantaranya seperti To Hiat-koh akhirnya terbinasa ditanah Biau.
Khong Siau-lin mengulangi kata2 Jing-kin itu, ia menduga itu pasti nama seorang wanita. lapun heran kenapa Siang Hiap menunjuk kearah pegunungan yang tidak pernah dijajah manusia itu.
Segera ia melanjutkan perjalanannya dipegunungan itu dan akhirnya mendapatkan Ang Jing-kin menggeletak ditepi kolam dan napasnya sudah tinggal senin kemis. Dalam keadaan tak sadar, Ang Jing-kin sempat menyerahkan kain sutera merah dan Tun-kau-kiam kepada Khong Siau-lin yang disangkanya suaminya sendiri, lalu menghembuskan napas yang
penghabisan. Dengan terharu Khong Siau-lin kembali ke kediamannya, ia simpan pedang dan kain sutera itu dalam gua tempat suci Seng-co. Pada masa itulah, diam2 ia mencintai seorang gadis Biau yang cantik. Akan tetapi menurut adat bangsa Biau, seorang gadis yang berani berhubungan gelap dengan Sengco dianggap suatu dosa besar. Diluar tahu Khong Siau-lin, diam2 gadis itu dibakar hidup2 oleh suku bangsa mereka.
Waktu Khong Siau-lin mengetahui, keadaan sudah terlambat, api sudah berkobar-kobar dan gadis itu sudah terbakar.
Dengan kalap Khong Siau-lin membinasakan beberapa
orang Biau, terus menerjang ke dalam lautan api, ia dapatkan gadis buah hatinya sudah hangus. Sungguh tidak kepalang pedih hatinya, ia menubruk keatas mayat yang sudah
berwujut arang itu sambil menangis keras2. Sementara itu orang Biau sama ketakutan dan melarikan diri ketika beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kawannya dibinasakan Seng-co mereka. Akhirnya Khong Siau-lin kemudianpun jatuh pingsan diatas mayat gadis Biau itu.
Bila ia dapat siuman kembali, pikirannya telah berubah kurang waras, menjadi seorang gendeng dan mukanya terbakar
rusak. Satu2nya yang masih dapat diingat olehnya hanya nama Jing-kin yang didengarnya paling akhir itu. Sebab itulah, ketika akhirnya ter-lunta2 sampai di pegunungan Heng San dan diketemukan Jing-ling-cu, yang masih diingatnya juga melulu Jing-kin saja dua huruf.
Dan secara kebetulan sekali, ketika digaplok Ki Go-thian, beruntung tenaga pukulan itu kena ditahan oleh Wi Ko, hingga Khong Siau-lin hanya terpukul pingsan, bahkan karena pukulan itu menggetarkan otaknya dan jernih kembali
pikirannya. Begitulah sesudah Khong Siau-lin menceritakan
pengalamannya itu, barulah semua orang mengerti duduk perkaranya.
"Jun-yan lekas kau kemari memberi hormat pada Suco!"
seru Jiau Pek-king kemudian.
Dengan lincah Jun-yan lantas menjura pada orang aneh alias Khong Siau-lin, katanya kemudian: "Pantas Su-co menganggap diriku sebagai Jing-kin serta selalu membela padaku, tapi memang tidak salah juga kalau seorang Su-co harus melindungi cucu muridnya!"
Khong Siau-lin tertawa oleh kata2 si gadis yang genit itu.
Sebaliknya Jiau Pek-king terus mengomelnya.
"Suhu," kata Jun-yan pula, "jelek2 Tecu telah berjasa bukan" Kalau bukan Tecu yang memancing Ki Go-thian kesini, tentu suco takkan dapat dikenal dan dipulihkan ingatannya bukan?"
Jiau Pek-king benar2 kewalahan oleh kenakalan murid itu.
Ia hanya bisa geleng2 kepala sambil menghela napas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera Jun-yan menambahi pula: "Dan sekarang Tecu
mohon perkenankan suhu mengizinkan tecu menyusul A Siu kedaerah Biau untuk beberapa bulan lamanya, A Siu tentu telah pulang kekampung halamannya sana bersama Ti Put-cian yang dicintainya itu!"
Habis berkata tanpa menunggu jawaban, tangan Wi Ko
lantas ditariknya dan berlari kebawah gunung sambil tertawa ter-kikih2 genit...
TAMAT Document Outline
PENDEKAR MISTERIUS
Pengantar : Daftar Isi : Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5 Jilid 6 Jilid 7 Jilid 8 Jilid 9 Jilid 10 Kisah Si Pedang Kilat 13 Pendekar Pengejar Nyawa Karya Khu Lung Pendekar Remaja 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama