Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 6
Kota Han-sui hanya berjarak 200 li dari kota Lok-yang.
saat mendengar khabar dari orang tua she Ong itu. nona Han kaget bukan kepalang.
"Begitu cepat pasukan Mongol melakukan serangan?"
pikir nona Han. "Barangkali pasukan Mongol belum menyerbu sampai ke Lok-yang." kata menantu lelaki orang she Ong itu menyela.
"Paman Ong. sebelum kau mengungsi apa kau melihat Ayahku?" tanya nona Han.
Orang she Ong itu menghela napas panjang. "Aah! Nona Han. kau sudah tahu bagaimana aku berhutang budi pada ayahmu. Aku sering mendapat pertolongan dari beliau.
366 Ketika aku terserang penyakit encok. beliau yang memberiku obat. Masakan ketika kami hendak mengungsi kami tidak pamit dulu kepada ayahmu" kala orang she Ong.
"Bagaimana keadaan Ayahku?" tanya nona Han "Apa penyakitnya sudah sembuh" Apa dia tidak ingin mengungsi seperti kalian?"
"Aku kira keadaan ayahmu sudah semakin membaik, saat aku akan pergi ayahmu memakai tongkat
mengantarkan aku sampai di pintu pagar rumahnya." kata paman Ong sambil mengelah napas. "Ayahmu orang paling kaya di kampung kita. Jika tentara Mongol datang ayahmu akan terancam bahaya besar. Nona! Aku yakin tentara Mongol pasti akan melakukan perampokan di rumahmu.
Hari itu aku menyarankan kepada ayahmu agar dia juga mengungsi bersama kami. Tetapi ayahmu bilang dia kurang leluasa berjalan, maka dia pasrah dan tetap akan tinggal di rumah saja. Aku sarankan bagaimana jika memakai kereta saja. Tapi ayahmu bilang dia tidak mau ngungsi. Kami diberi beberapa puluh tail perak untuk biaya di perjalanan olehnya."
Rumah Han Pwee Eng berada di sebuah desa di luar kota Lok-yang. Orang-orang desa hanya tahu Han Tay Hiong seorang pendatang kaya-raya, tak ada yang tahu bahwa dia bisa silat. Setelah mendengar ayahnya sehat Han Pwee Eng agak lega hatinya.
"Terima kasih atas perhatian Paman pada Ayahku." kata nona Han.
Paman Ong menghela napas panjang.
"Jangan bilang begitu. Nona. Malah kami yang sangat berterima kasih kepada ayahmu. Oh. jika kau pulang kau nasihati ayahmu agar dia mau mengungsi. Aku y akin dia akan mendengar kata-katamu." kata paman Ong.
367 Nona Han tersenyum. "Terima kasih atas saranmu. Paman. Pasti akan kunasihati Ayahku." kata nona Han.
"Ah aku lupa. saat kami mau berangkat kami sempat singgah lagi ke rumahmu. Entah karena ayahmu menganggap aku cerewet atau kenapa, dia tak membuka pintu rumahnya." kata paman Ong.
Mendengar keterangan itu nona Han kager.
"Tidak ada orang yang membukakan pintu?" kata nona Han.
"Mungkin hari itu aku terlalu pagi saat mengetuk rumah ayahmu." kata menantu paman Ong. "Biasanya orang kaya bangun agak siang, mungkin Han Lo-ya masih tidur. Nona Han, ayahku kurang bisa bicara mohon kau
memaafkannya" Mendengar keterangan itu nona Han kaget. "Lwee-kang Ayahku sangat tinggi. Jika ada suara pasti dia akan mendengar. Di sana masih ada beberapa pelayan Ayahku.
Bagaimana mereka pun tak mendengar ketukan pintu dari Paman Ong?" pikir nona Han.
Nona Han cemas. Tetapi dia yakin pada kepandaian ayahnya, sekalipun dalam keadaan sakit dia akan mampu melawan musuh-musuhnya. Kecuali ayahnya bertemu dengan musuh yang sangat tangguh, mungkin Haa Tay Hiong akan kalah. Sedang yang membuai nona Han heran, karena Paman Ong baru bertemu dengan ayahnya, bagaimana tiba-tiba ayahnya tidak mau meladeni kedatangan Paman Ong. Kemudian Han Pwee Eng berpikir.
368 "Dari sini ke rumah sudah tidak begitu jauh. Mungkin malam ini juga aku akan sampai ke rumah, aku tak boleh buang waktu."
Begitu nona Han Pwee Eng berpikir. Lalu dia berkata pada paman Ong.
"Paman Ong. terimalah kudaku ini untuk kau pakai dalam perjalananmu. Sekarang aku akan pulang, sampai ketemu pula pada saat keadaan sudah aman kembali!" kata nona Han.
"Oh terima kasih Nona Han, kuda ini bagiku sangat bermanfaat sekali. Kau sangat baik pada kami. Semoga Thian melindungimu, dan kalian suami isteri bisa hidup bahagia." kata paman Ong.
Ketika itu Paman Ong mengira nona Han sudah menikah Tapi ketika melihat kenyataan nona Han pulang sendirian saja tanpa suaminya, paman Ong jadi menduga suami isteri itu kurang cocok. Melihat Paman Ong mengawasinya. Wajah nona Han langsung merah.
"Mudah-mudahan saja begitu." sahut nona Han sambil tersenyum.
Han Pwee Eng langsung pergi meninggalkan keluarga Ong itu. Setelah dia sendirian saja di jalan raya, nona Han jadi berduka sekali.
"Pasti Ayah tidak mengetahui aku akan pulang dalam keadaan seperti ini. Aah. aku mau bilang apa" Ketika aku pergi aku memang mau menikah dan hidup bahagia selamanya. Tetapi ternyata bukan kebahagiaan yang kuraih, malah penghinaan yang aku terima di sana. Sesudah kejadian ini aku jadi tidak punya keinginan untuk menikah.
Tapi bagaimana aku harus menjelaskan hal ini kepada Ayahku?" begitu nona Han berpikir.
369 Han Pwee Eng mengetahui bekas calon suaminya Kok Siauw Hong sedang menuju ke rumahnya.
"Kok Siauw Hong pria yang berani. Dia berani datang menemui Ayahku padahal aku tahu benar adat Ayahku.
Dia sangat sayang kepadaku, mana bisa dia membiarkan aku dihina demikian" Sifat Ayahku keras, dalam keadaan gusar bukan tidak mungkin dia akan turun tangan terhadap Kok Siauw Hong. Sekalipun dia bersalah kepadaku tapi aku juga harus mengakui bahwa nasibku pun buruk. Aku tidak akan membiarkan Ayah membunuh dia. Ah! Aku harus sampai lebih dulu dari Kok Siauw Hong agar aku bisa lebih cepat bertemu dengan Ayah."
Di jalan raya banyak pengungsi yang berjalan secara beriringan, sehingga nona Han kurang leluasa menggunakan gin-kang untuk berlari cepat. Akhirnya dia mengambil keputusan lewat jalan setapak. Rumahnya ada di sebelah selatan kota Lok-yang. Setelah lewat gunung dia akan segera sampai di rumahnya. Di jalan setapak tidak banyak pengungsi dan nona Han bisa mengerahkan gin-kangnya untuk berlari cepat. Saat dia memasuki desa rembulan di langit sudah memancarkan cahayanya.
Di sepanjang jalan setapak itu Han Pwee Eng tidak bertemu dengan siapapun. Semua rumah milik penduduk desa semuanya tertutup rapat, ini tidak mengherankan bagi si nona, dari paman Ong dia sudah tahu penduduk sudah mengungsi semuanya.
Ketika dia sampai di depan rumahnya, nona Han terkejut bukan kepalang. Ternyata dari kejauhan dengan bantuan sinar rembulan, dia lihat rumahnya yang besar dan sudah tua itu telah roboh sebahagian. Tampak seperti hangus terbakar. Sedang pintu rumah yang terbuat darikayu tebal pun sudah hangus terbakar separuh walau pintu itu masih tertutup. Sesudah Han Pwee Eng sampai dan 370
menyaksikan keadaan rumahnya itu. nona Han jadi berpikir.
"Entah dibakar oleh orang atau benar-benar telah terjadi kebakaran" Tetapi kelihatan rumah itu tidak terbakar semuanya, bagian belakang rumah itu masih ada kamar yang selamat dari jilatan si jago merah. Mudah-mudahan saja Ayah selamat!" pikir nona Han.
Tanpa pikir panjang lagi nona Han berlari menuju ke kamar yang tidak terbakar itu
"Ayah! Ayah! Aku pulang!" teriak Han Pwee Eng.
Panggilan Han Pwee Eng tidak mendapat sahutan dari ayahnya maupun salah seorang pelayannya. Hal itu membuat hati nona Han jadi cemas bukan main. Mendadak nona Han mencium bau amis. Dia mengawasi ke arah bau amis itu. Di sana tampak sesosok mayat tergeletak di dekat taman bunga, ternyata itu mayat tukang kebunnya. Nona Han mendekati mayat itu. dia perhatikan keadaan mayat itu dengan teliti. Pada bagian kepala mayat itu terlihat sebuah lubang, nona Han yakin bahwa tukang kebunnya itu terluka oleh serangan ilmu jari yang lihay sekali.
Ayah nona Han berkepandaian tinggi, tapi dia tidak bisa menolongi tukang kebunnya. Ini membuktikan bahwa pembunuh itu sangat lihay. Seketika itu jantung nona Han seolah hendak melompat keluar. Dia ingin berteriak tapi tidak mampu mengeluarkan suara. Dia genggam pedangnya eraterat lalu berjalan ke bagian dalam rumahnya dengan hati-hati sekali.
Tak lama dia melihat ada dua sosok mayat lagi, itu mayat pelayan tua di rumahnya. Saat nona Han berjalan ke belakang dia melihat lagi sesosok mayat yang lain, itu adalah mayat pelayan wanita.
371 Sekalipun kepandaian dua pelayan tua itu tidak setinggi kepandaian Chan lt Hoan dan Liok Hong. tapi mereka berdua cukup pandai. Sedang si pelayan wanita pernah ikut belajar ilmu pedang. Tapi sebelum dia sempat menghunus pedangm a si pembunuh sudah berhasil membunuhnya.
Bisa dibayangkan betapa gusarnya nona Han ketika itu.
"Hm! Siapa manusia berhati kejam ini!" pikir nona Han setelah menyaksikan keadaan mayat-mayat pembantu rumah tangganya yang menyedihkan itu. Karena gusarnya nona Han jadi tidak merasa takut lagi.
"Aku akan mengadu jiwa dengan pembunuh itu! Aku harap dia belum jauh dari sini!" pikir nona Han Setelah mencari kian-kemari dia tidak menemukan mayat ayahnya, hingga timbul harapannya bahwa ayahnya tidak terluka oleh si pembunuh kejam itu.
"Mungkin Ayah selamat dari pembunuhan keji ini"
Apakah Ayah sempat kabur atau malah terluka parah dan sedang bersembunyi di ruang rahasia?" pikir nona Han.
Kemudian nona Han kembali berteriak-teriak.
"Ayah! Ayah!" Namun tidak ada sahutan dari ayahnya. Tiba-tiba nona Han mendengar suara orang tertawa, suara tawanya menyeramkan sekali. Han Pwee Eng menoleh ke arah suara orang tertawa itu. Di suatu tempat, tampak seseorang sedang berdiri di tengah ruang tamu. Gerakan orang itu sangat cepat.
Nona Han tidak tahu kapan orang itu muncul, hanya tahutahu orang itu sudah ada di ruang tamu. Sesudah diperhatikan dengan seksama, ternyata orang itu Chu Kiu Sek adanya.
372 Empat tahun yang lalu Chu Kiu Sek telah menggunakan ilmu Siu-lo-im-sat-kang dan melukai ayah nona Han. Tetapi si Iblis Tua ini itu pun terluka oleh serangannya. Nona Han masih ingat pada kata-kata ayahnya.
"Sebelum lukanya sembuh, kepandaian si Iblis Tua itu pun tidak akan pulih. Jika dia mencariku, sekalipun aku dalam keadaan setengah lumpuh, aku masih mampu untuk menghadapinya." Begitu kata ayah nona Han waktu itu.
Tak heran jika Han Tay Hiong berani menyuruh anaknya pergi ke Yang-cou untuk melangsungkan pernikahannya. Tadi dia tidak mengira kalau pembunuh para pegawainya itu Chu Kiu Sek. Sekarang orang itu muncul di hadapan ona Han Pwee Eng. Itu berarti bahwa luka si Iblis Tua ini sudah pulih sama sekali.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 14 Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Dia tidak menyangka Iblis Tua itu akan muncul begitu cepat di hadapannya. Dengan gusar kemudian nona Han
membentak ke arah si Iblis Tua itu.
"Kau. kau si Iblis Tua! Kau..."
Saking gusarnya ini membual kata-kata Han Pwee Eng jadi tersendat-sendat, sehingga ucapannya pun jadi tidak jelas. Padahal nona Han ingin menanyakan diapakan ayahnya oleh si Iblis Tua. Tapi si nona tidak jadi menanyakan tentang ayahnya, karena pertanyaan seperti itu hanya akan menunjukkan kelemahannya. Nona Han malah takut kalau Chu Kiu Sek akan menjawab, bahwa ayahnya telah dibunuhnya, dan Chu Kiu Sek akan bertanya mau apa dia" Melihat nona Han agak gugup Chu Kiu Sek malah tertawa terbahak-bahak.
373 "Sayang! Sayang sekali!" kata Chu Kiu Sek.
"Apa yang kau sayangkan?" bentak nona Han.
Sebenarnya nona Han ingin langsung menyerang si Iblis Tua itu. tapi nona Han sadar musuhnya ini sangat lihay.
Dulu dia berhasil melukai si Iblis Tua karena pada saat itu dia bergabung dengan ayahnya. Ketika itu dia menggunakan ilmu pedang Keng-sin-kiam-hoat (lmu Pedang Mengejutkan Dewa), ilmu pedang khusus untuk menghadapi si Iblis Tua. Nona Han pun sadar, jika dia langsung menyerang belum tentu dia akan menang. Maka itu dia mencoba bersabar dan menekan emosinya sebisa mungkin. Oleh karena itu nona Han terus menggenggam pedangnya erat-erat. Dia berusaha mencari kesempatan untuk menyerang dengan pedangnya itu. Chu Kiu Sek pun belum mau menyerang. Mendengar pertanyaan nona Han dia malah tertawa.
"Ayahmu kira dia bisa menggunakan siasat yang tepat, sayang dia tidak bisa mengelabuiku!" kata Chu Kiu Sek.
Ucapan si Iblis Tua ini membuat nona Han tertegun.
"Siasat apa?" pikir si nona.
Kembali Chu Kiu Sek tertawa lagi.
"Bagus! Kau sudah tahu malah sengaja bertanya! Akan kuungkap siasat ayahmu yang busuk itu agar kau mengetahui kelihayanku." kata Chu Kiu Sek.
Dia tatap wajah nona Han Pwee Eng dalam-dalam, baru kemudian dia bicara.
"Ayahmu itu banyak akalnya, aku kira dia sudah tahu aku akan muncul lagi di Kalangan Kang-ouw. Dia juga tahu aku akan membalas dendam kepadanya. Apa yang 374
akan terjadi hari ini pun sudah masuk dalam perhitungannya...." kata Chu Kiu Sek.
"Selanjutnya bagaimana?" tanya nona Han.
"Nah itulah! Ayahmu lalu memikirkan siasat ini." kata Chu Kiu Sek. "dia sendiri yang membakar rumah ini agar aku mengira dia telah kedatangan musuh besarnya yang tangguh dan telah membunuh orang-orangnya dengan keji.
Dengan demikian dia bisa menghindar dariku."
Han Pwee Eng kaget tapi sedikit pun dia tidak percaya pada kata-kata Chu Kiu Sek itu. "Lalu kau kira siapa yang membunuh orang-orangku itu?" tanya nona Han. Chu Kiu Sek tertawa dingm.
"Hm! Memang rupanya kau pandai bersandiwara! Hm!
Apa masih harus aku jelaskan masalah ini padamu" Jelas itu perbuatan ayahmu, nona!" kata Chu Kiu Sek.
"Omong kosong!" bentak nona Han.
Ketika melihat nona Han benar-benar gusar, dan tidak terlihat dia sedang berpura-pura, Chu Kiu Sek jadi tercengang. "Eh apa aku telah salah menduga?" pikir Chu Kiu Sek Dia mengerutkan alisnya, kemudian dia berkata lagi "Jadi kau baru sampai?" kata Chu Kiu Sek. "Ya!
Memang kenapa" Chu Kiu Sek tertawa. "Ini benar! Pantas kau bisa dikelabui oleh ayahmu!" "Hm! Jelas kau pembunuh pelayanku. kau kejam sekali!
Jika kau mau membalas-dendam karena tusukan pedangku dulu. silakan kau bunuh aku! Tapi aku tidak akan membiarkan kau mencelakakan Ayahku!" kata nona Han.
Chu Kiu Sek tertawa lagi.
"Kau bisa lolos dari pukulan telapak tanganku" Aku tak akan buru-buru membunuhmu. Tetapi kau tetap membela 375
ayahmu! Justru aku ingin mengungkap rahasia kebusukan ayahmu itu kepadamu, agar kau tahu wajah asli ayahmu!' kata Chu Kiu Sek.
Sesudah berkata begitu Chu Kiu Sek berpikir.
"Bocah perempuan ini mengira ayahnya itu seorang pria sejati. Setelah kuungkap kebusukannya nanti dia pasti berduka! He. he. he. Menuntut balas dengan cara begini aku akan merasa lebih puas dari pada membunuhnya dengan sekali pukul!" pikir Chu Kiu Sek.
Kemudian Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak karena puas.
"Apa yang kau tertawakan" Atas dasar apa kau tuduh Ayahku yang membunuh mereka?" bentak nona Han.
Chu Kiu Sek tertawa dingin.
"Lalu atas dasar apa kau juga menuduh aku sebagai pembunuhnya?" kata Chu Kiu Sek. "Memang benar kedatanganku ini hendak membunuh ayah dan orang-orang ayahmu Jika aku bisa datang lebih awal. maka akulah pembunuh mereka. Tetapi jika aku yang membunuh mereka, sudah pasti tidak akan meninggalkan bekas di tubuh para korbanku itu. Aku tidak bisa kung-fu yang bisa menghancurkan Thian-Ieng-kai korbanku, aku tidak mahir kung-fu itu!" Kemudian Chu Kiu Sek tertawa dingin dan melanjutkan ucapannya. "Beberapa pelayanmu itu berilmu silat tinggi. Aku yakin kau sudah memeriksa mayat mereka semuanya, bukan'". Bukankah kau telah menemukan bekas luka di tubuh mereka" Sekarang kecuali ayahmu, mungkin hanya ketua Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay saja yang mampu kung-fu itu. Apa kau juga mengira kedua partai besar itu yang melakukan pembunuhan di rumahmu ini?"
376 Kata-kata Chu Kiu Sek cukup masuk akal. biasanya Chu Kiu Sek memang membunuh orang dengan Siu-lo-im-satkang, dan pukulannya tidak akan meninggalkan bekas luka.
Barangsiapa yang terkena oleh pukulannya, pasti dia akan binasa dengan darah beku.
Han Pwee Eng pernah bertarung dengan Chu Kiu Sek, maka itu dia tahu Chu Kiu Sek tidak memiliki pukulan yang sekali pukul lawannya bisa langsung binasa. Nona Han pun tidak percaya ayahnya menjadi pelaku pembunuhan keji itu.
Dia tahu semua pelayan ayahnya sangat setia kepada ayahnya, namun tetap di hati si nona timbul kecurigaan.
"Hm! Mungkin saja pembunuhnya orang lain" Tapi siapa orang itu?" pikir nona Han. "Sebab ucapan Chu Kiu Sek tidak bisa dipercaya. Mungkin dia berbohong begitu ada maksudnya, jika tidak untuk apa dia membohongiku?"
Chu Kiu Sek tertawa. "Baik. kau percaya atau tidak semua itu terserah kau saja! Sekarang tiba saatnya aku akan menuntut balas padamu!" kata Chu Kiu Sek.
Han Pwee Eng mengeretakkan giginya, dia hunus pedangnya sambil membentak dengan suara keras. "Mari maju!" kata Han Pwee Eng menantang.
Chu Kiu Sek kembali tertawa.
"Kau dari tingkat yang lebih muda. Menurut aturan aku tidak seharusnya menghinamu orang dari tingkatan yang lebih muda. Tetapi karena kau pernah menusukku dengan pedangmu, maka dendam itu harus kubalas! Begini saja.
jika kau bersedia menjadi muridku maka permusuhan itu kita sudahi! Bagaimana?" kata Chu Kiu Sek.
377 "Kentut!" kata nona Han dengan sengit. Mendadak Han Pwee Eng melancarkan sebuah serangan maut ke arah Chu Kiu Sek. Sebenarnya saat itu nona Han telah membuat kesalahan besar. Dia tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik.
Bagaimanapun tingginya ilmu pedang nona Han. tidak mungkin dia bisa membunuh musuhnya dengan sekali serang saja. Jika seseorang ingin memenangkan pertarungan dia harus lebih dulu mengetahui kelemahan lawan, jika tidak justru dia sendiri yang akan celaka. Tadi nona Han sudah berpikir akan bertarung mati-matian, jika perlu dia akan mati bersama-sama dengan lawannya. Tetapi karena dia sangat gusar dia juga lupa hingga menyerang lebih dulu.
Tak lama tampak bayangan pedang dan telapak tangan Chu Kiu Sek berkelebat-kelebat. disusul suara benturan keras sekali. Tak lama keduanya sudah terpisah jauh.
lengan baju Han Pwee Eng telah robek terkena pukulan lawan.
Hanya dalam sekejap Han Pwee Eng telah melancarkan tigabelas jurus pukulan. Setiap jurus selalu mengarah ke jalan darah lawan yang mematikan. Tetapi Chu Kiu Sek selalu lolos bahkan jari tangannya terus menguntit ke arah nona Han. Serangan-serangan nona Han mampu dia patahkan. Tiba-tiba Chu Kiu Sek menyentil dengan jarinya, hal ini membuat tangan Han Pwee Eng kesemutan dan sakit bukan main. Hampir saja pedang di tangan si nona terlepas dari tangannya. Untung pada saat yang bersamaan, nona Han pun telah berhasil berganti jurus, jika tidak dia bisa celaka.
Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak.
"Bocah! Kau gesit sekali!" Chu Kiu Sek memuji. Tibatiba tubuh Chu Kiu Sek berputar, sedang sepasang telapak 378
tangannya dia ulurkan ke depan untuk mencengkram kedua bahu nona Han. Pada saat bersamaan Han Pwee Eng pun bergerak, sekaligus dia menggerakkan pedangnya dan meggunakan jurus "Kim-cin-tuh-kiap" (Jarum Emas Melewati Maut).
Chu Kiu Sek memang sudah menduga kalau nona Han akan berbuat begitu, sedikitpun dia tidak gentar. Dia melangkah maju. Tiba-tiba sepasang telapak tangannya bergerak ke kiri dan ke kanan. Saat itu Chu Kiu Sek mengeluarkan jurus "Imyang-siang-tong-ciang (Pukulan Berantai lm-yang)
Jurus yang digunakan oleh Chu Kiu Sek sangat ganas dan berbahaya, tapi serangan itu di arahkan ke bagian tangan Han Pwee Eng. Maksud si Iblis Tua hanya ingin merebut pedang di tangan si nona dan si nona tidak terluka parah. Sebaliknya yang ada di benak Han Pwee Eng. justru dia ingin mengadu jiwa dengan si Iblis Tua. Dia buru-buru menabahkan pedangnya dengan jurus "Siok-li-toh-cun"
(Gadis Cantik Menunjukkan Jalan). Ujung pedang nona Han menusuk ke jalan darah "Khie-bun-hiat" lawan.
Chu Kiu Sek pernah terluka oleh pedang Han Pwee Eng.
Tak heran jika dia agak berhati-hati menghadapi ilmu pedang itu. Dia mengelak, hingga keduanya mundur ke belakang sejauh tiga langkah. Ingat bahaya yang hampir saja dialaminya tidak terasa tubuh Han Pwee Eng sudah mandi keringat.
Melihat hal itu Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak
"Kau tidak akan mampu melawanku lagi. lebih baik kau ikut saja denganku, jika tidak kau bisa celaka." kata Chu Kiu Sek mengejek.
"Biar bagaimana aku harus bertarung denganmu!" kata Han Pwee Eng.
379 Han Pwee Eng kembali menyerang, sedangkan Chu Kiu Sek terus mmperhatikan jurus nona Han sambil tertawa dingin.
"Jika kau ingin mengadu jiwa denganku, aku tidak mau!
Tetapi aku ingin meringkusmu! Ha. ha. ha! Setelah aku berhasil meringkusmu, aku ingin tahu apakah ayahmu tetap tidak mau keluar dari persembunyiannya'." kata Chu Kiu Sek.
Nona Han baru sadar mengapa Chu Kiu Sek
menggunakan pukulan Im-yang-siang-tong-ciang dan tidak mnggunakan pukulan Sui-lo-im-sat-kang. Rupanya bajingan ini ingin menangkap dia hidup-hidup. Chu Kiu Sek berharap setelah Han Pwee Eng tertangkap jidup. ayahnya akan muncul. Sesudah tahu maksud orang itu nona Han jadi girang sekali
"Kalau begitu Ayah masih selamat dan belum dilukai olehnya?" pikir nona Han. "Karena dia ingin menangkapku maka aku harus berusaha agar tidak tertangkap olehnya.
Hm! Asalkan Ayahku selamat, jika aku harus mati pun tidak masalah. Jika dia berhasil menangkap aku. mengapa aku tidak bunuh diri dengan memutuskan urat nadiku?"
Setelah berpikir begitu nona Han terus menyerang dengan hebat. Dia mengeluarkan seluruh jurus pedang
"Keng-sinkiam-hoat" ciptaan ayahnya yang lihay sekali.
Sebuah jurus khusus untuk menghadapi Chu Kiu Sek.
Tetapi karena Iweekang nona Han belum sempurna sekali, tidak heran jika dia tidak mampu merebut kemenangan dengan cepat. Sebaliknya lawannya pun sudah berusaha keras menangkap dia. tetapi belum juga berhasil menangkap si nona.
"Tak kusangka belum tiga tahun kepandaian bocah ini sudah maju pesat sekali. Jika dia tidak kulukai sekarang 380
juga. mungkin aku yang akan terluka olehnya. Hm!
Terpaksa aku harus melukainya!" pikir Chu Kiu Sek.
Satu ujung pedang nona Han mengarah ke dada Chu Kiu Sek. Tiba-tiba Chu Kiu Sek menyentil ujung pedang lawan.
Dia gunakan dua bagian tenaga Siu-lo-im-sat-kang. Tibatiba nona Han merasakan gagang pedangnya dingin sekali, dia jadi menggigil. Untung pedangnya tidak sampai terlepas dari cekalan nona Han. Mengetahui pedangnya tidak terlepas dari tangan nona Han. tentu saja Chu Kiu Sek jadi kaget bukan main. Dia coba menambah kekuatan serangannya. Pada saat yang bersamaan pedang nona Han menusuk ke arah dada Chu kiu Sek dengan jurus Keng-sinkiam-hoat yang sangat lihay.
Chu Kiu Sek terkejut bukan kepalang. Terpaksa dia harus berkelit untuk menghindar dari serangan itu. Sayang sekalipun serangan itu sangat hebat, tetapi tenaga nona Han masih rendah. Serangan nona Han tidak mampu melukai Chu Kiu Sek. Sekarang malah Chu Kiu Sek mampu membalas menyerang ke arah nona Han. Untung nona Han masih bisa bertahan dan menangkis setiap serangan Chu Kiu Sek yang ganas itu. Tiba-tiba terdengar suara orang memuji.
"Ilmu pedang yang bagus!" kata suara orang itu.
Seruan yang mendadak itu membuat Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang. Namun, dia tetap berusaha agar bisa tenang. Dia sentil pedang nona Han sehingga jadi miring ke samping. Kemudian Chu Kiu Sek membalikkan tangannya dan melancarkan serangan ke arah suara tadi.
"Hai bocah turun kau!" bentak Chu Kiu Sek.
Serangan Chu Kiu Sek itu hebat dan tak lama terdengar suara nyaring.
381 "Buum!" Sesosok tubuh turun dan berdiri di atas tanah. Saat nona Han mengawasi orang itu dia kaget, karena orang itu Kok Siauw Hong adanya, atau bekas calon suaminya. Han Pwee Eng sudah tahu Kok Siauw Hong berangkat lebih dulu darinya, dia juga heran kenapa pemuda itu ada di situ"
Sedang nona Han pulang dengan mengambil jalan pintas, tidak heran jika dia bisa sampai lebih dulu dari pemuda itu.
Saat Kok Siauw Hong tiba saat nona Han sedang bertarung secara matimatian melawan Chu Kiu Sek. Tadi Kok Siauw Hong sedang menonton perkelahian yang seru itu. Saking kagum tanpa merasa dia memuji. Suara pujian Kok Siauw Hong mengagetkan Chu Kiu Sek. Tentu saja Chu Kiu Sek langsung menyerang ke arah suara itu. Sungguh mengherankan, serangan Chu Kiu Sek yang dasysat itu sedikitpun tidak melukai Kok Siauw Hong. Tetapi sebaliknya, pemuda itu turun dengan melompat ke tanah.
Lebih mengejutkan lagi. sekalipun diserang demikian hebat.
Kok Siauw Hong tetap tegar dan tidak kedinginan seperti biasanya jika orang diserang oleh ilmu Sui-lo-im-sat-kang Chu Kiu Sek.
Serangan Chu Kiu Sek itu serangan pelajaran tingkat delapan, sekalipun lwee-kang lawan tinggi pasti dia akan menggigil kedinginan. Chu Kiu Sek mengerutkan dahi melihat Kok Siauw Hong tetap bugar karena herannya.
"Dia masih muda. tetapi dia sanggup menahan seranganku. Latihanku selama empat tahun ini ternyata tidak berguna untuk dipakai menyerang dia. Semula aku kira aku sudah tidak punya tandingan lagi di dunia Kangouw. Tidak kusangka sekarang telah bermunculan generasi muda yang luar biasa" Saat aku bertemu Kong-sun Po. aku heran. Sekarang ada lagi pemuda lain yang sanggup menahan seranganku. Entah berapa banyak lagi pemuda 382
gagah seperti mereka" Apa barangkali ilmu Siu-lo-im-satkangku sekarang sudah tidak berguna?" pikir Chu Kiu Sek yang ingin menjagoi dunia persilatan. Tetapi sekarang harapannya mulai agak pupus pada saat dia mengetahui sudah banyak lawan yang tangguh.
Ketika Kok Siauw Hong menyaksikan rumah Han Tay Hiong telah musnah dilalap api. dia heran dan kaget.
Kedatangan Kok Siauw Hong memang karena dia ingin menemui orang she Han tersebut. Tujuan Kok Siauw Hong untuk membatalkan pertunangannya dengan puteri orang she Han itu. Dia tidak mengira di tempat ini malah dia bertemu dengan Han Pwee Eng. bekas tunangannya.
"Ke mana Paman Han" Apa dia telah mati terbakar"
Tetapi aku tahu dia berilmu tinggi, saat ini keadaan Paman Han setengah lumpuh. Jika Paman Han sudah mati. aku harus mencari siapa untuk membatalkan pertunanganku?"
begitu pemuda ini berpikir.
Situasi saat itu sungguh berbahaya, tadi dia telah diserang hebat sekali. Dia tidak kenal siapa Chu Kiu Sek"
Setelah merasakan pukulannya, dia tahu bahwa orang ini yang telah melukai Han Tay Hiong empat tahun yang lalu.
Kok Siauw Hong merasa bersalah besar terhadap nona Han dan ayahnya. Saat ini dia anggap ini kesempatan bagim a untuk membantu bekas tunangannya. Maka tanpa ragu-ragu lagi dia menghampiri nona Han. dengan suara perlahan dia berkata.
"Jangan takut, kita lawan Iblis Tua ini bersama-sama!"
kata Kok Siauw Hong. Nona Han sedikit canggung terhadap pemuda ini.
Sekalipun Kok Siauw Hong lebih mencintai gadis lain.
namun mereka masih terhitung tunangan pemuda itu. Hati nona Han jadi kacau, dia tidak tahu apa dia harus girang 383
atau malah harus berduka" Ketika itu dia hanya menganggukkan kepalanya. Mendengar kesepakatan kedua muda-mudi itu Chu Kiu Sek tertawa.
"Bagus!" kata Cu Kiu Sek. "Aku ingin tahu apakah kau anggup menyambut beberapa pukulanku?"
"Tadi dia mampu menahan seranganku. Entah beberapa tahun lagi barangkali aku yang kalah oleh mereka" Oleh karena itu sekarang aku harus membunuh mereka berdua sekarang juga! lerutama bocah lelaki ini harus kusingkirkan lebih dulu. sedangkan bocah perempuannya aku kira bisa diurus kemudian..." begitu Chu Kiu Sek berpikir.
Setelah berpkir langsung dia menyerang Kok Siauw Hong yang hendak dibunuhnya. Saat Kok Siauw Hong melihat bahu Chu Kiu Sek bergerak. Han Pwee Eng langsung merasakan hawa dingin menyerang ke arahnya.
Saat itu Kok Siauw Hong tiba-tiba menarik tangan nona Han ke belakang dia. sedang tangan kanannya dipakai untuk menangkis serangan Chu Kiu Sek yang dasyat itu.
"Plak!" Terdengar suara nyaring. Sekalipun sudah berada di belakang Kok Siauw Hong. nona Han masih merasakan hawa dingin menyerang ke arah dadanya. Tak lama tubuh si nona menggigil bagaikan orang kedinginan. Melihat muda-mudi itu tidak roboh oleh serangannya. Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang. Padahal tadi serangan yang dia lancarkan itu serangan ilmu pukulan dari tingkat ke delapan. Kok Siauw Hong kaget.
"Ternyata Iwee-kang nona Han sudah tinggi. Dia tidak pernah belajar Siauw-yang-sin-kang. ternyata dia mampu menahan serangan pukulan Sui-lo-im-sat-kung. Sungguh luar biasa!" pikir Kok Siauw Hong.
384 Kok Siauw Hong sanggup menahan serangan pukulan Suilo-im-sat-kang karena sejak kecil Kok Siauw Hong sudah belajar Siami-yang-sin-kamg dari ibunya. Tidak heran jika dia bisa bertahan sekalipun ilmu itu tidak bisa mengalahkan Siulo-im-sat-kang. Sebaliknya nona Han. dia bisa bertahan karena dia telah minum arak Kui-thian-sun-yang-pek-hoa-cui. Ditambah lagi nona Han pernah terluka oleh pukulan Chu Kiu Sek empat tahun yang lalu. Arak obat itu selain menyembuhkan juga punya khasiat untuk daya tahan tubuh yang luar biasa. Selain itu saat dia ditarik ke belakang oleh Kok Siauw Hong dengan ilmu Siauw-yang-sin-kang.
rupanya ini cukup membantu nona Han untuk bisa bertahan. Ketiga karena nona Han tidak terserang langsung, dia hanya terserang oleh angin pukulan itu saja.
Sebenarnya Han Pwee Eng takut pada pukulan Chu Kiu Sek itu. Setelah pengalaman tadi dan dia tidak kedinginan seperti dulu. Han Pwee Eng jadi bertambah berani. Dia sadar jika tidak terpukul langsung, pukulan lawan tidak terlalu berbahaya baginya. Segera dia menggunakan Kengsin-kiam-hoat untuk menyerang ke arah Chu Kiu Sek dengan hebat. Sebaliknya Kok Siauw Hong sambil membentak dia hunus pedangnya.
"Lihat pedangku!" kata Kok Siauw Hong. Ilmu silat Kok Siauw Hong berhasil dipelajari dari ibunya yang mendapat pelajaran ilmu itu dan ayahmu Keluarga Kok sangat termasyur dengan ilmu pedang Cit-sui-kiam-hoatnya. Ilmu pedang itu masih jauh di atas ilmu pedang Keng-sin-kium-hoat milik Han Pwee Eng. Begitu Kok Siauw Hong menyerang, pedangnya berubah membentuk semacam tujuh kuntum bunga. Bayangan tujuh kuntum bunga itu ialah ujung pedang Kok Siauw Hong yang digerakkan dengan cepat. Serangannya tertuju pada tujuh jalan darah penting di tubuh Chu Kiu Sek.
385 Bukan main kagetnya Chu Kiu Sek mendapat serangan begitu hebat dari dua muda-mudi itu.
"Hm! Ilmu pedang pemuda ini tidak bisa dianggap ringan." pikir Chu Kiu Sek.
Segera dia kibaskan lengan bajunya. Setelah terdengar suara benda beradu, maka tujuh bayangan bunga itupun sirna. Pedang di tangan Kok Siauw Hong miring ke samping, dan telapak tangan pemuda itu terasa sakit.
Pemuda ini kaget dan sedikit kecut.
Hanya sekali mengibaskan lengan bajunya akibatnya demikian hebat. Ujung baju Chu Kiu Sek bisa begitu keras hingga mampu dipakai menangkis pedang Kok Siauw Hong. ini membuat pemuda itu sadar bahwa Chu Kiu Sek sangat berbahaya.
Sebenarnya Kok Siauw Hong tidak mengetahuinya, saat menangkis Chu Kiu Sek menggunakan dua ilmu silat secara berbareng, yaitu Siu-lo-im-sat-kang dan Tiat-yu-kang (Lengan baju besi). Tetapi sayang kedua ilmu silat itu tidak bisa dipakai menyerang secara beruntun. Buru-buru Chu Kiu Sek mundur tiga langkah karena khawatir lawan membalas menyerang. Namun, saat dia mundur dia sempat melirik ke arah lengan bajunya. Di sana tampak ada tujuh buah lubang bekas ujung pedang pemuda itu. Untung bagi Chu Kiu Sek. kedua mudamudi itu tidak segera menyerang dia. Jika mereka menyerang secara serempak, barangkali Chu Kiu Sek sudah celaka.
Kok Siauw Hong tambah berhati-hati. sebaliknya Chu Kiu Sek yang takut kehilangan tenaga, tidak berani menggunakan dua macam ilmunya secara bersamaan.
Dengan demikian pertarungan mereka jadi seimbang.
Chu Kiu Sek memang cerdik, dia gunakan Siu-lo-ini-satkang dan Tiat-yu-kang secara bergantian. Kok Siauw 386
Hong masih mampu bertahan, tapi sebaliknya nona Han dia mulai terdesak dan mulai kelelahan.
Melihat nona Han sudah mulai tak tahan Chu Kiu Sek melancarkan serangannya semakin hebat. Ini membuat Han Pwee Eng jadi kedinginan. Melihat nona Han kewalahan Kok Siauw Hong maju ke depan nona Han. dia menangkis setiap serangan Chu Kiu Sek dengan ilmu silatnya. Tapi lamakelamaan Kok Siauw Hong pun mulai merasakan tenaganya mulai lemah. Hawa dingin mulai menyerang dirinya.
"Mengalahkan mereka tidak sulit, tapi sayang aku harus menyerang sampai 100 jurus." pikir Chu Kiu Sek yang hatinya mulai bimbang.
Mengapa Chu Kiu Sek begitu cemas" Dia tahu jika harus bertarung lebih dari seratus jurus lebih tenaga murninya akan berkurang, mungkin juga dia bisa sakit parah. Bahkan dia akan terluka parah karena itu Sekalipun dia tahu dua mudamudi itu akan terluka oleh pukulannya.
Tiba-tiba baik Kok Siauw Hong maupun Chu Kiu Sek mendengar suara batuk-batuk sangat perlahan. Tapi nona Han tidak mendengar suara batuk itu. Suara batuk itu aneh.
mirip dengan suara orang yang hampir mati. Suara itu seolah suara batuk atau helaan napas.
Chu Kiu Sek sadar orang yang batuk itu berilmu tinggi, namun rupanya orang itu sedang sakit berat. Chu Kiu Sek jadi merinding. Di tempat itu banyak mayat. Kecuali mereka bertiga tidak ada orang lain lagi. Dia jadi curiga.
"Apa di antara mayat-mayat itu ada yang masih bernyawa?" pikir Chu Kiu Sek.
Tapi kemudian pendapat itu dia bantah sendiri. Dia tidak yakin di antara pelayan keluarga Han itu ada yang masih 387
hidup. Dia yakin pukulan Han Tay Hiong luar biasa lihaynya. maka dia yakin mereka sudah mati semuanya.
Kecuali di antara mereka ada yang hanya berpura-pura mati. hingga orang itu bisa bersuara. Tapi dia yakin anak buah Han Tay Hiong tidak terlalu lihay sekali. Tiba-tiba Chu Kiu Sek kaget.
"Aaah! Jangan-jangan itu suara Han Tay Hiong. Pasti dia sedang bersembunyi dan menonton pertarungan kami.
Saat sudah ada yang terluka parah, baru dia akan muncul untuk mengambil keuntungan?" pikir Chu Kiu Sek. "Atau mungkin ada pesilat tangguh yang lain?"
Apapun yang akan muncul di tempat itu bagi Chu Kiu Sek dianggap akan membahayakan dirinya. Itu sebabnya dia jadi curiga. Rupanya dia takut pada orang lain yang tiba-tiba menyerangnya. Dia memang licik tetapi sekarang tenaganya sudah banyak terkuras oleh Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong berdua. Jika benar datang pesilat tinggi yang lain. maka dia akan celaka. Apalagi jika yang datang itu Han Tay Hiong Semakin Chu Kiu Sek berpikir, hati Chu Kiu Sek jadi semakin cemas. Dia mengambil keputusan untuk segera meninggalkan tempat itu sebelum bahaya itu benar-benar datang.
Tiba-tiba Chu Kiu Sek melancarkan serangan secara bertubi-tubi sebanyak tiga kali. Kemudian dia melompat dan pergi begitu saja. Kaburnya musuh tangguh ini membuat Kok Siauw Hong heran bukan main.
"Eh Iblis Tua jahat itu sudah kabur!" kata Han Pwee Eng. suaranya perlahan.
Ingat bahaya tadi tubuh Han Pwee Eng mandi keringat dingin. Pada saat yang bersamaan Kok Siauw Hong memegang tangan nona Han dan mengerahkan Siauw-yangsin-kang. Sesudah itu baru dia berkata pada nona Han.
388 "Nona Han. kau tak apa-apa?" kata Kok Siauw Hong
"Tidak!" jawab nona Han. Tapi dalam hati nona ini berpikir. "Hm! Kau jangan berpura-pura baik kepadaku?"
pikir Han Pwee Eng. Wajah nona Han tampak kemerah-merahan.
Kok Siauw Hong pun jadi tidak enak hati sendiri, dia merasa canggung tidak tahu dia harus bilang apa.
Keduanya kemudian membisu
beberapa saat lamanya. "Maaf.. " kata Kok Siauw Hong.
Tapi si nona segera memotong. "Maaf kenapa?" kata Han Pwee Eng. "Aku datang terlambat dan kau nyaris...."
"Ya. aku nyaris mati di tangan si Iblis Tua jahanam itu!"
kata nona Han. "Terima kasih atas pertolongan Tuan Muda Kok telah menyelamatkan nyawaku!"
Pemudashe Kok itu sadar nona Han masih jengkel dan dongkol kepadanya, oleh karena itu dia mengalihkan pembicaraannya.
"Diakah yang membunuh seluruh pegawaimu itu?" kata Kok Siauw Hong.
Han Pwee Eng tertegun baru kemudian menjawab.
"Sekalipun aku tidak melihatnya sendiri, jika bukan dia lalu oleh siapa lagi?"
Kok Siauw Hong tercengang.
"Nona. apakah kata-kataku menyinggung perasaanmu?"
kata pemuda itu agak kikuk.
"Si Iblis Tua itu memang seorang jahanam. Dia yang membunuh orang-orangku, malah memfitnah Ayahku kata dia
389 orang yang membunuh anak buahnya!' kata nona Han.
'Hm! Apa kau juga percaya Ayahku yang membunuh mereka?"
"Apa" Oh. tidak! Memang Iblis Tua itu bilang apa. aku kebetulan tidak mendengar ucapannya." kata Kok Siauw Hong. "Keterlaluan dia bicara sembarangan saja!"
Walau Kok Siauw Hong bicara begitu tetapi dia tetap berpikir keras.
"Pamanku Jen Thian Ngo pernah memperingati aku.
katanya Paman Han seorang yang pandai berpura-pura baik. seolah dia seorang pendekar sejati. Tetapi sebenarnya dia orang jahat! Tetapi ah...tidak! Aku jangan berpikir begitu! Ayahku dan Paman Han bersahabat baik dan sudah puluhan tahun lamanya. Mustahil Ayahku sampai tidak mengetahui kalau Paman Han itu orang jahat" Jika Ayahku tahu dia orang jahat. masakan dia ingin aku menikah dengan puterinya" begitu Kok Siauw Hong berpikir.
Tiba-tiba Kok Siauw Hong melirik ke arah nona Han.
Hatinya sangat menyesal karena dia merasa sangat bersalah kepada nona ini.
"Apa tadi kau mendengar ada suara orang batuk?" tanya Kok Siauw Hong.
Mendengar pertanyaan itu nona Han sedikit kaget
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak!" jawab si nona. "Di sini selain kita berdua tidak ada orang lain. bukan?"
"Ilmu racun Chu Kiu Sek tidak dapat membinasakan semua orang itu sekaligus, mungkin saja masih ada orang yang selamat. Bagaimana jika kita periksa lagi mayat mereka?" kata Kok Siauw Hong.
390 Lwee-kang Kok Siauw Hong memang kalah dari Chu Kiu Sek. dia yakin suara tadi suara orang yang ada di sekitar tempat itu. Maka itu dia ingin mencarinya. Jika orang itu cuma terluka ringan, dia ingin menolonginya.
"Semua mayat di tempat ini telah aku periksa semuanya, mereka sudah lama mati!" kata nona Han.
Mendengar kata-kata nona Han Kok Siauw Hong tercengang.
"Kalau begitu kita harus segera mengubur mayat-mayat mereka itu!" kata Kok Siauw Hong.
Nona Han mengangguk. "Baik. akan kucari cangkul dulu. bantu aku menggali tanah." kata nona Han.
Dia langsung pergi akan mencari cangkul. Sedangkan Kok Siauw Hong mencoba memeriksa lagi mayat-mayat itu. Batok kepala mayat-mayat itu pecah terhantam oleh pukulan hebat. Sesudah memeriksa pemuda ini menggumam.
"Ini bukan mati oleh pukulan Siu-Io-im-sat-kang. si Iblis Tua tidak punya pukulan semacam ini ?" kata Kok Siauw Hong.
Tiba-tiba Han Pwee Eng yang ada di belakang pemuda itu bergumam juga.
"Ini bukan perbuatan Ayahku!" kata si nona. "Bukan dia yang melakukannya"!"
Kok Siauw Hong menoleh ke arah nona Han. Saat itu nona Han sedang berdiri dan di tangannya terdapat dua buah cangkul. Wajah nona Han pucat-pasi. Sedangkan air matanya meleleh dan membasahi kedua pipinya. Dia yakin 391
pelayannya bukan mati di tangan Chu Kiu Sek. Tetapi dia tidak berani menuduh kalau itu perbuatan ayahnya.
"Aku yakin ini bukan perbuatan Ayahmu, tetapi juga bukan perbuatan Chu Kiu Sek! Lebih baik mari kita kubur dulu mayat mereka, baru kita selidiki siapa sebenarnya pembunuhnya" Sesudah kita tahu siapa pembunuhnya, kita balaskan sakit hati mereka!" kata Kok Siauw Hong menghibur nona itu.
Sekalipun dia bicara begitu tapi kecurigaan pemuda ini tibatiba timbul lagi.
Pada saat Kok Siauw Hong meminta sebuah cangkul dari si nona dan dia akan menggali tanah, dia lihat salah satu mayat pelayan tua yang sudah lama bekerja pada keluarga Han. Dia lihat pelayan tua itu mengepal secarik kertas di tangannya. Tadi dia tidak melihatnya.
Kok Siauw Hong membungkuk akan membuka kepalan tangan mayat itu. Rupanya sebelum mati pelayan tua itu berkelahi dulu sambil mempertahankan kertas yang ada di tangannya itu. Hingga dia mati dia tetap mempertahankan kertas itu. Setelah berhasil membuka kepalan tangan pelayan tua itu. Kok Siauw Hong jadi heran. Ternyata itu bukan secarik kertas biasa, tapi terbuat dari kulit kambing yang tipis. Di atas kulit kambing itu tampak tulisan huruf Mongol yang kelihatannya tidak karuan bentuknya. Kok Siauw Hong tahu itu tulisan bahasa Mongol. tapi dia tidak bisa membaca tulisan itu.
"Nona Han, pernahkan kau melihat benda ini?" kala Kok Siauw Hong pada Han Pwee Eng.
"Belum pernah." jawab nona Han sambil menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak bisa membaca tulisan bahasa Mongol. Heran, mengapa dia berusaha mempertahankan 392
kulit kambing itu" Orang itu telah membunuh dia. tapi kenapa separuh kulit kambing itu tidak dia ambil?"
"Ini bisa jadi barang bukti, bolehkah aku yang menyimpan kulit kambing ini. Nona Han?" kata Kok Siauw Hong.
"Boleh saja. kau punya banyak teman di kalangan Kangouw. lebih baik kau yang menyimpannya dan menyelidiki masalah ini sampai tuntas." sahut nona Han.
Saat itu hati nona Han pikirannya sedang kacau Dia tidak tahu siapa pembunuh semua pegawainya itu. Dia tidak mengira kalau itu perbuatan ayahnya. Sedangkan Kok Siauw Hog justru berpikir bahwa Han Tay Hiong bisa jadi pembunuh tersebut, siapa tahu dia memang benar bersekongkol dengan bangsa Mongol"
"Paman Jen Thian Ngo mengatakan. Paman Han punya hubungan dengan Siang-koan Hok." pikir Kok Siauw Hong.
"padahal Siang-koan Hok itu wakil Kok-su bangsa Mongol.
Oleh karena itu Paman Jen Thian Ngo berani memastikan, bahwa Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol.
Sebenarnya aku tidak yakin benar pada pendapat Paman Jen. tapi di tangan pelayan tua itu terdapat kulit kambing yang bertulisan huruf Mongol. Barang ini bisa jadi barang bukti."
Kok Siauw Hong merenung sejenak. Tak lama otaknya bekerja lagi.
"Nona Han setuju aku yang menyimpan benda ini.
sekalipun Paman Han patut dicurigai, aku kira nona Han tidak bekerja-sama dengan ayahnya?" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong menarik napas lega. Keadaan may atmayat itu sungguh mengerikan. Nona Han pun tidak 393
berani melihat mayat-mayat itu lagi. Tiba-tiba dia buang cangkul yang sedang dipegangnya dan langsung menangis.
"Nona Han kau istirahat saja. biar semua aku yang mengerjakannya." kata Kok Siauw Hong pada nona Han.
Dahi pelayan tua yang memegang kulit kambing itu pecah dan berlubang. Darahnya sudah beku berwarna kehijauan. Tiba-tiba hati Kok Siauw Hong tergerak. Dia keluarkan saputangannya lalu dia korek darah yang membeku itu. Kemudian darah itu dia bungkus dengan saputangannya.
Saat itu Kok Siauw Hong mendengar seruan minta tolong dan suaranya lirih sekali, nona Han pun mendengar suara itu.
"Tolong...Tolongi aku!"
Nona Han kaget dia melompat, tangisnya berhenti seketika itu juga. Dengan suara gemetar nona Han berkata pada Kok Siauw Hong.
"Benar ada suara orang!" bisiknya.
Kedua muda-mudi itu segera menuju ke arah suara minta tolong itu. Di sebuah sudut taman bunga mereka menyaksikan ada kepala orang tersembul di atas tanah.
Rupanya orang itu dikubur hidup-hidup oleh si pembunuh.
Seluruh tubuh orang itu terkubur sampai leher, di samping orang itu terdapat gundukan tanah yang baru digali. Setelah melihat wajah orang itu kedua muda-mudi itu kaget.
"Kau siapa?" tanya Kok Siauw Hong Orang itu tidak menjawab, matanya mendelit dan suara lirihnya terdengar kembali.
"Tolong..... Tolongi aku!" katanya.
394 Setiap saat napas orang itu akan berhenti. Mereka kaget dan girang, dengan adanya orang yang masih hidup ini.
mereka jadi akan mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi di tempat itu" Tetapi kondisi orang itu sangat lemah, nyawanya belum tentu bisa diselamatkan. Mungkin masih bisa ditolong hanya untuk beberapa saat saja. tapi itu pun mereka pikir akan sangat berguna bagi mereka berdua.
Kok Siauw Hong segera menggali tanah yang mengubur tubuh orang itu. Selang sesaat orang itu berhasil dikeluarkan dari tanah. Kok Siauw Hong segera mengerahkan lwee-kang untuk menyelamatkan nyawa orang itu.
Tak lama orang itu sudah bisa bicara. Tetapi suaranya ngorok dan muntah darah yang bercampur dengan busa.
"Siapa kau" Mengapa kau berada di sini?" tanya Kok Siauw Hong.
"Di mana Ayahku?" tanya Han Pwee Eng pada orang itu.
Mereka berdua ingin mendapat keterangan dari orang itu. namun masing-masing pertanyaan mereka berbeda.
Kok Siauw. Hong ingin tahu apa hubungan orang itu dengan Han Tay Hiong. sedangkan Han Pwee Eng ingin tahu keadaan ayahnya karena dia mencemaskan keadaan ayahnya. Maka itu si nona menanyakan tentang ayahnya.
"Air...Air...Air!" kata orang itu.
Barangkali orang itu belum bisa bicara karena tenaganya sudah habis dan napasnya sengal-sengal.
Han Pwee Eng berlari akan mengambilkan air mnum untuk orang itu. Sedangkan orang itu membuka matanya, lalu menoleh ke kiri dan kanan. Dia kelihatan tercengang.
395 "Tempat apa ini?" katanya.
Kok Siauw Hong balik bertanya.
"Jadi kau tidak tahu kalau ini rumah keluarga siapa?"
kata Kok Siauw Hong. Orang itu mengangguk. Kok Siauw Hong tercengang.
"Kalau begitu, bagaimana kau bisa berada di tempat ini?"kata Kok Siauw Hong.
Orang itu diam. Kok Siauw Hong mengira tenaga orang itu belum pulih sekali, oleh karena itu Kok Siauw Hong memberi keterangan pada orang itu.
"Ini rumah milik keluarga Han. rumah ini bisa dikatakan rumah Pamanku. Nona itu puteri keluarga di sini. Jika kau mau bicara dengan jujur kami tidak akan mencelakaimu!"
kata Kok Siauw Hong. Setelah tahu nona Han puteri pemilik rumah itu. orang itu kelihatan kaget. Seolah dia sedang menghadapi masalah besar yang menakutkan sekali. Kok Siauw Hong jadi curiga.
"Mengapa dia ketakutan setelah mendengar ceritaku"
Apakah dia dikubur hidup-hidup oleh Paman Han?" pikir pemuda ini.
Saat itu nona Han sudah kembali sambil membawa secawan air minum untuk orang itu. Sesudah orang ini minum lalu nona Han bertanya.
"Sekarang kau sudah agak segar, di mana Ayahku'." kata nona Han.
Tapi sambil bertanya nona Han pun berpikir.
"Orang ini sepertinya bukan sahabat ayahku?" pikir nona Han sedikit ragu-ragu.
396 Saat Han Pwee Eng sedang mengawasi orang itu.
mendadak orang itu menerjang ke arah nona Han dengan sekuat tenaga. Cawan air di tangannya pun jatuh hingga pecah berantakan. Peristiwa ini di luar dugaan nona Han.
Orang itu menggeram, dia kelihatan seperti binatang buas yang terluka. Saat itu dia menganggap nona Han di depan dia sebagai musuhnya. Atau dia anggap nona Han sebagai pemburu yang telah melukainya. Sesudah itu dia roboh tidak bertenaga lagi. Nona Han kaget bukan kepalang.
"Hai. kau kenapa?" tanya nona Han.
Kok Siauw Hong keheranan. Dia papah orang itu supaya bisa bangun dan dia berkata dengan lembut.
"Legakan hatimu, kami tidak berniat mencelakaimu."
kata Kok Siauw Hong. Pemuda ini keheranan menyaksikan kelakuan orang itu.
Saat Kok Siauw Hong memapah orang itu. dia memegang pergelangan tangan orang itu. Denyut nadi orang itu tidak lemah seperti yang dia duga. Kok Siauw Hong bukan tabib tapi dia cukup berpengalaman dalam masalah ini. Bagi orang yang sedang sakit tidak mungkin denyut nadinya seperti orang sehat biasa. Maka itu pemuda ini jadi curiga dan berpikir.
"Akan kujajal dia." pikir Kok Siauw Hong.
Lalu Kok Siauw Hong mengulur jari tangannya. Dia totok jalan darah Beng-khi-hiui orang itu. Ini jalan darah yang sangat penting. Jika dia tertotok maka orang itu akan binasa
Melihat serangan Kok Siauw Hong. nona Han kaget bukan alang kepalang.
"Jangan!" kata si nona.
397 Orang itu tenang-tenang saja. dia tidak berkelit dari totokan Kok Siauw Hong dan dia juga tidak melawan. Kok Siauw Hong sadar, dia tahu bahwa orang itu manda saja ketika dia serang. Dengan begitu dia telah salah menduga.
Dia tarik kembali serangannya, sehingga orang itu tidak terluka.
"Dia tidak memiliki lwee-kang." kata si nona.
"Ya. tubuhnya memang sangat lemah. Dia bukan berpura
pura." kata Kok Siauw Hong.
Nona Han mengerutkan dahinya.
"Tapi kenapa kau jajal dia?" kata si nona.
Kok Siauw Hong tersenyum.
"Berhati-hati lebih baik. kan?" kata pemuda itu.
"Orang itu baru kembali dari pintu neraka." kata si nona.
"Dia sudah begitu ketakutan, kau malah menakut-nakutinya. Dia tidak bisa bicara mungkin karena sangat ketakutan?"
Kok Siauw Hong merasa tidak enak hati
"Biar dia istirahat sejenak, sesudah tenaganya pulih kembali, baru dia kita tanyai lagi." kata pemuda itu perlahan.
Tiba-tiba pemuda itu mengerutkan dahinya.
"Eh. suara apa itu?" kata Kok Siauw Hong.
Nona Han tertegun. "Apa masih ada orang yang masih hidup di tempat ini?"
kata si nona. 398 Lwee-kang nona Han di bawah Kok Siauw Hong hingga dia tidak mendengar apa-apa. Pemuda itu berusaha berkonsentrasi. Dia memperkirakan suara itu bukan suara satu orang tapi suara orang banyak. Mereka saling bentak dan sedang bertarung hebat.
Kok Siauw Hong kaget. "Itu suara si Iblis Tua. entah dia sedang bertarung dengan siapa?" kata Kok Siauw Hong.
Nona Han mengangguk. "Ya. aku baru mendengarnya. Entah mereka sedang bertarung dengan siapa?" kata si nona.
Nona Han sekarang sudah mendengar dengan jelas suara orang sedang bertarung dan siulan si Iblis Tua itu.
"Kaujaga dia. aku akan ke sana melihatnya." kata Kok Siauw Hong pada nona Han.
Tapi hati pemuda ini berpikir.
"Orang yang mampu melawan Chu Kiu Sek pasti seorang pesilat tangguh. Ilmu Siii-lo-im-sut-kang sangat beracun. Sekalipun orang itu berilmu tinggi, pasti dia akan terluka juga oleh si Iblis Tua!" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong menggunakan gin-kang dan berlari pesat ke arah tempat pertempuran itu. Baru saja dia tiba di luar rimba. Kok Siauw Hong sudah merasakan desiran angin pukulan dan pasir yang berterbangan ke udara.
"Aah! Apakah itu Paman Han yang sedang bertarung dengan si Iblis Tua?" pikir Kok Siauw Hong.
Han Tay Hiong bergelar Kiam-ciang-siang-coai. Dia mahir ilmu pukulan Tay-Iiak-kim-kang-ciang. Saat ini di kalangan kang-ouw yang mampu ilmu itu hanya beberapa orang saja. Buru-buru Kok Siauw Hong masuk ke dalam 399
rimba itu. Dari jarak jauh pemuda itu sudah melihat bahwa itu memang Chu Kiu Sek. Dia sedang bertarung dengan seorang pengemis tua
-0o-^DewiKZ^~^aaa^-o0 Bab 15 Setelah melihat tegas bahwa lawan Chu Kiu Sek itu seorang pengemis tua. bukan main girangnya Kok Siauw Hong. Dia lalu berpikir.
"Aah. kiranya lawan Chu Kiu Sek itu Liok Pang-cu (Ketua Liok) dari Kay-pang (Perkumpulan Pengemis).
Pantas pukulannya begitu hebat dan mampu menghadapi Chu Kiu Sek!" pikir Kok Siauw Hong.
Pengemis tua itu bernama Liok Kun Lun. dia pandai ilmu pukulan Yu-houw-ciang (Pukulan Menaklukkan Harimau) dan pukulan Hang-liong-ciang (Pukulan Penakluk Naga). Kedua pukulan itu tak kalah oleh pukulan Tay-liak-kim-kang-ciang.
Selain mereka masih ada dua orang lagi yang sedang bertarung dengan sengit, suara bentakannya terdengar nyaring sekali. Orang itu juga seorang pengemis tua. Kok Siauw Hong kenal pengemis tua itu. dia bernama Lauw Kan Lu. Hiang-cu dari markas cabang Kay-pang yang ada di Lokyang. Sedang yang seorang lagi lelaki yang memelihara bewok. dan pemuda ini tidak mengenalinya.
"Orang itu menggunakan ilmu Hua-hiat-to. awas jangan sampai telapak tangannya mengenai tubuhmu!" kata Liok Kun Lun memperingatkan temannya.
"Ya!" jawab Lauw Kan Lu.
Terlihat tongkat bambu bergerak kian-kemari. Kemudian berputar-putar, kelihatan kacau tidak mirip dengan ilmu 400
tongkat. Namun, lelaki bewok itu jadi kalang-kabut. Dia menghindar dari serangan yang kalut itu. kemudian melancarkan pukulan dari jarak dua depa. Mendadak lelaki bewok itu berkata.
"Ilmu silatmu lihay sekali! Apakah ini ilmu Tah-kauw-kunhoat (Ilmu tongkat memukul anjing) dari kaum Kaypang?" kata si bewok.
Kemudian wajah si bewok berubah merah karena menyebut pukulan Tah-kumv-kiin itu.
Lauw Kan Lu tertawa terbahak-bahak. "Benar aku Kan Lu (Pengejar Keledai), tapi juga bisa Tah-kauw (Memukul Anjing) Hari ini kau akan merasakan tongkat pemukul anjingku ini!" katanya.
Lauw Kan Lu memang berasal dari keluarga miskin.
Orang tuanya seorang penggembala keledai. Oleh sebab itu anaknya diberi nama Kan Lu. Lelaki bewok itu mendengus.
"Hm! Aku tidak ingin adu bicara denganmu, sekalipun ilmu tongkatmu hebat. Tapi jika kita bertarung terus, kau bukan lawanku!" kata si bewok.
Saat itu Kok Siauw Hong masih berada jauh sekitar puluhan depa dari tempat pertempuran itu. Tapi dia sudah mencium bau amis. Pukulan Siu-lo-im-sat-kang yang sangat beracun mengeluarkan hawa dingin, tapi tidak berbau amis Pasti itu ilmu pukulan yang dilancarkan si Bewok ini.
"Hm! Orang ini mahir ilmu pukulan beracun." pikir Kok Siauw Hong. Tapi dia tidak bisa mendekati tubuh Lauw Kan Lu Sekalipun sepasang telapak tangannya beracun, tetapi tidak bisa digunakan untuk menyerang Lauw Kan Lu. Tadi dia berani bicara sombong?"
Liok Kun Lun dan Chu Kiu Sek dua tokoh aliran lurus dan sesat. Mereka berdua sama-sama berilmu silat tinggi.
401 Jika salah satu ingin menang dalam pertarungan, mereka masingmasing harus mengeluarkan lwee-kang yang tinggi.
Tapi jika diperhatikan mereka hanya bertarung biasa-biasa saja. tidak terlalu istimewa.
Kok Siauw Hong lebih tertarik menyaksikan pertarungan Lauw Kan Lu dan si Bewok. Lauw Kan Lu telah menggunakan 17 ilmu pukulan memukul anjing dengan tongkatnya. Jurusjurusnya sangat aneh dan hebat luar biasa.
"Jika aku tahu yang bertarung kedua jago tua itu. aku tidak perlu terbutu-buru datang ke tempat ini!" pikir Kok Siauw Hong.
Pertarungan itu jadi semakin hebat hingga si bewok terdesak mundur dua depa. Namun masih bisa bertahan dan wajah Lauw Kan Lu mulai tampak serius. Ternyata lelaki bewok itu bernama Pouw Yang Hian. Han Pwee Fng beberapa hari yang lalu pernah bertemu dengannya. Sedang ilmu Huahiat-to itu sangat beracun, sekalipun kalah hebat dengan ilmu Siu-lo-im-sat-kang.
Setelah bertarung seratus jurus lebih bau amis itu semakin menyengat. Tak heran napas Lauw Kan Lu pun mulai semakin sesak. Dia kaget dan berpikir bahwa bahaya sedang mengancam dirinya
"Dua ilmu beracun keluarga Suang memang bukan omong kosong! Jika aku tidak segera mengalahkan orang ini. malah aku .bisa celaka!" pikir Lauw Kan Lu.
Memang dugaan Lauw Kan Lu jadi kenyataan. Dia mulai terdesak Saat bahaya mengancam. Kok Siauw Hong melancarkan serangan hebat. Serangan itu membuat si bewok kaget. Karena tahu telah datang musuh lain. si bewok menganggap sudah tidak ada gunanya meneruskan pertarungan, lalu dia kabur.
402 Lauw Kan Lu heran menyaksikan musuhnya tiba-tiba kabur. Begitu juga dengan Chu Kiu Sek. dia juga meninggalkan orang she Liok yang jadi lawannya.
Tak lama Lauw Kan Lu mendengar langkah orang sedang berjalan mendatangi. Lauw Kan Lu segera menoleh Kelihatan seorang pemuda berpakaian serba putih sedang berjalan ke arahnya. Begitu melihat pemuda itu bukan main girangnya Lauw Kan Lu. Segera dia memanggil pemuda itu dengan nada gembira sekali.
"Kok Kong-cu. kapan kau sampai" Apa kau sudah pergi ke rumah Han Tay Hiong?" kata Lauw Kan Lu.
Kok Siauw Hong tersenyum. Dulu saat dia datang ke rumah Han Tay Hiong untuk memberitahu ayahnya telah meninggal. Kok Siauw Hong pernah bertemu dengan Lauw Kan Lu di markas cabang Kay-pang kota Lok-yang. Liok Kun Lun kawan baik ayah Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong memberi hormat kepada kedua jago tua itu.
"Baru hari ini aku tiba di sini." kata Kok Siauw Hong.
"Aku baru saja dari rumah Paman Han."
Liok Kun Lun menatap wajah pemuda itu.
"Aku dengar kau akan membatalkan perjodohanmu dengan puteri Han Tay Hiong. benarkah begitu?" kata Liok Kun Lun.
Wajah Kok Siauw Hong berubah merah. "Benar." jawab pemuda itu.
"Tindakanmu itu tepat sekali, nak." kata Liok Kun Lun.
"Jangan takut jika Han Tay Hiong gusar padamu atau memusuhimu. aku si pengemis tua siap membantumu!"
kata Liok Kun Lun. 403 Mendengar ucapan Liok Kun Lun. kelihatan Kok Siauw Hong sedikit terperanjat.
"Eh! Apa maksudnya, kenapa dia bilang tindakanku membatalkan perjodohan itu tepat sekali?" pikir Kok Siauw Hong.
Sebenarnya dia membatalkan pertunangannya karena dia sudah jatuh cinta kepada Ci Giok Hian. sedangkan dia dengan
Han Pwee Eng belum pernah bergaul rapat seperti dia bergaul dengan nona Ci Giok Hian. Ditambah lagi perjodohan dia dengan nona Han karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Bukan berdasarkan saling cinta mencintai.
Kok Siauw Hong tidak menganggap bahwa cintanya telah berubah. Dia juga tidak menganggap dirinya bersalah.
Hanya dia jadi heran pada saat mendengar Liok Kun Lun mengatakan tindakannya itu sangat tepat.
"Kau tidak bersedia menikah dengan puteri Han Tay Hiong. kalau begitu kau sudah tahu tentang orang she Han itu. bukan?" kata Lauw Kan Lu ikut bicara.
"Tentang apa?" tanya Kok Siauw Hong heran.
"Mengenai masalah persekongkolan Han Tay Hong dengan bangsa Mongol! Memang masalah lain apa lagi?"
kata Lauw Kan Lu. "Be... Benarkah Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol?" kata Kok Siauw Hong agak gagap.
Lauw Kan Lu balik bertanya.
"Jadi Pamanmu Jen Thian Ngo belum
memberitahumu?" kata Lauw Kan Lu.
Kok Siauw Hong mengangguk.
404 "Sudah." kata Kok Siauw Hong. "Menurut Paman Jen dia melihat Paman Han berhubungan dengan Siang-koan Hok. Justru aku ke sini ingin bertanya pada Lauw Cianpwee. apa benar begitu?"
Lauw Kan Lu membuka pakaiannya hingga tampak bekas luka di dadanya.
"Malam itu aku mendapat laporan rahasia, katanya Siangkoan Hok ada di rumah Han Tay Hiong. Aku bersama Jen Thian Ngo pergi ke rumah Han Tay Hiong.
maksud kami kami ingin membuka kedok dia Tapi mereka sudah mengetahui kedatangan kami. Sebelum kami tiba Siang-koan Hok sudah kabur. Di tengah jalan kami bertemu dengan Siang-koan Hok. Sungguh memalukan sekali, sekalipun kami bergabung dengan pamanmu, kami tidak berhasil menangkap Siang-koan Hok. Dia berhasil melukaiku, dan ini adalah tanda mata dari Siang-koan Hok untukku!" kata Lauw Kan Lu.
"Sekalipun luka pukulan Siang-koan Hok sudah dua tahun yang lalu. ternyata masih membekas. Kalau begitu dia sangat lihay. Jadi keterangan Paman Jen memang benar. Tapi....aku sangsi. Sekalipun Paman Han sahabat Siang-koan Hok. belum tentu Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol?" pikir Kok Siauw Hong.
"Lauw Cian-pwee yakin. Paman Han punya hubungan dengan bangsa Mongol?" kata Kok Siauw Hong.
"Pertanyaanmu itu benar Waktu itu memang peperangan dengan bangsa Mongol belum berkobar." kata Lauw Kan Lu.. "Sedang dari pihak Monggol dengan kerajaan Tay Song (Kerajaan Song Besar) telah ada perjanjian. Malam itu Han Tay Hiong menjamu Siang-koan Hok. itu pun bukan kesalahan besar. Tetapi Siang-koan Hok itu wakil Kok-su Kerajaan Mongol dan Han Tay Hong berhubungan dengan 405
Siang-koan Hok. itu pasti akan menimbulkan kecurigaan pada setiap orang. Sedang perang sekarang sudah berkobar, maka itu kita harus siap-siaga. Kok Hian-tit. bagaimana pendapatmu?"
"Ya. Lo-cian-pwee benar." kata Kok Siauw Hong. Lauw Kan Lu semula bernama Lauw Kun. karena semua orang memanggil dia Lauw Kan Lu. maka dia menggunakan nama itu.
"Sekarang pasukan pelopor bangsa Mongol berada kurang lebih seratus li dari Lok-yang." kata Liok Kun Lun.
"Kedatanganku ke mari mi karena aku ingin bertarung dengan Han Tay Hiong. Kita bunuh dia agar dia tidak bisa menyambutt kedatangan tentara Mongol!"
"Kau baru dari rumah Paman Han. apakah dia ada di sana?" tanya Lauw Kan Lu.
"Rumah dia hangus terbakar. entah dia masih hidup atau sudah mati?" kata Kok Siauw Hong.
Di depan kedua jago Kay-pang itu Kok Siauw Hong tidak berani menyebut "Paman Han". dia hanya bilang dengan kata "dia" saja.
"Dari laporan anak buah Kay-pang. kebakaran itu terjadi tadi malam. Apinya tidak begitu besar. Kedua anggota Kaypang yang melihat kebakaran itu. mereka langsung ke sana.
Saat mereka sampai api sudah padam. Mereka tidak berani masuk ke rumah Han Tay Hiong karena takut terjebak oleh siasat orang she Han itu." kata Lauw Kan Lu.
"Siasat apa?" tanya Kok Siauw Hong.
"Mereka menduga jangan-jangan Han Tay Hiong sendiri yang membakar rumahnya, jadi mereka tidak berani masuk!" kata Lauw Kan Lu.
406 "Tapi kenapa dia membakar rumahnya sendiri?" tanya Kok Siauw Hong sedikit heran.
Liok Kun Lun tertawa terbahak-bahak.
"Ini akal liciknya! Dia berpura-pura telah didatangi oleh musuh besarnya. Malah rumahnya telah musnah oleh api dan dia sendiri mati! Jika sudah demikian, siapa yang bisa menyelidiki lagi kalau dia itu bersekongkol dengan bangsa Mongol" Nanti, setelah tentara Mongol datang, baru dia muncul lagi. Dengan demikian dia jadi sangat berjasa kepada bangsa Mongol. Lalu apa yang bisa kita lakukan sesudah itu?" kata Liok Kun Lun.
Kok Siauw Hong teringat pada dugaan Chu Kiu Sek.
bahwa terbakarnya rumah Han Tay Hiong karena Han Tay Hiong takut kepadanya. Sedangkan Liok Kun Lun mengira.
Han Tay Hiong membakar rumahnya sendiri untuk menghindari penyelidikan persekongkolannya dengan bangsa Mongol. Sekalipun dugaan itu berbeda, tapi dugaan itu sama, yaitu bahwa Han Tay Hiong yang membakar rumahnya sendiri!
Kok Siauw Hong jadi merinding
"Hati manusia sulit diterka. Benarkah kelakuan Paman Han begini rendahnya?" pikir Kok Siauw Hong.
"Aku kira untuk menutupi rahasianya. Han Tay Hiong sampai tega membunuh semua pelayan setianya. Apa lagi mereka masih punya sanak famili?" kata Liok Kun Lun.
"Dugaan Liok Cian-pwee benar, semua pelayannya telah mati. tetapi pelaku yang membunuh mereka itu belum tentu Han Tay Hiong?" kata Kok Siauw Hong.
"Sungguh keji perbuatannya itu! Su-siok (Paman Guru), sungguh hebat dugaanmu. tidak seorang pun dari keluarga Han yang masih hidup." kata Lauw Kan Lu.
407 "Tidak! Masih ada dua orang yang masih hidup."
sanggah Kok Siauw Hong. Lauw Kan Lu tertegun mendengar keterangan itu.
"Siapa kedua orang itu?"
"Yang seorang puteri Han Tay Hiong."
Mata Lauw Kan Lu terbelalak.
"Kau datang bersamanya?" kata Lauw Kan Lu.
"Tidak!" kata Kok Siauw Hong. "Dia tiba di rumahnya lebih dulu dariku. Ketika aku sampai di rumahnya, kebetulan aku melihat dia sedang bertarung melawan Chu Kiu Sek." sahut Kok Siauw Hong.
Liok Kun Lun manggut-inanggut.
"Oh. aku lupa, kau sudah tidak mau menikah dengan dia. jadi mana mungkin kau berjalan bersamanya?" kata Liok Kun Lun." Sesudah itu dia tatap wajah Kok Siauw Hong. "Kalau begitu, kau bergabung dengannya melawan Chu Kiu Sek dan kalian mengalahkan si Iblis Tua itu?"
"Tidak begitu, tapi Chu Kiu Sek kabur sendiri"
"Kenapa?" tanya Lauw Kan Lu heran.
"Karena Chu Kiu Sek mendengar suara batuk seseorang!
Aku kira dia takut kalau Han Tay Hiong sedang bersembunyi di sini. maka dia kabur!" kata Kok Siauw Hong.
Liok Kun Lun dan Lauw Kan Lu tertegun.
"Menurutmu siapa orang itu?" kata mereka hampir serempak.
Kok Siauw Hong menggelengkan kepalanya.
408 "Aku tidak tahu siapa orang itu?" jawab Kok Siauw Hong
Kemudian Kok Siauw Hong menceritakan sejak awal dia datang dan tiba di rumah Han Tay Hiong. Dia juga bilang dia menemukan orang yang terkubur dan sudah mereka tolongi itu serta tentang penemuan kulit kambing yang bertulisan bahasa Mongol. Liok Kun Lun manggutmanggut.
"Oh. kalau begitu mari kita ke rumah Han Tay Hiong untuk melihatnya!" kata Liok Kun Lun.
"Tadi kau bilang di tangan pelayan yang mau kau kuburkan mayatnya itu kau menemukan kulit kambing bertulisan bahasa Mongol. Apakah kulit kambing itu ada padamu?" kata Lauw Kan Lu.
"Ada! Mungkin benda ini bisa membuka semua misteri ini." kata Kok Siauw Hong.
"Serahkan barang itu padaku, di antara murid-murid kami yang berpakaian karung bertambal enam ada yang bisa membaca tulisan bahasa Mongol." kata Lauw Kan Lu.
"Oh bagus sekali." kata Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong menyerahkan kulit kambing yang dijadikan alat tulis itu kepada Lauw Kan Lu. Sesudah itu mereka meninggalkan rimba menuju ke rumah Han Tay Hiong.
Ketika itu hari mulai pagi. Udara sangat sejuk dan nyaman sekali. Saat berjalan Liok Kun Lun menggunakan gin-kang. semula dia khawatir Kok Siauw Hong tidak mampu mengikutinya. Tapi saat dia menoleh, ternyata Kok Siauw Hong ada di belakang dia.
409 "Kok Hian-tit. kau mencari Han Tay Hiong untuk membatalkan pertunanganmu'." kata Liok Kun Lun.
'Benar, aku bermaksud memberi penjelasan agar kelak tidak jadi masalah!" kata Kok Siauw Hong.
"Benar, begitu!" kata Liok Kun Lun.
"Kau pikir aku mencari Paman Han untuk urusan apa?"
pikir Kok Siauw Hong agak kesal juga.
Liok Kun Lun melirik. "Kok Hian-tit kau berhasil menguasai Siauw-yang-sinkang, aku ucapkan selamat kepadamu!" kata Liok Kun Lun.
"Aku hanya menguasai enam sampai tujuh bagian saja."
kata Kok Siauw Hong berterus terang.
Kok Siauw Hong tertegun, sebab Siauw-yang-sin-kang dia peroleh dari ibunya, dia heran mengapa pengemis tua ini tahu tentang ilmu silat itu.
"Chu Kiu Sek pandai Sui-lo-im-sat-kang, ilmu itu hanya bisa diatasi oleh Siuw-yang-sin-kang" kata Liok Kun Lun.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau bertarung dengan Chu Kiu Sek. tapi sedikitpun kau tidak terluka olehnya. Aku pikir kau telah berhasil menguasai ilmu tersebut. Kok Hian-tit aku ingin menanyakan sesuatu padamu"
"Katakan saja."kata Kok Siauw Hong.
"Apa kau akan menggunakan ilmu itu untuk mengobati Han Tay Hiong?" kata Liok Kun Lun.
"Benar, semula aku pikir begitu!" kata Kok Siauw Hong dengan jujur. "Karena aku membatalkan pertunanganku dengan puterinya. aku merasa bersalah kepada mereka.
Tetapi setelah aku dengar kata-kata Paman Jen. maka niatku akan aku batalkan!"
410 Liok Kun Lun tersenyum. "Nona Han sangat cantik dan ilmu silatnya pun tinggi.
Apa kau masih menaruh hati kepadanya?" kata Liok Kun Lun. Wajah Kok Siauw Hong merah.
"Sekalipun aku bukan tunangannya lagi. tapi tetap aku tak bisa membiarkan dia dihina oleh Chu Kiu Sek. Apa salah yang aku lakukan itu. Lauw Cian-pwee?" kata Kok Siauw Hong.
"Membantu orang yang lemah itu sikap terpuji seorang gagah. Asal itu kau lakukan bukan karena cintamu, aku lega." kata Liok Kun Lun.
"Hm! Sekalipun nona Han cantik dan baik kepadaku, aku tidak bisa menikah dengannya. Di hatiku hanya ada Ci Giok Hian seorang!" pikir Kok Siauw Hong.
Tak lama Kok Siauw Hong berkata lagi.
"Sekalipun benar misalnya Han Tay Hiong bersekongkol dengan bangsa Mongol. tetapi nona Han tidak sejalan dengan pendapat ayahnya!"
"Dari mana kau tahu soal itu?" tanya Liok Kun Lun.
"Jika dia bekerja-sama. tidak mungkin dia menyerahkan kulit kambing bertulisan huruf Mongol itu kepadaku." kata Kok Siauw Hong.
Pernikahannya dengan nona Han memang telah dia batalkan, tapi setelah bertemu dengan nona Han. dan menyaksikan sikapnya. Kok Siauw Hong jadi kagum dan tanpa sadar dia membela nona itu.
Tak lama mereka sudah sampai di rumah Han Tay Hiong. Ketika melihat kedatangan ketiga orang itu nona Han terperanjat.
411 "Nona Han. ini Liok Cian-pwee. ketua Kay-pang. dan yang ini Lauw Hiang-cu. Iblis Tua itu rupanya bertemu dengan kedua cian-pwee ini. Dia kalah dan kabur." kata Kok Siauw Hong.
Nona Han kenal pada Lauw Kan Lu tetapi dia tidak kenal pada Liok Kun Lun. Dia segera memberi hormat.
"Ayahku didatangi oleh musuh, masih hidupkah dia atau telah binasakah dia. aku belum mengetahuinya." kata nona Han. "Mohon bantuan dari Lo-cian-pwee untuk menyelidikinya!"
Han Pwee Eng sudah tahu perkumpulan Kay-pang bisa cepat mendapat informasi. Dia tidak tahu kalau ketua pengemis itu justru sedang mencurigai ayahnya bersekongkol dengan bangsa Mongol.
"Aku dengar rumahmu terbakar, maka kami ke mari.
Legakan saja hatimu, kami akan membantu mencari di mana ayahmu itu berada." kata Lauw Kan Lu.
"Selain ayahmu yang tidak ketahuan entah di mana. apa ada yang masih selamat dan tidak terkena musibah?" tanya Liok Kun Lun.
"Semuanya telah mati. tapi kami menemukan seseorang yang masih hidup, dia bukan orangku tetapi orang lain yang tidak aku kenal." kata nona Han.
Nona Han mengajak tamunya masuk. Orang yang dimaksud oleh nona Han itu masih duduk bersandar di tembok. Sepasang tangannya sedang memegangi kepalanya.
Saat mereka masuk seolah orang itu tidak melihat dan mendengarnya.
"Siapa dia?" tanya Lauw Kan Lu pada nona Han.
412 "Dia seperti orang yang ketakutan dan berubah jadi bodoh. Setiap aku bertanya, dia hanya berteriak-teriak saja."
sahut nona Han. Liok Kun Lun melepas tangan orang itu. lalu dia angkat dagu orang itu. Ketika sudah melihat wajah orang itu. Liok Kun Lun berseru.
"Bukankah kau ini Pauw Leng?"
Mendengar kata-kata Liok Kun Lun. Kok Siauw Hong terkejut. Pauw Leng dikenal dan bergelar Miauw Ciu Sin Touw (Pencuri Sakti Bertangan Lincah). Setiap kali melakukan pencurian dia jarang gagal. Heran sekali kali ini dia kedapatan terkubur hidup-hidup di rumah Han Tay Hiong.
Dia tatap wajah Liok Kun Lun. dia seolah mengenali pengemis itu.
Liok Kun Lun segera memeriksa nadinya. Seperti Kok Siauw Hong dia juga berpendapat, nadi Pauw Leng normal.
Tenaganya tidak hilang. Sekalipun sangat lemah tidak seharusnya dia seperti orang yang mau mati saja. Lalu Liok Kun Lun mengurut jalan darahnya. Tak berapa lama Pauw Leng muntah. Dia segera berlutut di depan Liok Kun Lun
"Pang-cu.. .Tolonglah aku.. ." kata dia.
Suara Pauw Leng sangat lemah, seperti orang sakit
"Legakan saja hatimu, aku akan mengobatimu." kata Liok Kun Lun.
Nona Han kagum oleh kepandaian Liok Kun Lun ini.
"Nona Han. bolehkah aku bawa orang ini untuk kuobati.
Sesudah sembuh dan bisa bicara, pasti kau akan kuberi tahu." kata Liok Kun Lun.
413 Rumah nona Han telah rusak karena terbakar, dia sedang bingung mau ke mana" Sekarang Liok Kun Lun minta agar orang itu boleh dibawa, tentu saja nona Han tidak keberatan.
"Silakan. Pang-cu aku tidak keberatan. Tapi aku masih punya satu masalah, aku mohon bantuan dari Cian-pwee!"
kata nona Han. "Jangan sungkan-sungkan, katakan saja!" kata Liok Kun Lun.
"Hidup matinya Ayahku belum diketahui, maka sebaiknya sisa harta kami ini tolong Pang-cu bawa semua dan serahkan pada para pejuang!" kata nona Han.
Mendengar ucapan nona Han tentu saja dua pengemis tua itu kaget bukan main. Harta keluarga Han sangat banyak. Konon jika semua diuangkan, uangnya bisa untuk membeli sebuah kota. Ini belum terhitung kekayaan yang lainnya.
"Orang-orang yang membakar rumah keluarga Han itu tidak mengambil barang milik berharga ini." pikir Lauw Kun Lun. "Sungguh mengherankan" Jika yang membunuh itu Han Tay Hiong. mengapa dia tidak mengatur dulu.
Misalnya dia menyingkirkan semua barang berharga agar tidak ikut terbakar. Jika ini perbuatan musuh, mengapa dia tidak mengambil kekayaan keluarga Han ini?"
Semula dia berpikir semua itu perbuatan Han Tay Hiong. Setelah menyaksikan banyak benda berharga yang terbakai hangus, dia jadi ragu sendiri. Bahkan Kok Siauw Hong pun heran dan kagum saat mendengar nona Han menyumbangkan hartanya untuk para pejuang tanah air.
"Nona Han. kau mulia dan gagah Kau pantas disebut pendekar wanita!" kata Kok Siauw Hong.
414 "Nona Han berhati mulia, aku si Pengemis Tua kagum.
Tapi jika ayahnya pulang, apakah dua tidak akan marah dan menyalahkan tindakannya?" kata Lauw Kan Lu.
Kiok Kun Lun mengangguk. "Baik Nona Han. kau menyumbang dengan tulus hati kami senang. Kami mewakili para pejuang mengucapkan terima kasih."
Liok Kun Lun mengawasi ke arah Lauw Kan Lu. "Kau tinggal di sini mengurus hal ini. Aku akan membawa Pauw Ling ke markas cabang untuk mengobatinya."
Lauw Kun Lun mengangguk Liok Kun Lun langsung memapah Pauw Ling sambil berkata pada Kok Siauw Hong.
"Kok Hian-tit. kau juga ikut aku!" katanya.
"Baik." kata Kok Siauw Hong yang lalu menoleh ke arah nona Han. "Nona Han. kau tunggu di sini aku akan ke mari lagi!"
Liok Kun Lu memapah Pauw Leng diikuti oleh Kok Siauw Hong. mereka meninggalkan rumah Han Tay Hiong.
Sesampai di jalan gunung dia lepaskan Pauw Leng.
"Sudah. Pauw Lo-sam. kau jangan berpura-pura lagi.
Kau harus berjalan sendiri!" kata Liok Kun Lun.
"Liok-lo-ya-cu." kata Pauw Leng. "aku sudah dua hari tidak makan. Aku sangat kelaparan. Jika terpaksa aku memang hisa berjalan sendiri, tapi aku tidak akan sanggup mengikutimu." sahut Pauw Leng.
Wajahnya berubah murung. Liok Kun Lun tertawa. 415 "Dasar mulut maling! Baik. aku akan membuatmu kenyang!" kata Liok Kun Lun.
Pengemis tua itu menurunkan buli-buli araknya. Dia keluarkan seekor ayam panggang dari saku bajunya, ayam panggang itu dia berikan pada Pauw Leng.
"Ayam ini pemberian Lauw Kan Lu untukku, sekarang makanlah untukmu!" kata Liok Kun Lun.
Pauw Leng menyantap panggang ayam dan minum arak.
Tak lama dia seka mulutnya.
"Hm! Harum sekali arak ini. sayang cuma sedikit. Mari kita berangkat!" kata Pauw Leng.
Pauw Leng sekarang bisa jalan dengan gagah dan cepat.
Kok Siauw Hong keheranan melihat kejadian itu.
"Dia tak apa-apa. Tadi dia hanya pura-pura. Mengapa dia harus berbuat begitu?" pikir Kok Siauw Hong.
Tak lama mereka sudah sampai di markas cabang Kaypang. Liok Kun Lun mengajak mereka ke ruang rahasia. Di sini baru Liok Kun Lun bicara.
"Nah. Pauw Lo-sam. kau sekarang boleh bicara. Apa yang sebenarnya telah terjadi?" kata Liok Kun Lun.
Dia awasi Kok Siauw Hong. dia malu-malu untuk segera bicara. Liok Kun Lun tertawa
"Semua orang tahu bahwa kau Miauw-ciu-sin-touw.
Mau apa kau masuk ke rumah orang she Han itu" Sudah lekas kau bicara jangan mau-malu!" kata Liok Kun Lun.
"Liok-lo-ya-cu orang yang pengertian, aku memang seorang pengusaha tidak bermodal, aku ke sana tentu saja untuk mencuri." kata dia.
Liok Kun Lun tertawa. 416 "Kau terlalu berani. Kau bukan mencuri di tempat lain malah kau datang mencuri di rumah Han Tay Hiong!" kata Liok Kun Lun.
"Di Lok-yang memang banyak orang kaya. tapi tidak ada yang sekaya Han Tay Hiong. Maka itu aku ke datang ke rumahnya." kata Pauw Leng.
"Dari mana kau tahu Han Tay Hiong sangat kaya?"
tanya Liok Kun Lun. "Pekerjaanku menjadi pencuri, oleh karena itu aku harus banyak menyebar orang untuk mencari informasi yang akurat. Tahun lalu Han Tay Hiong membeli banyak barangbarang antik yang mahal harganya Dari sesama malinglah aku mendapat keterangan ini. Maka itu aku jadi tahu dengan jelas." kata Pauw Leng.
"Kau tahu tentang kekayaannya, apakah kau juga tahu dia seorang yang berilmu tinggi?" kata Liok Kun Lun. "Jika kau berhadapan dengan salah seorang pelayannya pun. kau akan repot sekali. Apalagi kau harus menghadapi Han Tay Hiong. Apa matamu telah buta karena harta itu hingga kau lupa pada keselamatan nyawamu sendiri?"
"Tidak! Aku bukan buta oleh kekayaannya, tapi ...aku tidak tahu mengenai asal-usul Han Tay Hiong ini. Kau ketua Kay-pang tentu kau tahu siapa dia?" kata Pauw Leng.
Liok Kun Lun manggut. "Tidak heran kalau kau tidak tahu asal-usulnya, karena Han Tay Hiong sudah menutup diri selama duapuluh tahun. Tak heran kaum Rimba Persilatan biasa atau golongan muda jadi tidak tahu siapa dia" Dia adalah pesilat berilmu tinggi!" kata Liok Kun Lun.
Pauw Leng manggut. 417 "Kau benar, kalau tidak masakan Beng Cong-piauw-tauw bersedia mengantarkan puterinya yang akan menikah di Yangcou?" kata Pauw Lena.
Ketika itu wajah Kok Siauw Hong berubah merah.
Entah Pauw Leng tahu atau tidak, bahwa calon menantu Han Tay Hiong itu adalah dia.
"Sudah kau jangan ngawur! Ceritakan saja setelah kau ada di dalam rumah Han Tay Hiong." kata Liok Kun Lun.
"Saat aku sampai di rumah Han Tay Hiong. lampu di kamar baca Han Tay Hiong belum dimatikan. Kemudian aku dengar ada orang yang bicara. Aku mengendap-endap mendekati jendela kamar itu. Maksudku akan meniupkan obat bius supaya mereka semua tertidur!" kata Pauw Leng.
"Apa kau berhasil meniupkan obat bius itu?" kala Liok Kun Lun.
"Belum!" kata Pauw Leng sambil menggelengkan kepalanya. "Untung belum sehingga mereka tidak tahu aku ada di situ. Saat itu Han Tay Hiong sedang bicara dengan seseorang. Aku hanya mendengar dua patah kata dan aku jadi kaget."
"Kau tahu, siapa orang yang bicara dengan Han Tay Hiong itu?" kata Liok Kun Lun. "Apa yang mereka bicarakan hingga kau kaget sekali?"
"Orang itu pelayan Han Tay Hiong." sahut Pauw Leng.
"Sayup-sayup aku mendengar kata-katanya. "
"Apa yang dikatakannya?" desak Liok Kun Lun.
"Dia bilang "Kali ini aku telah membunuh Ho-pak Samhiong (Tiga Orang Gagah dari Ho-pak)." kata Pauw Leng menirukan suara pelayan Han Tay Hiong. "Aku menyesal sekali!"
418 Mendengar keterangan Pauw Leng itu Kok Siauw Hong terkejut sekali.
"Ho-pak Sam-hiong itu orang gagah di Dunia Persilatan.
Bagaimana pelayan tua itu malah membunuh mereka?"
pikir Kok Siauw Hong. "Mengapa dia bunuh Ho-pak Sam-hiong. apa dikatakannya?" kata Liok Kun Lun.
"Ya," kata Pauw Leng lalu dia meneguk arak, "dia bilang saat dia akan pulang, di Yun-kang dia bertemu dengan mereka. Mereka bertanya kepada pelayan itu, apa yang si pelayan tua lihat dan lakukan di Ho-lim" Pelayan tua itu bilang, selain majikannya, orang lain tidak boleh tahu.
Ketika Han Tay Hiong mendengar keterangan pelayan tua itu bilang begitu, Han Tay Hiong memuji pelayan tua itu sangat setia kepadanya."
Setelah mendengar ucapan Pauw Leng kembali Kok Siauw Hong kaget. Karena Ho-lam ibukota Kerajaan Mongol, dia heran mengapa Han Tay Hiong mengutus pelayan tua itu ke sana"
"Empat tahun yang lalu Siang-koan Hok singgah di kota Lok-yang," pikir Kok Siauw Hong. "Waktu itu perang belum berkobar, katanya Paman Han menjamu Siang-koan Hok di rumahnya. Itu masih bisa dimaklumi karena antara Mongol dan kerajaan Song belum terjadi peperangan. Tapi sekarang pasukan Mongol telah memasuki wilayah Tionggoan, anehnya Paman Han masih mengutus pelayan tua itu ke kota Ho-lim. Ini bukti bahwa Paman Han benar-benar bersekongkol dengan bangsa Mongol?"
"Lalu bagaimana selanjutnya?" kata Liok Kun Lun.
"Setelah Han Tay Hiong memuji pelayan tua itu, wajah si pelayan tua malah jadi murung," kata Pauw Leng.
419 "Apa yang dikatakannya?" kata Liok Kun Lun.
"Dia bilang, saudara paling tua dari Ho-pak Sam-hiong melihatnya. Saat si pelayan tua tidak menjawab, lalu dia berkata, 'Baiklah! Tak apa kau tidak mau bicara, tapi aku sudah tahu jelas sekali. Kali ini kau menerima perintah majikanmu ke Ho-lam untuk menemui Siang-koan Hok dan pasti dia menulis surat untuk majikanmu. Cepat kau perlihatkan surat itu kepadaku!" katanya. Si pelayan tua bilang, 'Memang surat itu ada padaku, tapi tidak bisa kuperlihatkan kepadamu. Ketua Ho-pak Sam Hiong gusar.
'Baik, karena kau tidak bersedia menunjukkan surat itu, kami akan merebut surat itu dari tanganmu!' Akhirnya mereka berkelahi. Sekalipun pelayan tua itu tidak berniat membunuh mereka, tetapi akhirnya Ho-pak Sam Hiong binasa di tangannya." kata Pauw Leng.
Liok Kun Lun menghela napas panjang.
'Oh. Tidak kusangka Ho-pak Sam-hiong harus mati dengan penasaran. Tapi tadi kau bilang pelayan tua itu sangat menyesal, jadi dia masih punya hati nurani juga,"
kata Liok Kun Lun. "Aku kira begitu," kata Pauw Leng. "Tapi Han Tay Hiong berpikir lain. Dia bilang pada si pelayan, ''Ho-pak Sam-hiong sudah tahu kau pelayanku, tapi mereka berani membuat kau susah. Mereka sudah sepantasnya binasa!'
Tapi pelayan tua itu bilang begini, 'Tuan Besar tidak boleh bilang begitu! Mereka para pendekar termasyur, hanya karena sepucuk surat akhirnya mereka harus binasa. Mana aku bisa tenang. Aaah! Tahun ini umurku sudah 60 tahun, sekalipun selama ini aku sering melakukan perbuatan yang tidak terpuji, kali ini aku melakukan kesalahan besar!'
Mendengar ucapan pelayan tua itu Han Tay Hiong marah.
"Tak perlu kau menysal, serahkan surat itu kepadaku!' Tapi dijawab oleh si pelayan tua, 'Tuan Besar, maafkan hamba!'
420 pelayan tua itu kelihatan gugup sekali. Dia tidak mau menyerahkan surat itu. Wajah Han Tay Hiong berubah merah padam. 'Kenapa, apa surat itu hilang"' tanya Han Tay Hiong.
"Tidak! Surat itu ada padaku,' jawab si pelayan tua.
Han Tay Hiong mengerutkan dahinya.
"Kalau begitu mana surat itu"'
"Surat itu ada, tapi sudah dibuka! Aku minta maaf Tuan Besar!"
Wajah Han Tay Hiong berubah gusar bukan main.
"Siapa yang membuka surat itu?"
"Aku, Tuan Besar!"
Han Tay Hiong melotot. "Kenapa kau buka?"
"Karena aku merasa berdosa pada Ho-pak Sam-hiong.
sebelum Lo Toa (Saudara Tertua) mereka meninggal, aku ingin memenuhi permintaannya yang terakhir..." kata si pelayan lua.
"Kalau begitu dia sudah melihat surat itu?" kata Han Tay Hiong.
Pelayan tua itu mengangguk.
"Ya, saat itu dua saudaranya yang lain telah mati. Dia bilang kepadaku, 'Kau sangat setia kepada majikanmu, aku tidak menyalahkanmu. Tapi surat itu sangat penting, kau harus menunjukannya kepadaku, agar aku tidak mati penasaran.' Aku pikir dia hampir mati. Sekalipun dia membaca surat itu, dia tidak bisa membocorkannya kepada orang lain. Lalu kurobek sampul surat itu. Kemudian kuperlihatkan kepadanya. Setelah membaca surat itu dia menghela napas panjang, 'Ternyata dugaanku tidak salah!'
421 Saat itu aku terheran-heran, lalu aku bertanya, 'Maksudmu"'
Dia balik bertanya, 'Kau mengerti tulisan Mongol"' kata Lo Toa. Lalu aku jawab aku mengerti sedikit. Dia berkata lagi,
'Bacalah sendiri! Jika kau setia pada majikanmu, sebaiknya surat ini jangan sampai jatuh ke tangannya!' Ketika aku mau bertanya lagi, dia telah menghembuskan napasnya yang terakhir. Lalu kubaca surat itu."
Han Tay Hiong membentak. "Kau sudah membaca surat itu?"
"Ya! Bahkan hamba siap dihukum apapun." kata si pelayan.
"Kau ikut aku sudah puluhan tahun, tidak kusangka kau berani berbuat begitu!" kata Han Tay Hiong. "Tapi mengingat jasamu yang besar telah mengantarkan suratku, maka untuk sementara hukumanmu ditangguhkan. Cepat serahkan surat itu kepadaku!"
"Tapi lebih baik Tuan Besar jangan membaca surat ini!"
"Mengapa?" tanya Han Tay Hiong dengan gusar.
"Lo Toa benar, Tuan Besar sebaiknya tidak membaca surat
ini. Jika Tuan Besar memaksa membacanya, kelak nama baik Tuan Besar akan hancur," jawab si pelayan tua.
Han Tay Hiong bertambah gusar.
"Omong kosong! Membaca atau tidak itu urusanku, kau jangan ikut campur!" kata Han Tay Hiong.
"Jika Tuan Besar memaksa ingin membacanya, bunuh dulu hamba!" kata si pelayan tua dengan berani.
Han Tay Hiong kaget dan gusar.
422 "Jadi kau tetap akan melarang aku membacanya?" kata Han Tay Hiong.
Pelayan itu mengangguk. "Itu demi kebaikan Tuan Besar. Tapi jika Tuan Besar berkeras memaksa, apa boleh buat!" kata si pelayan tua.
Dia genggam surat itu erat-erat.
Saat itu Kok Siauw Hong teringat pada sesuatu.
"Oh, surat kulit kambing yang kutemukan itu ternyata surat dari Siang-koan Hok untuk Han Tay Hiong," pikir Kok Siauw Hong.
"Karena surat itu dipertahankan oleh pelayan tua itu, Han Tay Hiong gusar," Pauw Leng melanjutkan ceritanya.
"Apa maksudmu?" kata Han Tay Hiong. Pelayan tua itu menjawab.
"Seorang lelaki sejati, jika telah bicara, kata-katanya sulit dikejar, sekalipun dengan empat ekor kuda! Sekalipun hamba bukan seorang lelaki sejati, namun sudah hamba bilang begitu, tidak mungkin ditarik kembali! Silakan Tuan Besar mau bagaimana"' kata si pelayan tua dengan berani.
Wajah Han Tay Hiong berubah merah.
'Hm!' dia mengeluarkan suara di hidung.
"Aku lihat Han Tay Hiong menggunakan jari tangannya menyentil," kata Pauw Leng. "Yang diserang kepalan tangan si pelayan tua itu! Seketika gigi si pelayan tua gemeretuk, wajahnya berubah kelabu dan keringat dinginnya mengucur. Entah ilmu apa yang digunakan Han Tay Hiong hingga membuat pelayan tua itu tersiksa sekali.
Kepalan tangannya mulai terbuka. Tiba-tiba Han Tay Hiong menyambar surat itu. Tapi pada saat itu pelayan tua itu kembali memegang surat itu erat-erat, dan Han Tay 423
Hiong hanya berhasil mengambil separuh dari surat itu.
Maka robohlah pelayan tua itu dengan sangat menderita."
"Lalu bagaimana selanjutnya"' tanya Liok Kun Lun.
"Han Tay Hiong benar-benar gusar," kata Pauw Leng.
"Kemudian Han Tay Hiong berkata dengan nyaring.
'Kau benar-benar tak sayang pada nyawamu"' bentak Han Tay Hiong.
"Hamba tak ingin nama Tuan Besar hancur, silakan Tuan Besar bunuh hamba," jawab pelayan tua itu.
Wajah Han Tay Hiong berubah kehijauan.
"Hm! Apa kau kira aku tak berani membunuhmu"' kata Han Tay Hiong.
Tiba-tiba dia memukul ke arah kepala pelayan tua itu.
Tak lama terdengar suara jeritan mengerikan. Batok kepala pelayan tua itu berlubang, darah keluar dari lukanya.
Mendengar cerita itu Liok Kun Lun gusar bukan main.
"Kelihatannya Han Tay Hiong itu seorang pria sejati, tak tahunya dia begitu keji melebihi seekor srigala!" kata Liok Kun Lun.
"Saat kusaksikan kejadian itu," melanjutkan Pauw Ling,
"saking ketakutan aku nyaris pingsan. Aku berusaha agar tubuhku tak menggigil, tapi tetap menggigil hingga terdengar oleh Han Tay Hiong. Dia membentak, 'Siapa di luar"' Kemudian dia melancarkan pukulan ke arah jendela."
Pauw Leng diam sejenak, lalu melanjutkan.
"Untung aku bersembunyi di bawah jendela, kalau tidak batok kepalaku bisa hancur. Buru-buru aku pergi. Aku dengar suara Han Tay Hiong mengeluh. Mungkin dia heran mengapa pukulannya gagal mengenai sasaran. Han Tay 424
Hiong keluar akan mengejarku. Tapi untung Thian (Tuhan) masih melindungiku. Kebetulan malam itu rembulan tertutup oleh awan hitam, dia tidak melihatku. Dia melompat ke atas sebuah batu besar, lalu memukul ke empat penjuru. Saat itu aku sedang lari. Ketika aku merasa aku terkena pukulannya, darahku bergolak. Aku tidak tahu apakah aku terluka atau tidak" Tapi jelas aku sudah tidak bisa lari lagi."
Liok Kun Lun dan Kok Siauw Hong saling pandang.
"Hm! Tak kusangka dia memiliki pukulan sehebat itu!"
kata Liok Kun Lun. "Pantas Pauw Leng bergelar Miau-ciu-sin-tou, gin-kangnya memang lihay. Jika bukan dia mungkin tidak akan lolos dari serangan Han Tay Hiong!" pikir Kok Siauw Hong.
Pauw Leng menyeka keringat di keningnya dan menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan ceritanya.
"Aku bingung dan tidak bisa menggunakan hawa murniku lagi. Jika aku lari aku takut langkahku akan terdengar oleh dia. Aku takut dan bingung bukan main,"
kata Pauw Leng. "Selanjutnya bagaimana?" tanya Liok Kun Lun tidak sabar lagi.
"Aku sudah tidak bisa kabur lagi," sahut Pauw Leng.
"Terpaksa aku harus mencari tempat sembunyi di goa atau gunung-gunungan. Tapi tiba-tiba aku menemukan sebuah akal. Untung Han Tay Hiong tidak mendengar langkahku.
Mungkin dia kira aku sudah pergi jauh dari rumahnya.
Sekarang dia juga tidak melancarkan serangan seperti tadi..."
Setelah meneguk arak dia melanjutkan.
425 "Dengan hati-hati aku merangkak di tanah, aku tiba di tempat banyak pohonnya. Kebetulan tanah di tempat itu tidak keras. Lalu kugali sebuah lubang dan mengubur diri di sana." kata Pauw Leng.
"Saat kau menggali apa suaramu tak terdengar oleh Han Tay Hiong," kata Kok Siauw Hong.
Pauw Leng tertawa. "Itu kepandaian khususku, dengan cara begitu aku bisa memasuki setiap rumah orang kaya," kata Pauw Leng terus terang. Aku tahu Han Tay Hiong telinganya tajam, tapi aku menggali tanah dengan kedua tanganku. Jika jaraknya tak terlalu dekat dia tak akan mendengar aku menggali tanah.
Tapi nasibku memang tergantung dari keberuntunganku sendiri. Han Tay Hiong terus mencariku, tapi sebelum dia menemukan aku, para pelayannya sudah berhamburan keluar. Mereka ribut menanyakan ada apa."
'Ada apa, apa ada maling"' mereka bilang.
"Tidak ada,' jawab Han Tay Hiong. 'Kalian ke mari aku mau bicara!'
Saat itu tubuhku sudah terkubur di dalam lubang.
Mataku tak melihat apa-apa, tapi telingaku mendengar sesuatu yang mengejutkan.
"Apa yang terjadi?" tanya Liok Kun Lun.
Pauw Leng mengelah napas baru dia melanjutkan.
"Aku mendengar suara jeritan yang menyayat hati. Pasti Han Tay Hiong telah membunuh para pelayannya itu.
Bukan main takutnya aku. Aku mengeluarkan sebatang pipa yang selalu aku bawa-bawa, dan memasukkannya ke mulutku, kemudian kupakai untuk mengambil napas.
Sedang yang muncul ke permukaan tanah, ya pipa itu."
426 Liok Kun Lun tersenyum. "Aku sudah menduga pasti kau mengubur diri sendiri.
Semula aku kira Han Tay Hiong yang menguburmu, aku heran bagaimana kau bisa tahan demikian lama di dalam tanah. Ternyata kau menggunakan pipa untuk bernapas..."
kata Liok Kun Lun. "Aku tahu hanya ini yang bisa menyelamatkan aku, tapi itu pun hanya untuk sementara waktu saja," kata Pauw Leng sambil menghela napas. "Jika Han Tay Hiong menemukan aku, pasti aku bisa celaka! Cepat atau lambat pasti dia akan menemukan aku. Untung halaman rumahnya demikian luas. Ditambah lagi rumah itu banyak kamarnya.
Aku yakin dia tak menyangka aku mengubur diri di tempat itu. Jika dia ingin mencariku itu butuh waktu lama baru akan menemukan aku. Maka aku bilang nasibku tergantung dari keberuntunganku."
Setelah diam sejenak dia melanjutkan ceritanya lagi.
"Aku tidak tahu sudah berapa lama aku terkubur di dalam tanah," kata Pauw Leng, "aku juga tidak tahu di mana Han Tay Hiong berada saat itu" Aku tidak berani keluar dari dalam lubang itu. Perutku terasa lapar sekali, tapi aku takut Han Tay Hiong akan menemukan aku. Aku benar-benar gugup dan panik sekali!"
Liok Kun Lun tertawa. "Kau maling sakti, sejak kau jadi maling kau selalu berhasil dengan baik. Kali ini kau tersiksa, itu sudah cukup pantas!" kata Liok Kun Lun.
"Aku lapar mataku berkunang-kunang," kata Pauw Leng melanjutkan ceritanya lagi. "Entah sudah berapa lama kemudian aku mendengar suara seorang lelaki dan 427
perempuan datang mencari orang yang masih hidup di rumah itu. Saat itu aku memberanikan diri minta tolong...."
Sampai di sini dia awasi Kok Siauw Hong.
"Terima kasih atas pertolonganmu," kata Pauw Leng pada Kok Siauw Hong. "Aku dikeluarkan olehmu dari dalam lubang itu. Jika tak ada kau mungkin aku akan terkubur selamanya di tempat itu! Aku memang berpurapura seolah napasku hampir putus. Tapi jika aku disuruh keluar sendiri dari lubang itu, aku benar-benar tak sanggup!"
"Setelah Han Tay Hong membunuh semua pegawainya, apa lagi yang terjadi" Apa kau mendengarnya?" kata Kok Siauw Hong.
"Aku sedang kelaparan hampir pingsan, hinggu aku lak tahu apa-apa lagi," kata Pauw Leng.
"Baik, kau lelah dan ketakutan. Sekarang kau boleh istirahat. Aku tidak tahu apa aku akan menanyakan sesuatu lagi padamu atau tidak" Setelah kau segar aku akan memanggilmu!" kata Liok Kun Lun.
"Baik," kata Pauw Leng.
Seorang pengemis segera membawa Pauw Leng ke sebuah kamar supaya bisa istirahat. Setelah Pauw Leng pergi, Liok Kun Lun bicara dengan Kok Siauw Hong.
"Kok Hian-tit apa kau percaya pada cerita Pauw Leng tadi atau kau mencurigai dia" Menurutku dia sangat ketakutan, aku yakin dia tidak berpura-pura untuk berbohong. Ditambah lagi dia bicara di depanku!" kata Liok Kun Lun.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dahi Kok Siauw Hong berkerut.
"Ada yang membuatku heran..." kata Kok Siauw Hong.
428 "Mengenai apa?"
"Surat dari Siang-koan Hok itu sangat penting," kata Kok Siauw Hong. "Sesudah Han Tay Hiong membunuh si pelayan tua, mengapa dia tidak mengambil surat yang sepotongnya lagi dari tangan si pelayan tua" Seandainya dia pergi mencari Pauw Leng dan dia tidak berhasil menemukannya, dia masih sempat untuk kembali lagi mengambil surat itu. Baru dia pergi, ya kan?"
Setelah berpikir sejenak Liok Kun Lun mengangguk.
"Kau benar. Memang agak aneh" Tapi di dunia ini memang banyak hal yang aneh-aneh dan di luar dugaan.
Siapa tahu ketika itu Han Tay Hiong menemukan sesuatu yang lebih penting sehingga dia harus segera pergi." kata Liok Kun Lun.
Saat itu Lauw Kan Lu muncul ke kamar rahasia. Dia tertawa terbahak-bahak karena girang sekali. Liok Kun Lun heran dan langsung bertanya pada rekannya itu.
"Kan Lu, apa yang kau tertawakan?" kata Liok Kun Lun.
"Su-siok, coba kau terka, berapa banyak harta milik Han Tay Hiong itu?" kata Lauw Kan Lu.
"Justru aku ingin tahu durimu, tapi kenapa kau girang sekali?" kata Liok Kun Lun.
"Aku tidak tahu berapa jumlah harta Han Tay Hiong itu?" kata Lauw Kan Lu. "Tapi menurut Pauw Lo Sam harta Han Tay Hiong itu cukup untuk membeli sebuah kota, aku rasa itu benar! Di rumahnya banyak emas dan perak. Untung aku telah mencari belasan saudara kita untuk memindahkan semua barang itu ke dalam empat buah kereta. Sekarang
429 menggirangkan. Pantas saja kau begitu girang." kata Liok Kun Lun.
"Ya, aku girang. Barang-barang itu akan disumbangkan untuk para pejuang. Jangan salah bukan untuk pribadi!"
kata Lauw Kan Lu sambil tertawa.
"Sudah, jangan bicara begitu, kau akan ditertawakan oleh Kok Hian-tit. Lekas bawa barang-barang itu ke gudang," kata Liok Kun Lun.
"Baiklah, Su-siok! Malah aku sudah menyuruh beberapa anggota kita agar besok mereka bisa ikut mengawal. Aku akan ke Houw-wie-piauw-kiok untuk minta bantuan pada Beng Cong-piauw-thauw dan beberapa piauw-su lain."
Kemudian dia mengawasi Kok Siauw Hong sambil berkata.
"Kok Siauw-hiap, jika kau tidak punya urusan lain, kau boleh membantu kami supaya barang-barang itu aman di dalam perjalanan."
"Maaf, aku masih harus kembali ke rumah Han Tay Hiong. Lebih baik kalian berangkat lusa saja, aku pasti akan ke mari." kata Kok Siauw Hong.
Lauw Kan Lu tertawa. "Kau tidak salah semua urusan harus ada awal dan akhirnya. Kau belum resmi membatalkan pertundanganmu dengan nona Han, posisi nona Han masih calon isterimu.
Tentu saja kau harus peduli kepadanya! Terus-terang nona Han tidak sama dengan ayahnya. Dia sumbangkan harta ayanya dengan tulus liati, sama sekali dia tidak merasa sayang. Semula aku curiga kepadanya, tapi sekarang tidak.
Malah aku salut kepadanya. Kok Siauw-hiap, jika kau tidak jadi membatalkan pertunanganmu itu, aku juga tidak akan 430
mencegah kau menikah dengannya!" kata Lauw Kan Lu.
Wajah pemuda itu merah. "Maksudku bukan begitu, tapi aku sudah berjanji akan menemuinya lagi. Jika aku tidak menepati janjiku itu tidak baik," kata Kok Siauw Hong.
"Benar, rumahnya telah terbakar habis. Semua pelayannya juga mati. Dia sangat berduka, kau harus ke sana menghiburnya," kata Lauw Kan Lu.
"Nona Han berjiwa besar, tapi dari mana Han Tay Hiong memperoleh harta sebanyak itu?" pikir Kok Siauw Hong.
"Dia nona yang sangat baik, jika dia tahu ayahnya begitu, pasti dia akan berduka sekali," kata Lauw Kan Lu.
"Sudah Kan Lu, jangan nyerocos terus. Sekarang aku tanya kau, apakah kau sudah menemukan orang kita yang mengerti tulisan Mongol itu?" kata Liok Kun Lun.
"Sudah, Su-siok! Untung orang itu belum mengungsi malah aku sudah menyuruhnya menerjemahkan surat ini!"
kata Lauw Kan Lu sambil tertawa.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 16 Kok Siauw Hong menghentikan langkahnya. Dia ingin tahu apa isi surat itu, dia menghampiri Lauw Kan Lu.
Kemudian langsung bicara. "Apa isi surat itu?" tanya Kok Siauw Hong.
"Setelah diterjemahkan, isi surat itu begini : Setelah berhasil, daerah yang di Tiong-goan terserah.....Anda boleh
431 jadi raja....bo!eh pilih sendiri yang mana" Begitu bunyi surat ini," kata Lauw Kan Lu.
Liok Kun Lun menepuk meja.
"Dugaan kita tidak salah," kata Liok Kun Lun. "Karena adanya sisa surat ini, kita sudah dapat membuktikan, bahwa Han Tay Hiong memang bersekongkol dengan bangsa Mongol!"
Kok Siauw Hong diam. Hati pemuda ini sangat kacau.
Sekalipun surat itu tinggal separuh, namun beberapa kalimatnya sangat jelas. Setelah berhasil itu artinya setelah pihak Mongol berhasil meruntuhkan Dinasti Song, maka Han Tay Hiong akan diangkat menjadi raja di suatu daerah.
"Kok Siauw-hiap, kau masih curiga pada sesuatu?" kata Lauw Kan Lu.
"Tidak! Tapi masalah ini sangat tiba-tiba sekali, sungguh di luar dugaan," sahut Kok Siauw Hong.
"Atas dasar surat ini, kecurigaan kita kepada Han Tay Hiong tidak salah," kata Liok Kun Lun. "Membunuh pelayan dan membakar rumah, itu pasti perbuatannya!
Dengan akalnya ini dia ingin mengacaukan kita agar dia lebih leluasa menyambut kedatangan pasukan Mongol dari bagian dalam!"
"Kalau begitu dia belum mati!" kata Kok Siauw Hong.
"Bagaimana" Aku lihat kau belum percaya bahwa dia seorang pengkhianat" Jelas dia belum mati, malah aku yakin dia masih ada di Lok-yang!" kata Lauw Kan Lu.
Liok Kun Lun mengerutkan dahinya.
"Kita menghadapi kesulitan. Aku khawatir sewaktu-waktu pasukan Mongol akan masuk ke kota Lok-yang! Jika kita mengantarkan harta itu untuk para pejuang, bukankah 432
itu malah akan menggirangkan Han Tay Hiong" Dia bisa terus bersekongkol dengan bangsa Mongol. Lalu siapa yang akan mengungkap kejahatannya?" kata Liok Kun Lun.
"Siapa tahu ini malah sebuah perangkap?" kata Lauw Kan Lu. "Han Tay Hiong membiarkan kita mengambil hartanya, aku yakin sia tentu akan berusaha mengambilnya kembali! Sudah jelas dia tidak akan membiarkan kita aman sampai di tempat tujuan. Saat kita sedang berusaha keras mengantarkan harta itu pada para pejuang, sementara dia dengan leluasa bisa bergerak di dalam kota."
"Benar, oleh karena itu kita harus membuat rencana,"
kata Liok Kun Lun. "Pertama-tama kita selidiki dulu jejaknya Kok Hian-tit, aku kira masalah ini akan merepotkan kau. Sekarang puteri Han Tay Hiong sudah ada di sini. Aku yakin diam-diam dia akan menemui ayahnya.
Han Tay Hiong akan berbohong untuk mengelabui puterinya agat tidak tahu perbuatan dia yang sebenarnya!"
"Baik, aku akan segera menemui nona Han. Jika aku mendapat kabar aku akan memberitahu kalian di sini!" kata Kok Siauw Hong.
"Baik! Tapi sebelum semuanya jelas kau jangan bicara apaapa, supaya nona Han tidak risau," kata Lauw Kan Lu.
"Aku tahu," jawab Kok Siauw Hong.
Dia langsung pamit dan berangkat ke rumah Han Tay Hiong.
Di jalan pikiran Kok Siauw Hong jadi kacau. Dia tidak tahu dari mana Han Tay Hiong bisa memiliki demikian banyak harta yang sangat berharga itu" Sekalipun Lauw Kan Lu berpendapat bahwa semua itu siasat Han Tay Hiong. Dia sengaja meninggalkan semua hartanya, tetapi Kok Siauw Hong tidak setuju pada pendapat Lauw Kan Lu 433
itu. Dia heran kenapa Han Tay Hiong tidak membawa hartanya yang demikian banyak itu"
"Aku yakin Paman Han dengan susah-payah mengumpulkan harta itu, tidak semudah itu dia mau melepaskannya?" pikir Kok Siauw Hong. "Sekalipun Lauw Kan Lu bilang dia akan merampas kembali hartanya itu, pekerjaan yang harus dia kerjakan itu sulit sekali! Kalau benar itu siasatnya, aku kira itu siasat yang sangat bodoh!"
Mengenai separuh surat yang sudah disalin itu, Kok Siauw Hong sudah menyampaikan kecurigaannya. Bahkan Liok Kun Lun tidak berhasil memberi jawaban yang tepat.
Dia hanya menerka bahwa Han Tay Hiong bertemu masalah lain yang lebih penting, hingga ia tidak sempat mengambil sisa surat di tangan pelayan tua itu.
"Tak salah di dunia ini memang banyak masalah yang terjadi di luar dugaan. Mungkinkah begitu" Tapi tidak masuk akal!" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong terlalu yakin pada pendapat ayahnya.
Dia kurang yakin pada pendapat Liok Kun Lun yang mengatakan bahwa Han Tay Hiong penjahat besar.
"Ayahku dan Paman Han bersahabat sudah puluhan tahun lamanya," pikir Kok Siauw Hong. "Sekiranya Paman Han itu penjahat seperti yang dikatakan Liok Kun Lun, mana mungkin puluhan tahun tak sekalipun menunjukkan boroknya di depan Ayahku" Aku tahu Ayahku sangat benci kepada kejahatan. Apakah Ayahku tidak tahu sifat Paman Han" Jika dia tahu aku yakin Ayahku tidak akan menjodohkan aku dengan puteri Paman Han?"
Dia berjalan terus tapi sambil berpikir.
"Ayah selalu memuji Paman Han lurus dan gagah, dia bilang Paman Han pantas disebut sebagai seorang 434
pendekar. Ayah menjodohkan aku mungkin karena merasa cocok dengan Paman Han dan bukan karena kekayaan Paman Han. Namun Paman Han begitu kaya, tapi Ayah tak pernah menyinggung masalah itu. Apa Ayah tidak tahu soal ini" Lalu mengapa Paman Han tidak bilang tentang kekayaannya pada Ayahku" Jika demikian Paman Han membohongi Ayahku, jadi dalam masalah lain pun bisa jadi begitu?"
Kok Siauw Hong bingung bukan main. Dia tidak yakin pada ucapan Liok Kun Lun maupun Lauw Kan Lu, tapi ia juga tidak berani mengatakan bahwa Han Tay Hiong itu orang baik. Saat berjalan sambil berpikir mendadak Kok Siauw Hong ingat sesuatu.
"Mengapa aku sampai melupakan barang bukti yang begitu penting?" pikirnya.
Ketika baru tiba dan sedang menyelidik di rumah Han Tay Hiong, dia pernah mengorek darah beku di kepala pelayan tua itu. Ketika itu dia ingin memeriksa darah itu di markas cabang Kay-pang tadi. Tapi Liok Kun Lun menyuruhnya segera pergi hingga dia lupa barang itu.
Malam itu rembulan bersinar terang. Ketika Kok Siauw Hong ingat pada darah beku itu, kebetulan saat itu dia berada di tepi sungai. Air sungai itu sangat jernih dan ikan-ikan yang sedang berenangpun kelihatan jelas sekali.
"Akan kuperiksa darah itu, aku kira belum terlambat!"
pikir pemuda ini. Dia memeriksa ke sekitarnya sampai dia melihat sebuah lubang berair dan air itu langsung menuju ke sungai. Dia keluarkan darah beku dari sakunya Darah beku yang ada dalam sapu tangan itu dia hancurkan, lalu dia masukkan ke dalam lubang berair itu. Air sungai masuk ke lubang kemudian berbalik lagi ke sungai. Selang beberapa saat 435
ikan-ikan yang tadi asyik berenang itu, sudah langsung terapung ke permukaan air mati semua. Padahal darah beku yang dipercikan oleh Kok Siauw Hong sedikit sekali. Begitu air di lubang masuk ke sungai bisa meracuni semua ikan-ikan itu. Sudah sejak awal Kok Siauw Hong mengira bahwa darah beku itu beracun, tapi dia tidak menduga begitu dasyatnya racun tersebut. Hal ini membuat Kok Siauw Hong kaget bukan kepalang. Tapi sesudah itu dia jadi girang bukan main.
"Paman Han bukan pembunuhnya! Paman Han bukan pembunuhnya!" kata dia.
Lwee-kang Han Tay Hiong adalah lwee-kang aliran lurus Sedang orang yang punya lwee-kang lurus tidak bisa melatih lwee-kang pukulan beracun. Jika dia lakukan juga dia bisa melukai diri sendiri. Itu yang diketahui oleh Kok Siauw Hong.
Empat tahun yang lalu Kok Siauw Hong datang ke rumah Han Tay Hiong. Dia tahu Han Tay Hiong bisa pukulan Pan-juciang (Ilmu Pukulan Lunak), ilmu pukulan aliran Buddha yang harus digunakan dengan lwee-kang aliran lurus. Maka tidak mungkin dalam waktu empat tahun Han Tay Hiong akan berhasil memiliki pukulan beracun.
"Jadi siapa pembunuh itu" Siu-lo-im-sat-kang pun tidak beracun sekali seperti itu?" pikir Kok Siauw Hong. "Aah benar! Kalau begitu Paman Han bertemu dengan musuh yang sangat lihay, tapi aku yakin bukan Chu Kiu Sek! Aku harus segera menemui Liok Pang-cu untuk memberitahu dia!"
Saat Kok Siauw Hong akan kembali ke markas Kaypang, dia berpikir lain.
436 "Nona Han ada di sini, orang itu membunuh semua pelayannya. Pasti orang itu pun tidak akan melepaskan nona Han hidup-hidup! Dia sekarang sendirian di rumahnya, ini berbahaya! Lebih baik aku menemuinya dulu!" pikir Kok Siauw Hong.
Tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar suara dengusan, suara itu terdengar dingin. Dia kaget lalu membentak.
"Siapa?" kata Kok Siauw Hong.
Tetapi tidak ada jawaban. Kok Siauw Hong
mengerahkan gin-kang Pat-pou-kan-tan (Delapan langkah meluncur), dia melompat ke arah suara dengusan itu. Tapi di tempat itu tidak terlihat ada siapa-siapa.
"Apa aku salah dengar?" pikir Kok Siauw Hong.
Selang sesaat Kok Siauw Hong menggunakan ilmu
"Coanim-jip-pek" (Ilmu menyampaikan suara ke delapan telinga).
"Sahabat, apakah kau tahu dengan jelas tentang keluarga Han, silakan Anda keluar untuk memberi petunjuk padaku!" kata Kok Siauw Hong.
Pedang Golok Yang Menggetarkan 2 Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien Kasih Diantara Remaja 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama